Koreana Summer 2014 (Indonesian)

Page 1

musim panas 2014

seni & budaya korea

fitir khusus

Haenyeo Haenyeo dari pulau jeju

Potret Penyelam Perempuan dari Jeju

Haenyeo Pulau Jeju: Dulu dan Sekarang ; Para Perempuan Laut Masa Kini

vol. 3 no. 2

ISSN 2287-5565


CITRA KOREA

Rumah Tanpa Pintu dan Dinding, Dipenuhi Cahaya Bulan

kenikmatan visual yang disediakan oleh tata ruang, atau pemandang-

Kim Hwa-young Kritikus Sastra, Anggota Akademi Kesenian Nasional Kwanjo Fotografer

tidak membangun dinding untuk mendirikan “kepemilikan” mereka

R

an air, batu, dan tanaman terawat dan pohon, seperti halnya dengan taman-taman di negara Barat atau Jepang. Indra penglihatan sungguh merasakan apa yang dirasakan. Para cerdik-cendikia Korea abad ke-16, tenggelam dalam pikiran Tao, ingin hidup sebagai bagian dari pemandangan bukan hanya menikmati pemandangan itu. Mereka atas kebun mereka. Mereka tidak merekayasa atau memperindah alam.

umah musim panas Soswaewon di Damyang, Provinsi Jeolla

Sebaliknya, mereka menemukan tempat yang paling cocok di

Selatan, terkenal karena taman yang indah - mungkin yang

tengah-tengah pegunungan, rumpun bambu, sungai, dan batu alam,

paling terkenal di seluruh Korea.

dan di sana mereka membangun rumah mereka untuk bersan-

Cahaya musim panas tumpah ke dalam rumah kecil itu saat

tai di dadanya yang alami. Mereka tidak membangun rumah besar,

semua pintu dibuka. Pintu berdinding kertas yang memisahkan

tetapi rumah dengan hati yang diterima secara merdeka, dan dipe-

ruang dengan teras, bagian dalam dari bagian luar, telah digantung

nuhi dengan keagungan alam. Karena itulah tidaklah berlebihan jika

tinggi menjadi bagian dari langit-langit.

seorang penyair bernyanyi:

Sebuah rumah tanpa dinding dan pintu, hanya berdiri tiang-tiang. Sebuah ruangan yang dibanjiri pemandangan dan suara alam, bersama dengan keharuman dunia. Rumah pedesaan ini tidak memisahkankan pohon, batu, dan aliran sungai seperti yang tampak. Di sini, dalam adalah luar dan luar adalah dalam. Manusia dan alam selaras dan menyatu. Keindahan taman Korea abad ke-16 tidak ditemukan hanya dalam

K o r e a n a | M u s i m P a n a s 2 0 14

Setelah tuntas kerjaku selama sepuluh tahun, aku akan bangun sebuah gubuk beratap jerami kecil, Satu ruang untukku, satu ruang untuk bulan, dan satu ruang untuk angin sejuk, Sejak tidak ada ruang untuk pegunungan dan sungai, kubangun gubuk di dalamnya.  — <Kerja Sepuluh Tahun> oleh Song Sun (1493-1583)

1


Dari Redaksi

Bersemangat di Musim Panas Musim semi telah berlalu, musim panas perlahan tiba. Musim semi kali ini, saat kanola dan sakura berkembang di mana-mana, sebuah peri-

Pemimpin Umum Yu Hyun-seok Direktur Editorial

Cha Du-hyeogn

Pemimpin Redaksi Koh Young Hun

stiwa sedih melanda masyarakat Korea. Kapal ferry Sewol yang mem-

Dewan Redaksi

Bae Bien-u

bawa 447 penumpang dan 27 awak yang berangkat dari kota pelabuhan

Choi Young-in

Incheon, di Seoul barat, untuk perjalanan empat hari ke pulau wisata Jeju

Emmanuel Pastreich

Han Kyung-koo

Kim Hwa-young

Kim Young-na

Koh Mi-seok

Song Hye-jin

Song Young-man

Werner Sasse

mengalami kecelakaan di laut lepas. Banyak korban dalam peristiwa itu. Duka dirasakan oleh seluruh masyarakat Korea. Koreana ikut berbela sungkawa atas kejadian itu. Namun, tidak bisa selamanya berkubang dalam kesedihan, masyarakat Korea dipanggil untuk menyongsong hari depan yang lebih baik, lebih-lebih di bidang keselamatan. Musim panas telah datang, musim yang menghembuskan angin semangat dan kerja. Semangat dan budaya kerja itu tergambar pula pada para perempuan Haenyeo, penyelam tangguh yang tanpa alat bantu pernafasan apa pun menyelam sangat dalam, mencari hasil laut demi hidup keluarga dan dirinya. Bagi Koh In-o, perempuan penyelam tertua di pulau Jeju, menyelam itu justru membuat dirinya menjadi sehat.

Penata Letak Dan Desain Ahn Graphics Ltd. 2 Pyeongchang 44-gil, Jongno-gu, Seoul 110-848, Korea Tel: 82-2-763-2303 / Fax: 82-2-743-8065 www.ag.co.kr

Keunikan Korea bukan hanya ditemukan dalam kehidupan klasik para

Langganan

Haenyeo, namun juga di jagat modernnya. Seoul sebagai kota metro-

Biaya per tahun: Korea W18,000,

politan selalu identik dengan bangunan yang modern dan artistik. Salah

Asia(udara) US$33 Negara di Luar Asia(Udara) US$37

satu bangunan modern itu adalah Plaza dan Taman Desain Dongdaemon,

Harga per eksemplar(Korea) W4,500

sebuah bangunan yang sangat besar yang berada di tengah-tengan dis-

Informasi Berlangganan:

trik belanja. Bangunan yang berkarakter futuristik ini adalah karya Zaha Hadid, didesain untuk menjadi pusat kesenian, desain dan teknologi di

The Korea Foundation

Korea Selatan.

19F, West Tower, Mirae Asset Center1

Sambil menikmati pula esai Nur Utami yang hadir dalam peringatan

Building 67 Suha-dong, Jung-gu, Seoul 100-210, Korea

50 tahun Jurusan Melayu-Indonesia Hankuk University of Foreign Studies

Tel: 82-2-2151-6546

Mei 2014 lalu, nikmatilah seluruh sajian Koreana edisi musim panas 2014

Fax: 82-2-2151-6592

ini. Musim panas bukan musim yang melelahkan namun musim yang justru melahirkan spirit baru. Dengan spirit baru kita tapaki jalan menyongsong hari depan lebih baik, dengan kerja dan karya. Koh Young Hun Pemimpin Redaksi Koreana Edisi Indonesia

Percetakan Edisi Musim Panas 2014 Joongang Moonwha Printing Co. 27 Shinchon 1-ro, Paju-si, Gyeonggi-do 413-170, Korea Tel: 82-31-906-9996 Š The Korea Foundation 2014 Pendapat penulis atau pengarang dalam majalah ini tidak haurs selalu mencerminkan pendapat editor atau pihak Korea Foundation. Majalah Koreana ini sudah terdaftar di Kementerian

seni & budaya korea Musim Panas 2014

Budaya, Olahraga, dan Pariwisata(No. Pendaftaran Ba 1033, 8 Agustus 1987), Korea sebagai majalah triwulanan, dan diterbitkan juga dalam bahasa Inggris, Cina, Prancis, Spanyol, Arab, Rusia, Jepang, dan Jerman.

Diterbitkan empat kali setahun oleh The Korea Foundation 2558 Nambusunhwan-ro, Seocho-gu Seoul 137-863, Korea http://www.koreana.or.kr

“Impian Seorang Penyelam Perempuan� (1984) Kang Dong-un, tinta dan warna muda di atas kaertas, 162 x 130 cm. Lahir di Pulau Jeju pada tahun 1947, Kang berusaha melukiskan kehidupan sehari-hari masyarakat Pulau Jeju.


Fitur Khusus

Haenyeo: Potret Penyelam Perempuan dari Jeju

04

Fitur Khusus 1

Jejak Hidup Berliku yang Mekar di Lautan Haenyeo Tertua, Koh In-o Heo Young-sun

04

26

26

fokus

DDP: Landmark Baru Seoul yang Lebih Maju

42

42

12

Fitur Khusus 2

18

Fitur Khusus 3

22

Fitur Khusus 4

Haenyeo Pulau Jeju: Dulu dan Sekarang Yoo Chul-in

Ketangguhan Perempuan Jeju yang Ditempa Kerasnya Penyelaman Joo Kang-hyun

Para Perempuan Laut Masa Kini Lee Jin-joo

Di Atas Jalan

Hadong: Kota Sastra dan Teh Gwak Jae-gu

56

Esai

Mengerling Kota Metropolitan Seoul Nur Utami SK

Goo Bon-joon

32

wawancara

Kim Young-taek

50

dan Restorasi Arsitektur Korea

Hiburan

Manhwa Korea, Berkembang dari Webtoon ke Smartoon

58

Park Seok-hwan

Kenikmatan Gourmet

Bingsu, Kecintaan Masyarakat untuk Ice Dessert Yoon Duk-no

Chung Jae-suk

38

jatuh cinta pada korea

Melalui Konservasi Bangau,

52

Gaya Hidup

“Cinema Paradiso” Kecil Jeon Sung-won

George Archibald Menyatukan Korea Ben Jackson

62

perjalanan kesusastraan korea

Rantai Simpati dan Kesalahan Sepele Chang Du-yeong

Kuku Koki

54

Buku & lebih

Yun Ko-eun

“Tanah” Novel Korea Modern Pertama yang Diterjemahkan ke dalam Banyak Bahasa Charles La Shure

“Arirang dalam Budaya Korea” Kajian Terlengkap dan Beragam mengenai ‘Arirang’ dalam bahasa Inggris Charles La Shure

“Hello” “Serendipity” “Fall to Fly  —  Before” Musik Pop untuk Dewasa, Berhasil Mencuri Perhatian

38

Kim Young-dae

62


Fitur Khusus 1 Haenyeo: Potret Penyelam Perempuan dari Jeju

Jejak Hidup Berliku yang Mekar di Lautan

Haenyeo Tertua, Koh In-o

Ia telah menghabiskan 76 tahun menyelam di lepas pantai Saekdal-ri di Seogwipo. Sang Haenyeo tertua

di Pulau Jeju, Koh In-o, masih asyik mengumpulkan rumput laut, teripang, dan hewan turban bertanduk. Kekuatan dan semangat kedermawanan dari para Haenyeo Jeju dapat terlihat pada para Haenyeo ini, yaitu tiga generasi penyelam yang menyelam sepanjang hidup mereka. Heo Young-sun penyair; Dosen, Jeju National University | Cho Ji-young Fotografer

4

Seni & Budaya Korea


K o r e a n a | M u s i m P a n a s 2 0 14

5


lezat,” ujarnya dalam kalimat yang terbata-bata, dan tangan rentanya berkilauan di bawah sinar matahari saat ia meletakkan rumput lautnya. Rumput laut ini akan mengering dengan cepat pada udara laut yang bersih dan sinar matahari, dan kemudian akan siap untuk dijual. “Lautan sangat bagus, namun kini telah menjadi lebih sulit untuk menemukan sesuatu. Gurita dan abalone semakin jarang.” Ia mungkin tidak memanen sebanyak saat ia muda belia dulu, tetapi lautan ialah hidupnya. Ia menghabiskan masa mudanya di sini, dan masih mengandalkan tubuh rentanya pada gelombang laut. Jungmun, resor wisata nomor satu di Pulau Jeju; tempat ia tinggal di sini dan lautan Saekdal-ri, di mana nenek moyangnya tinggal selama beberapa generasi. Sepeda motor yang ditunggangi oleh para Haenyeo menuju ke pantai, berbaris di sebelah barisan bunga kanola warna kuning cerah. Di atas tebing-tebing yang melingkari 1 1 Menyelam di sisi hidup dan mati dengan sebuah nafas; di laut, Haenyeo belajar menahan keserakahan dan puas untuk hari ini, sebagai hal yang biasa. 2 Koh In-o, seorang Haenyeo tertua yang masih menyelam, dia bahagia bisa menyelam dengan putrinya dan menantu perempuannya, yang menjadikannya sebagai tradisi. Dia mengatakan senang ketika mengetahui anak-anaknya menangkap lebih banyak daripada dirinya.

lautan seperti kaca angin, segala macam pohon yang tumbuh di air asin, diputar dan dibelokkan oleh angin laut. Rekan-rekannya sesama Haenyeo pada usia enam puluhan tahun dan tujuh puluhan tahun pun berdecak kagum padanya karena keterampilannya menyelam. Bagaimana ia masih dapat melakukan kerja itu jika tidak diberkati dengan kehidupan rangkap? “Tidak ada kata-kata lagi untuk perempuan tua ini. Tiada yang mampu bersaing dengannya. Ia pergi keluar mendahului orang lain

I

dan bahkan mengangkat beban berat dengan gampangnya. Kami kan sirip hitam dan ikan tewak bulat mengapung sambil tim-

hanya mengikuti di belakangnya. Tidak ada ibu laut lainnya seperti

bul-tenggelam dan menari di permukaan laut. Dilihat dari jauh,

dirinya di negeri ini.” Koh In-o memanen dua kali lipat dibandingkan

mereka nampak seperti tasbih Buddha di bawah sinar matahari

dengan yang dibawa masuk oleh para Haenyeo yang lebih muda. Dan

selatan yang bergelora. Setelah beberapa saat, kerumunan Haenyeo

dalam hal kemampuan menyelam, tentu saja tidak ada yang bisa

muncul dari air. Keramba jaring mereka dipenuhi dengan ikan turban

melampaui dirinya. Sesama Haenyeo memanggilnya “Anak Perem-

bertanduk, teripang, dan rumput laut. Namun kemudian, beberapa

puan Dewi Laut.” Ia mengenali dasar laut seperti punggung tangan-

waktu setelahnya, seperti pemain terakhir di luar lapangan, dia mun-

nya. Bahkan ketika matahari tidak bersinar, tidak ada hari saat ia

cul dalam baju selam hitamnya. Dengan keranjang rumput laut ter-

tidak bersentuhan dengan air. Kecuali bagi hari-hari ketika angin ber-

sandang di bahunya, ia berdiri tegak dan kuat saat berjalan. Ia meng-

tiup terlalu keras, itu saja.

angkat masker selamnya dan terlihatlah wajahnya. Tidak mungkin menebak usianya dari penampilannya yang perkasa, tapi perempuan

Simpan Nafas Anda !

ini adalah Koh In-o, seorang Haenyeo Jeju yang berumur 91 tahun. Ia

Sang Haenyeo paling dikenal adalah Koh In-o. Setelah menyelesai-

adalah perempuan pekerja profesional tertua di Pulau Jeju, dan telah

kan paginya dengan menyelam empat jam, ia makan satu potong roti

menyelam di perairan Saekdal-ri, Seogwipo selama 76 tahun. “Saya

: “Itu untuk makan siang. “ Menurutnya ia belum pernah mengala-

sedang mengumpulkan rumput laut, dan butuh beberapa waktu

mi bahaya di laut. Apakah hal ini karena ia belajar rahasia laut sejak

untuk berenang sepanjang perjalanan kembali keluar dari batu besar

awal? Tidak. Ini karena ia tidak membiarkan keserakahan mengua-

di sana. Saya menyelam sangat jauh di lautan dan Anda tidak dapat

sai dirinya. Pada hari-hari liburnya ia tidur siang lebih panjang; sese-

melihat tempat itu dari sini. “

orang harus beristirahat ketika orang itu memiliki waktu. Penyelamannya adalah “biasa saja”, hal yang sifatnya “sehari-

Anak Perempuan Dewi Lautan

hari”. Ia hanya “melakukannya saja”. Ia memanen apa yang ia temui.

Tanpa mengambil jeda sejenak untuk istirahat, ia mengambil kep-

“Jika seekor gurita melesat kembali ke bebatuan saat saya berge-

ingan-kepingan rumput laut dan mulai menebarkannya di bebatu-

rak dengan cangkul saya, saya tidak bisa menangkapnya. Jika saya

an. Tidak berapa lama lagi, batuan basal tersebut menjadi susu-

beruntung, saya bisa kembali lagi keesokan harinya dan mencoba lagi.

nan pengering alami, yang merupakan ladang rumput laut milik Koh

Saya sudah mengumpulkan abalone lebih besar dari telapak tang-

In-o sendiri. “Rumput laut yang lembut dan lunak ialah yang paling

an saya sekitar sepuluh meter di bawah air”. Ia biasanya juga ter-

6

Seni & Budaya Korea


"Jika seekor gurita melesat kembali ke batu saat saya bergerak dengan cangkul saya, saya tidak mampu menangkapnya. Jika saya beruntung, saya bisa kembali lagi keesokan harinya dan mencoba lagi. Anda hanya dapat menyelam selama Anda memiliki nafas, Anda tidak bisa menyelam lebih dari itu. Anda harus menyimpan nafas Anda. Jika Anda serakah, Anda justru gagal. Ketika laut sedang bergejolak, Anda jangan menyelam. Dan Anda tidak boleh menahan nafas lebih dari dua menit.

K2o r e a n a | M u s i m P a n a s 2 0 14

7


menahan nafas selama sekitar dua menit. “Ketika saya turun rasanya seperti sedang memanjat tebing. Bahkan pada kedalaman 17 meter saya merasa seperti saya kehabisan nafas. Sepertinya saya akan mati. Sangat berbeda dengan bernafas keluar dari dalam air. Rahasia

1

1 Pada hari-hari ketika dia tidak menyelam, Kang Myeong-seon tidak hanya mengurus alat menyelam, dia juga pergi ke kantor Kperasi Desa Nelayan Saekdal-ri, sibuk dengan berbagai pekerjaan mulai dari bersih-bersih hingga menyiapkan penyelaman. 2, 3 Wisatawan berkunjung ke Pulau Jeju untuk bersama-sama ke pantai menikmati makanan hasil laut yang segar yang dibawa oleh para Haenyeo.

untuk menahan nafas adalah yang paling penting.” Ketika dia kembali ke permukaan karena kehabisan nafas, udara yang bergegas keluar dari paru-parunya menimbulkan suara yang besar. Kemudian datang siulan yang kuat dan dalam untuk mencari udara. Kenyataan bahwa ia menahan nafasnya dalam-dalam membuat suaranya terdengar lebih sendu. Pemandangan langit ketika muncul dari kedalaman air sangatlah indah. Bahkan mungkin keajaiban ini yang terus memanggilnya kembali ke laut.

Lautan ialah Seluruh Hidupnya Ketika ia berusia lima belas tahun dan takut kepada ombak, ibunya akan menahan kepalanya di bawah air setiap hari untuk mengajarinya. “Kau harus menyelam untuk mencari nafkah. Jangan takut menyelam.” Ia mengajarkan trik untuk menahan nafas dan menge-

ampil dalam menangkap ikan di air tawar, meskipun ia tidak lagi mel-

luarkannya lagi. Kesehatan tubuhnya yang alami dan kapasitas paru-

akukannya karena usianya. Saat masa-masa mudanya, keahliannya

paru yang luas mungkin telah memainkan peranan juga. Ia memas-

menggunakan harpun juga sangat legendaris. Pendengarannya masih

rahkan tubuhnya ke tewak yang mengambang sendirian dan mulai

tajam dan suaranya masih kuat; mungkin “kesederhanaan” adalah

mengitari dunia bawah laut seolah-olah itu adalah rumahnya sendi-

rahasia bagi kesehatannya. Demikian pula makanan yang ia makan.

ri. Para perempuan dari Jeju, yang lahir di pantai, semuanya bela-

“Saya hanya makan apa yang saya tangkap ketika masih segar, jadi

jar menyelam dengan cara ini, seolah-olah ini ialah takdir mereka.

tentu saja saya sehat”,

Tidaklah mengherankan jika mereka akan mengatakan “Haenyeo

Menyelam di ujung hidup dan mati dengan sekali nafas. “Anda

melahirkan anak dan kembali ke dalam air tiga hari kemudian” Setiap

hanya dapat menyelam selama Anda memiliki nafas, Anda tidak bisa

hari adalah hidup dengan nafas terengah-engah. Bahkan, mereka

melakukan lebih dari itu. Anda harus menyimpan nafas Anda. Jika

akan mengatakan “Haenyeo hidup dengan peti mati di punggung

Anda menjadi serakah, Anda gagal. Ketika laut bergolak, Anda tidak

mereka”

harus menyelam ke dalam. Dan Anda tidak harus menahan nafas

Ia adalah orang yang badannya tertinggi dari semua Haenyeo

lebih dari dua menit”. Hanya tubuhnya tidak lagi seperti dulu. Badan-

asal Saekdal-ri. Ia dikatakan sangat tinggi sejak masih anak-anak.

nya lebih tua sekarang, dan ia merasa nafasnya semakin pendek,

“Ketika saya akan berjalan bersama-sama, orang akan mengatakan,

begitu pikiran seorang kapten tua Haenyeo ini. Ia selalu menceri-

‘Lihatlah gadis penyelam besar itu!’ Saya selalu sehat. Ibu saya tidak

takan pada Haenyeo lainnya : “Jangan gunakan semua nafas Anda

berumur panjang. Dia meninggal pada usia sekitar tujuh puluh lima.

sebelum naik kembali ke permukaan. Bahkan jika Anda melihat aba-

Saya pikir saya akan mati pada usia itu juga, tapi ternyata saya masih

lone atau gurita tersebar di sekitar, naiklah kembali untuk mengam-

hidup.”

bil nafas lebih dulu dan kemudian kembali turun dan menangkap

Dia biasa menggunakan “mata kecil” (kacamata selam) tapi seka-

mereka. Anda bisa mati dalam hitungan tiga puluh detik”. Mungkin

rang dia memiliki “mata besar” (masker selam) yang memungkin-

ini sebabnya, meskipun kecelakaan terjadi di daerah lain di mana

kannya untuk melihat lebih banyak. Ia menutup telinganya dengan

para Haenyeo kehilangan nyawa mereka, kecelakaan seperti itu

tanaman mugwort. Ia mengatakan bahwa mugwort mencegah air

belum pernah terjadi di antara Haenyeo dari Saekdal-ri.” Jika Anda

yang masuk ke telinga. Anda juga harus menyeka mata besar deng-

pergi keluar untuk memanen sendiri, Anda akhirnya akan berada

an mugwort untuk agar tidak berembun. Ia memakai baju selam

cukup jauh. Bahkan orang di sebelah Anda pun tak dapat mengawasi

karet sekarang, tapi di masa mudanya ia terjun menggunakan celana

Anda. Jika Anda terus melanjutkan menangkap, Anda dapat meng-

dalamnya. Dia hanya mengenakan kemeja katun ringan dan paka-

umpulkan abalone liar dan teripang merah.” Inilah sebabnya meng-

ian dalamnya. Ia terikat dengan tonjolan timbal yang berat ke ping-

apa Haenyeo selalu di ujung bahaya .

gang dan membawa peralatannya: sebuah jaring tewak, keranjang

Haenyeo terpandang ini, keadaan yang langka, menyelam sedalam

bersih, pisau, cangkul, dan tombak bambu. Pada hari-hari dingin dan

dua puluh meter di bawah permukaan laut tanpa tangki udara. Ia

berangin, tubuhnya akan berubah menjadi merah terang dan meng-

8

Seni & Budaya Korea


2

3

gigil ketika ia muncul keluar dari air. Sulit untuk bertahan lama. Kare-

beristirahat antara berkebun jeruk mandarin dan menyelam. Sebe-

na itu Haenyeo akan segera menyalakan api unggun di bukit-bukit

lum menikah dia adalah seorang penyelam yang terampil. Tapi ketika

untuk menghangatkan tubuh mereka. “Perapian” ini sekarang telah

ia menikah dalam sebuah keluarga yang menanam jeruk mandarin,

tergusur, karena pemecah gelombang yang telah dibangun di sana

ia lebih mengandalkan pertanian daripada penyelaman. Putri bung-

sebagai gantinya. “Sekarang pakaian menyelam kami adalah karet

sunya, Kang Myung-seon (umur 62), adalah kepala koperasi desa

seperti ini, tidak bisa lebih baik lagi. Ini sudah bagus.”

nelayan Saekdal-ri. Menantu perempuannya juga merupakan veteran

Para Haenyeo dari Pulau Jeju; simbol dari kekuatan dan keper-

Haenyeo selama 36 tahun. ia senang bahwa ia bisa menyelam deng-

cayaan diri yang sejak lama terjun sejauh Jepang, Cina, dan bahkan

an putri-putrinya dan menantunya, yang akan meneruskan tradisi.

Vladivostok di Rusia. Koh In-o tak pernah menyelam di luar negeri,

Ia berkata bahwa ia lebih senang ketika putrinya dan menantunya

tapi ia mengitari lautan dari daratan di tempat seperti Guryongpo dan

menangkap lebih banyak daripada dirinya dulu.

Gampo. “Ketika saya datang ke laut saya merasa segar, dan ketika saya pergi ke laut saya mendapatkan uang. Siapapun yang bela-

Kepala Koperasi Desa Nelayan Saekdal-ri, Kang Myung-seon

jar menyelam akan mendapatkan keuntungan dari sana.” Dengan

Ia berbadan gagah, dan meskipun tidak ada rahasia dandanan yang

uang yang diperoleh dari menyelam, ia membeli sebuah rumah dan

khusus, kulitnya tetap bersih. Sudah 11 tahun ia menjadi kepala kope-

ladang. Ini adalah imbalan baginya.

rasi desa nelayan, pekerjaan yang membutuhkan rasa tanggung jawab serta kemampuan kepemimpinan. Dia juga harus bekerja di restoran

Kau Harus Menyelam untuk Hidup Lama dan Mendapatkan Uang

Haenyeo di sini. Setelah pergi ke laut dalam cahaya fajar yang samar

Dia menikah pada usia tujuh belas tahun. Ketika berumur dua

dan pergi keluar hanya pada siang hari, hasil tangkapan Haenyeo

puluh tiga tahun ia melahirkan seorang anak perempuan, suaminya

saat ini cukup baik dibandingkan dengan hari-hari lain. Dari 4.500

telah meninggal dalam Perang Dunia II. Ia ingin mati juga. Setelah

atau lebih para Haenyeo yang berasal dari 19 koperasi desa nelayan

banyak ujian dan kesengsaraan, ia menikah lagi. Selama Pemberon-

di Pulau Jeju, koperasi Saekdal-ri hanya beranggotakan 23 orang.

takan Jeju dari tahun 1948 dan 1949 suaminya terhindar dari kema-

Hal ini terasa seperti satu keluarga besar. Dahulu ada 31 orang, tetapi

tian sebab suaminya adalah seorang perwira polisi. Ia mengajari putri

beberapa dari mereka mulai sakit-sakitan atau berhenti menyelam.

remajanya, yang takut air, bagaimana cara menyelam. Sama seperti

Kang Myung-seon memutuskan siapa yang mendapat giliran untuk

sewaktu ibunya sendiri mengajarinya. “Kau perlu belajar ini untuk

bersih-bersih, dan setiap pagi dia berjuang melawan sampah yang

mendapatkan uang dan hidup lama, hidup sehat. Engkau akan dapat

dibuang sembarangan walau itu hanya sepotong sumpit. Untuk ala-

mengirim anak-anakmu ke sekolah juga. Jika kau tidak belajar ini,

san ini, lautan lepas pantai Saekdal-ri terkenal sampai saat ini karena

kau tidak akan dapat melakukan apa-apa. Jadi belajar menyelam,

kebersihan mereka. Mereka meninggalkan ikan turban bertanduk

kubilang, belajar menyelam.”

kecil di dalam air, datang kembali untuk mencari mereka nanti setelah

Putri sulungnya, Kang Ahn-ja (usia 73) tidak memiliki waktu untuk K o r e a n a | M u s i m P a n a s 2 0 14

mereka tumbuh. Masyarakat Haenyeo ini, sebuah komunitas di mana

9


anggotanya saling membantu, tidak akan mampu melaksanakan tugas yang sulit kalau bukan karena kebersamaan mereka satu sama lain. Kang Myung-seong merawat ibunya. Ia memiliki kepribadian yang positif, tampak lebih muda dari usianya, dengan cekatan mengiris ikan mentah, dan terampil menyelam juga. Mungkin dia dilahirkan dengan kapasitas paru-paru yang bisa dipakai menyelam lima belas meter di bawah permukaan. “Saya senang jika saya menangkap satu teripang merah, dan saya senang jika saya menangkap seekor abalone liar. Sulit, tapi itu adalah latihan yang baik, dan saya suka berada di laut. Ada hari-hari ketika saya menghasilkan banyak uang, tetapi ada juga hari-hari ketika saya datang tidak membawa apa-apa.” Para Haenyeo bekerja 14 hari dalam satu bulan untuk diri mereka

1

sendiri, dan 16 hari dari satu bulan mereka bekerja sebagai sebuah kelompok. Mereka menjual panen mandiri mereka untuk wisatawan. Uang yang mereka dapatkan disimpan untuk diri mereka sendiri. Ada orang yang menghasilkan 300.000 hingga 400.000 won per hari, tetapi

SCO, status Haenyeo akan ditingkatkan. Ia memiliki empat anak

ada juga orang-orang yang mendapat jauh lebih sedikit dari itu. Pada

perempuan dan satu anak laki-laki. Namun tak satu pun dari anak-

hari menyelam berkelompok, mereka berjualan sebagai kelompok

anaknya telah mengabdikan diri untuk kehidupan penyelaman yang

juga. Jika, misalnya, mereka mndapatkan 15.000.000 won sebulan

sulit ini. Ia merasa sedih ketika ia berpikir bahwa garis Haenyeo akan

sekali, setiap anggota kelompok mendapat lebih dari 700.000 won.

berakhir sampai dirinya .

“Kami kadang-kadang merasa tertekan, tapi dibandingkan dengan

Menantu perempuan Koh In-o menunjukkan bahwa, walaupun Hae-

koperasi desa nelayan lain, kami bergaul dengan cukup baik”. Jika

nyeo masih diberikan pakaian selam, dari segi kebijakan, hal itu tidak

ada sesuatu untuk didiskusikan mereka mengadakan pertemuan

memberikan manfaat yang mendasar. “Daripada UNESCO mem-

rutin. Keteraturan sangat penting dalam dunia Haenyeo tersebut.

beri ini atau apa pun, mampukah hal itu memberikan manfaat kese-

Ada peraturan menyelam yang telah ditentukan oleh penjaga pan-

jahteraan bagi Haenyeo melalui penghasilan sebenarnya.” Setelah

tai juga: menghindari untuk bekerja sendirian, memancing berpa-

menyelam, energi Haenyeo sangat terkuras sehingga mereka ham-

sangan sehingga Anda bisa mendapatkan bantuan jika Anda berada

pir tidak dapat mengangkat jarinya ketika pulang. Kebanyakan Hae-

dalam bahaya, menyelam selama satu menit atau kurang setiap kali,

nyeo menderita sakit kepala kronis. Koh In-o dan anak menantu

menyelam selama empat jam sehari untuk menghindari kerja lem-

wanitanya berdua praktis hidup dengan obat penghilang rasa sakit,

bur, menyelam hanya delapan hari dalam sebulan, dan lain-lain.

dan sebagai hasilnya perut mereka menjadi sedikit sakit. Tapi sang

Secara khusus, penjaga pantai merekomendasikan bahwa Haenyeo

Haenyeo ternama Koh In-o mengatakan bahwa laut membuat diri-

tua di atas usia 70 boleh menyelam hanya dua jam sehari di perairan

nya sehat. “Saya pikir saya telah menjadi lebih sehat melalui kegiatan

dangkal. Tiga Haenyeo telah kehilangan nyawa mereka tahun ini seki-

menyelam. Ketika saya di rumah saya bosan, jadi saya akan bekerja

tar Pulau Jeju, mungkin karena mereka sudah terlalu tua. Setiap kali

selama saya masih bisa bergerak”. Siapa yang akan menebak bahwa

seorang Haenyeo mendengar adanya kecelakaan fatal tersebut, mere-

senyumnya yang cerah, seperti yang ada pada seorang gadis kecil,

ka bersedih hati seolah-olah bagi salah satu dari mereka sendiri.

ternyata dimiliki Haenyeo yang mendekati umur seratus tahun?

Menantu Perempuan Haenyeo Veteran Selama 36 Tahun

“Ieoseona ieodona/ Ieodo sana hei /perahu kami berlayar dengan

“Saya memberitahu ibu saya agar ia berhenti menyelam, untuk

baik, ieodo sana/ Ketika ibu saya melahirkan saya/ Pada suatu hari

tidak pergi keluar ketika dingin atau bersalju atau hujan, tapi ibu meng-

tanpa matahari atau bulan /Ieodo sana, perahu berlayar, berlayar

atakan bahwa jika ia tinggal di rumah saja. ia hanya akan tidur, jadi

dengan lancar/ Kami menikmati hidup , ieosana .... “

ia pergi ke laut. Bahkan setelah memetik jeruk mandarin, dia pergi keluar untuk menyelam.” Koh In-o kasihan pada dua putrinya, namun

Suara dari lagu para Haenyeo itu bergelora riang atas laut musim

dua anak perempuannya kasihan juga padanya karena ia masih saja

semi Pulau Jeju. Apakah lautan yang menariknya, atau apakah

menyelam. Namun ibu mereka masih merupakan jangkar mereka,

dirinyalah yang menarik lautan? Lahir di pulau vulkanik besar Jeju,

masih sebagai guru abadi mereka di laut.

sang Haenyeo ternama Koh In-o telah menjalani hidupnya di laut, di

Kang Myeong-seon tersenyum cerah dan mengatakan bahwa jika Haenyeo ditetapkan sebagai warisan budaya tak-benda oleh UNE-

10

ambang hidup dan mati. Ia adalah putri dari sang gunung berapi. Ia adalah putri dari lautan, dan dewi lautan. Seni & Budaya Korea


garam, mengeringkannya, dan kemudian memakannya, tapi cara ini bukan sebagaimana mereka makan di Pulau Jeju. Turban bertanduk tidak memiliki rasa yang serumit abalone, tetapi mereka juga dapat dimakan

2

1 Koh In-o dan Kang Myeong-seon, sosok yang mengesankan ketika mereka berdiri di pantai dengan pakaian selam mereka, menampakkan gambaran hangat antara ibu dan anak, seperti yang mungkin dijumpai di setiap desa berbagai negara, saat kembali pada kehidupan mereka sehari-hari. 2 Hidangan masakan hasil laut Koh In-o menggambarkan kepribadiannya: sederhana dan sangat jujur tanpa bumbu berlebihan.

Menyiapkan Masakan Laut Jeju seperti Haenyeo Koh In-o “S

emua makanan laut adalah makanan yang baik.” Seafood selalu dapat ditemukan pada meja Sang Haenyeo Koh In-o. Baru saja ditangkap, gurita hidup, abalone, teripang, rumput laut, dan turban bertanduk. Bagaimana ia mempersiapkan bahan-bahan segar ini? Hal ini tentunya merupakan rahasia untuk hidup panjang. Tetapi apa resepnya? “Resep apa? Ini sederhana,” balasnya. Sederhana dan ringan. Makanan di daratan banyak berbumbu, tapi resep Koh In-o menghindari bumbu yang berlebihan . Inilah rahasianya untuk bubur gurita, makanan sehat sepanjang tahun. Gurita memiliki banyak tentakel (alat peraba) yang selalu menggeliat ke sana - ke mari, sehingga sangat sulit untuk mengiris mereka hiduphidup. Setelah mencuci mereka dalam air beberapa kali, Anda harus mengiris mereka dengan cepat pada talenan. Tumis mereka dalam minyak wijen dan kemudian tambahkan K o r e a n a | M u s i m P a n a s 2 0 14

beras serta air dan diaduk. Beras mentah akan terolah dengan baik sama seperti padi yang telah direndam sebelumnya. Akhirnya, bumbui dengan garam dan lalu dapat dimakan. Sebaiknya makan abalone mentah yang mahal dan langka. Tapi cita rasa bubur abalone yang kaya tidak boleh dilewatkan juga. Pertama-tama, potong jeroan abalone pada talenan. Tumis dalam sesendok minyak wijen dan kemudian tambahkan nasi basah atau nasi mentah yang dicuci bersih, bersama dengan sedikit air, dan didihkan. Perhatikan bahwa beras yang direndam akan memakan waktu lebih lama untuk dimasak. Ketika beras mengental, tambahkan daging abalone. Kuncinya adalah tidak merebus bubur terlalu lama setelahnya; abalone akan menjadi keras jika direbus terlalu lama . Teripang merah juga paling baik dinikmati mentah-mentah. Di daratan, penduduknya biasa merebusnya dalam air

dalam bubur atau ditambahkan pada bubur abalone. Setelah memecah kerang dan mengeruk dagingnya, tumislah dalam minyak dan siapkan mereka seperti saat akan mempersiapkan bubur abalone. Atau Anda bisa memakannya mentah-mentah, atau panggang mereka pada cangkang mereka. Turban bertanduk rebus yang diiris dan dibumbui adalah hidangan yang lezat. Mustard laut mentah (sejenis rumput laut) harus dicuci secara menyeluruh, dikeringkan, dan memucatkannya dalam air mendidih sampai berubah menjadi hijau terang. Tiriskan dari air mendidih dan bilas beberapa kali dalam air dingin, kemudian keringkan sebelum dibumbui dengan minyak wijen, kecap, sedikit irisan daun bawang, dan cuka serta gula jika Anda suka. Ada banyak cara untuk memasak mustard laut. Tumbuhan ini dapat ditambahkan dalam jumlah kecil untuk sup ikan, atau dapat dimasak dengan adonan lembut kedelai pada sup. Di musim panas, Anda bahkan dapat membuat sup dingin mustard laut dan adonan kedelai dalam air dingin. “Dengan hanya ini saja, Anda tidak perlu khawatir tentang makanan,” katanya, tibatiba mengambil sebuah botol dari tasnya. Warnanya putih dan terlihat seperti yoghurt, tapi itu buatan Koh In-o sendiri yang bernama “shwindari.” Ini adalah sesuatu yang dibuat dan dinikmati nenek moyangnya di Pulau Jeju selama musim panas. Ini adalah minuman kesehatan lactobacillus khusus a la Pulau Jeju. Pada hari-hari sebelum pendinginan, mereka kesal ketika beras berhamburan, sehingga mereka membuat “shwindari” dari hamburan itu. Mereka menggiling sedikit ragi (yang disebut “nuruk” dalam bahasa Korea) dan menambahkan dua sendok ragi untuk tiga mangkuk nasi dingin, kemudian diaduk dengan baik dan biarkan mengendap semalaman, setelah itu akan terurai menjadi cairan. Setelah mulai berbuih, mereka menambahkan sedikit madu dan gula dan kemudian direbus. Setelah proses pendinginan, mereka memasukkannya ke dalam botol dan meminumnya, seperti yang masih dilakukan Koh In-o hari ini. Ia meneguk secangkir shwindari. “Ketika Anda sedang tidak bernafsu makan, semangkuk makanan ini mengatasinya.”

11


Fitur Khusus 2 Haenyeo: Potret Penyelam Perempuan dari Jeju

Haenyeo Pulau Jeju: Dulu dan Sekarang

12

Seni & Budaya Korea


Pulau Jeju, terletak di lepas pantai selatan semenanjung Korea memiliki budaya unik yang telah diwariskan selama berabad-abad. Budaya yang paling menonjol diantaranya adalah Haenyeo. Mari kita menengok lebih jauh asal-usul budaya yang menjadi lambang dari ketangguhan perempuan Jeju dengan melihat bagaimana mereka menyambung hidup bersandar pada laut yang telah menjadi bagian dalam gaya hidup dan nilai-nilai spiritual rakyat Jeju. Yoo Chul-in Profesor, Departemen Antropologi, Jeju National University | Kim Heung-gu, Ahn Hong-beom Fotografer

Langkah Haenyeo yang cepat dan energik saat mereka menuju ke arah laut pagi, berharap untuk hasil K o r e a n a | yang M u s i berlimpah. m P a n a s 2 0 14 tangkapan

13


H

aenyeo (secara harfiah berarti ‘perempuan laut’)

laut di lepas pantai selatan dan timur dari Semenanjung

adalah nama yang dipakai untuk menyebut per-

Korea. Sejak sekitar tahun 1883, Bangeojin dan Pohang

empuan yang bekerja menyelam mencari hasil laut laut

di tenggara Korea telah menjadi tempat utama bagi

tanpa alat bantu pernapasan apapun. Ada sekitar 4.500

‘ama’ (Haenyeo dalam bahasa Jepang) dari Ise, Jepang.

orang Haenyeo yang masih aktif hingga kini di Pulau Jeju,

Tapi begitu Haenyeo dari Pulau Jeju masuk di area terse-

yang tercatat di Daftar Warisan Dunia UNESCO pada

but, ama Jepang mulai berkurang dan menjadi lebih

tahun 2007 sebagai warisan alam “Jeju Pulau Vulkanik

jarang, dan setelah 1929 tidak ada lagi dari mereka yang

dan Lava Tubes”. Pekerjaan mengumpulkan hasil laut

datang. Mengapakah demikian?

dari dasar laut tanpa peralatan apapun dapat ditemu-

Ama dari Jepang datang dengan naik perahu dan

kan di seluruh dunia, namun saat ini hanya di Korea dan

kemudian menyelam menggunakan tali yang diikat deng-

Jepang saja bisa ditemukan orang-orang yang menjadi-

an logam berat sekitar 13 kg untuk mencapai dasar laut

kan pekerjaan ini untuk mencari nafkah.

secepat mungkin. Dan ketika mereka kembali ke per-

Sejak kapan orang Jeju mulai menyelam untuk meng-

mukaan, pengemudi perahu (biasanya suami mereka)

umpulkan hasil laut hanya dengan mengandalkan

menarik tali untuk menaikkan mereka. Tali ini dike-

kemampuan menahan napas mereka? Jika dilihat dari

nal dalam bahasa Jepang sebagai ‘inochitsuna’ atau

usia timbunan kulit kerang yang ditemukan di Sangmo -

‘tali nyawa’. Tapi Haenyeo Pulau Jeju menggunakan

ri, di mana ditemukan sejumlah besar kulit kerang sep-

pelampung yang dikenal dengan nama tewak (pelam-

erti tiram dan siput laut, akan terlihat bahwa pengumpu-

pung tradisional yang terbuat dari labu, belakangan ini

lan kerang di Pulau Jeju dapat diperkirakan telah ada

kedudukannya digantikan oleh styrofoam) untuk bere-

sejak abad ke 3 SM. Tapi kita tidak memiliki cara untuk

nang mengapung dari pantai hingga titik tempat mereka

mengetahui apakah orang-orang pada waktu itupun juga

menyelam kemudian mereka menyelam dengan kekua-

menyelam di laut untuk mengumpulkan kerang tersebut.

tan mereka sendiri. Jadi karena tidak perlu tukang per-

1, 2 Pulau Jeju adalah rumah bagi sejumlah besar penyelam perempuan. Bukan hanya perempuan yang lebih muda yang menyelam, namun penyelam yang sudah berusia tujuh puluhan juga masih aktif menyelam.

ahu untuk menarik tali, produktivitas tenaga kerja dari

Penyelam Bebas Perempuan, Haenyeo dari Pulau Jeju

Haenyeo Jeju lebih tinggi daripada Ama Jepang .

Sampai akhir abad ke-17, ada penyelam pria, yang

Saat ini, Haenyeo dapat ditemukan di desa-desa di

lebih dikenal dengan nama pojak , di Pulau Jeju. Pojak

pantai semenanjung Korea dan di beberapa pulau-pulau

mengumpulkan tiram di perairan yang lebih dalam,

lain, tetapi sebagian besar dari mereka berada di Pulau

sementara Haenyeo mengumpulkan rumput laut dan

Jeju. Praktek menyelam di daerah-daerah lain disalurkan

spons hijau dari perairan dangkal. Namun mema-suki

oleh Haenyeo yang meninggalkan Jeju secara musim-

awal abad ke-18, perempuan mengambil alih tugas

an untuk bekerja sebagai penyelam. Haenyeo daerah

menyelam ini. Mengapa hanya perempuan yang akh-

pesisir semenanjung Korea biasanya terdiri dari Haenyeo

irnya bekerja menyelam? Apakah ini suatu perkemban-

Jeju yang telah menetap di sana dan Haenyeo yang asli

gan bertahap karena perempuan secara fisik lebih cocok

dari daerah tersebut .

untuk menyelam daripada pria? Atau apakah itu karena

pojak telah melarikan diri, tidak mampu menanggung

Perempuan dari Jeju, Hidup sebagai Haenyeo

membayar pajak yang keterlaluan, dan akhirnya perem-

Haenyeo Jeju umumnya menyelam sekitar 10 meter di

puan harus memikul beban membayar pajak? Jika kita

bawah permukaan air tanpa alat bantu pernapasan apa-

melihat ber-bagai catatan, kemungkinan kedualah yang

pun sambil menahan napas sekitar 1 menit dan meng-

lebih dianggap menjadi jawabannya.

umpulkan hasil laut dari dasar laut. Selama musim panas

Haenyeo yang dikenal kebanyakan orang saat ini tidak

mereka bekerja sekitar enam sampai tujuh jam per hari,

memakai metode produksi penyediaan permintaan tetapi

sedangkan di musim dingin mereka bekerja 4 hingga 5

memakai metode produksi kapitalis. Alasan utama bagi

jam per hari, dan mereka menghabiskan 90 hari dalam

munculnya metode produksi kapitalis di kalangan Hae-

setahun untuk menyelam. Karena ia adalah seorang Hae-

nyeo adalah karena mereka bekerja menyelam di per-

nyeo itu bukan berarti ia dilahirkan dengan karakteris-

airan yang jauh dari Pulau Jeju. Pedagang mulai datang

tik fisik khusus. Mereka menjadi Haenyeo hanya karena

dari daratan pada tahun 1895 untuk menyewa tenaga

menyelam lagi dan lagi selama bertahun-tahun. Pada

Haenyeo pada jangka waktu tertentu, membayar upah

tahun 1960, ketika ada Haenyeo dalam jumlah paling

dalam jumlah tertentu, untuk mengumpulkan rumput

tinggi di Pulau Jeju, sangatlah mudah ditemukan gadis-

14

Seni & Budaya Korea


1

K o r e a n a | M u s i m P a n a s 2 0 14

15

2


gadis di desa-desa pesisir belajar menyelam di laut dangkal. Kebanyakan perempuan menjadi Haenyeo pada usia tujuh belas, tetapi mereka barulah menjadi Haenyeo yang sebenarnya setelah bertukar pakaian sebelum dan sesudah menyelam, menghangatkan diri di perapian di antara penyelaman, dan mengulangi kegiatan ini berulang kali. Perapian yang biasanya berada di tempat terbuka yang mendapat banyak cahaya matahari melambangkan kelompok masyarakat tradisional Haenyeo Jeju. Bekas api menunjukkan di mana api unggun berlokasi. Haenyeo tradisional mengenakan pakaian menyelam yang terbuat dari katun atau muslin dan menghabiskan waktu lama di dalam air, sehingga mereka perlu membuat api unggun pada lokasi yang dekat sebagai tempat untuk menghangatkan tubuh mereka yang beku sehabis menyelam. Haenyeo di beberapa desa pergi ke laut menggunakan perahu. Jika demikian, mereka membuat api unggun di dalam perahu. Dari pertengahan tahun 1970-an, Haenyeo Jeju mulai memakai pakaian selam yang terbuat dari karet. Sejak saat itu perapian tradisional mulai menghilang, dan sebagai gantinya muncullah ruang ganti modern di tempat api unggun itu.

Tradisi Kehidupan Komunal yang Berakar Kuat Mulai tahun 1970-an, menjadi Haenyeo bukan lagi proses alami tetapi menjadi pilihan. Karena koperasi

Selama musim panas mereka bekerja sekitar enam sampai tujuh jam per hari, sedangkan di musim dingin mereka bekerja 4 hingga 5 jam per hari, dan mereka menghabiskan 90 hari dalam setahun untuk menyelam. Karena ia adalah seorang Haenyeo itu bukan berarti ia dilahirkan dengan karakteristik fisik khusus. Mereka menjadi Haenyeo hanya karena menyelam lagi dan lagi selama bertahun-tahun .

desa nelayan memberikan hak mengumpulkan hasil laut bagi Haenyeo maka mereka yang ingin menjadi Haenyeo haruslah menjadi anggota koperasi desa nelayan terle-

menunjukkan betapa berbahayanya pekerjaan menyelam

bih dulu. Biasanya perempuan menjadi Haenyeo setelah

yang mereka lakukan. Setiap musim semi, Haenyeo Jeju

mereka menikah. Setelah menjadi Haenyeo, mereka men-

mengadakan ritual untuk berdoa bagi keselamatannya di

jadi anggota asosiasi penyelam perempuan lokal, sebuah

laut kepada “Nenek Raja Naga�, dewi laut. Selama ritual

organi-sasi sukarela Haenyeo milik koperasi nelayan desa.

ini, semua Haenyeo menjadi keturunan dewi dan men-

Asosiasi penyelam perempuan yang ada di setiap desa

ciptakan rasa solidaritas komunal sebagai keturunan

mengurus dan memutuskan berbagai macam hal sep-

dari nenek moyang yang sama. Mereka menyebarkan

erti apa yang dapat dikumpulkan dari laut, kapan dan

biji-bijian di perairan pesisir secara simbolis dan berdoa

bagaimana Haenyeo boleh beristirahat jika ada acara

agar mereka dapat memanen banyak hasil laut.

pemakaman atau pernikahan. Karena dasar utama dari

Menyelam bukanlah pekerjaan sederhana, tetapi ada-

menyelam bagi mereka adalah kerjasama, maka semua

lah pekerjaan yang menuntut keahlian khusus. Ini adalah

keputusan yang diambil oleh asosiasi penyelam per-

keterampilan yang diperoleh dengan cara diasah melalui

empuan adalah hasil kesepakatan dengan suara bulat.

pengalaman bertahun-tahun. Yang lebih penting dari-

Meskipun Haenyeo bersaing satu sama lain, ketika bera-

pada kemampuan fisik seperti kapasitas paru-paru dan

da di air mereka harus saling melindungi dari bahaya

kemampuan untuk bertahan di dalam air dingin adalah

menyelam, sehingga Haenyeo Jeju sangat perhatian ter-

hal-hal yang dipelajari secara alamiah melalui pengala-

hadap satu sama lain.

man. Haenyeo memiliki peta kognitif tentang dasar laut

Ada pepatah populer di kalangan Haenyeo dari Pulau

yang meliputi lokasi bebatuan dan habitat flora dan fauna

Jeju yang mengatakan “Ambil kehidupan dari alam baka

di dasar laut. Haenyeo dengan keterampilan tinggi dapat

untuk digunakan pada hidup sekarang�. Pepatah ini

menentukan dengan lebih tepat daripada ramalan cuaca,

16

Seni & Budaya Korea


apakah hari itu mereka bisa menyelam atau tidak sam-

punah. Jumlah Haenyeo Jeju yang pada tahun 1965 ter-

pai-sampai apa yang mereka katakan lebih dapat diper-

catat sekitar 23.000 orang, pada tahun 1975 menurun

caya daripada ramalan cuaca.

hingga 8.400 orang. Selama sepuluh tahun jumlah Hae-

Sebagaimana yang ditekankan oleh seorang Hae-

nyeo telah berkurang menjadi sepertiga dari jumlah

nyeo, menyelam ‘harus dipelajari dengan melihat dan

sebelumnya yang merupakan penurunan paling drastis

menanggap’. Sama seperti berburu dan memancing,

selama ini. Ini disebabkan karena dalam dekade tersebut

pengetahuan yang diperlukan untuk menyelam bukan-

ada kebijakan pembangunan yang difokuskan pada budi-

lah sesuatu yang bisa dipelajari secara eksplisit. Belajar

daya jeruk mandarin Pulau Jeju dan industri pariwisata.

sama artinya dengan berlatih, dan berlatih sama arti-

Selanjutnyapun jumlah Haenyeo terus menurun dan pada

nya dengan belajar. Di ruang ganti sebelum dan sesudah

tahun 2012 Haenyeo yang tercatat berjumlah 4.500 orang.

penyelaman, Haenyeo muda mulai belajar dari Haenyeo

Seiring dengan penurunan jumlah Haenyeo, penuaan

berketerampilan tinggi bukan hanya pengetahuan yang

populasi Haenyeo juga berkelanjutan. Pada tahun 1970,

diperlukan untuk menyelam tetapi tanggung jawab dan

31 % dari semua Haenyeo berusia di bawah 30 tahun.

kesetiakawanan mereka sebagai Haenyeo.

Namun dalam survei pada tahun 2012 tidak seorang Haenyeopun yang berusia di bawah 30 tahun, dan bahkan

Menyelam yang Ramah Lingkungan dan sebagai Cara Hidup yang Berkesinambungan

biarpun jumlah Haenyeo yang berusia 30-an dan 40-an disatukan, jumlahnya tidak lebih dari 2 % dari jumlah

Haenyeo adalah bagian penting dari identitas Jeju,

keseluruhan Haenyeo. Sulit untuk menemukan generasi

karena hampir semua orang di Jeju memiliki ibu atau

muda yang ingin menjadi Haenyeo, sementara pada saat

nenek yang pernah atau sedang bekerja sebagai Hae-

yang sama karena tidak ada batas usia untuk pekerjaan

nyeo. Haenyeo yang berenang hanya dengan menyandar-

ini Haenyeo terus menyelam selama kesehatan mereka

kan diri pada sebuah tewak tanpa rasa takut di tengah

mengizinkan, bahkan sampai usia 80.

gelombang laut melambangkan semangat keberanian

Agar tradisi Haenyeo Jeju dapat bertahan dan ber-

orang Jeju. Karena tanah di Pulau Jeju adalah tanah vul-

lanjut, perlu ada langkah-langkah perlindungan yang

kanik yang tandus Pulau Jeju, Haenyeo juga harus ber-

memungkinkan Haenyeo untuk mendapatkan penghasi-

tanggung jawab untuk menghidupi keluarganya. Mereka

lan yang stabil dan kehidupan sehat yang terjamin. Untuk

juga menyelam bersama di daerah tertentu dari laut dan

tujuan ini, Pemerintah Provinsi Jeju berupaya dalam berb-

menyumbangkan keuntungan dari pekerjaan mereka

agai bidang. Salah satu upaya yang dilakukan adalah den-

ke desa atau digunakan untuk membangun sekolah-

gan meningkatkan pembudidayaan benih tiram dan siput

sekolah.

laut untuk disalurkan ke asosiasi desa nelayan, memberi-

Teknik selam yang digunakan oleh Haenyeo Jeju ada-

kan subsidi pakaian selam, dan mengusahakan agar Hae-

lah teknik yang ramah lingkungan sehingga mempunyai

nyeo yang sudah berhenti maupun yang masih aktif dapat

kemungkinan berkesinambungan. Karena keterbatasan

menerima pengobatan dan perawatan secara cuma-

pada berapa lama mereka dapat menahan napas di

cuma di rumah sakit. Selain itu, dengan kesepakatan dari

bawah air, maka mereka bisa mengontrol keinginan

asosiasi desa nelayan, pemerintah merancang program

pribadi untuk mengumpulkan banyak hasil laut. Bagi

dukungan beragam untuk pelatihan Haenyeo baru.

Haenyeo, laut tempat mereka bekerja adalah ‘ladang

Tetapi lebih dari segalanya, Haenyeo Jeju masing-

laut’. Dalam setahun, sebanyak dua atau tiga kali mere-

masing perlu mengurangi waktu kerja mereka per hari

ka bekerja sama untuk membersihkan gulma di pantai

dan mengurangi periode menyelam dalam setahun.

dan perairan. Kegiatan tersebut adalah untuk membantu

Karena upaya perlindungan dari pemerintah yang diran-

pertumbuhan rumput laut yang menjadi makanan bagi

cang untuk mengamankan kesehatan, keselamatan, dan

tanaman laut atau jenis kerang-kerangan yang mereka

pendapatan yang stabil untuk Haenyeo mutlak memerlu-

panen. Tugas lain dari Haenyeo Jeju adalah untuk ber-

kan partisipasi aktif dan kerjasama dari Haenyeo sendi-

partisipasi dalam pembenihan tiram dan siput laut di

ri agar kemungkinan bagi generasi baru meneruskan

perairan laut. Inilah cara hidup mereka yang berdampin-

tradisi pekerjaan mereka bisa meningkat. Jika ini terjadi,

gan dengan alam.

tradisi menyelam Haenyeo akan bertahan sebagai salah

Namun jumlah Haenyeo menurun setiap tahun menyebabkan keberadaan dari Haenyeo Jeju terancam K o r e a n a | M u s i m P a n a s 2 0 14

satu dari berbagai metode produksi dalam masyarakat industri maju dari Korea hari ini.

17


Fitur Khusus 3 Haenyeo: Potret Penyelam Perempuan dari Jeju

Ketangguhan Perempuan Jeju yang Ditempa Kerasnya Penyelaman Alangkah sulitnya menahan napas di dalam air untuk waktu yang lama. Haenyeo menahan napas, menyelam ke dasar laut, dan kembali sebentar ke permukaan air, untuk melepaskan kesesakan napas mereka dengan suara tiupan napas. Suara tiupan napas ini adalah bukti bahwa mereka masih hidup. Suara tiupan napas Haenyeo yang menggema di laut adalah paduan suara dari kehidupan. Joo Kang-hyun Profesor, Jeju National University / Pimpinan Pusat Budaya dan Samudera Asia - Pasifik | Lee Sung-eun Fotografer

18

Seni & Budaya Korea


S

ebenarnya Pulau Jeju bukan satu-satunya tempat di mana orang

jumlah sedikit, Perempuan berjumlah banyak”, sehingga perbandin-

bisa menyelam. Jauh sebelum scuba diving – yang saat ini pop-

gan yang sangat tidak imbang antara jumlah pria dan perempuan di

uler di kalangan masyarakat modern -, orang telah menikmati sumber

Jeju menjadi masalah sosial yang cukup serius pada masa itu.

daya dari sungai atau laut. Berdasarkan alasan ini, bisa dikatakan seja-

Pada pertengahan zaman Joseon, seorang penyair bernama Im Jea

rah scuba diving bermula seiring dengan bermulanya sejarah manusia.

mengadakan perjalanannya ke Pulau Jeju dan dalam catatan perjala-

Eksploitasi penyelam mutiara di negara-negara seperti Jepang, Indo-

nannya yang berjudul “Perjalanan Singkat ke Laut Selatan” tercatat

nesia, Australia, Sri Lanka, India bagian selatan, dan Oman terkenal

jumlah pria Jeju yang tidak kembali karena kapal mereka tenggelam

sejak lama. Ada juga spons diving di Mediterania dan Karibia, panen

berjumlah 100 orang per tahun. Karena alasan itulah jumlah perem-

karang merah di Italia, dan panen karang hitam di Laut Merah dan laut

puan Jeju banyak dan jumlah prianya sedikit. Di antara perempuan-

lepas di Hawaii yang telah dikenal luas. Sebagai hasil laut antara lain

perempuan yang tinggal di desa, sedikit yang suaminya masih ada. Para

kijing, tiram dan kerang telah memiliki sejarah yang panjang.

janda yang tertinggal sendiri dan terpaksa menanggung kewajiban

Selain mengumpulkan karang, spons, dan moluska secara lang-

pojak membayar pajak harus bersedia terjun ke laut pada musim ding-

sung, penyelam juga membantu orang lain menangkap ikan. Mereka

in yang menjadikan mereka muncul sebagai penyelam perempuan

menyelam ke dalam air untuk membantu mengatur jaring atau untuk

yang gigih melalui sejarah yang pilu. Sejarah kejam dan berat ini ada-

mendorong ikan ke dalam jaring atau bendung, dan mereka meng-

lah salah satu alasan utama mengapa Pulau Jeju sering disebut seba-

umpulkan ikan yang telah tertangkap juga. Mereka bekerja kooper-

gai “Pulau Para Perempuan”.

atif, karena pekerjaan ini tidak mungkin untuk menyelesaikan tanpa usaha komunal.

Meninggalkan bayi dalam keranjang, Menuju ke laut

Penyelam di seluruh dunia selalu melompat ke dalam air tanpa

Haenyeo sering pula menjadi objek cemoohan. Orang-orang di

alat bantu khusus dan melakukan pekerjaan berbahaya tanpa apa-

Pulau Jeju yang menamakan diri sebagai bangsawan sedapat mung-

apa kecuali dengan tubuh mereka sendiri. Menyelam tanpa peralatan

kin menghindari pekerjaan yang berhubungan dengan air. Haenyeo

apapun masih terus dilakukan secara luas sampai sekarang. Belum

yang menghabiskan waktu mereka di air laut yang asin sebagaimana-

lewat dari seratus tahun sejak diperkenalkannya kacamata renang,

pun rajinnya mereka merawat diri, tetap saja kulit mereka kasar.

dan belum lama juga dikenal pakaian karet yang menjaga mampu

Pada akhir abad ke-18 di zaman Joseon, seorang penulis bernama

suhu tubuh penyelam dari kedinginan.

Shin Gwangsu dalam bukunya “Rumah Batu di Utara” memberikan deskripsi yang jelas tentang pemandangan Haenyeo.

Dari penyelam laki-laki sampai penyelam perempuan Ketika masyarakat umum menganggap bahwa menyelam adalah

Ditarik tiba-tiba oleh arus dan terombang-ambing ke sana-sini,

pekerjaan pria, Korea memiliki arti penting dalam sejarah menyelam.

Bak bebek yang belajar berenang mengibas kaki di dalam air

Haenyeo (yang berarti ‘perempuan laut’) di Pulau Jeju memiliki seja-

Di permukaan air hanya terlihat keranjang

rah yang sangat istimewa dan dengan organisasi yang terpadu mere-

Tiba-tiba gelombang biru menguat tinggi ke udara

ka meneruskan tradisi hingga sekarang. Kehidupan Haenyeo telah

Dengan cepat menarik tali pengikat keranjang

menjadi tujuan penelitian bagi banyak ilmuwan untuk berbagai ala-

Sekaligus memuntahkan napas panjang dengan suara lega

san, antara lain adalah konsistensi dan sifat sistematis dari pekerjaan

Suara napas penuh arti yang menggema jauh sampai ke istana

mereka, sifat komunal yang kuat dari organisasi menyelam mereka,

bawah laut

dan koeksistensi pendudukan dan ritual.

Dari antara sekian banyak pekerjaan untuk menyambung hidup,

Haenyeo dari Jeju juga memiliki sejarah yang menyedihkan. Di masa lalu, Haenyeo harus memberikan tiram hasil tangkapan mereka

Mengapakah justru pekerjaan ini yang harus terpilih? Apakah Dikau mempertaruhkan hidup untuk mendapat keuntungan?

ke kantor pemerintah sebagai pajak. Sebenarnya sampai pada akhir pertengahan abad ke-17, menyelam bukan tugas perempuan saja.

Pada zaman Sejong yakni paruh pertama abad ke-15, seorang

Tetapi karena jumlah penyelam laki-laki (yang disebut pojak) menu-

pejabat lokal bernama Gi Geon keluar berpatroli selama badai salju

run. Akibatnya kewajiban pria untuk membayar pajak menjadi tang-

sengit didorong oleh angin barat. Tetapi pada hari yang sangat ding-

gung jawab yang harus dipikul oleh kaum perempuan. Dalam arti,

in tersebut ia melihat kerumunan perempuan yang nyaris tidak ber-

mereka yang tidak kuasa menghadapi pemungutan pajak hasil laut

pakaian terjun ke laut. Ia sangat terkejut menyaksikan pemandan-

yang keterlaluan oleh kantor-kantor pemerintah melarikan diri dan

gan tersebut, dan sejak saat itulah terdorong oleh hati nuraninya yang

hidup dengan mencari hasil laut. Jumlah pria Jeju yang melarikan diri

tidak tega melihat pemandangan tersebut membuatnya tidak pernah

ke daratan semenanjung melampaui 10.000 orang, yang mengakibat-

menyentuh ataupun memakan tiram atau jenis kerang hasil kerja Hae-

kan pada akhir abad ke-16 di Pulau Jeju terjadi fenomena “Pria ber-

nyeo. Hal tersebut tercatat dalam ‘Buku Catatan Raja Sunjo (Vol.27)’

K o r e a n a | M u s i m P a n a s 2 0 14

19


Cara dan metode menyelam dasar yang baik dan benar, hal-hal yang harus diwaspadai, sopan santun dan tolong menolong antar rekan penyelam, cara mengambil hasil laut sampai mengumpulkan dan menjualnya dipelajari dan disampaikan melalui pengalaman dan cerita secara turun temurun. Pengetahuan dan pelatihan seperti ini sudah lama menjadi suatu aturan yang kekal yang mewajibkan semua Haenyeo menaatinya.

yang dipersembahkan oleh Wakil Perdana Menteri Shim Sang-gyu di

Sementara untuk menyelam di daerah dekat pantai, cukup berenang

bulan kesebelas tahun 1824.

sampai tempat yang diinginkan dan menyelam. Jenis yang dikumpulkan antara lain adalah tiram, siput laut, kerang, landak laut, teripang,

“Di musim dingin, pria dan perempuan menanggalkan pakaian

rumput laut, dan agar laut, tapi yang paling berharga dari semuanya

mereka dan masuk ke dalam laut dengan menggigil, menganggap

adalah tiram. Gamtae ( jenis rumput laut ) diambil pada musim panas

diri cukup beruntung bila tidak mati tersapu ombak. Mereka kelu-

dengan cara dicangkul untuk kemudian digunakan untuk pupuk.

ar dari air dan membuat api unggun di pantai dan nyaris memba-

Begitu baiknya pupuk ini sampai-sampai tanah yang dipupuk dengan

kar diri mereka sendiri untuk menghangatkan tubuh menyebab-

gamtae tetap subur hingga 3 tahun tanpa dipupuki. Ini menunjukkan

kan kulit mereka pecah, keriput, dan mengerikan bagai hantu.

bahwa pekerjaan Haenyeo tidak terbatas pada pekerjaan laut saja.

Tetapi usaha mereka itu hanya menghasilkan sejumlah kecil tiram

Kebanyakan Haenyo menghabiskan setengah dari waktu mereka

dan segenggam rumput laut yang bila dijual uangnya hanya cukup

untuk menyelam dan setengahnya lagi untuk bertani. Sudah menjadi

untuk mengoles bibir mereka dengan bubur nasi.”

keharusan bagi semua Haenyeo untuk bertani. Mereka mengambil pupuk dari laut untuk menyuburkan tanah vulkanis yang tan-

Di antara sekian banyak kehidupan di desa nelayan yang amat

dus dan kemudian menanam benih untuk bertani. Sepulangnya dari

terhimpit, kehidupan penyelam menggambarkan dengan terper-

menyelam mereka pergi ke ladang untuk menyianginya hingga air

inci betapa parahnya derita yang mereka alami. Sekarang ada paka-

pasang tepat bagi mereka untuk kembali menyelam. Kerja mereka

ian selam yang mampu menjaga kehangatan tubuh saat menyelam,

di ladang sama sekali tidak bisa dikatakan ringan. Di daerah Pasi-

tetapi dulu penyelam harus terjun ke air laut yang dingin beku dalam

fik memang ada penyelam-penyelam yang melakukan pekerjaan

keadaan setengah telanjang. Apalagi karena bahan pakaian pada

selam dan tani secara bersamaan, tetapi tidak ada mereka yang be-

masa itu sangat langka, tidak mungkinlah mereka memakainya

kerja sama kerasnya untuk menyelam dan bertani. Tidak berlebihan

masuk ke dalam air laut yang dapat mempercepat rusaknya sepo-

juga jika Haenyeo Jeju adalah model sistem pertanian yang menjaga

tong pakaian, dan tambahan lagi mereka tidak mampu untuk mem-

siklus ekologi karena mereka menggunakan pupuk dari tanaman laut

beli pakaian cadangan. Para perempuan dikabarkan memakai celana

untuk menyuburkan tanah.

renang yang disebut ‘sojungi’ sementara dadanya tidak memakai penutup. Selama mereka menyelam, mereka menidurkan bayi mereka di dalam keranjang yang disebut ‘gudogi’.

Komunitas kerja dan masyarakat ritual Haenyeo menyelam 10-12 hari setiap bulan . Mereka mulai menyelam ketika gelombang sudah tepat seperti kata pepatah: “ Saat

Haenyeo, menyelam dan bertani

gelombang pasang kita hidup apa adanya, dan ada saat air surut kita

Di masa lalu, para perempuan Jeju mulai menyelam pada usia 16

bekerja ”. Khususnya mereka menghindari menyelam saat tidak ada

atau 17 tahun. Semasa kecil, sebagai latihan mereka menyelam di

gerakan di air. Kalau ada ombak maka menyelam menjadi lebih sulit.

perairan dangkal pantai, mengumpulkan kerang dan agar laut. Ket-

Sebab pada hari di mana ada ombak setinggi 2 meter, pengaruh-

erampilan menyelam diajarkan dari mulut ke mulut, dipraktekkan di

nya dua kali lipat yaitu akan mempengaruhi sampai kedalaman air 4

laut, sampai akhirnya cukup untuk benar-benar menyelam. Cara dan

meter. Jika ombak memburuk tiram di depan matapun sulit ditang-

metode menyelam dasar yang baik dan benar, hal-hal yang harus

kap karena bergelombang.

diwaspadai, sopan santun dan tolong-menolong antar rekan penyelam,

Walaupun memakai pakaian selam sekalipun bila menyelam ke

cara mengambil hasil laut sampai mengumpulkan dan menjualnya

laut pastilah akan terluka akibat ikan atau serangan gerombolan hiu,

dipelajari dan disampaikan melalui pengalaman dan cerita secara

apalagi bila menyelam dalam keadaan hampir telanjang. Saat men-

turun temurun. Pengetahuan dan pelatihan seperti ini sudah lama

cari tiram, Haenyeo memukulkan cangkulnya untuk mengeluar-

menjadi suatu aturan yang kekal yang mewajibkan semua Haenyeo

kan tiram di antara karang. Terkadang cangkul menyangkut di batu

menaatinya. Kewajiban bagi Haenyeo yang ketat untuk menaati peratu-

karang sementara tali pengikat cangkul yang diikatkan pada tangan

ran ini tak lain adalah untuk keselamatan dirinya sendiri.

tidak berhasil dilepas sehingga Haenyeo kehilangan nyawa karena

Untuk menyelam di tempat jauh, haruslah menggunakan perahu.

20

kehabisan napas. Karena itulah Haenyeo melakukan ritual tradisional Seni & Budaya Korea


Setiap musim semi, para Haenyeo Jeju mengadakan ritual untuk berdoa bagi keselamatan dan hasil tangkapan yang melimpah di laut. Mereka melaksanakan dari upacara kecil yang dilakukan di desa-desa hingga ritual skala besar seperti yang dilaksanakan di Jeju Chilmeoridang Yeongdeunggut, yang telah tercatat di daftar Warisan Budaya Bukan Benda tentang Kebudayaan (The Intangible Cultural Heritage of Humanity) UNESCO.

untuk menyerahkan nasibnya pada Yang Kuasa. Dan karena itu pula-

tahun pada musim gugur. Adapula yang mendayung perahu berhari-

lah setiap tahun diadakan ritual selam bersama yang menunjukkan

hari untuk mencapai Tsingtao atau Dalian di Cina .

bagaimana komunitas kerja juga berfungsi sebagai masyarakat ritual.

Untuk menghemat harga sesuap nasi, Haenyeo selalu membawa

Haenyeo adalah pengelola yang handal bagi ekonomi rumah tang-

biji-bijian dan kacang-kacangan. Mereka berhemat sedapat mungkin.

ga mereka. Dengan susah payah mereka mendapatkan uang dari

Ibu menyusui dalam perjalanan menggendong sekaligus menyusui

menyelam yang mereka lakukan di samping mengerjakan pekerjaan

bayinya dalam perjalanan pergi menyelam. Ada juga ibu hamil yang

rumah tangga mereka, dan dengan uang ini mereka membeli ladang

melahirkan di perahu saat pergi menyelam.

dan bahkan menyekolahkan anak-anak mereka sampai ke universitas.

Ada yang menyelam di perairan dekat, ada pula yang pergi

Pekerjaan yang berbahaya ini diikuti dengan penyakit yang berbahaya

berkelompok 15 sampai 20 orang berperahu. Ada yang berperahu di

pula. Penyakit akibat selam selalu berkelanjutan. Jika merasa sakit

laut yang dekat, ada pula yang pergi jauh hingga negeri asing sambil

kepala, Haenyeo akan meminum obat sakit kepala atau obat flu seada-

makan, minum, dan tidur di atas perahu saja. Mereka ini turut meny-

nya. Ada kebijakan kesejahteraan yang menyediakan layanan medis bagi

umbang kisah dalam sejarah kemerdekaan Korea selama setengah

Haenyeo tetapi mereka tidak bisa mengharapkan dapat sembuh total.

abad yang lalu.

Wilayah kerja Haenyeo tidak terbatas pada perairan lepas pantai

Kerja keras Haenyeo yang terkadang menggali di sekitar dasar

Pulau Jeju. Ada banyak yang melakukan perjalanan ke Busan, Ulle-

laut dengan kedalaman 20 meter bisa dikatakan melampaui kemam-

ungdo, Dokdo, Heuksando, dan daerah lainnya, dan beberapa bahkan

puan manusia. Tidak mungkin kita berbicara tentang kehidupan

Haenyeo mengadakan perjalanan di seluruh Asia Timur Laut, ke tem-

laut Pulau Jeju tanpa membicarakan kehidupan Haenyeo. Karena

pat-tempat seperti Cina, Rusia, dan Jepang. Ada penyelam yang pergi

Haenyeo adalah alfa dan omega (awal dan akhir) dari kehidupan

menyelam pada musim semi dan kembali setelah lewat setengah

masyarakat Pulau Jeju.

K o r e a n a | M u s i m P a n a s 2 0 14

21


Fitur Khusus 4 Haenyeo: Potret Penyelam Perempuan dari Jeju

Para Perempuan Laut Masa Kini Saat mengidentifikasi status sosial penduduk tertentu, ada beberapa pertanyaan dengan jawaban yang berfungsi sebagai indikator berguna, seperti "Apakah Anda bersedia memberitahu orang lain apa pekerjaan orang tua Anda?" "Apakah Anda ingin anak-anak Anda meneruskan pekerjaan Anda?" Bagi para penyelam perempuan dari Pulau Jeju yang disebut Haenyeo atau "perempuan laut" dan keluarga mereka, pertanyaan-pertanyaan seperti ini agak sukar dijawab. Oleh karena itu mereka begitu bangga saat pemerintah Korea mengajukan kepada UNESCO untuk mendaftarkan Haenyeo ke dalam daftar Warisan Budaya Tak-Benda. Lee Jin-joo Penulis Lepas | Kim Heung-gu, Cho Ji-young Fotografer

22

Sebuah kegiatan di bawah air oleh Haenyeo disajikan empat kali sehari dalam tangki ikan yang sangat besar di Planet Aqua, akuarium terbesar di Asia yang terletak di Seni & Budaya Korea Seogwipo.


S

elama berabad-abad di Pulau Jeju, Haenyeo atau “perem-

Yi Han-yeong, pemimpin organisasi nirlaba bernama Asosiasi bagi

puan laut” telah menyokong ekonomi keluarga mereka dengan

Pelestarian Budaya Haenyeo, mengakui potensi perempuan laut sebagai

menyelam untuk memanen makanan dari laut dengan tangan. Ter-

konten budaya. Dia bekerja sebagai instruktur skin-scuba diving di dara-

lepas dari peran sebagai pencari nafkah utama, di saat para suami tidak

tan sebelum mengunjungi Pulau Jeju untuk belajar tentang keterampilan

berkontribusi terhadap ekonomi keluarga, mereka kurang dihormati

menyelam para perempuan asli daerah tersebut. Ia terdaftar di Sekolah

bahkan kurang disukai karena pakaian kerja “perempuan laut” mem-

Hansupul Haenyeo di Jeju (kepala sekolah: Yi Hak-chul), sebuah lang-

perlihatkan tubuh mereka. Mereka telah membesarkan anak-anak

kah yang mengubah jalan hidupnya. Kemudian ia pindah ke pulau itu dan

untuk bekerja di perairan yang dingin, dan sebagian besar sudah men-

membuka bisnis yang melibatkan berbagai kegiatan: memproduksi tab-

inggalkan pulau untuk memiliki kehidupan baru di daratan. Anak-anak

let vitamin dari rumput laut yang dikumpulkan oleh para perempuan laut,

mereka cenderung ragu untuk menyebutkan apa pekerjaan ibu mereka.

mempopulerkan skin-scuba diving, membuat acara dan pertunjukan air,

Bahkan sebagian besar perempuan laut tidak ingin anak-anak mengi-

menyediakan layanan pembersihan tangki ikan, dan sebagainya. Salah

kuti mereka menjadi penyelam. Kim Eun-sil, seorang Haenyeo berumur

satu kegiatan perairan yang ia tampilkan adalah penampilan beberapa

80 tahun yang baru-baru ini diliput oleh New York Times, membesar-

perempuan laut asli, empat kali sehari dalam tangki air raksasa sedalam

kan kelima anaknya dengan menyelam di laut yang dingin, namun putri

20 m di Aqua Planet, akuarium terbesar di Asia.

satu-satunya bahkan tidak tahu bagaimana caranya berenang.

Didirikan oleh Divisi Pengembangan Kelautan Pemerintah Provinsi

Data statistik juga membeberkan rendahnya penghargaan yang

Jeju dan dioperasikan oleh Hanwha Hotels & Resorts, Aqua Planet

diraih oleh para penyelam perempuan pribumi. Menurut data yang

adalah akuarium berukuran lebih besar dari Churaumi Aquarium yang

dikeluarkan Pemerintah Provinsi Jeju, jumlah Haenyeo turun dari

banyak dibicarakan orang di Okinawa, Jepang. Para perempuan laut

23.000 orang pada tahun 1965 menjadi kurang dari 4.600 orang saat

yang tampil di Aqua Planet, usia rata-rata mereka lebih dari 70 tahun,

ini. 50% dari mereka adalah perempuan lanjut usia yang berumur 70

berasal dari koperasi Desa Sinyang dan Goseong. Penampilan mereka

tahun atau lebih tua. Sementara tingkat kematian rata-rata di anta-

direspons dengan antusias terutama oleh penonton dewasa, yang tahu

ra kelompok ini berjumlah 130 orang dan masuknya angkatan kerja

bagaimana rasanya hidup sebagai Haenyeo di Pulau Jeju. Beberapa

baru hanya sekitar 15 orang per tahun. Jumlah ini diperkirakan men-

pemain senior sangat tersentuh oleh respons yang bersemangat dari

jadi semakin sedikit, kurang dari 1.000 orang selama 20 tahun sejak

para penonton. Sambil meneteskan air mata, beberapa dari mereka

sekarang. Tampaknya pekerjaan tradisional demi mengumpulkan

menyampaikan ucapan seperti: “tampaknya keinginan seumur hidup

bahan makanan dari laut ini akan hilang cepat atau lambat.

saya telah menjadi kenyataan”, “saya belum pernah begitu bang-

Baru-baru ini, berbagai kebijakan telah dibahas untuk menjaga

ga dengan pekerjaan saya sebelumnya”, atau “sekarang, beberapa

tradisi Haenyeo hidup. Pertama, pemerintah mengangkat penyelam

penyelam telah menjadi begitu terkenal sehingga mereka sering diun-

perempuan sebagai penjaga warisan budaya seperti halnya seniman

dang untuk memberikan ceramah dan muncul di media publik”.

tradisional lain seperti para pengrajin, lantas menyusun kebijakan

Yi Han-yeong menjelaskan bahwa pada masa industrialisasi

resmi untuk menarik dan melatih para anggota baru. Para perempuan

Korea, produk laut yang dikumpulkan oleh penyelam perempuan

laut yang terpilih dengan cara baru dapat mengembangkan konten

diekspor ke Jepang untuk membantu bangsa mendapatkan mata

budaya berdasarkan kehidupan mereka. Mereka bisa menggunakan

uang asing yang sangat dibutuhkan. Para perempuan itu tidak hanya

cerita rakyat dan menyoroti karakter mereka sebagai “ibu yang kuat,”

be-kerja bagi keluarga tetapi juga telah memberi sumbangsih ter-

“putri laut,” atau “putri duyung yang hidup.” Selain itu, keterampilan

hadap kekayaan bangsa. Yi mengklaim bahwa kontribusi seperti

menyelam mereka dapat diterapkan untuk olahraga sehari-hari dan

ini cukup langka di antara pekerja di industri primer, dengan man-

aktivitas kelautan lainnya seperti berenang dan skin-scuba diving.

faat bagi perluasan kekayaan suatu negara yang pernah mengalami

Berbagai upaya telah dilakukan untuk mensosialisasikan tradisi

penurunan di seluruh dunia. Ia berpikir kisah mereka dapat menjadi

adat para penyelam perempuan secara luaas dan manfaatnya mulai

narasi yang unik bagi masyarakat Korea. Kehidupan mereka memiliki

terlihat dewasa ini. Sektor publik dan swasta telah bekerjasama untuk

potensi untuk dikembangkan sebagai konten budaya yang istimewa.

mengusahakan tradisi ini masuk ke dalam Daftar Warisan Budaya TakBenda UNESCO. Pemerintah setempat menawarkan kursus untuk

Membuat Awal Kedua di Sekolah Haenyeo

melatih penyelam Haenyeo amatir dan mengadakan festival yang ber-

Banyak hidup orang telah berubah berkat para perempuan laut.

tema perempuan laut. Kota-kota nelayan kecil di pulau tersebut juga

Salah satu pusat dari perubahan ini juga ada pada Sekolah Hansupul

menyediakan fasilitas penginapan dan wisata meng-umpulkan kerang

Haenyeo. Terletak di desa nelayan Hallim di Kota Jeju, sekolah bagi

bagi para wisatawan. Sebuah studio animasi lokal juga mengembang-

para penyelam perempuan itu menyebarkan iklan untuk perekrutan

kan beberapa karakter kartun berdasarkan figur penyelam perempuan

siswa angkatan ketujuh. Meskipun biasanya satu kelas terdiri dari 50

pribumi seperti “Mongni, penyelam kecil” dan “Sojoongi, anak pulau.”

orang (35 peserta dari pulau, 10 peserta dari wilayah bagian lain, dan 5

K o r e a n a | M u s i m P a n a s 2 0 14

23


1

peserta dari negara lain), tahun ini mereka menerima 70 siswa dari 240

kang sebagai seorang penyelam. Setiap kali ada yang membutuh-

pelamar. Jumlah pelamar dari daratan terus meningkat setiap tahun

kan untuk, katakanlah, membersihkan laut sebagai tugas sukarela,

seiring dengan tumbuhnya minat akan “kehidupan santai” di Pulau

Chang adalah orang termuda dan paling lincah di antara anggota

Jeju. Meskipun sekolah bukanlah lembaga untuk melatih Haenyeo

kelompok yang melakukan pekerjaan tersebut. Mimpinya adalah

sebagai profesi, dua atau tiga perempuan setiap tahun datang ke sana

membuka studio foto untuk para penyelam senior.

dengan harapan untuk menjadi salah satu penyelam, biasanya dengan rujukan dari koperasi desa nelayan. Di antara lulusan tahun sebelumn-

Festival dan Museum untuk Perempuan Laut

ya, ada dua perempuan dari daratan yang memiliki niat serius untuk

The Haenyeo Festival yang berlangsung setiap musim gugur di

menjadi seorang perempuan laut. Mereka adalah dua sahabat yang

Pulau Jeju adalah sebuah acara yang disponsori oleh pemerintah

berbeda umur 12 tahun - Shin Dong-sun, 27 tahun, seorang desainer

provinsi dan diiklankan sebagai satu-satunya festival yang berorientasi

web dan Chang Mee-Rah, 39 tahun, seorang fotografer.

pada perempuan di Korea. Pada awalnya, kegiatan ini direncanakan

Shin menyumbangkan bakatnya dan membuat sebuah situs untuk

sebagai acara komunitas kecil di Desa Gujwa pada 2007. Seiring deng-

sekolah. Sebagai satu-satunya anak perempuan dalam keluarga, dia

an popularitas yang tumbuh di kalangan masyarakat, pemerintah

harus membujuk orang tuanya supaya setuju dengan keputusannya,

provinsi mengambil alih acara tersebut pada 2011 dan memperluas

mengingatkan mereka pada masa-masa bahagia saat mengajak anak

skalanya menjadi festival di seluruh pulau. Penyelam perempuan dari

gadis mereka untuk memancing ke laut atau sungai kecil di gunung.

setiap daerah di pulau itu turut berpartisipasi dalam berbagai acara

Shin, yang akan menjadi perempuan laut termuda, ingin membuka

seperti arak-arakan, kontes berenang, dan menyelam serta berma-

restoran fusion yang menyajikan makanan laut dimasak dengan karunia

cam-macam program lainnya. Beberapa orang bahkan menyebutnya

yang dipanen di laut setiap pagi. Ia menabungkan uang hasil bekerja di

sebagai “olimpiade kecil untuk perempuan laut.” Dalam acara meri-

sebuah perusahaan teknologi informasi di pusat Kota Jeju untuk modal

ah ini, penduduk desa dijamu dengan mie berkuah di bilik yang terpi-

pindah ke desa nelayan Aewol demi mewujudkan impian ketika ia

sah. Jamuan makanan laut seperti abalone dan ikan croaker disaji-

berusia 30 tahun, yang akan ditempuhnya tiga tahun dari saat itu.

kan kepada wisatawan serta pengunjung lainnya.

Sementara itu, Chang datang ke Jeju dengan harapan bisa memo-

Dalam arak-arakan itu, penyelam perempuan dari koperasi desa

tret perempuan laut, tidak memanfaatkan mereka hanya sebagai

berbeda mencoba yang terbaik untuk menunjukkan keunikan mereka

objek artistik tetapi menangkap kisah nyata tentang kehidupan mere-

sendiri, membuat arak-arakan lebih menarik untuk ditonton secara

ka. Untuk mewujudkan hal ini, ia sendiri memutuskan untuk menjadi

keseluruhan. Seringkali, para perempuan tampil dengan pakaian dan

seorang penyelam. Hidup di Desa Seongsan, ia bergabung dengan

perlengkapan yang luar biasa. Pada festival tahun lalu, paduan suara

kelompok Haenyeo sebagai satu-satunya anggota tanpa latar bela-

dari para penyelam Desa Hado, bernama “Zaman Haenyeo,” disam-

24

Seni & Budaya Korea


Menurut data statistik dari Pemerintah Provinsi Jeju, sejak 1965 jumlah Haenyeo turun dari 23.000 orang menjadi 4.600 orang pada hari ini. 40% dari mereka adalah perempuan lanjut usia, berusia sekitar 70 tahun atau lebih tua. Sementara itu tingkat kematian ratarata di antara kelompok penyelam lansia itu berjumlah 130 orang, sedangkan angka tahunan tenaga kerja baru yang masuk ke dalam angkatan kerja hanya sekitar 15 orang. Jumlah ini diperkirakan akan terus turun menjadi kurang dari 1.000 orang selama 20 tahun sejak sekarang.

1 Pulau Jeju berusaha menciptakan budaya lokal yang berpusat pada Haenyeo, memperkenalkannya kepada publik melalui mural dan berbagai produk yang khas. 2 Museum Haenyeo Jeju, yang memamerkan perihal berbagai bahan dan artikel tentang penyelam perempuan termasuk peralatan selam dan berbagai literatur, menarik 250.000 pengunjung setiap tahunnya. Sebuah karya instalasi oleh Yi Seung-su ditempatkan di lobi museum.

2

but dengan sorak-sorai dan tepuk tangan antusias penonton. Alih-

gai seorang ibu dari anak-anak saya sendiri, yang datang ke pulau

alih bernuansa suram, lagu pengiring kerja biasanya dinyanyikan oleh

dan meninggalkan kehidupan di daratan, saya merasakan hubungan

penyelam perempuan dari pulau. Repertoar mereka terdiri dari lagu-

kasih sayang yang mendalam dengan penyelam muda di foto terse-

lagu yang jenaka dengan lirik dalam logat asli serta lagu ceria dan

but. Pada tahun pertama saya di pulau itu, anak kedua saya masih

hidup lainnya. Selain itu, paduan suara disajikan dengan lagu ber-

bayi berumur kurang dari satu tahun. Setiap kali bayi saya merengek

judul “Anak-anak Perempuan Laut” oleh Yang Bang-ean (juga dike-

dan resah, saya berpaling ke sudut ruangan dan menyusuinya di

nal sebagai Kunihiko Ryo), komposer Korea terkenal yang berbasis di

mana pun saya berada; sambil menunggui anak saya di lorong

Jepang dan keluarganya berasal dari Pulau Jeju.

sekolah, bercengkerama dengan ibu-ibu lain di lingkungan, atau mel-

Selain festival tahunan, ada juga program tetap bagi wisatawan.

akukan tugas-tugas lainnya.

Yang paling populer adalah berbagai pengalaman langsung yang dita-

Di Pulau Jeju, para perempuan laut disebut sebagai “para ibu dari

warkan di Desa Sagye dan Hado. Peserta program ini bisa menyelam

laut”. Waktu yang saya habiskan di museum untuk merenungkan

di air dangkal di bawah bimbingan para perempuan laut deng-

makna dan kekuatan ibu memiliki efek terapis pada saya. Dan tam-

an harga 20.000 sampai 25.000 won. Mereka dapat menyelam dan

paknya saya tidak sendirian memiliki perasaan seperti itu tentang

mengumpulkan hewan-hewan lunak, kepiting, landak laut, dan bahan

kehidupan para penyelam perempuan pribumi. Seorang perempuan

makanan laut lainnya dengan biaya 5.000 hingga 10.000 won. Desa

yang memperkenalkan diri sebagai ibu dari anak dua belas tahun

Hado menyediakan program bagi wisatawan untuk tinggal di salah

yang tinggal di Provinsi Gyeonggi mengajukan sebuah permintaan

satu tempat tinggal tradisional untuk perempuan laut yang disebut

pada situs internet museum itu untuk mengunggah video klip yang

bulteok, yang digunakan sebagai ruang ganti dan istirahat. Program

menampilkan sumbi sori, suara peluit yang dibuat oleh para penyelam

ini ditawarkan dengan harga 10.000 won untuk sepanjang tahun ke-

untuk melepaskan napas mereka keluar saat berenang ke permukaan

cuali untuk waktu yang singkat di musim dingin. Pemesanan dapat

setelah tertahan selama beberapa menit di bawah air. Perempuan

dilakukan pada situs desa di internet. Manajer dari koperasi desa

itu menyalakan video selama perjalanan ke Pulau Jeju. Suara-suara

Hado mengatakan bahwa desa ini menemukan peluang bisnis di

di video itu selalu ter-kenang di pikirannya bahkan setelah ia kem-

bidang rekreasi kelautan dan usaha budidaya.

bali ke rumah. Ia mengatakan, ia akan mendengarkan suara tersebut

Museum Haenyeo Jeju juga merupakan daya tarik yang pop-

setiap kali merasa lelah dalam kehidupan. Museum itu menanggapi

uler. Ketika saya pergi ke sana, saya sangat terkesan dengan foto

berbagai permintaan seperti mengunggah video klip di situs tersebut.

hitam putih seorang penyelam muda yang sedang menyusui bayi-

Selain pameran, museum itu juga menawarkan program untuk anak-

nya. Berdiri di dekatnya dengan punggung berbalik ke arah kamera

anak bernama “Haenyeo kecil”, di mana mereka dapat merasakan

adalah anaknya, yang tampak berusia enam atau tujuh tahun. Seba-

bagaimana rasanya hidup sebagai seorang perempuan laut.

K o r e a n a | M u s i m P a n a s 2 0 14

25


fokus

Landmark Baru Seoul yang Lebih Maju The Dongdaemun Design Plaza & Park (DDP) — Plaza & Taman Desain Dongdaemun — yang baru-baru ini dibuka di tengah kontroversi dan pujian siap menjadi wajah baru Kota Seoul. Distrik Dongdaemun, lokasi taman tersebut berada, adalah tempat yang penuh dengan peninggalan sejarah Seoul, kota dengan sejarah lebih dari 600 tahun, penduduk berjumlah 10 juta jiwa, dan pusat industri mode Korea. DDP merupakan proyek ambisius dan eksperimental untuk memelihara tradisi baru di tempat yang mempunyai arti penting. Goo Bon-joon Kolumnis Arsitektur dan Staf Reporter The Hankyoreh

“Gerbang Kebangkitan Kebajikan”. Umum-

1

nya kemudian dikenal sebagai Dongdaemun, yang berarti “Gerbang Timur Besar”. Daerah di sekitar pintu masuk, merupakan penghubung aktivitas komersial dan transportasi, yang cepat berkembang di tahun 60-an dan 70-an sehingga menjadi pusat industri tekstil, komoditas ekspor utama Korea pada saat itu. Sebagai sebuah cabang dari industri yang sedang berkembang, pasar yang luas didirikan untuk tempat penjualan paka-

© Park Hae-wook

ian yang diproduksi pabrik-pabrik terdekat. Pasar dengan cepat berkembang ke seluruh kota, tempat puluhan ribu pekerja, pedagang, dan desainer bekerja saat ini. Dongdaemun dan daerah sekitarnya kemudian menjadi 1 Tampilan luar DDP dibentuk dengan panel 45.133 aluminium berbagai ukuran dan lekukan, dan bangunan bersinar seperti patung raksasa di malam hari ketika diberi cahaya dari dalam. 2 Bagian dalam tidak kalah menariknya sebagai pesta lekukan dibandingkan dengan bagian luar. Sebuah bidang putih terlindung dari luar, keunikan interior membuat bayangan yang dilemparkan oleh permukaan lengkung sangat menarik, menciptakan suasana yang asing di mana waktu tampaknya telah sepenuhnya berhenti.

26

Dongdaemun, Pusat Kota Seoul

P

pusat kendali dari industri mode Korea. Bah-

ada masa Dinasti Joseon atau Hanyang,

kan, orang Korea sering menggunakan isti-

Kota Seoul jauh lebih kecil daripada

lah “mode Dongdaemun” dalam referensi

sekarang, dipenuhi hanok yang menawan

untuk pakaian dan aksesoris yang diproduksi

atau rumah-rumah kayu tradisional Korea

di distrik mode ini.

beratap genteng. Dikelilingi pegunungan,

Seperti halnya rumah bagi industri mode

struktur kota paling penting adalah benteng

Korea, Dongdaemun adalah rumah bagi olah-

yang memberikan perlindungan terhadap

raga. Selama periode penjajahan Jepang,

penjajah luar. Sebanyak delapan gerbang

sebuah stadion besar dibangun di sana dan

berdiri di sepanjang benteng, empat di anta-

sampai tahun 1980-an Dongdaemun meru-

ranya berada di arah mata angin dari utara,

pakan salah satu tempat olahraga utama di

selatan, timur, dan barat yang berfungsi

negara itu. Heunginjimun, sebuah bagian

sebagai pintu masuk utama ke ibukota.

ikon arsitektur tradisional Korea, kompleks

Dari keempat gerbang kota itu, gerbang

olahraga, dan kawasan komersial yang ramai

timur dinamai Heunginjimun yang berarti

penuh toko dan pembeli, semua itu menjadiSeni & Budaya Korea


27

Š Virgile Simon Bertrand

K o r e a n a | M u s i m P a n a s 2 0 14


28

Seni & Budaya Korea


Di balik DDP terdapat sebuah desa kecil yang dirancang Zaha Hadid sebagai tempat untuk berbagai kegiatan budaya. Pemandangan di desa itu merupakan integrasi arsitektur dengan topografi. Aspek ini menjadi kebanggaan terbesar dunia arsitek. Keberadaannya seperti hamparan luas ruang horisontal di tengah Kota Seoul, dikelilingi gedung pencakar langit dan pusat perbelanjaan. Benar-benar fenomenal!

29

Š Virgile Simon Bertrand

K o r e a n a | M u s i m P a n a s 2 0 14


1 Sebuah pameran khusus karya seni dan artefak budaya terpilih dari Museum Seni Kansong sedang berlangsung di Design Exhibition Hall. 2 Design Experience adalah area untuk anak-anak mengalami dan membayangkan masa depan melalui desain.

1

kan daerah Dongdaemun memiliki semangat

terpilihlah Zaha Hadid yang terkenal di

saja adalah desain karya Hadid. Keseluruhan

sebagai salah satu penghubung yang paling

kalangan arsitek dunia, yang dikenal memi-

struktur DDP bebas dari garis-garis lurus dan

dinamis antara kegiatan ekonomi dan budaya

liki brand sendiri dengan bentuk arsitektur

sudut yang runcing untuk menghemat lantai.

di Korea.

unik yang terdiri dari kurva dan garis miring

Ini adalah bangunan dengan bentuk unik ter-

yang kontras dengan kebanyakan bangunan

besar di dunia dengan dinding, lang-it-langit,

Lahirnya Tempat yang Didedikasikan untuk Desain

konvensional dengan garis vertikal dan sudut

dan lorong mengalir dalam kurva asimetris

yang tegas. Hadid mengusulkan sebuah lan-

yang halus. Eksterior logam juga tampil fantas-

Transformasi kawasan Dongdaemun

skap arsitektur yang nantinya terintegrasi

tis dengan 45.133 panel aluminium berbeda

dimulai ketika Pemerintah Kota Seoul

sepenuhnya ke dalam situs stadion lama.

ukuran dan lekukan membungkus permukaan

merobohkan stadion olahraga pada 2008

Bangunan itu akan membentang rendah dan

bangunan, yang bersinar seperti patung raksa-

dengan tujuan membuat landmark khusus

menyebar di area yang luas, muncul dari atas

sa di malam hari ketika menyala dari dalam.

yang didedikasikan untuk desain. Terhubung

tanah secara bergelombang.

Interiornya tidak kalah luar biasa. Sebuah

ke kota mode di seberangnya tempat stadion

Konstruksi dimulai pada 2009 dengan

hamparan putih terlindung dari luar, di

berdiri, Dongdaemun Desain Plaza & Park

desain futuristik yang membuat DDP menarik

dalam bangunan penuh dengan bayangan

(DDP) akan menjadi pusat desain. Bangunan

perhatian masyarakat dan menuai banyak

menarik yang ditimbulkan oleh permukaan

ini dianggap sebagai salah satu kunci untuk

kontroversi. Komentar dan kritik ditujukan

melengkung, seperti beberapa planet alien di

pertumbuhan masa depan Korea dan daya

kepada bagaimana bangunan tampak kel-

mana aliran waktu datang untuk berhenti.

tarik utama wisata. Dengan memiliki ruang

uar dari lanskap Seoul dan bersinar terang

spesial bagi museum seni dan pameran,

seperti pesawat ruang angkasa yang sangat

begitu menarik untuk dilihat. Tumpukan bang-

tidak ada fasilitas lain di seluruh dunia yang

besar. Di sisi lain, warga yang mendukung

unan DDP tampak timbul dan bergulung,

secara eksklusif didedikasikan untuk desain

percaya bahwa pekerjaan arsitektur unik ini

menyembunyikan relung di sana-sini. Lorong

sedemikian besar dan megah seperti DDP.

akan mengembuskan vitalitas baru bagi kota

sempit di antara kolom perak mengarah

Sampai saat ini, DDP adalah proyek arsitek-

metropolitan Seoul.

ke udara terbuka. Sebuah jembatan sep-

tur publik terbesar di Korea. Melihat ukuran proyek, pemilihan arsitek ini sangat menarik bagi banyak orang. Maka

30

Ruang-ruang berstruktur unik tampak

erti koridor lebar melewati pusat plaza yang

Estetika Arsitektur Zaha Hadid Hal yang paling mencolok dari DDP tentu

seakan-akan tenggelam. Berbagai tingkat dan struktur serta ruang terbuka yang mengSeni & Budaya Korea


© Ahn Graphics

2

hubungkan bagian dalam dan luar adalah

taman, bukan sekadar bangunan dalam

tasi kita tentang seni dan teknologi yang

elemen yang menjadikan DDP sebuah peng-

pengertian yang konvensional. Mungkin lebih

membawa masa depan. Bukit-bukit di gurun

alaman tata ruang yang unik.

tepat disebut sebagai “lanskap terpadu”

Irak — tanah air sang arsitek — telah dihad-

DDP berfungsi sebagai tempat untuk ber-

yaitu taman dengan banyak fitur dari sebuah

irkan kembali dalam semen dan logam di

bagai pameran desain, peluncuran produk,

museum. Atapnya berwujud bukit buatan

Seoul.

pasar desain, dan acara budaya. Ini baru

yang ditutupi rumput hijau, seperti pung-

Sebagai “landmark horisontal” DDP

awalnya saja. Selanjutnya DDP akan men-

gung bukit yang landai menjangkau menuju

mencerminkan trend abad ke-21 di kota-kota

jadi tuan rumah bagi berbagai peristiwa luar

benteng kota dari Dinasti Joseon dan pening-

besar seluruh dunia, yaitu bangunan dengan

biasa yang tidak bisa ditemukan di tempat

galan arkeologis infrastruktur perkotaan. Di

banyak manfaat sekaligus situs bagi kese-

dan kota lain.

balik DDP terdapat desa kecil yang dirancang

nangan dan relaksasi warga. Proyek DDP

Sebuah langkah penting dilakukan Muse-

Hadid sebagai tempat untuk berbagai ke-

ini sejalan dengan perkembangan tersebut

um Seni terhormat Kansong, museum swasta

giatan budaya. Pemandangan di sana berupa

dengan membangun karya-karya arsitektur

tertua untuk seni tradisional di Korea, deng-

integrasi arsitektur dengan topografi. Inilah

horisontal yang langsung terhubung dengan

an membuka ruang pameran tetap di DDP.

aspek kebanggaan terbesar dalam dunia

ruang publik di kota.

Koleksi Kansong terdiri dari benda-benda

arsitektur. Keberadaannya seperti hamparan

DDP hampir seperti sebuah kota kecil

seni yang mewakili tingginya budaya tradis-

luas ruang horisontal di tengah Kota Seoul,

tersendiri dengan destinasi wisata yang leng-

ional Korea yang tidak mudah diakses oleh

dikelilingi gedung pencakar langit dan pusat

kap. Walaupun ada yang berpendapat desain

masyarakat umum. Permata budaya masa

perbelanjaan. Benar-benar fenomenal!

bangunan tersebut begitu keras dan radi-

lalu diletakkan dalam tampilan yang tak ada

Apa yang menjadikan Zaha Hadid salah

kal, sudah tak terbantahkan lagi bahwa DDP

bandingannya dari negara manapun, bahkan

satu arsitek paling dicari di dunia saat ini

mencerminkan dinamika dan kompleksitas

dari bangunan seni yang paling futuristik di

adalah cara kerjanya yang merepresen-

Kota Seoul, menawarkan beragam kegiatan

dunia.

tasikan sifat dari dunia kontemporer. Alur

budaya dan hal-hal lain yang dapat dilihat dan

garis yang tak terputus dan bervariasi serta

dilakukan. Masa lalu, sekarang, dan masa

Landmark yang Memberi Ruang Istirahat dan Kebahagiaan bagi Penduduk Kota

fluiditas yang dihasilkan dari ruang mela-

depan dari Seoul terefleksikan di DDP, dan

mbangkan kebebasan dan fleksibilitas

semua itu tertanam pada daya tarik bang-

Sesuai dengan namanya, DDP adalah

masyarakat modern sehingga memicu fan-

unan tersebut.

K o r e a n a | M u s i m P a n a s 2 0 14

31


wawancara

Kim Young-taek dan Restorasi Arsitektur Korea Keajaiban garis. Kalimat ini tiba-tiba terlintas ketika saya melihat karya seniman Kim Young-taek. Satu garis tipis tentulah tak berarti tapi puluhan ribu garis yang sama menjadi sangat kuat. Ketekunan berhari-hari dan berbulan-bulan di atas kertas membuat garis-garis itu menjadi karya besar. Dari gambar ini lahirlah sebuah rumah. Dan, begitulah Kim mengembalikan seni arsitektur tradisional. Chung Jae-suk Penulis Editorial, The JoongAng Ilbo | Ahn Hong-beom Fotografer

32

Seni & Budaya Korea


K

im Young-taek dikenal sebagai maestro seni gambar, yang tradisinya sudah terputus di dunia barat karena tak ada seniman

yang berdedikasi dalam bidang ini. Ia mempertahankan genre itu dengan sensasi Korea yang menonjol dan dikenal karena merekonstruksi arsitektur tradisional dan artefak budaya Korea dengan goresan yang sangat detil. Ia bisa membuat sketsa langsung di tempat jika segala sesuatunya memungkinkan dengan setidaknya 500.000 goresan untuk menyelesaikan satu gambar. Sungguh suatu pekerjaan yang sangat menakjubkan. Mengabadikan Pesona Arsitektur Korea dengan Gambar (diterbitkan oleh Seoul Selection) adalah katalog gambar arsitektur tradisional Korea yang dibuat oleh Kim selama lebih dari satu dekade dengan berkeliling negeri demi dokumentasi yang lebih akurat. Sebanyak 91 gambar terbagi menjadi tiga bagian ‘Arsitektur dan Sejarah’, ‘Arsitektur dan Budaya’ dan ‘Arsitektur dan Agama’. Ia menghidupkan Gwanghwamun di Istana Gyeongbok sampai Pagoda Kayu di Kuil Botapsa dalam gambarnya, hingga seolah-olah kita berada di sana. Buku itu merupakan catatan perjalanan dengan setiap gambar disertai sejarah singkat dan ulasan ringan. Ketika saya berkunjung di studionya di Gyeonji-dong, Jongro-gu, Seoul, ia sedang sibuk merawat ujung penanya dengan kertas amplas. Interiornya nampak seperti sebuah toko antik kecil karena Kim sangat suka mengoleksi benda-benda tua. Dari ribuan artefak yang menumpuk di ruangan, yang paling mencuri mata adalah tempat pena. Wadah ini ada di dekat tempatnya berdiri, dengan masing-masing menampung lusinan pena.

Senjata saya adalah ujung pena 0,03 mm Chung Jae-suk: Saya melihat tempat pena yang terisi penuh. Pena-pena itulah senjata Anda. Kim Young-taek: Setiap gambar adalah dunia yang berbeda. Ujung pena yang paling runcing di dunia adalah 0,1mm. Saya memakai Pelukis pena Kim Young-taek bekerja di studio yang terletak di Gyeonji-dong, Jongno-gu, Seoul. Tampak sebagai suasana sebuah toko barang antik kecil karena deretan stoples yang berisi dengan pena serta berbagai artefak yang telah dikumpulkan selama bertahun-tahun.

amplas untuk mengasah ujungnya dan membuatnya selebar 0,05mm atau 0,03mm. Dengan memakai pena yang runcing seperti itu saya bisa menggambar 5 garis dalam 1mm. Setiap gambar memerlukan setidaknya 500.000 hingga 800.000 goresan. Saya terus menggambar garis demi garis sampai saya merasa bebas. Kadang-kadang saya mengeluh, jenuh dengan semua pekerjaan yang saya haddapi. Tapi saya terus bekerja, garis demi garis, seperti pendeta Buddha yang secara manual menyalin teks keagamaan kuno sebagai bagian dari pengabdiannya. CJ: Dari tahun 2002 sampai 2012, Anda mengasuh kolom di JoongAng Ilbo dengan judul ‘Perjalanan Seni Gambar Kim Young-taek’. Lebih dari satu dekade dan sangat mungkin merupakan kolom terlama dalam sejarah surat kabar Korea. KY: Motivasi saya satu-satunya adalah memberitakan kepada dunia betapa cantiknya arsitektur tradisional kita. Saya sangat ingin tampil sempurna supaya orang mengenal, merasakan, mengapre-

K o r e a n a | M u s i m P a n a s 2 0 14

33


siasi dan belajar mengenai warisan budaya kita. Sering kali saya be-

kan pameran di First International Logo Design Biennale. Tapi saya

kerja sepanjang hari dan hanya bisa menyelesaikan sepersepuluh-

merasa ada yang kurang. Desain bagi saya seperti membuat sampul

nya saja. Begitulah, saya sudah berusaha sebaik mungkin. Mungkin

untuk pekerjaan orang lain. Saya tidak merasa sedang mengerja-

untuk menghargai usaha semacam itulah para kritikus menilai gam-

kan sesuatu untuk diri saya sendiri, dan hati saya terbakar keinginan

bar saya memiliki roh arsitektur kuno. Ada saat tertentu, saya harus

untuk berkarya.

menghentikan kolom itu karena cedera bahu.

CJ: Mengapa seni gambar?

CJ: Anda belajar desain di Institut Seni, Hongik University dan

KY: Saya suka sekali menggambar, bahkan sejak saya duduk di

bekerja sebagai desainer yang sangat sukses. Tapi, Anda berhenti

bangku SD. Ketika SMP, saya sangat berminat pada struktur spasial

meniti karir dalam bidang desain dan memilih mengabdikan hidup

dan mencoba membuat desain arsitektur. Saya menikmati melakukan

Anda pada pekerjaan ini. Perlu keberanian untuk mengambil kepu-

seni hiperrealis sebagai hobi. Dan saya ingat bagaimana ketika suatu

tusan seperti itu.

hari saya menggambar uang won Korea dengan cat air dan meny-

KY: Pada tahun 1993, saya adalah satu di antara 54 desainer grafis

erahkannya kepada pemilik toko. Ia memberi saya uang kembalian!

yang diberi penghargaan sebagai Duta Desain oleh International

Saya juga suka mengoleksi foto, dokumen dan benda kuno, dan ser-

Trademark Center. Tahun berikutnya, saya diundang untuk mengada-

ing kali tenggelam dalam kesibukan menggambar foto-foto dari

34

Seni & Budaya Korea


"Gerbang Sukjeong dan Benteng Seoul" (2005), 24 x 60 cm, tinta India di atas kertas.

kalender Eropa kuno dan buku-buku tua. Kemudian pada perteng-

perubahan. Mereka percaya bahwa tujuan mendirikan sebuah bang-

ahan tahun 1990an ketika saya ke Eropa untuk berlibur saya meng-

unan lebih penting dibanding tampak luar bangunan itu. Dan, mere-

etahui bahwa tradisi seni gambar telah punah. Jadi, saya berpikir

ka tidak rakus mengklaim kepemilikan sebuah karya. Itu yang saya

barangkali saya bisa menggambar dan menjualnya kepada penikmat

sebut roh maestro sejati, dan itulah roh seni menggambar.

seni ini di Eropa. Kemudian saya berhenti dari pekerjaan saya dan

CJ: Saya mendengar bahwa Anda memakai ukuran khusus untuk

mulai menggambar.

memastikan keakuratan gambar.

Perspektif Kim Young-taek dan Seni Gambar di Korea

hidup. Saya sudah berusaha mewujudkannya dalam gambar saya.

KY: Alam bukan sesuatu yang bisa dikuasai tapi sebagai teman CJ: Dari sekian banyak tema dan obyek yang bisa Anda pilih, Anda memutuskan menggambar arsitektur tradisional. Mengapa?

Saya ingin membuat sesuatu yang samar menjadi jelas dengan membuatnya hidup dan kasat mata. Inilah yang disebut restorasi teknologi

KY: Arsitektur tradisional Korea sangat indah. Setiap struktur

arsitektur Korea. Berbeda dengan pespektif barat, masyarakat Korea

menyatu dengan alam. Struktur ini sederhana, anggun dan rapi.

membuat obyek yang lebih penting menjadi lebih jelas walaupun

Nenek moyang kita sudah memiliki teknologi dan tradisi arsitek-

jaraknya jauh. Saya menyebutnya sebagai Perspektif Young-taek, deng-

tur yang sangat maju, dan mereka sangat hati-hati mengakomodasi

an asumsi dasar bahwa obyek yang jauh sebaiknya dibuat lebih besar.

K o r e a n a | M u s i m P a n a s 2 0 14

35


1

2

36

Seni & Budaya Korea


1 "Dabotap (Pagoda dari Aneka Benda Berharga) di Kuil Bulguk di Gyeongju" (2011), 41 x 58 cm, tinta India di atas kertas. 2 "Jembatan Seungseon di Kuil Seonan di Suncheon" (2010), 41 x 58 cm, tinta India di atas kertas. 3 "Rusa Surgawi pada Jembatan di Atas Sungai Terlarang, Istana Gyeongbok" (2004), 36 x 48 cm, tinta India di atas kertas. 4 Untuk kecermatan dalam penelitiannya mengenai warisan arsitektur, Kim Young-taek menentukan titik awal gambar sketsanya di tempat asli.

4

3

Dalam membangun sebuah rumah, seorang arsitek melihat tanah dan alam sebagai satu kesatuan. Batu besar dan pohon tua sangat dijaga dan tidak akan pernah diganggu. Kami dilarang keras memutus aliran yang mereka yakini sebagai nadi bagi tanah dan gunung. Alam bukan sesuatu yang bisa dikuasai tapi sebagai teman hidup. Saya sudah berusaha mewujudkannya dalam gambar saya. Saya ingin membuat sesuatu yang samar menjadi jelas dengan membuatnya hidup dan kasat mata. Inilah yang disebut restorasi teknologi arsitektur Korea.

CJ: Serupa dengan ide di balik konsep lukisan Asia. Barangka-

tahun. Saya masih ingin menyelesaikan setidaknya 200 karya lagi

li itulah sebabnya kritikus sering kali mengatakan bahwa gambar

selama saya masih sehat. Jika ada yang berkenan membuatkan

Anda ‘seperti vas porselen dari dinasti Joseon’ atau bahwa gambar

museum untuk saya, saya akan dengan senang hati menyumbangkan

Anda ‘mengikuti tradisi lukis Korea’.

semua karya dan koleksi benda antik saya. Inilah alasannya mengapa

KY: Gambar di Barat sangat detil dan akurat seperti gambar

saya terus mengoleksi obyek yang kelak bernilai tinggi.

arsitektur, tapi tidak berasal dari dalam. Saya ingin menciptakan

CJ: Anda sudah mendedikasikan diri kepada seni menggambar

gambar dengan sensitifitas Korea yang menonjol dengan cerita-cerita

arsitektur tradisional. Apakah Anda masih ingin memperluas bidang

di setiap kayunya sebagaimana dalam arsitektur Korea kuno.

Anda? KY: Saya sering kali menyisihkan waktu untuk melakukan medi-

‘Seniman Gambar Kelas Dunia dari Incheon’

tasi akhir-akhir ini, dan berpikir mengenai peradaban, misteri alam

CJ: Selama dua dekade, Anda mengabadikan sekitar 160 karya

dan kemanusiaan. Saya berharap dapat menuangkan pemikiran-

arsitektur termasuk yang diakui sebagai harta karun Korea dan wari-

pemikiran itu ke dalam gambar. Dengan gambar dan dokumen foto-

san budaya Dunia dalam gambar yang Anda buat. Berikutnya apa?

grafik ini saya bisa ikut ambil bagian dalam sejarah peradaban.

KY: Saya lahir di Incheon, dan karenanya kolega saya memberi

Nama lain Kim Young-taek adalah Neulsam dalam bahasa Korea

judul pameran yang diselenggarakan di Pusat Kebudayaan Korea-

dan Shangchuan (常泉) dalam bahasa Cina. Kedua nama itu adalah

Cina pada bulan April sebagai “Seniman Gambar Kelas Dunia dari

ekspresi tekadnya untuk hidup seperti mata air yang abadi. Nama-

Incheon”. Saya sangat berhara p bisa diakui di tempat asal seni gam-

nama ini diberikan kepadanya oleh Yang Mulia Rahib Seokjeong dari

bar ini berasal dan berkembang. Saya juga ingin berkontribusi dalam

Kuil Tongdosa. Nama itu juga punya pesan yang mendalam dan seba-

memperbaiki hubungan antara Korea dan Jepang. Jika tidak ada

gai pengingat bahwa ia harus selalu terbuka menerima dunia di seke-

solusi politik, barangkali solusi budaya bisa menjadi alternatif. Jujur

lilingnya tanpa prasangka. Nama ini sangat berkaitan dengan ruh

saja, mayoritas rakyat kedua negara tidak punya perasaan dendam

seni gambar Korea yang digelutinya. Neulsam menulis dalam gam-

satu sama lain. Politisi melakukan agitasi publik untuk mengikuti

barnya tentang Mandaelu dari Byeongsan Seowon di Andong: “Jika

minat politiknya. Saya berharap bisa menambah karya saya yaitu 16

Anda ke Mandaelu, lihatlah tiangnya. Setiap tiang yang menghubung-

gambar arsitektur Jepang. Mungkin saya akan menyelenggarakan

kan sokoguru dibuat berbeda. Tiang-tiang itu membentuk kurva

pameran di Jepang.

alami yang indah seperti ombak yang bergelombang. Dan keindahan

CJ: Anda punya banyak koleksi karya, cukup untuk memulai museum pribadi. KY: Saya lahir pada tahun 1945, dan kini usia saya mendekati 70 K o r e a n a | M u s i m P a n a s 2 0 14

ini dimiliki para pekerja kayu dari dinasti Joseon.” Saya berharap keindahan ini akan abadi dalam gambar yang dibuat oleh Neulsam.

37


jatuh cinta pada korea

Melalui Konservasi Bangau, George Archibald Menyatukan Korea Pada suatu hari di musim panas di Wisconsin tahun 2006, Dr. George Archibald duduk di bangku di luar kabin Aldo Leopold, seorang ahli konservasi. Ia menerima berita bahwa ia adalah penerima hadiah Indianapolis Prize, salah satu penghargaan konservasi binatang paling bergengsi. Pesan yang disampaikan oleh presiden Kebun Binatang Indianapolis dan pengagas penghargaan itu, Michael Crowther, sangat mengejutkannya. Seorang laki-laki muda George Archibald menghabiskan waktu dengan burung bangau betina bersuara keras yang memperlihatkan kaitan erat mereka dengan gubuk kayu.

38

Menurutnya, dia hanya mewakili tim dan timlah yang berhak mendapatkan penghargaan itu. Ben Jackson Jurnalis | Kim Yeon-soo Fotografer Seni & Budaya Korea


P

ada tahun 1973, George Archibals, seorang ahli ilmu burung

dari 20 negara, yang merupakan jumlah wilayah yang diperlukan

berkebangsaan Kanada, dan koleganya dari Cornell University

bagi migrasi burung tersebut. Misinya adalah untuk “melestarikan

Ronald Sauey memutuskan melakukan sesuatu untuk menyelamatkan

burung bangau dan ekosistem, sumber air dan jalur terbang yang

spesies burung bangau yang hampir punah. Mereka mendirikan Inter-

sangat mereka perlukan” dan memberikan “pengalaman, pengeta-

national Crane Foundation. “Ron berasal dari Baraboo, Wisconsin, dan

huan, dan inspirasi yang melibatkan masyarakat dalam mengatasi

orang tuanya punya lahan pertanian untuk kuda-kudanya. Kamudian

ancaman terhadap ekosistem ini.” Tugasnya masih jauh dari sele-

mereka memindahkan kuda-kuda itu ke pertanian yang lebih luas di

sai, walaupun sudah mendapatkan banyak dukungan yang mema-

Florida dan menyewakan lahan di Baraboo kepada kami sebesar satu

dai, kata Archibald. “ICF memiliki sekitar 8.000 anggota dan men-

dolar setahun,” kata Archibald. “Di sanalah kami bermula.”

dapat dukungan bantuan dari badan-badan internasional, pemerintah, yayasan dan perusahaan. Kami selalu mencari dan menerima

ICF Lahir dan Melesat Pada tahun 1975, ICF berhasil menetaskan burung bangau ber-

partner baru. Kebutuhan kami sangat banyak dan sumber keuangan kami terbatas.”

mahkota merah pertama di Wilayah Barat. Program ini kemudian

Mengapa harus burung bangau? Menurut Archibald: “Burung

diikuti banyak program serupa, bersamaan dengan kunjungan ke

bangau sangat anggun. Mereka besar, jadi lebih mudah diamati,

Rusia dan Cina, dua negara terlarang bagi sebagian besar warga

dipelajari dan dipahami. Mereka punya tarian dramatis, dan panggil-

bagian Barat pada waktu itu. Pada tahun 1985, ICF menjadi lemba-

an yang bisa didengar hingga bermil-mil jauhnya. Mereka makhluk

ga pertama di dunia yang memiliki 15 spesies burung bangau sete-

yang sangat memesona dan karismatik.” Archibald menulis dis-

lah menerima beberapa burung bangau berleher hitam. Menjelang

ertasinya pada tahun 1970-an mengenai gerakan burung bangau,

tahun 1993, lembaga ini berhasil membiakkan 15 spesies. Kerjasa-

khususnya duet “panggilan serentak” mereka yang sangat terkenal,

ma dengan Cina, Rusia, Vietnam dan menjadi tuan rumah bagi nega-

dan lahirnya evolusi dari fenomena ini. Sebanyak 15 spesies burung

ra lain juga terus berkembang.

bangau terlibat dalam lebih dari 100 gerakan, dengan setiap spesies

Saat ini ICF mendukung proyek konservasi burung bangau di lebih K o r e a n a | M u s i m P a n a s 2 0 14

melakukan sedikitnya 60 gerakan.

39


Dr. Archibald berpose di depan kamera bersama seorang ahli unggas Korea Utara selama kunjungannya ke Anby on Plain, tempat ia telah membantu petani lokal yang mengembangkan pertanian organik sejak tahun 2008 untuk mengembalikan burung bangau (crane) ke tanah bermusim dingin mereka di masa lalu.

Di Asia Timur, burung bangau berkaitan dengan budaya dan seja-

Telur ini menetas, dan diberi nama Gee Whiz. Video dari tahun 1970-

rah, selain perannya dalam ekologi. Bentuk badannya yang ang-

an memperlihatkan Archibald tampil dalam The Tonight Show, dan

gun sudah lama digunakan untuk melambangkan umur panjang,

menyampaikan berita mengejutkan kepada Johnny Carson dan 22

kedamaian dan kesucian, dan dituangkan dalam beragam lukisan

juta penonton bahwa Tex dibunuh oleh predator pada malam sebe-

tradisional, dekorasi tembikar dan kartu ucapan Selamat Tahun Baru

lumnya. Peristiwa ini menurutnya berperan besar dalam menarik

modern. Keberadaan burung cantik ini di tempat seperti Semenan-

perhatian masyarakat terhadap ICF dibanding pada kelahiran Gee

jung Korea memberikan nilai budaya tersendiri dan harapan bahwa

Whiz itu sendiri.

hubungan kurang baik antara manusia dan lingkungan yang begitu

“Apa yang saya lakukan terhadap Tex adalah metafor untuk ‘tar-

tajam akibat modernisasi dan kemiskinan tak bisa sepenuhnya diha-

ian’ ahli konservasi di seluruh dunia. Kami mencoba segala upaya

pus begitu saja.

untuk memberikan lingkungan yang aman bagi burung bangau,” kata Archibald.

Manusia dan Burung Bangau Pada tahun 1970an, hubungan Archibald dengan burung bang-

Terobosan Burung Bangau Korea

au berubah dari ilmiah menjadi personal ketika ia menghabiskan

Selain sering kali disebut sebagai wilayah dengan penjagaan pal-

waktu dengan seekor burung bangau betina bersuara lantang yang

ing ketat di muka bumi, Demilitarized Zone (DMZ) antara Korea Utara

diberi nama Tex. Tex tiba di kantor pusat ICF pada tahun 1976, keti-

dan Selatan juga merupakan pelabuhan dengan satwa liarnya yang

ka angka spesies ini sangat kecil di Amerika Serikat. Karena kel-

beragam. Dengan lebar empat kilometer, kawasan “tanah tak ber-

angkaan spesies ini, Tex mendekatkan dirinya kepada manusia ―

tuan” ini membelah Semenanjung Korea dari pantai ke pantai dan

khususnya kepada Archibald. Keduanya jalan pagi bersama dan

tidak tersentuh perkembangan ekonomi dan agrikultur yang pesat. Di

Archibald menirukan tarian Tex. Video lama dari masa itu memper-

sini pada sekitar pertengahan tahun 1970an, Archibald dan koleganya

lihatkan Archibald muda membuka pintu kandang kayu Tex di pagi

warga negara Korea tak sengaja menemukan burung bangau dalam

hari, mengikuti Tex yang berjalan terhuyung-huyung, sementara

jumlah banyak. “ICF menerima bantuan dari Komunitas Zoologi New

Tex menengok ke belakang untuk melihat apakah Archibald masih

York untuk mendukung seorang professor Korea, Dr. Kim Hon-kyu

di belakangnya. Kemudian, dia jongkok dan menggerakkan tangan

dari Ewha Womans University, untuk mencari burung bangau di bagi-

seolah sedang mengepakkan sayap untuk menyamai temannya.

an Barat DMZ dekat desa Panmunjom yang merupakan wilayah gen-

Ketika tiba waktunya Tex siap secara biologis, Archibald mema-

catan senjata,” ujar Archibald. “Ia menemukan beberapa keluarga

sukkannya dalam program khusus sementara dua peneliti ICF lain

burung bangau bermahkota merah dan sekumpulan burung bangau

melakukan inseminasi buatan kepadanya. Akhirnya, Tex bertelur.

berleher putih. Kemudian burung bangau ini saya pelajari di tahun-

40

Seni & Budaya Korea


Burung-burung bangau ini memberikan sebuah jalan. Migrasi yang anggun membawanya terbang tinggi di atas ranjau darat dan pagar DMZ dan evolusi ini sudah dilakukannya sejak dulu sebelum ada pertentangan ideologi antara kedua negara.

tahun berikutnya. Pada tahun 1977, bersama peneliti dari Kyung Hee

Kekuatan Bujukan

University, kami menemukan 120 burung bangau bermahkota merah

Salah satu masalah yang dialami oleh banyak ahli konservasi ada-

di Waduk Cheorwon di wilayah DMZ bagian tengah.” Proyek ICF di

lah memberikan pengertian kepada orang lain mengenai apa yang

Korea Selatan terus berlanjut, khususnya di wilayah DMZ dan seki-

dilestarikan. Bagaimana Archibald menghadapi hal ini di negara

tarnya, hingga 40 tahun kemudian.

yang penduduknya memiliki prioritas yang berbeda darinya? “Ketika

Seperti halnya burung bangau, Archibald tak kenal batas negara.

saya mengawali pekerjaan di KDZ, saya ditertawakan. Militer tidak

Ketika jumlah burung bangau pada musim dingin di Korea Selatan

mengizinkan saya masuk,” katanya. “Namun sekali saya mengin-

meningkat tajam di akhir tahun 1990an, ia menghubungkan fenome-

jakkan kaki di sana dan berhubungan dengan burung bangau, ada

na ini dengan tempat tinggal di musim dingin sebelumnya: Dataran

sambutan yang luar biasa dari berbagai kalangan dan semuanya

Anbyon, bantaran sungai sekitar 80 kilometer sebelah utara Cheor-

berjalan dengan lancar.”

won. Wilayah ini berada di Korea Utara.

Selain berurusan dengan pemerintah dan militer, berbicara deng-

“Sebelum 1990an, Dataran Anbyon adalah tempat tinggal bagi

an masyarakat lokal yang tinggal di bersama-sama burung bangau

240 burung bangau bermahkota merah selama musim dingin,” jelas

telah terbukti menjadi bagian yang sangat penting dalam proyek ICF.

Archibald. “Kelangkaan makanan, punahnya habitat dan munculnya

“Dengan membantu mereka yang tinggal bersama burung bangau,

gangguan, menyebabkan burung bangau pindah ke Waduk Cheorwon

dan berbagi dengan mereka tentang pengetahuan dan minat pada

di wilayah DMZ selama tahun 1990an.” Kemudian, ICF mulai bekerja

burung ini, sangat membantu mereka melihat burung bangau den-

juga di sisi utara perbatasan. “Sejak tahun 2008, kami sudah mem-

gan pandangan baru dan menumbuhkan minatnya dalam konservasi,”

bantu petani di Dataran Anbyon mengembangkan pertanian organik,”

kata Archibald.

lanjut Archibald. “Proyek itu sangat berhasil. Hasil bumi dan produksi

Dalam 40 tahun karirnya, apa suka duka yang dialaminya? “Kes-

meningkat. Burung-burung bangau kembali di bulan November dan

enangan paling besar adalah mendirikan organisasi dengan tujuan

Desember dan kemudian mereka menuju DMZ. Kami berharap bisa

membantu makhluk yang secara pribadi sangat saya sukai. ICF kini

memagari wilayah yang dihuni burung bangau ini untuk menjaganya

dipimpin oleh Dr. Richard Beilfuss, seorang ahli tanah kelas dunia

dari manusia dan binatang. Mengurangi gangguan seperti ini bisa

yang memulai karirnya di ICF sebagai karyawan magang di tahun

membuat burung bangau bertahan selama musim dingin.”

1987. ICF memiliki 50 staf yang sangat berdedikasi, sebuah dewan

Dengan aktivitasnya pada beragam kalangan di wilayah Asia

direksi yang terdiri dari 20 relawan luar biasa, kolaborasi dengan

Timur yang lebih luas  —  Korea, Cina, Vietnam dan Jepang  —  dari

banyak organisassi konservasi lain, pegawai yang merupakan pen-

masyarakat awam hingga pemerintah, Archibald menekankan per-

duduk asli di banyak negara-negara Asia dan Afrika, dan pendapatan

lunya kolaborasi yang sangat baik dengan ahli di bidang ini dan para

yang konservatif namun relatif stabil.

pengambil keputusan di tingkat daerah. “Kami sudah bekerja di

“Titik terendah ada di tahun 2003 ketika kami kehilangan populasi

negara-negara ini selama bertahun-tahun. Pekerjaan kami adalah

burung bangau Siberia yang berada di India selama musim dingin.

untuk membantu ahli lokal dalam hal komunikasi dan dukungan.

Rute migrasi lintas benua merupakan sebab kematian mereka, khu-

Kami berpartisipasi dalam pertemuan regional dan international

susnya terkait dengan kondisi di Afghanistan sejak tahun 1979.”

mengenai burung bangau dan urusan lingkungan lainnya. Kolaborasi

Sementara hubungan politik Korea Utara dan Korea Selatan

kami dengan kolega lokal sering kali disorot media. Kami juga be-

memburuk selama lebih dari lima atau enam tahun terakhir dan

kerjasama dengan pejabat pemerintah di setiap negara.” Dia

belum memperlihatkan tanda-tanda membaik, aktivitas orang-

menambahkan, “Di Korea Utara, kami berafiliasi dengan organisasi

orang seperti George Archibald secara tidak langsung membantu

yang berbasis di Inggris, Birdlife International.”

memperbaiki hubungan keduanya.

Archibald mendapatkan banyak pujian atas pekerjaannya di

Burung-burung bangau ini memberikan sebuah jalan. Migrasi

Korea ini. “Kolega saya dari Korea Utara sangat profesional,” kata-

yang anggun membawanya terbang tinggi di atas ranjau darat dan

nya. “Sangat menyenangkan bekerjasama dengan mereka. Mereka

pagar DMZ dan evolusi ini sudah dilakukannya sejak dulu sebelum

memiliki kedalaman rasa dan koneksi yang kadang-kadang kurang

pertentangan ideologi.

terlihat pada teman-teman dari Korea Selatan. Tapi mereka semua

Selama orang-orang Korea di kedua sisi DMZ mempertahankan

orang-orang Korea yang sangat baik dan saya bisa bekerjasama

cinta dan hormat mereka terhadap sejarah dan warisan budaya, ada

dengan mereka.”

harapan bagi keduanya untuk bersatu.

K o r e a n a | M u s i m P a n a s 2 0 14

41


Di Atas Jalan

Kota Sastra dan Teh Ketika saya berumur 20, saya berjalan santai di sepanjang sungai. Sinar matahari hijau jatuh di sungai dan angin bertiup wangi. Pada masa itu, topik utama dalam hidup saya adalah puisi. Saya ingin mendedikasikan seluruh 24 jam, atau 86.400 detik, setiap hari untuk berpikir dan menulis puisi. Sejak saat itu saya telah bermimpi tentang puisi. Impian itu adalah mengunjungi semua desa di seluruh negeri dan bermalam di masing-masing desa untuk mendapatkan inspirasi untuk puisi. Gwak Jae-gu Penyair | Lee Han-goo, Cho Ji-young Fotografer

42

Seni & Budaya Korea


Gunung Jiri terkenal dengan pemandangan mistisnya yang berubah setiap musim. Puncak beku terlihat benar-benar indah saat fajar tiba. Gunung Jiri adalah taman nasional yang sudah melegenda, terbentang luas di tepi selatan negara itu, dengan lima kabupaten di tiga provinsi yang mencakup Provinsi Gyeongsang Selatan dan Jeolla Utara K o r eSelatan. a n a | M u s i m P a n a s 2 0 14 dan

43


Bagian hilir Sungai Seomjin terkenal akan kepiting berbentuk sarung tangan dan kerang Corbicula, krustasea yang hanya hidup di perairan murni, serta kapal feri yang didorong oleh tukang perahu dengan cara menariknya pada tali yang terikat pada kedua sisi sungai, sebagai pengganti dayung.

44


S

aya penasaran, di desa mana sedang mekar bunga apa. Di desa mana langit pada malam hari terlihat paling indah. Apa yang

dibicarakan orang–orang yang duduk berkumpul di pinggir sungai, pada hari yang gembira biasanya orang di desa menyanyikan lagu apa. Saya percaya bahwa saya bisa menulis puisi impian saya, hanya jika saya telah melihatnya langsung dengan mata kepala sendiri. Saya ingin mengunjungi desa-desa itu dan menapakinya dengan kaki saya sendiri, menghirup udara di desa itu. Pada perjalanan pertama, saya memilih untuk mengunjungi Sungai Seomjin, wilayah di sekitar Gunung Jiri, dan Hadong di provinsi Gyeongsang Selatan. Hadong berlokasi hanya sekitar 40 km dari Suncheon tempat saya tinggal. Kenangan kuat saya tentang kunjungan sebelumnya ke Hadong juga mendorong saya untuk pergi ke sana lagi.

Sepanjang Sungai Seomjin Pada tahun 1970-an saya pertama kali mengunjungi Hadong. Saat itu seperti sekarang Gunung Jiri terbentang luas sepanjang Sungai Seomjin. Setelah berjalan seharian dan matahari mulai tenggelam, saya mendirikan tenda di tepi sungai lalu berbaring di pasir dan mengamati bintang di langit. Di bawah sinar bulan, saya berbaring telungkup di tepi sungai berpasir dan menulis sepucuk surat kepada seorang kawan. "Bulan malam ini sangat terang, cukup untuk dapat membaca Rabindranath Tagore atau Hermann Hesse. Wangi mawar liar yang tumbuh di sepanjang pegunungan membentuk semaksemak menebar sangat harum sampai-sampai saya tidak bisa tidur“. Hadong adalah desa impian, utopia, atau bisa juga dikatakan adalah Shangri-la bagi saya. Pada 1970-an, suasana dalam masyarakat Korea jauh dari kehangatan dan kedamaian yang saya rasakan di Hadong. Pemerintahan militer yang otoriter memimpin kekuasaan politik dan perekonomian Korea terpuruk menjadikannya salah satu dari antara negaranegara termiskin di Asia. Polisi-polisi yang dilengkapi dengan walkietalkie di tangan mereka berderap di jalanan, sementara polisi rahasia yang menyamar menghentikan langkah pejalan kaki dan menggeledah pakaian dan tas mereka tanpa ada surat izin geledah. Pada usia 20, saya mencintai puisi dan percaya bahwa menulis puisi akan menjadi karier hidup saya. Tapi saya tidak yakin apakah puisi akan menyelamatkan hidup kita. Bisakah saya menulis puisi sampai saat terakhir? Mengapa saya lahir di negeri seperti ini? Perjalanan mendaki gunung saat berusia 20 tahun itu bisa dikatakan adalah perjalanan karena semangat yang patah dan perjuangan yang suram.

Dari Pasar Hwagae untuk Kuil Ssanggyesa Saya tiba di Pelabuhan Hwagae lima hari setelah saya memulai perjalanan. Di sana, saya naik sebuah perahu di mana tukang perahu menggerakkan perahu dengan cara menarik tali yang menghubungkan kedua sisi sungai. Saya terheran-heran mengetahui bahwa sungainya ada di tengah antara wilayah Jeolla di satu sisi dan wilayah K o r e a n a | M u s i m P a n a s 2 0 14

45


Pasar Hwagae merupakan pasar tradisional yang buka setiap lima hari. Sebuah pusat perdagangan yang menghubungkan desadesa di pegunungan selama berabad-abad, kini muncul sebagai daya tarik wisata yang populer.

Gyeongsang di sisi lain. Pemandangan orang-orang dari

lis puisi”. Tanya jawab singkat ini kelihatannya menarik

dua wilayah berbeda yang menaiki satu perahu juga

minat biksu muda itu, karena ia akhirnya menawarkan

sangatlah baik. Kalau bertanya “Dari mana, Nek?” kepa-

teh hijau kepada saya, dan saya menyambutnya dengan

da seorang nenek, maka dia akan menjawab dengan

anggukan kepala. Di kamarnya, dengan penuh perha-

tersenyum hangat, “Dari rumah besan”.

tian saya melihat dia membuat teh. Dia menempatkan

Setelah melewati Pelabuhan Hwagae, saya menu-

sejumput daun teh ke dalam sebuah teko berwarna ga-

ju Pasar Hwagae yang adalah salah satu tempat ter-

ding kemudian menuangkan air mendidih ke dalamnya.

kenal di Hadong. Walaupun kini semua sudah tidak ada,

Biksu itu bertanya lagi, "Mengapa kamu menulis puisi?".

namun kenangan pada pemandangan di Pasar Hwagye

Belum pernah rasanya sebelum maupun sesudah saat

tua itu masih terekam kuat di dalam ingatan saya. Di

itu saya mendapat pertanyaan yang sulit untuk dijawab

sana ada bangunan-bangunan tua yang dibangun deng-

seperti yang dilontarkannya. Teh berwarna hijau muda

an kayu papan kemudian divernis dengan tar yang ber-

lembut yang dituangkan oleh biksu itu tidak bisa saya

baris di kedua sisi jalan. Nyaman rasanya hati ini waktu

teguk dengan mudah. Warna air teh itu terlalu cantik

berjalan di antara gedung-gedung yang pudar warnanya

sehingga saya memandanginya sejenak sebelum akhir-

akibat terik matahari itu. Apakah ada sesuatu yang lebih

nya saya mengangkatnya dan meminum yang namanya

mendebarkan hati daripada berjalan-jalan di pasar?

teh hijau untuk pertama kalinya dalam hidup saya. Sete-

Ada toko linen dan katun, toko beras, toko obat herbal,

lah lama waktu berlalu barulah saya ketahui bahwa

dan toko alat pertanian. Ada pula tempat minum, tempat

di dekat Kuil Ssanggyesa ada perkebunan teh hijau

pembuatan minuman alkohol, dan rumah penginapan

yang ditanami pertama kali di Korea. Sewaktu berjalan

tua. Pada tahun 1990, semua bangunan tua diganti menu-

meninggalkan kuil, wangi teh hijau yang dalam mem-

rut struktur pembangunan modern. Sebenarnya jika

buat saya terlena, membuat saya berpikir kehidupan di

wilayah pasar yang lama tetap dipertahankan dan jalan-

gunung seumur hidup bisa jadi merupakan pilihan yang

jalan di dalam pasar tidak diubah, tentunya nama Pasar

baik.

Hwagae akan lebih berarti sekarang ini. Setelah melewati Pasar Hwagae, kita akan sampai

Desa yang Bernapaskan Sastra

di Kuil Ssanggyesa. Nama jalan Kuil Ssanggyesa ada-

Pyeongsa-ri, sebuah desa di Hadong, menjadi terkenal

lah “Un-suri“ yang berarti “Bunga mekar, air dan awan

di dunia setelah novel epik karya Park Kyung-ree diter-

berarak”. Saya rasa di Korea tidak ada nama jalan yang

bitkan. Novel ini adalah cerita tentang obsesi masyarakat

puitis seperti nama jalan ini. Saya sedang berjalan di

akan tanah mereka dan mengisahkan cinta membara

sekitar kompleks candi, di mana mawar Guelder sedang

antartokoh yang masih menggema di hati banyak pem-

mekar, ketika seorang biksu muda mendekat, dan ber-

baca Korea. Ketika saya mengunjungi Pyeongsa-ri 40

tanya “Mengapa Anda datang ke sini?“. “Mau menu-

tahun yang lalu untuk pertama kalinya, saya menemu-

46


Daerah pertumbuhan teh di Hadong yang berkabut dan lembab, karena dekat dengan Sungai Seomjin. Pertumbuhan teh di sini sangat baik dalam rasa dan kualitas berkat lingkungan alam yang sangat ideal untuk pertumbuhan tanaman teh. Daun teh dipetik dengan tangan antara akhir April dan awal Mei, terasa lembut dan kaya rasa.

47


kan harumnya gandum ranum meliputi desa itu. Saat itu pertama kalinya saya melihat gudang loteng. Kebanyakan orang dari Pyeongsa-ri yang hidup bercocok tanam di ladang kaki gunung membuat gudang loteng di rumah-rumah mereka. Jika duduk di gudang loteng yang bergaya paviliun itu kita dapat dengan mudah melihat tanpa halangan pemandangan Sungai Seomjin dan sawah ladang yang membentang. Keluarga berkumpul untuk bercengkerama atau menikmati santap malam bersama di loteng sambil duduk-duduk di tikar dari bambu atau kulit kayu. Sungguh merupakan pemandangan yang hangat dan damai. Rumah yang memiliki gudang loteng yang paling indah di desa terletak di sisi kiri jalan bukit. Loteng berlantai dua yang berada tepat di samping pintu gerbang rumah itu memberi energi damai dan menambahkan kilau pada pemandangan indah Sungai Seomjin dan Padang Akyang. Tapi sayangnya, ketika saya mengunjungi desa lama kemudian, rumah ini sudah dirombak. Waktu yang mengalir mungkin berarti bahwa pemandangan indah yang tersimpan dalam hati terhapus satu per satu. Tiba-tiba, cahaya penerangan desa memancing pandangan saya. Kilauan cahaya lampu yang tampak seperti kerikil-kerikil bersinar di dalam air atau satu baris puisi yang lahir setelah menangis pilu semalam suntuk. Saat itu saya menyadari sesuatu. Karya seni yang paling indah di bumi yang pernah diciptakan oleh manusia biasanya berasal dari kilauan lampu sebuah desa di malam hari. Picasso, Gogh, dan Chagall menghasilkan karya besar setelah terpesona oleh kilauan lampu desa. Mungkin sama saja dengan puisi. Puisi lahir dari manusia, jadi saya berpikir bahwa puisi adalah tempat paling manis di mana napas kehidupan manusia harus dikenang di dalamnya. Betapapun sulit dan sengsaranya kehidupan, di dalamnya tetap ada dunia yang diimpikan oleh setiap manusia. Saya melangkah dengan langkah yang semakin bebas di atas jalan.

Pyeongsa-ri, terkenal sebagai latar dalam novel epik "Tanah" (Toji) oleh tokoh besar sastra Korea Park Kyung-ni, merupakan tanah yang dicintai oleh alam. Daerah ini dikenal sebagai desa sastra dan dihiasi banyak tempat indah dari kecantikan alam yang sangat istimewa. The House of Choe Champan, sebuah kreasi ulang melalui pemberian nama rumah dalam novel; serta biji-bijian dan kue kacang hasil peragian yang dikeringkan di luar dapur.

48


Jika duduk di gudang loteng yang bergaya paviliun itu kita dapat dengan mudah melihat tanpa halangan pemandangan Sungai Seomjin dan sawah ladang yang membentang. Keluarga berkumpul untuk bercengkerama atau menikmati santap malam bersama di loteng sambil duduk-duduk di tikar dari bambu atau kulit kayu. Sungguh merupakan pemandangan yang hangat dan damai.

Sungai Seomjin Sungai Seomjin dengan panjang 212,3 km, merupakan sungai terbesar keempat di Korea Selatan. Sungai ini mengalir melalui tiga provinsi, Provinsi Jeolla Utara, Provinsi Jeolla Selatan, Provinsi Gyeongsang Selatan. Jika dilihat dari Hadong, sungai ini berfungsi sebagai batas antara daerah Gyeongsang dan Jeolla. Jika berjalanjalan di jalan setapak sepanjang tepi sungai, Anda akan dapat melihat-lihat gunung, sawah, dan desa-desa lereng bukit di dekatnya. Pasar Hwagae Pasar Hwagae adalah pasar tradisional yang melayani orang-orang dari Hadong Provinsi Gyeongsang Selatan dan Gurye Provinsi Jeolla Selatan. Pasar yang relatif kecil yang membentang 50 meter panjang dan ukuran 132-165. Pada tahun 1700-an, pasar ini berperan sebagai pusat perdagangan yang menghubungkan desa-desa lereng bukit di daerah Gunung Jiri. Pada saat itu, orang-orang menggunakan Sungai Seomjin sebagai jalur air utama yang memungkinkan

orang-orang dari daerah Provinsi Gyeongsang dan Provinsi Jeolla berkumpul dan saling bertukar produk hutan dan pertanian yang dibawa dari daerah pedalaman dengan hasil laut yang dibawa dari Laut Selatan. Dan Pasar Hwagae kini menjadi obyek wisata yang membawa makna sejarah dan nilai-nilai budaya. Rumah Choi Champan di Pyeongsa-ri Novelis Park Kyung-ree dalam karya besarnya memilih Pyeongsa-ri, Akyang-myeon, Hadong sebagai latar belakang dari novelnya. Rumah Choi Champan yang berlokasi di desa ini adalah rumah yang tergambar dalam novel tersebut. Rumah yang berstruktur tradisional seluas 508,48 meter persegi ini dibangun dengan 10 tiang kayu yang diatasnya diletakkan atap dengan genteng tradisional Korea. Rumah ini telah menjadi tempat wisata terkenal sejak dibuka untuk umum. Tempat ini menjadi ajang pagelaran berbagai kesenian yang berhubungan novel tersebut. Selain itu juga ada berbagai program seni sastra yang dikelola di sana.

Kuil Ssanggyesa Kuil Ssanggyesa yang terletak di kaki bukit di selatan Taman Nasional Gunung Jiri dibangun oleh Biksu Sambeob murid dari Biksu Besar Uisang pada tahun tahun 722. Pada bulan April setiap tahun, bunga sakura yang mekar dengan indahnya, air yang jernih mengalir di sungai kecil dekat Kuil Ssanggyesa, serta batu-batuan dan pohon-pohon tua yang berdiri dengan lebatnya membentuk pemandangan indah yang harmonis. Tempat Penanaman Teh Tempat penanaman teh di dekat Kuil Ssanggyesa tercatat sebagai Benda Bersejarah No. 61. Perkebunan teh ini terbentang sekitar 12 km panjang dari Tap-ri di Hwagae-myeon sampai ke pintu masuk ke kuil di desa Sinheung. Perkebunan di gunung dan lembah yang menjadi habitat teh liar dan teh yang dibudidayakan cukup untuk membuat kita membayangkan betapa baiknya kualitas daun teh hijau Hadong. Sampai saat ini di Hadong dan Gurye memanen daun teh tiga kali setahun yakni pada bulan Mei, Juli, dan Agustus.


Hiburan

Manhwa Korea, Berkembang dari Webtoon ke Smartoon Webtoon (World Wide Web + Cartoon) merupakan sebuah genre komik Korea tersendiri yang dihasilkan dari gabungan jaringan komunikasi super cepat Korea dengan akses individu ke komputer. Jika jalan cerita manhwa yang ada di dalam buku mengalir dari kiri ke kanan, maka cerita webtoon dipresentasikan dari atas ke bawah dan penuh warna. Pengarang komik yang berasal dari berbagai bidang menggunakan ‘ruang baru ini’ untuk mengunggah cerita mereka sehingga membuat webtoon Korea muncul sebagai ‘new rising star of hallyu’ dan pada gilirannya menjadi sebuah konten budaya Korea yang representatif. Park Seok-hwan Kritikus Komik dan Kartun, Profesor Korea University of Media Arts

puler bernama Misaeng, yang berdiri sejak 2012, telah dikunjungi miliaran kali selama tahun 2013. Lebih dari 500,000 eksemplar manhwa dijual di situs tersebut. Sinetron enam seri Misaeng Prequel tercatat telah dilihat sebanyak 3 juta kali dan dapat diakses melalui smartphone, tablet, dan mobile device yang lain. Sinetron ini kemudian menghasilkan produk berlisensi lain di berbagai industri yang bersangkutan. Ada pula sebuah webtoon yang diangkat menjadi film layar lebar berjudul Secretly Greatly pada 2013. Tujuh juta orang telah menonton film tersebut. Dari situ, dapat dikatakan bahwa webtoon bukan sekadar produk dengan beragam konten manhwa populer tetapi juga merupakan penggerak utama untuk industri budaya pop di Korea. Webtoon (World Wide Web + Cartoon) merupakan sebuah genre komik Korea tersendiri yang dihasilkan dari gabungan jaringan

mempertimbangkan lokasi, meningkat sam-

komunikasi super cepat Korea dengan akses

pai 91%. Angka tersebut lebih tinggi 58%

individu ke komputer. Jika YouTube menyedia-

dibandingkan tahun 2012.

kan UCC (user-created content) dalam bidang

Meningkatnya penggunaan wireless inter-

video, maka perusahaan internet Korea sep-

net dan smartphone membawa peruba-

erti Naver dan Daum menyediakan UCC di

han yang besar pada bisnis dan pelayanan

bidang manhwa sejak awal 2000.

bidang bersangkutan. Penjualan home

Yahoo Korea mencuri banyak perhatian

computer turun sedangkan penjualan

dari masyarakat dengan melahirkan peng-

smart mobile appliance sebagaimana

arang webtoon populer seperti Joo Ho-

smartphone dan tablet naik pesat. Fenomena

min, Lee Mal-nyun, Keean84, dan Mind-C.

semacam itu terjadi pula pada penggunaan

Namun Yahoo Korea mengalami kegagalan

instant messenger service seperti KakaoTalk

dalam menyesuaikan diri pada perubahan

dan Line yang meningkat pesat (82 per 100

industri komunikasi-informasi dan kebijakan

rumah tangga). Begitu juga dengan penggu-

pemerintah yang berwenang. Yahoo Korea

naan mobile banking (65) serta mobile shop-

terkena dampak yang sangat besar ketika

ping (43) yang juga tumbuh dengan pesat.

pemakai wired internet menurun drastis aki-

Perubahan di bidang komunikasi tersebut

bat pesatnya penggunaan mobile internet

enurut data statistik dari National

berdampak besar pada budaya konsumsi

sejak tahun 2010.

Information Society Agency, pada 2013

masyarakat. Tak terkecuali paradigma man-

Naver menyediakan smartoon dengan

tingkat penetrasi internet di Korea adalah

hwa Korea yang mengalami banyak peru-

screen method yang baru sebagai pengganti

82% dari setiap rumah tangga, sedangkan

bahan karena berkaitan erat dengan inovasi

‘old scroll method’ melalui tetikus, semen-

tingkat penetrasi telepon seluler tipe smart-

dari perkembangan teknologi informasi.

tara Daum menyediakan aplikasi khusus

1

M

untuk iPad. Sejumlah perusahan internet

phone adalah 79%, dan rasio kontak internet adalah 98%. Akhir-akhir ini penggunaan smartphone meningkat pesat sementara

Webtoon, Manhwa yang Dibaca oleh 10 Juta Orang dalam Sehari!

berjuang untuk mengambil hati komsumer yang ingin pindah ke wireless internet ,

rasio kontak wired internet menurun. Di

Lebih dari 10 juta orang membaca web-

namun Yahoo Korea memutuskan untuk

lain pihak tingkat pemakaian internet, tanpa

toon melalui website. Sebuah webtoon po-

menutup bisnisnya karena mereka tidak

50

Seni & Budaya Korea


dapat menemukan jalan keluar. Ketika Yahoo Korea tutup pada 2012, netizen Korea mengemukakan kekecewaan mereka. Hal itu disebabkan karena Yahoo adalah salah satu perusahaan internet terbesar di dunia yang menyediakan berbagai layanan individu, seperti email, album foto, dan blog. Mereka khawatir, bagaimana nantinya data mereka dapat ditransfer. Namun ternyata yang menjadi permasalahan utama adalah seri webtoon di Yahoo Cartoon. Netizen menyalahkan tidak adanya rasa tanggung jawab Yahoo Korea. Mereka mempersoalkan, “Ke mana mereka dapat membaca seri webtoon selanjutnya?” Hal itu memperlihatkan kecin-

orang menggunakan mobile device dengan

taan orang Korea terhadap webtoon.

earphone. Kini, orang tinggal menyentuh layar untuk mendapatkan pengalaman dramatik,

Mengubah Paradigma Penerbitan Buku Kartun. Scott McCloud, komikus terkenal di dunia,

terlepas dari cara yang lama yaitu ketika orang harus memutar mouse scroller atau berulang kali menyentuh layar.

mengagumi perubahan yang terjadi pada kartun Korea dari manhwa ke webtoons. Dia memperkenalkan ‘an animated Korean

Smart Manhwa, Berkembang Menjadi Smartoon

webtoon’ Ok-su Station Ghost di situsnya

Dimulai dari Snow Cat, Marine Blues,

(scottmccloud.com). Karya itu memperlihat-

dan Pape Popo pada awal 2000-an, webtoon

kan citra yang mirip dengan citra yang ada

Korea mengalami perkembangan melalui

di dalam webtoon aslinya. Yang membeda-

beberapa kartunis seperti Kang Full, Kang

kannya, terdapat adegan hantu yang terlihat

Do-ha, dan Yang Young-sun. Kemudian disu-

seperti muncul dari layar monitor. YouTube

sul oleh Cho Seok, Kim Gyu-sam, dan lain-

kemudian memuat tayangan tersebut dan

lain yang memikat minat penggemar. Kini

membuat para penonton webtoon itu terke-

webtoon dikembangkan menjadi smartoon

jut sehingga kemudian sejumlah orang di

sejak muncul 10 tahun yang lalu. Webtoon

berbagai negara memberi banyak perhatian

semakin memperluas keunggulannya ke

pada video itu. Video tersebut diterjemahkan

berbagai bidang, hingga model keuntungan-

ke dalam bahasa Inggris lalu disebarluaskan

nya tidak lagi bergantung pada iklan. Dulu

ri untuk layanan luar negeri dan memperk-

ke seluruh dunia melalui YouTube. Video itu

webtoon disediakan secara gratis tetapi

enalkan karya-karya melalui kantor perwak-

pun menjadi sangat terkenal.

sekarang beberapa konten harus dibayar.

ilannya di luar negeri.

Dapat disimpulkan, webtoon telah berevolusi dari “alur cerita” yang hanya dapat

Karakter pun dijual secara langsung maupun tidak langsung.

2

1 "Ok-su Station Ghost" adalah bentuk baru dari webtoon (webcomics khas Korea) dengan fitur-fitur interaktif. 2 "Misaeng" adalah webtoon populer yang telah dibuat sebagai karya berlisensi film dan drama.

Seiring deng an perluasan dan pertumbuhan pasar, webtoon berkembang dengan

diatur melalui mouse scroll dan touch

Perbedaan tersebut sangat mungkin ter-

berfokus pada keanekaragaman konten dan

screen menjadi terlibatnya peran sang kar-

jadi karena internet telah meyakinkan pasar

bentuk. Perkembangan itu pun disambut

tunis dalam menentukan alur cerita.

webtoon. Belakangan ini sejumlah perusa-

hangat oleh masyarakat. Karya auteris dan

Sejumlah elemen yang dulu disesuaikan

haan internet yang besar mulai mengha-

social parody, serta karya dengan cita rasa

ke lingkungan pengguna wired internet kini

dirkan layanan webtoon di luar negeri. Seba-

spesial mulai bermunculan dan memper-

berubah menyesuaikan ke mobile devices’

gai pengganti cara yang lama, Tapastic yang

luas konten webtoon Korea. Sebagaimana

smaller screen. Seiringan dengan hal itu,

menyediakan layanan webtoon untuk nega-

dapat Anda saksikan, “smart” manhwa kini

sejumlah usaha telah dipusatkan pada

ra-negara yang menggunakan bahasa Ing-

sedang mengalami proses untuk menjadi

pe-ningkatan kualitas audio karena banyak

gris, sekarang menggunakan caranya sendi-

“the smartoon”.

K o r e a n a | M u s i m P a n a s 2 0 14

51


Gaya Hidup

“Cinema Paradiso” Kecil Bioskop kecil dengan kurang dari 100 tempat duduk mulai dibangun di kota-kota kecil. Bioskop ini berperan sebagai pusat budaya yang kompleks dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Bioskop pertama di Korea adalah Bioskop Horizon, yang berada di kota Gimje di Provinsi Jeolla Utara. Kemudian, dibangun juga Bioskop Hannuri di karesidenan Jangsugun dan keduanya menjadi pusat acara kebudayaan dan seni serta menjawab antusiasme masyarakat. Jeon Sung-won Penyunting Utama Hwanghae Review

© Jeollabuk-do Provincial Government

Hannuri Digital Cinema di Wilayah Jangsu, Provinsi Jeolla Utara, merupakan contoh yang baik tentang bagaimana sebuah "Little Cinema" memungkinkan penduduk desa menikmati film tanpa harus bepergian ke kota. Telah diterima dengan sangat antusias oleh orang-orang dari segala usia.

Mereka tinggal di kota demi mendapatkan lingkungan pendidikan yang lebih baik dan menikmati sarana hiburan yang lebih memadai. Pemerintah, yang ingin menciptakan negara berbudaya maju, memperkenalkan konsep “Kesejahteraan Budaya,” yaitu hak menikmati dan sejahtera secara budaya dan mereka sudah lama melakukan banyak usaha untuk mewujudkannya. Bioskop di kota kecil dan menengah dan di karesidenan tahun 1960an merupakan pusat kegiatan masyarakat dan tempat acara-acara seni yang paling mudah dijangkau. Tahun itu juga merupakan masa keemasan film-film Korea. Pada waktu itu, banyak yang baru pertama kali ke bioskop. Mereka memegang tangan orangtuanya, dan merasakannya sebagai pengalaman budaya yang tak terlupakan dan akan

C

menjadi kenangan indah selama hidupnya. Televisi warna baru dikenal inema Paradiso, sebuah film yang diputar pada bulan Desem-

secara luas tahun 1980an, sehingga stimulasi dan kenikmatan visual

ber 1989 di Korea dan menarik perhatian penikmat film, dipu-

yang dihasilkan oleh gambar dengan warna cerah dan layar lebar di

tar ulang awal tahun ini setelah 25 tahun. Film yang termasuk dalam

bioskop adalah pengalaman mengesankan bagi penonton di wilayah

genre seni ini sangat layak ditonton semua kalangan. Film yang dis-

Barat yang melihat film kakak beradik Lumière untuk pertama kalinya

utradarai oleh Giuseppe Tornatore ini berlatar Italia setelah Perang

di bioskop.

Dunia dan merupakan awal sejarah film modern. Film ini berkisah

Film Korea kini menikmati masa keemasan kedua. Pada masa hal-

tentang hidup dan persahabatan, cinta dan kenangan, antara Toto

lyu (Gelombang Korea), banyak diproduksi film-film yang bermutu.

(Jacques Perrin) dan Alfredo (Philippe Noiret), operator bioskop kecil

Fim-film ini menarik perhatian sineas kelas dunia dan penonton lokal,

di sebuah desa. Bioskop tua dan kumuh bernama “Cinema Paradiso”

dan beberapa film bahkan berhasil menyedot lebih dari 10 juta penon-

di pusat desa ini tidak hanya membuka mata Toto dan warga desa

ton di Korea saja. Namun, seiring dengan perkembangan pasar film

mengenai dunia tapi juga sebagai wahana pendidikan yang menum-

Korea yang pesat, gedung bioskop di daerah ini, beberapa di antaranya

buhkan ketajaman naluri.

sudah ada di tempat lain sebelumnya, perlahan menghilang karena

Munculnya beragam media visual seperti televisi, VTR dan DVD

pengaruh urbanisasi dan usia warga pedesaan yang makin menua.

menyebabkan terjadinya krisis film untuk sementara. Namun, film tak

Suara tawa anak-anak menghilang dari pedesaan karena menurun-

pernah kehilangan perannya sebagai genre budaya populer yang dekat

nya angka kelahiran, dan standar ekonomi yang meningkat membuat

dengan rakyat, ditonton oleh orangtua dan anak-anak, dan dinikmati

mereka merasa sarana kebudayaan sangat kurang.

oleh seluruh masyarakat.

Menurut laporan dari Kementrian Kebudayaan, Olah Raga dan Pariwisata (MCST) pada tahun 2012, dari 227 karesidenan, kota, dan

Urbanisasi dan Punahnya Bioskop di Daerah

kabupaten, sebanyak 109 di antaranya tidak memiliki bioskop. Dalam

Abad ke-20 adalah abad pertama maraknya urbanisani dengan

tahun yang sama, hasil survei mengenai “aktifitas waktu luang” yang

lebih dari separuh warga desa pindah dan bertempat tinggal di kota.

dilakukan oleh MCST memperlihatkan bahwa “acara seni yang paling

Demikian juga di Korea, urbanisasi dimulai pada tahun 1960an deng-

sering dikunjungi” adalah film (41,4%).

an perkembangan ekonominya dan fenomena ini tumbuh pesat kare-

Sejak sistem otonomi daerah diberlakukan pada tahun 1992,

na banyak warga desa yang mencari pekerjaan dan pindah ke kota.

pemerintah daerah mempunyai kebijakan masing-masing terkait

52

Korean Culture & Ar ts


perkembangan dan pertumbuhan daerah. Namun, sebagian besar

yang memadai. Ketika proyek “Bioskop Kecil” dimulai, banyak kritikus

memfokuskan pada fasilitas produksi baru untuk membuka lapangan

meragukan apakah orang-orang tua di pedesaan akan datang menon-

pekerjaan, termasuk pada institusi pemerintah seperti perusahaan air

ton film. Tapi di luar dugaan, pengunjung “Bioskop Kecil” meluap. Dari

minum dan listrik. Namun, pemerintah daerah Provinsi Jeolla Utara

pemutaran perdana pada tanggal 26 Agustus 2013 hingga 31 Desem-

melihat bahwa sarana kebudayaaan sangat penting dalam perkem-

ber, tercatat sebanyak 24.690 pengunjung. Dengan kata lain, seperem-

bangan dan pertumbuhan masyarakat. Sayangnya gagasan mengenai

pat dari seluruh penduduk Gimje menonton film dalam empat bulan.

bioskop yang biasanya dijalankan oleh organisasi swasta dengan biaya

Pendapatan tahun lalu pun mencapai 160.000 dolar.

yang besar yaitu sekitar 2-3 juta dolar menurunkan semangat pemer-

Dengan munculnya bioskop kecil ini, terjadi beberapa perubahan

intah daerah dengan kondisi keuangan yang terbatas. Untuk menga-

yang sangat mencolok. Karena film baru diputar di hari yang sama

tasi situasi seperti ini dan untuk mengurangi biaya pemutaran bioskop

dengan di Seoul, masyarakat lokal tidak merasa tertinggal. Sebagai

yang bisa memperkecil kesenjangan budaya dalam masyarakat, pro-

pengunjung “Bioskop Kecil,” di pedesaan, orang-orang dari kota ter-

gram “Bioskop Kecil” di Gimje dimulai di Bioskop Horizon pada tang-

dekat datang ke tempat itu sebagai turis, sementara pegawai negeri di

gal 5 September 2013 sebagai solusi alternatif. Bioskop ini adalah yang

Gimje dengan bangga menjawab telepon dari yang menanyakan jad-

pertama dari rangkian program sejenis di Korea.

wal film.

Fasilitas Budaya: Kecil itu Indah “Bioskop Kecil” adalah sebuah bioskop yang dilengkapi dengan

Kepak Sayap Kupu-kupu Kecil Menjadi Gerakan Kebudayaan di Seluruh Negeri

dua ruangan dengan 50 tempat duduk masing-masing yang ditujukan

Gerakan “Bioskop Kecil”, yang dimulai di Provinsi Jeolla Utara dan

sebagai sarana kebudayaan bagi masyarakat untuk menikmati film

dianggap sebagai kebijakan kebudayaan MCST, mulai meluas sebagai

di lokasi yang dekat dengan mereka. Bioskop Horizon adalah bioskop

proyek di seluruh Korea. Pemerintah daerah karesidenan Jangsu-gun

kecil pertama yang berlokasi di lantai satu Pusat Pelatihan Remaja di

yang berbatasan dengan Kota Gimje mendirikan Pusat Seni Hannuri

Dojak Street, Kota Gimje, Provinsi Jeolla Utara. Bioskop ini punya dua

sebagai ruang kebudayaan di Taman Uiam, Dusan-li, Jangsu-eup pada

ruangan dan 99 tempat duduk yang dilengkapi dengan fasilitas dan

tahun 2010 dengan investasi sebesar 15 juta dolar. Tapi pusat seni ini

sistem proyektor yang tak kalah dengan gedung bioskop modern mana-

tidak banyak digunakan oleh mayoritas warga lokal. Pemerintah dae-

pun, dan salah satu ruangannya bisa menayangkan film tiga dimen-

rah kemudian membangun “Bioskop Kecil” yang diberi nama Bioskop

si. Sama halnya dengan bioskop lain, di sini kita bisa menonton film-

Digital Hannuri dalam pusat seni itu. Pada saat itu ada juga argumen

film baru, yang mulai diputar pada waktu yang sama di seluruh pen-

yang menentang. Mereka mengatakan bioskop di kota kecil tidak meng-

juru Korea, dengan tiket yang bahkan sedikit lebih murah dibanding

untungkan secara ekonomi dan menghamburkan pajak. Namun,

bioskop biasa. Kita bisa membeli tiket langsung di tempat atau meme-

ternyata bioskop ini mendapat respon yang luar biasa setelah mulai

san secara online melalui situs internet. Ada juga toko kecil yang men-

beroperasi. Dibandingkan dengan fasilitas yang lebih besar, ruang

jual popcorn dan minuman.

kebudayaan kecil yang berada dekat dengan masyarakat lebih mudah

Pada bulan Januari, sebanyak 65 anak-anak dari TK Singwang yang berlokasi dekat dengan bioskop ini bersama-sama menonton film

dijangkau dan lebih banyak orang yang mengunjungi dan menikmatinya dengan puas.

animasi sepanjang 80 menit yang berjudul Dinosaur Adventure. Film

Provinsi Gyeongsang Selatan berencana membangun 10 bioskop

ini mengisahkan seekor anak dinosaurus yang beranjak dewasa dan

dengan 100 tempat duduk masing-maisng, dimulai dengan Kareside-

berhasil melewati berbagai kesulitan. Mereka sangat senang. Setelah

nan Namhae-gun tahun ini dan terus berlanjut sampai tahun 2016.

menonton, mereka membicarakan dinosaurus dalam film itu deng-

Kota Jecheon City di Provinsi Chungcheong Utara akan membangun

an temannya, dan mereka mengatakan, “Menyenangkan sekali pergi

bioskop dengan skala serupa di dekat Danau Uirimji di Mosan-dong,

bersama teman dan melihat dinosaurus di layar lebar”. Sebelumnya,

Kota Jecheon dengan investasi sebesar satu juta dolar. Tahun lalu

mereka harus berkendara satu jam ke Jeonju dengan kerabatnya yang

MCST memutuskan bahwa proyek “Bioskop Kecil” dijalankan dengan

sudah dewasa untuk menonton film.

biaya pemerintah. Proyek ini bertujuan mendirikan “Bioskop Kecil” di

Sejak saat itu, Gimje sangat berperan dalam masyarakat agrikultur

wilayah yang belum memiliki bioskop. Program ini berkelanjutan dari

karena sawahnya yang luas berada di lahan datar menggapai cakrawa-

tahun 2014 hingga 2017, dan tahap awal pembangunan di 22 tempat

la, sesuatu yang jarang ditemukan di Korea yang bergunung-gunung.

tahun ini (termasuk 12 di antaranya swadaya) sudah mulai dikerjakan.

Sampai sekitar tahun 1950-1960an, populasi Gimje sekitar 260.000

“Bioskop Kecil” adalah awal perubahan besar untuk meningkatkan

jiwa, dan mereka memiliki gedung bioskop bahkan hingga di tingkat

kualitas hidup berkebudayaan masyarakat lokal. “Kepak kupu-kupu

kecamatan. Namun populasi ini kemudian menurun hingga sekitar

kecil” yang dimulai di provinsi ini nampaknya membawa angin segar

93.000 jiwa, dan hampir tak ada fasilitas kebudayaan dengan standar

perubahan budaya di seluruh negeri.

K o r e a n a | S u m m e r 2 0 14

53


Charles La Shure Profesor, Program Studi Bahasa dan Sastra Korea, Seoul National University

Buku & lebih

Novel Korea Modern Pertama yang Diterjemahkan ke dalam Banyak Bahasa

pedesaan yang meyakini bahwa yang bisa mengubah hidup bangsa Korea adalah pendidikan, yaitu pendidikan untuk para petani miskin yang hidup di desa-desa. Cerita ini juga memaparkan kaitan yang kompleks mengenai hubungan manusia,

dengan cinta segitiga yang membuat pembaca menduga-duga apa yang terjadi selanjutnya. Yi bercerai dari istri yang dinikahinya karena perjodohan dan kemudian kawin lari dengan seorang perempuan yang “Tanah” Oleh Yi Kwang-su, Diterjemahkan oleh Hwang Sun-ae dan Horace Jeffery Hodges, 512 halaman, $16,00, Champaign, Ill., U.S.; London; Dublin: Dalkey Archive Press

Y

bekerja sebagai dokter dan merawatnya ketika ia sakit. Buku ini dibagi menjadi empat bagian dengan masing-masing dibagi menjadi bagian yang lebih kecil, yang mencirikan bagaimana bentuk awal novel ini diterbitkan. Pada bagian awal, tokoh protagonis Heo Sung meninggalkan rumahnya di desa dan pergi ke Seoul untuk belajar dan menjadi seorang pengacara. Kemudian ia menikahi Yun Jeong-seon, anak perempuan seorang pejabat aristokrat. Di bagian kedua, ia kembali ke kampung halamannya untuk memulai gerakan kebangkitan di pedesaan. Bagian ketiga menceritakan konflik

i Kwang-su, yang sering kali disebut

rumit ketika Jeong-seon bersitegang dengan seorang pesaingnya dan

sebagai penulis novel Korea modern

kemudian berusaha bunuh diri. Bagian terakhir terkait dengan konflik

pertama, hidup pada jaman suram dalam

antara warga desa yang muncul karena perlakuan tuan tanah.

sejarah Korea. Ia sekolah di Jepang, tapi

Sebagai nilai plus atas perannya dalam karya sastra, buku ini juga

pada tahun-tahun awal penjajahan Jepang

memuat gerakan kebangkitan di pedesaan dan filosofi yang mela-

ia pendukung yang sangat berapi-api ter-

tarinya. Cerita ini tidak mewakili keadaan Korea pada waktu itu,

hadap gerakan kemerdekaan. Menjelang

namun merupakan visi ideal perspektif seorang protagonis terpelajar

akhir pendudukan kolonial, ia sangat hati-

yang selalu dianggap benar apapun yang dilakukannya, dan melihat

hati menuliskan sesuatu yang membuat

warga desa sebagai kaum tertinggal dan tak punya harapan. Walau-

marah pihak Jepang, dan kemudian ia

pun bukan representasi sejarah yang realistik, namun buku ini ber-

dituduh mendukung pihak Jepang. Hal ini

hasil memaparkan pemikiran kaum intelektual idealis ketika berha-

menyebabkan perbedaan pendapat di anta-

dapan dengan kenyataan kehidupan kolonial.

ra para peneliti Korea mengenai kepakaran-

Buku ini merupakan terjemahan yang setia kepada teks asli dan

nya. Namun, tak dipungkiri ia adalah figur

berusaha mempertahankan rasa teks Korea. Novel ini dicatat World

yang sangat penting dalam dunia sastra

Literature Today sebagai buku yang diterjemahkan ke dalam 75 baha-

periode kolonial.

sa pada tahun 2013. Karena masalah konteks sejarahnya, buku ini

“Tanah” semula terbit sebagai cerita ber-

tidak bisa diakses oleh pembaca seperti fiksi Korea masa kini. Karya

sambung di surat kabar Dong-A Ilbo dari

ini merupakan bagian yang penting dari sejarah sastra Korea dan

bulan April 1932 sampai Juli 1933. Cerita ini

akan menarik siapa pun yang ingin menggali lebih dalam mengenai

berkisah tentang gerakan kebangkitan di

Korea dan budayanya saat ini.

‘Musik Kontemporer Dewasa,’ Musik Pop untuk Dewasa, Berhasil Mencuri Perhatian Kim Young-dae Kritikus Musik Pop

“Hello” album ke-19 Cho Yong-pil (2013), Universal Music Korea, 38 menit 3 detik, 18.300 won “Serendipity” album ke-15 Lee Sun-hee (2014), Loen Entertainment, 42 menit 2 detik, 16.500 won “Fall to Fly  —  Before” album ke-11 Lee Seung-hwan (2014), Kt Music, 42 menit 2 detik, 16.500 won


Kajian Terlengkap dan Beragam mengenai ‘Arirang’ dalam bahasa Inggris

memerlukan kajian interdisipliner yang melibatkan musik, sastra, cerita rakyat, geografi, dan sejarah. Bagian berikutnya membicarakan aspek musikal “Arirang.” Lee Bo-hyung dan Kim Young-un memaparkan perkembangan sejarah “Arirang” dari awal mulanya

Charles La Shure Profesor, Program Studi Bahasa dan Sastra Korea, Seoul National University

di Provinsi Gangwon hingga penyebarannya ke seluruh pelosok tanah air. Lee secara khusus melihat aspek musikal lagu tersebut termasuk notasi musik untuk versi yang berbeda, sementara Kim memperlihatkan bagaimana lagu itu diadaptasi oleh komposer modern. Min Eun-gi membicarakan “Arirang” di Korea saat ini, dan bagaimana lagu ini bisa berperan lebih efektif. “Arirang dalam Budaya Korea” Disusun oleh Sheen Dae-cheol, 309 halaman, 25.000 won, Seoul: Academy of Korean Studies Press

“A

Bagian ketiga mengkaji “Arirang” dari perspektif sastra dan budaya populer. Kang Deunghag membahas peran yang dimainkan film dalam mempopulerkan lagu itu, dan bagaimana lagu itu berperan sebagai sumber kekuatan bagi kaum miskin dan tertindas. Kim Ik-doo mengangkat beragam simbol dan tema penggunaan “Arirang” dalam sastra. Park Ae-kyung memaparkan bagaimana “Arirang” dipopulerkan dan diperkenalkan kepada dunia melalui K-pop, dan aspek negatif dan positif perkembangan tersebut. Bagian keempat mengenai “Arirang” di luar Korea Selatan. Jung Pal-yong, seorang maha-

rirang” bukan hanya sekadar lagu

siswa Korea Utara yang belajar di Arts University of Pyongyang, membahas perbedaan dan

rakyat mendayu-dayu yang sudah

persamaan antara versi Korea Utara dan Selatan lagu itu dan mengusulkan “Arirang” sebagai

berabad-abad menjadi lagu favorit warga

lagu kebangsaan Korea bersatu. Zhang Yishan memperlihatkan bagaimana “Arirang” dalam

Korea, namun sudah menjadi simbol Korea

budaya China dan arti lagu ini bagi etnis Korea yang tinggal di China. Gim Ban Bohi memapar-

dan budayanya. Untuk menjawab minat

kan perkembangan sejarah dan keberadaan “Arirang” dalam pandangan warga Korea yang

yang makin besar pada “Arirang,” Akademi

tinggal di luar negeri, khususnya di China.

Kajian Korea dan Yayasan Seni Pertunju-

Bagian berikutnya adalah “Arirang” di Asia selain Korea. Yukio Uemura meneliti lagu raky-

kan Tradisional Korea menjadi penyeleng-

at Jepang “Lullaby of Itsuki Village” dan menghubungkannya dengan “Arirang”. Wang Ying-

gara pendamping Konferensi Internasional

fen dan Tran Quang Hai memperlihatkan bagaimana “Arirang” menyebar ke Taiwan dan Asia

Arirang pada bulan Desember 2011, dengan

Tenggara; termasuk “Arirang” dalam versi bahasa Vietnam.

mendatangkan banyak pembicara dari Korea

Bagian terakhir adalah kajian tentang “Arirang” di kancah dunia di luar Asia. Lee Byong-

dan dunia. “Arirang dalam Budaya Korea:

won memaparkan pengalaman pribadinya di Hawaii dan membahas bagaimana simbolisme

Arirang dari Beragam Perspektif” adalah

dan penggunaan “Arirang” sudah berubah di Amerika Serikat. Simon Mills memaparkan pan-

kumpulan makalah yang disajikan dalam

dangannya mengenai “Arirang” di Eropa, khususnya bagaimana lagu ini diinterpretasikan oleh

konferensi itu.

musisi non-Korea. Jean Kidula mengkaji lagu rakyat ini sebagai simbol manusia atau bangsa,

Buku ini terbagi menjadi enam bagian,

dan membandingkan Korea dan Kenya dalam hal kolonialisasi dan pelestarian budaya.

yang masing-masing saling melengkapi.

Buku ini merupakan hasil penelitian paling lengkap dan beragam mengenai “Arirang”

Bagian pertama berisi ulasan pembuka yang

yang diterbitkan dalam bahasa Inggris. Walaupun beberapa tulisan masih harus diperhalus

ditulis oleh Cho Dong-il. Ia mengemukakan

bahasanya oleh penyunting berbahasa Inggris, namun buku ini merupakan bukti pengakuan

bahwa Arirang sebagai sebuah “sains total,”

atas pengaruh “Arirang” dan budaya Korea yang makin besar di seluruh dunia.

S

ejak musik pop Barat diperkenalkan

musik dewasa masih diminati.

yang mengesankan. Lee Sun-hee, seorang

pada tahun 1960an, genre musik kaum

Selain demam musik idola, kembal-

vokalis perempuan yang disukai semua gen-

muda ini menjadi tren di Korea. Ketika K-pop

inya Cho Yong-pil yang dianggap “Raja Pop

erasi, dan Lee Seung-hwan, yang tetap dekat

dan “musik idola” (musik yang dinyanyikan

Korea” pada tahun 2013, adalah peristiwa

deng-an publik melalui konser-konsernya

oleh bintang-bintang muda) sangat populer,

yang layak diingat. Musiknya memiliki ele-

membawa musik berkualitas tinggi, dan

generasi tua tak punya banyak kesempa-

men yang memungkinkan komunikasi tidak

deng-an cerdas mencampurkan beragam

tan untuk menikmati musik. Kesempatan

hanya dengan penggemar dari usianya tapi

genre musik seperti pop, jazz, R&B, dan

mereka menikmati musik datang dengan

juga dengan generasi muda. Karena ke-

rock. Mereka melakukan banyak sentuhan

suksesnya acara TV “I’m a Singer.” Acara ini

suksesannya ini, makin banyak penyanyi vet-

dalam rekaman dan pasca produksi, yang

dimulai tahun 2011, dan menunjukkan bahwa

eran kembali tampil di tahun 2014, dengan

menunjukkan besarnya komitmen mereka

genre musik pop yang memuaskan selera

kemampuan vokal dan aransemen musik

pada prinsip “musik untuk dinikmati”.


Esai

Mengerling Kota Metroplitan Seoul Nur Utami SK Dosen Universitas Pakuan, Bogor

B

aru saja menginjakkan kaki di Jakarta, saya sudah rindu untuk kembali ke Seoul. Kota ini punya daya magis yang luar biasa, bahkan bagi saya yang hanya sempat beberapa hari

berada di sana. Kunjungan singkat ini menyisakan banyak genang kesan dan kenangan. Saya bersama sekitar 200 rekan dari berbagai negara datang sebagai peserta konferensi internasional dalam rangka memperingati 50 tahun program studi Melayu-Indonesia di Hankuk University of Foreign Studies, Seoul, Korea Selatan. Rangkaian acara tanggal 14-16 Mei 2014 itu benar-benar menjembatani beragam ilmu, wawasan, pertemanan dan pengalaman. Pemandangan di bandara dan dalam perjalanan menuju hotel membuka mata saya akan dua hal yaitu kemajuan dan keseimbangan alam, yang saling menopang dan menguatkan. Kemajuan teknologi semakin memungkinkan bangsa ini tampil di kancah dunia karena mereka melakukannya dengan tetap menjaga kearifan lokal, memperkuat identitas dan menjaga alam. Sebagai negara dengan ekonomi pasar di peringkat 15 dunia, Korea Selatan termasuk salah satu anggota N-11, negara-negara yang diprediksi menjadi negara dengan keadaan ekonomi sangat dominan di abad 21. Dengan perusahaan-perusahaan besarnya seperti Samsung, Hyundai-Kia, dan LG, negara ini sudah membuktikannya. Pertumbuhan ekonomi ratarata 10% per tahun yang disokong oleh peningkatan ekspor sebesar 20% telah berhasil membawanya naik menjadi peringkat 11 dunia. Suatu pencapaian yang luar biasa, mengingat keadaan negara ini jauh pada masa sebelumnya. Korea Selatan merupakan negara yang berhasil membangun diri dengan memperkuatkan karakter bangsanya. Pribadi mereka seolah cerminan karakter positif perpaduan Asia dan Eropa. IPM yang tinggi mencerminkan negara ini peduli pada bangsanya, dari sisi pendidikan, kesehatan, penegakan hukum, bisnis, transparansi pemerintah, pekerjaan, dan toleransi. Semua itu sangat terbantu dengan majunya teknologi dengan koneksi internet tercepat dan menempati peringkat pertama dalam indeks perkembangan teknologi komunikasi. Hari pertama konferensi dengan tema Bridging the Unbridgeable ini dibuka dengan welcome dinner. Pada kesempatan ini saya duduk semeja dengan teman-teman dari Malaysia, orang-orang muda dengan passion luar biasa pada bidangnya. Dan, karena acara diadakan di lantai 31, saya bisa menikmati Seoul di malam hari, dari ketinggian itu. Cantik sekali. Hari kedua merupakan acara inti. Hari itu saya bertugas sebagai moderator pada pagi hari, sebelum tampil sebagai presenter pada siang harinya. Setelah sambutan duta besar Indonesia untuk Korea Selatan, disusul sambutan berikutnya dari pihak universitas. Sambutan terhenti sejenak, kemudian semua peserta menerima korsase bunga carnation yang disematkan oleh para mahasiswa. Hari itu adalah hari guru dan di


Korea, dan murid memberikan bunga dan bingkisan kepada gurunya di hari ini. Entah mengapa saya merinding. Mungkin karena setelah lebih 20 tahun mengajar, baru kali ini mendapat penghormatan seperti itu. Suasana di dalam ruang konferensi mendadak sangat khidmat, sesejuk udara musim semi ketika itu. Siapa yang tak bahagia bisa berada di tempat dan saat spesial seperti ini? Peristiwa kedua yang membuat saya tersanjung adalah ketika saya tampil sebagai penyaji makalah. Pada konferensi kali ini saya mengangkat buku Pramoedya Menggugat: Mela-

cak Jejak Indonesia yang ditulis Prof. Koh Young Hun. Buku ini mencoba “membaca” karya Pramoedya dengan pendekatan analisis wacana kritis, dengan mencermati hubungan karyakarya tersebut dengan latar sosial budaya Pramoedya, dan hubungan antarkarya Pramoedya itu sendiri. Pada saat itu, Prof. Koh berada di antara para penghadir. Sungguh suatu kehormatan bagi saya. Dan, komentar positifnya mengenai presentasi itu, membuat saya semakin menjura. Hari ketiga adalah hari wisata. Dari acara inilah saya tahu kalau pencapaian Korea Selatan sebagai negara Asia yang sangat maju ini juga berimbang dengan bagaimana mereka merawat kecintaan kepada budaya dan tanah air. Para pedagang dengan bangga mempromosikan barang dagangannya adalah buatan dalam negeri. Ini saya temui di Insadong, kawasan perdagangan yang sebagian besar menjual barang dan cenderamata tradisional untuk konsumsi turis asing dan domestik. Saya juga belajar bahwa mereka menjadikan budaya sebagai identitas dan komoditi pada saat yang bersamaan. Budaya populernya berhasil menguasai Asia dan semakin dikenal dunia global berkat Korean Wave. Bahasa, makanan, musik dan gaya hidup mereka makin diminati. Saat melihat patung Raja Sejong di area dekat istana Gyeongbok dengan ruang khusus mengenai kisahnya, ‘The Story of King Sejong”, saya menjadi sangat mahfum mengapa bangsa Korea begitu lekat dengan budaya tulis. Aksara Hangul tetap dipakai hingga kini, bukan hanya dalam dunia akademis tapi juga di ruang-ruang publik. Pemakaian bahasa Korea dan bahasa Inggris dalam petunjuk tempat dan lokasi menunjukkan bagaimana mereka mengadopsi keterbukaan dengan tetap memegang teguh tradisi. Rangkaian acara ditutup dengan malam budaya. Dengan suguhan atraksi, monolog dan tarian dari Korea, Indonesia dan Malaysia, acara ini menjadi sangat kaya. Indonesia menampilkan sanggar Mirah Delima dari Aceh, dengan tari Saman dan beberapa tarian lain dengan sangat memukau. Sajian ini mendapat standing ovation dari hadirin. Lalu pada saat resital piano membawakan lagu Halo-halo Bandung, spontan saya dan sahabat saya Maman S. Mahayana, yang duduk di sebelah saya, ikut bersenandung. Ah, saya menjadi semakin cinta Indonesia, justru ketika saya berada di Korea! Selain budayanya yang eksotis dan masyarakatnya yang sangat menyenangkan, transportasi di Korea Selatan adalah satu di antara yang terbaik. Transportasi di Seoul, dan pastilah juga di kota-kota lain di seluruh negeri, menjadi daya tarik tersendiri bagi saya. Dari beberapa negara yang sempat saya kunjungi, baru di sinilah saya menikmati perjalanan sebagai pelancong yang bepergian dengan transportasi publik. Ketepatan waktu, kenyamanan dan keamanan sangat bisa diandalkan. Sebagai seorang perempuan, baru kali ini saya naik taksi di negara asing tanpa rasa khawatir, bahkan ketika menjelang tengah malam sepulang dari pagelaran budaya itu. Seoul dan keindahannya sudah mengajak saya bermimpi. Mimpi yang saya yakin suatu saat menjadi kenyataan: saya datang lagi!

57


Kenikmatan Gourmet

Bingsu

Kecintaan Masyarakat untuk Ice Dessert Bingsu, es yang diparut halus disajikan dengan topping bervariasi, dianggap sebagai ‘cooling food’ atau makanan yang dapat meredakan hawa panas pada musim panas. Kini bingsu digemari banyak orang Korea sebagai pencuci mulut untuk semua musim. Mari kita lacak latar belakang sejarahnya dan menggali informasi mengenai beraneka ragam jenis bingsu. Yoon Duk-no Kritikus Makanan | Lim Hark-hyoun, Cho Ji-young Fotografer

J

arang sekali kita menemui orang yang pernah mencicipi bingsu

Nero dan budaya makan juicy ice pada abad 11 di Cina, yang terkenal di

dari Kutub Selatan. Di Kutub Selatan, di mana virus pun tidak

seluruh wilayah Asia kini sedang dilahirkan kembali dan begitu digemari

dapat hidup karena cuacanya dingin di bawah minus 50 derajat Celsi-

di Korea. Berbagai jenis bingsu dapat ditemui di Korea, bukan hanya

us, sirup strawberry dituangkan ke atas es kemudian dimakan deng-

bingsu buah-buahan lokal tetapi juga strawberry, mangga, dan kacang

an cara mengeruk es keras dengan sendok. Itulah bingsu Antartika.

merah, yang disajikan bersama sirup buah. Bingsu kacang merah yang

Hanya peneliti yang tinggal di Antartika selama jangka waktu pan-

direbus disajikan dengan es yang diparut halus. Jenis lainnya adalah

jang dapat menikmati pencuci mulut tersebut, seperti kisah pada film

bingsu teh hijau beku yang diparut, wine bingsu, bingsu salju dengan

Jepang, The Chef of the South Pole. Tidak semua orang bisa berkun-

susu, injeolmi bingsu dengan kue beras dan bubuk kacang, bingsu keju,

jung ke Kutub Selatan. Apakah pencuci mulut itu hanya merupakan

dan bingsu kopi. Es batu yang diparut halus seperti salju lalu ditam-

makanan imajiner di dalam film?

bah berbagai bahan, seperti kacang merah, buah-buahan, dan jus buah

Tidak, makanan itu lebih dari itu. Dua ribu tahun yang lalu orang

kemudian dimakan ini membuat kita merasa seperti menikmati es

menyantap ice dessert dengan cara tersebut. Bedanya, dulu mere-

krim dari zaman dahulu. Frozen dish ice cream yang dilembutkan deng-

ka membawa es dari Pegunungan Alpen atau Himalaya, bukan dari

an whipping custard berbahan susu dan telur muncul pertama kali

Kutub Selatan. Contohnya adalah kaisar Romawi bernama Nero yang

pada abad ke-17. Frozen dish ice cream tersebut disebut sebagai “iced

pernah menyelenggarakan sebuah jamuan yang tak ada bandingan-

cream”. Namun sebutan “ice cream” sebagai “ice dessert” baru muncul

nya. Kaisar Nero memerintahkan para pelari untuk membawakan es

satu abad kemudian pada abad ke-18.

dari gunung bersalju melewati the Via Appia, sebuah jalan di Roma

Ice dessert yang dikonsumsi kelas atas masyarakat Eropa sebelum

yang paling terkenal. Dia memerintahkan lari estafet agar hidangan

munculnya es krim adalah sorbet. Ada yang memakai susu sebagai

datang tepat waktu dan suhu dari gunung bersalju tetap terjaga. Keti-

bahannya dan ada yang tanpa susu, hanya memakai sejenis minuman

ka es dibawa ke jamuan, dia menyantapnya dengan madu, jus buah,

yang terbuat dari buah-buahan beku atau jus buah beku. Sebelum itu,

dan anggur. Cerita itu selalu dianggap sebagai legenda saat orang

selama zaman Yunani dan Romawi, salju yang dibawa dari gunung

berkisah tentang asal-usul es krim yang barangkali merupakan

atau es batu yang disimpan dari musim dingin sampai musim panas

‘nenek moyangnya sorbet.

dimakan bersama jus, anggur, dan rempah-rempah lainnya untuk meredakan hawa panas.

Bingsu, Masa Renaisans Frozen Dessert di Korea Secara harfiah, renaisans berarti “melahirkan kembali,” dan jika

Budaya Ice Dessert di Asia Timur

istilah itu dipakai dengan huruf besar maka istilah itu bermakna ‘mela-

Berbeda dengan budaya Barat, budaya Timur gemar memakan

hirkan kembali kejayaan kebudayaan Yunani-Romawi. Sesuai dengan

bingjeup yang dibuat dari es yang diparut, dilengkapi dengan jus buah

arti itu, dapat dikatakan bahwa saat ini Korea sedang menyambut masa

serta rempah-rempah bingsu. Bingsu merupakan pencuci mulut yang

renaisans frozen dessert. Snowy dessert yang dinikmati oleh Kaisar

sangat digemari oleh orang Asia Timur sejak zaman dahulu. Menu-

58

Seni & Budaya Korea


Bingsu kacang merah, terbuat dari serutan es yang di atasnya diletakkan kacang, ketan, potongan kue dan irisan buah kering ornut yang renyah, merupakan makanan penutup Korea klasik untuk pendinginan di musim panas.

K o r e a n a | M u s i m P a n a s 2 0 14

59


rut sejarah Dinasti Song, kaisar menganugerahi milsabing (yang

mirip dengan wine bingsu pada zaman sekarang. Jika musim panas

berarti ‘fine ice with honey’) kepada para pejabat negara tinggi pada

datang, maka es dipakai sebagai hwachae atau fruit punch. Makanan

Hari Anjing atau the Dog Days. Milsabing itu diperkirakan sebagai

tersebut dinamakan binggwa yang berarti  frozen fruits.

bingsu dengan madu dan kacang merah yang direbus. Bingsu pada

Bagaimanakah bingsu dan binggwa kemudian menjadi begitu ba-

zaman dahulu sangat mirip dengan bingsu sekarang. Menurut The

nyak variasinya seperti yang terlihat di atas? Tempat penyimpanan es

Pillow Book (Makura no Soshi), tercatat sejak awal abad ke-11 orang

batu selama musim dingin untuk dipakai pada musim panas telah ada

memarut es batu dengan pisau kemudian dituangkan ke mangkok

sejak ribuan tahun yang lalu. Tetapi baru sekitar abad ke-11 muncul-

besi supaya tidak cepat mencair lalu menyantapnya dengan ‘kudzu

lah teknologi revolusioner untuk penyimpanan es. Hal itu mengakibat-

sap’ atau getah tanaman kudzu. Mengapa mereka memakai getah

kan permintaan terhadap es meningkat sekaligus menurunkan harga-

tanaman kudzu yang terasa pahit itu? Entah apa sebabnya. Namun

nya hingga kemudian memunculkan berbagai jenis bingsu. Namun

hidangan itu seperti es dengan sirup sehingga dapat dikatakan mirip

bingsu masih merupakan makanan mewah untuk kelas atas dan

dengan bingsu zaman sekarang, khususnya bingsu Jepang tradisio-

orang kaya. Sebagaimana es krim baru populer pada akhir abad ke-18

nal yang dikenal sebagai kakigori. Pernyataan tersebut sama dengan

di dunia Barat, bingsu juga menjadi populer pada akhir abad ke-19 di

pernyataan bahwa Korean red-bean bingsu zaman sekarang sangat

dunia Timur saat Jepang, negara Asia pertama yang mengalami mo-

mirip dengan milsabing pada zaman kerajaan Dinasti Song di Cina.

dernisasi, mulai memproduksi mesin pembuat bingsu.

Ditinjau dari kenyataan di atas, kita tahu bahwa ditemukan berbagai jenis bingsu di dunia Timur pada zaman dahulu. Bukan hanya the red-

Slow Food dengan Resep Makanan yang Sederhana

bean bingsu yang masih dikonsumsi sampai sekarang, tetapi juga

Bingsu yang dulu kalah populer dari es krim dan merupakan

yogurt bingsu yang dibuat dari frozen yogurt, fruit bingsu yang dihia-

sekadar cemilan untuk anak-anak kini menjadi popular di Asia

si buah cherry di atas es, bahkan terdapat plum brandy bingsu yang

Timur. Bukan hanya bingsu Korea tetapi juga kakigori Jepang dan baobing Cina sangat digemari oleh banyak

Anda dapat memilih topping favorit Anda dan mencampurkannya dengan es atau menikmatinya secara terpisah dari serutan es. Bingsu memenuhi pilihan pribadi dan menyesuaikannya, es krim pun tersedia.

orang Asia. Hanya namanya saja yang berbeda namun sebenarnya semua makanan itu sama. Mereka semua bingsu dan pusat tren makanan itu berada di Korea. Mengapa bingsu begitu digemari oleh banyak orang Korea sehingga menjadi tren? Hal itu berkaitan erat dengan budaya makan

1

orang Korea yang gemar menyantap masakan dingin selama musim panas. Misalnya, orang Korea gemar memakan mie dengan campuran es batu. Budaya tersebut sangatlah berbeda dengan budaya China yang senang minum teh panas, bahkan selama musim panas. Mengapa bingsu bukan sejenis es krim? Pada dasarnya, renaisans budaya bingsu di Asia Timur pada zaman sekarang diawali oleh karakter makanan abad ke-21 yang dibedakan menjadi fast food dan

slow food . Es Krim adalah fast food sedangkan bingsu adalah slow food. Bingsu adalah penganan sederhana berupa es yang diparut lalu ditambah topping yang bervariasi saja. Toppingnya boleh satu atau dua ataupun lebih, misalnya kacang merah yang direbus, es krim, kue, dan berbagai kacang seperti almond dan walnut. Orang bisa memilih topping sesuai cita rasanya sendiri lalu mencampurnya dengan es yang diparut. Jika tidak suka dengan rasa yang dicampur, kita bisa menyantap es dan topping secara terpisah. Bingsu memperbolehkan sentuhan pribadi kita di dalamnya. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa bingsu adalah ‘customized food ’ sedangkan es krim adalah ‘ready -made .’ Bingsu adalah gabungan dari kesederhanaan, karena hanya terdiri dari es dan topping, sekaligus merupakan puncak yang penuh kompleksitas.

60

Seni & Budaya Korea


2 1 Bingsu mangga terbuat dari susu beku rasa mangga. 2 Sudah lama dianggap sebagai makanan pendingin untuk hari-hari musim panas, bingsu sekarang dicintai sebagai makanan penutup yang baik untuk setiap musim. 3 Bingsu disesuaikan dengan selera seseorang, dengan topping yang dipilih dan dicampur sesuai keinginan. 4 Bingsu teh hitam dengan sirup yang ditaburkan pada es krim yang beralaskan serutan es.

3

K o r e a n a | M u s i m P a n a s 2 0 14

4

61


perjalanan kesusastraan korea Kritik

Rantai Simpati dan Kesalahan Sepele Chang Du-yeong Kritikus Sastra

S

egala sesuatu yang terjadi pada tokoh Jung, yang bekerja seba-

yang terus muncul dalam cerita ini, yang secara konsisten memper-

gai copy-writer periklanan untuk sebuah koran regional, dimu-

tahankan nada tenang seperti suara berbisik Jung, yang dirancang

lai dengan kesalahan sepele. Setelah salah tulis nama perusahaan

untuk mengekspresikan sebuah realitas yang tenang.

yang diiklankan dalam sebuah artikel, dia harus mengingat lima ribu eksemplar kertas yang sudah dikirim ke ratusan distributor dan

Jung mendapati dirinya berdiri di depan bak ikan di luar tempat

menempelkan stiker satu per satu. Salah baca tulisan pada sebuah

restoran sushi. Dia bersama rekan kerjanya, tetapi dia merasakan

tanda adalah kesalahan kecil yang dapat terjadi pada siapa pun, tetapi

seperti berdiri di sana sendirian. Seekor makarel dalam bak ikan ber-

di sini protagonis sesaat meninggalkan jalan kehidupannya sehari-

balik cepat. Saat itu ikan sebenarnya tidak bisa berbuat apa-apa, dan

hari, “seperti seseorang yang berniat naik bus nomor 4, tetapi malah

dengan demikian bak ikan itu laksana lautan. Ikan makarel itu mung-

mengambil bus nomor 8 karena kesalahan.” Jika Anda seorang

kin berpikir, bahwa ia berenang di bawah kekuatannya sendiri. Hanya

pembaca yang, seperti tokoh utama dalam cerita ini, juga salah baca

ada dua cara untuk mengetahui apakah itu berenang pasif atau aktif:

tanda pada sebuah toko dan berangkat dengan segala imajinasi liar,

sekarang bisa seketika berhenti, atau makerel itu melompat keluar

Anda akan merasakan bagaimana segala sesuatu sama untuk semua

bak ikan. Namun di luar bak itu hanya ada aspal keras.

orang, namun sekaligus juga tidak sama. Strategi dasar penceritaan kisah ini terletak pada cara mengembangkan ikatan halus perasaan

Selalu sisi gelap agak absurd, imajinasi yang hidup ditampilkan

simpati antara tokoh cerita dan pembaca, karena pencerita membuat

Yun Ko-eun yang dilapisi oleh bayangan realitas muram. Kisah yang

lompatan besar dan imajinasi asing yang jauh dari kenyataan biasa,

dimulai dengan 'kesalahan sepele' ini berlanjut dengan mengamati

bahkan dalam hal-hal sepele siapa pun mungkin saja mengalaminya.

banyak makarel dalam bak ikan sebuah restoran sushi, yang pada

Cara penulis Yun Ko-eun, mewartakan hal-hal yang sering ditemu-

gilirannya mengarah pada peringatan mengerikan tentang 'kesalahan

kan di sekitar kita tetapi kita melewatkan begitu saja karena kita ter-

serius.’ Makerel yang berenang pesat searah arus kuat air, mempu-

lalu sibuk, dan ia mengembangkan sebuah lagu dari imajinasi, tidak

nyai ilusi bahwa mereka terlibat dalam kesibukan berenang, padahal

terbatas pada cerita ini. Pendekatan serupa sering ditemukan dalam

sebenarnya mereka hanya terbawa arus sekitarnya. Kita secara alami

karya-karya lainnya yang sudah terbit, seperti dalam Invader Grafis

diingatkan pada karya Chuang-tzu, Butterfly Dream atau film The

(2009) yang mengungkapkan potongan-potongan desain aneh banta-

Matrix atau The Truman Show. Cerita ini meminta kita mengajukan

lan ubin yang kadang-kadang kita melihatnya sambil terus berjalan

pertanyaan: apakah di tengah-tengah kekacauan kehidupan biasa,

dan kita benar-benar menandai perlawanan yang ditinggalkan di sana

dalam logika realitas yang dikendalikan oleh modal, kita tidak hidup

oleh kekuatan kritis masyarakat; dalam Sweet Vacation (2009), kita

dalam sebuah “kesalahan besar”.

melihat bangkai serangga yang ditemukan di bawah tempat tidur atau

Namun, cerita memfokuskan diri pada apa, struktur kog-

di sudut-sudut lemari dan pikiran gemetaran bahwa kutu busuk telah

nisi eksistensial atau individu kontemporer yang telah dirampas

mengebom dunia, lalu kampanye pun diluncurkan untuk membasmi

kemerdekaannya adalah perasaan 'kesendirian' yang ditemui ketika

kutu busuk; Dalam novel Weightlessness Syndrome, bulan mengam-

kita melarikan diri dari kehidupan biasa. Perasaan bahwa “Dia deng-

bang di langit terbagi menjadi enam dan epidemi virtual baru, sin-

an rekan kerjanya, tetapi rasanya seperti dia berdiri di sana sendi-

drom bobot, mengamuk. Contoh-contoh ini cukup untuk menunjuk-

rian.” Rekan-rekannya di tempat kerja akan terus hidup dengan ilusi

kan kecerdasan, betapa kaya fantasi penulis. Demikian juga, hal yang

bahwa mereka berenang untuk diri mereka sendiri karena mere-

sama berlaku dari cara lelucon dengan memprovokasi senyum kecut

ka terbawa oleh arus deras, tetapi Jung akan berada dalam situasi

62

Seni & Budaya Korea


Š Park Jae-hong

makarel yang telah jatuh ke aspal keras. Seperti arus dalam bak ikan yang mengikat rekan-rekan kerjanya mengalir sangat cepat dan kuat, mereka tidak memiliki kebebasan untuk memahami atau bersimpati pada Jung. Selain itu, tampaknya bahwa ia mungkin sendirian bahkan ketika dia masih di dalam bak ikan. Cuma dia terlambat menyadari bahwa dia sebenarnya kesepian untuk waktu yang lama, berkat perbedaan antara bagian dalam dan luar dari bak ikan yang dibawa oleh hilangnya pekerjaan. Pada akhirnya, ikatan simpati antara pembaca dan tokoh cerita, diawali dengan kesalahan sepele dan berakhir setelah melewati lompatan imajinasi, adalah 'kesepian' yang dialami oleh makarel yang jatuh ke aspal keras. Dalam cerita lain, Table for One (2009) kita menemukan sebuah akademi yang dihadiri oleh orang-orang yang takut kesepian jika makan sendirian di restoran. Tokoh utama, yang telah mengikuti kursus selama tiga bulan dan masih belum mengatasi kesepiannya mengatakan: “Apa yang saya harapkan dari belajar adalah bagaima-

Yun Ko-eun

na saya makan sendirian dengan bebas, apa yang saya terima ada-

Pernahkah Anda melihat stiker kecil yang

lah penghiburan ketika mengetahui bahwa saya bukan satu-satunya

dipakai untuk meralat surat yang salah cetak?

orang yang makan sendirian. Kita semacam toko rantai yang terdiri dari individu-individu yang terisolasi. “Komentar itu mengan-

Sebuah stiker digunakan sebagai tindakan

dung kebenaran kecil tapi signifikan bagi yang kesepian, ketika orang-

sementara yang bijak mengingat biaya yang

orang kesepian datang bersama-sama dan membentuk kelompok,

besar dan waktu yang lama untuk mencetak

mereka jadi seolah-olah tidak kesepian lagi. Kebenaran yang sama tampaknya berlaku untuk Kuku Koki. "Kita seperti mengikuti langkah-langkah Jung, yang mulai dengan kesalahan sepele, tenggelam ke dalam jurang kesepian, kita harus terus

ulang seluruh teks. Jika Anda pernah melihatnya, meski satu kali, melepas satu

membaca tentang diri Jung dalam perusahaannya dengan kesepian

stiker itu, Anda akan dengan senang hati dapat

dan keterasingan. Seperti cerita yang mengambil kesepian di sekelil-

memasuki dunia Yun Ko-eun dalam cerpennya

ingnya, mengeksplorasi itu, bersimpati dengan itu, dan menawarkan

“Kuku Koki� karena menarik mengikuti

penghiburan, segalanya meminta kita untuk merenungkan, apakah kita juga tidak bisa menerima penghiburan. Bahkan jika tidak memi-

arus imajinasi yang jelas dalam kehidupan

liki kekuatan untuk mengubah realitas atau untuk mengubah kehidu-

keseharian biasa. Jika Anda masuk terlalu

pan tokoh dalam cerita, ia mengatakan bahwa bagi kita, tenggiri tinggal di dalam 'simpati' bak ikan dan 'penghiburan' adalah tugas kita

dalam, Anda mungkin mereduksinya menjadi

yang harus memilih, meski jika itu pun semacam 'kesalahan'.

noda di antara baris-baris teks.

K o r e a n a | M u s i m P a n a s 2 0 14

63


Kukᶙ Kokᶖ Yun Ko-eun Terjemahan oleh

S

Koh Young Hun

eandainya dia tidak keliru membaca “Surat Koki” (The Chef’s Mail) sebagai “Kuku Koki” (The Chef’s Nail), semua itu tidak akan pernah terjadi. Seluruhnya dimulai beberapa bulan yang lalu pada saat Jung keliru membaca tanda yang tergantung di luar sebuah toko. Ketika dari kejauhan dia melihat tanda bertuliskan “The Chef’s Nail”, sekali lagi dia memeriksa catatan pada ponselnya.Dia mengira, bahwa kliennya adalah sebuah restoran, namun setelah melihat tanda itu, sesaat perempuan itu bingung, bisnis apa yang sesungguhnya digeluti oleh kliennya itu. Jung adalah penulis iklan untuk sebuah koran lokal. Dia merupakan perempuan yang setiap hari harus melihat tanda yang tak terhitung jumlahnya dan membaca nama perusahaan yang juga tak terbilang. Tapi kuku koki ? Dia pun kebingungan dicecar frase yang tidak baru dan segar, malah cenderung aneh. “Kuku Koki” akan pas jika dipasang di depan sebuah salon perawatan kuku, bukan di sebuah restoran. Dengan plang “Kuku Koki” tergantung di atasnya, para pengunjung yang makan di sana pasti curiga bahwa tempat itu kotor. Tetapi ternyata tulisan itu tidak dapat ditemukan di mana pun. Tanda tertulis yang berupa “Surat Koki” dan tempat yang berupa sebuah restoran Italia. Dan itu hanyalah kejadian kecil. Insiden sepele itu telah melanda lima ribu eksemplar brosur yang disebarkan di seluruh pusat perbelanjaan, rumah-rumah, dan gang-gang. Entah bagaimana Jung akhirnya menulis “Kuku Koki” dalam iklannya. Kedua gagasan itu telah mengacaukan pikirannya, yang menyebabkan kebingungan. “Mail-surat” telah berubah menjadi “Nail-kuku,” dan kata yang dicetak tidak menimbulkan kecurigaan orang-orang yang membacanya. Itu tanggung jawab Jung, tetapi ada orang lain yang matanya nemplok di sana. Ketika itu, setelah semuanya berlalu, perusahaan itu ternyata pernah membuat draft penanggalan “37 November 2010”.

64

| Ilustrasi oleh

Kim Si-hoon

Pada akhirnya, sungguh benar, setelah dicetak banyak dan didistribusikan, manajer Jung melihat perbedaan antara “Mail-surat” dan “Nail-kuku” serta dengan panik memanggilnya karena satu hal urgen untuk mencegah keluhan. Pada saat itu, Jung sedang berdiri di depan pintu kantor, ia meletakkan jempolnya pada mesin pembaca sidik jari untuk mengawali pekerjaan hari itu. Mesin pembaca sidik jarinya masih yang sama dalam tiga tahun dia bekerja di sana, tetapi tiba-tiba dia mendapatkan pesan bahwa mesin itu menolak sidik jarinya. Silakan coba lagi … silakan coba lagi ... dia mendengarkan suara mesin elektronik dan mencoba lagi beberapa kali, tetapi sidik jarinya tetap tidak dikenali. Dia mengambil beberapa krim tangan dan menggosok-gosokkan pada jempolnya . Bisa jadi karena terlalu kering. “Sedang menggosokkan apa engkau di sana? Bagaimana mungkin engkau bisa berhias pada saat seperti ini?” Manajernya muncul, berdiri tegak di depannya, secepat sidik jarinya terbaca, pintu terbuka. Di belakangnya ada 15.000 stiker dengan kata “Mail-surat”. Ada tiga lokasi tempat iklan “Nail-kuku” diterakan. Jung mengambil stikerstiker itu dan menuju ke seratus pusat distribusi. Dia menempelkan stiker-stiker satu per satu untuk semua surat yang belum didistribusikan. Cap jempolnya mulai berangsur-angsur pudar. Cetakan-cetakan yang salah karena kotor seperti kuku dalam sepiring makanan. Cetakan-cetakan salah yang sudah didistribusikan sebagai sesuatu yang mengerikan seperti kuku yang telah menemukan jalan dari makanan ke mulut para pelanggan. “Aku bilang, jika kita menempelkan stiker ini pada kertas, akan ada orang yang melepasnya untuk melihat apa yang ada di bawahnya.” Kwak, seorang karyawati baru di perusahaan, berkomentar ketika ia membantu Jung menempelkan stiker. Kwak mengatakan bahwa dia merupakan salah satu dari orang-orang

Seni & Budaya Korea


K o r e a n a | M u s i m P a n a s 2 0 14

65


Kukᶙ Kokᶖ

itu, dan stiker itu akan menggelitik rasa ingin tahunya. Jung bukanlah salah seorang dari mereka itu. Dan dia bukan tipe orang yang sering membuat kesalahan seperti itu. Dia menghibur diri dengan berpikir bahwa dia baru saja mendapat sedikit kemujuran karena goresan kuku koki. Dia mungkin terus berpikir seperti itu ketika ia bingung tak mendapatkan bus dalam perjalanan pulang hari itu. Dia telah naik bus yang salah dan akhirnya membawanya semakin jauh. Dia sebenarnya harus naik bus Nomor 4, namun ketika dia sadar, dia mendapati dirinya dalam bus Nomor 8. Jalur untuk bus Nomor 4 dan Nomor 8 membentang dari tempat perhentian, dan ujung jalur memutar seperti kue pretzel. Itulah yang membuat mereka gampang bingung, tetapi sebelum malam tiba biasanya Jung selalu mendapati dirinya berada pada jalur Nomor 4. Dia bahkan tidak pernah berpikir, bahwa itu sebagai tantangan. Pasti ada banyak orang seperti Kwak yang mencopot stiker, karena perusahaan menerima beberapa panggilan telepon keluhan tentang iklan. Dan sidik jari Jung masih belum dapat dibaca dengan baik oleh mesin pembaca sidik jari. Bahkan setelah ia mengolesi krim tangan, mesin itu masih juga gagal memindainya. “Apakah sidik jari Anda sekarang cacat?” Ia mendengar manajernya berkomentar di belakangnya saat ia sedang memegang jempol kirinya dan jempol kanannya ada pada file. Dia hanya berpindah dari kanan ke kiri karena sidik jari jempol kirinya tidak terbaca. Karena itulah diduga sidik jarinya cacat. “Sekarang perhatikan Jung di sini,” kata manajernya saat makan malam perusahaan setelah seharian bekerja. “Meski sudah melakukan kesalahan besar, dia tampak tenang.” Kemudian manajer itu berkata, bahwa kesalahan fatal Jung adalah cenderung tergelincir jatuh berkali-kali hari ini. Apa pun yang dikatakan manajernya biasanya ditanggapi seperti angin lalu, masuk kuping kiri keluar kuping kanan, tapi frasa “hari ini” menarik perhatiannya. Sejak ia salah baca, ia sering melakukan kesalahan sepele. Ia bingung dengan tangan yang memegang bungkus permen karet dan tangan yang memegang tiket kereta api, bahkan salah pula menyemprotkan sabun cuci ke wajan panas. Dia kadangkadang berdiri di depan mesin otomatis pencatat buku yang dikembalikan namun justru memasukkannya buku yang harus diposkan, bukan buku yang seharusnya dikembalikan. Dia bahkan membeli beberapa botol Listerine di sebuah toko, memutar tutupnya, dan hampir mabuk lantaran obat kumur mulut itu. Dia juga bingung dengan minuman

66

energi. Itu semua karena dia terlalu banyak bekerja, kata Kwak. Tunggu, apakah hal tersebut juga telah dikatakan manajernya? Lagi pula, seseorang sudah mengatakan sesuatu seperti itu. Semuanya karena terlalu banyak pekerjaan, bahkan semua kematian di dunia ini pada akhirnya akibat terlalu banyaknya beban pekerjaan. Ketika mereka selesai makan malam dan sedang bersiap-siap pergi keluar untuk minum-minum, Jung mendapati dirinya berdiri di depan bak ikan di luar tempat restoran sushi. Dia bersama rekan kerjanya, tetapi dia merasakan seperti berdiri di sana sendirian. Seekor makarel dalam bak ikan berbalik cepat. Saat itu makarel itu sebenarnya tidak berdaya,dan dengan begitu bak ikan itu terasa sebagai lautan. Ikan makarel itu bisa jadi berpikir, bahwa ia berenang di bawah kekuasaannya sendiri. Hanya ada dua cara untuk mengetahui apakah ia berenang secara pasif atau aktif: dengan menghentikan saat ini, atau makerel itu melompat keluar bak ikan. Namun di luar bak itu hanya ada aspal keras. “Nah, perusahaan kami seperti bak ikan itu,” Jung bergumam sendiri. Segera setelah dia berkata demikian, beberapa rekan kerjanya berpura-pura memanjat bak ikan. Ikan-ikan itu baik-baik saja menerima goncangan dalam bak. Beberapa rekan kerjanya merupakan wartawan baru di surat kabar. “Bukankah itu cara dunia?” salah seorang dari mereka berkata. Semua orang tertawa. Jung tertawa juga. Dia tibatiba merasakan ada dorongan sangat kuat untuk menyelam. Bukan ke dalam bak, melainkan ke luar bak itu. Artinya, ia akan menghadapi kenyataan yang pasti keras. Keesokan paginya, dia mengejar direkturnya di lift dalam perjalanan ke kantor. Sang direktur yang sedang menelepon, menunjuk pulpen Jung. Jung cepat merogoh tasnya, mengambil pulpen, dan menyerahkan kepada bosnya. Seketika wajah sang direktur mengeras, juga raut muka Jung. Apa yang diambil Jung dari tas dan diserahkan kepada bosnya itu, ternyata bukan pulpen, tetapi sepotong pollock kering sisa makan malam sebelumnya. Rupanya ketika malam itu mereka minum-minum, salah seorang reporter memasukkan pollack ke dalam tasnya. “Ini mengingatkanku pada ekspresi wajahmu.” Mendung seketika muncul tak terduga, pollack keriput telah membuat Jung bungkam seribu bahasa. Sejenak Jung berpikir bahwa dirinya sungguh tampak bagai kudapan kering dari malam sebelumnya. Direkturnya tentu memiliki pikiran yang mirip. Jung mencoba menjelaskan untuk Seni & Budaya Korea


Kukᶙ Kokᶖ

dirinya sendiri. Sungguh, itu hanya kesalahan kecil yang tidak disengaja. Direkturnya tampaknya bisa mengerti. Tapi kemudian dia berkata, “Saya pikir kamu perlu berlibur. Isi tas dan isi kepalamu semua bercampur aduk, itulah penyebab kamu bingung, bukan? Bagaimana jika kamu bingung menentukan mana pedal rem dan mana pedal gas?” Jung ingin protes — mengapa Bapak menandatangani draft yang bertanggal 37 November, dan orang yang menuliskan tanggal 37 November toh masih bekerja di sini tanpa masalah, itu hanya kesalahan kecil — tetapi ia gagu bicara. Pintu lift terbuka dan hari itu Jung tidak punya pekerjaan yang harus dilakukan. Dia meletakkan ibu jarinya ke mesin pembaca sidik jari pada jam pulang, tetapi kembali, mesin itu tidak mengenali sidik jarinya. Nah, itu sudah dapat diduga. Dia bukan lagi karyawan yang tercatat pada mesin itu. Secara teknis dia dimutasi ke departemen yang berbeda, tapi itu sebenarnya merupakan bagian dari restrukturisasi, dan dengan cara itu Jung memilih melompat keluar dari bak ikan. Dia merasa lega bahwa dia tidak harus memegang jempolnya pada mesin pembaca sidik jari, sebagaimana semua karyawan melakukannya. Ketika ia berpikir tentang mesin pembaca sidik jari sebagai toilet umum, dia merasa tidak begitu sakit hati. Kwak mengikutinya keluar dari gedung beberapa langkah dan bertanya, dia akan pergi ke mana. “Mungkin akan naik subway dan membaca buku atau melakukan sesuatu.” Kwak menatapnya dengan mata iba sambil mengulurkan kartu nama. Dia mengatakan, mungkin hal itu akan bisa membantunya. Jung refleks menatap kartu nama itu dan kemudian memasukkan ke dalam tasnya. Dan dengan demikian ia seperti jatuh ke jalan aspal. Itulah pelarian. Tapi tetap saja dia tidak bisa menghilangkan perasaannya bahwa dia tidak lain hanyalah bagian dari sampah yang bahkan sampah pun dapat menolaknya, dan ia tumbuh penuh tekanan.

K

arena ia menghabiskan waktunya sepanjang hari di rumah, setiap hari ia merasa seperti hari Minggu, tidak peduli hari apa dalam seminggu itu. Esok adalah hari Minggu, juga esoknya lagi, dan hari-hari berikutnya. Setelah tiga minggu berturut-turut, Minggu bukan lagi hari Minggu yang panjang. Pada hari Minggu keempat, perasaan was-wasnya menjadi kenyataan. Menurut urutan peristiwa secara alami, dia menerima K o r e a n a | M u s i m P a n a s 2 0 14

telepon dari manajer apartemen. Dia diberitahu bahwa ia harus meninggalkan apartemen dalam waktu empat puluh lima hari setelah pengunduran dirinya. Jung tahu tentang peraturan tersebut. Dia sama sekali tidak membayangkan bahwa peraturan itu akan diterapkan padanya begitu tibatiba dan itu bertentangan dengan yang diinginkan. Alasan dia tinggal di situ adalah karena itu perumahan perusahaan surat kabar, meskipun ia harus bekerja berjam-jam dan dengan upah yang rendah. Itulah keuntungan yang menarik bagi seseorang seperti Jung, yang berasal dari wilayah yang berbeda. Jung cukup beruntung mendapatkan sebuah apartemen hanya setahun setelah dia mulai bekerja untuk perusahaan, dan dengan demikian ia tinggal dengan nyaman selama dua tahun terakhir. Tapi sekarang tidak lagi. Dia tidak tahu apakah ini juga merupakan bagian dari urutan kejadian yang alami itu, bahkan dia juga diberitahu oleh pacarnya bahwa cowoknya itu telah meninggalkannya juga. Mereka berdua begitu sibuk dan mungkin hanya bisa saling berjumpa satu sama lain sekali sebulan pada waktu yang terbaik. Dengan pekerjaan, perumahan, dan kehidupan cinta yang berakhir bersamaan, Jung tiba-tiba menemukan dirinya mandiri. Masa kosong membuatnya begitu gelisah, meluap bagai ekstasi. Jung berbaring di sofa dan menatap wallpaper di depannya. Delapan tahun kehidupan kota berlalu di depan matanya. Rumah pertama yang dipilihnya di kota ini berada di tingkat tiga lantai basement. Tergantung pada bagaimana Anda melihatnya, tingkat dua atau tingkat tiga basement. Itu berarti bahwa jika ia melompat setinggi dia bisa dia akan berada di tingkat dua basement, dan jika ia jatuh kembali ke lantai, dia akan berada di tingkat tiga basement. Hanya ada satu hal di sana, yaitu rumah itu tanpa jendela. Realitas itu melampaui apa pun yang pernah ia alami atau yang pernah bisa dibayangkan. Pada setiap rumah yang diketahui Jung, atau di dalam rumah yang bisa dibayangkannya, selalu ada jendela, baik besar atau kecil, tapi di sini jelas setiap rumah pasti tanpa jendela. Meskipun tergantung pada bagaimana Anda melihatnya, Anda bisa mengatakan bahwa di sana ada jendela. Tentu, bahwa itu bukan jendela yang menempel di dinding, tetapi tergeletak di lantai. Ketika ia membuka jendela yang menghadap ke bawah di rumah tingkat tiga (atau kedua) basement ini, ia menemukan tangga terbang. Dan di bagian bawah tangga ada gudang yang ukurannya sekitar seperempat dari ruangan di atas. Jung menempatkan

67


Kukᶙ Kokᶖ

segala sesuatu yang tidak dia gunakan di gudang tersebut, dan dia tidak pernah membuka kembali sampai saat ia meninggalkan rumah itu. Pada hari ia meninggalkan rumah itu, dia membuka ruangan bawah yang menghadap jendela dan mengeluarkan barang-barang dari ruangan gudang, kemudian mengumpulkan semuanya dengan sampah. Dia tidak bisa mengingat apa-apa lagi semua yang ada di sana. sdthjsetjn Setelah tinggal di basement dan dua kamar atap, rumah keempat yang dipilih Jung berada di lantai dua koridor bangunan apartemen, dan baru saat itu Jung merasa bahwa ia telah sungguh-sungguh menetap di kota. Lantai dan langit-langit rumah sama-sama hangat dan gerah. Rumah itulah satu-satunya tempat dia tinggal sekarang. Tapi ia harus sesegera mungkin mencari rumah kelima. Saat ia menjumpai tulisan aneh di pintu depan rumahnya, hari itu sungguh-sungguh hari Minggu. Setelah lima hari Minggu berturut-turut atau bahkan lebih, Minggu itu benar-benar datang, Jung membuka pintu untuk mengangkat piring bekas makanan pesanan, sama seperti yang dia lakukan pada tiap hari Minggu lainnya. Udara dingin bergegas masuk. Dia merasa lega ketika melihat bahwa dia bukan satu-satunya orang yang meletakkan piring di lorong. Tapi di saat berikutnya ia melihat perbedaan antara apartemennya dan apartemen tetangganya. Ada nomor di sana. Di pintu depan apartemen Jung, tertera angka “237” ditulis dengan spidol. Melihat penempatan huruf yang lurus dan berlebihan, tampak lebih menyerupai pemberitahuan ketimbang sebuah grafiti. Ada desas-desus bahwa seorang penjahat akan menandai rumah orang yang tinggal sendirian. Kejadian ini mungkin sesuatu yang mirip hal dengan itu. Target 237, atau mungkin target untuk tanggal 37 Februari — bukan, tunggu, ke-37 adalah tanggal yang cocok yang pernah terjadi di perusahaan lamanya, bukan? Jung menyelipkan rokok di mulut dan menyalakannya, tapi tak ada waktu untuk kabur melalui asap rokok. Agar bencana ini tidak melewati rumahnya, maka ia harus setidaknya memastikan bahwa memang tidak di jalan di situ. Disebabkan oleh angka “237” itu, Jung menjelajahi koridor apartemen untuk pertama kalinya dari lantai pertama sampai dengan lantai atas. Di mana pun, dia tidak menjumpai angka “237” yang lain. Jung tidak tahu sudah berapa lama nomor 237 ditulis di pintu. Walaupun dia sudah putus dengan pacarnya, Jung mungkin akan menelepon pacarnya tentang keadaannya sekarang. Tentu saja, ketika dia menengok kembali masa

68

Seni & Budaya Korea


Kukᶙ Kokᶖ

69


Kukᶙ Kokᶖ

lalu, mungkin ada kemungkinan lebih besar bahwa dia tidak akan melakukannya. Saat merayakan satu tahun masa pacaran mereka, sang pacar menghadiahinya vibrator. Itu bukan jenis hadiah yang diberikan seorang lelaki pacarnya pada peringatan satu tahun hubungan mereka, tetapi Jung tertawa. Jung memberinya hadiah yang lebih ringan, tapi pacarnya hanya tersenyum canggung dan berkata: “Aku sudah berhenti merokok.” Steak yang tersaji di piring mereka semakin dingin. Sungguh, Jung sebenarnya tidak menyukai semua jenis steak. Pacarnya pun sebenarnya tidak menyukai steak. Tak satu pun dari keduanya tahu mengapa mereka duduk di sana dengan steak di piring mereka. Mereka berbicara lewat telepon beberapa kali setelah itu, namun itulah malam terakhir bagi pertemuan mereka berdua. Baru sekarang Jung mengambil vibrator dari kotaknya. Diputarnya saklar sambil memegangnya di udara. Vibrator membelah angin dan menyapu udara. Tapi itu hanyalah kata-kata dalam pikirannya; dia tidak bisa mengetahui apa dampak instrumen lembut yang bergetar itu, kecuali membawanya ke dalam hakikat kesepian diri. Jika diamati, vibrator itu tampaknya tidak lebih dari baling-baling yang menghembuskan angin tenang. Sebelum fajar hari berikutnya tiba, pemberitahuan menyebar ke semua pintu gedung apartemen. Jung tidur larut malam. Dia tidak merasa lebih baik setelah menghirup udara pagi yang dingin. Dia tersiksa dengan pertanyaan apa perlu menandai semua pintu dengan angka 237 atau untuk melanjutkan dengan 238, tapi pada akhirnya dia memilih 237. Akhirnya semua selesai, kecuali angka yang dihitung mundur, dia tidak ingin menjadi korban pertama di gedung itu.

‘‘S

aya hanya bisa berbisnis dengan Anda secara kredit,” kata seorang karyawan sebuah bank. Tidak mungkin meminjam di sini. Dia menelepon ke sana-sini, namun tidak mudah menemukanpekerjaan yang cocok. Tas yang selalu dipakainya di atas bahu tergeletak di pintu depan, ketika ia meninggalkannya pada saat ia meninggalkan pekerjaan lamanya. Ketika terbalik ia memengang tas itu, sekitar dua puluhan kartu nama jatuh berserakan bersama rongsokan. Dia lupa di mana ia mendapatkan kartu-kartu nama itu, baik dari kliennya atau dari seseorang yang kebetulan bertemu di jalan. Salah satu kartu nama itu bertuliskan “Bookworm Advertising Agency” , pasti yang pernah diberikan oleh Kwak.

70

Dalam waktu sepuluh hari, Jung sudah bekerja kembali. Semuanya harus dikerjakan dalam getaran subway sejak pukul enam pagi hari hingga pukul sebelas malam, sambil bergaya membaca buku. Perusahaannya memiliki sekitar lima ratus karyawan yang tinggal di wilayah metropolitan Seoul. Hal yang menakjubkan, perusahaan ini telah beroperasi selama lima belas tahun. Ini rahasia. Sulit dipercaya, sampai dia menemukan pekerjaan baru sebagai pekerja paruh waktu. Tidak buruk, dia dibayar 15.000 won persatu jam.Bahkan, mungkin lebih baik daripada gajinya di perusahaan lamanya. “Seorang lelaki sedang membaca buku secara cermat. Dia benar-benar asyik dengan kegiatannya itu, bahkan acapkali tertawa sendiri. Lalu apa yang Anda pikirkan? Tidakkah Anda ingin tahu buku apa yang dibacanya? Atau bagaimana dengan seorang perempuan yang cukup intelek, namun tidak bisa melepaskan matanya dari sebuah buku. Ketika perempuan dilewati seseorang dengan wangi parfum yang menawan, mereka sering diam-diam bertanya, minyak wangi apa yang dipakainya? Tentu mereka akan bertanya jika mereka penasaran. Tapi mereka tidak merasa perlu bertanya tentang judul buku yang dibaca seseorang. Perempuan membaca buku dengan judul yang ditampakkan secara jelas, semata-mata agar dilihat orang. Tidakkah engkau ingin tahu? Tapi, omong-omong, siapakah nama aslimu? Jung Bangbae? Seperti stasiun subway? Ha ha ha, kita harus menempatkanmu di jalur 2.” Seorang manajer di perusahaan Bookworm Advertising Agency menyimpulkan tentang Jung seperti perkataannya. Ada sesuatu pada penampilannya yang mengingatkannya pada manajer di perusahaan lamanya. Manajer itu tampak merasa lega melihat kuku Jung yang rapi. Sebenarnya ini sudah dua minggu sejak dia ke toko kecantikan kuku, sehingga ia memakai hiasan pada tepi kukunya, namun manajer tersebut tidak menangkap detail itu. Si “karyawan pembaca buku” pada dasarnya bagai berjalan di billboard, sehingga mereka harus berpakaian secara cerdas. Jung dengan mudah lulus ujian itu. Mereka mengakui pengalamannya pada koran lokal, sehingga ujiannya cukup berlangsung dalam sehari. Padahal menurut mereka, biasanya membutuhkan waktu dua hari. “Jangan remehkan pekerjaan.Begitu engkau mendapatkannya, engkau akan menyadari bahwa tidak ada pekerjaan yang gampang. Yang harus kau lakukan adalah duduk di bangku subway dan membaca buku. Tahukah kau penempatan produk tersamar dalam film? Hal itu membuat penonton Seni & Budaya Korea


Kukᶙ Kokᶖ

membeli Coke ketika film berakhir? Dengan cara yang sama, kita tanam judul buku dalam alam bawah sadar para penumpang subway. Para karya-wan pembaca buku kami hanya perlu sering mengekspos judul-judul. Tentu saja, harus dipastikan bahwa orang sungguh memperhatikan Anda ketika Anda membaca buku di dalam subway. Tidak ada gunanya jika Anda hanya dianggap sebaga hanya angin lalu. Para sponsor iklan yang menginvestasikan modalnya akan kecewa. Mereka akan berpikir bahwa itu cuma buang-buang modal saja.” Menurut manajer itu pembaca sekarang tidak punya waktu untuk memilih buku-buku, sehingga seseorang harus membangkitkan rasa ingin tahu mereka. Itulah sebenarnya tugas yang harus dilakukan oleh para karyawan pembaca buku. “Saya kira iklan begini sangat efektif. Apakah Bapak telah menjual lebih banyak buku?” Manajer itu mendengus, “Kami sudah menjalankan bisnis ini selama lima belas tahun.” Jung ditugasi dalam subway yang jalan malam hari. Sekarang dia datang dan pergi dari pekerjaannya dibuktikan bukan oleh mesin pembaca sidik jari, melainkan oleh kartu transportasi. Kartu transportasi yang diberikan kepadanya diperiksa setiap bulan oleh lembaga. Dalam subway, orang-orang tidak melihat ke depan atau ke kirikanan, tapi lurus ke bawah lutut mereka. Banyak orang yang membaca buku atau menatap telapak tangan mereka, memainkan segala macam video player, dan tidak celingak-celinguk melihat ke sekelilingnya. Untuk menarik perhatian, ia harus menggoda mata mereka sejak mereka naik subway. Pada hari pertama di tempat kerja, Jung mengenakan hak sepatu lima inci dan rok mini sebelas inci. Jung melihat peta subway — ini semua bagian dari rencana —  dan duduk di bangku kosong. Kemudian dia memeriksa ponselnya — ini juga merupakan bagian dari rencana —  dan mengambil sebuah buku dari tasnya. Pada sampul warna kuning terang tertera judul: The Slug’s House. Itulah buku yang harus dibaca Jung. Setelah membaca sepuluh halaman, ia tertawa. Rasanya agak canggung. Suara “heh” yang ringan terdengar sempurna, meskipun tidak ada “heh” keluar dan senyumnya tampak terlalu dipaksakan. Dia mendongak dan bersitatap dengan seorang perempuan yang duduk di depannya. Jung segera menunduk kembali. Setelah dua puluh halaman dia tertawa lagi. Kali ini “heh” tidak begitu terdengar. Ketika memikirkan hal itu, dia menyadari bahwa dia bukanlah K o r e a n a | M u s i m P a n a s 2 0 14

tipe perempuan yang biasa tertawa keras. Tawanya nyaris tak terdengar. Dia mengambil pena dan penggaris dari tasnya dan menggarisbawahi sebagian teks. Dia merasa mata sampingnya bosan menatap buku. Setelah membaca beberapa halaman lagi, bahunya terasa kaku. Yang paling penting untuk diingat adalah tidak meletakkan buku itu di lutut atau dalam tasnya untuk waktu yang lama. Dia harus memegang buku agar terkesan ringan dalam genggaman satu tangan, atau mungkin dua, sehingga mereka yang duduk di seberang atau di sampingnya bisa melihat judul buku itu. Jung berdiri dan mengosongkan bangkunya. Jalur Nomor 2 — satu-satunya jalur yang melingkar di subway Seoul —  sudah melintasi satu putaran. Dia kembali ke awal. Sesuai dengan petunjuk dalam pelatihan, sekarang dia harus membaca sekitar empat puluh halaman. Jung perlahan-lahan membolak-balik halaman buku. Otot-otot di sudut-sudut mulutnya mulai kejang sedikit. Untuk sebuah perjalanan di dalam kota, dia adalah satu-satunya orang yang duduk di bangku yang sama. Dia telah membaca sesuatu, tetapi pada akhirnya ia harus kembali ke awal. Dia tidak ingat satu baris. Jung mulai membaca dari bagian itu. Dari halaman 237 sampai dengan halaman 242 ada lima kali berhenti, dari halaman 242 ke halaman 250 ada delapan kali, dan saat ia bergerak maju-mundur seperti itu dalam subway, dia menyadari bahwa dia telah beradaptasi dengan sebuah arus dan dia berenang di bawah kekuasaannya sendiri. Setelah tujuh malam gelombang manusia meningkat, dan kadang-kadang setelah sembilan malam gelombang itu surut kembali. Tidak peduli di mana ia mulai perjalanannya, butuh waktu sekitar sembilan puluh menit untuk menyelesaikan perjalanan keliling jalur Nomor 2. Jung bekerja non-stop selama dua minggu, tiga kali putaran sehari. Suatu hari hidungnya terbenam dalam buku itu, dan ketika dia melihat sekeliling, didapatinya bahwa dia sudah sendirian. Hanya ada bayangannya sendiri di jendela, meluncur menembus kegelapan. Seorang pembaca, dengan sebuah buku tersusun di atas hidungnya, bernapas ke dalam halaman-halaman buku. Tiga minggu berlalu, Jung masih membaca buku yang sama, selalu dimulai dari tempat yang sama. Dia harus membaca buku ini satu bulan lagi. Pada awalnya sangat membosankan, tetapi menjadi sedikit lebih mudah ketika dia membayangkan hal itu sebagai naskah drama. Ekspresi wajah Jung meningkat dari hari ke hari. Dia bahkan pernah menangis dua kali. Menangis tentu saja berkali-kali

71


Kukᶙ Kokᶖ

lebih keras daripada tertawa, tapi Jung baru berhasil memeras air matanya hanya setelah tiga minggu. Bahkan ketika air mata bercucuran seperti hujan es pada halaman buku yang miring, dia tidak lupa secara teratur — tetapi dengan wajar —  membalik halaman tersebut. Pada suatu waktu, salah seorang perempuan yang duduk di sampingnya, mengulurkan tisu dan bertanya bacaan apa yang membuatnya menangis begitu rupa. Pada waktu yang lain tidak ada yang berbicara apa-apa padanya, tetapi mereka tidak bisa menyembunyikan fakta bahwa tatapan mereka tertuju pada buku yang dipegangnya. Tentu saja, Jung bukanlah menangis karena buku. Air matanya hanya keluar seperti produk limbah lainnya. Jung tidak terbiasa menangis, tapi menangis tidak terlalu sulit jika dia berpikir bahwa hal itu sebagai pekerjaan. Ketika ia mengangkat matanya dari buku dan melirik ke sudut gerbong subway, dia melihat sebuah titik kecil merangkak perlahan di lantai. Itu siput. Pemandangan itu seharusnya ganjil, tapi dia merasa sangat akrab. Itu disebabkan karena pekerjaan. Membaca The Slug’s House setiap hari, bahkan walaupun dia tidak memiliki perhatian pada jalur tersebut, mereka tumbuh akrab. Jung selalu mengikuti jalur yang sama, tapi suatu hari dia menyimpang dari jalur itu. Seharusya dia mengikuti jalur utama Nomor 2, tapi dia pergi ke jalur bercabang di Stasiun Seongsu, ke arah sebaliknya. Itu disebabkan oleh kata-kata yang pertama kali menimbulkan kesalahan, melintas lagi dalam pikirannya. Sesungguhnya bukan “Surat Koki — Chef’s Mail,” melainkan jelas “Kuku Koki — Chef’s Nail”. Bahkan jenis huruf itu tampak mirip dengan jenis huruf yang digunakan sebagai tandanya. Tanda bahwa Jung telah salah membaca, tanda yang tidak ada di mana pun di muka bumi ini. Dia seharusnya naik jalur Nomor 2 sampai Stasiun Sincheon, tapi Jung mengikuti “Kuku Koki” dan keluar dari subway. Itulah judul sebuah buku yang dibawa sejumlah orang. Dia berjalan, berbelok dari jalur melingkar sebagaimana dia pergi. Hanya beberapa huruf yang dicetak pada papan penunjuk jalan. Tapi di mana saja di sepanjang jalan hurufhuruf itu tidak dilihatnya.

J

ung melihat kalendernya. Dia hanya punya waktu dua minggu sebelum meninggalkan apartemennya. Dia menemui manajer apartemen saat hendak pergi kerja, dan manajernya bertanya kapan dia akan pindah. Jung menjawab bahwa ia sedang mencari tempat baru. Jung tidak berbohong. Sebelum dia berangkat kerja dia

72

melihat sekeliling lingkungan ini dan itu, tapi dia belum juga menemukan rumah yang cocok. Jung sebenarnya tidak memilih-milih . Tentu, ada beberapa rumah yang memiliki kerusakan fatal –meskipun banyak kekurangan, kata “fatal” tidak cukup untuk menggambarkan kondisi rumahrumah itu. Jung tidak mau tinggal di ruang atap atau di basement apartemen. Dua kali pengalamannya tinggal di kamar atap telah mengajarinya bahwa tagihan pemanas kadang-kadang bisa lebih besar dari biaya sewa, dan pengalamannya tinggal di basemant apartemen adalah serangan radang kulit yang disebabkan oleh jamur — meskipun dia tidak tahu apakah sungguh-sungguh jamur yang menyebabkan radang kulit itu —  seperti pajak yang ditambahkan pada sewa tempat tinggalnya. Namun saat mencari sebuah rumah dengan dana yang terbatas, perlahan-lahan sikap Jung tumbuh menjadi lebih toleran. Jung telah belajar bahwa tanpa sinar matahari atau jendela dalam rumah tinggal, menjadikan dirinya lebih cepat tua. Tidak, ia sebenarnya merasakan kelelahan tinggal di tempat seperti itu. Meskipun itu perumahan perusahaan, tak seorang pun tahu Jung tinggal di lantai itu. Ada perusahaan lain, selain perusahaan surat kabar tempat Jung bekerja, yang karyawannya tinggal di apartemen itu, sehingga Jung merasa asing pada sebagian besar warga yang tinggal di sana. Meskipun begitu, tetangga sepertinya tahu tentang ikhwal pengunduran dirinya, bahwa ia tinggal di situ hanya untuk sementara waktu. Jung tinggal di apartemen terakhir pada lantai itu, dan di depan pintu sebelah apartemen tumpukan kubis cukup besar menutupi jalan jika datang lagi musim membuat kimci. Seekor siput perlahan-lahan membuat jalan dari tumpukan kubis menuju pintu depan kamar Jung. Jung memejamkan mata. Dia kembali pada jalur Nomor 2. Seorang lelaki berjalan melewati pintu pertama pada gerbong kedua subway dan berdiri di tengah-tengah. Iklannya akan kehilangan efektivitas jika dia berpaling terlalu lama dari buku, jadi tidak peduli siapa yang lewat, dia menanam hidungnya ke dalam buku. Beberapa saat kemudian, beberapa kata berdering jelas di telinganya: Kuku Koki. “Judul buku yang saya tulis adalah:Kuku Koki. Itu hanyalah salinan buku ini di dunia. Saya menulisnya sendiri, tentu saja, saya mengerjakannya sendiri, maksudnya saya menulis buku itu dengan tangan saya sendiri. Anda akan lihat nanti mengenai hal tersebut, tentu saja, semua ditulis tangan, bahkan saya juga menulis sendiri nomor Seni & Budaya Korea


Kukᶙ Kokᶖ

halamannya. Saya bahkan terikat kumparan benang. Mulai dari kelahiran cerita dan kemasan buku, saya melakukan semuanya sendiri. Sebuah buku seperti pintu: Anda harus membukanya untuk masuk ke dalam. Dan setelah itu Anda mungkin tidak pernah keluar lagi. Jilid hardcover mengikat cukup berat dan juga mahal. Ini adalah buku hardcover. Tetapi bagaimana pun keajaiban dijumpai dalam dunia buku! Ayo, masuklah ke dalam buku saya.” Dengan jaket lapis putih dan syal merah melilit leher, lelaki itu memang terlihat seperti koki. Sebagai koki, ia mengambil dan membuka sampul buku, membuka halamannya dan membeberkannya bagaikan kipas lipat. Dia tampak seperti pemain akordion. Buku ini tidak dijual. Sebagian orang melihat koki dengan pandangan ingin tahu, tetapi tidak sampai 30%, harga 56.000 won terlalu tinggi untuk sesuatu yang dijual dalam subway, meskipun jika itu satu-satunya jenis buku di dunia. Tapi buku itu adalah Kuku Koki. Kata-kata tersebut untuk ketiga kalinya muncul sebelum Jung. Kali pertama merupakan sebuah kesalahan, kali kedua sebagai sesuatu yang nyata, dan sekarang K o r e a n a | M u s i m P a n a s 2 0 14

dia berdiri di persimpangan antara keduanya. Kehadiran kata-kata itu sering membuat Jung gelisah. Mereka juga membuatnya penasaran. Dia berdiri. Itu adalah buku dengan hardcover hitam, kira-kira seukuran buku daftar menu restoran, yang seluruhnya memuat tiga ratus halaman. Pada bagian depan buku tertera jelas dengan huruf emas “Kuku Koki” dan di bagian belakang ada stiker bertuliskan ”Daftar Harga: 80.000 won”. Isi buku itu mirip dengan Kitab Kejadian. Itu berupa daftar hal yang sangat panjang. Daftar yang memuat bukan hanya orangorang, tetapi juga hewan, tumbuhan, dan bahkan karya seni, serta hal-hal seperti merek ban mobil dan edisi terbatas lipstik. Daftar hal tersebut tidak disusun secara acak; sebagai gantinya, hal satu akan mengarah ke hal berikutnya, seperti latihan asosiasi kata. ”Misalnya, kuku koki masuk ke dalam tumit sepatu kets dari pelanggan yang memesan makanan, hal itu mengarahkan pada alamat pabrik tempat tumit sepatu itu dibuat, dan ini menyebabkan lagi tukang pos mengirimkan surat ke alamat tersebut, dan itu terus berlanjut pada sesuatu yang lain hingga akhirnya menunjukkan bahwa seluruh

73


Kukᶙ Kokᶖ

dunia sebenarnya saling terhubung. Dia tidak mampu tuntas membaca seluruhnya dalam semalam. Jung membalik-balik buku itu dari awal hingga akhir, ingin melihat namanya terpampang di suatu tempat di sepanjang jalan, lalu dengan cepat membalik buku untuk menemukan bagian tersebut. Tapi nama itu tidak ada. Tidak akan ada kata-kata yang tampak tertera sebagai “Jung Bangbae”. Buku itu sesungguhnya tidak benar-benar menarik dibaca, tapi saat ia membacanya dia tidak bisa menghilangkan perasaan bahwa dia mungkin menemukan satu atau dua bagian yang ada hubungannya dengan dia. Menurut buku itu, kuku koki punya kekuatan mistis, sehingga semua orang yang menyadari hal itu entah bagaimana terhubung satu sama lain. Jung bertanya-tanya apakah yang salah dengan dirinya. Mungkin itu jari kuku, yang belum dipotong namun terus tumbuh, telah menyihir Jung tanpa disadarinya, dan saat ia berpikir tentang itu, dia lupa bahwa ia segera harus meninggalkan apartemennya, dan mencari pekerjaan baru. Sungguh, dia tidak bisa tetap tinggal di sana sepanjang waktu. Ketika dia membuka pintu sewaktu hendak bekerja, ia menemukan memo tergeletak seperti surat peringatan untuk segera meninggalkan apartemen itu. Dikatakan bahwa dia masih punya sisa waktu satu minggu tinggal di apartemen. Dia bersyukur bahwa setidaknya surat peringatan itu dimasukkan ke dalam amplop sehingga tidak ada orang bisa membacanya. Sementara subway berkeliling mengitari pinggang kota, Jung membaca bukunya. Tapi dia hanya membaca secara mekanis, mengikuti rutinitas yang sama seperti biasa — dia tidak benar-benar membaca. Jung mengejar Kwak sekitar satu jam sebelum dia menyelesaikan pekerjaan. Kwak menebarkan aroma se-perti dia baru saja selesai makan malam dengan rekan kerjanya. Jung merasa sedikit canggung jika berpikir bahwa ia seperti benar-benar memanfaatkan kartu nama Kwak yang pernah diberikan dulu. Itu membingungkan juga. Sesungguhnya dirinya sedang bekerja, tapi ini gangguan tak terduga, jadi dia menutup bukunya. Namun, buku itu tidak dimasukkannya kembali ke dalam tas, ia meletakkannya di atas pangkuannya. Mereka duduk berdampingan. Setelah Kwak menyampaikan beberapa kata, Jung menyadari bahwa kartu nama yang diberikan Kwak pada hari dia meninggalkan pekerjaanya itu bukanlah kartu untuk seorang karyawan pembaca buku. Kartu yang telah diberikan Kwak kepadanya adalah

74

kupon untuk tiga kali pijat Thai secara gratis. Sebuah kupon seukuran kartu nama. Tapi ketika Kwak bertanya apakah ia telah menikmati pijat itu, Jung mengucapkan terima kasih. Dia tidak menyebutkan sebagai seorang karyawan pembaca buku. Bisa jadi kupon pijat itu sudah melewati masa kedaluwarsa, dan jika tidak pun, itu akan segera menuju keranjang besar sampah kota. Apapun masalahnya, hasilnya tidaklah buruk. Jika dia tidak mengambil pekerjaan ini, dia tidak akan pernah datang untuk memiliki Kuku Koki. Dan dia sekarang bekerja pada kecepatan dan antusiasme yang pas, bukankah begitu? Kwak bertanya, “Apakah kau ingat apa yang kau katakan dulu? Tentang ikan makerel di tempat sushi. Kadangkadang kami masih berbicara tentang hal itu. Bahkan sampai sekarang. Meskipun begitu, aku hanya ingin melihat ke depan. Jika sampai saat ini kau curahkan tenagamu, kau tidak perlu memikirkan hal lain. Bahkan, meskipun itu sedikit melelahkan. Jika makerel hanya melihat ekor tenggiri di depannya, ia tidak akan punya waktu berpikir, apakah ia benar-benar berenang atau tidak. Aku hanya menatap bagian belakang makarel di depanku sekarang, kau tahu? Aku berenang membawa hatiku.” Jung menggumam: Aku melihat ke samping, bukannya melihat ke depan, dan aku melihat bayanganku sendiri di kaca bak ikan, karena itulah aku dipecat. Kwak menatapnya sejenak dengan mata iba. Setelah Jung meninggalkan surat kabar, dia tidak menghubungi siapa pun karena takut melihat atau mendengar simpati tersebut. Bahkan, temantemannya yang tinggal di kota yang sama, dan terlebih bukan orang tuanya yang tinggal di kota yang berbeda. Mungkin akan lebih mudah berterus terang kepada orangorang di toko kecantikan kuku, salon kecantikan, dan pusat perawatan kulit. Namun, sekarang ini ia sudah menjadi canggung. “Ah, aku hampir lupa!” kata Kwak, seolah-olah dia baru saja teringat sesuatu, dan mengambilnya dari dalam tasnya. Untuk keempat kalinya, Kuku Koki muncul di hadapan Jung. Kali ini seharusnya tidak muncul. Jung sudah menyediakan satu-satunya salinan yang ada, jadi bagaimana bisa Kuku Koki yang lain muncul? Dan dalam ukuran yang sama, ketebalan yang sama, dan warna yang sama pula. Yang berbeda adalah harganya. Ketika Kwak dalam perjalanan pulang setelah usai meliput berita, ia membeli buku itu seharga 48.000 won. “Ini pertama kalinya aku membeli sesuatu di dalam subway. Lihatlah judulnya! Aku tidak tahu ternyata itu Seni & Budaya Korea


Kukᶙ Kokᶖ

benar-benar ada. Mungkin kau membaca buku ini dan dibuatnya bingung? Penulisnya sendiri menjual itu dan mengatakan bahwa itu adalah satu-satunya buku dari berbagai jenis buku. Aku sudah membaca sedikit, tapi tampaknya tidak semua bagian menarik.” Dalam pandangan sekilas menunjukkan bahwa keduanya nyaris sama. Jung tidak mengatakan kepada Kwak bahwa dia juga punya buku itu, bahkan dia membelinya 56.000 won. Kwak bertanya kepada Jung, di mana dia turun. Kwak tampaknya berpikir bahwa Jung sudah pindah dari apartemen perusahaan. Jung menjawab pertanyaan itu dengan pertanyaan lain. “Apakah kau tahu berapa lama perjalanan berkeliling di jalur Nomor 2?” “Entahlah. Dua jam? Satu jam?” “Delapan puluh tujuh menit.” Ah, Kwak mengangguk. Perjalanan Kwak belum sampai tujuan, jadi Jung turun lebih dulu. Di Stasiun Sindorim. Setelah subway melaju membawa Kwak meninggalkan stasiun, Jung duduk di bangku peron dan mengambil Kuku Koki dari tasnya. Dengan jempolnya, dia mengusap debu di punggung buku dan kemudian menekan jempolnya lagi di sudut salah satu halaman. Sidik jari yang cacat itu seolah-olah tampak halus dan mendalam karena beberapa nebula tanpa nama. Spiral ini dimiliki setiap orang, tapi tidak ada dua orang yang memiliki spiral sama ... dengan cara ini jempol Jung meninggalkan tapak pada halaman buku. Sekarang Jung memiliki buku yang berbeda dari semua salinan lain, dari kuku semua koki yang lain. Dia meletakkan buku itu kembali ke dalam tasnya dan mengeluarkan The Slug’s House. Kereta sudah membawanya ke stasiun berikut. Subway meluncur di atas kota dan melaju dengan kecepatan konstan. Komuter subway melilit pinggang kota seperti pita pengukur. Jung melirik sekilas nama-nama stasiun yang diatur pada interval genap pada peta subway, seperti gradasi. Pada bagian lain tampak ada dua stasiun yang jauh terpisah, tetapi itu merupakan stasiun yang baru akan segera dibangun. Jalur-jalur subway terus diperluas tanpa henti sehingga jalur-jalur itu akhirnya tampak semrawut seperti helai-helai rambut yang jatuh dalam pembuangan air di kamar mandi, dan mereka dipusingkan oleh jalur-jalur itu. Hanya ketika malam datang, subway sedikit lebih damai. Subway melaju naik dan turun, atau ke bawah dan ke atas kota seperti seonggok besi. Itulah kedamaian, tidak masalah ada atau tidak ada Jung di sana. Bahkan, K o r e a n a | M u s i m P a n a s 2 0 14

jika dia tidak ada di sana pun, subway terus menjadi besi yang meluncur menyusuri kota. Mata Jung menangkap seekor siput yang merangkak di lantai gerbong subway. Siput itu merangkak pelan menuju pintu dan kemudian berhenti di depannya. Akhirnya pintu terbuka. Jung mengawasi untuk melihat apa yang akan dilakukan siput itu. Bagaimana ia melintasi ruang kosong yang panjangnya beberapa puluh kali tubuhnya sendiri? Bukankah ia akan jatuh masuk ke celah antara pintu subway dan platform? Apa yang terjadi. Tepat sebelum mencapai pintu — yaitu tepat saat sebelum mencoba melewati celah kosong — siput itu terlindas. Benda padat itu rata meninggalkan noda hijau.

‘‘R

estrukturisasi,” begitu mereka menyebutnya. Setengah para karyawan pembaca buku dipecat. Jung nyaris celaka. Tetapi dia tunduk pada hasil evaluasi manajernya melalui telepon. Menurut manajernya, “Membeli sesuatu pada saat bekerja: satu kali. Bercakap-cakap dalam tempo panjang saat bekerja: satu kali. Meninggalkan rute saat bekerja: empat kali....” Dampaknya, Jung hanya menerima setengah gaji bulanannya. Tidak ada bayangan, tetapi tampaknya bayangan yang tak terlihat itu melekat pada diri Jung. Mata berada di mana-mana. Jung selalu diawasi. Di antara mereka yang membaca adalah mereka yang pura-pura membaca, dan di antara mereka yang pura-pura membaca adalah mereka yang memastikan mereka yang pura-pura membaca. Saat itulah Jung menemukan bahwa monitor karyawan pembaca buku yang dibuat lebih dari seorang karyawan pembaca buku itu sendiri. Tentu saja, tidak sembarang orang bisa mengawasi si karyawan pembaca buku. Anda harus dipromosikan. Manajernya berkata kepadanya bahwa dia harus memberikan lebih banyak usaha. Dia mengatakan bahwa beberapa karyawan pembaca buku yang baru bergelar doktor, ada pemenang Miss Korea, atau ada juga aktor yang berasal dari distrik Daehangno. “Saat ini perekonomian sangat buruk, orang-orang putus asa mencari pekerjaan. Bukankah kau tahu keadaan itu.” Jung tidak ingin melakukan sesuatu yang sangat hebat atau sangat biasa saja, ia hanya ingin berhenti tepat di tengah dan tidak jatuh ke bawah, tapi justru hal itu yang paling sulit dilakukan. Mereka yang berhenti di tengah justru ambruk ke bawah. Setelah semua itu, mereka yang terjatuh saat melompat hendak mencapai bagian atas, ha-

75


Kukᶙ Kokᶖ

nya meraih bagian tengah. Jung memiliki gagasan tentang bagaimana dia harus menjaga sikapnya jika dia ingin bisa tinggal di tengah. Sebagai titik awal, karena dia telah memasuki bak ikan, ia harus berenang pada kecepatan yang dibutuhkan bak itu. Jung tidak punya regulator kecepatan. Jadi, sekali lagi, Jung berenang mengitari bak ikan itu. Jung berangkat bekerja secara teratur dan dengan hidung yang tenggelam dalam buku, ia mencuri pandang pada dunia di luar huruf-huruf, dunia di luar sampul buku. Dia tahu bahwa dia bukan satu-satunya pemain di panggung ini di antara enam atau sepuluh gerbong logam, ketika pertama kali ia melihat sendiri buktinya, dia sedikit malu. Jung melihat sebanyak tiga orang memegang buku The Slug’s House. Mereka bisa jadi merupakan si karyawan pembaca buku, atau mereka bisa menjadi pembaca sebenarnya. Seorang perempuan sengaja, meskipun tidak dilakukan secara terang-terangan, menabrak orang lain. Dia menggunakan metode pemasaran secara langsung, mengambil The Slug’s House saat jatuh atau mengambilnya dari orang lain saat mereka memungutnya. Selama tiga puluh menit ia berulang kali menabrak banyak orang dan menjatuhkan bukunya.Tentu saja, itu cukup efektif. Buku itu berulang kali sengaja dijatuhkan dan diambil lagi, sampul dan judul The Slug’s House jadi lebih terbuka. Seorang lelaki mengantuk. Dia akan terus mengantuk sambil memegang The Slug’s House di satu tangan dan kemudian bangun lagi lalu membaca lagi. Mengantuk sambil memegang buku seharusnya akan menjadi iklan, tapi ada sesuatu yang begitu unik tentang bagaimana ekspresi dan postur tubuhnya yang menarik perhatian banyak orang, dan itu memiliki nilai plus. Yang diharapkan agensi adalah bagaimana The Slug’s House dilesakkan masuk ke dalam alam bawah sadar masyarakat, jadi hanya karena ia mengantuk saat membaca buku bukan berarti ia telah gagal dalam mengiklankan buku itu. Ia jelas berhasil menarik perhatian orang, dan ia mengarahkan pandangan orang ke buku The Slug’s House. Perempuan lain malah diam-diam membaca The Slug’s House. Tindakannya didasari pada apa yang diperlukan si karyawan pembaca buku, tidak ada yang istimewa tentang dirinya. Begini kata Jung pada perempuan itu. “Jika seekor makerel hanya memperhatikan ekor makarel di depannya, ia tidak akan punya waktu untuk memikirkan apakah ia sungguh-sungguh berenang atau tidak. Aku cuma melihat bagian belakang makarel di depanku sekarang, kau tahu? Kita harus berenang membawa hati kita

76

keluar.” Perempuan itu tidak menjawab. Hanya terlihat seperti seseorang yang sedang membaca buku dalam gelombang manusia, dengan ekspresi seperti pollock kering. Perempuan itu tidak lain adalah Jung sendiri. Subway seakan-akan mampu membaca gerakannya. Kartu transportasinya, kamera-kamera CCTV, dan banyak orang yang tidak bisa Jung kenali gerakannya. Dia harus segera pergi dari apartemennya. Tinggal tiga hari ia bisa berada di tempat itu. Ponselnya kerap berdering sehingga mengganggu pekerjaannya. Cukuplah untuk menempatkan halangan dalam citranya sebagai pembaca. Dia mematikan bunyi dering ponselnya dan menguburkannya dalam tasnya. Beberapa waktu kemudian dia memeriksa teleponnya dan melihat sudah ada enam panggilan dan satu sms. Pesan itu dari manajer apartemen. Ada orang yang menunggu apartemen, sehingga bisa dimintai tolong untuk mengepakkan barang-barangnya sebelum akhir minggu. Orang itu dijadwalkan datang Senin depan. Anehnya, meskipun, dia membaca surat-surat ini dari jauh, dia seperti membaca kalimat dalam buku yang dia baca ketika bekerja. Jung tertawa riang setiap sepuluh menit, dan lebih sering ia menggarisbawahi baris dalam teks. Saat dia melakukannya, dia berpikir tentang ke mana dia bisa pergi dalam tiga hari ini. Dia cukup terampil untuk menyembunyikan pikiran-pikiran agar tak terbaca. Dia telah menjadi cukup terampil. “Oh, turun salju,” seseorang dalam subway berteriak. Sesungguhnya, salju jatuh di luar bukunya seperti bubuk obat. Dia merasa, dia hampir mabuk. Badai salju di jalur Nomor 1 datang dan sesekali berhenti, dan jalur Nomor 2 yang melingkari kota seolah-olah tersedak. Seperti sepasang borgol yang ketat mengitari sekitar pergelangan tangan, atau seperti tali melingkar di leher. Pada suatu hari hawa dingin meluncur seperti serangan mendadak di atas salju yang belum mencair, subway dipenuhi dengan bau kapur barus. Kain dari bulu domba, wol, nilon, dan tidak perduli pada beratnya rasa sunyi berbaur bersamaan. Jung menyaksikan sejumlah siput tumbuh menyatu dalam bau kapur barus. Jung secara mekanis kembali pulang. Hari Minggu sudah lewat dan dua puluh menit lagi memasuki hari Senin. Masa tinggal Anda sudah habis. Barang-barang Anda akan dikumpulkan pagi ini dan disimpan di tempat lain. Tidak lama setelah Jung memasuki rumah bel pintu berbunyi. Manajer apartemen datang. Jung menahan Seni & Budaya Korea


Kukᶙ Kokᶖ

napas. Sebuah konfrontasi antara penyewa dan pemilik, seperti yang dia lihat dalam berita, ada tepat di sini, saat ini. Dia belum menemukan tempat baru. Ponselnya sudah lama dia matikan. Dia tidak ingin menyalakannya. Suara gedoran pintu membuat Jung seperti disambar godam. Jika ada pintu lain di apartemen ini, tentu dia akan memilih kabur melalui pintu itu. Jung membuka Kuku Koki, yang mungkin hanya salah satu dari banyak salinan, dan meraba-raba bagian yang telah dia baca seperti sebagian dari rambut seorang bocah. Jung menyukai bagaimana halaman dalam buku tersebut menyebar seperti kipas lipat ketika kedua sampul tergeletak di tanah, ia sengaja memilih untuk tidak menggunakan pembatas buku. Jung membungkuk dan menempatkan salah satu halaman sampai telinganya. Dia meletakkan halaman buku itu di bawah pipinya seperti bantal, dan halaman berikutnya naik ke arah hidung, menutupi wajahnya seperti selimut. Bagaimana rasanya berbaring di sini diam-diam di antara halaman-halaman buku dan tekanan yang datar? Tidak ada cara lain untuk menghemat waktu dalam ruang ini. Di bawah beban ruang dan waktu, kelembaban akan menguap, dan dia akan mempertahankan selamanya. Saat-saat yang diabadikan dalam buku Jung sudah menjadi segenggam bunga. Jika ia dengarkan dengan seksama, antara suara berdebam sang manajer yang menggedor pintu kamarnya, Jung merasakan bisa mendengar suara lain: gema pembacaan buku itu sendiri, waktu yang melelahkan dan kebosanan di ruang dunia ini. Gerakan buku itu,sambil purapura tidak bersalah, mendorongnya untuk menggali jalan keluar dengan kaki belakangnya. Ketika pagi datang, kunci darurat digunakan untuk membuka pintu Jung. Ketika manajer membuka pintu dan melihat sekeliling bagian dalam apartemen, tidak ada apa pun. Sebuah rumah kosong, seolah-olah sang penyewa telah lama pindah.

P

ada saat yang bersamaan, Jung sudah berada di putaran ketiga jalur Nomor 2. Jung berangkat kerja jauh lebih awal dari biasanya. Dia mungkin saja sudah tidak bekerja. Siput bergerak perlahan di atas halaman buku. Tampaknya tidak menggerogoti dedaunan, tetapi bergerak di atas angin. Seperti yang diamati Jung, siput merangkak di atas huruf-huruf seperti penghapus, tapi kemudian menghilang tanpa jejak. Siput-siput itu sudah masuk kembali ke dalam buku. Semuanya seperti terjadi K o r e a n a | M u s i m P a n a s 2 0 14

sebelumnya. Dengan keterampilan yang sempurna, siput telah dimampatkan dari benda padat ke permukaan datar. Jung menggarisbawahi beberapa teks. Pada pertengahan garis bawah, dia memutuskan untuk pergi ke sana sendiri. Semua nama yang terdapat dalam Kuku Koki diberikan alasan yang diperlukan mengapa nama itu harus muncul dalam buku itu. Jika tempat itu benar-benar ada, tidak ada alasan bagi Jung tidak bisa pergi ke sana. Jung melirik peta subway. Subway membentang ke segala arah seperti tali pusar. Perhentian terakhir mungkin belum tentu perhentian terakhir. Jika dia terus melewati perhentian terakhir dan stasiun kereta api, tali pusar keselamatan mungkin meregang. Baginya itu sudah menjadi masa lalu untuk pulang. Dia bahkan tidak bisa menebak berapa kali dia telah mengelilingi kota. Jung menyimpanThe Slug’s House dalam tasnya dan mengeluarkan Kuku Koki. Dua halaman yang terbuka tampak seperti jendela. Saat ia membaca buku tempat nama melahirkan nama dan seterusnya dan seterusnya, Jung naik subway dari satu ujung ke ujung yang lain. Subway membentang dari jalur Nomor 2 ke jalur Nomor 5 terus ke jalur Nomor 8, dan bahkan sampai jalur Nomor 12. Saat ia menatap tajam halaman 237, diam-diam halaman itu meluncur ke samping bagaikan sebuah pintu.

W

aktu berada di luar perhentian terakhir, di luar stasiun kereta, mendekat dalam bentuk ruang yang panjang dan gelap. Bila waktu ini berlalu, dunia Kuku Koki akan terbuka sebelum dia. Jung bergerak menelusuri jalur subway yang belum dibangun, masuk ke dalam bumi yang tidak atau bahkan telah digali. Dan pada masa penghabisan panjang ia masuk ke dalam buku. Dari benda padat ke permukaan datar. Itulah rumah kelimanya. Kalau saja dia tidak salah membaca “The Chef ’s Mail” sebagai “The Chef's Nail” semua ini tidak akan pernah terjadi. Tidak, kalau saja ia tidak dibingungkan oleh The Chef's Nail dengan The Slug’s House, semua ini tidak akan terjadi. Tetapi jika itu terjadi bukan karena semua kebingungannya, bisa jadi hal-hal ini toh akan tetap terjadi pula. Jung masuk ke dalam buku seperti yang dia harapkan, tapi kuku koki itu tidak tampak, baik dalam surat maupun dalam kehidupan. Itu terjadi ketika ia melihat seekor siput menyeberangi jalan seperti koma yang membuat

77


78

Seni & Budaya Korea


Kukᶙ Kokᶖ

dia tersadar: dia telah sampai ke tempat yang salah. Dunia yang ingin dia masuki adalah Kuku Koki, namun entah bagaimana dia masuk ke dalam The Slug’s House. Dia ingat betul telah meletakkan The Slug’s House ke dalam tasnya dan mengeluarkan sebuah buku yang berbeda, tapi dia bingung mana tangan kanan dan tangan kirinya, mana pekerjaan dan mana yang bukan pekerjaannya, mana siang dan malam, dan berbagai pasangan yang lain. Sangat mungkin semua itu karena terlalu banyak pekerjaannya. Jung membaca surat-surat yang mengalir di bawahnya tubuhnya, huruf-huruf yang tampak lebih besar daripada tubuhnya. “Dia mengumpulkan peluru dan menempatkan mereka ke dalam botol yang diisi garam kasar. Ia menutupnya dan lima menit kemudian dibukanya lagi untuk menemukan siput yang pergi. Hanya tersisa sebuah cairan yang lengket.” Saat ia merangkak di atas kalimat itu, udara dan pandangan menyebabkan tubuh Jung menjadi layu bagaikan garam kasar. Jung merasa seperti siput yang menempel di halaman buku orang lain, dan ia menyusut dan terus menyusut. Pada kejauhan ia melihat basement lantai tiga sebuah rumah dengan jendela di lantai, rumah pertamanya di kota. Orang sekecil siput itu telah kehilangan tempat tinggalnya ketika masuk ke dalam rumah. Suara rendah vibrator bisa didengar, dan kemudian huruf-huruf hitam mulai mengucur turun seperti batu. Sebagian huruf-huruf itu dilumatkan rumah. Sebagian bahunya hancur dan punggungnya remuk, semuanya menjadi rata. Tidak ada jejak kaki kirinya di tempat dia lewat. Jung Bangbae tinggal sisa di jalur itu.

P

ada saat Kwak membuka buku itu, Jung sudah tewas remuk di antara halaman-halaman. Di suatu tempat setelah halaman 237 ada epitaf Jung. Namun tidak ada orang yang bisa membaca tulisan di batu nisan itu. Kwak melihat halaman demi halaman setelah halaman 237 semua melekat bersamaan, tidak terpisahkan, dan itu sungguh aneh. Dia memasukkan kuku panjangnya di antara halaman dan mencoba membongkar halamanhalaman itu agar terpisah, tetapi halaman tersebut bandel dan mengunci mulut mereka rapat-rapat, dia hanya berhasil merobek sepotong kertas kecil, seperti sekerat daging. Buku itu juga merupakan warisan Jung. Pada rekaman CCTV, tidak banyak terlihat bagaimana Jung menjatuhkan diri ke tengah rel seperti bersandar pada buku dan selu-

K o r e a n a | M u s i m P a n a s 2 0 14

ruh hidupnya pun berakhir dengan cara terjatuh. Setelah rekaman CCTV itu menyebar menjadi berita, meledaklah jumlah orang yang membaca The Slug’s House. Sulit dikatakan apakah itu merupakan perluasan Advertising Agency Bookworm atau karena jumlah pembaca memang meningkat, tapi satu hal yang pasti: kematian Jung membuat The Slug’s House jadi terkenal. Perempuan yang menabrakkan diri di depan kereta dengan memegang buku erat-erat di kedua tangannya menarik perhatian banyak orang. Beberapa orang yang mengetahui bahwa perempuan itu bernama Jung merinding, tetapi perasaan merinding itu pun akan segera lenyap. Mereka yang sering melihat Jung secara teratur naik subway memperbincangkan tentang bunuh dirinya: dia selalu membaca buku. Kadang-kadang dia menangis, kadang-kadang dia tertawa. Jalur Nomor 2 melaju melingkar dan terus melingkar. Kwak mengingat malam-malam ketika ia naik subway bersama Jung. Dia merasakan tidak ada yang aneh sama sekali darinya. Jung biasa-biasa saja. Kecuali pernyataan bahwa Jung perlu delapan puluh tujuh menit untuk melewati lingkaran jalur Nomor 2, sekarang dia berpikir tentang hal itu, entah bagaimana tampak menjadi begitu berarti. Kwak tidak punya waktu untuk coba menguji delapan puluh tujuh menit itu. Kwak pindah ke apartemen perusahaan pada hari Senin. Dia tidak mengerti bahwa di sanalah Jung pernah tinggal, tapi itu tidak akan mengubah apa-apa, bahkan jika dia pun tahu. Dari apartemen perusahaan ke kantor memerlukan empat perhentian pada jalur Nomor 2. Waktunya untuk mulai. Sebagaimana biasa Kwak pergi dengan meletakkan buku dalam tasnya, halaman buku berkibar seperti burung. Dan kemudian terbang dari tasnya, melalui atap logam subway menuju ke langit. Suara gemerisik bergerak sekeras badai. Puluhan ribu buku yang berbaring diam-diam di bawah tanah menyebarkan halaman mereka seperti camar dan mulai terbang lagi ke atas. Beberapa dari mereka terbang rendah dan beberapa dari mereka terbang tinggi, dan mereka melewati seluruh dunia. Pada saat itu suratsurat beterbangan seperti bulu. Buku-buku terbang tinggi. Beberapa meter di udara, dengan mulut terbuka lebar, mereka terbang mencari sasaran lain, menguap saat mereka pergi. Gerbong subway dengan lubang di atapnya melaju tanpa insiden, dan orang-orang membaca buku mereka. Beberapa baris angin pun bertiup.

79



Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.