PENERBIT - Publisher
Media Wasantara DEWAN AHLI - Board Advisor Taren Sembiring Meliala Rimson Simanjorang Gunadi Ibrahim Zein Ginting PEMIMPIN UMUM (Managing Director) David Jhony Simanjorang PEMIMPIN REDAKSI (Editor in Chief) Raymond Rajaurat TARIF IKLAN 1 HALAMAN WARNA Cover depan dalam Rp 6.000.000 Cover belakang luar Rp 5.000.000 Cover dalam belakang Rp 4.000.000. HITAM/PUTIH Halaman dalam Rp 3.000.000 Alamat Kantor (Offices) Jalan Pagaralam, Gang Cendana No.28 Kedaton Bandarlampung 34151 Phone : 0721-701704 E-mail : opini.indonesia@yahoo.com Facebook : OpiniNdonesia PENGGANTI BIAYA CETAK (Harga) Rp15.000 per eksmplar. SEMENTARA TERBIT DUA KALI SEMINGGU Biweekly Magazine
OPINI INDONESIA Diterbitkan untuk mengenali lanskap isu-isu strategis yang mempengaruhi situasi daerah dan nasional. Liputan dan analisa yang disajikan bukan ramalan, melainkan isu-isu aktual yang dikemas dengan bahasa dan gaya jurnalis modern. Dengan demikian diharapkan para pembaca terbantu untuk mengenali masalah-masalah daerah dan nasional tersebut dan arah kecenderungannya ke depan.
8 POLITIK
9 ROAD TO LAMBAR
Partai Gerindra Masih Fokus Pada Ekonomi Kerakyatan
Mukhlis Basri Mendapat Kompetitor Tangguh
11 ROAD TO TUBA
13 ROAD TO TANGGAMUS
Popularitas Heri Wardoyo Terus Menaik
Kembali Bertemu Di Gelanggang Pilkada
15 LINGKUNGAN
18 SOSIAL
Kopi Ilegal Dari TNBBS
Kopi dan Masyarakat Lampung
20 MEREKA YANG BERPOTENSI
27 KOLOM
Membangunkan Tulang Bawang
Surat Dari Mesuji
23 COMPANY PROFILE Menjemput Masa Depan Bersama Sang Bumi Ruwa Jurai
Wartawan OPINI INDONESIA tidak diperkenankan menerima atau meminta imbalan dalam bentuk apapun dari nara sumber. Wartawan OPINI INDONESIA dilengkapi kartu pengenal atau surat keterangan tugas OPINI INDONESIA menerima sumbangan pemikiran (artikel opini) terutama menyangkut aneka isu lingkungan untuk disebarluaskan dan atau dikembangkan menjadi sumbangan berarti bagi kemajuan bangsa dan negara.
25 EKONOMI
28 STRATEGIC REVIEW
Kebijakan Perberasan Belum Berubah
Dari Tribalisme ke Humanisme
32 EKONOMI
35 SENI BUDAYA
Pertumbuhan Cargo Non Petikemas Terus Meningkat
Gamolan Lampung Rambah ke Mancanegara
PEMBERITAHUAN Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan maka : Apabila hendak mengundang OPINI INDONESIA untuk liputan/ wawancara, harap undangan ditujukan kepada Redaksi OPINI INDONESIA melalui E-mail ke opini.indonesia. maupun Fax. 0721 701704 atau bisa menghubungi melalui Telephon atau SMS ke 0816 406 304 - 0821 77797632 Tidak diperkenankan mengundang langsung ke wartawan OPINI INDONESIA
OPINI INDONESIA EDISI 001 I JANUARI 2012
3
FROM EDITOR
Testamen Politik Indonesia
PEMIMPIN REDAKSI (Editor in Chief) Raymond Rajaurat
PERKEMBANGAN kehidupan kebangsaan dan politik Indonesia semakin memprihatikan. Nilai-nilai kebangsaan semakin tergerus dari waktu ke waktu karena para pemimpin semakin seenaknya menterjemahkan keinginan rakyatnya. Testamen politik Indonesia semakin ditinggalkan dalam mengambil berbagai keputusan dan kebijakan negara. Situasi bertambah buruk dengan dilakukannya tindakan-tindakan merekayasa iklim politik dimana akhirnya membuat ‘koruptor-koruptor menjadi berhala’. Pasca gerakan reformasi yang menghentikan Soeharto sebagai presiden, Indonesia mengalami perubahan yang berjalan cepat dan hampir bersamaan pada semua sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Kondisi ini membuat banyak orang terkesima dan kehilangan arah mengikuti perkembangan yang tengah terjadi. Semua itu telah membuat proses regenerasi semakin mengkhawatirkan. Proses regenerasi politik misalnya, tidak berjalan dengan baik. Generasi baru yang muncul cenderung telah terkontaminasi oleh proses politik-politik kotor yang membuat sulit diharapkan lahirnya gagasan-gagasan baru. Melihat perkembangan terhadap nilai-nilai kebangsaan tersebut, dan bila tidak ada perbaikan segera, maka kondisi ini sangat berpeluang melahirkan watak atau karakter baru yang lebih individualistis dan pragmatis. Memperhatikan seluruh perkembangan maupun dampakdampak yang akan ditimbulkannya ke depan, maka dialog-dialog perlu terus dilakukan oleh seluruh elemen bangsa, sehingga diharapkan muncul kesatuan pandangan dan langkah-langkah yang bias dilakukan bersama dengan mendasarkan nya pada testamentestamen politik Indonesia. Opini Indonesia menjadi salah satu upaya untuk memberikan masukan bagi negara maupun bagi mereka yang terlibat di pemerintahan, di panggung politik ataupun di bidang ekonomi dan sosial budaya. Opini indonesia ingin mengingatkan bahwa kerusakan-kerusakan pada berbagai sendi, khususnya politik dan ekonomi perlu segera disadari dan diperbaiki, sehingga perubahan yang terjadi tidak merupakan penghianatan atas dasar berdirinya republik ini. Terima kasih
OPINI INDONESIA EDISI 001 I JANUARI 2012
4
POLITIK PERKEMBANGAN proses politik yang berjalan cepat sekarang ini, dan bahkan mungkin lebih cepat dari yang diprediksikan, sedikit banyak telah mampu membuka “tabir” apa yang mungkin akan terjadi pada hari pemungutan suara September 2012 nanti di Kabupaten Tanggamus, Tulang bawang dan Lampung Barat. Pemilihan kepala daerah (pilkada) memang selalu lebih menarik perhatian ketimbang pemilihan legislative. Sebabnya, pilkada secara langsung mengenai figur puncak yang akan memimpin daerah tersebut lima tahun ke depan. Pemilihan itu juga merupakan pertarungan citra para pasangan calon, partai pendukung, dan juga “the men behind the gun”, sehingga manuver-manuver politik yang terjadi akan terus meningkat sampai hari pemungutan suara. Satu hal yang sudah pasti adalah, bahwa dalam era pemilihan langsung sekarang ini, calon bupati harus berpasangan. Ini membuat peta dukungan bagi cabup (calon bupati) dan cawabup (calon wakil bupati) bisa berubah-ubah menurut kepentingan yang ada. Sebab itu perkembangan politik di ketiga kabupaten masih akan didominasi oleh persoalan cabub dan pasangannya, sampai partai politik atau gabungan partai politik menetapkan figur/pasangan figur yang dimajukannya. Dengan latar belakang seperti itu, maka utak-atik figur calon bupati dan calon wakil bupati akan menjadi sesuatu yang terus menarik sampai partai politik atau koalisi partai politik sudah mengerucutkan nama-nama bakal calon. Sejumlah partai politik seperti Partai Demokrat, PDI Perjuangan, Partai Golkar dan Partai Amanat Nasional (PAN) mengatakan dalam menominasikan figur calon, mereka akan melakukan survey terkait popularitas dan elektabilitas figure yang bersangkutan. Artinya, figure yang tingkat popularitas dan eletabilitasnya tinggi memiliki peluang besar untuk dimajukan. Penggunaan hasil survei sebagai salah satu pertimbangan penting cukup beralasan, dan mengisyaratkan bahwa dalam system pemilihan langsung sekarang ini peluang munculnya kontestan dadakan dari luar menjadi lebih kecil. Dengan demikian, maka kecenderungan masyarakat pemilih di ketiga kabupaten akan dihadapkan untuk memilih figur-figur berpotensi di wilayah tersebut menjadi sangat terbuka. Kendati demikian, perlu juga sikap kehati-hatian dalam menyikapinya, karena factor popularitas saja tidak sepenuhnya bisa dipegang karena tidak sepemuhmya sama dengan keterpilihan (elektabilitas). Contoh kasus adalah popularitas Pasangan Jusuf Kalla-Wiranto yang cukup kuat pada pilpres 2009 lalu. Nyatanya, hasil pemungutan suara menunjukkan bahwa pasangan ini
memperoleh hanya sekitar 10 persen suara. Padahal jika perolehan suara koalisi Golkar- Hanura pada pemilihan legislative beberapa waktu sebelumnya, diambil sebagai acuan, maka seharusnya perolehan Jk-Win bisa di atas 20 persen. Yang seperti ini juga terjadi pada pilkada-pilkada sebelumnya. Pada pilkada Lampung Timur tahun 2010, misalnya, pasangan calon independen (Pasangan Satono) mampu mengungguli calon-calon partai besar. Jadi, bisa saja seseorang figur atau pasangan figur yang punya popularitas dan elektabilitas tinggi di awal tahun ini, posisinya bisa berubah seratus delapan puluh derajat beberapa bulan sebelum penetapan atau bahkan sebelum pemilihan, karena factor lingkungan yang mempengaruhi bersifat multi kompleks dan bersifat tidak tetap. KONDISI LAPANGAN Memasuki tahun 2012 ini, perkembangan politik di ketiga kabupaten masih sangat labil, dan belum terlihat ada figure yang mengakar sangat kuat di masyarakat dan jumlah pemilih yang belum menentukan pilihannya (swing voters) masih sangat besar. Yang terekam di lapangan adalah tumbuhnya kerinduan perubahan semakin kuat. Masyarakat, misalnya, mulai membandingkan situasi sekarang dengan masa lalu (Orde Baru) yang mereka nilai lebih baik karena ada kepastian stabilitas politik, ekonomi dan keamanan. Mungkin citra seperti ini tidak terlalu kuat di masyarakat perkotaan yang memiliki kesadaran politik lebih baik. Namun, citra seperti itu cukup kuat di daerah pedesaan seperti terekam di ketiga kabupaten yang akan berpilkada tersebut. Gejala seperti ini bisa mendorong masyarakat pemilih menempatkan pilkada tidak sebagai prioritas, suatu keadaan yang bisa membuat mereka mudah terjebak dengan sikap-sikap yang pragmatis (money politics) atau bahkan mengambil sikap tidak memilih (golongan putih-golput). Tentu saja keadaan yang ‘labil’ tersebut sedikit demi sedikit berubah ‘mencair’ dengan gencarnya sosialisasi yang dilakukan para bakal calon (aspiran). Gambaran awal menunjukkan bahwa di ketiga daerah kabupaten tersebut, PDI Perjuangan (PDIP) berada pada posisi kekuatan terbesar baik di legislative maupun di eksekutif. Di bawahnya menyusul Partai Demokrat dan OPINI INDONESIA EDISI 001 I JANUARI 2012
6
POLITIK Partai Golkar dan Partai Amanat Nasional (PAN). Di Kabupaten Tanggamus dan Lampung Barat misalnya, PDI Perjuangan mampu menempatkan kadernya di posisi kepemimpinan eksekutif dan legislative, sementara di Kabupaten Tulangbawang PDIP memimpin di legislatif dan untuk posisi eksekutif diduduki oleh kader Partai Amanat Nasional (PAN). Banyak yang berpendapat bahwa kesuksesan yang diraih pasangan calon PDIP di pilkada tiga DOB belum lama ini (Pringsewu, Mesuji dan Tulangbawang Barat), tentulah akan menyemangati calon atau pasangan calon mereka dalam pilkada 2012 ini. Dan itu juga menunjukkan kapasitas kuat Ketua PDIP Lampung Sjachroedin ZP yang saat ini masih sebagai Gubernur Lampung sebagai king maker yang cukup handal. Selain Sjachroedin ZP, tokoh politik lainnya yang diyakini akan berperan besar sebagai the king mensukseskan calon-calon partainya atau koalisi partainya adalah, Alzier Dianis Thabranie- Ketua Partai Golkar Lampung, Ricko Ficardo- Ketua Partai Demokrat Lampung dan Abdurachman Sarbini- Ketua Partai Amanat Nasional Lampung. Tokohtokoh itu disebutkan para pengamat dan pemerhati pilkada sebagai the man behind the gun yang akan punya peran menentukan dalam merekrut simpati masyarakat dan mengalirkan suara-suara pemilih ke kotak suara calon-calon mereka. MEREKA YANG BERPOTENSI Dari kegiatan sosialiasi yang sudah dilakukan sejumlah aspiran sekarang ini, sejumlah nama sudah beredar di masyarakat ketiga kabupaten. Di Kabupaten Tanggamus beredar nama Bambang
Kurniawan, Ketua PDIP Tanggamus yang juga adalah bupati Tanggamus saat ini. Selain itu, beredar pula nama Indra S Ismail- kader Golkar yang sekarang ini menjabat sebagai Wakil Ketua DPRD Provinsi Lampung, Fauzan Sai’e- Kader PAN, mantan Bupati Tanggamus yang sekarang ini anggota DPR RI, dan Hajin M Umar- kader Demokrat –anggota DPRD Tanggamus . Di Lampung Barat berkibar nama Mukhlis Basri, Ketua PDIP Lampung Barat yang sekarang masih menjabat bupati di kabupaten setempat, Piterson- seorang pengusaha sukses di daerah itu, SW Sundari- kader Demokrat di DPRD Lampung Barat, Firman Yani – kader Demokrat di DPRD Provinsi Lampung. Di Tulangbawang beredar nama-nama, Heri Wardoyo- pegiat social, penulis, wartawan dan pembicara di berbagai event, Winarti- kader PDIP yang sekarang ini Ketua DPRD Tulangbawang, AA. Syofandi – kader PDIP, dan Dedy Afirzal, Sekretaris PDIP Lampung yang sekarang anggota DPRD Provinsi Lampung. Beredar juga nama Hanan A.Razak, mantan Pj. Bupati Tulangbawang Barat yang kini Sekretaris DPRD Provinsi Lampung, Ismet Roni -sekeratris Partai Golkar Lampung yang juga anggota DPRD Provinsi Lampung, Agus Mardihartono yang saat ini adalah Wakil bupati Tulangbawang saat ini, serta Frans Agung Mula Putra-tokoh muda potensial dari daerah itu. Nama-nama tersebut di atas bukan berarti bahwa hanya mereka saja yang berpotensi ke pemilihan tersebut, sebab kemungkinan munculnya figure lain masih sangat terbuka. Namun, meskipun akan ada aspiran baru, tetapi nama-nama yang disebut tersebut akan tetap beredar di masyarakat. Editor
OPINI INDONESIA EDISI 001 I JANUARI 2012
7
POLITIK
PARTAI GERINDRA MASIH FOKUS PADA EKONOMI KERAKYATAN mal 1.000 hektare tahun 2012. Sementara KETUA DPD Partai Gerindra Provinsi Lamitu, di Kabupaten Lampung Timur dan pung, Gunadi Ibrahim mengatakan, sekaKota Metro, kader-kader Partai Gerindra rang ini, partainya masih lebih focus dejuga sudah membangun kemitraan dengan pelaksanaan program ekonomi kengan usaha-usaha kecil (kerajinan rumah rakyatan untuk membangunkan kembali tangga) yang jumlahnnya juga cukup basemangat rakyat membangun dirinya. nyak. Gunadi mengatakan, sesuai dengan “Kita bukan tak serius dengan prosespetunjuk DPP (Pimpinan Pusat), para kaproses politik seperti pilkada, pemilu ligisder partai di semua tingkatan diminta unlatif ataupun pilpres. Tetapi, kami merasa tuk melakukan kerja nyata dan juga memyang lebih prioritas saat ini adalah gerakan buat terobosan untuk membantu perekountuk membangunkan semangat rakyat. Gunadi Ibrahim nomian rakyat kecil. “Sudah ada penggariJujur saja, sebagian besar masyarakat kita san tegas, bahwa kader partai, termasuk mereka yang sekarang ini sudah lelah, dan apatis,” ujarnya menjawab kini di legislative (DPRD) berbuat nyata. Misalnya, sejumlah wartawan beberapa waktu lalu di Bandarlambagaimana mendatangkan pemodal untuk membantu pung. Gunadi yang juga anggota Komisi V DPR-RI itu permodalan usaha rakyat kecil. Para kader diinstruksmenilai kondisi kehidupan rakyat sekarang ini (maksudikan memberikan contoh dan tak perlu banyak bicara,” nya rakyat lapisan bawah,red) masih sangat kurang katanya lagi. menggembirakan. Karena itu, katanya, diperlukan langkah-langkah konkrit untuk membangunkannya. LangSOAL PILKADA, PILGUB DAN PILPRES kah seperti itulah yang kini terus digerakkan Gerindra Menyinggung pilkada (pemilihan kepala daerah) yang di seluruh daerah, termasuk di Provinsi Lampung. akan dilaksanakan di tiga kabupaten Lampung tahun “Kami tetap berpendapat bahwa adalah membuat 2012, kemudian pilgub Lampung 2013 dan Pemilu dan masyarakat menjadi pintar dan sehat, jika untuk makan Pilptes 2014, Gunadi mengatakan masih dalam tahap saja pun mereka masih susah,” tambahnya, sambil pembicaraan-pembicaraan ringan dan belum menjadi menjelaskan bahwa sampai saat ini, target pembanguprioritas. “Kami memang membicarakan ini, tapi sifatnan untuk mencukupi kebutuhan dasar masyarakat nya masih kategori biasa-biasa saja. Belum fokus. Na(basic needs) belum berhasil sebagaimana yang dihamun, sudah pasti Partai Gerindra akan ikut dan merapkan. Kebutuhan dasar itu adalah pangan, sandang, ngajukan kadernya maju mengikuti proses-proses polipapan, pendidikan dan kesehatan. tik itu,” katanya. Ketua Partai Gerindra Provinsi Lampung itu menjelasAnggota Komisi V DPR RI itu mengatakan dari aspirasi kan, kondisi rakyat yang masih susah tersebutlah yang masyarakat yang dia serap selama dia berkunjung ke mendorong partainya terus menggerakkan program daerah-daerah selama ini, jelas sekali terekam bahwa ekonomi kerakyatan seperti yang sekarang ini sudah masyarakat merindukan pemimpin yang bisa memberi dilaksanakan di Lampung Tengah dan Lampung Timur. teladan, berani mengambil terobosan dan tidak hanya “Kami masih fokus dengan kerja nyata untuk pemberkutat dengan masalah-masalah rutinitas semata. berdayaan ekonomi kerakyatan itu, sehingga kehidupan “Keadaan kita sudah cukup berat. Jadi sangat diperlukan rakyat menjadi semakin baik,” katanya lagi. Dia berhaterobosan-terobosan yang memang bisa diimplemenrap upaya-upaya nyata yang telah dilakukan para kader tasikan. Kalau hanya gagasan saja, tokh tak ada artinya. partai itu, bisa menjadi penggerak (dynamo) untuk Rakyat kita tidak butuh omongan lagi, tapi tindakan nyamembangunkan semangat rakyat. “Di Lampung Teta. Saya kira ini harus disadari oleh para pemimpin kita. ngah, kami telah mengadakan kemitraan dengan seMisalnya saja kalau kita memang menginginkan sector jumlah petani singkong. Para petani diberi bantuan bipetanian dan perikanan meningkat pesat arahkan angbit unggul, penyuluhan cara berbudidaya dan juga progaran ke sana,” tambahnya. ses pemanenan. Tujuannya, agar produksi persatuan Mengenai konsolidasi dan penguatan instrumen parhektare tanaman (produktivitas) meningkat, yang akan tai sampai ke tingkat kampung, RT dan RW sebagaimana berdampak pada peningkatan pendapatan petani,” jeyang telah diprogramkan partai, Ketua Partai Gerindra lasnya. Lampung itu menjelaskan berjalan lancar dan ditargetDia mengatakan, untuk tahap awal ini proyek kekan selesai di tahun 2012,” ujarnya lagi mitraan itu telah dikembangkan di lahan seluas 50 hekEditor tare, dan akan terus ditingkatkan hingga menjadi mini-
OPINI INDONESIA EDISI 001 I JANUARI 2012
8
ROAD TO LAMPUNG BARAT Popularitas Mukhlis Basri, Bupati Lampung Barat yang diduga kuat akan maju kembali ke pilkada Lampung Barat 2012 ini, tampaknya mulai dibayangi oleh aspiran baru, Drs Hi.Piterson, Msi yang namanya mulai gencar disosialisasi tim suksesnya (TS) di Lampung Barat dalam beberapa bulan terakhir ini. Kerabat OPINI Indonesia di Lampung Barat melaporkan, jika selama ini Lampung Barat termasuk kabupaten yang relatif tenang dari guncanggancing politik pilkada, dan ini disebabkan . figur Mukhlis yang dinilai kuat dan akan mencalon kembali, bulan-bulan terakhir ini perkembangan politiknya menjadi sulit diraba dengan semakin mengguritanya nama Hi. Piterson ke setiap pelosok wilayah. Terekam di lapangan kehadiran Piterson, figure yang dinilai publik mampu membuat perubahan dan berpotensi memimpin Lampung Barat ke depan, mulai membayangi popularitas Mukhlis Basri. Sementara ini, popularitas Mukhlis sendiri masih berada di posisi atas. Semua tahu bahwa bupati Lampung Barat itu yang sebelumnya juga adalah wakil bupati setempat, telah membangun jaringan pendukung yang lumayan besar. Secara personal pun tampilan Mukhlis diakui fleksibel dan mudah membangun komunikasi dengan beragam kalangan dan latar belakang, misalnya dengan tokoh-tokoh masyarakat dan tokoh agama, pemuda dan juga kalangan kritis. Kapasitasnya selaku pemimpin politik telah terbukti dengan keberhasilan partainya PDI Perjuangan menduduki posisi teratas dalam Pemilu 2009 lalu. Selama memimpin Lampung Barat lima tahun ini, dia juga telah menorehkan banyak keberhasilan, meskipun diakui masih banyak lagi perlu dilakukan untuk mengangkat taraf hidup masyarakat Lampung Barat yang sampai saat ini masih belum
kampung halamannya. Kesiapannya to take the risk dan sejumlah gagasan untuk menggali potensi Lampung Barat untuk kesejahteraan rakyatnya itulah yang mendorongnya memberi perhatian lebih bagi kampung halamannya Lampung Barat.
menggembirakan. MEMBANGUN KAMPUNG HALAMAN Sementara itu, Drs. Hi.Piterson Syukri, Msi yang namanya terus berkibar sebagai salah satu kandidat pilkada Lampung Barat 2012 ini adalah putra kelahiran Pekon Sebaros, Liwa, Lampung Barat. Perjalanan hidupnya berliku mulai dari PNS Dinas Kehutanan Lampung kemudian pindah ke ke Dinas Kehutanan Provinsi Riau dan kemudian menjadi pengusaha yang sukes. Pengalaman itulah yang telah menempa dirinya sebagai tokoh yang mampu bertahan dalam
“Benar, saya akan maju dan siap lahir bathin. Doakan saja, dan salam saya untuk masyarakat Lampung Barat. Sampai ketemu di Lampung Barat,” ujarnya singkat perubahan cuaca politik. Di daerah Provinsi Riau itulah dia membangun rumah tangga. Piterson menyunting dara Lancang Kuning dari keluarga Jenderal (Purn) Syarwan Hamid yang sangat dikenal dan dihormati. Dari berbagai sumber, OPINI Indonesia merekam bahwa tokoh ini termasuk satu dari sedikit tokoh yang gemar menghadapi tantangan. Dalam berbagai kesempatan dia mengatakan siap to take the risik, karena menurut dia, tantangan itu adalah perubahan. Dan perubahan itulah yang ditunggu di Lampung Barat,
Piterson menilai Lampung Barat masih banyak “tidurnya” daripada “bangunnya”. “Dan untuk membangunkan Lampung Barat itulah misi yang dibawa Piterson kembali ke kampung halaman,” ujar tim sukses Piterson beberapa waktu lalu. Dihubungi melalui telepon kemarin, Piterson menegaskan sikapnya akan maju sebagai salah satu kandidat di Lampung Barat. “Benar, saya akan maju dan siap lahir bathin. Doakan saja, dan salam saya untuk masyarakat Lampung Barat. Sampai ketemu di Lampung Barat,” ujarnya singkat. Tim sukes Piterson mengatakan, untuk kegiatan sosialisasi telah dipersiapkan sejumlah alat peraga seperti baliho, bander dan stiker. “Sementara ini, untuk sosialisasi kami telah mendistribusikan ke masyarakat 50 ribu eksmplar alamanak,” kata TS Piterson kepada sejumlah wartawan. Dia mengatakan untuk operasional TS, kandidat Bupati Lampung Barat itu sudah mengirimkan lima unit kenderaan roda empat. Memang sulit membuat kalkulasi politik dalam era pemilihan langsung sekarang ini, karena nantinya rakyatlah yang menentukan siapa yang mereka percayai untuk memimpin perjalanan Lampung Barat lima tahun ke depan. Pengamat menilai manuver-manuver politik yang berlangsung sekarang ini, membuat perkembangan politik sulit ditebak arah kecenderungannya. Figur yang dijagokan saat ini, bisa saja dalam beberapa bulan ke depan menjelang pilkada September 2012, posisinya berubah 180 derajat. RIMSON OPINI INDONESIA EDISI 001 I JANUARI 2012
10
ROAD TO TULANG BAWANG Meskipun partai-partai politik baru akan mulai menjaring bakal calon (balon) yang akan diunggulkan pada pilkada Tulangbawang pada Januari 2012 mendatang, tetapi dinamika sosialisasi para aspiran di lapangan sudah semakin kompetitif. Selain alat peraga sosialiasi seperti baliho, spanduk, stiker, dan kalender para aspiran yang sudah beredar di masyarakat Tulangbawang, di antara para aspiran tersebut juga ada yang melakukan kegiatan social secara langsung kepada masyarakat, seperti pemberian bantuan, pengobatan gratis, kegiatan pengajian, olahraga dan sebagainya. Tujuannya, agar tingkat pengenalan (popularitas) semakin tinggi, sekaligus mempererat kembali tali silaturahmi dengan masyarakat. Di antara sejumlah nama yang telah menyatakan siap lahir bathin maju ke arena demokrasi di Tulangbawang itu terdapat nama Hanan A.Razak (Sekretaris DPRD Provinsi Lampung), Heri Wardoyo (pengamat politik, pegiatan social, mantan dosen, penulis dan wartawan), Dedi Afrizal (Sekretaris DPD PDIP Lampung dan anggota DPRD Lampung), Hj. Winarti (Ketua DPRD Tulangbawang dan Pengurus PDIP Tulangbawang), A.A.Syofandi (kader PDIP Tulangbawang), Ismet Roni (anggota DPRD Lampung Sekretaris Partai Golkar Lampung), dan Agus Mardihartono (Wakil Bupati Tulangbawang saat ini). Sejumlah pengamat pilkada di Bandarlampung mengatakan, melihat nama-nama yang kini sudah beredar itu, maka kompetisi ketat akan terjadi untuk memperebutkan “kapal PDI Perjuangan”. Pengamat itu menunjuk sejumlah aspiran dari internal PDIP yaitu Dedy Afrizal, Winarti, A.A. Syofandi. Bahkan partai berlambang banteng moncong putih ini juga disebut-sebut melirik calon dari luar partai seperti Hanan A.Razak dan Heri Wardoyo. Heri Wardoyo yang disebut-sebut banyak kalangan sebagai kandidat
yang sangat potensial dan didesak ikut mencalon oleh banyak kalangan masyarakat Tulangbawang, dinilai memiliki supporter yang lumayan besar. Figur muda energik ini isunya juga mendapat sinyal dari Partai Demokrat dan juga Partai Golkar. Sekretaris Partai Demokrat Lampung Fajrun Najah Ahmad beberapa waktu mengatakan, bahwa partainya memang mempersilahkan figur-figur potensial yang berniat maju melalui Partai Demokrat sedini mungkin mengadakan sosialisasi untuk meningkatkan rating mereka, termasuk Heri Wardoyo untuk Tulangbawang.
Menurut dia, “utak-atik” masyarakat (publik) memasangkan figur yang satu dengan figur yang lain seperti yang banyak dilakukan di masyarakat sekarang ini tidaklah salah. “Itu menandakan kepedulian mereka terhadap pilkada ini cukup baik. Dan kami menyambut itu. “Penentuan bakal calon dilakukan oleh Tim 9 dengan juga mempertimbangkan tingkat popularitas dan elektabilitas figur yang bersangkutan,” katanya menjelaskan. Tentang pasangan calon yang akan dimajukan Demokrat, Fajar-sebutan akrab Fajrunmengatakan akan melalui pertimbangan semasak-masaknya karena Demokrat harus berkoalisi dengan partai lain. “Bisa saja kami berkoalisi dengan partai lain termasuk dengan PDI Perjuangan ataupun dengan Golkar,” katanya lagi.
Menurut dia, “utak-atik” masyarakat (publik) memasangkan figur yang satu dengan figur yang lain seperti yang banyak dilakukan di masyarakat sekarang ini tidaklah salah. “Itu menandakan kepedulian mereka terhadap pilkada ini cukup baik. Dan kami menyambut itu. Tetapi yang perlu diingat, gambaran siapa-siapa yang diusung Partai Demokrat baru akan terlihat sekitar bulan Maret 2012 mendatang,” katanya. Demikian juga dengan Partai Golkar. Sejumlah fungsionaris Golkar yang dihubungi mengatakan Golkar telah memiliki mekanisme baku untuk memproses figure yang akan ditetapkan. “Partai Golkar adalah milik masyarakat, dan terbuka bagi setiap figur berpotensi yang mendorong perubahan,” katanya, sekaligus menepis adanya pendapat bahwa partai ini sudah menentukan bakal calonnya. “Golkar belum menentukan calon. Mekanismenya ada untuk itu, tak bisa ujugujug jadi calon gitu,” katanya lagi. Partai Amanat Nasional (PAN) yang ketua DPW nya adalah Abdurachman Sarbini- Bupati Tulangbawang saat ini- terlihat sepertinya tidak mau terlihat terlalu aktif terkait dinamika pra pencalonan. Meski demikian, nama Agus Mardihartono yang saat ini adalah Wakil Bupati Tuba saat ini diperkirakan akan maju melalui partai berlambang matahari itu. Nama lain yang juga santer disebut melalui PAN adalah Frans Agung Mula Putra- tetapi sejauh ini figure tersebut belum bisa dikonfirmasi. Untuk diketahui Bupati Abdurachman Sarbini kini menjabat periode keduanya sebagai Bupati Tulangbawang dan sesuai dengan peraturan dan UU tidak diperkenankan lagi maju dalam pilkada 2012 ini. Rimson OPINI INDONESIA EDISI 001 I JANUARI 2012
12
Saat ini, kondisi politik di Tanggamus, salah satu kabupaten yang akan melakukan pilkadanya 27 September 2012 ini sudah mulai ‘bersemangat’ dalam artian para aspiran yang berjuang menjadi kandidat sudah mulai muncul dan melakukan kampanye dini yang dikemas dengan sebutan sosialisasi. Meskipun ada ramalan bahwa beberapa bulan menjelang hari pemungutan suara bisa juga terjadi perubahan, namun jika mencermati proses-proses ‘penggalangan’ yang dilakukan para aspiran tersebut sekarang ini, publik mencermati bahwa pilkada Tanggamus
tahun 2012 akan berbeda dengan pilkada Tanggamus 2007 ketika wilayah Kabupaten Pringsewu masih menjadi bagian kabupaten Tanggamus. Meskipun pilkada dilaksanakan September 2012 mendatang, tetapi sejak beberapa bulan lalu sudah ada sejumlah
nama yang beredar di masyarakat Tanggamus. Dua di antaranya yang dinilai masyarakat gaungnya cukup kuat adalah Bambang Kurniawan, Ketua PDIP Tanggamus yang sekarang adalah bupati Tanggamus dan Fauzan Sya’ie, anggota DPR RI yang juga mantan Bupati
ROAD TO TANGGAMUS Tanggamus periode 2002-2007. Kedua figure pada periode 2002-2007 lalu adalah pasangan yang memimpin Kabupaten Tanggamus. Tetapi, pada pilkada 2012 ini, dan itu yang untuk kedua kalinya, keduanya kembali akan berkompetisi untuk merebut posisi nomor satu di kabupaten tenggara Provinsi Lampung itu. Karena itu, banyak pihak yang sulit “meramal” apa yang akan terjadi di pesta demokrasi 2012 ini. BAMBANG KURNIAWAN Dari sisi popularitas, tentu saja Bambang Kurniawan masih tetap di posisi teratas. Pasalnya, dia adalah bupati Tanggamus saat ini. Karena itu, focus perhatian dan juga “perhitungan” tetap saja lebih diarahkan oleh siapapun yang mau maju ke pilkada Tanggamus kepada figure yang satu ini. Pada pilkada 2007, Bambang Kurniawan yang kala itu berpasangan dengan Sujadi Saddat (sekarang Bupati Pringsewu), memenangkan perhelatan demokrasi langsung tersebut. Sebelum itu, dia juga adalah wakil bupati Tanggamus periode 2002-2007. Dari lintasan sejarah dan pengalamannya memimpin Tanggamus bisa dipahami jika dia sudah sangat mengenali daerah ini dan masyarakatnya. Dia memiliki basis politik yang kuat dan memenuhi syarat untuk memajukan calon/pasangan calon sendiri yaitu PDI Perjuangan. Meskipun belum secara resmi tetapi sudah ada sinyal bahwa Bambang Kurniawan akan dimajukan kembali oleh partainya. Sinyal ke arah ini antara lain ditandai dengan terbangunnya kesepakatan berkoalisi antara PDIP dan Partai Hanura Tanggamus, beberapa waktu lalu. Tidak bisa dipungkiri bahwa selama memimpin Tanggamus selama lima tahun ini, Bambang Kurniawan telah menunjukkan kepeduliaan besar da-
lam perjalanan Kabupaten Tanggamus. Jaringan komunikasinya ke setiap lini masyarakat cukup kuat. Dan itu semua, menjadi potensi baginya untuk meraih perolehan suara dalam pilkada 2012 ini. Para politisi dan pengamat menyebut Bambang memilih kans besar. Ada pula isu yang beredar bahwa di pilkada 2012 ini Bambang akan bergandengan dengan salah seorang figure muda dari kalangan keluarga Ketua PDIP Lampung, Sjachroedin ZP yang juga adalah Gubernur Lampung saat ini. Meskipun isu atau rumors itu belum bisa dikonfirmasi kebenarannya, tetapi khabar burung itu pun telah berperan meningkatkan pula popularitas Bambang Kurniawan. Pasalnya, publik mengenal Ketua PDIP Lampung itu sebagai king maker handal yang telah sukses di sejumlah gelanggang politik termasuk memenangkan calon-calonnya pada pilkada tiga DOB bulan September 2011 lalu. FAUZAN SYA’IE Figur lain yang popularitasnya juga cukup kuat dan diperkirakan akan menjadi kompetitor tangguh Bambang Kurniawan adalah Fauzan Sya’ie. Kader Partai Amanat Nasional (PAN) yang kini menjadi wakil di DPR RI itu adalah mantan Bupati Tanggamus periode 2002-2007 lalu. Publik mempercayai figure ini sebagai orang yang telah sangat memahami tujuan filosofi otonomi daerah (Otda) yang mulai dijalankan pada awal pemerintahannya kala itu (Otda dimulai 2001). Dan tampaknya kenangan itulah yang mendorong popularitas Fauzan Syai’e, tetap beredar dan bahkan belakangan ini semakin bergema di Tanggamus. Publik Tanggamus mengenal Fauzan Sya’ie sebagai figur yang low profle itu dan termasuk yang paling mengetahui ‘apa, mengapa dan bagaimana
Tanggamus’. Sebabnya, ketika menjabat Bupati Tanggamus 2002-2007 lalu itu, dia telah berhasil meletakkan sebagian dari grand design pembangunan Tanggamus ke depan. Meskipun dia tidak lagi menjabat di Tanggamus dalam sepuluh tahun terakhir, tetapi silaturahminya dengan masyarakat Tanggamus tetap dia lakukan. Untuk kemajuan daerah yang diwakilinya di DPR-RI , itu kader PAN (Partai Amanat Nasional) itu selalu membangun komunikasi dengan tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh agama, generasi muda, dan bahkan juga kalangan birokrasi Tanggamus. Waktu reses DPR misalnya, dia gunakan sepenuhnya untuk menyerap aspirasi masyarakat. Dalam berbagai kesempatan bertemu masyarakat, alumnus IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, kelahiran Kotaagung, Tanggamus 8 Agustus 1953 itu selalu mengingatkan bahwa kebangkitan Tanggamus haruslah dimulai dari desa sebab hampir 70 persen penduduk kalangan bawah itu berada di perdesaan dan menggeluti bidang pertanian. Desa haruslah menjadi pusat pertumbuhan. Karena itu, pemerintah harus memfasilitasi sector pertanian mulai dari hulu hingga hilir, katanya memberi gambaran obsesi besarnya untuk Tanggamus. Fauzan memang type pemimpin yang lebih senang berada di tengah-tengah masyarakat “pedesaan” ketimbang berbaur dengan hiruk pikuknya dinamika politik di tataran elite. Terkait pilkada 2012 ini, Fauzan Syai’e sepenuhnya menyerahkannya kepada kehendak rakyat. Sulit membuat kalkulasi politik sebab rakyatlah yang menentukan pemimpin yang mereka percayai, katanya. Banyak pihak meyakini, suami Ibu Zahara ini, punya kemampuan melakukan perubahan sebagaimana dia pernah lakukan pada era 2002-2007 lalu itu. Rimson
OPINI INDONESIA EDISI 001 I JANUARI 2012
14
LINGKUNGAN
KOPI ILEGAL DARI TNBBS SEJAK Oktober 2011 lalu, operasi penurunan perambah dari tang kelestarian Taman Nasional Bukawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) mulai kit Barisan Selatan (TNBBS) di Bandarlampung dengan tajuk “Gone in efektif dilakukan pemerintah. Kepala TNNBS Lampung, John Kenedie mengatakan secara bertahap dalam empat tahun ke depan, sekitar 16 ribu KK warga yang selama ini berdiam dan berusaha di kawasan itu akan diturunkan (digusur) dan 61 ribu hectare lahan kawasan yang dihutankan kembali. Sebetulnya, isu perambahan (perladangan liar) di kawasan taman nasional itu adalah isu lama. Penurunan perambah pernah pula dilakukan pemerintah di era 1980-an, namun hasilnya kurang menggembirakan. Masalah ini kembali muncul ke permukaan sejak ribut-ribut adanya Peraturan Daerah (Perda) Nomor 7 Tahun 2000 tentang Retribusi Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK). Perda itu mengizinkan pungutan retribusi ha-
sil kopi rakyat dari lahan perkebunan di kawasan hutan. Sejumlah LSM – terutama LSM internasional seperti LSM Green Peace langsung menentangnya. Mereka menilai Perda itu sebagai bentuk bahwa Pemda Provinsi Lampung sebagai telah melegalisir perambahan hutan lindung. Green Peace meminta importir kopi (pembeli diluar negeri) memboikot kopi asal Lampung karena budi dayanya merusak alam. Perda itu sendiri tidak pernah diberlakukan tetapi gaungnya sudah menyebar ke mancanegara. Tujuh tahun kemudian, yaitu tahun 2007, LSM WWF (World Wide Fund for Nature) kembali menggaungkan masalah ini dengan mengadakan seminar internasional ten-
an instant: Bagaimana perdagangan kopi ilegal memicu rusaknya habitat badak, gajah, dan harimau sumatera di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS), Sumatera Indonesia (16-01-2007). LSM WWF melaporkan hasil studi yang pernah mereka lakukan di TNBBS tahun 2003 bahwa kondisi kawasan konservasi itu sudah mengalami kerusakan parah karena dirambah. Disebutkan sekitar 28% dari 324.000 hektare luas TNBBS atau sekitar 99.904 hektare sudah rusak karena dirambah. Dari luasan yang rusak itu sekitar 60% atau sekitar 59.942 hektar digunakan untuk berladang, dan selebihnya ditumbuhi semak-semak dan alang-alang. Kemudian 73% dari kawasan yang diperladangi tersebut atau sekitar OPINI INDONESIA EDISI 001 I JANUARI 2012
15
LINGKUNGAN 45.657 hektare berisi tanaman kopi dengan produksi sekitar 19.600 ton per tahun, atau rata-rata produktivitasnya 400 kilogram per hectare. LSM ini juga melengkapi laporannya dengan liku-liku perdagangan kopi dari kawasan TNBBS sampai kemudian biji-biji kopi itu dinikmati masyarakat dunia. Seminar berhasil menerbitkan tujuh butir deklarasi. Namun isinya lebih mempermasalahkan adanya tanaman kopi sebagai biang perusakan kelestarian hutan di kawasan itu yang membuat rusak habitat sejumlah satwa dilindungi seperti gajah, harimau dan lain-lain . Banyak yang menilai seminar itu sangat kurang lengkap karena lebih focus dengan habitan satwa liar tersebut dan kurang membahas masalah kehidupan warga di sekitar kawasan hutan ataupun warga yang akan diturunkan dari kawasan tersebut. Padahal mereka inilah yang dianggap sebagai pelaku utama perusakan, baik dengan berkebun di kawasan hutan
ataupun memanfaatkan berbagai hasil hutan untuk menopang kehidupannya. Pihak-pihak yang tidak setuju dengan deklarasi seminar tersebut memaparkan ada tiga persoalan utama yang membuat kawasan hutan taman nasional itu mengalami kerusakan seperti sekarang ini, Ketiga persoalan itu adalah, eksploitasi hasil hutan (kayu) yang berlangsung sejak 1970-an dan kemudian diteruskan dengan pembalakan liar (illegal loging). Kedua, perburuan liar yang menyebabkan satwa langka yang menghuni kawasan itu berkurang drastis, dan ketiga, adalanya perkebunan rakyat antara lain untuk tanaman kopi. David LA dari LSM Wildlife Concervation Society (WCS) dalam paparannya mengatakan warga memang sudah menanam kopi di beberapa bagian TNBBS sejak tahun 1972, sepuluh tahun sebelum pemerintah menetapkan kawasan itu menjadi Taman Nasional. TNNBS ditetapkan menjadi Taman
Nasional pada tahun 1982 sesuai dengan Surat SP Menteri Pertanian No.736/Mentan/X/1982 tanggal 14 Oktober 1982. Kemudian pada tahun 2004 atas usul Pemerintah RI, Komisi Warisan Dunia PBB menetapkan TNBBS sebagai Cluster Natural World Herritage (Situs warisan alam dunia) dengan nama “Tropical Rainforest Herritage of Sumatera�. KOPI ILEGAL Salah satu rekomendadi yang dikeluarkan WWF yang sangat menyakitkan masyarakat perkopian di Lampung adalah penyebutan biji-biji kopi hasil perkebunan di kawasan TNBBS itu sebagai kopi illegal. WWF meminta agar pedagang kopi lokal dan eksportir melakukan kontrol ketat dalam pembelian biji kopi petani agar tidak terkontaminasi “kopi ilegal� tersebut. Sementara untuk pembeli internasional WWF menyarankan mengontrol ketat mitra dagangnya di Lampung agar betul-betul menjalankan saran WWF tersebut. Menurut WWF, semua itu mereka lakukan untuk membantu upaya pelestarian TNBBS yang telah ditetapkan Unesco sebagai Situs Warisan Dunia (Tropical Rainforest Herritage of Sumatera) tahun 2004. Meskipun WWF menyatakan itu dengan santun tetapi ternyata ekspose mereka cukup menggigit. The Washington Post, surat kabar terkemuka di Amerika Serikat itu dalam edisi 17/1-2007, segera memberitakan itu, sehingga berdampak luar biasa. Rahasia rumah tangga Indonesia khususnya Lampung yang selama ini dibungkus rapat segera diketahui buyer (importir) di manca negara. Penyebutan kopi illegal sendiri mendapat kritikan keras dari Executif Director ICO- International Coffe Organization- yang meminta semua pihak melihat persoalan secara jerOPINI INDONESIA EDISI 001 I JANUARI 2012
16
LINGKUNGAN nih dan membedakan antara “kopi illegal” dengan “kebon kopi illegal”. ICO menegaskan tidak tepat biji kopi yang dihasilkan dari TNBBS disebutkan dengan kopi illegal. Berita seputar biji kopi illegal itu membuat AEKI (Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia) “kalang kabut” dan berupaya sekuat tenaga untuk menetralisir dampak stigma kopi illegal tersebut di pasar dunia. Ketua AEKI Lampung saat itu, Nuril Hakim mengakui sangat khawatir isu-isu seperti itu didorong pihak lain (kepentingan bisnis) yang mengarah kepada pemberlakuan sanksi ecolabelling (embargo dari negara importir) terhadap kopi Indonesia. “ Dampaknya sangatlah serius dan pahit. Karena itu kami (AEKI) harus pontang-panting menetralisirnya,” kata Dr Nuril. Dijelaskannya, bagi Lampung, kopi merupakan komoditas dagang yang sangat penting. Hampir 60 persen ekspor kopi Indonesia dialirkan dari Lampung. Bahkan pemerintah RI telah menetapkan Lampung sebagai etalase kopi Indonesia. Posisi Indonesia dalam perkopian dunia adalah eksportir terbesar keempat sesudah Brazil, Kolumbia dan Vietnam. Untuk jenis kopi robusta posisi Indonesia di tempat kedua setelah Vietnam. Kopi Robusta terutama digunakan untuk membuat kopi instan dan minuman penambah energi. Secara umum produktivitas saat ini mendekati 1.000 kilogram per hektare. Ekspor kopi dari Lampung bukanlah produksi daerah Lampung sendiri. Sebagian besar biji-biji kopi itu didatangkan para pedagang dari daerah sekitar di Propinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu. Proses pra ekspor memang dilakukan para eksportir di Lampung dan kemudian dilayarkan ke pasar global melalui Pelabuhan Panjang. Ekspor kopi melalui Pelabuhan Panjang, Lampung setiap tahunnya berkisar antara 250 ribu
sampai 300 ribu ton. Kopi yang diekspor terdiri dari grade 1 sampai grade 6. Tetapi yang terbanyak adalah grade 4 dan 5 (menengah). Komoditas kopi merupakan salah satu urat nadi perekonomian Lampung. Ekspor kopi menyumbang devisa sekitar 40 persen dan memberikan penghidupan bagi 1 juta penduduk ( kurang lebih 220 ribu KK). DR Nuril Hakim, mengatakan tidak pernah ada data resmi tentang luasan tanaman kopi di kawasan hutan TNNBS tersebut. Tetapi, produksi dari kawasan itu cukup lumayan. “Mungkin bisa memberi kontribusi sekitar 1520 persen dari total produksi Lampung kopi selama ini.” katanya. Dari sisi perdagangan biji kopi, ujar Udopanggilan akrab Nuril Hakim penurunan produksi mulai akan terasa pada panen bulan April-Mei 2012 mendatang. Dari sisi nilai ekonomi, katanya, dengan hitung-hitungan kasar produksi sekitar 20 persen dari 140 ribu ton produksi Lampung, maka itu
berarti ada sekitar 28 ribu ton biji kopi yang bakal hilang. Dengan hitungan harga biji kopi Rp20 ribu per kilogram, maka nilai 28 juta kilogram itu sama dengan Rp 560.000. 000.000 (lima ratus enam puluh miliar rupiah). Suatu jumlah yang sangat besar dan selama ini ikut menggerakkan kapasitas perekonomian Lampung. Udo menjelaskan, masalah perkebunan kopi di kawasan hutan TNBBS adalah masalah lama. Di era tahun 1980-an, katanya, pemerintah pernah juga melaksanakan program menurunkan perambah dari kawasan hutan dan memindahkan mereka ke tempat lain melalui program transmigrasi lokal-translok. Penduduknya dipindah dan tanaman kopinya dimusnahkan (ditebang), seperti yang dilakukan sekarang ini, ujar Udo. Tetapi sesudah beberapa tahun tanaman itu bertunas lagi, tumbuh subur sehingga perambah kembali lagi ke hutan memanen biji kopi “hutan” tersebut. Editor.
LEGAL STATUS TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN (TNNBS) 1. Ditetapkan sebagai Suaka Margasatwa Sumatera Selatan I (SMSS I) tahun 1935, dengan Besluit van der Gouverneur General van Nederlands Indie No.48 stbl.1935. 2. Ditetapkan sebagai kawasan pelestarian alam, 1 April 1979 3. Ditetapkan sebagai Taman Nasional melalui Surat Pernyataan Menteri Pertanian No.736/Mentan/X/1982 tanggal 14-10-1982 dengan luas 356.800 hektare. 4. Cagar Alam Laut-Bukit Barisan Selatan (CAL-BBS) seluas 21.600 hektare ditetapkan Menteri Kehutanan dengan Keputusan Menhut No. 71/Kpts-II/ 1990 masuk dalam pengelolaan TNNBS. 5. Ditetapkan sebagai Tropical Rainforest Heritage of Sumatera oleh Unesco Juli 2004. 6. Melalui SK Dirjen PHKA No.69/IV-Set.HO/2006 ditetapkan sebagai Taman Nasional Model 7. Tanggal 1 Februari 2007 berdasarkan Permenhut No.P03/Menhut-II/2007 dietapkan sebagai Balai Besar TNNBS. 8. Lokasi Provinsi Lampung - Kabupaten Tanggamus - Kabupaten Lampung Barat - Provinsi Bengkulu - Kabupaten Kaur - CAL-BBS TOTAL
10.500 260.300 66.000 21.600 378.400
hektare hektare hektare hektare hektare
OPINI INDONESIA EDISI 001 I JANUARI 2012
17
SOSIAL
Kopi dan Masyarakat Lampung BAGI Provinsi Lampung, kopi merupakan komoditas yang sangat penting. Hampir 60 persen ekspor kopi Indonesia dialirkan dari Lampung melalui Pelabuhan Panjang. Bahkan, Pemerintah RI sudah menetapkan Lampung sebagai Etalase Kopi Indonesia. Di pasar dunia, posisi Indonesia sebagai negara produsen kopi berada di nomor empat setelah Brazil, Kolumbia dan Vietnam. Bahkan untuk jenis kopi robusta, Indonesia berada di posisi kedua setelah Vietnam. Dalam dunia perkopian Indonesia, Daerah Lampung, Sumatera Selatan dan Bengkulu dijuluki segitiga emas Kopi Robusta Indonesia. Meski demikian, perkembangan tanaman dan produktivitas kopi dari ketiga provinsi (daerah) belumlah menggembirakan. Saat ini produktivitas kopi Lampung, Sumatera Selatan dan Bengkulu, masih rendah baru sekitar 800 kg perhektare, padahal di Vietnam sudah di atas 2 ton perhektare. Menurut data-data resmi pemerintah, luas areal tanaman kopi di Lampung sekitar 140 ribu hectare dengan produksi pertahun 140 ribu ton. Sebagian dari produksi itu dipakai untuk konsumsi dalam negeri dan sebagiannya lagi di ekspor ke manca negara. Menurut data-data ekspor kopi dari Pelabuhan Panjang, setiap tahunnya ekspor kopi melalui pelabuhan Lampung selalu di sekitaran 240 ribu ton. Sebagian besar biji-biji berkandungan kafein itu didatangkan oleh para pedagang kopi dari daerah-daerah kopi di Sumatera Selatan dan Bengkulu dan kemudian diproses di kilang-kilang eksportir (sortir) di Bandarlampung sebelum dikapalkan ke lebih 40 negara tu-
juan. Karena itu di pasar dunia, kopi dari Pelabuhan Panjang itu terkenal dengan nama Kopi Lampung. Tahun 2005 ekspor melalui Pelabuhan Panjang berjumlah 334.844 ton dengan nilai 290 juta dolar lebih. Tahun 2006 menurun menjadi 230.635 ton dengan nilai 264 juta dolar. Tahun-tahun belakangan ini volume ekspor kopi dari Lampung (Pelabuhan Panjang) berkisar 250 ribu ton per tahun. Kopi robusta digunakan sebagai bahan membuat kopi instan dan minuman penambah energi. Di Seatle, Amerika Serikat, biji-biji kopi robusta itu diolah oleh sebuah perusahaan menjadi kopi instan dengan merk “star buck” yang menjadi minuman favorit kelas atas di seluruh dunia. Harga kopi Star Bucks kurang lebih sekitar Rp500 ribu per kilogram, kata DR Nuril Hakim mantan Wakil Ketua BPP AEKI. TANAMAN RAKYAT Berbeda dengan budidaya kopi di banyak negara produsen seperti Vietnam, pengusahaan tanaman kopi di Lampung seluruhnya merupakan tanaman perkebunan rakyat. Di Lampung, komoditas ini diusahakan rakyat di wilayah Kabupaten Tanggamus, Pesawaran, Lampung Barat, Lampung Utara dan Way Kanan. Di Lampung, usaha tanaman kopi menjadi sumber hidup bagi sekitar 250.000 KK penduduk (lebih satu juta jiwa) Dari sisi ekonomi Udo menyebutkan komoditas kopi memberikan pemasukan devisa yang cukup besar setiap tahunnya. Selain nilai ekonomis yang tinggi itu, kopi juga memiliki peran social yang besar dalam budaya Lampung. Sudah menjadi tradisi di Lampung minuman kopi pada setiap keluarga memberikan aroma persahabatan dan solidaritas. Di Lampung kopi adalah minuman persahabatan dan perdamaian. Setiap keluarga di Lampung pastilah menyuduhkan hidangan kopi panas untuk para tamunya. DR. Nuril mengatakan, sampai saat ini, kedua nilai tersebut (ekonomi dan budaya) belum tergantikan oleh komoditas lainnya. “Inilah strategisnya kopi bagi perekonomian dan bagi budaya Lampung,” katanya. Itulah sebabnya kebijakan “penurunan perambah” dari kawasan TNNBS (Taman Nasional Bukit Barisan Selatan) sekarang itu segera saja menyeret isu social lainnya. Rimson
OPINI INDONESIA EDISI 001 I JANUARI 2012
18
MEREKA YANG BERPOTENSI
MEMBANGUNKAN TULA Heri Wardoyo, nama yang semakin hari semakin akrab dan bergema di masyarakat Tulangbawang. Tampilan wajahnya yang klimis melalui sejumlah baliho, spanduk, poster dan kalender yang tersebar ke seluruh pelosok daerah yang berjuluk Sang Bumi Nengah Nyapur itu dimaknai masyarakat menunjukkan ketulusan hati dan membawa pesan perubahan “Visi saya tidak muluk-muluk. Saya ingin membangunkan Tulangbawang, membangunkan semangat rakyatnya membuat perubahan sehingga kehidupan hari esok akan lebih baik dari hari ini” ujar Heri Wardoyo, menjawab OPINI Indonesia beberapa waktu lalu, ketika ditanya terkait gagasan dan obsesi yang mendorongnya maju ke pemilihan kepala daerah (pilkada) Tulangbawang tahun 2012 ini. Pegiat LSM dan wartawan ini mengatakan sudah sejak beberapa bulan ini sebagian waktunya dia gunakan berada di tengah masyarakat Tulangbawang untuk lebih memahami aspirasi dan harapan masyarakat. Dia melakukan berbagai kegiatan sosialisasi seperti kegiatan olahraga, pengajian dan bakti social berupa pengobatan gratis dan pemberian bantuan kepada masyarakat di pelosok-pelosok kampung. Heri memang type pemimpin yang lebih senang berada di tengah-tengah masyarakat “pedesaan” ketimbang berbaur dengan hiruk pikuknya dinamika politik di tataran elite. “Saya kira, masyarakat adalah sekolah yang paling tinggi untuk menyerap dan merasakan apa yang rakyat harapkan,” katanya pula. Dari kegiatan sosialisasi yang sudah dilakukannya, menjangkau hampir seluruh kecamatan dan sebagian besar kampung itulah, Heri Wardoyo mengatakan semakin lebih mengetahui dan memahami ‘apa, mengapa dan bagaimana sebetulnya Tulangbawang saat ini’. “Pemahaman atas kondisi rakyat penting menjadi pelita dan rambu-rambu yang akan menuntun pengabdian kita kepada bang-
sa dan negara,” katanya pula. Menurut Heri, jabatan itu bukan hanya pekerjaan semata, tetapi lebih dari itu. Jabatan adalah amanah. BAGAIMANA TULANGBAWANG ? Secara umum, kata Heri, kondisi Tulangbawang tidak jauh beda dengan kabupaten lainnya di Lampung. Ada kemajuan meskipun dari sisi pemerataan belum mengesankan. Dia melihat ada dua permasalahan pokok yang masih menghantui yaitu masalah kemiskinan dan tingkat pengangguran yang terus meningkat. Kemiskinan itu membuat masyarakat takut akan masa depannya. Masyarakat takut tidak cukup makan, takut sakit karena untuk berobat biayanya mahal, takut tidak bisa menyekolahkan anak karena ketiadaan biaya, dan juga takut tidak ada kenyamanan dan keamanan dalam kehidupan keseharian mereka. “Saya melihat ketakutan inilah yang membuat masyarakat kita apatis. Bahkan sudah banyak yang merindukan masa lalu, masa Orde Baru yang dinilai lebih memberi kepastian ekonomi dan keamanan,” ujarnya pula.
Menurut Heri, untuk membangunkan Tulangbawang haruslah dimulai dari desa, sebab hampir 80 persen penduduk berada di perdesaan dengan usaha bidang pertanian. Desa haruslah dijadikan pusat pertumbuhan. Membangunkan desa itu, katanya lagi, tidak lagi bias dilakukan hanya dengan cara-cara biasa. Diperlukan terobosan dan keteladanan yang nyata, sehingga semangat rakyat untuk membangun dirinya bangkit kembali. BAGAIMANA MEMBANGUNKAN SEMANGAT ITU ? Heri Wardoyo adalah wartawan, pegiat social (Ketua LSM), mantan dosen, dan pembicara di berbagai kegiatan, terutama yang berkaitan dengan kehidupan rakyat berpendapat diperlukan kerja nyata untuk membuat semangat rakyat bangkit kembali. Karena itu, katanya, para pemimpin baik itu pemimpin formal maupun pemimpin nonformal haruslah bekerjasama memberi contoh dan teladan. Misalnya saja, dalam penyusunan suatu program pembangunan, perlu melibatkan sebanyak mungkin masyarakat atau kelompok
BIODATA Nama
:
Tempat dan Tanggal Lahir :
HERI WARDOYO Tanjungkarang, 28 Mei 1967
Pekerjaan
:
Pegiat Sosial, Penulis, Wartawan, Pembicara Publik
Pendidikan
:
S1 Hukum, S2 Jurnalistik
Alamat
:
Jalan Kelapa No.18 Way Halim, Bandarlampung OPINI INDONESIA EDISI 001 I JANUARI 2012
20
MEREKA YANG BERPOTENSI
TULANG BAWANG masyarakat seperti tokoh adat, ulama, pemuda, lembaga desa, kelompokkelompok tani dan sebagainya. Maksudnya, agar program itu sesuai dengan karakter setempat dan mudah diimplementasikan. Selain itu, dalam era demokratisasi sekarang ini, setiap kebijakan harus dilakukan secara terbuka (transparan) sehingga masyarakat tahu untuk apa program atau proyek itu dibuat. “Saya rasa sekarang ini, keterbukaan dan ketulusan itulah yang harus menjadi modal bagi setiap pemimpin bangsa kita,” katanya lagi.
“Mau maju? Kuncinya rakyat. Karena rakyatlah pelaku perubahan itu,” katanya. Dikatakannya, selain program yang secara langsung memberdayakan masyarakat, pembangunan infrastruktur jalan, jembatan, irigasi, dan listrik, pendidikan dan kesehatan juga sampai saat ini masih jadi harapan mayoritas rakyat Tulangbawang, “Mau maju? Kuncinya rakyat. Karena rakyatlah pelaku perubahan itu,” katanya. Terkait pilkada 2012 ini, Heri Wardoyo sepenuhnya menyerahkannya kepada kehendak rakyat. “Rakyatlah yang memilih pemimpin yang me reka percayai, dan kita harus hormati itu,” katanya dan menegaskan bahwa yang paling penting bagi dia adalah ikut mengambil bagian dalam mengobarkan se mangat perubahan itu. Rimson OPINI INDONESIA EDISI 001 I JANUARI 2012
21
COMPANY PROFILE
MERPATI NUSANTARA AIRLINES
MENJEMPUT MASA DEPAN BERSAMA SAI BUMI RUWA JURAI Perusahaan Penerbangan Merpati Nusantara Airlines yang punya kesejarahan kental dengan Provinsi Lampung, tahun ini akan membuka rute baru ke beberapa kota di Lampung, termasuk ke Lanud Gatot Subroto, Kabupaten Way Kanan. Hal itu dikatakan Director Merpati Vacation Lampung, Zein Ginting beberapa waktu lalu. “Kami menjadi lebih percaya karena program kami terbang ke Way Kanan disambut baik oleh pemerintah daerah setempat. Kami menilai rute itu termasuk sangat prospektif, karena mudah dijangkau dari kabupaten-kabupaten bagian utara Provinsi Lampung dan bagian selatan Provinsi Sumatera Selatan,” ujarnya. Kami juga menjajaki ke Bandara Serai, Lampung Barat dan Astra Ksetra, Menggala, Tulangbawang. Ketiga daerah selain mengalami pertumbuhan pesat juga kaya dengan potensi wisata yang layak dikembangkan, katanya. Dari perkembangan
selama ini, tambah Zein Ginting, jumlah penumpang yang menggunakan jasa MNA terus bertambah. “Sekarang ini load factor pesawat kami dari Lampung (Raden Intan) ke berbagai kota sudah mencapai 60 persen. Dan trennya menunjukkan peningkatan lumayan,” katanya pula memberi gambaran. Sementara ini frekwensi penerbangan Merpati dari Bandara Raden Intan, Tanjungkarang, baru 1 x sehari ke Jakarta, 1 x sehari ke Bandung dan 1 x sehari ke Semarang, dan 1 x ke Palembang pp. “Untuk sementara kami melakukan satu kali penerbangan dalam sehari pulang pergi (pp). Harga
OPINI INDONESIA EDISI 001 I JANUARI 2012
23
COMPANY PROFILE tiket yang kami berikan relatif terjangkau berkisar Rp 300 ribu rupiah,” ujar staf Arie Tour & Travel Jalan Walter Monginsidi No.143 Bandarlampung. Dia mengatakan penerbangan ke kota-kota tersebut menggunakan pesawat MZ3209 tipe MA 60. Kemajuan Provinsi Lampung dalam beberapa tahun ini, Director Merpati Vacation Lampung itu, telah mendorong peningkatan mobilitas angkutan udara. “Posisi Lampung sangat strategis, dekat dengan pusat-pusat kegiatan ekonomi, sosial dan politik, Jakarta. Dia menilai dengan posisi geografisnya itu, maka Lampung ke depan ini, juga akan dilirik sebagai tempat pertemuan-pertemuan baik skala regional ataupun internasional. “Selama ini event-event itu masih mengarah ke Jogyakarta, Solo ataupun Bali.
Kita berharap ke depan ini juga akan mengalir ke Lampung karena fasilitas yang ada sudah sangat memadai,” katanya. Di bidang wisata, dia memberikan gambaran bahwa potensi Lampung cukup beragam dan tidak kalah dengan daerah-daerah tujuan wisata lainnya. Karena itu, kata Zein, kemudahan penerbangan dari dan ke Lampung akan mendorong peningkatan kunjungan wisata, baik domestik maupun mancanegara. “Peluang inipun kami lihat, sehingga kami optimis dengan rute-rute baru yang kami rencanakan itu,” katanya lagi. Untuk diketahui Zein Ginting adalah salah seorang penggagas dan penggerak Festival Krakatau pertama (1999) yang kini telah menjadi salah satu agenda andalan promosi wisata Lampung. David
OPINI INDONESIA EDISI 001 I JANUARI 2012
24
EKONOMI
DR NURIL HAKIM YOHANSYAH
KEBIJAKAN PERBERASAN BELUM BERUBAH Ekonom DR Nuril Hakim Yohansyah menilai politik pangan yang diterapkan pemerintah sampai saat ini masih belum berubah, khususnya pada aspek produksi, yakni masih menggunakan pendekatan komoditi beras sebagai komoditas pangan pokok. Dihubungi beberapa waktu lalu, pengamat ekonomi dan politik ini menjelaskan, kebijakan itu tampak antara lain dari program pemerintah menggerakkan BUMN untuk mencetak sejuta hektar sawah baru, agar produksi beras dalam negeri mencukupi kebutuhan yang terus meningkat. Untuk diketahui terkait dengan pencetakan sawah baru yang akan dimulai tahun 2012 ini, Menteri BUMN Dahlan Iskan mengatakan telah mengadakan koordinasi dengan BUMN Syang Hyang Seri, Perum Bulog, PT Pertani dan PT Perkebunan Nusantara. Nuril Hakim mengatakan peningkatan produksi pangan beras memang tetap relevan dan perlu diberikan perhatian lebih, karena pasar beras internasional yang ‘tipis’ dan harga tidak OPINI INDONESIA EDISI 001 I JANUARI 2012
25
EKONOMI stabil. Bagi Indonesia dengan penduduk 240 juta lebih, katanya, beras merupakan komoditi strategis, mengingat usaha tani padi memberi kesempatan kerja dan sumber pendapatan bagi kurang lebih 25 juta rumah tangga. Selain itu, beras pun merupakan bahan pangan pokok dengan pangsa konsumsi 133 kilogram per kapita per tahun. Sekitar 30 persen dari pengeluaran rumah tangga miskin dialokasikan untuk pengadaan beras. Karena itu, kata Udo-sapaan akrab Nuril Hakim- fluktuasi harga beras selalu berdampak langsung pada timbulnya masalah social dan ekonomi di masyarakat serta mempengaruhi jumlah dan kualitas tingkat kemiskinan di Indonesia, lebih signifikan dari komoditas lainnya. “Selama ini, bagi pemerintah, persoalan tersebut selalu diselesaikan dengan mengimpor beras yang jumlahnya cukup besar dan menguras devisa negara. Beras dijual dengan harga murah (karena disubsidi,red) agar rakyat senang dan tetap tenang. Jadi alas an yang tersembunyi di balik kebijakan impor beras ini sebenarnya lebih berat ke faktor social politik. Tetapi dalam
jangka panjang kebijakan ini sama sekali tidak menguntungkan, karena akan menimbulkan ketergantungan pada beras impor yang akan berdampak merugikan semua pihak baik produsen (petani) ataupun konsumen ,” kata Udo menanggapi pernyataan Menteri Pertanian Suswono Rabu lalu (14/12) yang mengatakan bahwa beras sekarang ini sudah menjadi komoditas politik. Sebagaimana dikutip pers, menteri mengatakan “ketika ada impor beras 2 juta ton, membuat (program) produksi beras 37 juta ton jadi terlupakan. Karena beras merupakan komoditas yang menarik untuk dibicarakan, mulai dari pengamat, masyarakat, hingga anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR),” katanya. ANCAMAN KRISIS PANGAN Menurut Udo, dengan menggeser sedikit fokus perhatian pada pencapaian ketahanan pangan, ketersediaan pangan tidak hanya bisa didekati dari sisi produksi, tetapi dapat dikombinasikan dengan berbagai pendekatan lain, seperti diversifikasi pangan, pengembangan pangan baru dan impor pangan.
Sementara untuk peningkatan daya beli masyarakat dapat didekati dengan pengembangan usaha-usaha produktif yang bernilai tambah tinggi. Kondisi ketahanan pangan Indonesia yang masih labil, sudah diingatkan Wakil Presiden Boediono pada acara Hari Pangan Sedunia XXXI di Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo, beberapa waktu lalu. Pada acara itu Boediono menegaskan kondisi pangan di Indonesia masih rawan karena suplai pangan dari dalam negeri baru bisa mengimbangi laju pertumbuhan penduduk. “Pada situasi sekarang, keadaan pangan secara umum masih mengimbangi pertumbuhan penduduk, walaupun pas-pasan. Oleh karena itu kondisi pangan kita masih mengalami kerawanan,” katanya. . Di beberapa daerah, menurut Boediono, banyak warga kesulitan mendapatkan bahan makanan. Padahal kerawanan pangan akan menyebabkan masalah ekonomi dan social. Untuk mengatasinya, Boediono meminta produksi beberapa komoditas, seperti, beras, gula, jagung, ikan dan daging, dibuat berlebih. Dengan demikian, ‘ada sabuk pengaman un tuk pangan. RS
OPINI INDONESIA EDISI 001 I JANUARI 2012
26
KOLOM
RIMSON SIMANJORANG
Surat Dari Mesuji RIBUAN warga yang kehilangan tempat tinggal dan lahan pencaharian karena digusur dari garapan mereka di register 45 Sungai Buaya, Mesuji, oleh Tim Penertiban Hutan Provinsi Lampung, Kamis 9/9 lalu, kini mengungsi di berbagai tempat termasuk di Sesat Agung (Gedung Adat) di Kota Menggala, Tulang bawang. Mereka mengungsi dengan keluarga dan anak-anak mereka yang masih bersekolah, karena sudah tidak ada lagi tempat mereka berteduh. Pengungsian penggarap register 45 itu semata-mata untuk meminta perlindungan dan bantuan kepada berbagai pihak, agar dicarikan solusi sehingga hidup mereka tidak terlunta-lunta dan pendidikan anakanak terputus seperti saat ini. Penderitaan ribuan warga ini tak berakhir sampai di sini saja. Ketika Kabupaten Mesuji melakukan pilkada perdananya September tahun lalu, mereka ini juga tidak diberikan hak memilih. Mereka dinilai sebagai penduduk liar yang tak pantas ikut dalam proses demokrasi itu. Jeritan pengungsi penggarap register 45 itu merupakan manifestasi kegelisahan yang tingkat ketidakpastian masa depannya sangat tinggi. Kehidupan keluarga mereka tak lagi jelas arahnya. Apakah mereka dikucilkan oleh Ibu Pertiwi atau bahkan kemudian “ditakuti” oleh anak-anaknya sendiri masih belum jelas. Suara dari Mesuji juga merupakan manifestasi rasa cita tanah air, cinta kedamaian dan cinta persaudaraan. Mereka yang digusur paksa tidak melakukan perlawasan. Rumah-rumah yang mereka bangun dengan keringat mengucur dan juga air mata dalam sekejak dihancurkan buldozer tim penertiban. Hukum harus ditegakkan. Inilah yang membuat kita terperangah. Sebab, hukum bukan ditujukan untuk hukum, melainkan mengabdi kepada tegaknya keadilan dan kebenaran. Penegakan hukum di negeri ini memang berpihak kepada mereka yang kuat..
Tidak seperti apa yang tergambar pada “Dewi Keadilan” yang pada tangan kirinya terdapat neraca dan di tangan kanannya memegang pedang dengan mata tertutup, yang menjadi arti bahwa keadilan harus ditegakkan tanpa pandang bulu. Seburuk apakah Indonesia saat ini? Saat ini, wajah Ibu Pertiwi dalam keadaan rusak. Bopeng-bopeng diguncang bencana alam silih berganti, korupsi yang memelaratkan rakyat terus terjadi. Sementara itu, puluhan ribu warga bangsa – termasuk mereka yang tergusur itu tak jelas masa depannya. Semua itu sepertinya sudah menjadi berita biasa di media massa. Bahkan sekarang ini, bom meledakpun tidak lagi membuat bangsa ini terkejut. Semua yang “luar biasa” itu dianggap “biasa”. Rasa kebersamaan yang dulu menjadi modal anak negeri merebut kemerdekaan sudah menipis. Kini, di saat wajah Ibu Pertiwi bopeng-bopeng, kusut, matanya sayu, dan sakit-sakitan itu, Suara dari Mesuji membangunkan kita untuk mencintai bangsa ini dan daerah ini. Kadang kala, rasa marah sudah sampai di ubun-ubun. Belanda saja yang 350 tahun menjajah negeri ini tak satu pun pohon yang tumbang. Tetapi, kini sesudah merdeka dan Ibu Pertiwi diurus oleh anaknya sendiri, hampir semuanya hancur. Sekitar 43.000 hektar lebih kawasan hutan Register 45 itu diberikan pengelolaannya kepada PT Silva Inhutani Lampung. Sementara, puluhan ribu anak-anak Ibu Pertiwi menangis tak memiliki lahan untuk kehidupan mereka. Pertanyaan yang selalu menohok kita, apakah anak negeri ini begitu bodoh atau rakus sehingga nekad merambah kawasan tak berhutan itu? Jawabannya terpulang kepada kita. Tetapi, sudah saatnya kita introspeksi diri dan berlomba mencintai daerah ini.
OPINI INDONESIA EDISI 001 I JANUARI 2012
27
STRATEGIC REVIEW A. PENDAHULUAN Umat Islam Indonesia adalah golongan mayoritas, dan ini meniscayakan bahwa gerak sejarah bangsa dan negara ini berada di tangan umat Muslim. Kemajuan dan kesejahteraan bangsa dan negara bertolak dari bagaimana umat muslim menykapi dirinya, lingkungan, sesama manusia, dan hubungan spiritualitasnya, progresifitas, maupun stagnasi aspek-aspek kehidupan berbangsa dan bernegara, dalam prosentase yang dominan, ditentukan oleh sikap histories umat muslim. Salah satu fenomena kontemporer yang menghambat gerak laju dan progresifitas umat muslim adalah radikalisme agama dan perpecahan internal di tubuh umat muslim. Radikalisme agama mengindikasikan betapa persatuan dan kesatuan telah retak atas nama “memperjuangkan Tuhan”. Bangsa yang dulu bersatu memperebutkan kemerdekaan dari tangan kaum kolonial, kini saling bermusuhan satu sama lain atas nama keyakinan. Radikalisme agama juga mengindikasikan bahwa di internal umat muslim tidak terdapat kesatuan visi dan kesepakatan misi, mengingat masih ada segolongan muslim moderat menolak radikalisme dan menginginkan persatuan. Kesibukan umat musim mengurusi radikalisme dan perpecahan internal semacam ini menujurus pada terabaikannya pengembangan ilmu pengetahuan dan terlantarkannya kesejahteraan ekonomi. Fokus perhatian umat muslim tercurahkan habis untuk menyelesaikan “sandungan-sandungan” yang tampaknya ditimbulkan oleh ulah sebagian umat muslim sendiri. Sampai di sini kita bias menangkap gambaran singkat apa yang menjadi idealisme bersama, dan apa pula yang menjadi hambatan beratnya.
DARI TRIBALISME KE HUMANISME STRATEGI ORMAS KEAGAMAAN DALAM MEMBANGUN BUDAYA DAMAI Oleh : Dr. H.Moh. Mukri M.Ag (Rektor IAIN Lampung) Kita mencita-citakan umat islam khususnya, dan bangsa Indonesia pada umumnya, menjadi satu kesatuan bangsa yang utuh, sejahtera secara ekonomi, dan maju dalam bidang pengetahuan dan teknologi, serta bertakwa pada Tuhan Yang Maha Esa. Untuk mewujudkan cita-cita ideal seperti itu diperlukan pemikiran yang matang tentang strategi dan langkahlangkah realisasinya. Karenanya, uraian di bawah ini akan menggambarkan kondisi umat muslim, institusi keagamaannya, dan kemudian langkah-langkah
yang relatif tepat untuk memperlakukan umat muslim yang sedemikian rupa. B. REALITAS UMAT ISLAM INDONESIA Indonesia terdiri dari deretan pulaupulau yang sambung menyambung dari Sabang hingga Merauke. Gunung-gunung dan sungai-sungai menjadi cirri khas kekayaan yang kita miliki. Masyarakat kita adalah masyarakat agraris, dan selebihnya pedagang, kaum intelektual, dan pejabat pemerintahan. Besarnya bangsa ini seca-
OPINI INDONESIA EDISI 001 I JANUARI 2012
28
STRATEGIC REVIEW
ra kuantitas juga melahirkan keragaman budaya yang sangat kaya. Ratusan bahasa local yang bias dicatat dan digunakan sebagai alat komunikasi sehari-hari, akan tetapi mereka dipersatukan dengan bahasa Indonesia. Terdapat keyakinan keagamaan yang berbeda-beda (Hindu, Budha, Katolik, Kristen, Islam, dll), namun mereka tetap dipersatukan oleh keyakinan yang sama, yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Adat istiadat dan tradisi yang berbeda-beda bertebaran seperti jamur di musim penghujan dan ujung Aceh di bagian Barat samapi ke pedalaman Papua di bagian Timur, namun mereka dipersatukan oleh spirit yang sama, yakni Persatuan Indonesia. Demikian pula yang terjadi di dalam keyakinan keagamaan umat Islam Indonesia. Ada sekian banyak cara pandang dan penafsiran yang berbeda atas agama, namun mereka dipersatukan oleh keyakinan yang satu, yaitu la ilaha illallah Muhammad rasulullah (Tiada tuhan selain Allah. Muhammad adalah utusan Allah). Ada sekian banyak aliran dan ideology yang berkembang dan dianut oleh umat muslim Indonesia, akan tetapi mereka memiliki satu pedoman yang sama, yakni AlQuran dan al-Sunnah. Perbedaan aliran dan ideology umat muslim semacam itu turut memperkaya khazanah kebudayaan dan tradisi umat muslim Indonesia. Keragaman yang sangat kaya itu tidak sekedar memancarkan cahaya kebenaran dari sabda Rasulullah Saw, “ikhtilaf ummati rahmatun� (perbedaan umatku adalah
rahmat Tuhan). Lebih dari itu, keragaman budaya dan tradisi akan mampu mengangkat citra positif bangsa dan negara, terutama apabila dijaga dan dirawat dengan baik, sehingga terjalin hubungan yang harmonis. Usaha-usaha awal yang mengarah pada proses harmonisasi dan mempertemukan visi dan misi umat muslim Indonesia, salah satu contohnya, sudah digagas oleh Ormas-Ormas Islam yang turut dalam Deklarasi Lembaga Persahabatan Ormas Islam di Jakarta (21/ 10/2011). Hadir dalam deklarasi tersebut perwakilan 14 Ormas, antara lain NU, Muhammadiyah, Al Irsyad Al Islamiyah, Persis, Ittihadiyah, serta Matlaul Anwar. Hadi pula perwakilan Ormas Arrobitoh Al Alawiyah, Syarikat Islam Indonesia, Perti, Ikadi, Azzikra, PITI (Persatuan Islam Tionghoa Indonesia), Dewan Dakwah Islam Indonesia, dan Himpunan Bina Muallaf. Ormas Islam yang tumbuh subur di Indonesia merupakan representasi dari ragam cara keberagaman umat muslim. Keragaman adalah perwujudan konkret dari adanya cara berpikir yang berbeda, ekspresi dan cita rasa beragama yang berbeda, sehingga melahirkan sikap dan perilaku sehari-hari yang berbeda pula. Yang demikian ini memperkuat tesis bahwa kebudayaan umat muslim Indonesia sangat beragam dan bervariasi. Sampai di sini kita dihantui pertanyaan-pertanyaan krusial : bagaimana mempertahankan keragaman tanpa harus terjerumus pada homogenisasi? Strategi semacam apa yang dapat
ditempuh agar tercipta perdamaian di tengah-tengah perbedaan pola piker dan cita rasa keberagaman? Apakah persatuan dapat diwujudkan tanpa menghapus identitas-identitas yang berbeda dan sudah menjadi cirri khasnya masing-masing? Makalah singkat ini mengarah pada penjelasan tentang hambatan dan batu sandungan yang mengganggu proses pembentukan masyarakat yang rukun, damai, harmonis, bersatu, adil, dan makmur. Menghapus hambatan dan batu sandungan di bawah ini sama halnya dengan upaya mewujudkan masyarakat ideal yang bersatu, rukun, adil dan sejahtera. C. DARI TRIBALISME KE HUMANISME TAWARAN STRATEGI Dalam sejarah klasik, masyarakat tribal pernah terjadi di Yunani, Polinesia, dan Maoris. Masyarakat semacam itu adalah kelompok-kelompok kecil, yang suka berperang, hidup di pemukiman yang dibentengi, diperintah oleh kepala-kepala suku atau raja-raja, atau oleh keluarga-keluarga aristocrat, saling menyerang satu sama lain, baik di laut maupun di darat. Masyarakat tribal yang tidak mengenal kehidupan harmonis antar suku, tidak menghargai perbedaan, dan memusuhi suku lain yang berbeda dengan standar moral dirinya, pernah terjadi di masa silam di tengahtengah masyarakat yang terbelakang. Masyarakat tribal tidak memiliki standar nilai, etika, dan moral yang sama. Satu sama lain bertindak sesuka hati dan semaunya sendiri. Jika terdaOPINI INDONESIA EDISI 001 I JANUARI 2012
29
STRATEGIC REVIEW pat perselisihan dan perbedaan maka perang adalah jalan “terbaik”, menurut mereka, yang harus ditempuh. Dengan demikian, masyarakat tribal tidak mengenal persatuan, dan lebih memuja perang dan permusuhan untuk memenuhi hasrat nafsu golongan sendiri, yang secara kuantitas kecil. Namun, terdapat beberapa karakter mendasar yang ditemukan sama dan dimiliki oleh setiap suku dan golongan masyarakat ribal tersebut. Karakteristik itu adalah sikap mereka yang magis dan irasional terhadap adat kehidupan social, dan kekakuan adat tersebut. Ciri magis yang mendarah daging dalam kehidupan sehari-hari mereka menuntut irasionalitas mereka dalam memperlakukan adat dan tradisi, dan ujungujungnya akan terbentuk pola hidup dan sikap social yang kaku, ekslusif, dan tertutup. Masyarakat tribal menganggap system pengetahuan dan system keyakinan yang bersarang di otak dan hati mereka sebagai sesuatu yang tidak bias diganggu gugat, mentok, dan sacral. Akibatnya, tafsiran mereka sendiri terseret ke model penafsiran yang absolut, mutlak, dan tidak menghargai perbedaan tafsir. Masyarakat tribal tidak menghargai rasionalisasi dari system pengetahuan dan rancang bangun keyakinan mereka. Karena itulah, perubahan-perubahan yang mengarah ke pembentukan pola hidup yang lebih baik, yang lebih harmonis, dan lebih mencerminkan perdamaian, jarang terjadi dan jarang dilakukan oleh masyarakat tribal. Mereka lebih takut pada pantangan-pantangan yang mereka ciptakan sendiri, dan mereka hampir jarang meragukan kebenaran cara mereka dalam bertindak. Dari pola piker yang semacam ini, yakni yang selalu meyakini kebenaran cara mereka sendiri dalam bertindak, maka kritik dan saran tertutup hampir mustahil diterima oleh masyarakat tribal. Maka dari itulah, perang berdarah adalah ekspresi moral dan etika bagi masyarakat tribal. Umat muslim Indonesia harus meng hindarkan diri dari dosa “tribalisme”. Pola piker seperti masyarakat tribal harus dibuang jauh-jauh, atau paling tidak jangan diekspresikan di ruang publik. Ormas-ormas Islam harus bersatu dan bekerjasama untuk melakukan sosialisasi pada massanya masing-masing
tentang bahaya pola piker yang tribalis semacam itu. Menyadarkan masyarakat bahwa paham tribalisme selalu mengancam dan membuntuti kita ke mana saja pergi adalah sebuah keniscayaan, kalaupun bukan sebuah kewajiban social. Sebab paham tribalisme ini adalah paham yang paling berbahaya dan mengancam persatuan dan perdamaian antar masyarakat. Tanggungjawab dan kewajiban ini, dalam porsi yang besar, sangat bergantung kepada para pemimpin ormas. Dengan kata lain, para tokoh masyarakat atau mereka yang memegang kebijakan inti dalam struktur organisasi keagamaan adalah pihak yang paling diharapkan untuk meng-goal-kan idealisme ini. Rasulullah Saw, bersabda, “kullukum ra’in wa kullukum mas ulun’an rakyatihi” (masing-masing kalian adalah pemimpin, dan kalian akan diminta pertanggungjawabannya). Karl R.Propper mendefinisikan masyarakat tribal sebagai masyarakat yang tertutup (closed society), sementara masyarakat yang menjadi tempat terjadinya konfrontasi antara individu-individu dengan keputusan-keputusan personal disebut sebagai masyarakat terbuka (open society). Masyarakat tertutup adalah masyarakat yang menutup dir dari ruang dialog dan rasionalisasi tindakan-tindakan mereka. Dalam konteks ini, ormas-ormas Islam bertugas untuk menolak terbentuknya masyarakat tertutup, dan melarang massanya bertindak tidak rasional dalam konteks kebangsaan dan kenegaraan. Bangsa ini mempunyai cita-cita ideal sebagai bangsa yang beradab. Begitu pula negara ini adalah negara hokum, yang di setiap lini kehidupan masyarakat berlaku hokum-hukum positif dari negara. Karena itulah, massa yang bertindak tidak rasional, sehingga menodai cita-cita ideal bangsa dan melanggar tata hokum negara, harus dicegah. Singkat kata, apa yang oleh Karl R.Propper diistilahkan sebagai closed society tidak boleh terjadi. Sebaliknya, ormas-ormas Islam harus mempunyai misi untuk membentuk masyarakat yang terbuka (open society). Ciri khas dari masyarakat jenis terakhir ini adalah refleksi rasional terhadap berbagai persoalan dan mengenai keputusannya dalam bertindak.
Masyarakat yang terbuka tidak menutup diri dari ruang dialog, menghargai perbedaan yang ada pada golongan di luar dirinya, dan tidak mencederai kehendak-kehendak dan kemauan-kemauan golongan lain sebagaimana kehendak dan kemauan golongannya sendiri tidak mau dicederai oleh golongan lain. Seperti ajaran pepatah kuno: “ jika engkau tidak ingin dicubit maka jangan mencubit.” Strategi yang bias diterapkan langsung oleh ormas-ormas keagamaan Islam adalah menggali nilai-nilai ajaran Islam, yang bersumber dari tafsir-tafsir mereka atas sumber Al-Quran dan AlSunnah, namun tetap memiliki satu visi dan satu tujuan, yaitu memahamkan masyarakat betapa pentingnya hidup yang terbuka, yang harmonis, yang rasional, yang menghargai perbedaan, dan membenci perpecahan, serta menjunjung tinggi perdamaian dan persatuan. Semua cirri ini dapat diistilahkan dengan satu kata :Humanis. Berangkat dari itu pula, umat muslim Indonesia tidak diharapkan menjadi masyarakat tertutup dan tidak humanis. D. PENUTUP Dalam membangun masyarakat yang harmonis, damai, adil, dan bersatu membutuhkan tenaga besar dan kerja keras. Semua usaha dan upaya dapat dikerahkan menuju satu titik goal, yaitu terciptanya masyarakat terbuka, yang humanis. Sebaliknya, “tribalisme” adalah ancaman berbahaya dan dapat mendorong masyarakat ke dalam pola piker yang tribalis, tertutup, tidak rasional, dan membanggakan kekerasan dan “perang.” Ormas-ormas Islam yang hidup subur di Indonesia turut bertanggungjawab akan lahirnya masyarakat terbuka (open Society) ini. Sebab, perubahanperubahan mendasar dalam aspek keagamaan di tengah-tengah masyarakat kita, bersumber dari model-model ideology dan tafsir yang dikembangkannya. Apabila para pemimpin ormas-ormas Islam ini bersatu dan memiliki visi misi perdamaian yang sama, anti-kekerasan, dan bersama-sama menanamkan nilai-nilai Islam yang humanis, maka dengan otomatis akan tercipta masyarakat muslim Indonesia yang terbuka dan damai. OPINI INDONESIA EDISI 001 I JANUARI 2012
30
EKONOMI
PELABUHAN PANJANG
PERTUMBUHAN CARGO NON PETIKEMAS TERUS MENINGKAT Pertumbuhan cargo non peti kemas di Pelabuhan Panjang terus menunjukkan kenaikan signifikan sejalan dengan semakin lancarnya pelayanan di pelabuhan itu, untuk mengimbangi tren kemajuan global yang semakin kompetitif. Data-data yang dihimpun OPINI Indonesia dari PT Pelindo II Cabang Panjang menunjukkan, keseluruhan barang non peti kemas yang terdiri dari kemasan General Cargo, Bag Cargo, Curah Cair dan Curah Kering dari tahun ke tahun mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Pada tahun 2008 tercatat 3.580.546 ton, tahun 2009 naik 4.367.903 ton, kemudian tahun 2010 sedikit menurun menjadi 4.328.934 ton dan samai bulan Oktober 2011 bahkan melonjak menjadi 4.940.340 ton. “Pertumbuhan ini tidak terlepas dari semakin baiknya pelayanan di
pelabuhan ini. Dan itu pulalah yang membuat Pelabuhan Panjang menjadi salah satu pelabuhan penting di belahan barat Indonesia,” kata Kepala Humas PT Pelindo II Cabang Panjang, Denison Jaya, beberapa waktu lalu. Khusus untuk barang bag cargo (karung) dan curah kering, jika pada tahun 2008 tercatat masing-masing sebesar 1.188.641 ton dan 904.426 ton, maka pada tahun 2011 sampai Oktober saja sudah mencapai angka 1.823.349 dan 1.615.996 ton. Artinya, untuk kedua jenis barang tersebut setiap tahunnya ada kenaikan
antara 32 sampai 36 persen. Ini menggambarkan bahwa volume perkerjaan manual (memerlukan tenaga buruh) di pelabuhan Panjang cukup banyak,” katanya Deni merasa perlu menjelaskan tren pertumbuhan kedua jenis barang tersebut (bag cargo dan curah kering), karena adanya rencana penggunaan zeep crane untuk mendukung produktivitas dan efisiensi di dermaga tiga (cargo curah kering), diisukan pihak tertentu (sementara supir truk) akan berdampak mengurangi volume kerja manual yang menggunakan tenaga buruh. “Isu itu tidak benar. Buktinya sampai hari ini pekerjaan cukup banyak. Dan lagi yang menggunakan zeep crane itu hanya di dermaga tiga, untuk cargo curah kering,” ujarnya. Sebagaimana diberitakan sejumlah media massa bebeOPINI INDONESIA EDISI 001 I JANUARI 2012
32
EKONOMI rapa waktu lalu, penggunaan zeep crane itulah yang disebut-sebut sebagai pemicu aksi demo sejumlah supir truk bak kayu dan bak lost (non dump truck) di pelabuhan akhir Oktober 2011 lalu. Meskipun aksi itu tidak sampai membuat kegiatan pelabuhan stagnan, tetapi gaungnya sangat mengganggu citra pelabuhan ini di mata organisasi maritim internasional (IMO/ International Maritime Organization). Aksi demo para supir yang sempat terjadi beberapa hari di akhir Oktober lalu, berakhir dengan kesepakatan bersama tanggal 29 Oktober 2011 antara perwakilan para pengemudi angkutan barang yang tergabung dalam Asosiasi Angkutan Pengemudi Pelabuhan Panjang /A2P3 (pendemo) dengan aparat pemerintah yaitu Dinas Perhubungan Provinsi Lampung, Administrator pelabuhan Panjang, Polresta Bandarlampung, LANAL Lampung, PT Pelindo II Cabang Panjang, DPC Khusus Organda Pelabuhan Panjang, APINDO, ALFI /INFA dan Koperasi TKBM Pelabuhan Panjang. Para stakeholder di Pelabuhan Panjang itu menyepakati untuk secara bersama-sama mengusulkan
kepada Menteri Perhubungan RI agar komoditi tertentu yang diimpor dari luar negeri seperti pupuk, garam, jagung, kacang kedelai, arang, bungkil/kernel, pakan ternak/SBN supaya dikemas dalam bentuk cargo karung/bag dan tidak cargo curah. Argumen mereka adalah untuk pemberdayaan para buruh dan pemberdayaan angkutan barang bak terbuka (lost bak) serta untuk meningkatkan kesehatan (higienis). KEPUTUSAN GUBERNUR Selanjutnya, Pemprov Lampung selaku fasilitator penyelesaikan permasalahan A2P3 (Asosiasi Angkutan Pengemudia Pelabuhan Panjang) tersebut, setelahnya melakukan kajian dan klarifikasi dengan kementerian di Jakarta, melalui surat No.270/3544/II.03/2011 tanggal 15 November 2011, mengambil kesimpulan, bahwa Tidak terdapat ketentuan yang mengatur bahwa pelaksanaan bongkar komoditi curah harus dilaksanakan dalam bentuk kemasan (point1). Gubernur juga menegaskan bahwa kewajiban bongkar muat dalam bentuk kemasan atas komoditas curah sebagaimana kesepakatan 29-
10 –2011 tersebut dapat menghambat kelancaran kegiatan kepelabuhanan, pelemahan daya saing jasa kepelabuhan, dan berimplikasi kepada inkodusifitas iklim perekonomian nasional di Provinsi Lampung (point 2). Bahkan ditegaskan, dalam rangka terbinanya kelancaran, kelayakan dan ketertiban dalam penatausahaan serta pelaksanaan jasa kepelabuhan di Pelabuhan Panjang, agar masing-masing pihak segera melakukan penertiban guna terpenuhinya persyaratan administrative serta standar kualifikasi teknis pelaksanaan angkutan bongkar muat, sebagaimana ketentuan UU Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, PP No.61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhan, dan PP No.20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan (point 3). Surat gubenur itu ditujukan kepada semua pihak yang melakukan kesepakatan dengan tembusa kepada Menteri Perhubungan, Menteri Perdagangan, Menteri Kelautan dan Perikanan di Jakarta, Kapolda Lampung, Danrem 043/GATAM, dan Danlanal Teluk Ratai di Pesawaran. Ilham
OPINI INDONESIA EDISI 001 I JANUARI 2012
33
SENI BUDAYA
GAMOLAN LAMPUNG RAMBAH KE MANCANEGARA Seorang peneliti berkebangsaan Australia, Margareth J Katomi mengatakan, alat musik Gamolan yang merupakan alat musik tradisional Lampung, usianya kini sudah mencapai ribuan tahun silam. Ia meneliti alat musik ini sejak tahun 1983 di dua tempat yakni Way Kanan dan Lampung Barat. Margareth sangat tertarik untuk menekuni penelitian gamolan ini. Bagi professor berusia 72 tahun ini, gambar gamolan sudah ada pada relif Candi Borobudur yang diperkirakan usianya sudah ada pada abad 4 M yang lalu. Kecintaan Margareth terhadap alat musik ini lebih dikarenakan gamolan memiliki suara yang sangat luar biasa indahnya. Dihadapan para insane pers pun, Margareth tak henti-hentinya mengagumi alat musik tersebut. “Begitu melihat gamolan ini, saya sudah jatuh cinta pada alat musik ini. Untuk itulah, saya pun melakukan penelitian terhadap gamolan. Saya pun sudah mempromosikan alat musik ini di Australia, tempat tinggal saya,� katanya. Karena penelitiannya itulah, Margareth pun mendapatkan penghargaan dari Gubernur Lampung, Sjachroedin, ZP, S.H berupa pemberian gelar Ratu Berlian Sangun Anggun, yang dinobatkan oleh Majelis Penyimbang Adat Lampung. MERAIH REKOR MURI Sejak dulu Lampung telah memiliki alat musik tradisional tersendiri. Sama seperti provinsi lain, alat musik Lampung ini banyak digunakan sebagai alat pengiring tari-tarian khas Lampung. Sebelumnya nama Gamolan lebih dikenal masyarakat dengan nama Cetik atau Lintang Pekhing. Namun
sesuai dengan perkembangan zaman, dan sudah ditemukannya penelitian, maka nama Cetik atau Kolintang Pekhing pun ditinggalkan. Dan kini masyarakat Lampung lebih mengenal dengan nama Gamolan. Prof. Margareth yang telah melakukan penelitian terhadap keberadaan Gamolan, akhirnya pun mendapatkan gelar adat dari pemerintah Provinsi Lampung. Dalam pemberian adat inilah, pemerintah Provinsi Lam pung menggelar kegiatan untuk memecahkan rekor MURI, yakni tabuh gamolan Lampung, selama 25 grup dan 25 penabuh yang diikuti oleh pelajar dari SD, SMP dan SMU hingga perguruan tinggi. Dalam kegiatan tersebut, setiap peserta mendapatkan porsi satu jam. Acara yang dimulai tepat pukul 11.05 WIB, selesai pada pukul 12.05 WIB keesokan harinya. Selama seharian penuh, suara gamolan tiada henti. Hampir setiap kali gamolan dari grup yang satu memasuki masa akhir, maka gamolan berikutnya pun sudah mulai terdengar meski pun samar-samar. Dari seluruh grup yang ikut, mereka tidak dipandu oleh pemandu irama, melainkan mereka harus memiliki kemampuan dalam menabuh. Dan selama pelaksanaan tabuh gamolan
ini, para peserta tidak boleh melakukan kesalahan. Sebab bila terjadi kesalahan, maka rekor MURI pun batal diberikan. Waktu hampir usai, namun tetabuhan tetap berjalan. Dan secara ber samaan, Deputy Manager MURI, Damian Awan Rahargo naik ke atas pentas, guna melihat dari dekat semangat para peserta dalam melakukan tabuh gamolan. Ia pun terkagumkagum dengan semangat yang dilakukan para peserta gamolan meski mereka bermain tidak mengenal
OPINI INDONESIA EDISI 001 I JANUARI 2012
35
SENI BUDAYA
waktu, hingga berakhirnya waktu. “Rekor MURI untuk waktu terlama memainkan alat musik tabuh tradisional gamolan Lampung, bertambah satu lagi. Ini sangat luar biasa, karena saya belum pernah mendengar suara musik seperti ini di dunia manapun dan ini hanya ada di Lampung,” kata Damian. Usai membacakan pengumuman dan komentarnya tentang gamolan Lampung, Damian menyerahkan piagam penghargaan MURI kepada Gubernur Lampung, Sjachroedin ZP, SH. Dan sebagai balasannya gubernur juga memberikan kenang-kenangan kepada Damian, berupa replica Menara Siger sebagai icon Provinsi Lampung.
cana menuju Lapangan Korpri yang diikuti oleh Margareth J Katomi dan M Kemal Dinata yang juga menaiki kereta kencana menuju tempat yang sama. Mereka pun menutu Pecak Saji, yakni suatu arsitektur bangunan, tempat pemberian adat dilaksanakan. Margareth mendapatkan gelar Ratu Berlian Sangun Anggun. Usai pemberian gelar, dilanjutkan dengan satu tarian yang wajib diikuti oleh para penyimbang adat, maupun dari Majelis Penyimbang Adat Lampung (MPAL). Ini dilakukan sebagai petanda bersatunya antara yang diberi gelar dengan yanag memberi gelar. Sehingga tidak ada lagi perbedaan siapapun dia. “Terus terang saya sangat salut dan memberikan penghargaan yang se-
tinggi-tingginya kepada Ibu Margareth dimana ia telah melakukan penelitian mengenai gamolan Lampung selama 27 tahun. Dan mempromosikan Lampung hingga ke manca negara. Maka sudah sepantasnya ia mendapatkan penghargaan atas jasa-jasanya yang telah ia lakukan selama ini,” kata gubernur dalam sambutannya. Selain pemberian penghargaan terhadap Margareth, pemerintah Provinsi Lampung juga memberikan penghargaan kepada para pelaku pengembangan seni budaya Lampung seperti pembuat dan pelatih gamolan Lampung. Penghargaan tersebut diberikan kepada Wayan dan Syafril yang dengan aktifnya memberikan pelatihan untuk memainkan alat gamolan tersebut. Sebagai acara penutup, digelar pula pameran pembangunan dan pawai kendaraan hias. Tak lebih dari 30 kendaraan hias mengikuti ajang pawai. Mereka berasal dari Dinas Pariwisata, PU Bina Marga, dan juga dari kabupaten-kabupaten lainnya. Acara pawai sendiri dibuka secara langsung oleh Gubernur Lampung. Dan Margareth didaulat untuk mengangkat kebutan, sebagai tanda dimulainya pawai budaya. Editor/dbs
PEMBERIAN GELAR ADAT Sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, Pemerintah Provinsi Lampung pun memberikan gelar adat kepada Prof. Margareth J. Katomi, seorang peneliti asal Australia, yang berhasil melakukan penelitian terhadap alat musik Gamolan. Pemberian adat tersebut dilakukan di areal Lapangan Korpri dihadapan para tokoh adat dan tokoh masyarakat. Dalam acara tersebut, tampak Gubernur Lampung, Sjachroedin ZP, S.H didampingi Bupati Way Kanan, Bustomi Zainuddin menaiki kereta kenOPINI INDONESIA EDISI 001 I JANUARI 2012
36
NASIONAL HATTA RAJASA DOMINASI PEMBERITAAN CAPRES 2014
DEMOKRAT SIAP USUNG HATTA RAJASA Hasil survey Developing Countries Studies Centre (DCSC) menempatkan nama Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Hatta Rajasasa sebagai salah satu kandidat capres yang paling sering diberitakan di banyak media massa selama tahun 2011. “Hatta Rajasa paling popular dalam pemberitaan di surat kabar terkait kandidat capres 2014,” ujar Direktur Riset Developing Countries Studies Centre (DCSC) Indonesia, Abdul Hakim, di Jakarta, Sabtu lalu Abdul menjelaskan, metodologi pengumpulan yang digunakan adalah mengumpulkan dan menganalisa semua artikel yang ada di tujuh suratkabar nasional tentang tokoh kandidat capres 2014. Surat kabar yang diambil untuk diteliti itu adalah Kompas, Media Indonesia, Indo Pos, Republika, Rakyat Merdeka, Suara Pem baruan dan Seputar Indonesia. Dalam data yang diberikan DCSC kepada pers, Menko Perekonomian Hatta Rajasa menempati urutan pertama dengan jumlah artikel sebanyak 51,8persen. Diikuti Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakkrie dengan jumlah artikel sebanyak 24,6 persen. Kemudian di urutan ketiga ditempati Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dengan jumlah artikel sebanyak 16,3 persen dan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto menempati posisi paling bawah dengan persentase 7,3 persen. Jika diambil dengan sembilan nama calon kuat presiden 2014, Hatta Rajasa tetap berada di posisi pertama dengan persentase 32,7 persen, diikuti Anas Urbaningrum 16,7 persen, Aburizal Bakrie 15,5 persen, Megawati 10,2 peresen, Ani Yudhoyono 6,7 persen, Sri Sultan HB X 5,7
persen, Sri Mulyani 4,2 persen, dan Surya Paloh 3,7 persen. Terkait hasil survei tersebut Partai Demokrat mengaku “naksir” Hatta dan siap menjadikannya sebagai salah satu nominasi calon presiden ataupun wapres 2014. “Tidak menutup kemugkinan dia sebagai salah satu nominasi dari kami. Track recordnya memang selama ini baik,” ujar Ketua Departemen Komunikasi dan Informasi Partai Demokrat Ruhut Sitompul. Ruhut mengatakan, hasil survei itu tidak akan menjadikan Partai Demokrat merasa didomplengi ataupun tidak ikhlas atas hasil survei DCSC. “Jadi kami tidak merasa didomplengi, perlu diperhitungkan,” jelasnya. Lebih jauh Ruhut menjelaskan bagi pihaknya Hatta Rajasa sudah merupakan bagian keluarga besar dari Partai Demokrat. “Bagi kami apapun Pak Hatta sudah merupakan bagian dari keluarga besar kami. Walaupun dia ketua umum PAN,” pungkasnya. MAHFUD MD BERPELUANG KUAT JADI CAWAPRES Sementara itu untuk posisi calon wakil presiden (Cawapres), Direktur DCSC Abdul Hakim mengungkapkan Mahfud MD berpeluang kuat menjadi cawapres 2014. “Bisa jadi demikian Mahfud MD memiliki kans terbesar sebagai cawapres 2014,” ujar Abdul kepada wartawan usai pemaparan analisis isi media Kandidat Ca-
CALON PRESIDEN 2014 HATTA RAJASA 32,7 % ANAS URBANINGRUM 16,7 % ABURIZAL BAKRIE 15,5 % MEGAWATI 10,2 % ANI YUDHOYONO 6,7 % SRI SULTAN HB X 5,7 % SRI MULYANI 4,2 % SURYA PALOH 3,7 % CALON WAKIL PRESIDEN 2014 MAHFUD MD pres 2014 di Rawamangun, Jakarta, Sabtu 7/1/2012. Menurut Abdul, peluang Mahfud MD menjadi cawapres 2014 yaitu karena prestasinya selama ini yang ditunjukkan di Mahkamah Konstitusi (MK). Jika popularitasnya bias naik sampai 2013, Abdul yakin banyak kandidat Capres yang meliriknya. “Saya yakin jika Mahfud MD mampu menaikkan prestasinya, banyak kandidat capres yang akan melirik dia untuk menjadi pendampingya nanti,” jelasnya. Namun demikian, Abdul mengatakan mengapa nama Mahfud MD tidak dimasukkan dalam penelitian kandidat Capres dari suratkabar, lantaran nama mantan Menteri Pertahanan di Era Pemerintahan Alm Gus Dur itu baru mencuat sekitar dua bulan terakhir dan tidak memiliki kenderaan politik untuk membawanya sebagai capres. “Kalau dimasukkan nantinya tidak setara, nah kalo kita paksakan nanti malah hasilnya tidak bagus. Jadi ini kami analisis sesuai elektabilitasnya dan pak Mahfud juga tidak memiliki kenderaan politik,” jelas Abdul. Editor/dbs
OPINI INDONESIA EDISI 001 I JANUARI 2012
37
PROFIL AKBP SULISTYANINGSIH
KEDEPANKAN TANGGUNGJAWAB KEDINASAN DAN SOSIAL CANTIK, manis serta senyum khas terpancar dari sosok AKBP Sulistyaningsih perwira menengah yang menjabat Kepala Bidang (Kabid) Hubungan Masyarakat (Humas ) Polda Lampung. “Silakan mas masuk saja, informasi apa yang bisa saya berikan,” ujarnya saat menerima wartawan Opini Indonesia di ruang kerjanya, Jumat (23/12). Sambil menunggu beberapa saat, ibu dari tiga anak masing-masing Siswi handari Wahyu (22), Anggia Yuliasari (15) serta M. Riza (7) membereskan sejumlah berkas dari meja kerjanya. “Maklum mas tugas bidang humas polda lumayan menguras tenaga dan pikiran, tapi saya enjoy dan merasa banyak ilmu yang saya dapatkan di sini,” kata lulusan bintara 1985 ini sembari bersiap. Perjalanan karirnya sebagai anggota polisi wanita (polwan) telah menjadikan pribadi dari istri Komisaris Besar (Kombes) Sumarjiyo ini menyenangkan bagi semua kalangan. Bukan hanya dibekali kecantikan serta inner beauty yang ada dalam dirinya, mantan Kasubdit Dikyasa Direktorat Lantas Polda Lampung ini juga dikenal brilian dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan atasannya. “Pekerjaan adalah tanggungjawab baik secara kelembagaan dan sosial masyarakat. Meski demikian, jika sudah berada dalam lingkungan keluarga, saya ingin berperan sepenuhnya sebagai ibu dari anak-anak saya dan sebagai istri yang baik bagi suami,” tutur mantan Kapolres Timika Irian jaya era 2000. Wanita kelahiran Jogja yang menggemari soto makasar makanan khas daerah Sulawesi ini punya pengalaman menarik, bahkan akan selalu dikenangnya selama ia menjabat kapolres Timika. Kultur yang sangat jauh berbeda, dari segi makanan terutama cara berpakaian masyarakat Timika menyadarkan dirinya bahwa keanekaragaman budaya Indonesia adalah suatu asset berharga. “Jangan kita lihat cara mereka berpakaian atau apapun yang mereka makan, pada dasarnya mereka merupakan bagian integral dari NKRI. Maka kita hormati itu, walau saya akui sedih melihat ketertinggalan warga di sana,” kenangnya. Mantan Kapolres Bondowoso, Jawa Timur yang jabatan Kabid Humas Polda Lampung akan genap setahun disandangnya pada 29 Desember mendatang ini
tidak asing dengan media. Bahkan kata Sulistyaningsih, ia pernah memuat tulisan-tulisan disejumlah majalah yang tersebar di beberapa daerah di Indonesia.Utamanya majalah yang dibuat berkaitan dengan tugasnya sebagai aparat penegak hukum. “Saya dekat dengan banyak wartawan baik cetak maupun elektronik. Buah kedekatan ini menghasilkan suatu karya jurnalistik meskipun itu dalam versi tugas dan tanggungjawab saya sebagai alat negara (polisi, red). Saya menikmatinya karena banyak ilmu yang saya dapat,” kata wanita yang dilahirkan pada 26 Oktober 1963 dan sempat tiga tahun tinggal di Bondowoso tersebut. Era Sulistyaningsih menjabat Kabid Humas Polda Lampung memang membawa perubahan terutama hubungan mesra yang terajut dengan awak media. Informasi apapun yang dibutuhkan wartawan selalu direspon dengan baik oleh Sulistyaningsih. “Jam kerja saya sejak menjabat Kabid Humas Polda Lampung bertambah menjadi 24 jam. Memang melelahkan, namun itu sudah resiko yang harus saya tempuh. Teman-teman media sering menelpon saya tengah malam untuk menanayakan suatu kasus tertentu dan saya ladeni karena itu perintah atasan,” ujarnya sambil menutup pem bicaraan. Editor
OPINI INDONESIA EDISI 001 I JANUARI 2012
38