Pitung
Pitung lahir di Pengumben, sebuah kampung kumuh di Rawabelong, dekat Stasiun Palmerah sekarang ini. Putra keempat dari Bang Piung dan Mbak Pinah ini bernama asli Salihoen. Menurut riwayat lisan, nama Pitung berasal dari frasa pituan pitulung dalam bahasa Jawa yang berarti sekumpulan tujuh orang yang saling bahu-membahu. Ketika masih kanak-kanak, Salihoen berguru di pesantren Hadji Naipin.Selain belajar mengaji, ia juga berlatih pencak silat dan melatih diri untuk selalu waspada terhadap situasi di sekitarnya Pada dasarnya ada tiga versi yang tersebar di masyarakat mengenai si Pitung yaitu versi Indonesia, Belanda, dan Cina. Masing-masing penutur versi cerita tersebut memiliki versi yang berbeda dari cerita si Pitung itu sendiri. Si Pitung sebagai seorang pahlawan berdasarkan versi cerita Indonesia, dan sebagai seorang penjahat jika dilihat dari versi Belanda. Cerita si Pitung ini dituturkan oleh masyarakat Indonesia hingga saat ini dan menjadi bagian legenda serta warisan budaya Betawi khususnya dan Indonesia umumnya. Kisah legenda Si Pitung ini kadang-kadang dituturkan menjadi rancak (sejenis balada), syair, atau cerita Lenong. Dalam versi Koesasi (1992), Si Pitung diidentikkan dengan tokoh Betawi yang membumi, seorang muslim yang saleh, dan menjadi contoh suatu keadilan sosial.