Surya Digitalpaper 6 Desember 2012Pagi

Page 1

restoran khusus tuna rungu

DIGITAL NE WS PA PER

hal

Spirit Baru Jawa Timur surabaya.tribunnews.com

SURABAYA, SURYA - Wasit diizinkan untuk tidak menggunakan teknologi garis gawang di Piala Dunia Klub yang akan berlangsung di Tokyo pekan ini. Dua sistem, Hawk-Eye dan GoalRef, akan digunakan dalam kejuaraan yang diikuti oleh klubklub utama dunia itu mulai Kamis 6 Desember. “Wasit yang memiliki keputusan akhir jika berkaitan dengan sistem teknologi garis gawang,” tutur Sekjen FIFA, Jerome Valcke, dalam konferensi di Tokyo. “Jika dia memiliki keraguan dan keraguan itu tidak bisa diyakinkan oleh penyedia teknologi di lapangan, maka dia memiliki hak untuk mengatakan ‘Maaf, tuan. Saya kira saya tidak bisa mengandalkan sistem itu,” tegas Valcke. Menurut Valcke, wasit merupakan pihak yang paling penting dalam sebuah pertandingan dan harus tetap mendapat hak untuk mengambil keputusan terakhir. FIFA dilaporkan sudah mengeluarkan investasi sebesar US$2 juta untuk pengembangan teknologi ini hingga pemasangan di stadion-stadion di Jepang Bagaimanapun para wasit diberi kesempatan untuk mencoba teknologi ini selama 90 menit menjelang setiap pertandingan untuk memastikan wasit puas dengan sistem tersebut. Dengan demikian ada kemungkinan pertandingan menggunakan teknologi garis gawang atau mungkin seluruh pertandingan yang berlangsung pada 6 hingga 16 Desember akan mengandalkan teknologi garis gawang. “Ini merupakan hari yang penting karena untuk pertama kalinya teknologi itu akan digunakan secara resmi dalam satu atau sejumlah pertandingan. Sampai saat ini, masih merupakan percobaan,” tutur Valcke. Keputusan untuk menggunakan teknologi garis gawang diambil FIFA pada Juli 2012. Selain di Jepang, Piala Konfederasi 2013 dan putaran final Piala Dunia 2014 juga direncanakan akan mengandalkan sistem ini. Para penggemar sepakbola selama beberapa tahun sudah mengharapkan penggunaan teknologi yang bisa meminimalkan kesalahan manusia. Beberapa cabang sudah menggunakan teknologi untuk membantu wasit dalam mengambil keputusan, seperti tenis maupun kriket. Sistem Hawk-Eye dilaporkan menggunakan tujuh kamera sementara GoalRef memanfaatkan medan magnet di lapangan untuk memastikan apakah bola sudah melewati garis gawang atau belum. (BBC) join facebook.com/suryaonline

surya.co.id

2 | KAMIS, 6

edisi pagi

DESEMBER 2012 | Terbit 2 halaman

Wasit

Boleh Tolak

Teknologi Garis Gawang

follow @portalsurya


2

KAMIS, 6 DESEMBER 2012 | surya.co.id | surabaya.tribunnews.com

Restoran

Khusus

SURABAYA, SURYA - Gaza City punya restoran baru yang istimewa. Di sini tamu dan pekerja berbicara dalam bahasa isyarat tuna rungu. Koki dan pelayan tuna rungu. Sebuah proyek yang menawarkan perspektif. Sebuah pandangan, gerakan isyarat tangan dan selalu tersenyum. Hampir tanpa istirahat manajer restoran Ayat Moteer berkomunikasi dengan pekerjanya. Di restoran Atfaluna yang baru dibuka beberapa pekan lalu di Gaza City, semua saling berkomunikasi dengan bahasa isyarat bagi tuna rungu. Perempuan muda warga Palestina Ayat Moteer dan timnya yang terdiri dari 12 orang adalah tuna rungu. Restoran yang baru dibuka itu adalah tantangan bagi para tuna rungu yang baru untuk pertama kalinya bekerja di dunia orang yang bisa mendengar. “Saya benar-benar bahagia. Sebuah impian menjadi kenyataan. Ini adalah restoran semacam ini yang pertama di Gaza, yang dijalankan sendiri oleh para penyandang tuna rungu muda seperti kami,” demikian dituturkan perempuan Palestina berusia 29 tahun itu dengan bersemangat dalam bahasa tuna rungu. “Saya harap restoran ini membantu orang-orang yang tidak bisa mendengar berintegrasi lebih baik dalam masyarakat,” ujar Moteer. “Masih banyak kendalanya.” Perempuan muda Palestina itu tahu benar apa yang dikatakannya. Sejak kecelakaan menunggang kuda waktu masih kecil, ia menjadi tuna rungu. l Prasangka Terhadap Tuna Rungu

Sekitar 1 persen dari 1,6 juta penduduk di Jalur Gaza dinilai sebagai tuna rungu. “20 tahun lalu pandangan terhadap tuna rungu di Jalur Gaza masih amat negatif,” dijelaskan Sharhabeel Al Za’eem, ketua Perhimpunan-Atfaluna yang memiliki restoran tersebut. “Banyak yang menyangka, bahwa tuna rungu juga mengalami cacat mental. Tapi melalui kehadiran kami dan upaya penjelaskan yang terus menerus, kami dapat mengubah gambaran itu secara perlahan.” Organisasi yang ditunjang yayasan swasta Atfaluna yang artinya “Anak-anak Kita” menawarkan para tuna rungu antara lain pendidikan sekolah yang mereka perlukan dan pendidikan kerja praktis. Selain itu diberikan jasa bantuan sosial dan kursus bahasa bagi tuna rungu

join facebook.com/suryaonline

Tuna Rungu di Gaza

dalam Bahasa Palestina bagi anggota keluarga. Restoran itu kini merupakan proyek terbaru. Untuk itu para tuna rungu muda selama enam bulan belajar secara intensif teori dan praktek. Di dapur milik sang pelatih suasananya penuh konsentrasi, hanya terdengar suara tutup panci yang diseling diskusi bisnis dalam bahasa isyarat tuna rungu dan suara tawa. Pelajaran yang sedang diberikan menyangkut desserts. Brownies, Crepes Suzette atau Sahlab, penganan khas Palestina. Maissa Omar, seorang perempuan muda memakai topi koki bewarna putih di atas kerudungnya dan mengaduk dengan sabar adonan coklat untuk Brownies. Baginya restoran itu benar-benar sebuah peluang untuk mempelajari sebuah

profesi, kata perempuan berusia 19 tahun itu. “Pada awalnya saya agak ragu, apakah saya bisa melakukannya. Tapi saya pikir, saya akan mampu untuk itu,” kata Maissa Omar.

l Membaca Bibir dan Bahasa Isyarat

Bagi para koki muda yang dididik di sini, itu juga merupakan peluang untuk menemukan pekerjaan di tengah krisis di pasar tenaga kerja. Hampir 50 persen warga muda di Jalur Gaza pengangguran. Dan sebagai tuna rungu ditambah lagi prasangka, apakah mereka mampu bekerja di dunia orang non tuna rungu. “Ya, memang ada hambatan ketakutan bekerja dengan orang-orang yang bisa berbicara dan mendengar,” dijelaskan peserta latihan memasak Omar Al Rantisi. Tapi pendidikan itu

cukup memberinya rasa percaya diri untuk mencobanya. Di restoran baru hampir tidak terasa adanya ketidakyakinan. Pada waktu makan siang Atfaluna dipenuhi pengunjung. Di sebuah meja sekelompok perempuan muda berbicara dengan semangat dalam bahasa isyarat. Di meja lain berlangsung makan siang terkait urusan bisnis. Siapa yang tidak menguasai bahasa isyarat bagi tuna rungu, menunjuk pada menu yang ingin dipesannya. Belal Al Man’ama mencatat pesanan, termasuk pesanan ekstra. “Keuntungan kami adalah dimana kami belajar berkonsentrasi, terutama jika menghadapi orang yang dapat mendengar. Itu merupakan keuntungan, jika menyangkut melayani pengunjung,” kata pria berusia 22 tahun dan bergegas kembali ke dapur untuk menyerahkan pesanan tersebut. l Kehidupan Sehari-hari Yang Sulit

Baru saja ujian pertama terlewati, tidak lama setelah pembukaan restoran, militer Israel melancarkan serangan militer 8 hari terhadap kelompok Hamas yang berkuasa di Jalur Gaza. Restoran itu harus ditutup. Bagi tuna rungu, serangan udara terutama kondisi yang amat sulit bagi mereka. “Mereka sering kali kurang cepat menyadari jika sebuah jet tempur mendekat, dan tiba-tiba mereka merasakan getaran akibat serangan itu.” Kata ketua Atfaluna Sharhabell al Za’eem. (DW)

follow @portalsurya


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.