BAB 1 PENDAHULUAN
Latar Belakang Dewasa ini kondisi bumi semakin memprihatinkan. Tidak seperti dulu lagi, bumi kini sudah tercemar oleh polusi-polusi yang dihasilkan oleh manusia itu sendiri. Baik itu polusi udara, air bahkan tanah. Oleh karena itu, kita sebagai perancang harus memiliki kesadaran untuk menjaga dan meestarikan bumi kita ini agar dapat dimanfaatkan oleh anak cucu kita nantinya. Salah satu cara agar bumi kita tetap terjaga adalah dengan merencanakan sistem pemadam kebakaran yang baik. Sistem pemadam kebakaran ini menyangkut sistem pencegahan, sistem pemadaman, sistem ecakuasi, sistem manajemen. Diaharapkan dengan adanya sistem pemadam kebakaran yang keselamatan manusia akan terjaga dengan baik. Untuk meningkatkan pengetahuan perancang, dalam hal ini khususnya Mahasiswa Arsitektur mengenai sistem pemadam kebakaran yang baik, melalui mata kuliah Sains Bangunan dan Utilitas 2, mahasiswa diberikan tugas untuk mencari materi mengenai sistem plumbing, yang kemudia dikemas dalam bentuk presentasi dan makalah. Mengacu pada tugas yang diberikan, kami sebagai mahasiswa berusaha untuk memenuhi tuntutan tugas tersebut dengan membuat sebuah makalah mengenai sistem pemadam kebakaran yang di sertai dengan sebuah presentasi yang nantinya akan kami bawakan di depan kelas. Kami berharap dengan adanya dua produk kami ini, kami dapat memahami dan menghayati mengenai sistem pemadam kebakaran yang baik. Rumusan Masalah a) Bagaimana Sistem Pencegahan Kebakaran? b) Bagaimana Sistem Pemadaman Kebakaran? c) Bagaimana Sistem Evakuasi Kebakaran? d) Bagaiamana Sistem Manajemen Kebakaran? e) Bagaimana Sistem Penangkal Petir?
1
Tujuan Setelah mempelajari mengenai sistem pemadam kebakaran mahasiswa diharapkan mampu untuk memahami, menghayati dan nantinya mengaplikasinya berbagai materi dan teori yang telah di pelajarinya guna untuk menunjang kelestarian alam. Manfaat 1) Bagi Mahasiswa i)
Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mahasiswa mengenai sistem plumbing
ii) Meningkatkan kemampuan mahasiswa untuk membuat suatu karya tulis (makalah) dan presentasi 2) Bagi Dosen i)
Membantu menambah wawasan atau refrensi mengenai sistem plumbing
ii) Sebagai media untuk penilaian kemampuan mahasiswa dalam hal membuat suatu karya tulis dan presentasi
2
BAB 2 PEMBAHASAN Sistem Pencegahan Kebakaran System pencegahan kebakaran adalah suatu tindakan yang dilakukan sebelum bencana kebakaran terjadi. System pencegahan kebakaran dapat dilakukan dengan metode aktif atau tindakan langsung berupa springkler, smoke heat detector, ataupun dengna tabung pemadam ringan. Pencegahan kebakaran juga dapat dilakukan dengan cara pasif misalnya dengan cara mengolah bahan-bahan disekitar kita agar dapat mengurangi persentase terjadinya kebakaran. Pemasangan system pencegahan kebakaran adalah suatu system yang harus dipasang pada suatu bangunan. Dengan pemasangan system pencegahan kebakaran ini bangunan dapat terlindungi dan penghuninyapun dapat terselamatkan. Pemasangan system pencegahan ini harus mengikuti standar sesuai dengan jenis bangunan. 2.1.1.
Proses Terjadinya Kebakaran Kebakaran berawal dari proses reaksi oksidasi antara unsur Oksigen ( O2 ), Panas
dan Material yang mudah terbakar ( bahan bakar ). Keseimbangan unsur – unsur tersebutlah yang menyebabkan kebakaran. Berikut ini adalah definisi singkat mengenai unsur – unsur tersebut : 3) Oksigen Oksigen atau gas O2 yang terdapat diudara bebas adalah unsur penting dalam pembakaran. Jumlah oksigen sangat menentukan kadar atau keaktifan pembakaran suatu benda. Kadar oksigen yang kurang dari 12 % tidak akan menimbulkan pembakaran. 4) Panas Panas menyebabkan suatu bahan mengalami perubahan suhu / temperatur, sehingga akhirnya mencapai titik nyala dan menjadi terbakar. Sumber – sumber panas tersebut dapat berupa sinar matahari, listrik, pusat energi mekanik, pusat reaksi kimia dan sebagainya.
3
5) Bahan yang mudah terbakar ( Bahan bakar ) Bahan tersebut memiliki titik nyala rendah yang merupakan temperatur terendah suatu bahan untuk dapat berubah menjadi uap dan akan menyala bila tersentuh api. Bahan makin mudah terbakar bila memiliki titik nyala yang makin rendah. Proses kebakaran berlangsung melalui beberapa tahapan, yang masing – masing tahapan terjadi peningkatan suhu, yaitu perkembangan dari suatu rendah kemudian meningkat hingga mencapai puncaknya dan pada akhirnya berangsur – angsur menurun sampai saat bahan yang terbakar tersebut habis dan api menjadi mati atau padam. Pada umumnya kebakaran melalui dua tahapan, yaitu : a) Tahap Pertumbuhan ( Growth Period ) b) Tahap Pembakaran ( Steady Combustion ) Pada suatu peristiwa kebakaran, terjadi perjalanan yang arahnya dipengaruhi oleh lidah api dan materi yang menjalarkan panas. Sifat penjalarannya biasanya kearah vertikal sampai batas tertentu yang tidak memungkinkan lagi penjalarannya, maka akan menjalar kearah horizontal. Karena sifat itu, maka kebakaran pada gedung – gedung bertingkat tinggi, api menjalar ketingkat yang lebih tinggi dari asal api tersebut. Saat yang paling mudah dalam memadamkan api adalah pada tahap pertumbuhan. Bila sudah mencapai tahap pembakaran, api akan sulit dipadamkan atau dikendalikan. 2.1.2.
Jenis-Jenis Sistem Pencegahan Kebakaran Sebelum bangunan itu siap dihuni, hendaknya diperiksa agar siap untuk dihuni.
Adapun system pencegahan kebakaran dibedakan menjadi 2, yakni system pencegahan aktif dan system pencegahan pasif. 1) System proteksi aktif System pencegahan aktif merupakan system pencegahan kebakaran secara dini dengan cara elektronik oleh pemilik dari bangunannya. Berbagai usaha yang dapat dilakukan adalah: a) Peralatan detektor kebakaran pada titik-titik strategis, b) Pemasangan sprinkle, c) Penyediaan hidrant/tabung pemadam kebakaran d) Alarm kebakaran
4
2) System proteksi pasif Sistem proteksi pasif bekerja melalui sarana pasif yang terdapat pada bangunan. Biasanya juga disebut sebagai sistem perlindungan bangunan dengan menangani api dan kebakaran secara tidak langsung. Caranya dengan meningkatkan kinerja bahan bangunan, struktur bangunan, pengontrolan dan penyediaan fasilitas pendukung penyelamatan terhadap bahaya api dan kebakaran. Yang termasuk di dalam sistem proteksi pasif ini antara lain : a) Perencanaan dan desain site, akses dan lingkungan bangunan Dalam perencanaan dan desain site, akses, dan lingkungan bangunan beberapa hal yang termasuk di dalam permasalahan site dalam kaitannya dengan penanggulangan kebakaran ini antara lain :
Penataan blok-blok massa hunian dan jarak antar bangunan
Kemudahan pencapaian ke lingkungan pemukiman maupun bangunan
Tersedianya area parkir ataupun open space di lingkungan kawasan
Menyediakan hidrant eksterior di lingkungan kawasan
Menyediakan aliran dan kapasitas suply air untuk pemadaman
b) Perencanaan struktur dan konstruksi bangunan Dalam perencanaan sistem ini hal yang perlu diperhatikan antara lain:
Pemilihan material bangunan yang memperhatikan sifat material
Kemampuan / daya tahan bahan struktur (fire resistance) dari komponen-komponen struktur.
Penataan ruang, terutama berkaitan dengan areal yang rawan bahaya, dengan memilih material struktur yang lebih resisten.
Dalam hal konstruksi, konstruksi yang dipilih adalah konstruksi yang tahan terhadap api. Terdapat tipe kontruksi tahan api terdiri dari tipe A, B, dan C menurut SNI 03-1736-989
5
Tabel 2.1 Tipe Konsttruksi Tahan Api Tipe A
Konstruksi yang unsur stuktu pembentuknya tahan api dan mampu menahan secara stuktural terhadap beban bangunan
Tipe B
Konstruksi yang elemen struktur pembentuk kompartemen penahan api mampu mencegah penjalaran kebakaran ke ruangruang dalam bangunan
Tipe C
Komponen struktur bangunannya adalah dari bahan yang dapat terbakar serta tidak dimaksudkan mampu menahan secara structural terhadap kebakaran.
2.1.3.
Sistem Deteksi Kebakaran (Fire Alarm System) Detektor kebakaran adalah alat yang berfungsi mendeteksi secara dini
kebakaran, agar kebakaran yang terjadi tidak berkembang menjadi lebih besar. Dengan terdeteksinya kebakaran, maka upaya untuk mematikan api dapat segera dilakukan, sehingga dapat meminimalisasi kerugian sejak awal. Jika dianalogikan detektor kebakaran adalah alat bantu seperti panca indera kita. Untuk merasakan bau kita memiliki hidung, kalau untuk merasakan adanya kebakaran digunakanlah detektor kebakaran. Deteksi kebakaran dilakukan pada kemunculan asap, kemunculan panas, dan adanya kobaran api.
Gambar 2.1 Komponen Fire Alarm System Sumber: http://sistem-pemadamkebakaran.blogspot.co.id/2013/05/alat-pendeteksi-kebakaran-firealarm.html
Fire Alarm System adalah alat yang berfungsi untuk memberikan tanda bahaya (alert) bila terjadi potensi kebakaran atau kebocoran gas. Cara Kerja Fire Alarm System 6
adalah alat ini mendeteksi potensi-potensi kebakaran seperti gumpalan asap (smoke detector), temperatur tinggi (heat detector), dan adanya gas yang berbahaya (gas detector), ketika alat ini mendeteksi potensi kebakaran tersebut maka alat ini akan secara otomatis memberikan tanda bahaya (alert) seperti membunyikan bell menyalakan. Adapun komponen dari fire alarm system adalah : Rangkaian Alarm Tanda Kebakaran adalah suatu rangkaian yang dapat dipakai untuk mengetahui adanya bahaya kebakaran. Rangkaian ini mempunyai sensor yang sangat peka terhadap panas yang disebut Thermistor atau NTC (Negative Temperature Coefisient). Dalam pemakaiannya sebaiknya alat ini ditempatkan di dekat peralatan yang dapat menimbulkan panas. NTC ini tahanannya akan kecil apabila kena panas dan akan mengakibatkan transistor akan aktif dan relay akan menghubungkan alarm dengan sumber listrik (baterai/accu/jala-jala listrik) sampai speaker berbunyi. Sebagai alat pemberi tanda jika terjadi kebakaran, bangunan dilengkapi dengan sistem tanda bahaya (alarm system) yang panel induknya berada dalam ruang pengendali kebakaran, sedang sub-panelnya dapat dipasang di setiap lantai berdekatan dengan kotak hidran. Pengoperasian tanda bahaya dapat dilakukan secara manual dengan memecahkan kaca tombol sakelar tanda kebakaran atau bekerja secara otomatis, di mana tanda bahaya kebakaran dihubungkan dengan sistem detektor (detektor asap atau panas) atau sistem sprinkler. Ketika detektor berfungsi, hal itu akan terlihat pada monitor yang ada pada panel, utama pengendalian kebakaran, dan tanda bahaya dapat dibunyikan secara manual, atau secara otomatis, di mana pada saat detektor berfungsi terjadi arus pendek yang akan menyebabkan tanda bahaya tertentu berbunyi. Sederhananya, sensor dapat berupa sakelar yang ditempatkan pada lokasi tertentu dan dapat difungsikan secara manual untuk membuat tanda bahaya berfungsi. Pada benda-benda yang diam, panjang pantulan gelombangnya tetap sama, tetapi jika ada objek yang bergerak, maka terjadi perubahan panjang pantulan gelombang, dan hal ini akan mengaktifkan tanda bahaya. Prinsip di atas digunakan pada sensor ultrasonik dan sensor gelombang mikro. Sensor ultra sonik dapat dikacaukan jika terjadi turbulensi udara akibat sistem tata udara atau adanya bunyi yang disebabkan oleh dering telephon, suara kipas udara, atau getaran peralatan dalam ruangan. Sensor ultrasonik dapat mencakup luas 7,00 meter x 9,00 meter. Sedangkan pada gelombang mikro, sensor baru berfungsi jika objek telah mencapai jarak tertentu, dan perkiraan dimensi objek yang bergerak dapat diatur. Hal 7
ini dimaksudkan untuk menghindari kemungkinan kekeliruan antara manusia dan binatang peliharaan dan gangguan akibat adanya turbulensi atau getaran benda-benda. Sensor gelombang mikro juga dapat menembus kaca, kayu, partisi dan lantai tetapi akan memantul pada benda-benda yang terbuat dari logam. 1) Fire Alarm Control Panel
Gambar 3.2 Fire Alarm Control Panel Sumber: http://sistem-pemadamkebakaran.blogspot.co.id/2013/05/alatpendeteksi-kebakaran-fire-alarm.html
Fire Alarm Control Panel memiliki berbagai macam bentuk dan variasi sesuai fungsinya. Fungsi dari Fire Alarm Control Panel ini adalah mengintegrasikan berbagai sensor dan audio visual indicator yang berkaitan dengna fire alarm system. Fire alarm ini juga dilengkapi dengna built-in telephone yang dapat digunakan pada saat terjadi kebakaran. 2) Heat detector
Gambar 3.3 Heat Detector sumber : http://www.pratamakarsa.com/produk-7Rate%20Of%20Rise%20Heat%20Detector.html
Heat Detector / Alat Pendeteksi Panas adalah sensor yang digunakan untuk mendeteksi temperatur tinggi, yaitu detektor panas yang dapat diintegrasikan dengan panel controller (security alarm).
8
3) Smoke Detector
Gambar 3.4 smoke detector sumber: : http://sistem-pemadamkebakaran.blogspot.co.id/2013/05/alatpendeteksi-kebakaran-fire-alarm.html
Smoke detector adalah alat yang berfungsi sebagai pendeteksi gumpalan asap sebelum terjadinya kebakaran. System kerja dari smoke detector adalah sistem kerja 2 kabel, sensor ini dapat diintegrasikan dengan fire alarm panel. Sensor ini menggunakan teknologi photoelectric sehingga meningkatkan akurasi dan meminimumkan terjadinya false alarm. Produk ini didesain dengan stainless steel inner housing dan sensor head. 4) Gas Detector
Gambar 3.5 Gas Detector sumber : http://sistem-pemadamkebakaran.blogspot.co.id/2013/05/alatpendeteksi-kebakaran-fire-alarm.html
Gas Detector / Pendeteksi Gas / Gas Alarm Standalone Gas Detector adalah alat yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya kebocoran gas berbahaya seperti LPG dan Methane. Detector ini dapat berfungsi tanpa harus menggunakan panel controller. Ketika mendeteksi gas berbahaya,alat ini akan membunyikan built-in sirine.Alat ini dapat ditempatkan pada dinding ruang yang rentan terhadap kebocoran gas. Disamping sebagai Gas detector, alat ini dapat diintegrasikan dengan alarm system. Sistem Kompartemenisasi System kompartemenisasi adalah sitem untuk meredam penjalaran api dengan membatasi dinding, kolom, dan balok yang tahan terhadap kobaran api dalam waktu sesuai dengan kelas bangunannya. Kompartemenisasi adalah penyekatan ruang dalam luasan masimum dan/atau klasifikasi bangunan dan tipe kontruksi tahan api yang diperhitungkan. Dinding penyekat pembentuk kompartemen dimaksudkan untuk 9
melokalisir api dan asap kebakaran, atau mencegah penjalaran panas keruang bersebelahan. Salah satu perwujuadan sistem kompartemenisasi pada bangunan biasanya dibuat dalam bentuk ruang kompartemen atau ruang anti api. Ruang ini berfungsi sebagai tempat berlindung atau evakuasi bagi korban yang terjebak di dalam gedung. Ruang kompartemen adalah ruang khusus yang dibuat untuk dapat bertahan dari api jika terjadi kebakaran. Ruang ini tidak akan ikut terbakar apabila seluruh bangunan mengalami kebakaran. Baik dinding, lantai maupun lapisan pada langit-langit ruang ini dibuat dari bahan atau material yang memiliki ketahanan tingga terhadap api. Selain ruang kompartemen, sistem kompartemenisasi juga dapat diterapkan pada dinding yang melapisi bagian dalam bangunan dengan areal tangga darurat. Lapisan dinding pada areal tangga darurat yang difungsikan sebagai jalur evakuasi apabila terjadi kebakaran umumnya dibuat berbeda. Hal ini berkaitan langsung dengan fungsi dari tangga darurat itu sendiri. Dingding pada tangga darurat dibuat dari material yang dapat bertahan dari api dengan ketentuan waktu minimum yaitu 4 jam.
Gambar : 3.6 sumber : http://www.slideshare.net/yogaloadspeak/2-slideproteksijiwaterhadapkebakaranaswitoasmaningproj o
10
Sistem Pemadaman Kebakaran Sistem pemadaman merupakan sistem yang berfungsi untuk menanggulangi bahaya api pada sebuah bangunan. Sistem pemadam kebakaran sangat penting untuk kelengkapan sebuah bangunan dimana penyediaan sistem tersebut dapat juga berfungsi sebagai pencegahan kebakaran pada bangunan. Namun, ketika terjadi kebakaran pada sebuah bangunan, sistem ini dapat menanggulangi kebakaran yang terjadi pada bangunan tersebut. Terdapat beberapa jenis penyebab kebakaran yang perlu diketahui agar dapat menanggulangi kebakaran tersebut melalui sistem pemadam kebakaran. Adapun beberapa cara pemadaman api yang dapat digunakan dengan mengetahui penyebabpenyebab kebakaran yang terjadi, cara-cara pemadaman tersebut antara lain: 1) Penguraian Cara ini merupakan cara pemadaman dengan menguraikan atau memisahkan benda-benda yang mudah terbakar dengan sumber api. Sebagai contoh, dalam pemadaman api pada sebuah gudang plastik, maka benda-benda mudah terbakar yang terdekat dengan sumber api harus segera dipisahkan dan kemudian memadamkan api pada sumbernya. 2) Pendinginan Cara ini merupakan cara pemadaman yang umun dikenal di masyarakat, yaitu menggunakan air sebagai bahan pokok pemadaman dengan cara menyemprotkan air menuju titik api. 3) Isolasi Selain cara-cara diatas, cara ini juga merupakan cara yang konvensional dalam penanggulangan bahaya api. Cara isolasi juga dikenal dengan sistem lokalisasi, yaitu dengan mengurangi kadar O2 pada lokasi kebakaran atau pada titik api. O2 merupakan salah satu pereaksi api untuk membesar, dengan mengurangi kadar O2 pada lokasi kebakaran, maka dapat menanggulangi api yang meluas. Cara isolasi ini dibagi menjadi beberapa cara, yaitu: a) Menutup sumber api dengan kain yang telah dibasahi dengan air. b) Menimbun titik api dengan pasir atau tanah. c) Menyemprotkan alat pemadam api yang mengandung bahan kimia CO2.
11
2.2.1.
Jenis-jenis Sistem Pemadam Kebakaran Sistem pemadam kebakaran terdiri dari beberapa jenis, sistem-sitem tersebut
digunakan dalam sistem utilitas pada sebuah bangunan tergantung dari fungsi bangunan tersebut. Sebagai contoh, sistem pemadaman yang digunakan pada bangunan besar seperti hotel berbeda dengan sistem pemadam kebakaran yang digunakan pada bangunan kecil seperti rumah kos. Hal ini mengacu pada efisiensi dan juga faktor biaya yang dikeluarkan untuk sistem tersebut. Beranjak dari pemilihan sistem berdasarkan fungsi bangunan, adapun jenis-jenis sistem pemadam kebakaran tersbut antara lain: 1) Sistem Sprinkler
Gambar head sprinkler sumber: www.directindustry.com Sistem sprinkler merupakan sistem yang bekerja berdasarkan suhu ketika efek dari api telah melampaui suhu yang telah ditentukan. Sistem ini merupakan sistem konvensional yang telah digunakan di seluruh dunia. Sistem sprinkler bekerja secara otomatis melalui head sprinkler yang ditempatkan pada beberapa titik pada sebuah bangunan dengan jarak 3-5 meter. A. Instalasi Sistem Sprinkler Sistem sprinkler terdiri dari dua jenis, yaitu: 1) Wet Riser System Sistem ini merupakan sistem yang pada keseluruhan instalasinya terdapat air bertekanan yang tekanannya dijaga pada tekanan yang relatif tetap. Sistem ini pada umumnya digunakan pada gedung bertingkat. Pada sistem ini, sprinkler memiliki peralatan tabung penghambat (retart chamber) yang berfungsi untuk menghindari kelebihan tekanan air pada 12
sprinkler yang dikirim melalui katup kendali yang berakibat pada aktifnya alarm. Prinsip kerja: Sprinkler akan bekerja secara otomatis pada saat suhu melampaui batas yang ditentukan. Sprinkler akan mengeluarkan air bertekanan yang terdapat pada instalasi hingga tekanan pada instalasi tersebut turun sampai pada titik yang telah ditentukan. 2) Dry Riser System Pada sistem ini, instalasinya tidak terdapat air bertekanan melainkan dikirimkan secara otomatis oleh penyedia air menuju head sprinkler apabila suhu telah melampaui batas yang ditentukan. Prinsip kerja: Pada saat suhu ruang telah melampau batas dan asap pada ruangan telah mencapai jumlah tertentu, maka detektor terdapat pada sprinkler mendeteksi hal tersebut sehingga mengaktifkan katup curah pada sprinkler. Air kemudian dialirkan melalui penyediaan air yang selanjutnya mengaktifkan pompa kebakaran dan juga alarm kebakaran
. Gambar instalasi sistem sprinkle sumber: www.bromindo.com
13
B. Komponen Pada Sistem Sprinkler 1. Pipa pada sprinkler Pipa pada sprinkler dipasang pada setiap titik di setiap lantai (diatas plafon) dengan jarak 3 sampai 5 meter. Pipa pada sprinker memiliki tanda tersendiri, yaitu pipa tersebut berwarna merah.
Gambar pipa springkle sumber: www.google.com Menurut panduang pemasangan sistem sprinkle untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan rumah dan gedung tahun 1987 yang diterbitkan oleh Dinas Pekerjaan Umum ukuran pipa sprinkler untuk kebakaran ringan adalah sebagai berikut. Tabel ukuran pipa sprinkle (sumber: www.bromindo.com) Jumlah Sprinkler
Inch
mm
2
1
25
3
1Âź
32
4-5
1½
40
6 - 10
2
50
11 - 30
2½
65
31 - 60
3
75
14
60 - ‌
4
100
2. Kepala Sprinkler (sprinkler head) Kepala sprinkler merupakan komponen yang terdapat pada setiap titik tepatnya di ujung-ujung instalasi pipa sprinkler. Kepala sprinkler adalah komponen yang berfungsi untuk mendeteksi suhu apabila telah mencapai suhu tertent dan juga menyemprotkan air pada saat terjadi kebakaran.
Gambar sprinkle head sumber: www. firexuae.com 3. Sistem penyediaan air Sistem penyedian air merupakan sistem yang paling penting pada sistem sprinkler. Setiap sistem sprinkler harus dilengkapi dengan setidaknya satu sistem penyediaan air yang memiliki kapasitas sesuai kebutuhan dan juga memiliki tekanan yang relatif stabil. Sistem penyediaan air harus dalam kendali operator gedung karena perlunya maintenance secara berkala. Hal ini diperlukan agar air yang terdapat pada penyediaan air tersebut tidak terkontaminasi oleh serat atau bahan lain yang dapat mengakibatkan terganggunya kinerja sistem sprinkler.
15
Gambar sistem penyedia air sumber: www. hydrantsystem.com 2) Sistem Hydrant Sistem Hydrant merupakan sistem pemadam kebakaran yang memiliki sistem yang sama dengan sistem pompa air konvensional yang terdapat pada rumah-rumah pada umumnya. Sistem ini menggunakan media air sebagai bahan baku pemadaman api pada saat terjadi kebakaran. Sistem hydrant terbagi menjadi beberapa jenis berdasarkan lingkungan, yaitu: 1. Sistem Hydrant Gedung
Gambar hydrant gedung sumber: www. hydrantsystem.com Hydrant jenis ini merupakan hydrant yang instalasinya terletak di dalam gedung, dimana segala system dan peralatannya ditempatkan di dalam gedung oleh pihak pengelola. System hydrant jenis ini terbagi menjadi 3 klasifikasi, diantaranya:
16
a. Hydrant kelas I Hydrant kelas I merupakan hydrant yang dilengkapi dengan peralatan khusus yang diperuntukan bagi petugas pemadam kebakaran atau orang yang terlatih dalam penanggulangan kebakaran dalam gedung tersebut. Pada hydrant kelas I ini, dilengkapi dengan selang berukuran 2 1/2 inci. b. Hydrant Kelas II Hydrant kelas II memiliki kelengkapan lebih sederhana atau tidak mengkhusus seperti hydrant kelas I. Hydrant ini diperuntukan bagi pengguna gedung atau bagi orang yang belum terlatih dalam penanggulangan kebakaran. Hydrant jenis ini dilengkapi dengan selang berukuran lebih kecil yaitu 11/2 inci. c. Hydrant Kelas III Hydrant jenis ini merupakan gabungan dari Hydrant kelas I dan kelas II, dimana di dalam satu sistem terdapat dua peralatan hydrant yang diperuntukan bagi pengguna gedung yang terlatih ataupun tidak terlatih. 2. Sistem Hydrant Halaman Sistem hydrant halaman juga disebut dengan outdoor hydrant. Sesuai dengan namanya, Sistem Hydrant ini terletak diluar bangunan atau di sekitar bangunan. Sistem ini memiliki sumber air sendiri yang disediakan oleh pihak pengelola gedung.
17
Gambar outdoor hydrant sumber: www. caplex.blogspot.com 3. Sistem Hydrant Kota Sistem hydrant kota merupakan sistem hydrant yang disediakan oleh pemerintah guna menanggulangi bencana kebakaran yang terjadi di kawasan tersebut. Sistem hydrant ini memiliki sumber air yang juga disediakan oleh pemerintah. Pada umumnya, sistem ini dapat ditemukan di tepi jalan-jalan perkotaan.
Gambar hydrant kota sumber: www. jateng.tribunnews.com
18
A. Instalasi Sistem Hydrant Dalam upaya penanggulangan bahaya kebakaran secara manual, instalasi sistem hydrant harus diperhitungkan dengan baik oleh pihak pengelola sebuah gedung. Instalasi sistem hydrant merupakan hal yang perlu diperhatikan selain juga kelengkapan gedung lainnya. Instalasi sistem hydrant terdiri dari pipa yang mengalirkan air menuju hydrant box yang terdapat di dalam gedung pada beberapa titik pada setiap lantai gedung.
Gambar instalasi sistem hydrant sumber: www. indonetwork.com Selain itu, untuk instalasi sistem hydrant yang terdapat diluar gedung atau di sekitar gedung air disalurkan dari sumber air melalui pipa menuju hydrant pillar serta horse reel cabinet yang kemudian digunakan untuk menanggulangi bahaya api. Untuk mendukung sistem hydrant agar berfungsi dengan baik, maka kelengkapan instalasi tersebut harus dilengkapi sesuai dengan standar. Adapun kelengkapan yang harus disediakan untuk mendukung sistem ini meliputi: 1. Tempat Penyimpanan Air (Reservoir) Reservoir merupakan tempat penyimpanan air yang kemudian akan menyalurkan air menuju sistem. reservoir berbentuk tangki yang terdiri dari
19
satu ataupun beberapa tangki yang akan menyimpan air. Reservoir pada umunya terletak dibawah tanah atau diatas tanah. 2. Sistem Distribusi Sistem distribusi merupakan sistem yang akan menyalurkan dari sumber air yaitu reservoir menuju titik-titik selang hydrant. Sistem distribusi yang baik untuk sistem hydrant adalah sistem sirkulasi tertutup. Dengan menggunakan sistem sirkulasi tertutup, akan dapat memberikan keuntungan bagi pengelola gedung, diantaranya: 
Air tetap dapat didistribusikan ke titik hydrant walaupun salah satu area pipa mengalami kerusakan.

Semburan air hydrant lebih stabil meskipun seluruh titik hydrant dibuka.
Sistem pipa utama (primary feeders) dari hydrant biasanya berukuran 12-16 inch. Pipa sambungan ke dua (secondary feeders) biasanya berukuran 8-12 inch. Sedangkan untuk cabang pipa biasanya berukuran 4.5-6 inch. Pada ujung pipa hydrant tersambung dengan pilar hydrant. Disamping pilar hydrant terpasang box yang digunakan untuk menyimpan selang hydrant (hose). Selang ini terbuat dari bahan kanvas yang panjangnya berkisar 2030 meter. Untuk mendukung supply air hydrant, dibuatlah suatu sambungan pipa yang berinterkoneksi dengan sistem pipa hydrant yang disebut sambungan Siamese. Sambungan ini terdiri dari satu atau dua sambungan pipa yang fungsinya adalah untuk memberikan supply air tambahan pada sistem hydrant. Sambungan ini sangat berguna bagi petugas pemadam kebakaran untuk memberikan supply air tambahan melalui mobil pemadam kebakaran atau sistem pilar hydrant umum. 3. Sistem Pompa Hydrant Sistem ini terdiri atas panel kontrol pompa, motor penggerak, dan unit pompa. Pompa dikontrol melalui sistem panel kontrol, sehingga dapat menghidupkan serta mematikan keseluruhan system dan juga untuk 20
mengetahui status dan kondisi pompa. Motor penggerak pompa merupakan sistem mekanik elektrik yang mengaktifkan pompa untuk menyedot dan menyemburkan air. Unit pompa untuk hydrant biasanya terdiri dari:
Pompa Generator Digunakan sebagai sumber tenaga cadangan pada saat listrik mati.
Pompa Utama Digunakan sebagai penggerak utama untuk menyedot air dari sumber ke titik hydrant.
Pompa Jockey Digunakan untuk mempertahankan tekanan air pada sistem hydrant. Alat-alat pemadam kebakaran besar ada yang dilayani secara manual
ada pula yang bekerja secara otomatis. Sistem hydrant mempergunakan air sebagai pemadam api. Terdiri dari komponen-komponen hydrant yaitu : Sistem persediaan air (45,60,90 menit) Sistem Pompa (Picu,Utama & Cadangan) Jaringan pipa Kopling outlet / Pilar / Landing valve Slang dan nozzle Sistem kontrol tekanan & aliran Katup-katup (valve) Saklar Tekanan (Pressure Swicth) Tangki Bertekanan (Pressure Tank) Tangki Pemancing (Priming Tank) Manometer Kotak Hidran berisi 1 set slang dan pipa pemancar (hose & nozzle) Sambungan Dinas Kebakaran (Siamese Connection) B. Komponen pada Sistem Hydrant Dalam sistem hydrant diperlukan komponen-komponen untuk dapat membuat sistem tersebut berfungsi dengan baik. Komponen tersebut meliputi:
21
1. Pipa Hydrant Untuk menanggulangi kebakaran secara manual, instalasi pipa hydrant berfungsi untuk menyalurkan air dari sumber air menuju hydant box yang terletak di setiap lantai gedung.
Gambar pipa hydrant sumber: www.semarangfire.com 2. Jocky Fire Pump Jocky fire pump merupakan komponen yang berfungsi untuk menjaga kestabilan air pada pipa dan juga pressure tank.
Gambar jocky fire pump sumber: www.symantecbd.com
22
3. Pompa Air Utama Pompa air utama adalah komponen yang akan memompa air dari sumber air menuju pipa-pipa hydrant. Dalam menanggulangi kebakaran, apaila air pada intalasi pipa telah habis, mala pompa air akan bekerja untuk menyalurkan air menuju pipa-pipa tersebut
Gambar pompa air utama sumber: www. stevenbrownassociates.com
4. Diesel Fire Pump Diesel fire pump berfungsi apabila saat terjadi kebakaran dan pompa mengalami kerusakkan atau gagal operasional dan pompa main pump serta jocky pump berhenti bekerja mensupply air maka diesel fire pump akan melakukan start secara otomatis berdasarkan pressure swicth. Bekerjanya diesel fire pump secara otomatis menggunakan panel diesel stater, panel ini juga melakukan pengisian accu/me-charger accu dan dapat bekerja secara manual dengan kunci stater pada diesel tersebut .
23
Gambar diesel fire pump sumber: www. little-horse.com 5. Siamese connection Siamese connection merupakan komponen yang berfungsi untuk menyalurkan air pada saat terjadi kegagalan pada mesin pompa air untuk mendistribusikan air ke pipa hydrant. Pada saat terjadi hal tersebut siamese connection akan digunakan sebagai penyalur air dari pompa cadangan lain ataupun dari mobil pemadam kebakaran dengan cara menyambungkan selang ke pipa siamese connection.
Gambar Siamese connection sumber: http://farm8.static.flickr.com/ 6. Alarm Kebakaran Alarm Kebakaran merupakan sistem untuk membantu pemilik gedung untuk mengetahui secepatnya suatu sumber kebakaran, sehingga sebelum api menjadi besar pemilik gedung sudah dapat mengambil tindakan pemadaman.
24
Gambar alarm kebakaran sumber: www.Engineeringbuilding.blogspot.com
Sistem Alarm kebakaran dapat digolongkan menjadi beberapa golongan yaitu a. Sistem Alarm Kebakaran Kota Sistem Alarm Kebakaran Kota adalah suatu cara atau alat komunikasi dari penduduk/ warga masyarakat Kepada Dinas Kebakaran Kota untuk menginformasikan tentang adanya bahaya kebakaran guna mendapatkan pertolongan pemadaman. Sistem Tanda Bahaya Kebakaran seperti ini pada kebanyakan kota di Indonesia mengunakan peasawat telepon dgn nomor panggail 113. Sistem alarm kebakaran Kota terdiri dari dua sistem yaitu : 
Sistem Lokal Alarm kebakaran sistem lokal mengunakan titik panggil (Box circuits) yang di pasang di beberapa tempat tertentu di dalam wilayah kota. Box tersebut dilengkapi dengan saklar berupa tombol tekan, tombol tarik atau handle tarik

Sistem Central, (Pusat ) Alarm kebakaran kota sistem central pada hakekatnya memiliki komponen yang sama dengan sistem lokal hanya perbedaannya terletak pada prinsip kerjanya saja.
25
b. Sistem alarm kebakaran gedung Sistem alarm kebakaran gedung adalah suatu alat untuk memberikan peringatan dini kepada penghuni gedung atau petugas yang di tunjuk, tentang adanya kejadian atau indikasi kebakaran di suatu bagian gedung. Dengan adanya peringatan secara dini tersebut akan memungkinkan penghuni/petugas dapat mengambil langkah/tindakan berikut pemadaman atau bila mungkin melaksankan evakuasi jiwa maupun harta benda. Sesuai dengan namanya maka sistem alarm kebakaran gedung hanya menjangkau suatu bangunan gedung. Cara Kerja Alarm Kebakaran gedung : 1) Manual, dengan menggunakan titik panggil manual ( Manual call box ) atau sesuai dengan petunjuk pemakaian pada titik panggil tersebut. 2) Otomatis, melalui alat pendeteksi kebakaran (fire detector)
3) APAR (Alat Pemadam Api Ringan) APAR adalah alat yang ringan serta mudah digunakan oleh satu orang untuk memadamkan api pada awal terjadinya kebakaran. APAR. APAR (Fire extinguisher) atau yang biasanya disebut racun api adalah alat yang digunakan untuk memadamkan api skala kecil yang biasanya berbentuk tabung dan digunakan dalam situasi yang sifatnya darurat. Alat pemadam api ini tidak diperuntukkan untuk pemadaman api yang sifatnya sudah out-of-control, seperti kebakaran dimana situasi-situasi kebakaran yang memang hanya bisa diatasi oleh petugas pemadam kebakaran yang sudah terlatih. Karakteristik Fire extinguisher atau racun api yaitu : 1. Terdiri dari jenis tertentu dan bukan merupakan pemadam untuk segala jenis kebakaran, oleh karena itu sebelum menggunakannya perlu diidentifikasi jenis bahan terbakar. 2. Hanya ideal dioperasikan pada situasi tanpa angin kuat, Fire extinguisher atau racun api kimiawi ideal dioperasikan pada suhu kamar. 3. Waktu ideal : 3 detik operasi, 10 detik berhenti, waktu maksimum terus menerus 8 detik. 4. Bila telah dipakai harus diisi ulang. 5. Harus diperiksa secara periodik, minimal 2 tahun sekali.
26
Fire extinguisher terdapat 4 kategori berdasarkan tipe-tipe api. Masing-masing pemadam api juga memiliki rating numerik yang menunjukkan besarnya api yang bisa ditangani oleh fire extinguisher tersebut. Semakin besar angkanya, semakin besar kemampuan memadamkan apinya. Berikut adalah tipe-tipe fire extinguisher : 
Fire Extinguisher Kleas A Pemadam untuk kebakaran yang dikarenakan oleh bahan-bahan padat nonlogam seperti Kertas, Plastik, Kain, Kayu, Karet dan lain sebagainya. Angka rating pada pemadam tipe ini menunjukkan banyaknya air yang terkandung serta besarnya api yang dapat dipadamkannya.

Fire Extinguisher Kelas B Pemadam kebakaran yang dikarenakan oleh bahan-bahan cair yang mudah terbakar seperti Minyak (Bensin, Solar, Oli), Alkohol, Cat, Solvent, Methanol dan lain sebagainya.

Fire Extinguisher Kelas C Pemadam untuk api yang disebabkan oleh alat-alat elektrik, seperti peralatan rumah kebakaran yang dikarenakan oleh Instalasi Listrik yang bertegangan seperti kabel, circuit breakers, dan sebagainya. Jangan pernah menggunakan air untuk memadamkan api kelas C ini, karena resiko tersetrum akan jauh lebih besar. Racun api kelas C ini tidak memiliki angka rating.

Fire Extinguisher Kelas D Pemadam api kelas D seringkali ditemukan di ruang laboratorium kimia. Pemadam ini untuk memadamkan api yang melibatkan bahan-bahan metal yang mudah terbakar, seperti magnesium, titanium, potassium dan sodium. Fire extinguisher ini juga tidak memiliki rating angka.
Tabung APAR harus diisi ulang sesuai dengan jenis dan konstruksinya. Jenis APAR meliputi : jenis air (water), busa (foam), serbuk kering (dry chemical) gas halon dan gas CO2, yang berfungsi untuk menyelimuti benda terbakar dari oksigen di sekitar bahan terbakar sehingga suplai oksigen terhenti. Zat keluar dari tabung karena dorongan gas bertekanan. Berikut penjelasan dari masing-masing jenis APAR yaitu :
27
a. Water (gas cartridge type) extinguishers Alat pemadam ini menggunakan air dan karbon dioksida sebagai baham pemadam. Jenis pemadam ini cocok untuk memadamkan api yang membakar kertas dan kayu. Dan tidak boleh digunakan pada area-area yang terdapat peralatan yang menggunakan listrik atau cairan kimia organik yang tidak larut didalam air. Akhirakhir ini sudah dikembangkan alat pemadam yang menggunakan air yang mengandung foaming agent (bahan pembentuk busa) yang dikenal dengan AFFF yang dapat digunakan untuk kebakaran pada cairan kimia mudah terbakar dan peralatan listrik
. Gambar Water (gas cartridge type) extinguishers, Warna Merah sumber: http://safety108.blogspot.com b. Alat Pemadam Api CO2 Alat pemadam api dengan bahan CO2 atau Carbon Dioxide digunakan untuk memadamkan kebakaran yang terjadi pada peralatan – peralatan mesin atau listrik. Tabung – tabung yang digunakan berisi gas CO2 yang berbentuk cair, bila dipancarkan CO2 tersebut mengembang menjadi gas. Cairan CO2 didalam tabung temperaturnya rendah sekali dan berbahaya apabila mengenai tubuh manusia.Jenis pemadam ini digunakan untuk area dimana terdapat peralatan elektronik sehingga peralatan tersebut tidak rusak, seperti instrument laboratorium, server, komputer, dsb. Jenis pemadam ini tidak boleh digunakan pada area confine space atau basemen karena awan karbon dioksida dapat membahayakan bagi personel
28
kebakaran itu sendiri. Jenis pemadan CO2 ini juga tidak boleh digunakan untuk kebakaran bahan logam atau metal
Gambar Alat Pemadam CO2 sumber: www.indonetwork.net c. Halon Alat pemadam ini menggunakan gas Halon sebagai bahan pemadam.
Alat
pemadam jenis ini digunakan di pabril, laboratorium atau area workshop dimana terdapat kemunkinan minyak dan bahan mudah terbakar. Tapi jenis pemadan ini tidak bias digunakan untuk area-area dimana terdapat peralatan elektronik. Jenis pemadam ini dikembangkan untuk memadam kebakaran pada pesawat udara. Alat pemadam ini mengeluarkan uap dan gas yang menyelimuti api dan menyingkirkan oksigen sehingga dapat memadamkan api. Atom Bromin merupakan terminator dari proses oksidasi yang terjadi pada saat kebakaran. Salah satu kelemahan dari jenis pemadam ini adalah jika terdapat logam yang terbakar maka BCF dapat terdegradasi dan membentuk hydrogen halide yang bersifat beracun dan korosif. Jika digunakan pada area confine space maka diperlukan ventilasi yang cukup
29
Gambar Halon (bromochlorofluoromethane BCF type) extinguishers, Warna Hijau Sumber : http://liayuliasitirohmah.blogspot.com/
d. Alat Pemadam Api Powder Jenis pemadam ini mengandung serbuk kering yang bersifat inert seperti serbuk silica yang dicampur dengan serbuk sodium bikarbonat. Serbuk dipompa keluar tabung dengan bantuan gas karbon dioksida yang berasal dari catridge. Serbuk yang dikeluarkan akan menyelimuti bahan yang terbakar sehingga memisahkan oksigen yang merupakan salah satu kompenen kebakaran. Adanya karbon dioksida juga akan menyingkirkan oksigen sehingga dapat memadamkan api. Sangat tidak disarankan untuk digunakan pada area yang terdapat peralatan produksi atau instrument produksi yang sangat bernilai, karena serbuk-serbuk pemadam dapat merusak komponen-komponen peralatan tersebut.
Gambar Powder extinguishers (gas cartridge type), Warna Biru Sumber : http://liayuliasitirohmah.blogspot.com/
30
e. Alat Pemadam Api Busa Busa adalah alat pemadam yang efektif untuk memadamkan kebakaran Kelas A dan B. Bahan yang digunakan adalah campuran Natrium Bicarbonate dengan Aluminium Sulfat, keduanya dilarutkan kedalam air hasilnya suatu busa yang volumenya mencapai 10 x volume campuran . Pemadam api menggunakan busa merupakan sistem isolasi, yaitu mencegah agar oksigen tidak mendapat kesempatan untuk beraksi, karena busa menyelimuti (menutup) permukaan benda yang terbakar.
Gambar Foam extinguishers (gas cartridge type), Warna Krem Sumber: www.alatkesehatandibali.wordpress.com
31
Sistem Evakuasi Kebakaran 1) Tangga Kebakaran (Fire Escape) Tangga kebakaran adalah suatu tempat yang menghubungkan ruangan bawah dengan ruangan diatasnya yang juga berfungsi sebagai tempat melarikan diri dari gangguan bahaya kebakaran (Dwi Tanggoro, 2000:43). Tangga kebakaran adalah tangga yang direncanakan khusus untuk penyelamatan bila terjadi kebakaran. Tangga kebakaran dilindungi oleh saf tahan api dan termasuk didalamnya lantai dan atap atau ujung atas struktur penutup. Tangga darurat dibuat untuk mencegah terjadinya kecelakaan atau luka-luka pada waktu melakukan evakuasi pada saat kebakaran (Ketentuan Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum No.10/KPTS/2000). Dalam pemasangan jalan keluar atau jalan penyelamatan (emergency exit) berupa tangga kebakaran (fire escape) harus memperhatikan syarat-syarat, yaitu :
Tangga terbuat dari konstruksi beton atau baja yang mempunyai ketahanan kebakaran selama 2 jam.
Bahan-bahan finishing, seperti lantai dari bahan yang tidak mudah terbakar dan tidak licin, susuran tangan terbuat dari besi.
Lebar tangga minimum 120 cm (untuk lalu lintas 2 orang ).
Harus dapat dilewati minimal oleh 2 orang bersama-sama atau lebar bersih tangga minimal 120 cm.
Untuk anak tangga, lebar minimum injakan tangga 27,9 cm, tinggi minimum 10,5 cm, tinggi maksimum 17,8 cm dan jumlah 2R + G ≤ 70cm.
Harus mudah dilihat dan dicapai (dilengkapi dengan penunjuk arah). Jarak maksimum dari sentral kegiatan 30 m atau antar tangga 60 m.
Persyaratan tangga kebakaran, khususnya yang terkait dengan kemiringan tangga, jarak pintu dengan anak tangga, tinggi pegangan tanggadan lebar serta ketinggian anak tangga, dapat dilihat pada gambar berikut:
32
Gambar Syarat Tangga Darurat Sumber : www.google.com/tangga darurat 
Supaya asap kebakaran tidak masuk dalam ruangan tangga, diperlukan : 1) Exhaust fan yang berfungsi menghisap asap yang ada di depan
tangga. Penempatan exhaust fan berupa : (i)
Dipasang di depan tangga kebakaran yang berfungsi untuk menghisap asap yang akan masuk dalam tangga darurat saat pintu dibuka.
(ii)
Dipasang didalam tangga yang secara otomatis berfungsi memasukkan udara untuk memberikan tekanan pada udara di dalam tangga darurat yang berfungsi mengatur tekanan udara dalam tangga agar lebih besar daripada udara dalam bangunan khususnya saat terjadi kebakaran 33
sehingga saat pintu dibuka asap tidak masuk ke dalam tangga darurat. (iii)
Untuk bangunan khusus atrium, dipakai alat exhaust vent yang secara otomatis terbuka saat terjadi kebakaran sehingga asap dapat keluar melalui alat tersebut.
2) Pressure fan yang berfungsi menekan/memberi tekanan di dalam ruang tangga yang lebih besar daripada tekanan pada ruang luar. 
Di dalam dan di depan tangga diberi alat penerangan sebagai penunjuk arah tangga dengan daya otomatis/emergency.

Tangga dipisahkan dari ruangan-ruangan lain dengan dinding beton yang tebalnya minimum 15 cm atau tebal tembok 30 cm yang mempunyai ketahanan kebakaran selama 2 jam. Apabila persyaratan teknis ini mempersyaratkan eksit untuk dipisahkan dari bagian lain bangunan gedung, konstruksi pemisahnya harus memenuhi ketentuan yang berlaku tentang “konstruksi dan kompartemenisasi� 1) dan berikut :
(1) Pemisah harus mempunyai tingkat ketahanan api sekurangkurangnya 1 jam apabila eksit menghubungkan tiga lantai atau kurang. (2) Pemisah harus mempunyai tingkat ketahanan api 2 jam, apabila eksit menghubungkan empat lantai atau lebih
Gambar. Tangga dengan dinding luar tidak disyaratkan proteksinya dalam bidang yang sama sebagai dinding luar bangunan gedung. Sumber : www.google.com/tangga darurat
34
Gambar. Tangga dengan keliling bagian luar tidak diproteksi menonjol keluar melewati dinding luar bangunan gedung. Sumber : www.google.com/tangga darurat
Gambar. Tangga dengan dinding luar tidak terproteksi terekspos dinding luar bangunan gedung yang berdekatan. Sumber : www.google.com/tangga darurat
2) Pintu Kebakaran (Fire Doors) Pintu darurat adalah pintu yang langsung menuju tangga kebakaran dan hanya dipergunakan apabila terjadi kebakaran. Persyaratan yang harus dipenuhi oleh pintu darurat adalah :
Pintu harus tahan terhadap api sekurang-kurangnya dua jam.
Pada daun pintu dipasang penutup atau pengumpul asap.
Daun pintu padat dengan ketebalan 35 mm
Daun pintu mampu menahan asap pada suhu 2000 C selama 30 menit
Pintu harus dilengkapi minimal 3 engsel.
35
Pintu juga harus dilengkapi dengan alat penutup otomatis (door closer). Bila pintu dioperasikan dengan tenaga listrik maka harus dapat dibuka secara manual bila terjadi kerusakan, dapat membuka langsung kearah jalan umum dan harus dapat membuka otomatis bila terjadi kegagalan pada daya listrik atu saat aktivasi alarm kebakaran.
Pintu dilengkapi dengan tuas atau tungkai pembuka pintu yang berada diluar ruang tangga (kecuali tangga yang berada dilantai dasar, berada didalam ruang tangga) dan sebaiknya menggunakan tuas yang memudahkan, terutama dalam keadaan panik (panic bar).
Pintu dilengkapi dengan tanda peringatan “TANGGA DARURAT – TUTUP KEMBALI”.
Pintu dapat dilengkapi dengan kaca tahan api.
Ambang pintu harus tidak mengenai anak tangga atau ramp minimal selebar daun pintu.
Pintu paling atas membuka kearah luar (atap bangunan) dan semua pintu lainnya membuka kearah ruangan tangga kecuali pintu paling bawah membuka keluar dan langsung berhubungan ruang luar.
Gambar Pintu Darurat Sumber :www. google.com/pintu darurat
36
3) Lif Kebakaran Untuk penanggulangan saat terjadi kebakaran, sekurang-kurangnya ada satu buah lif yang disebut sebagai lif kebakaran atau lif darurat (emergencylift)dan harus dipasang pada bangunan gedung yang memiliki ketinggian efektif lebih dari 25 m (atau lebih dari 5 lantai), dan. Semua lif yang mempunyai jarak tempuh 7,6 m atau lebih di atas atau di bawah lantai dan melayani keperluan petugas darurat untuk penanggulangan kebakaran atau tugas penyelamatan harus mengikuti ketentuan baku atau standar tentang keselamatan untuk lif dan eskalator. Pada saat tidak terjadi kebakaran, lif kebakaran dapat dikombinasikan sebagai lif penumpang. Bila ada dua lif atau lebih terpasang pada satu saf (ruang luncur) yang berbeda dan melayani lantai-lantai yang sama, di luar lif yang terdapat dalam atrium, sekurang-kurangnya satu lif kebakaran tersedia untuk melayani lantai-lantai tersebut. Lif kebakaran harus terdapat dalam ruang luncur yang tahan api minimum 1 jam. Lif kebakaran harus memenuhi standar untuk lif kebakaran yang berlaku sebagai berikut : 
Pada bangunan gedung kelas 9a (rumah sakit) yang melayani ruang perawatan pasien, maka :
1. Memiliki ukuran atau dimensi minimum yang diukur dalam keadaan bebas penghalang termasuk pegangan tangga, sebagai berikut :
o kedalaman minimum : 2.280 mm. o lebar minimum : 1.600 mm. o jarak dari lantai ke langit-langit, minimum : 2.300 mm. o tinggi pintu minimum : 2.100 mm. o lebar pintu minimum : 1.300 mm, dan dihubungkan dengan sistem pembangkit tenaga darurat yang selalu siaga, dan mempunyai kapasitas sekurang-kurangnya 600 kg untuk bangunan gedung yang memiliki ketinggian efektif lebih dari 75 meter. 6.3.6.7. Lif kebakaran dioperasikan oleh petugas pemadam kebakaran
37

Lif kebakaran dioperasikan oleh petugas pemadam kebakaran untuk keperluan penanggulangan keadaan darurat kebakaran, dan harus dapat berhenti disetiap lantai.

Keberadaan lif kebakaran diberi tanda tertentu di setiap lantai dekat pintu lif.

Sumber daya listrik untuk lif kebakaran harus direncanakan dari dua sumber dan menggunakan kabel tahan api minimal 1 jam.

Lif kebakaran harus memiliki akses ke tiap lantai hunian di atas atau di bawah lantai tertentu atau yang ditunjuk, harus berdekatan dengan tangga eksit serta mudah dicapai oleh petugas pemadam kebakaran di setiap lantai.

Lif kebakaran harus dilengkapi dengan sarana operasional yang dapat digunakan oleh petugas pemadam kebakaran untuk membatalkan panggilan awal atau sebelumnya yang dilakukan secara tidak sengaja atau aktif karena kelalaian terhadap lif tersebut.
Gambar Penempatan Lift Darurat Sumber :www. google.com/ruang kompartemen
38
4) Penandaan Sarana Jalan Keluar 1. Eksit Selain dari pintu eksit utama di bagian luar bangunan gedung yang jelas dan nyata di identifikasikan sebagai eksit, harus diberi tanda dengan sebuah tanda yang disetujui yang mudah terlihat dari setiap arah akses eksit. Penandaan yang bisa diraba harus disediakan memenuhi kriteria sebagai berikut 
Tanda eksit yang bisa diraba harus ditempatkan pada setiap pintu eksit yang disyaratkan untuk tanda eksit.

Tanda eksit yang bisa diraba harus terbaca : EKSIT.

Tanda eksit yang bisa diraba harus memenuhi ketentuan yang berlaku.
2. Akses eksit Akses ke eksit harus diberi tanda dengan tanda yang disetujui, mudah terlihat di semua keadaan di mana eksit atau jalan untuk mencapainya tidak tampak langsung oleh para penghuni. Penempatan tanda yang baru haruslah sedemikian sehingga tidak ada titik di dalam akses eksit koridor melebih jarak pandang atau 30 m, atau kurang dari tanda terdeka
39
Gambar Akses Eksit Sumber : www.google.com/emergency exit
3. Jarak penglihatan. Setiap tanda yang diperlukan harus diletakkan dan dengan ukuran sedemikian, warna yang nyata dan dirancang untuk mudah dilihat dan harus kontras dengan dekorasi, penyelesaian interior atau tanda lainnya. Diperkenankan ada dekorasi, perlengkapan ruangan atau peralatan yang tidak mengganggu pandangan sebuah tanda eksit. Diperkenankan tanda di iluminasi terang (selain untuk tujuan eksit), gambar, atau obyek di dalam atau di dekat garis pandang untuk tanda eksit yang disyaratkan yang tidak mengalihkan perhatian dari tanda eksit.
4. Lokasi pemasangan. Penandaan jalan ke luar di bawah yang baru harus diletakkan pada jarak vertikal tidak lebih dari 20 cm di atas ujung bagian atas bukaan jalan ke luar dimaksud, yang ditujukan oleh penandaan. Penandaan jalan ke luar harus diletakkan pada jarak horizontal tidak lebih lebar dari disyaratkan untuk bukaan jalan ke luar, dimaksud untuk menunjukkan oleh penandaa ke ujung terdekat dari penandaan. 5. Tanda Arah. Suatu Tanda arah dengan indikator arah menunjukkan arah lintasan harus ditempatkan di setiap lokasi apabila arah lintasan mencapai eksit terdekat tidak jelas.
40
Gambar Penempatan Sesuai Tanda Arah Sumber : www. google.com/tanda evakuasi 6. Ukuran Tanda arah Tanda arah yang diiluminasi dari luar disyaratkan harus terbaca "EKSIT' atau harus menggunakan kata lain yang tepat dengan huruf datar yang jelas berukuran sebagai berikut : 
Untuk tanda arah yang baru, tinggi huruf sekurang-kurangnya 15 cm, dengan lebar huruf sekurang-kurangnya 2 cm.

Untuk tanda arah yang sudah ada, perkataan yang disyaratkan diperkenankan untuk datar dengan huruf yang jelas sekurang-kurangnya 10 cm tingginya.

Kata "EKSIT" dengan lebar huruf sekurang-kurangnya 5 cm, kecuali huruf "I" dan spasi minimum antara huruf harus sekurang-kurangnya 1 cm.

Elemen simbol tanda arah lebih besar dari minimum yang ditentukan dan harus menggunakan lebar huruf, tulisan dan spasi yang proporsional dengan tingginya
5) Assembly Point Salah satu sara penyelamat dari kebakaran adalah Assembly Point atau tempat berhimpun. Assembly Point adalah suatu tempat di area sekitar atau di luar area lokasi kebakaran yang dijadikan tempat untuk berkumpul setelah proses evakuasi kebakaran dilakukan. Jarak yang di anjurkan adalah 20 meter dari bangunan. Tempat ini pula merupakan lokasi akhir yang dituju sebagaimana rute evakuasi dibuat.
41
Menurut NFPA 101 : Life Safety Code edisi 2000, kriteria untuk menentukan area Assembly Point adalah : 1. Aman dari api, asap dan fumes 2. Cukup untuk menampung seluruh penghuni agar aman dari hal-hal yang menimbulkan kepanikan. 3. Mudah dijangkau dalam waktu yang singkat. Kriteria lainnya menurut Kepmen PU No.10 Tahun 2000 adalah : 1. Tidak ada ancaman api 2. Dari sana penghuni bisa secara aman berhambur setelah menyelamatkan diri dari keadaan darurat menuju ke jalan atau ruang terbuka 3. Suatu jalan atau ruang terbuka 6) Ruang Kompartemen Kompartemen Kebakaran merupakan suatu bangunan atau ruangan yang mempunyai elemen pembentuk ruang berupa dinding atau lantai yang tahan terhadap kebakaran/api dengan bukaan yang dilindungi secara baik. Pada bangunan tinggi di mana mengevakuasi seluruh orang dalam gedung dengan cepat adalah suatu hal yang mustahil, kompartemen dapat menyediakan penampungan sementara bagi penghuni atau pengguna bangunan untuk menunggu sampai api dipadamkan atau jalur menuju pintu keluar sudah aman Kompartemen kebakaran didesain sebagai berikut : 
Tidak terpengaruh terhadap suhu dan tekanan yang diakibatkan dari kebakaran pada bagian bangunan yang digunakan bersama,

Melaksanakan fungsinya secara independen tanpa bantuan dari pemadam kebakaran manapun,

Memiliki akses masuk dan peralatan penutup akses masuk seminimal mungkin (seperti; pintu, jalur pemipaan, lubang, dan segel jalan masuk pipa dan kabel) yang di desain memiliki tingkat tahan api paling sedikit sama dengan tingkat tahan api dari kompartemen itu sendiri,

Memiliki beberapa struktur, sistem dan komponen yang penting untuk keselamatan yang ditempatkan pada setiap kompartemen kebakaran yang berbeda,

Mempunyai pencahayaan darurat,
42
Mempunyai bagian permukaan yang tidak terbakar dan tidk mengeluarkan gas yang mudah terbakar, dan
Mempunyai tingkat tahan api paling singkat satu jam.
Tingkat tahan api dari kompartemen kebakaran harus memiliki :
Kestabilan Kemampuan spesimen yang menahan beban untuk mendukung uji pembebanan, tanpa melampaui kriteria mengenai pertambahan atau laju deformasi atau keduanya.
Integritas Kemampuan dari spesimen elemen yang terpisah untuk membatasi suatu kebakaran sampai kriteria tertentu untuk runtuh, bebas dari lubang, retak dan celah, dan kebakaran yang berkelanjutan pada permukaan yang tidak terpapar.
Insulasi Kemampuan dari spesimen elemen yang terpisah untuk membatasi kenaikan suhu dari permukaan yang tidak terpapar sampai ke batas bawah level yang ditentukan pada kondisi kebakaran.
Kriteria fisik pada kompartemen kebakaran :
Ketahanan mekanik,
Kapasitas ketahanan terhadap nyala api,
Kapasitas ketahanan terhadap gas yang panas atau mudah terbakar, dan
Insulasi panas.
Karakterisasi dari kompartemen kebakaran mengikuti standar Indonesia atau standar Internasional.
Gambar Ruang Kompartemen Sumber :www. google.com/kompartemen
43
Sistem Manajemen Kebakaran 2.4.1.
Tujuan Sistem manajemen kebakaran memaksudkan perlindungan manusia dan
gedung/barang terhadap bahaya kebakaran. Perlindungan ini dapat berupa tindakan preventif atau pencegahan ataupun tindakan penanggulangan bencana. Dengan tindakan terjadinya dan penyebarluasan kebakaran keamanan manusia harus dijamin, terjadi kebakaran atau ledakan dicegah, ketahanan gedung dan konstruksi terhadap runtuh akibat kebakaran terjamin, serta keamanan pemadam kebakaran harus diperhitungkan. Tujuan tindakan terhadap keamanan dapat dibagi tiga (Holzabau, 1997: 13-15), yaitu: a) Pencegahan kebakaran dengan mengurangi kemungkinan terjadinya kebakaran (Preventif) b) Pembatas kebakaran dengan mengurangi luas kebakaran c) Pemadam kebakaran dengan mengamankan manusia, binatang, maupun gedung/barang dari bahaya terbakar. Tindakan yang akan diambil dapat digolongkan sebagai berikut: d) Tindakan mencegah kebakaran Berarti pendirian kelompok pemadam api yang terlatih dan dilengkapi peralatan sederhana, mencegah bahaya kebakaran dalam perencanaan gedung, mengatur elevasi tindakan mencegah kebakaran secara periodik. e) Tindakan membatasi kebakaran Berarti jalan keluar darurat dalam kebakaran yang aman, pemeliharaan serta perawatan perlengkapan dan peralatan pemadam kebakaran, deentralisasi titik bahaya api atau ledakan dalam gedung, pemasangan perlengkapan pemadam kebakaran yang memadai, dan perencanaan tindakan yang akan diambil dalam keadaan kebakaran. f)
Tindakan memadamkan kebakaran Berarti perlengkapan alarm kebakaran, pendirian pemadam api
professional yang terlatih dan memiliki pangkalan regional yang lengkap sehingga dari tempat itu regu pemadam api dapat mencapai setiap perapian dalam waktu singkat.
44
Semua peraturan dan persyaratan terhadap kebakaran hanya mencegah resiko kebakaran biasa dan bukan kebakaran luar biasa (misalnya akibat ledakan tangki gas, kecelakaan kereta api dengan gerbong tangki minyak, gejala susulan akibat gempa bumi. Tindakan pencegahan kebakaran tidak hanya melindungi manusia, binatang, dan gedung/barang, tetapi juga lingkungan alam. 2.4.2.
Konsep Pencegahan Bahaya Kebakaran Pencegahan bahaya kebakaran dalam perencanaan berdasarkan konsep tindakan
pencegahan
yang berkaitan dengan pembangunan,
yang berkaitan dengan
perlengkapan, dan yang berkaitan dengan organisasi. g) Tindakan pencegahan yang berkaitan dengan pembangunan merupakan jalan pencapaian yang man bagi mobil pemadam kebakaran dan untuk penyelamatan penghuni, bagian gedung yang tahan api, dan jalan keluar darurat dalam keadaan kebakaran. h) Tindakan pencegahan yang berkaitan dengan perlengkapan merupakan persedian air pemadam api secukupnya (hidran dan sistem sprinkler) termasuk, jika perlu, penampung air tercemar akibat pemadam api, alarm kebakaran, semua instalasi listrik dilengkapi dengan kawat pembumian, dan pengontrolan/pengawasan instalasi gas. i)
Tindakan pencegahan yang berkaitan dengan organisasi merupakan perndirian pasokan pemadam api professional yang terlatih dan memiliki pangkalan regional yang lekap sehingga dari tempat itu regu pemadam api dapat mencapai tempat kebakaran dalam waktu singkat, dan kelompok pemadam api yang terlatih (mis. Satpam) yang dilengkapi peralatan sederhana untuk mencegah bahaya kebakaran di tempat ia berada.
Konsep pencegahan bahaya kebakaran kemudian peru dilengkapi dengan bukti keamanan terhadap kebakaran sebagai berikut : = .
. .
Penentuan ambang batas risiko kebakaran yang dapat dipertanggungjawabkan (Ru) bukan merupakan nilai pasti, tetapi factor tidak tetap. Ru tergantung dari banyak factor seperti penggunaan gedung, jumlah lantai.
45
Keamanan terhadap kebakaran (áľž) merupakan perbandingan antara penentuan ambang batas resiko kebakaran yang dapat dipertanggungajawabkan (Ru) dan resiko kebakaran yang nyata (R), berarti : =
=
>1
Dengan demikian, suatu gedung/RT/Pabrik memenuhi tuntutan ke amanan terhadap kebakaran. 2.4.3.
Jalan Keluar Darurat Kebakaran Jalan keluar darurat memungkinkan evakuasi gedung berjalan aman dalam
keadaan kebakaran. Jalan keluar darurat terdiri dari jarak yang harus ditempuh dalam ruang, pintu darurat, dan tangga darurat.Jalan keluar darurat harus aman dari kepanikan/gugup sehingga tidak terjadi halangan dan rintangan. 2.4.4.
Pemadam Kebakaran Yang perlu dingat adalah urutan tindakan, yaitu: 1. Jangan panik/gugup; 2.
Memanggil pemadam kebakaran; 3. Menolong dan menyelamatkan orang yang bersangkutan; 4. Memadamkan api; dan 5. Memberi pertolongan pertama sebagai berikut: a) Jangan Panik / Gugup
46
b) Memanggil Pemadam Kebakaran
c) Menolong dan Menyelamatkan
d) Memadamkan api
47
e) Penggunaan tabung pemadam api
f)
Pertolongan pertama
48
Sistem Penangkal Petir Petir ialah suatu gejala listrik di atmosfir yang timbul bila terjadi banyak kondensasi dari uap air dan ada arus udara naik yang kuat, sehingga terjadi loncatan muatan listrik antara awan dengan bumi. Loncatan muatan listrik tersebut diawali dengan mengumpulnya uap air di dalam awan . Peristiwa tersebut seringkali diikuti dengan adanya peristiwa hujan, baik itu es atau air. Tahap awal terjadinya petir biasanya dimulai dengan adanya awan hitam dan lidah api listrik berwarna terang yang menjalar ke bumi tanpa dapat dikendalikan, berbentuk seperti akar yang kemudian diikuti dengan adanya suara menggelegar, bersifat merusak dan memiliki efek yang fatal apabila menyambar mahluk hidup. PROSES TERJADINYA PETIR Terdapat 2 teori yang mendasari proses terjadinya petir : 1. Proses Ionisasi 2. Proses Gesekan antar awan a. Proses Ionisasi Petir terjadi diakibatkan terkumpulnya ion bebas bermuatan negatif dan positif di awan, ion listrik dihasilkan oleh gesekan antar awan dan kejadian Ionisasi ini disebabkan oleh perubahan bentuk air mulai dari cair menjadi gas atau sebaliknya, bahkan perubahan padat (es) menjadi cair. Ion bebas menempati permukaan awan dan bergerak mengikuti angin yang berhembus, bila awan-awan terkumpul di suatu tempat maka awan bermuatan akan memiliki beda potensial yang cukup untuk menyambar permukaan bumi maka inilah yang disebut petir. b.Gesekan antar awan Pada awalnya awan bergerak mengikuti arah angin, selama proses bergeraknya awan ini maka saling bergesekan satu dengan yang lainnya , dari proses ini terlahir electron- electron bebas yang memenuhi permukaan awan. proses ini bi sa digambarkan secara sederhana pada sebuah penggaris plastik yang digosokkan pada rambut maka penggaris ini akan mampu menarik potongan kertas. Pada suatu saat awan ini akan terkumpul di sebuah kawasan, saat inilah petir dimungkinkan terjadi karena electron-elektron bebas ini saling menguatkan satu dengan lainnya. Sehingga memiliki cukup beda potensial untuk menyambar permukaan bumi. (http://antipetir.asia)
49
PENGARUH ARUS LISTRIK PADA BADAN MANUSIA Ada beberapa pengaruh yang diberikan oleh arus listrik apabila berhubungan dengan badan manusia. Mulai dari pengaruh yang kecil seperti terkejut, hingga pengaruh yang berbahaya seperti kematian. Berikut adalah tabel pengaruh arus listrik pada badan manusia :
Sumber : Utilitas Bangunan oleh IR. Hartono Poerbo, M. Arch. Tempat yang Tidak terhindar dari sambaran petir Tempat yang basah dan berair. Tempat terbuka. Pohon-pohon yang tinggi Daerah pinggiran hutan. Bangunan tinggi yang tidak dilengkapi dengan instalasi sistem penangkal petir. Transformator pada gardu induk listrik. Tempat yang terhindar dari sambaran petir Bangunan yang dilengkapi dengan instalasi sistem penangkal petir. Kendaraan yang memiliki karoseri baja. Ditengah hutan yang memiliki ketinggian pohon yang hampir sama. SISTEM PENANGKAL PETIR Sistem penangkal petir ialah suatu sistem dengan komponen dan peralatan yang secara keseluruhan berfungsi untuk menangkap dan menyalurkan petir menuju ke tanah, sehinggah seluruh bagian bangunan serta isinya atau benda yang dilindunginya
50
terhindar dari bahaya yang ditimbulkan oleh sambaran petir. Penangkal petir ada dua, yaitu penangkal petir yang alami dan penangkal petir buatan. Penangkal petir alami biasanya menggunakan pohon sebagai mediator penangkalnya, pohon yang baik untuk digunakan ialah pohon cemara. Pohon jenis ini dipilih karena memiliki bentuk yang mirip menyerupai batang penangkal petir karena bentuknya yang runcing keatas, sehingga sambaran petir akan mengenainya. Sedangkan penangkal petir buatan biasanya terletak di puncak bangunan, khususnya bangunan bertingkat yang tinggi, guna melindungi bangunan dari anacman sambaran petir. Dimana untuk mewujudkan fungsi tersebut diperlukan beberapa komponen utama seperti, air terminations (ujung penangkal), down terminations (penghantar turun), dan earth terminations (ujung pentanahan). Terdapat pula beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam merencanakan dan pemasanga sistem penangkal petir. Antara lain sebagai berikut : 1. Faktor keamanan teknis, tanpa mengabaikan faktor estetika arsitektur, perhatian utama harus tetap ditujukan agar perlindungan terhadap sambaran petir menjadi efektif. 2. Penampang hantaran pentanahan yang digunakan. 3. Ketahanan mekanis. 4. Ketahanan terhadap korosi. 5. Bentuk dan ukuran bangunan yang dilindungi. 6. Faktor ekonomis. KOMPONEN-KOMPONEN UTAMA SISTEM PENANGKAL PETIR BUATAN : 1. AIR TERMINATIONS (ujung penangkal) Batang penangkal petir berupa batang tembaga yang ujungnya runcing. Dibuat runcing karena muatan listrik mempunyai sifat mudah berkumpul dan lepas pada ujung logam yang runcing. Dengan demikian dapat memperlancar proses tarik menarik dengan muatan listrik yang ada di awan. Batang runcing ini dipasang pada bagian puncak suatu bangunan.(http://id.wikipedia.org) Ujung Penangkal atau yang lebih sering disebut finial adalah perangkat utama yang akan melakukan kontak langsung terhadap sambaran petir di udara. Oleh sebab itu, ujung finial sebagai ujung tombak penangkap muatan di tempat tertinggi pada bangunan-bangunan stasiun pemancar dan bangunan lainnya. ( http://antipetir.asia ) 2. DOWN CONDUCTORS (penghantar turun) Merupakan penghubung antara ujung penangkal dengan pentanahan. Kabel konduktor terbuat dari jalinan kawat tembaga. Diameter jalinan kabel konduktor sekitar
51
1 cm hingga 2 cm . Kabel konduktor berfungsi meneruskan aliran muatan listrik dari batang muatan listrik ke tanah. Kabel konduktor tersebut dipasang pada dinding di bagian luar bangunan. Pada umumnya untuk hubungan ini dipakai kawat konduktor jenis bare copper (tembaga telanjang) BC-60, BC-50 atau yang lebih besar yaitu menara sebagai konduktor arus petir ke tanah. Pemanfaatan menara sebagai konduktor tidak dapat diandalkan mengingat bahwa sambungan komponen-komponen penyusun menara itu sendiri terkadang dalam keadaan terisolasi dengan pelapisan cat. Di tambah sifat bahan yang pada umumnya adalah korosif. Jadi dirasa perlu untuk menambahkan konduktor yang secara langsung terhubung ke pentanahan. Penghantar penurunan dapat memakai kabel ataupun plat logam dimana umumnya memakai tembaga, baja galvanish atau alumunium. Untuk kabel tentunya lebih fleksibel dan mudah untuk dipasang sedang plat mempunyai kelebihan impedansinya yang lebih rendah. Penghantar yang telanjang tentunya mempunyai resiko terjadi tegangan pindah yang tinggi karena tidak ada isolasi. 3. EARTH TERMINATIONS (ujung pentanahan) Pentanahan (GROUNDING) atau “earth terminations� yang dimaksud adalah “pentanahan bagian dari peralatan yang pada kerja normal tidak dilalui arus�.Ujung pentanahan yang dimaksud adalah elektroda pentanahan. Adapun tujuan yang ingin dicapai adalah adanya pembatasan tegangan antara bagian-bagian peralatan yang tidak dialiri arus dan dengan tanah sampai pada harga yang tidak membahayakan baik dalam keadaan normal maupun tidak. Selain itu agar didapat impedansi sekecil mungkin untuk jalan balik arus hubung singkat ke tanah. Dengan demikian ujung pentanahan adalah suatu elektroda yang tertanam ke tanah dengan metoda tertentu untuk mencapai tujuan di atas dan dengan demikian maka arus yang turun dari konduktor dapat mengalir ke tanah dengan sebaik mungkin. Sambungan yang dimaksud adalah bonding antara kabel ke kabel dan kabel ke konduktor lain. Hal ini juga mendapat perhatian sebab kegagalan sambungan juga dapat menghalangi kinerja dari suatu sistem proteksi petir. Tempat pembumian (grounding) berfungsi mengalirkan muatan listrik dari kabel konduktor ke batang pembumian (ground rod) yang tertanam di tanah. Batang
52
pembumian terbuat dari bahan tembaga berlapis baja, dengan diameter 1,5 cm dan panjang sekitar 1,8 - 3 m .
Sumber : Utilitas Bangunan oleh IR. Hartono Poerbo, M. Arch. JENIS – JENIS SISTEM PENANGKAL PETIR 1. Sistem Konvensional 2. Sistem Inkonvensional
2.5.1.
SISTEM KONVENSIONAL
Sistem Faraday Penangkal Petir Faraday adalah rangkaian jalur elektris dari bagian atas bangunan menuju sisi bawah/ grounding dengan banyak jalur penurunan kabel. Sehingga menghasilkan selubung jalur konduktor yang menyerupai sebuah sangkar yang melindungi bangunan dari semua sisi sambaran petir. a. Komponen – Komponen Batang Penangkal Petir Kabel konduktor Tempat pembumian/pentanahan 53
b. Instalasi Batang yang runcing ( bahan copper spit ) dipasang paling atas bangunan dan batang tembaga elektroda yang ditanamkan ke tanah. - Batang elektroda pentanahan tersebut dibuatkan bak kontrol untuk
memudahkan pemeriksaan dan pengetesan
grounding. c. Cara kerja Sangkar faraday adalah suatu piranti yang dimanfaatkan menjaga agar medan listrik di dalam ruangan tetap nol meskipun di sekelilinganya terdapat gelombang elektromagnetik dan arus listrik. Piranti tersebut berupa konduktor yang dipasang sedemikian rupa sehingga ruangannya terlingkupi oleh konduktor tersebut. Efek sangkar Faraday adalah suatu fenomena kelistrikan yang disebabkan oleh adanya interaksi partikel subatomik yang bermuatan (seperti : proton, elektron). Ketika ada medan listrik yang mengenai sangkar konduktor maka akan ada gaya yang menyebabkan partikel bermuatan mengalami perpindahan tempat, gerakan perpindahan tempat partikel bermuatan akan menghasilkan medan listrik yang berlawanan dengan medan listrik yang mengenainya sehingga tidak ada medan listrik yang masuk kedalam sangkar konduktor tersebut. d. Kelebihan & kekurangan System ini cocok untuk bangunan yang luas tetapi Mengganggu estetika bangunan
Sistem Franklin Penangkal Petir Franklin adalah rangkaian jalur elektris dari atas bangunan ke sisi bawah/grounding dengan jalur kabel Tunggal. a. Komponen –Komponen  Batang Penangkal Petir  Kabel konduktor  Tempat pembumian
54
b. Cara Kerja Saat muatan listrik negatif di bagian bawah awan sudah tercukupi, maka muatan listrik positif di tanah akan segera tertarik. Muatan listrik kemudian segera merambat naik melalui kabel konduktor , menuju ke ujung batang penangkal petir. Ketika muatan listrik negatif berada cukup dekat di atas atap, daya tarik menarik antara kedua muatan semakin kuat, muatan positif di ujung-ujung penangkal petir tertarik ke arah muatan negatif. Pertemuan kedua muatan menghasilkan aliran listrik. Aliran listrik itu akan mengalir ke dalam tanah, melalui kabel konduktor, dengan demikian sambaran petir tidak mengenai bangunan. c. Kelebihan Sistem proteksi instalasi penangkal petir konvensional lebih cocok diterapkan pada daerah yang bangunannya padat dan tidak dari bahan logam semua. Misalnya untuk daerah pemukiman penduduk yang padat dan jarak antar bagunan sangat rapat. Sistem ini cukup praktis dan biayanya murah Sistem ini lebih cocok menggunakan pada bangunan yang beratap kerucut / kubah atau selisih tinggi bumbungan dan lisplang lebih dari 1 meter. d. Kekurangan Jangkauannya terbatas. Untuk gedung yang dipenuhi peralatan elektronik sistem Franklin tidak dianjurkan karena medan yang ditimbulkan ketika terjadi sambaran dapat memperpendek waktu kerja perangkat elektronik terutama untuk perangkat yang memakai sinyal.
55
2.5.2.
SISTEM MODERN Penangkal
Petir
Radioaktif
merupakan
sebuah
alat
Penangkal
Petir
Radioaktifyang dipakai sebagai jalan bagi petir menuju ke permukaan bumi (earthing / ground), dengan alat Penangkal Petir Radioaktif ini, diharapkan petir tidak merusak benda-benda yang dilewatinya. Ada 3 bagian utama pada alat Penangkal Petir Radioaktif : a) Batang Penangkal Petir Radioaktif konvensional atau batang Penangkal Petir Radioaktif radius (Penangkal Petir Radioaktif kurn) Batang Penangkal Petir Radioaktif konvensional adalah batang tembagaPenangkal Petir Radioaktif konvensional yang ujungnya runcing. BatangPenangkal Petir Radioaktif konvensional ini dibuat runcing karena muatan listrik mempunyai sifat mudah berkumpul dan lepas pada ujung logam yang runcing Penangkal Petir Radioaktif konvensional itu. Sehingga dapat memperlancar proses tarik menarik dengan muatan listrik yang ada di awan. Batang runcing Penangkal Petir Radioaktif konvensional ini dipasang pada bagian puncak suatu bangunan / gedung.\
b) Batang Penangkal Petir Radioaktif Radius Batang Penangkal Petir Radioaktif radius adalah sebuah terminal unitPenangkal Petir Radioaktif yang bisa menyebarkan elektrostatis danPenangkal Petir Radioaktif radius ini sangat tergantung pada posisi penempatannya
dari
atas
bangunan,
semakin
tinggi
letak
posisi
terminal Penangkal Petir Radioaktif radius maka akan menghasilkan jarak perlindungan yang semakin besar. Selain itu intensitas petir (curah petir tahunan) di sebuah wilayah juga dapat mempengaruhi radius proteksi terminal unit Penangkal Petir Radioaktif radius tersebut. Bila sebuah wilayah memiliki intensitas sambaran petir yang sangat tinggi misalnya di daerah pegunungan atau daerah berbukit maka standart kinerja Penangkal Petir Radioaktif radius atau proteksi terminal unitPenangkal Petir Radioaktif harus di nilai 85% dari kinerja optimal, karena perlu waktu singkat (jeda pendek) untuk mengisi ulang kapasitor.
Kabel Konduktor / Kabel BC : Kabel konduktorv/ kabel bc Penangkal Petir
56
Radioaktif terbuat dari jalinan kawat tembaga. Diameter jalinan kabel konduktor sekitar 1 cm hingga 2 cm . Kabel konduktor / kabel bc Penangkal Petir
Radioaktif
berfungsi
meneruskan
aliran
muatan
listrik
dari
batang Penangkal Petir Radioaktif bermuatan listrik ke tanah atau bumi. Kabel konduktor / kabel bc Penangkal Petir Radioaktiftersebut dipasang pada dinding di bagian luar bangunan sebagai alat proteksiPenangkal Petir Radioaktif.
Tempat Pembumian (earthing / grounding) Penangkal Petir Radioaktif: Tempat pembumian (grounding) Penangkal Petir Radioaktif berfungsi mengalirkan semua muatan listrik dari kabel konduktor (kabel bc) ke batang pembumian (ground rod) yang tertanam di tanah. Batang pembumian sebaiknya terbuat dari bahan tembaga murni, dengan diameter 1,5 cm dan panjang
sekitar
1,8
-
3
m
.
Cara Kerja Penangkal Petir Radioaktif : Pada saat muatan listrik negatif di bagian bawah awan sudah tercukupi, maka muatan listrik positif di tanah (bumi) akan segera tertarik keatas. Muatan listrik itu kemudian segera merambat naik melalui kabel konduktor Penangkal Petir
Radioaktif,
menuju
ke
ujung
batang
Penangkal
Petir
Radioaktif konvensional atau batang Penangkal Petir Radioaktif radius. Pada saat muatan listrik negatif berada cukup dekat di atas atap, daya tarik menarik antara kedua muatan semakin kuat, muatan positif di ujung-ujung Penangkal Petir Radioaktif tertarik ke arah muatan negatif. Pertemuan kedua muatan menghasilkan aliran listrik. Aliran listrik itu akan mengalir ke dalam tanah melalui kabel konduktor / kabel bcPenangkal Petir Radioaktif, melalui kabel konduktor Jual instalasi grounding server / kabel bc Penangkal Petir Radioaktif, sehingga sambaran petir tidak mengenai bangunan / gedung. Tetapi sambaran petir dapat merambat ke dalam bangunan melalui kawat jaringan listrik dan bahayanya dapat merusak alat-alat elektronik di bangunan yang terhubung ke jaringan listrik itu, selain itu juga dapat menyebabkan kebakaran atau ledakan. Untuk mencegah kerusakan akibat jaringan listrik tersambar petir, biasanya di dalam bangunan dipasangi alatPenangkal Petir
57
Radioaktif
internal
yang
disebut
penstabil
arus
listrik
(surge
arrestor) Penangkal Petir Radioaktif. 2.5.3.
Sistem Penangkal Petir Flash Vectron (Sistem E.S.E) Prinsip kerja penangkal petir Elektrostatik mengadopsi sebagian system
penangkal petir Radioaktif , yakni menambah muatan pada ujung finial / splitzer agar petir selalu memilih ujung ini untuk disambar . Perbedaan dari sisten Radioaktif dan Elektrostatik ada pada energi yang dipakai. Untuk Penangkal Petir Radioaktif muatan listrik dihasilkan dari proses hamburan zat berradiasi sedangkan pada penangkal petir elektrostatik energi listrik dihasilkan dari Listrik Awan yang menginduksi permukaan bumi Penangkal petir Flash Vectron merupakan penangkal petir modern yang berbasis kerja E.S.E (Early Streamer Emission) Sistem ESE bekerja secara aktif dengan cara mengumpulkan ion dan melepaskan ion dalam jumlah besar ke lapisan udara sebelum terjadinya sambaran petir. Pelepasan ion ke udara secara otomatis akan membuat jalur untuk menuntun petir agar selalu memilih ujung Terminal Petir Flash Vectron ini dari pada areal sekitarnya. Dengan sistem ini akan meningkatkan areal perlindungan yang lebih luas dari pada sistem penangkal petir konvensional. Disaat ada awan mendung melintas di atas bangunan yang dilindungi antipetir/penangkal petir Flash Vectron. Elektroda terpasang di dalam peralatan akan mengumpulkan dan menyimpan energi dari awan yang bermuatan listrik di dalam kapasitor yang mampu diisi ulang, setelah cukup besar kemudian dikirim ke unit ION GENERATOR. Ketika banyak energi petir di atmosfer maka awan menginduksi unit ION GENERATOR. Informasi ini di olah dalam unit Ion Generator untuk di manfaatkan sebagai memicu pelepasan energi. Akibat dari pelepasan energi yang menghentak ini akan menghasilkan lidah api penuntun ke udara (Streamer Leader) melalui Batang Utama penangkal petir Flash Vectron, lidah api penuntun ini yang kemudian di sambut oleh petir
58
Proses terjadinya petir akibat perpindahan muatan negatif (elektron) menuju ke muatan positif (proton). Para ilmuwan menduga lompatan bunga api listriknya sendiri terjadi, ada beberapa tahapan yang biasanya dilalui. Pertama adalah pemampatan muatan listrik pada awan bersangkutan. Umumnya, akan menumpuk di bagian paling atas awan adalah listrik muatan negatif, di bagian tengah adalah listrik bermuatan positif, sementara di bagian dasar adalah muatan negatif yang berbaur dengan muatan positif, pada bagian inilah petir biasa berlontaran. Petir dapat terjadi antara awan dengan awan, dalam awan itu sendiri, antara awan dan udara, antara awan dengan tanah (bumi).
59
BAB 3 PENUTUP Simpulan Sistem pemadam kebakaran terdiri atas sistem pencegahan, sistem pemadaman, sistem evakuasi dan sistem manajement. Seluruh sistem ini harus ada dalam suatu bangunan, khususnya bangunan public. Sehingga, jikalau terjadi bencana kebakaran, korban baik itu korban jiwa maupun korban materil dapat diminimalisir. Seluruh sistem ini saling mengisi dan mendukung fungsi dari satu sistem dengan sistem yang lainnya, tanpa berjalannya satu sistem maka akan berpengaruh pada penurunan kualitas sistem lainnya yang tentunya akan berdampak pada baik tidaknya sistem pemadam kebakaran suatu bangunan. Saran Sudah seharusnya seluruh bangunan, baik itu berskala kecil, menengah dan besar, memiliki sistem pemadaman kebakaran karena keselamatan adalah factor nomor satu yang harus diperhatikan.
60