wertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwe rtyuiopasdfghjklzxcvbnmrtyuiop asdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasd fghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfgh KONSEP CSR Arti CSR, pemangku kepentingan dan strategi, jklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjkl Pentingnya kolaborasi CSR, Laporan CSR zxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxc vbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvb nmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnm qwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqw ertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwert yuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyui opasdfghjklzxcvbnmqwertyuiop asdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasd fghjklzxcvbnmrtyuiopasdfghjklz xcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcv bnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbn mqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmq andry yanuar
BAGIAN 1 Salah kaprah CSR Semenjak berlakunya UU PT No. 40 tahun 2007 khususnya dalam upaya penerapan pasal 74, banyak pihak berusaha melaksanakan apa yang disebut dengan Corporat Social Responsibility (CSR) yang dalam konteks peraturan tersebut disebut dengan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL). Sektor privat berusaha mencari pemahaman dengan melihat apa yang telah dilakukan perusahaan-perusahaan lain di luar negeri dan mempelajari berbagai kesepakatan maupun pedoman internasional yang berkaitan dengan CSR, di anataranya ISO 26000, Global Compact, dan Millennium Development Goal (MDG). Dilain pihak, pemerintah pusat dan daerah juga meulai “menerjemahkan� sendiri arti CSR. Mereka menggunakan pasal 74 sebagai patokan. Oleh karena itu dalam pasal tersebut dipaparkan bahwa perusahaan harus menganggarkan CSR, sebagian dari mereka mengartikan CSR sebagai salah satu sumber Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD).
Arti CSR Terdapat dua ranah pengertian CSR, yakni ranah filosofis dan pragmatis. Secara filosofis, CSR berasal dari teori etika. Terdapat tiga ranah etika yakni secara teleologi adalah berkaitan dengan konsekuensi (utilitarianisme), menurut deontologi adalah berhubungan dengan tugas (duty-based), dan berdasarkan virtue adalah menjaga keseimbangan (virtuebased). Jadi melakukan CSR berarti cara perusahaan menciptakan bisnis uang dapat memberikan kebaikan untuk orang banyak. Setelah itu perusahaan harus memenuhi tugas dan kewajibannya sebagai pelaku bisnis (compliance with laws and regulations). Terakhir, perusahaan harus memelihara keseimbangan antara kerugian dan manfaat yang dihasilkan dari bisnisnya serta melakukan bisnis yang menjunjung tinggi moral dan keadilan. Dalam ranah pragmatis, CSR merupakan aktivitas holistik terintegrasi uang dapat dimasukkan sebagai bagian dari sistem manajemen (Castika et.al. 2004). Persoalan utama
yang dihadapi perusahaan adalah bagaimana menghubungkan antara ranah filosofis dengan pragmatis tersebut. Biasanya ranah filosofis berhubungan dengan perumusan filosofi perusahaan.
Salah persepsi Tujuan CSR adalah keberlanjutan (sustainability) bisnis. Artinya keberlanjutan adalah lingkungan yang sehat, masyarakat yang sejahtera, dan ekonomi yang kuat (Brundtland Report, WCED, 1987). Dengan demikian melalui CSR perusahaan diharapkan dapat meningkatkan citranya di mata masyarakat. maka hakikatnya CSR harus dilakukan sendiri oleh perusahaan yang bersangkutan, tidak boleh dilakukan oleh pihak lain, seperti pemerintah (pusat maupun daerah), LSM, partai politik, atau lainnya. Persepsi yang salah terkait CSR dapat mengarah pada tindakan-tindakan yang salah. Ruang lingkup CSR adalah segala aktivitas yang memberikan dampak positif pada aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan. Ketiga aspek tersebut saling memengaruhi. Kesejahteraan masyarakat dapat tercapai bila mereka mampu mandiri secara ekonomi dan lingkungan tempat tinggal mereka terpelihara. Dengan demikian CSR hakikatnya adalah investasi perusahaan, dan bukan biaya yang habis dipakai (expenses). Yakni, investasi untuk meningkatkan citra perusahaan yang membedakannya dengan perusahaan lain, atau mengingkatkan keunggulan bersaing. Salahpersepsi dari pihak pemerintah maupun pihak lainnya terkait CSR dapat merugikan perusahaan dan dapat membebani perusahaan dengan biaya yang sangat tinggi.