“Statistika menjadi sebuah jurusan tidaklah begitu saja terjadi” Ahmad Subianto
01
Kilas Balik Statistika ITS
Kata Pengantar Ketua Jurusan Alhamdulillah, berkat Rahmat Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa, dan dengan didorong oleh keinginan kuat untuk menelusuri jejak足jejak berdirinya Jurusan Statistika ITS, akhirnya buku Kilas Balik Jurusan Statistika ITS berhasil disusun. Buku ini berisi tentang rangkuman sekilas proses berdiri dan berkembangnya Jurusan Statistika ITS yang dilengkapi dengan pendapat para Senior dan para Pendiri sebagai prolog. Meskipun sudah berusaha secara maksimal, tetapi karena terbatasnya waktu dan kesempatan, Tim penyusun belum mampu secara lengkap menemukan fakta足fakta autentik terkait proses berdirinya Jurusan Statistika ITS. Oleh karena itu, buku ini belum bisa disebut sebagai hasil penelusuran, tetapi lebih tepat disebut sebagai bahan kajian. Dengan tersusunnya buku ini, sebagai Ketua Jurusan Statistika saya sangat mengapresiasi kerja tim, yang telah dengan tekun, sabar dan tulus melaksanakan tugasnya sehingga tercipta kerjasama yang baik. Ucapan terimakasih dan penghargaan juga kami berikan kepada para senior yang telah berkenan meluangkan waktu untuk memberikan testimoninya yang menjadi bagian terpenting dalam buku ini. Semoga kerja baik ini memperoleh sambutan dari para pembaca dengan memberikan masukan lebih lanjut sehingga pada kesempatan berikutnya, buku ini dapat lebih disempurnakan. Kepada semua pihak, khususnya Tim Penyusun dan Para Nara Sumber, saya mengucapkan banyak terima kasih. Semoga Allah SWT mencatat kerja baik ini sebagai amal sholeh dengan limpahan pahala yang tiada henti. Surabaya, September 2013 Ketua Jurusan Statistika ITS
02
Kilas Balik Statistika ITS
Daftar isi Kata Pengantar Ketua Jurusan ................................................................................... ii Daftar Isi ........................................................................................................................ iii Sejarah Umum Jurusan Statistika dari Masa ke Masa ............................................. 06 Kilas Balik Jurusan Statistika oleh Narasumber Prof. M. Zaki, M.Sc ...................................................................................................... 14 Drs.Achmad Subjanto ................................................................................................. 16 Prof.Drs.Soegimin Wahyu Winata ............................................................................... 19 Prof.Dra.Susanti Linuwih, MStats, PhD. ..................................................................... 24 Dr.I. Nyoman Latra, M.S .............................................................................................. 29 Drs. Kresnayana Yahya, M.Sc ..................................................................................... 33 Drs. Haryono, MSIE .................................................................................................... 37 Prof.Drs.H. Nur Iriawan, MIkom, PhD ......................................................................... 40 Ir. Mutiah Salamah, M.Kes ........................................................................................... 46 Dr. Sony Sunaryo, M.Si ............................................................................................... 49 Galeri Foto Kenangan .................................................................................................. 53 Tim Penyusun ............................................................................................................... 59
03
Kilas Balik Statistika ITS
04
Kilas Balik Statistika ITS
Coretan sejarah telah berubah menjadi data data yang akan abadi sebagai sebuah sejarah data yang dekat dengan ketidak-pastian yang pasti seperti Statistika, Peluangnya memiliki selang kepercayaan dalam menyimpulkan suatu hal.. yang pada akhirnya dinamakan sejarah.. sejarah tentang lahirnya kehidupan sebuahdata..
05
Kilas Balik Statistika ITS
Jurusan Statistika
dari Masa ke Masa
06
Kilas Balik Statistika ITS
Pada awalnya Statistika merupakan salah satu bidang peminatan di Jurusan Matematika Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Alam (FIPIA) ITS. FIPIA ITS berdiri pada tahun 1965 berdasarkan SK Menteri No.72 tahun 1965. FIPIA terdiri dari dua bagian yaitu bagian Ilmu Pasti dan bagian Ilmu Alam. Selanjutnya kedua bagian tersebut berkembang menjadi Jurusan Fisika dan Jurusan Matematika. Seiring dengan perkembangan kebutuhan di masyarakat, pada tahun 1978 di Jurusan Matematika dibentuk bidang peminatan Statistika, yang akhirnya berkembang menjadi jurusan baru di FIPIA ITS. Pada tahun 1983 seiring dengan perubahan FIPIA menjadi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), bidang peminatan Statistika ditetapkan sebagai jurusan baru di FMIPA ITS, dengan nama Jurusan Statistika. Dengan demikian Jurusan Statistika secara resmi berdiri bersamaan dengan perubahan nama FIPIA menjadi FMIPA (Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam) ITS. Berdirinya Jurusan Statistika FMIPA ITS didasarkan pada PP No 5 tahun 1980, PP No 27 tahun 1981 dan Keppres No 58 tahun 1982. Memenuhi kebutuhan keahlian statistika di tingkat madya, pada tahun 1981 dirintis berdirinya Program Studi Diploma III Statistika. Pada tahun 1985, sesuai dengan persetujuan DIKTI, dalam Jurusan Statistika secara formal ditetapkan program Diploma III Statistika, yang disahkan dengan SK Direktur Jendral Pe n d i d i ka n T i n g g i ( D i r j e n D I K T I ) , N o m o r : 116/DKTI/Kep/1984. Dengan semakin berkembangnya kebutuhan akan peningkatan kompetensi statistika dan seiring dengan peningkatan jenjang pendidikan di Indonesia, maka pada tahun 1999 Jurusan Statistika mendirikan Program Studi Magister (S2) Statistika. Program Studi S2 Statistika berdiri berdasarkan SK Dirjen DIKTI Nomor: 253/DIKTI/Kep/1999. 07
Kilas Balik Statistika ITS
Selanjutnya pada tahun 2006 Jurusan Statistika membuka P r o g r a m D o k t o r ( S 3 ) Statistika. Berdirinya Program Doktor Statistika didorong oleh keinginan agar potensi Jurusan Statistika ITS yang semakin berkembang dapat memberikan kemanfaatan optimal bagi masyarakat. Program Studi S3 disahkan Gambar 1. Plang Jurusan Statistika ITS oleh Dirjen DIKTI dengan SK Nomor: 3795/D/T/2006. Dengan demikian sejak tahun 2006 Jurusan Statistika FMIPA ITS memiliki 4 program pendidikan yaitu: 1.
Program Diploma III (D III)
2.
Program Sarjana (S1)
3.
Program Magister (S2)
4. Program Doktor (S3) Seiring dengan peningkatan potensi yang dimiliki dan semakin berkembangnya iklim akademik, serta didukung oleh komitmen seluruh civitas academia, Jurusan Statistika tumbuh menjadi salah satu jurusan di ITS yang menjadi prioritas pilihan bagi masyarakat. Saat ini tiga program studi yang dimiliki memperoleh akreditasi A dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN PT). Program Diploma III memperoleh akreditasi A dengan SK Nomor: 020/BANPT/AkXI/DplIII/X/2011. Program Sarjana (S1) memperoleh akreditasi A dengan SK Nomor: 023/BANPT/AkXIII/S1/X/2010. Sedangkan Program Magister (S2) memperoleh akreditasi A dengan SK Nomor: 016/BANPT/AkIX/S 2/IX/2011. Sementara itu, Program Doktor sedang dalam proses akreditasi. Banyak perubahan dan perkembangan yang dialami Jurusan Statistika sejak awal berdirinya sampai dengan saat ini, terutama dalam hal laboratorium, Sumber Daya Manusia (SDM). Pada tahun 1984, terdapat tiga laboratorium di Jurusan Statistika, yaitu Laboratorium Statistik, Laboratorium Komputasi, dan Laboratorium Statistik Terpakai. Pada tahun 1994, jumlah laboratorium bertambah menjadi enam laboratorium yang terdiri dari Laboratorium Statistika, Laboratorium Konsultasi, Laboratorium Komputasi, Laboratorium Quality Control, Laboratorium 08
Kilas Balik Statistika ITS
Simulasi dan Laboratorium Teknometrika. Untuk menunjang pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi, maka pada tahun 1999, laboratorium di Jurusan Statistika lebih dikhususkan pada dua laboratorium, yaitu Laboratorium Statistika Terapan dan Laboratorium Statistika Komputasi. Selanjutnya, pada tahun 2005 sampai tahun 2007, Jurusan Statistika mempunyai lima laboratorium tetapi dengan spesi ikasi yang sedikit berbeda dari sebelumnya. Kelima laboratorium tersebut adalah Laboratorium Statistika Bisnis & Sosial, Laboratorium Statistika Komputasi, Laboratorium Statistika Teori, Laboratorium Statistika Pemodelan, dan Laboratorium Statistika Industri. Sedangkan sejak tahun 2008 sampai 2011 laboratorium Jurusan Statistika mengalami perubahan lagi menjadi tiga laboratorium, yaitu Laboratorium Bisnis & Sosial, Laboratorium Statistika Komputasi dan Laboratorium Industri. Berdasarkan track record penelitian yang dilakukan oleh para dosen anggota laboratorium, teridenti ikasi bahwa penelitian yang dihasilkan di samping berorientasi pada aplikasi di tiga bidang tersebut, juga berorientasi pada terapan dibidang pemerintahan, lingkungan dan kesehatan. Oleh karena itu, pada tahun 2012, Jurusan Statistika kembali mempunyai lima laboratorium yang terdiri dari Laboratorium Statistika Industri, Laboratorium Statistika Komputasi, Laboratorium Statistika Bisnis足Ekonomi, Laboratorium Statistika Sosial足Pemerintahan, dan Laboratorium Statistika Lingkungan足Kesehatan. Perkembangan laboratorium tersebut pada hakekatnya memenuhi perkembangan sumber daya manusia yang dimiliki oleh Jurusan Statistika. Pada Awal berdirinya ( tahun 1984) staf pengajar dan karyawan Jurusan Statistika jumlahnya sangat terbatas. Pada tahun 1984 tersebut hanya terdapat 6 staf pengajar, 2 diantaranya bergelar Sarjana, 3 bergelar Magister dan 1 orang bergelar Doktor. Selanjutnya pada tahun 1994, jumlah staf pengajar Jurusan Statistika FMIPA足ITS adalah 26 orang, yang terdiri dari: dua orang Doktor, 17 orang Magister, dan yang lainnya bergelar Sarjana dimana beberapa diantaranya sedang mengikuti pendidikan lanjut baik di dalam maupun di luar negeri. Dalam perkembangan berikutnya, pada tahun 1997 jumlah staf pengajar Jurusan Statistika sebanyak 31 orang, dengan rincian: dua bergelar Doktor, 19 orang bergelar Magister, dan 10 orang bergelar Sarjana, di mana beberapa orang diantaranya sedang mengikuti pendidikan lanjutan baik di dalam maupun di luar negeri. Seiring dengan peningkatan jumlah 09
Kilas Balik Statistika ITS
mahasiswa dan lahirnya program Magister Statistika, pada tahun 1998 j u m l a h s t a f p e n g a j a r J u r u s a n Statistika mengalamipeningkatan menjadi 37 orang, yang terdiri dari: 3 orang Doktor (satu diantaranya Profesor), 21 orang Magister, dan 13 o ra n g S a r j a n a . S e s u a i d e n ga n ketentuan dari Dikti, sejak tahun 2000, penerimaan tenaga dosen baru disyaratkan minimum berjenjang pendidikan Magister (S2).Pada tahun Gambar 2. Laboratorium Komputasi Statistika 2005, jumlah staf pengajar Jurusan Statistika berkembang menjadi 40 orang, yang terdiri dariempat orang Doktor (tiga diantaranya Profesor), 35 orang Magister, dan satu orang Sarjana. Pada tahun tersebut staf pengajar yang sedang mengikuti studi lanjut jenjang S3 sebanyak 12 orang. Selanjutnya pada tahun 2006, jumlah staf pengajar Jurusan Statistika tidak mengalami perkembangan tetapi terjadi peningkatan jenjang pendidikan, di mana 6 orang bergelar Doktor (tiga diantaranya Profesor), 33 orang Magister, dan satu orang Sarjana, dengan 11 orang sedang menempuh studi lanjut S3Tidak berbeda dari tahun 2006, pada tahun 2007 jumlah staf pengajar Jurusan Statistika masih tetap 40 orang, tetapi jenjang pendidikannya semakin meningkat, yaitu: terdiri dari 10 orang Doktor (tiga diantaranya Profesor), 29 orang Magister, dan satu orang Sarjana (sedang studi S2), dengan sembilan orang sedang menempuh studi lanjut S3. Tahun 2008 staf pengajar Jurusan Statistika berkurang satu orang karena seorang staf pengajar beralih tugas ke perguruan tinggi lain. Dengan demikian sejak tahun 2008 jumlah staf pengajar Jurusan Statistika menjadi 39 orang, yang terdiri dari: 13 orang Doktor (dua diantaranya Profesor), 25 orang Magister, dan satu orang Sarjana (sedang studi S2), dengan delapan orang diantaranya sedang menempuh studi lanjut S3 dalam/luar negeri. Setelah beberapa staf pengajar yang studi S3 berhasil menyelesaikan studinya, tahun 2009 staf pengajar Jurusan Statistika kembali mengalami peningkatan jenjang pendidikan, dimana 15 orang bergelar Doktor (tiga diantaranya Profesor), 23 orang Magister, dan satu orang Sarjana (sedang studi S2), dimana 6 orang diantaranya sedang menempuh studi lanjut S3 dalam/luar negeri. Pada tahun 2010 jumlah staf pengajar Jurusan Statistika berkembang menjadi menjadi 41 orang, yang terdiri dari: 15 orang Doktor (tiga diantaranya Profesor), 25 orang Magister, dan 1 orang 10
Kilas Balik Statistika ITS
(sedang Studi S2), dengan 7 orang diantaranya sedang menempuh studi lanjut S3 dalam/luar negeri Tahun 2011 jumlah staf pengajar Jurusan Statistika FMIPAÂITS berubah menjadi 38 orang, dikarenakan terdapat dua staf pengajar yang purna bakti dan seorang pengajar wafat. Sehingga staf pengajar Jurusan Statistika FMIPAÂITS mengalami perubahan jenjang pendidikan, yaitu: 13 orang Doktor (dua diantaranya Profesor) dan 25 orang Magister, di mana sembilan orang sedang menempuh studi lanjut S3 dalam/luar negeri. Tahun 2012 melakukan rekruitmen staf pengajar sebanyak satu oarng, sehingg jumlah staf pengajar Jurusan Statistika FMIPAÂITS pada tahun 2012 adalah 39 orang, yang terdiri dari: 14 orang Doktor (dua diantaranya Profesor) dan 25 orang Magister.
Perkembangan Karyawan Jurusan Statistika Karyawan merupakan satu bagian penting yang memiliki peran dalam proses perkembangan jurusan statistika. Pada tahun 1998 jurusan Statistika juga memiliki 10 tenaga administrasi dan teknisi yang terbagi menjadi delapan orang tenaga administrasi dan dua orang teknisi.tujuh tahun kemudian, formasi ini berkembang seiring dengan kebutuhan akan tenaga administrasi dan manajemen jurusan, sehingga karyawan jurusan statistika dipecah menjadi empat orang bagian administrasi Tata Usaha (TU), tiga orang di bagian Laboratorium, dua orang bagian kebersihan dan satu orang di bagian ruang baca. Tahun berikutnya, tepatnya di 2006 karyawan jurusan statistika bertambah menjadi 11 orang. penambahan satu orang karyawan tersebut diperuntukkan untuk sta TU jurusan statistika. jumlah karyawan statistika terus bertambah, hingga pada tahun 2012 jumlah karyawan menjadi 16 orang antara lain sembilan orang Tenaga Administrasi TU, dua orang Teknisi Laboratorium, empat orang Tenaga Kebersihan dan Taman serta satu orang Tenaga Ruang Baca
11
Kilas Balik Statistika ITS
12
Kilas Balik Statistika ITS
足Drs. Haryono, M.Sc足
13
Prof.Mahmud Zaki, MSc :
Banyak tokoh yang patut di apresiasi dalam berdirinya Jurusan Statistika ITS. 14
Kilas Balik Statistika ITS
Mahmud Zaki. Nama tersebut tentu tidak asing lagi bagi civitas akademika ITS. Bagaimana tidak? Pria tinggi berkacamata ini merupakan Rektor ke empat ITS. Kiprahnya yang dikenal baik sebagai pejabat tinggi kampus perjuangan kala itu, meninggalkan rasa kagum kepada siapa saja yang mengenalnya. Bagi Zaki, tidaklah mudah menjadi seorang rektor di tengah gejolak pergerakan mahasiswa yang begitu tinggi menjelang Normalisasi Kehidupan Kampus/Badan Koordinasi Kemahasiswaan (NKK/BKK) kala itu. Tentu ia banyak menyimpan memori suka duka tentang kampus perjuangan ini, termasuk lahirnya Jurusan Statistika. Zaki menjabat sebagai rektor pada tahun 1973. Dalam ingatannya, statistika masih termasuk dalam program studi Jurusan Matematika. Hingga akhir kepengurusannya pada tahun 1982, barulah Statistika berubah wujud sebagai jurusan yang tergabung dalam Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA). Zaki mengaku tidak ada hal istimewa yang terjadi ketika Statistika berubah menjadi sebuah jurusan. Hal yang justru terjadi adalah banyaknya dosen yang kemudian mengambil pendidikan lanjut dengan fokus bidang statistika. Zaki mengungkapkan bahwa banyak tokoh yang patut diapresiasi lebih dalam lahirnya Jurusan Statistika ITS. Salah satunya adalah Prof. Dra. Susanti Linuwih, M.Stat., Ph.D. Zaki mengenal baik Prof Santi sebagai salah satu dosen yang berhasil menyelesaikan gelar Master di New South Wales, Australia. Sosok dosen asal Kediri inilah yang di sebut足sebut Zaki sebagai tokoh utama berdirinya Jurusan Statistika. Kini, Zaki menikmati pekerjaannya sebagai dosen Jurusan Fisika ITS. Usia yang tidak lagi muda bukanlah penghalang baginya untuk terus berkarya. Seperti yang ia sampaikan bahwasanya Statistika merupakan jurusan yang aplikatif bagi segala bidang, tinggal bagaimana kita mampu memanfaatkan secara maksimal untuk kehidupan yang lebih baik
15
Kilas Balik Statistika ITS
Dua periode menjadi seorang Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) ITS pada tahun lahirnya Jurusan Statistika, merupakan memori yang masih tersimpan rapi di benak Ahmad Subianto. Usianya memang tidak lagi muda, namun semangatnya masih terlihat ketika Ahmad berusaha menceritakan sekilas peranannya pada masa itu. “Statistika menjadi sebuah jurusan tidaklah begitu saja terjadi,” cerita Ahmad. Mulanya, statistika merupakan bidang mata kuliah favorit Jurusan Matematika. Sebab, banyak mahasiswa yang minat pada bidang ilmu matematika terpakai pada saat itu. Hal itulah yang kemudian menjadi pertimbangan utama untuk selanjutnya statistika dibentuk sebagai sebuah Jurusan. Selebihnya, sejumlah dosen ikut serta mengusulkan hal yang sama. Itu sebabnya beberapa dosen memilih untuk menempuh studi S2 bidang Statistika, karena fokus pendidikan yang diambil sebelumnya kebanyakan adalah matematika. “Seperti Pak Kresna yang mengambil S2 bidang Statistika di Amerika ketika itu,” ingat Ahmad.
Tidak hanya itu. Menariknya, sebagai prosedur pembuatan jurusan baru, survei dilakukan diberbagai daerah secara acak, khususnya di wilayah Jawa Timur. Survei tersebut berisi tentang pelbagai pertanyaan yang mengungkapkan kebutuhan masyarakat terhadap ilmu statistika. “Dari survei itu terlihat jelas bahwa statistika memang dibutuhkeun,“ kenang Ahmad berbinar. Dari hasil survei itulah yang kemudian memperkuat alasan statistika menjadi sebuah jurusan. “Ketika itu kita juga mendapat bantuan biro statistik dari Australia,” ungkap pria ini. D J Bennet, Nama itulah yang disebut Ahmad. Meski ia mengenal pria berkebangsaan Australia itu sebagai sosok yang pendiam, namun Ahmad tidak menampik kejeniusan Bennet sebagai pelopor berdirinya statistika. Bennet tiba pada tahun 1976 dan mengabdikan dirinya sebagai satusatunya dosen bidang statistika ITS. Ketika itu statistika masih menjadi bagian Jurusan Matematika. 17
Ahmad Subianto :
”Orang Statistika Itu Dibutuhkan” 16
Kilas Balik Statistika ITS
Dalam kenangannya, Ahmad mengungkapkan bahwa dosen MIPA pada masa itu juga mengajar di seluruh jurusan di ITS yang diberi nama Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU). Beberapa dosen FMIPA pada saat itu banyak yang selanjutnya melanjutkan pendidikan ke luar negeri. Ahmad menjelaskan bahwa hal itu tentu akan berdampak positif bagi jurusan ketika mereka kembali. Hingga ia pensiun pada tahun 1990, dalam ingatannya ITS masih satu足 satunya perguruan tinggi yang memiliki Jurusan Statsitika. Jika ditanya pesan untuk Jurusan Statistika yang akan memasuki usia 30 tahun ini, Ahmad mengungkapkan bahwa ia ingin melihat laboraturium yang seharusnya lebih canggih dibanding dahulu yang amatlah sederhana.
18
Kilas Balik Statistika ITS
Prof. Drs. Soegimin Wahyu Winata:
MIPA Lama Sudah Dikubur 19
Kilas Balik Statistika ITS
Prof. Drs. Soegimin Wahyu Winata, secara langsung menjadi saksi berdirinya Jurusan Statistika ITS. Sebabnya, dosen Jurusan Fisika ini pernah menjadi Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) ITS pada tahun 1969. Meski pada akhir jabatannya, di tahun 1976, Statistika masih menjadi bagian dari Jurusan Matematika, Soegimin mampu menceritakan sekelumit kisah berdirinya Jurusan Statistika. “MIPA lama sudah dikubur,” tuturnya di awal cerita. Pada tahun 1983, FMIPA ITS memang berganti rupa. FMIPA kala itu terdiri dari Jurusan Matematika, Fisika, dan Statistika. Sebelumnya FMIPA hanya terbangun dari dua jurusan. Dari Soegimin, ada cerita lain soal Jurusan Statistika. Meski dulunya disebut sebagai Matematika Terpakai, Jurusan Statistika tak lantas bergabung dengan Fakultas Teknik seperti Bidang Fisika Teknik. “Pak Slamet dan Bu Susanti Linuwih itu yang menjadi tokoh pendiri,” sambungnya. Keduanya merupakan alumni Universitas Gajah Mada.
Selain Drs. Slamet Mulyono, M.Sc., Ph.D. dan Prof. Dra. Susanti Linuwih, M.Stat., Ph.D., ada pula Dr. Julian Bennet, M.Sc., M.Stat. yang berkebangsaan Australia. Pada masa itu, ia datang untuk mengajar di Jurusan Matematika. Menurut Soegimin, Bennet hanya mendapat bayaran yang kecil. “Ndak apaapa. Kalau orang Indonesia bisa hidup, kenapa saya tidak bisa hidup. Begitu kata Bennet,” Soegimin pun mulai mengenang pria yang biasa mengendarai sepeda dengan capingnya di kala itu. Bagi Soegimin, Benet adalah sosok hebat yang turut memotivasi berdirinya Jurusan Statistikan. Beranjak dari Bennet, Haryono pun melanjutkan ceritanya. Ia kemudian bercerita mengenai awal berdirinya Jurusan Statistika. “Tidak ada masalah, karena unsurunsur pemisahnya sudah ada,” katanya. Meski begitu, pengajar yang berjumlah sedikit mengharuskan setiap dosen untuk mengajar hingga lebih dari 20 SKS. “Tapi itu tidak jadi masalah,” sambungnya. 20
Kilas Balik Statistika ITS
Soegimin, pada masa itu, sangat bersemangat jika pengajarÂpengajar FMIPA melanjutkan pendidikannya di luar negeri. “Ketika dosen dapat kesempatan sekolah ke luar negeri, berangkat saja, tidak usah memikirkan jurusan,â€? ujarnya. Bagi Soegimin, setelah para dosen pulang kembali, mereka akan membawa kemajuan untuk jurusan maupun fakultas. Bahkan hingga saat ini, Soegimin menegaskan agar pengajar muda harus menamatkan pendidikan hingga jenjang doktor.
21
Kilas Balik Statistika ITS
22
Kilas Balik Statistika ITS
23
Prof.Dra.Susanti Linuwih, MStats, PhD.
“Sejarah harus lewat sejarah, Kebenaran harus sesuai dengan yang benar� 24
Kilas Balik Statistika ITS
Perempuan paruh baya yang lahir di Kediri pada tanggal 8 Februari 1946 ini bernama Susanti Linuwih. Kecintaanya terhadap ilmu matematika membuat ia memutuskan untuk menempuh pendidikan sarjana matematika di Universitas Gajah Mada. Setelah lulus, tahun 1971, beliau bekerja di Koordinator Perguruan Tinggi Swasta (KOPERTIS) wilayah VII Surabaya, selain itu Santi juga membantu mengajar di Institut Keguruan Ilmu Pendidikan Surabaya atau yang saat ini bernama Universitas Negeri Surabaya, Institut Teknologi Sepuluh Nopember dan Universitas Airlangga sebagai asisten Slamet Dayono (Alm) yang saat itu menjabat sebagai sekretaris KOPERTIS wilayah VII. Selain itu, ia juga menjadi seorang pengajar di beberapa perguruan tinggi swasta. Pada tahun 1976, Soegimin mengajak Santi untuk pindah ke Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya dan membantu Soegimin mendirikan Tingkat Pertama Bersama (TPB) dengan menduduki jabatan sebagai sekretaris. “Waktu itu gajinya memang gak cukup. Tapi saya bilang gak masalah, karena orang tua saya masih menyokong hidup saya di Surabaya. Yang penting pengalaman! Kamu besok kalo kerja jangan dilihat gajinya dulu, pasti kelihatan kurang,”, cerita Santi dengan nada menasehati. Dua tahun kemudian, 1978, Santi mendapat kesempatan untuk menempuh pendidikan S2 Statistika di University of New South Wales, Sydney, Australia dan lulus pada tahun 1980.
Setelah memperoleh gelar master, ia diminta kembali ke ITS oleh rektor ITS yakni M. Zaki lewat Pembantu Rektor I, Oedjoe Djoeriaman (Alm) untuk menduduki kursi Ketua Jurusan Statistika melalui Surat Keputusan Dekan Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Ilmu Alam, Pak Abdul Salam Husin, No. 1028/Um.20/F/80. tanggal 9 September 1980. “Saya kembali untuk menduduki kursi jurusan yang tidak saya inginkan. Namun karena ini adalah amanah dari rektor, maka saya harus tetap menjalankan dengan profesionalitas dan totalitas.”, ungkap Santi dengan wajah tegas. Santi 25
Kilas Balik Statistika ITS
menjadi Ketua Jurusan Statistika ITS menggantikan D J Bennet yang diangkat menjadi Ketua Jurusan Statistika ITS melalui Surat Keputusan Dekan Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Ilmu Alam No. 257/Peng.27/F/78. tanggal 1 April 1978. D J Bennett merupakan sosok yang menggagas adanya Jurusan Statistika di ITS. Sehingga Jurusan Statistika ITS telah berdiri selama 35 tahun, yakni sejak tahun 1978 hingga 2013.
Susanti : “ Saya bukan orang yang gila jabatan, yang penting Statistika ITS berkembangâ€? Masih dalam masa kepemimpinan Santi, Jurusan Statistika mendirikan Program Studi Diploma III melalui Surat Keputusan Rektor ITS No. 3746/PT.12;2/C/81. tanggal 14 Nopember 1981. Jurusan Statistika menjadi satuÂsatunya jurusan di Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Ilmu Alam yang memiliki Program Studi Diploma III dan tidak bergabung bersama Program Studi Diploma III jurusan teknik, karena berbagai alasan dan pertimbangan. Santi mengakhiri jabatan sebagi Ketua Jurusan Statistika pada tahun 1982 dan digantikan oleh I Nyoman Latra. Ini karena Santi mendapat kesempatan untuk melanjutkan studi ke program Doktor di University of new South Wales, Sydney, Australia yakni pada tahun 1983 hingga tahun 1986. Pada suatu periode pemilihan Dekan Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Ilmu Alam, beliau merupakan salah satu calon Dekan. Namun ia menolak tawaran tersebut karena beliau tengah sibuk mengurus berdirinya program studi Magister Statistika ITS. Pada tahun 1998 ia bersama dengan Purhadi, berangkat menuju konsorsium SAINS di Bandung, tepatnya di Institut Teknologi Bandung, untuk melakukan presentasi guna mendirikan program studi Magister (S2) yang kemudian diresmikan pada tahun 1999. Dalam waktu yang bersamaan dengan berdirinya program studi Magister Statistika ITS Bu Santi ditunjuk sebagai koordinator program studi Magister Statistika ITS sekaligus mendapat tugas dari ITS untuk menjadi sekretaris Tahun Pertama Bersama (TPB) dan bekerja sama dengan Pak Soegimin sebagai ketua. Belum genap satu periode yakni 4 tahun, pada tahun 2001 beliau mengundurkan diri setelah 75 persen angkatan pertama program studi Magister Statistika ITS dinyatakan lulus. Ketika Mutiah Salamah menjadi ketua jurusan Statistika, Santi mengusulkan untuk didirikan program studi Doktor (S3) Statistika ITS 26
Kilas Balik Statistika ITS
untuk menampung dan mengembangkan bidang statistika bagi teman teman dosen yang akan kembali ke Institut Teknologi Sepuluh Nopember setelah menyelesaikan program Doktor di Institut Pertanian Bogor maupun Universitas Gajah Mada. “Itu pas sore, ya di teras jurusan itu, saya ngobrol santai sama Mutia,â€?, terang Santi dengan menirukan gaya percakapan beliau dengan Mutia. Supeno, mantan Pembantu Rektor I ITS, yang waktu itu bertugas di Jakarta memberikan informasi bahwa untuk mengajukan program studi Doktor maka program studi Sarjana harus terakreditasi A dan program studi Magister harus sudah terakreditasi. Maka Santi mengusulkan ke jurusan untuk secara bersamaan mengurus akreditasi program Magister dan membuat usulan program studi Doktor. Hingga akhirnya, pada tahun 2006 jurusan Statistika ITS mendapat ijin mendirikan program studi Doktor. Santi memiliki peran yang besar bagi jurusan Statistika ITS. Ia menjadi penggerak yang secara terusÂmenerus berkontribusi besar dalam perkembangan jurusan Statistika ITS. Menjadi salah seorang guru besar yang dimiliki oleh jurusan Statistika ITS merupakan prestasi yang dapat dibanggakan darinya. Namun, pengabdian beliau pada ITS dan jurusan Statistika pada khususnya harus berakhir di usianya yang mencapai 65 tahun yakni pada tahun 2011.
27
足Goenawan Mohamad足
I Nyoman Latra, M.Sc.
Kenangan Bersama Sang Pemrakarsa 29
Kilas Balik Statistika ITS
Perkuliahan mahasiswa FIPIA pada masa itu, atau mahasiswa ITS secara umum berlangsung dalam sebuah kesederhanaan. Namun, di balik kesederhanaan kampus perjuangan ternyata menyimpan sosok inspiratif seperti Dr. Julian Bennet, M.Sc., M.Stat. Bennet merupakan sosok lelaki berkebangsaan Australia yang mendedikasikan ilmunya dengan mengabdi sebagai dosen Jurusan Matematika. Keahliannya dalam bidang ilmu Statistika menjadikannya sebagai pakar statistika pertama di FIPIA pada masa itu. ia adalah dosen bagi para pendahulu statistika seperti Prof. Dra Susanti Linuwih, M.Stat., Ph.D., Drs. Haryono, M.Sc., Drs. Kresnayana Yahya, M.Sc., dan Drs. I Nyoman Latra, M.Sc. Nyoman Latra merupakan salah satu dosen yang cukup dekat dengan sosok Bennet. Ada salah satu kenangan yang masih lekat dalam benak Nyoman bersama Bennet. Suatu hari, Nyoman mengajak Bennet melancong ke kampung halamannya, Pulau Dewata. Selama di Bali, Bennet menginap di rumah keluarga Nyoman. “Beliau merasa senang, meskipun rumah saya sangat sederhana,” ungkap Nyoman. Kemudian keduanya berjalanjalan keliling Pulau Dewata menggunakan sepeda. “Beliau kencang sekali kalau bersepeda, sampai saya kelelahan tidak sanggup menandingi kecepatannya,” kata Nyoman sembari mengenang masa lalu. Pemrakarsa Jurusan Statistika ini dikenal sebagai sosok yang sederhana. Ia juga mencintai Indonesia, meskipun statusnya sebagai Warga Negara Asing (WNA). Hal ini dibuktikan melalui dedikasinya menyebarkan benih keilmuan Statistika meskipun dengan gaji yang relatif kecil. Bahkan, di Indonesia pula Bennet kemudian bertemu dengan jodohnya. Ia menikah dengan sosok wanita Jawa asal Magetan. Ada beberapa hal yang khas dari sosok Bennet yang melekat di benak Nyoman. Bennet dikenalnya sebagai penggemar Majalah “Panjebar Semangat”. Sebuah majalah yang ditulis menggunakan bahasa Jawa. Selain itu, sebagai seorang Australia, Bennet enggan mengajar menggunakan Bahasa Inggris. Ia lebih memilih menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar mengajar kepada mahasiswa. “Walaupun Bahasa Indonesia beliau tidak begitu jelas,” kata Nyoman ketika mengenang sosok Bennet. 30
Kilas Balik Statistika ITS
Gara-Gara Dadu, Dikira Bandar Awalnya Nyoman Latra bersama dengan Haryono dan Imam Basuki dicanangkan untuk menjadi dosen oleh Bennet. Kemudian, Nyoman ditawari oleh Subiyanto untuk menjadi dosen dan kemudian diberi amanah menjadi Kepala Laboratorium Statistika. Laboratorium yang ada di hadapan kita sekarang seolah telah bertransformasi berkalikali lipat dari laboratorium statistika pertama yang pernah ada. “Lab waktu itu isinya kaleng, dadu, kelereng, printer penyinaran, dan satu komputer saja,” ungkap Nyoman. Ada satu kisah menarik ketika Nyoman membeli perlengkapan laboratorium. Ia sempat berurusan dengan polisi karena dikira membeli perlengkapan untuk meja judi. Kejadian ini berlangsung ketika Nyoman tengah menjabat sebagai Kepala Laboratorium Statistik. Jangan harap ada jajaran layar monitor, yang ada hanya sebuah ruang sederhana dengan alatalat praktikum yang sederhana pula. Isinya hanya dadu, kartu, kelereng, dan beberapa perlengkapan lain.
Ia mencari sejenis dadu yang terbuat dari bahan karet. Tujuannya agar ketika digelindingkan tidak menghasilkan suara berisik di laboratorium. Ia mencari ke penjuru Kota Surabaya, hingga akhirnya menemukan jenis dadu yang diharapkan. Dadu tersebut dibawanya pulang dalam jumlah banyak. Siapa sangka, dadudadu ini yang membawanya berurusan dengan polisi. “Polisi itu ngikuti Bapak terus, saya dikira bandar (judi, red),” kata Nyoman. Sewaktu sampai dirumah polisi tersebut mempertanyakan kenapa membeli dadu sebanyak itu. “Saya dosen, ditugaskan untuk membeli alat praktikum,” tegasnya kepada polisi tersebut. Keterangan singkatnya itu mampu meyakinkan petugas kepolisian bahwa ia bukanlah seorang bandar judi. 31
Kilas Balik Statistika ITS
Ketua Jurusan Pangkat 3A Mahasiswa baru pertama yang masuk Jurusan Statistika tercatat masuk pada masa kepemimpinan Prof. Dra. Susanti Linuwih, M.Stat., Ph.D. Namun, Nyoman menuturkan bahwa Surat Keputusan (SK) Pendidikan Tinggi (Dikti) belum turun pada waktu itu. Akibatnya, Jurusan Statistika yang di atas kertas masih menjadi sebuah program studi belum bisa terdaftar dalam Sistem Penerimaan Mahasiswa Baru (SIPENMARU). “Akhirnya mengambil murid dari yang tidak diterima,” ungkap Nyoman. Sebelum menjabat sebagai Ketua Jurusan, awalnya Nyoman baru diangkat sebagai ketua jurusan sementara. Hal ini terjadi disebabkan karena waktu itu ia masih memegang pangkat 3A. Sementara menurut peraturan yang berlaku pada masanya, seorang kajur minimal telah mencapai pangkat 3C. “Waktu saya jadi Kajur, Bu Wiwiek yang jadi Sekretaris Jurusan,” terangnya. Tidak mudah menjalankan jurusan pada masa sepuluh tahun pertama berdiri. Terutama beberapa dosen seperti Haryono dan Slamet yang berangkat ke Amerika untuk melanjutkan studi. Namun, ia bersama kawankawan dosen yang sedikit itu mampu menjalankan amanah mengajar dengan baik. Kondisi yang jauh dari ideal tersebut berdampak pada waktu mengajar dosen yang menjadi semakin padat. “Dosen yang ada waktu itu belum sebanyak sekarang saya sampai mengajar 29 SKS,” kata Nyoman. Kendati demikian, keterbatasan jumlah pengajar tidak mengurangi semangat dosen Statistika untuk mengajar. Semangat itu pun seolah menular pada mahasiswa. “Mahasiswanya rajin walaupun dosennya sedikit, meskipun ditinggal diskusi masih jalan,” tandas Nyoman.
32
Drs Kresnayana Yahya, M.Sc
Perkembangan Jurusan Statistika 33
Kilas Balik Statistika ITS
Jurusan Statistika ITS baru mendapat surat resmi berdiri pada tahun 1983. Namun, tahun 1982 merupakan tampuk awal terbentuknya angkatan pertama mahasiswa Program Studi (Prodi) Diploma III Statistika. “Sebenarnya pembentukan prodi ini sudah direncanakan sejak tahun 1978, namun belum bisa langsung terlaksana,” ungkap dosen yang akrab disapa Kresna ini. Pada tahun 1979, Kresna harus berangkat ke United States of America (USA). Ia berangkat untuk menempuh program studi master. Meskipun berada jauh dari tanah air, Kresna bersama Prof. Dra. Susanti Linuwih., M.Stat., Ph.D. dan Drs. Nyoman Latra, M.Sc. bersamasama menyusun pembentukan kurikulum program diploma statistika. “Waktu itu saya berinteraksi melalui surat,” terang Kresna. Usai menjalani studi di USA, empat tahun kemudian tepatnya bulan Januari 1983 Kresna telah menyelesaikan studi master dan pulang ke tanah air. Sebagai seorang dosen yang trelah menyelesaikan tugas belajar, ia kemudian menemui Prof. Dr. Ir. Pramutadi untuk memberikan laporan bahwa telah mennyelesaikan kuliahnya di USA. Pertemuan dengan Pramutadji dijadikan kesempatan untuk mengemukakan keinginannya meresmikan Program Studi Statistika ITS menjadi salah satu jurusan baru di FIPIA (nama lain dari FMIPA, red). Pramurtadi yang pada waktu itu menjabat sebagai Direktur Pembinaan Sarana Akademik menyambut baik keinginan Kresna. “Beliau sendiri adalah orang Teknik Kimia, jadi tahu tentang statistika,” pungkas Kresna. Bukan hanya Pramutadji yang mendukung peresmian statistika menjadi sebuah jurusan tersendiri. Selama menimba ilmu di USA, kresna sering berinteraksi dengan pakar statistika internasional seperti Box, Hunter, dan Drapper. “Hunter itu dosen wali saya di Amerika, mereka itulah yang memotivasi saya untuk memperkenalkan statistika di Indonesia,” kata Kresna. Bahkan, pada tahun 1965, Box sempat mengunjungi Indonesia serta berniat mendirikan Jurusan Statistika Internasional di Indonesia. Pakar statistika tersebut melihat potensi Indonesia yang begitu besar di Indonesia. Sehingga, ia ingin memperkenalkan statistika sebagai salah satu ilmu yang menunjang perkembangan bisnis, ekonomi, dan industri di Indonesia.
34
Kilas Balik Statistika ITS
Kendati demikian, nampaknya Box datang di saat kondisi sosialpolitik di Indonesia sedang diguncang oleh peristiwa G30S/PKI. Hal ini berakibat pada kandasnya perintisan statistika di Indonesia. “Akhirnya statistika didirikan di AIT (Asean Institut Technologi, Red) di Thailand,” terang Kresna.
*** “Bulan Maret proposal pendek sebagai salah satu pembentukan Jurusan Statistika diajukan ,” terang Kresna. Tidak lama kemudian, pada bulan Juni atau Juli, Jurusan Statistika mulai membuka penerimaan mahasiswa baru, melalui jalur PMDK dan Sipenmaru. Kondisi jurusan pada awal berdiri belumlah memiliki kelengkapan yang memadai seperti sekarang. Bahkan kantor Tata Usaha (TU) belum ada pada waktu itu. “Pak Ali dan Bu Nanik yang kita kenal sekarang itulah salah satu staf TU pertama Jurusan Statistika,” ungkap Kresna. Tercatat, dosen pertama yang masuk dalam database dosen Prodi DIII Statistika di ITS adalah Mutiah Salamah, M.Kes. Kendati demikian, kondisi sebenarnya adalah secara teknis semua dosen ikut mengajar Prodi DIII. Di tengah proses perkembangan Jurusan Statistika, selain merekrut mahasiswa lulusan ITS menjadi dosen, Kresna juga mulai mencari lulusan dari universitas lain untuk bergabung menjadi dosen Jurusan Statistika ITS. Rekrutmen dosen dari luar ITS ini bertujuan agar Jurusan Statistika punya banyak keragaman. “Saya bikin pengumuman di IPB dan ITB, kalau ada sarjana yang lulus mau jadi dosen, siapa saja orangnya silahkan hubungi saya.” Kata pria kelahiran tahun 1949 ini. Seiring dengan berjalannya waktu, Jurusan Statistika semakin berkembang dan menunjukkan eksistensinya di ITS. Seolah terisnpirasi oleh berdirinya Statistika sebagai jurusan baru, beberapa program studi di ITS seperti Teknik Industri dan Teknik Informatika mulai melepaskan diri 35
Kilas Balik Statistika ITS
dan menjadi jurusan baru di ITS. “Mulai saat itulah dosen statistika juga harus mengajar di jurusan yang ada mata kuliah Statistika,� tandas Kresna.
Kenangan Tentang Bennet Siapakah Sebenarnya sosok Dr. Julian Bennet, M.Sc., M.Stat.? Tanpa kehadirannya di ITS, Jurusan Statistika mungkin tidak pernah hadir hingga saat ini. Sebagai sosok warga negara Australia, ia memiliki dedikasi tinggi terhadap ilmu pengetahuan. Karakter itu pula yang membawanya datang di Indonesia. Di Indonesia, ia datang untuk mengabdikan ilmunya di ITS sebagai sosok volunteer. Ia ingin mengajar di Indonesia, bahkan jika harus hidup dengan standar dosen di Indonesia yang masih sangat minim pada waktu itu. "Ia mengajar dengan naik sepeda sampai akhir bisa beli sepeda motor," terang Kresna ketika mengenang sosok Bennet. Bennet merupakan sosok yang ahli di bidang teori statistika, "Belum data driven karena backgroundnya ya Matematika tetapi ke arah Statistika, kalau tidak ada beliau, waktu itu saya bisa tidak lulusÂlulus, karena cuma Bennet yang membimbing," kata Kresna. Bennet waktu itu diangkat sebagai Koordinator Statistika di Jurusan Matematika. Bahasa Indonesia Bennet memang tidak lancar, sehingga agak sulit memahami ap. Sekitar tiga hingga empat tahun Bennet tinggal di Indonesia. Ia kemudian menikah dengan orang Jawa. Ia kemudian kembali ke Australia bersama istrinya.
36
Drs. Haryono, M.Sc
Dr. Julian Bennet, M.Sc., M.Stat.,
Perintis Pertama Jurusan Statistika
37
Kilas Balik Statistika ITS
Pada tahun 1976, Dr. Julian Bennet, M.Sc., M.Stat. tiba di ITS. Pria asal Australia ini kemudian menjadi satusatunya dosen bidang Statistika. Pada waktu itu, Statistika masih menjadi bagian dari Jurusan Matematika. Dalam waktu yang bersamaan, Drs. Haryono, M.Sc. sedang menempuh pendidikan sarjananya di Jurusan Matematika. Begitulah bagaimana dosen Jurusan Statistika ini menyimpan cerita tentang Benet dan berdirinya Jurusan Statistika di ITS. “Dia yang pertama merintis Jurusan Statistika, tanpa melihat keuntungan apa yang akan dia dapatkan,” kenangnya mengenai sosok Benet. Imam Basuki, Kasir Iskandar, dan Nyoman Latra adalah beberapa nama yang berstatus mahasiswa bersama Haryono. Pria ini pun masih ingat bagaimana mereka menjalani kurikulum yang berubahubah pada masa itu.
Saya lulus, dan waktu itu bisa dibilang hanya satu dari lima puluh mahasiswa yang lulus Di masa sekolahnya, Haryono bersama beberapa rekannya menghadapi kelulusan yang sulit. “Saya lulus, dan waktu itu bisa dibilang hanya satu dari lima puluh mahasiswa yang lulus,” katanya. Namun Haryono tak mengakui bahwa dirinya pintar. Baginya, ia hanya tekun menjalani ujian berulang kali. Bagaimana tidak, syarat untuk lulus satu mata kuliah adalah mendapatkan nilai seratus. Tidak boleh kurang. Pada waktu itu, gedung perkuliahan bertempat di Jalan Cokroaminoto, dengan laboratorium yang sederhana dan tanpa komputer. “Pak Benet biasanya setiap hari di situ, membuat modul,” tuturnya. Pernah pada suatu hari, Haryono dan Benet harus mengolah data proyek Departemen Pekerjaan Umum (PU) sampai ke Pusat Komputer (Puskom) Universitas Indonesia (UI). Ketiadaan komputer pun mengharuskan mahasiswa praktikum dengan alat bantu kalkulator. Benet tak begitu lama mengajar di ITS. Pada tahun 1977, ia pindah ke University of New England di Australia. Inilah yang menyebabkan Haryono dan Nyoman kalang kabut. Kepindahan Benet mengakibatkan Haryono dan Nyoman harus mengajar. Mereka mengajar Statistika hingga 20 SKS. Tidak hanya di Jurusan Matematika, bahkan sampai di Jurusan Teknik Elektro. 38
Kilas Balik Statistika ITS
Setelah lulus, Haryono mengajar lagi bersama Nyoman. Ia tak persis ingat siapa saja mahasiswanya kala itu. Haryono kemudian bercerita mengenai Jurusan Statistika yang diresmikan pada tahun 1983, dengan Prof. Dra. Susanti Linuwih, M.Stat., Ph.D. sebagai Ketua Jurusan. Namun karena harus melanjutkan pendidikan di luar negeri, Susanti kemudian digantikan oleh Drs. Nyoman Latra, M.Sc. Sebelumnya, di tahun 1981, Haryono bersama Drs. Kresnayana Yahya, M.Sc. berada di Amerika untuk menempuh pendidikan magister. Ketika kembali ke ITS pada tahun 1983, ia kembali mengajar di Jurusan Statistika, yang pada saat itu baru saja berdiri. Di awal berdirinya, jurusan ini berkonsentrasi pada bidang industri dengan peminat yang tinggi, bahkan sampai bersaing dengan Jurusan Teknik Industri. Menurut Haryono, ini karena ilmu Statistika dikaitkan dengan dunia nyata. Hingga saat ini, Haryono memperhatikan bahwa laboratorium bertambah banyak, sesuai dengan bidang minat dosen dan mahasiswa. “Statistika ternyata cepat berkembang dan bersifat umum, jadi bisa dipakai di mana mana,� komentarnya. Namun bagi Haryono, ilmu Statistika tak bisa dibuat monoton. Itu karena bidang minat setiap orang bisa saja berubah. Selain itu, hendaknya mahasiswa dan dosen memiliki semangat yang sama tingginya. Sebagai jurusan yang berkembang dalam institut teknologi, Haryono juga mengajak sivitas akademika untuk terlibat dalam bidang teknologi dan industri.
39
Prof.Drs.H. Nur Iriawan, MIkom, PhD.
Statistika ITS, Harapan dan Perjuangan 40
Kilas Balik Statistika ITS
Ndhisiki kersaning Gusti... begitulah yang teman teman tuliskan di halaman absen saya, usai saya melepas masa paceklik sebagai mahasiswa Petikan tersebut terlontar dari Nur Iriawan. Lelaki yang kerap disapa Nur ini kini menjabat sebagai Pembantu Rektor III ITS. Senyum sumringah lulusan pesantren yang mahir membaca buku falak ini mengisyaratkan bahtera cerita gelap hingga cerita penuh warna selama sepak terjangnya di kampus perjuangan. Dikukuhkan sebagai Guru Besar termuda urutan 42 di umur 42 tahun merupakan angka cantik hasil kerja keras beliau dan anugerah dari Allah SWT. “Pada saat saya masih kuliah, beberapa mata kuliah banyak yang saya drop. Kenapa? Karna kalau tidak, bisabisa itu mencapai 176 sks”, tutur Nur. Keinginan kerasnya untuk wisuda pada 1986 terdorong kuat. Disamping karna kecerdasannya dalam ilmu komputasi, sebagai tulang punggung kedua di keluarganya beliau merasa berkewajiban untuk membantu biaya pendidikan sembilan adiknya. SAYA BUTUH UANG Tahun 1986, saat itu Kajur digawangi oleh Kresnayana Yahya. Nur mendapat tawaran untuk mengajar di Jurusan Statistika ITS. “Tapi tidak sertamerta saya terima”, tangkasnya. Karena saya butuh uang,” ungkapnya. Keputusan untuk mengajar akhirnya ia terima dengan syarat hanya bersedia membantu sebagai dosen tunggu dan datang hanya untuk mengajar saja. Pada saat itu, ITS juga belum menerimanya sebagai pegawai. Bahkan status capeg (calon pegawai, Red) pun belum di tangan. Selang waktu berjalan, total upah Nur telah mencapai sekitar 600 ribu rupiah per bulan. Hal itu karena di selasela aktivitas sebagai pengajar di ITS, Nur bekerja sebagai staf tetap salah satu perguruan tinggi swasta, di sana ia disanjung dengan gaji besar. Keahlian komputernya yang mumpuni, tak segansegan menolak tawaran untuk menjadi pengajar di kantorkantor dan beberapa lembaga kursus komputer. Dua aktivitas di luar mengajar di ITS ini dilakoninya selama 1,5 tahun. Selain kedua hal tersebut, Nur juga bekerja untuk suatu perusahaan. Sayang, terkecuali untuk hal yang demikian ini hanya berjalan dalam hitungan bulan. “Perusahaan tersebut memanipulasi saya, gaji bulan pertama yang diberikan tidak sesuai dengan perjanjian sebelumnya”, tuturnya. 41
Kilas Balik Statistika ITS
Tidak Bosan Sekolah Berpredikat lulus pertama kali dari satu angkatannya tak membuat Nur berhenti untuk s e k o l a h . K e p i n g k e p i n g rencana indahnya terkabul. SeptemberOktober 1987, ia lulus tes Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS). Sehingga pada A p r i l 1 9 8 8 , N u r r e s m i menyandang status sebagai calon pegawai negeri sipil dan mengikuti latihan prajabatan sebagai langkah awal sebagai dosen.
Gambar 3 Nur Iriawan di University of Maryland USA
Menginjak bulan kelima, Nur dipaksa mengikuti tes program studi S2 di Ilmu Komputer Universitas Indonesia dan University of Maryland (USA). Kampus Maryland berlokasi di Baltimore dimana tempat peristirahatan mendiang presiden Amerika Serikat Camp David. Di tempat itu juga ia menempuh pendidikan bersama Dwi Atmono dan empat dosen ITS lainnya. Tahun 1990 Nur pulang ke tanah air. “Mumpung saya masih muda dan anakanak saya masih kecil, kesempatan berkarir besar adalah dengan sekolah,” ungkapnya. Dengan semangat berapiapi, Nur muda mencari sekolah lagi, “saya harus apply S3”, ujarnya. Menginjak tahun 1991, Kajur saat itu mengijinkannya untuk mendaftar program beasiswa dari DAAD (Deutscher Akademischer Austausch Dienst) Jerman. Di saat kondisinya telah mendapat izin dari Kajur dan telah melakoni tes wawancara DAAD, badan petugas bagian kerjasama ITS menolak karena statusnya yang sebagai calon pegawai negeri sipil sehingga tidak diperbolehkan ke luar negeri. “Akibat ulah tersebut, saya mogok nggak ingin sekolah”, ia membela. Namun melihat kondisi jurusan yang belum banyak menghasilkan dosen berstrata tiga, akhirnya Nur diizinkan melanjutkan sekolah ke luar negeri. “Saya ingin sekali menjadi doktor seperti Pak Slamet dan Ibu Santi,” ungkap Nur. Terhitung di Jurusan Statistika hanya ada dua kepala yang status pendidikannya mencapai S3. Perjuangan
demi perjuangan untuk sekolah dilanjutkannya. Tahun 1995, 42
Kilas Balik Statistika ITS
penyusun pedoman awal berdirinya bidik misi ini apply dalam ADB (Asian Development Bank) dengan sebelas perguruan tinggi termasuk diantaranya adalah ITS. Di Jogja, Nur mendapat training dari WUS (World University Services of Canada) dengan target beasiswa ke Canada. Usai training, lima universitas langsung dijajal, dan alhasil fortuna belum menghampiri Nur. Kelima universitas tersebut menolak. Hal itu dikarenakan background beliau adalah computer science. Sepulang Kresnayana Yahya dari Wisconsin, Nur mengaku kepiawaian konsultan bisnis ini mempunyai visi yang bagus. Ari Kismanto (Alm), Mashuri, Lucia, dan Nunik mendapat mandat untuk segera menyelesaikan kuliah di bidang teknik industri. Menyusul pula Agus Suharsono di bidang ekonomi serta Wiwiek dan Mutiah di bidang kesehatan. Sedangkan Nur bersama Dwi Atmono melaju ke statistika komputasi. “Pokoknya harus applied,” ujarnya tegas. Tiba di bulan September, itu artinya waktu untuk apply prodi S3 semakin menipis. Karna WUS kurang bisa memberi harapan lebih untuk Nur, belum lagi tekanan apabila ia gagal memanfaatkan beasiswa tersebut maka rekannya, Purhadi, juga batal bersekolah. Sebelum itu terjadi, Nur diamdiam mencari info sendiri. Tertujulah Shef ield University, bersama dengan Agnes yang bakal menempuh pendidikan S2 di sana. Shef ield mensyaratkan adanya Pre Requery Test di Indonesia. Karena waktu yang terlalu sempit, akhirnya Nur membatalkan niatnya kuliah di Inggris. Pasca hal tersebut, Nur tidak berpangku tangan. “Di meja Kajur saya menemukan selebaran kertas berisikan info sekolah di Curtin University of Technology. Lantas saya kirim dengan dana sepeser pun dari saya sendiri,” ujarnya yakin. Itu menjadi usaha yang tak nihil, pada akhirnya Nur berkesempatan mencicipi aroma bangku S3 di negeri kangguru.
Sebuah Pengakuan Akhir Oktober 1998, Nur terbang ke Australia. Selama di sana, ia memperoleh amanah sebagai wakil mahasiswa anggota academic port di Dept. School of Mathand Stat. “Imbasnya kini kalau ada rapat, saya jadi tahu cara rapat yang efektif. Selain itu, sebagai Ketua ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia) Nur juga diajarkan bagaimana memanajemen waktu dan kemampuan terbatas. Akan tetapi gengsi tetap terangkat,” tambahnya. 43
Kilas Balik Statistika ITS
Mantan presiden Indonesia, Prof. BJ Habibie juga turut mendukung kemumpunian beliau dalam mengejar pendidikan. Ada juga Danutirto (mantan Menteri Perhubungan) dan Tuti Alawiyah. Di tiap semester Nur pulang ke tanah air. Kepulangannya dimanfaatkan oleh pengelola jurusan untuk menyusun Quality Undergraduate Education (QUE). Sayang, rupanya bola Statistika saat itu belum bisa goal pada proyek belasan miliar ini, alasannya karena Statistika bukan basic science. Januari 1999, QUE dipermak menjadi usulan TPSDP (Technical Project Support Development Program). Lagilagi gagal dengan alasan yang sama. Selang waktu, jurusan mencoba apply kembali. Kali ini proyek yang akan ditembak adalah DUE (Development Undergraduate Education). Laksana menegakkan benang basah, jurusan ini belum juga mendapatkan pengakuan akan dasar sainsnya. Kendati jurusan berkalikali belum mendapat pengakuan, tanpa menyerah jurusan menjajal kembali. Mendapat bala bantuan dari Rektorat, selang beberapa waktu muncullah DUE LIKE, sejenis dengan proyek silam tetapi nilainya tak sebesar nilai uang QUE, TPSDP, dan DUE. Pertengahan tahun 2000 proyek ini menuai hasil yang menggembirakan. Jurusan Statistika akhirnya menembus medan pengakuan basic science dan mendapat dana sebesar lima miliar. Dua laboratorium baru adalah cikal bakal dari penggunaan dana ini. Program sekolah untuk memfasilitasi dosen juga tercapai.
Ada Suka, Ada Duka Oktober 1999, waktunya untuk pemilihan Kajur. Voting akhir jatuh pada Nur. Di usia muda, Nur yang pada saat itu berumur 36 tahun sudah menjadi Kajur. “Syaratnya jika saya Kajur, sekjurnya harus Ibu Tutik”. Mengapa harus bu Tutik? “Bu Tutik itu dosen saya. Sosoknya enerjik dan saya yakin beliau adalah orang yang tepat membantu saya mengembangkan jurusan ini lima tahun mendatang,” tuturnya. Semasa kepemimpinannya, Jurusan Statistika resmi memiliki Prodi S2. Tahun 2000 menjadi tahun bersejarah, Statistika meraih penghargaan 44
Kilas Balik Statistika ITS
akreditasi pertama kalinya. “Bapakibu dosen saling regen (rukun, Red), kerjasamanya bagus,” katanya. Ada suka, ada duka. Jabatan kajur yang ia bawa selama ini rupanya masih belum memenuhi syarat. Ijazah doktor belum diperoleh. “Normalnya tiga bulan, wong saya lho 20 bulan baru dapat ijazah,” ujarnya. Pada saat itu status kepegawaiannya adalah golongan III C. Padahal seharusnya Kajur bergolongan III D. Kanopi dulunya adalah kantin. Dana p e m b a n g u n a n k a n t i n j u r u s a n menghabiskan 30 juta rupiah. Dan itu bukan sepeser pun uang jurusan. Nur bersikeras menyediakan fasilitas tersebut untuk warga jurusan yang banyak mengeluhkan kantin pusat di ITS yang terlalu jauh dari lokasi mereka bekerja. Enggan kompromi dengan rektorat, Nur langsung memutuskan sepihak pembangunan tersebut. A l h a s i l s e t e l a h r e k t o r a t mengetahuinya, Nur mendapatkan protes keras.
Gambar 4. Nur Iriawan Bersama Rektor dan Pembantu Rektor
Sikapnya yang konfrontir justru membawa kristalisasi Jurusan Statistika yang lebih baik. Setelah meninggalkan jabatan lamanya sebagai Kajur, tahun 20032007, ia memangku jabatan sebagai Pembantu Dekan III FMIPA. Sejak tahun 2011, Nur mendapat amanah menjadi Pembantu Rektor III ITS hingga kini. Kerap kali Nur juga menyambangi jurusan untuk mengajar. “Nuansa keguyuban harus dipertahankan”, saran beliau. Beliau juga menyarankan bagi para dosen utamanya wanita untuk melanjutkan sekolah. “Pokoknya sekolah. Sekolah,” ujarnya tegas. “Selain itu, para dosen juga harus tertib mengurus pangkat. Mahasiswa juga harus punya idola, karena idola adalah tolok ukur dalam menyusun pola pikir seseorang. Harus berani mengagungkan ITS Corporation dan bangga almamater,” ujarnya bersemangat.
45
Dr.Mutiah Salamah :
“Internalisasi, Komunikasi, dan Kerjasama� 46
Kilas Balik Statistika ITS
“Kampus Cokro...”, sambil sesekali memegang kerut dahinya inisial mengingat kembali masa lalu. Ya, perempuan itu bersih keras merajut kembali ingatannya 30 tahun silam. Naluri keibuan terpancar di raut wajahnya. Sosoknya yang enerjik bahkan menghilangkan anggapan bahwa ia telah memliki empat orang cucu. Perempuan asal kota yang terletak di ujung paling timur pulau Jawa ini bernama Mutiah Salamah. Mutiah memulai karir sebagai dosen di Gedung Cokro, Jl. Cokroaminoto 12A Surabaya (sekarang Gedung Magister Manajemen Teknik ITS Cokroaminoto). Di tempat itulah Mutiah termasuk salah satu dari dosen dosen yang pertama kali mengajar di FIPIAFakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Alam (FMIPAred). Dosendosen tersebut diantaranya adalah I Nyoman Latra dan Wiwiek. Seiring waktu berjalan disusul oleh Kresnayana Yahya, Haryono, Slamet, dan Susanti Linuwih. Lulusan SMA Negeri 5 Surabaya ini mengaku pernah mengajar sang bapak yang kini menjadi orang nomor satu di Jurusan Statistika, Mashuri. Ibu Nunik, dosen mata kuliah Riset Operasi ini juga sempat menjajal kepiawaian beliau dalam mengajar. Sebagai dosen sulung, tentunya beliau memiliki segudang ungkapan dan pengalaman yang tersirat. “Dulu, terhitung kurang lebih hanya ada sekitar 30 mahasiswa di FIPIA baik D3 dan S1 untuk setiap angkatannya. Ruang kelas juga masih minim”, ungkapnya. Tahun 1985, lokasi FIPIA dihijrahkan ke Gedung MKU. Suasana tak banyak berubah. Saat itu hanya ada tiga jurusan yang tergabung dalam FIPIA yakni Statistika, Fisika, dan Matematika.
Beranjak ke tahun 2003, Mutiah dinobatkan sebagai Kajur (Ketua Jurusan) Statistika Periode 20032007. Visi dan misinya lebih berorientasi pada internalisasi yakni membangun kekeluargaan yang kondusif antar masingmasing sivitas dan lingkungan sekitar jurusan. Membuat jaringan komunikasi dan kerjasama juga menjadi titik penting dalam tujuan beliau untuk masa depan Jurusan Statistika yang lebih baik. Membangun kerjasama dengan NUS (National University of Singapore) dalam hal pola kegiatan belajar mengajar serta kurikulum adalah salah satu dari beberapa misi yang tercapai saat masa kepemimpinan beliau. Pada tahun 2007, jurusan melakukan kunjungan ke UTM (Universiti 47
Kilas Balik Statistika ITS
Teknologi Malaysia) sebagai dalih untuk kerjasama dan menjalin kekerabatan yang harmonis dengan Negeri Jiran, Malaysia. Pada masa kepemimpinan beliau, gagasan demi terbentuknya Program Studi (Prodi) S3 di jurusan ini juga menuai hasil yang menggembirakan. Pemberangkatan beliau bersama Gambar 5. Mutiah Bersama Keluarga Besarnya rekanrekan dosen ke Jakarta tak sia sia. Hingga pada akhirnya Statistika ITS resmi memiliki Prodi Doktor (S3). Beliau selalu menunjang agar dosendosen di jurusan ini untuk meningkatkan kualitas akademik mereka. Target dosen pada saat itu adalah Nur Iriawan dan Santi. Terhitung pada saat itu ada lima dosen yang telah mencapai prodi tersebut. Hingga saat ini semakin banyak kuantitas dosen yang telah menempuh doktor. “Sayang, percepatan guru besar disini yang terlalu lambat,” tambahnya. Dari segi kualitas mahasiswa di Jurusan Statistika memiliki perkembangan yang pesat setiap tahunnya. Persaingan yang bagus, selektif, dan cukup tinggi antar mahasiswa merupakan bukti otentik Jurusan Statistika adalah jurusan idaman. Raw material yang semakin meningkat setiap tahunnya, kegiatan belajar mengajar ditunjang dengan tanggung jawab dosen yang baik sehingga melahirkan output mahasiswa yang unggul juga menjadi titik tumpu keberhasilan jurusan dalam hal sarana dan pra sarana. Harapan beliau adalah terciptanya internalisasi yang baik oleh para mahasiswa antar angkatan melalui kegiatan kemahasiswaan. “Bisa dengan halhal sederhana seperti bakar jagung, nonton ilm bersama, dan peningkatan minat bakat,” ujar Mutiah dengan senyum.
48
Dr.Sony Sunaryo, M.Si
Statistika : Peminatan dan Perkembangan
49
Kilas Balik Statistika ITS
Pak Sony memulai kuliah di ITS pada tahun 1982. Saat itu Sony menempuh pendidikan di Jurusan Matematika. Namun pada tahun 1983, terjadi pemisahan antara Matematika dan Statistika. Saat itu mahasiswa diberikan kebebasan untuk melanjutkan di Jurusan Matematika atau beralih ke Statistika. Sony pun memilih Statistika kala itu. Menurut Sony, kurikulum pada saat itu tidak sebaik kurikulum saat ini. Waktu itu mahasiswa Jurusan Statistika harus mempelajari mata kuliah rangkaian linier yang tidak ada hubungannya dengan bidang ilmu Statistika. Selain itu, banyak mata kuliah yang tidak sesuai dengan profesi statistika. Namun ia menuturkan bahwa di balik itu, banyak manfaat yang diperoleh, yaitu ilmu yang didapatkan lebih banyak dan lebih luas karena untuk menjadi seorang dosen, ilmu yang dimiliki haruslah luas. Bercerita tentang masamasa perkuliahannya, banyak perbedaan kondisi antara awal berdiri Jurusan Statistika dengan kondisi sekarang. Salah satunya adalah banyaknya mahasiswa per angkatan. Pada masa perkuliahan Sony, banyaknya mahasiswa dalam satu angkatan sekitar 20 orang. Namun sekarang ,banyaknya mahasiswa per angkatan mencapai sepuluh kali lipat.
Waktu itu juga terdapat dua organisasi mahasiswa yaitu Himpunan Mahasiswa Jurusan dan Badan Perwakilan Mahasiswa (Fakultas). Himpunan mahasiswa lebih banyak berkecimpung dalam halhal yang berurusan dengan keprofesian seperti kegiatan kunjungan pabrik dan kuliah tamu. Sedangkan Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM) mengurusi kegiatankegiatan non keprofesian. Sony menyebut Kresnayana Yahya sebagai orang yang memiliki banyak peran dalam terbentuknya Jurusan Statistika. “Pak Kresna sangat berperan terutama pada saat awal pembentukan Jurusan Statistika karena beliau yang paling getol dalam memperjuangkan statistika untuk lebih dikenal,” katanya. Ketika Sony menjabat sebagai Ketua Jurusan Statistika, ia pernah terpilih sebagai Ketua Jurusan teladan terbaik kedua di kampus ITS. Menurutnya, 50
Kilas Balik Statistika ITS
Jurusan Statistika sudah sejajar dengan jurusanÂjurusan lain, bahkan dengan perguruan tinggi lain di Indonesia seperi ITB, UGM, dan IPB. Hal tersebut ditunjukkan dari akreditasi A yang diperoleh Jurusan Statistika. Sebagai mantan Ketua Jurusan Statistika, Sony memiliki harapan besar terhadap jurusan ini. Salah satunya agar lulusanstatistika ITS banyak terserap di dunia kerja. “Saya sangat berharap Jurusan Statistika melahirkan lulusan yang tidak hanyas sukses di dunia kerja saja, tetapi bisa menjadi pejabat, paling tidak di tingkat nasional,â€? imbuhnya.
51
Kilas Balik Statistika ITS
52
Kilas Balik Statistika ITS
Galeri Foto Kenangan 53
Kilas Balik Statistika ITS
54
Kilas Balik Statistika ITS
55
Kilas Balik Statistika ITS
56
Kilas Balik Statistika ITS
57
Kilas Balik Statistika ITS
58
Kilas Balik Statistika ITS
Tim Penyusun M. Mashuri
Sho .A
Arinda NL @uzeeh
Erma .O.P
Rosyid A @abdillahrosyid
N.P. Budi Setianingsih
@setsetyaa Fauziah .G @uzeeh
Kurniasari .A @nonchild2
Elika Tantri @elikatantry
R. Dio .G @ramadhanadio 59
“Ndak apaapa. Kalau orang Indonesia bisa hidup, kenapa saya tidak bisa hidup” Dr. Julian Bennet, M.Sc., M.Stat.
Jangan sekali足sekali meninggalkan sejarah 足Ir. Soekarno足