Bulletin Sikap Magz - Edisi 4

Page 1

APRIL 2016 | WWW.SUARASIKAP.COM

EDISI 4

Gersangnya Kampus Hijau

HIMAKOM LGBT KRISIS PEMIMPIN DALAM PANDANGAN

LIPUTAN UTAMA MELEMPEMNYA GERAKAN MAHASISWA

TERSESATNYA SANG INTELEKTUAL DALAM PERKEMBANGAN ZAMAN


EDITORIAL

Salam Redaksi Salam Pers Mahasiswa, Salam Intelektual.

Penanggung Jawab Subhan Afifi Pemimpin Umum I Ketut Sawitra Mustika Pemimpin Redaksi Syafiul Hadi Redaktur Pelaksana Ardhike I. Schmidt Riset Beny Prasetya Layouter Giffari Rifki Hidayat

Akan ada setiap perubahan yang untuk menuju sebuah kebaikan. Dengan merujuk kepada pers mahasiswa yang ideal, kami dari Sikap melakukan beberapa perubahan pada format terbitan kami untuk edisi kali ini. Terbitan Sikap edisi kali ini dari majalah mini bertransformasi ke bentuk buletin yang terbit satu kali setiap semester. Setelah beberapa waktu memilah tema dan menghabiskan pikiran yang dituangkan dalam tulisan, Sikap pada edisi buletin pertama terbit dengan mengangkat liputan utama tentang 'Gersangnya Kampus Hijau'. Kampus kita yang dikenal sebagai 'Kampus Hijau' kini semakin gersang akan hal-hal berbau intelektual. Dengan semboyan 'Widya Mwat Yasa' pada dasar disiplin, kejuangan, dan kreativitas, akankah intelektual kita dipertaruhkan dengan melihat kondisi kampus yang semakin hilang akalnya dari darah juang pergerakan. Bagaimana hal ini kami rangkum dalam dua liputan dan satu Tajuk rencana. Liputan utama kami juga didampingi oleh liputan lainnya tentang sekitaran kampus kita tercinta. Dengan konsep dan format baru, kami sebagai pers mahasiswa berusaha mengejar kesempurnaan pers mahasiswa guna menjaga arus informasi dan kegundahan agar tersampaikan dengan nyaman lagi berani.

Ilustrator Rahma Khairunnisa Reporter Kristi Utami Monica Simanjuntak Fariha Sulmaihati Jalu RD Rezza Maya Arina

Selamat membaca dan membolak-balik halaman.

1

Sudut Kota : LGBT Dalam Pandangan

2

Info Kampus : Kaderisasi Gagal, Antusias Rendah

4

Paguyuban : Komik, Komunitas Mahasiswa dalam Bergerak dan Kritis

6

Tajuk : Mahasiswa

Ilustrasi Cover Rahma Khairunnisa

8

Liputan Utama : Ternak yang Kurang Cambukan

Website WWW.SUARASIKAP.COM

10

Liputan Utama : Melempemnya Pergerakan Mahasiswa

Email suarasikap@gmail.com

12

Opini : Tersesatnya Sang Intelektual dalam Perkembangan Zaman

13

Sosok : Fera Nurficahyanti

15

Resensi : The 100-Year-Old Man Who Climbed Out of the Windows and Disappeared

17

Advertorial : Dari Hobi Menjadi Bisnis

18

Ruang : Tuan Semakin di Pojokan

Kontributor Aquido Adri Zakarial

Add LINE@ SIKAP


SUDUT KOTA

Edisi 5 | GERSANGNYA KAMPUS HIJAU

LGBT Dalam Pandangan jadi jika sudah memasuki ranah orientasi seksual. Dunia tradisional d a n d a l a m k o n t e k s keagamaan mengenal laki-laki tertarik dengan perempuan dan perempuan Ilustrasi demo tolak LGBT. Sumber : Google tertarik dengan laki-laki. Namun, embicaraan mengenai isu ketika ada laki-laki yang ketertarikan Lesbian, Gay, Biseksual dan seksualnya terhadap laki-laki pula Transgender (LGBT) memang atau perempuan tertarik pada tidak ada habisnya. Publik terbagi perempuan maka orientasi seksual menjadi dua pihak, yaitu pihak proLGBT dan pihak anti-LGBT. Akan t e r s e b u t a k a n d i a n g g a p t e t a p i , a p a s e b e n a r n y a LG BT menyimpang. Sehingga, tidak heran tersebut dan mengapa banyak apabila pernikahan sesama jenis ditentang di banyak negara, salah ditentang di berbagai belahan dunia, satunya Indonesia? Berikut adalah meski ada pula yang menyetujuinya hasil liputan reporter buletin Sikap dengan mengatasnamakan Hak bersama dengan Renate Arisugawa Asasi Manusia (HAM).

P

dari Lembaga Swadaya Masyarakat People Like Us Satu Hati (LSM PLUSH). “Pandangan publik itu seperti bilangan biner, hanya ada dua,” buka perempuan yang kerap disapa Rena ini. Maksud dari pandangan biner tersebut mengacu pada jenis kelamin, ekspresi gender dan orientasi seksual. Jenis kelamin yang banyak dikenal tentu perempuan dan laki-laki, tidak ada istilah wadam, waria, banci dan lain sebagainya. Begitu pula dengan ekspresi gender. Jika laki-laki maka harus telihat maskulin dan perempuan feminin, bukan laki-laki feminin dan perempuan maskulin. “Dari sini sudah mulai ada diskriminasi. Jika ayah mengetahui anak perempuannya lebih maskulin, bisa mengerjakan pekerjaan lakilaki, maka apresiasinya lebih tinggi,” tambahnya. Kebalikan dengan anak laki-laki yang cenderung feminin, maka apresiasinya lebih rendah. Diskriminasi ini akan menjadi-

Diskriminasi Tak Manusiawi Dalam prakteknya, perlakuan yang diterima terhadap mereka yang dikatakan LGBT bahkan memasuki ranah kerja, misal kelompok waria dan transgender yang kerap ditolak untuk mengisi lowongan pekerjaan di sektor formal seperti pegawai negeri atau pekerja swasta. Mereka ditolak untuk bekerja di kantor bukan karena alasan kapasitas atau kemampuannya, tetapi lebih pada penampilan yang dianggap “tidak sesuai” dengan jenis kelamin yang dimilikinya sehingga dianggap tidak pantas bekerja di kantor. Tidak hanya itu, sektor-sektor lain seperti kesehatan dan media juga mendapat perlakuan yang sama bahwa siapa yang memiliki predikat LGBT dianggap layak mendapat cemoohan. “Coba sekarang kita lihat media-media. Banyak yang tidak paham apa itu LGBT namun menyebarkan kebencian,” tambah Renate. Ia

menunjukkan bahwa media-media cetak yang menginginkan LGBT enyah dari Indonesia menggunakan kata-kata yang dapat dianggap menyinggung. Kebanyakan orang melihat bahwa mereka yang tergolong LGBT adalah mereka yang berpenampilan tidak sewajarnya dalam pola hidup masyarakat pada umumnya. Contoh saja, ketika seorang lelaki mengenakan pakaian dengan warna dasar pink ia dicurigai sebagai waria ataupun gay. Ada pula contoh lain seseorang perempuan memiliki model potong rambut pendek dan berpakaian seperti lelaki pada umumnya. Ia dituduh sebagai pecinta sesama jenis. Dalam realitanya penilaian ini terlalu dangkal untuk menyatakan benar tidaknya seseorang termasuk dalam golongan kaum LGBT. Ketika orang telah dicap t e r g o l o n g d a l a m k a u m LG B T biasanya dia akan dijauhi dan bahkan mengalami berbagai bentuk diskriminasi serta berujung kekerasan lainnya. Pemikiran atau pemahaman masyarakat yang seperti ini hendaknya dihindari, sebab dapat menimbulkan berbagai efek negatif dalam kehidupan bermasyarakat. Sebagai makhluk sosial, masyarakat hendaknya tidak menjaga jarak dan tetap berlaku adil terhadap kaum LGBT. Kaum LGBT bukanlah monster yang harus ditakuti dan dibuang dari masyarakat. Mereka adalah kaum yang perlu diperhatikan dan dibina secara seksama dengan sungguhsungguh. Setiap orang memiliki hak untuk dihormati dan dihargai, tak terkecuali kaum LGBT. (Ardhike/Monica/Jalu)

w w w . s u a r a s i k a p . c o m

1


INFO KAMPUS

Edisi 5 | GERSANGNYA KAMPUS HIJAU

Kaderisasi Gagal, Antusias Rendah Himakom Krisis Pemimpin

Para anggota Himakom sedang berembug sebelum acara mubes berlangsung.

M

usyawarah besar (Mubes) Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi (Himakom) tahun 2016 sempat beberapa kali ditunda lantaran belum ada calon ketua yang m e m e n u h i s y a r a t . Ke g a g a l a n kaderisasi diduga menjadi penyebab utama tidak adanya calon. Kaderisasi merupakan salah satu hal terpenting untuk melanjutkan sebuah organisasi. H i m a k o m s e b a g a i O rg a n i s a s i Kemahasiswaan (OK) tertinggi di Prodi Ilmu Komunikasi kurang maksimal dalam melakukan

kaderisasi. Hal ini dilatarbelakangi oleh beberapa hal, antara lain menurunnya minat mahasiswa dalam mengikuti organisasi kemahasiswaan. Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi, Subhan Afifi mengatakan bahwa menurunnya jumlah mahasiswa yang ikut OK seharusnya bisa menjadi tantangan untuk berpikir lebih kreatif agar minat mahasiswa mengikuti OK meningkat. Subhan Afifi juga menjeaskan bahwa Himakom memiliki banyak PR untuk membenahi dirinya agar semakin

diminati. “Mulai dari urusan internal dan eksternal, kedisiplinan, susunan kerja, intinya Himakom harus tetap dalam koridor peraturan universitas,” tambahnya. Tahun 2016 merupakan giliran angkatan 2013 untuk memegang tahta tertinggi di Himakom, tetapi minat dan antusias mahasiswa angkatan 2013 sangat minim. Dari sekitar 300 mahasiswa angkatan 2013, tidak lebih dari 30 orang yang aktif mengikuti OK. Dari 30 orang tersebut hanya satu orang yang aktif tergabung dalam Himakom. Minimnya minat mahasiswa untuk

w w w . s u a r a s i k a p . c o m

2


INFO KAMPUS

Edisi 5 | GERSANGNYA KAMPUS HIJAU

mengikuti organisasi terjadi karena adanya pemikiran bahwa berorganisasi adalah hal yang kurang penting. “Bagaimana ya, anggapan mahasiswa zaman sekarang berorganisasi itu tidak penting. Yang penting mereka lulus cepat dan nilainya bagus,” ungkap Aurellius Abel salah satu mahasiswa angkatan 2013. Sebaliknya, Debby Hartiani mahasiswa komunikasi angkatan 2013 memandang berorganisasi itu penting. Debby mengungkapkan bahwa alangkah baiknya lagi apabila seorang organisator tidak melupakan kewajibannya untuk b e l a j a r. “ B e r o r g a n i s a s i i t u sebenarnya penting. Tapi harus bisa juga membagi waktu,” ujarnya. Debby juga menambahkan dari pengalaman, banyak temannya yang keteteran akibat terlalu fokus terhadap organisasi dan lupa dengan kuliah. “Intinya harus pandai manajemen waktu dan manajemen diri. Organisasinya bagus, nilai kuliahnya juga bagus,” pungkasnya. Antusias mahasiswa yang rendah terhadap organisasi membuat kaderisasi sulit dilakukan. UPN Veteran Yogyakarta memiliki banyak OK yang bergerak dalam b i d a n g k a r ya m a u p u n b i d a n g eksekutif , tentu saja dapat mewadahi minat dan bakat mahasiswa. Sosialisasi, expo organisasi dan open recruitment organisasi telah dilakukan oleh

pihak OK yang bekerjasama dengan pihak universitas tetapi antusias mahasiswa masih saja rendah. Masalah lain yang dapat langsung dilihat adalah kurangnya waktu sosialisasi dan singkatnya waktu pendaftaran. Ketua Panitia Pemilihan Independen Komunikasi (PPIKOM), Arkhanudin Nurrohman yang memaparkan bahwa PPIKOM melakukan sosisalisasi melalui media sosial dan memberikan waktu dua hari untuk pendaftaran. Pada tanggal 27 Februari 2016 diadakan Mubes Himakom. Hari itu calon yang dibawa oleh Himakom tidak memenuhi persyaratan. Hingga mubes berakhir, forum belum bisa memutuskan siapakah ketua yang akan melanjutkan tonggak kepemimpinan Himakom. Dari mubes tersebut telah disepakati beberapa poin diantaranya angkatan 2013 sudah harus menyerahkan c a l o n n ya p a l i n g l a m b a t p a d a tanggal 3 Maret 2016 pukul 09.00 WIB, apabila tidak ada calon dari 2013 konsekuensinya 2014 lah yang akan memimpin. Hingga 3 maret 2016 tiba PPIKOM belum juga menerima calon dari 2013. Kala itu angkatan 2014 belum mengambil sikap terkait dengan lompat angkatan. “Perdebatan pada malam itu masih alot sehingga saya memutuskan untuk memakai mubes tanggal 5 maret untuk memastikan calon yang akan maju dalam pemilihan.” Terang

Ketua Himakom periode 2015, Kun Prayogie. Pada tanggal 10 Maret 2016 Himakom berhasil melaksanakan pemilu. Muhammad Khanif Panuntun Rizki keluar sebagai ketua terpilih periode ini karena unggul dari lawannya, Estevanus Junidio Samuel. Kedua Calon ketua Himakom ini berasal dari angkatan 2014. Mubes 13 Maret 2016 menerima Khanif sebagai ketua periode 2016. Harapannya sebagai ketua yang baru adalah ingin membuat kaderisasi di Himakom lebih baik. “Visi saya ingin memperbaiki internal Himakom dan melaksanakan kaderisasi, karena kaderisasi itu penting,” terang Khanif saat ditemui setelah mubes tanggal 13 Maret berakhir. Khanif juga menyatakan bahwa i a a k a n m e n g a d a k a n Communication Study Camp (CSC) yang menurutnya adalah gerbang menuju organisasi di Ilmu Komunikasi. “Saya akan mengadakan CSC atau kegiatan penggantinya yang tujuannya sama yaitu kaderisasi,” Pungkasnya. Semoga ketua terpilih periode ini bisa membuat inovasi-inovasi terbaik sehingga dapat meningkatkan minat mahasiswa untuk bergabung dalam OK dan kaderisasi dapat terus dilakukan. (Kristi-Rezza)

AYO BERIKLAN DI

www.suarasikap.com

|

suarasikap@gmail.com

w w w . s u a r a s i k a p . c o m

3


PAGUYUBAN

Edisi 5 | GERSANGNYA KAMPUS HIJAU

Komik, Komunitas Mahasiswa dalam Bergerak dan Kritis 11 Tahun Berdiri, Komik Tetap Eksis

B

eranjak dari minimnya ruang diskusi, keresahan akan situasi yang adem ayem di tengah hingar bingarnya hedonisme, sekumpulan mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional (UPN) 'Veteran' Yogyakarta membentuk sebuah komunitas yang berlandaskan pada kritik dan semangat intelektual. Komunitas Mahasiswa Kritis (Komik) m e r u p a k a n o rg a n i s a s i e k s t r a kampus yang didirikan sejak 10 Desember 2004 hadir untuk

menjawab semua itu, di saat kampus UPN saat itu terkenal sebagai kampus dengan kegiatan pentas musik di setiap pekan dengan berbagai sponsor yang ada. Beberapa mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) serta Prodi Teknik Pertambangan mencanangkan dibentuknya komunitas ini. Mereka adalah Guntur Dwi Anggoro (Administrasi Bisnis 2004 - Hubungan International 2005), Bambang Prasojo Wicaksono (Administrasi Bisnis 2004), Lukman

Hakim (Teknik Pertambangan 2001), Hermawan Nugroho (Administrasi Bisnis 2004), Emanual Eduadro (Hubungan Internasional 2004), Renggo Putra W (Administrasi Bisnis 2 0 0 4 ) , M . Te n g k u Ta b r a n i (Administrasi Bisnis 2004), Andre P (Ilmu Komunikasi 2004), Andi Batur (Sosek 2003), M. Rizal (Sosek 2003). M e re k a m e r u p a k a n ke l o m p o k bermain yang saling berbagi bacaan, diskusi mengenai wacana kampus, lokal, nasional, hingga global dari berbagai kacamata multidisiplin

Komik sedang melakukan diskusi. Foto : Fariha

w w w . s u a r a s i k a p . c o m

4


PAGUYUBAN ilmu. Untuk pertama kalinya Komik menempati sekretariatan di Jl. Tambak bayan VII No.5 Catur Tunggal Depok Sleman. Melalui diskusi yang sangat masif akhirnya ditentukan Bambang Prasojo Wicaksono sebagai Koordinator Umum dan Hermawan Nugroho sebagai Sekretaris Jendral. Secara organisasi pada tanggal 15 Desember 2004 komunitas ini menciptakan gagasan dengan mendeklarasikan diri. Sejak deklarasi itu agenda digelar secara rutin baik diskusi secara sistematis terstruktur di sekretariatan, maupun di kampus. Walaupun setiap tahunnya Komik mengalami perubahan yang sangat pesat, namun tahun 2006 merupakan tahun keemasan dengan catatan perekrutan terbanyak sebagai kader. Komik melakukan proses pendidikan, kaderisasi, transformasi gagasan, perekrutan, artikulasi kepentingan, hingga terbentuklah berbagai kelompok studi, dan kelompok minat bakat. Kelompok tersebut diantaranya: Ranjau News (Lembaga Pers Mahasiswa), Gang Pitu (Kelompok Teater & Sastra), Koin (Kajian Organisasi Internasional), SKS (Sekolah Kader Sudirman), hingga FKPPIT (Forum Komunikasi Pemuda dan Pelajar Indonesia Timur). Tahun 2004 sampai dengan 2007 adalah tahun yang cukup membanggakan bagi Komik baik secara kualitas maupun kuantitas. Kemampuan analisis yang merata, kemampuan membaca yang matang, hingga kemampuan pengorganisiran yang tangguh menjadikan banyak kader mampu menempati ruang-ruang strategis yang ada di kampus seperti organisasi intra, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), dan Kelompok Studi Mahasiswa (KSM), bahkan sampai kedudukan komandan tingkat berhasil dikuasai. Tahun 2008 sampai dengan

Edisi 5 | GERSANGNYA KAMPUS HIJAU

2011 represifitas birokrasi semakin masif sehingga mampu membuat mahasiswa untuk berorganisasi ekstra. Namun, pemberlakuan presensi 75% dan jam malam cukup membentuk mahasiswa sebagai karakter kupu-kupu kertas (kuliah pulang-kuliah pulang kerjain tugas). Di sisi lain, pragmatis mahasiswa semangkin kentara. Kebanyakan enggan membaca buku, dan hanya menekuni tempat fotokopian yang merupakan kisi-kisi ujian. Mahasiswa tidak belajar secara utuh dan orientasinya bukan lagi pengetahuan tapi ke nilai akhir atau IPK. “Banyak dari kawan kawan yang kurang memperhatikan kampus sendiri. Seharusnya isu-isu kampus adalah bagian dominan dari mahasiswa untuk selalu diperjuangkan,” ungkap Ketua Umum Komik, Alfan Farhani. Beberapa kali berganti lokasi sekretariat, kini Komik memiliki sekretariat di Jl. Janti dan terbuka untuk siapa saja yang ingin b e r g a b u n g . Wa l a u p u n s e c a r a Anggaran Dasar Rumah Tangga (ADRT) merupakan ruang lingkup kampus dan prioritasnya adalah mahasiswa UPN 'Veteran' Yogyakarta, namun tidak menutup kemungkinan untuk siapapun yang ingin bergabung. Selain itu Komik mempunyai wadah yang lain seperti Forum Mahasiswa Yogyakrta (FMY) organiasi ekstra yang tergabung dari beberapa universitas di Yogyakarta. Aktivitas dalam Komik Dalam aktivitasnya, Komik melakukan diskusi yang membahas mengenai sejarah, buku ataupun film. Diskusi biasa dilakukan empat kali dalam seminggu. Walaupun beberapa kali mendatangkan pembicara dalam ruang diskusinya, anggota Komik harus dibiasakan membaca referensi terlebih dahulu agar dapat memahami materi untuk dipersentasikan atau menjadi fasilitator dalam diskusi. Tujuan

utama Komik yaitu belajar bersamasama, saling bertukar ilmu dan wawasan. “Kita mendorong orangorang yang masuk komik untuk mengembangkan minatnya masingmasing,” ujar Koordinator Divisi Pendidikan Komik, Porkarius Mahi belum lama ini. Komik juga melakukan pelatihan-pelatihan untuk anggotanya yang tidak jauh mengenai pergerakan mahasiswa seperti analisis sosial, pergerakan mahasiswa, serta sejarah Indonesia. “Organisasi seperti Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) atau Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) sudah sepatutnya bersikap aktif dalam menghadapi masalah-masalah kampus bukan hanya menjadi event organizer karena kecendrungan saat ini seperti itu, dan banyaknya statement yang mengatakan bahwa BEM atau HMJ yang bagus adalah yang membuat konser dan bisa mengundang artis, sedangkan masalah kampus acuh tak acuh,” pungkas Koordinator Divisi Aditasi dan Propaganda Komik, Rianzard Ritonga. Komunitas ini mengkaji suatu masalah secara luas dari berbagai sudut pandang, mengajarkan bagaimana kita membentuk suatu pandangan dalam menanggapi isu yang ada di dalam masyarakat. Banyak lulusan Komik yang saat ini telah menduduki berbagai jabatan strategis, menjadi pengusaha, dosen/akademisi, peneliti, hingga staf ahli di ruang-ruang strategis dan beberapa profesi lain. “Kami punya satu semboyan bahwa berpisah kita membangun, berkumpul kita memukul,” tutur Renggo Putra. Renggo juga menambahkan bahwa ke depannya semoga Komik terus ada sebagai ruang kaderisasi, transformasi gagasan, pengembangan skill, dan pengkayaan wacana di tengah keringnya organisasi kampus yang hanya sekadar aktivisme belaka. (Fariha Sulmaihati)

Baca majalah SIKAP versi digital, disini : www.suarasikap.com w w w . s u a r a s i k a p . c o m

5


TAJUK

Edisi 5 | GERSANGNYA KAMPUS HIJAU

Mahasiswa

Ilustrasi. Sumber : www.si-pedia.com

M

ahasiswa adalah sebuah lapisan masyarakat terdidik yang menikmati kesempatan mengeyam pendidikan di perguruan tinggi. Sesuai dengan perkembangan usianya yang secara emosional sedang bergejolak menuju kematangan dan berproses menemukan jati diri, dan sebagai sebuah lapisan masyarakat yang belum banyak dicemari kepentingan-kepentingan praktis dan pragmatis, alam pikiran mahasiswa berorientasi pada nilainilai ideal dan kebenaran. Karena orientasi idealis dan pembelaannya pada kebenaran, sebagian ahli memasukkannya ke dalam kelompok cendikiawan. (Arief Budiman 1983: 150) Orientasi pada nilai-nilai ideal dan kebenaran membuat mahasiswa peka dan peduli terhadap persoalan-persoalan di lingkungannya terutama yang menyangkut bentuk-bentuk pelanggaran dan penyelewengan. Kepedulian itu diekspresikan dalam bentuk-bentuk protes, menggugat hingga demonstrasi. Kondisi pergerakan mahasiswa yang akarnya adalah kegiatan intelektual hari ini terasa tumpul dan

menggemaskan. Disebut menggemaskan karena praktiknya bersifat sangat cair, bergantung tren, dan diekspresikan dengan cara yang asyik dan gaul: membuat petisi online, sebar isu via portal, copypaste status teman dan disebar via grup chatting, dan lainnya. Barangkali, itulah yang disebut dengan generasi Android, teknologi ponsel cerdas yang multitasking. Dalam buku Lubang Hitam Kebudayaan, Hikmat Darmawan mengatakan bahwa kaum intelektual, khususnya mahasiswa di era pasca Orde Baru adalah generasi multitasking: menolak pilihan-pilihan terbatas (memilih satu hal yang berarti menolak hal lainnya), serta memiliki kepedulian terhadap penderitaan masyarakat. Tapi, masih perlu diuji kesungguhan perjuangannya. (Filosofi Keberpihakan dan Generasi Android, K . Y. K a r n a n t a , J a w a P o s , 06/04/2016) Disebut tumpul karena dalam era reformasi, sifat gerakan mahasiswa relatif berubah dari “konflik vertikal” yaitu mahasiswa vis a vis represi negara ke “konflik horizontal” antara kelompok mahasiswa sendiri. Ketika

kekuasaan otoriter sudah tumbang, tantangan-tantangan luar dan koersi sosial politik negara berkurang, gerakan mahasiswa pun melunak. Walaupun agenda reformasi masih belum selesai, tantangan mereka pun berubah bukan lagi tantangan-tantangan eksternal negara melainkan bergeser menjadi konflik internal antar mereka sendiri. Dalam banyak hal, konflik mahasiswa telah bergeser ke orientasi primordial, kelompok dan golongan serta kepentingan-kepentingan praktis lainnya. Hal-hal di atas yang seperti di atas itu terjadi karena tidak ditemukannya “media konflik” yang lain atau common enemy, maka organisasi-organisasi dari lingkungannya sendiri menjadi media satu-satunya sebagai wadah agregasi politik yang kemudian memunculkan benturan kepentingan yang ironis bagi dunia kemahasiswaan. Orientasi pragmatis dan material juga telah menggiring banyak mahasiwa pada aktivitasaktivitas yang kurang relevansinya dengan kehidupan nyata, kurang peka dengan lingkungan sosial,

w w w . s u a r a s i k a p . c o m

6


TAJUK dengan nasib orang-orang lemah dan dengan kehidupan politik yang menghalalkan segala cara. Kebudayaan global dan pop culture di sisi lain sebagiannya telah menggiring orientasi dunia mahasiswa pada hal-hal yang bersifat selebritis, perayaan dan hura-hura. Aktivitas selebritis dan pop culture yang seharusnya dikritisi malah menguat seperti parade band, lomba nyanyi, pemilihan putri kampus, valentine day dan lainnya. Dunia mahasiswa sebagai kaum intelektual berubah jadi dunia ABG. (Gerakan Politik Mahasiswa Sebagai Moral Force, Moeflich Hasbullah) Mahasiswa saat ini juga lebih nyaman memilih pola pikir instan ketimbang rumusan programatik yang dianggap terlampau rumit dan bertele-tele. Maka wajar bila capaian gerakan mahasiswa hanya sebatas tujuan “antara”. Artinya, piawai menggoyang ataupun menurunkan sebuah rezim kuasa. Namun, tidak siap dengan grand design konsep restrukturisasi pasca runtuhnya rezim. Ada juga teori menarik yang

Edisi 5 | GERSANGNYA KAMPUS HIJAU

diutarakan Eko Prasetya -Aktivis Sosial Movement Institute (SMImengenai mandeknya pergerakan mahasiswa, menurutnya itu terjadi karena hampir semua kampus menerapkan sistem otoritarianisme terhadap mahasiswanya. Eko juga menambahkan kebanyakan kampus saat ini juga memiliki tipikal yang berbeda. Di antaranya, kampus dengan tipikal radikal progresif yang cenderung memberikan kebebasan bagi mahasiswa untuk melakukan gerakan dan kontrol. Selain itu juga ada kampus moderat liberal yang memberikan kebebasan tetapi juga menerapkan batasan. Tipikal terakhir adalah kampus konservatif reaksioner, yang mematikan semua gerakan mahasiswa. Yang disebut terakhir menurut Eko biasanya punya ciri-ciri kampus dekat dengan mall. Mahasiswanya rapi-rapi, rajinrajin. Bentukannya sama semua. Semoga saja kampus kita bukan tipe yang terakhir, semoga… Untuk mengembalikan mahasiswa kepada “habitat”-nya kembali sebagai agen perubahan

sosial politik, ada beberapa reorientasi yang harus dikembangkan, diantaranya adalah menyeimbangkan orientasi. Mahasiswa tidak harus meninggalkan orientasi keilmuan sebagai tugas utamanya. Tapi, konsern mahasiswa harus diperlebar tidak hanya berkutat pada orientasi perkuliahan dan keilmuan tapi pada orientasi lingkungan dan sosial sebagai tugas-tugas kecendekiaan dan intelektual. Dengan demikian, hasil studi akan menemukan aplikasinya dalam kehidupan dan keberadaan kampus akan lebih dirasakan manfaatnya oleh lingkungan sosial dan masyarakat. Mahasiswa juga harus memupuk idealisme, idealisme adalah modal utama mahasiswa. Mahasiswa tanpa idealisme sangat berbahaya. Ia akan tumbuh menjadi insan-insan pragmatis, generasi membebek yang tak punya greget, kreatifitas dan keberanian dalam hidupnya.

Ilustrasi Mahasiswa. Sumber : Google Images

w w w . s u a r a s i k a p . c o m

7


LIPUTAN UTAMA

Edisi 5 | GERSANGNYA KAMPUS HIJAU

Melempemnya Pergerakan Mahasiswa

Ilustrasi. Sumber : okezone.com

P

remis “Mahasiswa takut dosen, dosen takut pada dekan, dekan takut pada rektor, rektor takut pada presiden, presiden takut pada mahasiswa,” yang mengglorifikasi ruh gerakan mahasiswa, kini tak lebih sekadar nostalgia masa lalu, terlebih di Universitas Pembangunan Nasional (UPN) 'Veteran' Yogyakarta. Pada suatu malam di tanggal 7 Oktober 2015, secara sporadis tersebar pesan ke sebagian besar ponsel pintar (Smartphone) mahasiswa UPN. Isinya adalah tautan untuk mengakses petisi 'Transparansi Kampus dan Fasilitas yang Layak Bagi Mahasiswa di UPN "Veteran" Yogyakarta'. Petisi tersebut digagas Komunitas Mahasiswa Kritis (Komik) yang berbasis di Fakultas

Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) UPN, dan di tujukan bukan hanya kepada pihak rektorat, melainkan juga sampai ke pihak Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti). Tujuannya tentu saja sangat mulia, yaitu agar ter wujudnya transparansi tata kelola kampus, meliputi keuangan dan perumusan kebijakan yang ada di UPN, selain itu mereka juga menuntut perbaikan terhadap sarana dan prasarana yang mendukung aktivitas belajar dan kehidupan mahasiswa di kampus. Sayang seribu sayang, tuntutan tersebut tidak banyak membuahkan hasil. Memang tidak bisa dipungkiri setelah munculnya petisi tersebut dan disusul beberapa protes, seperti acara 'Koin Untuk Kampus' -yang satu ini digagas Badan Eksekutif

Mahasiswa (BEM) FISIPmenghasilkan kegiatan pengecatan ulang di beberapa titik kampus. Namun tuntutan utama mereka urung dipenuhi pihak birokrat. “Ketika ditanya perihal arah aliran dana, pihak kampus selalu menggunakan alasan bahwa itu masalah internal kampus. Tapi, BEM FISIP akan terus melakukan aksi serupa bersama Komik hingga mendapat respon dari pihak kampus,” ujar Ketua BEM FISIP periode 2015-2016, Dewa Mahendra Winata di penghujung tahun 2015. Keengganan pihak birokrat untuk memenuhi tuntutan mahasiswa -selain karena pihak kampus yang kurang memahami U n d a n g - U n d a n g Ke t e r b u k a a n Informasi Publik- juga disebabkan lemahnya daya tawar mahasiswa di

w w w . s u a r a s i k a p . c o m

8


LIPUTAN UTAMA

Edisi 5 | GERSANGNYA KAMPUS HIJAU

hadapan birokrat, seperti yang merupakan salah satunya yang kenyataannya,” pungkasnya. d i s a m p a i k a n P r e s i d e n B E M menolak aksi demo. Segendang sepenarian, Kepala Keluarga Mahasiswa (BEM KM), Aris Kami pun masuk ruang dekanat D i v i s i A d v o k a s i H i m p u n a n Ingasto ketika di temui SIKAP di k a r e n a m e m a n g K u n i n g i n Mahasiswa Hubungan Internasional sekretariat BEM KM (16/3). menyelesaikan beberapa urusan (Himahi), Cakra Eka Jhonatan juga “Intinya mahasiswa yang tetap administrasi tetapi sebelum itu kami m e n g a t a k a n b a h w a o r i e n t a s i h a r u s k i t a s a l a h k a n , k a r e n a melakukan sesi wawancara di h i m p u n a n m a h a s i s w a s u d a h mahasiswa yang terlalu apatis bawah guyuran pendingin ruangan berubah. Himpunan mahasiswa yang sehingga tidak punya bargaining dan sofa empuk yang tersedia di d u l u n y a m e w a d a h i a s p i r a s i position (daya tawar). Contohnya ruangan tersebut. Dengan ekspresi mahasiswa, kini menurutnya hanya saat Skep rektor turun, jarang ada wajah serius Kun mengatakan ingin memajukan jurusan masingprotes dari mahasiswa, kalau pun bahwa sebenarnya pihaknya bukan masing. Salah satunya dengan ada protes, mereka tidak tahu tidak mau ikut serta dalam aksi kegiatan yang berbau EO. Cakra caranya beraksi, misal ketika ribut- demo, tapi hanya melihat bahwa menambahkan bahwa sebenarnya ribut pelarangan malam keakraban b u d a y a d i U P N b e r b e d a d a n himpunan mahasiswa adalah wadah (makrab),” Keluh Aris. Kemudian memandang bahwa sekarang bukan paling efektif untuk melakukan kaderisasi karena langsung dengan beringas Aris menuduh jamannya lagi kritik secara keras. bersentuhan dengan masa. “Tapi Organisasi Kemahasiswaan (OK) “Sekarang saatnya bersatu buta akan gerakan dan miskin membuat acara yang bisa menarik sejauh ini pengkaderan di Himahi belum memasukkan pendidikan pengetahuan. Menurutnya yang politik,” tutup cakra ketika menjadi biang keladi adalah ditemui di sekretariat Himahi kurangnya ruang diskusi dan (21/03). terlalu takutnya mahasiswa ketika bicara aksi, malah Salah satu kelemahan tambahnya lagi ada sebagian organisasi kemahasiswaan di mahasiswa yang anti pati UPN adalah kurangnya -jika tidak dengan aksi. Intinya mahasiswa yang tetap harus m a u d i k a t a k a n t i d a k a d a pendidikan politik secara “Contohnya ketika rapat kita salahkan, karena mahasiswa berjenjang. Kader pun tidak pimpinan untuk menentukkan yang terlalu apatis sehingga tidak diarahkan untuk melakukan teknis aksi 'Delapan Tuntutan punya bargaining position (daya kegiatan membaca dan menulis Mahasiswa' (Dentum) gagal secara intensif. Penyakit ini menghasilkan keputusan karena tawar bukan hanya mewabahi akar rumput terlalu takut himpunan-himpunan mendapatkan sanksi yang akan mahasiswa, BEM KM pun tak menyebabkan program kerja luput. “Selain staf-staf di bawah terganggu atau di Drop Out (DO) yang kurang militan, yang akrab oleh kampus,” tambah Aris. dengan kegitan intelektual di Dentum sejatinya akan BEM KM tidak lebih dari 4 orang,” dilancarkan bertepatan dengan kata Aris. hari wisuda tanggal 17 oktober massa agar bisa memajukan 2015, namun urung terlaksana j u r u s a n , f a k u l t a s , m a u p u n Sementara itu Ketua Himpunan karena ada beberapa Himpunan universitas. Seperti acara seminar, Mahasiswa Administrasi Bisnis Mahasiswa Jurusan (HMJ) yang konser musik, ataupun bazzar. (Humanis), Deo Gloria Sianturi menolak aksi demo dan lebih Karena mahasiswa jaman sekarang mengeluhkan kurangnya kordinasi memilih jalur audiensi terlebih lebih cenderung memilih organisasi dari atas ke bawah dan setiap dahulu. berbasis karya yang outputnya bisa organisasi kemahasiswan seperti Tim SIKAP kemudian berusaha langsung dibanggakan dibanding berjalan sendiri-sendiri. “Mereka m e n c a r i k o n fi r m a s i t e n t a n g organisasi eksekutif (HMJ dan BEM. ( B E M K M . r e d ) j a r a n g mensosialisasikan kegelisahank e b e n a r a n i n i k e p a d a p a r a red),” tuturnya. pimpinan-pimpinan mahasiswa di Ketika lantas ditanya perihal kegelisahan mereka tentang kampus, FISIP. Ketika itu secara kebetulan perbedaaan mahasiswa dengan padahal mereka yang langsung kami bertemu dengan Kun Prayogi Event Organizing (EO) apa, Kun berhubungan dengan pihak rektorat,” Herlambang di depan ruang Dekanat m e n j a w a b d e n g a n e n t e n g . tambahnya. (Sawitra) FISIP, Kun -begitu sering ia disapa- “Himpunan memang lebih fokus merupakan mantan ketua Himpunan untuk berkreatifitas. Kalau di bilang M a h a s i s w a I l m u k o m u n i k a s i kami kayak EO, ya memang begitu (Himakom) periode 2015-2016 dan

w w w . s u a r a s i k a p . c o m

9


LIPUTAN UTAMA

Edisi 5 | GERSANGNYA KAMPUS HIJAU

Ternak yang Kurang Cambukan

Ilustrasi. Sumber : okezone.com

Bukankah tidak ada yang lebih suci bagi seorang pemuda dari pada membela kepentingan bangsanya ? Kalian pemuda, kalau kalian tidak punya keberanian, sama saja dengan ternak karena fungsi hidupnya hanya beternak diri.” Dengan mengutip Pramoedya Ananta Toer -salah satu sastrawan paling agung yang pernah dilahirkan negeri ini- Renggo Darsono mengekspresikan kegelisahannya melihat keadaan mahasiswa kini yang kurang mau berpikir rumit dan terlibat pengembangan gagasan baru. “Mahasiswa sekarang kebanyakan tidak punya gagasan yang jelas tentang masa depan bangsa. Saya sering ber temu mahasiswa dan bertanya, kalian mau ngapain sebenarnya? Mereka jawab 'ingin melawan apatisme' tapi ketika ditanya caranya, mereka bingung,” terang Renggo dengan kalem persis seperti pembawaanya

yang tak kalah tenang. Renggo adalah mantan Gubernur Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ilmu Soial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Pembangunan Nasional (UPN) 'Veteran' Yogyakarta periode 2007-2008, diwawancarai SIKAP di sebuah cafe (31/03) di bilangan Wahid Hasyim yang juga kebetulan dikelola oleh dia sendiri. Renggo menggunakan kemeja lengan pendek berwarna gelap dipadu dengan celana jeans yang berwarna senada. Perawakannya kurus, kulitnya sawo matang seperti kebanyakan orang Indonesia pada umumnya. Penampilannya tidak bisa dikatakan gagah layaknya seorang aktor Hollywood, namun saat kata-kata mulai berhamburan keluar dari mulutnya, orang yang mendengar akan mudah terbawa arus. Dengan tutur kata yang tersusun rapi, Renggo

menambahkan bahwa sudah seharusnya gagasan besar tentang masa depan Indonesia ada di pundak mahasiswa kemudian baru di implementasikan ke hal-hal yang lebih kecil. Perubahan itu hanya bisa dilakukan oleh kelas menengah menurutnya dan mahasiswa juga merupakan kelas menengah, oleh karena itu mahasiswa punya peluang untuk merubah keadaan. “Tapi sayang mahasiswa di UPN belum seperti itu, contohnya saja BEM KM masih gagal membangun gagasan besar terkait proyeksi kaderisasi atau mencari cara agar punya posisi yang setara dengan birokrasi,” tambah Renggo. Ta k m a u t e r u s m e n e r u s mengkambinghitamkan mahasiswa -mungkin bijaknya memang seperti itu- Renggo berusaha memaparkan pandangannya tentang permaslahan ini. Menurutnya yang mungkin menjadi salah satu penyebab utama mandeknya muda-

w w w . s u a r a s i k a p . c o m

10


LIPUTAN UTAMA

mudi masa kini adalah represifitas kampus yang seakan ingin memprogram mahasiswamahasiswa menjadi seonggok daging pandai yang patuh, dengan berbagai macam bentuk pelarangan dari kampus. Beredar banyak rumor bahwa dulu kala saat dekade awal 2000-an, UPN 'Veteran' Yogyakarta punya aura intelektualitas yang sedikit lebih dinamis daripada saat ini. Dahulu katanya begitu banyak diskusi informal di Lobby Gedung Agus Salim. Bedah buku seperti menjadi rutinitas bagi sebagian besar mahasiswa, bedah film seakan menjadi tuntutan, pelatihan menulis seakan menjadi kewajiban, aksi masa adalah jawaban ketika kebijakan tidak pro mahasiswa dan kampanye persuasif terdengar dimana-mana tatkala berlangsung pemilu raya. Semua mulai berubah menjelang pergantian dekade, selain karena memang dunia di luar sana terus berubah tanpa peduli dengan kehendak kita, kebijakan kampus juga turut dianggap punya andil atas keadaan yang kita temui di kampus kita kini. Menurut Renggo pemberlakuan jam malam, kebijakan presensi 75% dan setiap kegiatan di Lobby Gedung Agus Salim harus meminta ijin ke pihak dekanat membuat kegiatankegiatan mahasiswa jadi berkurang. “Padahal sebelumnya bebas-bebas saja dan lobby adalah pusat kegiatan mahasiswa, mulai dari diskusi sampai bedah buku ketika itu,” jelas Renggo. Refresifitas kampus semakin menjadi-jadi menurut Renggo ketika mahasiswa FISIP melakukan aksi masa menuntut agar ada ujian susulan bagi mahasiswamahasiswa yang tidak bisa mengikuti ujian karena presensi yang tidak memenuhi syarat. Hal tersebut bukan karena malasnya mahasiswa mengikuti kegiatan perkuliahan, akan tetapi banyak dosen yang tetap menghitung

Edisi 5 | GERSANGNYA KAMPUS HIJAU

mahasiswa tidak masuk saat ada pergantian jadwal. “Setelah aksi advokasi itu, dana kemahasiswaan untuk FISIP dibekukan sementara, berbagai kegiatan yang sudah kami rencanakan akhirnya batal direalisasikan dan akhirnya kami bikin kegiatan berbiaya rendah kayak diskusi dengan meminjam laboratorium KOIN tapi tanpa m e n ye d i a k a n k o n s u m s i s a m a sekali,” ungkap Renggo. Ia juga memperjelas bahwa inti dari hal tersebut adalah dengan berbagai bentuk pengekangan-pengekangan itu banyak mahasiswa yang pada akhirnya memilih untuk aktif di luar kampus.

“ FISIP dipenuhi tipe-tipe anak mami yang cenderung kurang mau berpikir berat dan manja. Bukan menyalahkan pola asuh anak, hanya saja anak-anak zaman sekarang cambukkan mentalnya kurang,

” Terkait dengan refresifitas kampus bagi Gubernur BEM FISIP periode 2010-2011, Masenda Marapi, bukanlah alasan lemahnya pergerakan mahasiswa di UPN. Menurutnya birokrasi memang sejak dulu seperti itu dan mahasiswa tidak boleh menyerah begitu saja. Dia menekankan yang menjadi masalah bagi Organisasi Kemahasiswaan adalah kaderisasi yang buruk, sistem rekruitmen yang terlalu longgar dan kurang paham fungsi organisasi kemahasiswaan itu sebagai apa. Masenda juga menambahkan bahwa program-program organisasi yang ada di UPN kurang jelas, akibatnya OK susah menjaring masa. “BEM FISIP contohnya, mereka kurang turun mencari masa. Mereka ingin (BEM. red) dihormati tapi programnya kurang jelas,”

terang Masenda dengan nada suara yang parau. Sementara Wakil Dekan 1 FISIP UPN 'Veteran' Yogyakarta, Machya Astuti Dewi, yang ditemui di ruang kerjanya (31/03) di lantai 2 Gedung Agus Salim setuju bahwa tradisi intelektual di UPN, khususnya di FISIP mengalami penurunan dratis ketimbang dekade awal 2000-an. Machya tidak mau mengatakan mahasiswa sepenuhnya apatis, hanya saja dia melihat mahasiswa sekarang lebih asyik di organisasi yang berbasis karya semacam Kelompok Studi Mahasiswa (KSM) atau Unit Kegiatan Mahasiswa ( U K M ) d a n ke g i a t a n n ya t i d a k terlihat. Terkait dengan pembelengguan kampus terhadap mahasiswa yang dianggap menjadi salah satu biang kerok mandeknya kehidupan intelektualitas dan pergerakan di kampus kita, Machya tidak sepakat dan mengganggap bahwa argumen tersebut hanya kekhwatiran mahasiswa-mahasiswa yang kurang pandai membagi waktu. “Menjadi mahasiswa yang aktif di OK tidak selalu harus mengabaikan kuliah, sebaliknya juga mahasiswa pintar yang rajin kuliah, tidak lalu mengabaikan organisasi. Karena dua hal ini saling berpengaruh,” terang Machya. Machya malah punya teori berbeda menanggapi fenomena ini. Menurutnya mungkin yang menjadi penyebab adalah tantangan hidup yang sudah berubah, dulu banyak orang untuk kuliah saja sulit tapi sekarang mahasiswa FISIP kebanyakan dari keluarga kelas menengah atau menengah ke atas dengan fasilitas yang kadang lebih dari cukup. “FISIP dipenuhi tipe-tipe anak mami yang cenderung kurang mau berpikir berat dan manja. Bukan menyalahkan pola asuh anak, hanya saja anak-anak zaman sekarang cambukkan mentalnya kurang,” ungkapnya sembari mengakhiri sesi wawancara. (Sawitra)

w w w . s u a r a s i k a p . c o m

11


OPINI

Edisi 5 | GERSANGNYA KAMPUS HIJAU

Tersesatnya Sang Intelektual dalam Perkembangan Zaman

Ilustrasi. Sumber : Google Images

B

udaya mahasiswa kontemporer tidak lagi m e n c e r m i n k a n intelektualnya sebagai nilai lebih yang dimiliki mahasiswa daripada pemuda lain yang tidak merasakan dunia pendidikan. Bahkan di satu sisi, pragmatisme yang menggerogoti organisasi kemahasiswaan berdampak luas terhadap karakter mahasiswa saat ini. Fenomena ini sangat jelas terlihat melalui kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan organisasi kemahasiswaan dan responnya dalam menghadapi birokrasi kampus. Mainstream Organisasi Kemahasiswaan (OK) saat ini sudah terjerumus ke dalam logika event organizer dan mengutamakan acara-acara besar yang sifatnya hiburan, tidak lagi mengutamakan sektor vital mahasiswa seperti pengembangan ilmu pengetahuan, hubungan mahasiswa-birokrasi, dan demokrasi dalam dinamika kampus. Saat berhadapan dengan birokrasi kampus, OK pun masih terlihat lemah, bahkan tidak mempunyai bargaining position

yang kuat dalam bernegosiasi dengan birokrasi kampus. Melihat keadaan seperti ini, maka patut u n t u k diper tanyakan kembali apa yang menjadi fungsi utama dibentuknya OK itu sendiri. EksklusiďŹ ta s berbagai OK di dalam kampus juga tak jarang menimbulkan konik horizontal yang menciptakan disintegrasi. Hal-hal seperti ini tidak seharusnya terjadi, mengingat sudah lemah dan tidak jelasnya posisi mahasiswa dalam politik kampus hari ini. Kita tak bisa menyalahkan sikap apatis mahasiswa dalam dinamika perkuliahan, bahkan mahasiswa sendiri tidak sadar akan kelas sosialnya. Secara langsung hal-hal seperti di atas ditimbulkan akibat kurangnya budaya intelektual yang itu mampu menyokong wacana dan mengakomodir berbagai permasalahan di dalam kampus, sampai kepada pergerakan m a h a s i s w a d a l a m m e m p e r j u a n g k a n h a k - h a k n ya secara utuh. Namun di zaman gadget ini mendengar kata buku, diskusi, atau kritik saja sudah membuat mahasiswa alergi, bahkan menjauh seolah ia tak memiliki kepentingan di dalamnya. Intelektualitas, berorganisasi, maupun belajar di luar kelas saat ini belum menjadi sebuah budaya bagi mahasiswa, padahal jelas itu menjadi suatu kebutuhan utama mahasiswa. Dalam hal ini OK

menjadi garda terdepan dalam mewadahi mahasiswa untuk meningkatkan kapasitas wacana maupun memperjuangkan hak-hak mahasiswa di kampus. Namun tidak menutup kemungkinan dengan hadirnya kelompok-kelompok studi independen dan organisasi ekstrakampus memperkuat konsolidasi pergerakan mahasiswa, agar terjadi lingkungan yang dialektis dalam merumuskan strategi dan praksis pergerakan. Perlu dicatat bahwa tak akan ada pergerakan yang berhasil tanpa partisipasi mahasiswa di dalamnya. Artinya OK hanya menjadi representatif dari kepentingan mahasiswa, tapi mahasiswa sendirilah yang harus sadar akan keadaan sosialnya, karena kelak mahasiswa akan terjun ke masyarakat. Bagaimana mahasiswa bisa mengembangkan masyarakat yang mayoritas berpendidikan rendah, apabila sifat intelektualitas dan partisipasi m a h a s i s w a d a l a m mengejawantahkan nilai demokrasi di dalam kampus masih terabaikan. Bukan hendak menolak dan mengkambinghitamkan perkembangan zaman yang selalu dijadikan alibi bagi degradasi mental dan intelektualitas mahasiswa, namun seharusnya dengan peradaban yang terus berkembang ini mahasiswa mampu memanfaatkannya sebagai sarana alternatif dalam meningkatkan budaya intelektualitas dan merevitalisasi pergerakan mahasiswa.

Oleh : Rianzard Ritonga Ketua KSM Laboratorium Pertahanan dan Keamanan

w w w . s u a r a s i k a p . c o m

12


SOSOK

Edisi 5 | GERSANGNYA KAMPUS HIJAU

Fera Nurficahyanti B Fokus dalam Segala Hal BIODATA Nama :Fera Nurficahyani Tempat,Tanggal Lahir : Bantul, 12 Februari 1994 Hobi : Traveling Motto : Berani Bermimpi Besar, Fokus Dan Terus Berusaha Orang Tua : Ayah : Drs. H. Edy Bowo Nurcahyo, Ma Ibu : Dra. Hj. Sri Maryanti, Se Prestasi Juara 1 Putri Bantul 2011 Juara 1 Miss Shopie Area Yogyakarta Juara Favorite Miss Shopie Area Yogyakarta, Jawa Tengah Dan Jawa Timur Ambassador P2a Thailand Perwalian Upn Dalam D'catch Nanjing, China Founder Organisasi Mahasiswa Capacity Koordinator Event 107,8 Crast Fm

erani bermimpi besar, fokus dan terus berusaha menjadi pandangan hidup seorang Fera Nurficahyanti yang kerap disapa Fera. Perempuan yang pernah memenangkan ajang pemilihan Putra Putri Bantul menyingkap pengalamannya mengikuti kontes tersebut membuat gadis kelahiran 12 Februari 1994 ini memiliki kepercayaan diri yang tinggi serta relasi yang luas. Fokus menggeluti usaha bernama Elody Party Planner yang b e rg e r a k d a l a m b i d a n g eve n t organizer, Elody Party Planner milik Fera dan beberapa rekannya telah dikenal luas di Yogyakarta. Fera mengatakan bahwa dengan melihat acara wedding yang ada secara terus menerus, menjadikan ia termotivasi membuat event organizer yang berskala kecil. “Orang ulang tahunkan setiap bulan ada, setiap minggu ada, setiap hari ada,” ungkap mahasiswi Ilmu

w w w . s u a r a s i k a p . c o m

13


SOSOK Komunikasi Universitas Pembangunan Nasional (UPN) 'Veteran' Yogyakarta ini saat ditemui disela-sela kesibukannya menyelesaikan skripsi. Bersama dengan dua rekannya, Wa w a n M a h a s i s w a Te k n i k Pertambangan UPN dan Kiki di Seni Musik Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), mendirikan Elody Party Planner sejak 1,5 tahun yang lalu. Dengan menggabungkan skill yang dimiliki, sampai saat ini sudah banyak client menggunakan jasa party planner. Dengan mengusung konsep yang berbeda-beda sesuai dengan permintaan. “Besok tanggal 27 Maret Elody Party Planner mendapatkan job acara wedding di Bantul dengan 600 undangan jadi sekitar 1200 orang,” ucap Fera. Kendala dalam menjalani bisnis Elody Party Planner bagi Fera adalah kendala waktu. Saat banyak job, dan pada saat itu anak pertama dari dua bersaudara ini harus mengerjakan tugas kuliah. Pada saat itulah dirinya dan teman-teman mengatur strategi supaya tetap bertanggung jawab. “Kalau kita sudah bikin jadwal dari lama sama kerjaan, kita harus korbankan kuliah sebentar. Ditunda gitu, tapi kalau kita tahu ada jadwal kuliah, ya kita tidak bisa terima job itu,” ungkapnya. Dalam setiap usaha pasti akan menemui sebuah rintangan. Memilih untuk menghadapi rintangan atau menyerah adalah pilihan setiap pengusaha. “Pintar-pintar bagi waktu saja sih. Beruntungnya kita punya tiga orang tim inti jadi bisa saling ngecover tugas,” lanjutnya. Selain memiliki bisnis party planner, Fera juga menggeluti bidang catering dan juga fashion di Elody Fashion yang dirintis bersama sang adik. Dalam bisnis fashion Fera hanya membantu pada bagian pemasaran. Gadis yang memiliki hobi traveling ini memang memiliki cita-cita sebagai entrepreneur. Dari kepercayaan diri dan relasi yang luas, baru-baru ini Fera beserta Prama Yogi dan Annisa Herman H.S merintis organisasi pertama

Edisi 5 | GERSANGNYA KAMPUS HIJAU

konsentrasi Public Relations, Ilmu Komunikasi, UPN 'Veteran' Yogyakarta bernama Capacity. Organisasi ini diharapkan mampu menjadi wadah untuk m e n g e m b a n g k a n ke m a m p u a n mahasiswa dalam dunia Public Relations dan memperluas relasi profesional. Fokus kuliah menjadi tujuan utama dalam menjalani pendidikan S1 di Program Studi Ilmu Komunikasi. Sesibuk apapun kegiatan bisnis, kuliah tetap menjadi prioritas utama anak dari pasangan Edy Bowo dan Sri Maryanti. Menjadi perwakilan Indonesia dalam kegiatan Passage to Asean (P2A) di Thailand dan d'Catch di Nanjing China pun membuktikan keaktifannya dalam menjalani pendidikan. Orangtua sebagai inspirasi Bagi Fera, yang menjadi inspirasi dalam hidupnya hingga bisa sampai seperti sekarang ini adalah orang tuanya. Sosok ayah dianggap sebagai motivator dalam menjalani tantangan hidup, kisah dan perjuangan ayah yang tangguh menjadi pemacu mahasiswi dengan segudang prestasi ini dalam menjalani hidup. Lain dengan sang ayah, bagi Fera ibundanya merupakan sosok yang memberikan teladan dalam kesabaran. “Ibuku sabar sama semua orang. Bahkan kalau aku ada event sampai malam ibu akan tetap menunggu di ruang tamu sampai anak-anaknya pulang,” ungkapnya dengan tersenyum. Selain dukungan kedua orang, teman-teman baik pun menjadi sosok yang terus mendukung dan mendoakan Fera dalam menjalani segudang kegiatannya.

banyak teman dan dikenal sebagai sosok yang sangat ramah serta berprestasi. Medha Zeli merupakan salah satu teman yang mengenal Fera dengan baik. Medha berujar bahwa sosok fera yang dikenalnya adalah pribadi yang baik, asyik, dan tidak sombong. Bahkan menurut Medha, Fera sangat peduli terhadap s e k i t a r. “ K a l a u a d a t e m a n kesusahan dibantu. Kalau ada yang tidak tahu dikasih tahu. Kerenlah dan dia itu tidak pilih-pilih teman,” ungkapnya saat ditemui di Laboratorium Audio Visual Ilmu Komunikasi UPN 'Veteran' Yogyakarta. Selain itu Medha menambahkan dengan sering menjalani kegiatan bersama, Fera merupakan sosok teman yang sangat totalitas. Dengan kesibukan yang menumpuk, Fera dianggap mampu membagi waktu untuk kegiatan dan lomba. “Saat proyek d'CATCH dan membuat seminar, dia totalitas banget. Tidak mengeluh, jadi asyik kerja sama dia dan jadi partner yang menyenangkan,” lanjutnya. Yudha, mahasiswa konsentrasi Public Relations pun mengungkapkan hal yang sama tentang sosok Fera. “Fera itu orangnya baik, mudah bergaul, ramah, pekerja keras, dan punya tujuan yang jelas. Kalau menginginkan sesuatu harus dicapai terutama bidang pendidikan,” tuturnya belum lama ini. (Maya Arina)

PENGEN UPDATE BERITA TERBARU DARI ? Add LINE@ SIKAP

Di mata teman-teman Dengan membawa sikap pantang menyerah dan tangguh, sosok Fera menjadi sorotan bagi teman-temannya. Aktif di berbagai kegiatan membuatnya memiliki w w w . s u a r a s i k a p . c o m

14


RESENSI

Edisi 5 | GERSANGNYA KAMPUS HIJAU

The 100-Year-Old Man Who Climbed Out of the Window and Disappeared

Segala sesuatu berjalan seperti apa adanya, dan apa pun yang terjadi, pasti terjadi” The 100-Year-Old Man Who Climbed Out of the Window and Disappeared adalah karya fenomenal besutan penulis Swedia, Jonas Jonasson. Novel ini pertama kali rilis di Swedia pada tahun 2013 dan sudah difilmkan. Label persuasif yang tertera pada sampul depan Telah terbit di 40 negara. Benar-benar gila, lucu dan absurd! Itulah yang terlukis dalam kata penuh imajinasi. selesai membaca novel ini. Hampir seluruh halaman dari novel ini membuat saya terkekeh geli. Kisah yang memutarbalikan setiap tindakan dan kata-kata,mengangkat fenomena internasional dengan penuh humor yang meluap-luap. Ditambah lagi embel-embel bahwa si tokoh tersebut merubah sejarah dunia terkait bom atom dan lain sebagainya. Allan Karlsson, pria tua berusia seratus tahun. Maniak vodka. Karakter yang polos –agak susah membedakan antara polos dengan bodoh atau konyol dan novel iniPada hari Senin, 2 Mei 2005 tepat di hari ulang tahunnya di panti jompo, Allan melompat dari jendela kamarnya untuk menghindari perayaan pesta ulang tahunnya yang keseratus dan pria tua ini Pengarang Penerjemah Penerbit Gentre Jumlah Halaman ISBN

hanya penggunakan sandal tidurnya. kurang dari satu jam sebelum pestanya dimulai. Perjalanan itu tak terencana. Namun kaki tuanya mampu menuntunnya ke Terminal Bus Malmköping. Meski sudah berada di terimal, tetap saja destinasi minggatnya masih belum jelas. Lalu dilihatnya jadwal keberangkatan bus. Matanya tertuju pada jadwal bus nomor 202 tujuan Strängnäs yang akan berangkat tiga menit lagi. Di Terminal Bus Malmköping, Allan bertemu seorang pemuda berambut pirang panjang berminyak, membawa sebuah koper besar, dan berjaket denim yang bertuliskan “Never Again” di bagian punggungnya. Karena kebelet, pemuda tersebut menitipkan koper besar miliknya pada Allan. Bukannya menunggu pemuda itu menyelesaikan 'hajatnya', Allan justru membawa koper itu bersama rencana k a b u r n y a k e Strängnäs. Pikir Allan, koper itu berisi pakaian yang nantinya bisa ia pakai di hari-hari pelariannya. Siapa sangka,

koper besar yang telah berpindah tangan itu membawa petaka untuk Allan. Karena koper itu, Allan dikerjar-kejar kelompok gangster “Never Again”. Kelompok kriminal tersebut terus menguntit keberadaan Allan. Sedangkan Allan sendiri tak mengetahui dirinya berada dalam bahaya. Tersebab koper ini juga, Allan menjadi buronan polisi. Awalnya pihak Rumah Lansia h a n ya m em b u a t l a p o r a n a t a s hilangnya Allan dari tempat itu. Namun, kasus berkembang menjadi tindakan kriminal yang melibatkan Allan. Mengapa kelompok gangster dan polisi begitu bernafsu mencari Allan? Apa gerangan isi dalam koper

: Jonas Jonasson : Marcalais Fransisca : Bentang Pustaka : Fiksi, Komedi, Satir : 508 : 978-602-291-018-3

w w w . s u a r a s i k a p . c o m

15


RESENSI

Edisi 5 | GERSANGNYA KAMPUS HIJAU

tersebut? Dan pertualangan pun dimulai. Allan berhenti di stasiun Byringe dan dan mempertemukannya dengan Julius Jonsson. Dalam waktu singkat mereka menjadi sahabat dan Jonsson mengikuti terus kemana arah langkah Allan yang tak pernah jelas arahnya. Dan mau tak mau-mau harus “menanggung” tindakan Allan yang membawa koper pemuda pemuda berjaket “Never Again” itu. Ketidaksadaran Allan terhadap isi koper itu membawa mereka pada pertualangan yang penuh dengan kejutan dan intrik yang menarik dengan peristiwa-peristiwa gila. Pemuda berjeket “Never Again” adalah seorang penjahat, yang saat ini mengejar-ngejar Allan. Yah, lebih tepatnya mengejar kopernya. Lalu terjadilah sebuah insiden kecil yang kemudian membawa Allan dan Julius pada petualangan seru mereka berikutnya. Dikejar-kejar komplotan penjahat, mereka kemudian bertemu dengan Benny Ljungberg si pemilik kios hot dog dan si jelita Gunilla Bjorklund. Sebenarnya apa isi koper besar tersebut sampai-sampai mereka harus melarikan diri bersama seekor gajah dan anjing di dalam sebuah bus kuning besar, dikejar-kejar polisi yang sok kompeten, lalu berakhir di rumah Buster, abangnya Benny, dengan timbunan semangka dan

'mayat' seseorang? Yah, ini memang petualangan yang menegangkan. Apakah Allan akan berhasil dengan perjalanannya tanpa tertangkap? Apakah sekawanan tersebut bisa mencapai tujuan dan impiannya? Cerita ini benar-benar seru! The 100-Year-Old Man Who Climbed Out of the Window and Disappeared ditulis dengan alur m a j u - m u n d u r. Pe m b a c a a k a n dibawa ke tahun-tahun lampau Allan Karlsson dan ke masa sekarang Allan bersama temantemannya secara bergantian. Kita akan mengetahui kisah perjalanan hidup Allan di masa lalu, mulai dari bertemu Presiden Truman, Mao TseTu n g , s a m p a i m a k a n m a l a m bersama Stalin dan meledakkan banyak tempat. Sejak kecil, Allan memiliki minat yang tinggi pada peledak. Ia tak suka mendengar atau membicarakan politik. Apa saja boleh asal jangan politik karena menurutnya politik itu tidak ada asyiknya. Allan juga tak suka menjadi pengikut paham apa pun. Ia suka sekali berbicara. Kalau sudah berbicara, Allan tak bisa berhenti dan, ceritanya akan merembet ke mana-mana sampai siapa saja yang mendengarnya akan merasa geram. Dan kalau kita membaca cerita Allan di dalam novel ini, kita akan tertawa dan terkekeh mengikuti pola pemikiran Allan dan berbagai tingkah atau langkah yang

diambilnya. Memang benar-benar absurd! “Balas dendam itu tidak baik.” Allan memperingatkan. “Balas dendam itu seperti politik, satu hal akan diikuti hal lain sehingga buruk menjadi lebih buruk dan yang lebih buruk akan menjadi paling buruk.” (halaman 89) Sungguh ironi, bukan? Bahwa penulis yang orang asing bahkan lebih mengetahui hal-hal jelek dari Indonesia dan negara-negara lainnya, yang disebutkan sebagai latar tempat dalam novel ini, ketimbang hal-hal positifnya. Tapi, inilah memang kenyataannya. Kalau Anda membaca novel The 100-YearOld Man Who Climbed Out of the Window and Disappeared, sebuah kemirisan yang harus diterima pembaca Indonesia. Miris! (Aquido Adri)

“Harta karun di dalam sebuah buku lebih banyak daripada hasil rampasan di seluruh kapal bajak laut Pulau Harta.” —Walt Disney

MAMPIR YUK, BACA-BACA BIAR TAMBAH WAWASANMU ;) www.suarasikap.com

w w w . s u a r a s i k a p . c o m

16


ADVERTORIAL

Edisi 5 | GERSANGNYA KAMPUS HIJAU

Dari Hobi Menjadi Bisnis

H

obinya terhadap hal-hal yang berbau militer membawa R y a n a z k a Y o d h a Rahmaputra,25, terjun ke bisnis yang terkait dengan hobinya. Kepada sikap, pria yang akrab disapa Ryan tersebut mengatakan, banyak orang yang memiliki hobi yang sama dengannya. Tetapi mereka mereka memang tidak terjun ke bisnis. Dengan teman-teman yang memiliki hobi sama ini, Ryan menjalin relasi. Dari sinilah kemudian tercetus ide untuk membuka usaha Army Look dan Air Sofgun. Usaha ini dia lakukan karena teman-temannya banyak yang m e n c a r i p e r n a k - p e r n i k a r m y. “orang-orang yang menyukai hobi serupa bisa dengan mudah mendapatkan barang army khususnya di Jogja,” ujar mahasiswa Komunikasi UPN veteran ini. Butuh waktu sekitar 4 tahun l e b i h a h k i r n ya s e b u a h m i m p i terwujud untuk mempunyai toko dan menjual segala aksesoris dan barang-barang bergaya army. Merintis usaha dengan kesabaran yang dipupuk sedari awal menjadi keistiwewaan tersendiri. Awalnya dia membuka bisnis secara online, tetapi kemudia dia memutuskan untuk membuka toko. “Tetapi usaha online tetap berjalan,” kata Ryan. Ryan menjelaskan bahwa dia menyukai yang terkait dengan dunia miliiter. “Yang pertama memang hobi bermain Air Softgun dan saya senang melihat gaya tentara Indonesia dan luar negeri, dari hobi inilah saya mencoba berjualan secara kecil-kecilan dulu. Kedua, memulai usaha ini juga karena awalnya ada teman yang nitip barang-barang ke saya untuk dijual melalui online dan saya mendapat sedikit persenan dari barang titipan itu,” cerita Ryan. 2010 adalah tahun dimana Ryan memulai usahanya di online, ia memanfaatkan situs Kaskus dan Fa c e b o o k u n t u k m e m p o s t i n g jualannya. Terus berjalan, ia juga melakukan kegiatan jual beli di

Tokopedia dan akun Istagram. Menurut Ryan jualan online ini ternyata cukup b a n y a k peminatnya. Pe m b e l i t i d a k hanya dari Jogja saja tetapi diluar Jogja dan jawa cukup banyak. “Kalau di Jogja, biasanya pelanggan ingin ketemu langsung untuk melihat barangbarangnya, memang sedikit repot dan membutuhkan waktu lebih tapi ini resiko berjualan online,” jelas Ryan. L e b i h l a n j u t R y a n menambahkan, untuk modal awal online ia tidak perlu banyak mengeluarkan modal besar. Rp. 500.000 adalah nominal awal ketika ia memulai usahanya. “Sebenarnya tidak terlalu susah ketika itu. Saya menjual sedikit-sedikit dan dari hasil penjualan saya beli lagi barangbarang dan sedikit saya tabung untuk investasi kedepan. Selain itu juga dulu, sebagian barang-barang adalah titipan teman,” lanjutnya. Toko Offline Dari perjalanan onlinenya yang cukup panjang dan uang hasil jualan yang ditabung, ahkirnya sebuah bangunan fisik untuk berjualan secara langsung berhasil diwujudkan Ryan. Bermodal sekitar 20 jutaan, 1,5 tahun yang lalu sebuah toko kecil disewa Ryan untuk melanjutkan usahanya. Te p a t n ya d i J a l a n M o s e s , Gatotkaca No. b23, Mrica, hadir sebuah toko bernama Jackstrom yang menawarkan secara langsung kebutuhan pelanggan yang menyukai Style Army Look dan kebutuhan Air Softgun. “Bagi yang mempunyai hobi Air Softgun di sini tersedia peralatan dan perlengkapan taktis begitu juga dengan Army look. Celana, sepatu, rompi, jaket, kacamata dan lainnya tersedia disini,” kata Ryan yang juga bercerita bahwa sebagian polisi dan

Jackstrom dampak depan

tentara juga datang kesini untuk kebutuhan mereka masing-masing. Meskipun sudah membuat toko secara offline, ternyata hampir 60% kegiatan jual beli lebih besar di online. Ryan bercerita hal ini karena barang-barang yang dijual sangat segmented. “Orang-orang yang menyukai dan minat terhadap army sangat jarang, online tetap ada untuk orang-orang diluar Jogja. Dan pasar online jauh lebih luas dari pada offline. Toko offline ini sebenarnya untuk memudahkan jual beli yang ada di sekitaran Jogja, dan sekalian saya menyimpan stok,” ujar Ryan. Dari produk-produk yang dijual Ryan di toko offlinenya, celana adalah barang yang paling laku hal ini ternyata akibat dari fenomena polisi ganteng. “Sejak fenomena itu dan banyak dibahas di media-media, toko saya menjadi laku. Banyak orang mencari celana dan tas selempang yang dipakai oleh polisi ganteng,” ujar Ryan sambil tersenyum. Barang-barang yang tersedia di Jackstrom sendiri harga termurah adalah patch (sejenis striker dari bahan kain yang bisa ditempel dan dilepas) dengan harga Rp. 25.000,dan yang termahal adalah setelah lengkap (baju dan pakain) seharga 1,1 juta. (Aquido Adri) Kaskus Jackstrom Facebook Jackstrom tactical store Instagram jackstromtactical Tokopedia Jackstrom tactical store

w w w . s u a r a s i k a p . c o m

17


RUANG

Edisi 5 | GERSANGNYA KAMPUS HIJAU

Tuan Semakin di Pojokkan Oleh : Zakarial

Memojokkan tuan yang tidak ada wujudnya Lama-lama tuan akan terlupakan Muncul tuan-tuan baru Yang banyak ragamnya Berbagai macam warna yang elok dan menakjubkan Sebenarnya tuan tak sampai hati memperbudak mereka Tetapi, tuan yang lain Saya bisa merasakannya.. Diperbudak

Wajah tuan-tuan yang lain Sangat omong besar Sedangkan wajah tuan begitu datar Sampai-sampai tuan tak dirasakan Dari berbagai banyak sudut kehadiran Ah

w w w . s u a r a s i k a p . c o m

18


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.