40 Puisi
Antologi Puisi Kereta
Setiyo Bardono 2015
Perkeli
40 Puisi Perkeli Antologi Puisi Kereta Setiyo Bardono Desain Sampul dan Layout Isi: Setiyo Bardono
ŠHak Cipta Dilindungi oleh Undang-Undang edisi e-book, Oktober 2015 Diterbitkan Oleh: setiakata Publishing 2015
40 Puisi Perkeli
40 Puisi Perkeli
Puisi Pengantar
Seandainya tidak ada aliran daya di denyut nadinya, kereta hanya seonggok batu yang membeku di sepenggal waktu. Seandainya tidak ada kerdip sinyal yang memacu semangatnya, kereta hanya sosok peragu yang tak tahu kapan memulai laju. Seandainya tidak ada mata angin yang memandu langkahnya, kereta seperti limbung perahu yang tak tahu arah menuju. Seandainya tidak ada sentuhan cinta yang menuntun perjalanannya, kereta seperti kasih ibu yang tersedu dalam luapan gemuruhmu.
40 Puisi Perkeli
Antologi Puisi ini Kupersembahkan untuk KRL Ekonomi yang setia mengantar langkah 40 Puisi Perkeli
40 Puisi Perkeli
1
perkeli bukan sekedar laju, tapi kehendak menekuni laku. perkeli adalah ketetapan hati, memaknai hidup sebelum mati. berbeban gemuruh berteman sepi, kusekap riuh di senyap puisi. selagi sinyal terang menyala, kecaplah derak rangkaian kata.
40 Puisi Perkeli
inilah takdir jalur hidupku, dekat batu jauh ratu. menyusuri kota terkepung gunung, mencumbui gemerlap bernasib murung. hamparan batu tumpuan langkahku, lemparan batu lelehan airmataku. setajam pisau bermata dua, batu menjaga batu mendera.
40 Puisi Perkeli
2
3
sandaran nyawa tungkai lengan, menyerap daya tinggi tegangan. di ujung benang jemari ibu, tekun merajut kekuatan laju. jangan remehkan air seteguk, bersatu teguk menjelma waduk. berputarlah turbin roda kereta, menjelma gerak menyala cahaya.
40 Puisi Perkeli
derapku gemuruh teriakan lantang, menerobos angin melaju garang. gejolak jiwaku dibekap kebisuan, bergerbong persoalan tak terkatakan. jika terhenti bukan di perhentian, itulah isyarat lelah kusampaikan. jika ditunggu tanpa kedatangan, itulah isyarat sakit kulayangkan.
40 Puisi Perkeli
4
40 Puisi Perkeli
rel membentang sebelum kedatanganku, kisah terentang mengusik kalbu. aku mencium genangan airmata, anyir darah sayatan luka. kini terseok kujalani karma, menanggung beban tiada terkira. terpaksa harus mengakrabkan diri, umpatan siksaan caci maki.
40 Puisi Perkeli
5
6
rel sepasang adalah keseimbangan perpaduan utuh ucapan perbuatan. olahan matang rasa pemikiran, tiada menyimpang jalur ketetapan. lajuku batang kayu hanyut, dibawa kemana tubuhku ikut. lempang rel menuntun arah, sebagai pedoman janganlah patah.
40 Puisi Perkeli
40 Puisi Perkeli
7
Walau mencumbui rebah tangga, Jangan tanya jumlah anaknya. Lajuku saksi pengorbanan ibu, menyangga berat gerbong tubuhku. Menemani buah hati lebur, hati orangtua pasti hancur. Terjawablah pertanyaan kanak-kanak ibu digilas anak diinjak.
40 Puisi Perkeli
Jika aku ular besi, rel kelabang seribu kaki. Persoalan tersembunyi di setiap sisik, pedih terselip di belantara berisik. Tak usah mencari ketiak, kecut sudah mengalir riak. Jangan simpan sapu tangan, seka airmata luka tiriskan.
40 Puisi Perkeli
8
9
Roda menggelinding di bibir jurang, keyakinan mantap menghalau bimbang. Mencengkeram kuat rel panjang, berharap tak patah arang. Kaki menapak dua pematang, karung di pundak reyotkan pinggang. Jika lengah terpeleset langkah, terperosok laju ke timbunan batu.
40 Puisi Perkeli
Jika lajuku diiringi riuh, jangan engkau berkubang keluh. Ketika kesadaran dikuasai deru, tak seketika kuhentikan langkahku. Berhentilah sejenak menghela nafas, biarkan gerbongku berderak melintas. Jangan coba melanggar palang, nanti engkau bernasib malang.
40 Puisi Perkeli
10
11
Lebar rel mungkin selangkah, tapi jangan menyeberang gegabah. Cermatkan pandang tajamkan telinga, jauh dimata dekat ternyata. Ketika palang turun berdentang, hentikan langkah jangan menerjang. Walau sejengkal celah menggoda, jangan bertaruh keselamatan nyawa.
40 Puisi Perkeli
ketika benda besar melesat. selalu bersamanya kekuatan dasyat. Jangan engkau coba menghadang, karena nyawa bisa melayang. Beberapa kali lajuku menabrak, manusia sampah hewan ternak. Perih hati tiada terlukiskan, derakku membawa banyak kematian.
40 Puisi Perkeli
12
13
Jika hadapi ruwet persilangan, jangan andalkan kaku pendirian. keras besi diupayakan lentur, lengkung wessel siaga mengatur. kekuatan besar menggerakkan pilihan, rangkaianku melaju sesuai aliran. jika tangan pengatur lengah, lajuku terbawa salah arah.
40 Puisi Perkeli
Sebagai besi penyelaras arus, ketelitian jangan sampai tergerus. Tepat menjaga pergantian jadwal, hingga aliran tidak tersengal. Pastikan leluasa gerak tungkaimu, ganjalan batu bisa menganggu. Daun pintu terkatuplah rapat, sedikit mengangga berdampak gawat.
40 Puisi Perkeli
14
15
Wessel bekerja di ruang sunyi, sejengkal gerak begitu berarti. Menyangga beban seorang diri, mengatur gemuruh mengubur sepi. dengan kekuatan kibasan tangan, derakku menuruti arah kemauan. gerak selaras gema suara, tidak senada mengundang petaka.
40 Puisi Perkeli
Ketika melangkah peliharalah cemas, dengan begitu kewaspadaan berkemas. Menyusuri tepian penuh alur, pastikan kemana gemuruhku berdebur. Menjejak tepian sungai batu, siagakan mata penuntun langkahmu. Sebagaimana sepasang mata kaki, isyarat cermat harus menyertai.
40 Puisi Perkeli
16
40 Puisi Perkeli
Lengan wessel menuntunku istirahat, memberi kesempatan laju si cepat. Seperti konvoi mobil pejabat, kendaraan lain harus dicegat. Namanya juga kereta murah, harus lebih sering mengalah. Padahal engkau didera panas, harusnya aku melangkah lekas.
40 Puisi Perkeli
17
18
Papan nama menyediakan tubuhnya, untuk dibaca bukan dianiaya. Seperti dahan dipenuhi benalu, sulur graffiti menyamarkan hurufmu. Aku memang sudah hafal, setiap sudut setiap jengkal. Kurindu suara dibalik jendela, lidah bocah mengeja nama.
40 Puisi Perkeli
Di relung mungkin engkau bimbang, sampai stasiun mana sekarang. Aku tidak bisa bersuara, memberi kabar sampai dimana. Jika ragu banyaklah bertanya, agar tidak sesat nantinya. Mulailah belajar mengingat pertanda, kelokan terowongan hingga aroma.
40 Puisi Perkeli
19
20
Harusnya ada panduan suara, memberitahu laju sampai dimana. Jangan karena kereta murah, tanpa pemberitahuan dianggap lumrah. Sementara tiada penyambung lidah, urat speaker putus sudah. Walau suaraku keras melolong, namun tidak bisa menolong.
40 Puisi Perkeli
21
40 Puisi Perkeli
Ketika di gerbong engkau bertanya, sampai dimana sekarang berada. Di peron banyak pertanyaan serupa, di stasiun mana aku berada. Ketika suara memilih terdiam, menunggu seperti berteman geram. Dalam gerak laju mengerang, bacalah isyarat kabel bergoyang.
40 Puisi Perkeli
Nama stasiun permukaan laut, gelombang derak pasang surut. Samudera luas memenggal rindu, matahari terbit negeri asalku. Di keramahan negeri matahariku tenggelam, tertimbun bertumpuk catatan kelam. Tapi masih terselip bahagia, di masa pensiun masih berguna.
40 Puisi Perkeli
22
23
Hidup seperti permainan dadu, Entah kemana nasib menuju. Di negeri ramah tutur bahasa, kujalani takdir hidup merana. Melaju tanpa menengok ke belakang, banyak tantangan di depan menghadang. Akan kuturuti kesabaran ibu, merangkum semua dalam gerbongku.
40 Puisi Perkeli
40 Puisi Perkeli
24
Ikan cucut mandi di laut, kena ombak bergoyang buntut. Kemana kehendak perkeli turut, walau kerja berlumur kecut. Ketika menatap jajaran tubuh, semangat hidup seketika tumbuh. Hitam hitam kereta api, walau suram selalu dinanti.
40 Puisi Perkeli
Seperti perahu melempar sauh, stasiun tempat harapan berlabuh. Berusuk atap dayung terangkat, namun tiada kehendak berangkat. Sebelum datang tepian lenggang, ikan sembunyi di terumbu karang. Ketika suara dengungkan kedatangan, penumpang muncul bentuk barisan.
40 Puisi Perkeli
25
26
Mempelai melangkah ke gerbang pernikahan, undangan berjajar sunggingkan senyuman. Tanpa tebaran wangi bunga, kujemput rindu sepenuh cinta. Belum mantap kuhentikan derak, kehendak terangkum berlomba mendesak. Isi lambung berhamburan tumpah, di pintu bertemu melempar serapah
40 Puisi Perkeli
Menunggu lama lagu lama, sekali cepat tiada sela. Sementara lagu anak bercerita, keretaku tak berhenti lama. Ketika datang penuh beban, wajah wajah meruapkan kekecewaan. Ketika datang penuh sela, wajah wajah tersenyum ceria.
40 Puisi Perkeli
27
40 Puisi Perkeli
Ketika semua memaksa masuk, desak terasa mematahkan rusuk. Bercampur aduk perut mual, mendesak dada nafas tersengal. Harusnya turuti himbauan suara, terlalu penuh jangan memaksa. Namun ragu menggelayuti rasa, kereta berikutnya entah dimana.
40 Puisi Perkeli
28
29
Setengah menit sekejap mata, tentukan sikap dengan segera. Keraguan bisa goyahkan pijakan, tentukan langkah pelihara kewaspadaan. Jangan merangsek tanpa perhitungan, keselamatan nyawa sebagai taruhan. Gelantungan di pintu undang bahaya, lenganmu tak sekokoh Gatotkaca.
40 Puisi Perkeli
Walau atap menggoda tatap, jangan engkau lantas merayap. Setebal apapun lapisan nyali, musibah tak kenal transaksi. Walau akrab hempasan angin, maut mengintai tanpa ijin. Sekali memaksa menapaki atap, tunggu saat mencumbui ratap.
40 Puisi Perkeli
30
40 Puisi Perkeli
Bentangan payung mengembangkan diri, melengkung atap melindungi isi. Jika engkau berkendara awan, bersiaplah jatuh sederas hujan. Walau gerbong tiada kedamaian, jangan bermain di bawah tegangan. Tinggal di rumah sesak berhimpitan, kasih ibu memberi kehangatan.
40 Puisi Perkeli
31
32
Tak mempan segala ancaman, tegangan tinggi hanguskan badan. Tajam paku jeruji besi, semua lihai engkau siasati. Gelepar badan di depan mata, tak juga membuatmu jera. Serupa padi disemprot pestisida, semakin kebal pertahanan hama.
40 Puisi Perkeli
Sekian detik waktu singgah, tak cukup melabuhkan gundah. Seredup apapun hijau sinyal, perjalanan tak boleh terpenggal. Akan kujalani seikhlas dharma, Sampai laju berakhir kata. Biarlah beban mendera raga, tergurat senandung berkubang lara.
40 Puisi Perkeli
33
40 Puisi Perkeli
Ulat bulu penuh warna, berlomba merayap ke atap kereta. Menangis pilu sang bunda, rahimnya tak merangkum semua. Ulat bulu penuh warna, berjajar hinggap di atap kereta. Merajuk perih sang bunda, jangan kencang angin menerpa.
40 Puisi Perkeli
34
35
Ulat bulu penuh warna, berlomba merayap ke atap kereta. Dengarkan langgam sedih bunda, demi engkau buah hatinya. Ulat bulu penuh warna, berjajar hinggap di atap kereta. Dengarkan harapan tulus bunda, pulanglah selamat jiwa raga.
40 Puisi Perkeli
40 Puisi Perkeli
36
Seupama makan buah simalakereta, ringkih atap terbebani dilema. Dibiarkan di atap terancam mati, diturunkan sesak setengah mati. Harusnya diurai akar masalah, sebelum tersesat di jalur salah. Tak kupenuhi keluasan ruang, penampung tubuh pergi pulang.
40 Puisi Perkeli
Jika engkau mencintai kupu-kupu, bagaimana memperlakukan ulat bulu? Disekap ruang serusuh gerbong, akankah termaknai sunyi kepompong? Seperti memuja keelokan pandang, sampah berjejalan di kolong ranjang. Badan digerogoti penyakit gawat, malah keasyikan memencet jerawat.
40 Puisi Perkeli
37
38
Tangan menggenggam tali api, beban di pundak mencemaskan hati. Hati siapa tidak bersedih, mengantar anak menjemput pedih. Ibu memohon turunlah lekas, sebelum maut berderak melibas. Jika sungguh menyayangi ibu, engkau pasti menghargai hidupmu.
40 Puisi Perkeli
40 Puisi Perkeli
39
Menyelingi perjalanan, stasiun jeda, seperti spasi, memisahkan kata. Tanpa jarak terpendam makna, mengular huruf menyesatkan mata. Menjemput sepi meluapkan isi, selintas kosong tersesaki arti. Hidup seperti mampir minum, jalani semua seikhlas senyum.
40 Puisi Perkeli
Kemana laju memasuki jalur, semua terserah Sang Pengatur. Jalur lurus jalur bercabang, lakon hidup semakin menantang. Dalam sunyi wessel berderak, membuka pintu jalan kehendak. Arahkan lajuku ke jalur kosong, agar terhindar benturan gerbong.
40 Puisi Perkeli
40
keriuhan tertidur mendekap sepi harapan terjaga mewujudkan mimpi 40 Puisi Perkeli
Kabin Penulis
Setiyo Bardono. TRAINer (penumpang kereta) kelahiran Purworejo, 15 Oktober. Bermukim di Depok, Jawa Barat. Aktif di Paguyuban Sastra Rabu Malam (Pasar Malam) dan Komunitas KRL-Mania. Puisi dan cerpen karyanya tersebar di beberapa media massa dan puluhan buku antologi bersama. Antologi puisi tunggal karyanya berjudul Mengering Basah (Aruskata Pers, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (Pasar Malam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014). email : setiakata@yahoo.com, setiakata@gmail.com facebook: setiyo bardono website: www.setyakreta.blogspot.com
40 Puisi Perkeli