MusiM Panas 2015
SENI & BuDAYA KOREA
PASAR TRADISIONAL
2015 vol. 4 no. 2
FITuR KhuSuS
MuSIM P
Pasar Tradisional Korea: Ajang Gejolak dan Romantika Kehidupan; Orang-orang yang Membangunkan Subuh: Cerita Pasarku
Pasar Tradisional
ISSN ISSN 2287-5565 1975-0617
www.koreana.or.kr
vol. 4 no. 2
Sejarah dan Perkembangannya
cITRA KOREA
We Help Asia Speak to the World and the World Speak to Asia. In our latest issue:
Water: Managing Asia’s Most Precious Resource Find out more and subscribe to our print or online editions at www.globalasia.org
Dipak Gyawali, Hyoseop Woo, David S. Hall & Kanokwan Manorom, Lyu Xing and Ramaswamy R. Iyer A focus on how the industry of ideas has spread in Asia looks at the regional, Chinese and Japanese experience Robert Carlin Squares Off Against Bruce Klingner
Managing Asia’s Most Precious Resource
Water See our latest issue, full archives and analysis on our expert blog at www.globalasia.org
Have you tried our digital edition yet? Read Global Asia on any device with our digital edition by Magzter. Issues are just $5.99 or $19.99 per year. Download the free Magzter app or go to www.magzter.com
Samgyetang di Puncak Musim Panas
Melawan Panas dengan Panas Kim hwa-young Kritikus Sastra, Anggota Akademi Kesenian nasional
s
ebuah deretan panjang orang, sebagian besar dari mereka pekerja kantor dalam kemeja lengan pendek, berhadapan dua hingga empat orang dalam sebuah gang menuju pintu masuk rumah bergaya tradisional yang luas. Deretan itu bergerak perlahan, namun mereka berdiri di tempat dengan sabar, di bawah terik matahari. Adakah sesuatu yang istimewa terjadi? Papan nama neon besar menggantung di bawah atap memberikan petunjuk untuk yang mudah dibaca dalam sebuah kerumunan. Ini adalah restoran yang khusus menjual samgyetang. Sebuah plakat persegi dengan meterai resmi Rose of Sharon yang terletak di samping pintu menunjukkan bahwa itu diakui pemerintah sebagai “Restoran yang Baik.� Tapi selain restoran ini, ada banyak restoran yang khusus menjual samgyetang seluruh Korea, hanya saat ini adalah tahun mereka untuk berjaya. nama samgyetang berasal dari kata: ginseng (sam,) ayam (gye), dan sup (tang). Artinya, seekor ayam muda direbus dengan ginseng dalam sup hangat. Tentu ini sebenarnya sedikit lebih rumit dari sekadar itu. Selain ayam dan ginseng, bahan-bahan lain seperti beras ketan, buah jujube kering, seluruh butir bawang putih besar, diletakkan biji perilla dan tambahan lain untuk menandai bahwa itu merupakan hidangan musim panas Korea. Samgyetang merupakan salah satu hidangan yang muncul dalam tradisi kuno Korea yang mempertimbangkan bahwa makanan dan obat-obatan berasal dari sumber yang sama. Ayam kaya akan kandunga asam amino. Ginseng, salah satu produk Korea yang paling berharga, yang dikenal untuk mengaktifkan enzim dalam tubuh, mempercepat metabolisme dan membantu menghilangkan rasa letih. Bawang putih dianggap sebagai afrodisiak, bekerja sungguhsungguh melindungi perut, dan pada saat yang sama mencegah anemia. Jadi dalam situasi panas, musim panas memaksa orang berkeringat dan tubuh pun mudah capek, orang-orang Korea akan menikmati semangkuk samgyetang yang mendidih sebagai bantuan untuk melawan panas yang melemahkan. Pada masa ini, melalui peternakan unggas yang berkembang dengan baik, ayam muda tersedia sepanjang tahun karena diperlukan untuk membuat samgyetang . Di masa lalu, ayam yang menetas di musim semi tumbuh mencapai bobot 500 gram - ukuran ideal - pada musim panas. Dengan "ayam lunak" (yeonggye ) demi memenuhi kebutuhan daging mereka, pertumbuhan yang sangat berguna, satu porsi bisa dimakan demi upaya menaklukkan musim panas. Kebiasaan makan samgyetang dilakukan pada hari-hari paling terik di musim panas. Hari-hari terpanas muncul pada tahun 1960 setelah pengenalan lemari es. Kemasan-nutrisi samgyetang, sekarang ini tersedia setiap waktu, merupakan salah satu hidangan favorit Korea dalam empat musim.
PEMIMPIN uMuM DIREKTuR EDITORIAL PEMIMPIN REDAKSI DEwAN REDAKSI
DIREKTuR KREATIF EDITOR
PENATA ARTISTIK DESAINER
PENATA LETAK DAN DESAIN
Yu Hyun-seok Yoon Keum-jin Koh Young Hun Bae Bien-u Choi Young-in Emanuel Pastreich Han Kyung-koo Kim Hwa-young Kim Young-na Koh Mi-seok Song Hye-jin Song Young-man Werner Sasse Kim Sam Kim Jeong-eun noh Yoon-young Park Sin-hye lee Young-bok Kim Ji-hyun lee Sung-ki Yeob lan-kyeong Kim’s Communication Associates 385-10 Seogyo-dong, Mapo-gu Seoul 121-839, Korea www.gegd.co.kr Tel: 82-2-335-4741 Fax: 82-2-335-4743
Harga majalah Koreana per-eksemplar di Korea W6.000. Di negara lain US$9. Silakan lihat Koreana halaman 84 untuk berlangganan.
Dari Redaksi
Musim Panas dan Pasar Tradisional Musim panas telah tiba. Seperti pada musim dingin, orang-orang Korea tetap bergegas menuju kereta atau gedung untuk segera menikmati sejuknya pendingin. Pada saat seperti ini makanan samgyetang menjadi menu favorit mereka. Melawan panas dengan panas. Sungguh kenikmatan luar biasa. namun, ada sebuah tempat yang selalu ramai dikunjungi orang. Tempat tersebut sungguh-sungguh tidak terpengaruh oleh perubahan musim dan cuaca. Tempat itu ialah pasar tradisional. Pasar merupakan jantung kehidupan masyarakat, di desa maupun di kota. Pasar-pasar tradisional memiliki sejarah panjang dan nilai-nilai yang tak bisa dibuang begitu saja. Siapa yang tidak mengenal pasar namdaemun, Dongdaemun, dan Gwangjang. Seluruh wisatawan asing yang datang ke Korea pasti mengunjungi pasar tersebut. Masing-masing pasar tersebut memiliki keunikan dan kekhasan masing-masing. namun sebenarnya Korea tidak hanya memiliki pasar besar itu. Korea memiliki banyak pasar tradisional. Pasar-pasar tersebut memiliki tema-tema khusus. Pasar Kyungdong terkenal sebagai pasar obat tradisional, pasar ternak Cheongdo, pasar hwamunseok di pulau Ganghwa, dan sebagainya merupakan pasar-pasar yang tidak kalah unik dan menariknya. Pasar-pasar tersebut mencerminkan realitas kehidupan masyarakat Korea. Hanya sayang dengan kemajuan teknologi maju dan kehadiran pasar-pasar modern pelan-pelan menenggelamkan eksistensi pasar tradisional. Tentu ini amat mencemaskan. oleh karena itu, masyarakat Korea dan pemerintah berusaha untuk membangkitkan kembali fungsi dan kedudukan pasar tradisional di tengah modernisasi yang juga tak bisa terbendung. Pada sajian kali ini, Koreana membedah tuntas sejarah, realitas, dan harapan kita ter-
INFORMASI BERLANggANAN: The Korea Foundation West Tower 19F Mirae Asset CEnTER1 Bldg. 26 Euljiro 5-gil, Jung-gu, Seoul 100-210, Korea PERcETAKAN EDISI MuSIM PANAS 2015 Samsung Moonwha Printing Co. 274-34 Seongsu-dong 2-ga, Seongdong-gu, Seoul 133-831, Korea Tel: 82-2-468-0361/5 © The Korea Foundation 2015 Pendapat penulis atau pengarang dalam majalah ini tidak haurs selalu mencerminkan pendapat editor atau pihak Korea Foundation. Majalah Koreana ini sudah terdaftar di Kementerian Budaya, olahraga, dan Pariwisata(no. Pendaftaran Ba 1033, 8 Agustus 1987), Korea sebagai majalah triwulanan, dan diterbitkan juga dalam bahasa Inggris, Cina, Prancis, Spanyol, Arab, Rusia, Jepang, dan Jerman.
hadap masa depan pasar tradisional. Selamat menikmati suguhan Koreana musim panas ini. Jangan lupa mencatat festival-festival menarik yang ada di musim panas di Korea. Hiburan keluarga yang menarik yang sayang jika Anda tinggalkan. Koh Young hun Pemimpin Redaksi Koreana Edisi Indonesia
SENI & BuDAYA KOREA Musim Panas 2015
Diterbitkan empat kali setahun oleh The Korea Foundation 2558 nambusunhwan-ro, Seocho-gu Seoul 137-863, Korea http://www.koreana.or.kr
“hari Pasaran” Hwang Young-sung Minyak di atas kanvas, 38 x 45,5cm 1982 Hangat, penggambaran penuh warna tentang kios-kios di luar pasar negeri yang dikemuli kelambu penghalang terik matahari.
WaWanCara
48
34
Seung Hyo-sang Merancang Kota dengan Regenerasi dan Kebersamaan Park Seong-tae
FoKus
23
38
Mengembalikan Bahasa Tubuh dalam 1 Menit 59 Detik Park Byung-sung
TinJauan sEni
44
Ritual untuk Mohon Ampun dan Damai - <Ibu> oleh Son Sook Kim Su-mi
JaTuh CinTa PaDa KorEa
48
Seni dalam Hidup Annaliisa Alastalo DARCY PAqUET
33
BuKu & lainnya
54
“Pavane for a Dead Princess ” Mengenal Masyarakat yang Terobsesi dengan Kecantikan
FITuR KhuSuS
Pasar Tradisional, sejarah dan Perkembangannya
hiBuran
Akankah Drama Online Merajai Dunia Hiburan?
“Korean Heritage ” Petunjuk Online warisan Budaya Korea
Wee Geun-woo
“Hors les Murs ” ‘who Ate up All the Shinga?’ Edisi Bahasa Prancis
FiTur Khusus 1
04
Pasar Tradisional Korea: Ajang Gejolak dan Romantika Kehidupan lee Chang-guy
FiTur Khusus 2
12
Pesona Pasar Khusus Tradisional lee Yun-jeong
FiTur Khusus 3
22
Orang-orang yang Membangunkan Subuh: Cerita Pasarku
Gaya hiDuP
60
Masakan Rumah Makin Digemari
“Koryosa choryo II ”
Kim Yong-sub
catatan Sejarah Koryo
“Sketches of Korea: An Illustrated Guide to Korean Culture ”
PErJalanan KEsusasTraan KorEa
Korea di Mata Dua warga Prancis
CAHAYA DI LUAR TAK DAPAT MENAHAN KESEDIHAN
Charles la Shure, lee Woo-young
Chang Du-yeong
Esai
Gelombang Korea Masih Mengguncang di Indonesia Asri Dwi Hapsari
lee Myoung-lang
FiTur Khusus 4
58
28
Pasar Tradisional Kini Berkembang Menjadi Pusat Budaya Daerah Park Eun-young
39
56
MUSIM DINGIN DI LUAR JENDELA Choi Eun-mi
64
Pasar Moran di Seongnam merupakan pasar lima hari yang besar yang dibuka pada setiap tanggal yang berangka 4 dan 9. Dekat dengan Seoul, populer dikunjungi oleh penduduk kota. Di luar pasar terbentang 950 kios, dan dikunjungi hingga 100.000 pembeli termasuk pada hari kerja.
4 KOREANA Musim Panas 2015
FITUR KHUSUS 1 Pasar Tradisional, Sejarah dan Perkembangannya
Pasar Tradisional Korea
Ajang gejolak dan Romantika Kehidupan
Lee chang-guy Penyair, Kritikus Sastra Ahn hong-beom Fotografer
Pasar tradisional di Korea di masa lampau adalah tempat bertemunya sebuah desa dan desa lainnya, juga manusia satu dengan manusia lainnya. Adalah tempat untuk mendengar kabar anak perempuan yang telah menikah dan tinggal jauh, juga tempat untuk menukar hasil jerih payah bertani dengan barang keperluan harian. Namun pasar tradisional yang merupakan bagian dari kehidupan kita itu sekarang semakin menghilang. Sebagai gantinya, kini kita berbelanja di toserba atau supermarket yang bersih dan terorganisasi rapi. Tetapi apakah di sana kita dapat membeli simpati dan kenangan juga?
s
emua yang namanya tradisional ada tanggal kedaluwarsanya. orang Korea membanggakan sejarahnya yang sudah ada sejak 5000 tahun yang lalu, tetapi pada kenyataannya umur sejarah budaya tradisional yang menurun hingga kini jauh lebih pendek daripada itu. Tidak ada seorangpun yang menganggap budaya sandang pangan yang populer di zaman neolitikum sebagai budaya tradisional, tidak ada juga yang menghias diri dengan topi kerucut berhiaskan bulu-bulu atau topi Jeolpungmo yang dulunya terkenal di zaman Goguryeo hingga ke Kerajaan Tang. Masakan yang dianggap oleh orang Korea sebagai masakan asli Korea berumur sejarah 50~60 tahun saja. Bahkan hanbok (pakaian tradisional Korea) ataupun hanok (rumah tradisional Korea) yang menjadi model adalah yang ada sejak pertengahan zaman Joseon. lantas, bagaimana sih yang dimaksud dengan pasar tradisional Korea dan apa yang dimaksud dengan budaya pasar Korea? Kita akan menggunakan dua kutipan berikut sebagai panduan.
Pemandangan Pasar di Mata Pengunjung “Pada hari-hari pasar dibuka, semua lapangan di desa penuh diisi dengan buah-buahan dan sayuran, bawang putih dan bawang bombay bertumpukan seadanya. Sepanjang hari orang-orang berteriak, bersantai, dan bernyanyi. Kadang-kadang mereka akhirnya berkelahi, dan tanpa henti mereka berteriak dan tertawa. Berkat iklim ringan dan makanan yang murah, kehidupan mereka mudah dan segala sesuatu yang mereka butuhkan dapat ditemukan di luar pintu rumah mereka.”
“Desa-desa yang biasanya tenang dan terasa sumpek, akan berubah pada hari pasar dibuka. Desa dipenuhi dengan kerumunan orang-orang yang ribut dan mondar-mandir. Mulai subuh jalan menuju pasar sudah dipadati oleh petani yang membawa barang dagangannya untuk dijual atau dibarter. Ayam, yang dimasukkan di kandang, sepatu jerami, topi jerami, dan sendok kayu dijinjing dan dipikul. Beberapa mendirikan kios untuk menjual sutra, gauzes, tali pinggang, sepatu untuk pesta, gulungan benang sutra, cermin tangan, kantong rokok, buku tentang pertanian dan sebagainya”. Kutipan pertama berasal dari buku “Italian Journey” oleh sastrawan dan negarawan besar Jerman Johann Wolfgang von Goethe (1749-1832), pada tanggal “17 September 1786. verona” (verona, kota tempat tinggal Juliet!). Kutipan kedua berasal dari buku “Korea dan Tetanqganya” yang ditulis oleh penjelajah, naturalis dan penulis dari Inggris Isabella Bird Bishop (1831-1904), yang mengunjungi Korea pada akhir abad ke-19. Kutipan ini adalah deskripsi dari pasar Bongsan di Provinsi Hwanghae, yang kebetulan dikunjunginya dalam perjalanan dari Kaesong (juga dieja Gaeseong) ke Pyongyang setelah Perang Sino-Jepang. Apa persamaan dan perbedaan antara dua kutipan ini? Yang terutama adalah bahwa keduanya tidak mengecewakan pemikiran Timur ataupun Barat tentang suasana ‘Pasar’. Cukup untuk membuat wisatawan yang tergiur oleh pemandangan matahari terbenam dari sebuah tempat liburan di mana air laut berwarna biru safir memenuhi cakrawala atau oleh foto dari gang belakang perkotaan yang ditutupi dengan grafiti berwarna-warni, SENI & BUDAYA KOREA 5
untuk meluangkan barang satu hari dari jadwal wisata mereka untuk mengunjungi pasar lokal.
Pekembangan Pasar Seiring Perkembangan Pertanian Jika pemandangan nostalgia pasar yang makmur itu dianggap sebagai tradisi dari pasar, maka pasar tradisional harus ditempatkan di sekitar abad ke-18. oleh ilmuwan dikatakan bahwa pasar di Korea mulai menyebar dari akhir abad ke-17 sampai awal abad ke-18. Periode ini adalah ketika produksi pertanian sangat meningkat. Sehingga sesuai untuk industri kerajinan bermula, yang memungkinkan orang untuk membuat hidup bahkan tanpa bertani. Dengan peningkatan frekuensi dan volume perdagangan, ekonomi uang berkembang, dan desa-desa untuk pemukiman juga bertumbuh. Pasar negara Joseon, yang disebut Hyangsi, dipenuhi di setiap 30 sampai 40 ri oleh pasar, dan terdapat lebih dari 1000 pasar yang dibuka setiap lima hari sekali di seluruh negeri di awal abad ke-19. Asosiasi pedagangpun muncul pada sekitar pertengahan abad ke-18. Perubahan sosial seperti yang dibawa oleh perubahan iklim.
Yakni masa berakhirnya zaman es kecil yaitu abad ke-18. Di Eropa juga sama saja situasinya. Penurunan produksi yang sempat menyebabkan kelaparan melanda Eropa mulai memasuki masa stabil dengan pasokan makanan yang cukup pada abad ke-18. Dengan adanya penyediaan teknologi pertanian baru ketergantungan pada gandum berkurang, jagung dan kentang mulai muncul sebagai pangan pokok baru. Faktor lingkungan ini membawa perubahan radikal untuk pertanian dan berbagai industri lainnya, mendorong perkembangan pasar, menanamkan dalam ingatan orang kenangan romantis pasar sebagai tempat yang melimpah dengan sejuta barang dan manusia. Sudah hampir dua puluh tahun berlalu sejak kehidupanku di Seoul berakhir dengan kegagalan dan tiba-tiba berakhir di Janghowon, Icheon Gyeonggi-do, dan mulai hidup di antara petani-petani sebagai seorang penulis. Jika dulu aku berkeliaran sebagai orang asing untuk â&#x20AC;&#x153;memeriksaâ&#x20AC;? pasar, kini aku sering berkeluyuran di pasar memakai celana olah raga, melongok ke sana sini, membawa dalam kantong plastik hitam sepotong kue beras mugwort lembut bertabur bubuk kacang atau mungkin sebongkah besar tahu
1 Bengkel pandai besi di Pasar Gurye selalu sibuk seperti biasa, para pandai besi membuat peralatan bertani dan berkebun secara tradisional: api membara dari tungku, besi dipalu untuk dibentuk pada landasan dan diselesaikan hanya dengan tangan untuk membuat alat-alat seperti sabit, garu, dan cangkul. 2 Kios ikan di Pasar Yongin. Ketika pasar diskon besar berpindah ke dekatnya, pasar lima hari tradisional mulai mengalami penurunan, namun berkat upaya dari warga setempat pasar itu telah hidup kembali.
1
6 KOREANA Musim Panas 2015
2
segar. Dan jika kebetulan bertemu dengan ibu-ibu, aku menyapa dan bercanda dengan mereka tanpa kecanggungan sedikit pun.
Di Tempat Bertemunya Air dan Darat, di Situ Ada Pasar dan Orang Berkumpul Pasar Janghowon di Icheon, Gyeonggi-do, meskipun telah kehilangan kejayaannya, tetap bertahan sebagai pasar relatif besar sampai saat ini. Tidak hanya besar dalam jumlah kios dengan barang-barang ditata untuk dijual, tetapi dalam jumlah orang yang datang dari Yeoju, Eumseong dan Anseong. Tempat ini adalah pusat produksi beras Icheon dan pusat distribusi biji-bijian lain bahkan sejak tahun 1930-an kereta api telah masuk, bank serta tradisi pasar gandum pun masih bertahan sampai hari ini. Ukuran pasar tradisional ditentukan oleh beberapa faktor. Pertama, adalah terletak di tepi sungai. Karena wilayah Korea sebagian besarnya adalah pegunungan, lebih mudah dan lebih aman untuk bepergian dengan jalur air daripada darat. oleh karena itu, pasar yang terletak di mana jalur air dan darat - bahkan hari ini - berskala besar. Pasar Anseong, sekitar 30 kilometer jauhnya dari pasar Janghowon, adalah pada rute pelayaran akhir dari Sung-
ai Anseong, yang mengalir ke Perairan Teluk Asan di pantai barat melalui Pyeongtaek. Tempat ini juga merupakan jalur darat utama ke Seoul dan merupakan salah satu pasar besar utama masa lalu, menarik datangnya pedagang dan tukang-tukang. Garam dan ikan kering dari pantai barat dipasok ke daerah pedalaman melalui Anseong dan Juksan. Satu abad yang lalu, pasar Anseong memiliki lebih dari 50 toko yang menjual barang dari kuningan, sehingga skala keseluruhan pasar di zaman itu dapat dengan mudah ditebak. Janghowon juga dilewati oleh Sungai Cheongmi yang merupakan anak sungai dari Sungai Han, sementara walaupun jumlahnya terkesan tidak signifikan, banyak kapal berlayar mondar-mandir membawa garam dan udang asin di musim hujan dan keluar lagi menuju Seoul sarat dengan beras dan produk lokal lainnya. Bahkan di musim kemarau ketika air sungai surut ada titik terakhir di mana kapal tetap dapat masuk dan keluar. Sekitar 20 kilometer di sepanjang Sungai Cheongmi ada dermaga Mokgye, yang merupakan perhentian terakhir untuk transportasi air di Sungai Han. Di masa lalu, dermaga Mokgye adalah tempat yang ramai oleh perahu layar yang datang dan pergi membawa garam, ikan kering, ikan asin dan kebutuhan sehari-hari dari pelabuhan
SENI & BUDAYA KOREA 7
Incheon. Dari sinilah barang-barang terdistribusi sampai pedalaman di seluruh bagian selatan Korea. Pasar Mokgye adalah pasar sementara yang dibuka sekitar tiga kali sebulan ketika kapal garam datang. Sekali dibuka, pasar akan tetap terbuka selama beberapa hari. Pekerja perahu dan kapal saja berjumlah ratusan, membuat jalan antara dermaga dan pasar Mokgye selalu ramai dan hiruk pikuk. Beberapa pasar utama yang terletak pada titik-titik di mana jalur darat dan air bertemu adalah pasar Gurye di Provinsi Jeolla Selatan dan pasar Hadong di Provinsi Gyeongsang Selatan dengan Sungai Seomjin; Pasar naju dan pasar Yeongsanpo dengan Sungai Yeongsan, baik di Jeolla Selatan; Pasar Ganggyeong dengan Sungai Geum di Chungcheong Selatan; dan pasar Gupo dengan Sungai nakdong di Gyeongsang Selatan. Pasar jenis lainnya adalah Woosijang atau pasar ternak. Pedagang sapi akan membentuk kelompok lima sampai sepuluh orang pengurus sapi, masing-masing dengan sekitar lima ekor sapi. Tidak seperti pedagang lain yang berusaha melewati jalan pintas
8 KOREANA Musim Panas 2015
ke pasar, kelompok ini akan menghindari jalan pintas dan sengaja melewati jalan terjal saat mereka melakukan perjalanan dari satu pasar ke pasar berikutnya. Sebuah pasar barulah akan menjadi besar saat pedagang sapi datang dan mendirikan kios-kios mereka. Melihat-lihat jualan di kios-kios sekitar kios sapi inilah kenikmatan mengunjungi pasar. Pasar ternak Janghowon selalu riuh dengan pedagang ternak dan perantara yang melakukan perjalanan dari Yeongnam (Gyeongsang), melintasi Mungyeong dan berhenti di pasar Chungju. Di pasar ternak selalu ada tergantung periuk besi besar di atas api di mana sup daging sapi direbus. Uap putih dan bau gurih yang menyebar dari periuk mengundang selera mereka yang bergegas menembus fajar. Sebagian besar pasar ternak sekarang telah menghilang, tapi restoran-restoran yang menjual masakan menggunakan daging berupa daging panggang atau sup masih menggunakan nama Woosijang (Pasar Ternak) hingga sekarang, mengingatkan kita betapa sejarah bangga pada pasar ternak ini.
1 Ppeong-twigi merupakan beras gembung dan bijibijian lain yang dibuat dalam mesin di pinggir jalan yang melahirkan letupan suara keras ketika dimasak. Biji-bijian meletup ini merupakan camilan kuno yang sangat dicintai. 2 Seorang pria tua membongkar penampi bambu anyamannya untuk dijual di pasar bambu di Damyang
1
CERITA PASAR KERAJINAN BAMBU DARI ORANG-ORANG YANG TINGGAL BERSAMA POHON BAMBU Kim hyun-jin Penulis lepas
Pada saat hari di mana pasar yang tiap lima hari sekali jualan buka, aku mengunjungi Damyang. Sekarang memang tidak dapat ditemukan bekas tempat tersebut, tetapi hingga pertengahan tahun 80-an, tempat ini adalah pasar kerajinan bambu 2 yang terbesar di negeri ini. Pada zaman itu tidak ada satupun peralatan rumah tangga yang tidak terbuat dari bambu. Saat pergi jalan-jalan, gimbab (nasi gulung Korea) yang ditaruh di tempat makan plastik akan cepat basi, sedangkan gimbab yang ditaruh di keranjang bambu akan tetap segar walaupun disimpan dalam waktu lama. Ini dikarenakan bambu mempunyai fungsi sterilisasi dan bahannya yang bersifat dingin berfungsi mendinginkan makanan seperti layaknya kulkas. Dulu kalau pasar kerajinan bambu buka, orang dari segala penjuru negeri ini datang berbondong-bondong. Para pedagang yang ingin tiba tepat pukul 7 pagi saat pasar dibuka, sehari sebelumnya menginap di daerah dekat pasar dan ada juga yang datang dari subuh. Barang-barang kerajinan buatan penganyam yang terbaik selalu habis bersamaan dengan dibukanya pasar, karena itu persaingan sangat tinggi untuk mendapatkan barang-barang tersebut. Kala itu, para pedagang yang membeli barang dalam jumlah besar menggunakan truk barang untuk membawa barang dagangan mereka, sehingga usaha transportasi pun sempat maju di Damyang. Sejak plastik muncul, pasar kerajinan bambupun menghilang tanpa jejak, seakan tidak pernah ada. Bambu dibagi menjadi bagian tipis seperti benang, kemudian disulam seperti menyulam kain menjadi keranjang bambu yang besar dan kecil, sangatlah pas untuk menaruh barang-barang di dalamnya. ‘Chaesang’, keranjang sulam bambu yang diberi beragam warna sangatlah elegan. Seo Han-Kyu (1930 - ) pengrajin yang awalnya menyulam tikar bambu saat menemukan hadiah pernikahan neneknya yang berupa Chaesang di gudang loteng dan kemudian memulai untuk memperbaikinya sekarang menjadi ‘Pengrajin Chaesang’, Warisan Budaya Tak-Benda Penting nomor 53. Tetapi para pengrajin sendiri mengatakan bahwa masa depan barang-barang yang terbuat dari bambu tidak cerah. Keuntungan yang diperoleh tidak sebanding dengan waktu dan usaha yang diperlukan untuk membuatnya, dan juga tidak ada bantuan dari pemerintah untuk dapat mempertahankannya. Pengrajin Seo Han-Kyu, mendapatkan bantuan dana secara rutin, namun jumlahnya dibawah biaya hidup minimum untuk menghidupi keluarganya yang terdiri dari empat orang. Kim Young-Kwan, asisten pengajar pelestarian Chaesang dengan wajah suram mengatakan “Alangkah baiknya jika pemerintah membantu penjualan dibandingkan dengan memberikan bantuan dana. Kami sibuk membuat barang, tidak sempat untuk memikirkan marketing ataupun mencari jalur penjualan. Jika pemerintah ambil bagian untuk menyediakan jalur guna menjangkau penjualan ke orang awam itu akan lebih baik daripada memberikan bantuan dana.” Pengrajin bambu Park Hyo-sook yang menjalankan ‘Kerajinan Jinsung’ di depan Museum Bambu, juga menjalankan usaha bambu bersama dengan suaminya yang sejak umur 5 tahun telah menggeluti kerajinan bambu. Tetapi dia juga tidak berniat untuk menurunkan usaha ini ke anak-anaknya. “Buat apa menurunkan pekerjaan yang tidak ada masa depannya ke anak-anak. Kalau saya, ya lelah pun tidak apa-apa, tapi pekerjaan ini masa depannya juga tidak ada, bagaimana mungkin saya suruh mereka mewarisinya”. Melihat barang-barang kerajinan bambu yang memberikan suasana sejuk ini seakan-akan melihat jejak pasar kerajinan bambu yang pernah ada, sangat indah, namun aku tidak sanggup menatapnya berlama-lama.
SENI & BUDAYA KOREA 9
Saat pasar dibuka, barulah kita dapat mendengar kabar-kabar lain tentang dunia yang tidak muncul di televisi atau koran. Walaupun apa yang disebut sebagai ‘kabar’ itu sebatas tentang si Anu cedera karena traktor yang dikendarainya masuk ke petak sawah, atau tentang anak gadis si Anu yang sudah melahirkan padahal belum menikah. Kalau ditambah dengan tuak, maka percakapan akan berlanjut pada situasi negara yang memunculkan komentar-komentar sengit menjadikan pasar sebagai arena yang mencerminkan keadaan masyarakat.
Tempat Berkumpulnya Massa dan Menyerukan Kemerdekaan Meskipun pasar tradisional terus kehilangan pentingnya sebagai tempat untuk membeli dan menjual barang, namun fungsi sebagai tempat berkumpulnya orang-orang dari desa sekitar pada hari dan tempat yang sama masih saja bertahan. Selain pada musim bertani, hari pasar dibuka masih merupakan hari besar bagi orangorang di desa untuk berkunjung dan melihat-lihat ke pasar sekalipun tidak ada yang diperjualbelikan. Sampai-sampai ada pepatah Korea yang mengatakan “kalau ada yang pergi ke pasar, dengan menjinjing karungpun pasti akan turut serta”. Saat pasar dibuka, barulah kita dapat mendengar kabar-kabar lain tentang dunia yang tidak muncul di televisi atau koran. Walaupun apa yang disebut sebagai ‘kabar’ itu sebatas tentang si Anu luka karena traktor yang dikendarainya masuk ke petak sawah, atau tentang anak gadis si Anu yang sudah melahirkan padahal belum menikah. Kalau ditambah dengan tuak, maka percakapan akan berlanjut pada situasi negara yang memunculkan komentarkomentar sengit menjadikan pasar sebagai arena yang mencerminkan keadaan masyarakat. Pasar Malmok, terletakdi antara Jeongeup dan Sintaein di Provinsi Jeolla Selatan, terkenal sebagai situs pemberontakan pada tahun 1894 yang dipimpin oleh Jeon Bong-jun (1855-1895) dengan petani setempat yang telah menderita penindasan di bawah pejabat pemerintah yang korupsi. Pemberontakan ini, yang kemudian dikenal sebagai Revolusi Petani Donghak, yang walaupun berakhir dengan kegagalan dan meninggalkan banyak yang belum terselesaikan, tapi rakyat Korea mengingatnya sebagai sebuah peristiwa penting dalam munculnya penuh gejolak bangsa dalam sejarah modern. Pasar Aunae di Cheonan (atau disebut juga Byeongcheon) adalah salah satu situs bersejarah di mana setelah Deklarasi Kemerdekaan di Seoul pada tanggal 1 Maret 1919, banyak orang berkumpul meneriakkan kemerdekaan dari penjajahan Jepang. Polisi Jepang mencoba untuk memecah pertemuan dengan tembakan dan banyak orang tewas. Yu Gwan-sun (1902-1920), seorang siswi lokal yang berpartisipasi dalam reli 1 Maret di Seoul dan memulai protes di Cheonan, ditangkap, disiksa, dan meninggal di penjara. Sampai sekarang ia dihormati sebagai Joan of Arc dari 10 KOREANA Musim Panas 2015
Korea dan sebagai pahlawan perjuangan bangsa Korea untuk kemerdekaan dari Jepang. Pasar juga adalah tempat dimainnkannya permainan tradisional rakyat jelata. Ketika pasar baru dibuka atau pindah ke lokasi lain, berita itu diiklankan melalui lagu, tarian, dan pertunjukan yang disebut ‘nanjangpan’, kata yang umum digunakan saat ini untuk merujuk kepada ‘gejolak’ atau ‘keributan’. Berbagai permainan rakyat seperti gulat, tarik-menarik perang, yut (permainan tradisional) serta pertunjukan oleh penghibur keliling berlangsung di pasar untuk menarik perhatian banyak penonton. Karena irigasi dan pembukaan jalan raya, rute berlayar tua sekarang semua tertutup, sementara modernisasi dan standar sanitasi telah memisahkan pasar ternak dari pasar lain pada umumnya. Pertemuan dan demonstrasi juga telah pindah dari pasar ke pusat kota dan lapangan dari kantor-kantor pemerintah, sementara hiburan seperti akrobat dan tarian topeng kini dipentaskan di teater yang ditata apik dengan penonton yang menyambutnya dengan penuh hormat. Sejalan dengan permintaan pelanggan, pasar tradisional telah meningkat pesat dalam hal kebersihan dan ketersediaan parkir. namun, berbagai hal yang menyenangkan mata, telinga, dan lidah telah menurun, sementara volume dan kualitas barang tidak seperti dulu. Kalau melihat masih ada pasar yang terletak di dekat lokasi wisata atau yang menjual hasil produk lokal, tampaknya jalan untuk mempertahankan pasar tradisional masih ada. Wanita-wanita tua menjinjing keranjang sarat dengan sayuran liar dari gunung di musim semi atau hasil tani dari kebun mereka di musim gugur dan mengambil tempat mereka di sudut pasar, berjongkok berdampingan sambil menggelar barang dagangan mereka. Kesenangan kecil menyaksikan orang-orang yang mondar-mandir, dan mungkin juga untuk mendapatkan sekadar uang saku, serta kesegaran sejenak dalam kejenuhan pengembaraan dalam kehidupan bagi para nenek itupun akan hilang suatu hari. Bagaimanakah cara seorang pengembara muda yang masih berjalan lambat sambil mencicipi kebebasan mengembara dapat terus beradu pandang dengan para pendahulunya yang menyatakan bahwa semua itu bukanlah apa-apa melalui sebuah lontaran lelucon dan pandangan dalam nan bijak?
Seorang perempuan tua menjual sayuran di Pasar Jincheon, pemandangan umum di musim semi, ketika perempuan membawanya ke ladang dan pegunungan di dekatnya untuk mengumpulkan sayuran yang akan dijualnya di pasar.
SENI & BUDAYA KOREA 11
FITUR KHUSUS 2 Pasar Tradisional, Sejarah dan Perkembangannya
PeSona PaSar KhuSuS TradiSional
Lee Yun-jeong Wartawan, Redaksi Fitur, The Kyunghyang Shinmun Shim Byung-woo Fotografer
Pasar tradisional yang memperdagangkan barang khusus merupakan tempat yang mengasyikkan dalam suka dan duka bagi masyarakat umum dan menjadi kisah yang disampaikan kepada semua orang di setiap waktu dan tempat. Bagi mereka yang memimpikan perjalanan bonafide ke jantung wilayah, pasar tradisional merupakan "tempat" yang mengantarkan orang memasuki ruang dan waktu yang dihuni orang-orang sederhana. 12 KOREANA Musim Panas 2015
â&#x20AC;&#x153;s
ayang, mereka mengatakan kelabang sangat baik agar punggung kembali sehat. Mari kita pergi ke pasar dan membelinya beberapa.â&#x20AC;? Tiga puluh tahun yang lalu punggung paman saya terluka parah saat memperbaiki pagar yang rusak. Bahkan, setelah dirawat di rumah sakit, dia masih tidak bisa bangun dari tempat tidur. nenek saya menjelajahi kota mencari obat-obatan yang baik yang bisa menyembuhkan punggung sesuai dengan kata orang. Saya hanya memperoleh sepuluh ketika nenek saya kali pertama mengajak saya ke Pasar Kyungdong.
Pasar Obat-obatan di Seoul Pasar adalah tempat yang ramai. Seperti pasar lainnya ada sarang laba-laba dari toko yang tak terhitung jumlahnya besar dan kecil dengan banyaknya barang untuk dijual. Area pusat dibangun sebagai pasar obat-obatan, Yangnyeongsi. Senyawa yang menakjubkan dari bahan-bahan jamu berbagai jenis, bentuk dan ukuran yang disusun berdasarkan klasifikasi farmakologis yang didapatkan kembali dari tradisi kuno obat-obatan. Di antara tumpukan bahan-bahan di gudang, nenek saya berhasil menemukan kelabang kering. Dengan kaki berbulu yang tak terhitung jumlahnya, kelabang telah dikeringkan persis seperti mereka tampak hidup, dan pedagang obat mengambil pilihan nenek dan hati-hati melembutkannya di dalam lumpang. Kemudian kelabang berubah menjadi bubuk, yang ditempatkan di dalam kapsul. Tak ada yang tahu apakah itu merupakan perwujudan kasih sayang nenek atau dampak dari kelabang, namun beberapa bulan kemudian paman saya sehat dan kembali bekerja. Didorong oleh kenangan lama, saya melakukan perjalanan kembali ke Pasar Kyungdong. Selama beberapa dekade terakhir, pasar tradisional telah perlahan-lahan sepi. Toko-toko besar dan supermarket telah tumbuh di setiap lingkungan dan melalui belanja online, Anda bisa mendapatkan apa pun yang langsung dikirim ke pintu Anda dengan hanya klik mouse . Saya pun bertanya-tanya bagaimana Pasar Kyungdong itu mampu bertahan. Dengan naik Subway Jalur no 1, saya turun di Stasiun Jegi di timur laut Seoul. Segera setelah saya melangkah keluar ke jalan, bau yang penuh aroma menggelitik hidung saya. Sebuah gerbang tradisional yang besar berpapan nama â&#x20AC;&#x153;Seoul Yangnyeongsiâ&#x20AC;? (Pasar obat-obatan Seoul)
Pasar Kyungdong, pasar obat tradisional di Seoul, mengingatkan kembali berabad-abad lalu pada awal dan sejarah dalam beberapa dekade kepada ukuran dan hamparan yang sekarang, meliputi sekitar 1.000 toko dan klinik. Di sini sangat mungkin membeli hampir semua bahan yang diperlukan dalam pengobatan tradisional Korea.
SENI & BUDAYA KOREA 13
menandai pintu masuk ke pasar jamu terbesar di Korea. Daerah pasar tradisional di sini mencakup sekitar 10 kilometer persegi, membentang dari Jegi-dong ke Yongdu-dong dan Jeonnong-dong saling berdekatan di Distrik Dongdaemun, dan meliputi Pasar obat-obatan Seoul, Pasar Kyungdong lama dan baru, Gedung Kyungdong, dan Menara Hansol Donguibogam. Sejarah pasar obat-obatan tradisional dimulai sejak pemerintahan Raja Hyojong (1649-1659) dari Dinasti Joseon. Pasar itu merupakan pasar musiman di bawah kendali kerajaan, dibuka pada musim semi dan musim gugur, memperdagangkan jamu dari seluruh pelosok negeri. lebih dari sekadar pasar untuk bahan obat-obatan, juga berfungsi sebagai salah satu dari empat lembaga yang menyediakan bantuan dan layanan medis yang didirikan di bawah perintah raja. Makanan dan pakaian dibagikan kepada mereka yang lapar dan miskin serta perawatan medis diberikan bagi yang sakit. Pusat bantuan lainnya terletak berada di luar gerbang timur kota (sekarang Anam-dong) dan Hongje-dong, tapi hanya situs Yangnyeongsi yang telah dikonfirmasi. Menjelang akhir pendudukan kolonial Jepang (1910-1945), bahkan, pasar obat-obatan dalam keadaan berbahaya karena kehilangan fungsinya. Untuk mencegah penyebaran gerakan kemerdekaan, Jepang menutup pasar itu sebab menjadi forum untuk pertukaran secara aktif orang, barang dan informasi. Pada tahun 1960, pasar secara alami hidup kembali ketika pedagang obat mulai berkumpul lagi di daerah antara Stasiun Cheongnyangni dan terminal bus antarkota Majang-dong. Sekarang merupakan pusat distribusi untuk dua pertiga semua bahan obat tradisional yang diperdagangkan di Korea. Ketika saya kembali ke pasar untuk pertama kalinya setelah 30 tahun, saya menemukan keadaan seperti itu menjadi terkenal. Penuh dengan susunan yang menarik dari bahan-bahan, dari kenangan kelabang kering yang telah dibeli nenek saya, hingga katak betung, kupasan kastanye, berry dan kulit ash berduri, dan berbagai bagian dari bunga mawar malam. “Bisnis tidak sebagus masa lalu,” kata salah satu pedagang. “Tapi ini merupakan pasar obat terbesar di negara ini. Anda boleh mengatakan bahwa semua bahan obat terbaik dijual di sini.” Ada sebuah museum yang sangat baik yang memperlihatkan sejarah pengobatan tradisional yang terletak di ruang bawah tanah Menara Donguibogam, dan gang-gang kecil seperti labirin menuju ke pasar umum yang menjual buah-buahan dan sayuran, ikan dan kebutuhan seharihari. Di Pasar Kyungdong tubuh terlihat tumbuh perkasa hanya dari menghirup aroma bahan obat, sementara hati bergembira menikmati pemandangan warna-warni.
hilangnya Pasar Khusus Seperti halnya Pasar Kyungdong beberapa pasar tradisional yang lain mempertahankan kejayaan masa lalu mereka, tetapi banyak pula yang telah menghilang, tinggal kenangan sejarah. Salah satu yang hilang ialah pasar untuk tikar bermotif bunga, 14 KOREANA Musim Panas 2015
yang disebut hwamunseok, yang lenyap pada 1990-an. Hwamunseok adalah perpaduan hwa untuk “bunga” mun untuk “pola,” dan seok untuk “tikar.” Yang sangat baik disebut tikar anyaman dibuat di Pulau Ganghwa pada periode pertengahan Goryeo dan berkembang menjadi industri kerajinan lokal yang besar. Selama 39 tahun pulau tersebut menjadi penghasil kapital setelah invasi Mongol dari Goryeo di abad ke-13, tikar kualitas tertinggi diproduksi untuk rumah tangga kerajaan dan pejabat tinggi Dalam upaya menemukan jejak pasar lama, saya menuju ke Pulau Ganghwa. Saya mengunjungi Dangsan-ri, yang telah berubah menjadi sebuah desa bertema hwamunseok, dan Yangori, di mana ada ruang pameran yang didedikasikan untuk tikar bermotif bunga. Kurang lebih 130 tahun yang lalu, pengrajin bernama Han Chung-gyo di desa Yango-ri ditugasi oleh istana untuk mengembangkan berbagai desain tikar anyaman seperti bebek Mandarin, lanskap, aksara wan (卍), dan berbagai motif lukisan rakyat. Pada periode pertengahan pemerintahan Joseon, desain yang paling populer untuk tikar ialah naga, harimau, dan sepuluh simbol untuk usia panjang. Di rumah-rumah biasa, tikar tanpa dekorasi polos yang biasa digunakan. Sampai dengan tahun 1980-an, 49.000 tikar anyaman dengan dekorasi meriah diproduksi setiap tahun di Pulau Ganghwa. Setiap hari, 400 rumah tangga, atau sepertiga dari semua keluarga petani di pulau itu, terlibat dalam pembuatan tikar. Memasuki tahun 1990-an, bagaimanapun, jumlah rumah tangga yang terus berlatih kerajinan tradisional terasa menurun. “lebih mudah mencari nafkah dengan mendapatkan pekerjaan yang langsung mendapatkan upah di kota daripada dengan membuat tikar ini, sehingga orang berhenti membuat tikar. Pada masa lalu pasar hwamunseok dibuka sebagai bagian dari pasar lima hari Ganghwa tetapi angka penjualan terus turun, pasar pun lenyap sama sekali, “jelas Goh Mi-Gyeong, yang mengoperasikan pusat pelatihan pembuatan hwamunseok - di Dangsan-ri. Saat ini, hanya sekitar 10 rumah tangga melanjutkan tradisi pembuatan tikar bermotif bunga. Perdagangan”pasar tema” tradisional di tempat itu mengalami pasang surut. Kain rami dari desa Juggok di Jeonju, masih dianggap sebagai produk mewah seni kerajinan, dibuat untuk diperdagangkan di pasar lima hari Jeonju. namun sekarang ini, hanya dapat ditemukan di ruang pameran di Juggok. Pengrajin desa menerima pesanan pribadi dan berhubungan dengan pelanggan secara langsung. Sejarah kain rami tenun di Juggok kembali pada1590 dan menjadi tradisi terus selama empat abad. Proses keseluruhan yang melelahkan, dari membuat benang dari batang rami untuk tenun kain dan mencelupnya itu dikerjakan oleh para perempuan desa. Para perempuan tua, beberapa berusia lebih dari 80 tahun, yakin bahwa mereka tidak akan mampu bekerja keras dan melelahkan demi keturunan mereka. Saat ia dengan lembut merapikan kain halus, seseorang berkata, “Ketika kami mengenakan paka-
1
Sejarah pasar obat-obatan tradisional dimulai sejak pemerintahan Raja Hyojong (1649-1659) dari Dinasti Joseon. Pasar itu merupakan pasar musiman di bawah kendali kerajaan, dibuka pada musim semi dan musim gugur, memperdagangkan jamu dari seluruh pelosok negeri. Lebih dari sekadar pasar untuk bahan obat-obatan, juga berfungsi sebagai salah satu dari empat lembaga yang menyediakan bantuan dan layanan medis yang didirikan di bawah perintah raja. 1 Sejak tahun 1980-an, toko barang-barang antik yang diperlukan tersebar di berbagai bagian dari Seoul mulai dikumpulkan di Dapsimni, membentuk pasar seni dan barang antik terdapat sekitar 140 toko. 2 lorong toko buku di Bosu-dong Busan pertama kali muncul selama Perang Korea dan kini menjadi tempat budaya dan objek wisata utama dari kota metropolis terbesar kedua Korea. Berbagai acara budaya diadakan di sini setiap oktober.
SENI & BUDAYA KOREA 15 2
1
16 KOREANA Musim Panas 2015
ian kepada cucu laki-laki dan cucu perempuan kami dengan pakaian rami, mereka semua terlihat bahagia. Karena itulah sulit untuk melepaskan pekerjaan ini, meskipun sangat sulit. Kain rami sangat indah sebagai bahan pakaian. “ Pasar ternak pun mengalami nasib serupa. Sebuah survei pada akhir 1918 menunjukkan bahwa terdapat 655 pasar ternak di seluruh negeri. Tapi sekarang semua pasar tersebut harus menyusut menjadi tidak berfungsi atau hilang sama sekali, sehingga sulit menemukan pasar khusus ternak di mana saja. Pasar ternak Cheongdo, pernah terkenal secara nasional, sebagai bagian dari pasar lima hari Donggok. Pasar Donggok pernah menjadi pusat komersial utama Distrik Cheongdo di provinsi selatan Gyeongsang Utara, dan berkembang pada tahun 1960-an dan 1970-an. Dibuka pada tahun 1959, operasi pasar ternak dipindahkan ke Badan Peternakan Cheongdo pada tahun 1998, tetapi ketika memakai sistem lelang elektronik pada tahun 2010 gaya pasar lama pun menghilang. Di lorong sebelah kiri yang kosong, restoran yang khusus menjual sup daging sapi dan beras, dan restoran-restoran lain tetap sebagai kenangan akan pasar ternak Dogok dan pasar daging Majang-dong pada masa keemasan mereka.
Tema Pasar Baru Pascaperang Korea Pasar khusus tidak seluruhnya mengalami kemunduran. Setelah Perang Korea, pasar baru mulai muncul. Busan merupakan tempat sebagian besar warga Korea Selatan mengungsi selama perang. Pengungsi dari seluruh negeri melarikan diri ke tempat yang relatif aman dari kota, berduyun-duyun menuju pantai di ujung tenggara negara. Pengiriman kebutuhan militer untuk Angkatan Darat AS dan barang-barang melalui Pelabuhan Busan menciptakan perdagangan yang ramai. Di daerah nampo-dong muncul yang disebut Pasar Kukje (“pasar internasional”), sebuah pasar yang sangat terbuka tempat segala sesuatu dari barang-barang elektronik hingga pakaian dapat ditemukan. Sebuah pasar ikan berdiri di mulut Sungai Kecil Bosu di Chungmu-dong. Daerah ini dikenal karena batu kerikil yang sangat 1 Pasar ternak dioperasikan oleh banyak yang disebut jagal , dan Badan Peternakan Hapcheon pasar akhirnya dikenal sebaProvinsi Gyeongsang Selatan. gai Pasar Jagalchi. Meskipun Pasar ternak tradisional, fitur yang berbeda dengan pasar lima hari pasar itu kini telah berubah regional, segalanya ada namun dengan fasilitas modern, dan pelan-pelan menghilang setelah meskipun pandangan dipenuhi pengenalan sistem manajemen modern dan lelang elektronik. para perempuan penjual ikan, 2 Pasar hwamunseok di Pulau “ajime,” mengenakan celana Ganghwa. Terbuat dari potongan baggy dan celemek berdiri di yang ditenun dan dicelup dengan cepat, tikar ini telah lama menjadi depan warung mereka sambagian hidup orang Korea yang bil berteriak menawarkan dicintai, bukan hanya untuk kecantikan mereka, tetapi sebagai cara dagangan mereka merupauntuk menciptakan suasana sejuk kan kebiasaan dari masa lalu, di musim panas Korea yang panas Bagaimanapun juga Pasar Jadan lembab.
galchi tetap menjadi simbol kota Busan. Di dekat Bosu-dong terdapat toko buku tua yang terkenal. Pasar ini mulai terbentuk selama perang ketika orang mulai membeli dan menjual buku bekas dari kotak apel yang diletakkan di dekat Pasar Kukje. Bosu-dong sekarang ini, dilengkapi dengan kafe buku kecil yang nyaman dan grafiti berwarna-warni, merupakan tempat berfoto yang terkenal. lalu ada pasar yang melawan arus zaman. Pasar seni dan barang antik di Dapsimni, Seoul, tetap tidak berubah sejak zaman berdirinya di tahun 1980-an. Hanya beberapa langkah dari jalan utama, setelah keluar dari pintu 1 atau 2 dari Stasiun Dapsimni di Jalur no 5, orang akan disambut dengan pemandangan yang biasanya ditemukan di museum, termasuk topi tradisional bulu kuda hitam (disebut gat ) dari Dinasti Joseon, keramik, kerajinan kayu, barang-barang rakyat, lukisan-lukisan tua dan kaligrafi, dan barang antik membuat perjalanan mereka ke Korea seakan dari ikut lelang di luar negeri. Ketika mencari suasana kuno banyak orang menuju ke Insa-dong, tapi siapapun yang tertarik dalam halhal yang benar-benar tua harus menuju Dampsimni. Di tempat ini berkumpul kurang lebih 140 dealer barang bekas, yang digunakan untuk lokasi Cheonggyecheon, Ahyeon-dong, Chungmu-ro, dan Hwanghak-dong pada tahun 1980, menurut hitungan 15 persen dari pedagang antik di negara ini. Karya seni tua pada umumnya disebut barang antik, atau goldongpum di Korea. “orang-orang mengatakan goldong (Gudong dalam bahasa Cina) mengacu pada bahan makanan Cina yang digunakan untuk membuat sup kental dari tulang,” kata Cheon Seyeoung, sekretaris jenderal Badan Barang-barang Antik Dapsimni Seoul.” Juga dikatakan bahwa gudong adalah bahasa slang Cina kuno untuk “tua dan berakhir.” Barang-barang tua yang tak layak dipakai lagi dilahirkan kembali sebagai “barang antik”; dalam perjalanan waktu mereka semakin sulit menemukan dan memaknai sejarah seni. Berjalan di sekitar toko-toko antik Dapsimni seperti berjalan kembali dalam waktu lampau.
2
SENI & BUDAYA KOREA 17
1 2
Pasar di Seoul: Lebih Menyenangkan daripada yang Anda Tahu Kim hyun-jin Penulis lepas
Pasar Namdaemun Pasar naemdaemun (“Pasar Gerbang Selatan”) pertama kali dibangun sekitar 1414 pada awal pemerintahan Dinasti Joseon di lokasi sekarang ini di dekat gerbang utama tembok kota yang mengelilingi ibu kota. Kemudian pada tahun 1911, pada awal pemerintahan kolonial Jepang, pejabat pro-Jepang Song Byeong-jun (1858-1925) mendirikan Badan Pertanian Korea, yang merupakan cikal bakal pasar dalam bentuknya yang sekarang. Pasar mengalami berbagai perubahan sesudahnya, kepemilikannya dipindahkan ke tangan Jepang pada tahun 1922 dan namanya berubah menjadi Pasar Pusat Produksi pada tahun 1936 di bawah kekuasaan pemerintah umum Jepang. Pada waktu itu, tidak banyak pedagang Korea di pasar karena monopoli oleh pedagang Jepang yang sewenang-wenang. Beberapa yang tersisa akhirnya diusir ke daerah sekitar Jembatan Yeomcheon (dekat Stasiun Seoul sekarang ini). Pedagang Korea pindah kembali ketika Jepang harus pergi karena kemerdekaan Korea pada tahun 1945. Pasar berkembang tapi kemudian Perang Korea pecah pada tahun 1950 dan semua perdagangan berhenti. Pada dua peristiwa, yaitu pada tahun 1968 dan 1975, kebakaran besar hampir melenyapkan bagian tengah pasar. Saat ini Pasar namdaemun meliputi area seluas 42.225 meter persegi dan terdiri atas 58 bangunan dan 9.265 toko. Tidak mudah untuk mengatakan barang-barang apa saja yang dijual di sana sebab yang akan ditemukan di sana sangat banyak. Ada toko pakaian yang khusus untuk anak-anak, wanita dan pakaian pria, alat dapur, elektronik, aksesoris, kesenian rakyat dan kerajinan, barang-barang impor, 18 KOREANA Musim Panas 2015
kacamata dan kamera. Pasar tersebut sering dipakai lelucon “memiliki segala sesuatu kecuali apa yang tidak memiliki.” Setelah memanjakan mata dengan melihat-lihat berbagai barang yang dijual, saatnya memuaskan perut. Makanan yang paling terkenal yang selalu diburu di pasar, selalu ramai dikunjungi pembeli Korea dan turis asing di malam hari, ialah tempat yang tersohor menjual galchi jorim (ikan layur dan lobak direbus dalam saus panas). Ketika salah satu restoran di pasar pertama kali menawarkan hidangan ini 30 tahun yang lalu itu memperlihatkan sukses besar, sehingga restoran lain mulai mengikutinya sampai seluruh gang di tempat itu dikenal sebagai “gang galchi jorim.” Tempat ini sangat menarik seolah tak ada habisnya orang yang ingin menikmati kekhasan rasa khusus ini. Terletak di tengah-tengah Seoul, dekat Myeong-dong dan lotte Department Store, Pasar namdaemun yang memiliki sejarah panjang dan menarik itu diperkirakan akan tetap menjadi salah satu destinasi yang paling dicari oleh wisatawan di masa depan.
Pasar Dongdaemun Untuk mengikuti mode harus ada anggaran lebih jika mengunjungi Pasar Dongdaemun (“Pasar Gerbang Timur”). Ini bukan pasar ritel biasa. outlet grosir pakaian dibuka pada pukul 8 sore dan tutup menjelang fajar. Sekitar tengah malam, Anda dapat melihat pedagang dari wilayah lain negara ini melakukan tawar-menawar dengan membawa tas besar penuh pakaian tergantung di bahu mereka, sementara bus yang membawa para pedagang berjajar di jalan menunggu untuk
3
membawa mereka pulang sebelum istirahat siang. Adegan tersebut seperti memperlihatkan bahwa pasar ini satu-satunya bagian dari kota yang masih terjaga. Pasar ini terkenal bukan hanya oleh pengecer pakaian di seluruh negeri tetapi juga menarik para pembeli busana dan wisatawan dari Asia Tenggara, Amerika Tengah, Eropa, Rusia, dan negara-negara lainnya. Pasar Dongdaemun saat ini terdiri atas daerah pasar tradisional yang membentang dari Jongno 4-ga dan Cheonggye 4-ga ke pintu gerbang timur ibu kota tua, Dongdaemun, dan sekelompok kompleks perbelanjaan modern yang besar. Meskipun disebut Pasar Baeogae selama masa pendudukan Jepang, 1910-1945, pasar ini telah terdaftar atas nama Pasar Dongdaemun pada tahun 1905 dan pasar modern pertama di Korea. Pada tahun 1996 sejumlah kompleks perbelanjaan busana besar dibuka dan dibangun di daerah ini yang kemudian dikenal sebagai Dongdaemun Shopping Town , atau Dongdaemun Fashion Town . Tidak hanya pakaian yang dijual di sini tapi semua bahan yang diperlukan untuk membuat pakaian, termasuk segala macam kain, hiasan dan aksesori. Di sini juga tempat para desainer muda bekerja dengan penuh gairah dan memelihara impian mereka maju ke kancah fashion global.
Pasar gwangjang nama resminya ialah Pasar Tradisional Gwangjang Jongno, pasar ini dimiliki dan dioperasikan oleh Badan Gwangjang, yang didirikan pada tahun 1904 dan dapat dianggap perusahaan tertua di Korea. nama itu berasal dari lokasi pasar di Cheonggye 3-ga sampai 4-ga, antara dua jembatan, Jembatan Gwang dan Jembatan Jang. Selain terkenal untuk produk pakaian, Pasar Gwangjang saat ini memiliki reputasi di bidang makanan. Beberapa sajian paling populer adalah pancake kacang hijau (bindaetteok ), mie, tumis daging dalam adonan, daging sapi tartare,
1 Sebuah toko hanbok di Pasar namdaemun. Gaun tradisional Korea telah tampak perubahan warna dan desain dari masa ke masa. 2 Kota Busana Dongdaemun merupakan kawasan ritel dan grosir pakaian yang sangat besar dengan lebih dari 30.000 toko menjadi daya tarik wisata internasional yang terkenal. 3 Kedai makanan di Pasar Gwangjang terkenal dengan sajian beragam makanan jalanan yang sangat disenangi oleh masyarakat Korea. 4 Pasar Bangsan khusus menjual bahan kerajinan DIY. Popularitas lilin beraroma menyebabkan meningkatnya jumlah toko yang menjual bahan pembuatan lilin.
4
ikan rebus pedas, dan Mayak Gimbap (gulungan nasi yang mencandui) terkenal membuat kecanduan, yang selalu dikerumuni pembeli dan wisatawan sepanjang minggu. Kunjungilah pasar ini untuk menikmati rasa makanan yang dinikmati oleh warga Korea biasa. Jangan lambungkann harapan Anda terlalu tinggi dan itu akan menjadi pengalaman yang menyenangkan.
Pasar Bangsan Terletak di pusat tertua kota Seoul, tepat di seberang Sungai Kecil Cheonggye dari Pasar Gwangjang, pasar ini menjual segala sesuatu yang diperlukan untuk membuat roti, alat DIY dan bahan, serta pembungkus dan kemasan bahan. Juga menawarkan bagi penggemar roti rumahan segala macam bahan kue dan harganya lebih murah daripada di tempat lain sehingga mereka pulang dengan kedua tangan penuh dan mimpi manis ada di kepala mereka. Pada kesempatan seperti Hari natal dan valentine suasana pasar yang biasanya menjemukan tibatiba berubah ramai karena kedatangan banyak siswi berseragam sekolah dengan semangat tinggi dan para perempuan muda. Pasar ini juga terkenal menjual bahan yang dibutuhkan untuk membuat lilin wangi, yang saat ini sangat populer di kalangan wanita muda. Berbagai variasi tas, kotak dan kertas yang digunakan untuk membungkus dan membawa makanan juga datang dari pasar ini. Berdekatan dengan Eulji-ro merupakan alasan berkembangnya secara subur industri percetakan dan toko yang mengkhususkan diri dalam penjualan bahan-bahan percetakan yang ditemukan di pasar. Selain menjual bahan kemasan, toko di sini menghasilkan cetakan bahan bisnis, semua jenis plakat dan penjualan bahan promosi, bagaikan tongkat sihir. Berbeda dengan pasar tema lain, Pasar Bangsan lebih banyak melayani pengecer daripada masyarakat umum. Tutup pukul 06:00 sore.
SENI & BUDAYA KOREA 19
Perjalanan Pedagang dari Pasar ke Pasar
KetiKa Buckwheat BerKemBang Berikut adalah cuplikan cerpen “Ketika Buckwheat Berkembang” oleh Lee hyo-seok (1907-1942), yang menggambarkan kehidupan pedagang desa. cerpen ini diambil dari “Kehidupan yang Sudah Jadi: Fiksi Korea Modern dari Maestro”, yang dipilih dan diterjemahkan oleh Kim chong-un dan Bruce Fulton, dan diterbitkan oleh the university of hawaii Press, honolulu, pada 1998.
S
etiap pedagang yang berkeliling di pasar pedesaan memahami bahwa bisnis tidak pernah menguntungkan di musim panas. Dan pada hari-hari tertentu, pasar di Bongpyeong sudah sepi, meskipun matahari masih tinggi di langit; panasnya, merembes ke bawah tenda kios penjaja, sudah mampu membakar punggung Anda. Sebagian besar penduduk desa sudah pulang, dan Anda tidak bisa tetap buka selamanya hanya untuk melakukan bisnis dengan buruh tani yang akan senang menukar seikat kayu bakar dengan sebotol minyak tanah atau ikan. Kawanan lalat telah datang mengganggu, dan anak-anak setempat pun menjadi pengganggu bagaikan serangga. “Haruskah kita menyebutnya ini sebagai keberuntungan?" Heo Saengwon berspekulasi, seorang pria kidal dengan wajah bopeng, kepada Cho Seondal, kawannya seorang pedagang kelontong. “Terdengarnya bagus untukku. Kami belum pernah melakukan dengan baik di Bongpyeong ini. Kita harus membuat membundelnya besok di Daehwa.” “Dan kita harus berjalan sepanjang malam untuk sampai ke sana,” kata Heo. “Aku tidak keberatan - kita memiliki bulan untuk menerangi jalan.” Cho menghitung penghasilan hari itu, membiarkan koin berdenting bersama-sama. Heo sepintas mengamati, lalu mulai menggulung tenda mereka dan menyingkirkan barang-barang yang telah digelar. gulungan kain katun dan bundel kain sutra mengisi dua keranjang anyaman sampai penuh. Potongan kain berserakan di tikar yang tergelar di tanah. 20 KOREANA Musim Panas 2015
Kios-kios pedagang lainnya nyaris tutup, dan beberapa kelompok sudah pergi untuk beristirahat dan meninggalkan kota. Para penjual ikan, tukang pateri, penjual manisan, dan penjaja jahe seluruhnya pergi. Besok merupakan hari pasaran di Jinbu dan Daehwa, dan banyak cara Anda pergi ke sana, Anda harus menempuh lima belas atau dua puluh mil sepanjang malam untuk sampai ke sana. Tapi di Bongpyeong ini halaman pasar terlihat berantakan tidak teratur setelah pertemuan keluarga, dan Anda bisa mendengar pertengkaran pecah di kedai minum. Sumpah serapah para pemabuk terdengar bersama-sama dengan suara lengkingan perempuan mengoyak udara. Dalam dua dasawarsa Heo telah menjajakan barang-barang kelontong di pasar pedesaan, ia jarang melewatkan Bongpyeong dalam perjalanannya. Dia kadang-kadang pergi ke Chungju, Jecheon, dan daerah tetangga, dan kadang-kadang berkeliaran lebih jauh ke wilayah Gyeongsang. Sebaliknya, kecuali ia pergi ke tempat seperti Gangneung untuk membeli persediaan barang, ia membatasi putaran perjalanannya untuk pergi ke Pyeongchang. Biasa berlangsung lebih dari satu bulan, ia menapaki satu kota ke kota berikutnya. Dia bangga bercerita kepada orang lain bahwa Cheongju merupakan kampung halamannya, tapi tampaknya ia tidak pernah pergi ke sana. Bagi Heo, tempat tinggal yang manis ialah panorama indah sepanjang jalan yang membawanya dari satu pasar kota ke pasar kota berikutnya. Ketika akhirnya ia mendekati salah satu dari kota-kota itu setelah perjalanan melelahkan hampir setengah hari, keledai yang kecapekan meringkik bahagia. Khususnya, ketika mereka tiba di ambang senja, lampu berkedip-kedip di kota – walaupun peristiwa itu sudah sangat
Ilustrasi oleh Kim Si-hoon
diakrabi sekarang – selalu saja jantung Heo berdebar cepat. Heo tumbuh menjadi pemuda hemat dan telah menyisihkan sedikit uang. Namun kemudian satu tahun selama All Souls’ Festival ia berfoya-foya dan berjudi, dan dalam tiga hari ia hamburkan semua tabungannya. Hanya kecintaannya yang hebat ter-hadap ekstrim keledai telah menahannya agar tidak menjual hewan tersebut. Pada akhirnya, ia tidak mempunyai pilihan lagi selain kembali ke titik awal dan mulai melakukan perjalanan dari pasar kota lagi. Sungguh beruntung aku tidak menjualmu, ia berkata sambil bercucuran air mata, membelai punggung keledai karena mereka harus pergi meninggalkan kota. Dia telah berutang, dan sekarang harus menabung untuk keluar dari masalah. Dan dengan demikian ia mulai dari keberadaan yang kecil saat berangkat dari satu pasar ke pasar berikutnya. Dalam rangkaian hidup borosnya, Heo tidak pernah berhasil menaklukkan seorang wanita. Dingin, makhluk tak berperasaan mereka tidak pedulikan aku, pikirnya dengan sedih. Satu-satunya teman setia ialah keledai. Hal ini bisa saja terjadi, ada satu perselingkuhan, dan dia tidak akan pernah melupakannya. Perselingkuhannya yang pertama dan terakhir - itu sebuah hubungan yang paling misterius. Hal itu terjadi ketika ia masih muda, ketika ia mulai menetap di pasar Bongpyeong, dan setiap kali dia ingat itu ia merasa bahwa hidupnya sudah pantas. “Untuk kehidupanku, aku masih tak bisa melukiskan,” kata Heo bukan kepada orang tertentu. “Malam ini sangat purnama ....” Ini tanda-tanda bahwa Heo akan mulai mengoceh lagi malam ini. Sebagai teman Heo itu, Cho sudah dapat menduga apa yang
akan terjadi kemudian. Tapi dia tidak bisa memberitahu Heo dengan cara tepat bahwa ceritanya itu menyakitkan, dan kepolosan Heo dimulai pada saat ia mengoceh lagi sesuka hatinya. “Sebuah cerita seperti ini berjalan dengan baik ketika malam bulan purnama,” kata Heo sambil menatap ke arah Cho. Itu bukan karena ia ingin meminta maaf kepada temannya; bukan, cahaya bulan telah membuatnya meluap-luap. Jalan menyempit, memaksa orang-orang mengatur hewan mereka dan menungganginya bergantian. Dentang lonceng tergantung di leher keledai mengalir lembut menuju tanaman Buckwheat . Suara Heo, yang datang dari depan, tidak jelas terdengar sampai kepada Dong-i di ujung barisan, tapi Dong-i memberikan banyak kenangan yang menyenangkan bagi dirinya. “Sekarang hari pasaran di Bongpyeong, dan bulan keluar, seperti malam. Aku mendapatkan sedikit ruang kecil dengan lantai tanah, dan sangat lembab hingga aku tidak bisa tidur. Aku putuskan untuk turun dan berdingin di sungai Begitulah Bongpyeong sekarang – tanaman buckwheat terdapat mana-mana sejauh Anda memandang, dan bunga-bunga putih beterbangan sampai ke sungai. Aku bisa meletakkannya di atas kerikil, namun bulan begitu cerah, aku putuskan untuk menggunakan gudang kincir air. Baik, aku ingin mengabarkan kepada Anda, sekonyong-konyong halhal ajaib terjadi di dunia ini, aku berada di dalam gudang, bertemu empat mata dengan putri lelaki tua Song -... kota yang indah. Kemana nasib membawa kami bersama-sama? Anda boleh bertaruh. Heo mengisap sebatang rokok, menikmati kata-katanya sendiri. Aroma luar biasa dari asap ungu menghiasi udara malam. SENI & BUDAYA KOREA 21
FITUR KHUSUS 3 Pasar Tradisional, Sejarah dan Perkembangannya
Orang-orang yang Membangunkan Subuh cerita Pasarku Lee Myoung-lang novelis Ahn hong-beom Fotografer
Tempat yang memulai harinya lebih dini dibandingkan tempat lain. Suasana energik pasar dan kehidupan orang-orangnya yang mirip namun berbeda-beda. Para pedagang buah yang menerkanerka musim dari buah yang mereka jual hari itu, mereka merupakan saingan dan juga sekaligus keluarga yang saling bersandar dan bahu-membahu satu sama lain sampai hari ini.
a
ku lahir di Yeongdeungpo dan besar di pasar grosir buah dan sayur di daerah itu. Dan aku sendiri juga pernah berdagang buah. Suatu hari saat sedang berjualan, ada seorang pria yang menutupi pandangan di depanku. Pria itu memakai sepatu yang alasnya sudah menipis dan jaket usang berwarna hijau tentara yang bagian lengannya penuh dengan noda hitam, bertanya kepadaku bagaimana caranya supaya bisa menjadi makelar. Para pedagang buah yang ada di sebelahku saling berebutan menjawab. “Di sini? Tidak bisa bacapun bisa kok!” “Kalau mau jadi makelar di sini harus lulusan universitas, susah”. Pria tersebut bingung karena jawaban-jawaban yang sangat berbeda. Sejak itu, cerita ini menjadi anekdot turun-temurun di kalangan orang pasar. Ya, memang begitu. Tempat di mana aku tumbuh yaitu pasar buah dan sayur Yeongdeungpo adalah tempat orang-orang yang beraneka ragam latar belakang hidup bersama, mulai dari yang hanya lulusan SD sampai yang bergelar doktor. Hidup mereka berbeda-beda. Tetapi persamaannya adalah hidup mereka semua sama-sama bergantung pada buah apa yang masuk hari itu. Tidak ada seorangpun yang terkecuali. Jika masuk stoberi maka harus menjual stoberi, jika masuk pir maka harus berjualan buah pir, jika masuk semangka maka harus menghabiskan waktu berjam-jam untuk menyusun semangka. Bagi kami kalau masuk stroberi pertanda itu musim semi, kalau masuk semangka berarti musim panas dan kalau masuk jeruk berarti musim dingin telah tiba. Begitulah para pedagang di tempat ini menghabiskan musim demi musim sambil minum makgeolli (arak Korea yang terbuat dari beras beragi) dari gelas yang sama dan menjadi tua bersama-sama.
Anak-anak Pasar yang Tumbuh Sebagai ‘Anak Kami’ Aku tumbuh sebagai anak mereka, orang-orang pasar. Kalau mendapat juara 1 di sekolah, bapak-bapak yang makan di rumah makan ibuku memberikan uang seratus won, seribu won sebagai uang jajan, kalau main sampai larut malam di taman dekat rumah, bapak-bapak sekompleks pun memarahi menyuruh pulang. 22 KOREANA Musim Panas 2015
Situasi di grosir buah di Pasar Grosir Pertanian Gangseo, pedagang menyortir semangka yang diterima dari petani berdasarkan ketebalan kulit dan tingkat kematangan.
SENI & BUDAYA KOREA 23
Anak-anak pasar adalah anak semua orang pasar tanpa peduli anaknya siapa. Anak-anak pasar dari subuh harus ikut ibu dan bapak mereka ke pasar. Anak bayi yang belum bisa jalan ditaruh di dalam kardus apel atau kardus jeruk di situlah mereka menangis, tertawa, menggoyang-goyangkan kepala, sambil menunggu orangtua mereka selesai bekerja, sedangkan anak-anak yang sudah bisa berjalan bermain berkeliling pasar. Barusan saja ada di sebelah ibunya, tiba-tiba sudah berjalan jauh sampai ke toko pisang, disangka ada di toko pisang tiba-tiba sudah berkelayapan lagi masuk ke dalam warung. Anak-anak kecil ini kapan saja dapat selalu membuat keonaran, sehingga para orang tua selalu mengawasi dengan saksama. Kadang mengambil buah pir yang ada di dalam keranjang dan membawanya lari, kadang mengambil jeruk rumah kaca yang mahal dari kardus dan memakannya seketika juga sebelum sempat dimarahi. Tetapi walaupun begitu, tidak ada satupun orang-orang pasar yang membenci anak-anak yang berwajah kumuh dan kurus kering itu, malahan mereka memeluk bahu kurus anak-anak tersebut. Karena mereka semua mengerti sebagai sesama pedagang yang membesarkan anak dengan berjualan buah. Anak-anak pasar menjadikan pasar tempat bermain mereka, mereka bermain dan berlari-lari di pasar, tanpa mendapat perhatian sepenuhnya dari orang tua mereka. Kalau sudah capai mereka masuk ke dalam kardus apel apa saja yang mereka temukan di toko dan tertidur di dalamnya. Begitulah keseharian anak-anak pasar. Mungkin karena itu jika melihat mereka tidur, walaupun anak yang nakal sekalipun, dibandingkan benci, lebih membuat hati tergerak untuk menyelimuti mereka. Sewaktu kecil, jika aku merobek-robek kantong plastik yang ada di toko kantong plastik, atau memakan jeruk rumah kaca yang mahal, walaupun entah siapa itu memarahiku dengan mata melotot sekalipun, kalau aku memasang muka merengut karena ingin buang air besar, dialah juga yang mengantarku ke toilet, dan ada juga yang
Pasar Grosir Pertanian Gangseo membuka lelang terpisah antara buah dan sayuran. Penawaran dibuka setiap 30 menit sejak pukul 02:30 pagi untuk buah dan sejak pukul 08:30 malam untuk sayuran.
24 KOREANA Musim Panas 2015
CERITA PASAR MEREKA Hari masih gelap, namun para pedagang distributor sudah berkumpul ramai di depan pasar. Kardus apel tersusun setinggi tubuh manusia, di depannya ramai dan riuh mulai dari pedagang yang mencoba menghitung barang ‘satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan, sembilan, sepuluh!”, sampai pedagang yang memeriksa barangbarang yang akan di lelang. Para pedagang distributor semuanya naik ke atas panggung lelang dan melihat ke bawah ke kardus-kardus berisi apel, tampaknya lelang tetap pertama hari ini telah dimulai. lelang dibagi menjadi dua; lelang tetap dan lelang berpindah, lelang tetap adalah dimana semua pedagang distributor naik ke atas panggung lelang sambil melihat ke bawah ke barang sampel yang ditunjukkan di rak pajangan. Biasanya cara lelang ini untuk buah-buah yang tidak mudah rusak dan tahan lama walaupun dipindah-pindahkan; seperti apel, pir, dan kesemek. Sedangkan lelang berpindah adalah di mana barang yang akan dilelang ditaruh di suatu tempat tertentu dan pelelang serta para pedagang distributor yang berpindah-pindah dari sela-sela barang yang dilelang. Biasanya cara lelang ini untuk buahbuah yang mudah rusak; seperti stroberi, kesemek yang matang, dan anggur. “Coba minggir.” “Kamu kenapa sih mengejar terus apa yang mau aku makan?” Di depan kardus apel sangat ramai dan penuh dengan para pedagang distributor yang berkumpul, ada yang mencoba masuk di sela-sela orang yang sempit, dan ada juga yang membuka kardus dan mengambil satu apel untuk diperiksa dengan teliti. Terdorong di sini, tertarik di sana, setelah beberapa kali terdorong, beberapa kali terinjak, akhirnya ada juga pedagang yang sama sekali akhirnya pergi menjauh. Untuk menjadi pemandu lelang harus orang yang mempunyai pengalaman kerja di bagian porter, harus senior, itupun senior yang terbaik dan statusnya harus ketua, suaranya harus bagus, harus pintar, dan harus mendapat pengakuan dari orang lain, ada tiga atau empat orang yang berganti-gantian bertugas menjadi pemandu lelang. “Ah–! Punya Bok Soon lee dari Yeongcheon Apel hijau isi 50 biji sepuluh kardus!” Pelelang yang ada di atas panggung lelang meneriakkan kembali apa yang pemandu lelang teriakkan, para pedagang distributor yang berdiri di belakang kardus apel memasukkan tangan mereka ke penutup tangan dan mengikat erat pada pergelangan tangan mereka. “Ah–, tiga puluh ribu! Ah–, tiga puluh satu ribu! Ah– tiga
puluh dua ribu, tiga ribu! lima ribu delapan ribu Sembilan ribu! Empat puluh ribu!” Saat pelelang memulai 4 keranjang (isi 40 buah) dengan harga empat puluh ribu, para pedagang yang ingin membeli dengan harga murah saling berebutan mengangkat jari. “Tidak turun? Tidak ada empat puluh ribu? Tiga puluh sembilan ribu nomor 702!” Pelelang menghentakkan kakinya di panggung lelang. Pertanda barang telah berhasil dilelang. Pelelang ini selalu memberi tanda berhasilnya lelang dengan kaki. Bukan hanya cara memberi tanda berhasilnya lelang yang berbeda, namun cara meneriakkan komentar juga berbeda-beda tiap pelelang. Pelelang ini meneriakkan komentar dengan “Ah–, tiga puluh ribu!”, tetapi ada juga pelelang yang meneriakkan “nah, tiga puluh ribu lagi!”, dan ada juga pelelang yang meneriakkan “Cilukba cilukba, tiga puluh ribu!”. Sepertinya mereka memakai bahasa yang mereka anggap nyaman dan melekat di mulut mereka masingmasing. “Punya Bok Soon lee dari Yeongcheon Apel hijau isi 80 biji tiga puluh kardus!” Ah–, tujuh ribu! Ah–, delapan ribu! Ah–, Sembilan ribu!” Para pedagang riuh oleh teriakan pelelang. Barang yang dibeli oleh para pedagang berbeda-beda. Para pedagang grosir buah dibagi menjadi tiga tipe berdasarkan barang apa yang mereka beli. Yang pertama tipe pedagang yang menjual barang yang harus bagus kualitasnya tidak peduli entah berapapun itu harganya, yang kedua pedagang yang membeli barang-barang yang kualitasnya tidak buruk dan juga tidak baik, yang terakhir tipe yang penting murah, asal murah pasti dibeli. Kalau begitu, tunggu sebentar, coba jawab kuis ini. Di antara para pedagang grosir ini, tipe mana yang mempunyai paling banyak pelanggan? Jawabannya, ketiga-tiganya. Jualan grosir tidak selalu berarti kalau barangnya bagus pasti banyak pelanggannya. Penjual eceran yang menjual barang berkualitas bagus tentunya akan mencari penjual grosir yang menjual barang berkualitas bagus, pengusaha pub dan hiburan malam akan membeli barang yang kualitasnya lumayan tidak buruk dan harganya terjangkau dari penjual grosir. Dan ada juga penjual kaki lima yang tidak mempedulikan jenis barang dan harga, mau musim panas ataupun musim gugur, entah itu melon Korea atau apel yang penting harganya tidak lebih dari tiga ribu. Hari ini juga subuhnya pasar ramai dan riuh. Setelah lelang berakhir para pedagang yang telah membeli barang untuk dijual hari ini sibuk kembali ke tokonya masingmasing dengan bahu yang penuh dengan harapan. SENI & BUDAYA KOREA 25
26 KOREANA Musim Panas 2015
Para pedagang pasar adalah mereka yang minum makgeolli (arak Korea yang terbuat dari beras beragi) dari gelas yang sama dan menjadi tua bersama-sama. Tempat dimana orang-orang yang tidak sedarah namun lebih dekat daripada saudara kandung hidup bersama— tempat itu adalah pasar Yeongdeungpo, kampung halamanku.
membelikan es krim saat aku jatuh dan menangis, yang menyulamkan namaku di baju kaos warna kuning, merekalah ibu-ibu pasar. Karena itu, bagiku ibu-ibu pasar semua adalah ‘ibu’ku, dan aku juga sudah seperti anak perempuan mereka semua. Mungkin juga anak-anak pasar sekarang seperti aku dulu, jika tiba hari orang Tua akan sibuk untuk memberikan bunga ke ibu-ibu dan bapak-bapak di pasar. Tempat di mana orang-orang yang tidak sedarah tetapi lebih dekat dari saudara kandung hidup bersama – tempat itu adalah pasar Yeongdeungpo, kampung halamanku. Tetapi kampung halamanku tergusur oleh perubahan dan dipindahkan dari Yeongdeungpo ke daerah agak pinggiran menjadi pasar Gang-seo. Tempat yang dulunya arena jual beli buah oleh para pedagang kini sedang dalam pembangunan untuk disulap menjadi pusat perbelanjaan.
Pasar Buah dan Sayur Pasar Yeongdeungpo dibuka lebih awal di pagi hari untuk lelang grosir dan tetap dibuka hingga sore hari untuk penjualan eceran. Terdapat aliran pengunjung yang konstan datang ke pasar untuk membeli buah yang baik dan segar.
“Manusia Tidak Pernah Tahu Apa yang Akan Terjadi” Walaupun telah dipindahkan ke tempat lain, para pedagang tetap membuka pasar dari subuh, berjualan buah, mencari makan dan membesarkan anak-anak mereka. Sambil mengulang kata-kata “Kalau terdesak, apapun bisa dikerjakan” dan “manusia tidak pernah tahu apa yang akan terjadi”, dari dulu sampai sekarang hidup mereka tetap sama. Sekilas kata-kata ini dapat terdengar negatif, namun jika melihat kehidupan orang-orang pasar lebih dalam, maka siapapun akan mengerti apa maksud dari kata-kata tersebut. Diantara para pedagang di pasar ada bapak yang bernama Choi. Berbeda dari penampilannya yang sama sekali tidak kelihatan seperti orang berada, dia adalah orang paling kaya di pasar. Dia yang seorang ahli teknisi listrik, kehilangan pekerjaan saat ‘krisis moneter’. Suatu hari, dia berniat untuk memungut buah untuk dimakan sehingga mondar mandir di pasar, saat itu seorang makelar menyarankan untuk mencoba berjualan walaupun dalam eceran dan memberikan tempat untuk berjualan begitu saja tanpa syarat apa-apa. Sejak itu bapak Choi selalu berkata “manusia tidak tahu apa yang akan terjadi”. Bukan berarti bahwa kita tidak tahu apa yang akan terjadi sehingga hidup sembarangan. Tetapi manusia tidak tahu apa yang akan terjadi esok hari sehingga hari ini pun harus hidup rajin. Di pasar kami ada lagi satu orang yang mirip dengan bapak Choi, dia adalah ‘nenek Kardus’ yang selalu bilang “kalau terdesak, apapun bisa dikerjakan”. nenek ini walaupun memungut kardus bekas, selalu bertanya dulu dengan sopan “Boleh aku bawa kardusnya?”. Kalau di dalam kardus ada sampah atau buah yang busuk, dia selalu membantu membuangnya di plastik sampah yang dia bawa. Tindakan nenek itu semuanya sopan dan baik. “Kalau terdesak, ya apapun harus dikerjakan”. Tempat di mana orang-orang yang kalau terdesak apapun dikerjakan, dan orang-orang yang mengetahui dengan benar bahwa manusia tidak tahu apa yang akan terjadi ke depannya, karena itu orang-orang ini hidup rajin dan sungguhsungguh dibandingkan siapapun, dan bangun lebih pagi dari orang lain, tempat itu adalah pasar. SENI & BUDAYA KOREA 27
FITUR KHUSUS 4 Pasar Tradisional, Sejarah dan Perkembangannya
Pasar Tradisional Kini Berkembang Menjadi Pusat Budaya Daerah
Park Eun-young Editor lepas Shim Byung-woo Fotografer
Sinar lampu yang redup, warung yang kotor, jalan yang sempit… semua ini adalah kesan tentang pasar tradisional pada umumnya. walau dulu pasar tradisional berfungsi sebagai pusat dari masyarakat daerah setempat, namun kini orang semakin jarang mengunjunginya. Di tempat yang semakin terlupakan itu ada secercah cahaya yang semakin terang. Yaitu sejak seniman dan pedagang muda mulai memberi perhatian. Kita akan melihat kembalinya kejayaan pasar tradisional berkat ide-ide gemilang serta semangat muda yang berbinar.
M
ulai tahun 2008 sampai 2013, Kementerian Kebudayaan, olahraga, dan Pariwisata telah melakukan sebuah proyek untuk merevitalisasi pasar tradisional yang disebut ‘Munjeong-seongshi’. Proyek ini mengukir kembali makna asli pasar tradisional dan membuat program sesuai dengan karakteristik masing-masing pasar. Kementerian Kebudayaan, olahraga, dan Pariwisata menilai bahwa proyek ini berhasil mengubah pasar tradisional daerah sebagai ruang seni dan budaya yang membuatnya menjadi bagi orang-orang muda. Di sisi lain, mereka yang mengawasi proses itu menyebutnya sebagai “pusat untuk mempertontonkan dan pusat hasil”. namun demikian, proyek ini jelas membawa dampak positif. Karena orang muda secara bertahap menjadi tertarik kepada pasar tradisional, dan membentuk pasar yang mengandung budaya mereka sendiri.
Pasar-pasar Tradisional yang Lahir Kembali sebagai Ruang Seni dan Budaya Salah satu kisah sukses besar adalah Youth Mall Market di Pasar Selatan Jeonju (Jeonju nambu Traditional Market). Tidak28 KOREANA Musim Panas 2015
lah berlebihan jika Pasar Selatan disebut sebagai tempat favorit yang tidak bisa dikecualikan di Jeonju. lampu-lampu di lantai dua Pasar Selatan yang mulai redup karena ditinggalkan oleh satu dua pedagang akibat kesulitan keuangan mulai menyala lagi setelah pusat perbelanjaan itu menyewakan tempat dengan harga yang terjangkau bagi kaum muda yang memimpikan wirausaha. Karena untuk menarik tamu muda di pasar tradisional diperlukan pedagang-pedagang muda. Ada toko kecil yang menjual peralatan desain, yang pemiliknya lulusan seni artistik di Prancis dan bepergian ke luar negeri sebulan sekali untuk mengumpulkan beberapa benda yang nantinya dijual di tokonya, ada juga tempat pengobatan yang pemiliknya lulusan medis dari universitas, dan juga ada toko cocktail bar, toko taco, restoran, dan beraneka jenis toko lainnya. Dengan mulai dikenalnya mal anak muda, penjualan pasar yang ada meningkat sekitar 10% sampai 20%. Setiap Jumat dan Sabtu, jam 6 sore hingga jam 12 malam dibuka Pasar Malam yang menyajikan jajanan, kerajinan, acara budaya, seperti pertunjukan dan pameran kecil, sehingga kita dapat melihat anak-anak,
tua muda, wanita pria, berbaur bersama menikmatinya. Sekarang Pasar Selatan telah menjadi bagian dari tur ke Jeonju Hanok village (Desa Tradisional Jeonju).
Pedagang Memilih untuk hidup Bersimbiosis dengan Penulis Muda Seperti Soho dan Chelsea di new York, dan 798 Art Zone di Dashanzi District, Beijing, yang dipadati dengan pabrik dan perumahan, serta menjadi tempat bagi seniman muda dengan modal pas-pasan berkumpul mencari tempat yang murah. Karena merekalah di daerah itu ada toko, galeri, dan aliran pengunjung yang membentuk budaya baru seperti kafe, restoran, dan fasilitas lainnya, menciptakan budaya lokal yang khas. Di Seoul, hal yang sama terjadi di Hongdae, Garosugil, dan Itaewon. Tampaknya menjadi semacam aturan tak tertulis, bahwa masuknya studio seniman ke suatu tempat menjadikan lingkungan “tempat populer.” Jadi, apa yang akan terjadi jika aturan ini diterapkan ke pasar tradisional? Tingkat bawah tanah Seoul Central Market di Hwanghak-dong adalah markas untuk komunitas pengrajin dan desainer bernama Gedung Kreativitas Sindang. Se-
1 Sanggar para pengrajin di Gedung Kreativitas Sindang. Sebelumnya merupakan pusat perbelanjaan bawah tanah, gedung lalu direnovasi oleh Pemerintah Metropolitan Seoul untuk memberikan lokakarya bagi seniman dan pengrajin, menciptakan kehidupan baru ketika pasar mengalami penurunan. 2 Sebuah toko di Youth Mall di area lantai Pasar nambu Jeonju. Tempat unik yang sangat populer di kalangan anak muda yang menginginkan sesuatu yang asli.
1
2
SENI & BUDAYA KOREA 29
telah pusat perbelanjaan bawah tanah ini didirikan pada tahun 1970, tempat ini sempat berkembang, tetapi dengan berkurangnya jumlah pengunjung, hanya beberapa toko saja yang bertahan. Untuk memperbaikinya, pada tahun 2009 pemerintah metropolitan Seoul merenovasi pusat perbelanjaan ini menjadi tempat ideal untuk pengrajin dan desainer. Meskipun ruang kerja hanyalah berupa kamar kecil berukuran masing-masing 6,6 meter persegi, para seniman dapat berkonsentrasi pada pekerjaan mereka tanpa khawatir tentang biaya sewa dan pemeliharaan. Tetapi para seniman tidak mengunci diri mereka dalam ruang kerja bawah tanah mereka. Mereka naik ke atas untuk berbaur dengan pedagang dan penduduk asli pasar. Mereka merancangkan papan toko dan mengelola festival pasar untuk promosi. Kegiatan mereka tidak seperti kebanyakan peristiwa pasar tradisional, yang sebagian besar ditujukan untuk memikat wisatawan, festival ini bertujuan sosialisasi antara mereka dengan pedagang lokal. Ada pula Pasar Dae-In di Gwangju, Provinsi Jeolla Selatan, yang telah disegarkan kembali melalui kolaborasi seniman muda dan pedagang. Park Sunghyen, kurator untuk Gwangju Biennale pada tahun 2008 mengganggap seni harus menjangkau dan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, sehingga ia menyarankan seniman muda untuk menggunakan toko kosong di pasar sebagai studio mereka. Para pedagang bekerja sama dengan menurunkan harga sewa. Tiga puluh seniman masuk, dan hasil terbesar dari perbauran mereka ini adalah â&#x20AC;&#x2DC;Pasar Bintangâ&#x20AC;&#x2122; yakni sejenis pasar malam yang telah dibuka dua kali sebulan sejak 2010. Dalam wilayah di mana kesempatan untuk menikmati budaya sangat terbatas, berita tentang pasar malam dengan cepat menyebar. Sajian yang menyenangkan, acara-acara yang bisa langsung diikuti pengunjung, membuat skala pasar malam ini tumbuh dua kali ukuran mulanya. Pada musim panas 2013, galeri koperasi bernama Dada Creative Studio dibuka di pasar, 30 KOREANA Musim Panas 2015
Dengan mulai dikenalnya mall anak muda, penjualan pasar yang ada meningkat sekitar 10% sampai 20%. Setiap Jumat dan Sabtu, jam 6 sore hingga jam 12 malam dibuka Pasar Malam yang menyajikan jajanan, kerajinan, acara budaya, seperti pertunjukan dan pameran kecil, sehingga kita dapat melihat anak-anak, tua muda, wanita pria, berbaur bersama menikmatinya. Sekarang Pasar Selatan telah menjadi bagian dari tur ke Jeonju Hanok Village (Desa Tradisional Jeonju).
mendukung pameran seni, lelang karya seni, pameran dan kegiatan kreatif lainnya dari seniman muda. Pasar itu aktif digunakan sebagai studio dan tempat mereka untuk pameran perdana mereka. Tetapi berbeda dengan yang diharapkan, tidak ada perubahan yang berarti dalam keuntungan pedagang. Meskipun pasar menarik lebih dari seribu orang per hari pada akhir pekan, sebagian besar dari mereka adalah wisatawan untuk menikmati acara dan pertunjukan, dan jarang yang membeli keperluan seharihari mereka. namun demikian, para pedagang sudah cukup gembira dengan kehadiran seniman muda dan pengunjung muda di pasar, serta vitalitas yang mereka bawa ke pasar yang hampir terlupakan. Contoh lainnya adalah Pasar Dongjin di Yeonnam-dong, Mapo-gu, Seoul, yaitu tempat terpencil yang telah kehilangan fungsi aslinya sebagai pasar dan digunakan sebagai gudang. Pasar ini, begitu kecil dan tenang sehingga mudah hilang dari ingatan, telah direvitalisasi oleh perencana dan desainer muda yang tertarik pada budaya dan pasar tradisional. Di Pasar 7 Hari yang dibuka sejak tahun lalu, sejumlah lokakarya budaya dan acara disediakan oleh seniman muda dan pedagang, termasuk sesi pembuatan furnitur menggunakan
kayu yang terbuang. Berkat acara ini, ganggang di sekitarnya juga hidup kembali dengan usaha kecil, seperti kafe, restoran, toko buku, workshop kerajinan, dan galeri, membuat tempat ini menjadi salah satu lingkungan paling trendi di daerah Hongdae yang memang sudah populer.
Pasar Bongpyeong yang Sukses Berubah melalui Seni Pasar Bongpyeong di Pyeongchang, Provinsi Gangwon, adalah kisah sukses perubahan sebuah pasar berkat dukungan aktif dari pemerintah daerah, dengan kerjasama para pedagang, dan sponsor perusahaan. Di Pasar Bongpyeong yang adalah pasar terbesar di Korea itu selama ratusan tahun masih terdapat lebih dari 70 toko, dan Pasar 5 Hari yang dibuka dari tanggal 2~7 setiap bulannya, menarik hampir seratus pedagang untuk menjajakan dagangannya. Bongpyeong adalah sebuah kota yang terkenal sebagai latar belakang dalam cerpern karya lee Hyo-Seok â&#x20AC;&#x153;Ketika Buckwheat berkembang â&#x20AC;? yang menggambarkan suka dan duka hidup orangorang di pasar. Sebagian karena alasan ini, setiap September kota ini ramai dengan wisatawan yang ingin melihat bunga soba mekar penuh. namun pasar bersejarah yang sebenarnya hanya 100 meter jaraknya
1 Toko aksesoris di Pasar Daein Gwangju. Sebagai sanggar lokakarya di pasar berfungsi sebagai tempat untuk pembuatan dan penjualan oleh para pengrajin muda. Mereka telah menarik lebih banyak orang muda untuk berkunjung ke pasar itu. 2 Sebuah sentuhan artistik telah ditambahkan pada Pasar Pusat Seoul di Hwanghak-dong oleh warga seniman Gedung Kreativitas Sindang mulai memperlihatkan kontribusi bakat mereka pada pasar tradisional.
1
2
3
SENI & BUDAYA KOREA 31
dari tempat wisata utama dan lee Hyoseok Memorial Hall itu terlihat santai saja. (lihat halaman 20 untuk kutipan dari â&#x20AC;&#x153;Ketika Buckwheat Berkembangâ&#x20AC;?) Untuk menemukan cara untuk menyelamatkan masa depan pasar tradisional, Pemerintah Provinsi Gangwon berkonsultasi dengan Kartu Hyundai. Pemerintah mengusulkan agar Proyek Realisasi Impian Kartu Hyundai, yang menawarkan desain ruang pembaharuan dan layanan program untuk usaha kecil, untuk diaplikasikan di pasar tradisional. lab Desain Kartu Hyundai setuju bekerja sama dengan pemerintah provinsi membentuk sistem
1
32 KOREANA Musim Panas 2015
berkelanjutan yang akan memungkinkan pasar tradisional berfungsi sebagaimana mestinya. Mereka mencoba untuk fokus pada â&#x20AC;&#x153;hal-hal yang bisa dilakukan tanpa membuat atau menambahkan apa-apaâ&#x20AC;? dan akhirnya mereka meningkatkan lingkungan keseluruhan Pasar Bongpyeong dengan menggunakan desain awning yang merupakan keperluan pokok setiap toko. Setiap toko menunjukkan identitasnya dengan warna awning, hijau untuk produk pertanian, biru untuk produk kelautan, ungu untuk pakaian, dan garis-garis oranye untuk makanan, dan menempatkan sebuah papan kecil dengan foto dari pemi-
lik dan cerita pendek tentang barang yang dijualnya. Pemerintah daerah memberikan pendidikan desain untuk para pedagang tentang cara untuk mengatur warna, membuat display menyenangkan, membuat papan harga dan asal produk. namun beberapa sesi pendidikan yang telah dilakukan itu tentunya belum cukup untuk mengubah kebiasaan dan metode pedagang yang telah puluhan tahun melakukan bisnis. Pasar Bongpyeong tidak memiliki banyak acara promosi atau budaya baik. namun, sejarah panjang serta daya tarik polos dari masyarakat setempat menambah pesona pasar tua ini.
“Dengan berkumpulnya orang-orang di pasar, uang mulai mengalir masuk.”
“Kami bangga karena ini adalah pasar seni satu-satunya di seluruh Korea.”
Kim chae-ram Ketua Grup Penjaja Asongan Muda Pasar Selatan Jeonju
Jung Sam-jo General Manager Pasar Bintang di Pasar Dae-In, Gwangju
Boddaridan (The Packers) di Youth Mall adalah kelompok merencanakan berbagai acara untuk merevitalisasi Pasar Selatan (nambu Market). Untuk membuatnya menjadi “pusat budaya dari masyarakat setempat”, mereka melakukan kegiatan yang beragam seperti perencanaan dan pengelolaan pasar loak, mengelola toko yang menangani brand lokal, dan menangani lokakarya inspirasional. Karena pasar menarik orang semakin banyak, modal-modal besar mulai merambah masuk. Toko waralaba telah mengisi pasar dan daerah sekitarnya, ‘mengusir’ para pedagang yang telah lama berdagang di tempat ini. Seperti pedang bermata dua, keadaan seperti ini sulit untuk dihindari, namun terus terang fenomena ini membuat hati saya sendu.
Saat ini, Pasar Dae-In memiliki 20 toko yang disewakan kepada pengusaha muda. Berkat kegiatan mereka, pasar mulai menarik pelanggan muda tahun lalu dan ketenaran kini telah menyebar secara nasional. Para pedagang asli positif tentang perubahan. Anggota muda dari pasar bangga menciptakan “pasar yang menyatu dengan seni.” Mereka berjuang untuk mendapatkan daya saing tetap sebagai pasar seni dengan koeksistensi tradisi dengan seni, pedagang dengan seniman baru dan pengusaha muda.
2
“Untuk desainer baru, pasar loak adalah cara yang bagus untuk memulai” Song Yoon-gi CEo dan Designer dari Susurrus
Saya meluncurkan merek sendiri setelah kembali dari Inggris, di mana saya pernah belajar desain fashion aksesori. Saya membuat terobosan pertama saya di pasar loak dalam acara yang digelar di Digital Media City di Sangam-dong, tahun lalu. Setelah itu, saya berpartisipasi dalam banyak pasar loak di seluruh negeri, termasuk Seoul dan Busan, untuk mempromosikan produk saya lebih luas. Sekitar enam bulan kemudian, saya mendapat telepon dari seorang merchandiser di Hyundai Department Store yang meminta saya mengambil bagian dalam toko pop-up untuk desainer muncul. Sekarang, Susurrus adalah merek permanen di department store besar di Seoul dan Daegu. Untuk desainer baru, pasar loak bukan hanya tempat jual beli barang, tetapi juga adalah tempat yang tempat untuk memulai usaha.
3
1 Seorang seniman bekerja di studionya di Gedung Kreativitas Sindang. 2 Youth Mall di Pasar nambu Jeonju. Dikoordinasikan oleh kelompok perencanaan Boddaridan, berbagai acara berlangsung di sini setiap akhir pekan. 3 Bangunan gedung di Pasar Daein Gwangju. Ilustrasi di pintu masuk setiap toko diciptakan oleh para warga seniman. 4 Marché, pasar loak terkenal di Seoul, digelar di jalanjalan Daehangno. Pasar dua mingguan ini memberi kesempatan berharga para petani muda untuk mempromosikan produk mereka.
4
SENI & BUDAYA KOREA 33
wAwANcARA
Seung hyo-sang 1
Merancang Kota dengan Regenerasi dan Kebersamaan
Park Seong-tae Sekretaris Jenderal, Yayasan Junglim
Dengan prinsip “pesona kesederhanaan,” yang lebih menekankan pentingnya memanfaatkan dan berbagi sesuatu, Seung hyo-sang (dikenal juga sebagai Seung h-Sang) menuangkan buah pikirnya melalui arsitektur. Ia ingin menyampaikan kepada orang lain melalui arsitektur, memperlihatkan betapa menyenangkan berbagi jalan dan tempat tinggal, tanpa melupakan akar kemanusiaan dalam alam, dan menciptakan tempat yang memungkinkan kita berkomunikasi satu sama lain. Sebagai “arsitek kota” pertama di Seoul, ia ingin membuat kota ini lebih baik.
34 KOREANA Musim Panas 2015
s
eung Hyo-sang adalah seorang arsitek dan intelektual terkemuka di Korea. Hanya sedikit arsitek di Korea yang terpelajar dan berwawasan luas sepertinya. Seung membentuk Grup 4.3, yang mengembangkan wacana baru arsitek Korea yang menolak paham lama dan menerapkan “pesona kesederhanaan” sebagai etos kerja, dan menempatkan dirinya sebagai salah satu arsitek penting di Korea dalam dua dekade terakhir. Ia mengesampingkan pekerjaan pribadinya untuk sementara waktu, dan sejak bulan September 2014 ia menjadi “arsitek kota” Seoul sebagai penasihat pemerintah metropolitan dalam seleksi dan evaluasi proyek perencanaan kota. Kini, ia memimpin sebuah proyek pembaharuan kota seperti perluasan Gwanghwamun Square, regenerasi Mal Sewoon, dan pembangunan “Taman di udara” di Seoul Station overpass. Apa kebijakannya dalam perencanaan kota Seoul, dan apa yang ingin ia capai?
“Arsitek Kota” Pertama di Seoul Park Seong-tae Anda adalah arsitek kota di Seoul. Posisi ini belum banyak dikenal. Seung hyo-sang Ini adalah pekerjaan yang saya anggap paling penting saat ini. Saya bisa mengatakan, “Itu terlalu rumit, jangan diterapkan.” Tapi tentu tidak semudah itu. Saya terpaksa terlibat dalam politik, yang sangat saya benci, dan membuat saya tertekan. Seiring bertambahnya usia, sekarang saya bisa lebih mudah mengatasinya. Dulu, sepertinya itu mustahil. Park Anda ikut dalam kegiatan sosial sebelumnya, misalnya sebagai koordinator dalam Paju Book City dan komisioner dalam Venice Biennale. Pekerjaan arsitek kota tentu jauh lebih besar, dengan lebih banyak beban dan masalah. Apa yang ingin Anda
1 Seung Hyo-sang, “arsitek kota” pertama Seoul, memimpikan tempat bagi orangorang untuk bisa berkomunikasi satu sama lain dan dengan alam. 2 Kota Welcomm (2000). Markas besar biro iklan Welcomm, terletak di Jangchungdong, Seoul, merupakan salah satu karya besar Seung Hyosang.
©osamu Murai
2
ubah dari kota Seoul dalam mengatasi keadaan itu? Seung Keadaan tidak berubah begitu saja karena saya ingin mengubahnya. Saya tidak akan mengubah apa pun. Saya hanya mencoba memenuhi tuntutan zaman. Saat ini pertumbuhannya lumayan lambat. Saya merasakannya. Selama masa-masa cemerlang dulu, pengembangan kota secara besar-besaran sangat mungkin dilakukan. Tapi sekarang terjadi pergeseran paradigma ke arah peningkatan keterlibatan bersama warga masyarakat. Meski hal ini memakan waktu lebih lama, mereka melihat metode yang lebih bijaksana dalam regenerasi kota yang bisa menghemat biaya dan mengurangi risiko kesalahan. Pengembangan kota beralih ke metode yang disebut “akupuntur perkotaan.” Park Maksud Anda, Anda mencoba mengubah Seoul melalui titik-titik lemahnya, seperti Seoul Station Overpass, Mal Sewoon, dan Gwanghwamun Square, yang termasuk dalam rencana pemerintah untuk memperkuat kota, tapi dengan intervensi arsitektur yang sangat terbatas. Seung Pengembangan kota sejauh ini sudah memisahkan manusia dari alam, dan juga memisahkannya satu sama lain. Kini saatnya untuk secara bertahap menyatukannya kembali. Kota perlu direvitalisasi dengan cara menghubungkan ruang publik satu dengan lainnya, bukan dengan cara membangun ruang baru yang glamor dan spektakuler. Jadi, pemodelan kembali Mal Sewoon, pendirian “Taman di udara” di Seoul Station overpass, restorasi Seoul City Wall, dan menghubungkan ruang-ruang publik itu sangat dibutuhkan saat ini.
Regenerasi Masyarakat, hubungan Alam dan Manusia Park Apa proyek paling berat yang sedang Anda kerjakan saat ini? Perluasan Gwanghwamun Square itu memerlukan pengurangan lima jalur lalu lintas. Dan ternyata terjadi banyak perdebatan mengenai hal ini. Seung Sebenarnya proyek Gwanghwamun Square ini tak terlalu berat. Kami sudah melakukan beberapa uji coba. Di suatu akhir pekan, kami memblok beberapa jalur, tapi tidak terjadi masalah arus lalu lintas. Tempat ini bisa diperluas secara bertahap, dan bersamaan dengan itu kami berencana menambah fasilitas budaya. Tempat itu akan menjadi tempat yang damai dan orang-orang dapat menyaksikan pertunjukan atau pameran dan duduk dan berbincang sambil menikmati secangkir teh kalau cuaca sedang bagus. Park Tampaknya Anda mengubah kota ini menjadi kota yang ramah untuk pejalan kaki. Sebagian orang menentang proyek Gwanghwamun Square karena berpotensi menimbulkan kemacetan, tapi saya tahu Anda mencoba mencari solusi dengan membatasi lalu lintas ke pusat kota. Seung Benar. Wilayah yang dibatasi Tembok Kota Seoul adalah kota tua. Sebagian besar kota bersejarah di negara-negara lain memiliki batas yang jelas antara kota baru dan kota tua. Di Seoul, batas itu sudah hilang. Batas itu sudah dimusnahkan kaSENI & BUDAYA KOREA 35
rena meniru kota-kota modern di negara-negara lain. Tahun lalu, Pemerintah Metropolitan Seoul mengusulkan visi baru yang disebut “Rencana Seoul 2030.” Dalam rencana ini, gunung-gunung di sekitar Seoul terlihat. Sebelumnya, gunung-gunung itu tidak termasuk dalam rencana dan tidak dimunculkan dalam gambar. Ini menandakan bahwa kami sudah mulai melihat kota dalam tiga dimesi. Jika kebijakan perkotaan dibuat berdasarkan struktur kota, sangat mungkin mengubah kota tua menjadi “kota yang damai,” sebuah kota yang penuh pesona.
Kebangkitan Kembali Kota Tua dan Proyek Tetangga Dekat Park Anda mengatakan bahwa ketika pusat kota berubah, sekitarnya juga akan berubah. Tampaknya Anda memikirkan masyarakat dengan lingkungan kecilnya di luar pintu utama kota tua Seoul. 36 KOREANA Musim Panas 2015
Seung Seoul akan berubah menjadi kota dengan banyak ruang terbuka, sebuah kota yang damai di dalam empat pintu utama kota tua Seoul, dan sekitar 150 komunitas di luar pintu utama itu. Wali kota Park Won-soon menyampaikan janji kampanye dalam pemilihan yang lalu yaitu “Proyek Tetangga 10 Menit.” Ia merencanakan perpustakaan, taman, dan fasilitas budaya dalam jarak 10 menit berjalan kaki dari rumah penduduk. lingkungan seperti ini punya karakter sebuah komunitas kecil yang bisa berdiri sendiri dan bisa berpadu dengan komunitas lain. Park Benarkah rapat akbar Persatuan Arsitek Internasional (UIA: Union Internationale des Architectes) tahun 2017 akan diadakan di Seoul? Seung Selama ini tak ada acara budaya berskala internasional di Seoul. Acara internasional diadakan di kota lain di Korea, seperti Festival Film Internasional Busan, Festival Musik Internasional
“Pengembangan kota sejauh ini sudah memisahkan manusia dari alam, dan juga memisahkannya satu sama lain. Kini saatnya untuk secara bertahap menyatukannya kembali. Kota perlu direvitalisasi dengan cara menghubungkan ruang publik satu dengan lainnya, bukan dengan cara membangun ruang baru yang glamor dan spektakuler.”
banyak waktu merefleksi sebuah proyek, membuat sketsa dan rencana. Saya iri. Mereka tampak bahagia sekali. Itulah yang ingin saya lakukan. (Tertawa)
1
1 “Kebun Botani Seoul,” oleh arsitek Belanda Winy Mass, terpilih sebagai pemenang desain untuk Proyek Stasiun Seoul 7017. Desain menggambarkan “taman di udara,” melapisi jembatan dengan berbagai pohon dan tanaman. 2 “Taman Sabuk-Hijau Sewoon.” Kota Seoul merencanakan untuk memperbaharui area Sewoon Shopping Mall yang tertinggal dengan menciptakan ruang hijau.
Tongyeong, dan Gwangju Biennale. Jadi, kami mempersiapkan biennalee arsitektur pertama tahun 2017 bersamaan dengan rapat akbar UIA Seoul. Tahun ini, kami menyelenggarakan pra-biennale. Saya mengikuti venice Biennale beberapa kali dan semuanya diadakan dalam gaya Barat. Tahun lalu dan tiga tahun yang lalu, ketika David Chipperfield menjadi komisioner, saya diundang untuk ikut dalam pameran. Di antara lebih dari seratus orang yang mengikuti acara itu, hanya Kazuyo Sejima dan saya yang berasal dari Asia. oleh karena itu, menurut saya penting sekali mengadakan biennale di Asia. Park Apakah Anda mempunyai rencana khusus sebagai arsitek secara pribadi, ketika jabatan sebagai arsitek kota berakhir? Apa yang sangat ingin Anda lakukan? Seung Arsitek di Eropa bekerja dalam tim tiga atau empat orang. Jumlah ini ideal untuk sebuah kantor. Mereka juga punya
Siapakah Seung hyo-sang? Arsitek Seung Hyo-sang lahir di Busan pada tahun 1952. Ia menyelesaikan studinya di Jurusan Arsitektur dan Program Pascasarjana Arsitektur di Seoul national University dan melanjutkan studinya di vienna University of Technology. Sekembalinya ke Korea, ia bekerja di studio Kim Swoo-geun (selanjutnya menjadi SPACE Group) selama 15 tahun, berperan dalam mendesain bangunan seperti Gereja Katolik Yangdeok di Masan dan Gereja Presbiterian Kyungdong di Seoul. Ia membuka studionya sendiri, IRoJE, pada tahun 1989. Beberapa di antara karyanya adalah Sujoldang (1993), Subaekdang (1998), Welcomm City (2000), dan makam Presiden Roh Moo-hyun (2010). Pada tahun 2002 ia menjadi arsitek pertama yang menerima penghargaan “Artist of the Year” oleh Museum nasional Seni Modern dan Kontemporer, Korea (MMCA). Ia menjadi komisioner dan general manager di venice Biennale dan Gwangju Design Biennale. Beberapa publikasinya adalah “old Things are All Beautiful,” “Tomb of Roh Moo-hyun,” “Art Travel at 50 Degrees north latitude,” “The Pattern of the Earth,” “Architecture, a Sign of Thought,” dan “The Beauty of Poverty.”
2
SENI & BUDAYA KOREA 37
FOKuS
1 MENIT 59 DETIK Mengembalikan Bahasa Tubuh dalam
Park Byung-sung Kepala Penyunting The Musical choe Young-mo Fotografer
Ahn Eun-mi larut dalam karya-karyanya yang menghapus batasbatas konvensional dalam tarian. Melalui “tari komunitas”, dia memotivasi orang-orang untuk melihat kehidupan mereka dan menggunakan tubuh mereka untuk mengekspresikan apa yang telah mereka temukan. gerakan tubuh mereka, hindari pembatasan terhadap hal yang membelenggu mereka, yang menggembirakan dan bahkan mengharukan. Mata kita dikagetkan oleh bahasa tubuh, yang melekat secara alami pada manusia, dan cakupan emosi divisualisasikan melalui bahasa yang menuntun kita menuju dunia yang dipenuhi kebebasan sejati.
Adegan dalam penampilan “Pina Ahn di Seoul” (2014). Tarian ini dilakukan oleh 100 orang biasa yang telah menyaksikan film “Pina” dan membagikan perasaan dan pikiran mereka.
38 KOREANA Musim Panas 2015
SENI & BUDAYA KOREA 39
s
ebuah penampilan luar biasa dipentaskan di Pusat Kreasi Gyeonggi, yang terletak di pulau Daebu, di lepas pantai barat, pada bulan oktober 2014. Sebuah dialog canggung antara seorang ayah dan putrinya yang sudah dewasa terdengar melalui pengeras suara telepon. Seorang wanita setengah baya sambil berpakaian terus mengejar tokoh yang merupakan personifikasi dari uang; ia melakukan teater situasi, bergumam, “Aku biasanya bertugas mengejar uang, namun pada beberapa hal uang justru mengejarku. lalu, aku menemukan bahwa hal tersebut bukanlah uang, hal itu hutang”. Seorang gadis berdiri tidak melakukan apapun dalam keheningan akhirnya mulai meratap. Setiap adegan berdurasi satu menit dan 59 detik. Itu merupakan adegan dari sebuah proyek tari komunitas yang digarap oleh penari kontemporer Ahn Eun-mi, yang berjudul “Satu Menit lima Puluh Sembilan Detik.” Para pemainnya bukanlah para penari profesional melainkan orang biasa – para pelajar, perempuan paruh baya, dan kaum muda – yang dengan mudah ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Pertunjukan mungkin tidak begitu halus secara artistik, tetapi mereka amat menarik, dan kadang-kadang cukup menyentuh.
Penonton Menjadi Subjek Seni Dalam gerakan seni komunitas, penonton, sebagai penikmat dan pengamat seni sampai saat ini, menjadi subjek. Meskipun sekarang melibatkan berbagai genre, termasuk teater dan tari, gerakan ini pertama kali dimulai pada bidang seni rupa dengan mengeluarkan seni dari kungkungan apresiasi biasa terdapat pada galeri ke dalam kehidupan masyarakat. lebih dari sekadar membuat seni menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, gerakan tersebut berupaya membuat anggota masyarakat menjadi subjek seni, sehingga seni dan kehidupan bisa hidup berdampingan dengan cara membalikkan hubungan antara penyedia seni dan konsumen. Gerakan seni komunitas bermula di Amerika dan Eropa pada tahun 1960-an, ketika orang-orang muda berupaya untuk mencapai demokrasi dalam bidang seni. Pemberontakan terhadap elitisme budaya, mereka mengejar demokrasi budaya, pertama dalam seni rupa dan kemudian pada beragam genre seni. “100 Persen Gwangju” oleh Rimini Protokoll, grup teater dokumenter yang mengunjungi Korea tahun lalu, merupakan contoh yang bagus dari teater komunitas. Seratus warga Gwangju pergi ke panggung untuk menetapkan sejarah dan wilayah kota Gwangju melalui kisah-kisah pribadi mereka. Tari merupakan genre yang melakukan gerakan seni komunitas paling aktif. Hal ini dikarenakan tari berfokus pada ekspresi tubuh, tanpa bergantung pada unsur-unsur lain40 KOREANA Musim Panas 2015
nya. Tari komunitas memiliki ekspresi paling beragam di Inggris, langkah-langkah kebijakan menumbuhkan partisipasi dalam tari komunitas dan program ini berafiliasi dengan lembaga-lembaga pendidikan untuk menumbuhkan kreativitas budaya para siswa. Program ini juga digunakan untuk tujuan penyembuhan dengan menyediakan kegiatan tersebut kepada si sakit melalui dorongan psikologis. Tari komunitas pertama kali muncul di Korea sekitar tahun 2010, dan sejak saat itu telah ditampilkan dalam festival seni dan teater publik yang diselenggarakan oleh organisasi budaya pemerintah daerah setempat. Hal tersebut menjadi lebih dikenal luas melalui Pina Bausch (1940-2009), koreografer yang mengejutkan dunia tari dengan Tanztheater-nya, yang memutus tradisi seni tari dengan mencampur musik, seni rupa, dan video. Ketertarikannya selalu berfokus pada masyarakat. Dia mengeksplorasi asal mula tari, menanyakan apa yang membuat orang berpindah, dan dalam karya-karyanya selalu berhubungan dengan antagonisme dan konflik di kalangan masyarakat serta keterasingan dan isolasi. Pada tahun 2008, Bausch bekerja sama dengan para remaja amatir dari Jerman menggelar “Kontakthof” (1978), yang sebelumnya telah ditampilkan oleh penari profesional. Dia ingin tahu bagaimana remaja, yang baru mulai belajar tentang dunia, mengekspresikan emosi mereka. Keseluruhan proses tersebut didokumentasikan dalam sebuah film oleh Anne linsel berjudul Tarian Mimpi, 2009. Film ini dirilis pada bulan Januari 2011, yang terinspirasi serbuan berbagai karya tari komunitas di Korea. Selain Tarian Persembahan bagi nenek Moyang (2011) oleh Ahn Eun-mi, karya-karya lain yang menampilkan pertunjukan dari orang biasa ialah Proyek Rakyat Perempuan Cantik Paruh Baya (2012) oleh Kim Yoon-jin, Irama Keraguan Mimpi (2012) oleh grup tari Ddongjaru (“dung sack”) (sutradara dan koreografer lee Sung-jae), dan Pemikir Pertama — Api Prometheus (2012) oleh Jung Young-doo.
Tubuh sebagai Kenangan hidup Ahn Eun-mi secara konsisten bekerja menghapus batasbatas dalam tari, sehingga tari komunitas secara alami muncul sebagai pokok persoalan penting. Diawali dengan Tarian Persembahan bagi nenek Moyang pada tahun 2011, menampilkan perempuan tua sebagai penyaji, ia telah menggelar berbagai karya tari komunitas: Tarian Diri (2012) bersama para remaja, Tarian Tak Berjawab (2013) dengan lakilaki paruh baya, dan Tarian Gelora Semangat (2014) bersama beberapa generasi. Ahn Eun-mi terlibat dalam tari komunitas secara kebetulan ketika ia mengembangkan minat mengenai tubuh perempuan tua. Merasa penting untuk mendokumentasikan tubuh
Berbeda dari pandangan orang lain, seseorang dapat berkonsentrasi pada dirinya sendiri dan bersenyawa dengan dunia. Kemudian diri pun lenyap, dan seseorang mencapai alam pribadi. Hal tersebut merupakan pengalaman menggembirakan, yang dapat dibandingkan dengan kehadiran Tuhan dalam keberadaan seseorang.
1
1, 2 Adegan dalam penampilan â&#x20AC;&#x153;Pina Ahn di Seoulâ&#x20AC;? (2014). Dalam karya ini Ahn Eun-mi berfokus pada mengurai rutinitas sehari-hari dan memulihkan kembali bahasa tubuh.
2
SENI & BUDAYA KOREA 41
perempuan tua, ia melakukan perjalanan ke pedesaan di mana dia meminta perempuan dan laki-laki tua menari di depan kameranya. Dengan cara ini, dia menemukan gerakan yang belum pernah terlihat sebelumnya. “Sebagian besar perempuan berusia lebih dari 60 tahun dan telah melahirkan setidaknya beberapa kali, tubuh mereka mungkin sudah tidak indah, tetapi itu merupakan bukti hidup mereka bertahuntahun”, kata Ahn Eun-mi. Dia kagum dengan energi yang berasal dari tubuh mereka dan gagasan menempatkan mereka di atas panggung merupakan awal dari proyek tari komunitas. Tarian Persembahan bagi nenek Moyang, Tarian Diri dan Tarian Tak Berjawab semua mengadopsi pendekatan yang sama tetapi dengan berbagai kelompok pemain-perempuan tua, remaja, dan laki-laki setengah baya. Setiap orang menunjukkan keunikan dan energi, mereka terikat oleh sejarah dan waktu yang diwujudkan sebagai bagian dari generasi mereka masing-masing. Ahn sangat takjub menonton anggota dari generasi yang berbeda, yang berbeda tetapi sama, dan sama tetapi berbeda. Dia mengamati ingatan tubuh yang berbeda, dari wanita tua sampai remaja, dan laki-laki setengah baya hingga individu yang tidak bisa ditentukan. Penonton terharu saat mereka menyaksikan tubuh perempuan tua, yang mengungkap sejarah hidup mereka, dan tersentuh oleh tubuh polos dan murni kaum muda. Gerakan dari pria paruh baya yang agak kasar dan tertahan, namun menyampaikan sejarah mereka sendiri. Gerakan asing seperti itu tidak pernah terlihat sebelumnya dan energi vital yang mengalir dari tarian orang biasa menawarkan sekilas kenangan rahasia bersama lintas generasi. Meskipun karya-karya ini difokuskan pada vitalitas fisik orang biasa, pada akhir 2014 minat Ahn bergeser dari tubuh kepada pemikiran, seperti terlihat dalam karya-karyanya seperti Pabrik Permainan Tubuh bagi Dewasa 3355, Pina Ahn di Seou, dan Satu Menit lima Puluh Sembilan Detik. Dalam Pabrik Permainan Tubuh bagi Dewasa 3355 , para pemain dibiarkan untuk membuat gerakan mereka sendiri setelah merefleksikan topik “seksualitas”. Mereka bebas mengeksplor panggung dengan cara mereka sendiri, menceritakan kisah mereka sendiri. Kemudian, pelajaran tentang kemanusiaan diberikan. Apakah diskusi itu membantu menciptakan ketidakjelasan dalam karya, tetapi tampaknya membahas teori seni dan berbagai subjek kemanusiaan lainnya bertujuan untuk merangsang kreativitas para pemain. Untuk Pina Ahn di Seoul , film dokumenter 3D Pina oleh Wim Wenders, yang bekerja sama dengan Pina Bausch untuk film tersebut, dipakai sebagai bahan pembelajaran. 100 warga berpartisipasi dalam program ini, menonton film bersama-sama, berbagi pemikiran dan perasaan mereka, lalu menampilkan kreasi mereka sendiri. Terpesona oleh vitalitas 42 KOREANA Musim Panas 2015
yang diungkapkan oleh setiap generasi, Ahn berkonsentrasi pada proses pemulihan bahasa tubuh dengan melepaskan diri dari rutinitas sehari-hari. Satu Menit lima Puluh Sembilan Detik merupakan contoh pergeseran perspektif Ahn Eunmi, dari tubuh manusia kepada pikiran dan emosi.
Dari Tubuh kepada Pemikiran – Proses Pencarian Kebebasan Sejati Proyek Pina Ahn di Seoul direncanakan untuk menjelaskan gagasan Pina Bausch bahwa tari adalah bahasa yang memungkinkan Anda untuk mengekspresikan diri tanpa pelatihan khusus. Satu Menit lima Puluh Sembilan Detik dibangun berdasarkan keyakinan ini. Seperti Pina Bausch, yang tertarik pada pertanyaan mengenai apa yang membuat orang bergerak, Ahn Eun-mi mengeksplorasi proses dimana pemikiran diungkapkan dalam tari melalui tubuh, tanpa dikurangi. Pekerjaannya tentang mendapatkan kembali bahasa tari yang hilang dan membangunkan naluri kita, menembus hal-hal yang terlupakan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam Satu Menit lima Puluh Sembilan Detik , setiap peserta melakukan pekerjaan sendiri, yang berlangsung selama satu menit 59 detik, setelah latihan tiga bulan. Selama masa persiapan, para peserta memiliki waktu untuk melatih tubuh mereka untuk merespon sinkron irama yang kuat dari instrumen perkusi. Pelajaran kemanusiaan memberi mereka kesempatan untuk melihat ke dalam batin diri mereka. Setiap individu bebas untuk menentukan cerita dan cara dia akan menyampaikan pesan mereka. Memang, tujuan akhir dari proyek ini adalah untuk membangkitkan indra dan menemukan dan memberikan cerita sendiri. Berbeda dari pandangan orang lain, seseorang dapat berkonsentrasi pada dirinya sendiri dan bersenyawa dengan dunia. Kemudian diri pun lenyap, dan seseorang mencapai alam pribadi. Hal tersebut merupakan pengalaman menggembirakan, yang dapat dibandingkan dengan kehadiran Tuhan dalam keberadaan seseorang. Ahn Eun-mi tidak mengajarkan teori maupun teknik, tetapi mendorong orang untuk mengekspresikan diri tanpa malu. Para peserta berteriak bebas dengan cara mereka sendiri tanpa keberatan. Tanpa memandangnya sebagai kesenian, penonton sangat terharu saat mereka menyaksikan para pemain berjuang untuk mengekspresikan diri dengan seluruh tubuh mereka, menerobos semua hambatan. Hasil akhir dari proyek ini adalah bukan untuk evaluasi estetika. Yang lebih penting dari hasil akhir adalah proses. Hal ini bukan berarti bahwa tari tersebut tidak indah—dengan caranya sendiri. Saat penampilan mungkin kurang sempurna secara teknis seperti layaknya penari profesional, namun secara emosional sangat menyentuh. Hal ini lebih menyegarkan daripada tari lainnya, untuk kebebasan dan kejujurannya.
1 “Tarian Persembahan bagi nenek Moyang” (2011). Sebelum perempuan tua mulai, pemain muda menari dengan sangat antusias untuk memeriahkan suasana. 2 “Tarian Tak Berjawab” (2013). Pria paruh baya antara 40 tahun dan 60 tahun menari bebas untuk sebuah medley musik “berderap” Korea sebagai latar belakang. 1
2
SENI & BUDAYA KOREA 43
TINJAuAN SENI
ritual untuk mohon ampun dan Damai - <ibu> oleh Son Sook
Kim Su-mi Kritikus Teater
Aktris Son Sook telah memiliki karir lebih dari 50 tahun jauh sebelumnya. Selama 15 tahun ia telah memainkan peran utama dalam â&#x20AC;&#x153;Ibuâ&#x20AC;? oleh dramawan dan sutradara lee Youn-taek.
Drama <Ibu> adalah sebuah drama yang menggambarkan 70 tahun kehidupan seorang wanita yang menjalani sejarah modern Korea dengan seluruh jiwa raganya. Melalui karya ini kita dapat menyaksikan cinta dan obsesi antara wanita dan pria, pengampunan dan rekonsiliasi keluarga, dan di satu sisi juga menjadi suatu kesempatan untuk melihat kembali arti kehidupan dan kematian dari manusia.
D
rama<Ibu> karya oleh produser drama tengah baya lee Yoon-taek dianggap sejajar dengan <Ibu Tegar> oleh Bertolt Brecht dari Jerman, atau drama yang diangkat dari novel panjang <Ibu> oleh Maxim Gorki dari Rusia. Sejak pertunjukan perdananya di tahun 1996, <Ibu> kembali dipentaskan pada tahun 1999 oleh Theatre Troupe Georipae, dan sejak saat itu selama 15 tahun drama tersebut terus dipentaskan setiap tahunnya. Aktris drama Son Sook yang memainkan peran utama ibu sejak berusia 50-an, sampai kini saat usianya memasuki 70-an tetap memainkan peran tersebut, membuat drama ini semakin memiliki nilai tersendiri.
Memotivasi Kehidupan Sebenarnya Kesamaan dari semua ibu di dunia mungkin dapat dikatakan adalah perpaduan dari sifat maskulin yang kuat untuk menjaga keamanan dan kenyamanan keluarganya ditambah dengan sifat feminin yang terus berkorban bagi keluarganya. Karena itu, sosok seorang ibu seringkali dikatakan bersifat kelaki-lakian dan juga kewanitaan. Tetapi dalam <Ibu> karya lee Yoon-taek, identitas sang ibu yang saat ia masih seorang gadis tentunya adalah seorang wanita biasa, dijadikan sebagai fokus utama di atas sosok ibu yang bersifat di antara maskulin dan feminin tadi. Ibu tentunya memiliki saat saat ketika ia adalah seorang wanita yang bebas dan bahagia saat dipanggil menurut namanya dan bisa mengutarakan apa yang dia suka dan tidak suka. Tetapi sebutan â&#x20AC;&#x2DC;Ibuâ&#x20AC;&#x2122; yang besar dan berat telah menghapus saat-saat itu sampai ke bekas-bekasnya. Penulis drama ini mengingatkan kembali bahwa bagi seorang ibu berlogat Gyeongsang kuat yang seiring dengan mengalirnya waktu menjadi seorang pemarah dan cepat tersinggung ini ada kalanya ia adalah seorang gadis pemalu berumur 17 tahun yang memiliki kenangan manis dan pahit oleh cinta pertama. Selanjutnya, penulis drama berusaha untuk menghibur hati para ibu yang menyesali diri sepanjang hidup, karena diskriminasi terhadap wanita di zaman dulu mereka tidak mendapat kesempatan untuk belajar menulis bahkan untuk bisa menulis nama mereka. Kesedihan seorang ibu yang tak kunjung reda, harus rela kehilangan kedua anaknya akibat kemiskinan dan peperangan, harus menyimpan di dalam hati sepanjang hidupnya rahasia kelahiran dua anak laki-lakinya yang berbeda ibu. Suami yang tidak melindungi keluarganya dan lebih berkeliaran di luar, akhirnya meninggal menjadi roh yang menghantui ibu. Ibu yang tidak bisa melupakan anak lakilakinya selalu menempatkan kendil berisi abu jenazah anaknya di samping bantalnya sepanjang hidup. Setelah berdamai dengan roh suaminya yang muncul setiap malam dalam mimpi dan mengada-
kan gut (ritual penghiburan bagi roh orang yang sudah meninggal), barulah sang ibu dapat menutup mata dengan lega dan meninggalkan dunia fana ini. Penulis dan pengarah drama <Ibu> lee Yoon-taek, menuliskan kembali kisah dengan model yang tak lain adalah ibunya sendiri ditambah dengan beberapa tokoh yang muncul dalam dramanya diramu dengan cerita-cerita yang pernah diperdengarkan oleh ibunya. lahir dari keluarga petani miskin selama pendudukan Jepang, ibunya hidup melalui penjajahan, kemerdekaan dan perang; sejarah keluarganya mencerminkan kesulitan yang dialami orangorang Korea selama periode itu. Tidak ada yang luar biasa dari ibu lee, yang tidak pernah mengenyam pendidikan formal. Hanya saja ia menceritakan kepada anaknya yang adalah penulis rahasia-rahasia dalam kehidupannya yang disimpan dalam hatinya sepanjang hidupnya. Bosan mendengar cerita sama yang diceritakan berulang-ulang, lee mencari akal dan menghadiahkan sebuah alat perekam untuk ibunya. Suatu hari, ketika sang anak mendengarkan kembali rekaman suara ibunya, barulah dia menyadari bahwa itu bisa dijadikan bahan drama. Cerita sang ibu yang begitu-begitu saja akhirnya benar-benar lahir kembali sebagai suatu karya. Pada pementasan perdana, <Ibu> digelar pada tahun 1995 di Dongsung Hall, disutradarai oleh Kim Myeong-gon dan dibintangi na Mun-hee. Empat tahun kemudian, lee memberanikan diri untuk menampilkan cerita ibunya. Dia mengubah pengaturan latar yakni Miryang, yang tak lain adalah kampung halaman ibunya dan memilih aktris Son Sook, yang berasal dari kota yang sama. Drama ini mengandung banyak unsur seni pertunjukan tradisional Korea, seperti kegiatan menenun, memintal, upacara pernikahan tradisional, chomangja-gut (ritual perpisahan untuk anggota keluarga yang telah meninggal), dan samul-nori (ensemble perkusi tradisional) yang digunakan sebagai efek di sepanjang pertunjukan. Pemain-pemainnya bebas melampaui ruang dan waktu, berjalan masuk dan keluar dari kehidupan dan kematian, dan dari masa lalu dan masa kini. Membuat drama yang pada mulanya hanya mencakup cerita seorang wanita, menjadi lebih luas cakupannya, yakni melingkupi sejarah dan budaya satu negara. Menjelang akhir abad ketika suasana penuh dengan kecemasan dan depresi, orang mungkin telah mencari kenyamanan dalam â&#x20AC;&#x153;Kekuatan Ibuâ&#x20AC;?. Begitu <Ibu> digelar di Teater Jeongdong, dalam seminggu semua kursi telah penuh, dan selama dua bulan seterusnya tetap mempertahankan keadaan tersebut dan mencatat kesuksesan.
SENI & BUDAYA KOREA 45
1 2
©Street Theatre Troupe
1 Sebuah adegan dalam penampilan “Ibu,” (2004) di Coex Art Hall, putri menantu (Kim So-hee) menitikkan air mata di kisah sedih ibu. 2 Ibu berbicara riang dengan anaknya (Kim Hal-cheol) dalam sebuah adegan dalam penampilan pada tahun 1999 di Teater Jeongdong. 3 Sebuah adegan dalam penampilan di Teater Myeongdong (2015). Isak tangis duka ibu di atas anaknya (Kim Ah-young) yang berada dalam pelukannya yang mati kelaparan di tengah-tengah perang.
Alasan Mengapa harus ‘Son Sook’ Son Sook bukanlah bintang yang menampilkan sosok seorang ibu yang pada umumnya kita kenal sebagai pribadi yang lembut dan keibuan. Penampilannya kurus dengan suara yang nyaris tak terdengar, sosoknya terkesan kuat dengan tindak tanduk tegar seperti layaknya wanita perkotaan yang terlihat berpendidikan. Kepada wanita ini, lee Youn-taek memberikan peran seorang ibu yang bersifat keras kepala dengan aksen Kyoung-sang yang kuat. Apa kira-kira alasannya. Bagi lee Youn-taek, kehidupan ibu yang melewati zaman sejarah modern bersifat ‘pasif’ dan ‘bertahan’. Ibu yang tidak berkuasa atas masa penjajahan harus mengemis air gula untuk melipur lapar anak-anaknya dan harus membungkuk-bungkuk untuk memperoleh secarik selimut lusuh bagi keluarganya. Cara terbaik untuk bertahan dalam amukan perang bagi seorang ibu adalah suara yang lirih dan tubuh yang kurus. Brehit dalam karyanya <Ibu yang tegar dan anak-anaknya> mengisahkan seorang ibu tegar yang kehilangan anaknya dalam perang, sehingga sang ibu menjadi lebih terobsesi untuk hidup tegar dan bersikap aktif. Sosok ibu yang digambarkan oleh lee Youn-taekadalah seorang ibu yang meratapi nasib kehilangan anak laki-lakinya sepanjang hidup dengan sikap pasif dan bertahan. Son Sook yang bertubuh kerempeng dengan suara lirih sangatlah sesuai untuk menampilkan sosok ibu yang demikian. Suaranya yang terdengar renyah dengan pembawaan yang sesuai membiaskan dengan kuat kesedihan yang panjang dan dalam bak sebuah sumur. logat kental asli Gyeongsang yang bernada turun naik oleh aktris ini memberi rasa keindahan seorang insani yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Son Sook yang selama 50 tahun berkecimpung dalam dunia drama dan tampil dalam lebih dari 150 karya berkomentar jenaka dalam sebuah interview, “Saya belum pernah menampilkan lakon Chunhyang ataupun Juliet. Semakin tua, saya hanya dapat peran ibu saja”. Setelah selesai dipentaskan di Teater Jeongdong, drama <Ibu> oleh Theatre Troupe Georipae lalu diundang oleh Taganka Theatre di Moscow. Saat pementasan, di bulan Mei 1999, Son Sook diangkat menjadi Menteri lingkungan Hidup, dan selama masa jabatannya sebagai menteri ia tetap berdiri di pentas. Dan dengan karya drama ini ia memperoleh penghargaan sebagai Aktris Terbaik dalam Anugerah Seni Paeksang di tahun yang sama. Menjadikan <Ibu> semakin terkenal dan membuat hubungan Son Sook dengan
“Aku tidak percaya pada malaikat kematian, aku juga tidak tahu akan lahir kembali dalam bentuk apa nanti. Tapi aku percaya pada kehidupan di masa lalu. Orang yang hidup pasti memiliki kehidupan di masa lalu. Sejarah masa lalu yang terkubur di lubuk hati dan tidak bisa diceritakan, itulah kehidupan di masa lalu. Jadi, bukankah itu berarti bahwa sekarang ini kita hidup di kehidupan berikutnya. Siang bolong, ini semua tak lain adalah kehidupan berikutnya”. 46 KOREANA Musim Panas 2015
drama ini menjadi lebih istimewa karena pada awal pementasannya ia pernah berjanji ‘saya akan berdedikasi pada <Ibu> sebagai karya utama saya untuk 20 tahun ke depan’.
Pada Mulanya Semua Adalah Satu Dalam skenario <Ibu> ada teks seperti berikut. “Aku tidak percaya pada malaikat kematian, aku juga tidak tahu akan lahir kembali dalam bentuk apa nanti. Tapi aku percaya pada kehidupan di masa lalu. orang yang hidup pasti memiliki kehidupan di masa lalu. Sejarah masa lalu yang terkubur di lubuk hati dan tidak bisa diceritakan, itulah kehidupan di masa lalu. Jadi, bukankah itu berarti bahwa sekarang ini kita hidup di kehidupan berikutnya. Siang bolong, ini semua tak lain adalah kehidupan berikutnya”. Tidak peduli apakah setelah mati akan pergi ke neraka atau surga. Yang penting adalah mengetahui alasan mengapa saat
ini bersinar terang bagai tengah hari. Apakah alasannya adalah karena adanya sejarah pilu dari masa getir, atau karena adanya kenangan masa lalu yang tersimpan di dalam hati. Sebagaimana keberadaan terang tidak mungkin dapat disadari tanpa adanya kegelapan, tanpa kepedihan, tidak akan ada kegembiraan, tanpa kematian tidak akan ada kesadaran akan kehidupan tanpa adanya kehancuran sulit mengerti nilai penciptaan. Semua hal tersebut yang pada mulanya adalah satu, saling mengampuni dan berdamai dalam satu nama, yakni ‘Ibu’. Mungkin inilah ajaran moral yang ingin disampaikan oleh ibu yang merelakan kepergian anak lakilakinya dengan melepas sebuah perahu kertas yang dipenuhinya dengan kenangan tentang anaknya sepanjang hidup, oleh seorang istri yang sambil menyediakan makan malam bagi roh sang suami tetap mengkhawatirkan lauk pauk yang dirasanya selalu kurang cukup.
3
©MYEonGDonG THEATRE Choi Yong-seok
SENI & BUDAYA KOREA 47
JATuh cINTA PADA KOREA
48 KOREANA Musim Panas 2015
SENI DALAM HIDUP
“Saya merasa tinggal dalam dunia saya sendiri,” kata seniman kaca tiup Annaliisa Alastalo, mengenai gaya hidup uniknya di Korea. Ia sangat menikmati tinggal di rumah bersama suami — seniman dan desainer arsitektur hong Sung-hwan — dan dua anak perempuannya. Mengunjungi studio/rumah mereka di Sudong, Namyangju, sekitar 45 menit di luar kota Seoul, seakan memasuki lingkungan yang menenangkan dan sangat bernilai seni. Darcy Paquet Penulis lepas Ahn hong-beom Fotografer
Annaliisa Alastalo
D
i negara yang sangat dikenal dengan budaya urbannya yang sibuk, kehidupan Annaliisa Alastalo di pedesaan sangat menarik perhatian. “Kadang-kadang mereka mengatakan kepada saya: ‘Kami senang Anda di sini dan memperlihatkan kepada kami gaya hidup yang lebih tenang,” katanya. “Banyak teman Korea saya menyukainya. Mungkin karena melihat bagaimana saya menikmati hidup membuat mereka berpikir cara lain menjalani hidup ini.” Ada banyak cara menjalani hidup, tapi banyak orang terjebak pada pola yang biasa. Sadar atau tidak, kita cenderung membiarkan tuntutan pekerjaan atau sekolah menempati prioritas utama. Pilihan hidup Annaliisa memperlihatkan bahwa sangat mungkin mengikuti suasana persaingan masyarakat modern namun tetap mengutamakan waktu bersama anggota keluarga, lebur bersama alam dan mengakrabi seni.
Seniman kaca Annaliisa Alastalo telah tinggal di Korea selama delapan tahun hingga sekarang. “Hidup pelan”-nya, hidup dan bekerja dengan suaminya yang seniman Korea dan membesarkan kedua anak mereka di pedesaan, sangat menarik perhatian.
Sebuah Kehidupan Baru di Korea Annaliisa lahir pada tahun 1984 sebagai anak ketiga dari 12 bersaudara, dan tumbuh di desa kecil di bagian wilayah Finlandia yang tak jauh dari Joensuu. Pada tahun 2003, ia pergi ke Helsinki untuk belajar keramik di Aalto University. Ia suka berkreasi dengan tanah liat, dan merasa bisa menyalurkan perasaan melalui tangannya. Semasa menjadi mahasiswa, ia juga menekuni seni kaca tiup, yang memberinya perasaan berbeda. “Keramik identik dengan sentuhan, sedangkan kaca terlalu panas untuk disentuh, jadi harus menggunakan alat,” katanya. Di bangku kuliah Annaliisa bertemu calon suaminya, seorang seniman dari Korea yang sudah menggeluti seni keramik di Republik Ceko sebelum pergi ke Finlandia dan belajar di departemen yang SENI & BUDAYA KOREA 49
1
2
50 KOREANA Musim Panas 2015
“Seandainya kelak saya pulang ke Finlandia, saya akan menekuni seni keramik. Tapi, dengan kuatnya tradisi keramik di Korea, saya tak yakin di mana saya akan tinggal.”
sama. “Ia sangat mengesankan,” katanya, sambil tersenyum. “Ia sangat menawan.” Suaminya mengatakan bahwa ia ‘tenggelam’ di Finlandia, sama seperti sebelumnya di Republik Ceko, karena tradisi artistik yang sangat berbeda dari tradisi Korea. “Saya terpesona oleh beberapa karya seni yang saya temui, dan ingin belajar bagaimana membuatnya,” katanya. Takdir membawanya bertemu Annaliisa. Setelah mengenal selama beberapa waktu, mereka menikah dan dikaruniai dua anak perempuan, Saaga lahir pada tahun 2005 dan Saara di tahun 2006. Pada tahun 2007, mereka memutuskan tinggal di Korea. “Ketika pertama kali datang ke Korea, saya tidak menyangka akan menetap. Saya ingin menghabiskan beberapa tahun di negara suami saya, dan anak-anak saya bisa mengenal dua budaya,” kata Annaliisa. Mereka awalnya tinggal di wilayah Jongno di Seoul, tapi kemudian memutuskan menetap dan pindah ke kota namyangju. Rumah mereka terletak di tepi jalan setapak, dengan pemandangan perbukitan di sekelilingnya. “Banyak orang Korea memiliki pandangan tidak begitu positif mengenai alam pedesaan sebagai sesuatu yang miskin dan primitif. Tapi bagi saya, alam Korea sangat indah,” katanya. “Saya tidak pernah ingin membesarkan anak-anak kami di kota.” Mereka merancang rumah dengan ruang studio di lantai satu, termasuk tungku pemanas untuk kaca yang dibangun oleh suaminya, dan ruang keluarga di lantai atas. Di luar rumah, pohon-pohon yang mereka tanam ketika pindah dulu sudah tumbuh dengan subur.
1 Karya kaca yang dibuat oleh Annaliisa Alastalo, yang mempelajari pembuatan seni kaca di Universitas Aalto di Helsinki, Finlandia. Potongan-potongan ini merupakan gaya Persia yang menggabungkan seni dan fungsi. 2 Karya yang terinspirasi oleh porselen putih Joseon.
Ekspresi Diri dalam Kaca Tiup Hidup di desa membuat Annaliisa lebih fokus pada pekerjaannya. Mangkok, piring, toples dan vas bunga dari kaca berbagai ukuran dan warna memenuhi rumahnya, baik di ruang pamer maupun di dapur. “Saya juga berkarya dengan kaca semi-opaque,” katanya, sambil menjelaskan semburat asap yang ditampilkan dalam banyak karyanya. Meski dibuat dengan cermat dan dibentuk dengan sempurna, tetap ada kualitas fungsional dalam semua karyanya. “Saya orangnya praktis; seni suami saya lebih abstrak,” katanya sambil tersenyum. Seni kaca tiup memerlukan tungku yang dipanaskan selama berhari-hari, dan dijaga tetap dalam keadaan bertemperatur tinggi. Pasir yang berfungsi sebagai bahan mentah dilelehkan di dalam tungku, dan kemudian diletakkan di ujung pipa tiup yang panjang. Setelah zat yang berkilau itu melewati lempeng baja, pipa ditiup untuk membentuknya menjadi gelembung. Beragam alat dipergunakan untuk membuat kaca itu menjadi bentuk yang diinginkan. “Anda tinggal menambahkan sesuatu ke dalam pasir untuk mendapatkan warna lain, dan dengan teknik yang Anda pakai, Anda juga bisa membuat gelembung di dalam gelembung atau aksen-aksen lainnya,” kata Annaliisa. Dalam beberapa tahun ini ia mengadakan pameran tunggal, di antaranya di Pusnt Seni Gana di Seoul dan Gallery Pfo di Busan. Kerajinan kaca tiup belum banyak ditekuni di Korea, dan pameran itu membantunya memperkenalkan seni ini kepada khalayak. Memang perlu persiapan luar biasa, tapi pameran ini juga membawa kepuasan tersendiri. “Saya benar-benar tak menyangka pameran ini akan sukses. Saya sangat senang ternyata masyarakat menyukainya,” katanya. Sementara itu, rumah mereka, yang juga berfungsi sebagai ruang pamer, makin menarik minat masyarakat untuk datang ke namyangju dan melihatnya berkarya. Di tempat itu pengunjung disuguhi atmosfer yang sangat menenangkan. Kadang-kadang mereka yang awalnya pembeli menjadi teman. baik SENI & BUDAYA KOREA 51
1
52 KOREANA Musim Panas 2015
Media Korea juga sudah melirik Annaliisa. Pada tahun 2010 ia dan suaminya tampil di acara Tv populer “Human Theater”, dan sejak saat itu ia dan keluarganya tampil juga di majalah dan media lain. Pada tahun 2011, ia menerbitkan sebuah buku fotografi dan teks khusus mengenai kehidupan bersama keluarganya di Finlandia and Korea. Buku itu berjudul “Annaliisa’s onnela.” Kata onnela dalam bahasa Finlandia berarti “sebuah tempat yang penuh kebahagiaan.”
1 Annaliisa bekerja di studionya. Dia mencurahkan sebagian besar pagi harinya untuk pekerjaannya. 2 Annaliisa dan anak-anaknya di taman di rumah mereka di namyangju, Provinsi Gyeonggi. Pada tahun 2011 ia menerbitkan sebuah buku berjudul “Annaliisa’s onnela” tentang kehidupan keluarganya di Finlandia dan Korea.
Anak Dua Budaya Saaga dan Saara (“nama-nama Finlandia sering kali memiliki dua vokal,” katanya) duduk di sekolah dasar tak jauh rumah. “Ada untung ruginya di sekolah kecil. Mereka menerima perhatian penuh dari gurunya. Mereka juga belajar bagaimana berada dalam lingkaran sosial yang sangat terbatas,” katanya. Keputusan yang lebih menantang harus dipikirkannya nanti ketika mereka besar. “Di Finlandia, kami punya sistem pendidikan tanpa memberikan tekanan yang berlebihan kepada siswa. Siswa SMP dan SMA di Korea mengalami banyak tekanan, dan saya tak ingin itu dialami oleh Saaga dan Saara.” Anak-anak perempuannya menikmati berada di lingkungan alam, dan memiliki rasa percaya diri karena cara pengasuhan yang positif dan tanpa tekanan. Mereka mahir berbahasa Korea dan mengerti ketika ibunya bertutur dalam bahasa Finlandia, meski mereka sering kali menjawabnya dalam bahasa Korea. “Harapan saya, ketika kami berada di Finlandia kelak, mereka bisa menggunakan bahasa itu lebih aktif,” katanya. Ia dan suaminya berbicara dalam bahasa Korea dan bahasa Inggris. Saaga dan Saara ingin menjadi seniman. Meski masih belum menunjukkan minat yang serius dalam seni kaca tiup, mereka terlihat sangat terkesan dengan karya ibu mereka. Annaliisa prihatin dengan komentar banyak orangtua Korea yang mengarahkan anak-anaknya menekuni profesi yang lebih menjanjikan. “Saya tak ingin menekan anak-anak saya dengan pandangan itu,” katanya. Melihat Dunia dengan Mata yang Berbeda Tinggal di Korea menginspirasi Annaliisa dalam banyak hal, dan sebagai seorang seniman ia sangat menghargai sejarah panjang dan tradisi keramik Korea. “Apa yang dicapai oleh Korea dalam kerajinan keramik ini sangat mengesankan. Beberapa yang saya lihat sungguh membuat saya menahan nafas,” katanya. Di antara karyanya, salah satu yang sangat menyita perhatian publik adalah sebuah perahu dalam toples porselen putih dari masa Dinasti Joseon. Bentuk yang sudah lazim dikenal direka ulang dengan kaca berwarna, yang memberikan kesan tradisional dan modern, Timur dan Barat pada saat yang bersamaan. “Saya pikir jika saya kembali ke Finlandia, saya akan mulai menekuni seni keramik lagi. Tapi, dengan kuatnya tradisi keramik di Korea ini, saya tak yakin lagi di mana saya akan tinggal,” katanya. Meski membesarkan anak-anak adalah aktivitas yang menyita segalanya, Annaliisa masih punya waktu menekuni hobinya, seperti fotografi (ia aktif di Instagram, dengan foto seperti yang dimuat dalam majalah mewah), menjahit (ia membuat baju pengantin yang anggun untuk seorang temannya), dan membuat kue (pai apel adalah favoritnya). Dari rumah, yang dirancang oleh suaminya, sampai piring yang mereka pakai makan dan baju yang dipakai oleh anak-anaknya, kebanyakan barang yang digunakan oleh keluarganya setiap hari adalah buatan tangan mereka dan dirancang dengan nilai estetika yang tinggi. “Seni dapat membuat orang berpikir. Seni membantu kita melihat dunia dengan cara yang berbeda. Dan saya suka cara seni membawa keindahan dalam hidup kita” kata Annaliisa. Hidupnya adalah contoh sempurna, dan makin banyak orang Korea melihat karyanya dan belajar mengenai kisahnya. Ia menjadi inspirasi bagi orang lain. 2 SENI & BUDAYA KOREA 53
charles La Shure Profesor, Program Studi Bahasa dan Sastra Korea, Universitas nasional Seoul Lee woo-young Wartawan, The Korea Herald
BuKu & lainnya 54 KOREANA Musim Panas 2015
Mengenal Masyarakat yang Terobsesi dengan Kecantikan “Pavane for a Dead Princess” oleh Park Ming-yu, Terjemahan oleh Amber Hyun Jung Kim, 262 halaman, 15,95 dolar, Champaign/london/Dublin: Dalkey Archive Press (2014)
novel Park Min-gyu yang terbit pada tahun 2009 ini mengangkat kisah yang hidup dalam masyarakat Korea dengan akurat dan nyaris tanpa cela. obsesi tentang kecantikan, keinginan mendapatkan hak privilege, dan kontradiksi cinta adalah tema tulisan Park, yang terbukti tak hanya lebih kuat tapi juga lebih tajam dari sebilah pedang. Dikisahkan, sang narator berasal dari keluarga yang berpisah; ibunya, yang digambarkannya “berwajah biasa, tapi sangat baik hati,” ditelantarkan oleh ayahnya, seorang aktor tampan yang dulunya pemeran pengganti, lalu menikah dengan perempuan yang lebih muda dan lebih cantik. Ia erteman dan kemudian menjalin hubungan dengan perempuan yang tidak cantik yang membuatnya terdiam ketika pertama kali memandangnya. lalu ada tokoh bernama Yohan, teman mereka, yang memungkinkan hubungan antara narator dan gadis itu terjalin. Ia adalah perekat di antara mereka dan penguat cerita itu. Melalui hubungan antara narator dengan gadis itu dan percakapannya dengan Yohan, novel mengungkap penyakit masyarakat Korea modern, yang memuja kecantikan dengan rela menghabiskan banyak waktu di bawah pisau bedah. Dalam surat yang pedih dan menyakitkan kepada narator, gadis yang “tidak cantik” itu mengatakan bahwa hidupnya ditentukan saat ia lahir. Ini tidak adil, tapi masyarakat Korea memang menganggap kecantikan sebagai sesuatu yang ideal, dan wajah yang tidak cantik dianggap memalukan. Pemikiran ini secara alami melahirkan tuntutan hak privilege. Seperti yang dikatakan oleh Yohan, hanya yang paling cantik dan paling kaya yang menempati kelas atas. Mereka hanya sekitar satu persen dan memiliki hampir semua kekuatan. Fenomena ini tentu saja tak hanya milik masyarakat Korea, tapi novel ini mengungkapkan bahwa hasrat menempati posisi itu kini sangat mewabah. Satu-satunya cara untuk masuk ke dalam kelompok ini adalah dengan mengalahkan sisanya sebanyak sembilan puluh sembilan persen, lalu lahirlah persaingan. Seorang teman narator mengibaratkan: “Tak peduli bagaimana cara tikus-tikus bersaing, mereka tetap saja tikus.” Kritik Park mengenai masyarakat Korea itu sangat tajam, tapi ia tidak bisa memberikan jalan keluar. Misalnya, cinta adalah tema penting dan positif dalam karyanya; tapi ketika narator itu jatuh cinta kepada si gadis, Yohan menyatakan bahwa gadis itu “lampu pijar yang mulai menyala,” bersinar dengan kecantikan barunya. Gambaran positif mengenai cinta dipertanyakan ketika narator mengatakan bahwa semua cinta tumbuh karena kepercayaan yang salah dan ketika Yohan menyatakan bahwa “cinta adalah imaginasi.” Seperti halnya dalam hidup ini, dalam novel “Pavane for a Dead Princess” tak ada jawaban yang benar. Setiap kali kita berpikir mengenai sesuatu, Park seakan menyentakkan kita, dan membiarkan kita terus bertanya. Jika kita berhenti, kita akan merasa segalanya baik-baik saja. novel ini adalah kisah yang sangat menarik sekaligus merupakan komentar sosial yang sangat jelas. Gemanya terasa ketika halaman terakhirnya membawa kita kembali ke bagian awal, dan membuat kita mempertanyakan segala sesuatu yang selama ini kita yakini kebenarannya. Seperti Yohan, Park pun tidak memberikan jawaban — kita harus mencarinya sendiri.
Petunjuk Online Warisan Budaya Korea “Korean heritage” oleh Dinas Kebudayaan www.cha.go.kr/eng_webzine/2015/spring/index.html
Bagi mereka yang tertarik dengan budaya Korea, majalah online yang dibuat oleh Dinas Kebudayaan, sebuah badan pemerintah dalam bidang pelestarian dan promosi warisan budaya Korea, ini adalah jendela untuk melihat lebih dalam kekayaan sejarah dan tradisi Korea. Majalah online yang terbit tiap tiga bulan sekali ini memperkenalkan warisan budaya dan tempat-tempat indah di seluruh negeri. Setiap artikel ditulis oleh pakar sejarah Korea disertai dengan foto-foto yang sangat menawan. Edisi musim semi kali ini menampilkan beragam topik seperti Buddhisme dan pengaruh budayanya, kecantikan dan simbolisme desain tradisional dalam kerajinan kayu, dan ritual shaman, gut. Feature utamanya mengangkat kronologi perkembangan Buddhisme di Korea, salah satu kepercayaan yang paling berpengaruh dalam sejarah Korea, yang sangat dihayati dalam kehidupan mereka sehari-hari. Tulisan ini dibuat oleh Jeong Byeongsam, seorang profesor sejarah dan budaya di Sookmyung Women’s University. Dalam rangka merayakan ulang tahun Buddha pada bulan Mei, bagian galeri foto menampilkan gambar kuil Buddha yang sangat tenang dan menawan dari seluruh negeri.
Catatan Sejarah Koryo “Koryosa choryo II ”
‘Who Ate Up All the Shinga?’ Edisi Bahasa Prancis “hors les Murs” Ditulis oleh Park Wan-seo; Diterjemahkan oleh Hélène lebrun, 448 halaman, 15 euro, Paris: Atelier des Cahiers
novel yang ditulis oleh Park Wan-seo (1931-2011) ini sangat diminati di Korea sejak diluncurkan pada tahun 1992 dan sudah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa Buku ini mengisahkan pengalaman penulisnya yang dibesarkan pada jaman pendudukan Jepang dan pada masa perang Korea di awal dan pertengahan abad 20. Berlatar di Kaesong, kini menjadi kota di perbatasan wilayah Korea Utara, novel ini menampilkan kembali masa kecil dan masa remaja penulisnya selama tahun-tahun penuh pergolakan dalam sejarah Korea.
Korea di Mata Dua Warga Prancis “Sketches of Korea: An Illustrated guide to Korean culture”
Diterjemahkan oleh Edward J. Shultz dan Hugh H.W. Kang, 45.000 won, Seoul: Jimoondang
oleh Benjamin Joinau dan Elodie Dornand de Rouville, 212 halaman, 12.900 won, Seoul: Seoul Selection
“Koryosa choryo,” adalah salah satu dari catatan sejarah penting mengenai Dinasti Koryo (918-1392), diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris pertama kali oleh Edward J. Shultz, profesor emeritus di University of Hawaii. Buku ini ditulis oleh 28 orang dari zaman dinasti Joseon (1392-1910), secara kronologis mengisahkan peristiwa penting selama periode Koryo dan peristiwa sejarah lain yang tidak banyak dikenal publik. Catatan sejarah menarik ini menceritakan apa yang dilakukan para raja, kehidupan para aristokrat, perubahan dalam lembaga sosial dan politik Koryo, dan bencana alam seperti banjir, kelaparan dan gempa bumi yang memakan banyak korban.
Mengapa remaja Korea suka sekali berfoto selfie di kereta? Mengapa kaca mata hitam menjadi kebutuhan bagi perempuan paruh baya Korea? Dua warga Prancis melakukan observasi unik mengenai gaya hidup orang Korea dalam karya kolaboratifnya “Sketches of Korea: An Illustrated Guide to Korean Culture.” Buku ini mengangkat 47 topik berbeda dari trend terbaru di negara itu, termasuk budaya minum mereka, hingga budaya tradisional, adat istiadat, seni, kepercayaan dan shamanisme. Setiap tema diulas dengan gamblang oleh dua warga Prancis ini — antropolis budaya Benjamin Joinau dan seniman Elodie Dornand de Rouville — yang sudah tinggal di Korea selama lebih dari satu dekade. Joinau, seorang profesor budaya dan tata negara di Hongik University di Seoul, pertama kali datang di Korea pada tahun 1994 ketika ia tergabung dalam dinas militer Prancis. Ia terpesona oleh budaya Korea dan memutuskan untuk menetap. Inilah yang mengalihkan minatnya kepada antropologi budaya. De Rouville, yang menikah dengan lelaki Korea, adalah seorang seniman yang karyanya tampil dalam banyak pameran tunggal. Karyanya merefleksikan kehidupan sehari-hari orang Korea dan eksplorasi personalnya mengenai kenangan di beberapa tempat. SENI & BUDAYA KOREA 55
ESAI
GELOMBANG KOREA MASIH MENGGUNCANG DI INDONESIA
Asri Dwi hapsari Pegawai HUMAS, PT. Dyandra Promosindo
s
udah bertahun-tahun lamanya sejak pertama kali Gelombang Korea masuk ke Indonesia. â&#x20AC;&#x2DC;Demamâ&#x20AC;&#x2122; yang tadinya hanya dipandang sebelah mata kini semakin merambah ke seluruh penjuru tanah air. Dan yang lebih hebatnya lagi, Gelombang Korea sekarang ini tidak hanya diterima di kalangan atau batasan umur tertentu. Dari anak yang masih duduk di sekolah dasar maupun ibu rumah tangga atau orang dewasa yang sudah berkarir, tidak sedikit dari mereka yang jatuh cinta kepada Gelombang Korea ini. Hal ini menunjukkan bahwa Gelombang Korea masih mengguncang tanah air. Harus diakui, drama dan musik populer Korea masih menjadi alasan pertama mengapa Gelombang Korea bisa mendunia. Dan Indonesia, walaupun hanya sekian persen dari total populasinya yang menyukai Gelombang Korea, telah menjadi tujuan konser para K-pop boyband dan girlband terkenal beberapa tahun terakhir ini. Banyak orang yang rela menghabiskan jutaan uangnya untuk dapat menonton artis K-pop kesukaan mereka. Bahkan tidak sedikit orang yang rela pergi ke negara tetangga untuk menonton artis K-pop kesukaan mereka ketika artis tersebut tidak menyelenggarakan konser di Indonesia. Tidak hanya itu, di Indonesia-pun banyak terbentuk fanbase artis K-pop, sama halnya seperti di Korea. Mereka menciptakan suatu ikatan persaudaraan sendiri berdasarkan kecintaan mereka terhadap Gelombang Korea yang sudah merajarela. Dan fanbase tersebut menggabungkan orangorang Indonesia dari seluruh pelosok, dan di sana mereka saling berbagi informasi, bahkan terinterkoneksi dengan fanbase dari seluruh penjuru dunia. Hal ini adalah salah satu penunjang mengapa Gelombang Korea bisa mendunia seperti sekarang ini.
gelombang Korea: Sebuah Fenomena Gelombang Korea dapat dikatakan sebagai sebuah fenomena karena kefleksibilitasannya untuk dapat diterima oleh setiap lapisan masyarakat, tua maupun muda. Dan sekarang ini, Gelombang Korea tidak hanya sebatas drama atau musik populer saja. Hal lain yang sangat terasa mulai eksis adalah dari segi makanannya. Beberapa tahun lalu, restoran yang menjual makanan Korea hanya dapat ditemui di beberapa kawasan di Jakarta saja. namun sekarang adalah hal yang lumrah untuk melihat keberadaan restoran Korea yang rata-rata selalu ramai didatangi pengunjung, bukan hanya di Jakarta tapi juga di daerah lain di Indonesia, seperti Yogyakarta dan Bali. Satu hal lagi yang juga menarik perhatian adalah besarnya minat para pengikut Gelombang Korea untuk belajar bahasa Korea. Cukup sulit di Jakarta untuk dapat mendapatkan tempat di kelas bahasa Korea yang ditawarkan oleh Kedutaan Besar Korea untuk Indonesia, walaupun banyak institusi pendidikan bahasa lainnya yang menawarkan belajar bahasa Korea. Bahkan tidak sedikit orang Indonesia yang pergi merantau ke Korea untuk belajar bahasa Korea. Mengapa makanan? Dan mengapa belajar bahasa Korea? Dua aspek ini adalah dua hal dari berbagai aspek yang terdapat di dalam kultur Korea. Kul56 KOREANA Musim Panas 2015
tur, seperti dikatakan oleh E.B. Tylor adalah, “that complex whole which includes knowledge, belief, art, morals, law, custom and any other capabilities and habits acquired by man as a member of society.” (Tylor 1871:1) Dari sini, dapat disimpulkan bahwa orang-orang, khususnya mereka yang mengikuti Gelombang Korea adalah orang-orang yang tidak hanya sekadar suka, tapi juga ingin setidaknya merasakan hidup dalam kultur Korea. Gelombang Korea tidak hanya berhasil membuat orang-orang ingin melihat dan mendengar, tapi juga ingin merasakan dan hidup di dalamnya. Atas dasar ini, maka Gelombang Korea dapat dikatakan sebagai sebuah fenomena.
Korea Menjadi Destinasi utama Berlibur Tidak hanya itu, Gelombang Korea juga telah berhasil menjadikan Korea sebagai salah satu destinasi utama untuk berlibur bagi orang Indonesia. Seperti berita yang dikutip dari Populis.co.id pada bulan Maret 2015, “Wisatawan Indonesia yang mengunjungi Korea Selatan sepanjang 2014 naik 10,1% menjadi 208.329 orang dibandingkan tahun sebelumnya.” lalu apa yang orang Indonesia cari di Korea? Satu hal yang tidak kalah terkenal dari fenomena K-pop adalah kosmetik-kosmetik asal Korea yang terkenal kualitasnya. Walaupun di Indonesia sudah ada beberapa brand kosmetik Korea, namun di varian yang ditawarkan oleh brand yang sama yang berada di Korea ada beberapa yang berbeda. Ditambah lagi, banyak brand yang hanya ada di Korea saja. Selain itu, ada juga pengaruh dari segi fashion. Di Indonesia, banyak akun-akun instagram yang menawarkan pakaian-pakaian ‘made in Korea’, tapi tentu saja akan lebih menyenangkan jika seseorang berburu langsung di negara asalnya. Fashion style ala orang-orang Korea terkenal sebagai gaya yang simple namun edgy, dua hal yang selalu menjadi tren di dunia fashion. Terakhir, dan yang paling mendorong minat orang-orang Indonesia untuk berlibur ke Korea adalah melihat secara langsung keindahan Korea yang dilihat lewat drama-drama Korea yang disebut sebagai salah satu pilar dari Gelombang Korea. Drama adalah salah satu mediator terakurat untuk menggambarkan kehidupan di Korea, dan tidak jarang juga drama-drama Korea menampilkan keindahan alam Korea yang sangat dijaga oleh pemerintah Korea. Dari kerajaan-kerajaan kuno sampai pemandangan alam, semua hal yang dipertontonkan di drama Korea seolah mengundang wisatawan untuk secara langsung menikmati keindahan Korea. Beribu alasan dapat menyokong pernyataan bahwa Gelombang Korea telah menjadi sebuah fenomena. Jika dapat disimpulkan, Gelombang Korea telah berhasil membuat apa yang tadinya hanya terdengar dan terlihat di layar kaca menjadi sebuah tekad untuk menyelaminya lebih dalam. Mungkin banyak yang memprediksi bahwa Gelombang Korea hanya bertahan sesaat, tapi kenyataan yang ada sekarang menunjukkan sebaliknya. Setidaknya sampai detik ini, Gelombang Korea masih dan akan tetap mengguncang Tanah Air sampai waktu yang cukup lama. SENI & BUDAYA KOREA 57
hIBuRAN
D
alam bulan Februari tahun ini, stasiun Tv konvensional KBS menandatangani surat perjanjian kesepahaman untuk berkolaborasi dalam kerja sama promosi drama online dengan situs portal terbesar kedua di Korea Daum, yang dijalankan oleh Daum Kakao. Daftar tayang diumumkan segera setelahnya, menampilkan “love Detective Sherlock K” dan “Prince of Prince” diperankan oleh Sung Kyu dari grup Infinite dan Day Yura dari grup Girl. KBS berencana memproduksi sekitar 10 drama online tahun ini. lebih dari 10 serial yang ditayangkan tahun lalu menarik perhatian pelaku industri dan penonton. nilai genre drama ini sangat dilirik pasar sehingga stasiun Tv konvensional pun melakukan gerakan-gerakan agresif. Apa yang menyebabkan genre ini tumbuh demikian pesat?
Drama online adalah drama yang ditayangkan di situs internet. Di Amerika Serikat, www.hulu.com menayangkan versi lengkap atau versi yang diedit dari film dan drama Tv populer, tapi di Korea genre drama ini khusus diproduksi dan ditayangkan secara online. Kehadirannya di Korea mirip dengan serial Tv Amerika “House of Cards” di layanan berlangganan online populer netflix pada tahun 2013. Sebelum bulan Januari 2014 konsep drama online masih sangat baru bagi penonton Korea. namun, genre ini kemudian menjadi sangat disukai setelah “Aftermath,” “lovecell,” dan “Ganseochi” ditayangkan oleh naver dan “Flirty Boy and Girl,” ditayangkan oleh Daum. “House of Cards” membuktikan bahwa drama berkualitas juga bisa diproduksi di platform Internet. Drama online Korea berbeda
Akankah Drama Online Merajai Dunia hiburan?
wee geun-woo Wartawan, Majalah Web IZE
genre drama baru yang bisa ditonton melalui komputer dan telepon pintar telah hadir. genre hiburan ini dikenal dengan nama drama atau serial online yang dikembangkan dari drama TV konvensional. Drama online pertama kali ditayangkan oleh situs portal internet Korea terbesar Naver, yang berjudul “Aftermath.” Drama ini sangat sukses, ditonton oleh 3,5 juta orang dalam waktu hanya empat minggu sejak tayang perdana pada bulan Januari 2014. Kemudian lahirlah serial lain termasuk “Flirty Boy and girl” dan “Prominent woman” yang dibesut oleh sutradara film indie Yoon Seong-ho dan “Lovecell” yang dibintangi aktor TV seperti Jang hyuk, dan berhasil menarik banyak penonton. Bagaimana konten media baru ini merestrukturisasi pasar budaya Korea?
1 1 “Masa Depan Terbaik” yang dibintangi Seo Kang-jun dan Bang Minah, tayang perdana pada 28 Oktober 2014 di Naver TVcast. 2 “Perempuan Tersohor” yang dibintangi Cheon Woo-hee dan Ahn Jaehong, tayang perdana pada 25 Agustus 2014 Naver TVcast. 3 “Dr. Ian “yang dibintangi Kim Young-kwang dan Sandara Park, tayang perdana pada 29 Maret 2015 di Naver TVcast. ©samsung
dari drama Tv. Walaupun hanya tampil dalam waktu singkat yaitu sekitar 20 menit, “Aftermath,” yang diadaptasi dari komik online , mengisahkan seorang bocah laki-laki yang memiliki kekuatan super setelah mengalami kecelakaan mobil dengan cara yang lebih singkat dan padat dibanding drama Tv. Yoon Seong-ho, sutradara film indie yang dikenal dengan karya apiknya, membuat parodi acara reality show perjodohan di SBS “Couples” ke dalam versinya menjadi “Flirty Boy and Girl.” Ia menampilkan emosi romantis natural yang jarang terlihat di layar televisi. Drama online yang menyenangkan dan mudah diakses ini menjadi populer karena karakteristiknya yang mobile.
Era hiburan Mobile Korea tak tertandingi dalam hal telepon pintar dan penetrasi Internet. Koneksi wi-fi bisa didapat di seluruh wilayah Seoul, sehingga memungkinkan mengunduh atau menonton konten dengan nyaman. Tak heran, drama online Korea bisa sangat melejit dengan cepat. Industri IT Korea termasuk portal raksasa naver dan Daum sangat mendominasi pasar perangkat mobile . Dengan penetrasi telepon pintar, sebagian besar konten Internet bisa diakses melalui telepon, bukan lagi harus melalui PC, dan industri ini secara konstan memperbaharui lamannya dan membuat konten yang khusus untuk perangkat mobile. Komik online, yang merupakan layanan paling populer dari naver, memperoleh pasar dengan pengembangan aplikasi telepon pintar dan pembuatan konten khusus untuk telepon pintar. Drama online , dengan setiap episode berkisar 20 menit, sangat cocok untuk pengguna telepon pintar. Bukan hanya provider situs portal tradisional yang melirik pergeseran konsumsi konten dari PC ke perangkat mobile. Industri televisi yang menjadi media paling berpengaruh selama 40 tahun,
2
kini tidak lagi. Terjadi kompetisi antara saluran kabel dan saluran program umum dalam memperebutkan penonton, tapi ternyata pasar mobile tampil sebagai pesaing yang lebih kuat. Penonton muda adalah target utama iklan yang merupakan nyawa industri media yang makin jauh dari platform Tv. Penonton berusia sekitar 20-30 tahun memakai situs Internet voD (video on demand) untuk menonton acara favorit mereka, sedangkan remaja lebih menyukai klip video pendek. Dalam banyak hal, stasiun Tv memang sedang berada dalam masa sulit.
Akankah Pasar Baru Memimpin Pengembangan Konten? Belajar dari bagaimana platform konten terdahulu mendekati pasar mobile , drama online dibuat untuk memuaskan kebutuhan pengguna telepon pintar, dan pertumbuhannya sangat pesat. Drama ini diawali ketika Kim Dong-joon dari ZE:A memainkan peran utama dalam “Aftermath.” Sejak saat itu, genre drama baru ini menjadi ajang penyanyi terkenal mencoba dunia seni peran. Sandara Park dari 2nE1 membintangi “Dr. Ian” bersama model yang kemudian menjadi aktor Kim Young-kwang. “The Best Future” dibuat oleh Samsung Group, yang menyedot lebih dari 10 juta penonton, dibintangi Minah dari Girl’s Day. “lovecell,” dibuat dari komik online naver dengan judul yang sama, memasang bintang top Jang Hyuk dan Kim Woo-bin, bukan sebagai pemeran utama tapi untuk kepentingan sensasi semata. KBS sudah memasuki dunia drama online. Stasiun besar harus melebarkan sayap dan beralih ke konten berbasis web supaya bisa bertahan dalam pasar media yang lebih menjanjikan di dunia Internet. Akankah penyedia konten lama dan baru mampu menyuguhkan konten yang khusus dibuat untuk perangkat mobile yang memuaskan penonton masa kini? Drama yang mereka produksilah yang akan menjawabnya.
3
©soyworks
©kirin production
gAYA hIDuP
MASAKAN RUMAH MAKIN DIGEMARI Kim Yong-sub Direktur, Edged Imagination Institute for Trend Insight & Business Creativity
Orang Korea biasa saling menyapa dengan cara unik, yaitu dengan menanyakan, “Sudah makan?” (yang artinya “Apa kabar?”). Bahkan, masih bisa dijumpai orang-orang yang mengucapkan “Kita bekerja supaya bisa makan dan bertahan hidup, kan?”. ungkapan ini menunjukkan pengalaman yang dilalui orang-orang Korea pada masa lalu masih menyisakan kenangan di hati mereka. Sungguh suatu kebahagiaan menikmati makanan dengan orang-orang tercinta. Kecintaan akan masakan rumah, atau jipbap, bukan hanya mengenai makanan, tapi tentang menghadirkan kembali pengalaman berbagi makanan dengan orang-orang yang Anda sayangi.
60 KOREANA Musim Panas 2015
a
cara televisi kabel di saluran tvn “Three Meals a Day” adalah reality show yang tidak memiliki tema khusus. Acara ini menampilkan dua atau tiga orang selebriti yang tinggal di desa terpencil dengan bahan makanan seadanya yang bisa mereka temui di tempat terdekat dan memasaknya untuk tiga kali makan dalam sehari. Mereka memasak sayuran yang tumbuh di kebun keluarga, atau dengan terampil mengolah ikan yang mereka tangkap di laut menjadi hidangan lezat. Yang mengejutkan, banyak pemirsa yang sangat antusias. laki-laki dan perempuan, muda dan tua, menantikan acara ini.
Mengapa Mereka Kecanduan? Dewasa ini banyak orang Korea yang makan di luar atau menyantap makanan cepat saji. Mereka makan di luar tanpa keluarga. Barangkali mereka tidak suka memasak atau makan bersama. Dengan menonton acara “Three Meals a Day,” mereka merasakan kerinduan akan masakan rumah yang ditampilkan di layar Tv: memilih dan mengumpulkan bahan, memotong kayu bakar, menyalakan api, dan memasak untuk seluruh keluarga. Perjuangan si aktor membuat mereka seolah ikut mengalaminya, dan menyadari betapa berharganya sebuah keluarga dan betapa nikmatnya masakan rumah. Kita merindukan hidangan rumah, yang dimasak oleh ibu kita, dan seluruh anggota keluarga berada di rumah. Kita sangat menginginkan makan malam di rumah, yang sering kali terlewat karena kesibukan. Masakan rumah, bukan makanan spesial, menghadirkan kembali kenangan lama yang kita alami bersama keluarga. Tradisi ini terabaikan akibat proses modernisasi, urbanisasi, dan industrialisasi. Masakan Rumah Mengubah Dunia Masakan rumah adalah makanan yang biasa kita santap di rumah, bukan hidangan spesial yang dimasak secara khusus. Pengusaha restoran juga membaca peluang ini dan menawarkan prasmanan dengan menu “hidangan rumah,”. Berbeda dari zaman dulu ketika kebanyakan prasmanan menyajikan menu hidangan Barat atau Jepang, prasmanan ala Korea ini membawa angin segar dalam industri makanan. Restoran keluarga kini berubah menjadi restoran prasmanan masakan Korea. Selama satu dekade ini, sebagian besar keluarga cenderung menikmati hidangan Barat di restoran keluarga atau restoran prasmanan yang khusus menyajikan makanan Barat. namun, kini “hidangan rumah” menjadi tren. Untuk menjawab permintaan ini, konglomerat sudah masuk ke dalam bisnis bufet dan mendapatkan sambutan baik. Masakan rumah dipandang sebagai peluang bisnis yang menguntungkan, sehingga makin banyak konglomerat yang terjun ke dalam bisnis ini. Dalam sebuah survei terhadap 7.000 warga Korea yang diadakan oleh Kementrian Kesehatan dan Kesejahteraan pada tahun 2013, hanya sekitar 64 persen responden mengatakan bahwa mereka makan malam di rumah dengan keluarga lebih dari dua kali seminggu. Ini berarti sepertiga dari mereka biasa makan di luar. Angka ini turun sebanyak 12 persen dari 76 persen di tahun 2005. Artinya, kita merindukan masakan rumah. Kecintaan pada masakan rumah ini juga mengubah tren acara memasak di televisi. Dulu, acara ini menampilkan juru masak profesional mendemonstrasikan teknik memasak atau selebriti memperkenalkan hidangan khas dari restoran adiboga. Kini, acara yang menampilkan hidangan yang bisa Anda masak di rumah dengan mudah sangat disukai.
SENI & BUDAYA KOREA 61
1
3
©zipbob.net
62 KOREANA Musim Panas 2015
2
©CJ E&M
1, 3 “Makan Secara Sosial” merupakan berbagi kebaikan tetapi “tidak begitu istimewa” makan bersama dengan orang asing. Ini adalah tren baru merespon kerinduan masyarakat terhadap makanan rumah pada saat banyak orang kehilangan kesenangan sederhana menikmati makanan keluarga. 2 Saluran Tv kabel Tvn “Tiga Makanan Sehari,” sebuah pertunjukan reality show tentang tinggal di tempat susah, sangat populer. Tanpa tema tertentu, hanya menghadirkan dua atau tiga selebriti yang tinggal di sebuah desa terpencil mendapatkan makanan di tempat terdekat, yang mereka gunakan untuk memasak tiga kali makan setiap hari.
“night Snack Bar” dan “Happy Together” dari KBS 2Tv dan “Here’s the Refrigerator” dari JTBC adalah beberapa di antara acara yang ditonton oleh mereka yang menginginkan cara memasak praktis dengan memakai bahan sehari-hari yang bisa ditemukan di dapur dan kulkas. Acara seperti ini menghadirkan kegiatan memasak lebih dekat ke dalam kehidupan kita sehari-hari dan membuat kita merasakan kenikmatan memasak di rumah. Kini, semakin banyak orang mengembangkan minatnya dalam memasak dan mengikuti pelatihan memasak. Banyak pusat kebudayaan di toko swalayan membuka kelas memasak dan sebagian besar siswanya laki-laki.
Makan Bersama Ala Kinfolk “Kinfolk” adalah nama majalah gaya hidup dan trend budaya Amerika. Kinfolk mengacu kepada gaya hidup hemat, estetik dan tenang, dan kerabat, tetangga, atau teman berkumpul bersama menikmati makan dan saling menemani seperti sebuah keluarga besar. Mereka berbagi hidangan sederhana tapi sehat — makanan rumah dalam arti sebenarnya. Mereka yang menerapkan gaya kinfolk menjauhkan kesibukan mengejar karir atau kekayaan personal. Mereka secara tulus lebih dekat dengan orang lain, khususnya Masakan rumah tidak harus lezat atau mahal. keluarga dan teman-teman, dan menMakanan sederhana tanpa pelengkap ini-itu jalani kehidupan mereka dengan tenang dan nyaman. Mereka menemukan kebamenjadi sempurna jika dinikmati bersama hagiaan dengan cara ini. Sejalan dengan keluarga. Kata sikgu dalam bahasa Korea makin diminatinya gaya Kinfolk ini, kecin(anggota keluarga) secara harfiah berarti taan akan hidangan rumah menyebar ke seluruh dunia. “seseorang yang menemani Anda makan.” layanan makan bersama menawarkan kesempatan menikmati kebersamaan. Jasa ini membuat orang-orang yang tidak saling mengenal duduk bersama menikmati makanan dan terlibat dalam pembicaraan hangat. Dimulai di Amerika Serikat, kini konsep ini diperkenalkan ke Korea. nama layanan social dining Korea terkemuka adalah Hidangan Rumah. Masakan rumah tidak harus lezat atau mahal. Makanan sederhana menjadi sempurna jika dinikmati bersama keluarga. Ternyata kata sikgu dalam bahasa Korea (anggota keluarga) secara harfiah berarti “seseorang yang menemani Anda makan.” Dengan tujuan menemukan teman makan bersama, layanan social dining tepat bagi mereka yang tertarik menjadi sikgu, menerima orang lain seperti anggota keluarga sendiri dan menikmati makan bersama. Makin banyaknya orang yang hidup sendiri meningkatkan kerinduan akan hidangan rumah ini. Kita tidak menyadari betapa berharganya masakan rumah sampai kita tak punya kesempatan lagi menikmati makan bersama keluarga. Apakah kita baru rindu kehangatan keluarga setelah kita tak punya pilihan selain makan seorang diri? Kini kita sangat menikmati masakan rumah yang biasanya hanya kita anggap sebagai bagian dari rutinitas saja. Barangkali ini artinya kita ingin lebih sering bersama dengan orang-orang yang kita sayangi.
SENI & BUDAYA KOREA 63
PERJALANAN KESuSASTRAAN KOREA
KRITIK
CAHAYA DI LUAR TAK DAPAT MENAHAN KESEDIHAN chang Du-yeong Kritikus Sastra
cerita pendek choi Eun-mi ini dipenuhi dengan kesedihan. Dalam "Mimpi yang Terlalu Indah," yang terhimpun dalam antologi cerpennya, hidup adalah seperangkat tragedi yang menyakitkan dan kehidupan sehari-hari digambarkan sebagai proses mencoba bertahan dari kesedihan. Dalam cerpen itu, dikisahkan, ada badai besar yang menyebarkan pasir dan debu kuning, dan dalam keadaan itu kita hampir-hampir mustahil bisa bernapas, protagonis menutup matanya sejenak, tetapi mimpinya yang dihantui oleh visi yang tanpa henti dikejar oleh gemuruh kematian. Bahkan, dikelilingi kesedihan, tokoh-tokoh dalam cerita mimpi itu, ikan paus berenang bebas di laut. Di tengah penderitaan yang kita sebut hidup adalah kesia-siaan dan keputusasaan lantaran kita tidak dapat menjauhinya, hidup juga sebagai sesuatu yang indah; dunia kita adalah salah satu tempat kepastian bermimpi, bahwa harapan tidak membiarkan hadir sesaat.
64 KOREANA Musim Panas 2015
“M
usim dingin di luar jendela” juga dibanjiri kesedihan. Sosok laki-laki yang jadi tokoh protagonis dihinggapi mimpimimpi manis. Di bawah sinar matahari yang cerah tampak seorang wanita begitu gemilang, sehingga dia tidak dapat melihat langsung padanya. Segera ia terpikat, dan untuk sesaat ia merasa punya kebahagiaan. namun tak lama, ia terbangun dari mimpi ini. Dia masih terus merindukan sekilas kebahagiaan itu, namun tidak bisa tidak, ia mesti menerima kenyataan itu, bahwa kebahagian itu sebagai sesuatu yang tidak akan pernah dicapainya. Mimpi itu terlalu indah, yang hanya menjadikannya merasa lebih sedih dan lebih menyesal. Perempuan itu duduk di tengah jendela, melihat keluar ke suatu tempat yang tertuju ke arah kamera. Tetes air meluncur ke bawah permukaan kaca tebal dengan kondensasi. Punggungnya bersandar di kursi, tatapannya tetap mengarah ke luar dan matanya mengesankan bahwa pikirannya benar-benar kosong. Tetesan air menggumpal dan jatuh, melewati dahinya, rahang, dan tengkuknya. Di balik jendela, perempuan itu tampak seolah-olah ia sedang beristirahat setelah berhubungan seks, tetapi dengan cara yang lain, ia tampak seolah-olah sebagai seseorang yang kebetulan lewat, memadang acuh tak acuh pada peristiwa yang berlangsung di luar.” Tanpa sepengetahuan perempuan itu, ada seorang lelaki mengintipnya dan hilang dalam lamunan erotis. Dalam hal ini pandangan protagonis jelas menunjukkan sosok scopophilia . Kemudian ketika ia mendapati foto perempuan itu sebagai rekan kerjanya, lelaki itu bahkan ber-
kata, bahwa “beradu pandang dengannya memicu perasaan tidak nyaman, seperti seorang bocah yang tertangkap basah ketika berbuat sesuatu yang nakal.” Jendela kaca bertindak sebagai layar, tempat protagonis bisa mengintip perempuan itu, dan pada saat yang sama, juga memisahkan ruang yang ditempati mereka berdua. Kaca berkabut dan es yang terbentuk di permukaannya memanifestasikan kerenggangan sempurna antara luar dan dalam, dan menegaskan adanya perbedaan besar suhu udara antara kedua ruang. Mungkin saja objek keinginan protagonis, yang dilarang, jadi lebih memikat. Caranya melihat istri sepupunya menunjukkan aspek yang lebih buruk dalam konteks hubungan keluarga mereka, dan dengan cara yang sama, saat ia dan wanita dari foto itu dipisahkan kaca, diperkuat oleh keinginan berlebihan untuk mendekatinya. Dia ingin mendekatinya. namun, perempuan yang didambakannya seperti bayang-bayang belaka yang tidak pernah bisa dihubungi atau datang kepadanya. Untuk menyentuh perempuan itu, ia harus menghancurkan kaca yang memisahkan mereka, tetapi ia tidak dapat melakukannya. Dia rindu perempuan cantik itu, dan keinginan itu ditekannya sendiri. Setelah gagal menembus dinding kaca, mengapa ia menarik diri ke dalam kesedihan? Dalam cerita tragedi keluarga bunuh diri, sebagai alasan yang mendasarinya adalah sang ayah menyarankannya. Agak mengecewakan, ada sedikit penjelasan tentang alasan ayahnya untuk mengakhiri hidupnya sendiri dengan minum cairan racun, tetapi melalui kenangan protagonis, kita dibuat sangat menyadari betapa menyakitkan kematian ayahnya itu dan pukulan psikologis itu mengguncangkan keluarganya. Masalahnya sekarang, kesedihan masih mempengaruhinya, demikian juga kesedihan anggota keluarga masih belum pulih pasca-kematiannya. lebih dari apa pun, siksaan datang pula dari sindrom selangkangan gatal yang tertangkap oleh protagonis dari ayahnya, lalu menjadi simbol luka fisik dan kesedihan yang mendalam dan ia tidak dapat membebaskan diri semua itu. Dalam rangka mengobati penyakit gatal di selangkangannya, ia memerlukan sinar matahari, seperti senyum cerah yang bercahaya yang muncul dari wajah perempuan itu ketika dia mencoba memasang ornamen tradisional yang indah di rambutnya. Dia juga memerlukan musim dingin untuk meredakan gejala penyakitnya. Cuaca dingin yang ganas dengan es yang melanda dunia di luar jendela, perempuan itu naik bus pergi ke tempat pekerjaannya dan secara signifikan dapat memperlambat reproduksi mengerikan jamur di selengkangannya. Semua yang ia butuhkan adalah musim dingin dan sinar matahari – yang pada akhirnya satu keinginan untuk perempuan itu, yaitu perjuangannya untuk membebaskan diri dari kesedihan yang menekan dirinya. Kesedihan tidak bisa diatasi dengan mudah. Seperti kondisi protagonis, seperti yang dijelaskan dokter kulitnya, “Jamur adalah sesuatu yang hidup dengan tingkat reproduksi terbaik di dunia” – ia juga tidak bisa mengobati rasa sedihnya dengan mudah. Dengan menggunakan semua keberanian, ia coba menjangkaunya, tetapi tampak tangannya akan tergelincir berulang kali dan setiap kali dia akan berteriak menginjak lantai. Situasi ini tidak menyebabkannya putus asa. Seperti katakata perempuan itu yang diposting di jaringan kantor mereka, bumi diam-diam berubah. Karena dunia berubah, di beberapa titik musim panas akan berlalu dan musim dingin akan datang. Ketika saat itu datang, kesedihan dan gatal-gatal juga bisa saja tertahankan. Tetapi, dengan cara ini, cerita tentang usaha dan kemauan mencapai suatu tempat di luar kesedihan; akhirnya terlihat seperti sedang menuju harapan. SENI & BUDAYA KOREA 65
Informasi Berlanqganan
cara Berlangganan Biaya Berlanqganan
Isi formulir berlangganan di website (www.koreana.or.kr > langganan) dan klik tombol "Kirim". Anda akan menerima faktur dengan informasi pembayaran melalui E-mail.
Daerah
Biaya Berlangganan (Termasuk ongkos kirim melalui udara)
Edisi lama per eksemplar*
Korea
1 tahun
25,000 won
6,000 won
2 tahun
50,000 won
3 tahun
75,000 won
1 tahun
US$45
2 tahun
US$81
3 tahun
US$108
1 tahun
US$50
2 tahun
US$90
3 tahun
US$120
1 tahun
US$55
2 tahun
US$99
3 tahun
US$132
1 tahun
US$60
2 tahun
US$108
3 tahun
US$144
Asia Timur
1
Asia Tenggara dsb 2
Eropa dsb 3
Afrika dsb 4
US$9
* Pemesanan edisi lama ditambah ongkos kirim. 1 Asia Timur(Jepang, Cina, Hong Kong, Makau, dan Taiwan) 2 Mongolia dan Asia Tenggara(Kamboja, laos, Myanmar,Thailand,vietnam, Filipina,Malaysia, Timor leste,Indonesia,Brunei, dan Singapura) 3 Eropa(termasuk Russia and CIS), Timur Tengah, Amerika Utara, oseania, dan Asia Selatan (Afghanistan, Bangladesh, Bhutan, India, Maldives, nepal, Pakistan, dan Sri lanka) 4 Afrika, Amerika Selatan/Sentral (termasuk Indies Barat), dan Kepulauan Pasifik Selatan
Mari bergabung dengan mailing list kami Tanggapan Pembaca
84 KOREANA Musim Panas 2015
Jadilah orang pertama yang mengetahui isu terbaru; maka daftarkan diri Anda pada Koreana web magazine dengan cara mengirimkan nama dan alamat e-mail Anda ke koreana@kf.or.kr * Selain melalui majalah web, konten Koreana tersedia melalui layanan e-book untuk perangkat mobile (Apple i-books, Google Books, dan Amazon)
Tanggapan atau pemikiran Anda akan membantu kami meningkatkan daya tarik Koreana. Kirimkan komentar dan saran Anda melalui E-mail ke koreana@kf.or.kr.
ITRA KOREA
A JOURNAL OF THE EAST ASIA FOUNDATION
We Help Asia Speak to the World and the World Speak to Asia. In our latest issue:
Water: Managing Asia’s Most Precious Resource Find out more and subscribe to our print or online editions at www.globalasia.org
AVERTING WATER CRISES IN ASIA: ESSAYS BY
PLUS
Dipak Gyawali, Hyoseop Woo, David S. Hall & Kanokwan Manorom, Lyu Xing and Ramaswamy R. Iyer
Pradumna B. Rana & Ramon Pacheco Pardo Asia’s need to work with the IMF on regional financial security Brad Nelson & Yohanes Sulaiman Indonesia’s new maritime ambitions may spell trouble with China Michal Romanowski The EU’s task in Central Asia Robert E. McCoy History’s lessons for the North Korea nuclear standoff and why the Six-Party Talks stalled Book Reviews by Thomas E. Kellogg, Nayan Chanda, John Delury & Taewhan Kim
THINK TANKS, THINK NETS AND ASIA
A focus on how the industry of ideas has spread in Asia looks at the regional, Chinese and Japanese experience THE DEBATE: US STRATEGY TOWARD NORTH KOREA
Robert Carlin Squares Off Against Bruce Klingner
US$15.00 W15,000 A JOURNAL OF THE EAST ASIA FOUNDATION | WWW.GLOBALASIA.ORG | VOLUME 10, NUMBER 1, SPRING 2015
Managing Asia’s Most Precious Resource
Water See our latest issue, full archives and analysis on our expert blog at www.globalasia.org
Have you tried our digital edition yet? Read Global Asia on any device with our digital edition by Magzter. Issues are just $5.99 or $19.99 per year. Download the free Magzter app or go to www.magzter.com
Musi Panas 2015
SENI & BuDAYA KOREA
PASAR TRADISIONAL
2015 vol. 4 no. 2
FITuR Khu u
MuSIM P
Pasar Tradisional Korea: Ajang Gejolak dan Romantika Kehidupan; Orang-orang yang Membangunkan Subuh: Cerita Pasarku
Pasar Tradisional
ISSN ISSN 2287-5565 1975-0617
www.koreana.or.kr
vol. 4 no. 2
Sejarah dan Perkembangannya