YEAR IN REVIEW Rangkuman peristiwa horologi tahun 2023 | EDITOR’S PICK Kurasi jam terbaik untuk Anda | FINE FINISHING Keindahan di balik teknik dekorasi enamel
I N DO N E S I A ISSUE # 4 2023
ISSUE #4 2023 WWW.CROWNWATCHBLOG.ID
Code 11.59 by Audemars Piguet Selfwinding 38 mm
YEAR IN REVIEW Rangkuman peristiwa horologi tahun 2023 | EDITOR’S PICK Kurasi jam terbaik untuk Anda | FINE FINISHING Keindahan di balik teknik dekorasi enamel
I N DO N E S I A ISSUE # 4 2023
ISSUE #4 2023 WWW.CROWNWATCHBLOG.ID
Code 11.59 by Audemars Piguet Selfwinding 38 mm
T H E T I M E P L A C E J A K A R TA : P L A Z A I N D O N E S I A + 6 2 21 310 7 7 15
SEEK BE YO ND
R OYA L O A K PERPETUAL CALENDAR U LT R A -T H I N
HIGHEND MEDIA
EDITOR-IN-CHIEF SHANNON HARTONO shannon@crownwatchblog.id
CHAIRMAN & CEO DAVID LEPPAN
BUSINESS DEVELOPMENT AMELIA WIDHARATNA amelia.widharatna@time.co.id
CHIEF EDITOR - DIGITAL RONALD HUTAGALUNG ronald.hutagalung@crownwatchblog.id
PRODUCTION MANAGER ERIKA TANIA DESSYANDRA erika.tania@crownwatchblog.id
PUBLISHING EXECUTIVE ARINTA WIRASTO arinta.wirasto@crownwatchblog.id
PUBLISHING COORDINATOR CHARLENE ATALIE charlene.atalie@time.co.id
SOCIAL MEDIA COORDINATOR DIMITRI JESSE dimitri.jesse@time.co.id
GRAPHIC DESIGNER ERICK WIBOWO erick.wibowo@crownwatchblog.id
WEBSITE COORDINATOR RAKA PRAYUGA raka.prayuga@time.co.id
Diterbitkan oleh PT Komunikasi Perkasa International Centennial Tower lantai 28, Jalan Gatot Subroto Kav. 24-25 Jakarta 12930
MANAGING DIRECTOR HRISTO SIMEONOV hristo.simeonov@highend.media PUBLISHER CONNIE YEUNG connie.yeung@highend.media VP, BUSINESS DEVELOPMENT ALAN TAN alan.tan@highend.media EDITOR DARREN HO DARREN.HO@HIGHEND.MEDIA ART DIRECTOR DENNIS GOH dennis.goh@highend.media
Published by HighEnd PTE LTD 391B Orchard Road, Level 22-01, Ngee Ann City Tower B, Singapore 238874
CROWN INDONESIA is a proud member of TIME International Group and published under license from HIGHEND MEDIA PTE LTD, Singapore. No parts of this magazine are to be reproduced without the permission of TIME INTERNATIONAL and HIGHEND MEDIA PTE LTD. All rights reserved.
on the cover:
CODE 11.59 BY AUDEMARS PIGUET SELF WINDING Dalam case 38 mm bermaterialkan emas merah muda, embossed dial ungu berfinis PVD (Physical Vapour Deposition), indeks dan jarum berfinis poles dengan lapisan berpendar, serta temali kulit aligator dengan buckle bermaterialkan emas merah muda 18 karat berukirkan “Audemars Piguet”. Jam ini ditenagai oleh selfwinding movement Calibre 5900 dengan cadangan daya hingga 60 jam dan oscillating weight emas merah muda 22 karat yang tersingkap melalui sapphire caseback transparan.
P
enghujung tahun selalu memercik perasaan campur aduk bagi saya. Terutama tahun ini yang tak hanya menandai akhir dari 365 hari penuh peristiwa, namun juga perjalanan CROWN Indonesia di bawah manajemen TIME International Publications dengan sebuah edisi terakhir. Rasanya mustahil untuk merangkum semua momentum yang telah kami lalui bersama dalam satu kolom saja. Jika bisa, saya ingin berbagi segenap cerita di balik layar dalam satu buku esai tebal untuk bernostalgia. Namun untuk saat ini, izinkan saya menuturkan sebuah surat perpisahan untuk CROWN Indonesia. Ah, menulis kolom ini untuk terakhir kalinya benar-benar membuat saya merasa emosional. Selama lima tahun mencurahkan kecintaan kami terhadap dunia horologi dalam berbagai format, CROWN Indonesia telah melalui ragam momen transformatif. Mulai dari menghadirkan publikasi khusus jam tangan dalam bahasa Indonesia, membangun portofolio editorial dari Bali sampai Jenewa, berkolaborasi dengan sejumlah pihak untuk kompetisi media sosial, menanggapi pandemi Covid-19 dengan merilis kampanye #BacaDiManaAja nan inovatif, hingga bertukar pikiran dengan para pembaca di berbagai kesempatan. Perlu diingat bahwa apa yang terasa seperti akhir, sering kali menjadi pembuka dari sebuah lembaran baru. Sebagaimana TIME International Publications yang tengah menyiapkan serangkaian inisiatif baru yang mengawali sebuah era progresif bagi publikasi kami. Sapa kami melalui email di publishing@time.co.id untuk terus terkoneksi dengan kami dalam petualangan baru yang menanti. Di sisi lain, CROWN Indonesia juga akan merangkul transformasi baru bersama HighEnd Media yang akan melanjutkan penerbitan dan penayangan konten-konten terkurasi dari dunia horologi. Untuk publikasi mendatang dari CROWN Indonesia di tahun 2024, kami mengundang Anda untuk menghubungi mereka melalui email di connie.yeung@highend.media. Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada setiap individu yang telah berbagi gairah kolektif terhadap karya horologi bersama CROWN Indonesia dalam lima tahun terakhir. Terima kasih telah berlangganan, membeli dari toko buku, maupun mengambil majalah ini dari salah satu rekanan distributor eksklusif kami. Akhir kata, kami ucapkan selamat membaca dan sampai jumpa di kesempatan lain.
SHANNON HARTONO
INDONESIA’S LEADING MAGAZINE FOR TIMEPIECE CONNOISSEURS AND ENTHUSIASTS
Digital release of the latest issue of The Time Place Magazine Discover insights from the world of horology, luxury lifestyle and more with clickable content at your fingertips
EXPERIENCE ONLINE READING LIKE NEVER BEFORE
IDENTITY
28
COVER STORY
VISION 6 Editor’s Note 12 Top of the Hour Penghargaan GPHG tahun ini tahun ini menyoroti jagoan dari beberapa brand independen 18 Top of the Hour Menghidupkan spirit #BornToDare dalam pengalaman bersepeda bersama Tudor Pro Cycling Team 20 Self-Portrait Carole Kesapi selaku Movement Director TAG Heuer berbagi pandangan tentang peran wanita dalam industri jam tangan mekanis
22 Self-Portrait Takashi Murakami mengemukakan perspektifnya seputar Hublot dan hasil kolaborasi terbaru 23 Self-Portrait CPO Breitling, Sylvain Berneron berbagi seputar lingkup kreatif di balik wajah baru koleksi Avenger 24 Self-Portrait Tiga pembalap Tudor Pro Cycling Team menuturkan cerita tentang keberanian dan keterlibatan dengan sang brand
28 Refined Mastery Code 11.59 by Audemars Piguet kian memperkuat fondasinya dalam portofolio jangka panjang sang manufaktur 34 The Year In Review Tinjauan sejumlah tren besar yang mewarnai dunia horologi tahun 2023 40 An Icon In Perpetuity Oyster Perpetual Datejust mengilustrasikan dengan sempurna gairah mendalam Rolex terhadap kreativitas pembuatan jam tangan 49 2023’s Greatest Tickers Merangkum tahun yang begitu cemerlang dalam dunia horologi dengan segenap iterasi menakjubkan pilihan editor CROWN 58 Reigning Prodigy Carlos Alcaraz berbagi persepsi tentang meraih dan mempertahankan keunggulan di dalam lapangan tenis, serta afiliasinya dengan Rolex
22
SELF-PORTR AIT
12
TOP OF THE HOUR
60 Masters of The Sea Menyelami dalamnya samudra bersama delapan iterasi anyar Omega Seamaster 64 New Look Jaeger-LeCoultre memberi pembaruan menonjol untuk lini Master Control yang sering kali terlupakan 66 Legacy of Elegance Menjembatani tradisi historis dan kesempatan di masa depan bersama CEO Longines, Matthias Breschan 72 Beyond The Bloom Kreativitas bermekaran pada kolaborasi ketiga Hublot dan Takashi Murakami yang membanggakan kanvas baru nan inovatif 76 Behind The Scene Menelisik proses kreatif, mutakhir, dan sarat tradisi di balik setiap karya Panerai di dalam manufaktur imersif sang brand 82 Artful Precision Menorehkan prestasi sarat presisi bersama Tissot dalam ajang Pertamina F.I.M. Moto GPTM Mandalika 2023
76 BEHIND THE SCENE
96
CRAFT
TIME AND SPACE
88 Vivid Devotion Ekshibisi megah dari koleksi lawas dan anyar Piaget di Bangkok ilustrasikan kesinambungan kualitas sang maison 92 Crafted For Her Koleksi wanita teranyar dari Grand Seiko didesain untuk penggunaan sehari-hari dengan elevasi maksimal
SOUL
96 Time and Space: Velove Vexia Aktris sekaligus persona publik ini berbagi cerita seputar keseimbangan hidup dan aksi filantropi yang dijalankannya
102 Class in Session Pesona salah satu teknik dekorasi tertua dalam dunia horologi, enamel
100 How To Buy Zenith
104 Events Rangkuman acara horologi di Indonesia 110 Stockist Temukan lokasi butik jam tangan pilihan Anda
92
CR AF TED FOR HER
112 Caseback Mengungkap konfigurasi movement bercabang pada Jacob & Co. Astronomia Revolution
VISION Kelilingi diri Anda dengan individu berkualitas yang memiliki kecerdasan, sekaligus visi hidup VINCE MCMAHON
VISION / TOP OF THE HOUR
GRAND PRIX’S GREATEST LAUREATES Mulai dari Simon Brette hingga duo Sven Andersen dan Vincent Calabrese, peraih penghargaan Grand Prix d'Horlogerie de Genève tahun ini didominasi oleh watchmaker independen
G
rand Prix d’Horlogerie de Genève (GPHG) umumnya tidak pernah menjadi kontroversi. Namun, ajang tersebut beberapa kali mengejutkan dunia horologi dengan daftar pemenang yang diumumkan. Panel juri GPHG—terdiri dari segenap individu lintas disiplin dan region—adalah penentu daftar nominasi dan juara yang menjadi standar horologi di masa kini dan selanjutnya. Pemenang-pemenang tahun ini juga menyingkap terjadinya pergolakan neoklasik dalam dunia pembuatan jam tangan. Berikut daftar para peraih penghargaan di tahun 2023 yang diumumkan pada tanggal 9 November lalu.
12
AIGUILLE D’OR – AUDEMARS PIGUET. Penghargaan tertinggi dalam ajang GPHG, The Golden Needle, diraih oleh Code 11.59 by Audemars Piguet Ultra-Complication Universelle RD#4. Iterasi menakjubkan ini mengingatkan kami pada awal era 2000-an, di mana banyak rumah horologi berkompetisi untuk membuat iterasi mega-komplikasi. In-house movement Calibre 1000 di balik jam bergaya half-hunter tersebut berjasa mengoperasikan 40 komplikasi sekaligus. Di antaranya adalah Grand Sonnerie Supersonnerie, minute repeater, kalender abadi, flyback chronograph, dan flying tourbillon. Meski begitu, desain dial sederhana yang diusungnya menyembunyikan kompleksitas dari sang jam dengan sempurna selagi menyajikan impresi nostalgia nan kental. Terbukti, jam ini adalah kreasi yang berhasil membuat para juri tercengang.
LADIES’ COMPLICATION – DIOR MONTRES Grand Soir Automate Etoile de Monsieur Dior dari rumah fashion ikonis bernama serupa adalah interpretasi modern jam tangan wanita masa kini. Sekilas, jam ini terlihat seperti kreasi Lovers on a Bridge dari Van Cleef & Arpels, dengan movement automaton yang didesain oleh ahli komplikasi JeanMarc Wiederrecht. Dikreasikan sebagai sanjungan terhadap House of Dior di kala malam, dial jam ini mengusung konfigurasi batu permata, mother-ofpearl, ukiran tangan, sekaligus dua bintang jatuh berfitur automaton yang diaktifkan lewat tombol pada crown. Kehadiran jarum jam dan menit di posisi angka 12 begitu subtil, sehingga tidak mengganggu pesona estetikanya. Selain itu, aplikasi berbagai teknik pada dial adalah manifestasi sempurna dari level keterampilan dalam dunia adibusana dan horologi.
13
VISION / TOP OF THE HOUR
ICONIC WATCH – ULYSSE NARDIN Terdapat banyak kreasi ikonis yang menjadi nominasi Iconic Watch tahun ini, namun iterasi terbaru Freak One dari Ulysse Nardin lah yang berhasil unggul dalam kategori tersebut. Bagaimanapun, koleksi Freak berhasil menggawangi dobrakan abad ini lewat inovasi material, fitur mutakhir, dan perspektif mengenai masa depan jam tangan mekanis. Sejak pertama diluncurkan, Freak telah mengundang decak kagum dalam dunia horologi, khususnya bagi para pencinta teknologi dalam ranah pembuatan jam tangan kelas atas. Setelah bereksperimen dengan kreativitas selama lebih dari 20 tahun, kini jerih payah sang brand terbayarkan lewat penghargaan sebagai Jam Tangan Ikonis Terbaik.
CHRONOGRAPH WATCH – PETERMANN BÉDAT Awalnya kami menjagokan Singer Reimagined 1969 Chronograph untuk kategori Jam Tangan Chronograph Terbaik. Tetapi jam bernomor referensi 2491—atau dikenal sebagai Chronograph Rattrapante—dari Petermann Bédat memang pantas menyabet penghargaan tersebut. Tak hanya komplikasi chronograph, jam ini turut membanggakan kepiawaian teknis dalam hal movement, case, dan dial. Sorotan utama terletak pada movement yang dikreasikan menyerupai estetika jam saku dan tersingkap sedikit pada dial berstruktur terbuka. Selanjutnya, kehadiran lingkar penghitung menit dengan mekanisme lompatan instan turut menggaungkan elemen masa lalu tanpa terjebak di dalamnya.
TOURBILLON WATCH – LAURENT FERRIER Grand Sport Tourbillon Pursuit dari Laurent Ferrier hadir dengan case titanium yang menaungi dial salmon bernuansa redup, serta dilengkapi oleh bracelet terintegrasi. Terselubung di dalam sang jam adalah tourbillon movement yang tak kalah memesona dan tersingkap dari caseback berkonsep transparan. Jika harus memilih satu kreasi klasik dengan desain kontemporer tahun ini, sang jam benar-benar berhasil melambangkan lanskap horologi kelas atas masa ini: bersahaja, mutakhir, dan rileks.
14
SPORTS WATCH – TUDOR Tahun ini, Tudor Pelagos 39 menjadi kreasi pilihan untuk berkompetisi dengan lima nominasi mengagumkan lainnya. Iterasi ini adalah simbol dari tool watch modern masa kini, dicirikan oleh profil ramping nan tangguh, keterbacaan tinggi pada dial, bezel yang dapat diputar ke satu arah, dan movement penuh presisi. Meskipun terinspirasi dari jam tangan militer lawas, iterasi ini didesain sebagai model uniseks yang cocok bagi pria maupun wanita urban. Kami rasa, tim desain Tudor benar-benar mengetahui formula untuk mengambil hati para pencinta horologi lintas segmentasi. Mulai dari kolektor baru hingga penggemar olahraga selam. Apalagi, Tudor hadir dengan kisaran harga lebih terjangkau jika dibandingkan oleh sang ‘saudara’, Rolex. Dengan segala proposisi nilai di atas, kami bisa memahami kenapa Tudor meraih begitu banyak nominasi dan penghargaan.
PETITE AIGUILLE – CHRISTOPHER WARD Pada debutnya, koleksi Bel Canto membuat gempar dunia horologi. Saat itu, sejumlah editor dan kritikus berusaha sebisa mungkin untuk mencoba sang jam. Wajar saja, jam berdentang ini hadir dengan separuh harga dibandingkan kreasi berkomplikasi serupa dari rumah horologi lainnya. Dengan eksekusi luar biasa, bukanlah sebuah kejutan bila penghargaan prestisius Petite Aiguille dianugerahi kepada Christopher Ward. Kemenangan ini turut mengilustrasikan upaya sang brand untuk keluar dari kategori microbrand dan beralih menjadi pemain ‘serius’. Desain jam mengingatkan kami akan rilisan sejumlah brand lainnya dengan konfigurasi dial separuh transparan yang menyingkap pergerakan komponen gong dan palu seiring pergantian jam. Mungkin hal paling penting untuk disoroti adalah fakta bahwa sang pendatang baru asal Inggris ini berhasil menjadi juara di tengah para pemain horologi termashyur.
ARTISTIC CRAFTS – PIAGET Di satu sisi, Jumping Hours Rising Sun Edition dari Andersen Genève mampu menghipnotis kami dengan motif guilloché yang menjadi panggung utama, di mana motif losanges magiques dan clous de paris berpadu apik pada cakram tourbillon. Namun, teknik marquetry beberapa lapis kayu, sedotan, serta kulit pada dial menjadikan Piaget Altiplano Métiers d’Art Undulata pemenang yang pantas dalam kategori Jam Tangan Artistik Terbaik. Perkawinan material dan spektrum memberi kedalaman dimensi lebih bagi sang jam. Pada pandangan pertama, jam ini mengingatkan kami terhadap samudra yang senantiasa berganti warna di bawah cahaya sesuai pergerakan matahari.
15
VISION / TOP OF THE HOUR
CHALLENGE WATCH – RAYMOND WEIL Sejak Elie Berhnheim didaulat menjadi CEO Raymond Weil pasca sang saudara laki-laki, Pierre, mengundurkan diri untuk berfokus pada bisnis restoran dan mengepalai dewan Bandar Udara Jenewa, sang brand telah berganti haluan secara drastis. Perubahan paling kentara dalam hal desain adalah estetika khas Jenewa yang begitu bersahaja. Koleksi Millésime adalah cerminan perspektif Elie terhadap lanskap pembuatan jam tangan. Selagi mempertahankan asosiasinya dengan disiplin musik dan seni, Millésime Automatic Small Seconds menjadi sebuah tribut terhadap dial bergaya sektor dan scientific dial. Iterasi ini merupakan perkawinan antara impresi lawas dan modern yang cocok untuk kegiatan sehari-hari.
HOROLOGICAL REVELATION – SIMON BRETTE Tahun ini Simon Brette berhasil memboyong penghargaan Horological Revelation—dapat diartikan sebagai nama yang tengah naik daun—dalam ajang GPHG. Pria berusia 35 tahun asal Prancis ini mendirikan brand eponim tersebut dua tahun lalu. Jam tangan Chronomètre Artisans pun sontak menjadi sorotan pada ajang Watches & Wonders bulan Maret silam. Seluruh bagian jam dikonstruksikan menggunakan tangan. Mulai dari dial emas kemerahan bertekstur yang dijuluki ‘sisik naga’ hingga sekrup hitam berfinis poles. Lebih mengagumkan, kesuksesan Simon diraih dengan strategi subscription (berlangganan) yang lazim digunakan pada abad ke-19.
INNOVATION PRIZE – HAUTLENCE Bagi kami, Sphere selalu menjadi pencapaian mekanis sarat kejenakaan dari Hautlence. Apalagi dengan kompleksitas yang diusung penunjuk waktu cembung tiga dimensi menyerupai Magic 8-Ball di posisi angka 9. Seperti Ulysse Nardin Freak, jam ini sudah sepantasnya disebut ikon yang mendefinisikan era pembuatan jam tangan masa kini. Tak ayal, panel juri GPHG memilih sang jam untuk menjadi pemenang dalam kategori Jam Tangan Inovasi Terbaik. Pada iterasi ini, Hautlence turut memperbarui case bersiluet serupa layar televisi khas koleksi tersebut dan meningkatkan kinerja movement. Ini adalah sebuah inovasi sejati dalam dunia horologi.
16
SPECIAL JURY PRIZE – SVEND ANDERSEN DAN VINCENT CALABRESE Di balik kesuksesannya, lanskap horologi independen patut berterima kasih kepada Svend Andersen dan Vincent Calabrese. Keduanya adalah pendiri dari Académie Horlogère des Créateurs Indépendants (AHCI), organisasi yang berjasa mengantarkan para pemain independen pada kesuksesan. Tanpa mereka, nama-nama seperti Vianney Halter, Philippe Dufour, Felix Baumgartner, bahkan Franck Muller mungkin tidak akan mendapat peluang untuk bersuara dalam dunia horologi. Terutama pada saat sejumlah konglomerat mengambil alih dunia pembuatan jam tangan pasca krisis Quartz. AHCI pun terus-menerus mendorong para pendatang baru untuk membuat brand secara independen. Baik sendiri, maupun dengan dukungan artisan-artisan yang bernaung dalam organisasi tersebut. Berkat Svend Andersen dan Vincent Calabrese, kita tengah mengalami masa keemasan pembuatan jam tangan di masa kini.
CHRONOMETRY PRIZE – FERDINAND BERTHOUD Penghargaan demi penghargaan terus diraih oleh brand yang didirikan oleh Karl-Friedrich Scheufele, Ferdinand Berthoud. Kali ini lewat iterasi bertajuk Chronomètre FB 3SPC yang perdana diperkenalkan pada akhir tahun lalu. Saat itu, kami merasa bahwa jam ini adalah interpretasi sempurna dari kronometer laut—hanya terdapat pada segelintir iterasi dalam dunia horologi—dengan hairspring silinder yang diusungnya. Garis-garis lugas yang membentuk desain movement menjadi ilustrasi sempurna dari arsitektur kontemporer. Bagian regulator sendiri memakan waktu pengembangan bertahun-tahun untuk mencapai standar presisi sedemikian rupa.
17
VISION / TOP OF THE HOUR
VELOCITY RUSH Menghidupkan spirit #BornToDare dalam pengalaman bersepeda bersama Tudor Pro Cycling Team
O
memutuskan untuk melanjutkan legasinya melalui keterlibatan dengan sejumlah organisasi dan pendirian tim balap profesional. Beberapa di antaranya adalah Chasing Cancellara, Kids on Wheels, dan Tudor Pro Cycling Team.
lahraga sepeda telah mencapai momentumnya dalam industri gaya hidup selama satu dekade terakhir. Meski bermula dari tren semata, perlahan para peminat benar-benar menginvestasikan waktu untuk melakukannya. Mulai dari bersepeda ke tempat kerja, mengikuti tur lintas kota, hingga membentuk komunitas sendiri. Namun lain halnya dengan pertandingan sepakbola yang kerap ditonton oleh para pegiatnya, kejuaraan balap sepeda belum mendapat animo serupa. Karenanya, bisa jadi nama Fabian Cancellara belum familier bagi Anda.
Selain mengepalainya, peran Fabian dalam Tudor Pro Cycling Team juga meliputi fungsi sebagai penasihat dan mentor. Tudor dan Fabian berbagi tekad yang sama untuk terus mendorong batasan dengan keberanian. Di bawah kepemimpinannya, Tudor Pro Cycling Team berhasil memasuki liga UCI ProTeams 2023, sebagaimana peringkat 20 teratas secara otomatis layak mengikuti sesi kualifikasi Grand Tour dan WorldTour 2024.
Ialah pembalap profesional asal Swiss yang telah mengharumkan namanya di dunia olahraga sepeda sejak tahun 2000. Dijuluki ‘Spartacus’ berkat kegigihannya menaklukan jalur balap, Fabian berhasil mencapai titel juara dalam berbagai kompetisi bergengsi, seperti Tour de France dan Olimpiade. Setelah berkarier selama dua dekade, Fabian resmi turun dari pelana sepeda pada tahun 2020 silam. Meski sudah pensiun, cintanya kepada olahraga balap sepeda tak pernah luntur. Kini ia
September lalu, Tudor Pro Cycling Team turut berlaga dalam Petronas Le Tour de Langkawi di Malaysia—salah satu kompetisi balap sepeda bergengsi di Asia Tenggara. Pascanya, seluruh tim akan bertanding di ajang Gree-Tour de Guanxi di Tiongkok. Di tengah-tengah persiapannya, tim basis Sursee tersebut melakukan pemberhentian di Singapura untuk suatu sesi
18
bersepeda interaktif bersama 30 tamu terpilih. CROWN Indonesia turut berpartisipasi dalam kesempatan istimewa tersebut untuk bersepeda bersama 3 anggota Tudor Pro Cycling Team. Kami berkumpul di Marina Bay sekitar pukul 7 pagi dengan jersey hitam bermotif logo Tudor. Telah siap menyambut kedatangan kami adalah tiga pembalap teratas Tudor Pro Cycling Team, yaitu Arvid De Kleijn, Maikel Zijlaard, dan Sebastian Kolze Changizi, yang telah menyelesaikan sesi latihan mereka pada pukul 5 pagi. Selanjutnya, peserta dibagi menjadi tiga kelompok sesuai pengalaman bersepeda untuk menentukan tingkat kesulitan dan jarak tempuh pada sesi ini. Mengingat minimnya pengalaman bersepeda, kami pun ditempatkan dalam kelompok nomor 3 dengan tingkat kesulitan terendah. Seluruh peserta juga dibekali dengan jam tangan Tudor untuk menunjang aktivitas bersepeda. Ialah Tudor Ranger, tool watch berpenampilan tangguh nan praktis yang ditenagai oleh mesin cal. MT5402—bercadangan daya hingga 70 jam—yang dimanufaktur oleh sang brand. Sementara, Tudor Pro Cycling Team dipersenjatai dengan sebuah jam yang dikreasikan khusus: Tudor Pro Cycling Chronograph. Penampilan sang jam mengingatkan kami akan Tudor Black Bay Chrono Dark dengan case berlapiskan PVD hitam dan berfinis matte dalam diameter 41 mm yang ditenagai oleh cal. MT5813, serta dilengkapi oleh temali NATO berwarna hitam-merah. Setelah mendapatkan informasi tentang tindakan keselamatan, penyesuaian pelana, dan asupan kafein yang begitu kami butuhkan, perjalanan lalu dimulai. Kami bertolak dari Marina Bay ke arah East Coast Park, melewati sepanjang Tanah Merah Coastal Road. Dengan jam terbang yang relatif rendah, kami merasa sangat lelah dalam perjalanan dan otot-otot pun terasa nyeri. Apa lagi, kami berada di bawah teriknya matahari dan cuaca panas. Namun, adrenalin yang membara menyatukan kami dalam upaya mencapai garis finis. Tak terasa, kami berhasil menempuh jarak sejauh 30 km. Perjalanan berakhir di Fico, sebuah restoran Italia di East Coast Park, di mana minuman segar menanti kami. Di area luar, para pembalap Tudor Pro Cycling Team tengah bersenang-senang dalam suatu area bertajuk Bike Experience. Berkumpul di sekitar meja yang dipenuhi oleh pasta, buah-buahan, dan salad, kami beristirahat dengan rileks. Sesungguhnya, pengalaman langka yang kami lalui benar-benar mengasah fisik dan mental. Seolah-olah kami terlahir untuk menjadi pemberani, sebagaimana prinsip #BornToDare yang diemban oleh Tudor sejak dulu.
19
VISION / TOP OF THE HOUR
20
CAROLE KASAPI Movement Director TAG Heuer berbagi pandangan tentang peran wanita dalam industri jam tangan mekanis, serta kesinambungan antara legasi dan inovasi
Menurut saya, pembuatan jam tangan bukanlah sebuah profesi semata, namun juga karya seni. Setiap iterasi memberikan saya tujuan dan kebahagiaan lebih dalam menjalani pekerjaan. Sebagai contoh, begitu banyak pihak—dengan kepiawaian luar biasa—yang terlibat saat mengkreasikan TAG Heuer Monaco edisi Only Watch. Saya pun berkesempatan untuk bertukar wawasan dengan mereka, sehingga dapat menghasilkan kreasi yang begitu distingtif.
Intrikasi di balik jam tangan mekanis dan craftsmanship dalam pembuatan movement penuh presisi selalu mengundang decak kagum saya. Apalagi saya bertumbuh besar dalam keluarga pencinta jam tangan yang pernah bekerja di sebuah lokakarya restorasi di Paris. Inilah yang memercik rasa ingin tahu saya untuk pertama kalinya dan membuka jalan untuk mengeksplorasi industri horologi lebih jauh. Saya telah menyaksikan dampak-dampak positif yang dihasilkan oleh wanita di dunia horologi. Kini, lebih banyak wanita yang terlibat secara aktif dalam berbagai aspek pembuatan jam tangan. Namun, masih ada ruang untuk kemajuan agar dapat mencapai kesetaraan dan keseimbangan sepenuhnya. Inisiatif seperti Élargis tes Horizons Genève (organisasi yang menaungi kelas Masterclass binaan Carole) pun berperan penting dalam memberdayakan para wanita untuk berkarier di industri pembuatan jam tangan.
Inovasi dan kreativitas adalah dua hal yang ingin saya bawa ke TAG Heuer untuk mendorong batasan pembuatan jam tangan mekanis. Tentunya ini saya lakukan sembari mempertahankan legasi sang brand yang berfokus terhadap presisi dan keunggulan. Terdapat banyak pengembangan yang patut diantisipasi dalam rilisan TAG Heuer di tahun mendatang. Kami akan bereksplorasi dalam hal teknologi movement dan tren keberlanjutan. Anda juga akan melihat perpaduan antara tradisi dan modernitas yang terbentuk dari histori TAG Heuer dalam dunia pembuatan jam tangan. Hal ini disertai dengan perencanaan strategis—dan ambisius—untuk menghasilkan rilisan-rilisan memukau di masa mendatang.
Menjadi seorang wanita di industri yang didominasi oleh pria tentu saja memiliki tantangannya sendiri. Terutama dengan segala tuntutan yang mendorong kami untuk terus melakukan lebih. Akan tetapi, saya percaya bahwa diversitas dan perspektif berbeda sangatlah krusial untuk mengoptimalkan inovasi dan kemajuan. Kini saya hanya ingin unjuk keterampilan—tanpa memedulikan stereotipe gender—dan memperoleh pengakuan yang sudah sepantasnya didapatkan dalam industri pembuatan jam tangan.
Pembuatan jam tangan bukanlah sebuah ilmu eksakta nan konkret. Setiap movement yang baru dikembangkan selalu memiliki implikasi tersendiri. Penting bagi kami untuk mengawasi prosesnya secara hati-hati untuk memastikan efisiensi dan kualitas dari hasil akhirnya.
Kreasi eksklusif untuk ajang Only Watch menjadi tonggak pencapaian yang amat berarti bagi saya. Menurut saya, karya tersebut adalah yang paling representatif atas keahlian dan wawasan saya dalam pembuatan jam tangan. Khususnya dengan rattrapante movement yang mendefinisikan ulang konsep chronograph. Ini adalah wujud komitmen saya terhadap presisi dan keunggulan teknis.
Keberlanjutan adalah poin yang sangat penting bagi TAG Heuer. Mulai dari pengembangan berlian buatan laboratorium, movement Solargraph, hingga menyediakan garansi 5 tahun untuk setiap produk. Inilah cara TAG Heuer menerapkan keberlanjutan sekaligus inovasi dan keunggulan.
21
VISION / SELF-PORTRAIT
TAKASHI MURAKAMI Seniman legendaris asal Jepang mengemukakan perspektifnya seputar Hublot dan hasil kolaborasi terbaru
Saya dan Hublot berbagi nilai yang sama dalam kebebasan berkreasi dan menjunjung tinggi kualitas. Awalnya saya merasa bimbang untuk berkolaborasi karena takut kehilangan jati diri dalam prosesnya. Namun, persepsi saya berubah saat mengunjungi manufaktur Hublot pada Januari 2020. Komitmen mereka untuk terus berinovasi sungguh membuat saya takjub. Alhasil, terwujudlah kolaborasi yang telah memasuki edisi ke-3 kini. Bagi saya, Art of Fusion adalah kesiapan mental untuk menghadapi perubahan dan memadukannya dengan identitas seni Anda. Terkadang seniman memiliki nilai ideal nan saklek yang tak dapat dikompromikan. Tetapi menurut saya, kita harus siap untuk menghadapi perubahan dan menjadi fleksibel. Meski bukan seorang kolektor jam tangan, saya memahami pola pikir mereka. Bagi para kolektor, membeli jam tangan adalah sebuah kecanduan impulsif, alih-alih terencana. Meski memiliki anggaran tertentu, pelanggan juga memiliki imajinasi tinggi. Prinsip sarat imajinasi tersebut pun menjadi landasan desain antara saya dan Hublot. Bunga adalah inspirasi terbesar bagi MP-15, kreasi kolaborasi teranyar saya untuk Hublot. Lalu saya mengawinkan sang bunga MP-15 dengan elemen ‘manusia’ (ekspresi tersenyum). Sesungguhnya, objek non-hidup pada lukisan tradisional Jepang— seperti bulan, salju, dan mutiara—memang selalu menjadi tema besar di balik karyakarya saya. Ketika melihat hasil akhir dari MP-15 Takashi Murakami Tourbillon Sapphire, saya tidak bisa berkata-kata. Ini terjadi ketika saya melihat sesuatu yang terlalu istimewa hingga kata-kata pun tidak mampu untuk mendeskripsikan keindahannya. Karya ini mampu menyampaikan sendiri ceritanya. Layaknya sebuah mimpi yang terwujud, jam ini memberi saya sensasi nol gravitasi. Kebahagiaan berkreasi adalah momen terbaik bagi saya. Saya sangat bahagia dan bangga dengan kolaborasi ke-3 saya dan Hublot.
22
Siapapun yang bekerja dalam ranah pengembangan produk perlu menghormati riwayat, legasi, dan filosofi sebuah brand. Sebagai brand yang selalu mengutamakan kemutakhiran, Breitling sangat pantas untuk masuk ke dalam daftar 10 teratas di dunia horologi. Apalagi, Breitling juga merupakan pelopor dalam berbagai hal: inovasi material; chronograph; dan atensi tinggi terhadap detail—khususnya pada case dan dial. Saya ingin mengetahui seluk beluk Breitling dan bagaimana mereka mencapai posisinya kini. Saat mulai bekerja untuk Breitling, saya pun menghabiskan banyak sekali waktu untuk bertukar pikiran dengan Fred Mendelbaum—sejarawan dan konsultan bagi sang brand—demi mendapatkan wawasan ekstensif. Pengetahuan tersebut pun menjadi bekal mumpuni dalam proses kreatif di balik setiap koleksi. Saya percaya, kesalahan terbesar adalah enggan untuk berubah lantaran takut tidak lagi menjadi relevan. Sesungguhnya saya ingin menghembuskan angin segar pada penawaran Breitling yang mengacu pada inspirasi eksternal. Di sisi lain, saya mengerti bahwa DNA Breitling harus dipertahankan, maka saya lebih memilih untuk melakukan transformasi berskala kecil namun signifikan pada desain case, finis, dan material. Sebelum Avenger, prinsip serupa juga saya terapkan saat meremajakan koleksi Superocean dan Navitimer.
SYLVAIN BERNERON
Peremajaan desain Avenger merepresentasikan hasrat saya untuk mengelevasi sang koleksi ke tingkat selanjutnya. Sebagai contoh, kini kami mempersenjatai Avenger dengan in-house chronograph movement B01—untuk pertama kalinya—sebagai demonstrasi kepiawaian teknis Breitling. Tentunya, sejumlah atribut dari versi terdahulu tetap kami pertahankan, seperti bezel yang dapat berotasi ke satu arah, ketahanan air hingga kedalaman 300 meter, screwdown crown, dan chronograph.
Chief Product Officer Breitling berbagi seputar lingkup kreatif di balik pembuatan jam tangan dan wajah baru koleksi Avenger Pengalaman di dunia otomotif memaparkan saya pada kultur kerja lintas disiplin dan mempersiapkan saya untuk praktik serupa di dunia horologi. Kedua industri memiliki banyak tuntutan teknis yang harus dipenuhi, hanya saja dalam skala yang berbeda. Dengan begitu, seorang desainer harus memiliki pemahaman lengkap tentang proses manufaktur dan seluruh kendala yang berpotensi terjadi.
23
Fungsionalitas adalah fokus terbesar dalam mendesain ulang Avenger dan mengukuhkan identitasnya sebagai tool watch. Termasuk di antara pembaruan ergonomis tersebut adalah mengganti tombol pengatur bersiluet bundar menjadi persegi, serta mengusung diameter lebih ramping yang berkisar mulai dari 40, 42 mm, dan 44 mm (versi terdahulu berukuran 44 mm hingga 46 mm). Fokus kedua adalah keterbacaan yang kami manifestasikan lewat indeks penanda berwarna putih.
VISION / SELF-PORTRAIT
TUDOR PRO CYCLISTS Arvid de Kleijn, Maikel Zijlaard, dan Sebastian Kolze Changizi menuturkan cerita tentang keberanian dan keterlibatan dengan Tudor 24
Arvid de Kleijn (ADK): Baik sebagai pembalap maupun seorang individu, melakukan segala hal dengan berani adalah prinsip yang saya junjung tinggi. Fase kehidupan yang serba cepat mengharuskan kami untuk terus mendorong batasan. Terkadang, hal ini hanya dapat dilakukan oleh seseorang yang dilahirkan untuk menjadi pemberani atau #BornToDare, seperti moto yang diemban oleh Tudor. Maikel Zijlaard (MZ): Penting bagi saya untuk menjaga kerendahan hati dalam hal apapun. Terlepas dari privilese untuk menjalani kehidupan yang menakjubkan, kami hanya manusia biasa yang begitu menikmati kegiatan bersepeda. Sebastian Kolze Changizi (SKC): Sebuah kemenangan adalah kemenangan, tak peduli seberapa besar atau kecil. Saat berlatih, saya selalu bertujuan untuk mencapai garis finis. Jika tidak berhasil, momen tersebut pun patut diselebrasi. Saya dan tim memiliki lingkup kerja positif, sehingga setiap kekalahan mendorong kami untuk berintrospeksi. ADK: Lebih dari kolaborasi, Tudor selalu berupaya untuk menunjang kesejahteraan kami sebagai atlet. Selain mempersenjatai kami dengan jam tangan yang presisi ketika bertanding, Tudor juga memastikan bahwa performa kami terus meningkat. Hal ini dilakukan lewat sesi analisis data pertandingan dengan para pelatih dan menyediakan nutrisi terbaik untuk dikonsumsi. MZ: Respek yang meningkat terhadap olahraga sepeda kian menggaungkan tujuan kami sebagai sebuah tim. Lewat partisipasi sebagai tim profesional Tudor dan berkat dukungan penuh sang brand, visi kami pun termanifestasi menjadi peluang-peluang emas lainnya. SKC: Saya percaya bahwa kami dipilih untuk merevolusi olahraga sepeda profesional dan menjadi tolok ukur baru untuk tim-tim lainnya. Meski relatif baru, keterlibatan bersama Tudor telah menghasilkan kemajuan yang signifikan dan
25
berujung pada banyak tonggak pencapaian berarti dalam olahraga balap sepeda. ADK: Sejak pertama kali menggeluti olahraga sepeda di usia 16 tahun, saya sadar bahwa talenta tidak boleh disiasiakan. Kecintaan pada olahraga tersebut pun mengantarkan saya kepada gelar juara dalam ajang balap Paris—Tours saat berusia 22 tahun. Kemenangan tersebut meyakinkan saya untuk berkarier sebagai pembalap sepeda profesional. MZ: Tujuan saya dalam bersepeda adalah untuk mengungkap kapabilitas terbaik saya. Jika berhasil mencapai titik tersebut, rasanya jenjang karier saya sudah terpenuhi. Impian saya selanjutnya adalah untuk dapat bertanding di kejuaraan Paris—Roubaix. SKC: Logo Tudor di dada dan jam Tudor di pergelangan tangan adalah simbol kepercayaan yang diamanatkan oleh sang brand kepada kami. Sebagaimana kami yang harus menghormati prinsip Tudor dan semakin termotivasi untuk bekerja keras dan meraih kesuksesan. ADK: Jam tangan Tudor favorit saya adalah Black Bay Chrono dengan kombinasi dial hitam dan stainless steel bracelet. Meski tampilannya mendekati Tudor Pro Cycling Black Bay Chronograph yang diberikan kepada seluruh anggota tim, namun saya lebih menyukainya. MZ: Jika harus memililh kreasi Tudor favorit, pilihan saya jatuh kepada Black Bay dengan bezel warna burgundi. Menurut saya, pengaplikasian warna tersebut adalah keputusan sempurna bagi iterasi yang diperkenalkan pada ajang Watches & Wonders 2023. SKC: Tentu saja saya menyukai Black Bay 54 yang telah menjadi primadona sejak dulu, tetapi Tudor Royal 41 juga memikat hati saya. Khususnya berkat kombinasi material yang diusungnya, yaitu case berkonstruksi dasar baja dan bezel emas kuning. Penampilannya jadi semakin memesona dengan dial cokelat yang berfinis sunray.
IDENTITY Kehidupan akan selalu terasa seimbang jika Anda memiliki identitas dan prioritas RUSELL M. NELSON
IDENTITY / COVER STORY
Code 11.59 by Audemars Piguet Selfwinding berdiameter 38 mm dengan dial warna ungu nan memikat
Dari kiri ke kanan: Alpine Eagle 41 Frozen, Alpine Eagle 41 ‘Pine Green’, Alpine Eagle 33, dan Alpine Eagle XL Chrono
28
REFINED MASTERY Karya demi karya, Code 11.59 by Audemars Piguet kian memperkuat fondasinya dalam portofolio jangka panjang sang manufaktur Erika Tania
T
ak sedikit penggemar jam tangan yang senantiasa beranggapan bahwa Audemars Piguet adalah Royal Oak dan Royal Oak adalah Audemars Piguet. Pernyataan tersebut tidak terlalu mengherankan, sebagaimana Royal Oak memanglah sebuah karya ikonis yang berperan signifikan dalam mempertahankan martabat industri horologi Swiss di masa krisis kuarsa pada dekade 1970-an. Saking ikonisnya, jam tangan yang didesain oleh Gerald Genta tersebut menjadi pakem bagi konstruksi jam tangan olahraga bermaterialkan baja hingga hari ini. Namun, kesuksesan Royal Oak lebih dari sekadar desain legendaris dengan daya tarik universal. Sebagai manufaktur horologi yang telah berdiri sejak tahun 1875, Audemars Piguet mengemban kemahiran watchmaking yang diakui kualitasnya oleh para penggemar horologi. Bukan rahasia bahwa sebagian dari mereka rela merogoh kocek cukup dalam untuk memiliki sebuah iterasi lawas, atau bahkan menantikan ketersediaan stok dari model terbaru hingga bertahun-tahun. Para pemilik—dan pengamat—jam tangan Audemars Piguet tentunya sudah familier dengan keindahan menyeluruh yang diusung oleh setiap karyanya. Perhatian luar biasa terhadap detaill didemonstrasikan dengan begitu piawai lewat finishing buatan tangan pada komponen movement maupun permukaan case. Sang manufaktur juga memiliki reputasi mengesankan dalam mengkreasikan komplikasi rumit, seperti perpetual calendar, chronograph, hingga jam tangan berdenting. Mutu tinggi tersebut tidak eksklusif diterapkan pada Royal Oak saja, tetapi juga jajaran koleksi lain dalam portofolio sang brand, termasuk koleksi modern bertajuk Code 11.59 by Audemars Piguet yang diperkenalkan pertama kali pada tahun 2019. Dalam kurun waktu empat tahun, Code 11.59 by Audemars Piguet membuktikan fleksibilitas desainnya lewat berbagai iterasi yang menyita perhatian. Mulai dari model selfwinding klasik dengan jendela tanggal, hingga sebuah model ambisius bernama Ultra-Complication Universelle yang membanggakan 23 komplikasi sekaligus.
29
IDENTITY / COVER STORY
NEW DIMENSION sang brand bersama ahli guilloché Swiss, Yann von Kaenel. Dalam proses pembuatannya, masingmasing dial didekorasi oleh ratusan lubang kecil yang bergerak keluar dari pusatnya dalam pola menyerupai gelombang. Hasilnya? Dial dengan daya pikat unik yang memaksimalkan efek gradasi pada warna yang diaplikasikan.
Ketika ragam warna, komplikasi, dan material telah dieksplorasi, kini memang saat yang tepat bagi Code 11.59 by Audemars Piguet untuk menawarkan dimensi baru. Mengingat kesuksesan Royal Oak berdiameter kecil yang menjadi incaran para kolektor lintas gender, sang manufaktur pun menyuguhkan Code 11.59 by Audemars Piguet dalam diameter 38 mm mulai tahun ini.
Untuk dua model pertama dari Code 11.59 by Audemars Piguet yang mengusung diameter 38 mm, sang manufaktur menyediakan dua pilihan warna—ungu dan gading—dengan intensitas yang begitu istimewa berkat proses PVD (Physical Vapour Deposition). Indeks dan jarum pada dial kini dibuat bersegi dengan finis poles, kemudian diinjeksikan oleh lapisan berpendar untuk meningkatkan keterbacaan dalam gelap. Senada dengan dial ialah temali kulit aligator yang dilengkapi oleh buckle bermaterialkan emas merah muda 18 karat dengan ukiran “Audemars Piguet”.
Di dunia horologi, setiap milimeter begitu berarti. Pada umumnya, perubahan dimensi case akan memengaruhi seluruh proporsi komponen. Meski begitu, Code 11.59 by Audemars Piguet dengan terampil mempertahankan kode desain sang koleksi: (1) arsitektur case serupa roti lapis dengan bagian tengah bersiluet oktagon; (2) bezel ekstra tipis; serta (3) kristal safir berkubah dan melengkung yang menyajikan keterbacaan maksimal. Estetika multifaset khas Audemars Piguet juga dengan setia diwujudkan lewat kombinasi finis poles dan satin.
Calibre 5900 ramping setipis 4 mm menenagai kedua model anyar Code 11.59 by Audemars Piguet berdiameter 38 mm. Selfwinding movement yang pertama kali diperkenalkan melalui sebuah model Royal Oak 37 mm di tahun 2022 tersebut memiliki frekuensi tinggi 4Hz dan cadangan daya hingga 60 jam. Tentu saja, setiap komponen dalam Calibre 5900 didekorasi dengan sangat apik, termasuk sudut-sudut yang dipoles, satin brushing vertikal, finis Côtes de Genève, graining sirkular, dan chamfering. Semua dekorasi tersebut, serta oscillating weight bermaterialkan emas merah muda 22 karat, dapat Anda apresiasi melalui sapphire caseback transparan.
Mari beralih ke beberapa evolusi desain pada model anyar ini. Selaras dengan Code 11.59 by Audemars Piguet dengan stainless steel case 41 mm yang dirilis awal tahun 2023, kedua model berdiameter 38 mm ini juga mengimplementasikan bentuk crown yang lebih dangkal. Penyesuaian bentuk crown ini menjadikan lekukannya terlihat kian jelas dan menambah keelokan geometris pada keseluruhan penampilan sang jam. Selain itu, kesamaan lain dengan model stainless steel adalah embossed dial yang dikembangkan
Opsi warna gading pada iterasi terbaru Code 11.59 by Audemars Piguet Selfwinding berdiameter 38 mm
30
Dengan diameter 38 mm, Code 11.59 by Audemars Piguet memperkuat fleksibilitasnya sebagai jam tangan pria maupun wanita
Audemars Piguet bekerja sama dengan ahli guilloché Swiss, Yann von Kaenel, dalam mewujudkan motif dial anyar serupa riak air
Keindahan arsitektur pada case depan dari Code 11.59 by Audemars Piguet terbaru
Calibre 5900 yang diperkenalkan pertama kali pada Royal Oak 37 mm di tahun 2022 kini menenagai model terbaru Code 11.59 by Audemars Piguet Selfwinding
IDENTITY / COVER STORY
Kesederhanaan bersahaja dicerminkan oleh Code 11.59 by Audemars Piguet Selfwinding lewat garis desain minimalis
Kombinasi apik case keramik hitam dengan bezel emas putih 18 karat pada Code 11.59 by Audemars Piguet Selfwinding Chronograph
Code 11.59 by Audemars Piguet Selfwinding Chronograph tampak memesona berkat smoked lacquered blue dial bermotif sunburst yang bersanding kontras dengan case emas merah muda 18 karat
Kemewahan modern hadir pada Code 11.59 by Audemars Piguet Selfwinding Chronograph dengan case emas merah muda dan bezel emas putih 18 karat
Code 11.59 by Audemars Piguet Selfwinding Chronograph dengan case emas merah muda dan bezel emas putih 18 karat
TIMER MASTER Dua iterasi terbaru Code 11.59 by Audemars Piguet Selfwinding berdiameter 38 mm menandakan peluang tak berbatas bagi sang koleksi dalam hal dimensi. Dengan kapasitas dan kapabilitas Audemars Piguet sebagai manufaktur, kami yakin bahwa kedua model tersebut masih tahap permulaan saja. Dalam waktu dekat, kami tidak akan terkejut bila diameter ini hadir dengan case berhiaskan berlian atau dial yang dilengkapi fungsi chronograph. Berbicara mengenai chronograph, sang manufaktur memiliki kepercayaan tinggi dalam merancang komplikasi ini. Telah memproduksi chronograph sejak awal pendiriannya, Audemars Piguet menguasai teknik kompleks dalam menyinkronkan komponen penunjuk jam, menit, dan detik secara terus-menerus atau per interval tertentu tanpa mengkompromikan tingkat presisi. Melalui Code 11.59 by Audemars Piguet berdiameter 41 mm, brand basis Le Brassus ini mempresentasikan kecanggihan flyback chronograph pada Calibre 4401 yang menenagainya. Komplikasi tersebut memudahkan pengguna untuk mereset dan restart kinerja jarum chronograph secara instan tanpa harus menyetopnya terlebih dahulu.
merah muda nan kontras. Untuk penampilan lebih sleek, Audemars Piguet menyuguhkan kombinasi case emas merah muda dan bezel emas putih 18 karat dengan dial bernuansa serupa. Performa prima Calibre 4401 dengan cadangan daya 70 jam juga menenagai sebuah model bermaterialkan emas merah muda 18 karat pada case dan bezelnya. Model ini tampil bold dengan smoked lacquered blue dial bermotif sunburst. Bagi penggemar gaya minimalis, sebuah model selfwinding dengan jarum jam, menit, dan detik, serta jendela tanggal juga tersedia dengan dial gradasi biru yang sama, namun ditenagai oleh Calibre 4302. Apapun kombinasinya, Code 11.59 by Audemars Piguet selalu berhasil tampil kohesif.
Terdapat sejumlah Code 11.59 by Audemars Piguet Selfwinding Chronograph dengan flyback function dan estetika memikat. Tak hanya menawarkan ragam warna dial, jajaran jam tangan berikut ini juga menunjukkan ketangkasan sang manufaktur dalam mengombinasikan dua material berbeda pada case. Di balik istilah two-tone yang terdengar sederhana, terdapat proses programming yang rumit, peralatan super canggih, dan keahlian spesial para watchmaker untuk mewujudkan hasil akhir berkualitas tinggi. Bahkan, Audemars Piguet turut melibatkan Bangerter—sebuah perusahaan Swiss dengan spesialisasi di bidang material keras—dalam mengkreasikan keramik hitam.
Pada akhirnya, Code 11.59 by Audemars Piguet memiliki misi lebih menantang daripada Royal Oak. Di saat Royal Oak menikmati dan mempertahankan status ikonnya, Code 11.59 by Audemars Piguet mengemban tugas untuk merepresentasikan modernitas sembari memegang kemudi atas masa depan sang manufaktur di dunia horologi. Dengan berbagai rilisannya sejauh ini, Code 11.59 by Audemars Piguet menegaskan kemampuan sang brand dalam beradaptasi dengan perkembangan zaman, bahkan melampaui ekspektasi.
Case keramik hitam tersebut dapat ditemukan pada model yang mengusung bezel, indeks, dan jarum emas putih 18 karat dengan smoked grey dial. Kombinasi lain adalah case emas merah muda dan bezel emas putih 18 karat yang disempurnakan oleh smoked lacquered grey dial dengan indeks dan jarum emas
33
IDENTITY
THE YEAR IN REVIEW Seiring berakhirnya tahun 2023, kami meninjau sejumlah tren besar yang mewarnai industri pembuatan jam tangan Darren Ho
3434
Rolex Oyster Perpetual Day-Date 36 dengan jendela emoji
T
ARTISTRY AND WHIMSICALITY
Bukan satu-satunya, Louis Erard dan Konstantin Chaykin berkolaborasi untuk membuat iterasi teranyar dari Time Eater yang dinamakan Time Eater II: From Dusk to Dawn. Desain iterasi ini mengacu pada seorang raksasa dalam puisi The Odyssey karya penulis asal Yunani, Homer, dan lukisan Chronos karya Francisco Goya (yang digambarkan sedang memakan anak laki-lakinya). Desain jam ini terasa jauh lebih menyeramkan daripada pendahulunya dengan dial hitam berfinis guilloché, jarum penunjuk berwarna menyerupai darah, indikator jam berupa mata merah di posisi angka 12, dan cakram detik berbentuk mulut dengan gigi bertaring.
Keceriaan adalah tren yang kerap berlalu-lalang tahun ini, dan pembuat sensasi terbesar adalah Rolex Oyster Perpetual Day-Date 36 dengan dial penuh emoji bertemakan kesadaran penuh. Sang manufaktur memilih untuk menginjeksikan energi milenial ke dalam sebuah iterasi klasik sebagai pernyataan bahwa Rolex bukanlah brand yang mudah ditebak. Di samping reaksi yang diperoleh, kami yakin terdapat tingkat craftsmanship tinggi di balik pembuatan sang jam. Imaji puzzle multiwarna pada dial diwujudkan lewat teknik champlevé enamel, sebagai metafora bahwa hidup adalah teka-teki yang harus dipecahkan.
Tak luput dari perhatian, jam tangan wanita pun mendapatkan panggungnya sendiri. Chanel mengawinkan perhiasan dan pembuatan jam tangan pada Première Robot. Jam ini mengusung kombinasi material yang terdiri dari emas kuning, keramik, serta titanium hitam berhiaskan oniks dan berlian. Tangan sang robot hadir dalam wujud huruf C ikonis sang brand dengan dial berpernis hitam. Sejumlah iterasi tersebut mengukuhkan bahwa dunia pembuatan jam tangan bisa saja menjadi jenaka selagi tetap mempertahankan kepiawaian mumpuni dalam hal teknis.
ahun ini menandai kembalinya kemeriahan ragam acara pameran jam tangan dan perhiasan pasca format daring dan hibrida selama pandemi Covid-19. Mulai dari LVMH Watch Week, Watches & Wonders, hingga Geneva Watch Days, terdapat ratusan kreasi yang membuat kami terkagumkagum. Berikut adalah beberapa sorotan tren yang meninggalkan kesan mendalam tahun ini, dan akan berlanjut menjadi pakem pembuatan jam tangan di kemudian hari.
35
IDENTITY
THE COLOUR PURPLE Satu tahun belakangan, terdapat satu warna yang mencuat sebagai pencetus tren: ungu. Mulai dari ungu terung, lilac, hingga plum, Anda dapat menemukan variasi spektrumnya bermunculan pada dial sejumlah kreasi rumah horologi mainstream, maupun independen. Tren ini bermula dari lanskap fashion mewah beberapa tahun silam, lalu diadopsi pada street style, dan berakhir pada pergelangan tangan sosoksosok ternama sebelum menjadi populer di dunia pembuatan jam tangan kelas atas. Salah satu brand tersohor yang turut berpartisipasi dalam tren warna ungu di tahun ini adalah Patek Philippe dengan Ladies Calatrava Ref. 4997/200R001. Dinaungi oleh case emas merah muda dengan tekstur yang merekah dari pusat dial ungu beludru— dicapai lewat aplikasi pernis sebanyak 50 lapis—jam ini menyuguhkan desain elegan nan kontemporer. Beberapa tahun terakhir, Audemars Piguet telah mengadopsi warna ungu pada dua koleksi sekaligus. Ialah nuansa ungu gelap bagi Code 11.59 by Audemars Piguet dan plum cerah pada tapisserie dial milik RD#3 Royal Oak dengan tourbillon movement ultra pipih. Selanjutnya, Jaeger-LeCoultre, Bulgari, dan pemain independen MB&F turut menyadur warna ungu bagi sejumlah iterasi yang dilengkapi oleh variasi desain—berhiaskan berlian atau polos—serta ragam tipe komplikasi. Safir ungu dan permata semi-berharga ametis pun serta-merta mendulang popularitas tinggi.
Patek Philippe Ladies Calatrava Ref. 4997/200R-001
MB&F LMX Paris Edition
Tren warna ungu tak sekadar mendominasi sektor jam tangan wanita. Sejak melansir DEFY 21 dengan komponen movement ungu yang dicapai lewat teknik galvanisasi beberapa tahun lalu, Zenith terus melengkapi katalog sang koleksi. Tahun ini, Zenith memperkenalkan DEFY Extreme E Energy X Prix dengan mekanisme chronograph berfrekuensi tinggi dan aksen ungu pada dial dan temalinya.
HIGH END MICROBRANDS Tahun ini menyaksikan reinkarnasi dari sejumlah brand kultus sarat tradisi yang begitu dihormati di dunia horologi. Grup LVMH menghidupkan kembali dua nama tersohor dalam dunia pembuatan jam tangan, Daniel Roth dan Gerald Génta. Di samping itu, label kedua Gerald Génta, Gerald Charles, turut meraih momentum lewat terjual habisnya sejumlah model hanya beberapa saat setelah diluncurkan. Penawaran dari ketiga nama legendaris tersebut hanya dapat diperoleh lewat sistem subscription. Artinya, Anda perlu membayar uang jaminan terlebih dahulu untuk memesan jam tangan tertentu. Dalam terminologi
Christopher Ward C1 Bel Canto edisi terbatas
modern, kami menyebutnya crowdfunding atau urun dana. Tetapi, istilah tersebut mungkin terdengar terlalu sederhana untuk sistem penjualan yang melibatkan kreasi-kreasi seharga enam digit.
merilis produk dalam linimasa yang dirasa pas dan membanderol harga tinggi bagi kreasi-kreasi langka, namun begitu didambakan.
Nama prominen seperti Jean-Claude Biver dan anaknya Pierre turut mendulang popularitas setelah berhasil menjual habis rilisan pertama mereka. Terdapat juga pendatang baru yang memantik diskusi para kritikus dan pemerhati horologi. Ialah Simon Brette, pria muda berusia 35 tahun—dengan portofolio karier di beberapa brand horologi independen tersohor—yang mulai santer terdengar setelah merilis kreasi pertamanya. Iterasi tersebut adalah sebuah mahakarya—dengan dukungan 12 nama besar di belakangnya—dan telah terjual habis hingga beberapa tahun ke depan.
Para rumah horologi berlomba-lomba menerapkan prinsip go green atau bergerak ke arah yang lebih berkelanjutan. Mulai dari menggunakan material daur ulang, mengurangi limbah produksi dan konsumsi energi, hingga mencoba meraih sertifikat B Corp. Berikut segelintir manifestasinya: Panerai memproduksi kemasan ramah lingkungan; koleksi Concept Watch dari Corum mengusung case bermaterialkan titanium daur ulang; serta lewat penggunaan Lucent Steel dan emas bersertifikat Fairmined, Chopard menjadi pelopor kebijakan ramah lingkungan dalam pembuatan jam tangan dan perhiasan.
Para pemain microbrand dengan kisaran harga aksesibel, seperti Atelier Wen dan Christopher Ward perlahan turut mendobrak pasar mainstream. Lain halnya dengan microbrand prestisius yang justru menarik atensi segmentasi kelas atas. Termasuk di antaranya adalah nama-nama besar yang disokong oleh grup horologi besar, seperti Ferdinand Berthoud. Mereka bermain dengan aturan tersendiri,
Langkah-langkah tersebut pun menjadi tolok ukur bagi sejumlah brand lainnya. TAG Heuer adalah salah satu pemain horologi terbesar di pasaran yang telah beralih ke berlian buatan laboratorium bagi jam tangan perhiasan. Rolex dan Blancpain aktif menggalakkan misi konservasi lautan dengan komitmen untuk melindungi 30 persen dari lautan pada tahun 2030. Hal ini dilakukan lewat pendirian kawasan
A GREEN CAMPAIGN
37
IDENTITY
Chopard Alpine Eagle XPS
perlindungan laut, serta menanam hutan bakau pada garis pantai di Filipina dan Indonesia. Sementara itu, Breguet mendemonstrasikan keseriusannya melalui keterlibatan dengan Race for Water Foundation, serta merilis koleksi Marine yang didedikasikan khusus untuk organisasi tersebut. Transparansi pun tak kalah penting, terlihat dari upaya sejumlah brand seperti Breitling yang telah merilis laporan keberlanjutan mereka setiap tahun. Untuk sebagian orang, standar ESG (Environmental, Social, dan Governance) mungkin terlihat seperti kegiatan administrasi semata, alihalih sebuah misi transformatif. Faktanya, standar tersebut harus diterapkan oleh seluruh perusahaan sebagai bentuk pertanggungjawaban terhadap aktivitas yang dilakukan. Meski begitu, sejatinya jam tangan memang bersifat keberlanjutan karena dapat terus-menerus diwariskan ke generasi berikutnya.
OLD SCHOOL, NEW SCHOOL Jam tangan bekas pakai telah menjadi hal mainstream di lanskap ritel horologi dewasa ini. Tak sekadar iterasi yang diburu oleh puritan horologi di situs lelang, sejumlah brand mulai mengintegrasikan strategi untuk jam bekas pakai dalam aktivitas bisnis mereka. Ini adalah bagian dari upaya mengendalikan spekulasi harga oleh peritel jam bekas pakai. Pasalnya, tahun lalu harga pasaran di pasar bekas pakai melambung tinggi seiring meningkatnya permintaan terhadap beberapa model tertentu. Vacheron Constantin, Cartier, dan sejumlah brand Richemont Group telah mencanangkan strategi untuk jam bekas pakai sejak lama. Tetapi sekitar satu tahun belakangan, para rumah horologi lainnya mulai menerapkan strategi serupa. Hal ini dilakukan dengan mengakuisisi ulang model-model lawas yang berumur di atas 20 tahun dan telah berhenti diproduksi. Rolex memperkenalkan program Certified Pre-Owned kepada para peritel dan berhasil menjadi pakem harga bagi model-model lawas yang masih diincar. Peritel lain di seluruh dunia juga mendirikan inventaris jam bekas pakai berkualitas dengan garansi, untuk meyakinkan para kolektor terkait orisinalitas produk. Tentu saja masih banyak jam-jam lawas yang terdapat di pasar lelang dan memecah rekor penjualan beberapa tahun terakhir. Christie’s dan Phillips adalah dua platform lelang terbesar dengan koleksi jam lawas terbaik hingga saat ini. Termasuk dalam koleksi menakjubkan yang tersedia adalah Patek Philippe Calatrava berkomplikasi perpetual calendar milik mendiang Andy Warhol dan koleksi ‘One-of-a-Kind’ dari Christie’s. Jika belum pernah berpartisipasi dalam sebuah lelang jam tangan sebelumnya, mungkin sekarang adalah saat yang tepat untuk mencoba.
Untuk sebagian besar penawaran jam tangan bermaterialkan baja, Chopard menggunakan baja daur ulang buatannya bernama Lucent Steel™
38
Sebuah kreasi jam tangan Audemars Piguet super langka yang termasuk dalam koleksi Oak, singkatan dari one-of-akind, dari Christie’s
39
AN ICON IN PERPETUITY Oyster Perpetual Datejust mengilustrasikan dengan sempurna gairah mendalam Rolex terhadap kreativitas pembuatan jam tangan sembari menghormati tradisinya Darren Ho
40
Mari bertolak ke tahun 1945, saat berbagai belahan dunia tengah diwarnai oleh peristiwa-peristiwa bersejarah. Tetapi di Swiss, terjadi sebuah pergolakan berbeda yang diinisiasi oleh pendiri Rolex, Hans Wildorf. Ialah perilisan sebuah jam tangan spesial dalam perayaan hari jadi ke-40 tahun sang brand yang kelak akan mendobrak industri horologi.
Oyster Perpetual Datejust adalah pembaruan dari Rolex Oyster. Hans mendeskripsikan kreasi tersebut sebagai manifestasi sempurna dari teknik pembuatan jam tangan. Sesungguhnya, Rolex Oyster berhasil mengantarkan Rolex pada berbagai pencapaian di masa itu. Di antaranya adalah movement bersertifikat kronometer, mekanisme self-winding, case kedap air, dan indikator tanggal berupa jendela pada dial.
18 tahun sebelumnya—tepatnya pada tahun 1927—sang brand memperkenalkan jam tangan kedap air dan debu pertama bernama Rolex Oyster. Nama ini mengacu pada segel kedap udara yang menyelubungi bagian case. Hans membekali seorang atlet muda asal Inggris, Mercedes Gleitze, dengan Rolex Oyster dalam misi renang mengarungi Selat Inggris. Setelah berada di perairan terbuka selama lebih dari 10 jam lamanya, sang jam mencuat ke permukaan dengan kondisi tangguh seperti sediakala. Hal ini pun mendemonstrasikan durabilitas tinggi yang dimiliki Rolex Oyster.
Jam ini dinaungi oleh case kedap air bermaterialkan emas dalam diameter 36 mm, bezel bergalur ikonis khas Rolex, serta dilengkapi oleh bracelet Jubilee lima keping yang didesain khusus untuk sang koleksi. Sejak konsepsinya pada tahun 1945, Datejust terus berevolusi selagi menjadi simbol elegansi yang tak terelakkan.
HALAMAN INI: Finis sunray memberi pantulan memesona pada dial sejumlah iterasi Oyster Perpetual yang diwujudkan menggunakan teknik brushing untuk menghasilkan semburat garis dari bagian pusat. HALAMAN KIRI: Proses pengaplikasian indeks jam pada dial Oyster Perpetual Datejust 36.
41
IDENTITY
A NEW STANDARD
emas), serta penawaran dengan bracelet Oyster. Dengan jadwal rilis Datejust yang reguler, sang ikon watchmaking tersebut secara terus-menerus diperbarui. Berbagai interpretasi ulang yang diluncurkan Rolex mengekspresikan sekaligus menunjukkan kepiawaian sang manufaktur dalam hal mengkreasikan dial.
Di tahun-tahun berikutnya, Datejust disempurnakan dengan sejumlah pembaruan lain. Pantulan cahaya pada bezel kian berkilau berkat galur-galur yang dibuat lebih tajam. Selain itu, Rolex juga menghadirkan pergantian tanggal instan dalam kurun waktu 1 menit setelah tengah malam untuk menggantikan mekanisme sebelumnya yang berganti secara perlahan di antara jam 9 malam dan 3 pagi.
Hingga kini, Rolex senantiasa mengekspansi penawaran dial dengan desain tematis setiap tahunnya. Mulai dari model floral bertaburkan berlian, bermotif daun palem, hingga permainan motif pada desain bezel. Selain itu, beberapa model juga mengusung material berharga, seperti mother-of-pearl atau dial dan indeks ragam warna yang dapat dipersonalisasi. Seluruhnya diwujudkan berkat kombinasi teknik modern dan kepiawaian artisan tradisional lewat berbagai metode berbeda.
Selanjutnya, lensa Cyclops diperkenalkan dan telah menjadi ciri khas dari segi estetika maupun teknis sang brand hingga kini. Inovasi Rolex dengan nama yang terinspirasi oleh raksasa bermata satu dari mitologi Yunani tersebut dipatenkan di awal era ‘50-an dan dipresentasikan untuk pertama kalinya pada Datejust di tahun 1953. Tampilan cembung lensa Cyclops pun otomatis membuat indikator tanggal lebih mudah dibaca. Awalnya lensa ini mengusung material plexiglass, namun sejak era ‘70-an Rolex menggantinya dengan safir serupa pelindung dial sang jam. Sejatinya, safir memang memiliki karakter antigores, tetapi Rolex melapisi kristal safirnya dengan lapisan antireflektif untuk efikasi kian baik.
Selain 36 mm yang cukup ideal bagi kebanyakan pergelangan tangan, Datejust kini mengusung dua diameter baru. Jika ukuran besar adalah preferensi Anda, Rolex memperkenalkan Datejust versi 41 mm pada tahun 2016. Tersedia juga versi 31 mm yang sempurna bagi pergelangan tangan ramping. Perihal bezel, terdapat beberapa opsi yang dapat Anda pilih, yaitu bergalur, melengkung, atau berhiaskan batu permata. Singkat kata, Datejust adalah wahana eksplorasi tanpa batas yang dapat memenuhi ragam persuasi para pencinta jam tangan.
Periode tersebut juga menandai upaya Rolex untuk mengelevasi koleksi Datejust dengan ragam variasi case dan material bracelet. Rolex mulai menyajikan model-model bermaterialkan Rolesor (kombinasi antara Oystersteel dan
HALAMAN INI: Oyster Perpetual Datejust 36 bermaterialkan Oystersteel dan emas putih dengan dial biru bercorak ombak dan indeks berhiaskan berlian, dilengkapi oleh bracelet Jubilee; Oyster Perpetual Datejust 36 bermaterialkan Oystersteel dan emas putih dengan dial daun mint, serta bracelet Jubilee. HALAMAN KANAN: Oyster Perpetual Datejust 36 bermaterialkan Oystersteel dan emas Everose dengan dial berkonstruksi dasar batu sabak, serta bracelet Oyster.
42
43
IDENTITY
44
HALAMAN INI: Oyster Perpetual Lady-Datejust bermaterialkan emas Everose 18 karat dengan dial ungu terung berhiaskan berlian, serta bracelet President. HALAMAN KIRI, SEARAH JARUM JAM: Rolex Testimonee Chris Evert mengenakan Oyster Perpetual Lady-Datejust; Rolex Testimonee Jon Rahm dengan Oyster Perpetual Datejust 41; Rolex Testimonee Rod Laver dan Oyster Perpetual Datejust 36 miliknya.
TO LADIES’ DELIGHT Tahun 1957—12 tahun setelah Datejust diperkenalkan—permintaan terhadap jam tangan yang sesuai dengan gaya hidup para wanita senantiasa meningkat. Dilandasi oleh tren tersebut, Rolex pun menciptakan Oyster Perpetual Lady-Datejust. Faktanya, Lady-Datejust menjadi platform berinovasi dalam ranah jam tangan penuh presisi. Manufaktur asal Swiss tersebut telah mendobrak batasan teknis dari segi ukuran case, selagi mempertahankan sertifikat kronometer Contrôle Officiel Suisse des Chronomètres (COSC) untuk model berdiameter kecil tersebut. Jam bermaterialkan emas ini dilengkapi oleh bracelet Jubilee bergaya bata dengan teknik mirror finishing. Bagian dial dan indeks digarap dengan warna emas yang disenadakan, dan indikator tanggal dengan tinta merah di posisi angka 3. Lady-Datejust adalah simbol karakter asertif yang diekspresikan dalam wujud feminin. Inovasi-inovasi selanjutnya pun terus bermunculan, bukan hanya dari segi desain dial dan warna, namun juga meliputi
45
movement. Konsepsi cal. 1130 yang pertama kali menenagai sang jam diperbarui menjadi cal.1160, lalu disempurnakan lewat cal. 2035 pada tahun 1970 dengan sertifikat kronometer COSC dan cadangan daya hingga 42 jam. Hingga saat ini, Lady-Datejust—awalnya hadir dalam diameter 26 mm, kini 28 mm—memberi Rolex peluang untuk bereksplorasi dengan dial, teknik gem-setting pada bezel, dan desain bracelet. Di antara model-model ikonis dengan dial sampanye, perak, putih, merah muda, dan berhiaskan berlian, versi mother-of-pearl menonjol sebagai yang paling populer. Benarbenar kebebasan eksperimen yang tiada tara. Dari ragam tipe material, warna, motif, dan penanda—indeks, numeral Arab atau Romawi— dengan konfigurasi batu permata pada dial, Lady-Datejust memiliki segenap variasi yang dapat disesuaikan dengan berbagai tampilan. Memadukan inovasi dalam industri pembuatan jam tangan selama beberapa dekade terakhir, Lady-Datejust telah mengukuhkan presensi sebagai jam tangan wanita klasik, juga menjadi simbol perempuan penuh percaya diri.
IDENTITY
ARAH JARUM JAM DARI KIRI: Penampilan tampak dekat dari mekanisme yang berjasa mengoperasikan fitur tanggal pada cal. 2236; cal 3235; hairspring Parachrom biru yang disematkan pada balance wheel. HALAMAN KANAN: Oyster Perpetual Datejust 36 bermaerialkan Oystersteel dan emas Everose dengan dial batu sabak berhiaskan berlian, serta bracelet Jubilee.
SETTING THE BAR HIGH
yang disebut ‘kacang’ Microstella bermaterialkan emas. Osilator ini ditempatkan dengan kokoh dan stabil pada tempatnya oleh sebuah bridge melintang yang meningkatkan resistensi terhadap guncangan. Selain itu, osilator ini juga dilengkapi oleh peredam anti kejut Paraflex yang didesain dan dipatenkan oleh Rolex.
Presisi dan performa adalah dua hal yang begitu sinonim dengan Rolex. Sedari dulu, setiap jam tangannya telah memenuhi standar teknis dalam industri horologi yang didukung oleh sertifikat Superlative Chronometer. Pengujian standar sertifikat tersebut dilakukan pada jam yang telah selesai dirakit, tepatnya setelah movement terkunci rapat. Hal ini dilakukan untuk memastikan performa jam ketika dikenakan pada pergelangan tangan dalam hal presisi cadangan daya, ketahanan terhadap air, dan kapabilitas self-winding. Standar presisi Rolex Superlative Chronometer adalah akurasi harian -2/+2 detik per hari. Tingkat deviasi yang dapat ditoleransi oleh sang brand untuk jam pasca produksi tersebut jauh lebih kecil dibandingkan standar COSC untuk movement saja. Kemudian, fitur-fitur baru pada Datejust, seperti pengaturan mudah dan mekanisme penggantian tanggal instan pada tengah malam, mengharuskan Rolex untuk mengembangkan aspek teknis sang jam.
Movement yang sama turut menenagai Datejust berdiameter 31 mm, sementara cal. 3235 digunakan untuk model 36 mm dan 41 mm. Cal. 3235 dirilis pada tahun 2017—tiga tahun setelah cal. 2236—dan dilengkapi oleh escapement berbasis nikel fosfor bernama Chronergy. Mampu memaksimalkan efisiensi energi, Chronergy mengusung gigi roda dan batu palet berdesain khusus, serta material berbobot pada komponen sang escapement. Seluruh komponen tersebut mengurangi inersia pada escapement sebesar 15 persen sekaligus meningkatkan akurasi pada cadangan daya. Cal. 3235 memiliki cadangan daya hingga 70 jam berkat pelepasan energi yang efektif dan arsitektur barel terbaru, sehingga memberi keleluasaan sang pengguna untuk beraktivitas di akhir pekan tanpa mengenakannya. Mesin ini juga memiliki rotor terbaru pada roda bearing yang meningkatkan kinerja saat proses winding dilakukan. Berbagai inovasi yang diteliti dan dikembangkan oleh Rolex selalu menitikberatkan fokus pada pelanggan. Artinya, mereka berupaya sebaik mungkin dalam hal pengembangan seluruh aspek pembuatan jam tangan—mulai dari pelumas hingga material dan geometri permesinan—untuk memberi kenyamanan sepenuhnya bagi sang pemakai. Inovasi-inovasi ini juga berjasa dalam mengurangi kebutuhan pemeliharaan berkala dan servis, serta meningkatkan pengalaman purna jual bagi para pembeli.
Kini, model-model Datejust dan Lady-Datejust beroperasi pada movement termutakhir dari sang manufaktur. Cal. 2236 yang menenagai Lady-Datejust adalah movement pertama yang menggunakan hairspring Syloxi bermaterialkan silikon. Dipatenkan dan dimanufaktur oleh Rolex, hairspring Syloxi yang tidak sensitif terhadap medan magnet ini menyediakan stabilitas prima dalam berbagai variasi temperatur dan tetap 10 kali lebih presisi dibandingkan hairspring tradisional saat terkena guncangan. Komponen ini juga menawarkan geometri unik yang menjamin regulasi baik sang movement di berbagai posisi. Osilator pada cal. 2236 memiliki balance wheel dengan variabel inersia yang teregulasi secara presisi berkat empat bagian kecil
46
47
IDENTITY
ARAH JARUM JAM DARI KIRI: Rolex mengilustrasikan kemahiran tulen dalam mengkreasikan dial dengan finis berteknologi tinggi. Salah satu manifestasinya terdapat pada motif floral bertekstur yang dihiasi oleh 24 berlian dalam ukuran bervariasi di bagian tengah setiap bunga; Rolesor mengawinkan dua material sekaligus pada jam tangan Rolex, yaitu emas dan Oystersteel yang menyuguhkan kontras harmonis antara warna dan kilaunya; Bracelet President milik Oyster Perpetual Lady-Datejust dilengkapi dengan Crownclasp yang terselubung.
MATERIAL NEEDS Variasi desain pada Datejust dan Lady-Datejust juga diteruskan pada penggunaan material dalam katalog penawarannya. Baik pada dial, case, hingga pemilihan batu mulia. Mulai dari Oystersteel, hingga emas Everose ikonis milik sang brand (paduan emas merah muda yang dikembangkan dan dipatenkan oleh Rolex), seluruh material didesain untuk mempertahankan keindahan abadi sang jam. Dial nan ekspresif milik Datejust dikreasikan dari material semi-berharga, seperti mother-ofpearl, atau dikembangkan menggunakan teknologi modern; electroplating, vapour deposition, dan laser femtodetik. Ketika dikawinkan dengan finis brushed, sejumlah teknik modern tersebut akan memberi struktur dan kedalaman dimensi lebih pada dial. Sebagai simbol evolusi, Datejust terus-menerus terlahir kembali dalam wujud berbeda, melintasi era dan generasi. Interpretasi ulang milik model-model Datejust pun mendemonstrasikan kemahiran Rolex dalam hal pembuatan dial. Dengan berbagai opsi estetika, jam ini serta-merta meningkatkan karisma sang pemakai sesuai karakternya masing-masing.
48
Oyster Perpetual Datejust mempersatukan seluruh inovasi Rolex dalam satu kreasi dan senantiasa menjadi pedoman estetika bagi jam tangan klasik dengan desain tak lekang oleh waktu yang membuatnya mudah dikenali oleh siapapun
Melalui Oyster Perpetual Datejust, Rolex memperkenalkan tampilan kalender pada jendela tanggal di posisi angka 3 yang kemudian menjadi standar pembuatan jam tangan
SEJAK KONSEPSINYA PADA TAHUN 1945, OYSTER PERPETUAL DATEJUST TERUS BEREVOLUSI SELAGI MENJADI SIMBOL ELEGANSI YANG TAK TERELAKKAN
JAKARTA ROLEX BOUTIQUE PLAZA INDONESIA
LEVEL 1, #69A TEL: (021) 2992 3982
THE TIME PLACE PACIFIC PLACE
GROUND FLOOR, #12A-B TEL: (021) 5140 2776
SURABAYA THE TIME PLACE TUNJUNGAN PLAZA 4
UPPER GROUND, #30 TEL: (031) 532 7991
THE TIME PLACE PLAZA SENAYAN
LEVEL 1, #125-127 TEL: (021) 572 5759
49
IDENTITY
2023’S GREATEST TICKERS Merangkum tahun yang begitu cemerlang dalam dunia horologi dengan segenap iterasi menakjubkan. Berikut pilihan teratas para editor kami.
T
ahun ini kembali menjadi tahun brilian untuk dunia horologi lintas segmen. Bahkan selagi beredarnya berita tentang keanjlokan harga di segmen jam tangan bekas pakai dan berkurangnya permintaan pasar, para pembuat jam tangan justru berlomba-lomba mengkreasikan iterasi termutakhir. Tahun ini menyingkap banyak kejutan, mulai dari Tissot Sideral bermaterialkan karbon tempa, hingga Oyster Perpetual Cosmograph Daytona edisi hari jadi ke-100 dari 24 Hours of Le Mans. Kami memprediksi akan terdapat lebih banyak lagi rilisan mengagumkan di tahun 2024 yang didominasi oleh tren dial berkilauan. Di antara segmentasi mikro dan independen, terdapat juga pemain-pemain yang unjuk gigi. Faktanya, di tengah konsolidasi grup-grup besar, pemain independen sukses mencuri perhatian berkat desain provokatif nan rupawan. Memilih satu jam dalam setiap kategori adalah sebuah tantangan sulit. Meski begitu, inilah pilihan favorit para editor CROWN untuk tahun ini.
50
THE HEAD-TURNER Di tengah segenap rilisan yang berteriak untuk menonjol, Mademoiselle Privé Pique-Aiguilles Tweed Motif dari CHANEL adalah salah satu kreasi yang benar-benar memikat hati saya. Mungkin sang jam memang dimaksudkan untuk menjadi harta karun tersembunyi dan hanya dapat ditemukan oleh pencinta horologi sekaligus adibusana. Tentu saja alasan pertama di balik pilihan saya adalah konsep tweed pada dial yang menjadi simbol keberdayaan wanita di masa itu. Selain itu, motif tersebut juga menjadi andalan saya dalam berpakaian smart casual. Terbukti, saya dan Gabrielle Chanel memiliki selera yang sama! Cara terbaik untuk mendeskripsikan kreasi memesona ini adalah dengan meminjam sejumlah terminologi milik seorang penjahit wanita. Imaji jaket tweed pada dial ‘dikelim’ menggunakan 92 berlian berpotongan brilian dengan total 0,96 karat di bagian hem dan tepi kantong. Enam kancing mutiara ‘disematkan’ di sekeliling jaket. Miniatur alat-alat jahit seperti gunting, berhiaskan satu berlian 0,01 karat, meteran, dan tudung jari bermaterialkan emas kuning 18 karat ‘dijahit’ menggunakan tangan. Case emas kuning 18 karat dihiasi oleh 120 berlian berpotongan brilian 0,71 karat di sekelilingnya dan ‘dibordir’ dengan miniatur rantai emas kuning 18 karat. Inilah alasan mengapa kreasi ini membuat saya enggan berpaling darinya. SHANNON HARTONO Editor-In-Chief CROWN Indonesia
51
IDENTITY
JEWELLERY WATCH Sesungguhnya, saya lebih menyukai jam tangan dengan desain minimalis. Namun, jika harus memilih satu dari rilisan bertahtakan permata tahun ini, kreasi tersebut wajib membuat saya terperanjat. Dan Bulgari Divas’ Dream Mosaica berhasil melakukannya. Meski tidak dimaksudkan untuk terlihat bersahaja, makna subtil di baliknya menjadikan kreasi ini sebuah seni yang begitu dalam. Sebagai seorang pengagum seni, saya sangat mengapresiasi makna di baliknya. Koleksi ini terinspirasi oleh mosaik pada Pemandian Umum Caracalla di Roma, kota yang telah menjadi bagian penting dari Bulgari sejak dulu. Sorotan utama terletak pada dial bertahtakan safir biru—senilai 3 karat—yang ditata bak sebuah kipas dalam nuansa biru langit hingga biru tua di atas permukaan berlian dengan pengaturan snow-set. Kreasi ini juga menggaungkan gagasan Bulgari bahwa waktu, pada hakikatnya, adalah permata.
ARINTA WIRASTO Publishing Senior Executive CROWN Indonesia
52
LADIES’ WATCH Jika harus memilih sebuah jam tangan perempuan, tidak ada yang lebih menggugah hati saya daripada Cartier Baignoire. Dari 11 iterasi yang diperkenalkan pada Watches & Wonders 2023, pilihan saya jatuh kepada versi gelang emas berukuran mungil. Model ini menandai pertama kalinya sang maison memperkenalkan kreasi hibrida: jam tangan sekaligus perhiasan tanpa satu pun berlian atau batu permata. Meskipun terdapat juga versi bertahtakan berlian, versi gelang dengan emas kuning atau emas merah muda 18 karat ini tetap bersinar dengan segala keistimewaannya. Mulai dari case bersiluet bundar— terinspirasi dari bak mandi atau ‘baignoire’ dalam bahasa Prancis— hingga gelang yang melingkar begitu sempurna di pergelangan tangan, kreasi ini adalah testamen kepiawaian Cartier dalam hal proporsi penuh presisi. Bayangkan, konfigurasi teknik tumpuk apa yang bisa dilakukan dengan Cartier Baignoire dan gelang Love atau Juste Un Clou favorit Anda! Meski begitu, Anda perlu sabar menunggu, karena sang jam telah habis terjual di tahun ini. ERIKA TANIA DESSYANDRA Publishing Manager CROWN Indonesia
53
IDENTITY
AVANT-GARDE Begitu banyak rilisan keren tahun ini, tetapi tidak ada yang lebih mendobrak batasan dari Carrera Plasma Diamant d’Avant-Garde Chronograph Tourbillon dan Carrera Plasma Diamant d’Avant-Garde 36mm dari TAG Heuer. Saya menyukai keduanya karena alasan yang mirip, namun juga spesifik. Hairspring bermaterialkan tabung nano karbon milik versi chronograph tourbillon memang bukan hal baru di dunia horologi. Tetapi tetap menjadi sebuah terobosan bagi sang brand dan merupakan gagasan yang telah dipikirkan bertahun-tahun lamanya oleh sang Movement Director, Carole Forestier-Kasapi. Bagi saya, keterampilan untuk mengintegrasi batu permata ke dalam komponen jam sangatlah transformatif. Begitu juga proses pengembangan dan pengolahan menjadi sebuah komponen fungsional yang membuatnya semakin menakjubkan. Begitu banyak keleluasaan dalam mengkreasikan material tersebut. Mulai dari kepingan bracelet yang mengandung berlian dalam konstruksinya alihalih hanya berhiaskan berlian, hingga rotor dalam kombinasi material platinum dan berlian. Inilah alasan mengapa jam ini memenangkan hati saya sebagai kreasi sarat inovasi dan terdepan.
DARREN HO Editor CROWN Singapura
54
HIGH COMPLICATION Edisi spesial paling menawan yang diperkenalkan oleh Patek Philippe pada Watch Art Grand Exhibition di Tokyo adalah Quadruple Complication Ref. 5308P-010. Sejatinya iterasi ini adalah evolusi dari Ref. 5208 yang begitu dipuja-puja, namun hadir selangkah lebih maju dengan tambahan mekanisme split-seconds. Ketimbang menulis setiap komplikasi dan inovasi teknis—dan dua paten anyar miliknya—saya memilih untuk mengekspresikan kekaguman terhadap estetika jam yang hanya diproduksi sebanyak 15 unit ini. Mulai dari dial opal emas merah muda, case berdiameter 42 mm dengan lug berongga dalam material platinum (terkenal sangat sulit dikreasikan), hingga temali kulit aligator cokelat, jam ini sontak menjadi pemenang dalam berbagai aspek. Uniknya, jam ini hadir dengan dua opsi caseback yang dapat dilepas pasang sesuka hati: kristal safir dan platinum. Meskipun saya tidak memahami alasan mengapa siapapun yang beruntung memiliki jam ini ingin menyelubungi keindahan movement R CHR 27 PS QI beserta dekorasi indahnya.
JOSHUA YAP Contributing Editor CROWN Singapura
55
IDENTITY
LUXURIOUS SPORTS Hublot mewujudkan konsep jam tangan olahraga mewah secara literal dengan mendedikasikan Big Bang Unico Golf sebagai rilisan prestisius yang dikemas dalam tampilan tangguh. Bagian case dikonstruksikan dari serat karbon berlapis Texalium—perpaduan antara fibreglass dan titanium—guna mempertahankan berat jam di bawah 100 gram. Jam ini dilengkapi oleh dua temali yang dapat dipertukarkan. Ialah kombinasi kulit dan karet berwarna putih dan temali kain yang dapat dikencangkan dengan sendirinya. Keistimewaan jam ini terletak pada tingkat komitmen untuk mengelevasi jam tangan olahraga sekaligus mengintegrasikan desain dengan sempurna. Tombol chronograph dirancang bak putt golf, sementara bagian dial menjadi latar bagi tiga lingkar penghitung untuk merekam berjalannya permainan, dan dapat disetel ulang lewat tombol pengatur di posisi angka 8. Motif anyaman nan unik Texalium memberi sang jam impresi dinamis sehingga cocok digunakan pada aktivitas dalam ruangan, maupun di lapangan golf. THU HUYEN NGUYEN Editor-in-Chief CROWN Vietnam
56
STRIKING DESIGN Saya ingin menantang Anda untuk memilih iterasi yang lebih mentereng dari Jacob & Co. Billionaire Timeless Treasure rilisan tahun ini. Anda tidak dapat menyangkal presensinya yang begitu perlente—berkat semburat glitter—ketika dikenakan oleh sang pemakai. Jam ini dihiasi oleh 425 berlian kuning berpotongan asscher dengan total 216,89 karat (sampaisampai mengakibatkan penurunan suplai berlian kuning di pasaran secara signifikan). Pembuatan jam ini memakan tiga setengah tahun lamanya, lantaran waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan berlian dengan ukuran dan spesifikasi warna yang diinginkan: Fancy Yellow dan Fancy Intense Yellow. Bagian dial berkonsep skeleton dibingkai oleh batu tsavorite hijau berpotongan emerald, sontak mengelevasi estetika sang jam sembari menyingkap tourbillon movement cal. JCAM39 dengan bridge lapisan emas berhiaskan berlian kuning. Kami yakin, Anda tidak akan menemukan iterasi lain semewah ini.
LEONG WONG Editor-in-Chief CROWN Malaysia
VISION / TOP OF THE HOUR
REIGNING PRODIGY Carlos Alcaraz berbagi persepsi tentang meraih dan mempertahankan keunggulan di dalam lapangan tenis, serta afiliasinya dengan Rolex Arinta Wirasto
D
i tengah lautan pendatang baru yang begitu mahir ‘menari’ di lapangan tenis dan menorehkan poin demi poin, nama Carlos Alcaraz mungkin terdengar hanya seperti junior kebanyakan saat ia memulai karier profesionalnya di tahun 2020. Tetapi pernyataan tersebut tak lagi valid di tahun 2022 pasca Carlos berhasil meraih 12 titel tunggal ATP Tour yang kemudian mengawali masa keemasan dalam kariernya. Tonggak pencapaian ini dimulai dari Kejuaraan Rio Open yang mengantarkannya pada sorotan publik. Selanjutnya, Carlos melanjutkan prestasinya dengan memenangkan Kejuaraan Miami Open, Barcelona Open, Madrid Open, US Open (2022)—sebagai salah satu pemenang Grand Slam termuda—serta Wimbledon (2023).
Dengan pencapaian kian impresif meski baru menginjak usia 20 tahun, tak heran ia didapuk menjadi salah satu prodigy dalam olahraga tenis. Mulai dari Rafael Nadal, Stefanos Tsitsipas, hingga Novak Djokovic, daftar nama jawara yang dikalahkannya pun tak mainmain. Tahun 2022, Rolex menggaet Carlos sebagai salah satu Testimonee, menyandingkannya dengan petenis legendaris sekelas Rod Laver, Björn Borg, dan Roger Federer. Kami yakin, ini hanyalah awal mula dari perjalanan karier Carlos yang begitu menjanjikan. Pada perbincangan ini, Carlos berbagi pandangan tentang afiliasinya dengan Rolex dan upaya untuk terusmenerus menjadi yang terunggul dalam olahraga tenis.
58
Ceritakan sedikit tentang keterlibatan Anda dengan Rolex, dan apa maknanya bagi Anda? Saya dan Rolex memiliki banyak persamaan yang senantiasa membuat relasi kami begitu erat dan teramat istimewa. Lantas, meniti perjalanan karier bersama Rolex terasa bagai mimpi yang menjadi kenyataan. Apalagi mengingat komitmen Rolex dengan olahraga tenis yang telah terjalin selama lebih dari 40 tahun lamanya. Bagaimana pendapat Anda tentang dukungan penuh Rolex terhadap olahraga tenis? Bagi saya, Rolex telah memberikan sumbangsih besar terhadap perkembangan-perkembangan krusial dalam dunia tenis. Salah satunya didemonstrasikan lewat keterlibatan dengan organisasi tenis internasional, seperti Association of Tennis Professionals (ATP) dan Women’s Tennis Association (WTA). Rolex pun terusmenerus menyuarakan dukungan untuk para juara di masa kini dan generasi mendatang.
DARI ATAS: Rolex Testimonee Carlos Alcaraz tengah beraksi dalam US Open 2023; Lanskap dari Stadium Arthur Ashe saat berlangsungnya Kejuaraan US Open 2023
Dapatkah Anda berbagi tentang aspek tertentu dari Rolex yang beresonansi dengan nilai personal Anda dalam hidup? Selalu terdepan adalah prinsip yang selalu dijunjung Rolex dan beresonansi dengan visi saya sebagai atlet tenis profesional. Saya selalu memastikan hal ini tercermin dengan baik dalam setiap aspek karier saya. Baik dalam sesi latihan, maupun saat melakukan persiapan untuk berkompetisi dalam turnamen berskala global. Apa jam tangan Rolex favorit Anda dan adakah cerita tertentu di baliknya? Cosmograph Daytona adalah jam tangan Rolex favorit saya sekaligus jimat keberuntungan yang membawa kegemilangan. Jam ini telah menyertai sejumlah tonggak pencapaian terbesar saya sepanjang tahun 2022 dalam berbagai turnamen global. Salah satunya adalah Rio Open yang menandai kali pertama saya meraih titel ATP 500. Kejuaraan itu juga mengukuhkan performa saya di musim tersebut dan mengantarkan saya pada kemenangan-kemenangan selanjutnya.
dan empat titel juara yang saya emban diraih di permukaan tersebut. Salah satunya adalah turnamen Argentina Open di Buenos Aires yang dihelat pada bulan Februari silam. Meski begitu, saya juga menikmati permainan di jenis permukaan lain, seperti lapangan keras dan lapangan rumput.
2022 menandai tahun yang begitu gemilang dan mengantarkan Anda pada banyak kemenangan. Adakah satu turnamen yang paling berarti bagi Anda? Setiap kemenangan di berbagai turnamen serta-merta memotivasi saya untuk menjadi atlet yang lebih baik. Akan tetapi, bila harus memilih satu dari banyak kejuaraan, US Open adalah turnamen Grand Slam favorit saya. Lalu, mengangkat trofi di kejuaraan Mutua Madrid Open juga menjadi salah satu momen mengesankan. Selain dihelat di kampung halaman saya, kejuaraan ini juga dihadiri oleh penggemar yang aktif menyuarakan dukungan mereka. Berikutnya adalah turnamen Grand Slam di New York yang begitu spesial karena menjadi saksi bisu ketika saya meraih titel juara dunia.
Jika harus memilih di antara nama-nama tersohor dalam olahraga tenis yang juga tergabung sebagai Rolex Testimonee, siapakah sumber inspirasi terbesar Anda? Baik di dalam maupun luar lapangan, Roger Federer adalah sosok yang amat saya teladani. Namun, Rod Laver dan Björn Borg juga menjadi panutan saya dalam berkarier sebagai pemain tenis profesional. Ketiganya adalah juara yang berhasil membawa tenis ke level berikutnya, dan saya berharap dapat mengikuti jejak mereka sebagai sesama Rolex Testimonee. Sebutkan tiga kualitas yang menurut Anda penting dimiliki untuk meraih kesuksesan sebagai pemain tenis profesional? Terdapat tiga aspek penting yang harus diterapkan untuk meraih kesuksesan di lapangan tenis. Pertama adalah menikmati setiap permainan. Kedua, memiliki mental yang kuat. Ketiga dan terakhir adalah dikelilingi oleh tim yang suportif.
Empat titel kejuaraan yang Anda dapatkan diraih di lapangan tanah liat, apakah itu lapangan favorit Anda? Lapangan tanah liat adalah jenis permukaan favorit saya untuk bermain tenis. Apalagi saya tumbuh besar di lapangan tanah liat
59
IDENTITY / BRAND STORY
MASTERS OF THE SEA Menyelami dalamnya samudra bersama delapan iterasi anyar Omega Seamaster yang dirilis bertepatan dengan hari jadi ke-75 sang lini Darren Ho
S
eamaster adalah lini yang amat penting bagi Omega. Baik karena signifikansi historisnya, maupun inovasi-inovasi modern yang disuguhkan hingga saat ini. Debut Seamaster dapat ditelusuri hingga tahun 1948—bertepatan dengan hari jadi Omega ke-100—sebagai kreasi bertemakan nautikal dengan impresi elegan yang serbaguna dalam berbagai kesempatan, seperti akvitas di darat maupun laut. Saat itu reputasi sang brand sebagai produsen jam tangan anti kejut dan tahan air telah santer terdengar. Selanjutnya, berbagai penawaran dalam katalog Omega digunakan oleh pasukan Angkatan Udara dan pilot Angkatan Laut pada Perang Dunia II, serta dalam kegiatan menyelam pra-perang.
Dalam rangka selebrasi hari jadi Seamaster ke-75, Omega memperkenalkan delapan penawaran anyar bertemakan samudra yang bernaung dalam koleksi Summer Blue. Sebelumnya, Omega telah memperkenalkan Seamaster Aqua Terra Worldtimer dengan variasi warna dan konfigurasi material terbaru, yaitu case titanium. Kini, katalog Seamaster diperluas dengan ragam tipe penawaran yang berkisar dari jam tiga jarum nan klasik, hingga pembaruan dari Seamaster 300 ikonis rilisan tahun 1957.
THE SEAMASTER AQUA TERRA 150M Saat perdana dirilis di tahun 2002, Seamaster Aqua Terra diperkenalkan dengan tampilan yang berbasis
6060
Jarum penunjuk jam dan indeks penanda berlapis Super-Luminova® biru, serta jarum menit skeleton dan permata di atas posisi angka 12 yang dilapisi oleh Super-Luminova® hijau pada Omega Seamaster 300 M Co-Axial Master Chronometer 41 mm
pada model-model orisinal Seamaster. Tahun ini, dua penawaran dalam diameter 38 mm dan 41 mm mengambil inspirasi dari perahu layar dan samudra. Versi 38 mm hadir dengan dial biru muda berfinis brushed sunray, serta indeks berwujud lambung layar, jarum bergaya panah, dan indikator tanggal bak porthole di posisi angka 6. Jam ini dilengkapi oleh bracelet tiga keping dengan kombinasi finis brushed dan poles bercorak melingkar. Pada bagian caseback bermotif barleycorn, Anda dapat menemukan ukiran Dewa Yunani Poseidon melambaikan trisulanya dengan dua kuda laut Omega. Versi 41 mm hadir dengan sunray dial bergradasi yang merepresentasikan geladak yacht mewah dan dibingkai oleh skala menit berwarna biru, indeks segitiga, serta indikator tanggal di posisi angka 6. Memperkuat konsep yang diusung, bagian indeks dan jarum penunjuk pun dilapisi oleh rodium dan Super-Luminova® biru terang senada dial. Jam ini dilengkapi oleh steel bracelet serupa versi 38 mm, serta opsi temali karet biru bertekstur. Kedua jam ditenagai oleh mesin Co-Axial Master Chronometer bersertifikat METAS, cal. 8800 untuk versi 38 mm dan cal. 8900 untuk versi 41 mm.
THE SEAMASTER AQUA TERRA WORLDTIMER
Omega Seamaster Aqua Terra 150M Worldtimer Co-Axial Master Chronometer GMT Worldtimer 43 mm
Setelah merilis Seamaster Aqua Terra Worldtimer dengan dial hijau bulan Juni silam, kini Omega memperkenalkan iterasi terbaru bermaterialkan stainless steel dalam nuansa biru khas koleksi Summer Blue. Identik dengan versi orisinal, jam ini hadir dengan cincin 24 zona waktu dunia, dial bercorak horizontal, cincin berukiran Bumi berlapis titanium— digarap menggunakan laser—di bagian pusat, serta cakram 24 jam untuk menandai waktu siang dan malam. Hanya saja, iterasi anyar ini mengusung warna biru muda bergradasi dan variasi tona senada untuk jendela tanggal dan cakram 24 jam di pusat dial. Jam ini memiliki ketahanan air hingga kedalaman 150 meter, ditenagai oleh Co-Axial Master Chronometer bersertifikat METAS, cal. 8938, serta dilengkapi oleh steel bracelet untuk memberi impresi elegan.
THE SEAMASTER 300 Seamaster 300 adalah upaya Omega dalam memodernisasi jam tangan selam ikonis yang dirilis pada tahun 1957 tersebut. Sejak dulu hingga
61
IDENTITY / BRAND STORY
Ploprof 600 perdana diperkenalkan pada tahun 1971 dengan ketahanan air hingga kedalaman 600 meter. Tahun berikutnya, jam tersebut diperbarui dengan ketahanan air yang lebih menakjubkan, yaitu 1.000 meter. Menurut kami, Omega benarbenar mengkreasikan seluruh model Ploprof dengan penuh pertimbangan. Terbukti dari kaca pelindung nan kokoh yang membuat sang jam kedap udara.
kini, identitas koleksi ini dicirikan oleh keterbacaan tinggi dan ketahanan air luar biasa. Layaknya versi orisinal, Iterasi anyar Seamaster 300 turut mengusung bezel berskala 60 menit, penunjuk waktu berwujud segitiga, serta numeral Arab sebagai penanda per seperempat jam. Warna biru tua pada dial merepresentasikan zona kedalaman lautan di mana cahaya matahari sulit menembus. Elemen berpendar pada jam pun serta-merta ditingkatkan untuk memastikan keterbacaan dalam keadaan gelap pekat. Jarum jam bergaya panah dilapisi oleh Super-Luminova® biru, sedangkan jarum menit bergaya skeleton dan permata di atas posisi angka 12 hadir berlapiskan SuperLuminova® hijau terang untuk memberi kontras apik dalam kegelapan. Performa prima jam ini ditenagai oleh Co-Axial Master Chronometer cal. 8800, serta dilengkapi oleh bracelet tiga keping runcing dengan fitur pengatur demi kemudahan penyetelan saat dipakai menyelam.
Seamaster Ploprof sempat dihidupkan kembali pada tahun 2009 dan mengalami hiatus hingga tujuh tahun kemudian, ketika Omega merilis sejumlah iterasi terbaru dari sang jam. Untuk mengimbangi case monoblok berukuran besar yang diusung, seluruh model Seamaster Ploprof pada periode tersebut dikonstruksikan dengan titanium berketahanan air hingga 1.200 meter. Tahun ini, Seamaster Ploprof hadir bermaterialkan O-Megasteel, logam campuran bebas nikel yang juga digunakan pada Seamaster Planet Ocean Ultra Deep (2019). Faktanya, paduan ini jauh lebih kokoh dan memiliki ketahanan dua kali lipat terhadap goresan dibandingkan baja 316.
THE SEAMASTER DIVER 300M Terdapat beberapa elemen distingtif dari Seamaster Diver 300 yang menginjak usia ke-30 di tahun ini. Ialah case dan lug bersiluet dodekagon, katup pelepas helium di posisi angka 10, serta asosiasi eratnya dengan agen rahasia tersohor, James Bond. Kini dial Seamaster Diver 300 hadir bermaterialkan keramik dalam warna biru gradasi bercorak ombak, serta bezel senada yang digarap dengan teknik grand feu enamel. Titik di posisi angka 12 dan indeks jam dilapisi oleh Super-Luminova® biru terang seperti model-model lainnya dalam koleksi Summer Blue. Jam ini ditenagai oleh self-winding movement Co-Axial Master Chronometer cal. 8800.
Iterasi anyar ini memiliki profil ramping dengan dimensi panjang 45 mm dan lebar 55 mm, selagi mempertahankan ukuran lug-to-lug di angka 48 mm milik pendahulunya. Iterasi anyar Semaster Ploprof hadir dengan bezel bermaterialkan kristal safir biru dengan tampilan menyerupai kristal yang telah melalui proses pengerasan. Dial bergradasi biru dihiasi oleh indeks bergaya blok dan jarum bak papan seluncur serupa versi orisinal. Namun ketimbang melengkapi tampilannya dengan bracelet berjaring, Omega memilih untuk memberi sang jam temali karet biru berlubang.
THE SEAMASTER PLANET OCEAN 600M Seamaster Planet Ocean 600M adalah versi termutakhir dari Seamaster Diver 300M yang diperkenalkan pada tahun 2005. Pembaruan paling disoroti pada iterasi ini adalah peningkatan ketahanan air. Selanjutnya, keterbacaan turut ditingkatkan lewat pemilihan diameter berukuran 39,5 mm—merujuk pada desain koleksi klasik Seamaster—serta bezel keramik berukuran besar.
THE SEAMASTER ULTRA DEEP Omega telah memecahkan rekor pada tahun 2019 saat berhasil ‘menenggelamkan’ Seamaster Ultra Deep ke Palung Mariana. Jam tersebut adalah cetak biru dari versi regular yang kemudian diproduksi dan telah melalui uji ketahanan air hingga kedalaman 6.000 meter. Seperti Seamaster Polprof, koleksi Ultra Deep juga hadir bermaterialkan O-Megasteel. Hanya saja dalam diameter 45,5 mm dan dial yang menyajikan imaji bak frekuensi sonar Challenger Deep (poin terdalam Palung Mariana).
Model Summer Blue dari Planet Ocean 600M mengusung dial keramik berfinis brushed yang dilapisi oleh PVD dan pernis biru bergradasi. Desain dial tersebut melatari indeks penanda, jarum jam berlapis Super-Luminova® biru terang dan hijau pada penunjuk menit, juga permata di atas posisi angka 12. Palet senada turut diaplikasikan pada skala graduasi berukirkan penanda waktu. Jam ini ditenagai oleh Co-Axial Master Chronometer cal. 8900 yang juga menenagai versi 41 mm dari Seamaster Aqua Terra. Sesuai namanya, jam ini memiliki ketahanan air hingga kedalaman 600 meter yang dimungkinkan oleh konstruksi tangguh yang dimilikinya.
Indeks blok berlapis Super-Luminova®, numeral Arab per seperempat jam, jarum bergaya panah, dan permata di atas posisi angka 12 pada bezel didesain untuk meningkatkan keterbacaan dalam kegelapan paling pekat sekalipun. Selangkah lebih maju, Omega menambahkan detail lain yang patut menjadi sorotan. Ialah ukiran angka kedalaman yang pernah dicapai oleh Seamaster Challenger Deep—pada misi pemecahan rekor tersebut—dan hanya dapat dilihat di bawah sinar ultraviolet.
THE SEAMASTER PLOPROF
Jam ini ditenagai oleh Co-Axial Master Chronometer cal. 8912 yang terselubung di dalam caseback berukiran Poseidon dan kereta kuda laut nan ikonis—didesain oleh Jean-Pierre Borle untuk Omega. Ukiran ini dapat ditemukan pada 11 iterasi, serta tujuh rilisan teranyar dalam koleksi Omega Summer Blue. Setiap jam bisa Anda dapatkan di butik resmi dan peritel resmi Omega.
Seamaster Ploprof merupakan jam tangan selam paling distingtif dari Omega. Nama koleksi ini berasal dari ‘plongeur professionnel’ atau penyelam profesional dalam bahasa Prancis. Jam ini dirancang untuk menahan tekanan di bawah permukaan laut berkat case bergaya monobloknya, seraya mengeliminasi kebutuhan terhadap katup pelepas helium. Seamaster
62
Omega Seamaster Diver 300M Co-Axial Master Chronometer 42 mm
Omega Seamaster 300 Co-Axial Master Chronometer 41 mm
Caseback berukiran Poseidon dan kereta kuda laut nan ikonis milik Omega Seamaster Planet Ocean 600M Co-Axial Master Chronometer 39,5 mm
Omega Seamaster Ploprof 1200M Co-Axial Master Chronometer 55 mm x 45 mm
IDENTITY / BRAND STORY
NEW LOOK Jaeger-LeCoultre memberi pembaruan menonjol untuk lini Master Control yang sering kali terlupakan Joshua Yap
B
arangkali Master Control selalu berada dalam bayang-bayang Reverso yang begitu termashyur. Faktanya, lini tersebut menjadi salah satu koleksi yang kerap—meski seharusnya tidak—terlupakan dalam portofolio Jaeger-LeCoultre. Sebagai manifestasi dari tampilan tak lekang waktu dan kemutakhiran teknis, katalog Master Control senantiasa dilengkapi oleh iterasi praktis maupun berkomplikasi ikonis. Contohnya adalah Master Control Chronograph Calendar rilisan tahun 2020 yang menyajikan dua model bermaterialkan stainless steel dan emas merah muda 18 karat yang berpadu serasi dengan dial perak berfinis sunray brushed. Meski begitu, kedua model tersebut belum memperoleh perhatian sebagaimana mestinya. Melalui iterasi teranyar Master Control yang dirilis tahun 2023, mungkin inilah saatnya bagi sang arloji untuk bersinar. Debut Master Control dapat ditelusuri hingga tahun 1992, menjadikannya salah satu lini yang berusia relatif muda dari sang Grande Maison (julukan yang diemban oleh Jaeger-LeCoultre). Sejak diluncurkan hingga saat ini, terdapat satu karakteristik yang menonjol dari Master Control, yaitu case lugas yang membingkai dial berpenampilan elegan dengan proporsi simetris. Garis desain tersebut terinspirasi dari beberapa koleksi yang melambangkan signifikansi Jaeger-LeCoultre di Abad Pertengahan, seperti Memovox dan Powermatic. Selain itu, Master Control merupakan koleksi pertama yang dianugerahi sertifikat in-house milik JaegerLeCoultre, 1.000-Hour Control Certification, setelah melalui protokol uji kualitas nan ketat. Tak berhenti pada movement, pemeriksaan menyeluruh pada jam tersebut juga meliputi proses penempatan case. Dari situlah, sang jam mendapatkan namanya. Estetika minimalis nan bersahaja yang dipancarkan oleh Master Control Chronograph Calendar diwujudkan lewat case bermaterialkan emas merah muda 18 karat dalam diameter 40 mm dengan ketebalan sebesar 12,05 mm. Untuk memberi aksen dinamis, bagian lug dan bezel dikonstruksikan dengan siluet melengkung ke arah luar. Bagian bezel, crown, dan lug mengusung finis poles yang bersanding apik bersama tepi case dan lug
berteknik dekorasi satin-brushed. Tak berhenti sampai di situ, tombol pengatur chronograph persegi panjang dan temali kulit aligator hitam kian mengukuhkan pesona tangguh sang jam. Dengan demikian, sorotan utama pada jam terletak pada dial berfinis sunray-brushed yang menjadi rumah bagi segala informasi yang ditampilkan. Skala pulsometer berwarna merah yang mengelilingi dial menyuguhkan keharmonisan bagi warna temaram yang melatarinya. Warna ini turut unjuk diri pada tiga lingkar penghitung, serta jendela hari/ bulan di bagian atas dial. Selain indikator tanggal dan moonphase yang terletak di posisi jam 6, mekanisme chronograph pun dipresentasikan secara simpel. Ialah lewat lingkar penghitung 30-menit di posisi jam 3 dan lingkar penghitung detik di posisi jam 9. Iterasi rupawan tersebut ditenagai oleh self-winding chronograph movement terintegrasi bertajuk Calibre 759. Mesin ini membanggakan cadangan daya hingga 65 jam lamanya, mekanisme chronograph dengan komponen vertical clutch, dan tiga modul kalender yang dilengkapi oleh komplikasi moonphase. Tak hanya mutakhir, movement tersebut digarap dengan desain yang tak kalah memesona. Anda dapat menemukan detail dan finis penuh intrikasi pada dekorasi setrip Jenewa, sekrup biru, dan rotor emas ikonis berkonsep openwork dengan ukiran motif ‘JL’. Seluruhnya tersingkap dengan indah lewat caseback kristal safir transparan. Palet hitam pekat pada dial memberi kontras elok bagi stainless steel case dan terlihat menonjol jika dibandingkan dengan iterasi sebelumnya yang berwarna perak. Namun, itu hanyalah anggapan kami. Anda harus melihat jam-jam ini secara langsung sebelum menentukan versi favorit Anda.
64
65
IDENTITY / BRAND STORY
CEO Longines, Matthias Breschan
66
LEGACY OF ELEGANCE Menjembatani tradisi historis dan kesempatan di masa depan bersama CEO Longines, Matthias Breschan Arinta Wirasto
S
ejatinya, dunia horologi memang tak bisa dipisahkan dari dua kata: tradisi dan inovasi. Jika para pemerhati saja sudah familier dengan hal ini, bagaimana dengan sosok-sosok yang telah memiliki pengalaman bertahuntahun dalam industri pembuatan jam tangan? Salah satunya adalah Matthias Breschan, CEO Longines yang bergabung dengan sang brand pada tahun 2020. Evolusi karier Matthias di dunia horologi bermula dari tahun 1996, ketika ia bergabung dengan Swatch Group di departemen telekomunikasi sebelum terlibat sebagai Group Management Board di tahun 2005, mengelola Hamilton untuk tujuh tahun, dan mengepalai Rado hingga tahun 2020. Beberapa saat kemudian, ia bergabung dengan Longines dan mengemban peran sebagai CEO. Tentu saja peran ini bukanlah hal mudah di era pandemi yang tak terduga dan mendesak sejumlah institusi untuk menghadapi ketidakpastian. Dengan segenap bekal pengetahuan dan pengalaman mumpuninya di bidang strategi penjualan, distribusi, dan pemasaran, Longines berhasil mencapai penjualan signifikan di kala brand lainnya terpaksa harus mengurangi titik penjualan atau berada dalam situasi stagnan. Seluruh strategi dilakukannya dengan pemikiran matang, tanpa tergesa-gesa, dan secara elegan, sebagaimana prinsip yang diemban oleh Longines. Kepada CROWN, Matthias menuturkan perspektifnya tentang strategi-strategi yang telah ia siapkan untuk merangkul kesempatan di masa depan, sekaligus menyoroti kekayaan tradisi di masa lalu.
67
IDENTITY / BRAND STORY
Dengan riwayat yang begitu kaya, bagaimana rencana Anda dalam manajemen arsip ekstensif Longines? Kami telah memulai proses digitalisasi untuk seluruh koleksi Longines Museum karena arsip Longines yang begitu kaya menjadikan museum ini terlalu kecil untuk menampungnya. Saat ini Longines Museum berada di dalam fasilitas yang sama dengan kantor pusat dan manufaktur kami di Saint-Imier. Situasi ini mengharuskan kami untuk menemani setiap pengunjung karena jika dibiarkan sendiri, terdapat banyak hal konfidensial yang terlalu rentan untuk diakses. Kami juga tidak bisa membuka museum di akhir pekan. Lantas, kami berencana memindahkan museum ini ke area farm house milik Longines. Nantinya, kami akan menambahkan butik kecil dan gerai pelayanan pelanggan. Para tamu pun dapat mengunjungi museum tanpa membuat perjanjian terlebih dahulu. Kini Longines Museum mendapatkan 5.000 pengunjung per tahunnya, tetapi kami berharap untuk meningkatkan volume pengunjung hingga 50.000 per tahun setelah pindah ke lokasi baru.
dengan para ambasador. Lebih dari sekadar superstar pada papan iklan, kami ingin mendekatkan mereka dengan para pelanggan Longines. Lantas, apa saja pasar utama yang mewakili domisili terbanyak dari pelanggan Longines saat ini? Tiongkok masih menjadi pasar terbesar Longines berkat populasinya yang masif. Pasar terbesar kedua adalah Amerika Serikat. Namun dalam satu tahun terakhir, perkembangan tertinggi justru terjadi di region Eropa dan Asia Tenggara. Sesungguhnya, terdapat satu kesalahan yang kami lakukan selama bertahun-tahun, yaitu terlalu berfokus untuk memikat turis. Di masa pandemi, kami sadar bahwa strategi ini perlu diubah. Sejak fokus menyediakan produk yang sesuai dengan minat pelanggan domestik dan menjadikan mereka prioritas pertama, perkembangan pesat di dua region tersebut pun terjadi. Maka tak heran bahwa kami mengalami pertumbuhan dua digit di hampir seluruh region selama pandemi. Oleh karena itu, kami optimis dapat mencapai penjualan senilai ₣ 2 milyar di tahun 2025 mendatang.
Beralih ke masa kini, Longines mendapuk sejumlah ambasador brand, seperti Kate Winslet, Rege-Jean Page, Suzy Bae, dan Jennifer Lawrence. Faktor apa sajakah yang Anda pertimbangkan di balik pemilihan ambasador? Tingkat popularitas adalah salah satu faktor penting dalam pemilihan ambasador, sehingga kami tidak perlu memperkenalkan mereka lagi kepada publik. Tetapi yang terpenting adalah bahwa mereka berbagi nilai-nilai yang sama dengan Longines. Ketika memperkenalkan Jennifer Lawrence sebagai ambasador kami beberapa bulan lalu di New York, publik menanggapinya dengan positif. Mereka berpendapat bahwa Jennifer Lawrence adalah pribadi yang autentik dan relatable, serta representasi sempurna dari prinsip ‘Elegance is an attitude’ milik Longines. Lalu kami harus benar-benar yakin bahwa sosok yang dipilih siap berkomitmen tinggi dalam kemitraan bersama Longines. Pasalnya, kami tidak akan mengganti persona setiap dua bulan atau beberapa tahun sekali. Bahkan, Kate Winslet telah menjadi ambasador Longines selama lebih dari 10 tahun. Kami juga memiliki hubungan yang blak-blakan
Apa sajakah strategi yang Longines terapkan untuk mencapai target penjualan tersebut? Dari segi produk, kami berencana menyoroti riwayat dan tradisi Longines lebih jauh lagi. Khususnya dalam kategori heritage, klasik, dan jam tangan olahraga yang akan meraih popularitas lagi di tahuntahun mendatang, terutama chronograph bermodel klasik. Dalam hal distribusi, Anda akan menemukan lebih banyak butik tunggal Longines dalam skala global. Karena kami membutuhkan tempat untuk menceritakan riwayat dan tradisi kami secara imersif. Kini presensi butik tunggal Longines telah mencapai 260 butik di seluruh dunia. Namun, tak hanya berfokus pada butik tunggal di region-region penting, kami juga ingin menambahkan volume penjualan lewat peritel multibrand di wilayah-wilayah lainnya. Sementara, penjualan via platform e-commerce merepresentasikan presensi daring Longines sebesar 5-10%, tergantung regionnya. Kami harus mempertahankan sinergi yang baik antara distribusi luring dan daring, karena keduanya memiliki faedah penting bagi strategi penjualan.
68
Longines Pilot Majetek yang baru diluncurkan kembali pada tahun 2022
69
IDENTITY / BRAND STORY
Bergabungnya Jennifer Lawrence ke dalam jajaran ambasador Longines diumumkan saat perilisan Mini DolceVita terbaru yang dibintanginya
Pada awal tahun ini, Longines merilis ulang model Pilot Majetek nan ikonis. Adakah cerita menarik di balik nama Majetek? Terdapat dua cerita yang patut disoroti. Pertama adalah bezel berotasi yang dimiliki Pilot Majetek. Mulanya bezel berotasi memang dikembangkan khusus untuk jam tangan pilot. Bahkan, kami adalah brand pertama yang berinovasi dengan bezel berotasi— telah dipatenkan sejak tahun 1935—dan disematkan pada Longines Czech Pilot Majetek. Jam ini sangat istimewa karena benar-benar digunakan oleh para pilot Cekoslovakia saat mengudara menuju Britania Raya untuk menghindari wilayah yang ditempati pasukan Jerman. Pada caseback terdapat tulisan “Majetek (nama pilot)”. Kata Majetek sendiri berasal dari bahasa Cekoslovakia yang berarti ‘kepunyaan’. Cerita kedua yang patut disoroti adalah kerumitan di balik pembuatannya, yaitu tantangan dalam mengkreasikan case kedap air yang terintegrasi dengan bezel berotasi temuan Longines tersebut.
DolceVita. Longines memperkenalkan jam tangan dengan case kotak pertama kali pada tahun 1916, kemudian case persegi panjang di tahun 1918. Dengan Mini DolceVita, kami menggabungkan kedua siluet tersebut yang menghasilkan case hampir kotak. Desain unik pada bagian bracelet jam ini pun terinspirasi oleh gaya arsitektur dari era 1930-an, seperti yang terlihat pada susunan bata milik gedung Empire State di New York. Apakah Anda mempunyai pesan untuk kolektor horologi di Indonesia yang ingin membeli jam tangan Longines pertama mereka? Longines adalah jam tangan paling tepat untuk dibeli dengan penghasilan pertama Anda atau sebagai hadiah dari orang tua Anda selepas menyelesaikan studi. Anda mendapatkan jam dengan kekayaan riwayat dan tradisi dengan nilai proposisi yang baik, karena Longines akan menemani Anda semasa hidup dan untuk generasi selanjutnya. Kami juga memiliki ragam tipe penawaran dalam berbagai kategori. Salah satu daya tarik Longines yang membedakannya dari brand lain ialah penawaran seimbang antara jam tangan klasik dan olahraga, serta antara jam tangan pria dan wanita. Faktanya, Longines memang memiliki kekuatan dan kemahiran yang merata di seluruh aspek tersebut. Saya yakin, siapapun dapat menemukan iterasi Longines yang tepat untuk mengekspresikan minat dan kepribadiannya.
Longines baru-baru ini meluncurkan Mini DolceVita. Apa sajakah yang ingin Anda soroti dari koleksi anyar tersebut? Kami selalu berupaya untuk merepresentasikan nilai-nilai Longines dalam setiap penawaran. Ialah elegansi, tradisi, dan presisi. Tahun ini kami merayakan sekaligus memberi penghormatan terhadap histori Longines lewat perilisan Mini
70
Mini DolceVita dengan case persegi panjang berhiaskan 28 berlian Top Wesselton IF-VVS dan dial hijau mint
Suzy Bae, ambasador Longines yang begitu beresonansi dengan pengikut setia sang brand di region Asia
Keindahan ukiran motif flingé pada dial Mini DolceVita terbaru
“KAMI SELALU BERUPAYA MEREPRESENTASIKAN NILAI-NILAI LONGINES DALAM SETIAP PENAWARAN, YAITU ELEGANSI, TRADISI, DAN PRESISI.” 71
IDENTITY / BRAND STORY
MP-15 Takashi Murakami Tourbillon Sapphire
72
BEYOND THE BLOOM Kreativitas bermekaran pada kolaborasi ketiga Hublot dan Takashi Murakami Erika Tania
S
ebagai manufaktur muda yang baru berusia 43 tahun, integritas Hublot patut diapresiasi. Alih-alih meramaikan penawaran jam tangan serupa para pendahulunya, Hublot yang berpegang teguh pada filosofi ‘Be First, Unique and Different’ senantiasa menyuguhkan kreasi horologi yang mendorong batasan. Mulai dari kreativitas desain, eksplorasi material, inovasi teknologi, hingga kemitraan dengan sejumlah individu maupun asosiasi yang kian mengukuhkan keistimewaannya. Salah satu kemitraan yang telah menjadi wadah bagi brand basis Swiss tersebut dalam mengekspresikan kreativitasnya adalah Hublot Loves Art. Program yang menaungi ragam kolaborasi impresif Hublot dengan sejumlah seniman kenamaan ini telah dimulai sejak tahun 2011. Lebih dari sekadar mencetak motif atau mengaplikasikan spektrum warna tertentu untuk merepresentasikan karya ikonis dari para seniman yang bekerja sama dengannya, Hublot sungguh-sungguh menghidupkan ragam seni lintas disiplin pada jam tangannya. “Jam tangan mekanis adalah sebuah karya seni. Di zaman modern ini, jam tangan tidak lagi menjadi sebuah objek utilitarian untuk membaca waktu karena Anda dapat dengan mudah melihatnya di berbagai gawai. Maka dari itu, Hublot sebagai brand horologi non-tradisional berusia muda selalu membedakan diri dengan penawaran produk-produk eksklusif yang tidak dapat Anda temukan di brand lain, seperti hasil kolaborasi kami dengan para seniman,” jelas Ricardo Guadalupe, CEO Hublot. Termasuk dalam portofolio kolaboratif Hublot Loves Art ialah seniman kontemporer asal Jepang, Takashi Murakami, yang dikenal luas berkat superflat—gerakan seni pascamodern melalui estetika seni pop Jepang yang bersifat datar atau memadat pada tahun 2000-an. Melalui kolaborasinya dengan Hublot, Murakami menghadirkan kejutan yang bertolak belakang dengan ciri khasnya selama ini, di mana imaji bunga tersenyum bergaya superflat ditransformasi menjadi karya seni tiga dimensi.
73
IDENTITY / BRAND STORY
ARTFUL TWISTS Saya masih ingat betul gejolak antusiasme yang saya rasakan saat mengikuti sesi pratinjau kolaborasi perdana Hublot dan Murakami pada bulan Juni 2021 lalu di butik The Time Place Pacific Place, Jakarta. Selaras dengan spirit ‘kebebasan’ yang saya peroleh untuk kembali menginspeksi jam tangan secara langsung—setelah lebih dari setahun hanya memandangi layar komputer di rumah akibat pandemi Covid-19, Classic Fusion Takashi Murakami All Black merupakan karya seni sarat kejutan yang membebaskan dirinya dari berbagai ekspektasi tipikal. Imaji bunga tersenyum gubahan Murakami yang identik dengan palet multiwarna justru hadir dalam warna hitam, diwujudkan lewat 563 berlian hitam yang menyelimuti konstruksi tiga dimensi pada kelopak dan wajah sang bunga. Kian istimewa, sistem ball-bearing cerdas yang diusung oleh jam tangan edisi terbatas ini membuat 12 petal bunga dapat berotasi secara dinamis seiring pergerakan sang pengguna. Sungguh sebuah karya yang mengekspresikan kebebasan. Para kolektor yang mendambakan imaji bunga tersenyum Murakami berpalet vibran terpuaskan oleh kolaborasi kedua, Classic Fusion Takashi Murakami Sapphire Rainbow, pada akhir tahun 2021. Tidak kurang dari 487 berlian multiwarna menghiasi dial dengan gradasi serupa pelangi, berlatarkan case kristal safir nan transparan. Pada tahun 2022, Hublot dan Murakami memperkenalkan 324 karya seni NFT yang sekaligus menjadi akses eksklusif bagi para pemiliknya untuk dapat membeli satu di antara 13 jam tangan Classic Fusion Takashi Murakami Black Ceramic rilisan awal tahun 2023.
SHEER MASTERPIECE Setelah mengeksplorasi Classic Fusion, Hublot dan Murakami beralih ke sebuah kanvas baru untuk kolaborasi ketiganya. Bukan berasal dari portofolio koleksi jam tangan Hublot yang telah ada sebelumnya, melainkan sebuah case kristal safir berbentuk bunga khas Murakami yang dibuat dari nol. Berada di bawah naungan koleksi MP—singkatan dari masterpiece yang diperuntukkan bagi jam tangan konsep dengan
kompleksitas revolusioner dan desain spektakuler karya Hublot, MP-15 Takashi Murakami Tourbillon Sapphire mendemonstrasikan kemahiran kian matang sang manufaktur dalam pengolahan kristal safir. Meski tak sepenuhnya mengejutkan karena MP-15 Takashi Murakami Tourbillon Only Watch dengan desain serupa telah disingkap kepada publik sejak Juli 2023, saya bersama rekan media dan sejumlah selebriti mancanegara—Tatjana Saphira dan Kelly Tandiono (Indonesia), Sorn, Jamy James, dan Twopee (Thailand), serta Phei Yong dan Meerqeen (Malaysia)—yang berkumpul di Singapura untuk acara peluncurannya, tetap terpukau saat mengamati karya terbaru Hublot dan Murakami ini dari dekat. Bila versi Only Watch 2023 bertaburkan berlian multiwarna, MP-15 Takashi Murakami Tourbillon Sapphire berfokus pada transparansi yang memberikan pandangan tak terbatas terhadap terobosan anyar sang manufaktur dalam hal movement, yaitu central tourbillon. Melalui HUB9015, Hublot menantang prinsip watchmaking tradisional dengan memposisikan kedua jarum jam dan menit melewati bagian dalam sangkar tourbillon yang berdekatan dengan escapement. Untuk menyediakan sokongan terhadap ketiga elemen tersebut, sang brand mengimplementasikan konstruksi co-axial. Selain itu, Hublot juga menanggalkan upper bridge untuk lanskap lebih leluasa terhadap komponen-komponen dari manual winding tourbillon bercadangan daya hingga 150 jam ini. “MP-15 Takashi Murakami Tourbillon Sapphire merupakan sebuah mimpi yang menjadi kenyataan. Hasil akhir dari jam tangan ini membuat saya serasa melayang, sebuah perasaan yang begitu ajaib,” ungkap Murakami sembari tersenyum bangga. Bagaimana tidak? Kristal safir—salah satu material paling keras dengan kemampuan anti gores terbaik di dunia—berhasil diolah menjadi sebuah mahakarya seni kontemporer nan progresif, yang tak hanya mengundang decak kagum tetapi juga ekspektasi dan harapan kian tinggi terhadap kejutan selanjutnya dari sang manufaktur, Hublot.
74
Takashi Murakami dan CEO Hublot, Ricardo Guadalupe
Bermaterialkan kristal safir, case dari kolaborasi ke-3 ini mengusung siluet bunga dengan 12 kelopak dan wajah tersenyum khas karya seni Murakami
MP-15 Takashi Murakami Tourbillon Sapphire membanggakan terobosan central tourbillon pertama dari Hublot
Caseback transparan menyingkap keindahan estetika dan kinerja HUB9015 dengan cadangan daya hingga 150 jam
75
IDENTITY / BRAND STORY
76
BEHIND THE SCENE Menelisik proses kreatif, mutakhir, dan sarat tradisi di balik setiap karya Panerai yang telah menghiasi pergelangan tangan aktor layar lebar hingga Paneristi Erika Tania
F
akta bahwa Panerai memasok instrumen waktu dan jam tangan bagi Angkatan Laut Kerajaan Italia sejak abad ke-19 merupakan fondasi penting yang mendasari identitasnya hingga kini. Histori tersebut menjadi bukti nyata atas kemahiran mumpuni sang brand dalam melampaui standar presisi dari pemakaian sehari-hari. Namun sesungguhnya, jam tangan Panerai baru tersedia secara komersial untuk publik umum di tahun 1993. Salah satu titik balik yang melambungkan nama Panerai adalah ketika Sylvester Stallone tengah syuting film Daylight (1996) di Roma pada tahun 1995. Sebuah kunjungan acak ke butik Panerai menjadi awal dari kecintaan sang aktor Hollywood terhadap desain utilitarian sang brand. Saking terpikatnya, ia tak hanya mengenakan jam Panerai di dalam film tersebut, tetapi juga membeli 200 jam tangan dengan ukiran tanda tangannya pada bagian caseback untuk diberikan kepada lawan main dan para kru. Dari situ, karya Panerai pun masuk ke dalam radar para penggemar horologi hingga memiliki pengikut setia yang menamai dirinya dengan sebutan Paneristi. Seiring popularitas yang kian memuncak, ekspektasi terhadap rilisan terbaru dari Panerai pun semakin tinggi. Lantas, bagaimana upaya Panerai dalam menyeimbangkan tradisi dan inovasi untuk memuaskan pengikut setia dan pelanggan barunya? Pada bulan April lalu, kami berkunjung ke manufaktur Panerai di Neuchâtel, Swiss, untuk mencari tahu jawabannya dengan melihat langsung proses produksi jam tangan Panerai masa kini.
77
IDENTITY / BRAND STORY
ARTISANAL INDEPENDENCE Bermula dari pembukaan sekolah watchmaking di tahun 1860 di Firenze, Italia, Panerai menjelma sebagai manufaktur horologi masif yang kini berdiri tegak di tanah seluas 10.000 meter persegi di Neuchâtel, Swiss. Pertama kali dibangun pada tahun 2002 dan direnovasi pada tahun 2014 lalu, manufaktur Panerai menaungi lebih dari 250 spesialis lintas bidang yang mentransformasi gagasan kreatif menjadi jam tangan estetis bermutu terbaik. Perlu Anda ketahui bahwa manufaktur ini didesain dengan kebijakan nol fosil. Artinya, pembangunan maupun pengoperasian gedung tidak melibatkan bahan bakar fosil sebagai sumber energi. Sebagai gantinya, manufaktur Panerai memanfaatkan 36 sensor geotermal dan pompa panas untuk menyejukkan maupun menghangatkan ruang, serta sepenuhnya mengandalkan energi listrik tenaga air.
PANERAI MENYATUKAN CRAFTSMANSHIP ARTISAN, TEKNOLOGI ROBOT, DAN PRINSIP RAMAH LINGKUNGAN DI BAWAH ATAP SANG MANUFAKTUR
Kehadiran kami disambut oleh jam dinding raksasa dengan indeks dan jarum berbinar hijau khas dial Panerai. Menengok ke sebelah kiri, terdapat sejumlah memorabilia yang dipajang. Mulai dari buku dan poster lawas, hingga mobil Fiat Balilla—dalam kondisi mulus dan masih dapat dikendarai hingga kini—dari tahun 1936 milik Giuseppe Panerai. Sedangkan, di sebelah kanan terdapat meja resepsionis di mana Jérôme Cavadini selaku Chief Operating Officer Panerai telah siaga untuk mengajak kami tur mengelilingi sang manufaktur. “Kami memiliki empat pilar produk yang begitu kami banggakan. Mulai dari Luminor yang telah meraih sukses besar sejak lama; Submersible yang kami rilis dan posisikan ulang hingga berkontribusi besar pada omzet kami saat ini; Luminor Due yang selama dua tahun terakhir kami tawarkan dengan berbagai diameter, warna, dan opsi moonphase; serta Radiomir yang kami soroti kembali sebagai novelty di Watches & Wonders 2023,” jelas Jérôme sembari melewati lorong yang dilengkapi oleh ragam display jam tangan tersebut.
Chief Operating Officer Panerai, Jérôme Cavadini
Destinasi pertama kami ialah ruang kerja divisi Research & Development di mana segala gagasan awal terlahir dan kemudian dikembangkan. Divisi ini tak hanya berfokus pada terobosan inovatif, tetapi juga memaksimalkan daya pikat desain pada setiap karya jam tangan Panerai. Pencapaian sang divisi terangkum dengan ringkas pada sebuah dinding yang menampilkan prototipe dan portofolio kreasi case, pelat dial, kristal safir pelindung dial, caseback, movement, serta temali. Setiap tahunnya, divisi Research & Development mendaftarkan sekitar tiga sampai empat hak paten, serta memperkenalkan sebuah material baru sekitar dua tahun sekali.
78
Selama ini, Panerai memproduksi baja, kuningan, titanium, keramik Bronzo, DMLS, BMG TechTM, dan CarbotechTM secara independen di manufakturnya. Ketika ditanya material apa yang paling sukar diproses, Jérôme menjawab, “BMG TechTM karena prosesnya sangat kompleks. Jika proses pembuatannya berjalan dengan baik, hasilnya adalah material sangat kuat yang tidak mungkin gores sekalipun. Namun saat terjadi kesalahan, partikel-partikel tersebut akan menjadi amorf atau berpori-pori, bahkan menghasilkan retakan. Selama lima tahun terakhir, kami terus mengembangkan dan memperbaiki proses agar dapat memperoleh hasil yang 100 persen sempurna. Kini, kami sudah sangat dekat.” Untuk mendukung kinerja divisi Research & Development, terdapat sebuah laboratorium khusus di mana ribuan pengujian dilakukan setiap tahun untuk memastikan keandalan dan kekuatan pada material-material buatan Panerai. Mulai dari kerapatan terhadap air, ketahanan terhadap guncangan, hingga penuaan produk dengan standar yang melampaui kriteria internasional. Stok material yang telah lulus uji disimpan di departemen industrialisasi untuk kemudian diatur penggunaannya sesuai kebutuhan produksi. Jérôme mengungkapkan bahwa saat ini terdapat kurang lebih 100 proyek yang tengah berlangsung dalam waktu bersamaan. Selain memproduksi 48 referensi baru dari rilisan tahun ini yang tentunya mengonsumsi banyak waktu, manufaktur Panerai juga sedang menyiapkan 50 referensi untuk tahun 2024, serta tengah dalam proses menentukan novelty untuk Watches & Wonders 2025. Fakta bahwa hampir setiap komponen diproduksi, dirakit, dan diuji secara independen oleh Panerai menjadikan sang manufaktur sangat sibuk.
79
IDENTITY / BRAND STORY
MECHANICAL MARVELS Meski memiliki pengetahuan dan kemahiran untuk memproduksi setiap model jam tangannya, Panerai mengaku tidak mempunyai semua mesin yang dibutuhkan dan lebih memilih untuk bekerja sama dengan pemasok untuk sebagian kecil dari total produksinya. “Kami tidak pernah mengklaim bahwa kami melakukan segalanya secara internal. Bukan karena kami tidak bisa melakukannya, melainkan kami memilih untuk mengutamakan efisiensi. Kami memercayakan sejumlah vendor eksternal untuk menyuplai beberapa komponen movement. Sedangkan untuk alasan keamanan, kami juga tidak memproduksi material emas kami sendiri,” jelas Jérôme. Efisiensi tersebut terbukti menjadi strategi yang apik dalam menyediakan stok komponen dan material hingga 25 tahun ke depan untuk masing-masing model. Selain itu, Panerai juga memaksimalkan efektivitasnya lewat keterlibatan mesin dan robot canggih dalam tahapan produksinya. Jérôme mengungkapkan bahwa, “Pada awalnya kami khawatir akan mengurangi pegawai dengan adanya mesin automaton, namun nyatanya kini jumlah pegawai kami semakin banyak. Kami tidak ingin membuang waktu orang. Maka dari itu, kami biarkan robot saja yang melakukan pekerjaan sederhana nan repetitif. Di sisi lain, kami mengkoneksikan manusia dengan pekerjaan yang lebih bernilai. Hal ini membuat saya bangga.” Kembali ke tur, kami bertolak ke divisi Machining di mana desain jam tangan diwujudkan menjadi kenyataan. Terdapat lebih dari 20 mesin CNC (Computer Numerical Control)—perangkat lunak komputer yang telah diprogram untuk menentukan pergerakan alat sesuai fungsi dan kebutuhan—modern yang memproduksi ragam elemen jam tangan di bawah pengawasan tim insinyur berpengalaman. Ragam komponen yang telah jadi kemudian dialihkan ke divisi Finishing di mana jam tangan fungsional ditransformasi menjadi karya seni dengan bantuan robot finis satin hingga laser pengukir. Kolaborasi sinergis antara robot dan manusia juga terlihat pada divisi Assembly. Para watchmaker dengan kemahiran istimewanya merakit setiap komponen dan menghidupkan detak pada mekanisme. Proses perakitan pun dilakukan dengan sangat mendetail untuk memastikan jejak dan kelengkapan informasi dari setiap komponen. Setelah movement dikemas ke dalam case, pengujian terhadap tingkat presisi, ketahanan air, serta durabilitas temali dan pengait dilaksanakan oleh robot pengontrol kualitas. “Kami mengembangkan mesin penguji tingkat presisi bersama Clinical Laboratory Automation (CLA) dan awalnya kami meminta eksklusivitas atas mesin ini. Namun mengingat biaya produksi mesin yang sangat mahal, CLA membuat 10-12 mesin serupa dan menjualnya ke sejumlah brand horologi lain. Meski begitu, perlu dicatat bahwa kami adalah yang pertama,” ujar Jérôme. Dalam hal pengujian ketahanan air, Panerai berbangga diri sebagai satu dari dua manufaktur—hingga saat artikel ini ditulis—yang merendam seluruh jam tangan ke dalam air.
80
Paneristi adalah sahabat sekaligus kritikus terbaik Panerai. Berdasarkan penuturan Jérôme, sang brand memperoleh kritik saat merilis koleksi Luminor Due dengan tingkat kedap air hingga kedalaman 40 meter saja. “Kami adalah pendengar yang baik atas pendapat para Paneristi. Oleh karena itu kami memperbarui Luminor Due dengan kemampuan kedap air hingga kedalaman 50 meter. Menariknya, seorang jurnalis yang berkunjung ke manufaktur Panerai menantang kami untuk menguji jam tangan Luminor Due acak di kedalaman 200 meter. Hasilnya? Jam kami baik-baik saja,” cerita Jérôme.
“Terkadang, terdapat klien yang datang ke manufaktur dan memilih komplikasi dan konfigurasi desain dari beberapa opsi, kemudian berdiskusi langsung dengan watchmaker kami. Hari ini, seorang kolektor dari India akan menjemput hasil personalisasi jam tangan minute repeater dalam case hitam dan jarum merah yang telah ia pesan sejak 1,5 tahun lalu. Contoh lain ialah seorang klien yang meminta jam tangan platinum—material yang belum pernah kami olah sebelumnya” kisah Jérôme. Bila saat ini Panerai melayani maksimal 50 jam tangan personalisasi dalam setahun, sang manufaktur berencana untuk memperkuat penawaran personalisasinya di tahun mendatang. Jérôme juga berbagi beberapa agenda masa depan dari sang manufaktur, “eLAB-ID yang merupakan kanvas putih bagi Panerai dalam mengeksplorasi berbagai inovasi akan kehadiran edisi ke-3 di tahun 2024. Kemudian edisi ke-4 dan ke-5 akan dirilis pada tahun 2026 dan 2028.”
“Sesungguhnya, kami tidak terkejut dengan tantangan tersebut karena kami tahu kualitas produk kami. Pengalaman ini mengajarkan bahwa kami harus lebih bersikeras dalam mengomunikasikan keunggulan teknis dari jam tangan Panerai,” lanjutnya. Kepiawaian Panerai sebagai manufaktur horologi dipresentasikan oleh para master watchmaker di divisi Haute Horlogerie. Berbagai inovasi yang berbuah mahakarya menakjubkan lahir di bawah naungan divisi ini.
Pada saat kami menanyakan pendapat Panerai mengenai jam tangan bertenaga solar, Jérôme tersenyum seraya berkata, “Oh, itu pertanyaan yang sangat bagus. Namun pertanyaan sesungguhnya adalah bila kami memanfaatkan energi solar, apakah fungsinya? Karena tentunya jam kami tidak akan dilengkapi oleh baterai yang memerlukan pengisian daya. Mungkin saja kami akan menggunakannya untuk menampilkan sesuatu. Hmm, cukup sampai di sini saja. Saya tidak bisa membeberkan lebih lanjut (tertawa).”
Mulai dari jam tangan perpetual calendar, tourbillon, hingga minute repeater telah mendemonstrasikan kemutakhiran para watchmaker Panerai yang mengerjakan setiap langkah produksinya dari awal hingga akhir. Selain mengkreasikan jam tangan berkomplikasi tinggi untuk pelanggan secara umum, divisi Haute Horlogerie juga melaksanakan misi khusus dalam mewujudkan kreasi personal bagi kolektor beruntung.
81
IDENTITY / BRAND STORY
ARTFUL PRECISION Menorehkan prestasi sarat presisi bersama Tissot dalam ajang Pertamina F.I.M. Moto GP™ Mandalika 2023 Arinta Wirasto
D
alam dunia balap motor, performa, kecepatan, dan talenta bersatu untuk menghasilkan prestasi terbaik di lintasan balap. Sebagaimana Tissot yang mengemban peran sebagai Official Timekeeper dari F.I.M. Moto Grand Prix™. Oktober lalu, CROWN memenuhi undangan Dorna Sports— penyelenggara F.I.M. Moto GP™—dan Tissot untuk menyaksikan langsung kinerja para pembalap di edisi ke-15 dari kompetisi yang diselenggarakan di Pertamina Mandalika International Circuit tersebut. Bisa dibilang, kami adalah spektator awam yang tidak familier dengan pertandingan balap motor. Namun antusiasme kami melonjak seiring dimulainya pertandingan yang begitu memacu adrenalin, memercik rasa ingin tahu kami tentang olahraga balap motor lebih lanjut. Masih banyak yang harus dipelajari, namun kami sudah cukup dibuat takjub oleh performa Marc Márquez, Fabio Quartararo, dan lain lain.
Pengalaman kami semakin sempurna berkat akses eksklusif untuk menonton pertandingan dari teras yang menghadap ke lintasan balap di area F.I.M. MotoGP VIP Village™. Selain privilese tersebut, kami turut disuguhkan makanan dan minuman ala sajian All You Can Eat hotel yang dapat dinikmati sesuka hati. Kami juga berkesempatan menyambangi area-area yang vital dalam pertandingan balap motor. Mulai dari tempat pemeliharaan motor (paddock), garis start pertandingan (grid), hingga ruang kontrol, di mana kami diberi edukasi singkat mengenai perekaman waktu dan posisi balap secara real time.
82
Enea Bastianini sedang melaju cepat dalam pertandingan Tissot Sprint
83
IDENTITY / BRAND STORY
Para pembalap tengah beraksi di lintasan balap Pertamina Mandalika International Circuit
Terdapat sejumlah kualifikasi dan sesi latihan yang kami saksikan, termasuk pertandingan sprint yang disponsori oleh Tissot. Ialah format baru balapan ringkas—yang bertujuan untuk mendulang poin total klasemen— dengan 13 lap, alih-alih 27 layaknya balapan utama. Posisi pertama diraih oleh pembalap asal Spanyol, Jorge Martin, yang dianugerahi sebuah medali prestisius oleh Handro Kusuma selaku representatif Tissot Indonesia. Kemudian datanglah momen yang begitu ditunggu-tunggu, puncak pertandingan final F.I.M. Moto GP™. Riuh rendah penonton meramaikan Pertamina Mandalika International Circuit seiring Francesco ‘Pecco’ Bagnaia (Ducati Lenovo) meraih finis yang mendaulatnya sebagai peraih poin tertinggi (346 poin) di puncak klasemen F.I.M. Moto GP™ musim ini.
RETROSPECTIVE WINS Relasi antara Tissot dan F.I.M. Moto GP™ telah terjalin dari tahun 2001. Namun di baliknya, terdapat histori ekstensif yang mengantarkan Tissot ke dunia balap motor. Kisah ini bermula pada tahun 1938, saat terjadi sebuah pergolakan mengenai penyelenggaraan kompetisi balap motor yang tertunda menjelang Perang Dunia II. Pada tahun 1949, terlahirlah Grand Prix balap motor yang diselenggarakan oleh F.I.M. (Fédération Internationale de Motocyclisme). Di era ‘50-an, olahraga balap motor mendulang popularitas luar biasa, sehingga kompetisikompetisi lainnya mulai bermunculan. Sesungguhnya rekam jejak Tissot sebagai Official Timekeeper di berbagai ajang olahraga juga bermula pada tahun 1938. Saat itu, Vital Thiébaud menggunakan chronograph Tissot untuk merekam waktu pada sebuah perlombaan ski di Villars-sur-Ollon, Swiss. Setelahnya nama Tissot santer terdengar sebagai produsen instrumen waktu nan reliabel yang mengedepankan presisi, bahkan kerap direkomendasikan oleh sejumlah atlet tersohor dalam dunia balap motor. Pada tahun 1953, brand basis Le Locle tersebut melibatkan diri dalam kompetisi Motorcycling Grand Prix Bern. Selang satu dekade, sang brand terlibat sebagai Official Timekeeper F.IM.Moto GP™ bersama Certina, rumah horologi asal Swiss yang—seperti Tissot—bernaung di dalam Swatch Group. Kemudian tahun 2001 menandai didaulatnya Tissot sebagai Official Timekeeper tunggal dari ajang balap motor paling bergengsi tersebut. Masih bekerja sama dengan F.I.M. selaku olahraga balap motor internasional, tahun 2011 Tissot kembali dipercayakan sebagai Official Timekeeper bagi ajang World Superbike Championship.
Tissot T-Race Moto GP™ 2023 dengan case hitam bermaterialkan stainless steel 316L berfinis PVD dalam diameter 45 mm
Tentu saja tanpa melupakan kaidahnya sebagai rumah horologi, Tissot melansir edisi khusus yang didekasikan bagi Moto GP™ di tahun 2003. Produksi jam lalu
84
Pembalap asal Spanyol, Jorge Martin, yang meraih posisi pertama pertandingan Tissot Sprint pada ajang F.I.M. Moto GP™ Mandalika 2023
Poster Grand Prix— rancangan Ernst Ruprecht—yang menandai asosiasi Tissot dengan dunia balap motor untuk pertama kalinya pada tahun 1953
dilanjutkan dalam skala komersil—meski dalam kuantitas terbatas—di tahun selanjutnya dengan nama Tissot T-Race Moto GP™.
UNCANNY RESEMBLANCE Hingga saat ini, Tissot T-Race masih diproduksi dengan langgam desain yang merujuk pada ragam komponen motor balap F.I.M.Moto GP™ untuk memperkuat karakter distingtifnya. Mulai dari lingkar penghitung bersiluet sproket (roda bergerigi) pada dial, bezel yang terinspirasi dari cakram rem, pelindung crown berwujud kaliper rem, sekrup-sekrup serupa baut motor, temali karet sintetis seperti ban motor, hingga caseback bertemakan velg dengan sejumlah elemen Moto GP™ (logo, imaji lintasan balap, dan ukiran dari trofi atau ambasador tertentu). Tak berhenti sampai di situ, kemasan jam juga mengusung desain bertemakan dunia balap motor. Hadir dalam bentuk helm pelindung, boks tersebut turut dilengkapi informasi dan ornamen-ornamen dari Moto GP™ dan riwayat historisnya. Tahun ini, Tissot T-Race Moto GP™ kembali hadir dengan DNA balap motor seperti pendahulunya. Jam ini hadir dengan case hitam kedap air bermaterialkan stainless steel 316L berlapis PVD dalam diameter 45 mm. Bagian dial dikreasikan dengan warna hitam senada dengan aksen merah pada tiga lingkar penghitung chronograph—terinspirasi dari speedometer—serta indeks, numeral Arab dan jarum penunjuk berlapis SuperLumiNova®. Edisi khusus yang hanya diproduksi sebanyak 8.000 unit ini ditenagai oleh mesin chronohgraph quartz Cal. 13 1/4’’’ yang dilengkapi dengan indikator EOL (end-of-life). Penampilan jam ini disingkap oleh Tissot pada awal tahun 2023, bersamaan dengan diumumkannya Enea Bastianini sebagai ambasador terbaru dari sang brand. Bergabungnya pembalap muda asal Italia tersebut kian mengukuhkan dukungan Tissot terhadap atlet muda bertalenta dalam dunia balap motor dari masa ke masa.
Enea Bastianini, ambasador Tissot terbaru yang diperkenalkan pada kuartal pertama 2023
85
CRAFT Kreativitas selalu membutuhkan keberanian HENRI MATISSE
CRAFT
VIVID DEVOTION Ekshibisi megah dari koleksi lawas dan anyar Piaget di Bangkok ilustrasikan kesinambungan kualitas sang maison selama hampir 150 tahun Erika Tania
T
Pada bulan September lalu, CROWN Indonesia kembali bercengkerama dengan ‘keluarga’ sang maison di sebuah ekshibisi eksklusif yang diselenggarakan di Nai Lert Park, Bangkok. Dalam tur berpemandu, kami mengelilingi tiga ruang pameran: (1) Patrimony yang membanggakan koleksi privat Piaget atas karya lawas nan ikonis, termasuk jam tangan yang pernah dikenakan oleh musisi Miles Davis; (2) Vibrant Nature yang menampilkan jajaran koleksi perhiasan mewah terbaru Piaget yang bertemakan alam; serta (3) Endless Radiance yang menyoroti kilau istimewa dari ragam kreasi berhiaskan permata berharga.
erdapat sebuah gairah yang begitu menggelora di dalam jiwa para individu di balik Piaget. Setiap perbincangan dengan representatif sang maison—baik CEO maupun watchmaker— selalu berbuah pada apresiasi semakin tinggi terhadap dedikasi dan komitmen mereka. Bukan soal komunikasi pemasaran yang jitu, melainkan sebuah kebanggaan dan rasa kepemilikan yang terpancar dengan nyata atas kinerja tim mereka yang selayaknya keluarga. Pada dasarnya, memang tidak sulit untuk jatuh cinta dengan Piaget. Brand yang telah berdiri sejak tahun 1874 ini merupakan salah satu di antara sedikit manufaktur yang menguasai seni watchmaking dan perhiasan sekaligus.
Selama tur, kami memperoleh banyak fakta mengesankan seputar Piaget yang disampaikan dengan begitu antusias oleh sang pemandu dari divisi Patrimony. Kami baru mengetahui bahwa Piaget hanya memproduksi sebanyak 20.000 jam tangan dan 40.000 hingga 60.000 perhiasan saja dalam satu tahun, dibandingkan brand horologi populer yang biasa memproduksi hingga 1 juta jam dalam periode sama. Kelangkaan karya-karya Piaget turut didukung oleh komitmen sang maison untuk hanya menggunakan berlian natural, artinya berlian tersebut memiliki kejernihan dan warna intens alami tanpa perlu direkayasa dengan proses pemanasan di suhu tinggi dan/ atau pelumasan seperti yang dilakukan oleh kebanyakan manufaktur lain. Menakjubkan, bukan?
Formula apik dari kekayaan warna, keragaman desain, dan keindahan finishing menjadikan tiap kreasi Piaget begitu unik. Ketika sang maison mengusung desain elegan, terdapat detail atau teknik ekstravagan yang menjadikannya jauh dari kata membosankan. Sebaliknya, ketika Piaget mengeksplorasi kreativitasnya secara ekstravagan, hasil akhirnya tetap terlihat elegan tanpa mencuri perhatian untuk alasan yang keliru. Inilah yang kemudian menginspirasi Piaget untuk menjuluki dirinya sebagai Maison of Extraleganza, permainan kata dari extravaganza dan elegance.
88
Jean-Bernard Forot, Head of Patrimony Piaget
89
CRAFT
Dekorasi sarat detail pada sesi jamuan malam Piaget di Nai Lert Park, Bangkok
Exquisite Moments Secret Watch merupakan kreasi termahal di ekshibisi ini dengan hampir 500 berlian berpotongan marquise senilai lebih dari 87 karat.
KIRI KE KANAN: Velove Vexia (Indonesia), Scha Alyahya (Malaysia), Hwang In Youp (Korea Selatan), serta Nattawin ‘Apo’ Wattanagitiphat dan Sririta Jenson (Thailand)
Salah satu set perhiasan bermaterialkan citrine natural dengan kemilau cokelat keemasan
90
lampau atau kini yang merupakan idola Anda. Pada akhirnya, pelanggan mempertimbangkan segala aspek di luar produk yang tak berwujud nyata.
Sebelum menghadiri jamuan makan malam yang juga dihadiri oleh pelanggan setia Piaget di Bangkok dan sejumlah selebriti dari berbagai penjuru Asia—Velove Vexia (Indonesia), Scha Alyahya (Malaysia), Hwang In Youp (Korea Selatan), serta Nattawin ‘Apo’ Wattanagitiphat dan Sririta Jenson (Thailand)— kami semakin terpukau dengan lebih banyak wawasan yang dikemukakan oleh Jean-Bernard Forot selaku Head of Patrimony Piaget dalam sebuah sesi wawancara eksklusif dengan CROWN Indonesia. Pria yang telah bekerja selama 20 tahun di ‘Maison of Extralgenaza’ tersebut membeberkan keseimbangan antara tradisi dan modernitas, tetapi selalu dengan kesinambungan.
Apakah tradisi Piaget yang masih dipertahankan hingga saat ini? Keluarga Piaget memutuskan untuk hanya menggunakan material emas sejak tahun 1957. Biasanya emas hanya tersembunyi di bawah permata berharga, sedangkan Piaget ingin memberikan penghormatan kepada emas dengan kerajinan tangan yang begitu indah. Dampaknya, produk yang kami tawarkan mengusung harga lebih mahal. Namun pendekatan ini dilakukan karena sang maison mendedikasikan karyanya kepada kaum elit yang menjunjung elegansi dan mutu tertinggi. Inilah salah satu contoh yang mengilustrasikan moto kami, ‘always do better than necessary’ (selalu melakukan lebih daripada yang diperlukan).
Tidak banyak brand yang memiliki posisi sespesifik Head of Patrimony. Apa sajakah cakupan dari tanggung jawab Anda? Posisi ini ada di dalam struktur organisasi Piaget karena kami sangat beruntung memiliki sejarah panjang yang melibatkan empat generasi dari sebuah keluarga. Kami mempunyai banyak sekali arsip-arsip berharga yang menunjukkan kredibilitas Piaget di industri produk mewah dengan warisan yang mengekspresikan ciri khas distingtifnya. Maka dari itu, sangat penting bagi kami untuk menjaga dan membentuk warisan Piaget.
Di sisi lain, Piaget juga mengeksplorasi berbagai material baru seperti titanium. Bagaimana pendapat Anda? Bagi saya, bereksplorasi memang selalu diperlukan untuk mendorong batasan-batasan yang ada. Misalnya ketika kami akan mengkreasikan sebuah anting-anting berukuran besar, titanium yang bersifat ringan akan membuat hasil akhir dari produk ini kian memesona. Bayangkan bila kami menggunakan emas untuk desain yang ekstra besar, tentunya akan sangat berat ketika dikenakan. Kami juga memanfaatkan aluminium untuk bermain dengan warna. Meski begitu, ragam material eksploratif tersebut hanya mewakili jumlah kecil dari keseluruhan penawaran kami. Industri produk mewah menyasar sisi emosional para pelanggan, maka emas dan permata berharga akan selalu menjadi yang utama.
Ini adalah cerita yang tidak pernah berakhir karena kami menemukan sesuatu yang baru setiap hari. Tak jarang, para pegawai yang sudah pensiun menceritakan kepada kami berbagai anekdot dari masa lalu untuk melengkapi histori kami. Kami juga terus mencari produk-produk lawas Piaget karena kami belum memperoleh semua koleksi. Divisi Patrimony menjadi wadah yang luar biasa untuk mentransfer kisah dan ambisi keluarga Piaget kepada pegawai sang maison. Oleh karena itu, harapan divisi Patrimony ialah setiap pegawai yang bekerja di Piaget merasakan bahwa mereka adalah bagian dari keluarga dan kami ingin mempertahankan keberlanjutan dari rasa kekeluargaan tersebut.
Dalam ranah perhiasan, Piaget memiliki histori mengesankan dengan ragam inovasi. Menurut Anda, temuan apakah yang paling signifikan dari Piaget? Saya rasa Piaget benar-benar mencuri perhatian di awal dekade ‘70-an lewat sebuah koleksi yang hanya terdiri dari cuff dan sautoire (kalung serbaguna yang dapat digunakan dengan beberapa gaya berbeda). Melalui koleksi tersebut, sang maison menawarkan sesuatu yang belum pernah ada dengan ragam pilihan. Setiap cuff mengusung desain berbeda, setiap sautoir pun membanggakan kombinasi warna berbeda. Koleksi tersebut menyajikan cara baru bagi wanita dalam mengenakan jam.
Sebelum menjadi Head of Patrimony, Anda menjabat sebagai Marketing & Creative Director. Seperti apakah evolusi peran Anda di dalam Piaget? Ketika masih di divisi Marketing, misi saya adalah mengembangkan dan memperbesar kekuatan brand agar dapat menjadi sebuah merek ‘kultus’. Pasca pindah ke divisi Patrimony, saya beralih dari kultus ke kultur. Fokus saya berubah dari berupaya mewujudkan posisi Piaget sebagai brand dengan pengikut setia menjadi brand yang merupakan bagian dari budaya. Lebih dari sekadar menawarkan karya perhiasan dan jam tangan, kami juga menyuguhkan sebuah pemahaman atas aspek budaya dari pembuatan perhiasan dan jam tangan.
Cuff adalah sebuah objek yang rumit karena memiliki empat dimensi. Anda harus dapat membuka dan menutupnya, sehingga Piaget bekerja keras untuk membuatnya nyaman dipakai dan tidak berbobot terlalu berat. Kemudian hasil karya ini menjadi buah perbincangan ketika sang pengguna memakainya. Orang yang melihatnya akan menanyakan “Apakah itu jam tangan atau perhiasan?”, “Apakah itu terbuat dari emas?”, atau “Apa saja permata berharga yang menghiasinya?”. Terdapat begitu banyak daya tarik pada karya-karya tersebut selain sebagai penunjuk jam semata.
Sekarang, ketika Anda membeli sebuah jam tangan sudah bukan lagi untuk memberi tahu waktu, melainkan keindahan estetikanya dan/atau kerumitan mekanismenya yang kemudian menghadirkan emosi, bahkan terkadang sebuah status tertentu. Di sisi lain, sah-sah saja bila Anda membeli sebuah karya karena model tersebut pernah dikenakan oleh seorang selebriti di masa
91
CRAFT
CRAFTED FOR HER
S
ekitar satu dekade lalu, para watchmaker Grand Seiko diberi tantangan untuk mengembangkan movement mekanis berukuran ramping— tanpa mengompromikan presisi—agar dapat mengakomodasi jam berdiameter pipih. Saat itu pasar jam tangan wanita memang tengah marak dan turut diiringi oleh minat kian tinggi terhadap movement mekanis untuk kategori ini. Meskipun Grand Seiko memiliki kategori jam tangan wanita sedari dulu, seluruhnya ditenagai oleh mesin quartz. Mengingat bahwa jam tangan pertama Seiko—leluhur dari Grand Seiko—yang bernama Laurel ditenagai oleh mesin mekanis, menurut kami pemilihan quartz untuk penawaran-penawaran berikutnya sedikit tidak lazim. Sebagai konteks, Laurel memang diproduksi sebagai jam tangan pria, namun perlahan Grand Seiko memodifikasi model-model dalam katalog tersebut dengan bracelet yang diperuntukkan untuk wanita.
Koleksi wanita teranyar dari Grand Seiko didesain untuk penggunaan sehari-hari dengan elevasi maksimal Darren Ho
92
SEARAH JARUM JAM: cal. 9527 yang bercadangan daya hingga 50 jam tersingkap dari caseback kristal safir transparan; bracelet lima keping berfinis brushed dan polished; STGK021 dengan dial putih mutiara bergaya opal
sejumlah inovasi sekaligus. Mulai dari penggunaan paduan Spron 610 sebagai material dasar balance spring, hingga sistem MEMS (mikro-elektromekanik) yang diterapkan untuk mengkreasikan pallet fork, escape wheel, dan komponen-komponen lainnya. Konfigurasi movement pun dirombak total menyerupai cal. 9SA5—yang berukuran lebih besar—untuk memaksimalkan efisiensinya. Elemen distingtif movement ini terletak pada dekorasi kelopak bunga di bagian escape wheel.
Grand Seiko memang memiliki model uniseks dengan dial nan elegan yang ditenagai oleh kaliber elektromagnetik Spring Drive. Namun, sebelumnya sang manufaktur tidak pernah mengkreasikan jam tangan mekanis yang benar-benar didedikasikan untuk wanita. Untuk mewujudkannya, Grand Seiko perlu memenuhi sejumlah kaidah dasar pembuatan movement orisinal. Ialah kualifikasi performa yang meliputi cadangan daya hingga 48 jam, tingkat presisi mendekati standar COSC, dan dalam kasus ini, konstruksi ramping untuk mengakomodasi ukuran jam tangan wanita pada umumnya.
Iterasi Ref. STGK002 adalah edisi terbatas yang mendapat kehormatan untuk menaungi movement anyar tersebut. Dari segi desain, jam tangan terbaru ini mengusung sejumlah eleman yang menjadi ciri khas kreasi horologi berukuran mungil. Di antaranya adalah profil ramping, serta lug yang melengkung elegan dari tepi case bundar berfinis chamfer. Jam
A FRESH APPROACH Grand Seiko pun berhasil melakukan ini dengan ulung lewat mesin self-winding cal. 9S25 rilisan tahun 2018 untuk memperingati hari jadi ke-20 dari movement mekanis 9S. Mesin ini menginkorporasi
93
CRAFT
DARI ATAS: Grand Seiko Elegance Ladies Collection STGK019 hadir dengan dial merah muda bertekstur yang terinspirasi oleh warna mekarnya bunga sakura; bagian bezel dan indeks penanda dihiasi oleh seperangkat berlian; STGK023 dilengkapi oleh konfigurasi berlian yang berkontras apik dengan latar biru langit pada dial
94
KOLEKSI ELEGANCE DARI GRAND SEIKO ADALAH MANIFESTASI SESUNGGUHNYA DARI DESAIN ELEGAN YANG TAK LEKANG WAKTU ini mengadaptasi estetika model 44GS, hanya saja dengan ujung yang diperhalus, selagi tetap mempertahankan kaidah desain Grand Seiko. Keunikan lainnya terletak pada bezel berhiaskan berlian dengan corak bergalur di tepinya.
tidak? Jam ini dihiasi oleh 45 berlian pada bezel sekaligus 12 berlian di setiap indeks penanda. Apalagi dengan dial berwarna merah muda cerah bak pohon sakura di musim semi yang serta-merta memberi panggung bagi segenap berlian tersebut. Model kedua, Ref. STGK021 turut mengusung bezel berhiaskan berlian, jarum penunjuk detik bermaterialkan emas yang berkontras apik dengan dial putih mutiara bergaya opal. Model ketiga, Ref. STGK023, dilengkapi oleh bezel berfinis mirror-polished dengan indeks penanda berlian dan dial biru langit yang dikenal dengan nama “mizu-hanada” berkat tampilan yang menyerupai residu pewarna indigo. Warna biru pada dial memiliki tekstur berserat yang digarap menggunakan teknik stempel, sehingga menghasilkan impresi bahwa jarum penunjuk dan indeks penanda tengah melayang di atas kain linen.
Tahun berikutnya, sang brand memperkenalkan cal. 9S27 dengan spesifikasi serupa cal. 9S25, serta lima model lainnya yang ditenagai oleh movement tersebut. Model-model yang ditenagai oleh kaliber tersebut hadir dengan case serupa edisi terbatas di paragraf sebelumnya. Hanya saja dengan desain bezel yang disederhanakan: polos berfinis mirrorpolished, maupun berhiaskan berlian untuk mengelevasi tampilannya. Selain itu, terdapat juga model dengan mother-of-pearl dial bercorak bak kepingan salju.
MODERN SOPHISTICATION
Seluruh model dipersenjatai oleh cal. 9S27 yang bercadangan daya hingga 50 jam lamanya, serta memiliki presisi minimum hingga +8/-3 detik per harinya. Ketiganya dilengkapi oleh bracelet lima keping berfinis brushed dan polished demi impresi bersahaja nan prestisius. Selanjutnya, Anda dapat menyaksikan segala keindahan dari movement nan ramping yang tersingkap apik lewat caseback kristal safir transparan.
Tahun ini, Grand Seiko memperluas penawaran wanita koleksi Elegance dengan tiga iterasi bermaterialkan baja yang sempurna untuk penggunaan sehari-hari. Sejatinya, koleksi ini memang didesain untuk para wanita yang menyukai model 44GS. Tiga iterasi bernomor referensi STGK019, STGK021, dan STGK023 tersebut hadir dengan dial bertekstur dan konfigurasi berlian yang dibedakan sesuai penawaran. Anda pun memiliki lebih banyak pilihan untuk mengenakan jam ini dalam berbagai kesempatan.
Baik pengikut setia Grand Seiko, maupun pengagum kualitas teknik dekorasi yang digarap menggunakan tangan dalam ragam variasi batu berharga nan tangguh, penawaran wanita koleksi Elegance adalah manifestasi sesungguhnya dari desain elegan yang tak lekang waktu.
Di antara ketiganya, Ref. STGK019 merupakan model yang paling mentereng. Bagaimana
95
VISION / TOP OF THE HOUR
TIME AND SPACE: VELOVE VEXIA Aktris sekaligus persona publik ini berbagi cerita seputar keseimbangan hidup dan aksi filantropi yang dijalankannya Arinta Wirasto
T
saya. Rasanya sulit untuk melihat diri saya memerankan karakter tersebut dan saya tidak ingin memaksakannya. Saya percaya bahwa sang skrip yang akan memilih pemerannya, bukan sebaliknya.
erdapat alasan mengapa Velove Vexia jarang tampil di layar kaca maupun lebar. Aktris yang telah memulai kariernya sejak 16 tahun lalu ini bukan sekadar pilihpilih proyek, melainkan menjunjung tinggi keseimbangan hidup. Bagi Velove, waktu berkualitas dengan keluarga adalah yang utama sembari menikmati hobi dan menggapai mimpi.
Ceritakan tentang aksi kemanusiaan yang Anda lakukan. Saya selalu ingin berbagi dengan sesama dan berkontribusi terhadap masyarakat. Akhirnya saya bergabung dengan UN Women untuk menjalankan program-program yang berfokus pada pemberdayaan wanita. Para perempuan memiliki peran besar untuk kemajuan generasi berikutnya. Sayangnya, tidak semua memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang. Bahkan, tak sedikit dari mereka yang menjadi penyintas Kekerasan Dalam Ruang Tangga (KDRT). Dengan membantu keberdayaan mereka, saya percaya bahwa kita akan membantu generasi-generasi berikutnya dengan lebih baik.
Saat ditemui di ekshibisi high jewellery Piaget di Bangkok pada bulan September lalu, aktris berusia 33 tahun tersebut berbagi kepada CROWN Indonesia mengenai pandangan dan preferensinya yang didasari oleh kesejahteraan diri. Adakah prinsip tertentu yang Anda junjung tinggi dalam hidup? Saya amat mengutamakan keseimbangan hidup. Semakin bertambah usia, skala prioritas pun akan berubah. Saya percaya bahwa menjadi produktif tidak mengharuskan Anda untuk mengorbankan kesehatan jiwa. Saya tidak ingin terjebak dalam situasi tersebut dan mengorbankan hidup personal saya demi menjadi ‘Velove sang figur publik’.
Apa tanggapan Anda mengenai Piaget? Piaget memiliki cara untuk mengkreasikan perhiasan kelas atas secara menyenangkan. Sebagai ilustrasi, perhiasan kelas atas memiliki asosiasi erat dengan pelanggan wanita lanjut usia. Namun, Piaget begitu piawai menciptakan karya transformatif yang mudah dipadankan dengan tampilan apapun hingga mengubah persona sang pemakai. Contohnya, jika perhiasan kelas atas Piaget dikenakan dengan gaun malam, saya akan terlihat sangat anggun. Tetapi jika menggunakan blazer, tampilannya akan terlihat modis.
Bagaimana Anda mendefiniskan kebebasan? Pertama adalah memilih apa yang ingin Anda gunakan dengan waktu. Kapan Anda mau berkarya, kapan Anda mau memiliki me time, dan kapan Anda ingin menghabiskan waktu dengan orang-orang tercinta. Menurut saya, tidak semua orang memiliki privilese kebebasan waktu. Tentunya harus ada keseimbangan juga dengan produktivitas. Jika terlalu bebas, kehidupan bisa menjadi tidak terstruktur. Selain itu, kebebasan untuk menjadi diri sendiri juga tak kalah penting. Ialah menjadi pribadi yang autentik tanpa membutuhkan validasi dan terpengaruh oleh tekanan eksternal.
Apakah preferensi Anda dalam memilih perhiasan? Saya menyukai perhiasan simpel nan bersahaja untuk dikenakan sehari-hari. Namun, dalam acara tertentu tentu saja saya ingin tampil istimewa dengan perhiasan mencolok. Seperti pada High Jewelry Gala Dinner di Bangkok yang saya hadiri, di mana saya berkesempatan mengenakan anting Extraordinary Lights, cincin Wings of Marquise, dan jam tangan Limelight High Jewellery dari Piaget. Ketiganya memiliki intrikasi detail dan batu permata yang amat memesona.
Bisakah Anda berbagi tentang proses pertimbangan dalam memilih proyek yang akan dijalankan? Saya cukup selektif dalam memilih proyek. Hal terpenting adalah membaca skrip untuk menghidupkan karakter yang saya perankan. Terkadang ada beberapa narasi yang menggugah, tetapi ternyata tidak beresonansi dengan prinsip
96
97
SOUL Untuk mengambil keputusan yang tepat, kita harus berkenalan dengan jiwa di dalam diri DEEPAK CHOPRA
SOUL / HOW TO BUY
ZENITH Meraih bintang yang tersebar pada spektrum penawaran Zenith Arinta Wirasto
M
Pilot Big Date Flyback
ari bernostalgia ke tahun 1865, ketika George Favre-Jacot berambisi menciptakan sebuah jam tangan ‘sempurna’. Impian tersebut mengantarkannya pada pendirian sebuah lokakarya yang berdekatan dengan stasiun kereta Le Locle, demi mendapatkan akses logistik mudah bagi material jam tangan. Impiannya menjadi kenyataan ketika George berhasil meraih penghargaan Grand Prix untuk movement yang dikonstruksikannya. Mesin otomatis tersebut sertamerta menjadi cikal bakal dari rumah horologi sarat presisi yang kita kenal sekarang. Latar belakang tulen itu juga mengantarkan Zenith pada berbagai tonggak pencapaian dalam ranah kronometer dan chronograph di kemudian hari. Salah satu manifestasinya adalah chronograph movement berfrekuensi tinggi, Calibre 3019 PHC yang kemudian dikembangkan menjadi mesin El Primero. Tak lama setelah diperkenalkan kepada publik di tahun 1969, El Primero didaulat sebagai mesin chronograph berfrekuensi tertinggi, menandai awal gemilang bagi sang movement legendaris. Tahun 1999 menandai babak baru bagi Zenith seiring bergabungnya sang brand dengan salah satu konglomerat barang mewah, LVMH Group. Evolusi Zenith pun melonjak begitu pesat di bawah kepemimpinan sejumlah nama tersohor dunia horologi, seperti Jean-Claude Biver, JeanFrédéric Dufour, dan kini, Julien Tornare. Perlahan namun pasti, Zenith kian mengukuhkan presensi sebagai manufaktur tersohor berkat kemampuan merakit dan mengembangkan movement sendiri. Namun lebih dari kapabilitas teknis semata, keistimewaan Zenith di masa kini juga terletak pada sejumlah inisiatif berintegritas di dalam program Horiz-On. Mulai dari Dreamhers yang berorientasi pada kesetaraan wanita, Zenith Extreme-E yang berfokus pada olahraga balap motor sekaligus keberlanjutan, dan Zenith Icons yang terpusat pada restorasi model-model lawas. Selain itu, Zenith terus-menerus berinovasi dalam spektrum penawaran yang disuguhkan guna mengakomodasi berbagai preferensi para pengikut setianya. Rasanya tak berlebihan untuk beranggapan bahwa Zenith telah meraih momentumnya dan berada di jalan yang benar menuju liga horologi tingkat tinggi. Jika ingin menyelami semesta Zenith lebih mendalam dan membutuhkan wawasan lebih sebelum membeli jam tangan Zenith pertama Anda, berikut lima rekomendasi singkat yang telah kami kurasi.
Memiliki jam tangan pilot adalah salah satu rite of passage yang mendefinisikan seorang kolektor. Jika Anda tengah mencari jam tangan aviasi berdesain kontemporer, Pilot Big Date Flyback adalah pilihan tepat. Jam ini dinaungi oleh stainless steel case dan bezel bersiluet bundar, serta mengusung opaline dial hitam beraksen horizontal. Kesan lawas bersahaja dari tool watch ini ditunjukkan oleh numeral Arab dan tulisan “Pilot” di posisi angka 6. Bukan sembarang meletakkannya, nama dagang tersebut telah didaftarkan oleh sang brand pada tahun 1904. Jam ini dilengkapi oleh chronograph movement otomatis El Primero 3652 dengan fungsi flyback sekaligus tampilan tanggal, serta temali karet cordura hitam.
DEFY Extreme Double Tourbillon Zenith bukanlah nama teratas yang terlintas dalam pikiran ketika berpikir tentang avant garde. Tetapi DEFY Extreme Double Tourbillon berhasil mematahkan persepsi tersebut. Bukan hanya dari segi mekanis, namun juga dalam hal ekspresi artistik. Ciri paling distingtif terletak pada openworked dial yang dinaungi oleh case emas merah muda berfinis sandblasted matte 18 karat sekaligus karbon hitam dalam diameter 45 mm. Bagian dial menjadi wahana sempurna untuk menyingkap bridge hitam berlapis PVD hitam milik mesin El Primero 9020, lingkar penghitung 30 menit di posisi angka 3, chronograph seperseratus di posisi angka 6, indikator cadangan daya di posisi angka 12, dan tourbillon ganda dengan fungsi berbeda di sisi kiri. Sungguh wujud sempurna dari jam tangan kelas atas.
100
Defy Midnight Memilih pendekatan harfiah, Zenith melahirkan Defy Midnight untuk wanita dengan dial bertabur bintang. Kami rasa, hal ini juga bertujuan untuk menyampaikan prinsip “Time to Reach Your Star” yang diemban sang brand. Elemen bintang tersebar pada dial biru bergradasi yang dipenuhi oleh titik-titik putih, serta logo bintang di posisi angka 12 yang bisa didapatkan pada segenap penawaran sang brand. Meski berpenampilan sporty karena stainless steel case berdiameter 36 mm yang diusungnya, Zenith tetap menghadirkan sentuhan feminin lewat bezel berhiaskan 44 berlian VS berpotongan brilian, serta 11 berlian VS berpotongan brilian yang berfungsi sebagai indeks penanda. Untuk menambah sinarnya di bawah cahaya temaram, jarum penunjuk bermaterialkan rodium turut dilapisi oleh Super-LumiNova®.
Chronomaster Sport Sejak konsepsinya pada tahun 2021, Chronomaster Sport berhasil mengukuhkan kedudukan sebagai salah satu iterasi chronograph terbaik sepanjang masa. Apa lagi setelah berhasil meraih penghargaan Grand Prix d’Horlogerie de Genève 2021 dalam kategori chronograph terbaik. Kini Chronomaster Sport disempurnakan dengan dial biru metalik berfinis sunburst yang merujuk pada versi DeLuca dan Rainbow—rilisan era ‘80-an dan ‘90-an dengan dial senada, serta tiga lingkar penghitung multiwarna. Untuk mengingatkan kedudukan Zenith sebagai produsen mesin mekanis berfrekuensi tinggi, iterasi bermaterialkan stainless steel ini dilengkapi oleh ukiran “1/10TH OF A SECOND” pada bezel yang merepresentasikan fungsi serupa. Performa menakjubkan tersebut ditunjang oleh mesin El Primero 3600 yang memiliki cadangan daya hingga 60 jam. Jika mendambakan presisi pada jam tangan berpenampilan klasik, iterasi ini adalah jawaban sempurna dari impian Anda.
Elite Moonphase Zenith mengajak Anda untuk bertolak ke masa lalu lewat peremajaan koleksi Elite yang dihadirkan dalam kategori uniseks. Sekilas iterasi ini memang terlihat seperti dress watch lainnya, tetapi jangan biarkan kesederhanaannya mengelabui Anda. Bernaung di dalamnya adalah movement otomatis cal. Elite 692 berukuran ultra pipih yang berjasa menenagai komplikasi moonphase dan mekanisme stop second dengan cadangan daya hingga minimal 48 jam lamanya. Bicara estetika, keindahan Elite Moonphase terletak pada dial putih keperakan bercorak sunray, jendela moonphase di posisi angka 6, serta lingkar penghitung split second yang hampir tak kentara tanpa jarum penunjuk emas merah muda di sekelilingnya. Jam ini mengusung case emas merah muda dalam diameter 36 mm yang bertahtakan 75 berlian VS berpotongan brilian dengan total 0,60 karat.
101
SOUL / CLASS IN SESSION
ENAMEL DIAL Menyingkap pesona salah satu teknik dekorasi tertua dalam dunia horologi Arinta Wirasto
D
ari mata turun ke hati adalah peribahasa sempurna untuk mendeskripsikan perasaan yang ditimbulkan oleh sebuah dial jam tangan. Bukanlah kejutan jika pembuatan dial acapkali memakan waktu yang sama lamanya dengan konstruksi material pada jam atau movement berkomplikasi tinggi. Khususnya yang memiliki teknik dekorasi tertentu, seperti enamel. Ialah serpihan kaca berukuran mikro (terbuat dari silikon dioksida, timah merah, atau komposit lainnya) yang ditumbuk hingga menjadi bubuk dan dipadukan dengan pigmen oksida mineral atau tembaga untuk mencapai suatu warna tertentu. Selanjutnya bubuk tersebut diaplikasikan pada permukaan solid dan dibakar pada suhu 800°C sampai 1200°C hingga kedua material meleleh dan melebur dengan harmonis. Untuk mewujudkan tampilan dial umumnya enamel diaplikasikan secara berulang sesuai keinginan. Baik murni sebagai dekorasi ataupun lapisan pelindung.
Kemunculan enamel pada sebuah penunjuk waktu dapat ditelusuri hingga abad ke-17, menjadikannya salah satu teknik dekorasi tertua di dunia horologi. Faedah penggunaannya di saat itu tak terbatas pada dial, namun juga sebagai dekorasi penutup jam saku yang juga sedang meraih momentum. Secara garis besar, enamel terbagi menjadi dua tipe yang mendefinisikan penampilan mereka setelah proses pembakaran, yaitu opaque dan translucent. Tipe opaque diketahui sebagai agen pembentuk warna solid yang bisa menutupi permukaan metal secara menyeluruh. Sementara, translucent memiliki karakter fleksibel yang masih mampu menyingkap penampilan asli metal. Karena proses pembuatan yang dikenal kompleks—khususnya dalam hal aplikasi dan pembakaran—perlahan implementasi enamel pada dial di era tersebut menyusut. Belum lagi menilik faktor-faktor eksternal lainnya, seperti kegagalan yang menyebabkan 75% dari kepingan dial harus dibuang begitu saja. Seiring kemunculan material lainnya—seperti logam dengan karakter transformatif perihal warna yang dinilai lebih efisien dan ekonomis—popularitas enamel dalam ranah pembuatan jam tangan pun mulai tergeser. Alhasil, memiliki jam dengan dial enamel menjadi sebuah privilese tersendiri. Para artisan enamel terdahulu pun begitu diistimewakan dalam dunia pembuatan jam tangan berkat keterampilan yang begitu niche. Termasuk di antaranya adalah Jean-Abraham Lissignol, Jean Louis Richter, dan Charles-Louis-François Glardon. Seluruhnya merupakan alumni Geneva School of Enameling, sebuah institusi yang berkontribusi besar terhadap perkembangan enamel hingga saat ini. Seiring berjalannya waktu, enamel kian berevolusi menjadi teknik-teknik yang kita kenal sekarang. Termasuk di antaranya adalah Grand Feu, Champleve, Cloisonné, Fumé, dan Grisaille. Berikut manifestasi enamel pada dial jam yang digarap oleh tiga artisan enamel paling tersohor sepanjang masa.
102
Mitsuru Yokosawa
Seiko Presage Ref SPB069JI
THE UNSUNG HERO Mitsuru Yokosawa Mitsuru Yokosawa adalah testamen dari kultur craftsmanship Jepang yang begitu sinonim dengan keterampilan tangan. Mitsuru sendiri sudah bergulat dengan teknik dekorasi enamel sejak ia bergabung dengan Fuji Porcelain Enamel Co., Ltd di tahun 1971. Hingga 40 tahun setelahnya, ia terus-menerus mengasah keterampilan yang membuatnya begitu dikenal berkat pendekatan sarat atensi dalam aplikasi enamel. Hal tersebut dilakukannya dengan menerapkan data kuantitatif dan berkonsentrasi pada ketajaman visual yang mengizinkannya untuk bekerja dengan permukaan hingga ketebalan sepersekian milimeter. Kini talenta Mitsuru diterjemahkan lewat segenap rilisan kelas atas Seiko yang menuntutnya untuk bekerja di atas permukaan dial berdiameter 7 cm—lebih kecil 3 cm dibandingkan dial berhiaskan enamel pada umumnya yang berdiameter 10 cm2. Meski masih aktif bekerja, kini Mitsuru berfokus untuk meneruskan wawasan mumpuninya terkait data kuantitatif dalam pengerjaan enamel terhadap para staf Seiko. Berkat arahannya dan kerja sama yang baik, Mitsuru dan tim dapat memproduksi sekitar 200 hingga 250 keping enamel dial setiap bulannya (dilansir dari data tahun 2014). Salah satu manifestasinya adalah pada edisi terbatas Seiko Presage Ref. SPB069J1 dengan enamel dial biru pekat yang merepresentasikan gelapnya malam dan jarum detik beraksen bulan sabit. Perlu disoroti bahwa karakter viskositas pada enamel biru meningkatkan tingkat kesulitannya, sehingga mengukuhkan keahlian Mitsuru sebagai artisan kawakan.
THE MODERN MASTER Anita Porchet
Piaget Festive Sharing
Kami rasa tak berlebihan untuk melabeli Anita Porchet sebagai ikon enamel dunia horologi modern. Perjumpaan pertama Anita dengan enamel adalah saat sang kakek memperkenalkan teknik dekorasi tersebut kepadanya. Dibalut rasa penasaran, Anita usia 12 tahun lalu mempelajari teknik dan warna milik jam tangan dari abad ke-18 di rumahnya, hingga ia dapat mereproduksinya sendiri. Setelah berlatih secara otodidak, akhirnya Anita bergabung dengan Ecole d’Arts de Lausanne pada tahun 1984 dan memperoleh sertifikat resmi pelatihan enamel. Tak disangka, ‘pekerjaan rumah’ yang digarapnya menarik perhatian presiden Patek Philippe saat itu. Dukungan penuh dari Philippe Stern pun membawa Anita pada dunia métiers d’art dalam pembuatan jam tangan. Kini portofolionya dipenuhi karya menakjubkan untuk sejumlah rumah horologi tersohor, seperti Vacheron Constantin, Hermès, Chanel, Jaquet-Droz, dan Piaget. Pendidikan dan pengalaman ekstensif Anita juga mempersenjatainya dengan ragam spesialisasi enamel. Termasuk di antaranya adalah miniatur, cloisonne, champleve, dan paillonné yang terhitung langka. Demonstrasi keahlian Anita dalam hal enamel dapat Anda temukan pada jam Piaget Festive Sharing, di mana ia mengasimilasi teknik champlevé dan paillonné sekaligus pada dial dan mengkreasikan paillon yang menyerupai potongan limau untuk memberi dimensi pada setiap miniaturnya.
Suzanne Rohr dan Anita Porchet
Patek Philippe Ref. 866/87
THE NATIONAL TREASURE Suzanne Rohr Mustahil membicarakan enamel tanpa melibatkan Suzanne Rohr. Ialah salah satu artisan enamel paling tersohor sepanjang masa. Pasca mengenyam pendidikan di School of Decorative Arts, Jenewa dalam disiplin enamel miniatur dan cloisonné, ia juga pernah dididik oleh seorang Maestro Enamel, Carlo Poluzzi. Berkat keahliannya mengkreasikan enamel bergaya Impresionis milik para Old Masters (julukan bagi seniman Eropa dari era Renaisans hingga tahun 1800), nama Suzanne terdengar oleh pendiri Patek Philippe, Henri Stern. Pada tahun 1967, ia mulai bekerja sama dengan salah satu Trinitas Suci Horologi tersebut untuk memproduksi karya berbasis komisi dan terus dipercaya hingga 35 tahun kemudian. Aktif berkarya hingga usia 80 tahun mengantarkannya pada sejumlah pengakuan di dunia horologi. Salah satunya adalah penghargaan Grand Prix d’Horlogerie de Genève 2017 dalam kategori Special Jury Prize yang dianugerahi secara kolaboratif dengan anak didiknya, Anita Porchet. Kini segenap karya Suzanne bernaung di dalam Patek Philippe Museum di Jenewa dan dapat ditemui pada sejumlah balai lelang prestisius (tentu saja dengan harga melambung). Favorit kami adalah jam saku Ref. 866/87 dengan tutup berkonstruksi dasar emas kuning 18 karat yang dihiasi miniatur dari lukisan Chevaux s’amusant dans l’eau (karya Walter Robbin Jennings), serta dilapisi enamel polikrom oleh Suzanne. 103
EVENT
WHO Baume & Mercier WHAT Peluncuran edisi terbatas Riviera dari Baume et Mercier dalam perayaan hari jadi sang koleksi yang ke-50 tahun. Acara ini diramaikan oleh Mawar Eva de Jongh dan Bryan Domani, serta tim pemasaran Baume et Mercier dari Hong Kong dan Singapura. Selain sesi touch-and-feel yang mengizinkan para tamu untuk melihat langsung jajaran jam tangan Baume et Mercier, acara ini juga dilengkapi oleh sesi pembuatan tatakan gelas bertemakan pesisir pantai. WHEN 11 Oktober 2023 WHERE Butik INTime di Senayan City, Jakarta
104
WHO Breitling WHAT Perkenalan terhadap koleksi Avenger teranyar dari Breitling yang dikemas dalam format presentasi eksklusif dan sesi touchand-feel yang memberikan kesempatan kepada para rekan media untuk mencoba dan mengamati lebih dekat sejumlah jam tangan anyar, selagi menikmati santapan ringan dan minuman segar yang disuguhkan. Acara ini turut dihadiri oleh tim pemasaran Breitling untuk region Asia Tenggara. WHEN 3 November 2023 WHERE Butik Breitling, Plaza Senayan
105
EVENT
WHO Breguet WHAT Perkenalan terhadap koleksi Type XX teranyar dari Breguet kepada rekan media dan pelanggan setia sang brand oleh Vice President of Swatch Group for Breguet, Fabien Levrion. Acara ini meliputi presentasi histori dan evolusi produk sang brand dari tahun ke tahun pada sebuah jamuan makan di Restoran Osca, The Plaza, yang kemudian ditutup dengan sesi interaktif di mana para tamu undangan dapat melihat dan mencoba jam secara langsung. WHEN 21 September 2023 WHERE Butik The Time Place di Plaza Indonesia, Jakarta
106
WHO Adelle Jewellery WHAT Pembukaan pop up space interaktif dalam rangka selebrasi hari jadi ke-10 dari Adelle Jewellery. Para tamu undangan diajak untuk berkeliling ruangan bertemakan hotel menuju ke area Diamond Vault di mana segenap perhiasan dipamerkan, termasuk tiga koleksi anyar bertajuk L.A. State of Mind, Significant, dan Fairy. Kesempatan ini turut digunakan untuk mengumumkan kolaborasi terbaru antara Adelle Jewellery dan Foresee Gemological Institute dalam hal pemberian sertifikasi berlian dan permata mulia lainnya. WHEN 10 November 2023 WHERE Ganara Art Space di Plaza Indonesia, Jakarta
107
EVENT
WHO Bulgari WHAT Hari jadi ke-75 Serpenti dirayakan dengan pembukaan Pop-Up Store pertama Bulgari yang akan diselenggarakan hingga Januari 2024. Acara peresmiannya dimeriahkan oleh kehadiran segenap selebritas, rekan media, dan Regional Managing Director Asia Pacific Jeffrey Hang. Para pengunjung Pop-Up Store ini dimanjakan oleh sejumlah hiburan, seperti kafe beranimasi dengan tema open-kitchen dengan sajian makanan dari Venchi dan Bakerman, mesin doorprize Lucky Balls, dan Selfie Mirror. WHEN 20 Oktober 2023 WHERE Senayan City, Jakarta
108
109
STOCKIST
Temukan jam tangan yang Anda baca di CROWN Audemars Piguet Plaza Indonesia Level 1, Unit 170 Tel: 021 2992 3982
Chanel Plaza Indonesia Level 1, Unit 128 Tel: 021 2992 4023
Baume & Mercier Tersedia di butik INTime
Chopard Plaza Indonesia Level 1, Unit 182B Tel: 021 2992 4350
Biver www.jcbiver.com Blancpain Tersedia di butik The Time Place Breitling Plaza Senayan Level 1, Unit 117B – 119B Tel: 021 2967 8512 Breguet Tersedia di butik The Time Place Bulgari • Plaza Indonesia Level 1, Unit 133 – 157-158 Tel: 021 3192 6661 • Plaza Senayan Level 1, Unit 145C-147C-151C Tel: 021 5790 0140 • Senayan City Pop-Up Level Ground Cartier • Plaza Indonesia Level 1, Unit 138 – 139 Tel: 021 314 1916 • Plaza Senayan Level 1, Unit 119A, 121A, 125A Tel: 021 572 5238
Christopher Ward www.christopherward.com Dior • Plaza Indonesia Level 1, Unit 179-181A Tel: 021 2991 4088 • Plaza Senayan Level 1, Unit 122-130A Tel: 021 5790 0170
INTime • Grand Indonesia West Mall, Unit G19 Tel: 021 2358 1208 • Mal Kelapa Gading 3 Level Ground, Unit G42 Tel: 021 4584 8977 • Central Park Level Ground, Unit G-117B Tel: 021 5698 5156 • Paris Van Java Bandung Level Resort, Unit B-35 Tel: 022 820 64135 • Sun Plaza Medan Level Ground, Unit C31- 32 Tel: 061 8051 2538 Jacob & Co. www.jacobandco.com
Gérald Genta www.geraldgenta.com
Jaeger-LeCoultre Plaza Senayan Level 1, Unit 119A-121A Tel: 021 5790 5371
Grand Seiko Independent Pacific Place Level Ground, Unit 29 Tel: 021 2903 5917
Konstantin Chaykin www.chaykin.ru
Ferdinand Berthoud Sincere Haute Horlogerie Takashimaya S.C. Singapura #01-12, 391 Tel: +65 6733 0618 Hautlence www.hautlence.com Hublot Tersedia di butik The Time Place
110
Laurent Ferrier www.laurentferrier.ch Longines Tersedia di butik INTime Louis Erard www.louiserard.com
Omega • Mal Kelapa Gading 3 Level Ground, Unit G-41 Tel: 021 4586 4985 • Plaza Indonesia Level 1, Unit 184 Tel: 021 2992 3723 • Plaza Senayan Level 1, Unit 176C Tel: 021 572 5663 • Tunjungan Plaza 5 Surabaya Level UG, Unit UG053 Tel: 031 9924 3026
Seiko • Plaza Senayan Level 3, Unit 353 Tel: 021 572 5689 • Blok M Jalan Melawai IX No.46 Tel: 021 720 8717 • Sun Plaza Medan Level 1, Unit C32–33 Tel: 061 450 1505 • Tunjungan Surabaya Jalan Tunjungan No. 98–100 Tel: 031 547 4756
The Time Place • Pacific Place Level Grounf, Unit 12 A-B Tel: 021 5140 2796 • Plaza Indonesia Level 1, Unit 165 – 168 Tel: 021 310 7715 • Plaza Senayan Level 1, Unit 122 – 128B Tel: 021 572 5759 • Tunjungan Plaza 4 Surabaya Level UG, Unit 30 – 37 Tel: 031 532 7991
Panerai Plaza Senayan Level 1, Unit 121A-129A 021 5790 5369
Simon Brette www.simonbrette.com
Tissot • Plaza Senayan Level 2, Unit E24A Tel: 021 5785 5241 • Grand Indonesia Level 1, Unit WM-1#02 Tel: 021 2358 0449 • Pondok Indah mall 2 Level Ground, Unit 30 Tel: 021 572 5822 • Mal Kelapa Gading 3 Level Ground, Unit LG-32 Tel: 021 4585 3775
Piaget Plaza Senayan Level 1, Unit 125B-127B Tel: 021 572 5759 Patek Philippe Plaza Indonesia Level 1, Unit 35-38 Tel: 021 3192 6632 Petermann Bédat www.petermann-bedat.ch Raymond Weil www.raymond-weil.com Rolex Plaza Indonesia Level 1, Unit 69 & 70A Tel: 021 2992 3982
TAG Heuer • Central Park Level Ground, Promenade 002 Tel: 021 2920 0422 • Pacific Place Level Ground, Unit G-16A Tel: 021 5797 3725 • Plaza Indonesia Level 1, Unit 129–130 Tel: 021 2992 3990 • Plaza Senayan Level 1, Unit 155C Tel: 021 5725137 • Senayan City Level Ground, Unit G-53 Tel: 021 7278 1601 • 23 Paskal Shopping Center Bandung Level 1, Unit 58A Tel: 022 6318 5001
Tudor Tersedia di butik INTime Ulysse Nardin www.ulysse-nardin.com Vacheron Constantin ION Orchard Singapura #02-07, 2 Orchard Turn Tel: +65 6509 8800 Zenith Tersedia di butik The Time Place
111
CASEBACK
JACOB & CO. ASTRONOMIA REVOLUTION Selama satu dekade terakhir, Jacob & Co. telah bereksperimen dengan pembuatan jam tangan kinetik. Ialah teknik pengembangan movement yang benar-benar bisa bergerak. Koleksi Astronomia dikenali lewat konfigurasi movement ‘bercabang’ pada pusat dial yang menopang berbagai komponen berbeda. Kini, iterasi teranyar yang bernama Astronomia Revolution membanggakan pergerakan cepat cal. JCAM48B selama berotasi penuh setiap 60 detik. Sorotan lainnya terletak pada jarum penunjuk detik bermaterialkan rubi silikon dalam siluet piramida yang menyangga cakram penunjuk waktu sekaligus flying tourbillon regulator. Baik jarum penunjuk detik, maupun tourbillon berotasi pada aksis vertikal secara bersamaan. Mekanisme ini diwujudkan oleh remontoir escapement wheel yang dikembangkan oleh sang brand—tengah menunggu dipatenkan—dan terintegrasi pada cangkang tourbillon. Komponen ini melepaskan energi dalam laju yang sama dengan sang escapement, memastikan bahwa energi tetap mengalir secara konstan dan konsisten di setiap pergerakan movement. Sungguh menakjubkan dan memesona.
112
WWW.CROWNWATCHBLOG.ID Your Go-To Resource for Everything Timepiece
Nikmati informasi menarik terkini seputar dunia jam tangan di mana saja dan kapan saja dari perangkat favorit Anda.
“Pindai kode untuk mulai membaca”
facebook.com/crownwatchblogid
@crownwatchblog.id
A PROUD MEMBER OF TIME INTERNATIONAL GROUP 113
Service Center:
Centennial Tower, 28th Floor Jl. Gatot Subroto Kav. 24 & 25 Jakarta 12930 Phone: +62 21 2935 3595 Email: timecare@time.co.id