musim panas 2014
seni & budaya korea
fitir khusus
Haenyeo Haenyeo dari pulau jeju
Potret Penyelam Perempuan dari Jeju
Haenyeo Pulau Jeju: Dulu dan Sekarang ; Para Perempuan Laut Masa Kini
vol. 3 no. 2
ISSN 2287-5565
CITRA KOREA
Rumah Tanpa Pintu dan Dinding, Dipenuhi Cahaya Bulan
kenikmatan visual yang disediakan oleh tata ruang, atau pemandang-
Kim Hwa-young Kritikus Sastra, Anggota Akademi Kesenian Nasional Kwanjo Fotografer
tidak membangun dinding untuk mendirikan “kepemilikan” mereka
R
an air, batu, dan tanaman terawat dan pohon, seperti halnya dengan taman-taman di negara Barat atau Jepang. Indra penglihatan sungguh merasakan apa yang dirasakan. Para cerdik-cendikia Korea abad ke-16, tenggelam dalam pikiran Tao, ingin hidup sebagai bagian dari pemandangan bukan hanya menikmati pemandangan itu. Mereka atas kebun mereka. Mereka tidak merekayasa atau memperindah alam.
umah musim panas Soswaewon di Damyang, Provinsi Jeolla
Sebaliknya, mereka menemukan tempat yang paling cocok di
Selatan, terkenal karena taman yang indah - mungkin yang
tengah-tengah pegunungan, rumpun bambu, sungai, dan batu alam,
paling terkenal di seluruh Korea.
dan di sana mereka membangun rumah mereka untuk bersan-
Cahaya musim panas tumpah ke dalam rumah kecil itu saat
tai di dadanya yang alami. Mereka tidak membangun rumah besar,
semua pintu dibuka. Pintu berdinding kertas yang memisahkan
tetapi rumah dengan hati yang diterima secara merdeka, dan dipe-
ruang dengan teras, bagian dalam dari bagian luar, telah digantung
nuhi dengan keagungan alam. Karena itulah tidaklah berlebihan jika
tinggi menjadi bagian dari langit-langit.
seorang penyair bernyanyi:
Sebuah rumah tanpa dinding dan pintu, hanya berdiri tiang-tiang. Sebuah ruangan yang dibanjiri pemandangan dan suara alam, bersama dengan keharuman dunia. Rumah pedesaan ini tidak memisahkankan pohon, batu, dan aliran sungai seperti yang tampak. Di sini, dalam adalah luar dan luar adalah dalam. Manusia dan alam selaras dan menyatu. Keindahan taman Korea abad ke-16 tidak ditemukan hanya dalam
K o r e a n a | M u s i m P a n a s 2 0 14
Setelah tuntas kerjaku selama sepuluh tahun, aku akan bangun sebuah gubuk beratap jerami kecil, Satu ruang untukku, satu ruang untuk bulan, dan satu ruang untuk angin sejuk, Sejak tidak ada ruang untuk pegunungan dan sungai, kubangun gubuk di dalamnya. — <Kerja Sepuluh Tahun> oleh Song Sun (1493-1583)
1
Dari Redaksi
Bersemangat di Musim Panas Musim semi telah berlalu, musim panas perlahan tiba. Musim semi kali ini, saat kanola dan sakura berkembang di mana-mana, sebuah peri-
Pemimpin Umum Yu Hyun-seok Direktur Editorial
Cha Du-hyeogn
Pemimpin Redaksi Koh Young Hun
stiwa sedih melanda masyarakat Korea. Kapal ferry Sewol yang mem-
Dewan Redaksi
Bae Bien-u
bawa 447 penumpang dan 27 awak yang berangkat dari kota pelabuhan
Choi Young-in
Incheon, di Seoul barat, untuk perjalanan empat hari ke pulau wisata Jeju
Emmanuel Pastreich
Han Kyung-koo
Kim Hwa-young
Kim Young-na
Koh Mi-seok
Song Hye-jin
Song Young-man
Werner Sasse
mengalami kecelakaan di laut lepas. Banyak korban dalam peristiwa itu. Duka dirasakan oleh seluruh masyarakat Korea. Koreana ikut berbela sungkawa atas kejadian itu. Namun, tidak bisa selamanya berkubang dalam kesedihan, masyarakat Korea dipanggil untuk menyongsong hari depan yang lebih baik, lebih-lebih di bidang keselamatan. Musim panas telah datang, musim yang menghembuskan angin semangat dan kerja. Semangat dan budaya kerja itu tergambar pula pada para perempuan Haenyeo, penyelam tangguh yang tanpa alat bantu pernafasan apa pun menyelam sangat dalam, mencari hasil laut demi hidup keluarga dan dirinya. Bagi Koh In-o, perempuan penyelam tertua di pulau Jeju, menyelam itu justru membuat dirinya menjadi sehat.
Penata Letak Dan Desain Ahn Graphics Ltd. 2 Pyeongchang 44-gil, Jongno-gu, Seoul 110-848, Korea Tel: 82-2-763-2303 / Fax: 82-2-743-8065 www.ag.co.kr
Keunikan Korea bukan hanya ditemukan dalam kehidupan klasik para
Langganan
Haenyeo, namun juga di jagat modernnya. Seoul sebagai kota metro-
Biaya per tahun: Korea W18,000,
politan selalu identik dengan bangunan yang modern dan artistik. Salah
Asia(udara) US$33 Negara di Luar Asia(Udara) US$37
satu bangunan modern itu adalah Plaza dan Taman Desain Dongdaemon,
Harga per eksemplar(Korea) W4,500
sebuah bangunan yang sangat besar yang berada di tengah-tengan dis-
Informasi Berlangganan:
trik belanja. Bangunan yang berkarakter futuristik ini adalah karya Zaha Hadid, didesain untuk menjadi pusat kesenian, desain dan teknologi di
The Korea Foundation
Korea Selatan.
19F, West Tower, Mirae Asset Center1
Sambil menikmati pula esai Nur Utami yang hadir dalam peringatan
Building 67 Suha-dong, Jung-gu, Seoul 100-210, Korea
50 tahun Jurusan Melayu-Indonesia Hankuk University of Foreign Studies
Tel: 82-2-2151-6546
Mei 2014 lalu, nikmatilah seluruh sajian Koreana edisi musim panas 2014
Fax: 82-2-2151-6592
ini. Musim panas bukan musim yang melelahkan namun musim yang justru melahirkan spirit baru. Dengan spirit baru kita tapaki jalan menyongsong hari depan lebih baik, dengan kerja dan karya. Koh Young Hun Pemimpin Redaksi Koreana Edisi Indonesia
Percetakan Edisi Musim Panas 2014 Joongang Moonwha Printing Co. 27 Shinchon 1-ro, Paju-si, Gyeonggi-do 413-170, Korea Tel: 82-31-906-9996 Š The Korea Foundation 2014 Pendapat penulis atau pengarang dalam majalah ini tidak haurs selalu mencerminkan pendapat editor atau pihak Korea Foundation. Majalah Koreana ini sudah terdaftar di Kementerian
seni & budaya korea Musim Panas 2014
Budaya, Olahraga, dan Pariwisata(No. Pendaftaran Ba 1033, 8 Agustus 1987), Korea sebagai majalah triwulanan, dan diterbitkan juga dalam bahasa Inggris, Cina, Prancis, Spanyol, Arab, Rusia, Jepang, dan Jerman.
Diterbitkan empat kali setahun oleh The Korea Foundation 2558 Nambusunhwan-ro, Seocho-gu Seoul 137-863, Korea http://www.koreana.or.kr
â&#x20AC;&#x153;Impian Seorang Penyelam Perempuanâ&#x20AC;? (1984) Kang Dong-un, tinta dan warna muda di atas kaertas, 162 x 130 cm. Lahir di Pulau Jeju pada tahun 1947, Kang berusaha melukiskan kehidupan sehari-hari masyarakat Pulau Jeju.
Fitur Khusus
Haenyeo: Potret Penyelam Perempuan dari Jeju
04
Fitur Khusus 1
Jejak Hidup Berliku yang Mekar di Lautan Haenyeo Tertua, Koh In-o Heo Young-sun
04
26
26
fokus
DDP: Landmark Baru Seoul yang Lebih Maju
42
42
12
Fitur Khusus 2
18
Fitur Khusus 3
22
Fitur Khusus 4
Haenyeo Pulau Jeju: Dulu dan Sekarang Yoo Chul-in
Ketangguhan Perempuan Jeju yang Ditempa Kerasnya Penyelaman Joo Kang-hyun
Para Perempuan Laut Masa Kini Lee Jin-joo
Di Atas Jalan
Hadong: Kota Sastra dan Teh Gwak Jae-gu
56
Esai
Mengerling Kota Metropolitan Seoul Nur Utami SK
Goo Bon-joon
32
wawancara
Kim Young-taek
50
dan Restorasi Arsitektur Korea
Hiburan
Manhwa Korea, Berkembang dari Webtoon ke Smartoon
58
Park Seok-hwan
Kenikmatan Gourmet
Bingsu, Kecintaan Masyarakat untuk Ice Dessert Yoon Duk-no
Chung Jae-suk
38
jatuh cinta pada korea
Melalui Konservasi Bangau,
52
Gaya Hidup
“Cinema Paradiso” Kecil Jeon Sung-won
George Archibald Menyatukan Korea Ben Jackson
62
perjalanan kesusastraan korea
Rantai Simpati dan Kesalahan Sepele Chang Du-yeong
Kuku Koki
54
Buku & lebih
Yun Ko-eun
“Tanah” Novel Korea Modern Pertama yang Diterjemahkan ke dalam Banyak Bahasa Charles La Shure
“Arirang dalam Budaya Korea” Kajian Terlengkap dan Beragam mengenai ‘Arirang’ dalam bahasa Inggris Charles La Shure
“Hello” “Serendipity” “Fall to Fly — Before” Musik Pop untuk Dewasa, Berhasil Mencuri Perhatian
38
Kim Young-dae
62
Fitur Khusus 1 Haenyeo: Potret Penyelam Perempuan dari Jeju
Jejak Hidup Berliku yang Mekar di Lautan
Haenyeo Tertua, Koh In-o
Ia telah menghabiskan 76 tahun menyelam di lepas pantai Saekdal-ri di Seogwipo. Sang Haenyeo tertua
di Pulau Jeju, Koh In-o, masih asyik mengumpulkan rumput laut, teripang, dan hewan turban bertanduk. Kekuatan dan semangat kedermawanan dari para Haenyeo Jeju dapat terlihat pada para Haenyeo ini, yaitu tiga generasi penyelam yang menyelam sepanjang hidup mereka. Heo Young-sun penyair; Dosen, Jeju National University | Cho Ji-young Fotografer
4
Seni & Budaya Korea
K o r e a n a | M u s i m P a n a s 2 0 14
5
lezat,” ujarnya dalam kalimat yang terbata-bata, dan tangan rentanya berkilauan di bawah sinar matahari saat ia meletakkan rumput lautnya. Rumput laut ini akan mengering dengan cepat pada udara laut yang bersih dan sinar matahari, dan kemudian akan siap untuk dijual. “Lautan sangat bagus, namun kini telah menjadi lebih sulit untuk menemukan sesuatu. Gurita dan abalone semakin jarang.” Ia mungkin tidak memanen sebanyak saat ia muda belia dulu, tetapi lautan ialah hidupnya. Ia menghabiskan masa mudanya di sini, dan masih mengandalkan tubuh rentanya pada gelombang laut. Jungmun, resor wisata nomor satu di Pulau Jeju; tempat ia tinggal di sini dan lautan Saekdal-ri, di mana nenek moyangnya tinggal selama beberapa generasi. Sepeda motor yang ditunggangi oleh para Haenyeo menuju ke pantai, berbaris di sebelah barisan bunga kanola warna kuning cerah. Di atas tebing-tebing yang melingkari 1 1 Menyelam di sisi hidup dan mati dengan sebuah nafas; di laut, Haenyeo belajar menahan keserakahan dan puas untuk hari ini, sebagai hal yang biasa. 2 Koh In-o, seorang Haenyeo tertua yang masih menyelam, dia bahagia bisa menyelam dengan putrinya dan menantu perempuannya, yang menjadikannya sebagai tradisi. Dia mengatakan senang ketika mengetahui anak-anaknya menangkap lebih banyak daripada dirinya.
lautan seperti kaca angin, segala macam pohon yang tumbuh di air asin, diputar dan dibelokkan oleh angin laut. Rekan-rekannya sesama Haenyeo pada usia enam puluhan tahun dan tujuh puluhan tahun pun berdecak kagum padanya karena keterampilannya menyelam. Bagaimana ia masih dapat melakukan kerja itu jika tidak diberkati dengan kehidupan rangkap? “Tidak ada kata-kata lagi untuk perempuan tua ini. Tiada yang mampu bersaing dengannya. Ia pergi keluar mendahului orang lain
I
dan bahkan mengangkat beban berat dengan gampangnya. Kami kan sirip hitam dan ikan tewak bulat mengapung sambil tim-
hanya mengikuti di belakangnya. Tidak ada ibu laut lainnya seperti
bul-tenggelam dan menari di permukaan laut. Dilihat dari jauh,
dirinya di negeri ini.” Koh In-o memanen dua kali lipat dibandingkan
mereka nampak seperti tasbih Buddha di bawah sinar matahari
dengan yang dibawa masuk oleh para Haenyeo yang lebih muda. Dan
selatan yang bergelora. Setelah beberapa saat, kerumunan Haenyeo
dalam hal kemampuan menyelam, tentu saja tidak ada yang bisa
muncul dari air. Keramba jaring mereka dipenuhi dengan ikan turban
melampaui dirinya. Sesama Haenyeo memanggilnya “Anak Perem-
bertanduk, teripang, dan rumput laut. Namun kemudian, beberapa
puan Dewi Laut.” Ia mengenali dasar laut seperti punggung tangan-
waktu setelahnya, seperti pemain terakhir di luar lapangan, dia mun-
nya. Bahkan ketika matahari tidak bersinar, tidak ada hari saat ia
cul dalam baju selam hitamnya. Dengan keranjang rumput laut ter-
tidak bersentuhan dengan air. Kecuali bagi hari-hari ketika angin ber-
sandang di bahunya, ia berdiri tegak dan kuat saat berjalan. Ia meng-
tiup terlalu keras, itu saja.
angkat masker selamnya dan terlihatlah wajahnya. Tidak mungkin menebak usianya dari penampilannya yang perkasa, tapi perempuan
Simpan Nafas Anda !
ini adalah Koh In-o, seorang Haenyeo Jeju yang berumur 91 tahun. Ia
Sang Haenyeo paling dikenal adalah Koh In-o. Setelah menyelesai-
adalah perempuan pekerja profesional tertua di Pulau Jeju, dan telah
kan paginya dengan menyelam empat jam, ia makan satu potong roti
menyelam di perairan Saekdal-ri, Seogwipo selama 76 tahun. “Saya
: “Itu untuk makan siang. “ Menurutnya ia belum pernah mengala-
sedang mengumpulkan rumput laut, dan butuh beberapa waktu
mi bahaya di laut. Apakah hal ini karena ia belajar rahasia laut sejak
untuk berenang sepanjang perjalanan kembali keluar dari batu besar
awal? Tidak. Ini karena ia tidak membiarkan keserakahan mengua-
di sana. Saya menyelam sangat jauh di lautan dan Anda tidak dapat
sai dirinya. Pada hari-hari liburnya ia tidur siang lebih panjang; sese-
melihat tempat itu dari sini. “
orang harus beristirahat ketika orang itu memiliki waktu. Penyelamannya adalah “biasa saja”, hal yang sifatnya “sehari-
Anak Perempuan Dewi Lautan
hari”. Ia hanya “melakukannya saja”. Ia memanen apa yang ia temui.
Tanpa mengambil jeda sejenak untuk istirahat, ia mengambil kep-
“Jika seekor gurita melesat kembali ke bebatuan saat saya berge-
ingan-kepingan rumput laut dan mulai menebarkannya di bebatu-
rak dengan cangkul saya, saya tidak bisa menangkapnya. Jika saya
an. Tidak berapa lama lagi, batuan basal tersebut menjadi susu-
beruntung, saya bisa kembali lagi keesokan harinya dan mencoba lagi.
nan pengering alami, yang merupakan ladang rumput laut milik Koh
Saya sudah mengumpulkan abalone lebih besar dari telapak tang-
In-o sendiri. “Rumput laut yang lembut dan lunak ialah yang paling
an saya sekitar sepuluh meter di bawah air”. Ia biasanya juga ter-
6
Seni & Budaya Korea
"Jika seekor gurita melesat kembali ke batu saat saya bergerak dengan cangkul saya, saya tidak mampu menangkapnya. Jika saya beruntung, saya bisa kembali lagi keesokan harinya dan mencoba lagi. Anda hanya dapat menyelam selama Anda memiliki nafas, Anda tidak bisa menyelam lebih dari itu. Anda harus menyimpan nafas Anda. Jika Anda serakah, Anda justru gagal. Ketika laut sedang bergejolak, Anda jangan menyelam. Dan Anda tidak boleh menahan nafas lebih dari dua menit.
K2o r e a n a | M u s i m P a n a s 2 0 14
7
menahan nafas selama sekitar dua menit. “Ketika saya turun rasanya seperti sedang memanjat tebing. Bahkan pada kedalaman 17 meter saya merasa seperti saya kehabisan nafas. Sepertinya saya akan mati. Sangat berbeda dengan bernafas keluar dari dalam air. Rahasia
1
1 Pada hari-hari ketika dia tidak menyelam, Kang Myeong-seon tidak hanya mengurus alat menyelam, dia juga pergi ke kantor Kperasi Desa Nelayan Saekdal-ri, sibuk dengan berbagai pekerjaan mulai dari bersih-bersih hingga menyiapkan penyelaman. 2, 3 Wisatawan berkunjung ke Pulau Jeju untuk bersama-sama ke pantai menikmati makanan hasil laut yang segar yang dibawa oleh para Haenyeo.
untuk menahan nafas adalah yang paling penting.” Ketika dia kembali ke permukaan karena kehabisan nafas, udara yang bergegas keluar dari paru-parunya menimbulkan suara yang besar. Kemudian datang siulan yang kuat dan dalam untuk mencari udara. Kenyataan bahwa ia menahan nafasnya dalam-dalam membuat suaranya terdengar lebih sendu. Pemandangan langit ketika muncul dari kedalaman air sangatlah indah. Bahkan mungkin keajaiban ini yang terus memanggilnya kembali ke laut.
Lautan ialah Seluruh Hidupnya Ketika ia berusia lima belas tahun dan takut kepada ombak, ibunya akan menahan kepalanya di bawah air setiap hari untuk mengajarinya. “Kau harus menyelam untuk mencari nafkah. Jangan takut menyelam.” Ia mengajarkan trik untuk menahan nafas dan menge-
ampil dalam menangkap ikan di air tawar, meskipun ia tidak lagi mel-
luarkannya lagi. Kesehatan tubuhnya yang alami dan kapasitas paru-
akukannya karena usianya. Saat masa-masa mudanya, keahliannya
paru yang luas mungkin telah memainkan peranan juga. Ia memas-
menggunakan harpun juga sangat legendaris. Pendengarannya masih
rahkan tubuhnya ke tewak yang mengambang sendirian dan mulai
tajam dan suaranya masih kuat; mungkin “kesederhanaan” adalah
mengitari dunia bawah laut seolah-olah itu adalah rumahnya sendi-
rahasia bagi kesehatannya. Demikian pula makanan yang ia makan.
ri. Para perempuan dari Jeju, yang lahir di pantai, semuanya bela-
“Saya hanya makan apa yang saya tangkap ketika masih segar, jadi
jar menyelam dengan cara ini, seolah-olah ini ialah takdir mereka.
tentu saja saya sehat”,
Tidaklah mengherankan jika mereka akan mengatakan “Haenyeo
Menyelam di ujung hidup dan mati dengan sekali nafas. “Anda
melahirkan anak dan kembali ke dalam air tiga hari kemudian” Setiap
hanya dapat menyelam selama Anda memiliki nafas, Anda tidak bisa
hari adalah hidup dengan nafas terengah-engah. Bahkan, mereka
melakukan lebih dari itu. Anda harus menyimpan nafas Anda. Jika
akan mengatakan “Haenyeo hidup dengan peti mati di punggung
Anda menjadi serakah, Anda gagal. Ketika laut bergolak, Anda tidak
mereka”
harus menyelam ke dalam. Dan Anda tidak harus menahan nafas
Ia adalah orang yang badannya tertinggi dari semua Haenyeo
lebih dari dua menit”. Hanya tubuhnya tidak lagi seperti dulu. Badan-
asal Saekdal-ri. Ia dikatakan sangat tinggi sejak masih anak-anak.
nya lebih tua sekarang, dan ia merasa nafasnya semakin pendek,
“Ketika saya akan berjalan bersama-sama, orang akan mengatakan,
begitu pikiran seorang kapten tua Haenyeo ini. Ia selalu menceri-
‘Lihatlah gadis penyelam besar itu!’ Saya selalu sehat. Ibu saya tidak
takan pada Haenyeo lainnya : “Jangan gunakan semua nafas Anda
berumur panjang. Dia meninggal pada usia sekitar tujuh puluh lima.
sebelum naik kembali ke permukaan. Bahkan jika Anda melihat aba-
Saya pikir saya akan mati pada usia itu juga, tapi ternyata saya masih
lone atau gurita tersebar di sekitar, naiklah kembali untuk mengam-
hidup.”
bil nafas lebih dulu dan kemudian kembali turun dan menangkap
Dia biasa menggunakan “mata kecil” (kacamata selam) tapi seka-
mereka. Anda bisa mati dalam hitungan tiga puluh detik”. Mungkin
rang dia memiliki “mata besar” (masker selam) yang memungkin-
ini sebabnya, meskipun kecelakaan terjadi di daerah lain di mana
kannya untuk melihat lebih banyak. Ia menutup telinganya dengan
para Haenyeo kehilangan nyawa mereka, kecelakaan seperti itu
tanaman mugwort. Ia mengatakan bahwa mugwort mencegah air
belum pernah terjadi di antara Haenyeo dari Saekdal-ri.” Jika Anda
yang masuk ke telinga. Anda juga harus menyeka mata besar deng-
pergi keluar untuk memanen sendiri, Anda akhirnya akan berada
an mugwort untuk agar tidak berembun. Ia memakai baju selam
cukup jauh. Bahkan orang di sebelah Anda pun tak dapat mengawasi
karet sekarang, tapi di masa mudanya ia terjun menggunakan celana
Anda. Jika Anda terus melanjutkan menangkap, Anda dapat meng-
dalamnya. Dia hanya mengenakan kemeja katun ringan dan paka-
umpulkan abalone liar dan teripang merah.” Inilah sebabnya meng-
ian dalamnya. Ia terikat dengan tonjolan timbal yang berat ke ping-
apa Haenyeo selalu di ujung bahaya .
gang dan membawa peralatannya: sebuah jaring tewak, keranjang
Haenyeo terpandang ini, keadaan yang langka, menyelam sedalam
bersih, pisau, cangkul, dan tombak bambu. Pada hari-hari dingin dan
dua puluh meter di bawah permukaan laut tanpa tangki udara. Ia
berangin, tubuhnya akan berubah menjadi merah terang dan meng-
8
Seni & Budaya Korea
2
3
gigil ketika ia muncul keluar dari air. Sulit untuk bertahan lama. Kare-
beristirahat antara berkebun jeruk mandarin dan menyelam. Sebe-
na itu Haenyeo akan segera menyalakan api unggun di bukit-bukit
lum menikah dia adalah seorang penyelam yang terampil. Tapi ketika
untuk menghangatkan tubuh mereka. “Perapian” ini sekarang telah
ia menikah dalam sebuah keluarga yang menanam jeruk mandarin,
tergusur, karena pemecah gelombang yang telah dibangun di sana
ia lebih mengandalkan pertanian daripada penyelaman. Putri bung-
sebagai gantinya. “Sekarang pakaian menyelam kami adalah karet
sunya, Kang Myung-seon (umur 62), adalah kepala koperasi desa
seperti ini, tidak bisa lebih baik lagi. Ini sudah bagus.”
nelayan Saekdal-ri. Menantu perempuannya juga merupakan veteran
Para Haenyeo dari Pulau Jeju; simbol dari kekuatan dan keper-
Haenyeo selama 36 tahun. ia senang bahwa ia bisa menyelam deng-
cayaan diri yang sejak lama terjun sejauh Jepang, Cina, dan bahkan
an putri-putrinya dan menantunya, yang akan meneruskan tradisi.
Vladivostok di Rusia. Koh In-o tak pernah menyelam di luar negeri,
Ia berkata bahwa ia lebih senang ketika putrinya dan menantunya
tapi ia mengitari lautan dari daratan di tempat seperti Guryongpo dan
menangkap lebih banyak daripada dirinya dulu.
Gampo. “Ketika saya datang ke laut saya merasa segar, dan ketika saya pergi ke laut saya mendapatkan uang. Siapapun yang bela-
Kepala Koperasi Desa Nelayan Saekdal-ri, Kang Myung-seon
jar menyelam akan mendapatkan keuntungan dari sana.” Dengan
Ia berbadan gagah, dan meskipun tidak ada rahasia dandanan yang
uang yang diperoleh dari menyelam, ia membeli sebuah rumah dan
khusus, kulitnya tetap bersih. Sudah 11 tahun ia menjadi kepala kope-
ladang. Ini adalah imbalan baginya.
rasi desa nelayan, pekerjaan yang membutuhkan rasa tanggung jawab serta kemampuan kepemimpinan. Dia juga harus bekerja di restoran
Kau Harus Menyelam untuk Hidup Lama dan Mendapatkan Uang
Haenyeo di sini. Setelah pergi ke laut dalam cahaya fajar yang samar
Dia menikah pada usia tujuh belas tahun. Ketika berumur dua
dan pergi keluar hanya pada siang hari, hasil tangkapan Haenyeo
puluh tiga tahun ia melahirkan seorang anak perempuan, suaminya
saat ini cukup baik dibandingkan dengan hari-hari lain. Dari 4.500
telah meninggal dalam Perang Dunia II. Ia ingin mati juga. Setelah
atau lebih para Haenyeo yang berasal dari 19 koperasi desa nelayan
banyak ujian dan kesengsaraan, ia menikah lagi. Selama Pemberon-
di Pulau Jeju, koperasi Saekdal-ri hanya beranggotakan 23 orang.
takan Jeju dari tahun 1948 dan 1949 suaminya terhindar dari kema-
Hal ini terasa seperti satu keluarga besar. Dahulu ada 31 orang, tetapi
tian sebab suaminya adalah seorang perwira polisi. Ia mengajari putri
beberapa dari mereka mulai sakit-sakitan atau berhenti menyelam.
remajanya, yang takut air, bagaimana cara menyelam. Sama seperti
Kang Myung-seon memutuskan siapa yang mendapat giliran untuk
sewaktu ibunya sendiri mengajarinya. “Kau perlu belajar ini untuk
bersih-bersih, dan setiap pagi dia berjuang melawan sampah yang
mendapatkan uang dan hidup lama, hidup sehat. Engkau akan dapat
dibuang sembarangan walau itu hanya sepotong sumpit. Untuk ala-
mengirim anak-anakmu ke sekolah juga. Jika kau tidak belajar ini,
san ini, lautan lepas pantai Saekdal-ri terkenal sampai saat ini karena
kau tidak akan dapat melakukan apa-apa. Jadi belajar menyelam,
kebersihan mereka. Mereka meninggalkan ikan turban bertanduk
kubilang, belajar menyelam.”
kecil di dalam air, datang kembali untuk mencari mereka nanti setelah
Putri sulungnya, Kang Ahn-ja (usia 73) tidak memiliki waktu untuk K o r e a n a | M u s i m P a n a s 2 0 14
mereka tumbuh. Masyarakat Haenyeo ini, sebuah komunitas di mana
9
anggotanya saling membantu, tidak akan mampu melaksanakan tugas yang sulit kalau bukan karena kebersamaan mereka satu sama lain. Kang Myung-seong merawat ibunya. Ia memiliki kepribadian yang positif, tampak lebih muda dari usianya, dengan cekatan mengiris ikan mentah, dan terampil menyelam juga. Mungkin dia dilahirkan dengan kapasitas paru-paru yang bisa dipakai menyelam lima belas meter di bawah permukaan. “Saya senang jika saya menangkap satu teripang merah, dan saya senang jika saya menangkap seekor abalone liar. Sulit, tapi itu adalah latihan yang baik, dan saya suka berada di laut. Ada hari-hari ketika saya menghasilkan banyak uang, tetapi ada juga hari-hari ketika saya datang tidak membawa apa-apa.” Para Haenyeo bekerja 14 hari dalam satu bulan untuk diri mereka
1
sendiri, dan 16 hari dari satu bulan mereka bekerja sebagai sebuah kelompok. Mereka menjual panen mandiri mereka untuk wisatawan. Uang yang mereka dapatkan disimpan untuk diri mereka sendiri. Ada orang yang menghasilkan 300.000 hingga 400.000 won per hari, tetapi
SCO, status Haenyeo akan ditingkatkan. Ia memiliki empat anak
ada juga orang-orang yang mendapat jauh lebih sedikit dari itu. Pada
perempuan dan satu anak laki-laki. Namun tak satu pun dari anak-
hari menyelam berkelompok, mereka berjualan sebagai kelompok
anaknya telah mengabdikan diri untuk kehidupan penyelaman yang
juga. Jika, misalnya, mereka mndapatkan 15.000.000 won sebulan
sulit ini. Ia merasa sedih ketika ia berpikir bahwa garis Haenyeo akan
sekali, setiap anggota kelompok mendapat lebih dari 700.000 won.
berakhir sampai dirinya .
“Kami kadang-kadang merasa tertekan, tapi dibandingkan dengan
Menantu perempuan Koh In-o menunjukkan bahwa, walaupun Hae-
koperasi desa nelayan lain, kami bergaul dengan cukup baik”. Jika
nyeo masih diberikan pakaian selam, dari segi kebijakan, hal itu tidak
ada sesuatu untuk didiskusikan mereka mengadakan pertemuan
memberikan manfaat yang mendasar. “Daripada UNESCO mem-
rutin. Keteraturan sangat penting dalam dunia Haenyeo tersebut.
beri ini atau apa pun, mampukah hal itu memberikan manfaat kese-
Ada peraturan menyelam yang telah ditentukan oleh penjaga pan-
jahteraan bagi Haenyeo melalui penghasilan sebenarnya.” Setelah
tai juga: menghindari untuk bekerja sendirian, memancing berpa-
menyelam, energi Haenyeo sangat terkuras sehingga mereka ham-
sangan sehingga Anda bisa mendapatkan bantuan jika Anda berada
pir tidak dapat mengangkat jarinya ketika pulang. Kebanyakan Hae-
dalam bahaya, menyelam selama satu menit atau kurang setiap kali,
nyeo menderita sakit kepala kronis. Koh In-o dan anak menantu
menyelam selama empat jam sehari untuk menghindari kerja lem-
wanitanya berdua praktis hidup dengan obat penghilang rasa sakit,
bur, menyelam hanya delapan hari dalam sebulan, dan lain-lain.
dan sebagai hasilnya perut mereka menjadi sedikit sakit. Tapi sang
Secara khusus, penjaga pantai merekomendasikan bahwa Haenyeo
Haenyeo ternama Koh In-o mengatakan bahwa laut membuat diri-
tua di atas usia 70 boleh menyelam hanya dua jam sehari di perairan
nya sehat. “Saya pikir saya telah menjadi lebih sehat melalui kegiatan
dangkal. Tiga Haenyeo telah kehilangan nyawa mereka tahun ini seki-
menyelam. Ketika saya di rumah saya bosan, jadi saya akan bekerja
tar Pulau Jeju, mungkin karena mereka sudah terlalu tua. Setiap kali
selama saya masih bisa bergerak”. Siapa yang akan menebak bahwa
seorang Haenyeo mendengar adanya kecelakaan fatal tersebut, mere-
senyumnya yang cerah, seperti yang ada pada seorang gadis kecil,
ka bersedih hati seolah-olah bagi salah satu dari mereka sendiri.
ternyata dimiliki Haenyeo yang mendekati umur seratus tahun?
Menantu Perempuan Haenyeo Veteran Selama 36 Tahun
“Ieoseona ieodona/ Ieodo sana hei /perahu kami berlayar dengan
“Saya memberitahu ibu saya agar ia berhenti menyelam, untuk
baik, ieodo sana/ Ketika ibu saya melahirkan saya/ Pada suatu hari
tidak pergi keluar ketika dingin atau bersalju atau hujan, tapi ibu meng-
tanpa matahari atau bulan /Ieodo sana, perahu berlayar, berlayar
atakan bahwa jika ia tinggal di rumah saja. ia hanya akan tidur, jadi
dengan lancar/ Kami menikmati hidup , ieosana .... “
ia pergi ke laut. Bahkan setelah memetik jeruk mandarin, dia pergi keluar untuk menyelam.” Koh In-o kasihan pada dua putrinya, namun
Suara dari lagu para Haenyeo itu bergelora riang atas laut musim
dua anak perempuannya kasihan juga padanya karena ia masih saja
semi Pulau Jeju. Apakah lautan yang menariknya, atau apakah
menyelam. Namun ibu mereka masih merupakan jangkar mereka,
dirinyalah yang menarik lautan? Lahir di pulau vulkanik besar Jeju,
masih sebagai guru abadi mereka di laut.
sang Haenyeo ternama Koh In-o telah menjalani hidupnya di laut, di
Kang Myeong-seon tersenyum cerah dan mengatakan bahwa jika Haenyeo ditetapkan sebagai warisan budaya tak-benda oleh UNE-
10
ambang hidup dan mati. Ia adalah putri dari sang gunung berapi. Ia adalah putri dari lautan, dan dewi lautan. Seni & Budaya Korea
garam, mengeringkannya, dan kemudian memakannya, tapi cara ini bukan sebagaimana mereka makan di Pulau Jeju. Turban bertanduk tidak memiliki rasa yang serumit abalone, tetapi mereka juga dapat dimakan
2
1 Koh In-o dan Kang Myeong-seon, sosok yang mengesankan ketika mereka berdiri di pantai dengan pakaian selam mereka, menampakkan gambaran hangat antara ibu dan anak, seperti yang mungkin dijumpai di setiap desa berbagai negara, saat kembali pada kehidupan mereka sehari-hari. 2 Hidangan masakan hasil laut Koh In-o menggambarkan kepribadiannya: sederhana dan sangat jujur tanpa bumbu berlebihan.
Menyiapkan Masakan Laut Jeju seperti Haenyeo Koh In-o “S
emua makanan laut adalah makanan yang baik.” Seafood selalu dapat ditemukan pada meja Sang Haenyeo Koh In-o. Baru saja ditangkap, gurita hidup, abalone, teripang, rumput laut, dan turban bertanduk. Bagaimana ia mempersiapkan bahan-bahan segar ini? Hal ini tentunya merupakan rahasia untuk hidup panjang. Tetapi apa resepnya? “Resep apa? Ini sederhana,” balasnya. Sederhana dan ringan. Makanan di daratan banyak berbumbu, tapi resep Koh In-o menghindari bumbu yang berlebihan . Inilah rahasianya untuk bubur gurita, makanan sehat sepanjang tahun. Gurita memiliki banyak tentakel (alat peraba) yang selalu menggeliat ke sana - ke mari, sehingga sangat sulit untuk mengiris mereka hiduphidup. Setelah mencuci mereka dalam air beberapa kali, Anda harus mengiris mereka dengan cepat pada talenan. Tumis mereka dalam minyak wijen dan kemudian tambahkan K o r e a n a | M u s i m P a n a s 2 0 14
beras serta air dan diaduk. Beras mentah akan terolah dengan baik sama seperti padi yang telah direndam sebelumnya. Akhirnya, bumbui dengan garam dan lalu dapat dimakan. Sebaiknya makan abalone mentah yang mahal dan langka. Tapi cita rasa bubur abalone yang kaya tidak boleh dilewatkan juga. Pertama-tama, potong jeroan abalone pada talenan. Tumis dalam sesendok minyak wijen dan kemudian tambahkan nasi basah atau nasi mentah yang dicuci bersih, bersama dengan sedikit air, dan didihkan. Perhatikan bahwa beras yang direndam akan memakan waktu lebih lama untuk dimasak. Ketika beras mengental, tambahkan daging abalone. Kuncinya adalah tidak merebus bubur terlalu lama setelahnya; abalone akan menjadi keras jika direbus terlalu lama . Teripang merah juga paling baik dinikmati mentah-mentah. Di daratan, penduduknya biasa merebusnya dalam air
dalam bubur atau ditambahkan pada bubur abalone. Setelah memecah kerang dan mengeruk dagingnya, tumislah dalam minyak dan siapkan mereka seperti saat akan mempersiapkan bubur abalone. Atau Anda bisa memakannya mentah-mentah, atau panggang mereka pada cangkang mereka. Turban bertanduk rebus yang diiris dan dibumbui adalah hidangan yang lezat. Mustard laut mentah (sejenis rumput laut) harus dicuci secara menyeluruh, dikeringkan, dan memucatkannya dalam air mendidih sampai berubah menjadi hijau terang. Tiriskan dari air mendidih dan bilas beberapa kali dalam air dingin, kemudian keringkan sebelum dibumbui dengan minyak wijen, kecap, sedikit irisan daun bawang, dan cuka serta gula jika Anda suka. Ada banyak cara untuk memasak mustard laut. Tumbuhan ini dapat ditambahkan dalam jumlah kecil untuk sup ikan, atau dapat dimasak dengan adonan lembut kedelai pada sup. Di musim panas, Anda bahkan dapat membuat sup dingin mustard laut dan adonan kedelai dalam air dingin. “Dengan hanya ini saja, Anda tidak perlu khawatir tentang makanan,” katanya, tibatiba mengambil sebuah botol dari tasnya. Warnanya putih dan terlihat seperti yoghurt, tapi itu buatan Koh In-o sendiri yang bernama “shwindari.” Ini adalah sesuatu yang dibuat dan dinikmati nenek moyangnya di Pulau Jeju selama musim panas. Ini adalah minuman kesehatan lactobacillus khusus a la Pulau Jeju. Pada hari-hari sebelum pendinginan, mereka kesal ketika beras berhamburan, sehingga mereka membuat “shwindari” dari hamburan itu. Mereka menggiling sedikit ragi (yang disebut “nuruk” dalam bahasa Korea) dan menambahkan dua sendok ragi untuk tiga mangkuk nasi dingin, kemudian diaduk dengan baik dan biarkan mengendap semalaman, setelah itu akan terurai menjadi cairan. Setelah mulai berbuih, mereka menambahkan sedikit madu dan gula dan kemudian direbus. Setelah proses pendinginan, mereka memasukkannya ke dalam botol dan meminumnya, seperti yang masih dilakukan Koh In-o hari ini. Ia meneguk secangkir shwindari. “Ketika Anda sedang tidak bernafsu makan, semangkuk makanan ini mengatasinya.”
11
Fitur Khusus 2 Haenyeo: Potret Penyelam Perempuan dari Jeju
Haenyeo Pulau Jeju: Dulu dan Sekarang
12
Seni & Budaya Korea
Pulau Jeju, terletak di lepas pantai selatan semenanjung Korea memiliki budaya unik yang telah diwariskan selama berabad-abad. Budaya yang paling menonjol diantaranya adalah Haenyeo. Mari kita menengok lebih jauh asal-usul budaya yang menjadi lambang dari ketangguhan perempuan Jeju dengan melihat bagaimana mereka menyambung hidup bersandar pada laut yang telah menjadi bagian dalam gaya hidup dan nilai-nilai spiritual rakyat Jeju. Yoo Chul-in Profesor, Departemen Antropologi, Jeju National University | Kim Heung-gu, Ahn Hong-beom Fotografer
Langkah Haenyeo yang cepat dan energik saat mereka menuju ke arah laut pagi, berharap untuk hasil K o r e a n a | yang M u s i berlimpah. m P a n a s 2 0 14 tangkapan
13
H
aenyeo (secara harfiah berarti ‘perempuan laut’)
laut di lepas pantai selatan dan timur dari Semenanjung
adalah nama yang dipakai untuk menyebut per-
Korea. Sejak sekitar tahun 1883, Bangeojin dan Pohang
empuan yang bekerja menyelam mencari hasil laut laut
di tenggara Korea telah menjadi tempat utama bagi
tanpa alat bantu pernapasan apapun. Ada sekitar 4.500
‘ama’ (Haenyeo dalam bahasa Jepang) dari Ise, Jepang.
orang Haenyeo yang masih aktif hingga kini di Pulau Jeju,
Tapi begitu Haenyeo dari Pulau Jeju masuk di area terse-
yang tercatat di Daftar Warisan Dunia UNESCO pada
but, ama Jepang mulai berkurang dan menjadi lebih
tahun 2007 sebagai warisan alam “Jeju Pulau Vulkanik
jarang, dan setelah 1929 tidak ada lagi dari mereka yang
dan Lava Tubes”. Pekerjaan mengumpulkan hasil laut
datang. Mengapakah demikian?
dari dasar laut tanpa peralatan apapun dapat ditemu-
Ama dari Jepang datang dengan naik perahu dan
kan di seluruh dunia, namun saat ini hanya di Korea dan
kemudian menyelam menggunakan tali yang diikat deng-
Jepang saja bisa ditemukan orang-orang yang menjadi-
an logam berat sekitar 13 kg untuk mencapai dasar laut
kan pekerjaan ini untuk mencari nafkah.
secepat mungkin. Dan ketika mereka kembali ke per-
Sejak kapan orang Jeju mulai menyelam untuk meng-
mukaan, pengemudi perahu (biasanya suami mereka)
umpulkan hasil laut hanya dengan mengandalkan
menarik tali untuk menaikkan mereka. Tali ini dike-
kemampuan menahan napas mereka? Jika dilihat dari
nal dalam bahasa Jepang sebagai ‘inochitsuna’ atau
usia timbunan kulit kerang yang ditemukan di Sangmo -
‘tali nyawa’. Tapi Haenyeo Pulau Jeju menggunakan
ri, di mana ditemukan sejumlah besar kulit kerang sep-
pelampung yang dikenal dengan nama tewak (pelam-
erti tiram dan siput laut, akan terlihat bahwa pengumpu-
pung tradisional yang terbuat dari labu, belakangan ini
lan kerang di Pulau Jeju dapat diperkirakan telah ada
kedudukannya digantikan oleh styrofoam) untuk bere-
sejak abad ke 3 SM. Tapi kita tidak memiliki cara untuk
nang mengapung dari pantai hingga titik tempat mereka
mengetahui apakah orang-orang pada waktu itupun juga
menyelam kemudian mereka menyelam dengan kekua-
menyelam di laut untuk mengumpulkan kerang tersebut.
tan mereka sendiri. Jadi karena tidak perlu tukang per-
1, 2 Pulau Jeju adalah rumah bagi sejumlah besar penyelam perempuan. Bukan hanya perempuan yang lebih muda yang menyelam, namun penyelam yang sudah berusia tujuh puluhan juga masih aktif menyelam.
ahu untuk menarik tali, produktivitas tenaga kerja dari
Penyelam Bebas Perempuan, Haenyeo dari Pulau Jeju
Haenyeo Jeju lebih tinggi daripada Ama Jepang .
Sampai akhir abad ke-17, ada penyelam pria, yang
Saat ini, Haenyeo dapat ditemukan di desa-desa di
lebih dikenal dengan nama pojak , di Pulau Jeju. Pojak
pantai semenanjung Korea dan di beberapa pulau-pulau
mengumpulkan tiram di perairan yang lebih dalam,
lain, tetapi sebagian besar dari mereka berada di Pulau
sementara Haenyeo mengumpulkan rumput laut dan
Jeju. Praktek menyelam di daerah-daerah lain disalurkan
spons hijau dari perairan dangkal. Namun mema-suki
oleh Haenyeo yang meninggalkan Jeju secara musim-
awal abad ke-18, perempuan mengambil alih tugas
an untuk bekerja sebagai penyelam. Haenyeo daerah
menyelam ini. Mengapa hanya perempuan yang akh-
pesisir semenanjung Korea biasanya terdiri dari Haenyeo
irnya bekerja menyelam? Apakah ini suatu perkemban-
Jeju yang telah menetap di sana dan Haenyeo yang asli
gan bertahap karena perempuan secara fisik lebih cocok
dari daerah tersebut .
untuk menyelam daripada pria? Atau apakah itu karena
pojak telah melarikan diri, tidak mampu menanggung
Perempuan dari Jeju, Hidup sebagai Haenyeo
membayar pajak yang keterlaluan, dan akhirnya perem-
Haenyeo Jeju umumnya menyelam sekitar 10 meter di
puan harus memikul beban membayar pajak? Jika kita
bawah permukaan air tanpa alat bantu pernapasan apa-
melihat ber-bagai catatan, kemungkinan kedualah yang
pun sambil menahan napas sekitar 1 menit dan meng-
lebih dianggap menjadi jawabannya.
umpulkan hasil laut dari dasar laut. Selama musim panas
Haenyeo yang dikenal kebanyakan orang saat ini tidak
mereka bekerja sekitar enam sampai tujuh jam per hari,
memakai metode produksi penyediaan permintaan tetapi
sedangkan di musim dingin mereka bekerja 4 hingga 5
memakai metode produksi kapitalis. Alasan utama bagi
jam per hari, dan mereka menghabiskan 90 hari dalam
munculnya metode produksi kapitalis di kalangan Hae-
setahun untuk menyelam. Karena ia adalah seorang Hae-
nyeo adalah karena mereka bekerja menyelam di per-
nyeo itu bukan berarti ia dilahirkan dengan karakteris-
airan yang jauh dari Pulau Jeju. Pedagang mulai datang
tik fisik khusus. Mereka menjadi Haenyeo hanya karena
dari daratan pada tahun 1895 untuk menyewa tenaga
menyelam lagi dan lagi selama bertahun-tahun. Pada
Haenyeo pada jangka waktu tertentu, membayar upah
tahun 1960, ketika ada Haenyeo dalam jumlah paling
dalam jumlah tertentu, untuk mengumpulkan rumput
tinggi di Pulau Jeju, sangatlah mudah ditemukan gadis-
14
Seni & Budaya Korea
1
K o r e a n a | M u s i m P a n a s 2 0 14
15
2
gadis di desa-desa pesisir belajar menyelam di laut dangkal. Kebanyakan perempuan menjadi Haenyeo pada usia tujuh belas, tetapi mereka barulah menjadi Haenyeo yang sebenarnya setelah bertukar pakaian sebelum dan sesudah menyelam, menghangatkan diri di perapian di antara penyelaman, dan mengulangi kegiatan ini berulang kali. Perapian yang biasanya berada di tempat terbuka yang mendapat banyak cahaya matahari melambangkan kelompok masyarakat tradisional Haenyeo Jeju. Bekas api menunjukkan di mana api unggun berlokasi. Haenyeo tradisional mengenakan pakaian menyelam yang terbuat dari katun atau muslin dan menghabiskan waktu lama di dalam air, sehingga mereka perlu membuat api unggun pada lokasi yang dekat sebagai tempat untuk menghangatkan tubuh mereka yang beku sehabis menyelam. Haenyeo di beberapa desa pergi ke laut menggunakan perahu. Jika demikian, mereka membuat api unggun di dalam perahu. Dari pertengahan tahun 1970-an, Haenyeo Jeju mulai memakai pakaian selam yang terbuat dari karet. Sejak saat itu perapian tradisional mulai menghilang, dan sebagai gantinya muncullah ruang ganti modern di tempat api unggun itu.
Tradisi Kehidupan Komunal yang Berakar Kuat Mulai tahun 1970-an, menjadi Haenyeo bukan lagi proses alami tetapi menjadi pilihan. Karena koperasi
Selama musim panas mereka bekerja sekitar enam sampai tujuh jam per hari, sedangkan di musim dingin mereka bekerja 4 hingga 5 jam per hari, dan mereka menghabiskan 90 hari dalam setahun untuk menyelam. Karena ia adalah seorang Haenyeo itu bukan berarti ia dilahirkan dengan karakteristik fisik khusus. Mereka menjadi Haenyeo hanya karena menyelam lagi dan lagi selama bertahun-tahun .
desa nelayan memberikan hak mengumpulkan hasil laut bagi Haenyeo maka mereka yang ingin menjadi Haenyeo haruslah menjadi anggota koperasi desa nelayan terle-
menunjukkan betapa berbahayanya pekerjaan menyelam
bih dulu. Biasanya perempuan menjadi Haenyeo setelah
yang mereka lakukan. Setiap musim semi, Haenyeo Jeju
mereka menikah. Setelah menjadi Haenyeo, mereka men-
mengadakan ritual untuk berdoa bagi keselamatannya di
jadi anggota asosiasi penyelam perempuan lokal, sebuah
laut kepada â&#x20AC;&#x153;Nenek Raja Nagaâ&#x20AC;?, dewi laut. Selama ritual
organi-sasi sukarela Haenyeo milik koperasi nelayan desa.
ini, semua Haenyeo menjadi keturunan dewi dan men-
Asosiasi penyelam perempuan yang ada di setiap desa
ciptakan rasa solidaritas komunal sebagai keturunan
mengurus dan memutuskan berbagai macam hal sep-
dari nenek moyang yang sama. Mereka menyebarkan
erti apa yang dapat dikumpulkan dari laut, kapan dan
biji-bijian di perairan pesisir secara simbolis dan berdoa
bagaimana Haenyeo boleh beristirahat jika ada acara
agar mereka dapat memanen banyak hasil laut.
pemakaman atau pernikahan. Karena dasar utama dari
Menyelam bukanlah pekerjaan sederhana, tetapi ada-
menyelam bagi mereka adalah kerjasama, maka semua
lah pekerjaan yang menuntut keahlian khusus. Ini adalah
keputusan yang diambil oleh asosiasi penyelam per-
keterampilan yang diperoleh dengan cara diasah melalui
empuan adalah hasil kesepakatan dengan suara bulat.
pengalaman bertahun-tahun. Yang lebih penting dari-
Meskipun Haenyeo bersaing satu sama lain, ketika bera-
pada kemampuan fisik seperti kapasitas paru-paru dan
da di air mereka harus saling melindungi dari bahaya
kemampuan untuk bertahan di dalam air dingin adalah
menyelam, sehingga Haenyeo Jeju sangat perhatian ter-
hal-hal yang dipelajari secara alamiah melalui pengala-
hadap satu sama lain.
man. Haenyeo memiliki peta kognitif tentang dasar laut
Ada pepatah populer di kalangan Haenyeo dari Pulau
yang meliputi lokasi bebatuan dan habitat flora dan fauna
Jeju yang mengatakan â&#x20AC;&#x153;Ambil kehidupan dari alam baka
di dasar laut. Haenyeo dengan keterampilan tinggi dapat
untuk digunakan pada hidup sekarangâ&#x20AC;?. Pepatah ini
menentukan dengan lebih tepat daripada ramalan cuaca,
16
Seni & Budaya Korea
apakah hari itu mereka bisa menyelam atau tidak sam-
punah. Jumlah Haenyeo Jeju yang pada tahun 1965 ter-
pai-sampai apa yang mereka katakan lebih dapat diper-
catat sekitar 23.000 orang, pada tahun 1975 menurun
caya daripada ramalan cuaca.
hingga 8.400 orang. Selama sepuluh tahun jumlah Hae-
Sebagaimana yang ditekankan oleh seorang Hae-
nyeo telah berkurang menjadi sepertiga dari jumlah
nyeo, menyelam â&#x20AC;&#x2DC;harus dipelajari dengan melihat dan
sebelumnya yang merupakan penurunan paling drastis
menanggapâ&#x20AC;&#x2122;. Sama seperti berburu dan memancing,
selama ini. Ini disebabkan karena dalam dekade tersebut
pengetahuan yang diperlukan untuk menyelam bukan-
ada kebijakan pembangunan yang difokuskan pada budi-
lah sesuatu yang bisa dipelajari secara eksplisit. Belajar
daya jeruk mandarin Pulau Jeju dan industri pariwisata.
sama artinya dengan berlatih, dan berlatih sama arti-
Selanjutnyapun jumlah Haenyeo terus menurun dan pada
nya dengan belajar. Di ruang ganti sebelum dan sesudah
tahun 2012 Haenyeo yang tercatat berjumlah 4.500 orang.
penyelaman, Haenyeo muda mulai belajar dari Haenyeo
Seiring dengan penurunan jumlah Haenyeo, penuaan
berketerampilan tinggi bukan hanya pengetahuan yang
populasi Haenyeo juga berkelanjutan. Pada tahun 1970,
diperlukan untuk menyelam tetapi tanggung jawab dan
31 % dari semua Haenyeo berusia di bawah 30 tahun.
kesetiakawanan mereka sebagai Haenyeo.
Namun dalam survei pada tahun 2012 tidak seorang Haenyeopun yang berusia di bawah 30 tahun, dan bahkan
Menyelam yang Ramah Lingkungan dan sebagai Cara Hidup yang Berkesinambungan
biarpun jumlah Haenyeo yang berusia 30-an dan 40-an disatukan, jumlahnya tidak lebih dari 2 % dari jumlah
Haenyeo adalah bagian penting dari identitas Jeju,
keseluruhan Haenyeo. Sulit untuk menemukan generasi
karena hampir semua orang di Jeju memiliki ibu atau
muda yang ingin menjadi Haenyeo, sementara pada saat
nenek yang pernah atau sedang bekerja sebagai Hae-
yang sama karena tidak ada batas usia untuk pekerjaan
nyeo. Haenyeo yang berenang hanya dengan menyandar-
ini Haenyeo terus menyelam selama kesehatan mereka
kan diri pada sebuah tewak tanpa rasa takut di tengah
mengizinkan, bahkan sampai usia 80.
gelombang laut melambangkan semangat keberanian
Agar tradisi Haenyeo Jeju dapat bertahan dan ber-
orang Jeju. Karena tanah di Pulau Jeju adalah tanah vul-
lanjut, perlu ada langkah-langkah perlindungan yang
kanik yang tandus Pulau Jeju, Haenyeo juga harus ber-
memungkinkan Haenyeo untuk mendapatkan penghasi-
tanggung jawab untuk menghidupi keluarganya. Mereka
lan yang stabil dan kehidupan sehat yang terjamin. Untuk
juga menyelam bersama di daerah tertentu dari laut dan
tujuan ini, Pemerintah Provinsi Jeju berupaya dalam berb-
menyumbangkan keuntungan dari pekerjaan mereka
agai bidang. Salah satu upaya yang dilakukan adalah den-
ke desa atau digunakan untuk membangun sekolah-
gan meningkatkan pembudidayaan benih tiram dan siput
sekolah.
laut untuk disalurkan ke asosiasi desa nelayan, memberi-
Teknik selam yang digunakan oleh Haenyeo Jeju ada-
kan subsidi pakaian selam, dan mengusahakan agar Hae-
lah teknik yang ramah lingkungan sehingga mempunyai
nyeo yang sudah berhenti maupun yang masih aktif dapat
kemungkinan berkesinambungan. Karena keterbatasan
menerima pengobatan dan perawatan secara cuma-
pada berapa lama mereka dapat menahan napas di
cuma di rumah sakit. Selain itu, dengan kesepakatan dari
bawah air, maka mereka bisa mengontrol keinginan
asosiasi desa nelayan, pemerintah merancang program
pribadi untuk mengumpulkan banyak hasil laut. Bagi
dukungan beragam untuk pelatihan Haenyeo baru.
Haenyeo, laut tempat mereka bekerja adalah â&#x20AC;&#x2DC;ladang
Tetapi lebih dari segalanya, Haenyeo Jeju masing-
lautâ&#x20AC;&#x2122;. Dalam setahun, sebanyak dua atau tiga kali mere-
masing perlu mengurangi waktu kerja mereka per hari
ka bekerja sama untuk membersihkan gulma di pantai
dan mengurangi periode menyelam dalam setahun.
dan perairan. Kegiatan tersebut adalah untuk membantu
Karena upaya perlindungan dari pemerintah yang diran-
pertumbuhan rumput laut yang menjadi makanan bagi
cang untuk mengamankan kesehatan, keselamatan, dan
tanaman laut atau jenis kerang-kerangan yang mereka
pendapatan yang stabil untuk Haenyeo mutlak memerlu-
panen. Tugas lain dari Haenyeo Jeju adalah untuk ber-
kan partisipasi aktif dan kerjasama dari Haenyeo sendi-
partisipasi dalam pembenihan tiram dan siput laut di
ri agar kemungkinan bagi generasi baru meneruskan
perairan laut. Inilah cara hidup mereka yang berdampin-
tradisi pekerjaan mereka bisa meningkat. Jika ini terjadi,
gan dengan alam.
tradisi menyelam Haenyeo akan bertahan sebagai salah
Namun jumlah Haenyeo menurun setiap tahun menyebabkan keberadaan dari Haenyeo Jeju terancam K o r e a n a | M u s i m P a n a s 2 0 14
satu dari berbagai metode produksi dalam masyarakat industri maju dari Korea hari ini.
17
Fitur Khusus 3 Haenyeo: Potret Penyelam Perempuan dari Jeju
Ketangguhan Perempuan Jeju yang Ditempa Kerasnya Penyelaman Alangkah sulitnya menahan napas di dalam air untuk waktu yang lama. Haenyeo menahan napas, menyelam ke dasar laut, dan kembali sebentar ke permukaan air, untuk melepaskan kesesakan napas mereka dengan suara tiupan napas. Suara tiupan napas ini adalah bukti bahwa mereka masih hidup. Suara tiupan napas Haenyeo yang menggema di laut adalah paduan suara dari kehidupan. Joo Kang-hyun Profesor, Jeju National University / Pimpinan Pusat Budaya dan Samudera Asia - Pasifik | Lee Sung-eun Fotografer
18
Seni & Budaya Korea
S
ebenarnya Pulau Jeju bukan satu-satunya tempat di mana orang
jumlah sedikit, Perempuan berjumlah banyak”, sehingga perbandin-
bisa menyelam. Jauh sebelum scuba diving – yang saat ini pop-
gan yang sangat tidak imbang antara jumlah pria dan perempuan di
uler di kalangan masyarakat modern -, orang telah menikmati sumber
Jeju menjadi masalah sosial yang cukup serius pada masa itu.
daya dari sungai atau laut. Berdasarkan alasan ini, bisa dikatakan seja-
Pada pertengahan zaman Joseon, seorang penyair bernama Im Jea
rah scuba diving bermula seiring dengan bermulanya sejarah manusia.
mengadakan perjalanannya ke Pulau Jeju dan dalam catatan perjala-
Eksploitasi penyelam mutiara di negara-negara seperti Jepang, Indo-
nannya yang berjudul “Perjalanan Singkat ke Laut Selatan” tercatat
nesia, Australia, Sri Lanka, India bagian selatan, dan Oman terkenal
jumlah pria Jeju yang tidak kembali karena kapal mereka tenggelam
sejak lama. Ada juga spons diving di Mediterania dan Karibia, panen
berjumlah 100 orang per tahun. Karena alasan itulah jumlah perem-
karang merah di Italia, dan panen karang hitam di Laut Merah dan laut
puan Jeju banyak dan jumlah prianya sedikit. Di antara perempuan-
lepas di Hawaii yang telah dikenal luas. Sebagai hasil laut antara lain
perempuan yang tinggal di desa, sedikit yang suaminya masih ada. Para
kijing, tiram dan kerang telah memiliki sejarah yang panjang.
janda yang tertinggal sendiri dan terpaksa menanggung kewajiban
Selain mengumpulkan karang, spons, dan moluska secara lang-
pojak membayar pajak harus bersedia terjun ke laut pada musim ding-
sung, penyelam juga membantu orang lain menangkap ikan. Mereka
in yang menjadikan mereka muncul sebagai penyelam perempuan
menyelam ke dalam air untuk membantu mengatur jaring atau untuk
yang gigih melalui sejarah yang pilu. Sejarah kejam dan berat ini ada-
mendorong ikan ke dalam jaring atau bendung, dan mereka meng-
lah salah satu alasan utama mengapa Pulau Jeju sering disebut seba-
umpulkan ikan yang telah tertangkap juga. Mereka bekerja kooper-
gai “Pulau Para Perempuan”.
atif, karena pekerjaan ini tidak mungkin untuk menyelesaikan tanpa usaha komunal.
Meninggalkan bayi dalam keranjang, Menuju ke laut
Penyelam di seluruh dunia selalu melompat ke dalam air tanpa
Haenyeo sering pula menjadi objek cemoohan. Orang-orang di
alat bantu khusus dan melakukan pekerjaan berbahaya tanpa apa-
Pulau Jeju yang menamakan diri sebagai bangsawan sedapat mung-
apa kecuali dengan tubuh mereka sendiri. Menyelam tanpa peralatan
kin menghindari pekerjaan yang berhubungan dengan air. Haenyeo
apapun masih terus dilakukan secara luas sampai sekarang. Belum
yang menghabiskan waktu mereka di air laut yang asin sebagaimana-
lewat dari seratus tahun sejak diperkenalkannya kacamata renang,
pun rajinnya mereka merawat diri, tetap saja kulit mereka kasar.
dan belum lama juga dikenal pakaian karet yang menjaga mampu
Pada akhir abad ke-18 di zaman Joseon, seorang penulis bernama
suhu tubuh penyelam dari kedinginan.
Shin Gwangsu dalam bukunya “Rumah Batu di Utara” memberikan deskripsi yang jelas tentang pemandangan Haenyeo.
Dari penyelam laki-laki sampai penyelam perempuan Ketika masyarakat umum menganggap bahwa menyelam adalah
Ditarik tiba-tiba oleh arus dan terombang-ambing ke sana-sini,
pekerjaan pria, Korea memiliki arti penting dalam sejarah menyelam.
Bak bebek yang belajar berenang mengibas kaki di dalam air
Haenyeo (yang berarti ‘perempuan laut’) di Pulau Jeju memiliki seja-
Di permukaan air hanya terlihat keranjang
rah yang sangat istimewa dan dengan organisasi yang terpadu mere-
Tiba-tiba gelombang biru menguat tinggi ke udara
ka meneruskan tradisi hingga sekarang. Kehidupan Haenyeo telah
Dengan cepat menarik tali pengikat keranjang
menjadi tujuan penelitian bagi banyak ilmuwan untuk berbagai ala-
Sekaligus memuntahkan napas panjang dengan suara lega
san, antara lain adalah konsistensi dan sifat sistematis dari pekerjaan
Suara napas penuh arti yang menggema jauh sampai ke istana
mereka, sifat komunal yang kuat dari organisasi menyelam mereka,
bawah laut
dan koeksistensi pendudukan dan ritual.
Dari antara sekian banyak pekerjaan untuk menyambung hidup,
Haenyeo dari Jeju juga memiliki sejarah yang menyedihkan. Di masa lalu, Haenyeo harus memberikan tiram hasil tangkapan mereka
Mengapakah justru pekerjaan ini yang harus terpilih? Apakah Dikau mempertaruhkan hidup untuk mendapat keuntungan?
ke kantor pemerintah sebagai pajak. Sebenarnya sampai pada akhir pertengahan abad ke-17, menyelam bukan tugas perempuan saja.
Pada zaman Sejong yakni paruh pertama abad ke-15, seorang
Tetapi karena jumlah penyelam laki-laki (yang disebut pojak) menu-
pejabat lokal bernama Gi Geon keluar berpatroli selama badai salju
run. Akibatnya kewajiban pria untuk membayar pajak menjadi tang-
sengit didorong oleh angin barat. Tetapi pada hari yang sangat ding-
gung jawab yang harus dipikul oleh kaum perempuan. Dalam arti,
in tersebut ia melihat kerumunan perempuan yang nyaris tidak ber-
mereka yang tidak kuasa menghadapi pemungutan pajak hasil laut
pakaian terjun ke laut. Ia sangat terkejut menyaksikan pemandan-
yang keterlaluan oleh kantor-kantor pemerintah melarikan diri dan
gan tersebut, dan sejak saat itulah terdorong oleh hati nuraninya yang
hidup dengan mencari hasil laut. Jumlah pria Jeju yang melarikan diri
tidak tega melihat pemandangan tersebut membuatnya tidak pernah
ke daratan semenanjung melampaui 10.000 orang, yang mengakibat-
menyentuh ataupun memakan tiram atau jenis kerang hasil kerja Hae-
kan pada akhir abad ke-16 di Pulau Jeju terjadi fenomena “Pria ber-
nyeo. Hal tersebut tercatat dalam ‘Buku Catatan Raja Sunjo (Vol.27)’
K o r e a n a | M u s i m P a n a s 2 0 14
19
Cara dan metode menyelam dasar yang baik dan benar, hal-hal yang harus diwaspadai, sopan santun dan tolong menolong antar rekan penyelam, cara mengambil hasil laut sampai mengumpulkan dan menjualnya dipelajari dan disampaikan melalui pengalaman dan cerita secara turun temurun. Pengetahuan dan pelatihan seperti ini sudah lama menjadi suatu aturan yang kekal yang mewajibkan semua Haenyeo menaatinya.
yang dipersembahkan oleh Wakil Perdana Menteri Shim Sang-gyu di
Sementara untuk menyelam di daerah dekat pantai, cukup berenang
bulan kesebelas tahun 1824.
sampai tempat yang diinginkan dan menyelam. Jenis yang dikumpulkan antara lain adalah tiram, siput laut, kerang, landak laut, teripang,
“Di musim dingin, pria dan perempuan menanggalkan pakaian
rumput laut, dan agar laut, tapi yang paling berharga dari semuanya
mereka dan masuk ke dalam laut dengan menggigil, menganggap
adalah tiram. Gamtae ( jenis rumput laut ) diambil pada musim panas
diri cukup beruntung bila tidak mati tersapu ombak. Mereka kelu-
dengan cara dicangkul untuk kemudian digunakan untuk pupuk.
ar dari air dan membuat api unggun di pantai dan nyaris memba-
Begitu baiknya pupuk ini sampai-sampai tanah yang dipupuk dengan
kar diri mereka sendiri untuk menghangatkan tubuh menyebab-
gamtae tetap subur hingga 3 tahun tanpa dipupuki. Ini menunjukkan
kan kulit mereka pecah, keriput, dan mengerikan bagai hantu.
bahwa pekerjaan Haenyeo tidak terbatas pada pekerjaan laut saja.
Tetapi usaha mereka itu hanya menghasilkan sejumlah kecil tiram
Kebanyakan Haenyo menghabiskan setengah dari waktu mereka
dan segenggam rumput laut yang bila dijual uangnya hanya cukup
untuk menyelam dan setengahnya lagi untuk bertani. Sudah menjadi
untuk mengoles bibir mereka dengan bubur nasi.”
keharusan bagi semua Haenyeo untuk bertani. Mereka mengambil pupuk dari laut untuk menyuburkan tanah vulkanis yang tan-
Di antara sekian banyak kehidupan di desa nelayan yang amat
dus dan kemudian menanam benih untuk bertani. Sepulangnya dari
terhimpit, kehidupan penyelam menggambarkan dengan terper-
menyelam mereka pergi ke ladang untuk menyianginya hingga air
inci betapa parahnya derita yang mereka alami. Sekarang ada paka-
pasang tepat bagi mereka untuk kembali menyelam. Kerja mereka
ian selam yang mampu menjaga kehangatan tubuh saat menyelam,
di ladang sama sekali tidak bisa dikatakan ringan. Di daerah Pasi-
tetapi dulu penyelam harus terjun ke air laut yang dingin beku dalam
fik memang ada penyelam-penyelam yang melakukan pekerjaan
keadaan setengah telanjang. Apalagi karena bahan pakaian pada
selam dan tani secara bersamaan, tetapi tidak ada mereka yang be-
masa itu sangat langka, tidak mungkinlah mereka memakainya
kerja sama kerasnya untuk menyelam dan bertani. Tidak berlebihan
masuk ke dalam air laut yang dapat mempercepat rusaknya sepo-
juga jika Haenyeo Jeju adalah model sistem pertanian yang menjaga
tong pakaian, dan tambahan lagi mereka tidak mampu untuk mem-
siklus ekologi karena mereka menggunakan pupuk dari tanaman laut
beli pakaian cadangan. Para perempuan dikabarkan memakai celana
untuk menyuburkan tanah.
renang yang disebut ‘sojungi’ sementara dadanya tidak memakai penutup. Selama mereka menyelam, mereka menidurkan bayi mereka di dalam keranjang yang disebut ‘gudogi’.
Komunitas kerja dan masyarakat ritual Haenyeo menyelam 10-12 hari setiap bulan . Mereka mulai menyelam ketika gelombang sudah tepat seperti kata pepatah: “ Saat
Haenyeo, menyelam dan bertani
gelombang pasang kita hidup apa adanya, dan ada saat air surut kita
Di masa lalu, para perempuan Jeju mulai menyelam pada usia 16
bekerja ”. Khususnya mereka menghindari menyelam saat tidak ada
atau 17 tahun. Semasa kecil, sebagai latihan mereka menyelam di
gerakan di air. Kalau ada ombak maka menyelam menjadi lebih sulit.
perairan dangkal pantai, mengumpulkan kerang dan agar laut. Ket-
Sebab pada hari di mana ada ombak setinggi 2 meter, pengaruh-
erampilan menyelam diajarkan dari mulut ke mulut, dipraktekkan di
nya dua kali lipat yaitu akan mempengaruhi sampai kedalaman air 4
laut, sampai akhirnya cukup untuk benar-benar menyelam. Cara dan
meter. Jika ombak memburuk tiram di depan matapun sulit ditang-
metode menyelam dasar yang baik dan benar, hal-hal yang harus
kap karena bergelombang.
diwaspadai, sopan santun dan tolong-menolong antar rekan penyelam,
Walaupun memakai pakaian selam sekalipun bila menyelam ke
cara mengambil hasil laut sampai mengumpulkan dan menjualnya
laut pastilah akan terluka akibat ikan atau serangan gerombolan hiu,
dipelajari dan disampaikan melalui pengalaman dan cerita secara
apalagi bila menyelam dalam keadaan hampir telanjang. Saat men-
turun temurun. Pengetahuan dan pelatihan seperti ini sudah lama
cari tiram, Haenyeo memukulkan cangkulnya untuk mengeluar-
menjadi suatu aturan yang kekal yang mewajibkan semua Haenyeo
kan tiram di antara karang. Terkadang cangkul menyangkut di batu
menaatinya. Kewajiban bagi Haenyeo yang ketat untuk menaati peratu-
karang sementara tali pengikat cangkul yang diikatkan pada tangan
ran ini tak lain adalah untuk keselamatan dirinya sendiri.
tidak berhasil dilepas sehingga Haenyeo kehilangan nyawa karena
Untuk menyelam di tempat jauh, haruslah menggunakan perahu.
20
kehabisan napas. Karena itulah Haenyeo melakukan ritual tradisional Seni & Budaya Korea
Setiap musim semi, para Haenyeo Jeju mengadakan ritual untuk berdoa bagi keselamatan dan hasil tangkapan yang melimpah di laut. Mereka melaksanakan dari upacara kecil yang dilakukan di desa-desa hingga ritual skala besar seperti yang dilaksanakan di Jeju Chilmeoridang Yeongdeunggut, yang telah tercatat di daftar Warisan Budaya Bukan Benda tentang Kebudayaan (The Intangible Cultural Heritage of Humanity) UNESCO.
untuk menyerahkan nasibnya pada Yang Kuasa. Dan karena itu pula-
tahun pada musim gugur. Adapula yang mendayung perahu berhari-
lah setiap tahun diadakan ritual selam bersama yang menunjukkan
hari untuk mencapai Tsingtao atau Dalian di Cina .
bagaimana komunitas kerja juga berfungsi sebagai masyarakat ritual.
Untuk menghemat harga sesuap nasi, Haenyeo selalu membawa
Haenyeo adalah pengelola yang handal bagi ekonomi rumah tang-
biji-bijian dan kacang-kacangan. Mereka berhemat sedapat mungkin.
ga mereka. Dengan susah payah mereka mendapatkan uang dari
Ibu menyusui dalam perjalanan menggendong sekaligus menyusui
menyelam yang mereka lakukan di samping mengerjakan pekerjaan
bayinya dalam perjalanan pergi menyelam. Ada juga ibu hamil yang
rumah tangga mereka, dan dengan uang ini mereka membeli ladang
melahirkan di perahu saat pergi menyelam.
dan bahkan menyekolahkan anak-anak mereka sampai ke universitas.
Ada yang menyelam di perairan dekat, ada pula yang pergi
Pekerjaan yang berbahaya ini diikuti dengan penyakit yang berbahaya
berkelompok 15 sampai 20 orang berperahu. Ada yang berperahu di
pula. Penyakit akibat selam selalu berkelanjutan. Jika merasa sakit
laut yang dekat, ada pula yang pergi jauh hingga negeri asing sambil
kepala, Haenyeo akan meminum obat sakit kepala atau obat flu seada-
makan, minum, dan tidur di atas perahu saja. Mereka ini turut meny-
nya. Ada kebijakan kesejahteraan yang menyediakan layanan medis bagi
umbang kisah dalam sejarah kemerdekaan Korea selama setengah
Haenyeo tetapi mereka tidak bisa mengharapkan dapat sembuh total.
abad yang lalu.
Wilayah kerja Haenyeo tidak terbatas pada perairan lepas pantai
Kerja keras Haenyeo yang terkadang menggali di sekitar dasar
Pulau Jeju. Ada banyak yang melakukan perjalanan ke Busan, Ulle-
laut dengan kedalaman 20 meter bisa dikatakan melampaui kemam-
ungdo, Dokdo, Heuksando, dan daerah lainnya, dan beberapa bahkan
puan manusia. Tidak mungkin kita berbicara tentang kehidupan
Haenyeo mengadakan perjalanan di seluruh Asia Timur Laut, ke tem-
laut Pulau Jeju tanpa membicarakan kehidupan Haenyeo. Karena
pat-tempat seperti Cina, Rusia, dan Jepang. Ada penyelam yang pergi
Haenyeo adalah alfa dan omega (awal dan akhir) dari kehidupan
menyelam pada musim semi dan kembali setelah lewat setengah
masyarakat Pulau Jeju.
K o r e a n a | M u s i m P a n a s 2 0 14
21
Fitur Khusus 4 Haenyeo: Potret Penyelam Perempuan dari Jeju
Para Perempuan Laut Masa Kini Saat mengidentifikasi status sosial penduduk tertentu, ada beberapa pertanyaan dengan jawaban yang berfungsi sebagai indikator berguna, seperti "Apakah Anda bersedia memberitahu orang lain apa pekerjaan orang tua Anda?" "Apakah Anda ingin anak-anak Anda meneruskan pekerjaan Anda?" Bagi para penyelam perempuan dari Pulau Jeju yang disebut Haenyeo atau "perempuan laut" dan keluarga mereka, pertanyaan-pertanyaan seperti ini agak sukar dijawab. Oleh karena itu mereka begitu bangga saat pemerintah Korea mengajukan kepada UNESCO untuk mendaftarkan Haenyeo ke dalam daftar Warisan Budaya Tak-Benda. Lee Jin-joo Penulis Lepas | Kim Heung-gu, Cho Ji-young Fotografer
22
Sebuah kegiatan di bawah air oleh Haenyeo disajikan empat kali sehari dalam tangki ikan yang sangat besar di Planet Aqua, akuarium terbesar di Asia yang terletak di Seni & Budaya Korea Seogwipo.
S
elama berabad-abad di Pulau Jeju, Haenyeo atau “perem-
Yi Han-yeong, pemimpin organisasi nirlaba bernama Asosiasi bagi
puan laut” telah menyokong ekonomi keluarga mereka dengan
Pelestarian Budaya Haenyeo, mengakui potensi perempuan laut sebagai
menyelam untuk memanen makanan dari laut dengan tangan. Ter-
konten budaya. Dia bekerja sebagai instruktur skin-scuba diving di dara-
lepas dari peran sebagai pencari nafkah utama, di saat para suami tidak
tan sebelum mengunjungi Pulau Jeju untuk belajar tentang keterampilan
berkontribusi terhadap ekonomi keluarga, mereka kurang dihormati
menyelam para perempuan asli daerah tersebut. Ia terdaftar di Sekolah
bahkan kurang disukai karena pakaian kerja “perempuan laut” mem-
Hansupul Haenyeo di Jeju (kepala sekolah: Yi Hak-chul), sebuah lang-
perlihatkan tubuh mereka. Mereka telah membesarkan anak-anak
kah yang mengubah jalan hidupnya. Kemudian ia pindah ke pulau itu dan
untuk bekerja di perairan yang dingin, dan sebagian besar sudah men-
membuka bisnis yang melibatkan berbagai kegiatan: memproduksi tab-
inggalkan pulau untuk memiliki kehidupan baru di daratan. Anak-anak
let vitamin dari rumput laut yang dikumpulkan oleh para perempuan laut,
mereka cenderung ragu untuk menyebutkan apa pekerjaan ibu mereka.
mempopulerkan skin-scuba diving, membuat acara dan pertunjukan air,
Bahkan sebagian besar perempuan laut tidak ingin anak-anak mengi-
menyediakan layanan pembersihan tangki ikan, dan sebagainya. Salah
kuti mereka menjadi penyelam. Kim Eun-sil, seorang Haenyeo berumur
satu kegiatan perairan yang ia tampilkan adalah penampilan beberapa
80 tahun yang baru-baru ini diliput oleh New York Times, membesar-
perempuan laut asli, empat kali sehari dalam tangki air raksasa sedalam
kan kelima anaknya dengan menyelam di laut yang dingin, namun putri
20 m di Aqua Planet, akuarium terbesar di Asia.
satu-satunya bahkan tidak tahu bagaimana caranya berenang.
Didirikan oleh Divisi Pengembangan Kelautan Pemerintah Provinsi
Data statistik juga membeberkan rendahnya penghargaan yang
Jeju dan dioperasikan oleh Hanwha Hotels & Resorts, Aqua Planet
diraih oleh para penyelam perempuan pribumi. Menurut data yang
adalah akuarium berukuran lebih besar dari Churaumi Aquarium yang
dikeluarkan Pemerintah Provinsi Jeju, jumlah Haenyeo turun dari
banyak dibicarakan orang di Okinawa, Jepang. Para perempuan laut
23.000 orang pada tahun 1965 menjadi kurang dari 4.600 orang saat
yang tampil di Aqua Planet, usia rata-rata mereka lebih dari 70 tahun,
ini. 50% dari mereka adalah perempuan lanjut usia yang berumur 70
berasal dari koperasi Desa Sinyang dan Goseong. Penampilan mereka
tahun atau lebih tua. Sementara tingkat kematian rata-rata di anta-
direspons dengan antusias terutama oleh penonton dewasa, yang tahu
ra kelompok ini berjumlah 130 orang dan masuknya angkatan kerja
bagaimana rasanya hidup sebagai Haenyeo di Pulau Jeju. Beberapa
baru hanya sekitar 15 orang per tahun. Jumlah ini diperkirakan men-
pemain senior sangat tersentuh oleh respons yang bersemangat dari
jadi semakin sedikit, kurang dari 1.000 orang selama 20 tahun sejak
para penonton. Sambil meneteskan air mata, beberapa dari mereka
sekarang. Tampaknya pekerjaan tradisional demi mengumpulkan
menyampaikan ucapan seperti: “tampaknya keinginan seumur hidup
bahan makanan dari laut ini akan hilang cepat atau lambat.
saya telah menjadi kenyataan”, “saya belum pernah begitu bang-
Baru-baru ini, berbagai kebijakan telah dibahas untuk menjaga
ga dengan pekerjaan saya sebelumnya”, atau “sekarang, beberapa
tradisi Haenyeo hidup. Pertama, pemerintah mengangkat penyelam
penyelam telah menjadi begitu terkenal sehingga mereka sering diun-
perempuan sebagai penjaga warisan budaya seperti halnya seniman
dang untuk memberikan ceramah dan muncul di media publik”.
tradisional lain seperti para pengrajin, lantas menyusun kebijakan
Yi Han-yeong menjelaskan bahwa pada masa industrialisasi
resmi untuk menarik dan melatih para anggota baru. Para perempuan
Korea, produk laut yang dikumpulkan oleh penyelam perempuan
laut yang terpilih dengan cara baru dapat mengembangkan konten
diekspor ke Jepang untuk membantu bangsa mendapatkan mata
budaya berdasarkan kehidupan mereka. Mereka bisa menggunakan
uang asing yang sangat dibutuhkan. Para perempuan itu tidak hanya
cerita rakyat dan menyoroti karakter mereka sebagai “ibu yang kuat,”
be-kerja bagi keluarga tetapi juga telah memberi sumbangsih ter-
“putri laut,” atau “putri duyung yang hidup.” Selain itu, keterampilan
hadap kekayaan bangsa. Yi mengklaim bahwa kontribusi seperti
menyelam mereka dapat diterapkan untuk olahraga sehari-hari dan
ini cukup langka di antara pekerja di industri primer, dengan man-
aktivitas kelautan lainnya seperti berenang dan skin-scuba diving.
faat bagi perluasan kekayaan suatu negara yang pernah mengalami
Berbagai upaya telah dilakukan untuk mensosialisasikan tradisi
penurunan di seluruh dunia. Ia berpikir kisah mereka dapat menjadi
adat para penyelam perempuan secara luaas dan manfaatnya mulai
narasi yang unik bagi masyarakat Korea. Kehidupan mereka memiliki
terlihat dewasa ini. Sektor publik dan swasta telah bekerjasama untuk
potensi untuk dikembangkan sebagai konten budaya yang istimewa.
mengusahakan tradisi ini masuk ke dalam Daftar Warisan Budaya TakBenda UNESCO. Pemerintah setempat menawarkan kursus untuk
Membuat Awal Kedua di Sekolah Haenyeo
melatih penyelam Haenyeo amatir dan mengadakan festival yang ber-
Banyak hidup orang telah berubah berkat para perempuan laut.
tema perempuan laut. Kota-kota nelayan kecil di pulau tersebut juga
Salah satu pusat dari perubahan ini juga ada pada Sekolah Hansupul
menyediakan fasilitas penginapan dan wisata meng-umpulkan kerang
Haenyeo. Terletak di desa nelayan Hallim di Kota Jeju, sekolah bagi
bagi para wisatawan. Sebuah studio animasi lokal juga mengembang-
para penyelam perempuan itu menyebarkan iklan untuk perekrutan
kan beberapa karakter kartun berdasarkan figur penyelam perempuan
siswa angkatan ketujuh. Meskipun biasanya satu kelas terdiri dari 50
pribumi seperti “Mongni, penyelam kecil” dan “Sojoongi, anak pulau.”
orang (35 peserta dari pulau, 10 peserta dari wilayah bagian lain, dan 5
K o r e a n a | M u s i m P a n a s 2 0 14
23
1
peserta dari negara lain), tahun ini mereka menerima 70 siswa dari 240
kang sebagai seorang penyelam. Setiap kali ada yang membutuh-
pelamar. Jumlah pelamar dari daratan terus meningkat setiap tahun
kan untuk, katakanlah, membersihkan laut sebagai tugas sukarela,
seiring dengan tumbuhnya minat akan “kehidupan santai” di Pulau
Chang adalah orang termuda dan paling lincah di antara anggota
Jeju. Meskipun sekolah bukanlah lembaga untuk melatih Haenyeo
kelompok yang melakukan pekerjaan tersebut. Mimpinya adalah
sebagai profesi, dua atau tiga perempuan setiap tahun datang ke sana
membuka studio foto untuk para penyelam senior.
dengan harapan untuk menjadi salah satu penyelam, biasanya dengan rujukan dari koperasi desa nelayan. Di antara lulusan tahun sebelumn-
Festival dan Museum untuk Perempuan Laut
ya, ada dua perempuan dari daratan yang memiliki niat serius untuk
The Haenyeo Festival yang berlangsung setiap musim gugur di
menjadi seorang perempuan laut. Mereka adalah dua sahabat yang
Pulau Jeju adalah sebuah acara yang disponsori oleh pemerintah
berbeda umur 12 tahun - Shin Dong-sun, 27 tahun, seorang desainer
provinsi dan diiklankan sebagai satu-satunya festival yang berorientasi
web dan Chang Mee-Rah, 39 tahun, seorang fotografer.
pada perempuan di Korea. Pada awalnya, kegiatan ini direncanakan
Shin menyumbangkan bakatnya dan membuat sebuah situs untuk
sebagai acara komunitas kecil di Desa Gujwa pada 2007. Seiring deng-
sekolah. Sebagai satu-satunya anak perempuan dalam keluarga, dia
an popularitas yang tumbuh di kalangan masyarakat, pemerintah
harus membujuk orang tuanya supaya setuju dengan keputusannya,
provinsi mengambil alih acara tersebut pada 2011 dan memperluas
mengingatkan mereka pada masa-masa bahagia saat mengajak anak
skalanya menjadi festival di seluruh pulau. Penyelam perempuan dari
gadis mereka untuk memancing ke laut atau sungai kecil di gunung.
setiap daerah di pulau itu turut berpartisipasi dalam berbagai acara
Shin, yang akan menjadi perempuan laut termuda, ingin membuka
seperti arak-arakan, kontes berenang, dan menyelam serta berma-
restoran fusion yang menyajikan makanan laut dimasak dengan karunia
cam-macam program lainnya. Beberapa orang bahkan menyebutnya
yang dipanen di laut setiap pagi. Ia menabungkan uang hasil bekerja di
sebagai “olimpiade kecil untuk perempuan laut.” Dalam acara meri-
sebuah perusahaan teknologi informasi di pusat Kota Jeju untuk modal
ah ini, penduduk desa dijamu dengan mie berkuah di bilik yang terpi-
pindah ke desa nelayan Aewol demi mewujudkan impian ketika ia
sah. Jamuan makanan laut seperti abalone dan ikan croaker disaji-
berusia 30 tahun, yang akan ditempuhnya tiga tahun dari saat itu.
kan kepada wisatawan serta pengunjung lainnya.
Sementara itu, Chang datang ke Jeju dengan harapan bisa memo-
Dalam arak-arakan itu, penyelam perempuan dari koperasi desa
tret perempuan laut, tidak memanfaatkan mereka hanya sebagai
berbeda mencoba yang terbaik untuk menunjukkan keunikan mereka
objek artistik tetapi menangkap kisah nyata tentang kehidupan mere-
sendiri, membuat arak-arakan lebih menarik untuk ditonton secara
ka. Untuk mewujudkan hal ini, ia sendiri memutuskan untuk menjadi
keseluruhan. Seringkali, para perempuan tampil dengan pakaian dan
seorang penyelam. Hidup di Desa Seongsan, ia bergabung dengan
perlengkapan yang luar biasa. Pada festival tahun lalu, paduan suara
kelompok Haenyeo sebagai satu-satunya anggota tanpa latar bela-
dari para penyelam Desa Hado, bernama “Zaman Haenyeo,” disam-
24
Seni & Budaya Korea
Menurut data statistik dari Pemerintah Provinsi Jeju, sejak 1965 jumlah Haenyeo turun dari 23.000 orang menjadi 4.600 orang pada hari ini. 40% dari mereka adalah perempuan lanjut usia, berusia sekitar 70 tahun atau lebih tua. Sementara itu tingkat kematian ratarata di antara kelompok penyelam lansia itu berjumlah 130 orang, sedangkan angka tahunan tenaga kerja baru yang masuk ke dalam angkatan kerja hanya sekitar 15 orang. Jumlah ini diperkirakan akan terus turun menjadi kurang dari 1.000 orang selama 20 tahun sejak sekarang.
1 Pulau Jeju berusaha menciptakan budaya lokal yang berpusat pada Haenyeo, memperkenalkannya kepada publik melalui mural dan berbagai produk yang khas. 2 Museum Haenyeo Jeju, yang memamerkan perihal berbagai bahan dan artikel tentang penyelam perempuan termasuk peralatan selam dan berbagai literatur, menarik 250.000 pengunjung setiap tahunnya. Sebuah karya instalasi oleh Yi Seung-su ditempatkan di lobi museum.
2
but dengan sorak-sorai dan tepuk tangan antusias penonton. Alih-
gai seorang ibu dari anak-anak saya sendiri, yang datang ke pulau
alih bernuansa suram, lagu pengiring kerja biasanya dinyanyikan oleh
dan meninggalkan kehidupan di daratan, saya merasakan hubungan
penyelam perempuan dari pulau. Repertoar mereka terdiri dari lagu-
kasih sayang yang mendalam dengan penyelam muda di foto terse-
lagu yang jenaka dengan lirik dalam logat asli serta lagu ceria dan
but. Pada tahun pertama saya di pulau itu, anak kedua saya masih
hidup lainnya. Selain itu, paduan suara disajikan dengan lagu ber-
bayi berumur kurang dari satu tahun. Setiap kali bayi saya merengek
judul “Anak-anak Perempuan Laut” oleh Yang Bang-ean (juga dike-
dan resah, saya berpaling ke sudut ruangan dan menyusuinya di
nal sebagai Kunihiko Ryo), komposer Korea terkenal yang berbasis di
mana pun saya berada; sambil menunggui anak saya di lorong
Jepang dan keluarganya berasal dari Pulau Jeju.
sekolah, bercengkerama dengan ibu-ibu lain di lingkungan, atau mel-
Selain festival tahunan, ada juga program tetap bagi wisatawan.
akukan tugas-tugas lainnya.
Yang paling populer adalah berbagai pengalaman langsung yang dita-
Di Pulau Jeju, para perempuan laut disebut sebagai “para ibu dari
warkan di Desa Sagye dan Hado. Peserta program ini bisa menyelam
laut”. Waktu yang saya habiskan di museum untuk merenungkan
di air dangkal di bawah bimbingan para perempuan laut deng-
makna dan kekuatan ibu memiliki efek terapis pada saya. Dan tam-
an harga 20.000 sampai 25.000 won. Mereka dapat menyelam dan
paknya saya tidak sendirian memiliki perasaan seperti itu tentang
mengumpulkan hewan-hewan lunak, kepiting, landak laut, dan bahan
kehidupan para penyelam perempuan pribumi. Seorang perempuan
makanan laut lainnya dengan biaya 5.000 hingga 10.000 won. Desa
yang memperkenalkan diri sebagai ibu dari anak dua belas tahun
Hado menyediakan program bagi wisatawan untuk tinggal di salah
yang tinggal di Provinsi Gyeonggi mengajukan sebuah permintaan
satu tempat tinggal tradisional untuk perempuan laut yang disebut
pada situs internet museum itu untuk mengunggah video klip yang
bulteok, yang digunakan sebagai ruang ganti dan istirahat. Program
menampilkan sumbi sori, suara peluit yang dibuat oleh para penyelam
ini ditawarkan dengan harga 10.000 won untuk sepanjang tahun ke-
untuk melepaskan napas mereka keluar saat berenang ke permukaan
cuali untuk waktu yang singkat di musim dingin. Pemesanan dapat
setelah tertahan selama beberapa menit di bawah air. Perempuan
dilakukan pada situs desa di internet. Manajer dari koperasi desa
itu menyalakan video selama perjalanan ke Pulau Jeju. Suara-suara
Hado mengatakan bahwa desa ini menemukan peluang bisnis di
di video itu selalu ter-kenang di pikirannya bahkan setelah ia kem-
bidang rekreasi kelautan dan usaha budidaya.
bali ke rumah. Ia mengatakan, ia akan mendengarkan suara tersebut
Museum Haenyeo Jeju juga merupakan daya tarik yang pop-
setiap kali merasa lelah dalam kehidupan. Museum itu menanggapi
uler. Ketika saya pergi ke sana, saya sangat terkesan dengan foto
berbagai permintaan seperti mengunggah video klip di situs tersebut.
hitam putih seorang penyelam muda yang sedang menyusui bayi-
Selain pameran, museum itu juga menawarkan program untuk anak-
nya. Berdiri di dekatnya dengan punggung berbalik ke arah kamera
anak bernama “Haenyeo kecil”, di mana mereka dapat merasakan
adalah anaknya, yang tampak berusia enam atau tujuh tahun. Seba-
bagaimana rasanya hidup sebagai seorang perempuan laut.
K o r e a n a | M u s i m P a n a s 2 0 14
25
fokus
Landmark Baru Seoul yang Lebih Maju The Dongdaemun Design Plaza & Park (DDP) — Plaza & Taman Desain Dongdaemun — yang baru-baru ini dibuka di tengah kontroversi dan pujian siap menjadi wajah baru Kota Seoul. Distrik Dongdaemun, lokasi taman tersebut berada, adalah tempat yang penuh dengan peninggalan sejarah Seoul, kota dengan sejarah lebih dari 600 tahun, penduduk berjumlah 10 juta jiwa, dan pusat industri mode Korea. DDP merupakan proyek ambisius dan eksperimental untuk memelihara tradisi baru di tempat yang mempunyai arti penting. Goo Bon-joon Kolumnis Arsitektur dan Staf Reporter The Hankyoreh
“Gerbang Kebangkitan Kebajikan”. Umum-
1
nya kemudian dikenal sebagai Dongdaemun, yang berarti “Gerbang Timur Besar”. Daerah di sekitar pintu masuk, merupakan penghubung aktivitas komersial dan transportasi, yang cepat berkembang di tahun 60-an dan 70-an sehingga menjadi pusat industri tekstil, komoditas ekspor utama Korea pada saat itu. Sebagai sebuah cabang dari industri yang sedang berkembang, pasar yang luas didirikan untuk tempat penjualan paka-
© Park Hae-wook
ian yang diproduksi pabrik-pabrik terdekat. Pasar dengan cepat berkembang ke seluruh kota, tempat puluhan ribu pekerja, pedagang, dan desainer bekerja saat ini. Dongdaemun dan daerah sekitarnya kemudian menjadi 1 Tampilan luar DDP dibentuk dengan panel 45.133 aluminium berbagai ukuran dan lekukan, dan bangunan bersinar seperti patung raksasa di malam hari ketika diberi cahaya dari dalam. 2 Bagian dalam tidak kalah menariknya sebagai pesta lekukan dibandingkan dengan bagian luar. Sebuah bidang putih terlindung dari luar, keunikan interior membuat bayangan yang dilemparkan oleh permukaan lengkung sangat menarik, menciptakan suasana yang asing di mana waktu tampaknya telah sepenuhnya berhenti.
26
Dongdaemun, Pusat Kota Seoul
P
pusat kendali dari industri mode Korea. Bah-
ada masa Dinasti Joseon atau Hanyang,
kan, orang Korea sering menggunakan isti-
Kota Seoul jauh lebih kecil daripada
lah “mode Dongdaemun” dalam referensi
sekarang, dipenuhi hanok yang menawan
untuk pakaian dan aksesoris yang diproduksi
atau rumah-rumah kayu tradisional Korea
di distrik mode ini.
beratap genteng. Dikelilingi pegunungan,
Seperti halnya rumah bagi industri mode
struktur kota paling penting adalah benteng
Korea, Dongdaemun adalah rumah bagi olah-
yang memberikan perlindungan terhadap
raga. Selama periode penjajahan Jepang,
penjajah luar. Sebanyak delapan gerbang
sebuah stadion besar dibangun di sana dan
berdiri di sepanjang benteng, empat di anta-
sampai tahun 1980-an Dongdaemun meru-
ranya berada di arah mata angin dari utara,
pakan salah satu tempat olahraga utama di
selatan, timur, dan barat yang berfungsi
negara itu. Heunginjimun, sebuah bagian
sebagai pintu masuk utama ke ibukota.
ikon arsitektur tradisional Korea, kompleks
Dari keempat gerbang kota itu, gerbang
olahraga, dan kawasan komersial yang ramai
timur dinamai Heunginjimun yang berarti
penuh toko dan pembeli, semua itu menjadiSeni & Budaya Korea
27
Š Virgile Simon Bertrand
K o r e a n a | M u s i m P a n a s 2 0 14
28
Seni & Budaya Korea
Di balik DDP terdapat sebuah desa kecil yang dirancang Zaha Hadid sebagai tempat untuk berbagai kegiatan budaya. Pemandangan di desa itu merupakan integrasi arsitektur dengan topografi. Aspek ini menjadi kebanggaan terbesar dunia arsitek. Keberadaannya seperti hamparan luas ruang horisontal di tengah Kota Seoul, dikelilingi gedung pencakar langit dan pusat perbelanjaan. Benar-benar fenomenal!
29
Š Virgile Simon Bertrand
K o r e a n a | M u s i m P a n a s 2 0 14
1 Sebuah pameran khusus karya seni dan artefak budaya terpilih dari Museum Seni Kansong sedang berlangsung di Design Exhibition Hall. 2 Design Experience adalah area untuk anak-anak mengalami dan membayangkan masa depan melalui desain.
1
kan daerah Dongdaemun memiliki semangat
terpilihlah Zaha Hadid yang terkenal di
saja adalah desain karya Hadid. Keseluruhan
sebagai salah satu penghubung yang paling
kalangan arsitek dunia, yang dikenal memi-
struktur DDP bebas dari garis-garis lurus dan
dinamis antara kegiatan ekonomi dan budaya
liki brand sendiri dengan bentuk arsitektur
sudut yang runcing untuk menghemat lantai.
di Korea.
unik yang terdiri dari kurva dan garis miring
Ini adalah bangunan dengan bentuk unik ter-
yang kontras dengan kebanyakan bangunan
besar di dunia dengan dinding, lang-it-langit,
Lahirnya Tempat yang Didedikasikan untuk Desain
konvensional dengan garis vertikal dan sudut
dan lorong mengalir dalam kurva asimetris
yang tegas. Hadid mengusulkan sebuah lan-
yang halus. Eksterior logam juga tampil fantas-
Transformasi kawasan Dongdaemun
skap arsitektur yang nantinya terintegrasi
tis dengan 45.133 panel aluminium berbeda
dimulai ketika Pemerintah Kota Seoul
sepenuhnya ke dalam situs stadion lama.
ukuran dan lekukan membungkus permukaan
merobohkan stadion olahraga pada 2008
Bangunan itu akan membentang rendah dan
bangunan, yang bersinar seperti patung raksa-
dengan tujuan membuat landmark khusus
menyebar di area yang luas, muncul dari atas
sa di malam hari ketika menyala dari dalam.
yang didedikasikan untuk desain. Terhubung
tanah secara bergelombang.
Interiornya tidak kalah luar biasa. Sebuah
ke kota mode di seberangnya tempat stadion
Konstruksi dimulai pada 2009 dengan
hamparan putih terlindung dari luar, di
berdiri, Dongdaemun Desain Plaza & Park
desain futuristik yang membuat DDP menarik
dalam bangunan penuh dengan bayangan
(DDP) akan menjadi pusat desain. Bangunan
perhatian masyarakat dan menuai banyak
menarik yang ditimbulkan oleh permukaan
ini dianggap sebagai salah satu kunci untuk
kontroversi. Komentar dan kritik ditujukan
melengkung, seperti beberapa planet alien di
pertumbuhan masa depan Korea dan daya
kepada bagaimana bangunan tampak kel-
mana aliran waktu datang untuk berhenti.
tarik utama wisata. Dengan memiliki ruang
uar dari lanskap Seoul dan bersinar terang
spesial bagi museum seni dan pameran,
seperti pesawat ruang angkasa yang sangat
begitu menarik untuk dilihat. Tumpukan bang-
tidak ada fasilitas lain di seluruh dunia yang
besar. Di sisi lain, warga yang mendukung
unan DDP tampak timbul dan bergulung,
secara eksklusif didedikasikan untuk desain
percaya bahwa pekerjaan arsitektur unik ini
menyembunyikan relung di sana-sini. Lorong
sedemikian besar dan megah seperti DDP.
akan mengembuskan vitalitas baru bagi kota
sempit di antara kolom perak mengarah
Sampai saat ini, DDP adalah proyek arsitek-
metropolitan Seoul.
ke udara terbuka. Sebuah jembatan sep-
tur publik terbesar di Korea. Melihat ukuran proyek, pemilihan arsitek ini sangat menarik bagi banyak orang. Maka
30
Ruang-ruang berstruktur unik tampak
erti koridor lebar melewati pusat plaza yang
Estetika Arsitektur Zaha Hadid Hal yang paling mencolok dari DDP tentu
seakan-akan tenggelam. Berbagai tingkat dan struktur serta ruang terbuka yang mengSeni & Budaya Korea
© Ahn Graphics
2
hubungkan bagian dalam dan luar adalah
taman, bukan sekadar bangunan dalam
tasi kita tentang seni dan teknologi yang
elemen yang menjadikan DDP sebuah peng-
pengertian yang konvensional. Mungkin lebih
membawa masa depan. Bukit-bukit di gurun
alaman tata ruang yang unik.
tepat disebut sebagai “lanskap terpadu”
Irak — tanah air sang arsitek — telah dihad-
DDP berfungsi sebagai tempat untuk ber-
yaitu taman dengan banyak fitur dari sebuah
irkan kembali dalam semen dan logam di
bagai pameran desain, peluncuran produk,
museum. Atapnya berwujud bukit buatan
Seoul.
pasar desain, dan acara budaya. Ini baru
yang ditutupi rumput hijau, seperti pung-
Sebagai “landmark horisontal” DDP
awalnya saja. Selanjutnya DDP akan men-
gung bukit yang landai menjangkau menuju
mencerminkan trend abad ke-21 di kota-kota
jadi tuan rumah bagi berbagai peristiwa luar
benteng kota dari Dinasti Joseon dan pening-
besar seluruh dunia, yaitu bangunan dengan
biasa yang tidak bisa ditemukan di tempat
galan arkeologis infrastruktur perkotaan. Di
banyak manfaat sekaligus situs bagi kese-
dan kota lain.
balik DDP terdapat desa kecil yang dirancang
nangan dan relaksasi warga. Proyek DDP
Sebuah langkah penting dilakukan Muse-
Hadid sebagai tempat untuk berbagai ke-
ini sejalan dengan perkembangan tersebut
um Seni terhormat Kansong, museum swasta
giatan budaya. Pemandangan di sana berupa
dengan membangun karya-karya arsitektur
tertua untuk seni tradisional di Korea, deng-
integrasi arsitektur dengan topografi. Inilah
horisontal yang langsung terhubung dengan
an membuka ruang pameran tetap di DDP.
aspek kebanggaan terbesar dalam dunia
ruang publik di kota.
Koleksi Kansong terdiri dari benda-benda
arsitektur. Keberadaannya seperti hamparan
DDP hampir seperti sebuah kota kecil
seni yang mewakili tingginya budaya tradis-
luas ruang horisontal di tengah Kota Seoul,
tersendiri dengan destinasi wisata yang leng-
ional Korea yang tidak mudah diakses oleh
dikelilingi gedung pencakar langit dan pusat
kap. Walaupun ada yang berpendapat desain
masyarakat umum. Permata budaya masa
perbelanjaan. Benar-benar fenomenal!
bangunan tersebut begitu keras dan radi-
lalu diletakkan dalam tampilan yang tak ada
Apa yang menjadikan Zaha Hadid salah
kal, sudah tak terbantahkan lagi bahwa DDP
bandingannya dari negara manapun, bahkan
satu arsitek paling dicari di dunia saat ini
mencerminkan dinamika dan kompleksitas
dari bangunan seni yang paling futuristik di
adalah cara kerjanya yang merepresen-
Kota Seoul, menawarkan beragam kegiatan
dunia.
tasikan sifat dari dunia kontemporer. Alur
budaya dan hal-hal lain yang dapat dilihat dan
garis yang tak terputus dan bervariasi serta
dilakukan. Masa lalu, sekarang, dan masa
Landmark yang Memberi Ruang Istirahat dan Kebahagiaan bagi Penduduk Kota
fluiditas yang dihasilkan dari ruang mela-
depan dari Seoul terefleksikan di DDP, dan
mbangkan kebebasan dan fleksibilitas
semua itu tertanam pada daya tarik bang-
Sesuai dengan namanya, DDP adalah
masyarakat modern sehingga memicu fan-
unan tersebut.
K o r e a n a | M u s i m P a n a s 2 0 14
31
wawancara
Kim Young-taek dan Restorasi Arsitektur Korea Keajaiban garis. Kalimat ini tiba-tiba terlintas ketika saya melihat karya seniman Kim Young-taek. Satu garis tipis tentulah tak berarti tapi puluhan ribu garis yang sama menjadi sangat kuat. Ketekunan berhari-hari dan berbulan-bulan di atas kertas membuat garis-garis itu menjadi karya besar. Dari gambar ini lahirlah sebuah rumah. Dan, begitulah Kim mengembalikan seni arsitektur tradisional. Chung Jae-suk Penulis Editorial, The JoongAng Ilbo | Ahn Hong-beom Fotografer
32
Seni & Budaya Korea
K
im Young-taek dikenal sebagai maestro seni gambar, yang tradisinya sudah terputus di dunia barat karena tak ada seniman
yang berdedikasi dalam bidang ini. Ia mempertahankan genre itu dengan sensasi Korea yang menonjol dan dikenal karena merekonstruksi arsitektur tradisional dan artefak budaya Korea dengan goresan yang sangat detil. Ia bisa membuat sketsa langsung di tempat jika segala sesuatunya memungkinkan dengan setidaknya 500.000 goresan untuk menyelesaikan satu gambar. Sungguh suatu pekerjaan yang sangat menakjubkan. Mengabadikan Pesona Arsitektur Korea dengan Gambar (diterbitkan oleh Seoul Selection) adalah katalog gambar arsitektur tradisional Korea yang dibuat oleh Kim selama lebih dari satu dekade dengan berkeliling negeri demi dokumentasi yang lebih akurat. Sebanyak 91 gambar terbagi menjadi tiga bagian ‘Arsitektur dan Sejarah’, ‘Arsitektur dan Budaya’ dan ‘Arsitektur dan Agama’. Ia menghidupkan Gwanghwamun di Istana Gyeongbok sampai Pagoda Kayu di Kuil Botapsa dalam gambarnya, hingga seolah-olah kita berada di sana. Buku itu merupakan catatan perjalanan dengan setiap gambar disertai sejarah singkat dan ulasan ringan. Ketika saya berkunjung di studionya di Gyeonji-dong, Jongro-gu, Seoul, ia sedang sibuk merawat ujung penanya dengan kertas amplas. Interiornya nampak seperti sebuah toko antik kecil karena Kim sangat suka mengoleksi benda-benda tua. Dari ribuan artefak yang menumpuk di ruangan, yang paling mencuri mata adalah tempat pena. Wadah ini ada di dekat tempatnya berdiri, dengan masing-masing menampung lusinan pena.
Senjata saya adalah ujung pena 0,03 mm Chung Jae-suk: Saya melihat tempat pena yang terisi penuh. Pena-pena itulah senjata Anda. Kim Young-taek: Setiap gambar adalah dunia yang berbeda. Ujung pena yang paling runcing di dunia adalah 0,1mm. Saya memakai Pelukis pena Kim Young-taek bekerja di studio yang terletak di Gyeonji-dong, Jongno-gu, Seoul. Tampak sebagai suasana sebuah toko barang antik kecil karena deretan stoples yang berisi dengan pena serta berbagai artefak yang telah dikumpulkan selama bertahun-tahun.
amplas untuk mengasah ujungnya dan membuatnya selebar 0,05mm atau 0,03mm. Dengan memakai pena yang runcing seperti itu saya bisa menggambar 5 garis dalam 1mm. Setiap gambar memerlukan setidaknya 500.000 hingga 800.000 goresan. Saya terus menggambar garis demi garis sampai saya merasa bebas. Kadang-kadang saya mengeluh, jenuh dengan semua pekerjaan yang saya haddapi. Tapi saya terus bekerja, garis demi garis, seperti pendeta Buddha yang secara manual menyalin teks keagamaan kuno sebagai bagian dari pengabdiannya. CJ: Dari tahun 2002 sampai 2012, Anda mengasuh kolom di JoongAng Ilbo dengan judul ‘Perjalanan Seni Gambar Kim Young-taek’. Lebih dari satu dekade dan sangat mungkin merupakan kolom terlama dalam sejarah surat kabar Korea. KY: Motivasi saya satu-satunya adalah memberitakan kepada dunia betapa cantiknya arsitektur tradisional kita. Saya sangat ingin tampil sempurna supaya orang mengenal, merasakan, mengapre-
K o r e a n a | M u s i m P a n a s 2 0 14
33
siasi dan belajar mengenai warisan budaya kita. Sering kali saya be-
kan pameran di First International Logo Design Biennale. Tapi saya
kerja sepanjang hari dan hanya bisa menyelesaikan sepersepuluh-
merasa ada yang kurang. Desain bagi saya seperti membuat sampul
nya saja. Begitulah, saya sudah berusaha sebaik mungkin. Mungkin
untuk pekerjaan orang lain. Saya tidak merasa sedang mengerja-
untuk menghargai usaha semacam itulah para kritikus menilai gam-
kan sesuatu untuk diri saya sendiri, dan hati saya terbakar keinginan
bar saya memiliki roh arsitektur kuno. Ada saat tertentu, saya harus
untuk berkarya.
menghentikan kolom itu karena cedera bahu.
CJ: Mengapa seni gambar?
CJ: Anda belajar desain di Institut Seni, Hongik University dan
KY: Saya suka sekali menggambar, bahkan sejak saya duduk di
bekerja sebagai desainer yang sangat sukses. Tapi, Anda berhenti
bangku SD. Ketika SMP, saya sangat berminat pada struktur spasial
meniti karir dalam bidang desain dan memilih mengabdikan hidup
dan mencoba membuat desain arsitektur. Saya menikmati melakukan
Anda pada pekerjaan ini. Perlu keberanian untuk mengambil kepu-
seni hiperrealis sebagai hobi. Dan saya ingat bagaimana ketika suatu
tusan seperti itu.
hari saya menggambar uang won Korea dengan cat air dan meny-
KY: Pada tahun 1993, saya adalah satu di antara 54 desainer grafis
erahkannya kepada pemilik toko. Ia memberi saya uang kembalian!
yang diberi penghargaan sebagai Duta Desain oleh International
Saya juga suka mengoleksi foto, dokumen dan benda kuno, dan ser-
Trademark Center. Tahun berikutnya, saya diundang untuk mengada-
ing kali tenggelam dalam kesibukan menggambar foto-foto dari
34
Seni & Budaya Korea
"Gerbang Sukjeong dan Benteng Seoul" (2005), 24 x 60 cm, tinta India di atas kertas.
kalender Eropa kuno dan buku-buku tua. Kemudian pada perteng-
perubahan. Mereka percaya bahwa tujuan mendirikan sebuah bang-
ahan tahun 1990an ketika saya ke Eropa untuk berlibur saya meng-
unan lebih penting dibanding tampak luar bangunan itu. Dan, mere-
etahui bahwa tradisi seni gambar telah punah. Jadi, saya berpikir
ka tidak rakus mengklaim kepemilikan sebuah karya. Itu yang saya
barangkali saya bisa menggambar dan menjualnya kepada penikmat
sebut roh maestro sejati, dan itulah roh seni menggambar.
seni ini di Eropa. Kemudian saya berhenti dari pekerjaan saya dan
CJ: Saya mendengar bahwa Anda memakai ukuran khusus untuk
mulai menggambar.
memastikan keakuratan gambar.
Perspektif Kim Young-taek dan Seni Gambar di Korea
hidup. Saya sudah berusaha mewujudkannya dalam gambar saya.
KY: Alam bukan sesuatu yang bisa dikuasai tapi sebagai teman CJ: Dari sekian banyak tema dan obyek yang bisa Anda pilih, Anda memutuskan menggambar arsitektur tradisional. Mengapa?
Saya ingin membuat sesuatu yang samar menjadi jelas dengan membuatnya hidup dan kasat mata. Inilah yang disebut restorasi teknologi
KY: Arsitektur tradisional Korea sangat indah. Setiap struktur
arsitektur Korea. Berbeda dengan pespektif barat, masyarakat Korea
menyatu dengan alam. Struktur ini sederhana, anggun dan rapi.
membuat obyek yang lebih penting menjadi lebih jelas walaupun
Nenek moyang kita sudah memiliki teknologi dan tradisi arsitek-
jaraknya jauh. Saya menyebutnya sebagai Perspektif Young-taek, deng-
tur yang sangat maju, dan mereka sangat hati-hati mengakomodasi
an asumsi dasar bahwa obyek yang jauh sebaiknya dibuat lebih besar.
K o r e a n a | M u s i m P a n a s 2 0 14
35
1
2
36
Seni & Budaya Korea
1 "Dabotap (Pagoda dari Aneka Benda Berharga) di Kuil Bulguk di Gyeongju" (2011), 41 x 58 cm, tinta India di atas kertas. 2 "Jembatan Seungseon di Kuil Seonan di Suncheon" (2010), 41 x 58 cm, tinta India di atas kertas. 3 "Rusa Surgawi pada Jembatan di Atas Sungai Terlarang, Istana Gyeongbok" (2004), 36 x 48 cm, tinta India di atas kertas. 4 Untuk kecermatan dalam penelitiannya mengenai warisan arsitektur, Kim Young-taek menentukan titik awal gambar sketsanya di tempat asli.
4
3
Dalam membangun sebuah rumah, seorang arsitek melihat tanah dan alam sebagai satu kesatuan. Batu besar dan pohon tua sangat dijaga dan tidak akan pernah diganggu. Kami dilarang keras memutus aliran yang mereka yakini sebagai nadi bagi tanah dan gunung. Alam bukan sesuatu yang bisa dikuasai tapi sebagai teman hidup. Saya sudah berusaha mewujudkannya dalam gambar saya. Saya ingin membuat sesuatu yang samar menjadi jelas dengan membuatnya hidup dan kasat mata. Inilah yang disebut restorasi teknologi arsitektur Korea.
CJ: Serupa dengan ide di balik konsep lukisan Asia. Barangka-
tahun. Saya masih ingin menyelesaikan setidaknya 200 karya lagi
li itulah sebabnya kritikus sering kali mengatakan bahwa gambar
selama saya masih sehat. Jika ada yang berkenan membuatkan
Anda ‘seperti vas porselen dari dinasti Joseon’ atau bahwa gambar
museum untuk saya, saya akan dengan senang hati menyumbangkan
Anda ‘mengikuti tradisi lukis Korea’.
semua karya dan koleksi benda antik saya. Inilah alasannya mengapa
KY: Gambar di Barat sangat detil dan akurat seperti gambar
saya terus mengoleksi obyek yang kelak bernilai tinggi.
arsitektur, tapi tidak berasal dari dalam. Saya ingin menciptakan
CJ: Anda sudah mendedikasikan diri kepada seni menggambar
gambar dengan sensitifitas Korea yang menonjol dengan cerita-cerita
arsitektur tradisional. Apakah Anda masih ingin memperluas bidang
di setiap kayunya sebagaimana dalam arsitektur Korea kuno.
Anda? KY: Saya sering kali menyisihkan waktu untuk melakukan medi-
‘Seniman Gambar Kelas Dunia dari Incheon’
tasi akhir-akhir ini, dan berpikir mengenai peradaban, misteri alam
CJ: Selama dua dekade, Anda mengabadikan sekitar 160 karya
dan kemanusiaan. Saya berharap dapat menuangkan pemikiran-
arsitektur termasuk yang diakui sebagai harta karun Korea dan wari-
pemikiran itu ke dalam gambar. Dengan gambar dan dokumen foto-
san budaya Dunia dalam gambar yang Anda buat. Berikutnya apa?
grafik ini saya bisa ikut ambil bagian dalam sejarah peradaban.
KY: Saya lahir di Incheon, dan karenanya kolega saya memberi
Nama lain Kim Young-taek adalah Neulsam dalam bahasa Korea
judul pameran yang diselenggarakan di Pusat Kebudayaan Korea-
dan Shangchuan (常泉) dalam bahasa Cina. Kedua nama itu adalah
Cina pada bulan April sebagai “Seniman Gambar Kelas Dunia dari
ekspresi tekadnya untuk hidup seperti mata air yang abadi. Nama-
Incheon”. Saya sangat berhara p bisa diakui di tempat asal seni gam-
nama ini diberikan kepadanya oleh Yang Mulia Rahib Seokjeong dari
bar ini berasal dan berkembang. Saya juga ingin berkontribusi dalam
Kuil Tongdosa. Nama itu juga punya pesan yang mendalam dan seba-
memperbaiki hubungan antara Korea dan Jepang. Jika tidak ada
gai pengingat bahwa ia harus selalu terbuka menerima dunia di seke-
solusi politik, barangkali solusi budaya bisa menjadi alternatif. Jujur
lilingnya tanpa prasangka. Nama ini sangat berkaitan dengan ruh
saja, mayoritas rakyat kedua negara tidak punya perasaan dendam
seni gambar Korea yang digelutinya. Neulsam menulis dalam gam-
satu sama lain. Politisi melakukan agitasi publik untuk mengikuti
barnya tentang Mandaelu dari Byeongsan Seowon di Andong: “Jika
minat politiknya. Saya berharap bisa menambah karya saya yaitu 16
Anda ke Mandaelu, lihatlah tiangnya. Setiap tiang yang menghubung-
gambar arsitektur Jepang. Mungkin saya akan menyelenggarakan
kan sokoguru dibuat berbeda. Tiang-tiang itu membentuk kurva
pameran di Jepang.
alami yang indah seperti ombak yang bergelombang. Dan keindahan
CJ: Anda punya banyak koleksi karya, cukup untuk memulai museum pribadi. KY: Saya lahir pada tahun 1945, dan kini usia saya mendekati 70 K o r e a n a | M u s i m P a n a s 2 0 14
ini dimiliki para pekerja kayu dari dinasti Joseon.” Saya berharap keindahan ini akan abadi dalam gambar yang dibuat oleh Neulsam.
37
jatuh cinta pada korea
Melalui Konservasi Bangau, George Archibald Menyatukan Korea Pada suatu hari di musim panas di Wisconsin tahun 2006, Dr. George Archibald duduk di bangku di luar kabin Aldo Leopold, seorang ahli konservasi. Ia menerima berita bahwa ia adalah penerima hadiah Indianapolis Prize, salah satu penghargaan konservasi binatang paling bergengsi. Pesan yang disampaikan oleh presiden Kebun Binatang Indianapolis dan pengagas penghargaan itu, Michael Crowther, sangat mengejutkannya. Seorang laki-laki muda George Archibald menghabiskan waktu dengan burung bangau betina bersuara keras yang memperlihatkan kaitan erat mereka dengan gubuk kayu.
38
Menurutnya, dia hanya mewakili tim dan timlah yang berhak mendapatkan penghargaan itu. Ben Jackson Jurnalis | Kim Yeon-soo Fotografer Seni & Budaya Korea
P
ada tahun 1973, George Archibals, seorang ahli ilmu burung
dari 20 negara, yang merupakan jumlah wilayah yang diperlukan
berkebangsaan Kanada, dan koleganya dari Cornell University
bagi migrasi burung tersebut. Misinya adalah untuk “melestarikan
Ronald Sauey memutuskan melakukan sesuatu untuk menyelamatkan
burung bangau dan ekosistem, sumber air dan jalur terbang yang
spesies burung bangau yang hampir punah. Mereka mendirikan Inter-
sangat mereka perlukan” dan memberikan “pengalaman, pengeta-
national Crane Foundation. “Ron berasal dari Baraboo, Wisconsin, dan
huan, dan inspirasi yang melibatkan masyarakat dalam mengatasi
orang tuanya punya lahan pertanian untuk kuda-kudanya. Kamudian
ancaman terhadap ekosistem ini.” Tugasnya masih jauh dari sele-
mereka memindahkan kuda-kuda itu ke pertanian yang lebih luas di
sai, walaupun sudah mendapatkan banyak dukungan yang mema-
Florida dan menyewakan lahan di Baraboo kepada kami sebesar satu
dai, kata Archibald. “ICF memiliki sekitar 8.000 anggota dan men-
dolar setahun,” kata Archibald. “Di sanalah kami bermula.”
dapat dukungan bantuan dari badan-badan internasional, pemerintah, yayasan dan perusahaan. Kami selalu mencari dan menerima
ICF Lahir dan Melesat Pada tahun 1975, ICF berhasil menetaskan burung bangau ber-
partner baru. Kebutuhan kami sangat banyak dan sumber keuangan kami terbatas.”
mahkota merah pertama di Wilayah Barat. Program ini kemudian
Mengapa harus burung bangau? Menurut Archibald: “Burung
diikuti banyak program serupa, bersamaan dengan kunjungan ke
bangau sangat anggun. Mereka besar, jadi lebih mudah diamati,
Rusia dan Cina, dua negara terlarang bagi sebagian besar warga
dipelajari dan dipahami. Mereka punya tarian dramatis, dan panggil-
bagian Barat pada waktu itu. Pada tahun 1985, ICF menjadi lemba-
an yang bisa didengar hingga bermil-mil jauhnya. Mereka makhluk
ga pertama di dunia yang memiliki 15 spesies burung bangau sete-
yang sangat memesona dan karismatik.” Archibald menulis dis-
lah menerima beberapa burung bangau berleher hitam. Menjelang
ertasinya pada tahun 1970-an mengenai gerakan burung bangau,
tahun 1993, lembaga ini berhasil membiakkan 15 spesies. Kerjasa-
khususnya duet “panggilan serentak” mereka yang sangat terkenal,
ma dengan Cina, Rusia, Vietnam dan menjadi tuan rumah bagi nega-
dan lahirnya evolusi dari fenomena ini. Sebanyak 15 spesies burung
ra lain juga terus berkembang.
bangau terlibat dalam lebih dari 100 gerakan, dengan setiap spesies
Saat ini ICF mendukung proyek konservasi burung bangau di lebih K o r e a n a | M u s i m P a n a s 2 0 14
melakukan sedikitnya 60 gerakan.
39
Dr. Archibald berpose di depan kamera bersama seorang ahli unggas Korea Utara selama kunjungannya ke Anby on Plain, tempat ia telah membantu petani lokal yang mengembangkan pertanian organik sejak tahun 2008 untuk mengembalikan burung bangau (crane) ke tanah bermusim dingin mereka di masa lalu.
Di Asia Timur, burung bangau berkaitan dengan budaya dan seja-
Telur ini menetas, dan diberi nama Gee Whiz. Video dari tahun 1970-
rah, selain perannya dalam ekologi. Bentuk badannya yang ang-
an memperlihatkan Archibald tampil dalam The Tonight Show, dan
gun sudah lama digunakan untuk melambangkan umur panjang,
menyampaikan berita mengejutkan kepada Johnny Carson dan 22
kedamaian dan kesucian, dan dituangkan dalam beragam lukisan
juta penonton bahwa Tex dibunuh oleh predator pada malam sebe-
tradisional, dekorasi tembikar dan kartu ucapan Selamat Tahun Baru
lumnya. Peristiwa ini menurutnya berperan besar dalam menarik
modern. Keberadaan burung cantik ini di tempat seperti Semenan-
perhatian masyarakat terhadap ICF dibanding pada kelahiran Gee
jung Korea memberikan nilai budaya tersendiri dan harapan bahwa
Whiz itu sendiri.
hubungan kurang baik antara manusia dan lingkungan yang begitu
“Apa yang saya lakukan terhadap Tex adalah metafor untuk ‘tar-
tajam akibat modernisasi dan kemiskinan tak bisa sepenuhnya diha-
ian’ ahli konservasi di seluruh dunia. Kami mencoba segala upaya
pus begitu saja.
untuk memberikan lingkungan yang aman bagi burung bangau,” kata Archibald.
Manusia dan Burung Bangau Pada tahun 1970an, hubungan Archibald dengan burung bang-
Terobosan Burung Bangau Korea
au berubah dari ilmiah menjadi personal ketika ia menghabiskan
Selain sering kali disebut sebagai wilayah dengan penjagaan pal-
waktu dengan seekor burung bangau betina bersuara lantang yang
ing ketat di muka bumi, Demilitarized Zone (DMZ) antara Korea Utara
diberi nama Tex. Tex tiba di kantor pusat ICF pada tahun 1976, keti-
dan Selatan juga merupakan pelabuhan dengan satwa liarnya yang
ka angka spesies ini sangat kecil di Amerika Serikat. Karena kel-
beragam. Dengan lebar empat kilometer, kawasan “tanah tak ber-
angkaan spesies ini, Tex mendekatkan dirinya kepada manusia ―
tuan” ini membelah Semenanjung Korea dari pantai ke pantai dan
khususnya kepada Archibald. Keduanya jalan pagi bersama dan
tidak tersentuh perkembangan ekonomi dan agrikultur yang pesat. Di
Archibald menirukan tarian Tex. Video lama dari masa itu memper-
sini pada sekitar pertengahan tahun 1970an, Archibald dan koleganya
lihatkan Archibald muda membuka pintu kandang kayu Tex di pagi
warga negara Korea tak sengaja menemukan burung bangau dalam
hari, mengikuti Tex yang berjalan terhuyung-huyung, sementara
jumlah banyak. “ICF menerima bantuan dari Komunitas Zoologi New
Tex menengok ke belakang untuk melihat apakah Archibald masih
York untuk mendukung seorang professor Korea, Dr. Kim Hon-kyu
di belakangnya. Kemudian, dia jongkok dan menggerakkan tangan
dari Ewha Womans University, untuk mencari burung bangau di bagi-
seolah sedang mengepakkan sayap untuk menyamai temannya.
an Barat DMZ dekat desa Panmunjom yang merupakan wilayah gen-
Ketika tiba waktunya Tex siap secara biologis, Archibald mema-
catan senjata,” ujar Archibald. “Ia menemukan beberapa keluarga
sukkannya dalam program khusus sementara dua peneliti ICF lain
burung bangau bermahkota merah dan sekumpulan burung bangau
melakukan inseminasi buatan kepadanya. Akhirnya, Tex bertelur.
berleher putih. Kemudian burung bangau ini saya pelajari di tahun-
40
Seni & Budaya Korea
Burung-burung bangau ini memberikan sebuah jalan. Migrasi yang anggun membawanya terbang tinggi di atas ranjau darat dan pagar DMZ dan evolusi ini sudah dilakukannya sejak dulu sebelum ada pertentangan ideologi antara kedua negara.
tahun berikutnya. Pada tahun 1977, bersama peneliti dari Kyung Hee
Kekuatan Bujukan
University, kami menemukan 120 burung bangau bermahkota merah
Salah satu masalah yang dialami oleh banyak ahli konservasi ada-
di Waduk Cheorwon di wilayah DMZ bagian tengah.” Proyek ICF di
lah memberikan pengertian kepada orang lain mengenai apa yang
Korea Selatan terus berlanjut, khususnya di wilayah DMZ dan seki-
dilestarikan. Bagaimana Archibald menghadapi hal ini di negara
tarnya, hingga 40 tahun kemudian.
yang penduduknya memiliki prioritas yang berbeda darinya? “Ketika
Seperti halnya burung bangau, Archibald tak kenal batas negara.
saya mengawali pekerjaan di KDZ, saya ditertawakan. Militer tidak
Ketika jumlah burung bangau pada musim dingin di Korea Selatan
mengizinkan saya masuk,” katanya. “Namun sekali saya mengin-
meningkat tajam di akhir tahun 1990an, ia menghubungkan fenome-
jakkan kaki di sana dan berhubungan dengan burung bangau, ada
na ini dengan tempat tinggal di musim dingin sebelumnya: Dataran
sambutan yang luar biasa dari berbagai kalangan dan semuanya
Anbyon, bantaran sungai sekitar 80 kilometer sebelah utara Cheor-
berjalan dengan lancar.”
won. Wilayah ini berada di Korea Utara.
Selain berurusan dengan pemerintah dan militer, berbicara deng-
“Sebelum 1990an, Dataran Anbyon adalah tempat tinggal bagi
an masyarakat lokal yang tinggal di bersama-sama burung bangau
240 burung bangau bermahkota merah selama musim dingin,” jelas
telah terbukti menjadi bagian yang sangat penting dalam proyek ICF.
Archibald. “Kelangkaan makanan, punahnya habitat dan munculnya
“Dengan membantu mereka yang tinggal bersama burung bangau,
gangguan, menyebabkan burung bangau pindah ke Waduk Cheorwon
dan berbagi dengan mereka tentang pengetahuan dan minat pada
di wilayah DMZ selama tahun 1990an.” Kemudian, ICF mulai bekerja
burung ini, sangat membantu mereka melihat burung bangau den-
juga di sisi utara perbatasan. “Sejak tahun 2008, kami sudah mem-
gan pandangan baru dan menumbuhkan minatnya dalam konservasi,”
bantu petani di Dataran Anbyon mengembangkan pertanian organik,”
kata Archibald.
lanjut Archibald. “Proyek itu sangat berhasil. Hasil bumi dan produksi
Dalam 40 tahun karirnya, apa suka duka yang dialaminya? “Kes-
meningkat. Burung-burung bangau kembali di bulan November dan
enangan paling besar adalah mendirikan organisasi dengan tujuan
Desember dan kemudian mereka menuju DMZ. Kami berharap bisa
membantu makhluk yang secara pribadi sangat saya sukai. ICF kini
memagari wilayah yang dihuni burung bangau ini untuk menjaganya
dipimpin oleh Dr. Richard Beilfuss, seorang ahli tanah kelas dunia
dari manusia dan binatang. Mengurangi gangguan seperti ini bisa
yang memulai karirnya di ICF sebagai karyawan magang di tahun
membuat burung bangau bertahan selama musim dingin.”
1987. ICF memiliki 50 staf yang sangat berdedikasi, sebuah dewan
Dengan aktivitasnya pada beragam kalangan di wilayah Asia
direksi yang terdiri dari 20 relawan luar biasa, kolaborasi dengan
Timur yang lebih luas — Korea, Cina, Vietnam dan Jepang — dari
banyak organisassi konservasi lain, pegawai yang merupakan pen-
masyarakat awam hingga pemerintah, Archibald menekankan per-
duduk asli di banyak negara-negara Asia dan Afrika, dan pendapatan
lunya kolaborasi yang sangat baik dengan ahli di bidang ini dan para
yang konservatif namun relatif stabil.
pengambil keputusan di tingkat daerah. “Kami sudah bekerja di
“Titik terendah ada di tahun 2003 ketika kami kehilangan populasi
negara-negara ini selama bertahun-tahun. Pekerjaan kami adalah
burung bangau Siberia yang berada di India selama musim dingin.
untuk membantu ahli lokal dalam hal komunikasi dan dukungan.
Rute migrasi lintas benua merupakan sebab kematian mereka, khu-
Kami berpartisipasi dalam pertemuan regional dan international
susnya terkait dengan kondisi di Afghanistan sejak tahun 1979.”
mengenai burung bangau dan urusan lingkungan lainnya. Kolaborasi
Sementara hubungan politik Korea Utara dan Korea Selatan
kami dengan kolega lokal sering kali disorot media. Kami juga be-
memburuk selama lebih dari lima atau enam tahun terakhir dan
kerjasama dengan pejabat pemerintah di setiap negara.” Dia
belum memperlihatkan tanda-tanda membaik, aktivitas orang-
menambahkan, “Di Korea Utara, kami berafiliasi dengan organisasi
orang seperti George Archibald secara tidak langsung membantu
yang berbasis di Inggris, Birdlife International.”
memperbaiki hubungan keduanya.
Archibald mendapatkan banyak pujian atas pekerjaannya di
Burung-burung bangau ini memberikan sebuah jalan. Migrasi
Korea ini. “Kolega saya dari Korea Utara sangat profesional,” kata-
yang anggun membawanya terbang tinggi di atas ranjau darat dan
nya. “Sangat menyenangkan bekerjasama dengan mereka. Mereka
pagar DMZ dan evolusi ini sudah dilakukannya sejak dulu sebelum
memiliki kedalaman rasa dan koneksi yang kadang-kadang kurang
pertentangan ideologi.
terlihat pada teman-teman dari Korea Selatan. Tapi mereka semua
Selama orang-orang Korea di kedua sisi DMZ mempertahankan
orang-orang Korea yang sangat baik dan saya bisa bekerjasama
cinta dan hormat mereka terhadap sejarah dan warisan budaya, ada
dengan mereka.”
harapan bagi keduanya untuk bersatu.
K o r e a n a | M u s i m P a n a s 2 0 14
41
Di Atas Jalan
Kota Sastra dan Teh Ketika saya berumur 20, saya berjalan santai di sepanjang sungai. Sinar matahari hijau jatuh di sungai dan angin bertiup wangi. Pada masa itu, topik utama dalam hidup saya adalah puisi. Saya ingin mendedikasikan seluruh 24 jam, atau 86.400 detik, setiap hari untuk berpikir dan menulis puisi. Sejak saat itu saya telah bermimpi tentang puisi. Impian itu adalah mengunjungi semua desa di seluruh negeri dan bermalam di masing-masing desa untuk mendapatkan inspirasi untuk puisi. Gwak Jae-gu Penyair | Lee Han-goo, Cho Ji-young Fotografer
42
Seni & Budaya Korea
Gunung Jiri terkenal dengan pemandangan mistisnya yang berubah setiap musim. Puncak beku terlihat benar-benar indah saat fajar tiba. Gunung Jiri adalah taman nasional yang sudah melegenda, terbentang luas di tepi selatan negara itu, dengan lima kabupaten di tiga provinsi yang mencakup Provinsi Gyeongsang Selatan dan Jeolla Utara K o r eSelatan. a n a | M u s i m P a n a s 2 0 14 dan
43
Bagian hilir Sungai Seomjin terkenal akan kepiting berbentuk sarung tangan dan kerang Corbicula, krustasea yang hanya hidup di perairan murni, serta kapal feri yang didorong oleh tukang perahu dengan cara menariknya pada tali yang terikat pada kedua sisi sungai, sebagai pengganti dayung.
44
S
aya penasaran, di desa mana sedang mekar bunga apa. Di desa mana langit pada malam hari terlihat paling indah. Apa yang
dibicarakan orangâ&#x20AC;&#x201C;orang yang duduk berkumpul di pinggir sungai, pada hari yang gembira biasanya orang di desa menyanyikan lagu apa. Saya percaya bahwa saya bisa menulis puisi impian saya, hanya jika saya telah melihatnya langsung dengan mata kepala sendiri. Saya ingin mengunjungi desa-desa itu dan menapakinya dengan kaki saya sendiri, menghirup udara di desa itu. Pada perjalanan pertama, saya memilih untuk mengunjungi Sungai Seomjin, wilayah di sekitar Gunung Jiri, dan Hadong di provinsi Gyeongsang Selatan. Hadong berlokasi hanya sekitar 40 km dari Suncheon tempat saya tinggal. Kenangan kuat saya tentang kunjungan sebelumnya ke Hadong juga mendorong saya untuk pergi ke sana lagi.
Sepanjang Sungai Seomjin Pada tahun 1970-an saya pertama kali mengunjungi Hadong. Saat itu seperti sekarang Gunung Jiri terbentang luas sepanjang Sungai Seomjin. Setelah berjalan seharian dan matahari mulai tenggelam, saya mendirikan tenda di tepi sungai lalu berbaring di pasir dan mengamati bintang di langit. Di bawah sinar bulan, saya berbaring telungkup di tepi sungai berpasir dan menulis sepucuk surat kepada seorang kawan. "Bulan malam ini sangat terang, cukup untuk dapat membaca Rabindranath Tagore atau Hermann Hesse. Wangi mawar liar yang tumbuh di sepanjang pegunungan membentuk semaksemak menebar sangat harum sampai-sampai saya tidak bisa tidurâ&#x20AC;&#x153;. Hadong adalah desa impian, utopia, atau bisa juga dikatakan adalah Shangri-la bagi saya. Pada 1970-an, suasana dalam masyarakat Korea jauh dari kehangatan dan kedamaian yang saya rasakan di Hadong. Pemerintahan militer yang otoriter memimpin kekuasaan politik dan perekonomian Korea terpuruk menjadikannya salah satu dari antara negaranegara termiskin di Asia. Polisi-polisi yang dilengkapi dengan walkietalkie di tangan mereka berderap di jalanan, sementara polisi rahasia yang menyamar menghentikan langkah pejalan kaki dan menggeledah pakaian dan tas mereka tanpa ada surat izin geledah. Pada usia 20, saya mencintai puisi dan percaya bahwa menulis puisi akan menjadi karier hidup saya. Tapi saya tidak yakin apakah puisi akan menyelamatkan hidup kita. Bisakah saya menulis puisi sampai saat terakhir? Mengapa saya lahir di negeri seperti ini? Perjalanan mendaki gunung saat berusia 20 tahun itu bisa dikatakan adalah perjalanan karena semangat yang patah dan perjuangan yang suram.
Dari Pasar Hwagae untuk Kuil Ssanggyesa Saya tiba di Pelabuhan Hwagae lima hari setelah saya memulai perjalanan. Di sana, saya naik sebuah perahu di mana tukang perahu menggerakkan perahu dengan cara menarik tali yang menghubungkan kedua sisi sungai. Saya terheran-heran mengetahui bahwa sungainya ada di tengah antara wilayah Jeolla di satu sisi dan wilayah K o r e a n a | M u s i m P a n a s 2 0 14
45
Pasar Hwagae merupakan pasar tradisional yang buka setiap lima hari. Sebuah pusat perdagangan yang menghubungkan desadesa di pegunungan selama berabad-abad, kini muncul sebagai daya tarik wisata yang populer.
Gyeongsang di sisi lain. Pemandangan orang-orang dari
lis puisi”. Tanya jawab singkat ini kelihatannya menarik
dua wilayah berbeda yang menaiki satu perahu juga
minat biksu muda itu, karena ia akhirnya menawarkan
sangatlah baik. Kalau bertanya “Dari mana, Nek?” kepa-
teh hijau kepada saya, dan saya menyambutnya dengan
da seorang nenek, maka dia akan menjawab dengan
anggukan kepala. Di kamarnya, dengan penuh perha-
tersenyum hangat, “Dari rumah besan”.
tian saya melihat dia membuat teh. Dia menempatkan
Setelah melewati Pelabuhan Hwagae, saya menu-
sejumput daun teh ke dalam sebuah teko berwarna ga-
ju Pasar Hwagae yang adalah salah satu tempat ter-
ding kemudian menuangkan air mendidih ke dalamnya.
kenal di Hadong. Walaupun kini semua sudah tidak ada,
Biksu itu bertanya lagi, "Mengapa kamu menulis puisi?".
namun kenangan pada pemandangan di Pasar Hwagye
Belum pernah rasanya sebelum maupun sesudah saat
tua itu masih terekam kuat di dalam ingatan saya. Di
itu saya mendapat pertanyaan yang sulit untuk dijawab
sana ada bangunan-bangunan tua yang dibangun deng-
seperti yang dilontarkannya. Teh berwarna hijau muda
an kayu papan kemudian divernis dengan tar yang ber-
lembut yang dituangkan oleh biksu itu tidak bisa saya
baris di kedua sisi jalan. Nyaman rasanya hati ini waktu
teguk dengan mudah. Warna air teh itu terlalu cantik
berjalan di antara gedung-gedung yang pudar warnanya
sehingga saya memandanginya sejenak sebelum akhir-
akibat terik matahari itu. Apakah ada sesuatu yang lebih
nya saya mengangkatnya dan meminum yang namanya
mendebarkan hati daripada berjalan-jalan di pasar?
teh hijau untuk pertama kalinya dalam hidup saya. Sete-
Ada toko linen dan katun, toko beras, toko obat herbal,
lah lama waktu berlalu barulah saya ketahui bahwa
dan toko alat pertanian. Ada pula tempat minum, tempat
di dekat Kuil Ssanggyesa ada perkebunan teh hijau
pembuatan minuman alkohol, dan rumah penginapan
yang ditanami pertama kali di Korea. Sewaktu berjalan
tua. Pada tahun 1990, semua bangunan tua diganti menu-
meninggalkan kuil, wangi teh hijau yang dalam mem-
rut struktur pembangunan modern. Sebenarnya jika
buat saya terlena, membuat saya berpikir kehidupan di
wilayah pasar yang lama tetap dipertahankan dan jalan-
gunung seumur hidup bisa jadi merupakan pilihan yang
jalan di dalam pasar tidak diubah, tentunya nama Pasar
baik.
Hwagae akan lebih berarti sekarang ini. Setelah melewati Pasar Hwagae, kita akan sampai
Desa yang Bernapaskan Sastra
di Kuil Ssanggyesa. Nama jalan Kuil Ssanggyesa ada-
Pyeongsa-ri, sebuah desa di Hadong, menjadi terkenal
lah “Un-suri“ yang berarti “Bunga mekar, air dan awan
di dunia setelah novel epik karya Park Kyung-ree diter-
berarak”. Saya rasa di Korea tidak ada nama jalan yang
bitkan. Novel ini adalah cerita tentang obsesi masyarakat
puitis seperti nama jalan ini. Saya sedang berjalan di
akan tanah mereka dan mengisahkan cinta membara
sekitar kompleks candi, di mana mawar Guelder sedang
antartokoh yang masih menggema di hati banyak pem-
mekar, ketika seorang biksu muda mendekat, dan ber-
baca Korea. Ketika saya mengunjungi Pyeongsa-ri 40
tanya “Mengapa Anda datang ke sini?“. “Mau menu-
tahun yang lalu untuk pertama kalinya, saya menemu-
46
Daerah pertumbuhan teh di Hadong yang berkabut dan lembab, karena dekat dengan Sungai Seomjin. Pertumbuhan teh di sini sangat baik dalam rasa dan kualitas berkat lingkungan alam yang sangat ideal untuk pertumbuhan tanaman teh. Daun teh dipetik dengan tangan antara akhir April dan awal Mei, terasa lembut dan kaya rasa.
47
kan harumnya gandum ranum meliputi desa itu. Saat itu pertama kalinya saya melihat gudang loteng. Kebanyakan orang dari Pyeongsa-ri yang hidup bercocok tanam di ladang kaki gunung membuat gudang loteng di rumah-rumah mereka. Jika duduk di gudang loteng yang bergaya paviliun itu kita dapat dengan mudah melihat tanpa halangan pemandangan Sungai Seomjin dan sawah ladang yang membentang. Keluarga berkumpul untuk bercengkerama atau menikmati santap malam bersama di loteng sambil duduk-duduk di tikar dari bambu atau kulit kayu. Sungguh merupakan pemandangan yang hangat dan damai. Rumah yang memiliki gudang loteng yang paling indah di desa terletak di sisi kiri jalan bukit. Loteng berlantai dua yang berada tepat di samping pintu gerbang rumah itu memberi energi damai dan menambahkan kilau pada pemandangan indah Sungai Seomjin dan Padang Akyang. Tapi sayangnya, ketika saya mengunjungi desa lama kemudian, rumah ini sudah dirombak. Waktu yang mengalir mungkin berarti bahwa pemandangan indah yang tersimpan dalam hati terhapus satu per satu. Tiba-tiba, cahaya penerangan desa memancing pandangan saya. Kilauan cahaya lampu yang tampak seperti kerikil-kerikil bersinar di dalam air atau satu baris puisi yang lahir setelah menangis pilu semalam suntuk. Saat itu saya menyadari sesuatu. Karya seni yang paling indah di bumi yang pernah diciptakan oleh manusia biasanya berasal dari kilauan lampu sebuah desa di malam hari. Picasso, Gogh, dan Chagall menghasilkan karya besar setelah terpesona oleh kilauan lampu desa. Mungkin sama saja dengan puisi. Puisi lahir dari manusia, jadi saya berpikir bahwa puisi adalah tempat paling manis di mana napas kehidupan manusia harus dikenang di dalamnya. Betapapun sulit dan sengsaranya kehidupan, di dalamnya tetap ada dunia yang diimpikan oleh setiap manusia. Saya melangkah dengan langkah yang semakin bebas di atas jalan.
Pyeongsa-ri, terkenal sebagai latar dalam novel epik "Tanah" (Toji) oleh tokoh besar sastra Korea Park Kyung-ni, merupakan tanah yang dicintai oleh alam. Daerah ini dikenal sebagai desa sastra dan dihiasi banyak tempat indah dari kecantikan alam yang sangat istimewa. The House of Choe Champan, sebuah kreasi ulang melalui pemberian nama rumah dalam novel; serta biji-bijian dan kue kacang hasil peragian yang dikeringkan di luar dapur.
48
Jika duduk di gudang loteng yang bergaya paviliun itu kita dapat dengan mudah melihat tanpa halangan pemandangan Sungai Seomjin dan sawah ladang yang membentang. Keluarga berkumpul untuk bercengkerama atau menikmati santap malam bersama di loteng sambil duduk-duduk di tikar dari bambu atau kulit kayu. Sungguh merupakan pemandangan yang hangat dan damai.
Sungai Seomjin Sungai Seomjin dengan panjang 212,3 km, merupakan sungai terbesar keempat di Korea Selatan. Sungai ini mengalir melalui tiga provinsi, Provinsi Jeolla Utara, Provinsi Jeolla Selatan, Provinsi Gyeongsang Selatan. Jika dilihat dari Hadong, sungai ini berfungsi sebagai batas antara daerah Gyeongsang dan Jeolla. Jika berjalanjalan di jalan setapak sepanjang tepi sungai, Anda akan dapat melihat-lihat gunung, sawah, dan desa-desa lereng bukit di dekatnya. Pasar Hwagae Pasar Hwagae adalah pasar tradisional yang melayani orang-orang dari Hadong Provinsi Gyeongsang Selatan dan Gurye Provinsi Jeolla Selatan. Pasar yang relatif kecil yang membentang 50 meter panjang dan ukuran 132-165. Pada tahun 1700-an, pasar ini berperan sebagai pusat perdagangan yang menghubungkan desa-desa lereng bukit di daerah Gunung Jiri. Pada saat itu, orang-orang menggunakan Sungai Seomjin sebagai jalur air utama yang memungkinkan
orang-orang dari daerah Provinsi Gyeongsang dan Provinsi Jeolla berkumpul dan saling bertukar produk hutan dan pertanian yang dibawa dari daerah pedalaman dengan hasil laut yang dibawa dari Laut Selatan. Dan Pasar Hwagae kini menjadi obyek wisata yang membawa makna sejarah dan nilai-nilai budaya. Rumah Choi Champan di Pyeongsa-ri Novelis Park Kyung-ree dalam karya besarnya memilih Pyeongsa-ri, Akyang-myeon, Hadong sebagai latar belakang dari novelnya. Rumah Choi Champan yang berlokasi di desa ini adalah rumah yang tergambar dalam novel tersebut. Rumah yang berstruktur tradisional seluas 508,48 meter persegi ini dibangun dengan 10 tiang kayu yang diatasnya diletakkan atap dengan genteng tradisional Korea. Rumah ini telah menjadi tempat wisata terkenal sejak dibuka untuk umum. Tempat ini menjadi ajang pagelaran berbagai kesenian yang berhubungan novel tersebut. Selain itu juga ada berbagai program seni sastra yang dikelola di sana.
Kuil Ssanggyesa Kuil Ssanggyesa yang terletak di kaki bukit di selatan Taman Nasional Gunung Jiri dibangun oleh Biksu Sambeob murid dari Biksu Besar Uisang pada tahun tahun 722. Pada bulan April setiap tahun, bunga sakura yang mekar dengan indahnya, air yang jernih mengalir di sungai kecil dekat Kuil Ssanggyesa, serta batu-batuan dan pohon-pohon tua yang berdiri dengan lebatnya membentuk pemandangan indah yang harmonis. Tempat Penanaman Teh Tempat penanaman teh di dekat Kuil Ssanggyesa tercatat sebagai Benda Bersejarah No. 61. Perkebunan teh ini terbentang sekitar 12 km panjang dari Tap-ri di Hwagae-myeon sampai ke pintu masuk ke kuil di desa Sinheung. Perkebunan di gunung dan lembah yang menjadi habitat teh liar dan teh yang dibudidayakan cukup untuk membuat kita membayangkan betapa baiknya kualitas daun teh hijau Hadong. Sampai saat ini di Hadong dan Gurye memanen daun teh tiga kali setahun yakni pada bulan Mei, Juli, dan Agustus.
Hiburan
Manhwa Korea, Berkembang dari Webtoon ke Smartoon Webtoon (World Wide Web + Cartoon) merupakan sebuah genre komik Korea tersendiri yang dihasilkan dari gabungan jaringan komunikasi super cepat Korea dengan akses individu ke komputer. Jika jalan cerita manhwa yang ada di dalam buku mengalir dari kiri ke kanan, maka cerita webtoon dipresentasikan dari atas ke bawah dan penuh warna. Pengarang komik yang berasal dari berbagai bidang menggunakan ‘ruang baru ini’ untuk mengunggah cerita mereka sehingga membuat webtoon Korea muncul sebagai ‘new rising star of hallyu’ dan pada gilirannya menjadi sebuah konten budaya Korea yang representatif. Park Seok-hwan Kritikus Komik dan Kartun, Profesor Korea University of Media Arts
puler bernama Misaeng, yang berdiri sejak 2012, telah dikunjungi miliaran kali selama tahun 2013. Lebih dari 500,000 eksemplar manhwa dijual di situs tersebut. Sinetron enam seri Misaeng Prequel tercatat telah dilihat sebanyak 3 juta kali dan dapat diakses melalui smartphone, tablet, dan mobile device yang lain. Sinetron ini kemudian menghasilkan produk berlisensi lain di berbagai industri yang bersangkutan. Ada pula sebuah webtoon yang diangkat menjadi film layar lebar berjudul Secretly Greatly pada 2013. Tujuh juta orang telah menonton film tersebut. Dari situ, dapat dikatakan bahwa webtoon bukan sekadar produk dengan beragam konten manhwa populer tetapi juga merupakan penggerak utama untuk industri budaya pop di Korea. Webtoon (World Wide Web + Cartoon) merupakan sebuah genre komik Korea tersendiri yang dihasilkan dari gabungan jaringan
mempertimbangkan lokasi, meningkat sam-
komunikasi super cepat Korea dengan akses
pai 91%. Angka tersebut lebih tinggi 58%
individu ke komputer. Jika YouTube menyedia-
dibandingkan tahun 2012.
kan UCC (user-created content) dalam bidang
Meningkatnya penggunaan wireless inter-
video, maka perusahaan internet Korea sep-
net dan smartphone membawa peruba-
erti Naver dan Daum menyediakan UCC di
han yang besar pada bisnis dan pelayanan
bidang manhwa sejak awal 2000.
bidang bersangkutan. Penjualan home
Yahoo Korea mencuri banyak perhatian
computer turun sedangkan penjualan
dari masyarakat dengan melahirkan peng-
smart mobile appliance sebagaimana
arang webtoon populer seperti Joo Ho-
smartphone dan tablet naik pesat. Fenomena
min, Lee Mal-nyun, Keean84, dan Mind-C.
semacam itu terjadi pula pada penggunaan
Namun Yahoo Korea mengalami kegagalan
instant messenger service seperti KakaoTalk
dalam menyesuaikan diri pada perubahan
dan Line yang meningkat pesat (82 per 100
industri komunikasi-informasi dan kebijakan
rumah tangga). Begitu juga dengan penggu-
pemerintah yang berwenang. Yahoo Korea
naan mobile banking (65) serta mobile shop-
terkena dampak yang sangat besar ketika
ping (43) yang juga tumbuh dengan pesat.
pemakai wired internet menurun drastis aki-
Perubahan di bidang komunikasi tersebut
bat pesatnya penggunaan mobile internet
enurut data statistik dari National
berdampak besar pada budaya konsumsi
sejak tahun 2010.
Information Society Agency, pada 2013
masyarakat. Tak terkecuali paradigma man-
Naver menyediakan smartoon dengan
tingkat penetrasi internet di Korea adalah
hwa Korea yang mengalami banyak peru-
screen method yang baru sebagai pengganti
82% dari setiap rumah tangga, sedangkan
bahan karena berkaitan erat dengan inovasi
‘old scroll method’ melalui tetikus, semen-
tingkat penetrasi telepon seluler tipe smart-
dari perkembangan teknologi informasi.
tara Daum menyediakan aplikasi khusus
1
M
untuk iPad. Sejumlah perusahan internet
phone adalah 79%, dan rasio kontak internet adalah 98%. Akhir-akhir ini penggunaan smartphone meningkat pesat sementara
Webtoon, Manhwa yang Dibaca oleh 10 Juta Orang dalam Sehari!
berjuang untuk mengambil hati komsumer yang ingin pindah ke wireless internet ,
rasio kontak wired internet menurun. Di
Lebih dari 10 juta orang membaca web-
namun Yahoo Korea memutuskan untuk
lain pihak tingkat pemakaian internet, tanpa
toon melalui website. Sebuah webtoon po-
menutup bisnisnya karena mereka tidak
50
Seni & Budaya Korea
dapat menemukan jalan keluar. Ketika Yahoo Korea tutup pada 2012, netizen Korea mengemukakan kekecewaan mereka. Hal itu disebabkan karena Yahoo adalah salah satu perusahaan internet terbesar di dunia yang menyediakan berbagai layanan individu, seperti email, album foto, dan blog. Mereka khawatir, bagaimana nantinya data mereka dapat ditransfer. Namun ternyata yang menjadi permasalahan utama adalah seri webtoon di Yahoo Cartoon. Netizen menyalahkan tidak adanya rasa tanggung jawab Yahoo Korea. Mereka mempersoalkan, “Ke mana mereka dapat membaca seri webtoon selanjutnya?” Hal itu memperlihatkan kecin-
orang menggunakan mobile device dengan
taan orang Korea terhadap webtoon.
earphone. Kini, orang tinggal menyentuh layar untuk mendapatkan pengalaman dramatik,
Mengubah Paradigma Penerbitan Buku Kartun. Scott McCloud, komikus terkenal di dunia,
terlepas dari cara yang lama yaitu ketika orang harus memutar mouse scroller atau berulang kali menyentuh layar.
mengagumi perubahan yang terjadi pada kartun Korea dari manhwa ke webtoons. Dia memperkenalkan ‘an animated Korean
Smart Manhwa, Berkembang Menjadi Smartoon
webtoon’ Ok-su Station Ghost di situsnya
Dimulai dari Snow Cat, Marine Blues,
(scottmccloud.com). Karya itu memperlihat-
dan Pape Popo pada awal 2000-an, webtoon
kan citra yang mirip dengan citra yang ada
Korea mengalami perkembangan melalui
di dalam webtoon aslinya. Yang membeda-
beberapa kartunis seperti Kang Full, Kang
kannya, terdapat adegan hantu yang terlihat
Do-ha, dan Yang Young-sun. Kemudian disu-
seperti muncul dari layar monitor. YouTube
sul oleh Cho Seok, Kim Gyu-sam, dan lain-
kemudian memuat tayangan tersebut dan
lain yang memikat minat penggemar. Kini
membuat para penonton webtoon itu terke-
webtoon dikembangkan menjadi smartoon
jut sehingga kemudian sejumlah orang di
sejak muncul 10 tahun yang lalu. Webtoon
berbagai negara memberi banyak perhatian
semakin memperluas keunggulannya ke
pada video itu. Video tersebut diterjemahkan
berbagai bidang, hingga model keuntungan-
ke dalam bahasa Inggris lalu disebarluaskan
nya tidak lagi bergantung pada iklan. Dulu
ri untuk layanan luar negeri dan memperk-
ke seluruh dunia melalui YouTube. Video itu
webtoon disediakan secara gratis tetapi
enalkan karya-karya melalui kantor perwak-
pun menjadi sangat terkenal.
sekarang beberapa konten harus dibayar.
ilannya di luar negeri.
Dapat disimpulkan, webtoon telah berevolusi dari “alur cerita” yang hanya dapat
Karakter pun dijual secara langsung maupun tidak langsung.
2
1 "Ok-su Station Ghost" adalah bentuk baru dari webtoon (webcomics khas Korea) dengan fitur-fitur interaktif. 2 "Misaeng" adalah webtoon populer yang telah dibuat sebagai karya berlisensi film dan drama.
Seiring deng an perluasan dan pertumbuhan pasar, webtoon berkembang dengan
diatur melalui mouse scroll dan touch
Perbedaan tersebut sangat mungkin ter-
berfokus pada keanekaragaman konten dan
screen menjadi terlibatnya peran sang kar-
jadi karena internet telah meyakinkan pasar
bentuk. Perkembangan itu pun disambut
tunis dalam menentukan alur cerita.
webtoon. Belakangan ini sejumlah perusa-
hangat oleh masyarakat. Karya auteris dan
Sejumlah elemen yang dulu disesuaikan
haan internet yang besar mulai mengha-
social parody, serta karya dengan cita rasa
ke lingkungan pengguna wired internet kini
dirkan layanan webtoon di luar negeri. Seba-
spesial mulai bermunculan dan memper-
berubah menyesuaikan ke mobile devices’
gai pengganti cara yang lama, Tapastic yang
luas konten webtoon Korea. Sebagaimana
smaller screen. Seiringan dengan hal itu,
menyediakan layanan webtoon untuk nega-
dapat Anda saksikan, “smart” manhwa kini
sejumlah usaha telah dipusatkan pada
ra-negara yang menggunakan bahasa Ing-
sedang mengalami proses untuk menjadi
pe-ningkatan kualitas audio karena banyak
gris, sekarang menggunakan caranya sendi-
“the smartoon”.
K o r e a n a | M u s i m P a n a s 2 0 14
51
Gaya Hidup
“Cinema Paradiso” Kecil Bioskop kecil dengan kurang dari 100 tempat duduk mulai dibangun di kota-kota kecil. Bioskop ini berperan sebagai pusat budaya yang kompleks dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Bioskop pertama di Korea adalah Bioskop Horizon, yang berada di kota Gimje di Provinsi Jeolla Utara. Kemudian, dibangun juga Bioskop Hannuri di karesidenan Jangsugun dan keduanya menjadi pusat acara kebudayaan dan seni serta menjawab antusiasme masyarakat. Jeon Sung-won Penyunting Utama Hwanghae Review
© Jeollabuk-do Provincial Government
Hannuri Digital Cinema di Wilayah Jangsu, Provinsi Jeolla Utara, merupakan contoh yang baik tentang bagaimana sebuah "Little Cinema" memungkinkan penduduk desa menikmati film tanpa harus bepergian ke kota. Telah diterima dengan sangat antusias oleh orang-orang dari segala usia.
Mereka tinggal di kota demi mendapatkan lingkungan pendidikan yang lebih baik dan menikmati sarana hiburan yang lebih memadai. Pemerintah, yang ingin menciptakan negara berbudaya maju, memperkenalkan konsep “Kesejahteraan Budaya,” yaitu hak menikmati dan sejahtera secara budaya dan mereka sudah lama melakukan banyak usaha untuk mewujudkannya. Bioskop di kota kecil dan menengah dan di karesidenan tahun 1960an merupakan pusat kegiatan masyarakat dan tempat acara-acara seni yang paling mudah dijangkau. Tahun itu juga merupakan masa keemasan film-film Korea. Pada waktu itu, banyak yang baru pertama kali ke bioskop. Mereka memegang tangan orangtuanya, dan merasakannya sebagai pengalaman budaya yang tak terlupakan dan akan
C
menjadi kenangan indah selama hidupnya. Televisi warna baru dikenal inema Paradiso, sebuah film yang diputar pada bulan Desem-
secara luas tahun 1980an, sehingga stimulasi dan kenikmatan visual
ber 1989 di Korea dan menarik perhatian penikmat film, dipu-
yang dihasilkan oleh gambar dengan warna cerah dan layar lebar di
tar ulang awal tahun ini setelah 25 tahun. Film yang termasuk dalam
bioskop adalah pengalaman mengesankan bagi penonton di wilayah
genre seni ini sangat layak ditonton semua kalangan. Film yang dis-
Barat yang melihat film kakak beradik Lumière untuk pertama kalinya
utradarai oleh Giuseppe Tornatore ini berlatar Italia setelah Perang
di bioskop.
Dunia dan merupakan awal sejarah film modern. Film ini berkisah
Film Korea kini menikmati masa keemasan kedua. Pada masa hal-
tentang hidup dan persahabatan, cinta dan kenangan, antara Toto
lyu (Gelombang Korea), banyak diproduksi film-film yang bermutu.
(Jacques Perrin) dan Alfredo (Philippe Noiret), operator bioskop kecil
Fim-film ini menarik perhatian sineas kelas dunia dan penonton lokal,
di sebuah desa. Bioskop tua dan kumuh bernama “Cinema Paradiso”
dan beberapa film bahkan berhasil menyedot lebih dari 10 juta penon-
di pusat desa ini tidak hanya membuka mata Toto dan warga desa
ton di Korea saja. Namun, seiring dengan perkembangan pasar film
mengenai dunia tapi juga sebagai wahana pendidikan yang menum-
Korea yang pesat, gedung bioskop di daerah ini, beberapa di antaranya
buhkan ketajaman naluri.
sudah ada di tempat lain sebelumnya, perlahan menghilang karena
Munculnya beragam media visual seperti televisi, VTR dan DVD
pengaruh urbanisasi dan usia warga pedesaan yang makin menua.
menyebabkan terjadinya krisis film untuk sementara. Namun, film tak
Suara tawa anak-anak menghilang dari pedesaan karena menurun-
pernah kehilangan perannya sebagai genre budaya populer yang dekat
nya angka kelahiran, dan standar ekonomi yang meningkat membuat
dengan rakyat, ditonton oleh orangtua dan anak-anak, dan dinikmati
mereka merasa sarana kebudayaan sangat kurang.
oleh seluruh masyarakat.
Menurut laporan dari Kementrian Kebudayaan, Olah Raga dan Pariwisata (MCST) pada tahun 2012, dari 227 karesidenan, kota, dan
Urbanisasi dan Punahnya Bioskop di Daerah
kabupaten, sebanyak 109 di antaranya tidak memiliki bioskop. Dalam
Abad ke-20 adalah abad pertama maraknya urbanisani dengan
tahun yang sama, hasil survei mengenai “aktifitas waktu luang” yang
lebih dari separuh warga desa pindah dan bertempat tinggal di kota.
dilakukan oleh MCST memperlihatkan bahwa “acara seni yang paling
Demikian juga di Korea, urbanisasi dimulai pada tahun 1960an deng-
sering dikunjungi” adalah film (41,4%).
an perkembangan ekonominya dan fenomena ini tumbuh pesat kare-
Sejak sistem otonomi daerah diberlakukan pada tahun 1992,
na banyak warga desa yang mencari pekerjaan dan pindah ke kota.
pemerintah daerah mempunyai kebijakan masing-masing terkait
52
Korean Culture & Ar ts
perkembangan dan pertumbuhan daerah. Namun, sebagian besar
yang memadai. Ketika proyek “Bioskop Kecil” dimulai, banyak kritikus
memfokuskan pada fasilitas produksi baru untuk membuka lapangan
meragukan apakah orang-orang tua di pedesaan akan datang menon-
pekerjaan, termasuk pada institusi pemerintah seperti perusahaan air
ton film. Tapi di luar dugaan, pengunjung “Bioskop Kecil” meluap. Dari
minum dan listrik. Namun, pemerintah daerah Provinsi Jeolla Utara
pemutaran perdana pada tanggal 26 Agustus 2013 hingga 31 Desem-
melihat bahwa sarana kebudayaaan sangat penting dalam perkem-
ber, tercatat sebanyak 24.690 pengunjung. Dengan kata lain, seperem-
bangan dan pertumbuhan masyarakat. Sayangnya gagasan mengenai
pat dari seluruh penduduk Gimje menonton film dalam empat bulan.
bioskop yang biasanya dijalankan oleh organisasi swasta dengan biaya
Pendapatan tahun lalu pun mencapai 160.000 dolar.
yang besar yaitu sekitar 2-3 juta dolar menurunkan semangat pemer-
Dengan munculnya bioskop kecil ini, terjadi beberapa perubahan
intah daerah dengan kondisi keuangan yang terbatas. Untuk menga-
yang sangat mencolok. Karena film baru diputar di hari yang sama
tasi situasi seperti ini dan untuk mengurangi biaya pemutaran bioskop
dengan di Seoul, masyarakat lokal tidak merasa tertinggal. Sebagai
yang bisa memperkecil kesenjangan budaya dalam masyarakat, pro-
pengunjung “Bioskop Kecil,” di pedesaan, orang-orang dari kota ter-
gram “Bioskop Kecil” di Gimje dimulai di Bioskop Horizon pada tang-
dekat datang ke tempat itu sebagai turis, sementara pegawai negeri di
gal 5 September 2013 sebagai solusi alternatif. Bioskop ini adalah yang
Gimje dengan bangga menjawab telepon dari yang menanyakan jad-
pertama dari rangkian program sejenis di Korea.
wal film.
Fasilitas Budaya: Kecil itu Indah “Bioskop Kecil” adalah sebuah bioskop yang dilengkapi dengan
Kepak Sayap Kupu-kupu Kecil Menjadi Gerakan Kebudayaan di Seluruh Negeri
dua ruangan dengan 50 tempat duduk masing-masing yang ditujukan
Gerakan “Bioskop Kecil”, yang dimulai di Provinsi Jeolla Utara dan
sebagai sarana kebudayaan bagi masyarakat untuk menikmati film
dianggap sebagai kebijakan kebudayaan MCST, mulai meluas sebagai
di lokasi yang dekat dengan mereka. Bioskop Horizon adalah bioskop
proyek di seluruh Korea. Pemerintah daerah karesidenan Jangsu-gun
kecil pertama yang berlokasi di lantai satu Pusat Pelatihan Remaja di
yang berbatasan dengan Kota Gimje mendirikan Pusat Seni Hannuri
Dojak Street, Kota Gimje, Provinsi Jeolla Utara. Bioskop ini punya dua
sebagai ruang kebudayaan di Taman Uiam, Dusan-li, Jangsu-eup pada
ruangan dan 99 tempat duduk yang dilengkapi dengan fasilitas dan
tahun 2010 dengan investasi sebesar 15 juta dolar. Tapi pusat seni ini
sistem proyektor yang tak kalah dengan gedung bioskop modern mana-
tidak banyak digunakan oleh mayoritas warga lokal. Pemerintah dae-
pun, dan salah satu ruangannya bisa menayangkan film tiga dimen-
rah kemudian membangun “Bioskop Kecil” yang diberi nama Bioskop
si. Sama halnya dengan bioskop lain, di sini kita bisa menonton film-
Digital Hannuri dalam pusat seni itu. Pada saat itu ada juga argumen
film baru, yang mulai diputar pada waktu yang sama di seluruh pen-
yang menentang. Mereka mengatakan bioskop di kota kecil tidak meng-
juru Korea, dengan tiket yang bahkan sedikit lebih murah dibanding
untungkan secara ekonomi dan menghamburkan pajak. Namun,
bioskop biasa. Kita bisa membeli tiket langsung di tempat atau meme-
ternyata bioskop ini mendapat respon yang luar biasa setelah mulai
san secara online melalui situs internet. Ada juga toko kecil yang men-
beroperasi. Dibandingkan dengan fasilitas yang lebih besar, ruang
jual popcorn dan minuman.
kebudayaan kecil yang berada dekat dengan masyarakat lebih mudah
Pada bulan Januari, sebanyak 65 anak-anak dari TK Singwang yang berlokasi dekat dengan bioskop ini bersama-sama menonton film
dijangkau dan lebih banyak orang yang mengunjungi dan menikmatinya dengan puas.
animasi sepanjang 80 menit yang berjudul Dinosaur Adventure. Film
Provinsi Gyeongsang Selatan berencana membangun 10 bioskop
ini mengisahkan seekor anak dinosaurus yang beranjak dewasa dan
dengan 100 tempat duduk masing-maisng, dimulai dengan Kareside-
berhasil melewati berbagai kesulitan. Mereka sangat senang. Setelah
nan Namhae-gun tahun ini dan terus berlanjut sampai tahun 2016.
menonton, mereka membicarakan dinosaurus dalam film itu deng-
Kota Jecheon City di Provinsi Chungcheong Utara akan membangun
an temannya, dan mereka mengatakan, “Menyenangkan sekali pergi
bioskop dengan skala serupa di dekat Danau Uirimji di Mosan-dong,
bersama teman dan melihat dinosaurus di layar lebar”. Sebelumnya,
Kota Jecheon dengan investasi sebesar satu juta dolar. Tahun lalu
mereka harus berkendara satu jam ke Jeonju dengan kerabatnya yang
MCST memutuskan bahwa proyek “Bioskop Kecil” dijalankan dengan
sudah dewasa untuk menonton film.
biaya pemerintah. Proyek ini bertujuan mendirikan “Bioskop Kecil” di
Sejak saat itu, Gimje sangat berperan dalam masyarakat agrikultur
wilayah yang belum memiliki bioskop. Program ini berkelanjutan dari
karena sawahnya yang luas berada di lahan datar menggapai cakrawa-
tahun 2014 hingga 2017, dan tahap awal pembangunan di 22 tempat
la, sesuatu yang jarang ditemukan di Korea yang bergunung-gunung.
tahun ini (termasuk 12 di antaranya swadaya) sudah mulai dikerjakan.
Sampai sekitar tahun 1950-1960an, populasi Gimje sekitar 260.000
“Bioskop Kecil” adalah awal perubahan besar untuk meningkatkan
jiwa, dan mereka memiliki gedung bioskop bahkan hingga di tingkat
kualitas hidup berkebudayaan masyarakat lokal. “Kepak kupu-kupu
kecamatan. Namun populasi ini kemudian menurun hingga sekitar
kecil” yang dimulai di provinsi ini nampaknya membawa angin segar
93.000 jiwa, dan hampir tak ada fasilitas kebudayaan dengan standar
perubahan budaya di seluruh negeri.
K o r e a n a | S u m m e r 2 0 14
53
Charles La Shure Profesor, Program Studi Bahasa dan Sastra Korea, Seoul National University
Buku & lebih
Novel Korea Modern Pertama yang Diterjemahkan ke dalam Banyak Bahasa
pedesaan yang meyakini bahwa yang bisa mengubah hidup bangsa Korea adalah pendidikan, yaitu pendidikan untuk para petani miskin yang hidup di desa-desa. Cerita ini juga memaparkan kaitan yang kompleks mengenai hubungan manusia,
dengan cinta segitiga yang membuat pembaca menduga-duga apa yang terjadi selanjutnya. Yi bercerai dari istri yang dinikahinya karena perjodohan dan kemudian kawin lari dengan seorang perempuan yang “Tanah” Oleh Yi Kwang-su, Diterjemahkan oleh Hwang Sun-ae dan Horace Jeffery Hodges, 512 halaman, $16,00, Champaign, Ill., U.S.; London; Dublin: Dalkey Archive Press
Y
bekerja sebagai dokter dan merawatnya ketika ia sakit. Buku ini dibagi menjadi empat bagian dengan masing-masing dibagi menjadi bagian yang lebih kecil, yang mencirikan bagaimana bentuk awal novel ini diterbitkan. Pada bagian awal, tokoh protagonis Heo Sung meninggalkan rumahnya di desa dan pergi ke Seoul untuk belajar dan menjadi seorang pengacara. Kemudian ia menikahi Yun Jeong-seon, anak perempuan seorang pejabat aristokrat. Di bagian kedua, ia kembali ke kampung halamannya untuk memulai gerakan kebangkitan di pedesaan. Bagian ketiga menceritakan konflik
i Kwang-su, yang sering kali disebut
rumit ketika Jeong-seon bersitegang dengan seorang pesaingnya dan
sebagai penulis novel Korea modern
kemudian berusaha bunuh diri. Bagian terakhir terkait dengan konflik
pertama, hidup pada jaman suram dalam
antara warga desa yang muncul karena perlakuan tuan tanah.
sejarah Korea. Ia sekolah di Jepang, tapi
Sebagai nilai plus atas perannya dalam karya sastra, buku ini juga
pada tahun-tahun awal penjajahan Jepang
memuat gerakan kebangkitan di pedesaan dan filosofi yang mela-
ia pendukung yang sangat berapi-api ter-
tarinya. Cerita ini tidak mewakili keadaan Korea pada waktu itu,
hadap gerakan kemerdekaan. Menjelang
namun merupakan visi ideal perspektif seorang protagonis terpelajar
akhir pendudukan kolonial, ia sangat hati-
yang selalu dianggap benar apapun yang dilakukannya, dan melihat
hati menuliskan sesuatu yang membuat
warga desa sebagai kaum tertinggal dan tak punya harapan. Walau-
marah pihak Jepang, dan kemudian ia
pun bukan representasi sejarah yang realistik, namun buku ini ber-
dituduh mendukung pihak Jepang. Hal ini
hasil memaparkan pemikiran kaum intelektual idealis ketika berha-
menyebabkan perbedaan pendapat di anta-
dapan dengan kenyataan kehidupan kolonial.
ra para peneliti Korea mengenai kepakaran-
Buku ini merupakan terjemahan yang setia kepada teks asli dan
nya. Namun, tak dipungkiri ia adalah figur
berusaha mempertahankan rasa teks Korea. Novel ini dicatat World
yang sangat penting dalam dunia sastra
Literature Today sebagai buku yang diterjemahkan ke dalam 75 baha-
periode kolonial.
sa pada tahun 2013. Karena masalah konteks sejarahnya, buku ini
“Tanah” semula terbit sebagai cerita ber-
tidak bisa diakses oleh pembaca seperti fiksi Korea masa kini. Karya
sambung di surat kabar Dong-A Ilbo dari
ini merupakan bagian yang penting dari sejarah sastra Korea dan
bulan April 1932 sampai Juli 1933. Cerita ini
akan menarik siapa pun yang ingin menggali lebih dalam mengenai
berkisah tentang gerakan kebangkitan di
Korea dan budayanya saat ini.
‘Musik Kontemporer Dewasa,’ Musik Pop untuk Dewasa, Berhasil Mencuri Perhatian Kim Young-dae Kritikus Musik Pop
“Hello” album ke-19 Cho Yong-pil (2013), Universal Music Korea, 38 menit 3 detik, 18.300 won “Serendipity” album ke-15 Lee Sun-hee (2014), Loen Entertainment, 42 menit 2 detik, 16.500 won “Fall to Fly — Before” album ke-11 Lee Seung-hwan (2014), Kt Music, 42 menit 2 detik, 16.500 won
Kajian Terlengkap dan Beragam mengenai ‘Arirang’ dalam bahasa Inggris
memerlukan kajian interdisipliner yang melibatkan musik, sastra, cerita rakyat, geografi, dan sejarah. Bagian berikutnya membicarakan aspek musikal “Arirang.” Lee Bo-hyung dan Kim Young-un memaparkan perkembangan sejarah “Arirang” dari awal mulanya
Charles La Shure Profesor, Program Studi Bahasa dan Sastra Korea, Seoul National University
di Provinsi Gangwon hingga penyebarannya ke seluruh pelosok tanah air. Lee secara khusus melihat aspek musikal lagu tersebut termasuk notasi musik untuk versi yang berbeda, sementara Kim memperlihatkan bagaimana lagu itu diadaptasi oleh komposer modern. Min Eun-gi membicarakan “Arirang” di Korea saat ini, dan bagaimana lagu ini bisa berperan lebih efektif. “Arirang dalam Budaya Korea” Disusun oleh Sheen Dae-cheol, 309 halaman, 25.000 won, Seoul: Academy of Korean Studies Press
“A
Bagian ketiga mengkaji “Arirang” dari perspektif sastra dan budaya populer. Kang Deunghag membahas peran yang dimainkan film dalam mempopulerkan lagu itu, dan bagaimana lagu itu berperan sebagai sumber kekuatan bagi kaum miskin dan tertindas. Kim Ik-doo mengangkat beragam simbol dan tema penggunaan “Arirang” dalam sastra. Park Ae-kyung memaparkan bagaimana “Arirang” dipopulerkan dan diperkenalkan kepada dunia melalui K-pop, dan aspek negatif dan positif perkembangan tersebut. Bagian keempat mengenai “Arirang” di luar Korea Selatan. Jung Pal-yong, seorang maha-
rirang” bukan hanya sekadar lagu
siswa Korea Utara yang belajar di Arts University of Pyongyang, membahas perbedaan dan
rakyat mendayu-dayu yang sudah
persamaan antara versi Korea Utara dan Selatan lagu itu dan mengusulkan “Arirang” sebagai
berabad-abad menjadi lagu favorit warga
lagu kebangsaan Korea bersatu. Zhang Yishan memperlihatkan bagaimana “Arirang” dalam
Korea, namun sudah menjadi simbol Korea
budaya China dan arti lagu ini bagi etnis Korea yang tinggal di China. Gim Ban Bohi memapar-
dan budayanya. Untuk menjawab minat
kan perkembangan sejarah dan keberadaan “Arirang” dalam pandangan warga Korea yang
yang makin besar pada “Arirang,” Akademi
tinggal di luar negeri, khususnya di China.
Kajian Korea dan Yayasan Seni Pertunju-
Bagian berikutnya adalah “Arirang” di Asia selain Korea. Yukio Uemura meneliti lagu raky-
kan Tradisional Korea menjadi penyeleng-
at Jepang “Lullaby of Itsuki Village” dan menghubungkannya dengan “Arirang”. Wang Ying-
gara pendamping Konferensi Internasional
fen dan Tran Quang Hai memperlihatkan bagaimana “Arirang” menyebar ke Taiwan dan Asia
Arirang pada bulan Desember 2011, dengan
Tenggara; termasuk “Arirang” dalam versi bahasa Vietnam.
mendatangkan banyak pembicara dari Korea
Bagian terakhir adalah kajian tentang “Arirang” di kancah dunia di luar Asia. Lee Byong-
dan dunia. “Arirang dalam Budaya Korea:
won memaparkan pengalaman pribadinya di Hawaii dan membahas bagaimana simbolisme
Arirang dari Beragam Perspektif” adalah
dan penggunaan “Arirang” sudah berubah di Amerika Serikat. Simon Mills memaparkan pan-
kumpulan makalah yang disajikan dalam
dangannya mengenai “Arirang” di Eropa, khususnya bagaimana lagu ini diinterpretasikan oleh
konferensi itu.
musisi non-Korea. Jean Kidula mengkaji lagu rakyat ini sebagai simbol manusia atau bangsa,
Buku ini terbagi menjadi enam bagian,
dan membandingkan Korea dan Kenya dalam hal kolonialisasi dan pelestarian budaya.
yang masing-masing saling melengkapi.
Buku ini merupakan hasil penelitian paling lengkap dan beragam mengenai “Arirang”
Bagian pertama berisi ulasan pembuka yang
yang diterbitkan dalam bahasa Inggris. Walaupun beberapa tulisan masih harus diperhalus
ditulis oleh Cho Dong-il. Ia mengemukakan
bahasanya oleh penyunting berbahasa Inggris, namun buku ini merupakan bukti pengakuan
bahwa Arirang sebagai sebuah “sains total,”
atas pengaruh “Arirang” dan budaya Korea yang makin besar di seluruh dunia.
S
ejak musik pop Barat diperkenalkan
musik dewasa masih diminati.
yang mengesankan. Lee Sun-hee, seorang
pada tahun 1960an, genre musik kaum
Selain demam musik idola, kembal-
vokalis perempuan yang disukai semua gen-
muda ini menjadi tren di Korea. Ketika K-pop
inya Cho Yong-pil yang dianggap “Raja Pop
erasi, dan Lee Seung-hwan, yang tetap dekat
dan “musik idola” (musik yang dinyanyikan
Korea” pada tahun 2013, adalah peristiwa
deng-an publik melalui konser-konsernya
oleh bintang-bintang muda) sangat populer,
yang layak diingat. Musiknya memiliki ele-
membawa musik berkualitas tinggi, dan
generasi tua tak punya banyak kesempa-
men yang memungkinkan komunikasi tidak
deng-an cerdas mencampurkan beragam
tan untuk menikmati musik. Kesempatan
hanya dengan penggemar dari usianya tapi
genre musik seperti pop, jazz, R&B, dan
mereka menikmati musik datang dengan
juga dengan generasi muda. Karena ke-
rock. Mereka melakukan banyak sentuhan
suksesnya acara TV “I’m a Singer.” Acara ini
suksesannya ini, makin banyak penyanyi vet-
dalam rekaman dan pasca produksi, yang
dimulai tahun 2011, dan menunjukkan bahwa
eran kembali tampil di tahun 2014, dengan
menunjukkan besarnya komitmen mereka
genre musik pop yang memuaskan selera
kemampuan vokal dan aransemen musik
pada prinsip “musik untuk dinikmati”.
Esai
Mengerling Kota Metroplitan Seoul Nur Utami SK Dosen Universitas Pakuan, Bogor
B
aru saja menginjakkan kaki di Jakarta, saya sudah rindu untuk kembali ke Seoul. Kota ini punya daya magis yang luar biasa, bahkan bagi saya yang hanya sempat beberapa hari
berada di sana. Kunjungan singkat ini menyisakan banyak genang kesan dan kenangan. Saya bersama sekitar 200 rekan dari berbagai negara datang sebagai peserta konferensi internasional dalam rangka memperingati 50 tahun program studi Melayu-Indonesia di Hankuk University of Foreign Studies, Seoul, Korea Selatan. Rangkaian acara tanggal 14-16 Mei 2014 itu benar-benar menjembatani beragam ilmu, wawasan, pertemanan dan pengalaman. Pemandangan di bandara dan dalam perjalanan menuju hotel membuka mata saya akan dua hal yaitu kemajuan dan keseimbangan alam, yang saling menopang dan menguatkan. Kemajuan teknologi semakin memungkinkan bangsa ini tampil di kancah dunia karena mereka melakukannya dengan tetap menjaga kearifan lokal, memperkuat identitas dan menjaga alam. Sebagai negara dengan ekonomi pasar di peringkat 15 dunia, Korea Selatan termasuk salah satu anggota N-11, negara-negara yang diprediksi menjadi negara dengan keadaan ekonomi sangat dominan di abad 21. Dengan perusahaan-perusahaan besarnya seperti Samsung, Hyundai-Kia, dan LG, negara ini sudah membuktikannya. Pertumbuhan ekonomi ratarata 10% per tahun yang disokong oleh peningkatan ekspor sebesar 20% telah berhasil membawanya naik menjadi peringkat 11 dunia. Suatu pencapaian yang luar biasa, mengingat keadaan negara ini jauh pada masa sebelumnya. Korea Selatan merupakan negara yang berhasil membangun diri dengan memperkuatkan karakter bangsanya. Pribadi mereka seolah cerminan karakter positif perpaduan Asia dan Eropa. IPM yang tinggi mencerminkan negara ini peduli pada bangsanya, dari sisi pendidikan, kesehatan, penegakan hukum, bisnis, transparansi pemerintah, pekerjaan, dan toleransi. Semua itu sangat terbantu dengan majunya teknologi dengan koneksi internet tercepat dan menempati peringkat pertama dalam indeks perkembangan teknologi komunikasi. Hari pertama konferensi dengan tema Bridging the Unbridgeable ini dibuka dengan welcome dinner. Pada kesempatan ini saya duduk semeja dengan teman-teman dari Malaysia, orang-orang muda dengan passion luar biasa pada bidangnya. Dan, karena acara diadakan di lantai 31, saya bisa menikmati Seoul di malam hari, dari ketinggian itu. Cantik sekali. Hari kedua merupakan acara inti. Hari itu saya bertugas sebagai moderator pada pagi hari, sebelum tampil sebagai presenter pada siang harinya. Setelah sambutan duta besar Indonesia untuk Korea Selatan, disusul sambutan berikutnya dari pihak universitas. Sambutan terhenti sejenak, kemudian semua peserta menerima korsase bunga carnation yang disematkan oleh para mahasiswa. Hari itu adalah hari guru dan di
Korea, dan murid memberikan bunga dan bingkisan kepada gurunya di hari ini. Entah mengapa saya merinding. Mungkin karena setelah lebih 20 tahun mengajar, baru kali ini mendapat penghormatan seperti itu. Suasana di dalam ruang konferensi mendadak sangat khidmat, sesejuk udara musim semi ketika itu. Siapa yang tak bahagia bisa berada di tempat dan saat spesial seperti ini? Peristiwa kedua yang membuat saya tersanjung adalah ketika saya tampil sebagai penyaji makalah. Pada konferensi kali ini saya mengangkat buku Pramoedya Menggugat: Mela-
cak Jejak Indonesia yang ditulis Prof. Koh Young Hun. Buku ini mencoba “membaca” karya Pramoedya dengan pendekatan analisis wacana kritis, dengan mencermati hubungan karyakarya tersebut dengan latar sosial budaya Pramoedya, dan hubungan antarkarya Pramoedya itu sendiri. Pada saat itu, Prof. Koh berada di antara para penghadir. Sungguh suatu kehormatan bagi saya. Dan, komentar positifnya mengenai presentasi itu, membuat saya semakin menjura. Hari ketiga adalah hari wisata. Dari acara inilah saya tahu kalau pencapaian Korea Selatan sebagai negara Asia yang sangat maju ini juga berimbang dengan bagaimana mereka merawat kecintaan kepada budaya dan tanah air. Para pedagang dengan bangga mempromosikan barang dagangannya adalah buatan dalam negeri. Ini saya temui di Insadong, kawasan perdagangan yang sebagian besar menjual barang dan cenderamata tradisional untuk konsumsi turis asing dan domestik. Saya juga belajar bahwa mereka menjadikan budaya sebagai identitas dan komoditi pada saat yang bersamaan. Budaya populernya berhasil menguasai Asia dan semakin dikenal dunia global berkat Korean Wave. Bahasa, makanan, musik dan gaya hidup mereka makin diminati. Saat melihat patung Raja Sejong di area dekat istana Gyeongbok dengan ruang khusus mengenai kisahnya, ‘The Story of King Sejong”, saya menjadi sangat mahfum mengapa bangsa Korea begitu lekat dengan budaya tulis. Aksara Hangul tetap dipakai hingga kini, bukan hanya dalam dunia akademis tapi juga di ruang-ruang publik. Pemakaian bahasa Korea dan bahasa Inggris dalam petunjuk tempat dan lokasi menunjukkan bagaimana mereka mengadopsi keterbukaan dengan tetap memegang teguh tradisi. Rangkaian acara ditutup dengan malam budaya. Dengan suguhan atraksi, monolog dan tarian dari Korea, Indonesia dan Malaysia, acara ini menjadi sangat kaya. Indonesia menampilkan sanggar Mirah Delima dari Aceh, dengan tari Saman dan beberapa tarian lain dengan sangat memukau. Sajian ini mendapat standing ovation dari hadirin. Lalu pada saat resital piano membawakan lagu Halo-halo Bandung, spontan saya dan sahabat saya Maman S. Mahayana, yang duduk di sebelah saya, ikut bersenandung. Ah, saya menjadi semakin cinta Indonesia, justru ketika saya berada di Korea! Selain budayanya yang eksotis dan masyarakatnya yang sangat menyenangkan, transportasi di Korea Selatan adalah satu di antara yang terbaik. Transportasi di Seoul, dan pastilah juga di kota-kota lain di seluruh negeri, menjadi daya tarik tersendiri bagi saya. Dari beberapa negara yang sempat saya kunjungi, baru di sinilah saya menikmati perjalanan sebagai pelancong yang bepergian dengan transportasi publik. Ketepatan waktu, kenyamanan dan keamanan sangat bisa diandalkan. Sebagai seorang perempuan, baru kali ini saya naik taksi di negara asing tanpa rasa khawatir, bahkan ketika menjelang tengah malam sepulang dari pagelaran budaya itu. Seoul dan keindahannya sudah mengajak saya bermimpi. Mimpi yang saya yakin suatu saat menjadi kenyataan: saya datang lagi!
57
Kenikmatan Gourmet
Bingsu
Kecintaan Masyarakat untuk Ice Dessert Bingsu, es yang diparut halus disajikan dengan topping bervariasi, dianggap sebagai ‘cooling food’ atau makanan yang dapat meredakan hawa panas pada musim panas. Kini bingsu digemari banyak orang Korea sebagai pencuci mulut untuk semua musim. Mari kita lacak latar belakang sejarahnya dan menggali informasi mengenai beraneka ragam jenis bingsu. Yoon Duk-no Kritikus Makanan | Lim Hark-hyoun, Cho Ji-young Fotografer
J
arang sekali kita menemui orang yang pernah mencicipi bingsu
Nero dan budaya makan juicy ice pada abad 11 di Cina, yang terkenal di
dari Kutub Selatan. Di Kutub Selatan, di mana virus pun tidak
seluruh wilayah Asia kini sedang dilahirkan kembali dan begitu digemari
dapat hidup karena cuacanya dingin di bawah minus 50 derajat Celsi-
di Korea. Berbagai jenis bingsu dapat ditemui di Korea, bukan hanya
us, sirup strawberry dituangkan ke atas es kemudian dimakan deng-
bingsu buah-buahan lokal tetapi juga strawberry, mangga, dan kacang
an cara mengeruk es keras dengan sendok. Itulah bingsu Antartika.
merah, yang disajikan bersama sirup buah. Bingsu kacang merah yang
Hanya peneliti yang tinggal di Antartika selama jangka waktu pan-
direbus disajikan dengan es yang diparut halus. Jenis lainnya adalah
jang dapat menikmati pencuci mulut tersebut, seperti kisah pada film
bingsu teh hijau beku yang diparut, wine bingsu, bingsu salju dengan
Jepang, The Chef of the South Pole. Tidak semua orang bisa berkun-
susu, injeolmi bingsu dengan kue beras dan bubuk kacang, bingsu keju,
jung ke Kutub Selatan. Apakah pencuci mulut itu hanya merupakan
dan bingsu kopi. Es batu yang diparut halus seperti salju lalu ditam-
makanan imajiner di dalam film?
bah berbagai bahan, seperti kacang merah, buah-buahan, dan jus buah
Tidak, makanan itu lebih dari itu. Dua ribu tahun yang lalu orang
kemudian dimakan ini membuat kita merasa seperti menikmati es
menyantap ice dessert dengan cara tersebut. Bedanya, dulu mere-
krim dari zaman dahulu. Frozen dish ice cream yang dilembutkan deng-
ka membawa es dari Pegunungan Alpen atau Himalaya, bukan dari
an whipping custard berbahan susu dan telur muncul pertama kali
Kutub Selatan. Contohnya adalah kaisar Romawi bernama Nero yang
pada abad ke-17. Frozen dish ice cream tersebut disebut sebagai “iced
pernah menyelenggarakan sebuah jamuan yang tak ada bandingan-
cream”. Namun sebutan “ice cream” sebagai “ice dessert” baru muncul
nya. Kaisar Nero memerintahkan para pelari untuk membawakan es
satu abad kemudian pada abad ke-18.
dari gunung bersalju melewati the Via Appia, sebuah jalan di Roma
Ice dessert yang dikonsumsi kelas atas masyarakat Eropa sebelum
yang paling terkenal. Dia memerintahkan lari estafet agar hidangan
munculnya es krim adalah sorbet. Ada yang memakai susu sebagai
datang tepat waktu dan suhu dari gunung bersalju tetap terjaga. Keti-
bahannya dan ada yang tanpa susu, hanya memakai sejenis minuman
ka es dibawa ke jamuan, dia menyantapnya dengan madu, jus buah,
yang terbuat dari buah-buahan beku atau jus buah beku. Sebelum itu,
dan anggur. Cerita itu selalu dianggap sebagai legenda saat orang
selama zaman Yunani dan Romawi, salju yang dibawa dari gunung
berkisah tentang asal-usul es krim yang barangkali merupakan
atau es batu yang disimpan dari musim dingin sampai musim panas
‘nenek moyangnya sorbet.
dimakan bersama jus, anggur, dan rempah-rempah lainnya untuk meredakan hawa panas.
Bingsu, Masa Renaisans Frozen Dessert di Korea Secara harfiah, renaisans berarti “melahirkan kembali,” dan jika
Budaya Ice Dessert di Asia Timur
istilah itu dipakai dengan huruf besar maka istilah itu bermakna ‘mela-
Berbeda dengan budaya Barat, budaya Timur gemar memakan
hirkan kembali kejayaan kebudayaan Yunani-Romawi. Sesuai dengan
bingjeup yang dibuat dari es yang diparut, dilengkapi dengan jus buah
arti itu, dapat dikatakan bahwa saat ini Korea sedang menyambut masa
serta rempah-rempah bingsu. Bingsu merupakan pencuci mulut yang
renaisans frozen dessert. Snowy dessert yang dinikmati oleh Kaisar
sangat digemari oleh orang Asia Timur sejak zaman dahulu. Menu-
58
Seni & Budaya Korea
Bingsu kacang merah, terbuat dari serutan es yang di atasnya diletakkan kacang, ketan, potongan kue dan irisan buah kering ornut yang renyah, merupakan makanan penutup Korea klasik untuk pendinginan di musim panas.
K o r e a n a | M u s i m P a n a s 2 0 14
59
rut sejarah Dinasti Song, kaisar menganugerahi milsabing (yang
mirip dengan wine bingsu pada zaman sekarang. Jika musim panas
berarti ‘fine ice with honey’) kepada para pejabat negara tinggi pada
datang, maka es dipakai sebagai hwachae atau fruit punch. Makanan
Hari Anjing atau the Dog Days. Milsabing itu diperkirakan sebagai
tersebut dinamakan binggwa yang berarti frozen fruits.
bingsu dengan madu dan kacang merah yang direbus. Bingsu pada
Bagaimanakah bingsu dan binggwa kemudian menjadi begitu ba-
zaman dahulu sangat mirip dengan bingsu sekarang. Menurut The
nyak variasinya seperti yang terlihat di atas? Tempat penyimpanan es
Pillow Book (Makura no Soshi), tercatat sejak awal abad ke-11 orang
batu selama musim dingin untuk dipakai pada musim panas telah ada
memarut es batu dengan pisau kemudian dituangkan ke mangkok
sejak ribuan tahun yang lalu. Tetapi baru sekitar abad ke-11 muncul-
besi supaya tidak cepat mencair lalu menyantapnya dengan ‘kudzu
lah teknologi revolusioner untuk penyimpanan es. Hal itu mengakibat-
sap’ atau getah tanaman kudzu. Mengapa mereka memakai getah
kan permintaan terhadap es meningkat sekaligus menurunkan harga-
tanaman kudzu yang terasa pahit itu? Entah apa sebabnya. Namun
nya hingga kemudian memunculkan berbagai jenis bingsu. Namun
hidangan itu seperti es dengan sirup sehingga dapat dikatakan mirip
bingsu masih merupakan makanan mewah untuk kelas atas dan
dengan bingsu zaman sekarang, khususnya bingsu Jepang tradisio-
orang kaya. Sebagaimana es krim baru populer pada akhir abad ke-18
nal yang dikenal sebagai kakigori. Pernyataan tersebut sama dengan
di dunia Barat, bingsu juga menjadi populer pada akhir abad ke-19 di
pernyataan bahwa Korean red-bean bingsu zaman sekarang sangat
dunia Timur saat Jepang, negara Asia pertama yang mengalami mo-
mirip dengan milsabing pada zaman kerajaan Dinasti Song di Cina.
dernisasi, mulai memproduksi mesin pembuat bingsu.
Ditinjau dari kenyataan di atas, kita tahu bahwa ditemukan berbagai jenis bingsu di dunia Timur pada zaman dahulu. Bukan hanya the red-
Slow Food dengan Resep Makanan yang Sederhana
bean bingsu yang masih dikonsumsi sampai sekarang, tetapi juga
Bingsu yang dulu kalah populer dari es krim dan merupakan
yogurt bingsu yang dibuat dari frozen yogurt, fruit bingsu yang dihia-
sekadar cemilan untuk anak-anak kini menjadi popular di Asia
si buah cherry di atas es, bahkan terdapat plum brandy bingsu yang
Timur. Bukan hanya bingsu Korea tetapi juga kakigori Jepang dan baobing Cina sangat digemari oleh banyak
Anda dapat memilih topping favorit Anda dan mencampurkannya dengan es atau menikmatinya secara terpisah dari serutan es. Bingsu memenuhi pilihan pribadi dan menyesuaikannya, es krim pun tersedia.
orang Asia. Hanya namanya saja yang berbeda namun sebenarnya semua makanan itu sama. Mereka semua bingsu dan pusat tren makanan itu berada di Korea. Mengapa bingsu begitu digemari oleh banyak orang Korea sehingga menjadi tren? Hal itu berkaitan erat dengan budaya makan
1
orang Korea yang gemar menyantap masakan dingin selama musim panas. Misalnya, orang Korea gemar memakan mie dengan campuran es batu. Budaya tersebut sangatlah berbeda dengan budaya China yang senang minum teh panas, bahkan selama musim panas. Mengapa bingsu bukan sejenis es krim? Pada dasarnya, renaisans budaya bingsu di Asia Timur pada zaman sekarang diawali oleh karakter makanan abad ke-21 yang dibedakan menjadi fast food dan
slow food . Es Krim adalah fast food sedangkan bingsu adalah slow food. Bingsu adalah penganan sederhana berupa es yang diparut lalu ditambah topping yang bervariasi saja. Toppingnya boleh satu atau dua ataupun lebih, misalnya kacang merah yang direbus, es krim, kue, dan berbagai kacang seperti almond dan walnut. Orang bisa memilih topping sesuai cita rasanya sendiri lalu mencampurnya dengan es yang diparut. Jika tidak suka dengan rasa yang dicampur, kita bisa menyantap es dan topping secara terpisah. Bingsu memperbolehkan sentuhan pribadi kita di dalamnya. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa bingsu adalah ‘customized food ’ sedangkan es krim adalah ‘ready -made .’ Bingsu adalah gabungan dari kesederhanaan, karena hanya terdiri dari es dan topping, sekaligus merupakan puncak yang penuh kompleksitas.
60
Seni & Budaya Korea
2 1 Bingsu mangga terbuat dari susu beku rasa mangga. 2 Sudah lama dianggap sebagai makanan pendingin untuk hari-hari musim panas, bingsu sekarang dicintai sebagai makanan penutup yang baik untuk setiap musim. 3 Bingsu disesuaikan dengan selera seseorang, dengan topping yang dipilih dan dicampur sesuai keinginan. 4 Bingsu teh hitam dengan sirup yang ditaburkan pada es krim yang beralaskan serutan es.
3
K o r e a n a | M u s i m P a n a s 2 0 14
4
61
perjalanan kesusastraan korea Kritik
Rantai Simpati dan Kesalahan Sepele Chang Du-yeong Kritikus Sastra
S
egala sesuatu yang terjadi pada tokoh Jung, yang bekerja seba-
yang terus muncul dalam cerita ini, yang secara konsisten memper-
gai copy-writer periklanan untuk sebuah koran regional, dimu-
tahankan nada tenang seperti suara berbisik Jung, yang dirancang
lai dengan kesalahan sepele. Setelah salah tulis nama perusahaan
untuk mengekspresikan sebuah realitas yang tenang.
yang diiklankan dalam sebuah artikel, dia harus mengingat lima ribu eksemplar kertas yang sudah dikirim ke ratusan distributor dan
Jung mendapati dirinya berdiri di depan bak ikan di luar tempat
menempelkan stiker satu per satu. Salah baca tulisan pada sebuah
restoran sushi. Dia bersama rekan kerjanya, tetapi dia merasakan
tanda adalah kesalahan kecil yang dapat terjadi pada siapa pun, tetapi
seperti berdiri di sana sendirian. Seekor makarel dalam bak ikan ber-
di sini protagonis sesaat meninggalkan jalan kehidupannya sehari-
balik cepat. Saat itu ikan sebenarnya tidak bisa berbuat apa-apa, dan
hari, “seperti seseorang yang berniat naik bus nomor 4, tetapi malah
dengan demikian bak ikan itu laksana lautan. Ikan makarel itu mung-
mengambil bus nomor 8 karena kesalahan.” Jika Anda seorang
kin berpikir, bahwa ia berenang di bawah kekuatannya sendiri. Hanya
pembaca yang, seperti tokoh utama dalam cerita ini, juga salah baca
ada dua cara untuk mengetahui apakah itu berenang pasif atau aktif:
tanda pada sebuah toko dan berangkat dengan segala imajinasi liar,
sekarang bisa seketika berhenti, atau makerel itu melompat keluar
Anda akan merasakan bagaimana segala sesuatu sama untuk semua
bak ikan. Namun di luar bak itu hanya ada aspal keras.
orang, namun sekaligus juga tidak sama. Strategi dasar penceritaan kisah ini terletak pada cara mengembangkan ikatan halus perasaan
Selalu sisi gelap agak absurd, imajinasi yang hidup ditampilkan
simpati antara tokoh cerita dan pembaca, karena pencerita membuat
Yun Ko-eun yang dilapisi oleh bayangan realitas muram. Kisah yang
lompatan besar dan imajinasi asing yang jauh dari kenyataan biasa,
dimulai dengan 'kesalahan sepele' ini berlanjut dengan mengamati
bahkan dalam hal-hal sepele siapa pun mungkin saja mengalaminya.
banyak makarel dalam bak ikan sebuah restoran sushi, yang pada
Cara penulis Yun Ko-eun, mewartakan hal-hal yang sering ditemu-
gilirannya mengarah pada peringatan mengerikan tentang 'kesalahan
kan di sekitar kita tetapi kita melewatkan begitu saja karena kita ter-
serius.’ Makerel yang berenang pesat searah arus kuat air, mempu-
lalu sibuk, dan ia mengembangkan sebuah lagu dari imajinasi, tidak
nyai ilusi bahwa mereka terlibat dalam kesibukan berenang, padahal
terbatas pada cerita ini. Pendekatan serupa sering ditemukan dalam
sebenarnya mereka hanya terbawa arus sekitarnya. Kita secara alami
karya-karya lainnya yang sudah terbit, seperti dalam Invader Grafis
diingatkan pada karya Chuang-tzu, Butterfly Dream atau film The
(2009) yang mengungkapkan potongan-potongan desain aneh banta-
Matrix atau The Truman Show. Cerita ini meminta kita mengajukan
lan ubin yang kadang-kadang kita melihatnya sambil terus berjalan
pertanyaan: apakah di tengah-tengah kekacauan kehidupan biasa,
dan kita benar-benar menandai perlawanan yang ditinggalkan di sana
dalam logika realitas yang dikendalikan oleh modal, kita tidak hidup
oleh kekuatan kritis masyarakat; dalam Sweet Vacation (2009), kita
dalam sebuah “kesalahan besar”.
melihat bangkai serangga yang ditemukan di bawah tempat tidur atau
Namun, cerita memfokuskan diri pada apa, struktur kog-
di sudut-sudut lemari dan pikiran gemetaran bahwa kutu busuk telah
nisi eksistensial atau individu kontemporer yang telah dirampas
mengebom dunia, lalu kampanye pun diluncurkan untuk membasmi
kemerdekaannya adalah perasaan 'kesendirian' yang ditemui ketika
kutu busuk; Dalam novel Weightlessness Syndrome, bulan mengam-
kita melarikan diri dari kehidupan biasa. Perasaan bahwa “Dia deng-
bang di langit terbagi menjadi enam dan epidemi virtual baru, sin-
an rekan kerjanya, tetapi rasanya seperti dia berdiri di sana sendi-
drom bobot, mengamuk. Contoh-contoh ini cukup untuk menunjuk-
rian.” Rekan-rekannya di tempat kerja akan terus hidup dengan ilusi
kan kecerdasan, betapa kaya fantasi penulis. Demikian juga, hal yang
bahwa mereka berenang untuk diri mereka sendiri karena mere-
sama berlaku dari cara lelucon dengan memprovokasi senyum kecut
ka terbawa oleh arus deras, tetapi Jung akan berada dalam situasi
62
Seni & Budaya Korea
Š Park Jae-hong
makarel yang telah jatuh ke aspal keras. Seperti arus dalam bak ikan yang mengikat rekan-rekan kerjanya mengalir sangat cepat dan kuat, mereka tidak memiliki kebebasan untuk memahami atau bersimpati pada Jung. Selain itu, tampaknya bahwa ia mungkin sendirian bahkan ketika dia masih di dalam bak ikan. Cuma dia terlambat menyadari bahwa dia sebenarnya kesepian untuk waktu yang lama, berkat perbedaan antara bagian dalam dan luar dari bak ikan yang dibawa oleh hilangnya pekerjaan. Pada akhirnya, ikatan simpati antara pembaca dan tokoh cerita, diawali dengan kesalahan sepele dan berakhir setelah melewati lompatan imajinasi, adalah 'kesepian' yang dialami oleh makarel yang jatuh ke aspal keras. Dalam cerita lain, Table for One (2009) kita menemukan sebuah akademi yang dihadiri oleh orang-orang yang takut kesepian jika makan sendirian di restoran. Tokoh utama, yang telah mengikuti kursus selama tiga bulan dan masih belum mengatasi kesepiannya mengatakan: â&#x20AC;&#x153;Apa yang saya harapkan dari belajar adalah bagaima-
Yun Ko-eun
na saya makan sendirian dengan bebas, apa yang saya terima ada-
Pernahkah Anda melihat stiker kecil yang
lah penghiburan ketika mengetahui bahwa saya bukan satu-satunya
dipakai untuk meralat surat yang salah cetak?
orang yang makan sendirian. Kita semacam toko rantai yang terdiri dari individu-individu yang terisolasi. â&#x20AC;&#x153;Komentar itu mengan-
Sebuah stiker digunakan sebagai tindakan
dung kebenaran kecil tapi signifikan bagi yang kesepian, ketika orang-
sementara yang bijak mengingat biaya yang
orang kesepian datang bersama-sama dan membentuk kelompok,
besar dan waktu yang lama untuk mencetak
mereka jadi seolah-olah tidak kesepian lagi. Kebenaran yang sama tampaknya berlaku untuk Kuku Koki. "Kita seperti mengikuti langkah-langkah Jung, yang mulai dengan kesalahan sepele, tenggelam ke dalam jurang kesepian, kita harus terus
ulang seluruh teks. Jika Anda pernah melihatnya, meski satu kali, melepas satu
membaca tentang diri Jung dalam perusahaannya dengan kesepian
stiker itu, Anda akan dengan senang hati dapat
dan keterasingan. Seperti cerita yang mengambil kesepian di sekelil-
memasuki dunia Yun Ko-eun dalam cerpennya
ingnya, mengeksplorasi itu, bersimpati dengan itu, dan menawarkan
â&#x20AC;&#x153;Kuku Kokiâ&#x20AC;? karena menarik mengikuti
penghiburan, segalanya meminta kita untuk merenungkan, apakah kita juga tidak bisa menerima penghiburan. Bahkan jika tidak memi-
arus imajinasi yang jelas dalam kehidupan
liki kekuatan untuk mengubah realitas atau untuk mengubah kehidu-
keseharian biasa. Jika Anda masuk terlalu
pan tokoh dalam cerita, ia mengatakan bahwa bagi kita, tenggiri tinggal di dalam 'simpati' bak ikan dan 'penghiburan' adalah tugas kita
dalam, Anda mungkin mereduksinya menjadi
yang harus memilih, meski jika itu pun semacam 'kesalahan'.
noda di antara baris-baris teks.
K o r e a n a | M u s i m P a n a s 2 0 14
63
Kukᶙ Kokᶖ Yun Ko-eun Terjemahan oleh
S
Koh Young Hun
eandainya dia tidak keliru membaca “Surat Koki” (The Chef’s Mail) sebagai “Kuku Koki” (The Chef’s Nail), semua itu tidak akan pernah terjadi. Seluruhnya dimulai beberapa bulan yang lalu pada saat Jung keliru membaca tanda yang tergantung di luar sebuah toko. Ketika dari kejauhan dia melihat tanda bertuliskan “The Chef’s Nail”, sekali lagi dia memeriksa catatan pada ponselnya.Dia mengira, bahwa kliennya adalah sebuah restoran, namun setelah melihat tanda itu, sesaat perempuan itu bingung, bisnis apa yang sesungguhnya digeluti oleh kliennya itu. Jung adalah penulis iklan untuk sebuah koran lokal. Dia merupakan perempuan yang setiap hari harus melihat tanda yang tak terhitung jumlahnya dan membaca nama perusahaan yang juga tak terbilang. Tapi kuku koki ? Dia pun kebingungan dicecar frase yang tidak baru dan segar, malah cenderung aneh. “Kuku Koki” akan pas jika dipasang di depan sebuah salon perawatan kuku, bukan di sebuah restoran. Dengan plang “Kuku Koki” tergantung di atasnya, para pengunjung yang makan di sana pasti curiga bahwa tempat itu kotor. Tetapi ternyata tulisan itu tidak dapat ditemukan di mana pun. Tanda tertulis yang berupa “Surat Koki” dan tempat yang berupa sebuah restoran Italia. Dan itu hanyalah kejadian kecil. Insiden sepele itu telah melanda lima ribu eksemplar brosur yang disebarkan di seluruh pusat perbelanjaan, rumah-rumah, dan gang-gang. Entah bagaimana Jung akhirnya menulis “Kuku Koki” dalam iklannya. Kedua gagasan itu telah mengacaukan pikirannya, yang menyebabkan kebingungan. “Mail-surat” telah berubah menjadi “Nail-kuku,” dan kata yang dicetak tidak menimbulkan kecurigaan orang-orang yang membacanya. Itu tanggung jawab Jung, tetapi ada orang lain yang matanya nemplok di sana. Ketika itu, setelah semuanya berlalu, perusahaan itu ternyata pernah membuat draft penanggalan “37 November 2010”.
64
| Ilustrasi oleh
Kim Si-hoon
Pada akhirnya, sungguh benar, setelah dicetak banyak dan didistribusikan, manajer Jung melihat perbedaan antara “Mail-surat” dan “Nail-kuku” serta dengan panik memanggilnya karena satu hal urgen untuk mencegah keluhan. Pada saat itu, Jung sedang berdiri di depan pintu kantor, ia meletakkan jempolnya pada mesin pembaca sidik jari untuk mengawali pekerjaan hari itu. Mesin pembaca sidik jarinya masih yang sama dalam tiga tahun dia bekerja di sana, tetapi tiba-tiba dia mendapatkan pesan bahwa mesin itu menolak sidik jarinya. Silakan coba lagi … silakan coba lagi ... dia mendengarkan suara mesin elektronik dan mencoba lagi beberapa kali, tetapi sidik jarinya tetap tidak dikenali. Dia mengambil beberapa krim tangan dan menggosok-gosokkan pada jempolnya . Bisa jadi karena terlalu kering. “Sedang menggosokkan apa engkau di sana? Bagaimana mungkin engkau bisa berhias pada saat seperti ini?” Manajernya muncul, berdiri tegak di depannya, secepat sidik jarinya terbaca, pintu terbuka. Di belakangnya ada 15.000 stiker dengan kata “Mail-surat”. Ada tiga lokasi tempat iklan “Nail-kuku” diterakan. Jung mengambil stikerstiker itu dan menuju ke seratus pusat distribusi. Dia menempelkan stiker-stiker satu per satu untuk semua surat yang belum didistribusikan. Cap jempolnya mulai berangsur-angsur pudar. Cetakan-cetakan yang salah karena kotor seperti kuku dalam sepiring makanan. Cetakan-cetakan salah yang sudah didistribusikan sebagai sesuatu yang mengerikan seperti kuku yang telah menemukan jalan dari makanan ke mulut para pelanggan. “Aku bilang, jika kita menempelkan stiker ini pada kertas, akan ada orang yang melepasnya untuk melihat apa yang ada di bawahnya.” Kwak, seorang karyawati baru di perusahaan, berkomentar ketika ia membantu Jung menempelkan stiker. Kwak mengatakan bahwa dia merupakan salah satu dari orang-orang
Seni & Budaya Korea
K o r e a n a | M u s i m P a n a s 2 0 14
65
Kukᶙ Kokᶖ
itu, dan stiker itu akan menggelitik rasa ingin tahunya. Jung bukanlah salah seorang dari mereka itu. Dan dia bukan tipe orang yang sering membuat kesalahan seperti itu. Dia menghibur diri dengan berpikir bahwa dia baru saja mendapat sedikit kemujuran karena goresan kuku koki. Dia mungkin terus berpikir seperti itu ketika ia bingung tak mendapatkan bus dalam perjalanan pulang hari itu. Dia telah naik bus yang salah dan akhirnya membawanya semakin jauh. Dia sebenarnya harus naik bus Nomor 4, namun ketika dia sadar, dia mendapati dirinya dalam bus Nomor 8. Jalur untuk bus Nomor 4 dan Nomor 8 membentang dari tempat perhentian, dan ujung jalur memutar seperti kue pretzel. Itulah yang membuat mereka gampang bingung, tetapi sebelum malam tiba biasanya Jung selalu mendapati dirinya berada pada jalur Nomor 4. Dia bahkan tidak pernah berpikir, bahwa itu sebagai tantangan. Pasti ada banyak orang seperti Kwak yang mencopot stiker, karena perusahaan menerima beberapa panggilan telepon keluhan tentang iklan. Dan sidik jari Jung masih belum dapat dibaca dengan baik oleh mesin pembaca sidik jari. Bahkan setelah ia mengolesi krim tangan, mesin itu masih juga gagal memindainya. “Apakah sidik jari Anda sekarang cacat?” Ia mendengar manajernya berkomentar di belakangnya saat ia sedang memegang jempol kirinya dan jempol kanannya ada pada file. Dia hanya berpindah dari kanan ke kiri karena sidik jari jempol kirinya tidak terbaca. Karena itulah diduga sidik jarinya cacat. “Sekarang perhatikan Jung di sini,” kata manajernya saat makan malam perusahaan setelah seharian bekerja. “Meski sudah melakukan kesalahan besar, dia tampak tenang.” Kemudian manajer itu berkata, bahwa kesalahan fatal Jung adalah cenderung tergelincir jatuh berkali-kali hari ini. Apa pun yang dikatakan manajernya biasanya ditanggapi seperti angin lalu, masuk kuping kiri keluar kuping kanan, tapi frasa “hari ini” menarik perhatiannya. Sejak ia salah baca, ia sering melakukan kesalahan sepele. Ia bingung dengan tangan yang memegang bungkus permen karet dan tangan yang memegang tiket kereta api, bahkan salah pula menyemprotkan sabun cuci ke wajan panas. Dia kadangkadang berdiri di depan mesin otomatis pencatat buku yang dikembalikan namun justru memasukkannya buku yang harus diposkan, bukan buku yang seharusnya dikembalikan. Dia bahkan membeli beberapa botol Listerine di sebuah toko, memutar tutupnya, dan hampir mabuk lantaran obat kumur mulut itu. Dia juga bingung dengan minuman
66
energi. Itu semua karena dia terlalu banyak bekerja, kata Kwak. Tunggu, apakah hal tersebut juga telah dikatakan manajernya? Lagi pula, seseorang sudah mengatakan sesuatu seperti itu. Semuanya karena terlalu banyak pekerjaan, bahkan semua kematian di dunia ini pada akhirnya akibat terlalu banyaknya beban pekerjaan. Ketika mereka selesai makan malam dan sedang bersiap-siap pergi keluar untuk minum-minum, Jung mendapati dirinya berdiri di depan bak ikan di luar tempat restoran sushi. Dia bersama rekan kerjanya, tetapi dia merasakan seperti berdiri di sana sendirian. Seekor makarel dalam bak ikan berbalik cepat. Saat itu makarel itu sebenarnya tidak berdaya,dan dengan begitu bak ikan itu terasa sebagai lautan. Ikan makarel itu bisa jadi berpikir, bahwa ia berenang di bawah kekuasaannya sendiri. Hanya ada dua cara untuk mengetahui apakah ia berenang secara pasif atau aktif: dengan menghentikan saat ini, atau makerel itu melompat keluar bak ikan. Namun di luar bak itu hanya ada aspal keras. “Nah, perusahaan kami seperti bak ikan itu,” Jung bergumam sendiri. Segera setelah dia berkata demikian, beberapa rekan kerjanya berpura-pura memanjat bak ikan. Ikan-ikan itu baik-baik saja menerima goncangan dalam bak. Beberapa rekan kerjanya merupakan wartawan baru di surat kabar. “Bukankah itu cara dunia?” salah seorang dari mereka berkata. Semua orang tertawa. Jung tertawa juga. Dia tibatiba merasakan ada dorongan sangat kuat untuk menyelam. Bukan ke dalam bak, melainkan ke luar bak itu. Artinya, ia akan menghadapi kenyataan yang pasti keras. Keesokan paginya, dia mengejar direkturnya di lift dalam perjalanan ke kantor. Sang direktur yang sedang menelepon, menunjuk pulpen Jung. Jung cepat merogoh tasnya, mengambil pulpen, dan menyerahkan kepada bosnya. Seketika wajah sang direktur mengeras, juga raut muka Jung. Apa yang diambil Jung dari tas dan diserahkan kepada bosnya itu, ternyata bukan pulpen, tetapi sepotong pollock kering sisa makan malam sebelumnya. Rupanya ketika malam itu mereka minum-minum, salah seorang reporter memasukkan pollack ke dalam tasnya. “Ini mengingatkanku pada ekspresi wajahmu.” Mendung seketika muncul tak terduga, pollack keriput telah membuat Jung bungkam seribu bahasa. Sejenak Jung berpikir bahwa dirinya sungguh tampak bagai kudapan kering dari malam sebelumnya. Direkturnya tentu memiliki pikiran yang mirip. Jung mencoba menjelaskan untuk Seni & Budaya Korea
Kukᶙ Kokᶖ
dirinya sendiri. Sungguh, itu hanya kesalahan kecil yang tidak disengaja. Direkturnya tampaknya bisa mengerti. Tapi kemudian dia berkata, “Saya pikir kamu perlu berlibur. Isi tas dan isi kepalamu semua bercampur aduk, itulah penyebab kamu bingung, bukan? Bagaimana jika kamu bingung menentukan mana pedal rem dan mana pedal gas?” Jung ingin protes — mengapa Bapak menandatangani draft yang bertanggal 37 November, dan orang yang menuliskan tanggal 37 November toh masih bekerja di sini tanpa masalah, itu hanya kesalahan kecil — tetapi ia gagu bicara. Pintu lift terbuka dan hari itu Jung tidak punya pekerjaan yang harus dilakukan. Dia meletakkan ibu jarinya ke mesin pembaca sidik jari pada jam pulang, tetapi kembali, mesin itu tidak mengenali sidik jarinya. Nah, itu sudah dapat diduga. Dia bukan lagi karyawan yang tercatat pada mesin itu. Secara teknis dia dimutasi ke departemen yang berbeda, tapi itu sebenarnya merupakan bagian dari restrukturisasi, dan dengan cara itu Jung memilih melompat keluar dari bak ikan. Dia merasa lega bahwa dia tidak harus memegang jempolnya pada mesin pembaca sidik jari, sebagaimana semua karyawan melakukannya. Ketika ia berpikir tentang mesin pembaca sidik jari sebagai toilet umum, dia merasa tidak begitu sakit hati. Kwak mengikutinya keluar dari gedung beberapa langkah dan bertanya, dia akan pergi ke mana. “Mungkin akan naik subway dan membaca buku atau melakukan sesuatu.” Kwak menatapnya dengan mata iba sambil mengulurkan kartu nama. Dia mengatakan, mungkin hal itu akan bisa membantunya. Jung refleks menatap kartu nama itu dan kemudian memasukkan ke dalam tasnya. Dan dengan demikian ia seperti jatuh ke jalan aspal. Itulah pelarian. Tapi tetap saja dia tidak bisa menghilangkan perasaannya bahwa dia tidak lain hanyalah bagian dari sampah yang bahkan sampah pun dapat menolaknya, dan ia tumbuh penuh tekanan.
K
arena ia menghabiskan waktunya sepanjang hari di rumah, setiap hari ia merasa seperti hari Minggu, tidak peduli hari apa dalam seminggu itu. Esok adalah hari Minggu, juga esoknya lagi, dan hari-hari berikutnya. Setelah tiga minggu berturut-turut, Minggu bukan lagi hari Minggu yang panjang. Pada hari Minggu keempat, perasaan was-wasnya menjadi kenyataan. Menurut urutan peristiwa secara alami, dia menerima K o r e a n a | M u s i m P a n a s 2 0 14
telepon dari manajer apartemen. Dia diberitahu bahwa ia harus meninggalkan apartemen dalam waktu empat puluh lima hari setelah pengunduran dirinya. Jung tahu tentang peraturan tersebut. Dia sama sekali tidak membayangkan bahwa peraturan itu akan diterapkan padanya begitu tibatiba dan itu bertentangan dengan yang diinginkan. Alasan dia tinggal di situ adalah karena itu perumahan perusahaan surat kabar, meskipun ia harus bekerja berjam-jam dan dengan upah yang rendah. Itulah keuntungan yang menarik bagi seseorang seperti Jung, yang berasal dari wilayah yang berbeda. Jung cukup beruntung mendapatkan sebuah apartemen hanya setahun setelah dia mulai bekerja untuk perusahaan, dan dengan demikian ia tinggal dengan nyaman selama dua tahun terakhir. Tapi sekarang tidak lagi. Dia tidak tahu apakah ini juga merupakan bagian dari urutan kejadian yang alami itu, bahkan dia juga diberitahu oleh pacarnya bahwa cowoknya itu telah meninggalkannya juga. Mereka berdua begitu sibuk dan mungkin hanya bisa saling berjumpa satu sama lain sekali sebulan pada waktu yang terbaik. Dengan pekerjaan, perumahan, dan kehidupan cinta yang berakhir bersamaan, Jung tiba-tiba menemukan dirinya mandiri. Masa kosong membuatnya begitu gelisah, meluap bagai ekstasi. Jung berbaring di sofa dan menatap wallpaper di depannya. Delapan tahun kehidupan kota berlalu di depan matanya. Rumah pertama yang dipilihnya di kota ini berada di tingkat tiga lantai basement. Tergantung pada bagaimana Anda melihatnya, tingkat dua atau tingkat tiga basement. Itu berarti bahwa jika ia melompat setinggi dia bisa dia akan berada di tingkat dua basement, dan jika ia jatuh kembali ke lantai, dia akan berada di tingkat tiga basement. Hanya ada satu hal di sana, yaitu rumah itu tanpa jendela. Realitas itu melampaui apa pun yang pernah ia alami atau yang pernah bisa dibayangkan. Pada setiap rumah yang diketahui Jung, atau di dalam rumah yang bisa dibayangkannya, selalu ada jendela, baik besar atau kecil, tapi di sini jelas setiap rumah pasti tanpa jendela. Meskipun tergantung pada bagaimana Anda melihatnya, Anda bisa mengatakan bahwa di sana ada jendela. Tentu, bahwa itu bukan jendela yang menempel di dinding, tetapi tergeletak di lantai. Ketika ia membuka jendela yang menghadap ke bawah di rumah tingkat tiga (atau kedua) basement ini, ia menemukan tangga terbang. Dan di bagian bawah tangga ada gudang yang ukurannya sekitar seperempat dari ruangan di atas. Jung menempatkan
67
Kukᶙ Kokᶖ
segala sesuatu yang tidak dia gunakan di gudang tersebut, dan dia tidak pernah membuka kembali sampai saat ia meninggalkan rumah itu. Pada hari ia meninggalkan rumah itu, dia membuka ruangan bawah yang menghadap jendela dan mengeluarkan barang-barang dari ruangan gudang, kemudian mengumpulkan semuanya dengan sampah. Dia tidak bisa mengingat apa-apa lagi semua yang ada di sana. sdthjsetjn Setelah tinggal di basement dan dua kamar atap, rumah keempat yang dipilih Jung berada di lantai dua koridor bangunan apartemen, dan baru saat itu Jung merasa bahwa ia telah sungguh-sungguh menetap di kota. Lantai dan langit-langit rumah sama-sama hangat dan gerah. Rumah itulah satu-satunya tempat dia tinggal sekarang. Tapi ia harus sesegera mungkin mencari rumah kelima. Saat ia menjumpai tulisan aneh di pintu depan rumahnya, hari itu sungguh-sungguh hari Minggu. Setelah lima hari Minggu berturut-turut atau bahkan lebih, Minggu itu benar-benar datang, Jung membuka pintu untuk mengangkat piring bekas makanan pesanan, sama seperti yang dia lakukan pada tiap hari Minggu lainnya. Udara dingin bergegas masuk. Dia merasa lega ketika melihat bahwa dia bukan satu-satunya orang yang meletakkan piring di lorong. Tapi di saat berikutnya ia melihat perbedaan antara apartemennya dan apartemen tetangganya. Ada nomor di sana. Di pintu depan apartemen Jung, tertera angka “237” ditulis dengan spidol. Melihat penempatan huruf yang lurus dan berlebihan, tampak lebih menyerupai pemberitahuan ketimbang sebuah grafiti. Ada desas-desus bahwa seorang penjahat akan menandai rumah orang yang tinggal sendirian. Kejadian ini mungkin sesuatu yang mirip hal dengan itu. Target 237, atau mungkin target untuk tanggal 37 Februari — bukan, tunggu, ke-37 adalah tanggal yang cocok yang pernah terjadi di perusahaan lamanya, bukan? Jung menyelipkan rokok di mulut dan menyalakannya, tapi tak ada waktu untuk kabur melalui asap rokok. Agar bencana ini tidak melewati rumahnya, maka ia harus setidaknya memastikan bahwa memang tidak di jalan di situ. Disebabkan oleh angka “237” itu, Jung menjelajahi koridor apartemen untuk pertama kalinya dari lantai pertama sampai dengan lantai atas. Di mana pun, dia tidak menjumpai angka “237” yang lain. Jung tidak tahu sudah berapa lama nomor 237 ditulis di pintu. Walaupun dia sudah putus dengan pacarnya, Jung mungkin akan menelepon pacarnya tentang keadaannya sekarang. Tentu saja, ketika dia menengok kembali masa
68
Seni & Budaya Korea
Kukᶙ Kokᶖ
69
Kukᶙ Kokᶖ
lalu, mungkin ada kemungkinan lebih besar bahwa dia tidak akan melakukannya. Saat merayakan satu tahun masa pacaran mereka, sang pacar menghadiahinya vibrator. Itu bukan jenis hadiah yang diberikan seorang lelaki pacarnya pada peringatan satu tahun hubungan mereka, tetapi Jung tertawa. Jung memberinya hadiah yang lebih ringan, tapi pacarnya hanya tersenyum canggung dan berkata: “Aku sudah berhenti merokok.” Steak yang tersaji di piring mereka semakin dingin. Sungguh, Jung sebenarnya tidak menyukai semua jenis steak. Pacarnya pun sebenarnya tidak menyukai steak. Tak satu pun dari keduanya tahu mengapa mereka duduk di sana dengan steak di piring mereka. Mereka berbicara lewat telepon beberapa kali setelah itu, namun itulah malam terakhir bagi pertemuan mereka berdua. Baru sekarang Jung mengambil vibrator dari kotaknya. Diputarnya saklar sambil memegangnya di udara. Vibrator membelah angin dan menyapu udara. Tapi itu hanyalah kata-kata dalam pikirannya; dia tidak bisa mengetahui apa dampak instrumen lembut yang bergetar itu, kecuali membawanya ke dalam hakikat kesepian diri. Jika diamati, vibrator itu tampaknya tidak lebih dari baling-baling yang menghembuskan angin tenang. Sebelum fajar hari berikutnya tiba, pemberitahuan menyebar ke semua pintu gedung apartemen. Jung tidur larut malam. Dia tidak merasa lebih baik setelah menghirup udara pagi yang dingin. Dia tersiksa dengan pertanyaan apa perlu menandai semua pintu dengan angka 237 atau untuk melanjutkan dengan 238, tapi pada akhirnya dia memilih 237. Akhirnya semua selesai, kecuali angka yang dihitung mundur, dia tidak ingin menjadi korban pertama di gedung itu.
‘‘S
aya hanya bisa berbisnis dengan Anda secara kredit,” kata seorang karyawan sebuah bank. Tidak mungkin meminjam di sini. Dia menelepon ke sana-sini, namun tidak mudah menemukanpekerjaan yang cocok. Tas yang selalu dipakainya di atas bahu tergeletak di pintu depan, ketika ia meninggalkannya pada saat ia meninggalkan pekerjaan lamanya. Ketika terbalik ia memengang tas itu, sekitar dua puluhan kartu nama jatuh berserakan bersama rongsokan. Dia lupa di mana ia mendapatkan kartu-kartu nama itu, baik dari kliennya atau dari seseorang yang kebetulan bertemu di jalan. Salah satu kartu nama itu bertuliskan “Bookworm Advertising Agency” , pasti yang pernah diberikan oleh Kwak.
70
Dalam waktu sepuluh hari, Jung sudah bekerja kembali. Semuanya harus dikerjakan dalam getaran subway sejak pukul enam pagi hari hingga pukul sebelas malam, sambil bergaya membaca buku. Perusahaannya memiliki sekitar lima ratus karyawan yang tinggal di wilayah metropolitan Seoul. Hal yang menakjubkan, perusahaan ini telah beroperasi selama lima belas tahun. Ini rahasia. Sulit dipercaya, sampai dia menemukan pekerjaan baru sebagai pekerja paruh waktu. Tidak buruk, dia dibayar 15.000 won persatu jam.Bahkan, mungkin lebih baik daripada gajinya di perusahaan lamanya. “Seorang lelaki sedang membaca buku secara cermat. Dia benar-benar asyik dengan kegiatannya itu, bahkan acapkali tertawa sendiri. Lalu apa yang Anda pikirkan? Tidakkah Anda ingin tahu buku apa yang dibacanya? Atau bagaimana dengan seorang perempuan yang cukup intelek, namun tidak bisa melepaskan matanya dari sebuah buku. Ketika perempuan dilewati seseorang dengan wangi parfum yang menawan, mereka sering diam-diam bertanya, minyak wangi apa yang dipakainya? Tentu mereka akan bertanya jika mereka penasaran. Tapi mereka tidak merasa perlu bertanya tentang judul buku yang dibaca seseorang. Perempuan membaca buku dengan judul yang ditampakkan secara jelas, semata-mata agar dilihat orang. Tidakkah engkau ingin tahu? Tapi, omong-omong, siapakah nama aslimu? Jung Bangbae? Seperti stasiun subway? Ha ha ha, kita harus menempatkanmu di jalur 2.” Seorang manajer di perusahaan Bookworm Advertising Agency menyimpulkan tentang Jung seperti perkataannya. Ada sesuatu pada penampilannya yang mengingatkannya pada manajer di perusahaan lamanya. Manajer itu tampak merasa lega melihat kuku Jung yang rapi. Sebenarnya ini sudah dua minggu sejak dia ke toko kecantikan kuku, sehingga ia memakai hiasan pada tepi kukunya, namun manajer tersebut tidak menangkap detail itu. Si “karyawan pembaca buku” pada dasarnya bagai berjalan di billboard, sehingga mereka harus berpakaian secara cerdas. Jung dengan mudah lulus ujian itu. Mereka mengakui pengalamannya pada koran lokal, sehingga ujiannya cukup berlangsung dalam sehari. Padahal menurut mereka, biasanya membutuhkan waktu dua hari. “Jangan remehkan pekerjaan.Begitu engkau mendapatkannya, engkau akan menyadari bahwa tidak ada pekerjaan yang gampang. Yang harus kau lakukan adalah duduk di bangku subway dan membaca buku. Tahukah kau penempatan produk tersamar dalam film? Hal itu membuat penonton Seni & Budaya Korea
Kukᶙ Kokᶖ
membeli Coke ketika film berakhir? Dengan cara yang sama, kita tanam judul buku dalam alam bawah sadar para penumpang subway. Para karya-wan pembaca buku kami hanya perlu sering mengekspos judul-judul. Tentu saja, harus dipastikan bahwa orang sungguh memperhatikan Anda ketika Anda membaca buku di dalam subway. Tidak ada gunanya jika Anda hanya dianggap sebaga hanya angin lalu. Para sponsor iklan yang menginvestasikan modalnya akan kecewa. Mereka akan berpikir bahwa itu cuma buang-buang modal saja.” Menurut manajer itu pembaca sekarang tidak punya waktu untuk memilih buku-buku, sehingga seseorang harus membangkitkan rasa ingin tahu mereka. Itulah sebenarnya tugas yang harus dilakukan oleh para karyawan pembaca buku. “Saya kira iklan begini sangat efektif. Apakah Bapak telah menjual lebih banyak buku?” Manajer itu mendengus, “Kami sudah menjalankan bisnis ini selama lima belas tahun.” Jung ditugasi dalam subway yang jalan malam hari. Sekarang dia datang dan pergi dari pekerjaannya dibuktikan bukan oleh mesin pembaca sidik jari, melainkan oleh kartu transportasi. Kartu transportasi yang diberikan kepadanya diperiksa setiap bulan oleh lembaga. Dalam subway, orang-orang tidak melihat ke depan atau ke kirikanan, tapi lurus ke bawah lutut mereka. Banyak orang yang membaca buku atau menatap telapak tangan mereka, memainkan segala macam video player, dan tidak celingak-celinguk melihat ke sekelilingnya. Untuk menarik perhatian, ia harus menggoda mata mereka sejak mereka naik subway. Pada hari pertama di tempat kerja, Jung mengenakan hak sepatu lima inci dan rok mini sebelas inci. Jung melihat peta subway — ini semua bagian dari rencana — dan duduk di bangku kosong. Kemudian dia memeriksa ponselnya — ini juga merupakan bagian dari rencana — dan mengambil sebuah buku dari tasnya. Pada sampul warna kuning terang tertera judul: The Slug’s House. Itulah buku yang harus dibaca Jung. Setelah membaca sepuluh halaman, ia tertawa. Rasanya agak canggung. Suara “heh” yang ringan terdengar sempurna, meskipun tidak ada “heh” keluar dan senyumnya tampak terlalu dipaksakan. Dia mendongak dan bersitatap dengan seorang perempuan yang duduk di depannya. Jung segera menunduk kembali. Setelah dua puluh halaman dia tertawa lagi. Kali ini “heh” tidak begitu terdengar. Ketika memikirkan hal itu, dia menyadari bahwa dia bukanlah K o r e a n a | M u s i m P a n a s 2 0 14
tipe perempuan yang biasa tertawa keras. Tawanya nyaris tak terdengar. Dia mengambil pena dan penggaris dari tasnya dan menggarisbawahi sebagian teks. Dia merasa mata sampingnya bosan menatap buku. Setelah membaca beberapa halaman lagi, bahunya terasa kaku. Yang paling penting untuk diingat adalah tidak meletakkan buku itu di lutut atau dalam tasnya untuk waktu yang lama. Dia harus memegang buku agar terkesan ringan dalam genggaman satu tangan, atau mungkin dua, sehingga mereka yang duduk di seberang atau di sampingnya bisa melihat judul buku itu. Jung berdiri dan mengosongkan bangkunya. Jalur Nomor 2 — satu-satunya jalur yang melingkar di subway Seoul — sudah melintasi satu putaran. Dia kembali ke awal. Sesuai dengan petunjuk dalam pelatihan, sekarang dia harus membaca sekitar empat puluh halaman. Jung perlahan-lahan membolak-balik halaman buku. Otot-otot di sudut-sudut mulutnya mulai kejang sedikit. Untuk sebuah perjalanan di dalam kota, dia adalah satu-satunya orang yang duduk di bangku yang sama. Dia telah membaca sesuatu, tetapi pada akhirnya ia harus kembali ke awal. Dia tidak ingat satu baris. Jung mulai membaca dari bagian itu. Dari halaman 237 sampai dengan halaman 242 ada lima kali berhenti, dari halaman 242 ke halaman 250 ada delapan kali, dan saat ia bergerak maju-mundur seperti itu dalam subway, dia menyadari bahwa dia telah beradaptasi dengan sebuah arus dan dia berenang di bawah kekuasaannya sendiri. Setelah tujuh malam gelombang manusia meningkat, dan kadang-kadang setelah sembilan malam gelombang itu surut kembali. Tidak peduli di mana ia mulai perjalanannya, butuh waktu sekitar sembilan puluh menit untuk menyelesaikan perjalanan keliling jalur Nomor 2. Jung bekerja non-stop selama dua minggu, tiga kali putaran sehari. Suatu hari hidungnya terbenam dalam buku itu, dan ketika dia melihat sekeliling, didapatinya bahwa dia sudah sendirian. Hanya ada bayangannya sendiri di jendela, meluncur menembus kegelapan. Seorang pembaca, dengan sebuah buku tersusun di atas hidungnya, bernapas ke dalam halaman-halaman buku. Tiga minggu berlalu, Jung masih membaca buku yang sama, selalu dimulai dari tempat yang sama. Dia harus membaca buku ini satu bulan lagi. Pada awalnya sangat membosankan, tetapi menjadi sedikit lebih mudah ketika dia membayangkan hal itu sebagai naskah drama. Ekspresi wajah Jung meningkat dari hari ke hari. Dia bahkan pernah menangis dua kali. Menangis tentu saja berkali-kali
71
Kukᶙ Kokᶖ
lebih keras daripada tertawa, tapi Jung baru berhasil memeras air matanya hanya setelah tiga minggu. Bahkan ketika air mata bercucuran seperti hujan es pada halaman buku yang miring, dia tidak lupa secara teratur — tetapi dengan wajar — membalik halaman tersebut. Pada suatu waktu, salah seorang perempuan yang duduk di sampingnya, mengulurkan tisu dan bertanya bacaan apa yang membuatnya menangis begitu rupa. Pada waktu yang lain tidak ada yang berbicara apa-apa padanya, tetapi mereka tidak bisa menyembunyikan fakta bahwa tatapan mereka tertuju pada buku yang dipegangnya. Tentu saja, Jung bukanlah menangis karena buku. Air matanya hanya keluar seperti produk limbah lainnya. Jung tidak terbiasa menangis, tapi menangis tidak terlalu sulit jika dia berpikir bahwa hal itu sebagai pekerjaan. Ketika ia mengangkat matanya dari buku dan melirik ke sudut gerbong subway, dia melihat sebuah titik kecil merangkak perlahan di lantai. Itu siput. Pemandangan itu seharusnya ganjil, tapi dia merasa sangat akrab. Itu disebabkan karena pekerjaan. Membaca The Slug’s House setiap hari, bahkan walaupun dia tidak memiliki perhatian pada jalur tersebut, mereka tumbuh akrab. Jung selalu mengikuti jalur yang sama, tapi suatu hari dia menyimpang dari jalur itu. Seharusya dia mengikuti jalur utama Nomor 2, tapi dia pergi ke jalur bercabang di Stasiun Seongsu, ke arah sebaliknya. Itu disebabkan oleh kata-kata yang pertama kali menimbulkan kesalahan, melintas lagi dalam pikirannya. Sesungguhnya bukan “Surat Koki — Chef’s Mail,” melainkan jelas “Kuku Koki — Chef’s Nail”. Bahkan jenis huruf itu tampak mirip dengan jenis huruf yang digunakan sebagai tandanya. Tanda bahwa Jung telah salah membaca, tanda yang tidak ada di mana pun di muka bumi ini. Dia seharusnya naik jalur Nomor 2 sampai Stasiun Sincheon, tapi Jung mengikuti “Kuku Koki” dan keluar dari subway. Itulah judul sebuah buku yang dibawa sejumlah orang. Dia berjalan, berbelok dari jalur melingkar sebagaimana dia pergi. Hanya beberapa huruf yang dicetak pada papan penunjuk jalan. Tapi di mana saja di sepanjang jalan hurufhuruf itu tidak dilihatnya.
J
ung melihat kalendernya. Dia hanya punya waktu dua minggu sebelum meninggalkan apartemennya. Dia menemui manajer apartemen saat hendak pergi kerja, dan manajernya bertanya kapan dia akan pindah. Jung menjawab bahwa ia sedang mencari tempat baru. Jung tidak berbohong. Sebelum dia berangkat kerja dia
72
melihat sekeliling lingkungan ini dan itu, tapi dia belum juga menemukan rumah yang cocok. Jung sebenarnya tidak memilih-milih . Tentu, ada beberapa rumah yang memiliki kerusakan fatal –meskipun banyak kekurangan, kata “fatal” tidak cukup untuk menggambarkan kondisi rumahrumah itu. Jung tidak mau tinggal di ruang atap atau di basement apartemen. Dua kali pengalamannya tinggal di kamar atap telah mengajarinya bahwa tagihan pemanas kadang-kadang bisa lebih besar dari biaya sewa, dan pengalamannya tinggal di basemant apartemen adalah serangan radang kulit yang disebabkan oleh jamur — meskipun dia tidak tahu apakah sungguh-sungguh jamur yang menyebabkan radang kulit itu — seperti pajak yang ditambahkan pada sewa tempat tinggalnya. Namun saat mencari sebuah rumah dengan dana yang terbatas, perlahan-lahan sikap Jung tumbuh menjadi lebih toleran. Jung telah belajar bahwa tanpa sinar matahari atau jendela dalam rumah tinggal, menjadikan dirinya lebih cepat tua. Tidak, ia sebenarnya merasakan kelelahan tinggal di tempat seperti itu. Meskipun itu perumahan perusahaan, tak seorang pun tahu Jung tinggal di lantai itu. Ada perusahaan lain, selain perusahaan surat kabar tempat Jung bekerja, yang karyawannya tinggal di apartemen itu, sehingga Jung merasa asing pada sebagian besar warga yang tinggal di sana. Meskipun begitu, tetangga sepertinya tahu tentang ikhwal pengunduran dirinya, bahwa ia tinggal di situ hanya untuk sementara waktu. Jung tinggal di apartemen terakhir pada lantai itu, dan di depan pintu sebelah apartemen tumpukan kubis cukup besar menutupi jalan jika datang lagi musim membuat kimci. Seekor siput perlahan-lahan membuat jalan dari tumpukan kubis menuju pintu depan kamar Jung. Jung memejamkan mata. Dia kembali pada jalur Nomor 2. Seorang lelaki berjalan melewati pintu pertama pada gerbong kedua subway dan berdiri di tengah-tengah. Iklannya akan kehilangan efektivitas jika dia berpaling terlalu lama dari buku, jadi tidak peduli siapa yang lewat, dia menanam hidungnya ke dalam buku. Beberapa saat kemudian, beberapa kata berdering jelas di telinganya: Kuku Koki. “Judul buku yang saya tulis adalah:Kuku Koki. Itu hanyalah salinan buku ini di dunia. Saya menulisnya sendiri, tentu saja, saya mengerjakannya sendiri, maksudnya saya menulis buku itu dengan tangan saya sendiri. Anda akan lihat nanti mengenai hal tersebut, tentu saja, semua ditulis tangan, bahkan saya juga menulis sendiri nomor Seni & Budaya Korea
Kukᶙ Kokᶖ
halamannya. Saya bahkan terikat kumparan benang. Mulai dari kelahiran cerita dan kemasan buku, saya melakukan semuanya sendiri. Sebuah buku seperti pintu: Anda harus membukanya untuk masuk ke dalam. Dan setelah itu Anda mungkin tidak pernah keluar lagi. Jilid hardcover mengikat cukup berat dan juga mahal. Ini adalah buku hardcover. Tetapi bagaimana pun keajaiban dijumpai dalam dunia buku! Ayo, masuklah ke dalam buku saya.” Dengan jaket lapis putih dan syal merah melilit leher, lelaki itu memang terlihat seperti koki. Sebagai koki, ia mengambil dan membuka sampul buku, membuka halamannya dan membeberkannya bagaikan kipas lipat. Dia tampak seperti pemain akordion. Buku ini tidak dijual. Sebagian orang melihat koki dengan pandangan ingin tahu, tetapi tidak sampai 30%, harga 56.000 won terlalu tinggi untuk sesuatu yang dijual dalam subway, meskipun jika itu satu-satunya jenis buku di dunia. Tapi buku itu adalah Kuku Koki. Kata-kata tersebut untuk ketiga kalinya muncul sebelum Jung. Kali pertama merupakan sebuah kesalahan, kali kedua sebagai sesuatu yang nyata, dan sekarang K o r e a n a | M u s i m P a n a s 2 0 14
dia berdiri di persimpangan antara keduanya. Kehadiran kata-kata itu sering membuat Jung gelisah. Mereka juga membuatnya penasaran. Dia berdiri. Itu adalah buku dengan hardcover hitam, kira-kira seukuran buku daftar menu restoran, yang seluruhnya memuat tiga ratus halaman. Pada bagian depan buku tertera jelas dengan huruf emas “Kuku Koki” dan di bagian belakang ada stiker bertuliskan ”Daftar Harga: 80.000 won”. Isi buku itu mirip dengan Kitab Kejadian. Itu berupa daftar hal yang sangat panjang. Daftar yang memuat bukan hanya orangorang, tetapi juga hewan, tumbuhan, dan bahkan karya seni, serta hal-hal seperti merek ban mobil dan edisi terbatas lipstik. Daftar hal tersebut tidak disusun secara acak; sebagai gantinya, hal satu akan mengarah ke hal berikutnya, seperti latihan asosiasi kata. ”Misalnya, kuku koki masuk ke dalam tumit sepatu kets dari pelanggan yang memesan makanan, hal itu mengarahkan pada alamat pabrik tempat tumit sepatu itu dibuat, dan ini menyebabkan lagi tukang pos mengirimkan surat ke alamat tersebut, dan itu terus berlanjut pada sesuatu yang lain hingga akhirnya menunjukkan bahwa seluruh
73
Kukᶙ Kokᶖ
dunia sebenarnya saling terhubung. Dia tidak mampu tuntas membaca seluruhnya dalam semalam. Jung membalik-balik buku itu dari awal hingga akhir, ingin melihat namanya terpampang di suatu tempat di sepanjang jalan, lalu dengan cepat membalik buku untuk menemukan bagian tersebut. Tapi nama itu tidak ada. Tidak akan ada kata-kata yang tampak tertera sebagai “Jung Bangbae”. Buku itu sesungguhnya tidak benar-benar menarik dibaca, tapi saat ia membacanya dia tidak bisa menghilangkan perasaan bahwa dia mungkin menemukan satu atau dua bagian yang ada hubungannya dengan dia. Menurut buku itu, kuku koki punya kekuatan mistis, sehingga semua orang yang menyadari hal itu entah bagaimana terhubung satu sama lain. Jung bertanya-tanya apakah yang salah dengan dirinya. Mungkin itu jari kuku, yang belum dipotong namun terus tumbuh, telah menyihir Jung tanpa disadarinya, dan saat ia berpikir tentang itu, dia lupa bahwa ia segera harus meninggalkan apartemennya, dan mencari pekerjaan baru. Sungguh, dia tidak bisa tetap tinggal di sana sepanjang waktu. Ketika dia membuka pintu sewaktu hendak bekerja, ia menemukan memo tergeletak seperti surat peringatan untuk segera meninggalkan apartemen itu. Dikatakan bahwa dia masih punya sisa waktu satu minggu tinggal di apartemen. Dia bersyukur bahwa setidaknya surat peringatan itu dimasukkan ke dalam amplop sehingga tidak ada orang bisa membacanya. Sementara subway berkeliling mengitari pinggang kota, Jung membaca bukunya. Tapi dia hanya membaca secara mekanis, mengikuti rutinitas yang sama seperti biasa — dia tidak benar-benar membaca. Jung mengejar Kwak sekitar satu jam sebelum dia menyelesaikan pekerjaan. Kwak menebarkan aroma se-perti dia baru saja selesai makan malam dengan rekan kerjanya. Jung merasa sedikit canggung jika berpikir bahwa ia seperti benar-benar memanfaatkan kartu nama Kwak yang pernah diberikan dulu. Itu membingungkan juga. Sesungguhnya dirinya sedang bekerja, tapi ini gangguan tak terduga, jadi dia menutup bukunya. Namun, buku itu tidak dimasukkannya kembali ke dalam tas, ia meletakkannya di atas pangkuannya. Mereka duduk berdampingan. Setelah Kwak menyampaikan beberapa kata, Jung menyadari bahwa kartu nama yang diberikan Kwak pada hari dia meninggalkan pekerjaanya itu bukanlah kartu untuk seorang karyawan pembaca buku. Kartu yang telah diberikan Kwak kepadanya adalah
74
kupon untuk tiga kali pijat Thai secara gratis. Sebuah kupon seukuran kartu nama. Tapi ketika Kwak bertanya apakah ia telah menikmati pijat itu, Jung mengucapkan terima kasih. Dia tidak menyebutkan sebagai seorang karyawan pembaca buku. Bisa jadi kupon pijat itu sudah melewati masa kedaluwarsa, dan jika tidak pun, itu akan segera menuju keranjang besar sampah kota. Apapun masalahnya, hasilnya tidaklah buruk. Jika dia tidak mengambil pekerjaan ini, dia tidak akan pernah datang untuk memiliki Kuku Koki. Dan dia sekarang bekerja pada kecepatan dan antusiasme yang pas, bukankah begitu? Kwak bertanya, “Apakah kau ingat apa yang kau katakan dulu? Tentang ikan makerel di tempat sushi. Kadangkadang kami masih berbicara tentang hal itu. Bahkan sampai sekarang. Meskipun begitu, aku hanya ingin melihat ke depan. Jika sampai saat ini kau curahkan tenagamu, kau tidak perlu memikirkan hal lain. Bahkan, meskipun itu sedikit melelahkan. Jika makerel hanya melihat ekor tenggiri di depannya, ia tidak akan punya waktu berpikir, apakah ia benar-benar berenang atau tidak. Aku hanya menatap bagian belakang makarel di depanku sekarang, kau tahu? Aku berenang membawa hatiku.” Jung menggumam: Aku melihat ke samping, bukannya melihat ke depan, dan aku melihat bayanganku sendiri di kaca bak ikan, karena itulah aku dipecat. Kwak menatapnya sejenak dengan mata iba. Setelah Jung meninggalkan surat kabar, dia tidak menghubungi siapa pun karena takut melihat atau mendengar simpati tersebut. Bahkan, temantemannya yang tinggal di kota yang sama, dan terlebih bukan orang tuanya yang tinggal di kota yang berbeda. Mungkin akan lebih mudah berterus terang kepada orangorang di toko kecantikan kuku, salon kecantikan, dan pusat perawatan kulit. Namun, sekarang ini ia sudah menjadi canggung. “Ah, aku hampir lupa!” kata Kwak, seolah-olah dia baru saja teringat sesuatu, dan mengambilnya dari dalam tasnya. Untuk keempat kalinya, Kuku Koki muncul di hadapan Jung. Kali ini seharusnya tidak muncul. Jung sudah menyediakan satu-satunya salinan yang ada, jadi bagaimana bisa Kuku Koki yang lain muncul? Dan dalam ukuran yang sama, ketebalan yang sama, dan warna yang sama pula. Yang berbeda adalah harganya. Ketika Kwak dalam perjalanan pulang setelah usai meliput berita, ia membeli buku itu seharga 48.000 won. “Ini pertama kalinya aku membeli sesuatu di dalam subway. Lihatlah judulnya! Aku tidak tahu ternyata itu Seni & Budaya Korea
Kukᶙ Kokᶖ
benar-benar ada. Mungkin kau membaca buku ini dan dibuatnya bingung? Penulisnya sendiri menjual itu dan mengatakan bahwa itu adalah satu-satunya buku dari berbagai jenis buku. Aku sudah membaca sedikit, tapi tampaknya tidak semua bagian menarik.” Dalam pandangan sekilas menunjukkan bahwa keduanya nyaris sama. Jung tidak mengatakan kepada Kwak bahwa dia juga punya buku itu, bahkan dia membelinya 56.000 won. Kwak bertanya kepada Jung, di mana dia turun. Kwak tampaknya berpikir bahwa Jung sudah pindah dari apartemen perusahaan. Jung menjawab pertanyaan itu dengan pertanyaan lain. “Apakah kau tahu berapa lama perjalanan berkeliling di jalur Nomor 2?” “Entahlah. Dua jam? Satu jam?” “Delapan puluh tujuh menit.” Ah, Kwak mengangguk. Perjalanan Kwak belum sampai tujuan, jadi Jung turun lebih dulu. Di Stasiun Sindorim. Setelah subway melaju membawa Kwak meninggalkan stasiun, Jung duduk di bangku peron dan mengambil Kuku Koki dari tasnya. Dengan jempolnya, dia mengusap debu di punggung buku dan kemudian menekan jempolnya lagi di sudut salah satu halaman. Sidik jari yang cacat itu seolah-olah tampak halus dan mendalam karena beberapa nebula tanpa nama. Spiral ini dimiliki setiap orang, tapi tidak ada dua orang yang memiliki spiral sama ... dengan cara ini jempol Jung meninggalkan tapak pada halaman buku. Sekarang Jung memiliki buku yang berbeda dari semua salinan lain, dari kuku semua koki yang lain. Dia meletakkan buku itu kembali ke dalam tasnya dan mengeluarkan The Slug’s House. Kereta sudah membawanya ke stasiun berikut. Subway meluncur di atas kota dan melaju dengan kecepatan konstan. Komuter subway melilit pinggang kota seperti pita pengukur. Jung melirik sekilas nama-nama stasiun yang diatur pada interval genap pada peta subway, seperti gradasi. Pada bagian lain tampak ada dua stasiun yang jauh terpisah, tetapi itu merupakan stasiun yang baru akan segera dibangun. Jalur-jalur subway terus diperluas tanpa henti sehingga jalur-jalur itu akhirnya tampak semrawut seperti helai-helai rambut yang jatuh dalam pembuangan air di kamar mandi, dan mereka dipusingkan oleh jalur-jalur itu. Hanya ketika malam datang, subway sedikit lebih damai. Subway melaju naik dan turun, atau ke bawah dan ke atas kota seperti seonggok besi. Itulah kedamaian, tidak masalah ada atau tidak ada Jung di sana. Bahkan, K o r e a n a | M u s i m P a n a s 2 0 14
jika dia tidak ada di sana pun, subway terus menjadi besi yang meluncur menyusuri kota. Mata Jung menangkap seekor siput yang merangkak di lantai gerbong subway. Siput itu merangkak pelan menuju pintu dan kemudian berhenti di depannya. Akhirnya pintu terbuka. Jung mengawasi untuk melihat apa yang akan dilakukan siput itu. Bagaimana ia melintasi ruang kosong yang panjangnya beberapa puluh kali tubuhnya sendiri? Bukankah ia akan jatuh masuk ke celah antara pintu subway dan platform? Apa yang terjadi. Tepat sebelum mencapai pintu — yaitu tepat saat sebelum mencoba melewati celah kosong — siput itu terlindas. Benda padat itu rata meninggalkan noda hijau.
‘‘R
estrukturisasi,” begitu mereka menyebutnya. Setengah para karyawan pembaca buku dipecat. Jung nyaris celaka. Tetapi dia tunduk pada hasil evaluasi manajernya melalui telepon. Menurut manajernya, “Membeli sesuatu pada saat bekerja: satu kali. Bercakap-cakap dalam tempo panjang saat bekerja: satu kali. Meninggalkan rute saat bekerja: empat kali....” Dampaknya, Jung hanya menerima setengah gaji bulanannya. Tidak ada bayangan, tetapi tampaknya bayangan yang tak terlihat itu melekat pada diri Jung. Mata berada di mana-mana. Jung selalu diawasi. Di antara mereka yang membaca adalah mereka yang pura-pura membaca, dan di antara mereka yang pura-pura membaca adalah mereka yang memastikan mereka yang pura-pura membaca. Saat itulah Jung menemukan bahwa monitor karyawan pembaca buku yang dibuat lebih dari seorang karyawan pembaca buku itu sendiri. Tentu saja, tidak sembarang orang bisa mengawasi si karyawan pembaca buku. Anda harus dipromosikan. Manajernya berkata kepadanya bahwa dia harus memberikan lebih banyak usaha. Dia mengatakan bahwa beberapa karyawan pembaca buku yang baru bergelar doktor, ada pemenang Miss Korea, atau ada juga aktor yang berasal dari distrik Daehangno. “Saat ini perekonomian sangat buruk, orang-orang putus asa mencari pekerjaan. Bukankah kau tahu keadaan itu.” Jung tidak ingin melakukan sesuatu yang sangat hebat atau sangat biasa saja, ia hanya ingin berhenti tepat di tengah dan tidak jatuh ke bawah, tapi justru hal itu yang paling sulit dilakukan. Mereka yang berhenti di tengah justru ambruk ke bawah. Setelah semua itu, mereka yang terjatuh saat melompat hendak mencapai bagian atas, ha-
75
Kukᶙ Kokᶖ
nya meraih bagian tengah. Jung memiliki gagasan tentang bagaimana dia harus menjaga sikapnya jika dia ingin bisa tinggal di tengah. Sebagai titik awal, karena dia telah memasuki bak ikan, ia harus berenang pada kecepatan yang dibutuhkan bak itu. Jung tidak punya regulator kecepatan. Jadi, sekali lagi, Jung berenang mengitari bak ikan itu. Jung berangkat bekerja secara teratur dan dengan hidung yang tenggelam dalam buku, ia mencuri pandang pada dunia di luar huruf-huruf, dunia di luar sampul buku. Dia tahu bahwa dia bukan satu-satunya pemain di panggung ini di antara enam atau sepuluh gerbong logam, ketika pertama kali ia melihat sendiri buktinya, dia sedikit malu. Jung melihat sebanyak tiga orang memegang buku The Slug’s House. Mereka bisa jadi merupakan si karyawan pembaca buku, atau mereka bisa menjadi pembaca sebenarnya. Seorang perempuan sengaja, meskipun tidak dilakukan secara terang-terangan, menabrak orang lain. Dia menggunakan metode pemasaran secara langsung, mengambil The Slug’s House saat jatuh atau mengambilnya dari orang lain saat mereka memungutnya. Selama tiga puluh menit ia berulang kali menabrak banyak orang dan menjatuhkan bukunya.Tentu saja, itu cukup efektif. Buku itu berulang kali sengaja dijatuhkan dan diambil lagi, sampul dan judul The Slug’s House jadi lebih terbuka. Seorang lelaki mengantuk. Dia akan terus mengantuk sambil memegang The Slug’s House di satu tangan dan kemudian bangun lagi lalu membaca lagi. Mengantuk sambil memegang buku seharusnya akan menjadi iklan, tapi ada sesuatu yang begitu unik tentang bagaimana ekspresi dan postur tubuhnya yang menarik perhatian banyak orang, dan itu memiliki nilai plus. Yang diharapkan agensi adalah bagaimana The Slug’s House dilesakkan masuk ke dalam alam bawah sadar masyarakat, jadi hanya karena ia mengantuk saat membaca buku bukan berarti ia telah gagal dalam mengiklankan buku itu. Ia jelas berhasil menarik perhatian orang, dan ia mengarahkan pandangan orang ke buku The Slug’s House. Perempuan lain malah diam-diam membaca The Slug’s House. Tindakannya didasari pada apa yang diperlukan si karyawan pembaca buku, tidak ada yang istimewa tentang dirinya. Begini kata Jung pada perempuan itu. “Jika seekor makerel hanya memperhatikan ekor makarel di depannya, ia tidak akan punya waktu untuk memikirkan apakah ia sungguh-sungguh berenang atau tidak. Aku cuma melihat bagian belakang makarel di depanku sekarang, kau tahu? Kita harus berenang membawa hati kita
76
keluar.” Perempuan itu tidak menjawab. Hanya terlihat seperti seseorang yang sedang membaca buku dalam gelombang manusia, dengan ekspresi seperti pollock kering. Perempuan itu tidak lain adalah Jung sendiri. Subway seakan-akan mampu membaca gerakannya. Kartu transportasinya, kamera-kamera CCTV, dan banyak orang yang tidak bisa Jung kenali gerakannya. Dia harus segera pergi dari apartemennya. Tinggal tiga hari ia bisa berada di tempat itu. Ponselnya kerap berdering sehingga mengganggu pekerjaannya. Cukuplah untuk menempatkan halangan dalam citranya sebagai pembaca. Dia mematikan bunyi dering ponselnya dan menguburkannya dalam tasnya. Beberapa waktu kemudian dia memeriksa teleponnya dan melihat sudah ada enam panggilan dan satu sms. Pesan itu dari manajer apartemen. Ada orang yang menunggu apartemen, sehingga bisa dimintai tolong untuk mengepakkan barang-barangnya sebelum akhir minggu. Orang itu dijadwalkan datang Senin depan. Anehnya, meskipun, dia membaca surat-surat ini dari jauh, dia seperti membaca kalimat dalam buku yang dia baca ketika bekerja. Jung tertawa riang setiap sepuluh menit, dan lebih sering ia menggarisbawahi baris dalam teks. Saat dia melakukannya, dia berpikir tentang ke mana dia bisa pergi dalam tiga hari ini. Dia cukup terampil untuk menyembunyikan pikiran-pikiran agar tak terbaca. Dia telah menjadi cukup terampil. “Oh, turun salju,” seseorang dalam subway berteriak. Sesungguhnya, salju jatuh di luar bukunya seperti bubuk obat. Dia merasa, dia hampir mabuk. Badai salju di jalur Nomor 1 datang dan sesekali berhenti, dan jalur Nomor 2 yang melingkari kota seolah-olah tersedak. Seperti sepasang borgol yang ketat mengitari sekitar pergelangan tangan, atau seperti tali melingkar di leher. Pada suatu hari hawa dingin meluncur seperti serangan mendadak di atas salju yang belum mencair, subway dipenuhi dengan bau kapur barus. Kain dari bulu domba, wol, nilon, dan tidak perduli pada beratnya rasa sunyi berbaur bersamaan. Jung menyaksikan sejumlah siput tumbuh menyatu dalam bau kapur barus. Jung secara mekanis kembali pulang. Hari Minggu sudah lewat dan dua puluh menit lagi memasuki hari Senin. Masa tinggal Anda sudah habis. Barang-barang Anda akan dikumpulkan pagi ini dan disimpan di tempat lain. Tidak lama setelah Jung memasuki rumah bel pintu berbunyi. Manajer apartemen datang. Jung menahan Seni & Budaya Korea
Kukᶙ Kokᶖ
napas. Sebuah konfrontasi antara penyewa dan pemilik, seperti yang dia lihat dalam berita, ada tepat di sini, saat ini. Dia belum menemukan tempat baru. Ponselnya sudah lama dia matikan. Dia tidak ingin menyalakannya. Suara gedoran pintu membuat Jung seperti disambar godam. Jika ada pintu lain di apartemen ini, tentu dia akan memilih kabur melalui pintu itu. Jung membuka Kuku Koki, yang mungkin hanya salah satu dari banyak salinan, dan meraba-raba bagian yang telah dia baca seperti sebagian dari rambut seorang bocah. Jung menyukai bagaimana halaman dalam buku tersebut menyebar seperti kipas lipat ketika kedua sampul tergeletak di tanah, ia sengaja memilih untuk tidak menggunakan pembatas buku. Jung membungkuk dan menempatkan salah satu halaman sampai telinganya. Dia meletakkan halaman buku itu di bawah pipinya seperti bantal, dan halaman berikutnya naik ke arah hidung, menutupi wajahnya seperti selimut. Bagaimana rasanya berbaring di sini diam-diam di antara halaman-halaman buku dan tekanan yang datar? Tidak ada cara lain untuk menghemat waktu dalam ruang ini. Di bawah beban ruang dan waktu, kelembaban akan menguap, dan dia akan mempertahankan selamanya. Saat-saat yang diabadikan dalam buku Jung sudah menjadi segenggam bunga. Jika ia dengarkan dengan seksama, antara suara berdebam sang manajer yang menggedor pintu kamarnya, Jung merasakan bisa mendengar suara lain: gema pembacaan buku itu sendiri, waktu yang melelahkan dan kebosanan di ruang dunia ini. Gerakan buku itu,sambil purapura tidak bersalah, mendorongnya untuk menggali jalan keluar dengan kaki belakangnya. Ketika pagi datang, kunci darurat digunakan untuk membuka pintu Jung. Ketika manajer membuka pintu dan melihat sekeliling bagian dalam apartemen, tidak ada apa pun. Sebuah rumah kosong, seolah-olah sang penyewa telah lama pindah.
P
ada saat yang bersamaan, Jung sudah berada di putaran ketiga jalur Nomor 2. Jung berangkat kerja jauh lebih awal dari biasanya. Dia mungkin saja sudah tidak bekerja. Siput bergerak perlahan di atas halaman buku. Tampaknya tidak menggerogoti dedaunan, tetapi bergerak di atas angin. Seperti yang diamati Jung, siput merangkak di atas huruf-huruf seperti penghapus, tapi kemudian menghilang tanpa jejak. Siput-siput itu sudah masuk kembali ke dalam buku. Semuanya seperti terjadi K o r e a n a | M u s i m P a n a s 2 0 14
sebelumnya. Dengan keterampilan yang sempurna, siput telah dimampatkan dari benda padat ke permukaan datar. Jung menggarisbawahi beberapa teks. Pada pertengahan garis bawah, dia memutuskan untuk pergi ke sana sendiri. Semua nama yang terdapat dalam Kuku Koki diberikan alasan yang diperlukan mengapa nama itu harus muncul dalam buku itu. Jika tempat itu benar-benar ada, tidak ada alasan bagi Jung tidak bisa pergi ke sana. Jung melirik peta subway. Subway membentang ke segala arah seperti tali pusar. Perhentian terakhir mungkin belum tentu perhentian terakhir. Jika dia terus melewati perhentian terakhir dan stasiun kereta api, tali pusar keselamatan mungkin meregang. Baginya itu sudah menjadi masa lalu untuk pulang. Dia bahkan tidak bisa menebak berapa kali dia telah mengelilingi kota. Jung menyimpanThe Slug’s House dalam tasnya dan mengeluarkan Kuku Koki. Dua halaman yang terbuka tampak seperti jendela. Saat ia membaca buku tempat nama melahirkan nama dan seterusnya dan seterusnya, Jung naik subway dari satu ujung ke ujung yang lain. Subway membentang dari jalur Nomor 2 ke jalur Nomor 5 terus ke jalur Nomor 8, dan bahkan sampai jalur Nomor 12. Saat ia menatap tajam halaman 237, diam-diam halaman itu meluncur ke samping bagaikan sebuah pintu.
W
aktu berada di luar perhentian terakhir, di luar stasiun kereta, mendekat dalam bentuk ruang yang panjang dan gelap. Bila waktu ini berlalu, dunia Kuku Koki akan terbuka sebelum dia. Jung bergerak menelusuri jalur subway yang belum dibangun, masuk ke dalam bumi yang tidak atau bahkan telah digali. Dan pada masa penghabisan panjang ia masuk ke dalam buku. Dari benda padat ke permukaan datar. Itulah rumah kelimanya. Kalau saja dia tidak salah membaca “The Chef ’s Mail” sebagai “The Chef's Nail” semua ini tidak akan pernah terjadi. Tidak, kalau saja ia tidak dibingungkan oleh The Chef's Nail dengan The Slug’s House, semua ini tidak akan terjadi. Tetapi jika itu terjadi bukan karena semua kebingungannya, bisa jadi hal-hal ini toh akan tetap terjadi pula. Jung masuk ke dalam buku seperti yang dia harapkan, tapi kuku koki itu tidak tampak, baik dalam surat maupun dalam kehidupan. Itu terjadi ketika ia melihat seekor siput menyeberangi jalan seperti koma yang membuat
77
78
Seni & Budaya Korea
Kukᶙ Kokᶖ
dia tersadar: dia telah sampai ke tempat yang salah. Dunia yang ingin dia masuki adalah Kuku Koki, namun entah bagaimana dia masuk ke dalam The Slug’s House. Dia ingat betul telah meletakkan The Slug’s House ke dalam tasnya dan mengeluarkan sebuah buku yang berbeda, tapi dia bingung mana tangan kanan dan tangan kirinya, mana pekerjaan dan mana yang bukan pekerjaannya, mana siang dan malam, dan berbagai pasangan yang lain. Sangat mungkin semua itu karena terlalu banyak pekerjaannya. Jung membaca surat-surat yang mengalir di bawahnya tubuhnya, huruf-huruf yang tampak lebih besar daripada tubuhnya. “Dia mengumpulkan peluru dan menempatkan mereka ke dalam botol yang diisi garam kasar. Ia menutupnya dan lima menit kemudian dibukanya lagi untuk menemukan siput yang pergi. Hanya tersisa sebuah cairan yang lengket.” Saat ia merangkak di atas kalimat itu, udara dan pandangan menyebabkan tubuh Jung menjadi layu bagaikan garam kasar. Jung merasa seperti siput yang menempel di halaman buku orang lain, dan ia menyusut dan terus menyusut. Pada kejauhan ia melihat basement lantai tiga sebuah rumah dengan jendela di lantai, rumah pertamanya di kota. Orang sekecil siput itu telah kehilangan tempat tinggalnya ketika masuk ke dalam rumah. Suara rendah vibrator bisa didengar, dan kemudian huruf-huruf hitam mulai mengucur turun seperti batu. Sebagian huruf-huruf itu dilumatkan rumah. Sebagian bahunya hancur dan punggungnya remuk, semuanya menjadi rata. Tidak ada jejak kaki kirinya di tempat dia lewat. Jung Bangbae tinggal sisa di jalur itu.
P
ada saat Kwak membuka buku itu, Jung sudah tewas remuk di antara halaman-halaman. Di suatu tempat setelah halaman 237 ada epitaf Jung. Namun tidak ada orang yang bisa membaca tulisan di batu nisan itu. Kwak melihat halaman demi halaman setelah halaman 237 semua melekat bersamaan, tidak terpisahkan, dan itu sungguh aneh. Dia memasukkan kuku panjangnya di antara halaman dan mencoba membongkar halamanhalaman itu agar terpisah, tetapi halaman tersebut bandel dan mengunci mulut mereka rapat-rapat, dia hanya berhasil merobek sepotong kertas kecil, seperti sekerat daging. Buku itu juga merupakan warisan Jung. Pada rekaman CCTV, tidak banyak terlihat bagaimana Jung menjatuhkan diri ke tengah rel seperti bersandar pada buku dan selu-
K o r e a n a | M u s i m P a n a s 2 0 14
ruh hidupnya pun berakhir dengan cara terjatuh. Setelah rekaman CCTV itu menyebar menjadi berita, meledaklah jumlah orang yang membaca The Slug’s House. Sulit dikatakan apakah itu merupakan perluasan Advertising Agency Bookworm atau karena jumlah pembaca memang meningkat, tapi satu hal yang pasti: kematian Jung membuat The Slug’s House jadi terkenal. Perempuan yang menabrakkan diri di depan kereta dengan memegang buku erat-erat di kedua tangannya menarik perhatian banyak orang. Beberapa orang yang mengetahui bahwa perempuan itu bernama Jung merinding, tetapi perasaan merinding itu pun akan segera lenyap. Mereka yang sering melihat Jung secara teratur naik subway memperbincangkan tentang bunuh dirinya: dia selalu membaca buku. Kadang-kadang dia menangis, kadang-kadang dia tertawa. Jalur Nomor 2 melaju melingkar dan terus melingkar. Kwak mengingat malam-malam ketika ia naik subway bersama Jung. Dia merasakan tidak ada yang aneh sama sekali darinya. Jung biasa-biasa saja. Kecuali pernyataan bahwa Jung perlu delapan puluh tujuh menit untuk melewati lingkaran jalur Nomor 2, sekarang dia berpikir tentang hal itu, entah bagaimana tampak menjadi begitu berarti. Kwak tidak punya waktu untuk coba menguji delapan puluh tujuh menit itu. Kwak pindah ke apartemen perusahaan pada hari Senin. Dia tidak mengerti bahwa di sanalah Jung pernah tinggal, tapi itu tidak akan mengubah apa-apa, bahkan jika dia pun tahu. Dari apartemen perusahaan ke kantor memerlukan empat perhentian pada jalur Nomor 2. Waktunya untuk mulai. Sebagaimana biasa Kwak pergi dengan meletakkan buku dalam tasnya, halaman buku berkibar seperti burung. Dan kemudian terbang dari tasnya, melalui atap logam subway menuju ke langit. Suara gemerisik bergerak sekeras badai. Puluhan ribu buku yang berbaring diam-diam di bawah tanah menyebarkan halaman mereka seperti camar dan mulai terbang lagi ke atas. Beberapa dari mereka terbang rendah dan beberapa dari mereka terbang tinggi, dan mereka melewati seluruh dunia. Pada saat itu suratsurat beterbangan seperti bulu. Buku-buku terbang tinggi. Beberapa meter di udara, dengan mulut terbuka lebar, mereka terbang mencari sasaran lain, menguap saat mereka pergi. Gerbong subway dengan lubang di atapnya melaju tanpa insiden, dan orang-orang membaca buku mereka. Beberapa baris angin pun bertiup.
79