34 minute read

Bangga Memakai Uis Gara

Next Article
Apa Itu Uis Gara ?

Apa Itu Uis Gara ?

bangga memakai uiskaro

oleh: Nandira Firdaningrum UIS GARA YANG MERUPAKAN KAIN KHAS TRADISIONAL MASYARAKAT KARO, SUMATERA UTARA INI DENGAN BANGGA DIKENAKAN OLEH BEBERAPA TOKOH PENTING MASYARAKAT DENGAN GAYA YANG BERAGAM.

Advertisement

oleh: Nandira Firdaningrum

Jokowi Presiden Republik Indonesia mengenakan Uis Gara yang disampirkan di sekitar leher hingga bahunya ketika berkunjung ke Kabupaten Karo. Uis yang ia kenakan adalah Uis Beka Buluh.

LYODRA GINTING

oleh: Nandira Firdaningrum PENYANYI ASAL SUMATERA UTARA YANG SEDANG NAIK DAUN INI DENGAN BANGGA MENGGUNAKAN PAKAIAN TRADISIONAL UIS GARA. IA BEBERAPA KALI TERLIHAT MENGGUNAKAN KAIN TRADISIONAL INI UNTUK JADWAL MANGGUNGNYA. LYODRA TAMPAK ANGGUN MENGENAKAN KAIN UIS GARA TERSEBUT!

KAK ROSE

JURI ACARA TV 'DANGDUT ACADEMY ASIA 5' ROSALINA MUSA ATAU YANG KERAP DISAPA 'KAK ROSE' MENGENAKAN BAJU ADAT PENGANTIN WANITA KARO. KAK ROSE NAMPAK MENGGUNAKAN UIS BEKA BULUH WARNA MERAH BERPADU HITAM LENGKAP DENGAN AKSESORI EMAS.

SBY & ANI YUDHOYONO

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KE-6 SUSILO BAMBANG YUDHOYONO DAN ISTRINYA MENGGUNAKAN PAKAIAN ADAT SUKU KARO. BEKA BULUH MERAH DISAMPIRKAN DISEKITAR LEHER SUSILO BAMBANG YUDHOYONO DAN UIS NIPES DIKENAKAN SEBAGAI SELENDANG OLEH ANI YUDHOYONO.

oleh: Nandira Firdaningrum

Kain Uis yang merupakan simbol keadatan masyarakat Karo ini sudah dilestarikan oleh para leluhur sejak dahulu. Seiring perkembangan zaman, peminat Uis Karo semakin menurun. Oleh karena itu, Sanggar Karya Bunda melakukan gerakannya untuk melestarikan kain tradisional khas Sumatera Utara ini.

Sanggar yang terletak di Kota Binjai ini memberikan pelatihan untuk menenun kepada masyarakat setempat sebagai upaya untuk melestarikan keberadaan Uis Karo.

Berawal dari penemuan lahan kosong milik seorang penenun, pendiri sanggar ini yaitu Ade Fitri menyulapnya menjadi tempat pelatihan bagi warga yang ingin belajar menenun. Hasil dari tenun Uis Karo para peserta pelatihan, nantinya akan dipasarkan ke Kota Berastagi dengan harga 200 ribu hingga 4 juta rupiah. Dengan didirikannya Sanggar Karya Bunda, Ade mengharapkan pemerintah untuk memperhatikan kelompok ini.

Mulai Ditinggalkan, Sanggar Karya Bunda Bergerak Melestarikan Uis Gara

oleh: Nandira Firdaningrum

MENGENAL SONGKET BATUBARA

Oleh : Aidah Robbi Rodhiyah

Songket batubara merupakan songket yang berasal dari Sumatera Utara tepatnya disebuah daerah bernama batubara. Kabupaten Batubara terletak di bagian timur Provinsi Sumatera Utara yang merupakan pemekaran dari kabupaten Asahan. Kabupaten ini telah diresmikan pada 2007 dan didominasi oleh etnis Melayu, kemudian diikuti oleh orang-orang Jawa, dan Suku Batak.

Menurut sumber salah satu perajin kain songket, songket batubara ini sudah ada sejak zaman dahulu. Hal tersebut ditandai dengan adanya sebuah legenda yang bercerita tentang asal-usul kain songket batubara tersebut.

Tidak berbeda dari jenis songket lainnya, songket batubara dibuat dengan teknik sungkit, dengan mencungkil atau mengait. Songket Batubara memiliki berbagai perpaduan warna cerah yang unik, seperti biru, merah, hijau, oranye, ungu dll. Songket Batubara memiliki berat yang lebih ringan dibandingkan ulos. Kini para pengrajin songket Batubara banyak menerima pesanan dari mancanegara, terutama Malaysia, Brunei dan Singapura. Daya tarik kain songket ini dari uniknya corak, warna dan bahan kainnya. Kerajinan ini sudah diwarisi turun temurun dari orang tua mereka. Kualitas songket Batubara tidak usah diragukan lagi karena menggunakan benang-benang pilihan seperti sutera, polyester, emas dan perak. Songket Batubara memiliki motif yang bervariasi seperti Pucuk Rebung, Bunga Manggis, Bunga Cempaka, Pucuk Caul, Tolak Betikam, hingga Naga Berjuang. Keunggulan dari songket ini ringan dan tidak luntur sehingga lebih nyaman untuk dipakai.

i.

RAGAM

MOTIF

SONGKET BATUBARA

Oleh : Aidah Robbi Rodhiyah

Motif Pucuk Rebung

Motif Pucuk Betikam

Motif pucuk rebung memiliki filosofi tersendiri bagi masyarakat Melayu Batu Bara. Filosofi dari pucuk rebung ialah pentingnya peran dalam mendidik anak. Pucuk rebung merupakan makna bahwa belajar sewaktu kecil lebih baik dari pada belajar sewaktu dewasa

Pada dasarnya motif pucuk betikam hampir sama dengan motif pucuk rebung. Adapun yang menjadi pembeda dari motif pucuk betikam dan motif pucuk rebung ialah motif pucuk rebung saling berhadapan. Jika motif pucuk rebung memiliki filosi tentang mendidik anak, maka motif pucuk betikam memiliki filosofi tentang kekeluragaan. Motig yang berhadapan memilki arti bahwa dalam keluarga harus ada sikap saling terbuka, tolong menolong dan saling melengkapi. 31

Motif bunga kenangan memiliki makna dan filosofi tersendiri ialah keharuman. Hal ini berarti bahwa seseorang hendaknya menebarkan kebaikan dan manfaat bagi orang lain, sehingga dapat mengharumkan nama baik orangtua, diri sendiri dan juga keluarga.

Motif ini memiliki makna dan filosofi tentang rasa sayang dan rasa cinta yang merupakan lambang dari bunga mawar. Alasan yang menyebabkan bunga mawar disebut sebagai ungkapan rasa cinta dan sayang di antaranya yaitu, banyak orang yang menggunakan bunga mawar sebagai ungkapan rasa cinta pada orang yang ia suka dan cintai baik orang dewasa maupun anak muda.

Motif Pucuk Pandan

motif ini memiliki makna dan filosofi tentang kesucian diri. Hal tersebut dikarenakan daun pandan digunakan oleh masyarakat Batu Bara dalam menyambut bulan suci Ramadhan dengan cara merebus daun pandan dengan air, kemudian airnya dijadikan untuk mandi.

Motif Bunga Mawar

Makna dan filosofi dari motif ini ialah dalam menjalani sesuatu maka hendaklah kita bersabar, untuk meraih kesuksesan dibutuhkan perjuangan yang cukup panjang. Hal ini dikarenakan buga anggrek merupakan tanaman yang cukup sulit hidup, tumbuh, dan berkembang sehingga butuh kesabaran dan ketelatenan untuk menanam dan merawat tumbuhan ini agar menampakkan keelokan dan kecantikannya.

Motif ini merupakan salah satu motif yang sudah dikenal sejak dulu yakni motif bunga melati. Makna dan filosofi dari motif ini yakni kesucian, ketulusan, serta sikap rendah hati. Hal ini sesuai dengan bunga melati yang memiliki warna putih bersih seolah-olah melambangkan kesucian.

Motif Bunga Melati

PADA SONGKET BATUBARA

UNGU

Warna ungu melambangkan kekayaan dan royaliti, itulah sebabnya warna ini sering diidentikkan dengan bangsawan. Dulunya warna ini hanya digunakan dan dipakai oleh para bangsawan.

Dalam budaya Melayu, warna merah digunakan untuk mewakili demokrasi dalam masyarakat secara keseluruhan.

Dalam budaya Melayu warna merah muda menunjukkan representasi dari bahasa Melayu yang lembut dan bernuansa kasih sayang satu sama lain.

MERAH

MERAH MUDA

Oleh : Aidah Robbi Rodhiyah

COKELAT

Warna coklat melambangkan kesungguhan, Seorang gadis Melayu harus memancarkan kehangatan, tidak rumit, dan dapat memukau hati pria yang melihatnya.kehangatan, dan kehandalan.

HIJAU

Warna hijau menenangkan, sehat, dan meningkatkan rasa aman dan pengasuhan setiap orang dengan menyeimbangkan emosi mereka. Karena hijau diasosiasikan dengan Islam dalam budaya Melayu, ia memiliki makna relaksasi, penyembuhan dan berfungsi sebagai pengingat Tuhan karena hijau juga merupakan warna alami

Oleh : Aidah Robbi Rodhiyah

Hari masih pagi waktu itu. Seorang perempuan paruh baya terlihat sibuk menyediakan sarapan untuk anak dan suami di rumah sederhana berdinding papan. Setelah aktivitas rutin harian itu, saatnya Sang Ibu memulai pekerjaan sekaligus kegemarannya, bertenun songket. Suwanti namanya, ia merupakan satu dari ratusan ibu rumah tangga di Kecamatan Talawi, Kabupaten Batubara, Sumatera Utara, yang mengisi aktivitas sehari-hari dengan bertenun.

Di usianya yang ke-47 tahun itu, ia dengan semangat beranjak ke suatu pondok yang berada tak jauh dari kediamannya. Di pondok tersebut, terdapat kurang lebih delapan alat tenun terbuat dari kayu. Pondok tersebut tidak lain merupakan pabrik tenun tradisional milik Makmur.

Di pondok ini, Suwanti sudah ditunggu oleh enam penenun lainnya. Sebab, ia memegang peran penting dalam proses produksi songket di tempat ini, yaitu menentukan motif songket yang ditenun nantinya. Ia mengatakan bahwa songket batubara memiliki ciri motif yang berbeda dari daerah lainnya.Teknik yang digunakan untuk membuat songket juga masih memakai cara yang diajarkan orang tuaorang tua terdahulu, yakni menggunakan kayu. Terdapat beberapa step dalam proses produksi songket Batubara secara tradisional. Mulai dari tahap penggulungan benang, menyosok atau tahap memasukkan benang ke sisir khusus bernama karap, lalu tahap membuat motif atau mungut dan terakhir tahap menenun.

Kecamatan Talawi merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Batubara. Kecamatan tersebut memang dikenal sebagai daerahnya para pengrajin songket Batubara. Mulai dari usia yang sudah renta, hingga anak muda. Alasan mereka pun bervariasi. Ada yang menjadikannya mata pencaharian utama. Ada pula yang semata hanya menuangkan hobi. Sayangnya, songket yang merupakan warisan budaya yang melegenda keberadaanya tetap terancam punah. Di daerah ini, hanya tersisa tujuh wanita dengan usia renta yang mahir dalam tahap penggulingan benang. Meski terdengar sepele, langkah pertama dalam rangkaian produksi songket ini ternyata tidak begitu mudah. Tak heran hanya beberapa saja yang mampu melakukannya. Diantaranya adalah Misnah yang merupakan satu dari tujuh ahli penggulung benang songket Batubara yang tersisa. Ia kini telah menginjak usia yang ke-62 tahun dengan fisik yang tak sekuat dulu.Namun, ketajaman mata serta kepiawaian jemari Misnah tak perlu diragukan lagi. Hal itu sangat masuk akal mengingat ia sudah belajar tenun songket sejak umur 13 tahun. "Tinggal sedikit yang pandai gulung benang ini. Padahal kelihatannya mudah ya, " jelasnya. Di pelosok kampung, Zainab Saragih juga sudah setengah abad menekuni tenun songket. Dia berusia 67 tahun dan merupakan satu di antara penenun tertua.

Bagi Zainab, bertenun bagai kebutuhan wajib tiap hari. Ia memiliki delapan anak yang beberapa diantaranya juga pandai bertenun seperti dirinya. Semua itu diajarkan langsung oleh Zainab. Menurutnya mempelajari tenun akan sulit jika tidak sabar. Banyak orang yang awalnya tertarik namun setelah melakukannya malah bosan.

Selain Zainab, ada beberapa orang juga yang mewariskan keahlian bertenun pada anaknya. Seperti tiga anak gadis di tepi jalan yang terlihat tampak fokus belajar tenun songket. Mereka merupakan contoh anak muda yang memeroleh keahlian bertenun dari orang tua. Kabar gembira sekaligus secercah harapan di tengah ancaman terhadap kelestarian warisan nenek moyang. Salah satu dari tiga garis tersebut, Wirna Sari yang berusia 19 tahun bercerita bagaimana ia yang awalnya hanya mengikuti orang tuanya bekerja sebagai penenun kemudian lama kelamaan tertarik dan mengikutinya. Wirna dan temantemannya belajar tenun songket di pondok milik Makmur, suami dari Wan Aisyah.

Makmur berjuang meneruskan usaha mertuanya. Hal ini ia lakukan sejak lima tahun belakangan. Tepat di samping rumahnyalah ia membuka usaha mikro kecil menengah. Harga yang dipatok untuk satu helai songket bervariasi. Mulai dari ratusan ribu hingga puluhan juta. Sebelum pandemi Covid-19, terdapat 50 perajin songket yang bekerja dengannya. Kini, jumlah itu berkurang. Alasan utamanya adalah pemasaran yang tidak semulus dulu. Ia menjelaskan bahwa dahulu produknya bisa dijual hingga ke luar negeri namun semenjak pandemi pesanannya menurun dan karyawannya terpaksa harus berhenti kerja terlebih dahulu. Menurutnya pandemi ini berdampak sangat besar bagi usahanya. Dia bahkan terpaksa memakai sumber penghasilan lain demi menutupi gaji para karyawannya.

"Sekarang ini berjuang untuk bertahan saja sangat berat. Tapi kita coba pelanpelan, semoga saja bisa seperti dulu lagi, " kata Makmur mengakhiri.

PELESTARIAN ULOS DAN

Oleh : Aidah Robbi Rodhiyah

instagram.com/abitkain

Pelestarian wastra sudah seharusnya dilakukan demi menjaga salah satu kekayaan budaya Nusantara. Begitu pula dorongan untuk mempertahankan kain ulos yang merupakan wastra dari daerah Batak Toba. Semangat ini tercermin dari PT Toba Tenun Sejahtera yang mengupayakan regenerasi kain ulos. Tobatenun yang merupakan sebuah komunitas sosial turut mengedepankan isu pemberdayaan perempuan dan pengembangan komunitas perajin kain tenun di Sumatera Utara.

Kerri na Basari selaku founder dan CEO PT Toba Tenun Sejahtra menyampaikan pihaknya mendorong revitalisasi wastra nusantara, khususnya beberapa yang sudah terancam punah. Hal ini dibarengi dengan mengukuhkan ekosistem di baliknya, terutama pelaku dan perajin yang sering terabaikan dalam usaha melestarikan budaya.

Ia percaya bahwa pelestarian budaya harus jalan beriringan dengan upaya perubahan sosial dan memahami keseimbangan antara modernisasi dan budaya yang diperlukan untuk kebaikan masa depan.

Kerri mengimbuhkan, komunitasnya menyadari terdapat isu sistematis antara pelaku dan perajin wastra. Mulai dari adanya kemiskinan, eksploitasi oleh pengepul, upah yang kurang layak, dan isu sosial lain yang kompleks yang datang dari kemiskinan.

"Maka dari itu, Tobatenun dekat dengan nila-nilai social enterprise dan sustainable development, " tambahnya. Kerri bersama dengan Tobatenun ingin mengembalikan budaya wastra ke asal muasalnya yakni menggunakan cara-cara tradisional mulai dari material alam, serat, atau pun pewarnaan, maupun teknik yang banyak hilang dan hampir punah. Seiring dengan itu, ada pula upaya peningkatan sosial ekonomi pelaku seni daerah.

Pendekatan yang dilakukan

Kerri yakni pelestarian dan revitalisasi budaya dari perspektif gender atau sejalan dengan upaya pemberdayaan perempuan. Ia berpikir bahwa wastra dan isu perempuan memiliki hubungan yang erat dimana hampir 90 persen pelaku di balik wastra yakni perempuan.

43

Menurut Kerri, isu perempuan akan berkaitan dengan isu-isu yang dihadapi oleh wastra Indonesia ke depan. Pihaknya juga tertarik mengusung isu kontemporer dan mengembangkannya dengan warisan budaya karena modernisasi itu baik, namun tetap mencari keseimbangan antara keduanya.

"Ulos itu yang memegang, membuat, dan memberikan harapan adalah perempuanperempuan di baliknya yang sering sekali menjadi second class citizen, " kata Kerri.

Isu pemberdayaan dianggap sangat penting karena tanpa adanya perempuan yang menciptakan alatalat adat ataupun budaya tersebut, budaya itu juga akan hilang. Harus diingat juga kalau yang selama ini menjaga warisan budaya tersebut adalah perempuan batak atau perempuan Indonesia.

TOBATENUN JUGA MENGADAKAN LOKAKARYA UNTUK PARA PENENUN YANG TAK HANYA BICARA SOAL TEKNIS MENENUN YANG LEBIH DALAM, NAMUN JUGA FOKUS DENGAN SOFT SKILL. FOKUS TERSEBUT DIARAHKAN KEPADA ISU PEREMPUAN, KONSELING KDRT, ISU REPRODUKTIF, JUGA ISU KESEHATAN SEPERTI FISIOTERAPI.

Lebih jauh mengenal kain khas Sumatera Utara

Kain Ulos merupakan kain khas Sumatra Utara warisan nenek moyang suku Batak. Tiga warna yang menjadi dominan kain Ulos yaitu merah, hitam dan putih.

Ulos ditetapkan oleh Kemendikbud sebagai warisan budaya tak benda Indonesia pada tanggal 17 Oktober 2014 yang sekaligus dijadikan sebagai Hari Ulos Nasional.

Mengulosi merupakan kegiatan yang sangat penting dalam budaya Batak. Mengulosi memberikan filosofi kehidupan manusia, Filosofi itu yaitu darah, nafas dan kehangatan. . Ulos dipercaya bisa memberikan kehangatan selain matahari dan api karena dulu nenek moyang berasal dari wilayah yang bersuhu tinggi Ulos tidak boleh diberikan kepada sembarang orang. Terdapat aturan yang harus dipenuhi. Ulos hanya diberikan kepada kerabat di bawah permberi saja, Selain itu jenis Ulos yang diberikan hasrus sesuai dengan penerima.

Penggunaan kain Ulos terdapat 3 macam. Pertama yaitu Siabithonon. Siabithononon merupakan Ulos yang dipakain ke tubuh menjadi baju atau sarung. Kedua Sihadanghononhon. Sihadanghonohon merupakan Ulos yang dikenakan di bahu. Ketiga yaitu Sitalitalihononhon. Sitalitalihononhon merupakan kain Ulos yang dipakai sebagai ikat kepala.

/03

Oleh : Nurhayati

Pelatihan Peningkatan Inovasi Desainer Watra bagi Pelaku UKM Binaan Dekranasda di Le Polonia Hotel Medan telah dibuka oleh Ketua Dekranasda Sumatera Utara Nawal Lubis.

Peluang di era new normal seperti sekarang ini harus dimanfaatkan sebaik-bainya. Dunia fashion yang semula meredup karena adanya pandemic harus dibangkitkan kembali khususnya wastra. Pelatihan ini diharapkan dapat mendorong pelaku UKM maupun desainer lokal agar semakin kreatif mengembangkan usahanya. Mereka harus terus berinovasi dan kreatif agar kain tradhisional tidak tertinggal dan dilupakan. Pelatihan UKM ini dilaksanakan selama dua hari dan telah diikuti oleh 40 orang peserta dari berbagai wilayah di Sumatera Utara.

Oleh : Nurhayati

Suherman mengatakan “ kegiatan ini bertujuan menambah pengetahuan bagi individu dalam meningkatkan pengetahuan agar dapat menghasilkan mahakarya yang diminati oleh khalayak dengan memberikan pelatihan digital platform sehingga memudahkan pemasaran hasil karya mereka.

ArtistoftheMonth

Oleh:Nurhayati

Martha Simanjuntak atau sering disapa dengan mbak atha merupakan seorang founder IWITA (Indonesia Women IT Awareness). Melalui IWITA beliau banyak mengkampanyekan bagaimana pembelajaran dan penerapan teknologi bagi kaum wanita. Selain itu, kini berkat kecintaanya terhadap kain Ulos beliau muali berjuang untuk membawa Ulos dikenal oleh masyarakat luas. Menurutnya, kain Ulos bukan hanya sebagai kain pengikat saja namun sebagai simbol pengikat kasih dan sayang sesama. Alasan ini yang membuat beliau mendirikan Chatha Ulos.

CHATHAULOS

Chatha Ulos merupakan sebuah usaha dibidang fashion dengan ciri khas kain Ulos. Chatha Ulos berlokasi di Jl. Mulyorejo, Surabaya.

"Ijukpangihotnihodong,Ulos Pangihotniholong.

"Jika ijuk adalah pengikat pelepah pada batangnya, maka ulos adalah pengikat kasih dan sayang antar sesama

CHATHA ULOS

Chatha Ulos memproduksi busana ready to wear dengan model modern namun tetap tidak meninggalkan nilai filosofisnya . Agar setiap motif tetap utuh dan syarat akan makna, Martha sebagai owner Chatha Ulos memproduksi tanpa ada potongan dari atas hingga bawah. Selain itu, ias selalu berhati - hati dalam memilih jenis Ulos.

Martga Simanjutak menggunakan 3 jenis motif Ulos untuk membuat busana yang cocok dikenakan segala umur dengan tetap berpegang teguh dengan prinsip - prinsip budaya. Tiga jenis motif tersebut yaitu Ulos Sadum, Ulos Mangiring, dan Ulos Ragi Hotang.

Nama Chatha diambil dari nama Charles dan Martha dengan harapan beliau dapat membangun bisnisnya dengan sakinah kesetiaan dan dedikasi yang tinggi.

Chatha Ulos tidak hanya sebatas memproduksi busan wanita saja, namun Chatha juga memproduksi kemeja laki-laki.

C H A T H A K A T A L O G

Beautiful Blue in Ulos Sibolang

Busana wanita ready to wear berupa dress berlengan panjang berbahan dasar jenis ulos motif Sibolang.

Ethnic with K.I.I.S.S

Keep It Simple Self

Outer berbahan dasar Ulos Sadum berwarna cerah memberikan motivasi yang kuat dalam bersuaka cita dan semangat dalam menjalankan aktivitas sehari - hari. Ulos meskipun digunakan menjadi pakaian ready to wear tidak terkesan kuno meskipun dipadukan dengan jenis kain lainnya.

Various Model

Dengan model yang simpel cocok dikenakan untuk menunjang aktivitas sehari hari namun tetap terlihat trendy dengan gaya up to date

KATALOG CHATHA

Limited Edition

chathaulos Ulos Sadum

Oleh:Nurhayati

Edwin Hutabarat merupakan seorang desainer terkenal yang menyukai kain tradhisional Indonesia yang syarat akan makna. Kecintaan tersebut sering ia tuangkan dalam karya – karyanya. Ia selalu menggali dan mengeksplor kain warisan budaya Indonesia agar kain tersebut tetap eksis di tengah tren saat ini yang identik dengan busana gaya barat.

Inovasi yang ia buat adalah menciptakan busana gaya fashion modern ala Manhattan berbahan dasar Ulos. Edwin menampilkan karyanya pada pagelaran busana di Hari Ulos Nasional dengan menyajikan 50 look yang berbeda. Karyanya kali ini banyak bermain dengan siluet busana yang longgar dengan layering sehingga dapat dikenakan baik pria maupun wanita.

Ulos merupakan warisan leluhur yang syarat akan makna sehingga Edwin tak sembarangan dalam mengolah kain ini. Busana yang diciptakan tidak asal tempel tetapi mengalir berdasarkan jiwa sehingga natural tidak dibuat – buat. Beliau berharap orang – orang yang memakainya tidak asal pakai tetapi mereka tahu apa yang sedang mereka pakai.

"ULOS IN INNOVATION"

Koleksi Edwin dengan tema Ulos kali ini yang terdiri dari outer, atasan, bawahan hingga masker dengan tujuan agar dapat dipakai ke dalam busana sehari – hari. Look yang ditampilkan adalah tahan lama, modis, berkualitas, fungsional dan santun.

Setiap menciptakan suatu karya, Edwin tidak pernah memperhitungkan permintaan pasar, namun beliau yang menggiring publik untuk menikmati hasil karyanya. Edwin tidak pernah berambisi dalam menciptakan suatu karya. Semua karyanya akan lahir dan keluar begitu saja tanpa bisa diprediksi.

Oleh : Aidah Robbi Rodhiyah

Kain ulos khas suku Batak, Sumatera Utara merupakan salah satu kekayaan budaya Indonesia yang wajib dilestarikan. Meski begitu, dibutuhkan sebuah inovasi agar kain ulos bisa lebih dikenal di kalangan anak muda.

Kain Ulos dibuat dengan cara ditenun. Setiap ulos Batak yang dibuat memiliki arti dan kegunaan yang berbeda-beda.

Bagi masyarakat Sumatera Utara sendiri kain ulos berfungsi sakral ataupun simbolis. Sebagai fungsi sakral, Ulos Batak digunakan untuk mangulosi (menguloskan) kerabat dan tamu kehormatan. Kegiatan tersebut melambangkan kasih sayang, harapan kebaikan, dan pemberian restu. Adapun ulos Batak sebagai fungsi simbolis sering dikenakan pada kegiatan upacara-upacara adat. Namun, pada zaman modern ini, banyak orang yang tidak memahami kain ulos, baik dalam cara pembuatan maupun pemakaiannya.

Oleh karena itu, untuk mempertahakan eksistensi dan mengenalkan ulos pada masyarakat, Batak Center mengadakan Ulos Fest 2019 untuk memamerkan ulos Batak secara utuh. Acara ini diisi berbagai kegiatan seperti diskusi, pameran busana (fashion show), bazar, jelajah museum, atraksi seni, dan tari tortor.

Lewat tema "Motif, Ragam, dan Makna Ulos, diharapkan masyarakat dapat memahami ragam pendayagunaan ulos.

Selain itu, diprakarsai pula usaha untuk melakukan inovasi terhadap ulos agar kain itu tidak tertinggal oleh zaman, dan bisa dikenakan sebagai pakaian seharihari.

64

Nina Maftukha, SPd, MSn, dosen Fakultas Desain dan Seni Universitas Mercu Buana, mengatakan "Kain ulos batak tetaplah ulos Batak. Yang kita inovasikan adalah materialnya, tekniknya, dan fashion,

Dari segi material, ulos bisa saja disesuaikan dengan produk yang akan dibuat. Misalnya ingin membuat pakaian, maka dapat menggunakan material yang nyaman seperti kain katun atau bahan lainnya.

Menurutnya juga, Inovasi dapat dilakukan dari segi teknik pembuatan. Jika biasanya ulos dibuat dengan cara ditenun, maka dapat dibuat versi dengan cara print atau disablon.

Dari segi fashion, motif ulos Batak dapat diterapkan pada pakaian. Dengan demikian, masyarakat makin mengenal ragam dari motif ulos. "Intinya, inovasi harus terus dilakukan karena tradisi tanpa inovasi akan mati, " tambah Nina. Tidak dapat dipungkiri bahwa beberapa orang kurang setuju terhadap inovasi yang dilakukan pada ulos karena akan menghilangkan aspek kesakralannya. Mereka berpendapat bahwa ulos Batak harus dibuat dengan cara tradisional dan digunakan sebagaimana mestinya sesuai adat.

"INOVASI ULOS BATAK DIHARAPKAN TIDAK MELEPASKAN NILAI-NILAI BUDAYA YANG TERKANDUNG DI DALAMNYA. JANGAN SAMPAI SEBUAH INOVASI MERUSAK NILAI LUHUR BUDAYA DAN FILOSOFI YANG ADA PADA ULOS BATAK.

Kain tenun merah keemasan dipadukan dengan mahkota sortali

Tas Etnik Kain Ulos

Oleh : Nurhayati

Product Preview

Kain Ulos merupakan kain tenun tradhisional yang berasal dari suku Batak. Terdapat berbagai macam motif dan warna dari kain tenun ini. Selain pakaian, Ulos juga dapat dijadikan berbagai kerajinan lain salah satunya adalah tas . Tas kain Ulos dapat menjadi salah satu cara lain melestarikan budaya berupa kain warisan nenek moyang agar dapat diterima di semua kalangan dan tidak lekang oleh zaman.

Dulu kain Ulos hanya dikenakan saat acara formal atau acara adat saja. Selain itu, peminat kain ini sebagian besar berasal dari kalangan orang tua. Namun dengan inovasi tas etnik kain Ulos, anak muda menjadi tertarik dan berminat untuk menggunakan salah satu kerajinan produk fesyen ini.

Product Catalog

Ta Jinjing

Totebag

Tas Ulos dapat dibuat dengan memanfaatkan kain perca Ulos dari sisa – sisa produksi. Kain perca yang biasanya dianggap kurang bernilai dan hanya sebagai limbah dapat menjadi barang bernilai dan memiliki nilai ekonomi tinggi. Selain itu, kegiatan ini dapat mengurangi pencemaran lingkungan akibat kain perca yang hanya dibuang ataupun dibakar sia – sia dan menimbulkan pencemaran udara.

Pembuatan tas etnik berbahan dasar kain Ulos dimulai dengan pembuatan desain. . Desain tas yang dibuat harus sesuai dengan prinsip –prinsip desain yaitu kesatuan, keseimbangan dan irama. Desain yang telah selesai kemudian lanjut pada tahap pemotongan bahan dan menjahit. Tas dapat dikreasikan dengan bahan polos atau kain perca lainnya agar hasilnya tidak monoton.

Tas berbahan dasar Ulos ini dapat dibuat dalam berbagai macam jenis tas seperti tas ransel, totebag, tas laprop, slingbag dan masih banyak lagi. Tas ini dapat menjadi tren baru dikalangan anak muda terlebih bagi orang – orang yang tertarik dengan kebudayaan lokal. Tas Ulos memiliki keunikan tersendiri dan mencerminkan kebudaayaan Sumatera Utara yaitu kebudayaan Batak.

SELAYANG PANDANG WASTRA SUMATERA UTARA BERSAMA PEMUDA ASAL NIAS

Oleh : TIM

Nelis Febriani Manao merupakan seorang pemuda asal Nias Selatan, Sumatera Utara yang sedang berkuliah di salah satu Universitas di Yogyakarta. Ia tertarik untuk membagikan pengetahuannya mengenai wastra dari kampung halamannya itu. Nias Selatan adalah kabupaten di Pulau Nias, Sumatra Utara, Indonesia. Nias Selatan sebelumnya adalah bagian dari Kabupaten Nias. Mayoritas penduduknya berasal dari suku nias dan beragama kristen. Pada wawancara yang kami lakukan, kami menanyakan kepada Nelis seputar wastra dari Sumatera Utara. Terdapat beberapa wastra sumatera utara yang diketahuinya seperti Ulos Batak, Uis Karo, serta kain yang berasal dari Nias yakni Baru. Secara umum, Baru dalam bahasa Nias berarti baju. Namun secara kontekstual, Baru dalam hal ini merujuk pada kain penutup bagian atas yang dibentuk menyerupai baju, yang terbuat dari bahan-bahan nabati seperti kulit kayu, serat, serta batang tumbuhan tertentu. Baru digunakan layaknya pakaian sehari-hari. Pada zaman dahulu untuk laki-laki Baru digunakan sebagai pelindung dalam perang.

Di antara keragaman wastra Sumatera Utara, nama Baru memang agak asing didengar. Nelis juga mengakui bahwa memang Baru sudah mulai tergantikan oleh tekstil modern saat ini.

“Proses pembuatannya cukup panjang dan rumit, bahkan ada yang hingga memakan waktu sampe satu bulan. Harganya juga relatif mahal dibanding kain modern yang ada di pasaran saat ini. Kan, orang jaman sekarang lebih suka yang hemat dan praktis, ” jelasnya.

Cara pembuatan Baru dengan Ulos maupun wastra lainnya yang ada di Sumatera Utara hampir sama yakni ditenun. Namun jika dibandingkan dengan Ulos, Baru memang tidak terlalu bervariatif. Walaupun begitu, hal tersebut tidak menurunkun nilai Baru sebagai sebuah bagian dari kekayaan budaya dan membuatnya layak untuk dibiarkan punah. Selaku salah satu generasi muda dari Nias Selatan, Nelis mengaku merasa bersalah dan prihatin akan hal tersebut. Menurutnya banyak hal yang bisa dilakukan guna mempertahankan eksistensi dari wastra tersebut.

“Harapan saya semoga wastra Sumatera Utara khususnya untuk Baru tidak ditinggalkan begitu saja karena Baru maupun wastra lainnya merupakan sesuatu yang berharga yang harus dilestarikan.

P O S T I N G A N

@ t o b a f a s h i o n w e e k

E D I S I S U M A T R A U T A R A

W a r d r o b e : U l o s C o l l e c t i o n b y T r i s n a P a r d e d e ( @ t r i s p d d ) M U S E : G e t i t a G i n t i n g ( @ g e t h i t h a _ _ ) M a k e U p a n d H a i r d o : I l e n R o s i S i t o r u s ( @ h e m a b e a u t y s a l o n ) T o t o H i d a y a t ( @ t o t o m a n a g e m e n t ) S t y l i s h : I c h a n H u t a p e a ( @ r u m a h _ k r e a t i f _ i b ) G u e s t P h o t o g r a p h e r : @ d i a n . m a n i k r a j a T e a m V i s u a l : @ d a r i t o b a @ t o m a d r e a @ r i w a n t o t a m b u n @ d . s t o r y g r a p h y @ f r a n s m a g e l @ r o n n y _ m a n u r u n g 1 7 O f f i c i a l s : @ a l f r e d l a b a n @ r a s i d p a r d e d e @ d e b o r a c p r d s @ _ y 2 p 3 M e d i a : @ e d w a r d . l i m b o n g B a t a k T r i b e T h e m e

P h o t o s h o o t S e r i e s f o r F a c e o f T o b a P a r t o f T o b a F a s h i o n W e e k

L o c a t i o n : I s t a n a R a j a S i s i n g a m a n g a r a j a , B a k a r a S u m a t e r a U t a r a

D I J A K A R T A F A S H I O N W E E K 2 0 2 0

Oleh : Ziro’atus sa’adah

Kekayaan seni, budaya, dan adat istiadat bangsa Indonesia sudah tidak perlu diragukan lagi. Keberagamannya telah menakjubkan dunia. Ada lebihdari 600 bahasa lokal, lebih dari 17 ribu pulau, multi-etnisnya suku, serta alamnya yang mempesona, menjadi warna kekhasan Indonesia.

Maka Negara Indonesia yang memiliki keistimewaan dalam hal sumber daya alam Indonesia yang melimpah menjadikan Indonesia sebagai negara yang potensial dalam penyediaan dan pengelolaan bahan alam, terutama dalam hal industri khususnya dalam industri tekstil.

Kondisi inilah yang menuntut kita untuk dapat mengeksplor sumber daya alam secara benar, salah satunya sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan sebagai zat warna alam. Salah satu teknik pengolahan tekstil dengan pewarna alam adalah ecoprint dan istilah lainnya dalam dunia eco fashion.

Dengan begitu banyak pilihan kain, pemanfaatan material alam dengan ecoprint dapat diolah dan diaplikasikan pada busana.Industri busana merupakan salah satu dari tiga penyumbang terbesar dari sektor ekonomi kreatif dan memberikan kontribusi sebesar 18,15% pada pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Namun seiring dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, gaya berbusana selalu berubah dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, produsen pakaian perlu mengantisipasi terhadap perubahan gaya dan tren busana.

Seperti yang dilakukan pegiat kain Humbang Kriya, binaan Rumah Kreatif Sinar Mas di Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatra Utara. Dalam pagelaran busana Jakarta Fashion Week 2020 mereka menampilkan koleksi yang mengusung konsep Eco Fashion tersebut di Senayan City, Jakarta Pusat.

Kreasi busana Humbang Kriya yang dipamerkan di JFW, merupakan karya dari kerjasama dengan label fashion Purana dan desainer Windy Chandra. Dengan kreasi yang bertajuk ‘Laboring Love, Weaving HOPE’ yang terdiridari 34 look dari Purana dan 14 rancangan busana karya Windy Chandra seluruhnya dibuat dari beberapa jenis kain Humbang Kriya yaitu Humbang Shibori, Humbang Batiq, Tenun Songket Humbang dan yang paling menarik tentunya adalah Humbang EcoPrintnya.

SUMUT FASHION WEEK 2022

Oleh : Ziro’atus sa’adah

Salah satu event yang dinanti-nantikan oleh para pesolek adalah Sumut Fashion Week 2020, yang pastinya menghadirkan rangkaian pagelaran busana dari berbagai label mode dan desainer tanah air di Atrium Mal Centre Point, Kota Medan.

Karena bukan hanya menjangkau desainer Sumatra Utara saja tapi dari Jakarta, Surabaya, Solo, Yogyakarta, Bandung, Pekanbaru juga. Ada sekitar 16 desainer, ada juga selain dari Kota Medan. Hampir 70 desainer yang ikut berpatisipasidalam event ini.

Di lokasi acara ,berbagaikota/kabupaten juga ikut memeriahkan dengan membuka stand booth UMKM kerajinan dan produk andalan mereka.

Fashion Week atau pekan mode merupakan ajang bagi perancang busana, merek busana, brand fashion maupun industri untuk memamerkan produk atau koleksi andalan mereka .

Sesuai namanya, penyelenggaraannya hanya dilakukan selama kurang lebih satu pekan. Dalam event ini, setelah acara pembukaaan tepuk tangan yang meriah dihadiahkan pengunjung kepada puluhan model yang berlenggak-lenggok di atas catwalk.

Para model mengenakan busana yang menarik bagaikanburung merak dan para model tersebut berhasilmemukau pengunjung yang datang.

Event ini diharapkan menjadi momen untuk membangkitkan lagi perekonomian masyarakat yang sempat lesu karena pandemi Covid-19 mempromosikan budaya daerah bukan hanya sekedar rencana dan wacana tanpa aksinyata

Tapi terbukti dengan banyakwisatawan untuk datang dan menikmati suasana sambil melihat-lihat produk-produk yang dipromosikan semakin menjadi peluang untuk go internasional.

MEDAN CITAYAM FASHION WEEK 2022

Oleh : Ziro’atus sa’adah

Belakangan ini fenomena anak muda adu outfit, bergaya di jalanan yang membuat macet ,penampilan yang unik,nyentrik,aneh menjadi perbincangan warganet. Ada apakah gerangan ?.

Di Sumatra Utara, ada Kesawan Fashion Week yang terinspirasi dari 'Citayam Fashion Week' yang awalnya digelar sejumlah anak muda di Jakarta, setiap akhir pekan, anak-anak muda di Sumatra Utara ini bergaya layaknya model dan berjalan lenggak lenggok di atas zebra cross

tepatnya di persimpangan PT London Sumatera (Lonsum). Ada juga di persimpangan lampu merah di depan Merdeka Walk Medan.

Fenomena ini mempunyai dapak positif dan negatif, pro dan kontra. Pro sebagai sarana bagi remaja untuk mengungkapkan diri mereka masing-masing melalui sebuah busana fashion. Selain itu, kreatifitas para remaja sebagai konten creator di media sosial meningkat karena tren ini.

Tak perlu mahal dan mewah, para remaja tampil percaya diri dengan penampilannya yang nyentrik,unik dan bergaya.Kontra karena aktivitas berlenggak-lenggok sangat menggangu aktivitas pengguna kendaraan bermotor di lokasi pertunjukan fashion week jalanan itu.

Akirnya polisi melarang, Pertama kegiatan itu mengganggu lalu lintas, kemudian tidak ada izin, yang bertanggungjawab siapa?.

Maka point yang bisa kita ambil adalah setiap kegiatan harus ditempatkan pada tempatnya dan tidak menggangu dan merugikan orang lain hanya karena ingin tampil hebat,tampil beda.

Sesuatu yang bermanfaat pasti terasa sedangkan yang hebat,tampil beda kadang Cuma untuk pandangan mata.Sebagai generasi muda aspirasi dan keterbukaan espresi boleh namun harus sesuai tempatnya dan moralnya.

“Itu kan fasilitas umum, itu kan jalan raya, seperti kita ketahui mereka kan melaksanakan kegiatan itu pada saat aktivitas jalan raya lagi padat padatnya. Kalau tiba-tiba ada yang ngebut, tertabrak, ini kan menjadi persoalan ” .

CONSULTANT INDONESIA (SDCI) SONY SUSMANA

M E D A N C I T A Y A M F A S H I O N W E E K 2 0 2 2

LAKE TOBA FASHION WEEK 2023

Oleh : Ziro’atus sa’adah

Diketahui Pemerintah Provinsi Sumatera Utara bersama delapan Kabupaten/Kota se kawasan Danau Toba akan menyelengggarakan Toba Fashion Week di tahun 2023 mendatang.

Menjadikan event ini momen untuk membangkitkan lagi perekonomian masyarakat luas dan promosi.Promosi wisata, tradisi, budaya, serta kearifan lokal di kawasan Danau Toba, Sumatera Utara.

Di ajang ini banyak potensi Daerah se kawasan Danau Toba yang akan mengambil banyak peran penting terselengaranya event ini. Pada rapat bersama persiapan “Lake Toba Fashion Week 2023” di Kantor Bupati Humbang Hasundutan, Senin (05/12/2022).

Yang dihadiri Ketua Dekranasda se Kawasan Danau Toba. Pada kesempatan ini, Ny. Juniatry Franc Tumanggor banyak memberi masukan dalam rapat ini.

“Kita harus benar-benar bisa manfaatkan event ini, memperkenalkan banyak potensi dan produk lokal kita, baik kerajinan, UMKM, pertanian, objek wisata dan lainnya kepada seluruh dunia, dan untuk tujuan itu kami siap mendukung pelaksanaan event ini, …… Ada banyak produk lokal dan produk UMKM kami yang butuh pemasaran, butuh banyak promosi, butuh banyak pengenalan, semoga dengan adanya even ini, produk-produk kami bisa semakin dikenal masyarakat luas,

’’ jelasnya.

FAKTA UNIK ULOS

1Ulos tidak hanya digunakan oleh orang Batak saja, namun bisa digunakan oleh non Batak dan diartikan sebagai penghormatan dan kasih sayang kepada penerima ulos

Pada umumnya ulos memiliki makna tersendiri serta aturan pemekaian tersendiri, sehingga fungsinya tidak bisa saling ditukar

3Ulos yang memilki makna leksikal 'selimut' mengandung tiga konsep kehangatan yaitu Matahari, Api, dan Ulos

2

Dipakai di badan, dililit di kepala, dan dililit di pinggang merupakan 3 cara untuk memakai ulos

5Banyaknya jenis ulos membuat orang-orang di Sumatera Utara sulit mengingatnya semua jenis tersebut.

4

Pada awalnya ulos berfungsi sebagai penghangat tubuh. 6

7Bahan ulos sebenarnya tidaklah kaku dan sulit dibentuk, tapi memiliki tekstur lembut

Setiap satu helai ulos, membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk membuatnya

9Ulos yang memilki makna leksikal 'selimut' mengandung tiga konsep kehangatan yaitu Matahari, Api, dan Ulos

8

Tidak hanya memiliki makna dan filosofi, ulos juga memperlihatkan status sosial seseorang.

11 k Ulos ehid memberikan gambaran upan mulai dari kelahira mengenai lingkaran n, pernikahan, hingga kematian.

10

Terdapat 19 jenis ulos yang bernilai seni tinggi 12

This article is from: