Untuk : http://www.klikpositif.com/kanal/kolom-shofwan-karim.html
Seperti Diceritakan Imnati dan Bulqish:
Cara Remaja Jepang Mandiri (3-habis) Oleh Shofwan Karim Kami berjalan kaki antara 50 sampai dengan 100 meter. Setelah itu bertemu dengan stasiun kereta. Pergi subuh pulang lewat senja. Bagai orang Jepang saja. Di Kereta suasana tenang. Tidak berisik dengan orang yang telepon ke sana dan ke sini. Tentu saja “head sett� yang bergayut di leher dan mencucuk ke dua daun telinga banyak juga terlihat terutama pada mereka yang muda usia. Pagi hari atau senja kereta penuh sesak. Anak-anak muda kelihatan memberikan kursinya kepada senior. Lalu ia bergelantungan pada pegangan tangan di setiap kompartemen. Kami sengaja naik kereta ke mana-mana. Dan dalam satu hari sudah pulang lagi ke Tokyo. Pokoknya tidak perlu tinggal bermalam di kota lain. Dengan begitu biaya irit. Kecuali beberapa waktu lalu kami menghadiri wisuda Doktor Femi Erneasty di Universitas Gifu, di kota Gifu, 3,5 jam dari Tokyo dengan 1 kali sambungan. Kami bermalam di pondokan seorang mahasiswi Malaysia teman Femi. Femi harus pindah dari asrama, karena beberapa jam sesudah wisuda tak boleh tinggal di asrama lagi. Kembali ke Tokyo, budaya keluarga tempat kami tinggal juga seperti budaya orang Jepang lainnya. Pergi subuh pulang lewat senja. Kepada sang suami jarang sekali kami bertemu. Pulangnya lebih larut daripada sang ibu. Keluarga ini mempunyai 1 putra dan 1 puteri. Yang putra, sebut saja si Buyung (kami tak boleh menyebut nama karena perjanjian dengan tuan rumah). Hampir tidak pernah bertemu kecuali akhir minggu. Buyung baru tamat SMA. Tetapi dia belum mau kuliah di perguruan tinggi atau universitas. Alasannya sederhana. Dia mau cari uang dulu, punya mobil dan ada sedikit tabungan, baru nanti kuliah. Sekarang dia tinggal agak jauh dari kediaman orang tuanya ini. Tetapi masih di dalam wilayah Megapolitan Tokyo. Dia bekerja apa saja. Mulai yang ringan seperti pramuniaga, pramusaji atau “cleaning servise� di resto, kedai, toko, mall dan swalayan. Atau yang berat. Kelililing mengantarkan berbagai produk kepada pelanggan. Lebih dari itu, kadang juga kerja bangunan alias berkuli. Ini yang kebih berat. Tetapi dia sangat senang kerja yang sulit dan berat. Imbalannya jauh lebih besar dari pada kerja kerah putih dan ringan itu. Remaja dan anak muda Jepang sangat keranjingan kerja sambilan. Banyak mahasiswa