Laporan Kuliah Lapangan Geomorfologi

Page 1

LAPORAN KULIAH LAPANGAN GEOMORFOLOGI DAN PENGGUNAAN LAHAN 13 Mei 2017

Risti Ary Kardina 15/378820/TK/42762 Perencanaan Wilayah dan Kota Departemen Arsitektur dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Gadjah mada 2017


Pendahuluan Geomorfologi merupakan ilmu yang mendeskripsikan bentuk lahan dan proses yang membentuknya, dan menjelaskan hubungan bentuk dan prosesnya, dan hubungan tertentu. Dengan ilmu ini maka dapat diketahui sejarah masa lampau dari bentang lahan yang ada di wilayah tersebut sehingga fenomena alam yang terjadi dapat dikaji. Sebagai seorang perencana wilayah, geomorfologi pen ng untuk dipelajari sebagai bahan per mbangan dalam perencanaan wilayah nan nya. Maka dari itu, mata kuliah ini pen ng untuk diambil sebagai mata kuliah pilihan dengan salah satu metode pembelajarannya yaitu dengan kegiatan kuliah lapangan. Sebagai perencana wilayah, ilmu geomorfologi perlu dipelajari untuk mengurangi kemungkinan resiko geomorfologikal menjadi seminimal mungkin. Selain itu geomorfologi juga perlu dipelajari lebih lanjut untuk memperoleh pemahaman yang komprehensif sebagai dasar dalam menganalisis lahan untuk menentukan pemanfaatan ruang yang paling sesuai. Secara keseluruhan Daerah Is mewa Yogyakarta memiliki 9 jenis bentang lahan dari keseluruhan 10 jenis bentang lahan yang terdapat di dunia. Sembilan jenis bentang lahan tersebut antara lain bentang lahan vulkanik, fluvial, antropogenik, marine, solusional, tektonik, denudasional, dan organik.

Tujuan Kegiatan 1. Mengiden fikasi dan interpretasi sumber data kebumian berupa peta-peta dan citra penginderaan jauh untuk kajian aspek-aspek geomorfologi, yaitu: morfologi dan topografi, proses dan struktur geomorfologi, serta material penyusun variasi bentuklahan yang ada di permukaan bumi. 2. Mengama dan mengiden fikasi ciri, struktur, proses, dan materi pembentuk dari bentanglahan asal proses fluviovulkanik, struktural patahan, dan solusional karst. 3. Mengetahui karakter potensi sumber daya alam dan potensi bencana dari bentanglahan asal proses fluviovulkanik, struktural patahan , dan solusional karst. 4. Mengiden fikasi arah penegembangan dari bentanglahan asal proses fluviovulkanik, struktural patahan, dan solusional karst.

Pelaksanaan Kegiatan Waktu Pelaksanaan : Sabtu, 13 Mei 2017 Peserta : 29 Orang Lokasi : Kabupaten Sleman dan Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta

Alat dan Perlengkapan 1. Peta Citra Pengindraan jauh 2. Alat ukur koordinat lokasi (GPS) 3. Alat pengukur kelerengan 4. Alat Tulis

5. Sekop 6. Alat pengukur pH 7. Kamera


Hasil Pengamatan Pada kuliah lapangan ini, dibahas mengenai bentang lahan fluviovulkanik, struktural dan solusional yang ada di Yogyakarta secara mendalam. Sebelum mengama kenampakan yang ada pada bentang lahan, kita harus menentukan k dari lokasi amatan yang dapat diketahui melalui sistem koordinat pemetaan. Untuk mengetahui k suatu lokasi dapat diketahui dengan menggunakan ga macam sistem koordinat pemetaan, antara lain: 1.Sistem Koordinat Geografis GCS merupakan sistem koordinat yang mengacu terhadap bentuk bumi sesungguhnya yakni mendeka bola (ellipse). Posisi objek di permukaan bumi didefinisikan berdasarkan garis lintang dan garis bujur. 2.Quadran / Universal Transverse Mercator (UTM) Proyeksi dilakukan antar garis bujur se ap 6o.. se ap daerah yang dibatasi oleh garis bujur sejauh 6 0 ini disebut zone UTM. Secara keseluruhan terdapat 120 zona UTM di dunia karena ap zona yang ada dibagi lagi menjadi utara (north) garis khatulis wa dan bagian selatan (south) garis khatulis wa. 3.Zona Indonesia masuk dalam 3 zona yaitu zona M, zona N, dan zona L.

Lokasi 1 Prambanan, Sleman, Yogyakarta Lokasi amatan pertama terletak di Kecamaan Prambanan, Sleman, Yogyakarta dengan koordinat 7 46'21,20” Lintang Selatan 110o28'15,01” Bujur Timur dan ke nggian 139 meter diatas permukaan laut. Ti k Ikat yang ada di sekitar lokasi tersebut diantaranya adalah Gunung Merapi di sebelah Utara, Kali Opak di sebelah Barat dan Perbukitan di sebelah Selatan.

Genesis Proses pembentukan dataran fluviovulkanik ini melalui dua proses geomorfologi yaitu Fluvial dan Vulkanik. Lokasi ini memiliki bentuk lahan fluviovukanik karena terbentuk dari proses fluvial aliran sungai yang materialnya berasal dari proses vulkanik gunung api Merapi. Bentuklahan asal proses fluvial (F) terbentuk akibat ak vitas aliran sungai yang berupa pengikisan, pengangkutan, dan pengendapan (sedimentasi) membentuk bentukan-bentukan deposisional yang berupa bentang dataran aluvial dan bentukan lain dengan struktur horizontal, tersusun oleh material sedimen berbu r halus. Bentuklahan asal proses volkanik (V) merupakan bentuklahan yang proses pembentukannya dikontrol oleh ak vitas volkanisme. Volkanisme adalah berbagai fenomena yang berkaitan dengan gerakan magma naik ke permukaan bumi. Bentuklahan asal proses volkanik lebih didasarkan pada material atau jenis batuan penyusun berupa batuan volkanis dengan berbagai jenisnya (Dibyosaputro, 1997). Bentuklahan vulkanik secara sederhana dibagi menjadi 2, yaitu bentuk-bentuk eksplosif (krater letusan, ash, dan cinder cone) dan bentuk-bentuk effusif (aliran lava/ lidah lava, bocca, plateau lava, aliran lahar dan lainnya) yang membentuk bentangan tertentu dengan distribusi di sekitar kepundan, lereng bahkan kadang sampai kaki lereng. Erupsi yang besar dapat merusak dan membentuk kaldera yang besar.


KEPUNDAN (Crater) KERUCUT (Volcanic Cone) break of slope - spring belt

LERENG (Volcanic Slope) break of slope - spring belt

SLEMAN

KAKI (Volcanic Foot) break of slope - spring belt

YOGYAKARTA

DATARAN KAKI (Volcanic Foot Plain) DATARAN Fluvio Vulkanic (Fluvio Vulcanic Plain)

BANTUL

Proses erosi ver kal yang kuat pada bagian hulu akibat lava/lahar dan curah hujan yang nggi membentuk lembah-lembah sungai yang curam dan rapat serta dibatasi oleh igir-igir yang runcing dengan pola mengiku aliran sungai-sungainya. Proses erosi dan denudasional yang bekerja sama menyebabkan terbentuknya relief yang kasar dan topografi yang nggi dengan kemiringan lereng yang curam pada bagian lereng atas, kemudian terdapat tekuk l e re n g ( b re a k o f s l o p e ) ya n g m e n c i r i ka n munculnya membentuk sabuk mataair (spring belt).

Kenampakan dari foto udara, tekstur umumnya kasar tetapi seragam pada ke nggian atau kelas lereng sama, semakin ke bawah semakin halus, semakin ke bawah semakin halus; rona agak gelap sampai gelap; pola agak teratur dan umumnya kenampakan fisik mempunyai pola yang kon nyu. Kenampakan yang khas adalah bahwa pada pusat kepundan akan terlihat suatu kerucut yang disekitarnya terdapat hamparan hasil erupsi tanpa vegetasi penutup.

Karakter Sumber Daya Alam Apabila di njau dari sumber daya lahan, daerah ini memiliki material aluvium yang tersusun dari pasir, kerikil, debu, dan lempung. Pembentukan tanah atau pedogenesis terjadi ke ka aluvium membentuk aluvial, tanah yang subur, tekstur geluh, struktur remah (mudah diolah), konsintensi menengah ( dak keras dan dak lembek), kandungan bahan organik atau unsur hara atau kalium, O₂ dan fosfat pada tanah nggi, pH netral antara 6,8 – 7,2, tanah rela f tebal > 100cm. Sifat tanah mudah menerima, menyimpan, dan menyalurkan air.Pemanfaatan lahan ini cocok untuk pertanian dan permukiman. Daya dukungnya nggi sehingga daerah ini dapat digunakan untuk berbagai kegiatan karena cocok untuk berbagai ak vitas baik yang ak f maupun pasif. Sumberdaya air dikawasan ini sangat melimpah. Karena daerah ini bersifat perenial yaitu sungai mengalir sepanjang tahun, debit air sungai saat hujan besar, dan saat musim kemarau debit air menurun tetapi dak akan kering. Hal itu dikarenakan daerah ini akan mendapat input air sepanjang tahun, saat musim hujan input air berasal dari air hujan sedangkan saat musim kemarau berasal dari aliran air tanah (muka air tanah lebih nggi dari lembah sungai). Aliran(efluen) air tanah yang mengisi tubuh-tubuh air di permukaan bumi disebut reservoar. Apabila air tanah nggi sedangkan muka air tanah dangkal maka kemungkinan terjadinya fluktuasi adalah dalam skala yang kecil, yaitu range maksimal adalah 5 m. Daerah ini juga memiliki kualitas air yang baik. Hal itu disebabkan banyaknya kandungan aluvium yang merupakan aquifer(penyimpan dan penyaring air tanah). Selain itu air sumur di daerah ini memiliki kemampuan self purifica on (membersihkan/menetralkan air).


Ancaman Bencana ¡ Angin pu ng beliung Sebagian besar bentang alam uviovulkanik di Yogyakarta dimanfaatkan untuk kegiatan manusia sebagai daerah perkotaan. Daerah tersebut memiliki kemiringan yang rela f datar dan tekanan udara yang rendah. Angin laut dari selatan bergerak menuju ke arah dataran nggi berupa gunung. Dengan adanya daerah perkotaan dimana terdapat banyak bangunan, angin yan datang tersebut menabrak bangunan dan terperangkap karena terhalang dinding-dinding dari rumah. Akibatnya angin yang berputar-putar itu memiliki kecepatan yang nggi atau disebut juga angin pu ng beliung. ¡ Banjir lahar dingin Daerah yang dilewa sungai dapat memiliki ancaman bahaya banjir lahar dingin karena lahar dari gunung merapi jatuh dan terbawa oleh aliran sungai . ¡ Banjir Ancaman bencana pada daerah ini adalah banjir di hilir yang terjadi kadang-kadang, tetapi banjir yang sering terjadi di daerah muara, karena sifat drainase yang bagus pada tanah yang menyebabkan banjir mudah surut sehingga banjir hanya terjadi dalam kurun waktu yang sebentar. Sedangkan jika dilihat pada aspek sosial, daerah yang subur seper ini akan banyak mengundang orang untuk datang, orang-orang yang datang dengan budaya yang berbeda sehingga rawan terjadi konik. Tata ruang yang menjadi ancaman adalah alih fungsi lahan

Arahan Pengembangan Kawasan Jika dilihat dari pemaparan mengenai karakteris k diatas, dapat disimpulkan bahwa daerah tersebut memiliki lahan yang subur, ketersediaan air yang mencukupi sepanjang tahun, dan daya dukung terhadap berbagai jenis kegiatan. Dari karakteris k tersebut, maka daerah tersebut dapat dikategorikan sebagai kawasan permukiman dan budidaya. Namun secara pemanfaatan ruang, daerah tersebut sebaiknya diperuntukan sebagai kawasan budidaya atau lahan produk f karena sifat tanahnya yang subur sehingga amat sayang jika digunakan sebagai kawasan permukiman.


Lokasi 2 Pegunungan Batur Agung, Bantul-Gunung Kidul, Yogyakarta Lokasi amatan yang kedua terletak di perbukitan Baturagung, perbatasan antara Bantul dan Gunung Kidul, Yogyakarta dengan koordinat 7 50'34.79� Lintang Selatan 110o32'17.53� Bujur Timur dan ke nggian 393 meter diatas permukaan laut. Pegunungan Baturagung merupakan pegunungan yang membentang di sisi mur Kabupaten Bantul dan sisi utara Kabupaten Gunungkidul Provinsi Daerah Is mewa Yogyakarta serta sebagian Kabupaten Wonogiri Provinsi Jawa Tengah. Rangkaian Pegunungan Baturagung ini dimulai dari bagian barat pada nggian Gunung Sudimoro (507 m) di daerah Dlingo, Bantul lalu ke utara hingga daerah Patuk, Gunungkidul dan berbelok ke mur melalui Gunung Nglanggeran lalu Gunung Baturagung (828 m) hingga Gunung Gajahmungkur (737 m) di Wonogiri. Pegunungan Kidul terbentuk dari batu gamping, menandakan bahwa masa lalu merupakan dasar laut. Temuan- temuan fosil hewan laut purba mendukung anggapan ini. Kawasan ini mulai menjadi daratan akibat pengangkatan- pengangkatan tektonik dan vulkanik sejak kala miosen.

Genesis Perbukitan Baturagung merupakan bentang lahan struktur patahan yang disusun dari batuan breksi vulkanik gunung api tua yang merupakan sedimen dari aliran lahar. Batuan breksi memiliki struktur material yang runcing, berbeda dengan batuan konglomerat yang memiliki struktur batuan ikatan bulat-bulat dan aglomerat yang memiliki struktur campuran antara bulat dan runcing.

Bentuk lahan asal proses struktural ini terbentuk karena adanya tenaga endogen yang mendorong penunjaman lempeng Samudra Hindia di bawah lempeng benua Asia. Dalam berbagai bentuklahan struktural berhubungan dengan pelapisan batuan sedimen yang berbeda ketahanannya terhadap erosi. Bentuk lahan struktural pada dasarnya dibedakan menjadi 2 kelompok besar, yaitu struktur patahan dan stuktur lipatan. Kadang-kadang pola aliran mempunyai nilai untuk struktur geologis yang dapat dilihat dari citra. Struktur-struktur geologi seper lipatan, patahan, perlapisan, kekar maupun kelurusan yang dapat diinterpretasikan dari foto udara dan peta geologi merupakan buk kunci satuan struktural. Pola aliran sungai yang ada akan mengiku pola struktur utama, dengan anak-anak sungai akan rela f sejajar dan tegak lurus mengiku pola struktur utama.

Karakter Sumber Daya Alam Pemanfaatan lahan dominan pada bentang lahan ini adalah persawahan dan permukiman yang polanya mengiku jaringan jalan. Selain itu, guna lahan eksis ng yang ada adalah tegalan, kebun, dan hutan Tanaman yang ada pada bentang lahan ini adalah akasia, mahoni, mangga, coklat, dan rambutan.


Ancaman Bencana Berbeda dengan bentanglahan vulkanik yang bersifat hierarkis, yaitu dari fungsi lindung, fungsi penyangga, dan kemudian fungsi budidaya, pada bentanglahan non vulkanik dak selalu bersifat hierarkis. Pada area yang kontras, sering muncul mata air struktur. Mata air ini berbeda denganmata air vulkanik atau akuifer karena mata air ini hanya berisi air ke ka hujan dan menjadi kering ke ka musimkemarau. untuk bentanglahan yang bersifat kontras ini, termasuk zona kerawanan yang sangat nggisehingga harus terdapat early warning system untuk mengurangi dampak kerugian akibat bencana alam. Apabila terdapat permukiman yang letaknya terlalu berdekatan dengan bukit, maka permukiman tersebut rawan terhadap bencana longsor pada musim penghujan.

Arahan Pengembangan Kawasan Berkaitan dengan bentanglahan yang memiliki kerawanan nggi ini, sebaiknya bentuk penataannya adalah dengan penguatan regulasi mengenai tata guna lahan. Tata guna lahan yang disusun harus menjaga keberadaan hutan yang rapat di lereng perbukitan untuk menahan longsoran. Untuk kelerengan tertentu yang sangat curam, peruntukannya dijadikan sebagai kawasan lindung.


Lokasi 3 Gunung Api Purba Nglanggeran, Gunung Kidul, Yogyakarta Genesis Secara gene k, dulunya Gunug Api Purba Nglanggeran ini ak f pada masa oligosen (40 juta tahun yang lalu, sebelum karst terbentuk). Gunung Api Purba ini dulunya berada di bawah permukaan air laut dan karena adanya penunjaman samudra hindia sehingga menimbulkan leher vulkan Ciri khas bentang lahan ini adalah materialnya tersusun dari batuan breksi vulkanik tua, dengan susunan formasi dari atas ke bawah formasi Wonosari (tersusun atas batugamping), formasi Nglanggeran, formasi Semilir, formasi Butak, formasi Kebo, dan yang paling bawah formasi Sambipitu (tersusun atas batuan konglomerat). Strukturnya berupa bongkahan dan ada retakan-retakan yang berfungsi sebagai tangkapan hujan. Karena adanya pemotongan topograďŹ maka muncul mata air yang menjadi sumber air bersih dan sumber irigasi penduduk sekitar. Sumber air pada bentang ahan ini bersifat sekunder akuifer, ar nya kondisi debit aliran mata air dipengaruhi oleh musim. Mata air pada bentang lahan ini dapat dikatakan cukup jernih, dan sesuai untuk air minum.

Ancaman Bencana Bentanglahan ini sangat rawan terhadap getaran tektonik/gempa tektonik karena dapat mengakibatkan rockfall dan rockslide. Penataan untuk bentanglahan ini dapat diperuntukkan untuk sawah tadah hujan pada bagian lembah karena pada dasarnya cekungan di antara perbukitan potensial untuk perkembangan pertanian

Arahan Pengembangan Kawasan Pemanfaatan lahan pada bentanglahan ini saat ini didominasi hutan terkait bentanglahan ini termasuk kawasan lindung. selain itu juga ada sawah dan permukiman yang polanya mengiku jalan dan mengelompok di lembahan berkaitan dengan ketersediaan air. persawahan yang ada pada lembahan/intermountain basin merupakan sawah tadah hujan. pemanfaatan lainnya adalah sebagai objek wisata minat khusus seper rock climbing dan outbond.


Lokasi 4 Kali Suci, Gunung Kidul, Yogyakarta Lokasi amatan yang ke ga terletak di Kali Suci, Gunung Kidul, Yogyakarta dengan koordinat 8⁰0'35.48” Lintang Selatan 110⁰38'18,20” Bujur Timur dengan ke nggian 181 meter diatas permukaan laut. Karst pegunungan Sewu dicirikan dengan berkembangnya kubah karst, yaitu bentukan posi f yang tumpul dan dak terjal. Karst Pegunungan Sewu juga dicirikan dengan bentukan dolin yang se ap musim penghujan selalu terisi air yang kemudian disebut telaga, yang jumlahnya ratusan. Luasan karst Gunung Sewu mencapai 330 km² yang melipu Provinsi DIY, Jawa Tengah, dan Provinsi Jawa Tmur.

Genesis Sungai bawah tanah Kali Suci secara geomorfologi terbentuk dari proses solusional atau pelarutan. Proses pelarutan batu gamping diawali oleh larutnya CO₂ di dalam air membentuk H₂CO₃. Larutan H₂CO₃ dak stabil terurai menjadi H– dan HCO₃2-. Ion H– inilah yang selanjutnya menguraikan CaCO₃ menjadi Ca²⁺ dan HCO₃2Secara ringkas proses pelarutan dirumuskan dengan reaksi sebagai berikut.

CaCO₃ + H₂O + CO₂

Ca²⁺ + 2 HCO₃-

Syarat-syarat berkembangnya topografi karst antara lain: · Terdapat batuan yang mudah larut · Batu gamping dengan kemurnian nggi · Lapisan batuan yang tebal · Terdapat banyak retakan (diaklas) · Berada pada aderah dengan curah hujan nggi (tropis basah) · Memiliki vegetasi penutup lahan Ciri utama daerah karst adalah terdapatnya cekungan-cekungan tertutup berada diantara kubah karst atau yang biasa disebut sebagai dolin. Apaila dolin saling menyatu, maka terbentuklah uvala. Di beberapa tempat, dolin dapat terisi membentuk danau dolin. Kenampakan permukaan daerah karst selain dolin dan uvala adalah polye, ponor, menara karst, dan kubah karst. Keunikan lain dari daerah karst keberadaan goa dan sungai bawah tanah. Pembentukan karst dipengaruhi oleh dua kelompok faktor, faktor pengontrol dan faktor pendorong. Faktor pengontrol menentukan dapat daknya proses kars fikasi berlangsung, sendangkan faktor pendorong menentukan kecepatan dan kesempurnaan proses kars fikasi. Faktor pengontrol dipengaruhi faktor batuan mudah larut, kompak, tebal, dan mempunyai banyak rekahan; curah hujan yang cukup; dan batuan terekspos di ke nggian yang memungkinkan perkembangan sirkulasi air/drainase secara ver kal. Sedangkan faktor pendorong dipengaruhi oleh temperatur dan penutupan lahan Batuan yang mengandung CaCO3 nggi akan mudah larut. Semakin nggi kandungan CaCO3, semakin berkembang bentuklahan karst. Kekompakan batuan menentukan kestabilan morfologi karst setelah mengalami pelarutan. Apabila batuan lunak, maka se ap kenampakan karst yang terbentuk seper karen dan bukit akan cepat hilang karena proses pelarutan itu sendiri maupun proses erosi dan gerak masa batuan, sehingga kenampakan karst dak dapat berkembang baik. Ketebalan menentukan terbentuknya sikulasi air secara ver kal lebih. Tanpa adanya lapisan yang tebal, sirkulasi air secara ver kal yang merupakan syarat kars fikasi dapat berlangsung. Tanpa adanya sirkulasi ver kal, proses yang terjadi adalah aliran lateral seper pada sungai-sungai permukaan dan cekungan-cekungan tertutup dak dapat terbentuk. Rekahan batuan merupakan jalan masuknya air membentuk drainase ver kal dan berkembangnya sungai bawah tanah serta pelarutan yang terkonsentrasi.


Curah hujan merupakan media pelarut utama dalam proses kars ďŹ kasi. Semakin besar curah hujan, semakin besar media pelarut, sehingga ngkat pelarutan yang terjadi di batuan karbonat juga semakin besar. Ke nggian batugamping terekspos di permukaan menentukan sirikulasi/drainase secara ver kal. Walupun batugamping mempunyai lapisan tebal tetapi hanya terekspos beberapa meter di atas muka laut, kars ďŹ kasi dak akan terjadi. Drainase ver kal akan terjadi apabila julat/jarak antara permukaan batugamping dengan muka air tanah atau batuan dasar dari batugamping semakin besar. Semakin nggi permukaan batugamping terekspose, semakin beser julat antara permuka-an batugamping dengan muka air tanah dan semakin baik sirkulasi air secara ver kal, serta semakin intensif proses kars ďŹ kasi. Temperatur mendorong proses kars ďŹ kasi terutama dalam kaitannya dengan ak vitas organisme. Daerah dengan temperatur hangat seper di daerah tropis merupakan tempat yang ideal bagi perkembangan organisme yang selanjutnya menghasilkan CO2 dalam tanah yang melimpah. Temperatur juga menetukan evaporasi, semakin nggi te m p e rat u r s e m a k i n b e s a r eva p o ra s i ya n g p a d a a k h i r nya a ka n menyebabkan rekristalisasi larutan karbonat di permukaan dan dekat permukaan tanah. Adanya rekristalisasi ini akan membuat pengerasan permukaan sehingga bentuklahan karst yang telah terbentuk dapat dipertahankan dari proses denudasi yang lain (erosi dan gerak masa batuan). Kecepatan reaksi sebenarnya lebih besar di daerah temperatur rendah, karena konsentrasi CO2 lebih besar pada temperatur rendah. Namun demikian ngkat pelarutan di daerah tropis lebih nggi karena ketersediaan air hujan yang melimpah dan ak vitas organisme yang lebih besar. Penutupan hutan juga merupakan faktor pendorong perkembangan karena hutan yang lebat akan mempunyai kandungan CO2 dalam tanah yang melimpah akibat dari hasil perombakan sisa-sisa organik (dahan, ran ng, daun, bangkai binatang) oleh mikro organisme. Semakin besar konsentrasi CO2 dalam air semakin nggi ngkat daya larut air terhadap batugamping. CO2 di atmosfer daklah bervariasi secara signiďŹ kan, sehingga variasi proses kars ďŹ kasi sangat ditentukan oleh CO2 dari ak vitas organisme.

Karakter Sumber Daya Alam ¡ Potensi mineral Batu gamping merupakan salah satu dari sumber mineral terbesar di daerah karst. Batuan ini sering digunakan sebagai ornamen, campuran pembuatan semen, serta bahan baku industri-industri seper untuk bahan pemu h, penjernih air dan bahan pes sida ¡ Potensi air Dengan adanya rekahan atau rongga-rongga pelarutan di dalam batu gamping menyebabkan daerah batuan tersebut dapat ber ndak sebagai akifer yang cukup baik. Batu gamping mempunyai sifat dapat melarut dalam air sehingga dengan adanya sifat ini porositas pada batu gamping berupa porositas sekunder atau rekahan. Sehingga penyaluran bawah permukaan umumnya lebih menonjol dibandingkan penyaluran air permukaan. Air lebih banyak mengalir sebagai aliran bawah permukaan melalui sistem rongga-rongga pelarut dan membentuk suatu jaingan sistem aliran sungai bawah tanah. Potensi air di permukaan lebih banyak diwujudkan dalam bentuk danau dolin atau sering disebut telaga. ¡ Potensi wisata Dibawah permukaan karst sering terdapat goa-goa beserta ornamennya yang dapat dimanfaatkan sebagai potensi wisata minat khusus seper susur goa dan caving


Ancaman Bencana Ancaman bencana di kawasan karst terbagi menjadi ga, yaitu: - Rawan pencemaran air Kawasan karst rawan terhadap pencemaran air dikarenakan sifat materialnya yang dak mampu menahan air sehingga air hujan langsung masuk ke dalam akuifer tanah beserta pencemar-pencemar di atasnya yang tercuci habis oleh air hujan, seper kotoran hewan yang dijadikan pupuk dalam pertanian. - Rawan penyakit diare, batu ginjal, dan anemia Penyakit yang rawan terjadi di daerah karst juga berkaitan dengan pencemaran air tanah, seper pencemaran air tanah akibat bakteri e coli yang menyebabkan diare, kemudian zat kapur yang banyak terkandung pada air yang apabila terminum kemudian mengendap di ginjal menjadi batu ginjal, dan juga air tanah yang sedikit mengandung mineral seper zat besi menyebabkan anemia.Sedangkan untuk mencegah terminumnya kandungan zat kapur, terdapat local wisdom yang diterapkan masyarakat yaitu dengan menampung air selama semalam terlebih dahulu untuk mengendapkan zat kapur, baru kemudian dimasak untuk air minum. - Rawan lahan kri s Mengenai lahan kri s, terjadi karena batu gamping bereaksi dengan oksigen menjadi CaO yang membuat lapiran menjadi hitam karena terkorosi. Evaporasi atau penguapan air yang nggi juga menyebabkan kekeringan pada musim kemarau.

Arahan Pengembangan Kawasan Penataan Karst harus memperhaikan dampak ekologinya. Pada perbukitan karst dak boleh diperuntukkan untuk guna lahan yang berpotensi mencemari air tanahnya. Cara penataan ruang kawasan karst yang berpotensi pada bagian bukit diperuntukkan untuk hutan berupa vegetasi tanaman keras seper pohon ja . Sedangkan pada bagian lembah, dapat digunakan untuk pertanian padi, jagung, dan kacang tanah. Permukiman dapat diletakkan di sepanjang jalan atau mengelompok di lembah berkaitan dengan ketersediaan air. Menurut keputusan Menteri Pertambangan Nomor 1518.K/20/MPE/1999, menetapkan bahwa klasiďŹ kasi kawasan karst yang dak hanya didasarkan atas tatanan geologi tetapi juga didasarkan ada fungsi ekologis, nilai sejarah dan nilai ilmiah, serta mengatur kegiatan pertambangan di kawasan karst sebagai berikut: ¡ Kawasan Karst kelas I apabila memenuhi semua kriteria berikut: berfungsi sebagai penyimpan air bawah tanah secara permanen; banyak terdapat gua dan jaringan aliran sungai bawah tanah yang mengandung banyak speleothem (misalnya stalak t dan stalakmit), benda bersejarah dan objek pariwisata; mempunyai kepen ngan bagi ilmu pengetahuangeologi, arkeologi, speleologi, dan lain-lain. Di dalam karst kelas I dak boleh ada kegiatan usaha pertambangan, kecuali kegiatan yang berkaitan dengan peneli an yang dak merubah atau merusak bentuk-bentuk morfologi dan fungsi kawasan karst. Karst kelas ini merupakan kawasan yang perlu dikonservasi ¡ Kawasan Karst kelas II Apabila memenuhi salah satu kriteria berikut: berfungsi sebagai pengimbuh air bawah tanah; terdapat banyak gua dan aliran sungai bawah tanah yang sudah runtuh, sebarannya terbatas, tetapi memiliki nilai ilmiah. Di dalam kawasan Karst Kelas II, dapat dilakukan kegiatan usaha pertambangansesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku dan mendapat rekomendasi teknis dari menteri yang membidangi kegiatan pertambangan. ¡ Kawasan Karst kelas III Pada karst kelas ini merupakan karst yang dak termasuk dalam kawasan karst kelas I dan kawasan karst kelas II. Di dalam kawasan karst kelas III, dapat dilakukan kegiatan usaha pertambangan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku, tanpa rekomendasi dari menetri yang membidangi kegiatan pertambangan.


Penutup Kesimpulan Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan, dapat disimpulakan bahwa geomorfologi sangat erat kaitannya dengan perencanaan wilayah dan kota. Geomorfologisuatu wilayah sangat menentukan guna lahan tertentu yang sesuai pada wilayah tersebut. Hal ini dikarenakan karakteris k bentanglahan yang berbeda akibat perbedaan material penyusun maupun akibat perbedaan proses terbentuknya. Untuk itu, diperlukan kajian geomorfologi pada wilayah perencanaan agar guna lahan yang dikembangkan dapat op mal dan mengurangi dampak kerugian akibat bencana alam.

Saran Sebelum melakukan perencanaan wilayah, sebaiknya melakukan kajian geomorfologi wilayah yang bersangkutan terlebih dahulu supaya hasil perencanaan merupakan perencanaan yang bijaksana. Dengan mengetahui karakteris k ďŹ sik dasar wilayah beserta sifatnya baik di masa lalu maupun masa kini, maka dapat diberikan arahan penggunaan lahan yang sesuai dengan karakteris k bentanglahan. Arahan penggunaan lahan sebaiknya juga memperha kan karakteris k bentanglahan masa lalu karena salah satu prinsip dasar geomorfologi adalah “the present is the key to the pastâ€?, ar nya sifat bentanglahan di masa lalu mungkin saja berulang di masa depan, sehingga untuk mengan sipasi hal itu, kajian historis wilayah melalui kajian geomorfologi pen ng untuk diperha kan.

DAFTAR PUSTAKA Bahan Ajar Mata Kuliah Geomorfologi dan Penggunaan Lahan 2017 Pengamatan Lapangan 2017 Syafrina, Dieny Nurhanifah. 27 November 2015. GEOMORFOLOGI. Diakses pada h p://documentslide.com/documents/geomorfologi5659b2437e8bf.html pada 25 Mei 2017.


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.