1 minute read

"Membiasakan Kopi" Oleh Fauzan Al Ayyuby [YARD, hl.36-41]

MEMBIASAKAN KOPI

Advertisement

Oleh Fauzan Al Ayyuby

“Tidak ada kopi yang tidak enak. Semua kopi pasti ketemu pasangan lidahnya masing-masing.” – Sulkifli Karnawi, penyeduh kopi di Kedai Geraderi Kampung Buku

Sulkifli, penyeduh kopi di Kedai Geraderi Kampung Buku bercerita, budaya meminum kopi secara garis besar terbagi menjadi dua: pesisir dan pegunungan. Di wilayah pesisir, daerah pelabuhan, budaya ngopi dipengaruhi besar oleh kehadiran Cina di Indonesia. Budaya Cina yang lebih kepada budaya ngeteh, diapatasi ke kopi dengan cara disaring menggunakan kain belacu. Ini dilakukan, agar kopi yang diseduh tidak memiliki ampas, seperti cara orang Cina menyeduhkan teh.

Kopi tanpa ampas awalnya banyak didapati pada daerah sekitar pelabuhan. Kemudian merangsek masuk ke dalam kota dengan konsep warung kopi (warkop). Seperti kopi pada banyak warkop di Kota Makassar, salah satu kota pelabuhan yang disebut-sebut sebagai gerbang Indonesia bagian timur. (Selengkapnya.... Klik halaman di bawah)

This article is from: