AMAzine
Kumpulan Artikel Kajian Budaya, kami kemas dalam bentuk zine.
1# isidE
Dalam Konten Hiburan Anak
redneG nignomogn uaM
Konstruksi Gender
6102 ,rebmeseD
atau sebut saja AMAZING!
Formasi Dudu A. Halim Girli Malik M. Naufal Aziz Kontributor Muqita Anubella Riva Perdana Sidi Stefani Ratu Tubagus Firmansyah
Desain Grafis
Riva Perdana Sidi
Ama-zine
sebut saja Amazing! Jl. Raya Bandung Sumedang Km. 21, Jatinangor, Jawa Barat, Indonesia 45363 +62
03 Table of contents 04 Penjara Jenis Kelamin 05 Teletubbies sebagai Isu Gender 06 Isu gender dalam media anak – The Simpsons 07 Konstruksi Gender dalam Film The Little Racals Save the Day: Bagus Rupa = Kuasa? 09 Ijal Mau Barbie Maripossa
05
10 Gender Swap dalam Komik Marvel
Daftar isi
11 Penampilan Perempuan Seksi dalam Serial Kartun Donald Duck
31
50
03
ama-zine
Sebut saja Amazing! Jl. Raya Bandung Sumedang Km. 21, Jatinangor, Jawa Barat, Indonesia 45363 +62
Desember 2016
PENJARA JENIS KELAMIN Dudu Abdul Halim
ku merasa heran dengan apa yang terjadi pada kehidupan sosial zaman sekarang ini. Mengapa hampir semua hal harus dibagi berdasarkan jenis kelamin? Tidakkah ada orang lain yang merasa janggal akan hal ini? Aku adalah seorang mahasiswa yang sedang menuntut ilmu di salah satu Universitas ternama di Indonesia, aku tidak ingin menyebutkan nama universitasnya. Ya, aku memiliki banyak pertanyaan mengenai bagaimana masyarakat berpikir mengenai masalah jenis kelamin ini. Aku sering mempertanyakan pada diriku sendiri atau teman-temanku, mengapa beberapa ajang perlombaan hanya dapat diikuti oleh salah satu jenis kelamin saja. Semisalnya, ajang perlombaan kecantikan, tidakkah hal ini aneh? Mengapa ajang perlombaan ini hanya tersedia bagi para kaum hawa? Tidakkah ada ajang perlombaan ketampanan bagi kaum adam? Bukankah para pria juga memiliki hak untuk mengikutinya? Tidakkah para wanita ingin melihat para pria tampan dan pintar muncul dalam layar kaca mereka? Hal tersebut sangatlah janggal, melihat bagaimana para perempuan seringkali dilecehkan atau bahkan diperkosa. Namun, masyarakat mempertontonkan para wanita menggunakan pakaian renang di layar kaca yang disiarkan hampir di seluruh dunia. Tidakkah hal tersebut memicu hal-hal buruk lainnya akan bermunculan bagi para perempuan diseluruh dunia? Ataukah memang para wanita sengaja saja dipertontonkan seperti itu agar masyarakat terhibur melihat wajah cantik para wanita tersebut yang juga menunjukkan lekukan dari setiap bagian tubuhnya? Nyatanya, aku sama sekali tidak merasa terhibur menonton acara tersebut. Aku hanya merasa sedih dengan apa yang telah terjadi.
E01
Di lain sisi, acara olahraga yang sering ditayangkan di televisi biasanya adalah olahraga yang diikuti oleh kaum adam. Coba kau ingat-ingat, berapa kali kau pernah melihat acara olahraga yang diikuti perempuan dilayarkan dalam televisi? Aku jarang sekali melihatnya, apakah memang perempuan tidak memiliki kemampuan yang cukup baik hingga tidak layak untuk dipertontonkan? Sepertinya tidak, seringkali aku melihat beberapa wanita dapat bermain cukup baik layaknya para pria. Atau justru olahraga adalah bidang pekerjaan yang sangat maskulin? Sehingga, para wanita tidak dapat memiliki kesempatan agar dipertontonkan perjuangannya di dalam lapangan. Oh ya, aku baru teringat, bila ada pertandingan para perempuan yang ditayangkan. Para wanita tersebut menggunakan pakaian yang minim, sehingga lekukan tubuhnya terlihat. Cukup miris aku melihatnya, padahal mereka berjuang sama besarnya dengan para pria yang mengikuti pertandingan-pertandingan lainnya. Namun yang dipertontonkan lagi lagi berhubungan dengan tubuh perempuan tersebut. Aku pernah memiliki teman saat sekolah dulu, seorang wanita yang tomboi, ia seringkali dicemooh oleh teman-temannya karena ia berperilaku seperti seorang pria, namun ia menggunakan rok di sekolah. Padahal kan sah-sah saja kalau dia ingin berperilaku seperti apa. Karena hal tersebut bukan merupakan kesalahan dari dalam dirinya, ia hanya ingin menjadi dirinya sendiri, bukan? Terlalu banyak aturan yang mengekang di kehidupan ini, bahkan cara berpakaianpun tidak dapat seenaknya. Perempuan menggunakan satu set jas, pria menggunakan kebaya, dapatkah kau membayangkannya? Aku sama sekali tidak berpikir hal tersebut memalukan. Aku lelah dengan semua yang terjadi di kehidupan ini. Apakah memang tidak dapat seorangpun hidup tanpa aturan-aturan jenis kelamin tersebut? Padahal kan sah-sah saja bila setiap orang dapat melakukan apapun yang ia inginkan tanpa terbebani oleh aturan-aturan tersebut.
40.p
A
ama-zine
Desember 2016
TELETUBBIES SEBAGAI ISU GENDER
ama-zine
E01
Girli Malik
S
Mengaitkan dengan isu gender, salah satu karakternya yaitu Tinky Winky yang berwarna tubuh ungu dan memiliki antena berbentuk segitiga, serta menyukai tas berwarna merah yang menurut para penonton orang dewasa mengiranya dengan handbag yang biasa digunakan oleh para wanita. Penonton bisa menentukan bahwa Tinky Winky adalah seorang lakilaki setelah mendengarkan suaranya. Hal tesebut dibantah oleh Steve Rice yang bertanggung jawab atas Itsy Bitsy Entertainment yang mengelola tayangan Teletubbies, "The fact that he carries a magic bag doesn't make him gay. It's a children's show, folks. To think we would be putting sexual innuendo in a children's show is kind of outlandish.To out a Teletubby in a pre-school show is kind of sad on his part. I really find it absurd and kind of offensive."
Barang kesukaan masing-masing karakter berguna untuk menjelajah dunia dan sebagai alat edukasi. Seperti tas Tinky Winky yang menunjukkan tentang volume, topi Dipsy yang dapat bermain peran, bola Laa Laa yang dimaksudkan “mencerminkan daya tarik anakanak dengan bola”, dan skuter Po sebagai mejalankan eksplorasi dan arah.
Selain isu mengenai gender, adapula yang berkaitannya dengan rasis. Seperti yang dapat penonton lihat pada karakter Dipsy dan Po. Dipsy cenderung memiliki kulit yang agak gelap dibanding karakter lainnya. Hal tersebut memiliki maksud tertentu untuk menyampaikan bahwa dia adalah kulit hitam. Ternyata memang pemeran dari Dipsy yang bernama John Simmit tersebut, memiliki kulit hitam. Begitu pula dengan Po yang memiliki wajah terang terlihat agak kekuningan yang menggambarkan pemerannya yang bernama Pui Fan Lee, sebagai wanita keturunan tiongkok.
Ternyata, tayangan yang memiliki target anak-anak kecil usia dini ini pun mengundang kontroversi bagi para orang dewasa karena mengandung isu gender serta rasis. Seperti yang dikutip dari artikel BBC pada 1999 yang menjelaskan melalui sudut pandang Fallwell, “In an article called Parents Alert: Tinky Winky Comes Out of the Closet, he says: “He is purple – the gay-pride colour; and his antenna is shaped like a triangle – the gay-pride symbol.” He said the “subtle depictions” of gay sexuality are intentional and later issued a statement that read: “As a Christian I feel that role modelling the gay lifestyle is damaging to the moral lives of children.” Hal ini mulai dikhawatirkan oleh orang dewasa dengan apa yang mereka ketahui tentang makna dari serial Teletubbies. .
Referensi BBC NEWS. February 15, 1999. http://news.bbc.co.uk/2/hi/276677.stm (accessed December 22, 2016). Vincent, Ben W. GenderBen! December 3, 2011. https://genderben.com/2011/12/03/whattinkywinkysaysabout gender/ (accessed December 22, 2016).
50.p
iapa yang tidak kenal dengan serial televisi anak Teletubbies? Ciri khas karakter yang berwarna warni dengan bentuk antena yang berbeda, serta televisi yang berada di perut mereka. Serial tersebut memiliki target penonton anak-anak kecil usia dini atau pre-school dengan cara mengajak bermain di setiap episodenya. Teletubbies, atau television on tummy babies mulai tayang pada tahun 1997. Dalam serial tersebut, masing-masing karakter memiliki barang kesukaannya. Seperti Tinky Winky yang menyukai tas berwarna merah, Dipsy yang menyukai topi besar dengan motif seperti kulit sapi, Laa Laa yang menyukai bola besar berwarna oranye, dan Po yang menyukai skuter.
Desember 2016
ISU GENDER DALAM MEDIA ANAK – THE SIMPSONS
T
he Simpsons adalah serial televisi animasi yang berasal dari Amerika dan sudah hampir 30 tahun mengudara. Mengisahkan sebuah keluarga yang teridiri dari lima anggota keluarga yaitu Homer, Marge, Bart, Lisa, dan Maggie sebagai sebuah keluarga tipikal di Amerika. Dengan menyandang predikat “Bimbingan Orangtua” sebagai sebuah serial kartun, acara ini seringkali membawa isu didalam kehidupan sehari – kehari kepada penontonnya dan dikemas dengan cara yang menghibur. Mulai dari isu politik, agama, budaya, sampai gender pun bukan jadi pengecualian. Dari enam ratus lebih jumlah episode serial televisi ini, Matt Groening selaku penulis naskah menyempatkan untuk membahas isu gender dalam beberapa episode The Simpsons. Dia menampilkan stereotipe – stereotipe gender tertentu, tidak hanya itu, isu feminisme juga tidak lepas dari kacamata Groening untuk menjadi sebuah bahan naskah. Memang benar sebagian besar penonton serial ini mungkin adalah orang dewasa, namun tidak sedikit dari anak – anak yang juga dapat menikmati acara ini. Dalam episode Please Homer Don’t Hammer ‘Em, Marge (salah satu karakter utama) diceritakan memiliki kemampuan yang luar biasa dalam bidang pertukangan yang merupakan sebuah profesi yang identik dengan pria. Saat ia mencoba untung merintis bisnisnya sebagai seorang tukang kayu profesional, banyak yang meremehkan karena stereotipe tukang kayu sama sekali tidak ada yang lekat dalam diri Marge. Ia beranggapan bahwa gambaran seorang tukang kayu haruslah seorang pria gemuk yang kuat, sesuai dengan stereotipe yang ada dalam kehidupan sehari – hari. Dengan menggunakan sosok Homer untuk menggantikan dirinya sebagai image yang menjual, dan dapat meyakinkan orang – orang dalam lingkungannya tanpa perlu mempertanyakan kemampuan Homer dalam bidang pertukangan yang sebenarnya. Jelas sekali episode ini menyuguhkan kepada penonton bahwa seorang gender menjadi sebuah hal yang dipertanyakan dalam profesi yang identik dengan sebuah gender spesifik yang sudah menjadi stereotipe dalam masyarakat. .
E01
Dalam salah satu episode lain Girls Just Want to Have Sums, diceritakan sebuah sekolah dimana Bart dan Lisa belajar dibagi menjadi dua bagian, memisahkan anak laki – laki dan anak perempuan. Tidak hanya dipisahkan, metode dan bahan ajar yang diberikan kepada kedua gender ini pun berbeda dan saling bertolak belakang. Lisa yang merupakan seorang akademisi tidak terima dengan bahan ajar yang diberikan kepada anak perempuan, karena menurut kepala sekolah yang baru wanita tidak seharusnya menyelesaikan masalah yang dianggap adalah tugas dari laki – laki. Episode ini menggambarkan bagaimana sekolah bagian perempuan dibuat indah, bersih, dan rapih lengkap dengan pernak – perniknya, sangat berbeda dengan bagian laki – laki yang sangat kumuh dan rusak. Menggambarkan kehidupan wanita yang seharusnya seperti itu dan dunia lelaki yang keras. Lagi episode ini menggambarkan stereotipe gender yang sudah lama beredar dalam masyarakat. Media anak cenderung terkesan menguatkan sebuah gender diatas gender yang lainnya, bahkan kartun sitkom serial seperti inipun bisa menjadi media untuk isu gender tersebut. Maka dari itu, menurut saya media anak seluruhnya justru perlu bimbingan dari orang tuanya, bahkan acara yang menyandang predikat semua umur pun. Karena interpretasi dari anak sendiri dapat berbeda jika tidak diimbangi dengan arahan yang benar dari orang tuanya. Terlebih lagi mengingat era modern saat ini, informasi apapun dapat diperoleh dengan mudah oleh siapapun.
60.p
M. Naufal Aziz
ama-zine
Desember 2016
ama-zine
KONSTRUKSI GENDER DALAM FILM THE LITTLE RACALS SAVE THE DAY: E01 BAGUS RUPA = KUASA? Muqita Anubella
alam konstruksi gender, begitu banyak aspek yang mampu memengaruhi pola, tingkah laku, kebiasaan, bahkan stereotip kaum adam dan hawa. Sesungguhnya, bagaimana pola pikir dan kebiasaan “dipupuk” sejak dini dan hal tersebut melekat hingga akhirnya menjadi stereotip yang tak jarang menjadi sebuah pegangan beberapa individu. Dalam fase serba-ingin-tahu dan penyerapan informasi secara maksimal, anak-anak akan memiliki persepsinya sendiri mengenai stereotip wanita dan pria. Stereotip yang kemudian akan diyakini hingga dewasa tersebut ternyata mampu dipengaruhi berbagai aspek di sekeliling kita yang sering tidak kita sadari. Sebut saja media anak-anak seperti film atau serial televisi yang masing-masing menghadirkan tokoh dengan gender dan stereotipnya. Salah satu film yang menjadi tontonan anak-anak adalah The Litte Rascals Save the Day. Film tersebut menghadirkan tokoh anak perempuan dan laki-laki dengan stereotip yang ada di masyarakat.. Tak heran, film tersebut juga menjadi sebuah pengaruh dalam pemahaman mengenai gender sejak dini. Film The Little Rascals Save the Day merupakan film tahun 2014 yang mengisahkan tentang enam anak kecil yang berjuang menyelamatkan toko roti neneknya dari kebangkrutan. Dalam film tersebut juga dikisahkan bagaimana sang pemeran utama, Alfalfa, merebutkan seorang anak wanita bernama Darla dengan Waldo. Wacana gender yang bias dalam film ini dapat dilihat dari bagaimana perempuan dan pria direpresentasikan dengan stereotip yang ada di masyarakat. Alfalfa merupakan anak laki-laki yang tinggal bersama neneknya, hidup sederhana, tidak begitu tampan, dan tidak begitu berbakat. Sedangkan lawannya adalah Waldo yang merupakan anak laki-laki yang berasal dari keluarga berada, orang tuanya memiliki kedudukan, tampan, dan berbakat. Dari kedua anak tersebut, film ini mengisahkan bahwa Waldo jauh lebih unggul daripada Alfalfa dan hal ini sangat sesuai dengan stereotip gender yang berlaku.
Pria yang kaya. tampan, berbakat, akan jauh lebih mudah dalam mendapatkan segala sesuatu yang ia inginkan. Hal tersebut berbanding terbalik dengan bagaimana pria miskin, tidak terlalu tampan, dan tidak begitu berbakat dapat meraih apa yang ia inginkan karena keterbatasan yang ia miliki. Intinya, ketampanan dan kekayaan jelas akan lebih unggul dan “ dilirik ” walaupun kepribadiannya tidak begitu baik. Hal ini berbanding lurus dengan fenomena di sekitar kita mengenai bagaimana laki - laki yang kaya dan tampan bisa mendapatkan apa yang ia mau, bahkan wanita sekalipun, dengan cara apapun yang ia hendaki. Secara garis besar, dalam lingkungan sosial, pria dengan rupa menarik, kaya, berbakat, dan rapi akan memiliki power yang lebih besar dibandingkan pria lainnya. Hal ini kemudian dapat memengaruhi pola pikir anak - anak yang menonton film tersebut dalam memahami gender. Wacana gender juga direpresentasikan secara bias dalam film The Little Rascals Save the Day. Sebelumnya, pria direpresentasikan melalui dua pribadi yang berbeda, namun sebenarnya kedua pria tersebut memiliki kekuatan yang sama dalam “ menguasai wanita ” . Dalam film tersebut, wanita, Darla, merupakan sosok wanita yang merepresentasikan wanita cantik dan kaya pada umumnya — lembut, anggun, dan manja. Namun, stereotip wanita yang selama ini lekat di benak masyarakat adalah karakternya yang lemah dan mudah dikuasai oleh pria. Hal itu terbukti dengan beberapa adegan yang menghadirkan cerita ketika kedua anak laki - laki tersebut berlomba dengan berbagai cara hanya untuk bisa mendapatkan si anak perempuan. Alfalfa, sang anak laki - laki yang direpresentasikan sebagai laki - laki lemah, berusaha mendapatkan hati Darla dengan mengandalkan segala yang ia punya walaupun sangat sederhana. Di sisi lain, Waldo yang memiliki citra laki - laki kuat berusaha “ menguasai ” Darla dengan pesonanya selaku laki - laki tampan dan kaya. Konstruksi gender yang digambarkan dalam film ini cukup bias, mengingat peran laki - laki begitu besar di atas peran wanita yang terkesan lemah. Tidak ada bentuk kesetaraan bahwa wanita juga bisa “ mengejar ” pria dan sama beraninya dengan mereka. Hal ini yang kemudian juga dapat menjadi pengaruh besar bagi pemahaman konstruksi gender pada anak - anak, bahwa kelak wanita memang kodratnya untuk “ dikejar ” bukan “ mengejar ” . Seperti fenomena di sekitar, yang mana wanita akan takut jika mendekati pria terlebih dahulu. Alasannya? gengsi, tak rela hilang harga diri.
70.p
D
Desember 2016
ama-zine
KONSTRUKSI GENDER DALAM FILM THE LITTLE RACALS SAVE THE DAY: E01 BAGUS RUPA = KUASA? Muqita Anubella
Sosok Darla sebagai wanita cantik yang dikejar dan diperebutkan dua laki - laki tersebut merefleksikan bagaimana stereotip mengenai konstruksi gender di masyarakat. Sesuai dengan beberapa persepsi individu mengenai wanita, bahwa cantik rupa akan diutamakan dalam berbagai hal. Sehingga, hal ini juga kemudian dapat menjadi pemahaman mengenai konstruksi gender bagi anak - anak bahwa dengan cantik rupa, perempuan bisa mendapatkan apa yang mereka mau dengan lebih mudah. Perempuan cantik akan lebih mudah dalam mendapatkan teman atau pasangan, misalnya. Terlepas dari bagaimana kelemahan perempuan direpresentasikan, film ini juga merepresentasikan bagaimana kencantikan dapat menjadi sebuah kekuatan dari perempuan itu sendiri. Secara tidak langsung, dengan kecantikan tersebut, pria kemudian seolah “ dikendalikan ” dan akan rela melakukan hal apa saja untuk mendapatkannya.
80.p
Pengaruh media memang sering tidak kita hiraukan, namun ternyata media merupakan “ pupuk ” paling berpengaruh setelah lingkungan terhadap pola pikir dan pemahaman anak mengenai konstruksi gender yang berlaku. Film The Little Rascals Save the Day tak hanya menghadirkan konstruksi gender yang direpresentasikan oleh bagaimana cara berpakaian, namun juga dari stereotip sikap dan kebiasaan dari perempuan dan laki - laki. Konstruksi gender direpresentasikan dengan sangat jelas dan dapat dengan mudah “ dicerna ” oleh anak - anak yang menyaksikan film tersebut. Anak - anak dapat menjadikan stereotip yang dihadirkan dalam film sebagai sebuah tolak ukur dan “ pegangan ” , yang mungkin, dapat mereka yakini hingga mereka tumbuh dewasa. Akan ada persepsi bahwa sebagai anak perempuan, mereka harus mengutamakan kecantikan fisik untuk mendapat apa yang mereka mau. Sebagai perempuan, mereka juga akan memahami pakem - pakem yang berlaku, seperti misalnya tidak berperilaku agresif dan menahan diri jika menyukai seseorang. Sedangkan untuk anak laki - laki, akan ada persepsi bahwa mereka memiliki kuasa lebih di atas perempuan dan kaum laki - laki lain yang tidak “ sederajat ” . Sehingga, walaupun stereotip wanita seperti Darla yang diam dan tidak berani “ melawan ” pria masih diyakini banyak orang, nampaknya jika dibandingkan dengan kondisi masyarakat kini, wanita sudah mulai digerakkan oleh paham feminisme dan berani “ bergerak ” . Keindahan rupa dan fisik kemudian menjadi sebuah pengaruh yang cukup besar — wanita harus cantik dengan atribut yang berlaku, laki - laki harus tampan dengan ini - itu. Pria yang kaya. tampan, berbakat, akan jauh lebih mudah dalam mendapatkan segala sesuatu yang ia inginkan. Hal tersebut berbanding terbalik dengan bagaimana pria miskin, tidak terlalu tampan, dan tidak begitu berbakat dapat meraih apa yang ia inginkan karena keterbatasan yang ia miliki. Intinya, ketampanan dan kekayaan jelas akan lebih unggul dan “ dilirik ” walaupun kepribadiannya tidak begitu baik. Hal ini berbanding lurus dengan fenomena di sekitar kita mengenai bagaimana laki - laki yang kaya dan tampan bisa mendapatkan apa yang ia mau, bahkan wanita sekalipun, dengan cara apapun yang ia hendaki. Secara garis besar, dalam lingkungan sosial, pria dengan rupa menarik, kaya, berbakat, dan rapi akan memiliki power yang lebih besar dibandingkan pria lainnya. Hal ini kemudian dapat memengaruhi pola pikir anak - anak yang menonton film tersebut dalam memahami gender.
Desember 2016
IJAL MAU BARBIE MARIPOSSA
Riva Perdana Sidi
ama-zine
E01
Ijal, ayo kita jalan-jalan! Bapak mau belikan kamu hadiah karena Ijal udah berani di sunat. Nanti, Ijal deh yang pilih mainannya.’’ ‘Beneran, Pak?’’ Ijal memastikan janji Bapaknya bukanlah janji pelipur tangis Ijal yang biasa Bapaknya lakukan. ‘‘Iya, Jal. Buat jagoan bapak ini, apa sih yang enggak?’’, jawab Bapaknya Ijal dengan gombal kepada anak sulungnya tersebut. ‘‘
Ijal adalah seorang anak baru beres dikhitan yang sedang dimanja oleh seisi rumah, tidak terkecuali oleh bapaknya. Bapaknya yang merupakan seorang pegawai bank swasta, merasa mempunyai cukup materi untuk memanjakan anak sulungnya tersebut dengan mainan apapun yang diinginkan sang anak. Sehabis melakukan ibadah sembahyang Maghrib berjamaah yang diketuai oleh Bapaknya, mereka berduapun berangkat meninggalkan adik perempuan Ijal dan Ibunya dan menginstruksikan mereka untuk hati-hati di rumah. Mungkin, maksud bapaknya untuk berangkat hanya dengan Ijal adalah dia ingin menganggap ‘sakral’ acara keluar malam ini hanya untuk anggota laki-laki keluarganya saja. Pertimbangannya adalah: dulu, kakek Ijal yang merupakan Bapaknya Bapak Ijal menghadiahkan ayam jago adu untuk bapak Ijal setelah bapak Ijal disunat 30 tahunan yang lalu. Sesampainya disebuah mall yang ada di Kota Bandung yang namanya sama dengan nama salah satu TV swasta di Indonesia itu, tentu saja si Bapak tidak berniat membelikan seekor ayam jago adu untuk anaknya. Selain karena adu ayam sekarang sudah dilarang, kebetulan mall tersebut juga memang tidak menjual ayam hidup. Maka pergilah mereka ke sebuah toko mainan terkemuka di mall tersebut.
Referensi: The Story of X by Lois Gould
90.p
Lalu mulailah Ijal memilih mainan yang dia ingin beli dengan bebas seperti janji bapaknya tadi sebelum sembahyang Maghrib. “Bapak, Ijal mau ini aja, ah”, ucap Ijal dengan menyodorkan sebuah boneka Barbie seri Maripossa—boneka Barbie dengan fitur sepasang sayap kupu-kupu berwarna-warni di punggungnya. “Kok Ijal mau beli boneka Barbie?” Ucap Bapaknya dengan setengah kaget karena setengah kagetnya lagi dia sembunyikan untuk menjaga suasana santai dengan anaknya yang ingin dia manjakan malam itu. “Oh ini itu namanya Barbie, Pak? Ijal suka soalnya Ijal kan suka kupu-kupu, Pak. Bagus!” Ijal menjawab dengan antusias. “Tapi kan ini mainan buat Perempuan, Jal. Gimana kalau Bapak beliin kamu mobil remot saja kaya yang punya si Ikhwan anaknya Haji Zakaria itu?” “Tapi Ijal gak suka, Pak. Kata Bapak tadi sebelum shalat Maghrib, Ijal bebas boleh milih mainan apa saja, kan?”, Ijal menagih janji bapaknya tadi. “Iya, Jal, bebas. Tapi jangan mainan buat anak perempuan, dong, ya?” “Memang mainan buat anak perempuan itu seperti apa sih, pak?”, tanya Ijal. “Mainan perempuan itu ya, mainan yang...” Bapaknya berpikir barang sebentar karena bingung untuk menjelaskan dengan kata-kata kepada anaknya yang masih kecil tersebut. “Kupu-kupu kan bagus pak, lagian adik di rumah juga main mobil-mobilan Ijal, kok” Ijal merujuk fakta bahwa adik perempuannya yang berumur satu tahun setangah juga memainkan mainan laki-laki. "Iya tapi kan adik perempuan kamu itu masih bayi, Jal"..
Desember 2016
ama-zine
GENDER SWAP DALAM KOMIK E01 MARVEL
Tubagus Firmansyah
Bagi para pecinta komik maupun yang masih awam, siapa yang tidak kenal tokoh superhero Thor? Thor Odinson merupakan dewa petir dari Asgard yang selalu membawa palu yang bernama Mjölnir yang berasal dari mitologi Nordic kuno. Dikatakan bahwa hanya orang yang layak sajalah yang bisa menggunakan Mjölnir tersebut. Dia sudah lama membantu sepak terjang para superhero yang ada di bumi seperti Captain America dan Iron Man. Semenjak tokoh yang diciptakan Stan Lee ini muncul pada tahun 1962, dia sudah digambarkan sebagai seorang pria berbadan kekar, rambut panjang dan sangat maskulin. Tapi apa jadinya jika karakter yang sudah banyak dikenal ini tiba-tiba menjadi seorang perempuan? Ya, inilah yang terjadi kepada Thor pada tahun 2014 lalu.Karena suatu sebab yang sampai saat ini masih belum diketahui, Thor yang sudah sangat di kenal banyak orang ini tiba-tiba menjadi tidak layak untuk mengangkat palu Mjölnir. Menurut deskripsi yang ada di palu itu, “Whosoever holds this hammer, if he be worthy, shall possess the power of THOR” yang berarti hanya orang yang layak untuk menggunakan Mjölnir saja yang dapat menjadi Thor.
Menurut Executive Editorial Director Marvel, tokoh baru ini tidak disebut She - Thor, Lady - Thor apalagi Thorita, dia adalah Thor asli dari Marvel yang berbeda dari sebelumnya. Identitas Thor yang baru ini adalah Jane Foster, kekasih dari Thor yang sebelumnya walau sampai saat ini masih belum dijelaskan kenapa Jane bisa layak untuk menjadi Thor. Thor ( Jane Foster ) bukanlah pengganti sementara dari Thor Odinson, dia akan menjadi tokoh utama dari setiap komik Marvel. Bahkan sekarang Thor ( Jane Foster ) sudah memiliki komik tersendiri dan juga bergabung dengan Avengers. Selain Thor, Wolverine juga salah satu karakter yang gender nya diubah. Mutan yang dikenal dengan tubuh adamantium yang memiliki tiga cakar pada kedua tangannya ini, di ceritakan sudah mati terkena lelehan adamantium. Wolverine mati karena dia kehilangan healing factor yang membuat dia berumur panjang dan selalu kebal dengan segala luka. Pada tahun 2015, Marvel melakukaan soft reboot dengan membuat X - 23 sebagai Wolverine. Laura Kinney atau X - 23 ini merupakan satu - satunya kloningan Wolverine yang berhasil, setelah 22 kali gagal pada cloning pria sehingga uji coba dilakukan kepada perempuan. Laura memiliki kemampuan yang hampir sama dengan Wolverine yang asil, tetapi perempuan ini hanya memiliki dua cakar adamantium. Sekarang dia sudah menjadi tokoh utama dalam komik All - New Wolverine dan bergabung dalam kelompok X - men. Apa yang telah dilakukan Marvel ini tidak lain adalah upaya untuk menarik pembaca perempuan, karena sebelumnya memang mayoritas pembaca komik adalah kalangan laki - laki. Para pembaca komik yang masih baru pun banyak yang menginginkan untuk melihat lebih banyak superhero perempuan yang beraksi. Dengan berbagai alasan, Marvel berkata bahwa lebih mudah untuk mengganti gender suatu tokoh ketimbang membuat karakter yang baru. Memang biasanya tokoh perempuan kebanyakan berperan sebagai sidekick saja. Tetapi kalau dengan alasan untuk menaikkan citra perempuan dalam dunia perkomikan, membuat karakter perempuan yang baru dan memiliki kemampuan yang badass, bisa menjadi pertimbangan. Hal ini bisa membuat pandangan orang bahwa tidak laki – laki saja yang bisa menjadi tokoh utama.
01.p
P
erubahan gender pada tokoh komik merupakan salah satu hal yang saat ini sedang Marvel terapkan selain perubahan ras. Marvel mengubah karakter superhero yang aslinya merupakan laki-laki menjadi perempuan. Tentu saja hal ini menimbulkan pro dan kontra, ada yang secara terang - terangan tidak setuju terhadap keputusan ini dan ada juga yang ingin melihat kelanjutannya. Apa yang Marvel lakukan adalah membuat ulang tokoh yang sama, tapi dengan sedikit latar belakang yang sedikit berbeda, biasa dikenal dengan istilah reboot. Bahkan sekarang Marvel punya kumpulan superhero seperti Avengers yang bernama A-Force, yang isinya superhero perempuan semua. Sebenarnya ini bukan pertama kalinya Marvel membuat tokoh perempuan yang menjadi tokoh utama. Mereka punya sejumlah nama – nama terkenal seperti Black Widow, She-Hulk, Captain Marvel dan Spider-Woman. Hanya saja, karakter – karakter itu dibuat dengan cerita mereka sendiri, bukan hasil dari perubahan gender. Beberapa karakter yang terkena gender swap ini antara lain Thor, Wolverine dan Iron man.
PENAMPILAN PEREMPUAN SEKSI DALAM SERIAL KARTUN “DONALD DUCK”.
Desember 2016
Stefani Ratu
ama-zine
E01
Donald Duck adalah sebuah karakter bebek yang dapat berbicara dalam serial “ Mickey Mouse and friends ” . Karena pada kemudian kepopuleran karakter Donald Duck justru melebihi karakter utama tikus, Mickey, akhirnya Donald memiliki serial kartunnya sendiri. Karakter Donald terkenal karena sifatnya yang cerewet dan temperamen, yang justru menghidupkan cerita serial Mickey. Karakter Donald Duck digambarkan sebagai bebek berwarna putih yang selalu menggunakan baju pelaut ( sailor suit ) tanpa celana dan sepatu. Ciri khas dari karakter bebek ini adalah topi pelaut dan pita merah sebagai pemanis bajunya. Karakter keluaran Disney Cartoon ini dipopulerkan sejak tahun 1934. Mengalami perubahan desain kartun, dengan sifat yang tak berubah, penggemar Donald Duck tidak pernah berhenti bertambah hingga sekarang. Dalam serial Donald Duck sebagai karakter utama, Donald tetap ditemani oleh beberapa karakter asli Disney, meski terkadang pun karakter tambahan justru menemani Donald Duck. Sebagai contoh, salah satu episode dari serial Donald Duck dengan judul “ Duck Pimples ” . Episode ini dirilis pada tahun 1945. Pada awal episode ini, karakter Donald Duck ditampilkan sedang duduk di sofa hijau sembari mendengarkan siaran radio. Beberapa siaran tersebut, ternyata, menyiarkan cerita hantu, sehingga membuat karakter Donald ketakutan. Dari ketakutannya, Donald Duck mulai berimajinasi. Pada awalnya, ia berimajinasi bahwa sofa hijau tersebut berubah menjadi gorila. Dilanjutkan dengan imajinasi tentang seorang penjual buku datang ke rumahnya dan menawarkan dirinya untuk membeli buku. Kemudian karakter Donald membaca sebuah buku horor dan kemudian beberapa karakter pembantu episode tersebut keluar dari buku tersebut. Karakter - karakter yang keluar dari buku horor tersebut menciptakan cerita mengenai seorang gadis bernama Colleen yang kehilangan kalung mutiara. Gadis tersebut meminta Detektif Hennessy untuk membantunya menemukan kalungnya. Detektif tersebut kemudian menuduh Donald yang mencuri kalung tersebut. Bahkan detektif tersebut mengatakan “ A big guy like you stealing from this poor little innocent ( woman )” . Namun atas tindakan detektif Hennessy yang koersif, Colleen pun akhirnya membela Donald dengan hampir mengayunkan sebuah kapak kepada detektif tersebut. Colleen digambarkan sebagai gadis tinggi, langsing, berkulit pucat, berambut merah yang dibentuk jambul, dengan mengenakan dress panjang berwarna magenta yang menunjukkan pundak dan belahan dada. Sungguh kontras dengan Donald Duck, Detektif Hennessy, dan karakter pembantu lainnya. Ditambah dengan kenyataan bahwa hanya Colleen karakter perempuan dalam episode tersebut. Namun detektif Hennessy menggambarkan karakter Collen sebagai “ poor little innocent woman ” pada menit 3:21. Yang kemudian ditegaskan oleh Colleen dengan ujaran “ I am just a little girl who lost her pearl. ” pada menit ke 3:29.
11.p
Serial animasi Donald Duck tentunya ditujukan untuk anak - anak. Meskipun tidak menutup kemungkinan orang dewasa dapat menonton serial ini. Sayangnya dalam episode ini, karakter perempuan ditampilkan sebagai sosok perempuan seksi yang gemulai, yang kemudian menjadi cukup tangguh untuk melawan karakter pria dari belakang.
PENAMPILAN PEREMPUAN SEKSI DALAM SERIAL KARTUN “DONALD DUCK”.
Desember 2016
Stefani Ratu
ama-zine
E01
Dapat ditarik kesimpulan, bahwa ketika mengalami kepopuleran selama satu dekade, serial kartun Donald Duck berani menampilkan karakter wanita seksi. Pada kenyataannya, karakter wanita yang berbeda dari sosok keibuan, yang selayaknya harus diterima oleh anak - anak, sering ditampilkan dalam karya literatur dan kartun anak - anak. Janice McCabe dan kawan - kawan telah menampilkan penelitian dalam jurnal “ Gender in Twentieth Century Children ' s Books : Patterns of Disparity in Titles and Central Characters. ” “ Because children ’ s literature provides valuable insights into popular culture, children ’ s worlds, stratification, and socialization, gender representation in children ’ s literature has been researched extensively. ” ( McCabe et al, 2011:198 ) Pada anak - anak, karakter wanita seharusnya digambarkan sebagai sosok yang keibuan. Hal itu demi memberikan representasi wanita dewasa yang baik. Seiring perkembangan zaman, media hiburan anak - anak dikembangkan juga untuk memersiapkan anak - anak dalam menghadapi realitas sosial. “ Children ’ s books provide messages about right and wrong, the beautiful and the hideous, what is attainable and what is out of bounds — in sum, a society ’ s ideals and directions. ” ( McCabe et al, 2011: 199 ) Hal tersebut ternyata diterapkan dalam episode “ Duck Pimples ” ini. Dalam episode “ Duck Pimples ” ini, diceritakan bahwa, meskipun hanya imajinasi, karakter detektif Hennessy inilah yang sebenarnya jahat. Ternyata detektif tersebut yang mencuri kalung Colleen. Namun detektif Hennessy menuduh Donald Duck yang mencuri kalung tersebut ; bahkan sampai mengancam dengan sebuah pisau lipat. Pada adegan ini, Colleen muncul sebagai pembela Donald meskipun tidak langsung, yaitu dengan hampir mengayunkan kapak kepada lelaki yang ia mintai bantuan. Colleen diperlihatkan sebagai karakter wanita dengan pakaian cenderung seksi meski anggun, namun kemudian berusaha membunuh detektif Hennessy dengan sebuah kapak. Hal ini menunjukkan bahwa wanita harus seperti setangkai bunga mawar ; sedap dipandang namun nyeri disentuh. Colleen yang awalnya meminta bantuan kepada karakter Detektif Hennessy malah kemudian berusaha membunuhnya dengan kapak karena detektif tersebut mengancam Donald Duck. Ditampilkan bahwa, kontras dengan penampilannya yang feminin, karakter ini ternyata kuat dan memiliki keinginan untuk melindungi yang lemah.
21.p
Mungkin karakter Colleen diciptakan sebagai image perempuan untuk selalu tampil anggun, namun diharapkan bahwa perempuan juga memiliki tekad kuat dan tidak melulu tergantung pada masyarakat, terutama pada lelaki. Image perempuan diharapkan berani membuat tindakan dan melindungi mereka yang ditindas. Dengan harapan bagi mereka yang menonton serial kartun populer ini, wanita pada zamannya, dan tentunya zaman ini juga, bisa menjadi wanita yang diharapkan masyarakat, namun memiliki pendirian tetap untuk melawan kejahatan dan menentang penindasan, demi melindungi yang lemah.