Apa itu Gangguan Disleksia?
Apa itu Gangguan Disleksia? Editor Publish
: Ali Imran : April 2020
Disleksia adalah sebuah gangguan belajar yang berkaitan dengan kemampuan membaca seorang anak. Gangguan belajar ini terjadi karena kelainan gen-gen yang berpengaruh pada bagian otak yang mengatur bahasa, dapat juga dipengaruhi faktor lingkungan, keturunan, juga ditemukan dalam kasus anak ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder)
Akibat Disleksia, anak-anak akan susah belajar membaca. Anak Disleksia kerap susah mengenali perbedaan “b” dan “d” atau susah membedakan kata-kata seperti “paku” dengan “palu”. Berkaitan dengan penderita Disleksia, orangtua sering salah tanggap. Gangguan belajar ini bukanlah gangguan mental. Meski penyebabnya tidak bisa pasti dideteksi dan akan terus diderita selama seumur hidup, bukan berarti penderita Disleksia tidak bisa sukses. Jika Anda melihat lebih dalam lagi, ada banyak sekali tokoh publik yang juga menderita Disleksia. Tokoh besar dunia, seperti Albert Einstein, Walt Disney, dan Tom Cruise, adalah orang-orang yang menderita Disleksia. Meski memiliki kekurangan, mereka tetap bisa sukses. Bahkan, kesuksesan mereka melebihi orang-orang pada umumnya. Untuk itu, meski anak mengalami Disleksia, Parents tidak harus pasrah dan menyerah, apalagi pesimis. Ini adalah kesempatan untuk membimbing anak Anda dengan baik supaya mereka punya kesempatan belajar dan menunjukkan potensi, kesempatan yang sama dengan anak-anak lainnya.
Untuk itu, meski anak mengalami Disleksia, Parents tidak harus pasrah dan menyerah, apalagi pesimis. Ini adalah kesempatan untuk membimbing anak Anda dengan baik supaya mereka punya kesempatan belajar dan menunjukkan potensi, kesempatan yang sama dengan anak-anak lainnya.
Menurut banyak ahli, anak Disleksia sebenarnya memiliki potensi yang besar. Sebagian besar anak Disleksia mempunyai kemampuan intelegensi normal atau justru di atas rata-rata. Disleksia memang tidak berhubungan dengan tingkat intelegensi seseorang. Sayangnya, banyak orang yang menganggap anak Disleksia punya gangguan mental, berkebutuhan khusus, dll. Lalu, karena anggapan yang salah ini, mereka jadi keliru mendapatkan penanganan dan malah jadi rendah diri. Padahal penanganan yang tepat adalah kunci. Dengan penanganan yang benar, anak-anak yang memiliki Disleksia akan tetap bisa belajar membaca dan menulis dengan baik, beberapa malah lebih baik dari anak yang tidak memiliki gangguan ini.
Disleksia tipe ini tidak disebabkan oleh kebodohan, cara mengajar yang salah, kurang motivasi, latar belakang ekonomi yang buruk, gangguan penglihatan, atau gangguan yang lainnya. Disleksia berbasis neurologis. Artinya, otak anak Disleksia punya cara berbeda dalam mengolah informasi berkaitan dengan kata-kata. Cara anak Disleksia mengolah informasi atau kata-kata berbeda dengan anak-anak pada umumnya. Masalah utama yang muncul hanya yang berkaitan dengan membaca, mengeja, dan juga menulis. Di sisi lain –meskipun tidak semua– mereka punya sisi positif, yaitu kemampuan atau keterampilan di area belajar yang lain. Kemampuan mereka bahkan di atas rata-rata.
Faktor genetik juga ditengarai menjadi salah satu penyebab Disleksia. Keluarga yang punya riwayat Disleksia harus lebih waspada karena bisa jadi anaknya juga menderita gangguan yang sama. Lebih dari itu, gejala Disleksia sangatlah banyak sehingga sering kali susah dideteksi.
 �  � �
Â? Â Â
Gejala di atas belum tentu menunjukkan anak menderita Disleksia. Tanda-tanda Disleksia biasanya akan muncul dengan jelas saat anak memasuki usia sekolah.
 Kemampuan membaca di bawah rata-rata anak seumurannya Kesulitan mengolah kata atau kalimat dan memahami apa yang didengar Kesulitan memahami instruksi dengan cepat Kesulitan melihat atau mendengar persamaan dan perbedaan huruf dalam kata maupun fonologinya. Kesulitan mengingat sesuatu sesuai urutannya Kesulitan Mengeja
Bagi orang awam, sangat susah mendeteksi Disleksia karena gejalanya yang beragam. Gejala yang muncul pada setiap anak Disleksia pun berbeda. Untuk itu, perlu bantuan dokter atau psikolog khusus untuk mengetahui apakah anak benar-benar mengalami Disleksia atau tidak. Namun, sebelum ke dokter atau spesialis, sebagai orangtua, Anda harus mencari tahu terlebih dahulu apa kelebihan dan kekurangan anak. Proses ini dilakukan melalui permainan, misalnya puzzle. Anda juga bisa meminta bantuan dari gurunya di sekolah. Dokter dan psikolog juga akan mempertimbangkan banyak faktor sebelum menentukan apakah anak mengalami Disleksia atau tidak. Beberapa faktor yang menjadi pertimbangan di antaranya riwayat keluarga, perkembangan, pendidikan, dan kesehatan anak, keadaan di rumah, pengisian kuesioner, dan serangkaian tes untuk memeriksa kemampuan anak dalam memahami informasi, membaca, mengingat, dan berbahasa anak. Setelah anak dinyatakan positif Disleksia, dokter atau psikolog pasti akan memberikan langkah penanganan yang tepat. Seperti yang telah dijelaskan di atas, meski anak mengalami Disleksia, bukan berarti dia bodoh. Sebaliknya, anak punya kesempatan besar untuk sukses melebihi yang lainnya. Dengan catatan, penanganannya harus benar.
Gimana? Apakah anda belajar hal baru hari ini? Tuliskan dikolom komentar!
issuu.com/sekuliah instagram.com/sekuliah
Referensi
schoolofparenting.id Anak Disleksia Sukses? Bisa!