2020 Koreana Summer(Indonesian)

Page 1

MUSIM PANAS 2020

SENI & BUDAYA KOREA

FITUR KHUSUS

Sebelum K-Pop

VOL. 9 NO. 2

ISSN 2287-5565


CITRA KOREA


SPIRITUALITAS KECAMBAH

H

anya beberapa meja dan kursi yang tersisa di ruang kelas yang besar. Lagi pula, anakanak harus duduk berjauhan. Begitulah yang terlihat di ruang kelas saat COVID-19 mengamuk dan menjaga jarak sosial menjadi hal baru. Tiga puluh tahun yang lalu, sekolah-sekolah di Korea tampak sangatlah berbeda. Pendaftaran yang membengkak memaksakan tempat duduk berdempetan yang disebut “ruang kelas kecambah”. Cara kami duduk begitu dekat bagaikan kecambah tumbuh - bersesakan erat dalam guci. Dalam kehangatan ruang-ruang penuh itu, kami menemukan kenyamanan bersama. Kecambah, atau kongnamul, adalah sayuran favorit di Korea. Selama berabad-abad, kedelai telah ditanam dalam jumlah besar di Asia Timur Laut. Di rumah, kedelai pertama-tama direndam dalam air dan kemudian ditempatkan dalam guci besar dengan lubang di bagian bawah. Guci itu disimpan di tempat teduh dan disiram beberapa kali sehari. Dalam seminggu, kecambah panjang dengan kepala kuning dan batang putih memenuhi guci. Ketika kacambah mulai tumbuh, mereka menghasilkan aroma yang menyenangkan. Meskipun kadar proteinnya sedikit turun, kecambah tumbuh kaya serat dan asam amino, serta vitamin C, yang benar-benar kurang dalam kedelai yang sesungguhnya. Seratus gram kecambah kedelai mengandung vitamin C tiga kali lebih banyak daripada apel dalam jumlah yang sama. Dan ujung kecambah berbulu halus mengandung asparagine mampu meredakan mabuk. Oleh karena itu kecambah digunakan dalam sup yang biasa dimakan setelah seseorang terlalu banyak minum. Mudah didapat dan murah, kecambah dimakan dengan berbagai cara: direbus dan dibumbui untuk dijadikan lauk, dimasak dalam sup, atau dikukus dengan nasi. Saya tumbuh di pedesaan pada saat keluarga hidup berdikari. Bagi saya, suara air mengalir melalui guci kecambah yang terletak di sudut gelap kamar saya seperti langkah kaki yang membawa masa kecil saya. Setiap hari sepulang sekolah, saya akan membuka kain rami dari guci dan mendaur ulang air yang telah terkumpul di sebuah mangkok besar di bawahnya, menggunakan labu terbelah, sebagaimana dilakukan nenek saya. Airnya langsung terkuras. Bagaimana kecambah bisa tumbuh jika airnya cepat kering? Namun mereka bertunas dengan sangat cepat. “Latihan spiritual adalah tentang kebiasaan. Kata-kata dan perilaku Anda yang diulang-ulang menjadi bagian dari Anda dan tidak dapat disembunyikan. Hal itu laksana mengumpulkan cahaya demi menyalakan lampu untuk jalan menuju pencerahan. Hal yang sama berlaku dalam kehidupan. Meskipun air hanya membasahi mereka sebentar, kecambah tumbuh jika disiram berulang kali. Demikian juga, kata-kata dan perilaku sehari-hari Anda akan menjadi kebiasaan, yang pada akhirnya akan mengubah nasib Anda.” Begitulah tutur abbot Dongeun di Kuil Cheoneun. Kim Hwa-young Kritikus Sastra; Anggota Akademi Seni Nasional © Ahn Hong-beom


Dari Redaksi

PEMIMPIN UMUM

PANDEMI DI TENGAH MUSIM PANAS

DIREKTUR EDITORIAl

Kim Seong-in

PEMIMPIN REDAKSI

Koh Young Hun

DEWAN REDAKSI

Han Kyung-koo

Benjamin Joinau

Jung Duk-hyun

Kim Hwa-young

Kim Young-na

Koh Mi-seok

Charles La Shure

Song Hye-jin

Song Young-man

Musim panas di Korea dimulai bulan Juni dan mencapai puncaknya pada Agustus. Suhu udara ketika itu sangat panas dan lembab. Keadaan seperti tentu membuat tidak nyaman. Demi menghindari sengatan matahari, orang Korea akan naik gunung, menikmati angin laut di pantai, atau berkunjung ke lembah. Bahkan, pada musim panas banyak warga Korea melakukan perjalanan ke luar negeri, entah untuk belajar, berjalan-jalan, atau berbisnis. Hanya kali ini musim panas menjadi berbeda ketika pandemi corona melanda. Sempat melandai, tiba-tiba kasus corona meningkat lagi di Korea. Penyebabnya ialah sebuah klub malam di Itaewon. Pemerintah tidak tinggal diam, Perdana Menteri Chung Sye-kyun memerintahkan para pejabat untuk menemukan 1.510 orang yang pernah berkunjung ke klub tersebut. Tindakan yang sungguh cepat. Karenanya, banyak negara di dunia yang belajar dari Korea dalam menanggulangi pandemi tersebut. Kerja sama antar negara memang diperlukan untuk menangani virus ini. Dalam konteks musik populer Korea sejak Perang Korea, musik rock pernah dianggap sebagai virus yang dapat merusak moral generasi muda. Akibatnya musik rock pernah mengalami nasib buruk, termasuk para musisi. Di samping musik rock dalam Koreana edisi musim panas 2020 ini akan diungkap secara mendalam perihal musik pop, balada, trot, jazz, indie, bahkan musik tarian. Perjalanan musik di Korea menggambarkan bagaimana sesungguhnya publik Korea sangat membutuhkan musik dalam hidupnya. Selain mengedepankan ‘musik Populer Korea sejak Perang Korea’ dalam fitur khusus, edisi kali ini akan menyajikan Biwon Tteokjip sebagai toko kue beras yang dikenal dengan resep-resep istana yang diturunkan dari zaman Joseon, kritik dalam film tentang bencana, cerita pendek “Upacara Abu”, dan sebagainya. Selamat membaca hidangan Koreana edisi ini. Jangan lupa selalu jaga kesehatan di tengah pandemi Covid-19.

Lee Guen

Kim Eun-gi

DIREKTUR KREATIF

Kim Sin

EDITOR

Ji Geun-hwa, Ham So-yeon

PENATA ARTISTIK

Kim Ji-yeon

DESAINER

Jang Ga-eun,

Yeob Lan-kyeong

TIM PENERJEMAH

Koh Young Hun

Kim Jang Gyem

Evelyn Yang

Lee Yeon

Shin Soyoung

Lee Eun Kyung

PENYUNTING

Tengsoe Tjahjono

PENATA LETAK

Kim’s Communication Associates

DAN DESAIN

44 Yanghwa-ro 7-gil, Mapo-gu

Seoul 04035, Korea

www.gegd.co.kr

Tel: 82-2-335-4741

Fax: 82-2-335-4743

Harga majalah Koreana per-eksemplar di Korea W6.000. Di negara lain US$9. Silakan lihat Koreana

Koh Young Hun Pemimpin Redaksi Koreana edisi Bahasa Indonesia

halaman 88 untuk berlangganan.

SENI & BUDAYA KOREA Musim Panas 2020 PERCETAKAN EDISI MUSIM PANAS 2020 Samsung Moonwha Printing Co. 10 Achasan-ro 11-gil, Seongdong-gu, Seoul 04796, Korea Tel: 82-2-468-0361/5 Diterbitkan empat kali setahun oleh THE KOREA FOUNDATION 55 Sinjung-ro, Seogwipo-si, Jeju-do 63565, Korea http://www.koreana.or.kr

© The Korea Foundation 2020 Pendapat penulis atau pengarang dalam majalah ini tidak haurs selalu mencerminkan pendapat editor atau pihak Korea Foundation. Majalah Koreana ini sudah terdaftar di Kementerian

“Tanpa Batas 33” Gosce 2019. Bahan campuran di atas kanvas, 117 × 91 cm.

Budaya, Olahraga, dan Pariwisata(No. Pendaftaran Ba 1033, 8 Agustus 1987), Korea sebagai majalah triwulanan, dan diterbitkan juga dalam bahasa Inggris, Cina, Prancis, Spanyol, Arab, Rusia, Jepang, dan Jerman.


FITUR KHUSUS

Sebelum K-Pop: Musik Popular Sejak Perang Korea 04

FITUR KHUSUS 1

Eighth Army Show AS dan Pertumbuhan Musik Pop Korea Lee Kee-woong

10

FITUR KHUSUS 2

Trot, Balada, dan Musik Tarian Zhang Eu-jeong

16

FITUR KHUSUS 3

Dari Shin Joong-hyun Sang Legendaris Musik Rock Hingga Musik Indie SeoJeong Min-gap

22

FITUR KHUSUS 4

Musik Populer Zaman Media Baru Kim Zak-ka

Kim Sisters pada tahun 1950-an; kisahnya di halaman 14. © Atas seizin Zhang Eu-jeong

26

FOKUS

46

JATUH CINTA PADA KOREA

Konsep Ruang Bong Joon-ho

Seni Campuran dan Seni Gerak

Song Seo-yeon

Cho Yoon-jung

64

HIBURAN

Membaca Dunia Batin Orang Korea dalam Cerita Pendek Jung Duk-hyun

32

WAWANCARA

50

DI ATAS JALAN

68

GAYA HIDUP

Dua Vaksin untuk Menghadapi Pandemi

Walau Hubungan Terputus, Kenangan Tetap Abadi

Kang Yang-gu

Lee Chang-guy

Kim Yong-sub

36

58

72

PENJAGA WARISAN BUDAYA

SATU HARI BIASA

Rutinitas Sehari-hari Bernilai Seperti Dahulu

Di Antara Suara-suara yang Memerahkan Telinga

Kang Shin-jae

Hwang Kyung-shin

40

KISAH DUA KOREA

Ingatan Berbeda Atas Perang yang Sama Kim Youngna

62 ESAI Belajar dari Drama Korea Budi Agustono

Ketika Anda Terlelap

PERJALANAN KESUSASTRAAN KOREA

CAHAYA DAN BAYANGAN HARAPAN Choi Jae-bong

Festival Abu Park Chan-soon


FITUR KHUSUS 1

Sebelum K-Pop: Musik Populer Sejak Perang Korea

Eighth Army Show AS dan Pertumbuhan Musik Pop Korea Setelah Perang Korea berakhir dengan gencatan senjata, penetapan Garis Demarkasi Militer yang memisahkan kedua Korea, pasukan tentara Amerika tetap berada di Korea Selatan. Keberadaan mereka menghadirkan industri hiburan. Musisi Korea yang tampil di “Eighth Army shows AS� inilah yang kemudian menjadi pemeran utama perintis tren dalam musik pop Korea. Lee Kee-woong Profesor Riset HK, Institut Penelitian Asia Timur, Universitas Sungkonghoe

B

aru-baru ini, ketika popularitas K-Pop menyebar ke Asia hingga ke seluruh dunia, serangkaian pertanyaan juga bermunculan. Apa alasan yang membuat K-Pop populer di seluruh dunia? Apa kekuatan budaya negara yang menciptakan musik populer ini? Dan apa latar belakang sejarah yang membawa musik ini mencapai posisi saat ini? Di antara semuanya itu, mungkin pertanyaan paling banyak ditanyakan adalah sejarah terciptanya K-Pop. Salah satu mitos populer tentang cikal bakal K-Pop adalah musik yang berasal dari Eighth Army Show yang muncul pada 1950-an. K-Pop sangat dipengaruhi oleh musik populer di Amerika Serikat, dan Eighth Army Show merupakan kesempatan untuk menyebarkan musik populer gaya Amerika di masyarakat Korea. Selanjutnya, dengan munculnya Eighth Army Show, sistem audisi dan audisi pendatang baru bermunculan sebagai bukti bahwa pentas di kamp AS itulah yang menjadi cikal bakalnya.

Berakhirnya Perang dan Keberadaan Tentara AS

Abad ke-20 adalah era perang. Salah satu ciri terbesar perang pada periode ini adalah perang habis-habisan dengan kekuatan dan sumber daya dalam jumlah besar. Sekitar awal abad ke-20, pemerintah AS mulai memberikan hiburan militer untuk meningkatkan semangat moral dan patriotik prajurit mereka. Pemerintah AS menetapkan rancangan untuk menyediakan hiburan langsung bagi para prajurit yang berada di garis depan selama Perang Dunia I, dan rancangan ini

4 KOREANA Musim Panas 2020

mulai membuahkan hasil selama Perang Dunia II dalam bentuk United Service Organizations (USO), yaitu sebuah organisasi nirlaba. Selama dan setelah Perang Korea, nama-nama besar dalam hiburan Amerika, seperti Marilyn Monroe, Louis Armstrong dan Nat King Cole, dan beberapa nama lainnya, melakukan kunjungan tur USO ke Korea Selatan. Sejarah industri hiburan Korea pada kenyataannya memang bermula dari pentas kamp militer AS yang ditempatkan di Korea. Setelah kemerdekaannya dari pemerintahan Jepang pada tahun 1945, pemerintah AS mendirikan kamp sementara di Korea; Korps Angkatan Darat ke-24 mengelola bagian selatan semenanjung, dan memunculkan permintaan hiburan langsung di kamp-kampnya di seluruh Korea. Pada waktu itu, ada cukup banyak grup pertunjukan dan penyanyi lokal di Seoul yang telah aktif sejak era kolonial. Untuk tampil di pentas kamp militer AS, mereka biasanya selalu siaga di kantor atau kedai kopi sampai menunggu mendapat panggilan. Sebagian besar dari mereka sangat menguasai musik populer Barat berjenis Latin, Chanson dan jazz, yang telah merebak di pusat-pusat kota Korea sejak tahun 1920-an. Di awal mulanya pertunjukan di kamp militer


Bintang Hollywood Marilyn Monroe tampil untuk pasukan Amerika dan PBB yang ditempatkan di Korea Selatan pada Februari 1954. Selama kunjungan empat harinya, Monroe memberikan 10 pertunjukan di kamp-kamp militer di seluruh negeri, termasuk di Seoul, Dongducheon, Daegu, dan Wilayah Inje. Melawan cuaca di bawah nol, dia naik ke atas panggung dengan gaun ketat dan membuat pendengarnya terpesona.

AS, grup musik yang paling aktif adalah Kim He-szong dan bandnya yang bernama KPK. Kim, dikenal luas sebagai suami penyanyi Lee Nan-young dan ayah dari dua orang anggota Kim Sisters – Kim Sook-ja(Sue Kim) dan Kim Ai-ja. Ia memulai karirnya sebagai penyanyi sekaligus komposer pada tahun 1935 dan meraih ketenaran sebagai salah satu musisi jazz terbaik di Korea. Karena itu, rasanya terlalu gegabah kalau dikatakan bahwa Eighth Army Show AS adalah satu-satunya jalur yang membawa musik pop Amerika masuk ke Korea. Pertunjukan di kamp militer baru berjalan sepenuhnya ketika Markas Besar Militer AS Kedelapan dipindahkan dari Jepang ke Yongsan, Seoul, dan Angkatan Bersenjata Amerika Serikat di Korea (USFK) didirikan pada tahun 1957. Kamp-kamp militer didirikan di seluruh negeri, termasuk di Yongsan, Pyeongtaek, Dongducheon, dan Daegu. Klub untuk tentara AS bermunculan di sekitar kamp-kamp ini. Hingga pada pertengahan 1950-an, jumlah klub di sekitaran Seoul dan Zona Demiliterisasi saja dilaporkan berjumlah 264. Permintaan hiburan langsung yang meningkat di tempat-tempat ini tidak dapat lagi dipenuhi dengan pertunjukan sporadis oleh artis Korea atau selebriti yang diundang dari Amerika Serikat.

Hiburan ala Amerika

Eighth Army Show AS menjadi semakin sistematis

© gettyimages

dengan meningkatnya permintaan dan peningkatan pasokan. Agen hiburan lokal pertama, Hwayang, dibuka pada tahun 1957, dan diikuti oleh Universal dan Gongyeong. Bisnis-bisnis ini menggunakan pendekatan terstruktur untuk mengelola dan melatih bakat, persiapan untuk audisi, dan mengatur acara musik live. Jika kelompok-kelompok pertunjukan di masa sebelumnya melakukan pertunjukan militer dan acara domestik, agen-agen ini secara khusus berfokus pada pentas Eighth Army Show AS. Di negara yang sedang dilanda perang, bisnis pertunjukan di klub kamp adalah jackpot yang menjamin keuntungan besar. USFK menghabiskan rata-rata US $ 1,5 juta per tahun untuk artis lokal di awal 1960-an, melebihi total ekspor tahunan negara Korea yang pada waktu itu berkisar US $ 1 juta. Agen hiburan tumbuh dengan cepat. Sebuah artikel surat kabar tahun 1962 melaporkan bagaimana perusahaan-perusahaan yang didirikan oleh “komunitas pertunjukan” dan akhirnya berkembang dengan memiliki 1.000 artis yang termasuk dalam 25 grup penyanyi dan 60 band.

SENI & BUDAYA KOREA 5


Persaingan semakin ketat karena semakin banyak penyanyi mencari peluang di Eighth Army Show AS. Audisi terbuka diadakan setiap tiga hingga enam bulan di depan juri Amerika yang didatangkan langsung oleh Departemen Pertahanan AS. Mempersiapkan diri untuk mengikuti audisi ini adalah bagian penting dari kegiatan agen hiburan lokal. Nilai yang diperoleh oleh calon artis akan menentukan upah mereka dan jumlah pertunjukan yang bisa mereka lakukan. Mereka yang mendapat nilai AA dijamin mendapat penghasilan tinggi, sementara yang lain di kelas lebih rendah diangkut dari satu kamp ke kamp lain di daerah pedesaan di belakang truk militer. Sementara nilai D dianggap sebagai nilai gagal. Sistem audisi yang diperkenalkan oleh militer AS sebenarnya dimaksudkan untuk mengontrol kualitas pertunjukan, tetapi bagi peserta audisi, ini adalah persyaratan mutlak yang harus dilewati oleh seorang artis lokal. Hanya jenis-jenis musik tertentu, penampilan, suara, dan perilaku tertentu saja yang diindahkan sementara halhal yang lain tidak diizinkan. Musik ala Korea ataupun kreativitas ditolak; sebaliknya, semakin dekat ke gaya musik Amerika, semakin besar hadiahnya. “Pelafalan bahasa Inggris yang baik,” “kemampuan untuk menyampaikan emosi secara alami dan menarik” dan “kecakapan membawakan pertunjukan yang baik” adalah kriteria utama dalam audisi, dan peserta audisi harus membiasakan diri untuk membawakan hiburan ala Amerika, dengan mengubah selera budaya hingga pola hidup mereka.

Musisi Serba Bisa

Lagu-lagu favorit, yang sering dibawakan di awal terbentuknya Eighth Army Show, sebagian besar terdiri dari lagu-lagu jazz populer di masa itu dan lagu-lagu Korea yang digubah dalam gaya jazz.

Namun, setelah adanya sistem audisi, sekalipun ada pengecualian, beberapa lagu Asia terkenal seperti <Arirang> dan lagu Jepang <China Night> menjadi populer dalam musik pop Amerika yang populer. Dalam segi permintaan, sistemasi pertunjukan Eighth Army Show AS terbagi untuk pertunjukan bagi berbagai klub. Pembagian dilakukan menurut beberapa cara. Yang menurut tingkatan militer terbagi menjadi klub perwira, klub sersan, dan klub pribadi. Yang menurut ras, terbagi menjadi klub putih dan hitam. Dan ada juga klub layanan dan klub untuk umum. Klub layanan lebih seperti tempat pertunjukan, sementara klub untuk umum mengacu pada klub kecil yang diizinkan untuk menjual minuman beralkohol. Masing-masing klub yang saling berbeda ini juga berbeda secara musik. Pertunjukan pop, semi klasik, dan jazz standar umumnya ditujukan untuk orang kulit putih di usia 30-an terutama di klub perwira, sementara untuk klub sersan dan klub untuk umum, jenis lagu seperti rock and roll, jazz, R & B, dan country juga dipentaskan. Masa gemilang Eighth Army Show AS adalah dari tahun 1957 hingga 1965, ketika pasukan AS yang ditempatkan dalam Perang Vietnam berkurang. Sayangnya, ini adalah pergolakan musik pop Amerika dari swing jazz dan pop standar ke rock and roll. Pertunjukan Eighth Army Show AS de-

Setelah Perang Korea berakhir dengan gencatan senjata, penetapan Garis Demarkasi Militer yang memisahkan kedua Korea, pasukan tentara Amerika tetap berada di Korea Selatan. Keberadaan mereka menghadirkan industri hiburan. 1 © Park Seong-seo

6 KOREANA Musim Panas 2020


ngan cepat mengikuti tren. Sejak akhir 1950-an, banyak imitasi Elvis Presley dan Beatles muncul di Korea. Namun, sebagian besar dari mereka hanya terhenti sampai di situ sebagai penyanyi tanpa nama.

Pertumbuhan dalam Waktu Singkat

Meskipun tidak dapat menampilkan musik mereka sendiri, para penyanyi Korea sangat bangga dengan pekerjaan mereka. Di antara mereka ada beberapa lulusan perguruan tinggi, yang tidak umum bagi musisi pop pada waktu itu. Karena pertunjukan membutuhkan keterampilan berbahasa Inggris yang baik, maka mereka yang berpendidikan tinggi lebih mempunyai kemungkinan untuk lolos dalam audisi. Gaji tinggi dan budaya Amerika yang “maju” juga sangat menarik bagi mereka, dan musik pop gaya Amerika yang mereka tampilkan di klub-klub Angkatan Darat AS pada umumnya dianggap sopan dan elegan. Sementara Musik Trot, yang sebagian besar populer di kalangan penduduk pedesaan dan kelas pekerja perkotaan, disebut juga dengan nama ‘Pongcak’, sejenis kata onomatopoeia yang “alur dua ketukan sederhana” yang terkesan merendahkan jenis lagu tersebut. Musik Trot semakin dianggap rendah ketika lagu ‘Gadis Kamelia’ oleh penyanyi wanita Lee Mi-ja dilarang untuk din-

yanyikan dengan alasan bergaya Jepang pada tahun 1965. Sebaliknya, ketika musik pop gaya Amerika disiarkan sebagai acara utama di jaringan TV swasta, yang didirikan pada pertengahan hingga akhir 1960-an, sebagian besar artis dari pertunjukan Eighth Army Show pun dipekerjakan sebagai penyanyi tetap, membuat musik pop bergaya Amerika semakin tenar. Bagaimana akhirnya proses transisi dari musik pop gaya Amerika pada saat itu mempengaruhi K-Pop saat ini memang tidak terlalu jelas. Seperti musik di banyak negara lain yang berkembang tanpa adanya kamp militer AS, musik populer Korea kemungkinan tidak terlalu berbeda dari apa adanya sekarang tanpa adanya pengaruh dari pertunjukan Eighth Army Show AS. Meskipun demikian, pertunjukan itu wajib diperhitungkan karena terbukti mempersingkat proses pengembangan musik pop di Korea. Adalah satu hal yang menarik bahwa ‘modernisasi dalam waktu singkat’ yang menjadi kata kunci simbolis dari pertumbuhan sosial dan ekonomi di Korea ternyata ditemukan juga dalam lintasan sejarah musik pop Korea.

1. Kim Hae-song (1911-1950?) tampil dengan bandnya KPK, yang ia bentuk pada tahun 1945 tak lama setelah pembebasan bangsa dari pemerintahan Jepang. Kim dan KPK menampilkan pertunjukan reguler di Angkatan Darat AS Kedelapan, kebanyakan menampilkan lagu-lagu rakyat Korea yang diaransemen dengan gaya jazz. 2. The Korean Kittens tampil untuk prajurit Amerika di “Pertunjukan Natal Bob Hope USO” yang diadakan di Tan Son Nhat, Vietnam, pada tahun 1966. Yoon Bok-hee (1946- ; tengah), pemimpin grup yang dibentuk pada tahun 1964, debut pertamanya pada usia muda di pertunjukan Angkatan Darat AS Kedelapan dan kemudian menjadi bintang besar.

3. Foto Kim Hui-gap (1936-), seorang komposer terkenal yang menghasilkan banyak hit, sejak akhir 1960-an. Kim memulai karirnya pada tahun 1955, langsung dari sekolah menengah, sebagai gitaris di pertunjukan Angkatan Darat AS Kedelapan.

3 © AP Photo by Horst Faas

2

© Kim Hyeong-chan

SENI & BUDAYA KOREA 7


‘Kim Sisters’ Menembus Las Vegas Zhang Eu-jeong Ahli Sejarah Musik; Dosen Jurusan Pendidikan Umum Universitas Dankook

T

ercatat di peringkat ke-7 di Billboard Singles Chart, muncul di <Ed Sullivan Show>

dan <Din Martin Show>. Grup Penyanyi Wanita pertama Asia yang tampil di Las Vegas. Itu merupakan beberapa prestasi legendaris dari Kim Sisters, trio wanita Korea yang aktif di kancah hiburan A.S, yang sudah melangkah ke Amerika sejak 60 tahun mendahului grup penyanyi BTS. Kelompok itu terdiri atas perempuan dua bersaudara Sue dan Aija Kim dan sepupu mereka, Mia Kim. Orang tua Sue dan Aija merupakan putri komposer Kim Haesong dan penyanyi terkenal Lee Nan-young, sementara ayah Mia adalah kakak laki-laki Lee, komposer Lee Bong-ryong. Kim Sisters memulai karir pada tahun 1953 ketika tampil di panggung pertunjukan untuk Eighth Army

Show AS, menghibur prajurit Amerika yang ditempatkan di Korea Selatan. Mereka bukan hanya vokalis dan penari berbakat, mereka dapat memainkan berbagai instrumen. Karena popularitasnya mereka diundang untuk tampil di Amerika Serikat pada tahun 1959. Pada 2016, saat peringatan 100 tahun kelahiran Lee Nan-young, saya berkesempat-

The Kim Sisters pada bulan Mei 1970, ketika mememberikan pertunjukan saat pulang kampung di Seoul Citizens Hall. Itu merupakan kunjungan pertama mereka ke Korea setelah 12 tahun. Pertunjukan empat hari mereka sukses besar. Dari kiri: Mia, Sue dan Aija Kim.

1 Š Newsbank

8 KOREANA Musim Panas 2020


an bertemu dengan pemimpin grup ‘Kim

waktu itu, jika kami sudah hafal satu lagu,

Bahkan Aija sampai terkena penyakit kuning

Sisters’, Kim Sook-ja, sebanyak dua kali. Beri-

beliau akan mengizinkan kami memakan

gara-gara rindu makan Kimchi. Hingga suatu

kut ini adalah rekonstruksi hasil wawancara

buah itu. Dan karena ingin memakannya,

hari Aija menangis karena ingin makan Kim-

tersebut dalam bentuk tanya jawab.

kami jadi tekun belajar menyanyi.

chi. Akhirnya, kami dikirimi Kimchi dari Korea. Kami menunggu sangat lama untuk bisa

Bagaimana ‘Kim Sisters’ terbentuk? Ibu saya yang membentuknya. Ketika perang tahun 1950, ayah saya diculik oleh

Kapan pertama kali Anda pergi ke

menerimanya. Ketika kami mau mengambil-

Amerika Serikat, dan bagaimana

nya, ternyata Kimchi itu tidak ada. Seorang

perasaan Anda waktu itu?

staf mengatakan bahwa dia membuangnya

tentara Korea Utara dan karenanya ibu saya

Ibu saya menandatangani kontrak de-

karena ada air bocor dari bungkusan Kimchi

harus mencari nafkah seorang diri. Ibu saya,

ngan agen Amerika pada tahun 1958. Sebe-

itu. Saya ingat saat itu saya mendesah, “Justru

yang tampil sendirian di panggung Eighth

lum berangkat ke Amerika Serikat, kami ke

Kimchi seperti itu yang enak karena sudah

Army Show AS, merasa kewalahan. Jadi be-

Okinawa, Jepang terlebih dahulu di musim

terfermentasi...”.

liau mengajak saya dan kakak perempuan

dingin tahun itu untuk tampil di pentas kamp

saya, Youngja, untuk tampil bersama. Saya

militer AS. Setelah itu pada Januari 1959 kami

Bagaimana kehidupan Anda di Ameri-

ingat, kala itu kami menyanyikan lagu Spa-

pergi ke Las Vegas. Untungnya, sejak pen-

ka Serikat setelah itu?

nyol sambil menari. Tetapi kakak saya tum-

tas pertama, kami langsung menjadi tenar

Pada Maret 1967, Aija menikah, dan pada

buh cepat dan menjadi tinggi. Karena itu

luar biasa. Sejak itu, kontraknya terus diper-

bulan April, Mia menikah. Setelah ditinggal

posisinya digantikan oleh adik saya Aija dan

panjang selama 4 minggu. Waktu itu, kami

semua adik menikah, saya merasa sangat

sepupu saya Mia. Dengan mereka akhirnya

diundang untuk tampil di acara TV populer

kesepian. Akhirnya, saya juga menikah de-

terbentuklah ‘Kim Sisters’.

<Ed Sullivan Show> sebanyak 22 kali, padahal

ngan suami saya John pada bulan April ta-

show itu hanya mengundang penyanyi-pe-

hun berikutnya. Dia adalah seorang fan saya

Kapan Anda mulai belajar musik, dan

nyanyi terkenal seperti Elvis Presley dan Lou-

yang datang untuk menyaksikan pertunjuk-

apa saja yang Anda pelajari?

is Armstrong yang sangat tenar pada saat

an kami delapan kali sebelum kami mulai

itu.

berkencan. Kemudian, pada tahun 1973, Kim

Saya belajar musik dari ayah saya sejak masih kecil. Saya ingat ketika saya berusia

Sisters dibubarkan. Pada tahun 1975, Kak

enam tahun, jika ayah saya tiba-tiba muncul

Saya rasa Ibu tentu merasa khawa-

Youngja bergabung dan kami melanjutkan

dan berteriak, “Satu, dua, tiga”, kami tujuh

tir saat harus mengirim putrinya ke

kembali kegiatan kami selama sekitar 10

bersaudara harus menyanyikan lagu medley

Amerika. Apakah ada pesan yang

tahun hingga 1985. Setelah Kak Youngja

atau menyanyikan sebuah lagu dalam ben-

diberikan olehnya?

mengundurkan diri, kami dan adik lelaki

tuk paduan suara. Jika ada yang salah, ayah

Ibu hanya berpesan dua hal kepada kami.

saya, Young-il dan Tae-sung, bergabung

akan memarahinya. Sering ayah membawa

Yang pertama adalah menjaga hubungan

bersama untuk membentuk kelompok yang

kami ke sebuah pertemuan dan memperke-

yang baik antar kami, dan yang kedua adalah

disebut “Kim Sisters & Kim Brothers”. Setelah

nalkan kami, beliau selalu berkata “Saya

jangan berpacaran. Ibu saya ingin kami ber-

Aija meninggal karena kanker pada tahun

tidak memiliki banyak uang, tetapi mereka

tiga selalu bisa bersama dan rukun. Menurut

1987, saya bersama Young-il dan Tae-sung

inilah harta termahal saya”. Demikianlah

ibu, jika ada lelaki di antara kami, grup kami

tampil bersama dengan nama “Sue Kim &

ayah sangat mencintai dan bangga terhadap

akan bubar, jadi ibu ingin kami tidak ber-

Kim Brothers”. Kemudian, saya mengalami

kami.

hubungan dengan kaum pria. Karenanya

kecelakaan lalu lintas pada tahun 1994 dan

Sebaliknya ibu saya mengajari lagu-lagu

kami tidak punya pacar di Korea, dan kami ti-

mengalami cedera pinggang, sehingga tidak

bahasa Inggris terlebih dahulu untuk dapat

dak pernah punya keinginan untuk membina

dapat lagi memanggung setelahnya. Lalu

membawa kami memanggung di Kamp

hubungan dengan seseorang di Amerika.

saya menyiapkan diri untuk mendapatkan

Militer AS, dan caranya sangat lembut. Ka-

sertifikat agen perumahan. Saya mengikuti

lau kami ke tempat latihan, ada keranjang

Apa kenangan yang Anda ingat saat

ujian tujuh kali, dan akhirnya lulus ujian pada

yang ditutupi dengan kain putih, yang berisi

tinggal di Amerika Serikat pada wak-

kali yang kedelapan. Sejak saat itu, saya

buah-buahan seperti pisang, yang sangat

tu itu?

bekerja sebagai agen perumahan selama

mahal harganya kala pada saat itu. Kata ibu

Saya sangat merindukan makanan Korea.

lebih dari 20 tahun.

SENI & BUDAYA KOREA 9


FITUR KHUSUS 2

Sebelum K-Pop: Musik Populer Sejak Perang Korea

Trot, Balada, dan Musik Tarian Trot yang berakar pada rasa sentimen nasional di bawah pemerintahan kolonial di tahun 1930-an, Lagu Balada yang menceritakan kisah cinta antara pria dan wanita, Musik Tarian yang terbentuk berporos pada grup penyanyi K-Pop, tiga genre yang memiliki langkah awal dan proses perkembangan yang berbeda ini terus berubah dalam perhatian dan minat tiada henti dari penggemarnya di Korea. Zhang Eu-jeong Ahli Sejarah Musik; Dosen Jurusan Pendidikan Umum Universitas Dankook

P

ada tahun 1935, terciptalah sebuah lagu yang menjadi catatan penting dalam sejarah musik populer Korea. Tak lain adalah <Air Mata Mokpo> yang dinyanyikan oleh penyanyi Lee Nan-young (1916~1965), seorang penyanyi legendaris dalam industri musik Korea. Lagu ini masih saja menjadi lagu yang dinikmati dan dicintai oleh banyak orang Korea, khususnya mereka yang tinggal di kota pelabuhan Mokpo. Gaya lagu Trot khas <Air Mata Mokpo>, menampilkan ritme dua ketukan, kunci minor dan skala pentatonik dengan derajat keempat dan ketujuh dihilangkan. Dengan musik yang digubah oleh Son Mokin dan lirik oleh Moon Il-seok, lagu ini menang dari kontes lagu perdana yang diselenggarakan oleh Okeh Records kala itu. Syair lagu yang menceritakan kesedihan seorang gadis akan kepergian kekasihnya dipercaya sebagai metafora bagi masyarakat yang kehilangan tanah air mereka oleh penjajahan. Karena itulah, lagu ini disebut sebagai ‘lagu bangsa Korea’. Meskipun bentuk musiknya berbeda dari sebelumnya, lirik sedih yang menggambarkan kepedihan masyarakat kala itu membuatnya mendapatkan tempat di hati para penggemar.

Lagu Trot dan Emosi Bangsa

Lagu Trot semula muncul pada awal abad ke-20, ketika Korea bera-

10 KOREANA Musim Panas 2020

1

da di bawah kekuasaan Jepang. Pada awalnya, lagu jenis ini dikritik umum karena bentuk musiknya secara eksplisit bergaya Jepang, bahkan ada yang menyebutnya sebagai lagu murahan. Namun sebenarnya Enka, musik Jepang yang mempengaruhi lagu Trot itu sendiri pun bukanlah asli milik bangsa Jepang. Memang Jepang lebih cepat dalam mengadopsi budaya dan musik Barat, dan perjumpaan gaya musik Barat dan Jepang menghasilkan bentuk musik pop baru yang disebut dengan nama Ryu- ko-ka yang berarti “lagu pop”. Versi jenis lagu ini masuk ke Korea dan dikenal dengan nama Yuhaengga. Setelah itu, pada tahun 1950-an berubah menjadi Lagu Trot. Ryu- ko- ka juga berubah nama menjadi Enka dan diangkat menjadi ciri khas musik tradisional ketika Jepang berusaha untuk mendefinisikan kembali identitas nasionalnya. Bahwa Lagu Trot tidak disebut sebagai Enka tak lepas hubungannya dari fakta bahwa ‘Jepang dengan sengaja menciptakan tradisi melalui musik Enka’. Setelah Korea merdeka pada tahun 1945,


1. Diproduksi pada 1960-an oleh LKL Records, piringan hitam 12-inci ini adalah koleksi lagu-lagu hit Lee Nanyoung. Ini adalah reproduksi dari 12 single populer, termasuk judul lagu abadi “Air Mata di Mokpo.” 2. Album soundtrack asli “Camellia Lady” (1964), diproduksi oleh Midopa Records, menampilkan 12 lagu oleh enam penyanyi. Dengan kesuksesan album ini, Lee Mi-ja (1941-), yang menyanyikan lagu tersebut, berangkat dari ketakterkenalan dan membuatnya jadi bintang, dijuluki “Ratu Elegi.” Album ini membawa kejayaan trot kedua dalam kancah musik yang telah didominasi oleh pop standar.

3

2

4

3. Album 1972 ini oleh Na Hoon-a (1947-) dirilis setelah penyanyi trot di puncak ketenaran itu menandatangani kontrak eksklusif dengan Jigu Records. Judul lagu “Watermill is Turning” membuatnya mendapatkan penghargaan “10 Penyanyi Terbaik” Munhwa Broadcasting Corporation (MBC) empat tahun berturut-turut. 4. Album kompilasi ini dirilis pada tahun 1973 oleh Jigu Records berisi 10 lagu oleh lima penyanyi. Nam Jin (1946-), yang menyanyikan lagu itu, menguasai pasar lagu trot tahun 1970-an bersama dengan Na Hoon-a. Mereka menghidupkan kembali pasar musik pop yang tertekan. 5. Berisi lagu-lagu Cho Yong-pil (1950-) dan band Young Sound, album split ini dirilis pada tahun 1976 oleh Seorabeol Records. “Kembali ke Pelabuhan Busan” dari Cho adalah puncak album ini yang menghasilkan penjualan lebih dari satu juta kopi. Sekitar masa-masa itu, penduduk Korea pro-Pyongyang di Jepang diizinkan untuk mengunjungi Korea Selatan untuk pertama kalinya, dan lagunya menjadi sangat populer di Jepang.

5

SENI & BUDAYA KOREA 11


1

2

karakteristik lagu Trot mulai berubah. Skala pentatonis secara bertahap dilemahkan dan beragam jenis tempo dan irama diterapkan, membuatnya lebih populer di masyarakat. Sementara lirik lagu-lagu sebelumnya cenderung secara metaforis mengungkapkan perasaan cinta, kerinduan atau kesedihan dari orang yang dijajah, kini telah berkembang ke arah pengekspresian emosi yang lebih langsung dan apa adanya.

Popularitas yang Tak Kunjung Padam

Sejak kemunculannya di tahun 1930-an, lagu Trot telah menjadi arus utama musik pop Korea. Rahasia di balik populernya lagu jenis ini adalah kemampuannya beradaptasi dalam perubahan zaman. Selama tahun-tahun masa perang sejak pecahnya Perang Korea (1950) hingga perjanjian gencatan senjata (1953), lagu Trot selalu ada untuk orang-orang pengungsian, yang tercabik-cabik oleh perang, menghibur derita dan kepedihan hati mereka. Satu dekade kemudian, “Gadis Kamelia� oleh Lee Mi-ja yang langsung hit begitu dirilis pada tahun 1964, menghembuskan nafas

12 KOREANA Musim Panas 2020

3

baru ke dalam jenis lagu ini. Secara musik, lagu itu memiliki ciri Trot yang khas, tetapi liriknya sangat menampilkan ciri sastra Korea. Meski demikian, pemerintah militer pada saat itu menanggap lagu tersebut sebagai musik bergaya Jepang, sehingga disensor dari gelombang udara pada tahun 1965 hingga akhirnya larangan itu dicabut pada tahun 1987. Dalam keadaan seperti itu pun, popularitas lagu Trot tidak berkurang, tetapi justru menyemarak oleh penyanyi terkenal seperti Bae Ho, Nam Jin, dan Na Hoon-a. Trot juga berubah dalam pertemuannya dengan jenis musik lain. Pada awal 1970-an, ketika generasi muda tergila-gila pada musik rock dan folk, beberapa penyanyi terkenal terlibat dalam kasus terkait ganja. Sebagai hasilnya, pemerintah otoriter meluncurkan apa yang disebut “gerakan pemurnian musik pop� untuk mempromosikan “musik yang


1. Album pertama (dan terakhir) Yoo Jae-ha (1962-1987), yang dirilis sesaat sebelum kematiannya yang mendadak karena kecelakaan lalu lintas. Album ini berisi sembilan lagu yang menandai evolusi dalam musik balada dengan suara progresifnya. Berpengaruh besar pada musisi berikutnya. 2. Album reguler pertama Byun Jin-sup (1966-), dirilis pada tahun 1988, terjual lebih dari 1,8 juta kopi, membuatnya mendapatkan Penghargaan Rookie Terbaik tahun itu dan Hadiah Utama di Golden Disk Awards pada tahun berikutnya. Byun menikmati popularitas besar dari akhir 1980-an hingga awal 1990-an sebagai “Pangeran Balada,” menggantikan Lee Moon-sae. 3. Lee Moon-sae, bisa disebut tokoh aliran balada Korea, merilis album keempat ini pada tahun 1987. Dimulai dengan album ketiganya, ia berkolaborasi dengan komposer Lee Young-hoon (1960-2008), dan duo terkenal ini diproduksi. aliran hit yang mengesankan.

“Lagu Dewasa”. Tapi Trot sebenarnya tidak hanya diperuntukkan bagi orang dewasa. <Aduhai!> oleh Jang Yoon-jung yang dirilis pada tahun 2004, ternyata mendapatkan popularitas luas di masyarakat. Merupakan hal yang belum pernah terjadi sebelumnya bahwa lagu Trot dinyanyikan oleh semua orang mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Bermula dari lagu inilah, lagu Trot, yang dulunya melambangkan kesedihan dan air mata, menjadi lagu yang memberikan tawa dan kegembiraan.

Lagu Balada yang Romantis

sehat”. Jenis musik pop sangat terkena dampaknya; rock khususnya dianggap jenis musik yang buruk, dicap sebagai bejat dan subversif, yang membuatnya sulit untuk memperoleh penggemar. Kemudian muncul “rock trot” yang menggabungkan dua genre, komposisi“Kembalilah ke Pelabuhan Busan” oleh Cho Yong-pil menjadi hit yang gemilang pada tahun 1976. Musisi rock pun mencari cara untuk bertahan hidup dengan mengadopsi unsur-unsur musik yang digemari oleh publik untuk dimasukkan dalam musik mereka. Setelah menjadi tuan rumah Asian Games pada tahun 1986 dan acara olahraga internasional Olimpiade Seoul pada tahun 1988, suasana yang lebih bebas dan ceria menyebar di Korea. Pada saat yang sama, Lagu Trot muncul lagi sebagai elemen kunci dalam budaya hiburan bagi orang dewasa sampai-sampai lagu Trot dari periode ini juga disebut

Balada, berasal dari bahasa Italia “ballare,” yang berarti “menari,” mengacu pada lagu untuk berdansa di Abad Pertengahan. Kemudian arti ‘berdansa’ berangsur-angsur menghilang, dan pada abad ke-16, balada menjadi lagu pop. Di sisi lain, di Korea, balada terutama mengacu pada lagu cinta dengan tempo lambat dan lirik cinta yang indah. Sebagai hasilnya, lagu balada di Korea selalu berisi lirik yang menceritakan kisah cinta antara pria dan wanita, dengan melodi dan irama yang umumnya lembut dan romantis. Cikal bakal balada pop di Korea dapat ditemukan dalam ‘lagulagu jazz’ yang terbentuk oleh pengaruh musik pop Barat pada 1930an, atau dalam lagu-lagu standar Amerika “pop standar” yang populer pada 1960-an. Tetapi, proses sampai lagu balada dikenal oleh masyarakat Korea dengan sesungguhnya memakan waktu yang cukup lama. Pertemuan komposer Lee Young-hoon dan penyanyi Lee Moon-se membuka era 1980-an bagi lagu balada. Byun Jin-seop yang memulai aktivitas penuh pada tahun 1987 melalui album pertamanya, “Jadi Sendiri”, adalah seorang penyanyi yang mewakili penyanyi balada Korea awal bersama dengan Lee Moon-se. Juga, pada tahun 1987, lagu-lagu Yoo Jae-ha, yang meninggal dalam kecelakaan lalu lintas dengan hanya meninggalkan satu album, dinilai tinggi karena berhasil manis menggabungkan musik klasik dan jazz ke dalam lagu balada. Lagu balada, yang sebagian besar terdiri dari lirik utama (verse) dan lirik ulangan (chorus), biasanya dimulai dengan lembut dan per-

SENI & BUDAYA KOREA 13


lahan, kemudian mencapai klimaks yang menekankan emosi, dan setelah itu berakhir. Tergantung pada generasi pendengarnya, cara mengekspresikan cinta dan metode tarik suara oleh penyanyi berubah sedikit demi sedikit. Misalnya, dibandingkan dengan balada pada awal 1980-an, dalam lirik balada yang kita kenal dewasa ini, bahasa atau ungkapan sehari-hari sering digunakan.

Kekuatan K-Pop, Musik Tarian

Kita tahu bahwa orang Korea terkenal suka minum-minum sambil bernyanyi dan menari sejak ribuan tahun yang lalu. Tetapi musik tarian yang populer dewasa ini sebenarnya bermula oleh pengaruh budaya Barat. Jenis lagu ini telah muncul sebagai arus utama sejak tahun 1980-an. Setelah disko mencuat populer di Korea pada akhir 1970-an, seperti musik oleh Michael Jackson dan Madonna, yang menampilkan tarian dalam ketukan yang kuat dengan struktur lagu yang mudah dan sederhana, musik tarian yang serupa pun muncul di Korea. Apalagi setelah TV berwarna menjadi populer di seluruh negeri pada awal 1980-an, musik tarian muncul sebagai musik yang lebih “ditonton” daripada sekadar “didengarkan”. Pada saat itu, yang menjadi pemimpin utama di pasar musik tarian ala Korea adalah Kim Wan-seon dan Park Nam-jeong, serta grup penyanyi beranggotakan tiga orang yakni ‘Sobangcha’. Pada 1990-an, pengaruh hip hop dan rock membawa perubahan baru dalam gaya tari yang dikuasai oleh kelompok-kelomp grup penyanyi seperti Seo Taiji & Boys. Dan pada tahun 2000-an, musik tarian mengalami perubahan signifikan lainnya. Produser musik besar memulai pelatihan yang sistematis bagi calon penyanyi muda untuk membentuk “grup idola” dan memproduksi musik tarian massal yang membuka jalan bagi munculnya Gelombang Korea atau Korean Wave. Keberhasilan internasional “Gangnam Style” oleh Psy dan “tarian kuda” -nya, yang menjadi viral di tahun 2012, berhasil membuka halaman baru dalam sejarah K-Pop. Pada 2020, grup idola generasi ketiga seperti TWICE, BLACKPINK, dan EXO mulai populer di seluruh dunia, termasuk di antara-

1. Dirilis pada tahun 1992, album pertama oleh Seo Taiji & Boys (aktif 1991-1996) menggabungkan dance, metal dan rap. Sungguh sensasi bahwa membagi musik pop Korea ke dalam periode sebelum dan sesudah Seo Taiji. 2, 3. Psy (1977-) melakukan tarian khasnya ketika ia meninggalkan panggung setelah konferensi pers di sebuah hotel di Gangnam pada tahun 2012. Judul lagu dalam album reguler keenamnya, “Gangnam Style” tetap berada di posisi kedua di Billboard Hot 100 selama tujuh minggu berturut-turut. 4, 5. Album reguler kedua oleh EXO, boy band beranggota sembilan orang (di atas); dan mini album pertama oleh Blackpink, girl group beranggotakan empat orang. Tahun 2000-an menampakkan munculnya grup idola dengan musik dansa mereka mendominasi panggung musik, sebagian besar merupakan hasil dari pelatihan sistematis oleh agensi-agensi talenta besar.

14 KOREANA Musim Panas 2020

1

Kalau lagu Trot menjadi favorit bagi kalangan usia paruh baya, maka lagu Balada dengan tempo lambat yang menceritakan kisah cinta terus populer di masyarakat luas. Sementara Musik Tarian sedang naik daun oleh K-Pop tersebar luas ke seluruh dunia, seakan membuktikan kekuatan pengaruh musik Korea di pentas internasional.


nya adalah BTS. Meskipun kedudukan pementasan K-Pop dalam pangsa pasar menurun dalam dua hingga tiga tahun terakhir ini, pangsa konten musik digital justru meningkat. Memang tidak semua musik grup idola dapat dianggap sebagai musik tarian. Musik tarian memiliki detail yang berbeda. Tetapi karena lagu ditampilkan dengan gerakan tubuh, maka akhirnya jenis lagu K-Pop terpaksa digolongkan dalam jenis musik tarian juga. Pada kenyataannya, sulit untuk melakukan pembagian yang jelas dalam jenis musik pop. Dan juga tidak ada aturan yang memaksa seorang penyanyi harus memilih satu jenis musik saja. Bagaimanapun, ekosistem musik pop yang sehat tercipta ketika berbagai jenis musik ada secara harmonis dan saling mempengaruhi. Dalam konteks ini, musik populer Korea telah mengalami evolusi yang sehat, dengan lagu Trot, lagu balada dan musik Tarian yang menciptakan laju balapan tiga arah. Kalau lagu trot menjadi favorit bagi kalangan usia paruh baya, maka lagu balada dengan tempo lambat yang menceritakan kisah cinta terus populer di masyarakat luas. Sementara musik tarian sedang naik daun oleh K-Pop tersebar luas ke seluruh dunia, seakan membuktikan kekuatan pengaruh musik Korea di pentas internasional.

4 2 Š Newsbank

3

5

SENI & BUDAYA KOREA 15


FITUR KHUSUS 3

Sebelum K-Pop: Musik Populer Sejak Perang Korea

Š Kwon Hyouk-jae

1

Dari Shin Joong-hyun Sang Legendaris Musik Rock Hingga Musik Indie Musik rock memerlukan waktu dan cobaan yang cukup berat untuk menumbuhkan akarnya sebagai sebuah genre musik populer di Korea. Meskipun menghadapi berbagai kesulitan pada awal kemunculannya yang kemudian diikuti dengan tekanan politik, band-band yang memperlihatkan bakat dan warna kepribadiannya mencurahkan karya-karya agung yang menunjukkan semangat zamannya dan tumbuh dengan vitalitas kuat. SeoJeong Min-gap Komentator Musik Populer

16 KOREANA Musim Panas 2020


P

ada tahun 1964, band rock asal Inggris “The Beatles” muncul dalam acara televisi “The Ed Sullivan Show”, dan meninggalkan legenda dalam Invasi Inggris. Sementara di Korea, langkah pertama yang ambisius dari band rock muda putus asa menghadapi tanggapan dingin dari masyarakat. Shin Joong-hyun, yang kini dikenal sebagai “Bapak musik rock Korea”, membentuk band bernama “The Add4” dan mereka mendapatkan hasil yang sangat menyedihkan ketika merilis album rock pertama Korea. Itu adalah sebuah momen goyahnya karir Shin Joong-hyun yang belajar memainkan gitar sendiri dan telah memulai debutnya pada tahun 1955 melalui sebuah pertunjukan klub di Eighth Army Show AS. Beberapa saat kemudian, ia kembali merilis albumnya ini bersama Seo Jeong-gil sebagai vokalnya, tetapi masyarakat tetap tidak memberikan perhatian kepada musik mereka. Butuh waktu cukup lama hingga lagu-lagunya yang termuat dalam album ini seperti “Woman in the Rain” dan “A Cup of Coffee” mendapat pengakuan dari masyarakat sebagai lagu yang membukakan era baru dalam musik pop Korea. Di Korea, musik rock memulai langkah pertamanya dengan kegagalan.

musik rock dengan baik. Seandainya Shin Joong-hyun, yang sebelumnya memutuskan untuk ikut pergi ke Vietnam bersama pasukan musik tentara Amerika Serikat, tidak memutuskan untuk memproduksi album duo wanita “Pearl Sisters”, dan seandainya album ini tidak sukses mencapai hit, maka gelar “Bapak musik rock Korea” akan jatuh ke tangan orang lain. Akan tetapi, pada tahun 1967, kontes grup vokal pertama Korea diadakan di arena skating tertutup Dongdaemun. Kontes tersebut disponsori oleh “Pops Koreana”, yaitu sebuah majalah musik pop pertama Korea. Kemudian dari tahun 1969 hingga 1971, Kompetisi Grup Vokal Nasional untuk Piala Playboy yang diselenggarakan oleh Playboy Production diadakan di Balai Pertemuan Rakyat Seoul (yang kini menjadi Pusat Pertunjukan Seni Sejong). Kompetisi yang diikuti oleh 17 band kontestan dan menarik 40.000 orang penonton ini mendapat respon hebat. Dalam selang waktu tiga tahun ini, suasana musik rock Korea berubah drastis. Berbagai kompetisi yang berlangsung pada masa ini memberikan pijakan kepada musisi yang mengasah kemampuan mereka melalui panggung Eighth Army Show AS, dan dalam perjalanan ini, band-band rock sedikit demi sedikit membangun kekuatan untuk bertahan hidup. Pada tahun 1974, Shin Joong-hyun membentuk band baru bernama “Shin Joong-hyun & the Yupjuns” (Yupjun berarti koin bundar berlubang persegi), dan pada tahun berikutnya mereka merilis lagu “The Beauty” yang dianggap sebagai musik rock klasik Korea. Album yang memiliki ciri berlirik sederhana dan mudah, bermelodi pendek namun adiktif ini mencetak rekor penjualan seratus ribu kopi di tengah kondisi pasar musik yang lesu ketika itu. Lagu band “Black Butterfly” yang berjudul “You Don’t Know” meneruskan momentum Musik Rock Hasil Koreanisasi Pada masa itu, musik rock hanya dimainkan di ini. Lagu ini mencetak angka penjualan lebih dari lima puluh ribu panggung klub pangkalan Angkatan Darat Amerika kopi, dan semua hal ini membuktikan citra musik rock Korea yang Serikat ke-8 atau di ruang musik yang dikunjungi menciptakan perubahan menakjubkan hanya dalam satu dekade. oleh sejumlah kecil penggemar Korea. Pihak penyiSebenarnya Shin Joong-hyun sama sekali tidak kalah dibandingaran dan industri perekaman tidak dapat memakan kemampuan band-band rock Barat terkemuka. Kemampuannya hami musik rock dan ketika itu masih belum terdapat dilihat dari pendauran ulang lagu “In-A-Gadda-Da-Vida” milik dapat teknik yang dapat menampung sistem suara Iron Butterfly dalam sebuah pertunjukan band baru yang ia bentuk pada tahun 1970 bernama “Question”, dan penampilan rock psikedeliknya dalam band sesi “The Men” pada tahun 1972. Di samping band Shin 1. Gitaris rock legendaris dan penyanyi-penulis Joong-hyun, band-band rock lain yang lagu Shin Joong-hyun memegang gitar yang dibuat aktif di masa yang sama juga menyerkhusus sebagai persembahan yang diberikan ap dan menghayati berbagai dampak kepadanya oleh Fender. Pembuat alat musik A.S. telah memberikan gitarnya hanya kepada beberapa musik rock yang melanda seluruh tokoh rock, termasuk Eric Clapton dan Jeff Beck. dunia, dan menciptakan rock “KoreanPada 2009, Shin menjadi penerima keenam. isasi” yang membedakannya dengan 2. The Add4, band rock pertama Korea yang musik rock Barat. Singkatnya, perdibentuk oleh Shin, merilis album pertamanya tengahan tahun 1970-an adalah masa “Perempuan dalam Hujan” pada tahun 1964. Album 2 ini mengalami kegagalan yang menghancurkan. berkembangnya musik rock Korea.

SENI & BUDAYA KOREA 17


Masa Suram dan Terbitnya Fajar

Arus musik rock yang sedang berkembang terpaksa terhenti tiba-tiba karena pemerintahan otoriter mantan presiden Park Chung-hee mengeluarkan kebijakan “langkah pemurnian musik dan pertunjukan” pada tahun 1975, dan beberapa artis dipenjara karena menghisap rokok ganja. Shin Joong-hyun salah satu di antaranya. Sebagian besar lagunya dilarang dan semua aktivitasnya dihambat sela1 ma beberapa waktu. Bukan hanya Shin Joong-hyun saja, penderitaan ini juga menimpa cukup banyak musisi lain. Beberapa saat kemudian, band-band yang berpartisipasi dalam kompetisi musik kampus, yang memainkan musik sederhana dan jujur tidak seperti band-band sebelumnya, mendapat banyak perhatian. Salah satunya adalah band “Sanullim” (Gema Gunung) yang muncul pada tahun 1977. Band beranggotakan 3 bersaudara – Kim Chang-wan (gitar, vokal), Kim Chang-hun (gitar bass, vokal), dan Kim Chang-ik (drum) – ini menimbulkan sensasi besar dengan emosi polos dan dunia psikedeliknya, menerbitkan cahaya fajar di masa-masa suram musik rock. Album pertama mereka mencetak penjualan 400 ribu kopi hanya dalam 20 hari, dan para penonton yang mendatangi konser perpisahan mereka pada Februari tahun 1979 mengantre hingga 500 meter untuk mendapatkan tiket konser. Band lain yang menonjol di akhir tahun 1970-an adalah “Love and Peace”. Ketika menyusun daftar 100 album musik pop terbaik Korea, sangat mustahil untuk tidak memasukkan album debut band ini pada tahun 1978 yang berjudul “It’s Been a While”.

Keanekaragaman dan Kematangan

Pada tahun 1980-an, para musisi musik rock Korea bersemangat mengikuti dan merespon arus kemunculan genre baru seperti new wave, funk, fusion, hard-rock, dan heavy metal. Di antaranya, band “Songgolmae (Elang Peregrine)” mendapat perhatian dari khalayak luas dengan lagu-lagunya yang mengandung sensasi lokal Korea dan kepekaannya terhadap musik pop. Mereka tampil di televisi dan radio sebagai pusat aktivitasnya, dan berkontribusi dalam mempopulerkan musik rock. Band lain yang patut disinggung adalah band “Deulgukhwa (Krisan Liar)”. Band ini aktif di luar siaran televisi dan menjadi simbol tahun 1980-an. Mereka lebih sering tampil langsung di panggung teater kecil dan memikat hati para penggemarnya. Daya tarik mereka tidak hanya terletak pada bakat menciptakan lagu yang meliputi rock, blues, pop, dan folk dengan mahir. Vokal serak yang mendebarkan jantung, nada piano yang klasik namun emosional, dan dentu-

18 KOREANA Musim Panas 2020

© Kim Hyeong-chan

Meskipun sangat disesalkan bahwa band musik rock tidak lagi menempati pusat musik populer, musik rock Korea masih berkembang, dan sejarah tahun 2020 belum ditulis. man berat drum mereka terasa panas bagaikan bom molotov yang dilemparkan ke masa-masa suram penindasan politik, sehingga menyulut hati penggemar muda ketika itu. “Parade”, album pertama mereka pada tahun 1985, paling lama menduduki peringkat pertama dalam susunan 100 album musik pop terbaik Korea yang dipilih melalui berbagai media. Bersama Deulgukhwa, berbagai macam band yang dibekali dengan bakat dan warna kepribadian tersendiri – seperti campuran pop dan suara progresif rock, atau gaya fusion jazz dan blues ala Korea – turut menemani perjalanan era ini. Berkat band-band inilah musik rock Korea dapat mencapai keanekaragaman dan kematangannya di tahun 1980-an. Sementara itu, pada tahun 1990-an, muncul musisi yang meneruskan kecenderungan periode


1. MBC mengadakan Riverside Festival pertamanya pada tahun 1979 di Taman Hiburan Cheongpyeong. Kontes lagu kreatif untuk mahasiswa berfungsi sebagai pintu gerbang menuju kesuksesan, menghasilkan banyak musisi bintang.

3

4 © Newsbank

sebelumnya dan musisi yang mengikuti gaya lain yang sama sekali berbeda.

Budaya Musik Indie yang Tumbuh Mandiri

Daerah sekitar Universitas Hongik di Seoul adalah pusat aktivitas budaya, tempat terpusatnya banyak studio, bengkel, dan galeri seni. Ketika stasiun kereta bawah tanah dibuka di sekitar kampus ini pada tahun 1984, para seniman dan pemuda-pemudi yang menyukai suasana tempat ini mulai berkumpul dan menetap di sini, dan mengubah area ini menjadi spot budaya serta memberikan julukan “Hongdae” (akronim dari Universitas Hongik dalam bahasa Korea). Selain itu, harga sewa yang relatif murah memungkinkan klub-klub musik live membuka usahanya, dan melalui klub-klub inilah teknologi musik seperti funk dan rock modern

© Seoul Arirang Festival

2

2, 3. Rocker Jeon In-kwon (1954-) tampil di Festival Seoul Arirang 2016 di Gwanghwamun Square di Seoul. Sebagai vokalis band rock Wild Chrysanthemums (aktif 1985-1995), Jeon memikat para pemuda tahun 1980-an dengan suaranya yang kasar dan penuh teriakan. Album debut band ini diakui sebagai salah satu karya terbesar dalam musik pop Korea. 4. Band rock indie Kiha & The Faces (aktif 2008-2018) tampil pada 2009 di KT&G Sangsang Madang di distrik Hongdae. Dengan lirik dan melodinya yang inovatif dan gaya nyanyian gereja, band ini muncul sebagai ikon musik indie generasi kedua Korea. Mimi Sisters, paduan suara band, menjadi duo independen pada 2011.

berkembang. Klub ini adalah wujud usaha para musisi yang berkumpul ke daerah ini untuk meneruskan kehidupan musik yang berkelanjutan sambil membuat musik apa pun yang mereka sukai dengan menolak sistem produksi agensi manajemen dan memilih produksi berskala kecil dan independen. Pada akhirnya, mereka menimbulkan perubahan kesadaran yang membedakan orientasi musik pop Korea antara sebelum dan sesudah tahun 1990-an. Penyebaran akses internet juga turut mempengaruhi para musisi muda yang menyebut dirinya indie ini. Misalnya, “Deli Spice” yang memainkan musik eksperimen berlatar belakang rock modern, adalah band yang dibentuk oleh anggota dalam ruang obrolan “Hitel”, yaitu sebuah platform komunikasi online. Lagu “Chau Chau” dari album pertama mereka dan lagu “Run the Horse” yang dinyanyikan oleh band punk rock “Crying Nut” mengumumkan kemunculan komunitas musik baru di area Hongdae, dan memelopori kelahiran dan kebangkitan musik indie Korea. Kemudian musik-musik band yang memperlihatkan keragamannya seperti garage rock, modern rock, hardcore, dan sebagainya mengambil inisiatif musik rock melalui musik indie, dan memikat hati penggemar musik tahun 2000-an. Akibatnya, selama beberapa saat, musik indie disamaartikan dengan musik band indie. Di antara mereka banyak pula yang tenar menjadi bintang. “Black Skirts”, “Broccoli, You Too?”, dan “Kiha & the Faces” yang muncul sebelum tahun 2000-an berakhir merupakan titik puncak musik indie Korea. Kemudian band-band yang muncul menjelang akhir tahun 2010an seperti “Jannabi” dan “Hyukoh” mulai saling menyeberangi arus utama dan musik indie dengan berdasarkan pada sistem produksi Korea. Kini, kolaborasi antara band indie dan band dari Asia Tenggara, atau peluncuran ke negara-negara Barat tidak lagi mengejutkan. Musik indie dan musik dari arus utama saling memberikan motivasi dan kedua musik ini belajar satu sama lainnya. Meskipun sangat disesalkan bahwa kini band musik rock tidak lagi menempati pusat musik populer, musik rock Korea masih berkembang, dan sejarah tahun 2020 belum ditulis.

SENI & BUDAYA KOREA 19


Akar Musik Afro-Amerika Korea Kim Zak-ka Kritikus Musik dan Komite Penyeleksi Korean Music Awards

B

eberapa tahun yang lalu, sebuah majalah

musik Amerika “Rolling Stone” pernah

menyebutkan bahwa penetapan musik hiphop sebagai genre yang menempati arus utama adalah peristiwa terpenting dalam dunia musik pop tahun 1990-an. Memasuki tahun 1990-an, hip-hop yang merupakan subkultur pemuda-pemudi Afro-Amerika daerah Compton (California) dan Bronx (New York), melahirkan bintang-bintang terkenal dan menjadi populer menggantikan posisi musik R&B yang mendominasi sebelumnya.

Hal ini memberikan pengaruh besar kepada generasi muda Korea saat itu, dan kini musik Afro-Amerika menempati posisi mutlak da-

1 © Gramho

lam dunia musik pop Korea.

2

Hip-Hop Pada akhir tahun 1980-an, ketika musik rock

serta lagu tren terbaru seperti hip-hop dan

mereka. Hip-hop mulai menanamkan akar-

berada di arus utama dan mengukuhkan

new jack swing.

nya di dunia musik Korea setelah lagu “Come

posisinya sebagai wakil budaya pemuda,

Di sinilah para penyanyi tari yang tampil

Back Home” (1995) dari album “Seo Taiji &

komunitas musik Afro-Amerika mulai ter-

di televisi dan mendominasi pada tahun

Boys” ke-4 yang mengikuti gaya rap gang-

bentuk. Tempat bermulanya komunitas ini

1990-an itu lahir. “Seo Taiji & Boys” yang

ster menggemparkan seluruh Korea.

adalah klub Moon Night di Itaewon, tempat

bermain di klub ini membuktikan bahwa rap

Kira-kira pada masa yang sama, “Black

para pengunjung dapat menikmati musik

juga bisa dinyanyikan dengan bahasa Korea

Loud Exploders (BLEX)”, yaitu sebuah ruang

tarian dari Barat yang terbaru. Klub yang

tanpa memberikan kesan canggung, dan

obrolan online bagi para penggemar musik

menerima tentara Amerika di Korea sebagai

tarian dinamis mereka memikat hati banyak

Afro-Amerika dalam platform komunikasi

pengunjung utamanya ini membuka pintu-

orang. Melalui grup beranggotakan 3 orang

online “Hitel”, berperan sebagai pangkalan

nya bagi pengunjung Korea sejak beberapa

ini, tren musik pop Korea berubah arah ke

bagi musik hip-hop bawah tanah. Anggota

tahun yang lalu. Para penari muda yang me-

musik tarian, dan agensi manajemen artis

BLEX ini membuat mixtape dengan me-

ngunjungi klub ini dapat menikmati tarian

pergi ke klub Moon Night untuk memborong

rekam rap yang berlatarbelakangkan ketu-

otentik Afro-Amerika seperti disko dan punk,

para penari berbakat dan melakukan debut

kan irama ciptaan sendiri, atau rap gaya be-

20 KOREANA Musim Panas 2020


1. Perlombaan dansa berlangsung di Moon Night, sebuah klub malam di Itaewon, Seoul. Dikenal sebagai tempat lahirnya musik dansa di Korea, klub malam itu menghasilkan banyak pertunjukan musik dansa generasi pertama tahun 1990-an. 2. Logo Moon Night, disebut sebagai “Legenda Itaewon.” 3. Sebuah adegan dari “Show Me the Money,” sebuah acara hip hop dari saluran musik kabel Mnet. Sejak musim pertamanya ditayangkan pada tahun 2012, acara ini diadakan setiap tahun di balik popularitas abadi hip hop.

3

4. Bersama dengan trio pria Solid, Lena Park (1976-) menciptakan kegemaran R&B yang menuasai kancah musik pop Korea akhir 1990-an.

© Diambil dari Mnet

4

bas di atas latar belakang nada dering pager

Kemudian, Lena Park yang juga merupa-

dan menyanyikan musik ciptaan mereka

kan penyanyi Korea-Amerika, sukses debut

sendiri ini kepada orang-orang. Sementara

dengan lagunya “P. S. I Love You” (1998),

itu, “Masterplan”, yaitu salah satu klub live di

dan keberhasilannya ini menempatkan R&B

daerah Hongdae, menyediakan ruang pen-

di tengah genre balad. Ketika itu, sulit bagi

tas bagi musisi hip-hop secara konstan dan

orang Korea asli untuk mempelajari vokal

berkontribusi dalam menghasilkan perminta-

gaya khas Afro-Amerika seperti vibrasi dan

an akan hip-hop.

teknik-teknik lainnya karena masih belum

R&B

© Diambil dari KBS

terdapat sistem pelatihan musik pop yang

an tahun 2010-an, membuat para musisi

sistematis di Korea.

hip-hop populer dalam tangga lagu dan

Berbeda dengan hip-hop yang dapat tum-

Pada tahun 2000-an, melalui lagu mega

festival-festival kampus. Jika dibandingkan

buh sendiri di Korea, musik R&B memerlu-

hit “Already One Year” yang dinyanyikan oleh

dengan tahun 1990-an ketika hip-hop dikucil-

kan bantuan penyanyi Amerika keturunan

grup “Brown Eyes” dan lagu “Think About

kan sebagai “musik arang briket”, suasana

Korea untuk dapat berkembang. Meskipun

‘Chu” oleh “Asoto Union”, musik Afro-Ameri-

ini memberikan kesan adanya perubahan

ada juga penyanyi dari dalam negeri seperti

ka menempati posisi penting dalam arus

zaman yang sangat berbeda. Namun, ketika

Yoo Young-jin, yang menggubah dan menya-

utama musik pop. Kemudian, para musisi

itu ada pula pengecualian, yaitu Michael Jack-

nyikan lagu “Your Scent”, namun sebagian

berusaha untuk melampaui peniruan gaya

son.

besar penyanyi yang menyanyikan musik

Barat, dan muncul berbagai usaha untuk

Jika dipikir-pikir kembali, ketika itu Michael

R&B dengan lirik bahasa Korea pada ma-

menggabungkan R&B dengan sensibilitas

Jackson memberikan pengaruh besar bagi

sa-masa awal adalah mereka yang dibesar-

Korea. Kecenderungan ini kemudian mela-

calon bintang musik pop Korea berbakat

kan di Amerika dan melakukan debutnya di

hirkan “balad tempo medium” yang menjadi

yang menari semalaman hingga seluruh lan-

Korea. Salah satu contohnya adalah trio “Sol-

tren musik pertengahan tahun 2000-an.

tainya tersapu di klub Moon Night Itaewon

id” yang terdiri dari tiga orang Korea yang

Bersama EDM (Electronic Dance Music),

yang merupakan wilayah bebas bagi para

dibesarkan di Amerika, termasuk George

hip-hop menjadi unsur yang tidak dapat dile-

pemuda. Calon-calon itu kemudian memulai

Han Kim. Lagu “Holding on the End of the

paskan dari musik para idola K-pop dewasa

debutnya sebagai penyanyi yang menyanyi

Night” (1995) dari album ke-2 mereka meng-

ini. Selain itu, program audisi “Show Me the

sambil menari. Dalam hal ini, bisa dikatakan

alami sukses besar, sehingga membuat R&B

Money” yang menandai datangnya musim

bahwa Michael Jackson menjadi titik balik

mendapatkan tempatnya di Korea.

semi bagi musik hip-hop sejak pertengah-

penting dalam peta musik pop Korea.

SENI & BUDAYA KOREA 21


FITUR KHUSUS 4

Sebelum K-Pop: Musik Populer Sejak Perang Korea

Musik Populer Zaman Media Baru Panorama penuh warna musik Korea populer pada abad ke-21 semakin terdiversifikasi melalui media lama, yang diwakili oleh saluran TV, dan media baru di era seluler, seperti jejaring sosial dan steraming platform. Kim Zak-ka Kritikus Musik dan Komite Penyeleksi Korean Music Awards

1

Š Kyeonggi Ilbo

22 KOREANA Musim Panas 2020


K

eanekaragaman bentuk dan gaya menjadi ciri musik populer Korea saat ini. Mengidentifikasi genre yang dominan merupakan kegiatan yang membuat frustrasi di era media baru ini. Saluran utama untuk pencinta musik saat ini adalah online streaming, dengan tangga musik konvensional yang mencatat jejak dan penjualan album dianggap kurang akurat dalam menentukan artis top. Tetapi tangga online streaming secara langsung juga tidak memiliki kredibilitas; hasilnya lebih condong berbasis penggembar masif lagu-lagu K-pop dari idola mereka secara 24/7 yang mampu meningkatkan peringkat grafik mereka. Bagi musisi tanpa fandom seperti itu, tangga lagu musik tidak lebih dari “taman bermain bagi idola.” Namun ada pula nama-nama yang menempati peringkat teratas tangga musik saat merilis lagu baru meskipun mereka bukan idola K-pop ataupun artis terkenal melalui program televisi. Mereka mempunyai persamaan, yaitu memiliki warna vokal yang menarik dengan diiringi musik balad atau akustik. Sebagai lawan dari “musik yang ditonton”, para musisi ini mewakili jenis “musik yang didengar”, dan panggilan “penyejuk gendang telinga” yang ditujukan kepada mereka ini menjadi contoh ciri-ciri para penguasa rekaman musik. Ciri-ciri ini menunjukkan dengan baik tradisi konsumsi musik apa yang mereka ikuti. Tradisi itu adalah “bintang radio”.

Para Penguasa Rekaman Musik

Internet, yang mulai menyebar di tahun 2000-an, juga menimbulkan perubahan persepsi yang besar dalam pasar musik. CD yang menjadi media penyimpanan lagu kehilangan perannya dan digantikan oleh MP3. Bentuk rekaman musik digital yang

1. Penonton yang meluber bereaksi sangat antusias dalam konser musik trot di Suwon Convention Center pada tahun 2019. 2. Sensasi Trot Song Ga-in ketika berbicara pada konferensi pers pada 2019. Song adalah pemenang audisi “Miss Trot” yang ditayangkan di TV Chosun pada 2019. 3. Im Young-ung bersukacita atas kemenangannya dalam versi pria, “Mr. Trot” ditayangkan di TV Chosun sejak Januari hingga Maret 2020. Episode terakhir pertunjukan ini mencetak peringkat pemirsa tertinggi dari semua acara TV di Korea.

2 © News1

baru ini tidak diunduh di pasar musik resmi, melainkan diunduh secara ilegal melalui P2P dan sering digunakan sebagai 3 musik latar pelayanan jarin© Starnews gan sosial atau nada dering ponsel. Dengan demikian jumlah penjualan rekaman musik semakin menurun, dan pasar musik mau tidak mau terhambat karena penjualan rekaman musik belum dapat mencari saluran distribusinya yang memadai. Perubahan mulai terjadi melalui perangkat seluler. Bersama tersebarnya smartphone, cara menikmati musik populer yang dulunya dilakukan dengan mengunduh berkembang menjadi streaming, yang tumbuh dalam skala besar untuk melahirkan pasar musik. Sejak pertengahan tahun 2010-an, streaming telah berakar kuat sebagai sumber yang digunakan oleh konsumen musik. Contohnya adalah Heize yang melakukan debutnya pada tahun 2015 dan secara perlahan meningkatkan popularitasnya hingga akhirnya menempati peringkat teratas dengan lagu “Don’t Come Back” dan “Star”; dan Bolbbalgan4 yang pada awalnya tidak mendapat perhatian namun pada akhirnya berbalik menempati posisi teratas dengan lagunya yang berjudul “Galaxy”. Faktor penentu keberhasilan para musisi ini bukan karena siaran televisi, melainkan lebih karena penyebaran dari mulut ke mulut di SNS. Lagu-lagu yang memanggil hasrat untuk mendengar walau hanya bermodal melodi, lirik, dan suara tanpa pertunjukan meriah seperti kelompok idola inilah yang menjadi tokoh utama dari desas-desus yang disebarkan dari mulut ke mulut.

Program Audisi

Sejarah program audisi musik populer di Korea bermula dari tahun 1977 melalui Festival Musik Kampus MBC yang membuka awal budaya baru para pemuda dengan lagu “Apa Yang Harus Kulakukan” yang dinyanyikan oleh “Sand Pebbles” sebagai pemenang pertama.

SENI & BUDAYA KOREA 23


1 © Ukopia

Dalam situasi terpupusnya budaya para pemuda sebagai dampak dari penyebaran ganja di tahun 1975, festival musik ini menjadi satu-satunya harapan bagi para mahasiswa yang memimpikan musik. Bahkan, sejarah mencatat bahwa lagu-lagu hit di tahun 1980-an merupakan lagu-lagu yang menang dalam festival musik ini. Namun, sejak pertengahan tahun 1990-an, pengaruh Festival Musik Kampus ini mulai mengalami kemunduran. Hal ini disebabkan oleh berubahnya lingkungan pasar musik populer secara drastis bersamaan dengan dimulainya era agensi. Anak-anak yang bercita-cita menjadi bintang terkenal masuk ke agensi sejak berumur belasan tahun dan melakukan debutnya setelah melewati proses pelatihan keras selama beberapa tahun. Dalam situasi seperti ini, para musikus berbakat merasa tidak perlu memilih jalur Festival Musik Kampus. Kemudian muncul kompetisi bakat tahun 2009 dengan program “Superstar K,” yang ditayangkan di Mnet (akronim dari Music Network, saluran musik TV kabel). Berbeda dengan Festival Musik Kampus, peserta dari segala usia bisa masuk, dan kompetisi berlangsung baik di dalam maupun di luar panggung. “Superstar K” menyoroti tidak hanya bakat tetapi juga kisah-kisah pribadi, yang sering kali menyentak, yang membantu mendapatkan dukungan dari pemirsa di rumah yang dapat memilih kontestan favorit mereka bersama dengan panel juri profesional. Pemenang musim pertama adalah Seo In-guk, yang merambah dunia akting juga. Para pemenang pada musim berikutnya juga sama-sama melambung menjadi bintang. Program “K-pop Star” yang berlangsung selama 6 tahun sejak tahun 2011 di saluran televisi SBS, dan program “Show Me the Money” dari Mnet yang berlangsung hingga musim ke-8 pada tahun 2019 mengikuti jejak “Superstar K” dan satu per satu meninggalkan

24 KOREANA Musim Panas 2020

1. Penonton bersorak di babak pendahuluan Mnet’s “Superstar K” musim 3, yang diadakan di New York City pada tahun 2011. Audisi TV menghasilkan minat yang luar biasa karena terbuka untuk kontestan internasional. 2, 3, 4, 5, 6. Festival Musik Kampus MBC, yang dimulai pada tahun 1977, memprakarsai kompetisi bakat TV di Korea. Pada 2000-an, acara bakat TV berevolusi untuk menampilkan beragam gaya musik, termasuk hip hop, trot dan crossover. Tampak dari kiri atas adalah poster untuk “Phantom Singer” (JTBC), “K-Pop Star” (SBS), “The Voice of Korea” dan “High School Rapper” (keduanya Mnet), dan “TOP Band” (KBS) ).

sejarahnya sebagai contoh keberhasilan program audisi. Kemudian ketika Mnet mencapai keberhasilan besar pada tahun 2016 melalui program “Produce 101”, para penonton tidak hanya sekadar berpartisipasi dalam pemungutan suara, melainkan juga terjun langsung dalam “usaha” mempromosikan kontestan yang mereka sukai. Para musisi yang tidak memiliki dukungan dari agensi bagaikan menjadi gladiator musik di arena pertarungan di koloseum, dan pertarungan itu didukung dengan semangat tinggi serta dinikmati dengan seru oleh massa. Seperti itulah rupa dunia musik populer Korea saat ini.

Kesemarakan Musik Trot

Selama ini, teuroteu, atau musik trot, disambut dingin dan sebagian besar diabaikan oleh publik.


Bersama tersebarnya smartphone, cara menikmati musik populer yang dulunya dilakukan dengan mengunduh berkembang menjadi streaming, yang tumbuh dalam skala besar untuk melahirkan pasar musik.

3

2

6 5

Pangsa pasar streamingnya tidak mencapai 1 persen pada 2019, dan beberapa toko musik hanya berpengaruh kecil. Sumber pendapatan utama genre ini adalah penjualan album di peristirahatan di jalan tol dan pertunjukan di acara atau festival lokal kecil. Oleh sebab itu, “demam trot” yang berlangsung baru-baru ini menjadi sebuah peristiwa luar biasa yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya oleh siapa pun. Peristiwa ini dimulai dari seorang komedian Korea yang dijuluki sebagai pembawa acara nasional bernama Yoo Jae-suk. Dalam program hiburan MBC “Hangout with Yoo”, ia menyamar sebagai karakter “Yoo San-seul”, turut serta dalam produksi lagu baru trot, dan menyanyikannya secara langsung. Dengan karakter ini, ia mendapat penghargaan debutan baru di bagian hiburan dalam Penghargaan Hiburan MBC tahun 2019. Selain itu lagu yang ia nyanyikan menempati peringkat atas di tangga musik dan menyemburkan semangat kuat. Yoo San-seul membuktikan bahwa musik trot bisa mendapatkan minat yang stabil di sektor hiburan. Kesemarakan musik trot diikuti dengan kejutan yang ditunjukkan oleh Song Ga-in, yaitu penyanyi trot yang naik daun menjadi penyanyi nasional setelah memenangi program audisi “Miss Trot” yang disiarkan oleh TV Chosun pada tahun 2019.

4

Song Ga-in, yang melewati masa-masa sulit sebagai penyanyi tak dikenal, mengangkat trot paduan (fusi) yang merupakan salah satu aliran musik trot dan memperlihatkan wibawa trot tradisional secara jelas dan nyata. Dipicu oleh keberhasilan program “Miss Trot” maka TV Chosun menyiarkan program “Mister Trot” pada Januari hingga Maret tahun ini dan kembali melahirkan seorang bintang bernama Lim Young-woong. Berbeda dengan program “Miss Trot”, yang pada awalnya mengecewakan para pemirsa karena ciri para kontestan yang mirip, namun secara perlahan membangkitkan minat penonton. Program “Mister Trot” sejak awal menampilkan kontestan yang memiliki warna unik. Hal itu membuat para pemirsa antusias karena para kontestan itu memperlihatkan cita rasa modern melalui keahlian menari dan sebagainya. Tingkat kepuasan pemirsa di akhir program ini melampaui 35% dan mencatat rekor tertinggi dalam bidang program hiburan. Ini berarti bukan hanya kalangan paruh baya dan lansia saja yang menonton program ini, tapi diikuti juga oleh kalangan pemuda. Persamaan antara Song Ga-in dan Lim Young-woong adalah bahwa mereka tidak menyanyikan trot paduan (fusi). Kedua penyanyi muda ini menyanyikan trot tradisional tahun 1960 hingga 1970-an yang ketika itu mencapai masa emasnya melalui Lee Mi-ja dan Na Hoon-ah. Bagi generasi muda yang telah terbiasa menikmati musik lama dengan konten masa kini melalui YouTube, penyanyi-penyanyi muda yang muncul sebagai penyanyi sezaman juga turut mempengaruhi tercapainya kembali masa emas bagi musik trot tanpa memandang generasi. Berkat YouTube, musik klasik tua telah menemukan pengikut baru di antara generasi digital. Bagi generasi YouTube, yang lama tidak lagi berarti norak.

SENI & BUDAYA KOREA 25


FOKUS

© gettyimages

Sutradara Bong Joon-ho memegang piala Oscar di Academy Awards ke-92 pada 9 Februari 2020. Untuk komedi hitamnya yang pedas, “Parasite,” Bong meraih empat Oscar pada hari itu, termasuk gambar terbaik (yang pertama untuk yang bukan Film Inggris), sutradara terbaik, film berbahasa asing, dan skenario asli, menulis ulang sejarah Academy Awards sebaik film Korea. Ini terjadi setelah memperoleh Palme d’Or di Festival Film Cannes ke-72 tahun lalu.

26 KOREANA Musim Panas 2020


Dua film karya sutradara Bong Joon-ho berjudul Snowpiercer (2013) dan Parasite (2019) memiliki kesamaan. Keduanya mencerminkan konflik antara kelas penguasa dengan kelas yang dikuasai, serta kaum borjuis dengan kaum proletar. Ruang horizontal digambarkan melalui kereta dan ruang vertikal melalui tangga. Namun, kedua film melampaui batas pengaturan latar seperti itu dan berhasil melemparkan pesan yang bergema dalam kepala para penonton. Song Hyeong-guk Kritikus Film

I

ndustri perfilman Korea memiliki banyak karya orisinal dan kreatif, namun tidak sedikit pula yang dimulai dan diakhiri dengan penataan latar. Saya menyebut film seperti ini dengan sebutan ‘Film Konsep’. Dunia perfilman Korea dibanjiri dengan karya-karya seperti ini di awal tahun 2000-an dan salah satu genre yang terkenal adalah ‘Komedi Gangster’. Film-film berlatar seperti ketua gang preman yang harus menjalani kehidupan SMA lagi atau penyidik wanita yang ternyata menikahi keluarga mafia. Karya-karya seperti itu meraup sukses besar, membuat karya-karya serupa terus bermunculan selama beberapa tahun. Memasuki tahun 2010-an, karya-karya seperti itu mulai menghilang, tapi percobaan untuk menarik minat penonton hanya dengan menggunakan latar masih terus dilakukan. Tentu saja itu hal itu dilakukan untuk membangkitkan rasa penasaran penonton, tapi masalahnya adalah banyak film yang terjebak dalam kemonotonan

yang sudah dirasakan penonton melalui alur cerita yang mudah ditebak dan akhir cerita yang klise. Sulit untuk memperluas wawasan dengan menonton film-film seperti ini walau digunakan untuk mengisi waktu senggang. Sutradara Bong Joong-ho datang dengan karya yang berbeda dari mereka. Dia selalu membangkitkan rasa penasaran penonton melalui latar yang menarik, sekaligus melampui latar yang sudah diatur tersebut untuk membuka pintu ke genre film baru. Ini merupakan posisi istimewa yang dia tempati di dunia perfilman Korea.

Penyutradaraan yang Melampaui Latar

Setelah Festival Film Internasional Cannes di tahun lalu, tahun ini Parasite berhasil mendapatkan penghargaan tertinggi di Academy Awards di Amerika, sehingga membuat ketertarikan akan ruang vertikal yang merupakan latar film ini menja-

SENI & BUDAYA KOREA 27


di semakin tinggi. Ruang horizontal di Snowpiercer yang digambarkan dengan kereta juga kembali menjadi pembicaraan. Dalam Snowpiercer, kelas miskin di bagian ekor kereta beraksis horizontal mencoba maju ke gerbong depan. Dalam Parasite, keluarga miskin yang tinggal di ruang semibawah tanah mondar-mandir naik dan turun ke lantai atas menggunakan tangga. Jika kita hanya melihat latar yang seperti ini, maka mudah untuk memahami kemiripan konsep ruang di kedua film, yakni gerbong belakang yang berarti kelas miskin dan gerbong depan yang berarti kelas penguasa di Snowpiercer, serta ruang bawah tanah yang berarti kemiskinan dan lantai atas yang berarti kemakmuran di Parasite. Dunia Snowpiercer adalah planet bumi yang membeku di zaman es baru. Satu-satunya manusia yang selamat hidup di atas kereta yang mengelilingi dunia yang tertutup salju tanpa henti. Para penumpang dipisahkan berdasarkan status sosial; ketika film berlanjut, orang-orang di belakang, yang terus-menerus menderita karena perlakuan tidak manusiawi, memberontak dan berjuang maju ke depan ke bagian depan kelas satu, gerbomg demi gerbong. Jika hanya dilihat apa adanya, maka film ini tidak ada bedanya dengan ‘Film Konsep’ lainnya. Namun, Bong mengkhianati latarnya sendiri dan memutar kemudi ke ‘samping’. Saat kelompok Curtis (Chris Evans) terus maju membuka satu per satu pintu gerbong bagian depan, terungkap bahwa tujuan teknisi bernama Namgoong Min-soo (Song Kang-ho) yang membukakan pintu-pintu tersebut adalah pintu di sisi samping. Untuk memahami maknanya, Anda perlu memasuki ‘latar di dalam latar’ milik Sutradara Bong.

Perubahan Dunia Luar

Kereta menyimbolkan era modern. Seiring dengan mening-

katnya jumlah produksi tekstil -- setelah ditemukannya mesin uap yang kemudian memicu perkembangan alat transportasi massal -- semakin banyak pula masyarakat yang berkumpul di kota. Umat manusia bekerja ketika matahari terbit dan beristirahat ketika matahari terbenam, sehingga komitmen pada waktu yang menguasai kebanyakan dari mereka menjadi dibutuhkan. Pabrik harus menentukan jam masuk dan pulang kerja, serta jam pergantian karyawan, serta kereta harus tiba di waktu yang sudah dijanjikan. Satu buah mesin bisa mengerjakan pekerjaan 100 orang, sehingga nilainya pun semakin diagungkan, sementara manusia harus mengelap mesin dan menggantikan minyaknya. Seperti mesin dan kelas penguasa dalam Snowpiercer yang setiap komponennya harus berada di tempat semestinya agar semua bisa berjalan lancar, umat manusia di abad ke-20 menyembah mesin. Inilah yang membuat segelintir kaum elit pemilik mesin dapat menguasai dunia. Seperti yang sudah dikisahkan di Masa Modern (1936) karya Charlie Chaplin, mayoritas pekerja menjelma menjadi komponen mesin raksasa. Dalam Snowpiercer, perbedaan kelas ditunjukkan melalui ditaruhnya anak-anak kecil ke dalam mesin untuk menggantikan komponen yang rusak. “Diam,” ujar Mason (Tilda Swinton) dari kelas penguasa kepada kelas terjajah yang memberontak. Selain itu, penguasa kereta Wilford (Ed Harris) juga bertemu Curtis dan menekankan, “Semua sudah memiliki posisi masing-masing.” Selain mesin kereta, kelas penguasa juga secara berkala melakukan pengendalian penduduk untuk menekan jumlah manusia dan hewan di dalam kereta. Ini merupakan cara berpikir tidak berkeprimanusiaan di era modern yang dikuasai mesin dan modal produksi. Kemudian, dunia mulai berubah memasuki akhir abad ke-20. Sistem perang dingin run-

1. Pada awal “Parasite,” Kim Ki-taek mengintip dari sebuah apartemen semi-basement yang ditempati keluarganya. Rumah-rumah yang berdiri terpisah pada 1980-an diharuskan memiliki semi-basement jika perang meletus. Pemerintah akhirnya mengizinkan semi-basement untuk disewa, yang menjadi pilihan terjangkau untuk rumah tangga berpenghasilan rendah. 2. Rumah keluarga Park di “Parasite” menegaskan jurang ekonomi yang luas di Korea. Sebuah survei tahun 2019 mengatakan bahwa pendapatan rumah tangga bulanan rata-rata batas bawah dan atas adalah sekitar 1,3 juta won dan 9,5 juta won.

1 © CJ ENM

28 KOREANA Musim Panas 2020

3. Kim Ki-woo dan saudara perempuan Ki-jung mencoba mencari sinyal WiFi gratis dari kamar mandi di apartemen semi-basement mereka. Toilet di rumah semi-basement biasanya dibangun di lantai yang lebih tinggi. Jika lebih rendah dari septic tank bawah tanah, air limbah dapat merembes.


2 3

SENI & BUDAYA KOREA 29


tuh dan era ideologi lenyap dalam sejarah. Bersamaan dengan revolusi teknologi informasi, data-data tak kasat mata berpindah tanpa batasan ruang, begitu pula dengan uang dan otoritas yang mengikuti di belakangnya. Modal finansial dan kekuatan digital mulai menguasai dunia. Era mesin berubah menjadi era informasi yang dikuasai internet. Sekarang lawan kaum terjajah pun seakan bersembunyi di ruang khayalan yang tak terlihat mata. Saat kelas miskin terus bertarung dengan gaya abad 20-an di dalam kereta, dunia luar telah berubah. Adegan yang menyimbolkan hal ini amat memukau. Berbeda dengan Curtis yang hanya melihat pintu depan, Namgoong Min-soo yang sering melirik ke jendela samping melihat kepingan-kepingan salju yang beterbangan. Arah kepingan salju kecil terus berubah akibat berbagai pengaruh dari lingkungan, seperti suhu dan kelembaban udara, serta aliran udara dan bahkan pernapasan organisme yang ada. Gerakannya berbeda dengan latar awal film yang terus maju ke depan. Ini seperti sinyal digital yang melenceng dari era modern tempat ‘semuanya memiliki posisi masing-masing’. Pertanyaan dilontarkan ke latar film yang terus maju ke depan secara horizontal dan telah dilampaui untuk bergerak ke samping. Singkatnya, ini merupakan ajakan sutradara Bong untuk melihat perubahan dunia luar.

Kekuatan Tak Kasat Mata

Ruang vertikal di Parasite juga bukan hanya sekadar latar.

‘Tangga’ dalam film hanya sebuah umpan yang dilemparkan sutradara untuk mengajak penonton benar-benar melihat posisi kita di dunia yang berubah cepat, serta kebiasaan genre Hollywood di masa sebelumnya dan cara berpikir di era ideologi. Setelah membaca kalimat dalam iklan sederhana berbunyi ‘ulah keluarga miskin yang bekerja di rumah keluarga kaya’, wajar jika penonton memperkirakan akan adanya pertikaian antara orang kaya dengan orang miskin. Namun, ketika film sudah setengah jalan, yang menjadi fokus justru perseteruan antara keluarga miskin dengan keluarga yang lebih miskin. Keluarga kaya di dalam film tidak tahu apa-apa. Bahkan, media dan polisi pun tidak berhasil memecahkan kondisi sesungguhnya. Ketika kelas penguasa sosial tenggelam pada peran mereka sendiri akibat ‘ketulusan yang tak memerlukan pikir panjang mereka’, ketika dunia menjadi ‘perang antar segala melawan semuanya’ seperti yang pernah diungkapkan filsuf Thomas Hobbe. Begitu juga, ketika film terus memperlihatkan masalah akan lapangan pekerjaan, penonton dibuat untuk memikirkan perselisihan tak diinginkan antara pekerja permanen dengan honorer, orang yang dipecat dengan yang tuan melakukan pemecatan, dan pebisnis usaha kecil dengan siswa pekerja paruh waktu. Seperti tokoh-tokoh kelas miskin Snowpiercer yang di satu titik harus berputar arah setelah sebelumnya hanya berlari ke depan, keluarga miskin di Parasite yang terus mengarah ke atas juga akhirnya terjatuh ke bawah sebelum me-

1

30 KOREANA Musim Panas 2020


Film Bong Joon-ho dipenuhi dengan pertanyaan dan ajakan yang memerlukan lebih dari satu jawaban tepat. Karenanya, jika Anda ingin menikmati dengan sungguh-sungguh karyanya, Anda harus berhati-hati agar tidak kewalahan dengan latar yang disajikan di depan mata.

1. Film Bong Joon-ho “Snowpiercer” (2013) didasarkan pada novel grafis Prancis oleh Jacques Lob dan Jean-Marc Rochette dengan judul yang sama. Dalam film thriller sci-fi pasca-apokaliptik, satu-satunya manusia yang bertahan hidup di zaman es baru berada di kereta yang tak henti-hentinya mengelilingi dunia beku. 2. Orang miskin di atas kapal “Snowpiercer” mengepung pemimpin spiritual Gilliam (John Hurt), yang menginginkan pemimpin pemberontak Curtis (Chris Evans) menggantikannya. 3. Gaya hidup mewah para elit di depan kereta dibangun atas pengorbanan para penumpang miskin yang berdesakan di belakang.

nyadari ada sesuatu yang salah. Keluarga Ki-taek bertemu dan berselisih dengan keluarga bernasib lebih tragis dari mereka. Putra keluarga Ki-taek bernama Ki-woo yang kabur dari perselisihan tiba-tiba menghentikan langkahnya saat menuruni tangga di hujan lebat. ‘Kenapa aku harus bertengkar dengan orang-orang yang lebih di bawahku?’ Tangga-tangga di dalam film akhirnya melemparkan pertanyaan mengenai kekuatan tak kasat mata dalam kehidupan sosial kita yang memicu pertikaian antar orangorang lemah. Kekuatan itu mirip dengan mesin kenyataan buatan perusahaan TI global yang dimiliki Presdir Park yang kaya, yakni dapat ditemukan di mana pun di ruang siber, tapi sulit dipahami karena tidak terlihat. Hal ini pula yang membuat Parasite yang mencerminkan abad ke-21 seakan lebih gelap dibandingkan dengan Snowpiercer yang mencerminkan abad ke-20. Krisis kapitalisme global, perubahan persepsi drastis akan lapangan pekerjaan, serta pengembangan alam yang merusak ekologi dan kemunculan monster akibat perusakan tersebut adalah hal-hal yang terus disorot oleh Bong Joonho. Walau dunia telah terhubung menjadi satu berkat internet, lembaga pengambil keputusan di setiap negara tidak mampu menghadapi dengan tepat masalah-masalah seperti ini yang tengah dihadapi umat manusia. Film-film Bong Joon-ho merupakan pertanyaan mutakhir mengenai dunia nyata, sekaligus alasan untuk terus menyambung kecemasan yang berlandaskan rasa kemanusiaan.

2 3

© CJ ENM

SENI & BUDAYA KOREA 31


WAWANCARA

Dua Vaksin untuk Menghadapi Pandemi Seorang sosiobiologis dan etologis di Universitas Perempuan Ewha, Profesor Choe Jae-chun, sudah lama memperingatkan bahayanya perusakan ekosistem. Melihat bagaimana kita berjuang melawan COVID-19, ia memperkirakan skenario ini akan berulang jika manusia tidak melindungi alam dengan lebih baik. Kang Yang-gu Jurnalis Ilmiah Heo Dong-wuk Fotografer

S

emut rangrang adalah bintang di Lembaga Ekologi Nasional, yang terletak di Kabupaten Seocheon, Provinsi Chungcheong Selatan. Semut yang berasal dari wilayah tropis di Amerika Selatan dan Amerika Tengah ini memotong daun, membawanya ke sarang, dan mengunyahnya menjadi campuran yang digunakan untuk memupuk jamurnya. Semut-semut ini sudah bercocok tanam jauh lebih lama daripada manusia, yang baru mulai beternak dan mengolah lahan sekitar 10.000 tahun yang lalu. Hasil observasi terhadap semut-semut ini menunjukkan bahwa ketika mereka sangat aktif, sebagian dari mereka menutup diri dengan semacam tepung putih. Tepung ini sebenarnya bakteri dengan antimikrobial yang berfungsi membasmi hama penyerang tanaman jamur. Selama berjuta-juta tahun, proses ini merupakan simbiosis antara semut rangrang dan mikroorganisma. Profesor Choe Jae-chun, ekologis dan pendiri lembaga ini, membawa semut-semut ini ke kantornya. Ia dikenal sebagai “Dokter Semut” dan advokat lingkungan, dan sudah lama lantang menyuarakan pandangannya bahwa “untuk menjaga keragaman hayati, kita harus mengatasi krisis iklim dan melakukan sesuatu.” Pada suatu hari di musim semi, saat forsythia sedang mekar, saya bertemu dengannya di kampus Ewha. Anda sudah lama memprediksi wabah seperti yang kita alami sekarang, bukan?

32 KOREANA Musim Panas 2020

Sebagai seorang ekologis yang mempelajari ekologi dan evolusi, saya pasti khawatir mengenai masalah yang timbul antara manusia dan virus. Hal pertama yang harus diketahui: jika manusia dan virus berperang satu sama lain, manusia tidak mungkin menang. Virus sudah ada di muka bumi jauh lebih lama daripada manusia. Sekarang jumlah virus di seluruh dunia tidak terhitung dan mereka siap menyerang. Ketika ada kesempatan, virus ini melakukan segala cara untuk bermutasi dan menjadikan tubuh manusia sebagai inangnya. Sebagian besar tidak berhasil. Tapi, yang terjadi sekarang adalah ada virus yang secara mengejutkan membuka diri. Apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi situasi pandemi ini? Kita pasti akan menemukan cara untuk mengatasi pandemi ini. Masalah yang lebih besar adalah pandemi ini bukan yang terakhir. Akan selalu ada virus baru yang mencari manusia sebagai inang. Meski kita berhasil membuat vaksin untuk virus korona dalam 18 bulan mendatang, ada kemungkinan ketika vaksin itu sampai di tangan kita, muncul virus lain. Lalu, apa yang harus kita lakukan? Kita perlu cara penanganan dasar yang dapat dipakai menghentikan penyebaran semua virus. Saya menyebutnya “vaksin ekologi” dan “vaksin perilaku.”


Profesor Choe Jae-chun dan Dr. Jane Goodall mengunjungi Dragon Swamp di Gunung Daeam di Provinsi Gangwon, pada 2017, dalam sebuah acara untuk mempromosikan perlindungan lingkungan, diselenggarakan oleh Yayasan Keanekaragaman Hayati yang dipimpinnya. Yayasan ini mendukung penelitian akademis dalam studi hewan dan lingkungan serta pengembangan dan distribusi materi pendidikan. Dragon Swamp, atau Yongneup, adalah lahan basah yang pertama dilindungi di Korea yang terdaftar di bawah Konvensi Ramsar.

Š Cho Soo-jeong

“ Kita perlu melakukan refleksi mengenai semua kerusakan ekologis yang kita lakukan atas nama pertumbuhan ekonomi, dan kita harus berubah. Jauh lebih ekonomis melindungi alam daripada mengembangkannya.� SENI & BUDAYA KOREA 33


Vaksin perilaku itu seperti pembatasan sosial tapi lebih intensif. Benar sekali. Pembatasan sosial adalah contoh vaksin perilaku ini. Mungkin terdengar sangat sederhana. Kita hentikan kegiatan di seluruh dunia selama dua minggu – tidak lebih – pasti semua jalur penyebaran COVID-19 akan tertutup dan satu-satunya pekerjaan yang harus kita lakukan adalah mengobati mereka yang sudah terinfeksi. Andai seluruh dunia bekerja sama, dan semua orang bersedia menghentikan kegiatan, tidak ada vaksin yang lebih efektif daripada cara ini. Apakah vaksin ekologi berarti menghentikan perusakan ekosistem yang dilakukan oleh manusia? Benar. Alasan virus terus menyerang manusia adalah banyak binatang menjadi inang sebelumnya dan ekosistem alaminya sudah tidak ada lagi. Dulu, tidak ada kesempatan bagi virus yang menumpang hidup di tubuh kelelawar di gua yang ada di hutan bisa sampai ke tubuh manusia. Sama sekali tidak ada alasan bagi kelelawar, atau luwak, atau unta, atau trenggiling melakukan kontak dengan kita. Itu akibatnya jika hutan dirusak dan binatangnya ditangkap dan diter-

nakkan untuk dikonsumsi – dua hal yang lumrah saat ini. Mulai sekarang, seharusnya kita tidak mengganggu binatang-binatang liar itu sehingga virus pun tidak melakukan lompatan dan menjadikan manusia sebagai inang. Inilah penjelasannya mengapa perubahan iklim dan punahnya keragaman hayati berhubungan dengan penyebaran virus. Manusia menganggap perusakan ekologi sebagai bagian dari pertumbuhan ekonomi. Itulah masalahnya. Kita sibuk mengejar pertumbuhan ekonomi sehingga menganggap perusakan ekologi bukan sesuatu yang penting. Sekarang apa yang harus dilakukan? Ekonomi global terhenti karena wabah virus dan ini menyebabkan kerugian yang tak terbayangkan sebelumnya. “Kita perlu melakukan refleksi mengenai semua kerusakan ekologis yang kita lakukan atas nama pertumbuhan ekonomi, dan kita harus berubah. Jauh lebih ekonomis melindungi alam daripada mengembangkannya. Kita harus mengerti bahwa vaksin ekologis perlu dilakukan untuk menghalangi wabah virus lain. Apakah menurut Anda ini menjadi kesempatan bagi

1

34 KOREANA Musim Panas 2020


kita mengubah perilaku? Bagaimana mungkin? Manusia adalah binatang yang sangat pelupa. Ketika pandemi berakhir, akan ada orangorang yang segera kembali seperti sebelumnya. Tapi, tidak diragukan lagi pandemi ini juga menjadi momen kesadaran ekologi, dan jumlah orang yang tergerak makin banyak. Mengenai vaksin perilaku, sepertinya pembatasan sosial perlu terus dilakukan. Manusia adalah satu-satunya binatang di muka bumi yang bergaul bebas dengan individu yang tidak dikenal dari spesiesnya. Bahkan, ketika 20-30 orang yang tidak saling mengenal duduk di kedai kopi Starbucks, kita bisa masuk ke dalamnya seorang diri tanpa merasa khawatir. Menurut Anda, apa yang akan terjadi jika hal serupa ada di dalam dunia simpanse? Kelompok simpanse akan menyerang dan simpanse asing itu akan mati dalam waktu kurang dari satu menit. Hal yang sama akan terjadi pada semut. Virus ini memang membuat kita menjaga jarak satu sama lain untuk sementara waktu, tapi menurut saya tidak akan selamanya demikian. Selama kita masih berada dalam proses evolusi, kita akan terus berkelompok, bertemu, dan tentu saja

2 © Munhwa Daily

1. Profesor Choe Jae-chun menegaskan pentingnya terlibat dalam isuisu perubahan iklim selama wawancara di kantornya di kampus Ewha Womans University. Dr. Choe saat ini mengajar dan melayani di Ewha sebagai ketua departemen. 2. Profesor Choe menjelaskan ekologi semut kepada sekelompok siswa sekolah dasar yang mengadakan pameran khusus tentang kehidupan semut di National Institute of Ecology pada tahun 2015. Ia menjabat sebagai direktur pendiri institut itu dari 2013 hingga 2015.

bersentuhan. Kalau wabah virus ini terus berlangsung, kita harus mengulangi proses pembatasan itu lagi. Kampus ditutup dan kuliah diadakan secara online. Apa yang Anda lakukan untuk mengisi waktu di saat-saat seperti ini? Ini adalah waktu paling bebas yang saya miliki setelah bertahun-tahun. Sebagian besar ceramah dan konferensi, baik di Korea maupun di luar negeri, dibatalkan. Saya bertemu mahasiswa saya melalui kuliah online dan menikmati hal yang tak terduga ini. Saya juga bisa mengerjakan manuskrip buku yang selama ini tertunda karena jadwal yang padat, dan sekarang buku ini hampir selesai. Semoga tidak lama lagi. Buku itu tentang apa? Ini buku tentang bagaimana berdiskusi dengan baik. Sedikit menyimpang untuk seorang ekologis, kan? Sebenarnya tidak begitu. Banyak binatang di dunia ini bisa belajar. Tapi, di antara semua binatang yang bisa belajar yang jumlahnya tidak terbatas itu, hanya manusia yang mampu menjadi “dewa dari segala makhluk.” Alasannya karena manusia adalah binatang yang menentukan garis awalnya sendiri. Binatang yang menentukan garis awal? Di antara binatang-binatang itu, manusia adalah satu-satunya yang mencatat pengetahuan yang diperolehnya dan menurunkannya kepada anak cucu. Setiap generasi memindahkan garis awal sejauh pencapaian generasi sebelumnya, kemudian mulai dari titik ini menuju lebih jauh lagi. Kita satu-satunya spesies yang melakukannya. Jadi, tugas paling penting manusia adalah belajar dari generasi sebelum kita, percaya satu sama lain dan membagikan pengetahuan itu. Untuk dapat melakukannya, kita harus memiliki kemampuan dalam diskusi dan debat. Inilah alasan seorang ekologis tertarik menulis mengenai bagaimana cara menjadi pendebat yang baik. Bagus sekali kalau pandemi ini bisa mempengaruhi garis awal manusia secara positif. Dr. Jane Goodall, yang selalu bicara mengenai harapan, mengatakan sesuatu kepada saya baru-baru ini. “Semua ini pasti akan berlalu,” katanya “Kita sudah mengalami hal seperti ini beberapa kali. Barangkali, sekarang manusia akan mulai mengerti bahwa sebaiknya kita tidak merusak alam; mungkin sekarang penjelasan-penjelasan itu masuk akal buat mereka.” Saya sangat berharap demikian.

SENI & BUDAYA KOREA 35


PENJAGA WARISAN BUDAYA

Rutinitas Sehari-hari Bernilai Seperti Dahulu

Ahn Sang-min, pemilik generasi ketiga dari toko Biwon Teokjip yang berusia 70 tahun, mengambil alih operasi dari ayahnya delapan tahun lalu. Meskipun ia mengubah logo dan kemasan toko untuk menambahkan sentuhan modern, ia tetap berpegang pada cara tradisional saat membuat kue beras.

36 KOREANA Musim Panas 2020


Terletak di dekat Istana Gyeongbok di pusat kota Seoul, Biwon Teokjip adalah toko kue beras yang dikenal dengan resep-resep istana yang diturunkan dari Joseon, kerajaan Korea terakhir. Ahn Sang-min, generasi ketiga pemilik toko berusia 70 tahun ini, diam-diam menjaga cita rasa hidangan kuno tersebut. Kang Shin-jae Penulis Lepas Ahn Hong-beom Fotografer

T

oko tersebut tidak memiliki papan nama di bagian depan, sehingga hanya terlihat gantungan berbentuk seperti genting sederhana di depan jendela toko. Hiasan genting yang sama juga ditemukan di bagian dalam toko, tergantung tinggi pada tembok di atas etalase; suasana tokonya mengingatkan akan sebuah aula di rumah hanok tradisional, yang didominasi dengan pintu dan lantai kayu. Yang menyambut saya adalah lima jenis kue beras yang disusun berdampingan dengan rapi di etalasenya. Yang menarik perhatian saya pertama kali adalah duteopteok, kue beras khas toko. Kue beras ketan ini diisi dengan kacang walnut, kacang kastanye, kacang pinus, dan kurma yang semuanya dipotong halus dan dicampur dengan ekstrak yuja (citrus junos), madu, dan bubuk kayu manis. Adonan kue yang telah diberi isi, dibentuk menjadi sebuah bola dan ditaburi dengan bubuk kacang merah panggang sebelum dikukus. Diperkirakan bahwa kue ini dibuat pertama kali pada akhir kerajaan Goryeo (918-1392). Kue beras jenis ini adalah sebuah camilan mewah yang biasa dinikmati oleh masyarakat kelas atas dan juga disajikan di atas meja perjamuan ulang tahun raja-raja pada zaman kerajaan Joseon (1392-1910). Sebuah gigitan kecil kue yang dilapisi dengan taburan bubuk kacang merah ini memberikan rasa kaya dari kacang renyah diikuti dengan rasa manis dan tajam dari ekstrak yuja. Sesunguhnya tidak banyak toko kue beras yang dapat membuat camilan lembut ini karena cukup rumit untuk dibuat dan memerlukan bahan-bahan mahal.

Tekstur yang halus

Sejak tahun 2017, kota Seoul memperkenalkan sebuah program untuk mendukung toko-toko yang memiliki nilai bersejarah dengan menunjuk mereka sebagai “Toko Kuno” (Orae Gage). Sebagai salah satu dari Toko Kuno ini, Biwon Teokjip telah mendapat sorotan media yang cukup besar. Banyak artikel yang menggambarkan asal-usul toko sebagai berikut: “Han Hui-sun (1889-1972), salah satu dari dayang ista-

na kerajaan Joseon terakhir, yang bertugas di dapur istana pada masa pemerintahan Raja Gojong (pemerintahan tahun 1863-1907) dan Raja Sunjong (pemerintahan tahun 19071910), mewariskan resep kue beras kerajaan kepada Hong Gan-nan (1925-1999). Hong membuka Biwon Teokjib pada tahun 1949, dan pada tahun 1984, mewariskan toko tersebut pada keponakannya, Ahn In-cheol, yang telah bekerja di toko itu sejak tahun 1970-an.” Biwon Teokjib kini dijalankan oleh Ahn Sang-min, pemilik generasi ketiga, yang mengambil alih toko dari ayahnya delapan tahun lalu. Ahn muda mulai mempelajari keterampilan membuat kue beras sejak 14 tahun lalu, yaitu ketika dia masih berusia 23 tahun. Selama saya mewawancarainya, dia sibuk bolak-balik antara dapur dan aula. Ketika saya menanyakannya bagaimana bibi-jauhnya mempelajari keterampilan dan resep kue beras dari dayang istana kerajaan Joseson terakhir, saya mengantisipasi akan mendapat sebuah kisah menarik. Namun, jawabannya datar dan singkat, berbeda dengan apa yang saya bayangkan: “Saya hanya pernah mendengar tentang itu dari ayah. Saya kira, bibi-jauh itu tidak memberitahukannya secara mendetil kepada ayah saya.” Ditanya apa pun, jabawannya tidak panjang. Ahn berkata bahwa pada dasarnya dia seorang pemalu. Ketika saya bertanya padanya apa yang diketahui dan tidak ketahuinya tentang pembuatan kue setelah dia setia mempelajarinya selama 14 tahun, dia menjawab pendek seperti sebelumnya, “Tiada suatu pun yang tidak bisa saya atur sendiri. Ayah saya telah menyerahkan semuanya di bawah tanggungjawab saya.” Saat saya bertanya apakah ada keterampilan yang terasa sulit untuk dikuasainya bagaimanapun dia mencoba, dia menjawab, “Tidak, tidak ada sama sekali.” Akhirnya saya memperoleh jawaban yang agak lengkap ketika saya bertanya keterampilan apakah yang belum dikuasainya jika dibandingkan dengan ayahnya yang telah berkecimpung dalam usaha kue beras selama lebih dari 40 tahun. “Hampir tidak. Saya pikir, saya lebih baik dari ayah

SENI & BUDAYA KOREA 37


saya,” katanya. “Saya mengubah sedikit tekstur dari kue beras yang dibuat ayah saya berdasarkan standar saya sendiri. Ternyata perubahan itu membawa peningkatan dalam penjualan dan respon yang baik dari pembeli. Misalnya, seolgi (kue beras empuk yang dikukus di dalam cetakan) yang dibuat ayah saya lebih keras dan kenyal dibandingkan versi saat ini, yang memiliki tekstur lebih ringan, mirip seperti kue bolu.” Ketika saya bertanya apakah dia memperhitungkan selera orang muda, dia menjawab tidak, seleranya sendiri yang membimbingnya. Hal ini membuat saya bertanya-tanya kue beras bagaimanakah yang dianggap Ahn, penerus muda toko kue beras ini, sebagai kue beras berkualitas tinggi. “Ya, ada beberapa hal, tetapi tekstur kue adalah yang paling penting, dengan kata lain, saya percaya tekstur menentukan rasa kue. Setiap jenis kue harus memilik tekstur dan kekenyalan yang tersendiri masing-masing. Tidak ada hal lainnya, sebenarnya. Kemudian, faktor apakah yang mempengaruhi tekstur kue? Ada tiga faktor, yaitu tingkat kehalusan atau kekasaran tepung beras serta jumlah air dan garam. Terutama tekstur kue sangat dipengaruhi dari ukuran partikel tepung beras. Tergantung dari seberapa halus atau kasarnya tepung beras, kue beras dapat menjadi keras atau lembut dan kenyal, atau cepat mengeras atau tetap lembut dalam waktu lebih lama. Saya banyak memikirkan hal-hal semacam ini.”

Indra Estetis yang Modern

Ahn mengubah tidak hanya tekstur dari kue beras, tetapi juga penampilan produknya dan toko kuenya sendiri. Dikarenakan sebagian besar pembelinya adalah langganan

1. Dekorasi genteng di langit-langit menciptakan suasana tradisional di dalam toko. Pada 2017, tempat itu ditetapkan oleh kota Seoul sebagai “Toko Lama,” sebuah gelar yang diberikan kepada toko-toko bernilai sejarah di kota itu. 2. Dua potong kue beras diisi bersama-sama dalam bentuk bibir manusia untuk membuat ssang gaepitteok. Isinya berupa kacang merah yang dikupas, direbus, dan dihaluskan, dibungkus dengan adonan beras. 3. Untuk membuat yaksik, ketan yang direndam lalu dikukus, kemudian dicampur dengan madu, gula mentah dan kecap asin menjadi bewarna kecoklatan. Separo chestnut, seperempat jujub kering serta taburan wijen ditambahkan, dan campuran dikukus lagi serta dihiasi dengan kacang pinus. 4. Ikon penanda toko adalah duteoptteok merupakan favorit Ahn. Gigitan sepotong yang ditutup dengan bubuk kacang merah halus memberi Anda rasa mewah dari remahan kacang dan ekstrak junos jeruk manis.

38 KOREANA Musim Panas 2020

tetap, dia mencoba mencari cara untuk menarik pelanggan baru, terutama orang-orang lebih muda yang berusia sekitar 20-an dan 30-an tahun. Pertama, dia menyingkirkan kemasan lama, yakni kue beras ditaruh di atas piring styrofoam lalu ditutup dengan lilitan pembungkus plastik. Sebagai gantinya, dia mengemas kue beras satu per satu, lalu dia mendesain ulang logo dan kemasan toko, dengan mengambil contoh dari toko roti terkenal. Dia juga mulai menawarkan berbagai set hadiah – berbagai jenis kue beras ditempatkan di dalam kotak putih. Hasilnya, pelanggan yang lebih muda datang dan diperkirakan mengambil bagian sekitar 30% penjualan. Tidak ada satu pun perubahan diambil penerus toko berkompromi dengan esensi rasa yang diwariskan dalam keluarga. Selama menyangkut pekerjaannya, Ahn tampaknya cukup percaya diri dan tidak merasa cemas dalam menjalankan sebuah toko yang menyajikan produk sama dan dibuat dengan cara sama setiap hari selama lebih dari 70 tahun itu. Yang dimiliknya adalah keterampilan menghasilkan sesuatu yang dapat bertahan lama – sebuah keterampilan yang telah diasah selama puluhan dekade, disempurnakan dan dibuktikan oleh selera pelanggan. Ketika saya bertanya bagian apakah yang paling sulit

1


2

3

4

dari membuat kue duteopteok, yang memerlukan lebih dari selusin bahan untuk diolah, dia terdiam beberapa saat untuk pertama kalinya sebelum menjawab. Akhirnya dia menjawab, “Saya tidak tahu apa yang sulit atau apa yang mudah. Saya tidak pernah mempelajari cara membuat kue beras di tempat lain. Saya hanya bekerja di sini, maka saya tidak dapat membuat perbandingan. Saya tidak yakin bagaimana untuk menjawab pertanyaan ini.”

Rutinitas Setiap Hari

Ahn Sang-min tumbuh dengan melihat hal-hal melalui uap yang keluar dari kukusan di dalam dapur toko. Dia selalu merasa kasihan pada ayahnya, yang menghabiskan waktu berjam-jam di depan panggangan bubuk kacang merah yang akan digunakan sebagai taburan pada kue duteopteok. Saat itulah dia memutuskan untuk mengambil alih. Tujuannya hanyalah untuk menambah nilai pada pekerjaan tersebut, yang hanya memberikan imbalan kecil dibandingkan dengan jumlah beban kerja dibutuhkan. Segera setelah dia menyelesaikan wajib militernya, dia mulai bekerja sepanjang hari, dimulai dari pukul tiga atau empat dini hari. Dia mengesampingkan pendidikan tinggi, yang sebenarnya tidak

menarik minatnya. Lambat laun, baginya toko itu menjadi tempat satu-satunya di dunia, di mana dia memiliki kontrol penuh. “Pernahkah sesuatu dari urusan manajemen toko ini berjalan tidak sesuai dengan yang Anda harapkan? Apakah Anda pernah merasa kurang puas dengan kehidupan sekarang? ” “Terkait dengan pekerjaan saya? Tidak, saya merasa cukup puas dengan kehidupan sekarang. Saya selalu berusaha menikmati waktu luang saya dan keluarga juga sangat dekat, karena kami sering berwisata bersama,” katanya. “Apakah Anda memiliki rencana untuk toko ini?” “Tidak juga. Saya hanya akan terus melakukan apa yang saya lakukan selama ini,” katanya. Dalam jawabannya secara konsisten dia tak berkeinginan untuk meningkatkan usahanya. Tokonya telah terkenal melalui liputan media, tetapi dia tidak berencana untuk mengembangkan sebuah menu mewah bekerja sama dengan toko roti lain maupun membuka sebuah kafe yang mengkhususkan camilan dengan mengombinasikan gaya klasik dan kontemporer. Bahkan, menurutnya, jenis produk yang dijual mungkin akan dikuranginya untuk berkonsentrasi hanya pada beberapa dari jenis kue yang lebih penting. Saya bertanya-tanya sendiri mengapa saya merasa tidak puas dengan jawabannya. Kemudian, saya baru menyadari bahwa saya berharap dia memenuhi prasangka saya bahwa seorang pemimpin muda dari bisnis keluarga yang sudah dijalankan turun-temurun seharusnya menginterpretasikan kembali tradisi dan melakukan inovasi. Dengan menyadari hal itu, mata saya pun terbuka bagaimana sesungguhnya hari biasa seseorang – hari tanpa sesuatu yang spesial. Sebuah kehidupan sederhana ketika hari dimulai dan berakhir di dalam toko yang sama, seperti ayahnya; ketika dia bekerja hingga larut memenuhi pesanan mendesak, atau dengan bahagia menutup toko lebih cepat karena barang dagangan habis. Sikapnya yang sederhana, dengan tidak membandingkan hidupnya dengan para ahli yang lain, dengan tenang menjalankan tugasnya untuk hari ini dan menyambut hari esok dibandingkan merasa resah atas hari-hari jauh di masa mendatang yang belum diketahui. Ketika saya meninggalkan toko tempat kehidupan seperti itu sedang berlangsung, sesuatu sepertinya tumpah keluar dari pintu kayu, yang semakin mengilap seiring berjalannya waktu. Hal itu adalah konsistensi kehidupan seharihari yang berharga, hidup di setiap sudut dunia, tetapi jarang memperoleh perhatian yang semestinya. Irama kehidupan polos yang tak terputus, tidak pernah luar biasa, tetapi begitu indah.

SENI & BUDAYA KOREA 39


KISAH DUA KOREA

Ingatan Berbeda Atas Perang yang Sama Selama 70 tahun setelah pembagian Korea, seni lukis kedua Korea berkembang ke arah berlawanan berdasarkan lingkungan ideologis, sosial, dan politik. Pelukis di kedua Korea telah melakukan ingatan selektif atas perang Korea (1950-1953). Sudut pandang dan gaya mereka dalam menceritakan kematian dan konflik yang menghancurkan keduanya sangat berbeda. Kim Youngna Sejarawan Seni, Profesor Emeritus Universitas Nasional Seoul

40 KOREANA Musim Panas 2020


K

ejatuhan Seoul yang cepat pada minggu pertama Perang Korea membalikkan kehidupan para pelukis. Mereka yang gagal melarikan diri sebelumnya diberikan pilihan kejam: mereka bisa menerima jatah makanan jika mereka melukis potret raksasa pemimpin Soviet, Joseph Stalin atau pendiri rezim Korea Utara, Kim Il-sung di bawah instruksi Aliansi Seni Korea yang pro-komunis. Tiga bulan kemudian, ketika Pasukan Sekutu dan pasukan Korea Selatan merebut kembali Seoul, para pelukis ini menghadapi hukuman karena berkolaborasi dengan musuh. Banyak pelukis termasuk Ki Ung dan Kim Man-hyong yang berperan aktif dalam kegiatan pro-komunis melarikan diri bersama pasukan Korea Utara yang mundur. Akan tetapi mereka tidak sendirian dalam melarikan diri dari ancaman pembalasan; mereka bergabung dengan seniman lain yang rela pergi ke Korea Utara sebelum atau selama perang. Jumlahnya sekitar 40 seniman Korea Selatan beralih posisi. Kalau mereka tinggal di Korea Selatan, harapan pendekatan mereka terhadap seni akan sangat berbeda.

Seni Lukis di Korea Selatan

Sastra Korea memiliki beberapa karya besar yang berhubungan dengan perang. Namun hal yang sama tidak terjadi di bidang seni rupa. Sejumlah kecil pelukis berusaha untuk secara realistis menggambarkan kenyataan brutal dari konflik tersebut. “Pertempuran Gunung Dosol” (1951) adalah salah satu pengecualian. Yu Byong-hui, seorang anggota pasukan sinyal di bawah Kementerian Pertahanan Korea Selatan menghasilkan karya itu pada tahun 1951 tak lama setelah bentrokan berdarah yang terjadi di Pegunungan Taebaek yang terjal, salah satu dari lima pertempuran besar yang diperangi oleh Korps Marinir Republik Korea. Bendera nasional Korea Selatan alias Taegeukgi berkibar tinggi di tengah kanvas, sementara bendera Korea Utara terjatuh di tanah, basah dengan darah. Sekitar 2.260 tentara Korea Utara dan 700 tentara Korea Selatan tewas dalam pertempuran kejam itu. Kim Seong-hwan (1932-2019), seorang komikus kritik sosial dan politik mendokumentasikan Perang Korea secara teliti. Ketika perang meletus, Kim masih siswa SMA dan telah menggambarkan komik berjudul “Mengtengguri (Si Bodoh)” di harian Yonhapsinmun. Setelah Seoul jatuh, dia bersembunyi di loteng rumahnya agar tidak masuk ke tentara Korea Utara. Pelukis remaja itu menghasilkan sekitar 110 sketsa cat air yang benar-benar hidup berdasarkan apa yang disaksikannya. Di antara karyanya ada lukisan yang menggambarkan tentara Korea Selatan menangkap tank T-34 buatan Soviet yang tangguh dan mayat tentara Korea Utara berserakan di sekitarnya. Sebaliknya, sebagian besar pelukis di Korea Selatan lebih berfokus pada

“The 38th Parallel” oleh Kim Won. 1953. Cat minyak di atas kanvas. 103 × 139 cm. Lukisan itu menggambarkan kerumunan pengungsi yang berusaha melewati batas yang memisahkan kedua Korea. Tanah berwarna biru gelap dan langit merah melambangkan keputusasaan dan rasa sakit mereka, sementara sinar terang di bukit di sisi kanan kanvas melambangkan harapan.

SENI & BUDAYA KOREA 41


kehidupan pengungsi yang serba sulit dan keadaan pengungsian yang kacau balau. Adegan pertempuran jarang dilukiskan. Hal ini karena pelukis sendiri mau tak mau mengalami kengerian perang setiap hari. Kim Won (1912-1994) yang meninggalkan Pyongyang untuk menetap di Seoul sebelum perang dimulai menangkap kerumunan pengungsi yang berusaha melintasi garis yang memisahkan kedua Korea dalam “Paralel ke-38� (1953). Beberapa orang di depan meratap dengan memeluk orang yang sudah mati atau berjuang untuk naik bukit sambil menggendong atau memeluk anak-anaknya. Warna biru gelap di tanah dan merah di langit mengekspresikan keputusasaan dan kesengsaraan mereka sedangkan sinar terang di atas bukit di sisi kanan kanvas melambangkan harapan.

Abstrak Versus Realisme

Pelukis Korea Selatan tidak menyimpan ingatan yang mengerikan tentang perang walaupun kemiripan stabilitas mulai kembali. Sebaliknya, lukisan mereka menjadi lebih metaforis atau abstrak. Setelah berakhirnya Perang Dunia II, realisme sosialis yang berlaku di Soviet dan Korea Utara dianggap dikotori politik dan menghasut masyarakat. Pada saat itu realisme diabaikan dan abstrak menjadi populer di Amerika dan Eropa. Lukisan realisme dianggap berorientasi politik atau condong ke sayap kiri. Ada juga yang tidak menilai lukisan realisme sebagai seni. Setelah Perang Korea, pelukis Korea Selatan juga berusaha mengungkapkan kemarahan, kesakitan, kehampaan, dan kehilangan anggota keluarga mereka secara abstrak. Misalnya, Nam Kwan (1913-1990) sering melihat orang yang meninggal selama pengungsian sehingga tidak pernah lupa pemandangan mengerikan seperti itu sepanjang hidupnya. Dia menghidupkan kembali

1

42 KOREANA Musim Panas 2020


2

1. “Jejak Sejarah” oleh Nam Kwan. 1963. Cat minyak dan kolase di atas kanvas dengan efek warna tembaga 97,5 × 130,5 cm. Museum Nasional Seni Modern dan Kontemporer, Gwacheon. Dalam kilas balik yang melankolis dan emosional pada saat-saat tragis perang, bentuk-bentuk abstrak yang terdiri dari pukulan panjang dan pendek menunjukkan episode menyedihkan dalam latar ketika waktu tampak diam dengan cahaya dan bayangan saling silang. 2. “Kemenangan” (detail) oleh Lee Quede. 1958. Sebuah mural di Menara Persahabatan Sino-Korea. Lukisan cat minyak. 200 × 700 cm. Pyongyang. Mural besar ini menampilkan beberapa adegan pertempuran di tengahnya, dengan pejalan kaki Amerika di sisi kanan dan pasukan Tiongkok yang menang di bagian atas.

adegan-adegan itu dalam “Jejak Sejarah” (1963), sebuah kilas balik melankolis dan emosional terhadap momen tragis. Figur manusia, simbol dan piktogram diletakkan di atas kanvas seolah-olah mengambang di sana sini. Bentuk-bentuk abstak yang terdiri dari garis panjang dan pendek menunjukkan episode menyedihkan dengan latar belakang di mana waktu telah berhenti dan cahaya serta bayangan saling bersilangan.

Seni Lukis di Korea Utara

Lukisan di Korea Utara yang menyebut Perang Korea sebagai “Perang Pembebasan Tanah Air” jauh berbeda dengan lukisan di Korea Selatan. Oleh karena Korea Utara memilih realisme sosial untuk aliran seni lukis. Universitas Seni Pyongyang mengajarkan seni Rusia sebagai kursus wajib dan pelukis belajar bagaimana menggambarkan orang yang heroik secara dramatis. Di antara mantan pelukis Korea Selatan yang membelot ke Korea Utara, pelukis yang sering menggambarkan adegan perang Korea adalah Lee Quede (1913-1965). Lee telah menarik perhatian publik ketika berada di Korea Selatan karena lukisan kerumunannya yang menakjubkan. Lukisan perang khasnya, “Kemenangan” (1958) adalah mural yang digambar di dalam Menara Persahabatan Sino-Korea di Distrik Moranbong, Pyongyang. Menara tersebut didirikan untuk mengucapkan terima kasih kepada Tingkok atas bantuannya selama perang dan mempromosikan

SENI & BUDAYA KOREA 43


1

Lukisan di Korea Utara yang menyebut Perang Korea sebagai “Perang Pembebasan Tanah Air� jauh berbeda dengan lukisan di Korea Selatan. Dalam karya seni lukis Korea Utara, rakyat heroik yang membantu pasukan Korea Utara lebih sering digambarkan daripada adegan pertempuran. 2

44 KOREANA Musim Panas 2020


1. “Masyarakat Kosong, Mendukung Garis Depan” oleh Chung Chong-yuo. 1958/1961 (sentuhan ulang). Chosonhwa. 154 × 520 cm. Galeri Seni Korea, Pyongyang. Lukisan itu menggambarkan warga sipil di Kosong, Provinsi Kangwon, menerjang badai salju untuk membawa amunisi dan makanan ke garis depan. 2. “Perempuan di Desa Sungai Nam” oleh Kim Ui-gwan. 1966. Chosonhwa. 121 × 264 cm. Galeri Seni Korea, Pyongyang. Lukisan itu menggambarkan wanita gagah di sebuah desa di tepi sungai di Kosong ketika mereka melindungi tentara, kawanan ternak dan senjata api.

hubungan bilateral antara kedua negara. Di tengah mural ditemukan beberapa adegan pertempuran termasuk Pertempuran Sanggamryong ketika pasukan Tiongkok menaklukkan pasukan Amerika Serikat dan Korea Selatan. Di bagian kanan dilukiskan pasukan Amerika Serikat yang tercerai-berai dan di bagian atas ditampilkan pasukan Tiongkok yang menang. Dalam karya seni lukis Korea Utara, rakyat heroik yang membantu pasukan Korea Utara lebih sering digambarkan daripada adegan pertempuran. Pelukis yang membelot ke Korea Utara, Chung Chong-you (1914-1984) memenangkan medali emas di sebuah pameran seni nasional untuk “Warga Goseong, Mendukung Garis Depan” (1961) yang menampilkan warga sipil di Goseong, Provinsi Gangwon dengan berani mengantarkan amunisi dan makanan ke garis depan di tengah badai salju. Sosok manusia dan hewan yang bergerak dari kanan ke kiri digambarkan secara ritmik dan kesan ruang ditimbulkan secara efektif melalui sapuan kuas yang tersirat, gradasi tinta bertingkat, dan penempatan perspektif. Perlu dicatat bahwa sampai tahun 1950-an pelukis cat minyak lebih banyak daripada pelukis tinta bak di Korea Utara. Namun memasuki 1960-an para pelukis didorong agar menggambar apa yang disebut Chosonhwa (makna secara harfiah adalah lukisan Korea). Hal ini disebabkan karena pemimpin tertinggi Kim Il-sung menekankan bahwa Chosonhwa yang menggunakan kuas dan tinta bak tradisional lebih etnik daripada lukisan cat minyak dari Barat maka kita harus mengembangkan Chosunhwa secara mandiri. Selain itu dia menyebutkan bahwa penting sekali menggambarkan perjuangan rakyat secara hidup, jelas, sederhana, indah, dan tangguh dengan menggunakan warna karena kelemahan Chosonhwa adalah warna. Kim yang menegaskan Chosonhwa dilukis dengan cat memuji “Perempuan di Desa Sungai Nam” (1966) oleh Kim Ui-gwan (1939-) dan “Kakek di Sungai Nakdong” (1966) oleh Ri Chang (1942-). “Wanita-wanita di Desa Sungai Nam” melukiskan wanita-wanita gagah yang bersenjata api berjuang secara heroik dengan menghalau sapi dan menyembunyikan pasukan Korea Utara di dalam ikatan padi di desa Nam River, Kabupaten Goseong, Provinsi Gangwon. Lukisan ini mendapat penghargaan tertinggi di pameran seni nasional. Hal yang menarik adalah Korea Utara tidak memiliki banyak lukisan yang menggambarkan Perang Korea. Malahan sejumlah besar lukisan menggambarkan perjuangan anti-Jepang Kim Il-sung. Hal ini mungkin disebabkan karena pendewaan terhadap Kim Il-sung melalui perjuangan anti-Jepang menjadi masalah yang akut sedangkan perang pembebasan tanah air menjadi perang yang gagal.

SENI & BUDAYA KOREA 45


JATUH CINTA PADA KOREA

Seni Campuran dan Seni Gerak SIMONE CARENA Sebagai seorang “warga asing” selama hampir 20 tahun, arsitek Italia Simone Carena masih saja terinspirasi dengan cepatnya laju kehidupan di Korea. Melihat kemungkinan negara ini menjadi lab kota-kota di masa depan, ia dengan senang hati menawarkan solusi hibrid untuk ruang profesional dan personal. Cho Yoon-jung Penerjemah dan Penulis Lepas Ha Ji-kwon Fotografer

B

isa dikatakan perjalanan hidupnya dimulai dengan Bob Marley. Sebagai seorang mahasiswa jurusan arsitektur di Universitas Politeknik di kota kelahirannya Turin, Italia, Simone Carena membuat program pertukarannya sendiri. Tujuannya Jamaika, tempat asal penyanyi reggae legendaris. “Saya penggemar Bob Marley sejak kecil,” kata Carena. “Saat saya berumur 11 tahun, paman saya mengatakan, ‘Kamu pasti membencinya ketika kamu dewasa. Itu musik pop biasa saja.’ Tapi saya jawab, ‘Tidak. Saya akan pergi ke Jamaika, bertemu keluarganya dan belajar mengenai musik ini.’” Ketika kuliah dengan beasiswa yang diperolehnya di Jurusan Arsitektur Karibia di Universitas Teknologi Jamaika, Carena menemui istri dan anak-anak Bob Marley. Ia juga belajar mengenai dub, sebuah genre musik elektronik yang berakar dari musik reggae. “Pakai saja musik dasarnya lalu tambahkan musik Anda sendiri. Dalam arsitektur, ini berarti mempertahankan struktur lama dan menambah elemen baru,” kata Carena. Pendekatan ini diterapkan di dalam pekerjaannya sebagai seorang arsitek – dan pilihan hidupnya di Korea. Pandangannya ini bisa dilihat dari rumahnya, sebuah rumah tradisional, hanok, yang sudah dimodifikasi yang terletak di atas bukit di daerah Bukchon, Seoul.

Rumah Hibrid

Bukchon, di pusat kota tua Seoul, merupakan wilayah de-

46 KOREANA Musim Panas 2020

ngan rumah-rumah hanok yang berasal dari periode Joseon, kerajaan terakhir Korea. Jendela dan pintu rumah-rumah berlantai satu ini terbuat dari kayu dan kertas mulberi. Rumah Carena sangat tidak siap huni ketika dibelinya. “Kayunya dalam kondisi yang sangat buruk. Waktu itu, rumah ini sangat tidak terawat. Itulah mengapa kami mampu membelinya,” kenang Carena, sambil tertawa. Saat itu tahun 2006. Ada banyak pembatasan restorasi di Bukchon. Misalnya, meski sekarang diperbolehkan, dulu memasang jendela dan pintu kaca merupakan tindakan ilegal. Namun, Carena tidak heran. Ia berasal dari Italia, yang kaya akan warisan arsitektur, dan sebagian besar pendidikan dan pekerjaannya di bidang restorasi. Sekarang, “Hanok Dub” menjadi rumah lama dan baru – hanok tua yang sangat bernilai dibungkus dengan rumah kontemporer di bagian luar. Rumah itu awalnya menghadap ke selatan, tapi kini menghadap ke barat, ke Italia, dengan pemandangan Istana Gyeongbok dan kantor presiden, Cheong Wa Dae, di depannya. Di tengah rumah ada “Ruang Keluarga”, sebuah ruang terbuka untuk bermain dan relaksasi di siang hari dan sebagai kamar tidur di malam hari. Dapur dan ruang dalam lainnya berwarna hijau, yang membuat rumah ini berkilau sedemikian rupa seperti suasana musik elektronik tahun 1980-an yang hangat dan indah. Di lantai bawah terdapat sebuah ruangan dengan jendela di langit-langitnya yang sekaligus merupakan lantai serambi itu. Dengan begitu, istri Carena, Shin Ji-hye, seorang pe-


Mencari tempat tinggal setelah menikah, arsitek Italia Simone Carena jatuh cinta pada hanok di Bukchon, Seoul. Setahun renovasi mengubah rumah tradisional lama menjadi rumah kontemporer, tempat ia tinggal bersama istri dan ketiga putranya.

SENI & BUDAYA KOREA 47


rancang busana, bisa melihat ketiga anak laki-lakinya bermain di atas. Ia dibesarkan di rumah hanok dan mempunyai kenangan indah bermain di halaman yang ditumbuhi bunga mawar. Beberapa tahun kemudian, anak-anaknya tumbuh dewasa dan serambi itu sudah diubah menjadi bagian dari bangunan rumah. Pohon aprikot yang ditanam di sana sekarang berada di dalam rumah dan berdiri di dekat meja makan, seolah menjadi anggota keenam dalam keluarga itu. Pohon ini pucuknya sudah melampaui atap. Carena sendiri mengakui bahwa rumah itu bukan renovasi hanok sepenuhnya. Ini adalah bagian dari “percobaan” di dalam hidupnya. “Saya memilih tinggal di sini, ingin tahu lebih jauh mengenai arsitektur Korea, dan karena rumah ini terasa seperti tanah air kami. Saya menyukai lingkungan ini, tapi sering kali merasa terganggu dengan pariwisata di sini,” katanya. Di Bukchon, banyak rumah tua direnovasi menjadi toko, galeri, dan kafe; dan tidak lagi berfungsi sebagai rumah tinggal, dan lingkungan ini memang dikelilingi oleh wilayah komersial. Ini berarti kurangnya sarana dan pelayanan pendidikan untuk penduduk setempat termasuk hagwon (sekolah swasta untuk pelajaran tertentu), guru musik, dan kolam renang yang sering kali ada di kompleks apartemen besar. Carena khawatir anak-anaknya terpaksa mengalah demi pilihannya ini. Carena masih bermimpi mengenai masa depan Bukchon. Pembangunan ke atas dilarang, tapi yang menarik adalah tidak ada peraturan mengenai pembangunan ke bawah tanah. “Saya ingin sekali membangun sampai 20 lan-

tai di bawah tanah. Menciptakan zona aman, sebuah kota bawah tanah,” katanya sambil tersenyum.

Mengejar Mimpi

Ketika Carena berkomentar, “Hidup saya selalu tentang mimpi yang membawa saya kepada sesuatu,” Anda pasti ingin tahu apa yang membawanya ke Korea waktu itu. Ia mengenyam pendidikan internasional, memperoleh gelar Master Arsitektur dari Universitas Politeknik Turin, mengikuti program pertukaran di Universitas Oxford dan program musim panas di Program Pascasarjana Desain di Universitas Harvard, serta gelar master kedua dari Institut Arsitektur California Selatan. Dan, tentu saja Jamaika. Seperti kepergiannya ke Jamaika, musiklah yang membawa Carena ke Korea. Kantornya di Turin terletak di pabrik batu bata milik sebuah keluarga. Suatu hari, ada grup musik yang datang untuk membuat video klip di sana, dan peristiwa ini membawanya masuk ke dunia produksi video musik untuk tuna rungu. Dalam sebuah tur presentasi keliling Asia, termasuk ke Korea, ia bertemu dekan Jurusan Desain Internasional di Universitas Hongik dan diminta mengajar di sana. Carena datang ke Korea pada tahun 2001 dan sejak saat itu mengajar di universitas ini. Ia bertemu istrinya tepat sebelum istrinya berangkat ke Jepang dan kemudian ke Italia untuk belajar merancang busana. Setelah menjalin hubungan lintas benua, pasangan ini memilih Korea sebagai tempat memulai kehidupan mereka setelah menikah. Alasannya, “Kami punya lebih banyak proyek arsitektur di sini daripada di Itaia.

Inspirasi dalam Bekerja

Sebagai orang yang gemar mengendarai motor dan menyukai Lamborghini, Carena mengatakan, “Cepatnya trasnformasi di Korea membuat negara ini sangat menyenangkan.” Carena dan rekan bisnisnya, Marco Bruno, mendirikan MOTOElastico, yang berkantor di Pasar Gwangjang, salah satu pasar tradisional tertua di Seoul. Lebih jauh tentang keputusannya untuk tinggal di Korea, Carena mengatakan, “Korea merupakan lab yang

1. Untuk menciptakan lebih banyak ruang demi anak-anak, rumah itu diperluas dengan membawa teras di dalam ruangan. Pohon aprikot yang tumbuh di luar sekarang tinggal di dalam bersama keluarga sebagai anggota keenam.

1

48 KOREANA Musim Panas 2020

2. Berkat perkembangan teknologi yang cepat dan transformasi digital, Carena percaya bahwa Korea bisa menjadi laboratorium eksperimental untuk kota-kota masa depan.


bisa dilihat dunia dalam hal pengaruh teknologi – bagaimana arsitektur kontemporer dan arsitektur tradisional berperan dalam membentuk identitas,” dan ia menambahkan, “Kota digital lebih diterima di sini. Orang-orang mengerti kelebihan kota seperti ini. Di Italia, masyarakat khawatir dimata-matai atau dieksploitasi secara komersial.” Proyek MOTOElastico digambarkan sebagai gabungan antara budaya Korea dan gaya Italia dalam menciptakan karya “budaya lokal yang tinggi.” Perusahaan ini bergerak dalam bidang arsitektur, desain interior, pekerjaan instalasi, desain pameran, desain publik, seni panggung, dan kadangkadang perpaduan di antaranya. Selain Hanok Dub, karya lain perusahaan ini adalah High Street Italia, sebuah gedung menyerupai Akuaduk Romawi di wilayah Garosu-gil yang trendi dan menjual produk-produk Italia, dan Citizen Hall (Simincheong) di balai kota Seoul, yang menampilkan warna-warna berbeda untuk setiap zona di ruang terbuka bawah tanah. “Merancang ruang publik sama dengan membuat panggung pementasan, dan Anda harus membayangkan komedi atau tragedi apa yang akan tampil di sana,” kata Carena. Ia juga percaya bahwa setiap aktivitas, seperti halnya sandiwara, harus bisa menghibur. Banyak di antara proyeknya sangat menyenangkan dan menggunakan permainan kata-kata. Tank Bang, misalnya, adalah sebuah “ruang” portabel yang terbuat dari orang-orang berjalan dalam formasi menyerupai ruangan, dengan tameng polisi sebagai dindingnya. Tameng ini berwarna merah muda dan bertuliskan “Felice,” plesetan dari “Polisi”. “Felice” adalah kata dalam bahasa Italia yang berarti “bahagia” yang juga dipakai sebagai nama anak pertama Carena. Anak laki-laki kedua dan ketiga diberinya nama Forte dan Fermo. Bang, kata dalam bahasa Korea untuk ruangan, muncul dalam beberapa proyek MOTOElastico. “Kami menyukai bang. Di sini ada noraebang [secara harfiah berarti “ruangan menyanyi”], PC bang, bang untuk setiap aktivitas di dalam rumah, yang sekarang dapat disewa di mana pun. Ini menunjukkan pikiran praktis orang Korea,” kata Carena. Proyek yang sangat ingin ia lakukan di Bukchon adalah jjimjilbang, sauna dan pemandian umum bergaya Korea, yang diharapkannya bisa menjadi semacam dialog mengenai kebangkitan kembali hanok. “Ini akan menjadi sesuatu yang bisa dinikmati warga lokal dan wisatawan,” katanya.

Ke Sana Kemari

Carena menggambarkan motor kesayangannya sebagai “ruang berjalan yang bukan interior atau eksterior tapi kombinasi keduanya.” Selain tentang motor, “moto” juga ber-

2

makna gerakan. “Artinya sudut pandang yang dinamis, pendekatan terhadap sebuah kota,” katanya. Moto juga berarti pergi dari suatu tempat dan kemudian kembali lagi. Keluarganya pulang pergi ke Italia dan Korea. Pada tahun 2017, Carena dianugerahi gelar bangsawan oleh pemerintah Italia karena kontribusinya membangun hubungan Italia-Korea. Masa depan yang cerah menanti keluarga ini di luar Korea, tapi ia mengatakan, “Kami akan kembali. Korea tempat yang luar biasa untuk kembali.” Melihat anak-anak laki-laki itu dengan riang bermain di ruang keluarga mereka, saya membayangkan mereka memiliki akar yang lebih kuat di sini, tumbuh bersama pohon aprikot itu, sementara orang tua mereka ingin mengembangkan rumah itu ke atas atau ke bawah tanah.

SENI & BUDAYA KOREA 49


DI ATAS JALAN

50 KOREANA Musim Panas 2020


Walau Hubungan Terputus, Kenangan Tetap Abadi Selama periode Dinasti Joseon (1392-1910), Jalan Raya Kyonghung merupakan satu-satunya jalan yang menghubungkan Seoul dan wilayah perbatasan di timur laut Provinsi Hamgyong yang sekarang berada di Korea Utara. Tak banyak yang tersisa dari jalan ini, namun masih mampu menghadirkan kembali emosi dan memori. Lee Chang-guy Penyair dan Kritikus Sastra Ahn Hong-beom Fotografer

Lingkungan lereng bukit tempat tinggal multi-keluarga terlihat dari Dream Forest, taman terbesar keempat di Seoul. Tentara Korea Utara menyeberangi kaki Gunung Opae, tempat taman sekarang berada, saat mereka mundur selama Perang Korea.

SENI & BUDAYA KOREA 51


“K

erajaan,” sebuah serial zombi Korea yang diproduksi oleh Netflix, membawa penonton ke masa Dinasti Joseon di abad ke-17. Pertempuran paling berdarah dalam musim kedua film ini, yang ditayangkan pada tahun 2020, terjadi di Mungyeong Saejae (“Lintasan Burung Mungyeong”), puncak gunung terjal di Jalan Raya Yeongnam, yang berfungsi sebagai benteng pertahanan dan tempat peristiwa budaya selama periode itu. Namun, pada bulan April 1592, seorang laksamana Joseon menaruh kepercayaan terlalu besar kepada 8.000 tentaranya dan mendirikan kamp di tanah datar tepat di bawah puncak itu. Sebuah keputusan yang membuat Jepang menyerang tempat itu tanpa hambatan. Raja Seonjo pun segera mengetahui salah perhitungan ini. Setelah menyadari dirinya berada dalam bahaya besar, raja itu meninggalkan istana esok paginya. Dalam tiga hari berikutnya, kekuatan Jepang berhasil menguasai ibu kota Hanyang, yang sekarang dikenal dengan nama Seoul. Tampaknya, penulis serial populer itu, Kim Eun-hee, menjadikan kenangan pahit di puncak gunung ini sebagai katalis imajinasi sejarahnya: mereka yang berhasil bertahan dalam film “Kerajaan” berjuang mati-matian untuk mencegah kawanan zombi mendekati ibu kota. Di sisi lain, sejarawan membandingkannya dengan tindakan yang berani dari tentara terakhir Korea Selatan melawan Korea Utara yang menyerang Seoul 358 tahun kemudian. Jalan yang berperan dalam perang modern ini adalah jalan yang dulu merupakan Jalan Raya Kyonghung.

Jalan yang Hilang

Kastel merupakan bangunan penanda wilayah dalam drama kerajaan berlatar Eropa. Drama serupa di Korea menampilkan jalan-jalan. Jalan pegunungan yang terjal dan adegan melewati pintu gerbangnya merupakan simbol masa sulit atau perubahan dalam kehidupan secraa nasional. Peran sejarah Mungyeong Saejae dapat kita lihat dari pemandangan alamnya. Sementara beberapa bagian jalan ini dikenang sebagai tempat dengan nilai sejarah dan keindahannya, bagian yang lain sudah terlupakan. Selama periode Joseon, siapa pun yang bepergian melalui jalan darat dari perbatasan di bagian timur laut negara ini menuju Seoul pasti melewati Jalan Raya Kyonghung. Jalan ini terbentang sepanjang lebih dari 500 kilometer, sebagian besar berada di pesisir timur. Sekarang, bagian jalan yang berada di Korea Selatan dianggap sebagai jalan nasional bersejarah. Jalan ini berakhir di Zona Demarkasi Militer yang memisahkan kedua Korea. Banyak orang Korea Selatan yang melewati jalan ini untuk pergi ke Korea Utara sebelum atau selama Perang Korea (1950-53) tidak bisa kembali ke Selatan. Jadi, jalan ini merupakan simbol harapan untuk kembali ke kampung halaman, keinginan menemukan jati diri yang hilang, atau harapan kembali kepada sesuatu. Jalan yang bermula di timur laut ke arah selatan ini punya

52 KOREANA Musim Panas 2020

1. Terlihat dari provinsi Jilin di Tiongkok, sebuah jembatan di atas Sungai Tumen menghubungkan Korea Utara dan Rusia. Jembatan ini dilintasi ketika bepergian dengan kereta api dari Zona Ekonomi Khusus Rason [Rajin-Sonbong] di Korea Utara ke Khasan di Rusia. 2. Reruntuhan sasis kereta dan gerbong barang Korea Utara yang dibom oleh pasukan PBB ditampilkan di halaman Stasiun Woljeongri, objek wisata utama di dekat Garis Batas Selatan Zona Demiliterisasi yang memisahkan kedua Korea. Stasiun kereta api di Kabupaten Cheorwon, Provinsi Gangwon, telah berhenti beroperasi sejak divisi tersebut.


1

© Yonhap News Agency

2

kisah yang heroik. Dalam buku geografinya Taengniji (“Panduan Ekologi Korea”), Yi Jung-hwan, ahli silhak (pengajaran) dari masa Joseon, menggambarkan penduduk wilayah Hamgyong sebagai orang yang “kuat dan keras,” sebuah perangai yang dimiliki karena tinggal di wilayah yang “berbatasan dengan wilayah kaum barbar.” Selama Invasi Jepang (1592-1598), Jeong Munbu, pegawai negeri tingkat rendah, mengumpulkan 3.000 pejuang dari kalangan rakyat sipil dan berhasil memukul mundur sekitar 28.000 tentara musuh di sepanjang jalan ini. Kemudian, Raja Sukjong (bertahta 1674-1720) mendirikan sebuah monumen di kota Kilju untuk mengenang kemenangan ini. Namun, selama Perang Rusia-Jepang, seorang jenderal Jepang mengirimkannya ke Biara Yasukuni di Tokyo. Karena kampanye yang dilakukan selama bertahun-tahun oleh orang-orang Korea, Jepang akhirnya mengembalikan monumen ini pada tahun 2005, satu abad setelah dicuri. Tahun berikutnya, monumen ini dikirim kembali ke tempat asalnya di Korea Utara. Sungai Tumen merupakan batas timur laut semenanjung Korea. Di seberang sungai ini terdapat kota perbatasan Rusia Khasan, yang sangat dekat, seolah suara orang-orang Rusia bisa terdengar dari sini. Sebuah teluk kecil dengan beberapa laguna ada di bagian bawah sungai ini. Di bagian selatan teluk terdapat Zona Ekonomi Khusus Rason [Rajin-Sonbong], zona perdagangan bebas pertama di Korea Utara, dan di bagian timur wilayah ini terdapat Pelabuhan Seosura. Peta Google memperlihatkan tidak ada lagi jejak pelabuhan kuno ini sekarang. Selama periode Joseon, wilayah ini merupakan pos pengirim isyarat serangan musuh. Jalan Raya Kyonghung berawal di Seosura, melintasi Kyonghung (yang sekarang dikenal dengan Undok), dan menyusuri Sungai Tumen. Jalan ini kemudian masuk ke pegunungan dengan pemandangan yang memukau seperti pipa kapiler kecil sebelum berbelok ke arah selatan dan melintasi Chollyong di Provinsi Gangwon. Chollyong merupakan puncak gunung. Dengan memanfaatkan topografi lokal, baik Dinasti Joseon maupun pendahulunya, Dinasti Goryeo, mempertahankan benteng yang berfungsi sebagai pertahanan wilayah timur laut ini. Bagian Provinsi Hamgyong di sebelah utara benteng ini dikenal sebagai Gwanbuk, yang secara harfiah berarti “bagian utara puncak gunung,” dan wilayah di bagian

SENI & BUDAYA KOREA 53


barat dikenal sebagai Gwanseo, yang berarti “bagian barat puncak gunung.” Setelah melewati Chollyong, jalan ini mengarah ke Gunung Kumgang, atau Gunung Berlian, di bagian tenggara. Selain titik-titik ini, sulit melihat jalan-jalan itu di Peta Google. Ini merupakan indikasi bahwa Zona Demarkasi Militer sudah dekat. Di bagian selatan Zona Demarkasi Militer, jalan ini melewati Padang Gimhwa menuju Pocheon dan melintasi Puncak Chukseong di kota Uijeongbu. Di tempat ini, tiga puncak Gunung Bukhan yang luar biasa di bagian utara Seoul akan tampak di depan mata Anda. Perjalanan dengan kereta bawah tanah dari tempat ini memakan waktu sekitar 40 menit.

Berangkat dari Seoul

Pemberangkatan resmi ke Jalan Raya Kyonghung adalah di Dongdaemun, pintu gerbang utama timur kota tua Hanyang. Namun, tampaknya rombongan Jurchen (leluhur orang-orang Manchuria) memilih Hyehwamun, salah satu dari empat pintu gerbang kecil, yang ada di sebelah utara. Hyehwa artinya “meneguhkan dengan kasih dan karunia” dan diperkirakan ungkapan ini mengacu kepada Jurchens. Untuk menuju ke Uijeongbu dari Hyehwamun, perlu melintasi bukit Donam-dong di antara Gunung Bukhan dan Gunung Gaeun. Nama asli bukit ini adalah Doeneomi, yang berarti “bukit yang dilintasi oleh doenom.” Doenom adalah istilah untuk

imigran dari timur laut. Dulu, Jurchens menjadi pengguna utama jalan bukit ini, berkat Yi Seong-gye, yang kemudian menjadi Raja Taejo (bertahta tahun 1392-1398), yang merupakan pendiri dinasti Joseon. Ayahanda Yi berperan besar dalam mendapatkan kembali wilayah timur laut yang berada di bawah kendali Yuan selama sekitar satu abad selama masa Dinasti Goryeo. Yi mewarisi kekuatan dan posisi ayahnya, dan membentengi wilayah ini dari agresi yang datang bertubi-tubi. Hubungan baiknya dengan Jurchens merupakan aset diplomatik yang sangat berguna baginya ketika mendirikan Dinasti Joseon. Ketika pemberontak Turban Merah yang sangat terkenal itu menyerang, Yi memimpin pasukannya di Jalan Raya Kyonghung untuk melindungi ibu kota masa Goryeo yaitu Gaegyeong, yang sekarang dikenal sebagai Kaesong di Korea Utara. Dalam tahun-tahun berikutnya, setelah tidak lagi bertahta, Yi menghabiskan sisa hidupnya bepergian melintasi jalan ini.

Bukit Derita

Bukit Donam-dong juga dikenal dengan nama bukit

1

1. Monumen dan patung yang didirikan untuk menghormati para prajurit yang berpartisipasi dalam Pertempuran Lintasan Chukseong di Uijeongbu selama Perang Korea. 2. Miari Hill mengalami ekspansi dalam foto ini tertanggal 1964. Pada saat itu, tidak ada jalan setapak di sepanjang jalan sehingga pejalan kaki harus menghindari kendaraan. 3. Bukit Miari hari ini adalah jalur lalu lintas yang sibuk yang menghubungkan pusat kota Seoul dan pinggiran timur lautnya. Pada Juni 1950, pasukan Korea Utara melintasi bukit ini ketika mereka maju ke Seoul.

54 KOREANA Musim Panas 2020


2 Š Pemerintah Metropolitan Seoul

Miari karena sebuah daerah yang bernama Miari berada di bawahnya. Sekarang, Donam-dong merupakan bagian dari Distrik Seongbuk, di bagian tengah-utara Seoul. Sebelum wilayah perkotaan banyak bermunculan sesudah Perang Korea, wilayah ini terletak di luar ibu kota. Tempat ini merupakan lokasi pertempuran mempertahankan Seoul selama Perang Korea. Tentara Korea Selatan, yang dikalahkan oleh Pasukan Pertama Tentara Korea Utara dalam Pertempuran Uijeongbu, berjuang hingga akhir di Gunung Gaeun ketika mereka mencoba menghentikan kendaraan berat Korea Utara. Garis pertahanan itu jatuh di pagi tanggal 28 Juni 1950, tiga

Garis pertahanan itu jatuh pada pagi tanggal 28 Juni 1950, tiga hari setelah invasi. Pertempuran itu meluluhlantakkan pohonpohon di hutan; dan kini, lama setelah asap senjata terlupakan, sebuah kompleks apartemen dengan pemandangan yang indah berdiri di sana.

3

SENI & BUDAYA KOREA 55


hari setelah invasi. Saat itu, tanpa sepengetahuan pasukan Korea Selatan di Bukit Miari, kendaraan berat Korea Utara sudah mencapai pusat kota Seoul. Pertempuran itu meluluhlantakkan pohon-pohon di hutan; dan kini, lama setelah asap senjata terlupakan, sebuah kompleks apartemen dengan pemandangan yang indah berdiri di sana. Berbulan-bulan kemudian, setelah gelombang perang berubah, PBB menggunakan Jalan Raya Kyonghung untuk memukul mundur tentara Korea Utara, sampai ke bagian timur laut di pelabuhan industri besar Chongjin, yang sekarang merupakan ibu kota provinsi Hamgyong Utara. Pada tahun 1956, tiga tahun setelah perjanjian gencatan senjata, lagu “Miari, Bukit Derita Tak Berkesudahan” menjadi lagu populer. Namun, penduduk lokal memilih menggunakan nama Bukit Donam-dong karena menganggap nama Bukit Miari menghadirkan kenangan pahit. Tentu saja, “Miari” tidak dapat ditemukan lagi sekarang dalam proyek pemerintah merestorasi jalan-jalan lama dan menciptakan jalur eksplorasi budaya.

Situs Kunjungan di Miari Kyonghung

Stasiun Mia

Sosura

Dream Forest

Hamhung

Pocheon

1 Galeri Sang Sang Tok Tok

Chollyong Cheorwon

Seoul Uijeongbu Stasiun Miasageori [Persimpangan Mia]

Tampaknya, siapa pun yang tinggal di sini tidak nyaman dengan gambaran kampung halamannya sebagai tempat terjadinya tragedi nasional, yang diabadikan dalam lirik lagu: “Kau − diseret dengan tangan terikat kawat berduri.” Setelah kota ini berhasil dikuasai kembali, sekitar 50.000 orang ditangkap dengan tuduhan seperti itu dan 160 orang dihukum mati.

Memori Lama

Jalan Nasional No. 3 terbentang ke arah utara dari Persimpangan Mia, melintasi Bukit Suyuri dan menyusuri Sungai Jungnyang sampai ke Uijeongbu. Walaupun sudah mengalami pelebaran dan pemindahan beberapa kali selama beberapa dekade terakhir, dapat dikatakan jalan ini mengikuti rute yang sama dengan Jalan Raya Kyonghung. Bagian dari jalan yang asli sebenarnya masih ada, satu blok di sebelah kiri Persimpangan Banghak. Yang menakjubkan adalah bagian jalan ini, yang berusia lebih dari 500 tahun, masih dipakai sampai sekarang, bukan sebagai situs sejarah tapi dipakai dalam kehidupan seharihari. Jalan yang memiliki lebar 3 meter dan panjang 3 kilometer menuju Stasiun Gunung Dobong ini dipenuhi toko atau pasar bergaya tradisional di sisinya, dengan Sekolah Menengah Seoul Utara di tengah-tengahnya. Penduduk di tempat ini menjalani kehidupan sehari-hari seperti biasa, menyapu halaman, membeli dan menjual barang-barang. Mereka kurang tertarik kepada kejayaan yang dialami oleh jalan itu. Bukti sejarah sesekali dapat dilihat pada papan nama jalan yang menunjukkan arah ke jalur pendakian menuju Gunung Dobong atau makam anggota keluarga kerajaan Joseon dan tokoh-tokoh

1

2

3

4

Stasiun Gireum 2 Teater Seni Miari 3 Desa Peramal Miun

Taman Gunung Gaeun

4 Gerbang Hyehwa

Stasiun Sungshin Women University

Stasiun Universitas Hansung

56 KOREANA Musim Panas 2020


1

1. Dream Forest dibuka pada 2009 di situs bekas taman hiburan. Ini memiliki observatorium setinggi 50 meter. 2. Pasar Jeil di Donam-dong dibuka pada tahun 1952 dan direnovasi pada tahun 1970-an. Meski tidak besar, pasar tradisional memiliki banyak toko lama. Ini adalah bagian dari kehidupan sehari-hari bagi penduduk setempat sebagai objek wisata.

2

berkuasa lainnya. Di masa lalu, Bukit Miari ibarat pintu gerbang menuju Seoul. Tanpa melintasi bukit, akan sulit membeli sesuatu yang bagus atau menikmati pemandangan yang indah. Ketika dimakan di pasar di Donam-dong, nasi dan sup biasa yang dimasak dengan kentang atau darah sapi terasa lebih enak. Ini karena Donam-dong merupakan pemberhentian terakhir jalur trem, angkotan perkotaan masa itu. Selebihnya adalah perdesaan. Jalur trem dibuka pada tahun 1939 dan beroperasi sampai tahun 1968, meninggalkan kesan mendalam bagi wilayah

ini. Namun, ketika Miari dibangun dalam rangka pengembangan kota baru pada tahun 2002 sebagai bagian dari rencana pemerataan pembangunan kota Seoul, sejarahnya sekali lagi terusik. Skala dan kecepatan pengembangan sangat besar dan pesat, dan dalam waktu kurang dari satu dekade, gambaran orang mengenai Miari sudah sangat berubah. Jalan yang terbentang ke arah utara dari Stasiun Uijeongbu bercabang menjadi dua. Jalan di timur laut yang mengarah ke kanan adalah Jalan Raya Kyonghung, yang bagian pangkalnya melintasi garis gencatan senjata dan terus ke atas ke arah Korea Utara ke Sungai Tumen. Saya membayangkan sebuah rombongan yang terdiri dari: pembantu muda mengikuti dari belakang dengan barang bawaan di punggungnya yang berjalan tanpa menghiraukan lecet di kakinya, sementara tempat yang mereka tuju masih sangat jauh; dan seorang prajurit muda membawa senapan panjang di atas bahunya, mengangkat bagian belakangnya dan menyanyikan lagu militer dengan keras sampai suaranya serak. Saya berdiri di sana beberapa saat, hanya memandang, tanpa mampu menentukan arah mana yang akan saya tuju.

SENI & BUDAYA KOREA 57


SATU HARI BIASA

Di Antara Suara-suara yang Memerahkan Telinga Sebagian besar pelanggan memang baik. Namun, selalu ada beberapa yang menyisakan luka emosional mendalam dengan kata-katanya. Di tahun ketiganya bekerja di pusat pelayanan telepon pelanggan di perusahaan yang menjual kursi pijat saat ini, Jang Yoon-young mengalaminya sendiri. Hwang Kyung-shin Penulis Ha Ji-kwon Fotografer

K

egiatan paginya dilakukan dengan sangat teratur: bangun pukul 7:40, tidak pernah sarapan, berangkat pukul 8:20, sampai di kantornya 25 menit kemudian, minum kopi dan bersiap bekerja. Pukul 9 pagi, telepon mulai berdering, tidak pernah terlambat sekali pun. “Halo. Dengan Jang Yoon-young dari bagian pelayanan pelanggan. Ada yang bisa saya bantu?” Di hari-hari biasa, Jang menerima 60 panggilan di pusat pelayanan telepon di Seoul dan melakukan 40 panggilan ke luar untuk memberitahu pelanggan mengenai program hadiah khusus atau informasi keamanan produk. Sebagian besar telepon masuk itu mengenai waktu pengiriman. Untuk permintaan yang sangat mendesak, ia memberikan waktu satu hari dan memastikan tim pengiriman mengantarkannya tepat waktu. Meski begitu, tidak semua penelepon merasa puas. Jang mengelompokkan penelepon itu menjadi tiga klaster. Mayoritas – 80 dari 100 – menerima situasi pengiriman setelah mendengarkan penjelasannya. Ia menyebut orangorang yang mau menyimak dengan saksama ini sebagai “pembeli yang baik.” Sekitar 18

58 KOREANA Musim Panas 2020

dari 100 orang berada di kelompok yang disebutnya sebagai “pembeli yang buruk”. Mereka mengeluh dan menolak mendengarkan penjelasannya. “Jangan mengada-ada,” bentak mereka. “Anda tahu sedang berbicara dengan siapa?” Mereka menggunakan kata-kata yang sangat kasar dan menjurus ke pelecehan seksual. Peluang menerima panggilan telepon dari pembeli yang buruk pada pukul 9 pagi sangat tinggi. Ketidaksabaran dan kemarahan yang sudah tertahan selama sehari atau lebih itu siap dimuntahkan begitu pusat pelayanan telepon dibuka. Hari Senin pagi merupakan waktu paling parah. Penelepon pertama sudah menunggu sepanjang akhir pekan. Bagi Jang, Senin pagi jauh dari menyenangkan untuk mengawali pekan baru.

Awal yang Segar

Ketika istirahat makan siang, Jang segera menuju ke kantin. Yang sangat diinginkannya adalah – lebih dari makanan apa pun – berada di tempat yang sunyi, menikmati waktu sendiri tanpa harus mendengarkan atau berbicara kepada orang lain. Setelah mengisi perut kosongnya dengan telur rebus dan susu kedelai, ia mencoba tidur sebentar. Ketika dibuka pada tahun 2017, pusat panggilan telepon ini kekurangan pegawai dan peralatannya masih sangat sederhana. Jang hanya mengikuti pelatihan selama dua hari, sehingga ia hanya mengandalkan rekan kerjanya yang lebih berpengalaman untuk mendapatkan informasi yang benar. Setelah bekerja selama satu bulan, ia merasakan apa yang menjadi reputasi buruk itu. Ketika ada seorang pembeli yang meminta pesanannya dikirim kemudian, pertanyaan Jang “Kapan Anda ingin barang tersebut dikirim?” memicu pelecehan verbal. Akhirnya, yang dapat dilakukan-


Karyawan pusat panggilan Jang Yoon-young berbicara kepada pelanggan. Dia membantu sejumlah pelanggan sejak pukul 09.00 – 17.00 tiap hari kerja.

SENI & BUDAYA KOREA 59


Ketika waktu istirahat makan siang tiba, Jang segera menuju ke kantin. Yang sangat diinginkannya adalah – lebih dari makanan apa pun – berada di tempat yang sunyi, menikmati waktu sendiri tanpa harus mendengarkan atau berbicara kepada orang lain.

1

1. Jang memperkirakan bahwa 20 persen orang yang berinteraksi dengannya pada hari tertentu mendadak dan kasar. Untuk mengatasi stres, ia terkadang menuliskan pikirannya. 2. Karena pandemi COVID-19 ia menahan pelukan bahkan dengan teman-teman dekatnya, boneka Pengsoo Jang sangat membantu.

nya adalah menutup telepon setelah memberikan penjelasan, “Karena Anda memakai bahasa yang kasar sekali, tampaknya kita tidak mungkin bisa melanjutkan konsultasi.” Saat itu, karena tidak bisa menahan air mata, Jang meninggalkan meja dan bergegas menuju ke taman bermain di sekitar kantornya, duduk di ayunan dan menangis sebentar. Ke t i k a d i t a ny a m e n g e n a i h a l y a n g menyenangkan dari pekerjaannya, Jang menggeleng dan mengatakan ia tidak bisa mengingat satu peristiwa pun. Namun, selalu ada beberapa pembeli yang dengan tulus berterima kasih dan menyampaikan penghargaan kepadanya, dan itulah yang membantunya bertahan. Ia menambahkan, hanya dengan mendengar nada suara penelepon atau bahkan suara nafasnya saja ia sudah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. M e n a n g g a p i p e r t a ny a a n m e n g e n a i

60 KOREANA Musim Panas 2020

momen yang tidak membahagiakan, ia menjawabnya dengan helaan nafas. “Pernah ada pembeli yang mengatakan bahwa ia menyalakan mesin kursi pijatnya dan tidak tahu anjing kecilnya berada di situ. Tragisnya, anjing itu terlambat diselamatkan. Saya pernah menerima permintaan memindahkan kursi pijat dari rumah pasangan yang berusia lanjut ke rumah anak-anaknya. Mungkin pemiliknya sudah meninggal dunia. Suatu saat, pernah juga sopir yang mengantar barang menjanjikan bahwa memindahkan kursi ke apartemen yang tinggi aman-aman saja. Tapi kemudian kursi itu jatuh.”

Pereda Stres

Ketika menghadapi penelepon yang rewel, Jang mencoba membayangkan pandangan dan pemikiran penelepon itu. Tak peduli betapa mengesalkannya panggilan telepon itu, satu-satunya jalan adalah mengesampingkan atau mencari cara melupakannya. Pekerjaan ini memang sama sekali tidak memerlukan tatap muka, tapi Jang juga menceritakan sebuah peristiwa. Saat itu ada pegawai di pusat panggilan telepon lain di sebuah elevator, sedang menelepon rekan kerjanya mengenai “panggilan telepon aneh dari pembeli yang aneh” – dan berakhir di pengadilan. Ternyata, “pembeli yang aneh” itu kebetulan berada di elevator yang sama pada waktu itu. Dalam waktu singkat, peristiwa


stres. “Saya membawa pewangi ruangan semua aroma ke kantor dan menyemprotkannya ke sana kemari. Jika aromanya berubah, atmosfernya juga berubah. Dan itu membantu saya mengubah suasana hati. Kadangkadang, saya dan beberapa karyawan lain keluar dan minum bersama setelah jam kerja, namun akhir-akhir ini saya pulang lebih awal. Ini karena COVID-19 dan karena saya sangat ingin menikmati waktu tanpa melakukan apa pun.”

Menerima Kenyataan

2

itu tersebar ke pusat-pusat panggilan telepon lain, yang menimbulkan keresahan di antara mereka. “Walaupun dalam telepon sebelumnya seseorang memaki Anda dan membuat Anda menangis; telepon berikutnya harus dijawab dengan ramah. Telepon akan terus berdering, dan Anda tidak akan punya waktu keluar ruangan untuk menenangkan diri. Itulah alasannya setelah Anda menutup telepon yang membuat sakit hati, Anda bicara pada diri sendiri. Lihat saja, mereka semua bicara kepada diri mereka sendiri di tempat duduk masing-masing.” Namun, apa pun yang terjadi pada Jang dan 12 rekan kerjanya, selalu berhenti pada pukul enam sore. Ibarat menutup pintu, ia pun menutup emosi dan memadamkan lampu ruangannya. Jang mencoba berbagai cara mengatasi

Jang pernah merasa kurang sreg bekerja di pusat panggilan telepon. Pada pekerjaan pertamanya setelah lulus sekolah menengah atas, yang ditekuninya selama 10 tahun, ia belum bisa menguasai diri. Ketika diserang dengan kata-kata kasar, ia akan langsung membalasnya, dan mengatakan apa pun yang ingin dikatakannya. Dulu ia menikmati bergaul dengan banyak orang. Kini, ia lebih memilih menyendiri. Baru-baru ini, ketika Jang mengatakan kepada seorang pembeli bahwa ia harus membayar biaya servis sebelum servis itu dikerjakan, pembeli ini menjawab, “Semoga Anda terinfeksi COVID-19 dan mati.” Pada saat itu, ia teringat adiknya, yang meninggal secara tiba-tiba beberapa bulan lalu, dan ibunya, yang sekarang tinggal sendiri. Malam itu, inilah yang ia tulis di buku hariannya. “Saat ini, ketika virus korona membuat pelukan menjadi hal terlarang, aku membawa boneka Pengsoo setinggi 60 cm ke mana pun aku pergi. Memeluk tubuhnya yang bulat, ringan dan lembut dan menepuk-nepuk pantatnya – sangat menenangkan. Sepertinya masker KF94 yang aku pakai bukan satu-satunya alasan aku jadi kesulitan bernafas. Pita suaraku selalu bengkak karena kering, dan di sore hari suaraku akan berbeda. Ada benjolan yang lumayan besar di tenggorokanku sehingga membuatku sulit menelan. Sebenarnya, tidak ada masalah, tapi rasanya seperti menelan sesuatu yang panas dan padat, cepat-cepat menelannya sebelum ia melompat keluar dari mulutku. Hari ini seorang penelepon mengatakan kepadaku, ‘Semoga Anda terinfeksi COVID-19 dan mati.’ Aku, anak ibu satu-satunya yang masih tersisa. Mereka ingin aku mati.” Ketika masih kecil, Jang ingin menjadi penulis, ingin menunjukkan bahwa ia bisa sukses dalam bidang yang populer tapi sulit itu. Sekarang, ia hanya ingin berbuat baik, menjalani kehidupan yang hangat dan sederhana. Hari-harinya terasa seperti pengulangan sesuatu yang sederhana, yang tidak layak mendapat penghargaan, tapi tidak ia ingin menghapus satu bagian pun dalam hidupnya. Ia juga tidak ingin meratapi jalan yang tidak diambilnya, atau menyesali kesempatan yang dilewatkannya. “Selama manusia masih manusia, dunia masih tetap akan berjalan sebagaimana mestinya, tidak peduli apa pun yang saya pilih. Kadang-kadang saya ingin semuanya berhenti sesaat. Pasti menyenangkan. Saya ingin menggunakan dan melakukan segala sesuatu sebaik-baiknya – hidup memang seharusnya seperti itu.”

SENI & BUDAYA KOREA 61


ESAI

BELAJAR DARI DRAMA KOREA Budi Agustono Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara

T

idak ada yang tidak gemar dengan drama Korea. Sudah hampir 20 tahun drama Korea menguasai pangsa pasar hiburan masyarakat Indonesia menggantikan dorama Jepang ataupun serial India. Berbicara tentang drama Korea juga selalu diidentikkan dengan kaum perempuan, seakanakan hanya kaum hawa saja yang menyukainya. Memang tidak bisa dipungkiri awal kehadiran drama Korea ke Indonesia memang ditujukan untuk pangsa pasar ibu-ibu dan remaja saat itu. Tetapi belakangan ini tak jarang laki-laki juga ikut menonton drama Korea. Beberapa faktor yang mungkin menyebabkan mengapa sekarang ini drama Korea tidak hanya didominasi oleh kaum perempuan saja tetapi juga kaum laki-laki yaitu adanya kedekatan secara kultural, ragam topik dan genre yang diangkat, hingga kualitas hasil produksi yang secara umum lebih baik dibandingkan kualitas konten televisi dalam negeri. Drama Korea sendiri baru mulai masuk ke Indonesia sekitar tahun 2001, di mana saat itu salah satu stasiun televisi swasta di Indonesia menayangkan drama Korea yang berjudul Endless Love. Drama yang dibintangi oleh aktris multitalenta Song Hye Kyo dan dua orang oppa 1 ganteng yaitu Song Seung Heon dan Won Bin berhasil mencuri hati para penonton saat itu terkhusus kaum ibu-ibu. Drama yang menceritakan dua orang kakak adik yang dibesarkan dalam keluarga yang harmonis dan kaya harus terpecah belah karena sang adik ternyata tertukar di rumah sakit saat masih bayi. Di sinilah konflik dimulai karena sang adik memutuskan kembali ke keluarga

yang sebenarnya yang ternyata sangat miskin. Kakak adik tersebut pun harus berpisah, ketika dewasa mereka kembali bertemu dan jatuh cinta. Setelah drama Korea Endless Love menjadi booming pada saat itu, kembali lagi giliran televisi swasta SCTV yang menayangkan drama Korea yang berjudul Winter Sonata. Drama yang dibintangi oleh aktris Choi Ji Woo dan Bae Yong Joon ini bukan hanya menarik minat para penonton Indonesia saat itu namun juga seluruh Asia. Sehingga dapat dikatakan bahwa drama Korea Winter Sonata menjadi salah satu bagian dari penyebaran Hallyu Wave. Drama kisah cinta ini juga menampilkan pesona keindahan Pulau Nami di Korea Selatan. Saking terkenalnya drama ini, Pulau Nami membuat sebuah spot patung khusus dari kedua pemeran utama drama tersebut. Jika melihat sampai sejauh ini, sudah banyak drama Korea yang ditayangkan di televisi Indonesia. Dapat dikatakan televisi kita berlomba-lomba untuk memutarkan drama Korea. Semakin majunya zaman juga membuat drama Korea dibincangkan disegala sosial media. Twitter sebagai salah satu media sosial yang banyak dipakai oleh anak muda saat ini juga tidak ketinggalan untuk memancing antusias netizen untuk membahasnya. Terbukti belakangan ini bahkan beberapa akun resmi televisi kita beramai-ramai mengajak komentar netizen terkait rencana pemutaran drama Korea di stasiun televisinya. Betapa hebatnya drama Korea sehingga membuat kita bertanya-tanya, ada apa dengan Drama Korea? Mengapa masyarakat kita sangat menyukai drama Korea? Apakah hanya

1 Oppa, panggilan yang digunakan oleh perempuan kepada laki-laki yang lebih tua/ panggilan abang dalam bahasa Indonesia.

62 KOREANA Musim Panas 2020


karena para pemerannya yang tampan dan cantik, atau ada faktor lainnya? Drama Korea sendiri saat ini bisa dinikmati oleh siapa saja, kapan saja dan dimana saja, karena drama korea bisa kita nikmati entah itu dari televisi, DVD, hasil download melalui situs tidak resmi sampai melalui platform resmi seperti Viu, Iflix ataupun Netflix. Asal kita memiliki kuota yang banyak, kita bisa mengunduh atau menonton drama Korea sebanyak apapun yang kita mau. Tetapi bukan itu yang membuat drama Korea menjadi istimewa. Perjalanan mengikuti drama Korea hampir 20 tahun membuat kami pada sebuah kesimpulan bahwa kualitas gambar yang ditampilkan dan juga narasi atau jalan cerita yang ditawarkan drama Korea tersebutlah yang membuat para penonton Indonesia menyukainya. Bukan bermaksud mengecilkan sinetron televisi kita tapi jujur saja sulit menemukannya di dalam sinetron kita. Setidaknya drama Korea tidak hanya menawarkan kisah cinta, penderitaan si tokoh utama tetapi berbagai ragam tema cerita. Ambil contoh drama Korea yang berjudul Kill Me Heal Me. Drama ini menceritakan seorang laki-laki yang memiliki tujuh kepribadian. Lalu ada Princess Hours yang menceritakan tentang Korea pada tahun 2000-an tetapi masih berstatus kerajaan. Selain itu, dalam drama Korea para perempuannya tidak melulu diceritakan sebagai perempuan yang lemah dan bergantung dengan laki-laki untuk mengubah jalan hidupnya menjadi lebih baik. Drama Korea menggambarkan bagaimana perempuan-perempuan yang memiliki latar belakang kehidupan yang kompleks berusaha membawa perubahan bagi sekitarnya. Lihat saja drama Korea yang berjudul Mr. Sunshine dan yang sedang happening saat ini The World of Married Couple. Mr. Sunshine berlatar belakang di awal masuknya pendudukan Jepang di Korea. Adapun yang menarik dari drama ini adalah tokoh Go Ae-shin yang dibintangi oleh aktris Kim Tae-ri. Sebagai seorang gadis bangsawan, Ae-shin menolak tunduk dan patuh dan berjuang untuk kemerdekaan Korea. Bagaimana ae-shin belajar menembak, ikut gerakan diam-diam menentang Jepang bahkan menolak pertunangan yang diminta kakeknya demi membantu perjuangan Korea, membuat Mr. Sunshine menjadi salah satu dari sepuluh drama korea dengan rating tertinggi di televisi kabel Korea Selatan. Bukan hanya meledak di Korea, tetapi drama ini sangat disu-

kai penonton Indonesia, terbukti selama penayangan drama ini, jagad dunia maya menjadi ramai dan mulai mengubrak-abrik tentang kisah-kisah para pejuang perempuan selama perjuangan melawan penjajahan karena tersentuh dengan tokoh Go Ae-Shin. Sekarang, jagad dunia maya sedang ramai membincangkan drama Korea yang berjudul The World of Married Couple. Drama yang baru saja selesai tayang di salah satu tv kabel Korea Selatan ini menceritakan tentang pasangan suami istri yang diperankan oleh aktris Kim Hee-ae dan aktor Park Hae joon, di mana sang suami melakukan perselingkuhan. Drama ini sendiri merupakan adaptasi dari serial BBC Inggris yang berjudul Dr. Foster. Adapun yang menarik dari drama ini bagaimana Ji Sun Woo (Diperankan oleh aktris Kim Hee- ae) memutuskan untuk menceraikan suaminya dan membalas perbuatan suaminya. Diceritakan bagaimana stigma janda cenderung negatif tetapi Sun Woo tetap memilih bercerai dan menjadi ibu tunggal untuk putranya. Di episode terakhir drama ini mencetak rekor sebagai drama dengan rating tertinggi di sepanjang sejarah tv kabel di Korea Selatan. Drama ini juga membuat geger para penonton Indonesia. Tercatat setiap habis penayangan drama ini maka trending topic di twitter selalu akan memunculkan tagar theworldofmarriedcouple. Dari yang tidak pernah nonton drama Korea pun menjadi menonton drama Korea karena drama ini. Bisa disimpulkan karena jalan cerita yang relatable dengan penonton Indonesia membuat drama ini selalu ditunggu dan memicu komentar perdebatan netizen. Melihat hal ini sudah sewajarnya sinetron televisi kita mencontoh drama Korea dalam segi tema yang beraneka ragam. Kualitas para aktris dan aktor Indonesia tidaklah kalah dengan para aktris dan aktor Korea. Mereka hanya perlu diberi jalan cerita yang berkualitas sehingga dapat mengeksplorasi kemampuan akting mereka. Sudah saatnya sinetron kita mulai memikirkan kualitas jalan cerita. Cerita yang ringkas namun mendidik dan menyentuh keadaan masyarakat niscaya televisi di Indonesia dan tidak lagi hanya menampilkan penderitaan tokoh utama yang berkepanjangan. Apabila awal tahun 2000 Korea berhasil memboomingkan Halleyu Wave ke dunia, salah satunya melalui drama Koreanya maka sekarang memasuki pertengahan tahun 2020, mungkin sudah saatnya Indonesia memperkenalkan Indonesia Wave ke dunia melalui sinetron.

SENI & BUDAYA KOREA 63


HIBURAN

Kritik dalam Film Bencana Mengapa masyarakat Korea menaruh perhatian yang luar biasa pada bencana? Bagaimanakah mereka dapat melakukan tindakan yang relatif cepat atas Pandemi yang dibawa COVID-19? Marilah kita mencari jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut melalui film-film mutakhir yang menceritakan bencana. Jung Duk-hyun Pengamat Budaya Populer

F

ilm <The Host (2006)> yang disutradarai Bong Joon-ho dibayangkan sebagai film yang menceritakan monster sebelum film itu diputar di bioskop. Namun setelah film itu tayang, ternyata film itu lebih cenderung sebagai film bencana. Daripada menyoroti monster yang muncul di Sungai Han lalu melakukan serangan membabi buta terhadap orangorang. Film tersebut lebih menfokuskan pada sikap pemerintah dalam menghadapi sejumlah masalah yang diakibatkan oleh kemunculan moster itu. Dalam film itu, rakyat kecil terpaksa melawan sendiri monster gara-gara pemerintah yang kurang becus. Penceritaan seperti itu memperlihatkan ciri khas film yang disutradarai Bong Joon-ho, yaitu Black Comedy. Sebenarnya dapat dikatakan bahwa banjir akibat hujan lebat pada musim panas tahun itu membuat film tersebut tercatat dengan rekor tertinggi karena menarik sekitar 1,3 juta penonton. Dengan pengalaman bencana yang membawa kerugian harta ratusan juta Won dan puluhan ribu korban,

64 KOREANA Musim Panas 2020

masyarakat Korea bersimpati pada pesan yang disampaikan oleh film itu, yaitu ‘monster dalam arti yang sebenarnya bukanlah bencana itu sendiri melainkan sikap dalam menghadapi bencana’

Model Kesuksesan

“The Host” memberikan model baru untuk genre bencana. “Haeundae,” sebuah film 2009 yang disutradarai oleh Yoon Je-kyoon, mengangkat ikhwal tsunami yang menerpa pantai musim panas Haeundae di Busan dan berhasil menarik penonton sekitar 11 juta orang. Berbeda dengan film-film tentang bencana lain, film itu lebih menonjolkan perasaan dan konflik dari para tokoh daripada pertunjukkan visual. Hal itulah dipandang sebagai ciri khas film tentang bencana di Korea. Sesudah film <Haeundae> kemudian diluncurkan sejumlah film tentang bencana di Korea dan juga meraih kesuksesan. Akan tetapi, minat masyarakat terhadap film tentang bencana mulai merosot karena kebanyakan film tentang bencana mencoba menyentuh hati orang.

1. Adegan dalam “The Host” (2006) karya hit dari sutradara Bong Joon-ho. Film ini menciptakan formula sukses baru untuk film bencana gaya Korea. Itu juga merupakan film Korea terlaris sepanjang masa, Terjual 1,3 juta tiket. 2. Gang-du, penjual bar camilan di dekat Sungai Han, meraih tangan putrinya Hyun-seo ketika mereka melarikan diri dari monster yang muncul dari sungai. “The Host” adalah film komedi hitam yang menyoroti ketidakmampuan pemerintah dalam situasi darurat.


Š Chungeorahm Films

1

Sementara itu, pada 2016 muncullah sebuah film tentang bencana yang kembali memukau penonton, yaitu <Train to Busan> yang disutradarai oleh Yeon Sang-ho. Sepintas film itu dapat dianggap sebagai genre film zombie karena menceritakan perkelahian hidup mati antara masyarakat dan kelompok zombie yang mendadak muncul. Namun, sesungguhnya lebih dari itu, film tersebut membuktikan diri sebagai film tentang bencana yang sudah berkembang. Dalam film itu, kereta api ekspres, yaitu KTX diumpamakan sebagai perkembangan Korea yang pesat, sedangkan kelompok zombie diibaratkan dengan masyarakat Korea yang lebih mengutamakan kepentingan pribadi daripada kepentingan masyarakat umum. Dengan demikian, film itu mengkritik peta perkembangan masyarakat Korea.

Kepemimpinan dalam Krisis

Saat terjadi tragedi tenggelamnya Kapal Sewol telah menelan ratusan korban jiwa termasuk para siswa SMA yang sedang dalam

2

widyawisata. Amarah masyarakat Korea terhadap bencana memuncak ketika investigasi mengungkapkan tidak adanya kepemimpinan dan protokol darurat setelah kecelakaan itu. Publik Korea mengutuk pemerintah karena kelalaian. Kritik tajam masyarakat mem-

SENI & BUDAYA KOREA 65


© Next Entertainment World

1

bubung disusuli ‘demonstrasi lilin’ yang pada akhirnya menjadi pemicu pemakzulan Presiden Park Keun-hye. Saat rancangan pemakzulan Presiden Park Keun-hye diajukan pada 2016, banyak film tentang bencana diluncurkan antara lain <Train to Busan>, <Tunnel>, dan <Pandora>, dibandingkan tahun sebelumnya. Yang memungkinkan pelaksanaan proses demokrasi penting seperti pemakzulan presiden di Korea adalah pengaruh dari ‘Demokratisasi Digital’ yang muncul secara nyata pada tahun 2000-an. Pada tahun 1980-an gerakan demokratisasi dilakukan di ruang yang kasatmata, misalnya di Stasiun Seoul atau Lapangan Gwanghwamun. Sementara itu, saat memasuki tahun 2000-an ruang untuk gerakan demokratisasi pindah ke internet. Alha-

1. Tentara berubah menjadi zombie di “Train to Busan” (2016), sebuah film aksi horor oleh sutradara Yeon Sang-ho. Tampilannya berupa film zombie, tetapi juga menyindir obsesi masyarakat Korea dengan pertumbuhan dengan kecepatan sangat tinggi. 2. Film karya sutradara Lee Sang-geun “Exit” (2019) menambahkan sentuhan humor dalam menggambarkan kekacauan di sebuah kota yang dipenuhi gas beracun. Film ini kemudian menunjukkan pendekatan yang berbeda untuk menangani bencana.

© CJ ENM

2

3

66 KOREANA Musim Panas 2020

3. “Ashfall” (2019) menampilkan kolaborasi UtaraSelatan untuk menghentikan letusan gunung berapi yang dapat merusak seluruh semenanjung Korea. Sutradara bersama Lee Hae-jun dan Kim Byung-seo membawa film ini untuk sukses, menyisipkan humor ke dalam krisis.


“The Flu” dan COVID-19

sil, sejumlah isu sosial menyebar dengan lebih pesat dan luas. Kecepatan komunikasi yang semakin pesat, ruang internet yang semakin meluas dan meningkatnya penggunaan telepon pintar membuat masyarakat giat memaparkan sejumlah kritik dan anjuran baik terhadap isu politik maupun masalah bencana. Film-film tentang bencana yang berkelanjutan tak henti mempermasalahkan ‘menara pengawas yang kurang becus dan tidak transparan’ dan hal tersebut membuka jalan untuk perubahan dan perbaikan realitas bersama opini massa yang berdasarkan pada jaringan sosial.

C

bali akan beberapa film tentang bencana yang seolah-olah

telah memprediksi peristiwa itu ke dalam ingatan orang-orang. Di

antaranya, film <The Flu (2013)> yang disutradarai oleh Kim Sungsoo mendapat perhatian paling banyak. Film itu menceritakan sebuah virus yang mempunyai tingkat kematian 100%. Virus fatal yang ditularkan melalui organ pernafasan orang itu bermula dari salah satu kota satelit, yaitu Seoul, lalu menyebar ke seluruh Korea. Film itu menggambarkan kekacauan yang dibawa penyebaran virus dengan sangat nyata. Adegan penularan penyakit melalui droplet dalam film itu, yaitu bersin orang yang terinfeksi terbang

Unsur Hiburan dalam Genre Fim tentang Bencana

seperti tembakan tak bertujuan memberikan ketakutan kepada masyarakat yang sedang menghadapi COVID-19. Di samping itu,

Film tentang bencana merupakan sebuah genre ‘laris’ dalam dunia perfilman Korea dan cara menceritakan bencana dalam film pun berubah-ubah. Misalnya, film <EXIT> yang menarik penonton sekitar 9,4 juta orang pada tahun 2019 menceritakan pelarian diri dari kota yang diselimuti gas beracun. Film <Ashfall> yang menarik penonton sekitar 8,25 juta orang pada tahun 2019 menceritakan kerja sama antara Korea Utara dan Korea Selatan dalam menanggulangi sebuah situasi yang direkayasa, yaitu erupsi Gunung Baekdu. Kedua film itu mengedepankan unsur hiburan dengan dilengkapi humor dan tidak lagi ditemukan kritik sosial di dalamnya. Perubahan yang seperti itu memperlihatkan perubahan kesadaran dan tanggapan masyarakat Korea terhadap bencana. Selain itu pesan dari film-film tentang bencana, yaitu tuntutan mengenai kemampuan menara pengawas dan penyediaan informasi yang transparan merupakan cerminan dari tumpukan pengalaman pahit yang didapati masyarakat Korea dari segala bencana sebelumnya.

4. Film sutradara Kim Sung-su “The Flu” (2013) kembali mendapat perhatian di tengah pandemi COVID-19. Orang-orang yang memakai topeng di poster film memiliki kemiripan yang aneh dengan orang-orang di seluruh dunia saat ini.

OVID-19 yang menyebar ke seluruh dunia mengingatkan kem-

terdapat adegan menyeramkan dalam film tersebut, yaitu orangorang yang terinfensi ‘dibantai’ dikarenakan rasa takut tertulari. Film itu pun lebih memfokuskan pada kritik mengenai sikap dan cara pemerintah dalam menghadapi bencana daripada dahsyatnya virus itu sendiri dengan mengajukan pertanyaan apakah peran pemerintah yang sesungguhnya dalam keadaan bencana.

4

SENI & BUDAYA KOREA 67


GAYA HIDUP

T

ahun-tahun sebelum pandemi, karantina wilayah dan kelangkaan pangan berkelindan satu sama lain, penduduk di kota-kota di Korea sudah menikmati layanan pengiriman barang kebutuhan sehari-hari ke rumah mereka. Perjalanan ke toko yang memakan waktu lama membuat mereka mencoba layanan baru ini. Dan, pengiriman di pagi buta menyempurnakan transformasi ini. Sekarang, sementara pembeli tidur pulas, barang-barang pesanan mereka disiapkan, dikemas, dan dikirim. Saat ini, dengan pembatasan jarak yang menjadi perhatian dunia, pengiriman barang-barang kebutuhan rumah tangga tidak hanya praktis tapi juga sangat dibutuhkan.

Selamat Tinggal, Superstore

Dulu, mereka yang membeli kebutuhan rumah tangga dalam jumlah banyak atau membeli barang-barang berukuran besar sering kali, jika tidak selalu, meminta barang-barang itu dikirim ke rumahnya. Kemudian, pada tahun 1990-an, toko-toko besar itu membuat aturan standar. Pada tahun 2015, sebuah pusat perbelanjaan online lokal meningkatkan layanannya dengan melakukan pengiriman di pagi hari. Sekarang, pembeli bisa membeli bahan-bahan untuk sarapan malam sebelumnya dan barang-barang itu sudah ada di depan pintu keesokan harinya. Mereka hanya perlu memesannya sebelum tengah malam untuk memastikan pengiriman dilakukan sebelum pukul 7 pagi atau lebih awal. Dengan pengemasan yang sangat bagus dari perusahaan logistik, bahan-bahan yang cepat basi (termasuk daging segar dan produk olahan susu), barang yang tidak basi atau barang yang bukan makanan seperti sabun cuci piring diantar dengan aman sampai di depan pintu. Pendek kata, semua barang yang tersedia di tokotoko besar itu bisa juga dibeli secara online. Tampaknya sekali saja sebuah keluarga mencoba pengiriman

1

© Pasar Kurly

2 © Coupang

Ketika Anda Terlelap “Pengiriman pagi buta” dan “pengiriman super cepat” sangat digemari di kalangan rumah tangga perkotaan Korea. Kalau pembeli memesan sebelum tengah malam, bahan-bahan untuk sarapan dan barang kebutuhan sehari-hari lainnya itu sudah ada di depan pintu sebelum subuh. Namun tentu saja, ada juga kekurangan dari kenyamanan yang luar biasa ini. Kim Yong-sub Analis Tren

68 KOREANA Musim Panas 2020


barang kebutuhan sehari-hari, mereka akan terpikat. Pengiriman ke rumah-rumah ini sangat mengubah pola belanja bahan makanan sehingga beberapa cabang toko-toko besar terpaksa tutup. Pergi ke toko besar merupakan ritual di akhir pekan bagi banyak keluarga. Karena jam kerja di Korea yang sangat panjang dan menyisakan sedikit sekali waktu untuk berbelanja, biasanya para pembeli memenuhi keranjang mereka dengan persediaan makanan untuk satu minggu penuh. Tapi, sejak pengiriman ke rumah secara perlahan tapi pasti mulai memasuki rutinitas rumah tangga, waktu lama yang dihabiskan untuk mengendarai mobil ke toko dan pulang ke rumah, mencari

tempat parkir yang penuh, menyusuri lorong-lorong di dalam toko dan antre di depan kasir menjadi tidak perlu atau kurang menarik. Perusahaan logistik ikut ambil bagian dalam berkembangnya cara baru berbelanja bahan makanan ini, dengan menawarkan pengiriman super cepat dan memperluas layanan ke pasar lain. Pusat perbelanjaan online yang menerima pemesanan pakaian sebelum pukul 10 pagi akan memastikan barang tersebut sampai di pintu pembeli sore harinya. Produk-produk kecantikan yang dibeli secara online juga mendapatkan layanan pengiriman super cepat ini. Pengambilan dan pengiriman binatu – pakaian yang harus dicuci dengan cara dry-clean, sepatu, tas dan bahkan selimut – juga ada. Layanan cuci dan setrika juga tersedia, dan pakaian itu akan diantar dalam dua hari.

3

1. Pekerja bekerja keras sepanjang waktu untuk memilah pesanan dan mengemas barang di pusat distribusi perusahaan pengiriman startup. 2, 3. Masalah hak-hak pekerja dan kondisi kerja untuk tenaga pengantar kini menjadi fokus karena meningkatnya jumlah pembeli yang memesan bahan makanan dan selain makanan sebelum fajar tiba.

SENI & BUDAYA KOREA 69


Lingkungan Sosial

Sejak wabah pandemi COVID-19, orang-orang di banyak negara kehabisan makanan dan bahan-bahan lain. Tapi kekacauan ini tidak terjadi di Korea, bukan hanya karena kebanggaan sebagai orang Korea, namun juga karena persediaan logistik dan sistem pengiriman yang stabil. Rak di toko-toko tidak kosong diserbu pembeli yang panik dan layanan pengiriman ke rumah berarti tidak perlu menunggu lama hanya untuk masuk ke dalam toko. Pengiriman ke rumah sudah pasti lebih dipilih bukan hanya karena kenyamanannya melainkan juga karena pengiriman ini mematuhi panduan untuk membatasi kontak fisik selama pandemi. Petugas pengiriman bisa meninggalkan barang pesanan di kantor atau manajemen gedung residensial atau meletakkannya di depan pintu, memencet bel, lalu pergi. Tidak perlu ada interaksi tatap muka dengan penjual atau petugas pengiriman. Dalam banyak hal, pelayanan pengiriman kilat merupakan cermin masyarakat Korea yang menekankan kecepatan. Orang Korea terbiasa melakukan segala sesuatu dengan cepat dan menginginkan jawaban yang cepat dalam segala hal sejak proses industralisasi yang sangat pesat pada tahun 1960-an dan 1970-an. Bahkan kantor-kantor pemerintah dinilai berdasarkan cepatnya mereka menyelesaikan sebuah pekerjaan. Karakter nasional ini tampak dalam jawaban para profesional medis, pegawai pemerintah, dan

Layanan pengiriman kilat adalah refleksi sifat orang Korea yang ingin serba cepat. Karakter nasional ini tampak dalam jawaban para profesional medis, pegawai pemerintah dan responden umum mengenai pandemi wabah COVID-19.

1. Sejak pecahnya pandemi COVID-19, petugas pengiriman meninggalkan paket di ambang pintu atau menggantungnya di sekitar gagang pintu untuk menghindari interaksi tatap muka dengan pelanggan.

1

Š SSG.COM

70 KOREANA Musim Panas 2020


2, 3. Perusahaan logistik baru-baru ini memulai upaya untuk meminimalkan pengemasan dan mengembangkan bahan pengemasan yang ramah lingkungan dan dapat didaur ulang, karena limbah pengemasan yang berlebihan telah menjadi masalah sosial.

Sisi Lain

2

3 Š Pasar Kurly

responden umum mengenai pandemi wabah COVID19. Ada faktor lain yang memungkinkan pengiriman cepat dapat dilakukan: di Korea, barang kebutuhan sehari-hari atau produk lain yang ditinggalkan di depan pintu hampir tidak pernah hilang. Di negara ini, ketika pengunjung kafe ingin ke kamar kecil, mereka bisa meninggalkan laptop dan barang pribadi lainnya tanpa khawatir akan hilang. Pemilik toko juga meletakkan barang dagangannya di luar toko dan yakin barang-barang itu tidak akan dicuri. Tanpa lingkungan sosial seperti ini, layanan pengiriman pagi buta ini tidak pernah bisa menjadi gaya hidup baru. Siapa yang akan menggunakan layanan ini jika mereka tidak bisa tidur di malam hari karena khawatir seseorang akan mencuri barang-barang kebutuhan seharihari yang seharusnya dikirimkan esok paginya?

Sistem logistik ini beroperasi 24 jam tujuh hari dalam seminggu. Petugas pengiriman pagi buta biasanya tidur di siang hari, dan menjalani hidup dengan ritme seperti ini demi kenyamanan orang lain. Selain itu, pekerjaan mereka juga sangat berat secara psikis. Bahkan, petugas pengiriman siang hari pun tidak dapat menghindari perasaan dikejar-kejar ketika ada pembeli yang tidak ingin pengiriman barang mereka terlambat sedikit pun. Itulah yang membuat sebagian besar petugas pengiriman berada dalam lingkungan persaingan sangat ketat yang memaksa mereka melakukan pekerjaan setepat mungkin jika ingin mengungguli petugas lain. Walaupun persaingannya sangat ketat, petugas pengiriman tidak dibayar secara memadai. Agar mampu bersaing, perusahaan mematok harga yang sangat rendah, sekitar 2,500 sampai 3,000 won (kurang dari US$3) untuk barang kecil sampai sedang dan tanpa ongkos kirim untuk pemesanan dalam jumlah besar. Pemberian tip bukan sesuatu yang lazim di Korea, sehingga petugas-petugas ini hanya mendapatkan penghasilan dari gajinya saja. Baru-baru ini, sekelompok orang mengangkat isu mengenai pengiriman super cepat ini dan menuntut pekerja dalam bidang pengiriman ini mendapat kompensasi yang masuk akal. Masalah lainnya adalah pengemasan yang berlebihan. Pengiriman makanan dilakukan dengan memakai kotak styrofoam, yang bisa membuat daging, buah dan sayuran tetap dingin dan mencegah bahan-bahan makanan lunak menjadi rusak. Dalam waktu singkat, rumah dipenuhi tumpukan bahan kemasan yang tidak terurai ini. Ketika layanan pengiriman pagi pertama kali datang dalam hidup kita, kenyamanannya membuat kita menutup mata dari kenyataan yang lain, dan mengabaikan masalah yang timbul dari pengemasan berlebihan ini. Sekarang, masalah ini menjadi perhatian serius. Sebagian perusahaan sudah mengurangi pengemasan sebanyak mungkin dan menggunakan bahan yang dapat didaur ulang. Misalnya, mereka mengganti kemasan plastik dengan kemasan kertas yang diisi air beku, dan mengganti perekat plastik dengan perekat kertas. Sebagian perusahaan lain mengumpulkan kotak atau tas bekas untuk mengurangi ketidaknyamanan pembeli. Penjual juga ikut berperan dengan tidak lagi membungkus barang yang kecil dengan kotak-kotak yang jauh lebih besar yang harus diisi dengan pembungkus plastik bergelembung. Sekarang, kotak dalam beragam ukuran dan pembungkus kertas juga tersedia.

SENI & BUDAYA KOREA 71


PERJALANAN KESUSASTRAAN KOREA

KRITIK

© Park Jae-hong

Park Chan-soon menerima anugerah Chosun Ilbo Spring Literary Award 2006 pada usia 60, dan dari situlah ia memulai karier baru sebagai penulis. Sejak itu, ia berhasil menerbitkan tiga karya fiksi, sambil membangun pengalamannya sebagai penerjemah film dan drama asing, dan menunjukkan kekuatannya yang tidak kalah dari penulis yang jauh lebih muda. Choi Jae-bong Reporter, The Hankyoreh

D

alam karya-karyanya yang paling awal, Park Chan-soon menggambarkan lanskap multikultural, menggabungkan berbagai ruang dan kelompok etnis. Cerita pendek yang mengawali kariernya, “Sate Kambing Garibong,” berpusat pada seorang koki Cina-Korea yang tinggal di Korea sebagai imigran gelap, sebuah judul yang diambil dari kumpulan cerita pendek pertamanya, “Taman Balhae,” wajah seorang salesman sebuah perusahaan Korea ke Uzbekistan. Pengolahan ceritanya yang lain seputar peristiwa di Praha, Cekoslovakia sampai Thailand dan hutan-hutan di Asia Tenggara, dan di antara itu muncul seorang pengungsi perempuan muda dari Korea Utara atau seorang bocah lelaki Cina sebagai tokoh utamanya. Meskipun latar belakang dan tokoh multikultural bukanlah sesuatu yang baru dalam fiksi Korea sejak tahun 2000-an, konteks multikultural dalam cerita Park Chan-soon memainkan peran yang sangat penting. Segala peristiwa itu berfungsi sebagai gambaran tentang kondisi tertentu untuk mengevaluasi kemungkinan atau ketidakmungkinan harapan berada pada titik balik atau jalan buntu dalam kehidupan si tokoh. “Orang Marjinal” ditempatkan dalam realitas yang gelap, tetapi pengarang akhirnya mencari harapan ketika

72 KOREANA Musim Panas 2020


Park Chan-soon:

“ Pada akhirnya, apa yang dapat kupercayai adalah nafas murni yang memancar dari peristiwa sepele, hal-hal kecil, makhluk sementara, yang terjadi di saat-saat paling gelap dalam kehidupan.” dia dengan kehangatan melihat orang-orang yang ditimpa kekerasan hidup. “Taman Balhae” diterbitkan tahun 2009. Dalam antologinya yang pertama ini ada 11 cerita pendek, tiga di antaranya menampilkan penerjemah film dan dokumenter. Park sendiri menerjemahkan film asing dan program TV selama lebih dari 30 tahun sebelum ia mulai menulis fiksi. Tidaklah sulit untuk menganggap bahwa pengalamannya sebagai produser radio, penerjemah, dan kemudian profesor di sekolah pascasarjana membawa persoalan penafsiran dan penerjemahan diletakkan sebagai dasar multikultural dari buku pertamanya ini. Antologi cerpennya yang kedua, “Kepik Terbang dari Puncak” (2013), berisi sembilan cerita pendek, dengan tetap memperlihatkan minat multikultural dan kepeduliannya terhadap orang-orang yang rentan secara sosial, seperti terlihat dalam “Berjalan Bersama Rousseau,” yang menampilkan seorang anak laki-laki dari Sri Lanka yang datang untuk bekerja di pabrik Korea. Pengolahan ceritanya tetap dalam lingkup internasional: ladang jagung Iowa, Key West di Florida, Sendai di Jepang, dan Havana di Kuba. Dan judul antologinya yang ketiga, “Kereta Pelan ke Amsterdam” (2018), menunjukkan minatnya yang tak berubah pada negeri asing. Dibandingkan dengan buku-buku sebelumnya, wajah yang paling menonjol dari antologinya yang terbaru ini mungkin memunculkan rasa sejarah sastra. “Sindrom Teheran” berlatar di ibu kota Iran, seperti judulnya, tetapi tokoh utamanya seorang pengarang Korea yang mengikuti program residensi, yang mengajar sastra Korea, termasuk yang diceritakan Kim Seung-ok (1941-), kepada mahasiswa Iran. “Tempat bagi Lemon” berpusat pada anekdot tentang penyair Korea, Jeong Ji-yong (1902-1950) selama studinya di Universitas Doshisha di Kyoto, Jepang, dan pengarang kontemporer Jepang, Motojiro Kajii (1901-1932). “Orkestra Puisi Utara-Selatan” menggambarkan bayang-bayang gelap atas kritikus sastra Palestina, Edward Said, dan pianis dan konduktor Yahudi, Daniel Barenboim. Secara khusus, dua cerita pendeknya, “Bagaimana Membawa Sincheon di Pinggang - Suatu Hari dalam Kehidupan

Kubo sang Novelis” dan “230 Seongbuk-dong,” sebagai bentuk penghormatan kepada novelis Park Tae-won (19101986). Pada 1930-an, Park Tae-won terkenal karena novelnya “Adegan dari Aliran Cheonggye” dan cerita pendek “Suatu Hari dalam Kehidupan Kubo sang Novelis.” Setelah pergi ke Korea Utara pada tahun 1950, selama Perang Korea, ia memenangkan pujian besar untuk novel sejarah epiknya, “Perang Petani Gabo.” Perlu juga disebutkan bahwa Bong Joon-ho, sutradara film “Parasite,” adalah salah seorang cucunya. Bagaimanapun, dalam dua cerita pendek ini, Park Chan-soon tidak menyembunyikan rasa hormat dan kekagumannya terhadap sejarah sastra Korea dan penulis generasi sebelumnya, seperti yang diwakili oleh Park Tae-won. Pembaca juga dapat mengambil cerita-cerita ini sebagai ekspresi kebanggaan penulis dalam posisinya sendiri yang ditempatkan dalam sejarah sastra. Sekilas tentang cerita pendek “Festival Abu” dari antologinya “Kereta Pelan ke Amsterdam” hampir tidak menonjol dibandingkan karya-karya lain dalam antologi itu. Namun, ia menawarkan pandangan sekilas ke pandangan dunia yang matang dari seorang pengarang sekarang yang melewati ambang usia 70-an. Tokoh utama, Sinae, kehilangan suaminya lima tahun lalu. Suatu hari, seorang teman mendiang suaminya, yang tidak dapat menghadiri pemakaman, menghubunginya. Dia mengatakan ingin berziarah ke makam mendiang sahabatnya itu. Jadi Sinae mengantarkannya ke sana, meskipun dia sendiri belum berziarah sejak ulang tahun pertama kematian suaminya. Ketika teman itu membangkitkan ingatan suaminya, Sinae menyadari bahwa dia tidak pernah benar-benar “meratapi” kematian suaminya. Dalam “Kata Pengantar Penulis” di akhir buku itu, Park berkata, “Pada akhirnya, apa yang dapat kupercayai adalah nafas murni yang memancar dari peristiwa sepele, hal-hal kecil, makhluk sementara, yang terjadi di saat-saat paling gelap dalam kehidupan.” Tokoh utamanya terus menjalani kehidupan yang keras dan masing-masing membawa kesedihannya sendiri, tetapi pengarang menangkap keindahan kehidupan yang ada, meskipun samar-samar, dalam kesedihan. Mungkin itu sebabnya dia terus menulis.

SENI & BUDAYA KOREA 73


Informasi Berlangganan

Cara Berlangganan Biaya Berlangganan

Isi formulir berlangganan di website (www.koreana.or.kr > Langganan) dan klik tombol “Kirim.� Anda akan menerima faktur dengan informasi pembayaran melalui E-mail.

Daerah

Biaya Berlangganan (Termasuk ongkos kirim melalui udara)

Edisi lama per eksemplar*

Korea

1 tahun

25,000 won

6,000 won

2 tahun

50,000 won

3 tahun

75,000 won

1 tahun

US$45

2 tahun

US$81

3 tahun

US$108

1 tahun

US$50

2 tahun

US$90

3 tahun

US$120

1 tahun

US$55

2 tahun

US$99

3 tahun

US$132

1 tahun

US$60

2 tahun

US$108

3 tahun

US$144

Asia Timur

1

Asia Tenggara dsb

2

Eropa dan Amerika Utara 3

Afrika dan Amerika Selatan 4

US$9

* Pemesanan edisi lama ditambah ongkos kirim. 1 Asia Timur(Cina, Hong Kong, Jepang, Makau, dan Taiwan) 2 Asia Tenggara(Brunei, Filipina, Indonesia, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Singapura, Thailand, Timor Leste, Vietnam,) dan Mongolia. 3 Eropa(termasuk Russia and CIS), Timur Tengah, Amerika Utara, Oseania, dan Asia Selatan (Afghanistan, Bangladesh, Bhutan, India, Maldives, Nepal, Pakistan, dan Sri Lanka) 4 Afrika, Amerika Selatan/Sentral (termasuk Indies Barat), dan Kepulauan Pasifik Selatan

Mari bergabung dengan mailing list kami

Jadilah orang pertama yang mengetahui isu terbaru; maka daftarkan diri Anda pada Koreana web magazine dengan cara mengirimkan nama dan alamat e-mail Anda ke koreana@kf.or.kr

Tanggapan Pembaca

Tanggapan atau pemikiran Anda akan membantu kami meningkatkan daya tarik Koreana. Kirimkan komentar dan saran Anda melalui E-mail ke koreana@kf.or.kr.

* Selain melalui majalah web, konten Koreana tersedia melalui layanan e-book untuk perangkat mobile (Apple i-books, Google Books, dan Amazon)


A JournAl of the eAst AsiA foundAtion

We Help Asia Speak to the World and the World Speak to Asia. In our latest issue:

Out of Breath: Tackling Asia’s Air Crisis

Learn more and subscribe to our print or online editions at

www.globalasia.org

cleaning up asia’s dirty air: essays By

Matthew Shapiro; Nick Middleton; Jiang Kejun; Tae Yong Jung; Aseem Prakash & Kuki Soejachmoen the deBate: us influence in southeast asia

Is Washington losing its way in the region? Mark Valenciea squares off against Satu Limaye in focus: indonesian president joko widodo

Ben Bland and Kevin O’Rourke examine the implication of his recent re-election for Indonesia’s reform efforts

plus

rory Metcalf Mapping a multipolar future: The contest for the Indo-Pacific will involve rivalries of all sizes Van jackson How America is losing both Koreas Mohammad reza dehshiri & hossein shahmoradi The EU’s important role in Korean Peninsula stability rajaram panda Why India has opted out of RCEP peter hayes Building on Baekdudaegan: Peacemaking in Northeast Asia through ecological restoration Book reviews A look at 16 new titles relevant to Asia

us$15.00 w15,000 a journal of the east asia foundation | www.gloBalasia.org | VoluMe 14, nuMBer 4, deceMBer 2019

Out of Breath Tackling Asia’s Air Crisis

News, archives and analysis at www.globalasia.org

Have you tried our Magster digital edition? Read on any device. Issues just $5.99 each or $19.99 per year. Download Magzter’s free app or go to www.magzter.com


Explore Different Facets of Korean Literature with KLN VOL. 46 | WINTER 2019 VOL. 44 | SUMMER 2019

www.koreanliteraturenow.com

www.koreanliteraturenow.com

Special Section

(ŕġž Ýōā "ÝƇž

Working People in Korean Literature

The New Companions of Korean Literature Featured Writers

QÝ dÝĈƪŕƍō fĭŋ dĈŕōġɫĩƤÝō

Featured Writer

Kwon Yeo-sun Musings

VOL. 46

Olga Tokarczuk

Bookmark

|

qÝāÝŋĈ qƪĈŕōġɫāƍ

WINTER 2019

VOL. 44

Ku Hyoseo

|

SUMMER 2019

qÝŸĭńƪō Ýōā qĈ by Lee Jimin Trans. Chi-Young Kim UK, Fourth Estate, 2019

Pets

Working People VOL. 45 | AUTUMN 2019

www.koreanliteraturenow.com VOL. 47 | SPRING 2020

Special Section

The Gravitation of the Bapsang

Special Section

Kill This Boy with Love

How Korean Lit is Mapping the K-pop Gen’s Soul

Featured Writer

Kim Hyesoon Bookmark

VOL. 45

The Old Diary

|

|

AUTUMN 2019

VOL. 47

Lee Seung-U

www.koreanliteraturenow.com

Featured Writers

SPRING 2020

Han Changhoon Cho Hae-jin Bookmark

A Remote Place

Jang Eunjin Musings

Javier Marías

EL BUEN HIJO by Jeong You-Jeong trans. Luis Alfredo de los Frailes Spain, Penguin Random House, 2019

Food

K-pop

@KoreanLitNow Inquiries: koreanlitnow@klti.or.kr

www.KoreanLiteratureNow.com


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.