Way Kambas National Park - a short trip -
One’s destination is never a place, but a new way of seeing things - Henry Miller -
Day 1
Perjalanan dimulai pukul 3.30 melalui jalur darat dari Jakarta. Kurang lebih jarak yang kami tempuh adalah 242 km selama 6 jam. Di sepertiga perjalanan mode transportasi yang digunakan berpindah dari mobil pribadi ke kapal feri untuk menyeberang, kemudian dilanjutkan dengan jalur darat kembali.
MADE IN CHINA
Transportasi laut yang kami gunakan adalah KMP Als Elvina. Kapal buatan
tiongkok yang baru masuk Indonesia tahun 2017 ini dapat menampung 500 penumpang dan 150 kendaraan campuran (Hendriyono, 2017).
Perizinan operasi kapal asing di Indonesia tidak mudah. Serangkaian pengujian alat proteksi kebakaran dan alat safety diperiksa oleh Kementrian Perhubungan. Yang terpenting adalah pengujian mesin untuk menunjang kecepatan kapal (Sujendro, 2017)
Iseng memasuki toilet. Ternyata ini adalah toilet umum terbersih yang pernah aku temui. Nyaman dan tidak terlalu sempit. Yang paling penting toilet ini tidak dijaga oleh ‘mang-mang’ seperti pada beberapa pom bensin alias gratis.
S I M A K S I Setiap WNI/WNA yang memasuki kawasan konservasi wajib mengurus simaksi (Surat Ijin Masuk Kawasan Konservasi). Hal
yang
diwajibkan
untuk
mengurus simaksi: •
Penelitian dan pengembangan
•
Kepentingan pendidikan
•
Pembuatan film atau video klip
•
Pembuatan foto komersial dan ekspedisi
PUSAT LATIHAN GAJAH Tiba di PLG (Pusat Latihan Gajah). Di PLG, gajah dilatih oleh mahout (pawang)
untuk
menjadi
entertainer. Mereka dilatih atraksi, jabat tangan, main bola, gajah tunggang, dan lain-lain agar siap di depan wisatawan.
Malampun
datang.
Rencana
berpindah ke tempat menginap saat sore harus bergeser ke malam karena jalur mobil yang tidak memadai. Sambil
menunggu
bala
bantuan,
kami duduk mengemper di pinggir jalan
sambal
nyamuk
Way
muncul
solusi
ditemani Kambas. di
mana
ganasnya Akhirnya mobilisasi
rombongan diangsur dengan motor dari tim ERU (Elepanth Response Unit).
Disambut oleh tim ERU. Lalu kami berbincang tentang keseharian mereka.
Berkenalan dengan Albar, anak dari ‘Pak Tua’ salah satu mahout di ERU. Malam itu dia menemukan iguana kecil. Setelah tertangkap, iguana itu dilepaskan kembali.
Day 2
Cerita pagi itu dimulai dengan jalan-jalan
naik
gajah
sengaja
ini
gajah. di
Gajah‘angon’
setiap hari oleh mahout untuk foraging. Perjalanan dipandu oleh Pak Tua dan Toni, gajahnya. Toni adalah gajah
tertua
di
ERU,
usianya
sekitar 55 tahun. Di sini gajah yang paling
tua
dikondisikan
memimpin barisan.
untuk
TAHUKAH KAMU‌
Belalai
dapat
fleksibel
bergerak
karena
tidak
bertulang
dan
memiliki
150.000
otot
yang
tersambung
diagonal,
sedangkan manusia hanya Âą600 (Somgird, 2017)
Ukuran kaki manusia dewasa hanya seperlima kaki gajah
Meskipun
gajah
mengunyah
makanan
2x,
serat
tanaman tidak dapat terurai sempurna karena suhu minimum untuk mengurai serat adalah 200°C (Nasir dkk, 2008)
Jamur dapat menguraikan organik seperti serasah tanaman (Nasir dkk, 2008)
Menginjak kotoran sendiri………
Seperti manusia, gajah juga dapat sakit. Gambar sebelah kiri adalah kaki yang bengkak bengkak berisi abses karena infeksi bakteri, dan kanan adalah kelopak mata yang terkelupas akibat garukan.
Sore hari, saatnya menjemput peliharaan masing-masing. Umumnya, gajah ditemukan tak jauh dari ERU. Penjemputan dilakukan berdasarkan feeling dan jejak.
Setelah bertemu kembali, gajah digiring menuju spot berikutnya untuk melakukan rutinitas yaitu‌..
MANDI SORE Mandi dapat dilakukan di kanal maupun pancoran yang berada di sekitar ERU. Seperti biasa, mahout adalah orang yang sudah seperti orang tua bagi gajah-gajah di sini. Mereka memandikan gajahnya masing-masing dan menuntun kembali ke basecamp ERU sebelum gelap.
Day 3
MEET N GREAT Namanya Erin. Gajah berumur 4 tahun ini ditemukan tahun 2016 oleh tim ERU dalam keadaan lemas
dengan
belalai
yang
sudah terpotong. Asumsi hingga saat
ini
adalah
belalai akibat
pendeknya jerat
yang
dipasang manusia. Terbayang
betapa
sulitnya
ia
meraih makanan karena ukuran dan bentuk belalai yang tidak proporsional.
Erin
juga
mendapat
perlakuan
yang
sama
dengan gajah lainnya. Diurus oleh mahout, dimandikan,
di
‘angon’,
serta
mendapat
perawatan kesahatan spesial oleh PKG (Pusat Konservasi Gajah).
Seusai mengunjungi Erin, rombongan bergegas untuk memulai perjalanan pulang karena berharap sebelum tengah malam sudah sampai di Jakarta. Moda transportasi yang digunakan sama dengan berangkat yaitu mobil dan kapal laut.
Mulai terbayang nasib esok hari akan rutinitas yang akan dijalani, pekerjaan, carut marutnya transportasi Jakarta dan masalah-masalah lainnya.
Berharap semua masalah hilang, menguap bersama deburan ombak. Juga berharap agar semangat tetap ada walau pasang surut seperti air laut. Akhirnya perjalanan ini berakhir. Selamat mengambil pelajaran dari setiap perjalanan. Salam!
Travel doesn’t become adventure until you leave yourself behind -Henry Miller-
Thank you! @Rizkyanti_