BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Pengertian akhlak, akhlak berasal dari bahasa Arab yang merupakan plural nya dari khuluk yang secara harfiah dapat diartikan dengan budi pekerti, tingkah laku, perangai atau tabiat. Khuluk juga diartikan sebagai karakter yang merupakan ungkapan dari jiwa yang tampilannnya dalam bentuk daya ghariziya dari satu sisi, sedangkan pada sisi lain kata ini dimaknai pula dengan segala hasil upaya manusia untuk menjadikan keadaan jiwa ini tampil dalam rupa perbuatanperbuatan yang baik dan bajik yang dilakukannnya secara spontan.1 Disini penulis akan mencoba menjelaskan mengenai akhlak yang baik yang jauh lebih semprna dengan sebutan akhlak islami, tentunya akhlak yang tidak sama dengan etika atau moral, dimana etika atau moral ini hanya berkaitan mengenai tata cara manusia berperilaku dengan sesama manusia saja, sedangkan akhlak islami akan lebih menuntut manusia untuk berperilaku baik terhadap manusia dengan sesama manusia, manusia dengan Sang Penciptanya dan manusia dengan bukan manusia. B. Tujuan
Makalah ini disusun agar terpenuhinya tugas, dan sebagai bahan diskusi, agar mahasiswa dapat menjadikan nya sebagai bahan bacaan dan acuan untuk mendapat informasi dan sebagai pembelajaran untuk semua, karena proses belajar mengajar agar efektif di tunjang oleh tugas-tugas yang di berikan akan memberikan sifat kemandirian kepada mahasiswa dan semoga harapan semua pihak terwujud dengan pemenuhan tugas ini.
BAB II 1 Dr. Amril, M., MA, Akhlak Tasawuf, Pekanbaru: Program Pascasarjana UIN SUSKA RIAU, 2007, hal 3
1
1
PEMBAHASAN AKHLAK ISLAMI A. PENGERTIAN AKHLAK ISLAMI
Secara sederhana akhlak islami dapat diartikan sebagai akhlak yang berdasarkan ajaran islam atau akhlak yang bersifat islami. Kata islam yang berada di belakang kata akhlak dalam hal menempati posisi sebagai sifat. Dengan demikian akhlak islami adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah, disengaja, mendarah daging dan sebenarnya yang didasarkan pada ajaran Islam. Dilihat dari sifatnya yang universal, maka akhlak islami juga bersifat universal. Namun dalam rangka menjabarkan akhlak islami yang universal ini diperlukan bantuan pemikiran akal manusia dan kesempatan sosial yang terkandung dalam ajaran etika dan moral. 2 Dengan kata lain akhlak islami adalah akhlak yang disamping mengakui adanya nilai-nilai universal sebagai dasar bentuk akhlak, juga mengakui nilai-nilai yang bersifat lokal dan temporal sebagai jabaran atas nilai-nilai yang universal itu. Menghormati kedua orangtua misalnya adalah akhlak yang bersifat mutlak dan universal. Sedangkan bagaimana bentuk dan cara menghormati kedua orangtua itu dapat dimanifestasikan oleh hasil pemikiran manusia yang dipengaruhi oleh kondisi dan situasi dimana orang yang menjabarkan nilai universal itu berada. Bagi orang Jawa misalnya menghormati orangtua dengan cara sungkem sambil menggelesor di lantai. Bagi orang Sunda, menghormati orangtua dengan cara mencium tangannya. Dan bagi orang Sumatera, menghormati orangtua dengan cara memeliharanya dan hidup bersama dengan anknya. Selanjutnya bagi orang Barat berbuat baik kepada kedua orangtua mungkin dilakukan dengan memberikan berbagai fasilitas hidup dan sebagainya. Namun demikian, perlu ditegaskan disini, bahwa akhlak yang diajarkan oleh agama tidak boleh disamakan dengan etika dan moral, walaupun etika dan moral diperlukan untuk menjabarkan aklhak yang berdasarkan agama (akhlak islami). Hal demikian disebabkan karena etika 2Prof. Dr. H. Nata, Abudin, M.A, Akhlak Tasawuf, Jakarta: Rajagrafindo, 2011, hal 147
2
2
terbatas pada sopan santunantara sesama manusia saja, serta hanya berkaitan dengan perilaku lahiriah. Jadi ketika etika digunakan untuk menjabarkan akhlak islami, itu tidak berarti akhlak islami dapat dijabarkan sepenuhnya oleh etika atau moral. Akhlak islami menurut Quraish Shihab lebih luas maknanya daripada yang telah dikemukakan terdahulu serta mencakup pula beberapa hal yang tidak merupakan sifat lahiriah. Misalnya yang berkaitan dengan sikap batin maupun pikiran. Selanjutnya akhlak islami dapat diartikan sebagai akhlak yang menggunakan tolak ukur ketentuan Allah. Quraish Shihab mengatakan, tolak ukur kelakuan baik mestilahmerujuk pada ketentuan Allah. Rumusan akhlak islami yang demikian menurut Quraish shihab adalah rumusan yang diberikan oleh kebanyakan ulama. Perlu ditambahkan, bahwa apa yang dibilang baik oleh Allah, pasti baik dalam esensinya. Demikian pula sebaliknya, tidak mungkin Dia menilai kebohongan sebagai kelakuan baik, karena kebohongan esensinya buruk. B. RUANG LINGKUP ISLAMI
Ruang lingkup akhlak islami adalah sama dengan ruang lingkup ajaran islam itu sendiri, khususnya yang berkaitan dengan pola hubungan. Akhlak diniah (agama/islam) mencakup berbagai aspek, dimulai dari akhlak terhadap Allah, hingga kepada sesama makhluk ( manusia, binataang, tumbuhtumbuhan dan benda yang tak bernyawa). Berbagai bentuk dan ruang lingkup akhlak islami yang demikian itu dapat diuraikan sebagai berikut. 1. Akhlak Terhadap Allah Akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada Tuhan sebagai khalik. Sikap atau perbuatan tersebut memiliki ciri-ciri sebagai akhlaki sebagaimana telah disebut di atas. Sekurang-kurangnya ada empat alasan mengapa manusia perlu berakhlak dengan Allah. Pertama, karena Allah lah yang telah menciptakan manusia. dia menciptakan manusia dari air yang ditumpahkan ke luar dari antara tulang pungggung dan tulang rusuk
3
3
(Lihat QS. Al-Thariq, 86: 5-7). Dalam ayat lain Allah mengatakan bahwa Allah menciptakan manusia dari tanah yang kemudian diproses menjadi benih yang disimpan dalam tempat yang kokoh (rahim), setelah ia menjadi segumpal darah, segumpal daging, dijadikan tulang dan dibalut oleh daging, dan selanjutnya diberi roh. (Lihat QS. AlMu’minun, 23: 12-13). Dengan demikian sebagai yang diciptakan sudah sepantasnyaberterimakasih kepada yang menciptakannnya. Kedua, karena Allah lah yang telah memberi perlengkapan panca indera, berupa pendenganran, penglihatan, akal pikiran dan hati sanubari, disamping anggota badan yang kokoh dan sempurna kepada manusia, firman Allah dalam surat Al-Nahl, ayat 78: Artinya: dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. Ketiga, karena Allah lah yang telah menyediakan berbagai bahan dan sarana yang diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia, seperti bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, air, udara, binatang ternak dan sebagainya. Firman Allah dalam surat Al-Jatsiyah, ayat 12-13: Artinya: 12. Allah-lah yang menundukkan lautan untukmu supaya kapal-kapal dapat berlayar padanya dengan seizin-Nya dan supaya kamu dapat mencari karunia -Nya dan Mudah-mudahan kamu bersyukur. 13. dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tandatanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir. Keempat, Allah lah yang memuliakan manusia dengan Memberikan kemampuan menguasai daratan dan lautan. Firman Allah dalam surat Al-Isra’ ayat 70: Artinya:
dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan[862], Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka
4
4
dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. [862] Maksudnya: Allah memudahkan bagi anak Adam pengangkutan-pengangkutan di daratan dan di lautan untuk memperoleh penghidupan. Namun demikian sunggguh Allah telah memeberi berbagai kenikmatan kepada manusia sebagaimana disebutkan di atas bukanlah menjadi alasan Allah perlu dihormati. Bagi Allah dihormati atau tidak, tidak akan mengurangi kemulianNya.
Akan
tetapi
sebagaiman
manusia
sudah
sewajarnya
menunjukkan sikap akhlak yang pas kepada Allah. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam berakhlak Allah. Diantaranya dengan tidak menyekutukanNya (Lihat QS. Al-Nisa’, 4: 116), taqwa kepadaNya (QS.al-Nur, 35), mencintaiNya, ridha dan ikhlas terhadap segala keputusanNya, bertaubat, mensyukuri nikmatNya, selalu berdo’a kepadaNya, beribadah dan selalu berusaha mencari keridhaanNya. Sementara itu Quraish Shihab mengatakan bahwa titik tolakakhlak terhadap Allah pengakuan dan kesdaran bahwa tiada Tuhan melainkan Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji, demikian sifat agung itu, jangankan manusia, malaikat pun tidak akan dapat menjangkaunya. Berkenaan dengan akhlak kepada Allah dilakukan dengan cara banyak memujinya sikap tersebut dilanjutkan dengan senantiasa bertawakkal kepadaNya (Lihat QS. Al-Naml, 27: 93, ash-Shaffat,37: 159-160). Selanjutnya sikap tersebut dilanjutkan dengan senantiasa bertawakkal kepadaNya (QS. Al-Anfal, 6: 61), yakni menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya yang menguasai diri manusia. 2. Akhlak Terhadap Sesama Manusia Banyak sekali rincian yang dikemukakan al-Qur’an berkaitan dengan perlakuan terhadap sesama manusia. petun juk mengenai hal ini bukan hanya dalam bentuk larangan melakukan hal-hal negatif seperti membunuh, menyakiti badan atau mengambik harta tanpa alasan yang benar, melainkan jugasampai kepada menyakiti hati dengan jalan menceriatakan aib seseorang dibelakangnya., tidak peduli aib itu benar
5
5
atau salah, walaupun sambil memberikan materi kepada yang disakiti hatinya itu. Firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 263: Artinya: Perkataan yang baik dan pemberian maaf[167] lebih baik dari
sedekah
yang
diiringi
dengan
sesuatu
yang
menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun. [167] Perkataan yang baik Maksudnya menolak dengan cara yang baik, dan maksud pemberian ma'af ialah mema'afkan tingkah laku yang kurang sopan dari si penerima. Di sisi lain al-Qur’an menekankan bahwa setiap orang hendaknya didudukkan secara wajar. Tidak masuk ke rumah orang lain tanpa izin, jika bertemu saling mengucapkan salam, dan ucapan yang dikeluarkan adalah ucapan yang baik (Lihat QS. Al-Nur, 24: 58, al-baqarah, 2 : 263). Setiap ucapan yang dikeluarkan adalah ucapan yang benar, jangan mengucilkan seseorang atau kelompok yang lain, tidak berprasangka buruk atau menceritakan keburukan seseorang dan jangan menyapa atau memanggilnya dengan sebutan buruk (Lihat QS. Al-hujurat, 49: 11-12). Selanjutnya yang melakukan kesalahan hendaknya dimaafkan. Pemaafan ini hendaknya disertai dengan kesadaran bahwa yang memaafkan pun berpotensi pula melakukan kesalahan (Lihat QS. Ali ‘Imran, 3: 134). Selain itu dianjurkan menjadi orang yang pandai mengendalikan amarah. 3. Akhlak Terhadap Lingkungan
Yang dimaksud dengan lingkungan di sini adalah segala sesuatu yang di sekitar manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan maupun benda tak bernyawa. Pada dasarnya akhlak yangdiajarkan al-Qur’an terhadap lingkungan bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah. Kekhalifahan menuntut adanya interaksi antar manusiadengan sesamanya dan manusia terhadap alam. Kekhalifahan mengandung arti pengayoman, pemeliharaan serta bimbingan, agar setiap makhluk mencapai tujuan penciptaanya.
6
6
Dalam pandangan Islam, seseorang tidak diperkenankan mengambil buah sebelum matang, atau memetik bunga sebelum mekar, karena hal ini berarti tidak memberi kesempatan kepada makhluk mencapai tujuan penciptaannya. Ini berarti manusia dituntut untuk mampu menghormati proses-proses yang sedang berjalan. Yang demikian mengantarkan manusia bertanggungjawab, sehingga ia tidak melakukan perusakan, bahkan dengan kata lain, setiap perusakan lingkungan harus dinilai sebagai perusakan pada diri manusia itu sendiri. Binatang, tumbuh-tumbuhan dan benda-benda tak bernyawa semuanya diciptakan oleh Allah SWT., dan menjadi milikNya, serta semuanya memiliki ketergantungan kepadaNya. Keyakinan ini mengantarkan seorang Muslim untuk menyadari bahwa semuanya adalah “umat” Tuhan yang harus diperlukan secara wajar dan baik. Berkenaan dengan ini dalam al-Qur’an surat al-An’am (6): 38 ditegaskan bahwa binatang melata dan burung-burung pun adalah umat seperti manusia juga, sehingga semuanya seperti ditulis oleh alQurthubi (w. 671 H.) dalam tafsirnya “tidak boleh diperlakukan secara aniaya”. Firman Allah dalam surat Al;An’am ayat 38: Artinya: dan Tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab[472], kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan. [472] Sebahagian mufassirin menafsirkan Al-Kitab itu dengan Lauhul mahfudz dengan arti bahwa nasib semua makhluk itu sudah dituliskan (ditetapkan) dalam Lauhul mahfudz. dan ada pula yang menafsirkannya dengan Al-Quran dengan arti: dalam Al-Quran itu telah ada pokok-pokok agama, norma-norma, hukum-hukum,
hikmah-hikmah
dan
pimpinan
untuk
kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat, dan kebahagiaan makhluk pada umumnya.
7
7
Jangankan dalam masa damai, dalam saat peperangan pun terdapat petunjuk Al-Qur’an yang melarang melakukan penganiayaan. Jangankan terhadap manusia dan binatang, bahkan mencabut dan menebang pepohonan pun terlarang, kecuali kalau terpaksa, tetapi itupun harus seizin Allah, dalam arti harus sejalan dengan tujuan-tujuan penciptaan dan demi kemaslahatan terbesar. Allah berfirman dalam ayat Al-Hasyr,59: 5 yang artinya “apa saja yang kamu tebang dari pohon (kurma) atau kamu biarkan tumbuh, berdiri di atas pokoknya, maka itu semua adalah atas izin Allah dan agar ia membalas orang-orang fasik. Alam dengan segala isinya sudah ditundukkan Tuhan kepada manusia, sehingga dengan mudah manusia dapat memanfaatkannya. Jika demikian, manusia tidak mencari kemenangan, tetapi keselarasan dengan alam.keduanya tunduk kepada Allah, sehingga mereka harus dapat bersahabat. Selain itu akhlak islam juga memperhatikan kelestarian dan keselamatan binatang. Nabi Muhammad SAW. Bersabda: “ bertawakal lah kepada Allah dalam perlakuanmu terhadaap binatang, kendarailah dan beri makanlah dengan baik. Uraian tersebut di atas memperlihatkan bahwa akhlak islam sangat komperehensif, menyeluruh dan mencakup berbagai makhluk yang diciptakan Tuhan. Hal yang demikian dilakukan karena secara fungsional seluruh makhluk tersebut satu sama lain saling membutuhkan. Punah dan rusaknya salah satu bagian dari makhluk Tuhan itu akan berdampak negatif bagi makhluk lainnya. Dengan demikian akhlak islami itu jauh lebih sempurna dibandingkan dengan akhlak lainnya. Jika akhlak lainnya hanya berbicara mengenai hubungan antar manusia, maka akhlak islami berbicara pula tentang cara berhubungan dengan binatang, tumbuh-tumbuhan, air, udara dan lain sebagainya. Dengan cara demikian, masing-masing makhluk akan merasakan fungsi dan eksistensinya di dunia ini. C. Ciri-ciri Akhlak Islami
8
8
1. Islam menyeru agar manusia menghiasi jiwa dengan akhlak yang baik dan
menjauhkan diri dari akhlak yang buruk.yang menjadi ukuran baik buruknya adalah syara’ yaitu, apa yang diperintahkan oleh syara’ itulah yang baik dan apa yang dilarang oleh syara’ itulah yang buruk. 2. Lingkungan akhlak islam adalah luas meliputi segala perbuatan manusia dengan Allah, manusia dengan manusia dan manusia dengan makhluk selain manusia. 3. Islam menghubungkan akhlak dengan keimanan. Orang yang paling sempurna keimanannya ialah orang yang paling baik akhlaknya. 4. Adanya konsep balasan dan ganjaran pahala atau surga oleh Allah dan
sebaliknya orang yang berakhlak buruk akan mendapat dosa atau disiksa dalam dalam neraka.
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan
9
9
Akhlak islami ialah akhlak yang jauh lebih sempurna ruang lingkup maupun cakupannya yang tidak hanya memberi tata cara perlakuan terhadap sesama manusia melainkan tata cara manusia dengan menusia, manusia kepada Allah SWT, manusia dengan tumbuh-tumbuhan maupun hewan serta manusia dengan bukan manusia lainnya. B. Saran
Di dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca sekalian demi kesempurnaan makalah ini . dan untuk memaksimalkan pada makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Amril M., MA, Akhlak Tasawuf, Program Pasca Sarjana UIN SUSKA: Pekanbaru, 2007. Prof. Dr. H. Abudin Nata, M.A, Akhlak Tasawuf, RajaGrafindoPersada: Jakarta, 2011. http://sites .google.com/site/khazalii/akhlak tasawufdalamislam.
10
10
Tugas Terstruktur Pembimbing Akhlak Tasawuf
Dosen Agus Salim, S.Hi AKHLAK ISLAMI
Disusun Oleh: Siti Nurhasanah (11143201992) Kom 4 A
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS DAKWAH DAN ILU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU PEKANBARU 2013
11
11
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb Puji syukur kita ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah menurunkan agama melalui wahyu dan disampaikan kepada RasulNya,Muhammad
SAW
untuk
umat
manusia,
Melalui
agama
ini
mengantarkan kita kepada sebagai muslim ke jalan yang lurus untuk mencapai bahagia dunia dan akhirat. Selain itu tak lupa kita curahkan kepada junjungan alam yakni Nabi Muhammad SAW yang membawa kita kedunia yang penuh dengan Ilmu Pengetahuan. Makalah ini berisikan tentang materi kuliah akhlak tasawuf , Dalam makalah ini mengurai apa yang sesuai judul yang mana sangat perlu kita ketahui untuk pembelajaran akhlak tasawuf disemester ini. Inilah kata pengantar dari penulis , penulis berharap makalah ini bermanfaat ,jika ada kesalahan kami mohon maaf.. Dan terima kasih banyak kepada dosen pembimbing Bapak Agus Salim, S.Hi yang telah memberi dan mengarahkan ilmunya dan masukan terhadap pembelajaran Akhlak Tasawuf
beserta arahan dari Bapak
kepada penulis. Semoga apa yang telah bapak berikan dibalas oleh Allah SWT dan bapak selalu diberikan kesehatan dan kemudahan. Amiin‌ Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Pekanbaru, Maret 2013
Penulis
12
12
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR..........................................................................
i i
DAFTAR ISI .....................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN................................................................
1
A. Latar belakang ................................................................... B. Tujuan.................................................................................
1 1
BAB II
PEMBAHASAN..................................................................
2
Pengertian Akhlak Islami............................................. Ruang Lingkaup Akhlak Islami.................................... Ciri-ciri Akhlak Islami....................................................
2 3 10
BAB III PENUTUP..........................................................................
11
A. Kesimpulan......................................................................... B. Saran..................................................................................
11 11
A. B. C.
DAFTAR PUSTAKA
13
13
ii