Bagaimana Keberlanjutan Hidup di Kota?

Page 1


1


Daftar Isi 3

Preface Disaat Masih Berimajinasi

5

Proses Disaat Mulai Mengerti

7 9 11 13 15 17 19

21

Riset Desain

23 25 27 29

Ilustrasi 1 Ilustrasi 2 Ilustrasi 3 Ilustrasi 4 Ilustrasi 5 Ilustrasi 6 Ilustrasi 7

Bagaimana Keberlanjutan Hidup di Kota?

Latar Belakang Isu Lingkungan Urbanisasi Kesimpulan

2


1 Hunian dapat dianggap sebagai ruang pribadi untuk seseorang. Tempat pulang, atau sekedar bersinggah. Bentuk hunian hari ini sudah berbeda dari 1000 tahun lalu, berbeda dari 100 tahun lalu, mungkin sudah lebih beragam dari 50 tahun lalu. Bentuk hunian berubah seiring dengan sifat penghuninya, karena zaman yang berubah karena ketatnya persaingan untuk berinovasi dan menjadi yang paling atas, kebutuhan manusia untuk terus bergerak dan berpindah menjadi salah satu sifat yang merubah bentuk sebuah hunian. Abad lalu, besaran rumah mereka memperlihatkan kekayaannya, semakin besar rumahnya, semakin besar angka di rekeningnya. Namun hari ini, pemikiran itu mulai berubah, mungkin sebagian besar karena generasi milenial. Generasi ini mulai mengubah pandangan bahwa sebuah hunian adalah tempat untuk pulang, tidur, beristirahat, cukup. Rumah dengan besaran yang cukup, selama efisien dan affordable, sudah cukup. 3

Dengan sifat generasi yang tidak bisa diam ini, bentuk sebuah hunian lebih ditekankan ke bentuk vertikal, dan berlokasi di tengah keramaian kota, pusat bisnis terutama, memudahkan mereka bergerak dan berpindah tempat, untuk bekerja atau melakukan kegiatannya. Bagaimana dengan abad-abad berikutnya? Sepertinya hunian berhubungan erat dengan sosial, politik, dan ekonomi. Walau tidak diukur dari besaran ruang, tetap diukur dari tingkat kenyamanan dan keamanan. Ada banyak skenario yang muncul di benak jika membayangkan hunian macam apa yang akan ada di abad berikutnya. Melihat isu yang ada saat ini, dengan aktivis lingkungan yang semakin gencar berkampanye tentang kesehatan bumi, hunian akan lebih berbasis pada kemanusiaan dan lingkungan. Setelah manusia menyadari bahwa saat lingkungan sekitarnya rusak dan manusia dapat punah, manusia akan mulai sadar dan merubah sifatnya lagi. Kalau abad


Preface

Disaat Masih Berimajinasi

bahkan dari sekarang, seperti yang dikaji dalam buku Sharing Cities oleh Duncan MacLaren, Julian Agyeman.

ini semuanya serba cepat dan serba instan, di abad berikutnya semuanya akan diperlambat, manusia akan lebih berpikir untuk bertindak. Disaat sumber daya yang dihambur-hamburkan sekarang habis, manusia akan mencari cara untuk bertahan. Minyak akan habis, kendaraan dan pabrik akan berhenti. Hewan-hewan terancam punah sehingga tidak akan ada daging, susu, atau telur. Manusia terpaksa harus kembali ke alam, kembali bercocok tanam. Mendapatkan listrik dari sumber daya alam, tetap dengan perkembangan teknologi yang sudah dikembangkan, akan ada robot yang membantu manusia, robot yang membajak sawah dan memanen padi, mungkin robot yang membuat tempe dan tahu. Manusia akan tinggal di hunian yang sederhana, dengan ruang yang tetap efisien dan cukup. Karena keterbatasan sumber daya, manusia akan tinggal berdampingan, saling berbagi dalam ruang komunal yang ada namun tetap memiliki ruang privat untuk diri sendiri. Budaya berbagi sudah mulai diterapkan

Tentunya akan sangat mudah berimajinasi tentang bentuk sebuah hunian, dengan segala teknologi yang terus berkembang, sepertinya manusia dapat tinggal di manapun. Melayang, di dalam laut, di bawah tanah, atau di planet lain, sangat mungkin hal ini terjadi. Bentuk hunian pun akan menyesuaikan lingkungan dan sifat mereka yang tinggal di dalamnya. Namun, esensi hunian itu sendiri tidak akan berubah, hunian akan selalu menjadi sebuah tempat pulang, atau sekedar bersinggah, tempat yang dianggap aman untuk berlindung dan bernaung. Karena manusia sudah terlalu terbiasa dengan memiliki sebuah ruang untuk dirinya sendiri, ruang yang dimiliki hanya oleh dirinya sendiri, dan ruang itu yang dapat disebut sebagai sebuah hunian.

4


2

5


Proses

Disaat Mulai Mengerti

6


7


Ilustrasi #1 Tiga Tingkat Berhuni

Sumber Soal STUPA 8.30 “Masa Depan Berhuni Berbasis Hari Ini�

kesepakatan terhadap nilai-nilai dalam hidupnya. Pada tingkatan teratas adalah tingkat privat di mana manusia dianggap memiliki sebuah ruang pribadi di mana mereka dapat menjadi dirinya sendiri dan memiliki dunianya sendiri.

Ilustrasi ini menceritakan konsep berhuni menurut Christian NorbergSchulz. Dalam tulisannya “The Concept of Dwelling�, ia menyatakan bahwa berhuni dibagi menjadi tiga tingkatan; privat, publik, dan kolektif. Ilustrasi ini mencoba menggambarkan ke tiga tingkatan tersebut, di mana bagian bawah adalah ruang kolektif di mana semua orang dapat berkumpul dan terjadi pertukaran produk dan ide, tempat ini adalah tempat manusia merasakan hidup. Pada tingkatan berikutnya adalah tingkat publik, di mana manusia saling menerima satu sama lain dan memiliki

Ilustrasi ini adalah gambaran berhuni di masa depan, sebuah pohon tua yang sudah ada dari seratus tahun yang lalu, menjadi ruang berhuni manusia, di mana dipadukan dengan teknologi seperti lift, atap permeable, dan drone. Sebuah perpaduan antara tua dan baru, dan alam.

8


9


Ilustrasi #2

Lebih dari Sekedar Atap Sumber Kuliah tamu Ibu Veronica Gandha

Ilustrasi ini menggambarkan definisi berhuni menurut Martin Heidegger, bahwa berhuni lebih dari sekedar atap (dwelling is more than just shelter). Dalam teorinya juga dinyatakan bahwa berhuni tidak akan lepas dari proses indetifikasi dan orientasi. Identifikasi adalah sebuah fenomenologi di mana manusia melihat dan mengobservasi apa yang ada di sekelilingnya dan mencerna apa yang dapat berguna untuk masa depannya. Hal ini berhubungan erat dengan panca indra dan perasaan manusia, seperti bau,

tekstur, hubungan manusia, iklim, dan lain-lain. Selanjutnya adalah orientasi, di mana hal ini menentukan arah, jalur, pencapaian manusia ke tempat tersebut. Manusia selalu menyesuaikan diri untuk mencari cara baru untuk melanjutkan hidup atau berhuni. Ilustrasi ini menggambarkan bagaimana panca indra manusia mencoba menyesuaikan dan beradaptasi dengan lingkungan dan ruang berhuninya.

10


11


Ilustrasi #3 Memburamkan Batas Sumber Kuliah tamu Bapak Suwardana

Selanjutnya adalah tentang batasan dan pemisah, bahwa dalam sebuah ruang tidak ada batasan yang jelas. Manusia selalu tinggal menyesuaikan lingkungan hidupnya, seperti saat belum ada rumah, manusia tinggal di sebuah gua. Gua memiliki fungsi seperti dinding, menjadi pemisah antara yang disebut ruang luar dan dalam. Dalam kehidupan, manusia juga selalu memiliki pemisah, seperti ras, agama, suku, budaya. Hal-hal itu adalah pemisah yang tidak terlihat antar manusia, menjadikan sebuah pengelompokan dalam masyarakat.

Pemisah menjadi bagian dari berhuni bagi suatu masyarakat di suatu kondisi. Karena pemisah tersebut, manusia selalu bereksperimen terhadap lingkungan, mencoba memberikan pernyataan untuk menyatakan eksistensi dirinya. Ilustrasi ini menggambarkan batasan tersebut, bagaimana setiap manusia mencoba masuk dan menyesuaikan diri ke dalam ruang yang ada untuk berhuni di dunia ini, dengan batasan yang ada -baik yang terlihat maupun tidak- antar manusia atau masyarakat.

12


13


Ilustrasi #4

Semuanya Berhubungan Sumber Kuliah tamu Bapak Budi Sukada

Segala hal di dunia ini memiliki segala sesuatu yang ‘pertama’. Setiap benda yang ada saat ini memiliki sebuah prototipe, sebuah bentuk awal yang lalu berkembang menjadi bentuk yang ada sekarang, yang sering kita lihat atau disebut sebuah stereotipe. Lalu jika dihubungkan dengan waktu dan arsitektur, terdapat sebuah arche-type, di mana sebuah bangunan beradaptasi dengan waktu. Seiring dengan perkembangan teknologi, dunia semakin terkoneksi, terdapat sebuah networking, di mana yang dulunya dianggap jauh, sekarang hanya dibatasi oleh layar.

Ilustrasi di atas menggambarkan tentang konektivitas dan networking, bagaimana segala sesuatu yang ada di dunia ini terkoneksi karena adanya teknologi. Dulu, manusia berkomunikasi dengan surat, lalu mulai diciptakan telegraf, hingga ada sebuah telepon dan komputer. Dulu manusia berpindah tempat dengan berjalan, berkelana, membutuhkan waktu bertahun-tahun, sekarang sudah ada pesawat yang dapat menghantarkan kita ke belahan dunia lain kurang dari satu hari. Dunia yang luas menjadi lebih terkoneksi karena adanya teknologi, dan batasan semakin tidak terlihat.

14


15


Ilustrasi #5 Realitas Kesadaran Sumber Kuliah tamu Bapak Alvin Hadiwono

Manusia, lingkungan alam, dan artefak saling mempengaruhi secara setara, dan menciptakan sebuah realitas kesadaran. Manusia dapat dikatakan berhuni ketika mereka mengalami realitas kesadaran saat mereka berada pada suatu lingkungan tertentu, dengan manusia tertentu, dengan artefak atau bangunan tertentu. Disaat manusia merasa nyaman, atau merasa bahwa mereka berada di tempat yang tepat dan tidak merasa out of place maka saat itu manusia dianggap berhuni. Disaat manusia berpindah, dan

harus beradaptasi pada lingkungan baru, manusia baru, dan artefak baru, mereka belum dianggap berhuni hingga mereka mencapai tingkat realitas kesadaran bahwa mereka nyaman hidup disitu. Ilustrasi ini menggambarkan bahwa setiap manusia memiliki “ruang berhuni�nya masing-masing, di dalam alam bawah sadarnya setiap manusia memiliki ruang berhuni yang berbeda-beda walaupun mereka ada di tempat yang sama saat itu. Namun hatinya berhuni di tempat lain.

16


17


Ilustrasi #6 Mesin Waktu Sumber Kuliah tamu Ibu Nina Carina

Membicarakan tentang masa depan, tidak ada yang tahu pasti apa yang terjadi di masa depan, bisa diprediksi dan direncenakan, namun kepastiannya tidak mutlak. Maka apa yang ada di masa depan adalah sesuatu yang abstrak. Masa depan selalu melewati masa kini dan masa lalu, maka untuk memprediksi dan merencanakan masa depan, kita akan selalu melihat dengan konteks yang terjadi saat ini, sama halnya dengan berhuni. Berhuni di masa depan adalah sesuatu yang buram dan tidak bisa dimutlakkan. Dapat terjadi hal-hal tidak terduga seperti bencana alam atau pandemi.

Ilustrasi ini menggambarkan tentang mesin waktu, di mana waktu dapat dimainkan, diputar ulang, atau dimajukan ke masa depan. Dapat terlihat prediksi masa depan (70 tahun lagi) di jendela pada ilustrasi di atas, di mana –mungkinmanusia akan tinggal di bawah laut karena isu yang ada saat ini tentang permukaan air laut yang terus meningkat. Namun di dalam ruangan terdapat sebuah mesin waktu yang sudah diciptakan pada masa itu, mengembalikan kita ke saat ini. Mesin waktu dalam ilustrasi di atas menjadi simbol ketidakpastian dan misteri tentang waktu, dan sebuah pemikiran jika ada sebuah mesin waktu, apakah masa depan dapat dimutlakkan atau tetap abstrak?

18


19


Ilustrasi #7 Pilihan

Sumber Kuliah tamu Bapak Agustinus Sutanto

Manusia selalu memiliki pilihan, dan setiap pilihan itu menjadi sebuah keputusan untuk masa depannya. Mana yang lebih dulu dilakukan, mana yang dipilih untuk dilakukan adalah bentuk kesadaran manusia dalam menentukan masa depannya, menentukan masa depan eksistensi manusia dan bagaimana manusia berhuni di masa depan nanti.

20


3

21


Riset Desain

Bagagimana Keberlanjutan Hidup di Kota?

22


Setiap manusia selalu berusaha bertahan hidup dengan cara berhuni. Manusia akan beradaptasi dengan lingkungannya setiap saat mereka melanjutkan tahap baru dalam hidupnya, seperti yang dikatakan oleh Chritopher Alexander dalam bukunya The Phenomenon of Life, “Berhuni adalah hidup berpartisipasi dalam struktur kehidupan.” Manusia lahir, dari seorang bayi hingga menjadi manusia dewasa melewati tahaptahap dalam hidupnya, dan setiap darinya mengalami pengalaman yang berbeda-beda. Seorang bayi akan berhuni mengikuti orang tuanya, belum dapat merasakan ruang dengan batasan namun lebih kepada perasaan dipeluk atau disayang orang tuanya. Tahap berikutnya menjadi seorang anak akan mulai merasakan batasan ruang, sebuah ‘rumah’, sebuah tempat. Sang anak akan beranjak dewasa, di mana mereka akan sekolah, atau bekerja di tempat lain, atau di negara lain, maka mereka harus beradaptasi dengan lingkungan barunya, harus ‘berhuni’ dengan cara baru. Karena faktor waktu ini, manusia selalu merencanakan dan memprediksi untuk melanjutkan hidupnya di masa depan. Walaupun tidak dapat diketahui dengan pasti, namun selalu dipersiapkan untuk menghadapi apa yang akan terjadi di waktu yang akan datang. Beradaptasi adalah sesuatu yang tidak akan berubah karena hal itu adalah sebuah sikap alami manusia dalam berhuni di bumi ini. Dalam buku Future File yang ditulis oleh Richard Watson, ia memprediksi beberapa tren yang akan berubah dan dapat mengubah aspek-aspek kehidupan manusia secara global. Ada sangat banyak hal yang ia prediksi, mulai dari sosial, teknologi, politik, media, lingkungan, dan lain-lain. Dalam buku tersebut ia menekankan ada lima tren terpenting dalam 50 tahun mendatang; Bertambah tua, perpindahan kekuatan dan barat ke timur, konektivitas global, teknologi GRIN, dan lingkungan. Lima tren ini sudah mulai terjadi saat ini, maka Richard Watson menyatakan “it’s about now and what happens in the future.” Karena manusia berhuni hari ini dan berhuni di kemudian hari akan berbeda, maka memprediksi masa depan adalah satu-satunya cara untuk mempersiapkannya. 23


24

Ilustrasi #3


ISU LINGKUNGAN Tren yang saat ini sedang sangat sering diiklankan dimana-mana adalah tren lingkungan. Lingkungan menjadi salah satu faktor penting dalam berhuni. Manusia berhuni dengan beradaptasi dengan lingkungan dan waktu. Dalam kurun waktu 50 tahun, sudah sangat banyak data yang menjabarkan apa yang akan terjadi, dan semua sudah diukur dari apa yang terjadi saat ini dan apa yang akan terjadi jika terus berlanjut. Seperti masalah pemanasan global yang selalu bertambah, hal ini sudah terjadi bahkan sejak masa pre-industri. Gambar 1.1 menyatakan bahwa temperatur bumi sudah naik sekitar 0.7oC dari batas normal dalam beberapa dekade belakangan. Dilihat bahwa sekitar tahun 1850, temperature bumi masih -0.4oC dari batas normal. Dari 1850 hingga 2019, terjadi peningkatan temperatur sekitar 1-1.2oC. Jika ini diteruskan, dapat terlihat di gambar 1.2 bahwa tanpa adanya regulasi yang dapat membantu mengurangi gas emisi karbon, bumi akan bertambah panas sekitar 4.1-4.8oC. Pada gambar 1.3, terdapat penggalan artikel yang menyatakan daerah yang padat populasi akan sangat terdampak dengan pemanasan global ini, bahkan mungkin akan dapat menimbulkan bencana atau penyakit. Ada banyak sekali data yang dapat menjabarkan prediksi apa yang akan terjadi kedepannya, apa yang dapat dicegah dan kemungkinan terbaik dan terburuknya. Namun dalam jurnal tentang sustainability atau keberlanjutan yang ditulis oleh Seppo Vehkamakie berjudul The Concept of Sustainability in Modern Times, dinyatakan “sustainability is a concept, related to continuity of human societies and nature.� Kalimat ini menyatakan bahwa kehebohan tentang lingkungan ini memiliki maksud keberlangsungan hidup dan eksistensi manusia. Manusia mencoba bertahan hidup dengan kondisi yang ada supaya tidak punah. Arsitektur berperan sangat besar dalam isu ini. Selain dalam penggunaan material, penggunaan listrik, sampah konstruksi, dan lain-lain, ada faktor yang hanya bisa dijawab arsitektur, yaitu program dan penyusunan ruang. Indonesia sudah memiliki peraturan AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) yang tertulis pada Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan, namun seberapa prioritas arsitek dalam menerapkan peraturan ini dalam rancangannya?

25

Sumber : https://www. instagram.com/p/ B31870apv6S/?igshid=1d4n4m1jjc3j5


Gambar 1.1 Grafik peningkatan temperatur dari tahun 1850-2019 (sumber: Our World in Data)

Gambar 1.2 Grafik prediksi gas karbon emisi. (sumber: Our World in Data)

Gambar 1.3 Artikel berjudul 50 Years From Now, Many Densely Populated Parts of the World Could be Too Hot for Humans, Bob Berwyn, 2020. (sumber: https://insideclimatenews.org/news/04052020/hot-climate-niches-50-years-human-population)

26


URBANISASI Dalam 30 tahun mendatang, diprediksi bahwa 54% populasi manusia akan pindah ke kota, menjadikan kota-kota di dunia semakin padat dari yang sudah ada. Dengan kepadatan penduduk, bangunan bertingkat, tanah yang semakin menipis, daerah hijau yang sudah tidak terlihat, hal ini menjadi masalah untuk lingkungan. Setiap manusia yang pindah ke kota mencoba mencari pekerjaan, dan dibutuhkan tempat tinggal yang memadai dan terjangkau bersamaan dengan infrastruktur yang baik untuk dapat mengatur pergerakan manusia di dalamnya. Solusinya adalah merancang bangunan dengan adaptive reuse atau urban infill dari bangunan yang sudah ditinggalkan, atau bangunan dengan fungsi yang tidak maksimal. Untuk mengoptimalisasi penggunaan lahan, dan membantu infrastruktur kota dalam efektivitas pergerakan manusia, perlu diketahui untuk siapa infrastruktur dan bangunan akan dirancang. Terlihat pada gambar 1.4, usia penduduk non-permanen yang masuk ke Jakarta pada tahun 2015 paling banyak adalah di usia produktif, sekitar umur 20-29 tahun, dengan pekerjaan utama sebagai karyawan swasta (gambar 1.5). Maka dapat dinyatakan bahwa mayoritas masyarakat yang bermigrasi ke Jakarta adalah untuk bekerja. Dengan perkembangan generasi dan teknologi, perlu dimengerti juga tren dan gaya hidup masyarakat dengan usia produktif (20-29 tahun). Seperti tren coliving, compact living, remote working, cashless society, sharing society, dan lain-lain menjadi pertimbangan dalam merancang. Sebuah program hunian yang memfasilitasi tren ini dengan mempertimbangkan isu lingkungan dapat menjadi sebuah terobosan untuk keberlangsungan kehidupan kota masa depan. Melihat dari data di gambar 1.6 dengan kepadatan tertinggi, potensi tapak yang akan diambil adalah daerah Jakarta Pusat, dengan target pengguna masyarakat usia produktif (gambar 1.7).

27

Sumber : unsplash.com


Gambar 1.4 Jumlah penduduk non-permanen yang masuk Jakarta berdasarkan usia. (sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil DKI Jakarta, 2015)

Gambar 1.5 Pekerjaan penduduk non-permanen. (sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil DKI Jakarta, 2015)

Gambar 1.6 Kepadatan penduduk DKI Jakarta menurut wilayah. (sumber: http://statistik.jakarta.go.id/berapakepadatan-penduduk-dki-jakarta-saat-ini/, Maret 2020)

Gambar 1.7 Jumlah penduduk non-permanen usia diatas 17 tahun di DKI Jakarta. (sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil DKI Jakarta, 2015)

28


KESIMPULAN Dengan pertimbangan isu lingkungan, migrasi penduduk, dan mengutamakan esensi berhuni diharapkan dapat menjadi sebuah hunian yang layak untuk masa depan. Bagaimana manusia akan hidup di masa yang akan datang dengan lingkungan yang akan berubah? Mempersiapkan masa depan dengan memprediksi apa yang akan terjadi adalah satu-satunya solusi saat ini, dengan proyeksi data dan pertimbangan rencana pemerintah. Membentuk sebuah program yang berfungsi efektif untuk masyarakat dengan usia produktif untuk menunjang aktivitasnya di kota padat penduduk seperti Jakarta. Program-program seperti co-living, remote working, cashless society, sharing society menjadi pertimbangan program dalam sebuah ruang berhuni masa depan. Dengan program yang diusulkan, proyek akan dibangun dengan menerapkan adaptive reuse atau urban infill dengan pertimbangan isu lingkungan, di mana kedua sistem itu dianggap dapat membantu mengoptimalkan lahan yang terbatas atau bangunan yang tidak efektif di kota.

29

Sumber : superlofts.co


30


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.