All New Honda Accord Yang Ringan Melejit
DIGITAL NE WS PA PER
hal
2
Spirit Baru Jawa Timur surabaya.tribunnews.com
surya.co.id
| KAMIS, 25 APRIL 2013 | Terbit 2 halaman
edisi pagi
Negeri Penghasil Minyak
SOLAR LANGKA SURYA Online - Aneh bin ajaib. Itulah kata yang paling tepat untuk menyebut pemerintahan Indonesia saat ini, menyusul kelangkaan solar yang berpotensi menimbulkan karawanan sosial dan massa. Apakah dampak itu dipikirkan Pemerintah? Tentu saja hanya mereka-mereka penentu kebijakan itu yang tahu. Namun bagi kita orang awam, kelangkaan ini menjadi salah satu titik rawan yang menyulitkan bahkan menimbulkan keresahan sosial ataupun massa. Karena dengan kelangkaan solar, banyak dampak negatif yang ditimbulkan. Mulai dari para nelayan yang tidak dapat lagi melaut, sampai sopir-sopir yang tidak bisa menjalankan kendaraannya, padahal mereka melakukan transportasi, tidak hanya bahan makanan tetapi juga bahan-bahan lain dalam menopang kehidupan. Hargaharga pun akan terkerek. Pasal 33 UUD 1945 nampaknya benar-benar dinafikan melihat situasi seperti ini. Dimana bumi, air dan alam yang terkandung di dalam bangsa ini mestinya digunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Faktanya? Padahal negara kita merupakan salah satu penghasil minyak besar di dunia. Jadi kalau sampai terjadi hal seperti kelangkaan solar macam sekarang ini, siapa yang tidak bisa memanfaatkan kekayaan alam kita? Jangan-jangan itu hanya sebuah permainan politik untuk membuat masyarakat resah dan kacau yang kemudian datang sinterkalus-sinterklaus palsu yang sepertinya menyelamatkan situasi. Tetapi biarlah semua Allah yang tahu dan semoga mereka-mereka itu disadarkanNYA. Bahwa menjadi seorang
pemimpin itu harusnya bisa membawa kesejahteraan kepada rakyatnya, bukan malah menyengsarakan rakyat. Jika pemimpin-pemimpin kita tidak hanya memikirkan diri dan tujuh keturunannya, serta golongannya saja, tentunya antrian pembeli solar di sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Kabupaten Jember, tidak perlu terjadi. Bahkan di Kota Suwar suwir itu, Rabu (24/4/2013), di beberapa SPBU, antrian mencapai enam kilometer. Di SPBU Tegal Besar, SPBU Cendrawasih, SPBU Gebang, SPBU Mastrip, SPBU Jubung, dan SPBU Kaliwates, antrian menyebabkan kemacetan.
join facebook.com/suryaonline
Kebanyakan pengantri adalah pengemudi truk (box, trailer, gandeng) dan bus (Damri, AKDP, AKAP) yang kehabisan bahan bakar. Ada juga pengendara mobil pribadi dan para pengantri yang membawa jerigen adalah pedagang, pemilik mesin bajak sawah, mesin giling padi dan nelayan. “Di daerah selatan sudah habis, jadi antri di kota,” ujar Solehun, nelayan Puger yang mengaku antri bersama 15 orang kawannya sejak pukul 4.00 WIB. Para nelayan, pemilik mesin giling, mesin bajak di SPBU Tegal Besar, Jalan Teuku Umar, dan SPBU Cendrawasih datang berombongan dengan truk atau
mobil pikup. Mereka sengaja berburu solar sejak dinihari tadi di beberapa SPBU wilayah Kota Jember karena di daerah selatan dan timur kota sudah tidak ada solar. “Kalau enggak ngejar ke sini ya enggak dapat. Di daerah selatan dan timur, solarnya datangnya baru jam dua (14.00 WIB) nanti,” kata Rohimin, pemilik mesin bajak dari Kecamatan Balung. Benny Satria, Ketua Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas) Wilayah Eks Karesidenan Besuki, mengatakan, sampai saat ini para pengusaha SPBU tidak mendapat penjelasan yang pasti dari depo Pertam-
ina. Akibatnya, beberapa hari terakhir, pengusaha SPBU banyak mendapat teguran dari beberapa elemen masyarakat, bahkan Bupati Jember. “Padahal penebusan delivery order (DO) tidak ada masalah. Pasokan untuk SPBU yang dikurangi Pertamina tanpa alasan yang benar-benar memuaskan,” katanya. (wahjoe harjanto)
follow @portalsurya