INDONESIA ISSUE #3 2022 Audemars Piguet Royal Oak Selfwinding Chronograph “50th Anniversary”
MOMENTOUS
OCCASION
Tujuh brandhorologi rayakan koleksi ikonisnya | IN BLOOM Kurasi perhiasan secantik bunga | RACING STAR Memori terbaik Catie Munnings
JAKARTA : PLAZA INDONESIA +6221 310 7715
FROM ICON OCLAST TO ICON
WHEN I CONQUER MYSELF,
You keep pushing yourself despite wounds, discouragements, and impossibilities because you know obstacles are only a mind game. That’s what makes you our esteemed customer for the last 20 years. We thank you for these precious moments.
@thetimeplace
EDITOR-IN-CHIEF
SHANNON HARTONO
shannon@crownwatchblog.id
BUSINESS DEVELOPMENT
AMELIA WIDHARATNA amelia.widharatna@time.co.id
PRODUCTION MANAGER ERIKA TANIA DESSYANDRA erika.tania@crownwatchblog.id
CHIEF EDITOR - DIGITAL RONALD HUTAGALUNG ronald.hutagalung@crownwatchblog.id
PUBLISHING EXECUTIVE ARINTA WIRASTO arinta.wirasto@crownwatchblog.id
GRAPHIC DESIGNER
ERICK WIBOWO
erick.wibowo@crownwatchblog.id
Diterbitkan oleh PT Komunikasi Perkasa International Centennial Tower lantai 28, Jalan Gatot Subroto Kav. 24-25 Jakarta 12930
Anung Kamaswara , Writer
Setelah sempat bekerja di sejumlah majalah gaya hidup, Anung menantang kemampuan mode pragmatis dan serebralnya pada media televisi dan dunia ritel. Kini ia menyambung hidup sebagai penulis, pengarah mode, dan tren analisis independen agar dapat bekerja di malam hari dan tidur saat matahari terbit, sehingga jarang menyanggupi pertemuan bisnis di bawah jam 12 siang.
Kevin mengawali fotografi sebagai hobi sejak SMA. Kegemaran yang berbuah menjadi passion ini mengantarkannya ke Lasalle College Jakarta sebagai lulusan jurusan fotografi di mana ia meraih perhargaan untuk kategori portofolio fotografi terbaik. Keahliannya dengan permainan cahaya dan framing dapat dilihat dalam karya pemotretan produk dan still-life, arsitektur, makanan, gaya hidup, dan profil.
CHAIRMAN & CEO
DAVID LEPPAN
MANAGING DIRECTOR HRISTO SIMEONOV hristo.simeonov@highend.media
PUBLISHER CONNIE YEUNG connie.yeung@highend.media
VP, BUSINESS DEVELOPMENT ALAN TAN alan.tan@highend.media
EDITOR-IN-CHIEF ALVIN WONG alvin.wong@highend.media
ART DIRECTOR DENNIS GOH dennis.goh@highend.media
Published by HighEnd PTE LTD 391B Orchard Road, Level 22-01, Ngee Ann City Tower B, Singapore 238874
Bio In Godbless , Writer
Menekuni jurnalisme gaya hidup sejak tahun 2014, ketertarikan Bio mengarah pada berbagai hal yang dikreasikan dengan kekayaan nilai. Aktivitas menulis tema-tema tersebut membentuk pemahamannya bahwa sesungguhnya yang berharga ialah yang bermakna. Ia bersyukur segala pengalaman dari lingkup pekerjaannya memberi banyak referensi untuk berefleksi tentang arti kebahagiaan dan tujuan hidup.
CROWN INDONESIA is a proud member of TIME International Group and published under license from HIGHEND MEDIA PTE LTD, Singapore. No parts of this magazine are to be reproduced without the permission of TIME INTERNATIONAL and HIGHEND MEDIA PTE LTD. All rights reserved.
HIGHEND MEDIA
Kevin Putra , Photographer
BOUTIQUE TAG HEUER PLAZA SENAYAN - PLAZA INDONESIA SENAYAN CITY - PACIFIC PLACE CENTRAL PARK
Layaknya reuni dengan kawan lama, kehidupan ‘normal’ yang kembali kita jalani saat ini membangkitkan nostalgia yang begitu memuaskan. Tak lagi dipisahkan oleh layar laptop dan koneksi internet, jajaran jam tangan terbaru yang telah atau akan hadir di Indonesia dapat kami amati dan kenakan secara langsung melalui ragam acara brand horologi pada beberapa bulan terakhir. Lebih dari sekadar spesifikasi dan penampilan produk, sesi touchand-feel juga kerap diwarnai oleh diskusi menarik yang memperkaya kecintaan kami terhadap dunia horologi maupun perhiasan.
Salah satu topik yang lekat di benak saya adalah perbincangan bahwa sesungguhnya jam tangan bukanlah sebuah karya seni. Tidak seperti lukisan, patung, film, musik, ataupun sastra dengan ‘hasil akhir’ yang dirilis untuk dinikmati oleh publik, peluncuran sebuah karya jam tangan baru acapkali menjadi lembaran awal dari sebuah buku berhalaman tak terbatas yang berisikan evolusi tanpa akhir dari model perdananya. Tahun 2022 ini pun menandai bab baru bagi sejumlah brand tersohor yang merayakan sekaligus memperkenalkan iterasi teranyar dari koleksi ikonisnya.
Mulai dari hari jadi ke-50 tahun koleksi ikonis Audemars Piguet Royal Oak, 70 tahun Breitling Navitimer, 10 tahun Bvlgari Octo Finissimo, 65 tahun Omega Speedmaster, 90 tahun Patek Philippe Calatrava, 60 tahun TAG Heuer Autavia, 20 Tahun Louis Vuitton Tambour, hingga 190 tahun Longines Master Collection. Dedikasi para jajaran brand horologi tersebut dalam menyuguhkan karya terbaiknya dari tahun ke tahun telah kami rangkum untuk Anda simak (hal. 30).
Antusiasme serupa juga tengah kami rasakan, sebagaimana CROWN Indonesia menginjak usia baru di tahun 2022 ini. Selama empat tahun hadir sebagai media spesialis horologi dan perhiasan di Indonesia, terdapat begitu banyak momen berharga yang memotivasi kami untuk selalu dapat menjadi andalan Anda. Baik dalam mengabarkan informasi terkini, merekomendasikan produk sesuai kebutuhan dan preferensi Anda, hingga menyuguhkan pengalaman membaca terbaik dalam format majalah cetak maupun digital. Akhir kata, selamat menikmati edisi spesial sarat selebrasi ini. Sampai jumpa di edisi akhir tahun!
on the cover:
AUDEMARS PIGUET
ROYAL OAK SELFWINDING CHRONOGRAPH “50TH ANNIVERSARY”
Dalam case 41 mm bermaterialkan emas merah muda 18 karat dengan dial warna “Bleu nuit nuage 50” bermotifkan “Grande Tapisserie”, serta bingkai lingkar penghitung, indeks, dan jarum penunjuk bermaterialkan emas merah muda 18 karat. Jam tangan yang disempurnakan oleh temali kulit aligator warna biru ini ditenagai oleh calibre 4401 dengan cadangan daya hingga 70 jam.
SHANNON HARTONO
TISSOTWATCHES.COM TISSOT prx 35 mm A SWISS MADE THROWBACK TO A FLAGSHIP TISSOT DESIGN FROM 1978 PLAZA SENAYAN (LEVEL 2) MALL KELAPA GADING 3 (GROUND FLOOR) GRAND INDONESIA (LEVEL 1) PONDOK INDAH MALL 2 (GROUND FLOOR) INTIME CENTRAL PARK (GROUND FLOOR) INTIME PARIS VAN JAVA BANDUNG (GROUND FLOOR) INTIME SUN PLAZA MEDAN (GROUND FLOOR)
6
Editor’s Note 12
Top of the Hour G-Shock ‘CasiOak’ yang begitu dicintai hadir dalam balutan logam mengilap 14
Asas tradisional menjadi landasan keterlibatan Frederique Constant pada European Cricket Championship 15
Koneksi Cartier dan ranah sinematografi terwujud lewat kolaborasi dengan Venice International Film Festival 16
Tengok upaya Zenith dan Susan G. Komen untuk merayakan sebab mulia lewat rilisan nan simbolis 17
Menyoroti kolaborasi sarat kemewahan yang terjalin antara Mariah Carey dan Chopard 18
In The Loupe
Mendalami teknik dekorasi grisaille enamel pada Jaeger-LeCoultre Grande Complication Calibre 945 20
Self-Portrait
Head of Gemology Piaget bercerita tentang aset paling berharga dari sang brand 21
Self-Portrait
Perkembangan inovasi sembari mempertahankan esensi historis ala Director of New Technologies Montblanc
24
Fantastic Fifty
Audemars Piguet buktikan kreativitas tanpa batasnya dengan jajaran edisi spesial untuk hari jadi Royal Oak yang ke-50
30
New Horizons Rolex GMT-Master II yang legendaris kembali menarik atensi dengan kehadiran crown di sisi kiri
34
Momentous Occasion
Singkap kilas balik dan pencapaian berarti dari koleksi ikonis milik tujuh brand horologi dalam pembahasan mendalam kami
46
Revival Of A Legend
Longines Ultra-Chron terbaru menyoroti peran historis sang brand dalam pengembangan movement berfrekuensi tinggi 48
Aquatic Journey
TAG Heuer memberi keleluasaan bagi para penjelajah dengan implementasi fitur dua zona waktu pada Aquaracer Professional 300 GMT 52
Turning Back Time Iterasi anyar Tissot PRX semakin memikat dengan pembaruan model chronograph dan quartz
56
Centre Of Attraction
Simak kepiawaian Franck Muller sebagai advokat sesungguhnya dari tourbillon
IDENTITY
21 SELFPORTRAIT 24
STORY: FANTASTIC FIFTY REVIVAL OF A LEGEND 46
COVER
60
Back In Blue
Breguet menghadirkan perpaduan memikat antara mekanisme fusée-chain constant force dan tourbillon 64
Retro Roads
Pesona estetika lawas dan memikat dari Chopard Mille Miglia 2022 Race Edition 68 Too Precious 222 terlahir kembali untuk menjadi bagian dari portofolio modern Vacheron Constantin 72
Building Brilliance Greubel Forsey Tourbillon 24 Secondes hadirkan sebuah
musim tersingkap lewat kepiawaian Rado dalam ranah keramik multiwarna
Mesmerizing Masterpieces
Sanjungan pada fenomena alam diterjemahkan Piaget melalui koleksi perhiasan dan jam tangan sarat
Siluet persegi pada Frederique Constant Classics Art Déco Carée mengawinkan keanggunan dan modernitas sekaligus
Secret Garden Fantasi kemewahan merekah dalam deretan perhiasan penuh warna dengan taburan batu permata 98
Time and Space: Catie Munnings
Personalitas Zenith DreamHers ini berbagi kisah seputar menentang persepsi dan kepercayaan diri
Menelisik salah satu teknik dekorasi tertua pada jam tangan: guilloché 106 Events Rangkuman acara horologi di Indonesia 108 Stockist Temukan lokasi butik jam tangan pilihan Anda 112 Caseback
Membedah komplikasi perpetual calendar pada Calibre 1142 QP milik Vacheron Constantin
SOUL 102 How To Buy Breitling 104 Class in Session
CRAFT
64 RETRO ROADS 90
98 104 TIME AND SPACE
82 MESMERIZING MASTERPIECES
HOW TO BUY: BREITLING
Visi tanpa eksekusi adalah halusinasi
THOMAS EDISON
VISION
METAL VERSE
G-Shock ‘CasiOak’ yang amat dicintai hadir dalam balutan logam mengilap
Mentransformasi jam tangan berpenampilan tangguh menjadi objek dambaan sudah dilakukan Casio sedari dulu. Gagasan untuk melapisi jam tangan dengan logam mengilap diwujudkan pada era '90-an lewat peluncuran G-Shock MRG-100 bermaterialkan stainless steel. Dirasa berhasil, formula tersebut direplikasi Casio untuk modifikasi logam lainnya. Hal ini dibuktikan oleh koleksi G-Shock GMW-B5000 (G-Shock versi orisinal, namun dalam balutan logam), juga lini premium MR-G yang mencakup keterampilan teknis dan estetika.
Kini Casio menyuguhkan interpretasi logam dalam portofolio G-Shock lewat referensi GA-2100 bermaterialkan stainless steel. Perdana diluncurkan di tahun 2019, GA-2100 mendulang popularitas tinggi berkat bezel oktagonal dan tampilan hibrida analog-digital miliknya. Bagian bezel mengingatkan pencinta horologi pada Royal Oak, lini ikonis milik Audemars Piguet. Alhasil, julukan ‘CasiOak’ disandangnya.
Hal paling menakjubkan dari GA-2100 adalah peralihan material resin menjadi stainless steel yang membedakannya dari sang pendahulu. Rasanya GA-2100 memang terlahir
untuk material logam. Iterasi anyar lini ‘CasiOak’ semakin terelevasi lewat warna perak (GM-B2100D), plat ion hitam (GM0B2100BD), dan plat emas merah muda (GM-B2100GD) yang diusung.
Konstruksi logam memberi ruang lebih pada proses pemolesan eksterior GA-2100, sehingga sukses mengaksentuasi profil apik sang jam. Contohnya kontras antara teknik dekorasi sirkular dan vertikal pada bezel dan temali, serta polesan cermin di bagian caseback. Bicara internal, GA-2100 dilengkapi dengan sistem peredam guncangan serupa dengan milik koleksi GMW-B5000sebagai pengaman movement
Seperti sang predesesor, versi anyar GA-2100 juga membanggakan praktikalitasnya. Di samping ketangguhan tak terpungkiri dan akurasi waktu, jam ini turut dilengkapi sistem pengisian daya bernama Tough Solar yang telah dipantenkan Casio dan mampu mengeliminasi penggantian baterai secara berkala, juga fitur Smartphone Link terkoneksi via Bluetooth sebagai penghubung dengan ponsel Anda. Jam ini adalah manifestasi konkret dari kecantikan penuh kecerdasan dengan percikan unsur baja.
VISION / TOP OF THE HOUR 12
STRIVE TO THRIVE
Asas tradisional menjadi landasan keterlibatan Frederique Constant sebagai Official Timekeeper pada European Cricket Championship
Bukan pertama kalinya Frederique Constant menjadi Official Timekeeper pada sebuah ajang olahraga, meski dalam lingkup berbeda. Sebelumnya, brand asal Jenewa ini telah berpartisipasi dalam Cannes Yachting Festival, kompetisi mobil reli bergengsi Peking to Paris, hingga permainan simulasi virtual bertajuk Tennis Manager 2021. Kali ini, Frederique Constant mengumumkan keterlibatannya sebagai Official Timeekeper pada European Cricket Championship (ECC) dan rangkaian acara European Cricket Series (ECS) lainnya di tahun 2022.
Bagi Anda yang belum familier dengan kriket, olahraga ini melibatkan dua kelompok berisi sebelas orang per tim dan bertujuan untuk mencetak angka lebih banyak dari pihak lawan. Di antara beberapa permainan serupa yang menggunakan bola dan alat pemukul, kriket memiliki ruang tersendiri di hati banyak orang. Jejak terawal kriket merujuk pada wilayah Inggris Tenggara di pertengahan abad ke-16 dan menjadi salah satu olahraga favorit di negara-negara persemakmuran hingga saat ini. Alhasil, ECC menjadi salah satu turnamen kriket yang begitu dinanti para pengikutnya.
Sejatinya, kolaborasi antara Frederique Constant dan perhelatan olahraga bergengsi tersebut didasari oleh asas tradisi, semangat, dan kegigihan. Tak ayal, ECC menjadi wadah untuk berbagi nilai-nilai yang dijunjung tinggi sang manufaktur sejak tahun 1988 dengan pencinta kriket di kancah global. Kolaborasi yang terjalin pun disambut baik oleh kedua belah pihak.
“Kemitraan ini menjadi cerminan atas visi tradisional kami yang beresonansi dengan olahraga kriket,” ucap Yasmina Pedrini, Global Communications Director dari Frederique Constant. Hal senada juga diungkapkan oleh Roger Feiner, CEO European Cricket, “Presensi European Cricket yang mendunia memungkinkan brand kami untuk masuk ke pasar olahraga ini, sekaligus memberi ruang bagi komunitas kriket dan Frederique Constant untuk berkembang bersama.”
Memasuki tahun ke-14, ajang ECC 2022 dilangsungkan dari tanggal 12 September hingga 14 Oktober. Lapangan Cartama Oval di Málaga, Spanyol akan menjadi saksi bisu dari keahlian, ketangguhan, dan kegigihan 21 tim nasional yang berlaga dalam keseluruhan 120 pertandingan.
14 VISION / TOP OF THE HOUR
ekshibisi
A CINEMATIC AFFAIR
Koneksi Cartier dan ranah sinematografi diwujudkan lewat kolaborasi memesona dengan Venice International Film Festival
Ingatan teranyar tentang Cartier dalam layar lebar mungkin merujuk pada kalung Toussaint yang menjadi sorotan utama di film Ocean’s 8 (2018). Sesungguhnya kiprah Cartier di dunia sinematografi dapat ditelusuri hingga beberapa dekade silam. Bermula pada tahun 1926 ketika Cartier tampil pada film The Son of the Sheik (1926) besutan G.Fitzmaurice. Kala itu, aktor Rudoiph Valentino meyakinkan sang sutradara agar ia dapat berlaga mengenakan Cartier Tank, salah satu jam tangan ikonis keluaran sang rumah perhiasan asal Prancis. Imej glamor Cartier yang selaras dengan citra Hollywood berhasil memantik minat kolaborasi dari aktor dan sutradara legendaris lainnya. Hingga saat ini, Cartier telah terlibat dalam lebih dari 500 titel film.
Tak hanya layar lebar, dukungan Cartier turut dimanifestasikan melalui kemitraan dengan sejumlah perhelatan bergengsi layaknya Deauville American Film Festival pada tahun 2005-2014, sejumlah
film tertua di dunia ini bermula pada tahun 2021, ditandai oleh pemberian penghargaan Cartier Glory to the Filmmaker Award yang didekasikan untuk para tokoh dengan kontribusi signifikan di dunia perfilman. Sang piala penghargaan pun mengusung wujud macan kumbang yang kerap muncul dalam koleksi ikonis Cartier, Panthère.
Memasuki tahun kedua, kemitraan ini hadir dengan agenda lain yang tak kalah menariknya: ekshibisi perhiasan. Kreasi yang ditampilkan pada ekshibisi tersebut berasal dari arsip Cartier Collection—terdiri atas 3.500 perhiasan dari era 1860-an hingga 2000-an. Ekshibisi tematik ini memamerkan sederet mahakarya historis dari Cartier. Di antaranya berlian berwujud air mata pada film Beauty and the Beast (1946) yang dibintangi oleh Josette Day, serta gelang platinum berhiaskan berlian berpotongan bundar dan 47 kuarsa berwujud separuh cakram yang dikenakan oleh Gloria Swanson pada film Perfect Understanding (1932) and Sunset Boulevard (1950). Kreasi personal dalam ekshibisi ini meliputi cincin pertunangan Putri Monako, Grace Kelly dan kalung berwujud buaya milik aktris María Félix.
Ruang ekshibisi sendiri dirancang oleh seniman asal Prancis dan dikurasi oleh kritikus film Jean-Pierre Lavoignant yang memiliki andil besar dalam pemilihan kreasi dengan keterkaitan terhadap industri sinema dan nama-nama besar Hollywood.
15
seni yang diadakan oleh Fondation Cartier, dan Venice International Film FestivalBiennale Cinema. Debut Cartier dalam festival
THINK PINK
Upaya Zenith dan Susan G. Komen untuk merayakan sebab mulia lewat rilisan nan simbolis
Komitmen Zenith tak hanya terletak pada kemahiran teknis, namun juga nilai-nilai yang beresonansi dengan integritas sang manufaktur. Hal ini diwujudkan lewat inisiatif bernama Horiz-On yang terfokus pada dua pilar: keberdayaan perempuan dan keberlanjutan. Selain menaungi platform DreamHers, Zenith Icons, dan Extreme E, inisiatif ini juga mendukung sejumlah agenda lain. Program yang dicanangkan meliputi kolaborasi dengan NONA Source dalam proses upcycle sisa tekstil, revitalisasi tumbuhan lamun bersama Mediterranean Sea and Coast Foundation, misi pengurangan polusi plastik lewat penanaman pohon dengan One To Tree, hingga penyuluhan tentang kanker payudara dengan organisasi Pink Ribbon Schweiz dan Susan G. Komen.
Bukan hal baru, asosiasi Zenith dengan kanker payudara dapat ditelusuri hingga beberapa tahun lalu lewat upaya edukasi, anjuran pemeriksaan, hingga peluncuran jam tangan eksklusif. Perdana diluncurkan pada tahun 2020 silam adalah Zenith DEFY 21 Pink Edition, bertepatan dengan hari jadi ke-10 dari Pink Ribbon Schweiz. Kemudian, Zenith menelurkan DEFY Midnight Pink Ribbon Edition di tahun 2021 untuk ajang lelang dari organisasi yang sama. Kini, Zenith memperkenalkan kreasi terbaru dalam kemitraan dengan Susan G. Komen, organisasi non-profit yang terpusat akan pendekatan holistik untuk mencegah kanker payudara.
Bertajuk Chronomaster Original Pink, jam ini merupakan iterasi dari model chronograph serupa rilisan tahun lalu. Perbedaan paling distingtif pada jam ini adalah sunray dial merah muda yang mewakili pita merah muda selaku simbol internasional bagi kesadaran terhadap kanker payudara dan aksen hitam di bagian indeks untuk memberi kontras apik. Bicara fitur, jam ini hadir dengan pembaruan fungsi chronograph, di antaranya adalah lingkar penghitung sepersepuluh detik yang menggantikan skala tachymeter di model terdahulu. Jam ini dinaungi oleh case berdiameter 38 mm dan ditenagai mesin Calibre El Primero 3600 yang bercadangan daya hingga 60 jam.
Edisi spesial Chronomaster Original Pink hanya dijual dan tersedia sepanjang bulan Oktober, yaitu periode peduli kanker payudara. Sebanyak 20% dari hasil penjualan akan disalurkan Zenith kepada organisasi Susan G. Komen sebagai bentuk kepedulian tinggi terhadap sebab mulia yang diemban kedua pihak.
16 VISION / TOP OF THE HOUR
THE BUTTERFLY EFFECT
Menyoroti kolaborasi sarat kemewahan yang terjalin antara Mariah Carey dan Chopard
Selain teknik dan rentang vokal nan menakjubkan, satu hal yang kerap diidentikan dengan sosok Mariah Carey adalah kupu-kupu. Bagi Mariah, hewan bersayap ini menjadi simbol sempurna atas transformasi dan kelahiran kembali dirinya pasca keterpurukan yang berhasil ia lewati. Filosofi ini bahkan diadaptasi menjadi nama dari album yang ia rilis pada tahun 1997 dan sekaligus melambungkan namanya di industri musik internasional.
Solois dengan penghargaan Billboard#1 terbanyak sepanjang sejarah ini acapkali terlihat dengan aksesori bertemakan kupu-kupu seperti jepit rambut, gantungan kunci, hingga tato temporer. Setelah mereplikasi imaji kupu-kupu pada kemasan parfum eponimus miliknya dan mengenakan cincin kupu-kupu pada video klip ‘GTFO’, emblem ikonis itu kini disematkan dalam kolaborasi teranyar sang diva bersama Chopard.
Cikal bakal kerjasama tersebut bermula pada Desember 2020 silam ketika Mariah menerima buku Red Carpet Collection yang berisi perhiasan mewah Chopard di perhelatan Cannes Film Festival. Terpesona dengan kreasi-kreasi di dalamnya, ia
mencetuskan ide untuk berkolaborasi dengan Artistic Director Chopard sekaligus teman baiknya, Caroline Scheufele. Alhasil, koleksi perhiasan mewah bertemakan (ya, Anda pasti sudah bisa menebaknya) kupu-kupu. Menariknya, koleksi ini dilansir bertepatan dengan peringatan ke-25 dari album Butterfly
Kemewahan yang disuguhkan pada koleksi ini terpancar pada anting asimetris berwujud kupu-kupu dengan konstruksi dasar emas putih etis 18 karat bersertifikat Fairmined. Bintang utama lainnya adalah kalung dengan ornamen berlian berpotongan bundar di bagian rantai, sayap kupu-kupu pada liontin, serta berlian berwujud hati di bagian torso sang hewan. Melengkapi koleksi tersebut adalah sebuah cincin penuh kemilau yang digarap dengan teknik dan material serupa.
Koleksi perhiasan ini menyoroti kepiawaian teknis Chopard dan dimanifestasikan melalui kilau berlian ragam ukuran yang memenuhi kode etis Responsible Jewellery Council. Pemberdayaan material-material dalam koleksi ini sekaligus menjadi cerminan dari tujuan Chopard yang bertumpu pada kemewahan berkelanjutan.
17
VISION / IN THE LOUPE 18
JAEGERLECOULTRE
Grisaille Enamelling
Sekilas pembahasan ini terkesan banyak untuk dicerna. Namun, simpan dulu kekaguman Anda akan kreasi tourbillon yang amat memesona pada jam ini. Sebaliknya, alihkan perhatian pada tampilan mengagumkan yang melatari jam ini: galaksi bima sakti dan langit malam nan realistis.
Perkenalkan, ‘peta bintang’ pada jam tangan Jaeger-LeCoultre Grande Complication Calibre 945 yang mengusung teknik grisaille enamel perdana dalam riwayat sang brand. Pertama kali ditemukan pada abad ke-16 di Prancis, ciri distingtif grisaille enamel terletak dalam efek chiaroscuro yang berjasa menghasilkan kontras apik antara cahaya dan bayangan demi visual menyerupai tiga dimensi. Hal ini dilakukan para artisan melalui aplikasi warna gelap pada bagian permukaan secara berulang kali dan pembakaran lapisan enamel. Selanjutnya, tona putih pada lukisan dicapai lewat penggunaan kuas runcing juga secara berlapis dengan proses pembakaran di antaranya. Hasilnya adalah mahakarya seni yang tak kalah menawannya dari sang inspirasi, yakni semesta bertabur bintang.
19
GUILLAUME
CHAUTRU
Head of Gemology Piaget berbagi cerita tentang aset paling berharga dari sang brand, yaitu kreativitas tanpa batas
Piaget adalah brand yang membangkitkan keingintahuan saya. Sebagai brand yang begitu spesifik, Piaget tidak memiliki banyak kreasi perhiasan mewah. Menurut saya, hal ini terjadi lantaran Piaget berfokus menyajikan batu permata berkualitas tinggi. Maka dari itu, hanya segelintir perhiasan mewah yang dihasilkannya.
Peran terbesar saya adalah memperoleh batu permata dan menjamin keabsahannya sesuai dengan kualifikasi Piaget. Selain mengepalai tim yang terdiri dari enam gemologist, saya juga bertanggung jawab mengoperasikan laboratorium gemologi, melatih tim penjualan, dan berelasi dengan pelanggan VVIP.
Kami selalu bertumpu pada moto “always do better than necessary” yang diemban Piaget. Setiap tahunnya, kami berusaha menyajikan kualitas sebaik mungkin pada permata dengan mengoptimalkan proses pemotongan. Jika Anda meminta saya untuk mencari batu permata dengan kualitas lebih tinggi dari yang kami dapatkan, sepertinya saya harus mengubah planet terlebih dahulu.
Menurut saya, zamrud adalah batu permata paling merepresentasikan Piaget. Selain itu, zamrud merupakan batu paling menantang untuk digarap dalam perhiasan mewah. Mempertahankan kejernihan sang batu dengan intensitas warna sungguh sulit untuk dicapai. Mengkreasikan koleksi yang terbuat dari zamrud dapat memakan waktu hingga bertahun-tahun.
Proses produksi dimulai oleh desainer yang bekerja secara terpisah dengan tim pengembangan untuk memastikan cakupan kreasi yang luas. Ketika sudah selesai didesain dan dilukis dengan teknik gouache, kami bekerja sama untuk menyelesaikannya. Kami memiliki departemen gemologi dengan tim yang melakukan pencarian ke seluruh dunia untuk mencari permata terbaik. Kami juga memiliki sejumlah artisan dengan pengalaman luar biasa. Bicara pembuatan jam, bagian movement digarap di La-Côte-aux-Fées, lokakarya tempat kelahiran jam tangan ikonis Piaget: Altiplano Ultimate Concept.
Ketika bekerja dengan material terlangka di dunia, setiap kreasi akan memilliki tingkat kerumitan sendiri. Tetapi, mengkreasikan Limelight Gala Rainbow adalah yang paling menantang. Seolah menggarap batu permata berwarna dengan potongan brilian (ukuran terbesar adalah 4,3 mm) tidak cukup sulit, kami harus memperolehnya dari lima negara berbeda ketika kuncitara tengah berlangsung. Saya tidak menyangka kami berhasil melakukannya.
Kami memiliki dua bintang utama tahun ini, yaitu Piaget Polo Skeleton dan Limelight Gala dengan aventurine glassdial. Keduanya merepresentasikan perkawinan sempurna antara pembuatan jam dan seni perhiasan. Piaget Polo Skeleton hadir dengan 1700 berlian berpotongan brilian besutan para artisan manufaktur kami.
VISION / SELF-PORTRAIT 20
DR. FELIX OBSCHONKA
Director of New Technologies Montblanc berbicara tentang perkembangan inovasi tanpa mengesampingkan esensi historis
Montblanc adalah platform sempurna untuk memadukan dua kutub berbeda: teknologi dan kemewahan. Usai mengemban pendidikan doktoral di bidang komputer sains, saya sempat bekerja di sebuah perusahaan start up sebelum mencoba berbisnis. Tahun 2014, saya bergabung dengan Montblanc. Saya ingin mengimplementasikan apa yang saya ketahui tentang teknologi dan mengembangkan penawaran digital bagi pelanggan kami. Montblanc adalah platform sempurna untuk memadukan dua kutub berbeda: teknologi dan kemewahan. Saya rasa, pelanggan Montblanc pun berpendapat sama. Ketika mulai bekerja di Montblanc pada tahun 2014, saya menentukan sendiri peran apa yang harus diemban. Tanggung jawab saya berkaitan dengan produk yang membutuhkan ideasi. Melakukan riset, berbicara dengan pelanggan, melihat peluang bisnis yang ada, lalu mengawinkannya dengan desain dan, jika memungkinkan, teknologi. Selain itu, saya juga melakukan pengujian terhadap produk dan kualitasnya.
Tantangan terbesar saya di Montblanc adalah menyatukan sudut pandang berbeda untuk menciptakan harmoni pada produk. Teknisi kami ingin memiliki ruang leluasa demi menyatukan semua komplikasi jam, sementara desainer kami menginginkan profil seramping mungkin. Tugas saya adalah mencari solusi untuk mengakomodasi kedua aspek tersebut.
Montblanc identik dengan instrumen menulis. Karenanya, saya memiliki gagasan untuk menciptakan versi digital dari sesuatu yang begitu tradisional, yaitu Augmented Paper dan Starwalker Pen. Kini fokus saya beralih pada jam tangan pintar kami, The Summit. Meski begitu, ketiganya adalah buah hati saya.
Lahirnya The Summit didasarkan oleh keinginan untuk terkoneksi dengan mereka yang lebih muda. Kami berpikir keras, bagaimana cara memadukan
inovasi terkini dengan DNA Montblanc? Yaitu lewat aplikasi berkode desain yang sama dengan lini jam tangan analog kami. Jika dilihat secara cermat, bagian lug dan case terinspirasi dari koleksi 1858, bagian dial mengacu pada jam Geosphere 0 Oxygen, dan sebagainya. Meski begitu, kami perlu melakukan beberapa adaptasi karena adanya batasan teknologi yang harus disesuaikan.
Enggan berhenti berinovasi, kini kami hadir dengan iterasi anyar bertajuk Summit 3. Merupakan pembaruan dari dua model sebelumnya, hal paling menonjol dari versi ini adalah peralihan material dari resin ke titanium pada bagian case. Begitu juga dengan satin finishing di bagian bezel dan caseback yang tidak terdapat pada kedua versi sebelumnya. Semua ini berkaitan dengan inovasi dan keberanian. Di samping itu, Summit 3 juga dilengkapi dengan chip Qualcomm Snapdragon Wear 4100+ untuk menunjang performa seluruh fitur di dalamnya lewat sistem operasi Wear OS by Google 3.0.
1858 Iced Sea dalam warna biru adalah jam analog favorit saya dari Montblanc. Selain itu, saya juga menyukai model Geosphere 0 Oxygen. Saya suka keduanya karena dapat digunakan dalam kesempatan berbeda.
21
IDENTITY
Jadilah diri sendiri, pribadi lain sudah tak tersedia
OSCAR WILDE
FANTASTIC FIFTY
Telah meliris lebih dari 500 variasi Royal Oak, Audemars Piguet buktikan kreativitas tanpa batasnya dengan jajaran edisi spesial untuk hari jadi sang ikon yang ke-50 tahun Erika Tania
Perpaduan case berbentuk tonneau, bezel oktagon yang dibubuhi delapan sekrup heksagon, dial dengan ukiran kotak-kotak yang akrab disebut Tapisserie, serta bracelet terintegrasi merupakan formula jitu yang dibanggakan Audemars Piguet melalui koleksi Royal Oak. Bila kebanyakan brand lain berupaya keras mempertahankan desain orisinal yang mempopulerkan karyanya dengan melakukan pembaruan seminim mungkin, Audemars Piguet memiliki pendekatan yang berbeda.
Berkat kepiawaian tingkat tinggi dari para artisan di manufakturnya, brand basis Le Brassus ini mengeksplorasi berbagai elemen dalam Royal Oak dengan berani. Tak sekadar menawarkan ragam warna dial, ukuran case, material, dan dekorasi permata berbeda-beda dari tahun ke tahun, Audemars Piguet tak khawatir dalam mengubah total tampilan dial untuk menyematkan berbagai komplikasi canggih pada Royal Oak.
IDENTITY / COVER STORY 24
IDENTITY / COVER STORY
Jam tangan Royal Oak pertama rilisan tahun 1972 yang mendemonstrasikan kemewahan finishing khas jam tangan Audemars Piguet pada material stainless steel
Royal Oak Tourbillon yang dirilis secara terbatas—hanya 5 buah saja—pada tahun 1997
THE GREAT INCEPTION
Tendensi Audemars Piguet untuk terus berevolusi dan mendobrak batasan telah muncul sejak perilisan Royal Oak perdana di tahun 1972. Sebagai reaksi terhadap kehadiran jam tangan quartz yang meredupkan atensi khalayak kepada industri horologi Swiss, Georges Golay selaku Managing Director Audemars Piguet kala itu bertindak strategis dengan menggaet pangsa pasar yang lebih luas.
Melalui kerja sama dengan Société Suisse pour l’Industrie Horlogère (cikal bakal Swatch Group), Georges memperoleh akses untuk bertemu dengan tiga agen yang mewakili grup tersebut di tiga negara, yaitu Carlo de Machi dari Italia, Charles Bauty dari Swiss, dan Charles Dorot dari Prancis. Dari pertemuan tersebut, Georges ditantang untuk menyuguhkan sesuatu yang berbeda kepada para pelanggan mereka, khususnya jam tangan mewah bermaterialkan stainless steel
Pada masa itu, stainless steel menuai popularitas di kalangan jam tangan olahraga berkat karakternya yang anti korosi, tahan terhadap goresan, tidak menimbulkan alergi, serta 70% lebih keras namun empat kali lebih ringan dibandingkan emas. Georges pun mengumpulkan sejumlah artisan dan watchmaker terbaik untuk mengelevasi stainless steel menjadi karya jam tangan yang memancarkan kemewahan.
Mulai dari Gérald Genta yang ditunjuk untuk membuat sketsa desain, Stern Frères yang mewujudkan dial berhiaskan guilloché Petite Tapisserie, Favre & Perret yang mengkreasikan steel case, dan Gay Frères yang bertanggung jawab dalam pembuatan steel bracelet terintegrasi. Hasilnya? Model perdana dari Royal Oak yang mengemban status sebagai jam tangan sport mewah bermaterialkan stainless steel pertama di dunia dengan calendar movement otomatis paling tipis di dunia.
Estetika distingtif dan kualitas mumpuni yang disuguhkan Audemars Piguet melalui Royal Oak sontak mengantarkan koleksi ini pada kesuksesan dan menghadirkan kesempatan bagi ragam variasi. Dari tahun ke
27
ROYAL OAK MERUPAKAN JAM TANGAN SPORT MEWAH BERMATERIALKAN STAINLESS STEEL PERTAMA DI DUNIA
ERGONOMI MENJADI FOKUS AUDEMARS PIGUET UNTUK ITERASI
ANYAR DARI ROYAL OAK EDISI SPESIAL HARI JADI KE-50 TAHUN
tahun, Royal Oak terus berevolusi dengan berbagai pengembangan berarti. Pada beberapa tahun pasca perilisannya, Audemars Piguet mengeksplorasi ukuran dan material dengan menawarkan model jam tangan wanita berdiameter 29 mm (1976) dan menyuguhkan versi bermaterialkan emas (1977).
Pada dekade ‘80-an dan ‘90-an, Royal Oak memperoleh penambahan berbagai komplikasi, seperti jendela hari dan tanggal (1983), perpetual calendar (1984), tourbillon (1997), kombinasi minute repeater, perpetual calendar, dan splitsecond chronograph (1997), hingga model Tradition d’Excellence yang mengawinkan desain dan mekanisme avant-garde. Era 1990-an juga menyaksikan eksplorasi sisi maskulin melalui kehadiran Royal Oak Offshore (1993) dan feminin lewat jam tangan bertaburkan permata berharga.
Kemudian di tahun 2000-an, Audemars Piguet merilis dial dalam ragam warna memikat dengan ukiran kotak-kotak berukuran lebih besar yang disebut Grande Tapisserie, serta meluncurkan berbagai edisi terbatas melalui kolaborasi dengan beberapa atlet dan figur publik pilihan, seperti Nick Faldo, Sachin Tendulkar, dan Jay-Z.
FOREVER YOUNG
Di tahun 2022 ini, Audemars Piguet merayakan hari jadi Royal Oak yang ke-50 tahun dengan sejumlah jam tangan anyar yang memfokuskan pembaruannya dari sisi ergonomi. Kali ini kami akan menyoroti dua versi dari Royal Oak Selfwinding Chronograph “50th Anniversary” dengan dial warna biru “Bleu Nuit, Nuage 50” dan hitam. Kedua jam ini mengusung case 41 mm bermaterialkan emas merah muda 18 karat yang menyuguhkan nuansa mewah nan modern.
Berbicara mengenai case, terdapat beberapa penyesuaian untuk meningkatkan ergonomi pengguna dan mengelevasi estetikanya. Yang pertama adalah tepi landai pada bagian atas dan bawah case yang dibuat lebih lebar agar permukaan tepi landai yang dipoles dan bagian case lain yang mengusung satin-finished terlihat semakin kontras. Kemudian bagian caseback kini lebih terintegrasi dengan bagian tengah case sehingga lebih nyaman dipakai. Selain itu, empat keping pertama pada bracelet yang terintegrasi dengan case hadir dalam siluet trapezoid agar lebih “memeluk” pergelangan tangan.
Beralih ke bagian dial, pembaruan nampak lewat proporsi elemen-elemennya yang dibuat lebih harmonis. Mulai dari standar baru untuk posisi penanda jam berpendar yang lebih diselaraskan dengan ukuran diameter, branding dekat posisi jam 12 yang tak lagi mengikutsertakan monogram AP dan hanya berfokus pada teks “AUDEMARS PIGUET” bermaterialkan emas, hingga jalur menit yang kini bergabung dengan dial Grande Tapisserie—tak lagi dicetak pada zona datar terpisah di pinggir terluar dial
Khusus edisi perayaan hari jadi ke-50 tahun Royal Oak, terdapat logo “50 Years” pada oscillating weight bermaterialkan emas 22 karat pada calibre 4401 yang dapat Anda lihat dari caseback kristal safir. Melalui iterasi terbaru Royal Oak, Audemars Piguet kembali mendemonstrasikan keterampilannya dalam mengawinkan estetika dengan mekanisme canggih—dan kini lebih ergonomis—sembari mempertahankan statusnya sebagai salah satu koleksi jam tangan paling ikonis di jagad horologi ini.
IDENTITY / COVER STORY
28
29
IDENTITY
NEW HORIZONS
Rolex GMT-Master II yang legendaris kini menikung ke kiri
Alvin Wong
Kami tidak berlebihan saat mengatakan bahwa Rolex Oyster Perpetual GMT-Master II adalah salah satu jam tangan dua zona waktu paling populer dan didambakan. Sebagaimana model jam tangan sport Rolex lainnya, GMT-Master II bukanlah jam yang bisa didapatkan dengan mudah. Sudah siapkah Anda untuk masuk ke dalam daftar tunggu yang membeludak?
Kepopuleran koleksi ini bermula ketika GMT-Master diluncurkan pada tahun 1955 dan menjadi jam resmi Pan American World Airways (lebih dikenal dengan sebutan ‘Pan Am’), penerbangan lintas benua paling tersohor di Amerika pada masanya. Di tahun 1982, Rolex membekali jam ini dengan movement yang mengizinkan pengaturan jam secara terpisah dari jarum penanda lainnya. Semenjak itu, travel tool watch ini dikenal sebagai GMT-Master II.
Dekade demi dekade, GMT-Master II telah melalui beberapa evolusi. Pembaruan estetika mencakup ukuran case, material, dan yang paling signifikan, peralihan dari bezel aluminium menjadi cincin bermaterialkan Cerachrom sejak tahun 2005. Bicara performa, seluruh GMT-Master II kini ditenagai oleh in-house automatic movement Calibre 3285 dengan cadangan daya hingga 70 jam.
Tak diragukan lagi, iterasi GMT-Master II Ref. 126720 VTNR adalah penawaran paling unik dalam katalog sang brand tahun ini meskipun tanpa perubahan berarti jika dilihat secara menyeluruh.
MAKING THE SWITCH
Versi baru yang dinaungi oleh case baja berdiameter 40 mm ini membanggakan fungsionalitas khas, yaitu tampilan dua zona waktu berbeda sekaligus. Hal ini terwujud berkat jarum penanda bergaya busur lancip yang menunjukkan waktu kota asal pada bezel berskala 24 jam. Sementara, waktu setempat dapat diatur dengan penambahan satu jam melalui crown
Bagaimanapun, jam tangan ini jelas terlihat berbeda. Hal ini disebabkan oleh bagian crown, pelindung crown, dan jendela tanggal yang direlokasi ke sisi kiri. Selain itu, bagian bezel mengusung konsep dwiwarna hijau dan hitam pada cincin bermaterialkan Cerachrom. Ini menandai kali pertama kombinasi warna tersebut diimplementasikan pada koleksi GMT-Master II.
31
ITERASI ANYAR GMT-MASTER II
REF. 126720 VTNR ADALAH PENAWARAN PALING UNIK DALAM KATALOG ROLEX TAHUN INI
Meskipun peralihan posisi crown dan indikator tanggal terkesan seperti perubahan subtil, pihak Rolex mengungkapkan bahwa proses pengujian presisi demi menjamin kualitas wajib disesuaikan seiring dengan diperbaruinya arsitektur movement. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa sang jam memenuhi persyaratan segel Rolex Superlative Chronometer yang diberikan oleh lembaga sertifikasi milik sang brand Kualifikasi pada sertifikat ini meliputi uji akurasi yang mengharuskan jam memiliki akurasi hingga -2/+2 detik per hari, uji ketahanan, uji antimagnet, serta tes ketahanan air dan guncangan.
Tak dapat dipungkiri, GMT-Master II memang dibuat untuk pengguna tangan kidal atau siapapun yang memilih untuk menggunakan jam pada pergelangan tangan kanan. Hal ini menimbulkan banyak pertanyaan, mengingat betapa terbiasanya kebanyakan orang pada konfigurasi tanggal dan crown di sisi kanan. Dari perspektif pengguna tangan kanan, jam ini menimbulkan sedikit kecanggungan-terlebih untuk jam dengan dua zona waktu yang sering disesuaikan saat berpelesir. Secara teori, siapapun dapat membiasakan diri untuk mengatur waktu dan tanggal menggunakan tangan kiri. Tetapi, apakah hal ini sepenting itu untuk dibiasakan?
Seperti jam tangan sport lainnya dalam katalog Rolex, permintaan untuk versi ini akan meledak karena alasan yang disebutkan di atas. Kami yakin Anda telah mendapatkan banyak kiriman pesan di Instagram berisi foto kolektor yang mengenakan GMT-Master II secara terbalik untuk mencerminkan jam ini. Rasanya opini bahwa tidak ada brand horologi lain di dunia yang mampu menimbulkan kehebohan dan memiliki pengikut sebanyak Rolex memang benar adanya.
Balik ke pertanyaan awal. Apakah Anda akan membeli model terbaru GMT-Master II jika mendapatkan kesempatan? Kami berbicara tentang fitur langka pada jam tangan ikonis untuk para kidal dengan bezel hijau dan hitam yang mungkin hanya akan diproduksi satu kali. Kedua hal tersebut meningkatkan nilai-nilai dari koleksi yang digandrungi ini. Tentunya pertanyaan ini akan dijawab tanpa banyak pikir oleh para kidal atau mereka yang berkantong tebal.
IDENTITY 32
33
MOMENTOUS OCCASION
Menelusuri kejayaan tujuh brand yang mewarnai jagad horologi dunia dengan koleksi-koleksi paling monumental
Octo L’ORIGINALE 2012
Octo Finissimo Tourbillon Manual 2014
Octo Finissimo Minute Repeater 2016
10 Tahun Bvlgari Octo
ajang Baselworld 2014, koleksi Octo Finissimo Tourbillon sontak menyabet dua rekor sekaligus sebagai jam tangan tourbillon dan mesin flying tourbillon tertipis di dunia. Saga ini terus berlanjut seiring dipecahkannya rekor tertipis untuk komplikasi lain melalui Octo Finissimo Minute Repeater (2016), Octo Finissimo Automatic (2017), Octo Finissimo Tourbillon Automatic (2018), Octo Finissimo Chronograph GMT (2019), Octo Finissimo Tourbillon Chronograph Skeleton Automatic (2020), dan Octo Finissimo Perpetual Calendar (2021).
Sejak pertama kali diperkenalkan pada tahun 2012, koleksi Bvlgari Octo mengguncang jagat horologi sebagai ikon kontemporer yang memadukan kepiawaian teknis dan elegansi khas Italia. Koleksi ini pun terus berkembang menjadi tiga lini ikonis, Octo L’Originale (2012), Octo Finissimo (2014), dan Octo Roma (2017). Ketika ditelisik lebih lanjut, ketiganya memiliki sorotan berbeda. Octo L’Originale berfokus akan desain oktagonal dan 110 faset yang terinspirasi dari monumen Pantheon di Roma, sedangkan Octo Roma mengedepankan impresi klasik yang dicirikan oleh lekukan pada bagian case dan opsi temali aligator. Selanjutnya adalah Octo Finissimo yang senantiasa didaulat sebagai pemecah rekor berkat komplikasi mutakhir di dalamnya. Inilah yang membuat lini ini begitu istimewa.
Mari bertapak tilas ke silsilah singkat Octo Finissimo. Saat pertama kali diluncurkan di
Kini, Bvlgari merayakan satu dekade koleksi Octo Finissimo yang didapuk sebagai ikon lewat perilisan dua iterasi anyar. Melalui Octo Finissimo Automatic 10th Anniversary dan Octo Finissimo Chronograph GMT 10th Anniversary, Bvlgari berhasil mengungguli pencapaian sebelumnya. Rekor sebagai jam tangan otomatis dan chronograph tertipis di dunia berhasil disabet sebagai rekor kedelapan bagi Bvlgari, ketiga untuk Octo Finissimo Automatic, dan kedua untuk Octo Finissimo Chronograph.
Perlu diingat bahwa kesuksesan Octo tak lepas dari tangan dingin para artisan Bvlgari yang mendemonstrasikan kepiawaian sang brand. Esensi desain Octo sendiri mengacu pada kreasi eponim Gérald Genta sebelum ia menjual perusahaannya ke Bvlgari pada tahun 1999. Ketika dihidupkan kembali pada tahun 2012, konsepsi desain diambil alih oleh Fabrizio Buonamassa Stigliani selaku Product Creation Executive Director Bvlgari. Dengan demikian, kedua iterasi anyar ini hadir sebagai wujud penghormatan terhadap sang kreator.
IDENTITY 36
Alih-alih menggunakan teknik render di komputer, bagian dial menginkorporasi sketsa orisinal karya Fabrizio yang menyerupai guratan pensil. Komponen ini berkontras apik dengan jarum penanda berlapis PVD, logo Bvlgari, dan indeks numeral berwarna hitam. Kedua model mengusung material ultralight titanium yang berjasa meringankan bobot jam. Masih berkiblat pada ketipisan, Octo Finissimo Automatic 10th Anniversary dinaungi oleh case berdiameter 40 mm dengan total ketebalan sebesar 5,15 mm. Sementara, Octo Finissimo Chronograph GMT 10th Anniversary mengagungkan kepipihan chronograph movement dengan ketebalan sebesar 3,3 mm saja. Untuk menjaga eksklusivitas, kedua model dalam koleksi ini hanya tersedia sejumlah 200 unit di seluruh dunia.
37 Octo Roma 2017 Octo Finissimo Automatic 10th Anniversary 2022 Octo Finissimo Automatic 2017 Octo Finissimo Chronograph GMT 10th Anniversary 2022 Octo Finissimo Chronograph GMT Automatic 2019 Octo Finissimo Tourbillon Choronograph GMT Automatic 2020 Octo Finissimo Perpetual Calendar 2021
65 Tahun Omega Speedmaster
Awal produksi Omega Speedmaster CK 2915 di tahun 1957 tidak bertujuan untuk dikenal sebagai ‘Jam Tangan Pertama yang Dikenakan di Permukaan Bulan.’ Sesungguhnya, Speedmaster dicetuskan pada tahun ‘50-an untuk olahraga motor balap. Kehadiran chronograph dan skala takimeter pada bezel membuatnya begitu melejit berkat keterbacaan yang mudah bagi para pembalap, sebuah inovasi pada masa itu. Semenjak itu, lebih dari 250 model Speedmaster telah diciptakan, mulai dari perpetual calendar, split-seconds, hingga fase bulan. Meski telah bereinkarnasi menjadi banyak model, Omega Speedmaster terbukti selalu setia dengan desain awalnya yang legendaris.
Dirilis pada tahun 1959, model CK 2998 menjadi langgam desain dari Speedmaster yang dikenal sekarang. Tata letak lingkar penghitung dipertahankan, tetapi perbedaan
utama terletak di jarum penanda bergaya busur lancip yang diganti menjadi menyerupai pedang. Speedmaster CK 2998 dikenakan oleh astronot Wally Schirra dalam misi penjelahan luar angkasa, Sigma 7. Walaupun keberadaanya hanya sampai tahun 1963, Speedmaster CK 2998 dikenang sebagai model yang memulai hubungan erat dengan NASA dan membuka eksplorasi ruang angkasa lebih jauh.
Selanjutnya, terdapat Speedmaster ' Moonwatch ' yang dikenal sebagai jam tangan pertama yang dikenakan Buzz Aldrin dalam misi Apollo 11 di tahun 1969. Jam ini adalah cikal bakal dari model lain, seperti Speedmaster ‘Mark II’ (1969) yang mengedepankan fondasi lebih kokoh. Di tahun 1962 dan 1963, Omega mengeluarkan Ref. 105.002 dan Ref. 105.003. Dua model inilah yang awalnya dipilih dan diuji oleh NASA dalam persiapan untuk misi bulan pertamanya. Jam tangan tersebut diuji keandalannya dalam keadaan panas, dingin, juga tekanan dan kelembapan ekstrem.
Untuk merayakan momentum hari jadi Speedmaster ke-65, Omega merilis ulang salah satu model paling prestisius dalam lini ini, Speedmaster Calibre 321 dalam Canopus Gold. Model tersebut dirancang dengan spesifikasi autentik dan ditenagai oleh mesin Calibre 321 yang serupa dengan milik Speedmaster orisinal rilisan tahun 1957. Speedmaster Calibre 321 dikemas dengan elegan dalam kotak kayu khusus berpola rosewood serta desain yang sama dengan kotak Speedmaster orisinal.
Master Collection Moonphase Chronograph 2019 Master Collection Date 2017 Master Collection Annual Calendar 2018 Master Collection 190th Anniversary 2022 IDENTITY
38
Ketika membeli Longines, Anda tidak hanya mendapatkan sebuah jam tangan, tetapi juga histori di baliknya. Eksistensi Longines dapat ditelusuri hingga tahun 1832 yang menjadikannya brand jam tangan tertua di dunia hingga kini. Longines berevolusi dengan penawaran jam tangan dan berhasil memelopori banyak terobosan pada setiap koleksinya. Di antaranya adalah mesin chronograph pertama, Calibre H20, chronometer, dan sejumlah fitur lainnya.
Tidak terasa, 190 tahun telah berlalu. Selebrasi meriah pun sudah diantisipasi oleh para pengikut setia Longines. Namun, brand ini memilih untuk merayakannya dengan tiga penawaran baru dalam lini The Longines Master Collection. Diluncurkan pada tahun 2005, The Longines Master Collection akan mengingatkan Anda terhadap koleksi Heritage yang memberi impresi klasik serupa. Hanya saja, The Longines Master Collection dilengkapi oleh deretan komplikasi mutakhir–ditenagai sepenuhnya oleh self-winding movement. Penawaran paling menonjol meliputi Moonphase Chronograph dengan fitur fase bulan dan chronograph, Master Collection Date, Master Collection Annual Calendar mengusung dial bercorak barleycorn khas Longines, dan tentu saja Master Collection 190th Anniversary.
Meski tidak dilengkapi komplikasi mutakhir, The Longines Master Collection 190th Anniversary hadir dengan desain yang mampu menggaungkan esensi tradisional sang brand selama berabad-abad. Dinaungi dalam case berdiameter 40 mm, terdapat tiga model yang mengusung material berbeda seperti stainless steel, emas kuning 18 karat, dan emas merah muda 18 karat. Sebagaimana namanya, masing-masing jam hanya tersedia sejumlah 190 unit di seluruh dunia.
39 Speedmaster Ref. 105.002 1963 Speedmaster Mark II 1969 Speedmaster Snoopy 2003 Speedmaster CK 2998 1959 Speedmaster Calibre 321 2022 190 Tahun The Longines Master Collection
70 Tahun Breitling Navitimer
Dari jam tangan chronograph yang dirancang sebagai instrumen kalkulasi penerbangan bagi para aviator di tahun 1952, Breitling Navitimer menjadi salah satu mahakarya yang paling dikenali di ranah aviasi dan dunia horologi. Navitimer sendiri adalah abreviasi untuk kata navigation dan timer, dua fungsi yang paling disoroti untuk sang lini. Tonggak pencapaian terbesar Navitimer adalah saat astronot Scott Carpenter mengenakan Navitimer Cosmonaute dalam misi Mercury-Atlas 7 di tahun 1962. Momen ini menandai pertama kalinya jam tangan chronograph dikenakan di perjalanan luar angkasa. Namun, popularitas Navitimer bermula jauh sebelum itu, yakni ketika Aircraft Owners and Pilots Association (AOPA klub aviator terbesar di dunia memesan 100 unit jam tangan chronograph untuk para anggotanya.
Sukses memantik permintaan publik, gagasan untuk melansir versi komersial pun diwujudkan Willy Breitling lewat peluncuran Navitimer Ref. 806. Model lain yang tak kalah vital dalam evolusi Navitimer meliputi Navitimer Twin-Jet bersematkan logo pesawat kembar AOPA pada bagian dial, Chronomatic Self-Winding Chronograph yang ditenagai oleh mekanisme mikro-rotor, Navitimer Ref. 81600 sebagai simbol kebangkitan produsen arloji Swiss pasca berlalunya
krisis kuarsa, dan Navitimer Rattrapante yang dilengkapi oleh
split-seconds chronograph
70 tahun kemudian, Navitimer senantiasa mengudara hingga menjadi salah satu ikon horologi termasyhur di industri ini. Breitling merayakannya dengan berbagai cara interaktif untuk berkoneksi dengan pencinta Navitimer. Di antaranya adalah melalui program Breitling Aviation Scholarship untuk para pilot muda di Amerika Serikat dan kampanye Navitimer - For The Journey yang menyoroti perjalanan inspiratif para profesional dari berbagai latar belakang, serta ditelurkannya interpretasi anyar dari Navitimer.
Bernama B01 Chronograph, koleksi ini hadir dalam tiga opsi dial (46, 43 dan 41 mm), dua pilihan case (stainless steel dan emas merah muda 18 karat), dua temali (kulit atau logam) tricompax chronograph, dan penggaris melingkar khas Navitimer yang dipertahankan untuk menghormati pendahulunya, Anda dapat menemukan perbedaan mencolok pada bagian dial yang mengusung warna biru, hijau, dan tembaga. Untuk memeriahkan selebrasi ini, para pengikut setia Navitimer yang terdiri dari pelanggan, jurnalis, serta peritel Breitling diajak mengudara dalam penerbangan Swiss Air Lines dari Zürich ke Jenewa dan disuguhkan presentasi produk Navitimer edisi 70 tahun.
IDENTITY
Navitimer Ref. 806 1965 Navitimer B01 Chronograph 43 2022 Navitimer Rattrapante Ref. J34030 1995 Navitimer Cosmonaute 1962 Navitimer 1954
60 Tahun TAG Heuer Autavia
Ketika diskusi tentang lini legendaris TAG Heuer muncul di permukaan, pikiran Anda pasti tertuju pada lini Monaco atau Carrera. Kehadiran Autavia sebagai salah satu lini signifikan dalam portofolio TAG Heuer acapkali terlupakan dikarenakan hiatus produksi yang cukup lama dari tahun 1985 hingga 2017. Awalnya Autavia adalah instrumen waktu yang dipasang di dasbor mobil balap dan pesawat pada pertengahan abad ke-20 sebelum dikonsepsikan sebagai sebuah jam tangan oleh Jack Heuer di tahun 1962. Nama Autavia sendiri adalah penggabungan dari kata automotive dan aviation.
Model lawas yang berhasil melambungkan nama Autavia adalah Ref. 2446 dan Ref. 3646, ditenagai oleh hand wound movement Valjoux 72 dan 92. Ciri distingtif utama jam ini terletak pada bezel yang dapat diputar ke dua arah dan dilengkapi dengan pengatur waktu 60 menit atau 12 jam.
Mengingat statusnya sebagai jam tangan chronograph dengan movement otomatis pertama, tak ayal jika Autavia dilahirkan kembali di tahun 2017. Lewat sayembara bernama Autavia Cup, pengikut setia TAG Heuer dapat memilih satu dari deretan referensi lawas Autavia yang ingin dihidupkan kembali. Hasilnya adalah interpretasi modern bertajuk Autavia 2446 Mark 3 Jochen Rindt. Semenjak itu, penawaran demi penawaran terus disuguhkan TAG Heuer untuk memuaskan permintaan para pencinta lini Autavia.
Salah satunya adalah Autavia 2448 Mark 3 Jochen Rindt lansiran tahun 2017. Ditemukan pada case bundar berdiameter 42 mm pendahulunya mengusung case berdiameter 38 mm. Proporsi tersebut menyesuaikan mesin chronograph otomatis berdiameter 15,64 mm yang menenagainya. Di samping itu, versi ini tetap setia pada kode desain orisinal Autavia dengan lug bergaya ‘60-an dan bezel yang dapat diputar ke dua arah, serta dial bergaya panda dengan tri-compax chronograph. Pembeda lainnnya adalah kehadiran jendela tanggal pada posisi jam 6. Untuk memperkuat impresi khas reli, bagian caseback diukir dengan aksen dekoratif baling-baling dan tekstur menyerupai ban mobil.
Selanjutnya adalah Autavia Isograph Chronometer (2019). Meski chronograph telah terpatri pada DNA Autavia, TAG Heuer memutuskan untuk menyimpang sedikit untuk iterasi keluaran tahun 2019 ini. Meniadakan fitur chronograph, Autavia Isograph Chronometer hadir dengan fungsi choronometer yang berdampak pada presisi waktu. Performa prima jam ini ditenagai oleh Calibre 5 dengan hairspring bermaterialkan karbon komposit bernama Isograph yang berjasa meningkatkan durabilitas pada sang movement. Selain mengutamakan performa, Autavia Isograph Chronometer juga mengedepankan desain elegan yang diwujudkan lewat opsi case bermaterialkan stainless steel atau perunggu yang ditawarkannya.
Dalam rangka perayaan hari jadi ke-60 Autavia, TAG Heuer mengumumkan dilansirnya tiga iterasi terbaru yang bernaung dalam koleksi Autavia 60th Anniversary. Mengasimilasi unsur-unsur vital dalam Autavia, koleksi ini terdiri dari model Flyback Chronograph dan GMT 3 Hands. Kembalinya fungsi chronograph menjadi momen yang disambut dengan antusias tinggi. Terdapat dua opsi dalam versi Flyback Chronograph, yaitu dial bergaya panda berwarna hitam dan perak. Keduanya mengacu pada versi orisinal sebagai penghormatan terhadap leluhurnya. Ditenagai oleh Calibre Heuer 02 Flyback bersertifikat COSC, jam ini dilengkapi dengan fitur flyback untuk mempermudah penyetelan ulang tanpa harus memberhentikannya terlebih dahulu. Penawaran berikutnya adalah versi GMT 3 Hands yang dilengkapi oleh fungsi GMT 3 zona waktu dan ditenagai oleh Calibre 7 COSC GMT. Daya pikat model ini terletak pada bezel dengan konsep dwiwarna hitam dan biru berskala 24 jam.
41
Autavia Isograph 2019 Autavia Ref. 2446 Mark 3 Jochen Rindt 2017 Autavia Ref. 2446 1966 Autavia GMT 3 Hands 2022 Autavia Flyback Chronograph 2022
90 Tahun Patek Philippe Calatrava
Meski Nautilus berada di urutan teratas dalam daftar dambaan para kolektor, Calatrava merupakan ikon sejati yang paling mewakili identitas Patek Philippe. Bagaimana tidak? Nama koleksi ini diadaptasi dari logo salib Calatrava yang didaftarkan oleh Patek Philippe sebagai merek dagangnya sejak tahun 1887 silam. Perlu Anda ketahui juga bahwa Calatrava adalah kreasi pertama yang dirilis Patek Philippe pasca diambil alih oleh keluarga Stern pada tahun 1932.
Dalam upaya menjangkau klien yang lebih luas, keluarga Stern menugaskan David Penney untuk mendesain jam tangan sederhana nan timeless sembari tetap memancarkan kemewahan dan kepiawaian khas Patek Philippe. Estetika ala Bauhaus yang mengedepankan minimalisme dan fungsionalitas kemudian mengilhami David dalam merumuskan tampilan Calatrava. Sebuah formula desain sempurna pun terwujud hingga menjadikan Calatrava sebagai acuan pakem bagi kreasi dress watch lain dari masa perilisannya di tahun 1932 hingga sekarang.
IDENTITY 42
Calatrava Ref. 96 1953 Calatrava Ref. 5134 2004
Sebagai pionir dari jam tangan yang mengusung case ramping berbentuk bundar dengan bezel datar dan lug yang terintegrasi secara subtil, Calatrava memikat konsumen lintas profesi dan generasi berkat desainnya yang tak lekang oleh waktu. Seperti desain ikonis lainnya, Calatrava pun menjadi kanvas bagi ragam iterasi yang memperkaya arsip penawaran Patek Philippe. Kecerdasan formula desain Calatrava dibuktikan dengan model orisinalnya, Referensi 96 kecintaan para kolektor yang diproduksi selama 40 tahun dengan berbagai variasi.
Bila model orisinal menunjukkan detik secara terpisah melalui subdial di atas jam 6, terdapat beberapa variasi yang menawarkan tiga bahkan dua jarum penunjuk—tanpa detik—untuk tampilan dial yang lebih minimalis. Indeks baton sebagai penanda jam juga digantikan oleh numeral Breguet seperti pada Ref. 5134 (2004), Arab minimalis, hingga Arab berukuran besar dan berisikan cairan berpendar untuk para pilot. Terdapat juga Ref. 5296G (2007) dengan dial bersektor yang memisahkan lingkaran penunjuk jam dan menit. Dari segi material, Calatrava
mengeksplorasi ragam warna emas hingga stainless steel. Sedangkan dari sisi dekorasi, Patek Philippe juga menawarkan versi bertaburkan berlian dan bezel berhiaskan ukiran Clous de Paris.
Momentum penting yang juga disaksikan oleh Calatrava adalah transisi dari penggunaan movement buatan LeCoultre menjadi in-house movement di bawah arahan keluarga Stern. Sejak tahun 1934, Calatrava ditenagai oleh 12”’120—in-house calibre pertama bagi sang brand. Seiring ragam iterasi yang diperkenalkan, Patek Philippe menenagai Calatrava dengan movement otomatis, super tipis, hingga yang berdetak 28.000 ketukan per jam. Tahun lalu sang brand memperkenalkan kreasi movement terbaru, Calibre 30-255, pada Calatrava modern Ref. 6119R (2021) dengan konfigurasi barel ganda dan torsi tinggi. Di tahun 2022, Calatrava resmi berusia 90 tahun. Meski tidak merilis edisi spesial untuk merayakan momentum ini, Ref. 5226 yang begitu rupawan dengan caseband berhiaskan ukiran Clous de Paris dan dial bertekstur memikat tentunya tetap patut diselebrasi kehadirannya.
43
Calatrava REF. 5296G 2007 Calatrava Ref. 6119R 2021 Calatrava Ref. 5226 2022
20 Tahun Louis Vuitton Tambour
Bicara eksistensi, Louis Vuitton tentunya sudah tidak asing di telinga publik sebagai nama besar di ranah fashion global. Merasa tidak cukup, sang brand mulai merambah ke dunia horologi dengan dilansirnya koleksi LV1 pada tahun 1988 dan Tambour pada tahun 2002. Siluet unik Tambour case cembung dan nihilnya bezel merupakan manifestasi Louis Vuitton sebagai advokat seni dan menjadi landasan dari deretan penawaran yang bernaung di dalamnya. Tahun ini, Louis Vuitton Tambour merayakan dua dekade eksistensinya. Berikut kilas balik dari beberapa koleksi Tambour sepanjang dua dekade terakhir.
Koleksi Tambour diprakarsai oleh peluncuran. Tambour Automatique GMT pada tahun 2022. Daya pikat Tambour terletak pada sunray dial yang berkontras apik dengan jarum penanda GMT berwarna kuning sebagai anggukan terhadap monogram khas Louis Vuitton. Sebagaimana jam tangan GMT lainnya, jam ini mengusung bezel berskala 24 jam dan case bersiluet drum terinspirasi oleh perkusi asal Jepang yang dikreasikan oleh studio desain Berra Blanquer.
Tak hanya mengusung estetika yang memanjakan mata, Tambour pun dipersenjatai dengan penawaran lebih serius. Iterasi lain yang patut disoroti dalam koleksi Tambour adalah Tambour Moon " Poinçon de Genéve" Flying Tourbillon (2017). Jam tangan ini hadir dengan salah satu komplikasi yang didapuk paling rumit untuk dikreasikan. Terletak di posisi jam 6 pada dial, cangkang tourbillon dikreasikan dengan siluet bunga Monogram khas Louis Vuitton. Performa mutakhir pada jam ini ditenagai oleh Calibre LV97 garapan La Fabrique du Temps Louis Vuitton yang terdiri dari 160 komponen saja.
Tambour Automatique GMT 2002
Menantang kaidah desain tradisional, penawaran keluaran tahun 2019 ini tak luput dari lirikan para pencinta Tambour. Tambour Spin Time Air menghadirkan komplikasi jumping hour. Alih-alih ditunjukkan melalui jarum penanda di bagian pusat, indeks waktu ditunjukkan melalui 12 kubus yang tampak melayang di sekeliling dial. Setiap 60 menit, salah satu kubus akan menunjukan sisi netral. Jam ini ditenagai oleh Calibre LV88 dengan cadangan daya hingga 35 jam.
Selanjutnya adalah iterasi nan istimewa yang ditelurkan bertepatan dengan selebrasi Tambour. Terinspirasi oleh Tambour pertama, Tambour 20th Anniversary dilengkapi oleh fitur chronograph yang ditenagai oleh movement LV277–diadopsi dari Zenith El Primero. Bagian rotor dimodifikasi oleh Louis Vuitton dengan material emas merah muda 22 karat. Untuk memperingati hari jadi ke-20 dari lini yang begitu erat dengan seni tersebut, Louis Vuitton turut memperkenalkan Bradley Cooper sebagai wajah terbarunya. Untuk menjaga eksklusivitas, Tambour 20th Anniversary hanya diproduksi sejumlah 200 unit di seluruh dunia.
IDENTITY
43
Tambour Spin Time Air 2019
Tambour 20th Anniversary 2022 FLYING TOURBILLON “POINÇON DE GENÈVE” 2017
THE OF REVIVAL A LEGEND
Tak sekadar menandai kelahiran kembali sebuah ikon jam tangan dari tahun 1968, Longines Ultra-Chron terbaru juga menyoroti peran historis sang brand dalam pengembangan movement berfrekuensi tinggi sejak lebih dari 100 tahun yang lalu Erika Tania
IDENTITY
46
Longines Ultra-Chron terbaru hadir dalam cushion case baja berdiameter 43 mm dengan bezel yang dapat diputar ke satu arah bermaterialkan sisipan kristal safir, dial hitam bertekstur yang dilengkapi jarum berlapiskan Super-LumiNova®, serta bracelet baja
TERRIFIC TIMEKEEPER
Menilik balik perjalanan Longines dalam pengembangan movement berfrekuensi tinggi tentunya tak terlepas dari keterlibatan sang brand sebagai pencatat waktu di berbagai kompetisi olahraga prestisius. Mulai dari pacuan kuda, balap sepeda, ski, rally, hingga balap mobil Formula 1.
Popularitas stopwatch Longines di kalangan para penunggang kuda pada era 1880-an mengantarkan sang brand sebagai pencatat waktu pada ribuan kompetisi olahraga berkuda selama bertahun-tahun. Untuk memaksimalkan perannya, Longines mengkreasikan stopwatch dengan jarum split-second dan movement berfrekuensi tinggi yang akurat hingga sepersepuluh atau seperseratus detik. Dengan instrumen yang sama, Longines juga mendukung ragam kompetisi balap sepeda bergengsi, seperti Tour de France, Giro d’Italia, dan Vuelta di Spanyol.
Selain itu, Longines juga dipercayai untuk terlibat dalam berbagai kompetisi olahraga ski prestisius, seperti International Week of Winter Sports (1924), World Ski Championship (1939), Military Ski Championship (1945) di mana sang brand menggunakan fotosel penghalang cahaya buatannya di garis akhir, dan kini Longines
Karya spesifik lain yang dikreasikan Longines untuk kompetisi olahraga adalah Printogines yang memungkinkan para peserta balap mobil merekam waktu ketibaan mereka di setiap checkpoint dalam kompetisi olahraga otomotif rally. Tak hanya menjadi pencatat waktu Rallye Monte-Carlo selama 30 tahun, Longines juga terlibat dalam kompetisi Coupe des Alpes, TAP Rally di Portugal, Thousand Lakes di Finlandia, hingga Rallye de Côte d’lvoire di Afrika.
Pada tahun 1949, Longines memperkenalkan sebuah sistem penghitung waktu yang dapat mencatat hingga sepersepuluh detik melalui serangkaian foto. Setahun kemudian, Longines digaet oleh ragam ajang balap mobil seperti Grand Prix de Monaco, Indianapolis 500, hingga balapan Formula 1 dari tahun 1982-1992.
Berkat konsistensi Longines dalam menyuguhkan alat penunjuk waktu inovatif dan memiliki akurasi yang baik, maka tak heran bila brand berlogo jam pasir bersayap ini memperoleh kepercayaan para profesional dari lintas bidang olahraga di berbagai belahan dunia hingga kini.
merupakan Official Partner dan Official Timekeeper bagi FIS Alpine Ski World Cup dan FIS Alpine World Ski Championships.
PURSUIT OF PRECISION
Lebih dari seratus tahun kiprah Longines dalam ranah movement berfrekuensi tinggi, berikut ini delapan karya pilihan untuk mengilustrasikan evolusi sang dalam menyuguhkan instrumen waktu yang kian presisi
1914Ditenagai oleh calibre 19.73N dengan balance wheel yang berosilasi 36.000 ketukan per jam, stopwatch yang dilengkapi oleh jarum split-second (penyempurnaan pada rilisan 1922) ini mendulang popularitas di dunia olahraga, militer, dan kesehatan.
1938Chronograph yang dikonstruksikan dengan chronometer navigasi sebagai basisnya ini dilengkapi oleh jarum yang berotasi mengelilingi dial dalam waktu 30 detik, sehingga memudahkan pengguna untuk membaca fraksi-fraksi dalam satu detik.
1916Longines mampu mencatat waktu hingga seperseratus detik berkat modifikasi terhadap calibre 19.73N agar balance wheel dapat berosilasi lebih cepat, yaitu 360.000 ketukan per jam. Chronograph ini juga memiliki lingkar penghitung menit di posisi angka 12.
flyback dan sistem menyetop kinerja balance yang membantu pengguna restart tanpa reset. Pembaruan pada tahun 1966 bagi chronograph ini dilengkapi oleh jarum spesial yang menunjuk pada skala nonius.
1959
Longines mempresentasikan jam tangan berfrekuensi pertamanya yang didukung kinerja calibre 360 dengan 36.000 ketukan per jam. Karya ini meraih posisi pertama dan kedua di kompetisi akurasi oleh Observatory of Neuchâtel pada tahun 1961.
1966
1968
Longines merilis jam tangan selam berfrekuensi tinggi pertama di dunia melalui perilisan Ultra-Chron Diver yang ditenagai oleh calibre 431. Bergaya sporty, jam ini mengusung case berbentuk tonneau dengan jarum menit berwarna merah yang menjadi ciri khasnya.
2022
Dengan estetika yang terinspirasi oleh Longines Ultra-Chron Diver rilisan 1968, sang brand merilis interpretasi modern bernama Longines Ultra-Chron yang hadir dalam pilihan bracelet baja atau
Berkat calibre 431 yang diberi pelumas kering berpaten karya Longines, sang menyuguhkan jam tangan yang lebih akurat daripada chronometer bersertifikat COSC. Oleh karenanya jam tersebut diberi nama Ultra-Chron.
A NEW MILESTONE
Meski mengadaptasi elemen-elemen desain yang begitu familiar dari Ultra-Chron Diver rilisan tahun 1968, Longines Ultra-Chron terbaru hadir dengan berbagai pembaruan cermat yang membuatnya semakin memikat. Perbedaan paling mencolok adalah jendela tanggal yang dieliminasi untuk tampilan lebih minimalis. Selain itu, bentuk tonneau case dari versi orisinalnya digantikan oleh cushion case dengan konstruksi yang lebih ‘memeluk’ pergelangan tangan, serta turut dilengkapi oleh caseback dan crown yang terkunci rapat sehingga tahan air hingga kedalaman 300 meter.
Dinamisme ditunjukkan Longines lewat dial hitam bertekstur dan indeks jam multisegi, serta kehadiran aksen merah pada jarum maupun skala graduasi pada bezel. Berbicara mengenai bezel, menariknya, Longines memilih sisipan kristal safir sebagai material utama—pertama kali bagi sang brand—yang seketika menyuguhkan kesan modis. Untuk memaksimalkan keterbacaan, jarum pada dial
Longines Ultra-Chron terbaru dengan temali kulit warna cokelat untuk tampilan klasik
Temali NATO yang terbuat dari material daur ulang merupakan temali tambahan yang ditawarkan pada setiap pembelian
Longines Ultra-Chron terbaru
Nuansa sporty yang kental hadir lewat Longines Ultra-Chron terbaru dengan bracelet baja tujuh keping
Namun tentu saja sorotan utama dari Longines Ultra-Chron terbaru terletak pada movement berfrekuensi tinggi yang menenagainya. Sebagai hasil dari kolaborasinya dengan ETA, sebuah calibre eksklusif untuk Longines yang berdetak 10 ketukan per detik menjadi jantung bagi Longines Ultra-Chron terbaru. Bernama calibre L836.6, kinerja movement ini didukung oleh balance spring bermaterial silikon serta escape wheel dan anchor yang antimagnetis. Konstruksi elemen-elemen di dalam movement ini juga disesuaikan agar lebih stabil sembari menunjukkan waktu secara akurat.
Dapat dipastikan bahwa Longines Ultra-Chron rilisan tahun ini tidak akan menjadi jam tangan berfrekuensi tinggi modern terakhir dari Longines, sebagaimana sang brand menunjukkan keseriusannya dengan menggaet TIMELAB—laboratorium uji independen basis Jenewa—untuk melakukan serangkaian pengujian selama 15 hari di mana movement dalam case dihadapkan pada tiga temperatur berbeda. Kreasi yang lulus uji dan memenuhi kriteria presisi yang ketat —standar ISO 3159:2009—mengemban status chronometer sebagaimana terlihat pada caseback jam tangan Longines Ultra-Chron terbaru.
Dikemas dalam boks presentasi spesial, jam tangan ini hadir dalam dua pilihan temali: bracelet baja atau temali kulit, dengan tambahan temali NATO hitammerah bermaterial daur ulang yang sudah termasuk di setiap pembelian. Melalui Longines Ultra-Chron terbaru, brand basis Swiss ini berhasil merangkum segudang pengalaman dan prestasinya dalam ranah movement berfrekuensi tinggi dengan menggabungkan tradisi, elegansi, dan performa yang mumpuni.
IDENTITY
AQUATIC JOURNEY
TAG Heuer memberi keleluasaan bagi para penjelajah dengan implementasi fitur dua zona waktu pada Aquaracer Professional 300 GMT
Arinta Wirasto
Selain asosiasi erat dengan olahraga balap motor dan mobil, TAG Heuer juga fasih menerjemahkan keahliannya dalam kreasi jam tangan selam. Mari telusuri ikatan sejarah TAG Heuer dengan dunia olahraga air. Tahun 1978 menandai momen brand asal Swiss ini meluncurkan jam tangan selam pertamanya lewat koleksi 1000. Selanjutnya, penawaran jam tangan selam TAG Heuer semakin berkembang lewat dirilisnya koleksi 2000 di tahun 1982 kini didaulat sebagai salah satu lini legendaris sang brand
Berbagai pembaruan pun terus dilakukan oleh TAG Heuer untuk memenuhi kebutuhan pencinta genre tool watch populer tersebut lewat koleksi 3000, 4000, dan 6000. Pada tahun 2004, model 2000 direjuvenasi dengan tampilan modern, meski tetap berpijak pada kode desain yang sama. Inilah cikal bakal dari kelahiran Aquaracer, nama baru yang disandang koleksi 2000. Semenjak itu, iterasi demi iterasi terus ditelurkan dengan tambahan fitur dan variasi material yang diusung tanpa mengkompromikan fungsi utamanya sebagai jam tangan selam.
IDENTITY 48
CROSSING BORDERS
Menyusul kesuksesan generasi baru Aquaracer rilisan tahun 2021, TAG Heuer kembali menghadirkan pembaruan yang patut menjadi sorotan. Meski berbasis spesifikasi serupa dengan versi sebelumnya, Aquaracer Professional 300 GMT dilengkapi dengan tambahan fungsi GMT. Fitur dua zona waktu dirasa sempurna untuk menunjang mobilitas para pencinta olahraga air yang gemar mengeksplorasi situs berselancar atau menyelam lintas negara.
Perbedaan paling menonjol adalah bezel berskala 24 jam yang dapat diputar ke dua arah untuk menggantikan bezel berskala 60 menit milik pendahulunya. Bezel ini mengusung konsep dwiwarna untuk menandai waktu siang dan malam. Warna biru tua melambangkan jam 6 malam hingga jam 6 pagi, sebaliknya warna putih mutiara hadir sebagai representasi jam 6 pagi hingga jam 6 malam. Indeks penanda di setiap sisi bezel bermaterialkan keramik anti gores ini dibalut dalam palet putih dan hitam untuk meningkatkan keterbacaan.
Secara garis besar, iterasi anyar ini mengacu pada estetika Aquaracer Professional 300 Automatic. Namun, untuk Aquaracer Professional 300 GMT, bagian dial digarap dengan palet biru tua bercorak sunray yang terilhami oleh dunia maritim. Jam ini dilengkapi oleh jarum GMT berwarna kuning bergaya busur lancip yang mampu berpendar dalam kegelapan sehingga menciptakan kontras apik ketika disandingkan bersama bezel. Dikhususkan untuk para pengelana, jarum ini melakukan perputaran penuh setiap 24 jam sekali dan dapat diatur melalui crown. Akan tetapi, perlu diketahui bahwa pengaturan tersebut tidak berlaku untuk konfigurasi zona waktu setempat, melainkan hanya peningkatan satu jam dari waktu yang terpampang.
KEHADIRAN AQUARACER PROFESSIONAL 300 GMT ADALAH MOMENTUM SEMPURNA YANG DISAMBUT DENGAN SUKACITA OLEH PARA PENJELAJAH
IDENTITY 50
DELVING DEEPER
Iterasi anyar ini mengasimilasi enam unsur fundamental khas Aquaracer, yaitu: ketahanan air hingga kedalaman setidaknya 200 meter, screw-down crown, double safety folding clasp, bezel yang dapat berotasi ke satu arah atau lebih, kristal safir, dan indeks berpendar. Jam ini dinaungi oleh stainless steel case berdiameter 43 mm layaknya sang pendahulu, hanya saja dengan sentuhan akhir brushed di permukaan dan bevel mengilap. Semua faset pada case dikreasikan dengan wujud fluted agar lebih mudah disesuaikan oleh sang pengguna.
Tidak sekadar menganut paham ‘bentuk yang mengikuti fungsi’, Aquaracer Professional 300 GMT merupakan cerminan sesungguhnya atas kemewahan bersahaja dan fitur berfaedah. Tentu saja, di balik setiap pembaruan, terdapat arsitektur mutakhir yang berjasa mewujudkannya. Ialah Calibre 7 GMT Automatic yang mampu memberikan cadangan daya hingga 50 jam, ketahanan air hingga kedalaman 300 meter, dan fungsi
tanggal—diindikasikan oleh tampilan lup bergaya cyclops pada posisi angka 6. Mesin otomatis ciptaan manufaktur tersohor Sellita ini juga dikenal dengan nama SW330. Sebagai penghormatan terhadap Aquaracer rilisan tahun 2004, caseback jam dihiasi oleh imaji setelan selam scaphander yang dilatari oleh corak heksagon.
Siapapun yang terpikat oleh Aquaracer Professional 300 GMT akan dibuat terkesima oleh dua opsi temali yang disajikannya: bracelet tiga keping bermaterialkan stainless steel dan temali karet biru tua yang diserasikan dengan bagian dial dan bezel. Masih berfokus akan karakter ergonomis yang dijanjikan, kedua temali pada jam dilengkapi dengan sistem penyesuaian yang mudah, apapun situasinya. Ya, sekalipun saat Anda sedang mengenakan setelan selam. Kehadiran Aquaracer Professional 300 GMT merupakan momentum sempurna yang menggaungkan sukacita di kalangan para penjelajah seiring memulihnya dunia dari pandemi Covid-19.
51
TURNING BACK TIME
Tissot PRX teranyar kian tak terelakkan dengan pembaruan model chronograph dan quartz
Alvin Wong
Kesigapan Tissot dalam merilis berbagai model terbaru dari koleksi PRX bukanlah ambisi semata, melainkan sebuah keputusan strategis. Selang setahun sejak perilisan perdananya, Tissot menjaga momentum atas popularitas koleksi ini dengan deretan iterasi memesona yang setia mempertahankan daya pikat pendahulunya: jam tangan bergaya retro dalam penawaran harga ramah kantong.
Diperkenalkan pada tahun 2021, koleksi PRX mengantarkan Tissot ke dalam lingkaran komunitas horologi yang mencintai estetika jam lawas. Terinspirasi oleh Tissot PRX 40 205 dari tahun 1978 yang mengusung tonneau case dengan bezel bundar, interpretasi modern ini memancarkan aura retro nan distingtif. Hadir dalam versi quartz dan otomatis, jam tangan PRX mengemban penawaran harga sangat memikat yang membuatnya semakin tak terelakkan.
Maka, tak heran bila tahun ini kita melihat lebih banyak pilihan baru dalam koleksi PRX. Mulai dari dua model otomatis berdiameter 40 mm dengan bezel bermaterialkan emas merah muda 18 karat yang menonjolkan kemewahan, hingga ragam opsi model quartz dalam diameter 35 mm dengan dial berwarna cerah.
CHRONO MONDO
Bagi pencinta jam tangan mekanis sejati, PRX Chronograph Valjoux wajib untuk Anda amati lebih mendalam. Model anyar dalam koleksi PRX ini mencuri perhatian kami berkat tampilan berani pada dial yang kian memperkuat personalitas uniknya. Seperti model-model PRX lainnya, PRX Chronograph Valjoux mengusung profil khas sang koleksi namun kali ini dalam kemasan case berdiameter 42 mm dengan tombol angular yang tak hanya melengkapi estetikanya, tetapi juga mengakomodasi kinerja chronograph
43
movement. Meski model ini sedikit lebih tebal, penampilan kasual nan elegannya tetap terjaga berkat desain PRX yang begitu khas.
Kehadiran fitur chronograph pada dial menjadikan estetika PRX semakin rupawan. Garis desain yang tegas dan sarat akan nostalgia dipancarkan secara nyata lewat kombinasi warna kontras pada lingkaran penghitung chronograph. Model pertama tampak mewah dengan dial panda dalam warna hitam pada latar perak yang dilengkapi oleh jarum dan indeks jam berlapiskan emas, sedangkan model kedua mengedepankan kombinasi dial biru dan lingkar penghitung warna putih. Bila paduan warna hitam-putih adalah pilihan klasik, biru-putih menyuguhkan daya tarik kasual nan elegan.
Selain berpenampilan apik, PRX Chronograph Valjoux menyuguhkan performa maksimal berkat kinerja movement yang menenagainya. Bertajuk Valjoux A05 H31, movement otomatis ini merupakan versi pembaruan dari ETA Valjoux 7753—salah satu varian dari movement Valjoux 7750 legendaris namun dengan komposisi berbeda untuk jendela tanggal—yang menawarkan cadangan daya hingga 60 jam.
QUARTZ IN COLOUR
Tissot juga menyoroti serangkaian model quartz untuk koleksi PRX yang kali ini mengadaptasi ukuran baru dalam upaya menarik minat pelanggan lebih luas. Bila model quartz PRX pertama pada tahun 2021 hadir dalam case berdiameter 40 mm yang mungkin masih terlalu besar bagi sebagian pelanggan, tahun ini Tissot memilih diameter 35 mm untuk memikat para pencinta horologi dengan pergelangan tangan kecil.
Melalui model-model PRX terbaru, Tissot memanjakan para penggemarnya dengan lima opsi anyar—empat di antaranya hadir kaya warna dalam dial warna perak, hijau, biru, atau biru muda, sedangkan satu opsi lainnya mengusung lapisan emas kuning pada seluruh permukaannya. Apapun preferensi warna Anda, setiap model PRX terbaru tetap setia mengedepankan estetika lawas yang membuat para pendahulunya begitu populer.
PRX Chronograph Valjoux ditawarkan seharga Rp 28 juta-an, sedangkan model quartz PRX mengusung label harga mulai dari Rp 5,6 juta-an. Baik model chronograph mekanis maupun quartz, koleksi Tissot PRX terbaru berhasil melanjutkan misi sang brand dalam menyuguhkan opsi jam tangan berkualitas dengan harga yang bersahabat, sembari memenuhi berbagai preferensi pencinta jam tangan.
KOLEKSI PRX MENGANTARKAN TISSOT KE DALAM LINGKARAN KOMUNITAS HOROLOGI YANG MENCINTAI JAM TANGAN LAWAS
IDENTITY
54
PRX Valjoux Chronograph
55 PRX Quartz 35mm
CENTRE OF ATTRACTION
Franck Muller adalah advokat sesungguhnya dari tourbillon
Alvin Wong
Bagi Franck Muller, tourbillon ibarat sebuah kanvas kosong bagi Picasso: sebuah undangan untuk mengeksplorasi kreativitas tanpa batas. Abraham Louis Breguet memang dikenal sebagai pencipta tourbillon di tahun 1801. Namun, hanya segelintir yang mampu meneruskan jejak sang Maestro lewat pengembangan teknis dan estetika tourbillon secara tangkas, sebagaimana didemonstrasikan Franck Muller di dunia horologi kontemporer.
Sebagai mekanisme paling dikenali lewat perputaran konstan sejumlah komponen, tourbillon menaungi elemen-elemen vital pada mesin jam dalam suatu sangkar. Tourbillon berputar melawan arah jarum jam untuk menghindari pengaruh gravitasi demi menjaga akurasi waktu. Dengan konstruksi kian rumit, tourbillon pun menjadi simbol kebanggaan bagi brand yang mampu menguasainya.
IDENTITY 56
57
Grand Central Tourbillon dalam case Cintrée Curvex bermaterialkan emas merah muda
OBSESI FRANCK MULLER TERHADAP TOURBILLON MEMBANGKITKAN KEKAGUMAN PENCINTA SANG BRAND DAN TOURBILLON LINTAS DEKADE
Dengan demikian, penemu dari brand eponim ini semakin diakui di dunia horologi berkat kreasi World Premieres terdiri dari jajaran komplikasi kompleks berbasis tourbillon yang belum pernah ada sebelumnya. Mulai dari tourbillon dengan jumping hours pada tahun 1986, hingga Revolution 3 rilisan tahun 2004 yang dilengkapi oleh tri-axis tourbillon, beginilah cara Franck Muller menunjukkan kegilaannya pada mekanisme tersebut. Tak sia-sia, obsesi tersebut pun membangkitkan kekaguman pengikut sang brand sekaligus pencinta tourbillon
Bila dibandingkan dengan kreasi-kreasi sebelumnya, gaya dan eksekusi yang diusung oleh Grand Central Tourbillon termasuk sederhana. Tiada cangkang multi-axis seperti milik Revolution 3, tak juga dikombinasikan bersama komplikasi rumit lainnya bagai Aeternitas Mega rilisan tahun 2007 dengan 36 komplikasi. Grand Central Tourbillon diumpamakan sebagai ‘hanya’ sebuah tourbillon dengan tampilan dramatis untuk dikagumi.
ON THE PEDESTAL
Grand Central Tourbillon jauh dari kata membosankan. Justru sebaliknya. Perpindahan tourbillon ke pusat dial lazimnya diposisikan di angka 6 merupakan wujud andalan sang brand dalam rekonstruksi arsitektur movement
Alih-alih mengimplementasikan hand-wound movement layaknya kreasi tourbillon Franck Muller lainnya, jam ini mengusung movement otomatis yang serta merta meningkatkan tantangan teknis bagi sang manufaktur. Dengan demikian, movement berwujud tonneau pada Grand Central Tourbillon dilengkapi oleh rotor mikro eksentrik untuk mengakomodasi
komplikasi tersebut dan menjamin power reserve hingga 48 jam.
Diperlukan waktu setahun untuk mengkreasikan Grand Central Tourbillon dan menyajikan hasil dari kompleksitas di balik layar. Tampil megah di pusat dial, tourbillon ini didesain untuk mendapat apresiasi penuh dari segala sudut. Diposisikan sedikit terjungkit dari bagian dial sehingga memberikan impresi bahwa sangkar tourbillon tengah bertumpu pada bridge bawah selaku penyangga. Mekanisme ini dinaungi oleh cakram open-worked-berfungsi sebagai penanda jam, menit, dan detik tersemat pada sangkar tourbillon yang berotasi penuh setiap 60 detik.
Disoroti sebagai bintang utama, tourbillon ini menyajikan ragam teknik dekoratif sebagai pesona visualnya. Dekorasi guilloché penuh intrikasi pada pusat dial tampil menawan dalam corak spiral yang beresonansi dengan rotasi sangkar tourbillon.
Dirilis tahun 2021 silam, Grand Central Tourbillon disuguhkan dalam 3 model: Cintrée Curvex dengan case berdimensi 40,16 mm x 58,7 mm, Cintrée Curvex dengan case berdimensi 36, 5 mm x 52,65 mm; dan case bersiluet bulat dengan diameter 45,3 mm. Grand Central Tourbillon dengan case bersiluet bulat memancarkan elegansi lewat permainan geometri nan elok. Sementara itu, model Cintrée Curvex memamerkan siluet sensual khas Franck Muller yang dicirikan oleh garis penuh lekukan.
Terlepas dari preferensi Anda, setiap model dalam koleksi ini adalah manifestasi sempurna dari kreasi tourbillon kontemporer, juga ekspresi horologi yang terus menerus dieksplorasi Franck Muller sejak awal berdiri.
IDENTITY
58
Penempatan tourbillon di pusat dial melibatkan modifikasi ulang pada arsitektur dan konstruksi movement
Cangkang tourbillon dibingkai oleh cakram konsentris yang berfungsi sebagai penanda waktu
59
Grand Central Tourbillon Curvex CX 36 dalam emas putih
IDENTITY 60
BACK IN BLUE
Breguet menghadirkan perpaduan memikat antara mekanisme fuséechain constant force dan tourbillon Alvin Wong
Meskipun telah memikat hati para produsen dan kolektor jam tangan dengan perpaduan teknis dan visual menawannya sejak tahun 1801, kami masih sangsi menyebut tourbillon sebagai karya seni. Pasalnya, semua karya seni yang ditelah dirilis ke publik menandakan akhir dari proses kreasinya. Sementara, tourbillon terus menerus dikembangkan. 221 tahun setelah debutnya, mekanisme yang dirancang untuk meniadakan efek gravitasi pada jam tangan saku ini senantiasa dikreasikan ulang. Hal ini dilakukan oleh (siapa lagi kalau bukan) Breguet, manufaktur yang menyandang status sebagai sang pelopor tourbillon
Breguet Tradition 7047 mungkin terlihat seperti jam tangan lawas dengan tampilan klasik dan atribut teknisnya. Bagaimanapun juga, koleksi ini berkiblat pada masa keemasan setelan tiga potong dan kumis bergaya stang di awal abad ke-19. Atribut teknis jam tangan ini pun dilandasi oleh penemuan di era tersebut. Akan tetapi, jam ini sesungguhnya adalah iterasi kontemporer yang ditujukan untuk pencinta jam tangan modern.
THREE PILLARS
Masing-masing dari ketiga pilar utama Tradition 7047 ekuivalen dengan tonggak historis Breguet. Koleksi Tradition 7047 sendiri terilhami dari jam tangan saku Breguet Souscription dari abad ke-18. Dinamakan berdasarkan sistem langganan, jam Souscription mengusung tampilan bersahaja dengan kemutakhiran tinggi. Jam ini ditenagai oleh movement
61
yang terfokus pada presisi dan ketangguhan dengan sorotan pada sejumlah komponen: barel besar, balance wheel, dan peredam guncangan pare-chute milik Breguet. Atribut-atribut ini tersingkap pada bagian dial koleksi Tradition yang perdana diluncurkan di tahun 2005.
Tak terpisahkan dari esensi historis, pilar kedua dan ketiga pada Tradition 7047 berkaitan dengan fitur teknis di dalamnya, yaitu mekanisme tourbillon dan constant force Memperkukuh eksistensinya sebagai penemuan kebanggaan, tourbillon kembali hadir dalam portofolio Breguet. Tourbillon pada Tradition 7047 mengaplikasikan sangkar titanium nan ringan yang berotasi penuh untuk efisiensi energi. Selain itu, pembaruan pada sang tourbillon mencakup balance spring bermaterialkan silikon untuk presisi tinggi. Berbeda dengan hairspring bermaterialkan logam, silikon memiliki resistensi lebih baik terhadap keausan dan perubahan temperatur.
Naik level, iterasi anyar pada tourbillon dilengkapi oleh transmisi fusée-chain constant force. Bersamaan dengan tourbillon yang bekerja untuk mengurangi pengaruh gravitasi, mekanisme fusée-chain constant force memastikan bahwa presisi dan torsi tetap konstan. Baik dalam kondisi full wind, maupun ketika cadangan daya telah habis dan akurasi menurun. Sebagaimana tourbillon yang dipatenkan tiga tahun sebelumnya, constant force escapement diciptakan oleh tangan dingin Abraham-Louis Breguet pada tahun 1789.
ICE COOL
Lini Tradition 7047 pertama kali diperkenalkan Breguet pada tahun 2014. Terdapat tiga model pendahulu dari iterasi anyar yang mendapat julukan Waltz ini: pertama adalah versi 41 mm
bermaterialkan platinum dengan frosted anthracite dial, dan dua versi 41 mm dengan case bermaterialkan emas merah muda dan anthracite dial atau variasi dial emas merah muda Jika Tradition 7047 Waltz versi 41 mm platinum hadir dengan dimensi dan atribut serupa dengan pendahulunya, versi berikutnya dikemas dengan penampilan lebih elegan yang membedakannya dari pendahulunya.
Jam ini didapuk sebagai iterasi dengan estetika paling proporsional. Meski dilengkapi dengan dial yang didominasi oleh tampilan waktu, sangkar tourbillon besar, dan dua barel fusée-chain, Tradition 7047 Waltz mengaksentuasi simetri dengan sentuhan nan kontemporer. Tampilan waktu dengan teknik dekorasi engine-turned, sangkar tourbillon bermaterialkan titanium, dan keping fusée-chain dalam balutan biru midnight, sementara komponen open-worked lainnya dalam movement mengusung warna abu-abu muda. Jam ini dilengkapi oleh temali aligator biru untuk melengkapi keindahannya.
Spektrum warna yang diusung pada koleksi ini seraya mengingatkan penggemar Breguet Tradition akan Tradition Quantième Rétrograde 7597 rilisan awal tahun ini. Meskipun keputusan untuk mendandani Tradition 7047 Waltz dalam konsep dwiwarna antara biru dan abu-abu terkesan tipikal, versi ini menjadi penawaran paling distingtif dan kontemporer dari lini Tradition.
Setelah lebih dari dua abad, inovasi tersohor karya AbrahamLouis Breguet masih menemukan celah untuk mendulang decak kagum. Lebih dari seni, Tradition 7047 Waltz merupakan manifestasi atas kemahiran luar biasa penciptanya.
IDENTITY 62
63 Tradition Quantième Rétrograde 7597 emas putih berdiameter 40 mm Tradition 7047 ‘Waltz’ platinum berdiameter 41 mm DIDAPUK SEBAGAI SALAH SATU ITERASI DENGAN ESTETIKA PALING PROPORSIONAL, TRADITION 7047 MENGAKSENTUASI SIMETRI DENGAN SENTUHAN NAN KONTEMPORER
RETRO ROADS
Chopard manjakan para penggemar mobil balap antik dengan jam tangan seksi yang terinspirasi oleh dunia reli
Duduk di balik kemudi mobil balap antik terasa bagai berada di semesta lain, jauh dari simbol prestise yang begitu identik dengan Chopard. Terlebih jika tengah didaulat mendandani para selebriti di berbagai karpet merah bergengsi. Namun, menilik asosiasi sang brand dengan ajang balap Mille Miglia dan jam tangan edisi terbatas yang ditelurkan setiap tahunnya, sepertinya relasi di dunia balap sama kuatnya dengan keglamoran yang terpatri pada DNA Chopard.
IDENTITY
64
65
Mantan pembalap sekaligus duta Chopard, Jacky Ickx, mengenakan jam tangan Mille Miglia 2022 Race
IDENTITY
Mille Miglia 2022 Race Edition berdiameter 44 mm yang terbuat dari kombinasi stainless steel dan emas merah muda etis 18 karat
Varian Mille Miglia 2022 Race Edition berdiameter 44 mm yang mengedepankan material stainless steel
MILLE MIGLIA 2022 RACE EDITION MEMANCARKAN NUANSA RETRO NAN MEMIKAT
Co-President Chopard, Karl-Friedrich Scheufele mengakui bahwa awalnya ia merupakan penggemar fanatik mobil balap sebelum obsesinya terhadap jam tangan mengambil alih. Hal ini mendasari keterlibatan Karl dalam reli mobil antik Mille Miglia berarti seribu mil dalam bahasa Italia pada tahun 1989, juga terciptanya jam tangan bernama serupa sebagai memorandum atas kemitraan yang terjalin. Awalnya, Mille Miglia hanya diproduksi untuk peserta reli (hingga kini, semua pembalap yang berpartisipasi masih mendapatkan jam tangan tersebut dengan ukiran nomor mobilnya). Tak lama kemudian, Mille Miglia dipasarkan untuk memuaskan permintaan publik akan koleksi jam tangan olahraga mewah nan dinamis.
Tahun ini, Chopard melanjutkan penawaran tahunannya dengan Mille Miglia 2022 Race Edition. Mengusung warna biru dan abuabu, koleksi ini terdiri dari dua variasi. Variasi pertama hadir dalam stainless steel case terbatas sejumlah 1000 unit. Sementara, variasi kedua mengusung konsep bi-metal dengan kombinasi stainless steel dan emas merah muda etis 18 karat yang dipasarkan sebanyak 250 unit saja. Terlepas dari kemewahan yang tercermin pada bagian case, finishing elegan , dan fitur chronograph di dalamya, jam ini tetap memancarkan nuansa retro nan kental.
THROWBACK QUALITIES
Selain dicerminkan pada case berdiameter 44 mm, impresi throwback diperkuat lewat kehadiran tombol pengatur chronograph berbentuk pompa (dalam emas etis untuk variasi bi-metal ), skala takimeter bergaya lawas pada bezel, dan tri-compax chronograph totaliser dengan corak snail yang memberi
kontras apik ketika disandingkan bersama dial bernuansa abu-abu. Kami menjatuhkan pilihan pada model stainless steel karena estetika minimalis yang dapat menerjemahkan semangat sportif sang koleksi. Namun, perlu diingat bahwa detail emas pada versi bi-metal tidak terlihat terlalu mencolok.
Meskipun telah berevolusi selama bertahuntahun, jam tangan Mille Miglia dari Chopard selalu dapat dibedakan dari jam tangan lain berkat dua ciri distingtif yang diembannya. Pertama adalah temali karet berhiaskan corak ban Dunlop. Pada variasi temali kulit sapi, corak ini dapat ditemukan di lapisan karet belakang. Ciri kedua adalah logo Mille Miglia yang dapat ditemukan pada posisi jam tiga di sebelah tampilan tanggal.
Caseback yang terkunci rapat dikreasikan dengan wujud pelek ban mobil sebagai representasi unsur ikonis lain dari dunia reli. Selanjutnya, bagian caseback turut dilengkapi oleh ukiran logo Mille Miglia, rute reli ‘Brescia > Roma > Brescia’, dan nomor edisi terbatas milik iterasi anyar tersebut. Kendati tidak kentara, jam ini ditenagai oleh mesin chronograph otomatis berpresisi tinggi bersertifikat COSC dengan cadangan daya hingga 48 jam.
Mengingat riwayatnya, Mille Miglia 2022 Race Edition mungkin dilahirkan untuk para penggemar mobil balap antik. Sebagai jam tangan chronograph retro berpenampilan maskulin dan didukung oleh kemutakhiran luar biasa ciri khas kreasi horologi Chopard, koleksi Mille Miglia 2022 Race Edition memang berkompetensi untuk melaju kencang dan mencapai garis akhir lebih dulu.
67
IDENTITY
TOO PRECIOUS
222 terlahir kembali untuk menjadi bagian dari portofolio modern Vacheron Constantin
Alvin Wong
Sepanjang era ‘70-an dan ‘80-an, terdapat kompetisi marak antara brand horologi papan atas untuk menciptakan jam tangan olahraga mewah. Ketika para nama besar berjuang untuk mengungguli satu sama lain, ekspresi ‘besi menajamkan besi’ dirasa tepat untuk mengilustrasikan dampak positif yang terwujud. Usai persaingan mereda, lanskap horologi pun menjadi semakin kaya.
Persaingan singkat namun ketat tersebut terus berkembang bagai panen yang merekah. Kini, sebagian koleksi yang lahir pada dekade tersebut dikenal sebagai ikon horologi. Di antaranya adalah Audemars Piguet Royal Oak, Patek Philippe Nautilus, dan Vacheron Constantin 222 yang berhasil mendulang popularitas dengan menentang status quo lewat estetika mutakhir dan kode desain nontradisional.
Koleksi 222 diperkenalkan tahun 1977 dalam rangka peringatan hari jadi ke-222 Vacheron Constantin. Meski momentumnya tepat, sesungguhnya manufaktur jam tangan tertua di dunia ini sudah sedikit tertinggal. Lima tahun
sebelumnya, sang manufaktur didahului oleh Audemars Piguet yang menerobos pasar lewat kelahiran Royal Oak. Ini menandai kali pertama konsep kemewahan kasual ditafsirkan pada jam tangan baja dengan ketangguhan dan harga fantastis. Kemudian Patek Philippe menyusul dengan koleksi Nautilus di tahun 1976 untuk menetapkan dirinya sebagai salah satu pelopor. Koleksi 222 muncul saat kolektor jam tangan dianggap sudah familier dengan modernisasi oleh segenap manufaktur berumur ratusan tahun.
TURNING POINT
Menariknya, hanya ada satu nama di balik kreasikreasi jam tangan olahraga legendaris tersebut, yaitu mendiang Gérald Genta. Ia adalah sosok jenius yang berjasa melahirkan Royal Oak, Nautilus, BVLGARI-BVLGARI, dan IWC Ingeniur. Untuk penawaran yang dibuatnya, Vacheron Constantin memercayakan desainer jam tangan berusia 24 tahun yang tengah naik daun saat itu, Jorg Hysek.
Seperti desainer muda lainnya yang berlomba menorehkan nama dalam dunia horologi era
69
BAK FENOMENA SUPERNOVA, 222 BERHASIL MENGUKUHKAN MISTERI DAN DAYA PIKATNYA
‘70-an, Jorg Hysek pun memiliki imajinasi tanpa batas. Mungkin ia tidak merasa terbebani oleh tradisi yang diemban perusahaan semasyhur Vacheron Constantin.
Hal tersebut pun dapat dilihat secara gamblang. Meski merujuk pada beberapa iterasi sebelumnya seperti Turnograph (1963) dengan bezel yang dapat diputar ke dua arah, skala graduasi, jarum penanda bergaya baton dan Chronomètre Royal (1975) dengan case berwujud unik, 222 amat berbeda dengan koleksi lain dalam katalog Vacheron Constantin di masa itu. Bahkan, 222 digambarkan sebagai titik balik dari tonggak sejarah sang brand berkat kesuksesannya menggawangi kiprah Vacheron Constantin di kategori jam tangan olahraga.
Meski membuka pintu bagi Vacheron Constantin, 222 sempat mengalami hiatus di tahun 1985 sehingga pamornya tidak berlangsung selama Royal Oak maupun Nautilus. Namun, bukan tanpa pengaruh yang substansial. 222 mengantarkan Vacheron Constantin pada penawaran jam tangan olahraga prestisius lainnya, seperti koleksi Overseas. Bak fenomena supernova, 222 berhasil mengukuhkan misteri dan daya pikatnya sehingga menjadi model lawas dambaan para kolektor dewasa dan pencinta horologi dewasa ini.
Lama tertunda, 222 terlahir kembali sebagai koleksi butik eksklusif Vacheron Constantin. Iterasi anyar ini bernaung dalam seri Historiques yang berfokus pada rejuvenasi dan redesain dari sejumlah lini ikonis sang brand. Jika belum sempat berkenalan lebih dalam dan mengapresiasi 222, model reinkarnasi dalam case emas kuning
berdiameter 37 mm ini dapat menjadi gambaran atas apa yang Anda lewatkan.
Historiques 222 mereplikasi versi pendahulunya dalam segi dimensi dan kaidah desain, mulai dari case monoblok bersiluet tonneau, temali terintegrasi dengan keping heksagon memanjang, jarum penanda dan indeks bergaya baton, juga logo Maltese Cross khas sang brand pada sisi kanan bawah. Selain 37 mm, model ini hadir dengan dua pilihan diameter lain: 34 mm dan 24 mm. Jika dilihat dari sudut pandang modern, jam ini memang terkesan retro. Namun, siapapun tetap terkesima dengan elegansi yang dipancarkannya.
Seperti model Historique lainnya, 222 juga diperbarui dari segi performa dan fungsionalitas. Performa prima dari iterasi anyar ini didukung oleh in-house movement Calibre 2455/2 yang menenagainya dengan cadangan daya hingga 40 jam. Selain itu, arsitektur apik sang movement dilengkapi oleh rotor yang merefleksikan tampilan bezel dan teknik dekorasi frosted tersingkap pada bagian caseback dengan ukiran ‘222’. Bagian temali pun dikreasikan ulang agar sebagai penyelaras perubahan lainnya.
Setelah berkenalan dengan Historiques 222, kami bertanya-tanya mengapa Vacheron Constantin tidak mempertahankan versi orisinalnya saja sejak dulu. Padahal, jam ini menang terlahir untuk menjadi ikon. Keputusan untuk menghidupkan kembali 222 bukan hanya untuk memberi penghormatan yang lama tertunda untuk jam tangan olahraga, namun juga menetapkan kepopulerannya yang sempat terhambat.
IDENTITY
70
71 Vintage 222 Ref. 44018 dari tahun 1977
BUILDING BRILLIANCE
Iterasi anyar Greubel Forsey
Tourbillon 24 Secondes Architecture hadirkan sebuah pengalaman mendalam dan tak tertandingi
Alvin Wong
Sejumlah bangunan tersohor di dunia seperti Koloseum di Roma dan Gedung Flatiron di New York tak hanya dipuja berkat keunggulan teknis dan konstruksinya. Di sisi lain, bangunan-bangunan tersebut mendulang takjub sebagai monumen yang menggaungkan ketangkasan dan narasi atas ruang dan waktu.
“Arsitektur menimbulkan sebuah sentimen dalam diri manusia,” ungkap arsitek Austria abad ke19, Adolf Loos. “Demikian, tugas arsitek adalah membuat sentimen tersebut menjadi seakurat mungkin,” lanjutnya.
Meski tidak dapat dikonfirmasi apakah pernyataan dari sang pelopor arsitektur modern tersebut pernah terlintas dalam benak para kreator di balik Greubel Forsey atau tidak, namun wujud Tourbillon 24 Secondes Architecture nampaknya mengemban ideologi yang serupa. Sebagaimana jam tangan ini menyoroti komplikasinya melalui konstruksi desain rumit yang membutuhkan keterampilan horologi modern tingkat tinggi sekaligus membangkitkan rasa penasaran dan takjub.
Koleksi Tourbillon 24 Secondes bernaung di dalam seri Invention Piece yang meliputi tujuh kreasi mutakhir dari Greubel Forsey. Jam ini merupakan model ketiga yang diperkenalkan ke pasaran. Model lain mencakup tourbillon ganda dengan sangkar internal dan balance wheel yang memiliki kemiringan 30 derajat, kreasi quadruple tourbillon yang terdiri dari dua tourbillon ganda, sebuah ‘komputer mekanis’ dengan tampilan kalender abadi beserta ragam data astronomi, serta segenap kreasi lain yang tak kalah menakjubkannya.
73
IDENTITY 74 TOURBILLON 24 SECONDES ARCHITECTURE MENYOROTI KOMPLIKASINYA MELALUI KONSTRUKSI DESAIN RUMIT YANG MEMBANGKITKAN RASA PENASARAN DAN TAKJUB
Daya pikat utama jam ini terletak pada sang tourbillon, bernaung dalam sangkar yang berotasi penuh setiap 24 detik dengan kemiringan 25 derajat. Sesungguhnya ‘arsitektur’ yang diusung adalah bagian dari misi Greubel Forsey dalam modernisasi tourbillon Mekanisme ini digunakan dan bekerja dengan menghindari pengaruh gravitasi demi menjaga akurasi waktu. Mulanya diaplikasikan pada jam saku yang kerap diposisikan dalam keadaan tegak, sehingga berdampak pada presisi. Untuk meningkatkan efektivitas, tourbillon pada jam ini ditempatkan secara miring dengan tempo rotasi tinggi yang menjamin akurasi optimal di segala posisi.
Sejak perdana diperkenalkan, Tourbillon 24 Secondes memiliki jajaran model dengan nama sesuai tema estetika yang diusung; Vision, Asymetrique, Contemporaine, dan Historique. Kali ini, ‘Architecture’ menjadi tema yang diusung bagi iterasi teranyar Tourbillon 24 Secondes.
CITY ON THE WRIST
Greubel Forsey mendeskripsikan jam ini lewat frasa “sebuah kota pada pergelangan tangan.” Mengusung open-worked dial, Tourbillon 24 Secondes Architecture menarik atensi lewat struktur dan pojok-pojok tersembunyi yang menjamin kejutan pada setiap lekuknya.
Komponen-komponen penting dari iterasi ini tourbillon, indikator power reserve, barel mainspring, dan penanda detik ditata bagai miniatur sebuah bangunan. Perpaduan harmonis antara bentuk dan finishing tercipta lewat kehadiran komponen spherical bridges, jarum penanda skeleton bersiluet kurva, juga susunan berlapis yang memberikan impresi melayang.
Secara keseluruhan, Tourbillon 24 Secondes
Architecture menyuguhkan estetika yang bold sekaligus harmonis. Saat diperhatikan lebih saksama, terdapat beberapa fitur yang lebih menonjol dari yang lain. Tourbillon miring pada posisi jam 6 menjadi sorotan utama, seperti halnya spherical bridges bermaterialkan titanium yang melengkung menyerupai wujud tenda. Bridge barel pada posisi jam 10 pun patut mendapat pembahasan khusus. Pelindung bridge mengusung teknik dekorasi pernis, circular-grain, serta ukiran melingkar yang terlihat menawan sekaligus berfungsi sebagai rumah dari tiga co-axial dan barel berotasi cepat penghasil cadangan daya hingga 90 jam.
Tampilan dial yang mengacu pada elemen arsitektur dibingkai oleh ukiran bertuliskan: Architecture, Harmonie, Innovation, Technique, Bienfacture, Passion, Science, Exclusivité dan Créativité
Tourbillon 24 Secondes Architecture dikreasikan dengan ketangkasan luar biasa, menilik dari nihilnya sudut membosankan dan teknis yang siasia, termasuk 354 komponen dari mesin yang dimilikinya. Case bersiluet cembung dengan diameter 47.05 mm pada bagian caseback dan 45 mm pada bagian depan yang keduanya dilindungi oleh kristal safir transparan, bahkan bagian sisi samping kanan dan kiri. Jika diinspeksi lebih dekat, kami dapat menikmati segala kedalaman dan keindahan yang tersimpan di setiap sudut serupa dengan pengalaman menjelajahi dan memandang gedung-gedung megah nan rupawan.
Hadir dengan temali bermaterialkan rubber, Greubel Forsey Tourbillon 24 Secondes Architecture tersedia secara terbatas sebanyak 64 unit. 11 unit dirilis di tahun 2022, diikuti oleh 18 unit setiap tahunnya hingga 2025 mendatang.
75
Tidak ada jalan pintas untuk mempelajari suatu hal, dibutuhkan waktu bertahuntahun untuk menguasainya
BOB MARLEY
CRAFT
FULL BLOOM
Keindahan empat musim tersingkap lewat kepiawaian Rado dalam ranah keramik multiwarna berteknologi tinggi Alvin Wong
Apa jadinya jika indahnya taman bak surgawi diilustrasikan Rado melalui kepiawaian dalam teknik sintesis logam oksida? Jawabannya adalah suatu perpaduan magis nan menakjubkan. Laboratorium tersanitasi Rado pun menjadi saksi atas kreasi keramik hipoalergenik berkualitas tinggi yang ditelurkan. Di sinilah keindahan alam tersebut ditransformasi dalam berbagai rupa dan warna.
Kelahiran koleksi True Thinline x Great Gardens of the World pada tahun 2017 dilandasi oleh kemitraan Rado bersama Grandi Giardini Italiani. Asosiasi tersebut menaungi 140 taman di Italia, kota Vatikan, dan Ticino, serta memiliki histori kolektif yang terdiri atas seni lanskap sejak 500 tahun silam. Bukanlah kejutan jika Grandi Giardini Italiani menjadi acuan inspirasi utama bagi brand asal Swiss ini.
Mari kita telisik ciri distingtif dari masing-masing koleksi True Thinline x Great Gardens of the World. Daya pikat utama pada versi orisinal rilisan tahun 2017 terletak pada elemen khas bumi, air, dan dedaunan yang diimplementasikan pada case keramik berwarna. Sementara, koleksi tahun 2021 terfokus pada corak bunga melati di atas mother-ofpearl dial. Iterasi teranyar bertajuk The Four Seasons keluaran tahun 2022 mengusung interpretasi subtil dari bunga dan dedaunan, lalu dimanifestasikan lewat kristal safir berfaset di atas spektrum warna bergradasi pada bagian dial
CERAMIC MASTERY
Untuk kesekian kalinya Rado berhasil membuktikan cakupan keahlian tak tertandingi dalam eksplorasi warna keramik berteknologi tinggi. Kuartet jam tangan
CRAFT 78
79
80 CRAFT BANYAK BRAND YANG MENAWARKAN JAM TANGAN KERAMIK, NAMUN HANYA SEGELINTIR YANG DAPAT MEREALISASIKANNYA SETANGKAS RADO
pada iterasi anyar ini hadir dalam nuansa merah muda, kuning, hijau zaitun, dan putih sebagai representasi musim semi, musim panas, musim gugur, dan musim dingin.
Koleksi ini hadir dengan case keramik berteknologi tinggi dan desain monoblok, bracelet bertepi bundar, permukaan berpoles, serta eksekusi penuh kalibrasi yang mencerminkan kepiawaian Rado. Meski banyak brand yang menawarkan jam tangan keramik, hanya segelintir yang mampu merealisasikannya setangkas Rado, terutama dengan case berwarna spesifik dan finishing nan apik.
Setiap model merupakan representasi dari musim yang berbeda dan diterjemahkan lewat spektrum bergradasi pada dial diserasikan dengan bagian case dan variasi desain kristal safir berfaset. Musim semi mengusung kristal safir bercorak kaleidoskop, musim panas dengan motif sunray, musim gugur mengacu pada wujud daun, sementara musim dingin mengadaptasi rupa kepingan salju.
Seperti versi True Thinline x Great Gardens of the World terdahulu, koleksi The Four Seasons dinaungi oleh case berdiameter 39 mm dan ditenagai oleh mesin kuarsa. Tentunya akan lebih menarik jika jam ini ditenagai oleh movement mekanis. Namun, kami paham bahwa mesin kuarsa berjasa menghasilkan profil ramping pada case berdiameter 5 mm dari True Thinline.
Meskipun tidak dijual secara satuan, koleksi The Four Seasons tersedia dalam 150 unit edisi kolektor yang terdiri dari keempat model. Jika memilikinya, Anda pun dapat memilih model jam sesuka hati sesuai musim yang tengah berlangsung.
81
MESMERISING MASTERPIECES
Sanjungan pada fenomena alam diterjemahkan melalui koleksi sarat kegemerlapan
Terdapat dua kemungkinan bila Anda merasakan perputaran hari yang berlalu begitu cepat atau lambat. Mungkin Anda sedang melalui momen yang begitu menyenangkan sehingga lupa waktu. Kedua, mungkin saja hal ini diakibatkan oleh terjadinya fenomena titik balik matahari. Menariknya, fenomena tak kasat mata ini terjadi begitu saja sehingga tidak banyak yang menyadari dampaknya.
Piaget memiliki cara sendiri untuk menginterpretasikan fenomena ini, yaitu lewat koleksi perhiasan mewah bertajuk Solstice. Tak secara harfiah, koleksi yang terdiri atas dua bagian ini mengacu pada keindahan malam di kala berlangsungnya sang fenomena. Ketika disandingkan, keduanya mewarisi kode desain serupa. Jika babak pertama berfokus pada gaun adibusana yang kerap digunakan dalam momen selebrasi, interpretasi kali ini terinspirasi oleh pembicaraan di bawah sinar rembulan.
Terkadang, emas dan berlian saja tidak cukup untuk membuat suatu koleksi dikategorikan sebagai perhiasan mewah. Justru, keistimewaan terletak pada dominasi ragam batu permata di dalam kreasinya. Meski begitu, eksplorasi material yang melatarinya tidak semudah itu untuk dilakukan. Proses perolehan batu permata memakan waktu yang panjang dan sangat kompleks, terlebih ketika melibatkan perjalanan lintas benua. Wajar bila kreasi perhiasan mewah tidak sering ditelurkan. Sebagaimana penawaran dalam lini perhiasan mewah Piaget yang tak sebanyak kreasi dalam portofolio lainnya. Inilah yang menjadikan setiap suguhan, termasuk babak kedua Solstice, begitu istimewa.
LUSTROUS ELEGANCE
Ada beberapa kreasi yang patut dibicarakan dalam babak kedua koleksi Solstice. Salah satunya adalah cincin bertemakan cocktail yang merupakan manifestasi dari tren
82 CRAFT
Jam tangan Piaget Joyful Sharing
CRAFT
Teknik dekoratif enamel dan glyptic diaplikasikan pada jam Joyful Sharing oleh Anita Porchet dan Dick Steenman
Cincin Piaget Audacious Savor
Cincin Piaget Lady Pink dan Fresh Surprise Earcuff
perhiasan sarat statement pada era 1920-an di Amerika Serikat. Sesungguhnya, ini bukan pertama kalinya Piaget mengadaptasi cocktail sebagai inspirasi utama. Tahun 2009 silam, Piaget memperkenalkan koleksi bertajuk Limelight Paradise yang terinspirasi oleh sejumlah cocktail populer seperti Sex on the Beach, Capirinha, dan Blue Hawaiian yang kemudian disadur menjadi nama masing-masing objek. Kini napas kreasi-kreasi tersebut dihembuskan kembali dalam babak kedua Solstice yang memancarkan keahlian Piaget dalam seni gemsetting
Terdapat lima kreasi cincin cocktail pada interpretasi anyar ini. Jika diperhatikan dengan saksama, seluruh permata pada cincin merupakan representasi unsur-unsur yang umumnya terdapat pada cocktail. Misalnya safir merah muda mewakili sirup grenadine, zamrud adalah daun min, gula pasir diwakili oleh berlian berkonstuksi terbuka, es batu diwakili oleh berlian, serta potongan jeruk limau yang digambarkan dengan tatanan peridot
Bintang utama yang paling menonjol adalah cincin Lady Pink dengan batu rubellite berpotongan cushion senilai 9,9 karat pada bagian tengah. Selain itu, versi lain dalam Solstice meliputi cincin Royal Blue dengan batu indicolite berpotongan cushion 8,68 karat, cincin Bay Breeze dengan batu madagaskar berpotongan cushion 5,09 karat, cincin Lemon Fizz dengan safir kuning berpotongan cushion 12 karat, dan cincin Sweet Paradise dengan spessartite berpotongan cushion 6,14 karat. Setiap cincin mengusung material emas putih atau emas merah muda sebagai konstruksi dasar dan dikelilingi oleh berlian, juga permata-permata seperti zamrud, turmalin, peridot, citrine, spinel, dan chyroprases
Sorotan lain pada koleksi ini adalah set perhiasan bertajuk Audacious Savor yang terilhami dari warna coklat dan hitam yang dapat ditemui pada minuman beralkohol seperti whiskey, scotch, brandy, dan cognac. Kalung Audacious Savor hadir dengan material emas merah muda berhiaskan berlian berpotongan bundar, berlian cokelat, dan spessartite. Cincin dari set perhiasan ini mengusung material serupa
dengan sang kalung, hanya saja dengan berlian berpotongan brilian 1,52 karat pada bagian tengah.
SPLENDID ARTISTRY
Tak hanya pada perhiasan, sajian anyar ini turut ‘bersinar’ lewat penawaran jam tangan hasil kolaborasi bersama segenap seniman pengemban titel Maîtres d’Art. Tak berlebihan jika mengatakan bahwa seluruh perhiasan Piaget dijiwai oleh kreativitas para kreatornya.
Seniman enamel Anita Porchet dan ahli glyptic asal Belanda, Dick Steenman mengasimilasi keahlian mereka pada bagian dial jam Joyful Sharing. Masih mengusung tema cocktail, Dick mengukir batu peridot untuk menyerupai imaji potongan limau dan daun min di atas material mother-of-pearl yang melatarinya. Kreasi ini disempurnakan oleh Anita lewat aplikasi enamel bening untuk memberi impresi nyata. Jam ini mengusung case 36 mm berhiaskan berlian dan ditenagai oleh mesin mekanis Calibre 430P. Jam edisi terbatas ini hanya tersedia sebanyak 8 unit di seluruh dunia.
Objek pemikat atensi selanjutnya adalah jam Festive Sharing. Sekali lagi, Anita Porchet mendemonstrasikan keahliannya lewat teknik dekorasi champlevé enamel dan paillonné enamel pada bagian dial. Ia mengkreasikan paillon yang menyerupai potongan limau sebelum memberi dimensi pada setiap miniatur untuk memberi kesan natural. Jam tangan berkonstruksi dasar emas putih dan emas kuning ini hadir dengan case berdiameter 36 mm berhiaskan berlian di sekelilingnya, serta dilengkapi oleh temali kulit aligator hijau kebiruan.
Piaget juga menggaet Rose Saneuil, ahli marquetry asal Prancis yang telah bekerja sama dengan sang brand sejak tahun 2014 untuk menciptakan jam Gleaming Savor. Lewat teknik marquetry, ia mengasimilasi corak-corak seperti kayu sycamore, sedotan, elitron, dan berlian berpotongan baguette dalam bentuk miniatur. Efek volume pada dial datar diciptakan Rose dengan permainan refleksi cahaya dari 177 material di dalamnya. Jam bermaterialkan emas putih ini dinaungi oleh case berdiameter 41 mm dan ditenagai oleh mesin otomatis Calibre 830P.
Jam tangan Piaget Festive Sharing dengan dial kreasi Anita Porchet
CRAFT
FAIR & SQUARE
Siluet persegi milik Frederique Constant Classics Art Déco Carée mengawinkan keanggunan dan modernitas Anung Kamaswara
Jika belum familier dengan istilah Art Deco, mungkin film The Great Gatsby (2013) dapat memantik ingatan Anda. Film drama adaptasi novel karya F. Scott Fitzgerald tersebut menyoroti cerminan ekstravagan dari pergerakan desain yang kian berjaya di era 1920-an. Gaya desain Art Deco dicirikan lewat kontras apik antara objek geometris nan lugas dan garis sensual khas Art Nouveau aliran seni warisan era sebelumnya.
Bicara desain secara umum, pembaruan model lazimnya menjauh dari esensi awal. Terutama jika disandingkan dengan versi terdahulu. Kajian tersebut ternyata tidak berlaku bagi Frederique Constant Classics Art Déco Carrée. Iterasi anyar ini justru berkesan lebih ‘Art Deco’ ketimbang pendahulunya yang hadir dalam siluet barel, oval dan bulat. Meski ketiganya menyuguhkan estetika yang sama indahnya, siluet persegi pada Frederique Constant Classics Art Déco Carrée merupakan sebuah gagasan yang sudah sepatutnya direalisasikan.
ALL THAT BEAUTY
Sejak diperkenalkan pada tahun 2015, Frederique Constant Classics Art Déco terbilang salah satu lini paling prominen dalam portofolio Classic milik sang brand. Lini ini mengedepankan desain tak lekang waktu yang berhasil menarik atensi dunia horologi pada awal era 2000-an.
87
KOMPOSISI FREDERIQUE CONSTANT CLASSICS ART DÉCO BEGITU SARAT INTRIKASI DAN DIBUAT DENGAN PENUH KALIBRASI
Gaungan koleksi Classics Art Déco mulai terdengar pada tahun 2005. Di tengah maraknya tren jam tangan longgar pada masa itu, Frederique Constant enggan melewatkan peluang untuk memproduksi jam yang dapat menempel sempurna pada pergelangan tangan. Saat itulah, koleksi perdana Classics Art Déco dilahirkan dengan bezel bersiluet barel dan percikan unsur seni.
Tahun 2013, koleksi Classics Art Déco Oval dilansir sebagai penyempurna versi sebelumnya. Model ini mengusung bezel bersiluet oval yang mengingatkan akan karya ikonis Salvador Dali, The Persistence of Memory. Pada tahun 2020, Frederique Constant menyuguhkan bezel bersiluet bulat dalam koleksi Classics Art Déco Round. Kini iterasi anyar dengan bezel bersiluet persegi hadir dalam koleksi Classics Art Déco Carrées sebagai pelengkap portofolio lini tersebut. Carrée sendiri berarti kotak dalam bahasa Prancis. Sejatinya, iterasi anyar ini dilandasi oleh kode desain yang sama dengan para pendahulunya.
Classics Art Déco Carrées disuguhkan dalam tiga model berbeda. Sebelum berkenalan dengan masing-masing model, mari menilik persamaan paling menonjol yang terdapat pada ketiganya. Adalah dial yang terdiri dari dua bagian. Bingkai luar mengusung material mother-of-pearl dengan numeral Romawi sebagai indeks yang mengelilingi bagian dalam. Sementara acuan Art Deco yang disoroti pada pusat dial digarap dengan teknik dekorasi guilloché. Ketiganya dinaungi oleh stainless steel case berdimensi 28 mm x 20,77 mm dan batu cabochon biru pada bagian crown sebagai pengatur waktu.
Mari kita amati bagian temali secara cermat. Opsi pertama adalah stainless steel mesh bracelet lima keping yang kerap dijuluki jalinan
‘barleycorn’. Pencinta gaya elegan dapat memilih temali kulit biru royal dengan lug berhiaskan 18 berlian 0,11 karat. Opsi ketiga adalah temali kulit hitam mengilap dan bagian lug dan bezel berhiaskan 82 berlian 0,41 karat. Berkisar di harga Rp 36 juta-an, tampilan ekstravagan yang dimiliki opsi terakhir ini dapat mengelevasi penampilan sang pemakai dalam seketika.
EXQUISITE PRACTICALITY
‘Kecil-kecil cabai rawit’ mungkin adalah pepatah yang tepat untuk mendeskripsikan Classics Art Déco Carrée. Jam ini ditenagai oleh FC-200 Calibre, in-house quartz movement produksi Frederique Constant. Diperuntukkan untuk wanita, mesin kuarsa dapat menunjang keseharian dinamis sang pemakai. Dengan ketahanan baterai hingga 72 bulan lamanya, sang pemakai tidak perlu repot mengatur waktu secara berkala, kecuali saat berpindah zona waktu.
Meski nyaris tidak mungkin memakai jam cantik ini saat menyelam, fitur tahan air hingga kedalaman 30 meter bisa menjadi penolong dalam berbagai situasi. Beberapa skenario yang jamak terjadi, misalnya: mendadak tercebur ke dalam kolam renang, terkena cipratan seorang kawan usai menenggak tiga gelas cosmopolitan, atau kejadian mendadak lain yang berhubungan dengan air.
Sejatinya, komposisi dari Frederique Constant Classics Art Déco begitu sarat intrikasi dan dibuat terlihat dengan penuh kalibrasi. Dua iterasi sebelumnya yang saat ini masih diproduksi, yaitu oval dan bulat, merupakan jam tangan indah dengan unsur elegansi sarat seni. Begitu juga dengan iterasi anyar ini. Bukan mustahil jika lini Classics Art Déco akan menjadi andalan baru bagi rumah brand yang didirikan oleh pasangan suami istri asal Belanda, Aletta and Peter Stas, ini.
CRAFT 88
89
VAN CLEEF & ARPELS
Bros Draperie Mystérieuse mengusung konstruksi dasar emas putih berhiaskan safir hijau zamrud dan safir biru, serta berlian berpotongan snow set dengan tiga berlian berpotongan pir senilai 1,09 karat, 1,26 karat, dan 1,73 karat.
Anting Chevron Mystérieux, mengusung emas putih sebagai konstruksi dasar dan dihiasi oleh jajaran berlian, safir hijau zamrud dan safir biru.
SECRET
Fantasi
CRAFT
GARDEN
kemewahan merekah
perhiasan
taburan batu permata
Kevin Putra
dalam deretan
penuh warna dengan
Artwork
Kalung Chevron Mystérieux dengan liontin berlian putih berpotongan pir 31,24 karat digarap menggunakan teknik gouaché, serta jajaran safir hijau, biru, dan berlian yang menghiasi konstruksi dasar emas putih pada permukaannya.
Cincin Tissage Mystérieux dengan emas putih sebagai konstruksi dasar berhiaskan berlian, safir hijau dan biru yang mengelilingi berlian berpotongan pir 7,16 karat sebagai bintang utama.
VAN CLEEF & ARPELS
CARTIER
Kalung Ryu dari koleksi Beaute du Mondes mengusung 80 berlian kuning bersiluet oktahedron dengan total 79 karat dan bernaung dalam kerawang emas putih terbuka berhiaskan berlian berpotongan brilian berwujud heksagon.
PIAGET
Cincin Audacious Savor mengusung konstruksi dasar emas merah muda berhiaskan berlian cokelat, berlian putih, dan batu spessartite yang mengelilingi 1 berlian berpotongan brilian 1,52 karat.
Anting Audacious Savor bermaterialkan emas merah muda berhiaskan berlian dan batu spessartite
Fresh Surprise Earcuff dengan konstruksi dasar emas merah muda dengan taburan permata spinel citrine, safir, spessartite serta berlian.
CRAFT
TIFFANY & CO.
Kalung Schlumberger® Tisserand bermaterialkan emas kuning 18 karat berhiaskan jajaran safir merah muda, safir biru, permata tanzanite dan berlian bundar berpotongan brilian.
TIFFANY & CO.
Bros Tiffany & Co. Schlumberger® Starlight dengan konstruksi dasar emas kuning 18 karat dan emas platinum, permata tanzanite 16 karat, serta berlian berpotongan bundar di sekelilingnya.
Kalung Tiffany & Co. Schlumberger® Flower Leaves bermaterialkan emas kuning 18 karat dan emas platinum yang dilengkapi oleh taburan berlian pada rantai dan liontin tanzanite 70 karat.
CHOPARD
Kalung, cincin, dan gelang Happy Butterfly X Mariah Carey berkonstruksi dasar emas merah muda etis bersertifikat Fairmined dan ornamen kupu-kupu bermaterialkan karnelian dengan kerawang bersiluet hati berisi berlian di tengahnya.
BVLGARI
Kalung Diva’s Dream bermaterialkan emas merah muda 18 karat pada rantai dan permukaan liontin karnelian bersiluet kipas dengan 1 berlian berpotongan brilian 0,28 karat di bagian tengah, serta taburan berlian pavé di sekelilingnya.
Cincin Diva’s Dream bermaterialkan emas merah muda 18 karat dan ornamen karnelian pada satu sisi dan hiasan berlian pavé 0,17 karat di sisi lainnya.
Cincin Diva’s Dream bermaterialkan emas merah muda 18 karat berhiaskan berlian pavé 0,17 karat di kedua sisi ornamen.
TIME AND SPACE: CATIE MUNNINGS
Pembalap reli asal Inggris sekaligus personalitas Zenith DreamHers menentang persepsi dengan kepercayaan diri penuh
Meski sang ayah merupakan mantan pembalap reli, Catie Munnings tak serta-merta memperoleh kemudahan dalam menjalani kariernya di dunia balap. Sorotan eksesif yang ia terima saat mengikuti balapan pertamanya, hingga komentar pedas di media sosial yang menyuruhnya untuk “lebih baik keluar dari mobil balap dan buatkan kami roti lapis” telah membekalinya dengan mental yang kuat.
Selaras dengan mobil balap yang ia kemudikan, karier Catie melesat cepat sejak tahun 2016 di mana ia menjuarai Ladies Championship—kemenangan pembalap Inggris pertama selama 49 tahun di dalam rangkaian European Rally Championship. Pada tahun 2021, wanita Inggris pertama yang memperoleh dukungan sponsor dari Red Bull ini juga meraih kemenangan di Arctic X-Prix dalam kompetisi Extreme E.
Lebih dari kepiawaiannya di belakang kemudi, kesuksesan Catie sebagai pembalap reli dan figur inspiratif dalam berbagai kampanye pemberdayaan wanita ialah cerminan dari kedewasaan karakternya. Kini tergabung sebagai salah satu personalitas Zenith DreamHers, Catie berharap dapat memercik percakapan dengan wanita di seluruh dunia dan membantu mereka dalam mencapai mimpinya.
Seperti apa state-of-mind Anda saat ini?
Penuh syukur. Saya bahagia karena berkesempatan untuk keliling dunia dan melakukan hal berbeda setiap harinya.
Apa arti waktu bagi Anda?
Serpihan momen-momen dalam hidup yang berlalu dengan begitu cepat. Penting bagi saya untuk menyerapi setiap momen dan berpijak pada realita.
Ceritakan memori paling berharga dalam hidup Anda. Memenangkan kompetisi balap pertama saya di Greenland tahun lalu. Saya merayakannya dengan melompat ke dalam kolam glasier dengan menggunakan setelan balap. Meskipun sangat dingin, memori tersebut amat berkesan bagi saya.
Nasehat apa yang akan Anda berikan kepada Catie berusia 17 tahun?
Lakukan saja. Saya lebih memilih untuk gagal daripada tidak pernah mencoba. Menurut saya, sosok-sosok hebat di dunia berhasil karena mereka percaya pada diri sendiri.
Adakah ritual tertentu yang biasa Anda lakukan sebelum berkompetisi?
Mempersiapkan diri terhadap kemungkinan apapun. Saya selalu menanamkan pikiran positif sebelum bertanding karena saya percaya bahwa pikiran selalu memengaruhi realita. Bisa dibilang, performa terbaik saya terwujud ketika saya merasa percaya diri dan tenang.
Apa tantangan yang telah berhasil Anda lalui dan tengah hadapi sebagai wanita di dunia balap?
Kepercayaan diri untuk mempertahankan jati diri. Acapkali, orang menghampiri saya dan berkata bahwa saya tidak perlu susah-susah menjadi pembalap. Mereka mengharapkan saya untuk berpakaian atau berperilaku dengan cara tertentu agar dapat dianggap lebih serius. Sedangkan, saya menyukai fashion dan memiliki kepribadian yang ceria. Kita hanya hidup sekali, tidak ada gunanya mendengarkan pendapat orang lain hingga menutupi jati diri kita yang sesungguhnya.
Apa harapan Anda untuk dunia mobil balap?
Saya ingin melihat lebih banyak peluang tersedia untuk wanita. Rasanya yang ada sekarang tidak cukup. Namun, saya tidak ingin peluang tersebut datang hanya karena mereka seorang wanita. Jika mereka benar-benar mampu melakukannya, seharusnya tidak ada lagi perbedaan persepsi antara kemampuan. Begitulah kesetaraan sesungguhnya bagi saya.
Bagaimana preferensi Anda dalam memilih jam tangan?
Saya menyukai jam dengan dial berwarna gelap dengan temali yang dapat diganti sesuka hati, seperti DEFY Midnight yang saya miliki. Jam ini merupakan hadiah yang diberikan Zenith untuk penghargaan Moment in Time yang saya dapatkan berkat performa spektakular dalam bertanding.
CRAFT 98
Janganlah mengejar dunia, lalu kehilangan jiwa. Kebijaksanaan lebih penting dari perak maupun emas
BOB MARLEY
SOUL
BREITLING
Penawaran berkualitas untuk pribadi yang dinamis
Arinta Wirasto
Jika harus mendeskripsikan Breitling dalam dua kata, ‘tahan banting’ adalah ekspresi paling sempurna. Mungkin pikiran Anda tertuju pada ketangguhan profil atau kemutakhiran fitur yang diusung untuk mengakomodasi penawaranpenawarannya. Meskipun tidak sepenuhnya salah, bukan itu hal yang kami maksud. Tahan banting di sini merujuk pada resistensi Breitling terhadap tantangantantangan yang dilaluinya semenjak berdiri. Mulai dari Depresi Panjang di era 1930-an, krisis kuarsa di akhir 1970-an, digitalisasi, dan kini, pandemi Covid-19. Breitling terus beradaptasi untuk mempertahankan relevansinya di tengah berbagai pergolakan. Meski sudah melalui berbagai revitalisasi, Breitling tetap setia pada tujuannya untuk menyuguhkan waktu dengan presisi dan akurasi tinggi.
Breitling memiliki asosiasi yang begitu lekat dengan industri penerbangan. Tak hanya koleksi Navitimer saja yang populer di kalangan para pilot, jam tangan Cosmonaute yang dikenakan oleh astronot Scott Carpenter dalam misi Mercury-Atlas 7 pada tahun 1962 juga memiliki momentum tersendiri di benak para penggemar aviasi. Portofolio Breitling dalam kategori ini pun kian panjang dengan kehadiran koleksi Classic AVI dan dan Avenger.
Di sisi lain, Breitling juga membanggakan deretan karya yang memenuhi kebutuhan bertualang penggunanya maupun sebagai pelengkap keseharian yang penuh gaya. Mulai dari koleksi jam selam bertajuk Superocean, koleksi jam tangan super tangguh dalam melawan cuaca dan kondisi ekstrem bernama Professional, hingga estetika lawas nan memikat dari Top Time dan Premier.
Dari berbagai kreasi yang sarat akan inovasi dan tradisi karya Breitling, Alvin Soon selaku President Breitling untuk wilayah Tiongkok dan Asia Tenggara memilihkan lima jam tangan favoritnya beserta esensi di baliknya—yang membuat para ikon penjelajah begitu mengagumi brand basis Grenchen ini.
Navitimer B01 Chronograph 43
“Dengan reputasi sebagai salah satu jam tangan ikonis Breitling yang paling terkenal sepanjang masa, Navitimer jelas menjadi pilihan pertama dalam daftar saya. Jam tangan pilot chronograph ini telah digunakan oleh pencinta aviasi sejak 70 tahun silam, terlebih setelah diumumkan sebagai jam tangan resmi dari Aircraft Owners and Pilot’s Association (AOPA). Fitur berkomplikasi tinggi seperti bezel bergaya slide rule yang berpadu indah dengan sub dial hitam menjadikannya sebagai salah satu jam tangan ‘wajib punya’ dalam portofolio memesona Breitling.”
Avenger Automatic GMT 45
“Bagi penggemar jam tangan yang gemar mengoleksi statement piece, saya akan merekomendasikan Avenger. Jam ini menjadi bukti atas kecintaan Breitling terhadap dunia aviasi dan kepiawaiannya dalam mengkreasikan jam tangan pilot. Sejak pertama kali diperkenalkan pada tahun 2001, jam ini selalu hadir dengan fitur yang menunjang aktivitas penerbangan dan pencinta aviasi. Fungsi paling disorot dalam iterasi anyar ini adalah indikator zona waktu kedua yang ditunjukan oleh jarum penanda warna merah berlapiskan Super-LumiNova®.”
102
SOUL / HOW TO BUY
Superocean Automatic 44
“Siapa yang tidak suka akan jam tangan selam berpenampilan trendi? Bahkan, bila belum memiliki sertifikat menyelam, saya jamin koleksi Superocean teranyar akan menjerat perhatian Anda dalam seketika. Jam ini merupakan harmoni sempurna antara tampilan trendi dan warisan Breitling dari era ‘60-an saat koleksi Slow Motion diperkenalkan. Dalam diameter 44 mm, Superocean Automatic memiliki kontras apik antara cincin di bagian dial dan indeks berlapiskan Super-LumiNova® untuk meningkatkan keterbacaan di dalam air. Daya tarik lain pada jam ini adalah temali yang dapat dilipat guna memudahkan penyesuaian jika dipakai dengan setelan menyelam. Saya menjatuhkan pilihan pada model dengan kombinasi warna tembaga dan cokelat yang terlihat sangat elegan.”
Chronomat B01 42
“Dengan mobilitas tinggi yang mengharuskan saya sering bepergian untuk bekerja, Chronomat adalah pilihan sempurna. Begitupun untuk Anda yang memiliki gaya hidup dinamis. Chronomat sesungguhnya adalah jam tangan untuk segala situasi. Empat rider tab yang disematkan pada bezel dan jendela chronograph memberi kesan sporty sekaligus mengelevasi penampilan sang pemakai. Terutama dengan bracelet Rouleaux khas Chronomat yang akan memeluk pergelangan tangan Anda dengan sempurna.”
Emergency
Ref. V76325221B1S1
“Meskipun hampir seluruh penawaran Breitling ditujukan untuk para profesional di bidangnya, jam Emergency ini adalah sebuah tool watch dengan kemampuan menyelamatkan nyawa. Emergency adalah jam tangan pertama dengan fitur dual-frequency distress beacon (suar marabahaya berfrekuensi ganda), menjadikannya sebuah instrumen keselamatan yang amat penting bagi para petualang. Material DLC berlapis titanium dan kristal safir cembung meningkatan impresi tangguh pada sang jam. Terlebih dengan SuperQuartz™, mesin kuarsa analog yang terkenal tahan banting untuk aktivitas luar ruangan. Desain dari koleksi Emergency amat rupawan dan memancarkan presensi yang sesuai dengan fungsi istimewanya.”
103
GUILLOCHÉ
Salah satu teknik dekorasi tertua pada jam tangan
Anung Kamaswara
Dalam industri jam tangan kelas atas, sentuhan akhir pada permukaan sebuah kreasi horologi adalah impresi pertama yang diandalkan untuk memancarkan kemewahan Lantas, bukan kejutan jika nama-nama besar di seluruh dunia berkompetisi untuk menghasilkan visual terindah pada permukaan case, dial, hingga movement jam tangan mereka. Teknik demi teknik pun bermunculan untuk mengakomodasi permintaan pasar dan memantik pengakuan. Salah satu teknik yang didapuk paling tersohor di dunia horologi adalah guilloché.
Sejarah mencatat Pierre Duhamel sebagai orang pertama yang mengaplikasikan teknik guilloché pada tahun 1680. Tiga abad lebih berselang, teknik ini tak semata digunakan oleh berbagai brand jam tangan sebagai pemanis bagian dial, namun juga sebagai pengukuh signature style yang didapatkan dari eksplorasi kreativitas.
Bicara teknis, guilloché pada jam tangan merupakan proses penggoresan logam secara berulang-ulang untuk mendapatkan corak dekorasi tertentu. Kendati membutuhkan ketelitian tinggi, proses finishing ini diserahkan kepada artisan khusus bernama guillocher. Aksen guilloché dihasilkan dengan beberapa mesin, yaitu rose engine, straight-line engine, atau brocading machine Adapun setiap mesin memiliki karakteristik, kelebihan, dan hasil akhir yang berbeda.
Diterjemahkan dari kamus bahasa Prancis tahun 1773, guilloché berarti “ornamen yang dihasilkan oleh bentuk-bentuk guratan yang terjalin satu sama lain.” Jika mengacu pada makna ini, wujud guilloché akan terbatas pada spirograph imaji seperti permainan kurva geometri dengan penggaris lebar dan jangka , yang mungkin pernah kita mainkan semasa sekolah dahulu. Dalam bahasa Inggris, guilloché justru bersinonim dengan peranti bernama engine turning (mesin berputar) atau lathe (mesin bubut). Inti penjelasan mengacu pada fungsi dari masing-masing mesin, yaitu teknik mengikis.
Perkembangan dunia horologi modern berjasa melahirkan berbagai dekorasi guilloché. Ada yang berupa goresan melingkar nan mengilap (Satiné Circulaire), titik-titik berjajar seperti cincin (Sauté Piqué), melengkung seperti gelombang angin (Vieux Panier), dan lidah api (Décor Flamme). Ada pula yang memiliki aksen timbul seperti piramida terpotong (Clous de Paris), bergerigi seperti bijibijian (Grain d›Orge), atau irisan ujung lancip (Pointes de Diamant).
THE EAST
Pada tahun 2015, Piaget mengambil sejarah Jalan Sutra (Silk Road ) sebagai acuan utama bagi koleksi terbatasnya. Koleksi ini berfokus pada budaya, cerita, dan arsitektur di kota Venezia, Italia dan Samarkand, Uzbekistan. Piaget mengaplikasikan bermacam-macam teknik dekorasi dan finishing untuk koleksi bertajuk Secrets & Lights ini. Bagian dial dari 38 jam tangan dalam koleksi ini digarap menggunakan teknik dekorasi guilloché multifaset yang mengadaptasi wujud ubin khas Uzbekistan.
104 SOUL / CLASS IN SESSION
Piaget Altiplano Gold Guilloché Dial Ref. G0A40613
THE SIGNATURE
Audemars Piguet memang jeli dalam menghasilkan sebuah ikon. Melalui Royal Oak, brand basis Le Brassus ini berhasil mempopulerkan dial bernama Tapisserie, seri dial yang mengusung teknik guilloché dengan sentuhan Clous de Paris. Sejak diperkenalkan pada tahun 1972, dial berbentuk kotak-kotak jika dilihat dari atas dan menyerupai berlian dari samping ini terus menerus dikembangkan hingga memiliki tiga klasifikasi berbeda: Petite Tapisserie untuk kotak kecil, Grande Tapisserie untuk kotak besar dan Méga Tapisserie untuk kotak-kotak ekstra besar.
THE MODERNIST
Sebagai brand independen, imajinasi dan kreativitas tim Louis Erard patut mendapatkan pujian. Salah satu langkah prominennya adalah saat melansir Excellence Guilloché Main. Brand asal Swiss ini cukup berani mengambil risiko, baik dari segi desain maupun aspek komersial. Keluar dari kaidah umum wajah guilloché yang terkesan klasik dan subtil Louis Erard justru berkreasi dengan ilusi optik kontras bercorak kubus geometris. Kesuksesan koleksi ini serta merta menjadi cikal bakal iterasi anyar di tahun 2022 dengan nama Louis Erard Excellence Guilloché Main II.
THE PIONEER
Tidak afdal rasanya berbicara tentang guilloché tanpa menyebut Breguet. Bagaimana tidak, sang manufaktur berjasa atas awal kepopuleran dial beraksen hasil goresan engine turning di tahun 1786. Menariknya, guilloché sepertinya menjadi wasiat khusus dari Abraham-Louis Breguet bagi manufaktur asal Swiss ini. Hingga saat ini, Breguet terus membuktikan kemahirannya lewat aplikasi tiga hingga tujuh corak guilloché berbeda sekaligus dalam satu dial
105
15100ST.OO.0789ST.01 Breguet Classique 7137 dalam warna emas merah muda Ref. 7137BR/15/9VU Louis Erard Excellence Guilloché Main Ref. 66237AA52.BVA34
Audemars Piguet Royal Oak Foundation Time for the Trees
Ref.
WHO Ducati Corse
WHAT Presentasi untuk memperkenalkan lini jam tangan Ducati Corse yang baru diluncurkan di Indonesia kepada pelanggan dan media, sekaligus memperkenalkan aktor Ibnu Jamil sebagai friendof thebrandDucati.
WHEN 13 Oktober 2022 WHERE Bottega Ristorante, Jakarta
106
EVENT
WHO Roger Dubuis
WHAT Jamuan makan siang yang dihadiri oleh Managing Director Roger Dubuis untuk Asia Tenggra & Oseania, Laurent Toinet, serta pelanggan VIP untuk melihat langsung koleksi teranyar dan mengetahui proses finishing yang didemonstrasikan oleh watchmaker Julien Miribel.
WHEN 19 Oktober 2022
WHERE View Steak Bar, Hotel Fairmont Jakarta
107
Temukan jam tangan yang Anda baca di CROWN
Audemars Piguet
Plaza Indonesia
Level 1, Unit 170 Tel: 021 2992 3982
Breguet
Tersedia di butik The Time Place
Breitling Plaza Senayan
Level 1, Unit 117B – 119B Tel: 021 2967 8512
Bvlgari
• Plaza Indonesia Level 1, Unit 133 – 157-158 Tel: 021 3192 6661
• Plaza Senayan Level 1, Unit 145C-147C-151C Tel: 021 5790 0140
• Pacific Place GF, Unit 35A-B Tel: 021 5797 3850
Cartier
• Plaza Indonesia
Level 1, Unit 138 – 139 Tel: 021 314 1916
• Plaza Senayan Level 1, Unit 119A, 121A, 125A Tel: 021 572 5238
Casio & G-Shock
• Senayan City Tel: 021 7278 1577
• Summarecon Mall Bekasi Tel: 021 8063 3782
• Tunjungan Plaza Surabaya Tel: 031 547 6992
• Paskal 23 Bandung Tel: 022 2056 8586
• Hartono Mal Yogyakarta Tel: 0274 292 4035
Chopard
Plaza Indonesia Level 1, Unit 182B Tel: 021 2992 4350
Franck Muller
The Shoppes Marina Bay Sands Singapura L1 - 55 / 55A Tel: +65 6634 8825
Frederique Constant Tersedia di butik INTime
Greubel Forsey
Ngee Ann City Singapura #01 - 12 Tel: +65 6733 0618
INTime
• Grand Indonesia West Mall, Unit G19 Tel: 021 2358 1208
• Mal Kelapa Gading 3 GF, Unit G42 Tel: 021 4584 8977
• Central Park GF, Unit G-117B Tel: 021 5698 5156
• Paris Van Java Bandung Resort Level, Unit B-35 Tel: 022 820 64135
• Sun Plaza Medan GF, Unit C31- 32 Tel: 061 8051 2538
Jaeger-LeCoultre
Tersedia di butik The Time Place
Longines
Tersedia di butik INTime
Louis Vuitton
• Plaza Indonesia Tel: 021 310 7581
• Plaza Senayan Tel: 021 572 5139
• Pacific Place Tel: 021 5140 0575
STOCKIST 108
Montblanc
• Pacific Place
GF, Unit 27 – 28 Tel: 021 5140 2762
• Plaza Indonesia Level 1, Unit 141 Tel: 021 2992 4015
• Plaza Senayan Level 1, Unit 146B Tel: 021 572 5141
• Pondok Indah Mall 2 GF, Unit 29A Tel: 021 7590 0926
Omega
• Mal Kelapa Gading 3 GF, Unit G-41 Tel: 021 4586 4985
• Plaza Indonesia Level 1, Unit 184 Tel: 021 2992 3723
• Plaza Senayan Level 1, Unit 176C Tel: 021 572 5663
• Tunjungan Plaza 5 Surabaya UG, Unit UG053 Tel: 031 9924 3026
Patek Philippe
Plaza Indonesia
Level 1, Unit 35 – 38 Tel: 021 3192 6632
Piaget
Tersedia di butik The Time Place
Rado
The Shoppes Marina Bay Sands Singapura # B2M - 216 Tel: +65 6688 7290
Rolex Plaza Indonesia Level 1, Unit 69 & 70A Tel: 021 2992 3982
TAG Heuer
• Central Park GF, Promenade 002 Tel: 021 2920 0422
• Pacific Place GF, Unit G-16A Tel: 021 5797 3725
• Plaza Indonesia Level 1, Unit 129 – 130 Tel: 021 2992 3990
• Plaza Senayan Level 1, Unit 155C Tel: (021) 5725137
• Senayan City GF, Unit G-53 Tel: 021 7278 1601
The Time Place
• Pacific Place GF, Unit 12 A-B Tel: 021 5140 2796
• Plaza Indonesia Level 1, Unit 165 – 168 Tel: 021 310 7715
• Plaza Senayan Level 1, Unit 122 – 128B Tel: 021 572 5759
• Tunjungan Plaza 4 Surabaya UG, Unit 30 – 37 Tel: 031 532 7991
Tiffany & Co.
Plaza Indonesia Kav. 28 - 30 Lantai 1 (021) 29924345
Tissot
• Plaza Senayan Level 2, Unit #E24A Tel: 021 5785 5241
• Grand Indonesia
West Mall Lantai 1, Unit WM-1#02 Tel: 021 2358 0449
• Pondok Indah mall 2 Level Ground, Unit 30 Tel: 021 572 5822
• Mal Kelapa Gading 3 Ground Floor, Unit LG-32 Tel: 021 4585 3775
Vacheron Constantin
ION Orchard Singapura #02-07, 2 Orchard Turn Tel: +65 6509 8800
Van Cleef & Arpels
The Shoppes Marina Bay Sands Singapura Unit B1 - 41 Tel: +65 6688 7858
Zenith
Tersedia di butik The Time Place
109
BERLANGGANAN SEKARANG!
CARA BERLANGGANAN
Kunjungi www.crownwatchblog.id/berlangganan atau pindai QR Code di halaman ini untuk mengisi formulir berlangganan
BIAYA BERLANGGANAN MAJALAH
Berlangganan per tahun (4 edisi) Rp 280.000
Untuk info lebih lanjut, hubungi kami di email: subscribe-magazine@crownwatchblog.id
VACHERON CONSTANTIN CALIBRE 1142 QP
Konstruksi dari hand-wound chronograph movement adalah salah satu hal paling menakjubkan untuk dipandang, apapun jam tangannya. Dengan tambahan komplikasi nan rumit seperti fungsi perpetual calendar milik Calibre 1142 Q, daya pikat mesin mekanis pun menjadi kian menawan. Pesona komplikasi ganda ini tidak hanya terbatas pada cakapnya pengukuran interval waktu dan tampilan kalender lengkap. Di tangan maestro seperti Vacheron Constantin, praktikalitas Calibre 1142 QP turut diimbangi oleh dekorasi elok seperti arsitektur bak pahatan, wujud melengkung yang digarap dengan teknik handembellishment, motif Côtes de Genève, dan straight-grained finishing pada 324 komponen di dalamnya. Sebuah mahakarya yang layak mendapatkan sertifikasi Geneva Seal.
CASEBACK 112
WWW.CROWNWATCHBLOG.ID Nikmati informasi menarik terkini seputar dunia jam tangan di mana saja dan kapan saja dari perangkat favorit Anda. Your Go-To Resource for Everything Timepiece facebook.com/crownwatchblogid @crownwatchblog.id A PROUD MEMBER OF TIME INTERNATIONAL GROUP
S er v i c e C en t e r : Cen te nn i al Tow er, 2 8 th F lo o r Jl G a tot S ubr oto Kav 24 & 2 5 J a ka rt a 1 2 93 0 Phone: +62 21 2 935 3595 Ema i l: time c ar e@tim e co.i d