Introvert-Extrovert Housing Research

Page 1

PORTFOLIO



HOUSING VISION 2020

CONTENTS





ABSTRAK Housing Vision ini terbagi menjadii beberapa tahapan. Mulai dari mempelajari dan mengidentifikasi komponen-komponen apa saya yang perlu ada pada hunian vertikal, kebutuhan penghuni, sampai protokol kesehatan yang menjawab situasi seperti sekarang. Lalu dilanjutkan dengan identifikasi masalah yang berhubungan dengan permasalahan ruang tinggal pada masa pandemi bedasarkan pengamatan secara langsung atau melalui pendalaman literatur. Portfolio ini menunjukkan proses riset dan desain yang ditempuh selama satu semester. Dari riset mengenai hunian vertikal, sistem utilitas bangunan vertikal, dan eksplorasi bentuk dan desain hunian maupun komunal yang menjawab permasalahan hunian yang di-identifikasi.

7


HOUSING PARAMETERS

01

Dalam 1 Bulan pertama, mahasiswa diminta melakukan studi literatur tentang masalah, acuan dan kriteria hunian yang baik maupun buruk. Mahasiswa diminta mendalami kualitas ruang fisik, spasial, sosial dari sebuah hunian.

Kehidupan vertikal adalah visi inovatif untuk masa depan kota metropolitan. Pada intinya itu menyiratkan membangun ke atas daripada secara horizontal, dengan penekanan pada penanaman area komunal seperti pertokoan, restoran, dan bahkan taman, ditata di dalam sebuah gedung secara vertikal. Parameter yang digunakan untuk menganalsa preseden, bedasarkan buku High-rise Living in Asian Cities oleh Belinda yuen (gambar 2). Parameter tersebut dibagi menjadi komunal, akses, daerah hijau, dan kesehatan pengguna dan bangunan. Yang perlu diperhatikan pada komunal space, seperti kelengkapan fasilitas, peletakan fasilitas, dan kemudahan akses ke fasilitas tersebut. Kemudian mengenai akses, yang perlu kita perhatikan terlebih dahulu adalah standar keamanan transportasi vertikal pada sebuah banguan. Terbagi menjadi dua, yaitu transportasi manual yauitu tangga, dan otomatis seperti lift dan escalator.

8


(gambar 1) Nakagin Capsule Tower 9


(gambar 2) Parameter penilaian Standard Transportasi vertical: Transportasi vertical dikategorikan menjadi manual dan mekanis. Transportasi vertical maual berupa tangga untuk umum maupun tangga darurat atau juga ramp. Sedangkan Transportasi vertical mekanis berupa escalator, konveyor dan lift umum maupun barang. Tangga umum: Tangga pada umumnya memiliki syarat: 1. Kemiringan sudutnya tidak diperbolehkan lebih dari 38 derajat. 2. Jika jumlah anak tangga lebih dari 12 anak tangga, aka harus menggunakan bordes. 3. Lebar anak tangga untuk satu orang cukup 90 cm, sedangkan untuk dua orang 110-120 cm. 4. Tinggi balustrade sekitar 80-90 cm Tangga darurat: Keriteria dan persyaratan sebuah tangga darurat diantaranya: a. Kemiringan maximum 40˚; b. Letak antar tangga darurat dalam bangunan 30-40 m (+100 feet) ; c. Dilengkapi penerangan yang cukup dengan listrik cadanganmenggunakan baterai selama listrik bangunan dimatikan karenakeadaan darurat; d. Harus terlindung dengan material tahan api termasuk dinding (beton)dan pintu tahan api(metal); e. Suplai udara segar diatur / dialirkan (menggunakan Exhaust fan atau Smoke Vestibule pada puncak / ujung tangga) sehingga pernafasantidak terganggu; f. Dilengkapi peralatan darurat; g. Pintu pada lantai terbawah terbuka langsung ke arah luar gedung; h. Pada tangga darurat, tiap lantai harus dihubungkan dengan pintumasuk ke dalam ruang tangga tersebut

10


Lalu ada yang mempengaruhi kualitas bangunan yaitu area hijau. Area tersebut dapat mempengaruhi Kesehatan mental, Kesehatan fisik, dan keuntungan sosial.

Terakhir, factor kesehatan dan ramah dengan pengguna yang difabel. Yang kita perhatikan aksesibel route, passenger loading zone, ramps, area stairs, dan elevator. Lalu hal lain yang perlu diperhatikan dalam masalah covid, adalah kepentingan pengguna dan bangunan dalam mendapatkan kualitas udara yang baik dengan memberikan ventilasi yang cukup.

11


Preseden-preseden ini menjadi alat bantu untuk mengidentifikasi konsep dan kelengkapan komponen apa saja yang harus ada dalam bangunan vertikal. 7 preseden ini kami klasifikasiikan dengan tipe bangunan dan menilainya dengan parameter yang sudah ada pada bagian awal tadi. Yang pertama, Mori haus Residence, lalu L’Arbre Blanc Residential Tower, Kitasenzoku Apartment, Folie Devine, Nakagin Capsule Tower, Huaku Sky Garden, dan yang terakhir The Met. Dalam kualitas komunalnya, kami menetmpatkan nakagin sebagai yang paling buruk dikarenakan kegunaan ruang komunal bertolak belakang dengan konsep modular. Sedangkan the met, yang Menyediakan area komunal yang merata untuk penghuninya. Dari aksesnya, Nakagin merupakan bangunan yang memiliki akses yang paling padat dikarenakan kurangnya pendistribusian penghuni dalam transportasi vertikal. Dan the met, memiliki transportasi vertikal yang cukup lengkap dan menyediakan lift yang terkoneksi langsung pada setiap unit. Jika dilihat dari ruang hijaunya, nakagin tidak memiliki ruang hijau pada daerah residential dan komunalnya. Sedangkan the met memliki cross ventilation dan area hijau berupa taman kecil dan larbre, memiliki konsep connect with nature, dengan menggunakan balkon cantilever memanjang sehingga pengguna mendapatkan pengalaman outdoor Dan terakhir mengenai Kesehatan, dan keramahan pada penggunal difabel, nakagin mengakomodasi pengguna difabel namun memiliki kekurangan dalam ventilasi dan akses yang kurang. Berbeda larbre, the met dan huaku, bangunan ini cukup fasilitas untuk mengakomodasi pengguna difabel.

12


13


RETHINKING INTERACTIVITY

02

Mahasiswa diminta mengevaluasi dan mengobservasi tentang interaksi aktivitas dalam sebuah unit hunian: berhuni-bekerja-bermain. Observasi dilakukan dengan pertimbangan studi terhadap tipologi berikut: Bangunan min 4LT, 1 RT = 50 KK (keluarga inti), Luas lantai per orang= 9,6-14,4 m2 per orang (SNI plafon 3m). Kami mengajak mahasiswa untuk menemukan konflik aktivitas, gejala perubahan, transformasi dalam unit hunian saat ini.

berangkat dari asumsi saya tentang hunian yang saya kaitkan dengan situasi seperti sekarang, bahwa orang-orang itu mau tidak mau, harus beradaptasi untuk hidup dengan “life style introvert”. life style introvert itu menurut saya dan mungkin beberapa orang yang bisa relate dengan meme ini (gambar 3), adalah life style yang seperti “kalo bisa di ruamh saja.“ apapun pekerjaannya, kalo bisa dikerjakan di rumah. Lalu masalah yang saya angkat, adalah extrovert yang mau ga mau harus di rumah. Dan introvert yang harus ketemu terus sama orang extrovert yang terpaksa di rumah. Dari buku architecture for introverts, introvert dan extrovert itu bisa dilihat dari bagaimana seseorang mendapatkan energy, kalo extrovert dari dia bersosialisasi, dan sebaliknya dengan introvert, dia menghabiska energynya dengan bersosialisasi. Lalu introvert dan extrovert itu adalah sebutan untuk menggambarkan personality seseorang, sedangkan introversion dan extraversion itu alebih menunjuk ke attitude. Di psikologi sendiri personality manusia itu dikategorikan menjadi 2 besar. Introvert dan extrovert.

14


15


(gambar 3) meme

Tapi tidak ada manusia yang 100% introvert atau 100% extrovert. Jadi kalau seseorang bisa dinilai introvert dan extrovert itu adalah dari persentase trait yang dominan. Trait, dari buku Head Space, dibagi menjadi 4, ada thinking, emphatic, judging, dan perceiving (gambar 4) . Atau juga term lain, temperament, melancholic, phlegmatic, sanguine, dan choleric. Lalu sifat introversion itu lebih fokus ke dunia mereka sendiri dan mereka lebih menghargai ruang privat. Sedangkan extrovert, terpikat dengan dunia di luar mereka dan lebih prefer banyak akses ke luar untuk bersosialisasi. Jadi bedasarkan dari 4 trait tadi menurut buku headspace, masing-masih trait punya preferensi ruang sendirisendiri. Dari data ini, terbentuk parameter yang mengukur bukaan dan intervensi dalam 1 unit hunian (gambar 5). Sistem ukurnya, jika bukaan lebih sedikit, maka akan lebih cocok untuk penguna yang bersifat introvert dan sebaliknya. Lalu juga mengukur intervensi yang terjadi dalam unit.

16


(gambar 4) tabel

(gambar 5) parameter

17


(gambar 6) prototype layout

18


Layout Final

(gambar 7) diagram interaksi dalam unit

19


HOUSING VISION

03

Mahasiswa melanjutkan skema UTS dari unit menjadi sebuah blok hunian. Mahasiswa diminta memikirkan dan menaruh visi bagaimana kehidupan yang lebih baik pada ruang tinggal dan ruang hidup di dalam hunian. Kami menilai kapasitas mahasiswa untuk memodifikasi ide cara hidup menjadi ruang tinggal yang dapat dihuni secara spasial dan fisik. Mahasiswa perlu memiikirkan interaksi antara manusia, benda, dan teknologi.

Permasalahan yang saya temui adalah, karantina atau self isolation itu kurang cocok untuk extrovert dan bisa saja menjadi kurang sehat bagi kaum introvert. Definisi introvert dan extrovert sendiri itu, dijelaskan dari buku architecture for introverts, adalah bagaimana seseorang mendapatkan energy mentally. Extrovert di sini dijelaskan bahwa mereka mendapatkan energinya melalui social interaction dan sebaliknya, introvert menghabiskan energinya justru melalui interaksi sosial. Introvert membutuhkan waktu dimana dia dapat menikmati waktu menyendiri. Untuk menjawab permasalahan saya di awal tadi, ada 2 solusi yang dapat saya kembangkan dalam desain. Dengan mengakomodasi extrovert dengan memenuhii kebutuhan sosial mereka, dan tetap memberi privasi kepada introvert dengan cara yang lebih sehat. Sebenarnya karantina atau self isolating tujuannya adalah untuk mengamankan kita dari virus. Jadi kalau tidak ada virus, kita bisa kembali seperti biasa dengan life style kita. Jadi spekulasi saya, bagaimana jika karantina itu bisa mengakomodasi normal life style tersebut? Dengan cara memonitor penghuni dengan skala yang lebih kecil agar lebih mudah menangani penularan virus. Jadi dalam setiap 1 lantai komunal, hanya boleh ada 2 lantai hunian yang memakai lantai komunal tersebut.

20


21


Lalu saya juga membuat “worst case scenario” yang menunjukan permasalahan introvert dan extrovert pada kasus yang extreme pada masa pandemi. Secara garis besar, permasalahan extrovert, ada di kebutuhan interaksi sosial mereka, sebaliknya permasalahan introvert ada pada kurangnya exposure terhadap sinar matahari dan udara segar atau terlalu lama self isolating, mereka bisa saja menjadi socialy awkward. Dalam buku Head Space ini ada dijelaskan preferensi ruang bedasarkan 2 personality tadi. Introvert lebih menghargai ruang yang lebih privat dan tenang. Kalau Extrovert, memilih ruang yang memiliki fleksibitas, dengan Batasan public dan privat yang tipis. : Jadi space preference mereka datang dari ciri-ciri mereka ini. Lalu untuk menemukan prototype yang memilikii kecenderungan lebih ke introvert atau extrovert, prototype-prototype berikut ini dinilaii dari bukaan dan intervensi yang terjadi pada layout hunian tersebut.

22


23


24


25


Lalu koridor pada lantai hunian ini memilikii ventilasi yang cukup banyak, dengan tujuan agar kemungkinan penularan virus berkurang. Dan pada lantai komunal, saya mencoba untuk membuat lantai ini sehiijau dan seterbuka mungkin agar tetap sehat secara fisik maupun mental.

26


27


Pada lantai hunian, terdapat ruang terbuka yang memenuhi sesuai kebutuhan penghuni yang iintrovert dan extrovert. Pada extrovert space ini, ruang yang ada di antara 2 unit, dijadikan tempat di mana penghuni kedua unit itu bisa berinteraksi di ruang ini. Untuk introvert, ruang ini sifatnya lebih private dan hanya bisa digunakan oleh penghuni yang unitnya terhubung dengan ruangan ini. Tujannya adalah untuk memberikan ruang yang privat, tetapi tetap terekspos dengan cahaya matahari dan udara segar.

28


29





Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.