ARCHITECTURAL WRITING PORTFOLIO 2017-2019

Page 1






1


TEORI DESAIN ARSITEKTUR

Elegansi Sebuah Rancangan dalam Satu Strategi Ratu Intan Mutia ri.mutia26@gmail.com (1)

Mahasiswa program sarjana arsitekur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan, Institut Teknologi Bandung

Abstrak

Kemewahan sebuah rancangan seorang arsitek bisa dilihat dari bagaimana mereka menerapkan strategi dan metode dalam merancang setiap karyanya. Satrio Suryo Herlambang adalah salah satu figur arsitek muda yang berhasil membawa kemewahan tersebut dalam setiap rancangannya, terutama dalam mengikuti sayembara. Dalam menghasilkan karyakaryanya, beliau selalu mengedepankan sebuah strategi, yaitu open ended strategy. Berbagai aspek ditelaah melalui hasil desain berupa karya yang sudah pernah dirancang dalam mengikuti berbagai sayembara, sehingga data dapat diolah secara representatif serta dapat disimpulkan menjadi suatu hal yang valid. Penelitian ini didukung teori Design Methods dari John Chris Jones yang mampu untuk mengkaji strategi desain pada seorang arsitek Satrio Suryo Herlambang sebagai objek penelitian yang mengedepankan open ended strategy. Kata-kunci : Design Methods, karya, Satrio Suryo Herlambang

Pendahuluan

Sebuah strategi sejatinya melekat pada seorang arstitek maupun sebuah biro arsitektur dalam merancang karya-karyanya. Dari mempelajari karya-karyanya diiringi oleh biografinya dapat dipelajari bagaimana strategi yang dimilikinya diterapkan. Dengan sendirinya, strategi itu akan terlihat secara eksplisit maupun implisit dalam setiap karya yang dihasilkan. Dalam artikel ini, arsitek yang dianalisis adalah Satrio Suryo Herlambang dengan desainnya yang selalu mengikuti perkembangan zaman dan tidak terpaku pada hanya satu karakter. Artikel ini mencoba melihat open ended strategy dari Satrio Suryo Herlambang dengan menelaah beberapa karya sayembara yang dianggap representatif. Dari informasi sayembara yang didapatkan, metode desain

dilacak menggunakan kerangka teoretis Design Methods dari Jones (1970). Diharapkan artikel ini mampu mengulik open ended strategy dari Satrio Suryo Herlambang.

Teori Design Methods

Teori pendukung dari artikel ini adalah Teori Design Methods. Menurut Jones (1970) ada tiga tahapan pada teori Design Methods: 1.

Divergence, merupakan sebuah starting point dimana semua informasi masuk dan pada tahap ini adalah untuk menguji kepekaan elemen pengimpor seperti sponsor, pengguna, pasar, produsen, dll.

2.

Transformation, merupakan proses dimana sudah harus ditetapkan batasan dari informasi dan data yang telah diperoleh (tidak lagi abstrak) Teori Desain Arsitektur | 1

2


Elegansi Sebuah Rancangan dalam Satu Strategi

3.

Convergence, dimana ide-ide yang masuk telah diolah sehingga diperoleh suatu keputusan desain. Keputusan desain yang telah diambil dinilai baik buruknya serta kecocokoannya untuk dikembangkan, dan bahkan dapat dijadikan parameter untuk penilaian keberhasilan suatu desain.

Ada dua bagian pada tahap divergence, yaitu Exploring Design Situation dimana adanya pengidentifikasian kondisi yang ada dan Searching for Ideas dimana ide-ide eksploratif untuk menjawab permasalahan tercipta melalui brainstorming, namun hal ini masih bersifat abstrak dan luas cakupannya. Setelah melalui kedua bagian dari tahap divergence, desain dibawa ke tahap transformation yang terfokus pada Exploring Problem Structure. Dalam tahap ini, terjadi sebuah analisis terhadap situasi apa saja yang relevan terhadap desain yang dirancang. Lalu, setelahnya dibawa ke tahap convergence yang terbagi atas dua bagian, yaitu Construction/Prefebricated Strategies, dan Evaluation. Construction/Prefebricated Strategies merupakan proses penemuan solusi dari permasalahan desain secara logis dan menemukan batas dari solusi tersebut. Sedangkan Evaluation merupakan proses pendeskripsian dari desain akhir yang telah dipilih. Dalam Design Methods, mengatakan bahwa;

Jones

-

Linear and Cyclic Strategies

Gambar 1. Diagram alir dari Linear and Cyclic

Strategies -

Branching Strategy

Gambar 1.1 Diagram alir dari Branching Strategies -

Adaptive and Incrimental Strategies

juga

“ Strategi desain adalah kemungkinan langkahlangkah yang diambil oleh sang desainer ataupun tim perencana untuk mentransformasikan brief awal hingga menjadi desain akhir. �

Menurut Jones, strategi yang dimaksud dibagi menjadi tujuh tipe sebagai berikut; Gambar

1.2

Diagram

Incrimental Strategies 2 | Teori Desain Arsitektur

3

alir

dari

Adaptive and


Ratu Intan Mutia -

Random and Control Strategies

apapun, tetapi yang utama adalah bagaimana rancangan tersebut tetap dalam jalur regulasi. Beliau sangat menekankan pada strategi yang biasa beliau sebut open ended dan menikmati proses dalam setiap merancang karyakaryanya. Adapun pendekatan pendukung dari strategi tersebut, bagaimana beliau merespons keadaan sekitar sebelum merancang bangunan, yaitu Time (Past,

Present, Future), Space (Dimension and Directon), and Existence (Object, Form, Acknowledgement). Gambar 1.3 Diagram alir dari Random and Control

Strategies

Profil Satrio Suryo Herlambang Satrio Suryo Herlambang merupakan seorang arsitek kelahiran Jakarta, 24 Mei 1974. Beliau merupakan lulusan arsitektur Universitas Trisakti pada tahun 1999. Setelah lulus, beliau mulai meniti karier perdananya di PT Kharisma Kreasitama sebagai Senior Interior Designer. Tahun demi tahun beliau jalani, namun perjalanan menjadi seorang arsitek tidak semudah itu. Beberapa kali beliau mencoba untuk mengubah haluan dalam kariernya. Namun, dalam perjalanannya yang bisa dikategorikan menarik, justru membawa Satrio Suryo Herlambang kepada dunia arsitektur dan menjadi seorang pelopor dalam bironya, yakni Gujo Architect hingga saat ini. Penulis mendapatkan kesempatan untuk mewawancarai Satrio Suryo Herlambang. Dalam wawancara, beliau mengatakan bahwa beliau tidak menerapkan sebuah style khusus dalam mendesain karena hal itu terkesan mengotakkan sebuah ide dalam merancang. Beliau cenderung memiliki pemikiran terbuka, menyesuaikan pada konteks, dan mengikuti perkembangan zaman. Beliau pun tidak mengacu pada mewahnya estetika bangunan, melainkan pada regulasi terkait. Menurut beliau, estetika bisa dicapai dengan cara

Gambar 2.

Satrio Suryo Herlambang (Sumber:

Dokumentasi Pribadi)

Deskripsi Karya Sayembara dari Satrio Suryo Herlambang 1. Medical Education & Research Center FKUI

Gambar 3. Poster sayembara konsep perancangan Medical Education & Research Center FKUI Teori Desain Arsitektur | 3

4


Elegansi Sebuah Rancangan dalam Satu Strategi

Sayembara ini dimenangkan oleh beliau pada posisi pertama. Bangunan Medical Education & Research Center FKUI ini berada di perkotaan yang tepatnya berdiri di belakang bangunan cagar budaya dengan nilai historis yang terbilang tinggi, sehingga harus ditanggapi dengan bijak. Hal ini ditanggapi dengan adanya konfigurasi bidang seimbang pada tower serta pengulangan karakter garis dan bidang pada fasade podium. Bangunan ini juga dirancang agar orientasi massa bangunan mengikuti dua aksis penting, yaitu FKUI dan RSCM. Desain dari bangunan ini juga dibuat untuk peka terhadap masalah lingkungan, yaitu dengan pemanfaatan ruang terbuka hijau semaksimal mungkin sebagai resapan air. Bagian aksis yang membelah bidang massa menciptakan sebuah konfigurasi celah angina dan dengan perhitungan arah angin maka sangat berpotensi jika celah angin yang mengumpulkan debit angin yang cukup besar dimanfaatkan sebagai sumber energy cadangan tenaga angin (turbin), sehingga Medical Education & Research Center FKUI ini bisa dikategorikan sebagai bangunan yang hemat energi yang setidaknya bisa mengurangi konsumsi listrik di kota.

2. Integrated Laboratory & Research Center FKUI

Gambar 4. Poster sayembara konsep perancangan Integrated Laboratory & Research Center

Bangunan merupakan pusat riset pengetahuan, berlokasi di UI dengan vegetasi yang melimpah. Konsep dari bangunan ini adalah keseimbangan. Hal-hal dalam keseimbangan yang ingin dicapai dalam rancangan ini meliputi: -

Gambar 3. Visualisasi turbin pada bagian aksis yang membelah massa

4 | Teori Desain Arsitektur

5

Pola orientasi blok plan bangunan terhadap orientasi dasar komplek UI Komplek ILRC UI terhadap alam sekitar (Pola Solid Void Bangunan) Filosofi bentuk bangunan sebagai wujud penegasan prinsip keseimbangan tanpa terlepas dari konteks makro kampus UI secara keseluruhan


Ratu Intan Mutia

Seperti halnya karya Satrio Suryo Herlambang yang lain, bangunan ini dirancang untuk berorientasi pada dua aksis, yaitu aksis sumbu ke gedung rektorat dan aksis imajiner. Dari hal ini, terlihat bahwa bangunan sangat merespons keadaan sekitar dan mempunyai suatu cerita.

4. Gedung Badan Wakaf UII

3. West Java Art & Cultural Center

Gambar 6. Visualisasi eksterior Gedung Badan Wakaf UII

Gambar 5. Visualisasi eksterior West Java Art & Cultural Center

Bangunan ini dirancang dengan merespons budaya yang sangat melekat pada masyarakat Jawa Barat, yaitu adanya transformasi dari bentuk nasi tumpeng dalam bentuk rupa bentuk bangunan. Dengan menciptakan ikon terebut, diharapkan agar masyarakat Jawa Barat agar ingat kembali pada akar ajaran dan cara hidupnya. Bangunan yang membawa konsep nasi tumpeng ini berhasil menempati posisi pertama pada sayembara yang diikuti.

Sayembara ini dimenangkan oleh Satrio Suryo Herlambang dan rekan-rekan pada posisi pertama dan sudah diwujudkan dalam pembangunan bertahap yang terletak di Jalan Cik Ditiro, Yogyakarta. Bangunan ini terkenal dengan sebutan “CULTURELIGION� dimana adanya konsep superimpose antara unsur islami yang terkenal dengan bentuk geomterisnya yang sangat khas dan budaya Jogja yang sangat kental dengan nuansa motif batik. Kemudian, penabrakan dari dua aspek tersebut diwujudkan dalam fasad bangunan yang didominasi oleh bentuk geometris islami, tetapi tidak lepas dari motif batik Jogja. Orientasi massa bangunan pada dua aksis diwujudkan dalam bentuk masjid yang berorientasi pada aksis kiblat dan juga ruang bersama yang berorientasi pada aksis gunung merapi sebagai tanda penghormatan pada keduanya. Struktur bangunan ini adalah baja WF dengan pertimbangan efisiensi waktu, ketersediaan ukuran, dan juga bisa menjadi elemen estetika.

Gambar 5.1 Konsep nasi tumpeng pada massa bangunan West Java Art & Cultural Center

Teori Desain Arsitektur | 5

6


Elegansi Sebuah Rancangan dalam Satu Strategi

Gambar 6.1 Penggambaran aksis kiblat dan gunung merapi sebagai orientasi bangunan

Analisis Teori Design Methods terhadap karya sayembara Satrio Suryo Herlambang

Setelah menelaah empat contoh karya sayembara Satrio Suryo Herlambang, dapat dipelajari bagaimana beliau melakukan proses mendesain dengan sebuah strategi hingga mendapatkan hasil akhir dari desain tersebut. Dalam prosesnya, Satrio Suryo Herlambang menggunakan strategi yang disebut sebagai open ended yang bisa digambarkan dalam diagram sebagai berikut;

Gambar 7. Diagram alir dari open ended strategy 6 | Teori Desain Arsitektur

7

Pada tahap divergence, dapat dilihat dari keempat contoh karya sayembara beliau, mulanya semua informasi diserap dan dipahami dengan baik. Informasi itu dapat berupa kondisi tapak, kondisi eksisting, maupun kondisi budaya sekitar yang harus ditanggapi secara bijak (Exploring Design Situation). Selain adanya penyerapan informasi, dilakukan juga brainstorming ideide yang masih bersifat abstrak (dengan pendekatan Time, Space, and Existence) tentang apa sekiranya solusi yang tepat dalam menanggapi kondisi yang sudah ada tersebut, namun masih tidak mempunyai batasan (Searching For Ideas). Apabila dilihat dari keempat contoh karya sayembara beliau, dapat dilihat bagaimana mendirikan sebuah bangunan, namun menanggapi kondisi eksisting yang berupa bangunan cagar budaya (contoh kasus: Medical Education & Research Center FKUI) atau adanya Pola Solid Void Bangunan untuk menanggapi kondisi vegetasi yang melimpah pada site yang ditentukan (contoh kasus: Integrated Laboratory & Research Center FKUI). Apabila dikaitkan dengan open ended strategy Satrio Suryo Herlambang, tahap divergence ini terwujud dalam tahap data. Dalam open ended strategy, tahap data itupun dilanjutkan ke tahap analisis dan sintesis dimana informasi-informasi yang belum pasti dan masih luas cakupannya mulai dikerucutkan dan dibatasi sejauh apa informasi tersebut harus diserap, sehingga nantinya bisa menjadi pendukung dari desain yang akan dirancang. Kaitannya dengan Teori Design Methods adalah dimana tahap analisis dan sintesis ini termasuk ke dalam tahap transformation. Perwujudannya dalam karya sayembara Satrio Suryo Herlambang adalah bagaimana beliau mulai mengerucutkan solusi berupa mendesai bangunan dengan metafora nasi tumpeng yang sangat simbolik sebagai jawaban dari pelestarian budaya masyarakat


Ratu Intan Mutia

Jawa Barat (contoh kasus: West Java Art & Cultural Center). Selanjutnya, masuk pada tahap problem solving yang mana bisa dikaitkan dengan tahap convergence dalam teori Design Methods. Seperti halnya pemecahan masalah dalam membuat fasade bangunan yang menanggapi budaya Jogja sekaligus unsur islami. Bukan hanya fasade, namun terwujud dalam orientasi bangunan yang mengarah kepada dua aksis, yaitu kiblat (untuk masjid) dan gunung merapi (untuk ruang bersama). Selain kedua hal itu, proses dalam mendesain ini semakin dipertajam dengan penentuan struktur dari bangunan tersebut, yaitu pengunaan struktur baja WF dengan beberapa pertimbangan yang salah satunya adalah terkait dengan masalah waktu pembangunan. (contoh kasus: Gedung Badan Wakaf UII) Setelah melewati tahap-tahap di atas, lalu sampailah pada tahap Evaluation yang masih menjadi bagian dari convergence, yaitu tahap dimana adanya pendeskripsian dari desain akhir yang terpilih. Dapat dilihat dari diagram bahwa tahap Evaluation ini kuat hubungannya dengan tahap Desain dari open ended strategy Satrio Suryo Herlambang. Dalam open ended strategy ini juga dapat dilihat bahwa adanya kemungkinan terjadinya “proceed or return” dalam setiap tahap. Namun, dengan adanya “proceed or return” bukan berarti terus berkutat hingga keluar dari waktu yang sudah ditentukan (mengingat sebuah sayembara pasti ada batas waktunya). Dalam hal ini, Satrio Suryo Herlambang mengiringi open ended strategynya dengan pembagian waktu dalam setiap tahap agar hasil akhir tetap keluar tepat waktu.

Kesimpulan Dengan adanya alat bantu berupa teori analisis, dapat dilihat pola strategi seperti apa yang diterapkan seorang arsitek sebagai kunci dari elegansi karya rancangannya. Secara umum, open ended strategy dari Satrio Suryo Herlambang sangat erat kaitannya dengan desain proses dari teori Design Methods, yaitu Divergence, Transformation, dan Convergence. Terlihat dari bagaimana Satrio Suryo Herlambang menangkap informasi yang ada lalu dikembangkannya menjadi ide-ide dalam menanggapi informasi tersebut dengan menggunakan pendekatan Time, Space, and Existence. Dari pemikiran beliau yang terbuka dan selalu memaknai proses mendesain yang dilalui membuat ide-ide itu tercipta sangat eksploratif dan sangat peka terhadap masalah yang ada. Beliau pun sangat cerdas salam memaknai dan menghargai penciptaan sebuah ruang, sehingga menghasilkan desain-desain yang sangat komperhensif dalam menjawab permasalahan yang ada dan mempunyai filosofi yang unik. ditelaah lebih lanjut, open ended dari Satrio Suryo Herlambang merupakan tipe strategi siklik karena adanya Pada mulanya, beliau memulai dari tahap Data lalu di teruskannya ke tahap analisis, sintesis, problem solving, dan desain. Namun, apabila salah satu dari tahap tersebut dirasa kurang sesuai akan terjadi sebuah return, yaitu kembalinya ke tahap yang sebeleumnya kemungkinan untuk terjadi “proceed or return”.. Apabila sesuai dan harus dilanjutkan, maka terjadilah sebuah proceed. Setelah

strategy

Dalam hal ini, beliau berhasil membuktikan bahwa strategi merupakan kunci dari elegansi karya racangannya. Strategi dan proses itu sendiri pula yang membuat karya-karyanya penuh makna dan memiliki alur cerita tersendiri

yang dimana dalam penciptaan sebuah ruang adalah hal yang penting karena sejatinya akan mengisi dan memaknai ruang tersebut.

Teori Desain Arsitektur | 7

8


Elegansi Sebuah Rancangan dalam Satu Strategi

Daftar Pustaka

Christopher, J. (1970). Design in Methods. Van Nostrand Reinhold, New York Wawancara Pribadi dengan Satrio Suryo Herlambang 12 Maret 2018 di Stasiun Kereta Api Bandung, Kota Bandung.

9

8 | Teori Desain Arsitektur


10


11


Tugas AR3211 Pengantar Penelitian Arsitektur

FotoŠKetsiree-Wongwan

Ratchut School; Arsitektur yang Ramah untuk Anak-anak Ratu Intan Mutia | 15216054 Ratchut School merupakan bangunan dengan tipologi pendidikan yang dirancang oleh Design in Motion. Sekolah ini berlokasi di Chang Wat Khon Kaen, Thailand. Proyek pembangunan sekolah ini dilaksanakan pada tahun 2016 di area seluas 1100 m2. Design in Motion sangat berperan dalam perancangan bangunan hingga lanskap area bangunan tersebut. Desain dari bangunan bertipologi sekolah ini memiliki pertimbangan pada beberapa aspek, terutama dalam memberikan emosi yang sesuai dengan penggunanya, yaitu siswa dengan kisaran umur lima sampai delapan tahun. Maka dari itu, arsitek sangat berhati-hati dalam merancang peletakkan massa bangunan, fungsi ruang, juga lanskap dari Ratchut School. Peletakkan Massa Bangunan Ratchut School terdiri dari tiga massa bangunan, yaitu sekolah dasar, sekolah menengah, dan kantor. Ketiga massa bangunan diletakkan pada posisi yang sedemikian rupa dapat mendukung pemahaman siswa akan ruang dalam dan hubungannya dengan ruang luar. 1

12


Ratchut School

Hubungan antar massa dikoneksikan dengan koridor beratap agar pengguna tetap bisa belajar di area luar ketika hujan turun. Bangunan-bangunan ini didominasi oleh warna abu-abu dan coklat yang didukung oleh warna kuning pada koridor penghubung bangunan. Material yang digunakan adalah beton dan kayu yang bertekstur halus.

Gambar 1 . Koridor penghubung massa bangunan. FotoŠKetsiree-Wongwan

Ketiga massa bangunan dibuat sangat sederhana ditujukan agar para siswa dapat memahami bangunan yang menjadi tempat pembelajarannya. Koridor penghubung antar bangunan dirancang sedinamis mungkin agar siswa dapat mengeksplor ruang luar dengan bebas, namun tetap dalam lindungan atap. Koridor yang dirancang dinamis tersebut juga menambah estetika pada lanskap area sekolah. Impresi dari warna bangunan yang didominasi oleh warna abu-abu dan coklat bertujuan untuk memberikan kesan yang sederhana, namun tetap membawakan sesuatu yang hangat bagi para siswa maupun pengunjung lainnya. Pemilihan tekstur material yang halus sangat mendukung impresi yang dibangun oleh kedua warna dominan tersebut. Selain sebagai pendukung impresi, tekstur yang halus juga disesuaikan dengan mayoritas pengguna dari bangunan, yaitu anak-anak dengan tujuan untuk mencegah berbagai kemungkinan kecelakaan.

Gambar 2 . Perspektif Bangunan. FotoŠKetsiree-Wongwan

2

13


Ratu Intan Mutia

Fungsi Ruang Massa bangunan yang dirancang terinspirasi dari Montessori Ideal Learning Environment dimana tempat belajar sebaiknya lebih mengingatkan siswa pada rumah ketimbang merancang tempat belajar seperti ruang kelas tipikal pada umumnya. Mengacu pada hal tersebut, Design in Motion sengaja merancang ruang kelas seperti rumah agar para siswa tidak merasa berat untuk pergi ke sekolah.

Gambar 3 (kiri) dan 4 (kanan). Ground plan Bangunan 1 dan Bangunan 2. FotoŠKetsireeWongwan

Pada denah bangunan pertama, terlihat adanya ruang belajar yang lebih besar dan terbagi lagi menjadi ruangan-ruangan dengan ukuran yang lebih kecil. Tiap ukuran ruangnya mempunyai maksud untuk tempat pembelajaran materi yang berbeda-beda. Pada ruangan yang lebih besar, siswa dapat bermain dan belajar dengan lebih leluasa tanpa adanya sekat pemisah yang dapat membuat ruangan terasa lebih sempit dan tidak bebas. Sedangkan, ruangan-ruangan yang lebih kecil dirancang untuk pembelajaran yang lebih khusus. Walaupun adanya perbedaan dari peruntukkan ruangan, rancangan dari ruangan ini tetap ditujukan agar siswa dapat mengasah kemampuan dan pengetahuan dengan cara bermain di ruangan yang terasa seperti rumah. Pada denah bangunan kedua yang juga merupakan ruang kelas, peletakkan fungsi ruangnya menyerupai bangunan pertama. Ruangan-ruangan yang dirancang mempunyai dua peruntukkan, namun kesan yang ingin disampaikan oleh Design in Motion kepada siswa maupun guru yang sedang melakukan kegiatan belajar mengajar tidak berubah. Bangunan kedua lebih difokuskan untuk menjadi ranah belajar para siswa sekolah menengah karena ukuran interior yang lebih cocok untuk anak-anak dengan umur yang lebih tua. Kedua bangunan mempunyai akses ke luar bangunan yang mudah agar siswa tidak selalu belajar di suatu ruangan tertutup, namun tetap berhubungan dengan ruang luar yang didukung oleh elemen-elemen natural penunjang pembelajaran siswa.

3

14


Ratchut School

Gambar 5 (kiri) dan 6 (kanan). Suasana dalam dan luar kelas. FotoŠKetsiree-Wongwan

Lanskap Ratchut School sangat kental dengan desain lanskap yang memikirkan dampaknya pada siswa yang belajar di sekolah tersebut. Pada perancangan lanskap, ketiga bangunan ini didukung oleh elemen-elemen natural yang dipilih berdasarkan tingkat pembelajaran siswa, yaitu caves, sands, mounds, dan trees. Perwujudan dari caves dapat terlihat pada pintu masuk utama sekolah. Sedangkan sands, mounds, dan trees dapat terlihat pada area terbuka.

Gambar 7 . Elemen Natural. FotoŠKetsireeWongwan

1. Caves Elemen caves dibuat dari bilah-bilah kayu yang mempunyai dua fungsi. Apabila dilihat dari pintu masuk, bilah-bilah kayu ini membuat impresi seperti masuk ke dalam gua. Namun, apabila dilihat dari dalam area, bilah-bilah kayu ini dapat mengurangi distraksi siswa akan area luar dalam kegiatan belajar dan mengurangi masuknya sinar matahari yang berlebihan. Selain itu, bilah-bilah kayu yang disusun menyerupai gua ini juga mendukung estetika dari sisi pintu masuk utama bangunan.

2. Sands Elemen sands banyak berada di sekitar bangunan ruang kelas untuk sekolah dasar. Elemen ini cocok diletakkan sekitar sekolah dasar karena elemen sands dapat meningkatkan daya raba siswa.

4

15


Ratu Intan Mutia

3. Mounds Elemen mounds sangat mendominasi desain lanskap pada area sekolah yang berupa padang rumput luas. Elemen ini merupakan tempat untuk siswa bermain dan belajar di area luar. Selain itu, elemen ini juga dibuat untuk menghubungkan semua bangunan agar tercipta keselarasan.

4. Trees Elemen trees berfungsi untuk memperhalus integrasi antara bangunan dan elemenelemen natural yang ada. Elemen ini juga disusun sedemikian rupamagar bayanganbayangan yang akan tercipta pada area luar bangunan mempunyai tingkat estetika yang tinggi.

5

16


Bab 14

Galeri dan Ho Lorong

17


omestay

Galeri dan Homestay Lorong merupakan sebuah galeri yang ditujukan untuk menjadi ruang pameran karya seni dan homestay yang ditujukan untuk pengunjung yang ingin tinggal untuk mencari inspirasi seni dan kolaborasi dalam jangka waktu panjang. Galeri ini berlokasi di kawasan kampung seni Nitiprayan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Kawasan ini terkenal dengan banyaknya aktivitas seni yang berlangsung dan juga sebuah tempat dimana komunitas-komunitas seni tumbuh di tengah-tengah masyarakat.

18


Galeri dan Homestay Lorong merupakan karya arsitek Yoshi Fajar Kresno Murti yang beliau dirikan bersama Alloysius Suko Widigdo dan Maria Ambar Sulistyowati. Yoshi Fajar Kresno Murti merupakan lulusan Jurusan Arsitektur Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Pada tahun 2000 hingga 2008, beliau aktif bergabung bersama Yayasan Pondok Rakyat. Setelah itu, beliau mulai bekerja sebagai Koordinator Riset dan Pengembangan Program di Indonesian Visual Art Archive (IVAA) pada tahun 2008 yang didirikan bersama Farah Wardhani. Yoshi Fajar Kresno Murti merupakan seorang arsitek yang mempunyai kepekaan tinggi pada struktur dan material. Beliau pun sangat menekuni bidang sosial dan pertukangan, sehingga beliau sering menyebut dirinya sebagai kepala tukang, bukan seorang arsitek. Galeri lorong merupakan salah satu karya beliau yang didirikan pada tahun 2013. Bangunan ini merupakan bangunan galeri lorong kedua setelah sebelumnya yang pernah didirikan di Sorowajan, yang sekarang menjadi stockroom. Terletak di Kampung Seni Nitiprayan, Galeri Lorong memiliki konteks seni yang kuat, selain menjadi ruang pamer bangunan ini juga menjadi homestay bagi yang ingin tinggal dalam waktu yang relatif panjang. Pada Galeri dan Homestay Lorong tersedia dapur bersama yang berfungsi sebagai ruang interaksi. Sementara itu, ruang pamer difungsikan

19


sebagai tempat berbagai kegiatan seniman kreatif lintas generasi dan disiplin, penghubung keberagaman kegiatan dan karya seni. Tujuan utama Galeri Lorong adalah menjadi medium seni, ruang dialog segar bagi seni dan pengaruhnya pada kemajuan masyarakat, pengasahan kemampuan teknis, serta mengembalikan seni pada sifat kerajinan dan keterampilannya yang sangat terlihat dalam rancangan Yoshi Fajar dengan ciri khasnya dalam detil rancangan kayu, bambu, dan material lain secara menarik. Hal tersebut sesuai dengan salah satu filosofi desain dari Yoshi Fajar, yaitu

anarki dalam berarsitektur. Anarki berarti kebebasan dari sistem, tidak sekedar mengikuti konvensi yang sudah ada, namun senantiasa mengulik karakter material dan struktur. Selain anarki, filosofi Yoshi Fajar yang banyak dikenal adalah Arsitektur Ugahari. Ugahari berarti kesederhanaan. Secara lebih jauh, Ugahari merupakan cara pandang dalam berarsitektur yang mengutamakan kecukupan dan kenyamanan bagi penghuninya secara lokal, kontekstual, dan spesifik. Artinya, desain tidak menjadi tujuan akhir, namun hanya menjadi alat untuk mencapai tujuan filosofi

20


21


22



Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.