Riwajatmoe edisi PAHLAWAN YANG TERLUPAKAN

Page 1


Daftar Isi

Daftar Isi 01

1 RIWAJATMOE // Juli 2015

Redaksi 02

Prolog 03


Redaksi

Pimpinan Redaksi : Ulil Fachrudin

Harkat dan martabat bangsa maupun pribadi, telah

Penulis :

diangkatnya setinggi langit. Dengan usaha fisik maupun

Ulil Fachrudin,

pikiran serta usaha, sosok Mohammad Bondan, Latif

Feria Andany,

Hendraningrat, Kasman Singodimejo, Nitisemito patut

Anis Sayekti,

menyandang gelar pahlawan. Yakni pahlawan yang di-

Rifki Nurul Anifah,

harapkan mampu menjadi perhatian masyarakat, agar dapat

diambil

pelajarn

hidup,

penghargaan,

dan

Syamsul Arifin

kesadaran dalam sejarah. Majalah ini adalah usaha kecil untuk mengenalkan tokoh sejarah yang belum dikenal dengan mengangkat

Editor Ulil Fachrudin,

tema “Pahlawan Yang Terlupakan�, redaksi mencoba

Feria Andani

menggali akar pemikiran, tindakan, sumbangsih para

Rifki Nurul Anifah,

tokoh pada bidangnya. Tidak hanya mengangkat pahlawan dari skup nasional, juga mengangkat tokoh pada skup daerah. Perhatian utama redaksi adalah dapat bermanfaatnya

Desain : Anis Sayekti, Syamsul Arifin

majalah ini bagi pembaca yang budiman, untuk lebih tahu dan paham makna berjuang dalam hidup. Agaknya sensitive karena memang hak pribadi seseorang untuk menentukan pilihan. Namun ini adalah pilihan kami.

Juli 2015 // RIWAJATMOE

2


Prolog

MEREKA YANG TERLUPAKAN Pahlawan dapat dibedakan menjadi dua, yakni pahlawan nasional dan pahlawan daerah. Maksudnya, tokoh yang bertindak di seputar lingkup nasional dapat dikatakan pahlawan nasional, sedangkan tokoh yang bergerak pada tingkat bawah disebut pahlawan daerah.

S

Sejarah Indonesia memiliki berbagai peristiwa yang menandai cerita besar bangsa ini. Bangsa yang besar juga memiliki sosok dan tokoh yang membawanya besar pula, begitu kata Herbeth Feith. Sejarah adalah bagian dari hidup manusia sebagai ‘peran sosial’ nya. Meskipun sejarah dapat

3 RIWAJATMOE // Juli 2015

meliputi segala aspek bidang, pastilah di

sekarang, apa

dalamnya terdapat manusia pendukungnya.

‘bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya’ sudah

Sosok manusia maupun tokoh sejarah agaknya sering kita sebut sebagai pahlawan. Pahlawan yang kita kenal di Sekolah Dasar sebagai orang yang besar, mengalahkan penjajah, memproklamasikan Negara, dan

perkataan Bung

Karno

kita amini? Sudahkah bangsa ini menghayati peranan pahlawan? Lantas siapa pahlawan yang Anda kenal? Kembali membuka lembar sejarah yang

bergambar di buku Atlas kita. Pahlawan yang kita kenal adalah pahlawan yang di-

ada, satu atau beberapa tokoh dapat mewakili setiap peristiwa di tiap masa dan

analogikan sebagai manusia suci penuh perjuangan. Pahlawan yang kita kenal ada-

zamannya. Malah ada tokoh yang bertahan di beberapa zaman. Seperti Sukarno, Hatta,

lah pahlawan yang diajarkan kita dari pen-

Sjahrir, Diponegoro, Pattimura, Imam Bon-

didikan dasar hingga menengah. Padahal sejarah tidak dapat diajarkan secara seten-

jol, dsb. Namun tahukah Anda bahwa di negeri ini menyimpan orang-orang besar

gah-setangah.

yang dapat kita jadikan perhatian.

Masalah

yang

timbul


Ilustrasi Meraih Kemerdekaan Indonesia, Foto asli pengibaran bendera AS di Iwojima.

Gelar pahlawan disematkan pada satu

kipun sudah meninggal, nama, peningga-

tidak. Majalah ini mencoba menggali sosok

hal, yakni pahlawan nasional. Secara komprehensif, Kementerian Sosial sebagai yang

lan, dan beban moral masih tertambat pada dirinya.

dan peran tokoh sejarah yang mewakili masanya di pelbagai bidangnya. Tokoh ini

punya hajat mengeluarkan regulasi yang jelas namun rumit untuk menyeleksi para tokoh calon pahlawan. Kemudian timbul kontroversi pada tokoh yang diajukan terkait politik dalam negeri. Ini menjadi tidak etis manakala pahlawan adalah barang ajuan. Padahal seharusnya, pahlawan tidak hanya sebagai koleksi kerja kementerian sosial saja. Namun pihak-pihak terkait harus dapat belajar apa yang telah dilakukan calon pahlawan pada masa dulu. Tanggung jawab moral adalah jawabannya. Tiap tokoh sejarah di zaman sekarang, mes-

Pahlawan dapat dibedakan menjadi dua, yakni pahlawan nasional dan pahlawan daerah. Maksudnya, tokoh yang bertindak di seputar lingkup nasional dapat dikatakan pahlawan nasional, sedangkan tokoh yang bergerak pada tingkat bawah

belum sampai diajukan sebagai pahlawan, baik sifatnya nasional maupun daerah. Keterwakilan itu kami sadur dari beberapa tokoh; yakni Mohamad Bondan, Latif Hendraningrat, Kasman Nitisemito.

Singodimejo,

dan

disebut pahlawan daerah. Namun pembedanya hanya dengan cara apa ia kontri-

Gerak juang pahlawan yang disebut menjadikan namanya besar sebesar jasanya.

busi untuk Negara, bisa di bidang militer,

Itu amengetahui nama dan perannya saja.

politik, ekonomi, ataupun sosial. Banyak pahlawan yang dilukiskan dalam buku-

Majalah ini kemudian akan menggali pemikiran, tindakan serta sumbangan untuk

buku sejarah. Namun banyak pula yang

Negara agar dapat dipahami dan dihayati

Juli 2015 // RIWAJATMOE

4


secara menyeluruh oleh penerus bangsa. Mohammad Bondan adalah eks-digulis, ia berjuang bagaimana menjadi penghubung Negara yang baru terbentuk di bidang politik luar negeri. Teknik melobi di dapatnya dari tiap organisasi dan pengalaman hidup tinggal di luar negeri. Perannya sungguh memukau manakala di daulat menjadi konsulat di Australia. Namun alihalih hidupnya begitu sederhana di masa jabatan tersebut. Di zaman pergerakan Nitisemito

berusaha

keras

untuk

me-

makmurkan pabrik rokok ciptaannya. Sampai ia menjadi pengusaha terkaya pada masanya. Seiring waktu perusahaannya

5 RIWAJATMOE // Juli 2015

digerogoti oleh pendudukan Jepang. Na-

Majalah edisi pertama ini akan me-

mun semangat usaha yang tak mengeyam pendidikan ini sungguh sangat diapresiasi.

nyuguhkan peran, sosok, dan pelajar hidup yang bisa diambil pembaca untuk dapat

Dalam Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17 Agustus, nama Latif Hendraningrat di-

lebih tahu dan paham bahwa masih banyak sosok pejuang yang hidup di dalam baying-

jadikan sebagai pengibar bendera Merah Putih. Namun perannya lambat laun hilang

bayang memori kolektif kita.

dalam perkembangan sejarah. Perannya direduksi hanya sebatas orang yang mengibar bendera saja. Dan terakhir pada perumusan Negara, Kasman Singodimejo adalah seorang moderat yang ulung dalam jajak pendapat. Perannya dalam perumusan dasar Negara seharusnya juga dapat diberi apresiasi tinggi.


ABDUL LATIEF HENDRANINGRAT

SANG PENGIBAR BENDERA PUSAKA


Buku

ABDUL LATIEF HENDRANINGRAT

SANG PENGIBAR BENDERA PUSAKA 17 AGUSTUS 1945 Dia adalah seorang prajurit PETA berpangkat Sudanco pengerek bendera Sang Saka Merah Putih tanggal 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur 56. Pasukan PETA Latief bermarkas di bekas markas pasukan kavaleri Belanda di Kampung Jaga Monyet, yang kini bernama jalan Suryopranoto di depan Harmoni.

S

iapa yang tak pernah melihat foto pengerekan bendera pusaka Sang Saka Merah Putih saat proklamasi 17 Agustus 1945? Di sana ada pemuda berseragam PETA lengkap dengan samurainya mengerek bendera merah-putih jahitan Ibu Fatmawati itu. Gara-gara seragam tersebut musuhmusuh republik menyebut kemerdekaan Republik Indonesia hadiah Jepang. Padahal pemuda Komandan Kompi (Chudancho) I Jakarta Shu Tentara Pembela Tanah Air atau PETA itu adalah Abdul Latief Hendraningrat (15 Februari 1911 – 14 Maret 1983). Namanya seolah tertelan jaman, karena sifatnya yang rendah hati dan memegang ajaran Jawa sepi ing pamrih (tidak mengedepankan kepentingan pribadi, red). Secara etnis dia anak Jawa tulen, malahan berdarah biru, tapi dia lahir sebagai anak Demang (Wedana) Jatinegara 15 Februari 1911, dan besar di

7 RIWAJATMOE // Juli 2015

daerah itu. Ayahnya adalah Raden Mas Mochamad Said Hendraningrat, ibunya Raden Ajeng Siti Haerani. Ketika baru berusia setahun, ibundanya wafat dan diganti ibu tiri yang penyayang asal Garut yang memberinya tiga adik yaitu Rukmini, Rukmito Hendraningrat (diplomat yang cukup terkenal, red) dan Siti Salamah (Hlm.61). Tidak heran Latief pun menguasai secara aktif bahasa Jawa dan Sunda (serta dialek Betawi tentunya, red). Ia juga keponakan Mr. Ishak Tjokrohadisurjo, salah seorang tokoh perintis kemerdekaan. Pendidik, tokoh PETA Abdul Latief Hendraningrat juga fasih berbicara dalam berbagai bahasa asing seperti Inggris, Jerman, dan Prancis, selain Belanda karena ia ulusan AMS (Algemeene Middlebare School). Semasa penjajahan ia mengajar di berbagai perguruan yang berorientasi pada pergerakan kemerdekaan. Dia juga berkesempatan pergi ke Amerika Serikat untuk melaksanakan pameran di New York World’s Fair tahun 1939 dan meluangkan waktu untuk belajar masalah

pendidikan (hlm 67-70). Semasa pendudukan Jepang ia mengusulkan pembentukan Pusat Latihan Pemuda karena pemuda militan masih kurang dibandingkan mereka yang berkemampuan intelektual (Hlm 81-82). Ia diberi wewenang memilih 15 pemuda sebagai awal, a.l. Kemal Idris, Rukmito Hendraningrat, Kusnowibowo, dan Muffreini. Ketika PETA dibentuk resmi 3 Oktober 1943, Abdul Latief Hendraningrat langsung diangkat sebagai Komandan Kompi (Chudancho) karena paling senior, di bawah Komandan Batalyon (Daidancho) Jakarta Mr. Kasman Singodimedjo. Dari sinilah identitas PETA Latief Hendraningrat nampak dalam foto yang sangat bersejarah itu. Ia juga menjadi salah seorang pendiri Badan Keamanan Rakyat (BKR) di jakarta. Abdul Latief Hendraningrat pernah duduk di sejumlah jabatan penting seperti Direktur Pusat Pendidikan PerwiranTNI AD di Bandung, Atase Militer di Filipina, Washington, DC, AS, Direktur SSKAD di Bandung, anggota DPR GR, dan sejumlah


jabatan lainnya termasuk Rektor IKIP Jakarta tahun 1965-1966. Ia pensiun dari tugas militer 1967 dengan pangkat terakhir Brigadir Jenderal TNI. Abdul Latief, seperti terlihat, dia banyak berkutat di bidang pendidikan, hingga selama masa bhaktinya di TNI AD. Ia menekankan pentingnya pendidikan, terutama pendidikan watak bangsa. Di masa pensiun ia menjadi wiraswatawan dan salah seorang tokoh ASITA (Associaion of the Indonesian Tours and Travel Agencies). Tertatih-tatih Sesungguhnya buku ini cukup penting guna mengungkap kehidupan para tokoh pejuang kemerdekaan, yang tentunya akan sangat bernilai bagi sejarah bangsa dan dapat dipelajari dan diambil manfaatnya oleh generasi mendatang. Sayangnya buku yang ditulis oleh menantu almarhum Abdul Latief Hendraningrat ini sejak awal sudah terjebak pada istilah `penulisan sejarah` tokoh pengerek bendera pusaka tersebut. Akan tetapi pembaca tidak mendapatkan gambaran

apakah buku ini bercerita mengenai biografi Latief Hendraningrat, memoar, `sejarah`atau pemikirannya. Dari sembilan Bab yang ada, yang benar-benar berisi informasi mengenai Abdul Latief Hendraningrat secara memadai hanya Bab V hingga VIII. Satu resume yang lumayan rinci riwayat hidup tokoh ini terdapat di Halaman 251 hingga 262. Resume ini senyatanya dapat menjadi titik pijak kita dalam mencari informasi dan mendalami lebih lanjut siapa Abdul Latief Hendraningrat. Kita juga ingin ada catatan lebih rinci, akurat seputar proklamasi itu dari sisi pandang Latief Hendraningrat. Untung ada tuturan asli dari Abdul Latief Hendraningrat mengenai pengalamannya menjelang proklamasi 17 Agustus 1945. Informasi di sini sangat penting dan terbukti `menegangkan` dari langkah ke langkah, dari salah seorang pengukir sejarah (Hlm. 145 - 170). Satu informasi yang sangat penting yang dikemukakan penulis berdasarkan penuturan almarhum mertuanya itu bahwa

pengerek (pengibar) bendera itu adalah Abdul Latief Hendraningrat sendiri dibantu seorang pemuda dari Barisan Pelopor bernama Soehoed (Hlm. 123). Tak ada nama lain. Seperti diketahui ada klaim di tahun 2011 dari orang lain yang mengatakan bahwa dirinyalah pengerek bendera Pusaka Merah Putih pada 17 Agustus 1945 itu.

Identitas Buku Judul

: Sang Pengibar Bendera Bendera Pusaka 17 Agustus 1945

Penulis

: Dr. Nojo Sandjoyo,M.Sc

Penerbit

: Sinar Harapan

Tebal Buku : 452 Halaman Cetakan

: Cet. 1 / 2011

Juli 2015 // RIWAJATMOE

8


ABDUL LATIEF HENDRANINGRAT

A Abdul Latief Hendraningrat (lahir di Jakarta, 15 Februari 1911 – meninggal di Jakarta, 14 Maret 1983 pada umur 72 tahun) adalah seorang prajurit PETA berpangkat Sudanco pengerek bendera Sang Saka Merah Putih tanggal 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur 56. Ketika itu ia juga ditunjuk sebagai penanggung jawab keamanan upacara sebab ia pernah menjadi Sudanco Peta di Jakarta. Sebelumnya banyak desas desus mengenai siapa pengibar sang Saka Merah Putih. Setidaknya sebelum adanya seseorang yang mengaku sebagai Pengibar bendera beberapa pada detik-detik proklamasi 1945 waktu lalu, dan dalam kenyataannya Bapak Latief ini merupakan pengibar yang sebenarnya. Hal ini diperkuat oleh pendapat Sekjen DPP Legiun Veteran, Laksamana Muda TNI

9 RIWAJATMOE // Juli 2015

(Purn) Wahyono S K yang menyatakan bahwa Ilyas Karim bukanlah pengibar pertama dan pendapat ini dibenarkan oleh Sejarawan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Asvi Marwan Adam. Abdul Latief Hendraningrat mengenyam pendidikan di Sekolah Tinggi Hukum. Saat menjadi mahasiswa itu ia sekaligus mengajar bahasa Inggris di beberapa sekolah menengah swasta, seperti yang dikelola oleh Muhammadiyah dan Perguruan Rakyat. Ia pernah dikirim oleh pemerintah Hindia Belanda ke World Fair di New York, sebagai ketua rombongan tari. Dalam masa pendudukan Jepang ia giat dalam Pusat Latihan Pemuda (Seinen Kunrenshoo), kemudian menjadi anggota pasukan Pembela Tanah Air (Peta). Pasukan PETA Latief bermarkas di bekas markas pasukan kavaleri Belanda di Kampung Jaga Monyet, yang kini bernama jalan Suryopranoto di depan Harmoni. Setelah Proklamasi Kemerdekaan, Latief Hendraningrat terlibat dalam berbagai pertempuran. Ia menjabat komandan Komando Kota ketika Belanda menyerbu Yogyakarta (1948). Setelah berhasil keluar dari Yogyakarta yang sudah terkepung, ia

melakukan gerilya. Setelah penyerahan kedaulatan, Hendraningrat mula-mula ditugaskan di Markas Besar Angkatan Darat, kemudian ditunjuk sebagai atase militer Rl untuk Filipina (1952), lalu dipindahkan ke Washington hingga tahun 1956. Sekembalinya di Indonesia ia ditugaskan memimpin Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (SSKAD, yang kini menjadi Seskoad). Jabatannya setelah itu antara lain rektor IKIP Negeri Jakarta (1965). Pada tahun 1967 Hendraningrat memasuki masa pensiun dengan pangkat brigadir jenderal. Sejak itu ia mencurahkan segala perhatian dan tenaganya bagi Yayasan Perguruan Rakyat dan organisasi Indonesia Muda.

Ketika itu ia juga ditunjuk sebagai penanggung jawab keamanan upacara sebab ia pernah menjadi Sudanco Peta di Jakarta.


Kasman singodimedjo

PAHLAWAN YANG TAK PERNAH BERHENTI BERJUANG


KASMAN SINGODIMEDJO

HIDUP ITU BERJUANG Prof Dr Mr. Kasman Singodimejo lahir di sebuah desa bernama Kalirejo tepatnya di kota Purworejo Jawa Tengah pada tanggal 25 Februari 1908. Tidak banyak yang mengetahui, bahwa Kasma Singodimejo merupakan salah satu tokoh besar dalam pergerakan Nasional. Bahkan ironisnya di dalam buku sejarah tidak ada yang menyebut nama tokoh muda dari kalangan Islam Nasionalis tersebut.

M

Mempelajari perjuangan Prof Dr Mr RH Kasman Singodimedjo atau yang dikenal dengan Pak Kasman sungguh merupakan hal yang menarik. Tidak sedikit andil beliau dalam perjuangan kemerdekaan dan tidak sedikit pula jasa-jasa beliau untuk negara dan bangsa. Perjuangan beliau untuk Islam merupakan fakta sejarah. Sampai sekarang dalam perjuangan untuk kepentingan Islam, untuk kepentingan negara dan bangsa beliau tidak pernah berhenti dan bahkan tidak pernah beristirahat. Suatu perjuangan yang sangat panjang dan sangat berliku-liku serta penuh dengan suka dan dukanya. Pak Kasman adalah seorang pemimpin, politikus, seorang pejuang, seorang yuris, seorang pengusaha, guru besar, dan lain sebagainya. Beliau dikenal sangat tegas dalam pendirian, berani, konsekuen, ulet, gigih, dan penuh semangat menyala-nyala. Sehingga ada orang yang mengatakan Pak Kasman dengan sebutan “Singa di Mana-mana”. Kalau Pak Kasman berpidato tentu selalu bersemangat, dan biasanya memakan waktu yang lama, satu jam, dua jam, tiga jam, dan kadang-kadang lebih. Beliau sanggup berpidato berjam-jam di pagi hari, berjam-jam lagi di siang hari yang sama, dan dilanjutkan lagi berjam-jam malamnya.

11 RIWAJATMOE // Juli 2015

Sungguh luar biasa. Pak Kasman tidak kelihatan lelah, malah pendengar yang letih. Kalau diundang untuk memberi ceramah, kalau beliau belum mempunyai acara lain, tentu akan memenuhi undangan tersebut. Beliau tidak pandang jauh dan dekat. Untuk mencapai suatu daerah beliau bersedia naik kendaraan apa pun. Naik mobil ya boleh, naik truk pun tidak ada halangan,naik motor bergoncengan sudah biasa, bahkan kalau perlu jalan kaki. Banyak atau sedikitnya pendengar, tingkat ranting atau tingkat nasional, beliau akan berpidato dengan nada yang sama dan tetap bersemangat. Di mana-mana berada beliau akan mengatakan, “Manfaatkanlah Kasman.” Tampaknya berpidato buat Kasman di samping ibadah juga merupakan “hobi”. Walaupun Pak Kasman selalu bersemangat, tapi pada suatu kali saya terheran-heran, karena dalam suatu rapat beliau kelihatan sedih dan pilu, bahkan mengeluarkan air mata. Pada waktu itu kita sedang membicarakan Rencana Undang-Undang Perkawinan. Sebagaimana biasa, Pak Kasman mulai berbicara dengan penuh semangat dengan mengemukakan segala argumentasi di bidang hukum. Tetapi tiba-tiba suara beliau merendah. Dengan penuh kepiluan dan berhiba-hiba beliau menceritakan peranan beliau waktu mengesahkan UUD 1945. Menurut Pak Kasman, pada waktu Panitia Persiapan Ke-

merdekaan Indonesia akan mengesahkan UUD 1945, timbul masalah mengenai perkataan: “… dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya.” Pemimpin-pemimpin Islam mula-mula tetap menghendaki supaya tujuh kata tersebut, yang terdapat dalam Piagam Jakarta, dicantumkan pula dalam UUD 1945. Di antaranya yang paling gigih ialah almarhum Ki Bagus Hadikusumo. Beberapa anggota non-Islam berkeberatan. Bung Karno berusaha melunakkan sikap para pemimpin Islam tersebut supaya tidak dicantumkan tujuh kata tersebut dalam UUD 1945. Tetapi Bung Karno tidak berhasilkan meyakinkan Ki Bagus Hadikusumo karena beliau berpendapat hal tersebut sangat prinsipil sekali. Menurut Pak Kasman, Bung Karno telah minta bantuan Tengku Moh Hasan yang berasal dari Aceh, tetapi juga tidak berhasil mengubah pendirian Ki Bagus, dan begitu juga dengan pemimpin-pemimpin lainnya juga tidak berhasil mengubah pendirian Ki Bagus Hadikusumo. Akhirnya Bung Karno meminta bantuan Pak Kasman, karena sama-sama Muhammadiyah. Pak Kasman, sesuai dengan permintaan Bung Karno, berusaha meyakinkan Ki Bagus supaya tujuh kata tersebut dihilangkan saja dari UUD 1945. Pak Kasman meyakinkan bahwa UUD tersebut hanya bersifat sementara dan dalam waktu enam bulan dapat diperbaharui lagi. Di samping itu, kata Pak Kas-


man kepada Ki Bagus, kita memerlukan persatuan dalam menghadapi musuh. Karena yang meyakinkan Ki Bagus adalah seorang tokoh Muhammadiyah dan lagi pula seorang yuris, maka akhirnya Ki Bagus Hadikusumo bersedia untuk tidak mencantumkan perkataan “dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya” dalam UUD 1945. Dengan demikian, diterima oleh semua pihak UUD 1945 tersebut pada tanggal 18 Agustus 1945. Dengan sedih Pak Kasman mengatakan: “Sayalah yang ikut bertanggungjawab dalam masalah ini, dan semoga Allah mengampuni dosa saya.” Pak Kasman sungguh-sungguh sedih dan meneteskan air mata. Ceritera ini diulang lagi oleh Pak Kasman dalam beberapa kesempatan lainnya. Pak Kasman sebenarnya juga seorang pengusaha yang berpandangan jauh. Waktu masih menjadi mahasiswa, beliau telah membeli tanah di daerah Cempaka Putih, Jakarta, yang sekarang dikenal sebagai daerah elite. Tentu saja pada waktu itu Cempaka Putih masih belukar dan rawarawa. Pada waktu daerah Cempaka Putih dibuka dan dijadikan daerah perumahan, harga tanah terus menjadi mahal, dan tentu tanah-tanah Pak Kasman juga menjadi mahal. Di daerah Cempaka Putih itulah Pak Kasman sekarang bertempat tinggal.

Beliau adalah juga seorang industrialis karena beliau pernah juga mempunyai pabrik. Dan juga mempunyai beberapa usaha lainnya. Dengan demikian, sebenarnya di bidang materil Pak Kasman tergolong orang yang mampu. Tetapi kelihatannya dalam cara hidup sehari-hari beliau sangat sederhana, kalau tidak akan dikatakan sangat hemat. Banyak orang yang tidak memahami cara hidup Pak Kasman yang demikian itu. Pernah saya bersama istri saya berlebaran ke rumah Pak Kasman. Dalam ngobrolngobrol beliau menanyakan apakah rumah yang kami tempati sekarang ini telah dibeli. Isteri saya menjawab belum. Beliau menceritakan semua anak-anaknya telah tamat studinya dan masing-masing telah diberi rumah. Beliau menganjurkan kepada kami supaya dalam berjuang juga memikirkan masalah anak-anak, termasuk sekolahnya. Suatu anjuran yang sangat baik dari Pak Kasman kepada setiap orang yang aktif dalam organisasi. Pak Kasman termasuk salah seorang yang tampaknya selalu sehat atau jarang sekali beliau sakit. Walaupun kesibukan beliau tidak pernah berhenti dari pagi sampai malam. Beliau mengatakan, dalam penjara pun tetap sehat walaupun makan nasi yang bercampurcampur. Kalaupun akhir-akhir ini Pak Kasman pernah sakit dan dirawat di rumah sakit, maka beliau akan selalu ingat soal rapat, soal-

soal Muhammadiyah, ceramah, kuliah, soalsoal politik, dan lain-lain. Kalau keadaan memungkinkan, Pak Kasman akan cuti sebentar dari rumah sakit untuk pergi rapat. Pak Kasman mengatakan dirinya penjaga warung PP Muhammadiyah. Memang beliaulah yang paling rajin datang ke kantor PP Muhammadiyah. Beliaulah yang melayani serta memberi nasihat-nasihat dan pentunjukpetunjuk kepada para tamu tersebut mengenai berbagai hal. Beliau jugalah yang paling sering memberikan briefing kepada para pemuda. Tentu tidak selamanya orang-orang sependapat dengan Pak Kasman dalam memecahkan berbagai hal-hal, termasuk masalah politik. Baik dalam rapat-rapat PP Muhammadiyah maupun Tanwir dan tempat-tempat lain, perbedaan pendapat dengan beliau sering terjadi. Saya termasuk yang sering berbeda pendapat dengan beliau, terutama dalam rapat -rapat PP Muhammadiyah. Kadang-kadang perbedaan pendapat tersebut agak hebat dan lalu Pak Kasman marah. Dalam keadaan seperti itu saya lalu meninggalkan rapat. Memang dalam hal ini beliau bertindak sebagai seorang bapak, hal-hal seperti itu cepat sekali dilupakannya. Beliau tidak pernah mempunyai perasaan dendam. Dan beliau meninggal di Jakarta, 25 oktober 1982 pada umur 78 tahun.

Juli 2015 // RIWAJATMOE

12


KASMAN SINGODIMEDJO

PAHLAWAN DAN SEGALA PERANNYA

P

pang, yang para anggotanya diambil dari kalangan yang beranggotakan islam. Setelah Jepang mendirikan PETA, Kasman Singodimejo diangkat menjadi salah satu Daidancho (Komandan Batalyon). Sehingga pada masa Revolusi, beliau dipilih menjadi Daidanco wilayah Jakarta dan memeberikan latihanlatihan militer. Ketika menjelang proklamasi pada tanggal 17 Agustus 1945, beliau dipanggil ke Bandung. Untuk mempersiapkan Jakarta menghadapi detik-detik kemerdekaan.

rof Dr Mr. Kasman Singodimejo lahir di sebuah desa bernama Kalirejo tepatnya di kota Purworejo Jawa Tengah pada tanggal 25 Februari 1908. Tidak banyak yang mengetahui, bahwa Kasma Singodimejo merupakan salah satu tokoh besar dalam pergerakan Nasional. Bahkan ironisnya di dalam buku sejarah tidak ada yang menyebut nama tokoh muda dari kalangan Islam Nasionalis tersebut. Beliau lahir dan dibesarkan dalam masyarakat yang taat dalam beribadah, karena sejak kecil hidup dalam lingkungan keluarga dan masyarakat yang berlandaskan imam yang kuat, yaitu sebagai muslim yang taat. Keaktifanya dalam organisasi terlihat sejak muda sehingga di kemudian hari dia muncul sebagai pemimpin yang berjiwa besar dan mempunyai akhlak yang baik, sehingga dia tumbuh dan berkembang dilingkungan Muhammadiyah. Pendidikan Kasman yang bertama dimulai di sekolah Desa (SD) dan pendidikan terakhir di Sekolah Tinggi Hukum Jakarta. Beliau merupakan salah satu tokoh dalam sejarah yang berperan besar dalam berbagai bidang, bidang sosial, keagamaan dan politik. Sebelum resmi menjadi anggota Muhammadiyah, beliau sudah berkecimpung dalam kehiatan-kegiatan Muhammadiyah. Keikutsertaan Kasman dalam organisasi Muhammadiyah tersebut dilatar belakangi oleh keinginanya untuk berdakwah melalui

13 RIWAJATMOE // Juli 2015

lembaga karena jika berdakwah hanya melalui pengajian-pengajian saja tidak cukup. Karena keaktifitasanya dalam Muhammadiyah, dia diangkat menjadi Ketua Muhammadiyah, sebagai seorang tokoh dalam Muhammadiyah, pemikiran, sikap dan pandanganya yang membawa kea rah kemajuan Islam. Beliau dikenal sebagai organisator yang handal dan penuh pengambdian serta giat dalam menyebarkan pengetahuan bagi kalangan muda. Setelah merintis Jong Islamieten Bond dan didapuk jadi ketuanya, Kasman mendirikan National Indonesche Padvindery (Natipij) atau Kepanduan Nasional Indonesia. Ia mengetuai dan berhasil mengembangkan cikal -bakal organisasi pramuka ini secara nasional. Kasman Singodimejo juga pernah menjadi anggota PETA pada masa pendudukan Je-

Kasman Singodimejo juga berperan sebagai perumus lahirnya falsafah pancasila pada tanggal 18 Agustus 1945. Bersama dengan Ki Bagus Hadikusumo beliau mewakili umat islam bersama tokoh nasional lainya dalam merumuskan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Beliau merupakan salah satu tokoh politik yang menjadikan Islam sebagai landasan perjuanganya. Aktivitanya dalam Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) sebenarnya hanyalah sebagai anggota tambahan saja, namun peranya sangatlah sentral dalam menyelesaikan tujuh kata dalam Piagam Jakarta. Beliau juga anggota dari PPKI yang berasal dari golongan muslim. Segala peran yang dilakukan Kasman Singodimejo dalam keorganisasian baik politik maupun peranya di Muhammadiyah menjadikanya sebagai pejuang Bangsa yang namanya patut untuk dikenang, oleh sebab itu kita sebagai generasi penerus bangsa harus mampu meneladani beberapa sifat dan keteladananya yang telah banyak berjuang demi bangsa dan Negara Indonesia.


MOHAMAD BONDAN

Eks digulis & PAHLAWAN PERGERAKAN YANG TERLUPAKAN


MOHAMAD BONDAN

Eks Digulis dan pergerakan nasional indonesia Banyak orang mungkin tidak mengenalnya. Akan tetapi tidak sedikit pengorbanan yang ia lakukan untuk meraih Indonesia merdeka. Tak banyak orang yang tahu bahwa dia merupakan salah satu tokoh yang ikut di asingkan di tanah merah bersama Moh. Hatta, Soekarno, dan tokoh lainnya.

A

ktif ikut dalam memperjuangkan kemerdekaan sejak muda, Bondan sudah sejak usia remaja mempunyai hasrat ingin bergabung dengan Perserikatan Nasional Indonesia (PNI). Barulah pada saat umur 18 tahun, sebagai batas minimum seseorang ikut bergabung disebuah organisasi non pemerintahan Belanda, Bondan memutuskan bergabung dengan PNI yang pada kongres 27-30 Mei 1923 berganti nama menjadi Partai Nasional Indonesia. Keaktivannya di PNI inilah, yang harus dibayar mahal. Pada tahun 1929 dia ditahan dan diasingkan ke Tanah Merah di Boven Digul Papua, bersama tokoh pergerakan lainnya, Bung Hatta dan Sutan Sjahrir sebagai tahanan politik. Hal ini merupakan tindakan drastis dari pihak colonial untuk menangkapi semua anggota pengurus PNI di seluruh Indonesia, baik di tingkat pusat maupun cabang. Hal inilah yang terulang kembali pada tahun 1935, dimana tokoh-tokoh perjuangan kemerdekaan sep-

15 RIWAJATMOE // Juli 2015

erti Sjahrir, Hatta, Maskun, Burhanudin, beserta Bondan diasingkan kembali ke Boven Digul, Papua, agar mereka sulit untuk membangun komunikasi dan jaringan politik dengan tokoh pergerakan lainnya. Berbeda dengan Bung Hatta dan Sjahrir yang hanya di tahan selama setahun sebelum dipindahkan ke Bangka, Bondan tetap berada di Digul sebelum akhirnya pada tahun 1943 para warga Digul dievakuasi ke Australia karena meletusnya perang Dunia ke II. Hal ini tidak lepas karena saat itu, Tanah Merah terkadang didatangi pesawat jepang yang sering memuntahkan peluru-pelurunya dari senapan mesin dan kadang-kadang mereka juga menjatuhkan bom untuk menghantam radio atau kapal yang kebetulan sedang berlabuh membongkar muatan bahan makanan. Dalam situasi demikianlah penguasa Belanda yang diwakili Van der Plas merencanakan pengungsian orang buangan ke luar negeri. Mulai tanggal 29 Mei dan berakhir tanggal 10 juni 1943.

Pada mulanya Pemerintah Belanda memanipulasi bahwa tapol dari Digul disebutkan sebagai tawanan perang yang pro-Jepang. Namun lama-kelamaan hal ini terbongkar dan menimbulkan amarah public di Australia. Pemerintah Australia sendiri kemudian membebaskan para tapol untuk keluar dari tangsi tahanan dan memberikan kebebasan buat para tapol untuk mencari pekerjaan di Australia. Pada tahun 1945, Bondan mendengar Soekarno Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Bondan dan rekanrekannya mengorganisir diri membentuk Komite Indonesia Merdeka (KIM) di Brisbane yang bertugas untuk memberi dukungan pada Negara Indonesia yang baru merdeka. Sedangkan para pelaut Indonesia mendirikan SARPELINDO (Serikat Pelaut Indonesia) yang kemudian menjalin hubungan baik dengan serikat Buruh Australia untuk melakukan pemogokan terhadap kapal-kapal Belanda. KIM ini terus berkembang di beberapa kota lain sehingga kemudian dibentuk CENKIM (Central Komite Indonesia Merdeka) untuk mengorganisirnya.


CENKIM ini kemudian bertugas menjadi corong informasi tentang perkembangan di Indonesia, membangun hubungan diplomatic informal dengan Australia, membangun hubungan dagang (walau kurang berkembang karena Indonesia masih bergejolak), mengatur pemulangan para tapol ke tanah air hingga melakukan penggalanagan bantuan kemanusiaan korban perang revolusi kemerdekaan. CENKIM mempunyai peran strategis dalam membangun hubungan baik Indonesia – Australia. Melalui CENKIM ini, Bondan dan Molly yang saat itu bekerja sebagai volunteer di CENKIM , dipertemukan dan menikah tahun 1946. Molly yang sejak semula simpati dengan perjuangan bangsa Indonesia kemudian ikut pindah ke Indonesia tahun 1947. Di tanah air, kota Yogyakarta adalah tujuan pertama, mengingat tahun 1947, pemerintahan pusat memang dipindah di Yogya. Sepulang dari perjuangan di Australia, Bondan kemudian mengabdikan diri menjadi Pegawai Negeri Sipil di Departemen

Perburuhan untuk urusan pelatihan dan pengembangan kualitas SDM. Walaupun hanya berpendidikan HIS, namun orang mengakui dedikasi, perjuangan dan pengalaman Bondan. Sedangkan Molly mengabdikan diri menjadi pegawai Departemen Penerangan, dialah yang nantinya dipercaya oleh Bung Karno untuk menerjemahkan setiap Pidatonya ke dalam bahasa Inggris. Hal ini terjadi yakni setelah penerjemah terdahulu, yakni Tom dan Renee Atkinson pulang ke negaranya, Inggris. Sejak itu, Molly-lah satusatunya petugas penerjemah pidato Bung Karno ke dalam bahasa Inggris. Namun, sisa-sisa penyakit malaria hitam yang diperolehnya di Digul membuat Bondan beberapa kali jatuh sakit dan mengalami gangguan pendengaran. Bondan akhirnya meninggal tahun 1990 setelah menderita kanker paru-paru akut. Dia meninggalkan Alit (anak dari perkawinannya dengan Molly) dan Uwoh (anak dari pernikahannya dengan istri pertamanya yakni Dedeh yang diceraikannya ketika Bondan berada di tahanan Digul).

Pada tahun 1945, Bondan mendengar Soekarno Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Bondan dan rekan-rekannya mengorganisir diri membentuk Komite Indonesia Merdeka (KIM) di Brisbane yang bertugas untuk member dukungan pada Negara Indonesia yang baru merdeka.

Juli 2015 // RIWAJATMOE

16


MOHAMAD BONDAN

PERJUANGAN DI NEGERI SEBERANG

T

anggal 18 Agustus 1945, kabar kemerdekaan Indonesia sampai juga di Australia lewat siaran radio Bukit Tinggi berbahasa Arab. Menyusul persiapan yang kemudian dipersiapkan oleh Bondan dan temanteman Indonesianya di Australia, 21 September 1945 dibentuklah Komite Indonesia Merdeka (KIM) di Brisbane Australia dengan Jamaludin Tamin sebagai ketua dan Bondan sebagai sekretarisnya. Bertepatan dengan terbentuknya KIM, terjadi pemogokan 85 pelaut Indonesia yang membuat kejutan. Para pelaut ini marah karena kapal yang hendak berlayar ke Indonesia ini ternyata memuat amunisi dan perlengkapan perang yang disediakan untuk pasukan KNIL dan Belanda. Berbarengan dengan hal tersebut bendera Merah Putih Indonesia berkibar . Aksi pemogokanpun beberapa hari setelah itu merambat kedaerah lain seperi Sidney. Hal inilah yang menjadi bukti bahwa semangat perjuangan kemerdekaan tidak hanya bergelora di dalam negeri saja, akan tetapi juga bergelora di luar negeri oleh orang-orang Indonesia yang ada disana

17 RIWAJATMOE // Juli 2015

Anggota KIM terdiri dari segala golongan. Komite ini tidak menggunakan prinsip kepartaian melainkan prinsip persatuan membela Proklamasi Kemerdekaan dari negeri seberang. Setelah beberapa minggu berdiri di Brisbane, KIM berdiri di sejumlah tempat di Australia seperti di Sydney, Melbourne dan Mackay. Untuk memudahkan koordinasi dan komunikasi akhirnya disepakati bahwa KIM Brisbanelah sebagai badan pusat dan kemudian disebut CENKIM (Central Komite Indonesia Merdeka). CENKIM ini kemudian bertugas menjadi corong informasi tentang perkembangan di Indonesia, membangun hubungan diplomatik informal dengan Australia, membangun hub-

ungan dagang (walau kurang berkembang karena Indonesia masih bergejolak), untuk mengatur pemulangan para tahanan politik ke tanah air hingga melakukan penggalangan bantuan kemanusiaan korban perang revolusi kemerdekaan. CENKIM mempunyai peran strategis dalam membangun hubungan baik Indonesia – Australia. Dengna usaha keras dan pantang menyerah inilah, CENKIM mampu membuat public dan masyarakat Australia bersimpati dan ikut mendukung kemerdekaan Indonesia. Karena itulah banyak relawan-relawan yang ikut bergabung dengan CENKIM yang berasal dari oaring Australia. Melalui CENKIM inilah, Bondan dan Molly yang saat itu bekerja sebagai volunteer di CENKIM , dipertemukan dan menikah tahun 1946.


NI TISEMI TO

SANG MAESTRO ROKOK & KEPAHLAWANANNYA


NITISEMITO

SANG MAESTRO ROKOK DAN MENJADI PAHLAWAN “Jika ada 1000 Nitisemito muda di Indonesia, Indonesia akan menjadi negara yang sejajar dengan negara maju� -Nusjirwan Soemadji Nitisemito-

A

Nitisemito lahir di Kudus pada tahun 1863 ketika kuasa kolonial HindiaBelanda masih mengakar di bumi Jawa. Nama pemberian orangtuanya adalah Rusdi. Rusdi lahir dari Ayah Haji Sulaiman, seorang lurah Desa Janggalan Kudus, dan Ibu bernama Markanah. Rusdi kecil tidak ingin seperti Ayahnya untuk menjadi lurah. Ia ingin menjadi pedagang. Rusdi tidak pernah mengecam pendidikan, sebab itu Rusdi dapat dikatakan buta huruf. Namun hal lain dibalik kekurangan pendidikan yang diperoleh Rusdi adalah sebuah pemikiran besar pengusaha pribumi dikemudian hari. Menurut cucu Nitisemito, Nusjirwan, eyang –sapaan akrab keluarga Nitisemito- adalah seorang visioner dan berpikiran maju melebihi jamannya. Pada awalm karirnya, Nitisemito pernah merantau ke Malang menjadi buruh jahit. Pada saat merantau di Malang, ia menjadi pengusaha pakaian jadi. Namun, usahanya ini mengalami kebangkrutan.

19 RIWAJATMOE // Juli 2015

Kemudian ia pulang ke Kudus dan menjadi peternak kerbau serta memproduksi minyak kelapa. Usahanya kembali gagal. Kemudian ia mencoba menjadi kusir dokar sambil berjualan tembakau. Sumber sejarah pada umumnya mengatakan bahwa Nitisemito mengenal rokok dari Haji Djamhari, orang Kudus yang menurut cerita sejarah pertama kali membuat racikan kebiasaan baru warga Kudus. Dahulu terkenal dengan sebutan rokok klobot, karena bungkus dari racikan tembakau dan cengkeh tersebut berasal dari kulit jagung yang dikeringkan. Namun, sejarah harus diluruskan seluruslurusnya, kata Nusjirwan. Bahwa ia sudah melakukan pelacakan terhadap keturunan atau ahli waris dari Haji Djamhari. Hasilnya nihil, ia menarik kesimpulan bahwa Haji Djamhari hanyalah tokoh fiktif, setelah diperkuat melalui keterangan pendiri PPRK (Persatuan Perusahaan Rokok Kudus) Haji Nawawi Rusdi. Ia tidak pernah sekalipun bertemu seseorang yang bernama Haji Djamhari, kata Nusjirwan. Jelasnya sejarah lokal Kudus dan sejarah perkembangan rokok di

Kudus telah sampai beredar keberbagai tulisan dan media. Nusjirwan mengemukakan bahwa eyang adalah penemu pertama kali racikan rokok kretek di Kudus. Nitisemito hanyalah seorang pedagang. Ia berdagang kopi, teh, gula dan tembakau di warung kecil di rumahnya sendiri bersama isteri Mbok Nasilah. Nitisemito mulai menemukan rokok setelah ia meracik tembakau dengan cengkeh pada kulit kering jagung muda (klobot) untuk dikonsumsi sendiri. Kemudian ia tawarkan kepada pembeli warungnya dan memperkenalkannya kepada warga sekitar. Dirasa enak oleh para pembeli bahwa racikan tembakau dan cengkeh Nitisemito, kemudian ia memproduksi rokok atas dasar pesanan saja pada awalnya. Akhirnya ia mempunyai cukup modal untuk memulai usaha, yakni mendirikan sebuah produksi rokok yang pertama di Indonesia pada tahun 1908. Menurut data yang ada pada Museum Kretek Kudus, Nitisemito memulai industri rokok pada 1908 dengan sistem abon – memproduksi rokok yang disebarkan ke ru-


mah-rumah warga untuk diproduksi, setelah jadi kemudian disetorkan kembaliyang dapat menghasilkan modal tambahan untuk mengembangkan usahanya. Pada 1914, Nisitisemito mendirikan pabrik rokok Bal Tiga di daerah Jati dengan luas tanah mencapai 6 hektar, dengan jumlah karyawan kurang lebih sudah mencapai 15.000 orang. Keberhasilan Bal Tiga didukung oleh keuletan Nitisemito dalam menggunakan media promosi, sponsor tunggal, dan metode doorprize bagi setiap pembelian rokok yang beruntung. Ia selalu menjadi sponsor tunggal dalam setiap acara besar di Kudus dan kotakota lainnya. Bal Tiga menggunakan media mobil mini bus sebagai promosi untuk rokoknya. Pada tahun 1926-an, Nitisemito menyewa pesawat foker buatan Rusia untuk menyebarkan selebaran promosi rokok Bal Tiga. Nitisemito juga mengimpor bahan baku cengkeh ke luar negeri, menurut keterangan, ia mengimpor cengkeh sampai ke Madagaskar, Afrika. Nusjirwan mengatakan bahwa, bahan tembakau masih ada di Indonesia, tetapi cengkeh tidak. Kemudian cengkeh mulai diimpor oleh Big 5 Co milik Belanda yang berkantor di Semarang. Dalam tenaga administrasi Bal Tiga, Nitisemito juga merekrut orang Belanda sebagai karyawan bidang administrasi perusahaan. Ia mempunyai orang kepercayaan untuk mengurusi perusahaan. M. Karmain adalah salah satu menantu kesayangan Nitisemito. Karmain dipercayai sebagai – dalam korporasi sekarang dikenal dengan istilah Presiden Direktur- petinggi perusahaan. Karena Karmain menurutnya adalah orang yang rajin dan jujur dalam bekerja. Itu sebabnya Nitisemito menaruh kepercayaan terhadap Karmain. Di Museum Kretek Kudus, terdapat pula peninggalan Bal Tiga, seperti bungkus rokok, nota penjualan, selebaran, dan surat kerjasama yang dipajang disana. Kesemuanya terdapat nama M. Karmain sebagai koewasa atas korporasi Bal Tiga. Pabrik rokok Bal Tiga menurut Nusjirwan, mengalami kemunduran pada tahun 1938. Nitisemito menutup pabriknya.

Kemudian dibuka kembali oleh putera keempat Nitisemito yakni Soemadji. Sampai pada tahun 1953 Bal Tiga sudah mengalami kebangkrutan, sehingga menuai tutup usaha. Menurut keterangan guide di Museum Kretek Kudus, kemunduran Bal Tiga disebabkan oleh tiga hal; Pertama mengenai masalah keluarga yang sebagaimana mestinya siapa yang akan meneruskan perusahaan atau siapa yang akan mendapat hak ahli waris dari perusahaan. Kedua, datangnya masa P e nduduka n Je p a ng secara langsung meski singkat membawa dampak bagi Bal Tiga, tentara Jepang mengambil berbagai asset milik Nitisemito, menyita pabriknya untuk dijadikan barak tentara Jepang, melebur berbagai besi yang ada di pabrik untuk dijadikan senjata bagi tentara Dai Nippon. Dan ketiga, tidak ada lagi modal untuk perusahaan. Perjalanan hidup Nitisemito selaras dengan masa pergerakan nasional waktu itu. Ketika Bal Tiga mengalami puncak kejayaan di tahun 1914. Nitisemito menjadi tersohor namanya. Pihak pemerintah Hindia Belanda pun segan dengannya. Menurut Nusjirwan, ada dua hal yang membuat Belanda menyukai Nitisemito; keterangan pengakuan dari Ratu Wilhelmina yang menjuluki Nitisemito sebagai Raja Kretek. Yang kedua mengenai kerjasama perusahaan pribumi dengan konglomerasi Belanda waktu itu, dengan dibuktikan kerjasama dengan Big 5 Co dalam impor cengkeh dari luar negeri. Nusjirwan mengemukakan bahwa eyang adalah seorang yang peduli terhadap pergerakan nasional. Kebanyakan pengusaha waktu itu dengan izin besar berseberangan denhan pergerakan Indonesia. Tetapi tidak dengan Nitisemito.

rang dengan kereta. Nitisemito membawa sejumlah uang yang diwadahi dengan setoples yang berukuran besar. Menurut Nusjirwan, ia akan mendatangi sebuah rapat rahasia pergerakan nasional di Semarang dan memberikan uang tersebut untuk keperluan pergerakan. Apakah jasa Nitisemito dalam membantu pergerakan patut diapresiasi dan menjadi tauladan bagi bangsanya? Apakah perjalanan hidup Nitisemito dapat dijadikan rujukan tolok ukur para pengusaha nasional? Apakah Nitisemito sesuai untuk dijadikan contoh dalam hal etos kerjanya? Dan apakah Nitisemito berhak menyandang gelar pahlawan? Nitisemito adalah seorang yang dermawan, meskipun ia tidak mengecam pendidikan, namun pemikiran Nitisemito sudah maju melebihi jamannya. Dengan kesungguhan usahanya, Nitisemito dapat memacu semangat generasi muda untuk bisa lebih maju dalam hal berusaha. Nusjirwan mengatakan, memang ahli waris Nitisemito belum mampu meneruskan perusahaan yang dirintis eyang, tetap kami belum dapat melanjutkannya seperti yang eyang dan ayah lakukan waktu itu untuk perusahaan. Harapan yang besar saya adalah, jika ada 1000 Nitisemito muda di Indonesia, Indonesia akan menjadi negara yang sejajar dengan negara maju. Nitisemito adalah catatan sejarah lokal yang mempunyai pengaruh pada sejarah nasional, khususnya sejarah pergerakan nasional. Nitisemito lahir pada tahun 1863. Dan wafat pada Sabtu Kliwon, 17 Maret 1953 di Kudus dalam usia 90 tahun. Dimakamkan di tempat pemakaman krapyak Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.

Ketika Presiden Sukarno berpidato ke kota -kota seperti di Semarang maupun di Yogyakarta, Nitisemito berangkat menuju Salatiga karena disana ia memiliki rumah pribadi dengan tujuan untuk menemui Sukarno. Diam-diam Nitisemito membantu perjuangan pergerakan nasional melalui tokoh-tokohnya. Nusjirwan mengemukakan bahwa eyang bisa dikatakan membantu pergerakan dengan sokongan dana untuk melancarkan perjuangan. Pernah sekali waktu Nitisemito mengajak puteranya Soemadji pergi ke Sema-

Juli 2015 // RIWAJATMOE

20


NITISEMITO

Sisi Kontroversi Nitisemito

T

okoh dari daerah yang menjadi pengusaha rokok dengan skala nasional waktu itu. Sukarno saat pidato di lapangan Ikada juga pernah menyebut sosok Nitisemito dalam membandingkan kekayaannya waktu itu. Nitisemito adalah sosok pengusaha sekaligus penemu rokok kretek di Indonesia yang sekarang dapat dengan mudah dihirup pada nafas-nafas panjang berasap masyarakat luas. Pengaruhnya sebagai salah satu pioneer golongan menengah sudah di akui pula oleh negeri Belanda. Sebagai seorang pribumi, masa pergerakan memang menjadi lahan subur tumbuhnya kapitalisme bumiputera. Sebagai seorang anak bangsa,pada masa selanjutnya Nitisemito di duga memiliki bagian pada pergerakan nasional menuju kemerdekaan. Asumsi yang sekarang mencuat adalah Nitisemito adalah seorang donatur untuk memudahkan para tokoh nasional melanjutkan perjuangan. Nitisemito adalah putera asli daerah Kabupaten Kudus, oleh masyarakat dan

21 RIWAJATMOE // Juli 2015

pemerintah daearah. Nitisemito menjadi kenangan kejayaan Kudus sebagai Kota Kretek. Nitisemito juga di museumkan untuk menjadi perhatian warganya secara khusus. Demikian sudah seharusnya beberapa tokoh masyarakat daerah yang secara langsung maupun tidak langsung mempengarhui pertumbuhan dan kemajuan bangsa, sesuai untuk dijadikan memori kolektif bangsa untuk di gali teladan karena perjuangannya. Namun Nitisemito pasti memiliki sisi kontroversial di masa ini. Di Indonesia banyak bermunculan isu tentang larangan merokok, merokok membunuh, mengharamkan rokok, rokok tidak baik untuk kesehatan. Isu yang terangkat ini sudah mengakar pada LSM yang sengaja dibentuk untuk melawan rokok. Di satu sisi, perusahaan dan iklan rokok seolah tidak ingin kalah agar dapat terus memproduksi rokok, dengan memberikan bantuan di bidang pendidikan, budaya,

olahraga, pembangunan daerah. Di lain pihak, pemerintah daerah yang menjadi basispabrik rokok mampu menghasilkan kurang lebih 10 triliun pajak cukai rokok setiap tahun. Memang tidak dapat disangkal mengenai realitas industri rokok dan dampaknya. Tapi juga tidak harus selalu dihantamkan pada kepentingan masing-masing individu maupun kelompok. Padahal terdapat nilai-nilai positif yang dapat di ambil dari para pengusaha rokok di masa lalu, seperti Nitisemito. Tulisan ini secara garis besar ingin sedikit menjelaskan sebuah saran bagi pemerintah dan masyarakat sejarah Indonesia mengenai tokoh Nitisemito dalam konteks positif pertumbuhan dan pembangunan ekonomi bangsa yang dewasa ini mempunyai sisi kontroversial dan kontradiksi pada sirkulasi kepantasannya menyematkan gelar Pahlawan di skala Nasional. Karena Nitisemito adalah sebuah kontradiksi.




Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.