ED
ISI
PEREMPUAN MASIH RENTAN PELECEHAN
TUNDA NIKAH DINI
www.suarasikap.com
:P
ER
EM
PU
AN
CANTIK BERBAGAI SISI
EDITORIAL
SALAM REDAKSI Penanggung Jawab Subhan Afifi Pemimpin Umum Kristi Dwi Utami Redaktur Pelaksana Cetak Jalu RD Redaktur Pelaksana Online Akbar Samudra Pimpinan Proyek Maya Arina Editor Kristi, Fariha, Jalu Reporter Kristi, Fariha, Jalu, Akbar, Maya, Kiki, Monika, Lajeng, Iga, Derry, Dwi, Kandhita, Mufqi, Mardhella, Farhan, Adi, Irene, Sekar, Tiana, Bisma, Beti, Ida, Andri, Fanya, Putri, Fairiza, Fairus, Fitri, Aqmarina, Dhimas, Asy Syaffa, Andri, Marcelina, Nugroho, Octarinda, Kontributor Gilang Rifanda Layout & Desain Cover Jalu, Gilang Percetakan Ezzah, Eva E-mail suarasikap@gmail.com Website www.suarasikap.com
Salam Pers Mahasiswa, Salam Intelektual Meski sudah lebih dari satu abad yang lalu, semangat perjuangan Kartini masih membekas hingga sekarang. Berkat jasanyalah para perempuan Indonesia kini bebas mengekspresikan kemampuanya. Mereka tidak lagi terkungkung oleh budaya patriarki yang membekap sekian lama. Atas dasar itulah edisi spesial ini lahir. Keseluruhan liputan yang tersaji dalam edisi ini pun mengulas segala hal mengenai perempuan. Berbagai macam sisi seperti sosial, budaya, hukum dan lain sebagainya tertuang secara matang dengan gaya penulisan yang lebih fresh. Pada akhirnya kami berharap bahwa edisi ini mampu memberikan informasi yang berguna serta dapat diterima pembaca demi kemajuan bersama. Selamat Membaca
ED
ISI
:P
ER
EM
PU
AN
DAFTAR ISI
1
Lestarikan Batik Hingga Usia Senja
5
Tunda Nikah Dini
9
Keresahan Hati Membawa Rezeki
13 17
Shella Agusthia, Wanita dan Wirausaha Machya Astuti Dwi : Kesetaraan Gender dalam Memimpin
20
Perempuan dalam Potret Pendidikan
23
Perempuan Masih Rawan Pelecehan
26
Rifka Annisa : Pejuang Hak Perempuan
27
Wanita dalam Agama
30
Cantik Berbagai Sisi
33
Perempuan dalam Bingkai Foto
Baca majalah SIKAP versi digital, di sini : www.suarasikap.com
1
SIKAP | EDISI PEREMPUAN
BUDAYA
Darisman, Lestarikan Batik Hingga Usia Senja
Mbah Darisman terlihat sedang asyik membatik di kediamannya, Desa Giriloyo, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul (28/03). (Kristi Dwi Utami)
S
iapa yang tidak kenal batik? Sebagian besar masyarakat tentu sudah pernah melihat dan bahkan mengenakannya. Di balik keindahan coraknya, ternyata tangantangan terampil wanita memiliki andil yang besar. Mbah Darisman, pembatik tertua di Desa Giriloyo, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul salah satunya. Sebagai seorang wanita Mbah Darisman memiliki peran penting dalam usaha pelestarian batik Giriloyo. Dari tangannya sudah ribuan lembar kain batik
tercipta. Beberapa orang juga berhasil mendapatkan ilmu membatik darinya, termasuk anak-anak, menantu, tetanggatetangga hingga orang-orang yang sengaja datang ke rumahnya. Kegitan membatik selalu turun temurun dilakukan di keluarganya. Mulai dari nenek mbah Darisman, ibu Mbah Darisman, Mbah Darisman, anaknya, cucunya hingga cicitnya yang sekarang masih duduk dibangku Sekolah Dasar memiliki keterampilan membatik. Sudah sejak abad ke 17 masyarakat Giriloyo akrab dengan
www.suarasikap.com
BUDAYA
SIKAP | EDISI PEREMPUAN
batik. Menurut pemaparan Nur Ahmadi, Ketua II Paguyuban Batik Giriloyo, cikal bakal membatik bermula dari pembangunan makam raja di Imogiri. Kala itu Kerajaan Mataram tengah membangun makam, sulitnya transportasi membuat orangorang dari Kerajaan Mataram harus menginap di pemukiman warga Giriloyo. Karena sering menginap, interaksi yang terjalinpun semakin akrab. “Orang-orang itu yang kemudian mengajari nenek moyang kami cara membatik,” tuturnya. Dilansir dari batikpekalongan. wordpress.com pada 31 Maret 2017, batik berasal dari kata Amba Titik yang dalam bahas Jawa Amba berarti menulis dan Titik berarti titik. Sejak tanggal 2 Oktober 2009, salah satu organisasi dunia, UNESCO telah menetapkan batik sebagai warisan kemanusiaan untuk budaya lisan dan nonbendawi dari Indonesia. Mulai saat itu himbauan untuk menggunakan batik sebagai pakaian wajib mulai bermunculan. Hal itu ditengarai sebagai salah satu upaya sosialisasi batik kepada masyarakat serta untuk menjaga kelestariannya Saat ini lebih dari 600 warga Giriloyo menggantungkan hidupnya pada batik. Keterampilan membatik memang telah menjadi salah satu mata pencaharian bagi para perempuan di Desa Giriloyo. “Dari dulu hingga saat ini batik sudah banyak menghidupi masyarakat Giriloyo,” terang Mbah Darisman, saat ditemui reporter Sikap di kediamannya, Desa Giriloyo, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul (28/03).
2
Mbah Darisman yang akrab disapa Mbah Daris ini sudah membatik sejak berusia 17 tahun. Kini usianya menginjak angka 88 tahun. Ia pertama kali belajar membatik dari ibunya. “Saya sudah membatik sebelum Indonesia merdeka,” ujarnya sambil sesekali meniup canthing yang dipegangnya. Ia menuturkan bagaimana ia tetap berjuang membatik ditengah prahara perang mengusir penjajah. Ia menceritakan bagimana mencekamnya suasana saat itu. “Suara tembakan dan bom menggelegar disana-sini, saya tetap melanjutkan membatik ditengah ketakutan,” kenangnya. Membatik ternyata membutuhkan proses yang rumit dan waktu cukup lama. Dengan semangat ia menceritakan proses pembuatan batik. “Membuat batik itu prosesnya lama, satu hingga satu setengah bulan untuk satu kain batik. Dalam setiap prosesnya juga terdapat rasa yang berbeda-beda dari setiap pekerjanya,” Terangnya. Proses pembuatan batik diawali dari kain putih dipotong, kemudian dicuci, dikeringkan dan disetrika. Setelah kering kain siap untuk digambar. Proses menggambar dapat langsung dengan canthing. Dalam mencanthing ternyata ada 3 tahapan yaitu nglowongi, ngiseniseni dan nembok. Setelah itu kain diwarnai, direbus, dicuci kembali dan dikeringkan. ”Dalam proses pembuatan batik ini terdapat banyak tangan yang ikut berperan serta, khususnya wanita. Luhur sekali menurut saya,” ucapnya. Saat ini batik sudah populer
www.suarasikap.com
3
SIKAP | EDISI PEREMPUAN
BUDAYA
Mbah Darisman terlihat sedang asyik membatik di kediamannya, Desa Giriloyo, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul (28/03). (Dhimas Bagus)
di kalangan masyarakat. Mulai dari seragam sekolah, seragam kantor hingga busana kenegaraan menggunakan batik. Dalam literatur Eropa batik pertama kali diceritakan pada buku History of Java (London,1817) yang ditulis oleh Sir Stamford Raffles. Pada tahun 1873, seorang saudagar Belanda, Van Rijekvorsel memberikan selembar kain batik yang diperolehnya saat berkunjung ke Indonesia kepada Museum Etnik di Rotterdam. Lalu
pada tahun 1900 batik Indonesia juga pernah dipamerkan di Exposition universelle dan berhasil memukau publik. Susilastuti, Dosen Ilmu Komunikasi UPN Veteran Yogyakarta yang juga pecinta batik mengaku bahwa batik itu sangat istimewa. “Bagi saya batik itu adalah bicara soal identitas. Sehingga dengan memakai batik saya merasa punya identitas tertentu,� papar wanita yang sudah menyukai batik sejak 1985 ini.
www.suarasikap.com
BUDAYA
SIKAP | EDISI PEREMPUAN
Susilastuti selalu menyempatkan diri untuk membeli batik khas pada setiap daerah yang ia kunjungi. Saat ditanya tentang perkembangan batik Susilastuti mengungkapkan bahwa saat ini batik sudah mengalami banyak kemajuan serta perubahan. Mulai dari segi corak, teknik pembuatan dan lain sebagainya. “Sayangnya pakem dari corak batik terutama batik modern saat ini semakin tidak kelihatan jelas. Idealnya ada pakem-pakem khas yang perlu untuk ditonjolkan,� ujarnya. Sebagai generasi penerus bangsa, tugas kita adalah terus menjaga dan melestarikan batik Indonesia. Seperti Mbah Daris yang terus membatik hingga berusia senja, kita harus meniru
4
semangat dan perjuangannya dalam melestarikan salah satu kebudayaan asli Indonesia itu. Perjalanannya dalam menghasilkan sebuah kain batik yang inndah tidaklah mudah. Ia kerap kali mengalami kesulitan. Mulai dari lubang canthing yang tersumbat, cuaca mendung yang membuat matanya sulit melihat garis atau titik pada pola yang dibuatnya, hingga malam yang mudah sekali leleh karena ia tidak punya tempat penyimpanan khusus. Kecintaannya terhadap batik telah membulatkan tekadnya untuk tetap membatik hingga ajal menjemputnya. “Saya akan terus membatik sampai tutup usia.� Pungkasnya optimis. (Kristi, Aqmarina, Dhimas, Asy Syaffa)
www.suarasikap.com
5
SIKAP | EDISI PEREMPUAN
KESEHATAN
Tunda Nikah Dini
Ilustrasi. (Internet)
P
ernikahan adalah upacara pengikatan janji nikah yang dirayakan atau dilaksanakan oleh dua orang dengan maksud meresmikan ikatan perkawinan secara norma agama, norma hukum, dan norma sosial yang melalui pertimbangan kematangan dari berbagai sisi. Namun bagaimana apabila pengikatan janji nikah yang dilaksanakan itu dilakukan oleh pasangan yang berumur 18 tahun? Hingga saat ini peraturan yang mengatur mengenai batas perkawinan masih menjadi pembahasan serius pemerintah dan beberapa lembaga yang terkait. Menurut UU No.1 pasal 7 ayat (1) tahun 1974 yang mengatur mengenai batas usia menikah, 19 tahun bagi pria dan 16 tahun bagi wanita, mendapat tentangan dari UU Perlindungan Anak, menurut UU ini batas usia minimal yang pantas melangsungkan pernikahan yakni 18 dan 19 tahun. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari perkawinan dibawah umur
dan menunjang keberhasilan program nasional Keluarga Berencana yang dianggap mampu menekan laju kematian ibu dan anak. Serta memperbaiki kualitas pendidikan dan Sumber Daya Manusia (SDM) di Negara Berkembang seperti Indonesia. Peneliti Mahasiswa Program Magister Kriminologi Peminatan Perlindungan Anak, Reni Kartikawati menjelaskan dari data 2016, sebanyak 22.000 perempuan muda di Indonesia berusia 10-14 tahun sudah menikah terutama terjadi di pedesaan sebesar 0,03 persen. Selain itu, usia kehamilan umur remaja yakni dari usia 15-19 tahun sebesar 1,97 persen. Data juga menunjukkan, angka pernikahan anak di Indonesia tertinggi ke dua di ASEAN. Namun apabila disorot dalam sudut pandang lain, terdapat hal-hal yang jarang diketahui masyarakat tentang pernikahan dini. Tentang keberanian calon mempelai untuk memutuskan bahwa akan
www.suarasikap.com
KESEHATAN
SIKAP | EDISI PEREMPUAN
berjanji sehidup semati bersama dengan pasangannya. Terlebih lagi bagi calon mempelai perempuan. Karena memang pada dasarnya perempuan yang berada pada usia remaja masih belum mempunyai kematangan dalam emosional dan kontrol diri. Namun apabila sudah diputuskan untuk menikah dan sudah paham bahwa ada resiko yang harus ditanggung lebih besar, maka keberanian perempuan tersebut dalam pengambilan keputusan sudah mampu dipertanggung jawabkan kepada dirinya. Sosok sosok perempuan yang mampu mengambil sebuah resiko dan memutuskan untuk menikah lebih dini salah satunya adalah Ulfatun Fauziah. Perempuan yang sudah berpacaran dari SMA kelas 1 ini akhirnya memilih menikah setelah lulus SMA. Ulfa berani mengambil keputusan untuk membuka lembar baru bersama orang tersayangnya setelah dirinya dan pacarnya sama-sama mempunyai pekerjaan. Disamping itu, juga untuk menjaga nama baik keluarganya tentang pandangan masyarakat sekitar. “Kita memang sudah berpacaran sejak lama. Disamping itu, karena orangtua memberi saran kepada aku dan pacarku untuk lebih baik menikah saja. Karena aku dan pacarku sering pulang malam setelah pulang kerja, yang takut menimbulkan hal-hal yang kurang baik di masyarakat. Dari itu, akhirnya kita samasama mengikat janji dalam pernikahan resmi untuk lebih menjaga perasaan orang tua serta nama baik keluarga,� tutur Ulfa. Remaja perempuan yang lebih memilih langsung kerja setelah lulus SMA ini menjelaskan tentang persiapan dirinya dalam mengarungi bahtera rumah tangga yang sudah benar-benar
6
didepan matanya saat ini. Menurutnya, ia harus lebih siap secara mental. Karena salah satu fase kehidupan ini tidaklah main-main dan bersifat seumur hidup. Ia harus lebih paham tentang masalah yang lebih kompleks daripada ketika ia masih menjalin hubungan berpacaran. Selain kesiapan dalam sisi mental yang harus di siapkan secara benar, kesiapan dalam sisi finansial sudah dipikirkan oleh ulfa dan suaminya. Ia dan suaminya saat ini sudah sama-sama mempunyai pekerjaan yang membuat mereka mandiri secara finansial dan tak melulu meminta kepada orangtua. Ulfa menceritakan, bahwa masyarakat sekitar rumahnya tersebut juga menerima dan mendukung pernikahan yang dilaksanakan oleh ulfa dan suaminya tersebut. Hal itu menurutnya mampu menghilangkan gosip-gosip yang beredar di masyarakat tentang hubungan mereka setelah adanya perjanjian resmi. Karena adanya perjanjian resmi antara 2 insan tersebut, Ulfa mengatakan bawa secara langsung maupun tidak langsung akan membuat perubahan dalam hal mental. Ia menjelaskan bahwa mental seelum menikah hanyalah tentang penyikapan masalah individu dan penyikapan masalah berdua namun tidak terlalu mendalam. Namun setelah menikah akan lebih kompleks karena akan mempertemukan penyikapan dalam permasalahan dari segi individu, segi pasangan secara mendalam, dan juga segi keluarga. Ulfa hanyalah satu dari sekian ribu perempuan yang berani menikah tanpa suatu paksaan seperti married by accident dan sejenisnya. Menikah karena paham akan kesadaran, paham akan resiko, dan
www.suarasikap.com
7
SIKAP | EDISI PEREMPUAN
paham secara kondisi akan lebih terlihat sebagai perempuan bermental baja. Namun, menurut Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan BKBPP, Teti Rusmaharani, bagaimanapun keputusan untuk menikah pada usia dini merupakan pengambilan keputusan dengan bayangbayang resiko yang sangat besar. Teti mengatakan, kondisi pernikahan dini tersebut tak jarang mengakibatkan adanya kekerasan dalam rumah tangga atau perceraian. Dampak tersebut yang menjadi kerugian bagi perempuan. Oleh karena itu, perempuan remaja, khususnya di pedesaan terus diberikan pemahaman terhadap masalah reproduksi dan psikologi. Pihaknya juga tidak bisa memaksakan secara frontal pernikahan usia dini. Pasalnya, pernikahan adalah hak bagi manusia. Tetapi, pihaknya terus memberikan imbauan dampak positif dan negatif pernikahan usia dini, sehingga masyarakat sadar terhadap masalah tersebut.
Dampak Pernikahan Dini
Pro kontra terhadap pernikahan dini masih saja terus digaungkan oleh masyarakat di Indonesia. Pernikahan yang dilakukan oleh pasangan yang masih dibawah umur untuk menjalani bahtera rumah tangga ini menimbulkan beberapa polemik. Termasuk polemik timbulnya masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang berujung pada perceraian. Beberapa waktu lalu, majalah SIKAP menemui salah satu seorang mahasiswi Universitas ternama di Yogyakarta yang pernah gagal menjalani bahtera rumah tangga dampak negatif dari pernikahan dini. YS perempuan berparas cantik
KESEHATAN
ini mengisahkan traumanya terhadap pernikahan dini. Ia menjelaskan bahwa pernikahanya terjadi pada saat ia berusia 17 tahun. Saat itu ia masih duduk di bangku 2 SMA di daerah Banjarnegara. “Saat itu sebenarnya saya belum siap, usia saya masih 17 tahun dan mantan suami saya 21 tahun�, tutur YS. Pernikahannya terjadi akibat married by accident (Hamil diluar nikah). Saat itu mantan suami YS adalah pacar sekaligus tetangga desa. Ia mengenalnya sebagai pemuda yang terlahir dari keluarga terpandang di kotanya. Meskipun sempat ditentang oleh kedua keluarga, akhirnya pernikahan itu terjadi tanpa dihadirinya keluarga dari pihak pria. YS mengaku bahwa untuk menikah pada saat itu sebenarnya dari pihak Pemerintah daerah mempermudah dan memfasilitasi untuk pernikahan dini yang terjadi karena married by accident. Akan tetapi saat itu kesulitan yang dihadapi oleh YS adalah mantan suami dan keluaraganya tidak mau bertanggung jawab. Sehingga terpaksa pernikahan terjadi saat YS telah melahirkan putranya. “Saat itu saya dibiarkan menunggu hingga satu tahun lebih baru dinikahi itupun keluarga suami saya tidak hadir�, jelas YS lagi. Selain menjadi korban digantungnya setatus dia saat itu, setelah menikahpun dia juga mendapat perlakuan yang kasar dari mantan suaminya bahkan selama menikah ia mengaku belum pernah diberi nafkah kecuali uang popok yang deberikan mertuanya untuk anak semata wayang YS. Emosi yang masih labil diakui YS menjadi penyebab adanya tindakan KDRT. hal sepele terkadang menjadi masalah besar hingga berujung pada
www.suarasikap.com
KESEHATAN
SIKAP | EDISI PEREMPUAN
tindak kekerasa. “Hingga saat ini saya masih trauma untuk menikah mesipun sudah sah bercerai�, ungkapnya. Menurut YS pernikahan dini berujung pada perceraian pada dirinya membawa trauma yang cukup dalam dan membekas. Dari proses perjalanan menuju pernikahanpun dia sudah menjadi korban janji pria. Pendapat bahwa pernikahan dini rentan akan perceraian dan KDRT di benarkan oleh ketua Kantor Urusan Agama (KUA) Tegalrejo. Noerohini,S. Ag.MH menuturkan bahwa, usia 17 tahun masih belum sesuai untuk melakukan pernikahan karena anak-anak diusia itu masih dalam masa pendidikan. “Usia segitu kan belum bisa mandiri, pikirannya juga masih main-main kalau harus
8
menikah diusia segitu rentan dengan perceraian,� ungkapnya. Jika pernikahan dini zaman dulu terjadi karena perjodohan orang tua, agar menghindari yang namanya fitnah. Sedangkan zaman sekarang pernikahan dini terjadi akibat married by accident (MBA). Tak jarang zaman sekarang orang yang melakukan pernikahan dini lebih sering berujung dengan perceraian dan KDRT. Kejadian-kejadian tentang pernikahan dini membuka pikiran kita sebaiknya untuk menundah pernikahan dan sebaiknya lebih menjujung tinggi pendidikan. Apalagi, jika calon suami tidak memiliki pekerjaan. Lebih baik menunggu hal yang pasti dari pada tergesa-gesa tetapi berujung perceraian.
(Mufqi, Putri, Monika)
www.suarasikap.com
9
SIKAP | EDISI PEREMPUAN
LINGKUNGAN
Keresahan Hati Membawa Rezeki
Agustina Sunyi sedang berada di Bank sampah, tempat untuk memisahkan sampan sesuai jenisnya. (Fariha)
21 April menjadi hari peringatan yang sudah sangat kita kenal, yaitu Hari Kartini. Pada hayat hidupnya, ia dengan gigih memperjuangkan emansipasi wanita. Kartini memperjuangkan hak-hak wanita melalui tulisan suratmenyuratnya, kemudian dikumpulkan menjadi satu dan dijadikan sebuah buku yang dikenal dengan judul ‘Habis Gelap Terbitlah Terang’. Ide dari pemikiran Kartini tersebut sangat menginspirasi untuk mengangkat derajat wanita bagi bangsa Indonesia. Pada era ini, tak sedikit orang yang memiliki ide dan pemikiran seperti Kartini melalui beragam cara, salah satunya ialah Agustina Sunyi. Berawal dari keresahan hatinya saat melihat sampah pasca tragedi gempa Jogja, Mei 2006 silam, ibu tiga anak ini memulai langkah kecil yang mengubah segalanya. Sampah yang notabene barang
tidak berguna, mampu disulap menjadi barang yang memiliki kegunaan lebih. Tas, serbet, topi, bros merupakan sebagian kecil kreasinya. Membawa nama “Kreasi Limbah Plastik Sumber Rejeki”, Bude Sunyi, begitu dia sering dipanggil, sering mengikuti berbagai macam pameran kreasi industri. Langkah pertamanya untuk memulai tak pernah diawali dengan keraguan. Mimpinya untuk mengurangi limbah plastik menjadi barang-barang yang bernilai menjadi terwujud. Terinspirasi saat kunjungan ibuibu PKK Sumber Agung ke Sukunan Sleman. Ia melihat ternyata sampah tidak hanya dapat di daur ulang, tetapi juga menjadi kreasi yang cantik dan bernilai. Mulai saat itu ia sudah tidak lagi bermimpi tapi melakukan gerakan yang dapat mewujudkan mimpinya tersebut.
www.suarasikap.com
LINGKUNGAN
SIKAP | EDISI PEREMPUAN
Ia mencari sendiri berbagai macam sampah plastik dari berbagai tempat makan, seperti angkringan. Niat baiknya justru dianggap gila oleh orang-orang disekitarnya. Dengan tekat yang bulat, berhasil membuat sampah plastik menjadi sebuah bahan kreasi. Walaupun awalnya tak memiliki keahlian dibidang kerajinan, ia bersama seorang karyawannya mengikuti kursus singkat menjahit selama dua minggu. Semua hasil kerajinannya merupakan karya coba-coba. Dengan ketekuna hasilnyapun cukup menarik perhatan siapa saja yang melihatnya. Pengundurannya menjadi kader gizi didengar oleh camat, dan dipanggil untuk menghadap. Dengan bangga Sunyi memperlihatkan hasil kreasinya. Pertemuannya ternyata mengantarnya mengikuti subuah pameran di banteng vredebergh. Walaupun sempat pesimis, tetapi Sunyi menguatkan tekadnya untuk mengikuti ajang tersebut. Dibantu oleh dua orang karawannya Sunyi harus memperoduksi kreasi dari berbagai macam bentuk dan ukuran dengan waktu yang singkat. Pameran tersebut merupakan pameran yang pertama kalinya ia ikuti yang pada akhirnya membawa usahanya langsung dikenal oleh masyarakat luas, dan mendapatkan beragai tawaran untuk mengikuti beberapa pameran, diantaranya di Jakarta Convention Center (JCC) dan Pekan Raya Jakarta (PRJ). Walaupun sudah cukup dikenal oleh masyarakat luas, namun tidak untuk lingkungan disekitar rumahnya. Sunyi tak pernah berhenti mengajak orangorang yang disekitarnya untuk peduli terhadap sampah. Kreasinya sempat dipandang sebelah mata oleh orang-orang
UTAMA
10
yang berada dilingkungannya. “siapa sih yang mau pakai tas seperti ini”. Ia sering mendengar celotehan orang-orang yang sekilas melihat hasil kerajinannya. Bahkan keluarganya sendiri. Ibu dari tiga anak ini bahkan mendapatkan tentangan dari suaminya. Sikap yang dingin dann tidak mau peduli sering kali diperlihatkan oleh sang suami ketika Sunyi kerepotan dalam memproduksi kerajinannya. “Suami saya malu kalau saya pakai tas dari hasil kreasi sampah, malah pernah dia bilang suruh dibuang ajah”, ungkap Sunyi. “Tapi saya tidak pernah berhenti untuk memasrkan kreasi ini kepada orang lain”, lanjutnya. Memang membutuhkan waktu yang lama untuk menyadarkan mereka untuk peduli terhadap sampah, dan mengharagai karya orang lain. Dengan kesabaran dan keteguhannya produk yang terbuat dari sampah tersebut perlahan-lahan tak terlihat memakai bahan-bahan plastik yang tak terpakai itu. Dengan tangan dingin dan melalui proses yang panjang, kreasinya menjadi semakin cantik dan bervariasi. Banyak orang ataupun institusi yang melirik hasil jerih payahnya. Sempat beberapa kali produknya habis terjual dibeli oleh orang-orang yang tak terduga, dan pada akhirnya pun sang suami dapat menerima dan mendukung usaha yang ditekuninya. Pesannya semakin bertambah dan beragam jenisnya. Tak henti-hentinya Kreasi Limbah Plastik Sumber Rejeki mendapatkan tawaran dari berbagai daerah, seperti Jakarta, Cimahi, bahkan pernah mendapatkan pesana dari Jerman sebanyak dua ratus buah. Dengan keterbatasan karyawan, membuatnya harus bekerja siang dan malam tanpa kenal lelah. Baginya yang terpenting
www.suarasikap.com
11
SIKAP | EDISI PEREMPUAN
ketika ia bisa membuka lowongan kerja, dan dapat memberikan penghidupan kepada karyawannya. Tak hanya sampai di situ, Sunyi sering kali mendapatkan tawaran untuk mengisi seminar dan workshop di bidang kreatif. Sekarang ia menjadi guru kerajinan di sekolah-sekolah yang sudah berbasis adiwiyata. Bank sampah yang menjadi keinginannya juga sudah terwujud walaupun belum berfungsi dengan baik.
Bank Sampah Bentuk Motivasi Peduli Lingkungan
Tak hanya itu, disamping kegiatannya tersebut, Agustina Sunyi juga memiliki banyak kegiatan peduli lingkungan lainnya, seperti menjadi guru kewirausahaan yang mengajarkan cara mengelola kerajinan dari barang bekas, memberikan sosialisasi tentang sampah dan cara mengolahnya, serta membuat program bank sampah di daerah tempat tinggalnya yang beralamat Jalan Imogiri Barat, KM. 11 Bulus Wetan, Sumberagung, Jetis, Bantul. Bank sampah yang didirikan oleh Agustina sejak 2013 lalu merupakan salah satu bentuk penerapan prinsip 3R (reduce, reuse, recycle) yang memiliki tujuan sendiri seperti, untuk mengelola sampah sebagai pemenuhan bahan baku kerajinan, menyalurkan sampah yang bisa di daur ulang dari warga ke pengepul, dan secara tidak langsung menanamkan jiwa peduli lingkungan kepada masyarakat melalui perspektif ‘sampah bisa bermanfaat jika dikelola dengan baik’. Bank sampah Agustina tersebut juga mendapat dukungan penuh dari pemerintah salah satunya dengan bantuan dana 10 juta rupiah dari PNPM Mandiri untuk pengelolaan bank sampah
LINGKUNGAN
dan 550 juta untuk pembuatan TPS di daerah tempat tinggalnya. Proses pembuatan bank sampah itu sendiri terbilang tidak cukup mudah, dimana Agustina menceritakan bagaimana ia harus menyelesaikan proposal pembuatan bank sampah dalam satu malam hingga akhirnya membuahkan hasil karena dari beberapa desa yang mendaftar hanya desa Agustina dan satu desa lain yang proposalnya disetujui. Prosedur dari bank sampah sendiri dapat dilakukan dengan warga mengumpulkan sampah yang dapat didaur-ulang ke bank sampah, pengurus bank sampah memilah kembali sampah berdasarkan jenisnya, sampah yang dipilah dibawa ke pengepul, pengepul membeli sampah tersebut, lalu uang yang didapat dari pengepul akan menjadi tabungan warga. Tabungan warga itu sendiri nantinya dapat diuangkan atau dapat ditukarkan dengan barangbarang sembako. Bank sampah Agustina mengambil keuntungan 15% dari hasil penjualan sampah dari warga ke pengepul. Keuntungan itupun nantinya akan digunakan untuk meningkatkan program bank sampah dan untuk membiayai para pengurus. Bank sampah dan TPS yang dibuat oleh Agustina Sunyi benar-benar niat dijalani, maka dengan itu dibuatlah KSM agar kegiatan pengelolaan sampah tetap berjalan. Anggota dari organisasi tersebut notabene adalah warga sekitarnya. Dengan Sunyi sebagai ketuanya, organisasi pengelolaan sampah tersebut masih aktif dan kinerjanya terus berjalan. Hal penting dari sosok Agustina yang dapat menginspirasi banyak orang adalah pada kepeduliannya terhadap lingkungan
www.suarasikap.com
SIKAP | EDISI PEREMPUAN
LINGKUNGAN
12
TPS baru yang akan dipergunakan. (Fariha)
Sunyi dengat tas terbuat dari sampah plastik hasil kerajinan tangannya. (Fariha)
hingga mampu menumbuhkan ide-ide yang sangat bermanfaat dan tak pernah padam seperti mengolah sampah menjadi kerajinan, bank sampah untuk warga, hingga mendirikan TPS di daerahnya. Kegigihannya dalam mengajak warga ikut serta dalam program bank sampahnya juga patut diacungi jempol. “Jangan berpikiran bahwa usaha kita akan langsung mendapatkan hasilnya, tapi kita memang harus berjuang dulu�, ujar Agustina. “Semua perlu perjuangan, kesabaran, dan mental juga. Karena tidak jarang orang memandang sebelah mata
Koleksi berbagai macam bentuk kerajinan yang terbuat dari sampah plastik. (Fariha)
apa yang kita lakukan�, terusnya. Sosok Kartini masa kini seperti Agustina Sunyi diharapkan mampu menginspirasi banyak orang terutama mahasiswa sebagai generasi muda. Karena menurut Agustina Sunyi, kesulitan dengan seiring berjalannya waktu dan keadaan yang terjadi sekarang adalah menumbuhkan kenginginan generasi muda untuk peduli terhadap sampah. Dengan mengusung semangat seperti yang dilakukan Agustina Sunyi, diharapkan muncul kartini-kartini baru seiring berkembangnya zaman.
(Fariha, Fairus, Fitri, Zefainya) www.suarasikap.com
13
SIKAP | EDISI PEREMPUAN
Shella Agusthia Wanita dan Wirausaha
B
erbicara soal wirausaha, masyarakat selalu mengidentikkan dunia usaha dengan laki-laki. Nyatanya, sekarang kata wirausahawan lebih populer dan lebih banyak digunakan daripada kata wirausahawati. Namun, Shella Agusthia mampu mematahkan paradigma itu. Sejak masih duduk di bangku SMA, semangat berwirausaha sudah tertanam dalam diri wanita kelahiran Jambi 1992 ini. Berawal dari berjualan takoyaki pada tahun 2009, usaha Shella mulai merambah menjadi katering kecil-kecilan. Shella juga mengakui bahwa pada awalnya ia bukanlah orang yang pandai memasak, tapi dengan kemauan tinggi, apapun bisa
EKONOMI
Sheila Agusthia
terjadi. Menurut Shella selama kita berusaha walaupun tanpa modal tetapi memiliki kualitas diri seperti ide. Hal tersebut haruslah ditonjolkan, karena itulah yang membuat diri kita lebih spesial dari orang lain. Tunjukkan ide pada pelanggan, jika pelanggan senang, mereka pasti memberikan support melalui pembelian produk. Kemudian mereka suka dengan hasil kerja kita, maka pelanggan biasanya akan melakukan gethok tular atau promosi dari mulut ke mulut tanpa kita minta. Dari situlah usaha akan makin berkembang, tapi memang butuh proses panjang. Mariam katering yang didirikan oleh
www.suarasikap.com
EKONOMI
SIKAP | EDISI PEREMPUAN
Shella empat tahun silam, merupakan katering khusus yang menyediakan program diet bagi pelanggannya. Terdapat tiga macam program, yaitu diet mayo, diet karbo, dan healthy food. Salah satu program yang banyak diminati adalah diet mayo, diet ini merupakan diet yang diperkenalkan oleh Mayo Clinic dari Amerika Serikat. Cara kerja diet ini adalah dengan tidak mengonsumsi garam selama 13 hari. Alasan utamanya adalah karena garam merupakan penahan air dalam tubuh. Maka selama 13 hari seluruh garam dan air akan keluar dari tubuh melalui urin dan feses. Sehingga otomatis berat badan juga akan menyusut. Namun diet mayo hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu dikarenakan tubuh kita juga membutuhkan asupan garam. Konsumen yang melakukan diet mayo juga harus berkomitmen tinggi, karena jika gagal satu hari saja, maka harus mengulang “puasa garam” ini dari awal. Dari situlah Shella melihat peluang usaha, selama konsumen menjalani diet mayo, tentunya terkadang konsumen kebingungan menentukan menu makanan. Maka selama 13 hari, Shella akan menyediakan variasi menu makanan yang berbeda. “Sekali pengantaran, kami mengantarkan dua menu makanan. Untuk siang dan malam,” ujar Shella. Dalam menjalankan programnya lebih baik tujuannya adalah sehat. Turun berat badan hanyalah bonus. Memang aktivitas olahraga selalu dianjurkan, karena ketika berat badan mengalami penurunan, kulit akan kendor. Tetapi kebanyakan pelanggan lebih memilih melakukan diet dengan cara menjaga metabolisme tubuh melalui makanan. Hal ini disebabkan oleh mayoritas pelanggan
14
memiliki aktivitas yang padat. Prosedur dalam menjadi calon pelanggan akan hubungi kita lewat WA. Lalu bertanya tentang berbagai hal seperti makanan dan price list, lalu mereka mulai menkonsultasikan program mana yang cocok. Kemudian juga sudah mulai yakin. Lalu mereka isi data. Dan kurir mulai mensurvei. Dari usaha kateringnya, kini Shella berhasil meraup omzet 18 hingga 20 juta rupiah perbulan. Terlepas dari hal tersebut, Shella juga pernah mengalami jatuh bangun saat masih merintis usaha ini. Sewaktu belum menerapkan sistem survei, Shella mengaku sempat dimakimaki oleh pelanggan. Kurir baru mencari alamat pelanggan saat hari H pengantaran produk. Bahkan, pernah pengantaran sampai jam 6 sore baru sampai. Menanggapi hal tersebut, Shella kemudian menjelaskan keadaannya dan memastikan jika sampai terlambat lagi maka uang akan dikembalikan. “Saya pernah berkeliling jogja sampai jam 1 malam, memastikan agar kurir mensurvei semua tempatnya agar tidak terlambat lagi,” kenang Shella. Namun setelah menerapkan sistem survei selama satu tahun belakangan ini, sudah tak ada lagi komplain yang datang dari konsumen. Selain itu, sistem survei ini juga untuk memudahkan kurir ini sendiri.
Sempat Tidak Dapat Restu Orang Tua
Semua orang tua tentu hanya ingin yang terbaik untuk anaknya, tak terkecuali orang tua Shella. Pada saat awal berwirausaha, Shella sempat mendapat tentangan dari orang tua. Shella menuturkan bahwa orang tua
www.suarasikap.com
15
SIKAP | EDISI PEREMPUAN
EKONOMI
Produk usaha Shella. (Dok Pribadi)
menghendaki supaya dirinya bekerja sebagai wanita kantoran. “Kalau bisa jadi owner, kenapa harus jadi manajer?,� tukas Shella. Tanpa modal dan tanpa dukungan orang tua, Shella harus memutar otak dua kali untuk mendirikan usaha. Namun berbekal semangat kemandirian dan kemauan yang tinggi, menghantarkan Shella menjadi pemilik Mariam Katering. Sekarang Shella sudah mendapat restu penuh dari orang tua. Keraguan yang dulu meyambangi hati orang tua Shella, perlahan sirna setelah melihat keberhasilan yang Shella raih.
Shella Di Mata Karyawan
Shella mengungkapkan bahwa memiliki usaha, berbeda dengan kerja kantoran yang hanya bertanggung jawab
kepada atasan. Memiliki usaha berarti juga memikirkan perut karyawan yang dimiliki. Di usia yang cukup muda, wanita kelahiran agustus 24 tahun silam ini dituntut untuk tetap bijak dalam menangani ke 20 karyawannya yang memiliki pola pemikiran masing-masing. Rian Sutrisno, selaku koordinator kurir di Mariam Cathering mengungkapkan bahwa Shella dikenal sebagai sosok yang ramah dan humoris. Shella adalah orang yang tak segan-segan untuk berbaur bersama karyawannya. Bahkan ia mau mendengar dan merespon masukan maupun keluh kesah dari karyawan. Maka tak heran jika Shella mendapatkan tempat tersendiri di hati para karyawannya. Menurut pria yang akrab disapa Rian ini, Shella juga merupakan sosok
www.suarasikap.com
EKONOMI
SIKAP | EDISI PEREMPUAN
yang dermawan. Setiap ada pekerjaan tambahan seperti membuat desain promosi maupun kelengkapan katering, ia mendapatkan bonus.
Wanita Dalam Bingkai Ekonomi Kreatif
Menurut pakar ekonomi, Dr. Sumarjono, Msi, Ekonomi kreatif merupakan kemampuan seseorang untuk mengoptimalkan informasi-informasi yang dia punya kemudian diaktualisasikan dalam bentuk ide dan direalisasikan dalam bentuk kegiatan yang dibutuhkan oleh banyak orang. Ekonomi kreatif itu adalah ekonomi yang dilakukan berdasarkan halhal yang baru. Tidak semua orang yang memiliki daya rasa, cipta, dan karsa yang
16
tinggi akan mampu melakukan ekonomi kreatif. Sumarjono juga menungkapkan bahwa, “Dalam rangka kartini, tidak terbeatas siapa pelaku ekonomi baik perempuan maupun laki-laki. Perempuan lebih teliti, tekun, dan telaten daripada laki-laki. Wanita lebih bisa melihat tren ekonomi,� jelasnya. Salah satunya adalah yang dilakukan Shella Agusthia, ia merupakan pelaku ekonomi kreatif bidang kuliner. Sebagai pelopor katering diet mayo, usaha katering yang ia miliki pada awalnya hanya berbekal informasi dari internet dan buku. Dengan berbekal kreativitas tinggi yang ia miliki, ia mampu mengolah informasi tersebut menjadi sebuah usaha.
(Mardhella, Irene, Tiana,Bisma)
AYO PASANG IKLAN DI
www.suarasikap.com
17
SIKAP | EDISI PEREMPUAN
SOSOK
Machya Astuti Dwi
Kesetaraan Gender dalam Memimpin
S
Machya Astuti Dwi. (Sekar)
etiap orang yang memiliki kemampuan untuk memimpin pada dasarnya memiliki hak untuk memimpin. Namun sejak dahulu kala, pemimpin selalu diidentikkan dengan laki-laki. Kini perempuan sudah mampu mematahkan paradigma itu. perempuan dan kepempimpinan adalah dua hal yang sekarang ini lumrah untuk disandingkan. Kepemimpinan sebenarnya adalah suatu sikap mempengaruhi orang lain untuk mencapai suatu tujuan dengan visi dan misi yang kuat. Kemampuan seperti mampu memberi arahan, berorasi, beretorika dan bahkan memberi gagasan kian banyak dimiliki oleh perempuan. Hal ini terbukti dari rekam jejak kepemimpinan perempuan-perempuan Indonesia. Sejarah pernah mencatat, Negara Kesatuan Republik Indonesia pernah dipimpin oleh seorang perempuan.
Megawati Soekarnoputri, Presiden Republik Indonesia Kelima yang mampu membuktikan kepada masyarakat bahwa perempuan patut untuk dipertimbangkan dalam hal kepemimpinan. Siapa yang tak kenal dengan Tri Risma Harini? Dia juga seorang pemimpin perempuan dibalik penutupan Gang Dolly, sebuah tempat lokalisasi terbesar di Asia Tenggara. Meskipun sempat menggegerkan bumi Surabaya namun aksinya ini patut diacungi jempol. Dengan ketegasannya, ia memperjuangkan martabat para perempuan yang bekerja disana untuk bisa memperoleh mencari rejeki yang halal. Tak hanya begitu saja menutup tempat lokalisasi, para perempuan yang semula bekerja disana juga Risma berikan pelatihan softskill serta ia salurkan ke tempat yang lebih baik dan pantas.
www.suarasikap.com
SOSOK
SIKAP | EDISI PEREMPUAN
Sosok wanita saat ini sudah tidak bisa lagi dianggap lemah. Ibarat sebuah banguan, wanita merupakan pondasi yang berstruktur kuat. Salah satu pemimpin wanita yang kuat adalah Machya Astuti Dewi. Ia adalah Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta. Sejak awal Machya sering bertanya kepada dirinya sendiri mengapa ia bisa menjadi seperti sekarang ini. Mengapa saya harus sekolah tinggi-tinggi sampai S3? Mengapa saya harus jadi Dekan ?” ucapnya kepada dirinya sendiri. Ia kadang berpikir bahwa semakin tinggi pendidikan atau karir itu akan menimbulkan tuntutan berada di luar rumah yang semakin banyak dan itu yang membuat perempuan kadang kala, justru merasa menjadi tidak nyaman dan menyalahkan diri sendiri. Namun, ia selalu memiliki pertimbangan mengapa ia harus melakukan semua itu. Kepada Reporter Sikap (10/04) ia mengaku bahwa ia melakukan ini sebagai salah satu upaya merelakan diri, berkorban demi karier. Di samping itu, Machya juga tidak lupa menjalankan tugasnya kepada keluarga sebagai ibu dan istri setelah seharian bekerja di kantor. Kisah Machya sebagai pemimpin ternyata memiliki lika-liku. Ada satu waktu dimana ia harus merasa iri melihat perempuan-perempuan lain yang bisa meluangkan banyak waktu untuk keluarganya. “Kalau boleh memilih saya sebenarnya juga ingin bisa menjadi wanita rumahan yang bisa meluangkan banyak waktu untuk keluarga saya,” ucap Machya, yang pagi itu mengenakan baju warna abuabu dan kerudung warna ungu. Namun kembali lagi, ia tentu tidak bia menolak
18
amanah yang telah diberikan kepadanya. Ia kembali menuturkan bahwa orangorang terdekatnya, teman-teman dan juga keluarganya selalu mendukungnya sampai kepada tahap top leader seperti sekarang ini. “Kawan-kawan saya sering kali mengatakan kepada saya kalau amanah itu datang tapi saya menolaknya maka saya akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat nanti,” paparnya. Ia yakin bahwa apa yang terjadi dengan dirinya sekarang merupakan jalan hidup dari Tuhan Yang Maha Esa. Wanita yang memiliki hobby memasak ini juga mengaku tidak memiliki ambisi sama sekali untuk menjadi seorang top leader. “Ambisi saya itu bukan menjadi top leader. Tapi kalau sekolah tinggi iya,” katanya sambil mengelus letak taplak meja yang ada didepannya. Ia merasa harus menjalankan amanah itu sebagai salah satu bentuk pengabdianya kepada pihak kampus yang telah memberinya ijin serta kesempatan untuk terus melanjutkan pendidikannya. Setelah kepemimpinannya banyak perubahan-perubahan positif yang terjadi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Ia tentu akan mengusahakan meraih apa yang menjadi cita-cita fakultas serta mempertahankan hal-hal baik yang selama ini sudah terbangun. Kegigihannya untuk terus berjuang menjadi pemimpin yang baik di kantor dan ibu serta istri yang baik di rumah tentu tak lepas dari dukungan orang-orang tercintanya serta inspirator-inspirator dalam hidupnya. Keberhasilan Machya diakuinya terjadi karena peran dari perjuangan Raden Ajeng Kartini. “Saya duduk di sini itu karena Ibu Kartini. Kalau nggak, kita
www.suarasikap.com
19
SIKAP | EDISI PEREMPUAN
semua pasti Cuma bisa masak di dapur gitu. Kita berterima kasih untuk itu. Kini akses terbuka luas untuk sekolah,� tegasnya. Ia juga merasa bersyukur karena ia bisa berkarir dan bisa berkompetisi dengan laki-laki. Hal tersebut tentu saja dapat diartikan bahwa peranan wanita dalam kepemimpinan bukanlah suatu hal yang aneh. Dalam hal kesetaraan gender kepemimpinan, dapat diartikan bahwa dengan adanya kesamaan kondisi laki-laki maupun perempuan dalam mendapatkan hak-haknya sebagai makhluk sosial atau manusia. Termasuk dalam hal ini adalah hak untuk memimpin.
SOSOK
Kesetaraan gender dalam kepemimpinan bukanlah bertujuan untuk membenci atau bahkan menentang laki-laki. Kesetaraan gender diharapkan supaya perempuan mampu berperan dan berpatisipasi dalam semua kegiatan seperti kegitan, seperti politik, ekonomi, sosial, budaya serta kesamaan dalam menikmati pembangunan. “Saya berharapnya gender equality dalam kempemimpinan bisa bersatu dalam sebuah harmoni. Tanpa laki-laki merasa terusik mendapatkan pesaing perempuan dan tanpa perempuan merasa bersalah karena dianggap menyalahi kodratnya.� Pungkas Machya.
(Maya, Sekar)
Ambisi saya itu bukan menjadi top leader. Tapi kalau sekolah tinggi iya Machya Astuti Dwi
www.suarasikap.com
PENDIDIKAN
SIKAP | EDISI PEREMPUAN
20
Perempuan dalam Potret Pendidikan
Ilustrasi : Jalu RD
113 tahun yang lalu, pahlawan pelopor kebangkitan perempuan pribumi, Raden Ajeng Kartini, menyudahi perjuangannya bagi dunia pendidikan untuk kemudian diteruskan oleh perempuan-perempuan masa kini. Hingga kini, kesetaraan pendidikan bagi perempuan terus disuarakan. Sebab, pendidikan ibaratnya sebuah pintu, pembuka jalan apapun untuk menjadi seorang manusia. Pengandaian itu disampaikan Eirene Shinta Valevi (28) saat ditemui di Auditorium Universitas Pembangunan Nasional ‘Veteran’ Yogyakarta pada Rabu (29/03). Cuaca panas tak menyurutkan niatnya untuk berbagi cerita tentang pengalaman memperjuangkan hak demi mendapatkan pendidikan yang baik. Eirene pernah tinggal di lingkungan yang tidak menghendaki pendidikan tinggi bagi perempuan. Keluarga besarnya merasa ia tidak perlu sekolah tinggi,
cukup tamatan SMA kemudian akan dilamar lelaki. “Mereka selalu meminta, sudahlah kerja saja. Terus nikah, nggak usah sekolah. Sekolah justru bikin ngehabisin uang kayak gitu,” kisah dara lulusan Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan (UAD) ini. Masa kecil ia habiskan di Pagadis, pelosok desa di pegunungan Sumatera Barat tempat orangtuanya bekerja. Profesi ayah-ibunya sebagai tenaga kesehatan memaksa Eirene sebagai anak kelahiran Kota Pariaman untuk berpindah-pindah desa ikut mereka mengabdi. Masa taman kanak-kanak ia mulai dengan asuhan bibinya di Kota Padang. Lanjut ke sekolah dasar ia habiskan di Kabupaten Agam hingga sekolah menengah pertama. Begitu SMA, ia pindah ke Kota Pariaman. Perpindahannya yang berkali-kali ini disebabkan oleh rasa hausnya akan pendidikan. Ia tidak ingin terkungkung di lingkungan masa kecil yang tidak mendukung perempuan untuk belajar dan seolah memaksa mereka untuk segera membina rumah tangga. “Untungnya, ayahku selalu menekankan bahwa pendidikan itu penting. Beliau pernah bilang, kalau pendidikanmu tinggi maka derajatmu akan naik,” kenangnya. Kehidupannya di Sumatera Barat ini membuatnya sulit meneguhkan hati untuk memperjuangkan pendidikannya. Mulai dari keluarga besarnya yang tidak menghendakinya melanjutkan pendidikan ke jenjang sarjana, kawan-
www.suarasikap.com
21
SIKAP | EDISI PEREMPUAN
kawannya yang hamil di usia belia, hingga sulitnya akses pelajar di sana untuk sekadar mendapatkan buku bacaan yang layak. Sadar akan kebutuhannya pada pendidikan, ia ikut ayahnya yang sedang melanjutkan S2 di Universitas Gadjah Mada untuk sekalian menuntut ilmu. “Akhirnya aku ke Yogyakarta dan melanjutkan pendidikan di UAD, di bidang kesehatan karena permintaan orangtuaku,” ujar Eirene. Awalnya, ia terkejut dengan kebebasan pendidikan di kota rantauannya ini. Mungkin karena stigma Kota Pelajar sehingga tidak hanya laki-laki yang dapat menempuh pendidikan tinggi, namun juga banyak perempuan yang sama-sama memperoleh kesempatan yang sama di sini. Berasal dari daerah kecil tidak menyurutkan semangatnya, ia berusaha merengkuh ilmu sebanyak-banyaknya di kota pelajar ini. Eirene banyak membaca buku dan ikut lembaga Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) di fakultasnya. Kegiatan di BEM dan DPM memaksa Eirene banyak terjun dalam kegiatan sosial dan pengabdian masyarakat. Pilihan studi kuliahnya juga berkaitan dengan dunia sosial. Rupanya, ia tertarik mendalami hal tersebut. Akhirnya, ia mendaftar di komunitas sosial Book For Mountain. Ia membagikan buku-buku ke daerah-daerah pelosok di Indonesia. Tak lama, ia bergabung di Yayasan CAMP Foundation di mana ia banyak belajar mengenai marketing dan keuangan. Tak hanya itu, Eirene juga melirik bidang kesehatan mental karena ketertarikannya pada dunia psikologi. Ia bergabung dalam Bipolar Center Indonesia.
PENDIDIKAN
“Sekarang aku sedang ingin melanjutkan ke S2,” ujarnya. Sayang, keinginannya tak sepenuhnya didukung oleh keluarga besarnya karena mereka tidak menganggap pendidikan hingga jenjang pascasarjana itu penting bagi perempuan. Ia sangat menyayangkan diskriminasi yang diterimanya. “Jadi sayang banget gitu. Di Indonesia itu sebenarnya masih banyak cewek cewek yang untuk memperoleh pendidikan tinggi itu masih mendapat halangan terutama dari keluarga sendiri.” Padahal di tahun 2015, UN Women (Entitas Perserikatan BangsaBangsa untuk Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan) merilis risetnya terkait pentingnya pendidikan bagi perempuan. Hasilnya didapat setiap penambahan 1 tahun pendidikan perempuan di bangku sekolah akan berdampak pada penambahan waktu 0,32 tahun pendidikan anaknya kelak. Hal ini serupa dengan pendapat Karina Bunga Hati (34), seorang ibu bagi anak perempuan berusia 8 tahun. Ia mengatakan, pendidikan bagi perempuan sangatlah penting karena bagaimanapun perempuanlah yang akan mendidik anakanaknya nanti. “Kalau mau idealis, ya kita kan yang melahirkan generasi penerus bangsa,” tegas wanita yang juga aktif sebagai relawan di gerakan Kelas Inspirasi ini. Berbeda dengan Eirene, Karina yang sejak lahir hidup di Gunungkidul, Yogyakarta selalu mendapatkan dukungan untuk memperoleh pendidikan. Ia tak merasa kesulitan sedikitpun untuk meneruskan studinya hingga jenjang magister. Perempuan yang kini aktif
www.suarasikap.com
PENDIDIKAN
SIKAP | EDISI PEREMPUAN
22
Eirene saat mengajar. (Dok Pribadi)
Salah satu murid Eirene. (Dok Pribadi)
dalam kegiatan sosialisasi Pendidikan Pengurangan Resiko Bencana ini juga menerapkan kebebasan belajar bagi anak perempuannya. Baginya, pendidikan tetap nomor satu di tangan orang tua. Karina mengutip pernyataan Ki Hadjar Dewantara yang mengatakan tri pusat pendidikan ada 3 yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. “Waktu yang paling banyak dihabiskan oleh anak itu di rumah, sehingga keluarga terutama ibu sebaiknya menjadi teladan bagi anak untuk bersikap,” jelas tenaga ahli perencanaan tentang geografi ini. Tidak ada salahnya memang menjadi perempuan yang berpendidikan tinggi namun pada akhirnya memilih tinggal di rumah untuk mengurus keluarga. Namun, bagi Eirene alangkah baiknya jika para sarjana itu menyebarkan ilmu pengetahuannya terlebih dulu kepada masyarakat sebelum nantinya mengurus keluarga. “Sayang banget, nggak semua orang bisa duduk di bangku kuliah tapi akhirnya tidak mengabdikan dirinya untuk masyarakat dulu,” ujarnya.
Pendidikan bagi perempuan di Indonesia memang belum merata. Di wilayah pedesaan, kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang setara dengan laki-laki berbeda dengan di kota. Namun, Ketua Dewan Pendidikan DIY, Prof. C. Danisworo berpesan agar perempuan dapat memperjuangkan hak dan kemampuannya agar setara bahkan melebihi laki-laki. “Jangan sampai hak antara pria dan wanita itu dibedakan. Perbedaan boleh ada dalam hal tertentu yang menyangkut kodratnya, tetapi jangan dalam hal kesempatan malah dibatasi. Karena sudah terbukti saat ini banyak wanita yang berprestasi,” ujar dosen Teknik Geologi ini ketika ditemui di sela-sela kesibukannya. Ia menambahkan, bagi perempuan yang ingin serius berkompeten di bidangnya maka harus menempuh pendidikan setinggi-tingginya. “Pendidikan itu otomatis mendukung karier. Kalau pendidikannya tidak memadahi, ya jangan harap bisa berkarier tinggi,” pungkasnya.* (Lajeng, Beti, Ida, Andri)
Baca majalah SIKAP versi digital, di sini : www.suarasikap.com www.suarasikap.com
23
SIKAP | EDISI PEREMPUAN
HUKUM
Perempuan Masih Rawan Pelecehan
Ilustrasi. (merdeka.com)
P
ada tanggal 22 Maret 2017 lalu, akun Instagram Info Cegatan Jogja (ICJ) mengunggah sebuah rekaman cctv yang berisi pelecehan seksual seorang laki-laki terhadap perempuan. Mirisnya, pelecehan ini dilakukan di tempat umum, yaitu sebuah gang di daerah Babarsari, Sleman, Yogyakarta. Rekaman video ini kembali membuka mata kita, bahwa perempuan masih rentan menjadi korban pelecehan seksual. Video berdurasi 10 detik yang diunggah ICJ tersebut memperlihatkan korban yang tidak diketahui identitasnya sedang berjalan sendiri di sebuah gang. Beberapa detik kemudian datanglah seorang laki-laki menggunakan sepeda motor. Pada awal video, tampak laki-laki tersebut sedang mengintai korban. Hingga pada akhirnya, pelaku yang berperawakan kurus ini mulai mendekat, dan tanpa rasa malu langsung melancarkan aksi tak
senonohnya. Kasus dengan modus serupa juga pernah dialami Bunga (nama samara). Wanita yang enggan disebutkan identitasnya ini mengaku pernah menjadi korban pelecehan seksual sekitar bulan Januari 2017 lalu. Tepatnya di dekat SDN 1 Depok Babarsari, Sleman, Yogyakarta. “Kejadianya pas hari Sabtu sekitar jam 22.30 malam. Waktu itu saya perginya berdua sama temen cewek. Dia yang bawa motor, aku yang dibonceng. Pas waktu itu aku lagi main hp, tiba-tiba ada yang mepet, aku kira dia mau ambil hp, langsung spontan aku megang hp takut diambil. Eh taunya dia megang dada aku, lalu diremas. Aku teriak sampe motor oleng tapi ga jatuh,� ungkapnya saat ditemui wartawan Sikap. Beberapa kasus pelecehan seksual seperti yang dialami Bunga dan seorang wanita di Babarsari sebenarnya dapat
www.suarasikap.com
HUKUM
SIKAP | EDISI PEREMPUAN
diproses secara hukum. Hal tersebut sesuai dengan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Pasal 281. Dalam pasal tersebut dijelaskan bahwa barang siapa yang secara sengaja melanggar kesusilaan maka akan diganjar pidana penjara sekurang-kurangnya 2 tahun 8 bulan. Selain pidana penjara, ada pidana denda dengan nominal empat ribu lima ratus rupiah. Namun, meski sudah ada hukum yang mengatur, para korban masih enggan untuk melapor. Keengganan korban untuk melapor memanglah beralasan. Seperti yang diungkapkan oleh Anggota Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Satuan Reskrim Polres Sleman, Eko Mei Purwanto. Menurutnya, para korban yang tidak mau melapor ini dikarenakan adanya rasa malu serta trauma. Eko menambahkan, PPA telah bekerja sama dengan psikolog yang ada di setiap Puskesmas di wilayah hukum Sleman. Sehingga tatkala para korban ini mengalami trauma maka para psikolog inilah yang akan menanganinya. Namun apabila psikolog di Puskesmas sedang tidak bisa, masih ada Unit Pelayanan Terpadu (UPT) Sleman yang juga menyediakan hal serupa. Selain Puskesmas serta UPT, PPA juga telah bekerja sama dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang khusus menangani kasus-kasus tentang perempuan. Dengan diberikanya berbagai macam layanan bagi para korban, Eko berharap bahwa mereka (korban) berani untuk melapor. “Saya berharap para korban ataupun keluarganya untuk segera melapor, sehingga kami bisa bertindak
24
dan memberi penanganan,� ujarnya.
Lemahnya Hukum
Maraknya kasus pelecehan seksual yang menimpa perempuan memiliki korelasi dengan lemahnya hukum di Indonesia. Hal tersebut disampaikan oleh Abdul Rozak yang merupakan pengacara sekaligus Dosen Sistem Hukum Indonesia, Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Yogyakarta. “Hukum saat ini terbilang sangat lemah dalam menjerakan para pelaku. Misalnya saja kasus pelecehan seksual, pelaku mendapatkan hukuman penjara paling lama 9 tahun dalam pasal 289 KUHP dan pemerkosaan paling lama hanya 12 tahun dalam pasal 285 KUHP. Bisa disimpulkan hukuman tersebut tidak setimpal dengan penderitaan yang dialami korban selama hidupnya,� ujar Abdul Rozak saat ditemui wartawan Sikap. Rozak berharap bahwa hukum di Indonesia khusunya yang menyangkut tentang pelecehan terhadap perempuan dibenahi. Hal ini guna memberi efek jera bagi para pelaku. Selain itu, dengan adanya hukuman yang berat menjadi peringatan bagi masyarakat agar tidak berbuat yang melanggar norma tersebut.
Perlunya Pencegahan
Tindakan preventif terkait maraknya pelecehan seksual terhadap perempuan patut digalakan. Hal tersebut dilakukan guna mereduksi kemungkinankemungkinan terbukanya celah untuk pelaku dalam melakukan aksinya. Selain itu tindakan preventif juga bisa difungsikan sebagai media edukasi bagi seluruh lapisan masyarakat, terkhusus perempuan.
www.suarasikap.com
25
SIKAP | EDISI PEREMPUAN
Secara teknis, Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Sleman memiliki beberapa tahapan pencegahan terkait pelecehan seksual terhadap perempuan. Tahapan-tahapan tersebut diantaranya ialah adanya kerjasama antara PPA dengan lembaga atau forum kekerasan perempuan dan anak. Bentuk kerjasama tersebut menghasilkan kaderkader di setiap desa guna memberikan sosialisasi tentang pelecehan seksual dan pencegahanya. “Setiap 3 bulan sekali, kader-kader
HUKUM
tersebut akan kami tarik ke Polres guna melaporkan hasil sosialisasinya,� ujar anggota PPA Polres Sleman, Eko Mei Purwanto. Tindakan yang hampir serupa juga diterapkan oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat (BPPM) DIY. Seperti yang diungkapkan oleh Ketua Sub Bidang PHP BPPM DIY bahwa beberapa program pencegahan yaitu adanya sosialisasi, pelatihan penanganan, serta pembuatan iklan layanan masyarakat. (Jalu, Derry, Dwi, Kandhita)
AYO PASANG IKLAN DI
www.suarasikap.com
SOSIAL
SIKAP | EDISI PEREMPUAN
Rifka Annisa : Pejuang Hak Perempuan
K
urangnya badan organisasi yang memperjuangkan hakhak perempuan di tahun 90-an menjadi dasar lahirnya Rifka Annisa. Lalu bagaimana kiprahnya sekarang? Lembaga ini berdiri pada 26 Agustus 1993 silam ini berkomitmen menghapus kekerasan terhadap perempuan. “Perempuan merasa gelisah, mereka yakin kekerasan terhadap perempuan itu banyak di indonesia, namun belum ada instansi atau lembaga yang memang fokus kesitu, untuk membantu para korban kekerasan ini. Jadi, kami sepakat mendiriakn lembaga yang fokus dalam penghapusan kekerasan terhadap perempuan,” ucap Niken Anggrek Wulan selaku staff Humas dan media di Rifka Annisa. Lembaga yang tumbuh besar di kota Pelajar (Yogyakarta) ini memiliki visi mewujudkan tatanan masyarakat yang adil gender yang tidak mentolerir kekerasan terhadap perempuan melalui prinsip keadilan sosial, kesadaran dan kepedulian, kemandirian, integritas yang baik dan memelihara kearifan lokal. Tidak hanya perempuan organisasi yang didirikan oleh enam wanita hebat ini juga menyediakan konseling bagi para laki-laki yang memiliki masalah. Rifka Annisa sendiri adalah lembaga yang berdiri sendiri dan tidak ada campur tangan pemerintah,
26
pendanaanya pun didapatkan dari hasil menjadi tamu undangan di acara-acara yang mesosialisasikan hal serupa. “Kita sering diundang oleh dinas atau lembaga lain. Sebagian uang kita gunakan untuk pendanaan korabn. Yang terpenting ke depan, dimana masyarakat itu berdaya, dengan penanganan sederhana. Pemerintah membantu untuk segi kesehatan. Jika itu tindak kekerasan, perawatan, visum, gratis. Kemudian ada juga itu dinas sosial yang membantu, misal butuh dukungan sosial” imbuh wanita yang sering disapa Niken ini. Niken juga menambahkan bahwa seharusnya wanita tidak melulu harus jadi ibu rumah tangga dan berdiam diri di rumah, wanita juga bisa berkarirer, toh itu tidak menyalahkan aturan agama selama profesinya halal. Wanita juga tidak selamanya harus menurut kepada lakilaki, semisal dalam keluarga suaminya kondisi fisiknya tidak memungkingkan untuk mencari nafkah, lalu kenapa sang istri dilarang bekerja? “Konstruksi gender yang dibakukan, menimbulkan orang kehilangan sisi manusiawinya, yang jadi maasalah adalah keharusan gender berpola, kayak perempuan harus dirumah” imbuhnya lagi. Niken berharap kedepannya semoga kekerasan terhadap perempuan dalam bentuk apa pun akan berkurang, begitu pula sebaliknya. Karena Niken percaya bahwa kodrat perempuan dan laki-laki memang beda, namun tidak ada salahnya jika saling menghormati dan tidak saling merendahkan. “Ini bukan soal persaingan, melainkan bagaimana seseorang dapat menghargai satu sama lain,” Tutup Niken. (Kiki, Kristi, Adi, Iga)
www.suarasikap.com
27
SIKAP | EDISI PEREMPUAN
AGAMA
Wanita Dalam Agama
W
Ilustrasi : religionnews.com
anita adalah sosok yang memiliki banyak definisi jika dipandang dari berbagai sisi. Peran wanita dalam segala aspek kehidupan di dunia sangat berpengaruh. Meski tak sedikit orang yang berpendapat bahwa dunia ini dibangun di atas tangan kaum pria, nyatanya, di balik kesuksesan mereka terdapat wanita-wanita hebat yang senantiasa mendukung. Wanita selalu dikaitkan pada suatu hal yang sangat berharga apabila mampu menjaga dirinya dan martabat keluarganya. Akan tetapi, keberadaan wanita pun tak serta merta tanpa aturan dan batasanbatasan. Dari dulu hingga kini, banyak nilai-nilai yang mengatur wanita tentang bagaimana mereka sebaiknya bertindak, berucap dan berperilaku. Nilai-nilai tersebut tak hanya pada aspek sosial, budaya, pendidikan namun tentunya juga agama. Garis-garis batas yang ditetapkan oleh nilai agama kerap menjadi isu yang selalu hangat untuk didiskusikan oleh kaum hawa. Tentunya, setiap agama memiliki batasan-batasan yang berbeda. Di Amerika Serikat misalnya, negara yang menganut liberalisme melihat garis-garis
batas agama jauh lebih tipis dibandingkan dengan Arab Saudi yang akan sangat terikat dengan hukum agama Islam. Begitu pula halnya dengan Indonesia, negara kepulauan yang memiliki beragam suku, ras, budaya dan agama. Berbagai adat istiadat, aturan-aturan yang berlaku, dan kemudian dianut oleh tiap-tiap masyarakat tak jarang membuat masalah baru. Negara Indonesia yang pernah mengalami masa penjajahan selama kurang lebih 350 tahun banyak mengadaptasi ajaran-ajaran negara Barat yakni bangsa Eropa khususnya Belanda. Tak sedikit tokoh-tokoh wanita Indonesia yang mampu berjuang demi kemerdekaan bangsa setelah banyak berbincang, berdiskusi dan menempuh pendidikan ala Barat. Pemikiran ala Barat itu pula lah yang melahirkan gerakan baru yakni feminisme. Feminisme, beranjak dari persepsi perempuan terhadap ketimpangan posisinya. Kini, gerakan feminisme dipandang sebagai gerakan dalam mendapatkan kesetaraan gender. Mereka yang menuntut kesetaraan tersebut ialah wanita-wanita yang telah sukses dalam karirnya dan
www.suarasikap.com
AGAMA
SIKAP | EDISI PEREMPUAN
berprestasi. Terlepas dari adanya gerakan feminisme, segala gerak-gerik, pikiran dan perasaan wanita menjadi suatu pembahasan yang menarik. Dalam ranah duniawi, berbagai agama tentunya pun memiliki kaidah yang mengatur tiap umatnya, khususnya wanita dalam menjalani kehidupannya. “Wanita karir dalam kacamata Islam, ya boleh-boleh saja, karena begini, saya melihat contoh empat wanita utama dalam Islam yakni ada Siti Khadijah, Siti Maryam, Fatimah dan Asiyah. Siti Khadijah itu istri Rasulullah, Fatimah putri kesayangan Rasulullah, Siti Maryam adalah ibu dari Nabi Isa AS, dan Asiyah istri dari Raja Fir’aun,” ujar Dewi Novianti, M.Si, salah seorang dosen wanita yang sudah 18 tahun mengajar di Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta. Dewi, yang juga tak pernah absen mengikuti pengajian di majelis ta’lim ini pun bercerita mengapa ia menjadikan keempat wanita tersebut sebagai teladan dan panutan. “Khadijah sendiri itu merupakan seorang wanita karir pada mulanya. Dia termasuk konglomerat kala itu. Martabatnya sangat tinggi dan juga seorang bangsawan. Ketika menikah dengan Rasul pun statusnya jauh lebih tinggi daripada Rasul. Rasul membebaskan apa yang Khadijah lakukan. Namun, Khadijah mampu menempatkan dirinya sebagai perempuan. Ia tidak merasa lebih dari suaminya. Bagi dia, seberapa hebatnya seorang istri, ia adalah pendamping suaminya, dan suaminya adalah amir atau pemimpin dalam keluarga sehingga Khadijah tetap tunduk kepada Rasul. Nah, saya mengacu pada Khadijah,” papar Dewi yang ditemui di ruangannya Rabu (5/4).
28
Lebih jauh, Dewi berkata bahwa bahwa Khadijah adalah wanita yang tangguh. Khadijah mampu berkarir meski memiliki enam anak. Walau Khadijah adalah orang terpadang, ia tidak sombong dan semua hartanya ia sumbangkan untuk kepentingan agama Islam. “Saya pun ingin seperti Khadijah. Di mana pun saya berada, berusaha untuk beramal sholeh, kemudian berdakwah semampu kita, paling tidak kita bisa memberikan teladan atau uswatun hasanah, contoh yang baik, dengan amal yang baik kepada lingkungan kita, sehingga lingkungan kita percaya bahwa inilah muslimah yang baik,” imbuh Dewi. Berbicara mengenai wanita tangguh, tentunya tidak terlepas dari kekerasan seksual yang marak terjadi belakangan ini. Ada beberapa faktor pemicu yang membuat kekerasan seksual ini terjadi, salah satunya adalah faktor penampilan wanita itu sendiri. Ketika dimintai penjelasan akan hal tersebut, Dewi pun menekankan pada pentingnya memiliki iman yang kuat. “Apakah iman hanya dalam hati? Itu tidak cukup. Kita juga harus tunjukkan melalui sikap dan perbuatan kita. Kita bisa tunjukkan dengan penampilan kita yang syar’i. Tertutup saja tidak cukup. Secara fiqih, aurat perempuan pertama, tentunya harus tertutup semuanya kecuali wajah dan telapak tangan. Kemudian, tidak membentuk tubuh, tidak tembus pandang dan longgar,” jelas Dewi mengenai bagaimana wanita muslimah seharusnya menutup aurat demi membentengi diri dari hal-hal yang merugikan. Sementara itu, dalam prespektif agama lain menjelaskan bahwa wanita memiliki keistemewan dalam segi peran maupun penampilannya, sehingga
www.suarasikap.com
AGAMA
SIKAP | EDISI PEREMPUAN
banyak sekali aturan atau arahan tentang bagaimana wanita bisa memiliki citra yang baik. Seperti dalam artikel katolitas. org yang berjudul tentang Martabat, Panggilan dan Gaya Hidup Wanita Kristen. Situs yang berbasis agama kristen ini menjelaskan bahwa wanita Kristen harus bijaksana dalam berbagai hal termasuk dalam persoalan berbusana. Artikel ini tentunya mengutip berbagai isi Alkitab yang menyangkut tentang peranan perempuan, mulai dari kedudukkannya hingga penampilannya. Seperti pada umumnya, dalam agama Katolik sendiri wanita dianjurkan untuk menjauhi pergaulan bebas serta halhal yang berkaitan dengan hawa nafsu senada dengan apa yang tertera dalam surat Roma 13:13 dan Korintus 6:18 yang berisi “Hidup dengan sopan, melakukan hal-hal terhormat, menjauhkan diri dari pesta pora, kemabukan, percabulan, dan hawa nafsu” dan “Jauhkan dirimu dari percabulan! Setiap dosa lain yang dilakukan manusia, terjadi di luar dirinya. Tetapi orang yang melakukan percabulan berdosa terhadap dirinya sendiri”. Dalam hal gaya berpakaian dan penampilan, Alkitab menekankan pentingnya kecantikan batiniah (inner beauty) dan berpakaian dengan sopan. Kecantikan luar dan penampilan yang indah dinilai sebagai karunia dari Tuhan. Hal tersebut berdasarkan 2 Korintus 4:16-18 “Sebab itu kami tidak tawar hati, meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari” dan 1 Petrus 3:3-4 “Perhiasanmu janganlah secara lahiriah, yaitu mengepang-ngepang rambut, memakai perhiasan emas atau mengenakan pakaian yang indah-indah,
tetapi perhiasanmu ialah manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga dimata Allah”. Seorang wanita harus memilih perhiasan dan gaya berpakaian secara bijaksana. Di samping itu, Dewi juga menambahkan kiat-kiat apa saja yang sekiranya mampu membentengi wanita dari tindakan-tindakan kekerasan seksualitas. Selain iman, wanita juga harus berilmu, senantiasa beribadah, dan mengamalkan perbuatan sholihah. Tidak berikhtilat yakni bercampur baur antara wanita dan pria dalam suatu aktivitas bersama, dan tidak berkhalwat yaitu menyendiri atau menyepi yang dilakukan seorang pria dengan seorang wanita yang bukan mahram tanpa ada perantara. (Akbar, Fairiza, Marcelina)
“
Seorang wanita harus memilih perhiasan dan gaya berpakaian secara bijaksana.
www.suarasikap.com
“
29
SERBA-SERBI
SIKAP | EDISI PEREMPUAN
30
Cantik Berbagai Sisi 21 April diperingati sebagai Hari Kartini merupakan salah satu tonggak perjuangan RA Kartini dalam memperjuangkan hak wanita. Kartini, tokoh emansipasi wanita dan dianggap sebagai pelopor gerakan feminisme di tanah air membuat cara pandang tentang wanita berubah pada masa itu. Dengan kecerdasan, kegigihan dan keuletannya membuat Ia dikagumi orang banyak. Hal ini yang membuat Kartini dinilai tepat untuk menjadi panutan kaum wanita Indonesia. Selain dinilai cerdas, banyak yang mengagumi Kartini atas daya tarik yang ia miliki yaitu kecantikan yang ia punya. “Cantik”, kata yang dipakai orang umum untuk menilai seseorang bahkan terkadang suatu hal. Banyak orang berpikir cantik adalah seorang wanita yang berambut hitam, kulit putih, hidung mancung, hingga alis mata tebal. Itulah yang terkadang menjadi penyamarataan makna “Cantik”. Lalu, bagaimana jika setiap orang mendefinisikan makna cantik? Apakah ternyata berbeda? Atau sama? Berikut pendapat beberapa orang yang memiliki latar belakang berbeda saat menjawab makna cantik menurut mereka. Mempunyai akhlak dan pandai bersyukur Atlet Catur Porda 2015, Lintang Sae Martasari (21), pun juga menyangkal makna cantik tersebut terlihat hanya dari fisik. “Karena cantik itu akan terpancar dari dalam hati,” Jelasnya. Dara ini menuturkan menjadi seorang wanita sudah seharusnya dapat menjad dirinya sendiri. “Seorang wanita harus bisa membersihkan diri dan merawat apa yang diberikan oleh Allah kepada dirinya.” Cerdas, innernya keluar Penari Bali, Awalia Arkasi (24), menjelaskan bahwa penari harus cantik dimata penontonnya karena harus memiliki nilai estetika. “Makanya cantik fisik itu penting untuk seorang penari. Realitasnya kayak gitu,” Tuturnya. Namun, dalam pandangannya wanita tetaplah harus memiliki pribadi yang cerdas tidak hanya banyak bicara. “Aduuh..udahlah, meskipun bedaknya sekilo di pipi nggak akan ada cantik-cantiknya.” Jelas penari tersebut. www.suarasikap.com
31
SIKAP | EDISI PEREMPUAN
SERBA-SERBI
Sederhana, tidak diumbar-umbar Mahasiswa Ilmu Komunikasi UPN “Veteran” Yogyakarta, Parardya Catra (21), menjelaskan bahwa wanita yang cantik tidaklah berusaha untuk memperlihatkan kecantikannya. Tidak dapat dipungkiri, menurut mahasiswa satu ini cantik secara fisik terlihat pada pandangan pertama saat melihat wanita. “Suatu gabungan dari beberapa aspek seperti perilaku, akhlak, kecerdasan, dan yang terakhir adalah fisik.” Sangkalnya kembali. Mempunyai pendirian Polisi, Nendra Yoga Satrio (24), menurutnya wanita akan terlihat cantik saat ia bisa mengarahkan seorang pria. Wanita, baginya harus mempunyai pendirian sendiri tidak hanya menuruti apa yang dikatakan orang. “Ya, yang pertama diliat fisiknya. Tapi kan itu cuman kesan sesaat,” tuturnya mengenai kecantikan fisik wanita. Polisi tersebut menambahkan, “kecantikan akan terlihat jika kita kenal lebih dekat dan tahu bagaimana sifatnya.”
Baik hati Driver ojek online, Afi (35), menjelaskan baginya cantik bukan dilihat dari fisiknya. Wanita ini berpendapat, “kalau aku melihatnya, ya, dari dalem dirinya aja.” Sulit untuknya menjelaskan arti cantik sesungguhnya karena baginya tidak semua orang menilai cantik itu sama.
www.suarasikap.com
SERBA-SERBI
SIKAP | EDISI PEREMPUAN
32
Hakikatnya perangainya, kalau fisik itu preseptual Dosen Ilmu Komunikasi UPN “Veteran” Yogyakarta, Basuki Agus Suparno (45), menjelaskan cantik bisa dilihat melalui dua sisi yaitu secara fisik dan perangainya. Menurutnya, cantik secara fisik hanya akan menjadi penilaian pertama kali bagi seseorang. “Dalam keseharian itu (cantik) tidak bisa dimanipulasi,” ujarnya. Basuki menuturkan ketika berjalannya waktu penilaian cantik dapat bertambah atau justru berkurang. Perangai dalam interaksi yang lebih lanjut akan menentukan cantik tidaknya seseorang. Melakukan suatu hal dengan passion Penjual Makanan, Sugiyono (25), menuturkan bahwa cantik mampu menarik perhatian melalui penglihatan. Kekaguman secara fisik baginya tidak menutup kemungkinan untuk menilai seseorang itu cantik. Baginya, membahas nilai cantik untuk seseorang wanita tidak hanya itu. “Seseorang mampu mendalami, melakukan suatu hal sepenuh hati atau bahasa yang sering disebut adalah melakukan dengan passion.” Ujarnya.
Susah sekali mendefinisikan “Cantik” secara umum bukan? Bahasan cantik menunjukan kriteria setiap orang memang berbeda-beda. Tidak bisa digeneralisasikan secara fisik, namun justru banyak yang setuju memiliki kepribadian yang lembut dan hati nurani yang baik layaknya malaikat sering menjadi tolak ukur cantik. Menilai hal tersebut memang tidak akan menemukan titik temu, tetapi adanya perbedaan pandangan setiap orang akan memperluas wawasan sang pengamat untuk mendefinsikan cantik bagi dirinya sendiri. Kata-kata mutiara, “Don’t judge the book by it’s cover” bagaikan kunci pembuka sebuah peti harta karun yang tidak diketahui berharga atau tidak isinya. Jika telah membukanya, hati nuranilah yang akan menilai serta menuntun mulut berucap kata “Cantik”. (Farhan, Octarinda, Nugroho) www.suarasikap.com
SIKAP | EDISI PEREMPUAN
33
rya a K
gR n i la G :
BINGKAI
da n ifa
PEREMPUAN DALAM www.suarasikap.com
BINGKAI
SIKAP | EDISI PEREMPUAN
AN PU IA M ES RE ON PE ND I
BINGKAI FOTO www.suarasikap.com
34
35
SIKAP | EDISI PEREMPUAN
www.suarasikap.com
SIKAP | EDISI PEREMPUAN
www.suarasikap.com
36
37
SIKAP | EDISI PEREMPUAN
Ibu Kita Kartini Karangan / Ciptaan : W.R. Supratman
Ibu Kita Kartini Putri sejati Putri Indonesia Harum namanya Ibu kita Kartini Pendekar Bangsa Pendekar Kaumnya Untuk Merdeka Wahai Ibu Kita Kartini Putri yang mulia Sungguh besar cita-citanya Bagi Indonesia Ibu Kita Kartini Putri Jauhari Putri Yang Berjasa Se Indonesia Ibu kita Kartini Putri Yang Suci Putri Yang Merdeka Cita-citanya Wahai Ibu Kita Kartini Putri Yang Mulia Sungguh Besar Cita-Citanya Bagi Indonesia Ibu kita Kartini Pendekar bangsa Pendeka Kaum Ibu Se-Indonesia Ibu kita KartiniPenyuluh budi Penyuluh Bangsanya Karena Cintanya Wahai Ibu Kita Kartini Putri Yang Mulia Sungguh Besar Cita-Citanya Bagi Indonesia
Baca majalah SIKAP versi digital, di sini : www.suarasikap.com www.suarasikap.com