DIGITAL NE WS PA PER
Warga Asing Akan Kuasai Singapura hal
Spirit Baru Jawa Timur surabaya.tribunnews.com
surya.co.id
2 | SENIN, 18 FEBRUARI 2013 | Terbit 2 halaman
edisi pagi
Narkoba Pembunuh Tanpa Ampun
SURABAYA, SURYA-Banyak orang yang berpesta, minum narkotika buatan ini. Metamfetamin harganya murah. Orang cepat “high”. Tapi di belakang Crystal ada efek mengerikan. Sekali jatuh tidak bisa selamat. Siapa yang pernah bermimpi untuk selalu berenergi, merasa seperti pahlawan, bisa bergerak lincah tanpa merasa lemah, bertenaga selama 30 jam tanpa merasa lelah atau tanpa merasa lapar? Crystal Speed, yang juga dikenal dengan sebutan Meth atau Crystal memungkinkan itu. Metamfetamin termasuk obat bius dan tampaknya menawarkan banyak keuntungan. Obat bius ini mudah diperoleh.
Harganya tidak mahal. Khasiatnya bisa lama dirasakan dan mudah dibuat. Di laboratorium tempat membuat obat bius, tablet penyembuh influensa yang mengandung pseudoefedrin dan bisa dibeli di apotik tanpa resep, dicampur dengan cairan yang bisa dibakar. Tetapi banyak pembuat obat bius juga mencampur pecahan kaca yang dihaluskan seperti tepung, agar tampaknya lebih banyak. Akibat serbuk gelas itu, atau bahan campuran lain yang merusak tubuh, selaput lendir di dalam tubuh rusak, sehingga efek stimulasi obat itu bisa lebih cepat.
Bisa Buat Sendiri
DI internet bahkan bisa ditemukan cara pembuatan obat itu di rumah. Orang hanya perlu obat anti influenza, dua liter air dan beberapa bahan kimia, yang bisa ditemukan di setiap rumah tangga. Misalnya pembersih pipa, asam isi baterai, racun tikus atau campuran nitrat dan amonium, seperti dalam kompres dingin yang bisa dibeli di apotik. Hasil ideal dari reaksi kimia dan campuran yang mudah meledak itu adalah serbuk kristal dan busa berwarna coklatputih yang kemudian dibuang. Hasil akhir proses itu warnanya sejernih kristal dari gunung, atau agak kekuningan, oranye atau merah jambu. Warnanya tergantung bahan tambahan lainnya. Untuk serbuk itu ada nama lainnya, seperti Metamfetamin, Crank, Yaba, Ice, Shabu, Meth, Pulver, Glass, Hard Pep, Crystal Ecstasy atau Tina. Sementara istilah kimianya: NatriumDimethylphenethylamin.
Pengalaman Hebat Ketika “High”
Konsumen obat bius menghisap kristal berbentuk bubuk itu dengan secarik kertas yang digulung. Orang juga dapat merokoknya dengan pipa, dilarutkan di air, disuntikkan ke tubuh, atau dimakan dalam bentuk tablet. Jika dihisap atau lewat suntikan, dampaknya sudah terlihat dalam lima menit. Hormon adrenalin, noradrenalin dan dopamin segera dilepas sehingga menyebabkan keyakinan diri yang lebih tinggi, mengurangi perasaan sakit dan menekan perasaan lapar serta haus. Klinik Asklepios di Wildenfels-
join facebook.com/suryaonline
Wiesen, Jerman. Di sini korban Crystal Meth dirawat. Sebagai reaksi tubuh, pertama-tama leher akan terasa hangat, kemudian seluruh bagian tubuh. Setelah itu dampak negatif lainnya akan terasa: tidur terganggu, orang semakin agresif hingga timbul halusinasi, ketakutan, kegelisahan yang sangat kuat, mual, pendarahan pada otak, tidak sadar dan berhentinya detakan jantung akibat kekurangan cairan dan makanan. Itulah dampak ketagihan Chrystal. Dilihat dari substansi kimianya, Crystal Meth sama dengan obat bius lainnya
yang bernama Ecstasy, tetapi memiliki potensi ketagihan yang lebih besar. Dalam waktu singkat, konsumsi obat bius ini menyebabkan ketergantungan. Rusaknya tubuh dan jiwa tidak dapat dihentikan. Semakin kurangnya berat tubuh diikuti dengan proses penuaan yang berjalan sangat cepat. Kerusakan kulit dan organ-organ penting tubuh, tekanan darah tinggi, kerusakan gusi hingga tanggalnya gigi juga menjadi dampak negatif lainnya. Di samping itu, obat bius itu juga menyebabkan kerusakan otak yang
tidak dapat diobati. Doping untuk Tentara dan Olahragawan Metamfetamin tidak baru lagi. Pakar kimia Jepang, Nagayoshi Nagai sudah bereksperimen dari tahun 1893 dengan obat itu. Di bidang olahraga, Pervitin yang juga dikenal dengan sebutan “Nazi Speed” digunakan walaupun dilarang. Baru tahun 1988 obat bius itu ditarik dari pasaran. Mantan petenis profesional Andre Agassi mengakui dalam biografinya, bahwa ia sering menggunakan Crystal Meth. (DW) follow @portalsurya
2
SENIN, 18 FEBRUARI 2013 | surya.co.id | surabaya.tribunnews.com
Warga Asing Akan Kuasai Singapura
SURABAYA, SURYA-Sekitar 2.000 warga Singapura menggelar aksi unjuk rasa yang jarang terjadi di negara itu untuk memprotes meningkatnya jumlah pekerja asing, Sabtu (16/2/2013). Unjuk rasa selama tiga jam itu diserukan oleh sekelompok pegiat masyarakat madani dan berlangsung dengan damai. Aksi ditempuh setelah pemerintah mengumumkan jumlah para pekerja asing diperkirakan akan mencapai hampir setengah dari total penduduk pada tahun 2030 karena rendahnya tingkat kelahiran. “Banyaknya massa memperlihatkan kepada PAP (partai yang memerintah) bahwa mereka tidak takut lagi, mereka tidak
ingin bersembunyi di balik Facebook untuk memperlihatkan ketidaksenangan mereka,” tutur Gilbert Goh, salah seorang pemimpin aksi unjuk rasa kepada kantor berita AFP. Penggalangan dukungan atas unjuk rasa dilakukan lewat internet dan media sosial dengan sasaran Partai Aksi Rakyat (PAP) yang sudah berkuasa di Singapura selama 50 tahun lebih. Banyak yang berpendapat bahwa unjuk rasa ini merupakan yang terbesar di Singapura. “Saya kira ini merupakan unjuk rasa politik terbesar dalam beberapa dekade belakangan. Ini juga merupakan yang pertama yang mengarahkan kemarahan
langsung kepada pemerintah,” tutur Reuben Wong, asisten profesor ilmu politik di Universitas Nasional Singapura. Singapura merupakan negara dengan perekonomian maju yang mengendalikan kehidupan sosial warganya dengan ketat dan membatasi suara pembangkang politik. Bulan lalu, sebuah dokumen pemerintah (White Paper) mengatakan jumlah penduduk negara kota ini akan mencapai sekitar 6,5 hingga 6,9 juta pada tahun 2030 dengan 45 persen lebih merupakan warga asing. Warga asing yang datang ke sering dituduh mengambil pekerjaan dan sekaligus menjadi beban dalam sistem tunjangan
kesejahteraan sosial negara itu. Setelah 25 tahun negara mensponsori kampanye perjodohan dan peningkatan kesuburan, upaya pemerintah untuk menghentikan penurunan tingkat kelahiran tetap tidak berhasil. Hal ini berpotensi memberikan konsekuensikonsekuensi besar bagi negara Asia kaya tersebut. ??Pesan untuk memiliki lebih banyak anak menjadi lebih mendesak seiring meningkatnya ketidaksukaan terhadap kedatangan orang asing yang sekarang jumlahnya lebih dari sepertiga penduduk yang mencapai 5,2 juta orang, sebuah faktor yang menggerus dukungan bagi Partai Aksi
Rakyat (People’s Action Party) yang berkuasa sejak lama. “Kita memiliki masalah. Tren jangka panjang menurun namun kita tidak akan menyerah,” ujar Perdana Menteri Lee Hsien Loong dalam pidatonya. “Kita perlu menciptakan lingkungan yang benar, lingkungan sosial yang baik, etos yang baik sehingga warga Singapura mau menikah dan mempunyai anak.” Rekayasa sosial dan ekonomi bukan barang baru di Singapura, di mana pemerintah bertangan besi membantu mengubah pulau kecil tanpa sumberdaya alam menjadi salah satu negara terkaya di dunia dalam tempo kurang dari satu generasi.
pemerintah untuk menerima orang asing” karena rendahnya angka kelahiran. “Kelihatannya disamping mengatasi masalah angka kelahiran untuk pemerintah kita, orang asing juga didatangkan untuk mengatasi isu lebih besar bagi para pemilik usaha,
yaitu tenaga kerja murah dan bekerja keras,” tulis Goh dalam lamannya. Kemarahan atas imigrasi secara luas diyakini telah berkontribusi pada kekalahan mengejutkan dari Partai Aksi Rakyat pada pemilihan parlemen tahun lalu.
Penduduk Lokal Berkurang
Namun penurunan angka kelahiran yang terus berlangsung memperlihatkan batas pengaruh pemerintah di negara yang disebut “nanny state” (negara pengasuh). Bagi pusat perdagangan dan keuangan global seperti Singapura, angka kesuburan yang sangat rendah memiliki implikasi bagi pertumbuhan ekonomi, pendapatan pajak, biaya kesehatan dan kebijakan imigrasi, seiring jumlah penduduk lanjut usia diperkirakan meningkat tiga kali lipat pada 2030. Saat ini ada 6,3 orang usia bekerja untuk setiap penduduk usia lanjut. Pada 2030, rasio tersebut diperkirakan akan mendekati 2:1. Pada tingkat sekarang ini, angka kelahiran menunjukkan bahwa penduduk lokal akan berkurang setengahnya dalam satu generasi,
ujar Sanjeev Sanyal, ahli strategi global dari Deutsche Bank yang berbasis di Singapura. “Bahkan untuk menarik bakat asing dengan kualitas bagus diperlukan keberlangsungan sosial politik dan stabilitas yang hanya dapat disediakan oleh penduduk lokal yang kuat. Sensus 2010 menunjukkan bahwa warga Singapura cenderung menunda pernikahan dibandingkan dekade sebelumnya. Dalam kelompok usia 3034, periode kunci untuk karier, 43 persen laki-laki dan 31 persen perempuan tidak menikah. ??Bagi perempuan yang berumur 40an yang menikah atau pernah menikah, mereka yang memiliki hanya satu anak jumlahnya meningkat menjadi 19 persen, dari 15 persen. Ini masalah akut bagi etnik Cina yang mencapai 74 persen
dari warga Singapura dan penduduk permanen, mayoritas yang jumlahnya menurun dari 78 persen pada 1990. Statistik menunjukkan bahwa etnik Cina memiliki jumlah bayi lebih sedikit dibandingkan masyarakat Melayu dan India, dan lebih cenderung berstatus lajang. Para pejabat pemerintah telah berusaha menyeimbangkan desakan untuk memiliki anak dengan pesan bahwa negara harus terbuka terhadap imigrasi untuk menyediakan tenaga kerja dan ahli yang diperlukan untuk pertumbuhan di masa depan. Tidak semua orang yakin akan hal itu, seperti diperlihatkan di dunia maya. Gilbert Goh, yang mengelola kelompok pendukung Transitioning untuk warga yang tidak memiliki pekerjaan, memrotes “pesan tanpa henti dari
Singapura Akan “Gulung Tikar” Lee Kuan Yew, bapak pendiri bangsa dan ayah perdana menteri saat ini, mengingatkan pada Agustus bahwa Singapura akan “gulung tikar” jika tidak dapat mengatasi persoalan kelahiran. “Apakah kita mau menggantikan diri kita atau memilih menyusut dan menua serta digantikan oleh kaum migran dan pemegang ijin kerja?” ujar Lee, yang meluncurkan kampanye “Stop pada dua anak” pada 1966. Beberapa pihak berharap pada ledakan kelahiran yang berkaitan dengan shio. Angka kelahiran meningkat pada tahun-tahun Naga sebelumnya yaitu 1976, 1988 dan 2000, namun itu hanyalah kenaikan minor di antara penurunan angka join facebook.com/suryaonline
kelahiran yang stabil dari 3,07 pada 1970. Pemerintah menjanjikan langkah-langkah baru untuk mendorong kelahiran dan membantu keluarga. Namun kecuali tekanan karir dan biaya berubah secara dramatis, dampaknya akan kecil. “Dapatkan warga Singapura dibujuk untuk memiliki lebih banyak anak?” merupakan pertanyaan pada survei dalam satu diskusi panel mengenai angka kelahiran di televisi baru-baru ini. Jajak pendapat lewat telepon yang diadakan oleh Channel News Asia tersebut mungkin tidak sepenuhnya ilmiah, namun jawabannya jelas, 74 persen responden mengatakan `tidak`.” (asia one/rtr) follow @portalsurya