CROWN ID Issue #2 2023

Page 1

FANTASTIC FAIR Watches & Wonders 2023 dan segala keajaibannya | EXECUTIVE MESSAGE CEO Bulgari, Breguet, dan Norqain berbagi pandangan | TRACKING TIME Serba-serbi chronograph INDONESIA ISSUE #2 2023
Hublot Big Bang Tourbillon Automatic Yellow Neon Saxem
FANTASTIC FAIR Watches & Wonders 2023 dan segala keajaibannya | EXECUTIVE MESSAGE CEO Bulgari, Breguet, dan Norqain berbagi pandangan | TRACKING TIME Serba-serbi chronograph INDONESIA ISSUE #2 2023
Hublot Big Bang Tourbillon Automatic Yellow Neon Saxem
THE TIME PLACE JAKARTA : PLAZA INDONESIA +62 21 310 77 15

CODE 11.59

SEEK BEYOND

EDITOR-IN-CHIEF SHANNON HARTONO shannon@crownwatchblog.id

BUSINESS DEVELOPMENT

AMELIA WIDHARATNA amelia.widharatna@time.co.id

PRODUCTION MANAGER ERIKA TANIA DESSYANDRA erika.tania@crownwatchblog.id

PUBLISHING COORDINATOR

CHARLENE ATALIE charlene.atalie@time.co.id

GRAPHIC DESIGNER ERICK WIBOWO erick.wibowo@crownwatchblog.id

CHIEF EDITOR - DIGITAL RONALD HUTAGALUNG ronald.hutagalung@crownwatchblog.id

PUBLISHING EXECUTIVE ARINTA WIRASTO arinta.wirasto@crownwatchblog.id

SOCIAL MEDIA COORDINATOR DIMITRI JESSE dimitri.jesse@time.co.id

WEBSITE COORDINATOR RAKA PRAYUGA raka.prayuga@time.co.id

Diterbitkan oleh

PT Komunikasi Perkasa International Centennial Tower lantai 28, Jalan Gatot Subroto Kav. 24-25 Jakarta 12930

CROWN INDONESIA is a proud member of TIME International Group and published under license from HIGHEND MEDIA PTE LTD, Singapore. No parts of this magazine are to be reproduced without the permission of TIME INTERNATIONAL and HIGHEND MEDIA PTE LTD. All rights reserved.

HIGHEND MEDIA

CHAIRMAN & CEO DAVID LEPPAN

MANAGING DIRECTOR HRISTO SIMEONOV hristo.simeonov@highend.media

PUBLISHER CONNIE YEUNG connie.yeung@highend.media

VP, BUSINESS DEVELOPMENT ALAN TAN alan.tan@highend.media EDITOR DARREN HO DARREN.HO@HIGHEND.MEDIA

ART DIRECTOR DENNIS GOH dennis.goh@highend.media

on the cover:

HUBLOT BIG BANG TOURBILLON AUTOMATIC YELLOW NEON SAXEM

Dalam case 44 mm bermaterialkan SAXEM (Sapphire Aluminium oXide and rare Earth Mineral) berwarna kuning ultra cerah serupa neon dan skeleton dial yang menyingkap keindahan selfwinding tourbillon movement, Calibre HUB6035, yang menenagainya dengan rotor mikro, bridge bermaterialkan safir, serta cadangan daya hingga 72 jam. Jam ini dilengkapi oleh temali karet berwarna senada dengan sistem One Click.

Published by HighEnd PTE LTD 391B Orchard Road, Level 22-01, Ngee Ann City Tower B, Singapore 238874
BOUTIQUES TAG HEUER PLAZA SENAYAN - PLAZA INDONESIA - SENAYAN CITY PACIFIC PLACE - CENTRAL PARK

Terdapat sejumlah daya tarik yang memikat hati para penggemar horologi terhadap karya jam tangan tertentu. Mulai dari kekaguman terhadap histori, keistimewaan craftsmanship, kecanggihan teknologi, keindahan desain, kehormatan sang brand yang dinilai berprestise tinggi, keterlibatan dalam keberlanjutan, hingga keterikatan terhadap figur publik yang tampak mengenakannya.

Semua hal tersebut kemudian dirangkum secara cerdik menjadi pameran dan konferensi selama tujuh hari oleh Watches & Wonders. Lebih dari sekadar platform untuk perilisan karya-karya teranyar dari para brand horologi semata, acara tahunan tersebut menyuguhkan serangkaian program holistik dan inklusif yang mengakomodasi segala persuasi dari para penggemar horologi lintas usia dan latar belakang. Baca lebih lanjut laporan lengkap dari jurnalis kami yang meliput langsung ke Jenewa (hal. 32).

Tahun ini, diversitas dan inklusivitas dalam dunia horologi tampak kian nyata lewat penawaran produk yang semakin unik seperti Hublot Big Bang Tourbillon Automatic Yellow Neon Saxem (hal. 24) yang menghiasi sampul majalah kami edisi ini dalam ragam rupa material, warna, dan temali yang mudah digonta-ganti. Pendekatan lain dalam topik ini juga hadir melalui interpretasi ulang desain ikonis menjadi penawaran yang lebih ramah kantong, seperti halnya Octo Roma (hal. 56) yang menjadi alternatif dari Octo Finissimo nan legendaris.

Tak hanya berhasil menjangkau audiens yang semakin luas, segala upaya tersebut sekaligus menunjukkan kematangan industri horologi dalam mengatasi tantangan modernisasi. Setelah melewati berbagai evolusi dan transformasi, para pelaku industri berusia ratusan tahun ini semacam telah menemukan keseimbangan antara mempertahankan tradisi dan merangkul inovasi perpaduan kontras dengan daya pikat yang tak lekang oleh waktu.

SHANNON HARTONO
T I S S O T W A T C H E S C O M T I S S O T S E A S TA R 1 00 0 P L A Z A S E N AYA N ( L E V E L 2 ) M A L L K E L A PA G A D IN G 3 ( G R O U N D F L O O R ) G R A N D I N DO N E S I A ( L E V E L 1 ) P O N DO K I N D A H M A L L 2 ( G R O U N D F L O O R ) KOTA KASABLANKA (GROUND FLOOR) I N T I M E C E NT R A L PA R K ( G R O U N D F L O O R ) I N T I M E PA RI S VA N J AVA B A N D U N G ( G R O U N D F L O O R ) I N T I M E S U N P L A Z A M E D A N ( G R O U N D F L O O R ) URBAN ICON (ALL STORES)

VISION

Top of the Hour Duo ayah-anak tersohor mendisrupsi industri horologi lewat kreasi perdana dari Biver nan filosofis

14

Mondial wujudkan keindahan mimpi lewat kolaborasi teranyar dengan seniman lokal, Naufal Abshar

15

Menyingkap wajah baru butik Tiffany & Co. di New York yang dahulu populer berkat film ikonis yang dibintangi Audrey Hepburn

16

Dua iterasi anyar Audemars Piguet Royal Oak Offshore sebagai perayaan hari jadi sang koleksi yang ke-30 tahun

18

Seiko dan Rowing Blazers menyambut musim panas lewat empat edisi terbatas bernuansa vibran

19

Chopard memperkenalkan edisi terbatas Alpine Eagle yang diproduksi secara eksklusif untuk Indonesia

20

In The Loupe Vacheron Constantin membawa seni bermartabat ke pergelangan tangan

IDENTITY

24

Better Bolder

Setia berkiblat kepada konsep ‘Art of Fusion’, Hublot menghadirkan karya teranyar yang kian lantang dan tak akan luput dari pandangan

Fantastic Fair

Segala keseruan di acara pameran terpenting dalam kalender horologi dan perhiasan tahun ini: Watches & Wonders

Wonderful Watches

Singkap ragam keajaiban desain, teknis, craftsmanship, dan material dari Watches & Wonders 2023

6
12
Editor’s Note
32 FANTASTIC
16
FAIR
24
THRIVING THIRTY COVER STORY: BETTER BOLDER

Mengungkap

86 Stone’s Throw

Alasan mengapa Rolex Oyster

Perpetual Day-Date 36 rilisan 2023 disambut dengan penuh sukacita

90 Vibrant Celebration

Mewarnai hari jadi TAG Heuer Carrera yang ke-60 tahun dengan empat iterasi vibran dan pembaruan teknis mutakhir

94

Treasure Trove

100 How To Buy Reservoir

102 Class in Session

Serba-serbi tentang salah satu komplikasi terfavorit di dunia horologi: chronograph

104

Events

Rangkuman acara horologi di Indonesia

108

Stockist

Temukan lokasi butik jam tangan pilihan Anda

112

Caseback

Menyingkap osilator Monolithic pada mesin Calibre FC-810 milik Frédérique Constant

Dua representatif Piaget berbagi tentang penghormatan terhadap tradisi dan warisan legasi Piaget dalam lanskap horologi modern 112 CASEBACK

50 Poetic Motion Audemars Piguet remajakan komplikasi wandering hours nan puitis menjadi kreasi modern nan futuristis 52 Neutral Territory Dengan ukuran baru, Tissot Seastar 1000 hadir sebagai pilihan serbaguna bagi penganut gaya hidup dinamis 56 The Next Stage Octo Roma mengambil alih panggung horologi Bulgari lewat sembilan model anyar nan fenomenal 62 Quiet Conundrum Mengiringi langkah Lionel a Marca dalam menghembuskan napas segar bagi Breguet 68 Fresh Conception CEO Norqain, Ben Küffer, berbagi kisah di balik konsepsi sang brand yang sarat akan nilai kekeluargaan 74 Nostalgic Comeback
riwayat
kelahiran kembali
satu koleksi historis Breitling: Premier 80
Menyoroti
dan
dari salah
Creative Constructions
pesona jam tangan skeleton otomatis pertama dari Louis Vuitton SOUL
CRAFT
62
QUIET CONUNDRUM 90 VIBRANT CELEBRATION
Visi adalah kunci kesuksesan. Tanpa visi, kita akan tersesat dalam kegelapan.
VISION

SOULFUL CREATION

Biver menjadi pembuktian dari duo ayah-anak dalam mendisrupsi

industri horologi lewat kreasi

inovatif nan filosofis

Jean-Claude Biver kembali meramaikan persaingan dengan membawa misi baru: memadukan filosofi dan keterampilan dalam pembuatan jam tangan. Veteran horologi ini telah eksis selama lima dekade dan mengemban peran penting di sejumlah brand ternama seperti menjadi CEO Blancpain, Hublot, dan TAG Heuer, mengepalai bagian pemasaran Omega, hingga menjadi Presiden divisi jam tangan Grup LVMH. Selepas hiatus singkat pada tahun 2018, Biver kembali melanjutkan sepak terjangnya dengan menjadi penasihat utama untuk Norqain dan melahirkan brand jam tangan eponim bersama sang putra, Pierre Biver.

Pendirian brand bernama Biver tersebut dilandasi oleh kecintaannya pada industri horologi, sekaligus keinginan untuk berbagi pengetahuan yang ia miliki kepada khalayak luas. “Lewat Biver, saya ingin menghembuskan jiwa ke dalam seni pembuatan jam tangan dan tak sekadar berkutat dengan sisi teknologi,” ungkap Jean-Claude. Lebih dari sekadar bisnis keluarga, kerja sama antara duo ayah-anak ini merupakan sebuah proyek lintas generasi yang bertujuan menghasilkan inovasi. Jika Jean-Claude (usia 74 tahun) berbekal pengalaman ekstensif, Pierre yang baru menginjak usia 23 tahun siap memanifestasikannya lewat ide-ide segar yang ia miliki.

Carillon Tourbillon Biver menjadi pembuktian pertama dari keduanya. Selain tourbillon, komplikasi minute repeater turut menjadi sorotan pada koleksi debut tersebut. Umumnya komplikasi rumit nan puitis tersebut hanya memiliki dua palu pemukul gong, namun Biver melangkah lebih maju dan menambahkan satu palu tambahan untuk menghasilkan suara yang lebih kontemporer. Sementara itu, tourbillon pada jam digarap dengan cangkang titanium guna memberi keringanan dan komponen bridge berteknik dekorasi grain untuk memberi impresi modern.

Bicara estetika, jam berdiameter 42 mm ini menyuguhkan desain nan filosofis. Sebagaimana termanifestasi di bagian dial bermaterialkan batu sodalite biru pada versi emas merah muda dan dwiwarna, serta batu obsidian perak pada versi titanium dengan makna khusus di baliknya. “Kedua bebatuan ini memiliki makna spiritual tersendiri. Contohnya, sodalite yang punya kemampuan menenangkan, sedangkan obsidian melambangkan transformasi,” ujar Pierre.

Jam ini turut melibatkan manufaktur movement basis Les Hauts-Geneveys, Cercle des Horlogers, untuk mengembangkan Calibre JCB-001. Mesin otomatis ini membanggakan komponen micro-rotor dengan plat bermaterialkan emas merah muda, serta memiliki cadangan daya hingga 72 jam lamanya.

VISION / TOP OF THE HOUR 12

SHINY DREAMS

Mondial wujudkan keindahan mimpi lewat kolaborasi

teranyar dengan Naufal Abshar

Perhiasan dan karya seni lukis memiliki beberapa kesamaan. Tak hanya kerap melibatkan level craftsmanship tingkat tinggi dalam proses pembuatannya, kedua visual pemanja mata ini juga menjadi sarana bagi para kreator dan konsumennya dalam mengekspresikan diri maupun menyampaikan pesan tertentu. Inilah yang kemudian melandasi kolaborasi antara Mondial dan Naufal Abshar.

Melalui kolaborasi artistik ini, keduanya merefleksikan kepercayaan diri untuk bermimpi besar dan determinasi tinggi dalam meraih mimpi. Koleksi perhiasan bertajuk Mondial Dreams kemudian ditafsirkan oleh Naufal Abshar menjadi karya lukisan dalam tona biru yang merupakan warna favoritnya—dan warna utama dalam identitas brand Mondial—sekaligus representatif sempurna bagi konsep mimpi.

"Bermimpi itu tidak memiliki batasan, bak lautan ataupun langit. Metafora tersebut saya angkat dalam karya seni ini lewat potret beberapa individu dengan angan-angan tinggi. Mulai dari impian untuk menjadi sukses di lintas profesi, menjalani kehidupan yang didambakan, hingga memiliki Mondial sebagai pelengkap kebahagiaan," tutur seniman kelahiran tahun 1993 ini. Karya lukisan ini kemudian hadir sebagai imaji pada selendang, kantong aksesori, botol minum, dan tatakan gelas yang melengkapi paket kemasan dari setiap pembelian koleksi Mondial Dreams.

Bicara produk, Mondial Dreams terdiri dari cincin, gelang, dan anting berkonstruksi dasar emas putih, emas merah muda, maupun kombinasi keduanya dengan kadar 18 karat. Untuk mengelevasi penampilan sang pemakai, seluruh kreasi dalam koleksi ini turut dilengkapi oleh berlian dalam berbagai variasi potongan. Termasuk di antaranya adalah potongan baguette, marquise, princess, pir, oval, dan bundar. Keberagaman potongan berlian dan konstruksi pada setiap kreasi perhiasan dalam koleksi ini mewakili keunikan berbagai mimpi yang dapat diraih oleh seorang individu.

14 VISION / TOP OF THE HOUR

GLAMOROUS RETURN

Menyingkap wajah baru The Landmark, butik flagship Tiffany & Co. yang telah rampung direnovasi setelah empat tahun

Tiffany & Co. telah dikenal sebagai simbol kemewahan dan—untuk segelintir orang—romansa selama berabad-abad lamanya. Mungkin sebagian besar dari Anda mengenal Tiffany & Co. lewat kotak biru berpita putih yang menjadi emblem di industri produk mewah lintas era. Sesungguhnya, begitu banyak hal mengagumkan lain dari brand yang didirikan oleh Charles Lewis Tiffany dan John B. Young tersebut. Salah satunya adalah fakta bahwa Tiffany & Co. merupakan pelopor konsep cincin pertunangan berlian bergaya modern pada tahun 1886 bernama Tiffany ® Setting, sehingga Presiden Amerika Serikat ke-32, Franklin Roosevelt, turut membelinya untuk sang istri. Di era-era selanjutnya, Tiffany & Co. mulai merambah kultur pop lewat kemunculan di berbagai majalah mode dan tentunya, film Breakfast at Tiffany’s (1961) yang berlokasi di butik 57th Street Fifth Avenue, New York.

Maju cepat enam dekade, Tiffany & Co. mengundang para pencinta perhiasan untuk menghadiri tempat yang menjadi sensasi mendunia berkat adegan Holly Golightly (Audrey Hepburn) menatap jendela sang butik. Setelah memakan waktu renovasi selama empat tahun, butik yang kini dinamai “The Landmark” tersebut kembali dibuka untuk publik pada bulan April 2023. Gedung 10 lantai yang pertama

kali didirikan pada tahun 1940 ini kini hadir dengan konsep distingtif di setiap lantainya.

Didesain oleh arsitek Amerika Serikat, Peter Marino, lantai pertama membanggakan instalasi Diamond Skylight karya Hugh Dutton dan berbagai koleksi populer Tiffany & Co., seperti Tiffany Lock dan Tiffany Knot. Lantai ketiga yang bertemakan cinta memamerkan kreasi-kreasi seperti cincin kawin dan pertunangan. Pada lantai lima, Anda dapat menemukan perhiasan bermaterialkan perak murni khas sang brand, termasuk karya eksklusif dari lini Elsa Peretti®. Terdapat juga perabotan yang didesain oleh Lauren Santo Domingo selaku Artistic Director divisi Rumah di lantai enam dan perhiasan mewah di lantai tujuh. Pengalaman imersif lain yang ditawarkan melingkupi lokakarya interaktif, restoran The Blue Box Café® by Daniel Boulud, dan ruangan tribut bagi Holly Golightly.

Melihat wajah baru sang butik, sepertinya rumah perhiasan yang telah menjadi bagian dari Grup LVMH ini siap menyongsong era baru. Untuk merayakan pembukaan kembali The Landmark, sejumlah selebritas turut diundang dalam sebuah perayaan meriah. Termasuk di antara figur publik yang hadir adalah Hailey Bieber, Gal Gadot, Anya-Taylor Joy, Hailey Bieber, hingga aktris papan atas Indonesia, Adinia Wirasti.

15

THRIVING THIRTY

Audemars Piguet rilis

dua wajah baru Royal Oak

Offshore sebagai perayaan

hari jadi sang koleksi yang

ke-30 tahun

Sesuatu yang dimulai sebagai kontroversi biasanya memiliki dua takdir yang cukup pasti. Pertama, dinilai tidak relevan oleh khalayak hingga dilupakan dan tenggelam ditelan bumi. Kedua, dibicarakan banyak orang yang terprovokasi atas gagasan disruptifnya hingga diterima sebagai sebuah revolusi. Takdir kedua adalah yang terjadi pada Audemars Piguet Royal Oak Offshore di tahun 1993.

CONTROVERSIAL KICKOFF

Sebagai spin-off yang dikreasikan secara khusus untuk merayakan hari jadi Royal Oak ke-20 tahun, Royal Oak Offshore menuai kontroversi di kalangan pencinta versi orisinal buatan Gérald Genta dari tahun 1972. Dengan proporsi ekstra besar dan kombinasi multi-material yang tak biasa, Royal Oak Offshore tampak sangat kontras dibandingkan dengan leluhurnya yang begitu elegan. Di tengah kebimbangan para kolektor yang belum siap mengadopsi ‘The Beast’—julukan yang masih menempel hingga kini—ke dalam koleksinya, penggemar jam tangan berusia muda justru menyambut estetika disruptif tersebut dengan antusiasme tinggi.

“Gagasan di balik Royal Oak Offshore adalah mengkreasikan jam tangan pencetus tren di tahun 1990-an yang terinspirasi oleh offshore powerboat racing dan diperuntukkan bagi generasi lebih muda. Skandal yang muncul saat momen perilisannya selaras dengan estetika eksesif yang diusungnya,” ujar Raphaël Balestra selaku Manager Heritage & Archives di Audemars Piguet.

16 VISION / TOP OF THE HOUR
Royal Oak Offshore Selfwinding Chronograph Ref. 26420CE.OO.A127CR.01

Seakan menjadi kesempatan untuk tampil berbeda dari generasi sebelumnya sembari menikmati keistimewaan craftsmanship khas Audemars Piguet, kehadiran Royal Oak Offshore justru membuka babak baru bagi sang brand hingga menjadi sebuah pilar produk terpisah dari Royal Oak. Layaknya sebuah kanvas, Royal Oak Offshore menjadi wadah kreativitas bagi para artisan di balik brand basis Le Brassus tersebut.

Material eksperimental yang biasa digunakan dalam bidang aerospace dan maritim, seperti titanium, keramik, karet, Kevlar ® , cermet, dan karbon tempa, telah melengkapi penawaran bermaterialkan stainless steel dari Royal Oak Offshore. Koleksi ini juga berjasa atas terlahirnya motif dial ‘Méga-Tapisserie’ dan telah memiliki portofolio kolaborasi nan ekstensif dengan tim olahraga pelayaran, atlet basket, hingga deretan selebritis, seperti Arnold Schwarzeneger dan Jay Z.

NEW FACES

Tahun 2023 menandai 30 tahun eksistensi Royal Oak Offshore di jagad horologi. Setelah lebih dari 230 iterasi dalam case berdiameter 27 hingga 48 mm, Audemars Piguet rupanya belum kehabisan ide untuk mengejutkan para penggemar horologi. Dalam momen spesial ini, brand berusia 148 tahun tersebut meluncurkan berbagai referensi baru bermaterialkan keramik.

Memiliki karakteristik yang anti gores sekaligus rapuh, keramik menyajikan tantangan yang tak mudah bagi manufaktur Audemars Piguet dalam proses

pengerjaannya. Untuk mencapai permukaan sarat detail yang mengusung kombinasi finis satin dan polished khas sang brand, ketelitian dan kepiawaian tingkat tinggi didemonstrasikan secara maksimal oleh para artisan Audemars Piguet.

Sebagai penghormatan kepada model pertama Royal Oak Offshore dari tahun 1993, Audemars Piguet menghidupkan kembali elemen-elemen khas versi orisinal tersebut sembari menyuguhkan beberapa pembaruan. Bernama Royal Oak Offshore Selfwinding Chronograph, jam tangan istimewa ini hadir dalam tampilan monokrom dengan case 43 mm dan bracelet bermaterialkan keramik hitam, serta dial hitam bermotif ‘Méga Tapisserie’ yang dilengkapi oleh jarum dan aksen emas kuning nan kontras.

Sebuah edisi terbatas turut dirilis dalam momen spesial ini, yaitu Royal Oak Offshore Selfwinding Flying Tourbillon Chronograph yang hanya tersedia sebanyak 100 unit saja. Perpaduan warna dan material unik lewat case keramik hitam dan rubber strap—dapat digonta-ganti—warna hijau menjadikan jam ini kian istimewa. Karya ini sekaligus menandai evolusi dari Calibre 2967 yang kini hadir dalam arsitektur open-work

Kedua karya istimewa tersebut semacam mengonfirmasi kreativitas melimpah para artisan Audemars Piguet yang terus menemukan cara untuk mendorong batasan, mendobrak aturan, serta menciptakan formula baru dalam menggabungkan tradisi dan inovasi.

17
Royal Oak Offshore Selfwinding Flying Tourbillon Chronograph Ref. 26622CE.OO.D062CA.01

SUMMER BREEZE

Seiko dan Rowing Blazers menyambut datangnya musim panas lewat empat edisi terbatas bernuansa vibran

Baik Seiko maupun Rowing Blazers, keduanya memiliki keistimewaan yang melambungkan daya pikatnya di bidang masing-masing. Seiko dengan harga terjangkau dan penawaran inovatifnya, Rowing Blazers dengan gaya preppy yang menggaungkan ciri khas mahasiswa Ivy League. Dilandasi hal tersebut, keduanya memutuskan untuk berkolaborasi pada tahun 2021 silam. Berhasil meraup animo positif dan penjualan tinggi, kerja sama ini kemudian berlanjut di tahun 2022, dan untuk ketiga kalinya pada tahun ini. Ini bukan pertama kalinya Rowing Blazers bersinggungan dengan dunia horologi.

Sebelumnya label fashion yang didirikan oleh Jack Carlson ini juga pernah berkolaborasi dengan brand basis Amerika Serikat, Zodiac Watches, dan Tudor (meski bukan dalam skala komersil). Di balik koneksi erat Rowing Blazers dengan dunia horologi ialah Eric Wind, investor dari sang brand sekaligus pendiri dari Wind Vintage, situs e-commerce jam tangan lawas. Kedua sahabat yang bertemu semasa kuliah di Universitas Georgetown ini juga berperan sebagai desainer dari sejumlah kolaborasi tersebut, termasuk Seiko.

Bicara penawaran, koleksi kapsul yang dirilis tahun ini sejatinya masih mengusung kode desain yang sama dengan pendahulunya. Termasuk di antaranya adalah adaptasi model Seiko 5 Sports beserta tampilan distingtif pada dial yang dicirikan oleh jendela hari dan tanggal di posisi jam 3, crown di posisi jam 4, indeks penanda bergaya setrip, dan jarum penunjuk putih berlapis SuperLumiNova®. Pemilihan Seiko 5 Sports sebagai tonggak kolaborasi tersebut sesungguhnya terinspirasi dari jam tangan Seiko 6106-7107 70 m Sport Diver (rilisan 1970) berwarna oranye milik Jack.

Hasil kolaborasi teranyar ini tampil eksentrik dengan palet vibran yang menggaungkan suasana musim panas. Termasuk di antara keempat model yang dirilis adalah warna kuning, merah muda, putih, dan ungu, serta dinaungi oleh stainless steel case berdiameter 40 mm. Selain inisial RB pada crown dan logo di bagian dial, penanda identitas Rowing Blazers lainnya dapat ditemukan pada caseback yang dilengkapi oleh ilustrasi tengkorak dan ukiran TEMPVS FVGIT atau “waktu berlalu cepat” dalam bahasa Latin. Di samping bracelet tiga keping, setiap pembelian Seiko x Rowing Blazers turut dilengkapi oleh temali nilon yang diserasikan sesuai warna dial. Setiap model dari koleksi terbatas ini hanya akan diproduksi sebanyak 888 unit.

18 VISION / TOP OF THE HOUR

THE TICKING ARCHIPELAGO

Chopard memperkenalkan edisi terbatas Alpine Eagle yang diproduksi secara

eksklusif untuk Indonesia

Jika harus mengilustrasikan koleksi Alpine Eagle yang pertama kali dirilis pada tahun 2019 silam, kami akan menggunakan peribahasa “Seperti elang menyongsong angin.” Ungkapan yang mengandung arti tidak gentar dalam menghadapi musuh tersebut menjadi gambaran atas keberanian Chopard dalam menelurkan iterasi anyar di tengah maraknya penawaran jam tangan olahraga.

Meskipun begitu, kami tahu Chopard akan berhasil melakukannya. Benar saja, sejak diperkenalkan ke dunia horologi pada tahun 2019, Alpine Eagle berhasil meletakkan namanya dalam peta horologi global.

Nama Alpine Eagle mengambil acuan dari mata elang yang diinterpretasikan pada sunburst dial, serta empat pasang sekrup pada bezel. Koleksi ini juga memiliki koneksi erat dengan alam. Sebagaimana terlihat melalui pendirian organisasi non-profit Alpine Eagle Foundation yang bergerak dalam preservasi Pegunungan Alpen dan sejumlah penawaran bertemakan alam rilisan tahun 2023.

Kesuksesan koleksi Alpine Eagle di Indonesia pun dirayakan lewat kemitraan eksklusif dengan sebuah edisi spesial bertajuk Alpine Eagle XL Chrono Indonesia Edition. Tentunya iterasi ini masih mengusung kode desain serupa pendahulunya. Tetapi sesuai namanya, jam tersebut mengusung diameter 44 mm yang memasukkannya ke dalam kategori XL (extra-large) dan komplikasi chronograph berfitur flyback dengan tiga lingkar penghitung

Elemen distingtif ditunjukkan lewat ukiran kepulauan Indonesia pada caseback

dengan cadangan daya hingga 60 jam lamanya. Bagian dial masih mengusung warna merah muda salmon khas Alpine Eagle yang mengambil acuan dari sinar matahari saat fajar dan senja. Bicara praktikalitas, Alpine Eagle XL Chrono Indonesia Edition turut melapisi indeks penanda, serta jarum penunjuk menit dengan Super-LumiNova® Grade X1 untuk meningkatkan keterbacaan dalam keadaan temaram.

Sesuai komitmen Chopard terhadap keberlanjutan, Alpine Eagle juga dibekali oleh material Lucent Steel™ A 223— diproduksi secara eksklusif oleh sang brand menggunakan 80% material daur ulang—dan ceramised titanium. Jam ini turut dilengkapi oleh bracelet bermaterialkan Lucent Steel™ dan kepingan bergaya ingot. Edisi terbatas ini hanya tersedia sejumlah 20 unit dan sudah tersedia di butik Chopard yang berlokasi di Plaza Indonesia mulai dari bulan Mei 2023.

19
VISION / IN THE LOUPE 20

VACHERON CONSTANTIN

Membawa seni bermartabat

ke pergelangan tangan

Vacheron Constantin memulai kerja sama dengan Museum Louvre pada tahun 2019. Tahun berikutnya, sang brand mendonasikan satu jam tangan Les Cabinotiers yang diproduksi secara khusus untuk dilelang oleh Museum Louvre. Hasil penjualan tersebut kemudian digunakan untuk mendukung program solidaritas binaan sang museum.

Menariknya, pemenang lelang berkesempatan menikmati tur privat di Museum Louvre dan memilih karya seni untuk direplikasi pada dial jam. Hasilnya adalah Les Cabinotiers: Homage to Pierre Paul Rubens, sebuah miniatur dari mahakarya sang seniman asal Flemish yang bertajuk La lutte pour l’étendard de la Bataille d’Anghiari (The Battle for the Standard at the Battle of Anghiari). Bagian dial dikreasikan menggunakan aplikasi enamel mikro Grisaille dengan teknik Blanc de Limoges, serta 20 palet warna—terdiri dari cokelat, krem, dan spektrum lainnya—yang diasimilasikan untuk mewujudkan lukisan bergaya chiaroscuro karya Paul.

Untuk menambahkan kedalaman karya seni tersebut pada dial, para seniman enamel Vacheron Constantin melakukannya dengan melukis garis kontur pada tahap awal. Selanjutnya, sejumlah spektrum enamel dan seperdua dari warna pokok dibaurkan bersamaan untuk menonjolkan detail mikroskopik milik sang karya seni. Pembakaran enamel dilakukan secara berulang sekitar 10 kali dengan intensitas berbeda di setiap lapisannya untuk mencapai hasil akhir pada dial. Proses dimulai dengan tembakan enamel tingkat ringan di tahap awal guna mengurangi dampak pada palet yang telah rampung ketika lapisan-lapisan selanjutnya diaplikasikan.

Bagaimanapun, mentransformasi karya seni menjadi miniatur pada dial jam melibatkan pemikiran taktis dari para seniman enamel agar dapat direplikasi sebagaimana mestinya, sekaligus mempertahankan setiap detail yang terdapat dalam mahakarya Paul. Kreasi istimewa tersebut kini dilanjutkan menjadi program permanen antara Vacheron Constantin dan Museum Louvre. Anda pun dapat mendatangi butik Vacheron Constantin untuk memiliki jam Les Cabinotiers.

21

IDENTITY

Identitas adalah akar

yang menjaga kita tetap teguh berdiri, meski angin badai

datang menerpa

BETTER BOLDER

Setia berkiblat kepada konsep ‘Art of Fusion’, Hublot menghadirkan karya

teranyar yang kian lantang dan tak akan luput dari pandangan

Siapapun akan dibuat menoleh saat Big Bang Tourbillon Automatic Yellow Neon SAXEM hadir di sekitarnya. Tidak banyak barang berwarna kuning secerah lemon seperti ini dalam kehidupan kita sehari-hari, sehingga kehadirannya di penghujung mata pun sudah pasti akan membuat kita menengok penasaran. Bagi penggemar horologi klasik, ungkapan “terlihat seperti plastik” atau “apakah itu jam mainan?” adalah respon normal. Nyatanya, masih banyak yang belum mengetahui betapa kompleks proses di balik pembuatan jam tangan bermaterialkan safir inovatif ini dan kapasitas Hublot sebagai manufaktur.

Bila Anda aktif mengonsumsi konten horologi di forum-forum online dan media sosial, menemukan komentar pedas mengenai Hublot bukanlah sebuah kejutan. Tak sedikit yang mempertanyakan orisinalitas brand basis Nyon ini karena dinilai mengadaptasi desain jam tangan lain. Tentunya kami menghargai kebebasan berpendapat dan memahami bahwa setiap individu memiliki preferensi yang berbeda. Namun, sesuai dengan pepatah yang berbunyi “tak kenal, maka tak sayang”, terdapat beberapa fakta yang perlu Anda ketahui seputar Hublot untuk memperluas perspektif Anda.

25

PESONA EKLEKTIK

DARI KOMBINASI MATERIAL TAK BIASA

MENJADIKAN JAM

TANGAN HUBLOT

PILIHAN PARA RAJA

HINGGA SELEBRITI

FUSION FIRST

Bicara orisinalitas, tahukah Anda bahwa Hublot baru berusia 43 tahun? Artinya Hublot 100 tahun lebih muda dibandingkan berbagai brand horologi dalam

kelas harga yang sama. Para brand tersebut tentunya telah memiliki portofolio ekstensif yang tercatat dalam sejarah perkembangan industri horologi dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, kami rasa tidak valid bila bentuk case dan beberapa elemen serupa dengan desain jam tangan para pendahulunya menjadi dasar atas ketidakorisinalan Hublot.

Faktanya, di tengah berbagai tudingan dalam hal orisinalitas, Hublot adalah brand jam tangan pertama yang mengombinasikan case bermaterialkan emas dengan temali karet melalui karya debutnya di tahun

1980. Perpaduan kontras nan tak lazim pada masanya itu menjadikan Hublot sebagai jam tangan trendi di

kalangan kerajaan Eropa. Mulai dari Raja Konstantinos dari Yunani, Raja Juan Carlos dari Spanyol, Raja Gustav dari Swedia, hingga Pangeran Rainier dari Monako tampak mengenakannya.

Sukses memasukkan Hublot ke dalam ‘peta’ horologi mewah, jam tangan emas bertemali karet lain kemudian banyak bermunculan, bahkan kini telah menjadi penawaran yang lumrah. Ironisnya, di saat Hublot berperan sebagai pencetus tren, brand lain yang mengikuti jejaknya tak serta-merta dilabeli tidak orisinal. Meski begitu, Hublot tetap fokus berkarya hingga menjadi sensasi internasional. Di Baselworld 2015, sang brand memperkenalkan Big Bang yang tak hanya memikat perhatian para penggemar horologi, tetapi juga para juri Grand Prix d’Horlogerie de Genève yang menanugerahinya

26
IDENTITY / COVER STORY
dengan Design Watch Prize di tahun perilisan perdananya. Manufaktur Hublot menempati tanah seluas 14 m2 di Nyon, Swiss Berkat standar tinggi yang diterapkan oleh manufaktur Hublot, proses penelitian dan pengembangan jam tangan ini mencapai tiga tahun lamanya

Dengan fokus terhadap ‘Art of Fusion’, Hublot secara konsisten menyuguhkan karya-karya eklektik lewat kombinasi material tak biasa. Melalui konsep ini, Hublot memikat kelompok penggemar baru yang berjiwa muda dan bergaya ekspresif. Maka tak heran bila Hublot menjadi pilihan Jay Z, Beyonce, Alicia Keys, Usain Bolt, Heidi Klum, Diego Maradonna, Kobe Bryant, Chiara Ferragni, Christian Ronaldo, hingga Kylie Jenner.

STATE-OF-THE-ART

Tak sekadar menggabungkan material-material kontras semata, Hublot secara konsisten mengelevasi konsep ‘Art of Fusion’ dengan memperkenalkan ragam material eksklusif dan inhouse movement mutakhir buatan manufakturnya. Berlokasi di Nyon, Swiss, manufaktur Hublot memiliki laboratorium ‘Metallurgy and Materials’, departemen ‘Research and Development’, serta foundry (pengecoran logam) khusus yang saling berkolaborasi erat. Setiap prosesnya pun didukung oleh teknologi terkini yang dikembangkan sendiri oleh Hublot.

Hasilnya: (1) Ragam movement mutakhir yang 100 persen dibuat secara in-house; (2) Magic Gold, emas 18 karat anti gores dengan nilai kekerasan 1.000 vickers—emas 18 karat biasa bernilai 400 vickers dan stainless steel bernilai 600 vickers; (3) King Gold, emas merah muda dengan tona lebih hangat dibandingkan emas 5N 18K pada umumnya; (4) Ceramic berteknologi tinggi dengan intensitas warna super cemerlang; (5) Carbon yang sangat ringan dan tangguh; (6) Rubber ikonis yang kedap air dan ultra awet; hingga (7) Sapphire transparan yang tangguh dan antigores dalam berbagai warna di antara inovasi-inovasi lainnya.

Salah satu komitmen terbaru Hublot dalam

pengembangan material diwujudkan melalui

perilisan Big Bang Tourbillon Automatic Yellow Neon SAXEM di tahun 2023 ini. Sesuai namanya, jam ini terbuat dari material unik bernama SAXEM (Sapphire Aluminium oXide and rare Earth Mineral). Material yang biasa digunakan dalam

teknologi satelit ini terdiri dari komponen dasar safir (aluminium oksida) yang dipadukan dengan elemen bumi nan langka (thulium, holmium, dan chromium). Bila sebelumnya SAXEM hadir dalam

warna hijau zamrud pada Big Bang MP-11 rilisan tahun 2019, kini Hublot menyuguhkannya dalam tona kuning ultra cerah serupa neon.

27
Big Bang Tourbillon Automatic Neon SAXEM terbuat dari komponen dasar safir yang dipadukan dengan elemen bumi langka

Menambahkan warna baru mungkin terdengar seperti gagasan sederhana. Namun standar tinggi yang diterapkan oleh manufaktur Hublot untuk jam tangan kristal safirnya—harus sepenuhnya transparan dan memiliki resistensi tingkat tinggi, menjadikan proses pembuatan model ini sangat kompleks. Setelah penelitian dan pengembangan selama tiga tahun, sang manufaktur berhasil mencapai dua standar tersebut, serta stabilitas bentuk di mana intensitas warna akan terlihat seragam dari sudut manapun.

Kerumitan jam tangan yang hanya tersedia sebanyak 50 unit ini tidak berhenti pada bagian case saja, tetapi berlanjut ke mesin yang menenagainya. Untuk memastikan Anda dapat menikmati keindahan movement dari berbagai sisi dengan leluasa, HUB6035—self-winding tourbillon calibre buatan manufaktur Hublot— mengusung konstruksi skeleton dengan rotor mikro dan bridge bermaterialkan safir Didukung oleh power reserve hingga 72 jam dan sistem One Click pada temali karet senadanya, jam tangan berdiameter 44 mm ini adalah pendamping sempurna saat berkelana. Sebagai opsi lebih subtil, performa dan estetika serupa dari selfwinding tourbillon, HUB6035, juga dapat Anda temukan di dua model anyar lainnya yang tidak kalah mencuri perhatian. Pertama ialah Big Bang Integrated Tourbillon Full Blue Sapphire yang membanggakan keistimewaan kristal safir warna biru secara menyeluruh pada bagian case berdiameter 43 mm dan bracelet yang terintegrasi. Tak hanya menjadi pembuka obrolan jitu saat menghadiri acara formal dengan setelan biru dongker, jam yang hanya tersedia sebanyak 10 unit ini juga tampak modis bersanding dengan denim favorit Anda.

Kedua, Big Bang Tourbillon Full Carbon dapat dipertimbangkan oleh penyuka warna yang lebih netral. Dalam proses pembuatan jam ini, Hublot menggabungkan serat karbon dan Texalium—serat kaca dengan lapisan aluminium tipis—yang menghasilkan ketahanan sangat baik dan bobot super ringan hanya 68 gram saja,

IDENTITY / COVER STORY
Big Bang Tourbillon Full Carbon Hublot menggabungkan serat karbon dengan Texalium yang menghasilkan ketahanan sangat baik dan bobot super ringan hanya 68 gram saja
29
ARTISAN TERAMPIL DAN TEKNOLOGI TINGGI,
MAMPU
DAN MEMPRODUKSI
DAN MOVEMENT INOVATIF Big Bang Integrated Tourbillon Full Blue Sapphire
DENGAN
MANUFAKTUR HUBLOT
MENGEMBANGKAN
MATERIAL
Ditenagai oleh HUB6035, jam ini menyuguhkan panorama skeleton movement memesona sekaligus performa istimewa dengan power reserve hingga 72 jam
IDENTITY
MP-13 Tourbillon Bi-Axis Retrograde Karya bermaterialkan titanium ini ditawarkan secara terbatas hanya 50 unit saja

MESKI BARU

BERDIRI SEJAK

TAHUN 1980, HUBLOT TURUT ANDIL DALAM

MEREVOLUSI INDUSTRI

HOROLOGI LEWAT

SENI WATCHMAKING DISRUPTIF NAN

DISTINGTIF

serta keindahan motif anyam nan distingtif. Visual memanjakan mata dari movement juga dapat Anda nikmati dari bagian depan dan belakang case. Untuk memaksimalkan kenyamanan sang pemakai, jam tangan berdiameter 43 mm hadir dengan bracelet terintegrasi.

Kemutakhiran lain dari rilisan Hublot tahun ini yang tak boleh Anda lewatkan adalah MP-13

Tourbillon Bi-Axis Retrograde. Kompleksitas tourbillon yang dalam proses pembuatannya melibatkan kepiawaian teknis tingkat tinggi Hublot merupakan salah satu dari sedikit manufaktur yang memproduksi tourbillon aksis ganda sepenuhnya secara in-house disoroti secara maksimal oleh karya unik ini.

Pemandangan tanpa halangan terhadap gerakan tiga dimensi yang begitu puitis dari sang tourbillon dapat dinikmati melalui celah di bagian bawah bezel. Indeks dan jarum penunjuk jam dan menit pun hadir mengusung fungsi retrograde ganda di mana kedua jarum bergerak dari kiri ke kanan seperti pada dashboard mobil, sehingga keindahan tourbillon bebas dari distraksi.

Segala keunggulan tersebut dapat diraih oleh MP-13 Tourbillon Bi-Axis Retrograde berkat kinerja mumpuni dari Calibre HUB6200. Dengan power reserve hingga 96 jam atau setara empat hari dilengkapi indikator cadangan daya di dekat posisi jam 3-7, jam tangan titanium berdiameter 44 mm ini melengkapi mahakarya Hublot dalam koleksi MP singkatan dari masterpiece

Tentunya terdapat lebih banyak detail, tantangan, dan kemutakhiran dalam proses pengembangan dan produksi setiap jam tangan Hublot daripada apa yang kami jabarkan di atas—dan mungkin bila dijelaskan sepenuhnya, hanya insinyur saja yang dapat memahaminya. Fakta bahwa Hublot mengekspresikan craftsmanship secara lantang di setiap elemen jam tangan adalah sebuah apresiasi yang mengagumkan bagi para artisannya.

Meski begitu, tidak apa-apa juga bila masih ada yang lebih memilih jam tangan klasik tiga jarum dengan dial polos, temali kulit, dan movement mekanis sarat dekorasinya. Desain berani nan disruptif khas Hublot memang tidak untuk semua orang dan sebagian orang yang menginginkannya pun perlu berburu sebelum kehabisan edisi terbatasnya.

Konstruksi rumit nan memukau dari HUB6200 dengan power reserve hingga 96 jam

FANTASTIC FAIR

Kian akomodatif dan inovatif, Watches & Wonders resmi mengemban status sebagai acara pameran terbesar dan terpenting dalam kalender horologi dan perhiasan saat ini

Jumlah pengunjung Watches & Wonders 2023 naik hampir dua kali lipat dibandingkan penyelenggaraannya di tahun lalu. Sebanyak 43.000 orang dari 125 negara hadir di Jenewa untuk melihat secara langsung karya-karya terbaru dari puluhan brand horologi dan perhiasan tersohor dunia. Setidaknya terdapat tiga faktor yang melandasi pecahnya rekor pengunjung sepanjang masa—dalam sejarah acara Salon International de la Haute Horlogerie (SIHH) dengan rekor tertinggi sebanyak 23.000 pengunjung di tahun 2019 yang kemudian menjadi Watches & Wonders di tahun 2021—ini di edisi ke-3 dari pameran tahunan tersebut.

Pertama, Watches & Wonders 2023 menyambut kehadiran 12 brand baru—Alpina, Bell & Ross, Charriol, Frederique Constant, dan Hautlence adalah beberapa di antaranya—yang menjadikan jumlah partisipan tahun ini lebih banyak dengan total 48 brand. Kedua, peritel dan jurnalis dari berbagai penjuru Asia kembali hadir pasca absen tahun lalu karena peraturan kuncitara yang masih berlaku di beberapa negara. Ketiga, dua hari terakhir dari penyelenggaraan acara tahun ini terbuka bagi publik—untuk pertama kalinya—melalui pemberlakuan tiket masuk seharga Rp 1 juta-an di mana 12.000 akses terjual habis.

Tak dapat dipungkiri bahwa antusiasme luar biasa tersebut masih merupakan dampak dari pandemi. Seolah mengobati sebuah kerinduan berkepanjangan, Watches & Wonders menjadi pelipur lara bagi para pelaku industri dan penggemar horologi. Namun sesungguhnya, kesuksesan ini tidaklah mengejutkan. Tahun 2022 mencatat kenaikan ekspor tahunan jam tangan Swiss sebesar 11,4% yang mencapai ₣ 24,8 miliar (sekitar Rp 409 triliun). Selain itu, fakta bahwa 25% tiket Watches & Wonders 2023 dibeli oleh pengunjung berusia di bawah 25 tahun kian membuktikan bahwa minat dan permintaan terhadap horologi begitu meningkat dan meluas.

IDENTITY 32

IMMERSIVE EXPERIENCE

Keistimewaan jam tangan mewah sebagai instrumen waktu nan fungsional dan karya seni yang estetis dirayakan secara meriah oleh Watches & Wonders. Palexpo—sebuah pusat konvensi di Jenewa—mengakomodasi ribuan pertemuan antara para representatif brand, peritel, dan jurnalis di mana karyakarya horologi dan perhiasan teranyar dipresentasikan. Area seluas 66.000m2 tersebut dihiasi oleh fasad-fasad putih yang berpadu elegan dengan berbagai elemen bertona perunggu.

Di balik fasad-fasad serupa galeri seni tersebut terdapat ragam stan tematik yang mengusung dekorasi distingtif sesuai dengan identitas masing-masing brand maupun kampanye global atau produk mereka yang tengah menjadi sorotan. Melihat dan mencoba langsung produk jam tangan dan perhiasan terbaru—sebelum tersedia secara komersial—tentu saja merupakan sebuah pengalaman yang menakjubkan, namun menyelami semesta setiap brand lewat dekorasi stan yang sarat cerita menyuguhkan petualangan yang sungguh mengesankan.

Jaeger-LeCoultre menghadirkan air terjun dalam ruang yang disoroti oleh lampu proyektor setiap satu jam sekali untuk menunjukkan filosofi rasio emas di balik koleksi Reverso, sedangkan Van Cleef & Arpels menyuguhkan keindahan hutan penuh bunga dan kupu-kupu lewat instalasi ‘pepohonan’ yang terbuat dari kaca-kaca berwarna serupa permata. Bila Roger Dubuis membuat terkesima dengan robot yang dapat meracik cocktail, stan Hermès membanggakan instalasi kinetik nan puitis karya seniman Prancis, Clément Vieille. Ada pula pena raksasa di stan Montblanc yang melukis secara lambat

lanskap Gunung Blanc dengan hasil yang dapat dilihat setiap akhir hari pameran.

Segala kecanggihan dan kepuitisan tersebut menjadikan presentasi setiap produk kian bermakna. Ratusan jam tangan dan perhiasan yang kami lihat tak luput dari memori. Setiap brand memiliki daya pikat berbeda-beda, namun terdapat beberapa benang merah yang menyatukan penawaran-penawaran anyar di Watches & Wonders 2023. Lebih dari sekadar tren, kesamaan ini semacam telah menjelma menjadi norma-norma baru di dunia horologi.

Beberapa di antaranya adalah: temali jam yang dilengkapi oleh teknologi interchangeable sehingga mudah untuk digonta-ganti sesuai kebutuhan; ukuran case bervariasi dan cenderung lebih kecil untuk mengakomodasi pelanggan wanita dan pria berlengan ramping; dan dial ekspresif dengan pilihan warna, finis, dekorasi, serta desain yang semakin ‘nyeleneh’. Selain berupaya menggapai pelanggan berusia muda, para brand horologi nampaknya sudah tidak sekaku dulu. Ini adalah pertanda baik yang membuat industri ini semakin matang dalam menghadapi modernisasi dan berbagai krisisnya—seperti kehadiran kuarsa (1970-an) dan smartwatch (2010-an).

Sinyal positif juga dipancarkan para brand horologi melalui berbagai komitmen yang diembannya dalam hal berkelanjutan. Dari beberapa wawancara yang kami lakukan, para CEO menjabarkan ragam inisiatif yang telah diterapkan dalam perusahaan mereka untuk mengurangi jejak karbon. Mulai dari Zenith yang mengganti seluruh mobil kantornya dengan mobil elektrik, hingga Panerai yang telah menggunakan boks jam tangan bermaterialkan daur ulang bagi seluruh kemasan produknya.

IDENTITY
‘Hutan’ estetis di booth Van Cleef & Arpels
43
Booth Hermès dimeriahkan oleh instalasi kinetik nan puitis karya seniman Prancis, Clément Vieille Jaeger-LeCoultre mencuri perhatian dengan air terjun dalam ruang Nuansa industrial berteknologi canggih di booth Roger Dubuis

INTENSE ENTHUSIASM

Melalui sesi panel di ruang auditorium Palexpo, Chopard mengabarkan kelanjutan dari ‘Journey to Sustainability Luxury’—komitmennya sejak tahun

2013—dengan mengumumkan peningkatan kadar daur ulang hingga 80% dalam material eksklusifnya, Lucent SteelTM, pada seluruh jam tangan bajanya di akhir tahun 2023 ini. “Kredibilitas saya meningkat di mata anak saya dan teman-temannya,” canda Julia Roberts sebagai salah satu panelis sekaligus ambasador global Chopard mengenai kesadaran tinggi kaum Gen Z soal isu lingkungan.

IDENTITY 36
Julia Roberts menjadi salah satu panelis dalam sesi keynote “Journey to Sustainable Luxury” oleh Chopard Pameran fotografi bertajuk “What Time Is It?” oleh fotografer Karine Bauzin Area LAB memamerkan perkembangan teknologi terkini di dunia watchmaking

Tak hanya Julia Roberts, sejumlah selebritas dan atlet prominen turut hadir untuk mendukung para horologi dan perhiasan yang mendapuk mereka sebagai ambasador maupun friend-of-the-brand di Watches & Wonders 2023. Sebut saja: atlet tenis Swiss, Roger Federer (Rolex); mantan pesepak bola Inggris, David Beckham (Tudor); mantan pesepak bola Brazil, Ronaldinho (Rebellion); musisi Tiongkok, Lay Zhang (Hublot); pendaki gunung asal Nepal, Nimsdai Purja (Montblanc), atlet ski Tiongkok-Amerika, Eileen Gu (IWC); penyanyi dan penulis lagu Tiongkok, Cai Xukun (TAG Heuer); dan aktor Taiwan, Edward Chen (Piaget).

Di tengah keriuhan dan antusiasme atas segala hal yang terjadi, para jurnalis dapat mencerna dan memproses semua informasi yang didapatkannya di dua press lounge dengan interior serupa co-working space. Bagian tengah lorong-lorong Palexpo pun telah dilengkapi dengan banyak sofa dan kursi yang dapat digunakan oleh jurnalis maupun peritel untuk bekerja, menunggu janji temu selanjutnya, maupun menikmati kopi, camilan, hingga makanan berat yang tersedia. Bahkan, terdapat pula beberapa sudut yang dilengkapi soket-soket listrik bagi siapapun yang butuh mengisi daya gadget bawaannya.

Selain itu, terdapat beberapa kawasan khusus yang menjadikan pengalaman menyelami semesta semakin holistik. Sejumlah brand independen dapat ditemui di Carré des Horlogers dan La Place. Meski mengusung tata letak ringkas dengan stan per brand seukuran butik-butik di pusat perbelanjaan, karya-karya paling inovatif dan disruptif dapat ditemukan di kedua kawasan tersebut. Beralih ke lantai dua Palexpo, para pengunjung dapat menemukan area LAB yang menampilkan 12 pengembangan teknologi di ranah horologi dan sebuah area pameran foto bertajuk “What Time Is It?” karya Karine Bauzin.

Bagi para jurnalis dan peritel yang telah bertahun-tahun menghadiri pameran semacam ini mungkin bukanlah hal sulit untuk mengelilingi Palexpo dan meresapi berbagai keistimewaannya. Namun penyelenggara

Watches & Wonders paham betul bahwa lokasi yang luasnya hampir setara dengan Stadion Utama GBK ini bisa jadi membingungkan bagi sebagian publik. Oleh karena itu, Watches & Wonders menyediakan tur yang akan memandu publik menjelajahi 48 stan dan berbagai keseruan yang terdapat di rangkaian acara utama ini.

37
CEO TAG Heuer, Frédéric Arnault, bersama penyanyi dan penulis lagu Tiongkok, Cai Xukun Atlet tenis Swiss, Roger Federer, turut hadir untuk Rolex

INCLUSIVE JOURNEY

Menariknya, semua presentasi produk, sesi panel, dan video konferensi dari acara ini tersedia di situs Watches & Wonders bagi siapapun yang tidak dapat hadir langsung di Jenewa. Tahun 2023 mencatat 2.600 jurnalis mengikuti setiap program secara daring. Melalui akun Instagram resminya pun, sang pameran juga membagikan secara real-time berbagai sorotan dari hari ke hari. Terdapat 1,8 juta unggahan dengan #WatchesAndWonders yang memiliki lebih dari 600 juta di Instagram, sebuah rekor baru bagi sang pameran.

IDENTITY 38

Acara berskala internasional ini seketika membuat Jenewa, ibukota jam tangan mewah yang begitu tenteram, menjadi sangat sibuk dengan sekitar 35.000 pengunjung yang memenuhi berbagai penginapan untuk menghadiri Watches & Wonders. Bahkan tahun ini, untuk pertama kalinya, Watches & Wonders menghadirkan kemeriahan serupa acara utama di Palexpo di jantung kota Jenewa lewat program bertajuk ‘In The City’. Selama sepekan penuh, para penggemar horologi dapat turut serta dalam berbagai tur dengan pemandu ke objek-objek wisata khas Jenewa yang kaya akan histori kultural.

Selain itu, ragam butik dari brand yang berpartisipasi dalam acara Watches & Wonders memberikan akses kepada publik untuk menyingkap kreasi-kreasi berdesain istimewa dan berkomplikasi langka. Para penggemar horologi juga dapat mengikuti ‘Watchmaking Rally’ untuk menemukan huruf-huruf dari ‘Watches and Wonders’ lewat kode QR di ragam objek wisata dan butik, di mana 10 pemenang memperoleh tiket untuk menghadiri pameran utama di Palexpo secara gratis. Puncak dari program ‘In The City’ dimeriahkan oleh penampilan bermacammacam seniman, penari, dan musisi jalanan, serta ditutup oleh konser eklektik dari DJ The Avener di Quai Général Guisan.

Perhatian mendalam hingga detail-detail terkecil yang ditunjukkan oleh penyelenggara Watches & Wonders 2023 mengekspresikan profesionalisme yang selaras dengan para horologi dan perhiasan mewah lewat para brand horologi. Lebih dari sekadar fasilitator bagi para pelaku industri, Watches & Wonders turut melakoni peran sebagai edukator melalui ragam inovasi dan inklusivitasnya, Sebuah peran yang patut memperoleh apresiasi setinggi Oscars.

39

WONDERFUL WATCHES

Singkap ragam keajaiban desain, teknis, craftsmanship, dan material dari deretan jam tangan pilihan yang dirilis di Watches & Wonders 2023

IDENTITY 40
41

WINSOME WONDERS

Bagaimanapun, desain adalah daya tarik utama yang menimbulkan minat untuk mengetahui lebih lanjut seputar sebuah karya jam tangan. Di saat TAG Heuer dan Zenith meremajakan koleksi ikonisnya dengan estetika kontemporer, dial berwarna cerah yang mendominasi penawaran tahun lalu masih mempertahankan popularitasnya lewat palet warna ungu. Tona dingin lain turut muncul dalam spektrum warna lebih subtil, yaitu abu-abu dan opaline, yang seolah menjadi alternatif trendi dari warna hitam dan putih biasa sembari menyuguhkan elegansi serupa.

MONTBLANC 1858 ICED SEA AUTOMATIC DATE

Teknik spesial gratté-boisé mewujudkan

kedalaman motif gletser serupa aslinya

dengan warna abu-abu yang terinspirasi

oleh salah satu gletser terbesar, Mer de Glace, di Gunung Blanc.

BELL & ROSS BR 03-93

GMT BLUE

Estetika ‘Batman’ yang dicirikan dengan kombinasi warna biru-hitam

kini tampak lebih ‘muda’ dengan warna abu-abu yang tampak lebih serasi dengan stainless steel

TAG HEUER CARRERA CHRONOGRAPH

Sang ikon lahir kembali dengan dengan konstruksi kristal safir berkubah sebagai pelindung dial yang meningkatkan keterbacaan sekaligus memancarkan modernitas.

42
IDENTITY

TUDOR BLACK BAY GMT

Sebagai alternatif dari dial hitam yang begitu dicintai oleh para penggemar Tudor Black Bay, opaline dial baru ini tak kalah memikat bahkan menyuguhkan harmonisasi lebih baik dengan bezel ‘Pepsi’-nya.

ZENITH PILOT AUTOMATIC

ARNOLD & SON ULTRATHIN TOURBILLON GOLD

Kombinasi elegan dari opaline dial dengan case emas merah muda 18 karat yang disajikan bersama offcentre dial dan tourbillon hadirkan dress-watch tak biasa.

Di kala penawaran berbagai jam tangan pilot terlihat semakin serupa, Zenith membedakan diri dengan menerjemahkan elemenelemen dari pesawat lawas menjadi karya kontemporer.

PATEK PHILIPPE CALATRAVA REF. 4997/200R-001

Pesona warna ungu nan intens pada embossed dial berlapiskan pernis dan temali kulit lembu berfinis satin yang berpadu manis dengan rose gold case 35 mm.

CHOPARD HAPPY SPORT

Motif guilloché dan berlian berdansa menghadirkan nuansa disko nan dinamis pada bagian dial berpalet

‘Midnight Purple’ yang terlihat berubah warna dari sudut berbeda.

43

ROGER DUBUIS MONOVORTEX™

SPLIT-SECONDS CHRONOGRAPH

Mengusung konsep Hyper HorologyTM , jam ini memiliki kontrol penuh terhadap

dampak gravitasi terhadap akurasinya

berkat kehadiran tourbillon pada jam 9 dan

Turborotor Cylindrical Oscillating Weight pada jam 12. Kagumi juga presentasi

dramatis dari komplikasi Split-Seconds

Chronograph lewat 120° Rotating Minute

Counter nan inovatif pada jam 3.

WILD WONDERS

Kehadiran karya-karya di dua halaman inilah yang membuat industri jam tangan mewah tetap berkibar di tengah berbagai tantangan modernisasi. Meski skeleton mendominasi ragam konstruksi dial yang seakan menegaskan kemutakhiran performa sang jam, terdapat begitu banyak keajaiban teknis lainnya yang juga patut diapresiasi. Mulai dari pengoptimalan akurasi lewat tourbillon, presentasi baru dari fitur minute rattrapante, fungsi alarm dengan dentingan merdu, hingga piringan berputar sebagai penunjuk jam nan unik.

PATEK PHILIPPE GRANDMASTER

CHIME REF. 6300GR

Karya paling mutakhir dari Patek Philippe kini hadir dalam dwitona—emas putih dan merah muda—sembari membanggakan 20 komplikasi berbeda, termasuk dua teknologi berpaten pertama di dunia: sebuah alarm yang berbunyi sesuai waktu yang telah diprogram dan denting untuk menunjukkan tanggal sesuai permintaan pengguna.

IDENTITY 44

PARMIGIANI FLEURIER TONDA PF MINUTE RATTRAPANTE

Meski terlihat seperti dress watch pada umumnya, jam ini memiliki fungsi penghitung menit terpisah layaknya pada jam tangan selam.

Melalui dua tombol tekan pada sisi kiri case, pengguna dapat menghitung menit secara terpisah lewat jarum emas 18 karat yang tersembunyi di bawah jarum menit utama saat tidak sedang digunakan.

LOUIS MOINET IMPULSION TOURBILLON

Persahabatan dua watchmaker legendaris dikemas menjadi satu karya mutakhir dengan chronograph (pertama diciptakan oleh Louis Moinet) dan tourbillon (kreasi orisinal Abraham-Louis Breguet). Terdiri dari 301 komponen yang masing-masing dibuat ulang dari nol, movement jam ini mempersembahkan performa dan estetika luar biasa.

FERDINAND BERTHOUD CHRONOMÈTRE FB3 SPC

Obsesi sang brand dalam mengkreasikan penunjuk waktu sangat presisi kini direalisasikan lewat hairspring silindris yang tampak pada bagian kiri dial. Organ movement yang pertama kali digunakan oleh sang brand pada sebuah jam saku di abad ke-18 ini merupakan satu-satunya karya dengan hairspring silindris yang mengusung sertifikat COSC.

HAUTLENCE VAGABONDE X BLACK BADGER

Terinspirasi oleh permainan arkade lawas, dial jam ini menyoroti keistimewaan desain tiga dimensi yang dioptimalkan oleh material berpendar, Badgerite®, karya Black Badger. Kian spesial, karya ini memanfaatkan piringan berputar lengkap dengan beberapa ‘jendela’ di bagian tengah dial untuk menginformasikan jam sembari menunjuk pada lingkaran menit.

VAN CLEEF & ARPELS LUDO SECRET WATCH

Sebagai versi modern dari jam tangan rahasia yang dirilis sang brand pada tahun 1941, jam bermaterialkan emas merah muda 18 karat ini mengusung dua kelopak bunga bertaburkan safir merah muda yang bila dijepit secara bersamaan akan menyingkap sebuah mother-of-pearl dial

CARTIER JEWELLED TANK WATCH

Perpaduan warna favorit Jeanne Toussaint—Creative Director Cartier di tahun 1933—menginspirasi pilihan permata pada jam ini, yaitu ametis (ungu), chrysoprases (hijau), dan koral (merah). Kian mewah, jam tangan ini dihiasi oleh 776 potongan berlian.

PIAGET AURA HIGH JEWELLERY WATCH

Konstruksi emas putih 18 karat berfinis rodium menjadi ‘rumah’ bagi berlian dan safir biru yang menyelimuti seluruh bagiannya. Jam perhiasan yang dibuat lebih dari 260 jam ini ditenagai oleh movement mekanis ultra-tipis, Manufacture Piaget 430P, dengan power reserve hingga 43 jam.

WHIMSICAL WONDERS

Beberapa tahun belakangan, perhiasan ultra luks atau akrab dijuluki ‘High Jewellery’ memperoleh tempat spesial di kalangan pelanggan barang mewah hingga mencapai angka penjualan yang meroket di tengah gejolak pandemi—ya, Anda tidak salah baca. Maka tak heran bila kemasan dari penawaran jam tangan tahun ini hadir dalam rupa gelang maupun kalung serupa perhiasan. Menariknya, Watches & Wonders 2023 juga menyaksikan evolusi terkini dari berlian buatan laboratorium dari TAG Heuer dan ragam karya bertabur permata berharga yang mendemonstrasikan craftsmanship tingkat tinggi para artisannya.

IDENTITY
46

TAG HEUER PLASMA DIAMANT D’AVANT-GARDE

Seolah dial bertaburkan bubuk berlian— disebut polycrystalline—dengan 12 indeks jam bermaterialkan emas putih yang dihiasi berlian belum cukup menakjubkan, sang brand turut melengkapi bagian crown dan tengah dial—dalam bentuk perisai—dengan berlian merah muda. Bernilai total 4,8 karat, jam tangan ini menandai babak baru bagi masa depan berlian buatan laboratorium.

CHANEL MADEMOISELLE PRIVÉ LION SAUTOIR

Emas kuning 18 karat, oniks, pernis hitam, dan ratusan berlian menjadi formula kemewahan dari kalung istimewa ini. Di balik ukiran kepala singa terdapat jam tersembuyi yang ditenagai oleh quartz movement berpresisi tinggi.

JAEGER-LECOULTRE REVERSO SECRET NECKLACE

Rasio emas Reverso kembali terbukti keindahan proporsionalnya lewat interpretasi terbaru berupa kalung. Bracelet tekstil dari model lawas Reverso di era 1930-an mengilhami konstruksi mutiara oniks dan kepingan emas merah muda yang tampil memukau dengan taburan berlian.

47

PANERAI RADIOMIR ANNUAL CALENDAR PLATINUMTECHTM

PAM01432

Sunburst dial warna burgundi memancarkan kehangatan yang berpadu kontras dengan case bermaterialkan

Panerai PlatinumtechTM

diklaim lebih tangguh daripada platinum biasa.

IWC INGENIEUR AUTOMATIC 40

Ingenieur SL karya Gérald Genta dari tahun 1976 terlahir kembali dalam material titanium—45% lebih ringan daripada versi baja—dengan desain baru bagi crown dan pelindungnya.

WICKED WONDERS

Evolusi di dunia horologi tak melulu berfokus pada akurasi waktu yang semakin optimal, tetapi juga pada penggunaan material-material inovatif yang kian memaksimalkan ergonomi, ketahanan, estetika, hingga tanggung jawab terhadap lingkungan. Tahun ini, para penggemar horologi dapat mengeksplorasi hasil eksperimen terbaru sejumlah brand horologi dengan material serat karbon, safir, titanium, platinum, serta stainless steel daur ulang.

ZENITH DEFY REVIVAL SHADOW

Case oktagonal dengan bezel segi 14 dan bracelet serupa tangga—ciri khas jam Defy pertama rilisan 1969—tampil modis dalam material microblasted titanium pada versi modern ini.

IDENTITY

GRAND SEIKO MASTERPIECE COLLECTION SBZ009

Tekstur khas dari batang pohon betula putih—biasa ditemukan di kaki pegunungan Kita-Yatsugatake—diukir satu per satu pada case bermaterialkan Platinum 950.

HUBLOT BIG BANG INTEGRATED TOURBILLON FULL CARBON

Perpaduan karbon dan serat kaca

dengan lapisan aluminium tipis pada seluruh bagian jam ini menghasilkan

ketahanan sangat baik dan bobot super ringan, hanya 68 gram saja.

CHOPARD L.U.C 1860

Sebagai langkah lanjutan sang brand dalam komitmen ‘Journey to Sustainable Luxury’, semua jam tangan baja rilisannya tahun ini bermaterialkan Lucent SteelTM yang terbuat dari 80% baja daur ulang.

HERMÈS H08

Tak hanya ringan, komposit serat karbon menghadirkan estetika distingtif pada case dari jam tangan yang tersedia dalam pilihan warna kuning, hijau, biru, dan oranye ini.

ULYSSE NARDIN FREAK ONE

Iterasi terbaru dari jam tangan tanpa dial, jarum penunjuk, dan crown ini menggabungkan fitur-fitur terbaik dari para pendahulunya dengan temali yang terbuat dari 30% material daur ulang dari limbang produksi sang brand

49
50
Code 11 59 by Audemars Piguet Starwheel Ref. 15212NB.OO.A002KB.01

POETIC MOTION

Audemars Piguet remajakan komplikasi wandering hours nan puitis menjadi kreasi modern nan futuristis

Komplikasi horologi tidak melulu berkaitan dengan fungsi tool watch atau optimalisasi tingkat presisi. Jauh sebelum jam tangan mampu menghitung waktu berjalan hingga sepersekian detik maupun memiliki akurasi baik yang tidak terpengaruh oleh gravitasi, terdapat permasalahan klasik yang menuntut para watchmaker untuk memutar otak dan mencari solusinya.

Pada abad ke-17 di mana lampu belum ditemukan, jam tangan berdenting menjadi jawaban atas kesulitan membaca waktu di malam hari. Saat material berpendar sudah melengkapi indeks jam yang membuatnya terbaca dalam keadaan minim cahaya, muncul permasalahan lain yang dikemukakan oleh Paus Aleksander VII. Sebagai penderita insomnia, beliau sensitif terhadap suara tik-tik-tik dari pergerakan jarum yang membuat istirahatnya terganggu.

Untuk mengatasi kegelisahannya, Paus Aleksander VII memesan sebuah jam tangan khusus malam hari yang tidak berisik dan dapat dilihat walaupun gelap kepada Campani bersaudara clockmaker basis Roma. Kemudian lahirlah jam berkomplikasi wandering hours pertama di dunia yang memanfaatkan putaran cakram-cakram kecil sebagai pengganti jarum untuk menunjuk atau memperlihatkan waktu lewat jendela berbentuk setengah lingkaran. Berpenampilan unik nan puitis, wandering hours begitu digemari oleh kaum elite pada masanya.

REVAMPED RENEWAL

Pada tahun 1991, Audemars Piguet memecahkan misteri di balik mekanisme wandering hours lewat perilisan “Star Wheel” Ref. 25720 setelah proses pengembangan selama 18 bulan. Jam tangan ini menandai kali pertama komplikasi tersebut dipresentasikan tanpa jendela, sehingga kinerja tiga cakram—bermaterialkan safir transparan yang semakin memaksimalkan pemandangan leluasa—dapat dinikmati oleh penggunanya. Sang manufaktur kemudian merilis sekitar 30 model “Star Wheel” dalam kurun tahun 1991 - 2003.

Kini, sang manufaktur menghidupkan kembali komplikasi klasik tersebut dalam kemasan ultra modern. Bernama Code 11.59 by Audemars Piguet Starwheel, jam anyar ini membanggakan wandering hours yang tampil begitu puitis layaknya tata surya dengan cakram serupa planet dengan latar aventurine biru berkilauan. Perpaduan material dan finishing buatan tangan yang berkualitas tinggi menjadikan jam ini semakin estetis.

Emas putih 18 karat pada bezel, lugs, dan caseback bersanding apik dengan keramik hitam pada middle case dan crown. Kekayaan dimensi pada bagian dial—terdiri dari pelat aventurine, tiga cakram yang terbuat dari aluminium dengan PVD hitam dan finis opaline sandblast, jarum emas putih 18 karat, dan inner bezel cekung warna hitam—diwujudkan oleh dua kristal safir bersiluet kubah yang melindunginya. Pantulan cahaya maksimal khas Audemars Piguet kembali tercapai berkat kombinasi finis polished pada bagian tumpul dan satin pada permukaan datar yang mendemonstrasikan craftsmanship andal para artisannya.

Calibre 4310 yang menenagainya merupakan penyempurnaan dari Calibre 4309 dengan tambahan sebuah modul baru untuk mendukung komplikasi wandering hours Movement yang mengusung power reserve hingga 70 jam dan anti-air hingga kedalaman 30 meter ini memiliki rotor sentral yang menopang kinerja tiga cakram pada dial. Ketiga cakram tersebut dilengkapi oleh digit-digit jam yang berputar secara bergantian sembari menunjuk pada busur menit yang berlokasi di bagian atas dial

Keberagaman unsur geometris dan material yang memperkaya desain Code 11.59 by Audemars Piguet Starwheel dipertegas oleh performa prima Calibre 4310 yang menghidupkan kembali komplikasi wandering hours. Lebih dari sekadar sebuah interpretasi modern dari karya lawas nan ikonis, jam tangan anyar tersebut menjadi ilustrasi terkini atas kebangkitan mahakarya teknis yang mampu menggugah romansa.

51

NEUTRAL TERRITORY

Dengan ukuran baru, Tissot

Seastar 1000 hadir sebagai pilihan

serbaguna bagi penganut

gaya hidup dinamis

Jam tangan selam merupakan salah satu pilar produk terpopuler dalam jagad horologi. Tak hanya menarik minat para penyelam profesional dengan berbagai fungsinya, jam tangan selam juga dicintai oleh mereka yang menyukai desain sporty Case berukuran besar, indeks jam berbentuk geometris yang dilapisi cairan berpendar, bezel bernomor yang dapat diputar, serta crown yang dilengkapi oleh pelindung menjadi estetika khas yang kemudian menyempurnakan gaya kasual para penggemar horologi.

Bila sebelumnya penawaran jam tangan selam seolah berfokus pada pelanggan pria dengan diameter case cenderung besar, kini pilihan yang ramah bagi pergelangan tangan wanita—atau pria dengan pergelangan tangan ramping—kian bermunculan. Salah satu brand horologi basis Swiss yang turut menyuguhkan jam tangan selam bergender netral ialah Tissot lewat koleksi Seastar nan rupawannya.

Rekam jejak Seastar dapat ditelusuri hingga ke tahun 1954 di mana nama tersebut pertama kali digunakan sebagai ukiran pada bagian caseback sejumlah dress watch Tissot yang menandakan bahwa jam tersebut dilengkapi oleh teknologi anti-kelembapan dan debu.

Dengan nama yang begitu lekat dengan air, Seastar secara natural berevolusi menjadi jam tangan selam dengan desain sporty yang khas dan performa prima.

A NEW DIMENSION

Dari tahun ke tahun, Seastar hadir dalam

berbagai rupa dengan penggemar setia yang hingga kini masih meramaikan pasar jam tangan lawas. Brand yang telah berdiri sejak

tahun 1853 ini kemudian menyuguhkan

Seastar 1000 sebagai versi modern dengan

estetika sporty yang kental. Sesuai namanya, koleksi ini membanggakan ketahanan air

hingga kedalaman 1.000 kaki—setara dengan 300 meter—berkat crown yang terkunci rapat terhadap case

Pada kuartal pertama di tahun 2023, Tissot menambah portofolio Seastar 1000 dengan stainless steel case berdiameter 40 mm sebagai jembatan bagi model 36 mm (2022) dan 45,5 mm (2021) yang telah dirilis sebelumnya. Tak hanya bergender netral, diameter baru ini merupakan ukuran yang cukup universal untuk berbagai pergelangan tangan tanpa

terlihat terlalu mini maupun maksi. Tissot Seastar 1000 Quartz 40 mm hadir dalam tiga kombinasi warna, yaitu hitam-putih, biru-putih, dan hitamemas. Sesuai hakikatnya sebagai jam tangan selam, desain model-model anyar ini mendukung fungsinya. Keterbacaan adalah hal penting bagi jam tangan selam yang kemudian diwujudkan lewat dial pernis dengan indeks dan jarum-jarum penunjuk berlapiskan SuperLuminova®, serta bezel berotasi satu arah yang terbuat dari mineral berwarna dengan kilauan serupa keramik.

FLEXIBLE HOURS

Kepraktisan turut menjadi poin istimewa dari Tissot Seastar 1000 Quartz 40 mm. Lewat kehadiran sistem quick-release, pengguna dapat dengan mudah mengganti stainless steel bracelet tiga keping dengan temali karet untuk penampilan yang berbeda. Fleksibilitas lain diwujudkan melalui penggunaan mesin quartz sebagai sumber tenaga dari performa andalnya.

Presisi dan reliabel, calibre 11 1/2’” merupakan quartz movement buatan Swiss yang bertanggung jawab atas fungsi penunjuk waktu dan tanggal pada Tissot Seastar 1000 Quartz 40 mm. Selain tidak perlu winding secara berkala, jam tangan ini semakin praktis berkat kehadiran teknologi EOL. Singkatan dari ‘End-of-Life’ tersebut bertugas sebagai indikator yang mengingatkan pengguna saat mendekati waktu penggantian baterai.

Melalui Tissot Seastar 1000 Quartz 40 mm, Tissot menyoroti warisan ratusan tahun leluhurnya dalam menyuguhkan jam tangan berkualitas khas Swiss sembari memenuhi kebutuhan kaum urban dengan estetika modern dan fungsi yang serbaguna. Ditawarkan dalam spektrum harga terjangkau yang meningkatkan proposisi nilainya, jam tangan anyar ini menyelam semakin dalam ke lubuk hati para penggemar horologi bergaya sporty

IDENTITY 54

KUALITAS DAN

FLEKSIBILITAS KHAS

TISSOT HADIR DALAM

SEASTAR 1000 QUARTZ

40 MM LEWAT DESAIN

MENAWAN, PERFORMA

MUMPUNI, DAN

PENAWARAN HARGA MENARIK

55
CEO Bulgari, Jean-Christophe Babin

THE NEXT STAGE

Octo Roma mengambil alih panggung horologi Bulgari lewat sembilan model anyar nan fenomenal

Bulgari dan horologi adalah kawan lama. Dengan karya jam tangan pertama pada tahun 1920-an, sang maison memiliki keahlian yang lebih dari mumpuni dalam mengkreasikan penunjuk waktu berkualitas tinggi khas Swiss dengan estetika glamor nan elegan khas Italia. Meski begitu, Bulgari tak berhenti berinovasi dan hal ini dibuktikan pada tahun 2014 yang menyaksikan tonggak pencapaian signifikan dalam penawaran horologinya. Lewat perilisan Octo Finissimo Tourbillon Manual, Bulgari memecahkan rekor sebagai jam tangan hand-wound flying tourbillon paling tipis di dunia dengan ketebalan hanya 1,95 mm saja.

Dalam kurun tahun 2014 - 2022, terdapat delapan rekor dunia yang telah dicapai oleh Bulgari. Maka tak heran bila rutinitas ini kemudian menjadi sesuatu yang dinantikan oleh para penggemar horologi dari tahun ke tahun, termasuk kami. Saat menerima undangan dari Bulgari untuk menghadiri perilisan novelty terbaru mereka di Jenewa—pada pekan yang sama dengan penyelenggaraan Watches & Wonders, kami begitu bersemangat untuk menyaksikan secara langsung (lagi) pengumuman rekor dunia terbaru yang akan diraihnya.

Hotel President Wilson dengan pemandangan Danau Jenewa yang indah dan kehadiran sosok-sosok tersohor, seperti aktor dan sutradara Italia, Alessandro Gassmann, dan aktor Inggris, Lucien Laviscount, merupakan formula yang sempurna untuk merayakan rekor dunia ke-9. Namun Jean-Christope Babin, CEO Bulgari, rupanya memiliki rencana lain. Pada malam meriah itu, koleksi Octo Roma mengambil alih panggung untuk menyoroti serangkaian wajah barunya nan rupawan yang membuat para audiens seketika lupa dengan rekor dunia.

57

Sebagai pembaruan dari Octo Roma yang pertama dirilis pada tahun 2017, penawaran jam tangan

otomatis kini mengusung motif Clou de Paris pada dial dalam pilihan warna biru, abu-abu, dan putih. Untuk pertama kalinya, Octo Roma hadir dengan dua model chronograph dalam warna biru atau hitam yang mengombinasikan motif Clou de Paris pada latar dial dengan lingkar penghitung berfinis sunburst. Kelima model tersebut dilengkapi oleh tombol tekan pada bagian caseback yang memudahkan pengguna untuk mengganti temali.

Bila Octo Roma Automatic dan Chronograph tampil begitu memikat sebagai jam tangan sehari-hari, empat model tourbillon berikutnya menunjukkan daya tarik istimewa yang

mengingatkan kita pada kematangan sang maison dalam hal teknis. Ialah Octo Roma Striking

Papillon Tourbillon dengan presentasi waktu nan unik, Octo Roma Striking Tourbillon Sapphire dengan skeleton movement yang diatur lewat

crown distingtif berupa tombol tekan, Octo Roma

Precious Naturalia dengan kombinasi mewah dari permata mata harimau dan rose gold, serta Octo

Roma Precious Tourbillon Lumiere yang dihiasi oleh lebih dari 315 berlian dan 9 rubi.

Tak lagi memerlukan rekor dunia untuk membuktikan kapasitas dan kualitas kreasinya, Bulgari kini memasuki babak baru dalam portofolio jam tangannya. Lewat dimensi case yang lebih leluasa dari Octo Roma, kemutakhiran superior yang akan ditawarkan oleh Bulgari di masa akan datang semacam menjadi ekspektasi lumrah. Sementara waktu, silakan pelajari lebih dalam mengenai Octo Roma berdasarkan penuturan Jean-Christophe secara eksklusif kepada CROWN Indonesia berikut ini.

Hari ini Bulgari berada di Jenewa bersamaan dengan penyelenggaraan Watches & Wonders 2023. Apa pendapat Anda mengenai pameran jam tangan dan bagaimana pendekatan Bulgari dalam hal ini?

Dalam mempresentasikan jam tangan, Bulgari telah menyelenggarakan acaranya sendiri selama beberapa tahun belakangan bernama LVMH Watch

Week, bahkan sebelum Watches & Wonders

ada. Bersama tiga jam tangan lainnya di bawah

naungan LVMH, kami berkumpul satu tahun sekali untuk mempresentasikan koleksi baru di awal

tahun. Namun, mungkin saja di masa yang akan datang acara ini diadakan dua kali atau lebih dalam setahun, mengingat kesuksesan penjualan yang kami raih pada setiap penyelenggaraannya.

Hari ini, kami mengadakan Bulgari Wonders (tertawa) di President Wilson saat Watches & Wonders tengah berlangsung di sisi lain Jenewa. Mungkin saja nantinya akan ada LVMH Wonders (tertawa). Kita harus dramatis, tangkas, dan selalu mengupayakan yang terbaik bagi bisnis dan jam tangan kami. Tentu saja dengan membanggakan keahlian yang kami miliki tanpa mengikuti apa yang dilakukan kompetitor karena mereka juga memiliki keunggulannya tersendiri.

Tahun lalu Bulgari merayakan 10 tahun koleksi Octo, bagaimana Anda memaknai tonggak pencapaian ini?

Usia 10 tahun Octo dirayakan dengan begitu meriah karena dalam kurun tahun tersebut— berkat inovasi dan keberanian—kami berhasil mencapai sesuatu yang belum pernah terjadi di industri jam tangan. Memperoleh status ikon hanya dalam waktu 10 tahun adalah sesuatu yang unik. Terdapat beberapa alasan mengapa Octo begitu sukses.

Pertama, terdapat inovasi berkelanjutan di mana kami merilis satu demi satu jam tangan yang memberikan penghormatan terhadap elegansi maskulin sesungguhnya lewat kemasan sangat tipis. Meskipun terdapat banyak movement berbeda—mulai dari minute repeater, tourbillon, hingga chronograph, destinasi yang ingin dicapai sangat jelas, yaitu memecahkan rekor jam tangan tertipis di dunia dengan desain yang elegan.

Kedua, koleksi ini memiliki identitas desain yang distingtif dengan memanfaatkan material titanium pada kebanyakan iterasinya. Material tersebut menghadirkan penampilan unik yang melengkapi daya pikat dari konstruksi tipisnya. Hal ini berkontribusi besar dalam mengakselerasi popularitas Octo. Ketiga, selain rekor dunia, kami juga memperoleh lebih dari 16 penghargaan watchmaking kelas internasional. Octo merupakan jam tangan dengan penghargaan terbanyak dalam sejarah. Fakta ini menjadi perbincangan di manamana berkat rekan media, hingga Octo berhasil mencapai status ikon.

Tahun ini, dalam misi memperkuat sang ikon dan menggapai publik yang lebih luas, kami memikirkan dan mendesain ulang koleksi Roma sebagai pilar kedua bagi koleksi Octo. Pilar pertama adalah Finissimo yang mengedepankan elegansi dan ketipisan, namun harga produksi yang tinggi dari material titanium membuat jam ini lebih diapresiasi oleh para penggemar

IDENTITY 58
Lucien Laviscount mengenakan jam tangan Octo Roma Automatic terbaru Octo Roma Automatic terbaru tampil memesona dengan dial bermotif Clou de Paris Baik pada model automatic maupun chronograph, kedua temalinya dilengkapi oleh tombol tekan yang memudahkan penggantian bracelet, temali karet, atau kulit Konstruksi unik pada Octo Roma Striking Tourbillon Sapphire dengan crown berupa tombol tekan layaknya pada chronograph Octo Roma Striking Papillon Tourbillon dengan jendela jam di atas dial dan semilingkar menit yang ditunjuk oleh dua jarum secara bergantian KIRI KE KANAN: Octo Roma Precious Tourbillon Lumiere dan Precious Naturalia dan menjadi pilihan dress watch ekstra mewah dari koleksi ini

horologi kawakan. Tentunya bukan sebuah jam tangan yang Anda beli untuk pertama kalinya sebagai pemula dengan harga mulai dari €15.000 (sekitar Rp240 juta-an).

Kami ingin menambahkan pilar kedua yang diharapkan tak hanya menjadi jam tangan seharihari—karena Finissimo juga merupakan jam tangan sehari-hari—tetapi dapat menjadi jam tangan pertama Anda dari dunia watchmaking mewah. Karena Roma bermaterialkan stainless steel, jam tangan ini berada di ‘pusat’ pasar, belum lagi tahun ini kami hadirkan model dengan chronograph— komplikasi yang begitu digemari banyak orang.

Kedua movement diproduksi sendiri oleh Bulgari. Kami telah memiliki chronograph untuk Finissimo dan kini kami juga menyajikan chronograph calibre buatan kami sendiri yang didesain khusus untuk Octo Roma. Saat ini kami tengah mengganti movement ETA yang dulu menenagai koleksi Bulgari Aluminium dengan chronograph calibre milik kami sendiri, sehingga semua jam tangan pria Bulgari kini disempurnakan oleh inhouse movement

Bagaimana proses pengembangan koleksi Octo Roma?

Pertama-tama kami mengembangkan dimensi yang cocok untuk sehari-hari agar ia menjadi jam tangan yang nyaman dan serbaguna dengan sistem penggantian temali yang cerdas. Anda tidak akan menemukan sistem semudah, seaman, dan setangguh ini, benar-benar sangat playful. Saat pertama kali membeli Octo Roma, Anda akan memperoleh steel bracelet dan karet. Kemudian, Anda dapat menambah koleksi temali karet dalam warna lain maupun temali aligator yang tersedia dalam berbagai warna, sehingga Anda dapat berganti-ganti gaya hanya dengan satu jam saja.

Ini menandai kali pertama kami menghadirkan fitur tersebut pada jam tangan pria. Kami ingin menambahkan sesuatu yang dapat menyediakan pilihan lebih banyak, namun tidak membingungkan. Oleh karena itu, kami sangat menyukai sistem temali yang dapat digonta-ganti ini karena Anda dapat memiliki hingga 50 variasi dengan pilihan temali yang kami tawarkan.

Bagi yang belum familiar, apa saja yang membedakan Octo Finissimo dengan Octo Roma?

Saat melihat koleksi Roma, Anda akan mengenalinya sebagai Octo namun di waktu

yang sama Anda akan melihatnya sebagai jam tangan bundar karena bentuk bezel-nya. Kami juga membuat beberapa perbedaan detail jika dibandingkan dengan Finissimo. Pada Roma, ada akan menemukan lebih sedikit sudut dan permukaan lingkar case bagian bawah yang lebih halus. Bila chronograph pada Finissimo dilengkapi oleh tombol tekan geometris, Roma mengusung tombol tekan berbentuk semisirkular. Jadi kata kunci bagi Roma adalah desain lebih bundar tanpa kompromi terhadap spirit Octo.

Selain chronograph, hari ini Bulgari juga merilis beberapa model tourbillon dari koleksi Octo Roma. Apa saja yang patut menjadi sorotan?

Sesungguhnya gagasan di balik Octo Roma ialah untuk menyuguhkan komplikasi tingkat tinggi yang biasanya terdiri dari 500-900 komponen tidak muat dalam case tipis Finissimo. Meskipun Bulgari pernah memperkenalkan model minute repeater dan perpetual calendar (termasuk kategori komplikasi tingkat tinggi) pada koleksi Finissimo, terdapat kebutuhan nyata terhadap ruang lebih besar untuk memaksimalkan kesempurnaan sebuah komplikasi tingkat tinggi. Oleh karena itu kami memutuskan untuk memindahkan semua komplikasi tingkat tinggi kami ke case yang lebih besar melalui koleksi Octo Roma.

Keindahan dari koleksi Octo Roma terletak pada rentang penawaran harganya, mulai dari €7.900 (sekitar Rp128 juta-an) untuk model reguler, hingga €1 juta (sekitar Rp16 miliar-an), tergantung kompleksitas komplikasinya. Octo Roma Striking Tourbillon Sapphire adalah salah satu favorit saya, sebuah jam tangan modern yang sangat unik. Octo Roma Striking Papillon Tourbillon juga sangat menarik karena tak banyak brand yang menampilkan tourbillon di bagian tengah dial dan ini menjadi ekspresi dari keahlian istimewa Bulgari dalam komplikasi tingkat tinggi.

Dengan ini, Anda mendapat perspektif menyeluruh betapa serbagunanya koleksi Octo Roma dengan penawarannya yang memikat pemula hingga klien level tinggi. Oleh karena itu, kami tengah dalam proses memindahkan berbagai komplikasi dalam portofolio kami ke case Octo. Dulu publik menganggap janggal jam tangan berkomplikasi tinggi karya kami yang dikemas dalam case berbentuk tradisional. Karena bagi mereka, Bulgari adalah Octo dan Octo adalah Bulgari. Angka penjualan kami pun meningkat berkali-kali lipat berkat penyesuaian ini.

61
CEO Breguet, Lionel a Marca

QUIET CONUNDRUM

Mengiringi langkah Lionel a Marca dalam menghembuskan napas segar bagi brand berusia 248 tahun: Breguet

Arinta Wirasto

Seiring merajalelanya istilah quiet luxury atau kemewahan dalam kesederhanaan di dunia mode, para fashion brand tampak merangkul kembali kode desain minimalis nan bersahaja. Di dunia horologi, desain klasik yang sarat akan kemewahan merupakan identitas yang dipegang teguh oleh sejumlah brand. Salah satu yang paling konsisten adalah Breguet dengan ragam karya dress watch sejak 248 tahun lalu. Bahkan ketika suatu model menyuguhkan beberapa komplikasi sekaligus yang biasanya membuat dial terlihat ‘sibuk’, Breguet tetap mempertahankan elegansinya dengan desain simpel namun kaya akan detail.

Bukan hanya menyandang status sebagai salah satu pionir di dunia horologi dan kreator orisinal di balik komplikasi tourbillon, Breguet senantiasa berinovasi dan menghasilkan ragam terobosan berpaten. Mulai dari guilloché dial, peredam guncangan pare-chute, hingga desain jarum dan numeral elegan yang dikenal luas dengan nama Breguet. Di balik berbagai pencapaian tersebut, terdapat kepemimpinan inspiratif yang menempatkan sang manufaktur pada posisi prestisiusnya kini.

Ialah Abraham-Louis Breguet selaku inventor dan pendiri; Nicolas Hayek, co-founder Swatch Group yang mengakuisisi Breguet dan melanjutkan legasi sang brand; President dan mantan CEO Breguet, Mark A. Hayek; serta Lionel a Marca, pewaris tahta dan CEO Breguet sejak tahun 2021. Dengan pengalaman mumpuni dalam industri horologi, Lionel siap membawa Breguet ke arah yang lebih dinamis selagi mempertahankan autentisitasnya.

Kepada CROWN Indonesia, Lionel berbagi dua tahun pertamanya bersama sang brand

63

Apa yang membuat membuat Anda tertarik untuk bergabung dengan Breguet?

Ketika diberi tahu mengenai posisi ini oleh keluarga Hayek, saya benar-benar ingin memahami Breguet terlebih dahulu. Tentu saja saya mengetahui tentang riwayatnya, namun belum secara mendalam. Ketika mempelajarinya, saya menemukan fakta-fakta menakjubkan tentang Abraham-Louis Breguet. Bukan hanya seorang jenius, ia merupakan seorang teknisi dan desainer yang memiliki visi avant-garde sehingga sukses menjadi pelopor pembuatan jam tangan modern. Merupakan sebuah kebanggaan untuk bergabung dengan brand berkualitas tinggi seperti Breguet dan meneruskan riwayat yang telah tertulis sejak 248 tahun silam.

Bagaimana Anda menerjemahkan pengalaman terdahulu menjadi visi baru untuk Breguet?

Gagasan saya adalah mengabadikan peninggalan Abraham-Louis Breguet dan membangun masa depan pembuatan jam tangan. Ia berjasa besar dalam menciptakan kreasi distingtif nan elegan dengan komplikasi ramah pengguna sekaligus fungsional. Saya ingin mengikuti rekam jejaknya dan memperkuat identitas setiap koleksi Breguet dengan menginjeksikan sesuatu yang berbeda, namun tetap koheren dengan sejarah sang brand.

Selama dua tahun menjabat sebagai CEO Breguet, apa saja perubahan yang telah Anda terapkan?

Kami baru saja merilis koleksi Type XX yang begitu ikonis. Ciri khas model ini terletak pada impresi

IDENTITY 64
Breguet Type 20 Chronographe 2057 dengan bezel bergalur yang dapat diputar ke dua arah dan numeral hijau berpendar
“GAGASAN SAYA ADALAH MENGABADIKAN PENINGGALAN ABRAHAM-LOUIS BREGUET DAN MEMBANGUN MASA DEPAN PEMBUATAN JAM TANGAN.”

lawasnya. Sedangkan untuk sejumlah koleksi lainnya, saya hanya ingin melakukan perubahan berskala kecil, alih-alih secara signifikan. Modifikasi ini mencakup tambahan komplikasi baru dan perombakan estetika. Menurut saya, Anda tidak perlu berubah semata-mata karena ingin melakukan perubahan. Strategi ini tidak berfaedah dan sering kali berujung pada hilangnya identitas suatu brand.

Adakah tantangan signifikan yang Anda hadapi sejak mengepalai Breguet?

Tantangan pertama saya adalah mengintegrasikan proses produksi untuk mengoptimalkan kapabilitas operasional kami. Ini bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Ketika baru saja bergabung, seluruh tim hanya bekerja mengikuti arus dan masih terlihat ragu untuk berinisiatif. Kini hambatan tersebut telah berhasil kami atasi, namun masih banyak hal-hal lain yang harus dimaksimalkan agar seluruh aspek dapat berjalan secara mulus.

Bagaimanakah proses kreatif dan teknis di balik jam tangan Breguet?

Kami senantiasa berinvestasi di departemen Riset & Pengembangan untuk menentukan terobosan inovatif selanjutnya. Tentunya, ide orisinal membutuhkan uji coba secara imersif dan prosesnya tidak selalu mulus. Sebagai contoh, tahun lalu kami merilis Marine Hora Mundi. Pengembangan bagian dial dilakukan dengan mengaplikasikan efek tiga dimensi secara berlapis. Proses ini memakan waktu beberapa tahun hingga mencapai formula yang tepat. Sementara, proses materialisasi akan memakan waktu sekitar 3-7 tahun lamanya, tergantung dari besar atau kecilnya skala suatu konsep. Saya juga berdiskusi dengan para ahli secara reguler untuk meninjau perkembangannya.

Adakah miskonsepsi tentang Breguet yang ingin Anda sanggah?

Anggapan bahwa kebanyakan pelanggan Breguet adalah keluarga borjuis, sudah berumur, dan bergaya

65
Calibre 7281 yang menenagai Breguet Type 20 Chronographe 2057 dengan cadangan daya hingga 60 jam

“MERUPAKAN SEBUAH KEBANGGAN UNTUK

BERGABUNG DENGAN BRAND SEPERTI BREGUET

DAN MENERUSKAN RIWAYAT YANG TELAH

TERTULIS SEJAK 248 TAHUN SILAM.”

konservatif. Ketika sedang berpelesir keliling dunia, saya terkejut mengetahui betapa mudanya pelanggan Breguet. Kaum muda di Eropa memiliki keterbatasan daya beli dibandingkan dengan kaum muda di Asia. Jika dikaitkan dengan gaya berpakaian—terutama koleksi Tradition— desainnya sangat kontemporer dan sesuai untuk audiens berusia muda.

Dengan ketatnya persaingan di industri jam tangan mewah, apakah upaya Anda untuk mempertahankan elemen kejutan pada karya Breguet?

Menurut saya, rahasia kesuksesan terletak pada konsistensi. Breguet bukanlah sebuah brand mencolok yang meraup sukses lewat publisitas. Hal tersebut bukanlah visi kami dalam pembuatan jam tangan. Atribut Breguet terletak pada penawaran berkualitas yang dibuat sepenuhnya menggunakan tangan sebagai penghormatan terhadap para artisan. Kami hanya akan merilis sebuah jam setelah proses pengujian ketat untuk memenuhi persyaratan kami.

Breguet adalah simbol keunggulan sesungguhnya. Sejak mengemban peran sebagai CEO, banyak pelanggan yang menghampiri saya secara personal untuk menyampaikan rasa bangga mereka saat mengenakan brand dengan kemampuan teknis tingkat tinggi seperti Breguet. Untuk menjawab pertanyaan Anda, Breguet terus-menerus memberi kejutan karena kami adalah satu di antara

segelintir manufaktur yang diuntungkan oleh tingginya permintaan terhadap in-house craftsmanship yang selama ini kami budidayakan melalui pelatihan bagi para spesialis. Lokakarya engine-turning kami adalah yang terbesar di industri horologi. Seluruhnya adalah hal yang begitu kami banggakan.

Kira-kira, apakah yang dicari pelanggan saat ini dalam hal craftsmanship dan desain? Pelanggan kini mencari jam tangan andal yang diproduksi oleh manufaktur berkompetensi tinggi, mudah digunakan, dan berdesain autentik. Sebagai contoh, salah satu model dalam koleksi Tradition milik Breguet memberi akses kepada sang pengguna untuk mengagumi mekanisme memesona di dalamnya melalui bagian dial. Koleksi ini diproduksi tanpa margin kesalahan lantaran seluruh komponennya yang kasatmata, sehingga kerusakan apapun akan kentara secara instan.

Tahun ini, jam tangan Breguet mana kah yang menjadi sorotan utama?

Perilisan kembali dari koleksi ikonis, Type XX. Movement jam tangan ini membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk dikembangkan yang menjadikannya rilisan terbesar kami tahun ini. Di samping itu, terdapat ekspansi dari sejumlah model lain—khususnya dalam kategori wanita—yang akan dirilis sebelum musim liburan. 2023 adalah tahun yang begitu kaya akan keberagaman bagi Breguet dengan berbagai penawaran baru dalam macammacam koleksi.

IDENTITY
66
Breguet Type XX Chronographe 2067 berdiameter 42 mm dengan flyback chronograph
68
CEO Norqain, Ben Küffer

FRESH CONCEPTION

CEO Norqain Ben Küffer menuturkan

kisah menyeluruh tentang konsepsi

Norqain dan kuatnya nilai-nilai yang

diemban oleh sang brand

Arinta Wirasto

Dalam kurun waktu lima tahun sejak pendiriannya, Norqain telah tersedia di 179 titik penjualan di 27 negara. Ialah Ben Küffer, sosok di balik beragam pencapaian pesat yang diraih Norqain. Keberhasilan ini tak lepas dari prinsip yang dijunjung tinggi olehnya, serta ambisi untuk memodernisasi dunia horologi. Mendirikan Norqain ketika berusia 29 tahun, Ben bersama tim dengan rerata usia 35 tahun berkomitmen dalam melingkarkan karya jam tangan mekanis buatan Swiss dengan harga yang terjangkau di pergelangan tangan para individu muda dan berjiwa muda lainnya.

Substansi Norqain terletak pada nilai kekeluargaan nan kental dengan level independensi yang kuat. Sebagai perusahaan keluarga, langkah Ben didukung oleh keterlibatan sang ayah

Marc Küffer sebagai Chairman of The Board, sang saudari

Caroline Küffer selaku Direktur Pemasaran, dan saudara

lelakinya Tobias Küffer yang menjabat sebagai Direktur Penjualan. Selain itu, Ben turut berkiblat pada inklusivitas dan strategi taktis yang meliputi wawasan cemerlang dari sejumlah nama tersohor di balik Norqain. Mulai dari Ted Schneider (mantan CEO dan pemegang saham Breitling), Mark Streit (atlet hoki es asal Swiss), dan tentunya sang legenda JeanClaude Biver. Kepada CROWN Indonesia, Ben berbagi cerita tentang menjalani hidup sesuai intuisi dan aspirasi untuk terus berinovasi dalam penawaran Norqain.

69

Adakah cerita spesial atau tantangan terbesar di balik pembentukan Norqain?

Saya ingin berkontribusi dan memberi pengaruh berarti untuk industri horologi Swiss—khususnya dalam ranah jam tangan mekanis—dan mendirikan sebuah brand baru adalah jawabannya. Tantangan pertama adalah mengukuhkan identitas Norqain. Seluruh pihak terlibat menginginkan saya untuk membuat jam tangan bermutu dengan kisaran harga mahal. Sebagai brand independen dengan tim produksi yang umumnya berskala kecil, hal ini memang mudah untuk dilakukan. Namun hal tersebut bukanlah apa yang saya inginkan, melainkan menjadi inklusif dan aksesibel.

Mimpi saya adalah berjalan di lorong sebuah pesawat dan melihat jam tangan Norqain di pergelangan tangan seseorang. Untuk mencapai hal tersebut, sebuah brand harus memiliki kuantitas produksi tinggi dan kisaran harga tak lebih dari ₣10.000 (sekitar Rp163 juta-an). Kemudian, meyakinkan para peritel yang merasa khawatir tentang hal ini pun menjadi tantangan berikutnya. Meski begitu, akhirnya mereka percaya bahwa Norqain mampu memproduksi kreasi berkualitas sebagai brand muda nan modern.

Jean-Claude Biver bergabung sebagai penasihat dewan Norqain. Sejauh apa keterlibatan sang legenda hidup dalam membentuk strategi Norqain?

Jean-Claude selalu menantang kami untuk berinovasi. Ia pun ingin memberi dampak berarti bagi generasi muda dalam ranah jam tangan mekanis. Sejak mulai berkarier— bahkan berjasa menyelamatkan banyak brand ketika Quartz Crisis melanda—ia belum pernah benar-benar terlibat dalam strategi digital sepenuhnya. Ia percaya dengan mengembangkan relasi secara konvensional dan berinteraksi secara langsung dengan pelanggan ketimbang memanfaatkan iklan media sosial semata.

Strategi ini membantu meningkatkan kesadaran terhadap Norqain dan kami bersinergi baik untuk membangun simbiosis mutualisme. Jika memiliki ide atau konsep pemasaran tertentu, saya akan menanyakan pendapatnya secara spontan. Saya bersyukur dapat bekerja sama

dengan seorang visioner, seperti Jean-Claude. Sumbangsih ‘strategi’ paling kentara dapat Anda temukan pada Wild One, salah satu koleksi yang kami jagokan dan mengilustrasikan pengetahuan mumpuni tentang material dan proses produksi Jean-Claude.

Adakah anggapan tertentu tentang Norqain yang ingin Anda sanggah?

Kebanyakan orang belum sepenuhnya paham bahwa Norqain adalah perusahaan keluarga dengan rencana jangka panjang yang konkret. Norqain bukan dibuat untuk objek komersil semata, maupun memuaskan permintaan pasar. Kecintaan terhadap jam tangan mekanis lah yang melandasi pembuatan Norqain dan membuat apa yang kami lakukan terasa menyenangkan. Sering kali orang bertanya tentang siapa kami sesungguhnya. Mungkin ini saatnya mengubah pertanyaan tersebut menjadi “apa yang ingin kami lakukan?” Ke depannya, saya ingin audiens luas mengetahui cerita Norqain, serta visi dan nilai-nilai yang kami junjung sebagai perusahaan keluarga.

Terdapat beberapa nilai yang terasosiasi dengan Norqain: petualang, etis, komunitas, dan filantropi. Apa saja realisasi dari nilainilai tersebut?

Ya, seluruhnya adalah pilar yang membentuk Norqain. Ketika Norqain sukses, saya ingin berbagi kepada sesama. Jika kami tidak berhasil meraih target dalam waktu tertentu, kami tidak akan berkecil hati karena telah memberi segalanya. Empat pilar tersebut termanifestasi secara beragam. Contohnya, kami meraih sertifikat Swiss Climate Neutral— hanya segelintir brand yang memilikinya— karena upaya nyata kami dalam mengurangi jejak karbon.

Selanjutnya adalah kemitraan dengan organisasi non-profit, Butterfly Help Project, yang berfokus meningkatkan taraf pendidikan anak-anak dari mendiang para suku Sherpa yang wafat ketika mengawal para pendaki di Pegunungan Himalaya. Sebesar 10 persen hasil penjualan dari koleksi Neverest kami donasikan untuk mereka. Sebagai brand yang terbentuk di era tingginya kesadaran terhadap etika dan keberlanjutan, bergerak ke arah sana merupakan pilihan bijak.

IDENTITY 70
Sejak tahun 2022, Jean-Claude Biver bergabung menjadi dewan penasihat Norqain

Sebesar 10 persen dari hasil penjualan koleksi Neverest didonasikan kepada Butterfly Help Project yang berfokus pada pendidikan anak-anak mendiang suku Sherpa di Pegunungan Himalaya

“MIMPI SAYA ADALAH BERJALAN

DI LORONG

SEBUAH PESAWAT

DAN MELIHAT JAM

TANGAN NORQAIN

DI PERGELANGAN

TANGAN SESEORANG.”

case stainless bezel cincin keramik yang dapat diputar ke satu arah

71
Norqain Wild One 42MM Khaki

Seperti apa pendekatan Norqain terhadap keberlanjutan dan bagaimana umpan baliknya?

Saya percaya bahwa hidup adalah pilihan dan memilih ‘rute’ keberlanjutan adalah norma yang sangat penting dewasa ini. Saat berkolaborasi dengan Dean Schneider pada tahun 2021, kami mengumumkan bahwa Norqain telah beralih dari penggunaan kulit binatang dan memastikan tidak ada kekejaman terhadap hewan dalam proses produksi. Kami membudidayakan sejumlah material alternatif bagi produk kami. Alhasil, begitu banyak respon—positif maupun negatif—yang kami kami terima. Ini bukanlah ajang pemasaran, melainkan bentuk komitmen kami sesungguhnya.

Dean Schneider merupakan salah satu Norqainer. Beri tahu kami lebih banyak tentang komunitas ini.

Norqainer adalah manifestasi sesungguhnya dari “menjalani hidup sesuai intuisi”. Mereka adalah individu berkarakter otentik yang bertindak sesuai prinsip. Ketika bertemu untuk pertama kalinya, saya melihat Dean dengan penuh takjub. Bagaimana tidak? Ia berani meninggalkan puncak karir di industri finansial Swiss dan mendirikan konservasi satwa liar di Afrika Selatan. Seseorang dengan perjalanan hidup inspiratif dan keberanian terhadap tantangan seperti Dean menjadi pedoman kami dalam memilih para Norqainer lainnya.

Sejak tahun 2020, seluruh jam tangan Norqain ditenagai oleh movement yang diproduksi oleh Kenissi. Seperti apakah cerita di balik kolaborasi dengan manufaktur movement tersebut?

Awalnya kami mengirim surat kepada sejumlah perusahaan movement tersohor.

Tetapi kami selalu bermimpi untuk bekerja sama dengan Kenissi. Sebagai perusahaan yang baru lahir, tentunya kami tidak berharap banyak. Dalam surat tersebut, saya menuturkan biografi singkat dan fakta bahwa kami belum menjual satu produk pun di pasaran. Namun saya juga menyampaikan bahwa kami memiliki visi kuat untuk Norqain

sebagai muda-mudi di industri horologi Swiss. Kemudian kami diundang dalam pertemuan tatap muka di Jenewa oleh Kenissi untuk mempresentasikan mimpi-mimpi Norqain. Tak disangka, Kenissi menyatakan ketertarikannya terhadap Norqain dan siap mendukung kami 100 persen. Norqain dan Kenissi memiliki koneksi emosional yang kuat karena kami adalah perusahaan muda dengan ambisi besar.

Jika harus memilih, apa kreasi Norqain favorit Anda?

Terdapat dua jam sarat makna bagi saya saat ini. Pertama adalah Freedom Chrono, jam tangan perdana Norqain dengan cerita-cerita istimewa.

Selain menjadi model pertama berukirkan logo Norqain, saya mengenakan versi prototipe— tanpa movement—ke pernikahan saya sendiri. Ketika itu, saya berujar kepada istri “untung saya tidak terlambat datang karena tidak mengenakan jam tangan!” Dengan kisah seperti itu, tak ayal bila jam ini menjadi objek yang begitu berkesan. Jam kedua adalah Wild One yang kami konsepsikan bersama Jean-Claude Biver dan memakan masa produksi selama dua tahun lamanya. Selain meraih tanggapan positif, jam ini sukses terjual habis tak lama setelah diluncurkan.

73
Pendiri konservasi satwa liar di Afrika Selatan, Dean Schneider, dengan 10 juta followers di Instagram merupakan salah satu Norqainer
IDENTITY 74 Iterasi anyar Premier B01 Chronograph 42 dirilis bertepatan dengan hari jadi koleksi Premier yang ke-80 tahun.

NOSTALGIC COMEBACK

Menyoroti riwayat dan kelahiran kembali dari salah satu koleksi historis Breitling: Premier

Tak sekadar menyediakan spektrum penawaran yang luas, Breitling memiliki koneksi yang erat dengan beberapa spesialisasi dalam portofolionya. Salah satunya adalah chronograph yang disempurnakan oleh tiga pendiri Breitling lintas generasi: Léon, Gaston, dan Willy. Jika Léon berjasa mematenkan chronograph untuk jam saku pada tahun 1893, Gaston—anak Léon—memodifikasi tampilan chronograph pada jam tangan lewat tombol tekan di posisi angka 2 di tahun 1915. Selanjutnya, cucu dari sang pendiri, Willy, melanjutkan legasi tersebut dengan mematenkan tombol tekan kedua di posisi angka 4 pada tahun 1934.

Seluruh inovasi sontak menjadi cikal bakal dari chronograph modern—dengan dua tombol yang mengapit crown—di kemudian hari. Khususnya setelah dirangkum dalam koleksi Premier yang dirilis perdana pada tahun 1943. Selanjutnya, Premier terus berevolusi dengan estetika rupawan tanpa melupakan kaidahnya sebagai stopwatch. Termasuk di antara pembaruannya adalah tombol pengatur persegi yang terdapat pada Premier Ref. 760 (1943) dan tombol pengatur bundar pada Premier Ref. 777 (1945). Selain versi chronograph reguler, Willy Breitling juga menelurkan versi lain dengan fitur berbeda sebagai bagian dari Premier: Datora dengan fungsi split-seconds dan Duograph dengan tampilan kalender dan fase bulan.

Pasca berlalunya era ‘40-an yang menyaksikan masa keemasan chronograph, lini Premier mengalami hiatus panjang sebelum bereinkarnasi di bawah kepemimpinan Georges Kern (bergabung sebagai CEO Breitling di tahun 2017). Sesungguhnya di awal dekade ‘90-an, Premier sempat dihidupkan kembali lewat iterasi dengan numeral bergaya Arab. Meski begitu, gaung dan kepopuleran model tersebut tidak terlalu terdengar di ranah horologi.

Premier dilahirkan kembali pada tahun 2018 lewat koleksi bertajuk Premier B01. Selain tampilan elegan yang mengacu pada langgam desain sang leluhur, performa prima di balik koleksi ini ditenagai oleh Calibre B01. Sebagai in-house movement pertama yang dimanufaktur oleh Breitling pada tahun 2009, mesin tersebut menjadi tonggak pencapaian lain dari sang brand dan sudah sepantasnya diintegrasikan di dalam koleksi Premier terbaru.

Premier kembali berevolusi lewat enam iterasi bertajuk Premier Heritage pada tahun 2021 yang kian disoroti berkat model Datora dan Duograph yang juga diperbarui. Di samping visi inovatif Georges Kern, terdapat tokoh tersohor lain yang ikut andil dalam konsepsi Premier Heritage. Ialah Fred Mendelbaum, kolektor Breitling—juga didaulat sebagai konsultan bagi sang brand—yang berperan besar dalam menelusuri arsip koleksi ikonis tersebut dari masa lalu.

Maju cepat ke tahun 2023, Fred kembali mengekspresikan kecintaannya pada Breitling seiring dirilisnya koleksi teranyar Breitling Premier B01 Chronograph. Kali ini lewat sebuah buku bertajuk Premier Story: Breitling Premier, Duograph, and Datora yang ditulisnya dan menuturkan legasi dan seluk beluk chronograph ciptaan Breitling secara imersif.

“Sebagai ahli histori Breitling, saya merasa sangat bersyukur atas kesempatan yang saya dapat untuk menelusuri arsip ekstensif sang brand, serta koleksi dan dokumen berharga milik anak dari Willy Breitling, Gregory,” tutur Fred mengenai buku tersebut. “Menulis buku ini benar-benar mimpi yang menjadi kenyataan bagi kolektor manapun!” lanjutnya.

75

ELEGANT METAMORPHOSIS

Selama lebih dari 100 tahun terakhir, Breitling tak berhenti berinovasi dalam menyajikan kreasi chronograph yang kian progresif. Dari tahun ke tahun, sang brand mendemonstrasikan sepak terjangnya sebagai pionir dalam ranah chronograph dengan semakin matang. Hal ini terlihat nyata melalui beberapa rilisan momentum yang mendefinisikan evolusi signifikan dari komplikasi favorit para penggemar tool watch tersebut. Mari ikuti penelusuran kami terhadap sejarah panjang dalam portofolio Breitling ini.

Dimulai pada tahun 1907 ketika jam saku berkomplikasi chronograph diperkenalkan dan dipatenkan oleh Léon Breitling. Bernama Vitesse, jam saku yang dilengkapi oleh skala takimeter ini mampu mencatat waktu mulai dari 15 hingga 250 km dan menjadi asal usul sistem tiket denda lalu lintas (atau akrab disebut sebagai speeding ticket). Kemudian pada tahun 1915, salah satu jam tangan chronograph pertama Breitling mengundang decak kagum berkat kemuculan tombol pengatur di posisi angka 2 yang menyoroti tiga fungsi chronograph sekaligus— memulai, menyetop, reset—serta dilengkapi mekanisme pencegah kerusakan ketika pengaturan waktu via crown dilakukan.

Beralih ke tahun 1945, Premier Ref. 777 berdiameter 38 mm dirilis dengan lingkar penghitung menit sub-second. Calibre 175 yang menenagai jam tangan tersebut merupakan buah karya sebuah

perusahaan movement tersohor bernama Venus— kelak diakuisisi oleh Valjoux—yang sinonim dengan chronograph pada masanya. Tahun 1946 melihat pembaruan pada penampilan Venus Calibre 178— berbasis Calibre 175—yang tersingkap dari bagian caseback berkonsep openwork milik salah satu iterasi Premier. Selain Premier, hampir seluruh penawaran berkomplikasi chronograph Breitling di masa itu, termasuk lini Top Time, Chronomat, Navitimer, Unitime, dan Duograph juga mengusung openwork caseback agar pengguna dapat mengagumi kinerja dan keindahan movement

Calibre B01, movement pertama berkomplikasi chronograph yang dimanufaktur oleh Breitling di La Chaux-de-Fonds, merayakan debutnya di dunia horologi pada tahun 2009. Sang mesin turut mengemban sertifikat Contrôle Officiel Suisse des Chronomètres (COSC) berkat akurasi sekelas—bahkan lebih tinggi dari—chronometer pada umumnya. Di tahun 2018, Calibre B01 menyempurnakan kelahiran kembali koleksi Premier oleh Georges Kern—CEO Breitling sejak tahun 2017 hingga kini—dengan dial panda nan rupawan. Terdapat tiga versi lainnya dalam koleksi tersebut: tampilan hari dan tanggal; chronograph dengan tiga subdial; dan dial tanpa komplikasi.

Empat tahun kemudian, tepatnya 2021, koleksi Premier Heritage mempersembahkan model Duograph dengan profil lebih ramping dari pendahulunya. Iterasi ini dilengkapi oleh skala

Breitling 1915
1945 Breitling Vitesse 1907 76
Salah satu jam tangan chronograph pertama
Breitling Premier Ref. 777

1946

takimeter dan jarum split-seconds—atau dikenal dengan sebutan rattrapante—untuk mengukur dua waktu yang tengah berjalan secara bersamaan.

Puncaknya, pada tahun 2023, Breitling memperkenalkan enam model Premier terbaru dengan case bermaterialkan emas merah muda 18 karat dalam diameter 42 mm, serta ditenagai oleh movement B01 yang dimodifikasi dengan bobot berosilasi berukuran pipih dan cadangan daya hingga 70 jam lamanya.

2009
Premier B15 Duograph 42 2021
Premier
B01 Chronograph 42 2018 Breitling Premier B01 Chronograph 42 2023
Venus Calibre 178
77

MODERN INTERPRETATIONS

Premier mengandung dua arti berbeda: perdana dan terdepan. Baik secara harfiah maupun figuratif, keduanya merepresentasikan DNA

Premier sebagaimana mestinya. Tak ayal, koleksi tersebut senantiasa berevolusi dengan kemasan modern yang mengukuhkan statusnya sebagai favorit di kalangan kolektor. Bertepatan dengan hari jadi koleksi Premier yang ke-80 tahun, Breitling kembali menelurkan interpretasi ulang dari koleksi Premier bertajuk Premier B01 Chronograph 42.

Sekilas koleksi ini memang terlihat menyerupai

Premier Heritage. Bagaimanapun, keduanya masih berakar pada versi orisinal dan memiliki segenap karakter yang sama dalam hal estetika. Sebut saja tombol pengatur persegi nan pipih, lingkar penghitung bergaya uni-compax (dijajarkan secara horizontal), numeral bergaya Arab, dan bezel bersiluet melengkung. Bahkan, beberapa warna seperti salmon oranye, hitam, dan krem turut diadaptasi ulang untuk rilisan anyar ini. Meski masih mengusung konsep monokrom pada dial, kini Premier hadir dengan tambahan spektrum palet yang semakin memesona. Terdapat enam pilihan dial yang disajikan bagi Anda: hitam, biru, British Racing Green (hijau), krem, dan salmon oranye dalam stainless steel case, serta krem dengan case bermaterialkan emas merah muda 18 karat. Perbedaan signifikan lainnya dari Premier Heritage terdapat pada tampilan tanggal di posisi angka 6, meski fungsi serupa turut diaplikasikan pada salah satu iterasi Premier B01 rilisan tahun 2018.

Sesuai nama sang koleksi, case yang menaungi masing-masing dial hadir dalam diameter 42 mm dan dilengkapi oleh lingkar penghitung menit di posisi angka 3 dan lingkar penghitung detik di posisi angka 9. Tak sekadar rupawan, jam ini hadir dengan jarum penunjuk waktu dan menit berlapis Super-LumiNova® untuk meningkatkan keterbacaan dalam cahaya temaram. Masingmasing versi disempurnakan oleh dua opsi temali yang dapat Anda pilih sesuai selera: stainless-steel bracelet tujuh keping dengan pengait bergaya kupu-kupu; temali kulit aligator warna hitam, cokelat keemasan, atau cokelat yang disenadakan

IDENTITY
Calibre B01 dengan bobot osilasi yang dimodifikasi menjadi lebih ramping
78
Premier B01 Chronograph 42 dalam warna hitam yang dilengkapi oleh temali kulit aligator

dengan dial. Kami rasa, kehadiran dua opsi temali adalah upaya Breitling untuk meremajakan koleksi Premier lebih jauh ke arah kontemporer.

Jika Premier Heritage ditenagai oleh Calibre B09 dengan mekanisme manual wind, kinerja prima Premier B01 Chronograph 42 dihasilkan oleh Calibre B01, mesin otomatis serupa miliki Breitling rilisan tahun 2018. Untuk mengakomodasi profil pipihnya, mesin ini telah dimodifikasi dengan bobot berosilasi yang dirampingkan. Selain mengemban sertifikat COSC, mesin ini turut membanggakan akurasi hingga +6/-4 per hari dan cadangan daya hingga 70 jam lamanya. Dengan tampilan elegan nan serbaguna dan fungsionalitas mutakhirnya, kami yakin jam ini mampu memikat siapapun yang melihatnya pada pandangan pertama. Baik pengikut setia Breitling, maupun segmentasi apapun yang dituju sang brand

Breitling Premier B01

Chronograph 42 berwarna

British Racing Green yang dilengkapi oleh stainless steel bracelet tujuh keping

79
Premier Story: Breitling Premier, Duograph, and Datora karya ahli histori dan konsultan Breitling, Fred Mendelbaum

CREATIVE CONSTRUCTIONS

Mengungkap pesona jam tangan skeleton otomatis pertama dari Louis Vuitton

Louis Vuitton memiliki asosiasi erat dengan dunia arsitektur. Dari sisi histori, barangkali cikal bakal dari pilar fundamental ini merupakan keterlibatan Gae Aulenti— arsitektur dan desainer asal Italia—selaku desainer prototipe LV I dan II yang diketahui sebagai jam tangan pertama dari brand basis Paris ini. Selanjutnya, hal ini termanifestasi lewat desain interior dan arsitektur butik-butik flagship Louis Vuitton di seantero dunia. Berkat desain radikal yang diusung, sejumlah fasad tersebut berhasil memantik percakapan di komunitas desain dan mengantarkannya pada status ikon. Sampai-sampai, seorang pemenang Pulitzer—penghargaan tertinggi di ranah jurnalisme—menulis sebuah buku yang didedikasikan untuk membahasnya secara menyeluruh, yaitu Louis Vuitton Skin: Architecture of Luxury (dipublikasi oleh penerbit tersohor basis New York, Assouline).

Terdapat tiga nama besar yang acapkali terlibat dalam konsepsi butik bak galeri seni Louis Vuitton: arsitek asal Kanada, Frank Gehry; studio desain basis Tokyo, Jun Aoki & Associates; serta arsitek dan interior desainer asal Amerika Serikat, Peter Marino. Setiap toko mengandung intisari desain berbeda dari yang lain selagi mempertahankan impresi urban nan modern. Beberapa contoh paling termasyhur adalah butik di Istanbul Istinye Park berdesain ala peta topografi dan butik Namikidori di Tokyo dengan fasad kaca serupa Teluk Tokyo.

Louis Vuitton memperluas kecintaannya pada dunia arsitektur dengan mendirikan ruang ekshibisi bernama Espace Louis Vuitton di Tokyo, Osaka, München, Venesia, Beijing, dan Seoul. Louis Vuitton pun turut berpartisipasi dalam beberapa pekan desain dunia dan melibatkan nama tersohor lain di bidang seni dan desain. Termasuk di antaranya adalah arsitek asal Amerika Serikat, Marc Fornes, yang didaulat untuk mendesain paviliun berwujud terumbu karang untuk Milan Design Week dengan koleksi furnitur Objet Nomades milik sang brand. Selanjutnya, kreasi-kreasi sarat unsur arsitektur terus-menerus ditelurkan oleh Louis Vuitton untuk mengukuhkan upaya sang brand dalam memperluas semestanya. Termasuk dalam kategori jam tangan yang kini tengah digalakkan secara giat.

OPEN EXPLORATION

Perkenalkan, Voyager Skeleton, kreasi horologi kelas atas teranyar dari Louis Vuitton. Perkenankan kami untuk mengundang decak kagum Anda dengan menjabarkan keistimewaannya secara menyeluruh. Mengusung dial berkonsep openwork dengan desain serupa Tambour Curve Flying Tourbillon Poinçon de Genève, iterasi bernama Voyager Skeleton memang dikonstruksikan untuk mewakili kode desain Louis Vuitton. Khususnya movement LV60 yang tersingkap pada skeleton dial jam dan terinspirasi oleh arsitektur dinamis sejumlah butik flagship sang brand, juga konstruksi kaca mengambang Fondation Louis Vuitton garapan Frank Gehry. Meski berupaya

BAK MAHAKARYA ARSITEKTUR, OPENWORK DIAL PADA VOYAGER

SKELETON MENJADI

PONDASI DARI

menghindari branding mencolok pada jam, terdapat beberapa elemen yang terlihat secara kasatmata. Termasuk di antaranya adalah komponen bridge berwujud LV, roda barel yang dipahat dengan tulisan “Louis Vuitton”, dan rotor mikro berukirkan monogram sang brand.

Meski digadang-gadang sebagai skeleton movement otomatis pertama dari sang brand, LV60 tidak terlalu menonjol jika dibandingkan dengan sejumlah pendahulunya yang lebih kompleks. Namun, konstruksi skeleton memiliki kompleksitasnya sendiri sebagaimana proses konseptualisasi dan eksekusinya begitu menantang. La Fabrique du Temps Louis Vuitton begitu terlibat dalam proses desain sembari bekerja sama dengan manufaktur basis Neuchâtel, Le Cercle des Horlogers, dalam pembuatan movement. Berdetak pada 4Hz, movement ini turut dilengkapi oleh barel terbuka yang menyingkap kondisi mainspring, serta memiliki cadangan daya hingga 48 jam lamanya. Cincin luar dial berwarna biru tua membingkai komponen-komponen movement berlapis rodium di dalamnya dan jarum penunjuk berwarna senada. Bagian dial sengaja mengusung konsep openwork untuk meningkatkan visibilitas sang movement

Intrikasi teknis tersebut dinaungi oleh case Voyager yang didesain secara eksklusif untuk penawaran horologi kelas atas Louis Vuitton. Perdana dirilis pada tahun 2016, case jam tangan ini mengombinasikan siluet melingkar dan kontras apik pada teknik dekorasi yang diusung. Ciri khas tersebut sontak menjadikannya mudah dikenali di kalangan para kolektor. Fakta bahwa case ini dikonstruksikan dari platinum 950—dikenal sulit untuk digarap—berhasil mendemonstrasikan kompetensi teknis para artisan Louis Vuitton. Di samping itu, mereka membuat eksekusi ragam tipe finis (seperti mirror-polish, matte, dan brush) pada platinum terlihat begitu mudah.

Voyager Skeleton—hanya diproduksi terbatas sebanyak 150 unit—dilengkapi oleh dua temali berwarna biru tua dalam material kulit aligator dan taurillon. Pilihan temali lain turut disediakan oleh Louis Vuitton dan dapat disesuaikan dengan gaya personal Anda. Dengan desain bak mahakarya arsitektur dan konsep openwork yang diusungnya, jam berdiameter 41 mm ini tentunya akan mengelevasi penampilan Anda dalam berbagai kesempatan sekaligus menjadi topik pembicaraan yang menggugah wawasan.

TEKNIS SANG JAM IDENTITY
KEISTIMEWAAN DESAIN DAN
Arsitek di balik sejumlah butik Louis Vuitton, Frank Gehry Louis Vuitton Voyager
CRAFT
Kreativitas adalah kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang yang berbeda DEWI LESTARI

STONE’S THROW

Alasan Mengapa seluruh model Rolex Oyster Perpetual

Day-Date 36 rilisan tahun ini disambut dengan penuh sukacita oleh para kolektor dan pencinta permata

Rolex Oyster Perpetual Day-Date menduduki posisi istimewa dengan desain yang tak lekang oleh waktu. Jam ini memiliki dua jendela bagi fitur kalender konvensional di mana jendela hari terdapat pada bagian atas dial, dan jendela tanggal pada posisi angka 3. Ini adalah jam tangan berkalender pertama yang menunjukkan tanggal sekaligus hari dengan ejaan lengkap melalui jendela-jendela pada dial—sebuah pencapaian teknis pada masanya.

Untuk mengukuhkan signifikansinya, Day-Date hanya dibuat menggunakan logam berharga yang terdiri dari emas kuning atau platinum. Saat diluncurkan, model ini menjadi satusatunya kreasi yang mengasimilasi semua inovasi Rolex sebagai jam tangan dengan kronometer self-winding dan kedap air, serta tampilan hari dan tanggal. Desain bracelet tiga keping berfinis mirror polished dan brushed pun diciptakan spesial untuk sang jam.

Julukan “jam tangan presiden” yang diemban oleh Day-Date didapatkan pada tahun 1965 berkat mencuatnya foto Presiden

Lyndon B. Johnson—Presiden Amerika Serikat ke-36—saat mengenakannya ke permukaan. Acapkali dikenakan oleh para figur politik, pemimpin, dan visioner dunia, jam tangan Day-Date begitu mudah dikenali. Siluet dan finis yang khas pada bracelet pun membuatnya dijuluki juga sebagai bracelet Presiden.

THE RISE OF THE STONE DIALS

Popularitas Day-Date kian melonjak pada dekade ‘60-an, sebagaimana permintaan terhadap model personalisasi, seperti dial yang sepenuhnya dihiasi oleh permata atau jam tangan dengan numeral Arab. Ragam personalisasi tersebut kemudian berevolusi menjadi segenap penawaran dengan dial bermaterialkan batu mulia di era ‘70-an dengan variasi yang meliputi mother-of-pearl, oniks, karnelian, garnet, dan lain-lain.

Rolex meneruskan pembuatan dial bermaterialkan batu mulia pada Day-Date seiring dikembangkannya sejumlah movement berfitur inovatif untuk iterasi ini. Calibre 1556— digunakan untuk generasi kedua Day-Date—mengusung fungsi stop second untuk pengaturan waktu yang kian presisi

CRAFT 86

HALAMAN KIRI KE KANAN: Rolex Oyster Perpetual Day-Date 36 bermaterialkan emas Everose 18 karat dengan aventurine dial hijau; Oyster Perpetual Day-Date 36 bermaterialkan emas putih dan dial pirus. Keduanya hadir dengan bezel berhiaskan 52 berlian berpotongan brilian dan bracelet Presiden nan ikonis

87

dan tingkat ketukan yang lebih tinggi. Pada tahun 1977, sebuah movement baru bernama Calibre 3055 dengan frekuensi 4Hz dan fungsi quickset (pengaturan tanggal secara praktis) diterapkan pada Day-Date.

Berbagai model Day-Date dengan dial permata begitu dicintai oleh para kolektor berkat warna solid dan tampilan distingtifnya. Namun, tipe dial ini amat bergantung pada akses para artisan terhadap permata berkualitas tinggi dan ketersediaannya. Proses pemotongan pun dinilai begitu menantang bagi para artisan, terlebih bila terdapat cela pada permata yang berpotensi mengakibatkan kerusakan pada dial

STONE DIALS TODAY

Kini penawaran Day-Date diwarnai oleh ragam tipe dial berkonfigurasi pernis dan permata, sesuai ukuran case dan materialnya. Tahun ini, tiga model berdiameter 36 mm diperkenalkan dengan variasi dial permata dan batu mulia pada case. Setiap jam hadir dengan bezel berhiaskan 52 berlian berpotongan brilian, serta indeks dan numeral VI dan IX yang juga bertahtakan berlian. Ketiga jam ini memancarkan kemewahan tiada tara dengan case mengilap yang kian menyoroti kilauan berliannya.

Terbuat dari emas Everose 18 karat, model pertama menyuguhkan aventurine dial hijau yang memiliki tampilan bak kristal. Meski aventurine telah digunakan

dalam berbagai dial Rolex terdahulu, ini menandai kali pertama aventurine berwarna hijau diaplikasikan. Menurut Rolex, seluruh iterasi anyar tersebut terinspirasi dari Pesisir Laut Tengah. Sementara, aventurine dial hijau secara spesifik terinspirasi oleh belantara dan hutan di sekelilingnya.

Model kedua bermaterialkan emas kuning menyuguhkan carnelian dial, sebuah permata oranye dengan corak bergelombang yang membentang dalam graduasi warna. Nuansa hangat dari iterasi ini memancarkan keistimewaan material case sekaligus mencerminkan warna matahari terbenam. Terakhir adalah iterasi bermaterialkan emas putih yang menaungi dial pirus dengan motif nadi yang mengingatkan Anda pada birunya perairan Laut Tengah.

Ketiga iterasi tersebut ditenagai oleh Calibre 3255 yang dilengkapi dengan escapement Chronergy milik Rolex. Komponen bermaterialkan nickel-phosphorous tersebut memiliki karakter magnetis dan amat efisien dalam mengoptimalkan cadangan daya hingga sekitar 70 jam lamanya. Movement ini juga dilengkapi oleh hairspring Parachrom biru dan peredam kejut Paraflex, sehingga memungkinkan transisi hari dan tanggal untuk terjadi secara instan di tengah malam. Seluruh penawaran anyar tersebut senantiasa mengelevasi Day-Date dengan dial permata ke level selanjutnya.

CRAFT
88

HALAMAN KIRI:

Tampilan dari dekat aventurine dial hijau yang memiliki tampilan bak kristal

SEARAH JARUM JAM:

Rolex Oyster Perpetual Day-Date 36 bermaterialkan emas kuning 18 karat dengan carnelian dial dan bezel berhiaskan berlian yang dilengkapi oleh bracelet Presiden tiga keping bersiluet setengah lingkaran; bracelet tersebut diperkenalkan perdana pada tahun

1956; versi orisinal Day-Date 36 dengan tampilan elegan nan rupawan

VIBRANT CELEBRATION

Mewarnai hari jadi TAG Heuer Carrera dengan iterasi vibran dan pembaruan teknis mutakhir

90

Menilik dari sejumlah elemen yang terdapat pada Carrera, kami rasa sudah sepantasnya sang koleksi didaulat sebagai representasi tulen DNA TAG

Heuer Tak hanya lantaran popularitas semata, namun berkat signifikansi yang menyertai perjalanan TAG Heuer dari awal berdiri hingga saat ini. Khususnya mengingat asosiasi erat

TAG Heuer dengan dunia balap yang tercermin sempurna pada berbagai unsur di dalam koleksi ini. Mari bertolak ke masa lalu untuk mengenal Carrera lebih dekat.

Dalam kilas balik ini, kami akan membawa Anda ke kelahiran Carrera di dekade ‘60-an dan berkenalan dengan Jack Heuer, mantan CEO sang brand sekaligus cicit dari Edouard yang merupakan pendiri Heuer. Ketika memenuhi undangan Ferrari di Sebring, Florida pada tahun 1962, ia bertemu dengan

pembalap tersohor Ricardo dan Pedro Rodriguez yang pernah berpartisipasi dalam ajang balap liar di Meksiko, Carrera Panamericana. Ingin mengabadikan memori dari ajang balap berbahaya tersebut, Jack mengkonsepsikan koleksi jam tangan bernama serupa.

Bukan tematik semata, generasi pertama Carrera didesain dengan fungsionalitas yang senantiasa membantu para pembalap. Jika menebak komplikasi chronograph sebagai jawabannya, Anda mendapat nilai 100. Kami akan memberikan poin ekstra jika Anda juga menjawab skala takimeter di tepi dial. Di era tersebut, pasar horologi memang tengah diwarnai oleh maraknya kehadiran koleksi chronograph, seperti Rolex Daytona dan Omega Speedmaster. Secara esensi, Carrera begitu spesial di kalangan pencinta balapan mobil sekaligus jam

91

PENUH GAYA DAN

RELIABEL, TAG HEUER CARRERA

DATE 36 TERBARU MENGELEVASI

PENAMPILAN SEHARI-HARI

tangan berkat desain dial yang tak sesibuk para kompetitornya di masa itu. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan legibilitas ketika fungsi chronograph diaktifkan. Menariknya, generasi pertama Carrera (Ref. 2447) hadir dengan diameter 36 mm yang cenderung ramping di pergelangan tangan. Namun dengan performa prima dan segala fitur mutakhirnya, jam ini tidak butuh penjelasan lebih lanjut untuk mendemonstrasikan ketangguhannya.

Carrera pun terus-menerus berevolusi dan menikmati masa kejayaannya sepanjang dekade ‘70-an, hingga Jack memutuskan untuk melepas Heuer untuk diakuisisi oleh Techniques d’Avant

Garde pada tahun 1985 dan menjadi TAG Heuer yang kita kenal sekarang. Tak lama kemudian, Carrera berhenti diproduksi dan tertidur sejenak

sebelum kembali ke dalam katalog TAG Heuer pada tahun 1996 dan berkembang hingga

saat ini. Kini portofolio Carrera dilengkapi oleh variasi lainnya, juga mencanangkan kolaborasi dengan brand sekelas Porsche dan Red Bull Racing Formula 1, serta selebritas seperti Ryan

Gosling dan Patrick Dempsey. Sudah familier dengan riwayat Carrera? Mari ikuti kami dalam perjalanan waktu ke masa kini.

CRAFT 92

VIVA LA CARRERA

Dengan tonggak pencapaian dan cerita seberkesan Carrera, tak ayal jika TAG Heuer terus-menerus memberi penghormatan dan merayakan hari jadi sang koleksi. Pada dekade sebelumnya, sebuah edisi spesial dirilis sebagai penghormatan terhadap legasi Jack Heuer yang kini berperan sebagai Honorary Chairman. Terinspirasi oleh estetika stopwatch Heuer dari tahun 1960-an, TAG Heuer Carrera Calibre 1887 Chronograph Jack Heuer Edition diperkenalkan sebagai perayaan hari jadi sang koleksi yang ke-50 tahun.

60 tahun setelah diluncurkan, TAG Heuer kembali memperingati hari jadi Carrera lewat sejumlah kejutan menyenangkan. Koleksi bernama TAG Heuer Carrera Date 36 mm ini membanggakan siluet ramping, palet vibran pada dial, pembaruan dalam hal teknis. Bicara estetika, terdapat empat warna dial yang mewarnai iterasi yang dirilis pada ajang Watches & Wonders 2023 tersebut. Ialah biru khas TAG Heuer, merah muda terang, hijau pastel nan subtil, serta abu-abu temaram. Masing-masing dipoles dengan teknik finis sunray ataupun snailing

Seolah tak cukup vibran, koleksi ini mengusung indeks penanda dan jarum penunjuk waktu bermaterialkan rodium (versi merah muda) dan emas merah muda 18K 5N (versi biru, hijau, dan abu-abu) dengan lapisan Super-LumiNova® Sesuai namanya, koleksi ini hadir dengan case berdiameter 36 mm—serupa sang leluhur— dengan konstruksi dasar baja dan tampilan tanggal di posisi jam 6. Meski hadir tanpa komplikasi chronograph, TAG Heuer Carrera Date 36 dengan karakter uniseks menjadikannya jam tangan sehari-hari yang penuh gaya dan tentunya reliabel.

Selain desain distingtif, pembaruan mesin pada TAG Heuer Carrera Date 36 turut menggemakan kepiawaian mumpuni TAG Heuer dalam hal teknis. Serangkaian model baru ini dilengkapi oleh movement otomatis Calibre 7 yang bercadangan daya hingga 56 jam lamanya. Meski terlihat feminin lantaran siluet dan ukurannya, jam ini turut dilengkapi oleh bracelet baja bersiluet bak huruf ‘H’ untuk mempertahankan impresi sporty yang menjadi kode desain Carrera.

93

TREASURE TROVE

Dua representatif Piaget berbagi tentang penghormatan terhadap tradisi dan warisan legasi Piaget dalam lanskap horologi modern

Arinta Wirasto

Piaget konsisten memberi sumbangsih terbaik untuk industri produk mewah. Hal ini dilakukan dengan bereksperimen tanpa henti pada karya horologi dan perhiasan rupawan untuk tetap berada di liga teratas, selagi tetap mempertahankan tradisi. Selain arahan strategis di bawah kepemimpinan sang CEO, Benjamin Comar, kesuksesan Piaget tak lepas dari kepiawaian seluruh pihak terlibat.

Di antaranya adalah Products and Innovation

Director Piaget, Rémi Jomard, serta Global Product Marketing Director of Piaget, Cynthia Tabet, yang telah berbekal sejuta pengalaman. Kepada CROWN

Indonesia, keduanya mengelaborasikan inovasi yang menyertai setiap langkah Piaget, serta rilisan terbaru sang brand di kuartal pertama tahun 2023.

Sebutkan tiga kata untuk mendeskripsikan DNA Piaget.

Cynthia Tabet (CT): Saya akan menggunakan huruf D untuk mendeskripsikannya: Daring, Dazzling, dan Distinctive (berani, memukau, dan distingtif). Intinya, Anda akan menemukan ‘gairah’ pada setiap kreasi Piaget.

CRAFT 94
Global Product Marketing Director Piaget, Cynthia Tabet Products and Innovation Director Piaget, Rémi Jomard

Rémi Jomard (RJ): Saya akan mengawali ketiga adjektif dengan huruf E: Extravagance, Elegance, dan Équipe (menakjubkan, elegansi, dan tim— dalam bahasa Prancis). Menurut saya, hubungan solid dengan tim Anda—apapun bidangnya—adalah kunci kesuksesan sesungguhnya.

Bicara proses produksi, craftsmanship dan inovasi Piaget, adakah informasi tertentu yang Anda harapkan lebih diketahui oleh audiens luas?

RJ: Kami berinovasi dengan mengombinasikan teknik lawas dan modern dalam pembuatan jam tangan atau perhiasan. Estetika juga menjadi unsur terpenting yang mencerminkan kreativitas para artisan Piaget. Tahun ini, Anda akan menemukan inovasi sarat pesona dengan tampilan subtil maupun mencolok. Inilah cara kami mencapai keseimbangan dalam proses produksi, craftsmanship, dan inovasi.

CT: Sebelumnya saya bekerja untuk Cartier (juga dinaungi oleh Richemont Group). Meski sudah

familier dengan Piaget, ternyata begitu banyak

“harta karun tersembunyi” lain yang bersemayam dalam arsipnya. Temuan saya meliputi 80 motif

ukiran emas yang diolah menjadi ragam karya

rupawan lewat teknik jalinan rantai, serta jam tangan gelang. Saya juga melihat antusiasme tinggi dalam berinovasi yang sebelumnya tak pernah saya sadari. Kini informasi tersebut kami sampaikan lewat koleksi Swinging Sautoir yang terdiri dari 50% acuan historis dan 50% teknik kontemporer. Seluruh elemen menjadikan kreasi ini ekuivalen— bahkan mungkin lebih indah—dari apa yang kami lakukan di masa lalu.

Bisakah Anda berbagi tentang momen paling membanggakan selama bekerja untuk Piaget?

RJ: Altiplano Ultimate Concept (AUC), jam tangan mekanis tertipis di dunia dengan ketebalan sebesar 2 mm saja. Ketika dirilis perdana pada tahun 2018, AUC berhasil mendobrak batasan sembari tetap menggaungkan DNA Piaget. Sebelumnya kami kerap berdiskusi mengenai dua tonggak pencapaian

Piaget dalam ranah movement ultra-pipih: Calibre 9P (1957) dan 12P (1960). Kedua mesin mutakhir tersebut melandasi terciptanya AUC sebagai iterasi modern sejenis. Tentunya hal ini tercapai lewat kerja keras para artisan dan tim kompetensi mesin di La Côte-aux-Fées. Proses untuk mendapatkan detak pertama dari sang mesin sendiri memakan

Setiap goresan pada permukaan High Jewellery Cuff merupakan buatan tangan para artisan Piaget

waktu enam tahun dan diperlukan dua tahun tambahan untuk menjadikannya layak pakai. Selanjutnya AUC terus berevolusi menjadi kreasi sarat estetika lain, contohnya dengan mengusung teknik animasi atau titik-titik berlapis SuperLumiNova®

Bicara kreasi tertipis, segelintir brand juga memiliki obsesi serupa dengan Piaget. Menurut Anda, apa yang membuat kreasi ultra-pipih Piaget berbeda dari koleksi sejenis dari rumah horologi lainnya?

RJ: Pertama adalah kegunaannya. Kedua adalah kreativitas yang diterjemahkan pada estetikanya. Kami tidak ingin mengasosiasikan AUC dengan komplikasi ‘ultra-pipih’ semata. Terakhir, kami adalah pencetus teknologi ultra-pipih. Rasanya tidak berlebihan untuk berkata bahwa kami amat berkapasitas, teredukasi, dan memiliki riwayat kental di balik inovasi tersebut.

Apa sajakah rilisan terbaru yang ingin Anda soroti dari ajang Watches & Wonders 2023?

RJ: Pertama adalah Piaget Polo Perpetual Calendar Ultra-Thin Obsidian, model kalender abadi dengan Calibre 1255P movement dan rotor-mikro yang tersingkap pada caseback. Dengan tampilan memukau dan ukuran tipisnya, iterasi ini adalah perpaduan sempurna dari elegansi dan kemahiran teknis Piaget.

Selanjutnya koleksi Swinging Sautoir yang begitu kami banggakan lantaran proses pembuatan nan kompleks. Kami mengasimilasi seluruh gagasan dan ilmu sebelum menerjemahkannya pada setiap model. Awalnya kami disuguhkan empat pilihan rantai untuk dikreasikan, di mana pilihan pertama adalah yang paling mudah dan pilihan keempat adalah yang paling sulit. Para artisan merasa tertantang dan menjatuhkan pilihan pada rantai nomor empat yang

melibatkan pemelintiran material emas secara manual menggunakan tangan untuk setiap kepingnya. Alhasil kami harus berupaya sekeras mungkin untuk menerapkan teknik serupa dengan yang digunakan 50 tahun silam. Setelah proses pelik untuk rantai kalung, kami mengkonstruksikan jam dengan teknologi klasik yang biasa kami terapkan.

Kami juga harus mengkreasikan juntaian menggunakan teknik casting (mencetak prototipe produk dan menempa material dalam temperatur tinggi). Tiga teknik dikombinasikan untuk menggarap satu kreasi saja dan memakan waktu selama tujuh bulan lamanya dari guratan sketsa hingga finis. Tantangan berikutnya terletak pada aplikasi berlian berpotongan persegi jam menggunakan 3D

Scanning, yaitu teknologi anyar untuk memindai dan mengoptimalkan volume berlian. Karena prosesnya yang sulit, kami harus menyesuaikan ukuran berlian saat proses penyetelan agar dapat mencapai

Permintaan untuk perhiasan mewah kian membludak di masa pandemi, khususnya di wilayah Asia. Bagaimana Piaget memanfaatkan momentum tersebut dan apa rencana yang Anda miliki untuk di kemudian hari?

CT: Menurut saya, klien kami—khususnya di Tiongkok dan Asia secara general—sudah sangat teredukasi mengenai produk mewah dan gaya hidup prestisius. Dalam waktu bersamaan, terdapat klien yang benarbenar mencari unsur distingitf dalam suatu produk. Inilah peluang kami untuk memberi pemahaman lebih dan membawa mereka ke keluarga Piaget. Seluruh hal yang saya sampaikan tercermin pada kultur perusahaan, mulai dari cara berkomunikasi dengan staf, autentisitas, dan kesetiaan kami untuk memuaskan pelanggan.

CRAFT 96
Kalung Swinging Sautoir Gold

Piaget Polo Perpetual Calendar Obsidian mendemonstrasikan kecerdesan desain dan kemahiran teknis Piaget

Altiplano Ultimate Concept Watch yang dirilis di Watches & Wonders 2023

97
“ANDA AKAN MENEMUKAN ‘GAIRAH’ PADA SETIAP KARYA PIAGET”

Hal-hal terbaik dan paling indah di dunia tidak bisa dilihat atau disentuh, melainkan dirasakan

dengan hati

HELEN KELLER

SOUL

RESERVOIR

Dari dasbor ke dial jam tangan

Konsep Reservoir berawal dari kecintaan sang pendiri, François Moreau, terhadap instrumen penghitung mekanis yang biasa terlihat pada dasbor mobil, kapal, hingga pesawat. Tak hanya menjadi acuan dari segi desain dengan estetika lawas yang khas, instrumen penghitung mekanis juga memotivasi Reservoir dalam menyuguhkan karya berperforma tinggi yang membangkitkan adrenalin—layaknya para pembalap saat melihat jarum panjang yang menelusuri susunan angka pada lingkar penghitung di dasbor mereka.

Pada tahun 2017, Reservoir merilis jam tangan perdananya yang berdesain radikal. Brand independen ini memamerkan tiga komplikasi sekaligus: jarum penanda menit 240° yang bergerak secara retrograde, jendela penunjuk jam yang mengusung mekanisme jumping hour, dan indikator power reserve Ketiga komplikasi ini kemudian menjadi formula bagi berbagai karya Reservoir selanjutnya. Meski komplikasi jumping hour dan retrograde seolah menyederhanakan penampilan dan pergerakan pada dial, sesungguhnya mekanisme di baliknya sangat rumit.

Untuk mempertahankan presisi, mekanisme jumping hour dibekali regulasi energi terjadwal agar dapat menenagai ‘lompatan’ setiap jam dengan tepat waktu. Sedangkan, mekanisme retrograde dibantu oleh snail cam yang menyimpan energi untuk menenagai gerakan super cepat sang jarum agar dapat kembali ke posisi semula tanpa kehilangan satu detik pun. Kompleksitas ini diwujudkan melalui modifikasi khusus terhadap basis movement ETA-2824 dengan modul eksklusif dari Télôs Watch dan LJP G100 atau LJP-L1C0 dengan modul eksklusif dari La Joux-Perret.

Kini Reservoir hadir di lebih dari 20 negara di Eropa, Amerika, Asia, dan Timur Tengah. Bahkan sejumlah kreasi Reservoir telah dinominasikan dalam ajang penghargaan bergengsi, termasuk Grand Prix d’Horlogerie de Genève. Berbekal pengakuan dari para pelaku dunia horologi, karya jam tangan Reservoir yang ditawarkan dalam kisaran harga relatif terjangkau ini pun semakin memperkuat daya tariknya. Berikut lima rekomendasi jam tangan Reservoir favorit kami.

Reservoir Airfight Titane

Koleksi Airfight menyajikan estetika khas aeronautika yang kental. Secara keseluruhan, desain dial tampak seperti salah satu instrumen penghitung pada kokpit pesawat. Berlatarkan warna hitam bertekstur, bagian dial dilengkapi oleh indeks menit berupa susunan angka bersiluet busur dan jarum menit putih berlapis SuperLumiNova®, serta jendela penunjuk jam dengan bingkai garis-garis serupa markah di landas ancang bandar udara dan indikator power reserve. Jam tangan dengan case titanium berdiameter 43 mm ini ditenagai oleh Calibre RSV-240 yang berbasis pada self-winding movement mekanis, LJP G100.

Reservoir Lady Longbridge

Memiliki asosiasi erat dengan dunia otomotif, tak heran bila Longbridge menjadi salah satu koleksi Reservoir paling disoroti. Meski versi pria tidak kalah menakjubkannya, kali ini kami ingin merekomendasikan Reservoir Lady Longbridge untuk para wanita pencinta gaya klasik. Hadir dalam diameter 39 mm, iterasi ini masih mengusung kode desain serupa dengan kreasi Reservoir lainnya. Baik versi pria maupun wanita dilengkapi oleh dua batu turmalin dan safir berpotongan cabochon serupa indikator mesin dan lampu depan pada mobil.

100
SOUL / HOW TO BUY

Reservoir Hydrosphere Air Gauge

Hydrosphere Air Gauge membanggakan bezel yang dapat diputar ke satu arah dengan dua indikator berbeda: merah untuk skala graduasi di bawah 45 menit; biru untuk skala graduasi di atas 45 menit. Selain itu, jam yang memiliki ketahanan air hingga kedalaman 250 meter ini turut dilengkapi oleh katup pelepas helium pada stainless steel case berdiameter 45 mm guna melindungi komponen jam di dalam air. Meskipun indeks penanda mengusung warna hitam, Anda tidak perlu khawatir karena dial putih dilengkapi oleh lapisan SuperLumiNova® yang memaksimalkan keterbacaan dalam cahaya redup.

Reservoir Blake et Mortimer “By Jove !!!”

Reservoir Blake et Mortimer “By Jove !!!” mengadopsi desain dari novel grafis Blake et Mortimer karya Edgar P. Jacobs dan dirilis bertepatan dengan hari jadi ke-75 sang seri legendaris. Reservoir menempatkan karakter Francis Blake—bersebelahan dengan Philip Mortimer— pada dial dengan lengan yang berfungsi sebagai jarum menit retrograde. Terdapat pula detail lain yang dimanifestasikan lewat indeks penanda menit, indikator jam, serta balon kata “By Jove !!!” dengan fon khas sang komik pada dial. Elemen spesial lainnya pada jam berdiameter 41,5 mm ini adalah caseback berukirkan logo dan tulisan Blake et Mortimer.

Reservoir Sonomaster Chronograph

Vintage

Bi-Retrograde Black & Beige

Reservoir Sonomaster Chronograph Vintage Bi-Retrograde Black & Beige merupakan iterasi paling kompleks dari sang brand. Terinspirasi dari instrumen penghitung pada sistem audio Hi-Fi, jam ini memiliki tidak hanya satu, namun dua jarum retrograde yang berfungsi sebagai indikator detik di sisi kiri dan tanggal di sisi kanan. Keistimewaan lain terletak pada dua komplikasi chronograph—perdana hadir dalam katalog Reservoir—yang terbagi oleh lingkar penghitung 30 menit di posisi angka 12 dan lingkar penghitung jam di posisi angka 6. Seiring penambahan komplikasi, jam ini pun ditenagai oleh movement berbeda dari penawaran Reservoir lainnya. Ialah Caliber RSV-Bi120 (hasil modifikasi dari LJP-L1C0) dengan cadangan daya hingga 60 jam.

101

CHRONOGRAPH

Tak

tangguh

Anung Kamaswara

Secara harfiah, chronograph dan stopwatch mengandung definisi yang sama. Bila istilah pertama berasal dari kosakata Yunani chronos (waktu) dan graphein (menulis) sehingga bermakna ‘menulis waktu’, istilah kedua memiliki arti ‘jam berhenti’ dalam bahasa Inggris Kedua sebutan tersebut mengacu pada pencatatan suatu periode setelah penghitung waktu diberhentikan, serta absennya indikasi jam reguler.

Bagaimanapun, nama chronograph umumnya diasosiasikan dengan jam tangan berfungsi ganda, yaitu penunjuk waktu yang disertai komplikasi tambahan untuk mencatat waktu layaknya ‘stopwatch ’. Jam dengan komplikasi ini teridentifikasi lewat kehadiran lingkar penghitung yang berguna sebagai penunjuk menit, small seconds (sepersekian detik), dan jam—jika terdapat tiga subdial—saat fungsi stopwatch diaktifkan. Sementara, jarum penanda panjang di pusat dial tetap berfungsi sebagai penunjuk detik.

Fungsi stopwatch dikonsepsikan pada tahun 1695 oleh Samuel Watson untuk memenuhi permintaan dokter ahli bedah John Floyer. Sedangkan, chronograph pertama diciptakan oleh Louis Moinet di tahun 1816 untuk mendukung kegiatan astronomisnya. Meski begitu, penemuan Moinet tidak terpublikasi hingga adanya penelitian lanjutan pada tahun 2013. Sebelumnya, sejarah mencatat Nicolas Mathieu Rieussec sebagai sosok penemu chronograph pasca sebuah presentasi kepada The Academy of Sciences pada tahun 1821. Setelah mendapatkan paten setahun kemudian, chronograph tersebut dikomersialkan pasca dikenakan oleh Raja Louis XVIII sebagai pencatat waktu dalam kompetisi olahraga berkuda di Champs de Mars, Paris.

Selanjutnya chronograph terus berevolusi lewat berbagai inovasi dari segenap brand horologi. Berikut beberapa pembahasan penting perihal komplikasi yang mendulang popularitas berkat desain tangguh, performa penuh presisi, dan asosiasi eratnya dengan cabang olahraga lintas bidang.

MODERN DEVELOPMENT

Dunia horologi di abad ke-20 mencetak sejumlah tonggak pencapaian dalam ranah chronograph Rasanya tidak afdal jika melewatkan Longines dan Breitling dalam pembahasan ini. Pada tahun 1914, fungsi chronograph direalisasikan pada stopwatch Longines yang ditenagai oleh

Calibre 19.73N. Sementara itu, Gaston dan Willy Breitling berjasa menciptakan dua tombol tambahan—di posisi jam 2 dan jam 4—untuk mengaktifkan fungsi start/stop dan reset pada Breitling No.100 di tahun 1934. Jam dengan tiga tombol pengatur sontak menjadi tolok ukur bagi kreasi-kreasi chronograph di kemudian hari.

102 SOUL / CLASS IN SESSION
hanya berfungsi dalam menghitung waktu dan mengukur kecepatan, jam tangan dengan fitur ini memiliki desain sporty nan
Longines Heritage Classic Chronograph Ref. L2.830.4.93.0

FLYBACK

Pada komplikasi chronograph reguler, tombol stop perlu ditekan terlebih dahulu sebelum melakukan reset saat fungsi stopwatch diaktifkan. Jika lalai melakukannya, mesin jam akan mengalami gangguan yang membuatnya lebih rentan terhadap kerusakan. Terutama bila tidak digunakan dalam jangka panjang. Namun, lain halnya dengan flyback chronograph yang mengoptimalkan pengukuran waktu lewat penyederhanaan proses reset. Komplikasi ini mengizinkan sang pengguna untuk mengaktifkan fungsi reset tanpa harus memberhentikannya terlebih dahulu. Jarum indikator pun akan langsung mengulang dari awal dengan baik. Selain itu, flyback chronograph juga memiliki kapabilitas untuk menghitung beberapa objek secara bergantian dengan cepat. Fungsi ini perdana disematkan pada Longines Calibre 13ZN dan kini dapat ditemukan di berbagai penawaran dalam portofolio Richard Mille.

TACHYMETER

Beberapa jam tangan chronograph di pasaran acapkali dilengkapi oleh skala khusus—selain indeks jam—yang dikenal dengan nama tachymeter Selain berguna untuk mengetahui jarak tempuh dan rerata kecepatan dari suatu peristiwa atau objek bergerak yang sedang diukur, keistimewaan tachymeter terletak pada estetika distingtifnya. Secara umum, desain tachymeter terbagi menjadi dua: di pinggiran dial dan terukir pada bezel. Skala tachymeter dapat ditafsirkan dalam satuan metrik (m/km), maupun imperial (mil). Lantas, bagaimana cara membaca skala tachymeter ? Setelah mengaktifkan fungsi stopwatch dengan menekan tombol di posisi jam 2 dan menghentikannya, hasil rekam jarak pada skala tachymeter akan ditunjukkan oleh jarum penanda detik. Selain itu, fitur yang ditemukan oleh TAG Heuer pada tahun 1915 tersebut pun mampu menaksir jarak dari objek atau peristiwa yang bergerak secara konstan. Perlu diketahui, skala tachymeter hanya mampu berfungsi mulai dari detik ke-7 hingga detik ke-60. Selepasnya, tentunya diperlukan rumus matematika tersendiri untuk merekam kecepatan yang ingin diketahui.

RATTRAPANTE

Sesungguhnya terdapat beberapa sebutan untuk rattrapante, yaitu jenis chronograph yang mampu menghitung dua objek berbeda sekaligus meski dengan rekam jejak waktu berbeda. Termasuk di antaranya adalah split-seconds chronograph, doppelchronograph, dan double chronograph

Bermakna ‘menangkap kembali’ dalam bahasa Prancis, rattrapante

memiliki tampilan paling unik dibanding jenis chronograph lainnya berkat jarum tipis tambahan serupa penunjuk detik. Kedua jarum detik di pusat dial pun akan berputar—secara independen—sesuai kebutuhan saat fungsi stopwatch diaktifkan. Dengan demikian, interval tempuh dapat dihitung dari dua objek berbeda ketika pelacakan waktu dilakukan.

Komplikasi yang ditemukan di tahun 1831 oleh Joseph Thaddeus

Winnerl—seorang pekerja Breguet—tersebut disematkan pada sebuah jam tangan untuk pertama kalinya dalam Patek Philippe 1923 Officer. Kini sang komplikasi telah disempurnakan lewat mekanisme mutakhir bernama triple split yang dapat ditemukan dalam lini Saxonia milik brand horologi independen, A. Lange & Söhne.

103
Richard Mille RM 1103 Automatic Flyback Chronograph McLaren TAG Heuer Chronograph Tourbillon Formula 1 x Mario Kart Ref. CAZ5080.FC6517 A. Lange & Söhne Saxonia Triple Split Ref. 424.037F

WHO Breitling

WHAT Perkenalan terhadap koleksi Top Time

Classic Cars dan Premier teranyar dari Breitling

yang dikemas dengan format presentasi ekstensif

mengenai riwayat kedua lini yang dipandu oleh

Alvin Soon selaku President Breitling untuk

wilayah Tiongkok dan Asia Tenggara. Acara ini ditutup oleh sesi buka puasa bersama dengan para rekan media.

WHEN 12 April 2023

WHERE Restoran The Bridge, Jakarta

EVENTS 104

WHO Chopard

WHAT Peluncuran edisi terbatas Chopard Alpine Eagle Indonesia Edition dengan ukiran map Indonesia dalam material Lucent Steel A223 dan ceramised titanium pada bagian caseback. Acara ini turut diisi oleh sesi touch and feel yang diikuti oleh 10 pelanggan eksklusif Chopard dan penyajian kopi berlukiskan logo Chopard dari Nespresso Indonesia.

WHEN 12 Mei 2023

WHERE Butik Chopard di Plaza Indonesia, Jakarta

105

WHO Cartier

WHAT Panel Cartier Women’s Initiative Series dengan tema pemberdayaan wanita secara inklusif dan kolaboratif. Sesi diskusi dipandu oleh Gita Syahrani, serta melibatkan tiga pengusaha wanita lintas industri, yaitu Nicky Clara, Dinda Hervi, dan Destry Anna Sari. Kesempatan ini turut dipergunakan untuk memperkenalkan nominasi dari region Asia

Selatan dan Tenggara: Denica Flesch, CEO SukkhaCitta (Indonesia) dan Mint Lim, pendiri School of Concepts (Singapura).

WHEN 11 April 2023

WHERE Hutan Kota Plataran, Jakarta

EVENTS
106

WHO Bell & Ross

WHAT Presentasi eksklusif sejumlah rilisan terbaru Bell & Ross di tahun 2023

yang dilanjutkan dengan jamuan makan siang bersama rekan-rekan media

Indonesia. Acara ini turut dihadiri oleh Chee Wei Tong selaku General Manager Bell & Ross Asia dan tim pemasaran Bell & Ross dari Singapura dan Malaysia.

WHEN 11 Mei 2023

WHERE Hotel Langham, Jakarta

107

Temukan jam tangan yang Anda baca di CROWN

Arnold & Son

Sincere Fine Watches

The Shoppes Marina Bay Sands

Singapura Unit 2M-202

Tel: +65 6634 9782

Audemars Piguet

Plaza Indonesia

Level 1, Unit 170

Tel: 021 2992 3982

Biver

www.jcbiver.com

Bell & Ross

Pacific Place

Level Ground, Unit 88A

Tel: 021 5140 2711

Breitling

Plaza Senayan

Level 1, Unit 117B – 119B

Tel: 021 2967 8512

Breguet

Tersedia di butik The Time Place

Bulgari

• Plaza Indonesia

Level 1, Unit 133 – 157-158

Tel: 021 3192 6661

• Plaza Senayan

Level 1, Unit 145C-147C-151C

Tel: 021 5790 0140

• Pacific Place

GF, Unit 35A-B

Tel: 021 5797 3850

Cartier

• Plaza Indonesia

Level 1, Unit 138 – 139

Tel: 021 314 1916

• Plaza Senayan

Level 1, Unit 119A, 121A, 125A

Tel: 021 572 5238

Chanel

Plaza Indonesia

Level 1, Unit 128

Tel: 021 2992 4023

Chopard

Plaza Indonesia

Level 1, Unit 182B

Tel: 021 2992 4350

Ferdinand Berthoud

Sincere Haute Horlogerie

Takashimaya S.C.

Singapura #01-12, 391 Orchard Road

Tel: +65 6733 0618

Grand Seiko

• Independent Pacific Place

Lantai Ground, Unit 29

Tel: 021 2903 5917

• Plaza Senayan

Lantai 3, Unit 353

Tel: 021 572 5689

• Blok M Jakarta

Jalan Melawai IX No.46

Tel: 021 720 8717

• Sun Plaza Medan

Lantai Ground, C-32-33

Tel: 061 450 1505

• Tunjungan Surabaya

Jalan Tunjungan

No.98-100

Tel: 031 547 4756

Hautlence www.hautlence.com

Hermès

• Grand Hyatt Jakarta

Upper Lobby Floor

Tel: 021 2992 3998

• Pacific Place GF, Unit 88A

Tel: 021 5140 2798

Hublot

Tersedia di butik The Time Place

INTime

• Grand Indonesia

West Mall, Unit G19

Tel: 021 2358 1208

• Mal Kelapa Gading 3

GF, Unit G42

Tel: 021 4584 8977

• Central Park

GF, Unit G-117B

Tel: 021 5698 5156

• Paris Van Java Bandung

Resort Level, Unit B-35

Tel: 022 8206 4135

• Sun Plaza Medan

GF, Unit C31- 32

Tel: 061 8051 2538

IWC

Plaza Senayan

Level 1 #127A

Tel: 021 5790 5370

Jaeger-LeCoultre

Plaza Senayan

Level 1, #119A-121A 021 5790 5371

John Hardy

• Kapal Bambu Boutique

Br. Baturning no 1 Desa Mambal, Abiansemal, Bali

• John Hardy Boutique & Gallery at Seminyak

Jl. Raya Petitenget Kerobokan Kelod, Bali

Longines

Tersedia di butik INTime

Louis Moinet www.louismoinet.com

STOCKIST 108
108

Louis Vuitton

• Plaza Indonesia

Tel: 021 310 7581

• Plaza Senayan

Tel: 021 572 5139

• Pacific Place

Tel: 021 5140 0575

Montblanc

• Pacific Place GF, Unit 27 – 28

Tel: 021 5140 2762

• Plaza Indonesia Level 1, Unit 141

Tel: 021 2992 4015

• Plaza Senayan Level 1, Unit 146B

Tel: 021 572 5141

• Pondok Indah Mall 2 GF, Unit 29A

Tel: 021 7590 0926

Norqain

Wisma Atria Singapura

#02-33/34

+65 6355 9267

Panerai

Plaza Senayan

Level 1, #121 A - 129 A

021 5790 5369

Parmigiani Fleurier

www.parmigiani.com

Patek Philippe

Plaza Indonesia Level 1, Unit 35 – 38

Tel: 021 3192 6632

Piaget

Plaza Senayan

Level 1, 125B/127B

Tel: 021 572 5759

Reservoir

EBI Watch - Fairgrounds SCBD

Level Basement

Tel: 021 515 5011

Roger Dubuis

Tersedia di butik The Time Place

Rolex

Plaza Indonesia

Level 1, Unit 69 & 70A

Tel: 021 2992 3982

Seiko

• Plaza Senayan Level 3, Unit 353

Tel: 021 572 5689

• Blok M

Jalan Melawai IX No.46

Tel: 021 720 8717

• Sun Plaza Medan

Level 1, Unit C32 – 33

Tel: 061 450 1505

• Tunjungan Surabaya

Jalan Tunjungan No. 98 – 100

Tel: 031 547 4756

Swatch

Plaza Senayan

Level 1, Unit 72

Tel: 021 572 5555

TAG Heuer

• Central Park

GF, Promenade 002

Tel: 021 2920 0422

• Pacific Place

GF, Unit G-16A

Tel: 021 5797 3725

• Plaza Indonesia

Level 1, Unit 129 – 130

Tel: 021 2992 3990

• Plaza Senayan

Level 1, Unit 155C

Tel: 021 572 5137

• Senayan City

GF, Unit G-53

Tel: 021 7278 1601

The Time Place

• Pacific Place

GF, Unit 12 A-B

Tel: 021 5140 2796

• Plaza Indonesia

Level 1, Unit 165 – 168

Tel: 021 310 7715

• Plaza Senayan

Level 1, Unit 122 – 128B

Tel: 021 572 5759

• Tunjungan Plaza 4 Surabaya

UG, Unit 30 – 37

Tel: 031 532 7991

Tissot

• Plaza Senayan

Level 2, Unit #E24A

Tel: 021 5785 5241

• Grand Indonesia

West Mall Lantai 1, Unit WM-1#02

Tel: 021 2358 0449

• Pondok Indah mall 2

Level Ground, Unit 30

Tel: 021 572 5822

• Mal Kelapa Gading 3

Ground Floor, Unit LG-32

Tel: 021 4585 3775

Tudor

Tersedia di butik INTime

Ulysse Nardin

www.ulysse-nardin.com

Vacheron Constantin

ION Orchard Singapura

#02-07, 2 Orchard Turn

Tel: +65 6509 8800

Van Cleef & Arpels

The Shoppes

Marina Bay Sands Singapura

Tel: +65 6688 7858

Zenith

Tersedia di butik The Time Place

109

BERLANGGANAN SEKARANG!

CARA BERLANGGANAN

Kunjungi www.crownwatchblog.id/berlangganan atau pindai QR Code di halaman ini untuk mengisi formulir berlangganan

BIAYA BERLANGGANAN MAJALAH

Berlangganan per tahun (4 edisi)

Rp 280.000

Untuk info lebih lanjut, hubungi kami di email: subscribe-magazine@crownwatchblog.id

FRÉDÉRIQUE CONSTANT THE MONOLITHIC CALIBRE FC-810

Presisi dalam pembuatan jam tangan adalah cawan suci sesungguhnya. Ragam tipe desain dan instrumen telah dikembangkan sejak dulu untuk meraih tingkat presisi dan efisiensi yang lebih baik. Inovasi yang dirilis meliputi tourbillon, multi-axis tourbillon, carousel, dan sebagainya. Namun, solusi paling ideal untuk meraih presisi adalah movement berkecepatan tinggi. Mesin yang berdetak dengan kecepatan tinggi menyuguhkan sejumlah faedah yang berkisar dari fitur anti-kejut hingga presisi tinggi dalam satu paket komplet. Tantangan terbesar adalah menciptakan escapement yang mampu menopang tekanan dari osilasi yang bergerak cepat dan menjanjikan cadangan daya nan prima.

Frédérique Constant menemukan solusi tepat dengan menciptakan sebuah osilator bak origami yang dikembangkan oleh Dr. Nima Tolou dari manufaktur movement asal Belanda, Flexous. Sejumlah 26 komponen fleksibel dari osilator Monolithic hadir sebagai pengganti tuas escapement tradisional dengan mengeliminasi komponen as roda dan perhiasan, serta mengintegrasinya menjadi suatu balok silikon yang mampu berubah bentuk dan mengalirkan energi untuk meningkatkan presisi jam. Osilator Monolithic beroperasi pada frekuensi 40Hz yang 10 kali lebih presisi dibandingkan escapement tradisional. Komponen ini beroperasi layaknya sayap burung kolibri dan tersingkap dengan indahnya melalui dial. Inilah osilator yang merajai ranah pembuatan jam tangan.

CASEBACK 112
WWW.CROWNWATCHBLOG.ID Nikmati informasi menarik terkini seputar dunia jam tangan di mana saja dan kapan saja dari perangkat favorit Anda. “Pindai kode untuk mulai membaca” Your Go-To Resource for Everything Timepiece facebook.com/crownwatchblogid @crownwatchblog.id A PROUD MEMBER OF TIME INTERNATIONAL GROUP
S er v i c e C en t e r : Cen te nn i al Tow er, 2 8 th F lo o r Jl G a tot S ubr oto Kav 24 & 2 5 J a ka rt a 1 2 93 0 Phone: +62 21 2 935 3595 Ema i l: time c ar e@tim e co.i d

Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.