SERTIFIKASI KOPI DIKuASAI ASING
Majalah Bulanan Pertanian Strategis www.opini-indonesia.com/agro
Edisi 06/Oktober 2013 o PROLOG o IDENTIFIKASI o KOMPARASI o EPILOG
3 6 18 22
KOPI INDONESIA
Gamang di Era Global
• Kopi Indonesia: Peluang dan Tantangan • Komoditas Kopi Seharga Emas
• Monopoli Baru Bernama Sertifikasi? • Dukungan yang Tak Kunjung Datang
06/2013 03
PROLOG
Isu dan Masalah Kopi Nusantara
14
09
Yang jadi persoalan adalah sertifikat tersebut dipegang oleh eksportir, bukan oleh petani di mana kopinya yang disertifikatkan. Karena itu petani terpaksa menjual kopinya kepada eksportir yang memegang sertifikat tersebut.
TABULASI
18
IDENTIFIKASI
ANEKA
Beberapa biji kopi ternyata sangat signifikan secara harga, bahkan jauh meninggalkan harga biji-biji kopi yang ada. Setidaknya ada 10 kopi termahal dunia dimana salah satunya berasal dari Indonesia.
21 22
Í Monopoli Baru Bernama Sertifikasi? Í Dukungan yang Tak Kunjung Datang
Diterbitkan sebagai majalah pertanian strategis yang berupaya memetakan dan mencari solusi masalah pertanian Indonesia dari berbagai sudut pandang.
Managed By
LAMPUNG
Residu Pestisida jadi Sandungan Kopi Lampung KOMPARASI
Dukungan yang Tak Kunjung Datang
Dukungan pemerintah disini adalah sarana edukasi untuk meningkatkan produktivitas, memaksimalkan intensifikasi, juga kebijakan harga yang sampai saat ini masih dikontrol oleh negara konsumen.
Industri Kopi Indonesia: Peluang dan Tantangan Kopi Paling Mahal di Dunia: Varietas Seharga Emas
3 6 14 18
KOPI INDONESIA
REGULASI
Monopoli Baru Bernama Sertifikasi?
17
06
www.opini-indonesia.com
Edisi 06/Oktober 2013
Í Kopi Indonesia: Peluang dan Tantangan Í Komoditas Kopi Seharga Emas
Produktivitas Masih Rendah
Produktivitas tanaman kopi di Indonesia baru mencapai 700 kg biji kopi/ha/tahun untuk robusta dan 800 kg biji kopi/ha/tahun untuk arabica. Sedangkan produktivitas negara tetangga seperti Vietnam telah mencapai lebih dari 1.500 kg/ha/tahun.
Majalah Bulanan Pertanian Strategis
o PROLOG o IDENTIFIKASI o KOMPARASI o EPILOG
Gamang di Era Global
Penanganan pasca panen secara tradisional mengakibatkan konsistensi mutu kopi sebagai bahan baku pada industri pengolahan kopi sulit diharapkan.
04
SERTIFIKASI KOPI DIKUASAI ASING
Pemimpin Redaksi Ir. Raymond Rajaurat Dewan Redaksi Ir. Raymond Rajaurat Ir. Anom Wibisono, Hs. Staf Redaksi M. Mutawally Ronald Simarmata Andri Penerbit Yayasan Media Wasantara Anggota SPS No. 358/1986/03/2002 Pendiri Rimson Simanjorang
HISTORIA
Managing Director Ir. David J. Simanjorang
EPILOG
Bank Bank Central Asia (BCA) No. Rek. 166 1967 957 a/n. Raymond Rajurat
Yang Berawal Dari Dipaksa Industri Hulu dan Hilir: Cermin Antagonis Kopi
Kopi bagi masyarakat urban memang jadi tren, sayangnya tidak sebanding dengan petani kopi kita.
Alamat Redaksi Jl. Yupiter Utama D10/12 Bogor 16914 Telp/Faks: (021) 87716493, 0811 192306 Alamat Iklan/Tata usaha Jl. Purnawirawan Raya 12/424 Bandar Lampung Telp : 0816 4063 04. Website www.opini-indonesia.com/agro
Topik Edisi Depan:
Mengembalikan Kejayaan Lada
Dalam satu dekade terakhir, Indonesia menguasai ekspor lada dunia selama separuh dekade pertama (2001-2005). Pada paruh berikutnya (2006-2010), Vietnam mulai menyalip posisi Indonesia sebagai eksportir utama lada dunia. Euforia komoditas sawit dan singkong dan tidak adanya dukungan pemerintah nampaknya menjadi penyebab. Anda punya pendapat? Kirimkan email ke agro@opini-indonesia.com atau melalui faksimili (021) 87716493.
Email agro@opini-indonesia.com Percetakan PT. Lampung Visitama Ganda (DavPrinting)
Isi diluar tanggungjawab percetakan
PROLOG
Edisi 06/Oktober 2013 | AGRO SWAKARSA
3
Penanganan pasca panen secara tradisional mengakibatkan konsistensi mutu kopi sebagai bahan baku pada industri pengolahan kopi sulit diharapkan.
Isu dan Masalah
KOPI NUSANTARA
P
ermasalahan perkopian di indonesia nampaknya masih berkutat seputar pengadaan kualitas bahan baku dan penerapan teknologi pengolahan kopi itu sendiri. Perkebunan kopi di indonesia masih didominasi oleh perkebunan rakyat, dimana berdasarkan data 2006 mencapai 96% ( 1,21 juta ha dari total 1,26 juta ha), maka masalah pengetahuan penanganan pasca panen masih merupakan kendala yang serius. Petani masih relatif menangani pasca panen secara tradisional. Akibatnya mutu
kopi sebagai bahan baku pada industri pengolahan kopi relatif rendah, atau paling tidak sulit diharapkan konsistensi kualitas. Memang, pada sentra-sentra produksi kopi tertentu, dimana telah hadir produsen kopi olahan besar, penangan kopi pasca panen relatif lebih baik dan terkendali. Komposisi jenis tanaman kopi di indonesia masih didominasi oleh kopi robusta (93%) dari pada arabika (7%). Padahal permintaan kopi arabika dunia jauh lebih besar dibandingkan kopi robusta. Demikian pula dari segi harga,
harga kopi arabika jauh lebih mahal dari pada kopi robusta. Usaha-usaha ke arah diversifikasi tanaman tidaklah mudah, karena terhadang oleh kesesuaian lahan terhadap tanaman kopi arabika yang hanya sesuai untuk dataran tinggi (di atas 600 meter dari permukaan laut/dpl). Pemaksaan penanaman di dataran rendah hanya mengakibatkan resiko kegagalan yang tinggi akibat serangan penyakit layu yang merupakan musuh alami kopi arabika di indonesia. Sedangkan, sejauh ini belum terlihat hasil pengembangan dan penelitian yang signifikan dalam menghasilkan jenis kopi arabika yang sesuai tumbuh untuk daerah dataran rendah. Ini tentunya tantangan ke depan untuk menghasilkan varietas kopi arabika baru. Isu teknologi (mesin dan peralatan) produksi biji kopi mulai dari pengeringan, pengupasan, dan sortasi masih merupakan kendala klasik yang dihadapi oleh usaha industri skala kecil dan menengah. Juga keterbatasan pada penguasaan teknologi proses pada tahap roasting. Tak mengherankan ke depan, kalau industri kopi skala kecil dan menengah ini pertumbuhannya stagnan atau bahkan makin terpuruk dan gulung tikar, sebagaimana telah disinggung sebelumnya, karena hantaman persaingan yang tidak seimbang dengan produsen besar dan berskala nasional dan bahkan internasional ekspor), karena didukung oleh teknologi yang lebih canggih dan modern. Isu lainnya di lapangan adalah tingginya biaya transportasi di indonesia. Hal ini terutama disebabkan kondisi infrastruktur yang di banyak tempat tidak terawat dengan baik sehingga menghambat pergerakan komoditas dari lokasi produsen. Dampaknya terlihat pada harga jual produk kopi indonesia yang relatif tinggi, khususnya untuk pemasaran ke luar negeri. Kita misalnya sudah kalah bersaing dengan harga kopi dari Vietnam pada tingkat kualitas kopi yang sama.
4
TABULASI
AGRO SWAKARSA | Edisi 06/Oktober 2013
Produktivitas Masih Rendah Produktivitas tanaman kopi di Indonesia baru mencapai 700 kg biji kopi/ha/tahun untuk robusta dan 800 kg biji kopi/ha/tahun untuk arabica. Sedangkan produktivitas negara tetangga seperti Vietnam telah mencapai lebih dari 1.500 kg/ha/tahun.
S
ebagai negara penghasil kopi terbesar ketiga di dunia setelah Brasil dan Vietnam, Indonesia mampu memproduksi sedikitnya 748 ribu ton atau 6,6% dari produksi kopi dunia pada tahun 2012. Dari jumlah tersebut, produksi kopi robusta mencapai lebih dari 601 ribu ton (80,4%) dan produksi kopi arabika mencapai lebih dari 147 ribu ton (19,6%). Luas lahan perkebunan kopi di Indonesia mencapai 1,3 juta hektar dengan luas lahan perkebunan kopi robusta mencapai 1 juta ha dan luas lahan perkebunan kopi arabika mencapai
0,30 ha. Produktivitas tanaman kopi di Indonesia baru mencapai 700 kg biji kopi/ ha/tahun untuk robusta dan 800 kg biji kopi/ha/tahun untuk arabica. Sedangkan produktivitas negara tetangga seperti Vietnam telah mencapai lebih dari 1.500 kg/ha/tahun.
Indonesia juga memiliki berbagai jenis kopi specialty yang dikenal di dunia seperti Gayo Coffee, Mandailing Coffee, Lampung Coffee, Java Coffee, Kintamani Coffee, Toraja Coffee, Bajawa Coffee, Wamena Coffee dan juga Luwak Coffee dengan rasa dan aroma khas sesuai indikasi geografis yang menjadi
PENGhASIL KOPI TERBESAR DuNIA
1 2 3 4 5 6
Brazil Vietnam Indonesia Colombia Ethiopia India
#1 #4
#5
#6
#3
#2
Edisi 06/Oktober 2013 | AGRO SWAKARSA
keunggulan Indonesia. Dengan didorong oleh pertumbuhan kelas menengah dan perubahan gaya hidup masyarakat Indonesia, kinerja industri pengolahan kopi di dalam negeri mengalami peningkatan yang signifikan. Pertumbuhan konsumsi produk kopi olahan di dalam negeri meningkat ratarata 7,5% per tahun. Ekspor produk kopi olahan pada tahun 2011 yang mencapai lebih dari USD 268,6 juta meningkat menjadi lebih USD 315,6 juta pada tahun 2012 atau meningkat lebih dari 17,49%. Ekspor produk kopi olahan didominasi produk kopi instant, ekstrak, esens dan konsentrat kopi yang tersebar ke negaratujuan ekspor seperti Mesir, Afrika Selatan, Taiwan dan negara-
9%
negara ASEAN seperti Malaysia, Filipina dan Singapura. Berbeda dengan ekspor yang meningkat, impor produk kopi olahan turun sangat signifikan. Impor kopi olahan yang mencapai lebih dari USD 78 juta pada tahun 2011 turun menjadi USD 63,2 juta pada tahun 2012 atau turun 19,01%. Impor terbesar dialami produk kopi instan dan disinyalir kopi instan yang diimpor adalah produk yang bermutu rendah. Untuk itu, Kemenperin sedang melakukan revisi Standar Nasional Indonesia (SNI) Kopi Instant yang selanjutnya akan diberlakukan secara wajib. Untuk itu, industri pengolahan kopi dapat melakukan diversifikasi produk. Artinya, tidak hanya dijadikan sebagai minuman tetapi juga dikembangkan dalam berbagai jenis seperti produk perawatan kecantikan (lulur), pharmasi,
5
essen makanan dan promosi sesuai dengan permintaan masyarakat konsumen Indonesia terutama dalam teknologi proses dan desain kemasan produk. Diharapkan konsumsi kopi masyarakat Indonesia meningkat seperti halnya yang dilakukan oleh negara Brasil sebagai produsen kopi utama dunia yang telah mampu meningkatkan konsumsi kopi domestiknya menjadi 6 Kg perkapita pertahun. Pengembangan industri pengolahan kopi di dalam negeri memiliki prospek yang sangat baik, mengingat konsumsi kopi masyarakat Indonesia rata-rata baru mencapai 1,2 kg perkapita/tahun dibanding dengan negara-negara pengimpor kopi seperti USA 4,3 kg, Jepang 3,4 kg, Austria 7,6 kg, Belgia 8,0 kg, Norwegia 10,6 Kg dan Finlandia 11,4 Kg perkapita/tahun.
8% 20%
5% 8%
2% 6%
23%
5%
3%
PRODUKSI
LUAS LAHAN
PRODUKTIVITAS
• Lampung
148,711
23%
• Sumsel
252,529
20%
• Sumut
1,048
• Sumsel
131,086
20%
• Lampung
161,614
13%
• Lampung
1,033
• Sumut
58,479
9%
• Aceh
120,732
10%
• Sumbar
998
• Bengkulu
55,376
8%
• Jatim
99,145
8%
• Riau
858
• Aceh
53,795
8%
• Bengkulu
91,517
7%
• Jabar
857
• Jatim
38,479
6%
• Sumut
80,570
7%
• Jambi
815
• Sumbar
31,726
5%
• Sulsel
74,309
6%
• Sulteng
769
• Sulsel
31,475
5%
• NTT
71,790
6%
• Gorontalo
760
• NTT
20,494
3%
• Sumbar
40,264
3%
• Bengkulu
735
• Jabar
14,749
2%
• Jateng
• Aceh
• Lainnya
72,771
11%
INDONESIA
657,141
100%
Sumber: Ditjenbun. angka sementara 2012. dalam ton.
• Lainnya INDONESIA
38,123
3%
203,387
16%
1,233,980
100%
Sumber: Ditjenbun. angka sementara 2012. dalam ha.
695
• Lainnya
<675
INDONESIA
723
Sumber: Ditjenbun. angka sementara 2012. dalam kg/ha.
6
AGRO SWAKARSA | Edisi 06/Oktober 2013
IDENTIFIKASI
Industri Kopi Indonesia
wisatakandi.com
Peluang dan Tantangan
Dalam rangka penumbuhan ekspor kopi Indonesia, maka pengembangan komposisi produk, distribusi pasar, dan daya saing harus diperhatikan.
I
ndonesia merupakan negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah Brazil, Vietnam dan Colombia. Dari total produksi, sekitar 67% kopinya diekspor sedangkan sisanya (33%) untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Strata Industri kopi dalam negeri sangat beragam, dimulai dari unit usaha berskala rumah tangga hingga industri kopi berskala internasional. Produkproduk yang dihasilkan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi kopi dalam negeri, namun juga untuk mengisi pasar di luar negeri. Hal tersebut menunjukkan bahwa konsumsi kopi di dalam negeri merupakan pasar yang menarik bagi kalangan
pengusaha yang masih memberikan prospek dan peluang sekaligus menunjukkan adanya kondisi yang kondusif dalam berinvestasi dibidang industri kopi. Perkembangan Kebutuhan Kopi Sebagai negara produsen, Ekspor kopi merupakan sasaran utama dalam memasarkan produk-produk kopi yang dihasilkan Indonesia. Negara tujuan ekspor adalah negara-negara konsumer tradisional seperti USA, negara-negara Eropa dan Jepang. Seiring dengan kemajuan dan perkembangan zaman, telah terjadi peningkatan kesejahteraan dan perubahan gaya hidup masyarakat
Indonesia yang akhirnya mendorong terhadap peningkatan konsumsi kopi. Hal ini terlihat dengan adanya peningkatan pemenuhan kebutuhan dalam negeri yang pada awal tahun 90an mencapai 120.000 ton, dewasa ini telah mencapai sekitar 180.000 ton. Oleh karena itu menurut pengamat perkopian, secara nasional perlu dijaga keseimbangan dalam pemenuhan kebutuhan kopi terhadap aspek pasar luar negeri (ekspor) dan dalam negeri (konsumsi kopi) dengan menjaga dan meningkatkan produksi kopi nasional. Berdasarkan data perkembangan agribisnis kopi diketahui bahwa masalah utama dari lambannya pengembangan industri hilir kopi di Indonesia berturut
Edisi 06/Oktober 2013 | AGRO SWAKARSA
turut mulai dari masalah terberat adalah (1) masalah dalam menembus jaringan pasar ekspor produk hilir kopi; (2) kurangnya keterdiaan sarana dan prasarana; (3) adanya hambatan dalam peraturan khususnya ketenagakerjaan, perpajakan dan perdagangan; (4) kurangnya motivasi dari pengusaha; (5) kekurangan modal; (6) teknologi pengolahan dan pengemasan yang belum dikuasai sepenuhnya; dan (7) kualitas SDM untuk pemasaran produk hilir yang belum memadai. Dalam konteks pengembangan industri, industri biji kopi dan kopi olahan Indonesia mempunyai potensi untuk dikembangkan karena nilai keterkaitan ke depan dan belakang langsung dan tidak langsung lebih besar dari satu. Peningkatan permintaan di industri biji kopi dan kopi olahan sebesar satu satuan akan meningkatkan output di semua industri, termasuk terhadap dirinya sendiri, yang relatif besar yaitu 1,5 kali lipat. Dengan memperhitungkan efek konsumsi masyarakat, yaitu jika terjadi peningkatan pengeluaran rumah tangga yang bekerja di industri kopi, maka kenaikan output tersebut dapat mencapai 3 kali lipat.Industri biji kopi dan kopi olahan juga mempunyai
kemampuan untuk meningkatkan pendapatan tenaga kerja di semua industri. Efek induksi pendapatan tenaga kerja di industri kopi dan kopi olahan terhadap industri lain sekitar 1,6 kali lipat. Keterbatasan dari industri biji kopi dan kopi olahan adalah daya penyebaran ke belakang lebih tinggi dibandingkan daya penyebaran ke depan, sehingga pertumbuhan industri ini lebih banyak tergantung pada pertumbuhan ekonomi nasional. Dalam rangka penumbuhan ekspor kopi Indonesia, maka pengembangan komposisi produk, distribusi pasar, dan daya saing harus diperhatikan. Strategi penetrasi dan pengembangan pasar ekspor merupakan pilihan strategi yang dapat dilakukan.Pada saat bersamaan, peningkatan efisiensi produksi dan pemasaran ekspor tetap perlu dilakukan.Potensi pengembangan yang dimiliki industri kopi biji dan kopi olahan Indonesia perlu diaktualisasikan dengan memperhitungkan peluang pengembangan pasar internasional. Berbagai produk kopi olahan yang telah dapat diproduksi di Indonesia perlu diekspor untuk memperbaiki kelemahan ekspor Indonesia pada komposisi produk. (Ditjen PPHP Kementan)
Selamat Hari Raya
Idul Adha 1434 H
7
Struktur Industri Kopi Industri kopi olahan kelas kecil (home Industri)
Industri yang tergolong dalam kelompok ini adalah industri yang bersifat rumah tangga dimana tenaga kerjanya adalah anggota keluarga dengan melibatkan satu atau beberapa karyawan. Produknya dipasarkan di warung atau pasar yang ada di sekitarnya dengan maupun tanpa merek. Industri yang tergolong pada kelompok ini pada umumnya tidak terdaftar di Dinas Perindustrian maupun di Dinas POM. Industri pada kelompok ini tersebar di seluruh daerah penghasil kopi.
Industri kopi olahan kelas menengah
Industri kopi yang tergolong pada kelompok ini merupakan industri pengolahan kopi yang menghasilkan kopi bubuk atau produk kopi olahan lainnya seperti minuman kopi yang produknya dipasarkan di wilayah kecamatan atau kabupaten tempat produk tersebut dihasilkan. Produknya dalam bentuk kemasan sederhana yang pada umumnya telah memperoleh Izin dari Dinas Perindustrian sebagai produk rumah tangga. Industri kopi olahan kelas menengah banyak dijumpai di sentra produksi kopi seperti di Lampung, Bengkulu, Sumatera Selatan, Sumatera Utara dan Jawa Timur.
Industri kopi olahan kelas Besar
Industri kopi kelompok ini merupakan industri pengolahan kopi yang menghasilkan kopi bubuk, kopi instant atau kopi mix dan kopi olahan lainnya yang produknya dipasarkan di berbagai daerah di dalam negeri atau diekspor. Produknya dalam bentuk kemasan yang pada umumnya telah memperoleh nomor merek dagang dan atau label lainnya.
ANEKA
Edisi 06/Oktober 2013 | AGRO SWAKARSA
9
Kopi Paling Mahal di Dunia
Varietas Seharga Emas
azhariajjuka.wordpress.com
Beberapa biji kopi ternyata sangat signifikan secara harga, bahkan jauh meninggalkan harga biji-biji kopi yang ada. Setidaknya ada 10 kopi termahal dunia dimana salah satunya berasal dari Indonesia.
K
opi merupakan minuman yang bisa dinikmati kala santai maupun pada acara-acara resmi. Bahkan banyak usaha minuman kopi berdiri. Mulai dari kedai biasa hingga kafe berkelas. Bahan baku biji kopipun beraneka ragam. Kondisi tanah, bibit menjadi penentu kenikmatan secangkir kopi. Tumbuhan ini pun banyak dipelihara negara-negara terutama yang beriklim tropis. Indonesia
termasuk negara yang menjadi produsen kopi dunia dan masuk dalam deretan lima besar produsen dunia. Beberapa biji kopi ternyata sangat signifikan secara harga, bahkan jauh meninggalkan harga biji-biji kopi yang ada. Setidaknya ada 10 kopi termahal dunia dimana salah satunya berasal dari Indonesia. Selain Indonesia masih ada negara lain yang menjadi penghasil kopi termahal di dunia.
Kopi Luwak Kopi Luwak, layak menempati posisi nomor satu dari 10 kopi termahal di dunia. Bukan hanya karena harga yang sangat mahal, tetapi proses produksinya yang tidak umum. Keunikannya terletak, selain berasal dari biji kopi tapi juga telah dikonsumsi hewan yang bernama luwak. Sebelum dapat diproduksi, biji kopi harus terlebih dahulu melewati sistem pencernaan luwak.
10
AGRO SWAKARSA | Edisi 06/Oktober 2013
Dari sana, produksi dapat dimulai. Harga kopi ini sangat mahal, mencapai US$ 160 per pon, dan menjadi yang paling ekstrim di seluruh dunia.Di Amerika Serikat, Anda akan menemukan sebuah kedai kopi yang menjual kopi luwak. Coba saja cicipi, dijamin Anda mungkin tidak akan menemukan jenis lain dari kopi mahal selain Kopi Luwak. Kopi Hacienda La Esmeralda Hacienda La Esmeralda merupakan kopi yang ditanam khusus di Boquete, Panama. Penikmat kopi di dunia menyukai kopi jenis ini karena rasanya yang unik.Kopi ini sebagian besar dibudidayakan di bawah pohon jambu tua. Jika Anda ingin dapat mencoba La Esmeralda kopi Hacienda, bersiaplah untuk membayar minimal US$ 104 per pon. Kopi Pulau St Helena Pulau St Helena terletak sekitar 1.200 kilometer dari pantai Afrika. Di wilayah ini Anda akan menemukan budidaya kopi St Helena. Popularitas kopi ini terangkat berkat Napoleon Bonaparte, yang mengenalkan dan menaburkan sendiri benih kopi ini di Pulau St Helena. Jika Anda mampu merogoh kocek US$ 79 per pon untuk secangkir kopi ini maka nikmatilah. Kopi El Injerto El Injerto adalah jenis kopi yang berasal dari Huehuetenango, wilayah Guatemala. Pada tahun 2006, kopi ini berhasil menyabet Piala Excellence of Grand Prize. Kopi El Injerto, meskipun hanya masuk daftar keempat sebagai kopi termahal di dunia, namun Anda tetap harus mengeluarkan uang harga yang besar untuk mencicipi rasanya, yakni sebesar US$ 50 per pon. Kopi Fazenda Santa Ines Untuk harga sekitar $ 50 per pon, kopi Fazenda Santa Ines masuk sebagai salah satu produk kopi termahal di seluruh dunia. Kopi ini diproduksi dari Brasil, khususnya daerah bernama Minas Geraiz, di mana tanaman ini tumbuh, dibesarkan, dan dibudidayakan. Pertanian yang memproduksi kopi Fazenda Santa Ines cukup mengesankan, karena kopi ini masih tumbuh dengan cara tradisional. Tidak ada proses otomatis apapun yang terlibat. Ketika diminta untuk menggambarkan bagaimana rasanya, orang secara otomatis akan mengatakan kopi ini terasa
seperti manisnya buah dan karamel. Kopi Blue Mountain Kopi The Blue Mountain, sesuai namanya tumbuh di pegunungan Blue Jamaika. Kopi ini dikenal karena tingkat kepahitan yang rendah dan ringan rasanya. Selama dekade terakhir, kopi mampu mengembangkan reputasinya sebagai salah satu komoditas yang paling dicari, meskipun sangat mahal di dunia. Lebih dari 80% kopi ini diekspor ke Jepang. Jika Anda mau mengeluarkan US$ 49 per pon, Anda bisa menikmati secangkir kopi Blue Mountain. Kopi Los Planes Los Planes adalah jenis kopi yang ditanam di Citala, El Salvador. Pada Piala Excellence of Grand Prize pada 2006, ia menerima posisi kedua, dengan tempat pertama dipegang kopi El Injerto. Harga US$ 40 per pon untuk kopi memang cukup mahal, tapi pasti ada sesuatu yang dapat mengubah persepsi Anda tentang kopi ini. Kopi Hawaii Kona Kopi The Hawaiin Kona adalah nama untuk kopi komersial yang dibudidayakan dan tumbuh di Mauna Loa dan lereng Hualalai itu. Wilayah ini terletak di Selatan dan Utara Kona Pulau Hawaii. Hanya kopi yang berasal dari kabupaten ini dapat disebut sebagai Kona. Kopi Hawaii Kona dikenal dengan rasanya yang nyaman, yang dapat Anda nikmati seharga US$ 34 per pon. Kopi Starbucks Rwanda Blue Bourbon Starbucks Rwanda Blue Bourbon pada dasarnya adalah jenis biji kopi yang dapat ditemukan di Gatare dan Karengara, Rwanda. Starbucks memperkenalkan kopi ini ke negara lain ketika perusahaan mengunjungi stasiun pencucian kopi Rwanda pada tahun 2004. Saat ini, Blue Bourbon menjadi tanaman kopi utama petani di Rwanda. Harga kopi ini mencapai US$ 24 per pon. Kopi Yauco Selecto Dibudidayakan di Puerto Rico Yauco Area, kopi Yauco Selecto AA adalah kopi yang dijual seharga US$ 24 per pon. Rasa ringan dan kelezatan kopi ini bisa dinikmati pecinta kopi dari seluruh dunia, terutama mereka yang memiliki uang bisa ketagihan. Popularitas kopi ini telah membengkak warga di Puerto Rico.
(Puslitbangbun Kementan)
20
AGRO SWAKARSA | Edisi 04/Agustus 2013
ADVETORIAL
Pupuk Organik Cair MASAGRI®
www.masagri.com
S
eiring pertambahan populasi penduduk, kebutuhan akan pangan dan hasil pertanian lainnya meningkat. Guna memenuhinya, dilakukan upaya untuk dapat meningkatkan produktivitas, salah satunya penggunaan pupuk. Namun berdasarkan hasil penelitian, penggunaan pupuk kimia menimbulkan dampak negatif terhadap merosotnya daya dukung lingkungan yaitu meningkatkan kandungan kimia sintetis di perairan dan lapisan tanah (top soil). Tingginya kandungan kimia tersimpan/terakumulasi dalam tanah bersifat toksik terhadap perakaran tanaman, sehingga kesuburan tanah akan terus menurun dan produktivitas menjadi makin rendah. Seringkali penurunan produktivitas karena kesuburan tersebut dijawab dengan penambahan dosis penggunaan pupuk kimia sehingga makin memperparah kondisi lahan. Pada akhirnya mengarah pada proses penggurunan, dimana lahan pertanian memiliki kesuburan sangat rendah. Pemerintah sudah berupaya membantu petani dengan memberikan subsidi pupuk. Namun pertambahan kebutuhan pupuk akan memperbesar subsidi yang pada akhirnya berdampak pada keuangan negara dan program pembangunan yang lain. Karenanya itu, dilakukan pembatasan subsidi pupuk kimia. Dengan keterbatasan subsidi, maka kebutuhan kebutuhan pupuk kimia mau tidak mau harus dipenuhi dengan menggunakan pupuk non subsidi yang harganya lebih mahal sehingga menambah beban produksi petani yang pada akhirnya mengurangi pendapatan petani dari hasil pertanian yang dikelolanya. Faktor biaya ini masih diperparah dengan dengan kelangkaan pupuk kimia, baik karena keterbatasan produksi maupun tata niaga. Hal
Pupuk terdaftar pada Kementerian Pertanian Republik Indonesia
No. L905/ORGANIK/DEPTAN-PPVTPP/VI/2011
ini dapat dilihat dari pemberitaan mengenai kelangkaan pupuk yang melanda hampir seluruh wilayah Indonesia. Untuk mengantisipasi hal tersebut, pemerintah menggalakkan penggunaan pupuk organik, baik dalam bentuk padat maupun dalam bentuk cair. Penggunaan pupuk organik dalam jangka panjang juga akan lebih melestarikan lingkungan karena pupuk organik merupakan pupuk ramah lingkungan dan mengurangi dampak negatif terhadap kesehatan dengan berkurangnya kandungan residu bahan kimia sintetis pada hasil pertanian yang dikonsumsi oleh manusia. MENGAPA MENGGUNAKAN PUPUK ORGANIK CAIR MASAGRI®? Pupuk Organik Cair MASAGRI® merupakan produk pupuk yang tidak hanya mengandung unsur hara esensial, namun juga berbagai mikroorganisme bermanfaat yang mampu meningkatkan dan menjaga kesuburan tanah, menekan pertumbuhan bakteri penyakit, sehingga akar, daun, batang dan bunga akan tumbuh dan berkembang secara baik dan optimal. Pada Pupuk Organik Cair MASAGRI® juga terdapat senyawa-senyawa organik yang bermanfaat bagi tanaman, seperti asam humik, asam fulvat, dan senyawa organik lainnya. Nutrisi yang terkandung sebagian besar terdiri atas gugus gula sederhana dan protein dengan reaksi lanjutan berupa asam amino, asam organik, vitamin, hormon pertumbuhan (auxin giberilin) unsur makro-mikro. Unsur tersebut sangat dibutuhkan untuk mendorong pertumbuhan dan kesehatan tanaman yang optimal dan berkelanjutan, hingga dapat meningkatkan hasil panen. Pemakaian Pupuk Organik Cair MASAGRI® dapat membantu memperbaiki struktur tanah yang rusak akibat pemakaian pupuk kimia yang masif selama bertahun-tahun dan
Demplot D p M
Ujicoba pada tanaman singkong (ubi kayu) di daerah Way Pengubuan dan Kota Gajah (Lampung Tengah). Pertumbuhan vegetatif jauh lebih cepat dengan mengurangi penggunaan pupuk kimia (penghematan pupuk) sampai 50%.
Ujicoba pada tanaman padi sawah di daerah Jasinga (Bogor), Palas (Lampung Selatan) dan Kota Gajah (Lampung Tengah). Pertumbuhan lebih cepat dan hasil bisa dipertahankan dengan mengurangi penggunaan pupuk kimia (penghematan pupuk) sampai 50%.
U Uj jic icob oba ba pa pad da ttan da anam aman an ssingkong ingkon in kong g di di d dae era rah h Kot K ota ta G Ujicoba pada tanaman daerah Kota buhan tanaman yang berbeda jauh dengan perlak Ujicoba dilakukan pada hamparan lahan singkong g di lahan seluas 2 hektar. Gambar di atas adalah ko o menggunakan Pupuk Organik Cair MASAGRI® dan n biasa. Tanaman lebih subur dan sehat.
Edisi 04/Agustus 2013 | AGRO SWAKARSA
Perbedaan Pupuk Organik Cair MASAGRI® dengan Pupuk Kimia Perbedaan mendasar antara Pupuk Organik Cair MASAGRI® dan pupuk kimia adalah pada perlakuan terhadap tanah. Pupuk kimia memasok nutrisi langsung ke tanaman dengan memberikan unsur yang dibutuhkan tanaman baik unsur makro maupun mikro. Dengan pasokan langsung, maka tanaman mendapatkan unsur yang dibutuhkan tanpa melalui proses biologis dan kimia dalam tanah. Hal ini menyebabkan
menggemburkan tanah kembali. Selain itu berbagai mikroba yang terdapat dalam pupuk ini akan mampu melarutkan dan mengikat zatzat yang dibutuhkan tanah. Pupuk Organik Cair MASAGRI® sudah melewati berbagai uji mutu yang dilakukan oleh Balai Penelitian Tanah Kementerian Pertanian RI baik kandungan unsur hara maupun keamanan dari mikroba patogen yang merugikan seperti E Coli dan Salmonella. Juga telah lulus uji terap (efektivitas) yang dilakukan oleh Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Pupuk Organik Cair MASAGRI® terdaftar dan resmi memiliki ijin peredaran yang dikeluarkan oleh Kementerian Pertanian RI sehingga merupakan pupuk resmi yang legal untuk diedarkan di seluruh wilayah Republik Indonesia.
tanah hanya menjadi tempat ‘meletakkan’ akar tanaman dan tidak memiliki fungsi lain. Masalah yang akan timbul kemudian adalah pupuk kimia yang diberikan tidak semua akan diserap oleh tanaman, karena sebagian (>70%) akan terikat (terakumulasi) ke dalam liat tanah, sehingga tanah menjadi liat/keras serta dalam jangka panjang akan bersifat toksik memacu berkembangnya penyakit dalam tanah dan sebagian lainnya pupuk kimia akan hilang karena terbawa aliran air atau menguap. Pupuk Organik Cair MASAGRI® adalah pupuk organik dan bio fertilizer yang memberikan pasokan nutrisi kepada tanaman dan juga kepada tanah. Dengan kandungan unsur makro maupun mikro pada Pupuk Organik Cair
MASAGRI®, tanaman dapat menerima pasokan unsur yang dibutuhkan, sementara kandungan mikroorganisme (mikroba) pada Pupuk Organik Cair MASAGRI® berguna sebagai nutrisi tanah guna meningkatkan kesu-buran tanah. Kebutuhan akan pangan menyebabkan penggunaan pupuk kimia menjadi sa-ngat dominan untuk mengejar kuantitas produksi (produktivitas). Namun tanpa disadari tidak adanya perlakuan yang cukup bagi tanah akan menyebabkan tanah menjadi jenuh dan semakin tidak subur. Penggunanaan kombinasi pupuk kimia dan Pupuk Organik Cair MASAGRI® dapat menjadi solusi meningkatkan produktivitas tanpa mengorbankan kesuburan/kesehatan tanah.
fermentasi. Perbedaannya pada bahan baku dan mikroba yang digunakan. Pupuk Organik Cair MASAGRI® menggunakan bahan baku alami non limbah guna meminimalisir potensi kontaminasi mikroba patogen/merugikan seperti E Coli dan Salmonella dari proses awal produksi. Hal ini untuk meminimalisir adanya kemungkinan penyebaran mikroba patogen seiring dengan penyebaran/distribusi produk Pupuk Organik Cair MASAGRI®. Selain itu, Pupuk Organik Cair MASAGRI® menggunakan mikroba alami asli Indonesia. Hal ini ditujukan untuk mempermudah penyesuaian mikroba tersebut dengan kondisi tanah dan iklim Indonesia sehingga efektivitas pupuk akan lebih baik. Dari sisi ekologi (keanekaragaman hayati), penggunaan mikroba alami asli Indonesia akan melestarikan mikroba bermanfaat yang memiliki tempat hidup di Indonesia.
• Tanaman Pangan: Padi, Jagung, Singkong, Kedelai, Kacang-kacangan dll. • Tanaman Perkebunan: Sawit, Tebu, Cokelat, Cengkeh, Kelapa, Karet, Vanili dll. • Tanaman Hortikultura: Sayuran, Buahbuahan, Biofarmaka • Tanaman Hias dan Taman: Anthurium, Adenium, Aglaonema, Sansevieria, Rumput taman dll. • Tanaman Kehutanan: Sengon, Pinus, Jati, Akasia, Angsana, Mahoni, Meranti dll.
PUPUK ORGANIK CAIR MEREK LAIN APLIKASI TANAMAN Secara umum Pupuk Organik Cair MASAGRI® memiliki persamaan dengan pupuk organik cair merek lain yang memproduksi dengan pola
21
Pupuk Organik Cair MASAGRI® dapat diaplikasikan pada berbagai jenis tanaman:
PEMESANAN
Telp/Faks: 021-87716493 HP/SMS: 0812-7953816 Email: mas@masagri.com
M MASAGRI®
ajjah h ((Lampung Lampun Lamp ung g Teng TTengah) engah h) me menu nunjjukk kkan p ert rtum tum-Gajah G menunjukkan pertumkuan bisa tanpa Pupuk Organik Cair MASAGRI®. g dengan aplikasi Pupuk Organik Cair MASAGRI® o ondisi tanaman pada umur 3 bulan. Di sebelah kiri n di sisi kanan menggunakan pupuk kimia seperti
Ujicoba pada tanaman sawi (caisim) di daerah Tenjolaya (Bogor), Cipanas dan Pacet (Cianjur). Pertumbuhan dan produktivitas (jumlah daun dan berat) tanaman lebih tinggi dengan mengurangi penggunaan pupuk kimia (penghematan pupuk) sampai 50%.
Ujicoba pada tanaman jagung di daerah Tenjolaya (Bogor). Pertumbuhan lebih cepat, tanaman lebih sehat dan hasil bisa dipertahankan dengan mengurangi penggunaan pupuk kimia (penghematan pupuk) sampai 50%.
14
AGRO SWAKARSA | Edisi 06/Oktober 2013
Monopoli Baru Bernama Sertifikasi? Yang jadi persoalan adalah sertifikat tersebut dipegang oleh eksportir, bukan oleh petani di mana kopinya yang disertifikatkan. Karena itu petani terpaksa menjual kopinya kepada eksportir yang memegang sertifikat tersebut.
S
ertifikat kopi yang mulai menjadi persyaratan ekspor jangan menjadi bentuk monopoli baru yang merugikan petani kopi. Karena itu sertifikat tersebut harus dimiliki petani, bukan eksportir sehingga petani bebas menjual produknya.
Demikian dikatakan Ketua Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI) Daerah Lampung, Sumita seusai rapat kordinasi Tim Pembina Perkopian Provinsi Lampung di Gedung AEKI Telukbetung, beberapa waktu lalu. Menurut Sumita, kini sejumlah roaster di luar negeri mulai memberlakukan
REGULASI
persyaratan adanya sertifikat atas kopi yang mau dijual ke mereka. Untuk memenuhi persyaratan tersebut, para eksportir mengurus sertifikat kopi yang akan diekspor. Yang jadi persoalan adalah sertifikat tersebut dipegang oleh eksportir, bukan oleh petani di mana kopinya yang disertifikatkan. Karena itu petani terpaksa menjual kopinya kepada eksportir yang memegang sertifikat tersebut. Padahal harusnya sertifikat tersebut dimiliki oleh petani dan mereka bebas menjual produknya. Bukan malah terpaksa menjual ke satu eksportir yang memegang sertifikat kopi mereka. â&#x20AC;&#x153;Kalau demikian maka sertifikat bakal menjadi bentuk monopoli baru yang jelasjelas sangat merugikan petani karena eksportir bisa menekan harga pembelian kopi dari petani,â&#x20AC;? jelas Sumita di dampingi dua Wakil Ketua AEKI Lampung, masingmasing Desmond Tahir dan Djoni. Selain itu, pihaknya berharap kerjasama dari para eksportir dalam proses sertifikasi tersebut. â&#x20AC;&#x153;Sertifikat kopi, idealnya harus sinkron dengan pembinaan terhadap petani,â&#x20AC;? tuturnya. Sumita menjelaskan, dalam proses
Edisi 06/Oktober 2013 | AGRO SWAKARSA
sertifikasi tersebut, nantinya akan melibatkan Tim Perkopian Lampung yang sudah terbentuk dengan mengacu kepada SK Gubernur. Tim Perkopian ini diketuai Asisten II Sekprov Lampung. Sementara AEKI akan bertindak sebagai lembaga pengawas. “Jadi aktivitas permintaan kopi dari pembeli harus mengacu rekomendasi dari Tim Perkopian. Kami akan konsisten melakukan pengawasan, sehingga prosesnya (sertifikasi) tidak semenamena,” jelasnya. Sumita mencontohkan, penyimpangan terkait akurasi dan sinkronisasi sertifikasi masih kerap terjadi. Seperti penjualan kopi yang semestinya berada pada kualitas grade 1, namun dijual dengan grade 5. Praktek semacam ini, kata Sumita, bakal menjadi penghambat perkembangan penjualan kopi Lampung. Kopi Impor Selain itu, Tim Pembina Perkopian Lampung, ungkap Sumita, akan mengawasi mutu kopi yang diekspor maupun yang diimpor. Pasalnya, sering terjadi biji kopi yang sudah memiliki sertifikat SNI (Standar Nasional Indonesia)
masih ditolak oleh pembeli di luar negeri. “Kami berharap ketika kopi sudah memiliki SNI maka tidak lagi ditolak yang kita curigai sebagai upaya pembeli untuk menjatuhkan harga,” ungkapnya. Lalu terhadap biji kopi yang diimpor untuk diolah di dalam negeri, menurut Sumita, perlu juga diawasi. Apakah kopi tersebut layak konsumsi. Artinya tidak mengandung residu kimia di atas ambang batas dan kandungan yang dilarang. Direktur CV Putra Nusantara ini mengakui, seiring naiknya harga kopi belakangan ini pabrikan pengolahan kopi lokal mengimpor biji kopi mutu rendah untuk diolah menjadi kopi siap saji. “Biji kopi mutu rendah ini yang perlu kita awasi. Jangan sampai rakyat kita mengkonsumsi kopi yang tidak layak atau negara kita jadi pembuangan kopi yang tidak laku dari negara produsen lain,” tambah Sumita. Sementara itu, berdasar data dari AEKI Lampung, realisasi ekspor kopi Lampung pada September 2013 tercatat mencapai 103,509 juta dolar AS. Angka ini meningkat signifikan dibandingkan Agustus 2013 yang hanya sebesar 67,241 juta dolar AS. (Pemprov Lampung)
Sertifikasi Kopi Dikuasai Asing Indonesia bisa belajar dari Vietnam dimana kopinya disertifikasi oleh lembaga sertifikasi lokal.
S
ertifikasi kopi di Indonesia sampai saat ini lembaga pelaksananya masih didominasi asing. Indonesia bisa belajar dari Vietnam dimana kopinya disertifikasi oleh lembaga sertifikasi lokal. Di sana juga pihak asing tidak dilarang tetapi sistem yang dibuat membuat pihak asing tidak mampu bersaing. . Di Vietnam lembaga sertfikasinya adalah Coffee Control yang dibentuk oleh pemerintah dan menggunakan aset pemerintah tetapi sudah mampu membiayai diri sendiri. Sistemnya tetap sistem yang diterapkan asing seperti sertifikat UTZ, Control Union, Organik USDA, Rain Forest Alliance dan lain-lain. Coffee Control sangat dipercaya oleh petani Vietnam sehingga pihak internasional juga percaya. Pihak asing tidak bisa bersaing karena biayanya yang lebih murah.
Sedang di Indonesia sertifikasi 90% yang menjalankan adalah pihak asing asing seperti. Control Union, BSA dan Swiss Contack. Meskipun pelaksananya tetap orang Indonesia tetapi biayanya tinggi . Ada 7 lembaga lokal yang siap melaksanakan sertifikasi kopi. Masalahnya adalah kebiasaan stake holder yang merasa lebih hebat kalau dipegang orang asing. Mereka juga mengharapkan dengan penggunaan lembaga asing ada harapan kemudahan ke Eropa padahal pembeli di sana juga terbebani dengan biaya tingg. Banyak orang asing sebenarnya tidak paham komoditi kopi dan pada tahap awal mereka ke Puslitkoka ikut pelatihan. Setelah menguasai baru mereka bekerja sebagai lembaga sertifikasi. Harusnya Vietnam bisa jadi contoh kemandirian.
15
Perlukah Sertifikasi? Eksportir kopi meminta pemerintah berupaya untuk melakukan sertifikasi kopi Arabika di Sumatra Utara dan Aceh. Sertifikasi ini dipandang perlu untuk menjawab isu lingkungan, promosi sistem pertanian berkelanjutan, meningkatkan kesadaran kesehatan dan keamanan pangan. “Kopi bersertifikasi itu unggul dan lebih mudah menjualnya karena sudah terpetakan dalam standar internasional,” kata Ketua Kompartemen Produksi & Mutu Badan Pengurus Pusat (BPP) Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI), Sadarsah, Selasa (2/4). Dengan mengantongi sertifikat, eksportir menilai nilai jual kopi bisa lebih tinggi. Konsumen pun mudah mengetahui proses pembuatan kopi idamannya, mulai dari di tingkat petani hingga sampai di cangkir miliknya. Selain itu, ada jaminan pembayaran dari pembeli dengan tepat waktu. Ketua Kompartmen Industri dan Kopi Spesialiti, Pranoto Soenarto menyayangkan ketiadaan sertifikasi oleh pemerintah Indonesia. Selama ini sertfikasi didapatkan dengan melibatkan organisasi mancanegara. “Sebagai negara besar, kenapa kita tidak bisa melakukannya sendiri?,” ujar Pranoto. Lisensi yang diberikan negara lain dikatakan tidak jelas ukurannya. Pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan) diminta melanjutkan rencana sertifikasi ini. Apalagi pada tahun 2015, kopi yang masuk pasar Eropa disyaratkan telah bersertifikasi. Kementan mengakui penerapan sertifikasi tidak mudah karena berbasis usaha rakyat. Apalagi tidak seratus persen petani telah melakukan Good Agriculture Practice. Diperlukan pendampingan dan peran aktif para stake holder untuk mewujudkan rencana ini. ROL-020413
Sugar Group Companies
Mengucapkan Dirgahayu 68 Tahun
TENTARA NASIONAL INDONESIA
Semoga Semakin Tangguh dan Solid dalam mempertahankan Keutuhan dan Kedaulatan
Negara Kesatuan Republik Indonesia
LAMPUNG
Edisi 06/Oktober 2013 | AGRO SWAKARSA
17
Residu Pestisida
Sandungan Kopi Lampung Tahun lalu, Badan Karantina Jepang menahan dua peti kemas berisi 36 ton kopi arabika Mandhailing karena mengandung unsur pestisida cypermenthrin yang melebihi ambang batas.
B
elum lama ini, kopi Lampung terganjal masalah sertifikasi Batas Maksimum Residu (BMR) ekspor ke Jepang. Residu jenis pestisida carbaryl yang dikandung melebihi batas yang ditetapkan pemerintah Jepang, yakni 0,01 ppm (part-per million). Ketua Umum Badan Pengurus Pusat (BPP) Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi (AEKI) Irfan Anwar yang dihubungi untuk meminta konfirmasi, mengungkapkan jika masalah ini telah selesai. Menurut pria yang menjabat di AEKI sejak 2012 silam, ini mengatakan, jika permasalahan residu carbaryl memang kerap menjadi permasalahan. â&#x20AC;&#x153;Masalah carbaryl itu sudah selesai. Ini kerap terjadi, tapi sudah selesai,â&#x20AC;? ungkapnya Senin (03/06). Sayangnya, Irfan yang juga CEO Cofindo Indonesia, enggan memberikan keterangan lebih lanjut mengenai hal ini. Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja dan Kesejahteraan Jepang (Kosei Rodo Sho/MWLH) sejak Juli 2006, menetapkan agar konsentrasi larutan 200 jenis bahan kimia yang terkandung dalam kopi tidak boleh melebihi batas maksimal yaitu 0,01 ppm. Ketentuan ini cukup ketat dibandingkan dengan kebijakan pemerintah Amerika dan Eropa, yang menetapkan angka 0,1 ppm. Hal ini berdampak beberapa kali kopi Indonesia, tidak lolos masuk ke pasar Jepang. Tahun lalu, Badan Karantina
Jepang menahan dua peti kemas berisi 36 ton kopi arabika Mandhailing karena mengandung unsur pestisida cypermenthrin yang melebihi ambang batas. Kemudian, diikuti ditolaknya 10 peti kemas berisi 200 ton yang mengandung isocarab dan carbaryl. Selain BMR o,o1 ppm, Jepang juga menerapkan aturan lain yakni Plant Protection Act (PPA), proses
karantina kopi mentah untuk mengetes kontaminasi hama ataupun tanaman berbahaya yang dikandungnya. Meskipun kerap tersendat BMR, dari data Indonesia Trade Center Promotion (ITCP) Osaka, selama tahun 2007-2001, ekspor kopi ke Jepang mengalami peningkatan, bahkan menjadi negara pemasok kopi keempat ke Jepang setelah Brazil, Colombia dan Guatemala.
18
KOMPARASI
AGRO SWAKARSA | Edisi 06/Oktober 2013
Dukungan yang Tak Kunjung Datang Dukungan pemerintah disini adalah sarana edukasi bagi para penghasil kopi untuk meningkatkan produktivitas petani yang kurang tinggi, memaksimalkan intensifikasi perkebunan kopi, lalu juga kebijakan dalam mengontrol harga yang sampai saat ini masih dikontrol oleh negara konsumen. rendah, kombinasi rasa manis pedas, pahit dan aroma coklat panggang sehingga seringkali dipilih sebagai campuran untuk membuat espresso. Yang kedua adalah Vietnam. Beberapa varietas utamanya adalah Robusta, Arabica, Excelsa dan Catimor. Dan urutan ketiga adalah Indonesia. Varietas unggulannya adalah Arabica dan tidak
ketinggalan, kopi luwaknya. Brazil Sebuah regulasi. CafĂŠ com leite politics atau â&#x20AC;&#x2DC;Politik Kopi dan Gulaâ&#x20AC;&#x2122; yang identik dengan Brazil adalah sistem yang memfokuskan Sao Paulo sebagai daerah utama perkebunan kopi dan Minas Gerais sebagai daerah penghasil gula, dan
chucksforchancho.com
J
ika bicara masalah pertanian. Lagi-lagi kita akan bertemu dengan negara bernama Brazil. Untuk urusan kopi, negara ini merupakan penghasil kopi terbesar dunia yang menyuplai lebih dari seperempat total produksi kopi dunia. Dengan kopi unggulannya: Bourbon Santos, yang mempunyai keasaman yang relatif
Edisi 06/Oktober 2013 | AGRO SWAKARSA
kedua wilayah tersebut masih berfungsi demikian hingga hari ini. Sistem Pemasaran dan Promosi yang kuat. Di Brazil terdapat event yang disebut The Cup of Excellence Program. Yaitu kompetisi antar petani kopi yang saling melombakan hasil kopinya menjadi sebuah minuman yang lalu diberikan kepada juri. Kopi pemenang kemudian akan dilelang dengan harga tinggi secara online sehingga keuntungan bagi si petani, produk kopinya bisa dikenal secara luas dan mendunia. Vietnam Bibit kopi pertama yang ditanam di Vietnam dibawa oleh Prancis dan mengalami pertumbuhan yang cukup lambat. Hal ini disebabkan sulitnya mencari lokasi tanah yang baik. Menurut ahli, kopi itu harus tumbuh dengan kelembaban udara yang baik, dimana kadar airnya tidak boleh terlalu banyak.
Vietnam pernah berguru tentang kopi ke Indonesia, sebelum akhirnya menemukan cara dalam memanfaatkan Sungai Mekong untuk diubah menjadi perkebunan kopi. Bibit kopipun bahkan dibeli dari Indonesia, yang memiliki rasa dan aroma berbeda untuk setiap jenisnya dan kemudian diperlakukan Vietnam dengan baik. Pemerintah Vietnam bekerja sama dengan petani dan produsen dalam meningkatkan produksi kopi di negaranya. Hal itu terbukti dengan memberikan edukasi yang cukup bagi setiap tenaga kerjanya demi menghasilkan biji kopi berkualitas. Kurangnya Dukungan Melihat kesuksesan dua negara di atas, sepertinya Indonesia masih harus banyak belajar dan bebenah diri. Kekecewaan para petani adalah kurangnya dukungan pemerintah
19
terhadap produksi kopi di Indonesia. Padahal, Ketua AEKI (Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia), Irfan Anwar mengatakan bahwa kualitas kopi Indonesia lebih enak dan memiliki banyak varietas yang berkarakter masing-masing jenisnya. Kopi Arabika di Indonesia bisa mempunyai 8-9 jenis dan harganya termasuk mahal jika dibandingkan kopi Arabika hasil dari negara lain. Dukungan pemerintah disini adalah sarana edukasi bagi para penghasil kopi untuk meningkatkan produktivitas petani yang kurang tinggi, memaksimalkan intensifikasi perkebunan kopi, lalu juga kebijakan dalam mengontrol harga yang sampai saat ini masih dikontrol oleh negara konsumen. Kebijakan ekspor-impor yang cukup mempengaruhi pangsa pasar kopi lokal bagi pembeli dalam negeri dan juga bantuan modal untuk para pengusaha kopi.
Bicara soal kopi, Indonesia masih kalah jauh dari Vietnam, pada kualitas dan kuantitas produksinya. Ternyata, dulunya Vietnam mengenal kopi dari Indonesia. “Sekitar tahun 1980, Vietnam datang ke Indonesia untuk mengenal tanaman kopi seperti apa. Berbekal rasa keinginantahuan masyarakat Vietnam, perlahan kopi di Vietnam tumbuh pesat,” kata Ir. Teguh Wahyudi, Indonesian Coffee and Cocoa Research Institute, kepada Okezone usai acara “Di Balik Secangkir Kopi Nescafe” di Tanggamus, Lampung, baru-baru ini. Menurutnya, dengan pengetahuan seadanya, masyarakat Vietnam mulai mengembangkan budidaya tanaman kopi di negaranya meski sulit mencari lokasi tanah yang baik.
haisontra.wordpress.com
Vietnam: Sang Murid yang Lebih Cepat Belajar
“Kopi itu harus tumbuh dengan kelembapan udara yang baik, dimana kadar airnya tidak boleh terlalu banyak karena justru akan merusaknya. Karena tidak memiliki kondisi tanah yang baik, Vietnam mulai memanfaatkan Sungai Mekong untuk diubah menjadi perkebunan kopi,” tambahnya. Bibit kopinya sendiri dibeli dari Indonesia, yang memiliki rasa dan aroma berbeda untuk setiap jenisnya. Bibit kopi ini diperlakukan Vietnam
dengan baik, mengingat bibit kopi yang sudah tua tidak bisa dipakai lagi demi menghasilkan biji kopi yang maksimal. Ditambah, Vietnam memperbanyak tenaga kerja untuk diberi edukasi mengenai kopi. “Dukungan Pemerintah Vietnam sangat memadai, berbeda dengan Indonesia yang belum disokong penuh oleh pemerintah. Peran pemerintah sangat penting demi memajukan kopi di Indonesia,” tutupnya. (OKZ 270613)
20
DINAMIKA
AGRO SWAKARSA | Edisi 06/Oktober 2013
Menuju Produsen Terbesar ASEAN,
Kopi Minim Perhatian Pemerintah saat ini lebih perhatian terhadap produsen kelapa sawit dan karet dibandingkan dengan komoditas kopi.
I
ndonesia bisa menjadi produsen kopi terbesar di Asia Tenggara mengingat masih luasnya lahan perkebunan kopi yang tersedia dan bisa digunakan, kata Menteri Perdagangan Gita Wirjawan. “Pemerintah akan terus mendorong untuk meningkatkan produksi kopi yang ada di Indonesia supaya bisa menjadi nomor satu di Asia Tenggara,” katanya saat berdialog dengan pengusaha kopi di Sidoarjo, Selasa. Sekarang, Indonesia menghasilkan
sekitar 600 ribu ton kopi setiap tahunnya dan menurut Mendag harus terus ditingkatkan supaya menjadi produsen nomor satu di kawasan Asia Tenggara. “Untuk menjadi nomor satu itu harus ada peningkatan dari hulu sampai dengan hilir. Selain itu, semangat untuk mencapai target tersebut harus terus ditingkatkan,” katanya. Ia mengatakan, salah satu faktor untuk peningkatan produksi tersebut adalah dengan cara memanfaatkan
secara maksimal lahan yang ada di Indonesia. “Selain pemanfaatan lahan yang ada, faktor lain yang bisa dilakukan yaitu dengan mempersiapkan teknologi yang ada saat ini,” katanya. Namun semuanya itu, lanjut dia, perlu adanya disiplin yang ketat dari para pemangku kepentingan karena dengan disiplin semua tujuan bisa dicapai. Minim Perhatian Sementara Ketua Gabungan Eksportir Kopi Indonesia (Gaeki) Hutama Sugandhi mengatakan, dari sepuluh varietas kopi terbaik di dunia, lima di antaranya berada di Indonesia. “Kopi yang masuk dalam kualitas terbaik tersebut di antaranya Java Coffee dan juga Kopi Toraja yang saat ini sudah mendunia,” katanya. Saat ini produktivitas kopi di Indonesia masih rendah hanya sekitar 700 kg sampai 800 kg per hektar dengan lahan tanam seluruhnya seluas 1,1 juta hektar.“Indonesia masih kalah dibandingkan dengan Vietnam yang memiliki lahan tanam sekitar 550 ribu hektar, (tapi) mampu menghasilkan kopi sebanyak 3 ton dalam setiap hektarnya,” katanya. Ia mengatakan, minimnya produktivitas kopi tersebut salah satunya masalah permodalan dan juga kurangnya perhatian dari pemerintah. “Pemerintah saat ini lebih perhatian terhadap produsen kelapa sawit dan karet dibandingkan dengan komoditas kopi,” katanya. (Ant)
HISTORIA
Edisi 06/Oktober 2013 | AGRO SWAKARSA
21
Foto: istimewa
Yang Berawal Dari Dipaksa
T
anaman kopi berasal dari hutan dataran tinggi Ethiopia. Tanaman pertama ditemukan tumbuh liar di daerah Kaffa, asal mula nama kopi berasal. Kata ‘coffee’ resmi menjadi bahasa Inggris pada 1598 yang berasal dari bahasa Belanda, ‘koffie’. Sementara istilah ‘koffie’ sendiri diadaptasi dari bahasa Turki ‘kahve’ yang juga berasal dari bahasa Arab ‘qahwa’. Biji kopi pertama kali diekspor dari Ethiopia ke Yaman. Pedagang Yaman membawa kopi kembali ke tanah air mereka dan mulai menanamnya. Kopi kemudian menyebar ke Balkan, Italia, seluruh Eropa, Indonesia, dan Amerika. Di Indonesia, kopi mempunyai sejarah yang cukup panjang dan sedikit dramatis. Dimulai dari pengiriman bibit kopi arabica oleh Gubernur Belanda di Malabar (pantai barat India) kepada Gubernur Belanda di Batavia sekitar tahun 1696. Pengiriman bibit kopi ini dilatarbelakangi oleh sistem yang tengah dibuat Belanda untuk memaksimalkan produksi hasil pertanian yaitu sistem Cultuurstelsel atau tanam paksa. Sayangnya, biji kopi yang dikirimkan tersebut hilang karena banjir di Batavia.
Lalu dilakukan pengiriman kedua tahun 1699. Biji kopi lalu ditanam di sekitar Batavia, Bogor dan sekitar Jawa Barat. Sistem tanam paksa ini ternyata sukses dalam menggenjot produksi kopi dan menguntungkan VOC. Ekspor kopi ke negara-negara Eropa mencapai 60 ton/ tahun. Keuntungan besar yang dinikmati VOC tidak dinikmati oleh petani Indonesia. Tanaman mereka dihargai murah, bahkan terkadang tidak dibayar. Hal ini dikarenakan uang penjualan tanaman mentah oleh petani Indonesia tersebut dianggap pembayaran pajak ke pemerintah Belanda. Merasakan nikmatnya keuntungan kopi dan masih besarnya potensi untuk itu, maka VOC melebarkan area penanaman ke daerah-daerah di Sumatera, Bali, Sulawesi dan Timor. Di Sumatera kopi ditanam di dataran tinggi Sumatera Utara dekat Danau Toba tahun 1888, Di Aceh ditanam di dataran tinggi Gayo (Aceh Tengah) tahun 1924. Sistem Cultuurstelsel sendiri dilakukan hingga tahun 1870. Namun demikian masih diterapkan di luar Jawa hingga tahun 1915. Di akhir abad ke-18, harga kopi
merosot dari 3 gulden/kg menjadi 0,6 gulden/kg. Penurunan ini dikarenakan hama karat daun yang menyerang kulitvar typica (bibit kopi arabica yang dibawa Belanda pertama kali) di hampir seluruh Indonesia (masih dapat ditemui kultivar typica di daerah Bergandal dan Sidikalang di Sumatera Utara). Setelah serangan hama tersebut, Kopi robusta dikenalkan untuk menggantikan kopi arabica. Kopi robusta yang tahan hama ini ditanam pertama di sekitaran Jawa Timur di tahun 1900. Penurunan harga ini membuat kopi lebih dikenal. Karena dulu kopi hanya dinikmati yang memiliki uang banyak karena harganya yang mahal, kemudian menyebar ke orangorang biasa setelah penurunan harga. Tahun 1920 petani di seluruh Indonesia mulai menanam kopi sebagai hasil bumi yang diperdagangkan. Setelah kemerdekaan Indonesia, perkebunan-perkebunan di Jawa dinasionalisasi dan diperbaharui oleh variasi-variasi baru dari kopi arabica pada tahun 1950. Saat ini, lebih dari 90% kopi arabica yang dihasilkan di Indonesia berasal dari Sumatera Utara. Di luar daerah itu kebanyakan menghasilkan kopi robusta.
22
EPILOG
AGRO SWAKARSA | Edisi 06/Oktober 2013
Industri hulu dan hilir:
Cermin Antagonis Kopi K Anom Wibisono
Sudah seharusnya para petani kita mendapatkan peningkatan taraf hidup di tengah kemajuan bisnis industri hilir kopi di Indonesia ini. Kalau masih susah dengan kopi, jangan salahkan jika petani kopi mengalihkan kopi menjadi komoditas lain yang dianggap lebih menguntungkan.
ehadiran banyak gerai kopi memang menarik jika diperhatikan lebih seksama. Nampaknya ketergantungan kaum urban sangat tinggi terhadap kopi. Entah karena memang penikmat kopi atau hanya karena gaya hidup yang mengikuti tren minum kopi di banyak tempat. Yang pasti, banyak yang rela antri dan menyisihkan sebagian penghasilan untuk membeli kopi di gerai-gerai tersebut meskipun secara harga cukup mahal untuk ukuran segelas kopi. Secara ekonomi keuntungan yang diterima oleh pemilik gerai-gerai kopi yang selalu dipadati pengunjung pasti relatif besar. Kalau tidak, tentunya tren kemunculan gerai kopi akan melambat. Dari situ kita dapat membuat kesimpulan sementara bahwa nampaknya bisnis hilir pada industri kopi di Indonesia memang prospeknya cukup cerah. Menjadi antagonis ketika kita sebentar melihat kondisi petani kopi kita. Cerahnya bisnis gerai kopi ternyata tidak secerah kondisi di kebun-kebun penghasil kopi Indonesia. Padahal kopi yang mereka tanam menjadi sumber utama dalam bisnis kopi ini. Secara logika linier, dengan cerahnya industri ilir harusnya ikut membuat industri hulu juga setidaknya tidak suram. Para petani kopi kita mestinya mengalami kenaikan taraf hidup. Tapi fakta yang berbicara di lapangan berkata lain. Para pemain tengah industri hululah yang lebih dintungkan. Entah itu tengkulak, para pemilik kebun, pemilik lahan, pemilik modal maupun pemilik alat produksi. Kopi hasil tanaman petani dibeli dengan harga murah dengan alasan bahwa para pemain tengah inilah yang memiliki alat transportasi untuk membawa hasil panen mereka ke kota. Berbagai biaya seperti transportasi, sewa alat, modal, penyediaan lahan dan sebagainya adalah sebagian kecil dari yang harus diurusi para petani setiap musim panen kopi tiba. Hal ini masih dipengaruhi lagi dengan berbagai masalah tambahan namun sangat signifikan seperti infrastruktur yang memprihatinkan dan berbagai ketentuan sertifikasi yang diterapkan kepada mereka tanpa mempedulikan situasi dan kondisi mereka. Kesejahteraan petani, kemunculan gerai kopi baik merk lokal maupun internasional yang menjual kopi dengan harga selangit, serta tengkulak adalah hal yang sangat berkaitan
satu sama lain. Petani bekerja keras mulai dari mengolah tanah, menanam sampai memanen butir-butir biji kopi. Para tengkulak, dengan segala macam kemudahan yang mereka miliki, menampung hasil biji kopi para petani, dan membelinya dengan harga yang murah, bahkan terkadang nilainya tidak mencukupi bagi para petani untuk melakukan penanaman kopi kembali atau bahkan sekedar untuk biaya hidup, dan menjualnya kembali kepada pemilik gerai kopi dengan harga yang jauh lebih tinggi. Masih terjadinya penetapan harga kopi yang tidak stabil dan adanya indikasi pembagian jatah antara pihak pengusaha atau tengkulak dengan eksekutif yang mengakibatkan ketidakadilan bagi petani sebagai produsen, adalah masalah khusus disamping faktor-faktor lain yang di hadapi para petani. Dan akhirnya, kemakmuran hanya terjadi pada lingkaran orang-orang tertentu saja. Sudah seharusnya petani-petani kopi kita diberi penyuluhan dan pendidikan khusus untuk masalah semacam ini. Antara petani dan tengkulak harus memiliki kesepakatan yang adil, menetapkan harga yang pasti sesuai dengan perkembangan harga kopi tanpa memikirkan kesejahteraan petani. Ditambah lagi, sebaiknya para petani kita diberi pengetahuan tentang hukum agar mereka tidak lagi mudah untuk ditipu ataupun diintimidasi saat menuntut keadilan Dan tambahan penting, seperti biasanya peran negara yang selalu absen dalam masalah warganya kembali dipertanyakan. Dalam kondisi berimbang, mungkin saja para pemain tengah tersebut dapat bersepakat langsung dengan petani. Namun dalam kondisi dimana daya teawar petani sangat rendah terutama secara ekonomi, maka negara mestinya hadir untuk menengahi dan memastikan adanya kesepakatan berimbang yang selain menolong petani tentu saja menjaga kesinambungan produksi karena petani tetap tertarik untuk menanam kopi. Sudah seharusnya para petani kita mendapatkan peningkatan taraf hidup di tengah kemajuan bisnis industri hilir kopi di Indonesia ini. Kalau masih susah dengan kopi, jangan salahkan jika petani kopi mengalihkan kopi menjadi komoditas lain yang dianggap lebih menguntungkan.
Pertumbuhan untuk Masa depan yang lebih baik PGN senantiasa mencapai kinerja pertumbuhan terbaik bagi kepentingan Bangsa dengan selalu memenuhi komitmen kami kepada stakeholder, masyarakat dan lingkungan PGN adalah perusahaan yang bergerak di bidang transmisi dan distribusi gas bumi, yang menghubungkan pasokan gas bumi Indonesia dengan konsumen beberapa daerah Nusantara. Seiring meningkatnya kebutuhan energi yang bersih dan terjangkau, PGN akan terus menggunakan keahlian dan pengalamannya untuk mendapatkan sumber energi baru melalui pemanfaatan berbagai moda transportasi demi memenuhi kebutuhan jangka panjang konsumen.
24
AGRO SWAKARSA | Edisi 06/Oktober 2013