2018 BUKU I PENDAHULUAN
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Berdasarkan UU RI Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat, disebabkan oleh faktor alam dan non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologi. Bencana terbagi menjadi dua bagian yaitu bencana alam dan bencana non alam. Bencana Alam adalah bencana yang terjadi akibat serangkaian peristiwa alam seperti gempa bumi, tsunami, tanah longsor, banjir, angin topan, gunung meletus dan kekeringan dan bencana non alam adalah bencana yang terjadi akibat serangkaian peristiwa non alam seperti epidemi dan wabah penyakit, gagal modernisasi, dan kegagalan teknologi. Salah satu bencana yang hampir terjadi setiap tahun di Indonesia adalah Banjir. Menurut (Yulaelawati, 2008) banjir adalah peristiwa meluapnya aliran sungai akibat air melebihi kapasitas tampungan sungai sehingga meluap dan menggenangi dataran atau daerah yang lebih rendah di sekitarnya. Menurut data statistik yang diambil dari situs resmi BNPB mengenai distribusi tipe bencana dan korban jiwa pada tahun 2018, banjir menempati urutan kedua setelah angin puting beliung dengan 374 peristiwa dan peringkat pertama dengan jumlah korban terdampak banjir sebesar lebih dari 660.000 orang. Solo merupakan salah satu kota yang sering terkena bencana banjir. Solo mendapatkan suplai air yang melimpah dari Kali Samin dan Kali Dengkeng. Kemungkinan tanggul di Samin ada yang jebol sampai Jembatan Mojo tidak bisa dilewati. Pada tahun 2017 Kota Solo mengalami hujan dengan intensitas tinggi yang mengakibatkan terjadinya bencana banjir. Kelurahan Sewu merupakan salah satu kawasan yang sering terkena banjir, karena di Kelurahan Sewu ini berdekatan dengan sungai Bengawan Solo, Kali Pepe dan Kali Basonto. Pada tahun 2017 Kelurahan Sewu mengalami banjir yang cukup parah, ketinggian air Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
1
2018 BUKU I PENDAHULUAN
di Kelurahan Sewu telah mencapai selutut orang dewasa. Sekitar 60 Kepala Keluarga (KK) di Kelurahan Sewu yang tempat tinggalnya terdampak banjir luapan Bengawan Solo. Kelurahan Sewu adalah salah satu wilayah yang sering terkena bencana banjir ini berada di wilayah Kecamatan Jebres, Kota Surakarta. Kelurahan Sewu berada di bagian timur Kota Surakarta. Berbatasan langsung dengan Sungai Bengawan Solo yang memisahkan Kota Solo dengan Kabupaten Sukoharjo. Kelurahan ini dialiri oleh dua sungai yang bermuara ke Bengawan Solo, yakni Kali Basonto (dari arah Kelurahan Jagalan) dan Kali Pepe. Daerah ini kerap dilanda banjir yang seringkali disebabkan oleh luapan air kedua sungai tersebut dan genangan air yang tidak leluasa masuk sungai. curah hujan yang tinggi terutama di puncak musim hujan kerap membuat Kelurahan Sewu menjadi langgganan daerah terjadinya banjir tahunan. Selain itu, kawasan ini tidak didukung dengan penyediaan
infrastruktur
yang
mampu
untuk
melayani
kebutuhan
masyarakat sehingga Kelurahan Sewu menjadi daerah yang rentan akan terjadinya bencana banjir. Selain berbatasan dengan Bengawan Solo, kawasan perencanaan Kelurahan Sewu dibatasi oleh Jalan RE. Martadinata disebelah utara, berhimpitan dengan Kelurahan Gandekan di bagian barat, serta dibatasi Kali Pepe dan sebagian Kelurahan Sangkrah di bagian selatan. Perencanaan kelurahan ini memiliki luas wilayah 36 hektar, yang terbagi menjadi 6 RW dan 26 RT. Kelurahan Sewu dihuni oleh 7.302 (2017) jiwa yang terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 3.648 jiwa dan perempuan sebanyak 3.654 jiwa. Data monografi kelurahan tahun 2017, menyebutkan jumlah kepala keluarga di Kelurahan Sewu ada 2.308 KK. Menurut RTRW Kota Surakarta tahun 2011-2031 Kelurahan Sewu ditetapkan sebagai kawasan permukiman yang memiliki kepadatan tinggi. Hal tersebut disebabkan meningkatnya jumlah penduduk serta rumah yang ada di Kelurahan Sewu sehingga memicu masyarakat untuk membangun rumah pada tempat yang tidak semestinya dan cenderung sporadis. Seperti contoh daerah sempadan sungai yang dilarang untuk didirikan bangunan. Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
2
2018 BUKU I PENDAHULUAN
Masalah-masalah yang terjadi sebagaimana telah disebutkan diatas tidak bisa terus dibiarkan terjadi karena akan mempengaruhi berbagai sektor pembangunan yang ada terutama dalam perkembangan kawasan itu
sendiri. Maka dari itu, dibutuhkan perencanaan yang komprehensif
dengan meninjau berbagai aspek yang ada untuk mengoptimalkan Kelurahan Sewu dalam penyediaan infrastruktur permukiman yang berbasis bencana. 1.2
Tujuan dan Sasaran Adapun tujuan dan sasaran pada studio proses perencanaan ini adalah : 1.2.1
Tujuan Menyusun rencana pengoptimalan perencanaan infrastruktur permukiman
Kawasan
Sewu
yang berbasis
bencana
untuk
peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan mempertimbangkan berbagai sektor tahun 2019-2039. 1.2.2 Sasaran Sasaran untuk pencapaian tujuan dapat dipaparkan dalam beberapa tahap sebagai berikut: 1. Menentukan deliniasi kawasan rawan bencana secara makro dengan wilayah Subosukawonosraten. 2. Menentukan deliniasi kawasan rawan bencana banjir dengan metode penyusunan teori pada tabel variabel. 3. Mengidentifikasi isu-isu sektoral awal melalui impresi kawasan SWOT berdasarkan : a. Identifikasi sektor kebijakan, meliputi kebijakan di dalam dan di luar kawasan. b. Identifikasi sektor kelembagaan, meliputi tugas pokok dan fungsi lembaga / instansi formal di kawasan perencanaan. c. Identifikasi sektor pembiayaan pembangunan, meliputi anggaran yang digunakan dalam pengembangan kawasan perencanaan.
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
3
2018 BUKU I PENDAHULUAN
d. Identifikasi sektor fisik dasar, meliputi SKL kemampuan lahan, analisa kemampuan lahan, dan indikasi pencemaran lingkungan yang terjadi. e. Identifikasi sektor demografi, meliputi struktur penduduk, karakteristik penduduk, dan partisipasi masyarakat. f. Identifikasi sektor sosial budaya, meliputi karakteristik sosial dan budaya di masyarakat g. Identifikasi sektor ekonomi, meliputi jenis pekerjaan penduduk, retribusi industri, perdagangan, maupun kegiatan komersial lainnya h. Identifikasi sektor sarana, meliputi fasilitas publik yang umum digunakan masyarakat di kawasan perencanaan . i. Identifikasi sektor prasarana, meliputi infrastruktur jaringan yang umum digunakan masyarakat di kawasan perencanaan. j. Identifikasi sektor transportasi, meliputi sarana prasarana yang berkaitan dengan sistem transportasi . k. Identifikasi sektor tata guna lahan, meliputi kesesuaian lahan terhadap kondisi eksisting. l. Identifikasi sektor pembiayaan pembangunan, 4. Menyusun isu sektoral yang saling berhubungan menjadi sub isu yakni: a. Isu-isu sektoral dikelompokkan setelah diidentifikasi. b. Kelompok isu sektoral tersebut dicari penyebabnya. c. Didapatkan sub-sub isu yang spesifik. d. Semuanya dilakukan dengan pohon isu menggunakan teknik penyusunan berdasarkan sebab akibat 5. Merumuskan isu strategis belum optimalnya perencanaan infrastruktur permukiman Kawasan Sewu yang berbasis bencana untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat 6. Menentukan
tujuan
dan
sasaran
perencanaan
penataan
permukiman berbasis kawasan rawan bencana banjir di kawasan perencanaan. Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
4
2018 BUKU I PENDAHULUAN
7. Menyusun desain survei sebagai persiapan awal sebelum melakukan survei lapangan sebagai berikut : a. Identifikasi kebutuhan data baik data sekunder maupun primer b. Penyusunan metode survei c. Penyusunan manajemen survei d. Penyusunan instrumen survei 8. Melakukan survei lapangan dan pengumpulan data di kawasan perencanaan 9. Mengompilasi data dari masing-masing sektor yang didapatkan ketika survei. 10. Menganalisis data pada masing-masing sektor. 11. Menyusun hasil analisis menjadi karakteristik spesifik kawasan perencanaan.
1.3
Ruang Lingkup 1.3.1. Ruang Lingkup Wilayah Ruang lingkup wilayah adalah batasan atau cakupan wilayah perencaanaan yang menjadi objek studi mata kuliah studio proses perencanaan. Ruang lingkup wilayah ini berfungsi sebagai batasan dalam melihat kawasan perencanan sekaligus mengidentifikasi permasalahan yang terdapat didalamnya. Lingkup wilayah yang dijadikan objek studi studio proses adalah kawasan rawan bencana di Subosukawonosraten. Untuk menentukan ruang lingkup wilayah, ada beberapa tahap yang harus dilakukan. Pertama, adalah menentukan
delineasi
kawasan
rawan
bencana
di
Subosukawonosraten, yang kedua lalu menentukan delineasi kawasan rawan bencana banjir di Subosukawonosraten. Penentuan delineasi pertama yaitu kawasan rawan bencana di Subosukawonosraten menggunakan 5 kriteria kawasan rawan bencana Subosukawonosraten. Kriteria terpilih untuk kawasan rawan bencana Subosukawonosraten yaitu : Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
5
2018 BUKU I PENDAHULUAN
1. Kawasan rawan bencana banjir di Subosukawonosraten 2. Kawasan rawan tanah longsor di Subosukawonosraten 3. Kawasan rawan gunung api di Subosukawonosraten 4. Kawasan rawan kebakaran di Subosukawonosraten 5. Kawasan rawan kekeringan di Subosukawonosraten
Kriteria terpilih ini kemudian dipetakan untuk mendapatkan lingkup kawasan rawan bencana Subosukawonosraten. Berikut adalah peta tematik dari kriteria perkotaan :
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
6
Gambar 1.1 Peta Kriteria 1 : Peta Rawan Bencana Banjir di Subosukawonosraten Sumber : inarisk.bnpb.go.id
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
7
Gambar 1.2 Peta Kriteria 2 : Peta Rawan Bencana Tanah Longsor di Subosukawonosraten Sumber : inarisk.bnpb.go.id
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
8
Gambar 1.3 Peta Kriteria 3 : Peta Rawan Bencana Gunung Api di Subosukawonosraten Sumber : inarisk.bnpb.go.id
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
9
Gambar 1.4 Peta Kriteria 4 : Peta Rawan Bencana Kebakaran di Subosukawonosraten Sumber : inarisk.bnpb.go.id
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
10
Gambar 1.5 Peta Kriteria 5 : Peta Rawan Bencana Kekeringan di Subosukawonosraten Sumber : inarisk.bnpb.go.id
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
11
‘ Gambar 1.6 Peta Perencanaan Makro Kawasan Rawan Bencana Subosukawonosraten Sumber : inarisk.bnpb.go.id
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
12
2018 BUKU I PENDAHULUAN Setelah semua kriteria dipetakan, kemudian didapatkan lingkup kawasan rawan bencana seperti pada gambar (Gambar 1.6). Kawasan rawan
bencana
ini
melingkup
kabupaten-kabupaten
di
Subosukawonosraten. Lingkup kawasan rawan bencana yang digunakan bukan merupakan batasan administratif melainkan batasan fugsional sesuai dengan kriteria dari kawasan rawan bencana. Setelah
mendapatkan
lingkup
kawasan
rawan
bencana
Subosukawonosraten langkah selanjutnya adalah melakukan delineasi kawasan rawan bencana banjir, guna mendapatkan wilayah delineasi di kawasan rawan bencana Subosukawonosraten yang sesuai dengan kriteria kawasan rawan bencana. Proses delineasi kawasan perencanaan menggunakan 6 kriteria kawasan rawan bencana banjir. Kriteria terpilih untuk kawasan rawan bencana banjir : 1. Kawasan yang berada di dataran rendah 2. Kawasan yang curah hujan tinggi 3. Kawasan yang daya serap tanah rendah 4. Kawasan yang berada di dekat sungai 5. Kawasan yang kepadatan bangunan tinggi
Kriteria terpilih ini kemudian dipetakan untuk mendapatkan lingkup kawasan rawan bencana banjir Subosukawonosraten. Berikut adalah peta tematik dari kriteria kawasan rawan bencana banjir :
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
13
Gambar 1.7 Peta Kriteria 1 : Kawasan Dataran Rendah di Subosukawonosraten Sumber : Tim Kelompok 4 Studio Proses Perencanaan Tahun 2018
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
14
Gambar 1.8 Peta Kriteria 2 : Kawasan yang Memiliki Curah Hujan Tinggi di Subosukawonosraten Sumber : Tim Kelompok 4 Studio Proses Perencanaan Tahun 2018
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
15
Gambar 1.9 Peta Kriteria 3 : Kawasan Daya Serap Tanah di Subosukawonosraten Sumber : Tim Kelompok 4 Studio Proses Perencanaan Tahun 2018
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
16
Gambar 1.10 Peta Kriteria 4 : Kawasan Terdampak Banjir di Subosukawonosraten Sumber : Tim Kelompok 4 Studio Proses Perencanaan Tahun 2018
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
17
Gambar 1.11 Peta Kriteria 5 : Kawasan yang Memiliki Kepadatan Bangunan Tinggi di Subosukawonosraten Sumber : Tim Kelompok 4 Studio Proses Perencanaan Tahun 2018
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
18
Gambar 1.12 Peta Overlay Kawasan Rawan Bencana Banjir Subosukawonosraten Sumber : Tim Kelompok 4 Studio Proses Perencanaan Tahun 2018
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
19
2018 BUKU I PENDAHULUAN Setelah semua kriteria kawasan rawan bencana dipetakan, kemudian dilakukan overlay semua kriteria, maka didapatkan lingkup wilayah yang akan dijadikan perencanaan. Terdapat 14 kawasan rawan bencana banjir yang tersebar di Subosukawonosraten. Kawasan tersebut tersebar di 4 kabupaten, meliputi 5 kawasan di Kota Surakarta, 5 kawasan di Kabupaten Sukoharjo, 2 kawasan di Kabupaten Wonogiri, 1 kawasan di Kabupaten Klaten, dan 1 kawasan di Kabupaten Sragen. Untuk mendapatkan kawasan delineasi terpilih digunakan variabel urgensi. Variabel tersebut menggunakan data track record jumlah kejadian banjir dalam kurun waktu 5 tahun terakhir dan penelusuran dokumen RTRW berdasarkan peta RTRW Kabupaten terkait tahun 20112031.Berikut adalah tabel track record jumlah kejadian banjir di kawasan rawan bencana banjir Subosukawonosraten dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. Tabel 1.1 track record jumlah kejadian banjir dalam kurun waktu 5 tahun terakhir Desa/Kelurahan Sewu Pucangsawit Sangkrah Semanggi Gadingan Palur Cawas Baturetno Wonogiri Pranan Laban Sragen Telukan
Jumlah Kejadian 6 5 5 5 4 2 2 2 0 0 0 0 0
Keterangan Banjir Tahunan Banjir Tahunan Banjir Tahunan -
Sumber : Tim Kelompok 4 Studio Proses Perencanaan Tahun 2018
Menurut data Track Reccord, jumlah kejadian banjir paling banyak berada di Kelurahan Sewu, dengan jumlah kejadian banjir sebanyak 6 kali dengan keterangan banjir tahunan.
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
20
2018 BUKU I PENDAHULUAN Selanjutnya, variabel urgensi menggunakan penelusuran dokumen RTRW berdasarkan Peta RTRW Kabupaten terkait tahun 2011-2031. Variabel urgensi tersebut digunakan untuk melihat penggunaan lahan di kawasan perencanaan. Berikut adalah tabel penggunaan lahan kawasan rawan bencana banjir berdasarkan RTRW. Tabel 1.2 Penggunaan Lahan berdasarkan RTRW kabupaten terkait tahun 20112031 Desa / Kelurahan Palur
Peruntukan Permukiman Permukiman Perdesaan
Keterangan
Sarana
Sawah
Pucangsawit Permukiman Perkotaan
Perumahan Kepadatan Sedang
Industri
Sewu
Permukiman Perkotaan
Perumahan Kepadatan Tinggi
Pendidikan, Kepadatan dan Jasa
Sangkrah
Permukiman Perkotaan
Perumahan Kepadatan Tinggi
Semanggi 1
Permukiman Perkotaan
Perumahan Kepadatan Tinggi
RTH
Semanggi 2
Permukiman Perkotaan
Perumahan Kepadatan Tinggi
Perdagangan dan Jasa
Gadingan
Permukiman Perdesaan
Sawah
Laban
Permukiman Perdesaan
Sawah
Telukan
Permukiman Perdesaan
Sawah
Pranan
Permukiman Perdesaan
Sawah
Cawas
Permukiman Perdesaan
Sawah
Wonogiri
Permukiman Perkotaan
Baturetno
Permukiman Perkotaan
Sragen
Permukiman Perkotaan
Sumber:RTRW Kabupaten Sukoharjo,Kota Surakarta, Kabupaten Klaten, Kabupaten Wonogiri Tahun 2011-3031 Setelah dilakukan pemilihan kawasan melalui variabel urgensi, kawasan delineasi terpilih adalah kawasan rawan bencana banjir Sewu dengan kriteria: memiliki jumlah track record terbesar, dilanda banjir tahunan, perumahan dengan kepadatan tinggi, serta terdapat sarana pendidikan, perdagangan, dan jasa.
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
21
Gambar 1.13 : Peta Perencanaan Teripilih : Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu Sumber : Tim Kelompok 4 Studio Proses Perencanaan Tahun 2018 Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
22
2018 BUKU I PENDAHULUAN Kawasan delineasi terpilih adalah kawasan rawan bencana banjir Sewu yang terletak di Kelurahan Sewu, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta (Gambar 1.12). Perencanaan kawasan rawan bencana banjir menggunakan batasan fungsional sebagai lingkup wilayah bukan menggunakan batasan administratif. Secara geografis batasan wilayah kawasan perencanaan adalah sebagai berikut :
Batas Utara
: Jl. RE. Martadinata
Batas Selatan
: Sungai Pepe, Kelurahan Sangkrah
Batas Timur
: Sungai Bengawan Solo, Kabupaten Sukoharjo
Batas Barat
: Jl. Tanggul, Kelurahan Gandekan
1.3.2. Ruang Lingkup Substansi Dalam mata kuliah studio perencanaan ini akan disusun rencana yang menganut prinsip perencanaan yaitu perencanaan kawasan strategis. Prinsip perencanaan kawasan strategis ini berarti rencana untuk mengembangkan kawasan untuk peruntukan tertentu. Ruang lingkup substansi ini menyangkut beberapa aspek: a. Aspek kebijakan, meliputi kebijakan di dalam dan di luar kawasan. b. Aspek kelembagaan, meliputi beserta tugas pokok dan fungsi lembaga/instansi formal di kawasan perencanaan c. Aspek pembiayaan pembangunan, meliputi meliputi anggaran yang digunakan dalam pengembangan kawasan perencanaan. d. Aspek fisik dasar, meliputi keadaan fisik dasar dan indikasi pencemaran di kawasan perencanaan. e. Aspek demografi, meliputi karakteristik penduduk dan partisipasi masyarakat. f. Aspek sosial budaya, meliputi karakteristik sosial dan budaya di masyarakat
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
23
2018 BUKU I PENDAHULUAN g. Aspek ekonomi, meliputi aktivitas ekonomi penunjang kawasan rawan bencana banjir dengan dominasi peruntukan permukiman h. Aspek sarana, meliputi fasilitas yang menunjang kawasan rawan bencana banjir. i. Aspek prasarana, meliputi jaringan listrik, jaringan drainase, jaringan air bersih, jaringan persampahan, jaringan air limbah, dan jaringan telekomunikasi, j. Aspek transportasi, meliputi sarana prasarana yang berkaitan dengan sistem transportasi k. Aspek tata guna lahan, meliputi kesesuaian lahan terhadap kondisi eksisting
1.3.3. Ruang Lingkup Waktu Dalam dokumen RDTRK Kota Surakarta yang berjangka waktu 2011-2031 maka lingkup waktu tersebut kami jadikan untuk lingkup waktu dokumen perencanaan dalam studio proses ini. Dalam dokumen RDTRK Kota Surakarta Tahun 2011-2031 berjangka waktu selama 20 tahun, maka dokumen perencanaan dalam studio proses ini yakni Tahun 2019-2039. 1.4
Isu Wilayah Perencanaan Untuk mengidentifikasi isu di wilayah perencanaan, kami membuat impresi awal kawasan perencanaan dari beberapa sektor dan masing-masing sektor memiliki Strength (kekuatan), Weakness (kelemahan), Opportunity (peluang), dan Threat (ancaman).
Tabel 1.3 Impresi Kawasan SWOT
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
24
2018 BUKU I PENDAHULUAN
KEBIJAKAN Strength Terdapat program relokasi rumah warga di bantaran Sungai Bengawan Solo untuk mengatasi permukiman liar
Weakness
Opportunity
Threat
Kawasan perencanaan merupakan wilayah permukiman dan perumahan di Kota Surakarta yang potensial berada dalam kondisi tertinggal atau terisolasi
Terdapat program penataan Kali Pepe di kawasan perencanaan
Kelurahan Sewu ditetapkan sebagai daerah rawan banjir
Kawasan perencanaan diperuntukkan sebagai kawasan permukiman menurut RDTR Surakarta KELEMBAGAAN Strength
Weakness
Terdapat banyak lembaga yang menaungi kegiatan masyarakat
Opportunity
Threat
Adanya kelembagaan (BPBD) dalam menjalankan tugas sebagai relawan
Terdapat SIBAT di kawasan perencanaan PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Strength
Weakness
Adanya alokasi dana dari swadaya masyarakat untuk pembangunan di bidang sosial
Opportunity
Threat
Adanya alokasi dana dari APBD/APBN untuk pembangunan infrastruktur FISIK DASAR
Strength
Weakness
Kondisi lereng memiliki kestabilan tinggi
Terletak di dataran rendah dan berbatasan langsung dengan Sungai Bengawan Solo
Opportunity
Threat Hujan dengan intensitas tinggi menyebabkan banjir di kawasan perencanaan
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
25
2018 BUKU I PENDAHULUAN
Memiliki topografi yang relatif datar
Dilanda banjir tahunan sebagai akibat dari curah hujan tinggi
Kualitas air tanah memenuhi standar
Dialiri dua sungai yang kerap meluap ketika hujan Jenis tanah di kawasan perencanaan merupakan tanah alluvial sehingga sulit menyerap air Terdapat indikasi polusi air di Sungai Pepe karena banyak warga yang masih membuang sampah di sungai DEMOGRAFI
Strength
Weakness
Opportunity
Mayoritas penduduk kawasan perencanaan merupakan penduduk dengan usia produktif Tidak terdapat penduduk yang buta huruf Tingkat pendidikan mayoritas penduduk tamat SLTA / sederajat
Mayoritas penduduk bekerja sebagai buruh
Threat
SOSIAL BUDAYA Strength Adanya program siskamling yang dilakukan secara rutin
Weakness
Opportunity
Masih ada masyarakat yang membuang sampah di sungai
Event-event budaya yang ada di Kelurahan Sewu dapat menaikkan perekonomian rakyat
Threat
Adanya ragam kegiatan sosial di masyarakat EKONOMI Strength
Weakness
Opportunity
Threat
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
26
2018 BUKU I PENDAHULUAN
Terdapat ragam kegiatan ekonomi di dalam kawasan perencanaan Strength Adanya sarana peribadatan berupa gereja dan masjid
Beragam kegiatan ekonomi di kawasan perencanaan kurang berkembang SARANA Weakness Tidak adanya proteksi kebakaran
Ketersediaan sarana kesehatan berupa puskesmas dan apotek di kawasan perencanaan Terdapat sarana perdagangan dan jasa berupa pasar tanggul , koperasi keuangan syariah dan pertokoan Terdapat sarana pelayanan umum berupa PT. Network Indonesia Terdapat pos pengamanan berupa poskamling
Opportunity
Threat
Terdapat sarana perdagangan dan jasa berupa ATM Adanya pos pemantauan banjir
Terdapat Ruang Hijau berupa lapangan dan lahan kosong Ketersediaan sarana pendidikan berupa SD,SMP Terdapat titik kumpul guna evakuasi bencana banjir Terdapat sarana pemerintahan dan pelayanan umum PRASARANA Strength
Weakness
Opportunity
Threat
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
27
2018 BUKU I PENDAHULUAN
Jaringan listrik di kawasan perencanaan memadai
Prasarana air limbah di kawasan perencanaan kurang memadai
Terdapat jalur evakuasi di kawasan perencanaan
Tidak tersedianya jaringan proteksi kebakaran
Tercukupinya kebutuhan air bersih di kawasan perencanaan Terdapat BTS di kawasan perencanaan
Tidak adanya tempat pembuangan sampah di kawasan perencanaan Saluran drainase kurang memadai
Terdapat pintu air sebagai bentuk mitigasi bencana banjir
Terdapat tanggul sebagai bentuk mitigasi bencana banjir TRANSPORTASI Strength
Weakness Beberapa jalan lingkungan memiliki lebar yang tergolong sempit
Opportunity
Threat
Jalan Ir.Juanda merupakan jalan lokal primer yang dilalui angkutan umum
Tidak ada angkutan umum yang melintas di kawasan perencanaan Tidak adanya jalur pedestrian di kawasan perencanaan Sebagian jalan lingkungan belum beraspal Sebagian jalan tanggul rusak TATA GUNA LAHAN Strength
Weakness
Ketersediaan ruang terbuka hijau di kawasan perencanaan
Kawasan perencanaan tergolong dalam kawasan perumahan
Opportunity
Threat
Pemanfaatan sempadan sungai menjadi kawasan budidaya ruang
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
28
2018 BUKU I PENDAHULUAN
berkepadatan tinggi menurut RTRW Kota Surakarta Penyalahgunaan pemanfaatan lahan di daerah sempadan sungai sebagai perumahan Kurang tertatanya pembangunan perumahan
terbuka hijau di luar kawasan perencanaan
Sumber : Tim Kelompok 4 Studio Proses Perencanaan Tahun 2018
Berdasarkan identifikasi karakteristik awal kawasan kemudian ditarik isu-isu penting yang terdapat di kawasan perencanaan dari masing-masing sektor, kemudian dibuat pohon isu dengan pendekatan sebab-akibat. Setelah mencari hubungan keterkaitan antar berbagai isu sektoral kemudian dikelompokkan menjadi empat sub isu yang menonjol, yakni : 1. Masih
rendahnya
kondisi
sosial
ekonomi
pada
kawasan
perencanaan. 2. Adanya peluang penanggulangan dalam mengatasi masalah bencana banjir. 3. Menurunnnya fungsi permukiman di kawasan perencanaan karena adanya konflik lahan. 4. Masih rendahnya kondisi infrastruktur di kawasan perencanaan. Dari berbagai masalah dan isu sektor yang terdapat di kawasan perencanaan ditemukan isu strategis yaitu “Belum optimalnya penataan infrastruktur berbasis bencana banjir untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat kawasan perencanaan�. Berikut adalah pohon isu yang telah disusun menggunakan pendekatan sebab-akibat :
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
29
Gambar 1.14 Pohon Isu
Sumber : Tim Kelompok 4 Studio Proses Perencanaan Tahun 2018
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
30
2018 BUKU I PENDAHULUAN
1.5
Alur Pekerjaan Proses penyusunan dokumen perencanaan kawasan rawan bencana Banjir di Kelurahan Sewu dilakukan melalui beberapa tahapan kegiatan. Alur pekerjaan dari kegiatan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Perencanaan Kawasan Perencanaan Tahapan awal dari proses perencanaan adalah mendeliniasi kawasan perencanaan. Tujuan dari deliniasi adalah untuk memilih kawasan
studi
yang sesuai dengan tema
yang ditetapkan
kawasan rawan bencana di daerah Sobosukawonosraten. melakukan
perencanaan kawasan
rawan bencana banjir,
yaitu
Sebelum langkah
pertama yaitu menentukan perencanaan kawasan rawan bencana di daerah Sobosukawonosraten.
Kriteria terpilih untuk kawasan rawan
bencana Subosukawonosraten yaitu : 1. Kawasan rawan bencana banjir di Subosukawonosraten. 2. Kawasan rawan tanah longsor di Subosukawonosraten. 3. Kawasan rawan gunung api di Subosukawonosraten. 4. Kawasan rawan kebakaran di Subosukawonosraten. 5. Kawasan rawan kekeringan di Subosukawonosraten Kemudian
kriteria
tersebut
diaplikasikan
Sobosukawonosraten. Setelah mendapatkan
pada
perencanaan
daerah kawasan
rawan bencana selanjutnya melakukan perencanaan kawasan rawan bencana banjir sebagai kawasan perancanaan. Kawasan rawan bencana ini melingkupi kabupaten-kabupaten di kawasan rawan bencana Subosukawonosraten yang sesuai dengan kriteria kawasan rawan bencana. Kriteria yang terpilih untuk kawasan rawan bencana banjir : 1. Kawasan yang berada di dataran rendah. 2. Kawasan yang curah hujan tinggi. 3. Kawasan yang daya serap tanah rendah. 4. Kawasan yang berada di dekat sungai. 5. Kawasan yang kepadatan bangunan tinggi Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
31
2018 BUKU I PENDAHULUAN Kemudian kriteria tersebut diaplikasikan pada kawasan rawan bencana banjir daerah Sobosukawonosraten.
Kawasan
yang
sesuai
dengan kriteria-kriteria kawasan rawan banjir di Sobosukawonosraten kemudian dipilih kembali menggunakan variabel urgensi menggunakan data track record jumlah kejadian banjir dalam kurun waktu 5 tahun terakhir dan penelusuran dokumen RTRW berdasarkan peta RTRW Kabupaten terkait tahun 2011-2031. Kawasan yang memiliki track record dengan jumlah tertinggi serta kesesuaian RTRW untuk permukiman kepadatan tinggi maka kawasan tersebut yang menjadi kawasan perencanaan. 2. Mengidentifikasi Isu awal dan Isu strategis Setelah
menentukan
kawasan
perencanaan
kemudian
mengidentifikasi isu-isu awal kawasan. Isu-isu kawasan dapat berupa potensi, peluang, tantangan, ancaman, dan limitasi yang mencakup keseluruhan dari objek yang dikaji. Dari isu-isu awal yang didapatkan melalui impresi kawasan kemudian dikaitkan
satu
sama
lain.
Keterkaitan isu satu dengan yang lainnya akan membentuk sub isu yang memperlihatkan keterkaitan dari beberapa aspek. Sub isu tersebut kemudian akan mengerucut pada suatu isu yang bersifat komprehensif, yaitu isu strategis. 3. Merumuskan Tujuan dan Sasaran Awal Tujuan awal adalah kondisi ideal yang akan dicapai berdasarkan isu strategis yang telah diperoleh berdasarkan impresi kawasan. Sasaran awal ini bertujuan untuk mencapai tujuan yang telah dibuat melalui beberapa kegiatan. Tujuan dan sasaran awal ini disusun berdasarkan informasi awal kondisi kawasan perencanaan. 4. Menyusun Desain Survei Desain Survei merupakan persiapan sebelum melakukan survei. Persiapan tersebut terdiri masing-masing
sektor,
dari
menyiapkan
kebutuhan
data
instrumen survei, dan manajemen
dari
survei.
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
32
2018 BUKU I PENDAHULUAN Kebutuhan data berupa tabel kebutuhan data yang berisi 1) data, 2) jenis data, 3) bentuk data, 4) Unit data, 5)
teknik pengumpulan data, 6)
sumber, 7) tahun data. Instrument survei berisi kuisioner, wawancara, peta, borang ketersedian data (survei literatur). Manajemen survei berisi kegiatan yang dilakukan beserta jadwalnya 5. Mengumpulkan dan Mengkompilasi Data Pada tahap ini, dilakukan pengumpulan data yang dibutuhkan untuk perencanaan kawasan sesuai dengan tujuannya. Pengumpulan data terdiri dari data primer maupun data sekunder. Data primer adalah data
yang
didapatkan
secara
langsung
di
lapangan
melalui
wawancara, observasi, angket dan kuisioner. Sedangkan data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain
dan
tidak
dipersiapkan untuk kegiatan penelitian, tetapi dapat digunakan untuk tujuan penelitian, misalnya studi dokumen dari instansi terkait. Setelah dilakukan
pengumpulan
data,
kemudian
dilakukan kompilasi.
Kompilasi merupakan tahap pengolahan data awal sebelum masuk analisis
data. Kompilasi
data
dilakukan
agar
data
siap
untuk
dilakukan analisis. 6. Menganalisis data Tahap ini merupakan tahap analisis data yang diperoleh dari hasil pengkompilasian data menurut data yang telah dikumpulkan. Tujuan dari pengkompilasian dan analisis data ini adalah untuk memverifikasi isu awal guna mendapatkan isu strategis. 7. Menyusun Karakteristik Spesifik Kawasan Karakteristik kawasan
didapatkan dari hasil
analisis
data.
Setiap sektor memiliki karakteristik kawasan yang menjadi isu-isu sektoral kawasan. 8. Memverifikasi Isu Strategis, Tujuan, dan Sasaran Perencanaan Tahap
ini merupakan pembuatan kembali dari
isu
strategis,
tujuan, dan sasaran dengan memverifikasi isu strategis, tujuan, dan Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
33
2018 BUKU I PENDAHULUAN sasaran awal. Setelah diverifikasi maka akan didapatkan kembali isu strategis,
tujuan,
dan
sasaran
perencanaan yang nantinya akan
digunakan untuk memperoleh karakteristik yang spesifik dari objek perencanaan. Sehingga dalam perumusan ini digunakan pernyataan kualitatif yang lebih spesifik dan lebih mendetail dari objek perencanaan.
Gambar 1.15 Diagram Alur Pekerjaan
Perencanaan Kawasan Perencanaan
Mengidentifikasi Isu Awal dan Merumuskan Isu Strategis
Merumuskan Tujuan dan Sasaran Awal
Menyusun Desain Survei
Mengumpulkan dan Mengkompilasi Data
Menganalisis Data
Menyusun Karakteristik Spesifik Kawasan
Memverifikasi Isu Strategis, Tujuan, dan Sasaran Perencanaan
Sumber : Tim Kelompok 4 Studio Proses Perencanaan Tahun 2018
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
34
2018 BUKU I PENDAHULUAN
1.6
Sistematika Pelaporan Sistematika pelaporan pada mata kuliah Studio Proses Perencanaan terdiri dari:
BAB I PENDAHULUAN Berisi tentang Latar Belakang, Tujuan dan Sasaran, Ruang Lingkup, Isu Wilayah Perencanaan, Alur Pekerjaan, dan Sistematika Pelaporan. Tujuan dari bab ini adalah untuk mengetahui gambaran umum dari Kawasan Sewu sebagai daerah rawan bencana banjir yang berbasis permukiman.
BAB II PROSES PERENCANAAN DALAM TEORI Berisi tentang teori urgensi dan proses perencanaan serta teori aspek perencanaan dari setiap sektor. Tujuan bab ini adalah untuk mengatasi permasalahan yang muncul pada gambaran umum yang diselesaikan dengan teori-teori perencanaan.
BAB III METODE PERENCANAAN Berisi tentang Pendekatan Perencanaan, Prinsip Perencanaan, Asumsi Perencanaan, Data Dasar, Proses Perencanaan, Proses dan Teknik Analisis, dan Kerangka Analisis. Tujuan bab ini adalah mengumpulkan metode-metode yang dilakukan dalam proses penyusunan rencana.
BAB IV DESAIN SURVEI Berisi tentang Kebutuhan Data, Pendekatan Survei, Instrumen Survei dan Jadwal Survei. Tujuan dari bab ini adalah untuk mempersiapkan hal yang terkait dengan survei yang akan dilakukan sebagai arahan untuk mempermudah dalam mencari data.
BAB V MANAJEMEN SUMBER DAYA DAN JADWAL PEKERJAAN Berisi tentang Struktur Organisasi dan Jadwal Pekerjaan. Tujuan dari bab ini adalah untuk mengetahui pembagian tugas setiap anggota kelompok dan mengetahui jadwal pekerjaan untuk melakukan tahapan kegiatan dalam penyusunan dokumen perencanaan.
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
35
2018 BUKU I PENDAHULUAN
BAB 2 PROSES PERENCANAAN DALAM TEORI
Pada bab ini akan dijelaskan tentang literatur yang menerangkan teori urgensi dan proses perencanaan beserta aspek-aspeknya. Penjelasan ini seterusnya digunakan sebagai dasar analisis pada laporan analisis. 2.1
Urgensi dan Proses Perencanaan Berikut adalah urgensi dan proses perencanaan yang berkaitan dengan strategis awal Kawasan Sewu. 2.1.1 Urgensi Perencanaan Urgensi perencanaan adalah teori yang menguatkan dalam suatu kondisi untuk dilakukan perencanaan. Dengan kata lain teori urgensi menguatkan isu yang ada, menjadi layak atau perlu untuk direncanakan. Dalam urgensi perencanaan akan dibahas mengenai pentingnya perencanaan. 2.1.1.1 Pentingnya Perencanaan Menghadapi realitas kehidupan yang menunjukkan adanya kesenjangan kesejahteraan mengakibatkan adanya pekerjaan berat kepada para ahli pembangunan termasuk di dalamnya para pembuat kebijakan. Upaya pembangunan yang terencana dapat dilakukan untuk mencapai tujuan pembangunan yang dilakukan. Dalam mencapai tujuan dibutuhkan perencanaan matang yang menghasilkan rencana yang sistematis dan logis. UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mendefinisikan perencanaan sebagai suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Perencanaan Pembangunan Daerah menurut PP 8 Tahun
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
36
2018 BUKU I PENDAHULUAN 2008 adalah suatu proses penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang
melibatkan
berbagai
unsur
pemangku
kepentingan
didalamnya, guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya yang ada dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial dalam suatu lingkungan wilayah / daerah dalam jangka waktu tertentu. Perencanaan adalah proses yang kontinyu, yang menyangkut pengambilan keputusan atau pilihan mengenai bagaimana memanfaatkan sumberdaya yang ada semaksimal mungkin guna mencapai tujuan-tujuan tertentu di masa depan (Conyer, 1984). Perencanaan juga bersifat strategis, baik tempat maupun waktu, pelaksanaannya bersifat rasional dan menghasilkan suatu tindakan nyata
yang
menyangkut
perencanaan
tentang
pemenuhan
kebutuhan pelayanan yang sifatnya mendasar dan berdampak luas. Widodo (2006: 9-10) berpendapat bahwa diperlukannya perencanaan dalam proses pembangunan memiliki beberapa alasan, antara lain : 1.
Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan Cepatnya perubahan yang dialami masyarakat akibat perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan memiliki dampak tersembunyi yang bisa sangat merusak tatanan yang dimiliki masyarakat. Pesatnya perkembangan ini dapat dilihat dari indikator semakin meningkatnya jumlah kendaraan bermotor di suatu daerah.
Dengan kata lain, mobilisasi
penduduk dari daerah ke daerah lain menjadi semakin mudah untuk dilakukan. Hal ini dapat berakibat buruk bagi sebuah daerah dimana penduduknya memilih untuk bekerja di daerah lain namun memilih bertempat tinggal di daerah tersebut. Hal ini
berarti
daerah
tersebut
tidak
akan
mengalami
perkembangan ekonomi yang berarti dibandingkan dengan daerah dimana para penduduk tersebut bekerja. Potensi Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
37
2018 BUKU I PENDAHULUAN kemunduran yang demikianlah yang patut menjadi perhatian dalam sebuah proses perencanaan. 2.
Dampak Suatu pembangunan pasti akan memiliki dampak yang akan muncul setelah proses tersebut selesai. Dampak buruk dari sebuah proses pembangunan sering kali menjadi sesuatu hal yang sulit diperbaiki mengingat proses tersebut telah melibatkan banyak pihak dalam pelaksanaannya. Untuk itulah proses perencanaan pembangunan yang tepat diperlukan sehingga
dampak
negatif
dari
pembangunan
bisa
diminimalisir. 3.
Waktu Proses pembangunan yang dilakukan tentu saja memiliki keterbatasan waktu pelaksanaan, biaya serta ruang lingkup
pelaksanaannya.
Tanpa
adanya
perencanaan
pembangunan yang akurat, pembangunan mungkin dilakukan dalam kurun waktu yang cukup lama meskipun sebenarnya pelaksanaannya dapat diselesaikan dalam waktu singkat. Selain itu, perencanaan juga dapat berperan sebagai tolok ukur keberhasilan pelaksanaan pembangunan sehingga proses pembangunan yang dilakukan dapat dimonitor pihak-pihak terkait tidak terkecuali masyarakat luas. Menurut Arsyad (2004:117-118) perencanaan diperlukan untuk : 1. Dengan perencanaan diharapkan terdapatnya suatu pengarahan kegiatan, adanya pedoman bagi pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang ditujukan kepada pencapaian tujuan pembangunan. 2. Dengan perencanaan dapat dilakukan suatu perkiraan potensipotensi, prospek-prospek perkembangan, hambatan serta resiko yang mungkin dihadapi pada masa yang akan datang. Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
38
2018 BUKU I PENDAHULUAN 3. Perencanaan memberikan kesempatan untuk mengadakan pilihan yang terbaik. 4. Dengan perencanaan dilakukan penyusunan skala prioritas dari segi tujuan. 5. Perencanaan sebagai alat untuk mengukur atau standar untuk mengadakan pengawasan evaluasi. 2.1.1.2 Perencanaan permukiman berbasis mitigasi bencana banjir di Surakarta Perencanaan adalah suatu proses menentukan apa yang ingin dicapai di masa yang akan datang serta menetapkan tahapantahapan yang dibutuhkan untuk mencapainya. (Alder (1999) dalam Rustiadi (2008 h.339)). Sedangkan Mitigasi bencana, menurut UU No 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, merupakan serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. Perencanaan berbasis mitigasi bencana alam merupakan sebuah konsep yang harus betul-betul dipahami oleh para pembuat kebijakan. Alam tempat kita tinggal merupakan merupakan hasil ciptaan-Nya melalui proses geologi yang sangat panjang. Ketika kita ingin membuat sebuah perencanaan untuk pembangunan dan kemasalahan umat manusia, kita harus pintar-pintar melihat dan memahami proses alam. Apabila kita pintar memahami proses alam dan lingkungan sekitarnya maka apa yang ada di alam akan menjadi sumber daya namun apabila gagal, maka apa yang di alam akan menjadi sumber bencana. Kota Surakarta merupakan satu dari banyak kota di Indonesia yang daerah atau kawasannya beresiko terkena bencana Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
39
2018 BUKU I PENDAHULUAN alam. Bencana alam terutama banjir menjadi sebuah bencana yang hampir setiap tahun terjadi terutama saat puncak musim hujan. Morfologi kota Surakarta yang mendukung dan adanya sungai yang melintasi kota Surakarta membuat resiko banjir semakin tinggi. Alasan inilah yang menjadikan suatu perencanaan terutama di daerah permukiman di kota Surakarta terkait mitigasi bencana perlu untuk dilakukan. Banyak ahli mendefinisikan kawasan rawan bencana terutama banjir secara spesifik dengan ciri tertentu. Berikut definisi dan bahasan terkait permukiman dan kawasan rawan bencana banjir menurut para ahli : Tabel 2.1 Tabel Sintesa Teori Mengenai Rawan Bencana Banjir
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
40
Perka BNBP,�Pedoman penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana,� No.4 tahun 2008,hal.9.,
Potensi terjadinya ancaman bencana banjir dan tanah longsor saat Ini disebabkan keadaan badan sungai rusak, kerusakan daerah tangkapan air, pelanggaran tata-ruang wilayah, pelanggaran hukum meningkat, perencanaan pembangunan kurang terpadu, dan disiplin masyarakat yang rendah1
Siswoko, 1996
Pusat Penanggulangan Krisis Departemen Kesehatan RI Jakarta, 2007
IDEP, 2007
Sintesis
faktor yang menyebabkan terjadinya banjir akibat dari aktivitas manusia, yaitu: Aktivitas tata guna lahan dengan tanpa memperhatikan kaidahkaidah konservasi tanah dan air sehingga mengakibatkan hutan rusak dan pemadatan tanah sehingga berpengaruh terhadap kemampuan tanah dalam meloloskan air (infiltrasi) sehingga mempercepat proses terjadinya banjir, pemakaian air tanah yang berlebihan, Pembendungan daerah aliran air tanpa memperhitungkan dampak yang akan ditimbulkan, Pembangunan pemukiman dan pengolahan lahan pertanian di daerah dataran banjir, dan Kesalahan perencanaan dan implementasi pembangunan kawasan dan pemeliharaan sarana dan prasarana pengendali banjir
Terjadinya banjir disebabkan oleh beberapa hal, antara lain curah hujan yang tinggi dalam waktu yang lama, terjadinya hambatan di muara sungai akibat terjadinya pasang naik yang bersamaan dengan puncaknya volume air yang mengalir di sungai, perubahan kondisi lahan pada daerah aliran sungai (DAS) baik di hulu, tengah dan hilir akibat adanya penebangan hutan, pengembangan pemukiman, industri dan lain-lain, terjadinya penurunan permukaan tanah akibat penyedotan air tanah secara berlebihan terutama di daerah perkotaan, perubahan penggunaan lahan dari daerah pertanian, perkebunan dan hutan menjadi permukiman yang menyebabkan berkurangnya daerah resapan air.
Pembangunan tempat pemukiman dimana tanah kosong diubah menjadi jalan atau tempat parkir yang menyebabkan hilangnya daya serap air hujan. Pembangunan tempat pemukiman bisa menyebabkan meningkatnya risiko banjir sampai 6 kali lipat dibandingkan tanah terbuka yang biasanya mempunyai daya serap tinggi.
Potensi terjadinya ancaman bencana banjir dapat disebabkan oleh aktivitas manusia yaitu pengembangan permukiman secara ekstensif sehingga mengurangi daerah resapan air dan berpengaruh terhadap kemampuan tanah dalam meloloskan air (infiltrasi)
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
41
Ligal, 2008
Banjir dapat terjadi akibat naiknya permukaan air lantaran curah hujan yang diatas normal, perubahan suhu, tanggul /bendungan yang bobol, pencair an salju yang cepat,terhambatny a aliran air di tempat lain
Undang-Undang No.24 Tahun 2007
Dibyosaputro, 1984
Kodoatie dan Sugiyanto (2002)
Sintesis
Bencana banjir biasanya terjadi curah hujan yang tinggi diatas normal, sehingga sistem pengaliran air yang terdiri dari sungai dan anak sungai alamiah serta sistem saluran drainase dan kanal penampung banjir buatan yang ada tidak mampu menampungakumulasi air hujan tersebut meluap.
Penyebab banjir dan lamanya genangan bukan hanya disebabkan olehmeluapnya air sungai, melainkan oleh kelebihan curah hujan dan fluktuasi mukaair laut khususnya dataran aluvial pantai, unit-unit geomorfologi seperti daerahrawa, rawa belakang, dataran banjir, pertemuan sungai dengan dataran aluvial merupakan tempattempat rentan banjir
Adapun penyebab banjir yang bersifat alamiah antara lain Curah hujan; pengaruh fisiografi, fisiografi sungai, kemiringan sungai, geometri hidrolik; erosi dan sedimentasi; kapasitas sungai; pasang air laut
Bencana banjir secara alamiah dapat dipengaruhi oleh intensitas curah hujan yang berlebihan di suatu tempat
Buku Dinas PU DKI
Bakornas PB (Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana, 2007)
( Pengarahan banjir Uni Eropa)
Sintesis
banjir adalah keadaan aliran air dan atau elevasimuka air dalam sungai atau kali atau kanal yang lebih besar atau lebih tinggi darinormal. Genangan yang timbul di daerah rendah sebagai akibat yang ditimbulkannya juga termasuk dalam pengertian ini.
banjir adalah aliran sungai yang tingginya melebihi muka air normal sehingga melimpas dari palung sungai menyebabkan adanya genangan pada lahan rendah disisi sungai.
banjir sebagai perendaman sementara oleh air pada daratan yang biasanya tidak terendam air.
Banjir mengakibatkan munculnya genangan di daerah dataran rendah
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
42
Sartohadi, 2003
Ketebalan lapisan material tanah pada setiap perlapisan tanah Fluvents menunjukkan lama kejadian banjir
Marco Kusuma Wijaya
Sapoetra, 1987
Sampah bukan faktor utama, struktur tanah dan jenis tanah di Jakarta yang sulit menyerap air juga menjadi penyebab banjir di Jakarta
Bahaya banjir sangat dirasakan akibatnya, misalnya di daerah perkotaan sering dilanda banjir ki riman karena struktur lingkungannya dan pesatnya pengembangan kota menyebabkan penyerapan air huj an kedalam tanah menjadi berkurang, sehingga penga liran air hujan kedalam sungai-sungai akan menjadi tambah besar bahkan mencapai diluar kemampuan sungai untuk menampungnya, disebut juga dengan koefisien limpasan yang besar
Luknanto, 2002
BPBD Kabupaten Bantul
Peraturan Dirjen RLPS No.04 Tahun 2009
Karakteristik DAS sangat dipengaruhi pula oleh letaknya di dalam DAS itu sendiri. Untuk daerah hulu dengan alur sungai yang relatif curam dan bukit-bukit terjal, maka banjir dengan waktu datang sangat singkat sering terjadi. Namun di daerah ini banjir akan datang dengan waktu yang singkat, demikian pula dengan waktu berakhirnya, karena elevasi daerah yang relatif lebih tinggi sehingga air banjir dengan mudah mencari alur keluar. Untuk daerah tengah banjir yang terjadi datangnya tidak secepat pada daerah hulu, demikian pula air banjir biasanya masih mudah untuk diatuskan keluar daerah dengan gaya beratnya sendiri. Pada derah hilir, kemiringan dasar sungai maupun kemiringan tanah di kawasan ini biasanya sangat kecil dan relatif datar. Biasanya waktu datang banjir cukup lama, namun pengatusan air genangan juga mengalami kesulitan.
Penyebab Banjir Permukaan tanah lebih rendah di bandingkan permukaan air laut, Terletak pada suatu cekungan yang di kelilingi perbukitan dengan pengaliran air keluar sempit, Curah hujan tinggi, Banyak pemukiman yang di bangun pada dataran sepanjang sungai, Aliran sungai tidak lancar akibat banyaknya sampah, dan Kurangnya tutupan patahan di daerah hulu sungai.
Banjir merupakan peristiwa dimana daratan yang biasanya kering (bukan daerah rawa) menjadi tergenang oleh air, hal ini disebabkan oleh curah hujan yang tinggi dan kondisi topografi wilayah berupa dataran rendah hingga cekung
Sintesis
Lama kejadian banjir dapat diidentifikasi salah satunya dengan mengetahui struktur dan jenis tanah di suatu lokasi
Sintesis
Tempat yang permukaan tanahnya relatif rendah memiliki potensi dan resiko terpapar banjir lebih besar dibandingkan tempat yang permukaan tanahnya relatif tinggi
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
43
Windy J. Mononimbar dalam Jurnal Penanganan Permukiman Rawan Banjir Di Bantaran Sungai Permukiman bantaran sungai rawan banjir adalah permukiman yang terletak di area sempadan sungai dengan jarak sekitar 0-10 meter dan memiliki kemungkinan sangat besar untuk mengalami banjir yang genangannya melebihi 1m dan lama genangan minimal 24 jam dengan frekuensi kejadian minimal setahun satu sekali.
Keppres Nomor 32 Tahun 1990 dan PP No. 47 Tahun 1997 Lebar sempadan pada sungai besar diluar permukiman minimal 100 meter (m) dan pada anak sungai besar minimal 50 m di kedua sisinya.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 63 Tahun 1993 Adapun batas area sungai dan daerah manfaat sungai adalah sungai bertanggul di wilayah garis sempadan sungai yang ditentukan berjarak 3 (tiga) meter dari tepi tanggul luar dan di wilayah luar kota : 5 (lima) meter dari tepi tanggul luar. Sempadan sungai tak bertanggul di wilayah kota berjarak 10 (sepuluh) meter dari tepi tanggul dan di wilayah luar kota : 15 (lima belas) meter dari tepi tanggul luar
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2011 Garis sempadan pada sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaana berjarak 10 m dengan kedalaman sungai < 3 m, berjarak 15 m dengan kedalaman 3m20m, berjarak 30 m dengan kedalaman > 20 m.
Amirul Muâ&#x20AC;&#x2122;minin Sambas dalam skripsi Kajian Kawasan Berpotensi Banjir Dan Mitigasi Bencana Banjir Pada Sub Daerah Aliran Sungai (Das) Walanae Kecamatan Dua Boccoe Kabupaten Bone
Windy J. Mononimbar dalam Jurnal Penanganan Permukiman Rawan Banjir Di Bantaran Sungai
Adhe Reza Rachmat dan Adjie Pamungkas dalam Jurnal Faktor-Faktor Kerentanan yang Berpengaruh Terhadap Bencana Banjir di Kecamatan Manggala Kota Makassar
wilayah yang memiliki tingkat kepadatan bangunan semakin bertambah tanpa adanya ruang terbuka yang dapat berfungsi untuk menjaga keseimbangan lingkungan. Sehingga kawasan penyerapan semakin berkurang, yang mengakibatkan meningkatnya jumlah limpasan air hujan dan semakin tinggi pula tingkat kerentanan banjir pada wilayah tersebut.
dampak banjir juga diperparah oleh tingkat kepadatan bangunan yang sangat tinggi dengan jarak antar bangunan sekitar 0-1 meter. Kepadatan bangunan menyebabkan hilangnya area resapan air dan ruang-ruang terbuka hijau pada kawasan serta tidak adanya jalur-jalur evakuasi bencana banjir.
Pertumbuhan penduduk yang semakin pesat membuat kepadatan bangunan semakin tinggi. Kondisi tersebut disebabkan oleh tingginya laju konversi lahan hijau menjadi lahan perkerasan, sehingga daerah-daerah resapan menjadi semakin kecil. Kondisi tersebut juga menyebabkan penurunan daya infiltrasi tanah yang mengalami degradasi kemampuan dalam meresap air hujan yang jatuh ke permukaan.
Sintesis
Permukiman yang beresiko terkena bencana banjir adalah permukiman yang dekat dengan sempadan sungai
Sintesis
Pertumbuhan penduduk yang semakin pesat membuat kepadatan bangunan semakin tinggi dan kurangnya daerah resapan air maka kian rentan wilayah tersebut terhadap banjir
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
44
2018
BUKU I PENDAHULUAN
2.1.2 Proses Perencanaan Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Perencanaan dilakukan untuk mengurangi ketidakpastian di masa depan dan melakukan intervensi terhadap kondisi yang ada (Pontoh dkk, 2009). Sebagai suatu proses yang kontinu, proses perencanaan mempunyai karakteristik
utama:
bersifat
siklis;
kesatuan
dalam
ragam
kegiatan/tahapannya; serta tiap tahapan tidak selalu dilakukan secara sekuensial. Hal ini perlu dipahami karena akan mempunyai berbagai implikasi penting yang berkaitan dengan rencana sebagai produknya, sifat kontinuitasnya, serta peranan perencana yang terlibat di dalamnya. Dalam kepustakaan tentang perencanaan wilayah dan kota serta perencanaan pembangunan secara umum, terdapat banyak model yang mengungkapkan bagaimana proses perencanaan dilakukan, dengan mengungkapkan bagaimana proses perencanaan dilakukan dengan menjabarkannya menurut tahapan-tahapan yang lebih rinci dan spesifik. Salah satunya adalah model proses perencanaan oleh Larz.
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
45
2018
BUKU I PENDAHULUAN
Gambar 2.1 Proses Perencanaan menurut Larz Sumber: (Pontoh dkk, 2009) Tahapan rinci proses perencanaan secara umum dapat diuraikan sebagai berikut: (Pontoh dkk, 2009) 1) Pendefinisian persoalan, merupakan titik mula dari siklus dalam proses perencanaan. Berdasarkan pendefinisian persoalan secara benarlah kemudian tujuan dan sasaran dapat dirumuskan. Persoalan adalah suatu kebutuhan yang dipilih untuk dipenuhi atau kesenjangan yang akan ditiadakan. Dalam perumusan persoalan setidaknya ada empat hal yang perlu diperhatikan, yaitu: latar belakang, identifikasi, pembatasan dan perumusan persoalan. 2) Perumusan tujuan dan sasaran. Tujuan dan sasaran dalam pengertian umum merupakan ekspresi prioritas yang ingin dicapai dari kegiatan
perencanaan
yang
dilakukan,
yang
formulasinya
dilakukan pada tahap awal dari siklus perencanaan. Kegiatan perumusan tujuan diarahkan untuk menghasilkan suatu pernyataan yang bersifat kualitatif berkenaan dengan pencapaian yang diinginkan
dari
hasil
perencanaan/kebijaksanaan
dan/atau
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
46
2018
BUKU I PENDAHULUAN
keputusan, yang dapat menjadi pedoman nyata dalam menentukan tindakan yang sesuai untuk mencapainya. Kegiatan perumusan sasaran dalam perencanaan wilayah dan kota dihaarpkan akan menghasilkan
suatu
pernyataan
spesifik
yang
menyangkut
pencapaian tujuan yang bersifat terukur dan mempunyai kerangka waktu dalam pencapaiannya. 3) Pengumpulan data, merupakan suatu proses yang penting, karena dalam perencanaan pengambilan keputusan yang tidak dapat dilakukan tanpa didukung oleh informasi yang memadai. 4)
Analisis data, merupakan pendekatan, metode prosedur atau teknik yang dilakukan untuk menelusuri kondisi historis dan kondisi sekarang dari wilayah perencanaan. Kegiatan analisis mencakup: (Pontoh dkk, 2009) i.
Analisis data dasar, bertujuan untuk mendeskripsikan dan menilai keadaan atau kondisi masa lalu dan masa sekarang sehingga persoalan yang ditemukan didukung oleh data informasi yang relevan.
ii. Analisis prakiraan, dimaksudkan pada tujuan prediktif (memperkirakan perubahan
yang akan terjadi) dengan
menggunakan data time-series (minimal 5 tahun). iii. Analisis penyusunan skenario di masa datang, untum menilai alternatif yang dapat dilakukan atau prediksi terhadap hasil yang mungkin terjadi di masa depan. 5) Identifikasi dan evaluasi alternatif. Manakala terdapat serangkaian tindakan yang mungkin dapat diidentifikasi, tugas perencana selanjutnya adalah membandingkan secara rinci kekurangan dan kelebihan antar alternatif sehingga dapat memberikan informasi kepada pengambil keputusan untuk memilih alternatif terbaik. (Pontoh dkk, 2009) i.
Identifikasi alternatif, pada tahap ini dikemukakan berbagai alternatif rencana, kebijakan atau pemecahan persoalan yang
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
47
2018
BUKU I PENDAHULUAN
mungkin beserta variasi dan kombinasi antara alternatif utamanya. ii. Evaluasi alternatif, proses menganalisis sejumlah alternatif dengan maksud untuk menunjukkan keuntungan dan kerugian secara komparatif serta meletakkannya dalam suatu kerangka yang logis. Dalam tahapan evaluasi ini perlu dilakukan penentuan kriteria evaluasi. Kriteria pada dasarnya adalah pernyataan spesifik, aturan atau standar tentang dimensidimensi sasaran yang akan dipergunakan untuk mengambil keputusan. Kriteria ini misalnya saja menyangkut biaya dan manfaat,
efektifitas,
efisiensi,
pemerataan,
kemudahan
administratif, dan legalitas atau akseptabilitas secara politis. 6) Implementasi. Tahapan pelaksanaan merupakan suatu proses penerjemahan atau perwujudan tujuan dan sasaran kebijaksanaan dalam bentuk program, atau proyek spesifik 7) Pemantauan dan Evaluasi, merupakan dua tahap terakhir dari proses perencanaan sebelum memulai siklus proses perencanaan yang baru. Pemantauan pada dasarnya mengacu pada aktivitas untuk mengukur pencapaian dalam suatu rencana. Pemantauan memberikan masukan bagi sistem pelaporan internal, yang dimaksudkan untuk meningkatkan koordinasi, mengantisipasi persoalan atau mendiagnosanya secara lebih dini sehingga tindakan koreksi jika diperlukan dapat dilakukan. Evaluasi adalah penilaian terhadap kinerja pelaksanaan rencana yang dilakukan dalam jangka waktu tertentu (pada akhir atau pada tahap tertentu di dari pelaksanaan rencana). Evaluasi dimaksudkan untuk belajar dari pengalaman masa lalu, sehingga hal-hal yang direncanakan untuk masa depan adalah sesuatu yang lebih baik.
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
48
2018
BUKU I PENDAHULUAN
2.2. Aspek Perencanaan 2.2.1 Analisis Sektoral 2.2.1.1
Kebijakan Menurut Mustopadidjaja, Kebijakan adalah keputusan suatu
organisasi yang dimaksudkan untuk mengatasi permasalahan tertentu sebagai keputusan atau untuk mencapai tujuan tertentu, berisikan ketentuan-ketentuan yang dapat dijadikan pedoman perilaku dalam (1) pengambilan keputusan lebih lanjut, yang harus dilakukan baik kelompok sasaran ataupun (unit) organisasi pelaksana kebijakan, (2) penerapan atau pelaksanaan dari suatu kebijakan yang telah ditetapkan baik dalam hubungan dengan (unit) organisasi pelaksana maupun dengan kelompok sasaran yang dimaksudkan. Kebijakan adalah aspek yang vital dalam aspek perencanaan. Karena kebijakan adalah produk dari perencanaan itu sendiri. 2.2.1.1.1 Analisis program penyediaan fasilitas perekonomian di kawasan perencanaan Analisis pertama ialah analisis mengenai program penyediaan
fasilitas
perekonomian
di
kawasan
perencanaan. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui program penyediaan fasilitas perekonomian di kawasan perencanaan
dan
realisasi
dari
program-program
tersebut. Data yang diperlukan dalam analisis ini adalah data sekunder yakni data Program Penyediaan Fasilitas Perekonomian
yang ada
di
dalam
Renja
Dinas
Perdagangan serta data dari instansi kelurahan. Hasil dari analisis ini digunakan untuk analisis program penyediaan sarana ekonomi bersama aspek ekonomi sebagai analisis multisektoral.
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
49
2018
BUKU I PENDAHULUAN
2.2.1.1.2 Analisis
program
pemberdayaan
pemerintah
masyarakat
dan untuk
swasta
terkait
meningkatkan
perekonomian Analisis
selanjutnya
ialah
analisis
program
pemerintah dan swasta terkait pemberdayaan masyarakat untuk
meningkatkan
perekonomian.
Analisis
ini
dilakukan untuk mengetahui keberadaan dan realisasi program-program pemberdayaan
pemerintah masyarakat
dan untuk
swasta
terkait
meningkatkan
perekonomian. Data yang digunakan dalam analisis ini adalah data program terkait pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan perekonomian yang terdapat di dalam dokumen dari instansi kelurahan, Renja Dinas Perdagangan serta Renja Dinas Koperasi dan UMKM. Hasil dari analisis ini digunakan untuk menganalisis program pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan perekonomian sebagai analisis multisektoral bersama dengan aspek sosial budaya. 2.2.1.1.3 Analisis kesesuaian arahan tata ruang dengan kondisi eksisting Analisis selanjutnya adalah analisis kesesuaian arahan tata ruang dengan kondisi eksisting. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui arahan tata ruang yang telah ditetapkan sudah sesuai dengan kondisi eksisting atau belum. Data yang digunakan dalam analisis ini adalah data sekunder yakni data aturan terkait arahan tata ruang yang terdapat dalam dokumen RTRW Kota Surakarta dan RDTR Kota Surakarta. 2.2.1.1.4 Analisis program penanggulangan bencana banjir
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
50
2018
BUKU I PENDAHULUAN
Analisis selanjutnya ialah analisis program penanggulangan bencana banjir. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui keberadaan dan realisasi program penanggulangan banjir dalam kawasan perencanaan. Data sekunder yang digunakan dalam analisis ini adalah Data program penanggulangan banjir yang terdapat di dalam dokumen RTRW Kota Surakarta, RPJMD Kota Surakarta, RDTR Kawasan I Kota Surakarta, Renja DPU, dan Renja DLH. Hasil dari analisis ini digunakan untuk analisis tingkat kerawanan banjir sebagai analisis multisektoral. 2.2.1.1.5 Analisis
kesesuaian
pemanfaatan
lahan
terkait
penanggulangan bencana banjir Analisis
selanjutnya
ialah
kesesuaian
pemanfaatan lahan terkait penanggulangan bencana banjir.
Analisis
ini
bertujuan
untuk
mengetahui
kesesuaian pemanfaatan lahan di kawasan perencanaan yang merupakan kawasan rawan banjir apakah sudah sesuai arahan yang berlaku. Data yang digunakan dalam analisis ini adalah data sekunder yakni data pemanfaatan lahan terkait penanggulangan bencana banjir yang bersumber dari RTRW Kota Surakarta dan RDTR Kawasan I Kota Surakarta. 2.2.1.1.6 Analisis program terkait perencanaan dan penataan permukiman Analisis selanjutnya adalah analisis program terkait perencanaan dan penataan permukiman. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui keberadaan serta realisasi dari program-program perencanaan serta penataan permukiman yang sudah direncanakan. Data yang
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
51
2018
BUKU I PENDAHULUAN
digunakan dalam analisis ini adalah data sekunder yaitu data program perencanaan dan penataan permukiman yang
bersumber
dari
Renja
Dinas
Perumahan,
Permukiman dan Pertanahan, RTRW dan RDTR Kota Surakarta. 2.2.1.1.7 Analisis realisasi/kesesuaian program penyediaan sarana dan prasarana Analisis
selanjutnya
kesesuaian/realisasi
program
ialah
analisis
mengenai
penyediaan
sarana dan prasarana dalam kawasan perencanaan. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui keberadaan dan realisasi/kesesuaian
program-program
mengenai
penyediaan sarana dan prasarana dalam kawasan perencanaan. Data yang digunakan dalam analisis ini adalah data sekunder yakni data program penyediaan sarana prasarana yang terdapat pada dokumen RPJMD Kota Surakarta, Renja DPU Kota Surakarta, RDTR Kawasan I Kota Surakarta dan RTRW Kota Surakarta. 2.2.1.1.8 Analisis kesesuaian program terkait penyelenggaraan sistem transportasi Analisis selanjutnya ialah kesesuaian program terkait penyelenggaraan sistem transportasi. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui keberadaan dan realisasi program-program
terkait
penyelenggaraan
sistem
transportasi. Data yang digunakan dalam analisis ini adalah data sekunder yakni data program terkait penyelenggaraan sistem transportasi yang terdapat dalam dokumen Renja DPU, Renja Dinas Perhubungan Kota Surakarta, RPJMD Kota Surakarta dan RTRW Kota Surakarta.
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
52
2018
BUKU I PENDAHULUAN
2.2.1.2. Kelembagaan Menurut Ensiklopedia Sosiologi. â&#x20AC;&#x153;Institusiâ&#x20AC;? sebagaimana didefinisikan oleh Macmillan, adalah merupakan seperangkat hubungan norma-norma, keyakinan-keyakinan, dan nilai-nilai yang nyata, yang terpusat pada kebutuhan-kebutuhan sosial dan serangkaian tindakan yang penting dan berulang. Selain pengertian lembaga menurut para ahli di atas, kelembagaan juga memiliki tupoksi nya masing-masing. Tupoksi atau Tugas Pokok dan Fungsi adalah sasaran utama atau pekerjaan yang dibebankan kepada organisasi untuk dicapai dan dilakukan. Aspek kelembagaan dalam perencanaan
membahas
mengenai
eksistensi
dan
kinerja
kelembagaan, baik formal maupun non formal yang ada di kawasan perencanaan dan perannya dalam pengembangan kawasan tersebut. Aspek kelembagaan menjadi penting karena lembaga menjadi salah satu pelaksana rencana yang mempengaruhi keberhasilan dari suatu rencana pengembangan kawasan. Untuk itu analisis mengenai aspek ini perlu dilakukan untuk melihat peran lembaga formal dan non formal, sehingga dapat diketahui kesesuaian peran yang dilakukan dengan tugas pokok dan fungsi lembaga tersebut. 2.2.1.2.1. Analisis keberadaan dan fungsi lembaga bidang sosial baik lembaga formal dan non formal Analisis ini bertujuan untuk mengetahui keberadaan dan fungsi lembaga bidang sosial baik lembaga formal dan non formal, sehingga dapat diketahui apakah peran suatu lembaga bidang sosial di kawasan perencanaan sudah sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya atau belum. Data yang dibutuhkan adalah data tugas, fungsi dan kinerja lembaga di kawasan perencanaan terkait bidang sosial yang didapatkan dari instansi kelurahan kawasan perencanaan dan Peraturan Walikota No. 27-c Tahun 2016. Hasil analisis ini akan digunakan untuk Analisis program terkait kegiatan sosial kemasyarakatan
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
53
2018
BUKU I PENDAHULUAN
baik lembaga formal maupun nonformal sebagai analisis multisektor. 2.2.1.2.2. Analisis lembaga yang mengkoordinir mitigasi bencana Analisis
ini
bertujuan
untuk
mengetahui
keberadaan dan fungsi lembaga yang mengkoordinir mitigasi bencana, sehingga dapat diketahui apakah peran suatu lembaga yang mengkoordinir mitigasi bencana di kawasan perencanaan sudah sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya atau belum. Data yang dibutuhkan adalah Data tugas, fungsi dan kinerja lembaga di kawasan perencanaan terkait mitigasi bencana yang didapatkan dari instansi kelurahan kawasan perencanaan dan Peraturan Walikota No. 27-c Tahun 2016. Hasil analisis ini digunakan untuk analisis tingkat kerawanan bencana sebagai analisis multisektoral. 2.2.1.2.3 Analisis
lembaga
yang
mengatur
perencanaan
permukiman Analisis ini bertujuan untuk mengetahui keberadaan dan fungsi
lembaga
yang mengatur perencanaan
permukiman, sehingga dapat diketahui apakah peran suatu lembaga yang mengatur perencanaan permukiman di kawasan perencanaan sudah sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya atau belum. Data yang dibutuhkan adalah Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi, serta Tata Kerja Dinas Daerah yang didapatkan dari Peraturan Walikota No. 27-c Tahun 2016. 2.2.1.2.4 Analisis terkait peran lembaga yang terlibat dalam pembangunan sarana prasarana Analisis
ini
bertujuan
untuk
mengetahui
keberadaan dan fungsi lembaga yang terlibat dalam pembangunan sarana prasarana, sehingga dapat diketahui apakah peran suatu lembaga yang terlibat dalam
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
54
2018
BUKU I PENDAHULUAN
pembangunan sarana prasarana di kawasan perencanaan sudah sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya atau belum. Data yang dibutuhkan adalah Data Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi, serta Tata Kerja Dinas Daerah lembaga di
kawasan perencanaan
terkait
pembangunan sarana prasarana yang didapatkan dari instansi instansi kelurahan kawasan perencanaan dan Peraturan Walikota No. 27-c Tahun 2016. 2.2.1.2.5 Analisis
kesesuaian
peran
lembaga
yang
terkait
penyelenggaraan sistem transportasi Analisis
ini
bertujuan
untuk
mengetahui
keberadaan dan fungsi lembaga lembaga yang terkait penyelenggaraan sistem transportasi, sehingga dapat diketahui apakah peran suatu lembaga yang terkait penyelenggaraan
sistem
transportasi
di
kawasan
perencanaan sudah sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya atau belum. Data yang dibutuhkan adalah Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi, serta Tata Kerja DPU
lembaga
di
kawasan
perencanaan
terkait
penyelenggaraan transportasi yang didapatkan dari Peraturan Walikota No. 27-c Tahun 2016. 2.2.1.2.6 Analisis lembaga terkait pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan perekonomian Analisis ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian peran lembaga pemberdayaan ekonomi masyarakat dengan tugas, pokok dan fungsinya. Analisis ini mengunakan
data
sekunder
yaitu
data
susunan
organisasi, tupoksi dan tata kerja lembaga pemberdayaan ekonomi masyarakat dari Peraturan Walikota No. 27-c Tahun 2016. Hasil analisis ini akan digunakan untuk menganalisis program pemerintah dan swasta terkait
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
55
2018
BUKU I PENDAHULUAN
dengan pemberdayaan ekonomi masyarakat sebagai analisis multisektoral.
2.2.1.3 Pembiayaan Pembangunan Dalam situs resmi Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) pengertian pembiayaan pembanguan dapat dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) sebagai sebagai berikut: a. Pembiayaan pembangunan dalam arti sempit yaitu usaha pemerintah dalam menyediakan dana untuk membiayai pembangunan melalui APBN/D dengan cara menutup defisit anggaran b. Pembiayaan pembangunan dalam arti luas yaitu usaha pemerintah dalam menyediakan dana untuk membiayai pembangunan di wilayahnya dengan menggunakan sumber-sumber dari pendapatan (revenue), utang (debt), dan kekayaan (equity) yang bersifat konvensional atau non-konvensional. Aspek pembiayaan merupakan sesuatu yang sangat penting hal ini disebabkan karena pembiayaan turut berperan dalam membatasi program-program yang akan dilakukan serta menentukan keberlangsungan dan kelencaran pembangunan di suatu
wilayah.
Rencana
pembangunan
akan
terjamin
pelaksanaannya apabila terdapat dukungan anggaran yang jelas dari peran serta masyarakat, industri atau pihak swasta dan juga pemerintah dalam pembiayaan pembangunan di kawasan perencanaan. 2.2.1.11.1
Analisis
alokasi
dana
atau anggaran
terkait
pemeliharaan dan penyediaan sarana ekonomi Pada
aspek
pembiayaan
pembangunan
dilakukan analisis anggaran terkait penyediaan sarana ekonomi yang bertujuan untuk mengetahui
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
56
2018
BUKU I PENDAHULUAN
alokasi dana atau anggaran terkait penyediaan sarana ekonomi. Analisis alokasi anggaran tersebut termasuk dalam pembangunan sarana Ekonomi. Data yang digunakan berasal dari pemerintah Kota Surakarta seperti Dinas Perdagangan dan Jasa. 2.2.1.11.2
Analisis
anggaran
alokasi
dana
untuk
pengembangan masyarakat di bidang sosial Pada
aspek
pembiayaan
pembangunan
dilakukan analisis anggaran terkait pengembangan masyarakat di bidang sosial yang bertujuan untuk mengetahui alokasi dana atau anggaran terkait pengembangan masyarakat di bidang sosial. Data yang
digunakan
adalah
data
pengembangan
masyarakat di bidang sosial. Dan juga data yang dibutuhkan berasal dari pemerintah Kota Surakarta. 2.2.1.11.3. Analisis
anggaran
dan
alokasi
dana
untuk
penanggulangan bencana Pada analisis ini bertujuan untuk mengetahui anggaran dan alokasi dana terkait penanggulangan bencana. Data yang digunakan dalam analisis ini adalah Data besaran alokasi dana penanggulangan bencana
pada
keterlibatan
kawasan
masyarakat
perencanaan,
Data
dalam
dana
hal
penanggulangan bencana dan data dana relokasi masyarakat di bantaran Sungai Bengawan Solo. Data yang digunakan berasal dari pemerintah kota Surakarta, wawancara dan observasi pada kawasan perencanaan. 2.2.1.11.4 Analisis pembiayaan dan alokasi dana terkait perencanaan dan penataan permukiman Pada analisis ini bertujuan untuk Mengetahui pembiayaan dan alokasi dana terkait perencanaan
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
57
2018
BUKU I PENDAHULUAN
dan penataan permukiman. Data yang digunakan dalam analisis ini adalah data alokasi dana pembangunan permukiman. Data yang dibutuhkan berasal dari pemerintah kota Surakarta. 2.2.1.11.5 Analisis anggaran alokasi dana untuk pembangunan infrastruktur permukiman Selain itu, terdapat analisis anggaran dana alokasi dana terkait pembangunan infrastruktur permukiman yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar anggaran dalam pembangunan inrastruktur permukiman. Data yang digunakan dalam analisis yaitu data besaran alokasi dana pembangunan infrastruktur permukiman
pada
kawasan perencanaan yang berasal dari BAPPPEDA Kota Surakarta dan data besaran alokasi dana pembangunan infrastruktur gabungan oleh swadaya masyarakat (kas masyarakat) dan pemerintah yang berasal dari wawancara dan survei data sekunder.
2.2.1.4. Fisik Dasar Lahan pengembangan wilayah merupakan sumber daya alam yang memiliki keterbatasan dalam menampung kegiatan manusia dalam pemanfaatan sumber daya alam tersebut. Banyak contoh kasus kerugian ataupun korban yang disebabkan oleh ketidaksesuaian penggunaan lahan yang melampaui kapasitasnya. Untuk itulah perlu dikenali sedini mungkin karakteristik fisik suatu wilayah maupun kawasan untuk dikembangkan, baik potensi sumber daya alamnya maupun kerawanan bencana yang dikandungnya, yang kemudian diterjemahkan sebagai potensi dan kendala pengembangan wilayah atau kawasan. Mengetahui aspek fisik dasar dilakukan untuk memberikan gambaran kerangka fisik pengembangan wilayah serta batasan dan
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
58
2018
BUKU I PENDAHULUAN
potensi alam wilayah perencanaan. Hal ini dilakukan agar pemanfaatan lahan dalam pengembangan wilayah dapat dilakukan secara optimal dengan tetap memperhatikan ekosistem dan meminimalkan kerugian akibat bencana. Analisis aspek fisik dasar dan lingkungan meliputi analisis kondisi geografis dengan data batasan administratif Kawasan Perencanaan Sewu, kondisi morfologi dan kondisi morfologi, serta analisis kemampuan lahan dengan tahapan analisis SKL Morfologi, SKL Kemudahan dikerjakan, SKL Kestabilan Lereng, SKL Kestabilan Pondasi, SKL Ketersediaan Air, SKL untuk Drainase, SKL terhadap Erosi, SKL Pembuangan Limbah, dan SKL terhadap Bencana Alam dengan jenis data yang digunakan berupa: data klimatologi, data topografi, data geologi, data hidrologi, data sumber daya mineral/bahan galian, potensi terjadinya bencana alam, data penggunaan lahan, dan data kebijakan pemerintah. (Peraturan Menteri PU Nomor: 20/PRT/M/2011). Pada sektor fisik dasar terdapat analisis kondisi geografis, analisis satuan kemampuan lahan, dan analisis kemampuan lahan 2.2.1.4.1 Analisis Kondisi Geografis Analisis kondisi geografis adalah analisis yang bertujuan untuk mengetahui kondisi geografis kawasan perencanaan
yang
kemudian
akan
berdampak
pada
karakteristik fisik kawasan. 2.2.1.4.1.1 Klimatologi Data klimatologi adalah data iklim berdasarkan hasil pengamatan pada stasiun pengamat di wilayah yang bersangkutan dan/atau daerah sekitarnya, meliputi: 1) Curah hujan, 2) Hari hujan, 3) Intensitas hujan, 4) Temperatur rata-rata, 5) Kelembaban relatif, 6) Kecepatan dan arah angin,
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
59
2018
BUKU I PENDAHULUAN
7) Lama penyinaran (durasi) matahari. Data klimatologi ini dapat diperoleh pada stasiun meteorologi dan geofisika di wilayah dan/atau kawasan atau daerah sekitarnya yang terdekat, atau pada kabupaten dalam bentuk laporan, atau dapat juga diperoleh pada Badan Meteorologi dan Geofisika Pusat di Jakarta. 2.2.1.4.1.2 Topografi Data topografi berupa peta topografi dengan skala terbesar yang tersedia, yang dapat diperoleh pada instansi: Badan
Koordinasi
Survei
dan
Pemetaan
Nasional
(BAKOSURTANAL), Badan Pertanahan Nasional (BPN), Direktorat Topografi - TNI Angkatan Darat, Direktorat Jenderal Geologi dan Sumber Daya Mineral Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, dan instansi terkait lainnya. 2.2.1.4.1.3 Geologi Untuk mengetahui kondisi geologi regional wilayah dan/atau kawasan perencanaan dan daerah sekitarnya, maka diperlukan data fisiografi daerah yang lebih luas. Fisiografi ini akan memperlihatkan gambaran umum kondisi fisik secara
regional
baik
menyangkut
morfologi,
pola
pembentuknya, pola aliran sungai, serta kondisi litologi dan struktur geologi secara umum. Gambaran umum kondisi geologi atau fisiografi ini dapat dilihat pada Peta Geologi Indonesia. Data geologi yang diperlukan dalam analisis aspek fisik dan lingkungan terdiri dari tiga bagian, yakni data geologi umum, geologi wilayah, dan data geologi permukaan. 2.2.1.4.1.3 Hidrologi Data hidrologi yang dimaksud di sini adalah data yang berkaitan dengan kondisi keairan, baik air permukaan
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
60
2018
BUKU I PENDAHULUAN
maupun air tanah. Untuk itu penyajian data hidrologi ini dibedakan atas air permukaan dan air tanah. 2.2.1.4.2 Analisis Satuan Kemampuan Lahan 2.2.1.4.2.1 Analisis SKL Morfologi Analisis SKL morfologi mengidentifikasi bentuk bentang alam di kawasan perencanaan sehingga dapat diketahui potensi pengembangan kawasan tersebut. Dalam kasus ini, analisis SKL morfologi dilakukan untuk mengetahui tingkat kemampuan lahan untuk pengembangan kawasan permukiman di kawasan perencanaan Sewu. Tabel 2.2. Analisis SKL Morfologi Tujuan Analisis Data yang dibutuhkan Keluaran Melakukan pemilahan bentuk bentang Peta morfologi Peta SKL alam/ morfologi pada wilayah dan/atau Peta kemiringan lahan Morfologi kawasan perencanaan yang mampu Pengamatan lapangan Potensi dan untuk dikembangkan sesuai dengan kendala untuk tiap fungsinya. kelas morfologi Sumber : PerMen PU No. 20/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik & Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang
Langkah-langkah dalam analisis SKL morfologi adalah sebagai berikut : 1) Hitung kemiringan lereng wilayah perencanaan secara terinci dari peta topografi, dan sesuaikan/pertajam dengan
hasil
pengamatan
lapangan,
dengan
pembagian seperti yang disyaratkan pada kompilasi data. 2) Dalam kasus tidak tersedia peta topografi yang memadai, kemiringan lereng ditentukan berdasarkan pengamatan langsung di lapangan dan plotting pada peta dasar (peta ini adalah merupakan peta sketsa kemiringan lereng). 3) Tentukan satuan-satuan morfologi yang membentuk wilayah perencanaan berdasarkan peta topografi dan atau peta kemiringan lereng tersebut. Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
61
2018
BUKU I PENDAHULUAN
4) Tentukan tingkatan kemampuan lahan morfologi berdasarkan peta-peta hasil analisis di atas, dan persyaratan atau batasan yang diharapkan pada pengembangan kawasan. Tabel 2.3 Skoring SKL Morfologi Morfologi Lereng Gunung/Pegunungan >40% dan Bukit/Perbukitan Gunung/Pegunungan 25-40% dan Bukit/Perbukitan Bukit/Perbukitan
15-25%
Datar
2-15%
Datar
0-2%
Morfologi Hasil pengamatan Survei Lapangan
SKL Morfologi Kemampuan lahan morfologi tinggi Kemampuan lahan morfologi cukup Kemampuan lahan morfologi sedang Kemampuan lahan morfologi kurang Kemampuan lahan morfologi rendah
Nilai dari dari dari dari dari
1 2 3 4 5
Sumber : PerMen PU No. 20/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik & Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang
2.2.1.4.2.2 Analisis SKL Kemudahan Dikerjakan Selanjutnya analisis SKL kemudahan dikerjakan yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kemudahan kawasan perencanaan guna dimanfaatkan dan digali potensi yang ada untuk proses pembangunan dan pengembangan kawasan tersebut. Tabel 2.4 Analisis SKL Kemudahan Dikerjakan Tujuan Analisis Data yang dibutuhkan Keluaran Melakukan analisis guna Peta morfologi Peta SKL Kemudahan mengetahui tingkat Dikerjakan Peta kemiringan lahan kemudahan lahan di wilayah Peta Topografi Potensi dan kendala dan/atau kawasan untuk pengerjaan untuk tiap SKL Peta Geologi digali/ dimatangkan dalam Peta Geologi Permukaan Metode pengerjaaan yang proses pembangunan/ sesuai untuk tiap SKL Peta Penggunaan lahan pengembangan kawasan. saat ini Sumber : PerMen PU No. 20/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik & Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang
Langkah-langkah
dalam
analisis
SKL
kemudahan
dikerjakan adalah sebagai berikut :
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
62
2018
BUKU I PENDAHULUAN
1) Tentukan tingkat kekerasan batuan berdasarkan peta topografi, peta geologi, peta penggunaan lahan yang ada saat ini, dan sesuaikan dengan data geologi permukaan
yang
merupakan
hasil
pengamatan
langsung di lapangan. 2) Tentukan kemudahan pencapaian berdasarkan peta morfologi, peta kemiringan lereng, dan penggunaan lahan yang ada saat ini. 3) Tentukan tingkat kemudahan dikerjakan berdasarkan kedua hal tersebut di atas, lengkap dengan deskripsi masing-masing tingkatan. 2.2.1.4.2.3 Analisis SKL Kestabilan Lereng Kestabilan lereng artinya wilayah tersebut dapat dikatakan stabil atau tidak kondisi lahannya dengan melihat kemiringan lereng di lahan tersebut. Bila suatu kawasan disebut
kestabilan
lerengnya
rendah,
maka
kondisi
wilayahnya tidak stabil. Tidak stabil artinya mudah longsor, mudah bergerak yang artinya tidak aman dikembangkan untuk bangunan atau permukiman dan budidaya. Kawasan ini bisa digunakan untuk hutan, perkebunan, dan resapan air. Sebenarnya, satu SKL saja tidak bisa menentukan peruntukan lahan apakah itu untuk pertanian, permukiman, dll. Peruntukan lahan didapatkan setelah semua SKL ditampalkan (overlay) lagi.
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
63
2018
BUKU I PENDAHULUAN
Tabel 2.5 Analisis SKL Kestabilan Lereng Tujuan Analisis Untuk mengetahui tingkat kemantapan lereng di wilayah / kawasan pengembangan dalam menerima beban.
Data yang dibutuhkan 1. Peta-peta: • Topografi • Morfologi • Kemiringan Lereng • Geologi • Geologi Permukaan • Penggunaan Lahan saatini • Curah hujan 2. Karakteristik Air tanah dangkal 3. Data bencana alam
Keluaran Peta SKL Kestabilan Lereng Daerah lereng yang aman untuk dikembangkan sesuai dgn fungsi kawasan Batasan pengembangan pada tiap tingkat kestabilan lereng
Sumber : PerMen PU No. 20/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik & Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang
Langkah-langkah dalam analisis SKL kestabilan lereng adalah sebagai berikut : 1) Tentukan
dahulu
daerah
yang
diperkirakan
mempunyai lereng tidak stabil dari peta topografi, morfologi, dan kemiringan lereng. 2) Pertajam perkiraan di atas dengan memperhatikan kondisi geologi daerah-daerah tersebut. 3) Kaitkan hasil analisis di atas dengan kondisi geologi permukaan serta pengamatan lapangan, dan karakteristik air tanah dangkalnya. 4) Perhatikan penggunaan lahan yang ada saat ini pada daerah tersebut apakah bersifat memperlemah lereng atau tidak. 5) Bila sudah ada hasil penelitian mengenai bencana gerakan tanah di wilayah ini, maka daerah yang rawan bencana adalah daerah yang mempunyai lereng tidak stabil, dan ini merupakan masukan langsung bagi SKL Kestabilan Lereng. 6) Amati kondisi kegempaan di wilayah ini, karena gempa akan memperlemah kestabilan lereng.
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
64
2018
BUKU I PENDAHULUAN
7) Tentukan tingkat kestabilan lereng di wilayah ini serta deskripsi masing-masing tingkat tersebut berdasarkan tahapan-tahapan di atas.
Lereng
Tabel 2.6 Skoring Kestabilan Lereng Ketingg Geol Air Curah Penggu ian ogi Tanah Hujan naan Dangkal Lahan
Gunung/ Pegunungan dan Bukit / Perbukitan Gunung / Pegunungan dan Bukit / Perbukitan Bukit / Perbukitan
> 40 %
Tinggi
(sama)
25 - 40 %
Cukup Tinggi
(sama)
15 - 25 Sedang %
Datar Datar
2 - 15 % 0-2%
Morfologi
Rendah Sangat Rendah
SKL Kestabilan Lereng
Nilai
Semak, Belukar, Ladang
Kestabilan Lereng Rendah
1
Kestabilan Lereng Kurang
2
(sama)
Kebun, Hutan, Hutan Belukar Semua
3
(sama) (sama)
Semua Semua
Kestabilan Lereng Sedang Kestabilan Lereng Tinggi
4 5
Sumber : PerMen PU No. 20/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik & Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang
2.2.1.4.2.4. Analisis SKL Kestabilan Pondasi Analisis SKL kestabilan pondasi untuk mengetahui tingkat kemampuan lahan dalam mendukung keberadaan bangunan berat dalam pengembangan kawasan perencanaan terutama
dalam
mendukung pengembangan
kawasan
permukiman. Dengan demikian, dapat dilakukan berbagai perlakuan sesuai dengan tingkat atau jenis pondasinya. Tabel 2.7 Analisis SKL Kestabilan Pondasi Tujuan Analisis Data yang dibutuhkan Keluaran Melakukan analisis untuk Peta Kestabilan Lereng Peta SKL Kemudahan mengetahui tingkat Dikerjakan Peta Geologi kemampuan lahan dalam Gambaran daya dukung Peta Geologi Permukaan mendukung bangunan berat Peta Penggunaan lahan tanah dalam pengembangan Deskripsi tingkat kestabilan saat ini perkotaan, serta jenis-jenis Karakteristik Air Tanah pondasi pondasi yang sesuai untuk Perkiraan jenis pondasi Dangkal masing-masing tingkatan untuk tiap tingkatan kestabilan pondasi
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
65
2018
BUKU I PENDAHULUAN
Sumber : PerMen PU No. 20/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik & Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang
Langkah-langkah dalam analisis SKL kestabilan pondasi adalah sebagai berikut : 1) Pisahkan daerah-daerah yang berlereng tidak stabil, karena daerah ini merupakan juga daerah yang memiliki kestabilan pondasi rendah. 2) Perhatikan kondisi geologi yang akan memperlemah daya dukung tanah,seperti: struktur geologi, dan bantuan yang mempunyai daya dukung lemah(gambut, batu gamping, dan lain-lain). 3) Kaitkan dengan kondisi geologi permukaan, yang memperlihatkan sifatfisik dan nilai konus/daya dukung masing-masing jenis tanah. 4) Perhatikan karakteristik air tanah dangkal, terutama kedalaman muka airtanah, dan pengaruh penyusupan air laut (terjadi salinasi). 5) Perhatikan penggunaan lahan yang ada saat ini, apakah ada yang bersifat memperlemah daya dukung tanah, seperti penggalian bahan galian C yangtidak beraturan. SKL Kestabilan lereng Kestabilan Lereng Rendah Kestabilan Lereng Kurang Kestabilan Lereng Sedang Kestabilan Lereng Tinggi
Tabel 2.8 Skoring SKL Kestabilan Pondasi Air Penggunaan Geologi Tanah SKS Kestabilan Pondasi Nilai Lahan Dangkal Semak, Belukar, Daya Dukung dan Kestabilan 1 Ladang Pondasi Rendah Kebun, Hutan, Daya Dukung dan Kestabilan 2 Hutan Belukar Pondasi Kurang Semua 3 Semua Semua
Daya Dukung dan Kestabilan 4 Pondasi Tinggi 5
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
66
2018
BUKU I PENDAHULUAN
Sumber : PerMen PU No. 20/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik & Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang
2.2.1.4.2.5 Analisis SKL Ketersediaan Air Kemudian analisis SKL ketersediaan air ini bertujuan untuk mengetahui tingkat ketersediaan air di kawasan perencanaan. Dengan demikian, dapat diketahui kapasitas air untuk pengembangan kawasan serta sumber – sumber air yang dapat dimanfaatakan sehingga dapat dilakukan tindakan dalam memanfaatakan ketersediaan air yang ada dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Tabel 2.9 Analisis SKL Ketersediaan Air Tujuan Analisis Mengetahui tingkat ketersediaan air guna pengembangan kawasan, dan kemampuan penyediaan air masing - masing tingkatan.
Data yang dibutuhkan Peta Morfologi Peta Kemiringan Lereng Peta Geologi Peta Geologi Permukaan Peta Penggunaan lahan saat ini Curah Hujan Data Hidrologi Data Klimatologi
Keluaran Peta SKL Ketersediaan air dan deskripsi tiap tingkatan Perkiraan kapasitas air permukaan dan air tanah Metode pengolahan sederhana untuk air yang mutunya tidak memenuhi persyaratan kesehatan Sumber-sumber air yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber air bersih
Sumber : PerMen PU No. 20/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik & Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang
Langkah-langkah dalam analisis SKL ketersediaan air adalah sebagai berikut : 1) Tentukan tingkatan ketersediaan air berdasarkan data hidrologi. 2) Pertajam analisis tersebut dengan melihat kondisi geologi serta geologi permukaan. 3) Hitung kapasitas air berdasarkan data klimatologi dan morfologi, kemiringan lereng, dengan memperhatikan juga tingkat peresapan berdasarkan kondisi geologi, geologi permukaan, serta penggunaan lahan yang ada saat ini.
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
67
2018
BUKU I PENDAHULUAN
4) Perhatikan pemanfaatan air yang ada saat ini sehingga kapasitas air hasil perhitungan pada butir 3 dapat diperluas lagi. 5) Uraikan kendala dan potensi masing-masing tingkatan kemampuan ketersediaan air
Datar
Tabel 2.10 Skoring SKL Ketersediaan Air Hidrologi Geologi / Penggunaan Lereng dan Geohidrologi Lahan Klimatologi >40% Semak, Belukar, Ladang 25Kebun, 40% Hutan, Hutan Belukar 15Semua 25% 2-15% Semua
Datar
0-2%
Morfologi Gunung / Pegunungan dan Bukit / Perbukitan Gunung / Pegunungan dan Bukit / Perbukitan Bukit / Perbukitan
Semua
SKL Morfologi
Ketersediaan air sangat 1 rendah Ketersediaan air rendah 2 Ketersediaan 3 air sedang Ketersediaan 4 air tinggi 5
Sumber : PerMen PU No. 20/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik & Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang
2.2.1.4.2.6 Analisis SKL Drainase Berikutnya adalah analisis SKL drainase diperlukan untuk
mengetahui tingkat
kemampuan lahan dalam
mematuskan air hujan secara alami sehingga dapat dilakukan
tindakan
dalam
mengantisipasi
terjadinya
genangan air. Tabel 2.11 Analisis SKL Drainase Tujuan Analisis Melakukan analisis untuk engetahui tingkat kemampuan lahan dalam mematuskan air hujan secara alami, sehingga kemungkinan genangan baik bersifat lokal ataupun meluas dapat dihindari
Nilai
Data yang dibutuhkan Keluaran Peta Morfologi Peta SKL Drainase dan deskripsi tiap tingkatannya Peta Kemiringan Lereng Tingkat kemampuan lahan Peta Geologi dalam proses pematusan Peta Geologi Permukaan yang Peta Penggunaan lahan saat ini Daerah-daerah cenderung tergedang di Curah Hujan musim hujan Data Hidrologi Data Klimatologi
Sumber : PerMen PU No. 20/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik & Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
68
2018
BUKU I PENDAHULUAN
Langkah-langkah dalam analisis SKL drainase adalah sebagai berikut : 1) Tentukan tingkat kemudahan pematusan berdasarkan peta morfologi, kemiringan lereng, dan topografi. 2) Pertajam penentuan pada butir 1 dengan melihat kemampuan batuan/ tanah dalam menyerap air guna mempercepat proses pematusan berdasarkan kondisi geologi dan geologi permukaan. 3) Perhatikan kondisi hidrologi yang berpengaruh dalam proses pematusan ini seperti: kedalaman muka air tanah, pola aliran sungai, dan lainnya. 4) Kaitkan juga analisis kemampuan drainase ini dengan kondisi klimatologi setempat. 5) Perhitungkan berpengaruh
juga pada
penggunaan proses
lahan
pematusan,
yang seperti
pengupasan bukit, kepadatan bangunan yang tinggi, penggalian bahan galian Golongan C yang tidak tersistem, dan lainnya. 6) Deskripsikan masing-masing tingkatan kemampuan drainase setelah memperhatikan semua hal tersebut di atas.
Morfologi
Tabel 2.12 Skoring SKL Drainase Topogra Hidrolo Leren fi/ Geolo gi dan Penggunaan g Ketingga gi Klimato Lahan in logi
Gunung/Pegunun gan dan >40% Bukit/Perbukitan Gunung/Pegunun 25gan dan 40% Bukit/Perbukitan 15Bukit/Perbukitan 25% Datar 2-15% Datar
0-2%
Tinggi
Semak, Belukar, Ladang
Cukup Tinggi
Kebun, Hutan, Hutan Belukar
Sedang
Semua
Rendah Sangat Rendah
Semua Semua
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
SKL Morfolo gi
Nila i
1 Drainas e tinggi 2 Drainas e cukup Drainas e kurang
69
3 4 5
2018
BUKU I PENDAHULUAN
Sumber : PerMen PU No. 20/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik & Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang
2.2.1.4.2.7 Analisis SKL terhadap Erosi Erosi berarti mudah atau tidaknya lapisan tanah terbawa air atau angin. Erosi tinggi berarti lapisan tanah mudah terkelupas dan terbawa oleh angin dan air. Erosi rendah berarti lapisan tanah sedikit terbawa oleh angin dan air. Tidak ada erosi berarti tidak ada pengelupasan lapisan tanah. Tabel 2.13 Analisis SKL terhadap Erosi Tujuan Analisis Data yang dibutuhkan Mengetahui daerah daerah 1. Peta-peta: yang mengalami • Morfologi keterkikisan tanah, • Kemiringan Lahan sehingga dapat diketahui • Geologi tingkat ketahanan lahan • Geologi Permukaan terhadap erosi serta • Penggunaan Lahan saat ini antisipasi dampaknya • Curah hujan pada daerah yang lebih 2. Data-data: hilir. • Hidrologi • Klimatologi
Keluaran Peta SKL terhadap Erosi Deskripsi / Gambaran batasan pada tiap tingkat kemampuan lahan terhadap erosi. Daerah yang pekaterhadap erosi dan perkiraan arah pengendapan hasil erosi tersebut pada bagian hilirnya.
Sumber : PerMen PU No. 20/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik & Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang
Langkah-langkah dalam analisis SKL terhadap erosi adalah sebagai berikut : 1) Tentukan tingkat keterkikisan berdasarkan peta geologi permukaan, peta geologi, petamorfologi, dan peta kemiringan lereng. 2) Pertajam batasan tersebut dengan memperhatikan kondisi hidrologi dan klimatologiseperti: pola aliran dan karakteristik sungai, debit sungai, curah hujan, kecepatan dan arahangin. 3) Perhatikan juga penggunaan lahan yang mempengaruhi aktivitas
erosi
tersebut
seperti:pengupasan
lahan
terutama pada perbukitan, penggalian bahan galian Golongan C yangtidak tersistem, dan lainnya.
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
70
2018
BUKU I PENDAHULUAN
4) Tentukan tingkat ketahanan terhadap pengikisan ini setelah diperoleh tingkat keterkikisandi atas. Tabel 2.14 Skoring SKL terhadap Erosi Hidrologi Penggu Leren dan Geol Morfologi naan g Klimatolog ogi Lahan i Semak, Gunung/Pegunungan >40% Belukar, dan Bukit / Perbukitan Ladang Kebun, Gunung / Pegunungan 25Hutan, dan Bukit / Perbukitan 40% Hutan Belukar 15Bukit /Perbukitan Semua 25% Datar
2-15%
Semua
Datar
0-2%
Semua
SKL Erosi
Nilai
Erosi Tinggi
1
Erosi Cukup Tinggi
2
Erosi Sedang Erosi Sangat Rendah Tidak Ada Erosi
3 4
5
Sumber : PerMen PU No. 20/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik & Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang
2.2.1.4.2.8 Analisis SKL Pembuangan Limbah SKL pembuangan limbah adalah tingkatan untuk memperlihatkan wilayah tersebut cocok atautidak sebagai lokasi
pembuangan.
Analisa
ini
menggunakan
peta
hidrologi dan klimatologi.Kedua peta ini penting, tetapi biasanya tidak ada data rinci yanng tersedia. SKL pembuanganlimbah
kurang
berarti
wilayah
tersebut
kurang/tidak mendukung sebagai tempat pembuangan limbah. Tabel 2.15 Analisis SKL Pembuangan Limbah Tujuan Analisis Data yang dibutuhkan Keluaran Mengetahui daerah- 1. Peta-peta: • Peta SKLPembuangan daerah yang mampu • Morfologi Limbah untuk ditempati sebagai • Kemiringan Lahan • Prioritas lokasi lokasi penampungan • Topografi penampungan akhir akhir dan pengolahan • Geologi sampah dan pengelolaan limbah, baik limbah • Geologi Permukaan limbah serta daya padat maupun limbah • Penggunaan Lahan saat ini tampungnya, termasuk cair • Curah hujan pengamanan lokasinya. 2. Data-data: Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
71
2018
BUKU I PENDAHULUAN
â&#x20AC;˘ Hidrologi â&#x20AC;˘ Klimatologi Sumber : PerMen PU No. 20/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik & Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang
Langkah-langkah dalam analisis SKL pembuangan limbah adalah sebagai berikut : 1) Menentukan daerah yang mampu sebagai tempat pembuangan akhir sampah berdasarkan morfologi, kemiringan lereng, dan topografinya. 2) Mempertajam batasan daerah yang relatif kedap air berdasarkan kondisi geologi dangeologi permukaan. 3) Memperhatikan kondisi hidrologi dan klimatologi, yakni: curah hujan, pola aliran air baikpermukaan maupun air tanah, dan kedalaman muka air tanah dangkal. 4) Memperhalus limbah
ini
analisis dengan
kemampuan
pembuangan
mempertimbangkan
kondisi
penggunaan lahan yang ada saat ini, yakni jarak pencapaian, jenis penggunaan lahan di sekitar daerah yang diusulkan, dan kemungkinan jenis limbah yang akan dihasilkan.
Morfologi
Tabel 2.16 Skoring SKL Pembuangan Limbah Hidrolo Penggun Topografi/ Geol gi dan Lereng aan Ketinggian ogi Klimato Lahan logi
Gunung /Pegunungan >40% dan Bukit /Perbukitan Gunung /Pegunungan 25-40% dan bukit /Perbukitan Bukit /Perbukitan
15-25%
Tinggi
Semak, Belukar, Ladang
Cukup Tinggi
Kebun, Hutan, Hutan Belukar
Sedang
Semua
SKL Morfologi
Nilai
Kemampuan 1 lahan untuk pembuangan limbah kurang 2 Kemampuan lahan untuk pembuangan 3 limbah sedang
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
72
2018
BUKU I PENDAHULUAN
Datar
2-15%
Rendah
Semua
Datar
0-2%
Sangat Rendah
Semua
Kemampuan lahan untuk 4 pembuangan limbah 5 cukup
Sumber : PerMen PU No. 20/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik & Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang
2.2.1.4.2.9 Analisis SKL Terhadap Bencana Alam Analisis yang terakhir adalah analisis SKL terhadap bencana alam. Analisis tersebut untuk mengidentifikasi potensi bencana alam yang ada di kawasan perencanaan sehingga dapat dilakukan perencanaan terkait tindakan antisipasi bencana alam. Tabel 2.17 Analisis SKL Terhadap Bencana Alam Tujuan Analisis Data yang dibutuhkan Keluaran Melakukan analisis Peta Morfologi Peta SKL terhadap bencana untuk mengetahui alam Peta Kemiringan Lereng tingkat kemampuan Peta Topografi Deskripsi tiap tingkat lahan dalam kemampuan lahan terhadap Peta Geologi menerima bencana bencana alam ( daerah rawan Peta Geologi Permukaan alam khususnya dari Peta Penggunaan lahan dan kecenderungan serta sisi geologi, untuk bahaya ikutan dan bencana tsb saat ini menghindari / Batasan pengembangan (pola Curah Hujan mengurangi kerugian dan pengamanan) pada tiap Data Hidrologi dan korban akibat tingkat kemampuan lahan Data Klimatologi bencana tersebut. terhadap bencana alam Bencana Alam Sumber : PerMen PU No. 20/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik & Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang
Langkah-langkah dalam analisis SKL terhadap bencana alam adalah sebagai berikut : 1) Menentukan
tingkat
kemampuan
lahan
terhadap
bencana alam berdasarkan data bencana alam. 2) Mempertajam memperhitungkan bencana
penentuan
di
kecenderungan
berdasarkan
peta
atas
dengan
untuk
terkena
topografi,
morfologi,
kemiringan lereng, kondisi geologi, geologi permukaan dan data hidrologi serta klimatologi.
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
73
2018
BUKU I PENDAHULUAN
3) Menganalisis penggunaan lahan yang ada saat ini yang memperbesar mkemungkinan terkena bencana alam, seperti penggalian sumber mineral atau bahan galian golongan C, peningkatan aktivitas perkotaan pada daerah-daerah rawan bencana, pengupasan hutan/bukit, gangguan pada keseimbangan tata air baik air permukaan maupun tanah. 4) Menentukan batasan pengembangan pada masingmasing tingkat kemampuan lahan terhadap bencana alam tersebut, yang merupakan deskripsi lengkap setiap tingkatan. Tabel 2.18 Skoring SKL Terhadap Bencana Alam Hidrologi Penggun Topografi/ dan Morfologi Lereng Geologi aan Ketinggain Klimatolo Lahan gi Gunung Semak, /Pegunungan dan >40% Tinggi Belukar, Bukit /Perbukitan Ladang Kebun, Gunung Cukup Hutan, /Pegunungan dan 25-40% Tinggi Hutan Bukit /Perbukitan Belukar Bukit /Perbukitan
15-25%
Sedang
Semua
Datar
2-15%
Semua
Datar
0-2%
Rendah Sangat Rendah
Semua
SKL Morfologi
Nilai
1 Potensi Bencana Alam tinggi
Potensi Bencana Alam cukup Potensi Bencana Alam kurang
Sumber : PerMen PU No. 20/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik & Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang
2.2.1.4.3 Analisis Kemampuan Lahan Tabel 2.19 Analisis Kemampuan Lahan Tujuan Analisis Data yang dibutuhkan Keluaran Untuk memperoleh 1. Peta-peta hasilanalisis SKL • Peta Klasifikasi gambaran tingkat 2. Data-data: kemampuan lahan kemampuan lahan untuk • Topografi untuk pengembangan dikembangkan sebagai • Geologi kawasan perkotaan, sebagai • Hidrologi • Kelas kemampuan acuan bagiarahan• Klimatologi lahan untuk arahan kesesuaian lahan • Sumberdaya mineral/ dikembangkan sesuai pada tahap analisis bahan galian fungsi kawasan. berikutnya. • Bencana Alam • Potensi dan kendala Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
74
2
3 4 5
2018
BUKU I PENDAHULUAN
â&#x20AC;˘ Penggunaan Lahan â&#x20AC;˘ Studi yang ada
fisik pengembangan lahan
Sumber : PerMen PU No. 20/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik & Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang
Langkah-langkah dalam analisis kemampuan lahan adalah sebagai berikut : 1) Melakukan analisis satuan-satuan kemampuan lahan, untuk memperoleh gambaran tingkat kemampuan pada masing-masing satuan kemampuan lahan. 2) Tentukan nilai kemampuan setiap tingkatan pada masing-masing satuan kemampuan lahan, dengan penilaian 5 (lima) untuk nilai tertinggi dan 1 (satu) untuk nilai terendah. 3) Kalikan nilai-nilai tersebut dengan bobot dari masingmasing satuan kemampuan lahan. Bobot ini didasarkan pada seberapa jauh pengaruh satuan kemampuan lahan tersebut pada pengembangan perkotaan. Bobot yang digunakan hingga saat ini adalah sepertiterlihat pada Tabel 2.10. 4) Superimpose-kan semua satuan-satuan kemampuan lahan tersebut, dengan cara menjumlahkan hasil perkalian nilai kali bobot dari seluruh satuan-satuan kemampuan lahan dalam satu peta, sehingga diperoleh kisaran nilai yang menunjukkan nilai kemampuan lahan di wilayah dan/atau kawasan perencanaan. 5) Tentukan selang nilai yang akan digunakan sebagai pembagi kelas-kelas kemampuan lahan, sehingga diperoleh zona-zona kemampuan lahan dengan nilai tertentu yang menunjukkan tingkatan kemampuan lahan di wilayah ini, dan digambarkan dalam satu peta klasifikasi kemampuan lahan untuk perencanaan tata ruang.
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
75
2018
BUKU I PENDAHULUAN
Pembuatan peta nilai kemampuan lahan ini yang merupakan penjumlahan nilai dikalikan bobot ini ada dua cara, yakni: a. Men-superimpose-kan setiap satuan kemampuan lahan yang telah diperoleh hasil pengalian nilai dengan bobotnya secara satu persatu, sehingga kemudian diperoleh peta jumlah nilai dikalikan bobot seluruh satuan secara kumulatif. b. Membagi peta masing-masing satuan kemampuan lahan dalam sistem grid, kemudian memasukkan nilai dikalikan bobot masing-masing satuan kemampuan lahan ke dalam grid tersebut. Penjumlahan nilai dikalikan bobot secara keseluruhan adalah tetap dengan menggunakan grid, yakni menjumlahkan hasil nilai dikalikan bobot seluruh satuan kemampuan lahan pada setiap grid yang sama.
Bobot x Nilai
Tabel 2.20 Bobot Analisis Kemampuan Lahan SKL SKL Kemu Morfo dahan logi Dikerj akan
SKL Kesta bilan Leren g
SKL Kest abila n Pond asi
SKL Kete rsedi aan Air
SKL untuk Drain ase
Bobot: Bobot: 5 1
Bobot: 5
Bobo t:3
Bobo t:5
Bobot: 3
SKL terhad ap erosi
SKL Pemb uanga n Limba h
SKL terh adap Benc ana Ala m
Kemamp uan Lahan
Bobot: 5
Bobot: 0
Bobo t:5
Tota l Nilai
Ke las
Sumber : PerMen PU No. 20/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik & Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang
Dari
total
nilai,
dibuat
beberapa
kelas
yang
memperhatikan nilai minimum dan maksimum total nilai. Dari angka di atas, nilai minimum yang mungkin didapat adalah 32, sedangkan nilai maksimum yang mungkin didapat adalah 160. Dengan begitu, pengkelasan dari total nilai ini adalah:
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
76
Potensi Pengem bangan
2018
BUKU I PENDAHULUAN Kelas a dengan nilai 32-58 Kelas b dengan nilai 59-83 Kelas c dengan nilai 84-109 Kelas d dengan nilai 110-134 Kelas e dengan nilai 135-160 Setiap kelas lahan memiliki kemampuan yang berbedabeda seperti terlihat pada tabel berikut Kelas A kemampuan pengembangan sangat rendah Lindung, Budidaya non-manusia Kelas B kemampuan pengembangan rendah Budidaya terbatas Kelas C kemampuan pengembangan sedang Budidaya terbatas Kelas D kemampuan pengembangan agak tinggi Budidaya Kelas E kemampuan pengembangan tinggi Budidaya 2.2.1.4.4 Analisis Pencemaran Lingkungan 2.2.1.4.4.1 Analisis sumber pencemaran air
Tabel 2.21 Klasifikasi Sumber pencemar air Karakteristik Sumber Tertentu Sumber Tak Tentu Limbah (Point Sources) (Diffuse Sources) Limbah Domestik Aliran limbah urban dalam sistem Aliran limbah daerah saluran dan sistem pembuangan pemukiman di Indonesia pada limbah domestik terpadu umumnya Limbah NonAliran limbah industri, Aliran limbah pertanian, domestik Pertambangan peternakan, dan kegiatan usaha kecil-menengah Sumber : Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 1 Tahun 2010 Tentang Tata Laksana Pengendalian Pencemaran Air
Semua dalam
sumber
wilayah
pencemar
inventarisasi
air
kemudian
yang
berada
diidentifikasi
berdasarkan jenis pencemar dan sumbernya. Jenis pencemar yang berasal dari limbah domestik akan berbeda dengan jenis pencemar dari limbah non-domestik. Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
77
2018
BUKU I PENDAHULUAN
Tabel 2.22. Karakteristik Air Limbah Domestik Yang Belum Diolah Konsentrasi Rendah Sedang 350 720 250 500 100 220 5 10 110 220 80 160 250 500 20 40 8 15 12 25 0 0 0 0 4 8 1 3 3 5 30 50 20 30 50 100 50 100
Jenis Pencemar Unit Padatan total (TS) mg/L Padatan terlarut (TDS) mg/L Padatan tersuspensi (TSS) mg/L Settleable solids mg/L BOD5 mg/L Organik karbon total (TOC) mg/L COD mg/L mg/L Nitrogen total (N) mg/L Organik mg/L Amonia bebas mg/L Nitrit Nitrat mg/L Fosfor total (P) mg/L Organik mg/L Inorganik mg/L Klorida Mg/L Sulfat Mg/L Alkanitas, CaCo3 Mg/L Lemak Mg/L No./100 Koliform total mL 106 – 107 VOCs g/L <100
Tinggi 1200 850 350 20 400 290 1000 85 35 50 0 0 15 5 10 100 50 200 150
107 – 109 107 – 109 100 - 400 >400
Sumber : Karakteristik Air Limbah Domestik di Amerika Serikat (Canter, 1996)
Sedangkan
parameter
dominan
dari
kegiatan
pemanfaatan lahan disajikan dalam tabel berikut. Tabel 2.23 Jenis Pencemar Yang Berasal Dari Kegiatan Pemanfaatan Lahan Pemanfaatan lahan Pencemar Utama Agrikultur Sedimen, N, P, Pestisida, BOD, logam berat Aliran Irigasi / Pengairan TDS Peternakan Sedimen, N, P, BOD Sedimen, N, P, BOD, Pestisida, TDS, Logam berat, Urban runoff koliform Jalan raya Sedimen, N, P, BOD, TDS, Logam berat Konstruksi Sedimen, logam berat Terrestrial disposal N, P, TDS, logam berat, pencemar lainnya Pertambangan Sedimen, logam berat, keasaman
Sumber : Canter, 1996
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
78
2018
BUKU I PENDAHULUAN
Karakteristik limbah yang diidentifikasi ditentukan berdasarkan tingkat bahaya dan toksisitasnya, semakin tinggi tingkat bahaya dan toksisitasnya menjadi prioritas inventarisasi. Hal ini menjadi isu penting dalam identifikasi jenis pencemar mengingat adanya beberapa pencemar yang bersifat toksik/berbahaya walaupun dalam jumlah yang relatif
kecil.
Selain
itu,
karakteristik
limbah
juga
diidentifikasi berdasarkan jenis pencemar spesifik untuk masing-masing
kegiatan.
Oleh
karena
itu
perlu
mengelompokkan jenis pencemar spesifik untuk masingmasing kegiatan. Jenis pencemar spesifik untuk setiap usaha dan/atau kegiatan didasarkan pada parameter kunci yang terdapat dalam Lampiran Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup yang mengatur baku mutu air limbah untuk setiap kegiatan. Kelompok jenis pencemar yang telah diidentifikasi ini kemudian menjadi jenis pencemar minimum yang diprioritaskan dalam inventarisasi. Tabel 2.24 Jenis Pencemar Minimum Prioritas Inventarisasi Berdasarkan Jenis Kegiatan Jenis Kegiatan Eksplorasi dan Produksi Migas Pengilangan Minyak Bumi Pengilangan LNG dan LPG Terpadu Instalasi, depot dan terminal minyak Industri Soda Kaustik Industri Pelapisan Logam (Cu, Cr, Ni, Zn) Industri Penyamakan Kulit Industri Minyak Sawit
Jenis Pencemar/ Parameter COD, M&L, H2S, NH3-N, Fenol, T, Ph BOD5, COD, M&L, Sulfida terlarut, Amonia terlarut, Fenol, T, pH M&L, Air pendingin (Residual Chlorine), T, pH M&L, pH COD, SS, Hg, Cu, Pb, Zn, pH
SS, Cd, CN, Cu, Ni, Cr, Zn, pH, Logam total BOD5, COD, SS, H2S, Cr, Minyak dan Lemak, NH3-N, pH BOD5, COD, SS, Minyak dan Lemak, NH3-N, pH Industri Pulp dan Kertas BOD5, COD, SS, pH (pulp, kertas, pulp dan kertas) BOD5, COD, SS, NH3-N, pH Industri Karet
Terdapat dalam Lampiran II Kepmen LH 42/1996 Lampiran V Kepmen LH 42/1996 Lampiran VI Kepmen LH 42/1996 Lampiran VII Kepmen LH 42/1996 Lampiran B-I Kepmen LH 51/1995 Lampiran B-II Kepmen LH 51/1995 Lampiran B-III Kepmen LH 51/1995 Lampiran B-IV Kepmen LH 51/1995 Lampiran B-V Kepmen LH 51/1995 Lampiran B-VI Kepmen LH 51/1995
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
79
2018
BUKU I PENDAHULUAN
Industri Gula
BOD5, COD, SS, H2S, pH
Industri Tapioka
BOD5, COD, SS, pH, CN
Industri Tekstil
BOD5, COD, SS, pH, Fenol total, Cr, Minyak dan Lemak BOD5, COD, SS, pH, CN, NH3-N, Minyak dan Lemak BOD5, SS, pH
Industri Pupuk Urea Industri Etanol Industri Mono Sodium Glutamat (MSG) Industri Kayu Lapis
BOD5, SS, pH
Industri Susu dan Produk Susu Industri Minuman Ringan Industri Sabun, Diterjen dan Minyak Nabati Industri Bir
BOD5, COD, TSS, pH
Jenis Kegiatan Industri Baterai Kering
Industri Cat Industri Farmasi Industri Pestisida Hotel
Rumah Sakit Domestik Kegiatan Penambangan/ Pengolahan Batubara
BOD5, SS, pH, Fenol total
BOD5, TSS, M&L, pH BOD5, COD, TSS, M&L, fosfat, MBAS, pH BOD5, COD, TSS, pH Jenis Pencemar/ Parameter BOD5, TSS, NH3 total, M&L , Zn, Hg, Mn, Cr, Ni, pH BOD5, TSS, Hg, Zn, Pb, Cu, Cr+6, Ti, Cd, Fenol, M&L, pH BOD5, COD, TSS, Total N, Fenol, pH BOD5, COD, TSS, Cu, Fenol, pH BOD5, COD, TSS, pH T, BOD5, COD, TSS, pH, NH3 bebas, PO4, MPN- kuman Gol.Coli, Radioaktivitas BOD, TSS, pH, minyak dan Lemak pH, residu tersuspensi, besi total, Mangan total
Lampiran B-VII Kepmen LH 51/1995 Lampiran B-VIII Kepmen LH 51/1995 Lampiran B-IX Kepmen LH 51/1995 Lampiran B-X Kepmen LH 51/1995 Lampiran B-XI Kepmen LH 51/1995 Lampiran B-XII Kepmen LH 51/1995 Lampiran B-XIII Kepmen LH 51/1995 Lampiran B-XIV Kepmen LH 51/1995 Lampiran B-XV Kepmen LH 51/1995 Lampiran B-XVI Kepmen LH 51/1995 Lampiran B-XVII Kepmen LH 51/1995 Terdapat dalam Lampiran B-XVIII Kepmen LH 51/1995 Lampiran B-XIX Kepmen LH 51/1995 Lampiran B-XX Kepmen LH 51/1995 Lampiran B Kepmen LH 51/1995 Lampiran B Kepmen LH 52/1995 Lampiran B Kepmen LH 58/1995 Lampiran Kepmen LH 112/2003 Lampiran Kepmen LH 113/2003
Sumber : Lampiran Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Kegiatan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Kegiatan usaha kecil dan menengah dapat dibagi ke dalam 2 kategori untuk tujuan perkiraan pencemar: 1) Kegiatan industri kecil dan menengah yang tidak termasuk dalam industri berkategori sumber pencemar air tertentu. Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
80
2018
BUKU I PENDAHULUAN
2) Kegiatan usaha
yang aktivitasnya berhubungan
dengan kepadatan populasi dalam area tertent seperti bakery, dry cleaner, dan pasar. Kegiatan industri kecil menjadi sumber pencemar yang dibuang ke sistem saluran air umum. Kegiatan usaha skala kecil biasanya berhubungan dengan pemrosesan makanan,
minuman,
pendistribusian
bahan
tekstil,
pengemasan
makanan,
yang
dan
diantaranya
merupakan sumber dari limbah organik dan padatan tersuspensi (SS). Ditambah lagi, kegiatan-kegiatan seperti penyamakan kulit, tekstil, dan industri pencelupan biasanya membuang minyak, Fenol, Cr, dan Sulfida sebagai air limbah. Kegiatan lain yang melibatkan pelapisan logam dan elektroplating menghasilkan logam berat seperti Fe, Zn, Cu, Ni, Al, juga minyak, Sulfat, NaOH, dan Sianida yang bergantung pada pekerjaan logam dan jenis proses kimia yang digunakan. Kegiatan pencucian yang melibatkan pelarut, minyak, dan deterjen juga memberikan kontribusi pada
pencemaran
air
dalam
saluran.
Seperti
yang
dideskripsikan dalam daftar di atas, cakupan polutan yang dibuang oleh kegiatan usaha kecil dan menengah sangat luas, dan mempengaruhi keadaan lingkungan. Fakta bahwa kegiatan usaha kecil dan menengah cenderung merupakan sektor informal, dan jumlahnya yang terlalu banyak, serta kesulitan untuk mengawasi dan mengendalikan sebagai sumber pencemar air tertentu, merupakan alasan utama mengkategorikannya sebagai sumber pencemar air tak tentu.Dalam prakteknya, tidak terdapat acuan di negara lain untuk memutuskan skala kegiatan usaha yang masuk kelompok sumber pencemar air tertentu dan tak tentu untuk tujuan inventarisasi. Kriteria kunci biasanya berdasarkan jumlah maksimum kegiatan Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
81
2018
BUKU I PENDAHULUAN
usaha yang dikategorikan sebagai sumber tertentu yang dapat ditangani oleh pihak berwenang secara individual, dengan memilih industri yang lebih besar untuk laporan pencemar individual dan sisa pencemar lainnya dari sektor industri diperkirakan sebagai sumber pencemar air tak tentu. Di banyak negara, kegiatan usaha kecil dan menengah, biasanya sering beroperasi secara informal, yang mungkin menghasilkan sumber pencemar air gabungan yang cukup berarti. Situasi ini diperburuk dengan kenyataan bahwa kegiatan ini cenderung berada di sekitar daerah pemukiman dan karenanya merupakan sumber pencemar air bagi penduduk. Secara umum, kontribusi pencemar dari kegiatan usaha
kecil
dan
menengah
bervariasi
berdasarkan
kekhususan aktivitasnya atau proses produksinya. Untuk sub-sektor seperti industri kimia dimana produksi ruah mengambil tempat dalam industri besar, kontribusi dari kegiatan kecil menengah pada total pencemar kecil. Untuk kategori seperti usaha pencetakan dan desain grafis, jumlah industri kecil melampaui jumlah industri besar dan karenanya industri kecil menengah akan memberikan kontribusi pada pencemar ruah. Pencemar air dari kegiatan UKM yang berhubungan dengan jasa umumnya kecil, tetapi terdapat pengecualian untuk usaha dry cleaning. Contoh ini menggambarkan bahwa besar kontribusi oleh UKM bergantung pada jenis dan kelaziman UKM di suatu daerah. 2.2.1.4.4.2 Analisis daya tampung beban pencemaran Faktor-faktor yang menentukan daya tampung beban pencemar sumber air (sungai,muara, situ, danau dan waduk) secara umum adalah sebagai berikut: a.
Kondisi hidrologi, dan morfologi sumber air termasuk kualitas air sumber air yang ditetapkan DTBP-nya
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
82
2018
BUKU I PENDAHULUAN
b.
Kondisi klimatologi sumber air seperti suhu udara, kecepatan angin dan kelembaban udara
c.
Baku mutu air atau kelas air untuk sungai dan muara atau baku mutu air dan kriteria status tropik air bagi situ, danau dan waduk.
d.
Beban pencemar sumber tertentu/point source
e.
Beban pencemar sumber tak tentu/non-point source
f.
Karakteristik dan perilaku zat pencemar yang dihasilkan sumber pencemar
g.
Pemanfaatan atau penggunaan sumber air
h.
Faktor pengaman (margin of safety) yang merupakan nilai ketidakpastian dalam perhitungan. Ketidakpastian tersebut bersumber dari tidak memadainya data dan informasi tentang hidrolika dan morfologi sumber air, selain kurangnya pengetahuan mengenai karakteristik dan perilaku zat pencemar. Berikut ini merupakan tahapan yang dilakukan dalam
perhitungan DTBP dan penerapan DTBP di dalam perizinan serta penyusunan program pengendalian pencemaran air: 1.
Menetapkan prioritas sumber air yang akan ditentukan DTBP-nya yang didasarkan pada: Hasil kajian status mutu air dan status tropik air, yaitu: 1). Sungai dan muara yang memiliki status mutu air paling tercemar. 2). Danau, waduk dan situ yang memiliki status mutu air paling tercemar dan kadar unsur hara paling tinggi. a.
Sumber air yang dimanfaatkan sebagai air baku untuk air minum.
b.
Tingkat potensi sumber pencemar yang berpotensi
menerima
jumlah
beban
pencemar yang terbesar.
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
83
2018
BUKU I PENDAHULUAN
2.
Melakukan
inventarisasi
dan
identifikasi
kondisi
hidrologi, morfologi dan faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap kondisi sumber air yang akan ditentukan DTBP-nya yang meliputi paling sedikit: a. Peta dasar (peta rupa bumi atau peta topografi). b. Data klimatologi dan meteorologi, antara lain: radiasi sinar matahari, curah hujan, suhu udara, kecepatan angin dan kelembaban udara. c. Data hidrolik sumber air yang meliputi: debit, volume, panjang, lebar, kedalaman, kemiringan hidrolis, kecepatan air. d. Data kualitas air sumber air 3.
Melakukan identifikasi baku mutu air untuk sungai dan muara atau baku mutu air dan kriteria status tropik air bagi situ, danau dan waduk yang akan ditentukan DTBP-nya. Apabila baku mutu air atau kriteria tropik air belum ditetapkan, dapat digunakan kualitas air kelas II sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
4.
Melakukan inventarisasi dan identifikasi jenis, jumlah beban (debit dan konsentrasi) dan karakteristik sumber pencemar yang meliputi: a. Sumber pencemar tertentu (point source): saluran irigasi, drainase, anak sungai, oulet limbah industri atau domestik (IPAL rumah tangga terpadu, hotel, dan rumah sakit) b. Sumber pencemar tak tentu (non-point/diffuse source) : rumah tangga tanpa IPAL, pertanian, peternakan dan pertambangan.
5.
Melakukan identifikasi pemanfaatan sumber air.
6.
Melakukan perhitungan DTBP sumber air dengan menggunakan berbagai metode sebagai berikut: a. Perhitungan kesetimbangan (neraca) masa.
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
84
2018
BUKU I PENDAHULUAN
b. Pemodelan metematika
analitis yang
menggunakan secara
ilmiah
persamaan telah
teruji
misalnya: metode streeter-phelps. c. pemodelan
numerik
terkomputerisasi
(computerized numerical modeling) d. Metode lain yang didasarkan pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sepanjang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Tahapan penetapan daya tampung beban pencemaran air disajikan pada gambar berikut.
Gambar 2.2 Penetapan Daya Tampung Pencemaran Air
Penerapan DTBP Dalam Penyusunan Kebijakan Pengendalian Pencemaran Air
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
85
2018
BUKU I PENDAHULUAN
1.
Menghitung kontribusi beban pencemar dari masingmasing sumber pencemar terhadap DTBP sumber air.
2.
Mendapatkan informasi alokasi jumlah beban pencemar yang diperbolehkan untuk dibuang ke sumber air dari masing-masing sumber pencemar pada saat ini dan prediksi dimasa yang akan datang ( 5 tahun yang akan datang)
3.
Apabila hasil perhitungan menunjukan bahwa beban pencemar telah melewati DTBP sumber air, perlu diperhitungkan jumlah beban pencemar yang harus dikurangi dari masing-masing sumber pencemar.
4.
Penerapan berbagai pilihan kebijakan untuk menurunkan beban pencemaran beserta dampaknya
5.
Penyusunan kebijakan pengendalian pencemaran air didasarkan kontribusi beban pencemar terhadap DTBP agar mutu air sasaran 5 (lima) tahun yang akan datang dapat dipenuhi. Diagram alur penerapan daya tampung dalam penyusunan kebijakan pengendalian pencemaran air disajikan pada gambar berikut.
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
86
2018
BUKU I PENDAHULUAN
Gambar 2.3 Diagram Alur Penerapan Daya Tampung dalam Penyusunan Kebijakan Pengendalian Pencemaran Air
2.2.1.5. Analisis Demografi 2.2.1.5.1 Analisis ketenagakerjaan Analisis ini bertujuan untuk mengetahui banyaknya penduduk yang memiliki usia produktif sehingga dapat dikembangkan dalam hal pemenuhan kebutuhan di bidang sosial ekonomi serta mengetahui persentase banyaknya penduduk berusia produktif yang mampu menunjang penduduk dengan usia non produktif.
Analisis
ini
juga
bertujuan
untuk
mengetahui mayoritas jenis mata pencaharian yang dimiliki oleh penduduk di kawasan perencanaan. Untuk menghitung ketenagakerjaan teknik yang dilakukan adalah dengan menghitung persentase Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
87
2018
BUKU I PENDAHULUAN
penduduk dengan usia produktif / jenis mata pencaharian
tertentu
terhadap
jumlah
seluruh
penduduk di kawasan. 2.2.1.5.2 Analisis tingkat pendidikan masyarakat Analisis ini bertujuan untuk mengetahui mayoritas tingkat pendidikan terakhir penduduk kawasan serta mengetahui banyaknya penduduk yang sudah bebas buta huruf. Perhitungan dilakukan degan menghitung persentase banyaknya jumlah penduduk yang buta huruf atau penduduk dengan tingkat pendidikan terakhir tertentu dengan jumlah total penduduk di kawasan tersebut. 2.2.1.5.3 Analisis kondisi masyarakat terkait masyarakat berkebutuhan khusus Analisis ini bertujuan untuk mengetahui banyaknya penduduk yang memiliki kebutuhan khusus (mengalami kondisi cacat fisik, mengalami penyakit kronis, usia lanjut) . Analisis ini dapat digunakan untuk keperluan peningkatan fasilitas difabel serta peningkatan penyelamatan saat bencana bagi
penduduk
Perhitungaan
yang
yang
mengalami
dilakukan
cacat
adalah
fisik. dengan
menghitung persentase jumlah penduduk dengan cacat fisik tertentu terhadap jumlah keseluruhan penduduk di kawasan tersebut. 2.2.1.5.4 Analisis klasifikasi penduduk berdasarkan usia, agama, dan jenis kelamin
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
88
2018
BUKU I PENDAHULUAN
2.2.1.5.4.1 Usia Analisis komposisi
ini
bertujuan
penduduk
untuk
berdasarkan
mengetahui umur
dari
penduduk dan mayoritas usia penduduk di Kawasan perencanaan. 2.2.1.5.4.2 Agama Analisis ini bertujuan untuk mengetahui komposisi penduduk berdasarkan keyakinan atau kepercayaan
yang
dianut.
Struktur
penduduk
menurut jumlah penganut agama berguna untuk berbagai keperluan mengenai integrasi di bidang sosial budaya , ekonomi, serta pemenuhan sarana peribadatan.
Perhitungan
dilakukan
dengan
menghitung persentase pemeluk agama tertentu terhadap jumlah seluruh penganut agama di kawasan tersebut. 2.2.1.5.4.3 Jenis kelamin Analisis ini bertujuan untuk mengetahui komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin yang dibagi
menjadi
Perhitungan
perempuan
dilakukan
dan
dengan
laki-laki. menghitung
persentase antara satu jenis kelamin dengan jumlah keseluruhan penduduk. 2.2.1.5.5 Analisis distribusi penduduk Analisis
distribusi
penduduk
merupakan
identifikasi jumlah sekaligus lokasi penduduk yang berada di kawasan perencanaan. Analisis ini bertujuan untuk
mengetahui
persebaran
penduduk
dalam
Kawasan. Hasil dari analisis ini kemudian dipetakan sehingga akan nampak jelas bagaimana persebaran penduduk serta kepadatan penduduk di kawasan perencanaan.
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
89
2018
BUKU I PENDAHULUAN
2.2.1.5.6 Analisis proyeksi penduduk Proyeksi Penduduk adalah perhitungan jumlah penduduk di masa yang akan datang menurut komposisi umur, agama serta jenis kelamin. Hasil dari proyeksi penduduk digunakan guna perencanaan terkait ketersediaan, kebutuhan, serta kapasitas sarana dan prasarana. Berikut rumus yang kami gunakan untuk menghitung proyeksi penduduk: Pn = Po (1+r)^n Dimana : Po = Jumlah penduduk awal. Pn = Jumlah pada tahun ke-n r = Tingkat pertumbuhan penuduk (%) n = banyak perubahan tahun
2.2.1.6 Sosial Budaya Dalam upaya untuk mencapai kawasan rawan bencana banjir, perlu dilakukan analisis aspek social budaya di wilayah atau kawasan. Analisis aspek social budaya dapat diperoleh melalui hasil pengukuran beberapa indicator social. Tujuan analisis aspek social budaya adalah mengkaji kondisi social budaya terkait kawasan bencana banjir. 2.2.1.6.1 Analisis Kesadaran Masyarakat Terhadap Pengelolaan Infrastruktur Analisis bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan infratruktur. Hal ini perlu dilakukan karena kesadaran masyarakat terkait pengelolaan insfrastruktur berpengaruh dalam mengoptimalkan pembangunan insfrastruktur di kawasan perencanaan.
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
90
2018
BUKU I PENDAHULUAN
2.2.1.6.2 Analisis Kesadaran Masyarakat Terkait Peraturan Penanggulangan Bencana Analisis
ini
dilakukan
untuk
mengetahui
seberapa besar kesadaran masyarakat terkait peraturan penanggulangan bencana. Hal ini diperlukan karena kesadaran masyarakat berpengaruh besar dalam penanggulangan bencana, agar perencanaan suatu kawasan berjalan dengan lancar. 2.2.1.6.3 Analisis Kesadaran Masyarakat Terhadap Kelestarian lingkungan Analisis ini dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi partisipasi masyarakat dalam kegiatan
kelestarian
lingkungan.
diperlukan pengkajian
Hal
lebih lanjut
ini
karena
adanya partisipasi masyarakat dalam kegiatan kelestarian
lingkungan
terciptanya
kawasan
dapat
yang
mendukung
aman
terhadap
bencana banjir 2.2.1.6.4 Analisis Peran Lembaga Terhadap Masyarakat Dalam Penanggulangan Bencana Banjir Analisis
ini
dilakukan
untuk
mengetahui
program lembaga dalam penanggulangan bencana yang memberikan dampak kepada sosial dan budaya masyarakat dikawasan perencanaan agar menciptakan masyarakat yang siap tanggap terhadapa bencana banjir. 2.2.1.6.5 Analisis Adanya Ragam Aktivitas Sosial Di Kawasan Perencanaan Analisis keberagaman
ini
dilakukan
aktivitas
yang
untuk
mengetahui
ada
dikawasan
perencanaan. Hal ini perlu dilakukan pengkajian lebih lanjut untuk mengetahui akivitas sosial masyarakat
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
91
2018
BUKU I PENDAHULUAN
dikawasan perencanaan untuk menciptakan kawasan aman terhadap bencana banjir. 2.2.1.7 Ekonomi Aspek ekonomi meluputi aktivitas produksi, distribusi dan konsumsi suatu barang dan jasa. Aspek ekonomi juga membahas kegiatan ekonomi yang berkembang pada kawasan perencanaan. Dalam proses perencanaan, aspek ekonomi merupakan aspek yang penting karena mempengaruhi pendapatan masyarakat, sektor basis ekonomi dalam kawasan, serta peluang-peluang yang mungkin bisa dikembangkan untuk kemajuan kawasan dan
menunjang
kesejahteraan
masyarakat
di
kawasan
perencanaan. 2.2.1.7.1 Analisis kegiatan ekonomi Analisis sebaran kegiatan ekonomi di dalam kawasan
bertujuan
untuk
mengetahui
dominasi
kagiatan ekonomi di kawasan perencanaan, sehingga dapat diketahui potensi-potensi yang mungkin dapat dikembangkan. 2.2.1.7.2 Analisis proyeksi kegiatan ekonomi Untuk mengetahui peluang dimasa depan yang dapat
meningkatkan
perekonomian
masyarakat,
sehingga masyarakat dapat merencanakan apa yang bisa dikembangkan atau peluang besar di daerah kawasan perencanaan tersebut. 2.2.1.7.3 Analisis ketersediaan kegiatan ekonomi Untuk mengetahui sebaran kegiatan ekonomi di kawasan perencanaan, sehingga dapat mengetahui daerah bagian mana yang masih mempunyai peluang untuk mengembangkan suatu kegiatan ekonomi. Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
92
2018
BUKU I PENDAHULUAN
2.2.1.8 Sarana Sarana dikatakan memenuhi apabila jumlah yang ada sesuai dengan penduduk yang ada. Jadi, penduduk telah terlayani oleh sarana yang ada. Analisis terkait sarana penunjang fungsi permukiman terdapat dalam Peraturan Menteri PU Nomor: 20/PRT/M/2011. Dalam perencanaan sarana harus memperhatikan beberapa hal antara lain adalah jangkauan pelayanan, ketersediaan sarana, kapasitas penduduk, serta kondisi bangunan di wilayah tersebut. Dengan demikian digunakan analisis persebaran sarana, analisis kapasitas sarana, serta analisis jumlah, kondisi dan jangkauan sarana. Analisis persebaran sarana dilakukan dengan melihat secara langsung untuk mengetahui ketersediaan sarana sudah terpenuhi atau belum terpenuhi. Analisis kapasitas sarana memperkirakan kondisi yang ada apakah dapat dikembangkan atau dimanfaatkan guna meningkatkan pelayanan sarana yang ada serta untuk daya tampung. Terakhir analisis jumlah, kondisi dan jangkauan sarana guna untuk mengetahui jumlah sarana apakah sudah sesuai standar atau belum, kondisi guna untuk melihat apakah sudah baik atau buruk dan jangkauan sarana untuk mengetahui ketersediaan dan persebaran sarana dalam wilayah perencanaan SNI 03-1733-2004 sebagai pedoman. 2.2.1.8.1 Analisis ketersediaan, kebutuhan dan kapasitas sarana perdagangan dan jasa Pada
analisis
ketersediaan,
kebutuhan
dan
kapasitas sarana perdagangan dan jasa memerlukan data persebaran sarana eksisting yang ada di lapangan dengan jumlah sarana yang seharusnya ada sesuai standar pada SNI 03-1733-2004.
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
93
2018
BUKU I PENDAHULUAN
Tabel 2.25 Tabel jenis perdagangan dan jasa
No
1
Jenis Sarana
Toko / Warung
Jumlah Penduduk Pendukung (Jiwa)
250
2
Pertokoan
6.000
3
Pusat Pertokoan + Pasar Lingkungan
30.000
4
Pusat Perbelanjaan dan Niaga (toko + pasar + bank + kantor)
120.000
Kebutuhan Per Satuan Sarana Luas Lantai Min. (m2)
Luas Lahan Min. (m2)
50 (termasuk gudang)
100 (bila berdiri sendiri)
Kriteria Standard (m2 / Radius Lokasi dan jiwa) pencapaian Penyelesaian
0.4
300 mâ&#x20AC;&#x2122;
Di tengah kelompok tetangga. Dapat merupakan bagian dari sarana lain
Di pusat kegiatan sub lingkungan. 1.200 3.000 0.5 2.000 mâ&#x20AC;&#x2122; KDB 40% Dapat berbentuk P&D Dapat dijangkau 13.500 10.000 0.33 dengan kendaraan umum Terletak di jalan utama. Termasuk 36.000 36.000 0.3 sarana parkir sesuai ketentuan setempat Sumber : SNI 03-1733-2004 Tentang Sarana Perdagangan dan Jasa
2.2.1.8.2 Analisis Ketersediaan, Jangkauan, Kapasitas dan Kebutuhan Sarana Permukiman Pada
analisis
ketersediaan,
jangkauan,
kapasitas dan kebutuhan sarana memerlukan data jumlah penduduk pendukung dan radius pencapaian sarana yang terdapat di wilayah perencanaan. Berikut adalah tabel kebutuhan sarana :
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
94
2018
BUKU I PENDAHULUAN
Tabel 2.26 Tabel Kebutuhan Sarana Pendidikan dan Pembelajaran No.
Jenis Sarana
Jumlah Pendudu k penduku ng (jiwa)
Kebutuhan per Satuan Sarana Luas Luas lantai lahan min min (m2) (m2) 216 500 (termasu k rmah penjaga 36 m2)
1
TK
1250
2
SD
1600
633
3 4
SLTP SMU
4800 4800
2282 3835
Standa rt (m2/ji wa)
Kriteria Radius Pencapa ian (m2)
0,28
500
2000
1,25
1000
9000 12500
1,88 2,6
1000 3000
Lokasi dan Penyelesaian
Keteranga n
Di tengah kelompok warga. Tidak menyeberang jalan raya. bergabung dengan taman sehingga terjadi pengelompokan kegiatan.
2 rombongan prabelajar @ 60 murid dapat bersatu dengan sarana lain Kebutuhan harus Berdasarka n perhitungan dengan rumus 2, 3 dan 4. Dapat digabung dengan sarana pendidikan lain, mis. SD, SMP, SMA dalam satu komplek
Dapat dijangkau dengan kendaraan umum. Disatukan dengan lapangan olah raga. Tidak selalu harus di pusat lingkungan. 5 Taman 2500 72 150 0,09 1000 Di tengah Bacaan kelompok warga tidak menyeberang jalan lingkungan Sumber : SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan
Tabel 2.27 Tabel Kebutuhan Sarana Kesehatan
No.
1
Jenis Sarana
Posyandu
Jumla h Pendu duk pendu kung (jiwa) 1250
Kebutuhan per Satuan Sarana Luas Luas lant lahan ai min. min. (m2) (m2) 36 60
Kriteria Stand art (m2/j iwa)
0,048
Radius Pencap aian (m2)
Lokasi dan Penyelesaian
500
Di tengah kelompok tetangga tidak menyeberang jalan raya.
Keterangan
Dapat bergbung Dalam lokasi kantor kelurahan
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
95
2018
BUKU I PENDAHULUAN
2
Balai Pengobatan Warga
2500
Kebutuhan per Satuan Sarana Luas Luas lant lahan ai min. min. (m2) (m2) 150 300
3
BKIA /Klinik Bersalin
30000
1500
3000
0,1
4000
4
Puskesmas pembantu dan Balai Pengobatan Lingkungan
30000
150
3000
0,006
1500
Dapat bergabung dalam lokasi kantor kelurahan
5
Puskesmas dan Balai Pengibatan
12000 0
420
1000
0,008
3000
6
Tempat Praktek Dokter
5000
18
Dapat bergabung dalam lokasi kantor kecamatan Dapat bersatu dengan rumah tinggal / tempat usaha / apotik
7
Apotik / 30000 120 250 0,025 1500 Rumah Obat Sumber : SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan
No.
Jenis Sarana
Jumla h Pendu duk pendu kung (jiwa)
Kriteria Stand art (m2/j iwa)
Radius Pencap aian (m2)
Lokasi dan Penyelesaian
0,12
1000
Di tengah kelompok tetangga tidak menyeberang jalan raya. Dapat dijangkau Dengan kendaraan umum
15000
Keterangan
Dapat bergabung dalam lokasi balai warga
Tabel 2.28 Tabel Kebutuhan Sarana Peribadatan Kebutuhan per Satuan Sarana N o.
1
Jumlah Pendudu k penduku ng (jiwa)
Jenis Sarana
Musholla Langgar
/
250
Luas lantai min. (m2) 45
Luas lahan min. (m2) 100 (apabila bangunan tesendiri)
Kriteria Stand art (m2/ji wa)
0,36
Radius Pencapa ian (m2) 100
Lokasi dan Penyelesaian
Di tengah kelompok tetangga. Dapat merupakan bagian dari bangunan sarana lain
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
96
2018
BUKU I PENDAHULUAN
Kebutuhan per Satuan Sarana N o.
Jumlah Pendudu k penduku ng (jiwa)
Jenis Sarana
Luas lantai min. (m2)
Luas lahan min. (m2)
Kriteria Stand art (m2/ji wa)
2
Masjid Warga
2500
300
600
0,12
3
Masjid Lingkungan (Kelurahan) Sarana ibadah agama lain
30000
1800
3600
0,03
4
Radius Pencapa ian (m2) 1000
Lokasi dan Penyelesaian
Di tengah kelompok tetangga tidak menyeberang jalan raya. Dapat bergabung dalam lokasi balai warga Dapat dijangkau dengan kendaraan umum
Tergantun Tergantu Tergantun g sistem ng g kekerabat kebiasaa kebiasaan an/hirarki n setempa lembaga setempat Sumber : SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan
Tabel 2.29 Tabel Kebutuhan Sarana Kebudayaan dan Rekreasi
1
Balai Warga/Balai Pertemuan
2500
Kebutuhan per Satuan Sarana Luas Lua lant s ai laha min. n (m2) min. (m2) 150 300
2
Balau Serbaguna/ Balai Karang Taruna Gedung Serbaguna
30000
250
500
0,017
100
Di pusat lingkungan
120000
1500
3000
0,025
100
Dapat dijangkau dengan kendaraan umum
Gedung Bioskop
120000
1000
2000
0,017
100
Terletak di jalan utama termasuk meruoakan bagian dari pusat perbelanjaan
No .
3 4
Jumlah Pendudu k penduku ng (jiwa)
Jenis Sarana
Kriteria Standar t (m2/jiw a)
Radius Pencapai an (m2)
Lokasi dan Penyelesaian
0,12
100
Di tengah kelompok tetangga. Dapat merupakan bagian dari bangunan sarana lain
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
97
2018
BUKU I PENDAHULUAN
Sumber : SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan
Tabel 2.30 Tabel Kebutuhan Sarana Ruang Terbuka, Taman, dan Lapangan Olah raga
No
1 2 3
4 5 6
Jenis Sarana
Taman / Taman Main Taman / Taman Main Taman dan Lapngan Olah raga
Jumlah Pendud uk penduk ung (jiwa)
Luas lantai min. (m2)
Standar t (m2/jiw a)
Radius Pencapaia n (m2)
Lokasi dan Penyelesaian
250
250
1
100
Di tengah kelompok tetangga
2500
1250
0,5
1000
Di pusat kegiatan lingkungan
Sedapat mungkin berkelompok dengan sarana pendidikan Terletak di jalan utama. Taman dan Sedapat mungkin Lapangan 120000 24000 0,2 berkelompok dengan sarana Olahraga pendidikan Jalur Hijau 15 Terletak menyebar Kuburan Mempertimbangkan radius Pemakaman 12000 pencapaian dan area yang Umum dilayani Sumber : SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan 30000
2.2.1.8.3
9000
0,3
Analisis Keterpenuhan Mitigasi Bencana Dalam analisis ini dibutuhkan data eksisting untuk mengetahui ketersediaan, jumlah, kondisi dan jangkauan mitigasi bencana. Output data dari analisis ini adalah ketersediaan, jumlah, kondisi dan jangkauan
mitigasi
bencana
di
kawasan
perencanaan. 2.2.1.8.4
Analisis Kebutuhan Sarana Penunjang Permukiman Dalam analisis ini dibutuhkan data dari proyeksi penduduk kawasan perencanaan Kelurahan Sewu. Output data dari analisis ini adalah data proyeksi penduduk di kawasan perencanaan.
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
98
2018
BUKU I PENDAHULUAN
2.2.1.9 Prasarana Dalam proses perencanaan, aspek prasarana berfungsi sebagai pendukung agar fungsi dalam suatu lingkungan dapat berjalan
sebagaimana
semestinya.
Prasarana
dikatakan
memenuhi apabila jumlah yang ada sesuai dengan penduduk yang ada. Jadi, penduduk telah terlayani oleh prasarana yang ada. Analisis terkait prasarana fungsi permukiman terdapat dalam Peraturan Menteri PU Nomor: 20/PRT/M/2011 Sama seperti perencanaan sarana, dalam perencanaan prasarana harus memperhatikan beberapa hal antara lain adalah jumlah penduduk yang wadahi, jangkauan pelayanan, serta ketersediaan serana di wilayah tersebut. Oleh sebab itu, perlu digunakan analisis ketersediaan, analisis kapasitas, serta analisis kebutuhan.
Analisis
ketersediaan
dilakukan
dengan
membandingkan ketersediaan serta kondisi prasarana yang ada pada saat ini dengan kebutuhan yang harus dipenuhi. Analisis kapasitas memperkirakan kondisi yang ada apakah dapat dikembangkan atau dimanfaatkan guna meningkatkan pelayanan prasarana yang ada. Kemudian analisis kebutuhan yaitu membandingkan
kapasitas
prasarana
yang
ada
dengan
kebutuhan hingga akhir tahun perencanaan. 2.2.1.9.1 Analisis ketersediaan prasarana mitigasi bencana Dalam analisis ini dibutuhkan data eksisting jenis dan jaringan listrik. Output data adalah persebaran dan kondisi prasarana mitigasi bencana di kawasan perencanaan meliputi persebaran jalur evakuasi, tanggul, dan pintu air 2.2.1.9.2 Analisis ketersediaan jaringan listrik Dalam analisis ini dibutuhkan data eksisting jenis dan jaringan
listrik.
Output
data
adalah
informasi
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
99
2018
BUKU I PENDAHULUAN
mengenai persebaran jaringan listrik di kawasan perencanaan. 2.2.1.9.3 Analisis ketersediaan jaringan drainase Dalam analisis ketersediaan jaringan drainase, dibutuhkan data eksisting jaringan drainase. Output data adalah persebaran dan kondisi jaringan drainase di kawasan perencanaan. 2.2.1.9.4 Analisis ketersediaan jaringan air bersih Dalam analisis ketersediaan jaringan air bersih dilakukan
dengan
mengobservasi
kawasan
perencanaan apakah jaringan air bersih tersebut berupa perpipaan atau bukan. Output data adalah informasi mengenai ketersediaan air bersih. 2.2.1.9.5 Analisis ketersediaan jaringan persampahan Dalam analisis ini dibutuhkan data eksisting titik-titik persampahan. Output data adalah informasi mengenai
persebaran
jaringan
persampahan
di
kawasan perencanaan. 2.2.1.9.6 Analisis ketersediaan jaringan air limbah Dalam analisis ini dibutuhkan data eksisting jaringan air limbah. Output data adalah informasi mengenai ketersediaan jaringan air limbah di kawasan perencanaan. 2.2.1.9.7 Analisis ketersediaan jaringan telekomunikasi Dalam analisis ini dibutuhkan data eksisting BTS dan jaringan telepon kabel. Output data adalah informasi mengenai ketersediaan BTS dan jaringan telepon kabel di kawasan perencanaan.
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
100
2018
BUKU I PENDAHULUAN
2.2.1.9.8 Analisis kapasitas jaringan listrik Berdasarkan
Kepmen
Kimpraswil
No.534/KPTS/M/2001 tentang Penentuan Standar Pelayanan
Minimal
Bidang
Penataan
Ruang,
menyebutkan kebutuhan listrik yaitu : (a) = Jumlah penduduk pada tahun awal (2015); (b) = Pemakaian listrik rata-rata per orang adalah 90 watt/hari; (c) = Pemakain listrik rata-rata penduduk = (a) x (b); (d) = Kebutuhan penerangan umum adalah 10% kebutuhan penduduk = 10% x (c); (e) = Industri fasilitas sosial 20% kebutuhan listrik penduduk = 20% x (c); (f) = Total kebutuhan listrik merupakan penjumlahan dari pemakaian listrik penduduk, kebutuhan listrik untuk penerangan umum dan kebutuhan listrik untuk industri dan fasilitas sosial; dan (g) = Daya eksisting merupakan daya listrik pada gardu induk Dalam kebutuhan
suatu
jaringan
perkotaan, listrik
perlu
penyediaan diperhatikan
persyaratan, kriteria dan kebutuhan yang harus dipenuhi menurut SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan yaitu: a) Penyediaan kebutuhan daya listrik 1. Setiap
lingkungan
perumahan
harus
mendapatkan daya listrik dari PLN atau dari sumber lain; dan 2. Setiap unit rumah tangga harus dapat dilayani daya listrik minimum 450 VA per jiwa dan
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
101
2018
BUKU I PENDAHULUAN
untuk sarana lingkungan sebesar 40% dari total kebutuhan rumah tangga. b) Penyediaan jaringan listrik 1. Disediakan jaringan listrik lingkungan dengan mengikuti hirarki pelayanan, dimana besar pasokannya telah diprediksikan berdasarkan jumlah unit hunian yang mengisi blok siap bangun; 2. Disediakan tiang listrik sebagai penerangan jalan yang ditempatkan pada area damija (daerah milik jalan) pada sisi jalur hijau yang tidak menghalangi sirkulasi pejalan kaki di trotoar (lihat Gambar 1 mengenai bagian-bagian pada jalan); 3. Disediakan gardu listrik untuk setiap 200 KVA daya listrik yang ditempatkan pada lahan yang bebas dari kegiatan umum; 4. Adapun penerangan jalan dengan memiliki kuat penerangan 500 lux dengan tinggi > 5 meter dari muka tanah; 5. Sedangkan untuk daerah di bawah tegangan tinggi sebaiknya tidak dimanfaatkan untuk tempat tinggal atau kegiatan lain yang bersifat permanen
karena
akan
membahayakan
keselamatan; 2.2.1.9.9 Analisis kapasitas jaringan drainase Jaringan
drainase
berfungsi
mengalirkan
air
permukaan ke badan penerima air atau ke bangunan resapan buatan. Adapun syarat yang harus dipenuhi dari jaringan drainase menurut SNI 03-1733-2004 tentang
Tata
Cara
Perencanaan
Lingkungan
Perumahan yaitu: Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
102
2018
BUKU I PENDAHULUAN
Tabel 2.31. Syarat Jaringan Drainase Sarana
Prasarana
Badan Penerima Air
Sumber air di permukaan tanah Sumber air dibawah permukaan tanah
Bangunan Pelengkap
Gorong-gorong Pertemuan saluran Bangunan terjunan Jembatan Pompa Pintu Air
Sumber : SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Dalam analisis kapasitas jaringan drainase dibutuhkan data debit air yang melewati jaringan drainase serta ketersediaan
jaringan
drainsane
di
kawasan
perencanaan. Dalam menghitung debit air pada jaringan drainase dapat digunakan rumus sebagai berikut :
A = Luas Penampang (m) R = Jari-jari hidrolis (m) S = kemiringan dasar saluran (m) Karena sistem jaringan drainase termasuk saluran air limbah maka debit limpasan dapat dihitung dengan rumus:
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
103
2018
BUKU I PENDAHULUAN
1. Akibat air hujan Q = 0,0027778 CIA C
: koefisien limpasan (run off) yang ditentukan oleh dominasi
pemanfaatan
ruang ,permukiman= 0,4 I
: Intensitas curah hujan
A
: Luas lahan atau area (area dengan guna lahan yang sama)
2. Akibat air limbah Q = 0,75 x jumlah air rata-rata yang disalurkan x jumlah penduduk x faktor puncak Q limpasan total = Qhujan+Qlimbah Jika:
Qtotal<Qsaluran,
maka
tidak
terjadi
genangan. 2.2.1.9.10 Analisis kapasitas jaringan persampahan Dalam analisis kapasitas jaringan persampahan, digunakan standar laju timbulan sampah tiap dominasi
penggunaan
lahan
(liter/orang/hari),
jumlah dan dimensi box TPS, dan frekuensi pengangkutan sampah dari TPS ke TPA. Berikut adalah tabel kebutuhan prasarana persampahan. Tabel 2.32 Tabel Kebutuhan Prasarana Persampahan Lingkup
Prasarana
Prasarana
Sarana
Keterangan Status
Dimensi
pelengkap Rumah jiwa)
(5 Tong sampah
Pribadi
RW (2.500) Gerobak sampah Bak
TPS
2 m3 6 m3
Jarak bebas Gerobak TPS
mengangkut
dengan
3x
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
104
2018
BUKU I PENDAHULUAN
sampah
lingkungan
kecil
hunian
Kelurahan
Gerobak
(30.000)
sampah Bak
2 m3
seminggu
minimal
Gerobak
30 m
mengangkut 3x
TPS
sampah
seminggu
12 m3
besar Sumber : SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan Dasar
perhitungan
proyeksi
timbulan
sampah
merujuk pada Kepmen PU No.21 Tahun 2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Bidang Persampahan adalah sebagai berikut: ď&#x201A;ˇ Sumber timbulan sampah yang dihitung adalah : domestik, pasar, industri, perkantoran dan jalan serta taman. ď&#x201A;ˇ Laju timbulan sampah wilayah perkotaan adalah 2 liter/orang/hari untuk domestik, laju timbulan sampah untuk pasar dengan konversi terhadap jumlah
penduduk
adalah
sebesar
0,3
liter/orang/hari, laju timbulan sampah daerah komersial sebesar 0,06 liter/orang/hari konversi terhadap jumlah penduduk, laju timbulan sampah industri adalah 0,12 liter/orang/hari konversi terhadap jumlah penduduk dan laju timbulan sampah jalan dan taman adalah sebesar 0,08 liter/orang/hari
konversi
terhadap
jumlah
penduduk. ď&#x201A;ˇ Target pencapaian pelayanan di masing-masing sumber
timbulan
sampah
untuk
wilayah
perkotaan adalah 80% dan perdesaan adalah 60%.
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
105
2018
BUKU I PENDAHULUAN
2.2.1.9.11. Analisis kebutuhan jaringan listrik Dilakukan wawancara terhadap ketua RT/RW untuk mengetahui
perkiraan
kebutuhan
listrik
tiap
rumah/orang yang kemudian akan dikombinasikan dengan hasil proyeksi penduduk hingga akhir tahun perencanaan yang akan dibagi menjadi empat periode dimana masing â&#x20AC;&#x201C; masing terdiri dari lima tahun perencanaan maka akan diketahui kebutuhan daya listrik di kawasan perencanaan. 2.2.1.9.12. Analisis kebutuhan jaringan drainase Analisis kebutuhan jaringan drainase memerlukan hasil analisis ketersediaan jaringan drainase yang kemudian
akan
dikombinasikan
dengan
hasil
proyeksi penduduk hingga akhir tahun perencanaan yang akan dibagi menjadi empat periode dimana masing
â&#x20AC;&#x201C;
masing
terdiri
dari
lima
tahun
perencanaan. Dalam perhitungannya rumus yang digunakan
sama
dengan
analisis
ketersediaan
drainase. 2.2.1.9.13. Analisis kebutuhan jaringan air bersih Analisis
kebutuhan
prasarana
air
bersih
memerlukan data jangkauan pelayanan jaringan air bersih dan ketersediaan / kapasitas reservoir air eksisting, serta jumlah penduduk di tahun tersebut. Menurut Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No.534/KPTS/M/2001 tentang Penentuan Standar Pelayanan Minimal Bidang Penataan Ruang, menentukan standar cakupan air bersih adalah 55-75% dari penduduk harus terlayani air bersih serta menyebutkan kebutuhan air bersih Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
106
2018
BUKU I PENDAHULUAN
per orang yaitu 60-220 lt/orang/hari. Selain itu digunakan asumsi-asumsi guna menetapkan proporsi angka
persentase
pendistribusian
volume
air
bersih/minum yang diproduksi, yaitu: a. Kebutuhan rumah tangga dihitung berdasarkan jumlah penduduk dengan rata-rata minimum 60 liter/hari/kapita
dan
optimum
120
liter/hari/kapita; b. Kebutuhan untuk pelayanan sosial/pelayanan umum yaitu 5% - 10% dari kebutuhan total rumah tangga; c. Kebutuhan untuk komersil yaitu 10% - 20% dari kebutuhan total rumah tangga; d. Kebutuhan cadangan air minum minimal 10% dari kebutuhan total (rumah tangga dan fasilitas); dan e. Kebutuhan
untuk
menanggulangi
kebocoran
dalam pendistribusian pada instalasi air yaitu 15% - 25% dari kebutuhan total (rumah tangga + fasilitas + cadangan). Dalam suatu perkotaan, adapun penyediaan kebutuhan air bersih menurut SNI nomor 03-17332004 yaitu: a. Lingkungan perumahan harus harus mendapat air bersih yang cukup dari perusahaan air minum atau sumber lain sesuai dengan ketentuan yang berlaku; b. Apabila telah tersedia sistem penyediaan air bersih kota atau system penyediaan air bersih lingkungan, maka tiap rumah berhak mendapat sambungan rumah atau sambungan halaman; dan
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
107
2018
BUKU I PENDAHULUAN
c. Untuk ketersediaan jaringan air bersih suatu perkotaan, maka harus tersedia jaringan air bersih sampai pada sambungan tiap rumah. 2.2.1.9.14. Analisis kebutuhan jaringan persampahan Pada
analisis
kebutuhan
jaringan
persampahan terdapat standar â&#x20AC;&#x201C; standar sarana pelengkap prasarana persampahan yang terdapat di Tabel Kebutuhan Prasarana Persampahan. Hasil analisis tersebut dikombinasikan dengan hasil proyeksi penduduk hingga akhir tahun perencanaan yang akan dibagi menjadi empat periode dimana masing â&#x20AC;&#x201C; masing terdiri dari lima tahun perencanaan 2.2.1.9.15. Analisis kebutuhan jaringan air limbah Analisis ini memproyeksikan kebutuhan jaringan air limbah yang ada dengan input ketersediaan jaringan air limbah dan kapasitas jaringan air limbah sehingga menghasilkan output jumlah kebutuhan jaringan air limbah. Jaringan air limbah / limbah menurut Permen PU No.1 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan umum dan Penataan Ruang. â&#x2014;? Target capaian SPM pengelolaan air limbah permukiman yang memadai adalah jumlah penduduk yang terlayani sistem pengelolaan air limbah pada tahun 2019 sebesar 60% â&#x2014;? Cara mengukur
SPM pengelolaan air limbah permukiman yang memadai adalah presentase jumlah penduduk yang terlayani dengan tangki septic / MCK komunal / system pengolahan air limbah terpusat
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
108
2018
BUKU I PENDAHULUAN
pada akhir pencapaian SPM terhadap jumlah total penduduk. Dirumuskan sebagai berikut :
2.2.1.8.16. Analisis kebutuhan jaringan telekomunikasi Analisis ini memproyeksikan kebutuhan jaringan telekomunikasi yang ada dengan input ketersediaan jaringan telekomunikasi dan kapasitas jaringan telekomunikasi sehingga menghasilkan output jumlah kebutuhan jaringan telekomunikasi.
2.2.1.10 Transportasi Transportasi merupakan salah satu aspek dasar yang tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan manusia. Transportasi diartikan
sebagai
usaha
memindahkan,
mengerakkan,
mengangkut, atau mengalihkan suatu objek dari suatu tempat ke tempat lain, di mana di tempat lain ini objek tersebut lebih bermanfaat atau dapat berguna untuk tujuan-tujuan tertentu (Miro,2005).
Atau
mempermudah
dengan
manusia
kata
dalam
lain,
transportasi
melakukan
mobilitasnya
menuju ke berbagai tempat. 2.2.1.10.1. Analisis Kondisi dan Kualitas Jalan 2.2.1.10.1.1. Analisis Kondisi Jalan Analisis
Kondisi
jalan
merupakan
teknik
analisis yang digunakan untuk mengetahui kinerja jalan/lalu lintas pada ruas jalan suatu kawasan perencanaan
yang
dihitung
dari
banyaknya
kendaraan yang melewati jalan tertentu dalam kawasan
dengan
waktu
tertentu
guna
menggambarkan kepadatan jalan pada kawasan
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
109
2018
BUKU I PENDAHULUAN
perencanaan. Berikut merupakan klasifikasi jenis kendaraan menurut MKJI (1997) : Tabel 2.33 Klasifikasi Jenis Kendaraan Jenis Kendaraan LV (Kendaraan Ringan) HV (Kendaraan Berat) MC (Sepeda Motor) UM (Kendaraan tak bermotor)
Keterangan Kendaraan bermotor ber as dua dengan 4 roda dan dengan jarak as 2,0-3,0 m (meliputi: mobil penumpang, oplet, mikrobis, pick-up dan truk kecil sesuai sistim klasifikasi Bina Marga) Kendaraan bermotor dengan lebih dari 4 roda (meliputi bis, truk 2 as, truk 3 as dan truk kombinasi sesuai sistim klasifikasi Bina Marga). Kendaraan bermotor dengan 2 atau 3 roda (meliputi sepeda motor dan kendaraan roda 3 sesuai sistim klasifikasi Bina Marga). Kendaraan dengan roda yang digerakkan oleh orang atau hewan ( meliputi : sepeda, becak, kereta kuda, dan kereta dorong sesuai sistim klasitikasi Bina Marga). Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997
Cara
menganalisis Kondisi Jalan
adalah
dengan menggunakan rasio volume per kapasitas atau yang lebih dikenal dengan analisis VCR. Rasio volume per kapasitas merupakan perbandingan antara volume yang melintas (smp/jam) dengan kapasitas
pada
suatu
ruas
jalan
tertentu
(smp/jam). Untuk
menghitung
lalu
lintas
menggunakan teknik Traffic Counting,
yaitu
menghitung
kendaraan
volume
yang melewati jalan
tersebut. Menurut Sukirman (1994), volume lalu lintas menunjukan jumlah kendaraan yang melintasi satu titik pengamatan dalam satu satuan waktu (hari, volume
jam, menit). Berikut
hasil
dari pengekuevalensian
perhitungan jumlah
jenis
kendaraan ke dalam Satuan Mobil Penumpang (smp) dengan nilai sebagai berikut :
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
110
2018
BUKU I PENDAHULUAN
Tabel 2.34 Satuan Mobil Penumpang (smp) Jenis Kendaraan
Ukuran Satuan Mobil Penumpang
Kendaraan Ringan (LV)
1,0
Kendaraan Berat (HV)
1,3
Sepeda Motor (MC)
0,5
Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997
Sehubungan dengan penentuan
jumlah dan
lebar jalur, satuan volume lalu lintas yang umum dipergunakan adalah lalu lintas harian rata-rata, volume jam perencanaan dan kapasitas. Selanjutnya dihitung berdasarkan model yang di kembangkan oleh
Manual Kapasitas Jalan Indonesia
(MKJI
1997). Adapun tingkat rasio volume per kapasitas dilakukan dengan persamaan sebagai berikut: VCR = V/C Keterangan : VCR : Rasio volume per kapasitas V : Volume lalu lintas (smp/jam) C : Kapasitas ruas jalan (smp/jam) Sedangkan
standar
berdasarkan MKJI
nilai VCR
ditetapkan
(Manual Kapasitas Jalan
Indonesia) adalah sebagai berikut : Tabel 2.35 Kriteria Tingkat Pelayanan Jalan Nilai VCR 0,00-0,20
0,20-0,44
0,45-0,74
0,75-0,84
Tingkat Klasifikasi Tingkat Pelayanan Pelayanan A Kondisi pelayanan sangat baik, dimana kondisi arus lalu lintas bebas dengan kecepatan tinggi dan volume lalu lintas rendah. B Kondisi pelayanan baik, dimana arus lalu lintas stabil, tetapi kecepatan operasi mulai dibatasi oleh kondisi lalu lintas. C Kondisi pelayanan cukup baik, dimana arus lalu lintas stabil, tetapi kecepatan dan gerak kendaraan dikendalikan. D Kondisi pelayanan kurang baik, dimana arus lalu lintas mendekati stabil,
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
111
2018
BUKU I PENDAHULUAN
kecepatan masih dapat dikendalikan, VCR masih dapat ditolerir. E Kondisi pelayanan buruk, dimana arus lalu lintas tidak stabil, kecepatan terkadang terhenti, permintaan sudah mendekati kapasitas. F Kondisi pelayanan sangat buruk, dimana arus lalu lintas dipaksakan, kecepatan rendah, volume diatas kapasitas, mengakibatkan macet Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997
0,85-1,00
â&#x2030;Ľ 1,00
2.2.1.10.1.2. Analisis Kualitas Jalan Analisis Kelas jalan dilakukan untuk mengetahui kondisi secara fisik jaringan jalan yang ada di dalam kawasan perencanaan apakah tergolong baik atau buruk.
Analisis
dilakukan
dengan
melakukan
observasi secara langsung pada setiap ruas jalan yang nantinya akan diperoleh deskripsi secara garis besar
kondisi
fisik
jaringan
dalam
kawasan
perencanaan. 2.2.1.10.2. Analisis Kapasitas Jalan Analisis ini bertujuan untuk mengetahui arus maksimum yang melalui suatu titik di jalan yang dapat dipertahankan per satuan jam pada kondisi tertentu. Berdasarkan rumus perhitungan
yang
sudah ada berikut rumus yang akan digunakan untuk menghitung kapasitas jalan: C = C0xFCWxFCSPxFCSFxFCCS (smp/jam) di mana: C
= Kapasitas
CO
= Kapasitas dasar (smp/jam)
FCW
= Faktor penyesuaian akibat lebar jalur lalu-
lintas FCSP = Faktor penyesuaian akibat pemisahan arah (tidak berlaku untuk jalan satu arah)
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
112
2018
BUKU I PENDAHULUAN
FCSF = Faktor penyesuaian akibat hambatan samping FCCS = Faktor penyesuaian ukuran kota (jumlah penduduk kota) ď&#x201A;ˇ Kapasitas Dasar (C) Ditentukan berdasarkan tipe jalan sesuai dengan nilai yang tertera pada tabel berikut : Tabel 2.36 Kapasitas Dasar Kapasitas dasar Catatan (smp/jam) Empat-lajur terbagi atau 1650 Per lajur Jalan satu-arah Empat-lajur tak-terbagi 1500 Per lajur Tipe jalan
Dua-lajur tak-terbagi
2900
Total dua arah
Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997
ď&#x201A;ˇ
Faktor penyesuaian akibat lebar jalur lalu-lintas (FCW) Ditentukan berdasarkan berdasarkan lebar jalur lalu-lintas efektif (Wc) dengan nilai yang tertera pada tabel berikut :
Tabel 2.37 Faktor penyesuaian akibat lebar jalur lalu-lintas Tipe jalan Lebar jalur lalu-lintas FCw efektif (Wc) (m) Empat-lajur Per lajur Per lajur terbagi atau 3,00 0,92 Jalan satu-arah 3,25 0,96 3,50 1,00 3,75 1,04 4,00 1,08 Empat-lajur tak-terbagi
Per lajur 3,00 3,25 3,50 3,75 4,00
Dua-lajur takterbagi
Total dua arah 5 6
Per lajur 0,91 0,95 1,00 1,05 1,09 Total dua arah 0,56 0,87
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
113
2018
BUKU I PENDAHULUAN
7 1,00 1,14 8 1,25 9 1,29 10 1,34 11 Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997
ď&#x201A;ˇ Faktor
penyesuaian
akibat
pemisahan
arah
(FCSP) Untuk pembagian arah berdasarkan kondisi arus lalu lintas yang berasal dari kedua arah untuk jalan yang tak terbagi (tanpa median) dan tidak belaku untuk jalan yang searah dan jalan yang terbagi. Tabel 2.38 Faktor penyesuaian akibat pemisahan arah Pemisahan arah (%-%) 50-50 55-45 60-40 65-35 70-30 FCSP
Jalan dua jalur 1,00 0,97 0,94 0,91 0,88 dua arah tak terbagi (2/2 UD) Jalan empat 1,00 0,975 0,95 0,925 0,90 lajur dua arah tak terbagi (4/2 UD) Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997
ď&#x201A;ˇ Faktor penyesuaian akibat hambatan samping (FCSF) Faktor
penyesuaian
akibat
hambatan
samping untuk ruas jalan dibedakan menjadi 2. Pertama, mempunyai bahu jalan yang ditentukan berdasarkan lebar bahu efektif Ws serta kedua, mempunyai jarak kereb dan pengahalang. Berikut tabel
mengenai
gangguan
samping
yang
diklasifikasikan seperti tabel berikut :
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
114
2018
BUKU I PENDAHULUAN
Kelas Gangguan Samping Sangat Rendah
Tabel 2.39 Klasifikasi Gangguan Samping Jumlah gangguan Kondisi tipikal per 200 meter per jam (dua arah) <100 Permukiman
Rendah
100-299
Permukiman, beberapa transportasi umum
Sedang
300-499
Daerah industri dengan beberapa toko di pinggir jalan
Tinggi
500-899
Daerah komersial, aktivitas pinggir jalan tinggi
Sangat Tinggi
> 900
Daerah komersial dengan aktivitas perbelanjaan pinggir jalan Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997
Tabel 2.40 Faktor penyesuaian akibat hambatan samping Faktor penyesuaian untuk hambatan samping dan lebar bahu FCSF Kelas hambatan Tipe Jalan Lebar bahu efektif Ws samping â&#x2030;¤ 0,5 Jalan empat lajur dua arah terbagi (4/2 D)
1,5
â&#x2030;Ľ2,0
Sangat Rendah
0,96
0,98
1,01
1,03
Rendah
0,94
0,97
1,00
1,02
Sedang
0,92
0,95
0,98
1,00
Tinggi
0,88
0,92
0,95
0,98
Sangat Tinggi
0,84
0,88
0,92
0,96
0,96
0,99
1,01
1,03
0,94
0,97
1,00
1,02
0,92
0,95
0,98
1,00
Tinggi
0,87
0,91
0,94
0,98
Sangat Tinggi
0,80
0,88
0,90
0,95
Sangat Rendah
0,94
0,96
0,99
1,01
Rendah
0,92
0,94
0,97
1,00
Sedang
0,89
0,92
0,95
0,98
Tinggi
0,82
0,86
0,90
0,95
Sangat Tinggi
0,73
0,79
0,85
0,91
Jalan empat Sangat Rendah lajur dua arah tak terbagi (4/2 Rendah UD) Sedang
Jalan dua jalur dua arah tak terbagi (2/2 UD) atau Jalan satuarah
1,0
Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
115
2018
BUKU I PENDAHULUAN
Tabel 2.41 Faktor penyesuaian akibat hambatan samping berdasasrkan jarak kereb-penghalang Tipe Jalan
Kelas hambatan samping
Jalan empat lajur dua arah terbagi (4/2 D)
Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
Jalan empat lajur dua arah tak terbagi (4/2 UD)
Jalan dua jalur dua arah tak terbagi (2/2 UD) atau Jalan satuarah
Faktor penyesuaian untuk hambatan samping dan jarak kereb-penghalang FCSF Jarak : kereb- penghalang Wk â&#x2030;¤ 0,5 1,0 1,5 â&#x2030;Ľ2,0 0,95 0,97 0,99 1,01 0,94 0,91 0,86 0,81
0,96 0,93 0,89 0,85
0,98 0,95 0,92 0,88
1,00 0,98 0,95 0,92
0,95
0,97
0,99
1,01
0,93 0,90 0,84 0,77
0,95 0,92 0,87 0,81
0,97 0,95 0,90 0,85
1,00 0,97 0,93 0,90
0,93
0,95
0,97
0,99
0,90 0,86 0,78 0,68
0,90 0,88 0,81 0,72
0,95 0,91 0,84 0,77
0,97 0,94 0,88 0,82
Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997
ď&#x201A;ˇ
Faktor penyesuaian untuk ukuran kota (FCCS) Ditentukan dengan jumlah penduduk perkotaan yang kemudian akan diklasifikasikan menurut Faktor penyesuaian ukuran kota pada jalan perkotaan seperti tabel berikut : Tabel 2.42 Faktor penyesuaian untuk ukuran kota Ukuran kota (Juta Faktor penyesuaian untuk penduduk) ukuran kota < 0,1
0,86
0,1-0,5
0,90
0,5-1,0
0,94
1,0-3,0
1,00
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
116
2018
BUKU I PENDAHULUAN
>3,0
1,04
Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997
2.2.1.10.3 Analisis Ketersediaan Moda transportasi Analisis
ketersediaan
moda
transportasi
dilakukan untuk mengetahui jenis moda transportasi yang melintas di dalam kawasan perencanaan, baik transportasi
itu
merupakan
kendaraan
pribadi
maupun angkutan umum. Dengan dilakukannya analisis
ini
diharapkan
kita
mampu
untuk
mengetahui akan tercukupinya kebutuhan moda transportasi dalam suatu kawasan perencanaan. 2.2.1.10.4. Analisis Keterjangkauan moda transportasi Analisis
Keterjangkauan
moda
transportasi
dilakukan untuk mengetahui jangkauan pelayanan moda transportasi baik yang berada di dalam dan sekitar kawasan perencanaan. Dengan begitu dapat diketahui apakah dalam kawasan perencanaan tersebut pelayanan mengenai moda transportasi sudahkah mencakup seluruh kawasan perencanaan atau belum. 2.2.1.10.5.
Analisis Kelas Jalan dan Perkerasan Jalan
2.2.1.10.5.1. Analisis Kelas Jalan Analisis Kelas Jalan merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui klasifikasi jaringan jalan menurut fungsi jalan yang terdapat di kawasan perencanaan. Dasar dari pembagian klasifikasi jaringan jalan yang digunakan mengacu pada UU No 38 Tahun 2004 Tentang Jalan. Berikut merupakan tabel mengenai klasifikasi jaringan jalan menurut fungsinya :
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
117
2018
BUKU I PENDAHULUAN
Tabel 2.43 Kelas Jalan Fungsi Jalan
Jenis Jalan Jalan Arteri
berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna. berfungsi melayani angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi berfungsi melayani angkutan setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi berfungsi melayani angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat,dan kecepatan rata-rata rendah
Jalan Kolektor
Jalan Lokal
Jalan Lingkungan
Sumber : UU No 38 Tahun 2004 Tentang Jalan
2.2.1.10.5.2. Analisis Perkerasan Jalan Analisis Perkerasan Jalan dilakukan untuk mengetahui material perkerasan jaringan jalan yang ada di kawasan perencanaan berasal dari aspal, semen atau cor, paving block atau masih tanah.
Analisis
ini
dilakukan
dengan
mengobservasi perkerasan pada setiap ruas jalan yang selanjutnya akan dipetakan menurut material pembuat jalan.
2.2.1.11 Tata Guna Lahan
Lahan merupakan salah satu sumber daya dan komponen utama dalam pengembangan wilayah. Namun demikian, lahan sebagai bagian dari alam juga memiliki keterbatasan dalam menampung
kegiatan
manusia
dalam
memenuhi
kebutuhannya. Suatu pengembangan wilayah hendaknya memperhatikan dan menyesuaikan dengan kapasitas lahan yang
akan
dikembangkan,
sehingga
dapat
tercapai
keseimbangan dengan lingkungan. Oleh sebab itu, sangat diperlukan
analisis
mengenai
tata
guna
lahan
untuk
mengidentifikasi ada atau tidaknya pemanfaatan lahan yang
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
118
2018
BUKU I PENDAHULUAN
menyimpang/tidak kemampuan
sesuai
lahan
dengan
tersebut.
fungsi
Karena
utama
dengan
suatu adanya
ketidaksesuaian penggunaan lahan atau penggunaan lahan yang melebihi kapasitasnya, dapat berakibat pada tidak optimalnya fungsi lahan di kawasan tersebut baik keberadaan maupun untuk pengembangan dan juga menurunkan kualitas lingkungan.
2.2.1.11.1 Analisis Kesesuaian Penggunaan Lahan Dalam proses perencanaan perlu dilakukan analisis
penggunaan
lahan
untuk
mengetahui
penggunaan lahan yang ada pada saat ini sehingga dapat dipetakan menjadi peta penggunaan lahan. Hasil analisis tersebut dapat digunakan sebagai dasar arahan peruntukan lahan untuk masa yang akan datang sesuai dengan penggunaan lahan yang ada. Penggunaan lahan di perkotaan memiliki jenis-jenis yang berbeda. Secara garis besar, lahan kota terbagi menjadi lahan terbangun dan lahan tak terbangun. Lahan Terbangun terdiri dari dari perumahan,
industri,
perdagangan,
jasa
dan
perkantoran. Sedangkan lahan tak terbangun terbagi menjadi lahan tak terbangun yang digunakan untuk aktivitas kota (kuburan, rekreasi, transportasi, ruang terbuka) dan lahan tak terbangun non aktivitas kota (pertanian, perkebunan, area perairan, produksi dan penambangan sumber daya alam) (Chapin dan Kaiser,
1979).
Penggunaan
Sedangkan
Lahan
menurut
menurut
bentuk
klasifikasi Sutanto
(1981) dibagi menjadi 10 jenis penggunaan lahan antara lain : 1.
Permukiman
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
119
2018
BUKU I PENDAHULUAN
2.
Perdagangan
3.
Industri
4.
Transportasi
5.
Jasa
6.
Rekreasi
7.
Tempat ibadah
8.
Pertanian
9.
Hutan
10. Lain-lain(kuburan, Lahan kosong, lahan sedang dibangun) 2.2.1.11.2 Analisis Intensitas Pemanfaatan Lahan Berdasarkan Permen No. 06 tahun 2007 tentang Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan, intensitas pemanfaatan lahan adalah tingkat alokasi dan distribusi luas lantai maksimum terhadap lahan/tapak
peruntukannya.
Manfaat
informasi
tentang intensitas pemanfaatan lahan di kawasan perkotaan adalah untuk mendapatkan distribusi berbagai elemen intensitas pemanfaatan lahan. Komponen penataan intensitas pemanfaatan lahan antara lain : Koefisien Dasar Bangunan (KDB) Yaitu angka presentase perbandingan antara luas seluruh lantai dasar bangunan gedung yang dapat dibangun dan luas lahan/tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai. Rumus KDB KDB = Luas Lantai Dasar Bangunan/Luas Lahan
Koefisien Lantai Bangunan (KLB) Yaitu angka presentasi perbandingan antara jumlah seluruh luas lantai seluruh bangunan yang dapat dibangun
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
120
2018
BUKU I PENDAHULUAN
dan luas lahan/tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai. Rumus KLB KDB = Luas Seluruh Lantai Bangunan/Luas Lahan
Berdasarkan PP No. 36 tahun 2005 tentang peraturan pelaksanaan UU No. 28 tahun 2002 tentang bangunan gedung klasifikasi pemanfaatan diatas adalah sebagai berikut : Klasifikasi Koefisien Dasar Bangunan (KDB) • KDB tinggi (> 60% - 100%) • KDB sedang (30% - 60%) • KDB rendah (< 30%) Klasifikasi Koefisien Lantai Bangunan (KLB) • Bangunan rendah (jumlah lantai bangunan gedung sampai dengan 4 lantai) • Bangunan sedang (jumlah lantai bangunan gedung 5 lantai sampai dengan 8 lantai) • Bangunan tinggi (jumlah lantai bangunan gedung lebih dari 8 lantai) 2.2.1.11.3 Analisis keberadaan dan fungsi ruang terbuka hijau Analisis keberadaan dan fungsi ruang terbuka hijau merupakan analisis yang bertujuan untuk mengetahui
kebutuhan
suatu
wilayah
dalam
penyediaan ruang terbuka hijau di kawasan sebagai peruntukan lahan yang penting dan harus ada di suatu kawasan. Pengukuran besar kebutuhan dan kesesuaian luas lahan ruang terbuka hijau (RTH) yang dibutuhkan didapatkan melalui perhitungan Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
121
2018
BUKU I PENDAHULUAN
Koefisien Daerah Hijau (KDH) Yaitu angka persentase perbandingan antara luas seluruh ruang terbuka
di
luar
bangunan
gedung
yang
diperuntukkan bagi pertamanan/penghijauan dan luas tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai. Klasifikasi Koefisien Dasar Hijau (KDH) antara lain : â&#x20AC;˘ KDH tinggi (80% - 100%) â&#x20AC;˘ KDH sedang (40% - 80%) â&#x20AC;˘ KDH rendah (< 40%) 2.2.1.10.4 Analisis ketersediaan lahan untuk penyediaan sarana prasarana Analisis ketersediaan lahan bertujuan untuk mengetahui status lahan yang sesuai apakah masih tersedia untuk suatu pengembangan sektor unggulan. Lahan tersedia ini merupakan bagian penting dalam arahan pengembangan sektor karena menyangkut ketersediaan akan suatu sumberdaya alam. Lahan yang dikategorikan tidak tersedia pada peta RTRW adalah lahan yang berada dalam kawasan lindung seperti kawasan hutan lindung, sempadan pantai, hutan mangrove/bakau dan suaka margasatwa. Lahan tersedia, lahan yang berada dalam kawasan budidaya seperti kawasan hutan produksi (hutan produksi konversi) dan kawasan pertanian. Lahan yang berada dalam kawasan yang telah terdaftar untuk kegiatan tertentu (kawasan pengembangan perkotaan, pemukiman, industri dan pertambangan) Ketersediaan
dikategorikan lahan
untuk
tidak
penyediaan
tersedia. sarana-
prasarana di suatu kawasan merupakan sebuah sektor kebutuhan yang penting untuk dikembangkan
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
122
2018
BUKU I PENDAHULUAN
dan diperhatikan dalam mendukung sebuah fokus pemanfaatan lahan di kawasan supaya aktivitas di kawasan dapat berjalan. Penyediaan sarana â&#x20AC;&#x201C; prasarana disesuaikan dengan kesesuaian peruntukan lahan yang ada dan sudah ditetapkan di RTRW serta sarana
â&#x20AC;&#x201C;
prasarana
penting
bagi
penunjang
peruntukan lahan tersebut untuk dapat berjalan. 2.2.1.11.5 Analisis penataan dan kepadatan bangunan Analisis penataan dan kepadatan Bangunan atau dalam Permen PU no 6 tahun 2007 tentang rencana tata bangunan dan lingkungan yaitu tata bangunan, adalah produk dari penyelenggaraan bangunan gedung beserta lingkungannyasebagai wujud pemanfaatan ruang, meliputi berbagai aspek termasuk
pembentukan
citra/karakter
fisik
lingkungan, besaran, dan konfigurasi dari elemenelemen: blok, kaveling/petak lahan,bangunan, serta ketinggian dan elevasi lantai bangunan, yang dapat menciptakan dan mendefinisikan berbagai kualitas ruang kota yang akomodatif terhadap keragaman kegiatan yang ada, terutama yang berlangsung dalam ruang-ruang publik.
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
123
2018
BUKU I PENDAHULUAN
BAB 3 METODE PERENCANAAN 3.1 Pendekatan Perencanaan Perencanaan yang digunakan adalah pendekatan rasional komprehensif dengan mempertimbangkan karakteristik spesifik wilayah secara menyeluruh. Pendekatan perencanaan ini memiliki karakteristik yang dapat menjangkau seluruh wilayah dan semua kegiatan fungsional, memiliki sifat umum, berjangka panjang, logis dan teratur, dan berkaitan dengan persoalan sistem. Pendekatan rasional komprehensif ini dapat dilihat dari awal impresi kawasan hingga akhir perencanaan dengan menggunakan semua sektor dalam perencanaan dan agar memiliki berbagai alternatif rencana yang bisa dilaksanakan untuk mencapai tujuan dan sasaran perencanaan dengan melihat pada potensi dan kendala yang ada di wilayah perencanaan. 3.2 Prinsip Perencanaan Prinsip yang digunkan dalam perencanaan kawasan rawan bencana banjir di Kelurahan Sewu Kecamatan Jebres Kota Surakarta yaitu komprehensif, perspektif, dan rasional. Prinsip Komprehensif digunakan untuk mempertimbangkan kepentingan banyak orang dan menyangkut berbagai aspek secara keseluruhan. Prinsip perspektif digunakan karena perencanaan yang dibuat berorientasi ke masa depan. 3.3 Asumsi Perencanaan 3.3.1 Kebijakan Diasumsikan tidak ada perubahan kebijakan pemerintah yang saat ini digunakan sebagai pertimbangan. Sehingga pola kebijakan tetap dapat diterapkan 3.3.2 Kelembagaan Diasumsikan kelembagaan dalam kawasan berjalan baik dan optimal dalam melaksanakan tugas-tugasnya Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
124
2018
BUKU I PENDAHULUAN
3.3.3 Pembiayaan Pembangunan Diasumsikan terdapat alokasi-alokasi pembiayaan pembangunan untuk
pengembangan
kawasan
perencanaan
serta
peran
serta
masyarakat dalam pembiayaan pembangunan. 3.3.4 Fisik Dasar Diasumsikan tidak terjadi bencana alam skala besar yang dapat mempengaruhi pemanfaatan ruang selama masa penerapan rencana. Sehingga tidak perlu dilakukan analisis ulang pada aspek fisik dasar. 3.3.5 Demografi Diasumsikan pertumbuhan penduduk di kawasan perencanaan tidak mengalami peningkatan yang signifikan sehingga jumlah penduduk, komposisi penduduk serta persebaran penduduk sesuai dengan perkiraan dan relevan dengan analisis yang telah dilakukan. 3.3.6 Sosial Budaya Diasumsikan terdapat kegiatan sosial budaya yang dilakukan di kawasan perencanaan, serta adanya partisipasi masyarakat dalam kegiatan tersebut sehingga kegiatan berjalan dengan lancar. 3.3.7 Ekonomi Diasumsikan perekonomian kawasan perencanaan Sewu dalam 20 tahun ke depan terus berkembang dan berkelanjutan serta mampu menjadi
sektor
unggulan
untuk
meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat. 3.3.8 Sarana Diasumsikan mengenai sarana mitigasi bencana banjir dan permukiman yang ada masih memiliki kualitas dan kuantitas seperti yang ada saat ini dalam 20 tahun mendatang, sehingga untuk sarana dibutuhkan pengembangan untuk memenuhi kebutuhan penduduk
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
125
2018
BUKU I PENDAHULUAN
sesuai dengan proyeksi penduduk dalam hal ini dapat berupa penambahan kuantitas maupun kualitas. 3.3.9 Prasarana Diasumsikan prasarana yang ada masih memiliki kualitas dan kuantitas seperti yang ada saat ini dalam 20 tahun mendatang, sehingga untuk prasarana dibutuhkan pengembangan untuk memenuhi kebutuhan penduduk sesuai dengan proyeksi penduduk dalam hal ini dapat berupa penambahan kuantitas maupun kualitas. Prasarana yang dihitung adalah prasarana penunjang permukiman dan mitigasi bencana banjir 3.3.10 Transportasi Diasumsikan tidak ada penambahan jaringan jalan pada kawasan dalam 20 tahun mendatang, akan tetapi untuk ketersediaan sarana dan prasarana transportasi belum mampu menunjang kebutuhan masyarakat yang berada di kawasan perencanaan. 3.3.11 Tata Guna Lahan Diasumsikan wilayah perencanaan tidak mengalami perubahan yang sangat drastis seperti luas kawasan yang tetap serta kesesuaian dengan peraturan dan acuan yang berlaku dalam peruntukan lahan dikawasan dengan kurun waktu 20 tahun atau sampai tahun akhir rencana.
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
126
2018
BUKU I PENDAHULUAN
3.4 Proses Perencanaan Proses perencanaan merupakan suatu metode sistematis yang berulang yang merupakan suatu kesatuan. Proses perencanaan sangat penting untuk pengambilan keputusan dalam menyelesaikan suatu masalah. Proses perencanaan dilakukan untuk mencapai tujuan perencanaan itu sendiri. Secara umum, tujuan perencanaan adalah untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan pada masa yang akan datang. (1)
Persiapan Perencanaan Tahap persiapan merupakan rangkaian kegiatan sebelum memulai pengumpulan dan pengolahan data. Dalam tahap awal ini disusun hal-hal pentingyang harus segera dilakukan dengan tujuan untuk mengefektifkan waktu dan pekerjaan. Tahap persiapan ini meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
(2)
ď&#x201A;ˇ
Identifikasi isu sektoral (Impresi SWOT)
ď&#x201A;ˇ
Perumusan isu strategis dengan pohon isu
ď&#x201A;ˇ
Perumusan tujuan dan sasaran
ď&#x201A;ˇ
Identifikasi kebutuhan data
Survei dan Kompilasi Data Pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data dari berbagai sumber. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan survei. Survei yang dilakukan dibagimenjadi survei primer dan survei sekunder. Survei primer yaitu metodepencarian data dan
informasi yang
dilakukan secara langsung melalui respondendi lapangan. Survei primer dapat dilakukan dengan cara observasi ataupengamatan langsung dan pengadaan kuisioner serta wawancara. Sedangkansurvei sekunder merupakan metode pengumpulan data dari instansi pemerintah maupun instansi terkait dan studi literature.
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
127
2018
(3)
BUKU I PENDAHULUAN
Analisis Karakter Spesifik Wilayah Setelah
mendapatkan
data
yang
diperlukan
kemudian
dilanjutkan dengan proses analisis. Analisis karakter spesifik wilayah merupakan tahap lanjutan setelah pengumpulan dan pengolahan data.
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
128
2018 BUKU I PENDAHULUAN
3.5 Proses Analisis Tabel 3.1 Tabel Proses Analisis Sub Isu 1 Sub Isu
Kondisi yang diharapkan
Aspek Penunjang Isu
Sektor
Analisis Analisis ketersediaan sarana perdagangan dan jasa
Ketersediaan sarana ekonomi di kawasan perencanaan
Sarana
Analisis kapasitas dan jangkauan sarana perdagangan dan jasa Analisis kebutuhan sarana perdagangan dan jasa
Masih rendahnya kondisi sosial ekonomi pada kawasan perencanaan
Meningkatnya bidang sosial ekonomi di kawasan perencanaan
Macam kegiatan ekonomi yang terdapat pada kawasan perencanaan
Ekonomi
Analisis macam kegiatan ekonomi yang terdapat di kawasan perencanaan
Peluang terjadinya kegiatan ekonomi
Ekonomi
Analisis proyeksi kegiatan ekonomi meliputi analisis PDRB, pertumbuhan ekonomi, dan analisis LQ sektor basis
Swadaya masyarakat dalam meningkatkan perekonomian
Demografi
Kelembagaan terkait bidang sosial
Kelembagaan
Analisis keberadaan dan kesesuaian peran/fungsi lembaga bidang sosial baik lembaga formal dan non formal
Anggaran alokasi dana untuk pengembangan masyarakat di bidang sosial
Pembiayaan Pembangunan
Analisis anggaran alokasi dana untuk pengembangan masyarakat di bidang sosial
Analisis ketenagakerjaan Analisis tingkat pendidikan masyarakat
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
129
2018 BUKU I PENDAHULUAN
Tabel 3.2 Proses Analisis Sub Isu 2 Sub Isu
Kondisi yang diharapkan
Aspek Penunjang Isu
Sektor
Analisis Analisis program penanggulangan bencana banjir
Kebijakan Analisis aturan penanggulangan banjir Kebijakan penanggulangan bencana banjir
Sosial Budaya
Analisis kesadaran masyarakat terkait kebijakan atau peraturan penanggulangan bencana
Pembiayaan Pembangunan
Analisis anggaran dan alokasi dana untuk penanggulangan bencana Analisa dampak bencana terhadap masyarakat
Adanya peluang penanggulang an dalam mengatasi masalah banjir
Demografi Berjalannya peluang penanggulanga n banjir
Kondisi lingkungan rawan bencana banjir
Infrastruktur pendukung mitigasi bencana
Kelembagaan yang mengkoordinir mitigasi bencana Penataan pemanfaatan lahan
Analisa keberadaan masyarakat berkebutuhan khusus terhadap evakuasi bencana
Tata Guna Lahan
Analisis keberadaan dan fungsi ruang terbuka hijau
Fisik Dasar
Analisis kondisi geografis kawasan perencanaan
Prasarana
Analisis ketersediaan prasarana mitigasi bencana, meliputi : - Analisis ketersediaan dan kebutuhan jalur evakuasi - Analisis ketersediaan tanggul - Analisis ketersediaan pintu air
Sarana
Analisis keterpenuhan mitigasi bencana
Kelembagaan Kebijakan
Analisis keberadaan dan peran/fungsi lembaga yang mengkoordinir mitigasi bencana Analisis kesesuaian pemanfaatan lahan terkait
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
130
2018 BUKU I PENDAHULUAN
Sub Isu
Kondisi yang diharapkan
Aspek Penunjang Isu
Sektor
berbasis penanggulangan bencana banjir
Analisis penanggulangan bencana banjir
Tabel 3.3 Proses Analisis Sub Isu 3 Sub Isu
Kondisi yang diharapkan
Aspek Penunjang Isu Kebijakan pemanfaatan lahan terkait penataan permukiman
Menurunnya fungsi permukiman di kawasan perencanaan karena adanya konflik lahan
Karakteristik masyarakat di permukiman
Kesesuaian fungsi permukiman di Peruntukan lahan terkait untuk kawasan permukiman perencanaan
Sektor Kebijakan Pembiayaan Pembangunan Demografi Tata Guna Lahan
Analisis Analisis kesesuaian arahan tata ruang dengan kondisi eksisting Analisis sumber pembiayaan dan alokasi dana terkait perencanaan dan penataan permukiman Analisis klasifikasi penduduk berdasarkan usia, agama, dan jenis kelamin Analisis penataan dan kepadatan bangunan Analisis intensitas pemanfaatan lahan Analisis kesesuaian penggunaan lahan
Fisik dasar
Analisis kemampuan lahan terkait perencanaan permukiman dan pengembangan lahan
Kelembagaan terkait Pemukiman
Kelembagaan
Analisis lembaga yang mengatur perencanaan permukiman
Kebutuhan sarana penunjang permukiman
Sarana
Analisis kebutuhan sarana penunjang permukiman
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
131
2018 BUKU I PENDAHULUAN
Tabel 3.4 Proses Analisis Sub Isu 4 Sub Isu
Masih rendahnya kondisi infrastruktur di kawasan perencanaan
Kondisi yang diharapkan
Optimalnya pembangunan infrastruktur di kawasan perencanaan
Aspek Penunjang Isu
Sektor
Sebaran penduduk
Demografi
Proyeksi penduduk tahun 2039
Demografi
Lembaga yang terlibat dalam pembangunan sarana prasarana Program mengenai penyedian sarana prasarana dalam kawasan perencanaan Ketersediaan lahan untuk penyediaan sarana prasarana Karakteristik masyarakat Perencanaan Kondisi dan kualitas jalan Kapasitas jalan Ketersediaan moda transportasi Kelas jalan dan perkerasan jalan Program terkait penyelenggaraan sistem transportasi Lembaga terkait penyelenggaraan sistem transportasi Anggaran alokasi dana untuk pembangunan infrastruktur permukiman Kemampuan lahan
Analisis Analisis distribusi penduduk di kawasan perencanaan Analisis proyeksi penduduk tahun 2039
Kelembagaan
Analisis kesesuaian peran dan fungsi lembaga yang terlibat dalam pembangunan sarana prasarana
Kebijakan
Analisis realisasi/kesesuaian program penyediaan sarana dan prasarana
Tata Guna Lahan Sosial Budaya Transportasi Transportasi Transportasi Transportasi Kebijakan Kelembagaan
Analisis ketersediaan lahan untuk penyediaan sarana prasarana Analisis kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan infrastruktur Analisis kondisi dan kualitas jalan Analisis kapasitas jalan Analisis ketersediaan dan keterjangkauan moda transportasi Analisis kelas dan perkerasan jalan Analisis kesesuaian program terkait penyelenggaraan sistem transportasi Analisis kesesuaian peran lembaga yang terkait penyelenggaraan sistem transportasi
Pembiayaan pembangunan
Analisis anggaran alokasi dana untuk pembangunan infrastruktur permukiman
Fisik dasar
Analisis SKL kestabilan pondasi Analisis SKL morfologi Analisis SKL kestabilan lereng
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
132
2018 BUKU I PENDAHULUAN
Sub Isu
Kondisi yang diharapkan
Aspek Penunjang Isu
Sektor
Analisis Analisis SKL ketersediaan air bersih Analisis SKL untuk drainase Analisis SKL terhadap erosi Analisis SKL pembuangan limbah Analisis ketahanan lahan terhadap bencana Analisis kemudahan dikerjakan Analisis indikasi pencemaran lingkungan
Ketersediaan sarana permukiman kawasan perencanaan
Kapasitas sarana permukiman kawasan perencanaan
Kebutuhan sarana permukiman kawasan perencanaan
Sarana
Sarana
Sarana
Analisis ketersediaan pelayanan sarana pemerintahan dan pelayanan umum Analisis ketersediaan pelayanan sarana peribadatan Analisis ketersediaan pelayanan sarana ruang terbuka, taman dan lapangan Analisis ketersediaan sarana rekreasi Analisis ketersediaan pelayanan sarana kesehatan Analisis ketersediaan pelayanan sarana pendidikan Analisis kapasitas sarana pemerintahan dan pelayanan umum Analisis kapasitas sarana peribadatan Analisis kapasitas sarana ruang terbuka, taman dan lapangan Analisis kapasitas sarana rekreasi Analisis kapasitas sarana kesehatan Analisis kapasitas sarana pendidikan Analisis kebutuhan sarana pemerintahan dan pelayanan umum Analisis kebutuhan sarana peribadatan
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
133
2018 BUKU I PENDAHULUAN
Sub Isu
Kondisi yang diharapkan
Aspek Penunjang Isu
Sektor
Analisis Analisis kebutuhan sarana ruang terbuka, taman, dan lapangan Analisis kebutuhan sarana rekreasi Analisis kebutuhan sarana kesehatan Analisis kebutuhan sarana pendidikan Analisis ketersediaan jaringan listrik Analisis ketersediaan jaringan drainase
Ketersediaan prasarana kawasan perencanaan
Prasarana
Analisis ketersediaan jaringan air bersih Analisis ketersediaan jaringan persampahan Analisis ketersediaan jaringan air limbah Analisis ketersediaan jaringan telekomunikasi Analisis kapasitas jaringan listrik
Kapasitas prasarana kawasan perencanaan
Prasarana
Analisis kapasitas jaringan drainase Analisis kapasitas jaringan persampahan Analisis kebutuhan jaringan listrik Analisis kebutuhan jaringan drainase
Kebutuhan prasarana kawasan perencanaan
Prasarana
Analisis kebutuhan jaringan air bersih Analisis kebutuhan jaringan persampahan Analisis kebutuhan jaringan air limbah Analisis kebutuhan jaringan telekomunikasi
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
134
2018
BUKU I PENDAHULUAN
3.6 Kerangka Analisis 3.6.1 Kebijakan Gambar 3.1 Bagan Kebijakan
KEBIJAKAN
Masih rendahnya kondisi sosial ekonomi pada kawasan perencanaan
Adanya peluang penanggulangan dalam mengatasi masalah banjir
Analisis program pemberdayaan sosial masyarakat
Analisis program pemberdayaan ekonomi masyarakat Analisis program penyediaan fasilitas ekonomi
Analisis program penanggulangan bencana banjir
Analisis aturan penanggulangan banjir
Menurunnya fungsi permukiman di kawasan perencanaan karena adanya konflik lahan
Analisis kesesuaian arahan tata ruang dengan kondisi eksisting perencanaan
Masih rendahnya kondisi infrastruktur di kawasan perencanaan
Analisis realisasi/kesesuaian program penyediaan sarana dan prasarana
Analisis kesesuaian program terkait penyelenggaraan sistem transportasi
Analisis kesesuaian pemanfaatan lahan terkait penanggulangan bencana banjir
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
135
2018
BUKU I PENDAHULUAN
Tabel 3.5 Input, Proses dan Output Kebijakan INPUT
PROSES
Data program pemberdayaan sosial masyarakat
Analisis program pemberdayaan sosial masyarakat
Data program pemberdayaan ekonomi masyarakat
Analisis program pemberdayaan ekonomi masyarakat
Data program penyediaan fasilitas ekonomi
Analisis program penyediaan fasilitas ekonomi
Data program penanggulangan bencana banjir
Analisis program penanggulangan bencana banjir
Data peraturan penanggulangan banjir
Analisis aturan penanggulangan banjir
Data pemanfaatan lahan terkait penanggulangan bencana banjir
Analisis kesesuaian pemanfaatan lahan terkait penanggulangan bencana banjir
Data arahan tata ruang
Data program penyediaan sarana prasarana
Data program terkait penyelenggaraan sistem transportasi
Analisa kesesuaian arahan tata ruang dengan kondisi eksisting Analisis realisasi/kesesuaian program penyediaan sarana dan prasarana Analisis kesesuaian program terkait penyelenggaraan sistem transportasi
OUTPUT Persentase realisasi program pemberdayaan sosial masyarakat Presentase realisasi program pemberdayaan ekonomi masyarakat Presentase realisasi program penyediaan fasilitas ekonomi mengetahui realisasi program penanggulangan banjir dalam kawasan perencanaan mengetahui kesesuaian aturan penanggulangan banjir dalam kawasan perencanaan Mengetahui kesesuaian pemanfaatan lahan terkait penanggulangan banjir Untuk mengetahui kesesuaian arahan tata ruang dengan kondisi eksisting Untuk mengetahui realisasi/ kesesuaian program penyediaan sarana dan prasarana mengetahui kesesuaian program terkait penyelenggaraan sistem transportasi
TEKNIK ANALISIS kualitatif
Kualitatif
kualitatif
Kualitatif
Kualitatif
Kualitatif
Kualitatif
Kualitatif
Kualitatif
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
136
2018
BUKU I PENDAHULUAN
3.6.2 Kelembagaan Gambar 3.2 Bagan Kelembagaan
KELEMBAGAAN
Masih rendahnya kondisi sosial ekonomi pada kawasan perencanaan
Adanya peluang penanggulangan dalam mengatasi masalah banjir
Analisis keberadaan dan fungsi lembaga bidang sosial baik lembaga formal dan non formal Analisis lembaga pemberdayaan ekonomi masyarakat
Analisis lembaga yang mengkoordinir mitigasi bencana
Menurunnya fungsi permukiman di kawasan perencanaan karena adanya konflik lahan
Analisis lembaga yang mengatur perencanaan permukiman
Masih rendahnya kondisi infrastruktur di kawasan perencanaan
Analisis terkait peran lembaga yang terlibat dalam pembangunan sarana prasarana
Analisis kesesuaian peran lembaga yang terkait penyelenggaraan sistem transportasi
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
137
2018
BUKU I PENDAHULUAN
Tabel 3.6 Input, Proses dan Output Kelembagaan INPUT Data tugas, fungsi dan kinerja lembaga bidang sosial di kawasan perencanaan Data tugas, fungsi dan kinerja lembaga pemberdayaan ekonomi masyarakat Data tugas, fungsi dan kinerja lembaga mitigasi bencana di kawasan perencanaan Susunan organisasi, tugas dan fungsi, serta tata kerja dinas daerah/lembaga yang mengatur perencanaan permukiman Susunan organisasi, tugas dan fungsi, serta tata kerja dinas daerah yang terlibat dalam pembangunan sarana prasarana
Susunan organisasi, tugas dan fungsi, serta tata kerja dpu
PROSES
OUTPUT
TEKNIK ANALISIS
Analisis keberadaan dan fungsi lembaga bidang sosial baik lembaga formal dan non formal
Mengetahui kesesuaian peran dan tupoksi lembaga bidang sosial baik lembaga formal dan non formal
Kualitatif
Mengetahui kesesuaian peran dan tupoksi lembaga pemberdayaan ekonomi masyarakat
Kualitatif
Mengetahui kesesuaian peran dan tupoksi lembaga yang mengkoordinir mitigasi bencana
Kualitatif
Mengetahui kesesuaian peran dan tupoksi lembaga mengatur perencanaan permukiman
Kualitatif
Analisis terkait peran lembaga yang terlibat dalam pembangunan sarana prasarana
Mengetahui kesesuaian peran dan tupoksi lembaga yang terlibat dalam pembangunan sarana prasarana
Kualitatif
Analisis kesesuaian peran lembaga yang terkait penyelenggaraan sistem transportasi
Mengetahui kesesuaian peran dan tupoksi lembaga yang terkait penyelenggaraan sistem transportasi
Kualitatif
Analisis keberadaan dan fungsi lembaga bidang sosial baik lembaga pemberdayaan ekonomi masyarakat Analisis lembaga yang mengkoordinir mitigasi bencana
Analisis lembaga yang mengatur perencanaan permukiman
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
138
2018
3.6.3
BUKU I PENDAHULUAN
Pembiayaan Pembangunan Gambar 3.3 Bagan Pembiayaan Pembangunan PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN
Masih rendahnya kondisi sosial ekonomi pada kawasan perencanaan
Adanya peluang penanggulang an dalam mengatasi masalah banjir
Analisis Analisis alokasi dana anggaran dan atau anggaran terkait alokasi dana pemeliharaan dan untuk penyediaan sarana penanggulangan ekonomi bencana
Menurunnya fungsi permukiman di kawasan perencanaan karena adanya konflik lahan
Masih rendahnya kondisi infrastruktur di kawasan perencanaan
Analisis Analisis pembiayaan dan anggaran alokasi dana alokasi dana terkait untuk perencanaan dan pembangunan penataan infrastruktur permukiman permukiman
Analisis anggaran dan alokasi dana untuk program atau kebijakan peningkatan kualitas masyarakat terkait ekonomi baik dari pemerintah maupun swadaya masyarakat
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
139
2018
BUKU I PENDAHULUAN
Tabel 3.7 Input, Proses dan Output Pembiayaan Pembangunan INPUT
OUTPUT
TEKNIK ANALISIS
Anggaran penyediaan sarana ekonomi dari Pemerintah
Kuantitatif
Anggaran dana terkait pengembangan masyarakat di Bidang Sosial
Kuantitatif
Sumber anggaran dana penanggulangan bencana
Kuantitatif
Analisis pembiayaan dan alokasi dana terkait perencanaan dan penataan permukiman
Anggaran dana terkait perencanaan dan penataan permukiman
Kuantitatif
Analisis peluang pendanaan untuk pembangunan infrastruktur permukiman
Anggaran dana pembangunan inftasttuktur permukiman
Kuantitatif
PROSES
Data Anggaran pembiayaan penyediaan sarana Ekonomi dari pemerintah Data anggaran alokasi dana terkait pengembangan masyarakat di Bidang Sosial Data besaran alokasi dana penanggulangan bencana pada kawasan perencanaan oleh pemerintah Data keterlibatan masyarakat dalam hal dana penanggulangan bencana Dana relokasi masyarakat di bantaran Sungai Bengawan Solo Data alokasi dana pembangunan permukiman Data besaran alokasi dana pembangunan infrastruktur permukiman pada kawasan perencanaan oleh pemerintah Data besaran alokasi dana pembangunan infrastruktur oleh swadaya masyarakat
Analisis alokasi dana atau anggaran terkait penyediaan sarana ekonomi dari Pemerintah Analisis anggaran alokasi dana untuk pengembangan masyarakat di Bidang Sosial
Analisis anggaran dan alokasi dana untuk penanggulangan bencana
Data besaran alokasi dana pembangunan infrastruktur oleh sumber lain
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
140
2018
BUKU I PENDAHULUAN
3.6.4 Fisik Dasar Gambar 3.4 Bagan Fisik Dasar FISIK DASAR
Adanya peluang penanggulangan dalam mengatasi masalah banjir
Menurunnya fungsi permukiman di kawasan perencanaan karena adanya konflik lahan
Analisis kondisi geografis kawasan perencanaan
Analisis kemampuan lahan terkait perencanaan permukiman
Masih rendahnya kondisi infrastruktur di kawasan perencanaan
Analisis indikasi pencemaran lingkungan Analisis SKL morfologi Analisis SKL kestabilan lereng Analisis SKL kestabilan pondasi Analisis SKL ketersediaan air bersih Analisis SKL untuk drainase Analisis SKL terhadap erosi Analisis SKL pembuangan limbah Analisis ketahanan lahan terhadap bencana Analisis kemudahan dikerjakan
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
141
2018
BUKU I PENDAHULUAN
Tabel 3.8 Input, Proses dan Output Fisik Dasar INPUT
PROSES
OUTPUT
Data morfologi Data topografi Data kemiringan lereng Data geologi Data rawan bencana banjir Data curah hujan Data penggunaan lahan eksisting Data hidrologi
Analisis kondisi geografis
Peta morfologi Peta topografi Peta kemiringan lereng Peta geologi Peta rawan bencana banjir Peta curah hujan Peta penggunaan lahan eksisting Peta hidrologi
Peta morfologi Peta topografi Peta kemiringan lereng Peta geologi Peta rawan bencana banjir Peta curah hujan Peta penggunaan lahan eksisting Peta hidrologi
Analisis satuan kemampuan lahan, meliputi: SKL morfologi SKL kemudahan dikerjakan SKL kestabilan lereng SKL kestabilan pondasi SKL ketersediaan air SKL untuk drainase SKL terhadap erosi SKL pembuangan limbah SKL bencana banjir SKL kesesuaian lahan
Klasifikasi faktorfaktor kemampuan lahan sebagai data dalam analisis kemampuan lahan pada tahap selanjutnya
Hasil analisis SKL morfologi Hasil analisis SKL kemudahan dikerjakan Hasil analisis SKL kestabilan lereng Hasil analisis SKL kestabilan pondasi Hasil analisis SKL ketersediaan air Hasil analisis SKL untuk drainase Hasil analisis SKL terhadap erosi Hasil analisis SKL pembuangan limbah Hasil analisis SKL Kesesuaian Lahan
Analisis kemampuan lahan terkait pembangunan dan pengembangan lahan
TEKNIK ANALISIS
Kualitatifkuantitatif
Klasifikasi kemampuan lahan sebagai salah satu faktor penentu dalam proses pembangunan maupun pengembangan lahan di Kawasan Perencanaan Sewu
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
142
2018
BUKU I PENDAHULUAN
Titik pencemaran lingkungan Kondisi lingkungan sebelum tercemar Kondisi lingkungan setelah tercemar Dampak pencemaran lingkungan terhadap kelestarian dan sustainabilitas lingkungan Klasifikasi kemampuan lahan sebagai salah satu faktor penentu dalam proses pembangunan maupun pengembangan lahan di Kawasan Perencanaan Sewu
Analisis indikasi dan tingkat pencemaran lingkungan
Penanganan pencemaran lingkungan sebagai upaya mencegah adanya degradasi lingkungan
Analisis daya dukung lingkungan
Kemampuan daya dukung lingkungan terkait perencanaan pengembangan permukiman dan perdagangan
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
143
2018
BUKU I PENDAHULUAN
3.6.5 Demografi Gambar 3.5 Bagan Demografi
DEMOGRAFI
Masih rendahnya kondisi sosial ekonomi pada kawasan perencanaan
Adanya peluang penanggulangan dalam mengatasi masalah banjir
Analisi ketenagakerjaan
Analisis tingkat pendidikan masyarakat
Menurunnya fungsi permukiman di kawasan perencanaan karena adanya konflik lahan
Analisis kondisi masyarakat berkebutuhan khusus
Analisis dampak bencana terhadap masyarakat
Analisis klasifikasi penduduk berdasarkan usia, agama, dan jenis kelamin
Masih rendahnya kondisi infrastruktur di kawasan perencanaan
Analisis distribusi penduduk di kawasan perencanaan
Analisis proyeksi penduduk tahun 2038
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
144
2018
BUKU I PENDAHULUAN
Tabel 3.9 Input, Proses dan Output Demografi INPUT
PROSES
Data Jumlah Penduduk Berdasarkan usia produktif dan mata pencaharian Data Penduduk berdasarkan tingkat pendidikan
Analisis ketenagakerjaan
Analisis tingkat pendidikan masyarakat
Data penduduk terdampak bencana banjir
Analisis dampak bencana terhadap masyarakat
Data penduduk yang berkebutuhan khusus
Analisis kondisi masyarakat berkebutuhan khusus
Data jumlah penduduk berdasarkan Usia, Agama, Jenis Kelamin Data jumlah, kepadatan dan persebaran penduduk Data Jumlah penduduk tahun 2014, 2015, 2016, dan 2017
OUTPUT
TEKNIK ANALISIS
Tabel dan deskripsi mengenai data kependudukan berdasarkan usia produktif dan mata pencaharian masyarakat
Kuantitatif
Tabel dan deskripsi mengenai tingkat pendidikan masyarakat
Kuantitatif
Deskripsi mengenai masyarakat yang terkena dampak dari bencana banjir Tabel dan deskripsi mengenai data kependudukan yang memiliki kebutuhan khusus
Analisis klasifikasi Tabel dan Deskripsi penduduk mengenai klasifikasi berdasarkan usia, kependudukan agama, dan jenis berdasarkan usia, agama, kelamin dan jenis kelamin Analisis distribusi penduduk di kawasan perencanaan Analisis proyeksi penduduk tahun 2038
Kualitatif
Kuantitatif
Kuantitatif
Peta dan deskripsi kepadatan serta persebaran penduduk
Kualitatif
Perhitungan proyeksi penduduk tahun 2038
Kuantitatif
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
145
2018
BUKU I PENDAHULUAN
3.6.6 Sosial Budaya Gambar 3.6 Bagan Sosial Budaya SOSIAL BUDAYA
Masih rendahnya kondisi sosial ekonomi pada kawasan perencanaan
Adanya peluang penanggulangan dalam mengatasi masalah banjir
Analisis Adanya Ragam Aktivitas Sosial Di Kawasan Perencanaan
Analisis kesadaran masyarakat terkait kebijakan atau peraturan penanggulangan bencana
Analisis peran lembaga terhadap masyarakat dalam penanggulangan bencana
Masih rendahnya kondisi infrastruktur di kawasan perencanaan
Analisis kesadaran masyarakat terhadap kelestarian lingkungan
Analisis partisipasi masyarakat dalam pengelolaan insfrastruktur
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
146
2018
BUKU I PENDAHULUAN
Tabel 3.10 Input, Proses dan Output Sosial Budaya INPUT
Adanya kebijakan atau peraturan penanggulangan bencana
Keikutsertaan masyarakat terkait kelestarian lingkungan
PROSES
OUTPUT
Analisis kesadaran masyarakat terkait kebijakan atau peraturan penanggulangan bencana
Tingkat kesadaran masyarakat terkait kebijakan atau peraturan penanggulangan bencana
Analisis kesadaran masyarakat terhadap kelestarian lingkungan
Keberadaan lembaga terhadap masyarakat
Analisis dampak keberadaan lembaga terhadap masyarakat terkait social budaya
TEKNIK ANALISIS
Kualitatif
Tingkat kesadaran masyarakat terhadap kelestarian lingkungan
Kualitatif
Program lembaga dalam penanggulangan bencana yang memberikan dampak kepada sosialbudaya
Kualitatif
Aktivitas sosial budaya yang ada dikawasan perencanaan
Analisis Adanya Ragam Aktivitas Sosial Di Kawasan Perencanaan
Keberagaman aktivitas sosial budaya dikawasan perencanaan
Kualitatif
Kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan infrastruktur
Analisis Kesadaran Masyarakat Terhadap Pengelolaan Infrastruktur
Jenis kegiatan masyarakat dalam pengelolaan insfrastruktur
Kualitatif
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
147
2018
BUKU I PENDAHULUAN
3.6.7 Ekonomi Gambar 3.7 Bagan Ekonomi
EKONOMI
Masih rendahnya kondisi sosial ekonomi pada kawasan perencanaan
Masih rendahnya kondisi sosial ekonomi pada kawasan perencanaan
Analisis macam kegiatan ekonomi baik yang diselengarakan oleh swadaya masyarakat, bimbingan pemerintah, dan kegiatan swasta
Analisis program pemerintah dan swasta terkait pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan perekonomian
Analisis proyeksi kegiatan ekonomi meliputi analisis PDRB, tenaga kerja, pertumbuhan ekonomi, dan analisis LQ
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
148
2018
BUKU I PENDAHULUAN
Tabel 3.11 Input, Proses dan Output Ekonomi INPUT
PROSES
OUTPUT
TEKNIK ANALISIS
Data dominasi aktivitas ekonomi
Analisis dominasi kegiatan ekonomi
Deskripsi dominasi aktivitas ekonomi di kawasan perencanaan
Kuantitatif
Data macam kegiatan ekonomi di kawasan perencanaan
Analisis ketersediaan kegiatan ekonomi
Peta mengenai macam kegiatan ekonomi di kawasan perencanaan
Kuantitatif
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
149
2018
BUKU I PENDAHULUAN
3.6.8 Sarana Gambar 3.8 Bagan Sarana
SARANA
Masih rendahnya kondisi sosial ekonomi pada kawasan perencanaan Analisis ketersediaan sarana perdagangan dan jasa
Analisis kebutuhan sarana perdagangan dan jasa
Analisis kapasitas sarana perdagangan dan jasa
Adanya peluang penanggulangan dalam mengatasi masalah banjir
Analisis keterpenuhan sarana mitigasi bencana
Menurunnya fungsi permukiman di kawasan perencanaan karena adanya konflik lahan Analisis kebutuhan sarana penunjang permukiman
Masih rendahnya kondisi infrastruktur di kawasan perencanaan
Analisis ketersediaan sarana permukiman pada kawasan perencanaan Analisis jangkauan pelayanan sarana permukiman pada kawasan perencanaan Analisis kebutuhan sarana permukiman pada kawasan perencanaan Analisis kapasitas sarana permukiman pada kawasan perencanaan
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
150
2018
BUKU I PENDAHULUAN
Tabel 3.12 Input, Proses dan Output Sarana INPUT
PROSES
OUTPUT
TEKNIK ANALISIS
Persebaran dan kondisi sarana eksisting
Analisis ketersediaan sarana perdagangan dan jasa
Tingkat ketersediaan dan persebaran sarana perdagangan dan jasa
Kualitatif
Standar mengenai kebutuhan sarana perdagangan dan jasa
Analisis kebutuhan pelayanan sarana perdagangan dan jasa
Kebutuhan sarana perdagangan dan jasa pada kawasan perencanaan
Kualitatif
SNI mengenai kapasitas sarana perdagangan dan jasa
Analisis kapasitas sarana perdagangan dan jasa
Memenuhi daya tampung sarana perdagangan dan jasa
Kualitatif
Analisis keterpenuhan sarana mitigasi bencana
Tingkat keterpenuhinya sarana dan peta persebaran sarana serta jangkauan sarana mitigasi bencana (titik kumpul dan pos mitigasi bencana) di kawasan perencanaan
Kualitatif
Persebaran dan kondisi sarana permukiman
Analisis ketersediaan sarana permukiman pada kawasan perencanaan
tingkat ketersediaan dan persebaran pada sarana permukiman
Kuantitatif
Standar mengenai jangkauan pelayanan sarana permukiman
Analisis jangkauan pelayanan sarana permukiman pada kawasan perencanaan
Mengidentifikasi jangkauan pelayanan sarana permukiman
Kualitatif
SNI mengenai kapasitas sarana permukiman
Analisis kapasitas sarana permukiman pada kawasan perencanaan
Memenuhi daya tampung sarana pada permukiman kawasan perencanaan
Kualitatif
SNI mengenai kebutuhan sarana
Analisis kebutuhan sarana permukiman
Kebutuhan sarana permukiman pada
Kuantitatif
Ketersediaan sarana mitigasi bencana Jumlah sarana mitigasi bencana Jangkauan sarana mitigasi bencana Kondisi sarana mitigasi bencana
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
151
2018
BUKU I PENDAHULUAN
permukiman Data proyeksi penduduk di kawasan perencanaan
pada kawasan perencanaan Analisis kebutuhan sarana penunjang permukiman
kawasan perencanaan Ketersediaan jumlah sarana yang dibutuhkan berdasarkan proyeksi penduduk
Kuantitatif
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
152
2018
BUKU I PENDAHULUAN
3.6.9 Prasarana Gambar 3.9 Bagan Prasarana
PRASARANA Adanya peluang penanggulangan dalam mengatasi masalah banjir Analisis ketersediaan prasarana mitigasi bencana
Masih rendahnya kondisi infrastruktur di kawasan perencanaan Analisis ketersediaan jaringan listrik Analisis ketersediaan jaringan drainase Analisis ketersediaan jaringan air bersih Analisis ketersediaan jaringan persampahan Analisis ketersediaan jaringan air limbah Analisis ketersediaan jaringan telekomunikasi Analisis kapasitas jaringan listrik Analisis kapasitas jaringan drainase Analisis kapasitas jaringan air bersih Analisis kapasitas jaringan persampahan Analisis kebutuhan jaringan listrik Analisis kebutuhan jaringan drainase Analisis kebutuhan jaringan air bersih Analisis kebutuhan jaringan persampahan Analisis kebutuhan jaringan air limbah Analisis kebutuhan jaringan telekomunikasi
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
153
2018
BUKU I PENDAHULUAN
Tabel 3.13 Input, Proses dan Output Prasarana INPUT Data pesebaran jalur evakuasi Data persebaran dan kondisi tanggul Data persebaran dan kondisi fisik pintu air
Data persebaran jaringan listrik
Data standar jaringan listrik Data besaran daya listrik di kawasan perencanaan Data persebaran jaringan drainase Data kondisi fisik dan dimensi jaringan drainase Data standar jaringan drainase Data persebaran jaringan air bersih Data kualitas air bersih
PROSES
OUPUT
Analisis ketersediaan prasarana mitigasi bencana
Tercukupinya penyediaan prasarana mitigasi banjir di kawasan perencanaan
Analisis ketersediaan jaringan listrik
Tercukupinya ketersediaan jaringan listrik di kawasan perencanaan
Analisis kapasitas jaringan listrik
Tercukupinya kapasitas jaringan listrik di kawasan perencanaan
Analisis ketersediaan jaringan drainase
Tercukupinya ketersediaan jaringan drainase di kawasan perencanaan
Analisis kapasitas jaringan drainase
Tercukupinya kapasitas jaringan drainase di kawasan perencanaan
Analisis ketersediaan jaringan air bersih
Tercukupinya ketersediaan jaringan air bersih di kawasan perencanaan
Analisis ketersediaan jaringan persampahan
Tercukupinya ketersediaan jaringan persampahan di kawasan perencanaan
Analisis kapasitas jaringan persampahan
Tercukupinya kapasitas jaringan persampahan di kawasan
Data Persebaran TPS Data frekuensi pengangkutan sampah dari TPS ke TPA
Data standar jaringan persampahan
TEKNIK ANALISIS Kuantitatif Kuantitatif dan kualitatif Kuantitatif dan kualitatif Kuantitatif Kuantitatif Kuantitatif dan kualitatif Kuantitatif
Kuantitatif Kuantitatif dan kualitatif Kuantitatif dan kualitatif
Kuantitatif Kualitatif Kuantitatif
Kuantitatif
Kuantitatif dan kualitatif
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
154
2018
BUKU I PENDAHULUAN
perencanaan
Data persebaran jaringan air limbah
Data jangkauan BTS Data standar prasarana jaringan telekomunikasi Data standar jaringan listrik Data besaran daya listrik di kawasan perencanaan
Analisis ketersediaan jaringan air limbah
Tercukupinya ketersediaan jaringan persampahan di kawasan perencanaan
Kuantitatif
Analisis kapasitas jaringan telekomunikasi
Tercukupinya kapasitas jaringan telekomunikasi di kawasan perencanaan
Kuantitatif dan kualitatif
Analisis kebutuhan jaringan listrik
Pemenuhan kebutuhan jaringan listrik
Data jumlah penduduk Data standar jaringan drainase Data jumlah penduduk Data standar jaringan air bersih Data jumlah penduduk Data standar jaringan persampahan Data jumlah penduduk Data standar jaringan air limbah Data jumlah penduduk Data standar prasarana jaringan telekomunikasi Data jumlah penduduk
Kuantitatif dan kualitatif Kuantitatif Kuantitatif
Analisis kebutuhan jaringan drainase
Pemenuhan kebutuhan jaringan drainase di kawasan perencanaan
Kuantitatif dan kualitatif
Analisis kebutuhan jaringan air bersih
Pemenuhan kebutuhan jaringan air bersih di kawasan perencanaan
Kuantitatif dan kualitatif
Analisis kebutuhan jaringan persampahan
Pemenuhan kebutuhan jaringan persampahan di kawasan perencanaan
Kuantitatif dan kualitatif
Analisis kebutuhan jaringan air limbah
Pemenuhan kebutuhan jaringan air limbah di kawasan perencanaan
Kuantitatif dan kualitatif
Analisis kebutuhan jaringan telekomunikasi
Pemenuhan kebutuhan jaringan telekomunikasi di kawasan perencanaan
Kuantitatif dan kualitatif
Kuantitatif
Kuantitatif
Kuantitatif
Kuantitatif
Kuantitatif
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
155
2018
BUKU I PENDAHULUAN
3.6.10
Transportasi Gambar 3.10 Bagan Transportasi Transportasi Peluang peningkatan infrastruktur di kawasan perencanaan Analisis kondisi dan kualitas jalan Analisis kapasitas jalan Analisis ketersediaan moda transportasi Analisis keterjangkauan moda transportasi Analisis kelas dan perkerasan jalan
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
156
2018
BUKU I PENDAHULUAN
Tabel 3.14 Input, Proses dan Output Transportasi INPUT
PROSES
Banyaknya kendaraan yang melewati jalan utama dalam kawasan dengan waktu tertentu
Analisis kondisi dan kualitas jalan
Data kualitas jalan Geometri jalan Jumlah penduduk Kota Surakarta
Analisis kapasitas jalan
Hambatan samping Data jenis transportasi yang melintas di dalam kawasan Rute angkutan umum yang melintas pada kawasan sewu Data kelas jaringan jalan Data perkerasan jalan
Analisis ketersediaan moda transportasi Analisis keterjangkauan moda transportasi
Analisis kelas dan perkerasan jalan
OUTPUT
TEKNIK ANALISIS
Kinerja jalan/ lalu lintas pada suatu ruas jalan pada kawasan perencanaan
Kuantitatif
Kondisi secara fisik jaringan jalan kawasan Arus maksimum yang Melalui suatu titik di jalan Yang dapat dipertahankan Per-satuan jam dalam Kondisi tertentu Tercukupinya moda transportasi yang melintas dalam kawasan Jangkauan pelayanan dari angkutan umum terhadap kawasan perencanaan Pengklasifikasian jaringan jalan menurut fungsi jaringan jalan yang ada pada kawasan Material pembuat perkerasan jaringan jalan
Kualitatif
Kuantitatif dan kualitatif
Kualitatif
Kualitatif
Kualitatif
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
157
2018
BUKU I PENDAHULUAN
3.6.11 Tata Guna Lahan Gambar 3.11 Bagan Tata Guna Lahan
TATA GUNA LAHAN
Adanya peluang penanggulangan dalam mengatasi masalah banjir
Analisis keberadaan dan fungsi ruang terbuka hijau
Menurunnya fungsi permukiman di kawasan perencanaan karena adanya konflik lahan
Analisis penataan dan kepadatan bangunan
Analisis kesesuaian penggunaan lahan
Masih rendahnya kondisi infrastruktur di kawasan perencanaan
Analisis ketersediaan lahan untuk penyediaan sarana prasarana Analisis intensitas penggunaan lahan
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
158
2018
BUKU I PENDAHULUAN
Tabel 3.15 Input, Proses dan Output Tata Guna Lahan INPUT
PROSES
Data penggunaan lahan eksisting Standar Jarak Antar Bangunan Luasan dan persentase penggunaan lahan di kawasan Luasan dan persentase ruang terbuka hijau melalui KDH
TEKNIK ANALISIS Kuantitatif
Analisis kesesuaian penggunaan lahan
Analisis keberadaan dan fungsi ruang terbuka hijau
Data persebaran bangunan di kawasan perencanaan Luasan dan proyeksi penyediaan sarana dan prasarana di kawasan perencanaan Luas Lahan Terbangun dan Tidak Terbangun Data koefisien lantai bangunan Data koefisien dasar bangunan
OUTPUT
Analisis penataan dan kepadatan bangunan Analisis ketersediaan lahan untuk penyediaan sarana prasarana
Analisis intensitas pemanfaatan lahan
Kesesuaian penggunaan lahan dan jenis aktivitas di Kawasan Perencanaan Ketersediaan ruang terbuka hijau untuk mendukung aktivitas masyarakat di kawasan perencanaan Klasifikasi kepadatan bangunan di kawasan perencanaan Ketersediaan serta luas lahan yang digunakan untuk sarana dan prasarana di permukiman Intensitas penggunaan lahan di kawasan perencanaan
Kualitatif
Kuantitatif
Kuantitatif
Kuantitatif
Kualitatif dan Kuantitatif
Kuantitatif
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
159
2018
BUKU I PENDAHULUAN
BAB 4 KERANGKA SURVEI 4.1 Kebutuhan Data Dalam kehidupan sehari-hari data berarti suatu pernyataan yang diterima secara apa adanya. Pernyataan ini adalah hasil pengukuran atau pengamatan suatu variabel yang bentuknya dapat berupa angka, kata-kata, atau citra. Menurut Nuzulla Agustina Data adalah keterangan mengenai sesuatu hal yang sedah sering terjadi dan berupa himpunan fakta, angka, grafik, tabel, gambar, lambang, kata, huruf-huruf yang menyatakan sesuatu pemikiran, objek, serta kondisi dan situasi. Data biasanya disusun untuk memperoleh tujuan-tujuan menjadi susunan data dan untuk meggali informasi pada suatu kejadian tertentu. Data yang digunakan dalam laporan ini adalah data primer dan data sekunder, sebagai sumber analisis pada isu-isu sektoral di kawasan perencanaan. Jenis-jenis data dapat dibagi sebagai berikut : 4.1.1. Jenis data menurut sifatnya Menurut sifatnya data dibagi menjadi: a. Data Kualitatif Data kualitatif adalah data yang tidak berbentuk bilangan atau angka. Data kualitatif berbentuk pernyataan verbal, simbol atau gambar. b. Data Kuantitatif Data kuantitatif adalah data yang berbentuk bilangan, atau data kualitatif yang diangkakan 4.1.2. Jenis data menurut cara memperolehnya a. Data Primer Data primer adalah data
yang dikumpulkan sendiri oleh
perorangan/suatu organisasi secara langsung dari objek yang diteliti dan untuk kepentingan studi yang bersangkutan yang dapat berupa wawancara dan observasi.
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
160
2018
BUKU I PENDAHULUAN
b. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan dan disatukan oleh studi-studi sebelumnya atau yang diterbitkan oleh berbagai instansi lain. Biasanya sumber tidak langsung berupa data dokumentasi dan arsip-arsip resmi. 4.1.3. Jenis data menurut sumbernya a. Data Internal Data intenal adalah data dari dalam suatu organisasi yang menggambarkan keadaan organisasi tersebut. b. Data Eksternal Data eksternal adalah data dari luar suatu organisasi yang dapat menggambarkan faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi hasil kerja suatu organisasi. 4.1.4. Jenis data menurut waktu pengumpulannya a. Data Cross Section yaitu data yang dikumpulkan pada suatu waktu tertentu (at a point of time) untuk menggambarkan keadaan dan kegiatan pada waktu tersebut. b. Data Time Series / Berkala data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu untuk melihat perkembangan suatu kejadian/kegiatan selama periode tersebut.
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
161
2018 BUKU I PENDAHULUAN
Tabel 4.1 Kebutuhan Data Jenis Data
Deskripsi
Tabel
Foto
Peta
Data
Sekunder
Tujuan
Primer
Analisis
Bentuk Data Unit Data
Teknik Pengump ulan Data
Sumber
Tahun Data
KEBIJAKAN Analisis program penanggulangan bencana banjir
Analisis aturan
Untuk mengetahui realisasi program penanggulangan banjir dalam kawasan perencanaan
Untuk mengetahui
Data program penanggulangan bencana banjir
Wawancara dengan BPBD Surakarta terkait program penanggulangan bencana banjir Wawancara dengan Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo terkait program penanggulangan bencana banjir Data peraturan
Kota, kecamatan, kelurahan, kawasan perencanaan.
Survei data sekunder
Survei data primer (wawanca ra) survei data primer (wawanca ra) Survei
RTRW Kota Surakarta, RPJMD Kota Surakarta, RDTR Kota Surakarta, BPBD, BBWS Bengawan Solo, Renja DPU BPBD Kota Surakarta
Terbaru
Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo
RDTR Kota
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
terbaru 162
2018 BUKU I PENDAHULUAN
Jenis Data
Deskripsi
Tabel
Foto
Peta
Data
Sekunder
Tujuan
Primer
Analisis
Bentuk Data Unit Data
Teknik Pengump ulan Data
penanggulangan banjir
kesesuaian aturan penanggulangan banjir
penanggulangan banjir
data sekunder
Analisa kesesuaian arahan tata ruang dengan kondisi eksisting Analisis kesesuaian pemanfaatan lahan terkait penanggulangan bencana banjir Analisis aturan terkait pendirian permukiman, penataan dan pengembangan kawasan permukiman
Untuk mengetahui kesesuaian arahan tata ruang dengan kondisi eksisting
Data kesesuaian arahan tata ruang dengan kondisi eksisting
Survei data sekunder
Untuk mengetahui kesesuaian pemanfaatan lahan terkait penanggulangan banjir Untuk mengetahui kesesuaian aturan program terkait pendirian dan penataan permukiman dalam kawasan perencaan
Data pemanfaatan lahan terkait penanggulangan bencana banjir
Data aturan terkait pendirian permukiman, penataan dan pengembangan kawasan permukiman
Sumber
Surakarta, RPJMD, BBWS Bengawan Solo, BPBD Kota Surakarta RDTRK Kota Surakarta
Tahun Data
terbaru
Survei data sekunder
RTRW Kota Surakarta, RDTR Kota Surakarta, BPBD
terbaru
Survei data sekunder
RDTR Kota Surakarta, RTRW Kota Surakarta
terbaru
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
163
2018 BUKU I PENDAHULUAN
Jenis Data
Untuk mengetahui kesesuaian program terkait penyediaan sarana dan prasarana
Data kesesuaian program terkait penyediaan sarana dan prasarana
Untuk mengetahui kesesuaian dan realisasi program terkait penyelenggaraan sistem transportasi
Rencana Program terkait penyelenggaraan transportasi
Analisis keberadaan dan peran/fungsi
Mengetahui keberadaan dan fungsi lembaga
Data tugas, fungsi dan kinerja lembaga di kawasan
KELEMBAGAAN
Deskripsi
Data program terkait pendirian, pengembangan, dan penataan permukiman
Tabel
Untuk mengetahui program terkait pendirian dan penataan permukiman dalam kawasan perencaan
Foto
Analisis program terkait pendirian, pengembangan, dan penataan permukiman kawasan perencanaan Analisis realisasi/kesesuai an program penyediaan sarana dan prasarana Analisis kesesuaian program terkait penyelenggaraan sistem transportasi
Peta
Data
Sekunder
Tujuan
Primer
Analisis
Bentuk Data Unit Data
Teknik Pengump ulan Data
RDTR Kota Surakarta, RTRW Kota Surakarta, Renja DPU
terbaru
Survei data sekunder dan wawancar a Survei data sekunder
Bapppeda Kota Surakarta dan Kelurahan Sewu
terbaru
Renja DPU, RPJMD Kota Surakarta, RTRW Kota Surakarta, renja DISHUBKOMI NFO
terbaru
Survei data sekunder
Kelurahan
Terbaru
Kawasan Perencanaan
Tahun Data
Survei data sekunder
Sumber
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
164
2018 BUKU I PENDAHULUAN
Jenis Data
Deskripsi
Sekunder
Primer
bidang sosial baik lembaga formal dan non formal
perencanaan
Mengetahui lembaga yang mengkoordinir mitigasi bencana Untuk mengetahui lembaga yang mengatur perencanaan permukiman Untuk mengetahui kesesuaian peran lembaga yang terlibat dalam pembangunan sarana prasarana
Data tugas, fungsi dan kinerja lembaga di kawasan perencanaan Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi, serta Tata Kerja Dinas Daerah
Kecamatan
Survei data Sekunder
Kelurahan
Kota Surakarta
Survei data Sekunder
Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi, serta Tata Kerja Dinas Daerah
Kota Surakarta
Survei data Sekunder
Pemerintah Kabupaten/Kota (Bidang Organisasi) dan Dinas terkait Pemerintah Kabupaten/Kota (Bidang Organisasi) dan Dinas terkait
Untuk mengetahui kesesuaian peran lembaga dalam penyelenggaraan
Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi, serta Tata Kerja Dinas Perhubungan
Kota Surakarta
Survei data Sekunder
Tabel
lembaga bidang sosial baik lembaga formal dan non formal Analisis lembaga yang mengkoordinir mitigasi bencana Analisis lembaga yang mengatur perencanaan permukiman
Foto
Tujuan
Peta
Unit Data
Teknik Pengump ulan Data
Analisis
Analisis kesesuaian peran dan fungsi lembaga yang terlibat dalam pembangunan sarana prasarana Analisis kesesuaian peran lembaga yang terkait
Data
Bentuk Data Sumber
Tahun Data
Dinas Perhubungan
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
165
2018 BUKU I PENDAHULUAN
Jenis Data
Deskripsi
Tabel
Foto
sistem transportasi
Peta
penyelenggaraan sistem transportasi
Data
Sekunder
Tujuan
Primer
Analisis
Bentuk Data Unit Data
PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Kawasan Anggaran perencanaan pembiayaan
Analisis alokasi dana atau anggaran terkait penyediaan sarana ekonomi dari pemerintah
Mengetahui alokasi dana atau anggaran terkait penyediaan sarana penyediaan sarana Ekonomi dari ekonomi dari pemerintah pemerintah
Analisis anggaran alokasi dana untuk pengembangan masyarakat di Bidang Sosial
Untuk mengetahui seberapa besar anggaran yang dialokasikan untuk pengembangan masyarakat di Bidang Sosial
Data anggaran alokasi dana terkait pengembangan masyarakat di Bidang Sosial
Analisis anggaran dan alokasi dana untuk
Mengetahui seberapa besar anggaran yang
Data besaran alokasi dana penanggulangan
Teknik Pengump ulan Data
Sumber
Tahun Data
Survei data sekunder
Dinas perdagangan dan jasa
Terbaru
Kawasan perencanaan
Survei data sekunder
Kelurahan
2018
Kawasan perencanaan
Survei Data Sekunder
Kelurahan
Terbaru
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
166
2018 BUKU I PENDAHULUAN
Jenis Data
Kawasan perencanaan
Wawanca ra
RT/RW
Terbaru
Survei data sekunder
Dinas permukiman, DPU-PR
Terbaru
Tahun Data
Deskripsi
Data besaran alokasi dana pembangunan infrastruktur
Teknik Pengump ulan Data
Tabel
Untuk mengetahui seberapa besar anggaran yang
Unit Data
Kawasan Perencanaan
Survei Data Sekunder
Kelurahan Sewu
2018
Kawasan perencanaan
Survei Data Sekunder
Kelurahan Sewu
Terbaru
Foto
Mengetahui pembiayaan dan alokasi dana terkait perencanaan dan penataan permukiman
bencana pada kawasan perencanaan oleh pemerintah Data keterlibatan masyarakat dalam hal dana penanggulangan bencana Dana relokasi masyarakat di bantaran Sungai Bengawan Solo Data alokasi dana pembangunan permukiman
Peta
Analisis sumber pembiayaan dan alokasi dana terkait perencanaan dan penataan permukiman Analisis anggaran alokasi dana untuk
dialokasikan untuk penanggulangan bencana
Data
Sekunder
penanggulangan bencana
Tujuan
Primer
Analisis
Bentuk Data Sumber
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
167
2018 BUKU I PENDAHULUAN
Jenis Data
Tabel
Deskripsi
Foto
Mengidentifikasi keadaan fisik Kawasan Perencanaan Kelurahan Sewu
Peta
Analisis satuan kemampuan lahan - SKL morfologi - SKL
dialokasikan pemerintah dalam pembangunan inrastruktur permukiman
Data
Sekunder
pembangunan infrastruktur permukiman
Tujuan
Primer
Analisis
Bentuk Data Unit Data
Teknik Pengump ulan Data
Sumber
Tahun Data
permukiman pada kawasan perencanaan oleh pemerintah
Data besaran alokasi dana pembangunan infrastruktur gabungan oleh swadaya masyarakat Data besaran alokasi dana pembangunan infrastruktur gabungan oleh sumber lain Data morfologi Data penggunaan lahan eksisting Data ketinggian
FISIK DASAR
Kawasan perencanaan
Survei data primer
Wawancara
Terbaru
Kawasan Perencanaan
Observasi - Survei data sekunde
- BPS - BPN -masyarakat - renstramas Kelurahan Sewu
Terbaru
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
168
2018 BUKU I PENDAHULUAN
Jenis Data
Mengkombinasikan hasil semua SKL dan mengklasifikasikan
Data morfologi Data penggunan lahan eksisting Data ketinggian
Analisis kemampuan lahan
Deskripsi
lereng Data kestabilan lereng Data kestabilan pondasi Data jenis air tanah Data rawan bencana banjir Data saluran drainase Data saluran sanitasi
Tabel
dan mengklasifikasikan nya ke dalam tingkatan
Foto
kemudahan dikerjakan - SKL kestabilan lereng - SKL kestabilan pondasi - SKL ketersediaan air - SKL untuk drainase - SKL terhadap erosi - SKL pembuangan limbah - SKL bencana banjir - SKL Kesesuaian Lahan
Peta
Data
Sekunder
Tujuan
Primer
Analisis
Bentuk Data Unit Data
Teknik Pengump ulan Data
r Wawanca ra
Kawasan Perencanaan
Survei data sekunder
Sumber
Tahun Data
- DPU - Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTA NAL) -Direktorat Topografi TNI Angkatan Darat -Direktorat Jenderal Geologi dan Sumber Daya Mineral -Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral - BNPB - BPBD - Balai besar
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
169
2018 BUKU I PENDAHULUAN
Jenis Data
Mengetahui kondisi
Deskripsi
Analisis kondisi
Tabel
Mengetahui titik lokasi pencemaran lingkungan dan tingkat pencemaran lingkungan
Foto
Analisis indikasi dan tingkat pencemaran lingkungan
lereng Data kestabilan lereng Data kestabilan pondasi Data jenis air tanah Data rawan bencana banjir Data saluran drainase Data saluran sanitasi Titik pencemaran lingkungan Kondisi lingkungan sebelum tercemar Kondisi lingkungan setelah tercemar Dampak pencemaran lingkungan terhadap aspek lain Data morfologi
Peta
ke dalam kelas pengembangan setiap kawasan
Data
Sekunder
Tujuan
Primer
Analisis
Bentuk Data Unit Data
Teknik Pengump ulan Data
Sumber
Tahun Data
Sungai Bengawan Solo
Kawasan Perencanaan
Observasi Wawanca ra - Survei data sekunde r
Kawasan
Survei
Bapppeda
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
Terbaru
170
2018 BUKU I PENDAHULUAN
Jenis Data
Deskripsi
Tabel
Foto
Peta
geografis kawasan perencanaan
Data
Sekunder
geografis kawasan perencanaan
Tujuan
Primer
Analisis
Bentuk Data
Data penggunaan lahan eksisting Data ketinggian lereng Data kestabilan lereng Data kestabilan pondasi Data jenis air tanah Data rawan bencana banjir Data saluran drainase Data saluran sanitasi
Unit Data
perencanaan
Teknik Pengump ulan Data
Sumber
Tahun Data
data sekunder
DEMOGRAFI Analisis komposisi kependudukan mengenai usia produktif dan mata pencaharian masyarakat
Mengetahui komposisi kependudukan mengenai usia produktif dan mata pencaharian masyarakat
Data Jumlah Penduduk Berdasarkan usia produktif dan mata pencaharian penduduk
Analisis
Mengetahui
Data Jumlah
Kawasan Perencanaan
Wawanca ra dan Survei data sekunder
Kelurahan Sewu, Dispendukcapil
2014, 2015, 2016, 2017
Kawasan
Wawanca
Kelurahan
2014,
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
171
2018 BUKU I PENDAHULUAN
Jenis Data
Deskripsi
Analisis klasifikasi
Mengetahui kondisi masyarakat terkait ada atau tidaknya masyarakat yang berkebutuhan khusus Mengetahui komposisi
Tabel
Analisis kondisi masyarakat berkebutuhan khusus
Mengetahui tingkat pendidikan terakhir mayoritas penduduk
Foto
Analisis tingkat pendidikan masyarakat
Peta
Analisis dampak bencana terhadap masyarakat
komposisi kependudukan yang dapat diberdayakan menjadi tenaga kerja Mengetahui kerugian material dan korban jiwa akibat terkena dampak bencana banjir
Data
Sekunder
ketenagakerjaan
Tujuan
Primer
Analisis
Bentuk Data
Penduduk Berdasarkan usia produktif dan mata pencaharian penduduk
Data korban jiwa dan kerugian material
Data Penduduk berdasarkan tingkat pendidikan
Unit Data
Perencanaan
Teknik Pengump ulan Data
Sumber
Tahun Data
ra dan Survei data sekunder
Sewu, Dispendukcapil
Kawasan Perencanaan
Survei data sekunder
Sibat PMI Kelurahan Kampung Sewi
terbaru
Kawasan Perencanaan
Wawanca ra dan Survei data sekunder
Kelurahan Sewu, Dispendukcapil
2014, 2015, 2016, 2017
Wawanca ra dan Survei data sekunder
Kelurahan Sewu, Dispendukcapil
2014, 2015, 2016, 2017
Survei data
Kelurahan Sewu,
2014, 2015,
Data penduduk yang berkebutuhan khusus
Kawasan Perencanaan
Data jumlah penduduk
Kawasan Perencanaan
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
2015, 2016, 2017
172
2018 BUKU I PENDAHULUAN
Jenis Data
Deskripsi
Tabel
Foto
Peta
Data
Sekunder
Tujuan
Primer
Analisis
Bentuk Data Unit Data
Teknik Pengump ulan Data
Sumber
penduduk berdasarkan usia, agama, dan jenis kelamin Analisis distribusi penduduk di kawasan perencanaan Analisis proyeksi penduduk tahun 2039
penduduk di kawasan menurut usia, agama dan jenis kelamin
berdasarkan: Usia Agama Jenis Kelamin
sekunder
Dispendukcapil
Mengetahui data persebaran penduduk
Data jumlah, kepadatan dan persebaran penduduk
Kelurahan Sewu, Dispendukcapil
Mengetahui jumlah penduduk pada tahun 2039
Data Jumlah penduduk tahun 2014, 2015, 2016, 2017
Analisis kesadaran masyarakat terkait kebijakan atau peraturan penanggulangan bencana Analisis kesadaran
Untuk mengetahui kesadaran masyarakat terkait kebijakan atau peraturan penanggulangan bencana Untuk mengetahui kesadaran
Data tingkat kesadaran masyarakat terkait kebijakan atau peraturan penanggulangan bencana Data kesadaran dan partisipasi
SOSIAL BUDAYA
Tahun Data
2016, 2017
2014, 2015, 2016, 2017
Kawasan Perencanaan
Survei data sekunder
Kawasan Perencanaan
Analisis kuantitatif
Kelurahan Sewu, Dispendukcapil
2014, 2015, 2016, 2017
Kawasan Perencanaan
Survei data primer
wawancara
Terbaru
Kawasan Perencanaan
Survei data
wawancara
Terbaru
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
173
2018 BUKU I PENDAHULUAN
Jenis Data
Bentuk Data Deskripsi
Sekunder
Primer
masyarakat terhadap pengelolaan infrastruktur Data bentuk partisipasi masyarakat terkait kelestarian lingkungan
Kawasan Perencanaan
Survei Data Primer
wawancara
Terbaru
Untuk mengetahui ragam aktivitas sosial budaya dikawasan perencanaan Untuk mengetahui peran lembaga yang berdampak pada sosial budaya masyarakat
Data ragam aktivitas sosial budaya
✓
✓
Kawasan Perencanaan
Survei Data Primer
wawancara
Terbaru
Data program lembaga terhadap masyarakat
✓
✓
Kawasan Perencanaan
Survei Data Primer
wawancara
Terbaru
Untuk mengetahui
Data aktivitas dan
Kawasan
Survei
Observasi
Terbaru/
Tabel
masyarakat terhadap pengelolaan infrastruktur Untuk mengetahui tingkat kesadaran masyarakat terhadap kelestarian lingkungan
Foto
masyarakat terhadap pengelolaan infrastruktur Analisis kesadaran masyarakat terhadap kelestarian lingkungan Analisis adanya ragam aktivitas sosial di kawasan perencanaan
Peta
Data
Analisis macam
Sumber
Tahun Data
Tujuan
Analisis Peran Lembaga Terhadap Masyarakat Dalam Penanggulangan Bencana Banjir
Unit Data
Teknik Pengump ulan Data
Analisis
primer
EKONOMI
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
174
2018 BUKU I PENDAHULUAN
Jenis Data
Deskripsi
Untuk mengetahui proyeksi kegiatan ekonomi meliputi analisis PDRB, pertumbuhan ekonomi, dan analisis LQ sektor basis
Tabel
Analisis proyeksi kegiatan ekonomi meliputi analisis PDRB, pertumbuhan ekonomi, dan analisis LQ sektor basis
Foto
macam kegiatan ekonomi baik yang diselengarakan oleh swadaya masyarakat, bimbingan pemerintah, dan kegiatan swasta
Peta
kegiatan ekonomi yang terdapat di kawasan perencanaan
Data
Sekunder
Tujuan
Primer
Analisis
Bentuk Data
macam kegiatan ekonomi
Data PDRB, PDB, sektor basis, sektor unggulan, sektor non unggulan, pendapatan per kapita,LQ sektor basis
Unit Data
Teknik Pengump ulan Data
Sumber
Tahun Data
perencanaan
Data Primer
Langsung
2018
Kawasan perencanaan
Survei Data sekunder
BPS, Renstramas
Terbaru
Kawasan Perencanaan
Survei Data Primer
Observasi langsung
Terbaru
Kawasan
Survei
SNI 03-1733-
Terbaru
SARANA Analisis ketersediaan sarana perdagangan dan jasa Analisis
Untuk mengetahui ketersediaan sarana perdagangan dan jasa
Persebaran dan kondisi sarana eksisting
Untuk mengetahui
Standar mengenai
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
175
2018 BUKU I PENDAHULUAN
Jenis Data
Bentuk Data Deskripsi
Sekunder
Primer
kebutuhan sarana perdagangan dan jasa
Perencanaan
Data Sekunder
2004
SNI mengenai kapasitas sarana perdagangan dan jasa
Kawasan Perencanaan
Survei Data Sekunder
SNI 03-17332004
Terbaru
Survei Data Primer Survei Data Primer
Observasi langsung
Terbaru
Kawasan Perencanaan
Survei Data Primer
Observasi langsung
Terbaru
Kawasan
Survei
SNI 03-1733-
Terbaru
Analisis ketersediaan sarana permukiman pada kawasan perencanaan Analisis
Untuk mengetahui ketersediaan sarana permukiman pada kawasan perencanaan Untuk mengetahui
Ketersediaan sarana mitigasi bencana Jumlah sarana mitigasi bencana Jangkauan sarana mitigasi bencana Kondisi sarana mitigasi bencana Persebaran dan kondisi sarana permukiman
Standar mengenai
Tabel
pemenuhan kebutuhan sarana perdagangan dan jasa Untuk mengetahui standar kapasitas sarana perdangan dan jasa Untuk mengetahui keterpenuhan sarana mitigasi bencana di kawasan perencanaan
Foto
kebutuhan sarana perdagangan dan jasa
Peta
Data
Kawasan Perencanaan
Kawasan Perencanaan
Sumber
Tahun Data
Tujuan
Analisis kapasitas sarana perdagangan dan jasa Analisis keterpenuhan mitigasi bencana
Unit Data
Teknik Pengump ulan Data
Analisis
Observasi langsung
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
176
2018 BUKU I PENDAHULUAN
Jenis Data
Deskripsi
Tabel
Foto
Peta
Data
Sekunder
jangkauan pelayanan sarana permukiman pada kawasan perencanaan Analisis kapasitas sarana permukiman pada kawasan perencanaan Analisis kebutuhan sarana permukiman pada kawasan perencanaan
Tujuan
Primer
Analisis
Bentuk Data Unit Data
Teknik Pengump ulan Data
Sumber
Tahun Data
jangkauan pelayanan sarana permukiman
jangkauan pelayanan sarana permukiman
Perencanaan
Data Sekunder
2004
Untuk mengetahui kapasitas sarana permukiman
SNI mengenai kapasitas sarana permukiman
Kawasan Perencanaan
Survei Data Sekunder
SNI 03-17332004
Terbaru
Untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan sarana permukiman
SNI mengenai kebutuhan sarana permukiman
Kawasan Perencanaan
Survei Data Sekunder
SNI 03-17332004
Terbaru
Kawasan Perencanaan
Survei Data Primer Survei data sekunder Survei
Observasi
Terbaru
BPBD
Terbaru
Observasi,
Terbaru
PRASARANA Analisis ketersediaan prasarana mitigasi bencana
Mengetahui ketersediaan prasarana mitigasi bencana
Data persebaran jalur evakuasi
Data penyediaan jalur evakuasi Data persebaran dan
Kota
Kawasan
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
177
2018 BUKU I PENDAHULUAN
Jenis Data
Deskripsi
Tabel
Foto
Peta
Data
Sekunder
Tujuan
Primer
Analisis
Bentuk Data
kondisi fisik tanggul
Analisis ketersediaan jaringan listrik Analisis kapasitas jaringan listrik
Mengetahui ketersediaan jaringan listrik Mengetahui kapasitas jaringan listrik
Analisis kebutuhan jaringan listrik
Mengetahui pemenuhan kebutuhan jaringan listrik
Perencanaan
Data persebaran dan kondisi fisik pintu air
Data ketersediaan jaringan listrik
Kawasan Perencanaan
Data standar jaringan listrik
Kawasan Perencanaan Kawasan Perencanaan
Data standar jaringan listrik
Data besaran daya listrik di kawasan perencanaan Data penyediaan jaringan listrik
Unit Data
Kawasan Perencanaan
Kota Surakarta
Kawasan Perencanaan
Teknik Pengump ulan Data
Data Primer Survei Data Primer Survei Data Primer Survei data sekunder
Survei Data Primer Survei data sekunder Survei data sekunder
Sumber
Tahun Data
Wawancara Observasi, Wawancara
Terbaru
Obsevasi
Terbaru
SNI 03-17332004 Kepmen Kimpraswil No.534/KPTS/ M/2001 Wawancara
2004
PLN
Terbaru
Kepmen Kimpraswil No.534/KPTS/ M/2001
2001
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
2001
Terbaru
178
2018 BUKU I PENDAHULUAN
Jenis Data
Deskripsi
Tabel
Analisis ketersediaan jaringan air bersih
Mengetahui pemenuhan kebutuhan jaringan drainase Mengetahui ketersediaan jaringan air bersih
Foto
Analisis kebutuhan jaringan drainase
Mengetahui kapasitas jaringan drainase
Peta
Analisis kapasitas jaringan drainase
Mengetahui ketersediaan jaringan drainase
Data
Sekunder
Analisis ketersediaan jaringan drainase
Tujuan
Primer
Analisis
Bentuk Data Unit Data
Data besaran daya listrik di kawasan perencanaan Hasil analisis proyeksi penduduk
Kawasan Perencanaan
Data persebaran jaringan drainase Data kondisi fisik dan dimensi jaringan drainase Data standar jaringan drainase Data penyediaan jaringan drainase Data standar jaringan drainase Data jumlah penduduk Data persebaran jaringan air bersih Data kualitas air bersih Data penyediaan jaringan air bersih
Kawasan Perencanaan Kawasan Perencanaan
Kawasan Perencanaan Kota Surakarta Kawasan Perencanaan Kawasan Perencanaan Kawasan Perencanaan Kawasan Perencanaan Kota Surakarta
Teknik Pengump ulan Data
Survei Data Primer
Survei Data Primer Survei data sekunder Survei data sekunder Survei Data Primer
Sumber
Tahun Data
Wawancara
Terbaru
Observasi, Wawancara Observasi
Terbaru
SNI 03-17332004
2004
DPU SNI 03-17332004 Renstramas
Terbaru
Terbaru 2004 Terbaru Terbaru
Observasi, Wawancara DPU / PDAM
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
Terbaru Terbaru
179
2018 BUKU I PENDAHULUAN
Jenis Data
Mengetahui kapasitas jaringan persampahan
Deskripsi
Analisis kapasitas jaringan persampahan
Tabel
Mengetahui ketersediaan jaringan persampahan
Foto
Data jumlah penduduk Data standar jaringan air bersih
Data penyediaan jaringan air bersih
Analisis ketersediaan jaringan persampahan
Peta
Mengetahui pemenuhan kebutuhan jaringan air bersih
Data
Sekunder
Analisis kebutuhan jaringan air bersih
Tujuan
Primer
Analisis
Bentuk Data
Hasil Analisis Proyeksi Penduduk Data Persebaran TPS Data frekuensi pengangkutan sampah dari TPS ke TPA Data standar jaringan persampahan
Data penyediaan
Unit Data
Kawasan Perencanaan Kawasan Perencanaan
Teknik Pengump ulan Data
Survei data sekunder
Sumber
Tahun Data
Renstramas
Terbaru
SNI 03-17332004 Kepmen Kimpraswil No. 534/KPTS/M/20 01 DPU/PDAM
2004 2001
Kota Surakarta
Survei data sekunder
Kawasan Perencanaan Kawasan Perencanaan
Survei Data Primer
Observasi
Terbaru
Observasi, Wawancara
Terbaru
Kawasan Perencanaan
Survei data sekunder
SNI 03-17332004 Kepmen PU No. 21 Th 2006 DKP
2004
Kota
Survei
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
Terbaru
2006 Terbaru
180
2018 BUKU I PENDAHULUAN
Jenis Data
Deskripsi
Mengetahui ketersediaan jaringan telekomunikasi
Tabel
Mengetahui kebutuhan jaringan air limbah
Foto
Mengetahui ketersediaan jaringan air limbah
jaringan persampahan Data standar jaringan persampahan
Peta
Analisis ketersediaan jaringan telekomunikasi
Mengetahui kebutuhan jaringan persampahan
Data
Sekunder
Analisis kebutuhan jaringan persampahan Analisis ketersediaan jaringan air limbah Analisis kebutuhan jaringan air limbah
Tujuan
Primer
Analisis
Bentuk Data
Hasil Analisis Proyeksi Penduduk Data persebaran jaringan air limbah
Data standar jaringan air limbah
Data penyediaan jaringan air limbah Hasil analisis proyeksi penduduk Data persebaran BTS Data persebaran jaringan telepon kabel
Unit Data
Kawasan Perencanaan
Teknik Pengump ulan Data
data sekunder Survei data sekunder
Sumber
Tahun Data
SNI 03-17332004
2004
Kawasan Perencanaan
Survei Data Primer
Observasi, Wawancara
Terbaru
Kawasan Perencanaan
Survei data sekunder
SNI 03-17332004 Permen PU No. 1 tahun 2004 Renstramas
2004
Observasi
Terbaru
Observasi
Terbaru
Kota Surakarta Kawasan Perencanaan Kawasan Perencanaan
Survei Data Primer Survei Data Primer
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
Terbaru Terbaru
181
2018 BUKU I PENDAHULUAN
Jenis Data
Unit Data
Kawasan Perencanaan
Geometri Jalan
Teknik Pengump ulan Data
Sumber
Tahun Data
Survei data sekunder Survei data primer Survei data sekunder
SNI 03-17332004
Terbaru
Observasi
Terbaru
Dishubkominfo
Terbaru
Kawasan perencanaan
Survei Data Primer
Observasi
Terbaru
Kawasan perencanaan
Survei Data Primer
Observasi
Terbaru
Data penyediaan jaringan telekomunikasi Hasil analisis proyeksi penduduk TRANSPORTASI Data banyaknya kendaraan yang melewati jalan utama dalam kawasan dengan waktu tertentu Data kualitas jalan
Deskripsi
Untuk mengetahui keadaan aktivitas jalan kawasan perencanaan dan kualitas jalan yang ada dalam kawasan Untuk mengetahui kapasitas jalan
Tabel
Data standar prasarana jaringan telekomunikasi Data jangkauan BTS
Foto
Analisis kapasitas jalan
Mengetahui pemenuhan kebutuhan jaringan telekomunikasi
Peta
Analisis kondisi dan kualitas jalan
Data
Sekunder
Analisis kebutuhan jaringan telekomunikasi
Tujuan
Primer
Analisis
Bentuk Data
Kota Surakarta
Hambatan samping Jumlah penduduk Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
182
2018 BUKU I PENDAHULUAN
Jenis Data
Deskripsi
Tabel
Foto
Analisis kelas dan perkerasan jalan
Kota Surakarta Data jenis transportasi yang melintas di dalam kawasan
Peta
Analisis keterjangkauan moda transportasi
Untuk mengetahui jenis moda transportasi yang melintas di dalam kawasan perencanaan Untuk mengetahui jangkauan pelayanan moda transportasi baik yang berada di dalam dan sekitar kawasan perencanaan Untuk mengetahui pengelompokan fungsi jalan dan perkerasan jalan
Data
Sekunder
Analisis ketersediaan moda transportasi
Tujuan
Primer
Analisis
Bentuk Data
Data kelas jalan
Sumber
Tahun Data
Survei Data Primer
Observasi
Terbaru
Kelurahan Sewu
Survei Data Sekunder
Dinas Perhubungan Kota Surakarta
2018
Kawasan perencanaan
Survei Data Sekunder Survei Data Primer
DPU Kota Surakarta
Terbaru
Survei
Observasi
Data perkerasan jalan
Teknik Pengump ulan Data
Kawasan perencanaan
Data rute angkutan umum yang berada di kawasan Sewu
Unit Data
Observasi Langsung
TATA GUNA LAHAN Analisis
Untuk mengetahui
Luasan dan
Kawasan
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
Terbaru 183
2018 BUKU I PENDAHULUAN
Jenis Data
Deskripsi
Tabel
Analisis ketersediaan lahan untuk
Mengetahui jenis aktivitas kawasan perencanaan melalui penggunaan lahan eksisting Mengidentifikasi ketersediaan serta luas lahan yang
Foto
Analisis kesesuaian penggunaan lahan di kawasan perencanaan
Peta
Analisis Penataan bangunan dan pemanfaatan lahan
luasan serta fungsi ruang terbuka hijau dan kesesuaian standar penyediaan Ruang terbuka Hijau di Kawasan Untuk mengetahui tingkat kenyamanan dan keselamatan bangunan di kawasan perencanaan
Data
Sekunder
keberadaan dan fungsi ruang terbuka hijau
Tujuan
Primer
Analisis
Bentuk Data
persentase Ruang Terbuka Hijau melalui KDH
Standar Jarak Antar Bangunan
Data Penggunaan Lahan Eksisting
Luasan dan persentase penggunaan lahan Luasan dan persentase penggunaan lahan di kawasan
Luasan dan proyeksi penyediaan sarana dan prasarana di
Unit Data
Kawasan Perencanaan
Survei data sekunder Survei data primer Survei data primer Survei data primer
PU PR No. 20/PRT/M/
2011
Observasi
Terbaru
Observasi
Terbaru
Observasi
Terbaru
Survei Data Primer
Observasi
Terbaru
Kawasan Perencanaan
Kawasan Perencanaan
Tahun Data
data Primer
Sumber
perencanaan
Kawasan perencanaan
Teknik Pengump ulan Data
Kawasan perencanaan
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
184
2018 BUKU I PENDAHULUAN
Jenis Data
Deskripsi
Tabel
Foto
Peta
Analisis intensitas penggunaan lahan
digunakan untuk sarana dan prasarana di permukiman Untuk mengetahui tingkat kejenuhan bangunan di kawasan perencanaan
Data
Sekunder
penyediaan sarana prasarana
Tujuan
Primer
Analisis
Bentuk Data Unit Data
Teknik Pengump ulan Data
Sumber
Tahun Data
kawasan perencanaan
Luas Lahan Terbangun dan Tidak Terbangun Data Tinggi bangunan (KLB) Koefisien dasar bangunan
Kawasan Perencanaan
Kawasan Perencanaan Kawasan perencanaan
Survei data primer Survei data primer Survei data primer
Observasi
Terbaru
Observasi
Terbaru
Observasi
Terbaru
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
185
2018 BUKU I PENDAHULUAN
4.2 Pendekatan Survei Pendekatan survei adalah salah satu pendekatan penelitian yang pada umumnya digunakan untuk pemngumpulan data yang luas dan banyak. Menurut Mubyanto dan Suratno ( 1981 ) survei merupakan satu cara yang utama untuk mengumpulkan data primer bila data sekunder dianggap belum cukp lengkap utuk menjawab sesuatu pertanyaan. Dalam mengumpulkan data, dilakukan pendekatan terhadap data primer dan data sekunder, yaitu dengan cara : 4.2.1. Survei Data Primer Survei data primer dilakukan secara langsung ke lapangan dengan melihat keadaan yang sesungguhnya. Untuk mendapatkan data primer melalui : a. Wawancara Merupakan aktifitas dialog antara dua pihak ataupun lebih untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan. b. Borang Observasi Merupakan form yang harus di isi oleh peneliti atau surveior untuk mengetahui dan memperoleh informasi mengenai apa yang dilihat atau diobservasi di wilayah penelitian. c. Angket atau Kuisioner Angket adalah suatu daftar pertanyaan tertulis yang terinci dan lengkap yang harus dijawab oleh responden tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahuinya. 4.2.2. Survei Data Sekunder Data sekunder biasanya digunakan sebagai pendukung data primer berupa tabel, peta, foto, buku, catatan, bukti yang telah ada, atau arsip baik yang dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan secara umum. Oleh karena itu tidak dapat hanya menggunakan data sekunder sebagai satu-satunya sumber informasi dalam pengumpulan data.
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
186
2018 BUKU I PENDAHULUAN
Tabel 4.2 Pendekatan Survei No 1
Metode survei Primer
wawan cara
Objek survei masyara kat
Ketua RT, Ketua RW
Informasi yang dibutuhkan Data program terkait kegiatan sosial kemasyarakatan Persebaran sumur air tanah, kondisi air tanah, penggunaan air tanah, jenis sanitasi, kondisi sanitasi umum (jika ada), persebaran sanitasi umum (jika ada), dan kondisi geografis lingkungan perencanaan Data Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur dan mata pencaharian per RT/RW Data Penduduk berdasarkan tingkat Pendidikan per RT/RW Data penduduk yang mengalami penyakit fisik RT/RW Data penduduk berdasarkan usia, agama, jenis kelamin per RT/RW Data jumlah, kepadatan dan persebaran penduduk per RT/RW
Teknik survei Wawancara semistructured
Kerangka Wawancara yang akan dilakukan adalah semistuctured yaitu dengan mempersiapkan daftar pertanyaan, namun pertanyaan masih bisa berkembang tergantung
Keberadaan lembaga sosial terhadap masyarakat Kebijakan atau peraturan penanggulangan bencana Tingkat kesadaran masyarakat terkait kebijakan atau peraturan penanggulangan bencana Bentuk partisipasi masyarakat terkait kelestarian lingkungan Data program pemerintah dan swasta terkait pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
187
2018 BUKU I PENDAHULUAN
perekonomian Data keberhasilan program pemerintah dan swasta terkait pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan perekonomian Peranan lembaga terhadap sosial budaya masyarakat Data ketersediaan sarana permukiman pada kawasan perencanaan Besaran daya listrik di kawasan perencanaan Kualitas air bersih di kawasan perencanaan Frekuensi pengangkutan sampah dari TPS ke TPA Data besaran alokasi dana pembangunan infrastuktur gabungan oleh swadaya masyarakat dan sumber lain Data keterlibatan masyarakat dalam hal dana penanggulangan bencana Data kebutuhan sarana permukiman pada kawasan perencanaan Data jangkauan sarana permukiman pada kawasan perencanaan Data lokasi pencemaran dan dampaknya terhadap lingkungan sekitar BBWS Observ asi
Kawasan Perencanaan
Data program penanggulangan bencana banjir Penggunaan lahan eksisting, titik pencemaran lingkungan, dan kondisi pencemaran lingkungan
Pengamata Pengamatan langsung n langsung dilakukan dengan melihat
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
188
2018 BUKU I PENDAHULUAN
pada kawasan
Geometri Jalan Hambatan Samping
FENOMENA
Jenis transportasi yang melintas di dalam kawasan Masyara kar
Masyarakat Umum
Peta mengenai dominasi aktivitas ekonomi dikawasan perencanaan
Observasi Lapangan
Peta mengenai persebaran kegiatan ekonomi di kawasan perencanaan
Fenome na
Prasarana
Ketersediaan jaringan listrik Ketersediaan jaringan drainase
Observasi Kawasan
Ketersediaan jaringan air bersih Ketersediaan jaringan persampahan Ketersediaan jaringan air limbah Ketersediaan jaringan telekomunikasi Tata Lahan
Ketersediaan prasarana mitigasi bencana Guna Luasan dan persentase penggunaan lahan Luasan dan proyeksi penyediaan sarana dan prasarana di kawasan perencanaan Lahan terbangun dan non terbangun KDB per RT kawasan perencanaan
kondisi geografi lingkungan di kawasan perencanaan, output yang dihasilkan dapat berupa peta maupun deskripsi Observasi dilakukan menggunakan borang observasi untuk memperoleh keterangan secara pengamatan terkait persebaran kegiatan ekonomi yang ada di kawasan. Observasi dilakukan menggunakan borang observasi untuk menandai memperoleh keterangan secara pengamatan terkait sektor masing-masing yang ada di kawasan perencanaan
Survei Data Primer
KLB per RT kawasan perencanaan
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
189
2018 BUKU I PENDAHULUAN
KDH per RT kawasan perencanaan Data banyaknya kendaraan yang melewati jalan utama dalam kawasan dengan waktu tertentu FENOMENA
Data kualitas jalan Data perkerasan jalan Banyaknya kendaraan yang melintas pada ruas jalan tertentu
2
Sekun der
Memin ta data
Lembag BAPEDDA a/instans Surakarta i
RTRW Surakarta RPJMD Kota Surakarta RDTR Kawasan I Kota Surakarta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi, serta Tata Kerja Dinas Daerah dalam pembangunan sarpras Data peningkatan pendapatan masyarakat dalam jangka waktu tertentu
Survei data Survei sekunder dilakukan sekunder dengan mencari atau meminta data di masingmasing instansi/lembaga yang telah ditentukan untuk mendapatkan data sekunder yang berupa peta, tabel, foto, maupun deskripsi
Data morfologi dan jenis tanah Dinas Lingkungan Hidup BPBD Surakarta
Data kedalaman muka air tanah Rancangan Keputusan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Pemerintah Kota Surakarta Data tugas, fungsi dan kinerja lembaga yang mengkoordinir mitigasi bencana Daerah rawan banjir
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
190
2018 BUKU I PENDAHULUAN
Data mengenai jalur evakuasi bencana banjir Penyediaan jalur evakuasi DPU Surakarta
Renja DPU 2018 Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi, serta Tata Kerja DPU Dana relokasi masyarakat di bantaran Sungai Bengawan Solo Jenis drainase, air tanah, dan sanitasi Penyediaan jaringan listrik Penyediaan jaringan drainase Penyediaan jaringan air limbah
Data kelas jalan DISHUBKOMI Renja Dishubkominfo 2018 NFO Kota Penyediaan jaringan telekomunikasi Surakarta Data rute angkutan umum Kelurahan Data program dari swasta dan masyarakat terkait pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan perekonomian Data program lembaga formal & informal terkait program sosial kemasyarakatan Data tugas, fungsi dan kinerja lembaga sosial Data Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur dan mata pencaharian
Studi literatur, survei data sekunder Survei Data Sekunder
Data Penduduk berdasarkan tingkat Pendidikan
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
191
2018 BUKU I PENDAHULUAN
Data penduduk yang mengalami penyakit fisik Data penduduk berdasarkan usia, agama, jenis kelamin Data jumlah, kepadatan dan persebaran penduduk Data anggaran alokasi dana terkait pengembangan masyarakat di bidang sosial Besaran alokasi dana penanggulangan bencana Data alokasi dana pembangunan permukiman Dana pembangunan infrastruktur permukiman Dinas perdagangan dan jasa Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman, dan Pertanahan
Data pembiayaan penyediaan sarana ekonomi
Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi, serta Tata Kerja Dinas Daerah yang mengatur perencanaan permukiman
BPS
Curah hujan, hari hujan, dan intensitas hujan
PLN
Penyediaan jaringan listrik Penyediaan jaringan air bersih
PDAM DKP Dinas Perhubungan Kota Surakarta
Penyediaan jaringan air limbah Penyediaan jaringan persampahan Data rute angkutan umum yang berada di kawasan perencanaan Sewu
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
192
2018 BUKU I PENDAHULUAN
Citra Google satelit Earth Survei Acuan Data Sekund er
Kawasan Perundang undangan
Letak persebaran sarana pada kawasan perencanaan Jarak Antar Bangunan
Survei dilakukan dengan melakukan analisis kecocokan suatu bangunan dengan aturan atau acuan yang ada untuk mengetahui kesesuaian jarak antar bangunan di kawasan
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
193
2018 BUKU I PENDAHULUAN
4.3 Instrumen Survei Mengidentifikasi macam-macam instrumen survei yang digunakan, ditujukan kepada siapa atau instansi apa, serta data apa saja yang dibutuhkan dengan adanya instrumen tersebut.
4.3.1 Instrumen Survei Data Primer a. Form Wawancara Kumpulan pertanyaan yang ditanyakan kepada pihak atau instansi yang bersangkutan untuk mendapatkan suatu informasi yang dibutuhkan. b. Borang Observasi Borang Observasi merupakan instrumen yang digunakan untuk melakukan pengumpulan data dan informasi dengan melakukan pengamatan langsung kepada suatu obyek atau kegiatan yang ada di kawasan perencanaan. c. Form Kuisioner Form Kuisioner merupakan instrument yang digunakan untuk mengumpulkan data dengan cara memberi serangkaian pertanyaan tertulis kepada instansi atau masyarakat di kawasan perencanaan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan. 4.3.2 Instrumen Survei Data Sekunder Dalam proses survei data sekunder, digunakan form kebutuhan data dimana form kebutuhan data adalah kumpulan dari data yang dibutuhkan sebagai sumber analisis isu-isu sektoral di kawasan perencanaan.
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
194
2018 BUKU I PENDAHULUAN
BAB 5 MANAJEMEN SUMBER DAYA DAN JADWAL PEKERJAAN
Penyusunan dokumen perencanaan dilakukan secara komprehensif di seluruh sektor sehingga dibutuhkan adanya organisir sumber daya manusia dengan memberikan job description. Pemberian job description didasarkan pada 11 aspek antara lain kebijakan, kelembagaan, pembiayaan pembangunan, fisik dasar, demografi, sosial budaya, ekonomi, sarana, prasarana, transportasi dan tata guna lahan. 5.1.
Struktur Organisasi Perencanaan yang ada membutuhkan pembahasan yang lengkap dan mendalam dari tiap sektor. Oleh karena itu, dibutuhkan penanggungjawab untuk
sektor-sektor
yang
dibahas.
Dalam
penyusunan
rencana
pendahuluan ini diikuti 10 orang mahasiswa yang mempunyai tugas dan fungsi masing-masing. Dibawah ini adalah penyusun laporan ini :
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tabel 5.1 Struktur Organisasi Nama NIM Arista Kurniawan I0617011 Sabila Almas Andina I0617036 Mei Ayu Ristiyani I0617026 Annisa Intan Wijayanti I0617010 Estrelita Adriana Prima I0617019 Ragazza Parithustha Mahayati I0617029 Rahman Hilmy Nugroho I0617033 Rifqy Sasongko I0617035 Suci Astin Kurniati I0617042 Rekzy Vernando I0616029
Kedudukan Ketua Sekretaris Bendahara Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota
Sumber : Kelompok Studio Proses Perencanaan Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu, 2018
Berdasarkan personel yang ada, maka dibuatlah pembagian tugas mengenai sektor yang dibahas. Berikut adalah pembagian tugas dan fungsi personel dari penyusun laporan pendahuluan.
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
195
2018 BUKU I PENDAHULUAN Tabel 5.2 Pembagian Tugas No 1
Nama Annisa Intan Wijayanti
Sektor Kebijakan
Kelembagaan
2
Sabila Andina
Almas Pembiayaan Pembangunan
Analisis Analisis program penanggulangan bencana banjir Analisis aturan penanggulangan banjir Analisis kesesuaian pemanfaatan lahan terkait penanggulangan bencana banjir Analisis kesesuaian arahan tata ruang dengan kondisi eksisting Analisis realisasi/kesesuaian program penyediaan sarana dan prasarana Analisis kesesuaian program terkait penyelenggaraan sistem transportasi Analisis keberadaan dan kesesuaian peran/fungsi lembaga bidang sosial baik lembaga formal dan non formal Analisis keberadaan dan peran/fungsi lembaga yang mengkoordinir mitigasi bencana Analisis lembaga yang mengatur perencanaan permukiman Analisis kesesuaian peran dan fungsi lembaga yang terlibat dalam pembangunan sarana prasarana Analisis kesesuaian peran lembaga yang terkait penyelenggaraan sistem transportasi Analisis anggaran alokasi dana untuk pengembangan masyarakat di bidang sosial Analisis anggaran dan alokasi dana untuk penanggulangan bencana Analisis sumber pembiayaan dan alokasi dana terkait perencanaan dan penataan permukiman Analisis anggaran alokasi dana pembangunan infrastruktur permukiman
3
Suci Kurniati
Astin Fisik Dasar
untuk
Analisis kondisi geografis kawasan perencanaan Analisis kemampuan lahan terkait perencanaan permukiman Analisis SKL Morfologi Analisis SKL kestabilan lereng Analisis SKL kestabilan pondasi Analisis SKL ketersediaan air Analisis SKL untuk drainase Analisis SKL terhadap erosi Analisis SKL pembuangan limbah Analisis SKL rawan bencana Analisis SKL kemudahan dikerjakan Analisis indikasi pencemaran lingkungan
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
196
2018 BUKU I PENDAHULUAN
No 4
Nama
Sektor
Estrelita Adriana Prima Ragazza
Demografi
Analisis Analisis ketenagakerjaan Analisis tingkat pendidikan masyarakat Analisa dampak bencana terhadap masyarakat Analisis keberadaan masyarakat berkebutuhan khusus terkait evakuasi bencana Analisis klasifikasi penduduk berdasarkan usia, agama, dan jenis kelamin
5
Rekzy Vernando
Sosial Budaya
6
Mei Ayu Ristiyani
Ekonomi
7
Rifqy Sasongko
Sarana
8
Rahman Hilmy Nugroho
Prasarana
Analisis distribusi penduduk di kawasan perencanaan Analisis proyeksi penduduk tahun 2039 Analisis kesadaran masyarakat terkait kebijakan atau peraturan penanggulangan bencana Analisis kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan infrastruktur Analisis macam kegiatan ekonomi yang terdapat di kawasan perencanaan Analisis proyeksi kegiatan ekonomi meliputi analisis PDRB, pertumbuhan ekonomi, dan analisis LQ sektor basis Analisis ketersediaan, kapasitas, jangkauan, dan kebutuhan sarana perdagangan dan jasa Analisis keterpenuhan sarana mitigasi bencana Analisis ketersediaan, kapasitas, dan kebutuhan sarana pemerintahan dan pelayanan umum Analisis ketersediaan, kapasitas, dan kebutuhan sarana peribadatan Analisis ketersediaan, kapasitas, dan kebutuhan sarana ruang terbuka, taman dan, lapangan Analisis ketersediaan, kapasitas, dan kebutuhan sarana rekreasi Analisis ketersediaan, kapasitas, dan kebutuhan sarana kesehatan Analisis ketersediaan, kapasitas, dan kebutuhan sarana pendidikan Analisis ketersediaan prasarana mitigasi bencana, meliputi : analisis ketersediaan dan kebutuhan jalur evakuasi, analisis ketersediaan tanggul, dan analisis ketersediaan pintu air Analisis ketersediaan, kapasitas, dan kebutuhan jaringan listrik Analisis ketersediaan, kapasitas, dan kebutuhan jaringan drainase Analisis ketersediaan dan kebutuhan jaringan air bersih Analisis ketersediaan, kapasitas, dan kebutuhan jaringan persampahan Analisis ketersediaan dan kebutuhan jaringan air limbah
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
197
2018 BUKU I PENDAHULUAN
No
Nama
9
Parithustha Mahayati
10
Arista Kurniawan
Sektor
Analisis
Analisis ketersediaan dan kebutuhan jaringan telekomunikasi Transportasi Analisis kondisi dan kualitas jalan Analisis kapasitas jalan Analisis ketersediaan dan keterjangkauan moda transportasi Analisis kelas dan perkerasan jalan Tata Guna Analisis keberadaan dan fungsi ruang terbuka Lahan hijau Analisis penataan dan kepadatan bangunan Analisis intensitas penggunaan lahan Analisis kesesuaian penggunaan lahan Analisis ketersediaan lahan untuk penyediaan sarana prasarana
Sumber : Kelompok Studio Proses Perencanaan Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu, 2018
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
198
2018 BUKU I PENDAHULUAN
5.2.
No 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7. 8. 9. 10.
11. 12. 13. 14.
15.
Jadwal Pekerjaan Tabel 5.3 Jadwal Pekerjaan Sept 2018 Okt 2018 II III IV I II III IV
Kegiatan
Nov 2018 I II III IV
Des 2018 I II III
Melakukan sintesa teori terkait tema rawan bencana Proses delineasi kawasan makro dan mikro Mengidentifikasi isu strategis kawasan /wilayah Menyusun tujuan perencanaan berdasarkan isu kawasan/wilayah Menyusun metode analisis (kerangka dan teknik analisis) untuk mendapatkan fakta sektoral kawasan Menyusun instrumen survei berdasarkan kebutuhan data Menyusun target dan jadwal survei Menyusun Buku 1 Pendahuluan Presentasi Buku 1 Menjalankan survei berdasarkan desain survei Mengkompilasi data hasil survei Menyusun Buku 2 Kompilasi Data Presentasi hasil survei Menganalisis data yang telah dikompilasi berdasarkan metode analisis yang telah disusun Mensintesa karakteristik spesifik kawasan perencanaan
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
199
2018 BUKU I PENDAHULUAN
16.
17.
Menyusun Buku 3 Rencana Pengembangan Kawasan Presentasi akhir Buku 3 Sumber : Kelompok Studio Proses Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu, 2018
Kelompok 4 | Kawasan Rawan Bencana Banjir Sewu
200