Pulau Ende
Kisah Sukses Pulau Pertama Indonesia yang Terbebas dari Buang Air Besar Sembarangan
POKJA
AMPL
a
Pulau Ende Buku Pembelajaran
i
Apresiasi
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
Kata Pengantar
Narasumber:
Perilaku hidup bersih dan sehat adalah prasyarat untuk membangun masyarakat yang sejahtera, berkualitas dan produktif. Oleh karena itu, Kementerian Kesehatan secara aktif mendorong perubahan perilaku di seluruh pelosok Indonesia.
Komisi C DPRD Kabupaten Ende: Heribertus Gani, SPd; Kantor Bupati Kabupaten Ende: Martinus
Bekerjasama dengan pemerintah provinsi dan kabupaten/kota, Kementerian Kesehatan telah menetapkan program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di berbagai tempat. Program ini bertumpu pada keyakinan dan tekad masyarakat untuk berubah dan terbukti memberi hasil yang memuaskan. Dalam periode tiga tahun terakhir, banyak desa di pulau besar di Indonesia yang telah mendeklarasikan bebas dari Buang Air Besar Sembarangan (BABS). Namun, belum banyak pulau kecil yang mencapai prestasi serupa. Di wilayah kepulauan, pelaksanaan program STBM sering menemui tantangan, seperti keterbatasan dalam memperoleh informasi terkait perilaku hidup bersih dan sehat serta keterbatasan sumber air baku. Padahal dari Sabang sampai Merauke ada ribuan pulau kecil yang penduduknya belum menikmati fasilitas air minum, sanitasi dan masih BABS. Keberhasilan warga Pulau Ende membebaskan diri dari BABS merupakan bukti bahwa masyarakat pulau kecil dapat terpicu mempunyai hasrat untuk memulai kehidupan yang lebih sehat. Semangat ini patut ditularkan ke masyarakat pulau kecil lainnya. Buku ini memaparkan kisah perjalanan di Kecamatan Pulau Ende dan kiat sukses yang dapat ditiru daerah lain. Buku ini diharapkan memberi inspirasi bagi aparat dan tokoh masyarakat di wilayah lain di Indonesia, terutama di pulau-pulau kecil. Terima kasih kami sampaikan kepada semua mitra pembangunan yang telah membantu pelaksanaan program STBM. Peran aktif Gubernur Provinsi Nusa Tenggara Timur dan Bupati Ende yang tak pernah putus memberi dukungan dan bantuan menjadikan program ini sukses menuju dicanangkannya program Kabupaten Ende Stop BABS pada tahun 2015. Pemerintah Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur dan Kabupaten Ende beserta warga Pulau Ende bekerjasama dengan UNICEF telah memberi contoh pola kolaborasi yang efektif. Semoga buku ini bermanfaat bagi terwujudnya derajat kesehatan Rakyat Indonesia yang setinggi-tingginya.
Ndate; BAPPEDA Kabupaten Ende: drg. Dominikus Minggu, M.Kes, Andreas Worho, ST, MT, Ernesta Sri Say, ST, Yohanes Don Bosco, S. Sos, Maria Theresia Firmina Baru, S.Si, M.Sc, Patrisius Surda, S.Si; Dinas Kesehatan Kabupaten Ende: Anfrina L.N. Mani, Ahmad Gunung; Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia: Mukhsin Mustika; Kantor Kecamatan Ende Tengah: Petrus H. Djata; Kantor Kecamatan Pulau Ende: Nasrul Ibrahim; Direktur Yayasan Prima Massa: Servasius Goa, Amd; Fasilitator: Thedeus Mbabho, SE, Ayub Seda Gani; Puskesmas Akhmad Yani Kecamatan Pulau Ende: Fransiskus Dadjo, AMK, Haji Ali; Desa Rendoraterua: Ahmad Yusuf; Desa Rorurangga: Junaidin P.S, Juleha Roja, Mashadin; Desa Ndoriwoy: Rasjid Kuri, Muchsin Bone, Boro Koa, Wahab Abdullah, Kajo Abdullah, Said Ibrahim, Roswati, Sufiah A. Ma.; Desa Redodori: Aliasa H.A., Hamzah Parera, Abdullah Ali Jawa, Adulkadir Bahlil; Desa Aejeti: Golkar Yusuf, Surafan Muhammad, Saudin Abdullah, Amir Jabir; Desa Paderape: M. Abdullah; Desa Puutara: Saleh, Pua Rasyid, Wahyah Darham, Ismail, Dede Broto; Sekolah Dasar Puutara: Musosman; Madrasah Ibtidaiyah Swasta Nurul Ummah Pulau Ende: Maemuna Wio; Sekolah Dasar Inpres Rendomaupandi: Halimah Jaenab; Dasar Negeri Ekoreko: Nurdin Ibrahim.
Konsep dan Arahan: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia: Wilfried H. Purba, Zainal I. Nampira, Trisno Soebarkah, Kristin Darundiyah; Sekretariat STBM; Pokja AMPL Nasional; UNICEF: Nadarajah Moorthy, Juliaty Ansye Sopacua, Dormaringan Saragih; Sekretariat WES UNICEF.
Penyusun: Qipra Galang Kualita: Isna Marifa, Laksmi Wardhani, Deasy Sekar T. Sari dan Sylvana Corputty (Tulisan); M. Taufik S (Tata Letak dan Desain Grafis). September 2012
ii
iii
Daftar Isi
Pengantar
ii
Apresiasi
iii
Daftar Isi
iv
Berbagi Pengalaman
1 2 2 4 4 5
Mengenal Pulau Ende Box: Sejarah Pulau Ende Mengapa Perlu Perubahan? Air Tawar Komoditi Langka Box: Kriteria Kejadian Luar Biasa Tahapan Program Air Bersih dan Sanitasi Lingkungan di Pulau Ende Masyarakat yang Membangun Sendiri Desa Rorurangga Desa Aejeti Desa Redodori Desa Ndoriwoy Desa Rendoratarua Desa Padarape Desa Puutara Perhatian Pemerintah Kabupaten Sanitarian yang Jeli dan Berdedikasi Pendamping yang Ulet dan Bersahabat Kepala Desa sebagai Pemimpin Gerakan Buser Tinja Pemuka Agama sebagai Pembawa Pesan Perempuan & Anak – Agen Perubahan Arisan Jamban Tugu Informasi Peraturan Desa Didukung Dengan Data Deklarasi di Pulau Ende Tingkat Kabupaten Menciptakan Mimpi AMPL
Sebelas Langkah Replikasi
Foto: Qipra/2012/Taufik S.
iv
Ciptakan Komitmen Pimpinan Tentukan Wilayah Sasaran Kaji Kondisi Wilayah Sasaran Box: Sanitasi Total Berbasis Masyarakat Rencanakan Program Box: Perlu Pembiayaan Siapkan Tim Kerja Sosialisasi Program Rancang Kegiatan Lapangan Box: Cara BAB yang Benar Siapkan Kader Desa Lakukan Pemicuan Masyarakat Jadwalkan Pendampingan Box: Tangga Sanitasi Nyatakan Wilayah Terbebas BAB Sembarangan
6 8 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46
Daftar Istilah
47
Daftar Pustaka
48
Berbagi
Pengalaman
Kisah sukses di Pulau Ende patut dikumandangkan ke seluruh negeri. Warga pulau ini menempuh perjalanan panjang sampai berhasil merubah perilaku buang air besar. Penyakit diare yang sebelumnya mewabah secara rutin dapat diatasi. Dan pulau ini dideklarasi sebagai wilayah yang terbebas dari buang air besar sembarangan. Perubahan perilaku melibatkan seluruh unsur masyarakat, dan kerjasama pemerintah kabupaten, pemerintah pusat, tokoh masyarakat dapat dijadikan contoh bagi wilayah lain. Bagian ini memaparkan pengalaman di Pulau Ende, serta pihak-pihak yang berperan. Bagian ini juga memperlihatkan faktor-faktor keberhasilan yang penting diperhatikan. Perjalanan pulau cantik ini diharapkan menjadi sumber inspirasi bagi komunitas lain di seluruh Indonesia, terutama komunitas pulau kecil lain.
1
Kabupaten Ende
Mengenal Pulau Ende Pulau Ende merupakan salah satu kecamatan dari 21 kecamatan yang ada di Kabupaten Ende, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Pulau Ende terletak di sebelah Barat Kota Ende, dan dapat dijangkau menggunakan kapal motor. Setiap hari ada kapal motor khusus penumpang yang secara reguler berlayar dari Pulau Ende ke Kota Ende dan sebaliknya.
P. Flores
P. Alor P. Lembata
Pulau Ende memiliki luas keseluruhan 63,03 km². Saat ini Pulau Ende didiami oleh lebih kurang 7786 penduduk, dengan kepadatan 124 jiwa/km². Pulau Ende memiliki tujuh desa yakni Desa Redodori, Aejeti, Rorurangga, Puutara, Paderape, Rendoraterua, dan Ndoriwoy. Mereka menggunakan Bahasa Ende, sebagai bahasa sehari hari. Mata pencaharian mayoritas masyarakat Pulau Ende adalah sebagai nelayan, dan hasil tangkapannya menjadi andalan konsumen di Kota Ende dan sekitarnya. Kemahiran warga Pulau Ende membuat perahu, diakui pelaut dari berbagai daerah. Selain melaut, penduduk Pulau Ende juga berladang di lahan sempit dan kurang subur. Tanaman yang menghasilkan terbatas pada ubi, kelapa dan jagung.
P. Pantap
P. Adonara
Provinsi Nusa Tenggara Timur
P. Timor
P. Sumba
P. Sabu
Infographis: Qipra/2012/Taufik S.
Pulau Ende memang unik. Pertama, seratus persen penduduknya beragama Islam, padahal penduduk NTT mayoritas beragama Katolik. Kedua, di Pulau Ende nyaris tidak ada air tawar. Sebagian besar sumur di pulau ini menghasilkan air payau. Keunikan yang ketiga adalah hanya ada sepeda motor sebagai alat transportasi di dalam pulau. Semua warga berjalan kaki dan naik sepeda motor untuk menjalankan aktifitasnya.
Pulau Ende Laut Sawu Utara Barat
Rorurangga Timur
Selatan Puutara Aejeti
Sejarah Pulau Ende Sejarah Pulau Ende tidak banyak terdokumentasi. Catatan paling tua mungkin dari tahun 1400an, sebagaimana dikutip Sir Thomas Stamford Raffles dari manuskrip Natakoesoema mengenai kawasan Timur Nusantara: Sumenep, Bali (www.portal.endekab.go.id). Kisah masuknya Islam di Pulau Ende ada berbagai versi. Ada cerita Nabi Muhamad SAW yang langsung mengutus Imam Syafi’i untuk menyebarkan Islam di Pulau Ende, ada pula yang menyebut berasal dari pedagang asal Palembang pada abad ke 15 (www.hierobokilia.blogspot.com). Pastinya pada tahun 1600an Portugis sempat menjadikan Pulau Ende sebagai pusat pemerintahan dan membangun benteng di Dusun Kemo, Desa Rendoraterua. Kisah penting lainnya adalah saat pemerintah Belanda mengasingkan Soekarno ke Kota Ende, Pulau Flores pada tahun 1934-1938. Beliau kerap berkunjung ke Pulau Ende; bahkan beliau juga menulis sebuah naskah drama dengan judul Rendo Rate Rua. (www.sipriseko.blogspot.com).
2
Laut Sawu
Profil Pulau Ende DESA
Laut Sawu Paderape
LUAS (KM2)
JUMLAH PENDUDUK (JIWA)
Rendoraterua
6,50
Redodori
4,00
998
Ndoriwoy
9,53
1043
Paderape
4,69
896
Puutara
14,29
1520
Rorurangga
14,29
912
Aejeti
9,73
1421
Rendoraterua Ndoriwoy
996
Redodori
Laut Sawu
3
Mengapa Perlu Perubahan?
laut menjadi air tawar (proses desalinasi). Sayangnya, hasil pengolahan ini menunjukkan air tercemar bakteri E-coli, yang berasal dari tinja dalam air laut.
Sebelum tahun 2007, Kecamatan Pulau Ende dikenal sebagai “Pulau Bencana”
Alhasil, warga Pulau Ende terpaksa terus bergantung pada air payau
atau “Pulau Malapetaka”. Tahun 2004, 2005 dan 2006, diakhir musim hujan,
(dari sumur) untuk mandi dan cuci, dan air tawar dari sumur-sumur di
pulau ini mengalami KLB diare, dimana ratusan warga terserang diare. Tahun
Desa Ndoriwoy, di sebelah Barat Daya pulau. Bahkan, sebagian warga
2005, terjadi 1 kali KLB, dengan mayoritas (67%) korban anak usia 0 – 5 tahun.
pulau terbiasa minum air yang sedikit payau. Tugas mengambil air untuk
Pada tahun 2006, bahkan terjadi 2 kali KLB. Penderita juga sebagian besar
minum dan masak jatuh pada para ibu, karena para bapak pergi melaut
anak dibawah lima tahun.
atau berladang.
Julukan lain yang disandang Pulau Ende adalah “jamban terpanjang di
mendapatkan
sepanjang pantai untuk membuang hajat, sambil bercengkrama dengan
air
dahulu
sebelum
masalah
BAB
sembarangan dapat ditangani. Jika tidak, upaya
orang yang berada disebelahnya, bertukar kabar dan bercanda. Pantai
memberantas diare akan setengah jalan. Pemerintah
sekeliling pulau sepanjang 63 kilometer berfungsi sebagai jamban bersama
Kabupaten memutuskan untuk melakukan Program
– jamban terpanjang di dunia.
Air dan Sanitasi Lingkungan untuk mengatasi masalah
Foto: Qipra/2012/Taufik S.
Pemerintah Kabupaten Ende menyadari bahwa warga harus
dunia”. Pemandangan rutin di setiap subuh, adalah warga berjejer di
diare di Pulau Ende dengan dukungan dari UNICEF.
Insiden diare di Pulau Ende merupakan yang tertinggi di Kabupaten Ende. Para pejabat di tingkat Kabupaten sangat prihatin dan mencoba berbagai upaya untuk mengatasi masalah ini. Namun, pemerintah memahami bahwa jika masalah air bersih di Pulau Ende belum teratasi, masalah diare akan terus muncul kembali.
Martinus Ndate
Tidak Ada KLB Diare
Data Kejadian Diare di 2003 Kecamatan Pulau Ende tahun 2003-2011
2007 2004
2005
2008
2009
2010
2011
2006
Ada KLB Diare
Air Tawar – Komoditi Langka Berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan akses air bersih bagi warga Pulau Ende. Pada tahun 2004, selama satu tahun, pemerintah mengirimkan air bersih dalam tangki dari daratan Pulau Flores. Kendalanya adalah biaya angkutan (kapal motor) yang tinggi dan cuaca buruk, terutama pada musim angin Barat. Pembuatan sumur dalam juga kurang berhasil karena sumber air yang ditemukan memiliki kadar garam yang tinggi. Upaya lain diprakarsai oleh lembaga swadaya dari Portugal adalah membuat unit pengolahan air
Asisten 1 Bupati Kabupaten Ende “Data menunjukkan bahwa kecamatan Pulau Ende adalah wilayah yang paling parah kekurangan air, sering terkena wabah diare dan pendapatan penduduknya paling rendah di kabupaten”.
Kriteria Kejadian Luar Biasa Suatu kejadian kesakitan atau kematian dinyatakan luar biasa bila terdapat unsur: •
Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal
•
Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun waktu berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu)
•
Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali lipat atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun).
•
Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya.
Sumber: Keputusan Dirjen No.451/91, tentang Pedoman Penyelidikan dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa; dikutip dalam http://www.tempo.co/read/news/2005/09/19/05566790/Kejadian-Luar-Biasa-Apa-Artinya
4
5
TAHAPAN PROGRAM AIR BERSIH DAN SANITASI LINGKUNGAN
1
Komitmen Provinsi
2
Sosialisasi di Kabupaten
3
Penentuan Target
4
Advokasi di Kabupaten
6
Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur melayangkan tawaran kepada Pemerintah Kabupaten, lalu memilih lokasi kegiatan berdasarkan surat minat dari Kabupaten dan kriteria yang telah ditentukan.
Pemerintah Kabupaten menunjuk Pokja AMPL Kabupaten sebagai penanggung-jawab program, dan memberi tugas kepada SKPD terkait.
Dinas Kesehatan Kabupaten Ende memilih lokasi pelaksanaan program berdasarkan analisis data penyebaran penyakit.
Diadakan rangkaian lokakarya melibatkan semua pemangku kepentingan di tingkat Kabupaten tentang keberadaan program. Lokakarya menghasilkan rekomendasi kegiatan.
8
Pemilihan Opsi
7
Penggalian Ide
6
Pembentukan Tim
5
Penelitian Perubahan Perilaku
Isu penyediaan air minum diangkat ke masyarakat, dan masyarakat memilih opsi menampung air hujan sebagai sumber air minum.
Tim berdiskusi dan menggali ide tentang isu yang akan diangkat. Untuk Pulau Ende, isu pertama yang dipilih adalah air minum.
Tim dibentuk dengan anggota terdiri dari: BAPPEDA, Dinas Kesehatan, Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Dinas Pekerjaan Umum dan LSM.
Mengikuti rekomendasi lokakarya, Universitas Flores melakukan penelitian tentang perilaku warga Pulau Ende, dan opsi pendekatan untuk merubah perilaku.
Proses perbaikan kondisi sanitasi dan akses air bersih di Pulau Ende melalui beberapa tahapan kegiatan. Pemerintah Kabupaten Ende menjalin kerjasama dengan UNICEF, dan merancang kegiatan berdasarkan pendekatan sanitasi berbasis masyarakat. Diagram dibawah ini menunjukkan proses yang dilalui di Pulau Ende sampai dengan deklarasi terbebas dari BAB sembarangan.
9
Penyiapan Masyarakat
10
Sosialisasi Program
11
Penyusunan Rencana Kerja Masyarakat
12
Penyiapan Pendamping
Masyarakat disiapkan untuk membangun PAH bersama kader teknis yang sudah dilatih.
Sosialisasi pembangunan PAH di setiap desa dilakukan bersama staf dari Kementerian Kesehatan.
Masyarakat bersama tim program melakukan identifikasi masalah, mencari solusi dan menyusun rencana kerja bersama.
Pendamping masyarakat bertugas untuk meyakinkan masyarakat agar menggunakan air hujan sebagai sumber air minum
16
Deklarasi BABS
15
Pendampingan
14
Pemicuan Masyarakat
13
Pelatihan CLTS desa
Upacara pengakuan wilayah Pulau Ende bebas dari BAB sembarangan dilakukan oleh Kementerian Kesehatan dan dihadiri oleh wakil dari UNICEF, Pemerintah Kabupaten dan pihak terkait lainnya. Selama proses perubahan perilaku, dilakukan berbagai kegiatan seperti lombalomba dan penyuluhan oleh tim CLTS desa dan pendamping masyarakat
Pemicuan dilakukan oleh tim CLTS desa, didampingi Dinas Kesehatan Kabupaten.
Lima orang dari setiap desa mendapat pelatihan proses pemicuan CLTS. Kelima orang tersebut membentuk tim CLTS desa.
7
MASYARAKAT YANG MEMBANGUN SENDIRI Pada tahun 2006, pemerintah mulai memperkenalkan kampanye perilaku hidup bersih dan sehat ke Pulau Ende. Melalui proses pemicuan, masyarakat disadarkan tentang pentingnya merubah perilaku agar penyakit bisa dihindari. Perilaku yang dianjurkan termasuk buang air besar di tempat yang tepat, dan cuci tangan memakai sabun. Namun, di Pulau Ende yang sumber airnya terbatas, perilaku hidup bersih dan sehat menjadi tantangan besar. Saat warga sudah memahami perlunya ketersediaan air minum yang baik, pemerintah bersama UNICEF turun tangan untuk memperbaiki akses terhadap air minum. UNICEF menyelenggarakan pelatihan pembangunan unit Penampung Air Hujan (PAH), dan menyediakan cetakan PAH yang terbuat dari FRP (Fiberglass Reinforced Plastic). Pelatihan pembangunan PAH dilakukan pertama kali di Desa Aejeti dan Desa Paderape. Setelah kedua desa, pelatihan dilanjutkan di lima desa lainnya. Hasilnya, di setiap desa ada sejumlah warga (tenaga teknis) yang terlatih menggunakan cetakan PAH dan membantu setiap keluarga membangun PAH masing-masing. Warga yang menginginkan PAH harus menyediakan sendiri material lokal, yaitu, pasir, kerikil dan batu dasar, dan juga mengerahkan tenaga sendiri untuk membangun PAHnya. Warga dibantu oleh tenaga teknis yang sudah terlatih; dan pendamping mengawasi pelaksanaan pembangunan PAH dan perputaran cetakan PAH. Cetakan PAH digilir per keluarga atau per kelompok, tergantung kesepakatan dalam desa mengenai kebutuhan akan PAH. Ada desa yang sepakat untuk membangun PAH untuk setiap rumah tangga, dan ada pula yang membangun PAH per kelompok keluarga.
Teknik Pembuatan PAH 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
8
Siapkan lokasi dan bahan kerja Siapkan dan rakit tiang beton Buatlah dasar PAH Pasang cetakan FRP Lakukan pengecoran semen untuk dinding PAH Buka cetakan dinding PAH Pasang cetakan FRP dan lakukan pengecoran tutupan PAH Buka cetakan tutupan PAH
Teknik Pembuatan Kloset 1. 2. 3. 4. 5.
Siapkan lokasi, bahan dan alat kerja Posisikan cetakan kloset rata dengan permukaan tanah Buatlah adonan semen dan pasir Tuangkan adonan semen kedalam cetakan kloset Lepaskan kloset dari cetakan.
Setelah seluruh warga menikmati akses terhadap air minum, pemicuan selanjutnya dilakukan terkait perilaku BAB. Pemerintah dan UNICEF melakukan sosialisasi dan pelatihan bagi para pendamping dan tokoh setempat. Selanjutnya, para tokoh agama dan Kepala Desa aktif menyampaikan pesan-pesan kepada warga pada setiap kesempatan. Saat titik-balik terjadi, warga Pulau Ende mulai mendambakan jamban di rumah masing-masing. Untuk memastikan warga Pulau Ende bisa mendapatkan jamban dengan harga terjangkau, UNICEF membantu menyiapkan sebuah sentra produksi kloset di Desa Rendoraterua. Sebagian warga dilatih menjadi pembuat kloset, sehingga sentra produksi ini sempat menjadi sumber penghasilan tambahan bagi sebagian warga. Jamban-jamban pertama yang dibangun warga Pulau Ende merupakan jamban dari sentra produksi ini. Dengan berjalannya waktu dan setelah terbiasa menggunakan jamban, warga mulai mengganti sendiri jamban dengan kloset buatan pabrik. Saat ini, hampir semua jamban keluarga di Pulau Ende adalah kloset buatan pabrik, yang dibeli dari Kota Ende. Keberhasilan warga membangun PAH dan jamban dengan jerih-payah dan material sendiri merupakan sumber kebanggaan di seluruh pulau. Dukungan dari Pemerintah Kabupaten dan UNICEF hanya berupa pemicuan, cetakan dan pelatihan tenaga teknis. Dengan cara ini, rasa memiliki masyarakat terhadap PAH dan jambannya sangat kuat. Hal ini dapat dilihat dari fakta bahwa PAH dan jamban terus dipakai dan dirawat.
9
Foto: Qipra/2012/Taufik S.
Foto: UNICEF/2012/Ansye Sopacua
Desa Aejeti
Desa Rorurangga
Mereka Awalnya Menolak
Air Tak Lagi Jauh Desa Rorurangga yang terletak di ujung Utara Pulau Ende, sepanjang sejarah bergelut dengan keterbatasan air tawar. Awalnya, seluruh warga mengambil air dari Desa Aejeti. Pembangunan PAH, dilakukan sejak tahun 2007 dengan pemicuan. Para tukang diberi pelatihan pembuatan PAH, dengan mal (cetakan) yang disumbangkan UNICEF. Semua rumah di Desa Rorurangga sekarang mempunyai PAH, dan merasakan kenikmatan memiliki sumber air minum sendiri. “Dengan adanya PAH, baru kami merasa merdeka. Karena tidak harus ambil air dari tempat lain”, demikian tutur Kepala Desa, menceritakan kebahagiaan warga desa ini.
program Air Minum dan Sanitasi Lingkungan. Bahkan salah satu tokoh agamanya sempat berdebat dengan penanggung jawab program dari kabupaten. Setelah melalui serangkaian dialog dengan fokus pendekatan melalui sisi agama, akhirnya tokoh agama tersebut menyetujui dan mendukung rencana
Amir Jabir
Tokoh Agama
Junaidin P.S
Kepala Desa
“Saya malu dengan pernyataan Pemerintah Kabupaten bahwa Pulau Ende adalah jamban terpanjang di dunia. Saya terpacu untuk merubah perilaku warga saya.”
“Mengubah kebiasaan yang telah berjalan secara turun temurun bukan hal yang mudah, tapi juga bukan hal yang tidak mungkin dilakukan. Asal dilakukan dengan sabar dan berkesinambungan pasti akan terlihat hasilnya”.
Foto: UNICEF/2012/Ansye Sopacua
Foto: UNICEF/2012/Ansye Sopacua
Setelah air minum teratasi, pemicuan untuk Stop BABS baru dimulai. Kepala Desa dan Ketua LKMD mendapat pelatihan dari pemerintah Kabupaten. Dari pintu ke pintu, dari satu keluarga ke keluarga berikutnya, Juleha dan Junaidin mendekati warganya untuk mengajak mereka merubah kebiasaan BAB di pinggir pantai. Banyak yang menolak awalnya; namun dengan kesabaran dan kelihaian, akhirnya pemicuan berhasil. Desa Rorurangga menggunakan forum warga yang sudah ada, seperti kelompok yasinan dan arisan, untuk membahas soal kebiasaan BAB. Sekarang semua warga sudah memiliki jamban.
Awalnya Desa Aejeti adalah desa yang menolak pelaksanaan
pelaksanaan program. Selain melalui dialog, pemaparan mengenai fakta kondisi lingkungan juga dilakukan. Misalnya tokoh agama diajak untuk membuktikan bahwa air yang mereka gunakan untuk beribadah selama ini telah tercemar dengan bakteri E-coli, bakteri yang ada di dalam tinja. Pembuktian ini meyakinkan para tokoh agama, bahwa mereka harus mengubah kebiasaan BAB semua warga. Agar para tokoh agama memiliki pengetahuan yang cukup maka mereka diberikan bekal. Pelatihan Promosi Hygiene Melalui Mimbar Agama Islam diberikan oleh Pemerintah Kabupaten Ende selama dua hari. Setelah pemicuan dimulai di masyarakat, setiap Jumat para tokoh agama menyisipkan topik sanitasi dan kebersihan lingkungan pada materi khotbahnya. Hal ini
Ketua LKMD
“Merubah sikap warga perlu pengorbanan, kesabaran dan kelihaian. Sebelum mulai mengajak bicara tentang perilaku BAB ataupun jamban, kami harus memahami kondisi mereka dulu”.
10
Foto: Qipra/2012/Taufik S.
Juleha Roja
terus dilakukan hingga akhirnya masyarakat dapat mengubah perilaku BABnya.
11
Foto: Qipra/2012/Taufik S.
Foto: Qipra/2012/Taufik S.
Desa Redodori
Desa Ndoriwoy
Pemicuan Menjadi Titik Balik
Satpam Malam Menghalau BABS
Desa ini merupakan hasil pemekaran dari Desa Ndoriwoy. Kepala
Desa Ndoriwoy adalah satu-satunya desa di Pulau Ende yang kaya
Desa pertama dilantik pada tahun 2002, yaitu Aliasa H. A. Tata.
air tawar. Total ada 32 sumur yang airnya tawar. Saat musim kering,
Tantangan pertamanya adalah mencegah terulangnya wabah
sumber air tawar ini menjadi tumpuan warga dari desa-desa lain.
diare dan mengurangi ketergantungan pada desa lain untuk
Seperti desa lain di Pulau Ende, Ndoriwoy juga sering tertimpa
sumber air minum. Pendekatan pemicuan berhasil menciptakan
KLB diare dan muntaber. BAB di pinggir pantai adalah kebiasaan
titik-balik bagi masyarakat, sehingga mata dan hati warga terbuka
yang dulu sulit dihilangkan. Sosialisasi yang pernah dilakukan oleh
untuk perubahan ke arah yang lebih baik – menjaga desa jadi lebih
Pemerintah Kabupaten tidak berhasil merubah perilaku, karena
bersih dan perilaku lebih sehat.
keterbatasan ekonomi dan keterampilan. Perilaku baru berhasil
Para orang-tua mengajarkan anak-anaknya untuk menghindari
dirubah setelah pemicuan oleh Pemerintah Kabupaten Ende
perilaku yang salah dan najis. Para pendamping tidak lelah
dengan UNICEF, yang diikuti bantuan cetakan jamban dan PAH.
melakukan motivasi. Selain itu, dengan Peraturan Desa, semua
sebagai tempat bermain, sesuatu yang tidak pernah terjadi saat masih banyak ‘ranjau’ kotoran manusia di pantai. Sejak tidak ada masyarakat yang BAB sembarangan, setiap sore, pantai menjadi tempat olahraga dan tempat menikmati pemandangan, terutama saat matahari terbenam.
Foto: UNICEF/2012/Ansye Sopacua
Bahkan, pantai sekarang dinikmati anak-anak dan pemuda
Foto: UNICEF/2012/Ansye Sopacua
bahwa perilaku BAB akan kembali ke cara lama.
Setiap malam, imam masjid, Said Ibrahim, yang rumahnya di pinggir pantai menjadi “satpam malam” khusus BAB sembarangan. Dengan senter, ia menyinari siapapun yang terlihat siap BAB di pantai. Sinar dari senter cukup jitu membuat sang calon pelaku BAB sembarangan lari sambil menutup kepalanya dengan sarung!
Rasyid Kuri Kepala Desa
Aliasa H.A. Tata Tokoh Masyarakat Pendekatan pemicuan menjadi titik-balik. Upayaupaya yang dilakukan sebelumnya gagal, karena warga tidak terpicu. Dulu yang terjadi hanya “ngomong – dengar – pulang – hilang”.
Foto: UNICEF/2012/Ansye Sopacua
Sebagian tokoh masyarakat aktif memantau perilaku warga.
warga menjadi polisi bagi diri sendiri. Tidak ada kekhawatiran
“Semua rumah di desa kami sekarang memiliki jamban keluarga.”
Said Ibrahim Tokoh Agama Satpam malam beraksi memantau perilaku BABS di pinggir pantai.
12
13
Foto: Qipra/2012/Taufik S.
Foto: Qipra/2012/Isna Marifa
Desa Rendoraterua
Desa Paderape
Siapkan Anggaran untuk Sanitasi
PAH Bersama Juga Ampuh
Desa Rendoraterua juga mengalami KLB diare berulang-ulang. Sebagian
Lahan yang terbatas tidak mengurangi semangat warga Desa
besar korban diare adalah anak dibawah lima tahun. Kepala Desa mulai
Paderape untuk membangun PAH. Sebagai desa kecil dengan
memperkenalkan jamban swadaya sejak tahun 2004. Namun, masih banyak
penduduk yang cukup banyak dan posisi rumah yang saling
yang tidak berminat membangun jamban. Kebiasaan BAB di pinggir pantai
berdekatan, awalnya warga mengalami kesulitan saat menentukan
sudah mendarah-daging dan menjadi ajang bercengkrama setiap pagi.
lokasi PAH di rumah masing-masing.
Percepatan pembangunan jamban berhasil dilakukan setelah program
Setelah melalui berbagai pertemuan, akhirnya warga yang
kerjasama dengan UNICEF sukses melakukan pemicuan. Jamban dibangun
rumahnya berdekatan memutuskan untuk menggunakan PAH
secara swadaya oleh masyarakat. Desa menanggung 3 sak semen dan 1
secara bersama. Lokasi PAH diletakkan di antara rumah-rumah
kloset, sisanya ditanggung oleh keluarga yang akan membangun jambannya.
tersebut. Talang penampung air hujan berasal dari beberapa atap rumah. Pipa penyalur dari PAH juga diberi cabang agar bisa
Sebagai Kepala Desa, Ahmad Yusuf, setiap tahun mengalokasikan 45 persen
menjangkau beberapa rumah.
Alokasi Dana Desa (ADD) untuk pembangunan fisik. Untuk urusan sanitasi, 5 persen ADD dianggarkan untuk peningkatan kualitas jamban. Saat ini semua
M. Abdullah
rumah sudah memiliki jamban di rumah, dan KLB diare tidak terjadi lagi.
Ketua BPD
Peraturan Desa diterbitkan tahun 2009, dan merupakan hasil kesepakatan yang tertangkap melakukan BAB sembarangan akan mendapat teguran membayar denda berupa 3 sak semen dan 1 kloset, yang dipakai untuk membangun jamban di rumahnya sendiri, atau di rumah keluarga yang belum memiliki jamban.
Kepala Desa
“Kami bangga desa ini sudah memiliki akses jamban 100 persen. Generasi muda sudah tidak mau lagi ke pantai untuk BAB. Mereka saling menegur.”
14
diantara penghuni rumah. Pemakaiannya harus efisien, hanya untuk keperluan makan dan minum. “Penggunaan PAH secara bersama oleh beberapa keluarga disini tidak menjadi masalah, karena antar keluarga telah terjalin rasa kekerabatan yang baik”, demikian tutur M. Abdullah selaku Kepala BPD Desa Paderape.
Kader Posyandu Remaja putri di Desa Paderape ikut berperan dalam menjaga kondisi kesehatan masyarakat di desanya dengan cara aktif mengikuti Pelatihan Kader Posyandu.
15
Foto: Qipra/2012/Taufik S.
Ahmad Yusuf
Foto: Qipra/2012/Taufik S.
dan disuruh untuk mengangkat kotorannya sendiri. Selain itu mereka harus
Foto: Qipra/2012/Taufik S.
bersama antara warga dan aparat desa. Sanksi yang diberikan bagi warga
“Penggunaan PAH secara bersama di beberapa rumah membuat model PAH di desa kami berbeda dengan desa lainnya”.
Penyaluran air PAH harus dilakukan melalui kerja sama yang baik
Foto: Qipra/2012/Taufik S.
Perhatian Pemerintah Kabupaten Dinas Kesehatan Pemerintah Kabupaten Ende membuat profil kesehatan provinsi, dan menemukan bahwa setiap tahun, KLB diare menyerang Pulau Ende. Saat KLB terjadi, Dinas Kesehatan selalu mengirim tenaga dokter ke Pulau Ende, namun KLB diare terjadi kembali tahun berikutnya. Kepala Dinas saat itu, drg. Dominikus Minggu, M.Kes , sadar bahwa hanya pendekatan
Desa Puutara
preventif yang bisa mengatasi masalah diare di Pulau Ende.
Rencana Kerja Masyarakat
Langkah pertama yang diambil oleh Kepala Dinas Kesehatan adalah
Salah satu faktor keberhasilan Program Air Minum dan Sanitasi Lingkungan
Sub-Dinas. Para tenaga kesehatan lingkungan diberdayakan, dan sub-dinas
adalah pelaksanaan program yang disesuaikan dengan kebutuhan
diberi dana cukup. Tugas besar pertama adalah memastikan KLB diare tidak
masyarakat. Setelah sosialisasi program, masyarakat didampingi tim program,
terulang lagi di Kecamatan Pulau Ende.
mengangkat status kelembagaan Kesehatan Lingkungan dari Seksi menjadi
menyusun Rencana Kerja Masyarakat (RKM). “Saat menyusun RKM tidak
Kepala Dinas Kesehatan kemudian mengutus staf Kesehatan Lingkungan
jarang terjadi perdebatan diantara warga”, demikian cerita Saleh, Sekretaris
untuk melakukan kunjungan ke Pulau Ende. Setelah kunjungan itu,
Desa mengingat kegiatan yang berlangsung pada tahun 2007 lalu.
staf Kesehatan Lingkungan melaporkan bahwa ternyata masyarakat
Dalam menyusun RKM, masyarakat melakukan analisis situasi dan identifikasi
mengeluhkan kurangnya air minum. Dinas Kesehatan memutuskan untuk
masalah di desanya. Kemudian masyarakat berdiskusi bagaimana cara
mengatasi masalah air dulu, baru mencoba mengatasi masalah jamban.
mengatasi masalah tersebut. Personel yang bertanggung jawab untuk
Selain itu, Dinas Kesehatan Provinsi juga melengkapi fasilitas puskesmas
mengkoordinasi kegiatan juga dibentuk dengan nama Panitia Kerja
yang ada di Pulau Ende. Pertimbangannya adalah warga pulau sulit untuk
Masyarakat. Didalam RKM, masyarakat juga harus melakukan pemilihan
mengakses layanan kesehatan dari luar pulau. Puskesmas Ahmad Yani, di
sarana air bersih. Seluruh kepala keluarga harus ikut memilih salah satu opsi.
Pulau Ende, dilengkapi dengan fasilitas rawat inap, dan rumah paramedis.
RKM terbukti ampuh dalam pelaksanaan program. Rencana
melakukan replikasi di kecamatan lain. Namun disadari bahwa strategi
sendiri. RKM membuat warga dapat mengenali masalah di
yang sama belum tentu jitu untuk tempat lain. Yang perlu diperhatikan
wilayahnya masing-masing dan juga membuat hubungan
adalah mengenal masyarakat dan wataknya. “Kekuatan ada di tahapan
antar warga lebih erat karena keputusan yang diambil bersama merupakan tanggung jawab bersama. Wakil Sekretaris Desa “Jika masih ada warga yang BAB sembarangan, akan diberi sanksi yaitu mengambil tinja dengan tangan untuk dibawa ke jamban”.
Wahyah Darham
Kader Desa
16
Salah seorang Kader Desa yang pernah mengikuti pelatihan PHBS selama tiga hari di Kabupaten. Saat ini setiap Jumat Bersih, dia memberikan penyuluhan, misalnya tentang cara membersihkan PAH.
proses. Tidak boleh terburu-buru. Ini bukan soal wujud PAH atau jamban, melainkan membentuk rasa memiliki masyarakat”, demikian Foto: Qipra/2012/Taufik S.
Saleh
Foto: Qipra/2012/Taufik S.
Foto: Qipra/2012/Taufik S.
Setelah keberhasilan Kecamatan Pulau Ende, pihak kabupaten berniat
kegiatan dan waktu pelaksanaan ditentukan oleh warga
ungkap drg. Dominikus Minggu.
drg. Dominikus Minggu, M.Kes Kepala BAPPEDA
“KLB dihentikan bukan oleh dokter, melainkan oleh sanitarian. Kunci ada di tingkat Kabupaten. Unit Kesehatan Lingkungan di Dinas Kesehatan Kabupaten harus diberi tempat yang tepat.”
17
Sanitarian yang Jeli dan Berdedikasi
Pendamping yang Ulet dan Bersahabat
Petrus H. Djata atau lebih dikenal sebagai Piet Djata adalah salah satu staf
Masyarakat Pulau Ende tentunya tidak sendiri dalam melalui masa
Dinas Kesehatan yang pertama ditugaskan ke Kecamatan Pulau Ende.
menuju perilaku hidup sehat. Pendekatan pemberdayaan masyarakat
Dengan pengalaman sebagai sanitarian, ia dikenal pandai berkomunikasi
yang dipakai dalam program ini menggunakan tenaga pendamping yang
dalam menyampaikan pesan kesehatan ke masyarakat. Kedatangan Piet
membantu warga dan tokoh-tokoh masyarakat melalui setiap tahapan. Para
Djata di Pulau Ende awalnya mendapat penolakan keras terutama dari
pendamping di Pulau Ende diantaranya adalah Servasius Goa dan Ayub
tokoh agama di Desa Aejeti dan Desa Paderape.
Seda Gani.
Dengan mempelajari latar belakang budaya dan watak warga Pulau Ende,
Servasius Goa atau biasa dipanggil Pak Servas, sudah aktif di Pulau Ende sejak
Piet Djata akhirnya menemukan kuncinya. Ternyata warga Pulau Ende taat
tahun 2004, saat ada uji-coba pembangunan sumur gali dan jamban keluarga
beragama Islam dan sangat menghormati tokoh agamanya. Menggunakan
oleh pemerintah Kabupaten. Sedangkan Ayub Seda Gani, biasa disebut Pak
salah satu slogan “Sucikan negerimu, sucikan pula orangnya”, Piet Djata
Ayub mulai bertugas di Pulau Ende pada saat pembangunan PAH, di tahun
berdiskusi dengan para tokoh agama di Pulau Ende. Sejak saat itu Piet Djata
2008. Keterlibatan selama bertahun-tahun dan pendekatan secara santai
sering diundang untuk memberikan penyuluhan setelah khotbah Jumat
kepada warga pulau membuat semua Kepala Desa menganggap mereka
usai. Para tokoh agamapun berbalik menjadi penyebar informasi yang
sebagai saudara, dan kehadiran mereka selalu disambut dengan gembira.
sangat efektif.
Dari perjalanan Pulau Ende, pendamping yang efektif adalah mereka yang berdedikasi tinggi, dan mampu menyelami pola pikir dan budaya
berdedikasi tinggi dan mampu menyelami budaya setempat adalah kunci
masyarakat yang didampinginya. Proses perubahan perilaku bukan proses
dari keberhasilan perubahan perilaku. Peran sanitarian tidak berhenti
yang cepat, sehingga dibutuhkan keuletan dan kelihaian para pendamping.
saat deklarasi. Pasca deklarasi di Pulau Ende, para sanitarian masih harus
Membangun rasa percaya dan rasa kekeluargaan dengan masyarakat
melakukan inspeksi untuk melihat kelayakan sarana sanitasi di rumah
akhirnya menjadi kunci keberhasilan para pendamping.
penduduk. Haji Ali, seorang sanitarian yang bertugas di Puskesmas Ahmad Yani, Pulau Ende selalu rajin keliling dan memberikan konseling terkait penyakit yang berhubungan dengan lingkungan.
Ayub Seda Gani Petrus H. Djata
Foto: Qipra/2012/Taufik S.
18
Foto: Qipra/2012/Taufik S.
Kantor Kecamatan Ende Tengah “Warga Pulau Ende sangat kuat menjalankan agama Islam. Pulau Ende kami tantang untuk menjadi serambi Mekkah ke-tiga di Indonesia. Untuk mencapai itu, warga harus meninggalkan kebiasaan lama BAB di pinggir pantai, yang bertentangan dengan ajaran agama.” Piet mendapat nama kehormatan Pua ‘Haji’ Djata.
“Sehabis sholat subuh, saya selalu ke pantai. Yang lucu, kalau lihat saya, orang yang mau duduk di pinggir pantai untuk BAB, akhirnya kabur sambil berteriak ‘ada pak Ayuub!!’.”
Foto: Qipra/2012/Taufik S.
Pengalaman di Pulau Ende menunjukkan bahwa sanitarian yang
Servasius Goa “Tugas pendamping saat itu adalah memeriksa mal dibawa ke kelompok yang mana. Ini dilakukan melalui sms.”
19
Kepala Desa sebagai Pemimpin Gerakan
Buser Tinja Buser merupakan kependekan dari “Buru Sergap”, nama tim yang dibentuk di setiap desa untuk melakukan pengawasan dan penangkapan terhadap
Para Kepala Desa di Pulau Ende memegang peranan yang sangat penting
masyarakat yang masih melakukan BAB sembarangan. Tim buser tinja
dalam proses membebaskan pulau dari BAB sembarangan. Setelah sosialisasi
dikoordinasi oleh Kepala Desa. Kriteria untuk menjadi anggota tim buser
awal dari Pemerintah Kabupaten, masing-masing Kepala Desa dari tujuh desa
tinja adalah individu yang rajin dan disegani masyarakat.
merasa tergugah untuk melakukan perubahan bagi warga mereka.
Tim buser tinja terdiri dari: 1) Koordinator Umum (Camat); 2) Koordinator
Kepala Desa menunjuk beberapa tokoh dan warga untuk terlibat pelatihan dan
Teknis (Puskesmas dan Fasilitator Desa); 3) Ketua Pelaksana (Kepala Desa); 4)
sosialisasi. Individu ini yang dirangkul Kepala Desa untuk menjadi ujung-tombak
Anggota (BPD dan 2 orang tokoh masyarakat yang diutus dari setiap desa).
pemicuan dan dialog dengan masyarakat. Individu terpilih di desa-desa Pulau Ende termasuk tokoh agama, ketua Badan Pemberdayaan Masyarakat, tokoh
Tim buser tinja melaksanakan tugasnya setiap waktu. Subuh dan menjelang
perempuan, guru, dan lain sebagainya. Bersama, mereka mendekati setiap
magrib adalah waktu yang paling rawan terjadi pelanggaran. Setiap
keluarga dan mencoba meyakinkan mereka tentang pentingnya merubah
pelanggaran yang terjadi kemudian diberi sanksi sesuai dengan kesepakatan
perilaku hidup.
warga yang telah ditetapkan dalam Peraturan Desa. Sanksi yang diberikan antara lain adalah pemungutan kembali tinja untuk dibuang ke jamban
Kepala Desa juga membuka pintu dan menjadi mitra utama bagi pendamping
atau tidak mendapatkan pelayanan di kantor desa seperti pelayanan BLT,
pemberdayaan masyarakat yang ditugaskan ke Pulau Ende. Bersama, mereka
raskin atau keperluan administrasi lainnya. Selain melakukan pemantauan
mencari kegiatan-kegiatan penyuluhan yang tepat
dan pengawasan, tim buser tinja juga melakukan kegiatan Jum’at bersih,
untuk warga desa, serta pendekatan lain yang patut
melakukan penyuluhan melalui mimbar masjid, posyandu, dan melalui
dicoba. Kerjasama yang baik dan rasa saling percaya
kegiatan pemuda.
memudahkan pelaksanaan semua tahap.
dari anggota masyarakat tertentu. Berbagai alasan dikemukakan anggota masyarakat - dari kendala keuangan, kebiasaan yang sudah mengakar, sampai Namun, dengan kesabaran dan ketekunan, semua warga berhasil dirangkul hingga perubahan perilaku BAB terjadi. Kepala Desa juga yang memotori penyusunan Peraturan Desa. Kepala Desa memimpin rapat dengan warga, dan bersama mereka merumuskan dan mencapai kesepakatan tentang isi Peraturan Desa. Peraturan ini diharapkan
Foto: UNICEF/2012/Ansye Sopacua
alasan tidak percaya pada janji dari pihak luar.
Foto: UNICEF/2012/Ansye Sopacua
Para Kepala Desa awalnya mengalami penolakan
Komitmen Tim Buser “Masyarakat menjadi polisi bagi masyarakat untuk membangun suatu budaya baru, yaitu BAB di jamban. Impian yang dituju adalah Pulau Ende yang bersih tanah dan suci jiwa, menuju Pulau Ende Serambi Mekah Ketiga”.
menjadi dasar hukum yang mengikat semua warga, dan memastikan bahwa perubahan perilaku akan kekal.
20
21
Pemuka Agama Sebagai Pembawa Pesan
Perempuan dan Anak Agen Perubahan
Mimbar Agama Islam dipilih sebagai pintu masuk untuk menyampaikan
Perempuan di Pulau Ende, khususnya kaum ibu, berperan mengumpulkan,
pesan perubahan perilaku. Oleh karena itu, para tokoh agama berperan
membawa dan mengatur penggunaan air sehari-hari. Mereka harus berjalan
penting dalam menyampaikan informasi tentang perilaku hidup sehat.
kaki ke desa lain, antri berjam-jam untuk mengambil air di sumur atau
Untuk menambah pengetahuan, Pelatihan Promosi Hygiene Melalui Mimbar Agama Islam diadakan selama dua hari oleh Pemerintah Kabupaten Ende. Menurut Amir Jabir, salah seorang tokoh agama dari desa Aejeti, masing – masing desa mengirimkan dua orang tokoh agama. Disana, mereka diberi pelatihan komunikasi agar lebih mudah menyampaikan pesan tentang kebersihan dan pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat melalui ayat suci
Foto: Qipra/2012/Taufik S.
“Jagalah kebersihan dengan segala usaha yang dapat kamu lakukan. Sesungguhnya Allah menegakkan islam diatas prinsip kebersihan. Dan tak akan memasuki syurga kecuali orang orang yang memelihara kebersihan”. (Hadis riwayat At-Thabrani)
Murid Madrasah Ibtidaiyah Swasta Nurul Ummah Pulau Ende Setiap Sabtu ada pelajaran pengembangan diri, dengan tema kebersihan lingkungan. Disana murid murid diajarkan antara lain sikat gigi dengan benar dan cuci tangan pakai sabun.
Al Quran dan Hadist. Setelah bekal dirasa cukup, para pemuka agama ini kemudian secara rutin menyebar luaskan pemahaman untuk hidup sehat
membeli dari air yang diangkut dari Kota Ende. Setelah pembangunan PAH,
dan larangan untuk BAB sembarangan di setiap kesempatan. Perlu kesabaran
kaum ibu yang paling merasakan manfaatnya. Waktu dan tenaga mereka
ekstra untuk merubah suatu perilaku yang telah menjadi kebiasaan secara
tidak lagi banyak terpakai untuk mengambil air dari jauh.
turun temurun. Tapi cara ini terbukti berhasil. Kini Pulau Ende telah terbebas
Para ibu juga merupakan tokoh kunci dalam merubah perilaku keluarga. Rusmini
dari BAB sembarangan.
Anak-anak dan suami diingatkan untuk menjalankan perilaku hidup
Ibu Rumah Tangga
Ibu Rusmini merupakan ibu dari 7 anak
sehat dalam rumah tangga. Perilaku yang diajarkan dalam sosialisasi yang berasal dari Jawa Timur. Ia merasakan sangat senang, setelah ada PAH ia tidak
dan pemicuan, seperti BAB di jamban, mencuci tangan sebelum makan, perlu lagi antri untuk mengambil air dari memasak air hingga benar benar matang, ditularkan oleh para ibu ke sumur atau membeli air dari Kota Ende yang
Khutbah jum’at, majlis taklim dan kegiatan pengajian dijadikan ajang penyampaian pesan-pesan perubahan perilaku hidup bersih dan sehat oleh para tokoh agama. Foto: Qipra/2012/Isna Marifa
anggota keluarga lainnya.
dibawa dengan menggunakan perahu.
Anak-anak juga diingatkan soal perilaku hidup sehat di sekolah. Di semua sekolah di Pulau Ende sudah tersedia jamban sekolah, dan tempat untuk cuci tangan. Setelah ada jamban di rumah dan di sekolah, anak-anak sudah meninggalkan kebiasaan BAB di pinggir pantai. Jika melihat ada orang mendekati pantai tanpa alat pancing, anak-anak akan berteriak “Ada yang mau BAB di pantai!!” sambil berlari. Teriakan ini cukup membuat orang mengurungkan niatnya
Foto: Qipra/2012/Taufik S.
melakukan BAB sembarangan.
22
23
Arisan Jamban
Tugu Informasi
Salah satu pendekatan yang digunakan di Pulau Ende adalah arisan
Salah satu media yang digunakan di Pulau Ende untuk mengingatkan
jamban. Selain sebagai ajang komunikasi, arisan juga menawarkan
masyarakat tentang perilaku hidup bersih dan sehat adalah tugu informasi.
solusi keterbatasan finansial keluarga. Di Pulau Ende, pola arisan jamban
Setiap desa merancang tugu informasi masing-masing, berikut pesan dan
diserahkan kepada desa masing-masing. Camat Pulau Ende, Dahlan S.Ip
gambarnya. Tugu dibangun di lokasi-lokasi strategis dengan harapan agar
memperkenalkan sistem arisan berkelompok. Ada kelompok yang terdiri
mudah dilihat oleh masyarakat.
dari 10 orang, bahkan ada satu kelompok yang mencapai 70 keluarga. Dana
Desa Rorurangga
sesuai dengan kesepakatan kelompok arisan tersebut, mulai dari Rp. 5.000 membeli bahan yang harus dipasok dari luar pulau, seperti seng, semen ataupun paku. Bahan lokal disiapkan sendiri oleh warga yang mendapatkan giliran arisan. Desa Aejeti memberlakukan sistem yang berbeda. Kepala Desa Aejeti, Golkar Yusuf mengatakan orang yang menjadi pemenang arisan akan mendapatkan satu buah pipa, 1 buah kloset dan 3 sak semen. Cara ini terbukti sukses. Dengan arisan jamban ini, pembangunan jamban
Foto: Qipra/2012/Taufik S.
hingga Rp. 20.000,-. Uang penarikan arisan kemudian digunakan untuk
Desa Ndoriwoy
Foto: UNICEF/2012/Ansye Sopacua
yang harus mereka keluarkan per bulan untuk arisan ini berbeda-beda,
Di seluruh pulau, ada 21 tugu informasi yang tersebar di tujuh desa. Pesan-
keluarga meningkat secara signifikan.
pesan kesehatan yang ditulis, dibuat berdasarkan kreatifitas dari masyarakat sendiri. Ada pesan yang dituliskan dengan bahasa setempat, seperti “temu tai rewo” atau dalam Bahasa Indonesia berarti “jangan membuang hajat di sembarangan tempat”. Selain itu ada juga pesan yang ditulis dalam Bahasa Arab yaitu, “anazofatum minal iman” yang artinya kebersihan adalah bagian dari iman. Dengan adanya tugu informasi ini, masyarakat diharapkan mengingat pesan pada masa pemicuan dan terus menerapkan pesan tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Foto: Koleksi UNICEF
24
Foto: UNICEF/2012/Ansye Sopacua
Foto: UNICEF/2012/Ansye Sopacua
Arisan Jamban diberlakukan untuk membantu masyarakat yang kurang mampu agar bisa memiliki jamban sendiri.
Desa Redodori
Desa Rorurangga
25
Peraturan Desa
Didukung Dengan Data
Setiap desa di Pulau Ende mengembangkan Peraturan Desa sebagai
Mempelajari data adalah hal yang mutlak dilakukan saat kita akan
pengikat perilaku sanitasi setiap warganya. Isi peraturan dikembangkan
menentukan lokasi sebagai target pelaksanaan program. Dalam Program
bersama warga, sehingga setiap butir kewajiban dan sanksi merupakan
Air Bersih dan Sanitasi Lingkungan, Dinas Kesehatan Kabupaten Ende
hasil kesepakatan semua unsur masyarakat. Inisiatif penyusunan peraturan
melakukan Analisis Penyebaran Penyakit saat menentukan Pulau Ende
desa berasal dari Kepala Desa, Dinas Kesehatan Kabupaten dan Badan
sebagai target pelaksanaan program. Hasil analisis menyebutkan bahwa
Pemberdayaan Masyarakat Desa. Proses penyusunan melibatkan pertemuan
Pulau Ende mempunyai sarana sanitasi yang buruk.
warga, dan dibantu oleh pendamping masyarakat.
Data demografi seperti jumlah penduduk, mata pencaharian, pendidikan
Inti dari Peraturan Desa adalah mengatur kewajiban masyarakat dan sanksi
dan agama juga penting dipelajari. Perilaku masyarakat juga menjadi
yang dikenakan jika ada pelanggaran. Sebagian besar Peraturan Desa di
pertimbangan, misalnya perilaku BAB sembarangan. Fakta-fakta tersebut
Pulau Ende mencantumkan kewajiban warga antara lain: 1) Mengikuti arisan
berhubungan dengan data kesehatan dari Puskesmas yang menyebutkan
jamban, membangun dan menggunakan jamban keluarga; 2) Memelihara
bahwa terjadi KLB diare setiap tahun di Pulau Ende.
sumur gali secara swadaya; 3) Memelihara, menjaga dan merawat PAH, serta
Selain mempelajari data, pembuktian kondisi lapangan juga perlu dilakukan.
menggunakan air PAH hanya untuk minum dan masak; 4) Menggali lubang
Masyarakat di Pulau Ende membawa air yang biasa mereka gunakan untuk
sampah di setiap rumah; 5) Membuat kandang ternak jauh dari rumah
diperiksa di Laboratorium Kesehatan Lingkungan di Dinas Kesehatan
(khusus KK yang memiliki ternak); 6) Mengikuti kegiatan Jum’at bersih; 7)
Kabupaten. Hasil pemeriksaan sampel air menyebutkan bahwa air yang
Membuat bak peresapan sederhana atau penampung air limbah pada
masyarakat bawa mengandung bakteri E-coli, bakteri yang hidup dalam
setiap jamban keluarga.
tinja. Hal ini menyakinkan masyarakat bahwa air mereka telah tercemar –
Sanksi diberlakukan bagi mereka yang melakukan pelanggaran. Contoh
secara ilmiah terbukti, bukan hanya kabar burung saja.
sanksi yang dikenakan berupa : 1) Teguran lisan; 2) Teguran tertulis oleh aparat desa; 3) Denda sebesar Rp. 10.000,-; 4) Tindak pidana. Khusus terkait penggunaan jamban, desa membentuk Tim Buru Sergap Tinja untuk memantau dan menindak warga yang melakukan pelanggaran. Ada desa yang memberlakukan hukuman berupa memungut tinja dengan tangan untuk kemudian dibuang ke jamban. Pemberlakuan sanksi yang tegas terhadap setiap pelanggaran terbukti efektif menimbulkan efek jera. Pada akhirnya masyarakat pun hidup dengan pola yang lebih sehat.
Peraturan Desa disusun atas kesepakatan bersama. Mekanisme penyusunannya ada 10 tahap yang dilaksanakan oleh tim perumus perwakilan dari 7 desa.
26
ip Foto: Q
ra
ylvana /2012/S
Escherichia coli adalah bakteri yang menyebabkan gangguan pencernaan pada manusia. Bakteri ini tumbuh ideal pada suhu 20-400C dan dapat menggandakan dirinya menjadi dua kali lipat dalam waktu 15-20 menit.
Foto: www.wikipedia.org
27
Deklarasi di Pulau Ende
Tingkat Kabupaten Menciptakan Mimpi AMPL
12 April 2011 merupakan hari bersejarah untuk Kecamatan Pulau Ende. Hari itu, ratusan warga, para Kepala Desa, aparat Kecamatan, dan tokoh-tokoh
Keberhasilan membasmi BAB sembarangan di Kecamatan Pulau Ende
setempat membuat deklarasi bahwa seluruh pulau sudah terbebas dari BAB
meyakinkan unsur-unsur di tingkat Kabupaten bahwa perbaikan perilaku
sembarangan! Desa Rorurangga, lokasi diadakan deklarasi ini, didatangi
terkait air dan sanitasi sangat mungkin dilakukan di seluruh Kabupaten.
Muspida, Anggota DRRD dan Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten
Untuk menggerakkan semua unsur di Kabupaten, para aparat Pemerintah
Ende, Pemerintah Pusat dan Kedutaan Besar Belanda untuk Indonesia, tak
Kabupaten menyusun Rencana Strategik AMPL, sebagai bentuk kesepakatan
ketinggalan perwakilan dari UNICEF. Desa di ujung pulau yang biasanya
antara semua SKPD. Pada tahun 2012 ini dilakukan uji coba integrasi
sunyi-sepi, hari itu penuh gegap-gempita hadirin yang berbagi rasa bangga
Rencana Strategik AMPL ke dalam program SKPD. Tujuannya agar kegiatan
dan suka cita.
SKPD terkait berjalan sesuai dengan sasaran-sasaran peningkatan akses air minum dan sanitasi.
Pernyataan deklarasi dilakukan oleh lima elemen masyarakat Pulau Ende, yakni anak-anak, wanita, pemuda, tokoh masyarakat dan tokoh agama.
Komisi C DPRD Kabupaten Ende mengambil inisiatif untuk membuat
Masing-masing elemen menyatakan tekad mereka untuk mempertahankan
Rancangan Peraturan Daerah tentang AMPL. Sebuah Peraturan Daerah
prestasi yang sudah dicapai. Tarian dipersembahkan dan lakon drama
diharapkan dapat memperkuat strategi, kebijakan, serta program yang
dimainkan untuk meramaikan suasana. Walaupun perubahan perilaku
tertuang dalam Rencana Strategik AMPL. Rancangan Perda ini mencakup
memakan waktu yang tidak sedikit, semua warga merasa berperan dalam
tanggung-jawab pemerintah, dunia usaha, masyarakat, serta menjelaskan
keberhasilan ini. Secara perlahan tapi pasti, keseluruhan pulau telah
sanksi terhadap pelanggaran. Semangatnya adalah: lebih baik melakukan
terbebas dari BAB sembarangan.
investasi preventif, daripada mengatasi KLB secara kuratif.
Dengan deklarasi ini, Pulau Ende dikatakan sebagai pulau pertama di Indonesia yang terbebas dari BAB sembarangan. Prestasi besar, terutama
tutur Heribertus Gani, SPd, Ketua Komisi C DPRD Kabupaten Ende.
bagi pulau yang pernah dikenal sebagai “jamban terpanjang di dunia”. Deklarasi bertujuan untuk Masih ada prestasi lain, salah satunya, penghargaan “Best Practice di Pulau memberikan apresiasi atas
Pemerintah Kabupaten mengajak kecamatan lain memilih satu desa
Ende menuju STOP BABS”, yang diserahkan pada acara Konferensi Nasional dan mengingatkan Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat, pada tanggal 13-14 Oktober masyarakatnya agar
diupayakan dari Dana Alokasi Khusus (APBN). Sedangkan, pemicuan dapat
untuk replikasi. Kabupaten memberi arahan bahwa pembiayaan dapat
keberhasilan suatu wilayah
menggunakan dana Bantuan Operasi Kesehatan (BOK) yang dikaitkan
mempertahannkan kondisi
2011 di Bekasi, Jawa Barat. Penghargaan ini memberi pengakuan bagi yang telah dicapai. pendekatan STBM berbasis kepulauan.
dengan kegiatan Puskesmas. Seringkali dana APBD tidak memadai untuk baik, demikian dijelaskan oleh Andreas Worho, Kepala Bidang Fisik Sarana Prasarana, BAPPEDA Kabupaten Ende dan Ketua Pokja AMPL.
Heribertus Gani, SPd Foto: Qipra/2012/Taufik S.
Ketua Komisi C DPRD Kabupaten Ende
Foto: Qipra/2012/Taufik S.
membiayai kegiatan AMPL. Dana dari pusat perlu didaya-gunakan dengan Foto: Koleksi UNICEF
28
“Saat ini,
rancangan ini sudah masuk ke dalam program legislasi DPRD”, demikian
Andreas Worho Kepala Bidang Fisik Sarana Prasarana, BAPPEDA Kabupaten Ende dan Ketua Pokja AMPL
29
Ciptakanen Komitm n Pimpina
SEBELAS LANGKAH 1
Tentuka Wilayah n Sasaran
2
REPLIKASI
isi
nd Kaji Koh Wilaya Sasaran
3
Rencanakan Program
4
Siapkan Kader Des a
s an eba k a B 11 at h Ny ilaya ABS W ri B da
kan Jadwalm pingan Penda 10
kan Lakuicuan Pem yarakat Mas
Siapkan Tim kerja
Rancang Kegiatan Lapangan
Keberhasilan program di Pulau Ende bukan tidak mungkin dilakukan oleh wilayah lain. Bagian ini menjabarkan langkah-langkah yang perlu dilakukan, dan memberikan kiat sukses untuk setiap langkah replikasi.
5 i lisas a i s So gram Pro
6
7
8
9
Simaklah pesan Kepala BAPPEDA Kabupaten Ende bagi pimpinan daerah lain yang berminat melakukan replikasi: 1.
Pelajari data kesehatan lingkungan, perhatikan trend dan kejadian-kejadian penyakit di daerah tersebut.
2.
Sediakan sumber dana dari APBD. Setiap tahun, alokasikan jumlah yang lebih besar dari tahun sebelumnya.
3.
Bangun koordinasi yang baik antara semua SKPD dan lembaga terkait.
4.
Ciptakan komitmen politik yang jelas. Prestasi Bupati tercerminkan oleh KLB yang terus menurun.
30
5.
Jangan terburu-buru. Semua proses harus dijalani dengan sabar dan tekun.
31
Komitmen Pimpinan
2
Te n t u k a n
Wi l aya h S a s a ra n
Pilih wilayah sasaran dimana program akan dilaksanakan. Apabila ada lebih dari satu wilayah, tentukan pentahapan pelaksanaan sesuai prioritas.
Kiat Sukses:
Kiat Sukses:
Tetapkan Tujuan
Pelajari Data Kesehatan
Dari awal, tetapkan tujuan yang ingin dicapai. Untuk air dan sanitasi, pilih salah satu tujuan, seperti:
Data kejadian penyakit adalah barang berharga. Data dari tahun ke tahun dapat menunjukkan pola
membasmi KLB diare, meningkatkan akses sanitasi, atau mencapai status terbebas dari BAB
atau kecenderungan kesehatan lingkungan di suatu wilayah. Data yang dikumpulkan secara rutin
sembarangan. Tujuan program dan komitmen pimpinan perlu dinyatakan secara resmi agar diketahui
patut dipelajari dan dianalisa secara seksama. Perbandingan data antar desa dan kecamatan akan
semua pihak terkait.
memperlihatkan wilayah yang perlu penanganan cepat. Data penunjang yang dapat dipelajari
Ajak Semua Pihak
termasuk data tentang akses terhadap sarana sanitasi, dan data demografi penduduk.
Pimpinan meyakinkan semua pihak untuk terlibat, sesuai dengan kompetensi masing-masing. Setiap
KAP Survei
SKPD menyiapkan rencana kegiatan dan anggaran biaya. Pokja AMPL memastikan komunikasi antara
Selain mempelajari data kesehatan, pembuktian dengan KAP survei juga penting untuk dilakukan.
pihak-pihak terjalin dengan baik. Pihak swasta dan organisasi masyarakat dapat diajak pula untuk
Amati akses warga terhadap sarana sanitasi yang layak, seperti jamban yang memenuhi syarat. Lakukan
mendukung program. Pemerintah di semua tingkatan (provinsi, kabupaten, kecamatan dan desa) harus
pengambilan sampel air yang biasa mereka gunakan dan periksa kualitasnya di Laboratorium. Analisa
satu tekad. Dari Pemerintah Pusat, dukungan berupa bantuan teknis dan pelatihan dapat diharapkan.
hasil survei lapangan untuk memperkuat hasil analisa data kesehatan.
Bentuk Penanggung-Jawab Program Pilih lembaga yang bertanggung-jawab atas keberhasilan program. Bekali dengan mandat yang jelas dan anggaran yang memadai. Serahkan koordinasi perencanaan selanjutnya kepada penanggungjawab program ini.
32
Foto: Koleksi Qipra
Foto: Qipra/2012/Taufik S.
1
Ciptakan
Kepala Daerah harus menunjukkan komitmen terhadap peningkatan akses air minum dan sanitasi. Komitmen dapat ditunjukkan dengan membentuk dan memberdayakan Pokja AMPL, meningkatkan anggaran SKPD terkait, maupun dengan mengeluarkan surat keputusan resmi. Tujuan atau misi yang ingin dicapai harus dirumuskan dengan tepat.
Tentukan Sasaran Setelah data terkumpul, dokumentasikan dengan rinci. Lakukan analisa untuk menarik kesimpulan. Hasilnya kemudian digunakan untuk menentukan lokasi yang paling tepat untuk pelaksanaan program. Tentukan pula sasaran sanitasi yang ingin dicapai di wilayah tersebut.
33
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
Kenali Masyarakat
Stop Buang Air Besar Sembarangan (Stop BABS)
Pengelolaan Air Minum di Rumah Tangga (PAM RT)
M
Setiap individu mempunyai akses terhadap sarana sanitasi dasar sehingga terwujud komunitas terbebas dari BAB sembarangan.
S
Setiap rumah tangga dan sarana umum menyediakan fasilitas cuci tangan yang dilengkap air dan sabun atau abu.
C T
P
PA
Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)
ABS
Kiat Sukses:
ST PB
3
Kaji Kondisi Wilayah Sasaran
Kenalilah karakteristik wilayah, dari segi fisik, sosial-budaya, kesehatan masyarakat, serta lingkungan. Analisa seluruh informasi dan dokumentasikan agar dapat menjadi dasar pengambilan keputusan.
O
Foto: Koleksi Qipra
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) merupakan suatu pendekatan pemberdayaan masyarakat agar dapat menerapkan perilaku hidup yang lebih bersih dan sehat. Lima pilar STBM adalah:
RT
Setiap rumah tangga mengelola air minum dan makanan yang aman.
Sebelum memulai proses perubahan di lingkup masyarakat, hal pertama yang penting untuk dilakukan adalah pahami karakternya. Pelajari budaya, watak, dan gaya hidup masyarakat setempat. menyebarkan informasi dan membangun opini masyarakat. Perhatikan pula kelompok-kelompok
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
T
Identifikasi tokoh-tokoh yang berpengaruh, serta kegiatan atau media yang lazim digunakan untuk
P S R
Setiap rumah tangga mengelola sampahnya dengan benar.
perempuan dan pemuda, serta kegiatan mereka.
Pelajari Kondisi Air dan Sanitasi Setempat Lakukan survey lebih mendalam di lokasi yang sudah ditentukan. Amati tingkat akses terhadap sarana air minum dan sanitasi yang layak. Perhatikan perilaku warga sehari-hari terkait perilaku hidup bersih
Pengelolaan Limbah Cair Rumah Tangga
S
P A L
Setiap rumah tangga mengelola air limbahnya dengan benar.
dan sehat. Kumpulkan data dari puskesmas setempat, dan bicaralah dengan para sanitarian atau tenaga medis. Jika perlu, ambil kembali sejumlah sampel air dan periksa kualitasnya di laboratorium. Dokumentasikan semua hasil secara detil, lakukan analisa dan tarik kesimpulan.
STBM adalah program yang berbasis masyarakat, dan tidak ada subsidi yang disediakan untuk pembangunan sarana sanitasi di tingkat rumah tangga. STBM sudah dijadikan program nasional oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. STBM dikukuhkan sebagai strategi nasional pada bulan September 2008 melalui Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 852/Menkes/SK/IX/2008. Strategi ini menjadi acuan bagi mereka yang terlibat dalam dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi pelaksanaan program STBM.
34
35
Semua upaya perbaikan akses air minum dan sanitasi perlu pembiayaan yang memadai. Setiap desa, kecamatan, kabupaten dan provinsi perlu membuat perkiraan biaya untuk setiap unsur kegiatan. Perkiraan biaya ini dikaitkan dengan rencana kegiatan perubahan perilaku maupun pembangunan fasilitas di setiap lokasi sasaran.
Kiat Sukses: Perlu Pembiayaan Suatu program hanya dapat terlaksana jika didukung oleh dana yang memadai. Program Air Bersih Dan Sanitasi memerlukan dana untuk biaya sosialisasi, pelatihan fasilitator dan tim teknis, pendampingan
Contoh unsur kegiatan yang butuh pembiayaan di tiga tahap kegiatan Kajian Dan Penyusunan Rencana 1. Pengiriman tenaga untuk pengumpulan informasi dan pelaksanaan survei. 2. Pemeriksaan sampel air di laboratorium. 3. Pembahasan hasil kajian dan penyusunan rencana kerja.
masyarakat selama pemicuan, biaya pemeriksaan laboratorium, serta untuk biaya monitoring dan evaluasi, juga biaya transportasi dan penyewaan ruangan. Sumber dana utama adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Sumber dana tambahan adalah Anggaran Pendapatan
Perubahan Perilaku
dan Belanja Negara (APBN) melalui Dana Alokasi Khusus (DAK). Kegiatan pemicuan bisa ditetapkan
1. Pelaksanaan sosialisasi untuk lembaga terkait.
sebagai kegiatan Puskesmas setempat, sehingga dapat didanai oleh Bantuan Operasional Kesehatan
2. Pelaksanaan pelatihan untuk warga dan lembaga terkait.
(BOK). Alokasi Dana Desa (ADD) bisa juga dimanfaatkan, walaupun jumlahnya tidak besar.
Siapkan Proposal dan Galang Mitra Rencana program yang tertuang dalam proposal dapat menjadi media komunikasi dengan berbagai
3. Proses pendampingan dan pelatihan pendamping. 4. Transportasi dan akomodasi ke lokasi kegiatan.
lembaga calon mitra kerjasama. Kecamatan dapat mengajukan proposal ke kabupaten, kabupaten
Pembangunan Fasilitas Air Minum atau Jamban
mengajukan ke Pemerintah Provinsi dan/atau ke Pemerintah Pusat. Kerjasama dengan lembaga diluar
1. Perolehan/pembelian cetakan.
pemerintahan dapat dijajaki, misalnya lembaga donor atau perusahaan. Semua kerjasama berawal
2. Transportasi cetakan ke lokasi kegiatan.
dari proposal yang menuangkan dengan jelas rencana kegiatan dan tujuan yang ingin dicapai.
3. Pelatihan tenaga teknis untuk menggunakan cetakan.
Proposal juga berisi kebutuhan biaya dan bantuan teknis.
4. Pemantauan pembuatan PAH dan jamban. 5. Pemantauan operasi dan perawatan fasilitas.
36
Foto: Koleksi UNICEF
Pro gram
Komitmen anggaran sebaiknya dibuat untuk jangka waktu lebih dari satu tahun. Ini dikarenakan semua upaya perbaikan akses sanitasi butuh waktu lebih dari satu tahun. Perencanaan tahunganda (multi-year planning) merupakan pendekatan paling bijak. Pembahasan antar tingkatan pemerintahan juga akan memastikan bahwa rencana kerja dan perkiraan biaya yang disusun sesuai dengan kebutuhan nyata.
Foto: Qipra/2012/Taufik S.
4
Rencanakan
Pelajari kondisi dan kebutuhan di wilayah sasaran, dan susun rencana program. Tentukan kegiatan yang perlu dilakukan, sumberdaya yang dibutuhkan dan identifikasi mitramitra yang dapat diajak kerjasama.
Foto: Koleksi UNICEF
Foto: Koleksi Qipra
Pembiayaan untuk Air Minum dan Sanitasi
37
Foto: Koleksi UNICEF
Foto: Koleksi UNICEF
5
Siapkan
Tim Kerja
Tugaskan lembaga dan individuindividu untuk turun ke lapangan dan memulai program.
6
Sosialisasi Program
Jelaskan program ke semua tingkatan pemerintahan, agar ada pemahaman yang sama, dan koordinasi yang lancar.
Kiat Sukses:
Kiat Sukses:
Tunjuk Penanggung Jawab
Sosialisasikan Secara Berjenjang
Identifikasi SKPD yang akan berperan dalam program air dan sanitasi yang akan dilaksanakan.
Sosialisasi program dilakukan dari tingkat pusat ke provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, kelurahan,
Tunjuk salah satu SKPD sebagai penanggung jawab program, dan berikan mandat yang jelas secara
sampai pada tingkat desa, bahkan dusun. Dilakukan secara berjenjang, tingkat yang lebih tinggi
tertulis. Arahkan SKPD lain agar menjalankan fungsi sesuai kompetensi dan tugas masing-masing.
meneruskan pengetahuan ke tingkat pemerintahan dibawahnya sampai kepada masyarakat.
SKPD penanggung-jawab menyusun rencana kerja rinci dan menunjuk unit atau individu yang perlu
Kerjasama yang baik antar instansi pemerintahan yang terkait dengan program sangat mendukung
menjalankan peran kunci.
kesuksesan program.
Siapkan Pendamping
Dokumentasikan Setiap Langkah
Pendamping masyarakat dapat berupa perorangan ataupun lembaga swadaya masyarakat. Pilihlah
Setiap kegiatan sosialisasi, perencanaan, dan pelaksanaan kegiatan sebaiknya didokumentasikan
pendamping yang mempunyai kepedulian dan kompetensi di bidang pemberdayaan masyarakat,
dengan baik. Dokumentasi ini dapat menjadi catatan perjalanan program, yang bermanfaat saat
air minum, sanitasi dan/atau lingkungan hidup. Pendamping masyarakat dapat direkrut oleh
harus melaporkan proses dan hasil program. Catatan tersebut juga akan berguna saat upaya replikasi
Dinas Kesehatan atau SKPD penanggung-jawab. Para pendamping sebaiknya mendapat pelatihan
di lokasi lain akan dilakukan. Dokumentasi sebaiknya mencakup catatan kegiatan, foto atau video
untuk perkenalan program dan pendekatannya, serta membekali mereka dengan informasi teknis.
pelaksanaan kegiatan, serta daftar nama individu dan lembaga yang terlibat.
Kementerian Kesehatan dapat dimintakan bantuan teknis untuk pelaksanaan pelatihan.
38
39
Cara BAB yang Benar Pilar pertama STBM melarang BAB secara sembarangan (Baca boks: Lima Pilar STBM, hal. 35). Perubahan
Foto: Koleksi UNICEF
perilaku BAB bukan sekedar pindah lokasi, tetapi ada syarat-syarat yang harus dipenuhi. Bagaimana cara melakukan BAB yang benar? Dan bagaimana kondisi jamban yang baik? BAB dikatakan sembarangan jika dilakukan di sembarang tempat, dapat terlihat orang lain, dan bahkan dilakukan bersama dengan orang lain. Tinja dibiarkan begitu saja di tempat terbuka, sehingga
7
dapat terlihat atau tersentuh oleh orang lain atau hewan. Tinja juga dapat mencemari lingkungan,
Rancang Kegiatan Lapangan
Lakukan dialog dengan masyarakat untuk menentukan kegiatankegiatan yang akan dilakukan dan lokasinya. Tuangkan hasil dialog dalam Rencana Kegiatan Masyarakat.
khususnya air sungai, air laut dan air tanah. BAB di sawah, kebun, pekarangan, comberan, sungai atau laut digolongkan sebagai BAB sembarangan. BAB yang benar harus dilakukan di jamban tertutup agar dapat menjaga privasi penggunanya. Jamban harus memiliki lubang pembuangan tinja dan selanjutnya ditutup atau ditimbun dengan tanah. Hal ini untuk menjaga agar tinja tidak lagi terlihat dan tidak tercium baunya. Jamban yang baik tidak harus mewah dan mahal, yang penting dapat memenuhi syarat-syarat yang diperlukan.
Kiat Sukses: Sisipkan di Kegiatan Masyarakat Pesan-pesan perilaku hidup bersih dan sehat dapat disampaikan secara informal. Cari cara penyampaian pesan yang sesuai untuk masyarakat yang dituju. Salah satu caranya dengan menyisipkan penyampaian pesan pada forum atau kegiatan warga yang sudah ada dan rutin dilaksanakan. Jalinlah komunikasi yang baik dengan masyarakat. Bangun komunikasi dua arah. Biarkan mereka terlibat dalam memilih forum yang tepat, beri kesempatan untuk memberikan masukan dalam setiap kegiatan yang dilakukan. Bangunlah rasa memiliki sehingga mereka tidak merasa terpaksa untuk menjalani.
Rangkul Tokoh Berpengaruh Dekati tokoh masyarakat yang berpengaruh, dan jelaskan program dan tujuannya. Buatlah para tokoh tersebut percaya bahwa program membawa perubahan yang baik. Niscaya masyarakat lain akan mengikuti. Jadikan tokoh masyarakat sebagai pintu masuk dan pembawa pesan perubahan perilaku.
Foto: Qipra/2012/Taufik S.
40
41
Kader Desa
Foto: Koleksi UNICEF
Foto: Koleksi UNICEF
8
Siapkan
Identifikasi sejumlah warga di masing-masing desa yang akan menjadi kader sukarela. Beri pelatihan dan jelaskan tanggungjawabnya. Kader desa akan berperan setelah para pengelola program dan pendamping tidak lagi di lokasi. Tugas kader desa adalah terus menyampaikan pesan perilaku bersih dan sehat, serta memantau perilaku masyarakat.
9
Lakukan
Pemicuan Masyarakat
Adakan kegiatan-kegiatan yang mendorong terpicunya masyarakat terhadap perilaku bersih dan sehat. Pemicuan merupakan proses yang penting dilalui dan ditekuni, dan sulit diprediksi waktu yang diperlukan.
Kiat Sukses:
Kiat Sukses:
Identifikasi Kader Desa (Sukarela)
Peran Pendamping
Buatlah pertemuan warga di masing-masing desa. Identifikasi siapa yang bersedia secara sukarela
Para pendamping bertugas memfasilitasi proses pembelajaran masyarakat dalam proses pemicuan.
menjadi kader desa. Jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan. Kader desa bisa berasal dari tokoh
Keragaman kepribadian dalam sebuah komunitas akan menjadi tantangan yang cukup berat. Oleh
agama, tokoh pemuda, perempuan atau Kepala Desa. Yang pasti kaum perempuan, sebagai tokoh
karena itu penting bagi seorang pendamping untuk kreatif dan memiliki insting kuat dalam melakukan
kunci dalam pola hidup sehat keluarga, wajib untuk dilibatkan.
pendekatan kepada masyarakat.
Adakan Pelatihan
Tentukan Lokasi
Berikan pelatihan untuk para kader desa terpilih. Melalui pelatihan ini para kader desa diharapkan
Tentukan lokasi pemicuan. Salah satu jenis kegiatan pemicuan yang sering dilakukan adalah transect
dapat memahami perilaku hidup bersih dan sehat, serta teknik komunikasi dan pemantauan. Selain
walk. Dalam transect walk, pendamping membawa masyarakat ke lokasi dimana tindakan BAB
itu, setelah mengikuti pelatihan ini pada kader desa diharapkan bisa melakukan proses pemicuan
sembarangan sering dilakukan. Peserta diminta membuat sebuah peta wilayah desa dan memberikan
sehingga masyarakat yang menjadi target bisa terpicu dan merubah perilaku tidak sehat mereka.
tanda dimana mereka biasa melakukan BAB sembarangan.
Memilih Teknologi Saat pemicuan, masyarakat diajak memikirkan teknologi yang paling tepat untuk digunakan. Para pendamping dan tenaga ahli memaparkan pilihan teknologi yang bisa dipertimbangkan, lalu membahas dengan masyarakat semua kelebihan dan kekurangan masing-masing pilihan. Akhirnya, masyarakat yang memilih teknologi yang diinginkan.
42
43
Tangga Sanitasi Saat beralih dari BAB sembarangan ke perilaku BAB yang lebih sehat, setiap keluarga mempunyai pilihan untuk membuat jenis jamban yang sesuai dengan kemampuan dan keinginannya masingmasing. Namun, dengan berjalannya waktu, diharapkan bahwa keluarga dapat meningkatkan kualitas Foto: Koleksi Qipra
jamban yang dimilikinya, sampai ke tingkat yang paling baik. Tahapan peningkatan kualitas jamban ditunjukkan dengan tangga sanitasi, yang menggambarkan jamban yang paling sederhana sampai dengan jamban yang memenuhi semua persyaratan kesehatan dan kebersihan.
10
Jadwalkan
Pendampingan
Sepakati saat-saat dimana para pendamping harus ada di wilayah sasaran. Jadwalkan interaksi dengan warga sesuai kesepakatan. Siapkan pula pemantauan pasca-deklarasi, dimana kehadiran para pendamping secara rutin tidak lagi diharapkan.
3
Leher angsa Leher angsa butuh air yang cukup banyak untuk pembilasan. Air juga berfungsi untuk mengurangi bau, ciri kebersihan dan sebagai tanda berfungsi tidaknya kloset. Leher angsa dapat dibeli di toko atau dibuat sendiri dengan menggunakan cetakan.
Kiat Sukses:
2
Susun Peraturan Desa Pendamping dapat membantu Kepala Desa dan warga membahas dan menyusun Peraturan Desa. Isi peraturan merupakan kesepakatan yang mengikat semua warga tentang perilaku BAB, dan diharapkan
Plengsengan Plengsengan dapat dibuat sendiri dengan kemiringan tertentu supaya tinja tidak langsung jatuh kebawah, tetapi melalui media kloset. Air hanya dibutuhkan untuk membilas. Penutupnya sebaiknya yang mudah diangkat atau dipindahkan.
mendorong perilaku yang konsisten. Sanksi bagi pelanggaran juga disepakati dan dituangkan dalam Peraturan Desa.
Serah Terima ke Kader Desa Umumnya, tugas pendamping berakhir saat status terbebas dari BAB sembarangan sudah dicapai. Setelah itu, monitoring dan evaluasi menjadi tanggung-jawab para aparat dan kader desa. Sebelum masa tugas para pendamping berakhir, diharapkan semua pengetahuan, data dan informasi sudah di-serah-terimakan dari pendamping kepada para kader desa, agar kader desa dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
44
1
Cemplung Cemplung bentuknya berupa lubang yang menyalurkan tinja ke dalam tanah. Dapat dikelilingi bangunan yang tidak permanen. Cemplung tidak memerlukan air untuk pembilasan. Penutupnya sebaiknya yang mudah diangkat atau dipindahkan.
45
Foto: Koleksi Qipra
Daftar Istilah
11
Nyatakan Wilayah Terbebas dari BAB sembarangan
Setelah teruji bahwa wilayah sudah terbebas dari BAB sembarangan, siapkan dan umumkan pernyataan resmi atau deklarasi. Pernyataan dimaksudkan sebagai pengakuan dari pihak pemerintah tingkat tertinggi, maupun sebagai apresiasi terhadap partisipasi masyarakat.
ADD
: Alokasi Dana Desa
LSM
: Lembaga Swadaya Masyarakat
AMPL
: Air Minum dan Penyehatan Lingkungan
NTT
: Nusa Tenggara Timur
ORMAS
: Organisasi Massa
APBD
: Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
PAH
: Penampung Air Hujan
APBN
: Anggaran Pendapatan Belanja Negara
PAM RT
: Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga
BAB
: Buang Air Besar
PERDA
: Peraturan Daerah
BABS
: Buang Air Besar Sembarangan
PERDES
: Peraturan Desa
BAPPEDA
: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
PHBS
: Perilaku Hidup Bersih Sehat
BLT
: Bantuan Langsung Tunai
Kiat Sukses:
BOK
: Bantuan Operasional Kesehatan
Monitoring dan Evaluasi
BPD
: Badan Pengurus Desa
Pemantauan terhadap perilaku dan perawatan fasilitas oleh masyarakat harus terus dilakukan. Selain
BUSER
: Buru Sergap
CSR
: Corporate Social Responsibility
dan juga kuantitas air untuk memastikan kesehatan lingkungan tetap terjaga.
CLTS
: Community-Led Total Sanitation
Antisipasi Pasca Deklarasi
CTPS
: Cuci Tangan Pakai Sabun
Setelah deklarasi terbebas dari BAB sembarangan masih ada hal-hal yang perlu diperhatikan
DPRD
: Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
itu monitoring dan evaluasi secara resmi juga dilakukan pemerintah, terutama Dinas Kesehatan setempat, melalui penugasan sanitarian. Pemerintah juga secara berkala perlu memeriksa kualitas air
pemerintah. Dalam jangka menengah, tanki septik dibawah masing-masing jamban akan membutuhkan pengurasan dan penanganan lumpur tinja. Selain itu, PAH membutuhkan obat pencegahan jentik nyamuk. Pemerintah patut merencanakan upaya penanganan lumpur tinja dan pengadaan obat pencegahan jentik nyamuk, serta memastikan tersedianya dana dan layanan yang memadai. Dialog dengan masyarakat tentang upaya pasca deklarasi patut dilakukan, sehingga kesadaran masyarakat tentang perilaku hidup sehat yang sudah terbangun dapat terus terjaga.
FRP
: Fiberglass Reinforced Plastic
KAP
: Knowledge, Attitude, Practice
KEMENKES
: Kementerian Kesehatan
KLB
: Kejadian Luar Biasa
LAB KESLING : Laboratorium Kesehatan Lingkungan LKMD
46
POKJA AMPL : Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan POSYANDU : Pos Pelayanan Terpadu PUSKESMAS : Pusat Kesehatan Masyarakat RASKIN
: Beras untuk Rumah Tangga Miskin
RKM
: Rencana Kerja Masyarakat
RT
: Rukun Tetangga
RW
: Rukun Warga
SD
: Sekolah Dasar
SD INPRES
: Sekolah Dasar Instruksi Presiden
SKPD
: Satuan Kerja Perangkat Daerah
SMS
: Short Message Service
STBM
: Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
UNICEF
: United Nations Children’s Fund
: Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa
47
DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik Kabupaten Ende. Pulau Ende dalam Angka 2011. Hans. 2009. Unicef sampaikan Penghargaan kepada Pemkab Ende. NTT Onlinenews.com. Kabupaten Ende. Laporan Kegiatan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Kabupaten Ende Tahun 2006 – 2011. Mukherjee, Nilanjana & Shatifan Nina .2008. The CLTS Story in Indonesia: Empowering communities, transforming institutions, furthering decentralization. AMPL Obor, Hans. 2011. UNICEF Deklarasi Stop BABS di Pulau Ende. NTT Onlinenews.com. Pamsimas. Field Book: Sanitation Ladder (Tangga Sanitasi). Pius, Romualdus. 2011. Pulau Ende Bebas BABS. Tribunnews.com UNICEF . 2008. WES-NTT News. Edisi 1, tahun 2008. Kupang. UNICEF. 2009. Modul Pelatihan: Promosi Hygiene Melalui Mimbar Agama Islam. Kerjasama UNICEF dengan Dinas Kesehatan dan Pemerintah Kabupaten Ende Tahun 2009. UNICEF. 2009. Status and Trends Drinking Water and Sanitation in East Asia and the Pacific. Bangkok. UNICEF. 2010. Annual Report 2010. UNICEF Indonesia Country Office. Willetts J, Wicken J, Robinson A. 2008. Meeting the Sanitation and Water Challenge in South-East Asia and the Pacific : Synthesis Report on The Sanitation and Water Conference. International Water Centre . www.ampl.or.id www.hierobokilia.blogspot.com www.portal.endekab.go.id www.ristek.go.id www.sanitasi.or.id www.sipriseko.blogspot.com www.stbm-indonesia.org www.watercentre.org
48
Untuk keterangan Lebih lanjut hubungi:
Sekretariat STBM Nasional
Direktorat Penyehatan Lingkungan, Direktorat Jenderal PP dan PL Gedung D Lantai 1 - Jl. Percetakan Negara No. 29, Jakarta Pusat 10560 - PO BOX 223 Telp. (021) 4209930 Ext: 182, (021) 42886822, Fax: (021) 42886822