Revenuewatch:Menggagas Kembali Air untuk Kehidupan

Page 1

its economic scale is not appropriate. A survey conducted by the Indonesian Association of Regional Water Utility Company (PERPAMSI) shows that 82% from total number of PDAM have a negative profitability and 18% have positive profitability; 44% of the total number of PDAM have a revenue that lower than their operation and maintenance cost; and only 10% of the total number of PDAM have a healthy financial condition. The problem of water resources management is related with regulations as well. Tax system of water resources in Indonesia that is based upon Water Obtaining Value (NPA) give a very low value to water resources. Besides, Government Regulation No. 65 2002 about Regional Tax, paragraph 36, gives a stimulus for obtainers of groundwater and surface by taking only 20% and 30% of total NPA. In other word, “price” of water that has been cheap is still cut with 80% and 90% discount. This price is really not worth with productive value of water, and with the impact to environment. Problems that might rise as the impact of water resources mismanagement, such as water scarcity and environmental destruction, do not become an urgent issue for the stakeholders yet. If such situation does not change immediately, water scarcity can really happen and triggers greater social impact.[]

Referensi: è Barlow, Maude and Tony Clarke. 2002. Blue Gold: The Fight to Stop Corporate Theft of the Waorld's Water. New York: The New Press. è Country Report. 2003. Water Resources Management towards Enhancement of Effective Water Governance in Indonesia. Jakarta: Ministry of Settlements and Resgional Infrastructure, Directorate General of Water Resources Republic of Indonesia. è Soekiban, Soetrisno (Ed). 2008. Manajemen Air Tanah Berbasis Konservasi. Jakarta: Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral. è Sopochleus, Marios. 2002. Global and Regional Water Availability and Demand: Prospects for the Futurue. è Suripin. 2002. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Yogyakarta: Penerbit Andi. è http://en.wikipedia.org/wiki/water.htm retrieved at 5/26/2009 11:25:07 PM Amrta Institute for Water Literacy | amrta_institute@yahoo.com Teks: Irfan Zamzami & Nila Ardhianie | Layout: Irfan

8 <<

Y

A

Y

A

S

A

N

Amrta Institute for water literacy

Juni 2009

Perusahaan Air Minum Indonesia (PERPAMSI) menunjukkan bahwa 82% dari seluruh jumlah PDAM memiliki keuntungan negatif; 44% dari seluruh total PDAM memperoleh penerimaan yang lebih rendah dari biaya operasi dan perawatan; dan hanya 10% dari keseluruhan PDAM yang memiliki kondisi keuangan yang sehat. Masalah pengelolaan air juga terdapat di tingkat regulasi. Sistem perpajakan sumber daya air di Indonesia yang didasarkan pada Nilai Perolehan Air (NPA) memberikan nilai yang terlalu rendah pada sumber daya air. Selain itu, dengan Peraturan Pemerintah No 65 tahun 2002 tentang Pajak Daerah, pada pasal 36, pemerintah memberikan keringanan pada pengambil airtanah dan air permukaan dengan hanya menarik 20% dan 10% dari NPA. Dengan kata lain, “harga” air yang sudah amat murah ini masih juga dipotong dengan 80% dan 90%. Jumlah ini jelas-jelas timpang jika dibandingkan dengan nilai produktif air yang diambil, dan dengan kerusakan alam yang mungkin timbul. Persoalan yang mungkin timbul akibat salah kelola sumber daya air, seperti kelangkaan air bersih dan kerusakan lingkungan, belum benar-benar menjadi persoalan mendesak bagi para pemangku kepentingan. Jika situasi seperti ini tidak segera diperbaiki, kelangkaan air bisa benar-benar terjadi dan memicu dampak sosial yang lebih besar lagi.[]

>>

Media ini diterbitkan oleh Program Pemantauan Pendapatan (Revenue Watch) Sumber Daya Air untuk Optimalisasi Layanan Publik di Indonesia, kerjasama Amrta Institute dan Yayayasan TIFA

Menggagas Kembali Air untuk Kehidupan Rethinking Water for Life da berbagai macam kesepakatan internasional dan juga produk hukum di Indonesia yang berusaha menegaskan nilai penting sumber daya air. Konvenan PBB, misalnya, menyebutkan bahwa bukan hanya air itu sendiri, tetapi juga akses terhadap air merupakan hak asasi manusia. Menempatkan air sebagai hak asasi manusia, yang sejajar dengan hak untuk hidup, tentu bukan merupakan persoalan sepele. Ditinjau dari segi kesehatan, manusia memang sangat membutuhkan air. Penelitian menunjukkan 65-67% dari berat badan manusia dewasa terdiri dari air. Setiap orang memerlukan air minum sebanyak 2,5-3 liter setiap hari. Manusia bisa bertahan hidup 2-3 minggu tanpa makan, tetapi hanya 2-3 hari tanpa air minum. Belum lagi kebutuhan air untuk hidup sehari-hari seperti membersihkan tubuh dan mencuci pakaian.

here are several international conventions and also acts in Indonesia that emphasize the importance of water resources. A UN convention, for instance, mentions that not only water, but also the access to water is human right. To put water as a human right, equal with the right to live, is certainly not an insignificant matter. Observed from the view of health, human being needs water indeed. A research shows that 65%-67% of adult men consist of water. Human being needs drinking water 2.5-3 liter everyday. Human being can survive to live 2-3 weeks without food, but only 2-3 days without drinking water. Water is also needed for daily needs such as for washing body and clothes. Human's dependency to water is undeniable. Water is so close to human that the

>> 1


Ketergantungan manusia akan air adalah keniscayaan. Tidak mengherankan jika sejarah menunjukkan secara historis peradaban manusia berpusat tak jauh dari sumber air. Mesopotamia, peradaban paling tua yang sanggup digali manusia, berkembang di antara sungai besar Tigris dan Eufrat. Peradaban Mesir Kuno, sebagaimana yang ditegaskan oleh Herodotus, adalah berkat sungai Nil. Lalu Rotterdam, London, Montreal, Paris, New Two children of Klaten, Central Java, earthquake victim (2006) brought a basin of water. In any kind of situation, York City, Shanghai, Tokyo, Chicago, dan Hong Kong adalah human being never be able to live without water pusat-pusat peradaban yang memperoleh history shows that civilization had never keuntungan karena kemudahan terhadap been far from water sources. Mesopotamia, akses air. an oldest civilization ever traced, Bukan hanya manusia yang menaruh developed in the land between two big ketergantungan pada air, tetapi tumbuhan rivers, Tigris and Euphrates. Old Egypt juga. Dalam proses hidup tumbuhan, Biologi civilization, as mentioned by Herodotus, menjelaskan bahwa air menempati posisi thanked to Nile River. Then Rotterdam, sentral dalam proses fotosintesis (pembuatan London, Montreal, Paris, New York City, nutrisi) dan respirasi (pernapasan) Shanghai, Tokyo, Chicago, and Hong tumbuhan. Sel-sel fotosintesis Kong, are centers of civilization that memanfaatkan energi matahari untuk benefit from the ease of water access. memecah ikatan hidrogen dari oksigen yang Not only human that depends on semula bersenyawa membentuk air. water, but also plants need water for their Hidrogen digabungkan dengan CO2 life. In the plant's process of life, Biology (diperoleh dengan menyerapnya dari air explains that water is central to atau udara) untuk membentuk glukosa dan photosynthesis (production of nutrition) and respiration. Photosynthesis cells use melepaskan okisgen. Tanpa air, tidak ada zat sun energy to split hydrogen from oxygen yang bisa dipecah menjadi bahan that formerly becomes a compound fotosintesis, dan dengan demikian tidak ada forming water. Hydrogen is reacted with proses fotosintesis. Tidak ada proses CO2 (obtained by absorbing it from water fotosintesis berarti tidak ada kehidupan or air) to form glucose and release oxygen. tumbuhan. Without water, there will be no substance Tidak ada air berarti tidak ada to be split for photosynthesis, and therefore kehidupan di muka bumi. Dengan kata lain, there will be no photosynthesis. The air adalah kebutuhan yang tak mungkin absence of photosynthesis means there are tergantikan oleh unsur selainnya. Dalam no plants. hidup sehari-hari, misalnya, kita masih bisa

2 <<

persoalan, yang bisa berdampak pada pertumbuhan ekonomi dan ketahanan pangan. Persoalan ini sebagian besar timbul sebagai dampak dari pertumbuhan populasi yang tinggi, urbanisasi, serta industrialisasi. Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Departemen Pekerjaan Umum RI merumuskan persoalan pengelolaan air di Indonesia ke dalam lima sektor; (i) alokasi air bersih masih berada di bawah jumlah permintaan (ii) ketidakcukupan akses perkotaan terhadap air pipa sementara investasi yang terjangkau untuk fasilitas persediaan air perkotaan tidak memadai untuk mengimbangi pertumbuhan permintaan (iii) polusi air serta pengelolaan limbah air yang kurang baik (iv) degradasi drainase, dan (v) dampak lingkungan akibat buruknya perencanaan alih lahan demi tercapainya ketahanan pangan Di antara beberapa rumusan yang disebutkan oleh Dirjen SDAir di atas, persoalan yang paling sering mengemuka adalah kurangnya ketersediaan air bersih untuk memenuhi permintaan. Saat ini sekitar 41% populasi penduduk Indonesia berada di perkotaan. Dari jumlah itu, hanya 51,7% yang mendapatkan akses air pipa (atau hanya 20% dari total keseluruhan populasi) yang dilayani oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Sementara penduduk pedesaan yang mendapatkan layanan air pipa, yang disediakan oleh Unit Pengelola Sarana atau kelompok pengelola infrastruktur, jumlahnya lebih sedikit lagi yaitu 8%. Dirjen SDAir menyebutkan pada 2002 PDAM di seluruh Indonesia berjumlah 293 unit (termasuk 5 unit yang dikelola melalui kerja sama antara pemerintah daerah dengan perusahaan swasta internasional). Hampir di setiap kota di Indonesia memiliki PDAM, tetapi tidak semuanya memperhatikan kepatutan skala ekonomi daerah. Sebuah survei yang dilakukan oleh Persatuan

Problems in the management of water

The management of water resources in Indonesia is still facing some problems that can bring impact to economic development and food security. These problems are mostly the impact of rapid increase of population, urbanization, and industrialization. The Directorate General of Water Resources of Ministry of Settlements and Regional Infrastructure formulates some problems in water resources management in Indonesia into five sectors: (i) water allocation is under the level of demand (ii) inadequate urban access to piped water supply while affordable investment in urban water supply facilities is unable to cope with the growth in demand (iii) water pollution and insufficient waste water management (iv) watershed degradation (v) adverse environmental impacts of poorly planned swampland development designed to meet the country's food security needs. Among some points mentioned above, the most urgent problem is unavailability of clean water to fulfill the demand. At now, 41% of Indonesia's population is located in urban areas. Only 51.7% of them have access to piped water (or only 20% of the total population) that is served by Regional Water Utility Company (PDAM). On the other hand, only 8% of peoples who live in rural areas have access to piped water provided by a Unit Pengelola Sarana (Utility Management Unit) or an infrastructure management group. The Directorate General of Water Resources mentions that in 2002 total PDAM in Indonesia is 293 units (including 5 units that are managed in partnership between local government and private international water company). It means that almost all of district and city have their own water company regardless

>> 7


possible for productive needs. This principle can be applied for households, industries, and farms. Beside the principle of saving and efficiency, the process of sustainable water resources management should give attention to pollution problems. Industrialization has become part of modern society development. At the same time, urbanization has made cities as the center of industries experience a significant population increase. Such kinds of phenomena bring impact on the environment, since industries and domestics waste are the main cause of water pollution. Suripin (2002) defines water pollution as wasting substances with the characteristic and amount that destruct the aesthetic, smell, and taste of water and/or cause contamination. To mitigate the problem of pollution, some steps that need to be done include preventive and curative. Preventive step can be done by processing waste, industry or domestic, before thrown to river. Another preventive action is putting the industries that produce large waste, like paper industry and detergent, in the locations that have less social risk.

Masalah-masalah pengelolaan air

Pengelolaan sumber daya air di Indonesia masih menghadapi sejumlah

6 <<

source: deplujunior.org

memakan gandum jika tak ada beras. Gandum tak ada, masih ada jagung, dan sebagainya. Tetapi air tak pernah memberi kita pilihan semacam itu. Untuk kehidupan, air adalah air atau tidak sama sekali. Air untuk hari ini dan esok

Total Global Water

lebih mengarah pada pengurangan atau efisiensi penggunaan air atau dikenal dengan konservasi sisi kebutuhan. Konservasi air yang baik adalah gabungan dari kedua bentuk ini, yaitu menyimpan air ketika sedang berlebih, menggunakannya sesedikit mungkin untuk keperluan produktif. Prinsip ini bisa diterapkan baik untuk tingkat rumah tangga, industri, atau pertanian. Selain bertumpu pada prinsip penyimpanan dan efisiensi, proses pengelolaan air yang berkelanjutan mesti memperhatikan permasalahan polusi. Industrialisasi telah lama menjadi bagian dari proses perkembangan manusia modern. Bersamaan dengan industrialisasi, urbanisasi telah membuat kota-kota pusat industri menjadi semakin padat. Fenomena semacam ini membawa dampak besar bagi lingkungan. Limbah industri dan domestik, yang merupakan karakteristik lingkungan kota yang industrial, merupakan penyebab utama polusi air. Suripin (2002) mendefinisikan polusi air sebagai pembuangan substansi dengan karakteristik dan jumlah yang menyebabkan estetika, bau, dan rasa menjadi terganggu/menjijikkan dan/atau menimbulkan potensi kontaminasi. Untuk menanggulangi masalah polusi, langkah yang diambil perlu meliputi tindakan preventif dan kuratif. Tindakan preventif bisa dilakukan dengan mengolah limbah, baik rumah tangga maupun industri, sebelum dibuang ke sungai. Tindakan pencegahan lain juga bisa dilakukan dengan menempatkan industri yang membuang air limbah cukup besar, seperti industri kertas, deterjen, dan sebagainya di lokasi yang risiko sosialnya rendah.

2.5% Freshwater

Figure 1 Global Freshwater 69.55% Glaciers and permanent snow cover

97.5% Saltwater

0.09% Other, including soil, moisture, atmospheric water, and biological water

Meski menyadari 30.06% Fresh 0.3% freshwater pentingnya air bagi groundwater lakes, marshes, wetlands, and rivers kehidupan, sebagian dari source: Sopochleus, 2002 kita masih beranggapan No water means no existence in bahwa air akan terus tersedia selama kita earth. In other word, need to water is mau dan butuhkan. Padahal pada irreplaceable by any other substance. In hakikatnya, tanpa intervensi manusia pun, everyday life, for instance, we can still eat air memiliki keterbatasan. Tengoklah wheat if there is no rice. There is no wheat, bagaimana komposisi keseluruhan air di we can still consume corn, and so on. But 3 bumi. Dari sekitar 1.386 juta km air yang water never gives us such choices. For life, 3 ada di bumi, sekitar 1.337 juta km atau water is water or not at all. 97,39% berada di samudera atau lautan, dan hanya sekitar 35 juta km3 (2,53%) berupa air Water for today and tomorrow tawar di daratan, dan sisanya dalam bentuk gas/uap (Sophocleus, 2004). Lihat gambar 1. Even though we realize that water is Dari sini bisa terlihat bahwa air yang important, most of us still consider that memungkinkan untuk dikonsumsi manusia water will always be available whenever sangat sedikit. Belum lagi kenyataan bahwa we want and need it. However naturally, 2,53% air tawar tersebut pada realitasnya without human's intervention, water tidak semuanya terjangkau. Sebab, sebagian resources do have limit. See how the besar air tawar (69%) berupa gumpalan es composition of water in earth. From about dan glasir yang terperangkap di daerah 1,386 million km3 water in earth, about kutub. Sejumlah 30%, akhirnya, air tanah 1,337 million km3 or 97.39% is on the yang siap dikonsumsi manusia, serta 1% oceans, and only about 35 million km3 (2.53%) is freshwater in the land, and the yang berada di permukaan sebagai air rest is in the form of water vapor sungai, danau, dan waduk. Dengan kata (Sophocleus, 2004). See figure 1. lain, hanya sekitar 0,75% dari keseluruhan From this point, it can be seen that air di bumi yang bisa dikonsumsi. Jumlah water which is possibly consumed by yang menjadi sangat sedikit dibandingkan human being is just a little. In addition, dengan populasi manusia yang makin hari the 2.53% freshwater is not practically makin berlipat ganda.

>> 3


Sebuah simulasi menunjukkan bahwa reachable because most of them (69%) is in kebutuhan manusia akan air sangatlah besar. the form of ice and glassier in poles area. Rata-rata setiap orang membutuhkan air About 30%, finally, groundwater that is bersih 60 liter untuk segala keperluan tiap ready to be consumed by human being, harinya. Pada tahun 2000, dengan jumlah and 1 % is spread through rivers, lakes, penduduk dunia sebesar 6,121 milyar and basin. In other word, only about 3 memerlukan air bersih sebanyak 367 km , 0.75% from total water on earth can be pada tahun 2025 memerlukan 492 km3, maka consumed. This amount tends to be pada 2100 dunia memerlukan air bersih tiap smaller compared to human's population 3 harinya sebanyak 611 km ! Sementara jumlah that multiplies day to day. air yang siap konsumsi jumlahnya tak A simulation shows that human banyak berubah, dan bahkan semakin being needs water in great amount. Every berkurang seiring tingkat man averagely needs 60 liter konsumsi manusia yang terus of clean water for all jumlah air yang siap meningkat. everyday needs. In 2000, Air tanah, sumber yang with the 6.121 billion of konsumsi jumlahnya sering dimanfaatkan manusia human population on earth tak banyak berubah, untuk memenuhi kebutuhan needed 367 km3 clean water, dan bahkan semakin air, pada taraf tertentu adalah in 2005 needed 492 km3 sumber daya yang tak berkurang seiring clean water, and in 2100 the terbarukan. Meskipun bisa world will need clean water tingkat konsumsi dikatakan secara alami of 611 km3! On the other manusia yang terus akuifer, atau wadah airtanah, hand, the amount of water meningkat. bisa melakukan pengisian that can be consumed is insignificantly change, and ulang, namun periode yang even decrease along with the dibutuhkan berkisar antara increase of human's demand to clean seratus hingga seribu tahun. Kurun waktu water. ini sama sekali tidak sebanding dengan Groundwater, the source that is often konsumsi yang dilakukan manusia. used by human to fulfill the need to water, Kalaupun kemudian akuifer terisi kembali in certain level is unrenewable resources. oleh air, keadaannya sudah tak lagi sama Even though naturally the aquifer can do seperti sebelumnya (Soekiban, 2008). water refill, the period of this process can Selain itu, pemanfaatan air tanah yang take hundreds and even thousands years berlebihan akan mengakibatkan however. This period of time is obviously menurunnya elevasi permukaan air tanah cannot equal human's water consumption. yang kemudian menyebabkan pengurangan Even though the aquifer is filled again daya angkat tanah. Proses ini menyebabkan with new water, the condition will never terjadinya amblesan tanah (land subsidence). be the same (Soekiban, 2008). Fenomena ini bisa terlihat di menara miring In addition, over consumed of Sunda Kelapa. groundwater will cause the down of Namun, tentu saja, kegelisahan utama groundwater's surface elevation that later saat ini adalah masalah kelangkaan air weaken the ground's lift ability. This bersih yang semakin menjadi isu mendesak process can cause land subsidence, a bagi masyarakat dunia. Jika sebelumnya phenomenon that can be seen in Menara hanya sedikit orang, seperti para ahli

4 <<

Miring Sunda Kelapa. However, the main anxiety is clean water scarcity that is also becoming more urgent issue for people all over the world. If in previous time there were only small group of people, like experts of hydrology and civil engineering, concerned in water issues, today there are Sedikit demi sedikit seorang lelaki menyaring air di Wonogiri. more government's Kekhwatiran akan kelangkaan air membuat agenda konservasi menjadi institutions and non mendesak. government institutions that put attention in water issues. It is obvious that human hidrologi dan teknik sipil, yang memiliki being are forced to realize that water perhatian khusus terhadap masalah air, hariscarcity is not merely a scientific hari ini keprihatinan itu makin meluas baik calculation, but it is a problem that pada institusi pemerintah maupun non threaten human's peaceful life. pemerintah. Manusia memang dipaksa Therefore, human being have to untuk membuka mata bahwa krisis air dramatically change the way they use, bukanlah semata-mata estimasi ilmiah, tetapi manage, and protect clean water if they do sesuatu yang diam-diam mengintai not want to live with water scarcity in ketentraman manusia akan ketersediaan air. future. This change should be in the Oleh karena itu, manusia harus secara principle of sustainable water resources dramatis mengubah cara menggunakan, consumption, or the conservation of water mengelola, dan melindungi air bersih jika resources. Suripin (2002) explains basic tak menghendaki di masa mendatang hidup concept of water conservation with a simple sentence: “Do not waste natural dengan kelangkaan air bersih yang parah. resources”. Perubahan ini mesti berada dalam prinsip In the beginning, conservation is pemanfaatan sumber daya air yang understood as a process to save water to be berkelanjutan, atau konservasi sumber daya used for future's productive needs air. Suripin (2002), menjelaskan konsep dasar fulfillment. This concept is called konservasi ini dengan sebuah kalimat yang conservation concept from the point of sederhana: “Jangan membuang-buang supply. After developed further, sumber daya alam.” conservation is more an effort to decrease Pada awalnya, konservasi diartikan or to make efficient of water consumption sebagai proses penyimpanan air untuk or known as conservation from the point of digunakan sebagai pemenuhan kebutuhan demand. Good water resources produktif di masa mendatang. Konsep ini conservation is the combination of both disebut konsep konservasi segi suplai. concepts, meaning to save water when it is Setelah berkembang lebih jauh, konservasi in great amount, and to use it as little as

>> 5


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.