YEAR IN REVIEW Rangkuman peristiwa horologi tahun 2022 | EDITORS’ PICKS Kurasi jam terbaik untuk Anda | FINE CHIMES Keajaiban di balik jam berdenting INDONESIA ISSUE #4 2022
Chopard Alpine Eagle
EDITOR-IN-CHIEF
SHANNON HARTONO shannon@crownwatchblog.id
BUSINESS DEVELOPMENT
AMELIA WIDHARATNA amelia.widharatna@time.co.id
PRODUCTION MANAGER ERIKA TANIA DESSYANDRA erika.tania@crownwatchblog.id
GRAPHIC DESIGNER
ERICK WIBOWO
erick.wibowo@crownwatchblog.id
CHIEF EDITOR - DIGITAL RONALD HUTAGALUNG ronald.hutagalung@crownwatchblog.id
PUBLISHING EXECUTIVE ARINTA WIRASTO arinta.wirasto@crownwatchblog.id
PUBLISHING COORDINATOR
CHARLENE ATALIE charlene.atalie@time.co.id
Diterbitkan oleh PT Komunikasi Perkasa International Centennial Tower lantai 28, Jalan Gatot Subroto Kav. 24-25 Jakarta 12930
HIGHEND MEDIA
CHAIRMAN & CEO
DAVID LEPPAN
MANAGING DIRECTOR HRISTO SIMEONOV hristo.simeonov@highend.media
PUBLISHER CONNIE YEUNG connie.yeung@highend.media
VP, BUSINESS DEVELOPMENT ALAN TAN alan.tan@highend.media
EDITOR DARREN HO DARREN.HO@HIGHEND.MEDIA
ART DIRECTOR DENNIS GOH dennis.goh@highend.media
Published by HighEnd PTE LTD 391B Orchard Road, Level 22-01, Ngee Ann City Tower B, Singapore 238874
Anung Kamaswara , Writer
Setelah sempat bekerja di sejumlah majalah gaya hidup, Anung menantang kemampuan mode pragmatis dan serebralnya pada media televisi dan dunia ritel. Kini ia menyambung hidup sebagai penulis, pengarah mode, dan tren analisis independen agar dapat bekerja di malam hari dan tidur saat matahari terbit, sehingga jarang menyanggupi pertemuan bisnis di bawah jam 12 siang.
Kevin mengawali fotografi sebagai hobi sejak SMA. Kegemaran yang berbuah menjadi passion ini mengantarkannya ke Lasalle College Jakarta sebagai lulusan jurusan fotografi di mana ia meraih perhargaan untuk kategori portofolio fotografi terbaik. Keahliannya dengan permainan cahaya dan framing dapat dilihat dalam karya pemotretan produk dan still-life, arsitektur, makanan, gaya hidup, dan profil.
CROWN INDONESIA is a proud member of TIME International Group and published under license from HIGHEND MEDIA PTE LTD, Singapore. No parts of this magazine are to be reproduced without the permission of TIME INTERNATIONAL and HIGHEND MEDIA PTE LTD. All rights reserved.
Kevin Putra , Photographer
TISSOTWATCHES.COM TISSOT prx 35 mm A SWISS MADE THROWBACK TO A FLAGSHIP TISSOT DESIGN FROM 1978
PLAZA SENAYAN (LEVEL 2) MALL KELAPA GADING 3 (GROUND FLOOR) GRAND INDONESIA (LEVEL 1) PONDOK INDAH MALL 2 (GROUND FLOOR) INTIME CENTRAL PARK (GROUND FLOOR) INTIME PARIS VAN JAVA BANDUNG (GROUND FLOOR) INTIME SUN PLAZA MEDAN (GROUND FLOOR)
Di momen peralihan tahun, refleksi dan resolusi telah menjadi tradisi. Dalam prosesnya, kebijaksanaan dan wawasan kita seolah ditantang untuk merangkum, mengidentifikasi, memaknai, mempelajari, serta merumuskan segala hal yang sudah terjadi sepanjang tahun dan daftar pencapaian untuk setahun ke depan. Dari refleksi, kita belajar untuk memahami diri secara lebih baik. Dari resolusi, kita melatih fokus dengan memotivasi diri.
Namun kehidupan modern yang kita jalani saat ini sepertinya membutuhkan refleksi dan resolusi lebih sering dibandingkan sebuah ritual akhir tahun semata. Apa pun dapat terjadi kapan pun kepada siapa pun di mana pun—bukanlah suatu temuan anyar namun tentunya ‘kejutan’ di awal tahun 2020 semacam menjadi standar baru atas dinamisme roda kehidupan kita. Oleh karena itu, alih-alih meninjau dan membuat daftar resolusi, ada baiknya kita fokus pada kesadaran penuh.
Mengutip Germer, Siegel, dan Fulton dalam buku mereka Mindfulness and Psychotherapy (2005), kesadaran penuh adalah bentuk perhatian penuh pada kondisi saat ini dan bisa menerimanya dengan penuh kesadaran. Dengan begitu, kita senantiasa menikmati dan menghargai setiap momen yang terlewati, sehingga dapat melakukan yang terbaik sesuai situasi—bahkan meraih lebih daripada ekspektasi. Spirit inilah yang akan kembali membimbing saya di sepanjang tahun 2023.
Chopard—menghiasi sampul kami edisi ini—adalah contoh sejati dari sebuah brand horologi yang beroperasi dengan kesadaran penuh. Di bawah manajemen keluarga Scheufele, Chopard berfokus menyuguhkan karya yang menggugah perasaan para pembuat dan pemakainya. Perpaduan harmonis dari desain rupawan dan inovasi canggih yang diproduksi dengan kesadaran penuh terhadap dampak lingkungan dan sosial adalah kemewahan yang sesungguhnya (hal.24).
Akhir kata, Selamat Tahun Baru 2023!
Dalam case 41 mm bermaterialkan Lucent Steel A223 dengan sunburst dial warna Pine Green yang terinspirasi oleh pohon pinus di Pegunungan Alpen dan crown baja bermotif mawar kompas. Jam yang dilengkapi oleh bracelet bermaterialkan Lucent Steel AA23 ini ditenagai oleh movement mekanis otomatis Chopard 01.01-C dengan cadangan daya hingga 60 jam.
SHANNON HARTONO
on the cover:
CHOPARD ALPINE EAGLE
6 Editor’s Note 12
Top of the Hour
Oris merayakan riwayat kesuksesannya dengan Big Crown Waldenburgerbahn Limited Edition 13
Binghatti Developers dan Jacob & Co. mencetak sejarah dengan menara residensial tertinggi di dunia 14
Grand Prix d’Horlogerie de Genève 2022 mempersembahkan 21 penghargaan kepada kreasi paling mengagumkan di dunia horologi 16
Speake-Marin dan Watches of Switzerland mengakomodasi kebutuhan sartorial dan fungsional para petualang sejati
17
Rebellion Timepieces kembali mewujudkan antusiasme terhadap dunia balap mobil sebagai Official Timekeeper kompetisi Dakar Rally
18
In The Loupe Menyoroti teknik Pernis Urushi dan marquetry kerang pada Voutilainen Ji-Ku
20
Self-Portrait
Aktor sekaligus friend-of-the-brand Ducati Corse ini berbagi kisah tentang advokasi olahraga yang dibinanya
21
Self-Portrait
Pemain biola ini bercerita tentang sang instrumen musik dan keterlibatannya dengan Grand Seiko
IDENTITY
24
Lavish Line-Up
Kreasi jam tangan Chopard memenuhi keinginan dan kebutuhan para pencinta jam tangan berbagai persuasi 30
Editors’ Picks
Editor regional CROWN berbagi daftar jam tangan favorit yang dirilis di sepanjang tahun 2022 40
Designed For Her Rolex selalu melibatkan wanita dalam semua percakapan mereka sejak dulu 49
The Year In Review
Kurasi tren dari sektor watchmaking kelas atas di tahun 2022 56
Urban Quest Menafsirkan makna sesungguhnya dari evolusi modern lewat interpretasi anyar Bell & Ross BR-X5 62
Race To Perfection Berlaju cepat bersama Tissot dalam ajang FIM World Superbike Championship 2022
21
SELF-PORTRAIT: ISKANDAR WIDJAJA
24
66
COVER STORY: LAVISH LINE-UP
CULT CLOUT
66
Cult Clout
Pasha de Cartier terus berevolusi dengan iterasi anyar yang ditenagai oleh in-house movement milik Cartier
70
Chic
Shots
IWC menyuguhkan interpretasi kasual dengan unsur elegan lewat dua model teranyar Portugieser
72
Coming Out of Left Field
Patek Philippe kembali meluncurkan jam tangan chronograph untuk para kidal setelah vakum untuk sekian lama
76
Monochromatic Magic
Kurasi jam tangan stainless steel dalam nuansa monokromatis untuk menunjang penampilan elegan
Women On Purpose
Melalui kampanye DreamHers, Zenith menyediakan platform bagi wanita untuk bercerita, berdaya, dan berbagi inspirasi demi menggapai mimpi 92
Burst of
Elegance
Gubahan seksi untuk koleksi DolceVita dan La Grande Classique de Longines
All-Round Brilliance Kecantikan Breguet Classique Dame 8068 terpancar dari luar dan dalam
SOUL 104 How To Buy Mido 106 Class in Session Denting merdu hasil dari kemutakhiran sistem mekanisme: Minute Repeater 108 Stockist Temukan lokasi butik jam tangan pilihan Anda 112 Caseback Menyingkap chronograph movement pada Calibre G-04 milik Grönefeld
100
40 DESIGNED FOR HER 100
TIME AND SPACE
70 CHIC
94
99 Modest Opulence Ragam perhiasan sederhana sarat tradisi dalam penawaran teranyar John Hardy
Time and Space: Michelle Quan Mengapresiasi kesederhanaan dalam hidup bersama Michelle Quan
94
ALL-ROUND BRILLIANCE
SHOTS
Inspirasi datang dari visi yang terwujud berkat kerja keras tanpa henti
NAJWA SHIHAB
VISION
TRACKING TIME
Oris merayakan riwayat kesuksesannya dengan Big Crown Waldenburgerbahn Limited Edition
Ketika Paul Cattin dan Georges Christian tengah mencari lokasi untuk mendirikan sebuah manufaktur, keduanya memilih untuk tidak menetap di Le Locle meskipun kota ini adalah pusat pembuatan jam tangan Swiss masa itu. Kedua pendiri Oris tersebut justru beralih ke wilayah barat dan memilih untuk menjalankan bisnis mereka di Hölstein, tepatnya di Waldenburg Valley.
Salah satu faktor penentu di balik keputusan Paul dan Georges adalah Waldenburgerbahn (kereta Waldenburg dalam bahasa Jerman). Diperkenalkan pada tahun 1880, Waldenburgerbahn adalah jalur kereta api yang membentang antara Waldenburg Valley dan Liestal–kapital Basel-Landschaft–dan wilayahwilayah lain di Swiss. Jalur jarak pendek ini hanya memiliki empat pemberhentian yang menghubungkan Waldenburg Valley dengan sumber daya luar untuk menunjang perkembangan kota. Oris pun menjadi salah satu dari segenap
bisnis yang sukses berkembang di kawasan tersebut.
Pada bulan April lalu, jalur kereta bersejarah itu ditutup karena dilakukannya sejumlah perbaikan yang mencakup modifikasi lebar jalur kereta, penambahan lintasan baru, dan pembangunan kembali stasiun Waldenburg. Selanjutnya, stasiun Hölstein Süd yang selama ini melintasi manufaktur Oris ditutup dan direlokasi ke area berdekatan. Jalur lintasan tersebut akan dibuka kembali pada bulan Desember 2022.
Sebagai penghormatan terhadap peran stasiun Hölstein Süd yang begitu berjasa bagi keberlangsungan manufaktur Oris di awal pendiriannya, sang brand meluncurkan meluncurkan Big Crown Waldenburgerbahn Limited Edition yang diproduksi secara terbatas sejumlah 1.000 unit. Big Crown Pointer Date sendiri adalah koleksi Oris yang menyuguhkan bezel bergalur, numeral
Arab berukuran besar, jarum jam bergaya suntik, dan skala menit yang menyerupai rel kereta api. Jarum penanda merah bergaya busur hadir untuk menunjukkan tanggal yang tertera pada cincin luar bagian dial. Big Crown Waldenburgerbahn Limited Edition dilengkapi oleh temali coklat tua bermaterialkan kulit rusa ramah lingkungan yang diproduksi oleh Cervo Volante. Jam ini ditenagai oleh mesin otomatis Calibre 754 yang memiliki cadangan daya hingga 38 jam.
Pada bagian caseback terdapat ukiran lokomotif beruap dari model lawas kereta Waldenburg, serta nomor urutan edisi terbatas. Kemasan jam ini hadir dalam kantong kulit bernuansa taupe yang selaras dengan dompet kartu, serta kain pembersih berwujud peta wilayah Holstein. Big Crown Waldenburgerbahn merupakan jam tangan yang sempurna untuk menemani Anda berwisata mengarungi Swiss menggunakan kereta api.
VISION / TOP OF THE HOUR 12
ABOVE THE CLOUDS
Binghatti Developers dan Jacob & Co. mencetak sejarah dengan pembangunan menara residensial tertinggi di dunia
Berfokus pada kemewahan, pengembang properti kelas dunia, Binghatti Developers, dan salah satu nama tersohor di ranah horologi dan perhiasan, Jacob & Co. mengumumkan pembangunan gedung pencakar langit yang akan memegang predikat sebagai apartemen tertinggi di dunia. Diberi nama Burj Binghatti Jacob & Co. Residences, gedung yang dijuluki ‘ hypertower ’ ini hadir bagai mahkota berkilau yang mempercantik cakrawala Dubai. Sang hypertower yang memiliki 104 lantai ini akan berdiri dengan megah di jantung kota Dubai, Business Bay.
Alih-alih menggunakan brand ambassador, konsep kolaborasi yang dikukuhkan oleh Jacob & Co. memang selalu mengusung konsep kemitraan. Sebelumnya, brand basis New York ini telah berkolaborasi dengan namanama terbaik dari disiplin berbeda. Segelintir contohnya adalah manufaktur supercar Bugatti, pesepakbola Lionel Messi, rumah produksi Paramount Pictures (untuk film Godfather), dan label fashion Supreme.
Mengambil acuan dari fantasi kemewahan yang senantiasa disuguhkan, sejumlah komponen dari portofolio jam tangan dan perhiasan khas Jacob & Co. pun diintegrasikan dalam sejumlah elemen pada arsitektur gedung. “Menara bersiluet berlian di puncak gedung hadir sebagai pengingat atas bagian crown (mahkota) yang mencerminkan keindahan luar biasa dari desain permata Jacob & Co.” tutur Muhammad Binghatti, CEO dan Head of Architecture Binghatti Developers.
Selain itu, manifestasi kemewahan dengan ciri khas Jacob & Co. turut diimplementasikan pada unit residensial dengan nama bertemakan batu permata, yaitu Sapphire Suite dan Emerald Suite. Sebagaimana dengan area griya tawang yang masing-masing dinamakan berdasarkan tiga lini ikonis Jacob & Co., yaitu Fleurs de Jardin Penthouse, Astronomia Penthouse, dan Billionaire Penthouse. Tak henti sampai di situ, implementasi kode desain lain Jacob & Co. turut meliputi interior yang didesain secara kolaboratif antara Jacob Arabo, Chairman dan Creative Director Jacob & Co. dan Muhammad Binghatti. Tak sekadar dalam hal desain, kemitraan ini juga mencakup kurasi jam tangan dan perhiasan eksklusif yang akan ditawarkan untuk calon pembeli unit residensial.
13
THE WINNING WATCHES
Grand Prix d’Horlogerie de Genève 2022 mempersembahkan 21 penghargaan kepada kreasi paling mengagumkan di dunia horologi
Kehadiran bulan November begitu dinantikan oleh pelaku horologi karena adanya perhelatan Grand Prix d’Horlogerie de Genève (GPHG). Memasuki tahun ke-22, ajang bergengsi yang diselenggarakan di Geneva’s Théâtre du Léman, Jenewa, ini menyuguhkan beberapa pembaruan. Selain kehadiran penghargaan anyar bertajuk Jam Mekanis Terbaik untuk jam pendulum yang berdiri di lantai maupun jam meja, GPHG 2022 menandai kembalinya penghargaan Jam Tangan Chronometry Terbaik setelah hiatus singkat di tahun 2021. Sang institusi juga mengumumkan bahwa mulai sekarang penghargaan Inovasi Terbaik juga meliputi rilisan dengan pendekatan keberlanjutan. Kini, terdapat 20 total penghargaan dalam 15 kategori yang diberikan sebagai bentuk apresiasi untuk para ahli di bidangnya.
Terdapat elemen lain yang memercik rasa familier, seperti panel juri yang bernaung dalam inisiatif GPHG Academy— pertama kalinya dibentuk di tahun 2020—beranggotakan 650 tokoh tersohor yang terdiri dari jurnalis, kolektor, peritel, dan konsultan di bidang horologi, serta dikepalai oleh sejarawan Nick Foulkes. Selama 20 tahun, GPHG telah menempuh misinya untuk merayakan tradisi dan sejarah pembuatan jam, juga memperkenalkan penggemar internasional kepada terobosan dan dobrakan terbaru yang terjadi di dunia horologi.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, seluruh penghargaan di ajang GPHG 2022 dipersembahkan oleh aktor kawakan asal Prancis, Édouard Baer. Jawara tahun ini, yaitu peraih penghargaan tertinggi “Aiguille d’Or” dibawa pulang oleh
14 VISION / TOP OF THE HOUR
MB&F untuk Legacy Machine Sequential Evo, jam tangan chronograph pertama dari brand asal Jenewa tersebut. Dengan mekanisme bernama Twinverter yang berjasa menyinkronkan aktuasi dari masing-masing mesin chronograph yang diusungnya, sudah sepatutnya jam ini meraih penghargaan yang paling dinanti di GPHG tersebut.
Van Cleef & Arpels menyabet Mechanical Clock Prize untuk Fontaine Aux Oiseaux Automaton dengan intrikasi begitu menarik pada desainnya, sehingga berhasil menarik atensi para pemerhati horologi sejati di ajang Watches & Wonders 2022 pada bulan April silam. Tak berhenti sampai di situ, brand asal Prancis ini turut menyabet penghargaan Inovasi Terbaik untuk Lady Arpels Heures Florales Cerisier.
Selain Van Cleef & Arpels, terdapat dua nama besar lain yang masing-masing menyabet dua penghargaan sekaligus. Hermès unggul dalam kategori Jam Tangan Komplikasi Wanita Terbaik dan Jam Tangan Komplikasi Pria Terbaik untuk model Arceau Le temps Voyageur. Selanjutnya, penghargaan Jam Tangan Perhiasan Terbaik dan Audacity Prize yang dianugerahkan untuk kreasi yang berhasil mendobrak batasan di dunia horologi diboyong oleh Bvlgari untuk masing-masing Serpenti Misteriosi High Jewellery dan Octo Finissimo Ultra 10th Anniversary.
Kategori lain yang patut disoroti adalah Jam Tangan Chronometry Terbaik yang diraih oleh Kodo Constant-force Tourbillon dari Grand Seiko yang membanggakan komplikasi tourbillon dari sang brand. Sementara, manufaktur jam tangan independen Parmigiani Fleurier unggul dalam kategori Jam Tangan Wanita Terbaik untuk Tonda PF Automatic. Kategori “Petite Aiguille” dimenangkan oleh Trilobe untuk
Nuit Fantastique Dune Edition yang terinspirasi dari seni arsitektur dan termanifestasi dengan indahnya pada konstruksi dial yang terdiri tiga cakram berbeda dengan penanda jam, menit, dan detik berwujud logo sang brand
Menariknya, kategori lain yang tak kalah mashyur didominasi oleh sejumlah brand independen seperti H. Moser & Cie memenangi kategori Jam Tangan Tourbillon Terbaik untuk Pioneer Cylindrical Tourbillon Skeleton, Ferdinand Berthoud dengan penghargaan Mekanisme Terbaik untuk FB 2RSM.2-1, Voutilainen memboyong penghargaan Jam Tangan Artistik Terbaik untuk Ji-Ku, dan kategori “Horological Revelation” yang dibawa pulang oleh Slyvian Pinaud untuk jam Origine.
Selain itu, apresiasi Special Jury Prize diberikan kepada François Junod, seniman automaton tersohor asal Prancis dengan portofolio menakjubkan untuk nama-nama besar seperti La Semeuse, Van Cleef & Arpels, CIMA museum, Geneva Arena, dan berbagai institusi bergengsi di seluruh dunia. Kategori lain diberikan kepada sejumlah brand seperti Atelier Akrivia (Jam Tangan Pria Terbaik), TAG Heuer (Jam Tangan Ikonis), Krayon Jam Tangan Kalender dan Astronomi Terbaik), Grönefeld (Jam Tangan Chronograph Terbaik), Tudor (Jam Tangan Selam Terbaik), dan M.A.D. Editions (Challenge Watch Prize).
Seusai pergelaran berakhir, seluruh kreasi peraih penghargaan akan dipamerkan di Zurich dalam sebuah ekshibisi yang digarap dengan mitra utama GPHG selama tiga tahun terakhir, FGP Swiss & Alps. Selanjutnya, ekshibisi ini diboyong ke New York— berkolaborasi dengan Watches of Switzerland—untuk pertama kalinya pada tanggal 1-4 Desember.
15
Grand Seiko Kodo Constant Force
Van Cleef & Arpels
Fontaine Aux Oiseaux Automaton
MB&F Legacy Machine Sequential EVO
TRAVELLER’S COMPANION
Speake-Marin dan Watches of Switzerland mengakomodasi kebutuhan sartorial dan fungsional para petualang sejati lewat iterasi eksklusif One & Two Dual Time
Speake-Marin dan Watches of Switzerland mengerti bahwa kedisiplinan untuk mempertahankan tradisi akan menghasilkan kualitas yang tiada duanya. Berkat pemahaman mendalam terkait prinsip tersebut, tercetus lah afiliasi sarat keistimewaan antara keduanya. Kolaborasi ini dicanangkan sebagai penghormatan terhadap Britania Raya yang kian erat dengan DNA sang brand dan peritel bertaraf global tersebut. Bernaung dalam lini One & Two Dual Time, rilisan edisi terbatas yang menggaungkan semangat petualangan dengan lantang ini tersedia dalam dua versi dial eksklusif, yaitu biru dan oranye salmon.
Mengusung konsep openwork dial, kedua jam tangan GMT ini hadir dengan dua cakram yang memiliki fungsi berbeda. Cakram pertama menampilkan zona waktu kedua di posisi jam 9, sedangkan sub dial penanda detik ditempatkan di antara posisi jam 1 dan 2 yang dibingkai oleh tampilan tanggal yang bergerak dengan mekanisme retrograde. Pengaturan waktu dan tanggal dapat dilakukan melalui tombol yang tersembunyi di sisi kiri case. Arsitektur movement nan rupawan ini berhasil menciptakan
keharmonisan antara kedua sub dial dan komponen barel yang tersingkap di posisi jam 5.
Bicara estetika, Speake-Marin x Watches of Switzerland One & Two Dual Time tetap mempertahankan Picadilly case berdiameter 42 mm milik pendahulunya yang menyatukan elemen lawas dan modern dalam waktu bersamaan. Meski berukuran cukup besar, kedua jam mengusung material titanium sebagai konstruksi dasar yang senantiasa meringankan bobotnya. Selain direfleksikan lewat penggunaan nama Picadilly untuk case berwujud cembung , elemen khas Britania Raya lainnya bisa didapati pada jarum penunjuk jam dan menit bersiluet hati yang terinspirasi dari monumen ikonis Big Ben.
Performa prima pada interpretasi ini ditenagai oleh Calibre SMA02 yang tersingkap melalui caseback kristal safir dan memiliki cadangan daya hingga 48 jam. Untuk mengukuhkan eksklusivitasnya, terdapat ukiran logo The Watches of Switzerland di bagian caseback. Di samping itu, kedua iterasi Speake-Marin x Watches of Switzerland One & Two Dual Time hanya tersedia sejumlah 10 unit untuk tiap-tiap modelnya.
16 VISION / TOP OF THE HOUR
BORN TO RACE
Rebellion Timepieces kembali mewujudkan antusiasme terhadap dunia balap mobil sebagai Official Timekeeper kompetisi Dakar Rally
Selama tiga tahun berturut-turut, Rebellion Timepieces telah berkolaborasi dengan kompetisi balap legendaris Dakar Rally. Dengan identitas dan nilai serupa yang dijunjung keduanya—otentisitas, desain bersahaja, kualitas manufaktur, dan kinerja tak tertandingi—tak ayal kolaborasi yang berawal pada tahun 2019 silam ini berlanjut ke babak selanjutnya. Bertempat di kota Dammam, tahun depan Dakar Rally akan memasuki kali ke-45 sejak pertama kali dihelat dan tahun keempat dilaksanakan di Saudi Arabia.
Kolaborasi yang terjalin antara Rebellion Timepieces dan Dakar Rally pun lebih dari sekadar kemitraan biasa. Selain kembali mengemban peran sebagai Official Timekeeper dari Dakar Rally, Rebellion turut berpartisipasi dalam kancah bergengsi ini sebagai peserta balap. Tim Rebellion Racing sendiri diwakilkan oleh Presiden dari sang brand, Alexandre Pesci yang berpasangan dengan Romain Dumas untuk mengarungi lanskap padang pasir dengan segenap tantangan. Pantas saja, Dakar Rally menduduki peringkat 3 kompetisi balap dengan tingkat kesulitan tertinggi di dunia. Suatu momentum yang patut menjadi sorotan adalah insiden yang dialami Alexandre tatkala sesi shakedown dilakukan di ajang Dakar Rally tahun ini. Mobil DXX #251 yang harusnya ia kendarai terbakar, mengharuskannya untuk mengemudikan mobil milik Romain Dumas agar dapat lanjut berkompetisi.
Kini, tim Rebellion Racing akan kembali berkompetisi di Dakar Rally 2023. Untuk menanggulangi terjadinya peristiwa tak diinginkan, keduanya direncanakan untuk mengemudi mobil berspesifikasi mutakhir, Toyota GR Hilux DKR T1+. Mobil ini ditenagai oleh mesin bensin V6 3.5 liter bi-turbo dengan konfigurasi sedemikian rupa untuk menaklukan 14 jalur balap yang akan dilintasi. Bukan model anyar, mobil ini diciptakan pertama kalinya pada tahun 2021 dan berhasil mengantarkan pembalap Nasser Al-Attiyah menjadi pemenang Dakar Rally tahun lalu. Bicara persiapan, mobil ini melalui rentetan uji teknis yang mendetail di lokakarya Pôle Mécanique of RD Limited. Kompetisi yang berhasil menyatukan penggemar reli secara global dengan pembalap tersohor setiap tahunnya ini akan dihelat mulai dari 1 Januari hingga 15 Januari 2023.
17
VISION / IN THE LOUPE 18
VOUTILAINEN
Pernis Urushi dan marquetry kerang
Mari perhatikan bagian dial pada seri Ji-Ku rilisan Voutilainen dengan saksama. Ya, peraih penghargaan Grand Prix d’Horlogerie de Gèneve (GPHG) 2022 dalam kategori Jam Tangan Kerajinan Artistik Terbaik. Mahakarya ini dikreasikan oleh Tatsuo Kitamura, salah satu seniman pernis paling tersohor di masa kini dan pemimpin dari lokakarya Unryuan yang menguasai teknik dekorasi urushi.
Bagian dial digarap sepenuhnya dari serpihan kerang yang disusun dan dipadukan dengan irisan emas atau platinum di atas pelat emas sebelum diselimuti oleh pernis tipis pada permukaannya. Serpihan kerang sendiri diperoleh dari cangkang batu laga dan abalon Selandia Baru (menghasilkan warna hijau, ungu, dan spektrum perak pada bagian dial). Setiap komponen dipotong dan diaplikasikan menggunakan tangan. Selain itu, dibutuhkan ratusan serpihan untuk mengkreasikan satu dial.
Sebagai sentuhan akhir, teknik urushi lahir di abad ke-16 atau mungkin jauh sebelumnya diaplikasikan pada dial. Pernis yang dipergunakan berasal dari getah pohon warisan setempat dan telah dipraktikkan oleh penduduk Jepang sejak 3.000 tahun lalu. Kitamura-san menerapkan teknik artistik maki-e (diterjemahkan sebagai “komposisi desain bertaburan”) untuk menggarap bagian dial. Memadukan lembaran emas, serbuk emas, serta teknik urushi, sang seniman mengukir motif atau pola menggunakan pernis, sebelum mengaplikasikan masing-masing material dan memolesnya kembali. Setiap lapisan pernis membutuhkan pengeringan dan pemolesan ulang. Rata-rata dibutuhkan 10-15 kali pelapisan yang diulang pada setiap tahapan.
Dua teknik lain yang diterapkan oleh Kitamura-san adalah saiei maki-e dan somata zaiku. Keduanya dikembangkan di Kyoto pada abad ke-17 dan telah lama hilang, namun kini telah dihidupkan kembali oleh sang maestro. Hasil dari kerja keras dan kepiawaian tersebut adalah sebuah dial dengan visual sarat makna, yang akan terlihat berbeda tergantung sudutnya. Impresi demikian ditimbulkan oleh permainan cahaya antara teknik pernis, serpihan kerang, serta logam mulia. Setiap dial memakan masa produksi selama beberapa bulan, sehingga dapat dikatakan bahwa Voutilainen Ji-Ku adalah satu satu kreasi paling memukau di era modern ini.
19
IBNU JAMIL
Aktor multitalenta dan peminat otomotif ini berbagi cerita tentang advokasi olahraga serta keterlibatannya dengan Ducati Corse
Semakin mendalami dunia seni peran, saya pun semakin jatuh cinta. Mulanya saya menggiati berbagai olahraga dan sempat ingin berkarir di biro periklanan. Akan tetapi, ada sesuatu yang mengarahkan saya ke dunia hiburan. Saya menjadi tertantang untuk memainkan suatu karakter dalam jangka panjang. Lama kelamaan, menjalaninya pun tidak pernah terasa berat.
Saya percaya dengan proses, mulai dari berakting hingga hal-hal lainnya. Misalnya ketika memerankan sebuah karakter dalam sebuah film atau seri, diperlukan berbagai pendekatan yang perlu saya kuasai untuk memahami keinginan sutradara. Begitupun dengan siaran bola, saya akan melakukan riset mendalam untuk menyampaikan pesan kepada para pemirsa. Sejatinya yang saya sampaikan adalah informasi, tetapi saya ingin mengekspresikannya tanpa terkesan menggurui. Meski begitu, saya tetap harus beradaptasi dengan gaya bahasa dan cara penyampaian sesuai dengan kaidah generasi masa kini.
Saya tidak ingin menjadi pengikut apa kata orang dan ingin menjadi panutan bagi diri sendiri. Meski sama saja dengan pekerjaan lain, ketika menyelami dunia seni peran saya hanya ingin terlihat keren. Namun pelajaran terbesar dari perjalanan karir selama ini adalah memahami apa yang benar-benar saya butuhkan, bukan hanya yang saya inginkan. Selain berakting, saya juga berkecimpung di dunia bisnis, kuliner, dan advokasi olahraga lewat sebuah organisasi bernama YOAN Foundation.
YOAN Foundation dilandasi oleh ekosistem dunia olahraga di Indonesia yang belum sepenuhnya terbina dengan baik, meskipun dengan kolam talenta dan potensi besar. Mustahil untuk mengatakan bahwa prestasi olahraga suatu negara dapat berkembang tanpa adanya pembinaan. Sebagaimana benih tumbuhan yang tidak akan berkembang jika tidak dirawat dan ditanam dengan baik.
Saya ingin melakukan penyuluhan bagi para atlet berusia dini dengan klinik coaching berkonsep subsidi silang. Lewat YOAN Foundation, program penyuluhan ini dapat mengajarkan mereka tentang ilmu dasar olahraga, pelatihan, hingga nutrisi yang dibutuhkan sebagai atlet.
Bagi saya, jam tangan adalah representasi jati diri seseorang yang tergambarkan oleh jam tangan yang dikenakannya. Seperti Partenza yang secara gamblang menggambarkan kepribadian sporty sekaligus elegan. Kriteria Ducati Corse selaras dengan nilai-nilai yang saja junjung dan kecintaan saya terhadap dunia otomotif— terutama motor—juga melatari keterlibatan saya sebagai friend-of-the-brand.
VISION / SELF-PORTRAIT 20
ISKANDAR WIDJAJA
Pemain biola Indonesia yang kini menetap di Jerman ini bicara tentang keterlibatannya dengan sang instrumen musik dan makna dari Grand Seiko di matanya
Biola adalah sebuah instrumen kreativitas yang dapat menggapai beragam emosi berbeda. Kecintaan saya terhadap biola bermula ketika saya masih berusia 7 tahun. Saya diajak menonton konser biola pertama saya dan dihadapkan pada begitu banyak instrumen musik layaknya gitar dan biola. Semenjak itu, saya dan biola menjadi tak terpisahkan karena jiwa kanak-kanak saya cenderung memilih kreativitas dan fantasi tanpa batas yang disuguhkan oleh biola.
Saya bertumbuh besar dengan mendengarkan musik klasik. Saya dididik untuk bermain biola dengan metode Suzuki yang berasal dari Jepang. Salah satu instruksi dari sang maestro yang turun tangan dalam melatih saya adalah mendengarkan kaset berulangulang. Di perjalanan menuju latihan biola, ibu saya akan memutar kaset berisi kreasi Bach, Pagarnini, Schuman, juga simfoni bergaya Baroque, hingga karya-karya master biola Indonesia, Idris Sardi.
Meskipun bertumbuh besar di Jerman, adat Indonesia berperan besar dalam membentuk pribadi saya. Saat berada di Indonesia, saya selalu merasa di rumah. Ketika mendengar penyanyi Indonesia berdendang, suaranya selalu terdengar melankolis dan berhasil membuat saya merinding.
Gaya tersebut juga terdapat pada diri saya, berkat darah Indonesia yang saya miliki.
Perjalanan ke Indonesia kali ini amat menginspirasi saya. Saya terlibat dalam gelaran musik Concerto Nusantara di mana saya memainkan sejumlah lagu daerah Indonesia seperti Bungong Jeumpa dan O Ina Ni Keke. Rasanya tidak sabar untuk berkolaborasi dengan lebih banyak musisi bertalenta di ranah lokal. Saya pun berencana untuk memboyong Concerto Nusantara ke Jerman, Turki, dan Yunani untuk memperkenalkan kultur Indonesia yang begitu beragam.
Sebagaimana biola, jam tangan adalah “sebuah tradisi.” Baik biola antik maupun jam tangan—jika diproduksi dengan kualitas tinggi— akan tetap relevan apapun masanya, bahkan setelah Anda lenyap dari
dunia ini. Kedua instrumen ini akan terus menerus diwariskan ke generasi selanjutnya. Saya percaya, kualitas memiliki peran besar untuk bertahan sebagai barang tak lekang waktu. Jika Anda bertotalitas melakukan apa yang Anda cintai dalam dunia seni, seperti jam tangan dan biola, Anda pun akan meninggalkan warisan yang kekal abadi.
Hal favorit saya tentang Grand Seiko adalah bahwa kami memiliki ketertarikan yang sama terhadap kesempurnaan. Seperti persiapan nan mendetail yang selalu saya lakukan sebelum tampil. Saya pun selalu berupaya memberi unsur personal ke dalam semua kolaborasi dengan Grand Seiko. Layaknya menyatukan dua paralel berbeda dan menghembuskan jiwa ke dalamnya, rasanya saya dan Grand Seiko memang berjodoh.
21
IDENTITY
Mengenal diri sendiri adalah awal dari semua kebijaksanaan ARISTOTELES
kiri ke kanan: Alpine Eagle 41 Frozen, Alpine Eagle 41 ‘Pine Green’, Alpine Eagle 33, dan Alpine Eagle XL Chrono
Dari
LAVISH LINE-UP
Erika Tania
Sebagaimana setiap kolektor memiliki preferensi yang berbeda-beda, brand horologi pun memiliki keunggulan yang membedakannya dari brand horologi lainnya. Namun anggapan ini sepertinya tidak dapat diaplikasikan pada Chopard. Manufaktur yang didirikan sejak tahun 1860 ini secara konsisten menyuguhkan karya yang memudahkan para kolektor membubuhkan tanda centang pada ragam kotak kriteria dalam daftar jam tangan idamannya.
Estetika desain memang sangat dipengaruhi oleh selera dan merupakan hal yang sangat subjektif. Namun portofolio sarat kreativitas dari Chopard rasanya akan memenuhi berbagai preferensi jam tangan pria maupun wanita. Ingin jam tangan mewah namun sporty ? Ada Alpine Eagle. Ingin dress watch klasik? koleksi L.U.C memiliki banyak penawaran untuk Anda. Ingin jam tangan berhiaskan berlian? Happy Diamonds dengan taburan berlian berdansa akan menjadi pilihan yang unik.
Craftsmanship tingkat tinggi para artisan Chopard juga didemonstrasikan melalui keindahan finishing dan dekorasi pada berbagai elemen dan detail yang menjadikan setiap jam tangannya begitu istimewa. Maka tak heran bila ragam karyanya acapkali dikenakan oleh figur-figur tersohor di atas karpet merah. Kepiawaian teknis para watchmaker Chopard turut memperindah estetika dial melalui kehadiran terobosan canggih di dunia watchmaking, seperti chronograph, tourbillon, fase bulan, hingga perpetual calendar
Namun daya pikat utama Chopard versi kami adalah komitmen sang brand terhadap keberlanjutan. Sejak Juli 2018, setiap emas yang digunakan dalam kreasinya mengemban sertifikat fairmined—diperoleh melalui penambangan yang bertanggung jawab dengan proses produksi yang transparan dan terlacak dengan baik. Selain emas, Chopard juga memiliki ketentuan dan standar khusus bagi seluruh pemasok materialnya dengan perhatian terhadap dampak lingkungan dan sosial. Tak ada yang lebih menggugah daripada mengenakan kreasi yang berkontribusi terhadap masa depan, bukan? Berikut ini jajaran karya teranyar dari Chopard untuk menginspirasi transaksi Anda selanjutnya.
Rupawan, canggih, dan berkelanjutan, kreasi jam tangan Chopard memenuhi keinginan dan kebutuhan para pencinta jam tangan berbagai persuasi
25
26
L.U.C Full Strike Sapphire
L.U.C Full Strike Tourbillon
Karl-Friedrich Scheufele bersama Renaud (kiri) dan Gautier (kanan) Capuçon
L.U.C Full Strike One
KARYA CHOPARD MEMUDAHKAN PARA KOLEKTOR MEMBUBUHKAN TANDA CENTANG PADA RAGAM KOTAK KRITERIA DALAM JAM TANGAN IDAMANNYAA
LIKE AN EAGLE
Terdapat kisah sentimental di balik introduksi Alpine Eagle pada tahun 2019, di mana pembuatan jam tangan ini melibatkan tiga generasi: Karl-Fritz Scheufele, Karl-Friedrich Scheufele, dan Karl Scheufele. Karl-Fritz menggagas interpretasi ulang jam St. Moritz— karya pertama sang ayah, Karl-Friedrich, pasca keluarganya mengambil alih Chopard—dari tahun 1980. Gagasan ini pun didukung oleh sang kakek, Karl, sehingga akhirnya jam tersebut dirilis dengan desain yang lebih modern: case multisudut dengan bezel lebar yang dilengkapi oleh empat pasang sekrup, jarum detik serupa bulu elang, dan sunburst dial serupa motif pada mata elang.
Di tahun 2022, sebagai selebrasi atas dedikasi Alpine Eagle Foundation—organisasi non-profit yang didirikan Karl-Friedrich Scheufele sejak 2019—dalam melestarikan Pengunungan Alpen, Chopard memperkenalkan tiga model baru berdiameter 41 mm dengan dial warna ‘Pine Green’ atau hijau serupa pohon pinus. Tersedia dalam material Lucent Steel A 223 (baja eksklusif Chopard yang dijanjikan dua kali lebih tangguh daripada baja biasa dan diproduksi menggunakan 70% material daur ulang) emas merah muda etis 18 karat, serta kombinasi kedua logam tersebut.
Turut dirilis ialah Alpine Eagle 41 Frozen yang tampil super memukau dengan taburan berlian yang menyelimuti seluruh bagian case, dial, dan
bracelet bermaterialkan emas putih etis 18 karat. Untuk opsi lebih sporty, terdapat Alpine Eagle XL Chrono yang hadir dengan case Lucent Steel A223 berdiameter 44 mm yang dikombinasikan dengan rubber strap untuk pertama kalinya. Jam ini juga mengusung desain ergonomis yang memaksimalkan penggunaan fitur chronograph secara akurat.
Melengkapi jajaran Alpine Eagle berdiameter 36 mm, 41 mm, dan 44 mm adalah enam model anyar berdiameter 33 mm. Dua model bermaterialkan Lucent Steel A223 dengan dial warna biru tersedia dalam opsi bezel polos maupun berhiaskan berlian. Dua model lainnya mengusung material emas merah muda 18 karat dengan dial warna abu-abu (hadir juga dengan dial warna merah muda keemasan) dalam opsi berlian pada bezel dan/atau kepingan bracelet dan indeks jam. Dua model terakhir mengombinasikan kedua material dengan dial abu-abu dalam opsi bezel polos maupun berhiaskan berlian.
SOUND OF ETERNITY
Di bawah kepemimpinan Karl-Friedrich Scheufele sebagai Co-President, Chopard telah memproduksi seluruh movement-nya secara independen sejak tahun 1996 di Chopard Manufacture. Sebagai perayaan hari jadi ke-25 tahun dari pendirian manufaktur sekaligus perilisan koleksi pertama L.U.C, sang brand
27
meluncurkan tiga iterasi canggih dari L.U.C Full Strike—pemenang perhargaan tertinggi Aiguille d’Or dari Grand Prix d’Horlogerie de Genève (GPHG) 2017 berkat inovasi gong bermaterialkan kristal safir yang menghasilkan dentingan berakustik istimewa.
Komitmen Chopard untuk selalu berinovasi dan menyuguhkan karya semakin berkualitas dicerminkan lewat kolaborasi sang brand dengan musisi tersohor: pemain biola Renaud Capuçon dan pemain selo Gautier Capuçon. Keduanya hadir langsung ke manufaktur untuk menyempurnakan melodi—dari segi intensitas, kekayaan nada, faktor redaman, dan lainnya—yang dihasilkan oleh minute repeater buatan Chopard dengan pendekatan yang telah disetujui oleh Laboratorium Akustik Terapan dari sekolah teknik di Jenewa, HEPIA.
Hasilnya? Melodi kian murni, panjang, dan harmonis pada trio model baru: L.U.C Strike
One edisi terbatas 25 buah dengan case bermaterialkan emas merah muda etis yang membanggakan fungsi chime-in-passing (berdenting setiap jam); L.U.C Full Strike Sapphire edisi terbatas sebanyak 5 buah yang merupakan jam tangan minute repeater pertama dengan case, crown, dial, dan gong dalam movement bermaterialkan kristal safir; dan L.U.C Full Strike Tourbillon edisi terbatas 20 buah dengan kombinasi kompleks dari minute repeater dan tourbillon. Ketiganya ditenagai oleh movement bersertifikat kronometer dari COSC dan mengemban pengakuan kualitas Poinçon de Genéve atas level finishing yang menakjubkan.
JOIE DE VIVRE
Selaras dengan reputasi prestisiusnya di ranah horologi, Chopard juga superior dalam urusan perhiasan. Tak hanya kalung, cincin, maupun anting saja yang mendemonstrasikan keahlian para artisan Chopard perihal gem-setting, tetapi sederet karya jam tangan berikut ini juga membuktikan kreativitas tanpa batasnya.
Melalui koleksi Happy Sport, Chopard menantang citra formal yang melekat pada jam
tangan berhiaskan permata berharga dengan memperkenalkan teknologi berlian berdansa— sejumlah berlian yang bergerak bebas di antara dua kristal safir pada dial. Di tahun 2022, Chopard menyambut kehadiran tiga model baru yang menyoroti pesona warna biru. Model pertama dengan case baja berdiameter 30 mm tampil manis dengan tiga berlian berdansa, sedangkan dua model lainnya yang berdiameter 36 mm hadir memikat dengan case bermaterialkan kombinasi baja dan emas merah muda 18 karat.
Keindahan fauna yang kerap menginspirasi kreasi haute joaillerie Chopard kali ini diterjemahkan melalui jam tangan Animal World “Peacock”. Bermaterialkan emas putih etis 18 karat dan titanium, case jam tangan ini hadir dalam siluet serupa bulu burung merak yang diwujudkan dengan kombinasi permata multiwarna: safir 4,7 karat; turmalin Paraiba 1,67 karat; berlian warna putih, konyak, hitam, dan cokelat dengan total 1,55 karat; tsavorite 1,04 karat; dan luzalites 0,71 karat. Berkat detail menawannya, jam tangan dengan motherof-pearl dial ini dinominasikan dalam penghargaan kategori Jewellery dalam GPHG 2022.
Sesuai dengan namanya, koleksi L’Heure du Diamant menyoroti pesona murni dari jam tangan berhiaskan berlian. Untuk mewujudkan kilauan yang maksimal, Chopard mengaplikasikan teknik crown setting dan mengombinasikan ukuran berlian yang berbeda-beda. Tersedia dalam pilihan material emas putih atau merah muda etis 18 karat, jam ini ditenagai oleh Chopard 09.01-C dengan power reserve hingga 42 jam.
Perpaduan harmonis dari desain rupawan dan inovasi canggih yang diproduksi dengan kesadaran penuh terhadap dampak lingkungan dan sosial adalah kemewahan yang sesungguhnya. Lebih dari sekadar instrumen penunjuk waktu berkualitas tinggi, setiap kreasi Chopard dibuat untuk menggugah perasaan para penggunanya.
IDENTITY / COVER STORY
28
Happy Sport dengan berlian berdansa
Animal World “Peacock” Watch dalam koleksi Haute Joaillerie
L’Heure du Diamant dengan mother-ofpearl dial
Editor regional CROWN berbagi daftar jam tangan favorit yang dirilis di sepanjang tahun 2022
SHANNON HARTONO, EDITOR-IN-CHIEF, INDONESIA
Model GMT-Master II manapun akan menimbulkan sensasi di kalangan pengikut setia Rolex. Begitu juga dengan Ref. 126720VTNR yang sontak menggemparkan dunia maya sebagai model Professional paling unik sejauh ini. Bagian crown dan pelindungnya berpindah posisi ke sisi kiri jam. Selain itu, lensa bergaya cyclops kini ditempatkan di posisi angka 9, bukan angka 3 seperti pada lazimnya. Mungkin terlihat tak signifikan, namun perubahan ini memerlukan pengujian presisi ulang oleh sang manufaktur. Meskipun tidak diperuntukkan khusus untuk para kidal oleh Rolex, jam ini seketika akan membuat sang pengguna terlihat menonjol dengan crown yang terletak di sisi kiri.
ROLEX
PERPETUAL GMT-MASTER II REF. 126720VTNR
OYSTER
IDENTITY 32
ARNOLD & SON
PERPETUAL MOON 38 ECLIPSE I
Langit malam bertabur bintang dengan sinar bulan purnama adalah suatu keindahan tiada tara. Sayangnya, tinggal di kota besar merampas kesempatan saya untuk melihatnya. Namun, Arnold & Son Perpetual Moon 38 Eclipse seketika membawa saya ke negeri di atas awan dengan dial kristal aventurine lace berhiaskan tiga berlian berpotongan pir, empat safir merah muda berpotongan brilian, delapan safir biru berpotongan pir, dan 35 berlian berpotongan brilian. Selanjutnya, terdapat 80 brilian berpotongan brilian lain yang menghiasi case berkonstruksi dasar emas putih 18 karat untuk menyempurnakannya. Kreasi ini berhasil membangkitkan rasa takjub saya semasa kanak-kanak.
LONGINES
DOLCEVITA X YVY
Saya tidak pernah bercita-cita menjadi gadis berkuda. Akan tetapi, Longines DolceVita x YVY membuat saya mempertimbangkannya lagi. Kini saya dapat membayangkan memakai jam tersebut dalam versi haze dengan atribut berkuda berwarna serupa. Saya amat menyukai fitur temali ganda yang diciptakan sebagai anggukan terhadap pelana kuda karya Yvonne Reichmuth, kolaborator Longines untuk jam ini. Selain itu, dial bernuansa beige memancarkan impresi klasik ketika disandingkan bersama jarum penanda dan indeks bergaya ramping. Sesungguhnya, jam ini merupakan manifestasi sempurna dari slogan “elegansi adalah sikap” milik sang brand.
33
JAEGER-LECOULTRE
RENDEZ-VOUS DAZZLING NIGHT & DAY
JOSHUA YAP, CONTRIBUTING EDITOR, SINGAPURA
Sekali lagi, Jaeger-LeCoultre berhasil membuat saya terpikat dengan komplikasi nan romantis yang disajikannya. Bergerak selangkah lebih maju, Rendez-Vous Dazzling Night & Day menyuguhkan tidak hanya satu, namun dua bezel berhiaskan berlian dan mother-of-pearl dial. Selain itu, jam ini dilengkapi indikator siang dan malam yang bergantian menampilkan imaji matahari dan bulan sabit bertabur bintang. Temali kulit berwarna taupe turut menghadirkan kontras apik antara kemewahan dan impresi bersahaja. Saya rasa, koleksi Rendez-Vous sebentar lagi akan menjadi salah satu lini ikonis dari sang manufaktur.
IDENTITY 34
Odysseus dilansir pada tahun 2019 sebagai tanggapan atas permintaan yang membludak terhadap jam tangan olahraga mewah dari A. Lange & Söhne. Jam ini pun menjadi salah satu penawaran favorit dari brand asal Jerman tersebut. Hadir mengusung material titanium tahun ini, daya pikat Odysseus serta merta meningkat. Meski tetap mengadopsi case berdiameter 40,5 mm dan bracelet lima keping seperti pendahulunya, iterasi ini terlihat begitu sempurna memeluk pergelangan tangan berkat bobot yang 43 persen lebih ringan ketimbang stainless steel. Saya khawatir tak kebagian karena jam ini hanya diproduksi sejumlah 250 unit di seluruh dunia.
A.LANGE & SÖHNE
TAG
HEUER
AQUARACER PROFESSIONAL 200 SOLARGRAPH
Sekilas, tampilan Aquaracer Professional 200 Solargraph memang menarik atensi saya; case baja hitam dengan teknik finishing sandblast DLC dan bezel bermaterialkan karbon berlapis Super-LumiNova® yang berpendar hijau di kegelapan. Namun yang benar-benar memenangkan hati saya adalah kinerja prima di dalamnya, yaitu movement TH50-00 bertenaga surya. Dibuat secara eksklusif untuk TAG Heuer oleh La JouxPerret, mesin ini dapat beroperasi sehari penuh dengan masa pengisian daya selama dua menit saja. Menakjubkannya, pengisian daya penuh dapat membuat jam ini bertahan hingga enam bulan lamanya. Selain itu, ketika diatur melalui crown, jam ini dapat beroperasi dengan mode power saving hingga 3,5 tahun.
35
REF. 363.117
BLANCPAIN
FIFTY FATHOMS BATHYSCAPHE QUANTIÈME COMPLET
LEONG WONG, EDITOR, MALAYSIA
Selera jam tangan saya terbagi menjadi dua: klasik atau futuristik. Di atas semua itu, saya amat menghargai praktikalitas. Ketika melihat Blancpain Fifty Fathoms Bathyscape Quantième Complet, saya spontan jatuh hati pada versi titanium. Ringan namun tangguh dalam balutan logam nan kokoh, iterasi ini sukses menjadi pembaruan dari kode desain milik koleksi yang menaunginya. Hanya saja dengan palet monokromatis yang lebih memancarkan impresi futuristik. Bisa dibilang, fitur kalender lengkap yang diusung juga terdapat pada versi dengan konstruksi dasar emas merah muda merupakan salah satu komplikasi paling praktikal di dunia horologi. Lantas, perkawinan antara rupa dan fungsi ini amat tak terelakkan bagi saya.
36
CARTIER
TANK LOUIS CARTIER
Rasanya belum ada jam yang berhasil mendefinisikan dan bertahan melintasi berbagai era layaknya Tank Louis Cartier. Turut dipopulerkan oleh pendiri sang brand, jam rilisan tahun 1917 ini diluncurkan sebagai anggapan terhadap menggeloranya gerakan seni Art Deco Tahun ini, daya pikat ikon horologi tersebut kembali didemonstrasikan Cartier lewat jajaran iterasi terbaru Tank Louis. Berpijak pada siluet persegi panjang nan distingtif, kini Tank Louis Cartier hadir dengan versi emas kuning dan dial berpoles pernis. Minimnya distraksi dalam tampilan yang diusung adalah ekspresi murni atas elegansi tak lekang waktu milik koleksi ini.
MAURICE LACROIX
AIKON #TIDE
Kesuksesan Maurice Lacroix dalam memenangkan hati kaum urban berawal di tahun 2016 saat koleksi Aikon diluncurkan. Pamor jam ini melesat di wilayah Eropa sebelum kemudian mendunia. Tak puas sampai di situ, #tide pun dilahirkan bagi generasi sadar lingkungan. Jam ini mengusung material komposit yang dihasilkan oleh suatu teknologi revolusioner dengan kemampuan daur naik sampah plastik menjadi limbah berkelanjutan. Menyuguhkan tampilan sporty dan palet warna vibran, jam ini berhasil menyanggah anggapan bahwa konsep berkelanjutan tidak dapat terlihat menyenangkan.
37
BELL & ROSS
BR 05 ARTLINE
RADO
DIASTAR ORIGINAL 60-YEAR ANNIVERSARY EDITION
Enam dekade telah berlalu dan DiaStar Original masih menjadi sebuah mahakarya modern. Terutama model anniversary yang diluncurkan sebagai hasil kolaborasi dengan desainer produk asal Buenos Aires, Alfredo Häberli. Jam ini mempertahankan desain case bersiluet bundar milik pendahulunya, namun kini hadir bermaterialkan Ceramos keramik berteknologi tinggi dalam nuansa metalik dan fitur anti gores. Pembaruan subtil yang diterapkan Alfredo meliputi kristal safir berfaset heksagon, serta jarum penanda dan tampilan tanggal yang didesain ulang. Hal ini dilakukan sang desainer sebagai upaya untuk memancarkan unsur modern nan abstrak. Sebagai bonus, jam ini dilengkapi dengan temali kain berwarna abuabu yang dapat ditukar dengan bracelet Milanese secara mudah melalui sistem EasyClip.
BR 05 terus mengukuhkan presensinya sebagai salah satu dress watch favorit dalam portofolio Bell & Ross. Kali ini dengan model Artline yang sukses mencerminkan estetika lawas sekaligus modern dalam waktu bersamaan. Koleksi ini mengambil inspirasi dari gaya desain industrial dan dunia penerbangan di era ‘30-an dan ‘40-an dua pilar yang sinonim dengan Bell & Ross Interpretasi ini mengusung corak alur pada bezel dan bagian tengah keping bracelet sebagai pengingat akan elemen aluminium bergelombang pada pesawat antik. Elemen desain BR 05 berpadu erat dengan DNA sang brand sembari mengusung percikan kreativitas dan unsur fantasi yang begitu menakjubkan.
IDENTITY 38
VU NGOC DUNG, EDITOR, VIETNAM
Ref. 5470P-001
Sebuah tonggak pencapaian dari Patek Philippe. Bagaimana tidak? Jam tangan ini mampu mengukur dan menampilkan waktu hingga sepersepuluh detik. Ditenagai oleh Calibre CH 29-535, mesin yang dimanufaktur secara in-house ini memiliki frekuensi sebesar 36.000 vibrasi per jam selagi menghasilkan presisi optimal dan efisiensi energi. Kinerja mutakhir ini terwujud berkat desain barel arbor berlekuk yang telah dipatenkan oleh sang brand dan juga komponen regulasi bernama Oscillomax. Jam ini menyajikan kesan kontemporer dengan case berdiameter 41 mm yang menaungi temali dan dial biru tua dengan aksen merah pada jarum penanda.
39 REF. 5470P-001 1/10TH OF A SECOND MONOPUSHER CHRONOGRAPH
DESIGNED FOR HER
Rolex selalu melibatkan wanita dalam semua percakapan mereka sejak dulu Darren Ho
Di dalam dunia horologi, beberapa pihak menilai kemunculan kolektor wanita sebagai tren yang baru merekah. Namun, sebenarnya wanita telah memiliki peran penting dalam mendukung para watchmaker sejak dulu. Bagaimanapun, pada awal kemunculannya jam tangan memang diperuntukkan bagi wanita sebagai pemanis tampilan dan juga penunjuk waktu.
Ketika mendirikan Rolex, Hans Wildorf bertekad untuk memproduksi jam tangan dengan tingkat ketangguhan setara jam saku sembari memenuhi kebutuhan pelanggan, baik pria maupun wanita. “Rolex harus berpikir dan bergerak selangkah lebih maju agar dapat menonjol dari yang lain,” ujarnya.
Pada tahun 1926, upaya Hans untuk mencapai ketahanan terhadap air terbukti berhasil dengan dilansirnya Rolex Oyster, jam tangan kedap air pertama di dunia. Kemudian, ia mengambil langkah berani guna mendemonstrasikan durabilitas segel kedap udara yang terdapat pada sang jam. Hans mempersembahkan Rolex Oyster kepada Mercedes Gleitze untuk dikenakan dalam misi renang mengarungi Selat Inggris. Rolex pun membanggakan momen kejayaan sang atlet renang asal Inggris dan Rolex Oyster yang berhasil bertahan di perairan terbuka selama lebih dari 10 jam lamanya di halaman depan tabloid Daily Mail. Momen ini menjadi awal mula terbentuknya konsep Testimonee, asosiasi jangka panjang yang terjalin dengan para individu berprestasi, serta melambangkan keunggulan Rolex.
41
Oyster Perpetual Lady-Datejust bermaterialkan Oystersteel dan emas Everose, dial berwarna cokelat berhiaskan berlian, serta bracelet Oyster.
of an icon The birth
Iklan lawas yang menampilkan ragam desain jam tangan wanita kreasi Rolex.
Sejak awal abad ke-20, Rolex telah menciptakan jam tangan yang serasi dengan pergelangan tangan setiap wanita. Tentunya dengan standar keunggulan layaknya model legendaris terdahulu. “Wanita menginginkan segala hal terbaik: jam tangan berukuran mungil dan movement penuh presisi. Namun, semakin kecil ukuran jam, semakin sulit untuk membuatnya akurat.”
Oyster Perpetual Lady-Datejust memulai debutnya pada tahun 1957, ketika wanita berada di persimpangan menuju perubahan. Meski hanya berdiameter 26 mm, jam ini tetap memberi impresi mengagumkan dari segi mekanis dan estetika. Alih-alih sekadar merampingkan model Datejust orisinal, jam ini dikreasikan Rolex secara cermat melalui perspektif seorang wanita. Mulai dari siluet melengkung pada bagian lug, jarum dan penanda jam, hingga crown digarap sedemikian rupa untuk memaksimalkan keterbacaan dan faedah penggunaan tanpa mengurangi elegansi. Hal lain yang patut disoroti pada iterasi ini adalah bagian temali yang mengusung konsep berbeda dari bracelet Jubilee milik Datejust orisinal. Bracelet ini dirancang untuk menyerupai sebuah perhiasan dengan kepingan nan mulus dan tanpa cela.
IDENTITY 42
Lady-Datejust perdana rilisan tahun 1957
Lebih mengesankan, para watchmaker Rolex sukses memformulasikan movement otomatis mekanis yang setara dengan kinerja kaliber lebih tinggi. Sebagaimana didemonstrasikan oleh movement Lady-Datejust yang berhasil mendapatkan sertifikasi Contrôle Officiel Suisse des Chronomètres (COSC), institusi penjamin presisi dalam pembuatan jam tangan.
Tidak hanya tersohor dari segi desain dan performa, Lady-Datejust pun memiliki pengaruh besar terhadap peranan wanita dalam masyarakat. Koleksi ikonis tersebut menjadi saksi berbagai momen bersejarah untuk wanita, meliputi saat Audrey Hepburn menaklukan Hollywood, ketika Sylvia Earle mendapatkan gelar Master of Science, tatkala Françoise Sagan mengguncang lanskap literasi, ketika Pat Smythe menguasai arena olahraga berkuda, juga saat kreasi besutan desainer fashion Adèle Simpson digandrungi seantero New York saat wanita berada di tengah mencuatnya gejolak gaya hidup dinamis. Hal ini dipahami Hans sebagai hasrat wanita modern untuk memegang kendali atas mimpi mereka dalam lini masa yang ditentukan sendiri. Layaknya para pria, wanita pun mendambakan presisi dan Lady-Datejust sukses menjadi tonggak representasi dari karakter asertif wanita di era tersebut.
Sebagai jam tangan klasik dan pewaris tunggal Rolex Datejust, Lady-Datejust berhasil menyingkap ragam kombinasi dan mampu merepresentasikan pembaruan nan elegan yang diterapkan, sekaligus kepribadian sang pemakai. Selama lebih dari 60 tahun Lady-Datejust terus berevolusi dengan variasi case dan material, serta implementasi teknik gem-setting dan inovasi teknis dalam jajaran penawarannya. Di samping itu, Lady-Datejust turut menghadirkan ragam tipe logam: emas putih, emas kuning, emas Everose—masing-masing senilai 18 karat, Oystersteel, dan Rolesor (kombinasi antara kedua material tersebut). Bagi penyuka kemewahan, model berhiaskan berlian maupun variasi gem-set lainnya dapat menjadi padanan serasi bagi untuk tampilan formal.
Tak kalah penting dari kesetaraan wanita adalah memiliki pemimpin dan ikon-ikon yang patut menjadi panutan. Era ‘70-an dan ‘80-an pun menandai kemunculan gelombang pemimpin wanita dalam masa kejayaannya.
43
Iklan Rolex di tabloid Daily Mail memproklamirkan keberhasilan salah satu Rolex Testimonee, Mercedes Gleitze dan Rolex Oyster; iklan Rolex Oyster dengan fitur kedap air yang diperuntukkan bagi wanita sporty
IDENTITY
ROLEX TESTIMONEES TERDIRI DARI SEJUMLAH INDIVIDUAL YANG MEREPRESENTASIKAN KUALITAS UNGGUL, KEANGGUNAN, DAN KAIDAH TAK LEKANG WAKTU MILIK SANG BRAND Annika Sörenstam, Rolex Testimonee dan tokoh tersohor di dunia golf wanita mengenakan LadyDatejust 28
Rolex Testimonee pertama dalam bidang musik tengah beraksi di atas panggung pada tahun 1970, Dame Kiri Te Kanawa; Dr. Sylvia Earle, Rolex Testimonee, ahli biologi kelautan dan penemu dari Mission Blue
An era of female figures
Para wanita yang tergabung dalam Rolex Testimonee mampu mencetuskan citra baru bagi feminitas: terlibat, modern, dan senantiasa mengejar kesempurnaan. Kemunculan sejumlah individual yang merepresentasikan kualitas unggul, keanggunan, dan kaidah tak lekang waktu milik sang brand ditandai oleh dipilihnya Dame Kiri Te Kanawa sebagai Rolex Testimonee pertama dalam bidang seni.
Pamor penyanyi soprano asal Maori ini melejit saat ia tampil di atas panggung Royal Opera House di London pada 1 Desember 1971 untuk menyanyikan Le Nozze di Figaro. Tak hanya dikenal sebagai pribadi yang menakjubkan, sebagai penduduk asli Kiwi, ia pun mewakili keberagaman dari pengikut setia Rolex. Dengan didebutnya Dame Kiri Te Kanawa sebagai Testimonee, Rolex berhasil melandasi inklusivitas ketika kelompok penduduk asli belum sepenuhnya terwakili.
Di belahan dunia lain, tepatnya dalam bidang biologi kelautan, wanita mengagumkan lainnya yang bernama Dr. Sylvia Earle mencetak momentum berkat hasil penemuan terkait dampak perubahan iklim pada Laut Dalam. Di tahun 1979, Dr. Slyvia mencetak rekor dunia— masih belum terpecahkan hingga kini—untuk penyelaman terdalam yang pernah dilakukan seorang wanita di kedalaman 381 meter.
Rolex menyambutnya sebagai Testimonee di tahun 1982, berkat pencapaian yang dicapai ketika ia menjadi Chief Scientist di National Oceanic and Atmospheric Administration. Kini, ia mengemban sejumlah peran, termasuk memimpin proyek untuk menciptakan kawasan lindung laut atau “Hope Spots” di bawah organisasi Mission Blue miliknya. Hingga kini, ia terus mengampanyekan gerakan 30x30
untuk melipatgandakan persentase air laut yang dilindungi hingga 30 persen pada tahun 2030. Bersama dengan Rolex, Dr. Sylvia telah menggalakan berbagai seminar dan mengajak audiens untuk lebih terlibat dalam pentingnya melindungi keanekaragaman laut dan pemulihan dari dampak krisis iklim.
Dalam ranah olahraga, pegolf asal Swedia, Annika Sörenstam, berhasil mempertahankan titel pemain golf wanita terbaik yang diraih selang mengakhiri masa jabatannya di tahun 2008 dengan 90 kemenangan internasional dan meliputi 72 turnamen LPGA, serta meraup lebih dari 22 milyar Dollar Amerika. Annika didaulat menjadi Rolex Testimonee di awal karirnya pada tahun 1994, bersamaan dengan kemenangan pertamanya dalam ajang ALPG (Australian Ladies Professional Golf Tour).
Saat ini, Annika bertahan menjadi perwakilan yang kuat sebagai Presiden International Golf Federation. Di samping itu, ia melahirkan suatu yayasan bernama ANNIKA yang mengombinasikan sejumlah aspek hidupnya di bawah suatu perusahaan, meliputi golf, kebugaran, dan kegiatan sosial. Melalui ANNIKA, ia menciptakan lapangan golf di seluruh dunia dan menggalakkan berbagai program pelatihan bernama ANNIKA Academy bagi para pemain muda. Selain itu, ia turut memperjuangkan kesetaraan untuk wanita dalam bidang olahraga dan meraup banyak tonggak pencapaian semenjak didirikan.
Abad ke-21 menjadi saksi dari kemunculan sejumlah wanita bertalenta dengan nilai-nilai yang dijunjung teguh. Rolex pun terus merayakan dan mendukung sejumlah individu ini dengan meningkatkan kesadaran akan sumbangsih mereka terhadap dunia.
43
Dari atas: Sejumlah Rolex Testimonee meliputi pianis Wang Yuja; pemain tenis Garbiñe Muguruza; serta ahli biologi kelautan, pakar terumbu karang, dan penerima penghargaan Associate Rolex Awards 2019, Dr. Emma Camp.
IDENTITY 46
of Women A new generation
Dalam bidang seni, Rolex menjalin asosiasi dengan Wang Yuja, pianis bertalenta juga dikenal sebagai anak ajaib berkat kemahirannya yang muncul di usia dini. Wang bergabung menjadi Rolex Testimonee di tahun 2009, tepat setelah ia menamatkan pendidikannya di Curtis Institute of Music di Philadelphia. Tidak hanya memiliki teknik luar biasa, ia pun memiliki interpretasi unik atas musik klasik hingga memantik ulasan mengagumkan dari para ahli di bidangnya. Setelah tampil di seluruh dunia dengan berbagai orkestra, ia mengemban julukan sebagai pianis paling berbakat di dunia, bahkan mengalahkan para pianis pria. Dalam waktu bersamaan, ia menantang persepsi dan status quo terhadap musik klasik dengan keberaniannya. Meski dengan segala harapan yang ditumpu padanya, Wang berhasil menggawangi era baru dari musik klasik bagi generasi masa kini.
Dalam enam tahun terakhir, Rolex menyambut pemain tenis profesional berkebangsaan Spanyol-Venezuela, Garbiñe Muguruza, sebagai Testimonee. Garbiñe dikenal berkat teknik groundstroke yang dikuasainya, serta keagresifannya ketika bertanding hingga membuahkan kemenangan atas sejumlah pemain tersohor dunia, seperti Caroline Wozniacki, serta Serena dan Venus Williams. Ia turut meraih kemenangan pada kejuaraan Roland-Garros dan Wimbledon, juga meraih gelar top seed di tahun 2017.
Di luar lapangan, ia didaulat sebagai duta dari Room to Read, sebuah organisasi nirlaba internasional yang berfokus pada literasi dalam cakupan komunitas lokal dan kesetaraan gender dalam ranah edukasi. Garbiñe telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan literasi di jenjang usia dini dan membantu anak-anak perempuan di negara berkembang untuk mendapatkan akses terhadap pendidikan tingkat menengah. Ia percaya dengan mengenyam edukasi tinggi, para muda-mudi dapat membantu memusnahkan siklus kemiskinan. Kini, Room to Read telah membantu lebih dari 23 milyar anakanak di 20 negara.
Belum lama ini, Rolex menyuarakan dukungan terhadap tokoh biologi asal Inggris, Dr. Emma Camp. Ia adalah
penerima penghargaan Rolex Associate 2019 dan seorang pakar dalam pemugaran batu karang. Kerap dijuluki Ratu Koral oleh insan media Inggris, pakar terumbu karang asal Sydney ini bertanggung jawab mengepalai misi revitalisasi terumbu karang akibat dampak perubahan iklim.
Tidak berlebihan untuk menegaskan pentingnya terumbu karang bagi ekosistem kelautan. Satu dari empat spesies laut bertumpu pada terumbu karang untuk keberlangsungan hidupnya, dan kehancurannya akan mengakibatkan kepunahan spesies laut serta industri perikanan. Penemuan akan terumbu karang yang mampu bertahan di tengah peningkatan suhu ekstrem di muka bumi merupakan solusi efektif untuk melindungi Great Barrier Reef di Australia. Hal ini pun diterapkan oleh sejumlah ilmuwan di seluruh dunia untuk membudidayakan terumbu karang yang terancam lainnya.
Seperti Dr. Sylvia, Dr. Emma juga membintangi serial televisi National Geographic Explorer. Sumbangsih yang diberikannya tak hanya berkisar seputar terumbu karang. Ia pun berjasa memperkenalkan wanita muda pada edukasi STEM (Sains, Teknologi, Teknik, dan Matematika) dan memberi dukungan penuh bagi para ilmuwan wanita. Sebagai pemimpin, jejaknya patut diteladani oleh mereka yang tertarik terhadap biologi kelautan. Menyoroti kesetaraan atas kontribusi wanita pada dunia sains adalah prinsip yang disambut baik oleh Dr. Emma dan Rolex.
Di samping nama-nama di atas, terdapat sejumlah wanita lain yang mendapatkan dukungan penuh Rolex berkat kegigihan dan kecintaan terhadap apa yang mereka lakukan. Masing-masing individu mampu memberi aspirasi dan inspirasi pada wanita muda untuk menjadi pionir di masa mendatang.
Dengan menerapkan berbagai inovasi teknis sepanjang beberapa dekade terakhir, Lady-Datejust mampu mengukuhkan presensi sebagai jam tangan wanita klasik, juga melambangkan wanita yang memiliki kepercayaan penuh atas diri sendiri. Performa prima Lady-Datejust ditenagai oleh Calibre 2236, self-winding movement mekanis yang dikreasikan oleh Rolex.
47
for the lady Precision timekeeping
Tahun 2014 menandai tonggak pencapaian baru yang diperoleh Rolex dalam perkembangan chronometry Meskipun telah melakukan riset ekstensif terhadap silikon selama bertahun-tahun lamanya sekaligus memegang hak paten bersama dengan nama besar lain di industri horologi sebelumnya material ini belum diadopsi oleh Rolex dalam movement yang diproduksinya. Kemudian, hairspring Syloxi yang digadang-gadang mampu memaksimalkan kinerja sang komponen diperkenalkan oleh Rolex
Dengan lima hak paten yang dimilikinya, hairspring Syloxi mampu memberikan presisi dan reliabilitas lebih untuk movement berukuran kecil. Demikian halnya dengan silikon berkarakter magnetis, serta kestabilan temperatur yang terdapat pada mesin. Desain geometri dan teknik penyematan yang diusung pada hairspring terbukti memberikan ketahanan lebih terhadap guncangan yang lazim terjadi. Escape wheel bermaterialkan paramagnetic nickelphosphorous yang terdapat di dalamnya berjasa memberi presisi tinggi bagi movement berukuran pipih.
Mengingat penggunaan yang ideal dalam movement berukuran pipih, Lady-Datejust adalah wadah yang sempurna bagi Syloxi. Calibre 2236 yang menenagai sang jam pun dilengkapi oleh teknologi tersebut.
Lady-Datejust pun terus menerus berevolusi untuk menyelaraskan keinginan setiap wanita. Terdapat variasi dial, gem-setting, dan opsi material yang dapat dipilih sesuai suasana hati sang pemakai.
Bagian case digarap menggunakan baja Oystersteel nan tangguh dengan ketahanan lebih terhadap keausan. Selain itu, terdapat juga opsi emas 18 karat maupun Rolesor, dengan ragam tipe bezel (bergalur, melengkung, atau berhiaskan batu permata). Lady-Datejust dilengkapi oleh variasi temali berbeda, mulai dari bracelet Oyster tiga keping dengan pengait Oysterclasp; bracelet Jubilee lima keping diproduksi khusus untuk model Datejust dengan pengait Crownclasp; atau bracelet President tiga keping dengan pengait Crownclasp.
Selain itu, bagian dial pun mengusung ragam variasi. Dimulai dari tipe penanda yang meliputi numeral Romawi, gaya baguette, berlian berpotongan solitaire, atau bentuk geometris. Sebagai penyempurna, dial pada Lady-Datejust mengusung palet warna distingtif dengan kisaran nuansa netral seperti abu-abu, hingga tona yang lebih berani seperti ungu terung, merah muda opal, hijau zaitun, maupun berhiaskan berlian dan mother-of-pearl. Ratusan konfigurasi pada penawarannya berhasil melambungkan nama LadyDatejust sebagai jam tangan Rolex yang paling serbaguna.
IDENTITY 48
Oyster Perpetual Lady-Datejust bermaterialkan Rolesor putih dengan bezel bergalur, dial berwarna abu-abu tua dan numeral Romawi
of Fine Watchmaking A True Gem
Lokakarya gem-setting milik Rolex bertempat di manufaktur Chêne-Bourg, Jenewa. Batu permata yang kelak digunakan dikurasi dengan sedemikian rupa berdasarkan ukuran, warna, dan spesifikasi lainnya untuk memastikan keabsahannya. Kemudian, seluruh permata disejajarkan guna menentukan kesinambungan kilau dan warna sesuai standar pengujian Rolex.
Selanjutnya, setiap batu mulia diaplikasikan menggunakan tangan dengan cermat sebelum diselaraskan dan dikunci sesuai posisi yang diinginkan. Proses ini diakhiri dengan memoles setiap bagian lewat teknik mirror finishing Dengan tingkat kerumitannya, tak ayal jika proses ini memakan waktu dan konsentrasi amat tinggi.
Pada model bertahtakan berlian secara menyeluruh, para ahli gem-setting Rolex menggunakan komputer untuk melubangi masing-masing permata dan menentukan posisi setepat mungkin pada bagian dial, case, maupun bracelet Tidak ada ruang untuk kesalahan dalam proses penerapan batu mulia. Pada permukaan bersiluet melengkung seperti kepingan bracelet, lug, dan bezel, proses ini menjadi jauh lebih menantang.
Dibutuhkan waktu berjam-jam untuk menggarap satu keping dial, dan lebih banyak waktu untuk memastikan bahwa batu permata yang diterapkan telah dipilih dengan saksama. Hasilnya adalah jam tangan berhiaskan berlian yang berkilau begitu indah, sebagaimana kecantikan sang pemakai.
Di samping kualitas intrinsik dari setiap batu mulia, terdapat sejumlah kriteria lain yang berjasa melambungkan reputasi teknik gem-setting Rolex: teknik pengaturan penuh presisi, ketangguhan, orientasi dan posisi, serta teknik finishing pada permata.
“WANITA MENGINGINKAN SEGALA HAL YANG TERBAIK: JAM TANGAN BERUKURAN MUNGIL DAN MOVEMENT PENUH AKURASI.” —HANS WILSDORF, PENEMU ROLEX
OYSTER PERPETUAL LADY-DATEJUST
JAM
TANGAN KLASIK, DIDESAIN UNTUK SEORANG WANITA
ROLEX BOUTIQUE PLAZA INDONESIA
LEVEL 1, #69A
TEL: (021) 2992 3982
JAKARTA
THE TIME PLACE PACIFIC PLACE
GROUND FLOOR, #12A-B
TEL: (021) 5140 2776
SURABAYA
THE TIME PLACE TUNJUNGAN PLAZA 4
UPPER GROUND, #30
TEL: (031) 532 7991
THE TIME PLACE PLAZA SENAYAN
LEVEL 1, #125-127 TEL: (021) 572 5759
THE YEAR IN REVIEW
Tahun ini menandai masa kejayaan dari sektor watchmaking kelas atas, di tengah terjadinya sejumlah krisis dunia
Meski tahun 2022 diwarnai oleh berbagai peristiwa global yang berujung pada ketidakstabilan, tampaknya industri produk mewah tak banyak terpengaruh. Richemont mengumumkan peningkatan penjualan sebanyak 24 persen dalam semester pertama tahun keuangannya dengan pertumbuhan tertinggi pada sektor fashion dan aksesori, sedangkan keuntungan terbesar diraup oleh divisi perhiasan. Tak disangka, penjualan di pasar Amerika dan Asia justru melonjak seiring meredupnya strategi yang dicanangkan bagi pasar Eropa oleh sejumlah brand. Tergugah oleh fenomena ini, kreativitas dalam pembuatan jam tangan pun kian meroket. Alhasil, tahun ini menandai masa kejayaan ranah watchmaking dengan kemunculan sejumlah tren yang menggawangi jajaran rilisan anyar.
GOOD AS GOLD
Rasanya masih segar dalam ingatan saat jam tangan dengan tampilan bersahaja mendominasi lanskap horologi beberapa tahun silam. Namun, jam tangan bermaterialkan emas perlahan mengambil alih dan kian merekah bak pesatnya pertumbuhan TikTok sebagai platform konten berskala global. Jam tangan bermaterialkan emas kuning dan emas merah muda senantiasa bermunculan seiring digandrunginya desain retro oleh kolektor jam tangan belia. Selain itu, lonjakan tren ini terjadi berkat para penggemar yang berkiblat pada gaya selebritas dengan jam tangan bermaterialkan emas milik mereka.
Berubahnya perilaku pelanggan kelas atas dan keinginan untuk mengekspresikan diri turut memengaruhi kepopuleran jam tangan bermaterialkan emas. Begitu juga dengan menipisnya ketersediaan jam tangan bermaterialkan baja di pasaran dan melambungnya harga jam tangan bekas pakai. Kondisi ini pun mendorong pembeli untuk beralih ke jam tangan bermaterialkan emas. Sesuai pengamatan Cartier, daya beli pelanggan kian meningkat sehingga mengelevasi pesona dari jam tangan bermaterialkan emas.
Menanggapi tren ini, Vacheron Constantin pun merilis tiga iterasi teranyar dalam koleksi Overseas dengan tingkat komplikasi medium hingga tinggi, masing-masing memiliki daya pikat berbeda bagi para kolektor. Hublot meluncurkan sejumlah model dalam warna emas kuning digambarkan CEO sang brand, Ricardo Guadalupe sebagai “salah satu material inti dari sang brand dan diyakini sebagai rilis tematik terbesar tahun ini. Tissot pun turut menyelami
tren ini dengan melansir PRX 35 mm bermesin kuarsa dan mengusung lapisan emas kuning pada seluruh permukaannya. Bisa dibilang, 2022 merupakan tahun kejayaan warna emas.
COMPACT MODELS
Suatu ungkapan yang disepakati oleh para kolektor dan watchmaker ialah “semakin kecil (ukuran jam tangan), semakin baik.” Lantas, saga perampingan ukuran jam tangan kelas atas pun terus berlanjut dengan pengecualian terhadap Rolex Deepsea Challenge berdiameter 50 mm dan mengingatkan kami akan Panerai Mare Nostrum.
Model-model berdiameter 40 mm lainnya pun membuntuti dan menyusut lebih jauh lagi, seperti iterasi anyar dari Tissot PRX yang hadir dalam diameter 35 mm. Meskipun masih dianggap terlalu besar dari segi ukuran, kebanyakan jam tangan dengan kisaran diameter antara 36 mm dan 39 mm sesungguhnya
IDENTITY
50
Longines Spirit dalam diameter 37 mm
didesain sebagai model uniseks yang cocok bagi pria maupun wanita.
Sebagaimana ukuran yang menyusut, begitu juga dengan keleluasaan dalam mendesain bagian dial. Untuk mengatasi hal ini, jam tangan berukuran ramping cenderung tidak mengusung komplikasi rumit. Alhasil estetikanya pun begitu diperhitungkan, dengan percikan warna yang serta merta menarik atensi.
Kemudian, Cartier meluncurkan iterasi terbaru Tank Louis tahun ini dalam versi kecil dan besar, (meskipun diameter 25,5 mm dan 33,7 mm terhitung relatif untuk disebut besar). Impresi elegan dipancarkan pada bagian case dengan movement kuarsa untuk versi baja. Sementara itu, model bermaterialkan emas yang ditenagai oleh Calibre 1917 MC menyoroti efek tiga dimensi pada bagian dial yang menambah kesempurnaannya.
Longines merilis model bertajuk Spirit dalam diameter 37 mm dengan sentuhan aviasi nan kental, hanya saja lebih minimalis. Tahun ini, iterasi dengan dial berwarna sampanye hadir bak angin segar, melengkapi pendahulunya yang tersedia dalam nuansa biru dan hitam.
Tudor pun memiliki sejumlah penawaran menarik dalam diameter 39 mm, mulai dari koleksi Ranger ditenagai oleh MT5402 yang dibuat untuk memperingati hari jadi ke-70 British North England Expedition, hingga Black Bay Pro, model GMT yang terinspirasi oleh Ref. 1655 Explorer II.
INTEGRATION REIGN
Permintaan akan atribut olahraga kasual kian membludak seiring dengan meningkatnya gaya athleisure di ranah fashion. Hal ini pun ditanggapi oleh sejumlah brand papan atas di dunia horologi untuk berlomba-lomba menciptakan jam tangan olahraga mewah.
Jam tangan dalam kategori ini pun terus berevolusi semenjak tahun ‘70-an hingga menjadi salah satu model dengan temali terintegrasi yang berfungsi sebagai penunjang gaya sang pemakai. Namun seiring berjalannya waktu, “temali terintegrasi” perlahan digantikan oleh ragam tipe material lain seperti karet, tekstil, hingga kulit untuk mengakomodasi gaya modern pelanggan masa kini.
Bisa dibilang, manifestasi gaya sporty-chic berhasil dicapai oleh reinkarnasi Vacheron Constantin 222 rilisan tahun 1977 yang diluncurkan pada momentum hari jadi ke-222 sang brand. Jam tangan ikonis kreasi Jorg hysek ini memang memiliki daya
51
pikatnya tersendiri, terutama saat diperkenalkan kembali dalam versi berdiameter 37 mm dan lapisan emas kuning di seluruh permukaannya.
Zenith merilis koleksi baru, Defy Skyline, dengan detail serupa dengan pendahulunya. Meski demikian, terdapat beberapa perubahan seperti modifikasi bezel bersiluet oktagon ke dodekagon (segi dua belas), peningkatan diameter menjadi 41 mm, dan ditambahnya lingkar penghitung detik di posisi angka 9. Selanjutnya, bagian temali terintegrasi kini dilengkapi dengan fitur quick release yang mengizinkan sang pengguna untuk melakukan lepas pasang dengan mudah.
Rado memperkenalkan iterasi teranyar dari jam tangan selam Captain Cook yang mengusung keramik hipoalergenik berteknologi tinggi pada bagian case dan temali. Dengan bobot ringan dan tampilan nan serbaguna, tak ayal
model bergaya sporty-chic dengan performa luar biasa ini mendulang popularitas dalam waktu singkat.
GREEN AND BEAR IT
Warna hijau berhasil menggeser popularitas warna biru dan menjadi favorit terbaru. Seiring meningkatnya kebebasan berekspresi di ranah pembuatan jam, momen ini pun dimanfaatkan sejumlah desainer untuk mengeksplorasi ragam warna secara lebih leluasa. Alhasil, dial yang mengusung palet cerah dengan warna hijau di garis depan sebagai opsi komersil paling populer tahun ini.
Mulai dari perpaduan biru dan hijau, hingga British Racing Green kerap didapati pada mobil balap asal Inggris berbagai brand senantiasa berkompetisi untuk mengadopsi sang warna ke dalam penawarannya. Di samping itu, warna ungu dan merah pun turut bermunculan dalam dunia horologi, meski tidak mendapatkan atensi layaknya warna hijau.
Rolex Oyster Perpetual
GMT-Master II
bermaterialkan Oystersteel dengan temali Oyster
52
Jaeger-LeCoultre meluncurkan interpetasi teranyar dari Reverso yang memadukan karakter artistik koleksi ikonis tersebut dengan deretan karya seniman tersohor. Model paling menonjol adalah Reverso Tribute Enamel Hokusai ‘Amida Falls’, dibuat sebagai penghormatan terhadap lukisan woodblock legendaris dalam format miniatur berteknik enamel. Kreasi lain yang tak kalah mengagumkan namun jarang diekspos adalah koleksi Hidden Treasures, membanggakan lukisan enamel karya Gustav Klimt, Gustave Courbet, dan Vincent Van Gogh. Hasilnya adalah teknik dekorasi guilloché enamel nan rumit pada dial berwarna hijau.
Setelah melansir Oyster Perpetual dengan dial berwarna hijau tahun lalu, Rolex kembali hadir dengan iterasi teranyar dari Oyster Perpetual GMT-Master II dengan bezel berwarna serupa. Hadir dengan konsep left-handed, bagian crown dan pelindung dari jam ini diposisikan di sisi kiri untuk mengakomodasi para kidal. Jam yang menjadi salah satu penawaran paling istimewa di pasaran ini mengusung konsep dwiwarna hijau dan hitam—belum pernah terlihat dalam koleksi GMT-Master II sebelumnya.
Omega memperkenalkan edisi baru Speedmaster Moonwatch dalam emas Moonshine™—dihasilkan dari perpaduan
perak dan palladium—yang memberi efek pekat pada permukaannya. Warna hijau yang diusung pada bagian dial dan bezel dicapai melalui proses pengembangan warna di atas permukaan keramik dengan tingkat kerumitan tinggi. Jika jam berlapis emas ini terkesan terlalu ‘parlente’ untuk Anda, model Speedmaster ‘57 bermaterialkan baja dapat menjadi alternatif yang tak kalah memesona.
IWC bergerak selangkah lebih maju dengan memformulasikan warna bersama Pantone yang dinamakan IWC Woodland. Acap kali digunakan dalam model bermaterialkan keramik, rona hijau gelap ini mengambil inspirasi dari setelan aviasi Top Gun sekaligus hutan boreal kala musim panas.
Rona hijau pada Pilot’s Watch Chronograph TOPGUN Edition “Woodland” dimanifestasikan pada case bermaterialkan keramik dengan gaya monoblok, juga di bagian bezel dan dial.
Rilisan anyar Glashütte Original tahun ini diwarnai oleh enam model yang bernaung dalam koleksi Seventies Chronograph Panorama Date dan SeaQ Panorama Date, keduanya mengusung dial bergradasi hijau. Di samping itu, sang brand turut meluncurkan koleksi Seventies Chronograph dalam dial berwarna biru kehijauan yang diproduksi secara terbatas.
53
Jaeger-LeCoultre Reverso Tribute Enamel Hidden Treasures Courbet
Omega Speedmaster Moonwatch Professional Co-Axial Master Chronometer Chronograph bermaterialkan emas Moonshine™
IWC Pilot Chronograph TOPGUN Edition “Woodland”
TAG Heuer turut melansir dua iterasi baru dalam lini Aquaracer Professional 300 dan 300 Date dengan ragam spektrum hijau yang mengingatkan siapapun terhadap desiran lembut ombak pada pesisir pantai, serta rindangnya pepohonan pinus di sekelilingnya.
GEM-PACKED WITH EXCITEMENT
Tidak sekadar diciptakan untuk wanita, kini para pria pun terlihat nyaman mengenakan jam tangan berhiaskan permata. Peluang ini ditanggapi oleh berbagai rumah perhiasan besar dengan mengembangkan segmen pasar yang sempat menjadi alternatif semata di masa lampau tersebut. Saat ini, jam tangan berhiaskan batu permata berhasil mengukuhkan presensi di arus utama horologi.
Pengaturan permata adalah keahlian yang begitu rumit. Mulai dari pencarian batu permata yang tepat untuk setiap jam, penentuan posisi, pengeboran, hingga pengaplikasian menggunakan tangan. Tentunya, dibutuhkan kemahiran mumpuni untuk menguasai masing-masing tekniknya. Jika terdapat kesalahan dalam pengaturan posisi permata, jam tangan pun harus dirombak ulang dan proses pembuatan harus dimulai dari awal.
Rilisan terbaru Patek Philippe di tahun 2022 diwarnai oleh model berhiaskan permata dalam sejumlah referensi ikonis sang brand, seperti Ref. 6300/4006-001, Ref 6300/401G-001 Grandmaster Chimes, Ref. 5271/11P-01, serta Ref. 5271/12P-010 dengan chronograph dan kalender abadi. Kedua referensi pertama hadir dengan bezel berhiaskan dua baris berlian berpotongan baguette, juga lug dan pengait bertahtakan batu permata. Sementara, kedua referensi terakhir mengusung bezel berhiaskan satu baris batu safir atau rubi berpotongan baguette pada bagian bezel, lug, dan pengait.
Roger Dubuis Excalibur MT dengan konstruksi dasar emas putih dan case berdiameter 42 mm
Rolex Oyster Perpetual Yacht-Master 40 berhiaskan batu permata
Ref. 6300/400G-001
IDENTITY 54
Patek Philippe
Grandmaster Chime Haute Joaillerie
Roger Dubuis yang selalu menjadi inisiator memadukan ragam batu permata pada bagian bezel dan penanda jam sehingga membentuk spektrum pelangi pada jam Excalibur MT. Komponen bridge pada movement tersingkap indah di bagian dial turut mengusung palet serupa, hanya saja dengan teknik finishing NAC. Selanjutnya, impresi mewah turut diperkuat oleh bagian lug berhiaskan berlian berpotongan soliter.
Tak ketinggalan, Rolex pun memberi pembaruan nan mewah pada sejumlah model yang bernaung dalam lini Profesional. Salah satunya adalah model Yacht-Master 40 dengan bezel berhiaskan berlian dan batu safir berwarna biru, merah muda, dan perak. Menurut Rolex, inspirasi terbesar di balik model ini adalah fenomena aurora borealis. Namun, bagi kami inspirasi jam lebih mengacu terhadap kilauan cahaya yang menerpa permukaan laut.
COMPLEX IDEAS
Setelah periode senggang di mana sejumlah brand berfokus pada rilisan sederhana, tahun 2022 menandai bangkitnya gairah para watchmaker untuk menciptakan movement dengan kreativitas tanpa batas. Tahun ini menyaksikan kreasi-kreasi spektakuler lintas kategori yang berhasil diakui di ajang Grand Prix d’Horlogerie de Genève.
Jika beberapa brand seperti Laurent Ferrier dan Atelier Akrivia memilih untuk menyempurnakan estetika pada bagian dial, serta dekorasi movement, segenap nama besar lainnya justru menyuguhkan kemahiran teknis yang terfokus pada presisi dalam pembuatan jam tangan.
Kodo Constant-Force Tourbillon
menyaksikan dobrakan mutakhir dari Grand Seiko dengan perpaduan memikat antara tourbillon dan mekanisme constantforce yang bekerja pada suatu sumbu. Alhasil, daya ini memastikan efisiensi dan konsistensi daya maksimum, yang menghasilkan isokronisme yang lebih baik.
Breguet memiliki interpretasi unik terhadap jam tangan travel. Bertajuk Hora Mundi, jam tangan yang bernaung dalam koleksi Marine ini mengedepankan visual memesona untuk mengimbangi kinerja self-winding movement nan mutakhir. Bagian dial menampilkan corak
ombak yang mengusung teknik guilloché di atas latar bernuansa biru abyssal. Lapisan kedua terdiri dari plat safir yang melindungi cakram safir berilustrasi meridian dan benua. Meskipun tidak terpampang nyata, pesona sesungguhnya dari jam tangan ini terletak pada lompatan instan antara waktu lokal dan waktu setempat, serta fitur tampilan tanggal.
Terakhir namun tidak kalah penting adalah Chopard L.U.C Full Strike Sapphire yang dihadirkan bersamaan momentum hari jadi ke-25 Chopard Manufacture. Interpretasi ini menyuguhkan komplikasi minute repeater pertama yang mengusung material kristal safir pada komponen gong dalam movement, case, crown, dan dial sehingga Anda dapat menikmati indahnya koreografi komplikasi tersebut dari 360 derajat.
55
Chopard L.U.C Full Strike Sapphire
BR-X5 dalam warna oranye dan material titanium/karbon
URBAN QUEST
Bruno Belamich dan Carlos A. Rosillo menafsirkan makna sesungguhnya dari evolusi modern lewat Bell & Ross BR-X5
Arinta Wirasto
Sejak awal konsepsinya di tahun 1992, nama Bell & Ross memang begitu sinonim dengan aviasi. Konsistensi terhadap dua hal tersebut pun terus menerus didemonstrasikan lewat segenap penawaran yang terinspirasi dari instrumen aeronautika dan dunia militer. Namun, selalu konsisten bukan berarti tak memiliki ruang untuk perubahan. Seiring bergeraknya dunia menuju arah yang lebih dinamis, Bell & Ross pun memutuskan untuk berevolusi dan melebarkan penawarannya.
Tahun 2005 menandai transisi yang berdampak pada pamor Bell & Ross kini lewat diluncurkannya BR 01. Didaulat menjadi salah satu lini ikonis sang brand, jam ini mengusung case kotak dengan dial bersiluet bundar dan empat paku yang menghiasi tiap sisinya. Jam yang menyadur inspirasi dari instrumen dasbor pada pesawat ini menjadi cikal bakal dari kaidah desain brand asal Prancis tersebut. Kesuksesan ini bekembang menjadi penawaran lain yang terangkum dalam portofolio Bell & Ross, seperti BR-X1, BR 03, dan BR 05. Kini, sang brand menyajikan interpretasi anyar yang membanggakan sejumlah pembaruan agar tetap relevan lewat interpretasi anyar BR-X5. Jika ditilik secara cermat, taktik untuk terlihat lebih avantgarde sudah diterapkan terlebih dulu ketika BR 01 berevolusi menjadi BR-X1. Lewat BR-X5, brand yang didirikan oleh Bruno Belamich (Bell) dan Carlos A. Rossilo (Ross) ini berhasil menyelaraskan kemahiran teknis dan fungsionalitas.
Terdapat tiga penawaran dalam katalog BR-X5, dua model dengan konstruksi dasar stainless steel, serta satu model bermaterialkan karbon dan titanium. Ketiganya dinaungi oleh case berdiameter 41 mm—tetap dengan siluet kotak dan bingkai dial berwujud bundar—yang dikonstruksikan dengan teknik ‘roti lapis’. Citra urban yang diusung diterjemahkan lewat penggunaan warna nan vibran pada seluruh model BR-X5. Terdapat dua variasi warna untuk model berkonstruksi dasar stainless steel, yaitu dial bernuansa ice blue dan hitam dengan opsi temali karet dan baja berwarna senada. Sementara, model bermaterialkan karbon dan titanium hadir dengan warna oranye cerah yang terinspirasi dari mesin black box pada pesawat, serta temali senada.
Spirit kolaborasi Bell & Ross turut dibawa hingga kini. Rilisan pertama dari Bell & Ross dibuat secara kolaboratif dengan manufaktur jam tangan asal Jerman, Sinn-Spezialuhren pada tahun 1994. Tahun ini, perusahaan fashion tersohor asal Prancis, Chanel bergabung dalam keluarga besar Bell & Ross sebagai pemegang saham minor. Kini, Bell & Ross kembali berkolaborasi dengan manufaktur movement tersohor basis Swiss, Kenissi—milik Chanel. Kinerja prima BR-X5 ditenagai oleh mesin otomatis BR-CAL.323 dengan komponen oscillating weight yang dimodifikasi tampilan bak velg sport filosofi Bell & Ross. Movement otomatis ini berjasa memberi cadangan daya hingga 70 jam (setara hampir 3 hari lamanya jika tidak digunakan) dan memberi keleluasaan untuk beraktivitas di akhir pekan tanpa perlu winding atau menyetel jam, sehingga kerap dijuluki “weekend proof.”
57
CELESTIAL CELEBRATION
Dengan evolusi yang menandai babak baru bagi Bell & Ross, tak ayal jika selebrasi yang meriah begitu diantisipasi. BR-X5 diperkenalkan untuk pertama kalinya di New York, tepatnya di ajang WatchTime. Selanjutnya, peluncuran BR-X5 berotasi ke pasar penting Bell & Ross yang lain seperti Tokyo, dan Malaysia—di mana kami berkesempatan untuk menghadirinya. Mengambil tema galaksi luar angkasa, para tamu undangan diajak untuk mengarungi suatu ruang besar yang didekorasi bagai dimensi lain. Bertajuk The Continuum of Time & Space, area leluasa di The Exchange 106 Building ditransformasi menjadi lima dimensi berbeda yang dinamai dengan X di awalannya sebagai lambang dari eksperimentasi.
Dimulai dari Dimensi X-1, para tamu digiring ke suatu area dengan penerangan temaram. Satu-satunya pojokan terang di dimensi ini adalah latar belakang berlapiskan fosfor yang ditata berjajaran secara vertikal. Menyerupai bima sakti, latar ini dibuat sebagai area foto para tamu undangan yang terdiri dari pengikut setia Bell & Ross, rekan media, dan Key Opinion Leaders (KOL). Seiring dengan bergaungnya suara narator, kami digiring ke Dimensi X-2 melalui satu labirin hitam dan putih bertemakan garis imajiner yang membatasi atmosfer bumi dan luar angkasa. Seusai melewatinya, kami dihadapkan pada labirin lain yang dipenuhi oleh kaca dan mengusung konsep ilusi. Seketika, kami merasa sedang berada dalam suatu adegan Back to the Future (1985) ketika Marty sedang bersiap-siap untuk terbang
IDENTITY 58
Pintu masuk ke dalam masing-masing dimensi
Jenn Chia dengan latar belakang Dimensi X-1
Uzair Haqimy dan Elisya Sandha dilatari Dimensi X-2
Dimensi X-4
BR-X5 pada instalasi tangan robot
ke luar angkasa. Para tamu undangan pun diperkenankan untuk berfoto dan tenggelam dalam euforia tersebut.
Tengah asyik berfoto, suara dengan infleksi dalam khas Morgan Freeman—acap kali menjadi narator film drama— kembali bergaung dari pengeras suara. Kemudian, kami diajak untuk memasuki Dimensi X-3 di mana kami disapa secara langsung oleh tamu kehormatan malam itu. Tak lain dan tak bukan adalah Bruno Belamich and Carlos A. Rosillo selaku pendiri dan Creative Director dari Bell & Ross. “Kami ingin berinteraksi secara langsung dan mengajak bersulang untuk kesuksesan Bell & Ross dan BR-X5!” tutur keduanya ketika memberi kata sambutan kepada para tamu. Masih di dimensi yang sama, para tamu bersenda gurau sembari menikmati indahnya cakrawala Kuala Lumpur di malam hari yang dilatari oleh Menara KLCC.
Setelahnya, kami pindah ke Dimensi X-4 yang bertemakan futuristik. Di sini, para tamu diberi kesempatan untuk melihat dan meraba BR-X5 dari dekat melalui instalasi berwujud tangan robot. Tak hanya itu, ekshibisi mini ini turut menampilkan evolusi dari lini BR 01 yang menghiasi dindingdinding ruangan. Nuansa putih yang mendominasi dimensi ini hadir sebagai sebuah paradoks antara kerumitan dan kesederhanaan. Akhirnya, para tamu diajak untuk “mendarat” ke Dimensi X-5. Inilah saat selebrasi sebenarnya dimulai, di mana kami dijamu sepuasnya dan diiringi oleh musik nan meriah untuk mengakhiri malam yang begitu tak terlupakan.
Bruno Belamich, Tong Chee Wei, Irwan Danny Mussry, Maia Estianty, dan Carlos Rosillo.
59
Dimensi X-5
DYNAMIC EVOLUTION
Persahabatan Bruno Belamich dan Carlos A.Rosillo yang terjalin di masa remaja berkembang menjadi suatu nama tersohor dalam dunia horologi. Selama ini sinonim dengan dunia aviasi dan militer, kini kedua pendiri Bell & Ross memutuskan untuk melebarkan jangkauan ke ranah yang lebih modern. Kepada CROWN, duo dinamis ini berefleksi pada awal konsepsi sang brand dan memamparkan pandangannya tentang masa depan Bell & Ross, serta rilisan terbaru dalam penawarannya, BR-X5.
30 tahun telah berlalu sejak Bell & Ross didirikan, apa sajakah yang telah berubah dari brand ini?
Rasanya seperti melihat anak bertumbuh kembang. Meskipun tidak tahu akan jadi apa ketika besar, Anda akan selalu mengharapkan yang terbaik untuk mereka. Mengaplikasikan analogi yang sama, kami bertumpu pada pelanggan Bell & Ross sebagai kunci kesuksesan. Melihat ke belakang, hal paling menantang bagi kami saat baru memulai adalah kurangnya Sumber Daya Manusia yang memadai. Oleh karena itu, mencari
IDENTITY 60
Bruno Belamich dan Carlos A. Rosillo
kolaborator yang ulung amat vital bagi keberhasilan sebuah brand. Kami merasa amat bersyukur bisa mendapatkan talentatalenta terbaik di dalam tim kami sekarang.
Penawaran Bell & Ross terdiri dari dua pilar esensial yang erat dengan DNA brand ini, yaitu utilitarian dan desain atraktif. Bagaimana Bell & Ross menemukan keselarasan antara keduanya? Sesungguhnya tidak ada resep rahasia. Hanya bermodalkan keinginan kami untuk terus berinovasi, meski tanpa bisa mengukur kesuksesan dari setiap penawaran yang ditelurkan. Kami selalu berupaya untuk memadukan insting kami dan aspek komersil di luar sana, seperti tren yang tengah mencuat di ranah fashion atau otomotif.
Manakah kaidah desain yang lebih penting bagi Bell & Ross, bentuk yang mengikuti fungsi, atau sebaliknya? Bagi pelanggan, tentunya fungsi tidak akan menjadi lebih penting dari bentuk. Namun jika ditilik dari perspektif seorang desainer, fungsi memegang peranan krusial dalam proporsi sebuah jam tangan. Semuanya selalu berawal dari movement, kemudian bergulir ke aspek lain pada jam. Formula rahasia kami terletak pada gairah dan keberanian untuk berinovasi. Banyak brand di luar sana yang enggan mengambil risiko dan gagal. Namun, Bell & Ross bukan termasuk salah satunya.
Strategi berkelanjutan terus menerus dicanangkan pada berbagai brand lintas sektor dan industri, apakah Bell & Ross berencana untuk mengimplementasikan siasat yang sama?
Ini adalah isu paling menantang untuk diretas. Menurut kami problem ini tidak terlalu relevan di dunia horologi. Sejatinya, jam tangan mekanis adalah produk berkelanjutan kendati tidak membutuhkan penggantian baterai dalam pengoperasiannya. Ini semua tentang pendekatan yang ingin dilakukan oleh suatu
brand, baik dari sudut pandang filosofis atau politik. Namun, tentu saja kami tertarik untuk menapaki jejak ini. Sesungguhnya, kami telah menyiapkan sesuatu dalam ranah berkelanjutan dan akan menyingkap realisasinya segera.
Bisakah Anda berbagi sedikit tentang interpretasi anyar BR-X5 dan tanggapan publik sejauh ini?
Terdapat dua sisi dalam satu koin, yaitu sisi media dan pengguna akhir. Ketika baru diluncurkan, BR-X5 disambut dengan antusiasme yang hangat. Namun tentu saja, selalu ada pihak yang memandang dengan sebelah mata dan memberi komentar pedas. Kritik adalah hal yang baik, tetapi jika tidak dilakukan secara konstruktif, percuma membuang waktu untuk menanggapinya. Kembali lagi ke persepsi, rasanya terlalu cepat untuk mengambil kesimpulan. Untuk sekarang, mari nikmati euforia peluncuran BR-X5.
Bicara tentang inovasi, BR-X5 ditenagai oleh BR-CAL.323 yang diproduksi oleh Kenissi untuk pertama kalinya dalam penawaran Bell & Ross. Adakah cerita di balik kolaborasi dengan sang manufaktur movement tersohor?
Penawaran ini datang dari Chanel, selaku mitra dari Bell & Ross. Kami mengiyakan ajakan tersebut, namun dengan satu syarat: menginkorporasikan ciri khas kami ke dalam sang movement. Mencapai mufakat, komponen oscillating weight dan balance wheel dikonfigurasi ulang sebagai cerminan atas filosofi dan kompetensi Bell & Ross. Dengan keahlian yang dikuasai, Kenissi memahami cara untuk mengoptimalkan kinerja movement dengan cadangan daya yang panjang dan sertifikasi COSC. Seluruh hal ini beresonansi dengan kode desain Bell & Ross, yaitu andal, presisi, fungsional, dan keterbacaan. Bersama, hal ini kami sebut “inti dari pengetahuan.” Jadi, kolaborasi ini akan berlangsung dalam jangka panjang.
61
RACE TO PERFECTION
Berlaju cepat bersama Tissot dalam ajang FIM World Superbike Championship 2022 Arinta Wirasto
IDENTITY 62
Àlvaro Bautista, pemegang titel Juara Dunia FIM World Superbike Championship 2022
Rasanya sulit untuk memisahkan Tissot dari dunia olahraga. Di samping mengedepankan kinerja pada pembuatan jam tangan, langgam serupa juga dijunjung Tissot dalam sejumlah inisiasi yang dijalankannya. Termasuk ketika mengemban peran sebagai Official Timekeeper di berbagai ajang olahraga. Brand basis Le Locle ini telah mendukung penyelenggaraan sejumlah ajang olahraga prestisius. Mulai dari kejuaraan basket NBA dan FIBA, turnamen sepeda La Vuelta, Il Giro d’Italia dan Tour de France, hingga ajang kompetisi balap motor MotoGP™ dan FIM World Superbike Championship.
Koneksi Tissot dan dunia balap motor bermula di tahun 2001, ketika sang brand berkolaborasi dengan Dorna Sports sebagai Official Timekeeper kompetisi MotoGP™. Satu dekade kemudian, Tissot ditunjuk untuk menjadi Official Timekeeper untuk FIM World Superbike Championship oleh Infront Sports dan Media (sebelum diambil alih Dorna Sports atas penyelenggaraan dan hak komersialnya). FIM World Superbike Championship merupakan kompetisi balap bertaraf internasional untuk prototipe motor komersil dengan kapasitas mesin 750 cc sampai 1.000 cc. Selain terlibat sebagai pencatat waktu, nama Tissot juga dipergunakan untuk sesi kualifikasi Superpole, yaitu babak ekstra untuk menentukan posisi grid balapan utama.
RAGING SPIRITS
Memasuki musim ke-35, FIM World Superbike Championship kembali dihelat untuk kedua kalinya di Pertamina Mandalika International Circuit. Berlatarkan lanskap Pantai Kuta, 42 peserta balap hadir untuk memperebutkan titel Juara Dunia. Pada tanggal 12 dan 13 November lalu, CROWN Indonesia berkesempatan menyaksikan secara langsung keseruan FIM World Superbike Championship dengan berbagai akses eksklusif dari Tissot. Bisa dibilang, kami mendapatkan pengalaman menyeluruh yang tak terlupakan. Di dalam SBK Pit Lounge, kami dapat menyaksikan pertandingan secara dekat dari teras yang menghadap ke lintasan balap.
Kami juga diberikan akses untuk melakukan pit walk dan melihat aktivitas yang dilakukan
63
Suasana ruang kontrol di mana perekaman waktu dan posisi balap dilakukan
PENCATATAN WAKTU DILAKUKAN DENGAN
AKURASI DAN PRESISI TINGGI
SESUAI KAIDAH YANG DIPEGANG TEGUH OLEH TISSOT
para mekanik di area paddock, serta disambut oleh parade baju adat Indonesia nan mengagumkan. Tidak terbatas sampai di situ, akses eksklusif tersebut mengizinkan kami untuk menyambangi jalur balap dan menyaksikan suasana starting grid sebelum pertandingan dimulai, bahkan berpapasan dengan para pembalap. Sebelumnya, kami juga diajak mengendarai safety car Hyundai i30N yang berlaju di kecepatan 180km/jam untuk memastikan keselamatan para peserta ketika bertanding.
Pengalaman yang tak kalah menarik adalah mengunjungi ruang kontrol untuk memahami proses perekaman waktu dan posisi balap secara real time menggunakan alat bernama transponder. Instrumen ini disematkan di motor setiap pembalap untuk memberi sinyal dan terhubung dengan sistem penghitungan. Selain itu, terdapat kamera yang dapat berputar 360 derajat untuk menangkap setiap gerakan motor yang melaju dengan kecepatan rata-rata 200 mil per jam dalam medium foto. Semua dilakukan dengan akurasi dan presisi tinggi, sesuai dengan kaidah yang dipegang teguh oleh Tissot.
Selama beraktivitas di sirkuit Mandalika, kami ditemani oleh Tissot PRS 516 Automatic Chronograph yang membalut pergelangan tangan dengan indah berkat case keramik hitam berdiameter 45 mm dan dilengkapi oleh temali senada. Selain itu, jam ini menjadi teman akhir pekan yang sempurna berkat cadangan daya hingga 60 jam milik movement mekanis Valjoux A05.H31.
RALLY ON
FIM World Superbike Championship dibagi menjadi tiga sesi balapan: klasemen (sesi kualifikasi), latihan bebas, dan balapan utama. Hari pertama dibuka dengan sesi kualifikasi bertajuk World Super Sport yang dimenangi oleh pembalap MV Agusta tersebut. Berhasil meraih posisi pertama, pembalap asal Italia ini dipersembahkan
jam tangan Tissot PRC 200 Chronograph yang diberikan langsung oleh Cornélius Van Zyl selaku General Manager Time Internasional sekaligus Representatif Tissot Indonesia. Selanjutnya terdapat sesi kualifikasi World SBK Superpole yang dimenangi oleh pembalap Pata Yamaha with Brixx, Toprak Razgatlioğlu. Pembalap asal Turki ini berhasil mendapatkan posisi nomer 1 untuk memulai pertandingan pertama dan kedua WorldSBK. Ia pun dipersembahkan sebuah jam tangan Tissot, yaitu model T-Race Swissmatic, sebagai apresiasi atas pencapaiannya.
Pertandingan terakhir—dan yang paling ditunggu— adalah balapan utama World Superbike Race 2. Selain berjasa menentukan posisi pertama pemenang, pertandingan ini juga menjadi sesi penentuan titel juara dunia FIM World Superbike Championship. Sebelum pertandingan dimulai, kami berkesempatan untuk masuk ke lintasan balap dan menyaksikan keseruan upacara penutupan. Dipenuhi sorak sorai para penonton, acara penutupan ini dipenuhi suasana haru saat lagu Indonesia Raya dilantunkan sebelum pertandingan dimulai. Acara penutupan ini turut dimeriahkan oleh pertunjukan budaya Indonesia di tengah lintasan balap.
Dengan hati berdebar, penonton menyaksikan berjalannya pertandingan selama 40 menit lamanya. Akhirnya, momen yang ditunggu-tunggu pun tiba. Toprak Razgatlioğlu berhasil meraih finis di posisi pertama pada pertandingan final ini. Namun, dengan sistem poin yang diberlakukan, Toprak belum unggul menjadi Juara Dunia. Dengan begitu, titel Juara Dunia FIM World Superbike Championship jatuh kepada Àlvaro Bautista yang berhasil mengakumulasi sejumlah 553 poin, meski finis di posisi kedua. Posisi runner-up (itc) Juara Dunia diraih oleh Toprak Razgatlioğlu dengan 487 poin. Sementara, peringkat ke-3 ditempati oleh Jonathan Rea, pembalap Kawasaki Racing Team asal Irlandia Utara dengan 450 poin.
IDENTITY 64
65
Toprak Razgatlıoğlu beraksi melakukan wheelie di area paddock
Tissot PRS 516 Automatic Chronograph bermaterialkan keramik dalam diameter 45 mm
Pemberian hadiah berupa Tissot T-Race Swissmatic kepada Toprak Razgatlioğlu oleh Representatif Tissot Indonesia, Cornélius Van Zyl
CULT CLOUT
Pasha de Cartier terus berevolusi dengan iterasi anyar yang ditenagai oleh in-house movement milik Cartier
Joshua Yap
Sesuatu yang misterius sejatinya kerap mencuri atensi, sebagaimana Pasha de Cartier, salah satu koleksi ikonis dari Cartier. Sesuai namanya, koleksi yang pertama kali diluncurkan di tahun 1985 ini mengambil inspirasi dari sosok Pasha El Glaoui of Marrakesh, pelanggan setia Louis Cartier di era 1920-an hingga 1950-an. Kini, Pasha de Cartier mereplikasi koleksi arsip sang brand rilisan tahun 1943 dengan kisi-kisi pelindung kristal dari goresan dan benturan. Meski begitu, belum ada bukti yang menyatakan bahwa iterasi tersebut betul-betul menyerupai versi orisinal. Namun, hal ini tak mengurangi pamor Pasha de Cartier di mata para pencintanya hingga meraih status kultus.
Selepas hiatus singkat sejak tahun 2010, Pasha de Cartier kembali hadir pada tahun 2020 dengan berbagai interpretasi baru dalam penawarannya. Mengikuti perkembangan zaman, iterasi anyar Pasha de Cartier menyuguhkan sejumlah pembaruan tanpa menghilangkan ciri distingtif milik sang pendahulu. Sementara, elemen-elemen khas Pasha de
67
PASHA DE CARTIER TERUS BEREVOLUSI UNTUK MEMAMERKAN RAGAM KOMPLIKASI YANG DIDUKUNG KINERJA IN-HOUSE MOVEMENT NAN MUTAKHIR
Cartier seperti fitur tahan air, numeral Arab berukuran besar, dan crown dengan penutup berantai tetap dipertahankan. Tanpa diduga, kisi-kisi pelindung tersebut kembali dihadirkan pada iterasi bertajuk Pasha de Cartier Grille. Meski tak sepenuhnya sama, fitur ini menjadi benang merah antara Pasha de Cartier versi orisinal dan iterasi teranyar.
Untuk memberikan kesan modern, siluet kisi-kisi dimodifikasi dengan pengait kecil sehingga dapat dilepas pasang secara mudah. Personalisasi ini mengizinkan sang pemakai untuk mengenakan Pasha de Cartier dengan dua gaya berbeda. Pasha de Cartier Grille tersedia dalam tiga variasi: diameter 41 mm dan 35 mm dengan konstruksi dasar emas kuning, serta diameter 30 mm dengan konstruksi dasar emas merah muda berhiaskan berlian. Kedua versi pertama ditenagai oleh in-house movement otomatis, sementara versi terakhir dilengkapi oleh mesin kuarsa.
VERSATILE FORM
Kemahiran teknis turut didemonstrasikan Cartier melalui tiga komplikasi mutakhir dalam versi 41 mm, yaitu moonphase, skeleton, dan flying tourbillon seluruhnya ditenagai oleh movement ikonis milik sang brand. Seri moonphase mengusung dua kombinasi warna: baja dan emas merah muda yang mengaksentuasi keindahan imaji planisphere berlatar biru dan bertabur bintang, serta ditenagai oleh mesin otomatis Calibre 1904-LU MC. Versi skeleton bermaterialkan baja ADLC menyingkap keindahan self winding movement 9624 MC pada bagian dial yang memaparkan komponen bridge berwujud numeral khas Cartier. Terakhir, versi flying tourbillon berwarna emas merah muda memamerkan kecanggihan mekanisme anti-gravitasi di baliknya yang ditenagai oleh mesin manual-winding Calibre 9552 MC.
Bagi pencinta jam tangan yang tak terlalu mencolok, versi 41 mm bermaterialkan baja dapat menjadi opsi sempurna. Terdapat dua penawaran yang bernaung dalam seri ini, yaitu model dengan jendela tanggal dan waktu, serta chronograph. Keduanya mengusung dial abu-abu antrasit yang berkontras apik dengan jarum penanda bergaya pedang berwarna biru, serta ditenagai oleh in-house movement otomatis.
Dengan siluet bundar nan distingtif, kami yakin Pasha de Cartier akan menjadi salah satu koleksi yang terus berkembang seiring berjalannya waktu. Setelah melihat Pasha de Cartier dengan kisi-kisi emas, kini kami tak sabar menanti kehadiran versi baja.
IDENTITY 68
ARAH JARUM JAM DARI
KIRI: Pasha de Cartier Flying Tourbillon; Pasha de Cartier Chronograph; kisi-kisi pada jam yang kini dapat dilepas pasang; Pasha de Cartier Skeleton dan Pasha de Cartier Moonphase
Portugieser Automatic dengan stainless steel case berdiameter 42,3 mm
CHIC SHOTS
IWC menyuguhkan interpretasi kasual dengan unsur elegan lewat dua model teranyar Portugieser
Alvin Wong
Mentari bersinar cerah di atas langit biru yang membentang merupakan panggilan untuk berpakaian kasual. Tentunya tetap dengan sentuhan elegan karena agenda Anda bisa saja berubah dalam seketika. Jika gaya santai nan bersahaja adalah yang Anda cari, interpretasi anyar Portugieser dari IWC merupakan opsi sempurna berkat perkawinan antara kesederhanaan dan kepiawaian horologi yang disajikannya.
Dikenal karena ukuran besar dan desain klasiknya, Portugieser menjadi alternatif bagi pengikut setia IWC yang tengah jenuh dengan koleksi Pilot’s Watch dan Aquatimers. Portugieser diluncurkan pada tahun 1939 berdasarkan permintaan dua pebisnis asal Portugal terhadap IWC untuk membuat jam tangan berukuran besar dengan material baja dan ketangkasan layaknya kronometer maritim Lini Portugieser kemudian terus berevolusi dengan ragam tipe komplikasi, mulai dari model bermesin otomatis, hingga minute repeater dan tourbillon. Seluruhnya mengusung siluet kokoh nan distingtif, namun berestetika klasik. Kini, dua interpretasi teranyar Portugieser menyatukan unsur-unsur tersebut dengan sentuhan inspirasi maritim nan kasual sebagai pengingat akan langgam desain milik sang lini.
DRESSED DOWN REFINEMENT
Baik Portugieser Automatic maupun Portugieser Chronograph, keduanya mendapat nafas segar dari nuansa putih dan biru yang diusung pada dial bergaya panda, serta sub dial. Portugieser Chronograph hadir bermaterialkan
stainless steel dalam diameter 41 mm dan tombol chronograph bergaya pompa yang membingkai dial bernuansa putih dengan lingkar penghitung 30-menit dan lingkar penghitung 60-detik, numeral bergaya Arab, serta jarum penanda bersiluet serupa daun. Selain itu, iterasi ini meniadakan fitur totaliser dan jendela tanggal yang terdapat pada pendahulunya guna memberi impresi minimalis. Jam ini ditenagai oleh movement otomatis Calibre 69355 yang diperkenalkan pada tahun 2018 dan tersingkap indah dari bagian caseback bermaterialkan kristal safir.
Model kedua, Portugieser Automatic pun hadir dalam case bermaterialkan stainless steel, hanya saja dalam ukuran sedikit lebih besar dalam diameter 42,3 mm. Jam ini hadir menghadirkan sejumlah elemen serupa dengan model Chronograph seperti nuansa putih dan biru, numeral bergaya Arab, dan jarum penanda berwujud daun. Pada model ini, dial bergaya panda diposisikan secara horizontal, dengan lingkar penghitung detik di sisi kiri yang berkontras apik ketika disandingkan bersama lingkar penanda cadangan daya di sisi kanan. Alih alih menghadirkan lingkar penghitung menit bergaya sporty yang sama dengan model chronograph, Portugieser Automatic mengusung skala menit menyerupai jalur kereta api di sekeliling dial untuk memberi impresi klasik. Performa prima pada jam ini ditenagai oleh Calibre 52010—bernaung dalam generasi baru movement IWC—dengan cadangan daya hingga 7 hari, mekanisme winding bernama Pellaton yang diperbarui, serta dua barel mainspring.
71
Portugieser
Chronograph berdiameter 41 mm
IDENTITY
COMING OUT OF LEFT FIELD
Patek Philippe kembali meluncurkan jam tangan chronograph untuk para kidal setelah vakum untuk sekian lama
Darren Ho
Di kalangan peritel kelas kakap, jam tangan untuk pengguna tangan kidal memang tidak banyak diproduksi. Mengemban julukan “Destro” yang berarti tangan kanan dalam bahasa Italia—dan kerap menimbulkan kebingungan bagi publik kebanyakan model kidal memang hanya diproduksi secara terbatas. Kemunculan sejumlah model kidal pun dianggap sebuah formalitas semata untuk menanggapi permintaan pengguna tangan kiri yang hanya berkisar 10 persen dari total populasi. Namun, kebanyakan pengguna Destro justru mengenakannya di tangan kanan karena mungkin saja mereka ingin menyetel crown dengan tangan kiri dalam keadaan jam tangan terpasang di pergelangan tangan. Rasanya tidak bijaksana untuk memproduksi suatu model yang terbatas pada suatu kelompok khusus.
Menariknya, model Destro banyak dikenakan oleh mereka yang tidak kidal, kendati kehadiran crown di sisi kiri dinilai lebih mudah untuk pengaturan waktu ketika diperlukan. Pada hakikatnya, pemakaian jam di tangan kiri dimaksudkan untuk menghindari gesekan antara crown dan pergelangan tangan. Namun, kebanyakan pengguna Destro justru mengenakannya di tangan kanan.
Barangkali, hal ini pula yang mendasari keputusan Rolex untuk merilis GMT-Master II pada awal tahun ini, dan mengapa Patek Philippe meluncurkan komplikasi kian mutakhir dengan konfigurasi di sisi kiri. Perkenalkan, Ref. 5373P-001 Chronograph Monopusher SplitSeconds untuk para kidal dengan fitur kalender abadi. Kehadiran jam ini sontak menempatkan Patek Philippe sebagai salah satu dari segelintir nama yang mengusung konfigurasi tersebut dalam penawarannya.
73
SAAT MENDESAIN JAM TANGAN UNTUK PARA
KIDAL, PARA WATCHMAKER PERLU MEROMBAK TOTAL BAGIAN DIAL UNTUK KESELARASAN TAMPILAN SECARA MENYELURUH
FOR THE SOUTHPAW
Ini bukan pertama kalinya Patek Philippe memproduksi jam tangan kidal. Pada tahun 1989 dan 2006, Antiquorum dan Christie’s pernah melelang koleksi emas 18 karat “carré cambré” atau jam dengan case bergaya cushion yang dilengkapi oleh fitur split-seconds chronograph. Kian populer berkat keunikannya, jam rilisan tahun 1925 ini ditenagai oleh movement yang diproduksi oleh Victorin Piguet & Co. dan terjual pada ajang lelang Christie’s pada tahun 2000 di harga sekitar Rp 39-an milyar.
Sebelumnya, hanya ada satu model kidal lain dari Patek Philippe, yaitu koleksi Officer rilisan tahun 1912. Model ini hadir dengan case bundar dan dial dengan teknik dekoratif grand feu enamel, serta tampilan detik kecil di posisi angka 12. Modifikasi ini dibuat sedemikian rupa guna mengakomodasi rotasi movement hingga 180 derajat, sehingga lingkar penanda detik yang lazimnya ditempatkan di angka 6 berpindah posisi ke bagian atas.
Pengaturan tersebut mempertegas tantangan bagi para watchmaker dalam menciptakan jam tangan khusus para kidal. Agar movement dapat berotasi, diperlukan pula perubahan desain secara menyeluruh pada bagian dial. Lazimnya, watchmaker lain akan memilih untuk merombak bagian movement untuk mencapai fitur canggih tersebut. Akan tetapi, proses tersebut tidaklah mudah dan amat memakan waktu.
Kinerja prima di balik Ref. 5373P-001 ditenagai oleh movement CHR 27-525 PSQ. Dimanufaktur secara in-house, kaliber tersebut merupakan split-seconds chronograph dengan fitur kalender abadi terpipih dari Patek Philippe, dengan ketebalan sebesar 7,3 mm saja. Fitur split-seconds chronograph ini turut dilengkapi oleh komponen column wheel ganda yang diposisikan secara miring sehingga dapat beroperasi secara stabil. Perdana diimplementasikan pada Ref. 5959 pada tahun 2005, kaliber ini membanggakan sejumlah inovasi yang telah dipatenkan, seperti desain gigi
pada tuas chronograph guna mengurangi gesekan dan meminimalisir ‘lompatan’ pasca penyetelan ulang.
Lingkar penanda tanggal yang biasanya ditunjukkan oleh tampilan moonphase, sekarang ditempatkan pada posisi angka 12. Selain itu, terdapat perubahan pada lingkar penanda detik yang bertukar tempat dengan totaliser, sebelumnya ada di posisi angka 9 dan kini pindah ke angka 3. Pertukaran posisi lain ditunjukkan pada tampilan bulan dan hari (kebanyakan kalender abadi Patek Philippe menunjukkan hari sebelum bulan). Selain itu, tampilan tahun kabisat dan indikator siang/malam yang biasanya terletak di bagian bawah, serta di kanan & kiri dial pun berubah posisi menjadi bersebelahan dengan lingkar penanda tanggal. Terakhir, tombol pengatur chronograph yang biasanya bertempat di posisi angka 2, sekarang berubah ke posisi angka 8.
A FIELD AESTHETIC
Mengingat kebanyakan jam tangan kidal diciptakan sebagai field ataupun tool watch, Patek Philippe pun terinspirasi untuk mengusung estetika serupa bagi Ref. 5373P001. Numeral Arab mengusung fon bergaya balok, begitu juga dengan seluruh indikator penghitung. Bagian dial hadir dengan gradasi abu-abu arang yang berkontras apik dengan tona hitam pada ketiga lingkar penghitung, jarum penanda chronograph berwarna merah, dan nuansa biru tua pada tampilan moonphase. Jam ini dilengkapi oleh temali kulit sapi berpola anyaman yang digarap dengan teknik emboss untuk menghasilkan impresi militer. Seluruh komponen tersebut disempurnakan oleh case bermaterialkan platinum dalam diameter 38 mm dengan polesan yang berkilau.
Koleksi khusus para kidal ini akan dijual secara terbatas. Akibat sedikitnya model chronograph dan kalender abadi yang diproduksi setiap tahunnya, koleksi ini akan menjadi semakin langka dalam penawaran Patek Philippe. Mengingat model kidal dengan split-seconds chronograph terakhir dirilis 97 tahun silam, besar kemungkinan model serupa tak akan muncul kembali dalam waktu dekat.
IDENTITY 74
DARI ATAS: Tampilan Ref. 5373P001 berubah letak dari model pada umumnya; detail movement CHR 27-525 PS Q ketika dilihat dari dekat; meski dengan empat fitur penghitung, desain jam tangan tetap memiliki proporsi yang seimbang
75
MAGIC Aksen monokromatis dipancarkan tanpa mengurangi ketangguhan dan maskulinitas deretan jam tangan bermaterialkan baja Artwork Kevin Putra
MONOCHROMATIC
BREITLING
Chronomat Automatic GMT 40 mengusung stainless steel case dalam diameter 40 mm dan dial nan subtil dengan warna putih gading, dilengkapi bracelet berkeping rouleaux dengan pengait bergaya kupu-kupu, crown bergalur serta ditenagai oleh Breitling Calibre 32.
IWC
Pilot’s Watch Mark XX dengan stainless steel case berdiameter 40 mm, bracelet lima keping bermaterialkan serupa yang dapat dilepas pasang melalui sistem EasX-CHANGE, dial hitam dan jarum penunjuk berlapiskan rodium.
PANERAI
IDENTITY
Luminor Chrono dinaungi oleh case 43 mm bermaterialkan AISI 316L brushed steel, sunbrush dial berwarna biru, lingkar penghitung menit di posisi jam 3 dan lingkar penghitung detik di posisi jam 9, indeks penanda berlapis Super-LumiNova®, serta ditenagai oleh P.9200 Calibre dengan cadangan daya hingga 42 jam.
GLASHÜTTE ORIGINAL
Senator Cosmopolite hadir dalam case berdiameter 44 mm dan dial berwarna biru galvanis dengan teknik dekoratif sunburst di permukaannya indeks penanda berlapis SuperLumiNova®, serta ditenagai oleh movement otomatis Calibre 89-02.
PIAGET
Piaget Polo Skeleton dalam case baja bersiluet cushion berdiameter 42 mm yang menyingkap keindahan movement otomatis 1200S1 berukuran ultra pipih dan teknik finishing satinbrush pada dial bergaya skeleton.
CARTIER Santos de Cartier dengan konstruksi dasar baja dalam diameter 28 mm x 28 mm, dial bergaya skeleton yang memaparkan keindahan movement Calibre 9611 MC yang terdiri dari 138 komponen dan 20 batu rubi di dalamnya, crown berhiaskan batu jasper hijau, serta temali baja dengan sistem lepas pasang SmartLink.
CHOPARD
Alpine Eagle Cadence 8HF dengan case bermaterialkan titanium dalam diameter 41 mm, dial bernuansa abu-abu yang dicapai melalui teknik finishing galvanis, numeral bergaya Roman, jarum penanda rodium berlapiskan Super-LumiNova®, serta ditenagai oleh Calibre 01.12-C dengan cadangan daya hingga 60 jam.
BLANCPAIN
Bathyscaphe Quantiéme Complet Phases De Lune hadir dalam case titanium berdiameter 43 mm, bezel yang dapat diputar ke satu arah dengan teknik dekorasi satin-brush di atas permukaan bermaterialkan keramik, serta indeks penanda berlapis Liquidmetal™.
Jika tidak ada perjuangan, tidak akan terjadi kemajuan
FREDERICK DOUGLASS
CRAFT
Erika Tania
CRAFT
86 WOMEN ON PURPOSE
kampanye DreamHers, Zenith menyediakan platform bagi wanita untuk bercerita, berdaya, dan berbagi inspirasi demi menggapai mimpi
Personalitas Zenith DreamHers 2022 dari kiri ke kanan: Melody Hsu, Chiaki Horan, Sheila Sim, Esther Abrami, Catie Munnings, dan Lola Rodriguez
Melalui
Jujur saja, saat menerima undangan untuk menghadiri Meet The DreamHers di Singapura pada bulan Oktober lalu, kami agak skeptis dengan konten acara yang didominasi oleh para friend-of-the-brand. Bukannya apa-apa. Tak sedikit friend-of-the-brand tersohor dengan popularitas luar biasa yang pada akhirnya tidak memberikan kami gagasan berarti untuk dapat dikembangkan menjadi tulisan yang inspiratif. Nyatanya, pada malam puncak acara, para media yang hadir dibuat hanyut dalam percakapan para personalitas DreamHers hingga tak sedikit yang menitikkan air mata— termasuk penulis artikel ini.
Sebelum kami membeberkan percakapan tersebut, mari kita berkelana sejenak ke tahun 2020. Untuk pertama kalinya, Zenith merilis koleksi jam tangan Defy Midnight yang
ditujukan bagi pelanggan wanita—maupun pria berlengan ramping dan menyukai desain bergaya flamboyan. Secara strategis dan harmonis, Zenith turut memperkenalkan DreamHers yang berfokus pada dukungan terhadap pemberdayaan wanita. Kampanye ini direpresentasikan oleh sejumlah wanita independen yang berbagi perjalanan hidup dan kariernya untuk menginspirasi kaum wanita dalam menggapai mimpi mereka.
Kota Singa menjadi destinasi kedua dari acara Meet The DreamHers setelah Madrid yang sempat menjadi tuan rumah pada tahun 2021 silam. Tahun ini, dekorasi cantik berpalet putih-merah muda menghiasi gedung historis, Chijmes, yang dipilih menjadi lokasi perhelatan. Dalam sambutannya kepada para hadirin, Julien Tornare selaku CEO Zenith
87
88 CRAFT BERASAL DARI NEGARA DAN LATAR BELAKANG BERBEDA, PARA PERSONALITAS DREAMHERS RAIH MIMPI SEMBARI HADAPI KETIMPANGAN GENDER DAN SEKSISME
Berlokasi di gedung historis, Chijmes, para tamu undangan menikmati makan malam eksklusif pasca menghadiri panel Meet The DreamHers
Penampilan musik klasik dengan biola oleh salah satu DreamHers, Esther Abrami
mengungkapkan, “Saya sangat bangga menyambut kehadiran banyak wanita inspiratif di Zenith. Mereka menunjukkan kepada dunia bahwa tidak ada mimpi yang terlalu besar. Bila Anda telah menentukan bintang mana yang Anda inginkan dan mendedikasikan diri Anda dengan penuh semangat dan integritas, Anda dapat menggapai bintang tersebut.”
Berasal dari berbagai negara dan latar belakang berbeda, para personalitas DreamHers yang hadir pada Meet The DreamHers 2022 tak kenal kata menyerah dalam mencapai mimpi, bahkan mereka turut menginspirasi kaum wanita dalam perjalanannya. Selain supermodel dan aktris Sheila Sim (Singapura) yang telah menjadi salah satu DreamHers sejak 2020, Zenith menghadirkan lima personalitas baru pada perhelatan Meet The DreamHers kedua ini, yaitu: pebisnis Melody Hsu (Taiwan); presenter televisi Chiaki Horan (Jepang); atlet balap mobil Catie Munnings (Inggris); aktris dan aktivis LGBTQ+ Lola Rodriguez (Spanyol); serta pemain biola Esther Abrami (Prancis).
Pada sesi diskusi panel, para personalitas DreamHers menarasikan ketimpangan gender dan seksisme terhadap wanita yang masih banyak dan sering terjadi. Selain cerita yang menyentuh hati dan berbagai solusi penuh harapan yang diinisiasi oleh para DreamHers di bidangnya masing-masing, audiens juga dibuat haru kala menyaksikan ikatan istimewa di antara keenamnya—keakraban yang mengagumkan meski mereka baru bertemu 24 jam sebelum acara Meet The DreamHers diadakan. Kami tak sabar untuk melihat kelanjutan kampanye DreamHers di tahun 2023 yang dijanjikan Julien akan melibatkan sesi mentoring oleh para DreamHers agar lebih banyak lagi wanita yang mencapai mimpinya.
Apa saja tantangan yang dihadapi oleh kaum wanita di bidang pekerjaan Anda?
Sheila Sim (SS): Di dunia modelling, terdapat banyak sekali penolakan. Saya bahkan mengalami keraguan terhadap diri sendiri karenanya. Saat Anda ragu terhadap diri sendiri, hal itu tak hanya memengaruhi karier, tetapi juga kehidupan personal, hubungan dengan orang-orang terdekat, dan identitas Anda. Namun saya bersyukur telah melalui proses tersebut. Modelling telah membantu saya memahami ketidaksempurnaan dan sumber ketidakpercayaan diri, sehingga saya dapat menemukan autentisitas diri saya.
Catie Munnings (CM): Saat pertama kali terjun ke dunia balap, saya belajar dengan cara sama seperti para pembalap pria pemula. Namun tidak ada yang menyaksikan kompetisi mereka, sedangkan ketika seorang pembalap wanita memulai kariernya, orang-orang akan langsung memperhatikan. Dalam kompetisi balap pertama saya, terdapat sebuah komentar di media sosial saya yang berbunyi “Keluarlah dari mobil dan buatkan saya roti lapis”. Dulu saya sangat kecewa, namun kini saya sudah tidak terpengaruh lagi oleh komen semacam itu. Saya rasa sangat penting untuk memiliki basis yang solid di luar balapan, seperti keluarga dan teman yang dapat Anda ajak bicara.
Esther Abrami (EA): Representasi wanita di dunia musik klasik masih sangat kurang. Ketika saya berumur 12 tahun, saya bertanya kepada seorang guru musik “Mengapa tidak ada konduktor wanita?” yang kemudian ia jawab, ”Seorang konduktor harus dihormati oleh seluruh anggota orkestra, oleh karena itu wanita tidak bisa menjadi konduktor”. Pernyataan mengejutkan lain juga saya dengar dari salah satu dosen di universitas saya mengenai lagu-lagu komposer pria yang saya mainkan selama 15 tahun. Dosen tersebut berdalih bahwa selama ini komposer wanita tidak menciptakan lagu yang cukup baik. Saya tidak mempercayainya dan melakukan riset
89
CEO Zenith, Julien Tornare, menyapa para tamu undangan dalam sambutannya
secara independen, kemudian menemukan banyak sekali komposer wanita yang telah menulis dan merilis lagu-lagu luar biasa hingga mereka terkenal pada masanya masing masing, namun sayangnya komposer-komposer wanita tersebut seolah dihapus dari sejarah musik klasik. Hal ini harus diubah.
Apa harapan Anda bagi wanita di bidang pekerjaan Anda?
SS: Saya harap dapat melihat lebih banyak lagi inklusivitas dalam modelling. Kecantikan dapat hadir dalam berbagai bentuk, ukuran, dan usia. Saya ingin lebih banyak lagi yang merangkul penuaan. Meskipun Anda telah menginjak usia tertentu, Anda tetap dapat meraih mimpi Anda.
CM: Saya harap akan terdapat lebih banyak kesempatan dan akses untuk meraih kesempatan tersebut bagi wanita di dunia balap.
EA: Saya harap musik klasik memiliki audiens yang lebih luas, seperti anak muda dan orang-orang dari berbagai latar belakang. Saya ingin membuat musik klasik lebih inklusif dan mudah diakses.
Bagaimana Anda mendefinisikan pemberdayaan wanita?
SS: Saya rasa ini adalah tentang menjadi autentik, serta merangkul kekuatan dan kelemahan Anda, kemudian meneruskannya sebagai inspirasi bagi generasi selanjutnya.
CM: Kepercayaan diri dalam mengekspresikan diri Anda yang sesungguhnya sembari tetap melakukan yang ingin Anda kerjakan secara profesional. Di dunia ini, kita hanya memiliki satu nyawa, sehingga tak ada gunanya menyembunyikan jati diri Anda yang sesungguhnya.
EA: Terdapat banyak situasi di mana orang-orang meremehkan Anda padahal Anda memiliki kontrol penuh terhadap keputusan yang hendak Anda ambil. Dibutuhkan waktu, pengalaman, dan kepercayaan diri untuk menghadapi situasi tersebut dan menguasai hak Anda.
Bila dapat menggunakan mesin waktu, saran apa yang akan Anda berikan kepada diri Anda berusia lebih muda?
SS: Tak perlu buru-buru dalam bertumbuh, Anda memiliki waktu seumur hidup.
CM: Anda tidak akan pernah benar-benar siap untuk melakukan suatu hal yang besar. Bila hal tersebut tidak membuat Anda takut, tandanya hal tersebut tidak cukup menantang bagi Anda. Cobalah untuk mengambil keputusan nekat dengan penuh keyakinan.
EA: Cara orang melihat Anda, apa yang orang katakan mengenai Anda atau kepada Anda, tidak memiliki dampak apapun terhadap siapa diri Anda masa kini maupun masa depan. Hanya Anda sendirilah yang memiliki dampak atas itu semua.
Apa pendapat Anda mengenai Zentih?
SS: Pertama-tama, saya sangat mengagumi Julien. Menurut saya ia merupakan pemimpin yang sangat baik. Fakta bahwa ia adalah seorang pria di industri yang didominasi oleh pria,
namun mendukung penuh pemberdayaan wanita sangatlah memesona. Saya bangga menjadi bagian dari Zenith DreamHers
CM: Zenith sangat terdepan. Tidak biasanya sebuah brand mewah terlibat sebagai sponsor dari kompetisi balap mobil elektrik. Saya juga sangat menghargai kinerja Julien dengan timnya. Pandangan mereka terhadap dunia terefleksikan dengan baik melalui kinerja brand dalam ranah keberlanjutan dan kegiatan amal. Mereka tak ragu untuk mendorong batasan.
EA: Saya baru saja berbincang dengan Julien mengenai persamaan di antara musik klasik dengan watchmaking. Sangatlah menyenangkan dapat mengkolaborasikan dua industri lawas ini. Saya bangga mengenakan jam tangan Zenith. Jam ini sangat merepresentasikan diri saya. Saya cenderung mengenakan produk yang memiliki arti bagi saya. Menurut saya, ini bukanlah sekadar jam tangan, melainkan sebuah pernyataan.
90 CRAFT
91
Atlet balap mobil asal Inggris, Catie Munnings
Supermodel sekaligus aktris Singapura, Sheila Sim
Pemain biola kawakan dari Prancis, Esther Abrami
BURST OF ELEGANCE
Gubahan seksi untuk koleksi DolceVita dan La Grande Classique de Longines
Dua lini jam tangan favorit dari Longines kini hadir dengan pembaruan yang begitu menyegarkan. Koleksi DolceVita dan La Grande Classique de Longines yang mencerminkan elegansi tak lekang waktu dengan siluet rampingnya telah lama menjadi opsi klasik bagi para wanita yang mendambakan jam tangan dengan imbuhan nuansa lawas untuk dipakai sehari-hari.
Ada kalanya jam tangan bergaya klasik terlihat terlalu kuno dan terlalu mengakar pada masa lampau. Tahun ini, Longines berhasil menyanggah anggapan tersebut dengan injeksi palet warnawarni pada interpretasi anyar yang bernaung dalam kedua koleksi tersebut. Transformasi penampilan klasik menuju arah yang lebih enerjik pun berhasil dieksekusi dengan sempurna oleh Longines.
Sensasi tren jam tangan warna-warni yang diaplikasikan secara monokrom memang bukanlah hal baru. Nama besar horologi lainnya, seperti Omega dan Cartier telah lebih dulu melakukannya. Kini giliran Longines mendandani koleksi DolceVita dan La Grande Classique de Longines dalam palet monokromatis berwarna.
Perubahan citra pada setiap jam pun serta merta terlihat. Aura klasik yang menjadi ciri khas dari kedua koleksi tersebut kini memancarkan modernitas sembari tetap mempertahankan elegansinya Dalam masing-masing koleksi, terdapat tiga sampai lima warna yang dapat dipilih, mulai dari merah tua, hijau musim semi, oranye gelap, biru kobalt, hingga hitam.
Tak henti memamerkan kepiawaian ulung dalam segi estetika, Longines menyerasikan warna pada dial berpernis dengan bagian temali, sekaligus
memastikan kesinambungan menyeluruh pada tampilan jam. Dinaungi oleh case dengan konstruksi dasar baja dengan siluet persegi panjang, bagian dial pada koleksi DolceVita dilengkapi oleh jendela penanda detik bermaterialkan rodium. Sedangkan, La Grande Classique de Longines hadir dalam case bersiluet bundar dengan diameter 28 mm dan bezel berhiaskan 44 berlian Top Wesselton.
Meskipun kami merekomendasikan untuk tidak memilih model berwarna hitam (lagi pula, bukankah konsep yang diusung adalah vibran?), setelah dilihat lagi versi ini tidak kalah memesonanya. Sementara untuk warna-warna lainnya, kami rasa ini adalah masalah preferensi. Apapun warna yang dipilih–baik koleksi DolceVita atau La Grande Classique de Longines–kami jamin akan mengelevasi tampilan Anda dalam seketika.
93
ALL-ROUND BRILLIANCE
Kecantikan Breguet Classique Dame 8068 terpancar dari luar dan dalam
Joshua Yap
Berbicara mengenai arloji wanita, sepertinya tidak ada pembuat jam tangan dengan peninggalan sekaya dan seindah Breguet. Pada tahun 1810, Abraham-Louis Breguet menciptakan jam tangan pertama di dunia untuk Caroline Murat, Ratu Napoli dan saudari Napoleon Bonaparte. Sang pendiri turut meraih popularitas berkat kreasi jam saku bertajuk The Grand Complications No.160 yang dibuat khusus untuk Marie Antoinette pada tahun 1783. Tak ingin mengecewakan pengikut wanitanya dengan jam tangan kuarsa, Breguet menjadi teladan nan langka di dunia horologi lantaran hanya menyuguhkan jam tangan mekanis kelas atas dalam penawarannya. Tentu saja, dengan eksekusi tanpa cela dari luar maupun dalam, layaknya interpretasi anyar Classique Dame 8068.
CRAFT 94
BREGUET CLASSIQUE DAME 8068 ADALAH MANIFESTASI SEMPURNA DARI
JAM TANGAN WANITA YANG MENCERMINKAN KAIDAH GAYA SECARA SUBSTANSIAL
Breguet Classique Dame 8068 menjadi sebuah mahakarya kontemporer berkat pembaruan kode desain yang diterapkan. Tersedia dalam versi emas merah muda dan emas putih 18 karat, jam ini dilengkapi oleh fitur penggantian temali dengan mudah. Mekanisme tersebut mengizinkan sang pemakai untuk mengubah tampilan jam hanya dalam hitungan detik melalui tombol di bagian bawah temali. Untuk pertama kalinya dalam portofolio Breguet, setiap jam hadir dengan tiga ragam temali yang dilengkapi oleh pengait emas dalam kemasannya. Baik versi emas merah muda maupun emas putih hadir dengan temali satin hitam. Temali tambahan yang hadir di dalamnya meliputi kulit aligator berwarna hijau kebiruan dan ungu Byzantium untuk model emas putih, serta biru merak dan raspberry pink untuk model emas merah muda.
Jika bagian crown pada versi terdahulu hadir berhiaskan batu safir biru, Classique Dame 8068 mengusung berlian berpotongan cabochon dan berkontras apik ketika disandingkan bersama 64 berlian berpotongan brilian yang menghiasi bezel, lug, serta case bersiluet bundar dalam diameter 30 mm. Menambah estetika rupawannya adalah numeral Arab berlatarkan mother-of-pearl dial yang didesain ulang dengan ukiran logo Breguet yang bernaung di dalam siluet bundar.
CONTEMPORARY CLASSIC
Kode desain seri Classique mengakar pada gaya neoklasik bawaan Abraham-Louis Breguet saat mendirikan perusahaannya di tahun 1775. Selain numeral Arab, ciri khas Breguet turut direfleksikan pada jarum penanda bergaya opentipped, caseband bergalur, serta corak guilloché yang menghiasi dial yang digarap dengan mesin rose engine lathe nan bersejarah.
Keindahan Breguet Classique Dame 8068 tidak terbatas pada bagian depan, namun juga di bagian caseback. Komponen oscillating weight mengusung teknik dekoratif guilloché bergaya barleycorn dan Côtes de Genève yang menyatu subtil sebagai bagian dari movement bermaterialkan rodium ini. Self-winding movement bercadangan daya hingga 45 jam ini turut dilengkapi oleh tuas escapement Swiss dan balance wheel bermaterialkan silikon. Kedua elemen tersebut dilengkapi dengan fitur tahan korosi, keausan, dan daya magnet yang berjasa meningkatkan presisi pada jam.
Breguet Classique Dame 8068 adalah manifestasi sempurna dari jam tangan wanita yang mencerminkan kaidah gaya secara substansial. Mulai dari material avant-garde hingga mekanisme penggantian temali, Breguet berhasil mengukuhkan presensi sebagai pilihan wajib bagi para wanita pemerhati horologi sejati.
CRAFT 96
97
MODEST OPULENCE
Ragam perhiasan sederhana sarat tradisi dalam penawaran teranyar John Hardy Arinta Wirasto
CRAFT 98
Berkarya dengan makna merupakan ungkapan yang begitu sempurna untuk mendeskripsikan John Hardy. Semua ini berawal dari keinginan John untuk menjelajah dunia selepas merampungkan studi di Kanada sebelum menetap di Bali sejak tahun 1975 hingga kini. Kemudian, lahirlah label perhiasan eponim yang didirikannya dengan sang istri. Berakar pada komunitas, tradisi, dan alam, rasanya tak adil untuk tidak memberi John Hardy panggung di tengah maraknya tren berkelanjutan. Bahkan, bisa dibilang ialah salah satu pionirnya.
Berkat material ramah lingkungan yang diterapkan dalam seluruh penawarannya, John Hardy pun tergabung sebagai anggota dalam lembaga Responsible Jewellery Council—turut menaungi nama-nama besar seperti Tiffany & Co. dan Cartier—serta sertifikasi Kimberley Process. Sebagai seorang humanitarian, John Hardy turut memprakarsai inisiasi yang merefleksikan kepeduliannya terhadap sebab-sebab penting seperti edukasi, isu lingkungan, dan budidaya warga lokal.
ROOTED IN TRADITION
Seluruh prinsip di atas senantiasa ditranslasikan ke dalam kode desain yang diusung. Tak terkecuali untuk koleksi Musim Gugur 2022. Kali ini, Design Director John Hardy, Jean Kee menitikberatkan fokus pada Poleng. Dalam kehidupan sehari-hari, kain sakral ini dapat ditemukan pada pohon, patung, hingga sarung. Poleng sendiri mengusung konsep dwiwarna, sebuah metafora yang dipinjam dari Rwa Bhineda atau dualisme timbal balik. Filosofi Bali ini mengandung arti bahwa semua kehidupan bergantung pada keseimbangan antara dua kutub yang bertentangan.
Secara garis besar, katalog Musim Gugur 2022 terbagi menjadi delapan koleksi. Kedelapannya adalah Classic Chain, Curb, Kami, Asli, Reticulatation, Amulets, Naga, dan Chain Pearl. Seluruh penawaran di dalam koleksi Musim Gugur 2022 digarap menggunakan emas dan perak daur ulang guna meminimalisir dampak terhadap lingkungan dan biodiversitas. Semuanya diproduksi dengan sejumlah teknik tradisional hanya dengan menggunakan tangan, tanpa keterlibatan mesin sedikit pun, serta dibumbui oleh pengetahuan pengrajin lokal yang diwariskan turun temurun.
Sorotan pertama dalam koleksi Musim Gugur 2022 ini adalah lini Classic Chain. Penawaran dalam salah satu lini ikonis John Hardy ini menyuguhkan gelang, anting, kalung, dan cincin yang digarap menggunakan teknik anyaman sebagai representasi atas hubungan yang terjalin antara John Hardy dan komunitas sekitar. Bermaterialkan emas dan perak, siluet halus dari jalinan rantai berkontras apik jika disandingkan bersama kepingan yang diaplikasikan dengan teknik pavé. Lini
selanjutnya dalam koleksi ini adalah Curb Link, digarap dari kepingan yang sudah dipipihkan dan dipuntir untuk membentuk jalinan rantai. Terdapat dua tipe anyaman dalam lini ini, Curb with Rata dengan jalinan perak berupa pita, serta Curb with Reticulated Bronze dengan jalinan perak teroksidasi dan perunggu yang digarap dengan teknik retikulasi untuk meningkatkan kilau perhiasan.
Penarik atensi lainnya adalah lini Kami yang menyajikan teknik bertumpuk dalam deretan penawaran bermaterialkan perak murni dan emas 14 karat. Turut dirilis adalah lini Reticulation yang diproduksi menggunakan teknik metalsmithing atau proses manipulasi logam. Untuk Musim Gugur 2022, Reticulation hanya tersedia dalam tiga model baru—terdiri dari anting, kalung, dan gelang—bermaterialkan emas 18 karat. Selanjutnya, terdapat juga lini Asli yang membanggakan konsep konfigurasi sehingga sang pengguna dapat mengenakan perhiasan dalam beberapa gaya; Amulets atau jajaran liontin yang mengusung siluet tiga dimensi dan konsep tipografi alfabet; Naga yang terinspirasi dari hewan mitologi dan juga simbol keterampilan John Hardy; Chain Pearl yang mengombinasikan kepingan perak, mutiara Tahiti, dan pernis rodium untuk mewujudkan kontras apik pada keseluruhan tampilan.
Tak henti sampai di situ, komitmen John Hardy kesadaran lingkungan pun diterapkan kemasan yang membungkus apik setiap penawarannya. Dari tempat perhiasan hingga tas belanja, seluruhnya dibesut dengan kertas daur ulang bersertifikat Forest Stewardship Council, organisasi nirlaba dengan fokus pada preservasi lingkungan hidup.
TIME AND SPACE: MICHELLE QUAN
Mengapresiasi kesederhanaan dalam hidup bersama Michelle Quan Arinta Wirasto
Lama bergelut di bidang kecantikan bukan berarti tanpa tantangan. Mungkin begitu pesan yang ingin disampaikan Michelle Quan. Memulai karir sebagai makeup artist ketika berusia 18 tahun, Michelle pernah merasa tak mendapat dukungan penuh dari orang tuanya. Ketika memutuskan untuk menetap di Surabaya setelah menikah, ia pun harus meniti karirnya kembali dari nol. Namun, wanita kelahiran Australia ini tetap bersikeras mengejar mimpinya hingga berada di posisinya sekarang.
Berhasil mencetak nama sebagai salah satu makeup artist tersohor di Indonesia, peluang lain pun kian berdatangan. Berkat gaya hidup sehat yang digiatinya sejak beberapa tahun belakangan, ia dipercaya untuk menjadi wajah dari label pakaian olahraga Under Armour. Michelle juga didaulat untuk menjadi brand ambassador Clé de Peau Beauté, perusahaan kosmetik asal Prancis, berkolaborasi untuk merilis koleksi fashion dengan label fashion lokal ROUNN, serta sebagai friend-of-the-brand Bvlgari.
Selain peralihan karir menjadi seorang publik figur, Michelle juga mengemban peran yang tak kalah penting, yaitu menjadi seorang ibu. Di tengah kesibukannya, wanita berusia 42 tahun ini selalu memprioritaskan waktu untuk keluarga sehingga dapat terlibat secara aktif dalam perkembangan anaknya. Kepada CROWN, Michelle Quan berbagi cerita tentang mencapai keseimbangan yang amat dibutuhkan dalam menjalani hidup.
Bagaimana Anda mendeskripsikan waktu?
Sebagai sesuatu yang sangat berharga. Setiap detik yang berlalu tidak akan pernah kembali. Saya selalu berupaya untuk berbahagia di setiap momen yang ada, sekalipun saat dirundung kesedihan.
Apakah memori paling berharga dalam hidup Anda?
Melahirkan anak saya menjadi momen paling berharga sepanjang hidup saya. Saya tidak pernah tahu bisa mencintai tanpa syarat hingga saya menjadi seorang ibu. Akhirnya saya mengerti perjuangan dan pengorbanan yang dilakukan seorang ibu untuk anaknya.
Bila dapat menggunakan mesin waktu, nasehat apa yang akan Anda beri kepada Michelle berusia 17 tahun? Nikmati proses berkembang dan perjalanan untuk mengeksplorasi diri sesungguhnya. Cintai dirimu tanpa syarat. Berhenti mengorbankan diri untuk membuat orang lain terkesan karena apa yang kamu pikirkan tentang dirimu lebih penting dari pendapat mereka.
Adakah prinsip yang Anda pegang teguh dalam menjalani kehidupan?
“Mau tidak mau, tetap harus dilakukan” adalah moto yang saya terapkan sehari-hari untuk melakukan sesuatu yang terkadang tidak begitu saya nikmati. Pada akhirnya, saya percaya bahwa tidak ada kerja keras yang sia-sia.
Bagaimana preferensi Anda dalam memilih jam tangan? Banyak orang yang membeli jam tangan atau perhiasan demi sebuah investasi semata. Saya selalu membeli untuk koleksi pribadi dan bukan untuk dijual kembali. Maka dari itu, penting bagi saya untuk jatuh cinta pada pandangan pertama terlebih dulu terhadap tampilannya.
Bisakah Anda berbagi kisah mengesankan mengenai jam tangan atau perhiasan yang Anda miliki. Suami saya adalah kolektor jam tangan. Meminjam terminologi yang tengah populer, “bahasa cinta” pertama darinya adalah suatu jam yang masih saya simpan untuk kenangan. Saya yakin, jam ini akan membawa banyak kenangan hangat hingga hari tua nanti.
Apa pendapat Anda tentang Bvlgari? Bvlgari memancarkan kecantikan dan kekuatan dari dalam. “Kecantikan pada setiap batu permata” adalah sesuatu yang membuatnya unik dan menjadi jantung dari seluruh desainnya. Merupakan sebuah kehormatan bagi saya untuk dapat mengapresiasi perhiasan mewah Bvlgari secara langsung. Ketika saya mengenakannya, saya merasakan lonjakan percaya diri dan keberdayaan penuh yang tidak bisa dideskripsikan.
Jika harus memilih, apakah kreasi Bvlgari favorit Anda? Perhiasan favorit saya dari Bvlgari adalah koleksi B.zero1. Saya ingin mengoleksi semua penawaran yang terdapat di dalamnya.
CRAFT 100
Semua orang berpikir untuk mengubah dunia, tetapi tidak ada yang berpikir untuk mengubah dirinya sendiri
LEO TOLSTOY
SOUL
Mewarnai dunia horologi dengan deretan koleksi nan inovatif
Arinta Wirasto
Dunia horologi sejatinya didominasi oleh segenap brand yang terafiliasi erat dengan berbagai industri lintas disiplin, seperti olahraga, otomotif, perfilman, aviasi, hingga lingkungan hidup. Begitupun dengan DNA yang tercermin sempurna pada lini tiap-tiap brand. Terdapat brand yang identik dengan tool watch, fitur chronograph, komplikasi mutakhir, dan sebagainya. Prosesnya tentu tidak mudah, dibutuhkan waktu bertahun-tahun untuk mengeksplorasi dan berevolusi dengan ragam tipe penawaran sehingga mencapai reputasi yang didaulat kini.
Begitupun halnya dengan Mido. Saat didirikan oleh Georges Schaeren di tahun 1918, brand basis Le Locle, Swiss, ini menitikberatkan penawaran mereka pada presisi. Sebagaimana tercermin pada filosofi nama Mido, diambil dari bahasa Spanyol “Yo Mido” yang mengandung arti “Saya Mengukur.” Sebelumnya, patut diingat bahwa nilai-nilai yang dijunjung Mido meliputi inovasi, estetika, dan fungsionalitas. Mengikuti aliran seni art deco yang menjadi simbol era ‘20-an, portofolio Mido di masa tersebut pun didominasi oleh jam tangan wanita. Seiring berjalannya waktu, Mido turut menceburkan diri ke ranah otomotif dengan kreasi jam bersiluet bak radiator mobil. Permintaan dari sejumlah nama besar seperti Buick, Bugatti, Fiat, Ford, Excelsior, dan Hispano-Suiza pun terus berdatangan.
Tahun demi tahun, Mido terus menerus berinvovasi. Mulai dari sistem segel Aquadura di tahun 1930 (memberi proteksi luar biasa terhadap air), koleksi Multifort di tahun 1934 (jam tangan otomatis anti magnet pertama dengan fitur tahan air dan guncangan), mekanisme winding bernama Powerwind di tahun 1954 (berjasa meningkatkan presisi berkat modifikasi komponen), koleksi Ocean Star di tahun 1959 (dalam case yang terintegrasi dengan segel Aquadura), hingga koleksi All Dial di tahun 2002 (menandai awal keterlibatan Mido dalam ranah arsitektur). Menilik perjalanan Mido sejak awal konsepsinya hingga saat ini benar-benar merefleksikan nilainilai yang dijunjung tinggi oleh sang brand
Mungkin Anda tengah dirundung kebingungan untuk melengkapi koleksi atau membeli jam tangan Mido pertama Anda. Pada kesempatan kali ini, Vice President Mido Indonesia, Steven Cheng berbagi rekomendasi kepada CROWN perihal lima model yang akan membantu Anda memilih satu—atau beberapa—kreasi mengagumkan Mido.
Mido Ocean Star 200C Swiss
“Untuk Ocean Star 200C Swiss, Mido menyajikan salah satu material paling menakjubkan dalam pembuatan jam tangan, yaitu keramik yang diusung pada bezel yang dapat diputar ke satu arah. Sarat impresi sporty, bagian dial digarap dengan corak bergalur layaknya ombak di lautan. Jam tangan selam ini memiliki fitur kedap air hingga kedalaman 20 meter dan bagian caseback yang diukir dengan logo Ocean Star. Selain itu, jam ini dilengkapi oleh indeks berlapiskan Super-LumiNova® untuk meningkatkan keterbacaannya.”
Mido Rainflower Origin
“Jam ini terinspirasi dari arsitektur berupa bunga teratai milik museum ArtScience di Singapura. Dengan garis-garis halus dan siluet bundar pada case, iterasi Rainflower Swiss memang dipersembahkan Mido bagi para pengikut wanitanya. Permukaan mother-of-pearl dial digarap dengan wujud bunga teratai dan delapan batu rubi di indeks penanda. Tak hanya rupawan, Rainflower Swiss turut membanggakan performa prima yang ditenagai oleh mesin otomatis Mido Calibre 80 yang tersingkap pada bagian caseback.”
104
MIDO
SOUL / HOW TO BUY
Mido Commander Inspired by Architecture 20th Anniversary
“Saya merekomendasikan jam tangan ini untuk pencinta fanatik Mido yang ingin melengkapi koleksi Inspired by Architecture mereka. Sebagai salah satu lini legendaris yang telah diluncurkan sejak tahun 1959, lini Commander merupakan cerminan dari filosofi Mido, yaitu kaidah arsitektur. Pada jam edisi terbatas ini, hal tersebut didemonstrasikan lewat indeks penanda di posisi jam 12 yang mengusung siluet menara Eiffel Tower, juga ilustrasi sang menara ikonis pada bagian caseback. Jam ini hanya tersedia sejumlah 1889 unit di seluruh dunia, sebagaimana tahun berdirinya sang monumen.”
Mido Multifort Skeleton Vertigo
“Seperti segenap penawaran lain dalam portofolio Mido, Multifort Skeleton Vertigo pun hadir berlandaskan unsur arsitektur nan kukuh. Sejak awal konsepsinya di tahun 1934, jam ini mengambil acuan dari jembatan Sydney Harbour. Hal ini dimanifestasikan pada lingkar luar dial rodium dengan teknik finishing Côtes de Genève, terinspirasi dari tiang penopang sang jembatan. Selain itu, jam ini turut membanggakan estetika lugas mesin Calibre 80 dengan sematan balance-spring bernama Nivachron yang tersingkap pada dial bergaya skeleton dan memiliki cadangan daya hingga 80 jam.”
Mido Ocean Star GMT Special Edition
“Lini Ocean Star patut dilirik sebagai penawaran Mido paling fenomenal belakangan ini. Memanfaatkan reputasi tersebut, bulan September lalu Mido meluncurkan Ocean Star GMT Special Edition di Korea dengan aktor Kim Soo Hyun selaku wajah baru Mido untuk wilayah Asia. Jam dengan dua zona waktu ini sangat cocok untuk para pencinta olahraga air dan mereka yang sering bepergian. Terlebih dengan fitur ketahanan air hingga 200 meter. Jam ini pun dilengkapi dengan Super-LumiNova® di bagian indeks untuk meningkatkan keterbacaan, serta dua opsi temali— stainless steel dan tekstil—yang dapat menunjang aktivitas luar ruangan Anda.”
MINUTE REPEATER
Denting merdu hasil dari kemutakhiran sistem mekanisme
Anung Kamaswara
Jika informasi waktu yang diberikan oleh jam tangan umumnya terbatas untuk indera penglihat, komplikasi minute repeater justru menunjukkan waktu dengan tanda bunyi. Namun, berbeda dengan fitur striking clock yang berbunyi setiap 30 menit atau 60 menit sekali dan biasa ditemui pada jam lonceng atau jam burung kikuk, minute repeater memberikan informasi waktu hanya ketika sang pengguna membutuhkannya.
Fitur informasi waktu yang diperkenalkan sejak akhir abad ke-17 ini memerlukan kemahiran teknis mendetail dan keandalan tingkat tinggi dalam pembuatannya sehingga menjadi komplikasi paling mahal, juga susah didapatkan dalam pasar horologi. Bahkan, sejumlah nama horologi tersohor pun sangat jarang menelurkan jam tangan dengan komplikasi minute repeater.
Menilik catatan sejarah, aplikasi repeater pertama kali dapat ditemukan pada jam rumah besutan Edward Barlow, pada tahun 1676. Pendeta sekaligus ahli mekanis tersebut juga mengajukan hak paten repeater pada jam tangan. Namun, predikat dan klaim sebagai inovator justru diberikan kepada seorang pembuat jam tangan asal Inggris, Daniel Quare. Secara umum, mekanisme sebuah repeater bekerja ketika sang pengguna menarik tuas atau menekan tombol yang lazimnya terdapat pada sisi jam. Saat diaktifkan, bagian tuas akan mendorong komponen lain—hairspring dan coil—yang terhubung dengan mekanisme waktu, seolah merekayasa pemberian informasi kepada palu pemukul gong untuk menghasilkan denting.
Berkat proses sangat kompleks yang melibatkan kepiawaian tingkat tinggi, hanya segelintir brand yang berhasil mengkreasikan komplikasi ini. Berikut lima kreasi minute repeater menakjubkan yang telah kami kurasi.
BRITISH COUNCIL
Jam tangan rilisan Jaeger-LeCoultre bertajuk Master Grande Tradition Gyrotourbillon Westminster Perpétuel sempat menjadi bintang pada pergelaran bergengsi Salon International de la Haute Horlogerie (SIHH) 2019. Dibanderol dengan harga USD 1 juta, kemutakhiran pada jam ini terwujud berkat multi-axis tourbillon dan fitur perpetual calendar di dalamnya. Adapun minute repeater yang dimiliki mendentingkan komposisi nada serupa monumen ikonis Big Ben di kota London. Bunyi tersebut diadaptasi dari gubahan karya seorang komposer Jerman yang berdiam di Inggris, GF Handel. Gaung nada tersebut turut dipakai di berbagai stasiun kereta api di dunia–termasuk di Indonesia–saat kedatangan dan keberangkatan kereta.
106 SOUL / CLASS IN SESSION
Jaeger-LeCoultre Master Grande Tradition Gyrotourbillon Westminster Perpétuel Ref. 52534E1
TEMPUS AURUM
Dengan konstruksi dasar emas 22 karat pada case berhiakan 45 berlian serta corak Grain d’Orge berteknik dekorasi guilloché pada dial, Zenith Academy Open Répétition Minutes menjadi sebuah simbol kemewahan dengan desain yang subtil. Komplikasi minute repeater di dalamnya memiliki bunyi khas dengan denting jam rendah, denting menit nyaring, serta ketukan bergantian dari kedua palu yang menciptakan nada indah sebagai jeda antara informasi jam dan menit. Seolah tak cukup mengagumkan, jam yang ditenagai oleh movement otomatis El Primero 4043 ini juga mengusung fitur chronograph
Zenith Academy Open Répétition Minutes Ref. 18.1260.4043/01.C611
DISTINCT MELODY
Jam ini merupakan jam tangan mekanis pertama yang mengusung minute repeater berskala desimal dengan fungsi lompatan pada numeral penanda waktu. Ketika fitur minute repeater diaktifkan, jam ini akan berdenting dengan interval sepuluh menit sekali, alih-alih per 15 menit. Komplikasi minute repeater ini terwujud berkat palu yang memukul bagian gong, juga diposisikan bersebelahan di posisi jam 9 dan 3, serta tersingkap lewat dua kristal safir di bagian dial. Jam ini ditenagai oleh movement L043.5 yang dilengkapi dengan mekanisme constant force escapement dan indikator power-reserve. Merdunya dentingan akustik yang dihasilkan dapat terdengar setelah mengaktifkan tombol di posisi jam 10.
POCKET SIZE
Jika Anda tertarik untuk memiliki jam tangan dengan fitur minute repeater dengan gaya serupa saat pertama kali ditemukan di abad ke-17, mungkin Baume & Mercier Clifton 1830 dapat menjadi pilihan sempurna. Dinaungi oleh case bermaterialkan emas 18 karat, jam saku ini menghadirkan fitur five minutes repeater yang mampu berdenting setiap kelipatan lima menit dari waktu yang ditetapkan.
107
A. Lange & Söhne Zeitwerk Minute Repeater Ref. 147.025
Baume & Mercier Clifton 1830 Ref. M0A10253
Temukan jam tangan yang Anda baca di CROWN
Arnold & Son
Sincere Fine Watches The Shoppes
Marina Bay Sands Singapura Unit 2M-202 Tel: +65 6634 9782
Bell & Ross
Pacific Place Level Ground, Unit 88A Tel: 021 51402711
Blancpain
The Shoppes Marina Bay Sands Singapura Unit #B2M-237 +65 6634 8771
Breguet
Tersedia di butik The Time Place
Breitling
Plaza Senayan Level 1, Unit 117B – 119B Tel: 021 2967 8512
Bvlgari
• Plaza Indonesia
Level 1, Unit 133 – 157-158 Tel: 021 3192 6661
• Plaza Senayan Level 1, Unit 145C-147C-151C Tel: 021 5790 0140
• Pacific Place GF, Unit 35A-B Tel: 021 5797 3850
Cartier
• Plaza Indonesia
Level 1, Unit 138 – 139 Tel: 021 314 1916
• Plaza Senayan Level 1, Unit 119A, 121A, 125A Tel: 021 572 5238
Chopard
Plaza Indonesia
Level 1, Unit 182B Tel: 021 2992 4350
Ducati Corse www.zalora.co.id
Glashütte www.glashuette-original.com
Grand Seiko
EBI Watch - Faigrounds SCBD Level Basement Tel: 021 5155011
INTime
• Grand Indonesia West Mall, Unit G19 Tel: 021 2358 1208
• Mal Kelapa Gading 3 GF, Unit G42 Tel: 021 4584 8977
• Central Park GF, Unit G-117B Tel: 021 5698 5156
• Paris Van Java Bandung Resort Level, Unit B-35 Tel: 022 820 64135
• Sun Plaza Medan GF, Unit C31- 32 Tel: 061 8051 2538
Hublot
Tersedia di butik The Time Place
IWC
Tersedia di butik The Time Place
Jacob & Co
Sincere Fine Watches Takashimaya Singapura Level 1 Unit 352 +65 6337 5150
Jaeger-LeCoultre
Tersedia di butik The Time Place
John Hardy
• Kapal Bambu Boutique Br. Baturning no 1 Desa Mambal, Abiansemal, Bali
• John Hardy Boutique & Gallery at Seminyak Jl. Raya Petitenget Kerobokan Kelod, Bali
Laurent Ferrier www.laurentferrier.ch
Longines
Tersedia di butik INTime
Maurice Lacroix www.mauricelacroix.com
MB&F www.mbandf.com
Mido
• Watch Zone - Grand Indonesia Lt. 1 Unit 37 Tel: 021 2358 1048
Montblanc
• Pacific Place
GF, Unit 27 – 28 Tel: 021 5140 2762
• Plaza Indonesia Level 1, Unit 141 Tel: 021 2992 4015
• Plaza Senayan Level 1, Unit 146B Tel: 021 572 5141
• Pondok Indah Mall 2 GF, Unit 29A Tel: 021 7590 0926
STOCKIST 108
Omega
• Mal Kelapa Gading 3 GF, Unit G-41 Tel: 021 4586 4985
• Plaza Indonesia Level 1, Unit 184 Tel: 021 2992 3723
• Plaza Senayan Level 1, Unit 176C Tel: 021 572 5663
• Tunjungan Plaza 5 Surabaya UG, Unit UG053 Tel: 031 9924 3026
Oris
Plaza Singapura, Unit #01-30A, Singapura Tel: +65 6259 6484
Panerai
Tersedia di butik The Time Place
Parmigiani Fleurier www.parmigiani.com
Patek Philippe
Plaza Indonesia
Level 1, Unit 35 – 38 Tel: 021 3192 6632
Piaget
Tersedia di butik The Time Place
Rado
The Shoppes at Marina Bay Sands Singapura
Tel: +65 6688 7290
Rebellion Timepieces www.rebellion-timepieces.com
Roger Dubuis
Tersedia di butik The Time Place
Rolex Plaza Indonesia Level 1, Unit 69 & 70A Tel: 021 2992 3982
Speake Marin
Pacific Plaza Singapura Unit #02-09 Tel: +65 6238 1051
TAG Heuer
• Central Park GF, Promenade 002 Tel: 021 2920 0422
• Pacific Place GF, Unit G-16A Tel: 021 5797 3725
• Plaza Indonesia Level 1, Unit 129 – 130 Tel: 021 2992 3990
• Plaza Senayan Level 1, Unit 155C Tel: 021 5725137
• Senayan City GF, Unit G-53 Tel: 021 7278 1601
The Time Place
• Pacific Place GF, Unit 12 A-B Tel: 021 5140 2796
• Plaza Indonesia Level 1, Unit 165 – 168 Tel: 021 310 7715
• Plaza Senayan Level 1, Unit 122 – 128B Tel: 021 572 5759
• Tunjungan Plaza 4 Surabaya UG, Unit 30 – 37 Tel: 031 532 7991
Tissot
• Plaza Senayan Level 2, Unit #E24A Tel: 021 5785 5241
• Grand Indonesia
West Mall Lantai 1, Unit WM-1#02 Tel: 021 2358 0449
• Pondok Indah mall 2 Level Ground, Unit 30 Tel: 021 572 5822
• Mal Kelapa Gading 3 Ground Floor, Unit LG-32 Tel: 021 4585 3775
Trilobe www.trilobe.com
Tudor Tersedia di butik INTime
Vacheron Constantin
ION Orchard Singapura #02-07, 2 Orchard Turn Tel: +65 6509 8800
Van Cleef & Arpels
The Shoppes Marina Bay Sands Singapura Tel: +65 6688 7858
Voutilainen
The Hour Glass 391 Takashimaya Singapura Unit #01-02 Tel: +65 6734 2420
Zenith
Tersedia di butik The Time Place
109
BERLANGGANAN SEKARANG!
CARA BERLANGGANAN
Kunjungi www.crownwatchblog.id/berlangganan atau pindai QR Code di halaman ini untuk mengisi formulir berlangganan
BIAYA BERLANGGANAN MAJALAH
Berlangganan per tahun (4 edisi) Rp 280.000
Untuk info lebih lanjut, hubungi kami di email: subscribe-magazine@crownwatchblog.id
GRÖNEFELD CALIBRE G-04
Lazimnya, movement pada jam chronograph terbagi menjadi dua jenis, yaitu klasik atau modern. Perbedaan dari kedua tipe movement tersebut bergantung pada tipe kopling yang digunakan untuk menggerakan roda. Model chronograph klasik umumnya mengusung kopling lateral di mana roda gigi terkunci dengan fungsi pengaturan waktu yang terbukti lebih rumit untuk dikreasikan. Posisi gigi yang tak melulu sejajar dengan roda saat berpautan maupun dalam keadaan terpisah dapat mengakibatkan lompatan jarum chronograph yang tidak beraturan (biasa disebut “ bounce”). Selain itu, pengaktifan, penonaktifkan, dan penyetelan ulang chronograph dapat menimbulkan dorongan kencang terhadap movement yang mengakibatkan baretan, bahkan bengkok pada jarum penanda. Sebagai solusi, dua bersaudara Tim dan Bart Grönefeld menciptakan fungsi ‘soft reset’ dengan mekanisme centrifugal governor untuk mengatur tempo penyetelan ulang. Movement ini mengusung mekanisme heart cam yang memungkinkan detik pada chronograph untuk kembali ke angka nol melalui celah terdekat, searah jarum jam, atau berlawanan arah jarum jam. Selanjutnya, fitur lompatan instan diterapkan pada totaliser menit. Kemutakhiran teknis ini terwujud berkat total 408 komponen yang bernaung di dalamnya.
CASEBACK 112
WWW.CROWNWATCHBLOG.ID Nikmati informasi menarik terkini seputar dunia jam tangan di mana saja dan kapan saja dari perangkat favorit Anda. Your Go-To Resource for Everything Timepiece facebook.com/crownwatchblogid @crownwatchblog.id A PROUD MEMBER OF TIME INTERNATIONAL GROUP
S er v i c e C en t e r : Cen te nn i al Tow er, 2 8 th F lo o r Jl G a tot S ubr oto Kav 24 & 2 5 J a ka rt a 1 2 93 0 Phone: +62 21 2 935 3595 Ema i l: time c ar e@tim e co.i d