Konsumsi Coca-Cola ‘Dikaitkan di Selandia Baru’
DIGITAL NE WS PA PER
hal
Spirit Baru Jawa Timur surabaya.tribunnews.com
surya.co.id
2 | KAMIS, 14 FEBRUARI 2013 | Terbit 2 halaman
edisi pagi
Korea Utara:
Miskin, Berbahaya dan Punya Senjata Nuklir
Dengan uji coba nuklirnya yang ketiga, Korea Utara terutama menunjukkan satu hal. Untuk senjata nuklir negara itu bahkan mengambil risiko konflik dengan Cina. Sudah lewat setahun penguasa baru Korea Utara, Kim Jong Un dalam jabatannya. Neraca selama ini: dua uji coba roket, dan sejak Selasa (12/02) juga uji coba nuklir. Dengan demikian, setidaknya Kim Jong Un berhasil meraih satu hal: bersatunya dunia internasional. Dari Beijing sampai Berlin, dari Tokyo hingga New Delhi, dari Seoul sampai Washington. Di seluruh dunia, uji coba nuklir ketiga ini dikecam. April 2012 Korea Utara mengubah konstitusinya. Sejak itu, negara tersebut menyebut diri secara resmi sebagai “bangsa bersenjata nuklir”. Tapi apa yang menggerakkan sebuah negara miskin untuk menginvestasikan sebagian besar pemasukannya yang tak seberapa, dalam pengembangan roket dan senjata nuklir? Mungkin hanya kebetulan, tetapi kebetulan yang penting, uji coba nuklir itu terjadi bertepatan dengan ulang tahun ke dua awal perlawanan terhadap diktator Libya, Muammar Gaddafi. Cara pandang Pyongyang atas peristiwa di Afrika Utara begini: awalnya Gaddafi menghentikan pengembangan senjata pemusnah masal, kemudian ia digulingkan. Bagi penguasa Korea Utara sudah jelas, mereka perlu bom sebagai penjamin terkuat kekuasaannya. Itu juga berfungsi sebagai penggertak terhadap AS, Korea Selatan dan Jepang. Bukti Kekuatan Nasional? Di samping itu ada juga kenaikan gengsi bagi pemerintah Korea Utara. Uji coba nuklir itu menjadi bukti kekuatan nasional. Kepala negara, Kim Jong Un yang masih muda juga dapat menampilkan diri sebagai tokoh kuat. Militer yang berperan besar juga bisa ditenangkan dengan senjata nuklir yang ibaratnya mainan kesayangan baru. Di dunia internasional, negara itu jelas dapat perhatian tambahan. Dalam perundingan dengan negara-negara lain soal bantuan materi dan pelonggaran sanksi, Pyongyang kemungkinan merasa posisinya tambah kuat. Pyongyang rupanya mengambil risiko kehilangan satu-satunya negara sekutu, yaitu Cina. Secara ekonomi,
join facebook.com/suryaonline
Korea Utara sepenuhnya tergantung pada pasokan bahan pangan dan bahan bakar dari Cina. Hubungan antar kedua negara sudah mencapai titik nadir sebelum Korea Utara mengadakan tes senjata nuklir terakhir. Percobaan akhir Desember lalu saja sudah sangat membebani hubungan bilateral. Ketika Cina akhir Januari ikut mendukung resolusi 2087 dari Dewan Keamanan PBB, yang memperketat sanksi akibat uji coba roket, Korea Utara marah. Sebaliknya Pyongyang dituduh tidak berterimakasih atas upaya Cina yang berusaha memperlunak resolusi. Media milik pemerintah Cina, “Global Times” bahkan menyampaikan ancaman, “Jika Korea Utara mengadakan uji coba nuklir berikutnya, Cina tidak akan ragu untuk mengurangi bantuannya.” Tetapi itu hanya pendapat di dalam partai. Majalah Inggris, Economist mengutip Teng Jianqun dari Institut Studi Internasional di Beijing, yang menyebutkan adanya tiga kelompok. Kelompok pertama menganggap
Korea Utara pengganggu ketenangan. Kelompok ini beranggapan, Cina harus berhenti mendukung Korea Utara dan menganggapnya masalah keamanan. Kelompok kedua beranggapan, Cina tidak berurusan dengan Korea Utara, dan harus dibiarkan mengurus urusannya sendiri. Kelompok ketiga menilai Korea Utara sebagai sekutu tua, yang layak mendapat bantuan Cina. Konflik dengan Cina Cina terjerat dalam konflik menyangkut tujuannya. Di satu pihak, Beijing ingin adanya stabilitas di Semenanjung Korea, tapi di lain pihak mencegah ambruknya Korea Utara. Karena ambruknya negara itu akan menyebabkan gelombang pengungsi ke Cina, dan mungkin nantinya tentara AS akan berada di Cina untuk menjaga perbatasan dengan Korea. Di lain pihak, Cina ingin mendukung ambisi nuklir Korea Utara dan menampilkan diri secara internasional sebagai pendukung perdamaian. Tetapi terutama, Cina tidak punya
minat pada persaingan senjata nuklir di Asia Timur. Menurut pakar Korea Utara, Rüdiger Frank, itulah masalah yang paling besar. “Logikanya pasti begini: jika suatu negara punya tetangga, yang memiliki senjata nuklir, dan negara itu sendiri tidak punya, maka akan tercipta asimetri. Di Korea Selatan dan Jepang akan timbul desakan untuk mengenyahkan asimetri itu.” Uji coba nuklir terjadi di masa ketidakjelasan politik di Asia Timur. Baik di Cina maupun Jepang dan Korea Selatan, terjadi perubahan kekuasaan. Di tingkat Dewan Keamanan PBB, Cina kemungkinan akan memberikan reaksi seperti pada uji coba roket akhir Desember lalu. Dalam perundingan dengan AS, diplomat dari Beijing akan berusaha melunakkan sanksi hingga tidak merugikan Pyongyang. Tetapi Cina akan mendukung resolusi itu. Pyongyang akan bereaksi dengan memberikan ancaman-ancaman, serta akan berpegang pada haluannya. Sampai uji coba nuklir berikutnya diadakan.(DE.DW) follow @portalsurya
2
KAMIS, 14 FEBRUARI 2013 | surya.co.id | surabaya.tribunnews.com
Bruce Willis Terima Penghargaan dari Prancis SURABAYA, SURYA-Aktor Bruce Willis mendapat penghargaan Commander of the Arts di Prancis. Medali itu diberikan oleh Menteri Kebudayaan Aurelie Filippeti dalam sebuah upacara di Paris yang merupakan penghargaan atas kontribusi sang bintang pada dunia film selama 33 tahun. Willis mengatakan, “Sebuah kehormatan untuk bisa berada di sini...dan mendapat penghargaan yang sangat tinggi ini.” Film terbarunya A Good Day to Die Hard, seri kelima Die Hard, akan dirilis di bioskop-bioskop di Eropa dan AS pada 14 Februari. “Saya selalu merasa bahwa Paris dan Prancis adalah rumah saya. Saya merasa nyaman di sini dan selalu menantikan untuk kembali.” Pahlawan film laga ini mengatakan ia merasa selera humornya adalah kunci kesuksesan karakterkarakter jagoannya. Ia mengatakan, “Saya suka ide bahwa hal kemungkinan karena saya tidak menanggapi diri saya dengan serius, bahwa karakter yang saya mainkan selalu berusaha sekeras mungkin untuk berpikir bahwa mereka memegang kendali. “Tapi pada kenyataannya, wanita adalah pemegang kendali. Wanita harus mengendalikan segalanya.” Willis, 57, didampingi oleh istrinya, model dan aktris Emma Heming-Willis dalam upacara itu. Penerima penghargaan ini sebelumnya meliputi Sir Michael Caine, David Bowie, Marianne Faithfull dan Clint Eastwood.(*)
Konsumsi Coca-Cola ‘Dikaitkan dengan Kematian di Selandia Baru’ SURABAYA, SURYA-Kebiasaan meminum Coca-Cola dalam jumlah besar adalah “faktor substansial” dalam kematian seorang perempuan berusia 30 tahun di Selandia Baru, kata seorang petugas koroner. Natasha Harris, yang meninggal tiga tahun lalu karena serangan jantung, setiap harinya mengonsumsi 10 liter minuman bersoda itu. Takaran itu dua kali lebih besar dari batas aman kafein yang disarankan dan 11 kali lebih besar dari asupan gula yang disarankan. Coca-Cola telah menyatakan hal itu tidak bisa dijadikan bukti bahwa produk mereka
menjadi faktor kontribusi pada kematian Harris. Kesimpulan koroner diumumkan di hari Cola-Cola Sales mengatakan bahwa penjualan di Eropa dan Cina merosot di kwartal terakhir 2012 dan memperingatkan tahun “penuh gejolak” akan datang. Natasha Harris, seorang ibu delapan anak dari selatan kota Invercargill di Selandia Baru, memiliki kesehatan yang buruk selama bertahun-tahun sebelum kematiannya. Keluarganya mengatakan ia kecanduan Coca-Cola dan akan mengalami gejala-gejala ‘ketagihan’, termasuk ‘gemetar’, jika ia tidak minum Coca-Cola.
join facebook.com/suryaonline
“(Ia akan) menggila jika ia kehabisan… ia akan mengalami gemetar, dan gejala-gejala ketagihan, marah, mudah tersinggung dan kasar,” kata ibu mertuanya Vivien Hodgkinson pada pemeriksaan koroner tahun lalu. Harris minum Coke terus menerus sepanjang hari dan gigi geliginya dicabut karena membusuk. Koroner David Crerar mengatakan konsumsi CocaCola Harris memicu aritmia jantung, yaitu kondisi dimana detak jantung tidak teratur. “Saya menemukan bahwa ketika semua bukti yang ada dipertimbangkan, jika Natasha Harris tidak mengonsumsi
Coke dalam jumlah sangat besar, ia kemungkinan tidak akan meninggal dalam waktu dan dengan cara seperti itu,” demikian isi laporan Crerar. Koroner mengalkulasi bahwa meminum 10 liter Coke berarti mengonsumsi lebih dari 1 kg gula dan 970mg kafein, seperti dilaporkan Television New Zealand (TVNZ). Crerar mengatakan bahwa Coca-Cola tidak bisa dimintai pertanggungjawaban atas kematian konsumen mereka yang minum produk itu dalam jumlah berlebihan. wHarris dan keluarganya seharusnya memperhatikan peringatan-peringatan akan
kesehatannya yang memburuk, tambah Crear. “Fakta bahwa gigi-geliginya harus dicabut beberapa tahun sebelum kematiannya karena apa yang diyakini keluarganya sebagai pembusukan gigi akibat Coke, dan fakta bahwa satu atau lebih dari anak-anaknya lahir tanpa enamel gigi, seharusnya diperlakukan olehnya dan oleh keluarganya sebagai peringatan,”kata koroner seperti dikutip TVNZ. Dalam sebuah pernyataan, Coca Cola mengatakan, “Koroner mengakui bahwa ia tidak bisa memastikan apa yang menyebabkan serangan jantung Harris.(BBC) follow @portalsurya