Indesign indonesia #7/2013

Page 1

ÂŽ

Tan Tjiang Ay Ize Hotel Anjung Salihara Ippudo National Hotel J House issue 07. 2013 ISSN 2089-0656



11


2

welcomeindesign

letter from the editor issue 07, 2013

Bicara tentang Bali pasti langsung membayangkan liburan yang menyenangkan di Pulau Dewata. Bali juga seperti tidak pernah habis dibicarakan baik di dalam negeri dan luar negeri sehingga pertumbuhan dan perkembangan pembangunan di pulau ini akan selalu menjadi sorotan publik internasional. Hal lain yang tidak bisa dipungkiri adalah begitu banyak orang mencintai Bali sehingga beragam kepentingan dan gaya hidup hadir di sini dengan sangat kompleks. Focus Indesign Indonesia kali ini mencoba mendekati pertumbuhan pembangunan di Bali dari sudut pandang yang lebih luas. Pulau ini telah dipenuhi oleh vila-vila di segala penjuru pulau, tetapi beberapa proyek justru merupakan wujud apresiasi desain terhadap alam Bali yang sudah semakin tergerus perubahan. Karena itu, desainer dan arsitek harus lebih peka dan memberikan saran positif kepada klien seperti Gede Kresna yang kita hadirkan dalam Pulse kali ini. Akan tetapi, Bali juga harus terus berkembang menjawab selera internasional yang juga mewarnai dinamika kehidupan. Seperti Hotel Ize yang tetap terlihat menonjol dengan warna biru langit di antara sekelilingnya. Sementara itu, The Mulia Bali menyuguhkan kemewahan dan nuansa elegan yang menghadirkan alam sebagai bagian dari inspirasi tatanan interior di dalamnya. Selain itu, juga terdapat idealisme dalam penggunaan material lokal bambu untuk bangunan sebuah co-working Hubud. Bila selama ini kafe dan resor menjadi tempat untuk bekerja, mencari ide dan berlibur, Hub-in-ubud ini justru membangkitkan kebiasaan untuk bekerja sama, bersosialisasi, dan membuat jejaring yang membuat ide-ide yang muncul bisa segera mendapatkan respons untuk diwujudkan. Geliat semangat untuk menjadi lebih ramah dengan lingkungan akan selalu menginspirasi semua yang bekerja di tempat ini, ketika pemandangan hamparan sawah dengan tanaman padi menghampar luas dan memberikan pengaruh sejuk kepada sekitarnya. Harapannya akan semakin banyak arsitek dengan dedikasi tinggi dan komitmen kepada klien sehingga bangunan-bangunan di Bali akan semakin banyak yang memperhatikan lingkungan. Dalam edisi ini, kami juga menghadirkan desain residensial yang memiliki ekspresi dan karakter penghuni berbeda. Keragaman dalam edisi kali ini memiliki satu benang merah, inspirasi dari lingkungan dan alam, sebuah semangat yang harusnya selalu inheren hadir dalam setiap proyek.

Sunthy Sunowo - Senior Editor

indesignlive.ASIA



4

contentindesign

2013

Issue 07 regulars

portfolio

013 EVOLVE Berita-berita singkat seputar orang, tempat, produk, dan gelaran

Bali & Beyond

037 FUSE AndrĂŠ Tammes berbicara mengenai menerangi bangunan di era LED

050 Hotel Mulia, Bali, karya SBM Indonesia 058 Ize Hotel, Bali, karya Studio Tonton

046 INDESIGN LUMINARY Tan TJiang Ay berbincang tentang bagaimana ia melihat arsitektur sebagai bahasa

064 Hubud, Bali, karya PT Greenhome

107 PULSE Shopdeca, situs belanja online yang menjual produk interior dan dekorasi rumah.

068 Kuningan City & Axa Tower, karya DP Architects

Gede Kresna yang memanfaatkan arsitektur untuk mewujudkan idealismenya.

Hospitality

Sam Hect & Kim Colin pendiri Industrial Facility 115 ZONE Retail strip baru oleh RTA Studio membawa daya tarik baru di Auckland

COMMERCIAL

072 National Hotel, karya Breathe Architects

078 Ippudo, karya Koichi Takada Architects Civic 082 Anjung Salihara, karya StudioDasar

Nisa Maretta mempertanyakan mengenai desain pasar di Indonesia

Residential

Sunthy Sunowo mengungkap potensi akan material bambu

086 Aspendale Apartements, karya Jeremy Wolveridge

123 SUSTAIN The Whare Whenua pusat daycare baru untuk kelestarian budaya juga lingkungannya

092 J House, karya Mira Siregar

130 PS Orlando, produk kursi yang memanfaatkan rotan sintetis

100 Paula House, karya Genius Loci

Cover Proyek Ize Hotel di Bali ini memanfaatkan bilah-bilah material yang disusun seperti sirip tampil sangat ikonis dan menjadi identitas bangunan. (lihat hlm. 058-063). Foto: Ferry Ridwan indesignlive.ASIA

096 Rumah Tebet, karya USP Architect



6

directoryindesign Indesign magazine bisa didapatkan di KOTA-KOTA BESAR DI INDONESIA Majalah Indesign Indonesia tersedia di agen-agen koran dan toko buku di Pulau Jawa dan Bali. Indesign Indonesia terbit per tiga bulanan. Untuk berlangganan, bisa dilakukan secara online melalui email indesign.indonesia@mpgmedia.co.id atau memesan/membeli di tempat-tempat majalah Indesign Indonesia tersedia.

043 AbodayFbook 114 ARBBI arbbidesainaward.com 007 Axor-Hansgrohe hansgrohe.com.sg IBC Bega bega.com 003 Grohe grohe.com ICBC-001 Hafele hafele.com 045 Homes Material Expo 2013 homesmaterialexpo2013 @gmail.com 081 IICE2013 indonesiainfrastructureweek.com 041 KIA kiaceramics.com 005 Mowilex mowilex.com 022-023 MPGMedia mpgmedia.com 012 Pasar Desain 2013 008 Sunbrella sunbrella.com 011 Supellex supellex.com 009 Toto toto.co.id BC Platinum platinum.com 010 Zeno zenoliving.net

indesignlive.ASIA

Jakarta Bandung Semarang- Jogjakarta- Makassar Surabaya Malang- Denpasar Medan

Gramedia Kinokuniya Periplus Times Selected Hypermart Selected Carrefour Gramedia Books & Beyond Selected Hypermart Selected Carrefour Gramedia

Gunung Agung Aksara Books & Beyond TM Bookstore Selected Giant

Gramedia TB Uranus Books & Beyond Gramedia TB Toga Mas Gramedia Books & Beyond

Gunung Agung TB Toga Mas

Gunung Agung Toko Buku Djawa-Braga Selected Giant Gunung Agung

Gunung Agung Gunung Agung



8

senior editor Sunthy Sunowo writer Nissa Maretta Language Editor Arisa Imandari editorial Assistant Yuli Yanti

O U T S I D E

I T

O U T L A S T S

Senior graphic Designer Citra A. Widyastuti HEAD of advertising Sales Natalia Marisa Wijaya wijaya_natalia@yahoo.com Account executive Dewi Pamilu Traffic Manager Ursula Sitorus MARKETING Supervisor Yosland Pasaribu MARKETING Executive Retno Sulistia retno_sulistia97@yahoo.co.uk circulation & distribution Mansyah, Indra Aditya Contributing Writers Stephen Crafti, Mark Scruby, Frederica Aditya, Carl Gardner Contributing Photographers Andrew wuttke, Sharrin Rees, Simon Devitt, Paskalis Khrisno A., Leo Kawun, Anhariza Mahendra, Derek Swalwell, Mohammad Nuhrizal, Fernando Gomulya, Hubert

AWNINGS • OUTDOOR FURNITURE • INDOOR FURNITURE • W I N D O W T R E AT M E N T S • U M B R E L L A S F o r m o re i n f o r m a t i o n c o n t a c t o u r J a k a r t a o ff i c e o n (021) 5289 7393 w w w. s u n b r e l l a . c o m

Advertising Enquiries Natalia Marisa Wijaya wijaya_natalia@yahoo.com (62) 21 3199 1193 To Subscribe Sitta Rahmania subscribermpg@gmail.com (62) 21 3199 1193 chairman & Inspiration-at-Large Julius Ruslan chief executive officer & publisher Denise Tjokrosaputro Publishing Manager Rochmadonie

Indesign Indonesia mengundang para pembaca untuk mengirimkan materi baik berupa tulisan maupun karya sebagai pertimbangan tim editorial. Materi dapat dikirimkan kepada bagian editorial kantor Indesign Indonesia. email: Indesign. indonesia@mpgmedia.co.id Indesign Indonesia diterbitkan di bawah lisensi dari Indesign Group Australia.

indesign indonesia Office PT. MEDIA DESIGN INDONESIA MPG Media Thamrin City Office Park Jl. Kebon Kacang Raya Blok A No. AA 08-09, Jakarta, Indonesia Telp. 021-31991193 Faks. 021-31991178

Disclaimer Artikel yang dimuat dalam majalah ini telah melalui proses editorial dengan melibatkan para ahli di bidangnya. Isi majalah ini tidak dimaksudkan untuk menggantikan proses pemeriksaan dan pendapat para ahli, dan hanya berfungsi sebagai pengetahuan. Konsultasikan masalah-masalah yang Anda hadapi kepada ahlinya demi mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat dan akurat. Semua materi yang diterima akan menjadi hak milik kecuali ditetapkan lain, telah memiliki izin pemuatan foto dari pihak yang bersangkutan untuk digunakan sesuai keperluan. Hak Cipta & Izin Penerbitan Hak cipta dilindungi. Tidak ada bagian dari majalah ini yang diizinkan untuk dikutip ataupun diproduksi dalam format apa pun dengan atau tanpa sengaja tanpa izin dari perusahaan.


WARNA BIRU : Cyan 95, Magenta 70 WARNA HITAM : Black 100


10

CEO/Publisher Raj Nandan raj@indesign.com.au

INDESIGNLIVE.COM EDITOR Lorenzo Logi lorenzo@indesign.com.au

Editorial Director & indesign editor Paul McGillick editor@indesign.com.au

business development manager Marie Jakubowicz marie@indesign.com.au

Assistant Editor Alicia Sciberras alicia@indesign.com.au EDITORIAL ASSISTANT Philippa Daly philippa@indesign.com.au Operations Manager Adele Troeger adele@indesign.com.au pa to publisher / Subscriptions & marketing coordinator Elizabeth Davy-Hou liz@indesign.com.au

Deputy art director Emma Warfield emma@indesign.com.au senior Designer Frances Yeoland frances@indesign.com.au DESIGNER Alex Buccheri alex@indesign.com.au junior Designer Rollo Hardy rollo@indesign.com.au contributing dESIGNER Michelle Byrnes PRODUCTION MANAGER Sophie Mead sophie@indesign.com.au Advertising Traffic / production assistant Siobhan Markus siobhan@indesign.com.au Online Manager Radu Enache radu@indesign.com.au Online project manager Ramith Verdheneni ramith@indesign.com.au Web developers Ryan Sumners ryan@indesign.com.au Jesse Cai jesse@indesign.com.au

media executive Dana Ciaccia dana@indesign.com.au Financial Director Kavita Lala kavita@indesign.com.au Business Manager Darya Churilina darya@indesign.com.au Accounts Gabrielle Regan gabrielle@indesign.com.au Vivia Felice vivia@indesign.com.au Events and Marketing Tegan Richardson tegan@indesign.com.au Angela Boustred angie@indesign.com.au

Indesign encourages readers to submit suitable work for consideration by the Editor. Editorial submissions are to be made out to the Editor at the Sydney office. Indesign magazine is published under licence by Indesign Group. Head Office Level 1, 50 Marshall Street Surry Hills NSW 2010 (61 2) 9368 0150 (61 2) 9368 0289 (fax) indesignlive.com Melbourne Suite 11, Level 1, 95 Victoria Street Fitzroy VIC 3065 (61) 402 955 538 Singapore 4 Leng Kee Road, #06–08 SIS Building, Singapore 149596 (65) 6475 5228 (65) 6475 5238 (fax) indesignlive.asia

All rights reserved. No part of this publication may be reproduced, stored in a retrieval system, transmitted in any form or by any other means, electronic, mechanical, photocopying, recording or otherwise. While every effort has been made to ensure the accuracy of the information in this publication, the publishers assume no responsibility for errors or omissions or any consequences of reliance on this publication. The opinions expressed in this publication do not necessarily represent the views of the editor, the publisher or the publication. Contributions are submitted at the sender’s risk, and Indesign Publishing cannot accept any loss or damage. Please retain duplicates of text and images. Indesign magazine is a wholly owned Australian publication, which is designed and published in Australia. Indesign is published quarterly and is available through subscription, at major newsagencies and bookshops throughout Australia, New Zealand, South East Asia and the United States of America. This issue of Indesign magazine may contain offers or surveys which may require you to provide information about yourself. If you provide such information to us we may use the information to provide you with products or services you have. We may also provide this information to parties who provide the products or services on our behalf (such as fulfilment organisations). We do not sell your information to third parties under any circumstances, however these parties may retain the information we provide for future activities of their own, including direct marketing. We may retain your information and use it to inform you of other promotions and publications from time to time. If you would like to know what information Indesign Group holds about you please contact Nilesh Nandan (61 2) 9368 0150, (61 2) 9368 0289 (fax), subscriptions@indesign.com.au, indesignlive.com




indesign

people places PRODUCTS events

Lagerfeld unlocks cassina Perusahaan furnitur Italia, Cassina, mengombinasikan fashion dan furnitur dalam kolaborasi terbaru mereka dengan Karl Lagerfeld—salah satu fashion guru yang paling berpengaruh. Dia memotret koleksi Cassina untuk nantinya dipamerkan di showroom di Paris. Hasil dari pemotretan tersebut, berjudul An Authentic Eye on the Cassina Collection, menunjukkan kejeniusan kreativitas Lagerfeld. Sementara itu, fotografer Oliver Saillant berada di lokasi tersebut untuk menangkap momen behind the scene. Hasil akhirnya adalah foto-foto indah dramatis, terlihat hidup. “Menekankan pada silhouette, detail penyelesaian yang elegan, detail yang mewah, dan material yang menggoda,� menurut Gianluca Armento, Brand Director Cassina. [Teks : Alicia Sciberras; alih bahasa: Sunthy Sunowo]

Cassina cassina.com indesignlive.ASIA

13


carry on collaborating Mengombinasikan kemampuan kerajinan yang asli, inovasi, dan desain berkelanjutan, merek Offecct berhasil mempertahankan kekuatan mereka dalam desain furnitur untuk area kerja dengan penawaran terbaru mereka ‘Carry On’. Bangku ini didesain sebagai tempat duduk portabel untuk membentuk area kerja yang fleksibel dalam zona kolaborasi yang luas. The Plush, bentuk sederhana dari bangku ‘CarryOn’ telah dilapisi oleh bahan yang tahan lama, memiliki warna-warna cerah, dengan jahitan yang justru diperlihatkan sebagai cara mengomunikasikan bentuk yang gaya dan adaptif. Bangku yang didesain oleh Mattias Stenberg ini membuka luasan ruang di mana pun. “Memungkinkan pekerja untuk duduk di lokasi yang tidak biasa,” jelasnya. Berukuran diameter 450 mm dan tinggi 455 mm, serta dibekali dengan pegangan untuk memindahkan, ‘ Carry-On’ mendorong munculnya pemikiran kreatif dan telah didesain untuk kemudahan menumpuknya di penyimpanan. Offecct tersedia di Australia melalui Corporate Culture. [Teks: AS] Offecct offecct.se / Corporate Culture (61 2) 9690 0077 corporateculture.com.au

ziggy is the star THE POWER OF ARMER Marmer merupakan batuan yang memang sering kali digunakan untuk menciptakan kesan mewah, dan elegan. Armer Coffee Table adalah sebuah meja yang memancarkan keindahan guratan pada material marmer yang secara alami memberikan kesan artistik pada meja ini. Keunikan yang lain pada meja ini adalah konstruksinya yang ramping, namun kokoh dengan menggunakan material besi. Hadir dalam dua jenis ukuran, Armer Coffee Table merupakan kawin silang antara marmer dan besi yang indah. [Teks: Nissa Maretta]

Cynthia Margareth (62)896 7717 7788 cynthiamargareth.weebly.com

Furnitur yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan dengan merek UCI telah menambah bangku baru dalam jajaran koleksi aman ergonomis dengan Ziggy, furnitur multifungsi yang sesuai untuk ruang dalam dan luar. Ziggy terbuat dari polyethylene daur ulang yang memiliki ketahanan terhadap UV dan cairan sehingga membuat produk ini tahan lama dan mudah dibersihkan. Tersedia dalam sebelas pilihan warna yang matang dan dibentuk dengan teknik rotary, keseluruhan produk ini berukuran lebar 420 mm dan tinggi 450 mm. [Teks: AS]

UCI 1300 824 824 uci.com.au


evolveindesign

CONSTANT KONSTANTIN

FOLD AND DIVIDE Bertolak belakang dengan istilah ‘ fold’ dalam permainan kartu, pembatas ruang ‘Fold’ terlihat menonjolkan kualitas dan penampilannya. Terbuat dari kain industrial yang tahan lama, pembatas ruang ini sangat ringan dan memiliki kualitas akustik impresif, mampu menyerap suara lebih baik daripada pembatas biasa. Produk ini sangat ideal untuk menciptakan ruang privasi di area kerja atau kantor yang menganut open-plan dan seperti namanya, produk ini dengan mudah dilipat untuk kemudahan penyimpanan dan mendapatkan ruang yang maksimum. Didesain oleh Studio Segers untuk Mookum, ‘The Fold’ memiliki berat 25 kg, lebar 180 cm, dan tinggi 140 cm. Segera kunjungi website Mookum untuk mendapatkan produk ini. [Teks: AS]

Mookum (32) 11 33 43 73 mookum.com

Konstantin Grcic sebagai pribadi, cerita, dan legenda telah berhasil lagi menghadirkan solusi yang berkelas bagi tempat duduk publik yang sesuai untuk penggunaan ruang dalam dan ruang luar. Perbedaan dari tempat duduk ini adalah kemudahan mengubahnya menjadi bangku dengan menghubungkan beberapa bagiannya. Terinspirasi oleh bangku besi cetak, bangku karya Grcic ini mengambil referensi dari kursi Barcelona karya Mies van der Rohe. “Menurut saya sangat menarik untuk menghadirkan referensi tersebut dalam desan,” komentar Grcic. “Desain bukan untuk selalu menghasilkan inovasi terbaru, desain adalah evolusi dari benda tersebut.” Dengan sangat adaptif, ‘Bench B’ tidak hanya mentransformasi sebuah kursi menjadi bangku, tetapi itu datang dari pilihan sandaran tangan, bahan pelapis, atau aluminium murni untuk penyelesaiannya. Memperhatikan proses desain dan evolusi dari ‘Bench B’ beraksi di Vimeo dan melihat bagaimana kelanjutan dari produk yang sudah jadi, siap untuk dipamerkan pada Imm Cologne tahun ini. Dengan pengalaman pelatihan dalam pembuatan lemari, tidak mengherankan bila setiap desain Grcic dieksekusi dengan sangat presisi dan mengandalkan kemampuan pengrajin yang berkualitas. Beberapa karyanya telah memenangkan penghargaan desain internasional sehingga karyanya ini bisa disebut sebagai warisan tentang fungsionalitas yang dipertemukan dengan teknologi dan desain yang baik. Karya desain Konstantir Grcic tersedia di Australia melalui Corporate Culture. [Teks: AS]

Konstantin Grcic konstantin-grcic.com / vimeo.com/56986125 Corporate Culture (61 2) 9690 0077 corporateculture.com.au indesignlive.ASIA

15


WOOD IS GOOD Kursi ‘December’ karya Jasper Morrison dan Wataru Kumano untuk perusahaan Finlandia, Nikari, telah melengkapi koleksi dari dua belas produk sejenis yang tergabung dalam seri The 2012 Designs for Nature. Konsep dari seri ini adalah berkolaborasi dengan seorang desainer per bulan untuk memproduksi karya yang sederhana menggunakan material mentah yang bisa dirakit oleh klien. “Ini adalah bentuk dasar kursi yang rendah dan cukup nyaman, dengan sedikit karakter rural dan pengaruh desain Skandinavia,” Morrison dan Kumano menjelaskan. Nikari sendiri terkenal dengan produk dari kayu dan karya di seputar ide kesadaran lingkungan bahwa kayu adalah material mentah yang dapat diperbarui. [Teks: AS]

Nikari (35 8) 50 376 1974 nikari.fi

push the outlet Bagaimanapun desain memang menjadi sebuah solusi untuk meningkatkan kualitas hidup baik sehari-hari ataupun dalam keadaan bekerja. Melalui detail serta desain khusus pada sebuah produk, efektivitas serta semangat bekerja dapat diraih. Alpha Ace yang terpilih untuk mewakili brand terpercaya—AH meyer—kini telah menghadirkan sebuah kenyamanan pada ruang kerja yang dapat membantu tiap individu untuk mencapai produktivitas kerja yang optimal, lewat produk power outlet terbarunya yaitu Netbox Move. Desainnya yang compact, memberi keunggulan dari segi pemasangan, penggunaan yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan, serta efisiensi space pada bidang kerja. Hadirnya Netbox Move dapat menjadi solusi tepat pada meja kerja Anda. [Teks: NM][Text: AS]

Alpha Ace (62) 21 3429 2561, (62) 813 1100 7476 enquires@alpha-ace.biz

SWITCHed on Banyak orang menyebut saklar lampu adalah saklar lampu, tetapi hal ini disebabkan mereka belum menemukan perbedaan signifikan yang ditawarkan oleh saklar elektrikal modern. Clipsal telah memimpin dalam hal ini, lewat permukaan sentuh yang minimal bisa dipasang pada fit-out interior apa pun. Seri terbaru, Modena 8000, memiliki lekukan bentuk yang elegan, saklar yang besar, dan LED indikator yang mudah dilihat dengan lapisan plastik yang matt. Saklar seri 8000 ini tersedia dalam beberapa pilihan warna yang bisa dipilih untuk menyesuaikan dengan warna cat tembok. Fitur yang bisa diwadahi juga beragam seperti audiovisual, tombol tekan, dan variasi dimmer. Sebagai sebuah solusi modular saklar, seri The Modena 8000 ini akan membimbingmu menuju cahaya. [Teks: AS]

Clipsal 1300 369 233 clipsal.com.au


evolveindesign

READY FOR ACTION Bouroullec bersaudara yang terkenal sangat kreatif ini sedang bereksperimen dengan ranah bahan kain, membuat ‘Ready-Made Curtains’ untuk tekstil maestri Kvadrat. Diluncurkan di imm Cologne, bahan tirai ini cukup digemari di rumah tinggal dan bangunan komersial. Bahan ini juga sesuai untuk ruang-ruang retail sebagai tirai ruang ganti, sebagai pembatas ruang di kantor, dan membangun privasi dalam rumah. ‘ReadyMade Curtains’ adalah solusi yang sangat trendi untuk menciptakan batas dan desainnya yang simpel memudahkan instalasi yang cukup instan. Di dalam kemasannya juga terdapat tali penggantung, fixing tembok, paku dan pilihan bahan Kvadrat yang tersedia dalam tiga warna dan jenis woollen atau tekstil bukan tenun. Tirai bisa dipotong dengan mudah sesuai dengan panjang yang dibutuhkan sehingga sesuai untuk setiap jendela dan pintu. Tersedia di Australia untuk tujuan komersial melalui Kvadrat Maharam. [Teks: AS]

Kvadrat Maharam (61 2) 9212 4277 kvadratmaharam.com indesignlive.ASIA

17


SIMPUL SOFA Setelah bersuara lantang lewat koleksi Serempak, kali ini tem(u)an mengenalkan produk terbarunya, Simpul Sofa. Tem(u)an sendiri selalu berusaha mengusung konsep ‘Indonesia’ pada tiap produknya ke dalam bentuk dan desain yang lebih kontemporer. Mariska Adriana, selaku desainer mengungkapkan bahwa ciri dari furnitur khas Indonesia tidak harus selalu berpenampilan kuno, berat dan ‘etnik’. Simpul Sofa mempelihatkan wujud modern rotan ,material yang kerap digunakan untuk membuat mebel khas Indonesia, dengan mengaplikasikan teknik simpul pramuka pada sandaran sofa. Warna kuning dan putih pada upholster serta rangka aluminium yang menjadi struktur bangku two-seater ini menjadi aksen serta memperkuat kesan modern. [Teks: NM] Tem(u)an temuandesign@gmail.com

Flexibility inferno Selamat datang di bahasa desain Gaggenau, di mana kepraktisan bertemu dengan sentuhan elegan di dapur. Dibuat dari material pilihan dan menawarkan teknologi standar profesional, seri cooktops The VARION 400 yang tersedia dalam dua ukuran berbeda, 38 cm atau 90 cm dan bisa dikombinasikan dengan rangkaian Gaggenau lainnya. Tombol knob di panel depan seperti terlihat pada gambar ini memiliki lapisan stainless steel, memberikan kesan ikonis yang simpel pada sistem kontrol yang berteknologi tinggi. Cooktop ini dilengkapi juga dengan AL 400 ventilasi yang fully ressesed yang memberikan solusi bagi area masak yang besar dan uap serta bau yang dihasilkan mampu dihilangkan dengan efektif pada cooktop ini. Tersedia melalui Sampford IXL. [Teks: AS]

Gaggenau gaggenau.com/au Sampford IXL 1300 727 421 sampfordixl.com.au

BOOKS ON TREE Tiga kubus digabungkan pada tiga batang seperti cabang-cabang pohon Desainernya, Debrina Syafei, secara khusus merancang ‘Pohon Buku’ dengan konsep fresh & playful. Dengan material Plywood dan Aluminium, cocok digunakan untuk menampung koleksi buku di rumah atau pun di kantor. Bentuknya yang unik dapat membuat suasana kantor sedikit tidak kaku, juga sangat pas jika dipasang pada ruang belajar si kecil. [Teks: NM]

Debrinasyafei debrinasyafei.wordpress.com


evolveindesign

LIGHT AND BRIGHT Salah satu material yang ringan juga multiguna adalah bambu. Indonesia pun masih sering menggunakan material tersebut, hal ini dilihat oleh Sadhya Hanindita sebagai material yang dapat diolah sehingga melambungkan nilai estetika produk-produk dari bambu. Teknik coiling merupakan teknik modern yang diaplikasikan pada produk lampu gantung FASA, Lapis Bowl dan Lapis Tall. Selalu ada benang merah yang dimunculkan pada tiap produk FASA, yaitu konsep Design for Fun. [Teks: NM]

Fasaworks (62) 811 2270 482 Fasaworks.com

BUENDEL SERIES Desain Abie yang kebanyakan kursi, menampilkan isu-isu serta eksplorasi yang patut diapresiasi. Salah satunya koleksi terbaru untuk Aida Rattan, “Buendel” series. Kali ini untuk Aida Rattan, Abie mencoba mengenalkan konsep flatpack; prinsip konstruksi yang biasa dikenal dengan istilah ‘knockdown’ pada mebel rotan yang sering kali memiliki desain dengan konstruksi pendukung yang justru membuat mebel tersebut berkesan ‘bulky’, tidak ‘ringkas’. Dengan konstruksi ini, ruang yang diperlukan pada saat pengiriman barang dapat jauh lebih efisien. [Teks: NM]

Abieabdillah abieabdillah.design@gmail.com

LIVING COLLECTION Setelah sebelumnya mengeluarkan produk cutlery dengan gaya khas Skandinavia, Gladys Angelina kembali mengeluarkan koleksi terbarunya. Eksplorasi material serta permainan bentuk yang tetap sederhana dan fungsional menjadi ciri Gladys dalam menghubungkan elemen-elemen tersebut menjadi sebuah produk dengan nilai seni. ‘Living’ adalah tema yang diangkat pada koleksi terbarunya. Terdiri dari gantungan (coathanger), rak simpan atau rak buku (storage), rak di dinding (bookcase), dan meja (sidetable). Kini Gladys telah membuka studio desain sendiri termasuk customised furniture dengan label GA dan nantinya akan mengembangkan usahanya ke arah retail. [Teks: NM]

Gladysangelina (62) 817 0388 0088 gladysangelina.com indesignlive.ASIA

19


MAXIMIZE THE SIDE Pengolahan bentuk geometris dasar melandasi Lia Hanjani sebagai desainer untuk membuat furnitur. Sisi yang lebih banyak dan luas memungkinkan untuk menjadi wadah yang sesuai, dalam hal ini sisi segi lima yang terwujud dalam Maxi Side Table. Persoalan sudut ruangan pun menjadi salah satu yang memperkuat pemilihan bentuk segi lima yang dapat dieksplorasi peletakannya. Detail menarik lainnya adalah pada kaki meja yang jika dilihat berbentuk segi lima yang terbelah dua. [Teks: NM]

Liahanjani (62) 813 1579 7692 liahanjani@gmail.com

EASEL SPOT Percampuran dalam sebuah desain memang sering kali dapat memperkaya sebuah karya. Sama halnya seperti apa yang dihasilkan oleh Bierkko, lini lokal yang diprakarsai oleh Trias Afiandy, Syahrul Mulia, Nevi Rotorasiko, dan Yorika Rotorasiko. Bierkko menawarkan sensasi baru dengan menampilkan karya desain mereka yang bergaya industrial dan vintage. Seolah menyambung hidup bagi barang-barang lama yang mungkin telah usang dan terlupakan, menjadi sebuah karya baru dengan keunikan yang mencerminkan dua masa sekaligus. Seperti pada Drako Lamp, standing lamp bergaya industrial dengan kaki lampu dari kayu. Dengan mekanisme menyerupai tripod, lampu ini dapat dilipat, dikunci agar dapat berdiri stabil, dan tinggi lampu pun dapat diatur sesuai keinginan. Beragam produk Bierkko tersedia di Goodsdept, Makineko Epicentrum Walk, Trystliving, 2Madison dan UNKL Warehouse. [Teks: NM]

Terinspirasi dari gaya yang hadir pada beberapa dekade lalu, Raymond Simandjuntak mencoba menginterpretasi ulang rancangan kursi bergaya“jengki”. Kesan modern terasa lewat bentuknya yang clean tanpa adanya ornamen. Karakter khas pada kursi ‘”jengki” tetap dimunculkan raymond pada kaki kursi yang jenjang serta pada tiap detail sambungan kayu. Kursi yang diberi nama Reinka Lounge Chair ini seolah sedang mencari jawaban atas memorabilia masa lalu yang belum usai. [Teks: NM]

Bierkko (62) 811 807 733 bierkko.com

Raymond Simandjuntak raymondsimandjuntak@gmail.com

Jengki Memorabilia


evolveindesign

WATCH AND REPEAT THE STICKS Sekat menjadi sebuah produk serbaguna bagi sebuah ruang. Kehadirannya dapat digunakan baik mengoptimalkan kegunaan sebuah ruang. Dalam hal ini, Anja Furniture memperkenalkan desain partisinya karya Arlinda Hapsawardhani yang diberi nama Senar Partition. Repetisi stik-stik kayu yang disusun rapi sejajar membuat partisi ini mempunyai kesan bentuk seperti senar pada alat musik. Tidak hanya sebagai pembatas akan ruang, Senar Partition ini juga mengingatkan pengguna ruang akan “batas” lainnya yaitu waktu, lewat fungsi jam yang ada pada bagian tengah partisi. [Teks:NM]

Anja furniture anjafurniture.com

COMFORTNESS IN BLOB

SHADES OF RUNA Tokoh terkenal di dunia memang selalu menarik untuk dibahas dan dijadikan inspirasi. Sama halnya dengan duo suami istri Noro Ardanto dan Intan Pradina yang terilhami untuk membuat desain table lamp. Desainnya semakin menarik, tiang lampu yang biasa polos kini bermain, dengan menggunakan kayu Albesia yang diukir sesuai figur seperti Audrey Hepburn dan David Bowie lengkap dengan atribut fashion yang menjadi ciri khas tokoh tersebut. Produksi karya anak bangsa ini dapat ditemukan di sejumlah pameran seni dan galeri, juga di KARE Indonesia. Mengutip Madonna yang menjadi salah satu inspirasi mereka, “A new lamp, a piece of art, can transform a room”. [Teks: NM]

Hal yang esensial dalam aktivitas bersantai adalah kenyamanan. Hadir menggunakan busa berkualitas, Blob Stool ini menjadi sebuah tempat melepas lelah yang Anda nanti-nanti sejak keluar dari tempat bekerja. Cyntia Margareth mendesain Blob Stool dengan mengutamakan kenyamanan pengguna, untuk lebih melayani pengguna, produk ini juga dapat dipesan custom dengan berbagai warna sesuai dengan permintaan Anda. [Teks: NM]

Cynthiamargareth (62) 896 7717 7788 cynthiamargareth. weebly.com

Lampu Runa lampuruna.com indesignlive.ASIA

21


PHOTOGRAPHY COURTESY OF DEREK SWALWELL

22

100TH ISSUE

Jakarta’s Top Restaurants 2012-2013

NOVEMBER

2 01 2

LIVING ETC

TOMORROW’S LEADERS

45 INFLUENTIAL PEOPLE UNDER 45

5

OPINION

ANGELABABY

HK’S MOST FLAMBOYANT GUYS

WE ARE A GENERATION OF WIMPS SOCIAL COSTS OF OPEN BORDER TOO HIGH

MEN’S SPECIAL

16 BRASH

STATEMENTS OF STYLE

ANGELABABY

ON BEING A LEADING ACTRESS & WHY SHE WON’T CHANGE HER NAME

L U X U R Y

HK$45

NOVEMBER 2012

FACE OF THE FUTURE

F A S H I O N

L I F E S T Y L E

TO BE LAUNCHED

IDR. 80,000

www.cremepublishing.com

A CRÈME Publication


indesign

JAKARTA I SINGAPORE I HONG KONG

YOUR FAVOURITE LIFESTYLE, TRAVEL, JEWELLERY, WATCHES, FASHION, PROPERTY, DESIGN MAGAZINE IS UNDER ONE ROOF!

®

Tan Tjiang Ay Ize Hotel Anjung Salihara Ippudo National Hotel J House

www.mpgmedia.co.id

ISSUE 07. 2013 ISSN 2089-0656

girl on fire

mono no aware

kawaii style & make up 2013

www.nylonindonesia.com

I S S N 208 788 26

the land of the rising sound

perfume scandal btob neon bunny the yours yoko ono the impatient sisters

asian issue

CONCEPT STORES WHERE TO BUY COOLEST GEARS

STYLE GUIDE PARIS STREET FASHION

IN HIS ELEMENTS

HAMISH DAUD Agust-Sept

2013

THE SOUND-SATION MONKEY TO MILLIONAIRE LARS ULRICH FRANZ FERDINAND THE 1975

Oktober-Desember 2013

OKTOBEr

rp. 35.000,luar pulau jawa rp. 37.500,-

18

GUYS ONLY

BEYONCÉ | GONG LI | SYDNEY GEM HUNT | ELEMEN ORIENTAL

oktober 2013

maria agnes

43

seniman asia PLUS:

Beyoncé, Gong Li Watches & Wonders

Anna Hu Vanessa Leu Michelle Ong Franky W. & Jeffrey

desain abadi Arloji Moonphase Elemen Oriental Perhiasan Jade

43 Okt - Des 2013 RP 75.000 ISSN 1907-7564

Eastern Charms

Budaya Kaligrafi Perhiasan

23


MEMAHAMI HUNIAN DI JAKARTA Atap jakarta hadir sebagai upaya untuk mencoba memahami kembali hunian di Jakarta . Kota metropolitan Jakarta memiliki begitu banyak permasalahan yang membutuhkan perhatian khusus. Salah satunya adalah masalah ketersediaan hunian dan kualitas rumah yang baik. Oleh karena itu, dengan mengusung semangat positif dari House Vision di Jepang, Atap Jakarta diinisiasi sebagai langkah-langkah konkret dari desainer dan arsitek untuk memberikan visi di masa mendatang tentang kualitas rumah yang jauh lebih baik. Satu aspek yang tentunya mendorong peningkatan kualitas hidup di Kota Jakarta secara lebih utuh. Kegiatan Atap Jakarta sendiri terdiri dari tiga bagian utama, penyelenggaraan seminar dan simposium, pembuatan online questionnaire, pembuatan proposal untuk housing, dan diakhiri dengan pameran Atap Jakarta seperti langkahlangkah yang telah diselenggarakan dan mendapat respons yang baik di Jepang.

Proses ini kemudian diadopsi dengan melihat aspek-aspek penting dalam fenomena hunian di Jakarta. Melalui kerja sama antara Jepang dan Indonesia ini, diharapkan bisa memberikan sudut pandang yang baru tentang visi hunian di Jakarta untuk masa yang akan datang. Nama-nama yang terlibat di dalam panitia eksekutif adalah Shin Muramatsu, Ahmad Djuhara, Wendy Djuhara, Sadao Tsuchiya, Evawani Ellisa, Kazuma Yamao, Mohammad Nanda Widyarta, Kengo Hayashi, Danny Wicaksono, Lim Masulin, Sigit Kusumawijaya, Francis Surjaseputra, Akihiro Kamiya, Enira Arvanda, dan Yoshihisa Takahashi. Komposisi panitia tersebut merupakan perwakilan dari Reseach Institute for Humanity and Nature, Universitas Indonesia, IIS, dan The University of Tokyo. Dengan mengajak partisipasi masyarakat untuk mengisi kuesioner,

Atap Jakarta berupaya mengulik dan memahami lebih dalam permasalahan apa yang pada konsep hunian di Jakarta. Secara garis besar, diskusi Atap Jakarta dibagi menjadi enam topik besar, yaitu compact, energy, community and public, mobility, renovation, eksterior or interior. Keseluruhan seminar ini nantinya akan didahului oleh ajakan untuk berkontribusi dengan mengisi kuesioner. Selama ini seminar-seminar Atap Jakarta didukung oleh berbagai pihak, House Vision, Komunitas Salihara, dia.lo.gue Gallery, dan Aksara Kemang. Selain pembicara dari Jepang, beberapa ahli dan pembicara dari Jakarta juga ikut berpartisipasi di dalamnya. Sampai saat ini Atap Jakarta telah menyelenggarakan tiga kali seminar dan telah memasuki periode kuesioner yang keempat. [Teks: SS]

atap-jakarta.org


evolveindesign

CONNEXT SERIES MENGHUBUNGKAN DESAINER LOKAL DAN MENGEDUKASI KONSUMEN AKAN ‘GOOD DESIGN’. Salah satu perusahaan furniture & fixtures ternama di Indonesia, PT Vivere Multi Kreasi, dalam program kegiatannya telah mencanangkan program VIVERE CONNEXT, sebuah wadah demi mengembangkan bakat dan menjadi akses terhadap desainer lokal muda untuk memasarkan hasil produknya ke pasar di Indonesia maupun mancanegara. Melalui program ini, Vivere menyampaikan visinya yaitu menjadi platform dalam mempromosikan desainer dan produk lokal, juga misinya dalam membawa para desainer lokal ke tahapan lebih besar, serta mengembangkan paradigma baru di masyarakat, a local brand with ‘good design thinking’ serta membuat tren pada produk lokal. Sampai saat ini Vivere telah menjalankan roadshow di empat kota besar di Indonesia, yakni Bali, Jakarta, Bandung, dan Yogayakarta. Selama roadshow berlangsung tim Vivere telah melihat desain produk yang luar biasa dari masing-masing desainer lokal berbakat. Karya-karya dan profil mereka akan dipamerkan di showroom Vivere dan POP UP store VIVERE CONNEXT yang akan diadakan di pusat perbelanjaan di Jakarta. Selain itu, Vivere juga telah mengadakan beberapa

Design Talk Show yang didukung oleh para pelaku desain dan beragam profesi lainnya. Talkshow pertama yang sekaligus menjadi acara peluncuran VIVERE CONNEXT bertajuk “Ideas & Passion” bersama Ayi Asmoro (interior designer), Ai Syarif ( fashion designer), Yanto Purbo (banker), Yani Soemali (socialities), dan sebagai host-nya ialah Irvan Noe’man selaku Chief Designer Officer of Vivere. Dengan adanya design talk dari berbagai tema, diharapkan dapat mengedukasi para konsumen dan makin memahami keuntungan dari sebuah “good design” Hal ini dapat dilihat dari fenomena bahwa, furnitur sudah menjadi sebuah keseharian dan elemen penting di dalam rancangan arsitektur, begitu halnya dengan di rumah. Tidak sedikit aktivitas yang memerlukan sebuah furnitur sebagai penunjang dalam mengerjakan aktivitas tersebut, seperti tren saat ini yang mana mobilitas sangat tinggi sehingga bekerja pun dapat dari mana saja. Vivere pun mengeluarkan sebuah produk yang pada akhirnya dapat membuat kualitas aktivitas dan hidup manusia jadi jauh lebih baik. [TeksNM]

VIVERE SUPPORTING 3L William Sim selaku Direktur PT. Vivere Multi Kreasi mengemukakan program ini merupakan cara Vivere untuk memperkuat 3L, supporting local designer, local products, dan local brand.

viverecollection.com

Kitchen set collection Vivere kitchen kini hadir untuk mengakomodasi kegiatan memasak Anda. Lewat desain yang dinamis dan dilengkapi dengan sistem fittings serta teknologi terbaik, koleksi ini merupakan paduan keindahan dan fungsionalitas dalam desain.

viverecollection.com viverecollection.com

indesignlive.ASIA

25


THE ‘RESTART’ STORY KETIKA MAKNA SENI TAK DIPANDANG SEKADAR ESTETIS, TETAPI JUGA MENGUSUNG HASIL REVOLUSI CERITA MASA LAMPAU MENJADI SEBUAH KARYA BARU.

the battoolah lamp Sudah menjadi sebuah kultur bagi wanita Arab mengenakan topeng (Battoolah) sebagai simbol ketaatan pada agama serta status sosial mereka. Layla Mubarak menggali kembali tradisi tersebut dan mengolahnya menjadi sebuah karya seni, The Battoolah Lamp. Terbuat dari 200 unit Battoolah, lampu ini membingkai dan menyebarkan cahaya yang bersinar dari dalamnya dengan struktur dan bentuknya yang unik.

arturaicadindonesia.com

STORY OF BECAK Jika berbicara tentang perkembangan transportasi kota, becak merupakan salah satu kendaraan yang tidak dapat dilupakan begitu saja. Namun saat ini kehadiran becak yang berjalan “gontai” sering dianggap penghalang laju kendaraan lain. Karya Dharma Prayoga ini seolah ingin mengembalikan memorabilia akan damainya kota saat becak masih menjadi alat transportasi, bukan hambatan.

arturaicadindonesia.com

Pemaknaan akan karya seni, terlebih seni rupa dan karya hasil ekspresi sang seniman sesungguhnya diserahkan kepada para penikmatnya. Apakah khalayak mengerti atau tidak, berbeda persepsi tentu akan terjadi dan ini hal yang sangat subjektif. Namun bila ada pesan yang ingin disampaikan, persoalan tersampaikan atau tidak ini dapat dikembalikan kepada upaya dan prioritas apa yang sang seniman putuskan ketika menggarap karyanya. Rupanya hal ini ingin dibebaskan kepada para pe­ngunjung Indonesia Contemporary Art & Design 2013 (ICAD). “Seni itu tak perlu didefinisikan oleh sang seniman karena bebas diinterpretasi oleh siapa pun,” terang Irwan Ahmet, seorang se­ niman yang dikenal dunia baik lokal maupun internasional lewat karya Urban Play. Restart, dapat diartikan menjadi re-start atau rest-art. Ide ini dikemukakan oleh Irwan Ahmet yang ditanggapi positif oleh Harry Purwanto, selaku penggagas dan Ketua Pelaksana ICAD 2013. Menurutnya tema ini merupakan pro­ses revolusi, perenungan, serta masa jeda yang diperlukan dalam kehidupan, tak terkecuali pada seni dan desain. Keha­d iran ICAD 2013 pun tetap menekankan kepada kekayaan hikayat, sejarah, dan budaya Indonesia. Adapun tema tersebut kembali dilemparkan kepada setiap seniman untuk kembali mengiinterpretasikan kembali dengan cara yang kreatif, menjadi karya seni yang punya nilai baru, dalam bentuk yang kontemporer. Idenya adalah mengulik segala peristiwa dahulu (histori)

ACCULTURATION Rosso serta Ai Husada mementaskan tari kolaborasi Jawa dan Jepang yang merepresentasikan cara pembuatan kain tradisional masing-masing.

arturaicadindonesia.com

dalam wujud yang jauh lebih kreatif. Dalam pro­sesnya, peristiwa yang dimaksud sangat luas dan beragam, sifatnya pun dapat personal untuk sang seniman ataupun sangat umum. Sebuah nilai yang diusung adalah sebuah usaha untuk mengedukasi publik, bahwa desain, seni, dan budaya adalah bagian dari kehidupan yang dapat meningkatkan kualitas hidup. Bukan sekadar gaya hidup (lifestyle) tapi menjadi cara pandang hidup (lifeway). Dalam mewujudkan segala nilai positif tersebut, ICAD bekerja sama dengan Hotel Grand Kemang Jakarta yang sudah menjadi partner setia event ICAD dari tahun ke tahun. Sebanyak 45 insan kreatif lintas generasi dan latar belakang mempertunjukkan interpretasinya dalam berbagai karya menarik yang diletakkan di ruang-ruang publik Hotel Grand Kemang tersebut. Malam pembukaan ICAD 2013 yang juga dihadiri oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Marie Elka ­Pa­ngestu menghadirkan sebuah pertunjukan seni tari, peragaan busana, serta musik. Dari awal, suasana tradisi­ onal kontemporer sudah sangat terasa. Fashion show yang menampilkan batik rancangan Rosso diiringi musik dari Adante Youth Community Orchestra yang sesekali diselingi oleh musik Jawa dengan sentuhan kontemporer. Hikayat akulturasi budaya ditampilkan lewat tarian oleh perancang Rosso bersama seniman asal Jepang, Ai Hasuda. [Teks: NM]

arturaicadindonesia.com


evolveindesign

MATERIAL EXHIBITION AT THE MALL medan KAMPUNG TAK KUNJUNG BOSAN MENYERUAK DI TENGAH PERTUMBUHAN METROPOLIS SEBUAH KOTA, MINUS TIDAK BERUBAH JADI PLUS DAN MENGGUSUR TAK PERNAH MENJADI SOLUSI TEPAT. Berbicara tentang material dan komponen bangunan selalu terasa jauh dari gaya hidup dan keseharian. Topik ini biasanya menjadi penting secara situasional ketika sedang melakukan renovasi dan membangun baru. Namun dalam sehari-hari, kita selalu mengupaya­kan perbaikan kualitas dari ruang, dan peralatan yang kita punya. Oleh karena itu, Asosiasi Ritel Bahan Bangunan (ARBBI) memperkenalkan kegiatan Homes Material Expo di beberapa mal di kota besar di Indonesia. Setelah Palembang dan Pekanbaru, Medan mendapat giliran di Sun Plaza, salah satu mal terbesar di kota ini. Di main atrium-nya, merek-merek material berkualitas memamerkan produk mereka dan siap memberikan penjelasan kepada para pengunjung mal yang sedang berjalan-jalan. Selain pameran, terdapat juga aktivitas talkshow dan presentasi produk, salah satunya adalah talkshow yang didukung oleh Indesign Indonesia dengan narasumber arsitek Doni Dwipayana untuk bicara tentang rumah tropis di Indonesia. Bahasan tentang bangunan atau rumah tropis memang telah begitu sering dibahas, tetapi merespons iklim tropis adalah hal esensial yang harus terus dieksplorasi. Dalam obrolan antara senior editor Indesign Indonesia dan arsitek Doni Dwipayana respons arsitektur terhadap iklim tropis harus

juga menambahkan kualitas ruang dan desain. Pendekatan teoritis harus tetap mempertimbangkan estetika yang kemudian dikomposisikan dengan bertanggung jawab agar mampu mewadahi fungsi dengan baik. Eksplorasi material lokal juga lebih diupayakan untuk memperkaya karakter dengan bahan-bahan yang telah memiliki ketahanan terhadap iklim tropis. Tidak hanya memiliki sirkulasi udara yang sehat, sebuah ruang dalam bangu­nan juga mendapatkan pencahayaan alami yang mewadahi, serta respons terhadap hujan. Konsep keberlanjutan itu sudah seharusnya menjadi bagian integral dari proses desain yang mengutamakan prioritas-prioritas merespons iklim tropis dengan bijak. Merek material dan produk rumah ternama dari cat, semen, handle pintu, hingga lampu dekoratif memeriahkan pameran material di mal ini. Para pengun­jung mal yang melihat pameran juga mendapatkan masukan dan informasi yang lengkap dari berbagai jenis material dan produk komponen rumah. Cat TOA, Philips decorative lighting collection, MU, Belezza, dan banyak merek ternama lainnya yang membuat ajang pameran ini menjadi lebih lengkap dan berkualitas. [Teks:SS]

INDESIGN INDONESIA TALKSHOW Dalam rangkaian acara pameran Home Material Expo 2013 yang dilaksanakan di Sun Plaza, Indesign Indonesia mengundang Doni Dwipayana dari Simon Dhoni Studio untuk berbincang-bincang tentang rumah tropis. Topik yang sepertinya sudah terlalu sering dibicarakan tetapi prinsipnya selalu aktual dalam keseharian para audience talkshow atau pengunjung mall yang ikut mendengarkan.

simondhonistudio.com

arbbi.org indesignlive.ASIA

27


SPIRIT TO DECORATE Pertama kalinya sebuah pameran dengan fokus dekorasi dan interior terselenggara di Indonesia. Kota Surabaya menjadi tempat perhelatan menarik ini dengan semakin meningkatnya apresiasi publik Indonesia terhadap desain dan dekorasi interior. Surabaya sudah berkembang begitu pesat menjadi kota metropolitan kedua di Indonesia dan bahkan mengarah menjadi sebuah mega city di masa mendatang. Pertumbuhan kota dan pembangunan sedikit banyak telah memberikan pengaruh pada gaya hidup dan apresiasi masyarakat umum terhadap desain dan dekorasi. PT Debindo Mitra Tama memberanikan diri untuk menghadirkan pameran tentang dekorasi dan interior yang pertama di Indonesia ini di Kota Surabaya. Pameran yang menarik perhatian cukup banyak dari masyarakat Surabaya ini diselenggarakan di Grand City Convex yang terletak di tengah kota dan mudah diakses. Partisipasi dari berbagai merek material interior dan dekorasi ternama membuat pameran ini bisa dijadikan acuan dan sumber informasi yang cukup lengkap. Selain itu, partisipasi dari beberapa biro desain dan mahasiswa semakin memeriahkan

pameran yang mengusung nama DECORINTEX, Decoration and Interior Exhibition 2013 ini. Tidak hanya produk dekorasi dan furnitur buatan para profesional yang dipamerkan, mahasiswa dari Universitas Ciputra dan Institut Sepuluh November Surabaya juga ikut serta dengan penuh semangat memperkenalkan karya-karya mereka kepada pengunjung. Majalah Indesign Indonesia dan Livingetc Indonesia ikut meramaikan pameran kali ini dengan menghadirkan booth yang diisi oleh koleksi sofa dari Savana Furniture Jakarta. Selain pameran, terdapat juga kegiatan talkshow yang dihadirkan oleh beberapa merek dan majalah. Indesign Indonesia kali ini mengusung tema “Fashionable Flooring� dengan menghadirkan beberapa pembicara dari berbagai sudut pandang. Kezia Karin memberikan wacana dari sudut pandang desainer interior, Erel Hadimuljono

sebagai arsitek, dan Melani Jofatma sebagai akademisi yang juga menjadi pengamat desain selama kariernya. Acara talkshow yang dimoderatori oleh Sunthy Sunowo, Senior Editor Indesign Indonesia, ini pun mendapatkan respons yang cukup meriah. Kesuksesan pameran ini tidak hanya terletak pada banyaknya respons masyarakat untuk datang, tetapi juga dari keragaman komoditas yang dipamerkan serta keikutsertaan merek-merek ternama serta beberapa produk baru yang ikut menambahkan dan memperkaya wacana pemahaman para pengunjung yang datang. Ilmu dan pengetahuan juga bisa didapatkan dari talkshow dan seminar dengan tema desain hotel yang menjadi kegiatan pendukung Decorintex 2013 kali ini. [Teks: SS]

decorintex.com


evolveindesign

INDESIGN LUMINARY : JIMMY PRIATMAN Telah menjadi komitmen dari Indesign Indonesia untuk memberikan apresiasi kepada arsitek senior atas sumbangsih mereka yang tidak ternilai bagi perkembangan arsitektur di Indonesia. Dalam edisi #6 yang lalu, Jimmy Priatman menjadi arsitek yang dipilih redaksi Indesign Indonesia untuk Luminary. Dan kali ini saatnya kami memberikan apresiasi lebih dengan menyelenggarakan acara Indesign Luminary yang diselenggarakan di Kota Surabaya, bersamaan dengan pelaksanaan Decorintex 2013. Jimmy Priatman tidak hanya sebuah nama di kancah arsitektur Surabaya, beliau sudah menjadi ikon arsitektur berkelanjutan karena kiprahnya untuk mengulik dan mempelajari ilmu lain yang kemudian bisa diaplikasikan dalam perancangan bangunan yang ramah lingkungan, hemat energi, dan merespons iklim tropis dengan baik. Beberapa karyanya telah mendapatkan penghargaan dari ASEAN Energy Award dan beberapa bahkan baru saja melalui proses audit dan masih menunjukkan performa yang sangat baik. Bangunan kemudian memiliki nilai lebih dari hanya sekadar fungsi dan estetika. Biaya perawatan gedung kemudian bisa dihemat secara signifikan ketika bangunan memiliki performa energi yang cukup hemat. Acara Indesign Luminary kali ini diselenggarakan di Kota Surabaya agar

bisa berinteraksi dengan pembaca, arsitek, dan desainer interior di kota ini. Dalam ajang pertemuan yang diselenggarakan pada 30 Agustus 2013 yang lalu, kali ini Indesign Indonesia bekerja sama dengan Vivere Grand City Mall mengundang arsitek, desainer interior, dan akademisi di Surabaya untuk berkumpul dan saling berbagi ilmu dengan Jimmy Priatman. Selain itu, acara ini menjadi ajang membangun jejaring kerja di antara para profesional dalam industri desain dan kreatif di Surabaya. Dalam pembukaan acara ini, pihak IAI Jawa Timur yang diwakili oleh ketuanya, Bapak Hari Sunarko memberikan apresiasi terhadap kontribusi Jimmy Priatman dan mengimbau kepada para rekan arsitek lainnya untuk lebih semangat dan giat untuk mengekspresikan diri dalam karya positif. Sementara itu, Gloria Lesalaman dari Vivere menyambut kedatangan para arsitek dan desainer interior ini dan berharap semoga bisa terjalin kerja sama di masa mendatang. [Teks: SS]

indesignindonesia.com vivere.com

indesignlive.ASIA

29


OUTSMART THE TECHNOLOGY KONSUMEN TEKNOLOGI DEWASA INI TIDAK LAGI HANYA BERLABEL PEMAKAI, TIDAK JARANG DI ANTARA MEREKA JUSTRU MENGAKALINYA. Hadirnya teknologi tentu membantu kehidupan manusia, perkembangannya yang tanpa henti memberikan dampak positif juga negatif bagi banyak aspek. Salah satunya pada bidang desain industrial. Ragam produk khususnya yang berbasis teknologi media dan audiovisual memang sangat mengandalkan teknologi sebagai “passive salesman” untuk penjualan produk mereka. Hal itu pun berkembang dengan sangat pesat. Tidak heran budaya konsumtif kian menggerogoti masyarakat, terutama di negara-negara “non-produsen”, dan Indonesia ialah salah satunya. Berangkat dari fenomena tersebut, sebuah organisasi seni kontemporer yang berbasis di Jakarta, ruangrupa, untuk keenam kalinya mengadakan festival bertajuk “MUSLIHAT OK.

Video – 6th Jakarta International Video Festival” yang diselenggarakan pada awal September lalu di Galeri Nasional Jakarta. Dalam bahasa Indonesia, arti kata muslihat adalah daya upaya, siasat, atau taktik dan strategi. OK. Video Festival ingin mempresentasikan bagaimana masyarakat sebagai kon­ sumen dapat bermuslihat dengan teknologi. Mahardika Yudha selaku direktur festival menyatakan bahwa terselenggaranya festival ini merupakan sebuah kritik serta menjadi sebuah refleksi akan fenomena sosial terhadap teknologi media dan audiovisual sebagai benda produksi massal. Festival ini telah memamerkan sekitar 92 video dan seni media yang berasal dari 29 negara, seperti dari Amerika Serikat, Argentina, Inggris, Jepang, Jerman,

Prancis dan, lain sebagainya. Kuratornya sendiri, Irma Chantily, Julia Sarisetiati, dan Rizki Lazuardi menggunakan motif pendekatan untuk membaca gagasan besar Muslihat guna menyeleksi karyakarya yang dianggap merefleksikan fenomena mengakali teknologi yang terjadi di masyarakat. Selain itu, OK.Video, bekerja sama dengan Japan Foundation dalam special presentation, Media/Art Kitchen. Ke23 karya seni media dari Jepang dan Asia Tenggara turut dipamerkan di MUSLIHAT OK. Video 6th Jakarta International Video Festival. Fokusnya sendiri adalah respons para seniman dalam menangani perkembangan teknologi, sebuah sikap kelompok mayoritas dalam masyarakat sebagai konsumen teknologi. Untuk karya

seni Media/Art Kitchen edisi Jakarta dikuratori oleh Ade Darmawan dan Sigit Budi yang nantinya setelah acara ini berakhir, akan dipamerkan di Kuala Lumpur, Manila, dan Bangkok. Rangkaian jadwal pameran dan pemutaran video serta program publik seperti lokakarya, diskusi, serta bincang seniman diadakan di berbagai galeri dan ruang-ruang alternatif di Jakarta hingga akhir bulan September lalu. Tak ketinggalan presentasi spesial dari dua festival video internasional ternama, IMPAKT Festival (Belanda) dan Videobrasil (Brasil) juga turut ditampilkan dalam sesi Video Out tahun 2013 ini. [Teks: NM]

ruangrupa.org okvideofestival.org/2013/

the exhibition OK Video adalah festival video yang digelar setiap dua tahun sekali oleh organisasi Ruang Rupa. Tahun ini perhelatan OK Video menyajikan karya yang lebih beragam, seperti performances dan multimedia, instalasi, serta video sinkronisasi gerak.

okvideofestival.org

Moist sense - life patch

Peeking the personal memories Karya Zulhiczar Arie dengan tajuk “Peeking The Personal Memories” merupakan instalasi yang mengonversi secara fisik gambaran perilaku merekam, menonton, dan berbagi dokumentasi pribadi yang selama berada di wilayah virtual, memperlihatkan bahwa praktik dokumentasi kini telah berbeda, dan muncul keinginan berbagi dokumentasi tersebut ke khalayak. Adanya konsekuensi terhadap akses bebas untuk melihat dokumentasi tersebut akhirnya memicu terciptanya batasan akses pada wilayah personal.

Tema yang diangkat adalah gerakan untuk berkebun di daerah perkotaan (urban farming). Lifepatch mendemonstrasikan kombinasi osilator. Kombinasi kadar air yang berbeda dan instrumen elektronik itulah yang menghasilkan komposisi suara yang mirip dengan suara jangkrik tersebut.

okvideofestival.org

fictional truth collection #2 Lewat presentasi audio visual, M.R. Adytama Prananda ingin mengungkapkan berbagai mitos “kebendaan” yang dianggap menjadi simbol kejayaan, adalah sebuah fenomena yang mengaburkan sejarah, seperti pengharapan akan kemakmuran yang dibawa pemimpin. Hal tersebut merupakan sebagian faktor kenapa masyarakat Indonesia masih percaya cerita lisan di luar nalar.

okvideofestival.org okvideofestival.org


evolveindesign

DIGITAL ILLUSTRATION Dari 145 karya yang masuk, terpilih 2 gambar ilustrasi yang memenangkan kompetisi ilustrasi digital bertema “Indahnya Indonesiaku” ini. Kemajuan teknologi digital telah mewarnai karya-karya ilustrasi anak negeri dan telah mendapatkan apresiasi secara internasional. Wacom sebagai salah satu merek tablet terkemuka bekerja sama dengan Kreavi dalam menyelenggarakan Kompetisi “Ilustrasikan Indahnya Indonesiaku Bersama Wacom”. Kompetisi yang berhadiahkan Intuos5 dan hadiah utama Cintiq 13HD ini adalah satu upaya untuk mengins­ pirasi anak-anak agar lebih semangat mengembangkan kemampuan menggambar. Hal ini juga turut memberikan gambaran kepada anak-anak bahwa menggambar dapat menjadi profesi yang menjanjikan di masa mendatang. Pengumuman dan penyerahan hadiah

dilakukan pada Senin, 29 Juli 2013, di Nutz Culture, Senayan City, Jakarta. Chris Lie ( founder & line artist Caravan Studio), Mayumi Haryato (ilustrator dan desainer grafis), tim Wacom Datascrip, serta tim Kreavi (website untuk pekerja kreatif) menetapkan Fajareka Setiawan sebagai Juara Pertama dan Joseph Putra Wibawa sebagai Juara Kedua. Mary T. Oetomo, Direktur Divisi PT Datascrip berharap, “Melalu ajang ini semoga dapat mengasah kemampuan para ilustrator menjadi lebih bagus lagi dalam menggambar.” [Teks:SS]

wacom.com datascrip.com

unity in art and design DEWASA INI SENI TIDAK LAGI SEKaDAR PENYAMPAIAN EKSPRESI SANG SENIMAN. SENI KINI SUDAH MENJADI BAGIAN HIDUP MASYARAKAT MODERN, MELEBUR BERSAMA DESAIN. Di era seperti sekarang, seni dan masyarakat urban seolah terhubung di hampir setiap faktor. Sebagai majalah, Harper’s Bazaar dan Bravacasa adalah media dengan konten high-classlifestyle, yang mempunyai fokus serta apresiasi lebih terhadap perkembangan desain dan seni. Komitmen ini hadir dalam event Bazaar Art Jakarta dan Casa by Bravacasa yang digelar pada 18—21 Juli 2013 di The Ritz-Carlton Ballroom dan area publik di Pacific Place Mall, Jakarta. Ini merupakan kali kelima Harper’s Bazaar dan Bravacasa menyajikan event yang tidak sekadar menghibur namun juga mengedukasi publik secara luas. Tema yang diusung kali ini adalah “Unity-Design & Art”, sebuah kesatuan yang menunjukkan kekuatan unsur desain dan seni rupa dalam upayanya memberi hasil terbaik pada penataan ruang. Dan jika berbicara desain tentu kaitannya sangat erat dengan dunia arsitektur, interior, dan desain produk. Apresiasi pada desain arsitektur sendiri

terlihat dari Architectural Project yang berisikan karya-karya arsitek ternama Indonesia; Irianto PH, Ary Indra, Cosmas D. Gozali, Wilis Kusuma, dan Yori Antar. Adanya area khusus yang selalu menjadi daya tarik CASA by BRAVACASA adalah area YOUNG DESIGNER yang merupakan wadah untuk “pamer produk” bagi para desainer muda Indonesia. Ajang ini sengaja tetap diintegrasikan dengan Bazaar Art Jakarta 2013 untuk mengeksplorasi peluang terjadinya “cross-selling” dari para konsumen. Yang tidak mungkin dilewatkan adalah Bravacasa Design Challenge 2013, yakni kompetisi desain produk bagi para desainer muda lokal non profesional. Tahun ini, bekerja sama dengan Istituto Marangoni, Milan, pemenang utama dari Bravacasa Design Challenge 2013 akan diterbangkan ke Milan untuk mengikuti short design course. [Teks: NM]

artjakarta.com indesignlive.ASIA

31


EFFICIENCY ON VERTICAL TRANSPORTATION TEKNOLOGI TERKINI MENETAPKAN STANDAR PERFORMA DAN EFISIENSI BARU PADA ALAT TRANSPORTASI VERTIKAL SEBUAH GEDUNG. Ketika pembangunan gedung bertingkat semakin tidak terjangkau kaki lewat tangga, satu hal yang tidak mungkin bisa diabaikan dalam rancangan adalah desain transportasi vertikal. Dan sering kali rancangan gedung bertingkat seperti gedung pencakar langit, keberadaan ruang lift serta efisiensi mesin penggerak lift pada akhirnya sangat berpengaruh kepada keseluruhan rancangan gedung. Hal ini kemudian dijawab oleh Schindler yang memperkenalkan sebuah solusi bagi generasi lift terbarunya yaitu Schindler 5500. Produk ini dianggap dapat menjawab tantangan zaman mengacu kepada fleksibilitas kebutuhan ruang serta hemat dalam penggunaan energi. Lewat tagline “Fits you”, Schindler 5500 memberikan

empat keunggulan, yaitu fleksibilitas konfigurasi ruang serta desain tampilan kepada para desainer dan arsitek, memberikan high-level performance, dan dengan teknologi DRIVE Power Factor One (PF1) dapat mengurangi konsumsi listrik hingga 30% dibanding lift lain dan lewat standby mode, penggunaan lampu LED yang tahan lama dan efisien, material pilihan yang ramah lingkungan, dan mesin penggerak yang ringan tanpa oli atau pelumas, Schindler 5500 telah mencapai peringkat energi kelas A, yang merupakan peringkat tertinggi dalam VDI 4707, sebuah panduan klasifikasi efisiensi energi lift yang dibentuk oleh Asosiasi Insinyur Jerman. [Teks: NM]

schindler.com

MINI HEATING SOLUTIONS SISTEM TATA UDARA VARIABLE REFRIGERANT FLOW (VRF) KINI DAPAT MENJANGKAU BANGUNAN SKALA KECIL. Mengedepankan diri sebagai solusi pendingin ruangan dengan prinsip hemat energi juga ramah lingkungan, kini Johnson Controls memperkenalkan sistem tata udara variable refrigerant flow (VRF), YORK® YES Mini Series DC inverter untuk bangunan residensial, dan YORK® YES Slim dan Super Series DC inverter untuk bangunan komersial di Asia. Sejak tahun 1992, Johnson Controls telah berdedikasi untuk melayani Indonesia, produk YORK® YES Series menawarkan keunggulan penghematan energi, kenyamanan dengan spesifikasi kompresor DC inverter, mesin kipas BLDC dengan kecepatan yang mudah disesuaikan, teknologi anti getar & kedap suara, serta kemudahan pengaturan AC sesuai dengan kebutuhan setiap ruangan dan smart control. Lewat produknya, diharapkan pengguna tidak hanya mencari kualitas solusi tata udara/heating, ventilation and air conditioning (HVAC) yang terbaik,

tapi juga yang memperhatikan efisiensi penggunaan sumber daya energi. YORK® YES Series termasuk salah satu produk yang memiliki Energy Efficiency Ratio (EER) tertinggi, yaitu 4.0 dan Integrated Part Load Value (IPLV) mendekati 6.0 sehingga membantu pemilik bangunan untuk melakukan penghematan energi dengan optimal. Komitmen Johnson Control terhadap efisiensi dalam penggunaan energi serta pengelolaan lingkungan sudah dimulai sejak tahun 1885 lewat penemuan termostat listrik pertama untuk ruangan. Kini atas komitmen tersebut, Johnson Control telah banyak menerima berbagai penghargaan seperti terpilih menjadi salah satu “World’s Most Ethical Companies” for Seventh Consecutive Year, termasuk ke dalam “Global 100 Most Sustainable Corporations in the World”, Corporate Knights. [Teks: NM]

johnsoncontrols.com


evolveindesign

Alpha Ace Anniversary ALPHA ACE TELAH MENCAPAI TAHUN KELIMA DALAM DISTRIBUSI Power Outlet UNTUK AREA KERJA.

Presentasi Produk Presentasi oleh Managing Director PT Alpha Ace Mr. Eric Prihadi dan Mr. Martin Chungselaku Director Ncompas menambahkan pengetahuan bagi para undangan tentang produk-produk AH Meyer dan Ncompas. PT Alpha Ace (62) 21 3429 2561, (62) 813 1100 7476

enquires@alpha-ace.biz

Area kerja menjadi salah satu hal penting untuk mendapatkan perhatian dan pertimbangan khusus dalam hal desain dan detail produk. Hal tersebut dapat meningkatkan efektivitas atau semangat kerja agar dapat lebih produktif. Alpha Ace dalam hal ini mewakili dua merek terpercaya , AH Meyer dan Ncompas, yang hadir untuk memberi kenyamanan dan kemudahan instalasi di ruang kerja. Dalam acara 5th Anniversary-nya, PT Alpha Ace mengadakan gathering dengan para klien di Hotel Intercontinental Mid Plaza pada 26 September 2013 lalu. Acara ini berjalan dengan penuh keakraban dan PT Alpha Ace memperkenalkan beberapa fitur menarik dari produk AH Meyer dan Ncompas. Selain para klien, kolega yang diundang antara lain interior desainer, Project Management, General Contractor, dan furniture supplier. Dalam acara ini, Mr. Eric Prihadi sebagai Managing Director PT Alpha Ace dan Mr. Martin Chung sebagai Director Ncompas memperkenalkan beberapa produk terbaru. AH Meyer juga memperkenalkan produk baru untuk power outlet-nya yaitu Netbox Move. Dengan desain yang minimalis dan dengan estetika desain yang tinggi, produk ini menjadi sangat menarik. Jenis-jenis outlet pun dapat

disesuaikan dengan kebutuhan dan pemasangannya yang mudah. Selain itu, ada juga produk yang memenangkan Reddot Design Award tahun 2011 yaitu Netbox Point. Netbox Point ini adalah produk yang simpel dan mudah dalam pemasangannya. Dan produk ini sangat cocok digunakan di area yang kecil. Adapun Ncompas memperkenalkan produk monitor arm, baik single mode maupun multiple mode yang akan memiliki lebih banyak keunggulan ketika para pekerja menggunakan mobile technology. Selain itu, Ncompas juga memiliki produk lampu LED yang dapat digunakan dengan ataupun tanpa sistem monitor arm itu sendiri. Lampu ini tidak hanya untuk penerangan tetapi lampu ini memiliki desain yang futuristik. Lampu ini merupakan salah satu produk dengan konsep evergreen dan sangat mudah dalam penggunaannya. PT Alpha Ace juga berharap dapat menjalin kerja sama yang lebih erat dengan para klien dan seluruh rekan bisnisnya. Di sisi lain, masukan dan tanggapan dari para klien diharapkan dapat lebih meningkatkan pelayanan PT Alpha Ace dengan produk-produknya. [Teks: SS]

enquires@alpha-ace.biz

THE ART OF SEATING lewat konsep ‘people +design’, Kokuyo hadir di Jakarta . Efisiensi serta produktivitas dalam bekerja sangat dipengaruhi oleh lingkungan tempat Anda bekerja. Dalam hal ini, meja kerja, posisi duduk, dan tentunya kursi kerja, yang menopang badan selama kurang lebih tujuh hingga delapan jam per hari, adalah elemenelemen yang dapat memengaruhi aktivitas selama bekerja. Sebagai sebuah negara, Jepang sangat dikenal akan desain-desainnya yang sangat fungsional serta ramah lingkungan. Hal tersebut tercermin pada desain Kokuyo, sebuah lini dari negeri sakura yang berfokus pada produk furnitur kantor. Di tahun 2013 ini Kokuyo mengembangkan produknya ke pasar Indonesia dengan membuka showroom pertamanya di Ja-

karta. Mengedepankan konsep “People + Design”, produk-produk dari Kokuyo mempunyai fokus untuk menciptakan keseimbangan antara desain produk yang sempurna dan kenyamanan pengguna. Sebagian besar produk kursi Kokuyo Furniture bersertifikat dengan Greenguard , yang membuktikan komitmen untuk green movement dan planet – friendly. “Reuse, Reduce, dan Recycle” adalah prinsip keberlanjutan yang diterapkan Kokuyo, mulai dari proses pembuatan, pengiriman, customer use, hingga penanganan bagi produk yang sudah tidak digunakan. [Teks: NM]

kokuyo.com

indesignlive.ASIA

33


LIVABLE GREEN CITY Menghijaukan kota adalah upaya untuk menghadirkan ruang-ruang yang lebih baik. Green Urbanscape Asia, kembali hadir pada 7—9 November 2013 di Singapore EXPO Convention dan Exhibition Centre. Selain pameran di ruang luar, terdapat beberapa sesi business forum yang menghadirkan pembicara berkualitas seperti Shikhar Aggarwal (Frost&Sullivan), R. Endra Saleh Atmawidjaja (kepala sub direktorat kebijakan dan strategi umum, Kementerian Pekerjaan Umum), dan Dr. Tuan Anh Nguyen, Vice Director Architecture Research Center of Architecture and Planning Department, Ho Chi Minh City, Vietnam. Selain itu terdapat juga LAr. Dr. Suhardi Maulan, Past Vice President Institute of Landscape Architects Malaysia yang melihat parks, open space, dan garden dari sudut pandang bisnis. Forum bisnis ini nantinya akan diakhiri oleh materi Urban Greening oleh Paulo Alcazaren, prinsipal PGAA Creative Design, Site Planners, Urban Designers and Landscape Architects, Filipina.

MEGATALL SIGNATURE SATU LAGI BANGUNAN YANG AKAN MENCAKAR LANGIT KOTA JAKARTA. Kota metropolitan seperti Jakarta sering kali disebut sebagai “hutan beton”, di mana pembangunan akan gedung pencakar langit menjadi suatu pembangunan yang berkelanjutan. Seperti halnya pada rencana pembangunan Signature Tower, gedung jangkung milik Grahamas Adisentosa (anak usaha Danayasa Arthatama) yang dirancang oleh Smallwood, Reynolds, Stewart, Stewart and Associates Inc. (SRSSA) bersama konsultan arsitektur lokal, PDW Architects. Gedung yang rencananya akan dimulai konstruksinya pada tengah tahun 2014 ini mengambil unsur dan jati diri budaya Indonesia, yaitu Candi Borobudur yang dijadikan inspirasi serta semangat yang diinterpretasikan ke dalam desainnya. Pada event peluncuran the CTBUH Indonesia Chapter, Tiyok Prasetyoadi selaku managing director PDW Architects menyatakan bahwa fasade serta crown bangunan yang menyerupai

Candi Borobudur itu bukan sekadar “tempelan” namun merupakan konsep utama yang mengikat unsur-unsur lain seperti teknologi, modernitas, dan manusia. “Tampilan visualnya, selain merepresentasikan kemajuan teknologi, juga menampilkan simbol budaya dan humanity,” ujar Tiyok. Rencananya The Signature Tower akan berlokasi di pusat SCBD, berdekatan dengan pusat perbelanjaan Pacific Place Mall Jakarta. Tujuan dari bangunan The Signature Tower adalah dapat memberikan karakter dan simbolik lingkungan kelas dunia terintegrasi yang ekonomis untuk membangun, mengoperasikan dan memelihara. Sebuah lingkungan yang aman dan bertanggung jawab secara ekologis, dan salah satu yang menetapkan gaya baru untuk arsitektur Indonesia untuk milenium baru. [Teks: NM]

ctbuh.org

Technical Tour juga menjadi salah satu aktivitas yang membawa peserta menikmati skyrise greenery, dan tamantaman di Singapura. Dalam presentasi kepada media, Gwendolyn Goh, Project Manager Singex Group yang mewakili penyelenggara didampingi Jason Wright, Landscape Architect National Parks Board of Singapore, dan Karen Tambayong, Advisor Green City Spatial Planning untuk Kementerian Pekerjaan Umum. Dari presentasi Jason Wright dan Karen Tambayon, kita bisa melihat bagaimana kota-kota lain di dunia telah berlomba-lomba untuk menghadirkan perencanaan agar kota mereka bisa segera menghijau di masa mendatang. Indonesia dalam hal ini mengalami keterlambatan, bahkan Singapura yang memiliki keterbatasan lahan dan sumber daya alam berhasil menjadi kualitas ideal ini untuk kehidupan dan beraktivitas di Singapura. [Teks: SS]

greenurbanscapeasia.com


evolveindesign

HEART OF HOME ENTERTAIMENT DENON memperkenalkan tiga model receiver terbaru yang membuat hiburan di rumah Anda semakin berkualitas. Peran vital audio receiver dianggap memengaruhi kualitas sebuah sistem home theatre. Pada awal Juli lalu, di bawah bendera PT Inti Megah Swara (IMS) selaku distributor tunggal, Denon mengeluarkan rangkaian produk-produk best seller-nya, termasuk di antaranya adalah Audio Receiver dengan kelas premium. Tiga produk yang dikenalkan adalah AVR-X2000, AVR-X1000, dan AVR-X-500. ‘X’ dalam produk ini diartikan sebagai ‘Xcellent’ dari segi desain, teknologi, juga hasil yang memuaskan penggunanya. “Compatible with smartphone”, bisa dibilang kompabilitas dengan smartphone sudah menjadi standar bagi teknologi saat ini. Hal ini juga diusung oleh Denon lewat desainnya yang dilengkapi port HDMI sehingga memungkinkan pengguna untuk menghubungkannya dengan smart gadget. Aplikasi Denon Remote pun dapat diunduh untuk

pengguna iOS dan Android. Teknologi lainnya adalah fitur audio Audyssey yang berguna mengoptimalkan kualitas suara real time maupun efek suara surround, sedangkan Audyssey MultiEQ XT secara otomatis mengkalibrasi speaker termasuk subwoofer yang sesuai dengan ukuran ruangan. Ketiga AVR seri X ini merupakan jawaban yang sempurna untuk kebutuhan dunia hiburan pribadi di setiap tingkat dan kelas harga. Pada kesempatan yang sama, diluncurkan pula headphone dan earphone dari Denon. Terdapat empat jenis headphone dan earphone, Music Maniac untuk si pecinta musik, Global Cruiser cocok untuk pribadi dengan mobilitas tinggi, sedangkan bagi yang suka gaya urban lifestyle, seri Urban Raver dan Exercise Freak dapat menjadi pilihan yang tepat. [Teks: NM]

imsindo.co.id

FINDING ALESSI from italy to jakarta, kini beragam produk alessi hadir di showroom forme. Awal Juli lalu, PT Forme Living International meresmikan Forme Atelier, gedung komersial pemenuh kebutuhan lifestyle di Jakarta Selatan, tepatnya di Jalan Raya Kemang 37. Lewat gedung yang multifungsi ini terdapat empat tenant yang menawarkan keunggulan pada layanan serta produk-produknya. Showroom Forme sendiri langsung dapat ditemui pada lantai pertama bangunan karya arsitek Handoyo D. Gani, beragam pilihan furnitur dengan kualitas internasional tersedia di showroom Forme. Saat ini, Forme Atelier juga berkesempatan untuk turut mendistribusikan produk kenamaan asal Italia, Alessi. Produk impor asal Italia ini terke-

nal dengan desainnya yang unik. Tidak hanya mengutamakan desain unik, produknya juga bisa dipakai sehingga berfungsi tidak hanya sebagai pajangan tetapi memunculkan ikatan batin yang kuat antara barang dan pemiliknya. Inilah yang menjadi alasan kuat pihak Forme mengusung Alessi ke Indonesia. Kehadiran Brunella Bighi selaku Manager Alessi regional Asia menyatakan kegembiraannya akan kerjasama yang semakin menunjukkan bahwa para konsumen produk di Indonesia semakin memiliki kepekaan akan desain. [Teks: NM]

myforme.com

indesignlive.ASIA

35


36

evolveindesign

Monograph of AIRMAS ASRI

THE PATING TLECEK RUANG ARSITEKTUR

SEJARAH ARSITEKTUR Sebuah Pengantar

Oleh Imelda Akmal Achitectural Writer Studio Penerbit PT Imaji Media Pustaka 206 halaman hardcover dengan bungkus cover, IDR 550.000 (62) 21 235 800 80 gramedia.com Diresensi oleh Nissa Maretta

Ditulis oleh Yoshi Fajar Kresno Murti Penerbit Daging Tumbuh Studio 152 halaman, softcover IDR 120.000 (62) 21 719 9671 dialogue-artspace.com Diresensi oleh Nissa Maretta

Ditulis oleh Setiandi Sopandi Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama 243 halaman softcover, IDR 78.000 (62) 21 235 800 80 gramedia.com Diresensi oleh Nissa Maretta

Setelah sebelumnya mengulas karya arsitek Baskoro Tedjo, kali ini Studio IAAW menggarap monograph untuk sebuah firma arsitektur ternama di Indonesia, PT Airmas Asri. Tidaklah heran mengapa Airmas yang dipilih, firma yang berdiri sejak akhir tahun 1980-an ini telah berkontribusi banyak pada pembangunan di Indonesia. Menurut Prof. Dr. Danisworo selama dua dekade terakhir, PT Airmas Asri telah memberikan proyek-proyek yang sangat signifikan kepada perkembangan baik dari dunia arsitektur juga pembangunan kota. Firma arsitektur ini diprakarsai oleh Jusuf Setiadi,Hidajat Tri Tjahjono, dan kemudian bertemu dengan N. Rahardjo Muljono. Didirikan sejak tahun 1988, PT Airmas Asri telah dikenal lewat ber­ bagai macam proyek, di antaranya Cilandak Townsquare, Ananta Legian, Bali Nusa Dua Convention Center, dan bermacam-macam gedung pencakar langit. Tak heran jika akhirnya sering disebut-sebut sebagai salah satu konsultan yang turut berperan dalam menciptakan rupa skyline Kota Jakarta, juga mengimplementasikan berbagai kemungkinan baru yang dapat memperbaiki kualitas desain arsitektur. Melalui monograf ini, pembaca dapat melihat juga memahami berbagai masterpiece dari Airmas Asri mulai dari proyek terdahulu sampai yang terbaru, tak ketinggalan pula sejumlah proyek internasional. Selain foto serta gambar tiga dimensi, terdapat pula narasi yang mendeskripsikan konsep serta latar belakang masing-masing proyek. Penjelasan tentu akan makin jelas karena dapat diproyeksikan langsung melalui gambar denah, potongan dan tampak yang juga disertakan dalam buku ini. Eksklusif dan profesional adalah kesan yang di­ tampilkan oleh buku yang disajikan dengan format full bahasa Inggris dan full colour ini. Dimulai dari cerita sejarah, lalu proyek-proyek terbangun PT Airmas Asri, kemudian proyek yang sedang diselesaikan, tak lupa proyek internasionalnya. Buku ini juga menghadirkan foto seluruh tim PT Airmas Asri yang berjumlah sekitar 90­—100 orang. Sebagai sebuah pembelajaran serta pengenalan, buku ini dapat membantu siapa pun yang memang ingin mengenal lebih dalam proyek-proyek yang dikerjakan oleh Airmas Asri.

Melihat judul yang terbagi dalam tiga bahasa dalam satu judul, buku ini seolah ingin mengungkapkan ragam makna. Kepada sebagian pembaca mungkin pemilihan judul tersebut membingungkan, terkesan humoris, atau justru memancing banyak tanya. Ungkapan bahasa Jawa, “pating tlecek” ini kerap digunakan untuk menggambarkan imaji ketidakteraturan akan sebuah kondisi atau situasi. Mungkin kurang lebih maknanya tidak jauh dari kata ‘berserakan’, tidak dapat diprediksi posisinya. Lalu apa yang dimaksud dengan ketidakteraturan ruang arsitektur? Dalam kaitannya dengan arsitektur, Yoshi Fajar Kresno Murti menganggap istilah tersebut sebagai gambaran akan karyakarya Eko Nugroho dalam menjawab konsep ruang serta aktivitas pada realita urban kita yang juga “tanpa aturan”, kompleks, dan tidak jelas polanya. Hal ini dinilainya menjadi sebuah “ketegangan” antarrancangan yang terencana dengan pola praktik sehari-hari yang arbitrer. Ada keterkaitan emosional dari sang pemilik, Eko Nugroho, dan sang perancang hunian, Eko Prawoto, saat berbicara tentang pengertian hunian. Duo Eko ini berbagi pengalaman, ilmu, dan juga pemahaman akan “hidup”, proses kreativitas, inspirasi, serta ruang tinggal yang erat konteksnya dengan kampungkampung di bantaran kali Code Yogyakarta. Itulah yang menjadi bahan eksplorasi serta realita urban bagi mereka. Kemudian lewat buku ini, penulis mencoba mengkritisi adanya fenomena transisi yang kerap luput begitu saja, tidak terlalu dimaknai. Saat ini yang sering dijalani adalah lompatan transisi, instan-isasi. Tahu beres saja. Tidak bisa dipungkiri kemudian, proses ‘transisi’ ini kembali mengacu kepada ritual yang lekat pada kebudayaan. Pada akhir buku, dijelaskan tentang usaha Eko Nugroho yang terus-menerus berupaya menjadi bagian dari konteks setempat; ruang, nilai, dan kebiasaan dari orang-orang setempat. Buku ini menceritakan konsepsi spasial ruang tinggal serta “perintilannya” dalam perspektif penghuni, sebuah artikulasi akan arsitektur yang kadang dianggap sebelah mata atau “kurang berbobot” namun ternyata dapat memberikan pencerahan baru bagi yang membaca.

Mengenal sejarah arsitektur, kalimat tersebut tidak dirasa tepat, mengapa? Sebagian orang menganggap histori tidak lebih dari sekadar cerita lampau, asal muasal, dan latar belakang. Padahal sesungguhnya arsitektur bukan hanya sekadar persoalan fungsi, ruang dan rancang. Sejarah desain arsitektur pun punya makna jauh lebih dalam dari momentum, ketenaran sebuah nama dan peristiwa. Buku ini mencoba memaksimalkan sebuah upaya dalam menjembatani kesenjangan topik, antara hal-hal yang dirasa teoritis dan praktikal, seperti halnya sejarah dengan teknik perancangan arsitektur. Penulis menyampaikan bahwa selama ini materi tersebut dalam kurikulum pendidikan arsitektur pada suatu perguruan tinggi dirasa kurang mendukung secara aktif, keduanya diberikan paralel. Dalam buku ini, penulis mencoba menghilang­ kan sebuah paradigma akan “bosannya” belajar sejarah lewat sebuah paparan yang diharapkan dapat lebih praktis. Baik dari segi penyajian serta konten yang akan disampaikan agar koherensi serta relevansinya dapat lebih mengendap dan tergoreskan dalam setiap rancangan para arsitek atau cikal bakal arsitek. Sebanyak empat bab dipaparkan berdasarkan elemen-elemen arsitektur yang kemudian dikaitkan dengan sejarah arsitektur, seperti pada bab pertama dengan judul Gundukan dan Tumpukan. Isinya kemudian mengacu kepada arsitektur seperti pada bangunan piramida, kuil, bahkan candi yang bisa kita terjemahkan sendiri bahwa gundukan dan tumpukan merupakan sebuah bentuk, struktur, dan konstruksi paling purba dari arsitektur. Beragam penjelasan berikut ilustrasi anatomi ruang, pembentukan awal piramida, dan ilustrasi arsitektur lainnya, dapat memperkaya kajian ilmu yang disampaikan agar terendapkan dengan tepat. Pada dua bab selanjutnya, penulis menjelaskan sejarah arsitektur melalui elemen struktur dasar, seperti Tiang dan Balok serta Busur dan Kubah. Baru di bab terakhir, Geometri dan Teori yang mengungkapkan hal-hal semacam langgam, keteknikan, serta teori dibahas tuntas. Buku Sejarah Arsitektur ini dapat dibilang menjadi sebuah terobosan baru untuk kembali memahami sejarah bukan menghafalnya.

indesignlive.ASIA


37

Investigating the latest trends and products in lighting

Pencahayaan arsitektural eksterior di zaman led. André Tammes mengenai bagaimana menerangi bangunan di era LED. Pencahayaan eksternal bangunan tidak mengalami perubahan ekstrem sejak permulaan “banjir cahaya” pada pertengahan abad lalu. Memang penggunaan frase yang disayangkan itu disebabkan oleh dua hal besar. Penjualan dan penggunaan teknologi LED yang bisa dibaca pada Indesign Indonesia, rubrik Fuse #5 dan meningkatnya wajah bangunan yang transparan. Penggunaan teknologi LED secara langsung mentransformasi pemandangan malam pada

lingkungan urban dan secara menerus menawarkan sebuah potensi yang tidak terbatas untuk menguatkan arsitektur atau digunakan untuk menghadirkan kesan terang. Dalam FUSE edisi ini, desainer tata cahaya dari UK, jurnalis, dan pengarang, Carl Gardner, membahas mengenai perubahan ini, manifestasi global, atau fakta bahwa kesempatan juga memiliki sisi buruknya. André Tammes adalah Editor Tata Cahaya Indesign. andretammes.com

indesignlive.ASIA


Carl Gardner melihat pengaruh dari pencahayaan yang solid terhadap tata cahaya arsitektural dan desain di sekitarnya, termasuk di dalamnya keuntungan dan sisi buruknya.

35 tahun setelah penemuan bohlam lampu dan 60 tahun sejak profesi desain tata cahaya mulai diakui, pencahayaan telah memasuki era baru. Seperti yang dijelaskan Craig Louie dalam Indesign #51, solid state lighting (SSL) systems, yang paling dikenal adalah LED, telah menjadi sumber pencahayaan di masa mendatang. Kehadiran LED mengubah penampilan bangunan di segala penjuru dunia, tetapi tidak selalu menjadi lebih baik. Jadi, apa keuntungan menggunakan LED untuk pencahayaan arsitektural di eksterior? Salah satu paling penting ialah mereka membutuhkan energi kecil tetapi menghasilkan cahaya yang kuat dengan instalasi simpel dan mudah disembunyikan. Bahkan beberapa bangunan bersejarah telah menikmati keuntungan ini, seperti Kastil Durham di Inggris yang baru-baru ini Stainton Design mengganti lampu konvensional dengan LED proyektor dan mengurangi biaya pemeliharaan. Di tangan desainer pencahayaan yang terlatih, LED telah dimanfaatkan

1

untuk menciptakan pencahayaan yang sangat berhasil untuk bangunan atau struktur modern, seperti Telekombridge di Bonn, Jerman, yang memenangkan penghargaan dengan tata cahaya karya Licht Kunst Licht yang menghadirkan pencahayaan interaktif di kaki jembatan, sepanjang balustrade, sehingga mampu merespons hadirnya pengguna jalan dan berubah warna ketika mereka berjalan melewatinya. Ada juga Richard Desmond Children’s Eye Center di London yang memanfaatkan setrip LED berubah warna dengan cerdas untuk menerangi bagian sayap bangunan luarnya. Namun berada di tangan yang salah akan menempatkan LED dengan kemampuan cahaya yang kuat dan berubah warna ini memberikan kontribusi pada permasalahan hiburan dan pencahayaan untuk marketing. Cahaya yang intens, berubah warna dengan acak, secara langsung akan memengaruhi bangunan. Pencahayaan yang tidak memiliki hubungan dengan bentuk arsitektural akan menghancurkan integritas estetika bangunan tersebut. Salah satu contoh yang baru-baru saja mendapatkan kritik tajam adalah pencahayaan untuk Country Hall yang lama di London (sekarang menjadi hotel). Gaya Erdwardian Baroque pada muka bangunan diplester dengan warna saturasi ketika malam. Sayangnya, Cina dan negara Asia lainnya yang tidak memiliki banyak ahli dalam desain tata cahaya juga ikut memanfaatkan teknologi cahaya ini. Ternyata tidak semua pencahayaan direncanakan dengan baik seperti pada Canton Tower di Guangzhou atau Taishin Bank Tower di Taipei (karya konsultan Amerika Fisher Marantz Stone) yang sangat rapi diwujudkan. Desainer tata cahaya dari Hongkong, Peter Mak, menjelaskan tuntutan masa kini, “Desainer tata cahaya berada dalam situasi di mana ia harus menggunakan LED sebagai sumber utama atau tunggal dalam desain pencahayaannya untuk interior, eksterior, dan lanskap. Bila tidak, mereka akan dianggap oleh klien ketinggalan…tetapi ada situasi dimana LED memang tidak sesuai.”

Atas County Hall, London, oleh Architainment Lighting bawah (kanan) Canton Tower, Guangzhou, oleh Information Based Architecture


FUSEindesign

Teks CARL GARDNER Alih Bahasa Sunthy Sunowo

“ Cahaya yang intens, berubah warna dengan acak, akan memengaruhi bangunan [...] menghancurkan integritas estetika bangunan tersebut� CARL GARDNER

indesignlive.ASIA

39


40

FUSeindesign

Hal lain yang menjadi perhatian Mak adalah para pengembang di Hongkong dan Cina lebih memilih LED asal Cina yang lebih murah tetapi memiliki kualitas sangat rendah. Salah satu bangunan yang menunjukkan hal semacam itu adalah gedung tertinggi di Hongkong, ICC Tower, ketika deretan LED pada muka bangunan tidak bekerja dengan baik selama dua tahun dan terlihat seperti garis hitam pada fasade. Komplikasi lebih jauh bisa dilihat di daerah dekat khatulistiwa yang beriklim panas sehingga performa LED sering kali menurun ketika dudukannya terlalu panas. Teknik menyebarkan panas menjadi krusial untuk bagian dari pencahayaan LED, tetapi suhu 40 0C menjadi penyebab dari umur produk yang pendek atau bahkan kegagalan performa. Beberapa desainer pencahayaan di Eropa sekarang menolak untuk memberikan spesifikasi penerangan LED, yang paling bagus sekalipun, untuk negara Timur Tengah. Bagaimanapun perubahan utama yang dibawa oleh SSL ke dalam pencahayaan arsitektural adalah kemampuan untuk sepenuhnya mengintegrasikan mereka ke dalam fasade struktur modern. Kaca dan besi pada muka bangunan selalu menjadi yang paling sulit untuk diberikan pencahayaan konvensional dengan floodlights dan spotlights karena tingkat refleksi permukaan yang amat tinggi. Sekarang LED dan panel LED bisa dipasang di belakang pelapis bangunan atau menjadi bagian dari kulit bangunan sehingga pencahayaan tidak terletak di permukaan bangunan tetapi benar-benar terlihat dari bangunan. Torre Agbar di Barcelona karya Jean Nouvel yang selesai dibangun pada 2004 diterangi oleh 4.000 lampu LED, indesignlive.ASIA

merupakan salah satu contoh dari tren yang berkembang saat ini. Pada saat bersamaan ada lampu LED convergence dan teknologi layar display LED sehingga bangunan tidak hanya terlihat menyala tetapi juga menjadi informasi atau media iklan. “Teknologi display yang baru kini hadir tipis, layar transparan yang memberikan kesempatan untuk lingkungan virtual yang sebelumnya hanya bisa dilihat di film sci-fi,” jelas desainer pencahayaan Mark Ridler dari BDP Lighting . Pengembangan SSL terbaru merupakan representasi dari perubahan drastis dalam teknik pencahayaan. Beberapa orang mungkin menganggap teknologi ini menghentikan desain pencahayaan. Hal ini pastinya membutuhkan kurva pembelajaran yang sangat besar terutama ketika berhubungan dengan manajemen dan kontrol terhadap intensitas, arah, frekuensi berubahnya warna, dan durasi. Tanpa perhatian khusus, bias sinar akan masuk ke dalam kamar tidur, cahaya kota di malam hari menjadi tidak berimbang, dan polusi cahaya ke langit akan meningkat secara eksponensial sebagai hasil dari peningkatan terang cahaya SSL dan tidak adanya perencanaan atau kontrol terhadap cahaya di beberapa negara di dunia. Desainer pencahayaan dan spesialis keberlanjutan Kevan Shaw dari Kewan Shaw Lighting Design juga menyampaikan isu penting. “Teknologi lampu LED saat ini tidak memiliki ketahanan selama yang dibutuhkan oleh sebuah muka bangunan. Bila kita mulai mendesain bangunan dengan keterbatasan ketahanan selama 20—30 tahun, kita akan benar-benar membangun bangunan ketidakberlanjutan. Kami baru saja

dihubungi untuk mendesain skema penggantian untuk salah satu dari instalasi LED pada muka bangunan yang pertama kali kami desain. Skema ini bisa bertahan untuk 20 tahun atau lebih, tetapi klien berpikir hal itu perlu ditingkatkan sehingga bangunan mereka bisa mengurangi pengaruh bagi cahaya malam dibandingkan dengan instalasi yang sekarang ada.” Mungkin, bisa jadi LED tidak akan membawa kita ke arah pencahayaan yang berkelanjutan, tetapi akan kembali mengarahkan kita pada perencanaan yang hanya berdasarkan pada fashion dan pemborosan.

Carl Gardner dahulu adalah editor untuk Lighting Journal di Inggris.

kiri atas Durham Cathedral, baru-baru ini proyek Castle diselesaikan oleh Stainton Lighting Design Services Ltd kanan bawah Richard Desmond Children’s Eye Centre, London, oleh Lightscape Projects atas Telekom Bridge, Bonn, Jerman, oleh Licht Kunst Licht



42

FUSeindesign

RECESSED ‘pan LED’

‘NEXIMO H’ LED

‘A(r)mor’ double LED

‘QUADRA’ LED

Dengan bentuknya yang ringkas dan konsumsi energi yang rendah, PAN telah menyempurnakan penataan panggung utama menjadi individual dan semakin hemat energi. Lampu 1,25W ini memberikan distribusi cahaya yang jelas dan hal inilah yang membedakan produk ini dengan lainnya yang sangat bulky dan menyebarkan cahaya ke area yang lebih luas, bahkan terlihat aneh di siang hari.

Produk ini adalah lampu gantung yang memiliki bentuk ramping dan kekuatan LED yang besar dengan desain yang tidak mudah dilupakan. Kita tidak bisa melupakan Neximo H’LED. Tersedia dalam warna hitam dan putih, Neximo H memiliki fitur cahaya dengan kualitas optimum dan distribusinya sesuai untuk ruang kerja. Dengan bentuk cahaya yang organik, lampu ini meneruskan desain dari Neximo. Tersedia di Light Culture.

Desain dari A(r)mor double LED dari Modular Lighting ini terlihat sangat kuat dan memiliki lapisan pelindung yang seperti sebuah tameng dari cuaca ruang luar yang cukup keras. Lapisan pelindung menutupi interior bohlam yang memberikan cahaya kuat yang keluar dari setiap ujungnya. Berukuran 398x222 mm dan memberikan tampilan eksterior yang ringkas untuk sebuah sumber cahaya. A(r)mor tersedia dalam enam pilihan warna.

Sistem lensa di lampu Quadra menghasilkan bias sinar yang tidak sama dengan properti fotometrik yang memberikan kenyamanan visual efektif dengan penggunaan frame antisilau dan cross baffle dan potongan bersudut 300. Kombinasi pencahayaan ekonomis, nuansa ruang, desain menarik, dan cekungan yang tidak dalam membuat Quadra begitu unik. Sistem lensa yang inovatif ini juga tersedia dalam bentuk bundar dalam rangkaian downlight compact LED.

Light Culture 1300 300 904 lightculture.com.au

JSB Lighting (61 2) 9571 8800 jsblighting.com.au

ERCO (49) 2351 551 690 erco.com

Zumtobel (61 2) 8913 5000 zumtobel.com

indesignlive.ASIA



44

FUSEindesign

‘Sköll’ Surface light ‘Sköll’ square ini adalah LED yang dipasang pada permukaan yang didesain dengan pemikiran kontemporer dan estetika simpel serta fokus pada pilihan modern yang halus dan garis tegas. Dibuat oleh Wever&Ducre Belgia memproduksi Skoll dengan konsep seperti ubin yang mengambang di atas cahaya. IP67 adalah rating produk ini yang menjadikannya bisa dipasang di ruang luar mana pun.

Infinity Awards – First Edition

Space Lighting (61 2) 8218 2182 spacelighting.com.au

‘CLIVO’ SPOT LIGHT ‘Clivo’ memiliki bentuk yang kecil dan ramping yang menyesuaikan dengan IP 66 spot dari i-LED, LED2W yang hangat, netral, atau cahaya yang nyaman membuat produk ini memiliki fungsi yang bisa diubah arahnya dengan memutar ujungnya. Hal ini memberikan fleksibilitas yang luas untuk desain pencahayaan eksterior. Lampu ini juga terlihat menonjol dan mampu menyatu dengan desain bangunan. Xenian 1800 888 863 xenian.com.au indesignlive.ASIA

Kanan Atas Pemenang Infinity Award design di Crown Melbourne Eastern Façade oleh Electrolight

Penghargaan untuk desain pencahayaan pada skala nasional dan internasional telah cukup lama diselenggarakan. Untuk disiplin desain yang relatif muda, penghargaan adalah cara yang tepat untuk menampilkan karya terbaik kepada penikmat secara luas dan mempromosikan kebanggaan dan kebahagiaan di dalam studio tersebut. Penghargaan Infinity ini diorganisasi oleh Illumni, lighting website independen, yang menempatkan mekanisme pengumpulan dan penjurian secara online. Hal ini memungkinkan program ini menjadi internasional tanpa harus mempertemukan seluruh juri, atau mengadakan presentasi karya di satu tempat. Tujuannya adalah merayakan kreativitas tanpa batas dari desainer pencahayaan, “infinity”. Dalam tahun pertama penyelenggaraan award ini Infinity telah menarik perhatian 115 karya dari 12 negara yang mendapatkan 33 penghargaan dari 26 negara, 17 juri dari 12 negara untuk menentukan 33 penghargaan dalam 12 kategori. Ini adalah bukti kesuksesan sebuah penghargaan baru dan mencerminkan semakin meningkatnya komunitas desain pencahayaan internasional dalam upanyanya untuk terus mencari kreativitas dan inovasi.

Australia memiliki 5 pemenang yang mendapatkan penghargaan mereka dalam acara yang glamor di Sydney. Sisa 28 penghargaan lainnya akan diserahkan pada acara yang tidak kalah glamornya di Singapura, London, dan New York. Indesign Group adalah media partner untuk Infinity Awards di Sydney dan meneruskan kerja sama dengan Illumni untuk Infinity Award di Singapura pada 20 Maret yang diasosiasikan dengan sponsor utama Gerard Lighting, Austube, ERCO, Illumination Physics, International Lighting, JSB, KKDC, Lighting Group, Sill, Traxon Technologies, Xenian, dan Xicato.

André Tammes adalah Editor Pencahayaan untuk Indesign. Illumni illumni.com.au Infinity Awards infinityawards.net For further information and images on the winner and shortlisted entrants visit indesignlive.com/articles/in-review/ infinity-awards-2013-sydney


media partners:



luminaryindesign

teks nissa maretta pORTRAIT ANHARIZA MAHENDRA

Tan Tjiang Ay BAGINYA ARSITEKTUR ADALAH KEHIDUPAN DAN SEBUAH GAYA BAHASA, SELALU ADA PERUBAHAN namun tetap BERADA DALAM KETERATURAN

indesignlive.ASIA

47


kiri ATAS Selain hunian, Tan sering kali merancang fungsi publik seperti Hotel Malaka, yang berlokasi di Bandung kiri bawah Salah satu karya Tan, hunian di area Jakarta Utara HALAMAN SEBELAH Karya Tan pada Nathanael House memperlihatkan personal character-nya lewat permainan kolom dan ruang terbuka (Semua foto courtesy Tan Tjiang Ay kecuali Nathanael’s House)

agi arsitek senior Tan Tjiang Ay, keinginannya menjadi arsitek jauh dari hal-hal yang sifatnya puitis dan filosofis. Stigma sosiokultural yang mendarah daging pada masanya membuat orangtua Tan tidak setuju akan profesi yang hendak dipilihnya. Arsitek bagi sebagian orang memang kerap dianggap sebuah profesi yang tidak “stabil”, tidak cukup mumpuni untuk dapat meraih kemakmuran hidup. Namun hal tersebut tidak membuat Tan Tjiang Ay mengganti cita-citanya. Belajar menjadi seorang arsitek sempat dijalani Tan. “Saya belajar di mana-mana. Awalnya di ITB yang pada waktu itu namanya masih Fakultas Teknik Universitas Indonesia yang ada di Bandung, lalu sempat pindah ke UNPAR (Universitas Katolik Parahyangan),” akunya. Sampai pada akhirnya sekitar tahun 1960-an Tan memutuskan untuk tidak melanjutkan studi dan memulai perjalanannya sen­ diri. Berbagai wejangan dari kolega serta senior-senior tidak menggentarkan ketetapan hatinya untuk tetap menjalankan profesi sebagai seorang arsitek. Saat itu Tan muda mulai bekerja sendiri selama beberapa tahun, lalu membuat biro konsultan yang berada di bawah naungan sebuah konglomerasi. Ketika hampir 12 tahun bekerja, Tan merasa sulit untuk menonjolkan personal character pada tiap karyanya jika ia terus-terusan berada di bawah “naungan” yang lebih besar. Oleh karenanya, ia memutuskan untuk kembali berjalan sendiri. Hingga sekitar tahun 1982, ia mendirikan biro konsultan The Office of Tan Tjiang

B

Ay Architects. Pada waktu itu Tan tidak gentar akan “kepincangannya”, justru yakin jika dapat memberikan tendangan yang keras walaupun ia tidak sempurna. Karya Tan kemudian mulai memperlihatkan karakter dirinya, banyak permainan elemen dasar seperti balok, garis, dan bidang. Tidak neko-neko, bahasa awamnya, ada juga yang melihatnya sebagai sesuatu yang membosankan. Kepada tim Indesign ia bercerita akan pe­ngalamannya belajar merancang didapat dari seorang dosen asal Belanda semasa ia belajar di ITB. “Sederhana saja,” katanya, bukan minimalis. Ya, Tan Tjiang Ay memang sering sekali diberi cap mempunyai gaya berarsitektur minimalis. Mengenai hal itu, ia menjawab, “Minimalis itu mahal sekali! Saklar lampu tidak boleh kelihatan, tombol dan remote TV juga, lalu bagaimana? Dikantongin terus, saya nggak tahan,” ujarnya seraya berkelakar. Ketika ditanya mengenai makna dan tanggapan tentang arsitektur saat ini, ia menuturkan pendapatnya, “Saya selalu mengungkapkan bahwa arsitektur adalah sebuah bahasa sehingga mampu menyampaikan berbagai pesan.” Menurutnya, saat ini sering terjadi salah kaprah dalam penggunaan bahasa. Ia memberi contoh, “Nuansa itu zaman saya artinya perbedaan sedikitsedikit, ­‘nuansa biru’, ada biru muda, turun satu warna lagi seperti gradasi, kalau sekarang arti nuansa adalah suasana.” Kerancuan ini dirasa Tan tengah terjadi pada arsitektur. Muncul banyak gaya bahasa baru, lantas bentuk-bentuk arsitektur zaman modern sering dianggap tidak kreatif, kurang bermain, dan terlalu predictable. Saat ditanya mengenai karakter desainnya yang cenderung berulang, tidak terlalu banyak perubahan, ia hanya berkomentar, “Lantas, memang kenapa?” Dalam hal ini, Tan merasa punya gaya bahasanya sendiri. Biar bagaimanapun ia menampik jika sepanjang berkarya tidak ada perubahan, “Kalau diperhatikan, sebenarnya gaya berarsitektur saya dari tahun 1970-an hingga sekarang, ya pasti berubah.” Jika lantas karyanya dianggap terlalu mudah ditebak, ia justru mengucap syukur, dengan begitu, karyanya dapat dengan mudah dikenali. Gaya bahasa tentu akan dan boleh berubah seiring perkembangan zaman, namun tata dalam berbahasa menurutnya tidak banyak mengalami perubahan. “Seperti bahasa Indonesia sekarang kosa katanya sudah banyak toh? Tapi struktur kalimatnya tetap S-P-O-K ‘kan?” tanyanya. Beliau membenarkan adanya perubahan, karena pada akhirnya kurun waktu, kultur tertentu, serta faktor lain berpengaruh dalam membentuk suatu gaya bahasa tertentu, namun tetap ada acuan berarsitektur yang kurang lebih tetap sama. Inilah yang ia lakukan ketika merancang suatu karya, tetap mengacu kepada tata berbahasa yang pada ak­hirnya membuat suatu


luminaryindesign

pola, ada keteraturan, orde. Namun di balik bahasa bangunan yang kelihatannya minim kosa kata itu, terdapat detail yang dapat mengungkap banyak makna. Ia mengaku tidak asal menambahkan detil yang sifatnya hanya ornamental, setiap detilnya adalah working details. Seperti detil pada huniannya, lubang-lubang pada plafon ternyata berfungsi sebagai ventilasi pasif agar sirkulasi udara dalam ruangan tetap baik dan nyaman.Dalam merancang rumah, terutama rumah tropis, kenyamanan menjadi hal utama. “Karya-karya saya selalu menerapkan desain rumah yang ‘poreus’.” Poreus dalam bahasa Belanda artinya berpori. Karya Tan memang terkenal menerapkan prinsip rumah tropis dengan unsur-unsur ruang terbuka, taman, dan selasar. Pembelajaran tentang rumah tropis didapatnya dari rumah tradisional sederhana yang hanya berdindingkan bilik bambu serta berlantaikan bilah bambu. Cahaya dan sirkulasi udara tetap dapat masuk lewat celah pada bilik dan bilah bambu sehingga ruang didalamnya tetap terang dan nyaman. Dalam pengolahan ruang, Tan juga selalu menerapkan kesederhanaan yang ‘kaya’ akan spasial ruang. “Ja­ ngan membuat ruangan, tapi buatlah ruang” menjadi hal yang selalu dilakukan Tan dalam setiap proyeknya. Kesederhanaan pada tiap rancangannya tidak membosankan dan kaku, justru bisa dibilang selalu mempunyai “spirit” yang diungkap lewat ambience di tiap ruang. Sebagai arsitek, Tan merasa sudah seharusnya memikirkan solusi terbaik terhadap rancangan bangunan, ia melanjutkan “...yang mudah-mudahan fungsional bagi pengguna bangunannya.” Kepekaannya terhadap detail fungsional terwujud pada berbagai karya arsitekturnya seperti rumah tinggal di Jalan Sutami, Bandung, yang ia rancang pada 1983. Karyanya ini mendapatkan

penghargaan IAI Award tahun 1991 karena rancangan tersebut dinilai dapat memberi solusi terhadap masalah lingkungan. Tidak heran berbagai karyanya mendapat perhatian dari banyak pihak, bahkan salah satunya, menjadi contoh akan hunian tropis dan dimuat dalam buku The Tropical Asian House: Introduction oleh Robert Powell yang diterbitkan pada 1996. Masih di tahun yang sama, karyanya juga dipuji di sebuah majalah Jepang, Architecture and Urbanism, juga sempat dijadikan sebagai bahan kuliah di Jurusan Arsitektur McGill University, Kanada. Kini Tan Tjiang Ay masih terus berkarya, menyampaikan pesan-pesan dengan gaya bahasanya. Beberapa dapat membaca desain sterilnya lebih dalam, meng­ ambil makna akan kesederhanaan yang asri. Tampilan akhir karya Tan mungkin terlihat effortless tapi sesungguhnya di balik itu ada pemikiran dalam, kecermatan serta upaya penuh dalam mengolah detail dan ruang. Tidak banyak yang sadar bahwa seorang Tan Tjiang Ay adalah salah satu arsitek senior yang sangat berpengaruh di Indonesia. Mungkin karena ketidaktahuan itulah hingga saat ini ada beberapa yang merasa rancang­ an Tan Tjiang Ay tidak terlihat seperti sudah selesai. “Baru-baru ini ada yang bilang desain saya tidak serius, padahal sudah hampir jadi!” ujar Tan. Mungkin juga beberapa di antaranya belum “ngoyo” untuk memahami desain Tan yang terlihat “tidak ngoyo”.

Tan Tjang Ay 1940 Lahir di Jawa Tengah. 1958 Memulai studi di Fakultas Teknik Universitas Indonesia yang berada di Bandung. 1982 Mendirikan biro konsultannya sendiri, The Office of Tan Tjiang Ay Architects. 1991 Mendapat penghargaan IAI Award untuk kategori rumah tinggal. 1996 Salah satu karyanya dimuat dan diterbitkan dalam buku The Tropical Asian House Introduction oleh Robert Powell. 2009 Rumah rancangannya di bilangan Bangka, Jakarta Selatan, meraih Green Design Award 2009 dari majalah Griya Asri. 2011 Gedung retail Kemang 89, karya Tan juga terpilih pada acara SKALA+06 Annual Design Award sebagai Most Inspiring Retail Space. 2012-kini Masih terus berkarya sebagai praktisi arsitektur lewat biro konsultannya, The Office Of Tan Tjiang Ay Architects.

The Office Of Tan Tjiang ay architects (62) 21 789 18 08

indesignlive.ASIA

49


bali and beyond Kehadiran bangunan baru DI PULAU BALI TERJADI sangat cepat dan menggerus eksistensi alam. Beberapa proyek ini menarik perhatian DAN MEMBERIKAN HARAPAN tentang bagaimana alam menginspirasi


focusindesign

51

w

indesignlive.ASIA


LUXURIOUS SENSIBILITY KEINDAHAN PANTAI NUSA DUA ADALAH INSPIRASI DALAM KEMEWAHAN DAN DETAIL DESAIN ARTISTIK VILA DAN RESOR YANG MEMUJA INDAHNYA ALAM DAN SEGARNYA UDARA PANTAI

eindahan ini terbingkai secara apik oleh resor dan vila di bawah naungan The Mulia ini. Nusa Dua sendiri adalah bagian dari Bali yang masih menyimpan magnet daya tarik untuk keindahan alam dan aktivitas sosial budaya yang menarik. Nusa Dua juga menjadi saksi hampir semua perhelatan lokal dan internasional yang terlaksana di Bali. Pesona alam menjadi pusat perhatian dan orientasi dari setiap ruang yang ada di bangunan ini. Hal ini menjadi penting, karena tatanan interior yang mewah dan elegan ini dirancang untuk bisa menikmati keindahan alam sekitar dengan nyaman dan tenang. The Mulia sendiri memiliki titik tolak kualitas yang menjadi penentu dari setiap properti yang dimilikinya. Desain yang terbaik selalu berhasil menjadi ambang batas kualitas kemewahan dan elegan yang disuguhkan kepada tamu pengunjung. Perbedaan konsep yang didasarkan kelengkapan fasilitas dan pilihan layanan yang sesuai bagi setiap tamu yang datang memiliki benang merah desain yang kuat. Warna batu alam yang mendekati warna pasir dan elemen interior dengan sentuhan warna biru pada bangunan maupun elemen interior mewujudkan kesela­rasan dengan warna alam di sekitarnya. Meskipun memiliki sentuhan klasik, keseluruhan desain arsitektur dan interiornya merupakan representasi masa kini dari budaya, alam, dan seni Bali.

K


focusindesign

TEKS Frederica Aditya fotografi Courtesy of The Mulia Bali Desainer Interior SBM Indonesia Lokasi Bali | ina ProYek The Mulia Bali

indesignlive.ASIA

53

w


onfigurasi vila bertingkat layaknya terasering tanah K persawahan sengaja dipilih dengan memanfaatkan tinggi rendahnya kontur tanah sehingga tiap unit memiliki akses pemandangan langsung ke laut tanpa terhalang bangunan lain Frederica Aditya


focusindesign Halaman SebElumnya

Tatanan interior lobi yang menghadirkan warna biru seperti warna laut dan elegan terlihat seperti perpanjangan dari desain arsitektur bangunan sehingga terlihat menyatu dan lapang Halaman Ini Kolam renang tidak hanya menjadi bagian dari lanskap, tetapi juga menjadi representasi air laut yang terletak di innercourt besar yang terbuka ke arah pantai dan menikmati udara laut

Kiri atas Bangunan kolonial yang dimanfaatkan untuk kantor, art shop, dan kafe kiri bawah Simfoni seni yang terdiri dari karya 40 seniman pada blok 80x80cm di area innercourt Halaman sebelah

Ruang tunggu, ruang tamu, dan sekaligus menjadi kafe didekorasi oleh karya-karya artistik dari seniman lokal

Kemewahan desain di lobi yang menghadirkan skala ruang yang megah, kemudian sedikit melembut di ruang spa yang lebih mengedepankan kehangatan dan kenyamanan. Di sini terdapat hidroterapi dan ice room yang akan memberikan pengalaman ruang dan sensasi spa yang berbeda. Birunya samudra dapat dinikmati dengan santai dari dalam bangunan. Tata lanskap sengaja tidak jauh berbeda dengan laut sehingga banyak menghadirkan area kolam dengan komposisi simetris. Semua keindahan ini terbalut dalam tampilan mewah dari pemilihan bahan material dan desain yang berkelas. Ruang penerima pada bangunan ini memberikan rancangan yang lebih ekspresif dengan banyak mengolah komposisi warna dan bentuk detail pada furnitur dan elemen interiornya. Center piece berupa lampu gantung berbahan kristal yang unik dan berkarakter menjadi aksentuasi ruang yang sangat artistik dan menguatkan hadirnya void atap. Kehadiran elemen ini juga sekaligus memberikan nuansa skala dan proporsi yang megah pada keseluruhan desain interior lobi. Di sini komposisi warna natural yang hangat mendapatkan sentuhan warna biru mendekati warna air laut pada karpetnya. Desain eksterior dan interior di bangunan vila dan resor ini selalu berusaha untuk simetris agar lebih everlasting. Kesinambungan kualitas yang memberikan kenyamanan dan ketenangan kepada tamu selalu dijaga konsistensinya dari dalam hingga ruang luarnya. Dengan memanfaatkan material yang terbaik, ruang ke ruang di bangunan ini selalu diperhatikan secara detail. Prosesi dan sekuens antar ruang kemudian tidak pernah membosankan atau dibiarkan kosong tanpa maksud dan perhatian desain. Area publik dan fasilitas pendukung menempati gedung bagian tengah, dan menyi­sakan sayap kanan dan kiri dari massa berbentuk U untuk area privat. Selain memanfaatkan furnitur yang memiliki desain berkelas dan bercitarasa tinggi, area publik seperti lobi vila dan resor memanfaatkan material unik seperti azul bahia granite yang memiliki semburat warna biru yang berkarakter dan elegan. Kemudian masuk ke dalam kamar-kamar privat tone warna krem dan emas mendominasi. Konfigurasi vila dan lanskap seperti layaknya terasering sawah di Bali yang dengan bijak memanfaatkan kontur tanah. Upaya ini menempatkan setiap kaindesignlive.ASIA

55



focusindesign

mar memiliki pemandangan eksklusif ke arah laut lepas. Sentuhan ini hanya membatasi pencapaian fisik namun tetap membebaskan pandangan ke pantai dan samudra lewat bukaan kaca berukuran besar. The Mulia Villa Bali ini berbeda dengan area resor yang hadir dengan pelayanan bintang lima. Vila-vila di sini memang didesain bagi mereka yang menginginkan tingkat privasi tinggi dari 5 pilihan vila berukuran 505—3.300 m 2 dengan 1 hingga 6 jumlah kamar di setiap unitnya. Setiap vila tertata unik dengan mengadaptasi konsep rumah tradisional Bali yang memisahkan fungsi ruang tidak dalam satu atap. Hal ini membuat setiap bangunan di dalam unitnya terbalut dalam taman tropis, dan kolam renang pri­badi dapat dinikmati hanya selangkah dari kamar tidur. Sementara itu resor memiliki kapasitas 111 kamar seluas 105—296 m 2 yang terdiri dari 3 pilihan fasilitas. Kombinasi warna natural sengaja diposisikan untuk membangun suasana tenang dan rileks. Konsistensi desain kemudian tetap memberikan kualitas mewah dan elegan pada detail-detailnya. bambu, furnitur kayu, lantai granit, dan kain-kain yang digunakan menciptakan permainan bahan yang menarik meski dalam gradasi warna cokelat lembut. Nuansa warna tidak tampak banyak berbeda pada sisi eksterior bangunan. Kursi-kursi santai di tepi kolam renang bergaya simpel berpadu kain berwarna beige memberikan nuansa pantai dan laut. Permainan

atas Warna batu alam

cokelat, permukaan air yang biru, dan abu-abu menjadi komposisi warna yang hadir membentuk suasana resor yang mewah. bawah kiri inspirasi terasering sawah dan pepohonannya menjadi konsep yang dikembangkan untuk mewujudkan ruang luar yang nyaman di hotel bawah kanan Interior kamar memang dirancang mewah dan megah dengan pemandangan ke laut lepas dalam kenyamanan suasana resor

bidang kotak yang tertata simetri juga ditemui pada lanskap. Beberapa artwork ukurannya disesuaikan dengan besarnya taman sehingga tidak ditemui patung-patung berukuran besar layaknya kompleks bangunan yang lain. Kehadiran banyak karya seni dalam desain inte­ rior ruang-ruang di dalam bangunan ini merupakan representasi kelas dari fasilitas bangunan ini. wujud dari cita rasa tinggi yang diharapkan memberikan kontribusi positif terhadap kualitas aktivitas yang diwadahinya. Adanya karya seni juga konsisten ada di tatanan lanskap yang disusun untuk menciptakan orientasi visual, mendukung karakter bangunan, dan mengisi ruang. Area kolam renang dan lanskap yang sangat luas ini membutuhkan kehadiran elemen-elemen besar untuk memecah luasnya area ini menjadi lebih manusiawi secara skala ruang dan membuat kualitas ruang luar yang lebih nyaman dan tetap intimate meskipun ruang luar. Keindahan matahari terbit atau terbenam dapat terlihat sambil bersantai di dalam kamar, pada kursi malas di teras, atau di pinggir kolam memandangi langit.

Frederica Aditya adalah kontributor untuk Indesign Indonesia.

The Mulia Bali Klien The Mulia Bali DESAINER INTERIOR SBM Indonesia Periode desain 1,5 tahun Waktu penyelesaian 24 bulan FURNITUR Secara umum, hampir semua furnitur dibuat custom. Finishing Dinding menggunakan material sand stone, sementara lantainya menggunakan marmer Italia. Azul bahia marble stone dari Brasil dan Blue Marine marble dari Italia.

PENCAHAYAAN Hampir secara keseluruhan pada Area Publik, Resepsionis, dan Lounge Area menggunakan lampu downlight. Sebagian besar armatur lampu untuk lampu gantung dan dinding dibuat custom. ART PIECE Di sebelah kiri area lobi terdapat dua drum kayu dari Thailand bagian utara abad 19 Masehi. Di sebelah kanan area lobi terdapat ukiran kayu Naga dari Nagaland (perbatasan antara India dan Burma, terbuat dari satu batang kayu dan biasanya diletakkan di depan rumah kepala desa).

The Mulia Bali Jalan Raya Nusa Dua Selatan, Kawasan Sawangan, Nusa Dua 80363 Bali, Indonesia. (62-361) 3027777

indesignlive.ASIA

57


THE ICONIC

SEPERTI SEBUAH CERITA, IZE HOTEL MEMBERI PROLOG YANG DAPAT DINIKMATI SECARA UTUH d desain ruangnya


focusindesign

59

kiri Tampak depan IZE Hotel dengan resto & bar pada bagian depan hotel kanan atas Perspetktif atap iconic IZE Hotel dari arah jalan kerobokan kanan bawah

Area luar (teras) kafe yang terbuka untuk publik pada lantai 1

TEKS NIssa Maretta fotografi Courtesy of Studio Tonton (ferry ridwan) Arsitek studio tonton Lokasi bali | Ina Proyek ize hotel seminyak

ulau Dewata kini semakin padat. Banyaknya bisnis restoran, kafe, dan tempat hiburan sepanjang jalan-jalan ternama di Kota Bali menimbulkan persaingan “panasâ€? akan desain bangunan yang menarik agar mudah diingat dengan fungsi lebih dari sekadar pemuas kebutuhan. Bali masih menjadi kota yang kerap disinggahi. Dengan segala keeksotisan ruang-ruang barunya, daya tarik kota ini justru jauh dari kata pudar. Sekalipun sebagai turis awam, ketiga area yang tidak akan terlewat jika bertandang ke sana adalah area Kuta, Legian, dan tentunya Seminyak. Seminyak menjadi salah satu di antara tiga area tersebut yang kini semakin ramai lewat beragam tempat hangout dan butik di sepanjang jalan. Bagi pendatang, turis, ataupun sekadar pejalan kaki, padatnya pertokoan serta restoran yang memenuhi sepanjang Jalan Kerobokan seolah berce­ rita lewat beragam desain pada etalase depan sebuah toko atau restoran. Keuntungannya bila memang menarik, cerita rupa tersebut akan tersangkut di otak yang melihatnya. Sering kali badan jalan yang tidak terlalu lebar membuat jarak pandang ke arah bangunan tidak utuh sehingga tidak dikenali tanpa adanya papan nama. Hal itulah yang ingin dihindari oleh IZE Hotel. Ferry Ridwan dari studio Tonton selaku arsitek prinsipal menjelaskan ide awalnya yang menginginkan bangunan terlihat eye catching agar mudah diingat sehingga sempat diputuskan untuk memberi warna merah. Namun semakin padatnya area Semin-

P

CATCH

dan MEmberi BANYAK KEJUTAN lewat indesignlive.ASIA

w


kiri Atas Area lobi dan resepsionis; terdapat skylight pada tengah ruang yang memugkinkan pencahayaan alami ketika siang hari kiri bawah Area duduk tiap lantai berada di depan lift dengan desain ruang yang terbuka halaman sebelah Ikon IZE Hotel; bidang segitiga berwarna biru pada atap kanopi

yak, menambahkan elemen arsitektur berwarna merah seakan memancing “kebakaran”. Akhirnya diputuskan untuk mengambil konsep desain yang dingin namun tetap menjadi magnet mata. IZE Hotel pun memiliki “cerita”-nya sendiri, menyesuaikan diri akan konteks area sekitar, sebuah resto dan bar tampil sebagai area publik dua lantai yang dinaungi oleh kanopi berstruktur baja dengan bidang-bidang segitiga dari GRC board dicat berwarna biru sebagai penutupnya. Terlihat mencolok dari kejauhan, mengundang rasa penasaran untuk segera singgah ke dalam restoran yang memang terbuka untuk publik. Pola bayangan yang dihasilkan oleh kanopi pun sangat menarik, berubah-ubah mengikuti sinar matahari.

Ferry Ridwan menjelaskan bentuk segitiga muncul akibat bentuk lahan yang tidak benar-benar lurus sehingga pada rancangan denah didapat ruang yang berlekuk dan muncul bentuk segitiga yang dapat diulang pada elemen-elemen bangunan lainnya. Atap kanopi tersebut juga berfungsi sebagai “tameng” bahwa sesungguhnya ada fungsi privat di baliknya yang lebih membutuhkan ketenangan dan privasi. Tidak hanya terlepas dari fisik kanopi yang menarik mata, penamaan hotel pun unik. Karena kata ICE dirasa blak-blakan, terlalu harafiah dan kurang me­ narik untuk menggambarkan konsep hotel, akhirnya diputuskan untuk sedikit bermain dengan kata “ice” menjadi “ize”. Kata ini digunakan pula menjadi branding berbagai fasilitas hotel, seperti beberapa diantaranya, SocialIZE di Rooftop Lounge and Bar, menikmati hidangan di restauran MaximIZE, bersantai di kamar RevitalIZE, dan lain sebagainya. Sebagaimana hotel-hotel di Bali, permainan lanskap serta pemandangan alam menjadi modal utama. Namun dengan terbatasnya lahan yang ada di Jalan Kerobokan, Seminyak, ini membuat sang arsitek mengubah permainan ruang, orientasinya tidak lagi ke samping—kanan kiri—tetapi atas dan bawah. Entrance hotel dapat diakses dari samping dan berada di belakang restoran dan bar sehingga sirkulasi antara pengunjung hotel dan restoran tidak bentrok, kedua­ nya mendapat kenyamanan masing-masing. Pengalaman ruang yang berbeda akan terasa ketika memasuki lobi hotel, terlihat bagaimana tim perancang membuat keterbatasan luas lahan justru menjadi sebuah kelebihan. Dari ruang tunggu dapat terlihat akses menuju private pool pada basement, hadir­nya kolam renang pada lantai basement menaikkan value ruang yang biasanya identik dengan suasana gelap dan pengap. Dinding yang berbatasan langsung dengan kolam renang pun dilapisi dengan panel stainless steel dan diberi kucuran air dari atas, melengkapi penyuasanaan ruang agar terasa lapang dan sejuk. Jika di banyak gedung lantai basement digunakan


focusindesign

indesignlive.ASIA

61


untuk ruang parkir atau ruang servis dan utilitas, pada IZE Hotel yang ada justru 7 kamar sewa paling diminati, Deluxe Pool, dengan fasilitas eksklusif yaitu akses privat ke kolam renang langsung dari teras belakang kamar. Masih ada tiga jenis kamar yang ditawarkan oleh IZE yang tak kalah menariknya, Deluxe Rooms, Club Rooms, dan Club Suite dengan ragam fasilitas yang juga memanjakan para tamu. Kamar jenis Club Rooms dan Club Suites memiliki fasilitas IZE Club Privileges, seperti antar-jemput ke bandara, daily laundry, dan mendapatkan signature sunset cocktail per malamnya di roof-top bar. Club Rooms yang berada di lantai tujuh terasa lebih luas karena mempunyai desain plafon yang berbeda, mengikuti bentuk atap, tak terkecuali pemandangan panorama Seminyak yang dapat dinikmati dari balkon tiap kamar. Dalam proses rancangnya, satu hal yang sengaja tetap dipertahankan adalah konsep natural dan tropical design khas Bali, serta mengoptimalkan pencahayaan alami pada tiap ruang yang ada di bangunan IZE Hotel ini. Penerapan sistem kamar single loaded membuat lorong hotel tidak harus memakan banyak biaya pada penggunaan listrik karena cahaya dapat masuk lewat partisi kayu. Memainkan keindahan ca-

haya adalah hal yang diungkapkan Ferry Ridwan. Hal tersebut jelas nampak dari bayangan yang tercipta akibat masuknya cahaya pada ruang sela antarbidang segitiga pada atap kanopi resto & bar, serta dari panel kayu sepanjang koridor hotel. Selain itu, pada setiap kamar, cahaya alami tetap dapat menjangkau ruang terpojok seperti kamar mandi, yaitu dengan adanya void di bagian belakang kamar mandi yang dibatasi oleh kaca sebagai dindingnya. Desain kamar mandi hotel yang memiliki “sumur cahaya� ini selain dapat memasukkan cahaya juga memberi pengalaman membasuh badan yang lain dari biasanya. Hadirnya sebuah hotel menjadi hal biasa terutama di kota wisata semacam Bali, yang tidak biasa adalah bagaimana IZE Hotel menjabarkan cerita yang beragam, menjadi ikon bagi kawasannya, kepedulian akan utuhnya sebuah vista pejalan kaki, kenyamanan pengguna, serta kejutan menarik dalam permainan olah ruang.

Nissa Maretta adalah Writer Indesign Indonesia.

HALAMAN INI kiri jauh

Interior kamar jenis Deluxe Pool pada lantai basement kiri dekat Kolam renang eksklusif yang dapat diakses langsung dari kamar Deluxe Pool halaman sebelah

Roof-top bar & pool pada lantai teratas hotel


focusindesign

63

w

ize hotel Klien Bali Prima Lestari Konsultan Arsitek & Interior Studio TonTon Principal Arsitek Antony Liu + Ferry Ridwan Tim Arsitek Ivan Susanto, Arga Artistika, Arif Tsani Tim Interior Arga Artistika, Cynthia Agustine Developer Bali Prima Lestari Kontraktor Tatamulia Nusantara Indah Konsultan Lansekap Tropical Line Konsultan Struktur Bentara Karya Mandiri Konsultan ME Makesthi Enggal Utama

Kontraktor Interior Graha Mitra Arsindo, Dwitunggal Mandirijaya Konsultan Pencahayaan Lentera Art Lighting Periode desain 2009—2011 Periode konstruksi 2011—2013 Luas Lahan 1.907 m² Total Floor Area 8.598 m² Studio Tonton (62) 21 82570191/92 Furnitur Furnitur pada kamar hotel hampir sebagian besar merupakan custom-made design oleh Studio TonTon.

Pencahayaan Tata pencahayaan menggunakan jasa konsultan Lentera Art Lighting. Finishing Secara umum struktur bangunan yang digunakan pada IZE hotel menggunakan material baja dan beton. Kanopi atap resto dan bar menggunakan GRC board dibentuk segitiga yang dicat lalu ditempel ke rangka baja galvanis. Atap pada rooftop pool dan lounge menggunakan struktur membran. Pada langit-langit kamar hotel jenis Club Room menggunakan plaster board setebal 10 mm dicat putih dari Jayaboard. Panel GRC setebal 9mm dari Jayaboard

digunakan pada plafon balkon. Dinding di samping pool basement dilapisi stainless steel. Adapun partisi pada koridor hotel menggunakan panel kayu. Lantai kamar menggunakan parquet kronotex Choco Latte. Pada kamar mandi menggunakan niro granite tipe Cementrum warna putih. Fixed & Fitted Sanitasi pada kamar hotel seperti sink, toilet dan lain sebagainya hampir seluruhnya menggunakan Toto. Bathtub menggunakan tipe Atelier MBS-110 dari Toto.

Bentara Karya Mandiri (62) 21 531 05 77 Dwitunggal Mandirijaya (62)21 5857994 Graha Mitra Arsindo (62) 21 585 21 86 / 21 585 63 19 IZE Hotel (62) 361 84 66 999 Jayaboard (62) 21 27 53 81 00 jayaboard.com Kronotex (Intranesia Deco Pratama) (62) 21 290 220 29 sales@kronotex.co.id Makesthi Enggal Utama (62) 21 572 72 73 Mackenzie Lighting (Lentera Art Lighting) (62) 21 543 742 06 Niro Granite (62) 21 666 77 168 nirogranite.com Studio TonTon (62) 21 82570191/92 Tatamulia Nusantara Indah (62) 21 460 6960 tatamulia.co.id Toto (62)21 292 98 686 toto.co.id indesignlive.ASIA


A HUB BY THE PADDYFIELD Di antara keindahan alam Ubud, co-working space ini menjadi tempat berkumpul, berinteraksi, dan bekerja


focusindesign

65

TEKS Sunthy Sunowo fotografi Courtesy of Hubud Arsitek PT Green Home Lokasi Bali | INA ProYeK Hubud

indesignlive.ASIA


ali selalu dikenal dengan keindahan alam dan pemandangannya. Begitu juga dengan daerah Ubud yang lebih dikenal dengan resor-resor cantik dan museum seni yang indah. Namun, di mata John Alderson, Peter Wall, dan Steve Munroe aktivitas di Bali membutuhkan sebuah fasilitas co-working space yang mendukung para pekerja lepas yang ada di pulau ini untuk berkumpul dan menjalin jejaring kerja. Awalnya di tahun 2012 selama 2 minggu konsep ini coba diperkenalkan secara popup ke publik di Ubud untuk melihat respons dan seberapa besar kebutuhan akan ruang seperti ini. Ketiga inisiator dan founder dari Hubud ini dahulu dipertemukan secara tidak sengaja oleh seorang teman yang menyadari bahwa mereka memiliki ide yang sama. Ide tersebut kemudian semakin menguatkan niat ketiganya untuk mewujudkan ide mereka. Lokasi di Ubud merupakan hal yang paling sesuai buat mereka yang telah menganggap Ubud adalah rumah dan ingin memiliki tempat kerja yang tidak jauh dari rumah. “Kriteria berikutnya adalah keberagaman keahlian, selama ini kami bertemu dengan beragam profesi dan latar belakang keilmuan dan semuanya terbuka terhadap kesempatan dan kemungkinan yang terjadi ketika mengumpulkan semua ahli tersebut dalam satu tempat,” jelas John. Ubud sendiri selama ini dikenal sebagai pusatnya keberagaman dan komunitas kreatif di Bali, tetapi sekarang juga telah berkembang lebih luas menjadi tempat persimpangan orang global dan lokal. “Kami merasa Ubud memiliki atmosfer yang mendukung sehingga sejak awal niat kami adalah meramaikan dan memfasilitasi kondisi itu. Saat ini kami melihat ke­ sempatan besar untuk memberikan kontribusi kepada Bali agar menjadi penghubung terhadap inspirasi entrepreneur dan inovasi di Bali,” tambah John. Melalui pertemuan awal mereka, sekarang Peter Wall (community builder dan video-journalist), John Alderson (desainer multidisiplin), dan Steve Munroe (pernah bekerja untuk United Nation) mewujudkan

B

KIRI Material bambu

ternyata memiliki potensi sangat besa, tidak hanya secara fungsional tetapi juga untuk elemen dekoratif Kanan Dengan memanfaatkan material lokal seperti bambu dan kayu reclaim untuk membentuk bangunan yang menaungi kegiatan co-working ini HALAMAN SEBELAH

Bambu memiliki detail-detail yang indah ketika dikomposisikan secara utuh, dibelah, atau hanya separuh

hub di Ubud, sebuah co-working space di mana orang bisa menjadi anggota dan bisa menikmati fasilitas internet berkecepatan tinggi, ruang kerja yang nyaman dengan pemandangan hamparan sawah hijau, dan kesempatan berinteraksi dengan orang-orang dari komunitas lain. Bangunan dua lantai dengan memanfaatkan material bambu menjadi pilihan logis untuk bisa hadir selaras dengan lingkungan. Dengan dibantu oleh PT Green Home, bambu kemudian menjadi material utama bangunan yang memang sengaja memanfaatkan material lokal yang mudah didapatkan. Persepsi ini berlatar belakang pergeseran apresiasi orang Bali untuk menggunakan bambu untuk ketahanan lebih lama. Bersama mereka kami melakukan renovasi, mendesain furnitur, dan membangun kafe. “Kami juga menggunakan kayu sisa dalam proyek ini, material ini sungguh hebat untuk berbagai alasan, termasuk di dalamnya fleksibilitas.” Kualitas dan karakter bambu memudahkan desain untuk menghadirkan bentuk. “Bentuk mengikuti bentuk, begitu juga dengan fungsi. Dengan kata lain, ruang di Hubud ini terwujud dari pilihan material, struktur, dan aplikasinya. Bentuk ruang yang geometris yang dibentuk oleh bambu membentuk karakter unik dengan struktur yang nampaknya seperti muncul dari lantai,” John Alderson menuturkan. “Tidak ada dinding yang datar, semuanya membentuk lengkungan dan sudut yang natural.” Hal yang paling menarik di Hubud ini adalah pemandangan sawah dan alam yang hijau di sekeliling bangunan memberikan sensasi bekerja dekat dengan alam yang banyak memberikan inspirasi. Bentuk ba­ ngunan Hubud menggunakan atap pelana dengan menggunakan atap tanah liat dan di masa mendatang nantinya akan dibuatkan mekanisme untuk bisa mengum­pulkan dan menggunakan air hujan. Selain area co-working, terdapat juga garden café, The Living Food Lab yang memiliki pemandangan ke arah Gunung Agung. Pemandangan akan keindahan


focusindesign

alam ini juga didukung oleh prinsip mempertahankan vegetasi yang sudah tumbuh di sekitar bangunan. “Saat ini bahkan sudah menjadi lebih hijau dari saat pertama kali kami datang,” John menambahkan. Di sinilah bekerja sambil menikmati pemandangan yang menyegarkan adalah satu kondisi ideal yang mendorong kreativitas, bahkan ketika ruang kerja dirancang terbuka, tanpa AC, dan hampir menyatu dengan ruang luar, serta berada di antara kolom-kolom bambu yang juga representasi dari alam. Hub di Ubud yang buka 24 jam dari senin-jumat ini mampu menampung 75 orang di area co-working dan café Living Food Lab. Sebagai sebuah hub yang menghubungkan antarkomunitas dan antarprofesional di Ubud, tempat ini menyediakan fasilitas cu­k up lengkap seperti ruang privat, ruang untuk skype call, serta ruang meeting dan konferensi. Bangunan yang terletak di atas jalan utama, 100 meter dari pintu masuk Monkey Forrest di Ubud ini bisa dicapai de­ngan berjalan kaki atau bersepeda. Penggunaannya berdasarkan sistem keanggotaan yang memudahkan kebebasan mengakses fasilitas yang ada. Di area co-working, furnitur juga didesain untuk bisa mudah menyesuaikan, seperti bila akan berdiskusi dan brainstorming, meja-meja tersebut dapat dengan mudah diatur, bahkan table top meja bisa diputar untuk memanfaatkan permukaan papan tulis di sebaliknya. Semua anggota bebas untuk memilih tempat favoritnya, bisa di dalam atau di luar. “Selalu menyenangkan ketika memperhatikan bagaimana orang menemukan tempat favoritnya,” tutur John. Pada dasarnya semua ruang bisa disewa sehingga acara semacam workshop, diskusi, interest group, movie night, atau bahkan kelas bahasa Indonesia dan sejarah Indonesia bisa diwadahi di sini. Di sisi lain bangunan sederhana dengan detail-detail irisan dan sambungan bambu ini juga menjadi tempat bagi berbagai kegiatan komunitas di Bali, seperti Pecha Kucha Night Ubud, Ubud Writers & Readers Festival, dan berbagai acara lainnya yang direspons dengan baik oleh komunitas di Ubud dan Bali. Kehadiran Hubud yang menjadi hub ini berhasil menciptakan ruang kerja yang kondusif untuk bersosialisasi, mengembangkan jejaring, meeting, atau bahkan bekerja menyepi sembari bermimpi. Dengan begitu, ide-ide positif dapat segera mendapatkan dukungan dan respons yang mengarah pada realisasi yang optimal. Tidak bisa dipungkiri, Hubud sendiri merupakan wujud dari ide yang berhasil mendapatkan dukungan dan respons positif dari perkenalan dan jejaring.

Sunthy Sunowo adalah Senior Editor Indesign Indonesia

Hubud ARSITEK PT Green Home Klien John Alderson, Peter Wall, Steve Munroe DESAINER INTERIOR John Alderson KONTRAKTOR Made Gandra PT GREEN HOME (62) 361 8703659 ptgreenhome.com FINISHING Bangunan ini secara keseluruhan memanfaatkan material lokal yang mudah didapatkan di Bali. Bambu dengan waktu penebangan yang tepat dan melalui pengolahan untuk memastikan kekeringan bambu dan pengawetan alami yang membuatnya lebih kuat untuk melawan bubuk bambu yang membuatnya mudah lapuk. Pengerjaan detail-detail bambu dengan pendekatan tradisional yang memanfaatkan bentuk dan karakter alami bambu. FURNITUR Furnitur di bangunan ini sengaja memiliki desain yang beragam. Seluruhnya adalah desain karya John Alderson dengan memanfaatkan kayu reklamasi. HUBUD (62) 361 979073 hubud,org PT Green Home Monkey Forest Road # 88, Ubud, Gianyar 80571, Bali, Indonesia (62) 361 8703659 ptgreenhome.com Living Food Lab (62) 81 337.213649 livingfoodlab.com John Alderson (62) 81237185221 Made Gandra (62) 0811389240

indesignlive.ASIA

67


Halaman ini Gedung

AXA Tower dengan bentuk elips yang memberi warna pada skyline Kota Jakarta Halaman Sebelah Lobby drop-off pada area perkantoran AXA Tower


focusindesign

69

teks Nissa Maretta fotografi edo simanjuntak Arsitek DP ARCHITECTS Lokasi Jakarta | Ina Proyek Kuningan City Axa Life

compact block AKTIVITAS BISNIS SERTA KEBUTUHAN AKAN GAYA HIDUP URBANIS MODERN MERUPAKAN SALAH SATU YANG MENDASARI PENJAMURAN SUPERBLOK DI KOTA-KOTA BESAR SEPERTI JAKARTA adirnya superblok di Jakarta saat ini telah menjadi salah satu tren akan kebutuhan hidup yang serba-compact. Ragam aktivitas dalam satu kawasan terpadu di era seperti sekarang serta keadaan lalu lintas ibu kota yang kian menyita waktu, konsep “one-stop for all” menjadi satu keputusan yang dinilai efisien. Sasarannya memang kepada para pekerja muda yang aktif, dinamis, serta masyarakat modern di Jakarta yang punya gaya hidup bekerja keras namun tetap dapat menikmati hidupnya dengan beragam aktivitas. Ada begitu banyak superblok yang menawarkan hal serupa, persaingan pun terjadi cukup ketat, tidak sedikit bahkan di antara superblok satu dan lainnya mempunyai lokasi yang berdekatan. Lokasi tepat memang menjadi potensi akan kesuk­ sesan bisnis di bidang properti, seperti pada Jalan Prof. Dr. Satrio, Jakarta Selatan, yang disebut-sebut sebagai jantung dari kawasan segitiga emas Jakarta (Sudirman-Kuningan-Thamrin) yang tentunya mempunyai nilai investasi tinggi. Tidak hanya itu, lokasi ini pun dianggap memiliki prospek sebagai pusat bisnis nasional serta internasional, mengingat banyaknya kantor internasional, kedutaan asing, dan hotel-hotel berkelas di area tersebut. Adanya wacana pemerintah DKI Jakarta yang memiliki rencana pengembangan ruas jalan tersebut menjadi seperti Orchard Road di negara Singapura pun menambah dukungan akan hadirnya kawasan terintegrasi seperti kompleks Ku­ ningan City.

H

indesignlive.ASIA


halaman ini kiri atas

Ruang di antara kolom dan struktur spider dimanfaatkan untuk area komersial (kafe) dengan view menuju jalan, sebagai daya tarik pengunjung kiri bawah

Salah satu artwork karya seniman asal Bandung, Sunaryo, pada salah satu dinding interior bangunan Kuningan City halaman Sebelah

Desain plafon memiliki pengulangan elemen lengkung dan elips, seolah memberikan kesan ruang yang semakin dinamis

Proyek superblok ini dibawahi oleh pengembang ternama Agung Podomoro Group (APG) yang pengerjaannya dilakukan oleh anak perusahaannya, PT Arah Sejahtera Abadi. Adapun konsultan ternama dari nege­ri Singapura, DP Architects PTE Ltd., dipercaya menjadi konsultan arsitektur Kuningan City. Lewat tagline-nya, “Work, Rest & Play”, Kuningan City memberikan kemudahan guna melakukan multi-activities lewat fasilitas terpadu seperti The Office Tower, Retail & Entertainment Center dan Residential Towers. DP Architects sendiri mengatakan bahwa desain yang dirancang untuk Kuningan City merupakan tantangan dalam menemukan solusi tepat untuk dapat menjawab beragam konteks, mulai dari padatnya lahan, menampung segala kebutuhan akan gaya hidup penduduk kota yang dinamis, serta merespons akan kawasan sekitar. Pembangunan mix-used facilities yang terintegrasi membutuhkan banyak pertimbangan, terutama soal sirkulasi juga zonasi ruang mulai dari publik hingga privat. La­han memanjang sepanjang Jalan Prof. Dr. Satrio menjadi area utama untuk komponen komersial, yaitu pusat perbelanjaan dan area perkantoran. Di sisi lain, menara hunian yang menuntut tingkat privasi lebih tinggi berada pada bagian belakang lahan sehingga tercipta suasana tenang dan nyaman untuk dihuni. Fasilitas hunian yang ditawarkan cukup menarik, Denpasar Residence memberikan suasana Pulau Dewata yang identik dengan tropical design terutama pada fasilitas ruang-ruang terbuka dalam tatanan dan ­ornamen yang didesain khusus oleh landscape consultant dari Amerika, Todd Bennit. Sementara itu, untuk fungsi perkantoran, AXA Tower didesain bersandingan dengan area perbelanjaan dan gaya hidup sebagai landmark yang mempunyai karakter kuat bagi keseluruhan komplek Kuningan City. Denah tower berbentuk murni elips yang pada dasarnya merupakan sebuah respons keselarasan bentuk organik. Hal senada juga tercermin pada desain bentuk podium bangunan yang berfungsi sebagai pusat perbelanjaan. Timur dan barat ditetapkan sebagai sumbu untuk mengoptimalkan pemandangan yang didapat pada unit-unit kantor sewa. Letaknya yang berada pada ujung lahan, berlawanan dengan tower residential, menjamin privasi ruang antar kedua fungsi tidak terganggu. Adapun konsep akan masyarakat urban tersampaikan melalui desain fasade yang bergelombang seolah memberi kesan pergerakan penduduk kota yang terus


focusindesign

embangunan mix-used facilities yang terintegrasi membutuhkan P banyak pertimbangan, terutama soal sirkulasi juga zonasi ruang mulai dari publik hingga privat. NISSA MARETTA

berubah dan dinamis. Jika diperhatikan lagi, tiap-tiap fungsi bangunan memperlihatkan identitas yang berbeda, pada fasade AXA Tower terasa elegan dan formal mencirikan profesionalitas pada gedung-gedung perkantoran pada umumnya. Pada pusat perbelanjaannya, muka bangunan lebih “bermain” dengan sun shading gelombang berwarna oranye, tidak lupa akan gemerlap lampu yang menyala pada malam hari. Seolah ingin ikut berinteraksi dengan para pejalan kaki dan pusat komersial lainnya, menerangi hingga ke jalan. Desain ruang transisi dirancang oleh DP Architects agar mengutamakan kenyamanan para pengguna sehingga terasa mengalir seakan berupaya menyampaikan bahwa permainan ruang yang menyatu adalah salah satu keunggulan superblok tersebut. Karya seni juga hal yang tidak luput dari perhatian dalam merancang interior bangunan Kuningan City. Hal tersebut dapat dilihat dari beragam karya “mall art” yang tersebar pada interior pusat perbelanjaan ini. Salah satu yang besar dan permanen adalah karya seniman Sunaryo pada salah satu dinding di Kuningan City. Dengan semakin banyaknya superblok, Kuningan City diharapkan dapat memenuhi setiap kebutuhan penduduk kota, dengan mengintegrasikan semua fungsi dalam satu entitas tunggal.

Nissa Maretta adalah Writer Indesign Indonesia.

KUNINGAN CITY AXA Life KLIEN PT Agung Podomoro Land, Tbk, dan PT Arah Sejahtera Abadi Konsultan ArsiteK DP Architects Singapore Konsultan Arsitek Lokal PTI Architects Indonesia Developer PT Arah Sejahtera Abadi KONTRAKTOR PT Adhi Karya Konsultan Pencahayaan Christju PTE Ltd. (Singapore) KONSULTAN STRUKTUR Perkasa Carista Estetika

Konsultan ME PT Gradian Mitrakarsa Konsultan Soil Investigation PT Sofoco Konsultan Quantity Survey PT. Widle and Woollard Indonesia WAKTU PEMBANGUNAN 36 bulan LUAS TOTAL BANGUNAN 28.250 m2 DP ARCHITECTS SINGAPORE (65) 6338 3988 | dpa.com.sg

FINISHING Dinding dan fasade bangunan menggunakan beton precast, dinding pasangan bata dan papan gipsum yang dicat. Glass Curtain Wall. Fasade bangunan menggunakan rangka panel aluminium komposit. Material yang digunakan sebagai penutup lantai adalah lantai batu marmer dan granit polesan. Pada beberapa tempat juga menggunakan ubin homogeneous, keramik serta lantai dengan laminasi kayu. Gypsum board, kayu, fiberglass, dan beton ekspos yang di cat merupakan material pada

langit-langit serta finishing powder coating untuk metal sheet. FIX AND FITTED Sistem pembagian lift ada tiga, Passanger lift, Service Lift, dan Direct Passanger Lift. Access Card menggunakan sistem Proximity Card. Sistem HVAC menggunakan Chiller dan Split Duct. Terdapat alat pendeteksi kebakaran berupa sprinklers, heat detector, dan hydrant.

Agung Podomoro Land (62) 21 290 34567 agungpodomoro.com Bennit Design Group (1) 562 597 2221 bennittdesign.com PTE Ltd DP Architects (65) 6338 3988 dpa.com.sg Gradian Mitrakarsa (62) 21 471 3775, 4713606 Perkasa Carista Estetika (62) 21 533 1182 perkasacarista.com PTI Architects Indonesia (62) 21 570 2702 pti-architects.com PT Adhi Karya adhi.co.id PT Arah Sejahtera Abadi (62) 21 5790 5555 kuningancity.com Sofoco (62) 21 723 8978 – 79 sofoco.net Widle and Woollard Indonesia (62) 21 522 3126 wildeandwoollard.com indesignlive.ASIA

71


halaman ini

National Hotel dipahami sebagai serangkaian ruang yang lebih kecil dan intim atau seolah‘provinsi’ yang merepresentasikan jejak peninggalan Cina.

Chinese

Cina kontemporer menjadi inspirasi dari perombakan desain sebuah


portfolioindesign

Teks Stephen Crafti Fotografi Andrew Wuttke Alih Bahasa Sunthy Sunowo Arsitek Breathe Architecture lokasi Melbourne | AUS PROyek National Hotel

Whispers pub australia tua dan tradisional di Richmond, Melbourne

indesignlive.com

73



portfolioindesign

ational Hotel di Victoria Street, Richmond, sebelumnya terlihat tidak berkarakter sebelum renovasi terakhir oleh Breathe Architecture. Awalnya dibangun pada awal abad 20 dan pub ini selalu mengalami renovasi setiap dekade. Hal ini menyebabkan bangunan ini lebih menyerupai ruang penyimpanan daripada sebuah tempat publik. “Ketika kita pertama datang ke tempat ini, setiap jendela ditutup dan dipasangi unit AC,” kata arsitek Jeremy Mcleod, direktur The Breathe. “Karpetnya lengket karena bir dan langit-langitnya penuh bekas asap rokok,” ia menambahkan. Klien Breathe ingin sesuatu yang baru tapi mereka juga ingin mengaktifkan sebelah timur Church Street. “Brief yang kami terima adalah melihat area sekitarnya,” ujar Mcleod, “tetapi hal tersebut juga harus membuat tempat ini ramah meskipun ini adalah kepanjangan dari ruang duduk.” Inspirasi untuk desain National Hotel datang dari Cina. “Kami tidak ingin meromantiskan mistik Jalan Sutra. Kami memikirkan tampilan industrial yang kuat seperti yang dimiliki Cina saat ini, seperti Shanghai dan Shenzhen.” Begitu banyaknya penggunaan besi di kota-kota ini sangat penting untuk arsitek, sebagai kekuatan militer, dengan kolom dari tank dan truk tentara. Fitur lain dari desain Breathe Architecture adalah perencanaan spasial hotel. “Kami melihat Cina sebagai kumpulan provinsi kecil dalam satu negara. Kami mencoba untuk membagi National Hotel ke dalam beberapa bagian kecil atau provinsi,” jelas Mcleod. Oleh karena itu, daripada menghadirkan satu gestur yang megah, akan ada sekumpulan ruang-ruang yang penting. Bagian depan terdiri dari café dengan meja berkaki besi bergaya trestle sepanjang empat meter dan material meja dari kayu parquetry. Dinding yang kasar dan plafon yang diekspos memungkinkan fixture asli bisa terlihat. Bagian depan ini biasa digunakan untuk sekadar menikmati minuman atau makanan ringan. “Kami menghilangkan semua ubin akustik dari plafon dan papan plester dari dinding. Semuanya diekspos,” jelas Mcleod sambil menunjuk pada plafon lathe asli dengan papan kayu. Lantai beton yang dipolis juga diekspos dengan warna karpet yang melekat pada lantai. Bagian sentral dari desain ini adalah bar dari beton insitu lengkap dengan lupang dan baut. Rak besi yang menggantung dari plafon dan diisi dengan botol spirit dan gelas wine, menjadi satu dari beberapa elemen dekoratif. Sementara itu, hampir semua besi diproduksi dengan presisi, elemen lainnya seperti kayu

N

“ Kami melihat Cina sebagai kumpulan provinsi kecil dalam satu negara. Kami mencoba untuk membagi National Hotel ke dalam beberapa bagian kecil atau provinsi” Jeremy McLeod

indesignlive.ASIA

75


76

portfolioindesign

kiri Penggunaan bata beton menciptakan pembagian ruang pada halaman, adanya lampu-lampu menambah pesona area tersebut bawah Fasade asli bangunan sejak awal abad 20 tetap dipertahankan

digunakan untuk dinding utama, yang membagi booth area duduk dengan bar, ditemukan di lokasi dari kayu bekas pagar yang tua. Dibelah menjadi potongan kayu, dinding utama ini juga mencapai area duduk di bar yang dibuat dari besi dan beton. Di bagian belakang adalah apa yang disebut dengan Opium Den dengan TV, daripada memfokuskan pada elemen pipa. De­ ngan pertimbangan budget dan kepraktisan, furnitur di ruang-ruang ini terbuat dari kerat plastik susu yang dilapisi dengan tarpaulin yang biasa ditemukan di belakang truk militer. Area ruang luar juga seluruhnya ditata. Dahulunya terdapat gubuk gaya Bali. Sekarang ada sekumpulan teras dengan atap tarpaulin dengan tenis meja dari beton dan net besi, bukan jaring-jaring di bagian te­ngahnya. Bagi yang mengharapkan ruang-ruang yang lebih terlindung, terdapat ruang indoor-outdoor, ­dengan bingkai kaca, besi, dan pintu polikarbonat. Mengakomodasi 80 orang, ruang ini adalah salah satu pilihan ruang makan yang ada. Meskipun relatif terpisah, ketika pintu kaca dibuka, ruang ini bergabung dengan ruang luar. Daur ulang dan menghargai benda-benda dari masa lalu bisa dilihat di awning depan. Terpal dari truk tua, dilengkapi dengan ratusan tambalan menyapa pe­ ngunjung di depan. “Ini hampir seperti sebuah tempat yang menyatukan semuanya menjadi satu, hal yang tidak sempurna justru dihargai daripada dibuang,” Mcleod menambahkan.

Stephen Crafti adalah koresponden Indesign di Melbourne.

National Hotel klien National Hotel ARsitek Breathe Architecture arsitek perencana Jeremy McLeod arsitek proyek Daniel Moore kontraktor Ficus Constructions konsultan struktur Neil Hocking & Associates SURVEYOR pembangun Metro Building Surveying periode pembangunan 6 months Total luas lantai 610 m2

furnitur Parket kayu dan meja beton, tempat duduk pada interior dan eksterior, bangku kain, pot tanaman, dan bangku pada eksterior bangunan semua didesain dan dibuat khusus oleh Breathe Architecture.

dan yang baru dilapis papan kayu hias. Eksterior menggunakan batu bata daur ulang, terpal fiberglass dari Ampelite, blockwork beton dari Boral, terpal truk & militer daur ulang. Dinding Interior dengan cat Ecolour, pagar dan seng daur ulang. lapisan papan FormPly, Batts akustik poliester dan mesh berlian kecil dari Mister Ply & Wood.

FINISHING Umumnya seluruh lantai menggunakan kayu decking daur ulang, lantai beton eksisting

FIXED & FITTED Papan anak tangga daur ulang, lantai kayu Tasmanian Oak, semua dibuat

BREATHE ARCHITECTURE (61 3) 9381 2007 | breathe.com.au

khusus oleh Breathe Architecture. Dibelakang bar, rak-rak stainless steel & wastafel, pipa tembaga ekspos & tapware katup pintu. Railing di atas tempat duduk, daur ulang, menunjukkan rangka baja dan sambungan pinggir dengan apik, dudukan bangku dari beton, kaca persegi berkawat, semua desain khusus oleh Breathe Architecture. Di dalam Kamar mandi, sanitasi dan toilet smart flush dari Caroma. Umumnya, tangki air hujan poly-boy adalah produk daur,

1.6KW Bosch Surya Array, Gas 400L mendorong dievakuasi tabung sistem air panas surya, sistem pendingin menguapkan dan unit pendingin custom. LIGHTING Secara umum, rumah lampu LED/CFL daur ulang, Kap lampu dari botol kaca berwarna kekuningan desain oleh Breathe Architecture dan semua perangkat listrik dari Ambience Lighting.

Ambience Lighting (61 3) 9486 3699 ambiencelighting.com.au Ampelite (61 2) 9725 3400 ampelite.com.au Boral (61 3) 9214 2138 boral.com.au Bosch bosch.com.au Caroma 1 300 661 943 caroma.com.au Ecolour 1300 326 568 ecolour.com.au Mister Ply & Wood 1300 138 771 misterplywood.com.au

indesignlive.ASIA


indesignpromotion

Ceramics for Ambience Material ceramic tile saat ini telah berkembang pesat sejalan dengan pertumbuhan teknologi dan meningkatnya kualitas keramik yang membuat penggunaan dan aplikasinya tidak hanya terbatas untuk lantai. Keberagaman motif, tekstur, dan warna telah merubah impresi ceramic tile menjadi material yang tahan lama dan representatif. Platinum menjadi salah satu merek terpercaya yang memiliki begitu banyak pilihan untuk bisa mendukung upaya desain memberikan kualitas dan suasana ruang seperti yang diharapkan. Mengapa suasana ruang menjadi penting? Hal ini disebabkan menggunakan ruang tidak serta merta memperhatikan bidang lantai semata. Ruang bagaimanapun juga dinikmati tiga dimensi, sehingga bidang dinding dan langit-langit memiliki porsi yang signifikan dalam membentuk kualitas dan suasana. Penggunaan material keramik sendiri memberikan banyak kelebihan, di antaranya adalah tahan panas, tahan api, mudah dibersihkan, dan juga tahan lama. Kualitas inilah yang membuat material cukup menarik untuk dinding dibandingkan dengan pelapis dinding lainnya yang jelas membutuhkan upaya perawatan lebih besar. Di sisi lain, ketika pemandangan alam begitu indah, terkadang yang kita inginkan adalah lantai yang bagus dan rapi pemasangannya. Hal ini tidak hanya

berpengaruh secara visual saja, tetapi juga dirasakan oleh telapak kaki yang berjalan di atasnya. Sementara itu, kehadiran tekstur pada dinding memberikan kesan lebih menarik. tangan yang menyentuhnya juga mendapatkan pengalaman sensasi yang lengkap. Kemudian bila bicara tentang fungsi, ambience atau suasana dan impresi yang ditentukan oleh kombinasi pilihan tekstur, warna, dan motif keramik yang digunakan. Secara fungsional, anak yang sangat suka menggambar dan mengotori dinding bisa dihindari dengan material keramik, sedangkan secara visual motif-motif lucu juga cukup beragam pilihannya. Material ini juga waterproof, sehingga mudah dibersihkan dan mampu mengurangi kelembapan di dalam ruang. Desain selalu bisa mengoptimalkan pemanfaatan material keramik untuk membangun sebuah kesan yang mendukung kenyamanan ruang untuk beraktivitas. Hal ini menjadi mungkin karena produk keramik ini dikembangkan dengan kepedulian dan perhatian terhadap iklim tropis di Indonesia, sehingga secara kualitas merespon perubahan cuaca.

Untuk Informasi PLATINUM selanjutnya silakan kunjungi showroom Jl. Mangga dua raya, blok E no. 4-5 komp. ruko agung sedayu, jakarta pusat +62 21 6016450 platinumceramics.COM


Ramen RUNaWAY Restoran Ippudo terbaru di Sidney memberikan sebuah sensasi pengalaman yang menyeluruh dalam memakan ramen


portfolioindesign

Teks Paul McGillick Fotografi Sharrin Rees Alih Bahasa Sunthy Sunowo aRsitek Koichi Takada ARCHITECTS lokasi SYDNEY | AUS PROyek IPPUDO

indesignlive.ASIA

79


80

portfolioindesign

estoran ini adalah bisnis tentang orang, bahkan CEO harus antre menunggu. “Arsitek Koichi Takada terlalu sibuk bicara untuk makan ramennya, tetapi saya menikmati ramen yang ia pesankan untuk saya. Kami bergabung dengan keramaian makan siang di tempat paling terkenal di Westfield Mall yang baru di CBD Kota Sydney. Hal ini menjadi menarik karena Westfield penuh dengan tempat ramai terutama di waktu makan siang. Ippudo adalah desain yang elegan dengan karakter Takada yang mendetail. Tetapi lebih dari itu. “Menurut saya, ini bukan tentang desain, ini tentang proses bagaimana orang mengalami dan bagaimana orang berbagi,” jelas Koichi. Bagian penting dalam berbagi ini adalah warisan Kota Hakata di Pulau Kyusu, Jepang, di mana gerai restoran ramen Ippudo berasal. Hal ini dikuatkan dengan apa yang Koichi sebut “Dinding Hakada” di bagian samping belakang restoran ini. Untuk Koichi, ini juga berarti menghormati warisan Jepang dan kerajinan yang sekarang ia rasa semakin tidak dihargai. Karena itu, dibuat sambungan kayu tasmanian oak berwarna merah yang sangat indah, terutama bagian langit-langit bergelombang yang dirancang khusus dengan sebutan “a gust of wind” (embusan angin) untuk mengomunikasikan energi dan gerakan yang memberikan gambaran tentang restoran ini. Restoran ini tidak menerima reservasi tempat. Setiap orang harus mengantre. Menurut Koichi, ini adalah bagian dari mengalami. Ini adalah hal demokratis yang juga menjadi bagian dari pengalaman transisional, mempersiapkan pelanggan untuk menikmati pengalaman menyeluruh di dalam. Ketika menunggu, kita bisa melihat situasi di dalam, menyaksikan dapur terbuka, dan memberikan sensasi pengharap­an dan juga membuat perut tergugah. Terdapat banyak hal yang bisa dinikmati daripada memenuhi perut dengan makanan. Makan menjadi sangat manusiawi dan sarat pengalaman kultural. Seperti yang disebutkan Koichi, “Saya ingin menghadirkan makna simbolik pada restoran ini.”

R

Paul McGillick adalah Editor Indesign.

Halaman sebelumnya

Plafon bergelombang diperkuat dengan fitur dinding tradisional Jepang atas Papan sambutan tradisional bawah Detail yang sangat baik diterangi dengan penerangan tersembunyi

IPPUDO Westfield klien Ippudo prinsipal ARsitek Koichi Takada tim desainMarcellino Sain, Ignacio Tello, Carmen Blanco, Gemo Edo, Robert Chen, Georgia Wilson Tim desain tambahan Bonar Interiors dan KTA Design konsultan pencahayaan Electro Light anggaran $ 1 juta lama membangun 8 bulan TOTAL luas lantai 240 m2

KOICHI TAKADA ARCHITECTS (61 2) 9331 4868 | koichitakada.com FURNITUR Pada ruang makan utama, kursi-kursi merupakan desain khusus dari Arthur G, meja dan kursi built-in didesain oleh Koichi Takada Architects. pencahayaan Secara keseluruhan Westfield, pencahayaan dari JSB Lighting, IBL Lighting, Pierlite, Klik Systems, LightProject dan Euroluce.

FINISHing Di area makan utama pada restoran, genteng terakota tradisional Jepang dari Kaiteki Sumai Kobo. Secara keseluruhan, cat dari Dulux dan IDC Colourfield, Panel cermin dari perunggu oleh BC Coatings. Ubin pada dinding dari ATS Tile. Kain pelapis kursi makan dari Pelle Leathers. FIXED & FITTED Langit-langit dan kerai kayu,desain khusus dari Screenwood. Artwork pada papan nama dari Lentement Co Ltd.

Arthur G arthurg.com.au (61 3) 9543 4633 ATS Tile (61 2) 9621 1477 BC Coatings bccoatings.com.au (61 2) 9729 2000 Dulux dulux.com.au (61) 13 23 77 Euroluce euroluce.com.au (61 2) 9356 9900 IBL Lighting ibl.co.uk (61 2) 9571 5522 IDC Colourfield idccolourfield.com (61) 417 47 49 48 JSB Lighting jsblighting.com.au (61) 9571 8800 Klik Systems kliksystems.com.au (1) 414 214 0444 LightProject lightproject.com.au (61 3) 8415 1970 Pelle Leathers pelleleathers.com.au (61 2) 9460 9222 Pierlite pierlite.com (61 2) 9794 9300 indesignlive.ASIA


Conference Delegates: Reserve your place now at the most valuable and comprehensive infrastructure event of the year.

Sponsored by

1,000 Conference Delegates

attending market sounding and supplier briefings on priority projects

15 National Ministries

representing all branches of government related to infrastructure

10 ASEAN Engineering Associations

50 Critical National Infrastructure Projects

central to the government’s MP3EI infrastructure planning

networking 1,000 engineers related to green infrastructure

Get in on the ground floor. Over forty priority infrastructure projects valued at USD 33 billion presented. Learn about the latest national and regional infrastructure policies, project plans, and investment opportunities from the regional governors of the six economic corridors outlined in the MP3EI master plan: Sumatera, Kalimantan, Bali-Nusa Tenggara, Java, Sulawesi, and Papua. Meet infrastructure project owners and receive advanced firsthand and detailed

information about priority infrastructure projects slated for tender. IIICE 2013 exhibitors book now as premium exhibition space is going fast. Visit www.indonesiainfrastructure.org for more information about exhibiting, conference topics, speakers, and the USD 33 billion of infrastructure projects being presented.

IIICE 2013 is held in conjunction with

Official Media Partners

Supporting Media Partner

Everybody and everything you need to know about Indonesia’s infrastructure under one roof! Organized by PT Infrastructure Asia - A Tarsus Group Company Graha Anugrah Building 5th Floor Jl. Teluk Betung 42, Jakarta Pusat 10230 Indonesia T: +62 21 391 3037 F: +62 21 391 3349 E: info@infrastructureasia.com


BLEND THE HARMONY SEBAGAI GEDUNG BARU, ANJUNG SALIHARA HADIR TIDAK HANYA MELENGKAPI KEBUTUHAN KOMPLEKSNYA TETAPI JUGA MEMBERIKAN HARMONI bagi SEKITARNYA


portfolioindesign

teks Nissa Maretta fotografi PASKALIS KHRISNO A. DAN LEO KAWUN arsitek STUDIODASAR lokasi JAKARTA | INA PROyek ANJUNG SALIHARA

alan salihara yang terletak di daerah Pasar Minggu, sejak tahun 2008 tidak pernah sepi akan berbagai pentas kesenian, diskusi, serta hal positif lain yang diselenggarakan di sebuah kompleks bangunan, yaitu kompleks Komunitas Salihara. Komunitas yang merupakan turunan sebuah komunitas pada era orde baru yaitu Komunitas Utan Kayu adalah komunitas yang aktif menyuarakan berbagai hal termasuk kesenian sejak tahun 1994 sehingga untuk menampung beragam kegiatan tersebut, terprakarsalah pembangunan kompleks Komunitas Salihara. Sebagai sebuah arsitektur, gedung-gedung pada kompleks Komunitas Salihara ini berhasil mewadahi aktivitas kesenian multidisiplin serta menjadi sebuah kantong budaya di daerah selatan Jakarta. Kompleks yang telah dibangun oleh tiga arsitek, Andra Matin, Adi Purnomo, dan Marco Kusumawijaya jauh dari kata “gaduh” walau karakter yang berbeda pada tiap gedung ditonjolkan masing-masing arsitek. Alur, sekuens, permainan karakter, serta ruang, terasa mengalir, khas, dan jujur. Baik materialnya, juga secara struktural dan utilitas pun dibiarkan “terlihat” tetapi tetap harmonis. Dua tahun setelah kompleks Komunitas Salihara ini terbangun, salah satu pendirinya mengungkapkan kebutuhannya akan ruang-ruang pendukung kegiatan pertunjukan. Tanah baru yang letaknya di bagian belakang kompleks kemudian dijadikan lahan untuk terbangunnya gedung pendukung yang diberi nama Anjung Salihara. Banyaknya ruang yang harus terpenuhi, terhambat oleh luas lahan dan peraturan bangunan. Luas tanah sebesar 500 m 2 hanya dapat dibangun sebesar 200 m 2 mengharuskan sang arsitek

J

indesignlive.ASIA

83


menerapkan desain bangunan yang efisien dan efektif sehingga dua poin tersebut menjadi prioritas utama pada bangunan. Akses langsung menuju Anjung Salihara pun tidak mewah, melewati parkiran motor dan dari arah tersebut, bangunan terlihat “polos”, hanya balkon-balkon dengan nuansa warna keabuan, senada dengan sekelilingnya. Nuansa abu-abu serta kejujuran material tetap ditonjolkan pada gedung yang mewadahi fungsi gudang alat perlengkapan, ruang studio tari, studio musik, wisma/residensi seniman, dan ruang arsip. Hal ini diungkapkan sebagai etika untuk menjaga keharmonisan pada kompleks yang sudah terbangun sebelumnya. Danny Wicaksono, selaku arsitek dari studiodasar ingin mencoba prinsip desain ruang tropis untuk memaksimalkan cahaya dan aliran udara pada bangunan tingkat medium. Ruang sisa pada lahan lama dimanfaatkan sebagai area sirkulasi (tangga, lift, dan koridor). Keputusan ini dipilih agar luas lahan sebesar 200 m 2 dapat digunakan secara optimal tanpa harus terpotong untuk jalur sirkulasi. Transportasi vertikal selain tangga menggunakan elevator konstruksi yang berada di luar bangunan sehingga tidak perlu membangun ruang core elevator yang akan membebankan budget juga luas bangunan. Prinsip balkon pun diakuinya karena teringat akan nostalgia zaman sekolah, yang mana ratarata bangunan sekolah setinggi 3 hingga 4 lantai mempunyai tipologi koridor terbuka serta teras berbalkon untuk dapat melihat sekeliling, dengan demikian aliran udara serta pencahayaan alami dapat masuk ke dalam bangunan dengan maksimal. Tidak adanya pengolahan lebih detail pada area sirkulasi bangunan memang menjadi keputusan arsitek studiodasar. Selain untuk menghindari pembengkakan anggaran, menurutnya hal itu bukanlah prioritas utama. Letaknya yang cenderung tersembunyi seolah memang mengisyaratkan bahwa gedung ini bukanlah bangunan utama di Kompleks Salihara. “Orang datang ke sini untuk melihat pentas dan pameran di galeri dan teater salihara, jadi bagian ini cukup berfungsi saja,” terang Danny. Lahan baru menampung seluruh ruang utama dan fungsi-fungsi pendukung. Lantai dua dan tiga

dialokasikan untuk ruang studio tari dan musik dengan ketinggian ruang masing-masing hampir dua lantai. Hal ini kemudian memungkinkan adanya mezanin, sehingga pada lantai 2a dapat dimanfaatkan untuk wisma bagi penampil atau residensi seniman. Pada lantai 3a terdapat ruang serbaguna yang menjadi bonus ruang. Jika diperhatikan, bangunan ini seolah memiliki sifat lentur yang terlihat pada bentuk lengkung bangunan beserta elemenelemen di dalamnya, bisa dikatakan mungkin inilah karakteristik dari Anjung Salihara. Lengkung sendiri hadir akibat lahan yang berbentuk segitiga. Ruang yang menyudut tajam tidak memberikan banyak kegunaan serta mengurangi efektivitas sebuah ruang untuk beraktivitas sehingga melengkungkan sudut tajam merupakan pertimbangan yang dipilih. Sering kali terjadi di mana proyek bangunan memiliki satu atau dua muka hanya karena persoalan menghadap arah jalan. Namun kali ini ada hal lain yang diangkat oleh Anjung Salihara, yaitu kepedulian akan dampak kualitas tinggal warga sekitar yang telah terpengaruh oleh pembangunan gedung baru di wilayah tempat tinggal mereka. Kepedulian tersebut dapat terlihat dari fasade bangunan yang “familier”,

HALAMAN SEBELUMNYA

Lantai mezzanine 2a dan 2b yang difungsikan sebagai wisma seniman, dengan ruang duduk pada lantai 2a HALAMAN INI ATAs

Ruang di belakang studio tari yang dijadikan wisma dengan lantai mezanin (lantai 2a dan 2b) bawah Ruang teras

pada setiap lantai yang berada di area sirkulasi bangunan

HALAMAN Sebelah Atas

Bentuk bangunan Anjung Salihara dilihat dari arah pemukiman warga HALAMAN Sebelah Bawah Gambar denah

lantai 2a pada bangunan Anjung Salihara


portfolioindesign anjung

85

salihara

3

5

3

4

1

dengan penggunaan elemen arsitektur sehari-hari yang pada umumnya dapat ditemukan di bangunan rumah, yaitu jendela krepyak. Tidak hanya itu, sisa ruang yang terpotong Garis Sempadan Bangunan dirancang untuk menjadi taman publik yang bisa digunakan penduduk sekitar. Keadaan taman beserta penghijauannya tentu akan menyegarkan kembali lingkungan yang kemudian didominasi material “abu-abu” setinggi hampir lima lantai, sedangkan ruangnya dapat mengembalikan kerinduan anakanak akan taman bermain yang semakin minim, serta menjadi tempat untuk warga bersosialiasi. Sebuah keputusan desain yang bisa dibilang cerminan sikap terbuka, seperti yang selama ini sudah dijalankan oleh Komunitas Salihara. Walau terbilang baru, studiodasar dapat menyampaikan solusi dalam merancang yang tidak hanya eksperimental, efisien, dan efektif dari segi desain, namun juga cukup bijak dalam mengangkat fenomena sosial dalam berarsitektur. Anjung Salihara menjadi salah satu bangunan yang kemudian tidak melulu hanya bercerita akan desain tropis hemat energi, tetapi juga memikirkan dampak pembangunan terhadap lingkungan sekitar yang sering kali terlewati dalam proses desain.

2

1. area penyimpanan & bengkel 2. r. mandi & kloset 3. gudang 4. selasar 5. taman

3

lantai

1 studioda sa r

anjung

salihara

4

2

6 5

2 1 3 2

Nissa Maretta adalah Writer Indesign Indonesia. 2

lantai

1. studio tari 2. wisma 3. r. duduk 4. k. mandi & kloset 5. selasar 6. r. panel

2a studioda sa r

ANJUNG SALIHARA Klien Komunitas Salihara Konsultan Arsitek Studiodasar Tim Arsitek Danny Wicaksono, Arie Priya, Aris Nuryahya Desainer Interior Studiodasar Kontraktor Paulus Mintarga & Tim Konsultan Struktur Gestari Biyono Waktu perancangan Sekitar 20 minggu Periode merancang Oktober

2010—Maret 2011 Waktu pembangunan 20 bulan Periode konstruksi November 2011—Agustus 2013 Luas area lantai 1.450 m2 studiodasar info@studiodasar.com studiodasar.com FURNITUR Untuk area wisma didesain dan dipesan khusus oleh studiodasar.

Untuk kursi dan meja di area bersama wisma merupakan desain khusus dari desainer Alvin Tjitrowirjo dan Joshua Simanjutak. FINISHing Hampir keseluruhan finishing dinding menggunakan plester semen dari SIKA. Pada bagian dinding pasangan bata dengan finishing cat dari Mowilex dan Dulux. Pada studio musik dan tari menggunakan potongan balok-balok kayu Sonokeling, Bangkiray,

Ulin, Kamper, Meranti, dengan finishing dipernis. PENCAHAYAAN Hampir sebagian besar lampu pada gedung Anjung Salihara menggunakan lampu dari Philips. Baik yang di area wisma, juga di ruang-ruang lainnya. FIXED & FITTED Transportasi vertikal pada Anjung Salihara menggunakan lift konstruksi. Untuk sanitasi dari Toto.

Dulux (62) 21 7456 777 dulux.co.id Joshua Simanjuntak (karsa) (62) 21 472 16 58 karsa.co Komunitas salihara (62) 21 789 1202 salihara.org Mowilex (62)21 540 66 63 mowilex. com Philips (62) 0800 105 26 78 philips.co.id Studiodasar studio@studiodasar.com studiodasar.com Sika (62) 0800 140 1236 idn.sika.com Toto (62)21 292 98 686 toto.co.id

indesignlive.ASIA


halaman ini

Pemandangan ke arah barat laut sepanjang pantai Aspendale dari atas bukit pasir


portfolioindesign

Teks Mark Scruby Fotografi Derek Swalwell Alih Bahasa Sunthy Sunowo ArsitekJeremy Wolveridge Lokasi melbourne | aus

Secret Business Pantai Port Phillip Bay menjadi tempat arsitektur hunian yang terbaik dan terburuk. Mark Scruby menceritakan sebuah proyek perumahan cluster oleh Jeremy Wolveridge yang meletakkan standar baru indesignlive.ASIA

87


erlepas dari preokupasi dengan jalanan yang teduh, baju berwarna gelap, dan iklim yang idiosyncratic, Melbourne sebenarnya memiliki garis pantai yang sangat panjang. Setiap tahun berlalu, perkembangan suburban semakin mendekati garis busur pantai port Phillip Bay dan jeda antara kota dan dermaga diisi dengan rumah-rumah dan apartemen. Hanya berjarak tiga blok dari batas pantai, terdapat area suburban Aspendale, tidak begitu dikenal oleh orang Melbourne kecuali mungkin sebagai “bagian pantai setelah melewati toko Mordialloc�. Terletak di sebelah Nepean Highway dengan hamparan pasir pantai yang dibatasi oleh area lumut, Anda pasti mengira orang lokal cukup senang dengan kurangnya profil tentang tempat ini. Cukup banyak orang lokal yang beruntung untuk bisa tinggal di sisi teluk dan Nepean, dan beberapa menikmati sesuatu yang sangat jarang di Melbourne— garis pantai sebagai pemandangannya. Pertemuan langsung dengan pasir dan laut membawa gaya hidup tersendiri, bahkan bila dibandingkan dengan deretan rumah yang berjarak dua atau tiga blok, dan Wolveridge Architects telah mendesain tiga rumah yang dikapitalisasikan dalam segala cara. Principal architect Jeremy Wolveridge sudah tidak asing dengan kemewahan di dekat pantai, dan ia telah berpengalaman di Far North Queensland. Pengalaman tersebut menjadi sangat berguna ketika rumah menggunakan pemandangan keluar rumah untuk menghadirkan kejutan dan mengapresiasi lokasi. Setiap hunian berbeda, tetapi yang di tengah memiliki desain arsitektur pantai yang menawan. Dengan lantai dasar sebagai kamar tidur dan ruang duduk yang lebih kecil—lebih mungkin digunakan untuk ruang tidur tamu—lantai di atasnya menjadi inti dari rumah ini. Dapur yang terbuka ke area makan dan memiliki pemandangan ke arah teluk karena memiliki bidang kaca dari lantai hingga plafon, dengan balkon kecil yang menawarkan sudut pandang dengan udara yang segar dengan hamparan pasir sebagai foreground. Bagaimanapun, upaya untuk menjembatani perbedaan dari merancang rumah di Melbourne dan

T

Kiri atas Pintu masuk

menuju hunian ketiga

kanan atas

Pemandangan dari pekarangan utama pada hunian kedua halaman sebelah

Pekarangan dan kolam renang hunian ketiga di lantai dasar

Cairns, yang kedua cenderung lebih besar dengan ruang luar yang hadir dalam bentuk internal courtyard dan terbuka melihat langit tetapi tetap terlindung dari angin. Hari itu sangat indah dengan matahari ruang yang memanjakan, di posisi untuk menangkap matahari utara dan dengan bidang kaca, pemandangan ke laut bisa dinikmati. Seperti begitu banyak rumah yang indah di iklim yang lebih tropis, rumah ini bisa langsung dibuka. Ketika bidang kaca digeser secara langsung mentransformasi ruang di lantai atas menjadi ruang outdoor-indoor yang sangat luas, bahkan sebuah area pesta (lengkap dengan air spa dan built in barbeque), serta jendela yang dapat digerakkan untuk menghasilkan ventilasi silang. Ketiga rumah dari satu struktur dan membawa suksesi ruang indoor dan outdoor, kesannya menjadi sangat jelas seperti blok solid rectinlinier yang diletakkan di situ untuk menyerap sinar matahari, udara, dan memaksimalkan pemandangan indah sementara tetap menyisakan luasan ruang yang cukup banyak. Sebuah cerobong cahaya seakan menusuk bentuk massa dan membawa sinar matahari menerangi ruang di lantai dasar dan jendela sempit, horizontal, dan vertikal membawa pemandangan dari area-area yang tidak terduga. Dilihat dari pantai, rumah terlihat terbuka dan mengundang. Material secara umum dipilih untuk


portfolioindesign

“ Setiap hunian berbeda, tetapi yang di tengah memiliki desain arsitektur pantai yang menawan.� mark scruby indesignlive.ASIA

89



portfolioindesign

keragaman ketika berhadapan dengan angin laut yang asin. Simonite daripada semen fiber, aluminium yang di-powder coated, dan zinc cladding melapisi bangunan di bagian atas sehingga struktur yang besar ini tidak terlalu terlihat. Terpecah menjadi kombinasi dari pemunduran dan perbedaan kedalaman serta dimensi yang dinamis, wajah bangunan yang menghadap ke pantai, berombak seperti hamparan pasir pantai dan ekspresif untuk gaya hidup pesisir pantai yang dinikmati oleh para penghuni. Sebaliknya, muka bangunan yang menghadap ke jalan raya justru dirancang untuk membangun privasi di dalamnya. Dinding bertekstur hammered marble diartikulasikan dengan susunan jendela sempit yang disusun ritmis dan reng kayu horizontal serta pintu masuk setiap rumah yang terlindung dan privat, di balik tanaman elegan seperti kangaroo paw dan tanaman lokal lainnya. Selain datang dan pergi, aktivitas di dalamnya tetap misteri. Ada banyak tempat di mana suburban bertemu dengan laut, pembangunan rumah di Aspendale datang secara bertahap, meninggalkan arsitektur vernakular yang paling tepat dideskripsikan sebagai mix ’n match. Bila pembangunan premium ini membawa semangat baru dalam konstruksi dan karya Wolveridge di sini telah meletakkan batasan untuk arsitek lain dan investor, maka akan sulit untuk menyembunyikan lagi bagian pantai setelah toko Mordialloc.

kanan atas Ruang studi

dan retreat pada hunian ketiga kanan bawah Dwelling two upper level courtyard plunge pool halaman sebelah

Hunian kedua dan ketiga diatas bukit pasir dilihat dari pantai.

Mark Scruby adalah penulis lepas tentang arsitektur dan desain yang tinggal di Melbourne.

Aspendale Apartments ARsitek Jeremy Wolveridge tim proyek Jeremy Wolveridge, Ricky Booth, Elise Maynard, Tjeerd van der Vliet, David Anthony, Courtney Gibbs manajer pembangun dan konstruksi Lowe Constructions konsultan struktur dan sipil Shane Ford Contracting P/L konsultan lansekap Wallbrink Consulting Landscape Architects surveyor lahan Brian Moxham Suveying P/L surveyor bangunan Advanced Building Strategies

waktu pembangunan 12 bulan TOTAL luas lantai 974m2 WOLVERIDGE ARCHITECTS (61 3) 9486 9882 | wolveridge.com.au FURNITUR Pada ruang duduk, sofa dari MRD Home. meja dan kursi di ruang studi dari Globe West.Secara keseluruhan, furnitur oleh Temperature Design. FINISHing Beragam finishing lantai termasuk Karpet dari Feltex, lantai kayu European Oak Tongue dan Groove dari South East Timbers, ubin porselen

dengan corak bintik warna gading dari Perini Tiles dan Artform Tile Studio. Keseluruhan finishing dinding menggunakan Dulux. Finishing pada semua lemari menggunakan Laminex. FIXED & FITTED Pintu garasi dari Airport Doors. Sistem sambungan dari Abcraft Cabinets. dudukan Caesarstone dari Southern Stone Works, Rel gantung pada kabinet, keranjang sampah dari Hafele. Nampan peralatan makan pada lemari, pemisah peralatan masak dan keranjang geser, dari BLUM. Pada ruang duduk, Perapian dari Jetmaster,

Kulkas pada bar dari Fisher & Paykel. Dalam kamar tidur, kipas angin gantung dari Hunter Pacific. pada kamar utama dan kamar mandi utama, wastafel, aksesoris kamar mandi dan bathup dari Reece. WC pan dari Rogerseller. Dapur, bak cuci dan mixer dari Reece, kompor, oven and mesin cuci piring dari Miele, fan exhouse dari Qasair. Binatu, mesin cuci dan pengering pakaian dari Miele, Laundry melalui Abey, papan setrikaan dari Robin Hood. Semua perabot pintu oleh Designer Doorware. Pada bagian luar, Beefeater BBQ, fan exhouse untuk BBQ dari Qasair.

Abcraft Cabinets (61 3) 9782 3042 abcraft.com.au Abey abey.com.au Airport Doors (61 2) 9604 9999 airportdoors.com.au Artform Tile Studio (61 3) 9598 3793 artform.net.au Beefeater BBQ (61 2) 9724 8860 beefeaterbbq.com BLUM blum.com Caesarstone 1300 119 119 caesarstone.com.au Designer Doorware (61 3) 9310 1866 designerdoorware.com.au Dulux (61 8) 8365 1866 dulux.com.au Feltex 1300 130 239 feltex.com Fisher & Paykel 1300 650 590 fisherpaykel.com.au Globe West (61 3) 9518 1600 globewest.com.au Häfele hafele.com.au Hunter Pacific (61 3) 9357 5525 hunterpacific.com.au Jetmaster 1300 138 561 jetmaster.com.au Laminex 132 136 laminex.com.au Miele (61 8) 8352 9500 miele.com.au MRD Home (61 3) 9331 7533 mrdhome.com.au Perini Tiles (61 3) 9421 0550 perini.com.au Qasair (61) 419 109 256 qasair.com.au Reece (61 8) 8362 2144 reece.com.au Robin Hood 1800 648 556 robinhood.co.nz Rogerseller (61 2) 8396 8700 rogerseller.com.au South East Timbers (61 3) 9702 9666 Southern Stone Works (61 3) 8796 3556 southernstoneworks.com.au Temperature Design (61 3) 9419 1447 temperaturedesign.com.au Tongue and Groove (61 2) 6230 4455 tandg.com.au

indesignlive.ASIA

91



portfolioindesign

BARE WARMTH

TEKS Sunthy Sunowo FOTOGRAFI MOHAMMAD NUHRIZAL

Arsitek Mira Siregar LOKASI Jakarta | INA PROYEk J HOUSE

Apa adanya tanpa harus mengecat banyak tembok atau menyembunyikan instalasi listrik, hampir semuanya polos, personal, dan hangat ungkin inilah salah satu kepuasan seorang arsitek ketika berhasil menjawab kebutuhan klien yang juga keluarganya sendiri. Pasti ada tantangan dan kesulitan tersendiri. Namun pemahaman dan kedekatan personal dengan klien, suami, dan dua orang anaknya membuat Mira Siregar berhasil menghadirkan formula yang paling pas. Tidak mungkin membayangkan konfigurasi ruangruang standar seperti biasa ditemui secara umum. Rumah ini tidak hanya menjawab kebutuhan yang muncul dari gaya hidup pemilik dan penghuninya, tetapi juga sangat memperhatikan kebutuhan setiap individu yang tinggal di sini dengan sangat detail. Angan-angan, cita-cita, keinginan, hingga kebiasaan dan selera menjadi hal-hal kecil yang menginspirasi dan menuntun Mira untuk mewujudkan rumah yang sangat ekspresif serta membuat seluruh penghuni di dalamnya bahagia dan nyaman. Sejak awal Iwan dan Mira memang tidak menginginkan rumah yang sangat besar. Meskipun lahan mereka cukup lapang, tetapi bangunan rumah hanya menempati sebagian kecil dari keseluruhan luas tanah. Hal ini sesuai dengan ketentuan koefisien dasar bangunan (KDB) yang hanya memperbolehkan 20% saja digunakan untuk bangunan. Ketentuan ini juga memberikan keluarga ini hunian dengan “kemewahan� menikmati halaman terbuka di depan dan belakang. justru membuat rumah ini tidak hanya tentang ruang-ruang di dalam naungan bangunan rumah, tetapi melebar dan meluas ke halaman. Solusi ruang mereka pun juga terdefinisi kembali tanpa harus menjawab semuanya dengan sekat tembok. Seperti bangunan rumah yang diposisikan jauh dari pagar justru untuk membangun sebuah kualitas privasi yang cukup nyaman untuk keluarga dengan dua anak ini. Selain itu, kondisi tersebut juga demi kepentingan jelajah tapak, pemanfaatan ruang yang memanjang ke belakang, sehingga penghuni harus menjelajahi, melewati, dan memanfaatkannya dalam

M

keseharian. Sebuah gazebo di depan cukup menarik perhatian dan difungsikan untuk menerima tamutamu yang kurang akrab atau asing. Sementara itu, ruang duduk keluarga merupakan ruang multifungsi yang sangat ramah menawarkan kehangatan kepada para teman dan keluarga yang berkunjung. Di ruang duduk yang juga bersebelahan dengan area dapur terbuka menjadi tempat ideal untuk berkumpul keluarga, saudara, dan teman dekat. Keterbukaan ruang ke halaman depan dan belakang memberikan kesan lapang, seperti penerjemahan teras yang kemudian diperluas dengan tambahan fungsi-fungsi lain yang memungkinkan, seperti dapur dan ruang tamu. Mira sendiri adalah arsitek yang bekerja di rumah sehingga ia merancang hunian untuk keluarga dan sekaligus menghadirkan ruang kerja untuk dirinya.

Kiri Muka bangunan rumah ini

terlihat memiliki komposisi bidang dan garis yang benar-benar dipertimbangkan secara estetika Atas Interior ruang kerja di lantai atas dengan jendela yang besar dan tatanan pernik interior koleksi pribadi. Terlihat Erna Garnasih Pirous. Hunian ini memang banyak menghadirkan lukisan antara lain lukisan AD Pirous yang menjadi nyawa di beberapa ruang utamanya

indesignlive.ASIA

93


Bila ruang privat biasa berada di lantai atas, Mira, Iwan, serta dua orang anaknya, Mahesh dan Rangga, memilih lantai bawah sebagai area privat mereka. Meskipun Rangga nantinya menempati kamar di lantai atas agar dekat dengan pohon di halaman belakang dan berkesan rumah pohon, tetapi kegiatan inti keluarga ini berada di ruang duduk yang bersebelahan dengan dapur bersih mereka. Sementara itu, ruang kerja Mira berada di lantai atas yang bisa diakses melalui ramp yang terlihat ikut membentuk wajah bangunan rumah ini. Ketika ditanya mengapa memilih ramp untuk mencapai lantai atas, Mira menjelaskan, “Dengan ramp, mengakses ruang kerja di lantai atas menjadi sebuah proses yang juga mendisiplinkan kerja supaya tidak saling mengganggu dengan kegiatan rumah tangga di bawahnya.� Ramp ini diposisikan menjorok ke depan dan menjadi “pembatas� antara carport dan area servis dengan sirkulasi menuju ruang privat di lantai bawah. Kehadirannya dan teras di depan membentuk innercourt yang saat ini menjadi area berkebun keluarga ini. Bukan tanaman-tanaman hias dan rumput yang

dihadirkan oleh Mira, justru tanaman seperti sayuran dan buah-buahan yang mengisi hijaunya halaman. Tanaman-tanaman asli di lahan tersebut juga dibiarkan hidup bila tidak terlalu mengganggu. Sejak awal juga Mira merencanakan bangunan yang tidak harus banyak menyingkirkan pohon-pohon eksisting. Kesannya bangunan kemudian menyelip di antara pohon-pohon yang ada dan kemudian bernapas dengan nyaman ketika desain yang simpel dan tata ruang yang sederhana pula dirancang dengan bukaan pintu atau jendela yang cukup besar sehingga udara bisa mengalir. Ekspresi dinding juga tidak serta merta menggunakan finishing mahal atau warna-warna mencolok. Putrinya, Mahesh, yang menginginkan warna pink bisa menikmati warna tersebut di satu sisi dan sisi lainnya dicat hitam seperti papan tulis, kemudian ia dapat mencurahkan kreativitasnya untuk menggambar dan menulis apa pun yang ia suka. Hal yang sama bisa ditemukan di kamar tidur utama, dan dapur. Ada bidang-bidang yang sengaja dibiarkan mentah seperti ekspresi lapisan semen, tetapi ada juga yang menjadi bidang-bidang tulis dan gambar untuk menghadirkan jejak-jejak personal penghuninya. “Raw material yang lalu tampil apa adanya pada dasarnya dan sejujurnya ditujukan kepada usaha-usaha penghematan budget pembangunan rumah ini, yang kemudian secara alami menampilkan kejujuran terhadap tampilan bahan, menjadi hasilnya kemudian. Namun demikian diusahakan walaupun ‘apa adanya’ tetap terlihat baik dan berfungsi secara optimal,� jelas Mira. Meskipun hunian ini dirancang cukup compact, Mira Siregar tidak meninggalkan detail-detail kecil yang akan memperkaya pengalaman siapa pun yang datang berkunjung atau bahkan untuk semua penghuni rumah ini sendiri. Instalasi listrik yang sengaja dicat merah dipasang sangat rapi dan diekspos berujung pada kabel menjuntai dan bola lampu bulat. Selain itu terdapat pasangan potongan kaca miring untuk mengisi ventilasi ruang duduk dan dapur. Semuanya adalah sentuhan unik kapa kualitas ruang. Di ruang kerja Mira benda-benda koleksi, meja biliar, dan juga bentuk ruang yang mengikuti bentuk atap membuat langit-langit terasa tinggi dan di sinilah alur-alur kabel listrik berwarna merah mengisi kekosongan detail. Di lantai atas juga terdapat teras yang dimanfaatkan sebagai tempat bermain bola sodok dan sebuah teras lainnya yang difungsikan untuk kegiatan bersantai seperti barbecue bersama teman dan saudara.


portfolioindesign

HALAMAN SEBELUMNYA atas Dapur yang seakan

menyatu dengan ruang duduk menjadi area bagi kebersamaan teman dan keluarga. Di ruangan ini ventilasi silang berjalan sangat lancar sehingga tidak membutuhkan AC

HALAMAN SEBELUMNYA BAWAH Sebuah instalasi

kecil sebelum memasuki kamar tidur utama yang berisi benda-benda personal dan penuh makna, berlatar belakang dinding dengan coretan kapur Atas Kiri Tatanan tempat tidur yang sederhana dan simpel tetap terlihat apik dan berkarakter dengan sentuhan kecil dari instalasi lampu dan lukisan AD Pirous KANAN Kamar mandi dengan area shower yang terbuka diposisikan dengan sangat cermat oleh arsitek

“Saya sangat terinspirasi dengan rumah eyang saya di Menteng yang bergaya kolonial dengan langitlangit tinggi dan dinding yang tebal. Tidak hanya menjadi batas ruang tetapi juga sebagai insulasi. Selain itu bentuk-bentuk jendela di rumah-rumah jengki di sekitaran kebayoran baru sangat menarik. Hal-hal tersebut yang secara esensi menginspirasi desain rumah ini,” Mira menambahkan. Langitlangit yang tinggi dan bentuk jendela dengan kanopi menyerupai desain jengki ini adalah perwujudan dari inspirasi tersebut. Dengan kondisi tersebut, angin bisa mengalir dengan baik, begitu juga dengan cahaya untuk menerangi-ruang-ruang sehingga kebutuhan penerangan di siang hari dan AC di rumah ini bisa ditekan. “Semua ini diharapkan akan mendukung pencapaian tujuan kami lainnya yaitu rumah yang hemat energi. Bentuk atap demikian juga untuk kemungkinan pemasangan panel surya di masa mendatang agar pemakaian energi listrik di rumah ini bisa lebih hemat,” jelas Mira. Penghematan air juga menjadi perhatian dengan hanya menghadirkan tiga kamar mandi. Alasan jumlah penghuni yang hanya berempat tidak harus disediakan ruang berlebihan. Desain rumah di lantai bawah yang terdiri dari kamar tidur utama, kamar tidur anak, satu kamar

mandi dengan open shower, dan ruang duduk disebelah dapur ini berhasil memiliki detail-detail jendela, pintu, dan angin-angin yang sangat sesuai untuk iklim tropis. Bentuk kanopi jendela yang berbentuk jengki ternyata juga memiliki fungsi untuk meminimalkan tempias air hujan dan menahan terik sinar matahari. Pada akhirnya semua tidak hanya serta merta tampilan visual karena semuanya mengemban multifungsi. Instalasi kabel juga menjadi detail artistik, jendela angin-angin juga berfungsi memperlancar penghawaan di dalam ruang, atau dinding semen yang justru menghadirkan tekstur menarik sehingga terlihat lebih hangat ketika menjadi latar dari display pernik interior dan koleksi buku pribadi. Rumah yang disebutnya J House ini ternyata memiliki banyak makna, fungsi, dan karakter yang terlihat pada ruang-ruangnya meskipun memiliki program yang sederhana, tetapi berhasil mewadahi semua kebutuhan keluarga.

Sunthy Sunowo adalah Senior Editor Indesign Indonesia.

J HOUSE Klien Iwan Pirous Arsitek Mira Siregar INTERIOR DESAINER Mira Siregar Kontraktor Elyas Erik MEKANIKAL DAN PLUMBING Erik, Sulchin KONSULTAN STRUKTUR Umar ELEKTRIKAL Tino Proses Desain Feb/May 2011 - Aug 2011 PERIODE KONSTRUKSI Jan 2012 – early Sept 2012

Total area lantai 167 m² FURNITUR Pada Kamar Tidur Utama bed set dan kaca dari Tambora Wood Furniture, lukisan oleh AD Pirous and Erna G. Pirous, meja apothecary rendah vintage dari Jawa Tengah, kaca kamar mandi vintage dari eyang putrinya Mira (almarhum Ibu Siti Sudarjati Gondokusumo), lemari kayu solid vintage dari Ibu Ibu Laksmi G. Siregar, Boxy teak wood single table—vintage dari almarhum Bapak Iman Sirega, berbagai

pop art style pillows, orange lamp, office’ boxes, movie reel side table—Toi Moi. Red sofa, round table, kursi kayu belas, meja kayu studio berwarna hitam dan putih (dicat sendiri) dari Depok, rak buku dari koleksi lama Iwan, dan Carrefour. FINISHing Cat menggunakan beberapa warna ICI Dulux, Jotun and ACE Hardware. Selebihnya adalah dinding semen yang diekspos. Beberapa dinding bahkan dicat hitam seperti papan tulis dan bisa

digambar atau menjadi papan tulis untuk mencatat yang penting. FIXED & FITTED Saklar listrik vintage dari Jawa Tengah. PENCAHAYAAN Instalasi listrik ekspos, berujung dengan kabel menjuntai dan bolam lampu bulat, energy saver round bulb Ace Hardware. .

Tambora Wood (62) 0361 299366 jl. Raya Batubulan no. 71X Sukawati Gianyar, Bali Toimoi Indonesia (62) 21 29055525 toimoi.co.id Dulux (62) 21 7456 777 dulux.co.id Jotun (62) 21 89982657 jotun.com Ace Hardware (62) 21 5829100 acehardware.co.id indesignlive.ASIA

95


RESORT-LIKE

Hidup dan tinggal di kota metropolitan seperti Jakarta membutuhkan trik hiruk pikuk dan kesibukan di setiap hari


portfolioindesign

COMFORT

Teks Sunthy Sunowo Fotografi Fernando Gomulya , Courtesy of US&P Architect arsitek US&P Architect lokasi JAKARTA | INA PROyek Tebet House

tersendiri untuk bisa bertahan dengan segala

ila kota tidak bisa memberikan kenyamanan yang ideal maka rumah merupakan pilihan bijak untuk menghadirkan keseimbangan itu. Selain menjadi cerminan dari karakter, cita rasa, dan gaya hidup kita, rumah juga menjadi satu tempat yang memberikan ketenangan dan kedamaian. Tidak mengherankan jika semua orang menginginkan rumahnya menjadi hunian yang paling nyaman. Namun ada juga “kemewahan� kecil yang dapat dihadirkan ke dalam hunian dan membuatnya memiliki nuansa lebih dari sekadar pilihan gaya atau cerminan karakter kita. Rumah kemudian diharapkan memiliki kualitas kenyamanan yang optimal, hampir seperti resor yang memanjakan tamunya. Inspirasi itulah yang kemudian dikembangkan oleh Her Pramtama dari USP yang melihat ruang-ruang tersebut lebih dari sekadar sebagai wadah aktivitas. “Membayangkan pulang dari kantor, terjebak macet di jalan, lalu sampai di rumah menemukan suasana yang nyaman, tenang, dengan cuara gemericik air, pasti sangat menyenangkan,� jelas Her. Pemilik rumah juga sering pergi travelling dan menginjungi resor-resor yang mengesankan sehingga merasa perlu merasakan kualitas semacam itu di keseharian mereka. Hunian ini memang sengaja didesain terbuka dan mengalir. Batasan ruang atau batas fisik yang ada adalah bidang kaca atau tirai. Hal ini mewujudkan ruang-ruang yang lapang. Kolam renang di innercourt-nya menjadi fokus orientasi yang juga ikut memberikan kesegaran kepada ruang-ruang yang mengelilinginya dalam bentuk L. Untuk menjaga kenyamanan privasi dari pemilik rumah dan penghuni lainnya, arsitek sengaja memisahkan area servis dan rumah utama. Pengaruhnya menjadi lebih signifikan karena penghuni rumah bisa merasa lebih bebas dan tidak harus melihat aktivitas servis rumah tangga. Namun dapur kering diletakkan di bagian depan di dekat area makan untuk memudahkan penghuni rumah tetap memiliki kontrol terhadap situasi rumah ketika sedang berkumpul bersama untuk makan keluarga. Sang ibu bisa lebih sering memasak atau setidaknya bisa mengundang koki untuk jamuan formal di rumah ini. Satu hal yang unik adalah tidak adanya garasi, yang diwadahi adalah carport, sehingga ketika mobil sedang tidak ada, sang anak bisa bermain bola di sini. Ruang menjadi lebih multifungsi, tanpa harus mengurangi luasan tertentu untuk garasi dengan kapasitas empat mobil. Masuk ke dalam rumah ini juga terasa masuk ke dunia lain, di mana suasana lebih sejuk, tampilannya menarik secara visual, dan kenyamanan untuk duduk dan beraktivitas di dalamnya bisa diwadahi dengan baik di sini. Tata interior oleh Yenny kemudian menjadi satu kualitas yang memperbaiki semangat dan suasana hati.

97

B

Kiri Bangunan rumah

terlihat dari depan pada malam hari Paling Atas Ruang tamu yang dibuat simpel dan modern tanpa kehilangan sentuhan-sentuhan estetika dari material di dinding, karpet, dan detail pencahayaan Atas Ruang-ruang terasa lapang ketika tidak ada sekat yang membatasi. Seperti area makan dan area duduk yang tidak dibatasi apapun. Hunian ini dirancang terbuka dan mengalir dengan sekat yang berupa dinding kaca atau tirai indesignlive.ASIA


Sentuhan interior yang rapi dan menghadirkan aksentuasi warna merah pada komposisi warna natural memang disukai oleh pemilik rumah. Bangunan ini menghadap ke selatan, sementara kolam renang terletak di sisi timur sehingga ruangruang di dalamnya tidak mendapatkan sinar buruk secara langsung dari barat. Kondisi inilah yang memungkinkan ruang duduk, ruang makan, dapur, dan fitness area bisa melihat ke arah kolam renang dengan bebas. Di sisi lain, pemilik rumah memang tidak ingin huniannya terlihat biasa seperti pada umumnya rumah. Pendekatan bentuk geometris kemudian dilakukan dengan menghadirkan beberapa massa kotak dalam tatanan bentuk L sehingga menyisakan area kolam renang sebagai innercourt dan fokus orientasi. Area dan fasilitas servis juga terletak di satu kotak, seperti pavillion untuk meningkatkan privasi dari ruang-ruang di dalamnya. Di area privat, terdapat kamar tidur utama, area fitness, kamar tidur anak, dan ruang belajar di lantai atas. Khusus untuk kamar tidur utama dirancang seperti sebuah penthouse yang luas dan dilengkapi walkin closet yang besar juga. Di kamar tidur utama terdapat pula meja untuk aktivitas kerja yang simpel. Di dalam kamar tidur utama ini pemilik rumah bisa menikmati kenyamanan ala resor dengan pemandangan ke arah kolam renang, sembari menikmati ketenangan ditemani gemericik air. Sementara itu, interior memang didominasi oleh warna-warna natural untuk membangkitkan nuansa hangat dan intim. Ekspresi elegan muncul dari

pemilihan-pemilihan material dinding, plafon, dan bidang-bidang kaca yang menjadi jendela besar untuk memberikan akses visual optimal terhadap kesegaran di sekitarnya. Tata cahaya juga ikut serta memiliki andil dalam membangun suasana di dalamnya. Lampu indirect yang ditanam di dalam plafon terlihat rapi dan tetap menghasilkan cahaya yang tingkat terangnya diatur nyaman untuk aktivitas di dalam rumah. Selain tata cahaya, penghawaan rumah ini menggunakan ducting dengan AC sentral sehingga tidak harus menghadirkan unit-unit AC di setiap ruang. Ruang-ruang yang saling terbuka di dalam rumah ini membuat penghuni bisa menikmati juga kebersamaan ketika sedang melakukan aktivitas yang berbeda. Meskipun kolam renang menjadi pusat orientasi visual, tetapi bangunan disekitar kolam renang juga menghadirkan ekspresi material dan desain yang menyenangkan untuk dipandang. Seperti balustrade dari susunan kayu yang membentuk satu pola yang menarik. sebuah instalasi yang biasanya dimanfaatkan menjadi secondary skin di lapisan luar bangunan, di rumah ini ternyata dimanfaatkan untuk balustrade balkon dan juga memberikan aksen visual yang menarik.

Sunthy Sunowo adalah Senior Editor Indesign Indonesia


portfolioindesign

Halaman Sebelah

Terdapat void dengan lantai atas untuk memberikan kenyamanan dan kualitas lapang yang diharapkan meskipun ketinggian plafon standar ATAS Kolam renang menjadi fokus orietasi dari semua kegiatan di ruang-ruang privat yang mengelilinginya

Tebet House Konsultan Desain PT US&P Architect Arsitek Prinsipal Her Pramtama, Timmy Anggara, Arsya Wibawa Manajer Proyek B.E. Amyanto, Dion Indraspriyanto Desainer interior Aditya Design Pavillion Kontraktor Bapak H. Dayat Konsultan lighting La Messa Konsultan Struktur Ir. Brahmana Waktu penyelesaian Maret 2011-Maret 2012 (24 bulan) Total area lantai 702 m² PT US&P Architect (62) 21 722 1277 usparchitect.com

FURNITUR Hampir semua furnitur pada proyek ini menggunakan material papan partikel dengan finishing HPL ex. Arborite. dibuat custom dengan desain oleh DSA+s Architects. FINISHing Pekerjaan kaca menggunakan Sandei dan CV Berkah, dinding dengan travertine dan kamprot dicat Mowilex, cat muka bangunan dengan Pasific Paint. Lantai di lobi, ruang bersama, dan kamar mandi menggunakan Fagetti. Plafon dengan Jayaboard Boral Gypsum. Lantai di roof garden dan teras menggunakan Lantekayu dan marmer dari Gramer Sejahtera.

kloset, sink, shower, dan bathtub Toto. Bingkai pintu menggunakan Aluplus, Sandei, dan Galuh Mandiri. Bingkai jendela dengan Sandei dan Galuh Mandiri. Balustrade stainless steel dari Kasih Kurnia. PENCAHAYAAN Hampir semuanya menggunakan Class International untuk eksterior, lobi, ruang bersama, dan eksterior. Sementara itu, servis area menggunakan Panasonic.

FIXED & FITTED Soket dinding adalah LeGrand. Kamar mandi menggunakan

Arbonite (62) 21 68412020 tokohpl.indonerwork.co.id Mowilex (62) 21 5406663 mowilex.com Pasific Paint (62) 21 4373848 pasificpaint. com Jayaboard Boral (62) 21 7977777 jayaboard.com Lantekayu (62) 21 42892420 lantekayu.com Legrand (62) 21 5350608 office. indonesia@legrandelectric.com TOTO (62) 21 29298686 toto..co.id Aluplus (62) 21 45857678 aluplusaluminium.com indesignlive.ASIA

99


ELEGANTLY

Desain hunian tidak serta merta hanya menjawab kebutuhan, tetapi juga


portfolioindesign 101

TEKS Sunthy Sunowo FOTOGRAFI HUBERT JANUAR Arsitek Genius LocI LOKASI Jakarta | Ina PROYEK RUMAH SURABAYA

okasi rumah yang berada di pinggir jalan provinsi dengan frekuensi kendaraan yang sangat tinggi memberikan tantangan tersendiri dan respons khusus oleh desain agar mampu memberikan kenyamanan lebih dari yang diharapkan oleh penghuni rumah. Persoalan bising dan debu menjadi prioritas yang kemudian diberikan solusi dengan pengolahan tata lanskap dan detail pagar serta muka bangunan. Di sini ekspresi material kemudian ikut membangun kualitas yang diharapkan. Lahan seluas 2.500 m2 ini memberikan ruang yang cukup untuk mewujudkan kolaborasi yang lebih intens antara arsitek dan desainer lanskap. Alex Bayu Saputro sebagai arsitek berhasil mengomunikasikan desain arsitekturnya kepada desainer lanskap yang kemudian mendukung desainnya sebagai sebuah kombinasi yang harmonis. Berbagai pendekatan harus dilakukan dalam rancangan hunian ini karena terdapat kompleksitas baik dari fungsi, tuntutan kualitas, dan tampilan rumah. Sementara itu, desainer lanskap dari La Palma sengaja dengan cermat memetakan area mana yang membutuhkan sebuah foreground, di area mana sebagai pengisi ruang, dan di bagian mana menjadi latar atau menguatkan desain arsitektur. Peletakan pohon atau jenis tanaman tidak bisa dilakukan tanpa mengindahkan bagian desain arsitektur bangunan yang menarik. Secara garis besar, bangunan rumah di lahan ini mendapat dukungan dari area taman di depan, area taman di belakang, dan roof garden. Ketika arsitektur hadir dengan mengedepankan impresi elegan dalam detail, kombinasi material, dan proporsi ruang,

L

kiri Halaman depan rumah

yang mewadahi area drop off, parkir, dan komposisi tata vegetasi yang artistik mendukung bangunan modern yang mencoba memaknasi pintu masuk secara desain dan bagian dari prosesi

STATED

menghadirkan kualitas yang seharusnya ikut memperkaya hidup

indesignlive.ASIA


taman juga kemudian ikut menyelaraskan diri dengan pilihan vegetasi baik lokal maupun nonlokal untuk membangun kualitas ruang yang menjadi tahapan prosesi beralih dari luar ke dalam rumah. Seperti yang terlihat dari depan, muka bangunan rumah lebih cenderung tertutup dan sangat berorientasi ke dalam ruang. Bangunan bahkan sengaja ditarik mundur lebih jauh dari batas GSB untuk mewujudkan jarak yang cukup agar kebisingan jalan raya dan debunya bisa diminimalisir. Area tersebut kemudian bisa dimanfaatkan sebagai area taman dan drop off. Kondisi ini menjadi ideal bagi pemilik rumah yang sering kali mengundang saudara, sahabat, dan rekan-rekannya untuk berpesta di rumahnya. Area taman depan yang cukup lebar ini bisa menampung kendaraan yang dibawa para undangan. Tentu saja perhatian pada detail di area depan diperhatikan dengan seksama sebagai elemen yang mewujudkan impresi pertama tentang bangunan ini. Keseimbangan menjadi kata kunci yang kemudian menginspirasi arsitek dan desainer lanskap untuk saling mendukung. Pintu utama yang sangat sentral tampil elegan dengan material kayu khusus yang dipilih oleh arsitek. Wajah bangunan terlihat seperti susunan lapisan bidang yang dikomposisikan dengan simetris untuk mencapai impresi pintu masuk utama yang berkesan penting. Hal ini kemudian didukung oleh tata lanskap dengan konsep yin dan yang yang pada intinya menghadirkan keseimbangan. Penataan yang teratur dan berjarak sama diaplikasikan pada tata vegetasi di area taman depan. Keseimbangan yang ingin diwujudkan juga memanfaatkan karakter pohon dan batang dari berbagai jenis tanaman untuk kemudian membentuk komposisi yang berimbang dan mendukung desain muka bangunan dan area pintu masuk yang menjadi fokus perhatian di area ini. “Jadi, selain taman depan tersebut bersifat formal, area ini juga menberikan kesan ramah dalam tatanan yang teratur dan harmonis sehingga membangkitkan rasa senang bagi tamu dan penghuninya,� Padmayanti menjelaskan.


portfolioindesign 103

Kebiasaan pemilik dan penghuni rumah untuk menyelenggarakan pesta dan mengundang banyak relasi, teman, dan saudara menghadirkan kebutuhan ruang-ruang tertentu yang sangat luas. Sunthy Sunowo

halaman sebelah atas

Ruang makan dengan meja panjang memang diperuntukkan bagi jamuan bersama rekan, kolega, dan undangan. Suasana elegan tetap dihadirkan dari pilihan artwork dan material dinding halaman sebelah bawah Ruang kerja

dirancang lebih maskulin

Atas Sofa-sofa besar

terlihat menyatu dengan kehadiran karpet besar

indesignlive.ASIA



portfolioindesign 105

ATAS DAN KANAN BAWAH

Ruang-ruang sengaja mengalir dan berdimensi sangat besar untuk mewadahi kesenangan pemilik rumah mengadakan pesta. Arsitek berhasil menghadirkan elemen tekstur dan pernik personal yang membuat ruang luas tersebut tidak terasa kosong dan dingin Kiri bawah Ruang duduk sembari menikmati suara gemericik air dan lukisan yang sarat nilai seni

Hunian ini memiliki tuntutan ruang yang cukup unik. Kebiasaan pemilik dan penghuni rumah untuk menyelenggarakan pesta dan mengundang banyak relasi, teman, dan saudara menghadirkan kebutuhan ruang-ruang tertentu yang sangat luas. “Living room dirancang luas seperti hall, kesulitannya adalah mengatur furnitur agar tidak terlihat kosong ketika tidak ada pesta. Pendekatannya menggunakan konsep lobi, sofa sengaja dikelompokkan tetapi masih terikat dalam satu ruang yang besar,� Alex menjelaskan. Selain itu, arsitek tidak menghadirkan ruangruang dengan plafon tinggi. Prinsip modern yang lebih horizontal menjadi ekspresi paling tepat menggambarkan karakter pemilik dan penghuni keseluruhan hunian. Secara program, ruangan juga lebih nyaman dan bisa memenuhi kebutuhan. Untuk fungsi ruang yang cukup beragam dan beberapa ruang yang membutuhkan luasan lapang, menjadikan rumah ini tetap menyuguhkan prosesi dari ruang ke ruang yang kemudian kembali ke ruang luar di belakang dan roof garden. Hunian ini memang memiliki gaya desain modern bila dilihat dari bentuk massanya yang berkesan geometris dan seakan terdiri dari berbagai layer bidang dengan komposisi material, dan solid-void yang menghasilkan bangunan dengan pengolahan bayangan yang menarik. Detail-detail seperti kanopi dan tritisan pada jendela dan pintu menjadi solusi desain yang memperhatikan iklim tropis yang sesekali turun hujan. Muka bangunan tidak terlalu banyak menggunakan material yang menyimpan debu, impresi simpel memudahkan perawatan bangunan ketika posisi rumah berpotensi menghadirkan banyak debu dari jalan raya. Di tangan arsitek Alex Bayu Saputra (Genius Loci), desain bangunan modern tidak dibiarkan terus menjadi modern dengan tatanan interior dan pernik ruang yang modern juga. Alex selalu berupaya mendobrak kebosanan dengan menghadirkan hal-hal yang terlihat saling bertolak belakang. Tetapi dengan penempatan yang cermat, mereka justru saling melengkapi dan membawa pengaruh positif pada nuansa ruang. Ruang yang luas di dalam bangunan modern ini kemudian diisi oleh pernik dan furnitur interior yang mempertemukan sedikit sentuhan tradisional ke dalam tatanan masa kini. Di sinilah keseimbangan dan kejelian desainer memadupadankan setiap barang menjadi sebuah cerita paling menarik dari rumah ini, bagaimana setiap penghuni rumah merasa terwakili secara personal melalui desain. Wacana mereka akan desain yang bagus juga sudah cukup banyak sehingga tatanan ini betul-betul dinikmati tidak hanya dari segi fungsi, tetapi juga bagaimana desain diapresiasi. indesignlive.ASIA


106 portfolioindesign

Kiri Di sekitar kolam

renang ini nuansa santai dan rileks begitu terasa. Ruang terwujud dari bangunan rumah, sebuah gazebo, dan area kolam renang yang kemudian diperkaya dengan kehadiran vegetasi hijau yang membuat ruang terasa lebih intim, harmoni, dan menyegarkan

Pada hunian ini, ia tidak hanya ingin menghadirkan kualitas elegan semata, tetapi detail-detail kecil, pilihan furnitur, atau bahkan kehadiran elemen kecil harus mampu menggugah rasa penikmatnya. Kehangatan sebuah rumah kemudian hadir dari kombinasi warna-warna natural dengan aksentuasi cokelat tua atau pemilihan material natural untuk aksentuasi. Peletakan warna, memilih mana yang harus menonjol dan mana yang peran pentingnya justru menjadi latar dari benda lain sehingga ada keharmonisan visual yang tidak hanya bisa dinikmati penghuni dan pemilik, tetapi juga tamu yang datang ikut menikmatinya. Hunian ini memang memiliki ruang-ruang yang luas. Oleh karena itu, arsitek yang juga seorang desainer interior ini menghadirkan elemen-elemen personal untuk memberikan sentuhan berkarakter pada setiap ruang. Rupanya karakter adalah satu aspek penting selain kenyamanan yang menjadi batas kesuksesan dalam proses desain rumah ini. Setiap orang penghuni memiliki suites sendiri yang tentu saja disesuaikan dengan kebutuhan kegiatan, ketertarikan, koleksi pribadi, dan pilihan-pilihan personal yang tidak serta merta dihadirkan sama di setiap ruang. Setiap suites terdiri dari living room, kamar tidur, kamar mandi, dan ruang kerja. indesignlive.ASIA

Banyaknya ruang membuat elemen taman menjadi penting di lahan yang sangat luas ini. Dengan meminjam pemandangan hijau di luar ke dalam, suasana menjadi lebih dinamis. Sebuah gazebo di taman belakang bahkan membawa makna lebih dari sekadar tempat untuk duduk, bersantai, dan menikmati hidup. Upaya menampung air hujan untuk dikembalikan kepada bumi merupakan inisiatif menarik yang memiliki pengaruh positif pada masa mendatang. Di rumah ini kehidupan dan keindahan bersamasama disyukuri dan dirayakan dengan mengundang teman-teman dan keluarga untuk bersenang-senang. Gelak tawa dan kebersamaan dapat dinikmati tanpa harus saling mengganggu antara anak dan orangtua, karena rumah ini bisa mewadahi dua pesta bersamaan dengan memanfaatkan pintu samping untuk langsung menuju taman belakang dan melewati area parkir di lantai basement.

Sunthy Sunowo adalah Senior Editor Indesign Indonesia.

RUMAH SURABAYA Konsultan Desain Genius Loci Arsitek Prinsipal Alex Bayu Saputro Desainer interior Alex Bayu Saputro Kontraktor Gunawan R, (PT SSI) Desainer Lanskap La Palma (Padmayanti) FURNITUR Hampir seluruh rumah ini menggunakan Forme dan Supellex. LANSKAP Taman depan menghadirkan Terminallia montali variegeta, Borarrus sp (black palm berbatang hitam), Plumeria sp. Alstonia scholaris Exotic, dan Calistemon vinimalis. Taman di samping dengan tanaman bambu, lea, dan Aralia sp. Taman Belakang memanfaatkan cork tree, Plumeria sp, sausage tree, dan Irish sp. . Forme (62) 21 7195538 myforme.com Supellex (62) 21 7202189supellex.co.id PT SSI (62) 31 8416945 pt-ssi.com


107

profiling the life and work of creators around the globe 107 Shopdeca 110 Gede kresna 112 Sam Hecth

Situs belanja online di Indonesia yang menjual produk interior dan dekorasi rumah seperti Shopdeca tidak banyak. indesignlive.ASIA


HALAMAN INI DAN SAMPING beberapa produk

interior dan fashion menjadi komoditi yang ditawarkan dengan kemudahan berbelanja oleh Shopdeca. Sebagian besar juga merupakan upaya untuk membantu desainer lokal Indonesia untuk memasarkan produknya

emudahan dan kepraktisan menjadi semangat berbelanja online yang telah berkembang pesat di dunia fashion dan pasaran retail. Shopdeca juga mengawali kemunculannya dari produk-produk fashion. Namun, ada yang lain dengan website ini. Ketelitian dan kejelian untuk mengurasi produk yang dijual menjadi satu keunggulan yang juga sangat menguntungkan para konsumennya. Di antara pilihan yang sangat banyak dan luas, wadah yang terkurasi ini jelas memberikan kemudahan dan sekaligus kepraktisan tersendiri. Belanja di situs ini sudah tidak perlu mengkhawatirkan perihal kualitas atau bagaimana barang nantinya sampai ke tangan pembeli. “Kami memikirkan kemasan dan pengiriman ke pembeli,� jelas Fenny, Head of Merchandising Shopdeca. Dengan menyimpan stok di gudang, kepentingan untuk bisa membentuk kemasan yang representatif menjadi sebuah langkah brilian. Pengalaman selama ini mengamati bagaimana produk luar mengemas dan mengirimkan produknya menjadi pembelajaran berarti.

K

Sayangnya, beberapa produk lokal yang mereka dekati masih tidak memikirkan tentang aspek ini. Era ketika flatpack menjadi satu isu krusial untuk menghemat penyimpanan, pengiriman, dan pengemasan rupanya masih belum terlalu mewabah di para desainer produk Indonesia. Hal inilah mengapa sampai saat ini produk yang dipilih oleh Shopdeca masih memiliki keterbatasan ukuran. Pembicaraan Indesign Indonesia dengan Shopdeca di suatu sore justru sangat menarik. Kepedulian dan idealisme dari Shopdeca untuk memajukan produk dalam negeri adalah sebuah bahasan menarik yang sekaligus juga mencerminkan semangat Shopdeca. Nama situs belanja online yang diprakarsai oleh Julie dan Andreas ini memang mewadahi selera generasi muda kreatif yang memiliki kehidupan modern yang dinamis. Tidak bisa dipungkiri bahwa banyak desainer produk Indonesia, baik yang senior maupun junior telah banyak mewarnai industri. Namun kendala dari keterbatasan akses terhadap fabrikasi dan minimnya interaksi dengan konsumen menjadikan


pulseindesign 109

tekS SUnthy Sunowo Portrait Courtesy of Shopdeca

produknya kurang bisa bersaing. Sangat menarik melihat ada beberapa merek yang justru sangat baru dan belum terkenal mampu memenuhi tuntutan Shopdeca untuk bisa menyediakan produk mereka, sebut saja seperti merek Lampu Runa danKitten Kite Studio Secara online mereka membagi kategori woman, men, home, books, tech, travel, brand, dan sale yang kemudian menyuguhkan pilihan dari berbagai pernik interior yang menarik. Proses kurasi di Shopdeca sendiri ternyata cukup menarik. Selain melihat kesan pertama dari desainnya, kami juga mencoba menemukan kualitas lebih dari produk tersebut. Seperti misalnya produk Kinto dari Jepang yang tidak hanya memiliki tampilan simpel, tetapi memiliki fungsi lain sebagai mug dan sekaligus saringan kopi. Proses kurasi ini bukan berarti menciptakan sebuah gaya hidup khusus, tetapi lebih kepada menyuguhkan pilihan berkualitas dan terpilih. Konsumen kemudian sangat terbantu dengan adanya produk

yang sudah lolos kurasi. Di sisi lain, Shopdeca juga memberikan ruang gerak bagi desainer lokal Indonesia untuk lebih mendorong kreasinya agar produknya menjadi lebih user friendly, sederhana, dan praktis dalam kemasannya, serta memudahkan pemindahan dan penyimpanan. Meskipun konsumen Indonesia masih sedikit malas untuk merakit sendiri, tetapi dengan produk yang direncanakan dengan instalasi sederhana, kemudahan dan kepraktisan yang sekarang kian dituntut oleh industri dan konsumen menjadi lebih memungkinkan. Harapannya di masa mendatang akan semakin banyak merek lokal yang mewarnai industri desain produk untuk home interior di Indonesia yang bisa diwadahi pemasarannya oleh Shopdeca.

Sunthy Sunowo Senior Writer Indesign Indonesia.

SHOPDECA Basecamp Jakarta, Indonesia Founder Andreas Thamrin dan Julie Tipe Website online shopping untuk fashion dan home accecories Target market Creative people

info@shopdeca.com indesignlive.ASIA


Pohon intaran yang meneduhkan dan banyak memiliki manfaat telah memberikan inspirasi kepada seorang Gede Kresna untuk setiap pada pilihan dan kata hatinya.

engalamanannya dalam berarsitektur memberinya kesempatan untuk menjadi pengamat yang menemukan begitu banyak permasalahan di Pulau Bali. Tidak hanya dalam aspek desain dan tatanan, tetapi juga sosiokultural yang begitu kompleks. Satu hal yang ia percaya adalah memosisikan diri pada titik nol permasalahan agar bisa memberikan kontribusi positif dalam proses pencarian solusi. Gede Kresna tidak memanfaatkan arsitektur untuk mewujudkan idealismenya, tetapi justru sebaliknya, ia mengupayakan langkah konkret dengan idealismenya dan arsitektur justru dimanfaatkan sebagai pintu masuknya. Bila setiap bangunan memiliki cerita dan makna, Gede Kresna adalah corong yang berusaha menceritakan kembali kepada masyarakat atau bahkan pemiliknya untuk bisa lebih mengapresiasi keindahannya. Memutuskan untuk tinggal dan memulai aktivitasnya di Buleleng, ia mengoptimalkan potensi para pengrajin di sekitar rumah untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan. Rumah, ruang kerja, dan sarana sosialisasi dengan alam dan lingkungan sekitar ini akan selalu menghasilkan cerita-cerita baru. Nama intaran kemudian menginspirasi seorang Gede Kresna untuk terus memberikan manfaat positif.

P

Pohon intaran atau dikenal juga dengan nama pohon nimba begitu banyak ditemui di Pulau Bali. Pohon yang memiliki banyak cabang dan daun yang rimbun ini menjadi peneduh dan banyak dimanfaatkan sebagai obat berbagai penyakit seperti diabetes dan penghilang plak gigi. Selain itu, pohon intaran dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati. Inilah salah satu titik tolak solusi yang disadari oleh Gede. Daerah Buleleng sendiri adalah penghasil buah-buahan, tetapi sebagian besar petaninya masih menggunakan pestisida kimia. Dengan solusi pestisida nabati ini jelasnya dapat meningkatkan kualitas makanan sehat dan nilai jual dari komoditas. Langkah-langkah yang mengedukasi inilah yang terus dicoba oleh Gede Kresna. Melalui arsitektur, ia mempelajari kearifan desain tradisional dan membuat mock up untuk pembelajaran. Ia juga mengumpulkan pengrajin untuk melakukan workshop dan eksplorasi dalam sebuah format universitas pengrajin Indonesia. Pengrajin kemudian diajak untuk lebih peka terhadap alam sekitar yang hasilnya bisa memperkaya wacana mereka dalam berkarya. Di sinilah eksplorasi material lokal mulai banyak dilakukan dan menarik perhatian dari banyak akademisi dari luar negeri. Dari tanah, bambu, kayu, terakota, dan material alami lainnya


pulseindesign 111

tekS Sunthy Sunowo FOTOGRAFi Courtesy of Gede kresna

Kiri Atas Motif kerawang

yang menggabungkan susunan kayu dengan ubin terakota dengan motif bunga hasil eksplorasi di workshop Rumah Intaran Kiri Bawah Ayaman keranjang bambu memberi Gede Kresna banyak inspirasi yang kemudian dikembangkan menjadi instalasi atau ide ventilasi di ruang kantornya.

terus dipelajari dan dieksplorasi. Hasilnya adalah kekayaan detail yang bisa diberikan oleh Gede Kresna pada proyek-proyek arsitektur yang dikerjakan. Selain memberikan kualitas estetika, hal ini juga merupakan proses edukasi untuk memperkenalkan potensi material lokal. Idealisme yang terus dipertahankan ini memberikan jalan untuk bertemu dengan klien-klien yang memiliki keterbukaan yang sama. “Saya bisa memastikan sejak pertama kali berbincang dengan klien, apakah ia akan menelepon kembali atau tidak, di sini saya mencoba mendudukkan kesetaraan arsitek dengan klien,� jelasnya. Upaya untuk terus mengingatkan klien agar tidak mengakuisisi tanah sawah atau tanah kosong membutuhkan konsistensi. Hal ini menjadi hal yang penting untuk Gede Kresna karena menyadari bahwa Bali Selatan sudah begitu penuh, bahkan melebihi dari jumlah turis yang datang. “ Saya selalu menyarankan kepada klien untuk lebih baik merenovasi bangunan lama daripada membangun di tanah kosong atau sawah,� Gede Kresna menekankan. Saat ini di Rumah Intaran Gede Kresna melakukan banyak kegiatan, memberikan workshop untuk pengrajin, membuat maket bangunan untuk studi

dan pemahaman arsitektur tradisional, dan eksplorasi material lokal. Selain itu, workshop untuk anak-anak dan masyarakat sekitar juga sesekali meramaikan Rumah Intaran. Gede Kresna sendiri adalah seorang arsitek yang juga pengamat dan pendengar yang baik. Dari banyaknya orang yang datang berkunjung dan berdiskusi, ia mendapatkan masukan dan ilmu. Sementara itu, hobinya berjalan-jalan juga membuatnya banyak menemukan hal menarik untuk diulik. Dari sesederhana bagaimana pedagang melipat dan menyusun daun pisang, atau keranjang bambu yang sudah hampir tidak dilirik lagi. Inspirasi tersebut salah satunya membuat ruang kantornya dengan pembatas ruang dari keranjang bambu. Meskipun debu menjadi satu masalah, tetapi tampilan susunan keranjang bambu terlihat menarik. Udara bisa mengalir bebas dan di ruang inilah kenikmatan hidup di iklim tropis bisa dirasakan. Gede Kresna tidak akan berhenti hanya mengesplorasi elemen tanah, bambu, dan kayu. Alam akan terus memberikan inspirasi tidak terbatas, tetapi manusialah yang harus mengapresiasi dan menjaga. Beberapa peninggalan bangunan adat yang tua dan memiliki detail dari inspirasi alam

yang hebat terancam dihancurkan karena arus modernisasi yang buta. Dengan kesabaran dan semangat untuk mencarikan solusi, Gede Kresna telah mendampingi beberapa komunitas masyarakat atau desa adat dalam upaya untuk konservasi bangunan adat. Rumah saja memiliki banyak cerita, bagaimana dengan bangunan adat atau ibadah yang memiliki muatan sosial budaya yang tinggi. Idealisme tidak harus terkikis oleh waktu, karena konsistensi dan kecintaan pada apa yang dilakukan yang membawa Gede Kresna, istri, dan keluarga terus menikmati kebersahajaan dalam hidup yang selaras dengan alam. Kemewahan-kemewahan kecil yang tidak bisa dinikmati oleh setiap orang, tetapi prinsip dan idealisme Gede Kresna untuk mengedukasi dan terus mengupayakan solusi untuk lingkungan lebih baik memberikannya pengalaman yang jauh lebih kaya dari hanya mengerjakan karya-karya arsitekturnya.

GEDE KRESNA Sunthy Sunowo adalah Senior Writer Indesign Indonesia.

domisili Singaraja, Bali profesi Arsitek, Pengajar Studi Universitas Indonesia kontak gedekresna@yahoo.com

gedekresna@yahoo.com indesignlive.ASIA


Salah satu pendiri dari Industrial Facility, SAM HECHT, mendesain benda untuk kehidupan. am Hecht, salah satu pendiri studio desain dari Inggris, Industrial Facility, sesungguhnya seperti anak yang selalu ingin tahu. Membongkar objek untuk melihat bagaimana sistem kerja mengarahkan dirinya agar dapat memperbaiki produk—dari radio hingga pengering rambut—untuk toko milik ayahnya ketika usianya masih muda. “ Saya memiliki dorongan natural untuk ingin tahu bagaimana sebuah benda dibuat,” ujarnya. Keingintahuan ini mendorongnya untuk belajar desain industrial di Royal College of Art dan ketika lulus, Hecht bekerja untuk David Chipperfield sebelum pergi ke Jepang dan Amerika lalu kembali ke London sebagai kepala bagian desain IDEO. Di London ia bertemu dengan Kim Colin, arsitek, guru, dan editor yang kemudian mendirikan Industrial Facility bersamanya. “ Kami berdua merasa ada kesempatan untuk melakukan sesuatu yang lebih baik,” jelas Hecht, “ Kami tidak pernah puas.” Alasan utama untuk ketidakpuasan ini terletak pada apa yang Hecht dan Colin pahami sebagai ketidakterhubungan antara benda dan ruang tempat mereka berada. Dengan latar belakang arsitektur— Colin praktik dan mengajar arsitektur, Hecht “terlibat” di dalamnya—mereka berangkat dari kesensitivan tentang bidang itu. Produk menurut mereka didesain dan dilihat dalam isolasi, bukan dari konteks bagaimana orang hidup dengannya. Pasangan ini memulai Industrial Facility dengan misi untuk menekankan

S

Atas Kursi Mattiazzi ‘Branca’

halaman seberang Atas‘Wireframe’ Sofa halaman seberang Bawah Jam Established &

Sons ‘Two Timer’


pulseindesign 113

Teks MANDI KEIGHRAN Alih Bahasa Sunthy Sunowo

“ Kami merasa ada kesempatan untuk melakukan sesuatu yang lebih baik” sam Hecht

Indesign bekerja sama dengan GREAT Arts 13, sebuah festival seni dan budaya di UK oleh British Council. Dalam kolaborasi ini, kami akan menyuguhkan karya terbaik desainer Inggris sepanjang tahun.

kembali dialog dan debat daripada hanya meresponsnya dengan perilaku kreatif untuk mencerminkan dan membantu perusahaan agar berhasil dengan cara yang mereka rasa lebih bertanggung jawab. Nama ‘Industrial Facility’ datang dari keinginan untuk merangkul industri dari awal. “Sepuluh tahun lalu, industri adalah kata yang sedikit kotor…semua sudah didesain, hanya di permukaan, manis, dan plastik. Itu adalah kesalahan besar. Industri adalah yang membuat kita tetap bisa berpakaian dan makan. Itulah kenyataan hidup di dunia ini. Salah satu perusahaan yang mendekati Industrial Facility adalah merek gaya hidup Jepang, Muji. Perusahaan tersebut sedang melalui perubahan mendasar, kemudian Hecht dan Collins diajak bergabung, awalnya sebagai creative director untuk Eropa dan sekarang sebagai bagian dari grup World Designer yang termasuk di dalamnya nama Naoto Fukusawa. Klien yang lain ialah Established & Sons dan Droog hingga Yamaha dan Issey Miyake baru saja menyusul, dan Industrial Facility telah bekerja dengan berbagai macam proyek dan industri. Hecht dengan cepat menekankan bagaimanapun studio ini tidak “masuk ke dalam proyek dan lalu keluar”. Hubungannya justru terus menerus dan klien adalah perusahaan di mana debat sama pentingnya dengan hasil akhir. Pendekatan ini didorong oleh keingintahuan dan debat, sesuatu yang selalu dikedepankan oleh Hecht kepada mahasiswanya. Ia menjelaskan pendekatannya dengan memberikan contoh pena plastik Muji. “Begitu banyak anak muda, ketika saya pertama kali mengajari mereka, penangkapannya adalah itu hanyasebuah pena plastik, tetapi nilai ekonomis dari benda itu adalah metoda transportasi, produksi, dan begitu besar di belakang benda yang kecil. Desainer harus paham dan mempunyai keterikatan dengan itu semua, bila tidak Anda tidak bisa benar-benar mendesain. Yang Anda lakukan hanya menjadi pembantu dalam industri,” jelasnya. Meskipun Hecht menikmati mengajar dan melihatnya sebagai cara untuk memberikan kembali, ia berhenti awal tahun ini karena serangkaian proyek intensif yang dilakukannya untuk Herman Miller. Herman Miller adalah perusahaan dengan siapa Industrial Facility

memiliki hubungan yang kuat dan terus menerus. Selain dari ‘wireframe’ sofa, mereka mendesain sistem furnitur kantor pertama mereka dan yang lain adalah lebih ke produk konsumen. Bersamaan dengan pekerjaan dengan Herman Miller, Industrial Facility saat ini mengerjakan desain alat medis untuk perusahaan farmasi dari Denmark, dan beberapa bangku kayu untuk perusahaanItalia, Mattiazzi, yang diluncurkan di Milan di April 2013. “Ada hubungan yang aneh antara hal yang kami cita-citakan sebagai desainer dan kesulitan-kesulitan yang harus dihadapi. Siapa yang menggunakan dan bagaimana memproduksinya,” paparnya. “ Kami mencoba untuk membuat keseimbangan. Posisi di mana segalanya terasa benar untuk dilakukan. Kapan pun kami mendesain sesuatu, secara insting kami tahu telah mencapai sukses. Ke sanalah arah yang ingin kami capai.”

Mandi Keighran adalah Editor-atlarge for Indesign, berbasis di London.

SAM HECHT & Kim Colin tinggal London, UK lahir Sam lahir di London, UK sedangkan Kim lahir di Los Angeles bekerja Director and founder di Industrial Facility didirikan Studio mereka lahir pada 2002

industrialfacility.co.uk indesignlive.ASIA



115

ISSUES AND IDEAS AROUND DESIGN AND ARCHITECTURE 115 AUCKLAND’S RETAIL SOUK 120 What’s on the Market 122 bamboo Why not

indesignlive.ASIA


SEBUAH AREA ReTaiL BARU, karya RTA Studio memberikan kehidupan baru bagi salah satu sisi jalan yang menarik di Auckland.

erlepas dari proses restorasi daerah pinggiran kota, area Ponsonby Road di Auckland tetap berpegang kepada nilai historis dan bohemian masa lalu. Area perbelanjaan yang sudah berdiri sejak era Victoria—sekarang dikenal sebagai destinasi pusat kuliner, mode, dan desain—ditandai dengan sebuah percampuran rumah toko pada era Victoria dan Edwardia, rumah kantor tahun 1970-an dan 1980-an serta sedikit sentuhan gaya industrial. Sebuah bangunan retail baru telah dibuka sepanjang MacKelvie Street, hal ini merupakan tahapan pertama dalam revitalisasi sebuah blok. Proyek ini akan menyatukan batas-batas pada Ponsonby Road—area sewa yang panjang dan sempit ala era Victoria dan bangunan besar tahun 1980-an­— dengan halaman belakang, ruang ritel baru ini menyediakan akses langsung menuju site, menghubungkan pejalan kaki menuju jalur-jalur yang lebih dekat. Tahap kedua adalah pembangunan kantor di batas lahan bagian belakang serta sebuah lahan parkir bawah tanah. Baik bangunan retail baru dan gedung kantor yang diusulkan mempunyai gaya bahasa arsitektural yang sama— permainan unsur geometris boks sederhana yang dibungkus dengan selubung bangunan bermotif abstrak. Hal tersebut merupakan interpretasi baru dalam mengenalkan unsur

T

dekoratif pada era Victoria dan dapat berfungsi sebagai filter cahaya matahari untuk ruang-ruang internal. Elemen lain dari proyek revitalisasi ini adalah detail-detail kecil pada sekeliling batas bangunan yang dibuat seolah menyatu satu sama lain, memberi peran “ruang bersama” di dalam kawasan tersebut. Richard Naish, arsitek dari RTA Studio Architect, bukan kali pertama bekerja sama dengan pemilik tanah, Samson Corp. Seperti pada beberapa proyek mix-use di seluruh pinggiran kota, Ironbank pada K Rd merupakan proyek yang terakhir. Pendekatan yang dikembangkan Naish untuk bangunan ialah menggunakan material setempat sebagai material utama bangunan. “Hal ini cukup kuat untuk menghubungkan ke dalam konteks nilai historis dan keeksistensian bangunan pada masa lampau, yang kemudian dimanifestasikan ke dalam beberapa cara seperti penggunaan material, bentuk, atau rencana bangunan, “kata Naish. “Ketika akan menambahkan ‘sesuatu’ yang sifatnya baru, kami sangat menghargai konteks yang sudah ada, bahkan ketika eksistingnya tidak begitu ‘luar biasa’, karena terkadang tetangga yang biasa-biasa saja menjadi lebih luar biasa berkat tetangga baru yang datang dan duduk di sebelahnya. “ Hal ini merupakan sikap yang cukup berguna untuk diterapkan di Auckland; kota dengan beragam kualitas dan gaya bangunan. Ponsonby Road adalah area yang dikenal lewat gaya eklektik pada gedung-gedungnya, dan keterampilan Naish dalam membaurkan “the old & new” telah membuat tampilan pusat kota ini lebih terintegrasi. Untuk zona retail, ia telah menganalisis irama pada eksisting sekitar yang bermodul Victoria di mana terdapat jarak antardinding bangunan kira-kira 4,2 meter; kurang lebih selebar kayu, saat terjadi pembangunan di jalan tersebut—dengan acuan ketinggian (termasuk elemen dekoratif seperti cornice dan pediment) sekitar 7,5 hingga 9,5 meter. “Kami membuat kemungkinan rancangan dari data tersebut,” kata Naish, “dan saya rasa dengan skala yang familier, banyak orang dapat menikmatinya.” Naish lalu memecah modul-modul utama bangunan—dua di antaranya memiliki kantor pada lantai atas—dan menutupi ruang antara dengan atap bantal EFTE. “Konsep aslinya mengacu kepada souk; pasar di Timur Tengah atau area bazar, berupa gagasan sebuah


zoneindesign 117

Teks Andrea Stevens Fotografi Simon Devitt Alih Bahasa Sunthy Sunowo arsitek RTA Studio lokasi Auckland | nz

KIRI JAUH Tetap menjaga

keselarasan skala bangunan terhadap vista eksisting jalan Kiri Sunscreen dekoratif BAWAH Menyiratkan karakter acak dari sebuah souk; Pasar di Timur Tengah

indesignlive.ASIA



zoneindesign 119

Kiri Seperti souk, sebuah

lorong membelah antarmasa bangunan Atas Pada malam hari, laser-cut pada selubung bangunan memancarkan cahaya seperti lampion bawah Cahaya yang masuk dalam ruangan terfilter melalui selubung bangunan, menimbulkan efek bayangan dekoratif

area sementara dari kumpulan boks yang diletakkan sedikit acak,” jelas sang arsitek. “Atap transparannya seolah menjadi kanopi yang menaungi ruang antara. “Pada kenyataannya sudutsudutnya cukup halus, dan terlepas dari persoalan ketinggian, undakan serta bagian depan dan subtraksi pada badan bangunan memberikan skala yang sangat manusiawi. Di tampilan sekitar yang didominasi material batu bata dan beton, bangunan berwarna putih ini tampak cukup nyata, terlebih adanya motif ala Timur Tengah yang kemudian dijadikan pola pada selubung badan bangunan. Di sini para arsitek mengabstraksikan pola Damask; pada era Victoria populer sebagai motif wallpaper, menjadi sebuah penemuan yang telah berkembang selama beberapa tahun. Ponsonby Road dari sudut pandang retail, telah lama menjadi one-street

town, namun bisnis secara bertahap telah membuat industri pinggir jalan bermigrasi ke area “gudang” yang lebih besar. Pengelompokan deretan retail pada MacKelvie Street ini memicu terciptanya sebuah lapis tatanan serta lingkungan yang semakin bervariasi. Deretan Toko dan kafe ini kemudian menjadi sebuah destinasi baru yang berperan mengaktifkan ruang publik kota, juga dikenal sebagai tempat bersosialisasi di dalam kawasan tersebut; ruang yang dulu lahan parkir berkerikil kini menjadi ruang kota yang layak.

Andrea Stevens adalah Kontributor Editor Indesign di Selandia Baru. RTA STUDIO rtastudio.co.nz

indesignlive.ASIA


searah jarum jam, dari atas

Konsep grafis desain revitalisasi Pasar Burung Karimata di Semarang karya Pandu P. Wicaksono ; Penjabaran ragam masalah pada site Pasar Parit Besar di Pontianak ; Foto para finalis serta kedua pemenang bersama keempat Juri Sayembara ; Penjelasan rencana struktur dan penggunaan material pada desain Pasar Parit Besar Pontianak, karya Johan M. Sitio


zoneindesign 121

Teks NISSA MARETTA FOTO & RENDERING COurtesy of aboday

What’s on THE MARKET?

i era serbamodern ini masihkah kita ke pasar? Jawabannya, terbagi, sebagian besar masih. Karena sebuah pasar adalah ruang publik di mana, setidaknya setengah, kebutuhan pokok manusia dijajakan di sana.Beragam aktivitas bermasyarakat pun sering kali terjadi di dalam sebuah pasar. Aktivitas mendasar seperti kegiatan transaksi jual-beli, hingga kegiatan tukar informasi, pembelajaran pun bisa terjadi. Sering kali sebuah pasar menjadi simpul aktivitas dan generator bagi sebuah kota. Lalu ke pasar manakah Anda? Alih-alih kemajuan zaman, beberapa pusat jualan ‘segala ada’ seperti pasar ini ikut mempercantik bentuk dirinya menjadi sebuah gedung tinggi dengan pendingin ruangan. Yang dapat bersolek, tentu ingin rupawan. Beberapa sisanya, mengesampingkan rupa, tidak jarang pada akhirnya sampai ke justifikasi ‘kumuh’, kotor, dan tidak nyaman. Pasar ‘cantik’ mudah ditemukan di kota-kota besar dan setengah besar dewasa ini, lalu apa yang membuat pasar tradisional tetap bertahan, mungkin tradisi itulah yang berjuang untuk terus eksis di era “plaza dan city” ini. Di manakah peran perancangan arsitektur dan desain pada segmen tersebut? Bukankah pasar tradisional termasuk lingkungan binaan, yang mana fungsi serta peranannya pada beragam sektor, seperti perkotaan, sosial, dan ekonomi sangat berpengaruh? Jika menilik di daerah-daerah luar ibu kota, sebagian pasar tradisional masih tetap bertahan walaupun tidak sedikit dari pasar-pasar tersebut yang diubah menjadi bentuk yang konon katanya

D

lebih “modern”, namun sayangnya juga sedikit pula yang benar-benar memperhatikan desain ruang publik yang terintegrasi dengan konteks, dalam hal ini tidak hanya mengacu pada fungsi, lokasi lahan, dan daerah setempat, tapi budaya lokalnya. Dalam sebuah sayembara mahasiwa tingkat nasional yang diselenggarakan oleh biro arsitektur Aboday dan institusi pendidikan, Fakultas Teknik Jurusan Arsitektur Universitas Pelita Harapan, soal yang diajukan adalah bagaimana respons kritis dalam merancang kembali ruang pasar yang telah ada pada kota masing-masing peserta. Menariknya, peserta dari kota metropolitan Jakarta (ternyata) kurang dapat menjawab persoalan pasar dalam kota tersebut. Sebuah anggapan tercipta, mungkin pasar tradisional di Jakarta sudah tidak lagi menjadi penggerak kota yang berpengaruh, ataukah memang para muda-mudi sekarang sudah asing dengan ruang pasar? Kenyataannya tidak begitu bila melihat daerah di luar Jakarta, hal ini terlihat dari kelima finalis yang empat di antaranya merupakan peserta di luar ibu kota. Kedua pemenang pun berasal dari kota yang memiliki isu budaya dan sosial yang erat dalam ruang-ruang kotanya, yaitu Semarang dan Pontianak. Pontianak bagi Johan M. Sitio mempunyai masa kejayaan sebuah pasar, yaitu pasar apung, yang memang menjadi ikon kota, Pontianak. Namun kenyataannya fenomena daratan tak lagi menjadi kawan pasar tersebut, salah satunya pada Pasar Parit Besar yang merupakan pasar tertua di Kota Pontianak. Ada rasa hormat serta kebanggaan akan ikon daerahnya sehingga ketika merancang, Johan mengungkapkan keinginannya untuk menaikkan pendapatnya mengenai penggunaan ruang secara tradisional, khususnya sebagai pasar. Beragam analisa tentang tapak hingga kisah histori pasar apung tersebut dijabarkan oleh Johan dengan kemudian memberikan solusi pada rancangan barunya. Mengingat pasar juga penghasil sampah yang jumlahnya cukup banyak dan beragam, ia mengusulkan sebuah program bagi para pedagang untuk menjual hasil sampahnya ke komunitas dan

pengelola. Dengan harapan sampah tersebut dapat didaur ulang menjadi produk kreatif untuk dijual kembali, dari sampah organiknya pun dapat menjadi sumber energi sehingga perputaran produksi ini akan terjadi hubungan timbal balik yang menguntungkan banyak pihak juga meng“hidup”kan pasar. Sama halnya dengan desain pasar burung karimata yang dipugar oleh Pandu P. Wicaksono. Beragam fenomena yang dirasakan Pandu sehari-hari membuat ia memilih untuk mendesain ulang Pasar burung Karimata di Semarang. Integritas antarrancangan dan ragam masalah setempat serta tidak mengesampingkan kelokalannya, dapat terlihat dari desain ‘The New Karimata Bird Market’. Adanya aktivitas kontes burung kemudian dipikirkan lebih lanjut dengan membentuk ruang pertunjukan di bawah dan mengangkat lantai pasar berundak-undak agar dapat mewadahi aktivitas “menonton” kontes tersebut. Tidak hanya itu, dari desain struktur yang memanfaatkan tiang-tiang burung serta budaya lokal “soko guru” yang diangkat pun dirasa cukup baik dan terintegrasi total pada keseluruhan desain, tidak sekadar tempelan. Adanya isu dan fenomena lokal yang memang dikenal baik oleh peserta dari daerah kemudian dijawab dengan baik melalui desain yang memberi perhatian lebih terhadap persoalanpersoalan yang kerap terjadi. Tidak hanya isu lokal namun kedua pemenang juga memasukkan kemungkinan pariwisata pada desain revitalisasi pasar tradisional tersebut. Karena pasar sesungguhnya merupakan ruang publik yang lahir karena tradisi, sebuah budaya yang tidak semertamerta hanya memperjualbelikan barang dan jasa, tapi juga sebuah ruang tempat bertukar informasi dan pengetahuan, sebuah generator kota serta ruang publik di mana masyarakat membangun relasi sosial.

Nissa Maretta adalah Writer Indesign Indonesia.

indesignlive.ASIA


122 Zoneindesign

teks Sunthy Sunowo Fotografi Courtesy of Hubud

Bamboo Why Not?

lam memberikan banyak inspirasi dan keuntungan yang bisa kita manfaatkan. Namun kearifan, kesabaran, dan ke­ telatenan dalam proses panjang mempersiapkannya semakin lama semakin tergerus atau bahkan sudah tidak dikenal lagi oleh masyarakat modern. Material bambu menjadi salah satunya. Jenis tumbuhan yang dari dahulu kala sudah dimanfaatkan oleh masyarakat tradisional untuk membangun rumah ini lambat laun menjadi sebuah pengetahuan yang usang. Justru sudut pandang meremehkan ini muncul ketika pemahaman tentang potensi dan kekuatan bambu tidak dikuasai. Orang Indonesia juga banyak yang tidak tahu betapa beragamnya varietas bambu yang tumbuh di bumi pertiwi dan memberikan begitu banyak keragaman ekspresi tekstur dan warna bambu.

A

indesignlive.ASIA

Aspek ketidakpraktisan mungkin menjadi salah satu alasan desain arsitektur di Indonesia berkembang tanpa banyak mengeksplorasi material lokal ini. Namun beberapa arsitek muda mulai tertarik melihat kemungkinan apa yang bisa dikembangkan dari material lokal yang hampir terpinggirkan ini. Hasilnya, beberapa kegiatan workshop atau diskusi secara lebih dalam membahas dan mencoba seberapa jauh kemampuan material ini secara estetika dan struktural. Mata publik Indonesia mulai terbuka ketika John Hardy dengan Green School menunjukkan bahwa bambu mampu menjadi alternatif bahan bangunan yang berkelanjutan, murah, dan tahan lama. Hal ini tentunya harus dengan kesabaran untuk mengolah dan meng­ awetkan bambu tersebut. Eko Prawoto juga hadir dengan instalasi-instalasi di beberapa kesempatan untuk menunjukkan bagaimana bambu bisa tampil menarik dan artistik. Nama-nama arsitek yang tertarik dengan material lokal ini semakin lama semakin bertambah, seperti Budi Pradono, Yu sing, Gede Kresna, dan banyak lagi. Perkembangan positif ini memberikan harapan untuk eksplorasi material bambu yang bisa diperbaharui, menjadi satu alternatif pilihan ketika orang membangun rumah. Paulus Mintarga juga menjadi salah satu ahli

struktur yang berupaya melihat seberapa besar potensi kekuatan bambu ketika dikombinasikan dengan material lain, seperti kayu. Hal menarik dari material ini bukan hanya pada teksturnya, tetapi ada sentuhan personal dari konstruksi bambu. Detail sambungan, bentuk potongan, hingga ke motif kulit bambunya. Ketika menyambung bambu tidak bisa serta merta menggunakan paku, tetapi de­ngan sistem ikatan rotan atau ijuk. Detail-detail inilah yang justru menambahkan kualitas humanis dalam bangunan. Seperti di Hubud, Bali, detail-detail menarik ketika material bambu menjadi struktur dan juga menjadi elemen dekoratif menjadi satu hal yang menarik. Kepedulian tentang bambu memang saat ini lebih dimiliki oleh orang-orang di luar Indonesia. Malaysia sendiri disinyalir sudah mulai memetakan potensi bambu di negaranya. Indonesia memang sedikit terlambat, tetapi mulai munculnya kreativitas baru dalam mengolah dan memanfaatkan bambu pada bangunan menjadi satu fenomena yang menjanjikan.

Sunthy Sunowo adalah Senior Writer Indesign Indonesia.

atas Bambu utuh, dipotong melintang, dan bilah-bilah disusun dalam komposisi yang menarik. Detail sambungan yang dililit rotan menguatkan dan sekaligus membuat sambungan yang tidak rigid, konsep sambungan struktur yang pas untuk daerah gempa bumi


123

sustainable practices indesign te whare whenua

photograph Simon Devitt

123

indesignlive.ASIA


HALAMAN SEBELUMNYA

Dinding kayu plywood bergelombang pada ruang di bawah ‘bukit’ berumput, seolah membuat koridor serupa gua HALAMAN INI ‘Bukit’ rumput, membentuk cekungan menghadap utara matahari sehingga tercipta ruang bermain outdoor KANAN BAWAH Terinspirasi oleh motif Maori serta struktur benteng yang diaplikasikan ke dalam desain lanskap


sustainindesign 125

Teks Andrea Stevens Fotografi Simon Devitt arsitek Phil Smith lokasi Kawakawa | NZ PROyek Kawakawa Early Childcare Centre

te whare whenua PENUH AKAN MEMORI DAN METAFOR, sebuah child care baru di kawakawa, MENDUKUNG KELESTARIAN BUDAYA JUGA LINGKUNGANNYA. esehatan seseorang pada akhirnya mengacu kepada kesejahteraan fisik, intelektual, dan sosial dari anak-anaknya. Ng ti Hine Health Trust, sebuah organisasi M ori berbasis di utara Kota Kawakawa, baru saja merampungkan sebuah bangunan pusat daycare anak berkualitas untuk komunitas lokalnya. Area yang dibangun seluas 575 m2 dilengkapi staf pengajar guna memberikan perawatan serta pendidikan terdepan bagi para balita. Bangunan ini juga secara puitis merespons nilai historik lokasinya. Tugas merancang proyek unik ini jatuh kepada arsitek Inggris (sekarang berbasis di Auckland), Phil Smith. Dengan pengalamannya membangun beberapa fungsi serupa di Selandia Baru, dan sempat belajar desain di Forster + Partners, London, Smith menikmati kesempatannya untuk mengeks­plorasi “genius loci”— “jiwa” sebuah tempat—agar bangunan tersebut dapat merefleksikan karakter lokasi melalui beragam lapisan yang kompleks. “Sang klien menginginkan desain yang ‘tidak pernah dilihat sebelumnya’ juga menampilkan kelokalan mereka, bangunan itu pun harus ‘hijau’,” jelas sang arsitek. “Lalu saya mencari setiap pendekatan yang sa­ngat modern dan abstrak dengan memahami prinsip-prinsip dasar—konsep, bukan sebuah gambaran.” Pada arsitektur kontemporer M ori, prinsip dasar bangunan adalah wharenui, seperti balai pertemuan. Struktur kayunya antromorfik dan pada detailnya terekam silsilah suku serta kejadian-kejadian yang diukir, dicat, atau disatukan ke dalam material bangunan. Ini merupakan batu ujian pada setiap proyek bangunan sipil, dan Smith sangat menghormati pentingnya menganggap bangunan sela­yaknya penyampai cerita. Ia terkejut akan sketsa dari bentuk-bentuk lampau. Ketimbang terpaku pada ar­si­tek­tur tradisional daerah Pasifik, Smith menggali lalu mengubur bangunan itu, mencoba kembali praktik bangunan M ori yang jauh lebih tua. Bentuk oval pada denah dan inspirasi alam menggambarkan akan cerita-cerita kreasi M ori, seperti perbukitan dan gua-gua dari daerah sekitar, khususnya Ruapekapeka p , benteng bersejarah dekat lokasi proyek. Setiap konsep dapat terlihat karakteristiknya dalam desainnya—beberapa di antaranya lebih dapat

K

indesignlive.ASIA


ATAS Area lobi dan koridor

merupakan bagian dari strategi energi pasif, Memungkinkan udara segar masuk ke dalam kelas-kelas BAWAH Hangatnya sinar matahari dapat tembus ke dalam area kelas pre-school melalui banyaknya jendela berukuran besar di bagian utara gedung SEBELAH Kamar anak didesain dengan sangat cermat agar terasa seperti di rumah

dirasakan ketimbang dilihat. Hal yang pa­ling terasa spiritual adalah ketika Smith menuangkan konsep dari mitos M ori , di mana bumi dianggap sebagai rahim (whenua dalam bahasa M ori berarti tanah/bumi dan plasenta) lalu anak pertama (dewa alam) memisahkan bumi dari l­ a­ngit, lahir ke dalam dunia penuh cahaya. “Keseluruhan bangunan seperti sebuah permulaan,” kata Smith. “Anda masuk menuju ruang bawah tanah, penuh kegelapan dan selagi bertransisi sepanjang lorong, akan ada bias-bias cahaya sebagai penunjuk jalan menuju ruangan kelas. Lalu Anda akan terhisap melewati ruang kelas, keluar menuju area bermain dan menjelajah daya tarik di balik perbukitan.” Dari pengalaman yang begitu puitis itulah ia merancang sebuah inovasi mengacu kepada warisan Ng ti Hine, terutama Ruapekapeka p , benteng di perbukitan yang menjadi pencapaian para pertahanan sipil yang berhasil memukul mundur tentara Inggris pada 1845. Childcare Center ini merupakan sebuah contoh paralel dalam kecerdasan konstruksi modern, di mana atap rumput dan bentuk tanggul bagian selatan tidak hanya dibuat berdasarkan konsep desain juga merupakan strategi dalam merespons lingkungan. Kini bangunan ini tengah menanti penilaian ‘Green Star’ dari New Zealand Green Building Council, yang mana dari penghitungan terakhir, telah mencapai 6 ‘Green Stars’ dengan prediksi konsumsi energi per tahunnya sebesar 40kWh/m 2 . Smith punya latar belakang kuat dalam desain pasif. Ia adalah seorang penguji NZGBC, bersama istrinya ia sempat tinggal di salah satu rumah teras Beddington Zero Energy, London. “Hal yang kami pelajari dari BedZED adalah fakta bahwa elemenelemen pasif—terutama insulasi massa termal— merupakan hal fundamental yang membuat sebuah bangunan bekerja, dalam hal energi dan kenyamanan,” jelas Smith. “Pertama, bangunan itu harus dapat bekerja secara pasif. Seiring ditambahkannya sistem aktif di dalamnya, kesuksesan jangka panjang akan bergantung pada pengoperasian dan pemeliharaan yang tepat.” Pada Kawakawa ia menciptakan sebuah perangkap panas yang besar. Cangkang bangunan terbuat dari beton, dilapisi insulasi secara menyeluruh sebelum diberi tanah pada permukaan atap yang menerus hingga ke dinding di bagian selatan. Pada musim dingin bukaan kaca yang menghadap utara menangkap matahari agar udara di dalam ruangan tetap hangat, sementara teritis selebar satu meter dapat menahan sinar matahari yang menyengat sepanjang musim panas. Jendela-jendela setinggi


sustainindesign 127

“ Keseluruhan bangunan seperti sebuah permulaan.� phil smith

indesignlive.ASIA


KANAN Dengan menanam,

lambat laun akan mengaburkan batas tepi bangunan, seolah menyatu dengan lanskap sekitar BAWAH Sketsa awal dari proyek Kawakawa


sustainindesign 129

ruangan dilengkapi dengan solar tube agar pencahayaan alami menjangkau hingga ke pojok tergelap ruang kelas selebar 8 meter. Ventilasi alami didapat melalui dinding kaca yang dibantu dengan stack effect dari lorong bawah tanah. Penerapan strategi “hijau” lainnya ialah perencanaan lalu lintas guna mengurangi lahan parkir, luapan air serta penumpukan grey water (air sisa limbah). Hal ini menunjukkan estimasi dampak yang disebabkan oleh bangunan terhadap sekitarnya berkurang hingga 62% dibandingkan dengan bangunan konvensional dan dalam hal ini estimasi tersebut sudah termasuk proses pembangunan— seperti kelebihan biaya untuk pembuatan jalan umum, pasokan air, dan sistem pengairan stormwater. Bangunan kecil ini telah melakukan begitu banyak hal untuk komunitasnya. Smith telah memikirkan segalanya, sesuai tujuan—memberikan ruang bagi seniman lokal berkarya pada relung dinding yang dibangunnya. Kembali mengulang peristiwa, merekam sejarah, dan beroperasi secara berkelanjutan. Ini menjadi sebuah sarana belajar sekaligus kisah yang akan hidup dalam memori setiap anak serta orangtua yang merasakannya.

“ Bangunan kecil ini telah melakukan begitu banyak hal untuk komunitasnya.” andrea stevens

Andrea Stevens adalah Kontributor Editor Indesign di Selandia Baru. Phil Smith Architects philsmith.co.nz

indesignlive.ASIA


130

One last thing DESAINER Jeffrey Van Den Bergh dan James Parker Karya Orlando Chair Kontak supellex.co.id Sebuah desain hampir dapat selalu dikaitkan dengan inovasi. Sebagaimana diketahui, desain merupakan rencana, proses mencipta sesuatu. Dalam konteks sebuah produk, desain yang baik sudah semestinya dapat menaikkan kualitas hidup sang pengguna menjadi jauh lebih baik dari sebelumnya. Terlebih di era seperti sekarang, segala sesuatu yang serbapraktis, dengan tingkat durabilitas yang tinggi merupakan aspek yang amat dicari dalam sebuah produk. Jeffrey Van Den Bergh dan James Parker adalah duo jenius di balik studio desain furnitur, Supellex, yang mengandalkan keunggulan dari kerajinan tangan (craftsmanship) serta inovasi menjadi sebuah desain furnitur berkualitas prima. Orlando Chairs adalah salah satu contoh produk Supellex yang menjawab permintaan akan produk berkualitas serta menampilkan dua prinsip utama studio desain tersebut. Detail kerajinan tangan serta inovasi hadir dengan apik dalam desain kursi Orlando. Rangka aluminium antikarat yang ramping dibalut oleh serat sintetis 100% ramah lingkungan yang dianyam serupa rotan bambu, seolah menegaskan perkawinan “kuno� yang kontemporer.

Fotografi courtesy Supellex Teks Nissa Maretta indesignlive.ASIA


BEGA – das gute Licht. Distribution in Indonesia: Class International Jl. Halimun Raya No. 31 12980 Jakarta Selatan Tel. 62 21 8282 506 Fax 62 21 8282 507 classint@cbn.net.id www.bega.com

Recessed wall and ceiling luminaires available in five sizes with LED or for tungsten halogen lamps and discharge lamps Protection class IP 65 130 – 6800 Lumen



Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.