MUSIM GUGUR 2020
SENI & BUDAYA KOREA
FITUR KHUSUS
Layanan Pesan Antar
Refleksi Diri dalam Ledakan Industri Pada Suatu Hari dalam Ingatan Seorang Novelis; Ekonomi Pesan Antar: Dulu dan Kini; Dunia Kurir Paket dalam Kartun; Industri Jasa Kurir Ala Korea, Sisi Terang dan Gelapnya
Layanan Pesan Antar
VOL. 9 NO. 3
ISSN 2287-5565
CITRA KOREA
Jalan Menuju Kuil Buseok
T
© Ahn Hong-beom
erdapat sebuah kuil Buddha yang sangat tua di Yeongju, kampung halaman saya. Namanya mengingatkan pada “batu apung” yang misterius, atau buseok, berkaitan erat dengan dasar kuil, yang dibangun pada abad ketujuh. Nenek saya, meskipun bukan orang yang sepenuhnya percaya, sering mengunjungi Kuil Buseok untuk berdoa demi kebahagiaan anak-anaknya dan terutama untuk saya, cucu tertuanya. Pada Hari Waisak, di bulan Mei, saya akan menemaninya. Menempuh perjalanan kaki sejauh 4 km ke pasar Buseok dan 4 km lagi di sepanjang jalan lembah yang sepi. Perjalanan kaki sungguh tak bisa dihindari sejak gerbang depan kuil, yang memiliki satu pilar. Papan nama bertuliskan “Kuil Buseok, Gunung Taebaek” menandai ujung jagat duniawi. Dari sana, jalan setapak panjang menanjak dengan deretan pohon ginkgo dan kebun apel telah menanti. Selanjutnya, sampailah di Gerbang Raja Surgawi, lalu paviliun dua lonceng yang terletak sedikit ke samping dan dipenuhi tangga batu. Berikutnya tampaklah Balai Surgawi. Jumlah anak tangga sampai ke titik ini adalah 108, sejumlah kleshas, atau duka cita yang melanda pikiran. Berjalan di bawah paviliun dan kemudian menaiki tangga, sampailah di halaman yang langsung menghadap lentera batu kuno. Di belakangnya terletak Balai Kehidupan Tak Terbatas, menyambut dengan sudut atapnya tampak siap untuk terbang. Sebagai pengikut setia nenek saya, saya selalu masuk melalui pintu samping dan membungkuk tiga kali di hadapan Buddha Amitabha. Di belakang balai di sebelah kiri ini terdapat “batu apung”. Legenda tentang cinta seorang gadis, Seonmyo, yang diceritakan dalam buku sejarah abad ke-13 “Memorabilia dari Tiga Kerajaan” (Samguk yusa). Tapi saya lebih suka cerita yang dituturkan oleh nenek saya: “Ketika raja Silla memutuskan untuk membangun sebuah kuil di sini demi melindungi daerah itu dengan kekuatan Buddha, Penasihat Nasional Uisang menjelajahi celah gunung untuk mencari tempat yang tepat. Suatu hari, dia menggoyang batu besar dengan jari telunjuknya dan melemparkannya ke langit. Batuan itu menjadi awan hitam dan melayang selama tujuh hari, menurunkan hujan deras, memberkati tempat ini. Namun hujan itu tidak pernah benar-benar menyentuh tanah, dan bahkan sampai hari ini, jika Anda meletakkan tali di bawah batu dan menariknya, tali itu tidak akan putus.” Saya suka pemandangan dari pagoda di belakang kuil ke arah legenda gadis itu; atap yang ditinggikan di sudut Balai Kehidupan Tak Terbatas; punggung Gunung Sobaek terlihat di luar Balai Surgawi, naik, turun, dan menghilang seperti fugu; dan cahaya malam yang sangat indah singgah di punggung bukit. Jalan setapak di belakang pagoda mengarah ke sebuah bangunan sederhana yang tenang dengan atap pelana: Balai Para Leluhur, di mana potret Uisang diabadikan. Aku duduk di balai yang rapi, alas tanpa hiasan dan, saat memikirkan batu raksasa yang dikatakan melayang ke langit pada malam yang tenang dan melihat ke bawah sambil tersenyum pada anak-anak yang sedang tidur, aku merindukan nenekku. Kim Hwa-young Kritikus Sastra, Anggota Akademi Seni Nasional
Dari Redaksi
PEMIMPIN UMUM
MUSIM GUGUR DI TENGAH PANDEMI CORONA
DIREKTUR EDITORIAl
Kang Young-pil
PEMIMPIN REDAKSI
Koh Young Hun
DEWAN REDAKSI
Han Kyung-koo
Benjamin Joinau
Jung Duk-hyun
Kim Hwa-young
Kim Young-na
Koh Mi-seok
Charles La Shure
Song Hye-jin
Song Young-man
Keindahan musim gugur yang selalu ditunggu setiap tahunnya, tahun ini menjadi sangat berbeda. Bisa jadi guguran daun-daun ginko dan maple tak lagi terinjak kaki. Masyarakat Korea harus menahan diri untuk tetap tinggal di rumah. Corona memberikan pesan alam agar manusia lebih peduli lagi terhadap lingkungan flora dan fauna, tidak boleh abai terhadap pentingnya menjaga dan merawat alam. Saat masyarakat tidak berani pergi ke luar rumah, maka industri pesan antar menjadi pilihan nomor satu cara berbelanja apa saja: makanan, kebutuhan dapur, sampai dengan kebutuhan lain manusia. Kurir dengan sepeda motornya akan terlihat melaju cepat di jalan raya, gang-gang sempit, menuju tangga apartemen. Suka duka para kurir pengantar makanan atau barang ini dikupas tuntas di Koreana edisi musim gugur 2020 ini. Kurir tiba-tiba menjadi sangat populer di pandemi ini karena tenaganya sungguh sangat dibutuhkan. Di masa lalu juga ada orang-orang yang sangat dibutuhkan, misalnya saja para penjaga aset kebudayaan di masa perang. Sungguh mustahil kita bisa menikmati harta karun sejarah Korea jika tidak ada orang yang rela mempertaruhkan nyawa untuk melindungi aset kebudayaan. Hal tersebut disajikan dalam Koreana edisi ini, di samping rubrik-rubrik menarik lainnya. Dalam sebuah angket yang menanyakan edisi Koreana berbahasa apa yang populer, jawabannya mendudukkan Koreana edisi Bahasa Indonesia berada di posisi ke-4 dari 11 bahasa utama Koreana. Tentu ini capaian yang luar biasa untuk Koreana edisi Bahasa Indonesia yang berusia muda. Terima kasih atas apresiasi pembaca. Selamat menikmati edisi Koreana kali ini sambil tetap mematuhi protokol kesehatan di tengah suasana masa pandemi.
Lee Guen
Kim Eun-gi
DIREKTUR KREATIF
Kim Sin
EDITOR
Ji Geun-hwa, Ham So-yeon
PENATA ARTISTIK
Kim Ji-yeon
DESAINER
Jang Ga-eun,
Yeob Lan-kyeong
TIM PENERJEMAH
Koh Young Hun
Kim Jang Gyem
Evelyn Yang
Lee Yeon
Shin Soyoung
Lee Eun Kyung
PENYUNTING
Tengsoe Tjahjono
PENATA LETAK
Kim’s Communication Associates
DAN DESAIN
240-21, Munbal-ro, Paju-si,
Gyeonggi-do 10881, Korea
www.gegd.co.kr
Tel: 82-31-955-7413
Fax: 82-31-955-7415
Harga majalah Koreana per-eksemplar di Korea W6.000. Di negara lain US$9. Silakan lihat Koreana
Koh Young Hun Pemimpin Redaksi Koreana edisi Bahasa Indonesia
halaman 88 untuk berlangganan.
SENI & BUDAYA KOREA Musim Gugur 2020 PERCETAKAN EDISI MUSIM GUGUR 2020 Samsung Moonwha Printing Co. 10 Achasan-ro 11-gil, Seongdong-gu, Seoul 04796, Korea Tel: 82-2-468-0361/5 Diterbitkan empat kali setahun oleh THE KOREA FOUNDATION 55 Sinjung-ro, Seogwipo-si, Jeju-do 63565, Korea http://www.koreana.or.kr
© The Korea Foundation 2020 Pendapat penulis atau pengarang dalam majalah ini tidak haurs selalu mencerminkan pendapat editor atau pihak Korea Foundation. Majalah Koreana ini sudah terdaftar di Kementerian
“Sepeda di Atas Angin” Ryu Seung-ok 2018. Akrilik di atas kanvas. 162 × 130 cm.
Budaya, Olahraga, dan Pariwisata(No. Pendaftaran Ba 1033, 8 Agustus 1987), Korea sebagai majalah triwulanan, dan diterbitkan juga dalam bahasa Inggris, Cina, Prancis, Spanyol, Arab, Rusia, Jepang, dan Jerman.
Layanan Pesan Antar
Refleksi Diri dalam Ledakan Industri
04
FITUR KHUSUS 1
Pada Suatu Hari dalam Ingatan Seorang Novelis Park Sang
10
FITUR KHUSUS 2
Ekonomi Pesan Antar: Dulu dan Kini
18
FITUR KHUSUS 3
Dunia Kurir Paket dalam Kartun Lee Jong-chul
22
FITUR KHUSUS 4
Industri Jasa Kurir Ala Korea, Sisi Terang dan Gelapnya Um Ji-yong
Joo Young-ha
© Kantor Berita Yonhap
28
FOKUS
Para Penjaga Aset Kebudayaan di Masa Perang
48
DI ATAS JALAN
68
KISAH RAMUAN
Bermula dan Berakhir di Haenam
Udang: Hadiah Lezat dari Laut
Lee Chang-guy
Jeong Jae-hoon
58
72
Kim Youngna
34
WAWANCARA
Dari Barang Bekas Menjadi Karya Seni
SATU HARI BIASA
Hari-Hari yang Tulus, Bersama Tetangga Hwang Kyung-shin
Park Eun-young
40
KISAH DUA KOREA
Kesaksian tentang Divergensi Musik
JATUH CINTA PADA KOREA
Iluminasi Perfilman Korea Cho Yoon-jung
Dari Makanan Instan ke Makanan Restoran Choi Ji-hye
62 ESAI Merawat Budaya melalui Bahasa Oka Rusmini
Kim Hak-soon
44
GAYA HIDUP
64 HIBURAN Sebuah Era Karakter Alternatif Jung Duk-hyun
76
PERJALANAN KESUSASTRAAN KOREA
Cahaya Etik di Balik Guyon dan Kecerdasan Choi Jae-bong
Apa Yang Terjadi Dengan Choi Mijin? Lee Ki-ho
FITUR KHUSUS 1
Layanan Pesan Antar: Refleksi Diri dalam Ledakan Industri
Pada Suatu Hari dalam Ingatan Seorang Novelis Sebuah persimpangan jalan yang padat, begitu lampu hijau menyala, puluhan sepeda motor melesat dengan kecepatan sangat tinggi sebelum mobil-mobil sempat menaikkan kecepatan mereka. Ini merupakan pemandangan umum di jalanan kota-kota besar. Diperkirakan ada sekitar 300.000 orang bekerja di industri pesan antar di Korea. Di balik kenyamanan yang dinikmati oleh konsumen, kondisi kerja kurir yang buruk masih menjadi masalah yang harus diselesaikan oleh masyarakat kita. Park Sang Novelis
4 KOREANA MUSIM GUGUR 2020
Kurir pesan antar sering terlihat terburu-buru melewati lalu lintas di jam sibuk. Mereka harus mengantar sebanyak mungkin dalam waktu yang terbatas sehingga mereka perlu menguasai jalan dan merencanakan rute yang paling efisien. Š NewsBank
SENI & BUDAYA KOREA 5
S
ebelum saya memulai karir sebagai novelis, saya mengantarkan makanan Korea dari Officetel Town di Seoul. Saya juga pernah bekerja di restoran Cina di distrik hiburan atau toko pizza di daerah pemukiman. Bahkan ketika saya berada di London untuk sementara waktu, saya pernah menjadi kurir makanan Jepang. Jadi biar begini saya tergolong “kurir berpengalaman luar negeri”. Namun, pengalaman menjadi kurir di luar negeri sama sekali tidak ada artinya di Korea, negara yang kental dengan jasa kurir. Karena sekalipun kurir adalah pekerjaan tetap di Inggris, pekerjaan yang sama hanya sebatas pekerjaan sementara di Korea. Kisah ini adalah kisah suatu hari di masa lalu ketika saya bekerja sebagai seorang kurir.
Dilema
“Kau dengar tidak? Si Gondrong yang kerja di sebelah katanya dirawat di rumah sakit gara-gara kecelakaan kemarin.” Ketika saya tengah bersiap untuk pergi mengantar barang, bos saya berkata dengan wajah sedih. ‘Si Gondrong’ yang bekerja di sebelah adalah seorang kurir dengan keterampilan yang hebat. Kalau bertemu dia di tengah jalan, layaknya seperti seorang pembalap profesional. Baru-baru ini, saya mendengar bahwa dia patah hati karena putus cinta, ditambah kecelakaan sampai dirawat di rumah sakit. Tidak dapat dipungkiri, pekerjaan sebagai kurir adalah pekerjaan yang menuntut konsentrasi penuh setiap saat seperti seorang ahli bedah, analis, atau kapten pesawat. Meleng sedikit saja, bisa terkapar di jalan.
Bahkan saat matahari terik membakar di puncak musim panas, ada kalanya keringat dingin membasahi tubuh dan pikiran saat sedang mengirimkan paket. Yaitu ketika melihat sebuah motor ‘terparkir’ tidak pada tempatnya di sisi jalan. Kalau diperhatikan, maka akan terlihat ruji roda bengkok atau bagian sisi-sisinya terkelupas. Itu artinya motor itu dipinggirkan agar lalu lintas di jalan raya lancar kembali setelah pengendaranya diangkut dengan ambulans karena mengalami kecelakaan. Kecelakaan kurir terlalu sering terjadi. Jika seorang kurir yang biasa kelihatan di jalan tidak tampak lagi, besar kemungkinan dia cedera, atau malah … meninggal dunia. “Makanya! Kamu juga kalau naik motor harus pintar-pintar. Cepat tapi harus selamat, gitu. Jangan lari saja seperti orang gila?” Bos khawatir dengan cara saya mengendarai motor. “Nggak apa-apa, Pak. Apalagi saya ini kan orang nggak punya. Jadi nggak ada yang bakal kehilangan.” “Bicara sembarangan. Aku nggak mau kehilangan kamu. Pokoknya hati-hatilah selalu!” Kata-kata itu terasa hangat sesaat, tapi sekaligus juga merupakan ekspresi yang dingin. Menjadi kurir bermotor adalah pekerjaan yang dapat dilakukan siapa saja asal punya SIM dan nyali.
Seorang kurir untuk Ddingdong, yang melayani distrik Gangnam di Seoul, mengantar pesanan dari sebuah restoran makanan ringan dengan skuternya. Restoran kecil yang tidak mampu membayar karyawan pesan-antar sendiri menggunakan platform pesan-antar.
© NewsBank
6 KOREANA MUSIM GUGUR 2020
Tergantung pada seberapa banyak paket yang dilayani, pendapatan yang diperoleh juga lumayan. Untuk dapat melakukan pengiriman yang lebih cepat dan pendapatan yang lebih banyak, kurir bermotor harus pintar-pintar mengatur cengkeraman akselerasi motor walau penuh risiko. Kecelakaan sepeda motor terjadi karena alasan yang sama seperti rusa atau kucing yang tewas tertabrak di jalan. Sayangnya, banyak pengendara motor percaya bahwa mereka mengendarai sepeda motor lebih cepat daripada mobil. Sebenarnya hanya karena ukurannya yang kecil, terasa gerakannya lebih lincah, padahal kenyataannya motor tidak bisa lebih cepat dari mobil. Pencapaian kecepatannya juga tidak tinggi. Namun, karena pengiriman yang aman tetapi lambat berarti rugi, maka kecepatan tidak dapat dikurangi. Satu-satunya cara untuk keluar dari dilema berbahaya ini adalah mendapatkan banyak uang. Saya berani bertaruh bahwa di setiap kantong pakaian kurir ada tiket lotere.
Keterampilan
Jam 11 siang. Telepon pesanan mulai berdering ribut. Saat makan siang, sekitar 30 pesanan yang harus dikirim secara intensif oleh satu pengendara dalam tempo dua jam. Jika waktu pengantaran ke satu tempat dihitung 5 menit, maka hanya bisa mengirimkan 12 pesanan dalam 1 jam dan 24 pesanan dalam 2 jam. Banyak tempat yang membutuhkan waktu lebih dari 5 menit. Jadi, kurir harus keluar dengan membawa beberapa pesanan. Oleh karena itu, kemampuan dan keterampilan kurir sangat berpengaruh. Dalam kepala, kurir harus pandai-pandai menghubungkan alamat tempat pesanan masuk, dan menggambar rute untuk dapat mengirimkan sebanyak mungkin dalam waktu sesingkat mungkin. Kepala bukan hanya untuk meletakkan helm. Kemampuan membawa barang dengan sepeda motor, dan waktu untuk mengirimkannya ada batasnya. Seorang kurir profesional sejati adalah orang yang mampu merancang rute pengiriman yang efektif tanpa pemborosan. Penting juga untuk cepat memahami kondisi lalu lintas di area pengiriman. Kurir harus mengetahui warna lampu lalu lintas di persimpangan depan toko akan berubah menjadi warna apa. Ketika sampai di lokasi, kurir juga harus mempunyai kemampuan untuk menimbang secara kilat mana yang lebih cepat, lewat tangga atau lift. Pengantar barang yang cekatan melatih indra keenamnya untuk memprediksi apa yang
akan keluar dari gang berikutnya, dan dengan sigap mendeteksi jika sewaktu-waktu mobil yang datang dari arah berlawanan tiba-tiba memutuskan untuk memutar balik. Imbalan bagi “kurir gesit” hanya dapat diperoleh jika usai melakukan hal-hal yang tidak dapat dilakukan orang lain. Saya berangkat ke tujuan pengiriman. Semoga tidak ada mobil yang melanggar rambu lalu lintas di depan saya, tidak ada sepeda yang muncul mendadak bak kijang lepas dari gang-gang, tidak sial menabrak orang di jalan, tidak menginjak kulit pisang di tikungan, tidak terjegal di lubang di jalan sampai harus menggelar pertunjukan terbang bebas di udara yang sungguh tidak perlu. Saya berharap dan berharap lagi. Bagaimanapun, saya harus bertahan dan hidup. Tetapi begitu duduk di sadel motor, hanya ada satu pikiran. Jangan sampai dikutuk orang gara-gara terlambat mengantar!
Keraguan Diri
Tujuan pengiriman pertama hari ini adalah sebuah kantor yang bikin perasaan sebal setiap kali saya mengunjunginya. Kalau bicara, gaya bahasa mereka selalu merendahkan, dan jika sedikit saja pesanan mereka tiba lebih lambat dari yang mereka harapkan, mereka akan menyambut saya dengan umpatan. Mungkin bagi mereka, orang yang melakukan hal-hal berat seperti saya ini adalah orang-orang kelas rendah yang dapat mereka perlakukan seenaknya. Jika saya pergi untuk mengambil kembali piring, saya jadi lebih marah. “Pak, tolong sampahnya jangan dibuang di piring.” Tidak ada yang merespon. Saya bagai tidak terlihat di mata mereka. Kantor itu bahkan tidak pernah melunasi harga makanan tepat waktu. Sebulan sekali ketika harus minta tanda tangan di buku besar, seperti layaknya minta tanda tangan untuk tender yang luar biasa pentingnya, mereka tak segan mengulur-ulur waktu. Tak jarang jelas-jelas pesanannya 4 porsi, mereka menulis harga untuk 3 porsi saja. Seakan belum puas, pada hari pembayaran, mereka malah menghadiahkan teriakan pada saya. “Heh! Kami sudah bilang akan kasih nanti, kan?! Memangnya kamu pikir uang yang cuma segitu kami nggak akan bayar?” Namun, pada akhirnya orang-orang di kantor itu suatu hari melarikan diri tanpa melunasi harga makanan tersebut. Saya dan bos saya marah besar, dan berusaha keras untuk mencoba menangkap mereka. Tetapi kami gagal. Sekarang, pembayaran di muka dilakukan secara online sehingga kejadian tidak mengenakkan seperti itu dapat dicegah. Dalam hal ini, kemajuan teknologi betul-betul membuktikan manfaatnya.
Kompromi
Makanan di toko yang menunggu untuk diantar perlahan-lahan menjadi dingin. Sebelum menjadi lebih dingin, dengan cepat saya
SENI & BUDAYA KOREA 7
Kepala bukan hanya untuk meletakkan helm. Kemampuan membawa barang dengan sepeda motor, dan waktu untuk mengirimkannya ada batasnya. Seorang kurir profesional sejati adalah orang yang mampu merancang rute pengiriman yang efektif tanpa pemborosan.
ambil dan berangkat lagi. Orang tidak memesan makanan karena rasa. Karena tidak mungkin makanan pesanan dalam wadah plastik dan terhempas kian kemari dalam kotak kurir sepanjang perjalanan bisa lebih enak daripada masakan hangat seorang koki di sebuah restoran mewah, yang disajikan oleh seorang pelayan dalam piring yang cantik nan rapi. Walau demikian, mereka tetap memesan karena mereka memilih kenyamanan sebagai ganti kesulitan pergi ke restoran dan mengantre giliran. Tentu saja, untuk orang yang tidak terlalu mempedulikan rasa, perbedaan rasa mungkin tidak terlalu nyata. Namun, makanan pesanan yang bertambah juga meningkatkan penggunaan produk sekali pakai yang menghasilkan plastik mikroskopis, menyebabkan penurunan tingkat lingkungan bumi dari hari ke hari. Banyak pertanyaan yang datang beruntutan. Apakah budaya suatu negara di mana orang dapat memesan makanan apapun, kapanpun dan di manapun merupakan suatu hal yang dapat dibanggakan? Apakah negara dengan industri pesan antar yang maju memiliki kualitas hidup yang lebih tinggi daripada negara yang tidak demikian? Selain dapat memberikan rasa aman karena tidak mungkin mati kelaparan dalam wabah COVID-19 yang mencegah orang untuk keluar rumah, apa lagi keuntungan lain dari budaya distribusi di Korea ini? Karena kemungkinan untuk bertemu dengan pria kurir di ambang pintu, yang lelah dikejar waktu dan stres karena direndahkan oleh masyarakat. Apakah satu-satunya keuntungan karena bisa mendapatkan makanan sudah cukup untuk meredakan sejumlah masalah lainnya? Terlebih lagi, apakah tindakan merusak lingkungan hidup hanya karena ingin lepas dari keengganan dan kemalasan sesaat bisa dianggap sebagai tindakan yang benar? Sepeda motor kurir bisa masuk ke gang-gang sempit untuk menghindari kemacetan lalu lintas, dan bisa diparkir di mana saja. Di Korea, sepeda motor bisa diparkir di mana saja tanpa ada tempat parkir khusus. Bahkan bisa ditinggal sebentar di trotoar atau tempat penyeberangan. Mereka melanggar rambu lalu lintas, melaju ke arah yang berlawanan, dan tidak ragu untuk melanggar berbagai ketentuan lainnya. Karena sepeda motor sulit untuk
8 KOREANA MUSIM GUGUR 2020
dideteksi melalui kaca spion mobil, kehadirannya ditandai dengan suara knalpot yang keras, dan mengejutkan pengendara lain dengan cara mengemudi yang tidak dapat diprediksi. Karena hampir tidak mungkin untuk mengantar makanan pesanan tepat waktu dengan menjaga ketertiban lalu lintas dengan baik. Tapi kurir tidak punya waktu untuk memikirkan sampai ke situ. Secara naluriah saya bisa merasakan seseorang sedang menunggu, sambil menahan rasa lapar. Dan karenanya saya melaju sambil berkonsentrasi penuh. Pengiriman terakhir hari ini adalah untuk pesta di sebuah kantor. Karena jumlah pesanan banyak, sepeda motor sampai terhuyung-huyung oleh beratnya. Orang-orang berwajah cerah menyambut saya dengan ramai. Mereka sedang bersulang dengan santai di bawah sebuah plakat bertuliskan ucapan selamat. Semua orang kelihatan gembira, tampaknya mereka sedang merayakan kesuksesan mereka melakukan sesuatu bersama. Mengantar makanan ke tempat seperti itu membuat saya merasa sangat berharga. Ketika saya hendak kembali, salah satu di antara mereka dengan sopan berkata, “Kami pesan terlalu banyak, ya. Sampai berat bawanya. Terima kasih ya, Mas!â€?. Dan disodorkannya sejumlah tip. Rasa lelah hari itu berkurang berkat tip dan beberapa kata hangat darinya. Akhirnya satu hari berlalu. Sebuah hari yang panjang. Karena helm yang berat dan posisi mengemudi motor, leher dan bahu saya kaku seperti dendeng sapi, tangan dan kaki yang basah terkelupas di sana sini, belum lagi gara-gara berulang kali naik turun tangga, seluruh badan terkulai tak berenergi bak moluska. Kini hanya pengiriman terakhir yang tersisa. Kiriman untuk menempatkan tubuh saya di tempat tidur yang nyaman. Saya bersiul dan menyalakan sepeda motor saya.Â
Š Shutterstock; Foto oleh Kelli Hayden
Seorang kurir restoran ayam goreng waralaba melewati lorong kuliner di area Universitas Konkuk, Seoul timur, larut malam.
SENI & BUDAYA KOREA 9
FITUR KHUSUS 2
Layanan Pesan Antar: Refleksi Diri dalam Ledakan Industri
Š Museum Nasional Korea
Ekonomi Pesan Antar Dulu dan Kini
Zaman di mana semua jenis barang bisa dipesan melalui aplikasi pesan antar smartphone tidaklah datang begitu saja secara mendadak. Budaya pengiriman Korea yang telah ada sejak zaman dinasti Joseon (1392-1910), membentuk sisi modernnya ketika melewati masa penjajahan Jepang pada paruh pertama abad ke-20, dan menyebar secara eksplosif bersamaan dengan pesatnya industrialisasi dan urbanisasi. Joo Young-ha Dosen Program Pascasarjana, Akademi Studi Korea
10 KOREANA MUSIM GUGUR 2020
P
ada tahun 1882, Paul George von Mollendorff, yang bekerja di konsulat Jerman Dinasti Qing dan menjadi penasihat asal Barat yang pertama di Joseon, datang ke Hanyang (nama lama Seoul). Ia mengkhawatirkan masalah makanan karena ketika itu nyaris tidak ada orang Barat di tanah Joseon. Malam harinya, seorang pejabat bersama bawahannya mendatangi penginapannya. Para bawahan itu mengangkut tandu yang terbuat dari kayu, dan begitu kain pembungkus di atas tandu dibuka, terdapat berbagai piring sajian makanan yang baru pertama kali dilihat seumur hidupnya. Sajian itu adalah makan malam Mollendorff. Mollendorff yang pernah mendapat pengalaman serupa di Cina memindahkan makanan kiriman itu ke atas meja dan menyantapnya.
Upeti dan Hadiah
Usaha jasa pesan antar pada zaman dinasti Joseon merupakan kegiatan ekonomi penting yang menjadi dasar pengelolaan negara. Alasannya adalah karena sebagian besar barang-barang yang diperlukan di kerajaan diambil dari rakyat oleh kantor-kantor pengawasan daerah dan diserahkan ke kerajaan seperti pajak. Sebagai contohnya, setiap tanggal 1 menurut kalender lunar diadakan upacara persembahan keagungan para raja dan ratu terdahulu, dan pejabat daerah akan mengirim bahan makanan seperti biji-bijian, ikan, buah, dan garam, serta barang keperluan seharihari seperti kertas, mangkuk, dan sebagainya. Para bawahan akan memuat gerobak dengan barang-barang dan pejabat daerah yang ditugasi mengangkut barang tersebut hingga Seoul penjadi pengawas proses pengiriman tersebut. Tugas ini sangat penting, karena jika pejabat dari tiap daerah yang ditugaskan mengirim hasil-hasil khas setempat tidak mengirim tepat pada waktunya, maka mereka akan ditarik dari jabatannya. Sementara itu, para bangsawan lokal yang kaya mengirim hasil-hasil khas setempat kepada para penguasa dan kenalan di Seoul sebagai hadiah. Misalnya,
“Dalam Perjalanan ke Pasar di Tengah Salju.â€? Diduga oleh Yi Hyeong-rok (1808-?). abad ke-19. Tinta dan warna terang di atas kertas. 38,8 Ă— 28,2 cm. Museum Nasional Korea. Lukisan Dinasti Joseon ini menggambarkan pedagang yang menuju pasar dengan barang dagangan mereka dimuat di punggung kuda dan lembu. Itu adalah bagian dari album yang diduga dilukis oleh artis istana Yi Hyeong-rok.
Kim Soo-jong (1671-1736), hartawan daerah Buan yang memiliki ratusan budak, mengirim hasil laut kering seperti keringan teripang, abalon, kerang laut, gurita, dan lembaran rumput laut kering; hasil-hasil keringan lainnya seperti keringan daging burung pegar, daging babi, dan buah kesemek; serta kertas, kipas, topi, sisir, dan sebagainya kepada teman-teman dan pejabat tinggi yang tinggal di Seoul. Barang-barang yang dikirim dari Buan dengan jalur laut menelusuri pantai barat hingga Maponaru Seoul, akan dimuat oleh para bawahan ke dalam gerobak dan jige (pikulan tradisional Korea yang terbuat dari kayu), dan langsung dikirim ke tiap-tiap rumah. Ketika mengirim barang, Kim Soo-jong membuat dua dokumen berisikan daftar barang kiriman beserta jumlahnya. Satu ia simpan sendiri, dan satunya lagi ia kirim kepada si penerima barang. Kirim-mengirim bahan makanan pun terjadi di antara suami dan istri ketika sang suami meninggalkan rumah untuk bekerja di daerah lain. Nyonya Lee yang tinggal di Andong mengirim bahan makanan seperti gurita, ikan amberjack (Seriola quinqueradiata), ikan halibut, garam, dan saus-sausan seperti gochujang (pasta cabai) dan doenjang (sejenis tauco) kepada suaminya Kim Jin-hwa (1793-1850) yang sedang bekerja di daerah lain. Sebagai balasan, suaminya mengirim ikan makerel, pollack, ayu (Plecoglossus altivelis), haring, dan daging sapi ke rumahnya. Para bawahan merekalah yang berperan sebagai pengantar. Para cendekiawan Joseon yang memuliakan ajaran neo-konfusianisme memandang rendah tindakan jual-beli dengan menggunakan uang, dan menganggap barter adalah tindakan sopan bagi orang bijaksana. Di antara para ilmuwan yang meneliti sejarah ekonomi, ada yang mengutarakan bahwa gaya pikir neo-konfusianisme tersebut menjadi latar belakang ideologi terbentuknya “ekonomi pesan-antar� pada masa Joseon.
Kesadaran Kelas
Meskipun semenanjung Korea mengalami malapetaka menjadi tanah jajahan Jepang pada awal abad ke-20, kota-kota di Korea sedikit demi sedikit berubah menjadi kota modern dan restoran bermunculan di sana sini. Hierarki antarkelas yang berlaku saat zaman dinasti Joseon runtuh secara superfisial seiring dengan perubahan zaman, namun aturan ini masih berlaku di antara mereka. Hal ini menjadi alasan dapat dimulainya bisnis pesan antar makanan. Pada tahun 1920-an, menu yang paling umum dijual di kedai makan Seoul adalah seoleongtang (sejenis sup daging sapi), dan pemilik kedai tersebut sebagian besarnya adalah tukang daging yang merupakan kelas terbawah saat zaman Joseon. Ketika itu, para bangsawan yang makan bersama rakyat kelas bawah di kedai makan milik tukang daging merupakan gambaran yang tidak dapat dibayangkan. Inilah alasan mengapa jasa pesan antar seoleongtang terbentuk pada masa itu.
SENI & BUDAYA KOREA 11
Berbeda dengan zaman sekarang, ketika itu para pengirim mendapatkan bayaran saat mengambil kembali mangkuk kosong, sehingga kadang-kadang muncul cerita yang bisa membuat kita tertawa. Seorang pelayan rumah makan seoleongtang di Jongno terus mengantar makanan ke rumah yang sama. Namun, setiap kali ia datang untuk mencari mangkuk, pemesannya selalu tidak ada di rumah sehingga ia tidak bisa mendapatkan bayaran. Demikian, tiga empat kali ia kembali tanpa hasil hingga akhirnya kemarahannya muncul. Bersama teman-temannya, pelayan itu mengancam pembantu rumah tangga wanita yang bekerja di rumah pemesan. Pada akhirnya pelayan tersebut diseret ke kantor polisi. Pada masa ini, masakan yang dikirim adalah menu-menu yang banyak muncul di kedai-kedai makan Seoul dan kota lainnya seperti seoleongtang, naengmyeon (mi dingin), dan tteokguk (sup kue beras). Saat itu masakan dipesan melalui telepon. Tentu saja ketika itu adalah masa di mana telepon hanya digunakan di kantor pemerintah, sebagian perusahaan, dan rumah-rumah orang kaya saja. Pengirim rumah makan yang menerima pesanan akan mencari rumah pelanggannya dengan menyetir sepeda gayung dengan tangan kiri sambil membawa masakan pesanan dengan tangan kanan. Dari kejauhan, pemandangan itu bagaikan pertunjukan akrobat sirkus sehingga kadang menjadi tontonan.
Gerobak Tangan dan Sepeda Gayung
Sosok para pengantar mulai benar-benar diperhatikan orang sejak terbentuknya pasar permanen di kota. Pedagang pasar yang tidak dapat meninggalkan toko mereka memesan makanan di rumah makan, dan ajuma yang menjunjung nampan dipenuhi tumpukan piring berisikan makanan di atas kepala akan mengirimkan makanan pesanan dengan hati-hati. Di rumah makan mewah yang
1
disebut “restoran” pun menyediakan jasa pengiriman 20-an jenis masakan. Jika jenis masakannya banyak seperti ini, maka masakan tersebut harus diantarkan dengan meja persegi besar. Di rumah-rumah orang kaya, ketika mereka mengadakan pesta dan mengundang para tamu, maka koki dan pelayan restoran akan pergi ke rumah tersebut. Rumah makan Cina yang mewah pun mengirimkan masakan mereka jika ada pesanan. Setelah melewati kemerdekaan dan perang Korea, tahun 1960-an merupakan masa di mana Korea mengalami urbanisasi dan industrialisasi pesat karena kebijakan perkembangan masif yang dijalankan oleh pemerintah. Sebagai hasilnya, pasar grosir dan eceran di Seoul juga berkembang pesat. Toko grosir akan memanggil pengantar barang dengan gerobak tangan jika mendapat pesanan dari toko eceran. Beberapa pengantar gerobak tangan ini ada yang membeli barang dari toko grosir dan menjualnya ke toko eceran dengan harga yang sama. Sebagai ganti dari keuntungan distribusi, mereka menjual ulang kotak-kotak yang digunakan untuk membungkus produk jualan ke toko grosir. Saat itu, bahan bakar yang digunakan untuk menghangatkan ruangan dan memasak di rumah-rumah kota sebagian besarnya adalah briket. Menyimpan persediaan briket di gudang untuk melewati musim dingin merupakan hal yang biasa dilakukan di kebanyakan rumah. Namun, sebanyak apa pun rumah-rumah keluarga biasa memesan briket, pabrik briket tidak akan mengirimkan produk mereka langsung ke
1. Kartun editorial berjudul “Seorang Pengantar Makanan dan Seorang Wanita,” oleh Ahn Seok-ju, dari harian Chosun Ilbo edisi 5 April 1934. Wanita itu berseru dengan takjub, “Ya ampun … kamu membawa beban yang begitu berat dengan satu tangan!” dan kurir itu menjawab, “Kurasa benda-benda di rambutmu dan jari-jarimu pasti lebih berat.” 2. Seorang tukang pos di tahun 1900-an. Layanan pos modern Korea dimulai pada tahun 1884 dengan didirikannya Kantor Umum Administrasi Pos. Pada tahun-tahun awal, kereta kuda digunakan dalam pengiriman surat. 3. Pengantar barang berpose di depan Sajeongok, restoran naengmyeon terkenal di Incheon, dalam foto tahun 1930-an ini. Mie dingin yang disajikan di sini konon sangat enak sehingga pesanan datang dari Myeong-dong di Seoul. 4. “Pagi,” foto tahun 1946 oleh Lim Eung-sik, merekam wanita muda yang membawa baskom penuh bunga di jalan di Busan. Foto itu ada dalam koleksi Museum Nasional Seni Modern dan Kontemporer.
© The Chosun Ilbo
12 KOREANA MUSIM GUGUR 2020
5. Dalam foto tahun 1950-an ini, seorang pengantar naengmyeon menampilkan pertunjukan akrobat yang menarik di jalan di Sokcho. Dia dikenal sebagai pendiri restoran mi dingin bergaya Hamheung di kota pesisir dekat Zona Demiliterisasi.
3 © Museum Sejarah Bupyeong
2
4
© Museum Nasional Sejarah Kontemporer Korea
© Lim Sang-cheol
5 © Museum Kota Sokcho
SENI & BUDAYA KOREA 13
1. “Another Hopeful Day” (judul sementara), sebuah foto tahun 1960 oleh Lim Eung-sik, merekam anak laki-laki yang sedang berlari untuk mengantarkan koran di Myeong-dong, Seoul. Anak-anak dari keluarga miskin biasa mengirimkan koran untuk mendapatkan uang sekolah dan uang saku. 2. “Ikseon-dong,” sebuah foto tahun 1993 oleh Han Jeong-sik, menunjukkan seorang pengantar makanan Tiongkok mengendarai sepeda melalui gang-gang di daerah pemukiman di pusat kota Seoul, memegang kotak kaleng besar di satu tangan. Restoran Cina mulai menyediakan layanan pengiriman pada 1960-an. 3. Foto seorang pria mengirimkan briket batu bara menggunakan pikulan di sebuah kota kumuh di lereng bukit di Seoul yang diambil awal tahun 1970-an. Briket berlubang banyak digunakan untuk pemanas dan memasak dari era pasca-Perang Korea hingga 1990-an. 1 © Lim Sang-cheol
2 © Han Jeong-sik
14 KOREANA MUSIM GUGUR 2020
3 © NewsBank
SENI & BUDAYA KOREA 15
Makanan pesan antar mulai bergeser dari dominasi masakan Cina sejak toko-toko fast-food ala Amerika mulai memasuki Seoul ketika Korea menyambut Olimpiade Seoul pada tahun 1988. Kemudian muncullah panorama baru. Pizza – yang sebelumnya merupakan makanan asing bagi orang Korea – mulai dikirim ke rumah konsumen oleh para pemuda dengan menggunakan alat transportasi baru bernama sepeda motor.
1. Bekerja di sebuah restoran Cina dekat Universitas Korea di Seoul pada akhir 1990-an, seorang kurir yang dikenal dengan nama Cho Tae-hun adalah seorang selebriti lingkungan karena sepeda motornya yang didekorasi dan kecepatan yang “kilat”. Ia menjadi terkenal secara nasional setelah tampil di televisi.
1 © NewsBank
16 KOREANA MUSIM GUGUR 2020
2. Seorang wanita yang bekerja di sebuah restoran di Pasar Namdaemun di Seoul membawa nampan makanan di kepalanya untuk para pedagang yang tidak dapat meninggalkan toko untuk makan.
2 Š Pemda Metropolitan Seoul; Foto oleh Mun Deok-gwan
rumah pemesan. Oleh karena itu, awalnya orang-orang harus meminjam gerobak tangan dan mengangkut briket sendiri. Namun, bersamaan dengan meningkatnya permintaan, sejak tahun 1970-an muncullah tokotoko yang secara khusus memberikan pasokan briket ke tiap-tiap rumah dengan menerima ongkos pengantaran yang murah. Pengantaran briket juga berguna di tempat-tempat selain rumah. Usaha yang muncul untuk pedagang kaki lima yang tidak memiliki fasilitas pemanas saat musim dingin adalah usaha pengantaran briket tungku. Di pasar Namdaemun dan Dongdaemun, para pengantar briket memasukkan briket ke dalam kereta tungku dan menunggu pesanan dari para pedagang sejak jam 5 subuh. Selain harga briket, mereka mendapat sedikit ongkos tambahan pengantaran. Jika mereka mengirim rata-rata 200 briket per hari, maka akan cukup sebagai upah harian.
Sepeda Motor dan Aplikasi Smart Phone
Rumah makan masakan Cina yang selama beberapa lama diidentikkan dengan masakan antaran mulai
mengantar ke rumah pelanggan sejak tahun 1960-an. Bahkan, saat itu sepeda gayung merupakan satu-satunya sarana pengantaran makanan. Pada akhir tahun 1970-an, sejumlah orang Cina pindah ke Taiwan karena tidak mendapat keuntungan saat memasuki universitas di Korea berdasarkan kebijakan warga Cina yang dikeluarkan oleh pemerintah Korea. Sebagai hasilnya, orang Korea yang bekerja sebagai pengantar di rumah makan Cina yang dulunya dikelola oleh mereka, semakin banyak membuka rumah makan masakan Cina. Kebetulan saat itu kompleks-kompleks besar apartemen dibangun di Seoul dan kota-kota besar lainnya, sehingga seiring dengan bertambahnya area padat penduduk, permintaan akan jasa pengiriman masakan Cina pun melonjak. Setelah tahun 1980-an, semakin banyak konsumen yang berkemampuan untuk membayar ongkos kirim, dan inilah salah satu faktor yang membuat industri pesan-antar domestik berkembang. Bahkan pada tahun 1982, sebuah surat kabar ekonomi menyebut usaha pesan-antar sebagai bidang usaha yang menjanjikan di masa depan. Makanan pesan-antar mulai bergeser dari dominasi masakan Cina sejak toko-toko fast-food ala Amerika mulai memasuki Seoul ketika Korea menyambut Olimpiade Seoul pada tahun 1988. Kemudian muncullah panorama baru. Pizza – yang sebelumnya merupakan makanan asing bagi orang Korea – mulai diantar ke rumah konsumen oleh para pemuda dengan menggunakan alat transportasi baru bernama sepeda motor. Dalam segi kecepatan dan kegunaannya, sepeda motor dikenal sebagai sarana pengirim yang sangat unggul. Sejak itulah rumah makan masakan Cina dan para pengantar di pasar tradisional mulai menggunakan sepeda motor sebagai pengganti sepeda gayung atau jalan kaki. Industri pesan-antar yang menjadikan jasa pengiriman sebagai pokok usaha seperti sekarang ini dimulai sejak tahun 1990-an ketika sistem jasa pengiriman Jepang diperkenalkan di Korea dan muncul sebagai bidang usaha yang menjanjikan. Orang Korea yang baru pertama kali mengenal jasa pengiriman semacam ini pada awalnya tidak dapat menyesuaikan diri dan sulit menerima akan adanya pembayaran ongkos kirim yang terpisah. Namun keseganan ini hanyalah gejala yang muncul sementara. Kenyamanan yang didapatkan ketika barang pesanan diantarkan hingga ke depan pintu rumah jika membayar sejumlah kecil ongkos kirim membuat orang-orang terlena dengan mudah. Usaha pengiriman yang mengedepankan kenyamanan ini berkembang pesat, hingga muncullah aplikasi smart phone pada tahun 2010. Khususnya, berbeda dengan generasi sebelumnya, pribumi digital (digital natives) yang lahir setelah tahun 1980-an dapat beradaptasi dengan teknologi informasi dengan sangat baik, dan budaya pengiriman tanpa sadar menjadi ikon masyarakat Korea. Tokoh utama yang menciptakan industri jasa pengiriman di Korea di abad ke-21 adalah generasi smart phone.Â
SENI & BUDAYA KOREA 17
FITUR KHUSUS 3
Layanan Pesan Antar: Refleksi Diri dalam Ledakan Industri
Dunia Kurir Paket dalam Kartun Produk yang dipesan secara online melewati banyak tangan sebelum dikirim ke pelanggan. Membongkar paket dari truk berat adalah salah satu bagian dari proses tersebut. Artis komik Lee Joung-chul menggambarkan pengalamannya sendiri sebagai pembongkar paket dan episode tentang rekan-rekannya dalam buku komik “Kkadaegi”, yang diterbitkan pada tahun 2019. Lee Jong-chul Kartunis
Anda harus mendapatkan pekerjaan yang layak dengan cepat. Anda hanya akan merusak tubuh Anda dengan melakukan kkadaegi.
Terengah-engah. Terengah-engah. Terengah-engah.
Seniman komik Lee Jong-chul menggambarkan pengalamannya sebagai pembongkar paket paruh waktu untuk sebuah perusahaan pengiriman dalam buku komik pertamanya “Kkadaegi” (Bori Publishing, 2019). Ini menarik banyak perhatian pada Pameran Buku Leipzig 2019 di Jerman karena subjek dan motif uniknya yang menyoroti aspek marjinal masyarakat Korea.
18 KOREANA MUSIM GUGUR 2020
B
arang-barang yang dipesan oleh seseorang melalui internet dikirimkan melalui tangan beberapa orang. Menurunkan paket kiriman dari gerbong kereta yang penuh membawanya juga merupakan salah satu dari proses pengiriman. Kisah nyata di lapangan yang akhirnya penulis tuangkan dalam kartun 『Kkadegi (Kurir)』merupakan pengalaman pribadi penulis selama 6 tahun sebagai kurir.
Pengalaman Pertama
Setelah lulus dari perguruan tinggi seni di daerah, saya serta-merta ke Seoul untuk menjadi kartunis, impian masa kecil saya. Meskipun orang tua saya memberikan dukungan untuk biaya hidup, jumlahnya tidak cukup untuk tinggal di Seoul. Sebelum memulai karir sebagai kartunis, saya perlu bekerja sambilan untuk bisa mencari nafkah. Saya berharap mendapat pekerjaan yang kerjanya hanya lima atau enam jam sehari agar di sisa hari saya bisa berlatih menggambar. Saat mencari pekerjaan seperti itu, saya tertarik pada iklan tentang pekerjaan paruh waktu sebagai kurir paket di pagi hari. Susah tidak, ya, pekerjaan seperti itu? Saya ragu-ragu sejenak, Tetapi akhirnya saya memilih untuk mengisi lowongan di pekerjaan itu karena lokasinya dekat dengan tempat tinggal saya, dan lagi upahnya dua tiga ribu won lebih banyak upah minimum per jam. Orang yang menerima telepon saya bertanya apakah saya bisa datang bekerja besok. Saya menjawab bisa. Begitulah “kehidupan kurir sambilan” saya bermula. Proses pengiriman barang yang dipesan oleh pelanggan melalui beberAduh! apa tahapan. PerIni bera t! tama, perusahaan yang mengonfirmasi pesanan mengemas produk, dan pengemudi kurir dari perusahaan yang telah menandatangani kontrak pengiriman dengan perusahaan membawa produk tersebut ke pengumpulan paket. Dari sana, paket yang dimuat di truk di-
pindahkan ke pusat distribusi perusahaan pengiriman. Di sini, paket yang dikirim dari setiap drop-off diurutkan semalaman berdasarkan area tujuan pengiriman, dan akhirnya semua paket dimasukkan ke dalam truk, kemudian truk berangkat menuju ke setiap cabang sekitar dini hari. Setelah paket diturunkan di setiap cabang setempat, pekerja paruh waktu memindahkan paket-paket dari truk, lalu kurir mengambilnya untuk disampaikan kepada pelanggan. Tempat pertama saya bekerja paruh waktu adalah di kantor cabang suatu perusahaan kurir. Pada hari pertama, manajer saya bertanya apakah saya pernah melakukan ‘Kkadegi’. Istilah ‘Kkadegi’ yang waktu itu asing bagi saya itu mengacu pada pemuatan atau pembongkaran produk paket dari dan ke dalam atau luar truk. Saya menjawab saya tidak punya pengalaman itu. Kemudian manajer tersebut memperkenalkan saya kepada karyawan paruh waktu lain yang akan bekerja dengan saya. Dia adalah seorang pria berusia pertengahan 50-an dengan rambut abu-abu. Nada bicaranya selalu datar, tapi dia mengajar saya yang masih baru di bidang ini tentang pekerjaan kurir secara detail, langkah demi langkah. Dia hanya menanyakan marga saya. Karena ini adalah kerja keras secara fisik, jadi orang-orang tidak merasa perlu menanyakan nama seseorang karena orang yang bekerja sering berganti. Jadilah dia memanggil saya “Mas Lee”, dan saya memanggil beliau “Paman Ooh”.
‘Kkangtong’ dan Pelindung Pinggang
Kami melakukan pekerjaan menurunkan paket kiriman dari truk yang tiba di cabang menggunakan rel otomatis. Ketika paket-paket ditempatkan di rel otomatis, kurir berdiri dan mengambil paket yang harus dikirimkan ke daerah yang menjadi wilayah tanggung jawab mereka. Satu truk 11 ton membawa rata-rata 700 hingga 800 paket, dan sebanyak 1.000 lebih. Dua orang membentuk satu tim untuk menurunkan paket yang termuat di dalamnya, rata-rata 4 sampai 5 truk per hari. Menjelang liburan, jumlah truk yang datang ke kantor cabang umumnya meningkat. Biasanya dibutuhkan waktu 40-50 menit untuk menurunkan semua paket ke dalam satu truk. Cukup membuat kaki saya gementaran setiap selesai mengosongkan satu truk.
SENI & BUDAYA KOREA 19
Tetap K ering
Satu truk 11 ton membawa ratarata 700 hingga 800 paket, dan sebanyak 1.000 lebih. Dua orang membentuk satu tim untuk menurunkan paket yang termuat di dalamnya, ratarata 4 sampai 5 truk per hari. Biasanya dibutuhkan waktu 40-50 menit untuk menurunkan semua paket ke dalam satu truk. Saya bertemu orang-orang dari semua lapisan masyarakat: seorang atlet yang pernah menjadi kiper di Liga K3; seorang pria yang belajar untuk ujian polisi nasional; seorang pekerja pabrik semikonduktor yang menikah muda dan ingin memberikan yang lebih baik untuk keluarganya; seorang pria paruh baya yang bekerja 30 tahun sebagai pegawai negeri; dan pemimpin kami berusia 40-an yang tinggal dengan ibunya yang sakit. Setiap orang punya cerita sendiri.
20 KOREANA MUSIM GUGUR 2020
Angin sedingin es yang menggigit bertiup di musim dingin.
Hanyalah keberanian satu-satunya
cara untuk menahan dinginnya udara di sini. Udara masih sangat dingin bahkan dengan celana panjang dan dua pasang kaus kaki.
Suatu hari nanti Anda akan melukiskan kisah saya, bukan?
Ini akan menjadi cerita panjang. Penguras air mata sejati.
Bagian gerbong mobil truk yang lazim kami sebut ‘kkangtong’itu kedap udara, sehingga waktu mulai bekerja tenggorokan dan hidung saya sesak oleh debu, sementara keringat bercucuran di sekujur tubuh saya. Saya jadi paham mengapa mereka membayar dua atau tiga ribu won lebih dari upah minimum per jam. Pekerjaan yang dimulai pukul 7 pagi baru berakhir setelah istirahat makan siang, dan mulai saat itulah kurir mulai meneruskan pengiriman paket. Sebagian besar cabang perusahaan kurir berada di ruang terbuka, sehingga rentan terhadap cuaca, sehingga kami bekerja menahan dingin dan panas dengan seluruh tubuh kami. Di musim gugur, di sekitar Chuseok, ledakan pengiriman paket bermula. Padi dan beragam sayuran hasil panen tahun itu, asinan kubis, dan kimchi datang menumpuk. Di kala itu, kami bertahan dengan menggunakan pelindung pinggang. Paman Woo berhenti bekerja bersama saya dan kami mulai bekerja di Pasar Pertanian dan Perikanan dekat Seoul untuk melakukan pengiriman sayuran di malam hari. Saya mengikutinya dan bekerja dengannya di pasar. Saat bekerja dengannya, saya mendapat tawaran dari sebuah perusahaan penerbitan untuk membuat serial komik anak-anak. Ketika saya menyampaikan berita ini, dengan tulus dia turut gembira atas kabar itu dan mengatakan kepada saya untuk tidak perlu lagi datang untuk bekerja. Saya mengiyakannya. Namun, tidak mudah mencari nafkah hanya dengan menerbitkan kartun. Akhirnya saya mulai bekerja lagi di perusahaan kurir lain, tetapi sengaja saya tidak memberitahu Paman Woo. Karena saya berharap, tentang saya, ingatRap an beliau adauh lah “Saya punya teman muda bernama Jong-cheol Lee, dan sewaktu bekerja bersama saya, begitu rajinnya
dia menggambar kartun, dan sekarang anak itu sudah menjadi kartunis terkenal”.
Berbagai Kisah
Pekerjaan kurir jauh lebih sulit dari yang saya duga, tetapi ada juga hasil yang saya dapatkan. Saya bisa bertemu dengan berbagai orang. Mantan atlet yang dulu adalah penjaga gawang divisi 3 sepak bola profesional K-League, seorang peserta tes yang sedang mempersiapkan ujian petugas polisi, seorang kepala keluarga muda yang menikah di usia muda dan bekerja di pabrik semikonduktor tetapi bekerja paruh waktu untuk mencukupi biaya hidup, dan seorang yang selama 30 tahun pernah bekerja sebagai pegawai negeri, seorang lelaki tua yang setelah pensiun dan bekerja di cabang perusahaan kurir di usia pertengahan 40-an, dan seorang yang hidup berdua dengan ibunya. Mereka semua memiliki ceritanya sendiri. Semakin panjang waktu saya bekerja sambilan, semakin dekat saya dengan orang-orang, membuat saya ingin menuangkan kisah-kisah mereka dalam kartun saya. Karenanya saya mulai merekam pengalaman-pengalaman saya di lapangan. Saya ingin menyalurkan kisah orang-orang di sana melalui kartun, dan juga menghibur serta memberi semngat kepada mereka. Semua niat dan harapan itu saya kemas dalam kartun ‘Kkadegi’yang terbit di tahun 2019. Di saat dunia babak belur akibat berjangkitnya virus corona, industri kurir lebih menarik perhatian. Karena orang dapat memperoleh barang yang diinginkannya tanpa perlu bertatap muka, namun pada saat yang sama juga karena belakangan lebih sering muncul artikel yang menyampaikan kisah duka meninggalnya kurir karena kelelahan bekerja sebagai akibat dari banjirnya paket-paket yang harus dikirimkan. Ada berbagai pesan yang tertulis di kotak paket yang perlu diperhatikan oleh kurir. Jangan dilempar, jangan dibalik, mudah pecah, dan sebagainya. Alangkah baiknya jika suatu saat pesan-pesan itu juga juga diterapkan pada kurir-kurir juga. Karena itu, saya mulai menyapa orang-orang demikian “Hati-hati! Jangan sampai sakit! Entah itu sakit badan atau sakit hati”.
SENI & BUDAYA KOREA 21
FITUR KHUSUS 4
Layanan Pesan Antar: Refleksi Diri dalam Ledakan Industri
Industri Jasa Kurir Ala Korea, Sisi Terang dan Gelapnya 22 KOREANA MUSIM GUGUR 2020
Akibat menyebarnya COVID-19, metode nirkontak menyebar dalam kehidupan, industri jasa kurir pun mendapat perhatian. Platform yang melampaui fungsi aplikasi seluler yang melayani pemesanan makanan sederhana untuk memperluas jangkauan layanan melingkupi berbagai item dan penyediaan agen jasa kurir menunjukkan pertumbuhan pesat, sementara munculnya perusahaan monopoli dan perbaikan perlakuan terhadap pekerja kurir lapangan masih merupakan suatu masalah yang perlu dipecahkan. Um Ji-yong Wartawan By Line Network
P
ada 2018, jumlah transaksi belanja online di Korea untuk pertama kalinya menembus angka 100 triliun won dan mencatat 114 triliun won. Transaksi pesanan makanan online tahun itu saja tercatat 4,6% dari angka keseluruhan. Bahkan menurut survei tren belanja online baru-baru ini oleh Kantor Statistik Nasional Korea, jumlah transaksi layanan makanan online pada paruh pertama tahun ini telah melebihi 1 triliun won per bulan. Di bulan April saja, meningkat 83,7% dibanding tahun sebelumnya, dan transaksi layanan makanan online menduduki peringkat ketiga (10,5%) setelah minuman dan bahan makanan (12,7%), yang menempati peringkat pertama, dan peralatan rumah tangga, elektronik, dan perangkat komunikasi (11,5%), yang menempati peringkat kedua. Tentunya tren pertumbuhan ini sangat dipengaruhi oleh COVID-19. Dikarenakan oleh jarak sosial, konsumsi makan di luar menurun tajam, tetapi jasa kurir justru jadi meningkat setara dengannya. Menurut survei yang dilakukan oleh perusahaan riset data seluler Open Survey, sekitar 70% konsumen berusia 40-an hingga 50-an yang enggan keluar karena penyebaran COVID-19 menggunakan layanan makanan online. Masuknya konsumen dari kelompok usia ini, yang sebenarnya tidak senang dengan pemesanan makanan secara online, sangat penting. Industri memperkirakan bahwa konsumen yang telah merasakan kenyamanan aplikasi pemesanan makanan online akan terus berbelanja online untuk produk lain bahkan setelah COVID-19 berakhir.
Š Kantor Berita Yonhap
Karena permintaan untuk layanan pesan antar non-kontak melonjak di tengah wabah COVID-19, pusat distribusi perusahaan pengiriman di Seoul dipenuhi dengan paket dan pekerja yang menyortirnya berdasarkan tujuan. Beban kerja yang berlebihan dari pekerja jasa pengiriman dan kondisi kerja mereka muncul sebagai isu sosial baru.
Perluasan Jenis Layanan
Platform jasa kurir domestik berbasis aplikasi seluler telah memimpin pertumbuhan pesanan makanan online bahkan sebelum krisis saat akibat wabah ini dimulai. Sejak munculnya “iPhone� Apple pada tahun 2007, platform jasa kurir telah memanfaatkan peluang di dunia seluler dan mulai bertumbuh. Metode tradisional, di mana konsumen harus melihat pamflet dan brosur promosi serta melakukan pemesanan melalui telepon, dengan cepat berubah menjadi struktur pesanan melalui aplikasi seluler. Platform jasa kurir telah menciptakan suatu model pendapatan dengan menjual iklan yang utamanya mengekspos toko kepada pemilik restoran atau dengan menerima biaya perantara per pesanan.
SENI & BUDAYA KOREA 23
Menurut survei Asosiasi Industri Layanan Makanan Korea pada Maret 2019, 62,2% dari semua pesanan jasa kurir restoran datang melalui aplikasi dan hanya 37,5% pesanan melalui telepon. Hasil survei konsumen menunjukkan angka serupa. Berdasarkan survei yang dilakukan Open Survey terhadap 1.500 pria dan wanita berusia antara 20 hingga 59 tahun secara nasional pada paruh pertama tahun ini, terbukti bahwa sekitar 60% pengguna menggunakan layanan pesan-antar makanan melalui situs web jasa kurir khusus dan aplikasi smartphone. Platform jasa kurir bersaing dengan caranya sendiri sekaligus memberikan berbagai manfaat bagi restoran dan konsumen. Secara khusus, sistem pembayaran sederhana yang menyelesaikan pembayaran biaya makanan dan jasa kurir pada saat memesan mendapatkan sambutan hangat dari konsumen. Metode COD (cash on delivery atau collect on delivery) konvensional, yang digunakan untuk membayar secara tunai atau kartu saat menerima produk yang dipesan dari kurir, dengan cepat diambil alih oleh pembayaran sederhana setelah menyebarnya COVID-19. Selain itu, pilihan untuk meminta ‘jasa kurir di pintu depan’ saat memesan agar tidak perlu berhadapan langsung dengan kurir juga telah menjadi layanan umum. Tren menonjol lainnya adalah perluasan kategori layanan. Perusahaan pemesanan makanan, yang terutama menjadi peran-
tara dalam pesanan makanan online yang siap santap, baru-baru ini berkembang dari makanan olahan seperti manisan dan mi instan ke kebutuhan seharihari seperti air mineral, tisu toilet, deterjen, dan makanan segar, yang membutuhkan pendingin dan penyimpanan freezer seperti buah-buahan, sayuran, dan daging. Misalnya, B Mart yang diluncurkan pada 2019 oleh WuAHan-Hyeongjae(Saudara yang Elegan) yang mengoperasikan platform jasa kurir nomor 1 Korea, Baedal-e-minjok(People of Delivery), memiliki hampir semua produk yang bisa dibeli di hypermarket. Delivery Hero Korea, yang mengoperasikan platform jasa kurir urutan kedua Yogiyo dan urutan ketiga Baedal-tong, juga secara signifikan memperluas kategori pengirimannya melalui kemitraan dengan toko serba ada dan hipermarket lokal.
Monopoli dan Persaingan
Bertitik tolak pada tahun 2020, perubahan besar diperkirakan akan terjadi pada persaingan ketat ini. Pada Desember 2019, Delivery Hero mengumumkan rencana untuk mengakuisisi Wua-han-Hyeong-
1. Sepeda pengantar untuk Vroong Friends sedang bersiap-siap di dekat stasiun kereta bawah tanah. Siapapun yang terdaftar sebagai kurir paruh waktu di peron dapat menggunakan sepeda untuk pengiriman. Penyedia layanan pengiriman, yang merasa kesulitan untuk menangani membanjirnya pesanan dengan staf penuh waktu mereka, mulai merekrut kurir paruh waktu.
1 Š Um Ji-yong
24 KOREANA MUSIM GUGUR 2020
2. Aplikasi pesan-antar makanan populer: dari kiri, Baedal Minjok, Yogiyo dan Baedaltong. Angka dari mobile big data platform IGAWorks menunjukkan bahwa jumlah pengguna OS Android tertinggi adalah Baedal Minjok (9.701.158), diikuti oleh Yogiyo (4.926.269), Coupang Eats (391.244) dan Baedaltong (272.139). Baedaltong secara konsisten menduduki peringkat ketiga sejak diluncurkan pada 2010 tetapi disusul oleh Coupang Eats pada paruh pertama tahun 2020.
2
jaedeul, yang memprediksi perubahan besar dalam industri jasa kurir domestik. Jika merger dan akuisisi kedua perusahaan tersebut diluluskan oleh Korea Fair Trade Commission, akan lahir platform jasa kurir raksasa yang akan menempati posisi pertama, kedua, dan ketiga dalam industri tersebut dan menduduki 99% pangsa pasar. Ada kontroversi tajam tentang kemungkinan lahirnya platform eksklusif semacam itu. Toko-toko mengkhawatirkan munculnya kolusi, seperti pembebanan biaya perantara dan biaya iklan yang berlebihan, dan konsumen juga meramalkan kemungkinan naiknya biaya kurir. Wua-han-Hyeongjaedeul dengan cepat menjelaskan, “Setelah merger dan akuisisi, manajemen dan persaingan independen antara Delivery Hero Korea dan Wua-han-Hyeongjaedeul akan tetap berlanjut�. Namun penjelasan itu tidak meredakan kontroversi. Pada saat yang sama, sebagai alternatif untuk mencegah monopoli, pemerintah daerah telah meluncurkan dan mengembangkan aplikasi jasa kurir umum. Selain itu, saat Coupang Eats dari
Coupang yaitu platform e-commerce nomor 1 Korea dan WeMefo dari WeMef turut bergabung dalam persaingan pesanan makanan online, menyebabkan perhatian terfokus pada perubahan pasar.
Perusahaan Jasa Kurir
Seiring dengan pertumbuhan platform pengiriman, kata kunci lain yang harus diwaspadai dalam industri jasa kurir domestik adalah “Jasa Kurir�. Platform jasa kurir generasi pertama hanya bertindak sebagai perantara antara restoran dan konsumen, tetapi tidak secara langsung mengoperasikan jaringan distribusi. Oleh karena itu, pengantaran makanan sebenarnya adalah masalah yang harus diselesaikan oleh setiap restoran. Apakah pemiliknya yang mengantarkan makanan atau restoran harus mempekerjakan karyawan paruh waktu. Namun, jasa kurir biasanya tidak banyak terpakai selain pada makan siang, makan malam dan jam larut malam. Oleh karena itu, restoran yang mempekerjakan kurir biasanya menyuruh mereka untuk membagikan brosur di waktu-waktu luang mereka. Di tengah-tengah situasi ini, agen kurir muncul. Restoran dapat menerima layanan jasa kurir dengan membayar biaya manajemen 100.000 hingga 150.000 won per bulan dan biaya jasa kurir 3.000 won per pesanan kepada agen. Dengan cara ini,
SENI & BUDAYA KOREA 25
pengeluaran dan kerugian yang timbul karena mempekerjakan langsung jasa kurir dapat dikurangi melalui jasa pengiriman outsourcing. Sekitar tahun 2013, bahkan ketika agen jasa kurir memulai bisnisnya secara besar-besaran, ada banyak restoran yang menggabungkan perekrutan langsung dan outsourcing. Tetapi belakangan ini, ada peningkatan permintaan jasa kurir melalui outsourcing. Saat ini di Korea, ada tiga perusahaan yang memimpin pasar yaitu Saenggakdaero (10 juta pesanan), Barogo (9,8 juta pesanan), dan Mesh Korea (4 juta pesanan). Karena persaingan yang begitu ketat, masih belum ada perusahaan yang menghasilkan laba bersih, tetapi semuanya menunjukkan pertumbuhan yang pesat. Wua-han-Hyeongjaedeul dan Delivery Hero Korea juga mendirikan Baemin Riders dan Yogiyo Plus untuk membangun jaringan pengiriman. Delivery Hero Korea juga menginvestasikan 20 miliar won di Barogo, yang diartikan sebagai langkah untuk memperluas kemampuan logistiknya. Karena pengoperasian Baemin Riders dan Yogiyo Plus mencakup layanan logistik, biaya perantaranya adalah 15-30%, lebih tinggi 6-12% dari platform jasa kurir sebelumnya. Coupang Eats dari perusahaan e-commerce Coupang, Ddingdong, platform jasa kurir yang berbasis di Gangnam, Seoul, dan Foodfly, platform jasa kurir yang diakuisisi oleh Yogiyo, adalah perusahaan yang telah berkembang berdasarkan model ini. Sekarang platform jasa kurir generasi kedua termasuk logistik juga terus menjadi hal yang umum.
Platform Tenaga Kerja
Dengan munculnya platform jasa kurir generasi kedua, masalah yang disebabkan oleh “platform tenaga kerja� muncul sebagai masalah sosial di Korea. Sistem ini tidak hanya melibatkan pengendara motor penuh waktu tetapi juga pengemudi motor umum dalam bisnis kurir. Layanan seperti Barogo Flex dari Barogo, Vureung Friends dari Mesh Korea, dan Baemin Connect dari Wua-han-Hyeongjaedeul adalah contohnya. Coupang Eats telah merekrut dan memakai jasa pengendara motor umum sejak awal. Hanya dengan pengendara motor yang terdaftar di agen jasa kurir saja, tidak mungkin dapat melayani pesanan yang membanjir karena akan beresiko keterlambatan pengantaran pesanan makanan online. Platform agen jasa kurir besar telah memulai crowdsourcing rider pada saat kekurangan personel jasa kurir hanya di wilayah metropolitan, tempat pesanan terkonsentrasi. Vendor menekankan bahwa bahkan supir jasa kurir biasa dapat bekerja sebanyak yang
Seorang kurir Vroong Friends meninggalkan sebuah toko di Seoul setelah mengambil pesanan. Karena permintaan untuk pengiriman melonjak, produk toko serba ada telah dimasukkan dalam daftar item pengiriman yang terus berkembang. Toko ini telah memperpanjang jam pengirimannya menjadi 24/7 dari jam 11 pagi sampai jam 11 malam.
26 KOREANA MUSIM GUGUR 2020
Namun di sisi lain, muncul pula kekhawatiran akan meningkatnya jumlah tenaga kurir lapangan. Alasannya adalah jenis pekerjaan ini melahirkan pekerja secara massal yang tidak dapat menerima perlindungan secara hukum. Menurut standar hukum Korea, pekerja jenis ini termasuk “pekerja tipe khusus”. Oleh karena itu, sulit untuk melindungi diri sendiri dari kecelakaan atau konflik dengan perusahaan selama bekerja.
© NewsBank
mereka inginkan, kapan saja. Dan biaya jasa kurir yang dibayarkan kepada mereka berkisar 3.500 ~ 4.000 won, sedikit lebih tinggi dari 3.000won yang diterima oleh supir jasa kurir penuh waktu. Reaksinya jelas terasa. Menurut Wua-han-Hyeongjaedeul, jumlah pengendara yang terdaftar di Baemin Connect mencapai 14.730 orang per Februari 2020. Mengingat tenaga jasa kurir Baemin Riders yang hanya berjumlah 2.300 orang, jumlah tenaga kurir telah bertambah sebanyak 7 kali dalam waktu yang singkat. Namun di sisi lain, muncul pula kekhawatiran akan meningkatnya jumlah tenaga kurir lapangan. Alasannya adalah jenis pekerjaan ini melahirkan pekerja secara massal yang tidak dapat menerima perlindungan secara hukum. Menurut standar hukum Korea, pekerja jenis ini termasuk “pekerja tipe khusus”. Oleh karena itu, sulit untuk melindungi diri sendiri dari kecelakaan atau konflik dengan perusahaan selama bekerja. Empat asuransi utama dan tunjangan liburan berbayar yang dicakup oleh undang-undang ketenagakerjaan juga tidak berlaku bagi mereka. Selain itu, karena permintaan untuk jasa kurir melonjak akibat penyebaran COVID-19 baru-baru ini, lingkungan kerja mereka yang burukpun kembali dipergunjingkan. Masalah hak-hak ketenagakerjaan dasar pengemudi platform mobilitas muncul sebagai masalah sosial, dan suara yang berusaha untuk memperbaiki sistem untuk hak-hak merekapun semakin meningkat.
SENI & BUDAYA KOREA 27
FOKUS
PARA PENJAGA ASET KEBUDAYAAN DI MASA PERANG <Perang Korea dan Museum Nasional Korea â&#x20AC;&#x201C; Lindungi dan Lestarikan> yang disiapkan Museum Nasional Korea untuk memperingati 70 tahun berlalunya Perang Korea diselenggarakan lebih dulu secara daring di tanggal 25 Juni akibat pandemi Covid-19. Profesor Kim Youngna yang merupakan kepala Museum Nasional Korea, sekaligus anak perempuan dan penerus jejak ayahnya Doktor Kim Jae-won (1909~1990) yang merupakan pionir dalam merelokasi dan melestarikan aset kebudayaan selama Perang Korea. Kim Youngna Profesor Emiritus Universitas Nasional Seoul, Kepala Museum Nasional Korea
Foto tahun 1952 ini menunjukkan staf Museum Nasional sedang mengadakan pertemuan di gedung museum sementara di Busan, ibu kota sementara masa perang. Dr. Kim Chewon, direktur pertama museum, terlihat di tengah (keenam dari kiri).
28 KOREANA MUSIM GUGUR 2020
© Museum Nasional Korea
SENI & BUDAYA KOREA 29
S
elain nyawa manusia, perang juga menghancurkan aset kebudayaan dan karya seni. Perampasan tidak mungkin dihindari. Sebab, penghancuran aset kebudayaan pihak yang kalah dalam perang dan penghapusan ‘kebudayaan’ mereka dari sejarah dianggap sebagai upaya penghilangan identitas. Selama Perang Dunia II, Nazi membentuk sebuah lembaga untuk merampas aset kebudayaan, termasuk karya seni, dokumen bersejarah, dan karya sastra milik negara-negara Eropa secara sistematis. Diperkirakan ada sekitar 250 ribu karya seni yang jumlahnya dapat melonjak drastis jika digabungkan dengan karya sastra, catatan, dan artefak lainnya. Tindakan ini kemudian divonis sebagai kejahatan perang oleh Pengadilan Kejahatan Perang Nürnberg. Tragedi perang saudara bernama Perang Korea juga diiringi dengan percobaan perampasan aset kebudayaan oleh militer Korea Utara. Keberhasilan penghentian percobaan perampasan koleksi Museum Nasional Korea yang kemudian dipindahkan ke Busan sebagai ibu kota sementara dapat terwujud berkat usaha banyak orang. Namun, usaha mereka tidak terlalu dikenal di dalam maupun luar negeri.
Pendudukan Tentara Korea Utara di Seoul
Sosok paling berjasa untuk melindungi aset kebudayaan milik Museum Nasional Korea selama Perang Korea berlangsung adalah Kim Jae-won yang menjabat sebagai direktur pertama museum tersebut. Beliau menyaksikan langsung kekacauan politik di bawah kekuasaan Hitler selama menempuh pendidikan di Universitas Munich di Jerman di rentang tahun 1920~1930-an. Setelah itu, beliau bekerja sebagai asisten penelitian dosen Karl Hentze di Divisi Arke-
ologi Timur Universitas Ghent di Belgia sebelum kembali ke Korea Selatan di tahun 1940. Mengajar Bahasa Jerman di Sekolah Tinggi Boseong (sekarang Universitas Korea), beliau ditunjuk sebagai direktur pertama Museum Nasional Korea yang kemudian mengambil alih Museum Gubernur-Jenderal Korea dari pemerintahan penjajahan Jepang oleh Pemerintahan Militer Amerika Serikat di Korea Selatan pada bulan Desember 1945. Pada tahun 1915, beberapa ruangan di Museum Gubernur-Jenderal Korea yang berupa bangunan dengan gaya arsitektur Barat di dalam kompleks Istana Gyeongbok juga digunakan secara bersamaan. Karyawan museum kemudian disibukkan dengan pendirian museum baru setelah kemerdekaan. Namun, Korea Utara menyerang Korea Selatan pada tanggal 25 Juni 1950 dan berhasil menduduki Seoul. Tiga hari kemudian, tepatnya di pagi tanggal 28 Juni, bendera Korea Utara dikibarkan di museum dan salah satu karyawan museum maju untuk menyerukan pelengseran Presiden Syngman Rhee. Setelah disingkirkan dari posisi direktur keesokan harinya, Kim Jae-won terpaksa bersembunyi di rumah kenalannya untuk menghindari tentara Korea Utara yang ingin menculiknya. Petugas Korea Utara yang menduduki Museum Nasional Korea menyusun rencana untuk membawa koleksi-koleksi museum, serta memorabilia Jeon Hyeong Phil (1906~1962) yang merupakan penggagas Museum Seni Kansong ke Korea Utara. Mereka menekan para karyawan museum untuk mengepak dan memindahkan aset-aset budaya kelas 1 ke tempat lain. Namun, para karyawan menunda-nunda pekerjaan dengan berbagai alasan, seperti “kekurangan kertas pembungkus”, “kekurangan bahan
1. Foto Istana Gyeongbok tahun 1915 memiliki struktur bergaya Barat, dibangun oleh pemerintah kolonial Jepang setelah memindahkan banyak bangunan istana, yang menjadi tempat Museum Pemerintah Jepang di Korea, perintis Museum Nasional Korea. Di sisi kanan adalah beberapa bangunan istana yang tersisa dan gerbang timur, Geonchunmun, dan di kiri bawah adalah beranda balai singgasa, Geunjeongjeon. 2. Kim Jae-won (kanan) dan Eugene I. Knez, yang menjabat sebagai direktur Layanan Informasi AS di Busan selama Perang Korea. Knez secara pribadi merancang pengangkutan yang aman koleksi museum ke Busan.
1 © Museum Nasional Korea
30 KOREANA MUSIM GUGUR 2020
2
untuk kotak kayuâ&#x20AC;?, dan lainnya. Tiga bulan berlalu sampai akhirnya tentara PBB mengambil alih Seoul pada tanggal 28 September. Saat itu, petugas Korea Utara meninggalkan rencana mereka dan bergegas kembali ke utara. Sebagian besar aset kebudayaan sudah dibungkus dan menumpuk di Istana Deoksu, tapi mereka terlalu sibuk memobilisasi tentara yang harus mundur dan kehabisan truk untuk mengangkut aset kebudayaan tersebut. Istana Gyeongbok, termasuk bangunan-bangunan tempat menyimpan koleksi museum, rusak berat akibat pengeboman di bawah pendudukan tentara Korea Utara.
Strategi Rahasia
Setelah Seoul bebas di 28 September, pasukan Korea Selatan dan PBB bergerak maju ke utara. Namun, situasi perang
kembali berbalik akibat campur tengan Tentara Sukarelawan Rakyat Tiongkok. Di akhir Oktober, Direktur Kim Jae-won mendengar kabar dari seorang opsir tentara Amerika Serikat bahwa tentara PBB yang tadinya menuju utara terpaksa mundur akibat bentrok dengan Tentara Sukarelawan Rakyat Tiongkok, serta menyaksikan sendiri pemandangan mundurnya puluhan unit tank tentara Amerika Serikat di bulan November. Menilai situasi tidak menguntungkan, beliau menyarankan kepada Menteri Pendidikan Paek Nak-chun untuk memindahkan koleksi-koleksi museum ke kota paling selatan di Semenanjung Korea yang belum terkena dampak perang, Busan. Beliau menilai Korea Selatan tidak akan pernah mendapatkan kembali aset-aset budaya jika sampai jatuh ke tangan tentara Korea Utara. Untuk melakukan ini, Menteri Paek menuliskan surat persetujuan dalam bahasa Inggris ke Direktur demi menjaga kerahasiaan. Persetujuan menteri telah turun, tapi moda transportasi menjadi masalah. Tidak mudah mendapatkan mobil untuk memindahkan aset kebudayaan di tengah kondisi kekurangan moda transportasi untuk tentara dan pengungsi. Sosok pembuka jalan dalam situasi penuh keputusasaan tersebut adalah Eugene I. Knez (1916~2010) yang saat itu menjabat sebagai kepala Badan Penerangan Amerika Serikat di Busan. Beliau yang saat itu seorang antropolog harus mendapat persetujuan Duta Besar Amerika Serikat John J. Muccio (1900~1989), tapi akhirnya memutuskan untuk bertanggung jawab sendiri demi menjaga kerahasiaan masalah penuh urgensi ini. Pada 6 Desember, Direktur Kim Jae-won melaporkan keberangkatan ke Menteri Paek Nak-chun yang diiringi oleh sekitar 16 orang, yakni beberapa petinggi museum beserta keluarga mereka. Demi menjalankan strategi rahasia, mereka akhirnya tiba di stasiun tujuan di Busan sambil beristirahat setiap beberapa jam dalam 4 hari, yakni jarak yang sekarang bisa ditempuh dalam 2 setengah jam. Satu bulan kemudian di tanggal 4 Januari, Seoul kembali jatuh ke tangan tentara Korea Utara. Seoul berhasil direbut lagi oleh tentara Korea Selatan dan PBB setelah 2 bulan. Presiden Syngman Rhee yang mendapat gelar Doktor dari Universitas Princeton di Amerika Serikat amat memahami makna pentingnya sebuah aset kebudayaan. Khawatir perang meluas, beliau menyuarakan ke Departemen Luar Negeri Amerika Serikat untuk memindahkan kembali aset kebudayaan yang ada di Busan ke luar negeri. Namun, Departemen Luar Negeri Amerika Serikat menyarankan untuk memindahkannya ke Jepang akibat mengkhawatirkan adanya prasangka buruk bahwa Amerika Serikat telah merampas aset kebudayaan tersebut. Mendengar ini, Presi-
SENI & BUDAYA KOREA 31
1 © Museum Nasional Korea
Hal itu terjadi berkat Direktur Kim Jae-won, pemimpin yang bertanggung jawab, berkemampuan menilai secara cepat, serta berkemampuan bahasa yang mumpuni dan berpengalaman global. Selain itu, hal itu juga mustahil tercapai tanpa adanya para karyawan museum yang rela mempertaruhkan nyawa bersamanya untuk melindungi aset kebudayaan, serta sosoksosok penolong yang menjunjung tinggi nilai sebuah kebudayaan terlepas dari status kewarganegaraan mereka. 1. Katalog “Karya Agung Seni Korea”, pameran aset budaya Korea pertama di luar negeri. Pameran tersebut mengelilingi delapan kota AS selama 1957-58, menunjukkan kepada dunia bahwa Korea sedang melakukan pemulihan yang kuat dari kerusakan akibat perang. Foto di katalog adalah mahkota emas dari Seobongchong (Makam Phoenix Penuh Harapan) di Gyeongju, Harta No. 339. 2. “Lukisan Mural Adegan Pranidhi”, lumpur 145 × 57 cm. Museum Nasional Korea. Salah satu mural adegan Pranidhi (“janji” dalam bahasa Sanskerta) yang digali dari gua no. 15 dari Gua Bezeklik, situs kuil gua terbesar di Turpan, berasal dari abad keenam hingga 12. Ini menampilkan Sakyamuni di kehidupan sebelumnya, memegang bunga biru di kedua tangan. 3. Ruang pameran Museum Nasional, yang dipindahkan ke Seokjojeon (Paviliun Batu) di Istana Deoksu setelah Perang Korea berakhir dan dibuka kembali untuk umum pada tahun 1955.
32 KOREANA MUSIM GUGUR 2020
2
den Syngman Rhee berkata tidak bisa mempercayai Jepang. Untungnya, situasi perang di tahun 1951 berpihak pada tentara Korea Selatan dan PBB, membuat perdebatan akan masalah tersebut akhirnya mereda. Ada satu fakta yang harus disorot di sini. Setelah perang pecah atau tepatnya di Juli 1950, Presiden Syngman Rhee memerintahkan Kolonel Kim Il Hwan dari Kementerian Pertahanan Nasional untuk mengirim 139 aset kebudayaan utama, termasuk mahkota emas yang disimpan di Museum Nasional di Gyeongju ke ruang besi di Bank Amerika di San Fransisco bersama dengan emas batangan milik Bank Korea. Aset-aset kebudayaan ini masuk dalam pameran <Karya Agung Kesenian Korea> yang diselenggarakan di 8 kota Amerika Serikat tahun 1957~1958, sampai akhir-
3
nya dikembalikan lagi ke Korea Selatan dengan aman pada tahun 1959 setelah gencatan senjata.
Nilai dari Aset Kebudayaan
Sementara itu, Kim Jae-won yang saat itu masih di ibu kota sementara Busan harus bersusah payah demi sebuah aset kebudayaan berskala dunia yang masih ada di Seoul. Aset itu adalah aset kebudayaan berskala dunia yang terdiri atas sekitar 60 sisi dinding mural bernama <Murals from Central Asia>. Mural-mural yang didonasikan Jepang ke Muse-
um Gubernur-Jenderal Korea di zaman penjajahan Jepang digambar di atas dinding tanah, sehingga tidak bisa dibawa ke Busan karena terlalu berat dan tebal. Mural yang sulit dipindahkan ini merupakan karya yang mudah rusak di masa perang. Salah satu contoh kasusnya adalah mural-mural Asia Tengah lainnya yang disimpan di Museum Rakyat Berlin di Jerman. Mural-mural ini dibuat dengan mendirikan tembok di ruang pameran untuk menekankan pengaruh negatif dari sebuah perang yang kemudian terjebak di masa perang. Namun, sama halnya dengan barang pameran lain di masa Perang Dunia II, mural-mural ini tidak dapat dipindahkan ke lokasi aman dan harus tertimpa kemalangan yang mengakibatkan sekitar 30% kerusakan. Saat itu, penanggung jawab mural di museum dikabarkan bunuh diri. Untuk menyelamatkan karya ini, Direktur Kim Jae-won dan beberapa karyawan museum kembali ke Seoul pada bulan April dan Mei tahun 1951 untuk membungkus dan memindahkan mural ke Busan di tengah riuhnya suara meriam dari serangan akbar tentara Korea Utara. Sosok yang membantu membungkus dan memindahkan mural sampai ke Stasiun Seoul adalah Kolonel Charles R. Munske yang dimintai tolong oleh Eugene Knez. Dengan ini, total 18.883 aset kebudayaan Korea di Museum Nasional Korea berhasil diselamatkan dengan aman ke dalam 430 kotak di tengah kondisi mendesak akibat perang. Museum Nasional Korea tetap menjalankan peran utama sebuah museum, yakni menggali dan memamerkan sebuah karya walau berada di masa penuh kekacauan ketika hidup dan mati seluruh rakyat ada di persimpangan. Setelah gencatan senjata di tahun 1953, pemerintahan dikembalikan ke Seoul berserta aset-aset kebudayaan yang sebelumnya disimpan di Busan dan kemudian dipamerkan di Paviliun Seokjeo di Istana Deoksu yang dibuka kembali pada tahun 1955. Saya dilahirkan sebagai putri bungsu Direktur Kim Jaewon di masa pelarian kami di Busan. Walau tidak ingat masa kecil yang dihabiskan di Busan, saya bisa membayangkan betapa sulitnya melindungi aset kebudayaan dalam kondisi penuh bahaya setiap melihat ruang pameran selama saya menjabat sebagai kepala Museum Nasional Korea dalam sekitar 5 tahun. Hal itu terjadi berkat Direktur Kim Jae Won, pemimpin yang bertanggung jawab, berkemampuan menilai secara cepat, serta berkemampuan bahasa yang mumpuni dan berpengalaman global. Selain itu, hal itu juga mustahil tercapai tanpa adanya para karyawan museum yang rela mempertaruhkan nyawa bersamanya untuk melindungi aset kebudayaan, serta sosok-sosok penolong yang menjunjung tinggi nilai sebuah kebudayaan terlepas dari status kewarganegaraan mereka.Â
SENI & BUDAYA KOREA 33
WAWANCARA
Dari Barang Bekas Menjadi Karya Seni Dua anak muda pendiri studio desain “Fabrikr” berkiprah dalam desain furnitur dan ruang. Tempat yang tercipta dari tangan mereka sedang naik daun, khususnya di kalangan generasi muda yang sangat sensitif terhadap tren-tren baru. Park Eun-young Pemimpin Redaksi, CRAFT+DESIGN Heo Dong-wuk Fotografer
“M
onster.” Ini adalah nama karya pertama, sebuah kursi, yang diciptakan oleh desainer Kim Dong-kyu dan Kim Sung-jo setelah mereka mendirikan Fabrikr, studio desain mereka, pada tahun 2010. Karya ini dibuat dengan melapisi kain dan kayu yang tidak terpakai dengan epoksi. Setelah membuat furnitur dari barang-barang yang tidak terpakai, dua orang ini menggarap juga tempat-tempat yang tidak terpakai. Pabrik, kantor pos, pemandian umum dan hanok (rumah Korea tradisional) – semuanya disulap menjadi kafe, toko kacamata, ruang pamer dan banyak lagi. Bukan hanya fungsinya yang berubah. Banyak orang minum kopi di sana, membaca buku dan menikmati waktu bersama. Mereka menghabiskan waktu di sana berlama-lama. Mereka menyukai tempat-tempat itu. Jika Anda ingin tahu pilihan kawula muda di kota yang terus berdenyut ini, atau penasaran mengenai pusat keramaian di Seoul, sebaiknya Anda pergi ke tempat-tempat yang mendapatkan sentuhan Fabrikr. Tempat-tempat inilah jawabannya. Apa yang paling menarik bagi Anda mengenai barangbarang yang sudah tidak terpakai itu? Kim Dong-kyu: Kami berdua kuliah di jurusan desain tekstil. Awalnya, kami ingin mengatasi masalah keterbatasan fiber sebagai bahan dasar; kami ingin menggunakan semua jenis kain untuk menciptakan furnitur dan objets. Membeli bahan dan membuatnya menjadi sesuatu – tentu mudah. Kami lebih ingin barang-barang yang tidak terpakai itu menemukan kehidupan baru dan menjadi sesuatu yang berbeda karena sentuhan tangan kami.
34 KOREANA MUSIM GUGUR 2020
Apa perbedaan antara “upcycling” dan revitalisasi sesuatu yang tidak terpakai? Kim Dong-kyu: Merk Swiss Freitag menggunakan limbah industri tahan air untuk membuat tas, dan sekarang dikenal dan disukai di seluruh dunia. Tapi, karena produk upcycling melibatkan banyak pekerjaan dalam proses pembuatannya, harganya pasti mahal. Fakta bahwa barang-barang seperti ini digemari berarti perusahaan ini secara keseluruhan memang sangat kuat. Merek dagang sangat penting ketika membuat produk itu, tapi produk itu sendiri harus cukup meyakinkan sehingga konsumen bersedia membuka dompetnya. Kami masih merasa kurang dalam hal itu. Jadi, kami memutuskan fokus pada bahan-bahan yang tidak terpakai itu, dan memberinya nilai tambah. Ini alasan kami membuat karya, objets, yang punya cerita, tidak sekadar produk komersial. Awalnya, Anda fokus pada bahan dan proses. Sekarang tampaknya tidak ada lagi batasan Kim Dong-kyu: Pada dasarnya kami tidak berubah. Kami memutuskan tidak ada lagi batasan, dan menggunakan cara berekspresi yang kami miliki pada barang-barang itu untuk membuat furnitur, karya instalasi, dan mendesain tempat. Sekarang, kami juga menggarap arsitektur. Rencananya kami akan tetap mencari tantangan dan mengerjakannya
Pendiri studio desain Fabrikr, Kim Sung-jo (kiri) dan Kim Dong-kyu, berbagi meja di lokasi Seongsu-dong dari Cafe Onion rancangan Fabrikr. Mereka bekerja bermula dari furnitur dan berkembang ke desain tata ruang.
SENI & BUDAYA KOREA 35
1 2
© Fabrikr
36 KOREANA MUSIM GUGUR 2020
1. “Quantum Project: Sound Holic Exit” (2014). Alat musik, furnitur, lampu neon. 9,5 × 20 × 3,2 m (WDH). 2. “Proyek Kuantum: Gelombang Karang” (2014). Film prisma, kawat, cermin. 9,5 × 15 × 3,2 m (WDH). Toko resmi kacamata merek Gentle Monster di Seogyo-dong, Mapogu, memiliki ruang pamer di lantai dua dan tiga, tetapi lantai pertama dioperasikan sebagai Project Space yang terus berkembang. Selama setahun penuh, Fabrikr meluncurkan konsep desain baru untuk ruangan setiap 15 hari. 3. “MONSTER” (2010). Kain, formika, kayu. 60 × 60 × 85 cm (WDH). 4. “CHEUM” (2013). Kursi kosong dengan epoksi. 64 × 54 × 100 cm (WDH).
dengan cara yang kami bisa. Kim Sung-jo: Furnitur atau tempat, proses desainnya sama saja. Perbedaannya adalah apa yang kita utamakan: barang itu atau narasi yang ingin kami komunikasikan. Kursi, baju, atau tempat yang tidak terpakai – sekali kami tahu apa yang kami kerjakan dalam sebuah proyek, kami berpikir mengenai cerita yang akan kami buat dengan barang-barang itu. Bedanya, kalau furnitur, kami hanya mempertimbangkan visi kami saja, sementara untuk tempat, kami berusaha menangkap cerita orang-orang yang akan menggunakannya. Karya Anda menunjukkan Anda secara khusus menyukai epoksi. Kim Sung-jo: Epoksi memiliki ciri tertentu yang cocok dengan proyek dan sudut pandang yang menarik bagi kami. Bahan ini tahan lama, mengilat dan futuristik, tapi sangat lembut dan hangat disentuh, tidak seperti kaca. Kami juga menyukai bagaimana warnanya berubah dari waktu ke waktu. Ciri lain, yaitu awalnya cair lalu menjadi padat – juga menarik bagi kami. Bahan ini merupakan campuran yang sangat serasi dengan obyek awal, sehingga sulit dikenali ketika karya sudah selesai. Contohnya adalah kursi kami “Cheum” (yang berarti “Isian”). Sandaran tangannya yang patah sudah diganti dengan rangka penopang yang dibuat dari epoksi. Kalau kita memakai kayu yang sama, namanya “restorasi,” tapi dengan menambah-
3 4
kan sandaran tangan dari epoksi yang hangat, kami menciptakan karya baru yang futuristik. Kim Dong-kyu: Sebenarnya saya merasa epoksi memiliki ciri Korea. Bahan ini canggih dan bisa dipadukan dengan apa saja. Kami sudah menggunakan epoksi selama hampir 10 tahun, dan ini merupakan bahan yang sangat bagus. Sampai saat ini kami belum menemukan tandingannya. Tampaknya karya spasial pertama Anda membuat Fabrikr dikenal publik. Kim Sung-jo: Pada tahun 2011, Gentle Monster pertama kali menghubungi kami dan mengatakan bahwa mereka membuat kacamata berkolaborasi dengan banyak seniman. Dua tahun setelahnya, mereka meminta kami mendesain halaman depan toko besar mereka di Nonhyeon-dong. Ide awalnya membawa beberapa barang kelautan dari Pantai Daecheon, tapi setelah kami berdiskusi, ide ini meluas menjadi desain keseluruhan tempat itu. Bukan hanya membuat kapal sebagai objet yang sederhana, tapi menjadikan kapal ini sebagai pintu masuk ke ruang pamer. Pasti akan menyenangkan memasuki kapal ini dan melintasinya menuju dunia lain. Keberadaan toko Gentle Monster di Hongdae merupakan cara meningkatkan pengenalan merek dagang melalui tempat. Kami menggunakan beragam bahan, cara dan tampilan, mendesain ulang konsep setiap dua minggu selama satu tahun penuh. Hasilnya, Gentle Monster sangat dikenal di kalangan anak-anak muda, dan kunjungan ke toko Gentle Monster tidak lagi hanya untuk membeli kacamata – ada tambahan dimensi kunjungan ini menjadi semacam kunjungan budaya. Mereka datang untuk merasakan pengalaman berada di tempat itu. Proyek Anda berikutnya, Kafe Onion, sekarang ada di tiga lokasi, yang semuanya sangat disukai. Kim Sung-jo: Lokasi kafe di Seongsu ini dibangun pada tahun 1970-an dan dulu merupakan bengkel, kemudian supermarket dan hostel. Bangunan ini mengalami segala jenis renovasi dan perluasan. Jejak proses itu terlihat di din-
SENI & BUDAYA KOREA 37
ding dan lantai. Kami menggunakan semua itu sebagai inspirasi desain. Kabar mengenai kafe di Seongsu menyebar dan semakin disukai, sehingga kami lalu mengerjakan lokasi kedua. CEO Onion ingin kami merancang kafe yang simpel sekaligus menciptakan merek dagang dengan muatan budaya. Jadi, kami mendesain kafe di daerah Mia ini di dalam bangunan kantor pos dengan konsep “alun-alun” sebagai tempat orang-orang berkumpul. Bagi kami, kafe Onion di Mia adalah instalasi seni.
1 © hugefabio
Lokasi Kafe Onion di Anguk benar-benar menunjukkan kekuatan rumah hanok. Kim Sung-jo: Kafe ini termasuk ke dalam tiga kafe teratas di pasar kafe Korea. Sebuah pencapaian yang cukup menonjol dalam industri ini mengingat wisatawan asing sering mengunjungi kafe-kafe di Korea dan banyak yang bisa dinikmati di bagian depan desainnya. Setelah kafe di Mia, kami ingin merancang sebuah kafe yang benar-benar mewakili kota Seoul. Lama kami mencari tempat yang tepat, dan berakhir di sebuah rumah hanok tua di Angukdong. Lantai maru kayu, ruangan, dna atap – kami mempertahankan karakteristik rumah itu sebisa mungkin. Apakah ada bahan atau subyek yang menarik bagi Anda secara khusus dewasa ini? Kim Sung-jo: Ketika kami pertama kali menggarap Kafe Onion, proses ini menandai awal pertimbangan baru dan mendalam mengenai pemakaian cahaya. Kami menyadari seberapa penting cahaya bagi sebuah tempat yang dirancang sebagai tempat beristirahat dan relaksasi. Dewasa ini kami menjadi sangat tertarik dengan karya seorang seniman instalasi Amerika James Turrell; ia mendalami cahaya dan efeknya. Apakah ada wilayah ekspansi atau proyek yang ingin Anda lakukan? Kim Sung-jo: Kami belum memutuskannya. Untuk arsitektur, kami ingin mencoba menciptakan sebuah “area.” Dalam hal furnitur, kami ingin mencoba mengerjakan obyek yang lebih kecil. Ketika Anda bekerja tanpa memikirkan batasan, Anda akan lebih ekspansif.
38 KOREANA MUSIM GUGUR 2020
Apa yang paling bernilai dari Fabrikr? Kim Dong-kyu: Sulit mengatakannya hanya dalam satu kalimat. Yang terlintas saat ini adalah kata “orang-orang” dan “waktu.” Kim Sung-jo: Mengerjakan aspek seni kafe Onion membuat kami mengerti bahwa bekerja dengan sebuah merek dagang sangat memungkinkan mendatangkan proyek yang lebih besar. Hal ini membuat kami mulai mempertimbangkan bagaimana kami bisa memberikan pengaruh positif bagi masyarakat. Masih sedikit merek-merek Korea yang benar-benar punya muatan budaya. Menciptakan merek dagang yang mewakili budaya Korea – ini adalah tujuan Onion dan Fabrikr, dan kami belajar banyak hal ketika kami bekerja dalam tim, mengangankan mimpi-mimpi besar dan mengumpulkan kekuatan kami. Apakah ada tempat atau destinasi wisata yang sangat berkesan? Kim Dong-kyu: Dua tahun yang lalu, ketika kami mendesain kafe Onion di Anguk, kami menghabiskan banyak waktu memikirkan tentang sesuatu yang sangat Korea. Kebetulan, kami melihat “Bersandar pada Entitas Kehidupan Abadi,” sebuah buku yang ditulis oleh seorang sejarawan Choi Sun-u, dan pergi mengunjungi Wihara Buseok. Saat itulah kami benar-benar merasakan resonan arsitektur dan tradisi Korea. Bagaimana struktur arsitektur itu dibangun dan perspektif yang berkembang sesuai dengan perjalanan manusia – merasakan ini semua membuat kami sangat terinspirasi.
1. Menghidupkan kembali sudut Kantor Pos Gangbuk Seoul yang terlupakan, lokasi Mia dari Cafe Onion ditata dengan konsep “ruang publik”. Ini menekankan beton terbuka, dengan jumlah meja yang tersedia secara terbatas. 2, 3. Sejak dibuka pada tahun 2016, Onion Seongsu - dibangun dari sisa-sisa pabrik yang ditinggalkan dari tahun 1970-an - telah menjadi situs utama di sepanjang sejarah perjalanan kafe di Seoul. Dinding dasarnya, menjaga jejak waktu masa lalu di interior yang direnovasi untuk dijadikan kafe, menciptakan sensitivitas kota urban yang menggerakkan pengunjung.
2 3
SENI & BUDAYA KOREA 39
KISAH DUA KOREA
1
Kesaksian tentang Divergensi Musik Kesaksian 8 seniman lansia Korea di Jepang tentang sifat dan proses pembentukan musik yang diputar di Korea Utara saat ini dikumpulkan dalam sebuah buku. “Kumpulan Cerita Lisan Seniman Senior Korea di Rantau – Jepang”. Buku yang diterbitkan Pusat Gugak Nasional pada Desember 2019 itu merupakan hasil usaha kedua penulis Cheon Hyeon-sik dan Kim Ji-eon selama 2 tahun. Kim Hak-soon Jurnalis, Profesor Tamu Jurusan Media Universitas Korea
40 KOREANA MUSIM GUGUR 2020
M
usik Korea Selatan dan Korea Utara berasal dari akar yang sama, tetapi telah mengambil jalan yang berbeda setelah terbelah selama lebih dari 70 tahun. Di Korea Utara yang mementingkan ideologi Juche, istilah musik tradisional juga berbeda. Yang disebut gugak di Selatan adalah minjok eumak di Utara, keduanya berarti “musik nasional” tetapi dengan konotasi yang berbeda. Sikap terhadap alat musik tradisional juga jauh berbeda. Korea Selatan berusaha menjaga bentuk asli sedangkan Korea Utara memperbaiki sebagian besar alat musik tradisional agar bisa memainkan musik Barat. “Kumpulan Cerita Lisan Seniman Senior Korea di Rantau – Jepang” yang ditulis oleh Kurator Cheon Hyeon-sik dari Pusat Gugak Nasional dan peneliti musik Korea Utara Kim Ji-eon menjadi panduan tentang realitas musik Korea Utara. Buku ini mengandung cerita lisan dari 8 seniman senior Korea di Jepang dan menjadi data yang berharga karena semua pertukaran dan persahabatan antarKorea telah berhenti. Delapan penutur adalah mantan konduktor Kelompok Opera Geumgangsan Kim Kyong-hwa, penyanyi opera Ryu Jeon-hyun, wakil kepala Lembaga Musik Yoon Yi-sang di Pyongyang dan komponis Lee Cheol-woo, koreografer Im Chu-ja, mantan aktor Kelompok Opera Geumgang dan penyanyi seriosa Jung Ho-wol, komponis Jung Sang-jin, dan profesor jurusan pendidikan musik Universitas Chosun di Tyokyo Choi Jin-wook dan penari Hyun Gye-gwang. Mereka mendapat gelar Seniman Rakyat, Seniman Kontribusi, Aktor Rakyat, Aktor Kontribusi, dan sebagainya dari pemerintah Korea Utara sehingga memiliki otoritas tertinggi di bidang tersebut.
2
Ideologi Berbeda, Musik pun Berbeda
© Kantor Berita Yonhap
Kurator Cheon Hyun-sik adalah seorang ahli musik Korea Utara yang meraih gelar doktor studi Korea di Universitas Korea. Dia menulis beberapa buku seperti ‘Studi Opera Korea Utara’, ‘Politik dan Seni (buku bersama)’ maupun menulis tesis berjudul ‘Politik Musik di Orkestra Moranbong’. Peneliti Kim Ji-eon belajar selo di universitas kemudian menyelesaikan doktor jurusan humaniora unifikasi di Universitas Konkuk dan sedang menulis tetis tentang teori musik Korea Utara. Dia mulai memperhatikan musik Korea Utara sejak mengikuti proyek konser di Korea Selatan yang diselenggarakan oleh Kelompok Opera Geumgangsan di Jepang pada 2007. “Menurut komponis Jung Sang-jin, Korea Utara dipengaruhi musik Rusia sehingga sering mengarang program musik yang berdasarkan melodi. Mereka telah lama mengutamakan tidak boleh membagi melodi menjadi beberapa bagian untuk simfoni atau orkestra. Mereka menganggap cara komposisi Barat yang berdasarkan tema sebagai cara komposisi yang membagi melodi. Namun akhir-akhir ini cara komposisi menjadi beranekaragam sehingga ada kecenderungan musik yang membagi melodi pun muncul.” kata kurator Cheon. Selain itu, dia secara teliti memperkenalkan hal yang berbeda dari musik Korea Selatan dan Korea Utara. Misalnya, aktor tidak menggunakan teknik Pansori yang kasar tetapi menggunakan teknik Barat, Bel Canto yang merdu dalam ‘Chunhyangjeon’, opera nasional Korea Utara yang diumumkan di Korea Selatan pada 2019. Berbeda dengan Korea Selatan yang mengutamakan cerita cinta antara Chunhyang dan Mongryong, Korea Utara berfokus pada konflik antara golongan masyarakat 1. Adegan dalam “Nyanyian Gunung Yangban dan Sangmin. Opera Kumgang”, salah satu dari lima opera Nasional di Korea Utara bermakrevolusioner utama Korea Utara. Tayang na seni panggung komprehensif perdana pada tahun 1973, bercerita tentang anggota keluarga yang terpisah yang berdasarkan musik dan lagu, selama masa kolonial dan kemudian yang merupakan gengre baru bersatu kembali di bawah sistem sosialis musik seriosa yang dibuat dengan yang dipimpin oleh Kim Il-sung. Gambar perbaikan alat musik tradisional ini diambil dari pertunjukan tahun 1974 oleh Kelompok Opera Kumgangsan, yang bermulai pada tahun 1960yang didirikan pada tahun 1955 di an. Opera Nasional yang dimulai bawah Asosiasi Umum Penduduk Korea dengan ‘Chunhyangjeon’ berlanyang pro-Pyongyang di Jepang. jut dalam opera revolusioner pada 2. Poster “Perempuan Bunga” sebuah opera revolusioner yang melakukan tahun 1970-an. tur di China pada tahun 2008. Sekitar Kurator Cheon mengatakan 50 Artis Terpuji dan Artis Rakyat serta “Di Korea Utara, Pansori bukan anggota Rombongan Teater Laut Darah musik hiburan tetapi musik untuk tampil dalam produksi tersebut.
SENI & BUDAYA KOREA 41
pendidikan atau penelitian.” Pansori telah populer sebagai genre terkemuka di musik tradisional di Korea Selatan, sedangkan ditolak di Korea Utara karena memiliki suasana golongan penguasa dan Yangban. Oleh karena itu pansori ‘Chunhyangga’ berubah menjadi sebuah opera nasional di Korea Utara. Musik seriosa Korea Utara berkembang sesuai dengan perasaan rakyat dan revolusi sosialis dari vokalisasi, cara menyanyi, lirik, sampai dengan gaya musik. Vokalisasi dibagi menjadi dua, yaitu Minsung untuk lagu tradisional dan Yangsung untuk lagu Barat. Minsung adalah singkatan dari kata vokalisasi nasional dan disebut juga sebagai ‘vokalisasi juche’. Suara yang merdu, halus, dan manis dikembangkan dari cara menyanyi Seodosori sesuai dengan tren modern. Di opera nasional ‘Chunhyangjeon’ ada banyak penyanyi Minsung sedangkan di opera revolusioner ‘Gadis yang Menjual Bunga’ tampil penyanyi Yangsung. Menurut penyanyi Jung Ho-wol, salah satu ciri vokalisasi Korea Utara adalah mementingkan nada suara tinggi. Khususnya lagu tradisional dianggap harus dinyanyikan dengan nada suara yang tipis dan tinggi. Namun semakin banyak penyanyi mezosopran muncul, suara rendah juga digandrungi. Fenomena ini adalah tren global. Sementara itu, peneliti Kim menjelaskan “Menurut komponis Jung Sang-jin, setiap opera terkemuka Korea Utara memiliki ciri khas masing-masing. Misalnya, ‘Lautan Darah’ terdengar etnis dan nyaman, ‘Gadis yang Menjual Bunga’ memiliki melodi keren, dan ‘Lagu Gunung Geumgangsan’ berwarna lebih modern.” Ciri khas seperti itu terlihat dalam komposisi alat musik. ‘Lautan Darah’ diciptakan untuk alat-alat musik bangsa dan ‘Gadis yang Menjual Bunga’ dimainkan dengan alat musik bangsa dan alat musik tiup logam kemudian ditambahkan violin. Sementara itu, ‘Lagu Gunung Geumgang’ diciptakan untuk alat musik Barat, maka digunakan hanya alat musik tiup bambu sebagai alat musik nasional.
Angin Perubahan
Seiring waktu berjalan, angin perubahan bertiup di musik Korea Utara. Para penutur memberi kesaksian yang sama, “akhir-akhir ini generasi muda lebih gemar musik Barat daripada musik nasional.” Misalnya, seorang dirigen orkestra Samjiyon Jang Ryong-sik yang pernah menghadiri konser penyambutan Olimpiade Musim Dingin Pyeongchang 2018 sangat populer sehingga banyak penonton berkumpul di konsernya. Peneliti Kim mengatakan “Melalui penutur, kita bisa memastikan bahwa secara keseluruhan musik Korea Utara
42 KOREANA MUSIM GUGUR 2020
juga berubah dengan tren luar negeri dan berbagai cara menyanyi asing diperkenalkan.” “Menurut kesaksian komponis Jung Sang-jin, universitas musik di Korea Utara mengajar ‘cara menyanyi lagu pop Morangbong’ yaitu cara menyanyi kelompok opera Moranbong. Saya dengar cara ini terdiri dari Minsung, Yangsung, dan Lagu Pop.” lanjutnya. Katanya, akhir-akhir ini jurusan lagu pop didirikan di universitas musik. Sedangkan professor Choi Jin-wook menyampaikan perubahan kurikulum pendidikan musik Korea Utara baru-baru ini; Kelompok Seni Rakyat Nasional yang pernah terkemuka di Korea Utara disatukan dengan Kelompok Opera Lautan Darah karena sebagian besar anggota senior meninggal dunia dan generasi baru tidak berkembang. Dia menjelaskan bahwa Universitas Pyongyang mengutamakan pendidikan intensif untuk jenius, mementingkan bakat, dan mengundang banyak dosen asing. Hasilnya, banyak pemenang di kompetisi musik internasional untuk piano dan vokal klasik. Selain itu, komponis Yoon Yi-sang (1917-1995) masih memiliki reputasi tinggi, maka Orkestra Yoon Yi-sang, Lembaga Yoon Yi-sang, dan sebagainya melanjutkan aktivitasnya walaupun dia tidak dinilai di Korea Selatan karena terlibat dalam kasus mata-mata Berlin Timur. Menurut kurator Cheon, penutur menyaksikan “ada banyak tergila-gila pada musik Yoon Yi-sang di Pyongyang”. Di universitas musik di Korea Utara ada jurusan etnologi, jurusan musik Barat, jurusan komposisi, dan lain-lain. Jurusan teori mengajar musik Yoon Yi-sang. Sementara, Jazz dan Rock telah lama dilarang secara resmi di Korea Utara karena pemimpin Kim Il-sung pikir “penyanyi pop Barat minum narkotik dan hidup berantakan”. Anarkisme sebagian pemain jazz pun berdampak. Seniman yang terpopuler di Korea Utara adalah penyanyi Orkestra Moranbong yang disebut sebagai ‘Grup Idola Wanita versi Korea Utara’. Orkestra Moranbong yang dibuat pada tahun 2012 dan dipimpin oleh Hyun Sol-wol yang pernah bertugas sebagai pemimpin rombongan pertunjukan Korea Utara untuk Olimpiade Musim Dingin Pyongchang. Sebagian besar anggota berasal dari Universitas Tari dan Musik Pyongyang atau Akademi Geumsung yang pernah dihadiri istri Kim Jung-eun, Lee Sul-ju. Oleh sebab itu, dikatakan Lee Sul-ju memainkan peranan penting untuk membuat orkestra tersebut. Orkestra Moranbong disebut sebagai ikon zaman ini bersama dengan Panduan Nasional Kontribusi dan berdampak besar pada rombongan lain di bidang bentuk pertunjukan. Selain itu Orkestra Chungbong, sebuah orkestra alat musik tiup logam yang dibuat dengan perintah Kim Jung-eun pada 2015 juga menjadi populer.
1. Cheon Hyeon-sik (kiri) dan Kim Ji-eun, rekan penulis “Kumpulan Cerita Lisan Seniman Senior Korea di Rantau – Jepang”. Buku ini berdasarkan wawancara dengan delapan musisi dan penari terkemuka yang tinggal di Jepang. 2. Data biografi koreografer Lim Chu-ja. Dia mendedikasikan dirinya untuk mengajar siswa setelah mendirikan Institut Tari Korea pada tahun 1957, mendapatkan reputasi sebagai “bintang besar” dalam dunia tari penduduk Korea di Jepang. Dia meninggal pada 2019. 3. Chong Sang-jin, seorang komposer, mengenang kehidupan Kim Pyong-hwa, konduktor Orkestra Simfoni Negara Korea Utara. Foto-foto Kim dan konser orkestra pada tahun 1992 di Tokyo Metropolitan Theater ditampilkan di halaman sebelah kanan. 2
1
3
Politik dalam Musik
Kurator Cheon menilai “Korea Utara lebih maju daripada Korea Selatan dari sisi pengembangan alat musik tradisional dan pencobaan musik fusi.” Di Korea Utara sejak proyek pengembangan alat musik dimulai secara resmi, jumlah senar Gayageum menjadi 19 atau 21 dari 12 dan tangga nada pentatonis juga mejadi tangga nada heptatonik. Alat-alat musik yang dikembangkan sejenis Oknyugeum, Jangsenap, dan Depiri secara aktif diterima di Korea Selatan. Kedua penulis menegaskan “Musik Korea Utara tidak bisa dibicarakan tanpa politik dan musik lebih berpengaruh daripada seni genre yang lain di Korea Utara.” Latar belakangnya, Ketua Komisi Pertahanan Nasional Korea Utara Kim Jung-eun menentukan “Musik harus melayani politik. Musik tanpa politik sama dengan bunga tanpa wangi, politik tanpa musik sama dengan politik tanpa jantung.” Berbeda dengan Korea Selatan di mana musik didasarkan selera dan kebahagiaan pribadi, di Korea Utara musik terkait erat dengan politik. Hal ini menjadi alasan mengapa musik antara Korea Selatan dan Korea Utara berbeda. © Ha Ji-kwon
SENI & BUDAYA KOREA 43
JATUH CINTA PADA KOREA
ILUMINASI PERFILMAN KOREA Pierce Conran Perkenalan tidak sengaja dengan sebuah film Korea di masa remaja membawa Pierce Conran ke Korea, tempat pria Irlandia ini kemudian menjadikan kegemarannya sebagai profesi. Saat ini, dia memproduksi, menulis, dan membuat kritik film untuk penggemar film Korea di seluruh dunia. Cho Yoon-jung Penulis, Penerjemah Lepas Heo Dong-wuk Fotografer
P
erkenalan Pierce Conran terhadap film Korea bukan cinta pada pandangan pertama. Karena tertarik dengan judul yang mudah diingat dan sampul yang mencolok ketika sedang membeli DVD, dia berniat menonton film Jepang yang “menyenangkan dan gila”. Tetapi, dia justru menonton “Simpati untuk Tn. Pembalas Dendam,” film pertama dari trilogi berdarah arahan sutradara Park Chan-wook. “Menurut saya film ini keras dan kejam. Saya tidak bisa menikmatinya sama sekali,” kata Conran. “Saya sangat tidak suka dan memberitahukan kepada semua orang mengenai film Korea yang saya tonton ini.” Tapi, film itu sangat mengganggunya. Beberapa minggu kemudian, dia menontonnya lagi. “Tiba-tiba saya seolah jatuh cinta padanya,” kenang Conran. “Ketika menontonnya lagi, saya bisa mengerti ceritanya. Saya tidak bisa memahami sepenuhnya visi sutradara, tapi saya sadar bahwa saya harus mencari tahu lebih banyak lagi.” Dengan keingintahuan yang besar untuk mengenal Korea lebih jauh, dia mulai menonton setiap film Korea yang bisa didapatkannya. Saat berusia 16 tahun, Conran sudah menjadi kenyang menonton film berkat masa kecil yang dihabiskannya di Fribourg, Switzerland, yang dikenal sebagai asal keju Gruyère. Tetangga-tetangganya sebagian besar petani dan lonceng sapi membangunkannya setiap pagi. Lingkungan
44 KOREANA MUSIM GUGUR 2020
pedesaan membuat masa kecilnya sepi, sehingga film menjadi satu-satunya teman yang dimilikinya. Ketika berusia 12 tahun, Conran dikirim kembali ke Irlandia karena harus tinggal di sekolah berasrama di Dublin, tempatnya menghabiskan waktu luang di bioskop di dekat wilayah itu. Ini terjadi sekitar tahun 1990-an, ketika film-film Asia modern mulai mendapat perhatian dari dunia luar.
Penulis, Penyiar, dan Produser
Ada satu kalimat yang bisa menjelaskan pekerjaan Conran di Korea. Seperti yang dikatakannya: “Segala sesuatu yang bersentuhan dengan film Korea sudah saya lakukan.” Tahun ini dia juga menjadi juri dalam salah satu acara favoritnya, Festival Film Fantastik Internasional Bucheon, yang diadakan pada bulan Juli. Memberikan informasi kepada pencinta film di seluruh dunia mengenai perfilman Korea adalah pekerjaannya. Pekerjaan utamanya adalah editor bahasa Inggris untuk KoBiz, sebuah situs milik Dewan Film Korea (KOFIC). Dia membuat tulisan fitur, menulis berita-berita baru dan mengisi kolom untuk situs ini, dan dalam waktu dekat akan membuat siaran di YouTube. Pekerjaannya yang lain termasuk menulis, memproduksi, dan melakukan siaran rutin di saluran berbahasa Inggris di TV kabel Arirang dan radio TBS; memberikan laporan kepada ScreenAnarchy, sebuah
Pierce Conran merupakan pencinta film yang menonton hingga 800 film setahun. Dia mengatakan favoritnya sepanjang masa adalah â&#x20AC;&#x153;Memories of Murderâ&#x20AC;? karya Bong Joon-ho, film yang membawanya ke Korea.
SENI & BUDAYA KOREA 45
situs Kanada yang sebagian besar dikhususkan untuk filmfilm independen; dan berpartisipasi dalam akuisisi untuk XYZ Films, sebuah perusahaan penjualan dan produksi film Amerika yang berbasis di Los Angeles. Dia juga memproduksi film di pekerjaan keduanya. Conran memproduksi karya yang “sangat independen” dari sutradara Lee Sang-woo, yang menampilkan sisi gelap masyarakat dengan judul “Ibuku Seorang Pelacur,” “Ayahku Anjing” dan “Aku Sampah.” Produksi terbaru mereka adalah sebuah segmen dalam antologi film horor tahun 2019 “Deathcember,” yang menampilkan sutradara dari seluruh dunia. Keduanya pertama kali bertemu pada tahun 2012 dalam Festival Film Digital Seoul (CinDi) dan Lee mengusulkan mereka mulai bekerja sama. Pada waktu itu, Conran sudah mulai mendapatkan pengakuan di dunia perfilman Korea. Pada tahun 2010, sebelum lulus dari Akademi Trinity Dublin dengan gelar MA dalam sastra dan kajian film Prancis, dia membuat sebuah blog yang diberinya nama “Perfilman Modern Korea”, dan secara bersamaan mengisi konten untuk situsnya ini dan menulis tesis mengenai karya Bong Joon-ho “Kenangan Pembunuhan.” Apa yang dilakukannya itu membuatnya diundang untuk mempresentasikan makalah dalam konferensi dan acara internasional lain. Itu juga menjadi jalan baginya berhubungan secara daring dengan penggemar film Korea. Satu di antaranya adalah Darcy Paquet, seorang kritikus film yang kini dikenal di Korea sebagai orang yang membuat teks film bahasa Inggris untuk karya Bong Joonho yang memenangkan Piala Oscar “Parasite.” Ketika Paquet menyarankan bahwa sebaiknya Conran datang ke Korea, dirinya tidak perlu diyakinkan lagi; perjalanan itu memang sudah ada dalam benaknya. Conran tiba pada tahun 2012 dan mulai mengajar bahasa Inggris di sebuah hagwon (semacam kursus). Beberapa bulan kemudian dia bekerja di bagian penyuntingan bahasa Inggris untuk KoBiz. Semua terjadi begitu cepat.
Melebur Lebih Jauh
Conran menganggap sebagian besar transisinya yang cepat ini karena kemujuran, tapi hasratnya dalam bidang film dan “kepribadian obsesif” diakuinya berperan sangat besar. Pendek kata, antusiasmenya membuka banyak kesempatan. “Ini mengubah kehidupan saya dalam segala hal, terutama secara personal,” katanya. “Saya merasa sangat beruntung. Saya khawatir suatu saat seseorang akan menarik karpet di bawah kaki saya. Tapi, sejujurnya, saya rasa ini semua terjadi karena ada orang Barat berkulit putih yang memberitakan hal positif
46 KOREANA MUSIM GUGUR 2020
Meskipun yang utama sebagai seorang kritikus film, Pierce Conran sesekali ikut berakting di dunia film. Dia muncul sebentar sebagai jurnalis di “Peninsula” karya Yeon Sang-ho, sekuel dari film blockbuster zombie tahun 2016 “Train to Busan,” yang dirilis pada Juli 2020.
mengenai perfilman Korea. Ini sangat menguntungkan bagi saya dan saya tahu itu,” kata Conran. Keberuntungan dari sisi personal adalah perkawinannya dengan sutradara Lee Kyoung-mi. Ada satu artikel surat kabar yang menyebutnya sebagai “seongdeok,” yang berarti “fan yang sukses,” yang biasanya dipakai untuk menyebut fan K-pop yang bertemu idolanya. Dengan tertawa, Conran mengatakan, “Saya penggemar ‘Nona Berpipi Merah,’ karya Kyoung-mi pada tahun 2008, dan sangat menantikan film berikutnya.” Mereka pertama kali bertemu di sebuah pesta ketika temannya, seorang sutradara, membawa Lee kepadanya dan mengatakan kepada semua orang, “Halo, ini pacar Lee Kyoung-mi yang baru!” Dengan awal yang canggung (Dia ingat orang-orang mengambil foto ketika dia berdiri memegang tangannya dan berkata, “Oh, halo.”), segalanya berjalan dengan sangat baik dan mereka menikah pada tahun 2018. Conran mendukung dalam banyak hal ketika istrinya membuat film. Pada segmen Lee dalam “Persona,” sebuah
© Next Entertainment World
antologi empat film pendek yang diproduksi oleh Netflix, dia tampil sebagai pacar seorang gadis yang diperankan oleh bintang K-pop IU (Lee Ji-eun).
Memandang Jauh ke Depan
Conran melihat pandangan terhadap film Korea berubah dalam beberapa tahun ini, terlebih setelah film “Parasite.” “Ada penghargaan internasional untuk kualitas, cerita yang unik, dan nilai produksi yang tinggi dari film-film Korea,” katanya. Kalau sebelumnya sambutannya kurang begitu hangat, sekarang semua menjadi nyata. “Langitlah batasnya,” katanya. “Menurut saya, dunia sedang menggemari film-film dengan genre khusus. Dan ini angin segar bagi Korea.” Lagipula, dengan makin diminatinya layanan streaming dan adanya pembatasan sosial karena pandemi COVID-19, dia percaya industri hiburan Korea sangat diuntungkan, yang sudah terbukti dengan serial televisinya.
Kalau ada rasa khawatirnya mengenai perfilman Korea, itu adalah terbatasnya referensi: “Saat ini, jika bicara soal alur dan musik, semua yang saya lihat dan dengar mengacu kepada Bong Joon-ho dan Park Chan-wook, Christopher Nolan … Lima belas tahun yang lalu banyak film eksperimen dan film yang kurang berhasil, tapi sangat menyenangkan. Sekarang banyak film yang digarap dengan serius tapi banyak pula di antaranya sangat mirip.” Dia menyukai banyak genre, dari karya yang biasa saja sampai film dengan pesan yang kuat. “Kenangan Pembunuhan” adalah film favoritnya sepanjang masa. Dia menyebutnya “film yang sempurna” yang benar-benar membuatnya datang ke Korea. Apa yang paling disukainya mengenai film-film Korea sebenarnya berkaitan dengan apa yang kurang disukainya tentang negara keduanya ini. “Ketika saya datang pertama kali, segalanya sangat menarik dan saya menyukainya. Kemudian, tiba-tiba semua itu menjadi dunia saya dan saya jadi membenci banyak hal,” katanya, kemudian menyebutkan praktik bisnis, patriarki dan masalah sosial lain yang beragam. “Perfilman Korea sangat luar biasa karena secara efektif mencoba menghapus semua hal buruk, masa kelam yang terjadi beberapa generasi sebelumnya, melalui sejarah abad ke-20 dan penyakit sosial modern. Semua bisa ditampilkan dalam film dan ini yang membuatnya begitu hebat.” Perasaan Conran terhadap Korea ini tumbuh selama bertahun-tahun. “Menikah dan diterima di keluarga Korea memperdalam pemahaman dan cinta saya kepada negara ini. Ini juga membantu saya meningkatkan kemampuan bahasa Korea, walaupun secara perlahan” katanya. Dia berharap di masa yang akan datang bisa menghasilkan karya lebih banyak, yang disadarinya tentu perlu kemampuan bahasa yang baik pula. Sebagai seorang penggemar film and kolektor filmfilm Blu-ray, dia sangat beruntung bisa melakukan apa yang sangat disukainya. “Saya menonton banyak film. Tapi rupanya jumlah yang saya tonton terlalu banyak. Sekitar 800 per tahun,” katanya, seolah dia sendiri sedikit kaget dengan angka ini. Kemudian, dengan tersenyum dia menambahkan, “Itulah dunia saya.”
“Perfilman Korea sangat luar biasa karena secara efektif mencoba menghapus semua hal buruk, masa kelam yang terjadi beberapa generasi sebelumnya, melalui sejarah abad ke-20 dan penyakit sosial modern.” SENI & BUDAYA KOREA 47
DI ATAS JALAN
Bermula dan Berakhir di Haenam Dikenal luas sebagai â&#x20AC;&#x153;Ujung Daratan,â&#x20AC;? Haenam memikat pengunjung dengan pemandangan pegunungannya yang indah dan wihara-wihara Buddha yang bersejarah. Wilayah yang terletak di ujung barat daya semenanjung Korea ini dulu merupakan pertemuan budaya yang terhubung dengan China kuno dan Jepang, dan menjadi tempat peristirahatan bagi tahanan politik yang akan menjalani masa pembuangan. Lee Chang-guy Penyair, Kritikus Sastra Ahn Hong-beom Fotografer
48 KOREANA MUSIM GUGUR 2020
Danau Gocheonam di Haenam merupakan destinasi musim dingin dari puluhan ribu burung migran. Burung utama adalah Baikal tetapi berbagai burung langka sebagai monumen alam juga terlihat di sini, menjadikan danau itu tempat yang diminati oleh para mahasiswa.
SENI & BUDAYA KOREA 49
S
etiap orang punya tempat yang sulit baginya berjalan dengan pikiran yang tenang. Buat saya, tempat itu adalah Haenam. Saya tinggal di Haenam dari musim semi 1980 sampai musim gugur 1982. Saat itu saya baru berumur 20 tahun, tapi sudah merasa lelah dengan semua pertanyaan, kemarahan, dan hasrat yang terpendam yang seharusnya tersalurkan sedikit demi sedikit sepanjang hidup saya. Dalam keadaan lelah secara mental, saya masuk tentara, sebagai pelarian. Setelah menyelesaikan latihan dasar, saya ditempatkan di Kabupaten Haenam, Provinsi Jeolla Selatan, wilayah paling barat daya Semenanjung Korea, Di sana, di tempat yang jauh dari rumah, saya bertugas sebagai penjaga yang harus mengawasi garis pantai di tengah musim dingin. Dinding batu yang berubah menjadi hijau karena lumut dan pagar kayu kokoh berwarna oranye; bau asin dan lembap dari laut yang tertutup kabut; jalan tanah dan anak sungai yang mengalir di dataran tak berujung; beberapa domba yang berkeliaran di bukit; wanita pemilik toko di
1
depan pangkalan, yang sudah tua dan tidak bisa membaca nama suaminya dalam surat-suratnya – semua itu adalah kesan pertama saya mengenai Haenam. Sekarang, lebih dari 40 tahun kemudian, sekali lagi saya melintasi Useulchi untuk sampai ke kota Haenam, ibu kota kabupaten. Saya dan teman seperjalanan saya mencari tempat peristirahatan, tapi tidak ada yang kami kenal. Namun, Yu Hong-june, seorang profesor sejarah sastra, menganggap Haenam layak ditampilkan sebagai pembuka volume pertama serial “Penjelajahan Warisan Budaya” yang luar biasa. Ia mengajak pembaca mengenal sisi lain Haenam yang sangat penting: Nogudang, rumah utama klan Yun di Haenam, yang berlokasi di bagian dalam Desa Yeondong yang dikelilingi oleh pohon-pohon torreya; Wihara Daeheung, yang berdiri dalam sunyi di kaki Gunung Duryun, di ujung jalan hutan dengan pohon-pohon tua yang membentuk terowongan sehingga langit pun tak terlihat dari bawahnya; Wihara Mihwang yang tua dan anggun di punggung Gunung Dalma (atau Gunung Dharma); dan Sajabong (Puncak Singa), dengan observatoriumnya di Ujung Daratan. Pemandangannya, yang tenang dan sepi, akrab dan anggun, sederhana dan rapi, dan sangat berbeda dari destinasi wisata Korea terkenal lain, sungguh menawan. Namun, hanya sedikit yang tahu bahwa cahaya matahari dan angin sepoi-sepoi yang menyelimuti pegunungan ini sering kali diawali dengan hujan lebat dan angin kencang tanpa ampun, yang membuat orang-orang menggigil ketakutan.
Nogudang dan Buyong-dong
Pada saat kami mengunjungi Nogudang, yang berarti “Rumah Hujan Hijau,” hujan turun dengan deras sehingga payung yang kami beli di toko serba ada tidak begitu banyak membantu. Pemandu kami saat itu adalah Yun Yeong-jin. Gambaran Haenam di masa sekolahnya, lebih dari 50 tahun lalu, adalah debu yang beterbangan di atas jalan-
1. Potret diri Yun Du-seo. 1710. Tinta dan warna terang di atas kertas. 38,5 × 20,5 cm. Ini diakui sebagai salah satu potret diri terbesar dalam seni Korea. Yun Du-seo (1668-1715), seorang pelukis dan sastrawan, adalah cicit Yun Seon-do, seorang pejabat sipil dan penyair dari periode pertengahan Joseon, dan kakek buyut dari pihak ibu seorang pemikir terkenal dan negarawan Jeong Yak-yong. 2. Bagian luar Nogudang, rumah induk klan Yun dari Haenam. Bagian dari sebuah rumah di Suwon yang diberikan Raja Hojong (berkuasa 1649-1659) kepada gurunya Yun Seon-do dibongkar dan dibangun kembali di sini. Papan nama itu ditulis oleh ahli kaligrafi terkenal Yi Seo (1662-1723), yang merupakan teman dekat Yun Du-seo.
50 KOREANA MUSIM GUGUR 2020
2
jalan yang baru dibangun dan peraturan yang ditempel di dinding-dinding meminta publik melaporkan mata-mata. Dulu, lingkungan Haenam membuat wilayah ini rentan terhadap penyusup komunis. Yun, yang pensiun sebagai tentara berpangkat kolonel dan kembali ke kampung halamannya, akhirnya membaca harta karun keluarga, “Buku Harian Jiam” (Jiam ilgi). Ia membacanya lagi dan lagi sampai menghafalnya di luar kepala. Buku harian ini ditulis oleh Yun I-hu (1636-1699), keturunan langsung yang merupakan cucu laki-laki penyair dan pegawai negeri Yun Seon-do (1587-1671). Yun I-hu adalah ayah Yun Du-seo (1668-1715), sosok yang terkenal dengan potret dirinya dari Dinasti Joseon. Ia juga merupakan kakek garis ibu dari Jeong Yak-yong (1762-1836), pemikir dan negarawan periode berikutnya dari Dinasti Joseon. Di Nogudanglah Yun Du-seo dilahirkan.
Kolonel Yun mengatakan tiang Nogudang bulat seperti dalam arsitektur kerajaan karena rumah itu adalah hadiah yang diberikan kepada Yun Seon-do oleh Raja Hyojong (bertahta tahun 1649-1659), yang pernah diajar oleh Yun ketika masih berstatus sebagai putra mahkota. Setelah kematian raja dan tidak ada lagi bantuan kerajaan yang melindunginya, Yun Seon-do diasingkan. Setelah tujuh tahun berada dalam pembuangan, ia membongkar bangunan utama rumah yang dihibahkan oleh Raja Hyojong untuknya di Suwon dan membangunnya kembali di Haenam. Saat itu ia berusia 81 tahun. Kini, ada juga ruang pameran yang dibangun di sebelah Nogudang, tempat potret diri Yun Du-seo yang terkenal dan “Peta Lengkap Joseon” (Joseon jeondo) bisa kita lihat. Dalam hujan, setelah mendengar bahwa replikalah yang dipajang di sana karena khawatir yang asli akan dicuri, kami berbalik arah.
SENI & BUDAYA KOREA 51
Nama Haenam, yang secara harfiah bermakna â&#x20AC;&#x153;Sebelah Selatan Laut,â&#x20AC;? menyiratkan bahwa tempat ini sangat dekat dengan dunia baru. Tempat ini memiliki kekuatan untuk membawa pulang para pelaut dan tahanan dari keterpurukan. 52 KOREANA MUSIM GUGUR 2020
Kolam teratai dan paviliun, Seyeonjeong, Taman Buyong-dong di Pulau Bogil. Ketika Raja Injo (berkuasa 1623-1649) menyerah pada penyerbuan pasukan Qing pada tahun 1637, Yun Seon-do keluar dari pegawai negeri dan menciptakan taman ini di kampung halamannya. Saat tinggal di pulau itu, dia menulis puisi terkenalnya â&#x20AC;&#x153;Kalender Nelayanâ&#x20AC;?.
SENI & BUDAYA KOREA 53
1
Tempat yang menyimpan jejak kehidupan Yun Seondo adalah Buyong-dong di Pulau Bogil. Dulu, orang-orang datang ke pulau ini dengan kapal dari Baekpo, desa pelabuhan di Haenam. Sekarang, ada feri yang berangkat setiap 30 menit dari Pulau Wan dan dari Dermaga Galduri di Haenam. Di Baekpo ada sebuah rumah milik klan Yun. Proyek reklamasi di teluk itu dimulai pada masa kakek Yun Seon-do. Menjelang era Yun Du-seo, lima generasi berikutnya, tanah reklamasi ini menjadi sangat luas sehingga dibangun juga rumah pertanian untuk mengelolanya. Di antara pemandangan yang dilukis oleh Yun Du-seo, salah satunya berjudul “Vila Baekpo.” Wisatawan asing yang mengunjungi taman di Buyongdong, yaitu “Desa Gua Teratai,” mungkin akan mengagumi ketajaman mata dan kepekaan seorang bangsawan Joseon yang membangun tempat itu dengan selera, gaya, keindahan alam dan harmoni yang sedemikian rupa. Tapi, orang-orang Korea merasakan sesuatu yang campur aduk mengenai tempat ini. Aktivitas Yun Seon-do bertentangan dengan konsep “kemiskinan” dan kredo Mensius mengenai berbagi kebahagiaan sama rata dengan orang lain, yang secara tradisional dikaitkan dengan kehidupan dan pola pikir para cendikiawan Konfusianisme. Fakta bahwa ia menikmati gaya hidup mewah ketika tanah pertanian hancur dan orang-orang jatuh
54 KOREANA MUSIM GUGUR 2020
miskin setelah dua perang besar membuat orang Korea sulit menerima Yun sebagai pria dengan karakter luhur yang hidup berteman dengan alam. Puisi Yun yang terkenal “Almanak Sang Nelayan” (Eobu sasisa), ditulis dalam bentuk sajak yang dinyanyikan yang disebut sijo, berlatar Pulau Bogil. Puisi ini merupakan karya besar sastra Korea tradisional yang sangat terkenal dengan deskripsi sensitif dan ekspresi yang mendalam dan tajam. Nelayan yang menjadi narator baris-baris puitis ini merupakan bagian dari pemandangan yang menciptakan, seperti yang dituliskan oleh Yun dalam kata pengantarnya, “kesenangan yang lain, kesenangan yang membuat kami menyanyi dengan suara paling tinggi dan mendayung bersama.” Pada saat yang bersamaan, kemarahan yang mendalam pada patriotisme Yun, yang membuatnya terlibat dalam perselisihan politik dan berada dalam pengasingan sebanyak tiga kali, tak dapat dinafikan. Inilah sebabnya mengapa mengunjungi taman Buying-dong yang indah bukan berjalan-jalan biasa bagi saya.
Wihara Daeheung dan Wihara Mihwang
Dengan bantuan Lembaga Kebudayaan Haenam, kami bisa mengetahui perkembangan terakhir kabupaten ini dari Jeon Guk-seong, pensiunan direktur pusat kesehatan wilayah itu. Ia menghadirkan kembali kelembutan dan kerajinan orang-
orang Haenam, yang sudah saya lupakan. Jeon, 70 tahun, kini menjadi dosen tamu dalam bidang kajian kesejahteraan sosial di sebuah universitas di daerah ini. Ia merasa bangga kematian keluarganya dalam keadaan berkecukupan saat ia masih kecil memaksanya mandiri dan membuatnya menjadi seperti sekarang. Kami terkejut mendengar darinya bahwa Hwawon, wilayah pedalaman Haenam, menjadi penghasil kubis musim dingin terbesar di negara ini dan menjadi pemasok kubis yang diasinkan sebagai bahan kimchi, dan bahwa harga tanah meroket sejak wilayah ini terhubung dengan kota Mokpo. Tanah reklamasi yang bisa digarap di Hwawon paling luas di negara ini, yang memungkinkannya menghasilkan produk agrikultur. Tapi, tidak mungkin tidak mengeluh ketika tahu bahwa gurita berkaki kecil (sebal nakji), yang sebelumnya mudah didapat, dan ikan lumpur berbintik biru (jjangttungeo) yang dulu sangat banyak, sekarang tidak bisa dijumpai lagi. Selama saya menjalankan tugas di Haenam, ikan-ikan itu bukan pemandangan yang asing ketika saya berjalan dengan susah payah dari satu pos
penjaga ke pos berikutnya di sepanjang garis pantai, memeriksa situasi persediaan militer sambil bermandi peluh. Pembangunan sering kali mengubah nasib situs bersejarah dan perilaku warga setempat. Jeon mengatakan kepada kami bahwa sebuah restoran dibangun di pintu masuk Wihara Daeheung dan Losmen Yuseon yang berusia 200 tahun kini tutup. Di losmen inilah dulu saya terbaring di hangatnya lantai dengan ondol dan ibu serta adik perempuan saya tertidur di sebelah saya setelah mengunjungi Wihara Daeheung. Saya tidak bisa tidur setelah mendengar semua berita yang menyesakkan dari rumah. Ibu saya mengunjungi saya
1. Kuil Mihwang, dibangun pada tahun 749, terletak di ujung selatan semenanjung Korea. Sebuah catatan menyatakan bahwa cendekiawan dan pejabat Tiongkok mengunjungi kuil tersebut membuktikan bahwa kuil tersebut juga dikenal di Tiongkok. Di sebelah kiri adalah aula utama Daeungbojeon (Aula Harta Karun Pahlawan Besar) yang menghadap ke puncak Gunung Dahma yang indah. 2. Pertapaan Dosol, di atas tebing curam di Gunung Dalma, sudah lama diabaikan hingga dibangun kembali pada 2002.
2
SENI & BUDAYA KOREA 55
dengan menempuh jarak lebih dari 400 km dan adik perempuan saya menjadi pemandu jalan. Sebuah tempat yang mungkin makin buruk keadaannya adalah Wihara Mihwang. Walaupun wihara yang hanya terdiri atas beberapa aula ini dulu hampir tidak bisa bertahan, saat ini masih menjadi tempat menawan dengan suasana kunonya. Wihara ini memiliki tanggul batu tinggi dan patung batu Empat Maharaja Langit di pintu masuk, dan kompleks bangunan sudah diperluas untuk menampung peserta program Tinggal di Wihara. Jalan sempit di Gunung Dalma yang dulu hanya digunakan oleh penebang kayu dan biksu telah diperbaiki dan diubah menjadi jalur pendakian dari Wihara Mihwang ke Ttangkkeut Maeul (secara harfiah berarti “Desa di Ujung Daratan”). Jalan ini diberi nama “Dalma Godo,” yang berarti “Jalan Dharma Lama.” Saya sedikit lega ketika tahu aula utama wihara, Daeungjeon, masih sama seperti keadaan sebelumnya, tanpa cat warna-warni pada struktur kayu tuanya. Saya datang ke Wihara Mihwang sebagai seorang ten-
56 KOREANA MUSIM GUGUR 2020
tara. Tugas saya adalah mengumpulkan semak untuk dibuat sapu. Haenam tidak mengalami musim dingin yang menggigit atau badai salju yang ganas; jadi sapu semak cocok untuk menyapu salju yang sesekali turun di pangkalan militer saya. Seorang biarawan tua dan istrinya duduk di sudut teras sempit di depan asrama wihara. Dari tempat ini, Anda dapat melihat tebing pegunungan berbatu di depan Anda, dan jika Anda melihat ke bawah, sekelompok pulau-pulau kecil yang tampak seperti anak-anak anjing yang baru lahir dan belum bisa membuka matanya, berada dalam pelukan ibunya. Pasangan itu memberi saya segelas air, atau matahari tenggelam kemerahan di kejauhan di cakrawala – saya tidak ingat.
Perahu petani kerang laut mengapung di Yesong-ri, yang dianggap sebagai tempat terindah di Pulau Bogil. Dengan Pantai Mongdol yang tertutup kerikil dan hutan hijau di dekatnya, daerah ini menarik banyak wisatawan.
Situs Kunjungan di Haenam
1 Ladang kubis di Hwawon-myeon
Nogudang 1
2
2 Kuil Daeheung di Gunung Duryun
Pulau Jin Rumah tua 3 Yun Du-seo
3
4
Pulau Wan
Observatorium 4 Lion Peak
Pulau Nohwa Paviliun Seyeon Pantai Telur Dinosaurus
Di Ujung Daratan
Nama Haenam, yang secara harfiah bermakna “Sebelah Selatan Laut,” menyiratkan bahwa tempat ini sangat dekat dunia baru. Tempat ini memiliki kekuatan untuk membawa pulang prajurit angkatan laut dan para tahanan itu pulang dari keterpurukan. Gambaran mengenai lokasi sesuatu bermula dan berakhir di tempat yang sama melahirkan barisbaris liris yang dibuat oleh banyak penyair, tapi penyair yang menonjol menuangkan situasi ekstrem dan berjuang paling keras dengan narasi paradoks ini adalah Kim Ji-ha (1941- ). Setelah menerbitkan puisi “Lima Bandit” (Ojeok), dengan bentuk orisinil berisi satir bagi mereka yang berurusan dengan korupsi, Kim Ji-ha berdiri di garis depan setiap kali muncul masalah kritis selama proses demokratisasi Korea pada tahun 1970-an. Lelah lahir batin dengan siklus melarikan diri, ditangkap, dipenjara, disiksa, dan mendapatkan amnesti, di tahun 1984 ia memboyong keluarganya tinggal di Haenam, kampung halaman keluarga dari garis ibu. Kehidupannya perlahan-lahan menjadi stabil, tapi ia masih belum bisa merasa nyaman sepenuhnya. Pada waktu itu, di ujung daratan, ia melihat “hal-hal yang datang dari masa lalu dan masa depan, berteriak, menangis, memukul dada, menelan air mata, berjalan dengan kepala tertunduk.” Apa yang dia temukan dalam gambaran yang gelap, tidak menyenangkan, dan lembap itu adalah Aerin - yang mati dan terlahir kembali.
Pulau Bogil
Seoul
397.5km
Pulau Soan
Haenam
“Berdiri di ujung daratan / berdiri di ujung daratan tanpa bisa pergi ke mana pun / tak bisa kembali / aku menjadi burung dan terbang / atau ikan dan bersembunyi / apakah angin, awan, atau hantu / di ujung daratan ketika tak ada jalan lain selain berubah / aku berdiri sendiri dan menyanyi …” – Dari “Aerin” (1985) Karena kondisi mental yang makin memburuk, Kim harus meninggalkan Haenam untuk mendapatkan perawatan psikologis yang memadai. Di tahun-tahun berikutnya, filsuf Ludwig Wittgenstein mengatakan bahwa dalam melodi Franz Schubert yang “non-religius dan melankolis” ia menemukan “suatu titik ketika proses berpikir menjadi akut.” Titik: “Kami ingin berjalan: maka kami butuh friksi. Kembali ke tanah yang keras!” (Dari “Investigasi Filosofis”). Di tahun 1983 novel dengan judul yang sama (judul asli dalam bahasa Jerman: “Die Klavierspielerin”), yang menjadi inspirasi film “Guru Piano”, penulis mengatakan bahwa kita harus mengatasi kebodohan menggunakan kesehatan, yang selalu berpihak pada pemenang, sebagai kriteria untuk sesuatu yang penting. “Kesehatan – betapa memuakkan. Kesehatan adalah transfigurasi status quo.” Tampaknya orang-orang Wina, ketika kemampuan berpikir mereka berada di titik terendah, juga menemukan sesuatu yang baru yang membuat mereka bisa mengatasi melankolia yang terjadi sebelum kemarahan. Saya berharap bisa menunjukkannya kepada mereka melalui tanah yang keras di Haenam.
SENI & BUDAYA KOREA 57
SATU HARI BIASA
1
Hari-Hari yang Tulus, Bersama Tetangga Beberapa agen real estat masih membuka pintunya untuk penduduk lokal yang datang dan bersosialisasi. Cho Kang-hee, seorang agen yang sudah berkecimpung lama di lingkungan perumahan tradisional Korea di pusat kota lama Seoul, menempatkan ketulusan di atas angka penjualan rumah-rumah di wilayahnya. Hwang Kyung-shin Penulis Ha Ji-kwon Fotografer
58 KOREANA MUSIM GUGUR 2020
S
ambil mengacak-acak jenggotnya, seorang kakek berjalan ke agen real estat di sebelah rumahnya untuk bermain janggi (catur Korea). Jika menang, ia membeli dua buah semangka dan membawanya pulang di tangan kanan dan kiri, sambil bersiul. Ini adalah adegan dari video klip lagu yang dinyanyikan oleh penyanyi folk rock Kang Saneh tahun 1993 “Kakek dan Buah Semangka.” Kantor perumahan seperti ini disebut bokdeokbang, yang diterjemahkan menjadi “ruang keberuntungan,” dan tidak saja berperan dalam urusan resminya sebagai makelar penjualan atau penyewaan bangunan atau tanah. Kantor ini juga menjadi semacam ruang pertemuan lingkungan, mirip dengan sarangbang, ruang belajar-tamu utama dalam rumah Korea tradisional. Pintu di kantor-kantor ini terbuka lebar, dan orang-orang berkumpul di dalamnya untuk berbagi cerita dan bersilaturahmi. Di sinilah bibit-bibit berita di lingkungan ini disemai, disirami, dan tumbuh, meluas ke seluruh dunia. Ketika seseorang sedang menghadapi masalah, agen real estat bisa menjadi tempat untuk menggalang dukungan. Di sinilah berita baik dirayakan dengan bakwan sayuran hangat dan semangkuk makgeolli (anggur beras), dan mereka berpelukan dan saling menenangkan. Tentu saja, itu dulu, ketika jarak di antara kita lebih dekat daripada sekarang, dan atap rumah – baris demi baris – masih rendah. Ketika atap rumah-rumah di kota semakin tinggi, menjadi apartemen yang menjulang seolah menyentuh langit, lingkungan perumahan pun menjadi kurang nyaman. Sekarang, tempat-tempat yang beroperasi dengan nama “Kantor Agen Real Estat Berizin”, bukan “Bokdeok-
bang,” seperti ini tidak lagi menjadi ruang pertemuan. Namun, masih ada satu tempat di sudut dunia, yang pintunya masih terbuka. Jalan menuju lingkungan yang ramah dan hangat, dan tulus, membawa kita ke Seochon.
Jalan Menuju Masa Lalu
2
Istana Gyeongbok adalah istana terbesar dan paling megah di antara lima istana utama di Seoul. Kampung-kampung di bagian utara dan baratnya disebut Bukchon dan Seochon (“buk” artinya utara dan“seo” berarti barat). Selama periode Dinasti Joseon (1392-1910), para bangsawan membangun rumah mereka di Bukchon, sementara kalangan profesional yang lahir belakangan seperti juru bahasa dan dokter berkumpul di Seochon. Para seniman terkenal, termasuk pelukis dan penyair, juga bertempat tinggal di sini. Dewasa ini, rumah-rumah hanok di Seochon dilestarikan dengan bantuan dana dari pemerintah dengan cara yang sama seperti rumah-rumah di Bukchon. Namun, dibandingkan dengan rumah-rumah hanok di Bukchon yang lebih besar dan luas, rumah-rumah hanok di Seochon cenderung lebih sederhana. “Seochon dekat dengan pusat kota, tapi tempat ini juga berada di dekat gunung yang indah dan taman yang luas,” kata Cho. “Mereka yang datang bukan orang-orang yang membeli dan menjual rumah demi uang; sebagian besar dari mereka memang ingin tinggal di sini karena mereka menyukai lingkungannya. Sekali mereka tinggal ke sini, tidak akan mau pindah lagi.” Rumah-rumah di sini umumnya berupa rumah hanok kecil dengan luas sekitar 65 sampai 100 meter persegi, yang mungkin membuat kita tidak leluasa. Namun, rumah-rumah ini mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki apartemen. Cho menyiapkan daftar kelebihan dan kekurangan rumah-rumah hanok ini ketika akan bertemu dengan kliennya. “Rumah-rumah ini dibuat dengan bahan-bahan alami seperti kayu, batu, dan tanah, yang bagus bagi kesehatan. Ada perasaan menjejakkan kaki di tanah, dan mudah mengenal tetangga Anda. Tempat tinggal ini mungkin sempit, tapi cantik dan nyaman. Kita bisa membuat kebun kecil,
1. Berdiri di depan kantor real estate yang telah dia jalankan selama 15 tahun terakhir, Cho Kang-hee menjelaskan seluk beluk area Seochon. 2. Cho menata agenda aktivitasnya hari itu. Kantornya memiliki rata-rata tiga klien potensial yang datang setiap hari; satu atau dua dari setiap 10 mencapai puncaknya dengan penandatanganan kesepakatan.
SENI & BUDAYA KOREA 59
Dia pada suatu waktu mengajak klien untuk melihat sebuah properti, Cho Kang-hee pasti akan memberikan daftar rinci tentang pro dan kontra tinggal di hanok. Dia memastikan bahwa meskipun hanok di Seochon mungkin kecil, rumah bergaya tradisional nyaman dan kondusif untuk benar-benar mengenal tetangga.
dan sirkulasi udaranya juga bagus. Dan Anda bisa benar-benar menikmati pergantian musim – tak akan pernah membosankan. Namun, semua bahan alami ini sangat menarik bagi serangga, dan pemasangan kertas dinding dan pelapis kedap suara mungkin akan sulit. Kerentanan akan api dan air juga menjadi kelemahan rumah ini, tapi sebagian dari kelemahan-kelamahan ini bisa diatasi dengan renovasi. Atap, dinding, dan lantai maru kayu semua perlu perawatan yang teratur, tapi pemerintah memberikan bantuan untuk itu, jadi dari sisi keuangan tidak akan menjadi masalah.” Karena berada di lingkungan kediaman Presiden, Blue House, tingkat keamanan yang ditingkatkan setelah adanya percobaan pembunuhan yang dilakukan oleh komando Korea Utara pada tahun 1968 dan berlangsung sampai tahun 1980-an, membuat Seochon menjadi tempat yang kurang nyaman sebagai tempat tinggal bagi orang biasa. Siapa pun yang masuk atau keluar dari lingkungan ini harus memberitahukan identitas diri ke pos pemeriksaan, dan tamu yang menginap juga harus dilaporkan. Cho mengatakan, “Polisi huru-hara selalu siap siaga, dan pembatasan yang ketat dalam hal pembangunan, membuat keinginan pindah ke wilayah ini sangat menurun. Pada akhir tahun 1990-an, ketika ada isu yang beredar bahwa peraturan pembangunan akan dilonggarkan, orangorang berbondong-bondong datang ke sini. Namun, saat itu pun, Anda tidak boleh membangun terlalu tinggi – paling tinggi tujuh lantai di sepanjang jalan utama dan lima lantai lagi jika membangun di dalam kompleks perumahan. Ketika wilayah ini resmi menjadi zona konservasi hanok pada tahun 2010, banyak orang sangat kecewa karena ini berarti kalau kita merubuhkan bangunan lama, kita
60 KOREANA MUSIM GUGUR 2020
hanya boleh membangun rumah hanok di tempat itu.” Jadi, lingkungan ini tetap menjadi semacam pulau, sunyi dan tenang di tengah hutan gedung-gedung tinggi di Seoul dan arus pejalan kaki dan kendaraan yang padat. Waktu berjalan lebih lambat di Seochon. Orang-orang datang ke sini untuk berjalan lebih pelan, memandang langit tanpa halangan. Sebenarnya Bukchon merupakan tempat pertama yang mengklaim “kelambatan” spesial ini. Dulu, toko-toko kecil mulai muncul di antara rumah-rumah hanok yang terawat dengan baik, menarik perhatian orang-orang muda. Lalu, ketika bisnis sudah mulai berjalan, pemilik tempat menaikkan biaya sewa. Karena tidak bisa membayar uang sewa yang menjadi lebih mahal, mereka pindah ke Seochon. Pada saat yang hampir bersamaan, hanok yang difungsikan sebagai penginapan mulai bermunculan juga, yang tentu menarik bagi pengunjung internasional.
Satu-satunya Pilihan
Cho lahir di Seoul. Pekerjaan pertamanya adalah di kantor perusahaan konstruksi. Kemudian, dia mulai bekerja pada konglomerat, dan bertanggung jawab mengurus salah satu anak perusahaannya. Dalam pekerjaan ini dia menjalankan pabrik selama 12 tahun. Kemudian, pada tahun 2005 sebuah pabrik milik pengusaha China mulai membuat barang elektronik yang sama persis dengan barang yang dibuat oleh perusahaan tempatnya bekerja. Pabrik-
nya tutup saat itu juga. Cho harus menanggung utang pribadi untuk menutupi pembayaran upah dan pesangon untuk para pekerjanya. “Saat itu kedua anak saya masuk kuliah. Saya harus terus mencari uang, tapi dengan usia di atas 50 tahun, tidak banyak yang bisa saya lakukan,” kata Cho. “Saat itulah saya bertemu kakak sepupu saya yang bekerja sebagai agen real estat berizin. Saya berpikir untuk mencobanya, jadi saya mengikuti kursus mengenai pekerjaan ini.” Saat itu dia berusia 52 tahun. “Saat itu istri saya mengelola rumah makan. Setiap pagi, saya berbelanja dan mengantarkan bahan-bahan itu kepadanya, kemudian berangkat ke tempat kursus. Saya tidur empat jam pada malam hari. Kalau saya belajar seperti itu di SMP dan SMA, mungkin saya bisa masuk ke universitas peringkat pertama. Saya mulai belajar pada bulan Maret 2006, dan saya lulus tes bulan Februari. Saat itu saya putus asa. Saya terus berpikir jika sampai gagal dalam tes itu, saya tidak akan bisa membiayai anak-anak saya menyelesaikan kuliahnya. Saya benar-benar tidak punya pilihan selain bekerja keras.” Setelah belajar sangat keras, Cho lulus ujian dalam sekali tempuh, menyelesaikan program magang di sebuah agen, kemudian mengikuti nasihat direktur kursusnya dan memilih Seochon untuk mendirikan kantornya sendiri. Sekarang, sudah 15 tahun dia bekerja di tempat ini, dan setiap hari sebelum pukul 10 pagi, ia sudah membuka pintu kantornya. “Sebelum bekerja di sini, saya tidak tertarik dengan real estat,” katanya. “Saya selalu berpikir kita hidup dengan bekerja keras, mendapatkan penghasilan sebanding dengan usaha keras kita. Menghasilkan uang dengan cara berinvestasi sama sekali tidak pernah saya pikirkan. Bahkan, datang dan bekerja di sini pun, saya percaya bahwa semua akan baik-baik saja karena direktur saya merekomendasikannya. Saya tidak punya firasat wilayah mana yang lebih baik atau menguntungkan. Namun, setelah menekuninya selama beberapa waktu, saya menjadi rakus. Bahkan pernah terpikir untuk pindah ke lingkungan lain, dan ternyata tidak berhasil.” Lingkungan yang dia maksud adalah Provinsi Gyeonggi, yang penuh dengan kompleks apartemen. Dalam sebuah apartemen ada banyak unit, dan klien yang mencarinya cenderung memiliki keinginan dan harapan yang jelas. Penataan interiornya sama persis, sehingga tidak perlu ke sana kemari memperlihatkan banyak properti yang berbeda. Yang perlu dilakukan hanya mengecek ukuran, lantai, dan kondisi interiornya.
Sebaliknya, properti di Seochon, tidak bisa diketahui tanpa mengunjunginya satu per satu secara langsung. Ini membuat pekerjaan menjalankan kantor real estat lebih menantang dibanding kantor di lingkungan apartemen. Agen-agen di bidang ini mengadakan pertemuan dan mereka berbagi daftar real estat, tapi untuk bisa menghadirinya seseorang harus membayar biaya keanggotaan yang mahal. Karena tidak mampu membayarnya, Cho mau tidak mau harus bekerja di Seochon selamanya.
Etos Kerja
Hari-hari Cho dimulai pukul 7:30 pagi. Setelah sarapan dan bersiap-siap, ia berangkat dari rumahnya di Kota Baru Pyeongchon sekitar pukul 8:30 pagi dan naik kereta bawah tanah ke Seoul. Perjalanan dari rumah menuju kantornya, dari pintu ke pintu, memakan waktu 90 menit. Pada sore hari, Cho pulang dan sampai di rumah sekitar pukul 9 malam. Rutinitasnya tidak pernah berubah, Senin sampai Sabtu dan juga pada hari-hari libur nasional. “Awalnya, saya bekerja juga pada hari Minggu. Karena semakin tua, saya harus menguranginya. Saya perlu waktu bersama keluarga, jadi sekarang saya libur setiap hari Minggu. Pada hari Minggu, saya tidak memikirkan pekerjaan sama sekali, dan benar-benar beristirahat. Saya membersihkan rumah dan mendaki gunung. Saya tidak punya hobi khusus, dan saya bukan peminum. Begitulah hidup saya.” “Bokdeokbang” itu sekarang menjadi “Kantor Agen Real Estat Berizin,” tapi penduduk lokal Seochon masih mampir ke kantor Cho untuk mendapatkan kabar terbaru sambil minum segelas teh. Agen ini juga menawarkan beberapa pelayanan sederhana secara gratis, seperti pengiriman faksimili, pembuatan salinan dokumen, atau legalisasi bukti kependudukan. “Makelar pun harus punya etos kerja. Ini adalah pekerjaan yang sangat memungkinkan adanya spekulasi. Tentu saja spekulasi ini tidak berlaku bagi semua orang, tapi jika Anda mulai rakus, pasti akan ada masalah. Saya tidak bisa menggertak, dan saya bukan orang yang pandai bicara. Saya benar-benar tipe pegawai negeri atau guru. Yang paling saya sukai mengenai pekerjaan ini adalah selama Anda masih bisa menggerakkan badan dan berpikir, Anda masih bisa bekerja. Tidak ada usia pensiun.” Pintu terbuka: seorang klien potensial yang beruntung sedang mencari makelar yang jujur untuk mewujudkan mimpinya memiliki kehidupan yang lambat dan menyenangkan, di Seochon yang juga lambat dan menyenangkan.
SENI & BUDAYA KOREA 61
ESAI
MERAWAT BUDAYA MELALUI BAHASA Oka Rusmini Novelis, Jurnalis
S
EBAGAI perempuan Bali yang bekerja sebagai wartawan di sebuah koran terbesar di Bali, sejak 15 Juni 1990 — sampai 24 Juni 2020. Saya merasa sangat bersyukur karena bisa melakukan investigasi memotret perubahan yang terjadi di dalam masyarakat Bali selama kurun waktu 30 tahun. Disamping sebagai wartawan saya juga menyempatkan diri menulis fiksi (novel, cerpen) dan puisi. Kegaduhan cara saya berpikir tentang budaya, agama, dan masyarakat membuat novel dan fiksi yang saya buat menarik minat para peneliti asing (baca: para Indonesianis) untuk memahami psikologi, sosial, dan antropologi masyarakat Bali khususnya perempuan Bali melalui beberapa buku yang saya tulis. Salah satu yang berminat memahami kondisi sosial, budaya masyarakat Bali adalah masyarakat Korea. Pertemuan saya dengan beberapa Indonesianis dari Korea membuat saya mulai memahami budaya Korea terutama beragam problem perempuan Korea. Bahkan saya pun mulai tertarik menonton beragam film-film Korea dari sutradara Korea, Hong Sang Soo, Park Chan Wook dan yang paling saya suka adalah Kim Ki Duk. Film “MOEBIUS” yang dirilis (2013), dan Film “Pieta” (2012) — juga beberapa film dari tiga sutradara itu yang membuat saya mengenal Korea tidak hanya K-Pop saja tetapi pergulatan dan pemikiran manusia-manusia Korea atas tubuh, budaya,agama, dan perempuan. Pengetahuan saya makin berkembang ketika saya diundang ke kota Seoul — Art Space Yeonhui untuk mengikuti “Asian Literature Creative Workshop” (2017) Acara yang menarik dan inspiratif dikelola oleh anak muda didanai oleh Seoul Foundation for Art and Culture. Para pengarang merasa nyaman dan menyenangkan terasa di rumah sendiri. Acara ini ada sejak tahun 2016, tahun 2017 tema yang diusung “cities and alleys:asian writers’ talk on alleyways” 28 November 1 Desember.
62 KOREANA MUSIM GUGUR 2020
Mengundang 5 penulis (novelis) menyusuri gang-gang di desa Bukjeong untuk menemukan jejak masa lalu gang-gang di Seoul. Mengeja Ingatan dari para penulis masa lalu - Han Yongwun, Lee Taejun dan Baek Seok.Kunjungan ke desa Bukjeong wisata bagi : Adania Shibli (Pakistan), Uthis Haemamool (Thailand), Da Gan (Vietnam), Narayan Wagle (Nepal). Dan saya, Oka Rusmini (Indonesia) â&#x20AC;&#x201D; Perjalanan kreatif yang menarik bagi kami. Mengunjungi desa di Korea yg belum tersentuh teknologi. Yang membuat saya terperangah dari anak-anak muda kosmopolit ini adalah dalam setiap sesi acara yang diadakan oleh mereka, mereka selalu menggunakan bahasa Korea dan tulisan Korea (Hangeul) â&#x20AC;&#x201D; semua sesi berbahasa Korea tidak ada dalam bahasa Inggris, sebagai orang Indonesia saya sangat takjub dengan kondisi yang terjadi pada saat itu padahal acara yang diadakan panitia yang terdiri dari anak-anak muda itu adalah festival Internasional yang mengundang penulis dari luar Korea. Semua dalam bahasa Korea dari pembukaan, seminar, diskusi, dan presentasi. Tentu saja ada penerjemah pada setiap kegiatan seperti itu. Sebagai seorang penulis novel, wartawan, dan seorang Ibu, sesekali ketika berada di restoran saya melirik handphone anak-anak muda Korea yang sedang bersantai minum kopi atau berkumpul dengan teman-temannya, sekali pun menggunakan handphone Apple ternyata saya tidak menemukan tulisan latin, di gadget mereka. Semua menulis bahasa Korea dengan huruf Hangeul. Saya merasa terharu sekali, karena biasanya anak-anak muda jika ingin terlihat bergaya dan modern mereka memilih berbahasa Inggris. Di Korea justru sebaliknya, bahkan dalam beragam presentasi di tempat-tempat umum, kami lima penulis yang diundang harus terbiasa menatap presentasi kami dalam huruf Hangeul dan bahasa Korea bukan bahasa Inggris. Sebagai penulis yang sering diundang bepergian untuk promosi buku di luar negeri, saya merasa benar-benar terharu. Semua dalam bahasa Korea sehingga kehadiran 5 penulis dari negara berbeda bisa berbagi tentang pengalaman dan cerita tentang negara masing-masing yang mudah ditangkap oleh para peserta seminar, karena menggunakan bahasa Korea. Cara-cara inilah yang membuat saya jadi malu, karena festival yang sering diadakan di Bali selalu menggunakan bahasa Inggris, bukan bahasa Indonesia. Sehingga banyak festival menarik dengan mendatangkan para pakar seni, budaya, dan agama dari luar negeri justru terasa tidak berada di Indonesia kesannya ekslusif dan sedikit menakutkan. Dan jadi tidak bisa transfer ilmu dan berbagi cerita yang bermanfaat untuk masyarakat Indonesia. Bagi saya selaku novelis, wartawan â&#x20AC;&#x201D; cara masyarat Korea membangun kebudayaan dengan menghormati bahasa adalah cara cerdas untuk membuat orang-orang di luar Korea untuk memahami Korea harus belajar bahasa Korea tanpa merasa terpaksa.
SENI & BUDAYA KOREA 63
HIBURAN
P
ara pemain game sering kali menciptakan karakter lain untuk mempersiapkan situasi di mana karakter asli mereka tidak bisa lagi berperan, atau untuk memainkan game dengan lebih strategis. “Karakter alternatif” adalah sebutan yang telah lama digunakan di dunia game yang mengacu pada karakter sekunder ini. Namun, baru-baru ini, karakter alternatif muncul di program hiburan televisi dan menghembuskan gejolak baru. Tokoh utama yang perta-
ma kali menerapkan konsep ini dalam program siaran televisi adalah seorang komedian bernama Yoo Jae-suk, yang juga dipanggil sebagai “pembawa acara negeri” dan telah menunjukkan keluwesannya membawa acara dalam segala jenis program hiburan televisi selama hampir 20 tahun.
Sebuah Tren Baru
Pengarah acara televisi, Kim Tae-ho, yang mengarahkan program hiburan populer MBC “Hangout with
Yoo” yang mulai ditayangkan sejak Juli 2019, menampilkan Yoo Jaesuk dan memberikan berbagai misi kepadanya, seperti memainkan drum dan harpa, menyanyikan lagu trot, dan sebagainya. Yoo Jae-suk mengadakan pertunjukan solo setelah belajar memainkan drum untuk pertama kali, dan mendapat julukan “Yoogo Starr” yang dipetik dari nama pemain drum The Beatles, Ringo Starr. Ia juga berhasil memainkan harpa dengan baik, dan kali ini mendapat sebutan
Sebuah Era Karakter Alternatif Para selebriti menciptakan karakter di luar dugaan yang berbeda dengan imaji aslinya, dan memberikan hiburan baru yang berbeda kepada publik. Ini adalah apa yang biasa disebut “gejolak karakter alternatif” yang sedang berhembus di dunia penyiaran. Apa hubungan gejala ini dengan perubahan sosial Korea yang sedang membuka matanya akan keberagaman individu? Jung Duk-hyun Kritikus Budaya Populer
“Yoorpheus”, yaitu gabungan namanya sendiri dengan Orpheus dari mitos Yunani. Selain itu, ia bahkan juga merekam lagu trot baru dan melakukan debut sebagai penyanyi trot resmi dengan nama “YooSanSeul”, yang juga merupakan nama masakan Cina yang digemari oleh orang Korea. Yoo Jae-suk berhasil membagi dirinya menjadi berbagai macam karakter melalui serangkaian proses terse-
64 KOREANA MUSIM GUGUR 2020
but, dan para pemirsa mulai menyebut karakter-karakternya sebagai “karakter alternatif”. Konsep karakter alternatif yang dimulai dari sini langsung menjadi tren baru dalam dunia hiburan. Selain Yoo Jae-suk, ada selebriti lain yang kembali memperlihatkan puncak popularitasnya di tengah gejolak karakter alternatif. Tokoh itu adalah Lee Hyori, seorang penyanyi yang menetap di Pulau Jeju setelah
menikah dan menjejaki “hidup tanpa kepemilikan”. Lee Hyori, yang dulu memperoleh popularitas tinggi sebagai anggota grup idola perempuan generasi pertama bernama Fin.K.L(19982002), belakangan ini menciptakan karakter yang berbeda dengan figur santai dan sederhananya yang telah dikenal luas, dan aktif muncul di dunia hiburan dengan karakter barunya itu. Ia bertransformasi menjadi “Linda G”,
yaitu karakter hartawan yang menjadi kaya dengan usaha salon di Amerika Serikat, dan kini hidup sambil menikmati kekayaan materialnya sepuas-puasnya. Sementara itu, komedian Chu Dae-yeop menjadi tenar dengan karakternya yang bernama “Kapichu” (yang merupakan gabungan kata copy (meniru) dan nama Chu), dan komedian Kim Shin-young mencapai masa jaya baru dengan merilis lagu trot melalui karakternya, “Kim Davi”.
Menuju Individualisme
© MBC
Yoo Jae-suk, komedian dan pembawa acara TV paling populer di Korea, memicu hiruk-pikuk karakter alternatif dalam program TV. Yoo telah berhasil berubah menjadi penyanyi trot dan pemain harpa, di antara persona lainnya.
Apa yang membuat para selebriti ternama lebih populer dengan karakter buatannya dari pada diri mereka sendiri? Di sini, perubahan masyarakat Korea ikut tersorot. Perubahan pertama adalah meluasnya individualitas. Masyarakat Korea yang mengalami industrialisasi pesat setelah perang Korea, menempatkan kepentingan keluarga atau komunitas di atas kepentingan pribadi. Namun gaya pikir kolektivis semacam ini berubah drastis setelah mengalami krisis moneter pada tahun 1990-an dan krisis finansial global pada tahun 2000-an. Dengan menghilangnya konsep “tempat kerja seumur hidup” – yaitu tempat kerja sejak lulus kuliah hingga pensiun –, bagi orang Korea, diri mereka sendiri menjadi lebih penting dari pada organisasi atau komunitas. Dengan runtuhnya kepercayaan positif mengenai perkembangan, harapan akan kesuksesan di masa depan pupus, dan sebagai gantinya, kebahagiaan pasti yang bisa digenggam saat ini menempati kekosongan itu. Kini, hal yang penting bagi para individu adalah sebuah nilai baru yang mementingkan keseimbangan antara kehidupan dan pekerjaan. Menurut hasil survei pada bulan Maret 2020 yang dilakukan oleh Job
SENI & BUDAYA KOREA 65
Korea (sebuah perusahaan layanan a p l i k a s i ke r j a ) , t i ga d a r i e m p a t karyawan menjawab bahwa sosok mereka sehari-hari dan saat bekerja berbeda. Mereka mengatakan bahwa mereka menggunakan “topeng” saat bekerja untuk memenuhi harapan pihak pengusaha. Mereka mengatakan baru bisa mencari jati diri ketika melakukan apa yang ingin mereka lakukan sepulang kerja. Generasi
lama, yang menjadikan pekerjaan adalah segalanya dalam hidup mereka, hanya memiliki satu karakter yang hanya terus bekerja. Namun, generasi sekarang yang juga mementingkan hal lain selain pekerjaan, memerlukan karakter-karakter alternatif untuk mengeksplorasi dunia yang menarik dan beragam. Mereka mengenal sosok mereka sendiri yang menikmati dan melakukan hal-hal yang sama seka-
li berbeda dengan pekerjaan setelah pulang kerja itu sebagai “karakter alternatif”. Hubungan antara karakter alternatif dan karakter asli terkadang juga terbalik. Kadang, pendapatan dari kegiatan yang dilakukan sebagai hobi lebih tinggi dari pada gaji yang didapat dari tempat kerja. Terutama, ruang digital seperti Youtube menjadi pemicu berlangsungnya aktivitas karakter alternatif secara bebas.
Keberagaman Identitas 1
Gejolak karakter alternatif memperlihatkan adanya perubahan perspektif orang Korea mengenai identitas individu. Dengan kata lain, Korea telah beralih dari era di mana seseorang hidup dalam sebuah kepribadian yang konsisten, ke era yang mengakui keberadaan berbagai macam personalitas yang saling berdampingan di dalam seorang individu. “Multi-persona”, sebuah kata kunci tren yang muncul dalam masyarakat Korea di tahun 2020, memiliki arti “lapisan ego yang menciptakan identitas baru dengan bertransformasi menjadi orang lain seakan-akan memakai topeng yang berbeda-beda”. Sebelum konsep karakter alternatif ini muncul, beberapa selebriti telah aktif sebagai “pemain multi (multi-player)”. Misalnya, penyanyi
1. Lee Hyori, pemimpin Fin.K.L, grup pop wanita generasi pertama yang memulai debutnya lebih dari 20 tahun yang lalu, telah bangkit kembali sebagai Linda G., karakter alternatif yang menikmati gaya hidup mewah. 2. Komedian Chu Dae-yeop menjadi bahan pembicaraan di YouTube melalui selera humor kitschy dari karakter alternatif Kapichu. 3. Komedian Kim Shin-young membuat sensasi dengan memulai debutnya sebagai karakter alternatifnya Bibi Kim Davi Kedua dengan lagu trot “Gimme Gimme” © MBC
66 KOREANA MUSIM GUGUR 2020
3
© Diambil dari YouTube
2
tidak hanya menyanyi saja, tetapi juga muncul dalam film atau drama, dan bercakap-cakap dalam sebuah program hiburan televisi. Kadang, ada pula aktor yang merilis lagu. Selain itu, ada juga anggota grup idola yang mencoba berakting dan tenggelam dalam kontroversi mengenai kemampuan akting mereka. Hal ini tidak hanya berlaku dalam dunia hiburan saja. Bagi para pekerja di dunia modern ini, kemampuan melakukan banyak hal (multi-tasking) sudah tidak asing lagi muncul sebagai strategi untuk bertahan hidup. Di sisi lain, salah satu ciri dari fenomena gejolak karakter alternatif yang berhembus akhir-akhir ini adalah bahwa hal tersebut berada dalam ruang lingkup “hobi” atau “hiburan” ketimbang sebagai konsep “kerja” yang memerlukan profesionalisme. Khalayak pun sepertinya lebih memperhatikan seberapa menarik dan uniknya hal baru yang dicoba oleh karakter alternatif. Situasi masyarakat Korea yang sedang asyik memainkan “permainan karakter alternatif” ini mungkin menyimpan arti bahwa selama ini para individu Korea yang terkekang oleh tekanan kelompok, hidup dengan menyembunyikan hasrat untuk memperlihatkan sisi lain dalam dirinya ke permukaan.
Gejolak karakter alternatif memperlihatkan adanya perubahan perspektif orang Korea mengenai identitas individu. Dengan kata lain, Korea telah beralih dari era di mana seseorang hidup dalam sebuah kepribadian yang konsisten, ke era yang mengakui keberadaan berbagai macam personalitas yang saling berdampingan di dalam seorang individu. SENI & BUDAYA KOREA 67
KISAH RAMUAN
Udang Dengan dimasak secara sederhana udang menjelma sebagai hidangan yang luar biasa. Deha , udang besar yang berukuran kurang lebih dari 20 cm biasanya dipanggang, sedangkan jeotsewu (mysid) , udang kecil difermentasi lalu digunakan sebagai penyedap untuk berbagai masakan. Udang kaya akan protein dan mineral, sehingga digemari oleh semua orang di seluruh dunia. Jeong Jae-hoon Apoteker, Penulis Kuliner
68 KOREANA MUSIM GUGUR 2020
1
Š PIXTA
Hadiah Lezat dari Laut
U
dang di samudra dangkal di sekitar semenanjung Korea paling banyak ditangkap sejak akhir musim gugur hingga musim dingin. Hal itu berkaitan dengan strategi kelompok hewan Krustasea untuk bertahan hidup. Pada umumnya, ikan membuat badannya lebih berlemak dan gemuk untuk bertahan hidup selama musin dingin. Sementara itu, udang yang cenderung kurang berlemak mengambil beberapa strategi untuk bertahan hidup di samudra dingin. Salah satu strateginya adalah mereka berpindah jauh ke tengah samudra yang memiliki suhu lebih tinggi daripada perairan dangkal. Oleh karena itu, udang berhabitat di samudra dangkal di sekitar semenanjung Korea pada saat musim bunga dan musim gugur, tetapi mereka pergi jauhjauh ke tengah samudra pada saat musim dingin. Strategi satu lagi adalah udang memperbesar ratio unsur yang tidak beku dalam badannya. Dengan kata lain, udang meninggikan kadar amino glycine yang memberi rasa manis dalam tubuhnya dan juga memperbesar unsur asam lemak omega-3 sebagai persiapan untuk musim dingin. Berkat strategi bertahan hidup udang tersebut, kita bisa menikmati udang yang rasanya manis dan bergizi tinggi pada saat musim gugur.
Sewujang dan Sewujeot
Udang merupakan bahan masakan yang mudah diolah. Dengan hanya dipanggang di atas garam kasar ataupun direbus atau dikukus dalam waktu singkat, udang yang memiliki rasa gurih seperti kacang-kacangan dan aroma manis dapat dinikmati kelezatannya. Daging udang yang kaya akan rasa manis dapat dimakan mentah dan kepalanya biasanya dimasak untuk dimakan. Di antara udang yang berhabitat di samudra dangkal di sekitar semenanjung Korea terdapat udang yang bernama dohwasewu yang berukuran 20 cm. Sesuai namanya yang berarti ‘bunga persik,’ penampilan udang itu mempesona dan teksturnya pun elastis, sehingga tidak memiliki kekurangan untuk dijadikan sebagai masakan utama dalam fine-dining. Udang yang paling banyak ditangkap di Korea adalah jeotsewu yang berukuran kecil. Bukan hanya di Korea, jeotsewu duduk di peringkat pertama dari jumlah tangkapan udang di seluruh dunia. Berbeda dengan deha, udang besar yang biasa diolah dengan cara dipanggang, jeotsewu digarami langsung di kapal begitu ditangkap karena tidak tahan lama dan cepat busuk. Di sejumlah negara, udang kecil ini difermentasi lalu digunakan sebagai saus atau bumbu (paste) untuk berbagai masakan. Xia gao di Hongkong, kapi di Thailand, belacan di Malaysia, terasi di Indonesia, dan
2 © gettyimages
1. Udang sangat populer di seluruh dunia karena rasanya yang manis dan gurih. Rasanya sangat enak di akhir musim gugur dan musim dingin, ketika kandungan glisin asam amino mereka meningkat. 2. Udang jumbo, yang hidup di perairan beriklim sedang dan subtropis di Korea dan Cina, tercipta sebagai hidangan lezat yang baru dimasak di atas garam kasar dalam wajan.
mă´ m tôm di Vietnam, meskipun nama dan bentuknya berbeda-beda, mereka mempunyai kesamaan, yaitu berbahan udang kecil ini. Penggunaan sewujeot di Korea pun mirip dengan penggunaan bumbu hasil olahan udang kecil negara Asia Tenggara. Di Korea, sewujeot digunakan sebagai bumbu untuk berbagai masakan dan juga digunakan saat membuat kimchi.
SENI & BUDAYA KOREA 69
1
Sementara itu, sewujang di Korea berarti bukan saus atau bumbu, melainkan sebuah masakan yang direbus dengan udang, sayur-sayuran, bumbu, dan kecap asin lalu difermentasi. Kombinasi antara ganjang (kecap asin) yang memberi rasa manis dan asin dengan udang, sewujang menyajikan cita rasa yang luar biasa. Masakan ini mirip dengan gejang (masakan yang berbahan kepiting), tetapi tekstur daging yang posisinya di antara matang dan mentah terasa sangat istimewa. Jika dimakan dengan nasi yang baru dimasak, orang baru bisa mengerti mengapa masakan ini dijuluki sebagai ‘Pencuri Nasi’ di Korea.
Kolesterol
© gettyimages
2
Kandungan kolesterol dalam udang sangat tinggi, yaitu sebanyak 189 mg dalam udang 100 g. Alasan tingginya kandungan kolestrol dalam udang karena kolesterol adalah unsur yang sangat diperlukan untuk proses pertumbuhan udang. Dengan kata lain, kolesterol menghasilkan hormon yang sangat dibutuhkan untuk molting (penggantian kulit) udang. Manusia bisa membuat kolesterol sendiri dalam tubuh, tetapi tidak demikian dengan kelompok hewan Krustasea. Udang, baik yang dibudidayakan maupun yang berkembang biak secara alami, mengalami kesulitan dalam pertumbuhan jika mereka tidak mengasup kolesterol secukupnya. Oleh karena itu, pakan diberi tambahan kolesterol sangat penting untuk mengembangbiakkan udang. Kolesterol dapat ditemui di mana-mana dalam udang. Kolesterol relatif kurang dalam bagian dagingnya sementara ditemukan banyak pada bagian kepalanya. Dengan kata yang lebih tepat, kepala udang disebut sebagai ‘cephalothorax’ yang merupakan gabungan antara kepala dan sebagian dari badan, mengandung banyak lemak dan kolesterol karena terdapat jeroan di dalamnya. Jeroan udang mengandung lemak 7 kali lipat dan kolesterol sebanyak 2~3 kali lipat lebih banyak dari dagingnya. Pada bagian ujung dari seluran pencernaan, yang sering disebut
1. Selain memanggang, menggoreng adalah cara lain memasak udang jumbo. Dilapisi dengan tepung, adonan telur dan remah roti, udang digoreng utuh dengan cangkang di atasnya. 2. Orang Korea juga menikmati hidangan yang terdiri atas udang mentah yang diberi kecap yang telah direbus dengan sayuran dan rempah-rempah. 3. Saeu jeot, udang kecil yang diasinkan dan difermentasi, digunakan sebagai bumbu dalam berbagai hidangan dan saat membuat kimchi. Dicampur dengan cabai cincang, bawang putih, bubuk cabai merah, biji wijen dan minyak wijen, saeu jeot adalah lauk yang membangkitkan selera di musim panas. © Shutterstock
70 KOREANA MUSIM GUGUR 2020
‘kotoran udang’ atau dijuluki ‘vein’ dalam bahasa Inggris, kadar kolesterol yang terkandung agak tinggi, meskipun tidak terlalu banyak. Sebagaimana halnya dengan masakan-masakan yang lain, ada desas-desus keliru tentang udang. Satu di antaranya adalah bahwa pada bagian ekor udang terdapat zat yang menghalangi penyerapan kolesterol. Namun, ternyata tidak ada zat khusus tersebut pada bagian ekor udang. Kulit udang terdiri dari chitinous substance yang tidak bisa diserap dan dicerna oleh tubuh manusia. Chitinous substance itu dapat dipecah dengan molekul-molekul kecil yang bernama chitosan melalui proses pengolahan yang ditambah base dan zat kimia. Chitosan ini menunjang penurunan angka kolesterol di dalam darah manusia. Oleh karen itu, seberapa banyak kulit dan ekor udang dimakan pun, hal itu tidak akan membuat substance chitosan dapat dipecah dengan chitinous. Meskipun demikian, hal itu adalah cara yang baik untuk menikmati rasa udang. Kulit udang tidak hanya kaya akan asam amino dan gula, tetapi juga berfungsi mencegah hilangnya unsur-unsur yang menunjang rasa udang jika dimasak.
Jumlah Tangkapan yang Menurun
Kadang-kadang ditemukan orang yang menghindari makan udang karena kawatir dengan tingginya kandungan kolesterol di dalam udang, tetapi sebenarnya udang tidah perlu dihindari karena kolesterol yang beredar dalam darah manusia dihasilkan sendiri oleh tubuh manusia. Oleh karena itu, orang yang kadar kolesterolnya tinggi sulit menurunkan kadar kolesterolnya bergantung pada cara mengatur pola makan. Justru yang perlu khawatir dengan asupan kolesterol adalah udang, bukan orang yang kadar kolesterolnya tinggi. Kadar kolesterol yang berkisar 0,5 % membantu perkembangan proses pertumbuhan udang. Namun, jika kadarnya lebih dari 5%, kolesterol malah menjadi hambatan perkembangan tubuhnya. Salah satu masakan berbahan udang yang paling digemari orang adalah shrimp crackers (kerupuk udang), yaitu udang giling yang dicampur adonan tepung pati lalu digoreng. Masakan ini sangat populer terutama di berbagai negara Asia. Di Korea sampai pada tahun 1990-an biasanya digunakan udang yang berukuran menengah untuk masakan ini, tetapi karena jumlah tangkapannya menurun akhir-akhir ini digunakan udang jenis southern rough shrimp sebagai penggantinya. Sebagaimana halnya dengan sumber daya alam lain, udang pun bukan bahan masakan yang jumlahnya tidak terbatas. Maka, sekarang sudah saatnya kita harus memikirkan dampak penangkapan dan budidaya udang terhadap ekosistem dan keberlanjutan udang. Jika tidak, ter-
3 © Institut Masakan Kerajaan Korea
dapat kemungkinan orang tidak dapat menikmati berbagai jenis udang pada masa mendatang. Lee Sek (1328~1396), seorang sarjana pada akhir zaman kerajaan Gorye, setelah menerima hadiah yang berisi deha, udang besar, ia menulis puisi sebagai tanda ucapan terima kasih atas hadiah itu sebagai berikut, “Kita saling membungkukkan badan untuk sopan santun. Jika dihayati secara mendalam, kesopan-santunan kita akan menjadi gemuk.” Baginya udang yang berjenggot panjang dan membungkuk badannya terlihat seolah-olah seperti orang yang menyapa dengan menundukkan kepala untuk sopan santun dan dianggapnya sebagai makhluk yang rendah hati. Jika memang demikian, bagaimana kalau kita bersikap rendah hati dan berpikir tentang apa yang dapat kita lakukan untuk hidup berdampingan dengan alam dan sesama makhluk sambil menikmati rasa udang secara mendalam? Bukankah hal itu merupakan perilaku terpuji dan mulia yang mesti kita miliki?
SENI & BUDAYA KOREA 71
GAYA HIDUP
Dari Makanan Instan ke Makanan Restoran Makanan olahan Korea dengan cita rasa rumahan kini merambah konsumen semua umur. Mereka yang ingin tetap memasak bisa juga membeli paket bahan sesuai resep yang sudah teruji dan memasak dengan mudah dan dengan takaran yang pas. Choi Ji-hye Peneliti, Pusat Tren Konsumen, Lembaga Riset Ekologi Manusia, Universitas Nasional Seoul
1
B
rosur layanan pesan antar makanan mudah dijumpai di bangunan residensial di Korea, ditempel di lobi dan pintu. Biasanya, brosur-brosur ini berakhir di tempat sampah. Berapa banyakkah brosur restoran waralaba piza dan ayam goreng atau restoran tradisional Korea yang kita perlukan? Akhir-akhir ini, brosur-brosur ini juga menawarkan hidangan yang lebih menantang bagi lidah kita. Sulit membayangkan ada orang Korea yang tidak pernah mengonsumsi makanan siap saji. Makanan-makanan olahan ini sangat menggoda bagi mereka yang hidup sendiri, pasangan, dan keluarga yang tidak memiliki waktu untuk berbelanja dan memasak. Menurut hasil survei yang dilakukan oleh Kelompok Whatâ&#x20AC;&#x2122;s Next dari Nielsen Korea pada tahun 2018 terhadap 1.000 orang Korea berusia 19-70 tahun mengenai kabiasaan makan, mereka yang hidup sendiri membeli makanan siap saji dengan menu rumahan tiga
72 KOREANA MUSIM GUGUR 2020
1. Nasi yang dipanaskan dengan microwave, diluncurkan pada tahun 1996, berkontribusi pada peluncuran pasar makanan bergaya rumahan. Ini awalnya dijauhi oleh banyak konsumen. Tapi sekarang berbagai merek menjadi produsen yang mantap, dan pembelian di luar negeri meningkat.
Š CJ Cheiljedang
kali seminggu dan rumah tangga dengan dua orang atau lebih membelinya dua kali seminggu. Euromonitor, lembaga riset pasar yang lain, mengatakan pasar makanan siap saji domestik meningkat dari 1,02 triliun won di tahun 2014 menjadi 1,95 triliun won di tahun 2019. Angka ini diharapkan meningkat dua kali lipat menjadi 2,92 triliun won pada tahun 2024. Pandemi COVID-19 sangat memungkinkan angka tersebut tercapai, karena peraturan pengurangan kapasitas restoran dan pembatasan sosial jelas menaikkan popularitas paket makanan ini.
Makanan Instan
Nasi yang hanya perlu dipanaskan dengan oven microwave kini banyak dikonsumsi. Ketika pertama kali diperkenalkan pada tahun 1996, makanan ini kurang mendapat sambutan dari konsumen. Nasi, tentu saja, menjadi makanan pokok orang-orang Asia. Banyak orang punya kepercayaan kuat bahwa tradisi memasak nasi di rumah harus tetap dipertahankan. Pada saat
2 Š NewsBank
itu, ada juga kepercayaan yang keliru bahwa nasi instan tidak sehat. Walaupun sudah menggunakan teknik pemasaran yang menampilkan wajah para selebriti, perlu beberapa tahun sebelum akhirnya nasi instan diterima dalam kehidupan sehari-hari. Saat ini, pemasok bahan makanan dan pasar swalayan yang memajang rak penuh dengan beragam merek nasi instan menunjukkan bahwa makin sedikit orang yang tidak suka makanan olahan daripada sebelumnya. Sekarang, makanan olahan dalam banyak jenis seperti sup, kaldu, makanan berkuah lain, dan makanan pendamping juga tersedia, sehingga konsumen bisa memasak makanan dengan paket bahan makanan yang mereka beli dari pasar swalayan ini. Layanan pengiriman ke rumah untuk hansik (makanan tradisional Korea) makin meningkat setelah ada aplikasi pesan antar di ponsel pada tahun 2010. Belakangan ini, makanan utama dan makanan pendamping tra-
2. Seorang pembelanja memeriksa rak-rak makanan bergaya rumahan. Semur, sup, dan kaldu adalah bagian penting dari makanan Korea, tetapi mereka membutuhkan banyak waktu untuk disiapkan. Makanan RTH (siap dipanaskan) mempersingkat waktu di dapur.
disional juga ditawarkan. Kalau mau ekstrem, kita bahkan bisa menikmati makanan rumahan tanpa memegang pisau sama sekali selama seminggu penuh. Ada empat jenis paket yang ditawarkan. Makanan siap santap (ready-to-eat/RTE), dapat dimakan begitu saja; makanan yang harus dipanaskan (ready-to-heat/RTH), yang sudah dimasak tapi harus dihangatkan dalam open microwave atau dengan memakai panci; paket makanan siap masak (ready-to-cook/RTC), yang berisi paket bahan-bahan yang sudah diracik; dan paket makanan siap racik (readyto-prepare/RTP), yang berisi semua bahan yang diperlukan tapi konsumen harus meracik dan memasaknya sendiri. Meski memerlukan lebih banyak pekerjaan dan waktu, paket makanan siap masak (RTC) dan makanan siap racik (RTP) semakin populer dengan konsumen yang ingin merasakan sensasi memasak. Setelah kemunculannya pertama kali di pasar swalayan, paket makanan ini
SENI & BUDAYA KOREA 73
Š Momâ&#x20AC;&#x2122;s Touch
1
Makanan berkualitas restoran kini menjadi sangat populer di pasar makanan olahan, khususnya di antara penikmat makanan yang tidak bisa mengunjungi restoran berkelas karena pandemi virus korona.
2
Š CJ Cheiljedang
74 KOREANA MUSIM GUGUR 2020
makin diminati di layanan pesan antar. Sekarang, makanan pendamping juga sudah tersedia, sehingga waktu untuk memasak hidangan utama lebih leluasa.
menyukai proses yang rumit dan memakan banyak waktu, termasuk belanja dan persiapan sebelum memasak. Keinginan ini membuat mereka memilih makanan olahan dengan menu rumahan, khususnya paket makanan siap masak (RTC) dan makanan siap racik (RTP) yang praktis tapi mereka masih bisa menikmati sensasi memasak. Peran rumah yang makin beragam di masa epidemi virus korona adalah faktor lain yang meningkatkan pasar makanan olahan bercita rasa rumahan ini. Kini rumah berfungsi sebagai ruang untuk semua aktivitas, seperti bekerja, belajar, menjalankan hobi dan menonton televisi dan film melalui perangkat bioskop rumah. Makanan olahan merupakan alternatif penting
Hidangan Adiboga
Pemasaran dalam industri makanan siap saji bergeser dari penekanan pada kepraktisan dan harga yang terjangkau ke makanan yang mementingkan juga cita rasa. Kini makanan dengan kualitas restoran menjadi sangat populer, khususnya di antara penikmat makanan yang tidak bisa mengunjungi restoran berkelas karena pandemi virus korona. Sekarang makanan siap saji juga menawarkan makanan “premium”. Tiga belas koki veteran yang bekerja di dapur hotel bintang lima selama lebih dari 10 tahun mengembangkan makanan untuk CJ Foods, termasuk hidangan internasional seperti gambas al ajillo (udang bawang Spanyol, yang menjadi makanan favorit orang-orang muda), pad thai (mi goreng Thailand) dan oyakodon (hidangan nasi dalam mangkuk khas Jepang dengan ayam dan telur). Korea Yakult, pelopor dalam pasar paket makanan, juga menawarkan masakan para koki yang dapat kita nikmati di rumah. Menurut Market Kurly, sebuah perusahaan rintisan layanan pesan antar makanan rumahan dan bahan masakan, penjualan makanan berkualitas restoran melonjak 175 persen di paruh pertama tahun 2020. Market Kurly menawarkan beragam produk seperti galbitang (sup iga sapi), makchang (jeroan sapi panggang), naengmyeon (mi dingin) dan ssalguksu (mi beras) yang dikembangkan oleh jaringan restoran terkenal di negeri ini.
Gaya Hidup Milenial
Pertumbuhan pasar makanan olahan dipengaruhi oleh peningkatan jumlah rumah tangga yang hanya terdiri dari satu orang dan pasangan dengan penghasilan ganda, dan juga gaya hidup generasi milenial. Kata milenial mengacu kepada mereka yang lahir antara tahun 1980-an dan awal tahun 2000-an, dan gaya hidup mereka adalah “efisien.” Mereka ingin memasak makanan yang lezat, tapi tidak
1. Dua jenis semur yang bisa dinikmati dalam beberapa saat untuk membuka dan memanaskan dalam oven microwave. 2. Pembeli yang mencari kesenangan dan kepuasan memasak dapat memilih paket makanan RTP (siap racik). Varietas kelas atas yang dibuat oleh koki veteran adalah daya tarik terbaru bagi pecinta kuliner untuk menikmatinya tanpa berbelanja dan mengolahnya lebih dahulu. 3. Seperangkat makanan Korea bergaya rumahan dipamerkan dalam acara promosi pengganti makanan rumahan, yang diadakan di CJ Injaewon, Seoul pada bulan Oktober 2017. Semula ditujukan untuk bujangan dan wanita pekerja, makanan yang sudah dimasak sebelumnya ternyata lebih banyak menarik perhatian konsumen lansia yang awalnya bersikap negatif terhadap makanan seperti itu.
3
© Kantor Berita Yonhap
dalam situasi ketika orang-orang muda tidak bisa makan di luar. Paket makanan ini menyediakan resep yang membantu mereka memasak makanan dengan kualitas makanan restoran seperti sukiyaki, acar salmon dan tuna, dan yangjangpi (campuran olahan hasil laut, daging dan sayuran dengan saus mustard). Selain orang-orang muda, orang lanjut usia dan rumah tangga dengan anak kecil juga merupakan kelompok konsumen yang sangat besar. Barangkali industri ini akan berkembang lebih besar lagi, termasuk makanan pengganti ASI untuk bayi dan makanan cair untuk orang sakit. Mari kita lihat seberapa jauh makanan olahan ini akan berevolusi “lebih dari sekadar rasa.”
SENI & BUDAYA KOREA 75
PERJALANAN KESUSASTRAAN KOREA
KRITIK
Cahaya Etik di Balik Guyon dan Kecerdasan
D
Lee Ki-ho, lahir tahun 1972, menghebohkan karena caranya yang asyik bermain dengan kata-kata. Itulah yang membuatnya mendapat tempat sebagai penerus penulis terkenal, Hwang Sok-yong (1943~ ) dan Song Sok-ze (1960~ ). Yang utama dan terpenting dari cerita-cerita Lee adalah kemampuannya yang membuat kita tertawa, dan sesekali menangis, ia selalu berhasil meninggalkan sesuatu yang tanpa sadar, memaksa kita berpikir.
engan antologi cerpen pertama Lee Ki-ho, “Choi Sun-dok, Cerita Beriman Kuat” (2004) menjadikannya dikenal sebagai penulis dengan teknik mengecoh yang luar biasa. Cerpen itu bercerita tentang Choi Sundok, seorang wanita dengan keimanan yang kuat. Keputusan itu adalah panggilannya bertobat dan menebus “Adam,” seorang lelaki yang tiba-tiba saja memberinya cahaya dan tanpa lelah terus menyampaikan pesan-pesan Injil hingga mencapai tujuan itu. Cerita ini menjadi lebih menghibur dengan bentuknya yang memakai model bab dan notasi ayat dari Alkitab, dan tata letaknya dalam gaya dua kolom Alkitab yang biasa. Dimulai dari ayat pertama, “Menjadi kisah tentang hamba Tuhan Choi Sun-dok, yang dibuat menurut gambar-Nya, saat dia diombang-ambing dan digerakkan Roh Kudus yang dianugerahkan kepadanya, biarlah dicatat dan dipersembahkan seluruhnya,” lanjutnya dengan menggambarkan sinisme kehidupan protagonis yang dipenuhi Roh Kudus dengan sentuhan humor gelap. Termasuk dalam antologi yang sama, cerpen debut Lee, “Birney” (1999) adalah jenis karya yang sangat berbeda. Dua tokoh utamanya, lelaki muda yang putus sekolah dan sekarang bekerja sebagai “good time agency” dan perempuan pelacur bernama Sunhui, yang menderita cacat. Dari awal hingga akhir, cerita disampaikan dengan suara yang serba cepat dan langsung yang sangat mirip dengan gerakan rap. Kedua cerpen itu menunjukkan pendekatan petualangan dan eksperimentasi Lee sebagai penulis muda atas penulisan dengan bentuk-bentuk baru. Novel pertama Lee, “Pandai Meminta Maaf” (2009) menggambarkan peristiwa yang terungkap ketika dua pemuda yang kesulitan fasilitas belajar pindah ke fasilitas publik, lalu memutuskan untuk mengambil pekerjaan luar biasa “meminta maaf atas nama orang lain.” Ini peraturan aneh: ide mendapatkan uang dengan menerima permintaan orang-orang yang perlu minta maaf kepada seseorang, tetapi tidak sanggup melakukannya. Kisah-kisah mereka yang membeli permintaan maaf orang yang diberi kuasa, karena berbagai
76 KOREANA MUSIM GUGUR 2020
Choi Jae-bong Reporter, The Hankyoreh
alasan, menambah lapisan lucu novel itu, sementara protagonis tampak tidak peduli dengan konteks sekitarnya, petualangan dan eksploitasi mereka tanpa disadari membawa esensi dari setiap situasi dengan cara tertentu yang bisa membuat pembaca tertawa lepas, namun disusupi kesedihan yang menyengat. Dengan mengangkat perspektif seorang narator yang cerdik, novel ini mempertahankan gaya humor, bahkan saat mengungkapkan seberapa banyak dosa dan rasa bersalah yang mengintai dasar kehidupan sehari-hari yang kelihatannya layak dan pantas. “Sejarah Dunia Anak Kedua” (2014), novel kedua Lee, berlatar belakang kediktatoran militer Chun Doo-hwan tahun 1980-an. Saat bekerja sebagai sopir taksi di kota Wonju, Na Bok-man ditangkap sebagai tahanan politik karena alasan yang tidak masuk akal. Setelah disiksa selama interogasi, dia terlibat dalam kasus kejahatan terorganisasi dan menghabiskan sisa hidupnya sebagai buronan. Judul yang dijelaskan dalam novel itu berasal dari kisah Perjanjian Lama tentang anak sulung Kain dan anak kedua Habel: “Asisten pendeta menjelaskan, bahwa kisah Kain dan Habel masih berlaku di zaman kita. Bahwa kita semua adalah bersaudara, dan dunia ini terdiri dari satu orang yang menakutkan dan adikadik yang tak terhitung jumlahnya, putra kedua yang juga tak terhitung jumlahnya, yang gemetar ketakutan. […] Dia melanjutkan dengan meratapi masalah
Lee Ki-ho:
“Apakah kita berpikir, bahwa kita bisa belajar etika dari buku, dari fiksi? Apakah dengan buku, dengan fiksi, kita bisa merasa malu sebagaimana dirasakan tokoh-tokohnya?” ngne
© Munhakdo
yang lebih besar, situasi di mana kami, anak laki-laki kedua, berubah dari takut pada kakak laki-laki jadi penyembahnya, kenyataan bahwa kita menjadi lebih percaya pada anak tertua daripada kita percaya pada Tuhan.” Meski judulnya “sejarah dunia,” novel ini lebih tepat mengarah pada kenyataan pahit Korea tahun 1980-an yang menjelaskan keadaan menyedihkan, ketika Na Bok-man, yang hanya belajar sedikit, tetapi memiliki watak bersih dan jelas, menjadi mangsa permainan agen pemerintah dan menemui kehancuran total. Kutipan berikut menjelaskan hal itu dengan kefasihan yang sangat cerdik: “Era pahlawan noir kita adalah masa ketika setiap jengkal negara penuh intel dan detektif, semua dengan pandangan yang melimpah jauh ke depan, keterampilan analitis dan penilaian yang tajam, yang sangat mahir dan ahli dalam interogasi, sehingga siapa pun yang diserahkan kepada mereka, apakah pelajar atau pekerja kantoran, ibu rumah tangga atau pendeta, dipaksa untuk mengakui kejahatan mereka, masing-masing, dan kenyataannya dapat dibuat agar mengakui kejahatan yang jauh lebih buruk.” Pada tahun 2018, Munhakdongne menerbitkan kumpulan cerpen keempat Lee, “Baik Orangnya Kak Kang Min Ho di Gereja.” Antologi ini menghimpun tujuh cerpen lainnya, dengan masing-masing judul menampilkan nama protagonis atau tokoh utamanya. Lebih penting lagi, empat dari tujuh cerpen itu menampilkan sosok pengarangnya sendiri, atau seorang novelis yang dapat dianggap sebagai Lee Ki-ho berdasarkan faktanya. Di akhir kumpul-an cerpen itu ada catatan pengarangnya yang berfungsi sebagai epilog dan sebenarnya sangat panjang sehingga hampir menjadi cerpen yang lain. Pertanyaan berikut yang muncul dalam catatan itu: “Jenis tembok apa yang berdiri di antara ‘Lee Ki-ho’ sebagai tokoh cerita dan ‘Lee Ki-ho’ sebagai pengarang? Apakah kedua
orang itu makhluk yang sangat berbeda, dua individu dengan jiwa uniknya sendiri?” Daripada mencoba menjawab pertanyaan ini secara langsung, mari selami ceritanya. “Apa yang Terjadi, Choi Mi-jin?” adalah cerpen pertama dalam antologi yang menampilkan tokoh “penulis Lee Ki-ho” yang kebetulan mengunjungi situs web barang bekas dan menemukan salah satu bukunya dijual di sana. Setelah melalui lika-liku, penulisnya membeli bukunya sendiri dari seorang pemuda yang benar-benar asing, dan bahkan meminta maaf, tetapi pertemuan itu mengubah perasaan marahnya menjadi rasa malu. Pemuda itu mungkin melakukan semacam pekerjaan layanan di mana dia terus-menerus harus mengatakan, “Saya minta maaf” hanya untuk bertahan, dan ketika dia mabuk pada suatu malam, dia mengatakan sesuatu yang membuat pencerita semakin malu. Dalam catatan penulisnya, Lee Ki-ho mengajukan pertanyaan-pertanyaan ini kepada pembaca: “Apakah kita berpikir, bahwa kita bisa belajar etika dari buku, dari fiksi? Apakah dengan buku, dengan fiksi, kita bisa merasa malu sebagaimana dirasakan tokoh-tokohnya?” Menikmati cerpen ini, pembaca mungkin merasa malu bersama penulisnya, dan mungkin akhirnya mempelajari jenis etika tertentu. Dalam cerita lain dalam antologi yang sama, di atas humornya yang cerdas dan unik, Lee sering mengajukan pertanyaan tidak nyaman dan menyajikan situasi halus yang bisa disebut dilema etika. Inilah bukti bahwa dunia fiksinya telah sangat matang dalam dua dekade sejak debut awalnya.
SENI & BUDAYA KOREA 77
Informasi Berlangganan
Cara Berlangganan Biaya Berlangganan
Isi formulir berlangganan di website (www.koreana.or.kr > Langganan) dan klik tombol â&#x20AC;&#x153;Kirim.â&#x20AC;? Anda akan menerima faktur dengan informasi pembayaran melalui E-mail.
Daerah
Biaya Berlangganan (Termasuk ongkos kirim melalui udara)
Edisi lama per eksemplar*
Korea
1 tahun
25,000 won
6,000 won
2 tahun
50,000 won
3 tahun
75,000 won
1 tahun
US$45
2 tahun
US$81
3 tahun
US$108
1 tahun
US$50
2 tahun
US$90
3 tahun
US$120
1 tahun
US$55
2 tahun
US$99
3 tahun
US$132
1 tahun
US$60
2 tahun
US$108
3 tahun
US$144
Asia Timur
1
Asia Tenggara dsb
2
Eropa dan Amerika Utara 3
Afrika dan Amerika Selatan 4
US$9
* Pemesanan edisi lama ditambah ongkos kirim. 1 Asia Timur(Cina, Hong Kong, Jepang, Makau, dan Taiwan) 2 Asia Tenggara(Brunei, Filipina, Indonesia, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Singapura, Thailand, Timor Leste, Vietnam,) dan Mongolia. 3 Eropa(termasuk Russia and CIS), Timur Tengah, Amerika Utara, Oseania, dan Asia Selatan (Afghanistan, Bangladesh, Bhutan, India, Maldives, Nepal, Pakistan, dan Sri Lanka) 4 Afrika, Amerika Selatan/Sentral (termasuk Indies Barat), dan Kepulauan Pasifik Selatan
Mari bergabung dengan mailing list kami
Jadilah orang pertama yang mengetahui isu terbaru; maka daftarkan diri Anda pada Koreana web magazine dengan cara mengirimkan nama dan alamat e-mail Anda ke koreana@kf.or.kr
Tanggapan Pembaca
Tanggapan atau pemikiran Anda akan membantu kami meningkatkan daya tarik Koreana. Kirimkan komentar dan saran Anda melalui E-mail ke koreana@kf.or.kr.
* Selain melalui majalah web, konten Koreana tersedia melalui layanan e-book untuk perangkat mobile (Apple i-books, Google Books, dan Amazon)
A JournAl of the eAst AsiA foundAtion
We Help Asia Speak to the World and the World Speak to Asia. In our latest issue:
China’s Push for a New Global Order
Learn more and subscribe to our print or online editions at
www.globalasia.org
china’s changing place in the world: essaYs BY
Qin Yaqing; Rosemary Foot; Chu Yun-han; Yves Tiberghien; Zhao Suisheng; Shiu Sin Por; Evelyn Goh; Di Dongsheng; and Eberhard Sandschneider the deBate: Beijing’s securitY law for hong kong
Richard McGregor and David Dodwell consider its impact in focus: dimensions of asia’s covid-19 fight
Human rights, the plight of marginalized communities and ASEAN’s efforts to forge a common approach
plus
rajaram panda Vietnam cannot let China block its blue economy ambitions in the South China Sea james Baron Despite its Covid-19 success, Taiwan is still struggling for international legitimacy gaurav Bhattarai How India shapes China-Nepal ties — and is steadily pushing Kathmandu toward Beijing Book reviews A thousand years of globalization, China’s relationship with its southern neighbors, and 12 more recommended new titles.
us$15.00 w15,000 a journal of the east asia foundation | www.gloBalasia.org | volume 15, numBer 2, june 2020
China’s Push
for a New Global Order
News, archives and analysis at www.globalasia.org
Have you tried our Magster digital edition? Read on any device. Issues just $5.99 each or $19.99 per year. Download Magzter’s free app or go to www.magzter.com
www.KoreanLiteratureNow.com
Tap into Our Digital Universe Enjoy web-exclusive content like author videos, audiobooks, book readings, and book trailers, and access the entire content of our back issues for free!
Audiobooks
Book Trailers
BTS Featurettes
Author Videos
Interview with Lim Chulwoo: Bearing the Weight of Unfinished
Interview with Chung Serang: A Champion of Small Birds and Fish
Back Issues
Book Readings
Follow us on our social media for updates about our special 2020 winter golden anniversary issue! @KoreanLitNow
fb.com/LTIKorea