4 minute read

LEMBAR PENGESAHAN

Long case dengan judul:

“OFTALMIA SIMPATIKA”

Advertisement

Disusun oleh: Nama Nim

Telah diterima dan disetujui oleh pembimbing, sebagai syarat untuk menyelesaikan tugas kepanitraan klinik Ilmu Penyakit Mata di RSUD Budhi Asih

Periode Februari - Maret 2023 dr.

Jakarta, Maret 2023

Pembimbing,

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan long case yang berjudul “OFTALMIA SIMPATIKA” dengan tepat waktu.

Long case ini disusun dalam rangka memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti di Rumah Sakit Umum Daerah Budhi Asih

Melalui kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Ayu S. Bulo

Oetoyo, Sp.M, M.Sc. selaku pembimbing, seluruh dokter dan staf bagian Ilmu Penyakit Mata di RSUD Budhi Asih, serta rekan-rekan anggota Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata

RSUD Budhi Asih yang telah memberi dukungan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna dan tidak luput dari kesalahan. Oleh karena itu, penulis berharap adanya masukan, kritik, maupun saran yang bersifat membangun. Semoga referat ini dapat bermanfaat bagi profesi, pendidikan, dan masyarakat. Akhir kata, penulis mohon maaf atas segala kekurangan yang ada.

Jakarta, Maret 2023

Penulis

Pendahuluan

Oftalmia simpatika adalah panuveitis granulomatosa bilateral yang jarang terjadi setelah trauma tembus atau pembedahan pada satu mata. Penetrasi atau cedera bedah pada mata yang terkena dapat menyebabkan respons peradangan, tidak hanya pada mata yang mengalami trauma tetapi juga pada mata yang lain. Oftalmia simpatika telah dikaitkan dengan cedera bola mata terbuka, operasi katarak, operasi vitreoretinal, operasi glaukoma, prosedur siklodestruktif, reseksi melanoma iridociliary, dan bahkan operasi mata juling. Penyakit ini dapat berkembang paling cepat 5 hari atau paling lambat 66 tahun setelah cedera.[1]

Oftalmia Simpatika dapat bermanifestasi uveitis granulomatosa akut atau kronis dengan lesi koroid putih kekuningan atau nodul Dalen-Fuchs. Awalnya, pasien merespon dengan cepat terhadap terapi kortikosteroid, tetapi sebagian besar memerlukan penggunaan jangka panjang dari agen hemat kortikosteroid untuk mencegah kekambuhan. Insiden dan prevalensi Oftalmia Simpatika sulit ditentukan karena jarang terjadi. Kejadian Oftalmia

Simpatika menjadi 0,1% setelah operasi intraokular dan 0,2% -0,5% setelah cedera penetrasi pada bola mata.[1,2]

Laporan longcase ni akan membahas mengenai kumpulan case report Oftalmia

Simpatika yang walaupun penyakit ini jarang terjadi, namun pengetahuan untuk penegakan diagnosis dan pemilihan terapi yang tepat diperlukan untuk mencegah progresifitas penyakit yang tidak diinginkan.

Bab I

Case Report 1

Judul journal article: “Sympathetic ophthalmia presenting 5 days after penetrating injury”

1.1 IDENTITAS

• Nama pasien : Tidak disebutkan

• Usia : 13 tahun

• Jenis kelamin : Laki-Laki

1.2 ANAMNESIS

Keluhan utama Mata kiri terkena pistol BB hingga menembus ke dalam

Keluhan tambahan

- sekarang Pasien datang ke UGD RS Anak setelah mengalami cedera pistol BB yang menembus ke mata kirinya

Riwayat penyakit dahulu Tidak ada riwayat penyakit mata/sistemik lain

Riwayat penyakit

Riwayat penyakit keluarga

Riwayat pengobatan

Riwayat kebiasaan

-

-

-

1.3 PEMERIKSAAN FISIK

• Status Generalis

- Keadaan Umum

- Kesan Sakit : Berat

- Kesadaran : CM

• Tanda Vital

Tekanan Darah : Dalam batas normal

Nadi : Dalam batas normal

Pernapasan : Dalam batas normal

Suhu : Dalam batas normal

• Status oftalmologis

Oculi Dextra (OD)

20/20 ft

Oculi Sinistra (OS)

Visus No Light Perception

Tidak ada informasi TIO Tidak ada informasi

Tidak ada informasi

Kedudukan bola mata

Pergerakan bola mata

Tidak ada informasi

Tidak ada informasi

Tidak ada informasi

Tidak ada informasi Tes konfrontasi Tidak ada informasi

Tenang Palpebra Superior Tenang

Tenang Palpebra inferior Tenang

Tenang Konjungitva tarsalis superior Tenang

Tenang Konjungtiva bulbi Tenang

Tenang Konjungtiva tarsalis inferior Tenang

Tenang Kornea Laserasi kornea full-thickness

Tenang COA Tenang

Tenang Iris Tenang

Tenang Pupil Tenang

Tenang Lensa Tenang

Tenang Vitreous humour Tenang

Normal Funduskopi Tidak dilakukan

1.4 RESUME

Seorang anak laki-laki 13 tahun dibawa ke IGD karena mata kirinya terkena pistol BB sampai menembus ke dalam, riwayat penyakit mata/sistemik disangkal. Pemeriksaan oftalmologis didapatkan VOD 20/20 VOS NLP, tampak laserasi full thickness pada kornea OS, fundus OD nomal. Pemeriksaan CT ditemukan benda asing (BB) di rongga orbita OS.

1.5 DIAGNOSIS

- Corpus alienum intraorbita OS e.c trauma tembus

1.6 PENATALAKSANAAN

- Dilakukan operasi cito untuk ekstraksi benda asing OS, operasi berjalan tanpa komplikasi

- Mata kanan normal

- Pasien dirawat dengan antibiotik selama beberapa hari karena edema kelopak mata kiri dan kemosis, membaik dengan konservatif

- Pemeriksaan didapatkan tidak ada aktivasi pasca-retina yang konsisten di mata kiri

- Diskusi dengan dengan keluarga pasien mengenai prognosis visual yang buruk dari trauma mata, kemudian direncanakan enukleasi karena risiko oftalmia simpatika

1.7 FOLLOW UP

- Pada hari ke-5 di RS, pasien dilakukan pemeriksaan dilatasi berulang pada mata kanan sebelum pulang

- VOD tetap 20/20 dan pasien tidak memiliki keluhan pada mata kanan

- Hasil pemeriksaan mata kanan menunjukkan adanya kabut vitreous ringan & kondensasi putih di mid-vitreous yang menutupi makula nasal inferior

- Tidak ada peradangan segmen anterior, tidak ada detasemen serous/snowbanking

- OCT OD didapatkan adanya bahan hipereflektif halus di vitreous yang konsisten dengan uveitis posterior, area fokal hipotransmisi karena opasitas vitreous dan kemungkinan penebalan koroid ringan

- Diagnosis menjadi OD koroiditis susp oftalmia simpatika

- Oleh karena itu pasien tidak dianjurkan pulang dan diberikan terapi metilprednisolon

IV 1g/hari selama 3 hari serta prednisolon asetat topikal 1%

- Investigasi laboratorium dilakukan untuk menyingkirkan penyebab sekunder uveitis intermediet atau posterior, dengan diagnosis banding yang mencakup sarkoidosis remaja, sindrom Blau, kelainan komplemen, sifilis, penyakit Lyme, infeksi Bartonella , tuberkulosis, dan uveitis akibat antibiotik. Semua hasil normal, termasuk enzim ACE, faktor reumatoid, C3, C4, protein C-reaktif (CRP), laju sedimentasi eritrosit (ESR), hitung darah lengkap, VDRL, Lyme, Bartonella henselae dan B. quintana, dan quantiferon.

- Fluorescein angiography dilakukan dengan pewarnaan vaskular inferior didapatkan kebocoran ringan, kebocoran diskus ringan, dan efek penyumbatan pada kutub posterior.

- Oftalmia simpatik yang dicurigai, kemudian dilakukan enukleasi mata kiri yang trauma segera dilakukan tanpa komplikasi pada hari ke-6 di rumah sakit.

- Pasien dikonsultasikan ke rheumatologi anak untuk membantu pengelolaan terapi modulasi imun dan steroid jangka panjang

- Setelah 3 hari steroid intravena, pasien dialihkan ke 60 mg prednison setiap hari dan dimulai dengan 15 mg metotreksat setiap minggu. Pasien dipulangkan pada hari ke-10.

- Selama tindak lanjut rawat jalan, vitritis telah sembuh 6 minggu setelahnya

- Prednison oral diturunkan secara bertahap dan pasien dipertahankan dengan metotreksat untuk terapi steroid jangka panjang.

- Pasien tidak pernah melaporkan gejala di mata kanan dan mempertahankan ketajaman visual 20/20 selama periode follow up, yang diperpanjang hingga 74 hari.

- Histopatologi pada mata enukleasi menunjukkan perdarahan koroid dengan koroiditis limfositik dan infiltrasi makrofag Tidak ada granuloma yang teridentifikasi.

This article is from: