ONE OF A KIND Keunikan jajaran kreasi di Only Watch 2023 | BEHIND THE CURTAIN Kecanggihan sarat tradisi di manufaktur Patek Philippe | PRECISION VORTEX Mendalami faedah tourbillon INDONESIA ISSUE #3 2023
Louis Vuitton Tambour Rose Gold
EDITOR-IN-CHIEF SHANNON HARTONO shannon@crownwatchblog.id
BUSINESS DEVELOPMENT
AMELIA WIDHARATNA amelia.widharatna@time.co.id
PRODUCTION MANAGER ERIKA TANIA DESSYANDRA erika.tania@crownwatchblog.id
PUBLISHING COORDINATOR
CHARLENE ATALIE charlene.atalie@time.co.id
GRAPHIC DESIGNER ERICK WIBOWO erick.wibowo@crownwatchblog.id
CHIEF EDITOR - DIGITAL RONALD HUTAGALUNG ronald.hutagalung@crownwatchblog.id
PUBLISHING EXECUTIVE ARINTA WIRASTO arinta.wirasto@crownwatchblog.id
SOCIAL MEDIA COORDINATOR DIMITRI JESSE dimitri.jesse@time.co.id
WEBSITE COORDINATOR RAKA PRAYUGA raka.prayuga@time.co.id
Diterbitkan oleh
PT Komunikasi Perkasa International Centennial Tower lantai 28, Jalan Gatot Subroto Kav. 24-25 Jakarta 12930
CROWN INDONESIA is a proud member of TIME International Group and published under license from HIGHEND MEDIA PTE LTD, Singapore. No parts of this magazine are to be reproduced without the permission of TIME INTERNATIONAL and HIGHEND MEDIA PTE LTD. All rights reserved.
HIGHEND MEDIA
CHAIRMAN & CEO DAVID LEPPAN
MANAGING DIRECTOR HRISTO SIMEONOV hristo.simeonov@highend.media
PUBLISHER CONNIE YEUNG connie.yeung@highend.media
VP, BUSINESS DEVELOPMENT ALAN TAN alan.tan@highend.media EDITOR DARREN HO DARREN.HO@HIGHEND.MEDIA
ART DIRECTOR DENNIS GOH dennis.goh@highend.media
on the cover: LOUIS VUITTON TAMBOUR ROSE GOLD
Dalam case 40 mm bermaterialkan emas merah muda 18 karat dengan bezel berfinis sandblasted dial warna cokelat yang dilengkapi oleh lingkar penghitung detik di posisi angka 6, serta bracelet terintegrasi dan gesper lipat dengan tiga mata pisau tersembunyi. Jam ini ditenagai oleh movement tiga jarum otomatis Cal. LFT023 dengan rotor mikro emas merah muda 22 karat yang bercadangan daya hingga 50 jam.
Published by HighEnd PTE LTD 391B Orchard Road, Level 22-01, Ngee Ann City Tower B, Singapore 238874
TISSOTWATCHES.COM TISSOT Sideral POWERMATIC 80 MOVEMENT WITH UP TO 80 HOURS OF POWER RESERVE P L A Z A S E N AYA N ( L E V E L 2 ) M A L L K E L A PA G A D IN G 3 ( G R O U N D F L O O R ) G R A N D I N DO N E S I A ( L E V E L 1 ) P O N DO K I N D A H M A L L 2 ( G R O U N D F L O O R ) KOTA KASABLANKA (GROUND FLOOR) I N T I M E C E NT R A L PA R K ( G R O U N D F L O O R ) I N T I M E PA RI S VA N J AVA B A N D U N G ( G R O U N D F L O O R ) I N T I M E S U N P L A Z A M E D A N ( G R O U N D F L O O R ) URBAN ICON (ALL STORES)
Ketika kemahiran desain dan teknis sudah menjadi ekspektasi standar terhadap karya jam tangan mewah, para kolektor kemudian beralih kepada jam tangan edisi terbatas. Pesona caseback yang dilengkapi oleh urutan nomor seri sesuai jumlah ketersediaan jam memang sebuah konsep yang menarik bagi pemiliknya. Tak melulu soal strategi bisnis, perilisan jam tangan dalam jumlah tertentu juga terkadang dipengaruhi oleh skala produksi sang manufaktur maupun misi dan/atau peristiwa tertentu yang menginspirasinya.
Bagi kaum purist—sebutan untuk kolektor jam tangan yang mengedepankan craftsmanship tradisional dan nilai histori yang kental—jam tangan Philippe Dufour (hal. 14) merupakan mahakarya watchmaking yang tak tertandingi. Disebut-sebut hanya memproduksi 15-18 jam saja per tahunnya, Philippe Dufour mengerjakan sendiri seluruh bagian jam termasuk komplikasi dan dekorasi. Maka tak heran bila pelelangan Christie’s di akhir tahun nanti akan menyita banyak perhatian, sebagaimana seorang kolektor memutuskan untuk melelang jam tangan Simplicity miliknya.
Di sisi lain, Panerai (hal. 68) mempunyai pendekatan berbeda dalam menyuguhkan jam tangan edisi terbatasnya. Bukan soal desain atau teknologi tertentu, melainkan sebuah kurasi pengalaman imersif yang telah disiapkan oleh sang brand bagi para pembeli yang beruntung. Tahun ini, sejumlah pengalaman akan kembali diadakan. Mulai dari mengikuti pelatihan dengan unit anti-teroris Paris, GIGN, hingga mengemudikan supercar eksklusif bersama BRABUS.
Terdapat pula edisi terbatas yang dirilis sebagai hasil dari kolaborasi, seperti yang dilakukan oleh Hublot (hal. 46) dengan Nespresso. Dalam misi mengawinkan inovasi dan keberlanjutan, kedua brand Swiss ini menyulap limbah kopi menjadi Big Bang Unico Nespresso Origin nan memesona. Di mana kapsul-kapsul kopi yang mengandung aluminium menjadi material bagi case, bezel, dan crown, sedangkan ampas kopi diinjeksikan pada temali jam tangan yang hanya tersedia sebanyak 200 unit tersebut.
Berbicara soal edisi terbatas, tahun 2023 akan menjadi saksi bagi penyelenggaraan ke-10 dari Only Watch (hal. 36). Diadakan sejak tahun 2005, acara lelang amal yang diadakan setiap dua tahun sekali tersebut didedikasikan untuk mendanai riset dan pengobatan bagi penderita Distrofi Otot Duchenne. Misi mulia ini didukung oleh 73 watchmaker yang berpartisipasi di tahun 2023, termasuk Patek Philippe, Audemars Piguet, Breguet, F. P. Journe, hingga Richard Mille.
Apapun latar belakangnya, keistimewaan dan keunikan edisi terbatas memang layak dilabeli dengan harga fantastis. Meski tidak untuk semua orang, kehadiran konsep semacam ini menyajikan dinamika tersendiri di dalam dunia horologi. Selain kian menaikkan nilai keseluruhan dari sang brand, jam tangan edisi terbatas juga menjadi salah satu platform menyegarkan untuk mengeksplorasi inovasi—mesin penggerak utama industri ini.
SHANNON HARTONO
BOUTIQUES PLAZA SENAYAN - PLAZA INDONESIA - SENAYAN CITY PACIFIC PLACE - CENTRAL PARK
IDENTITY
24 Echoes of an Epoch Estetika minimalis jadi pilihan Louis Vuitton untuk menggaungkan babak baru Tambour di dunia horologi
32
All on the Wrist
VISION
16
Perjalanan Richard Mille sebagai nahkoda dalam dunia horologi dan nautikal
17
Meningkatkan kualitas kesehatan dengan kesadaran penuh bersama iterasi anyar Casio G-Squad
18
Self-Portrait Jean-Pascal Perret berbagi kisah tentang makna sesungguhnya dari strategi kolaborasi Omega
20
Pascal Wehrlein dan António Félix da Costa berbagi pandangan seputar menavigasi karier dalam dunia otomotif
Rolex mengejutkan para kolektor horologi lewat edisi spesial Oyster Perpetual Cosmograph Daytona untuk memperingati hari jadi ke-100 dari 24 Hours of Le Mans
36
Exceptional Artistry
Menyoroti kreasi eksklusif sarat kreativitas yang disumbangkan oleh sejumlah brand horologi untuk dilelang pada ajang Only Watch 2023
46
sebuah kreasi lantang
14
Kreasi jam tangan dari
Philippe Dufour segera beredar di balai lelang terkemuka akhir tahun ini
15
Kepedulian Chopard terhadap keberlanjutan dan edukasi diwujudkan lewat sebuah misi mulia
High Contrast
Kombinasi material tak biasa, sensibilitas desain nan unik, dan kemahiran teknis adalah formula yang menjadikan setiap karya Hublot selalu menjadi pusat perhatian
48 A Disruptive Code
Menyingkap evolusi Audemars Piguet ke arah kontemporer lewat sejumlah iterasi terbaru Code 11.59
4 Editor’s Note 10 Top of the Hour Mempertahankan relasi Longines dan olahraga berkuda dalam kompetisi paling bergengsi di kelasnya 12
keterampilan Roger Dubuis dan
ke dalam
Peleburan
Dr. Woo
24
17 PULSE PRECISION 20 SELF-PORTRAIT
ECHOES OF AN EPOCH
50
SPLASHY REVIVAL
PRECIOUS HOURS
74 MASTER OF HOROLOGY
86 Behind The Curtain Menyingkap alasan istimewa di balik status ‘ holy grail ’ yang diemban kreasi-kreasi Patek Philippe
92 Jewelled Icons
Cartier mengawinkan seni pembuatan jam tangan dan perhiasan mewah lewat instrumen waktu bertatahkan permata terbarunya
50
Heuer:
54 Subtle Refinement Menyingkap pembaruan proporsi desain nan ergonomis pada rilisan terbaru Bell & Ross BR 03 58 Small
Melakukan
mesin
‘70-an
PRX 35 mm Automatic 62 Elevated
menggapai cakrawala baru dalam semesta horologi 68 Fan’s Favorite Di bawah kepemimpinan Jean-Marc Pontroué, Panerai terus menjadi pilihan para penggemar horologi dengan produk yang kian inovatif 74 Master of Horology
102 How To Buy Longines 104 Class in Session Faedah di balik pencegah gravitasi berpenampilan rupawan, tourbillon 106 In The Loupe Jaquet Droz menerapkan teknik seni lawas Pointilism pada iterasi berkonsep skeleton 108 Events Rangkuman acara horologi di Indonesia 110 Stockist Temukan lokasi butik jam tangan pilihan Anda 112 Menyingkap
Double Balancier Convexe milik Greubel Forsey
Splashy Revival Interpretasi modern dari iterasi lawas terpopuler di kalangan para kolektor TAG
Carrera Skipper
and Mighty
perjalanan
waktu ke dekade
bersama Tissot
Horizon Bersama Julien Tornare, Zenith
Menyelami semesta imersif Rado bersama sang CEO, Adrian Bosshard 80 Ain’t No Mountain High Enough Mengamati wujud jam tangan Montblanc sebagai instrumen pendamping eksplorasi dan petualangan SOUL
mekanisme menakjubkan pada
CRAFT
94
VISION
Visi tanpa tindakan hanya sebuah mimpi, tindakan tanpa visi hanya waktu yang terbuang
JENDERAL SOEDIRMAN
BEHIND THE SADDLE
Mempertahankan relasi Longines dan olahraga berkuda dalam kompetisi paling bergengsi di kelasnya
Spirit Longines terhadap olahraga berkuda telah berakar sejak awal pendiriannya pada abad ke-19. Mulai dari perilisan sebuah jam saku berkomplikasi chronograph dengan ilustrasi kuda dan seorang joki (1878), menjadi sponsor kompetisi lompat rintang di Lisbon (1912), mengkonsepsikan kamera pencatat waktu bermesin quartz bernama Chronocinégines (1954), hingga kemitraan dengan sejumlah organisasi berkuda prestisius dalam skala global. Termasuk di antaranya adalah Fédération Équestre Internationale, The Hampton Classic, dan International Federation of Horse Racing Authorities.
Longines pun turut berperan sebagai mitra resmi bagi salah satu ajang olahraga berkuda prestisius, Royal Ascot. Kemitraan antara brand basis Saint-Imier dan Royal Ascot sendiri telah bermula sejak tahun 2007. Bukan sekadar kompetisi olahraga berkuda, signifikansi Royal Ascot dalam dunia berkuda dan Monarki Inggris dapat ditelusuri hingga tahun 1711. Ketika itu, Ratu Anne menemukan potensi dari sebuah lahan kosong di area Eastcote, London. Usai ditransformasi menjadi gelanggang pacuan, lahan tersebut menjadi rumah bagi kompetisi berkuda paling bergengsi dengan daftar tamu prominen yang meliputi keluarga kerajaan, para aristokrat, dan sejumlah figur publik terpandang.
Kini hubungan antara Longines dan Royal Ascot pun semakin dikukuhkan pada gelaran yang diadakan pada tanggal 20-24 Juni silam. Seperti tahun-tahun sebelumnya, Longines turut berpartisipasi sebagai sponsor, pemberi kualifikasi, dan Official Timekeeper. Selama lima hari, Longines berjasa mencatat waktu dari tujuh sesi pertandingan setiap harinya. Kompetisi hari pertama dijuarai oleh kuda bernama Ahorsewithnoname dan sang joki, William Buick, dalam pertandingan Ascot Stakes. Hari kedua menyaksikan kemenangan yang diraih oleh tim Villanova Queen dalam sesi Kensington Palace Stakes.
Sebagai apresiasi atas pencapaian menakjubkan tersebut, Longines pun menganugerahi masing-masing pemenang dengan satu unit jam tangan. Pada tanggal 21 Juni, penghargaan dalam sesi The Prince of Wales’ Stake jatuh kepada kuda bernama Moshtadaf yang ditunggangi oleh sang joki, Jim Crowley. Sebagaimana pemenang lainnya, Longines pun mempersembahkan Longines Master Collection berkomplikasi moonphase yang dikreasikan khusus untuk Royal Ascot 2023.
10 VISION / TOP OF THE HOUR
11
BOLD BLEND
Peleburan dua keterampilan ke dalam sebuah kreasi lantang
Seorang seniman tato terkemuka, Dr. Woo, kembali berkolaborasi dengan Roger Dubuis untuk mewujudkan sebuah kreasi berdesain lantang. Momen ini menandai pertemuan kedua antara sang seniman dan brand asal Swiss tersebut, usai merampungkan edisi terbatas Monotourbillon pada tahun 2021 silam. Bertajuk Excalibur Dr. Woo Monobalancier, buah kolaborasi kedua ini dirilis sebagai edisi terbatas yang hanya diproduksi sejumlah 28 unit.
Dr. Woo—juga dikenal sebagai Brian Woo atau Woo— merupakan seniman tato basis Los Angeles yang terkenal dengan seni beraliran hyperrealist. Gaya khas
Dr. Woo dicirikan oleh teknik single needle yang berjasa menghasilkan ilustrasi nan realistis. Setiap gubahan
Dr. Woo diawali oleh sebuah guratan halus dan acap kali didominasi oleh unsur geometri, sehingga mampu menciptakan arsir maupun gradasi mendetail.
Sejatinya, baik Dr. Woo maupun Roger Dubuis berbagi spirit yang sama. Sebagaimana dicerminkan oleh prinsip Hyper Horology™ yang diemban oleh sang rumah horologi berusia 28 tahun. Keduanya pun melanjutkan untuk mendobrak batasan pembuatan jam tangan melalui craftsmanship dan inovasi. Dengan demikian, Excalibur Dr. Woo Monobalancier menjadi wahana sempurna bagi Dr. Woo untuk bereksplorasi lewat tema tata surya.
Dengan segala keistimewaannya, fokus utama dari jam berdiameter 42 mm tersebut terletak pada bagian dial Di antara posisi angka 10 dan 11, terdapat ukiran matahari bermaterialkan emas merah muda—digarap dengan laser—yang berkontras apik dengan cakram hitam berfinis PVD. Berikutnya adalah ilustrasi Bumi di antara posisi angka 4 dan 5, menutupi roda barel berputar yang terhubung dengan jarum penunjuk. Koneksi tersebut memungkinkan cakram untuk berotasi penuh setiap 6 jam dan 40 menit. Sementara, imaji bulan sabit di posisi angka 8 diwujudkan dari motif bundar dan garis menyelubungi balance wheel Calibre RD720SQ yang menenagai performa prima sang jam. Manifestasi tema tersebut berlanjut pada bagian caseback yang mengasimilasi elemen matahari, bumi, dan bulan bersama inisial nama Dr. Woo.
Seolah belum puas menyalurkan kreativitasnya, jam yang didominasi oleh warna hitam ini turut menghadirkan portofolio desain Dr. Woo di sekeliling case bermaterialkan keramik. Ialah simbol-simbol tato yang didesain oleh Dr. Woo semasa perjalanan karirnya. Termasuk di antaranya adalah gambar laba-laba kecil yang menjadi ciri khas Dr. Woo dan dapat Anda temukan dalam rupa ukiran hitam pada sebuah cakram kristal safir di posisi angka 2 dan 3. Sebuah perhatian terhadap detail yang sungguh istimewa.
VISION / TOP OF THE HOUR
RARE OCCASION
Kreasi jam tangan dari seorang legenda hidup segera beredar di balai lelang terkemuka akhir tahun ini
Nama Philippe Dufour mungkin hanya diketahui oleh segelintir fanatik atau mereka yang tergolong connoisseur di dunia horologi. Perlu Anda ketahui bahwa Philippe mengemban reputasi sebagai salah satu kreator terbaik dalam ranah pembuatan jam tangan Bagaimana tidak? Ketika brand horologi lain perlu membudidayakan beragam divisi untuk merampungkan satu jam tangan, sang legenda hidup ini mengerjakan semuanya sendiri—desain, inovasi komplikasi, dekorasi, hingga perakitan movement dan jam tangan.
Philippe merupakan watchmaker pertama yang menempatkan komplikasi minute repeater Grande et Petite Sonnerie pada sebuah jam tangan di tahun 1992. Begitu pula dengan komponen double balance wheel— untuk akurasi dan presisi maksimal—yang diterapkan pada iterasi bertajuk Duality (1996). Selanjutnya, pria asal Swiss ini melanjutkan eksplorasinya ke arah yang lebih ‘sederhana’ jika ditilik dari segi teknis. Ialah koleksi Simplicity, sebuah jam tiga jarum dengan fokus pada teknik dekorasi nan rupawan.
Dalam kurun dua dekade, Philippe hanya merilis sekitar 200 jam tangan yang menjadikan setiap unitnya begitu didambakan. Jika Anda berminat memiliki salah satu karya Philippe, musim gugur mendatang merupakan momen yang tepat untuk mewujudkannya. Pasalnya, sebuah jam Simplicity akan ditawarkan kepada publik pada ajang lelang Christie’s di Jenewa. Merupakan konsiyansi dari seorang kolektor pribadi, jam Simplicity langka ini semakin istimewa karena dilengkapi oleh sertifikat tertanggal 3 Juni 2021—hari jadi ke-73 tahun dari sang maestro.
Terdapat sebuah perbedaan distingtif pada edisi spesial ini, meski konsep bersahaja Simplicity tetap dipertahankan. Pertama adalah nihilnya lingkar penghitung detik di posisi angka 6 yang memberi panggung lebih bagi warna biru gelap pada dial. Rupanya fitur ini ditiadakan berkat permintaan klien, membuatnya kian istimewa. Selanjutnya, jam ini hadir dalam case berdiameter 38 mm, sementara pendahulunya mengusung ukuran 34 mm dan 37 mm. Jam ini akan dilelang oleh Christie’s pada tanggal 6 November 2023 mendatang, dengan estimasi harga ₣600.000 – ₣1.200.000.
14 VISION / TOP OF THE HOUR
BUILD WITH A PURPOSE
Kepedulian Chopard terhadap keberlanjutan dan edukasi
diwujudkan lewat sebuah misi mulia
Komitmen Chopard terhadap keberlanjutan dan kesejahteraan tidak berhenti dalam pembuatan jam tangan atau perhiasan saja, tetapi juga terefleksikan dalam ranah filantropi. Lingkupnya pun beragam, mulai dari lingkungan, kesehatan, hingga edukasi. Bicara seputar pendidikan, Chopard telah mendemonstrasikan kepeduliannya selama lebih dari satu dekade. Sejak tahun 2009, Chopard telah berkolaborasi dengan model dan co-founder organisasi non-profit All Hands and Hearts, Petra Nemcova, dalam pembangunan kembali sekolah-sekolah yang terdampak oleh bencana alam. Pada tahun 2012, Chopard berkolaborasi dengan Ibu Negara Qatar, Sheikha Moza bint Nasser, untuk memperbaiki keadaan ekonomi, sosial, dan kemanusiaan lewat sebuah platform bernama Education
Above All. Selain itu, Chopard turut bermitra dengan organisasi non-profit Happy Hearts Indonesia yang berfokus pada akses pendidikan layak bagi sekolah di daerah tertinggal.
Pada bulan Juni 2023, Chopard (diwakili oleh Pierre-Ettore Millereau selaku Managing Director Asia & Oseania) dan Happy Hearts Indonesia (diwakili oleh CEO Sylvia Beiwinkler) bertolak ke Kabupaten Sumba Barat Daya dengan sebuah misi mulia, yaitu peresmian suatu sekolah yang telah direkonstruksi menggunakan hasil donasi sejumlah Rp925.370.000. PAUD
Tunas Daud didirikan oleh penduduk lokal pada tahun 2018 sebagai jawaban dari infrastruktur edukasi yang kurang memadai. Sebelumnya para murid PAUD yang masih berusia dini harus menempuh jarak sejauh 5 km—dengan segala rintangan yang dihadapi sepanjang jalan—untuk menimba ilmu. Kini, PAUD
Tunas Daud ditransformasi lebih lanjut menggunakan batu bata yang didaur ulang dari limbah plastik. Renovasi dari sekolah yang berlokasi di Desa Watulabara tersebut meliputi dua ruang kelas, satu toilet, dan sebuah taman bermain.
Inisiatif lainnya adalah kunjungan ke Sekolah Dasar Wali Ate yang turut dipugar oleh Chopard dan Happy Hearts Indonesia pada tahun 2020. Proyek perluasan tersebut mencakup pembangunan satu ruang kelas, dua toilet, dan satu perpustakaan yang bertujuan agar Kegiatan Belajar Mengajar dapat berlangsung lebih kondusif. Seperti PAUD Tunas Daud, SD Wali Ate pun awalnya dibangun sebagai proyek percontohan oleh komunitas lokal secara sukarela. Kini, 376 siswa SD Wali Ate pun dapat mengakses edukasi secara nyaman dan efisien.
15
CALL OF THE SEA
Perjalanan Richard Mille sebagai nahkoda dalam dunia horologi dan nautikal
Dihelat pada 10-25 Juni silam, kompetisi regatta yang akan diselenggarakan setahun sekali ini turut didukung oleh sejumlah klub bergengsi, seperti Royal Yacht Squadron, Royal Cornwall Yacht Club, Royal Dart Yacht Club, dan Société des Régates du Havre.
Menariknya, Richard Mille Cup dikhususkan bagi yacht klasik yang merupakan hasil restorasi maupun replika dari pra-Perang Dunia II atau sebelum tahun 1939. Kriteria lain ialah ukuran yacht yang turut serta harus setinggi 10 meter di atas batas air atau lebih. Sebanyak 15 yacht yang lulus proses seleksi kemudian bertanding dalam dua kategori di pesisir dan lepas pantai sekitaran Selat Inggris dan Prancis.
Richard Mille Cup pertama dimenangkan oleh Mariette untuk kategori schooner dan The Lady Anne untuk kategori cutter. Sang watchmaker menunjuk brand perhiasan basis Inggris, Garrard, untuk mengkreasikan trofi setinggi satu meter bermaterialkan perak murni sebagai maskot sang kompetisi. Sedangkan, versi replika setinggi 40 cm dari trofi tersebut setinggi diberikan kepada masing-masing pemenang. Tidak hanya menjadi platform bagi para yacht klasik untuk unjuk gigi, Richard Mille Cup juga bertujuan merayakan keindahan craftsmanship dan histori perahu layar.
Meski kerap diasosiasikan dengan automobil, signifikansi Richard Mille dalam dunia olahraga juga dapat ditemukan pada perlombaan balap layar. Pada tahun 2006, Richard Mille berkolaborasi dengan sebuah manufaktur yacht asal Italia, Perini Navi, yang menghasilkan RM 014 Tourbillon. Kemudian brand basis Les Breuleux, Swiss, ini turut berpartisipasi sebagai sponsor utama kompetisi regatta Les Voiles de St. Barth sejak tahun 2010.
Kecintaan sang brand terhadap dunia nautikal pun dikukuhkan lewat penyelenggaraan Richard Mille Cup perdana di tahun ini.
16 VISION / TOP OF THE HOUR
PULSE PRECISION
Casio G-Squad
Meski sudah berkomitmen menjalani gaya hidup sehat, terkadang dibutuhkan upaya lebih untuk mengoptimalkan prosesnya. Khususnya di era serba-cepat dan maraknya digitalisasi. Salah satu caranya adalah memiliki pelacak kesehatan untuk mengetahui informasi, seperti jumlah kalori, intensitas olahraga, dan lain-lain. Meski berbeda-beda, aksesori kesehatan umumnya hadir dalam wujud gelang atau jam tangan.
Senantiasa berinovasi, Casio turut menerapkan gagasan serupa pada edisi terbaru G-Squad bertajuk DW-H5600. Lima iterasi anyar ini dilengkapi oleh teknologi untuk melacak sejumlah aktivitas fisik. Lewat sensor optik—
dengan cahaya LED untuk mendeteksi aliran darah—dan akselerometer pada caseback, Anda dapat melacak detak jantung, jarak, pola tidur, dan kalori terbakar sesuai kebutuhan. Pelacakan dimulai ketika salah satu dari empat mode yang tersedia—lari, berjalan, gym, dan latihan interval—diaktifkan. Sistem pelacakan ini pun dapat disinkronisasi dengan ponsel pintar untuk mengakses informasi yang dilacak sekaligus analisis lainnya lewat sistem operasi PolarTM.
Bicara desain, jam ini masih menyadur wujud oktagon serupa versi orisinal (DW-5000C), dengan profil tangguh yang begitu dibanggakan.Bagaimanapun, nama G-Shock memang berasal dari fitur tahan guncangan yang dimilikinya. G-Squad DW-H5600 hadir dengan lima versi: hitam dan biru keabuan dengan case bermaterialkan resin (dilengkapi oleh serat karbon ramah lingkungan); hitam dan biru tua dalam case bermaterialkan logam; dan edisi terbatas berwarna hitam—dalam material logam—dengan bezel dan temali bermotif geometris yang dapat digonta-ganti. Bagian dial dilengkapi dengan cahaya LED otomatis yang dapat meningkatkan keterbacaan di kala gelap.
17
Meningkatkan kualitas kesehatan dengan kesadaran penuh bersama iterasi anyar
JEAN-PASCAL PERRET
Head of Olympic Games and Global Partnership
Omega berbagi kisah tentang makna sesungguhnya dari strategi kolaborasi
18 VISION / SELF PORTRAIT
Kelahiran kembali Omega adalah cerita menakjubkan yang melatari kesuksesannya. Meskipun pernah mengalami masa-masa sulit, Omega berhasil melaluinya dengan kepala dingin. Saya bergabung dengan Omega saat baru menyelesaikan studi. Saya sangat beruntung dapat menyaksikan perkembangan pesat sang brand. Saya dapat terlibat dalam berbagai proyek, bertemu orang-orang hebat, dan berkunjung ke negara indah seperti Indonesia. Bagaikan mimpi menjadi kenyataan, saya merasa bergairah untuk bekerja setiap harinya. Pekerjaan saya berkisar seputar kemitraan, negosiasi dengan para selebritas, turnamen olahraga, dan iklan.
Omega memiliki banyak kolaborasi lintas disiplin jangka panjang yang berkaitan dengan histori sang brand.
Pertama—dan yang terpenting—adalah kolaborasi dengan Olimpiade yang dimulai pada tahun 1932 di Los Angeles. Awalnya, keterlibatan kami hanya terbatas pada produksi jam tangan bagi International Olympic Committee (IOC) saja. Tak lama kemudian, Omega didaulat sebagai Official Timekeeper dan kolaborasi ini terus berlanjut hingga saat ini. Kami memiliki sejumlah tim yang didekasikan khusus agar dapat mencatat waktu seakurat mungkin selama berlangsungnya ajang olahraga international tersebut. Selain itu, kami juga bertanggung jawab atas aktivitas atletik lain yang menjadi perpanjangan peran kami dalam Olimpiade.
Kolaborasi dengan lisensi film James Bond juga merupakan sesuatu yang sangat kami banggakan sejak tahun 1995. Merupakan sebuah kehormatan bagi Omega untuk menghiasi pergelangan tangan mata-mata Inggris dalam misi spionase. Semua ini tidak akan terwujud tanpa dukungan dari Michael G. Wilson dan Barbara Broccoli selaku kreator dan produser James Bond. Tidak ada lisensi lain yang memiliki 27 film dalam portfolionya dan masih mendapatkan antusiasme yang sama untuk seri mendatang. Bicara kultur pop, kami juga memiliki kolaborasi dengan selebritas, seperti Nicole Kidman dan George Clooney.
“Jika mau terus bergerak ke depan, kita harus melakukan sesuatu tentang planet Bumi.” Kutipan tersebut dilontarkan oleh Nicolas Hayek—mantan CEO Omega—kepada saya di akhir era ‘90-an. Kita tinggal di dunia yang sangat dinamis dan berdampak besar pada iklim. Lantas, keberlanjutan bukanlah sebuah pilihan, namun sebuah kewajiban yang harus dijalankan secara kolektif oleh perusahaan berskala global, negara, kota, dan masing-masing individu. Kami memiliki sejumlah inisiatif dan platform besar untuk melakukannya, seperti berpartisipasi aktif pada program kelautan yang berkoneksi dengan jam tangan selam ikonis kami, Seamaster. Kini saatnya kami meningkatkan kesadaran terhadap ruang angkasa yang juga problematik.
Omega mendukung aktivitas pengelolaan limbah ruang angkasa yang dilakukan oleh ClearSpace
Penting sekali untuk mempertahankan kolaborasi penuh makna dan bertujuan mulia untuk memperbaiki kualitas hidup di kemudian hari. Dalam ranah alam semesta, Omega telah mencanangkan kemitraan yang memiliki signifikansi untuk masa depan dunia. Ialah eksporasi tata surya dengan NASA dan kemitraan dengan perusahaan berkelanjutan, Privateer, untuk memetakan limbah ruang angkasa. Selain itu, kami juga berkolaborasi dengan ClearSpace yang menangani hal serupa, hanya saja berfokus pada limbah yang berada di dalam radius 500 km dari Bumi.
Baik global maupun regional, keduanya adalah ruang lingkup penting bagi Omega dalam seluruh inisiatifnya. Pasalnya, setiap region memiliki preferensi berbeda yang tak kalah penting untuk digalakkan. Contohnya, sudah jelas bahwa terdapat perbedaan dalam popularitas cabang olahraga di benua Eropa, Amerika, dan Asia Tenggara. Prinsip yang sama pun kami aplikasikan pada pemilihan selebritas. Di era ‘90-an, figur publik besar mungkin memiliki skala popularitas yang sama di skala global. Lain halnya dengan era digital kini, di mana setiap region memiliki idola berbeda.
Salah satu jam tangan Omega favorit saya adalah Diver 300M Co-Axial Master Chronometer 007 Edition. Bagi saya, jam ini sangat istimewa karena kami mendesainnya bersama bintang utama James Bond, Daniel Craig. Jam ini pun sangat nyaman dan ringan untuk dikenakan dalam kegiatan olahraga seperti golf. Saya juga merasa bak seorang matamata saat mengenakan jam ini!
19
PASCAL WEHRLEIN & ANTÓNIO FÉLIX DA COSTA
Dua pembalap reli Formula E
berbagi pandangan seputar menavigasi karier dalam dunia otomotif dan mencapai tujuan bersama sebagai sebuah tim
António Félix da Costa (AFC): Melihat dua saudara laki-laki saya beraksi di lintasan balap menjadi momen penentu di balik keputusan saya untuk berprofesi sebagai pembalap reli. Saya selalu yakin bahwa giliran saya akan tiba di kemudian hari. Sekarang saya telah berhasil menggapai mimpi tersebut dan tidak akan pernah berhenti.
Pascal Wehrlein (PW): Meski meraih kemenangan adalah tujuan utama, pada praktiknya tentu saja terdapat banyak hal yang tidak sesuai harapan. Namun, kami mengerti bahwa kesuksesan adalah perjalanan panjang dan tantangan adalah hal yang tak terelakkan. Setiap pertandingan pun menjadi sarana pembelajaraan sebagai sebuah tim. Kami akan terus berjuang dengan gigih karena tidak ada yang melebihi adrenalin saat melaju cepat di balik kemudi.
AFC: Satu-satunya hal yang membuat saya kembali termotivasi ketika merasa terpuruk adalah mengontrol reaksi terhadap kejadian tersebut. Menurut saya, tidak ada pilihan lain selain bangkit dan mengambil kendali penuh terhadap hidup Anda. Yang lemah akan tetap berada di bawah, yang kuat akan terus maju ke depan.
PW: Ketegangan terjadi saat saya mencoba menjadi sempurna dan berupaya sekeras mungkin untuk menghindari kesalahan. Sebagai pembalap profesional, memang terdapat saat-saat indah, sesi kualifikasi yang bagus, atau kompetisi yang baik. Tetapi ada kalanya saya merasakan tekanan hebat untuk memberikan performa terbaik. Kuncinya adalah tetap merasa tenang dan puas, sehingga hari terburuk pun tidak akan menghancurkan Anda.
AFC: Perkembangan teknologi pada mobil elektrik di lintasan balap adalah hal yang sangat menakjubkan dan sudah mulai diterapkan pada mobil komersial. Terdapat koneksi yang besar antara manufaktur mobil ceper dan departemen balap, yaitu sebagai sarana uji coba. Deretan mobil ceper elektrik yang tersedia pun semakin variatif. Keterlibatan Porsche di kejuaraan balap reli elektrik begitu menakjubkan karena mereka membuka jalan untuk brand otomotif lainnya. Ketika memulai karir sebagai pembalap reli 9 tahun lalu, hal ini sama sekali belum terjamah. Sekarang kami menjadi saksi histori lewat segenap momentum mengesankan yang terjadi pada Formula E.
PW: Aspek terbaik dari Formula E adalah kualitas dan kesetaraan yang tercermin pada seluruh kompetisi. Ketika bergabung dengan Formula One, saya ingat bahwa sering terdapat jeda selama 3-4 detik antara tim pertama dan terakhir dalam sebuah
VISION / SELF PORTRAIT 20
pertandingan. Sedangkan di Formula E, hanya terdapat selang waktu 0,5 detik antara tim pertama dan terakhir. Hal tersebut mengilustrasikan sistem yang adil untuk para pembalap sehingga dapat unjuk gigi dengan percaya diri.
PW: Saya bersyukur untuk memiliki sejumlah tonggak pencapaian yang begitu saya banggakan, bersama dengan memori—baik maupun buruk—di baliknya. Di antaranya adalah dua kemenangan yang saya raih di Macau Grand Prix dan kejuaraan di Formula E Monako. Selain itu, kemenangan pertama dengan Porsche turut menjadi momen yang mendefinisikan perjalanan karier saya.
AFC: Terdapat beberapa pencapaian berarti yang akan saya ingat sepanjang karier saya. Beberapa yang paling signifikan adalah kemenangan sesi karting di Jerman, Formula Vee—kategori mobil roda terbuka—kejuaraan Deutsche Tourenwagen Masters (DTM) 2015—serta bergabung selama dua tahun di Formula One. Selanjutnya terdapat pula beberapa momen signifikan sejak bergabung di Formula E, seperti kemenangan bersama Porsche di Mexico tahun lalu dan di Diriyah E-Prix. Saya harap, akhir tahun ini kami dapat meraih titel jawara.
PW: Kami selalu merasa yakin dan percaya diri dalam setiap pertandingan karena peluang kemenangan akan senantiasa ada. Namun, tingginya suhu di Jakarta kali ini menjadi salah satu tantangan terbesar untuk mempertahankan fokus. Bukan hanya bagi para pembalap, namun juga komponen teknis pada mobil elektrik yang digunakan. Contohnya baterai dan ban mobil yang sensitif terhadap suhu tinggi.
AFC: Perayaan sudah menjadi tradisi di dalam tim kami, baik ketika meraih kemenangan, mengalami kekalahan, maupun momen lainnya. Datang ke Jakarta pun merupakan momen yang layak diselebrasi. Sebagai analogi, kekalahan bak mengisi sebuah ransel yang akan robek dan meringankan beban di punggung kami saat terjadi kemenangan. Maka dari itu, sangatlah penting untuk berbagi suka dan duka bersama seluruh tim—montir, ahli mekanis, dan staf pendukung lainnya— yang selalu mengiringi perjalanan kami dari awal.
PW: Moto hidup yang selalu saya pegang teguh dalam berkompetisi adalah percaya bahwa kemenangan selalu menanti. Selanjutnya adalah mempertahankan optimisme tersebut dengan melakukan persiapan yang mumpuni. Saya yakin, semua peserta kompetisi sudah memberikan yang terbaik untuk bertanding. Maka dari itu, kami harus berupaya lebih keras untuk menyaingi mereka sebagai pesaing yang tak kalah andal.
21
Identitas
adalah sesuatu yang harus kita banggakan karena itu adalah jati diri kita yang sebenarnya
MOCHTAR LUBIS
IDENTITY
IDENTITY / COVER STORY
Dari kiri ke kanan: Alpine Eagle 41 Frozen, Alpine Eagle 41 ‘Pine Green’, Alpine Eagle 33, dan Alpine Eagle XL Chrono
Tambour W1PG10 edisi terbatas bermaterialkan emas merah muda 18 karat
ECHOES OF AN EPOCH
Ketika estetika minimalis jadi pilihan
Louis Vuitton untuk menggaungkan
babak baru Tambour di dunia horologi
Erika Tania
Sesuai namanya, Tambour—berarti ‘drum’ dalam Bahasa Prancis—terlahir untuk menghadirkan dentuman di dunia horologi. Dengan siluet case cembung nan tebal yang menjadi ciri khasnya, Tambour menyajikan ruang leluasa bagi watchmaker untuk mengeksplorasi ragam komplikasi rumit dengan presentasi nan unik. Mulai dari chronograph ganda, worldtime dengan 24 zona waktu, tourbillon, jumping hour, hingga minute repeater
Selaras dengan kreasi busana dan aksesori kulitnya, Louis Vuitton mengedepankan kreativitas dan keberanian dalam hal desain dan inovasi. Tak hanya merambah ke dunia smartwatch pada tahun 2017, Tambour turut menjadi sorotan lewat berbagai iterasi model automaton dengan dekorasi tiga dimensi—berupa kepala tengkorak, topeng khas Opera Sichuan, hingga wajah Einstein—yang bergerak lincah pasca tombol aktivasi ditekan. Maka tak heran bila sejumlah karya sang maison memperoleh penghargaan dari Grand Prix d’Horlogerie de Genève dan cap Poinçon de Genève nan prestisius.
Setelah lebih dari dua dekade membanggakan dentuman menggelegar lewat kreasi-kreasi Tambour yang mendorong batasan, Louis Vuitton kini memilih tantangan baru dengan pendekatan yang kontras. Alih-alih desain kaya elemen dengan fitur horologi yang kompleks, generasi baru Tambour mengadaptasi estetika yang begitu minimalis. Tanpa mengkompromikan kualitas performa dan keindahan penampilan, Louis Vuitton memperkenalkan jam tangan tiga jarum otomatis dengan bracelet terintegrasi pertamanya yang akan menggaungkan era baru dari Tambour.
25
LESS IS MORE
Melalui Tambour terbaru, Louis Vuitton membuktikan
kepiawaian istimewanya
dalam mengelevasi setiap
elemen sang ikon sembari
mempertahankan identitas distingtifnya
Kepingan bracelet
menampilkan permukaan
cembung pada kedua
sisinya dengan kombinasi finis brushed dan polished untuk efek taktil yang lembut pada permukaan kulit
Case berdiameter
40 mm dengan ketebalan
8,3 mm dan lengkungan
pada bagian tengah
caseback yang mengikuti
kontur pergelangan tangan
pria maupun wanita
Indeks numeral dan jarum dilapisi oleh Super-LumiNova®
untuk keterbacaan dalam kondisi minim cahaya
FAB. EN SUISSE di bawah lingkar small seconds merupakan singkatan dari “Fabriqué en Suisse” yang tersemat pada dial jam tangan pada dekade 1950-an dan 1960-an sebelum dikenal luas sebagai SWISS MADE
Gesper lipat dengan tiga
mata pisau tersembunyi
secara apik pada
penghujung bracelet
yang ditandai oleh ukiran
LOUIS VUITTON
26 IDENTITY / COVER STORY
Kontras antara indeks per 5-menit yang
cekung dengan indeks jam berupa appliqué baton dan numeral Arab bertujuan memudahkan pembacaan waktu
Kedua jarum penunjuk kini bersiluet pipih dengan konstruksi skeleton untuk pandangan lebih leluasa terhadap dial berfinis brushed
Fluted crown membanggakan siluet drum dengan finis poles mengilap
Cal. LFT023 ialah movement tiga jarum otomatis pertama karya
Louis Vuitton dengan cadangan daya hingga 50 jam
Bracelet terintegrasi pertama dari
Louis Vuitton yang
menyatu seutuhnya dengan case berkat absensi lug
12 huruf timbul
LOUIS VUITTON di sekeliling sandblasted bezel diposisikan sejajar dengan penanda jam
27
BACK TO BASIC
Meski tampak sederhana, Tambour terbaru tak luput dari proses produksi kompleks yang melibatkan banyak pertimbangan. Lebih dari sekadar menyuguhkan estetika yang tak lekang oleh waktu, Louis Vuitton berfokus pada peningkatan ergonomi untuk memaksimalkan kenyamanan pemakai melalui perhatian mendalam hingga ke detail-detail terkecil. Seakan berkiblat pada prinsip ‘bentuk mengikuti fungsi’ yang dipopulerkan oleh arsitek Amerika Serikat, Louis Sullivan, setiap elemen pada Tambour terbaru mengemban misi dan fungsi tertentu.
Mari kita mulai dari bagian case. Dalam sekali pandang, Tambour terbaru tampak lebih ramping daripada para leluhurnya. Hal ini tercapai berkat case berdimensi anyar dengan diameter 40 mm dan ketebalan hanya 8,3 mm saja. Konstruksi caseback pun dibuat melengkung pada bagian tengah untuk mengakomodasi kontur pergelangan tangan.
IDENTITY / COVER STORY 28
Kenyamanan pemakaian nan seamless kian dipertegas lewat: kehadiran bracelet yang terintegrasi dengan case secara langsung tanpa adanya lugs; permukaan cembung pada kedua sisi kepingan bracelet yang seolah memeluk pergelangan tangan lewat sentuhannya; serta gesper lipat yang tersembunyi di penghujung bracelet dan dapat ditemukan pada kepingan bertuliskan LOUIS VUITTON.
Untuk menyuguhkan sensasi taktil yang memuaskan, Tambour terbaru mengusung ragam tekstur dan finis pada sejumlah bagiannya. Kombinasi finis brushed dan poles mengilap pada setiap kepingan bracelet menghadirkan sentuhan lembut pada kulit. Sedangkan, crown berbentuk serupa drum dengan garis-garis flute di sekelilingnya memberikan kenikmatan sensori kala menyetel waktu. Tak ketinggalan, 12 huruf timbul bertuliskan LOUIS VUITTON di sekeliling bezel berfinis sandblasted menghadirkan efek tiga dimensi nan unik.
Walaupun tak bisa disentuh dan hanya bisa dilihat saja, bagian dial pada Tambour terbaru juga membanggakan efek tiga dimensi serupa. Pelat dial setipis 1 mm lebih dikonstruksikan dengan level ketinggian berbeda, sehingga menghasilkan kedalaman yang elegan. Bila lingkar luar dial yang tampak lebih tinggi menunjukkan menit, lingkar dalam dial menunjukkan jam. Di sisi lain, indeks per 5-menit hadir dalam rupa cekungan, sedangkan indeks jam diwakilkan oleh appliqué baton dan numeral Arab.
Permainan dimensi tersebut bertujuan untuk memudahkan pengguna dalam membaca waktu berkat pantulan cahaya yang variatif pada masing-masing elemen. Melengkapi bagian tengah dial yang menerapkan finis brushed ialah tulisan LOUIS VUITTON PARIS sebagai pengingat bahwa sang maison telah berdiri sejak 1854 di Paris dan FAB. EN SUISSE sebagai penghormatan kepada indikasi SWISS MADE versi dekade 1950-an dan 1960-an.
29
IDENTITY / COVER STORY
Tambour W1ST20 bermaterialkan stainless steel dengan dial biru
30
Tambour W1ST10 bermaterialkan stainless steel dengan dial abu-abu
A NEW ERA
Generasi terbaru Tambour didukung oleh kinerja mengagumkan dari movement tigajarum otomatis pertama buatan Louis Vuitton, cal. LFT023. Sebagai hasil kolaborasi antara La Fabrique du Temps (pembuat jam tangan basis Jenewa yang diakuisisi oleh Louis Vuitton sejak tahun 2011) dan Le Cerle des Horlogers (spesialis movement ), mesin ini mengusung kemahiran teknis dan keindahan desain yang istimewa.
Dengan rotor mikro bermaterialkan emas 22 karat berinersia tinggi yang digerakkan oleh sebuah peripheral gearing, cal. LFT023 membanggakan winding yang sangat efisien hingga menghasilkan cadangan daya sebesar 50 jam pada frekuensi 4Hz (28.000 vibrasi per jam). Kualitasnya pun telah lulus uji dan memperoleh sertifikat chronometer dari Geneva Chronometric Observatory di bawah arahan TIMELAB Foundation. Memiliki akurasi -4 dan +6 detik per harinya, movement ini juga telah sesuai standar ISO 3159 nan ketat.
Dari segi dekorasi, berbagai ciri khas desain sang maison diimplementasikan secara apik pada komponen-komponen movement. Dua di antaranya ialah penutup barel dengan konstruksi openwork serupa Monogram Flower dan rotor mikro yang dihiasi oleh motif repetitif dari huruf LV. Sebuah referensi terhadap watchmaking tradisional hadir lewat pelat utama yang didekorasi dengan motif setengah lingkaran, namun disandingkan dengan permata tak berwarna sebagai sentuhan lebih modern dibandingkan rubi yang merupakan pilihan konvensional.
Generasi pertama dari Tambour terbaru terdiri dari dua model stainless steel dan
edisi terbatas bermaterialkan emas. Untuk model stainless steel, terdapat dua pilihan dial klasik dalam warna biru (W1ST20) maupun abu-abu (W1ST10). Meski mengusung case dan bracelet bermaterialkan stainless steel, semua penanda pada dial terbuat dari emas putih yang kemudian dilindungi oleh kaca safir anti-reflektif. Kedua model ini menjadi opsi jam keseharian nan andal berkat dimensi dan bobotnya yang cukup ringan dibandingkan iterasi Tambour terdahulu—kunjungi profil Instagram Louis Vuitton Watch Director, Jean Arnault, untuk melihat perbandingan Tambour lama dan baru yang akan membuat Anda mengangguk setuju dengan evolusi ini.
Edisi terbatas hadir sebagai opsi lebih elegan dengan material emas merah muda 18 karat pada bagian case, bracelet, dan indeks yang terdapat di dial. Kian hangat, pelat dial mengusung warna cokelat gelap yang begitu memikat. Baik model stainless steel maupun emas merah muda 18 karat, keseluruhan generasi Tambour terbaru membanggakan craftsmanship harmonis yang membuktikan keserbagunaan formula desain anyarnya.
Perpaduan berbagai elemen yang mengutamakan simplisitas dan fungsionalitas menjadi penawaran segar dari Louis Vuitton dalam memulai era baru bagi koleksi Tambour. Dengan garis desain kontemporer yang kental, Tambour terbaru berkomunikasi secara universal kepada penggemar horologi lintas persuasi. Kontras dengan ragam iterasi eksesif yang senantiasa menggelegar pada tiap perilisannya, Tambour terbaru mengekspresikan sensibilitas Paris dan kualitas tinggi khas Swiss dalam rupa paling murni dengan gaung yang akan memiliki gema kekal di dunia horologi.
31
ARAH JARUM JAM DARI KIRI ATAS: Rolex Testimonee
Tom Kristensen dalam 24 Hours of Le Mans 2023; Rolex Oyster Perpetual Cosmograph Daytona untuk memperingati hari jadi ke-100 dari 24 Hours of Le Mans; balap reli di kala senja pada Circuit de la Sarthe; Piala 24 Hours of Le Mans 2023 Centennary dan Rolex Oyster Perpetual Cosmograph Daytona dipersembahkan kepada para pemenang kompetisi
IDENTITY
ALL ON THE WRIST
Rolex
mengejutkan
para kolektor
horologi
lewat edisi
spesial Oyster Perpetual Cosmograph Daytona yang dikreasikan untuk memperingati hari jadi ke-100
dari 24 Hours of Le Mans
Darren Ho
Selalu tidak terduga. Ini adalah pesan yang kami tangkap ketika Rolex memperkenalkan sebuah iterasi anyar bertepatan dengan hari jadi ke-100 kompetisi balap 24 Hours of Le Mans. Bagaimanapun sang brand baru saja mengumumkan segenap rilisan terbaru pada Watches & Wonders yang dihelat di Jenewa pada bulan Maret silam (termasuk modelmodel anyar dari Oyster Perpetual Cosmograph Daytona). Kini, edisi spesial berkomplikasi chronograph ini dirilis untuk memberi penghormatan terhadap riwayat balapan legendaris tersebut sekaligus salah satu sosok tersohor di baliknya.
Balap reli adalah aktivitas yang relevan bagi aneka lapisan masyarakat. Barangkali karena mayoritas populasi berusia dewasa telah memiliki Surat Izin Mengemudi. Bayangkan sedang mengemudi mobil berteknologi tinggi dan melaju cepat di lintasan balap tanpa risiko terkena sanksi. Bukankah itu sebuah mimpi yang bisa saja menjadi realita? Mungkin hal tersebut pula yang mendasari kepopuleran balap reli di kalangan audiens luas. Baik di lintasan balap Daytona, maupun medanmedan lainnya.
ENDURANCE SPECTACLE
Akan tetapi, hampir seluruh pegiat balap reli sependapat bahwa 24 Hours of Le Mans adalah
yang paling menantang di antara turnamen sejenis lainnya. Balap reli tertua ini diadakan setiap tahun di dekat kota Le Mans, Prancis, dan didaulat sebagai Triple Crown of Motorsport. Istilah tersebut diperuntukkan bagi trinitas balap reli bergengsi dunia: Indianapolis 500, Monaco Grand Prix, dan tentunya 24 Hours of Le Mans. Keunikan Le Mans terletak pada format yang diusung, di mana kemenangan diukur dari besarnya jarak yang ditempuh selama 24 jam. Dalam kurun waktu tersebut, peserta perlu menemukan keseimbangan antara: daya tahan dan kapasitas; kapabilitas mesin dan durabilitas; konsistensi kecepatan sepanjang kompetisi. Dalam ranah balap reli, Le Mans adalah demonstrasi akurat ketika manusia dan mesin melebur menjadi satu.
Seolah tak cukup menantang, waktu penyelenggaraan turut berkontribusi pada tingkat kesulitannya. Intensitas suhu dan hujan besar—lazim terjadi di Le Mans—sontak menjadi uji ketangguhan tersendiri bagi seluruh otomobil yang berpartisipasi. Alhasil, industri otomotif pun menjadi terpicu untuk turut menyempurnakan sejumlah teknologi dari segala aspek. Inovasinya meliputi proses efisiensi bahan bakar, peningkatan durabilitas, penelitian terbaru dan akhirnya diterjemahkan menjadi mobil komersil untuk penggunaan sehari-hari.
33
Sejak 1923, 24 Hours of Le Mans selalu diadakan secara tahunan, kecuali pada era ‘30-an saat terjadi mogok kerja sebagai aksi solidaritas untuk menentang kebijakan ekonomi di Prancis, serta pecahnya Perang Dunia II. Rolex sendiri telah mendukung kompetisi tersebut sejak tahun 2001 sebagai Official Timepiece.
ROLEX AND MOTORSPORT
Afiliasi sang brand dengan balap reli dapat ditelusuri saat
Sir Malcolm Campbell mengenakan jam tangan Rolex ketika menorehkan rekor kecepatan tertinggi dunia pada dekade ‘30-an. Pada tahun 1959, Rolex mengesahkan asosiasinya dengan sirkuit Daytona International Speedway. Empat tahun kemudian, Oyster Perpetual Cosmograph Daytona pun diluncurkan. Beberapa dekade kemudian, Rolex telah mengukuhkan koneksi dengan sirkuit Daytona dan 24 Hours Le Mans. Selain itu, Rolex juga mendukung sejumlah pembalap legendaris yang bergabung menjadi Rolex
Testimonee, seperti Sir Jackie Stewart dan Tom Kristensen yang mengemban status sebagai satu-satunya pembalap dengan sembilan kali kemenangan di 24 House of Le Mans.
Namun di balik keglamoran dan keseruan kompetisi tersebut, spirit balap reli dan filosofi Rolex terhadap pembuatan jam tangan mekanis memiliki banyak persamaan. Tak hanya berbagi riwayat pada aspek mesin mekanis dan desain— meskipun skalanya berbeda—keduanya memiliki dedikasi tinggi terhadap performa, reliabilitas, akurasi, dan inovasi. Jika para pemain otomobil mencoba mengkreasikan kendaraan berbahan bakar efisien yang dapat melaju lebih gesit di lintasan balap, tim peneliti Rolex berinovasi dalam pembuatan jam tangan dengan menciptakan escapement penuh presisi demi cadangan daya mumpuni. Ketika para mekanis mobil menciptakan chassis anyar untuk melindungi pengemudi dari kecelakaan, artisan Rolex mempersenjatai jam berdesain elegannya dengan fitur anti-kejut untuk proteksi lebih maksimal pada movement
Faktanya, pada ajang Watches & Wonders, Rolex baru saja mengumumkan desain baru Cosmograph Daytona dalam rangka peringatan ke-60 dari sang koleksi. Model-model Ref. 126500 hadir dengan bezel Cerachrom beraksen metal di tepinya, memberi impresi lebih besar pada pergelangan tangan. Sejumlah iterasi tersebut dilengkapi oleh Calibre 4131—dengan komponen lebih sedikit dibanding pendahulunya, 4130—yang memiliki reliabilitas baik untuk mengurangi risiko perbaikan. Movement tersebut turut mengusung bridge berukirkan Côtes de Genève khas
Rolex (corak berpelitur) di antara setiap celahnya untuk memperindah tampilannya. Berkat escapement Chronergy dan hairspring Parachrom, iterasi anyar Cosmograph Daytona memiliki cadangan daya hingga tiga hari lamanya. Bahkan, model bermaterialkan platinum mengusung caseback berkonsep openwork
THE ULTIMATE RALLY
Bukan hanya sebagai bagian dari hari jadi ke-100 dari 24
Hours of Le Mans, edisi spesial—yang mengejutkan banyak orang—ini dikonsepsikan untuk menghormati salah satu pencinta Daytona paling tersohor, Paul Newman. Faktanya, aktor dan pembalap tersebut merupakan jawara dari ajang balap prestisius tersebut pada tahun 1979.
Tentu saja, Paul Newman tidak membutuhkan perkenalan lebih lanjut dalam semesta Rolex. Meski sang aktor telah mengoleksi banyak model Rolex, ia kerap diasosiasikan dengan Cosmograph Daytona. Iterasi yang dimilikinya menjadi salah satu objek dambaan dalam dunia horologi, kemudian partisipasinya pada 24 Hours Le Mans membuat Cosmograph Daytona semakin legendaris.
Sesungguhnya, iterasi Cosmograph Daytona ini bukanlah replika persis dari model favorit Paul Newman. Namun, terdapat beberapa elemen yang diimplementasikan untuk edisi spesial tersebut. Bagian dial tetap mengusung indeks penanda bergaya blok seperti versi terdahulu, hanya saja tanpa finis crosshair pada permukaannya. Edisi terbaru ini juga memiliki posisi berbeda, dengan lingkar penghitung small second pada posisi angka 6— alih-alih di posisi 9—sedangkan totaliser 30 menit tetap berada di posisi angka 3. Trek menit pada bezel dan indeks penanda memiliki desain serupa dengan standar Cosmograph Daytona, sedangkan dial mengusung warna hitam yang berkontras apik dengan lingkar penghitung putih. Desain distingtif ini populer sebagai ‘reverse panda’ dial.
Yang lebih mengesankan adalah fakta bahwa Rolex telah mendedikasikan satu model sepenuhnya untuk sebuah momen spesial. Pada model dengan bezel Cerachrom hitam, bagian takimeter mengusung ukiran “100” berwarna merah untuk menandai signifikansi hari jadi ke-100 dari 24 Hours of Le Mans. Sebagai penghormatan lebih lanjut terhadap kompetisi tersebut, lingkar penghitung bagi waktu yang telah berlalu diperpanjang hingga 24 jam. Hal tersebut mengharuskan Rolex untuk memodifikasi komponen gear train pada mesin chronograph. Mesin Callibre 4132—tersingkap lewat caseback transparan yang hanya dimiliki oleh dua model Rolex sejauh ini— pun dikreasikan untuk mengakomodasi edisi spesial bermaterialkan emas putih 18 karat tersebut.
Saat mempersembahkan trofi dan edisi spesial Oyster Perpetual Cosmograph Daytona kepada para pemenang 24 Hours of Le Mans 2023 tahun ini, Tom Kristensen menyatakan, “Pengalaman saya dalam kompetisi ini memberi saya perspektif dan respek lebih kepada para pembalap dan tim yang berhasil bertahan selama lebih dari 24 jam. Bagaimanapun, ajang ini membawa saya lebih dekat dengan keluarga Rolex dan 24 Hours of Le Mans.” Bagi para pencinta jam tangan, 24 Hours of Le Mans Cosmograph Daytona menjadi token apresiasi untuk merayakan asosiasi historis sang kompetisi balap reli dan brand jam tangan Swiss nan legendaris tersebut.
IDENTITY
34
ARAH JARUM JAM DARI KANAN ATAS: Bezel Cerachrom dari Rolex Oyster Perpetual Cosmograph Daytona dengan ukiran ‘100’ berwarna merah pada takimeter untuk memperingati hari jadi 24 Hours of Le Mans yang ke-100 tahun; 24 Hours of Le Mans Cosmograph Daytona dengan caseback transparan; dial yang mengacu pada modelmodel yang dipopulerkan oleh aktor dan pembalap Paul Newman; sejumlah mobil yang tengah beraksi dalam 24 Hours of Le Mans 2023
35
EXCEPTIONAL ARTISTRY
Menyoroti kreasi eksklusif sarat kreativitas yang
disumbangkan oleh sejumlah brand horologi untuk
dilelang pada ajang Only Watch
Arinta Wirasto
IDENTITY 36
Bila sudah berkecimpung lama di dunia horologi, pelelangan Only Watch pasti menjadi agenda yang memantik antusiasme Anda. Mengambil peribahasa ‘tak kenal maka tak sayang’, izinkan kami menuturkan serba-serbi tentang ajang yang memasuki edisi ke-10 tahun ini. Only Watch dikonsepsikan oleh Luc Pettavino di tahun 2005 untuk meningkatkan kesadaran terhadap Duchenne Muscular Dystrophy (DMD), penyakit distrofi otot yang berakibat pada penurunan aktivitas otot secara progresif hingga menyebabkan kelumpuhan fisik. Only Watch juga bermisi menggalang dana untuk penelitian lanjutan dalam penyembuhan penyakit yang umumnya menyerang anak laki-laki tersebut.
Anak laki-laki dari Luc, Paul Pettavino, sendiri juga didiagnosis dengan DMD pada tahun 2004 dan tutup usia pada tahun 2016 di usia 21 tahun. Tak hanya
Only Watch, komitmen Luc diwujudkan lewat sejumlah inisiatif lain yang berfokus pada pengobatan gangguan neuromuskular. Termasuk di antaranya adalah menjadi President dari Association Monégasque contre les Myopathies (AMM) dan Chairman firma bioktenologi Synthena, serta membentuk ajang lelang lain bertajuk The Monalisa Project, Adam & Eve, dan Only One Season 1 & 2. Berkat kontribusi mulianya, ia dianugerahi titel Doktor Kehormatan oleh University of Bern.
Only Watch diselenggarakan setiap dua tahun sekali dan telah menjadi platform kreativitas bagi segenap rumah horologi. Mulai dari pemain independen, kelas menengah, hingga yang paling prestisius. Masingmasing brand menyumbangkan sebuah kreasi unik untuk dilelang dan 100 persen profitnya akan disumbangkan ke AMM. Selain tersedia hanya satu di dunia, setiap kreasi yang dilelang di Only Watch membanggakan desain dan teknis yang begitu eksploratif. Inilah yang membuat Only Watch semakin teristimewa. Sebelum pelelangan dilaksanakan pada tanggal 5 November 2023, seluruh kreasi Only Watch dipamerkan melalui sebuah roadshow dengan jadwal tur yang dimulai dari Los Angeles dan diakhiri di Jenewa.
Kembali diadakan di pusat konvensi Palexpo—yang juga menjadi lokasi tahunan dari acara Watches & Wonders di Jenewa—untuk kedua kalinya, pelelangan akan dipimpin oleh balai lelang Christie’s secara luring, daring, dan melalui telepon. Tahun ini, Only Watch melibatkan sebanyak 73 brand horologi yang menyumbangkan sejumlah 62 kreasi—16 di antaranya dibuat secara kolaboratif—untuk dilelang. Bila berniat untuk berpartisipasi, berikut kurasi yang kami persembahkan untuk mengerucutkan pilihan sesuai personalitas Anda.
37
ART MAVENS
Siapa Pribadi yang mengapresiasi
keindahan, apapun wujudnya.
Hobi Berkontemplasi mengenai hidup
sembari menikmati keindahan alam.
Kultur Pop Film-film karya Woody Allen
dan Annie Hall (1977) adalah favoritnya.
Jam Tangan Perkawinan antara teknik
dekorasi dan kepiawaian teknis yang
sarat fantasi. Semakin banyak waktu
dan gairah yang dihabiskan dalam
pembuatan sebuah jam tangan, maka
semakin antusias pula untuk memilikinya.
JAQUET DROZ THE ROLLING STONE AUTOMATON
Edisi eksklusif ini terdiri dari tiga
bagian: cakram pelangi besar dan terluar yang berotasi per 30 detik ketika fungsi automaton diaktifkan; cakram bak piringan hitam dengan instrumen musik emas yang diwarnai menggunakan tangan, serta dilengkapi oleh stilus gramofon; dan cakram statis penunjuk jam dan menit dengan simbol lidah dan logo yang berpendar dalam gelap.
IDENTITY 38
BIVER CATHARSIS
Jam minute repeater tanpa jarum dan indeks ini membanggakan dial yang
terbagi dari dua bagian: separuh atas melambangkan matahari terbenam
dan langit berbintang hasil kombinasi dari batu meteorit, obsidian silver, dan marquetry opal; sedangkan separuh bawah menggambarkan laut berhiaskan
89 safir biru yang tampil memukau berkat teknik guilloché
GÉRALD GENTA ONLY WATCH 2023
Sketsa Mickey Mouse karya Gérald Genta dihidupkan kembali dalam dial emas putih yang dinaungi oleh case oktagon. Tangan kiri Mickey berfungsi sebagai jarum retrograde, sedangkan kue ulang tahun di tangan kanan melambangkan selebrasi hari jadi Disney ke-100 dan satu dekade Only Watch. Ilustrasi ini diwujudkan dengan teknik champlevé oleh Nicolas Doublel.
HUBLOT MP-15 TAKASHI MURAKAMI TOURBILLON
Jam ini menyoroti komplikasi central tourbillon pertama Hublot yang diposisikan di pusat dial dengan indeks warna-warni. Elemen spesial lain terletak pada bezel yang terdiri dari 12 kelopak bunga khas
Takashi Murakami dalam material kristal safir berhiaskan 444 batu permata multiwarna.
BARBIER-MUELLER MOSAÏQUE II
Terdapat satu fokus utama untuk jam berdiameter 41 mm ini. Ialah dial bak bunga seroja yang dikreasikan oleh desainer basis Jenewa, Eric Girourd. Mozaik yang terdiri dari batu giok, nephrite, jasper, karnelian, dan opal—diperoleh dari Les Cadraniers de Genève—tersebut disempurnakan dengan teknik enamel champlevé
LOUIS VUITTON TAMBOUR EINSTEIN AUTOMATA
Pendekatan jenaka bagi Tambour hadir lewat wajah Albert Einstein yang akan menjulurkan lidah saat fungsi automaton diaktifkan. Imaji ini dikreasikan dengan teknik micro-sculpture dan grisaille enamel. Perhatikan juga helaian rambut perak khas sang fisikawan yang mencuat dari bagian kanan atas stainless steel case
TECHNOPHILES
Siapa Individu yang berorientasi pada masa depan dan spontan dalam beraksi, namun penuh kalibrasi.
Hobi Berpelesir ke kota-kota dengan sumber daya yang belum berkembang tetapi berpotensi besar.
Kultur Pop Novel 1984 karya George Orwell dan buku berlatar distopia lainnya.
Jam Tangan Iterasi dengan kompleksitas tinggi yang tersingkap pada dial dan mengusung warna-warna yang mencerminkan harapan dan resilensi, sebagaimana pelangi yang menjadi tema dari Only Watch tahun ini.
JACOB & CO X CONCEPTO WATCH FACTORY ASTRONOMIA REVOLUTION 4TH DIMENSION
Case emas merah muda
berdiameter 47 mm pada jam ini
mengusung konstruksi tanpa bezel
dan bagian tengah transparan
untuk pemandangan leluasa
terhadap keindahannya, yaitu
quadruple-axis tourbillon dengan
rotasi 360° ke sekeliling dial yang
berlatarkan 35 batu—topas, safir, citrine, dan ragam tipe garnet berefek translusen.
IDENTITY 40
MAURICE LACROIX MASTERPIECE
Tona pelangi dengan efek gradasi
mewarnai sejumlah komponen pada
off-centre dial dan Calibre ML330
berkonstruksi skeleton, sedangkan
bagian lainnya didominasi oleh palet abu-abu nan bersahaja termasuk
temali nilonnya. Sebagai sentuhan futuristis, jam memukau ini mengusung
case kristal safir transparan
berdiameter 43 mm.
GRÖNEFELD 1941
PRINCIPIA MANDALA
Keindahan kosmos pada motif mandala terangkum sempurna pada dial jam tangan ini. Untuk mencapai kekayaan spektrum yang dituju, Grönefeld melibatkan 16 pelat cor dalam proses mencetak warna pada dial. Beralih ke belakang, caseback jam ini dapat dibuka-tutup untuk menyingkap konstruksi movement
CZAPEK GENÈVE PLACE VENDÔME
COMPLICITÉ – COURAGE
EVERY SECOND
ULYSSE NARDIN
FREAK S ONLY WATCH
Tak hanya indah dipandang, calibre UN-251—kali ini hadir dalam palet warna vibran—di pusat dial juga berfungsi sebagai penunjuk waktu. Dengan konstruksi unik menyerupai pesawat luar angkasa yang berotasi 360°, ‘hidung’ sang pesawat menunjukkan menit dan sebuah panah kecil di bawah balance wheel menunjukkan jam.
LOUIS MOINET ART-TECH
Impresi ultra-modern dipancarkan
lewat dial wafel silikon yang
dikonstruksikan dengan ukiran laser.
Hasilnya? Sirkuit mikro elektron
kaya warna yang disempurnakan
oleh kehadiran tourbillon di posisi
angka 6. Sebagai penyeimbang nan
mumpuni ialah case berdiameter
40 mm dalam material titanium
tingkat 5 berfinis satin.
Elemen pelangi terdapat pada cakram setengah lingkaran di tepi dial yang digarap oleh perusahaan enamel Donzé Cadrans menggunakan teknik champlevé. Jam ini turut menyoroti escapement ganda milik Calibre 8 yang dibuat secara kolaboratif dengan Bernhard Lederer dan terpampang nyata pada dial berkonsep openwork
41
THE AVANTGARDE
Siapa Petualang berjiwa pemberani yang menyukai tantangan dan tidak suka berada dalam zona nyaman.
Hobi Mencoba ragam tipe olahraga ekstrem seperti panjat tebing, parkour, dan paralayang.
Kultur Pop Seri dokumenter dalam kanal YouTube National Geography.
Jam Tangan Kreasi pendobrak batasan yang mengemban titel avant-garde dengan estetika ‘di luar nalar’ dan berhasil memantik pembicaraan dalam setiap ajang sosial.
RESSENCE TYPE 12
Terinspirasi oleh sebab mulia yang mendasari Only Watch, jam ini menyoroti harapan akan penyembuhan secara simbolis. Berlatarkan dial cembung bermaterialkan perak Jerman, tiga cakram berotasi khas Ressence kini hadir dengan sentuhan warna biru yang akan membentuk pola serupa rantai DNA setiap tengah malam di hari Minggu.
IDENTITY
TUDOR PRINCE CHRONOGRAPH ONE
Meski masih memprioritaskan karakter ergonomis, kreasi ini tampil begitu regal—sesuai namanya—dengan emas kuning 18 karat pada case, bezel, indeks dan jarum penanda, serta tiga lingkar chronograph. Seluruh elemen berkontras apik saat disandingkan bersama dial hitam pekat untuk meningkatkan impresi tangguhnya.
TAG HEUER MONACO SPLIT-SECONDS CHRONOGRAPH
Singkatan Techniques
d’Avant Garde tak diemban
TAG Heuer tanpa alasan. Kali ini, sang brand menghadirkan jam rattrapante chronograph yang ditenagai oleh TH81-00. Mungkin Monaco dipilih TAG Heuer untuk menghormati lokasi asal Only Watch, namun kreasi rupawan dengan sandblasted dial antrasit dan tiga subdial ini memang sudah sepatutnya menjadi dambaan para peserta lelang.
GIRARD-PERREGAUX NEO CONSTANT ESCAPEMENT
Kreasi ini didasari oleh sebuah solusi untuk menghindari daya eksesif yang dihasilkan pegas barel. Mekanisme constant escapement berjasa memberi stabilitas lebih sekaligus estetika apik yang terungkap pada openwork dial Pesona movement dipancarkan oleh barel ganda dan pisau silicium emas merah muda 18 karat yang dapat bergerak maju mundur.
CARL F. BUCHERER MANERO TOURBILLON DOUBLE PERIPHERAL
Jauh dari kesan sederhana, warna serba hitam pada kreasi ini mengedepankan material dengan kompleksitas tinggi. Bagian case digarap dengan karbon tempa untuk memberi tampilan bak marmer. Proporsi dial hitam berfinis matte diseimbangkan oleh indeks antrasit emas 18 karat dan warna hijau pada tourbillon ‘melayang’ di posisi angka 12.
H. MOSER X MB&F STREAMLINER PANDAMONIUM
Apa yang terjadi bila dua pemain independen tersohor berkolaborasi? Sebuah kreasi sarat intrikasi dengan kemutakhiran teknis luar biasa. DNA keduanya bersatu lewat case berbasis Streamliner (milik Moser) sebagai kanvas bagi bridge bermaterialkan baja (khas MB&F) pada sunburst dial akuamarin berfinis fumé
43
UNDERSTATED CHARISMA
Siapa Penganut filosofi Hygge yang mencintai hal-hal sederhana dan memprioritaskan kenyamanan.
Hobi Melakukan decluttering secara reguler dengan panduan
Marie Kondo.
Kultur Pop Album Moon Safari karya musisi independen asal Prancis, Air.
Jam Tangan Iterasi dengan tampilan bersahaja sembari tetap mengedepankan kualitas yang terpancar pada setiap teknik yang diterapkan pada pembuatannya.
CHANEL MADEMOISELLE J12 LA PAUSA
S ang brand memberi penghormatan
pada Mademoiselle Chanel lewat dua
kreasi dalam warna hitam dan putih
bermaterialkan keramik. Dial keduanya
dihiasi oleh imaji sang pendiri dengan
kaus setrip dan celana favoritnya yang
dicetak pada pelat kaca safir, sedangkan
tangan kanan dan kiri berfungsi sebagai penunjuk waktu.
44 IDENTITY
F.P.JOURNE CHRONOMÈTRE FURTIF BLEU
Terilhami dari kesulitan membaca
waktu dalam gelap, sang brand
menerjemahkannya lewat kreasi dengan
dial biru berfinis enamel Grand Feu yang dinaungi oleh case bermaterialkan
tantalum. Dimensi dial diperdalam lewat
cakram menit, numeral, serta jarum jam
dan menit yang diukir dengan teknik
laser untuk memberi panggung bagi jarum detik oranye.
BOUCHERON JOY DE LUMIÈRE
Meski seluruh bagiannya dihiasi
oleh batu mulia, jam ini tidak terlihat glamor berlebihan berkat palet hitam dan putih. Hadir dalam wujud gelang, kreasi ini menyoroti case emas putih 18 karat berhiaskan
42 berlian berpotongan bundar
0,56 karat; dial bertatahkan 142 berlian 0,35 karat; dan temali bermaterialkan batu spinel
ANDERSEN GENÈVE JUMPING HOUR ONLY WATCH
Testamen
kesederhanaan
diwujudkan lewat dial hitam berkonstruksi
dasar giok dan subdial emas merah muda
sebagai penunjuk
menit di posisi angka
6.Elemen minimalis diperkuat lewat
LAURENT FERRIER SPORT AUTO ON TRACK
Mengacu pada kompetisi balap legendaris, Le Mans, dial dikonstruksikan bak aspal di jalur balap dalam warna abu-abu bergradasi. Impresi distingtif digaungkan pada tepi dial berpalet vibran sebagai representasi jalur balap. Jam ini dilengkapi oleh subdial detik berwarna putih dengan ukiran OW (Only Watch) untuk menandai eksklusivitasnya.
LUDOVIC BALLOUARD X BRITTANY NICOLE FOX UPSIDE DOWN BLUE FEATHER
Daya pikat kreasi ini terletak pada cara membaca waktu yang menarik. Di mana bagian dial hanya memiliki jarum menit saja karena jam
ditunjukkan oleh angka yang tidak
terbalik sebagai pesan bahwa momen saat inilah yang paling penting. Latar dial mengusung motif bulu burung yang melambangkan harapan karya
Brittany Nicole Cox.
pemilihan fon pada indikator jam di posisi angka 12 dengan
mekanisme jumping hour. Inilah wujud
sesungguhnya dari ungkapan “ less is more”.
45
HIGH CONTRAST
Kombinasi material tak biasa, sensibilitas desain nan unik, dan kemahiran teknis yang istimewa menjadi formula ‘Art of Fusion’ yang membuat setiap karya Hublot selalu menjadi pusat perhatian
Creative Direction Erika Tania
Artwork Kevin Putra
BIG BANG UNICO RED MAGIC Dalam case 42 mm bermaterialkan keramik merah yang diberi finis poles dengan skeleton dial warna merah berfinis matte, temali karet merah-hitam, serta HUB1280
UNICO Manufacture SelfWinding Chronograph Flyback with Column Wheel yang menyajikan cadangan daya hingga 72 jam.
BIG BANG UNICO YELLOW SAPPHIRE Dalam case 42 mm dan bermaterialkan kristal safir kuning berfinis poles dengan skeleton dial yang terbuat dari komposit resin transparan, temali kuning transparan berstruktur garis-garis, serta HUB1280 UNICO Manufacture
Self-Winding Chronograph Flyback With Column Wheel yang menyajikan cadangan daya hingga 72 jam.
BIG BANG UNICO NESPRESSO ORIGIN Dalam case 42 mm bermaterialkan aluminium daur ulang warna hijau dari kapsul kopi Nespresso yang telah melalui proses anodisasi berfinis satin dengan skeleton dial hijau berfinis matte, temali hijau berstruktur garis-garis yang mengandung ampas kopi Nespresso, serta HUB1280 UNICO Manufacture SelfWinding Chronograph Flyback With Column Wheel yang menyajikan cadangan daya hingga 72 jam.
BIG BANG UNICO KING GOLD RAINBOW
Dalam case 42 mm bermaterialkan King Gold 18 karat berfinis satin dan poles yang dihiasi oleh 170 permata multiwarna dengan bezel King Gold 18 karat berhiaskan 48 permata multiwarna berpotongan baguette skeleton dial hitam berfinis matte, temali kulit aligator multiwarna, serta HUB1280 UNICO Manufacture Self-Winding Chronograph Flyback With Column Wheel yang menyajikan cadangan daya hingga 72 jam.
SPIRIT OF BIG BANG GREEN SAXEM Dalam case 42 mm bermaterialkan SAXEM hijau berfinis poles dengan skeleton dial safir, temali hijau transparan berstruktur garis-garis, serta HUB4700 Self-Winding Skeleton Chronograph yang menyajikan cadangan daya hingga 50 jam.
50
SPIRIT OF BIG BANG TOURBILLON 5-DAY POWER RESERVE SKY BLUE CARBON Dalam case 42 mm bermaterialkan serat karbon biru langit yang mengandung serat kaca mikro dengan dial kristal safir, temali karet berstruktur garis-garis warna hitam-biru langit, serta HUB6020
Manufacture Manual Winding Power Reserve Skeleton Tourbillon yang menyajikan cadangan daya hingga 115 jam.
A DISRUPTIVE CODE
Menyingkap
evolusi Audemars Piguet ke arah kontemporer lewat sejumlah iterasi terbaru Code 11.59 by Audemars Piguet
Arinta Wirasto
IDENTITY 48
DARI KIRI KE KANAN: Code 11.59 by Audemars Piguet Selfwinding berwarna Bleu Nuit 50 yang menjadi ciri khas Royal Oak; Model Selfwinding Chronograph ditenagai oleh Calibre 4401 yang dimanufaktur in house oleh Audemars Piguet; Smoke beige dial pada versi Selfwinding dan Selfwinding Chronograph digarap dengan teknik galvanisasi
Rasanya sulit untuk tidak mengasosiasikan Audemars Piguet dengan Royal Oak. Mahakarya yang didesain oleh Gérald Genta pada tahun 1972 tersebut memang telah menyabet status ikon dalam dunia horologi. Namun, ini bukan artikel tentang Royal Oak, melainkan upaya Audemars Piguet untuk terus mendorong batasan. Tak ingin terjebak dalam kenyamanan, brand basis Le Brassus tersebut pun mengkreasikan sejumlah penawaran lainnya yang tak kalah memikat dan memiliki keistimewaannya sendiri.
Di antaranya adalah: Royal Oak Concept dan Royal Oak Offshore sebagai ekstensi sang koleksi orisinal; Millenary dengan dial berkonsep off-centre; Jules Audemars yang lahir sebagai penghormatan terhadap sang pendiri; Haute Joaillerie yang menjadi simbol craftsmanship Audemars Piguet; Classique yang berfokus pada jam saku; dan Code 11.59 by Audemars Piguet dengan konsep kontemporernya.
Diluncurkan pada tahun 2019, nama Code 11.59 berasal dari akronim Challenge, Own, Dare, dan Evolve (CODE), sedangkan angka 11.59 merepresentasikan ‘satu menit sebelum pergantian hari’. Bagi kami, filosofi tersebut begitu puitis, seakan mengilustrasikan momen transformatif menuju berbagai kemungkinan dan kesempatan di hari baru. Bagaimanapun, Code 11.59 by Audemars Piguet adalah peluncuran berskala besar pertama dari sang brand dalam rentang waktu lebih dari 20 tahun. Lantas, apakah Code 11.59 by Audemars Piguet menggawangi evolusi modern bagi rumah horologi yang didirikan pada tahun 1881 tersebut?
CUTTING-EDGE CHARM
Enam rilisan terbaru Code 11.59 by Audemars Piguet terbagi menjadi tiga model Selfwinding dan tiga model Selfwinding Chronograph. Bila rilisan tahun 2019 hingga 2022 didominasi oleh emas putih dan emas merah muda 18 karat, rilisan tahun 2023 begitu disoroti berkat material stainless steel yang diusung. Empat model berwarna hijau dan Bleu Nuit, Nuage 50—salah satu warna khas Royal Oak—hadir dalam ukuran 41 mm dan case bermaterialkan stainless steel seutuhnya, sedangkan dua model berwarna smoked beige mengusung kombinasi baja dan keramik hitam.
Kami rasa setiap rilisan Code 11.59 by Audemars Piguet memang dimaksudkan untuk menjadi disruptif. Bukan dalam hal ukuran atau material semata, namun juga kode desainnya. Sama halnya dengan rilisan kali
ini yang berfokus pada keterbacaan dan menandai babak baru bagi Code 11.59 by Audemars Piguet. Ialah tampilan dial berpola lingkaran konsentris yang didesain secara kolaboratif dengan artisan guilloché asal Swiss, Yann von Kaenel. Proses pembuatannya menuntut kompleksitas tinggi dan melibatkan proses ukiran stempel dengan tangan, serta pewarnaan menggunakan teknik dekorasi Physical Vapour Deposition (PVD)—untuk model berwarna biru dan hijau—dan galvanisasi—untuk warna beige
Selanjutnya terdapat sejumlah pembaruan lainnya yang tak kalah menonjol, seperti: indeks emas putih 18 karat bergaya baton—menggantikan numeral Arab pendahulunya—dan berlapis SuperLumiNova® ; bezel bagian dalam yang dimodifikasi agar sejajar dengan permukaan dial; penambahan skala indikator detik guna meningkatkan presisi; crown dengan siluet bundar bermaterialkan stainless steel atau crown keramik hitam pada versi beige; dan pengait bracelet dengan tulisan Audemars Piguet untuk menggantikan logo tulisan AP pada model terdahulu. Seluruh model dilengkapi oleh temali karet senada dial yang dilapisi oleh kulit lembu di bagian dalam.
TECHNICAL EXCELLENCE
Untuk mengakomodasi kinerja masing-masing model, Audemars Piguet mempersenjatai rilisan terbaru ini dengan dua movement berfitur berbeda. Sebagaimana namanya, tiga model Selfwinding mengusung movement otomatis bernama Calibre 4302 yang turut dilengkapi oleh fungsi kalender. Sesungguhnya, sang movement telah menyertai langkah Code 11.59 by Audemars Piguet semenjak debutnya.
Di sisi lain, tiga model Selfwinding Chronograph ditenagai oleh Calibre 4401 yang memakan waktu lima tahun untuk dikembangkan. Mesin yang berjasa di balik pengaktifan stopwatch via lingkar penghitung di posisi angka 3, 6, dan 9 pada dial ini mengintegrasikan komplikasi chronograph dengan roda gigi vertikal.
Kedua movement generasi terbaru tersebut didukung oleh mekanisme reset berpaten yang dapat menjamin bahwa jarum penunjuk dapat kembali ke posisi awal dan memiliki cadangan daya hingga 70 jam lamanya. Selain itu, Audemars Piguet turut mendekorasi dua mesin otomatis tersebut dengan oscillating weight bermaterialkan emas merah muda
22 karat—dikreasikan spesial untuk Code 11.59
by Audemars Piguet—yang tersingkap indah pada caseback berkonsep transparan.
49
SPLASHY REVIVAL
Interpretasi modern dari iterasi lawas terpopuler di kalangan para kolektor
TAG Heuer: Carrera Skipper
Arinta Wirasto
TAG Heuer Carrera adalah salah satu koleksi paling variatif yang pernah dikreasikan oleh sang brand. Katalognya diwarnai oleh model berkomplikasi standar—seperti jam tangan tiga jarum dan kalender—hingga ragam tipe chronograph yang menuntut tingkat kerumitan tinggi. Termasuk di antara rilisan paling kompleks adalah: Carrera Polychrome berkomplikasi chronograph tourbillon; Carrera Mikrogirder, peraih penghargaan Aigulle d’Or dalam ajang Geneva Watchmaking Grand Prix; dan Carrera Mikropendulum dengan chronograph berdaya magnet.
Selama 60 tahun eksistensinya, Carrera turut menjadi platform bagi ragam proyek kolaborasi dan edisi spesial. Daya tarik Carrera serta merta meningkat di kalangan para kolektor, pengikut setia, bahkan pelanggan baru TAG Heuer. Termasuk di antara kolaborasi terpopuler adalah Carrera 160 Years Montreal, Carrera Porsche, dan Carerra Skipper. Ketika perdana diluncurkan, Carrera Skipper menjadi wujud komitmen TAG Heuer untuk mendukung kompetisi regatta atau balap layar. Faktanya, Heuer Carrera Skipper Ref. 7754 (1968) memang diproduksi khusus untuk merayakan kemenangan yacht bernama Intrepid pada kompetisi America’s Cup di tahun sebelumnya.
IDENTITY
Heuer Carrera Skipper Ref. 7754 (1968) dan TAG Heuer Carrera Skipper (2023)
CARRERA SKIPPER
MENJADI WUJUD KOMITMEN TAG HEUER
UNTUK MENDUKUNG
DUNIA NAUTIKAL, TEPATNYA BAGI KOMPETISI BALAP LAYAR
IDENTITY
Carrera Skipper dilengkapi oleh temali kain berwarna biru yang menunjang fleksibilitas sang pemakai saat berada di atas yacht
Geladak berwarna biru pada Intrepid, yacht pemenang kompetisi America’s Cup (1967) yang menjadi sumber inspirasi Carrera Skipper
Calibre TH20-06, mesin otomatis dengan vertical clutch yang dimodifikasi, garapan Movement Director TAG Heuer, Carole Kasapi
Setahun kemudian, iterasi berjuluk ‘Skipperera’ tersebut digantikan oleh versi terbaru dengan case berbasis Heuer Autavia. Berkat kelangkaannya—Skipperera hanya diproduksi sejumlah 300 unit saat diluncurkan—tak ayal model tersebut begitu diburu di pasar jam tangan lawas bahkan beberapa dekade setelah berhenti diproduksi pada tahun 1983. Tahun 2017, Skipper sempat unjuk diri secara singkat lewat kolaborasi dengan media horologi basis New York, Hodinkee.
Dalam kemitraan tersebut, Skipper dikosepsikan dengan kode desain serupa pendahulunya. Hanya saja, lingkar penghitung di posisi angka 3 ditiadakan dan diganti oleh jendela tanggal. Benar saja, edisi terbatas Carrera Hodinkee meraup antusiasme tinggi. Lima tahun setelah habis terjual, permintaan untuk memproduksi ulang edisi spesial ini justru semakin membludak. 40 tahun setelah berhenti diproduksi dan enam tahun sejak “pratinjau” dari Hodinkee, Carrera Skipper bangun dari hiatus panjangnya dan kembali menjadi penawaran permanen TAG Heuer.
FRESH OFF THE BOAT
Sebagaimana edisi spesial pada umumnya, terdapat integrasi dari desain sang kreator dan sumber inspirasinya. Dalam kasus Skipper, ialah chronograph khas Carrera dan warna teal yang diadopsi dari geladak kapal Intrepid. Berdasarkan temuan studi Institut Teknologi Massachusetts (MIT), warna teal terbukti ampuh menangkal pantulan disruptif saat berjalannya kompetisi. Pada Carrera Skipper, warna hijau khas Intrepid dapat ditemukan pada salah satu potongan subdial di posisi angka 3 dan lingkar penghitung di posisi angka 9.
Bicara fungsi, mekanisme chronograph Ref. 7754 dimodifikasi sedemikian rupa untuk memenuhi kaidah kompetisi balap layar. Mengingat kencangnya hembusan angin di perairan luas yang mengakibatkan kapal terombang-ambing, titik start begitu sulit ditetapkan. Karenanya, ajang balap layar memberlakukan sistem hitung mundur selama 5-15 menit sebelum kompetisi dimulai. Atas dasar itu, fungsi chronograph Carrera Skipper pada subdial di posisi angka 3 pun dimodifikasi menjadi penghitung waktu mundur 15-menit.
Subdial ini terbagi menjadi tiga bagian, masing-masing digarap dengan warna berbeda yang menyimbolkan signifikansinya dalam dunia balap layar. Warna oranye vibran (Regatta Orange) untuk interval 5 menit; hijau daun (Lagoon Green) untuk interval 10 menit; hijau laut (Intrepid Teal) untuk interval 15 menit. Sementara, lingkar penghitung di posisi angka 3 mengusung warna intrepid Teal sepenuhnya.
Menghormati leluhurnya, desain ini juga diterapkan pada interpretasi terbaru Carrera Skipper. Tentu saja, TAG Heuer turut menyuguhkan serangkaian pembaruan untuk memuaskan para penggemar yang telah mengantisipasi reinkarnasi ini. Bicara proporsi desain, penghitung detik di posisi angka 9 milik versi orisinal kini beralih fungsi menjadi penghitung 12 jam. Lingkar penghitung ini dilengkapi oleh ukiran SKIPPER yang sebelumnya berada di bawah angka 12.Indikator detik ditambahkan di posisi angka 6 dengan indeks penanda nan subtil untuk memberi panggung bagi jendela tanggal.
Dial Carrera Skipper teranyar pun semakin sempurna berkat latar biru tua berfinis circular brushed yang berkontras apik dengan semua keistimewaan yang dibanggakan TAG Heuer pada dial. Seperti pendahulunya, interpretasi anyar ini dilengkapi oleh aksen oranye berlapis Super- LumiNova ® pada jarum chronograph, serta ujung penunjuk detik dan jam.
GOING OVERBOARD
Versi baru Carrera Skipper dinaungi oleh case 39 mm bermaterialkan baja dengan finis brushed dan hadir tanpa bezel. Hal ini dimungkinkan oleh konstruksi Glassbox (kristal safir cembung) yang diperkenalkan perdana pada ajang Watches & Wonders di bulan Maret silam. Skala takimeter turut dilengkapi oleh penanda segitiga khas TAG Heuer yang menandai interval 5 menit di tepi luar dial.
Modifikasi chronograph pada Carrera Skipper terbaru mengharuskan TAG Heuer untuk memperbarui konfigurasi movement. Jam ini dipersenjatai oleh mesin otomatis Calibre TH20-06 yang berbasis pada mesin TH20-00 milik Carrera Chronograph (di mana konstruksi Glassbox perdana diterapkan). Berkat kehadiran column wheel dan dua gerigi pada vertical clutch, sang mesin mampu menggandakan kecepatan jarum penghitung menit. Dengan begitu, rotasi menit dapat diselesaikan dalam waktu 15 menit, alih-alih 30 menit milik chronograph pada umumnya.
Calibre TH20-06 yang bercadangan daya hingga 80 jam juga dilengkapi oleh rotor yang didekorasi ulang dan menyuguhkan kemampuan bi-directional winding sehingga penyetelan waktu dapat dilakukan searah jarum jam atau sebaliknya. Pergerakan vertical clutch gubahan Movement Director TAG Heuer, Carole Kasapi, ini tersingkap dengan indahnya pada caseback berkonsep transparan. Jam ini dilengkapi oleh temali kain berwarna biru yang menunjang fleksibilitas sang pemakai saat berada di atas yacht
53
SUBTLE REFINEMENT
Menyingkap pembaruan proporsi desain nan ergonomis pada rilisan terbaru BR 03 karya Bell & Ross
IDENTITY 54
Arinta Wirasto
Koleksi BR 01 dari Bell & Ross berhasil menjadi pendobrak batasan pada perilisan perdananya di tahun 2005 dengan case kotak, dial bersiluet bundar, dan empat paku yang menghiasi tiap sisinya. Berkat ciri distingitfnya, BR 01 pun mengantarkan Bell & Ross sebagai pemain horologi yang patut diperhitungkan. Setahun kemudian BR 03 hadir sebagai penyempurna BR 01. Bisa dibilang, BR 03 diuntungkan oleh kehadiran pendahulunya yang menjadi landasan utama bagi penawaran Bell & Ross mendatang. Dan benar saja, BR 03 sukses mendulang popularitas dan mendominasi portofolio Bell & Ross. Perlahan, jumlah iterasi BR 01 pun menyusut dan sekarang presensinya hanya diwakili oleh model BR 01 Skull.
Heritage dengan dial cokelat
sunburst; BR 03 Military
dengan tona hijau khaki redup dan case bermaterialkan keramik hitam; BR 03
Copper dengan dial yang digarap dengan teknik galvanisasi
Bicara estetika dalam dunia horologi, sedikit saja pembaruan dapat mengandung banyak makna. Tak harus selalu signifikan seperti perubahan siluet, namun bisa saja hadir dalam wujud lain. Dalam kasus metamorfosis BR 01 menjadi BR 03, mungkin “the devil is in the details” adalah idiom tepat untuk mendeksripsikan perubahan yang tidak terlalu kentara jika dilihat sekilas. Berfokus pada aspek utilitarian, BR 03 meningkatkan ergonomi dengan dimensi lebih kecil dibandingkan BR 01. Dalam upaya meningkatkan kenyamanan pemakai, katalog BR 03 kian diperluas lewat desain berani, dan mekanisme mutakhir. Termasuk di antaranya adalah sub-koleksi BR 03 Auto, BR 03-92, BR 03 Diver, BR 03 GMT, dan BR 03 Chrono.
DARI KIRI KE KANAN: BR 03 Golden
keemasan berfinis
55
RETRO AGE
Di tahun 2023, evolusi BR 03 memasuki babak baru lewat sejumlah model teranyar. Setelah bereksplorasi dengan komplikasi mutakhir, kini Bell & Ross menyuguhkan pembaruan pada proporsi desain. Terdapat enam iterasi terbaru bagi koleksi BR 03 kali ini, yaitu Black Matte, Heritage, Military, Copper, Black Steel, dan Golden Heritage. Sesungguhnya sebagian besar warna tersebut sudah pernah unjuk diri dalam berbagai lini Bell & Ross lainnya. Meski begitu, proporsi gagah BR 03 memunculkan impresi berbeda, terutama melalui model Military, Copper, dan Golden Heritage yang menjadi favorit kami.
Bila sebelumnya dial warna hijau khaki dapat ditemukan pada lini BR V2-92, BR 03 Military digarap dengan tona lebih redup. Warna jam yang dipilih untuk menggaungkan asosiasi Bell & Ross dengan dunia militer tersebut berpadu kontras dengan case bermaterialkan keramik hitam dalam finis matte. Jam ini turut dilengkapi oleh temali karet sintetis. Selain BR 03 Military, Anda dapat menemukan case berwarna hitam lainnya dalam model Black Matte dan Heritage.
Sebagai opsi klasik, Anda dapat memilih model berwarna tembaga bernama BR 03 Copper.
Bukan secara harfiah, kata Copper di sini tak mengacu pada material yang digunakan, melainkan warna dial yang menyerupainya.
Sebagaimana model Military, sebelumnya warna ini sudah pernah tampil pada BR 05.
Kini alih-alih menerapkan finis sunburst, bagian dial diwujudkan dengan teknik galvanisasi (aplikasi seng secara berlapis untuk mencegah keausan pada baja). Nuansa lawas diperkuat oleh indeks dan numeral hitam, serta jarum penanda jam dan menit beraksen biru metalik di tepiannya. Menariknya, model ini mengusung case bermaterialkan baja nan kontras sebagai sentuhan kontemporer.
Estetika kontras serupa juga dapat ditemukan pada model Black Steel dengan case baja dan dial hitam pekat.
Modifikasi ke arah yang lebih bersahaja
pada hampir semua model anyar tersebut membuat kami bertanya-tanya. Apakah ini semua dilakukan untuk memberi panggung
bagi model selanjutnya? Ialah BR 03 Golden Heritage, iterasi dengan dial cokelat keemasan. Bila model-model anyar tadi dimodifikasi
dengan impresi retro, bagian dial BR 03
Golden Heritage justru bersinar dengan finis sunburst untuk mengelevasi tampilannya. Model Heritage sendiri dicirikan oleh temali kulit lembu dengan aksen jahitan benang. Baik dengan warna berbeda untuk memberi kontras apik, maupun diserasikan dengan warna temali layaknya pada BR 03 Golden Heritage terbaru.
DYNAMIC PROPORTION
Sejatinya, BR 03 masih dikonstruksikan dengan teknik ‘roti lapis’. Ketika dirilis perdana, BR 01 hadir dengan diameter oversized, 46 mm. Mengingat bahwa instrumen aeronautika adalah inspirasi utama, kami memahami keputusan Bell & Ross untuk membuat miniaturnya dalam wujud BR 01 dalam ukuran yang mendekati. Namun semenjak sang penerus, BR 03, diluncurkan hingga saat ini, ukurannya pun terus menerus disesuaikan untuk memaksimalkan ergonomi.
Perubahan paling signifikan adalah menyusutnya ukuran dari 46 mm (BR 01) menjadi 42 mm (BR 03 generasi pertama). Pada rilisan kali ini, case BR 03 kembali dirampingkan menjadi 41 mm. Meski terlihat subtil, pembaruan tersebut berperan besar dalam mewujudkan spirit baru yang dijunjung Bell & Ross, yaitu dinamis dan urban. Selain itu, ukuran lug pun menyusut dari 4,5 mm ke 4 mm.
Bicara fitur, jam tiga jarum ini dilengkapi oleh jendela tanggal di posisi angka 4.30 yang berwarna senada dengan dial masing-masing model. Selain memperoleh pembaruan pada eksteriornya, kinerja mekanis BR 03 turut ditingkatkan. Pada kesempatan ini, Bell & Ross turut menyematkan movement otomatis generasi terbaru, BR-CAL.302 dengan cadangan daya hingga 54 jam (setara hampir 2 hari lamanya jika tidak digunakan). Dengan demikan, seluruh pembaruan pada rilisan ini amat beresonansi dengan kode desain Bell & Ross, yaitu andal, presisi, fungsional, dan reliabel.
IDENTITY 56
RILISAN TERBARU
BR 03 AMAT BERESONANSI
DENGAN KODE DESAIN
BELL & ROSS: ANDAL, PRESISI, FUNGSIONAL, DAN RELIABEL
57
B3 03 Heritage dengan temali kulit lembu beraksen jahitan benang
BR 03 Black Matte yang dinaungi oleh case keramik hitam bermaterialkan 41 mm
BR 03 Black Steel yang ditenagai oleh movement BR-CAL.302 bercadangan daya hingga 54 jam
SMALL AND MIGHTY
Melakukan perjalanan mesin
waktu ke dekade ‘70-an bersama
Tissot PRX 35 mm Automatic
Arinta Wirasto
Tahun 2021 menyaksikan kelahiran kembali salah satu model lawas Tissot. Dari 7.000 iterasi yang bernaung dalam arsip Tissot, CEO sang brand, Sylvain Dolla, menjatuhkan pilihannya pada Seastar Ref. 40 205—kemudian berganti nama menjadi PRX—rilisan tahun 1978. Bukan tanpa alasan, PRX memang memiliki tempat tersendiri di hati para pengikut setia Tissot yang mungkin masih berusia belia di era ‘70-an.
Saat itu, dunia horologi tengah dilanda demam jam tangan olahraga mewah dengan bracelet terintegrasi, seperti Audemars Piguet Royal Oak (1972), Patek Philippe Nautilus (1976), dan Vacheron Constantin 222 (1977). Di tengah terjadinya krisis quartz, tiga brand tersohor yang dijuluki Holy Trinity ini justru berpendirian teguh untuk mempertahankan movement mekanis. Selain menjadi simbol keberanian, ketiga terobosan tersebut juga membuka jalan bagi segenap brand horologi Swiss dalam segmentasi entry level untuk turut memproduksi jam tangan olahraga yang saat itu masih menjadi anomali.
IDENTITY 52
PRX TERUS BEREVOLUSI MENJADI DERETAN ITERASI
RUPAWAN DENGAN SEJUMLAH PEMBARUAN
SELAGI MEMELIHARA KODE DESAIN BERGAYA RETRO
Salah satu di antaranya adalah Tissot. Gaung PRX begitu terdengar karena menggambarkan kemampuan adaptif Tissot di tengah revolusi industri tersebut. Tentunya brand basis Le Locle ini turut terdampak oleh krisis quartz, tetapi sang brand memilih untuk merangkul momentum dan merilis jam bermesin quartz : Tissot PRX. Nama PRX— telah dipatenkan oleh Tissot—sendiri merupakan abreviasi dari Precise, Robust, dan X (angka Romawi 10 sebagai representasi ketahanan air hingga kedalaman 10 atm atau setara 100 meter).
Kehadiran PRX sebagai opsi ekonomis tanpa kompromi terhadap estetika maupun ketangguhan lantas disambut hangat oleh lingkaran komunitas horologi. Kemudian, PRX pun terus berevolusi menjadi deretan iterasi rupawan dengan sejumlah pembaruan selagi memelihara kode desain bergaya retro.
HONEY, I SHRUNK THE WATCH
Ketika perdana diluncurkan, baik PRX versi orisinal maupun penerusnya sama-sama hadir dalam case berdiameter 40 mm dan ditenagai oleh mesin quartz. Seiring berjalannya waktu, Tissot terus melengkapi katalog PRX dengan ragam tipe konfigurasi. Mulai dari ukuran, mesin, hingga estetika dial yang memperkuat personalitas distingtifnya. Tahun 2021 menandai tonggak baru dalam sejarah PRX, yaitu kehadiran model otomatis pertama dalam diameter 40 mm.
Tak diantisipasi, iterasi tersebut berhasil terjual habis dalam waktu singkat dan menimbulkan daftar tunggu yang panjang. Meski begitu, terdapat beberapa umpan balik dari pelangan dan para pengamat horologi. Diameter 40 mm dari PRX dinilai terlalu besar bagi segenap penggemar akibat dimensi lug to
lug yang berukuran 51,5 mm jika dihitung dari keping bracelet pertama (umumnya berukuran 44,5 mm). Berambisi untuk menyuguhkan penawaran yang aksesibel dan inklusif, Tissot pun mengadaptasi ukuran berdiameter 35 mm yang ditenagai oleh mesin quartz
Meski mendapat respon positif, rupanya perampingan ukuran saja tidak cukup. Permintaan pun terus-menerus berdatangan terhadap model 35 mm dengan movement otomatis yang kemudian dikabulkan oleh Tissot. Proporsi ukuran tersebut cukup menarik untuk ditelaah. Pasalnya, model berukuran 35 mm umumnya bernaung pada kategori penawaran wanita. Namun, sebagaimana serangkaian penawaran Tissot lainnya, jam ini dirancang sebagai model uniseks yang kompatibel bagi pria maupun wanita. Terutama bila Anda memiliki pergelangan tangan kecil.
Secara garis besar, model 35 mm ini masih mengusung desain serupa pendahulunya yang dicirikan oleh tonneau case, bezel bundar, dan bracelet terintegrasi bermaterialkan baja. Tak hanya disempurnakan dari segi mesin, kini PRX 35 mm Automatic juga mengadaptasi dial bermotif kotak-kotak yang dijuluki ‘wafel’ seperti pada pendahulunya—versi 40 mm otomatis—sebagai pembeda dengan versi quartz yang mengusung dial polos. Iterasi teranyar ini hadir dalam empat opsi dial berbeda: biru, hitam, perak, dan mother-of-pearl
Menariknya, model dengan mother-of-pearl dial menyuguhkan tampilan translusen yang menimbulkan semburat cahaya hijau dan merah muda saat terkena cahaya. Impresi retro diperkuat oleh indikator tanggal dengan bingkai landai di posisi angka 3, serta indeks penanda dan jarum penunjuk jam dan menit bergaya baton yang dilapisi oleh Super-LumiNova®.
MECHANICAL GROOVE
Seperti model 40 mm otomatis yang terlebih dahulu diperkenalkan, Tissot PRX 35 mm Automatic pun ditenagai oleh movement Powermatic 80. Oleh karena itu, dial jam tangan anyar ini mengusung teks Powermatic 80 di bawah tulisan PRX sebagai pembeda dengan model quartz
Sesungguhnya Powermatic 80 dikreasikan dengan basis Calibre 2824-2 buatan manufaktur movement tersohor, ETA. Sesuai namanya, sang mesin memiliki cadangan daya hingga 80 jam lamanya (setara hampir 3 hari jika tidak digunakan) dan beroperasi mengikuti gerakan pergelangan tangan sang pemakai.
Selain itu, movement mekanis ini turut dilengkapi oleh komponen balance spring bernama NivachronTM guna meningkatkan presisi dan kinerjanya. Seluruh keindahan Powermatic 80 dapat disaksikan melalui caseback transparan dalam kombinasi material kristal safir dan kaca mineral untuk memastikan durabilitasnya. Tissot PRX 35 mm Automatic juga memiliki ketahanan air hingga kedalaman 100 meter.
IDENTITY 60
Mother-of-pearl dial yang memiliki efek translusen saat terkena cahaya
Tissot PRX 35 mm Automatic dilengkapi oleh bracelet terintegrasi bermaterialkan baja
PRX 35 mm Automatic dirancang sebagai model uniseks yang kompatibel bagi pria maupun wanita.
Movement otomatis Powermatic 80 yang berbasis dari Calibre 2824-2 buatan manufaktur tersohor, ETA
CEO Zenith, Julien Tornare
ELEVATED HORIZON
Bersama Julien Tornare, Zenith menggapai cakrawala baru dalam semesta horologi
Erika Tania
Pada suatu kesempatan, salah seorang direktur Zenith pernah bergurau kepada saya bahwa sang CEO, Julien Tornare, menghabiskan 300 hari setiap tahunnya untuk perjalanan bisnis. Meski hanya sebuah gurauan, saya tak heran bila hal tersebut merupakan sebuah kenyataan. Dalam kurun waktu enam bulan saja, saya sendiri telah bertemu tiga kali dengan Julien. Dua kali di Singapura untuk acara DreamHers pada Oktober 2022 dan LVMH Watch Week 2023 pada Januari lalu, kemudian di Jenewa untuk Watches & Wonders 2023 pada bulan Maret.
Tak sekadar hadir sebagai representatif tertinggi dari Zenith, Julien memiliki sebuah kharisma yang menjadi reflektor bagi orang-orang di sekitarnya. Gairah mendalam yang ia pancarkan saat berbincang seputar horologi, khususnya Zenith, begitu mengagumkan dan pada akhirnya membuat pendengarnya kian mengapresiasi apa yang ia lakukan untuk sang manufaktur ikonis. Meski berbekal warisan El Primero— chronograph movement otomatis pertama di dunia—yang mengundang iri dari para sejawatnya, bukanlah perkara mudah bagi Julien dalam memetakan kembali sebuah brand berusia hampir 160 tahun tersebut.
Zenith telah melalui berbagai fase menantang sebagai sebuah perusahaan. Namun di bawah kepemimpinan Julien selama enam tahun ke belakang, brand basis Le Locle tersebut memperoleh kembali momentumnya hingga mencapai kenaikan penjualan sebesar 40% di tahun 2022. Bagaimana bisa? Kepada CROWN Indonesia, Julien menguraikan transformasi Zenith dan navigasi lanjutan yang ia canangkan.
63
Zenith adalah satu-satunya brand yang dapat menyematkan kata ‘pilot’ pada dial berkat hak kekayaan intelektual yang telah didaftarkan
Anda telah menjadi bagian dari Zenith selama enam tahun. Apa saja yang tidak dan telah berubah dari sang brand di bawah kepemimpinan Anda?
Semuanya telah berubah. Zenith bukan lagi perusahaan yang sama. Suasana, energi, produk, pemasaran, konsep butik, kotak kemasan jam tangan, situs web, media sosial, segalanya telah berubah dalam cara yang baik. Namun tentu saja semua perubahan ini dilandasi oleh DNA dan warisan sang brand. Kita tidak bisa mengubah masa lalu, namun kita bisa mengubah masa depan. Oleh karena itu, kami mempertahankan aspek-aspek terbaik Zenith dan membentuk citra merek dan pemasaran baru yang sesuai dengan dinamisme masa kini.
Kebanyakan brand jam tangan yang meramaikan industri ini merupakan brand tradisional dengan tradisi panjang namun semacam terjebak di masa lalu dengan hanya merilis desain yang serupa leluhurnya. Di sisi lain, terdapat banyak brand baru yang sangat menarik karena mereka memulai dari nol, namun mereka tidak memiliki cukup warisan untuk dibanggakan.
Koleksi Pilot terbaru dilengkapi oleh dua temali sekaligus, yaitu temali karet dengan efek cordura dalam warna hitam dan khaki
Sekarang, bila pelanggan membeli jam tangan Zenith, mereka ‘membeli’ keseriusan sang manufaktur dalam melestarikan warisan watchmaking—sebagaimana movement kami
100% dibuat secara in-house—sekaligus estetika apik yang mengesankan dan relevan bagi pelanggan muda. Yang ingin saya komunikasikan lewat Zenith adalah kami memang brand ‘tua’ dengan histori panjang dan dampak signifikan di dunia horologi, namun kini terdapat faktor keren sebagai penyeimbang menjadi latar di balik kesuksesan Zenith saat ini.
Bagaimana pendekatan Zenith dalam mengimplementasikan ‘faktor keren’ pada koleksi-koleksi sarat historinya?
Selama beberapa tahun terakhir kami memposisikan ulang koleksi Defy, kemudian memperkenalkan kembali koleksi Chronomaster dengan iterasi-iterasi baru berdesain kontemporer. Tahun ini adalah giliran koleksi Pilot yang kami hadirkan kembali. Bila koleksi Pilot terdahulu begitu lekat dengan estetika lawas, kini kami menawarkan desain modern yang dikenakan oleh pilot di abad ke-21 ini.
Salah satu contohnya adalah Pilot Big Date Flyback yang dilengkapi oleh sebuah jendela tanggal instan—sebuah penawaran langka—berukuran besar. Disebut instan karena perubahan tanggal pada jendela tersebut terjadi secara cepat hanya dalam kurun waktu 0,02 detik saja. Saking kilatnya hingga Anda tak akan menyadari proses penggantian tanggal tersebut. Selain itu, jam ini juga dilengkapi oleh fungsi flyback yang memiliki hubungan erat dengan aviasi. Inspirasi lain dari dunia penerbangan adalah dial dengan garis-garis horizontal serupa badan pesawat kuno yang sangat menarik. Pada akhirnya, jam ini merangkum estetika dan elemen jam tangan pilot vintage dalam kemasan modern.
IDENTITY 64
Terdapat sebuah fakta menarik yang belum diketahui oleh banyak orang. Founder Zenith, Georges-Favre Jacot, merupakan seorang visioner yang telah mendaftarkan nama ‘pilote’ berbahasa Prancis sebagai kekayaan intelektualnya sejak tahun 1888, bahkan sebelum pesawat pertama di dunia berhasil terbang. Kemudian di era awal penerbangan pada tahun 1904, Georges-Favre kembali mendaftarkan nama ‘pilot’ berbahasa Inggris. Oleh karena itu, hari ini hanya kami satu-satunya brand yang dapat menyematkan ‘pilot’ pada dial jam tangan kami. Zenith memiliki histori, tradisi, know-how, dan autentisitas, namun kami hidup di abad ke-21 di mana kami tahu bagaimana caranya bersenang-senang.
Di saat yang sama, Zenith tetap merilis ulang jam tangan lawasnya, bukan?
Ketika saya bergabung dengan brand ini, hal pertama yang saya sadari adalah betapa kayanya histori Zenith. Oleh karena itu sangat penting bagi brand dengan portofolio ekstensif ini untuk memiliki kategori produk yang jelas dan kuat. Saya pun memberi gagasan untuk mengutamakan empat koleksi, yaitu Defy, Chronomaster, Pilot, dan Elite yang kemudian diinterpretasi ulang lewat desain modern agar relevan dengan masa kini.
Di sisi lain kami paham bahwa tidak sedikit pelanggan maupun penggemar setia kami yang begitu mencintai karya-karya ikonis kami dari masa lampau. Oleh karena itu, kami memiliki sebuah koleksi khusus bertajuk Revival yang mewadahi perilisan ulang dari karya-karya lawas terpilih dengan elemen dan desain yang sangat setia pada versi orisinalnya. Dengan ini, kami berupaya mengakomodasi berbagai persuasi.
Contohnya adalah Defy Revival yang kami rilis kembali awal tahun lalu dengan dial warna merah, case dan bezel multisegi, bracelet serupa tangga yang sama dengan versi orisinalnya di tahun 1969. Di Watches & Wonders 2023, kami memperkenalkan versi bermaterialkan titanium bernama Defy Revival Shadow yang menjadi interpretasi modern dari sang ikon sembari mempertahankan estetika lawas sebagai ciri khas utamanya.
Dengan begitu, para pelanggan dapat dengan mudah membandingkan versi orisinal dan terbaru, serta memiliki pemahaman lebih baik atas segala pembaruan yang kami terapkan untuk membuat jam modern yang relevan dengan aktivitas dan gaya hidup mereka kini. Di Zenith, kami bangga telah berhasil meremajakan data klien kami—sejak saya ambil alih di tahun 2017—dari rerata umur 46 tahun menjadi 37 tahun. Pengurangan rerata umur hingga sembilan tahun dalam waktu enam tahun adalah pencapaian yang progresif. Inilah yang menjadi fokus kami ke depannya. Oleh karena itu, kami berhati-hati dalam memanfaatkan warisan Zenith dan memastikan untuk tidak mengulang masa lalu.
Zenith hadirkan
modern melalui Pilot Automatic yang hanya dilengkapi oleh tiga jarum
Sesuai namanya, Pilot Big Date Flyback dilengkapi oleh jendela tanggal instan berukuran besar dan fitur flyback
65
interpretasi
“PEMILIK JAM TANGAN
ZENITH ‘MEMBELI’ KESERIUSAN SANG
MANUFAKTUR DALAM MELESTARIKAN WARISAN WATCHMAKING DENGAN KEMASAN MODERN.”
IDENTITY
Defy Revival Shadow hadir dalam estetika monokrom lewat material titanium pada case dan bracelet.
Defy Skyline Skeleton tampil kian gagah dalam material keramik hitam
El Primero 3652 dimodifikasi khusus untuk Pilot Big Date Flyback
Di antara movement dan desain, manakah yang lebih berpengaruh pada estetika akhir dari jam tangan Zenith?
Movement El Primero sangat penting dan merupakan ikon sesungguhnya bagi Zenith. Meski perilisannya terhitung belum lama, tepatnya pada dekade ‘60-an, chronograph movement otomatis pertama di dunia ini telah mengemban status legendaris berkat akurasi tingkat tingginya. Berkat popularitas El Primero dan citra merek yang kuat, Zenith menjadi watchmaker brand yang terhormat.
Kini kami mengintegrasikan El Primero pada beberapa model dan koleksi jam tangan berbeda. Integrasi yang kami maksud adalah memodifikasi movement tersebut agar sesuai dengan komplikasi-komplikasi baru pada jam anyar. Artinya, kami tidak memanfaatkan satu modul dengan spesifikasi sama—seperti yang dilakukan oleh kebanyakan brand lain—yang pada akhirnya membatasi desain produk mereka karena memperlakukan modul tersebut layaknya daging pada sandwich yang berganti-ganti roti.
Proses modifikasi El Primero agar terintegrasi dengan kemasan barunya sangat penting bagi kami karena ini adalah persoalan integritas. Inilah yang kami lakukan dengan Pilot Big Date Flyback di mana kami melengkapi sang movement dengan jendela tanggal besar dan fungsi flyback yang proses modifikasinya menggabungkan tradisi dan teknologi terkini.
Bagaimana cara Zenith menjaga keseimbangan antara mewujudkan visi sang brand dan memenuhi permintaan pelanggan?
Jawabannya sederhana. Pertama, kita harus mendengarkan. Namun industri ini sayangnya memiliki ego yang sangat besar dan kebanyakan pihak tidak mau mendengarkan. Terdapat alasan mengapa manusia memiliki dua telinga, kita memang diharuskan untuk mendengar lebih banyak daripada berbicara. Bagaimanapun, kami membuat produk untuk pelanggan.
Saya merupakan orang lapangan, sehingga sering berkunjung ke berbagai pasar dan mendengarkan pendapat banyak orang. Saya senang menerima pertanyaan dan komentar dari para media, peritel, serta klien untuk memperoleh lebih banyak lagi informasi. Kemudian kami mempertimbangkan dan mengintegrasikan seluruh informasi tersebut ke dalam strategi brand kami agar dapat menghadirkan produk terbaik. Seperti halnya jam tangan Pilot terbaru kami yang dibuat berdasarkan ragam ekspektasi yang kami
tampung sebelumnya. Hasil akhirnya pun diterima dengan sangat baik oleh klien kami di berbagai belahan dunia.
Selain itu, apakah Anda masih ingat dengan Defy 21 Felipe Pantone Edition? Jam edisi terbatas tersebut merupakan gagasan yang dikemukakan oleh seorang pria muda berusia 24 tahun di manufaktur kami. Pada awalnya saya agak skeptis bekerja dengan seniman grafiti karena di masa muda saya, seniman semacam itu biasanya dimasukkan ke penjara (tertawa). Namun setelah mendengarkan argumennya, saya setuju dan nyatanya edisi tersebut sukses besar. Tak hanya menjadi salah satu penjualan terbaik, jam tersebut sekaligus mendatangkan banyak pelanggan baru berusia muda.
Inovasi adalah hal yang sangat penting bagi Zenith. Pada awal mula saya bergabung dengan perusahaan ini, saya memberikan indikator performa kinerja baru di mana setiap karyawan harus mengusulkan tiga gagasan inovatif atau inisiatif setiap tahunnya untuk departemennya masing-masing. Baik departemen pemasaran, penjualan, hingga keuangan. Hal inilah yang kemudian menjadi mesin pendorong bagi brand kami agar dapat terus-menerus mengembangkan diri.
Bagaimana respon terhadap berbagai jam
teranyar Zenith di Watches & Wonders 2023? Sungguh luar biasa. Pada jam 5 sore kemarin (di hari kedua penyelenggaraan Watches & Wonders 2023), kami telah mencapai target yang kami tentukan dalam partisipasi kami di pameran ini. Pada hari pertama, saya memerhatikan reaksi baik dari orangorang yang berkunjung ke stan kami. Kemudian di hari kedua, saya dibuat terpukau dengan angka penjualan yang kami capai. Pagi tadi saya langsung menelepon tim produksi sembari bergurau bahwa mereka akan bekerja selama akhir pekan karena kami membutuhkan banyak jam tangan!
Tentu saja ini adalah hasil yang telah kami harapkan, namun realitanya Anda tidak akan pernah tahu apa yang terjadi. Dengan ekonomi global yang sedang tidak stabil, kami sangat bersyukur dengan hasil yang kami capai. Saya merasa sangat bahagia karena kami sukses memperkenalkan ulang interpretasi modern dari koleksi ikonis Zenith. Dua tahun lalu, Chronomaster Sport diterima dengan sangat baik. Setahun lalu, Defy Skyline juga memperoleh reaksi yang luar biasa. Tahun ini, Pilot membuktikan kesuksesan kami yang ketiga.
67
CEO Panerai, Jean-Marc Pontroué
FAN’S FAVORITE
Di bawah kepemimpinan Jean-Marc Pontroué, Panerai terus menjadi pilihan para penggemar horologi dengan produk dan pemasaran yang kian inovatif
Erika Tania
Perbincangan eksklusif CROWN Indonesia dengan CEO Panerai, Jean-Marc Pontroué, bertempat di salah satu ruang pertemuan di dalam booth sang brand di Watches & Wonders 2023. Booth bertemakan kapal layar yang terinspirasi dari Eilean—Anda akan menemukan konteks mengenai ini di halaman selanjutnya—tersebut senantiasa dipenuhi oleh lautan manusia. Tak hanya saat jadwal wawancara dengan kami saja, namun setiap saat selama pameran horologi itu berlangsung. Dalam sekali pandang pun Anda dapat dengan mudah menemukan ragam tamu berkebangsaan berbeda. Mulai dari Amerika, Eropa, Timur Tengah, hingga Asia, semuanya berkumpul untuk melihat lebih dekat penawaran terbaru dari Panerai.
Terdapat enam model anyar dari koleksi Radiomir yang menjadi topik hangat di tengah keramaian tersebut. Mengusung material logam mulia dan baja, koleksi klasik ini memuaskan para penggemar setia Panerai yang telah menantikan kehadiran kembali dari sang ikon. Saking ikonisnya, Panerai menjadi satu-satunya brand di Watches & Wonders 2023 yang memperkenalkan jam tangan tanpa logo sang brand pada bagian dial, namun tetap dapat dikenali sebagai karya Panerai berkat bentuk cushion case yang begitu khas dari Radiomir. Kepada CROWN Indonesia, Jean-Marc membeberkan wawasan mendalam seputar keistimewaan rilisan tahun ini dan hubungan eratnya dengan para Paneristi.
69
Tahun ini fokus Panerai beralih ke Radiomir. Apa saja yang menjadi pertimbangan Anda sebelum memutuskan novelty utama Panerai untuk tahun 2023?
Kami merayakan hari jadi Luminor yang ke-70 pada tahun 2020 lalu. Kemudian, kami menyoroti koleksi Submersible yang mencapai kesuksesan luar biasa hingga menyumbang pemasukan sebesar 30% bagi bisnis kami saat ini. Selain itu, kami juga disibukkan oleh pengembangan program keberlanjutan selama dua tahun terakhir. Saat mempersiapkan diri untuk Watches & Wonders 2023, kami menyadari bahwa kami belum menghabiskan cukup banyak waktu dengan Radiomir padahal koleksi tersebut merupakan karya pertama Panerai.
Oleh karena itu, inilah saatnya untuk mengingatkan kembali seputar sejarah sang brand dengan penekanan pada Firenze, Italia, dan Eilean—sebuah kapal layar Bermuda yang dibuat pada era yang sama dengan perilisan perdana Radiomir di tahun 1936 dan telah menjadi milik Panerai sejak 17 tahun lalu. Setelah melalui proses restorasi selama 4 tahun, Eilean kini kembali berlayar dan menjadi platform yang apik untuk mendukung lini konservatif kami, Radiomir. Mengapa konservatif? Karena selama ini Radiomir memang eksklusif mengusung material emas merah muda, platinum, dan baja saja. Tidak seperti koleksi kami lainnya yang telah mengadaptasi material-material modern, seperti keramik, CarbotechTM, Direct Metal Laser Sintering (DMLS), dan BMG-TECH TM .
Apakah material ‘konservatif’ untuk Radiomir yang Anda sebutkan tadi bertujuan menjaga nilainya dari waktu ke waktu?
Tidak juga. Secara keseluruhan, karya jam tangan kami memiliki nilai yang semakin tinggi di pasaran. Namun di sisi lain, kami justru mengembangkan beberapa produk dengan penawaran harga yang ramah pemula sembari mempertahankan kemasan komunikasi pemasaran khas jam tangan mewah. Kami ingin menawarkan lebih banyak pilihan karena kami tahu bahwa tidak semua orang mampu untuk membeli jam tangan seharga belasan ataupun puluhan ribu euro. Maka dari itu, kami memiliki segmen produk mulai dari €5.000 (sekitar Rp82 juta-an) termasuk dari koleksi Radiomir.
Lantas, apa saja pembaruan bagi Radiomir terbaru?
Tahun ini kami memutuskan untuk hadir dengan berbagai inovasi yang meliputi ukuran diameter, material, dan movement baru. Dari segi ukuran, kami memperkenalkan Radiomir Quaranta GoldtechTM (PAM01026) dalam diameter 40 mm yang disambut dengan baik oleh para penggemar
Panerai dengan pergelangan tangan ramping. Meski kebanyakan produk kami akan tetap mengusung diameter 44 mm, kami berupaya mengakomodasi permintaan pelanggan baru dan wanita yang kian bertambah hingga menyumbang 30% dari total penjualan kami.
Terdapat pula Radiomir Annual Calendar dengan material baru, yaitu GoldtechTM (PAM01363) dan PlatinumtechTM (PAM01432). Kemudian kami juga mempresentasikan Radiomir Otto Giorni (PAM01348) dengan case eSteel yang dibuat berpenampilan lawas secara artifisial lewat lapisan PVD khusus. Namun favorit saya tahun ini ialah Radiomir California (PAM01349) yang terinspirasi dari Ref. 3646 historis dalam arsip Panerai. Dial California dicirikan oleh penanda jam multirupa yang terdiri dari angka Romawi, angka Arab, dan garis, serta disempurnakan oleh trek menit. Menariknya, kami tidak perlu membubuhkan logo pada dial model ini untuk meyakinkan Anda bahwa ini adalah jam tangan Panerai.
Kami setuju bahwa bentuk case Panerai sangatlah khas. Namun apakah memiliki dua bentuk case saja, Radiomir dan Luminor, di seluruh portofolio Panerai merupakan sebuah keuntungan atau keterbatasan?
Ini adalah pertanyaan yang bagus karena bagi kami ini adalah keuntungan yang sangat kuat. Tidak banyak brand yang memiliki karakter kuat seperti kami. Kedua bentuk case tersebut merupakan aset besar bagi Panerai yang menjadi platform dalam menampung ragam pembaruan dari segi dimensi, movement, warna, bahkan pengalaman yang kami tawarkan pada pembelian edisi terbatas tertentu. Sesuai dengan slogan kami yang berbunyi ‘Laboratorio di Idee’ (Bahasa Indonesia: Laboratorium Ide), Panerai memiliki kreativitas dalam mengembangkan berbagai kemungkinan hingga 100 tahun ke depan.
Berbicara mengenai pengalaman, Panerai mulai menawarkan jam tangan edisi terbatas dengan sepaket pengalaman khusus sejak tahun 2019. Seperti apa sajakah pengalaman-pengalaman tersebut?
Kami mengemas sebuah konsep menarik di mana para pelanggan yang ingin membeli jam tangan edisi terbatas Panerai harus berpartisipasi dalam sebuah ‘pengalaman’ yang telah kami siapkan. Menurut Mike Horn—seorang penjelajah profesional dan duta Panerai—yang menjadi host dalam salah satu pengalaman kami bertajuk XPLORE YOUR LIMITS di Verbier, Swiss, mengatakan, “Jam tangan edisi terbatas menjadi hadiah terbaik di akhir pengalaman, layaknya sebuah trofi kemenangan.”
IDENTITY 70
Radiomir Annual Calendar Platinumtech™ (PAM01432)
71
Radiomir California (PAM01349)
Radiomir Quaranta Goldtech™ (PAM01026)
Radiomir Otto Giorni (PAM01348)
IDENTITY
“KAMI TIDAK PERLU MENAMPILKAN LOGO PADA DIAL UNTUK MEYAKINKAN ANDA BAHWA RADIOMIR CALIFORNIA ADALAH JAM TANGAN PANERAI.”
Booth Panerai di Watches & Wonders 2023 terinspirasi oleh kapal layar ikonis, Eilean
Sederetan jam tangan Radiomir lawas hasil temuan Watchfinder dipamerkan dalam booth Panerai di Watches & Wonders 2023
Keseruan mengendarai supercar kreasi modifikasi BRABUS sebagai salah satu pengalaman yang disiapkan Panerai bagi pembeli jam tangan edisi terbatasnya
Panerai memiliki komunitas pelanggan yang sangat kuat bernama Paneristi. Bagaimana dinamika hubungan Panerai dengan organisasi independen ini?
Terdapat sekitar 30.000 Paneristi di seluruh dunia. Saya baru saja bertemu dengan salah satu founder Paneristi yang merupakan seseorang berkebangsaan Amerika Serikat dan saya berterima kasih kepadanya karena telah menjadi departemen pemasaran terbaik di seantero industri horologi. Tak hanya menyebarluaskan kecintaan mereka terhadap Panerai secara sukarela di berbagai platform media sosial, Paneristi juga berjasa dalam membantu kami memerangi jam tangan palsu. Tahukah Anda bahwa Panerai adalah brand kedua dalam grup Richemont yang paling banyak ditiru?
Singkatnya, Paneristi merupakan pendukung terbaik bagi perusahaan kami meskipun mereka bukanlah bagian resmi dari Panerai. Mereka mendirikan organisasi mereka sendiri. Untuk mengapresiasi mereka, kami menyelenggarakan acara khusus bernama P-Day. Terakhir, kami menyelenggarakannya di Paris yang dihadiri oleh 250 Paneristi. Selain itu, saya juga selalu berupaya untuk bertemu dengan mereka saat sedang berkunjung ke beberapa negara. Mereka selalu memberikan wawasan dan rekomendasi yang baik mengenai produk kami.
Kami dengar Panerai memperoleh banyak pelanggan baru selama pandemi. Apa sajakah pasar utama Panerai saat ini?
Amerika Serikat adalah pasar nomor satu bagi Panerai, namun kami juga memiliki performa sangat baik di berbagai negara lain. Kami adalah brand jam tangan terbesar di Brazil dan baru-baru ini kami juga membuka kembali butik kami di Sao Paulo. Dalam pasar horologi, kami juga brand nomor satu di Italia, Turki, dan Taiwan. Kami juga mencapai penjualan sangat baik di Prancis, Jerman, dan Singapura. Saya sangat bersyukur bahwa Panerai memiliki jangkauan bisnis global dan tak hanya bergantung pada satu region saja.
Menariknya, kami juga memperoleh peningkatan signifikan dalam ranah e-commerce. Saya masih terpukau dengan fakta bahwa kami berhasil menjual sebuah jam tangan tourbillon seharga €150.000 (sekitar Rp2,4 miliar-an) melalui e-commerce. Kami menghabiskan banyak waktu selama tiga tahun terakhir untuk menciptakan model bisnis yang serius bagi e-commerce kami dengan 15 orang di Amerika Serikat dan Belanda yang berdedikasi mengangkat telepon Anda setiap hari dan menjawab segala pertanyaan seputar Panerai. Kini, kami memperoleh sekitar 8% penghasilan dari e-commerce
Sejak tahun lalu Panerai telah berkolaborasi dengan Watchfinder untuk memenuhi permintaan jam tangan preloved. Bagaimanakah kerja sama ini berjalan?
Ya, saya sangat bangga dengan kolaborasi ini. Menghadirkan produk baru sangatlah mudah, namun menjaga residual value sangatlah menantang. Oleh karena itu, kami mengundang
Watchfinder ke dalam booth Panerai di Watches & Wonders dengan kapabilitas mereka dalam menemukan jam tangan Radiomir historis yang melengkapi cerita dari model-model baru kami. Kami bekerja sama dengan erat karena mereka juga membantu kami dalam memenuhi kebutuhan jam tangan preloved Panerai di beberapa negara.
Terdapat sejumlah brand yang ingin mengelola secondhand market mereka sendiri. Saya ucapkan, semoga berhasil. Bagi saya, pekerjaan utama kami adalah mengkreasikan produk berpotensi terbaik dan memproduksinya dengan tingkat pengembalian serendah mungkin, serta mengembangkan butik-butik terbaik di berbagai belahan dunia. Saya tidak bertanggung jawab dengan semua jaringan ritel kami, maka dari itu kami bekerja sama dengan partner-partner eksternal. Contohnya, saya sangat bahagia dengan fakta bahwa kami membuka sebuah butik baru di salah satu mall terbaik Jakarta, Plaza Senayan, bersama rekan kami: Time International.
Beralih ke program berkelanjutan Panerai. Sebelumnya Anda pernah berjanji bahwa seluruh kemasan produk Panerai akan menggunakan material ramah lingkungan mulai tahun 2023. Apakah ini sudah terjadi?
Ya, saya sangat bangga bahwa kami telah mengaplikasikannya sejak tanggal 1 Januari. Semua kemasan kami telah terbuat dari material daur ulang dengan bobot yang jauh lebih ringan daripada sebelumnya. Menariknya, desain baru yang kami terapkan membuat boks jam kami dapat dibawa saat bepergian. Baik diletakkan ke dalam koper, maupun tas berkelana Anda. Gagasan ini terinspirasi dari fakta bahwa kebanyakan pelanggan kami tidak menggunakan lagi boks mereka dan membiarkannya begitu saja.
Di Panerai, ketika kami berbicara tentang keberlanjutan, kami berbicara dengan komitmen penuh yang dibuktikan oleh angka. Selain 100% kemasan daur ulang yang telah kami terapkan per tahun ini, kami juga mendukung perayaan Ocean Day pada 8 Juni bersama PBB di mana kami akan menjadi Official Timekeeper. Sebanyak 800 pegawai di perusahaan kami turut serta dalam mengumpulkan sampah plastik di sekitar mereka. Tahun lalu kami telah memperoleh 3,3 ton sampah plastik. Pada Ocean Day tahun ini, kami berkomitmen mengumpulkan 10 ton sampah plastik.
Dari segi produk, Anda tentu sudah familier dengan eSteel pada produk Panerai. Meskipun pada awalnya tidak sedikit pelanggan yang enggan menggunakan jam tangan bermaterialkan ‘limbah’, kami terus-menerus mengedukasi mereka. Kini, Panerai sudah tidak lagi membubuhkan tulisan eSteel pada dial jam tangan karena kami berkomitmen untuk menggunakan 100% baja daur ulang pada seluruh penawaran produk bermaterialkan baja kami di tahun 2025 mendatang. Kami pun tak akan menyebutkannya lagi pada rilisan pers kami karena penggunaan eSteel adalah norma baru bagi brand kami.
73
CEO Rado, Adrian Bosshard
MASTER OF HOROLOGY
Menyelami semesta imersif Rado bersama sang CEO, Adrian Bosshard
Arinta Wirasto
Sebagai salah satu brand horologi dengan riwayat menakjubkan, rasanya produk Rado dapat berbicara untuk dirinya sendiri berkat identitas yang begitu kental. Hal ini terwujud berkat ambisi untuk menjadi yang terbaik dan seorang master dalam segala aspek. Mulai dari strategi ritel, inovasi produk, hingga proses manufaktur.
Terdapat satu pilar lain yang menonjol dari Rado, yaitu pengolahan material. Khususnya pada keramik yang dikenal sebagai zirkonium oksida dengan proses yang melibatkan kerumitan tinggi. Rado pun menjadi salah satu pemain yang nekat menggunakan keramik sejak tahun 1986 dan mengantarkan industri horologi ke era modern, di mana eksperimen material menjadi keunggulan yang begitu dibanggakan.
Dalam momen perayaan dari kehadiran butik Rado di lantai
2 Plaza Indonesia, CROWN Indonesia berbincang dengan sang CEO, Adrian Bosshard. Kepada kami, ia berbagi kisah seputar komitmen brand basis Lengnau, Swiss, tersebut dalam hal inovasi dan inisiasi di tengah berbagai tantangan untuk mempertahankan kedudukannya sebagai Master of Materials.
75
Apa makna jam tangan bagi Anda dan mengapa Anda ingin mendalami karier di dunia horologi?
Sebelumnya, saya merupakan seorang pembalap reli motor profesional. Sebuah hobi yang kemudian menjadi profesi. Sama halnya dengan jam tangan Swiss yang begitu saya gemari sejak masa kanak-kanak. Kini saya bahagia dapat bekerja di industri horologi. Menurut saya, jam lebih dari sekadar alat yang menunjukkan waktu. Jam dapat mengekspresikan perasaan, selera, dan kekaguman terhadap mesin mekanis, sehingga membuatnya tak tergantikan dan cenderung menjadi sesuatu yang diwariskan.
Bagaimana pengalaman ekstensif Anda di Swatch Group, Certina, dan Union Glashütte membentuk peran yang Anda emban sebagai CEO sekarang?
Selama 27 tahun berkarier di dunia horologi, tentu saja terdapat banyak sekali hal yang saya pelajari. Saya belajar bahwa Anda harus menghormati DNA brand sembari bergerak ke arah yang lebih modern. Di Rado, terdapat jenjang kompetensi dan desain historis yang masih dapat dikembangkan di kemudian hari berkat keunikannya. Contohnya, DiaStar yang menggawangi revolusi desain jam tangan. Meski sempat dicibir, 60 tahun kemudian sang koleksi masih bertahan menjadi iterasi paling populer dalam ragam segmentasi berbeda.
Bagaimanakah presensi Rado dalam hal penjualan dan lanskap ritel global?
Menilik dari volume penjualan, pasar terbesar Rado adalah India, Timur Tengah, Tiongkok, Eropa Tengah, dan Amerika Serikat. Tetapi semua pelanggan adalah prioritas kami, di manapun Rado berada dan berapapun penjualannya. Servis kami pun tidak berhenti sampai proses transaksi saja, namun sampai layanan purna jual. Hal ini dapat dilakukan dengan menyediakan pengalaman menyeluruh saat berbelanja, seperti ambiens yang menenangkan dan pemaparan produk ekstensif dari para staf. Rencana mendatang adalah meneruskan ekspansi dan mencari mitra ritel yang sesuai dengan visi Rado di belahan dunia lain.
Adakah pendekatan yang berbeda di antara sejumlah region-region tersebut dan di Asia Tenggara?
Kini kami bekerja sama dengan Emway
Globalindo melalui Thakral Corporation sebagai
distributor resmi di Indonesia, Vietnam, dan Laos. Dari segi produk, koleksinya tidak jauh berbeda. Namun, jam berwarna emas atau berkonsep dwiwarna adalah primadona di Asia Tenggara, sedangkan konsumen Eropa Tengah dan Amerika Serikat lebih menyukai penawaran bermaterialkan baja atau berpalet hitam.
Dalam hal pemasaran, kami menjalankan kampanye yang sama di skala global. Perbedaan terbesar lainnya adalah format butik yang diusung. Rado memiliki titik penjualan yang relatif lebih sedikit di region Asia Tenggara dan terasa lebih premium, sementara di Eropa presensi Rado mendominasi butik multibrand dan departement store
Bicara mengenai masukan personal Anda bagi Rado, khususnya dalam aspek desain, inovasi apa yang ingin Anda fokuskan di masa mendatang?
Prioritas saya adalah mempertahankan legasi dari koleksi ikonis yang berjasa menempatkan Rado di panggung horologi. Termasuk di antaranya adalah DiaStar, Centrix, Captain Cook, dan Florence. Sama halnya seperti Omega Speedmaster, Patek Philippe Nautilus, maupun Audemars Piguet Royal Oak yang berhasil menyabet status ikon berkat desain tak lekang waktunya.
Portofolio Rado pun tak kalah menakjubkan dan saya bertekad untuk menjaganya terus sepanjang kepemimpinan saya. Kami tidak akan lelah untuk mendobrak batasan lewat material, desain produk, kinerja teknis, dan ikon-ikon baru di masa mendatang.
Setelah sukses memprakarsai penggunaan keramik dalam ranah pembuatan jam tangan, apakah strategi Rado untuk mempertahankan kedudukan sebagai inovator?
Hal ini menjadi tanggung jawab terbesar yang saya pikul. Reputasi Rado sebagai pionir dapat ditelusuri hingga tahun 1962 ketika DiaStar perdana diluncurkan. Selain menjadi jam tangan anti-gores pertama di dunia, DiaStar kian dikenal berkat penggunaan material logam keras sekaligus kristal safir yang diproduksi pada basis industrial. Selanjutnya kami melahirkan Ceramos—kombinasi keramik berteknologi tinggi dan logam yang masih terus kami kembangkan hingga sekarang—dan keramik Plasma yang berpenampilan seperti baja namun memiliki resistensi super tinggi terhadap goresan.
76
Proses injeksi pernis pada indeks yang terdapat pada bezel keramik Rado Captain Cook
Bracelet terintegrasi bermaterialkan keramik pada Rado Captain Cook
Setiap komponen dalam jam tangan Rado melalui pemeriksaan teliti agar memenuhi standar tingginya
“RADO SELALU HAUS AKAN HAL BARU
DAN TAK PERNAH MERASA PUAS, SEKALIPUN DENGAN
TITEL MASTER OF MATERIALS YANG
TELAH KAMI EMBAN
SEJAK DULU.”
78
Salah satu jam tangan paling populer Rado untuk kalangan wanita: Centrix
Salah satu koleksi ikonis Rado, DiaStar Original dengan dial biru bertekstur vertikal dan horizontal
Butik Rado yang telah dibuka secara resmi untuk publik di Plaza Indonesia lantai 2
Captain Cook R808 adalah jam tangan pertama dari Rado yang mengusung case, bezel, bracelet, dan crown bermaterialkan keramik
Selain berambisi untuk mempertahankan kedudukan Rado di level ini, kami ingin terus berinovasi lewat pengembangan desain dan warna-warna baru. Untuk mencapai warna sesuai keinginan, kami harus memformulasikan paduan yang berbeda dan merubah molekul di dalamnya pada temperatur tertentu. Meski tantangannya besar, kami pasti akan berhasil melaluinya. Kuncinya adalah selalu haus akan hal baru dan tak pernah merasa puas, sekalipun dengan titel Master of Materials yang telah kami emban sejak dulu.
Sejauh apa manifestasi dari titel Master of Materials yang begitu sinonim dengan Rado? Dari segi produksi, terdapat perbedaan besar antara penawaran dari region Timur Jauh dan karya para ahli jam tangan Swiss. Meski tak semuanya, beberapa negara di wilayah geografis tersebut—seperti Tiongkok—umumnya menggunakan material berkualitas rendah yang dipasok secara eksternal. Sementara itu, sejumlah brand asal Swiss lebih memilih untuk mengkreasikan material secara in-house. Dalam kasus Rado, sebelum meluncurkan suatu produk—tergantung materialnya—kami membutuhkan waktu sekitar satu hingga tiga tahun untuk mengembangkannya.
Proses manufaktur yang begitu kompleks mengharuskan sejumlah pihak untuk berkoordinasi erat dalam mewujudkan satu prototipe saja. Sangat penting bagi kami untuk memastikan keseimbangan proporsi antara desain dan material. Saya beruntung dikelilingi oleh tim dengan latar belakang yang bervariasi dan pengalaman ekstensif, mulai dari ahli mesin kawakan hingga para artisan. Alhasil, Rado pun tak pernah kehabisan sumber inspirasi.
Tak sekadar estetika, penawaran Rado juga ditenagai oleh performa yang mumpuni. Bisakah Anda berbagi tentang proses teknis di baliknya?
Usai mengkonsepsikan sebuah prototipe, kami akan bertukar pikiran dengan manufaktur movement tersohor, ETA, untuk menciptakan
mesin yang dapat mengakomodasi gagasan kami. Yang terpenting adalah menghembuskan individualitas pada setiap movement dalam segi fitur dan presisi. Sebagai contoh, seluruh jam tangan mekanis Rado memiliki cadangan daya hingga 80 jam lamanya. Hal ini tercapai berkat hairspring Nivachron™ yang mampu melindungi jam dari medan magnet. Komponen bersifat paramagnetik tersebut diformulasikan dari paduan berbasis titanium.
Kemudian seluruh movement otomatis kami telah melalui uji akurasi, bahkan melampaui ketentuan standar yang umumnya berkisar antara tiga sampai lima posisi. Contoh lainnya adalah simbol jangkar ikonis Rado di posisi angka 12 yang berotasi penuh selama jam beroperasi. Simbol tersebut digerakkan oleh komponen rotor pada movement yang didesain dengan ukiran jangkar serupa. Proses ideasi hanya digarap oleh satu desainer yang didekasikan khusus untuk Rado, sehingga autentisitas DNA tetap terjaga. Tak henti sampai di situ, kami juga mengkreasikan bracelet Rado dari awal dengan ragam tipe material terbaik. Pada hakikatnya, seluruh penawaran digarap dengan keramik berteknologi tinggi bernama Ceramos yang menjadi ciri khas Rado.
Untuk pertama kalinya, Rado merilis jam tangan yang mengusung case, bracelet, bezel, dan crown bermaterialkan keramik melalui Captain Cook R808. Adakah tantangan berarti yang Anda temui dalam proses manufaktur jam tersebut? Saat mengkreasikan produk yang kompleks, tantangan akan selalu ada. Namun, kami memiliki ahli-ahli kompeten yang telah mengabdi pada Rado sejak dahulu dan generasi muda yang gemar mempelajari hal baru. Ketika dihadapkan pada tantangan sulit, mereka akan angkat suara dan memberi tahu probabilitas keberhasilannya. Saya akan memberi saran terbaik untuk menavigasi tantangan tersebut agar kami dapat menghasilkan produk berkualitas terbaik dengan harga yang aksesibel.
79
1858 Iced Sea Automatic Date kini hadir dalam warna abu-abu
AIN’T NO MOUNTAIN HIGH ENOUGH
Mengamati wujud jam tangan sebagai instrumen
pendamping eksplorasi dan petualangan
Tak sulit untuk menebak inspirasi utama di balik karya teranyar Montblanc di tahun ini. Sebelum mengikuti sesi presentasi produk Montblanc kala menghadiri Watches & Wonders di Jenewa pada bulan Maret lalu, kami langsung memperoleh gambaran jelas setibanya di booth sang brand Berbagai elemen dekorasi mengekspresikan bahwa Montblanc kembali bertumpu pada pegunungan putih yang merupakan arti harfiah dari jenama berbahasa Prancis tersebut.
Lanskap Pegunungan Alpen tak hanya hadir pada tiangtiang display nan megah, tetapi juga sebagai hasil goresan pendulum berbentuk pena raksasa yang bergerak dalam tempo lambat di pusat ruangan. Lebih dari sekadar keindahan puncak gunung, Montblanc turut menyoroti gletser yang terdapat di pegunungan Swiss tersebut. Berikut adalah dua iterasi anyar pilihan kami yang paling merepresentasikan warisan watchmaking Montblanc dengan sempurna.
COLD AS ICE
Melanjutkan kesuksesan perilisan perdananya di tahun 2022, koleksi 1858 Iced Sea Automatic Date kembali hadir di antara ragam penawaran teranyar Montblanc di tahun ini, kini dalam palet warna baru. Mendulang perhatian sebagai jam tangan selam pertama karya sang brand, koleksi tersebut tampil berbeda dengan dial bermotif istimewa yang proses pembuatannya membangkitkan kembali sebuah teknis lawas dari dunia horologi.
Melalui teknik gratté-boisé yang populer pada abad ke-19, para watchmaker Montblanc menyikat permukaan dial dengan cairan khusus kemudian secara bertahap melapisinya dengan pernis hingga menyerupai lapisan es.
81
Ukiran imaji gunung es dan penyelam di bagian caseback dari model pendahulunya dipertahankan pada 1858 Iced Sea Automatic Date terbaru
Sesuai nama sang teknik berbahasa Prancis yang berarti “digores dengan kayu”, permukaan pernis tadi digores-gores dengan alat bermaterialkan kayu untuk mewujudkan efek retak dengan dimensi kedalaman seperti pada gletser asli. Sebagaimana kaidah jam tangan selam pada umumnya, indeks penanda dan jarum penunjuk, serta sebuah titik pada bezel—dapat diputar ke satu arah—di posisi angka 12 dilapisi oleh SuperLuminova® biru yang dapat berpendar dalam cahaya temaram. Iterasi ini pun telah melalui uji kelayakan dalam Montblanc Laboratory Test yang mengesahkan kualitasnya dengan sertifikat ISO 6425 berkat ketahanannya terhadap guncangan, temperatur, dan air hingga kedalaman 300 meter.
Selanjutnya, eksplorasi desain pada iterasi bermaterialkan stainless steel dalam diameter 41 mm ini turut diterapkan di bagian caseback. Alih-alih menyingkap konstruksi Calibre MB 24.17 otomatis yang menenagainya, bagian caseback jam ini menunjukkan ukiran gunung es dengan efek tiga dimensi dan penyelam yang digarap menggunakan laser. Montblanc 1858 Iced Sea dilengkapi oleh dua opsi temali, yaitu bracelet bermaterialkan stainless steel yang dapat diganti dengan temali karet berwarna hitam.
GLACIAL EXPLORATION
Bagi Montblanc, gunung berperan sebagai simbol yang mendemonstrasikan petualangan, tantangan, kekuatan, dan spiritualitas. Konsep ini dimanifestasikan lewat sebuah
TERINSPIRASI DARI
GLETSER DI PENGUNUNGAN
ALPEN, MONTBLANC
SUGUHKAN KARYA ESTETIS
YANG MENJADI SIMBOL
BAGI PARA PETUALANG
LEGENDARIS
edisi terbatas bernama Montblanc 1858
Geosphere Chronograph 0 Oxygen The 8000 Limited Edition 290. Sesuai namanya, jam ini dipersenjatai oleh sejumlah fitur berfaedah bagi para petualang saat beraktivitas di tengah lingkungan ekstrem. Kadar nol oksigen dalam case tak hanya mengeliminasi kabut yang kerap timbul akibat perubahan temperatur drastis pada ketinggian tertentu, namun juga berguna dalam mencegah terjadinya oksidasi.
Untuk menunjang pendakian, seluruh komponen jam dikreasikan sedemikian rupa sehingga mampu bertahan lebih lama—tanpa mengurangi akurasi kinerjanya—dalam kondisi nol oksigen. Masih mengusung tema gletser, latar abu-abu gelap pada dial mengusung motif retakan es yang diwujudkan melalui teknik gratté-boisé. Kian spesial, bagian dial juga dilengkapi oleh miniatur tiga dimensi Belahan Bumi utara di angka 12 dan Belahan Bumi selatan di posisi angka 6 yang dibuat dengan teknik Sfumato.
Selain mengusung estetika gletser yang selaras dengan koleksi 1858 Iced Sea Automatic Date, sesungguhnya 1858 Geosphere Chronograph 0 Oxygen The 8000 Limited Edition 290 merupakan persembahan spesial bagi eksplorasi gunung. Seperti halnya kehadiran warna oranye—warna utama pada busana dan peralatan para pendaki Alpen agar mudah diidentifikasi di tengah salju— yang terdapat pada penghujung jarum-jarum komplikasi chronograph, lingkar luar dial sebagai penanda meridian Greenwich yang mendukung fungsi worldtime, serta 14 titik di Belahan Bumi utara yang menunjukkan lokasi gunung-gunung berketinggian 8.000 meter ke atas.
14 gunung yang dimaksud adalah puncak gunung yang berhasil ditaklukkan tanpa oksigen tambahan oleh dua Mark Maker—sebutan ambasador versi Montblanc, yaitu Reinhold Messner sebagai yang pertama di antara tahun 1970-1986 dan Nimsdai Purja sebagai yang tercepat dalam kurun waktu enam bulan plus enam hari pada tahun 2019. Pencapaian ini dirayakan lewat sebuah ukiran yang mengilustrasikan 14 gunung tersebut beserta bendera doa khas Himalaya dan kutipan inspiratif dari sang pendaki legendaris pada bagian caseback. Hanya tersedia sebanyak 290 unit saja, jam tangan dengan titanium case berdiameter 44 mm tersebut merangkum keistimewaan watchmaking Montblanc yang begitu lekat dengan petualangan sesungguhnya.
IDENTITY
82
Bagian caseback berukirkan nama dan ketinggian 14 gunung, tiga bendera doa khas Himalaya, serta kutipan oleh Nimsdai Purja
1858 Geosphere Chronograph 0 Oxygen The 8000
SYLVIA PLATH
kreativitas
CRAFT Musuh terburuk
adalah keraguan diri
BEHIND THE CURTAIN
Menyingkap alasan istimewa di balik status ‘holygrail’ yang diemban kreasi-kreasi Patek Philippe melalui kunjungan eksklusif ke Manufaktur PP6
Darren Ho
Terdapat sukacita luar biasa saat saya dan jajaran jurnalis lain dari Asia Tenggara tiba di manufaktur terbaru Patek Philippe. Antusiasme kami bagaikan sup iga dalam tungku berasap mengepul atau busa segelas bir yang hampir tumpah sebelum diperbaiki posisinya oleh bartender. Mungkin euforia ini juga didukung oleh angin musim panas yang menyelimuti Plan-les-Ouates (di pinggiran Jenewa), di mana para ahli jam tangan terbaik Swiss bermukim.
Mengesankan namun bijaksana. Kalimat tersebut adalah deskripsi sempurna bagi Manufaktur PP6 yang memiliki luas tanah sebesar 12.730 m2. Dari luar, Anda tidak akan menyangka bahwa ini adalah tempat di mana keajaiban (maksud kami arloji terbaik di dunia) terjadi. Aspek numerologi pada nama PP6— diusulkan oleh Patek Philippe dan pemain horologi lainnya—sendiri mengacu pada fakta bahwa sang manufaktur adalah properti keenam di kompleks tersebut. Meski begitu, sesungguhnya hanya terdapat dua bangunan yang berdiri di situ.
Manufaktur pertama yang didirikan terbagi menjadi empat bagian: Unit A hingga Unit D, sebelum berekspansi ke properti baru bernama PP5 yang telah musnah dan akan segera dibangun kembali. Tetapi pemandu saat menjelajahi manufaktur tersebut meyakinkan kami bahwa terdapat ruang yang lebih dari cukup untuk perluasan. Ya, bahkan dengan jumlah pegawai yang telah berlipat ganda bila dibandingkan tahun 2009-2010 saat Philippe Stern mewariskan titah kepemimpinan kepada sang anak, Thierry.
THE CONCEPTION
Tahun 2009 menjadi saksi dari sejumlah perubahan radikal yang terjadi. Sebut saja masa pemulihan dari krisis keuangan global, Instagram yang masih menjadi ide semata di benak Kevin Systrom, juga
iPhone bersiluet bundar. Sebagai seorang visioner, Thierry telah membayangkan dampak dari Revolusi Industri Keempat tersebut, yaitu kehadiran generasi pengusaha muda sukses yang mendambakan eksklusivitas, seperti halnya produk jam tangan Patek Philippe. Ia paham akan kebutuhan fasilitas produksi yang lebih besar dan penambahan tenaga kerja di setiap departemen. Oleh karena itu ia merencanakan ekspansi Patek Philippe secara menyeluruh, mulai dari mencari ahli riset hingga artisan untuk dapat mendukung manufaktur barunya kelak.
Lebih dari sebuah misi untuk memiliki ruang raksasa yang dapat mengakomodasi banyak pegawai, Thierry juga ingin menyederhanakan proses produksi. Efisiensi tersebut bertujuan agar perpindahan material dan informasi antar departemen lebih terintegrasi. Alhasil—meski tidak menjadi objektif utama—volume produksi serta merta meningkat. Patek Philippe pun berhasil mengembangkan produk dan variasi desain terbaru dengan laju yang pesat. Berkat kecekatannya, Patek Philippe berhasil membangun koneksi dengan klien baru lewat desain kontemporer tanpa melupakan pengikut setianya yang lebih konservatif dan tradisional.
Hal pertama yang saya sadari saat memasuki departemen mesin CNC—selain kecanggihan setiap perangkat—adalah program studi yang diimplementasikan oleh Patek Philippe. Pada masingmasing mesin di setiap area, pegawai senior selalu ditemani oleh personel junior. Dengan demikian, keduanya dapat berbagi pengalaman mumpuni dan ide cemerlang untuk melakukan terobosan dalam proses manufaktur. Sistem kerja ini dibentuk agar para ahli dapat mewariskan kemahirannya sebelum masa pensiun dan mendorong para pegawai muda untuk mengeksekusi gagasan dengan supervisi
CRAFT 86
87
penuh agar tidak terjadi kesalahan. Selain itu, sistem ini sudah disesuaikan dengan tradisi
Patek Philippe agar tetap relevan dengan kemajuan teknologi modern, sembari terus menggalakkan inovasi lintas generasi.
Format terbuka ini begitu kontras bila dibandingkan dengan perusahaan lainnya. Para staf dan tim dari berbagai departemen acapkali berbagi tentang proyek terkini, cerita sukses, dan tantangan yang dihadapi. Layaknya kultur perusahaan start-up teknologi, Patek Philippe ingin menghindari munculnya information silos (akses terbatas antar departemen yang berpotensi menghambat perkembangan tiap individu). Meski begitu, kerahasiaan informasi internal tetap terjaga dengan sangat baik. Kami mengunjungi Manufaktur PP6 seminggu sebelum dihelatnya Grand Exhibition di Tokyo. Namun, tidak ada satu individu pun yang memberi bocoran tentang edisi spesial untuk ekshibisi istimewa tersebut.
Semi-automaton adalah cara Patek Philippe meningkatkan produktivitas pegawai. Pemanfaatan teknologi sebagai solusi cerdas untuk memfasilitasi pekerjaan staf adalah salah satu alasan mengapa Manufaktur PP6 dibutuhkan. Meski serba canggih, tahap finis dan uji kualitas dari semua komponen jam tetap dilakukan dengan tangan. Misalnya, blok kuningan berukuran raksasa yang diolah dan dibor menggunakan mesin CNC. Lalu hasil potong akan diberikan kepada staf yang bertugas memberi finis pada movement, seperti setrip Jenewa, circular graining, atau perlage yang diikuti dengan proses chamfering, engraving, dan sebagainya. Proses tersebut pun direplikasi pada setiap komponen, mulai dari bridge, roda gigi, pinion, hingga cam
Ini adalah esensi sesungguhnya dari Patek
Philippe: selangkah lebih maju dalam pembuatan jam tangan, tak peduli betapa banyak waktu dan upaya yang ditempuh. Setiap tahap produksi melibatkan fase craftsmanship nan kompleks, bahkan terkadang dua atau tiga kali lipat lebih mendetail dibandingkan manufaktur horologi lainnya. Satu potong bridge harus melalui delapan atau sembilan fase, hanya untuk pengerjaan finis dan pra-perakitan batu permata. Kebanyakan proses dalam fase-fase tersebut, salah satu contohnya ialah merapikan hasil potongan mesin hingga level mikroskopis pada setiap permukaannya, dilakukan secara manual. Dibutuhkan waktu berbulan-bulan untuk melatih seorang pegawai agar dapat
CRAFT
88
melakukan setiap prosesnya dan lolos standar Patek Philippe. Terdapat suatu peranti lunak untuk memastikan bahwa setiap komponen layak mendapatkan sertifikat Patek Philippe Seal.
Sesi produksi kemudian melibatkan perakitan komponen oleh para ahli, dengan panduan langkah demi langkah mendetail yang dirancang secara internal. Setiap tahapan akan diperiksa sedetail mungkin untuk memastikan bahwa movement terlihat semulus mungkin, meski tidak akan terlihat oleh siapapun selain mereka. Sebuah movement yang terdiri dari sekitar 130 komponen umumnya memakan waktu perakitan selama berhari-hari. Perpaduan antara teknologi dengan tangan manusia dalam pengkreasian movement menjadi platform pembelajaran holistik bagi para ahli dan artisan. Tak henti sampai di situ, pegawai non-manufaktur pun dituntut untuk mengikuti pelatihan pembuatan jam agar dapat mengomunikasikan penawaran Patek Philippe dengan pengetahuan horologi mumpuni.
THE RARE CRAFTS
Meski tak dapat mengeksplorasi Advanced Research—di mana Patek Philippe menelurkan sejumlah inovasi mutakhir horologi—atau Grand Complications, kami berkesempatan untuk mengunjungi Rare Handcrafts (tepatnya di divisi gem-setting dan enameling). Menariknya, departemen Rare Handcrafts memiliki pembuat jam tangan sekaligus artisan karena model-model yang mereka kerjakan mengusung komplikasi dengan tingkat kerumitan tinggi. Contohnya, jam minute repeater dengan tombol aktivasi harus dirakit sepenuhnya menggunakan tangan. Belum lagi bila jam tangan minute repeater tersebut dihiasi oleh batu permata, proses pengerjaan manual akan semakin menantang dan mendetail.
Selama terjadinya krisis kuarsa di era ‘70-an dan ‘80-an, permintaan terhadap jam tangan berhiaskan permata hampir punah. Alhasil, para artisan dan pengrajin mulai kehilangan pekerjaan. Bahkan, dua per tiga pekerja perlahan mengabaikan keahlian mereka untuk bekerja di industri berbeda. Tetapi Patek Philippe terus-menerus menggunakan jasa para spesialis untuk melestarikan seni tradisional tersebut. Hal ini dilakukan dengan memproduksi sejumlah model Rare Handcraft setiap tahunnya sebagai penghormatan untuk keterampilan dan industri pembuatan jam tangan Jenewa.
89
Bicara gem-setting, artisan permata Patek Philippe berupaya keras untuk memastikan bahwa kecemerlangan setiap batunya akan menjadi sorotan. Mulai dari tipe setting, hingga jumlah sudut dan konsistensi warna pada setiap potongan batu permata, semua dilakukan secara cermat dengan sebuah peranti lunak modeling. Selanjutnya, masingmasing batu permata akan diposisikan secara manual menggunakan tangan. Mereka juga harus berhati-hati dalam mengaplikasikan tekanan pada setiap permata—khususnya zamrud yang dikenal ringkih—untuk menghindari kerusakan. Gem-setter pun harus menguasai teknik finis pada case karena gesekan apapun dengan batu permata berpontensi menimbulkan cela. Oleh karena itu terdapat proses inspeksi khusus pada bagian permukaan setiap komponen untuk memastikan bahwa setiap produk memenuhi standar estetika Patek Philippe.
Pada model snow-setting, para artisan permata ditugaskan untuk memosisikan setiap batu dengan strategis pada dial. Dengan demikian, keterampilan para ahli membentang dari segi teknis hingga artistik. Bahkan banyak seniman dan desainer yang bergabung sebagai ahli permata Patek Philippe, sehingga mampu mewujudkan jam tangan rupawan melalui seni gem-setting
Begitu pula dengan departemen enamel. Meski terdiri dari tim kecil, para artisan dalam departemen ini mendedikasikan waktu mereka untuk mengkreasikan kreasi-kreasi rupawan. Enamel adalah zat transparan dari oksida logam. Pada awal mula proses, setiap artisan harus memilih material baku terbaik untuk mendapat warna yang diinginkan. Selanjutnya
batu permata dilapisi oleh bubuk halus dengan menggunakan tangan. Bubuk yang hadir dalam wujud cair tersebut kemudian diaplikasikan dengan teliti pada dial menggunakan kuas berbulu tipis.
Patek Philippe adalah satu dari segelintir rumah jam tangan yang menggunakan berbagai teknik enamel. Termasuk di antaranya adalah champlevé, paillonné, grisaille, dan masih banyak lagi. Setiap artisan diharuskan memiliki pengalaman dalam berbagai teknik agar mampu menghasilkan karya terbaik. Dalam mengkreasikan karya enamel, setiap lapisan dilukis dan dibakar di dalam sebuah bejana untuk membuatnya solid. Proses ini dilakukan secara berulang untuk mendapatkan warna dan kualitas terbaik untuk setiap elemen dial. Jika enamel retak akibat aplikasi yang tidak merata pada lapisan tertentu, prosesnya harus dimulai dari awal.
Setelah menelisik berbagai keahlian menakjubkan yang dibanggakan oleh Manufaktur PP6, kami memperoleh pemahaman mendalam seputar visi Thierry yang menginisiasikan pembangunannya. Tak hanya meningkatkan keterampilan dan menciptakan lingkungan kerja yang kian efisien bagi para pekerjanya, Manufaktur PP6 berperan signifikan dalam melestarikan warisan watchmaking yang melibatkan kinerja mendetail dan kesabaran tingkat tinggi dalam pembuatannya. Mulai dari model paling sederhana hingga yang paling kompleks, semua jam tangan Patek Philippe adalah hasil dari respek dan pengabdian sejumlah individu di balik pembuatannya. Hal ini juga menjadi alasan mengapa karya sang brand mendapat perlakuan istimewa yang sama di seluruh dunia.
90 CRAFT
CRAFT 92
DARI KIRI KE KANAN: Baignoire Allongée dengan case yang terdiri dari dua bagian bermaterial berbeda: emas kuning dan emas putih; Tank dengan dial oniks hitam, brancard, dan bracelet silinder berwujud cabochon; Baignoire Allongée yang menyoroti dial bak mozaik yang digarap dengan seni marquetry
JEWELLED ICONS
Cartier mengawinkan seni pembuatan jam tangan dan perhiasan mewah lewat instrumen waktu bertatahkan
permata terbarunya
Stefanie Lauw
Sejak pertama kali melansir Santos Dumont sebagai jam tangan pertamanya di tahun 1904, Cartier berhasil menorehkan presensi sebagai spesialis desain bersahaja. Namun, jauh sebelum itu rumah desain asal Prancis ini telah diakui berkat kreasi perhiasan mewah sejak awal konsepsinya di tahun 1847.
Di luar konsep klasiknya, Cartier turut memiliki penawaran “glamor” dalam portofolio perhiasan mewahnya. Maka tak heran bila kemudian Cartier mengasimilasi dua keterampilan yang begitu dikuasainya tersebut. Lewat rilisan terbaru di ajang prestisius Watches & Wonders 2023, Cartier kembali mendemonstrasikan kepiawaiannya dalam mengolah instrumen waktu bertabur perhiasan bagi para perempuan terpilih. Melalui rilisan kali ini, pembuatan jam tangan dan perhiasan pun melebur menjadi satu dalam paduan keahlian dan imajinasi.
93
FAIR AND SQUARE
Sejak diciptakan pada tahun 1917, struktur lugas Tank telah menjadi perwujudan desain kontemporer berkat dial persegi yang sejajar dengan tali jam. Kini, jam kesayangan Jacqueline Kennedy dan Lady Diana ini pun menjadi kanvas sempurna bagi Cartier untuk mendobrak batasan. Hal ini dilakukan melalui eksplorasi geometri yang kontras namun serasi. Pada pandangan pertama, iterasi ini sudah menonjol dengan sendirinya berkat siluet dan kombinasi warna yang distingtif. Ialah cabochon bertahtakan emas dan batu permata—disusun secara terbalik—pada kedua sisi bracelet silinder bermaterialkan oniks, krisoprase, atau koral. Meski begitu, desain orisinal sang case —bersiluet persegi yang terintegrasi dengan bracelet—tetap dipertahankan. Tak semata ingin menyuguhkan sesuatu demi terlihat berbeda, estetika ini merupakan wujud penghormatan Cartier terhadap manik-manik piqué yang menjadi ciri khas Creative Director Cartier di era ‘30-an, Jeanne Toussaint.
Terdapat tiga iterasi Tank terbaru yang dipersiapkan Cartier. Versi pertama dicirikan oleh dial oniks hitam dan brancard—nama lain dari case vertikal khas sang lini—berhiaskan berlian dan terintegrasi dengan bracelet silinder berwujud cabochon di sisi kanan dan kiri dan terhubung dengan bagian tengah bermaterialkan emas enamel dan silinder oniks. Selain itu, Cartier turut menghadirkan dua versi yang menyoroti kecemerlangan batu permata. Permainan kontras digaungkan lewat perpaduan silinder oniks hitam, manikmanik krisoprase, dan taburan rubi merah yang menghiasi brancard secara vertikal; serta rangkaian bebatuan koral (merah), krisoprase (hijau), ametis (ungu), dan berlian yang mengkomplemen dial penuh permata.
CURVED ELEGANCE
Dilahirkan di London pada era Swinging Sixties, Baignoire Allongée dapat dikenali lewat lekuk dinamisnya. Untuk memberikan interpretasi baru, para artisan Maison des Métiers d’Art pun senantiasa unjuk kebolehan melalui dua mahakarya istimewa sarat estetika geometris. Keunikan kreasi tersebut terletak pada case yang terdiri dari dua bagian bermaterial berbeda, yaitu emas kuning dan emas putih. Untuk memadukan kedua bagian tersebut, para artisan menggunakan alat las
Permainan kontras digaungkan lewat perpaduan silinder oniks hitam, manikmanik krisoprase, serta taburan rubi merah yang menghiasi brancard secara vertikal
CRAFT 94
PEMBUATAN JAM TANGAN DAN PERHIASAN MENJADI SATU PADUAN KEAHLIAN DAN IMAJINASI
CARTIER MELEBUR
Iterasi dengan case dan bangle emas putih dengan 38 berlian, safir, zamrud, dan turmalin tak bercela, serta 130 berlian pada dial
mikro, sementara celah tipis di antara kedua emas disembunyikan oleh lapisan pernis. Dial pun dibagi menjadi beberapa bagian berbeda di mana sebagian besar ditutupi dengan emas putih berfinis sunray, dua ‘segitiga’ kecil yang berhadapan mengusung material emas kuning dan emas putih, sementara potongan berwarna hitam mengusung material pernis atau enamel. Secara total, Cartier mengasimilasi sembilan bidang keahlian sekaligus dalam proses pembuatan Baignoire Allongée terbaru.
Sementara itu, model Baignoire Allongée kedua— tersedia secara terbatas sebanyak 50 buah di dunia—menyoroti seni marquetry pada bagian dial. Lewat kreasi tersebut, perpaduan mother-ofpearl, pirus, oniks, dan emas putih membentuk sebuah komposisi abstrak bak mozaik. Dial tersebut memakan waktu pengerjaan selama 25 jam dan dinaungi oleh case emas putih berlapis rodium berhiaskan turmalin biru, spinel abu-abu dan hitam, serta 98 berlian.
PRECIOUS BANGLES
Diperkenalkan untuk pertama kalinya pada tahun 1973, Baignoire—berarti bak mandi dalam bahasa Prancis—menjadi bukti kemampuan Cartier dalam menciptakan mahakarya yang menyoroti keindahan dari benda sehari-hari. Kini, setengah dekade kemudian, Baignoire kembali hadir dalam empat versi terbaru bertabur permata. Keempat model anyar ini menampilkan case dan bangle bermaterialkan emas putih berlapis rodium. Model pertama hadir dengan 36 berlian, safir, zamrud, dan turmalin tak bercela. Tak berhenti di situ, sebanyak 130 berlian dan sebuah batu turmalin dikreasikan Cartier untuk menghiasi bagian dial.
Baignoire dengan 204 berlian pada case dan bangle yang mengelilingi dial bertahtakan 167 berlian
Kepiawaian Cartier dalam ranah gem-setting disoroti lewat susunan berlian nan apik di mana 168 di antaranya diaplikasikan pada case dan bracelet jam, sementara 131 lainnya menghiasi dial jam seutuhnya. Jam tangan Jewelled Baignoire ketiga menawarkan 40 berlian, safir, zamrud, dan krisoprase sebagai fokus utamanya. Tersebar di seluruh permukaan case dan gelang, kombinasi bebatuan ini bersanding serasi dengan dial jam berhiaskan 166 berlian tanpa cela serta sepotong batu safir pada posisi angka 12. Terakhir, versi keempat hadir bertatahkan 204 berlian pada case dan bangle yang mengelilingi dial jam bertatahkan 167 potong berlian berkilauan.
95
Jam tangan L’Heure du Diamant bermaterialkan emas merah muda etis 18 karat dan mother-of-pearl dial
PRECIOUS HOURS
Hadir sebagai kebangkitan
modernisme tahun 1960-an, L’Heure du Diamant
menyuguhkan deretan
permata berpotongan
marquise pada instrumen
waktu bergelimang
kemewahan
Stefanie Lauw
Koleksi L’Heure du Diamant mengisahkan seribu satu cerita sarat emosi. Sesuai namanya, berlian berkualitas terbaik yang dipamerkan dalam kreasi prestisius gubahan Chopard tersebut merupakan surat cinta terhadap talenta dan keterampilan para ahli gemset serta momen kelahirannya. Pertama kali diperkenalkan di tahun 1969, ciri khas L’Heure du Diamant terletak pada ragam tipe batu mulia yang melatari bagian dial. Desain distingtifnya amat beresonansi dengan kebebasan di era ‘60-an, sehingga sontak menjadi dambaan para wanita. Maju cepat ke lima dekade kemudian, tampilan L’Heure du Diamant kian diselaraskan lewat permainan proporsi, warna, dan tekstur pada permata yang dikreasikan.
Kini L’Heure du Diamant kembali memukau lewat transformasi case bersiluet oval dalam material emas putih atau emas merah muda etis 18 karat dengan mother-of-pearl dial yang dibingkai oleh
berlian berpotongan marquise 34,5 karat pada bezel. Meski terselubung di balik menawannya berlian pada bezel, Anda juga dapat menemukan berlian berpotongan briolette yang menghiasi crown.
Liontin L’Heure du Diamant bermaterialkan emas merah muda etis 18 karat dan berlian berpotongan marquise 6,29 karat dalam siluet navette
97
Kiprah Chopard sebagai artisan perhiasan paling diperhitungkan selama puluhan dekade pun semakin terkukuhkan lewat teknik crown-setting istimewanya yang memungkinkan tiap potong permata untuk bersinar optimal saat terpapar cahaya.
Keindahan L’Heure du Diamant tak berhenti sampai di situ. Untuk mengelevasi tampilan sang pengguna, Chopard pun memberi perhatian khusus pada desain bracelet bermaterialkan emas putih atau emas merah muda 18 karat dengan tekstur serat pohon pepagan—terinspirasi dari keindahan dunia botani. Meski terkesan kasar, tekstur bracelet tetap terasa halus ketika dikenakan sehingga sang pengguna tak perlu khawatir terhadap risiko tersangkut pada pakaian. Teknik pengerjaan emas buatan tangan tersebut telah dikembangkan oleh keluarga Scheufele dengan latar belakang sebagai manufaktur perhiasan sejak 1904—jauh sebelum mereka mengakuisisi Chopard di tahun 1963. Diwariskan lintas generasi, tak ayal kreasi unik ini mampu melambangkan kepiawaian Chopard dalam hal pembuatan jam tangan dan perhiasan.
Rasanya tak afdal bila melewatkan pembahasan kinerja prima L’Heure du Diamant yang tak kalah mengagumkan. Chopard paham sepenuhnya bahwa jam tangan yang diperuntukkan bagi wanita tak dapat bergantung pada estetika semata. Bagaimanapun, fungsi utamanya adalah sebagai instrumen waktu nan presisi untuk menunjang aktivitas para wanita modern masa kini. Koleksi yang dirilis pada ajang Watches & Wonders 2023 tersebut pun dilengkapi oleh movement otomatis Chopard 09.01-C yang bercadangan daya hingga 42 jam.
MAGNIFICENT TRINKETS
Jam tangan berhias permata memang telah menjadi spesialisasi keluarga Scheufele selama puluhan tahun lamanya. Hadir sebagai perpaduan ideal antara keindahan dan keakuratan, L’Heure du Diamant rilisan tahun 2023 kembali mendemonstrasikan keahlian seluruh artisan in-house Chopard yang terlibat dalam proses konsepsinya. Meskipun terdapat kata ‘L’heure’— berarti waktu dalam bahasa Prancis—Chopard turut meluaskan penawaran koleksi ini ke ranah perhiasan.
Untuk melengkapi lini istimewa ini, Chopard turut mengkreasikan sepasang anting (4,25 karat) dan liontin (6,29 karat) yang masing-masing
mengkomplemen kreasi penunjuk waktu L’Heure du Diamant. Bertatahkan berlian berpotongan marquise, koleksi perhiasan ini kian mengukuhkan posisi Chopard sebagai salah satu pengolah permata paling mumpuni di dunia. Dijuluki navette, sebuah kata dalam bahasa Prancis yang mengacu pada bentuknya yang menyerupai perahu kecil, potongan berlian memanjang ini mengimbuhkan ritme dan keanggunan pada perhiasan koleksi L’Heure du Diamant.
Tersedia dalam pilihan warna emas putih dan merah muda 18 karat, Anda tentu tak perlu khawatir mengenai asal muasal material yang dipergunakan oleh Chopard. Sejak tahun 2013, Chopard telah menginisiasi sebuah komitmen jangka panjang yang menjawab berbagai isu menyoal etika dan keberlanjutan dalam industri luks dunia, termasuk bagaimana mengkreasikan penunjuk waktu dan mengolah permata dengan lebih bertanggung-jawab.
Tanggung jawab dan etika selalu menjadi bagian integral dalam filosofi keluarga Scheufele, dan pembangunan berkelanjutan telah menjadi jantung prinsip-prinsip yang dipegang Chopard. Sejak Juli 2018, Chopard telah menggunakan 100% emas etis untuk tiap pembuatan jam tangan dan perhiasan mewahnya. Hal ini tentunya menambah nilai lebih pada segenap karya Chopard di mata para kolektor dunia.
CRAFT 98
KREASI L’HEURE DU DIAMANT KIAN MENGUKUHKAN POSISI CHOPARD SEBAGAI SALAH SATU PENGOLAH
PERMATA PALING MUMPUNI DI DUNIA
Anting L’Heure du Diamant bermaterialkan emas merah muda etis 18 karat berhiaskan berlian berpotongan marquise 4,25
99
karat
Koleksi anting dan liontin L’Heure du Diamant bermaterialkan emas putih etis 18 karat
Jam tangan L’Heure du Diamant bermaterialkan emas putih etis 18 karat dengan berlian berpotongan marquise 34,5 karat pada bezel
kebenaran dari siapa kita sebenarnya
MARIANNE WILLIAMSON
SOUL Jiwa adalah
LONGINES
Tradisi masa lalu yang dikreasikan menjadi
penawaran nan variatif
Arinta Wirasto
Bila Anda hanya mengetahui Longines sebagai jam tangan yang baru-baru ini dikenakan oleh Regé-Jean Page atau Jennifer Lawrence, siap-siap terpukau dengan histori ekstensif dan berbagai pencapaian dari brand horologi asal Swiss, ini. Didirikan pada tahun 1832 oleh Auguste Agassiz, Longines merupakan merek dagang tertua dan pertama dalam dunia horologi yang telah mendaftarkan kekayaan intelektualnya sejak tahun 1880. Bermula sebagai lokakarya kecil di Saint-Imier, Longines berfokus memproduksi jam saku yang seluruh komponennya dibuat dan dirakit sendiri oleh para artisannya—sebuah pendekatan visioner dibandingkan brand sejawatnya yang pada masa itu hanya merakit komponen-komponen buatan pihak ketiga.
Pasca diambil alih oleh Ernest Francillon—keponakan Auguste— pada tahun 1852, kualitas produksi Longines berkembang pesat berkat pendirian sebuah manufaktur canggih. Hasilnya, in-house movement bernama cal. 20A yang menjadi pemenang di ajang Universal Exhibition 1867 di Paris. Beberapa pencapaian lain termasuk: jam saku bermesin cal. 20H dengan satu tombol yang mengatur start, stop, dan reset sekaligus; jam tangan chronometer pertama di dunia dengan calibre 360 yang berdetak 36.000 kali per jam hingga memenangkan kompetisi akurasi di Observatory of Neuchâtel (1961); serta Feuille d’Or yang memecahkan rekor sebagai jam quartz tertipis pada masanya dengan ketebalan 2 mm saja (1979).
Kemahiran Longines dalam mengkreasikan instrumen waktu nan presisi membuatnya diandalkan oleh beragam kompetisi olahraga dan para profesional lintas bidang. Dari segi olahraga, sang manufaktur terlibat dalam kompetisi berkuda, ski, balap mobil reli, tenis, bahkan hingga kini menjadi Official Timekeeper bagi FIS Alpine Ski World Cup, FIS World Championship, Royal Ascot, dan Commonwealth Games. Di sisi lain, figur profesional nan tersohor yang diketahui setia menggunakan Longines antara lain: pilot Amerika legendaris, Amelia Earhart; ahli fisika Jerman, Albert Einstein; Adipati Abruzzo, Louis-Amédéé; kaptain kapal, Joseph-Elzéar Bernier; peneliti, Auguste Piccard; hingga atlet ski, Steve McKinney.
Selain segudang prestasi yang mengukuhkan kepiawaian Longines dalam hal teknis, Longines juga dikenal akan sensibilitas desainnya yang begitu elegan. Estetika khas ini kemudian mewujudkan citra berkelas di antara berbagai penawaran jam tangan Longines, baik pada koleksi jam tangan pilot, maupun selamnya. Berikut ini sejumlah kreasi berlogo jam pasir bersayap yang patut Anda pertimbangkan untuk mulai mengoleksi Longines.
Longines Evidenza
Longines Evidenza mengacu
pada gaya desain Art Deco
dan dimanifestasikan pada
tonneau case—diperkenalkan
perdana pada tahun 1911 oleh
Longines—bermaterialkan
stainless steel dalam dimensi
26 mm x 30,6 mm. Elemen
menarik lain dari koleksi yang
ditujukan untuk wanita ini
adalah konfigurasi dial bersektor
khas Longines yang mengusung
warna biru dengan dua tipe finis
berbeda: matte pada tepi luar
dan sunray brushed di bagian
dalam. Detail ini berkontras apik
dengan ukiran numeral Romawi
dan jarum penunjuk jam, menit, dan detik berwarna emas merah
muda, serta jendela tanggal di posisi angka 6. Palet senada turut diperluas ke bagian
crown yang dibalut oleh
aluminium biru, serta temali bermaterialkan aligator.
Longines Ultra-Chron
Bila Anda sudah lama mendambakan jam tangan selam dengan proporsi elegan, Ultra-Chron adalah jawabannya. Jam ini dinaungi oleh cushion case berdiameter 43 mm dengan dial bertekstur hitam dan indeks penanda bergaya geometris yang memberi kedalaman lebih pada dimensinya. Aksen merah yang terdapat di bagian jarum dan skala graduasi bezel, serta temali NATO yang disediakan sebagai opsi memberikan impresi kontemporer pada Ultra-Chron. Jam ini dilengkapi oleh mesin otomatis berfrekuensi tinggi
Calibre L836.6 yang telah diuji secara menyeluruh oleh laboratorium tersohor basis Jenewa, TIMELAB.
SOUL / HOW TO BUY
Longines Pilot Majetek
Bagi Anda yang mencintai dunia aviasi sekaligus tradisi, koleksi Pilot Majetek yang menjadi penghormatan terhadap versi orisinal bernama serupa dari tahun 1935 dapat menjadi pilhan. Meski rejuvenasi adalah tujuan utama, terdapat sejumlah elemen orisinal yang dipertahankan. Mulai dari cushion case, hingga bezel bergalur yang dapat diputar searah untuk menggerakkan indeks segitiga pada bagian tepi luar dial. Pilot Majetek generasi terbaru mengusung stainless steel case berdiameter 43 mm, dial hitam berfinis matte, juga indeks radium berwarna lawas dari Super-LumiNova® untuk keterbacaan maksimal. Para kolektor pasti akan terbuai oleh ukiran 1935 pada pelat di bagian samping case yang melambangkan tahun pembuatan sang leluhur. Jam ini dilengkapi oleh movement otomatis Calibre L893.6 dengan proteksi anti-magnet dan cadangan daya hingga 72 jam lamanya.
Longines Spirit Flyback
Kami paham bahwa fungsi chronograph jarang digunakan bila Anda bukanlah seorang profesional dalam bidang yang membutuhkannya. Namun pesona dari komplikasi ini dan performa yang ditawarkannya begitu tak terelakkan. Sebagaimana Spirit Flyback sebagai representasi sejati atas karakter penuh presisi dan akurasi yang diemban oleh Longines. Iterasi ini mengusung case berdiameter 42 mm dengan lingkar small seconds di posisi angka 9 dan penghitung 30 menit di posisi angka 3. Temali NATO yang terbuat dari material daur ulang menjadikan Spirit Flyback jam tangan untuk segala situasi. Jam ini dilengkapi oleh self-winding movement Calibre L7914 dengan cadangan daya hingga 68 jam dan bersertifikasi COSC.
Longines Hydroconquest GMT
Dinaungi oleh stainless steel case berdiameter 41 mm, koleksi
Hydroconquest menjadi simbol ketangguhan di antara jam tangan selam lainnya—umumnya berpenampilan klasik—dalam portofolio
Longines. Pada model GMT, Longines menyuguhkan fitur dua zona waktu yang dihasilkan oleh kinerja self-winding movement Calibre
L844.5 dengan cadangan daya hingga 72 jam. Keistimewaan
Hydroconquest GMT terletak pada sunray dial hijau yang berkontras apik dengan warna emas berlapis Super-LumiNova® pada indeks, jarum GMT, serta penunjuk jam, menit, dan detik. Jam dengan ketahanan air hingga kedalaman 300 meter ini begitu sempurna bagi para pengelana yang gemar mengeksplorasi situs berselancar atau menyelam lintas negara.
103
TOURBILLON
Peralihan fungsi dari pencegah gravitasi menjadi simbol kepiawaian nan rupawan
dalam ranah jam tangan mekanis
Apakah fungsi tourbillon? Mari bernostalgia ke masa kejayaan jam saku pada abad ke-17. Meski dinilai sempurna untuk mengakomodasi gaya berpakaian para aristokrat di masa itu, jam saku memiliki kekurangannya sendiri. Lantaran diletakkan secara vertikal di dalam kantong rompi, akurasi escapement pada jam saku berkurang. Alhasil, waktu yang ditampilkan terkadang menjadi terlalu cepat atau terlalu lambat. Untuk mempertahakan akurasi, diperlukan sebuah mekanisme penunjang yang mampu menetralisasi dampak gravitasi.
Gagasan untuk menerapkan fungsi anti-gravitasi pada jam saku dicetuskan oleh pembuat jam asal Inggris bernama John Arnold. Konsep tersebut dikembangkan oleh Abraham-Louis Breguet pada tahun 1795 dan dipatenkan pasca Revolusi Prancis. Bukan sebuah persaingan, kedua tokoh besar tersebut justru bersahabat hingga lintas generasi. Sepeninggal John di tahun 1799, Abraham-Louis mempersembahkan sebuah kreasi tourbillon kepada putra John sebagai penghormatan terakhir. Jam bertajuk N° 169 yang kini bersemayam di British Museum tersebut pun menjadi salah satu tonggak terpenting dalam sejarah horologi.
Secara teknis, mekanisme tourbillon terdiri dari roda keseimbangan, balance spring, dan tuas escapement. Ketiganya diposisikan pada sebuah cangkang yang mampu berputar 360 derajat terhadap porosnya dengan gerakan menyerupai tourbillon (angin puyuh dalam bahasa Prancis). Prototipe jam tangan tourbillon pertama dikreasikan oleh sebuah brand asal Prancis, LIP, pada awal dekade ‘30-an. Dalam skala komersil, Omega lah yang berjasa membuka jalan bagi pemain horologi lainnya lewat sebuah iterasi bernama Caliber 301 Tourbillon (1947). Selang hampir empat dekade, Audemars Piguet merilis Calibre 2870 pada tahun 1986 yang menjadi jam tangan tourbillon otomatis pertama.
Apakah alasan di balik jeda waktu panjang antara kelahiran tourbillon pada jam saku dan jam tangan? Jawabannya sederhana: sebenarnya tourbillon tidak memiliki dampak signifikan pada jam tangan. Faktanya, saat jam dikenakan di pergelangan tangan, dampak gravitasi dapat terminimalisasi dengan sendirinya.
Alhasil, escapement pun bekerja dengan ritme yang jauh lebih konsisten, sehingga jam tangan memiliki tingkat akurasi lebih tinggi dibandingkan jam saku. Meski demikian, fakta tersebut tak menghentikan para watchmaker untuk tetap menyematkan tourbillon pada kreasi jam tangan mereka. Seolah bermaksud memberi penghormatan terhadap kerumitan dan keindahan dari sang komplikasi, sejumlah brand horologi berikut ini bahkan melakukan riset dan pengembangan bertahun-tahun untuk mengelevasi karya tourbillon mereka.
SINGLE AXIS TOURBILLON
Frederique Constant merayakan hari
jadinya yang ke-35 dengan merilis koleksi
Manufacture Classic Tourbillon edisi terbatas. Sesuai namanya, tourbillon ini mengusung konstruksi yang setia dengan versi orisinal buatan Breguet namun
memperoleh pembaruan material modern lewat penggunaan silikon pada escapement wheel dan anchor
104 SOUL / CLASS IN SESSION
Frederique Constant Manufacture Classic Tourbillon
TRIPLE-AXIS TOURBILLON
Triple-axis Tourbillon adalah mekanisme yang diperkenalkan oleh watchmaker independen, Thomas Prescher, pada
Baselworld 2004 dan terkenal sangat rumit untuk dikreasikan.
Mekanisme tourbillon diletakkan dalam tiga aksis berbeda, serta berotasi dengan kecepatan dan arah berbeda-beda untuk menangkal gravitasi pada balance spring. Pada tahun 2019, MB&F memecahkan rekor dunia dengan triple-axis tourbillon tercepat—8, 12, dan 20 detik —di dunia melalui LM Thunderdome.
FLYING TOURBILLON
Jika Single Axis Tourbillon umumnya ditopang oleh dua tuas, flying tourbillon hanya ditopang oleh satu penyangga di bagian bawah sehingga akan terlihat melayang. Flying tourbillon ditemukan oleh watchmaker asal Jerman, Alfred Helwig, pada tahun 1920. Salah satu karya modern yang mengusung tipe ini ialah Roger Dubuis Excalibur Spider Pirelli.
DOUBLE-AXIS TOURBILLON
Kemajuan yang juga dikenal sebagai bi-axial tourbillon ini dipatenkan pada tahun 1977 oleh watchmaker tersohor, Anthony Randall. Tourbillon dengan aksis yang berotasi penuh dalam dua waktu berbeda—untuk memaksimalkan keseimbangan movement dalam enam posisi—tersebut kemudian dimanfaatkan oleh Jacob & Co. untuk melengkapi keindahan jam tangan Oil Pump Tourbillon Automaton rilisan tahun 2021.
QUADRUPLE TOURBILLON
Pada akhir tahun 2004, Greubel Forsey memukau dunia lewat perilisan Double Tourbillon 30° yang sekuelnya memenangkan uji akurasi oleh Concours de Chronométrie dengan skor 915 dari 1.000 di tahun 2011. Mekanisme ini kemudian digandakan menjadi empat tourbillon sekaligus pada dial Quadruple Tourbillon GMT di tahun 2019 lalu untuk keseimbangan terhadap gravitasi yang kian superior.
105
MB&F LM Thunderdome
Roger Dubuis Excalibur Spider Pirelli
Greubel Forsey Quadruple Tourbillon GMT
Jacob & Co Oil Pump Automaton Tourbillon
IN THE LOUPE 106
JACQUET DROZ
Tourbillon Skelet CeramicSkull Pointillism
Bagaimana cara butik-butik atau para pembuat jam tangan independen dapat menonjol ketika sejumlah iterasi populer yang berlalu-lalang di Instagram menenggelamkan semuanya? Jaquet Droz menanggulanginya dengan penerapan teknologi dan material terbaru pada dial yang dikombinasikan dengan kemahiran para artisannya. Untuk mencapainya, sang brand memperkenalkan desain paling imajinatif dan menakjubkan pada sebuah kreasi modern bertajuk Tourbillon Skelet Ceramic - Skull Pointillism. Daya pikat utama jam ini terletak pada tourbillon movement bermaterialkan keramik hitam yang digarap dengan konsep skeleton.
Alih-alih menampilkan semua elemen movement seperti pada konsep skeleton kebanyakan, Jaquet Droz hanya menyingkap ‘jagoan’ dari sang instrumen waktu—tourbillon—melalui sebuah jendela emas berwujud tengkorak dan kerangka manusia. Bagian tulang belulang juga berfungsi sebagai jangkar untuk menyatukan ukiran di bagian case dan komponen bridge pada movement Simbol kematian dan berlalunya waktu mungkin terkesan mengerikan, terutama karena sang tengkorak digarap dalam warna hitam berfinis matte. Namun, Jaquet Droz memberi percikan warna pada komponen tersebut sebagai anggukan pada teknik seni di era Neo-Impressionist yang bernama Pointillism. Hal ini dimanifestasikan lewat gugusan titik berwarna-warni dalam skala besar dan kecil yang membentuk bagian dial
Desain dial ini mengingatkan kami pada terhadap selebrasi Dia de los Muertos di Meksiko yang penuh warna sekaligus desain matematika fraktal ala lukisan wajah Suku Aborigin. Inilah makna paling berharga bagi sebuah karya seni pada dial, yaitu untuk memantik interpretasi sang spektator terhadap sang kreasi. Masingmasing dial memiliki 3.000 titik yang dilukis menggunakan tangan dan kuas pipih dengan satu, dua, atau tiga sapuan kuas saja. Proses pembuatannya memerlukan kestabilan luar biasa dan konsistensi dari para artisan untuk memastikan bahwa setiap titik dibuat dengan ukuran yang sama. Ini benar-benar dial yang begitu menarik hati.
107
WHO Panerai, IWC, Piaget, dan Jaeger-LeCoultre
WHAT Time International merayakan Grand
Opening empat butik tunggal pertama bagi
masing-masing branddi Indonesia dengan sebuah pesta yang dimeriahkan oleh tur berpemandu ke semua sudut butik, serta penampilan akustik Aqi
Singgih dan DJ Andezzz
WHEN 7 September 2023
WHERE Plaza Senayan, Jakarta
108 EVENT
109
Temukan jam tangan yang Anda baca di CROWN
ANDERSEN Genève
www.andersen-geneve.ch
ArtyA
www.artya.com
Audemars Piguet
Plaza Indonesia
Level 1, Unit 170
Tel: 021 2992 3982
Barbier-Mueller
www.montresbarbiermueller.com
Bell & Ross
Pacific Place
Level GF, Unit 88A
Tel: 021 5140 2711
Biver
www.jcbiver.com
Boucheron
The Shoppes Marina Bay
Sands Singapura
Unit L1-56
+65 6737 1313
Bovet
www.bovet.com
Cartier
• Plaza Indonesia
Level 1, Unit 138-139
Tel: 021 314 1916
• Plaza Senayan
Level 1, Unit 119A, 121A, 125A
Tel: 021 572 5238
Carl F. Bucherer
www.carl-f-bucherer.com
Casio & G-Shock
• Senayan City
Tel: 021 7278 1577
• Summarecon Mall Bekasi
Tel: 021 8063 3782
• Tunjungan Plaza Surabaya
Tel: 031 547 6992
• Paskal 23 Bandung
Tel: 022 2056 8586
• Hartono Mal Yogyakarta
Tel: 0274 292 4035
CHANEL
Plaza Indonesia
Level 1, Unit 128
Tel: 021 2992 4023
Chopard
Plaza Indonesia
Level 1, Unit 182B
Tel: 021 2992 4350
Czapek Genève www.czapek.com
F.P. Journe
Malmaison by The Hour Glass
270 Orchard Road Unit 01-01
Singapura
Gérald Genta
www.geraldgenta.com
Girard-Perregaux
The Hour Glass
Ngee Ann City Singapura
Unit 01-02
Tel: +65 6734 2420
Greubel Forsey
Ngee Ann City Singapura
Unit 01-12
Tel: +65 6733 0618
Grönefeld
www.gronefeld.com
H. Moser & Cie
Independent Pacific Place
Lantai GF, Unit 29
Tel: 021 2903 5917
Hublot
Tersedia di butik The Time Place
INTime
• Grand Indonesia
West Mall, Unit G19
Tel: 021 2358 1208
• Mal Kelapa Gading 3
Level GF, Unit G42
Tel: 021 4584 8977
• Central Park
Level GF, Unit G-117B
Tel: 021 5698 5156
• Paris Van Java Bandung
Level Resort, Unit B-35
Tel: 022 820 64135
• Sun Plaza Medan
Level GF, Unit C31-32
Tel: 061 8051 2538
IWC
Plaza Senayan
Level 1, Unit 127A
Tel: 021 5790 5370
Jacob & Co
www.jacobandco.com
Jaeger-LeCoultre
Plaza Senayan
Level 1, Unit 119A-121A
Tel: 021 5790 5371
Jaquet Droz
The Shoppes Marina Bay
Sands Singapura
Tel: +65 6688 7290
Laurent Ferrier
www.laurentferrier.ch
STOCKIST 110
110
Longines
Tersedia di butik INTime
Louis Moinet
Sincere Haute Horlogerie
The Shoppes at Marina Bay Sands Level Casino
B2M-202 Singapura Tel: +65 6634 9782
Louis Vuitton
• Plaza Indonesia
Tel: 021 310 7581
• Plaza Senayan
Tel: 021 572 5139
• Pacific Place
Tel: 021 5140 0575
Ludovic Balluoard www.balluoard.com
Maurice Lacroix www.mauricelacroix.com
MB&F
L’Atelier by The Hour Glass, 2 Orchard Turn, Unit 03-06 Singapura
Montblanc
• Pacific Place
Level GF, Unit 27–28
Tel: 021 5140 2762
• Plaza Indonesia
Level 1, Unit 141
Tel: 021 2992 4015
• Plaza Senayan
Level 1, Unit 146B
Tel: 021 572 5141
• Pondok Indah Mall 2
Level GF, Unit 29A
Tel: 021 7590 0926
Omega
• Mal Kelapa Gading 3
Level GF, Unit G-41
Tel: 021 4586 4985
• Plaza Indonesia
Level 1, Unit 184
Tel: 021 2992 3723
• Plaza Senayan
Level 1, Unit 176C
Tel: 021 572 5663
• Tunjungan Plaza 5 Surabaya
Level UG, Unit 053
Tel: 031 9924 3026
Panerai
Plaza Senayan
Level 1, Unit 121A-129A 021 5790 5369
Patek Philippe
Plaza Indonesia
Level 1, Unit 35-38
Tel: 021 3192 6632
Philippe Dufour
www.philippedufour.ch
Piaget
Plaza Senayan
Level 1, Unit 125B/127B
Tel: 021 572 5759
Rado
Plaza Indonesia
Level 2 Unit E20-E20A
Tel: 021 2239 5605
Ressence
www.ressencewatches.com
Richard Mille
Plaza Indonesia
Hyatt Lobby
Tel: 021 2992 4033
Roger Dubuis
Tersedia di butik The Time Place
Rolex
Plaza Indonesia
Level 1, Unit 69 & 70A
Tel: 021 2992 3982
TAG Heuer
• Central Park
Level GF, Promenade 002
Tel: 021 2920 0422
• Pacific Place
Level GF, Unit G-16A
Tel: 021 5797 3725
• Plaza Indonesia
Level 1, Unit 129–130
Tel: 021 2992 3990
• Plaza Senayan
Level 1, Unit 155C
Tel: 021 5725137
• Senayan City
Level GF, Unit G-53
Tel: 021 7278 1601
The Time Place
• Pacific Place
Level GF, Unit 12 A-B
Tel: 021 5140 2796
• Plaza Indonesia
Level 1, Unit 165–168
Tel: 021 310 7715
• Plaza Senayan
Level 1, Unit 122–128B
Tel: 021 572 5759
• Tunjungan Plaza 4 Surabaya
Level UG, Unit 30–37
Tel: 031 532 7991
Tissot
• Plaza Senayan
Level 2, Unit E24A
Tel: 021 5785 5241
• Grand Indonesia
West Mall Level 1
Unit WM-1 02
Tel: 021 2358 0449
• Pondok Indah Mall 2
Level GF, Unit 30
Tel: 021 572 5822
• Mal Kelapa Gading 3
Unit LG-32
Tel: 021 4585 3775
Tudor
Tersedia di butik INTime
Ulysse Nardin
www.ulysse-nardin.com
Zenith
Tersedia di butik The Time Place
111
GREUBEL FORSEY
DOUBLE BALANCIER CONVEXE
Double Balancier Convexe mengelevasi konsep integrasi ke tingkat selanjutnya. Pada pandangan pertama, dial bagian atas akan mengingatkan Anda pada ujung tebing, sementara separuh movement yang tersingkap di bawahnya tampil bak bebatuan yang diterjang ombak. Hanya saja pada kasus ini, sang ‘ombak’ adalah osilator yang diposisikan miring dan terhubung via roda gigi bersiluet bundar.
Komponen yang dikenal sebagai differential tersebut menyeimbangkan kinerja escapement setiap empat menit sekali demi pengukuran waktu nan presisi. Namun, hal paling menakjubkan adalah fakta bahwa Greubel Forsey menggunakan titanium sebagai pelat dasar. Material tersebut terkenal begitu sulit untuk dikreasikan dan diproses menggunakan mesin jika dibandingkan dengan kuningan. Bukan semata karena estetika, titanium dipilih karena ketangguhannya Dan akhirnya, barel ganda yang berotasi cepat dengan pelindung berdesain serupa pelat movement bercadangan daya hingga 72 jam lamanya. Memang jam ini hanya berfungsi sebagai penunjuk waktu, namun tiada satu hal pun yang sederhana dari Double Balancier Convexe.
CASEBACK 112
WWW.CROWNWATCHBLOG.ID Nikmati informasi menarik terkini seputar dunia jam tangan di mana saja dan kapan saja dari perangkat favorit Anda. “Pindai kode untuk mulai membaca” Your Go-To Resource for Everything Timepiece facebook.com/crownwatchblogid @crownwatchblog.id A PROUD MEMBER OF TIME INTERNATIONAL GROUP