Identifikasi Pengaruh Teledensitas Terhadap Pergerakan Masyarakat di BMA

Page 1

I deNTI FI KASI P ENGARUHTEL EDENSI T AS TERHADAPP ERGERAKAN MASYARAKAT D I

BM A

S TUDI OPROS ESPERENCANAANA2 01 2


PL 2290 STUDIO PROSES

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA SEKOLAH ARSITEKTUR, PERENCANAAN, DAN PENGEMBANGAN KEBIJAKAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2014














sumber : imore.com

BAB I

PENDAHULUAN


Latar Belakang untutan kebutuhan manusia yang dinamis dalam berbagai bidang membuat kegiatan masyarakat perkotaan terus mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Fenomena kegiatan masyarakat yang meningkat ini pada akhirnya menyebabkan meningkat pulanya kebutuhan masyarakat akan ruang perkotaan. Akan tetapi, di sisi lain, ketersediaan ruang di dalam kota sendiri bersifat terbatas. Jurang selisih antara supply dan demand ruang perkotaan ini pada akhirnya mengakibatkan terjadinya pemekaran kota yang ditandai oleh perpindahan penduduk dari pusat kota ke daerah pinggiran (sub-urban), atau biasa disebut dengan Urban sprawl. Pemekaran daerah ini membuat selanjutnya membuat adanya Wilayah Metropolitan dimana didalamnya meliputi suatu kota besar beserta kota-kota satelit di sekitarnya. Fenomena perpindahan penduduk dari pusat kota ke daerah pinggiran ini turut diikuti oleh bergesernya wilayah yang menjadi fokus pembangunan permukiman-permukiman baru. Hal ini terjadi dikarenakan harga lahan di kawasan pinggiran yang relatif lebih murah jika dibandingkan dengan lahan di pusat kota. Akibatnya muncul pusat-pusat petumbuhan baru di sekitar pusat pertumbuhan utama di pusat kota. Namun, pertumbuhan wilayah di pinggiran ini pada umumnya tidak diikuti oleh pertumbuhan fasilitas yang memadai secara proporsional. Hal ini menyebabkan jarak pergerakan yang harus dilakukan oleh penduduk di pinggiran kota justru menjadi semakin panjang guna memenuhi kebutuhannya. Pergerakan yang dilakukan masyarakat ini banyak dipegaruhi oleh berbagai faktor, salah satu faktor utamanya adalah penggunaan teknologi informasi yang diukur melalui teledensitas. Teledensitas adalah kepadatan penggunaan teknologi informasi oleh masyarakat dalam suatu wilayah (Core ICT Indicators�, ITU; 2005) atau bisa diinterpretasikan bahwa teledensitas bisa menandakan tinggi rendahnya penggunaan teknologi informasi di suatu masyarakat. Kemudahan akses informasi ini membuat masyarakat cenderung menggunakan teknologi sebagai salah satu media untuk membantu sirkulasi pergerakan.

1

Peristiwa urban sprawl ini sendiri kini telah terjadi di kota-kota besar di Indonesia, termasuk di Kota Bandung. Akibat dari intensitas aktivitas masyarakatnya yang tinggi, Kota Bandung kini telah menjadi salah satu Kota Metropolitan di Indonesia dengan wilayah kota satelit yang meliputi kawasan Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Cimahi dan Kabupaten Sumedang. Jika ditinjau dari polanya secara spasial, pemekaran permukiman penduduk yang terjadi di Bandung Metropolitan Area (BMA) terlihat mengikuti perkembangan jaringan jalan dan ketersediaan lahan. Selanjutnya, perkembangan jaringan jalan ini menyebabkan terhubungnya kawasankawasan di wilayah Bandung Metropolitan Area. Pembentukan pola di sekitar Bandung Metropolitan Area akibat urban sprawl menjadi beragam, mulai dari tingginya kepadatan perumahan di daerah margahayu, terspesialisasinya wilayah jatinangor sebagai kawasan strategis pendidikan, hingga terjadinya alih fungsi guna lahan di kota cimahi dari kawasan industri menjadi padat permukiman. Koridor jalan yang menghubungkan kawasan-kawasan ini dengan pusat kota terindikasi mampu mewakili keadaan pergerakan masyarakat di sekitar kawasan pinggiran kota bandung. Secara teoritis, adanya kemudahan jaringan jalan antara wilayah pusat dan pinggiran kota, ditambah dengan adanya kemudahan akses informasi, seharusnya dapat membuat pergerakan masyarakat yang efektif. Hal ini dikarenakan adanya perkembangan teknologi tersebut menimbulkan adanya telecomutting, delivery service dan hal lainnya yang secara ideal dapat mempermudah pergerakan masyarakatnya. Oleh karena itu, kami menilai bahwa perlu dilakukan studi mengenai identifikasi pengaruh penggunaan teknologi (teledensitas) terhadap pergerakan masyarakat di wilayah Bandung Metropolitan Area, dengan studi kasus di daerah Margahayu, Jatinangor, dan Cimahi

sumber : dokumentasi pribadi

T


Tema Besar (ICT dan BMA) ICT Permasalahan ICT

Rumusan Masalah 1. Bagaimana teledensitas di kawasan Bandung Metropolitan Area (BMA) ? 2. Bagaimana pola pergerakan masyarakat Bandung Metropolitan Area (BMA) ?

Tujuan & Sasaran Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi pengaruh teledensity terhadap aktivitas pergerak masyarakat di Bandung Metropolitan Area (BMA). Adapun sasaran pencapaian materi penelitian ini meliputi: 1. mengetahui teledensitas di kawasan BMA 2. mengetahui pola pergerakan masyarakat BMA

2

Digital Divide

Alur Berpikir Alur berpikir merupakan gambaran secara sistematis yang mencakup latar belakang, subtopik, tujuan, dan aspek pembahasan untuk menjawab tujuan yang dapat membantu penulis dalam melakukan penelitian. Dalam suatu penelitian diperlukan panduan yang dapat membantu peneliti dalam menentukan cara pencapaian tujuan penelitian yang diinginkan sehingga bisa memudahkan peneliti dalam melakukan analisis lebih lanjut terkait penelitian tersebut. Oleh karena itu dibutuhkan alur berpikir yang dapat menggambarkan keseluruhan penelitian dari latar belakang, hingga pembahasan dalam menjawab tujuan serta kesimpulan dan rekomendasi yang dapat diberikan berkaitan dengan penelitian ini.

Teledensitas

BMA Kegunaan ICT

Kepadatan

Tata Guna Lahan

Alih Fungsi Lahan

Mempermudah aktivitas sehari-hari

IdentiďŹ kasi Ruang (Overlay data spasial dan non spasial)

Mengurangi Pergerakan

Peta dasar, Jaringan jalan, Kepadatan penduduk, Tata guna lahan, Fiber optic

!

Analisis Kondisi Eksisting

Telecommuting

Pengaruh Teledensitas Terhadap Pergerakan

Analisis Kepadatan

Analisis Tata Guna Lahan

Analisis Alih Fungsi Lahan

Margahayu

Jatinangor

Cimahi

Lokasi Studi ISU IdentiďŹ kasi Pengaruh Teledensitas terhadap Pergerakan Masyarakat BMA (studi kasus: Margahayu, Jatinangor, dan Cimahi)

3


ASPEK DAN METODE Isu Tujuan Sasaran 1 Teledensitas

Sasaran 2 Pergerakan

Keywords Pengembangan

Aspek Fisik

Aspek Transportasi

Teknologi

Bandung

Metropolitan

Aspek Teknologi

Aspek Karakteristik Masyarakat

Aspek Karakteristik Wilayah

Teknologi: Teknologi informasi dan komunikasi, yang meliputi pemanfaatan teknologi telekomunikasi

Teknologi: Teknologi telekomunikasi satu dan/atau dua arah baik yang ďŹ xed maupun mobile

Pengembangan: Aspek ďŹ sik dasar, sosial budaya (termasuk demograďŹ s), dan ekonomi

Bandung: Metropolitan: Kota dengan lebih dari Ibukota Provinsi lima ratus ribu penduduk, Jawa Barat yang memiliki yang meliputi kota inti dan fungsi khusus pada kawasan pinggirannya tataran nasional

Metropolitan: Bandung: Kota Bandung sebagai Pengembangan: Dalam konteks BMA inti, dan kota-kota lainnya Jumlah, pergeseran, memiliki fungsi perkotaan sebagai kawasan pertumbuhan, kepadatan dan non perkotaan/ pinggirannya, pergerakan dengan tanpa TIK perdesaan dipengaruhi oleh karakteristik masyarakat

Metode Data Primer Kuesioner, FGD, Observasi, Wawancara

Aspek Teknologi

Aspek Fisik Aspek Transportasi

Aspek Karakteristik Masyarakat

Aspek Karakteristik Wilayah

Data Sekunder

Analisis & Interpretasi

4

Kesimpulan

HUBUNGAN

Rekomendasi

KEYWORDS & ASPEK 5


RUANG LINGKUP WILAYAH

ruang lingkup penelitian

Ruang lingkup penelitian ini meliputi seluruh wilayah Bandung Metropolitan Area, yang terdiri dari Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, serta Kabupaten Sumedang. Adapun beberapa pendalaman studi akan dilakukan pada beberapa kawasan, khususnya kawasan pinggiran Kota Bandung yang berada di wilayah Kabupaten Bandung (Margahayu), Kota Cimahi, serta Kabupaten Sumedang (Jatinangor).

Ruang lingkup dari penelitian ini terdiri atas ruang lingkup materi, ruang lingkup wilayah, dan ruang lingkup waktu.

RUANG LINGKUP MATERI

RUANG LINGKUP WAKTU

Adapun ruang lingkup materi yang akan diteliti adalah meliputi pengaruh teledensity terhadap efektivitas pergerakan masyarakat, yang ditinjau dari beberapa aspek diantaranya adalah, sik, karakteristik wilayah, karakteristik masyarakat, transportasi dan yang terakhir adalah teknologi. Kelima aspek ini nantinya dikaitkan satu sama lain sehingga bisa memperkuat analisis untuk tahapan selanjutnya.

Ruang lingkup waktu dalam penelitian ini meliputi tahap pra survey, survey, dan pasca survey.

Januari

Tahap

Februari

Maret

April

1 2 3 4 1 Pra

Penentuan alur berpikir, isu, lokasi,

Survey

tujuan, dan sasaran

2 3

4 1

2 3 4 1

2 3 4 1

Sumber: http://www.picstopin.com/

Sumber: http://www.picstopin.com/

Peta Orientasi Studi (Cimahi Utara)

Peta Orientasi Studi (Margahayu)

Sumber: http://www.picstopin.com/

Sumber: h�p�//���.picstopin.com/

Mei

Minggu

Kegiatan

Peta Orientasi Studi (Jatinangor)

2 3 4

sumber : dokumentasi pribadi

Susunan Waktu Penelitian

Peta Orientasi Studi (Margahayu)

Penentuan aspek dan pengambilan data sekunder Perumusan perangkat survey (kuisioner, observasi, wawancara, dan FGD Survey

Pembagian Kuisioner Wawancara,

observasi,

dan

pengambilan data sekunder FGD di Gd. BITC Pasca Survey

Input dan oleh data Analisis data per aspek (kesimpulan dan rekomendasi) Penyusunan laporan

6

7


Metodologi Penelitian Metodologi studi yang digunakan terdiri dari dua metode yaitu metode pengumpulan data dan metode analisis data.

Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan untuk penyusunan laporan ini adalah metode pengumpulan data primer dan data sekunder. Perangkat Survey Primer Data primer diperoleh dengan metode wawancara, kuesioner (sampling), traffic counting (plotting), dan observasi. 1. Kuesioner, berbentuk form isian berisi pertanyaan yang bersifat terarah dan beberapa pertanyaan yang bersifat terbuka untuk responden, 2. Pedoman wawancara, berupa petunjuk dan daftar pertanyaan yang akan diajukan pada saat wawancara dengan narasumber yang diinginkan, dapat berasal dari penduduk sekitar atau instansi tertentu sesuai kebutuhan, 3. Pedoman observasi kawasan studi 4. Peta hasil plotting 5. Traffic Counting

Fokus grup diskusi yang dilakukan dengan mendatangkan sekurang-kurangnya 4 tokoh dari golongan akademisi, businessman, komunitas, dan pemerintahan. Fokus grup diskusi dilakukan di gedung BITC Cimahi dan ditujukan untuk melengkapi data-data dan/atau memperkuat hasil data yang telah diperoleh dari metode pengumpulan data yang lain.

8

sumber : dokumentasi pribadi

6. Focus Group Discussion

9


Perangkat Survey Sekunder

ASPEK

SASARAN

DATA YANG DIBUTUHKAN

Data sekunder diperoleh melalui literature dan dinas-dinas terkait, dengan metode checklist data.

JENIS DATA

TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Primer

Kuisioner

Primer

Kuesioner

Sekunder

Lembaga terkait

Mengetahui peruntukan internet, apakah untuk hiburan, pendidikan dll

Adapun kebutuhan data dan teknik pengumpulan data untuk setiap aspek yang akan diteliti adalah sebagai berikut.

Tabel 1.2 Kebutuhan Data ASPEK

SASARAN

Identifikasi penggunaan telepon, handphone dan internet Teknologi

DATA YANG DIBUTUHKAN Data kepemilikan dan penggunaan handphone Data kepemilikan akan akses internet

Identifikasi hubungan antara teknologi informasi dengan pergerakan

Keuntungan setelah menggunakan ict untuk pergerakan

Mengetahui karakteristik pergerakan

Peta tata guna lahan Peta kepadatan jalan Peta jaringan jalan Data jumlah jembatan Data karakteristik jalan

Fisik

JENIS DATA

TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Survey primer

Wawancara, kuesioner dan observasi

Survey primer

Studi literatur, survei instansi

Mengetahui persebaran dari teledensitas di bma

Pengeluaran masyarakat untuk kebutuhan internet dalam satu bulan Karakteristik masyarakat

Sekunder

Jarak tempuh (km) Lokasi yang sering dijadikan tempat tujuan oleh masyarakat Mengetahui karakteristik pergerakan masyarakat

Peta fiber optic

Mengetahui teledensitas

Karakteristik wilayah Mengetahui karakteristik pergerakan

Preferensi masyarakat terhadap penggunaan ict (tujuan digunakannya alat komunikasi)

Sekunder

Instansi/lembaga terkait

Jarak ke tempat kerja dihubungkan dengan profesi

Survey primer Kuisioner

Fasilitas kota bandung dan wilayah studi Fungsiutamapusatkota

Instansi/ lembagaterkait Studiliteratur

Sekunder

Instansi/ lembagaterkait

Mengetahui teledensitas

Hubungannya antara teledensitas dengan transportasi Jenis-jenis moda transportasi Jumlah jenis moda transportasi

Transportasi Mengetahui karakteristik pergerakan

Sumber: Hasil Diskusi Studio A, 2014

10

Alasan memilih moda transportasi yang digunakan Jalur yang sering dilalui masyarakat

Kuisioner

Tujuan masyarakat kota pinggiran ke pusat kota

Kontribusi kota bandung thd indonesia (darisegi pdrb, dsb)

Golongan masyarakat apa saja yang menggunakan internet (pendidikan)

Studi literatur, survei instansi,analisis

Data persebaran bts, peta bts

Data spasial (peta) sebaran bts

Golongan masyarakat apa saja yang mnggunakan internet (umur,pendidikan)

Lokasi kerja masyarakat

Data persebaran bts, peta bts Mengetahui teledensitas

Wawancara dan kuesioner

Lama waktu masyarakat menggunakan internet dalam sehari

Jumlah debit moda transportasi Waktu tempuh moda transportasi ke tujuan Biaya transportasi Permasalahan

Traffic counting Primer Kuesioner

11


Metode

SISTEMATIKA

Analisis Data

PENULISAN

Sistematika penulisan laporan praktikum ini adalah sebagai berikut:

Analisis data kualitatif adalah suatu teknik analisis yang menggunakan manusia sebagai objek penelitian dan berkembang di bidang sosial serta dikembangkan oleh para ahli antropologi dan sosiologi. Analisis data kualitatif ini dikembangkan untuk menutupi kelemahan metode kuantitatif yang hanya mampu meneliti sejumlah kecil variabel dunia nyata yang kompleks karena hasilnya sulit untuk diterapkan pada dunia nyata dan kurang cocok untuk bidang sosial. Kami menggunakan analisis data kualitatif dalam pengolahan data ini karena analisis ini mampu menangkap fenomena secara utuh, mampu memahami fenomena secara mendalam, serta mampu mengkaji fenomena yang dinamis dan unik.

Analisis Kuantitatif Analisis data kuantitatif yang digunakan dalam penulisan penelitian ini terdiri dari analisis statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial. Kami menggunakan analisis data kuantitatif dalam pengolahan data ini karena analisis ini mampu membuat kesimpulan umum atas suatu fenomena serta mudah dalam pengolahan data dan interpretasi hasilnya. Analisis Statistik Deskriptif Analisis statistik deskriptif merupakan salah satu teknik analisis statistik yang bermaksud untuk melakukan pengukuran mendalam langsung dari karakteristik sampel atau populasi. Analisis Statistik Inferensial Analisis statistik inferensial merupakan metoda yang membantu dalam membuat kesimpulan umum tentang karakteristik populasi berdasarkan apa yang dapat dipelajari dari sampel yang diperoleh dari populasi tersebut.

12

sumber : dokumentasi pribadi

Analisis Kualitatif

Bab 1 Pendahuluan Bab ini menjelaskan latar belakang penelitian, tujuan dan sasaran penelitian, ruang lingkup materi, wilayah dan waktu penelitian. Metedologi studi yang digunakan dalam penelitian serta sistematika penulisan yang digunakan. Bab 2 Tinjauan Teori Bab ini menjelaskan teori-teori yang berperan dalam penelitian ini. Teori-teori tersebut adalah teori urban sprawl, teori metropolitan, teori pergerakan, dan teori teknologi, informasi, dan komunikasi. Bab 3 Gambaran Umum BMA Bab ini menjelaskan gambaran umum dari Bandung Metropolitan Area yang meliputi Visi dan Misi BMA, wilayah BMA, aspek sarana dan prasarana BMA (jaringan jalan, angkutan darat, dll), aspek sosial ekonomi, dan aspek demografi BMA. Bab 4 Gambaran Umum Wilayah Studi Pada bab ini akan menjelaskan gambaran umum wilayah studi yang terdiri dari wilayah Jatinangor, Cimahi, dan Maragahyu. Bab 5 Analisis Aspek Pada bab ini akan dijelaskan mengenai analisis dari aspek-aspek yang diteliti. Aspek-aspek tersebut antara lain adalah aspek fisik, aspek teknologi, aspek transportasi, aspek karakteristik masyarakat, dan aspek karakteristik wilayah. Bab 6 Kesimpulan dan Rekomendasi Pada bagian ini, penulis membuat kesimpulan dari hasil penelitian yang menjawab tujuan dan sasaran. Pada bagian ini juga dicantumkan rekomendasi dari hasil penelitan yang meliputi empat hal yakni rekomendasi pengembangan, teknologi, Metropolitan, dan Bandung.

13


BAB II TINJAUAN TEORI


Urban Sprawl

“people growing, but place doesn’t� erdapat dua jenis perkembangan kota, yaitu urban sprawl dan invansion. Menurut Yunus (1999) definisi urban sprawl adalah proses perembetan kenampakan fisik kekotaan ke arah luar kota. Sedangkan invansion adalah fenomena pengambilan alih lahan non urban di daerah pinggiran kota. Kedua jenis perkembangan kawasan kota tersebut didorong oleh sejumlah faktor. Pertama, jumlah penduduk di perkotaan akan selalu meningkat. Kedua, akibat dari jumlah penduduk yang terus bertambah, maka semakin meningkat pula aktivitas penduduk tersebut. Ketiga, peningkatan aktivitas penduduk berdampak pada kebutuhan pada aspek ekonomi, sosial dan budaya yang juga ikut meningkat sehingga akan terjadi peningkatan pada kebutuhan ruang kota. Keempat, ketersediaan ruang di dalam wilayah perkotaan bersifat tetap dan terbatas. Semua faktor tersebut menyebabkan terjadinya pengambilan ruang di daerah pinggiran kota untuk memenuhi kebutuhan ruang di wilayah perkotaan. Dampak dari pemekaran kota (urban sprawl) adalah semakin berkurangnya lahan subur produktif pertanian sehingga mengancam swasembada pangan karena terjadi perubahan peruntukan lahan pertanian menjadi lahan terbangun. Disamping itu pemekaran kota yang tidak terkendali (unmanaged growth) menyebabkan morfologi kota yang tidak teratur, kekumuhan (slum), dan permukiman liar (squatter settlement). Pemilihan lokasi hunian di pinggiran kota dengan asumsi harga lahan yang lebih murah dan kondisi udara yang masih sehat. Penduduk yang semula menyewa rumah, dengan semakin meningkat pendapatan sebagian penduduk.


-memilih lokasi tinggal di luar kota agar memiliki rumah tinggal sendiri. Sebagian penduduk yang berpenghasilan rendah dengan terpaksa menempati rumah tinggal yang sempit dan kumuh. Sebagian penduduk terpaksa tinggal di daerah genangan. Musim kemarau tergenang oleh air rob (air laut pasang), dan musim hujan tergenang oleh oleh air hujan. Rumah dan fasilitas pendukungnya seperti jalan, saluran drainase, tiang listrik, barang elektronik menjadi rusak. Masyarakat yang mampu pindah ke tempat lain, tetapi masyarakat yang miskin tidak ada pilihan selain tetap bertempat tinggal disana.

Menurut Yunus (2005), ditinjau dari prosesnya perkembangan spasial fisikal kota dapat diidentifikasi, yaitu:

A. Secara horizontal: • Sentrifugal: proses bertambahnya ruang kekotaan yang berjalan ke arah luar dari daerah kekotaan yang sudah terbangun dan mengambil tempat di daerah pinggiran kota. Proses inilah yang memicu dan memacu bertambah luasnya areal kekotaan. Makin cepat proses ini berjalan, makin cepat pula perkembangan kota secara fisikal. • Sentripetal: proses penambahan bangunan-bangunan kekotaan di bagian dalam kota (pada lahan kosong/ruang terbuka kota).

B. Secara vertikal: penambahan ruang kota dengan menambah jumlah lantai (bangunan bertingkat).

Pengaruh urban sprawl dari struktur fisik adalah terjadinya pola penyebaran permukiman yang semakin meluas/melebar ke samping kiri kanan jalur transportasi, dengan kata lain terjadi pemusatan fasilitas umum perkotaan di nodes; bagian wilayah tertentu. Dari struktur kependudukan adalah terjadinya pola penyebaran penduduk diperlihatkan dengan penyebaran lahan terbangun (permukiman) yang semakin melebar ke samping kiri kanan jalan arteri. Dari struktur ekonomi, pengaruh urban sprawl adalah terjadinya perubahan pola kegiatan ekonomi penduduk ke arah non pertanian. Hal ini terlihat dengan semakin berkurangnya penduduk yang bekerja di sektor pertanian dan meningkatnya penduduk yang bekerja di sektor non pertanian (pedagang, buruh industri, dan jasa).


Selanjutnya menurut Yunus (1999), secara garis besar ada tiga macam proses perluasan kekotaan (urban sprawl), yaitu:

Tipe 1: Perembetan Konsentris (Concentric Development/Low Density C ontinous Development) Tipe pertama ini oleh Harvey Clark (1971) disebut sebagai “low density, continous development� dan oleh Wallace (1980) disebut “concentric development�. Ini merupakan jenis perembetan areal kekotaan yang paling lambat. Perembetan berjalan perlahan-lahan terbatas pada semua bagian-bagian luar kenampakan fisik kota, karena sifat perambatannya yang merata di semua bagian luar kenampakan kota yang sudah ada, maka tahap berikutnya akan membentuk suatu kenampakan morfologi kota yang relatif kompak.

Tipe 2: Perembetan Memanjang (Ribbon development/axial development).

development/linear

Tipe ini menunjukkan ketidakmerataan perembetan areal kekotaan di semua bagian sisi-sisi luar dari daerah kota utama. Perembetan paling cepat terlihat di sepanjang jalur transportasi yang ada, khususnya yang bersifat menjari (radial) dari pusat kota. Daerah ini sepanjang rute transportasi utama merupakan tekanan paling berat dari perkembangan. Membumbungnya harga lahan pada kawasan ini telah memojokkan pemilik lahan pertanian pada posisi yang sangat sulit. Makin banyaknya perubahan lahan pertanian ke lahan non pertanian, makin banyaknya penduduk, makin banyaknya kegiatan non agraris. Tingginya harga lahan dan makin banyak orang yang mau membeli telah memperkuat dorongan pemilik lahan untuk meninggalkan kegiatannya dan menjualnya. Bagi masyarakat hasil penjualan tanahnya diinvestasikan lagi pada lahan yang jauh dari kota sehingga memperoleh lahan pertanian yang lebih luas.


Tipe 3: Perembetan yang meloncat (leap frog development/checkerboard development) Tipe perkembangan ini oleh kebanyakan pakar lingkungan dianggap paling merugikan, tidak efisien dalam arti ekonomi, tidak mempunyai nilai estetika dan tidak menarik. Perkembangan lahan kekotaannya terjadi berpencaran secara sporadis dan tumbuh di tengah-tengah lahan pertanian. Keadaan ini sangat menyulitkan pemerintah kota untuk membangun prasaranaprasarana fasilitas kebutuhan hidup seharihari. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa ketiganya dapat terjadi bersama-sama, gabungan dari dua macam maupun sendiri-sendiri. Makin besar kotanya makin kompleks ekspresi spasial yang ditampilkannya. Pengenalan sifat masing-masing bentuk ekspresi perkembangan spasial sentrifugal adalah sangat penting karena berkaitan dengan penentuan dan pemilihan teknik manajemen tertentu yang direkomendasikan dipakai dalam rangka manajemen spasial kota. (Yunus, 2005).


Keberadaan sprawl ditandai dengan adanya beberapa perubahan penggunaan lahan yang terjadi secara serempak, seperti sebagai berikut (saonone, 2013): a) Single-use zoning Keadaan ini menunjukkan situasi dimana kawasan komersial, perumahan dan area industri saling terpisah antar satu dengan yang lain. Sebagai konsekuensinya, bidang besar tanah digunakan sebagai penggunaan lahan tunggal yang saling terpisahkan, antara ruang terbuka, infrastruktur atau hambatan lainnya.

b) Low-densityzoning Sprawl Rumah tinggal tunggal, yang sangat luas memiliki banyak penggunaan lahan dan saling berjauhan satu sama lain, terpisahkan oleh halaman rumput, landscape, jalan atau lahan parker yang luas. c) Car-dependent communities Area yang mengalami Urban sprawl biasa dikenali dengan tingkat penggunaan mobil yang tinggi sebagai alat transportasi, kondisi ini biasa disebut dengan automobile dependency.

Berdasarkan pada beberapa pernyataan sebelumnya, dapat di tarik beberapa kesimpulan bahwa sebagian besar dari pernyataan tersebut memberikan penerangan bahwa karakteristik urban sprawl secara umum terbagi menjadi empat yakni  Fenomena urban sprawl ditandai dengan pembangunan di kawasan berkepadatan penduduk rendah  Fenomena Urban sprawl ditandai oleh Tata guna lahan yang homogen dan terpisah-pisah. Serta, ditandai juga dengan adanya alih fungsi lahan di sekitar kota (urban periphery) yang tidak terkontrol  Untuk menjangkau setiap wilayahnya maka digunakan beragam jenis alat transportasi umumnya kendaraan pribadi  Ketersediaan public space kurang. Sekalipun public space tersedia, namun dari segi peruntukannya lebih diutamakan bagi konsumsi pribadi.  Pengembangan kawasan komersial umunya berbentuk memanjang, yaitu di sepanjang jalur transportasi.


Menurut Lee (1979) dalam Yunus (2005), mengemukakan bahwa terdapat 6 (enam) faktor yang mempunyai pengaruh kuat yang menyebabkan perkembangan ruang secara sentrifugal kearah luar (urban sprawling) dan sekaligus akan mencerminkan variasi intensitas perkembangan ruang di daerah pinggiran kota. Keenam faktor-faktor tersebut adalah: A. Faktor Aksesibilitas Faktor aksessibilitas mempunyai peranan yang besar terhadap perubahan pemanfaatan lahan, khususnya perubahan pemanfaatan lahan agraris menjadi non agraris di daerah pinggiran kota. Dalam wacana aksesibilitas dikenal berbagai macam jenis aksesibilitas, antara lain aksesibilitas sosial, aksesibilitas ekonomi, aksesibilitas budaya, aksesibilitas politik dan aksesibilitas spasial yang sering diasosiasikan dengan pengertian aksesibilitas fisikal. Yang dimaksud aksesibilitas dalam hal ini adalah aksesibilitas fisikal yaitu tingkat kemudahan suatu lokasi dapat dijangkau oleh berbagai lokasi lain. Pengukuran aksesibilitas fisikal dapat dilaksanakan dengan menilai prasarana transportasi yang ada bersamasama dengan sarana transportasinya. Di daerah yang mempunyai nilai aksesibilitas fisikal yang tinggi akan mempunyai daya tarik yang lebih kuat dibandingkan dengan daerah yang mempunyai nilai aksesibilitas fisikal yang rendah terhadap penduduk maupun fungsifungsi kekotaan. Di bagian tertentu daerah pinggiran kota yang masih didominasi oleh lahan pertanian, namun memliki nilai aksesibilitas fisikal yang tinggi,

proses konversi lahan pertanian menjadi daerah-daerah pertanian dengan aksesibilitas fisikal yang lebih rendah. lahan non pertanian atau proses pengurangan lahan pertanian akan berjalan jauh lebih cepat dibandingkan dengan menilai prasarana transportasi yang ada bersamasama dengan sarana transportasinya. Di daerah yang mempunyai nilai aksesibilitas fisikal yang tinggi akan mempunyai daya tarik yang lebih kuat dibandingkan dengan daerah yang mempunyai nilai aksesibilitas fisikal yang rendah terhadap penduduk maupun fungsifungsi kekotaan. Di bagian tertentu daerah pinggiran kota yang masih didominasi oleh lahan pertanian, namun memliki nilai aksesibilitas fisikal yang tinggi, proses konversi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian atau proses pengurangan lahan pertanian akan berjalan jauh lebih cepat dibandingkan dengan daerah-daerah pertanian dengan aksesibilitas fisikal yang lebih rendah.


B. Faktor Pelayananan Umum Faktor pelayanan umum merupakan faktor penarik terhadap penduduk dan fungsi-fungsi kekotaan untuk datang kearahnya. Makin banyak jenis dan macam pelayanan umum yang terkonsentrasi pada suatu wilayah, maka makin besar daya tariknya terhadap penduduk dan fungsi-fungsi kekotaan. Pembangunan kampus pendidikan yang besar, sebagai contoh, akan diikuti pula oleh banyaknya pendatang baru baik sebagai mahasiswa maupun pegawaipegawai institusi yang bersangkutan. Penduduk setempat baik asli maupun pendatang banyak yang memanfaatkan peluang bisnis baru untuk memperoleh tambahan penghasilan. Usaha pemondokan mahasiswa, pembangunan rumah baru untuk tujuan yang sama, usaha jasa pengetikan, rental komputer, warung internet, fotocopy dan percetakan dan lain sejenisnya sangat marak terjadi pada pusat-pusat pendidikan baru. Pusat pelayanan umum sangat banyak macamnya, antara lain, kampus pendidikan, pusat perbelanjaan, kompleks perkantoran, kompleks industri, pusat rehabilitasi, rumah sakit, tempat ibadah, tempat rekreasi dan olah raga, stasiun kereta api, stasiun bus, bandara dan lain sejenisnya. C. Faktor Karakteristik Lahan Lahan-lahan yang terbebas dari banjir, stabilitas tanahnya tinggi, topografi relatif datar atau mempunyai kemiringan yang kecil, air tanah relatif dangkal, relief mikronya tidak menyulitkan untuk pembangunan, drainasenya baik, terbebas dari polusi air, udara maupun tanah akan mempunyai daya tarik yang lebih besar terhadap penduduk maupun fungsi-fungsi lain kekotaan dibandingkan dengan daerah-daerah yang skor komposit variabel karakteristik lahannya lebih rendah. Demikian pula bentuk pemanfaatan lahan yang berbeda akan mempunyai daya tarik yang berbeda pula. Sebagai contoh dapat dikemukakan, yaitu lahan pekarangan akan berbeda dengan lahan persawahan walaupun keduanya mempunyai skor komposit yang sama. Bagi orang yang akan memanfaatkan lahannya untuk perumahan, cenderung memilih lahan pekarangan dibandingkan lahan persawahan. Penyebab utamanya terletak pada kerepotan dalam proses pembangunannya.


D. Faktor Karakteristik Pemilik Lahan. Beberapa penelitian mengindikasikan bahwa pemilik lahan yang mempunyai status ekonomi lebih lemah mempunyai kecenderungan lebih kuat untuk menjual lahannya dibanding dengan mereka yang mempunyai status ekonomi kuat. Pemilik-pemilik lahan berekonomi lemah kebanyakan berasosiasi dengan pemilikan lahan yang sempit dan mereka inilah yang paling terpengaruh oleh meningkatnya harga lahan yang semakin tinggi, sementera itu upaya pengolahan lahannya tidak menguntungkan. Mereka yang berekonomi kuat tidak didera oleh kebutuhan ekonomi mendesak, sehingga kemampuan untuk mempertahankan lahannya atau tidak menjual lahannya lebih kuat dibandingkan dengan mereka yang berekonomi lemah. Hal inilah antara lain alasan rasional yang mendasari mengapa karakteristik pemilik lahan mempunyai pengaruh terhadap perkembangan spasial di daerah pinggiran kota. Pada daerah yang didominasi oleh pemilik lahan yang berstatus ekonomi lemah, transaksi jual-beli lahan akan lebih intensif dibandingkan dengan daerah yang didominasi oleh pemilik lahan berekonomi kuat.

E. Faktor prakarsa pengembang Faktor ini mempunyai peranan yang kuat pula dalam mengarahkan pengembangan spasial sesuatu kota. Oleh karena pengembang selalu menggunakan ruang yang cukup luas maka keberadaan kompleks yang dibangun akan mempunyai dampak yang besar pula terhadap lingkungan sekitar. Pada daerah tertentu yang mungkin sebelum dibeli pengembang merupakan lahan dengan nilai ekonomis yang sangat rendah, setelah dibeli dan dimanfaatkan oleh pengembang untuk kawasan permukiman elit dengan prasarana dan sarana permukiman yang lengkap dan baik, maka daerah tersebut menjadi sangat menarik pemukim-pemukim baru maupun bentuk kegiatan ekonomi. Daerah semacam ini akan mempunyai akselerasi perkembangan spasial yang jauh lebih cepat dibandingkan dengan daerah yang tidak dijamah oleh pengembang.

F. Faktor keberadaan peraturan yang mengatur tata ruang Diyakini sebagai salah satu faktor yang berpengaruh kuat terhadap intensitas perkembangan spasial di daerah pinggiran kota apabila peraturan yang ada dilaksanakan secara konsisten dan konsekuen. Beberapa kota di Indonesia telah mempunyai perumusan yang baik untuk pengembangan kotanya, namun kebanyakan dari mereka tidak melaksanakan keputusannya sendiri secara konsisten dan konsekuen. Hal inilah yang mengakibatkan dampak-dampak keruangan, sosial, ekonomi dan lingkungan negatif yang sulit dipecahkan pada masa depan yang panjang.


Metropolitan

ecara etimologiasal kata metropolitan (kata benda) atau metropolis (kata sifat) berasaldari kata yunanikuno, yaitu kata meter yang berartiibudan kata polis yang berartikota. (Wackerman, 2000) Pada massa itu metropolitan memiliki makna sebagai “ibu kota� yang memiliki kota satelis sebagai anak, namun juga berarti pusat dari sebuah kota, sebuah kota Negara (citystate), atau sebuah provinsi dikawasan Mediteranian (Winarso, 2006 Metropolitan didefinisikan sebagai suatu pusat permukiman yang besar yang terdiri dari satu kota besar dan beberapa kawasan yang berada di sekitarnya dengan satu atau lebih kota besar melayani sebagai titik hubung (hub) dengan kota-kota sekitarnya tersebut. Suatu kawasan metropolitan merupakan aglomerasi dari beberapa kawasan permukiman, tidak harus kawasan permukiman yang bersifat kota, namun secara keseluruhan membentuk suatu satu kesatuan dalam aktivitas bersifat kota dan bermuara pada pusat (kota besar yang merupakan inti) yang dapat dilihat dari aliran tenaga kerja dan aktivitas komersial. (Metropolitan di Indonesia, Kementrian Pekerjaan Umum).

Berdasarkan definisi yang telah dikemukakan diatas, maka dapat disimpulkan Metropolitan

yang

penduduk

dari ,

beberapa

kegiatan

aspek

ekonomi,

penduduk, dan struktur kawasan.

antara

lain

ciri-ciri

besaran

mobilitas

aktivitas


1.besaran penduduk Besaran jumlah penduduk menjadi aspek pertimbangan utama dalam menentukan definisi suatu metropolitan. Namun, sejumlah pakar perkotaan menetapkan batas yang berbeda-beda untuk penetapan jumlah minimal penduduk kawasan metropolitan yaitu sebanyak 1.000.000 jiwa

2.kegiatan ekonomi Pada kawasan metropolitan terjadi aglomerasi kawasan permukiman dan lapangan pekerjaan. Dengan kata lain, kawasan metropolitan merupakan kawasan perkotaan dengan spesialisasi fungi aktivitas sosial ekonomi. Spesialisasi ekonomi tersebut merupakan sektor industri dan jasa. Proses spesialisasi di kawasan metropolitan terjadi karena selalu berkembangmya teknologi produksi, distribusi, dan komunikasi (Angotti, 1993 dalam Winarso et al, 2006). Kegiatan industri dan jasa merupakan sektor yang dominan berkembang di kawasan metropolitan. Kegiatan ekonomi yang berlangsung di kawasan metropolitan bersifat heterogen dan memiliki peran sebagai sentral/pusat kegiatan-kegiatan ekonomi dalam skala regional, baik dalam lingkup propinsi atau negara bagian maupun lingkup nasional. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi perkotaan merupakan faktor pendorong terjadinya metropolitan dan akan terus berpengaruh terhadap prospek metropolitan di masa depan. Kenyataannya, metropolitan dimana saja mengemban fungsi ekonomi nasional yang sangat berarti sumbangannya bagi seluruh negara. Metropolitan dituntut mampu berperan dan berfungsi sesuai dengan bagiannya dalam pembangunan ekonomi nasional. Di sisi lain, peran ekonomi nasional metropolitan harus diimbangi dengan tingkat ekonomi yang sebanding dan mampu menberikan kehidupan yang layak bagi warga masyarakat metropolitan itu sendiri. Metropolitan harus mampu menciptakan lapangan kerja dan tingkat pendapatan yang memadai bagi masyarakatnya untuk dapat bertahan dan bahkan menikmati kehidupan di dalam lingkungan metropolitan. Tingkatan pendapatan di metropolitan umumnya jauh melebihi kota dan daerah lain seta pedesaan, dan menjadi daya tarik metropolitan bagi arus penduduk yang mencari kerja dan kehidupan yang layak. Tentunya harus diperhitungkan bahwa tingkat pengeluaran masyarakat metropolitan pada umumnya juga jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kota dan daerah lainnya.

3. mobilitas aktivitas penduduk Salah satu ciri kawasan metropolitan ditunjukkan dalam bentuk kemudahan mobilitas yang menurut Angotti (1993) terlihat dalam 3 bentuk (Winarso et al, 2006), yaitu: • Mobilitas pekerjaan (Employment mobility), dicirikan dengan mudahnya orang berpindah tempat kerja tanpa harus berpindah tempat tinggal karena banyaknya jenis dan variasi pekerjaan yang tersedia. • Mobilitas Perumahan (Resdential Mobility), terjadi sejalan dengan mobilitas tempat kerja. • Mobilitas Perjalanan (Trip Mobility), terjadi karena mobilitas tempat kerja dan tempat tinggal.


4.

struktur kawasan metropolitan

Secara garis besar terdapat 2 macam bentuk fisik kota metropolitan yaitu bentuk metropolis menyebar (dispersed) dan bentuk metropolis memusat (concentrated). Untuk metropolis menyebar terdiri atas metropolis menyebar dan metropolis galaktika. Sedangkan untuk metropolis memusat terdiri atas metropolis memusat, metropolis bintang dan metropolis cincin (jayadinata, 1986 :221226). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dibawah ini.

A. Metropolis Menyebar Metropolis menyebar terbentuk dengan mengembangkan pertumbuhan pada bagian. Kota paling jarang penduduknya dan bagian kota lama dibangun kembali dengan kepadatan penduduk yang lebih rendah, sehingga kota metropolitan itu akan cepat meluas. Prasarana sosial ekonomi dari pusat kota yang lama disebar, sehingga produksi pertanian dan bahan makanan, kantor, pabrik, museum, perguruan tinggi, rumah sakit, tersebar dimana-mana. Kepadatan penduduk yang rendah dan kegiatan sosial ekonomi yang menyebar memerlukan memerlukan kendaraan pribadi dalam transportasi dan juga memerlukan komunikasi untuk menjembatani jarak seperti telepon, radio, televise, dinas pos, rumah sakit dan lain sebagainya yang tersebar dimana-mana.

B. Metropolis Galaktika Galaktika adalah susunan bintang di dalam semesat yang meliputi jutaan bintang. Metropolis galaktika terjadi dari permukiman kota yang kecil, berpenduduk rapat, dipisahkan sejauh beberapa kilometer oleh kawasan pertanian yang rendah sekali kepadatan penduduknya atau tidak berpenduduk, kegiatan sosial ekonomi terbagi menjadi berbagai unit kecil, arus lalu lintas menyebar tetapi kemudian akan memusat menuju permukiman atau menuju pusat kelompok permukiman kota.


4.

struktur kawasan metropolitan C. Metropolis Memusat

Metropolis memusat memiliki karakteristik yaitu kegiatan sosial ekonomi yang tinggi mempunyai kepadatan penduduk yang tinggi, terutama dipusatnya karena kegiatan sosial ekonomi sangat tinggi, banyak penduduk yang tinggal di apartemen, rumah susun dan sebagainya. Sistem lalu lintas lebih khusus dengan berbagai model transportasi menurut jalur-jalur masing-masing, alat transportasi umum lebih diperlukan daripada kendaraan pribadi dan diperlukan juga jalan bebas kendaraan (pedestrian), jalan untuk pejalan kaki disamping jalan raya (sidewalks) dan sabuk luncur (flying belt). Tingkat jangkauan sangat tinggi, baik ke berbagai kegiatan khusus maupun kea lam terbuka dan pedesaan dipinggir kota, kota sendiri sebagai tempat pertemuan secara periodic. Metropolis memusat seperti ini member dukungan yang kuat bagi masyarakat secara keseluruhan, tetapi partisipasi individu mendapat kesulitan dimana biaya hidup mungkin dapat lebih rendah karena mudahnya pelayanan dan transportasi yang efisien akibat penduduk yang banyak, tetapi terdapat suatu tingkatan tertentu dimana kepadatan penduduk yang sangat tinggi akan menyulitkan komunikasi antar penduduk

D.

Metropolis Bintang

Metropolis bintang mempunyai pusat kota utama, dan pola keadatan penduduk pada wilayah pusat berbentuk bintang dengan perpanjangan beberapa bagian kota yang linear seperti lengan di alam terbuka. Inti kota utama sebagai pusat kota yang dikelilingi oleh banyak kota kedua yang terletak sepanjang lengan-lengan yang linear tersebut. Lengan-lengan kota metropolitan ini mempunyai kepadatan penduduk yang sedang, lebih tinggi daripada metropolis menyebar tetapi lebih rendah daripada di pusat-pusat. Pertumbuhan dapat berlangsung ke luar dari lengan-lengan dan perubahan-perubahan dapat dilakukan dengan mudah karena kepadatan penduduk lebih rendah daripada di bagian inti utama serta tersedianya lahan pertanian (alam terbuka) dapat mendukung perkembangan kawasan linear tersebut.


4.

struktur kawasan metropolitan

E. Metropolis Cincin Dalam metropolis cincin kepadatan penduduk adalah sebaliknya, kawasan yang jarang penduduknya terdapat ditengah kota (pusat kota), sedangkan kepadatan yang tinggi terdapat di sekeliling tengah kota sehingga bentuk ini menyerupai cincin. Pergerakan lalu lintas utama juga berbentuk cincin, dimana melayani wilayah yang padat penduduknya, dan dibantu oleh beberapa jalur yang menuju ke pusat kota. Bentuk kota seperti ini banyak terdapat di negeri belanda, misalnya kota Haarlem, Amsterdam, Utrecht, Rotterdam dan sebagainya.


Teknologi, Informasi, dan Komunikasi

T

eori informasi yang paling menonjol karya Norbert Wiener (1948) dan Erwin Schro Dinger

(1967) mendefinisikan informasi sebagai neg-entropi dalam fase-space, sebuah ide yang berkontribusi pada penciptaan cyber netics sebagai paradigma dari instrumentalis teknologi dan sistem pengetahuan. Johansen (1993:148) menyatakan bahwa salah satu cara untuk mendefinisikan informasi adalah: himpunan karakter yang dapat didasarkan simbol minus karakter yang terkandung dalam definisi verbalnya. Dalam sebuah makalah tahun 1991 yang cukup berpengaruh, Buckland (1991) membedakan tiga penggunaan istilah 'informasi': • Informasi sebagai benda, dimana informasi terkait dengan dokumen • Informasi sebagai proses, dimana informasi bisa merubah pernyataan keilmuan dari seseorang • Informasi sebagai pengetahuan, dimana informasi tersebut disamakan dengan pengetahuan Sedangkan komunikasi didefinisikan sebagai sesuatu yang otonom, independen, terus berubah menjadi bentuk makna material, membentuk kembali kebebasan menjadi kebebasan di bawah kondisi yang sering berubah, dimana (mengingat bahwa premis lingkungan cukup kompleks dan tidak dibuat murni keacakan) pengalaman keandalan secara bertahap bertambah dan kemudian kembali dimasukkan dalam proses (Luhmann 1995:149) TIK memiliki pengaruh yang sangat besar untuk setiap wilayah. Salah satu contohnya yaitu adanya perangkat pencarian social sebagai salah satu bentuk dari TIK. DiPerna (2006,7) mendeskripsikan SNS (Social Network System) sebagai “penghubung” situs dengan identifikasi hubungan, karakteristik, penemuan/pencarian, dan koordinasi informasi: “penghubung membuat pencarian informasi lebih baik dan tepat sasaran melalui pencarian di media dan membangun kepercayaan. Secara keseluruhan, TIK memiliki peran yang sangat besar untuk memudahkan aktivitas masyarakat sehari-hari.


Determinisme teknologi adalah sebuah teori yang menegaskan bahwa perubahan yang terjadi dalam perkembangan teknologi sejak zaman dahulu sampai saat ini memberikan pengaruh yang besar terhadap masyarakat. Perkembangan teknologi seperti reka baru atau bisa juga disebut inovasi, penemuan-penemuan baru, dan hal-hal lain yang bertujuan mengembangkan teknologi untuk mempermudah kegiatan-kegiatan manusia, memberikan pengaruh yang besar kepada perkembangan nilai-nilai sosial dan kehidupan dalam masyarakat. Determinisme teknologi juga diartikan sebagai suatu susunan otonom yang berbasis teknologis yang kemudian mengklaim bahwa teknologi sebagai suatu faktor yang dominan dari terjadinya perubahan-perubahan sosial yang pengaruhnya sendiri berangkat dari makna kebudayaan dan kegunaan yang bisa diberikan oleh teknologi tersebut, sebab pada dasarnya dalam determinisme teknologi, inovasi yang ditemukan oleh para penemu di dalam masyarakat juga ditujukan untuk masyarakat. Maka itu, determinisme teknologi menganggap pentingnya ide-ide manusia dalam menciptakan teknologi yang kemudian teknologi tersebut mempengaruhi kehidupan sosial manusia. Determinisme Teknologi beranggapan bahwa struktur yang ada di dalam masyarakat bergantung pada perkembangan teknologi dan beriringan dengan perkembangannya.Semakin berkembang teknologi yang ada di masyarakat, semakin canggih dan semakin banyak inovasi yang dibuat, maka masyarakat juga akan mengikuti alurnya menjadi semakin moderen dan berkembang mengikuti semakin canggihnya inovasi teknologi yang ada. Teori ini menyatakan bahwa hubungan yang ada di antara masyarakat dan teknologi merupakan hubungan yang saling mempengaruhi, sehingga keberadaan dan perkembangan teknologi juga menentukan perkembangan dan perubahan sosial dan nilai-nilai budaya di dalam masyarakat. Selain itu, teori ini juga menyatakan bahwa teknologi adalah kunci yang penting dalam kekuatan menguasai serta mengendalikan masyarakat, dan hal ini membawa keyakinan bahwa perubahan sosial yang ada di dalam masyarakat yang terus berubah-ubah dikendalikan oleh inovasi teknologi yang terjadi.


Sejalan dengan pentingnya kehidupan sosial di masyarakat, determinisme teknologi juga melihat bahwa organisasi sosial dan juga kebudayaan yang ada dan terus berkembang di masyarakat merupakan hasil dari produksi teknologi dan komunikasi yang terus berkembang.Teknologi yang muncul di tengah-tengah masyarakat adalah sesuatu yang asli, yang muncul dari ide seseorang yang memiliki desain dan juga keaslian akan kegunaan dari teknologi itu sendiri. Manusia lain sebagai pengguna dalam teori ini dilihat sebagai bagian yang tidak benar-benar mengerti proses sampai teknologi itu bisa kita gunakan. Sehingga dalam praktisnya, kita akan menggunakan teknologi tersebut dan berusaha megadaptasikan diri kita dalam menggunakannya. Maka dari itu, perubahan inilah yang membawa masyarakat untuk terus meningkatkan kemampuan mereka dalam melakukan adaptasi terhadap perubahan sistem yang ada di masyarakat beriringan dengan pengaplikasian teknologi yang telah diciptakan.

Dalam beradaptasi dan mengaplikasikan teknologi-teknologi baru yang muncul di masyarakat yang memang diciptakan untuk mempermudah kehidupan manusia, akan terjadi pergeseranpergeseran nilai-nilai, kebiasaan, cara berinteraksi, cara berkomunikasi, serta sistem-sistem yang ada di masyarakat yang tentu akan membawa dampak yang paling jelas seperti perubahan sosial yang mencakup perubahan secara keseluruhan. Karena pada dasarnya, teknologi adalah hasil karya manusia yang tidak bias dilihat dari sudut pandang yang memandangnya sebagai aspek luar dari determinasi manusia itu sendiri.


Asumsi: ukuran kota membuat pilihan antara bertemu secara langsung atau melalui telekomuting. Penggantian antar kedua jenis media diatas. Perubahan bentuk komunikasi seiring waktu sebagai kemunduran biaya telekomunikasi. Dalam hal ini dibandingkan antara komunikasi tatap muka dengan komunikasi melalui alat telekomunikasi mana yang lebih efektif. Sehingga dari tulisan tersebut dapat dismpulkan bahwa komunikasi dengan penyuplai dan pembeli biasanya dilakukan di desa atau kota pinggiran dan meningkat sesuai dengan ukuran kotanya. Terdapat asumsi bahwa teknologi telekomunikasi akan menggatikan adanya face to face meeting, penggunaan akan IT meningkat seiring meningkatnya ukuran kota, sehingga semakin besar ukuran kota maka penggunaan Itnya akan lebih tinggi. Penggunaan komunikasi tatap muka atau kecenderungan untuk komunikasi biasa tidak meningkat dengan semakin besarnya ukuran kota. Jarak atau perbandingan antara komunikasi tatap muka langsung dengan penggunaan teknologi memiliki kontras yang cukup jauh. Sehingga banyak yang lebih memilih pengunaan teknogi. Pertemuan secara langsung yang memiliki kompleksitas dan ketidakjelasan yang tinggi, pertemuan ini lebih umum dilakukan di kota besar seperti dalam pertanyaan kepada creative teamwork. Pertemuan secara langsung terhitung lebih mahal daripada menggunakan alat telekomunikasi. Di perkotaan ongkos penpindahan transportasi dinilai mahal dan tidak memiliki efisiensi waktu. Industri dengan praktek langsung atau yang membutuhkan sedikit komunikasi sebaiknya diletakkan di rural area atau small cities. Sedangkan industri dengan kreatifitas/kreasi tinggi sebaiknya diletakkan di kota besar karena industri ini lebih baik menggunakan telekomunikasi dari pada face to face, karena jarak yang jauh. Kemajuan dari teknologi mungkin dapat membatasi kualitas interaksi yang tinggi dari face to face. Sedangkan telekomunikasi yang lebih murah dan efektif meningkatkan tuntutan dalam interaksi yang umum dan juga interaksi yang lebih komplek. Keberagaman aktivitas perkotaan adalah contoh telash suksesnya institusi yang telah tersentralisasi dengan baik, jaringan baik, dan teknologi informasi baik. Kegunaan dari teknologi dan infomasi online mempermudah aksesibilitas dan internet yang sudah digunakan dengan baik. Teknologi akan mempermudah proses penjualan atau pertukaran barang dari suatu tempat ke suatu tempat lainnya. Menurut Penelitian Walsh “konteks sosial ketika seseorang mencari informasi akan mempengaruhi bagaimana penggunaan internet dan konteks sosial ketika seseorang menyebarkan informasi akan membentuk bagaimana teknologi bisa digunakan. Sosialisasi seseorang terhadap lokasi dirinya menandakan teknologi dapat mengintepretasikan informasi. Menerima dan belajar bagaimana syarat teknologi mungkin sebuah langkah awal dalam akses informasi yang bisa digunakan untuk hal yang produktif seperti menterjemahkan informasi yang diterima melaui jaringan online.


Pergerakan

Pola pergerakan dalam sistem transportasi terdiri dari 2 pola pergerakan, yakni: (1) Pola pergerakan spasial dan (2) Pola pergerakan non spasial (Tamin, 2000).

1. Pola pergerakan spasial Merupakan pola pergerakan yang dilakukan atas dasar kegiatan perjalanan di lokasi tertentu dengan memperhatikan kondisi tata guna lahan dari sebuah ruang/kawasan. Pergerakan spasial dalam ruang kawasan terdiri dari: • Pola perjalanan orang: Pola perjalanan yang dipengaruhi oleh aktivitas bekerja dan bermukim. Pola perjalanan ini memiliki sebaran spasial seperti perkantoran, permukiman dan pertokoan. • Pola perjalanan barang: Pola perjalanan yang dipengaruhi oleh aktivitas produksi dan konsumsi dengan ditandai adanya pergerakan distribusi dari pusat produksi ke lokasi konsumsi. Keduanya sangat bergantung pada sebaran pola tata guna lahan yang ada di kawasan tersebut. Adapun pandangan tentang klasifikasi pola pergerakan yang diungkapkan oleh Chapin (1965) terdiri dari 5 pola pergerakan yaitu: • Radial: pergerakan yang berasal dari permukiman pinggiran kota menuju ke CBD untuk tujuan tertentu. • Circumferential: Pergerakan yang berasal dan bertujuan di pinggiran kota. • Through: pergerakan yang hanya melewati kota dengan asal dari laur kota. • CBD (Central Bisnis District): Pergerakan yang hanya terjadi di CBD. • Sub Urban Activity Center (SAC): Pergerakan yang mengarah ke SAC/ pusat aktivitas pinggiran kota.


Begitu pula, Tolley dan Turton (1995) mengungkapkan bahwa beberapa prinsip pergerakan komuter dalam kawasan perkotaan terdiri dari:  Dalam pusat kota  Dari pinggiran kota menuju pusat kota  Dari pusat kota menuju pinggiran kota dan luar kota  Dalam pinggiran kota  “Cross-Komuter” yaitu dari daerah pedesaan dan pinggiran kota

Di samping itu, tipe pola pergerakan dalam area amatan menurut Roberts (1974) terdiri dari 4 pola pergerakan yaitu:  Through movement/Eksternal-Eksternal: pergerakan yang hanya dilakukan dengan asal dan tujuan di luar kawasan amatan.

 Eksternal- Internal: Pergerakan yang dilakukan dengan titik awal pergerakan dari luar kawasan dan titik tujuan di kawasan amatan.  Internal-eksternal: pergerakan yang dilakukan dengan titik asal kawasan amatan dan tujuan pergerakan ke luar kawasan amatan.  Internal: pergerakan yang dilakukan dengan titik awal dan tujuan perjalanan di dalam kawasan amatan.


2.

Pola pergerakan non-spasial

merupakan pola pergerakan yang tidak mengenal batas ruang/kawasan. Pola pergerakan ini terdiri dari:  Jenis sarana angkutan Dalam melakukan perjalanan memilih jenis angkutan merupakan hal yang paling penting. Pemilihan angkutan biasanya mempertimbangkan beberapa faktor diantaranya maksud perjalanan, jarak tempuh, biaya dan tingkat kenyamanan.  Waktu pergerakan

Waktu terjadinya pergerakan sangat bergantung pada rutinitas orang melakukan kegiatan sehari-hari. Seseorang melakukan kegiatan dapat dilakukan di pagi hari, siang hari, malam hari tergantung dari maksud tujuan dari perjalanannya.  Alasan pergerakan Alasan terjadinya pergerakan dapat dikelompokan berdasarkan tujuan dari pergerakannya yaitu berkaitan dengan pendidikan, sosial budaya, ekonomi, keagamaan dan sebagainya. Dengan demikian, pola spasial pergerakan dan non spasial dilakukan atas dasar perjalanan orang dengan memperhatikan kondisi guna lahan kawasan/perkotaan. Dalam membentuk pola spasial pergerakan ini dicerminkan dengan adanya pergerakan orang yang menggunakan moda transportasi dalam waktu tertentu dengan alasan tujuan tertentu.


Bangkitan pergerakan didefenisikan sebagai pergerakan yang dibangkitkan dari suatu tempat (zona asal) dan menuju ke tempat lain (zona tujuan). Zona asal (origin zone) adalah zona asal dari mana perjalanan dimulai. Zona tujuan (destination zone) adalah kemana tujuan perjalanan berakhir. Bangkitan pergerakan adalah suatu proses analisis yang menetapkan atau menghasilkan hubungan antara aktivitas kota dengan pergerakan. (Tamin, O.Z. 1997.) perjalanan dibagi menjadi dua yaitu: a) Home base trip, pergerakan yang berbasis rumah. Artinya perjalanan yang dilakukan berasal dan rumah dan kembali ke rumah. b) Non home base trip, pergerakan berbasis bukan rumah. Artinya perjalanan yang asal dan tujuannya bukan rumah. Pernyataan di atas menyatakan bahwa ada dua jenis zona yaitu zona yang menghasilkan pergerakan (trip production) dan zona yang menarik suatu pergerakan (trip attraction). Defenisi trip attraction dan trip production adalah: a) Bangkitan perjalanan (trip production) adalah suatu perjalanan yang mempunyai tempat asal dari kawasan perumahan ditata guna tanah tertentu. b) Tarikan perjalanan (trip attraction) adalah suatu perjalanan yang berakhir tidak pada kawasan perumahan tata guna tanah tertentu. Kawasan yang membangkitkan perjalanan adalah kawasan perumahan sedangkan kawasan yang cenderung untuk menarik perjalanan adalah kawasan perkantoran, perindustrian, pendidikan, pertokoan dan tempat rekreasi. Bangkitan dan tarikan perjalanan dapat dilihat pada diagram berikut (Tamin, O.Z. 1997). Perjalanan dapat diklasifikasikan menjadi tiga yaitu 1. Berdasarkan tujuan perjalanan, perjalanan dapat dikelompokkan menjadi beberapa bagian sesuai dengan tujuan perjalanan tersebut yaitu:  Perjalanan ke tempat kerja  Perjalanan dengan tujuan pendidikan  Perjalanan ke pertokoan / belanja  Perjalanan untuk kepentingan sosial  dll 2. waktu perjalanan biasanya dikelompokkan menjadi perjalanan pada jam sibuk dan jam tidak sibuk. Perjalanan pada jam sibuk pagi hari merupakan perjalanan utama yang harus diakukan setiap hari (untuk kerja dan sekolah)


3. Berdasarkan jenis orang, pengelompokan perjalanan individu yang dipengaruhi oleh tingkat sosial-ekonomi, seperti:  Tingkat pendapatan  Tingkat pemilikan kendaraan  Ukuran dan struktur rumah tangga Dalam penelitian ini, perjalanan yang ditinjau adalah pergerakan orang yang dilakukan dari rumah (asal) ke luar kawasan penelitian (tujuan). Misalnya, perjalanan dari rumah ke kantor, dari rumah ke sekolah dan lain-lain. Sehingga satu kali perjalanan adalah satu kali pergerakan yang dilakukan seseorang dari rumah hingga sampai ke tempat tujuannya yang lokasinya berada luar kawasan perumahan tersebut. Terjadinya suatu perjalanan (trip) adalah merupakan fungsi dari tiga faktor besar (Tuah G.R.2000), yaitu:  Pola tata guna tanah dan pembangunan di daerah penelitian  Karakteristik sosial ekonomi dan penduduk yang melakukan perjalanan dari daerah penelitian.  Sifat, jangkauan dan kemampuan dari sistem pengangkutan di daerah penelitian. Penelitian tentang trip generation merupakan suatu bagian yang vital dari proses perencanaan pengangkutan, bahwa apa yang terjadi sekarang merupakan faktor yang menentukan untuk perkiraan masa mendatang

Dalam pemodelan bangkitan pergerakan, hal yang perlu diperhatikan bukan saja pergerakan manusia, tetapi juga pergerakan barang yaitu: 1. Bangkitan pergerakan untuk manusia. Faktor berikut dipertimbangkan pada beberapa kajian yang telah dilakukan:  Pendapatan  Pemilikan kendaraan  Struktur rumah tangga  Ukuran rumah tangga  Nilai lahan  Kepadatan daerah pemukiman  Aksesibilitas Empat faktor pertama (pendapatan, pemilikan kendaraan, struktur dan ukuran rumah tangga) telah digunakan pada beberapa kajian bangkitan pergerakan, sedangkan nilai lahan dan kepadatan daerah pemukiman hanya sering dipakai untuk kajian mengenai zona. 2. Tarikan pergerakan untuk manusia. Faktor yang paling sering digunakan adalah luas lahan untuk kegiatan industri, komersial, perkantoran, dan pelayanan lainnya. Faktor lain yang dapat digunakan adalah lapangan kerja. Akhir-akhir ini beberapaa kajian mulai berusaha memasuki ukuran aksesibilitas. 3. Bangkitan dan tarikan untuk barang. Pergerakan ini hanya merupakan bagian kecil dari keseluruhan pergerakan (20%) yang biasanya terjadi di negara industri. Vaniabel penting yang mempengaruhi adalah jumlah lapangan kerja, jumlah tempat pemasaran, luas atap industri tersebut dan total seluruh daerah yang ada


Istilah telecommuting dan telework sendiri digagas oleh seorang bernama Jack Nilles dan mulai berkembang pada tahun 1973. Jack Nilles adalah seorang yang telah mengembangkan dan mengevaluasi ratusan proyek telecommuting di Amerika Serikat dan telah membuat beberapa buku tentangtelecommuting. Saat ini semakin banyak dunia bisnis yang membuktikan bahwatelecommuting menguntungkan baik bagi perusahaan maupun karyawan. Ketika sebuah perusahaan semakin tidak membutuhkan kehadiran karyawan untuk hadir di kantor untuk melakukan pekerjannya, atau ketika ruangan atau tempat kerja terbatas sehingga menjadi masalah, maka telecommutingadalah jawabannya. Namun, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi apabila telecommuting akan digunakan. Implementasi telecommuting sangat dipengaruhi oleh kultur masyarakat itu sendiri. Menurut Sutriadi (2010), telecommuting dapat dijadikan sebagai alternatif di dalam penyelesaian permasalahan kota besar tetapi dengan berbagai persyaratan. Pada dasarnya wacana telecommuting merupakan bagian dari berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi yang pada dasarnya dapat dikategorikan ke dalam empat hal Audirac dalam Sutriadi (2010):

1). Transportasi yang berbasis teknologi informasi dan komunikasi (ICT-based transportation); 2). Outsourcing dari layanan dan produksi (services and production outsourcing); 3). Perjalanan yang diakibatkan dengan adanya teknologi informasi dan komunikasi (ICT-induced travel); 4). Pengembangan kawasan berbasis teknologi informasi dan komunikasi (ICT-intensive districts).

Telecommuting atau Telework adalah model atau perjanjian kerja di mana karyawan memperoleh fleksibilitas bekerja dalam hal tempat dan waktu kerja dengan bantuan teknologi telekomunikasi. Dengan kata lain, kegiatan bepergian ke kantor atau tempat kerja digantikan dengan hubungan telekomunikasi. Dengan sistem ini, banyak karyawan yang pada akhirnya bekerja di rumah, sementara lainnya, yang lazim disebut pekerja nomaden (nomad workers) atau web commuters menggunakan teknologi komunikasi untuk bekerja dari kafe atau tempat lain yang nyaman bagi mereka. Telework, di sisi lain, merupakan istilah yang bermakna lebih luas lagi.


Telework merujuk pada penggantian segala bentuk teknologi telekomunikasi yang terkait dengan pekerjaan yang perlu bepergian, yang pada akhirnya mengurangi hambatan jarak dengan telecommuting. Seseorang yang ber-telecommuting biasa disebut dengan “telecommuter�. Menurut Leonhard (1995) dalam wikipedia, motto yang sering didengungkan oleh para telecommuter adalah “pekerjaan adalah sesuatu yang kita lakukan, bukan dan bukan tujuan bepergian.� Agar telecommuting dapat berjalan dengan baik, diperlukan gaya manajemen yang baik, yang didasarkan dan ditujukan pada hasil, bukan pengamatan yang mendetil dari masing-masing karyawan secara individual. Hal ini menunjuk pada manajemen berbasis tujuan (management by objectives) yang bertolakbelakang dengan manajemen berbasis observasi (management by observation). Manfaat telecommuting antara lain mengurangi biaya transportasi karena tidak perlu pergi ke kantor, mengurangi kemacetan jalan, sekaligus mampu meningkatkan working life balance. Melakukan telecommuting, masalah teknologi seperti keamanan, akses, kehandalan sangat penting. Program telecommuting harus direncanakan dengan baik, dilaksanakan dan dikelola, dan membutuhkan komunikasi yang menyeluruh, dukungan perusahaan, standardisasi teknologi, proses didefinisikan dengan baik, pelatihan yang berkelanjutan dan alat implementasi yang kuat. Menentukan tujuan dari telecommuting, bisnis apa yang akan di proses, aplikasi apa saja yang perlu dimobilisasi, dan bagaimana mengukur keberhasilannya.

1. Pertimbangan Teknis IT, mengidentifikasi staf TI yang memahami atau dapat dilatih pada teknologi mobile sehingga mereka dapat mengevaluasi peralatan dan vendor. Telecommuter akan memerlukan teknologi yang mungkin termasuk komputer, telepon, modem, printer dan perangkat lunak seperti sistem operasi, aplikasi, firewall, tombol pengaman, software backup dan alat diagnostik. Tentukan apa yang perusahaan bersedia untuk menyediakan, anggaran pembelian, mengkonfigurasi dan pengiriman peralatan, dan perawatannya. 2. Standardisasi, inti dari telecommuting adalah membuat WAN menjadi LAN dimana bundel teknologi telekomunikasi adalah VPN (Virtual Private Network). VPN terdiri dari semua perangkat keras dan perangkat lunak yang diperlukan untuk mendapatkan akses berwenang untuk sumber daya perusahaan dan dapat mencakup token keamanan, hardware atau software berbasis enkripsi data, otentikasi kunci bersama, dan jalan dikonfigurasikan untuk server berwenang. Standarisasi akan membantu mengurangi waktu dan biaya, dan memastikan setiap orang bekerja dengan peralatan yang sama.


3. Keamanan, host server dapat memeriksa untuk memastikan bahwa komputer pengguna memiliki up-to-date firewall dan anti-virus software. Selain itu file yang akan di download/upload dari server oleh pengguna dapat di enkripsi terlebih dahulu. Untuk keamanan tambahan, pastikan sistem anda menyediakan otentikasi user dimana seseorang menggunakan perangkat perusahaan harus menerima akses ke sumber daya perusahaan lebih dari seseorang yang menggunakan perangkat pribadi atau tidak terdaftar. 4. Infrastruktur, tantangan terbesar melakukan telecommuting adalah infrastruktur, di Indonesia sendiri untuk VPN IP, METRO E, MPLS hanya tersedia di kota besar. Fasilitas yang paling memungkinkan adalah ADSL dan Mobil Network. Mobile network di Indonesia sangat potensial, dengan jumlah pelanggan potensial tentu operator seluler berlomba-lomba mencari pelanggan. Saat ini teknologi yang banyak di pakai adalah 3G (HSDPA) dan CDMA EV-DO.

Masalah teknis yang timbul seperti masalah back up data. Jika komputer pengguna gagal, membantu mereka memulihkan data yang hilang terkadang sangat susah. Pergunakan back up otomatis, begitu pula server dibuat redundant active. Mengharapkan telecommuter untuk memback up datanya secara teratur sangatlah susah. Untuk penerapan telecommuting, kalau di rasa tidak mampu kita bisa bekerja sama dengan vendor yang ada. Para mitra/vendor dapat menawarkan praktik terbaik, skala ekonomi dan infrastruktur stabil aman untuk bekerjasama.


3

G A MB A R A N U MU M B A N D U N GME T R O P O L I T A NA R E A

3. 1 . 1

VI SI

S e b a g a i p e n g h e l ae k o n o mi , k e s e j a h t e r a a n , mo d e r n i s a s i , d a n k e b e r l a n j u t a n .

40


41


42


43


44


45


Gambar3. 9T i ngk atPe r t umbuhanE k onomiKot aBandung

Met r opol i t anBan du n gmer u pak ans at uk es at u anwi l ayah ek on omik ar en apadadaer aht er s ebu tt er j adit r an s ak s i danper pu t ar anbar an gdanj as aan t ar ak ot adank abu pat enyan gmas u kk edal amwi l ayahmet r opol i t anBan du n g.Kant et apidal am mas i n gmas i n gk ot aj u gas eben ar n ya j u ga men j adiwi l ayah ek on omis en di r i .Ol eh k ar en ai t upewi l ayahek on omidimet r opol i t anBan du n g di bagiber das ar k anc l u s t er s l u s t erwi l ayahek on omis eper t i padagambardi bawah .

s umbe r :Pe nat aanRuangMe t r opol i t anBandung

Gambar3. 11Pe mbagi anCl us t e rMe t r opol i t anBandung

PDBu n t u kk ot aCi mah i padat ah u n2006adal ahs ebes ar Rp8, 19Mi l yar( h ar gas aatt ah u ni t u ) ,s edan gk anPDB Kabu pat enBan du n g danKabu pat enBan du n g Bar at padat ah u nyan gs amaadal ahs ebes arRp40, 15Mi l yar . Sek t orpr i meryan gt er mas u kdi dal amn yas ec t oragr i k u l t u rdanpen gemban ganper t amban gant et apmemegan gper anyan gpen t i n gdal amper k emban ganek on omi Kabu pat enSu medan g. Ak ant et api s ec t ort er s i er , per dagan gan , h ot el danr es t or an , t r an s por t as i dank omu n i k as i , k eu an gan dan pel ayan an ,j u ga t u r u tber k on t r i bu s i dal ampen gemban ganek on omi s ec ar as i gn i f i k an . Gambar3. 10T i ngk atPe r t umbuhanE k onomiBMA

Cl u s t er c l u s t ermet r opol i t anBan du n g mempu n yaiper an yan gmen du k u n gper t u mbu h anek on omidaer ahmet r opol i t anBan du n gdi man amas i n gmas i n gc l u s t ermempu n yai pu s atper t u mbu h anek on omi mas i n gmas i n g. T abe l3. 2Pus atPe r t umbuhanE k onomiBMA

s umbe r :Pe nat aanRuangMe t r opol i t anBandung

T abe l3. 1Ak t i vi t asE k onomiBMA

s umbe r:BAPPE DAPr ovi ns i J awaBar at ,Has i lAnal i s i s ,2004

46


3. 5

gan t er i den t i f i k as i k an n ya k e7s ek t orbas i sdi at as Dar ias pek per ek on omi an per t u mbu h an ek on omidiDen y a n g p a d a u m u m n y a a d a l a h s e k t o r s e k t o r p e r k o t a a n wi l ayah Met r opol i t an Ban du n gs ec ar au mu m dapat s ec t or s ek u n der dan t er s i er ) mak a k ec en der u n gan di k el ompok ans ec t ordomi n andiwi l ayahKot a Ban d- ( k emban gan wi l ayah met r opol i t an s ampaiden gan u n g窶適ot aCi mah idandiwi l ayahk abu pat enBan du n g per ah u n2025c en der u n gber k emban gk ear ahs ec t orper k odanKabu pat enSu medan g.Diwi l ayahKot aBan du n gt aan .Sek t orper k ot aanyan gdi per k i r ak anak ant er j adi danKot a Ci mah iper k emban gans ec t orek on omidi -t l ambat anper t u mbu h anadal ahs ec t ori n du s t r yman u dor on gol ehper k emban gans ec t ori n du s t r yman u f ak t u r per ak t u rak i batdi t er apk an n yaAF T Adank ebi j ak ani n t er n al s ebes ar8, 72% pert ah u nden gank on t r i bu s is ebes ar f g memper k et atper i j i n anl ok as ii n du s t r iyan gt i dak 27, 2% t er h adapPDRBat asdas arh ar gak on s t ans edan - yan es u aiden gandayadu k u n gn ya.Sek t orper t an i anyan g gk ans ec t orj as adanper dagan gant u mbu hden ganl aj us i f at n yapr odu k s idiwi l ayahdi per k i r ak anak ant u mbu h 19, 24% den gank on t r i bu s is ek i t ar 33%.Un t u kWi l ayah s k o n s t a n s a m p a i d e n g a n t a h u n 2 0 2 5 n a m u n k e c e n d e r u n Kabu pat enBan du n gs ec t ordomi n anyan gber k emban g k emban ganper t an i anyan gs i f at n ya agr i bi s n i s didaer ahi n iadal ahs ec t orI n du s t r iPen gol ah anyan g ganper per k i r ak anak ant et ap t u mbu hl ebi ht i n ggil agi .De t u mbu hden ganl aj ur at ar at as ebes ar9, 11% den gan di k i anpu l aden gans ec t orJ as aPar i wi s at adi per k i r ak an k on t r i bu s is ebes ar51, 8% t er h adap PDRBat asdas ar mi ant et apber k emban gden ganpes at . h ar gak on s t ans edan gk ans ec t orper dan gan gant u mbu h ak s ebes ar3, 4% den gank on t r i bu s is ebes ar14, 8% dan s ec t orper t an i ant u mbu hden ganl aj u0, 49% pert ah u n den gank on t r i bu s i s ebes ar10, 3% at asdas arh ar gak on s t an .Ber das ar k anh as i lper h i t u n ganL oc at i on alQu et i on ( L Q)di dapatbah was ek t or s ek t orbas i syan gmen j adi t u l an gpu n ggu n gper ek on omi andiwi l ayahMet r opol i t an , adal ah : 1. I n du s t r i Pen gol ah an 2. L i s t r i k , Gasdanai rber s i h ; 3. Ban gu n an /Kon s t r u k s i 4. Per dagan gan , Hot el dan r es t or an 5. Pen gan gk u t andanKomu n i k as i ; 6. Keu an ganper s ewaandanj as aper u s ah aan 7. J as aj as al ai n n ya

3. 5

A S P E K D E MO G R A F I

a) . Kec amat anCi mah i memegan gper an anyan gs an gat Kot aBan du n gmemi l i k il u as16. 833h ek t ardanmemi l i k i/h p e n t i n g d a l a m h a l i n i , m e l i h a t d a r i b a n y a k n y a k e g i a t a n di popu l as is eban yak2. 296. 848j i wa,s edan gk anKabu aCi mah i t er mas u kk egi at anpemer i n t ah andanper dapat enBan du n gmemi l i k il u as176, 792. 72h ek t ar ,dan Kot gan .DiCi mah is en di r it er dapats ebu ahj al anyan g h an yamemi l i k i pen du du k2. 943. 858j i wa. Rat ar at ak e- gan m e n g h u b u n g k a n K o t a B a n d u n g d a n P a d a l a r a n g , s e h i n g g a padat anpen du du k n yaadal ah13. 750j i waperk i l omyakmas yar ak atyan gmel i n t as i k ot aCi mah i u n t u kbeet erper s egi padat ah u n 2006. Padat ah u n2006, j u ml ah ban gi an .Hali n imen j adis al ahs at upen yebabt i n ggi n ya pen du du kk ot aCi mah iadal ah522. 731pen du du ku n t u k per j u m l a h p o p u l a s i d i K o t a C i m a h i . L a j u p e r t u m b u h a n p e n t ot all u asper mu k aan3. 704h ek t ar .Hali n imen u n j u k k an d u d u k u n t u k k o t a C i m a h i r e l a t i f t i n g g i , y a k n i 4 , 5 4 % p e r k epadat an popu l as i yan g s an gat t i n ggi ( 128 t ah u n .

47


4Pe r t umbuhanpe ndudukMe t r opol i t anBandung Kabu pat enBan du n g Bar atmemi l i k ij u ml ahpen du du k Tabel3. s eban yak1, 4j u t au n t u kl u asper mu k aan130, 577. 38 h ek t ar .Padat ah u n2006,l i mak ec amat andar iKabu pat enSu medan gyan gt er mas u kdidal amn yabagi an dar iwi l ayahu r banBan du n gmemi l i k it ot alpen du du k s eban yak307. 160j i wa.Sedan gk anKec amat anJ at i n an gormemi l i k i popu l as i t er bes ardank epadat anpen du du kt er t i n ggidian t ar as emu ak ec amat andiKabu pat en Su medan g. Kepadat an pen du du kJ at i n an gor adal ahs eban yak36j i wa/h a( padat ah u n2006) . T abe l3. 3Popul as iBandungMe t r opol i t anAr e a

S umbe r :BPA,Kot amadya Vandung dal am Angk a;Kot a Ci mahi dal am Angk a;Kabupat e n Bandung dal am angk a; Kabupat e n S ume dangdal am Angk aT ahun1991,1997 dan 2003; BPS , S e ns us Pe nduduk 2000;BPS Kabupat e nS ume dang,Re gi s t r as i Pe dudukAk hi rT ahun1997

Per t u mbu h an pen du du k wi l ayah met r opol i t an Ban du n g r at ar at a2, 7% pert ah u nden gant i n gk atper t u mbu h an t er t i n ggi ber adadi wi l ayahKot aBan du n gdans ek i t ar n ya ek i t ar3, 7%. Den ganas u ms i bah was ampai den gant ah u n Rat ar at at i n gk atper t u mbu h anpen du du kt ah u n andi s 2 0 2 5 b e l u m a d a u p a y a p e n g e n d a l i a n m o b i l i t a s p e n d u d u k BMA adal ah3, 69% dar it ah u n1991 s ampai2000, ec ar a ef ek t i fmak al aj uper t u mbu h anpen du du kak an 2, 28% dar it ah u n2000 s ampai2003 dan2, 98% s t e t a p t u m b u h r a t a r a t a 2 , 8 6 % a t a u 1 4 , 6 7 J u t a J i w a 19912003. Gambar3. 12Popul as idiBMA p adat ah u n2025. Dar i per k i r aanj u ml ahpen du du kt er s e. bu tmak a70% at aus ek i t ar10J u t amer u pak an pen du du kper k ot aanyan g ber mu k i m dis ek i t ar wi l ayahKot aSi s t empen at aanr u an gdanl i n gk u n ganBan du n gs eper t iKot a Ci mah i ,Padal ar an g dan Ran c aek ek yan g mer u pak an wi l ayah pel i mpah anar u su r ban i s as i k ek ot aBan du n g. Ber t i t i kt ol ak dar iper k i r aan l aj u per t u mbu h an pen du du kyan gr el at i v emas i ht i n ggik h u s u s n yadi wi l ayahper k ot aandandi s t r i bu s ipen yebar an n ya yan gt i dakmer at amen gar ahper l uu payapen an gan anyan gl ei hs er i u st er h adapu payamen gen dal i k anl aj uper t u mbu h anpen du du k s er t apen yebar an n ya bai kmel al u imek an i s me admi n i s t r at i fmau pu nmek an i s men on admi n i s t r at i f . Gambar3. 13Pe t aPe r s e bar anPe ndudukBMA

T abe l3. 5J uml ahPe ndudukPe r k ot aanS ampaiDe ngan T ahun2025

s umbe r :Has i lAnal i s i sBappe da,2005 s umbe r:Bappe daJ awaBar at

48


3. 6

Daer ahBan du n gMet r opol i t anmemben t u kmegal opol i syan gt er di r idar i3Kapu bat en( Ban du n g, Ban du n g Bar atdan Su medan g)dan 2 k ot a ( Ban du n gdanCi mah i ) . Per k emban ganBMAdi c i r i Daer ahBan du n g Met r opol i t anmemben t u kmegal opol i s yan gt er di r idar i3Kapu bat en( Ban du n g,Ban du n gBar at dan Su medan g)dan 2 k ot a( Ban du n g dan Ci mah i ) . Per k emban ganBMA di c i r i k anden gans emak i nmen i n g- 4. Wi l ayahSor ean g k at n yau r bangepen gyan gdi j el as k ank h u s u s n yaden gan Kec amat an Sor ean g adal ah i bu k ot a Kabu pat en adan yai n f r as t r u k t u rt r an s por t as i j al ant er bar udanban gu - Ban du n g. Kegi at anu t amadiwi l ayahi n i ,s el ai nu n t u k n an ban gu n anber u k u r ank ec i lyan g men domi n as i .Pet a pemer i n t aanadal ahk egi at ank omer s i aldanper t adi bawahi n imen u n j u k k anper ger ak anan t ar a BMA dan n i an .Wi l ayahI n it er di r idar ik ec amat anCi l i l i n ,Sor eBan du n g.Sel ai ni t upet adi bawahi n ij u gamen ggambar - an g,Kat apan g,Pameu n gpeu k ,Bal een dah ,Ci par ay, k anf u n gs i dar i Ban du n gs ebagai k at al i sdar i per ger ak an .Ar j as ar i danBan j ar an .

R E N C A N A T A T AG U N AL A H A N R E G I O N A L

Wi l ayahRan c aek ek BMA di bagik edal am 7daer ahpen gemban gans eper t i 5. Kawas an i n i men c ak u p k ec amat an yan gak andi j el as k andi bawahi n i . R a n c a e k e k , C i c a l e n g k a , C i k a n c u n g , N a g r e g , S o l o k a n 1. Ban du n gCi mah i ( u r banar ea) er u kdanMaj al aya.WI l ayahI n iak andi k emban gk an Kot aBan du n gdanCi mah imer u pak anpu s atdar iBMA. J ebagai s ebu ahk awas ank omer s i al i n du s t r i s k al abes ar . T er mas u kdi dal amn ya Kec amat anMar gah ayu ,Ci l eu n yi ,s 6 . Wi l a y a h J a t i n a n g o r Mar gaas i h ,danBoj on gs oan gyan gs ec ar aadmi n i s t r at i f at i n an gort er k en al s ebagai k ot apen di di k an . Di mas a mer u pak an bagi an dar iKabu pat en Ban du n g. Kegi at an J wi l ayahi n iak andi k emban gk ans ebagaipu s at u t amayan gadadidaer ahper k ot aani n iadal ahper da- depan k ot aan . Wi l ayahi n i men c ak u pk ec amat an Su k as ar i , gan gan , pen di di k an , pel ayan an , danadmi n i s t r as i pemer i n - per J a t i n a n g o r , T a n j u n g s a r i , P a m u l i h a n d a n C i m a n g g u n g . t ah . 7. Wi l ayahBan du n gSel at an 2. Wi l ayahL emban gdanBan du n gUt ar a ahi n iadal ahyan gt er bes ar ,t er mas u kdi dal amn I n i adal ahwi l ayahyan gdi l es t ar i k ank ar en aber f u n gs i s e- Daer y a k e c a m a t a n C i p o n g k o r , G u n u n g H a l u , S i n d a n g k e r t , bagai c ek u n ganai ru n t u kBMA. Wi l ayahi n i t er di r i dar i k ewi dey, Pas i r j ambu , Pan gal en gan , Ci amu n g, Ker t as ac amat anCi s ar u a,Par on gpon g,L emban g, Ci men yan ,dan Ci i ,Pac et ,I bu ndanPas eh .Seper t iwi l ayahL emban g, Ci l en gk r an g.Kar en ah alt er t en t u ,wi l ayahi n iak an di k em- r w i l a y a h i n i a k a n d i k e m b a n g k a n u n t u k k e g i a t a n e k o n o ban gk ans ebagai k awas an per t an i andanpar i wi s at a. m i d a l a m s e k t o r p a r i w i s a t a d a n p e r t a n i a n . 3. Wi l ayahPadal ar an g Wi l ayahi n imen c ak u pKec amat an Ci peu n deu y,Ci k al on g Wet an , Ci pat at , Padal ar an gdanNgampr ah . Wi l ayahi n i di k h u s u s k an u n t u k men gak omodas if u n gs i Kot a Ban du n g dal am s k al a bes ar per dagan gandanpen di di k an .

Gambar3. 14Pe r j al ananant ar aBMAdanKot aBandung s umbe r :Pe nat aanRuangMe t r opol i t anBandung

49


3. 7

A S P E K L I N G K U N G A N

E

k ol ogiBan du n g Met r opol i t an Ar ea t er di r i dar iek os i s t em h u t anl i n du n g,h u t anbu di daya,h u t an c ampu r an ,l ah an bu di daya,pemu k i man .Sel ai ni t u wi l ayahmet r opol i t anBan du n gber adapadabeber apa Su b Das Ci k apu n du n g,Su bDas Ci man u k ,Su bDas Ci wi dey,Su bDas c i s an gk u y, Su b DasCi t ar u m. Kon di s i daya du k u n g l i n gk u n gan diBan du n g Met ropol i t an Ar ea s aat i n i s u dahc u k u pk r i t i s . Hal i n i men j adi f ac t orpembat asbagi pen gemban ganpemban gu n andi Wi l ayahMet r opol i t anBan du n gk edepan .Wal au pu n den ganas u ms i t er j adi u payapen an gan andanr eh abi l i t as i l i n gk u n gans ec ar at er padu , n amu nu payapemu l i h an t er h adapper bai k ank on di s i l i n gk u n gani n i ak anmemer l u k anwak t uyan gr el at i v ec u k u pl ama.Ol ehk ar en ai t u mak aar ahpen gemban ganpemban gu ndi wi l ayahMet r opol i t an Ban du n gk edepan t et ap h ar u sdi ar ah k an pada l ok as i l ok as iyan g mempu n yaik on di s idaya du k u n gyan gs es u ai , memas u k ans en t u h an s en t u h an

50

t ek n ol ogis er t au payapen egak anh ok u ml i n gk u n gan . Pemu l i h andayadu k u n gt er u t amadi ar ah k anpada u payapemu l i h anDASCi t ar u mbes er t ak e11Su b DASn ya,u payar eh abi l i t as it er h adapk awas an k awas an r es apan ai rdan pemu l i h an t er h adap pen c emar an u dar a di per k ot aan mel al u ipembat as anan gk u t anpr i badi danmen yedi ak ann gk u t anmas alt er padus er t apen gen dal i anpen c ema r anl i mbahu dar adar i k egi at ani n du s t r i yan gmas i h ada. T abe l3. 6L uasKawas anL i ndungdanBudi daya


IV

GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI

Berdasarkan alur berpikir yang telah disusun, diatur bersama dan dijelaskan pada Bab I, maka kami mengambil 3 wilayah studi yang dapat mewakili wilayah Bandung Metropolitan Area. Ketiga wilayah tersebut adalah Kecamatan Margahayu, Kecamatan Jatinangor, dan Kota Cimahi. Dari ketiga wilayah tersebut, wilayah studi dipilih berdasarkan koridor jalan. Ketiga wilayah ini dipilih berdasarkan ciri khas dari penggunaan lahannya. Margahayu dipilih karena memiliki kepadatan penduduk yang paling tinggi, Jatinangor sebagai wilayah pendidikan, dan Cimahi karena terdapat pergeseran guna lahan dari lahan industri ke perumahan.

51


MARGAHAYU Margahayu adalah sebuah kecamatan yang terletak di Kabupaten Bandung. Kecamatan yang terdiri dari 5 kelurahan yaitu Kelurahan Sulaeman, Sukamenak, Sayati, Margahayu Selatan dan Margahayu Tengah ini memiliki luas sebesar 933 Ha. Kelima kelurahan ini pada umumnya memiliki bentuk topografi yang sama, yaitu dataran luar kawasan hutan dan memiliki ketinggian sebesar 700 meter dari permukaan air laut. Meskipun bentuk topografinya sama, namun setiap kelurahan memiliki luas wilayah yang berbeda- beda, Kelurahan Sulaeman memiliki luas sebesar 387 Ha, Desa Sukamenak 129,7 Ha, Desa Sayati 148,2 Ha, Desa Margahayu Selatan 153 Ha, dan Margahayu Tengah memiliki luas sebesar 115 Ha. Kecamatan ini terdiri dari berbagai jenis peruntukan lahan, sebesar 30,2 hektar berupa lahan tak berpengairan, 52 hektar lahan pertanian bukan sawah dan sisanya kurang lebih sekitar 850,8 hektar berupa lahan non pertanian.

52


Gambar di atas menunjukkan lokasi persebaran BTS di Margahayu. Hal ini merupakan salah satu potensi dari Margahayu, yaitu cukup banyaknya BTS yang tersebar. Akan tetapi, letak dari BTS ini tidak terdistribusi dengan merata di Margahayu. Terdapat daerah-daerah dengan konsentrasi BTS yang cukup banyak, di sisi lainterdapat daerah dengan BTS yang sangat sedikit dan hampir tidak ada.

53


1.1

Alasan Pemilihan Lokasi Fenomena yang paling dominan di Bandung Metropolitan Area adalah kepadatan, tata guna lahan, dan alih fungsi lahan.

Hal ini kemudian yang akan dihubungkan dnegan dengan pergerakan masyarakat yang signifikan. Margahayu merupakan salah satu kawasan yang memiliki cirri-ciri kepadatan yang tinggi. Dalam fenomena kepadatan, di BMA terdapat persebaran kepadatan (perumahan) Yang berbeda-beda, perbedaan pengadaan fasilitas, dan pergerakan dari pusat pertumbuhan satu ke pusat pertumbuhan yang lain, faktanya Margahayu merupakan kawasan yang memiliki kepadatan perumahan paling tinggi diluar pusat pertumbuhan utama (Kota Bandung), hal ini ditunjukkan dari peta dibawah ini.

Pada gambar di samping dapat dilihat bahwa Margahayu merupakan kawasan pusat pertumbuhan dan memiliki kepadatan penduduk yang sangat tinggi.

54


BMA

Oleh sebab itu, yang ingin diamati dari fenomena ini adalah pergerakan yang terjadi di koridor yang menghubungkan pusat pertumbuhan Margahayu dan pusat pertumbuhan utama (Kota Bandung). Untuk lebih jelasnya, alasan pemilihan lokasi Margayau ditunjukkan oleh bagan berikut.

Fenomena BMA Kepadatan Overlay Peta (Peta dasar, jaringan jalan, kepadatan penduduk, tata guna lahan Kepadatan tinggi (selain kota bandung): Perumahan, Pertumbuhan penduduk, Kepadatan penduduk ISU

Pergerakan & Teledensitas

MARGAHAYU

Wilayah pinggiran di bagian selatan Kota Bandung yang mengalami pertumbuhan pesat secara administrasi termasuk ke dalam Kecamatan Margahayu. Wilayah ini merupakan perlintasan utama yang menghubungkan Kota Bandung dan Kota Soreang sebagai ibu kota Kabupaten Bandung. Topografi wilayah ini relatif datar dengan kemiringan 0-3% dan bukan merupakan lahan pertanian yang penting sehingga cocok bagi pengembangan yang bersifat perkotaan. Luas wilayah Kecamatan Margahayu adalah 933 Ha. Kecamatan ini berbatasan di sebelah utara dengan Kota Bandung, sebelah selatan dengan Kecamatan Katapang, sebelah timur dengan Kecamatan Margaasih dan sebelah barat dengan Kecamatan Dayeuh Kolot.

Tata Guna Lahan

Alih Guna Lahan

1.2

Geografis

55


1.3

Kependudukan

Kecamatan Margahayu merupakan kecamatan dengan populasi terpadat di Kabupaten Bandung dan salah satu kawasan lokasi industri di Kabupaten Bandung.

Tahun

Jumlah

Kepadatan (jiwa/km2)

2001

80.254

8.332

2002

103.894

10.086

2003

100.430

9.198

2004

106.439

10.090

2005

107.526

10.144

Sumber : BPS Kab Bandung dalam angka tahun 2000-2005

Kecamatan Margahayu dibagi menjadi 5 desa, yaitu desa Margahayu Tengah, desa Sayati, desa Margahayu Selatan, desa Sukamenak dan desa Sulaeman. Jumlah penduduk di Kecamatan Margahayu saat ini telah lebih dari 100.000 jiwa dengan kepadatan melebihi 10.000 jiwa/km. Berdasarkan keadaan demografisnya, Kecamatan Margahayu dapat dikategorikan sebagai kawasan perkotaan, dengan dominasi penggunaan lahan permukiman. Jarak menuju pusat kota Bandung sekitar 10 km menyebabkan lokasi ini menarik bagi pertumbuhan perumahan. Perkembangan perumahan yang dikembangkan oleh pengembang swasta sejak awal tahun 1980an berperan besar dalam pertumbuhan pendudukdi wilayah ini. Pertambahan penduduk di Kecamatan Margahayu meningkat drastis pada tahun 1980 sampai dengan tahun 2000 dari 41.953 jiwa menjadi 106.439 jiwa, peningkatan jumlah penduduk dalam kurun waktu 20 tahun adalah 147%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

56


Dalam melakukan kegiatan berbelanja, pada dasarnya penduduk dipengaruhi oleh dua jenis kondisi, yaitu kondisi luar (eksternal) dan kondisi dalam (internal). Kondisi luar dipengaruhi oleh rangsang pengaruh yang timbul oleh keadaan potensi tempat berbelanja (seperti daya tarik lokasi, jarak pencapaian dan lain-lain). Sedangkan kondisi dalam adalah rangsang pengaruh yang timbul dari keadaan individu melalui struktur mental dan sistem nilainya (dicerminkan oleh struktur umur, tingkat pendidikan, status pekerjaan, aktifitas ibu rumah tangga, pemilikan kendaraan, pendapatan). Dalam penelaahan studi ini dilakukan penyebaran kuesioner pada responden yang ditujukan pada penduduk telah mempunyai penghasilan, yaitu kepala keluarga karena penghasilan akan mempengaruhi terhadap keinginan untuk berbelanja. Penyebaran kuesioner pada responden tersebut telah dilakukan pada studi terdahulu sebagaimana pembahasan pada sub bab pertama yang merupakan tuntutan dalam penyediaan data untuk studi ini.

1.4

Sosial Ekonomi

57


Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan yang dimaksud dalam studi ini diwakili oleh tingkat pendidikan kepala keluarga. Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa tingkat pendidikan berpengaruh dalam membentuk preferensi individu untuk menggunakan fasilitas tertentu.

Karakteristik tingkat pendidikan menunjukan adanya perbedaan proporsi antara kelompok perumahan sederhana dengan perumahan menengah maupun mewah. Pada kelompok perumahan sederhana, proporsi terbesar dimiliki oleh keluarga yang tingkat pendidikan responden SLTA sebanyak 13 orang dan perumahan menengah sebanyak 22 orang. Sedangkan untuk kelompok perumahan mewah, proporsi terbesar dimiliki oleh kelompok yang tingkat pendidikan responden Sarjana sebanyak 18 orang. Adanya perbedaan dalam karakteristik tingkat pendidikan tersebut menjalar pada status pekerjaannya.

58


Status Pekerjaan Status pekerjaan dari keluarga yang bekerja (atau kepala keluarga) mempengaruhi pola kegiatan berbelanjanya, sebagai konsumen akan memperluas pasar untuk memperoleh barang yang diinginkan. Hal ini seiring dengan pengetahuan yang dimilikinya dari anggota keluarga yangbekerja. Dalam kelompok keluarga pada perumahan sederhana, perumahan menengah dan mewah berdasarkan jenis pekerjaannya sebagian besar keluarga dengan jenis pekerjaan wiraswasta.

Sumber: Erno Setio Wiguno (2006)

59


1.5

Kekhasan Daerah Studi (Perkembangan Kegiatan Perumahan)

Perkembangan perumahan dapat dibagi menjadi dua yaitu perumahan formal dan perumahan informal. Perumahan formal adalah sistem pembangunan perumahan yang proses perencanaan, pelaksanaan dan pengelolaan pembangunannya dilakukan oleh institusi formal seperti pemerintah atau pengembang swasta. Sedangkan perumahan informal merupakan sistem pembangunan perumahan yang proses perencanaan, pelaksanaan dan pengelolaan pembangunannya dilakukan oleh penghuni atau masyarakat sendiri (lembaga non formal). Perumahan formal di Indonesia berdasarkan Kepmen No.4 tahun 1995 dibedakan menjadi rumah sederhana rumah menengah dan rumah mewah dengan kriteria sebagai berikut:

1. 2.

3.

60

Rumah sederhana adalah rumah tidak bersusundengan luas lantai bangunan tidak lebih dari 70 m2, yang dibangun di atas tanah dengan luas kapling 54m2-200 m2 Rumah menengah adalah rumah tidak bersusun yang dibangun diatas tanah dengan luas kapling 54 m2-600m2 dengan luas lantai bangunan rumahdisesuaikan dengan koefisien dasar bangunan dan koefisien lantai bangunan yang diijinkan dalam rencana tata ruang. Rumah mewah adalah rumah tidak bersusunyang dibangun diatas tanah dengan luas kapling 54 m2-2.000 m2dengan luas lantai bangunan rumah disesuaikan dengan koefisien dasar bangunan dan koefisien lantai bangunan yang diijinkan dalam rencana tata ruang.


Sebagai salah satu kota besar, Kota Bandung mengalami pertumbuhan yang tinggi, hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan penduduk sekitar 2% per tahun, penduduk kota Bandung saat ini berjumlah kurang lebih 2,5 juta jiwa jauh dari rencana awal pertama kali kota ini dikembangkan tidak lebih dari 100.000 jiwa. Perkembangan kota yang sedang terjadi, diikuti perkembangan di kawasan pinggiran di sekeliling kota di luar wilayah administrasinya. Kota Bandung berkembang melalui dua sumbu yaitu sumbu timur-barat dan utara selatan, perkembangan sumbu timur-barat bisa dilihat dari mulai Padalarang sampai Jatinangor dan sumbu utara-selatan dari Lembang sampai Soreang. Dari kedua sumbu ini perkembangan sumbu timur-barat lebih dominan, yang merupakan perluasan wilayah kota yang membujur timur-barat, hal ini sesuai dengan poros lintas utama pulau Jawa yaitu poros timur-barat.

Pengembangan perumahan di daerah Bandung selatan berkembang dengan cukup pesat, areal persawahan yang dahulu mendominasi, sekarang telah banyak beralih fungsi menjadi kawasan perumahan. Areal persawahan di daerah ini bukan merupakan lahan sawah produktif sehingga cocok bagi pengembangan lahan perkotaan dan kegiatan non pertanian.

Perkembangan kawasan perumahan dimulai dari tahun 1980-an seiring dengan kebijakan pemerintah yang memberikan kesempatan pada pihak swasta untuk melakukan pengembangan kawasan perumahan. Dalam proses perkembangan kegiatan permukiman penduduk di Kecamatan Margahayu dikenal dua macam mekanisme perkembangan. Pertama adalah permukiman yang dikembangkan secara individual dan spontan. Kedua adalah permukiman yang dikembangkan secara kolektif, berdasarkan rencana pengembangan kawasan dan umumnya diselenggarakan pengembang swasta/developer. Permukiman-permukiman ini umumnya menempati ruang-ruang yang agak jauh dari jalan-jalan regional dan membentuk kantong-kantong kegiatan yang kondisi struktur tata ruangnya sangat kontras dengan lingkungan sekitarnya.

61


Permukiman terencana adalah jenis permukiman yang berkembang menurut mekanisme yang disebutkan kedua dan kemudian memperoleh istilah perumahan formal. Dalam wilayah pinggiran Kecamatan Margahayu, jumlah rumah yang termasuk dalam lingkungan perumahan ini relatif kecil dibanding dengan jumlah rumah yang dikembangkan secara individual. Menurut Rencana Umum Tata Ruang Margahayu, bahwa jumlah rumah di dalam lingkungan perumahan formal ini berkisar sekitar 25% dari jumlah rumah total di wilayah pinggiran Kecamatan Margahayu.

62

Pertumbuhan perumahan formal dan industri di kawasan ini mendorong tumbuhnya permukiman informal serta kegiatan perdagangan. Kawasan ini menjadi kawasan yang bersifat perkotaan hanya dalam waktu yang singkat kurang dari 10 tahun. Antara tahun 1980-1990 lahan di kawasan ini masih didominasi oleh lahan pertanian. Penggunaan lahan pada tahun 1997 terjadi perubahan drastis dalam penggunaan lahan perumahan, perkembangan ini lebih bersifat spontan sehingga menyebabkan kesemerawutan/overspill development. Perubahan terjadi dengan masuknya pengembang swasta pada sekitar tahun 1980 seiring dengan kebijakan pemerintah yang mengikutsertakan swasta dalam pembangunan perumahan. Jenis perumahan formal yang umumnya berkembang di wilayah pinggiran Kecamatan Margahayu ini adalah jenis perumahan yang disediakan untuk golongan masyarakat berpenghasilan menengah. Sesuai dengan Kepmen No.4 luas rumah untuk perumahan sederhana, menengah dan mewah telah ditentukan luasnya.

Untuk lingkungan perumahan yang dikembangkan, bahwa kenyataannya mempunyai keadaan variasi luas dan jenis rumah yang terdapat dalam setiap lingkungan perumahan tersebut terjadi selain dari akibat ragamnya konsumen-konsumen yang menjadi sasarannya, juga disebabkan mekanisme pemasaran yang dipilihnya. Dalam kaitannya peninjauan terhadap jenis rumah ini sebenarnya diarahkan untuk mengetahui perilaku berbelanja penduduk dalam menggunakan fasilitas perdagangan yang terkait dengan tingkat penghasilan, dasar pertimbangannya adalah penduduk yang penghasilan kian tinggi memiliki rumah yang dibangun standar yang lebih baik. Pola penyebaran perumahan dan pengambilan sampel pada kelompok perumahan sederhana menengah dan mewah.


JATINANGOR

63


2.1

Alasan Pemilihan Lokasi Fenomena lain yang cukup popular di Bandung Metropolitan Area adalah fenomena tata guna lahan.

ISU

Pergerakan & Teledensitas

Kepadatan BMA

Fenomena BMA

Tata Guna Lahan Alih Guna Lahan

Di BMA sendiri banyak terjadi spesialisasi pada suatu kawasan, hal ini menyebabkan tidak semua kebutuhan terpenuhi di kawasan yang terspesialisasi tersebut, masyarakat kawasan tersebut mencari kebutuhan ke pusat pertumbuhan utama. Fakta yang ada, salah satu spesialisasi yang terjadi adalah kawasan pendidikan yaitu di Jatinangor. Hal ini tentulah merupakan hal yang special apabila dibandingkan dengan kawasan lain, oleh sebab itu Jatinangor dipilih menjadi salah satu kawasan studi. Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, maka yang ingin dilihat dari kawasan ini adalah teledensitas beserta pergerakan yang terjadi di koridor yang menghubungkan pusat pertumbuhan Jatinangor (kawasan yang terspesialisasi) dan Pusat Utama Kota Bandung. Lebih jelasnya, alur pemilihan lokasi jatinangor adalah seperti dibawah ini.

64

Identifikasi peta tata guna lahan

Keunikan tata guna lahan (spesialisasi kawasan pendidikan)

Jatinangor


2.2

Geografis Jatinangor terletak pada koordinat 107o 45’ 8,5” – 107o 48’ 11,0” BT dan 6o 53’ 43,3” – 6o 57’ 41,0” LS. Titik terendah di kecamatan ini terletak di daerah Desa Cintamulya setinggi 675 m di atas permukaan laut, sedangkan titik tertingginya terletak di puncak Gunung Geulis setinggi 1.281 m di atas permukaan laut. Sungaisungai penting di Jatinangor meliputi Cikeruh, Cibeusi, Cicaringin, Cileles, dan Cikeuyeup. Seperti halnya Bandung, Jatinangor juga dilingkupi gunung, antara lain Gunung Geulis dan Gunung Manglayang

Karena di Jatinangor lebih dikenal dengan kawasan pendidikan dengan banyaknya perguruan tinggi, para penduduknya banyak yang bekerja di sektor informal, seperti pedagang, pengelola kost, pemilik rumah makan, rental komputer, pengusaha fotokopi dan lain sebagainya. Cukup banyak penduduk dari luar daerah yang bekerja di sektor tersebut. Di beberapa titik di Jatinangor masih dijumpai penduduk yang bekerja di sektor pertanian. Kecamatan Jatinangor merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Sumedang, dengan posisi berada pada 108º, 6¹, 41,71 dtk (BT) dan 1º, 50¹, 36,38 dtk (LS). Wilayah Kecamatan Jatinangor meliputi luas 26,2 Km² dengan jarak antar batas wilayah dari Utara-Selatan 5 Km dan dari arah Barat-Timur 7 Km.

65


Secara administratif Kecamatan Jatinangor terbagi kedalam 12 Desa, 56 Dusun, 128 RW dan 479 RT.Sedangkan bila dilihat dari posisi Georafisnya, Kecamatan Jatinangor berada di Wilayah Bagian TimurKabupaten Sumedang dengan Batas-batas Wilayah Aministratif Pemerintahan sebagai berikut :    

Sebelah Utara : Kecamatan Suksari dan Kecamatan Tanjungsar Sebelah Timur : Kecamatan Tanjungsari dan Kecamatan Cimanggung Sebelah Selatan : Kecamatan Kecamatan Rancaekek Kab. Bandung Sebelah Barat : Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung

Kecamatan Jatinangor merupakan Daerah Perbukitan dengan ketinggian antara 725-800m diatas permukaan air laut (dpl), dengan curah hujan rata-rata per tahun mencapai 492,64 mm. Sedangkan, orbitasi ke Ibu Kota Kabupaten Sumedang sepanjang 21,5 Km dengan jarak tempuh 1 jam perjalanan dengan kendaraan darat.Dilihat dari penggunaan lahannya, sebagian besar wilayah merupakan Lahan permukiman/pekarangan yangluasnya mencapai 1.217 Ha (54,1%), sedangkan luas penggunaan lahan lainnya adalah berupa tegal/kebun615 Ha (27,3%), kolam 14 Ha, Hutan Rakyat 273 Ha, Hutan Negara 130 Ha dan penggunaan lainnya125,15 Ha.

66


2.3

Kependudukan

Kecamatan Jatinangor memiliki jumlah penduduk berdasarkan hasil Pendataan Keluarga Tahun 2008 adalah sebanyak 87.974 Jiwa, yang terdiri dari 44.151 orang laki-laki, 43.821 orangperempuan dan 20.525 Kepala Keluarga (KK).Laju pertumbuhan penduduk Kecamatan Jatinangor termasuk tinggi secara relatif yaitu sebesar 2,04% pertahun (tahun 2007), bila dibandingkan dengan angka laju pertumbuhan penduduk kabupaten sebesar 1,9. Hal ini menunjukan bahwa bukan saja tingkat kelahiran bayi masih tinggi, tetapi juga, sebagai kawasanpendidikan dan industri, Kecamatan Jatinangor sangat menarik bagi pendatang, baik dari lokal maupunnasional. Sedangkan perbandingan jumlah penduduk laki-laki terhadap 100 orang penduduk wanita (sexRatio) sebesar 1,03.Kepadatan penduduk di Kecamatan Jatinangor adalah 3.384 orang per Km².

Jumlah penduduk usia kerjapada tahun 2006 sebanyak 50.380 orang yang terdiri dari laki-laki 25.350 orang dan perempuan 25.030orang. Dari penduduk usia kerja tersebut, terdapat pengangguaran terbuka 1.671 orang dan 2.825 orangpengangguran tertutup.Mata pencaharian penduduk di Kecamatan Jatinangor kebanyakan penduduk bekerja di Sektor Pertanian(8,5 %), Perdagangan (11,2 %), Karyawan/Buruh (36,2 %), PNS, POLRI, TNI (7,3%), dan Wiraswasta(36,8%). Sedangkan kerukunan beragama berlangsung stabil, dengan komposisi penduduk berdasarkanagama yang dianut adalah sebagai berikut : 97,3 % memeluk Agama Islam, 0,86% memeluk agamaKatholik, 1,3 memeluk agama Kristen Protestan, 0,25% memeluk agama Hindu dan 0,2% memeluk agama Budha.

67


2.4

Sosial Ekonomi

Adanya fenomena perkembangan yang pesat di Kawasan Perguruan Tinggi(KPT) Jatinangor memberikan berbagai macam dampak. Fenomena ini dapat dilihatdari perkembangan kawasan tersebut dari sisi fisik, ekonomi dan sosial. Perkembanganfisik kawasan terlihat dari adanya konversi lahan, yaitu sebesar 115 ha dalam kurunwaktu lima tahun kebelakang. Konversi lahan terlihat dari terjadinya perubahanpemanfaatan lahan dari lahan tidak terbangun (tegalan dan tanah kering) menjadi lahanterbangun (yang didominasi oleh perumahan, perguran tinggi, dan industri). Perkembangan ekonomi kawasan terlihat dari tumbuhnya kawasan tersebut sebagaipusat pertumbuhan baru.Perkembangan pusat pertumbuhan ini selain didorong olehaktivitas perguruan tinggi, dipengaruhi pula oleh berkembangnya aktivitas industri. Halini terlihat pada kontribusi sektor industri terhadap PDRB Kecamatan Jatinangor(49,9%).

Selain itu, perkembangan KPT Jatinangor dapat dilihat dari munculnyaaktivitas perdagangan yang mendukung baik untuk aktivitas perguruan tinggi maupunindustri. Perkembangan sosial terlihat dari perkembangan jumlah penduduk yangmemiliki laju eksponensial.Perkembangan ini pun terlihat dari semakin banyaknyapenduduk pendatang di kawasan tersebut. Penduduk migran yang cukup besar terlihatmemiliki karakteristik usia muda dan lulusan SMA. Dengan demikian, dapat dikatakanbahwa kawasan tersebut sudah menjadi daerah tujuan migran.Beberapa fenomena perkembangan di atas, KPT Jatinangor ternyatadipengaruhi oleh dua aktivitas utama, yaitu perguruan tinggi dan industry.

68


2.5

Kekhasan Daerah Studi (Kawasan Pendidikan)

Kecamatan Jatinangor menjadi kawasan yang menarik secara ekonomi dimana diperkirakan terdapat lebih dari 30.000 mahasiswa yang menjadi penduduk tidak tetap dalam rangka menuntaskan studinya diberbagai perguruan tinggi yang ada di Jatinangor. Setiap harinya juga Jatinangor menjadi pusat kegiatan akademis yang sangat pesat dengan melibatkan sumber daya manusia yang unggul dengan fokus pada pengembangan pendidikan tinggi. Geliat perekonomian yang begitu tinggi rupanya tidak banyak berimbas pada tingkat kemajuan masyarakat asli Jatinangor. Kemajuan yang dapat diukur dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sedianya mampu mengangkat masyarakat setempat pada tingkatan yang lebih baik.

Sejak bulan Mei 2013 secara bersama-sama komunitas muda telah menginisiasi sebuah forum kreativitas kepemudaan di Jatinangor yang setiap minggunya mengadakan pertemuan untuk mengupas berbagai ide-ide untuk dapat berkontribusi pada pengembangan masyarakat Jatinagor. Forum ini bernama Forum Kreatif Jatinangor JTN. JTN ini dikembangkan dengan mengolaborasikan berbagai komunitas yang ada di Jatinangor dengan motornya berbasis kepemudaan.

69


2.5

Kekhasan Daerah Studi (Kawasan Pendidikan)

Hingga bulan September, atau dalam empat bulan ini, forum yang terdiri dari mahasiswa-mahasiswa di Jatinangor ini telah berhasil mengumbulkan lebih dari tiga puluh komunitas sosial, akademik dan kewirausahaan yang diajak untuk berdiskusi secara rutin dan mulai menumbuhkan kesadaran berkontribusi bagi masyarakat setempat dan juga mengundang langsung masyarakat Jatinangor untuk terlibat langsung. Setiap komunitas tersebut memiliki lebih dari dua hingga tiga puluh anggota. Sehingga jika ditotalkan secara rata-rata komunitas kreatif ini telah mampu menggerakkan sekitar seribu orang yang dapat dikategorikan sebagai community enabler / penggerak komunitas di kawasan Jatinangor. Berbagai mahasiswa yang berasal dari Unpad, Ikopin, IPDN, ITB dan kampus lainnya bergabung berkolaborasi dan mampu berkontribusi bagi masyarakat di Jatinangor. Pengembangan komunitas ini dikembangkan untuk memebrikan daya dorong kolaboratif antara mahasiswa, akademisi dengan masyarakat sekitar yang diarahkan pada pembentukan karakter, kepedulian, pengembangan idelisme, nasionalisme, kreativitas serta kewirausahaan.

70

Forum yang terdiri dari mahasiswamahasiswa di Jatinangor ini telah berhasil mengumbulkan lebih dari tiga puluh komunitas sosial, akademik dan kewirausahaan yang diajak untuk berdiskusi secara rutin dan mulai menumbuhkan kesadaran berkontribusi bagi masyarakat setempat dan juga mengundang langsung masyarakat Jatinangor untuk terlibat langsung. Setiap komunitas tersebut memiliki lebih dari dua hingga tiga puluh perwakilan komunitas yang memiliki perhatian pada berbagai bidang. Sehingga jika ditotalkan secara rata-rata komunitas kreatif ini telah mampu menggerakkan sekitar seribu orang yang dapat dikategorikan sebagai community enabler/penggerak komunitas di kawasan Jatinangor.


2.5

Kekhasan Daerah Studi (Kawasan Pendidikan)

Gambar diatas adalah gambar yang menunjukkan peta potensi Jatinangor. Lingkaran oranye merepresentasikan lokasi BTS sedangkan lingkaran yang berwarna merah merepresentasikan lokasi perguruan tinggi di Jatinangor. Terdapat empat perguruan tinggi terkenal di Jatinangor yakni IPDN, UNPAD, UNIKOM, dan ITB. Hal ini tentulah merupakan potensi yang sangat besar di Jatinangor, selain itu kondisi jalan di Jatinangor juga sudah cukup baik dan terdapat cukup banyak BTS yang tersebar.

71


CIMAHI

72


Cimahi mulai dikenal pada tahun 1811, Gubernur Jendral Willem Daendels membuat jalan Anyer Panarukan, dengan dibuatnya pos penjagaan (IoJi) di Alun-alun Cimahi sekarang.

Cimahi telah menunjukkan perkembangan yang pesat, khususnya di bidang pelaksanaan pembangunan dan peningkatan jumlah penduduk, jumlah penduduk pada tahun 1990 berjumlah 290.202 jiwa dan pada tahun 2000 meningkat menjadi 352.005 jiwa dengan pertumbuhan rata-rata 2,12 % per tahun. Hal ini mengakibatkan bertambahnya beban tugas dan Wewenang kerja dalam penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pelayanan kemasyarakatan. Oleh karena itu, sangat diperlukan adanya peningkatan di bidang penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pelayanan kemasyarakatan dalam rangka meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat di wilayah Cimahi. Kota Administratif Cimahi, sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 29 tahun 1975 tentang Pembentukan Kota Administratif Cimahi.

73


1874 1893

dilaksanakan pembuatan jalan kereta api Bandung – Cianjur sekaligus pembuatan stasiun kereta api Cimahi.

1886

dimulainya pembangunan pusat pendidikan militer dan fasilitas lainnya (RS Dustira, rumah tahanan militer, dll)

1935

Cimahi menjadi kecamatan (lampiran staadblad tahun 1935).

1886

dimulainya pembangunan pusat pendidikan militer dan fasilitas lainnya (RS Dustira, rumah tahanan militer, dll)

1962

dibentuk setingkat kewedanaan, meliputi 4 kecamatan : Cimahi, Padalarang, Batujajar dan Cipatat.

1975

ditingkatkan menjadi kota administratif (pp. no. 29 tahun 1975), yang diresmikan pada tanggal 29 Januari 1976, merupakan Kotif pertama di Jawa Barat dan ketiga di Indonesia.

2001

ditingkatkan statusnya kota otonom.

Cimahi yang berasal dari status Kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Bandung sesuai dengan perkembangan dan kemajuannya maka berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1975 tentang Pembentukan Kota Administratif, Cimahi dapat ditingkatkan statusnya dari Kecamatan menjadi Kota Administratif yang berada di wilayah Kabupaten Bandung yang dipimpin oleh Walikota Administratif yang bertanggung jawab kepada Bupati Kepala Daerah Kabupaten Bandung. Kota Administratif Cimahi dengan luas wilayah keselurahan mencapai 4.025,73 Ha, yang merupakan bagian dari Kabupaten Bandung Utara sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten dalam lingkungan Propinsi Jawa Barat.

menjadi

Kewenangan Kota Cimahi sebagai Daerah Otonom mencakup seluruh kewenangan bidang pemerintahan, termasuk kewenangan wajib yaitu pekerjaan umum, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan, perhubungan, industri dan perdagangan, penanaman modal, lingkungan hidup, pertahanan, koperasi dan tenaga kerja kecuali bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneterfisikal, agama serta kewenangan bidang lain sesuai dengan peraturan Perundang-undangan Nomor I tahun 2003 tentang Kewenangan Kota Cimahi sebagai Daerah Otonom.

74


3.1

Alasan Pemilihan Lokasi

Fenomen lain yang cukup kentasl di BMA dan di kotakota besar adalah fenomena alih fungsi lahan. Fenomena inilah yang menjadi salah satu dasar pemilihan lokasi studi

Pergerakan & Teledensitas

Kepadatan BMA

Fenomena BMA

ISU

Tata Guna Lahan Alih Guna Lahan

Identifikasi peta RTRW dan tata guna lahan eksisting

Alih Fungsi Lahan (industri tekstil menjadi pemukiman)

CIMAHI

Pada dasarnya di BMA sering terjadi pergeseran tata guna lahan, hal ini diakibatkan dengan adanya urban sprawl yang mengakibatkan terbentuknya banyak permukiman di pinggiran kota yang menyebabkan daerah yang sebelumnya daerah terpencil (pinggiran) menjadi pemukiman yang sangat padat

. Faktanya tata guna lahan Kota Cimahi yang sebelumnya adalah industry seiring bertambahnya waktu banyak yang bermukim di kawasan ini sehingga akhirnya menjadi kawasan yang padat. Kawasan ini juga dulunya terkenal dengan kawasan industry tekstil, tapi sekarang sudah mulai beralih menjadi pemukiman. Oleh sebab itu yang ingin dianalisis adalah teledensitas dan pergerakan yang terjadi di koridor yang menghubungkan pusat pertumbuhan Kota Cimahi dan pusat utama Kota Bandung. Lebih lengkapnya alsan pemilihan lokasi Cimahi ditunjukkan oleh bagan di bawah ini.

75


3.2

Geografis

Kota Cimahi terletak diantara 107030’30’’ BT – 107034’30’’ dan 60 50’ 00’’ – 60 56’ 00’’ Lintang Selatan. Luas wilayah Kota Cimahi sebesar 40,2 Km2 menurut UU No. 9 Tahun 2001 dengan batas-batas administratif sebagai berikut:  Sebelah Utara: Kecamatan Parongpong, Kecamatan Cisarua dan Kecamatan Ngamprah Kabupaten Bandung Barat  Sebelah Timur: Kecamatan Sukasari, Kecamatan Sukajadi, Kecamatan Cicendo dan Kecamatan Andir Kota Bandung  Sebelah Selatan: Kecamatan Marga Asih, Kecamatan Batujajar, Kabupaten Bandung Barat dan Bandung Kulon Kota Bandung  Sebelah Barat: Kecamatan Padalarang, Kecamatan Batujajar dan Kecamatan Ngamprah Kabupaten Bandung Barat

76

Kota Cimahi termasuk ke dalam wilayah Provinsi Jawa Barat dan meliputi 3 Kecamatan yang terdiri dari 15 Kelurahan, yaitu : Kecamatan Cimahi Utara terdiri dari 4 Kelurahan, Kecamatan Cimahi Tengah terdiri dari 6 Kelurahan dan Kecamatan Cimahi Selatan terdiri dari 5 Kelurahan. Secara geografis wilayah ini merupakan lembah cekungan yang melandai ke arah selatan, dengan ketinggian di bagian utara ± 1,040 meter dpl (Kelurahan Cipageran Kecamatan Cimahi Utara), yang merupakan lereng Gunung Burangrang dan Gunung Tangkuban Perahu serta ketinggian di bagian selatan sekitar ± 685 meter dpl (Kelurahan Melong Kecamatan Cimahi Selatan) yang mengarah ke Sungai Citarum.


3.2

Geografis

Sungai yang melalui Kota Cimahi adalah Sungai Cimahi dengan debit air rata-rata 3.830 l/dt, dengan anak sungainya ada lima yaitu Kali Cibodas, Ciputri, Cimindi, Cibeureum (masing-masing di bawah 200 l/dt) dan Kali Cisangkan (496 l/dt), sementara itu mata air yang terdapat di Kota Cimahi adalah mata air Cikuda dengan debit air 4 l/dt dan mata air Cisintok (93 l/dt).

Pemerintahan Kota Cimahi terdiri atas 3 Kecamatan dan 15 Kelurahan dengan jumlah Rukun Kampung/Warga sebanyak 312 dan Rukun Tetangga 1.719 Konsep dan definisi yang digunakan untuk menentukan suatu wilayah termasuk ke dalam daerah perkotaan atau pedesaan adalah mengacu kepada Sensus Penduduk Tahun 1990 dan Sensus Penduduk Tahun 2000. Batas wilayah terkecil dalam penentuan daerah perkotaan atau pedesaan adalah batas-batas wilayah unit pemerintahan desa/kelurahan. Ciri-ciri/karakteristik yang dipakai sebagai berikut: a. Kepadatan Penduduk, yaitu rata-rata banyaknya penduduk per km2. Semakin padat penduduknya, maka wilayah yang bersangkutan cenderung memiliki ciri-ciri wilayah kota. b. Rasio Jumlah Rumahtangga Tani, yaitu rumahtangga yang kehidupannya didominasi bidang pertanian. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa suatu wilayah dikategorikan kota bila rasio kehidupan pertanian relative kecil. c. Luas wilayah yaitu dihitung dari masing-masing luas desa/kelurahan.

77


3.3

Kependudukan

Wilayah Kota Cimahi memliki luas 40,2 km2 yang tersebar di tiga kecamatan yaitu kecamatan Cimahi Selatan, Cimahi Utara dan Cimahi Tengah. Diantara ketiga kecamatan tersebut Cimahi Selatan merupakan daerah terluas yaitu seluas 16,9 km2 dengan penduduk sebanyak 241.335 jiwa, dan yang luasnya terkecil adalah Cimahi Tengah yaitu seluas 10,0 km2 dengan jumlah penduduk sebanyak 176.225 jiwa. Secara keseluruhan pada tahun 2009 Kota Cimahi memiliki penduduk sebanyak 566.220 jiwa, Hal ini berarti mengalami peningkatan sebesar 2,72% dibanding tahun sebelumnya. Tingkat kepadatan Kota Cimahi tahun 2009 adalah 13.743 jiwa/km2, dimana kecamatan Cimahi Tengah memiliki kepadatan penduduk yang tinggi dibandingkan dua kecamatan lainnya yaitu mencapai 16.317 jiwa/km2. Hal ini terjadi disebabkan oleh mobilitas penduduk yang cukup tinggi karena penduduk lebih terkonsentrasi di pusat perkotaan Cimahi dengan keanekaragamannya. Perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan atau sex ratio di Kota Cimahi adalah 107,75. Ini berarti untuk setiap 100 perempuan terdapat sekitar 107 hingga 108 laki-laki. Dalam hal ini kecamatan Cimahi Utara memiliki sex ratio terbesar yaitu 110.35 .Jumlah penduduk pencari kerja di Kota Cimahi tahun 2009 sebanyak 9.658 orang, dimana komposisi laki-laki dan perempuan masing-masing sebanyak 4.222 dan 5.439 orang, disini terlihat bahwa jumlah pencari kerja mengalami kenaikan dibanding tahun sebelumnya.

78


Tabel Kepadatan Penduduk Kota Cimahi di Bulan Mei 2011 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

Kelurahan/ Kecamatan Cibeber Cibeureum Leuwigajah Melong Utama Cimahi Selatan Baros Cigugur Tengah Cimahi Karangmekar Padasuka Setiamanah Cimahi Tengah Cibabat Cipageran Citeureup Pasirkaliki Cimahi Utara KOTA CIMAHI

Luas Wilayah (ha) 332,56 275 393 313 380 1693,93 225 235,13 84 131,1 198 137 1010,23 287,38 594,32 323,54 127,05 1332,29 4036,45

Jumlah Penduduk 26627 73586 47382 75344 43743 266682 26174 55470 14161 19945 41291 27612 184653 56574 46327 36883 21049 160833 612168

Kepadatan per Ha 80,07 267,87 120,44 240,67 115,05 157,43 116,33 235,91 168,58 152,14 208,54 202 182,78 196,86 77,95 114 165,67 121 151.66

Sumber: Database Kependudukan Kota Cimahi

79


3.4

Sosial Ekonomi

Kebijaksanaan pembangunan di bidang sosial menyangkut berbagai aspek memang sangat kompleks, selain berdampak terhadap ekonomi juga dalam sosial politik masyarakat. Bahkan keberhasilan pembangunan bidang sosial dapat di evaluasi dan dijadikan sebagai indikator tahun-tahun selanjutnya. Keberhasilan pembangunan bidang sosial tidak hanya dapat dilihat dari bentuk fisik saja, namun harus dilihat secara keseluruhan, yaitu dari segi fisik dan mental. Segi fisik meliputi pembangunan sarana dan prasarana misalnya gedung atau penunjang lainnya, sedangkan segi mental meliputi kondisi mental penduduknya. Salah satu upaya untuk mencapai delapan jalur pemerataan yang mencakup usaha/pemerataan dalam rangka pembangunan sosial budaya, Pemerintah Kota Cimahi telah mengupayakan berbagai usaha meliputi bidang pendidikan, kesehatan, agama, dan kehidupan sosial lainnya.

Tingkat Pendidikan Peningkatan sumber daya manusia (SDM) merupakan modal dasar untuk penggerak pembangunan yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan di samping sumber daya alam. Kebijakan pemerintah di dunia pendidikan sangat menentukan arah dan mutu pendidikan itu sendiri. Untuk mengambil kebijakan yang tepat sasaran pemerintah sangat membutuhkan datadata pendidikan yang akurat. Pada tahun ajaran 2009/2010, rasio perbandingan jumlah murid terhadap jumlah guru adalah sebagai berikut; untuk Taman Kanakkanak (TK) 44,4, Sekolah Dasar (SD) 25,5 murid per guru, Sekolah lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) 13,98 murid per guru serta Sekolah Menengah Umum (SMU) adalah 13,43.

80


3.4

Sosial Ekonomi

Tingkat Kesehatan Upaya pemerintah untuk meningkatkan derajat dan status kesehatan penduduk dilakukan antara lain dengan meningkatkan fasilitas dan sarana kesehatan. Pembangunan dibidang kesehatan bertujuan agar semua lapisan masyarakat dapat memperoleh pelayanan kesehatan secara mudah, merata dan murah, dengan upaya tersebut di harapkan akan tercapai derajat kesehatan masyarakat sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan produktivitas. Pada tahun 2009 jumlah rumah sakit di Kota Cimahi sebanyak 8 rumah sakit yang terdiri dari rumah sakit pemerintah 2 buah, swasta 2 buah dan rumah sakit bersalin 4 buah. Sedangkan jumlah puskesmas pada tahun 2009 mengalami peningkatan kuantitas dari tahun sebelumnya yaitu terdiri dari puskesmas umum sebanyak 11 buah, dan puskesmas pembantu 5 buah sedangkan untuk posyandu mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya sebanyak 380 menjadi 382 posyandu . Jumlah keluarga pra sejahtera (pra KS) sebanyak 7.182 Keluarga ditahun 2009 atau 5,85% dari jumlah keluarga di Kota Cimahi. Jumlah pra KS tertinggi terdapat di Kecamatan Cimahi Selatan yaitu sebesar 3638 keluarga.

Tingkat Agama Jumlah sarana peribadatan islam sebanyak 839 buah yang terdiri dari mesjid 352 buah, langgar 272 dan mushola 215 buah, tempat peribadatan agama lainnya berjumlah 23 buah terdiri dari gereja protestan 28 buah, gereja kartolik 1 buah dan pura hindu 1 buah.

81


3.5

Kekhasan Daerah Studi (Rencana Pengembangan ICT)

Rencana Pengembangan ICT Kota Cimahi bertujuan menyusun konsep dasar pengembangan sektor ICT sebagai kerangka yang mengarahkan proses pengembangan ICT di Kota Cimahi dengan 3 aspek utama dalam rencana pengembangan ini, yakni: optimalisasi rencana tata ruang untuk pengembangan ICT, pengembangan kegiatan ekonomi berbasis ICT, dan pengembangan pendidikan masyarakat (DikMas) berbasis ICT. (Dispenmod Kota Cimahi)

Dengan dilakukannya analisis overlay, struktur ruang Kota Cimahi dengan analisis daya saing kelurahan relatif pola perilakunya relatif sama. Analisis daya saing dan kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah dalam Struktur Ruang. Dalam analisis implikasi kebijakan ini hal yang harus diperhatikan yaitu wilayah kelurahan yang memiliki disadvantage, bagaimana wilayah-wilayah dengan daya saing relatif rendah ini ditingkatkan daya saing untuk mendukung terhadap pelaksanaan RTRW Kota Cimahi. Kelurahan yang memiliki daya saing yang rendah agar ditindaklanjuti berdasarkan pada hasil analisis untuk meningkatkan peringkat daya saingnya berdasarkan indikator-indikator kelemahan yang dimiliki wilayah kelurahan yang ada di Kota Cimahi. Kelurahan yang dicermati daerah pengembangan lainnya yaitu wilayah pengembangan Kecamatan Cimahi Utara, sebagai Bagian Wilayah Kota yang relatif perlu dikembangkan ke depan. Berdasarkan Rencana Tata Ruang BWK wilayah ini masih berupa Usulan Pusat Tumbuh (UPT) tetapi jika dilihat dari hasil analisis tampaknya wilayah ini relatif memiliki daya saing yang cukup tinggi untuk dikembangkan. Pengembangan di wilayah barat Cimahi perlu mendapatkan perhatian yang lebih, yaitu daerah yang berbatasan dengan Kabupaten Bandung, yaitu Kecamatan Padalarang dan Batujajar. Daerah ini memiliki daya saing rendah karena lemahnya daya saing relatif dalam hal sumber daya manusia dibandingkan dengan wilayah kelurahan lainnya. Berdasarkan hasil analisis daya saing dan implikasi kebijakan, dengan menggunakan teknik overlay implikasi kebijakan dan analisis daya saing dapat terlihat bahwa daerah dengan kawasan industri dan pusat kota memiliki tingkat daya saing yang tinggi jika dibandingkan dengan daerah lainnya, hal ini perlu dicermati untuk pola penggunaan lahan. Perlu ditetapkan perangkat hukum yang mampu mengendalikan pola penggunaan lahan untuk daerah-daerah di kawasan yang memiliki daya saing yang tinggi yaitu Kelurahan Cibabat, Cibeureum, Melong, Utama, Cibeber, Citeureup, Cipageran, dan Pasirkaliki. Kelurahan-kelurahan ini merupakan wilayah yang relatif potensial untuk dikembangkan.

82


3.5

Kekhasan Daerah Studi (Rencana Pengembangan ICT)

Diketahui perkembangan kegiatan terdapat di sebelah tenggara yang merupakan kawasan industri. Terbukti ada tiga kelurahan yaitu Kelurahan Cibeureum, Utama, dan Melong yang merupakan kelurahan dengan daya saing yang relatif tinggi. Hal ini bisa disebabkan dua hal yaitu kawasan industri yang relatif memberikan spillover effect pada wilayah tersebut, dan daerah perbatasan dengan Kota Bandung. Perlu dicermati kawasan ini jika tidak dikendalikan dan dilakukan monitoring dengan baik akan menimbulkan permasalahan ke depan terutama dalam hal batas wilayah. Kelurahan Cimahi yang merupakan Kawasan Pusat Kota (CBD), merupakan kawasan yang relatif tidak memiliki daya saing yang tinggi karena kawasan ini memang sudah terlalu padat dan tidak rasional dalam hal penyediaan pelayanan infrastruktur terhadap masyarakat. Diharapkan di kawasan ini sebagai CBD, dalam rasio infrastruktur dan pelayanan kota terhadap masyarakat agar lebih optimal. Dalam upaya pengembangan strategi bidang pendidikan masyarakat dan e-government dalam mendukung pengembangan ICT di Kota Cimahi, pada Analisis Lingkungan strategis bidang Pendidikan Masyarakat dan pengembangan. Dengan analisis tersebut maka strategi utama (core strategy) yang dapat dikembangkan oleh Kota Cimahi dalam bidang pendidikan masyarakat dan e-government berkait dengan rencana pengembangan ICT di Kota Cimahi adalah percepatan pengembangan ICT dalam bidang Dikmas dan pelayanan publik melalui pelibatan swasta dan masyarakat. Sedangkan untuk rencana pengembangan kegiatan ekonomi berbasis ICT dituangkan dalam sebuah target groups yang terdiri dari beberapa tahap. Target Groups: Tahap-1: Sektor Publik dan Pemerintahan (Dinas); Tahap-2: Sekor Privat, Perusahaan Lokal dan Industri; dan Tahap-3: Masyarakat dan perorangan.

83


3.5

Kekhasan Daerah Studi (Rencana Pengembangan ICT)

Berdasarkan penjelasan-penjelasan sebelumnya, Kota CImahi juga memiliki banyak potensi, salah satu potensinya terlihat dari peta potensi di bawah ini.

Gambar diatas menunjukkan peta potensi dari Kota Cimahi, lingkaran oranye menandakan BTS yang tersebar di Kota CImahi, sedangkan lingkaran biru menandakan letak stasiun kereta api. Berdasarkan peta diatas, juga dapat disimpulkan bahwa Kota CImahi memiliki banyak BTS yang tersebar di seluruh kota. Selain itu, semua instansi pemerintah tingkat kota di Cimahi terletak di dalam satu gedung, jalan di daerah militer memiliki kondisi yang sangat bagus dan nyaman, adanya gedung BITC sebagai gedung pengembang ICT. Walaupun demikian, terdapat kekurangan dari Kota CImahi seperti pada gambar dibawah ini.

84


3.5

Kekhasan Daerah Studi (Rencana Pengembangan ICT)

Gambar diatas memperlihatkan peta konflik dari Kota Cimahi. Lingkaran biru merepresentasikan titik kemacetan di Kota Cimahi, berdasarkan peta tersebut kemacetan banyak terjadi di daerah pusat kota, seperti di dekat Mall atau pertigaan menuju kawasan tertentu. Di salah satu titik di jalan Baros, satu jalurnya terpakai untuk parkir truk dan bis besar. Selain itu peletakkan BTS kurang bagus, hampir semua berada di tengah perumahan.

85


V ANALISIS ASPEK Studio A project Exibition Survey Case: Impact of teledensity for movement Object of Study CIMAHI JATINANGOR MARGAHAYU

fisik

tRANSPORTASI

wilayah

PAGE | 86

Chairman: Gifari Rahmat Alif Member 33 persons

tEKNOLOGI

mASYARAKAT


Studio A project Exibition Survey Case: Impact of teledensity for movement Object of Study CIMAHI JATINANGOR MARGAHAYU

fisik

Chairman: Gifari Rahmat Alif Member 33 persons

Persebaran teledensitas Persebaran penduduk Pola pergerakan

tEKNOLOGI

tRANSPORTASI

Teledensitas dan Pergerakan Teledensitas berdasarkan aspek Fisik Pergerakan berdasarkan aspek Fisik

Permasalahan transportasi, biaya transportasi, Waktu tempuh, Moda, Tujuan, Rute.

wilayah

mASYARAKAT

Jumlah BTS, kekuatan sinyal, penggunaan handphone, penggunaan internet, kemacetan

PAGE | 87


5.1

Aspek Fisik BTS Fiber Optic Tata Guna Lahan Fisik Jalan

88


89 Foto: www.rackunit.ca


Pada aspek fisik

terdapat tiga hal yang menjadi topik utama pembahasan yaitu fisik teknologi berupa BTS dan fiber optic; tata guna lahan; dan fisik jalan seperti kondisi jalan dan karakteristik jalan. Ketiga hal ini akan dilihat kondisi fisiknya kemudian dilakukan analisis untuk melihat hubungannya dengan teledensitas dan pergerakan masyarakat.

Gambar 5.3 BTS di Jatinangor

Gambar 5.1 Peta Sebaran BTS dan Fiber Optic di Kecamatan Margahayu

Gambar di atas menunjukkan sebaran BTS yang ada di Kecamatan Margahayu (titik berwarna merah). BTS terbanyak terdapat di Desa Sayati dengan jumlah 5 BTS, kemudian di Desa Sukamenak terdapat 3 BTS dan masing-masing satu BTS di Desa Sulaeman, Margahayu Tengah, dan Margahayu Selatan. Sedangkan untuk fiber optic dapat terlihat pada gambar (garis berwarna merah) yang berada di perbatasan Bandung-Margahayu. Di Jatinangor terdapat 8 BTS yang tersebar di empat desa, seperti yang dapat dilihat pada gambar di samping, BTS terbanyak berada di Desa Sayang (4 BTS), kemudian di Desa Cibeusi terdapat 2 BTS, dan masingmasing 1 BTS di Desa Cikeruh dan Desa Hegarmanah. Untuk fiber optic, Jatinangor belum memiliki fiber opticsama sekali.

Di antara ketiga wilayah penelitian, Kota Cimahi memiliki BTS terbanyak. Terdapat 54 BTS yang tersebar di tiga kecamatan di Cimahi, yaitu Cimahi Utara, Cimahi Tengah dan Cimahi Selatan. Selain itu, hanya di Cimahi terdapat fiber optic. Fiber optic ini terdapat di jalan arteri Kota Cimahi yaitu di Jl. Kolonel Masturi. KEBERADAAN BTS sebagai pemancar sinyal telekomunikasi kini sudah menjadi pengetahuan umum. Selain BTS, terdapat satu lagi sarana pemancar sinyal yaitu fiber optic. Fiber optic dapat memiliki fungsi yang sama dengan BTS, tetapi memiliki kekuatan penghantar yang lebih baik, karena fiber optic menggunakan cahaya yang me-

“Ditemukan bahwa BTS terbanyak terdapat di kota Cimahi�

5.1.1

Teledensitas Berdasarkan Aspek Fisik

D

ATA-ATA MENGENAI aspek fisik diperoleh dari observasi fisik yang dilakukan di lapangan. Untuk menjawab sasaran pertama penelitian ini, yakni mengetahui teledensitas, dilakukan observasi terhadap BTS dan fiber optic, serta peruntukkan lahan di wilayah penelitian. Dari ketiga wilayah penelitian, ditemukan bahwa BTS terbanyak terdapat di Kota Cimahi dengan 54 BTS, sedangkan di Kecamatan Margahayu berjumlah 11 BTS, dan di empat desa yang termasuk wilayah Kecamatan Jatinangor berjumlah 8 BTS. Untuk keberadaan fiber optic hanya terdapat di Kota Cimahi, sedangkan di Kecamatan Margahayu, fiber optic hanya terdapat di perbatasan antara Kota Bandung dan Margahayu, untuk wilayah Jatinangor

90

tidak terdapat fiber optic. Peruntukkan lahan di ketiga wilayah ini sangat berbeda satu sama lain. Sebagian besar lahan di Kota Cimahi diperuntukkan bagi permukiman dan jasa/perkantoran, lebihdari 50% lahan Kecamatan Margahayu diperuntukkan bagi permukiman, dan di Jatinangor masih banyak digunakan untuk persawahan dan beberapa terlihat gedung-gedung.

Gambar 5.2 BTS di Margahayu

Gambar 5.4 PetaSebaran BTS dan Fiber Optic di Jatinangor

91


“Apakah

Kondisi diSinyal Sini Baik?�

Gambar 5.5PetaSebaran BTS danFiber Optic di Kota Cimahi

Peta Sebaran BTS dan Fiber Optic di Kota Cimahi

miliki kecepatan jauh lebih cepat dibandingkan elektromagnetik sehingga adanya fiber optic di suatu daerah akan meningkatkan kondisi sinyal yang ada. Secarateori, Kota Cimahi dengan jumlah BTS terbanyak dan telah dipasang fiber optic akan memiliki kondisi sinyal lebih baik dibandingkan dengan dua wilayah lainnya. Akan tetapi, hasil yang didapat berbeda. Hasil survei yang dilakukan terhadap warga di Kota Cimahi menunjukkan bahwa hanya 86% responden yang menyatakan kondisi sinyal baik. Berbeda dengan Jatinangor yang jumlah BTS cenderung lebih sedikit, 93% responden menyatakan kondisi sinyal di daerah tersebut sudah baik. Sedangkan di Margahayu yang jumlah BTS-nya lebih banyak dibanding Jatinangor dan dekat dengan fiber optic di perbatasan Kota Bandung serta luasan wilayah lebih kecil dibandingkan Kota Cimahi, ternyata diperoleh hasil hanya 82% responden yang menyatakan kondisi sinyal di sini baik. Dengan begitu dapat dikatakan bahwa ada hal lain selain BTS dan fiber optic yang mempengaruhi kondisi sinyal.

Sumber: Hasil Pengolahan GIS, 2014

92 Foto: www.fuccha,in

KONDISI SINYAL di suatu daerah secara tidak langsung juga dipengaruhi oleh guna lahan di daerah tersebut, khususnya BTS yang memancarakan gelombang elektromagnetik. Sinyal elektromagnetikyang dipancarkan akanmemantuldanmelemahkangelombang yang dihantarkanjikamenabraksesuatu. Ketika suatu daerah dikelilingi oleh banyak bangunan maka gelombang elektromagnetik yang berjalan danmenghantarkan sinyal akan tertabrak dinding berkali-kali sehingga sinyal yang sampai ke penangkap sinyal seperti handphone pun akan melemah. Dari peta sebaran BTS sebelumnya dapat diperhatikan lagi daerah-daerah yang memiliki BTS terbanyak umumnya berada di kawasan dengan bangunan padat. Pada peta di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar peruntukkan lahan di Margahayu adalah permukiman (warna kuning). Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, BTS terbanyak di Margahayu terdapat di

Desa Sayati dan dapat dilihat di peta bahwa hampir seluruh Desa Sayati berwarna kuning. Akan tetapi, terdapat Desa Margahayu Tengah yang memiliki warna kuning lebih dominan, tetapi hanya memiliki satu BTS. Hal ini bisa disebabkanoleh dua hal. Pertama, permintaan BTS di Desa Sayati lebih tinggi dibandingkan Margahayu Tengah. Kedua, bangunan di Margahayu Tengah tidak sepadat Desa Sayati yang kemudian diketahui memiliki kegiatan ekonomi di sekitar jalan arteri. Adanya kegiatan ekonomi dan dilewatinya jalan arteri memicu munculnya bangunan-bangunan non-perumahan di Desa Sayati. Adanya Pasar Sayati juga mendorong semakin ramainya kegiatan ekonomi di Desa Sayati. Akibatnya, bangunan di Desa Sayati menjadi lebih banyak dan sinyal di daerah ini cenderung lemah, sehingga diperlukan BTS yang lebih banyak agar mampu mendukung kebutuhan akan sinyal masyarakat Desa Sayati.

93


“BTS terbanyak terdapat di Desa Sayang, desa berukuran paling kecil� Peta guna lahan di bawah yang mencakup empat desa di Jatinangor menunjukkan bahwa sebagian besar lahan di daerah ini masih digunakan untuk pertanian. Meskipun begitu, di sekitar jalan arteri mulai terdapat banyak permukiman dan beberapa gedung (warna merah). BTS terbanyak terdapat di Desa Sayang, dimana desa ini berukuran paling kecil di antara tiga desa lain dan juga terdapat cukup banyak permukiman. Di Desa

Sayang terdapat 4 BTS yang tiga diantaranya berada di bagian selatan jalan arteri. Dapat dilihat pada peta di atas, bagian selatan Desa Sayang terdapat permukiman dan gedung-gedung. Hal inilah yang menyebabkan BTS di Desa Sayang lebih banyak dibandingkan desa lain. Gambar 5.8 Peta Jalan dan Guna Lahan Jatinagor (bawah)

Awalnya Kota Cimahi merupakan daerah yang banyak diperuntukkan bagi kegiatan militer. Namun, beberapa tahun ini permukiman mulai berkembang di Kota Cimahi. Dapat dilihat pada peta di Gambar 5.9, warna kuning sudah menyebar hampir di seluruh Kota Cimahi dan di bagian tengah terdapat warna merah yang berarti kawasan jasa dan pekantoran. Selanjutnya, bagaimana kaitan guna lahan dengan BTS di Cimahi tidak jauh berbeda dengan dua wilayah sebelumnya. BTS terbanyak yang terdapat di Cimahi Tengah disebabkan guna lahan di daerah ini yang tidak hanya dipadati permukiman tapi juga gedung-gedung jasa dan perkantoran.

Kesimpulan MENGETAHUI TELEDENSITAS secara fisik dapat dilakukan dengan melakukan observasi terhadap hal-hal fisik yang mempengaruhi teledensitas. Hal-hal fisik ini mencakup BTS, fiber optic dan tata guna lahan. Secara alami, semakin banyak BTS di suatu daerah maka kondisi sinyal di daerah tersebut akan semakin baik dan jika terdapat fiber optic maka kecepatan transfer sinyal akan jauh lebih baik. Akan tetapi, adanya bangunanbangunan mampu menghambat perjalanan sinyal

94

dari pemancar sinyal BTS ke penangkap sinyal sehingga guna lahan secara tidak langsung berpengaruh terhadap kondisi sinyal yang dipancarakan BTS. Oleh karena itu, banyak sedikitnya jumlah BTS atau dengan kata lain bagaimana sebaran BTS dapat dijawab dengan melihat guna lahan di wilayah tersebut. BTS akan lebih banyak di daerah yang padat aktivitas dan membutuhkan gedung-gedung yang cukup seperti kawasan jasa dan perkantoran, kawasan perdagangan dan permukiman.

Gambar 5.9 Peta Jalan dan Guna Lahan Cimahi

Gambar 5.10 Hubungan Keberadaan BTS dan Guna Lahan

95


Grafik 5. Hasil Traffic Counting

BERDASARKAN HASIL observasi kondisi jalan utama yang menghubungkan antara Kota Bandung dan pusat kegiatan tersebut dalam kondisi baik. Dengan kata lain, kondisi jalan ditinjau dari aspek fisik munuju pusat pertumbuhan BMA telah mendukung kegiatan pergerakan ke Kota Bandung untuk saat ini. Namun, terdapat masalah lain, meskipun didukung oleh adanya prasarna jalan yang cukup baik, masih terdapat kemacetan yang sering terjadi di ketiga kawasan tersebut (pada peak hours). Hal ini pula yang menjadi masalah (berdasarkan observasi hasil kuisioner lih table TC pada aspek tranportasi). Fenomena tersebut tidak lepas dari volume pergerakan masyarakat terhadap ketiga ruas jalan tersebut yang tidak sesuai dengan lebar jalan yang

Foto: www.constructiondigital.com

5.1.2

Pergerakan Berdasarkan Aspek Fisik

D

EWASA INI terjadi gejala pengembangan fisik suatu kota (urban) terhadap kota-kota disekitarnya (suburban), dengan kata lain urban sprawl. Perkembangan ini dipicu oleh dua hal, yaitu bertambahnya penduduk kota dan bertambahnya volume dan frekuensi kegiatan penduduk. Kedua hal tersebut berdampak besar terhadap permintaan masyarakat (demand) akan ruang yang semakin meningkat. Meningkatnya kebutuhan akan ruang tersebut mengakibatkan tidak hanya guna lahan yang menyang-

96

disediakan. Untuk melihat volume kendaraan perharinya apat diihat brdasarkan grafik berikut di ata .

Berdasaarkan hasil observasi dari ketiga wilayah, diperoleh hasil bahwa rentang penggunaan moda transportasi pribadi dengan moda angkutan umum sangat besar. Masyarakat di ketiga wilayah tersebut lebih banyak memilih kendaraan pribadi sebagai moda transportasi yang digunakan dibandingkan dengan tranportasi umum.

Tabel 5.1 Kondisi Fisik Jalan Arteri Utama

kut pemukiman yang diperlukan, tetapi juga fasilitas sarana dan prasarana fisik yang menunjang kegiatan perlu ditingkatkan pula. Dilihat dari kebutuhan masyarakat akan pergerakan suatu wilayah diperlukan analisis mengenai perkembangan guna lahan fisik pada kawasan yang menghubungkan antara daerah pusat urban Kota Bandung sebagai pusat urban terhadap wilayah dari perkembangan suburban di sekitar Kota Bandung, yaitu Jatinangor, Cimahi, dan Margahayu. Koridor jalan yang digunakan adalah tiga jalan arteri utama yang menghubungkan pergerakan antara ketiga wilayah tersebut menuju Kota Bandung. Koridor jalan ini terdiri dari 3 (tiga) penggalan jalan, yaitu Jalan Raya Cimahi, Jalan Raya Jatinangor, dan Jalan Raya Kopo. Berikut kondisi fisik ketiga ruas jalan tersebut.

97


Berdasarkan kuesioner, alasan masyarakat memilih moda transportasi pribadi adalah efisien, cepat, akses lebih mudah, dan hemat (lihat tabel alasan pemilihan moda tranportasi pada aspek karakteristik masyarakat). Dengan kata lain, masyarakat merasa bahwa utilitas yang didapatkan dari menggunakan tranportasi pribadi lebih baik dibandingkan transportasi umum baik dari segi biaya, waktu, dan kenyamanan. Fenomena masyarakat lebih memiliih moda transportasi pribadi dibandingkan moda tranportasi umum menyebabkan tingginya volume kendaraan di jalan. Dengan lebar jalan arteri pada kisaran 7-8 meter dengan jumlah kendaraan yang tinggi setiap harinya mengakibatkan terjadinya kemacetan di wilayah tersebut pada kedua jalur baik yang menuju Bandung maupun keluar Bandung. Dilihat dari kemacetan yang sering terjadi, volume lalu lintas dengan kapasitas koridor jalan yang ada memiliki kapasitas yang tidak memadai lagi untuk menampung kendaraan yang lewat di jalan tersebut, terutama pada saat-saat jam-jam puncak kesibukan. Foto: www.wolpepers.com

Kesimpulan BERDASARKAN KONDISI jalan di BMA seperti lebar dan panjang jalan, umumnya sudah sesuai dengan standar hirarki jalan, meski terdapat beberapa kerusakan. Melihat kondisi tersebut, kondisi jalan sudah mendukung pergerakan. Namun, terdapat fakta lain di lapangan bahwa ternyata utilitas yang didapatkan masyarakat (biaya,waktu tempuh, dan kenyamanan) dari transportasi pribadi lebih memberikan utilitas yang lebih besar dibandingkan dengan transportasi umum. Banyaknya kendaraan pribadi yang tidak sesuai dengan kapasitas jalan menyebabkan terjadinya over-load di jalan. Hal tersebut mengakibatkan timbulnya kemacetan menuju BMA dan menghambat pergerakan masyarakat menuju BMA.

5.1.3

Analisis Umum Aspek Fisik

L Fredrik’s Adventures Foto: Fredrik NystrÜm

AHAN PENGEMBANGAN wilayah merupakan sumberdaya alam yang memiliki keterbatasan dalam menampung kegiatan manusia termasuk pergerakan masyarakat. Banyak kasus akibat dari perkembangan suatu pusat kota terhadap wilayahwilayah sekitarnya (urban sprawl) yang menyebabkan penggunaan lahan yang melampaui kapasitasnya. Maka dari itu perlu dikenali sedini mungkin karakteristik fisik suatu wilayah maupun kawasan untuk dikembangkan, baik suatu potensi maupun konflik yang terkandung dalam pengembangan wilayah. Persebaran BTS yang tinggi umumnya di kawasan yang padat penduduk sebagai pusat perkonomian dalam sektor jasa dan perdagangan merupakan suatu potensi bagi suatu daerah.

Gambar 5.11 KeterkaitanTransportasi yang Digunakan dengan Pergerakan Foto: www.spotonlists.com

98

99


Potensi dan Kendala Aspek Fisik A. Teledensitas a. Potensi : Persebaran BTS tinggi terutama di lahan yang padat penduduk. b. Kendala : Pembangunan yang padat dan vertical mengakibatkan terjadinya gangguan terhadap kualitas sinyal B. Pergerakan a. Potensi : Kondisi fisik jalan yang baik b. Kendala : Volume kendaraan yang tinggi tidak sebanding dengan kapasitas jalan sehingga menyebabkan kemacetan

Dari tabel hasil analisis di atas, dapat dilihat bahwa dari segi aspek fisik, persebaran BTS di BMA sudah cukup tinggi. Namun terdapat gangguan kualitas sinyal di BMA karena banyaknya pembangunan vertical yang menghambat perambatan sinyal di wilayah BMA. Dari segi aspek fisik dapat disimpulkan bahwa untuk melihat teledensitas di BMA, sudah ditemukan kuantitas BTS yang cukup baik namun kualitasnya masih kurang baik. Dari segi pergerakan di BMA, dapat dilihat bahwa kondisi fisik jalan di BMA sudah cukup baik, hanya terdapat beberapa kerusakan di beberapa titik di jalan BMA. Seharusnya, dengan kondisi fisik jalan yang sudah cukup baik, pergerakan di BMA tentu tidak terhambat. Namun pada kenyataannya, pergerakan di BMA sangat terhambat. Dari observasi yang dilakukan, hal ini terjadi diakibatkan bukan karena faktor fisik jalan namun karena volume kendaraan yang sudah melebihi kapasitas jalan. Dari ketiga hal yang dibahas dari aspek fisik, yaitu fisik teknologi, tata guna lahan, dan fisik jalan, terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan teledensitas dan pergerakan masyarakat. Fisik teknologi di wilayah studi, yaitu Cimahi, Jatinangor, dan Margahayu, sudah mendukung kebutuhan

“Terdapat gangguan kualitas sinyal karena pembangunan vertikal�

100

masyarakat, terutama yang berhubungan dengan kekuatan sinyal telekomunikasi. Hal ini ditandai dengan tersedianya BTS-BTS di beberapa titik. Selain itu, dengan adanya fiber optic di daerah Cimahi membantu meningkatkan pemenuhan kebutuhan masyarakat. Namun, ternyata ada hal lain yang memengaruhi kualitas teknologi tersebut, di antaranya gedung-gedung tinggi yang dapat memantulkan sinyal dan melemahkan kekuatan sinyal tersebut, sehingga untuk beberapa wilayah yang bangunannya padat, kondisi sinyalnya relatif lebih rendah. Wilayahwilayah yang padat bangunan jika dilihat dari tata guna lahannya berada pada kawasan jasa, kawasan perniagaan, dan kawasan permukiman. Dengan kata lain, meskipun di beberapa kawasan terdapat kondisi sinyal yang rendah,tetapi kondisi fisik teknologi sudah mendukung teledensitas di BMA. Fisik jalan di wilayah studi sudah sesuai dengan standar hirarki jalan, baik lebar maupun panjang jalan, meskipun terdapat beberapa kerusakan dengan skala rendah. Namun, ternyata ada hal lain yang memengaruhi pergerakan, yaitu volume kendaraan yang melebihi kapasitas jalan (over load) di beberapa kawasan pada saat peak hour. Selain itu, jika dilihat dari tingkat utilitas, masyarakat cenderung untuk menggunakan transportasi pribadi dibandingkan dengan transportasi umum. Hal ini lah yang menyebabkan terhambatnya pergerakan masyarakat di BMA, baik menuju maupun keluar Kota Bandung.


5 . 2

A S P E K KA R A KT E R I S T I K MA S YA R A KA T


102


103


gu n aan n yayan gpr ak t i s , t en t umembu att el epongen ggam i n i ban yak di gu n ak an memban t u ak t i v i t as mas yar ak at . Mas yar ak atbi s adi k at ak anbel u mbi s ameman f aat k an k egu n aanal att el ek omu n i k as is ec ar amak s i malk ar en a pen ggu n aan n yah an yas ebat asu n t u kmen el epondan s ms( k omu n i k as idu aar ah ) ,padah alban yakh alyan g bi s adi l ak u k anden ganmeman f aat k ant el epongen ggamdani n t er n et .

Ber das ar k anpada pembah as anpoi n poi ndiat as , dapatdi k et ah u ibagai man aper s ebar ant el eden s i t as diwi l ayahBMA.Den ganbegi t udapatdi s i mpu l k an bah was ec ar au mu mt el eden s i t asdiwi l ayahBMAt er gol on gt i n ggi .Sebagi anbes armas yar ak att el ahmemi l i k it el epon gen ggam s ebagaial atk omu n i k as i mer ek a.Kepemi l i k ant el epongen ggam dani n t er n et t el ah men j adis u at uh alyan g bi as a dik al an gan mas yar ak atBMA.Ak ant et api ,t er dapatper bedaan k ar ak t erdi an t ar a mer ek at er k ai tmas al ahpen ggu n aant el epongen ggamt er s ebu t .

104

KESI MP UL AN

Sebagi anmas yar ak at s u dahmen j adi k anal at t el ek omu n i k as is ebagaibagi andar ih i du pmer ek aat auden gan k at al ai nmer ek amemi l i k ik et er gan t u n ganyan gc u k u p t i n ggit er h adapal att el ek omu n i k as i .Semen t ar ai t u ,s ebagi anmas yar ak atl ai nh an yamen ggu n ak anal att el ek omu n i k as i( t el epongen ggamdanHP)s es u aik ebu t u h anmer ek a( h an ya s es ek al i ) .Kel ompokmas yar ak at k edu ah an yamen j adi k ank edu aper an gk att el ek omu n i k as i t er s ebu ts ebagai medi au n t u kmemen u h i k ebu t u h an ber k omu n i k as iden ganor an gl ai nmen gi n gatk on di s i k epemi l i k anal att el ek omu n i k as it er s ebu tyan gh ampi r men yen t u hs el u r u hmas yar ak at .


5.3 Aspek Karakteristik Wilayah Cimahi Bandung Jatinangor Margahayu

FOTO : panoramio.com krakatuatour.com magiglass.com @jatinangorkita twitter.com


Setiap wilayah

memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Hal ini tentu perlu menjadi bahan pertimbangan untuk kebijakan yang diambil agar sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik wilayah tersebut. dalam hal ini ,substansi yang dibahas meliputi karakteristik pergerakan berdasarkan aspek karakteristik wilayah. Data tersebut diolah untuk kemudian menjadi gambaran karakteristik pergerakan di wilayah Bandung Metropolitan Area. 5.3.1

Karakteristik Pergerakan Berdasarkan Aspek Karakteristik Wilayah

Kemudian berdasarkan PP no 47 Tahun 1997 mengenai RTRWN (Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional), wilayah metropolitan Bandung ditetapkan sebagai kawasan andalan yang mencakup beberapa kota dengan masing-masing fungsinya, yaitu: a. Kota Bandung ditetapkan sebagai

Pusat Kegiatan Nasional Wilayah Metropolitan Bandung.

K

106

ota Bandung ditetapkan sebagai PKN (Pusat Kegiatan Nasional) karena kecenderungan perkembangan perkotaannya yang intensif dibanding dengan kota lain. Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan sektor pembangunan yang cukup tinggi. Selain itu, dari tingkat aksesibilitas, Kota Bandung memiliki aksesibilitas paling tinggi. Kota Bandung juga digolongkan ke dalam kota hirarki I, dimana Kota Bandung diharapkan mampu melayani arus pergerakan masyarakat, barang, dan modal dari wilayah bawahnya menuju wilayah-wilayah lainnya sehingga dapat mewujudkan pemerataan pembangunan sosial, ekonomi, dan infrastruktur. Dalam RTRWP (Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi) Jawa Barat, dapat diketahui bahwa wilayah metropolitan Bandung yang terdiri dari 4 wilayah administratif ini berada di Wilayah Pengembangan Tengah dengan Hirarki Kota I.

Gambar 5.12 Kota Bandung sebagai PKN

b. Kota Cimahi, Padalarang, Kabupaten Bandung Barat (Lembang), Kabupaten Bandung (Majalaya, Cileunyi, Banjaran, Soreang,Pangalengan, Ciwidey, Ciparay), Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Subang ditetapkan sebagai sebagai

Pusat Kegiatan Lokal (PKL) Wilayah Metropolitan Bandung. Adapun struktur wilayah di Kawasan Metropolitan Bandung dapat dilihat pada gambar di bawah, dengan Bandung sebagai pusatnya kemudian terdapat beberapa sub pusatnya. Wilayah bandung Foto : wikimedia.org

Gambar 5.13 Struktur Wilayah Kawasan Metropolitan Bandung

Sumber : Hasil analisis, 2014

Jika

dilihat

tentang

teori

pusat

pertumbuhan, yaitu Growth Pole Model, pusat pertumbuhan dapat didefinisikan secara geografis dan fungsional (Perancis Francois Perroux : 1955). Secara geografis, growth pole dapat digambarkan sebagai suatu lokasi yang memiliki fasilitas dan kemudahan, sehingga menimbulkan daya tarik bagi berbagai kalangan untuk mendirikan berbagai macam usaha di daerah tersebut dan masyarakat senang memanfaatkan fasilitas tersebut.

Sedangkan secara fungsional, growth pole dapat diartikan sebagai suatu lokasi konsentrasi kelompok ekonomi

(industri, bisnis dan sebagainya) yang mengakibatkan pengaruh ekonomi ke dalam maupun keluar wilayah tersebut. Kota Bandung sudah dapat dikatakan mem-iliki fasilitas yang lengkap dengan kemud-ahan untuk mengaksesnya pula. Hal ini pula yang terjadi pada fasilitasfasilitas hiburan yang ada di kota Bandung, dimana dapat dilihat pada Gambar 5.14 Teori Growth Pole

Sumber : people.hofstra.edu

grafik di bawah, fasilitas hiburan di kota Bandung sangat beragam jika dibandingkan dengan daerah diluar kota

107


Bandung (khususnya Jatinangor, Cimahi, dan Margahayu). Jika dilihat dari tujuan pergerakan masyarakat pinggiran ke kota Bandung rata-rata adalah untuk pergi ke tempat hiburan. Hal ini ditunjukan pada grafik di bawah.

Grafik 5.5 Alasan Pergi ke Bandung (Jatinangor)

Sumber : Hasil Analisis Excel, 2014

Sebagian besar masyarakat Jatinangor bepergian ke Bandung untuk alasan hiburan, yakni sebanyak lebih dari 45 %. Sedangkan, sebanyak 26% masyarakat Jatinangor bepergian ke Kota Bandung karena urusan pekerjaan. Kemudian, 14 % adalah masuk ke kategori lain-lain, misalnya urusan keluarga.

Grafik 5.6 Alasan Pergi ke Bandung (Margahayu)

Sumber : Hasil Analisis Excel, 2014

Sebagian besar alasan masyarakat Margahayu berpergian ke Bandung adalah untuk hiburan, yakni sebanyak lebih dari 50%. Sebanyak 27% alasan masyarakat Margahayu berpergian ke pusat Kota Bandung karena urusan pekerjaan.

108

Grafik 5.7 Alasan Pergi ke Bandung (Cimahi)

Sumber : Hasil Analisis Excel, 2014

Sebagian besar alasan masyarakat Cimahi bepergian ke Bandung terbanyak adalah untuk alasan hiburan, yakni sebanyak lebih dari 50%. Sebanyak 21% alasan masyarakat Cimahi bepergian ke Kota Bandung untuk urusan pekerjaan yang mengharuskan masyarakat tersebut untuk ke pusat kota Bandung. Gambar 5.15 Hirarki Kota

Dari gambar tabel diatas dapat dilihat bahwa menurut hirarkinya, Kota Bandung telah di tetapkan sebagai kota inti dengan fungsi pusat pertumbuhan sebagai pusat jasa dan perdagangan, industri, pemerintahan, serta pendidikan. Sedangkan menurut sistem kota, Kota Bandung di tetapkan sebagai pusat regional dimana daya jangkau layanannya diharapkan dapat menjangkau satu wilayah BMA.

Gambar 5.16 Sektor yang Berpengaruh terhadap Hierarki Kota dan Ekonomi

Sumber : Hasil Analisis, 2014

Sedangkan dilihat dari sisi ekonomi, berdasarkan proporsi kelompok sektor dalam perekonomian Kota Bandung, sektor tersier masih merupakan kelompok sektor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB Kota Bandung tahun 2011. Sektor tersier tersebut berupa jasa, yaitu sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, Pengangkutan dan Komunikasi, sektor Lembaga Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan serta sektor jasa-jasa. Berdasarkan perkiraan sementara NTB Atas Dasar Harga Konstan kelompok sektor tersier berjumlah sebesar Rp 23,365 Trilyun milyar atau berkontribusi sebesar 67,89 persen terhadap total PDRB Kota Bandung. Pada tahun 2011 kelompok sektor tersier masih merupakan kelompok sektor yang memiliki laju pertumbuhan nilai tambah atas dasar harga konstan tertinggi dibandingkan dengan kelompok sektor lainnya, yaitu mencapai 10,15 persen.

109


Foto : skyscrapercity.com

Karakteristik wilayah

Kesimpulan

M

Foto : dokumentasi wawancara, 2014

ayoritas masyarakat di daerah luar kota Bandung khususnya Cimahi, Jatinangor, dan Margahayu cenderung bepergian ke Kota Bandung untuk hiburan, dimana sebesar 53,89% dari 567 responden memilih pilihan hiburan sebagai tujuan utama mereka pergi ke kota Bandung. Wilayah yang sering dikunjungi adalah Kelurahan

Balonggede dan Braga.

Foto : dokumentasi wawancara, 2014 Foto : infobdg.com Foto : Infobdg.com Gambar 5.17 Tujuan Masyarakat ke Kota Bandung

Sumber : Hasil Analisis Excel, 2014

110

Hiburan menjadi tujuan utama masyarakat pinggiran ke Kota Bandung. Hal ini dapat dapat disebabkan oleh fasilitas hiburan di Kota Bandung (khususnya Kelurahan Balonggede dan Braga) yang beragam serta jarak antara setiap fasilitas hiburan relatif dekat.

Dari sisi perekonomian, hal ini menjadi salah satu potensi besar dimana dengan meningkatnya ketertarikan masyarakat untuk pergi ke Kota Bandung juga dapat meningkatkan pendapatan daerah. Hal ini dapat terlihat dimana proporsi kelompok sektor dalam perekonomian Kota Bandung, sektor tersier (jasa dan perdagangan) masih merupakan kelompok sektor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB Kota Bandung tahun 2011.

111


5.4

Aspek Teknologi Telepon Handphone Internet

Foto: www.huffingtonpost.co



Tabel 5.4 Teledensitas dan Mobidensitas

Foto: www.celsiustechnology.com

Kebutuhan akan alat telekomunikasi yang tergolong kedalam

teknologi yang berkembang akan dibahas dalam bab ini. Alat telekomunikasi tersebut antara lain adalah telepon rumah, telepon genggam, dan internet. Substansi yang dibahas meliputi penggunaannya, intensitasnya, serta jumlah penggunaannya. Data tersebut diolah untuk kemudian menjadi gambaran pemanfaatan alat telekomunikasi di wilayah Bandung Metropolitan Area. 5.4.1

Persebaran Teledensitas Berdasarkan Aspek Teknologi

B

ERDASARKAN DATA kepemilikan telepon dan telepon genggam darihasil kuesioner, dapat diketahui besar teledensitas di ketiga wilayah yang kemudian akan menjadi representatif teledensitas yang ada di Bandung Metropolitan Area (BMA) yaitu Cimahi, Margahayu, dan Jatinangor. Tel-

114

edensitas adalah jumlah sambungan telepon untuk setiap seratus penduduk suatu daerah.Teledensitas mempunyai korelasi yang kuat terhadap PDRB. Hal ini dikarenakan besarnya teledensitas menunjukkan indikator perkembangan ekonomi suatu wilayah/daerah.Namun pengertian teledensitas dirasa sudah tidak relevan. Oleh karena itu, muncul istilah mobidensitas yaitu jumlah pelanggan teleponseluler per seratus penduduk. Dari pengertian di atas, ukuran teledensitas ataupun mobidensitas adalah jumlah pengguna/jumlah penduduk. Melihat perkembangan zaman yang sudah semakin canggih dan teknologi yang kian lama kian mobile, maka

kami asumsikan bahwa mobidensitas merupakan nama lain dari teledensitas. Sehingga data teledensitas yang lebih relevan dan akurat untuk melihat keadaan saat ini adalah data mobidensitas. Dari data yang ada, dapat disimpulkan bahwa:

Tabel 5.4 diatas, terlihat bahwa mobidensitas di tiap daerah sudah sangat tinggi, di atas 90% bahkan Cimahi mencapai angka 99,33%. Dengan era mobile seperti sekarang ini, telepon genggam memang sudah menjadi kebutuhan bahkan sebagian besar menganggap sebagai kebutuhan primer. Terutama dengan perkembangan jaman yang begitu pesat, internet mudah diakses via telepon genggam, baik melalui paket data maupun akses wifi. Sedangkan untuk penggunaan telepon rumah atau telepon non-wireless sudah mulai jarang digunakan melihat telepon genggam yang lebih efektif dan efisien untuk digunakan secara mobile sehari-hari. Ternyata dari hasil survey yang telah dilakukan ditemukan suatu fakta bahwa penggunaan telepon genggam di ketiga tempat observasi banyak digunakan untuk sosial dan juga bisnis dengan tingkat intensitas yang cukup tinggi.

Tabel 5.3 Teledensitas dan Mobidensitas Tabel 5.3 di atas menunjukkan besar teledensitas dan mobidensitas tiap wilayah. Teledensitas didapatkan dari jumlah pengguna telepon per jumlah responden dikali 100% sedangkan mobidensitas didapatkan dari jumlah pengguna telepon genggam per jumlah responden dikali 100%.

115

Foto: intelexion.wordpress.com


Melihat tingginya presentase mobidensitas di ketiga tempat observasi maka seharusnya pergerakan di BMA berjumlah rendah, karena adanya bantuan dari teknologi. Teknologi yang berupa telepon dan juga telepon genggam yang berguna untuk melakukan kegiatan komunikasi. Selain telepon dan telepon genggam terdapat juga keberadaan akses internet yang perannya tidak kalah penting dalam membantu komunikasi, baik person to person maupun person to institution. Komunikasi terse-

116

but dapat dimanfaatkan untuk berbagai hal salah satunya adalah mengurangi pergerakan yang sekaligus untuk mengurangi kemacetan. Dalam upaya mengurangi kemacetan tersebut, dibentuk berbagai terobosan dalam teknologi seperti e-commerce, e-government dan teleworking. Teleworking sendiri dapat diartikan sebagai kegiatan bekerja bukan dikantor, tetapi bisa saja di rumah.

Grafik 5.8 Kepemilikan Telepon, HP, dan Internet

MENURUT HASIL kuesioner yang dilakukan, penggunaan internet oleh masyarakat baik di Cimahi, Margahayu, maupun Jatinangor sudah tinggi. Kegiatan yang dilakukan antara lain untuk mencari hiburan, bersosial ataupun berbisnis. Internet merupakan salah satu penunjang keberjalanan teleworking karena memudahkan dalam banyak hal, kebanyakan digunakan untuk mengirim email mengenai pekerjaan kantor, sehingga masyarakat tidak perlu lagi melakukan perjalanan dari rumah menuju kantor hanya untuk mengantar laporan pekerjaan. Untuk daerah Cimahi, menurut Ibu Ifa dari Bappeda pada Focus Group Discussion (FGD) yang dilakukan beberapa waktu lalu, akses free wifi baru berjalan beberapa bulan. Namun, hal ini diharapkan akan sustain karena jika dilihat, bidang industri dan usaha (kecil, menengah

dan besar) kemungkinan akan menggunakan internet untuk memudahkan pekerjaan. Apalagi menurut Ibu Yuli pada kesempatan yang sama, masyarakat Indonesia telah “melek� teknologi. Semestinya hal ini dapat berjalan lancar dan diterima banyak masyarakat dan perlahan tujuan mengurangi pergerakan tersebut akan tercapai. Dengan mobidensitas yang tinggi di ketiga wilayah studi, seharusnya pergerakan di Bandung Metropolitan Area tidak tinggi seperti yang terjadi sekarang ini. Namun pada kenyataannya pergerakan di BMA saat ini tergolong tinggi, dibuktikan oleh hasil traffic counting yang telah dilakukan pada masa survey.

Grafik 5.9Intensitas Penggunaan Alat Telekomunikasi

117


Foto: www.choosehelp.com

5.4.1

Analisis Umum dan Kesimpulan Aspek Teknologi

B

andung Metropolitan Area mempunyai angka teledensitas yang cukup tinggi meskipun penggunaan telepon sudah berkurang dimasyarakat. Meskipun demikian, besar penggunaan ini tidak merata dan mempunyai ketimpangan. Dapat dilihat dari hasil olah data kuesioner, Margahayu mempunyai tingkat teledensitas yang cukup tinggi yaitu 40% sementara di dua wilayah lainnya tingkat teledensitasnya tidak setinggi teledensitas di Margahayu. Sementara untuk mobidensitas, seluruh wilayah mempunyai mobidensitas yang sangat tinggi yaitu diatas 90%. Dikaitkan dengan penggunaanya, telepon genggam banyak digunakan masyarakat untuk berkomukasi den-

118

gan keluarga (bersosial) dan urusan bisnis seperti menghubungi rekan kerja. Meskipun demikian, penggunaan telekomunikasi ini belum dimanfaatkan secara maksimal.


5 . 5

ASPEK TRANSPORTASI


116 120

5.5 Aspek

Transportasi

Pergerakan Moda Waktu Biaya Permasalahan

121 117

Transportasi adalah usaha dan kegiatan mengangkut atau membawa barang

dan atau penumpang dari suatu tempat ke tempat lainnya.Sistem transportasi merupakan keterkaitan antara sistem kegiatan, sistem pergerakan, dan sistem jaringan. Sistem transportasi suatu kota merupakan komponen utama dari struktur sosial, ekonomi, dan fisik suatu wilayah dan kota (Marlok et al., 1984). Sistem transportasi mempengaruhi struktur fisik kota, guna lahan, bahkan sosial ekonomi suatu daerah, seperti mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Aspek transportasi mencakup berbagai macam hal, seperti biaya transportasi, moda transportasi, dan sebagainya.Dalam survey kali ini, aspek transportasi yang diteliti adalah penggunaan moda transportasi, jarak dan waktu tempuh ke tempat kerja, waktu tempuh ke lokasi lainnya, biaya transportasi, dan permasalahan transportasi.

5.5.1

Karakteristik Pergerakan Berdasarkan Aspek Transportasi Penggunaan Moda Transportasi ?

M

oda transportasi yang digunakan masyarakat bermacam-macam.Berikut hasil survey mengenai penggunaan moda transportasi beserta analisisnya. Grafik 5.10 Penggunaan Moda Transportasi di Margahayu

juga menyebabkan masyarakat lebih memilih menggunakan motor untuk bepergian. Selain itu, moda transportasi yang juga banyak digunakan adalah mobil.Untuk bepergian bersama keluarga, masyarakat memilih untuk menggunakan mobil karena nyaman dan aman.Biasanya mobil banyak digunakan pada akhir pekan untuk rekreasi sekeluarga. Moda transportasi umum kurang diminati oleh masyarakat Margahayu. Berdasarkan hasil survey, tidak terdapat bis umum dan ojeg di daerah Margahayu. Margahayu hanya dilewati oleh bis pariwisata menuju Ciwidey dengan frekuensi yang rendah pula. Oleh karena itu, masyarakat lebih banyak yang menggunakan angkutan kota daripada moda transportasi lainnya. Grafik 5.11 Penggunaan Moda Transportasi di Jatinangor

Berdasarkan grafik 5.10 dapat dilihat bahwa masyarakat Margahayu lebih memilih menggunakan moda transportasi pribadi daripada moda transportasi umum, terutama motor. Hal ini diperlihatkan dengan angka penggunaan motor yang tinggi karena penggunaan motor dianggap lebih efektif dan efisien dalam segi waktu dan biaya. Jalan Raya Kopo yang merupakan jalur utama di Margahayu sering terjadikemacetan, sehingga moda transportasi dengan ukuran yang kecil seperti motor akan memudahkan pergerakan masyarakat. Dengan menggunakan motor, masyarakat dapat mengurangi dampak kemacetan dengan menggunakan jalan alternatif yang sempit karena dengan bentuknya yang kecil, aksesibilitas motor saat kemacetan lebih besar dibanding moda transportasi lainnya . Ongkosnya yang termasuk murah Foto : Hasil Observasi 2014

Foto : Hasil Observasi 2014


122 118

Grafik 5.11 menunjukkan bahwa masyarakat Jatinangor lebih memilih untuk bepergian menggunakan motor. Jatinangor merupakan kawasan pendidikan, sehingga banyak mahasiswa yang tinggal di kawasan tersebut. Mahasiswa memiliki kecenderungan untuk melakukan pergerakan yang cepat, sehingga banyak mahasiswa yang menggunakan motor untuk bepergian karena lebih efektif dan efisien dibandingkan moda transportasi lainnya. Penggunaan mobil sebagai moda transportasi juga banyak dilakukan untuk bepergian secara massal atau saat membawa banyak barang. Seperti di Margahayu, masyarakat Jatinangor lebih memilih menggunakan moda transportasi pribadi untuk bepergian dibandingkan dengan moda transportasi umum. Jatinangor dilewati oleh bis umum sehingga lebih banyak pengguna bis umum dibandingkan dengan angkutan kota. Banyaknya pengguna bis umum dikarenakan ongkos bis umum yang lebih murah daripada angkutan kota. Untuk menggunakan bis umum Damri, hanya dikenakan ongkos sebesar 2000 rupiah, sedangkan untuk angkutan kota, ongkosnya tergantung pada jarak dan trayek yang digunakan. Oleh karena itu, dalam menggunakan moda transportasi umum, masyarakat Jatinangor lebih memilih menggunakan bis umum daripada angkutan kota. Tidak ada yang menggunakan ojeg karena memang ojeg tidak tersedia di daerah tersebut. Grafik 5.12 Penggunaan Moda Transportasi di Cimahi

123 119

Foto : Hasil Observasi 2014

Sedikitnya pengguna bis dan ojeg dikarenakan tidak tersedianya moda transportasi umum di daerah Cimahi. Pengguna bis biasanya menggunakan bis tidak langsung dari Cimahi, tetapimenggunakan angkutan kota terlebih dahulu lalu menggunakan bis, karena jumlah bis umum yang melewati Cimahi sedikit. Berdasarkan hasil survey dan analisis dari ketiga daerah, dapat disimpulkan bahwa masyarakat pada tiap daerah lebih memilih untuk menggunakan motor saat bepergian karena alasan keefektifan dan keefisiensian waktu serta biaya. Untuk melakukan pergerakan secara massal (bersama keluarga besar atau teman-teman), masyarakat alasan kenyamanan, sedangkan masyarakat Cimahi lebih memilih untuk menggunakan angkutan kota. Tidak tersedianya beberapa moda transportasi umum, seperti bis di Margahayu dan Cimahi, serta ojeg di ketiga daerah tersebut menyebabkan mayoritas masyarakat menggunakan angkutan kota untuk bepergian. Padahal, masyarakat mengharapkan adanya bis umum di Margahayu dan Cimahi karena bis umum dianggap lebih murah dan nyaman dibandingkan dengan angkutan kota. Untuk bepergian ke Kota Bandung, tidak banyak masayarakat yang berjalan kaki ataupun bersepeda. Hal ini dapat disebabkan karena jarak antara ketiga daerah tersebut cukup jauh dari Kota Bandung, sehingga tidak banyak masyarakat yang berjalan kaki atau bersepeda karena akan melelahkan dan cukup merepotkan.

Jarak ke Tempat Kerja

J

?

arak ke tempat kerja bagi masyarakat setiap daerah berbeda-beda. Berikut hasil survey

Grafik 5.13 Jarak ke Tempat Kerja Masyarakat Margahayu Grafik 5.14 Jarak ke Tempat Kerja Masyarakat Cimahi

Berdasarkan grafik 5.13, terlihat bahwa mayoritas masyarakat Margahayumemiliki tempat kerja yang jauh dengan tempat tinggalnya.Hal ini berarti masyarakat Margahayu lebih memilih tempat kerja yang jauh dengan tempat tinggal atau sebaliknya.Hal ini didukung dengan pernyataan dari Camat Margahayu, yaitu Bapak Drs. Eef yang mengatakan bahwa masyarakat Margahayu memang lebih banyak yang bekerja di Kota Bandung, tetapimeskipun mayoritas masyarakat Margahayu bekerja di Kota Bandung, cukup banyak masyarakat yang bekerja di dekat tempat tinggalnya, seperti di daerah Miko Mall.Kebanyakan, masyarakat yang bekerja di dekat tempat tinggal merupakan pendatang di daerah Margahayu. Grafik 5.14 Jarak ke Tempat Kerja Masyarakat Jatinangor

Grafik 5.12 di atas menunjukkan bahwa masyarakat Cimahi lebih memilih untuk bepergian menggunakan motor. Alasan penggunaan motor sama seperti di Margahayu dan Jatinangor, yaitu keefektifan dan keefisiensian. Mudahnya kredit motor dan murahnya ongkos juga mendukung masyarakat untuk menggunakan motor. Masyarakat Cimahi tidak banyak yang menggunakan mobil karena memang tidak banyak masyarakat Cimahi yang memiliki mobil. Masyarakat Cimahi lebih memilih menggunakan angkutan kota untuk bepergian secara massal atau membawa barangbarang. Hal ini dapat disebabkan karena masyarakat Cimahi belum mampu untuk membeli mobil ataupun tidak tertarik untuk membeli mobil.

Berdasarkan grafik 5.15 jarak ke tempat kerja masyarakat Cimahi, terlihat bahwa mayoritas masyarakat Cimahi memiliki tempat kerja yang dekat dengan tempat tinggalnya.Hal ini berartimasyarakat Cimahi lebih memilih tempat kerja yang dekat dengan tempat tinggal agar waktu tempuhnya tidak terlalu lama dan mudah dicapai dengan menggunakan motor.Hal ini didukung dengan banyaknya industri di Cimahi yang dapat menyerap tenaga kerja di wilayah tersebut. Berdasarkan hasil survei dan analisis dari ketiga daerah di atas, masyarakat Margahayu mayoritas memilih bekerja di dekat tempat tinggalnya ataupun sebaliknya.Untuk masyarakat Cimahi dan Jatinangor, masyarakat lebih memilih tempat kerja yang jauh dari tempat tinggalnya ataupun sebaliknya.Hal ini berarti preferensi pemilihan tempat tinggal di tiap daerah berbeda-beda, bergantung pada keadaan wilayahnya.Margahayu yang memang padat penduduk dan perumahan, masyarakatnya mayoritas bekerja di tempat yang jaraknya jauh dari tempat tinggal. Sedangkan Jatinangor dan Cimahi yang merupakan daerah industri dan kawasan pendidikan, memiliki lapangan kerja yang lebih banyak, sehingga banyak masyarakat yang bekerja di tempat yang jaraknya dekat dengan tempat tinggal.

Berdasarkan grafik 5.14, terlihat bahwa mayoritas masyarakat Jatinangor memiliki tempat kerja yang jaraknya < 1 km dari tempat tinggalnya.Hal ini berarti masyarakat Jatinangor lebih memilih tempat kerja yang dekat dengan tempat tinggal agar waktu tempuhnya tidak ter lalu lama dan m udah dicapai.Jatinangor sebagai kawasan pendidikan menimbulkan peluang yang tinggi untuk menyediakan lapangan pekerjaan, seperti warung makan, kafe, dan yang lainnya sehingga bisa menyerap tenaga kerja di wilayah tersebut.

Foto: http://nyamnyo.files.wordpress.com/

Foto : 4.bp.blogspot.com



127


Permasalahan Transportasi

Permasalahan Motor Wilayah Margahayu

Margahayu

ya

Di wilayah Margahayu tidak terdapat pengguna ojek, sehingga tidak terdapat masalah yang ditemukan.

Permasalahan Angkutan Kota Wilayah Margahayu ya

2 26

27

Macet

tidak

22

28

26

29

3

0

7

3

1

Mahal

Susah Ditemukan

Tidak bisa Kurang sarana sekali jalan prasarana

0 53 81

D

ari 29 responden, masalah yang paling banyak dirasakan oleh pengguna

Macet

1 2

3 0

Macet

Mahal

Susah Ditemukan

Sumber:Analisis Excel, 2014

Sumber: Analisis Excel, 2014

Foto : hasil observasi sarana dan prasarana margahayu

Dari 81 responden yang menggunakan motor di Margahayu, semua merasa masalah yang mereka alami adalah kemacetan, selain itu juga terdapat masalah sarana prasarana.

ya

sarana

Kurang sarana prasarana

Lain-lain

Macet

Grafik 5.26 Permasalahan Bis Margahayu

Sumber: Analisis Excel, 2014

Foto : tempo.co Foto : tempo.co

dan

Permasalahan Mobil Wilayah Margahayu ya

Permasalahan Ojek Wilayah Margahayu

Grafik 5.27 Permasalahan Ojek Margahayu Sumber: Analisis Excel, 2014

tidak

1 61 Macet

0

Macet

0

Mahal

128

0

0

Susah Tidak bisa Ditemukan sekali jalan

0

Kurang sarana prasarana

0 1

1 0

prasarana.

ya

Grafik 5.30 Permasalah an Sepeda Margahayu

tidak

3 0

Dari 3 orang responden, masalah yang sering dirasakan oleh pengguna bis di Margahayu adalah susah ditemukan dan kurangnya

Lain-lain

Permasalahan Sepeda Wilayah Margahayu

1 2

Tidak bisa sekali jalan

Kurang sarana prasarana

Grafik 5.29 Permasalahan Bis Margahayu

tidak

3 0

0

Mahal

Grafik 5.25 Permasalahan Angkutan Kota Margahayu

Permasalahan Bis Wilayah Margahayu

2 1

81 28

angkutan kota adalah kemacetan, selain itu angkutan kota juga kurang efisien karena tidak bisa sekali jalan.

ya

81

0

Aspek Transportasi

Lain-lain

tidak

0

Lain-lain

61 1 Mahal

Grafik 5.28 Permasalahan Mobil Margahaya

Dari 62 responden, 61 responden menganggap bahwa masalah dalam menggunakan mobil adalah macet, dan sebagian merasakan kurangnya sarana prasarana.

tidak

38 24 Kurang sarana prasarana

Sumber: Analisis Excel, 2014

Sumber: Analisis Excel, 2014

1 0

Kurang sarana prasarana

Lain-lain

Dari 1 responden yang menggunakan sepeda, masalah yang ia rasakan adalah kurangnya sarana prasarana, macet, dan lainnya (melelahkan). Permasalahan Jalan Kaki Wilayah Margahayu

ya

62 0

tidak

Tidak ada pejalan kaki di wilayah Margahayu. Grafik 5.31 Permasalahan Jalan Kaki Margahayu

Lain-lain

0

Kurang sarana prasarana

0

Lain-lain

Sumber: Analisis Excel, 2014

129


Kesimpulan Permasalahan Transportasi Wilayah

Margahayu

M

asalah yang paling banyak dirasakan oleh masyarakat Margahayu adalah masalah kemacetan. Kendaraan yang paling banyak mengalami

kemacetan adalah

motor dan mobil. Kemacetan dapat terjadi karena banyaknya jumlah kendaraan pribadi di jalanan. Selain kemacetan, masalah yang timbul adalah kurangnya

Foto : panorama jalan jatinangor panoramio.com

sarana prasarana, seperti jalan yang rusak. Jalan yang rusak tersebut sesungguhnya bisa menjadi faktor penyebab kemacetan juga.

Permasalahan Bis Wilayah Jatinangor Ya

Permasalahan Transportasi

45

38

2

Macet

Ya

13 34

35

26 5 Macet

4

Mahal

Susah Tidak bisa ditemukan sekali jalan

25

14 Kurang sarana prasarana

34

27

13

13

20

Susah Tidak bisa ditemukan sekali jalan

D

kota

juga

dianggap kurang efektif karena terkadang harus berganti angkot untuk menuju suatu tempat.

130

1

Ya

Tidak

Grafik 5.34 Permasalahan Ojek Jatinangor

0 2

3

1 Macet

Mahal

3 0

2 1

3 0

Dari 57 responden yang menggunakan motor, mayoritas responden mengatakan bahwa masalah yang dialami adalah kemacetan.Selain itu, kurangnya sarana prasarana seperti rusaknya jalan juga merupakan salah satu masalah yang sering ditemui. Permasalahan Sepeda Wilayah Jatinangor

lain-lain

Permasalahan Ojek Wilayah Jatinangor

ari 39 responden yang menggunakan angkutan kota di wilayah Jatinangor, mayoritas responden menganggap bahwa permasalahan yang dihadapi adalah Angkutan

Kurang sarana prasarana

Permasalahan Mobil Wilayah Jatinangor

0

lain-lain

Ya

kemacetan.

46

Dari 47 responden yang menggunakan bis di wilayah Jatinangor, mayoritas responden menganggap Sumber: bahwa permasalahan yang dihadapi Analisis Excel, adalah kemacetan. Sarana dan 2014 prasarana di Jatinangor juga dianggap kurang, seperti jalannya yang rusak.

39 19

Mahal

34

Grafik 5.32 Permasalahan Angkutan Kota Jatinangor

Tidak

20

Sumber: Analisis Excel, 2014

9

di Jatinangor Permasalahan Angkutan Kota Wilayah Jatinangor

Tidak

Grafik 5.33 Permasalahan Bis Jatinangor

Dari 3 responden yang menggunakan ojek, semua responden mengatakan bahwa masalah yang dialami adalah mahalnya ongkos. Selain itu, macet juga menjadi permasalahan yang dialami responden.

3

2 44

29

43

17

3 Macet

Mahal

Kurang sarana prasarana

45 0

Grafik 5.35 Permasalahan Bis Jatinangor

Lain-lain

0

Ya

6 51 Macet

54 3

Mahal

26 23 Kurang sarana prasarana

Kurang sarana prasarana

Grafik 5.36 Permasalahan Motor Jatinangor

57 0 Lain-lain

Sumber: Analisis Excel, 2014

0

Lain-lain

Permasalahan Jalan Kaki Wilayah Jatinangor Ya

0

Kurang sarana prasarana

Tidak

Tidak

0

Macet

Permasalahan Motor Wilayah Jatinangor

Sumber: Analisis Excel, 2014

Ya

Sumber: Analisis Excel, 2014

Dari 46 responden yang menggunakan mobil di wilayah Jatinangor, mayoritas responden menganggap bahwa permasalahan yang dihadapi adalah kemacetan.Sarana dan prasarana di Jatinangor juga dianggap kurang, seperti jalannya yang rusak.

0

Susah Tidak bisa Kurang lain-lain ditemukan sekali sarana jalan prasarana

Tidak

Grafik 5.37 Permasalahan Sepeda dan Pejalan Kaki Jatinangor Sumber: Analisis Excel, 2014

Tidak

0

Lain-lain

Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada masyarakat Jatinangor yang menggunakan sepeda ataupun jalan kaki merasakan permasalahan transportasi.

131


Kesimpulan Permasalahan

Dari grafik ”Permasalahan Angkutan Kota” dapat diketahui bahwa mayoritas permasalahan angkutan kota yang terjadi di Cimahi adalah kemacetan sedangkan permasalahan angkutan kota yang paling jarang terjadi adalah susah ditemukan. Hal ini menunjukan bahwa dengan pemanfaatan angkutan kota sebagai moda transportasi memiliki value of time yang rendah karena sering mengalami kemacetan sehingga waktu tempuh yang dibutuhkan menjadi lebih lama untuk mencapai tempat tujuan. Namun begitu penyediaan sarana transportasi angkutan kota di Cimahi telah mencukupi kebutuhan masyarakat baik dari segi kuantitas maupun aksesibilitas karena keberadaan angkutan kota tersebut mudah dijangkau untuk dimanfaatkan oleh masyarakat Cimahi.

Transportasi Wilayah

Jatinangor

P

ermasalahan yang banyak ditemui di wilayah Jatinangor adalah kemacetan dan kurangnya sarana prasarana.Hal ini dapat disebabkan karena wilayah Jatinangor yang merupakan kawasan pendidikan, sehingga banyak kendaraan yang menggunakan ruas jalan tersebut, seperti mahasiswa yang menggunakan mobil ataupun motor.Banyaknya kendaraan besar seperti truk juga dapat mengakibatkan kemacetan. Banyak truk yang lewat ke Jatinangor karena Jatinangor merupakan salah satu jalur antar kota. Permasalahan rusaknya jalan juga dapat menyebabkan kemacetan karena jalanan yang rusak dapat menghambat pergerakan masyarakat.

Ya

13

Macet

di Cimahi Permasalahan Angkutan Kota

2 41

Macet

132

32

38

11

5

Mahal

30 13

Susah Tidak bisa ditemukan sekali jalan

32 11 Kurang sarana prasarana

43 0

Lain-lain

0 2 0

Macet

2 Mahal

1 1

Grafik 5.40 Permasalahan Ojek Margahayu

2

2

2

0

0

0

Sumber: Analisis Excel, 2014

Susah Tidak bisa Kurang Lain-lain ditemukan sekali jalan sarana prasarana

Dari grafik ”Permasalahan Ojek” dapat diketahui bahwa mayoritas permasalahan ojek yang terjadi di Cimahi adalah mahal

Hal ini dapat disebabkan oleh penyediaan jasa ojek oleh para pihak swasta (pribadi) sehingga pemerintah tidak ikut andil dalam mengendalikan biaya transportasi ojek oleh para pihak swasta sehingga biaya yang dihabiskan menjadi sangat besar. Namun begitu dengan menggunakan ojek, pengguna transportasi ojek di Cimahi tidak mengalami kemacetan yang berarti karena ukuran body yang relatif kecil sehingga pengguna ojek masih dapat melakukan mobilisasi dengan mudah.

Grafik 5.39 Permasala han Bis Cimahi

Tidak

2

Permasalahan Transportasi

Tidak

Permasalahan Ojek

sedangkan permasalahan ojek yang paling jarang terjadi adalah kemacetan, susah ditemukan, tidak bisa sekali jalan, dan kurangnya sarana dan prasarana. Hal ini menunjukan bahwa dengan pemanfaatan ojek sebagai moda transportasi , masayarakat perlu memgeluarkan biaya yang cukup besar.

Permasalahan Bis

Dari 43 responden yang menggunakan angkutan kota, mayoritas responden mengatakan bahwa permasalahan angkutan kota yang paling banyak terjadi adalah kemacetan sedangkan permasalahan yang paling sedikit adalah angkutan kota yang susah ditemukan.

Ya

Namun begitu biaya yang perlu dikeluarkan masyarakat Cimahi untuk dapat memanfaatkan sarana transportasi bis dirasa sudah dapat dijangkau dan sesuai dengan kemampuan finansial masyarakat Cimahi karena biayanya yang cukup murah.

Grafik 5.38 Permasa lahan Angkuta n Kota Cimahi Sumber: Analisis Excel, 2014

14

12

10

1

3

5

Mahal

Susah ditemukan

9 15

Tidak bisa sekali jalan

Sumber: Analisis Excel, 2014

6 Kurang sarana prasarana

0

Lain-lain

Dari grafik ”Permasalahan Bis” dapat diketahui bahwa mayoritas permasalahan bis yang terjadi di Cimahi adalah kemacetan sedangkan permasalahan bis yang paling jarang terjadi adalah mahal. Hal ini menunjukan bahwa dengan pemanfaatan bis sebagai moda transportasi memiliki resiko terkena kemacetan yang besar yang dapat disebabkan oleh kurang lebarnya jalan untuk menampung volume kendaraan yang lewat serta ukuran body bis yang besar sehingga kelajuannya akan menjadi sangat lambat di jalan raya terutama saat kondisi jalan sedang padat.

Foto : Panorama Cimahi panoramio.com

133


Hal ini juga menunjukan bahwa denggan penggunaan ojek sebagai moda transportasi akan memiliki value of time yang tinggi karena waktu tempuh yang dihabiskan di perjalanan tidak akan terlalu besar. Selain itu, dengan menggunakan ojek maka kepraktisan yang dirasakan masyarakat Cimahi akan lebih besar karena ojek cenderung dapat menjangkau suatu wilayah dengan sekali jalan. Penyediaan sarana dan prasarana ojek juga dinilai telah memenuhi kebutuhan sehingga perjalanan yang dilalui akan lebih efisien dan efektif.

Hal ini dapat terlihat dari kondisi fisik jalan yang tidak rusak dan APILL (Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas) yang memadai di sebagian besar jalan di Cimahi. Permasalahan Motor 4 80

Mahal

Permasalahan Mobil

10

Grafik 5.41 Permasalahan Mobil Cimahi

10 14

14 5

5

Mahal

Kurang sarana prasarana

Sumber: Analisis Excel, 2014

1 Macet

Lain-lain

Dari grafik ”Permasalahan mobil” dapat diketahui bahwa mayoritas permasalahan mobil yang terjadi di Cimahi adalah kemacetan sedangkan permasalahan mobil yang paling jarang terjadi adalah mahal dan kurangnya sarana dan prasarana. Hal ini menunjukan bahwa dengan pemanfaatan moda transportasi mobil akan memiliki resiko terkena macet yang lebih besar karena seperti halnya dengan bis, ukuran body mobil cukup memakan kapasitas lebar jalan sehingga aksesibilitasnya akan berkurang saat kondisi jalan sedang padat. Dengan begitu value of time yang didapatkan dengan menggunakan mobil pun rendah. Namun begitu biaya yang perlu dikeluarkan masyarakat Cimahi untuk dapat memanfaatkan sarana transportasi mobil dirasa sudah dapat dijangkau dan sesuai dengan kemampuan finansial pengguna kendaraan mobil dan sarana serta prasarana yang ada juga dinilai telah mendukung kelancaran laju kendaraan mobil.

134

83

28

8 Macet

1

56

76

1

Kurang sarana prasarana

Lain-lain

Grafik 5.42 Permasalahan Motor Margahayu Sumber: Analisis Excel, 2014

Dari grafik ”Permasalahan motor” dapat diketahui bahwa mayoritas permasalahan motor yang terjadi di Cimahi adalah kemacetan sedangkan permasalahan motor yang paling jarang terjadi adalah mahal. Hal ini menunjukan bahwa dengan pemanfaatan motor sebagai moda transportasi akan tetap mengalami kemacetan seperti halnya kendaraan lain namun sebenarnya kemacetan ini tetap dapat diatasi atau dilewati dengan mudah karena kapabilitas motor yang tinggi ketika melewati jalanan yang macet. Namun begitu walaupun tetap terkena dampak dari kemacetan, biaya transportasi yang perlu dikeluarkan untuk menggunakan motor relatif murah sehingga menjadi wajar pula ketika jumlah pengendara motor di Cimahi menunjukan angka yang cukup besar. Permasalahan Sepeda 0

1

0

Macet

Grafik 5.43 Permasalahan Sepeda Cimahi Sumber: Analisis Excel, 2014

1

1

Kurang sarana prasarana

Lain-lain

0

Dari grafik ”Permasalahan Sepeda” dapat diketahui bahwa permasalahan sepeda yang terjadi di Cimahi adalah kurangnya sarana dan prasarana sedangkan permasalahan kemacetan bukan menjadi suatu masalah yang berarti bagi pengguna transportasi sepeda. Kurangnya sarana dan prasarana menunjukan bahwa penyediaan fasilitas yang ada di jalan kurang memerhatikan masyarakat pengguna sepeda, seperti tidak adanya atau kurangnya jalur khusus bagi pengguna sepeda sehingga masyarakat yang menggunakan sepeda harus bercampur dan berbagi jalan dengan pengguna kendaraan bermotor. Hal ini tentunya dapat membahayakan keselamatan pengguna sepeda. Namun begitu , kemacetan di jalan raya tidak nterlalu banyak memengaruhi aksesibilitas pengguna sepeda karena kapabilitas sepeda yang tinggi dalam melalui kemacetan di jalan raya.

Permasalahan Pejalan Kaki Ya

Tidak

1

1

1

1

Kurang sarana prasarana

Lain-lain

Dari grafik ”Permasalahan Pejalan Kaki” dapat diketahui bahwa permasalahan pejalan kaki yang terjadi di Cimahi adalah kurangnya sarana dan prasarana. Kurangnya sarana dan prasarana menunjukan bahwa penyediaan fasilitas yang ada di jalan bagi pejalan kaki masih kurang, seperti trotoar, jembatan penyeberangan , zebra cross, dan sebagainya. Hal ini disebabkan karena trotoar yang ada terkadang beralih fungsi menjadi tempat berdagang PKL (pedagang kaki lima) sehingga hak pejalan kaki diambil oleh para pedagang tersebut.

Selain itu, beberapa jalan di Cimahi tidak dilengkapi dengan trotoar sehingga dengan kondisi jalan yang sempit dan padat serta tidak adanya trotoar bagi pejalan kaki tentu dapat membahayakan keselamatan para pejalan kaki.

Transport Cimahi

Kesimpulan Permasalahan Transportasi di Wilayah

Cimahi

D

ari seluruh grafik mengenai permasalahan setiap moda transportasi di Cimahi, diketahui bahwa mayoritas masalah yang dirasakan oleh pengguna moda transportasi tersebut secara umum adalah kemacetan.. Kemacetan merupakan fenomena yang terjadi ketika volume kendaraan ideal yang Grafik 5.44 melewati badan jalan melebihi dari kapasitas Permasalah an badan jalan yang seharusnya. Dengan terjadinya Pejalan Kaki Cimahi kemacetan di BMA , maka dapat disimpulkan Sumber: bahwa ruas jalan yang ada di BMA tidak sesuai Analisis Excel, 2014 dengan volume kendaraan yang melewatinya (tidak mencukupi). Tidak tercukupinya ruas jalan di BMA erat kaitannya dengan preferensi masyarakat dalam penggunaan kendaraan. Berdasarkan grafik yang ada, diketahui bahwa mayoritas penduduk BMA menggunakan kendaraan pribadi untuk bepergian ke Bandung dibanding kendaraan umum. Kecenderungan ini memperlihatkan bahwa masyarakat lebih memilih memanfaatkan kendaraan pribadi dibanding kendaraan umum . Dengan mayoritas preferensi masyarakat terhadap pemilihan kendaraan pribadi, maka dapat mempengaruhi volume kendaraan yang melewati ruas jalan tersebut. Selain itu kemacetan juga bisa dilihat dari intensitas kendaraan yang menuju kota Bandung sangat tinggi. Dilihat dari hasil traffic counting, volume kendaraan yang menuju kota bandung sangat besar sehingga wajar jika terjadi kemacetan di sejumlah ruas jalan BMA.

135














Pengembangan Kota Bandung akibat urban sprawl menjadikan masyarakat bertempat tinggal di wilayah sekitaran Kota Bandung.Perkembangan kawasan tempat tinggal masyarakat ke pinggiran Kota Bandung tidak sepenuhnya diiringi perkembangan pusat-pusat kegiatan sehingga masyarakat masih melakukan pergerakan ke Kota Bandung. Masyarakat yang bertempat tinggal di Cimahi dan Jatinangor cenderung melakukan aktivitas utamanya di daerah sekitar tempat tinggal, berbeda dengan masyarakat Margahyu yang bekerja ke Kota Bandung.Oleh karena itu, waktu tempuh masyarakat untuk melakukan pergerakan ke tempat kegiatan utamanya tergolong cepat yaitu dibawah 20 menit. Masyarakat Margahayu hanya menjadikan Margahayu sebagai dormitory (wilayah yg hanya dijadikan sebagai tempat tinggal, bukan untuk aktivitas utama), sementara masyarakat Cimahi dan Jatinangor berpergian ke Kota Bandung untuk tujuan selain bekerja. Fenomena ini berpegaruh terhadap pemilihan moda transportasi masyarakat di daerah-daerah tersebut, dimana penggunaan motor dan mobil masyarakat Margahayu sangat tinggi sementara penggunaan kendaraan umum rendah karena alasan ketidakefektifan dan efisiensi waktu. Untuk wilayah Jatinangor dan Cimahi juga lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi terutama motor karena biaya untuk mobil jauh lebih mahal dibandingkan motor.

148

Jumlah kendaraan yang melintas paling banyak di Cimahi, lalu disusul oleh daerah Margahayu dan Jatinangor.Tingginya pergerakan di daerah Cimahi dapat disebabkan karena preferensi masyarakat untuk melakukan kegiatan selain bekerja di luar Cimahi, yaitu di Kota Bandung. Masyarakat Cimahi masih termakan nama besar Bandung sebagai kota besar yang memiliki berbagai sarana prasarana yang lengkap sehingga untuk tujuan selain bekerja, banyak masyarakat Cimahi yang memilih untuk melakukan kegiatan tersebut di Kota Bandung, seperti belanja, jalan-jalan, dan sebagainya. Pergerakan Margahayu yang cukup tinggi dapat disebabkan karena rutinitas masyarakat yang setiap harinya pergi ke Kota Bandung untuk bekerja.Pergerakan di Jatinangor terlihat lebih sedikit disebabkan karena pengembangan Jatinangor sebagai kawasan pendidikan sehingga banyak mahasiswa yang menetap di daerah tersebut dan melakukan pergerakan ke Kota Bandung dengan intensitas yang tidak terlalu tinggi. Akan tetapi, Margahayu dan Jatinangor merupakan daerah yang termasuk pada jalur antar kota yang sering digunakan masyarakat, sehingga pergerakannya juga cukup tinggi, terutama Margahayu yang memang terdapat pabrik-pabrik di daerah tersebut.

149


150


C O N N E C T

1 5 1


mo v i n g P e r ge r ak any an gdi i s u k andapatme n gu r an gi pe r ge r ak an

1 5 2


1 5 3


1 5 4


1 5 5


1 5 6


1 5 7


DAFTAR PUSTAKA DInas Perhubungan dan Transportasi. 2010. Study of the Bandung Metropolitan Area (BMA) Urban Transport Master Plan. SNCF International Lubis, Harun al-Rasyid. 2010. Review and Suggestion for SNCF Draft Final Report Integrated Public Transportation Master Plan for Bandung Metropolitan Area. Institut Teknologi Bandung DInas Penenaman Modal Kota Cimahi. Buku Saku Rencana Pengembangan ICT Kota Cimahi. Pemerintah Kota Cimahi. 2013. Rancangan Peraturan Daerah Kota Cimahi Nomor 4 Tahun 2013 Tentang RTRW Kota Cimahi Tahun 2012-2013. Surakusumah, Wahyu. SIstem Penataan Ruangdan Lingkungan Kota Bandung dan Sekitarnya. Jurusan Biologi Universitas Pendidikan Indonesia. Dinas Tata Ruang dan Permukiman. 2004. Rencana Strategis Pengembangan Infrastruktur Metropolitan Bandung 2010. Bandung Pacey, Arnold. 1993. The Culture of Technology. United States of America: Maple-Vail, Inc Kutay, Aydan. 1985. Optimum Office Location and the Comparative Statics of Information Economics. Regional Studies, Vol. 20.6, pp. 551-564. Cooke, Philip. 2007. Creative Regions Technology, Culture and Knowledge Entrepreneurship. Oxon: Routledge Brown, Ian. 2013. Regulating Code : Good Governance and Better Regulation in the Information Age. London: Massachusetts Institute of Technology. Ibekwe-Sanjuan, Fidelia. 2014. Theories of Information, Communication and Knowledge. Springer. Niles, Sarah. A New Era of Accessibility?. URISA Journal Charlot, Sylvie. 2006. Cities and Workplace Communication: Some Quantitative French Evidence. Routledge European Commission. 2013. Quality of Life in Cities. Luxembourg: Publications Office of the European Union, 2013 Angotti, Thomas. 1993. Metropolis 2000, Planning, Poverty and Politics. New York: Routledge. Jayadinata, Johara T. 1999. Tata Guna Tanah dalam Perencanaan Pedesaan, Perkotaan dan Wilayah. Bandung: ITB Tamin, Ofyar Z. 2000. Perencanaan dan Pemodelan Transportasi. Bandung: ITB

Chapin, F.S. 1965. Transportation and Land Use. In J. F. Stuart Chapin. Urban Land Use Planning. Edisi Kedua. Urbana: University of IlIinols Press, 339-369.


Roberts, M. 1974. Transportation. To Town Planning Techniques. London: Hutchinson Educational, 373-394. Tolley, R. & Turton, B. 1995. Transport Demand and Supply; Type of Movement. Transport System, Policy and Planning. Edisi Pertama. Singapura: Longman Scientific and Technical. Sutriadi. R, Marendraputra. P. 2010. Telecommuting: Bekerja di Rumah! Optimalkan Pemanfaatan Handphone dan Internet. Opsi bagi Penyelesaian Permasalahan Kota Besar. (Online). (http://sudforum.penataanruang.net/library/sgcptec2.pdf. diakses tanggal 13 April 2013) JALA International. The Telework, Telecommuting, and Applied Futures Research Expert. (Online). (http://wwww.jala.com, diakses tanggal 13 April 2014) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL Desina, Mela. Skiripsi Judul “Perbedaan Karakter Disiplin, Tanggungjawab, dan Penghargaan Antarasiswa Sekolah Dasar di Kota Jakarta dan Pekan Baru”. (Online), (http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20319678-S-Mela%20Desina.pdf, diakses 13 April 2014) Mike Jenks & Rod Burgess .2001. Compact Cities: Sustainable Urban Forms for Developing Countries. George B. Dantzig & Thomas L. Saaty. 1974. Compact City : A Plan for a Livable Urban Environment. Sugandhy, Aca danRustam Hakim. 2007. Prinsip Dasar Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan Berwawasan Lingkungan. Jakarta: Bumi Aksara. Yunus, H.S. 1999. Struktur Tata Ruang Kota. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Yunus, Hadi Sabari. 2005. Manajemen Kota, Perspektif Spasial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Northem, Ray M. 1975. Urban Geography. Wiley Co.Publisher and University of Virgnia: Virginia Franz, Gerald, Gunther Maier & Pia Schrok. tt. “Urban Sprawl: How Useful is this Concept?”. (Online). (www.researchgate.net/...Urban_Sprawl.../3deec5224ad8bb4af6.pdf, diakses 13 Mei 2014) Harvey, R. O., Clark, W.A.V. 1965. The Nature and Economics of Urban Sprawl Land Economics 41 (1), 1-9. Rosul. M. 2008. Urban Sprawl (Pemekaran Kota). (Online), (http://mrosul.edublogs.org, diakses 13 Mei 2014)


LAMPI RAN


HASIL WAWANCARA

BAPPEDA CIMAHI Dengan Pak Ami dari Subbid Tata Ruang dan Lingkungan Hidup bagian Tata Ruang Berdasarkan artikel Koran REPUBLIKA tanggal 12 Maret 2014, kota Cimahi akan dijadikan sebagai salah satu pusat teknologi, infomasi, dan komunikasi (TIK) di Indonesia yang pertama. Hal ini memberikan dampak positif terhadap investasi kota Cimahi sendiri, peluang tersebut dapat ditingkatkan dengan cara pengembangan industri kreatif menyangkut TIK (animasi) di Gedung Baros Information Technology Creative. No 1

Pertanyaan

Jawaban

Alih fungsi tata guna lahan di Cimahi sejak kapan dan dimana saja?

Rencana dan realita berbeda. Lahan di Cimahi 4200 ha dan penduduk di Cimahi sekitar 600.000 jiwa dengan komposisi guna lahan 30% militer, 30% industri, dll. Cimahi merupakan lintasan antara Jakarta dan Bandung, banyak yang tidak menyadari adanya kota Cimahi sehingga perkembangan kotanya kurang. Oleh karena itu di RTRW Cimahi dibentuk CBD baru yang letaknya di Baros dan juga dibuka pintu gate tol di Baros dengan harapan akan ada limpahan dari Jakarta. Target lainnya terkait komoditas yang akan Cimahi jual yaitu ICT. Potensi awal Cimahi memang industri, tetapi kita tidak bisa hanya mengandalkan industri karena beban lingkungannya besar. Oleh karena itu, dikembangkan ICT dalam Cimahi agar gaung nama Cimahi dapat sampai regional hingga internasional sehingga dikembangkan Cyber City mulai dari CBD di Baros dengan aktivitas-aktivitas terkait ICT. Daerah yang memiliki alih fungsi lahan paling ekstrem adalah Cimahi Utara karena memang di daerah Cimahi Utara dikhususkan untuk daerah konservasi jadi, untuk wilayah permukiman dan lain-lain diperketat.

Kesimpulan Daerah yang alih fungsi tata guna lahan yang paling ekstrem terjadi di Cimahi Utara yang seharusnya diperuntukkan sebagai kawasan konservasi menjadi kawasan pemukiman


2

Mengapa alih fungsi tata guna

lahan

ini

bisa

terjadi di Kota Cimahi?

3

Kota Cimahi merupakan kota pertama di Bandung Metropolitan Area yang memiliki masterplan TIK. Variabel

apa

yang

digunakan di dalam uji kelayakan Kota Cimahi sebagai Kota TIK?

4

Sejauh

ini

bagaimana

Soal alih fungsi tata guna lahan Cimahi dari industri keperumahan itu merupakan realita akibat desakan kota Bandung yang semakin padat sehingga berimbas pada daerah-daerah di sekitarnya. Instrument pengendali kita adalah perizinan dan sudah diperketat walaupun dalam realita soal pelanggaran memang tidak bisa kita pungkiri. Seperti KDB di Cimahi Utara paling banyak boleh dibangun sebesar 40% karena dari segi lahan dikhususkan untuk RTH.Kalo di Cimahi Selatan memang dialokasikan untuk industri, dan kalo untuk KDB tapi tidak seketat di Cimahi Utara.Tapi ada program-program juga yang sudah diterapkan terkait vertical housing.

Alih fungsi guna lahan Cimahi dari kawasan industri menjadi kawasan pemukiman terjadi akibat desakan kota Bandung yang semakin padat sehingga berimbas pada daerah sekitarnya.

Pemerintah mengalokasikan satu kawasan untuk kawasan ICT, adanya BITC sebagai subsidi untuk pengembangan ICT yang diisi komunitas-komunitas seperti ada yang mengembangkan animasi, dsb. Karena kalau soal SDM memang sulit jadi kita mensubsidi para komunitas untuk mengembangkannya di BITC.

Cimahi layak sebagai Kota ICT karena telah mengalokasikan sebuah kawasan khusus untuk ICT

Belum dijalankan karena masalah

Kendala masterplan

ICT


keberjalanan masterplan

prioritas. Sekarang masih sanitasi

tersebut di Cimahi? Jika

fokus di Cimahi. Anggaran besar

belum dijalankan, kira-

hamper 20% untuk sanitasi. Untuk

kira kendala apa yang

master

dihadapi?

secepatnya, kalau tidak tahun

plan

kita

belum dibentuk karena masalah prioritas (urgensi) dari pemerintah kota Cimahi sendiri, belum terfokus pada masalah mengenai ICT

usahakan

depan paling lambat dua tahun kedepan.

Jadi

pengembangannya

untuk lebih

bias

cepat direalisasikan. Oleh karena itu,

kita

gaungkan

dulu

di

masyarakat dari pemkot sendiri soal ICT . 5

Apakah

yang

prioritas dalam

menjadi

pemerintah pengaplikasian

masterplan TIK di Kota Cimahi

itu

Apakah

karena

infrastruktur, kebijakan,

sendiri? segi sistem

permodalan,

pengembangan kapasitas masyarakat,

sektoral

(lokasi)?

6

Bagaimana

kesiapan

masyarakat Kota Cimahi di

dalam

mengaplikasikan TIK di dalam kehidupan seharihari?

Prioritas pemerintah karena dominasi Cimahi adalah militer dan industri. Jika industri dibiarkan terus menerus, akan membebani lingkungan, limbahnya tidak dapat teratasi sehingga bias menimbulkan bencana di kemudian hari. Pemerintah memang berharap 100% industri eksisting tidak hanya pada tekstil. Pemerintah juga mencanangkan ingin membangun fiber optic lagi. Jadi berangkat pada permasalahan yang ada. Belum siap. Kalau menunggu masyarakat tidak akan siap-siap. Oleh karena itu, kita inisiasikan terlebih dahulu. Jadi kebijakan soal ICT top down. Untuk fasilitas terkait ICT seperti free wifi juga sedang diusahakan kemaren sudah bekerjasama dengan Telkom tetapi belum direalisasikan.

TIK kota Cimahi untuk mengalihkan dominasi dari Industri demi terjaganya kualitas lingkungan

Kondisi

masyarakat

terhadap mengenai

kesiapan ICT

di

kota

Cimahi masih belum siap


7

Bagaimana

pengaruh Harusnya

pergerakan

semakin

Dengan

ICT

masterplan TIK terhadap sedikit. kehidupan

Pengaruh ICT terhadap di Kota Cimahi akan mengurangi pergerakan masyarakat

masyarakat dikembangkan, jadi mereka tidak

Cimahi?

Apakah

TIK harus keluar rumah. Untuk di BITC

tersebut

mempengaruhi sendiri jadi mereka berdiam diri

aktivitas

pergerakan saja di situ, tidak kemana-mana.

masyarakat?

Seperti bisnis

perumahan-perumahan melalui

mengurangi

ICT

akan

pergerakan

karena

dengan itu akan serta merta secara

tidak

mengurangi

langsung

beban

akan

lingkungan

juga. 8

Apakah

keadaan

Tidak ada jawaban

Tidak ada jawaban

teknologi informasi saat ini

sudah

memenuhi

kebutuhan masyarakat di Kota Cimahi? 9

Bagaimana

respon

masyarakat

terhadap

perkembangan

TIK

di

Kota Cimahi saat ini?

Karena top-down, jadi respon Respon

mayarakat

masyarakat belum signifikan. TIK terhadap TIK masih belum masih terbilang asing dan kurang signifikan dan terbilang paham

terhadap

TIK.

Untuk belum paham terhadap

publikasi TIK sendiri sudah seperti TIK di web, ini juga menjadi salah satu cara untuk mensosialisasikan TIK kemasyarakat. 10

Bagaimana

persebaran

warnet dan wartel di Kota Cimahi?

11

Apakah ada perubahan trend

masyarakat

penggunaan rumah

ke

dari

telepon penggunaan

persebaran warnet dan wartel tidak dapat diketahui, karena tidak ada perizinan khusus ubtuk pendataan.

Tidak ada jawaban

persebaran warnet dan wartel tidak dapat diketahui, karena tidak ada perizinan khusus ubtuk pendataan.

Tidak ada jawaban


handphone? 12

Bagaimana BTS

di

penggunaan

Kota

Apakah

Cimahi?

pemakaian

Penggunaan BTS dilakukan secara Penggunaan

BTS

bersama antar provider dengan dilakukan bersama masing-minimal 4 provider

tunggal atau pemakaian bersama? 13 Bagaimana

persebaran

BTS di Kota Cimahi?

14

Bagaimana

antusiasme

masyarakat Kota Cimahi pada fasilitas free-wifi?

Berangkat dari permasalahan, towertower yang sudah ada memang sudah terlalu banyak jadi sudah tidak dapat di apa-apakan. Untuk kedepannya penambahan tower dari permintaan provider akan dikendalikan dan dibatasi di plotting di daerahdaerah yang belum. Terkait penambahan tower, provider akan diberi dari makro ke mikro. Karena pada 5-10 tahun akan beralih ke fiber optik. Untuk penghapusan tower-tower yang sudah ada tidak mungkin maka akan diberi persyaratan. Jadi agar ketika pemakaian fiber optic sudah menjadi mayoritas, tower-tower ini harus kita hapus. Tidak ada jawaban

Pembangunan BTS di kota Cimahi memang sudah ada sebelum konsep ICT sendiri. Namun pembangunannya sudah terlalu banyak, sehingga akan dilakukan pengendalian dan pembatasan pembangunan BTS tersebut

Tidak ada jawaban


CIMAHI SELATAN Dengan Ibu Ifa Latifah (Sekretaris Camat) Jumlah penduduk terbesar Kota Cimahi berada di Kecamatan Cimahi Selatan dengan jumlah 195.167 jiwa. Hal ini disebabkan karena Kecamatan Cimahi Selatan merupakan kawasan industri yang secara tak langsung menyerap tenaga kerja dibandingkan Cimahi Tengah dan Cimahi Utara yang pada umumnya lebih dominan sebagai kawasan permukiman. No 1

Pertanyaan Menurut

data

Jawaban Cimahi

Kecamatan

Kesimpulan

Selatan Mayoritas

Cimahi

masyarakat

dalam angka 2012, secara

memiliki

umum mayoritas tenaga

sebesar 281. 310 jiwa pada sebagai pegawai swasta

kerja

tahun

Kota

Cimahi

berprofesi

sebagai

pedagang kerja

dan

dalam

pengolahan.

tenaga industri

Bagaimana

dengan

profesi

masyarakat

Cimahi

jumlah

2010

penduduk Cimahi Selatan bekerja

dengan

profesi

dan minoritas petani

mayoritas pegawai swasta dan minoritas petani (sumber: Data Disduk 2013).

Selatan? 2

Apa profesi masyarakat Cimahi

Selatan

pada

umumnya? 3

Menurut data BPS 2012,

Jumlah industri di Kecamatan Penurunan jumlah industri

diketahui bahwa jumlah

Cimahi

industri di Cimahi Selatan

mengalami penurunan

pada menyebabkan pergeseran

mengalami

tahun

2011

penurunan

dari tahun 2007 ke tahun 2011,

apakah

hal

ini

menyebabkan

adanya

pergeseran

profesi

masyarakat

di

wilayah

pernah pada

Selatan 2007

disebabkan

hingga oleh

terjadinya

krisis ekonomi. Krisis ekonomi yang

telah

menyebabkan

banyaknya industri mengalami

ini? (misalnya di daerah

‘gulung

tikar’,

tersebut banyak pekerja

dampak dari kurang mampunya

,sekarang malah banyak

Industri

pengusaha)

bersaing

Cimahi dalam

merupakan Selatan persaingan

2007-2011

profesi masyarakat tersebut,

sebagian kecamatan yaitu

menjadi wiraswasta

buruh


pasar bebas dan kurang mampu mengikuti

perkembangan

perekonomian

dunia.

Banyaknya

industri

yang

‘gulung tikar’ membuat banyak buruh pabrik yang terkena PHK beralih

profesi

menjadi

wiraswastas

seperti

menjadi

pedagang.

Beralih

profesi

menjadi pedagang dikarenakan profesi

inilah

yang

paling

mudah dijalankan tak perlu bergantung

pada

suatu

perusahaan ataupun lembaga. 4

Saat ini banyak kota yang

Cimahi Selatan masih berupaya

Cimahi

berupaya

untuk

berupaya

untuk

mendorong pertumbuhan

mendorong

pertumbuhan

perekonomiannya dengan industri.

Selatan

masih untuk

mendorong pertumbuhan

perekonomiannya dengan

perekonomiannya dengan

fokus

industri.

pengembangan

sektor

industri.

Bagaimana

dengan

industri

di

Cimahi

Selatan? 5

1.

Apa saja industri

Industri

besar

dan

mayoritas bergerak di bidang selatan bergerak dalam

terdapat ini?

di

kecil

yang

kecamatan

di

Cimahi

tekstil,

mulai

benang,

kain

Namun

saat

Cimahi

dari hingga ini

Selatan

baju. tengah Industri

Industri

merupakan

industri bidang

Pemerintah

mengembangkan Kreatif.

Selatan Industry besar di Cimahi

industri

kreatif yang

menggunakan

IT

untuk

menciptakan

inovasi

dalam

tekstil.

Pemerintah

Namun sedang

mengembangkan industry krestif yang diharapkan menjadi industry besar di Cimahi Selatan


dunia dari

perindustrian, industri

wisata

contoh

kreatif

kuliner,

ialah:

perfilman,

animasi, fashion,dll. 6

Apakah jenis produk di

Fokus

industri Cimahi Selatan

kawasan ini dilihat dari tahun produksi tetap sama

tetap sama dengan jenis

ke tahun secara kasat mata

produk di tahun 2009?

tidak

Ataukah di wilayah ini justru

terdapat

produksi

Industri

begitu

di Jenis produk dan fokus

mengalami

perubahan yang berarti.

spesialisasi produk yang baru? 7

Dari waktu ke waktu,

Saat ini penggunaan teknologi

Teknologi

sangat

cara

Kecamatan

Selatan

membantu

dalam

standar,

kehidupan

masyarakat

masyarakat

mengakses

untuk

informasi

semakin menjadi mudah akibat

adanya

perkembangan teknologi yang pesat. Apakah hal ini terjadi pula di Cimahi Selatan?

Bagaimana

keadaan

ini,

mencapai

terlihat dari penggunaan IT dalam pemberkasan di kantor pemerintahan,

dan

juga

penggunaan IT dalam Lembaga Sosial.

Pemahaman

di

penggunaan

IT

apakah

masyarakat

Cimahi

teknologi

kecamatan

sudah

Cimahi

di

dan

kalangan Selatan

fasilitas teknologi telah

sudah cukup merata merambah

mencukupi

ke

kebutuhan

seluruh

masyarakat?

Apakah

masyarakat,

masyarakat

Cimahi

merata

Selatan telah siap dan bisa

mengikuti

perkembangan teknologi yang ada? Jika belum, apakah

yang

menjadi

penyebabnya? Jika sudah, apakah sudah merata

kemudahan

ini

tersebar

secara

di

seluruh

kalangan

meskipun

sempurna

tidak karena

disebabkan oleh faktor usia yang

mempengaruhi

kemampuan sesuatu

yang

penggunaan IT.

menangkap baru

seperti

Cimahi

Selatan

namun

tidak semua masyarakat siap

dengan

perkembangan

teknologi

yang

Hal

ada.

disebabkan

ini

disebabkan

oleh faktor usia yang mempengaruhi kemampuan menangkap

sesuatu

yang

seperti

baru

penggunaan IT.


wilayah? 8

Apakah fasilitas untuk

Fasilitas umum untuk koneksi Fasilitas

umum

untuk

menunjang masyarakat

internet seperti free wifi belum akses informasi di cimahi

dalam mengakses

ada di kecamatan ini.

selatan belum ada

informasi sudah terkategorikan baik? Apakah fasilitas tersebut terawat? 9

Sejauh ini bagaimana

Master plan yang dimiliki oleh Pemerintah camat tidak

keberjalanan masterplan

Kota Cimahi merupakan hal tahu

tersebut di Cimahi? Jika

yang

belum dijalankan, kira-

Bappeda

kira kendala apa yang dihadapi?

lebih

pemerintah tidak

sehingga

Cimahi

memiliki

master

oleh plan.

diketahui Cimahi

mengenal

Selatan

pengetahuan

mendalam

mengenai

keberjalanan

master

plan

tersebut. Hal yang diketahui oleh Selatan

Pemerintah ialah

Cimahi

berjalannya

Rencana Pembangunan 5 tahun di Cimahi Selatan, yang tidak diketahui apakah itu bagian dari Master Plan yang dibuat oleh Bappeda atau bukan. 10

Bagaimana kesiapan

Kesiapan masyarakat kota Cimahi Masyarakat Cimahi belum

masyarakat Kota Cimahi

dalam mengaplikasikan TIK belum sepenuhnya siapa dalam

di dalam mengaplikasikan

sepenuhnya siap karena masih ada mengaplikasikan teknologi

TIK di dalam kehidupan

warga yang tidak terlalu mengerti

sehari-hari?

terhadap adalah

TIK,

salah

penduduk

(jawaban mirip no 7)

satunya

lanjut

usia.


CIMAHI UTARA Dengan Bapak Muhammad Ronny (Camat) No 1

Pertanyaan Menurut

data

Cimahi dalam angka

2012,

secara

umum

Jawaban Mayoritas

penduduk

Kesimpulan Cimahi

Utara Mayoritas

berprofesi di bidang jasa

penduduk

Cimahi Utara berprofesi di bidang jasa

mayoritas tenaga Kota

kerja Cimahi

berprofesi sebagai pedagang dan tenaga

kerja

dalam industri pengolahan. Bagaimana dengan profesi masyarakat Cimahi Utara? 2

Apa

profesi

masyarakat Cimahi

Utara

pada umumnya? 3

Saat banyak

ini kota

yang berupaya

Cimahi Utara masih berupaya untuk

Cimahi

mendorong

berupaya

pertumbuhan

perekonomiannya dengan industri.

Utara

mendorong

untuk

pertumbuhan

mendorong

perekonomiannya

pertumbuhan

dengan industri.

perekonomian nya fokus

dengan

masih untuk


pengembangan sektor industri. Bagaimana dengan industri

di

Cimahi Utara? 4

2.

Apa

saja

industri sector apa yang akan dikembangkan di tahuisektorapa

besar kecil

Camat Cimahi Utara belum mengetahui Narasumberbelummenge yang

dan Cimahi Utara. Hal ini disebabkan karena akandikembangkan

di

yang belum adanya penelitian mengenai input Cimahi Utara

terdapat

di dan output di kawasanCimahi ini sendiri

kecamatan ini? 5

Apakah

jenis

produk

di

industri

dilihat dari tahun ke tahun secara produksi tetap sama kasat mata tidak begitu mengalami

Cimahi

Utara

tetap

sama

dengan

jenis

produk

di

tahun

Fokus produksi Industri di kawasan ini Jenis produk dan fokus

perubahan yang berarti.

2009?

Ataukah

di

wilayah

ini

justru terdapat spesialisasi produk

yang

baru? 6

Dari waktu ke

Saat

waktu,

Kecamatan

cara

ini

penggunaan Cimahi

Teknologi

sangat

sudah

membantu

dalam

dari

kehidupan

masyarakat

teknologi

Utara

masyarakat

mencapai

untuk

penggunaan IT dalam pemberkasan di

mengakses informasi semakin

kantor

standar,

terlihat

pemerintahan,

dan

juga

penggunaan IT dalam Lembaga Sosial.

Cimahi

Utara

namun

tidak semua masyarakat siap

dengan

perkembangan teknologi


menjadi

Pemahaman dan penggunaan IT di

yang

mudah akibat

kalangan masyarakat Cimahi Utara

disebabkan disebabkan

adanya

sudah cukup merata merambah ke

oleh faktor usia yang

perkembangan

seluruh

kalangan

mempengaruhi

meskipun

tidak merata

teknologi yang pesat. Apakah hal ini terjadi pula di Cimahi Utara? keadaan teknologi

di

kecamatan ini, apakah fasilitas teknologi telah mencukupi kebutuhan masyarakat? Apakah masyarakat Cimahi

Utara

telah siap dan bisa mengikuti perkembangan teknologi yang ada?

Jika

belum, apakah yang

menjadi

penyebabnya? Jika

sudah,

apakah kemudahan ini sudah tersebar secara merata di

seluruh

sempurna

Hal

ini

kemampuan

karena disebabkan oleh faktor usia

menangkap

sesuatu

yang

yang

seperti

mempengaruhi

kemampuan

menangkap sesuatu yang baru seperti penggunaan IT.

Bagaimana

masyarakat,

ada.

baru

penggunaan IT.


wilayah? 7

Apakah

Fasilitas

fasilitas untuk

internet seperti free wifi belum ada akses

menunjang

di kecamatan ini.

umum

koneksi Fasilitas

untuk

umum informasi

untuk di

cimahi utara belum ada

masyarakat dalam mengakses informasi sudah terkategorikan baik? Apakah fasilitas tersebut terawat? 8

Sejauh ini

Master plan yang dimiliki oleh Kota Pemerintah camat tidak

bagaimana

Cimahi merupakan hal yang lebih tahu mengenal master

keberjalanan

diketahui

masterplan

sehingga pemerintah Cimahi Utara

tersebut di Cimahi? Jika belum dijalankan, kira-kira

oleh

tidak

memiliki

mendalam master

pengetahuan

mengenai

plan

Cimahi plan.

Bappeda

keberjalanan

tersebut.

Hal

yang

diketahui oleh Pemerintah Cimahi

kendala apa

Utara

ialah

berjalannya

Rencana

yang dihadapi?

Pembangunan 5 tahun di Cimahi Utara, yang tidak diketahui apakah itu bagian dari Master Plan yang dibuat oleh Bappeda atau bukan.

9

Bagaimana

Menurut

kepala

kesiapan

Utara, kesiapan masyarakat memang belum sepenuhnya siapa

masyarakat

belum sepenuhnya siap tetapi sudah dalam

Kota Cimahi di

mulai

dalam

sudahmemulaihidupdenganmelekteknolo

mengaplikasik

gi.Walaupunpemanfaatanbelummaksimal

terlihat

Kecamatan

masyarakat

Cimahi Masyarakat Cimahi Utara mengaplikasikan

yang teknologi


an TIK di

,

dalam

dapatmengaksesteknologi.

kehidupan sehari-hari?

namunsudahbanyakmasyarakat

yang


CIMAHI UTARA Dengan Bapak Muhammad Ronny (Camat)

N

Pertanyaan

Jawaban

Kesimpulan

o 1

Menurut

data

Cimahi

dalam

angka

2012,

secara

umum

mayoritas

Mayoritas

penduduk

Cimahi

Utara Mayoritas

berprofesi di bidang jasa

penduduk

Cimahi Utara berprofesi di bidang jasa

tenaga

kerja Kota Cimahi berprofesi sebagai pedagang

dan

tenaga

kerja

dalam

industri

pengolahan. Bagaimana dengan profesi masyarakat Cimahi Utara? 2

Apa

profesi

masyarakat Cimahi Utara pada umumnya? 3

Saat

ini

banyak

kota

yang

berupaya

untuk

Cimahi Utara masih berupaya untuk

Cimahi

mendorong

berupaya

pertumbuhan

perekonomiannya dengan industri.

Utara

mendorong

mendorong

pertumbuhan

pertumbuhan

perekonomiannya

perekonomiannya

dengan industri.

dengan

fokus

pengembangan sektor

industri.

masih untuk


Bagaimana dengan industri di Cimahi Utara? 4

3.

Apa

saja Camat Cimahi Utara belum mengetahui Narasumberbelummenge

industri besar dan sector apa yang akan dikembangkan di tahuisektorapa kecil

yang Cimahi

Utara.

di karena

belum

terdapat kecamatan ini?

mengenai

Hal

input

ini

adanya dan

yang

disebabkan akandikembangkan

di

penelitian Cimahi Utara output

di

kawasanCimahi ini sendiri 6

Dari

waktu

waktu,

ke Penggunaan ICT dalamkegiatanseharicara hariwilayahCimahi

Utara

ICT telah memudahkan sebagian

masyarakat

masyarakat untuk inisendiridalambidangpendidikanyaitup

untuk

mengakses

informasi lebih mudah

enerimaansiswabaru,

data-data

informasi semakin pendidikan

yang

menjadi

mudah sudahmenggunakansistemonline.Di

akibat

adanya bidangkesehatanbelumterintegrasiseca

perkembangan teknologi

rasempurna, contohnya data pasien,

yang riwayatpasien,

pesat. Apakah hal dankeuanganbelumterintegrasidenganb ini terjadi pula di aik.Dalambidangkeuangan, Cimahi

Utara? Utara

Bagaimana

Cimahi

sudahmenerapkan

ICT

dalamsisteminformasikeuangandaerah

keadaan teknologi mencakuplaporanrencanakeuangandae di kecamatan ini, rahsampailaporanevaluasikeuangandae apakah

fasilitas rah.Selainitu,

teknologi

telah terdapataplikasikeuangan

yang

mencukupi

dapatdigunakanmasyarakatdarikantorp

kebutuhan

usat

masyarakat?

dapatdiaksessecaraumum.Selainitu,

Apakah

dalambidankepegawaian, Cimahi Utara

masyarakat

sudahbanyakmenerapkan

Cimahi

yang

ICT

Utara dalambeberapahalsepertiabsenpegawai

telah siap dan bisa sufdahmengguanakanfinger print dan mengikuti

data

perkembangan

absentersebutlangsungterintegrasideng

teknologi

yang ansistemkepegawaian. Selainkegiatan-

ada? Jika belum, kegiatanpemerintahan, penerapan ICT

mengakses


apakah

yang di

menjadi

kotaCimahisudahbisadinikmatidandiaks

penyebabnya? Jika essecaraumumolehmasyarakatcontohn sudah,

apakah yadalambidangpengaduanmasyarakatbi

kemudahan sudah

ini samelalui

website

tersebar pemerintahandanperizinan.

secara merata di Masyarakatdimudahkanuntukmendapat seluruh wilayah?

kanformulirformuliruntukperizinandandapatdiundu h

di

website

secara

gratis

danbisalangsungdipergunakanuntukperi zinan. 7

Apakah fasilitas

Untukperkembangan di lapangan, baru Fasilitas

umum

untuk menunjang

terdapatbeberapa hotspot wifi yang akses

masyarakat dalam

dapat diakses olehmasyarakatsecara cimahi utara sudah ada

mengakses

gratis di tempat-tempatmakan yang

informasi sudah

tersebar di Cimahi utara.

informasi

untuk di

terkategorikan baik? Apakah fasilitas tersebut terawat? 8

Sejauh ini

kepalaKecamatanCimahi

Utara Pemerintah camat tidak

bagaimana

mengutarakanbahwabukanmengenaima

keberjalanan

sterplanICT

masterplan

(SistemInformasi

tersebut di

Cimahi yang membahasmengenai ICT.

Cimahi? Jika

Master plan yang dimiliki oleh Kota

belum dijalankan,

Cimahi merupakan hal yang lebih

kira-kira kendala

diketahui

apa yang

sehingga pemerintah Cimahi Utara

dihadapi?

tidak memiliki pengetahuan mendalam

namunterdapat

oleh

Daerah)

Bappeda

di

tahu mengenal master

SID plan. Kota

Cimahi

mengenai keberjalanan master plan tersebut. 9

Bagaimana

Menurut kepala Kecamatan Cimahi Masyarakat Cimahi Utara

kesiapan

Utara, kesiapan masyarakat memang belum sepenuhnya siapa


masyarakat Kota

belum sepenuhnya siap tetapi sudah dalam

Cimahi di dalam

mulai

mengaplikasikan

sudahmemulaihidupdenganmelektekno

TIK di dalam

logi.Walaupunpemanfaatanbelummaks

kehidupan sehari-

imal,

hari?

yang dapatmengaksesteknologi.

terlihat

masyarakat

mengaplikasikan

yang teknologi

namunsudahbanyakmasyarakat


MARGAHAYU Dengan Drs. Eef Syarif Hidayatullah,M.Si (Camat)

No

Pertanyaan

Jawaban

Kesimpulan

. 1.

Bagaimana

keadaan Pada 5-10 tahun yang lalu, penduduk Jumlah penduduk Margahayu

penduduk di Kecamatan Margahayu jelas lebih sedikit. Wilayah bertambah dari 5-10 tahun lalu Margahayu dulu (5-10 yang terbangun kebanyakan adalah rawa. karena pendatang yang tahun yang lalu)?

Jika dilihat, tutupan area yang beralih ditunjukan dengan mayoritas adalah dari rawa, sawah ataupun kolam perubahan fungsi lahan menjadi perumahan.

Margahayu dari rawa menjadi perumahan

2.

Menurut Bapak/Ibu, apa Hal ini disebabkan oleh terbatasnya Ketersediaan lahan perumahan yang

menyebabkan lahan di Bandung sehingga pembangunan di Bandung sangat

pertumbuhan penduduk secara vertikal kerap dilakukan, seperti terbatas,sehingga masyarakat yang

pesat

Kecamatan

di rusunawa, apartemen, dsb. Masyarakat pergi ke Margahayu untuk

Margahayu yang tidak siap dengan perubahan trend membangun perumahan

ini? Apakah merupakan tersebut mencari lahan untuk perumahan dampak

dari

urban di

sprawl?

pinggiran

Bandung,salah

Margahayu. Margahayu

satunya

menjadi daya

tarik karena aksesnya yang mudah dan harga

lahannya

yang

terjangkau

.

Tersedianya akses yang mudah (tol) 3.

Apakah mayoritas

profesi Paling banyak itu PNS/TNI/Polri. Selain Mayoritas bekerja sebagai penduduk itu, pegawai swasta dan wiraswasta.

yang bertempat tinggal

penduduk dipengaruhi dampak

di

urba sprawl krn penduduk yang

Margahayu? profesi dipengaruhi

Kecamatan Apakah

berpindah ke dekat daerah

penduduk

Miko Mall sebagian besar

dampak

memilih bekerja sebagai

dari urban sprawl? 4.

PNS/TNI/Polri. Profesi

pedagang

Apakah

terjadi secara nyata belum terlihat, pengaruh Pergeseran profesi masyarakat

pergeseran

profesi jelas

masyarakat

ada

tapi

berkaitan pergeseran profesi

tidak

menyebabkan belum terlihat


dengan

Teknologi,

Informasi,

dan

Komunikasi (TIK)? 5.

Bagaimana

aktivitas Akses menuju Kecamatan Margahayu ini

pergerakan

penduduk cukup baik. Salah satu pertimbangan

di

Kecamatan Masyarakat lebih memilih lokasi tujuan

Margahayu?

Masyarakat lebih memilih lokasi tujuan yang dekat dengan rumah.

yang dekat dengan rumah. Paling dekat miko mall, yogya, McD di kota bandung.

6.

Apakah yang bertempat Kalau dihubungkan antara domisili dan Mayoritas masyarakat bekerja tinggal

di

Kecamatan tempat

Margahayu

usaha,

sebagian mendekati

besar bekerja di daerah pedagang

rata-rata

rumah. di

Miko

memang di Bandung

Misalnya Mall

saja,

kebanyakan

tersebut

juga

atau merupakan warga Taman Kopo Indah,

bekerja

di

luar dimana hal ini dapat menujukkan salah

Kecamatan Margahayu?

satu

pertimbangan

usaha

adalah

yang

memilih

tempat

berada

didekat

rumah. Mayoritas bekerja di luar Margahayu. Hal ini karena tempat tinggal dekat dengan lokasi kerja di bandung 7.

Apa

saja

fasilitas

pelayanan yang ada di Margahayu? Bagaimana kondisi dan pebarannya?

Fasilitas belanja, RTH, BTS ,dsb

Fasilitas belanja, RTH, BTS ,dsb


8

Apakah

fasilitas Fasos Fasum di perumahan tertentu Belumlayak karena belum

tersebut sudah cukup berkurang. Misalnya RTH banyak kurang. sepenuhnya dapat memenuhi layak untuk memenuhi Diharapkan kebutuhan masyarakat?

ada

ruang-ruang

social. kebutuhan masyarakat

Butuh juga tempat olahraga seperti di Margahayu Golf Sulaiman yang sangat membantu. Masalah belanja tergantung prodknya. Fasilitas

sudah

lengkap

tidak

perlu

ketempat lain di luar Margahayu tapi mungkin

informasi

layanan-layanan

ataupun

yang

promosi

lengkap

di

Margahayu ini kurang baik. Fasilitas yang sudah

lengkap

ini

gunanya

untuk

meminimalisir pergerakan. Terdapat di perbatasan Margaasih yang tempatnya walikota di masa lalu, sehingga apa yang terjadi disana akan turut mempengaruhi Margahayu. Sempat ada isu akan di berlakukan pengubahan jalan menjadi satu arah di jalan kopo


Hasil Observasi Kondisi Jalan

Kelurahan

Jalan

Kelas jalan

Fungsi jalan

Lebar Jalan (m)

Jumlah Jalur

Cibeureum

Kebon Kopi

Kecil

Lokal

6

2

Cibeureum

Ranca Bentang

Kecil

Lokal

3,5

2

Cimahi

Marga Luyu

Sedang

Lokal

7

2

Citeureup

Sukarasa

Kecil

Lokal

6

2

Sulaeman

Kopo

Sedang

Arteri

6

2

Sukamenak

Sukamenak Sayati

Kecil

Lokal

6

2

Margahayu Selatan

Kopo

Sedang

Arteri

7

2

Sayati

Kopo

Sedang

Arteri

6

2

Cibeusi

Cibeusi

Raya

Kolektor

10

2

Sayang

Caringin

Sedang

Lokal

7

2

Hegarmanah

Sukawening

Sedang

Lokal

6

2

Cikeruh

Kol. A Syam

Kecil

Lokal

4

2

CibeureumCimahiCibabat

Raya Cimahi

Sedang

Raya

10

2

Berdasarkan jenis jalan hasil observasi di ketiga tempat wilayah observasi didapatkan bahwa jalan yang memiliki kelas jalan arteri sudah sesuai dengan fungsinya sebagai arteri yaitu PKN dengan PKW (menghubungkan Kota Bandung dengan Margahayu) begitu pula dengan jalan kolektor yang berada pada wilayah observasi merupakan jalan yang menghubungkan Kota Bandung dengan pusat kegiatan di wilayah tersebut dan pusat kegiatan lokal di wilayah tersebut.


Hal ini menunjukkan bahwa jalan-jalan di BMA sebagian besar telah sesuai dengan kelas dan fungsinya yaitu jalan yang menghubungkan Kota Bandung yang merupakan pusat kegiatan nasional dengan wilayah-wilayah pinggiran bandung yang merupakan pusat kegiatan wilayah dan juga terdapat jalan yang menghubungkan pusat kegiatan wilayah dengan pusat kegiaatan lokal. Leba Jumla r h Jalur Lajur 1 1

Keberadaan Trotoar 1, Lebar

Keberadaan Drainase1, Nilai

Leba Jumla r h Jalur Lajur 2 2

Keberadaan Trotoar 2, Lebar

Keberadaan Drainase 2, Nilai

3

1

Ada, 0,7

Ada, 2

3

1

Ada, 0,7

Ada, 2

1,75

1

Tidak ada

Ada, 1

1,75

1

Tidak ada

Ada, 1

3,5

1

Tidak ada

Ada, 4

3,5

1

Tidak ada

Ada, 4

3

1

Tidak ada

Ada, 3

3

1

Tidak ada

Ada, 3

3

1

Ada, 1

Ada, 2

3

1

Ada, 1

Ada, 2

3

1

Ada, 0,75

Ada, 2

3

1

Ada, 0,75

Ada, 3

3,5

1

Ada, 1

Ada, 3

3,5

1

Ada, 1,5

Ada, 3

3

1

Ada, 1

Ada, 1

3

1

Ada, 1

Ada, 1

5

2

Ada, 0,6

Ada, 1

5

2

Ada, 1

Ada, 3

3.5

1

Tidak ada

Ada, 2

3.5

1

Tidak ada

Ada, 3

3

1

Ada, 1

Ada, 3

3

1

Ada, 1

Ada, 2

2

1

Ada, 1

Ada, 4

2

1

Ada, 1

Ada, 4


Berdasarkan keberadaan drainase dan trotoar

Bahan Dasar Jalan

Kerusakan

Kondisi Jalan

Ada Trans.Um um

Kondisi Trans.Umu m

Jenis Trans.Umum

Aspal

Ringan

Amblas, Lubang

Ya

3

Angkot, Kendaraan Pribadi, Becak, Bus, Ojek

Aspal

Ringan

Amblas

Tidak

-

Kendaraan pribadi, Delman, Truk

Aspal

Baik

-

Tidak

-

Kendaraan pribadi

Aspal

Ringan

Retak buaya, Amblas, Lubang

Tidak

-

Kendaraan pribadi

Aspal

Baik

-

Ya

4

Angkot, Kendaraan Pribadi, Bus

Beton

Baik

-

Ya

4

Angkot, Kendaraan pribadi, Truk

Aspal

Ringan

Lubang

Ya

4

Angkot, Kendaraan pribadi, becak

4

Angkot, Kendaraan pribadi, Truk

Aspal, Beton

Berat

Lubang

Ya

Aspal, Beton

Berat

Retak buaya, Amblas

Ya

2

Angkot, Kendaraaan pribadi, Bus

Aspal, Beton

Berat

Retak buaya

Tidak

-

Kendaraan Pribadi

Aspal, Beton

Ringan

Lubang

Ya

2

Angkot, Kendaraan Pribadi, Truk, Elf

Aspal

Ringan

Amblas

Ya

2

Angkot, Kendaraan Pribadi, Bus

Berdasarkan kerusakan jalan dan moda transportasi yang melaluinya, terjadi beberapa kerusakan berat yang terjadi. Kerusakan jalan tersebut justru terbuat dari beton, tentunya keadaan ini cukup aneh karena pada umumnya jalan yang terbuat dari beton seharusnya jauh


lebih kuat daripada jalan yang terbuat dari aspal. Hal ini dapat dikarenakan moda transportasi yang melalui jalan tersebut serta debit kendaraan yang melalui jalan tersebut. Terlalu banyak moda trasnportasi yang melalui jalan tersebut dan jalan tersebut juga sering dilalui oleh angkutan berat seperti truk, container, bus, dll. Hal ini dapat menjadikan jalanan beton tetap bisa mengalami kerusakan. Jalan ini merupakan jalan sehari-hari yang dilalui masyarakat untuk melakukan kegiatan sehari-hari. Karena intensitas pemakaian dan volume moda yang melebihi batas, maka jalan tersebut mengalami rusak yang cukup berat. Sedangkan jalan yang terbuat dari aspal sebagian besar mengalami kerusakan ringan yaitu amblas dan berlubang. Hal ini sering terjadi pada jalan-jalan pada umumnya. Jalanan yang terbuat dari aspal mudah menyerap air hujan dan menyebabkan jalanan berlubang dan amblas. Hal ini tentu mengganggu pengguna jalan dan tentu berbahaya. Karena kondisi jalan yang terdapat di BMA sebagian besar mengalami kerusakan baik ringan, sedang, maupun berat, hal ini sangat berpengaruh pada waktu tempuh masyarakat ke pusat kegiatan nasional yaitu Kota Bandung. Berdasarkan hasil kuisioner dan pengolahan data, masyarakat yang bepergian ke Bandung rata-rata memiliki waktu tempuh lebih dari 30 menit. Apabila dilihat permasalahan yang ditemukan di jalan juga rata-rata menyebutkan bahwa permasalahan terbesar yaitu terjadinya kemacetan di banyak ruas jalan. Tentu kerusakan jalan bisa menjadi salah satu penyebab terjadinya hambatan pada ruas-ruas jalan di BMA. Karena kemacetan inilah alasan mengapa masyarakat lebih mengutamakan menggunakan motor dibandingkan dengan menggunakan mobil dan moda transportasi lainnya. Masyarakat menganggap bahwa dengan menggunakan motor, mereka dapat jauh lebih cepat mencapai tempat tujuan. Jumlah BTS di Ketiga Wilayah No 1. 2. 3. Sumber: Observasi, 2014

Daerah Cimahi Margahayu Jatinangor

Jumlah BTS 54 BTS 11 BTS 8 BTS


Hasil FGD (Forum Group Discussion)

Bussinessman Pak Jatnika (Stake Holder Ekonomi Bisnis, Konsultan IT BITC): BITC merupakan tempat dengan konsep yang sudah bagus, namun bukan termasuk industri, karena masyarakat Cimahi secara luas belum mengenal BITC, sementara industri berarti kliennya datang sendiri. Pemerintah Daerah sendiri kurang memberi dukungan kepada komunitas kreatif seperti CCA yang berjalan dengan support dari Pemerintah Pusat lebih banyak dibandingkan Pemerintah Daerah. Saat ini masih cukup sulit untuk mengatasi fenomena urban sprawl, karena Kota Cimahi bukan pusat sumber ekonomi dan masyarakat Kota Cimahi masih bergantung pada Kota Bandung. Government Bu Ifa (BAPPEDA): Perubahan-perubahan konsep Cimahi dari gagasan awal cyber city kemudian diperluas menjadi creative city adalah kebijakan dari Walikota Cimahi sebelumnya. Setelah berganti walikota, diputuskanlah empat sektor utama yaitu: makanan minuman, kerajinan, tekstil, dan telematika. Pemerintah mendukung kegiatan telematika melalui pemeliharaan gedung dan perangkat. Hingga saat ini belum ada hasil signifikan antara perkembangan teknologi dengan masalah urban sprawl karena Cimahi belum otonomi (masih berperan sebagai dormitory) dan pusat kegiatan masih di Bandung. Academy Pak Happy : Jika dilihat dari dokumen yang ada, dalam jangka waktu 15 tahun kedepan sudah cukup bagus untuk mengembangkan cyber city. Tetapi, sampai saat ini usaha Kota Cimahi untuk menjadi cyber city belum menunjukkan banyak perubahan. Dari berbagai komunitas yang ada di Kota Cimahi, industri kreatif yang telah menciptakan upaya terbesar. Mungkin industri kreatif ini bisa diandalkan Kota Cimahi menuju cyber city. Harapan Kota Cimahi menjadi cyber city sudah bagus dan hal tersebut harus didukung oleh Pemerintah Daerah. Pemerintah Daerah perlu melakukan perubahan karena keadaan saat ini belum bisa menjadi solusi untuk masalah pergerakan berupa urban sprawl Community •

Kang Gerry: CCA lebih banyak sosialisasi melalui internet, sehingga yang banyak tahu mengenai CCA orang luar Cimahi. Saat ini Cimahi belum bisa dikatakan sebagai industri, tetapi sudah ada potensi menuju kesana. Sudah banyak orang-orang yang memiliki kemauan belajar mengenai


animasi dan film dan datang ke CCA, namun tetap saja start up nya masih baru dan bisnis ini belum stabil. •

Kang Ivan: CCA terbentuk karena didorong oleh berita bahwa Cimahi ingin menjadi cyber city. Untuk realisasi ini, butuh komunitas yang kuat sehingga masyarakat dan pemerintah bisa bergerak massal. Fasilitas internet di Cimahi masih belum memadai dan masyarakat belum siap. Kami perlu BITC-BITC lain yang lebih besar lagi agar tujuan Cimahi sebagai cyber city bisa tercapai. Untuk mewujudkan hal ini, Pemerintah Daerah dan pihak swasta perlu bekerja sama.

Kang Ali : Masalah utama dalam rapat dengan Dinas Penanaman Modal dan BAPPEDA adalah membangun perizinan. Pemerintah sudah baik dalam pembangunan fasilitas namun perizinan pembuatan perusahaan sangat menyulitkan dan perlu terobosan baru untuk mewujudkan Cimahi sebagai cyber city. Conclusion

Sampai saat ini masih ada masalah antara Pemerintah dengan komunitas. Oleh karena itu, hubungan antara Pemerintah dengan komunitas harus diperbaiki dan terus dikembangkan.

Masyarakat Kota Cimahi yang sudah sangat berpotensi untuk tanggap teknologi merupakan pertimbangan utama Kota Cimahi menjadi kota berbasis telematia untuk menjadi cyber city.

Pemerintah

Daerah

harus

terus

mendukung

CCA

dan

memberikan

rencana

dalam

mengembangkan CCA, sehingga CCA bisa dikenal di Cimahi dan di luar Cimahi. Usaha Pemerintah Daerah bisa dilihat dari perbaikan fasilitas, gedung, dan sarana prasarana. •

Saat ini di Cimahi sudah ada urban sprawl, tetapi belum ada dampak yang signifikan. Fungsi Kota Cimahi sebagai dormitory, yaitu Cimahi sebagai tempat tinggal dan masyarakat Cimahi melakukan pergerakan ke Bandung untuk pekerjaan.


Tabel Correlations Correlations Frekuensikeband ung Pearson Correlation

Sig. (1-tailed)

N

Frekuensikebandung

Lamahp

Lamatelepon

Pakaihp

Pakaiinternet

1.000

.284

.212

.194

.253

Lamahp

.284

1.000

.152

.315

.301

Lamatelepon

.212

.152

1.000

.075

.350

Pakaihp

.194

.315

.075

1.000

.198

Pakaiinternet

.253

.301

.350

.198

1.000

.

.000

.000

.000

.000

Lamahp

.000

.

.001

.000

.000

Lamatelepon

.000

.001

.

.056

.000

Pakaihp

.000

.000

.056

.

.000

Pakaiinternet

.000

.000

.000

.000

.

Frekuensikebandung

447

447

447

447

447

Lamahp

447

447

447

447

447

Lamatelepon

447

447

447

447

447

Pakaihp

447

447

447

447

447

Pakaiinternet

447

447

447

447

447

Frekuensikebandung

Sumber: output SPSS, 2014

Tabel Model Summary Model Summarye Mode l

R

R Square

Adjusted R

Std. Error of

Square

the Estimate

Change Statistics

Durbin-

R Square Change

F Change

df1

df2

Sig. F Change

1

.284a

.080

.078

1.19924

.080

38.939

1

445

.000

2

.334b

.111

.107

1.18025

.031

15.432

1

444

.000

3

.355c

.126

.120

1.17179

.015

7.435

1

443

.007

4

.367d

.134

.127

1.16748

.008

4.281

1

442

.039

a. Predictors: (Constant), Lamahp b. Predictors: (Constant), Lamahp, Pakaiinternet c. Predictors: (Constant), Lamahp, Pakaiinternet, Lamatelepon d. Predictors: (Constant), Lamahp, Pakaiinternet, Lamatelepon, Pakaihp e. Dependent Variable: Frekuensikebandung

Sumber: output SPSS, 2014

Watson

1.988


Nama Surveyor No. Kuisioner

: :

PL 2290 Studio Proses Perencanaan Semester II Tahun Akademik 2013/2014 Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Sekolah Arsitektur Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan Institut Teknologi Bandung

B. 1.

PERGERAKAN Jarak dari rumah ke tempat kerja: a. < 1 Km b. 1-3 Km c. 3-5 Km d. 5-10 Km e. >10 Km

2.

Waktu tempuh dari rumah ke tempat kerja: a. < 20 Menit b. 20-40 Menit c. 40-60 Menit d. 1-2 Jam e. > 2 Jam

3.

Alasan pemilihan lokasi tempat tinggal (rumah): a. Dekat Fasilitas Pendidikan b. Dekat Lokasi Kerja c. Dekat Fasilitas Kesehatan d. Kelengkapan Sarana Prasarana dan Utilitas e. Dekat Pusat Kota f. Lain–lain...................................................

4.

Apa tujuan anda pergi ke pusat Kota Bandung? (boleh lebih dari 1)

IDENTIFIKASI TELEDENSITAS TERHADAP AKTIVITAS PERGERAKAN MASYARAKAT DI BMA Responden : Masyarakat (per KK) Kuesioner ini adalah bagian dari perangkat survei penelitian kami mengenai Pengaruh Teledensity terhadap Pergerakan di Bandung Metropolitan Area. Oleh karena itu, dimohon kesediaan dan kerja sama Bapak/Ibu/Saudara untuk menjawab beberapa pertanyaan di bawah ini.

A. IDENTITAS RESPONDEN Nama : Usia : Jenis Kelamin : L/P Asal : Penghasilan : / bulan Alamat tinggal Jalan : RT/RW : / Kelurahan : Alamat kantor Jalan : RT/RW : / Kelurahan : Pekerjaan : a. Mahasiswa/Pelajar f. Wiraswasta sedang b. Guru/Dosen/Pengajar g. Wiraswasta besar c. PNS/ABRI h. Petani d. Ibu rumah tangga i. Buruh tani e. Wiraswasta kecil j. Lain-lain, sebutkan……

Tujuan

2010-2014 2004-2009

Alamat

Desa/kel

Kecamatan

Pendidikan

B

Pekerjaan

C

Hiburan/Belanja

D

Ibadah

E

Kesehatan (Rumah Sakit)

F

Lain-lain …………………………….

*) kawasan dikonversikan ke kelurahan 5.

Tempat tinggal anda 10 tahun terakhir : Tempat tinggal

A

Kawasan

Kab/Kota

Berdasarkan jawaban pertanyaan no. 4, berapa frekuensi anda berpergian ke pusat kota Bandung (alun-alun dan sekitarnya) dalam seminggu? a. Tidak pernah b. 1 -2 kali c. 3-4 kali d. >4 kali e. Lain-lain……………………………………………………….


6.

Berdasarkan pertanyaan no. 4, berapa waktu tempuh menuju lokasi tersebut? Tujuan

C. PENGGUNAAN TELEKOMUNIKASI 1. Apakah anda memiliki perangkat telekomunikasi berikut ini:

Waktu Tempuh

A

Pendidikan

B

Pekerjaan

C

Hiburan/Rekreasi

D

Ibadah

E

Kesehatan (Rumah Sakit)

F

Lain-lain …………………………….

Perangkat elektronik

Apakah memiliki? Ya

Sebutkan penyedia layanan telepon dan internet

Apabila memiliki, sejak kapan (tahun)?

Tidak

Telepon* Telepon genggam Layanan internet

*) Penggunaan telepon dalam komunikasi yang tanpa internet (telepon rumah) 7.

Apakah moda transportasi yang biasa anda gunakan untuk berpergian?

Moda Transportasi Publik / Umum

v

Alasan

Rute yang dilalui Hari Kerja

Hari Libur

Biaya*

2.

Angkutan Kota

Seberapa seringkah anda menggunakan perangkat elektronik berikut tiap hari.? Perangkat elektronik Telepon* Telepon genggam Layanan internet

Bis Ojek

<15’

15-30‘

30-45‘

45-60‘

>60’

Mobil Pribadi

3.

Motor Sepeda

Di manakah anda biasanya menggunakan internet (termasuk rata-rata lama penggunaannya dalam menit):

Jalan Kaki

*) Biaya dihitung per hari pada angkutan publik, dan biaya bahan bakar dikonversikan per hari 8.

Tempat menggunakan internet

Umum

Macet

Mahal

Susah ditemukan (hanya pada jam tertentu)

Tidak bisa sekali jalan (tidak efisien)

Kurangnya sarana prasarana

4.

Rumah

Perangkat elektronik

Bis

T

Mobil

Telepon

Motor

Telepon genggam

Sepeda

Internet

S

Hari libur Kantor

R

T

S

Rumah R

T

S

Kantor R

T

S

R

Keterangan: T (Tinggi) : > 3 jam, S (Sedang): 1-3 jam, R (Rendah) : < 1 jam

Jalan Kaki

Keterangan: pilihan diberi tanda (√) dan boleh lebih dari satu

>120 menit

Seberapa seringkah anda menggunakan perangkat elektronik berikut ini Hari kerja

Angkutan Kota Ojek

Pribadi

<30 menit

Rumah Warnet Kantor Tempat lainnya, sebutkan……………………

Apa saja permasalahan transportasi yang Anda temui?

Moda Transportasi

Lama penggunaan 30-60 61-120 menit menit

5.

Perangkat elektronik yang biasa anda gunakan untuk menggunakan layanan internet (pilih salah satu): a. Komputer desktop b. Laptop/notebook c. Telepon genggam/smartphone/iphone/BB


6.

Urutkan tujuan anda menggunakan perangkat elektronik berikut ini dengan memberikan tanda (√) pada masing-masing alternatif jawaban berikut ini:

10. Seberapa seringkah anda menggunakan perangkat elektronik berikut ini Hari kerja

Perangkat elektronik

Untuk mendapatkan informasi terkini T

S

R

Untuk tujuan hiburan T

S

Untuk hubungan sosial/perteman an

Untuk peluang bisnis

R

T

S

R

T

S

R

Telepon Telepon genggam Internet

Rumah

Perangkat elektronik T

S

Hari libur Kantor

R

T

S

Rumah R

T

S

Kantor R

T

S

R

Telepon Telepon genggam Internet

Keterangan: T=Tinggi; S=Sedang; R=Rendah.

Keterangan: T (Tinggi)= > 3 jam, S (Sedang)=1-3 jam, R (Rendah)=< 1 jam 7.

Urutkanlah pengeluaran dari perangkat elektronik berikut ini dengan memberikan tanda (√) pada masing-masing alternatif jawaban berikut ini :

11. Apakah kondisi sinyal di rumah anda mendukung kebutuhan aktivitas anda? a. Iya b. Tidak

Kisaran biaya pengeluaran per bulan Perangkat elektronik

<Rp 50 ribu

Rp 50ribu100ribu

12. Berdasarkan jawaban pertanyaan no.12, jika Tidak, apakah alasannya? ……………………………………………………………………………………………………………………………….... ………………………………………………………………………………………………………………………………….

>Rp 100ribu

Telepon Telepon genggam Internet

8.

Di manakah anda biasanya anda menggunakan internet (termasuk rata-rata lama penggunaannya dalam menit):

13. Isilah tabel pekerjaan di bawah ini berdasarkan alat telekomunikasi yang anda pakai sebagai berikut : Pekerjaan

Telepon

Telepon genggam (sms,telp)

Chatting (bbm,line,whatsapp,dll.)

Lama penggunaan Tempat menggunakan internet

<30 menit

30-60 menit

61-120 menit

>120 menit

Warnet Kantor Rumah Sekolah/kampus Tempat lainnya, sebutkan………………………………

9.

Media yang anda gunakan untuk mengakses internet: a. Komputer destkop b. Laptop/notebook c. Telepon genggam/smartphone/iphone/BB d. Lainnya……………………………………

Keterangan : pilihan diberi tanda (√) dan boleh lebih dari satu

Internet (blog,web,dll.)

Keterangan


Lokasi/Alamat Kecamatan

Tanggal Nama Surveyor NIM

PL 2209 STUDIO PROSES PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA SEKOLAH ARSITEKTUR, PERENCANAAN, DAN PENGEMBANGAN KEBIJAKAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2014 PEDOMAN OBSERVASI JALAN FISIK WILAYAH BANDUNG METROPOLITAN AREA Koridor Jalan : ………………………………………………………………………………………………………………………………. Kelas Jalan Fungsi Jalan Lebar Jalan Jumlah Jalur Jalur 1

Bebas hambatan / Raya / Sedang / Kecil Arteri / Kolektor / Primer ....................m satu arah / dua arah

Lebar jalur Jumlah lajur Lebar trotoar Drainase Jalur 2

....................m .................... ada / tidak ada ( lebar: ....................m ) ada / tidak ada ( nilai : 1 2 3 4 )

Lebar jalur Jumlah lajur Lebar trotoar Drainase Bahan Dasar Jalan Kerusakan Jalan Kondisi Jalan

....................m .................... ada / tidak ada ( lebar: ....................m ) ada / tidak ada ( nilai : 1 2 3 4 ) Aspal / Paving Block / Tanah / Beton Baik / Ringan / Berat Retak Buaya / Amblas / Retak Memanjang Tidak Berkembang / Lubang ya / tidak nilai: 1 2 3 4 Ket: ......................... angkot / kendaraan pribadi /becak /delman /bus /...............

Adakah transportasi umum Kondisi transportasi umum Jenis Kendaraan


Keterangan :

Keterangan

:

Kelas jalan 1. Bebas hambatan: Pengendalian jalan masuk, tidak ada persimpangan sebidang, dilengkapi pagar dan median, mempunyai min. 2 lajur/arah, lebar min 3.5m per lajur 2. Raya: Jalan umum, pengendalian jalan masuk terbatas, dilengkapi median, min 2 lajur/arah, lebar min 3.5m per lajur 3. Sedang: Jalan umum, pengendalian jalan masuk tidak dibatasi, min 2 lajur/2 arah, lebar min 7m per 2 lajur 4. Kecil: Jalan umum, min 2 lajur/2 arah, lebar min 5.5m per 2 lajur Fungsi jalan 1. Arteri: menghubungkan PKN dengan PKN atau PKN dengan PKW. Lebar minimal jalan 11 meter. Tidak boleh terganggu oleh lalu lintas lambat. Kapasitas jalan melebihi volume lalu lintas rata-rata. 2. Kolektor: menghubungkan PKN dengan PKL, PKW dengan PKW, dan PKW dengan PKL. Lebar minimal jalan 9 meter. Tidak boleh terganggu oleh lalu lintas lambat. Kapasitas jalan melebihi volume lalu lintas rata-rata. 3. Lokal: menghubungkan PKN dengan lingkungan, PKW dengan lingkungan, PKL dengan PKL, PKL dengan lingkungan, dan lingkungan dengan lingkungan. Lebar minimal 7,5 meter. Jenis kerusakan jalan 1. Jalan dalam kondisi baik adalah jalan dengan permukaan yang benar-benar rata, tidak ada gelombang dan tidak ada kerusakan permukaan jalan. 2. Jalan dalam kondisi rusak ringan adalah jalan dengan permukaan sudah mulai bergelombang, mulai ada kerusakan permukaan dan penambalan. 3. Jalan dalam kondisi rusak berat adalah jalan dengan permukaan perkerasan sudah banyak kerusakan seperti bergelombang, retak-retak buaya dan terkelupas yang cukup besar, disertai kerusakan pondasi seperti amblas, dsb. Kriteria Nilai 1 : Sangat Buruk, apabila sarana dan prasarana transportasi sudah tidak layak untuk digunakan 2 : Buruk, apabila terdapat cukup banyak kerusakan pada prasarana jaringan transportasi


3 : Baik, apabila terdapat beberapa kerusakan pada prasarana jaringan transportasi 4 : Sangat Baik, apabila tidak terdapat kerusakan sedikitpun pada prasarana jaringan transportasi Kolom Keterangan Diisi dengan keadaan guna lahan sekitar dan dilengkapi oleh gambar sarana dan prasana transportasi yang diobservasi Keterangan Kondisi Jalan :


Lokasi/Alamat

Tanggal

Kecamatan

Nama Surveyor NIM

PL 2209 STUDIO PROSES PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA SEKOLAH ARSITEKTUR, PERENCANAAN, DAN PENGEMBANGAN KEBIJAKAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2014 PEDOMAN OBSERVASI SARANA DAN PRASARANA JARINGAN TELEKOMUNIKASI WILAYAH BANDUNG METROPOLITAN AREA Koridor Jalan : ………………………………………………………………

PEDOMAN OBSERVASI Sarana dan Prasarana Jaringan Telekomunikasi Free Wi-Fi Kondisi No. Ex:

Lokasi Desa dukuh sari

Jumlah

Kecepatan Ketersediaan Kemudahan mengakses 2

1

Keterangan :  Alat survei yang dipakai : Kamera dan visualisasi  Kondisi: 1. Buruk 2. Cukup 3. Baik  Jumlah adalah total dari nilai masing-masing kondisi

3

6


PEDOMAN OBSERVASI Sarana dan Prasarana Jaringan Telekomunikasi BTS No

Lokasi

Keterangan

Ex:

Desa ganesha

Dikelilingi pemukiman (perumahan sari indah)

Keterangan :  Alat survei yang dipakai : Kamera dan visualisasi  Untuk kolom keterangan diisi dengan keadaan sekitar BTS (apakah terdapat permukiman).

PEDOMAN OBSERVASI Sarana dan prasarana jaringan telekomunikasi Warnet No. Ex:

Lokasi Desa dukuh sari

Kondisi (Kecepatan) 2

Keterangan 8 unit (jml. Computer)

Keterangan :  Alat survei yang dipakai : Kamera dan visualisasi  Kondisi: 1. Baik 2. Cukup 3. Buruk  Untuk keterangan, diisi ketersediaan komputer dalam satu warnet


Hari/tanggal Nama Surveyor/NIM

: :

PL 2290 Studio Proses Perencanaan Semester II Tahun Akademik 2013-2014 Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan Institut Teknologi Bandung

TRAFFIC COUNTING STUDIO PROSES BANDUNG METROPOLITAN AREA Koridor: Jalan Raya Soreang/Cimahi/Jatinangor

Denah

TRAFFIC SURVEY SHEET Deskripsi Lokasi (nama jalan, toko, atau bangunan sekitar) Kondisi Cuaca Kondisi Jalan Titik

1. SIANG Tally/Turus Jenis Moda

Bus

11.00-11.15

11.20-11.35

11.40-11.55

12.00-12.15

Total


Tally/Turus Jenis Moda

11.00-11.15

11.20-11.35

11.40-11.55

12.00-12.15

Total

Truk

Angkot

Mobil/Taxi

Motor

Sepeda

Hambatan Samping :

Keterangan : Sesuatu yang mengganggu badan jalan.

2. SORE Tally/Turus Jenis Moda

16.00-16.15

16.20-16.35

16.40-16.55

17.00-17.15

Total


Tally/Turus Jenis Moda

16.00-16.15

16.20-16.35

Bus

Truk

Angkot/Taxi

Mobil

Motor

Sepeda

Hambatan Samping :

Keterangan: Sesuatu yang menganggu badan jalan.

16.40-16.55

17.00-17.15

Total


Lokasi/Alamat

Tanggal

Kecamatan

Nama Surveyor NIM

PL 2290 STUDIO PROSES PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA SEKOLAH ARSITEKTUR, PERENCANAAN, DAN PENGEMBANGAN KEBIJAKAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2014 PEDOMAN WAWANCARA STUDIO PROSES BANDUNG METROPOLITAN AREA Wawancara Bappeda Cimahi IDENTITAS RESPONDEN Narasumber

:

Pekerjaan

:

Usia

:

Jenis Kelamin

: L/P

Berdasarkan artikel Koran REPUBLIKA tanggal 12 Maret 2014, kota Cimahi akan dijadikan sebagai salah satu pusat teknologi, infomasi, dan komunikasi (TIK) di Indonesia yang pertama. Hal ini memberikan dampak positif terhadap investasi kota Cimahi sendiri, peluang tersebut dapat ditingkatkan dengan cara pengembangan industri kreatif menyangkut TIK (animasi) di Gedung Baros Information Technology Creative.


1. Kota Cimahi merupakan kota pertama di Bandung Metropolitan Area yang memiliki masterplan TIK. Variabel apa yang digunakan di dalam uji kelayakan Kota Cimahi sebagai Kota TIK? 2. Sejauh ini bagaimana keberjalanan masterplan tersebut di Cimahi? Jika belum dijalankan, kirakira kendala apa yang dihadapi? 3. Apakah yang menjadi prioritas pemerintah dalam pengaplikasian masterplan TIK di Kota Cimahi itu sendiri? Apakah karena segi infrastruktur, sistem kebijakan, permodalan, pengembangan kapasitas masyarakat, sektoral (lokasi)? 4. Bagaimana kesiapan masyarakat Kota Cimahi di dalam mengaplikasikan TIK di dalam kehidupan sehari-hari? 5. Bagaimana pengaruh masterplan TIK terhadap kehidupan masyarakat Cimahi? Apakah TIK tersebut mempengaruhi aktivitas pergerakan masyarakat? 6. Apakah keadaan teknologi informasi saat ini sudah memenuhi kebutuhan masyarakat di Kota Cimahi? 7. Bagaimana respon masyarakat terhadap perkembangan TIK di Kota Cimahi saat ini? 8. Bagaimana persebaran warnet dan wartel di Kota Cimahi? 9. Apakah ada perubahan trend masyarakat dari penggunaan telepon rumah ke penggunaan handphone? 10. Bagaimana penggunaan BTS di Kota Cimahi? Apakah pemakaian tunggal atau pemakaian bersama? 11. Bagaimana persebaran BTS di Kota Cimahi? 12. Bagaimana antusiasme masyarakat Kota Cimahi pada fasilitas free-wifi?


Lokasi/Alamat

Tanggal

Kecamatan

Nama Surveyor NIM

PL 2290 STUDIO PROSES PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA SEKOLAH ARSITEKTUR, PERENCANAAN, DAN PENGEMBANGAN KEBIJAKAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2014 PEDOMAN WAWANCARA STUDIO PROSES BANDUNG METROPOLITAN AREA Wawancara Camat Cimahi Utara, Cimahi Selatan, Cimahi Tengah IDENTITAS RESPONDEN Narasumber

:

Pekerjaan

:

Usia

:

Jenis Kelamin

: L/P

Jumlah penduduk terbesar Kota Cimahi berada di Kecamatan Cimahi Selatan dengan jumlah 195.167 jiwa. Hal ini disebabkan karena Kecamatan Cimahi Selatan merupakan kawasan industri yang secara tak langsung menyerap tenaga kerja dibandingkan Cimahi Tengah dan Cimahi Utara yang pada umumnya lebih dominan sebagai kawasan permukiman.


1. Menurut data Cimahi dalam angka 2012, secara umum mayoritas tenaga kerja Kota Cimahi berprofesi sebagai pedagang dan tenaga kerja dalam industri pengolahan. Bagaimana dengan profesi masyarakat Cimahi Selatan? 2. Apa profesi masyarakat Cimahi Selatan pada umumnya? 3. Menurut data BPS 2012, diketahui bahwa jumlah industri di Cimahi Selatan mengalami penurunan dari tahun 2007 ke tahun 2011, apakah hal ini menyebabkan adanya pergeseran profesi masyarakat di wilayah ini? (misalnya di daerah tersebut banyak pekerja ,sekarang malah banyak pengusaha) 4. Saat ini banyak kota yang berupaya untuk mendorong pertumbuhan perekonomiannya dengan fokus pengembangan sektor industri. Bagaimana dengan industri di Cimahi Selatan? 5. Apa saja industri besar dan kecil yang terdapat di kecamatan ini? 6. Apakah jenis produk di industri Cimahi Selatan tetap sama dengan jenis produk di tahun 2009? Ataukah di wilayah ini justru terdapat spesialisasi produk yang baru? Note : Pergeseran profesi masyarakat tentu berkaitan dengan teknologi. Mungkin bisa teknologi yang menyebabkan terjadinya perubahan atau sejak ada perubahan tingkat ketergantungan teknologinya makin tinggi. Dari waktu ke waktu, cara masyarakat untuk mengakses informasi semakin menjadi mudah akibat adanya perkembangan teknologi yang pesat. Sesuai dengan salah satu misi Cimahi yaitu �Meningkatkan Kemampuan Dalam Menanggapi Tantangan, Tuntutan dan Kondisi Masyarakat Secara Cepat� yang berarti bahwa masyarakat Cimahi dapat mengikuti perkembangan teknologi yang ada. 7. Apakah hal ini terjadi pula di Cimahi Selatan? Bagaimana keadaan teknologi di kecamatan ini, apakah fasilitas teknologi telah mencukupi kebutuhan masyarakat? Apakah masyarakat Cimahi Selatan telah siap dan bisa mengikuti perkembangan teknologi yang ada? Jika belum, apakah yang menjadi penyebabnya? Jika sudah, apakah kemudahan ini sudah tersebar secara merata di seluruh wilayah? 8. Apakah fasilitas untuk menunjang masyarakat dalam mengakses informasi sudah terkategorikan baik? Apakah fasilitas tersebut terawat? 9. Sejauh ini bagaimana keberjalanan masterplan tersebut di Cimahi? Jika belum dijalankan, kirakira kendala apa yang dihadapi? 10. Bagaimana kesiapan masyarakat Kota Cimahi di dalam mengaplikasikan TIK di dalam kehidupan sehari-hari?


Lokasi/Alamat

Tanggal

Kecamatan

Nama Surveyor NIM

PL 2290 STUDIO PROSES PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA SEKOLAH ARSITEKTUR, PERENCANAAN, DAN PENGEMBANGAN KEBIJAKAN 6INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2014

PEDOMAN WAWANCARA STUDIO PROSES BANDUNG METROPOLITAN AREA Wawancara Camat Jatinangor

Berdasarkan Peraturan Bupati Sumedang Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan Kawasan Strategis Provinsi Pendidikan Jatinangor, telah ditetapkan bahwa Jatinangor merupakan kawasan strategis pendidikan provinsi dengan tema konsep perancangan struktur tata bangunan untuk kawasan Jalan Raya Jatinangor yaitu University Avenue (Kawasan Pendidikan). Dengan ditetapkannya SK Bupati tersebut, kawasan Jatinangor mengalami perubahan / pergeseran ke kawasan pendidikan dan memberikan dampak bagi daerah sekitar Jatinangor, terutama bagi masyarakat Jatinangor.

1. Mengapa Jatinangor dijadikan kawasan strategis provinsi pendidikan? Apa pertimbangan pemilihan pembangunan kawasan tersebut di Jatinangor? Apa saja faktor – faktor yang menyebabkan kawasan tersebut dijadikan kawasan pendidikan? 2. Apa potensi khusus (kekhasan daerah) yang menyebabkan jatinangor berbeda dari kawasan pendidikan lain sehingga dijadikan kawasan strategis provinsi pendidikan?


3. Bagaimana prioritas (modal, infrastruktur, system kebijakan, pengembangan kapasitas, prioritas sekoral/lokasi) pemerintah dalam menetapkan Jatinagor sebagai kawasan Jatinangor? 4. Bagaimana daya dukung kawasan Jatinangor tersebut? Bagaimana kondisi infrastuktur pendukungnya? Note: Kawasan pendidikan membutuhkan kesiapan sarana dan prasarana, transportasi yang baik dan jaringan TIK yang mendukung untuk memenuhi kebutuhan aktivitas pendidikan.

5. Setelah turunnya SK bupati , kira – kira apa yang sudah dan akan dilakukan pemerintah Jatinangor untuk lebih mengembangkan kawasan pendidikan Jatinangor? 6. Bagaimana kesiapan masyarakat Jatinangor menghadapi kawasan Jatinangor sebagai Kawasan pendidikan? Note: Kesiapan masyarakat dilihat dari bagaimana mereka memanfaatkan kondisi dan kawasan tersebut untuk melakukan usaha. Apakah terjadi pergeseran mata pencaharian masyarakat? 7. Dengan ditetapkannya Jatingangor sebagai kawasan pendidikan, apa dampak positif dan negatif yang timbul di daerah tersebut? 8. Bagaimana aktivitas pergerakan penduduk di kecamatan Jatinangor? Note: Kemana masyarakat banyak melakukan pergerakan? Dimana titik – titik kemacetan berada?


Lokasi/Alamat

Tanggal

Kecamatan

Nama Surveyor NIM

PL 2290 STUDIO PROSES PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA SEKOLAH ARSITEKTUR, PERENCANAAN, DAN PENGEMBANGAN KEBIJAKAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2014 PEDOMAN WAWANCARA STUDIO PROSES BANDUNG METROPOLITAN AREA Wawancara Camat Margahayu IDENTITAS RESPONDEN Narasumber

:

Pekerjaan

:

Usia

:

Jenis Kelamin

: L/P

Urban sprawl merupakan perpindahan penduduk dari pusat kota ke pinggiran yang disebabkan oleh padatnya aktivitas penduduk di pusat kota. Sejak munculnya urban sprawl di Kota Bandung, terjadi dampak di kawasan-kawasan sekitarnya dalam berbagai aspek. Salah satu aspek yang paling berpengaruh adalah kepadatan perumahan yang menyebar di daerah pinggiran kota. Menurut data Bappeda, tahun 2010 kepadatan penduduk Margahayu merupakan kepadatan tertinggi di BMA.


1. Bagaimana keadaan penduduk di Kecamatan Margahayu dulu (5-10 tahun yang lalu)? Note : Bagaimana perubahan yang ada dari 5-10 tahun yang lalu dengan yang sekarang? Peningkatan jumlah penduduk di sini, diakibatkan oleh penduduk yang memang asli daerah ini atau penduduk dari pendatang? 2. Menurut Bapak/Ibu, apa yang menyebabkan pertumbuhan penduduk yang pesat di Kecamatan Margahayu ini? Apakah merupakan dampak dari urban sprawl? 3. Apakah profesi mayoritas penduduk yang bertempat tinggal di Kecamatan Margahayu? Apakah profesi penduduk dipengaruhi dampak dari urban sprawl? 4. Apakah terjadi pergeseran profesi masyarakat berkaitan dengan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (TIK)? Note : Pergeseran profesi masyarakat tentu berkaitan dengan teknologi, coba dikaitkan perubahan yang terjadi dengan perkembangan teknologi (misal: smartphone, internet, wifi) 5. Bagaimana aktivitas pergerakan penduduk di Kecamatan Margahayu? Note : Kemana masyarakat banyak melakukan pergerakan? Dimana titik-titik macet tersebut berada? 6. Apakah yang bertempat tinggal di Kecamatan Margahayu sebagian besar bekerja di daerah tersebut juga atau bekerja di luar Kecamatan Margahayu? Note : Urban sprawl menyebabkan masyarakat bertempat tinggal di luar Bandung karena keterbatasan lahan yang terjadi di Kota Bandung, tetapi pusat kegiatan masih terjadi di Kota Bandung sehingga masyarakat yang bertempat tinggal di luar Kota Bandung melakukan pergerakan ke pusat Kota Bandung. 7. Apa saja fasilitas pelayanan yang ada di Margahayu? Bagaimana kondisi dan persebarannya? Note : Urban sprawl itu menyebabkan pergeseran tempat tinggal. Namun pemerataan fasilitas belum merata. Ketidakmerataan fasilitas juga menjadi sebab terjadinya pergerakan masyarakat ke pusat-pusat kota. Sejauh mana Margahayu memiliki fasilitas yang menunjang kegiatan masyarakatnya sehingga dapat mengurangi pergerakan ke pusat kota. 8. Apakah fasilitas tersebut sudah cukup layak untuk memenuhi kebutuhan masyarakat?


Lokasi/Alamat

Tanggal

Kecamatan

Nama Surveyor NIM

PL 2290 STUDIO PROSES PERENCANAAN PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA SEKOLAH ARSITEKTUR, PERENCANAAN, DAN PENGEMBANGAN KEBIJAKAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2014

PEDOMAN WAWANCARA STUDIO PROSES BANDUNG METROPOLITAN AREA Wawancara Pemkot Cimahi

IDENTITAS RESPONDEN Narasumber

:

Pekerjaan

:

Usia

:

Jenis Kelamin

: L/P


1. Bagaimana alih fungsi tata guna lahan di Kota Cimahi? Sejak kapan dan dimana saja daerah yang mengalami alih fungsi tata guna lahan? Note: Urban sprawl yang terjadi di Kota Bandung ditandai dengan mulai berkembangnya perekonomian Kota Bandung. Menurut RTRW, Kota Cimahi memiliki tata guna lahan yang berfokus pada industri. Tetapi jika melihat fenomena urban sprawl yang terjadi, Kota Cimahi banyak mengalami alih fungsi tata guna lahan yang pada asalnya berfokus pada industri menjadi perumahan. Apakah dalam pelaksanaannya sudah sesuai rencana tata guna lahanya? Jika tidak apa kendalanya? Seberapa besar dan berpengaruh industri di cimahi kala itu? Bagaimana perbedaannya dengan saat ini? 2. Mengapa alih fungsi tata guna lahan ini bisa terjadi di Kota Cimahi? Note: Kami berasumsi akibat urban sprawl telah terjadi banyak alih fungsi gua lahan di kota cimahi dari semula berfokus pada industry menjadi kota dengan padat permukiman. Bisa dilihat kepadatan penduduk kota cimahi tahun 2010 itu kedua terbesar di Jawa barat. Sejak kapan hal ini terjadi? Apa sebabnya? Ada contoh perubahan tata guna lahan ekstrem tidak di kota cimahi? Seperti awalnya itu daerah persawahan/industri skrng menjadi perumahan padat penduduk? Apa dampaknya bagi penduduk Kota Cimahi? *peta guna lahan di Cimahi 3. Apakah terdapat kebijakan-kebijakan terkait dengan alih fungsi lahan yang terjadi di Kota Cimahi? Apakah kebijakan tersebut terkait dengan kebijakan sektoral(ekonomi kreatif) dan spasial (lokasi, PP, SK, RDTR)? Note: Urban sprawl membawa dampak baik dan buruk. Baik karena memperluas kegiatan ekonomi tidak hanya terpusat, buruk karena bisa membawa kemacetan dan alih fungsi guna lahan yg tidak tepat. jika pemerintah melihat alih fungsi guna lahan berdampak buruk, apa kebijakan yang pemerintah telah lakukan?

4. Kota Cimahi merupakan kota pertama di Bandung Metropolitan Area yang memiliki masterplan ICT. Mengapa dibuat masterplan tersebut? Note: Latar belakangnya dibangun TIK itu karena banyak dibangun BTS, creative ekonomi. Urgensinya bagaimana? Apa karena pesatnya pembangunan BTS?


Berdasarkan artikel Koran REPUBLIKA tanggal 12 Maret 2014, kota Cimahi akan dijadikan sebagai salah satu pusat TIK di Indonesia yang pertama. Hal ini memberikan dampak positif terhadap investasi kota Cimahi sendiri, peluang tersebut dapat ditingkatkan dengan cara pengembangan industri kreatif menyangkut TIK (animasi) di Gedung Baros Information Technology Creative Center. Sejauh bagaimana keberjalanan masterplan tersebut? Bagaimana evaluasi dan kendala pelaksanaannya sejauh ini? 5. Apakah yang menjadi prioritas pemerintah dalam mengaplikasikan TIK di Kota Cimahi itu sendiri? Apakah terkait dengan infrastruktur, sistem kebijakan, permodalan pemerintah, pengembangan kapasitas masyarakat, sektoral (lokasi) di Kota Cimahi? 6. Bagaimana kesiapan masyarakat Kota Cimahi di dalam mengaplikasikan TIK di dalam kehidupan sehari-hari. Jika belum dijalankan, kira-kira kendala apa yang dihadapi? Note: Apakah masyarakat sudah tahu dengan rencana masterplan ini? 7. Bagaimana aktivitas pergerakan masyarakat Cimahi 8. Melihat dari kondisi kota Cimahi sekarang, bagaimana kira-kira prediksi (5-10 tahun ke depan)? Apakah bisa menjadi kota industri yang berbasis teknologi? Atau bagaimana? Apakah terdapat data-data pendukung terkait kondisi tersebut? (kebijakan/program dan data sekunder) Note: Cimahi sekarang telah menjadi sebuah kota dengan kepadatan yang tinggi, apa akan dikembalikan ke kondisi semula dengan fokus ke industri atau permukiman seperti sekarang dengan menggunakan basis industri? Apa harapan bapak terhadap kota Cimahi mendatang?



PL 2290 STUDIO PROSES

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA SEKOLAH ARSITEKTUR, PERENCANAAN, DAN PENGEMBANGAN KEBIJAKAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2014



Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.