2ND ANNIVERSARY Pesona watchmaking lokal | CLASS OF 2020 Kurasi tren tahun ini | THE COLLECTORS Persaingan dan serba-serbi dalam mengoleksi jam tangan
I N DO N E S I A S EPT EMB ER – N OVE M B E R 2020
Pasha de Cartier Skeleton
EDITOR-IN-CHIEF SHANNON HARTONO shannon@crownwatchblog.id
CHIEF EDITOR - DIGITAL RONALD HUTAGALUNG ronald.hutagalung@crownwatchblog.id
BUSINESS DEVELOPMENT AMELIA WIDHARATNA amelia.widharatna@time.co.id
PRODUCTION MANAGER ERIKA TANIA DESSYANDRA erika.tania@crownwatchblog.id
SALES & CIRCULATIONS MANAGER ADHIKA WICAKSANA adhika.wicaksana@crownwatchblog.id
GRAPHIC DESIGNER ERICK WIBOWO erick.wibowo@crownwatchblog.id
Diterbitkan oleh PT Indah Gemilang Internasional Centennial Tower lantai 28, Jalan Gatot Subroto Kav. 24-25 Jakarta 12930
CROWN INDONESIA is a proud member of TIME International Group and published under license from HIGHEND MEDIA PTE LTD, Singapore. No parts of this magazine are to be reproduced without the permission of TIME INTERNATIONAL and HIGHEND MEDIA PTE LTD. All rights reserved.
K O N T R I B U T O R
Rayoga Akbar Firdaus, Writer
Anung Kamaswara, Writer
Memiliki gelar Sarjana Pertanian tak menghentikan minatnya untuk bekerja sebagai jurnalis fashion. Menampilkan sisi intelektual dan bisnis dari industri fashion adalah misi utamanya. Setelah bekerja untuk majalah franchise Prancis dan startup, kini Rayoga aktif menulis lepas di berbagai media.
Setelah sempat bekerja pada sejumlah majalah gaya hidup, Anung menantang kemampuan mode pragmatis dan serebralnya pada media televisi dan dunia ritel. Kini ia menyambung hidup sebagai penulis, pengarah mode, dan tren analis independen agar dapat bekerja di malam hari dan tidur saat matahari terbit, sehingga jarang menyanggupi pertemuan bisnis di bawah jam 12 siang.
HIGHEND MEDIA CHAIRMAN & CEO DAVID LEPPAN MANAGING DIRECTOR HRISTO SIMEONOV hristo.simeonov@highend.media PUBLISHER CONNIE YEUNG connie.yeung@highend.media VP, BUSINESS DEVELOPMENT ALAN TAN alan.tan@highend.media EDITOR-IN-CHIEF ALVIN WONG alvin.wong@highend.media ONLINE EDITOR MELISSA KONG melissa.kong@highend.media ART DIRECTOR DENNIS GOH dennis.goh@highend.media
Published by HighEnd PTE LTD 133 AMOY STREET #03/04-01 FAR EAST SQUARE SINGAPORE 049962
AVAILABLE AT
VISION 6 Editor’s Note 10 Top of The Hour Dukungan Rolex terhadap musisi selama pandemi melalui konser musik virtual
22
R AV ISHING RE V I VA L
11 Kabar terkini dari para penyelenggara pameran jam tangan dunia 12 Ekspor jam tangan Swiss mengalami penurunan tajam pada paruh pertama 2020
16 M Y VA U LT
22 Ravishing Revival Versi terbaru Pasha de Cartier yang menggugah memori dengan fitur sarat teknologi
13 Restrukturasi para petinggi brand horologi milik Swatch Group 14 In The Loupe Ukiran memukau pada dial Glashütte Original PanoLunar Tourbillon 16 My Vault Nilai sentimental di balik koleksi jam tangan Ananda Omesh 18 Self-Portrait Associate Director Technics dari departemen R&D IWC Schaffhausen, Stefan Ihnen, berbagi momen berkesan dalam kariernya dan Head of Watch Marketing Piaget berbicara strategi digital
IDENTITY
11
FA IR DE A L S
28 King of The Sea Generasi baru Oyster Perpetual Submariner dan Oyster Perpetual Submariner Date dari Rolex 32 A Tribute To The Pioneers Penghormatan Longines kepada para pionir penjelajahan melalui koleksi Spirit 36 Local Pride Pesona seni watchmaking Indonesia dari brand lokal: Lima Watch dan NAM Watches 42 Everyone’s Better Than Mine Ketika mengoleksi jam tangan layaknya olahraga ekstrem
46 Any Which Way You Can Kurasi tren jam tangan yang mendominasi tahun 2020 52 Navy Crew Tudor Black Bay Fifty-Eight kini hadir dalam warna biru 56 Bronze Age Jam tangan selam Rado yang kian rupawan seiring waktu
62
AV ENUE O F S TA R S
CRAFT 62 Avenue of Stars Koleksi Avenue karya Harry Winston yang sarat akan kecemerlangan 68 Friend in High Places Breitling Navitimer 35 menyoroti warisan pendahulunya dalam kemasan feminin
76
CL A SS IN SESSION
46
ANY WHICH WAY YOU C A N
SOUL 74 How To Buy Ferdinand Berthoud 76 Class In Session Memahami ultra-thin movement 78 Stockist Temukan lokasi butik jam tangan pilihan Anda 80 Caseback Calibre 1120 QPSQ/1 oleh Vacheron Constantin
EDITOR’S NOTE
S
eptember adalah bulan favorit kami. Sebagaimana pada waktu yang sama dua tahun lalu, CROWN Indonesia hadir sebagai media spesialis horologi berbahasa Indonesia pertama dan satu-satunya di Tanah Air — predikat yang masih kami emban dengan bangga hingga hari ini. Berbeda dengan persiapan edisi anniversary pertama kami di tahun lalu yang begitu dinamis, tahun ini dengan berbagai keterbatasannya justru memacu kreativitas kami dalam mengemas perayaan yang sarat makna. on the cover:
Seni watchmaking Indonesia menjadi tema dari selebrasi #2TahunCrownID tahun ini. Kami mengajak para penggemar jam tangan di Indonesia untuk mengetahui lebih dalam, mengapresiasi, dan mendukung kreasi jam tangan buatan anak bangsa melalui kampanye media sosial bertajuk #WaktuSetempat. Pada kesempatan ini, kami menyoroti dua brand jam tangan lokal, Lima Watch dan NAM Watches, untuk berbagi kisahnya (hal. 36) sekaligus berpartisipasi dalam giveaway yang telah kami langsungkan di Instagram pekan lalu. Temukan pengumuman pemenangnya dalam edisi ini! Jangan lewatkan wawancara kami dengan Ananda Omesh yang menceritakan nilai sentimental di balik koleksinya (hal. 16), pembahasan apik mengenai serba-serbi mengoleksi jam tangan yang ekuivalen dengan olahraga ekstrem (hal. 42), kurasi tren horologi yang mendominasi rilisan para brand terkemuka di tahun 2020 (hal. 46), pesona ultra-thin movement sarat pencapaian teknologi (hal. 76), serta beragam berita terkini lainnya yang dilengkapi oleh konten clickable — ketuk foto artikel yang dilengkapi oleh simbol ‘Klik di sini’ — untuk mengeksplorasi semesta para brand horologi atau pun mengenal lebih jauh narasumber-narasumber kami dengan akses tanpa batas dan biaya dari kenyamanan rumah Anda. Akhir kata, terima kasih banyak atas dukungan Anda selama dua tahun ini. Selamat menikmati edisi anniversary CROWN Indonesia yang ke-2 dan tentunya #BacaDiRumahAja.
SHANNON HARTONO
CARTIER PASHA SKELETON Dalam steel case 41 mm dengan skeleton dial, crown berhiaskan cabochon safir, steel bracelet yang dilengkapi oleh sistem QuickSwitch dan SmartLink, dan movement otomatis 9624 MC berkapasitas power reserve hingga 48 jam
EDITORS NOTE
VISION Visi adalah sebuah gambaran akan masa depan yang memproduksi gairah BILL HYBELS
SAFE AND SOUND Rolex menyelenggarakan konser Perpetual Music untuk mendukung musisi selama pandemi
Klik di sini Plafon Palais Garnier nan luar biasa karya Marc Chagall yang diresmikan pada tahun 1964
Rolex Testimonee Sonya Yoncheva
Rolex Testimonee Rolando Villazón
P
artisipasi Rolex dalam dunia musik bukanlah hal baru. Selain mengembangkan kemitraan dengan banyak seniman tersohor dunia, brand jam tangan kenamaan asal Swiss ini juga memiliki hubungan jangka panjang dengan ragam acara, lembaga, dan orkestra bergengsi di berbagai belahan dunia. Bahkan sejak tahun 2002, Rolex menyandingkan individu-individu terpilih dan ahli dari bermacam-macam bidang seni, termasuk musik, untuk sebuah kolaborasi kreatif melalui program filantropi Rolex Mentor and Protégé Arts Initiative. Tahun ini, Rolex meluncurkan sebuah inisiatif untuk mendukung para musisi sebagai tanggapan terhadap dampak yang mereka alami selama pandemi Covid-19. Melalui serangkaian konser virtual bertajuk Perpetual Music, Rolex melibatkan sekitar 100 musisi yang dipilih oleh Juan Diego Flórez, Rolando Villazón, Sonya Yoncheva — para mitra sang brand yang disebut sebagai Rolex Testimonee, serta pemain biola kawakan Renaud Capuçon.
Rolex Testimonee Juan Diego Flórez
Ketiga konser virtual tersebut telah diselenggarakan pada bulan Agustus dan September lalu, namun masih dapat Anda saksikan secara online dan tanpa biaya melalui medici.tv hingga akhir bulan Oktober. Selain konser Perpetual Music, saat ini Rolex juga mendanai para seniman di Metropolitan Opera, New York, yang terdampak oleh pandemi.
10
FAIR DEALS Status terkini mengenai penyelenggaraan pameran jam tangan
M
yang disebutkan tadi ke Jenewa, nampaknya MCH Group memiliki banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan.
asih terlalu dini untuk memprediksi keberlangsungan pameran jam tangan berskala besar dengan pengunjung internasional di tahun 2021 mendatang, namun berbagai solusi telah diberlakukan untuk menutupi kehampaan pasca bubarnya Baselworld.
Sementara itu Swiss Creative Lab, yang telah menyelenggarakan ekshibisi-ekshibisi jam tangan berskala kecil di sekitaran Baselworld selama 10 tahun terakhir, mengumumkan bahwa mereka akan melaksanakan acara mereka sendiri bernama Imagination – One World One Vision. Ekshibisi yang berfokus pada brand independen ini rencananya akan berlangsung pada 1 hingga 7 Februari 2021.
MCH Group, perusahaan penyelenggara Baselworld sekaligus pihak yang dinilai bertanggung jawab atas hengkangnya berbagai brand besar seperti Rolex, Patek Philippe, dan Chanel dari pameran tersebut hingga berujung pada pembatalan pelaksaannya, baru-baru ini menunjukkan bahwa mereka tidak akan menghilang begitu saja. Perusahaan tersebut mengumumkan bahwa mereka akan mengadakan HourUniverse pada bulan April 2021, sebuah platform yang “aktif secara digital” untuk brand jam tangan dan perhiasan dengan acara langsung setiap tahunnya. Tak banyak detail yang diinformasikan untuk saat ini, namun dengan berpindahnya pameran beberapa brand besar
“Saya telah berbagi sejarah dengan perusahaan-perusahaan ini. Saya tidak mungkin meninggalkan 500 brand begitu saja di saat sektor watchmaking tengah menghadapi masa paling kritis sepanjang sejarah. Grup-grup besar telah bersatu untuk saling mendukung, namun brand-brand independen memiliki cara dan membutuhkan acara mereka sendiri,” ujar Carlo E. Naldi, founder Swiss Creative Lab.
11
VISION / TOP OF THE HOUR
SWISS SLOWDOWN Ekspor jam tangan Swiss mengalami penurunan tajam di seluruh segmen harga pada paruh pertama tahun 2020
M
eski tidak mengejutkan, performa industri jam tangan Swiss selama Januari hingga Juni 2020 menunjukkan hasil yang suram. Dampak dari pandemi Covid-19 memengaruhi aktivitas ekspor jam tangan Swiss di seluruh segmen harga, di mana tercatat mengalami penurunan tajam sebesar 35,7 persen dibandingkan dengan paruh pertama tahun 2019.
dengan aktivitas ekspor turun lebih dari setengahnya. Sementara jam tangan dengan harga lebih dari CHF 3.000 yang mewakili 70 persen dari total ekspor jam tangan Swiss, turun sebesar 32,7 persen. Terjadinya penurunan ekonomi global membuat harapan disandarkan ke Tiongkok sebagai negara dengan pemulihan paling cepat. Sebelum adanya pandemi Covid-19, konsumen Tiongkok memegang peranan berpengaruh dalam konsumsi global, yakni sebanyak 35 persen dan para analis memprediksi bahwa selanjutnya mereka akan naik menjadi 50 persen dalam hal pembelian barang mewah. Meski situasi masih tak menentu, penurunan penjualan di Tiongkok masih terbilang rendah, yakni 14,6 persen. Hal tersebut seolah menjadi harapan yang menjanjikan terhadap pemulihan pasar.
Ekspor jam tangan Swiss ke pasar utama di Eropa, Asia, dan AS turun rata-rata 30 persen per pasar. Selama paruh pertama tahun 2020 ini Swiss mengekspor 5,5 juta jam tangan, berbeda jauh dengan periode yang sama di tahun sebelumnya yang mencapai 10 juta. Kontras dengan analisis yang ada, segmen entry level dalam kisaran harga CHF 200 hingga CHF 300 justru terdampak paling parah
12
SWATCH RESHUFFLE Wajah-wajah familiar mengemban posisi baru
Matthias Breschan
S
eraya melakukan perombakan signifikan pada manajemen tingkat atasnya, sang konglomerat jam tangan kenamaan dunia memilih untuk menerapkan strategi aman dan menjaga kestabilan perusahaan dengan hanya menunjuk atau mempromosikan sosok-sosok internal pada posisiposisi baru. Sejumlah eksekutif senior, seperti CEO Omega Raynald Aeschlimann dan CEO Rado Matthias Breschan, telah dipercaya untuk mengemban tanggung jawab baru. Raynald kini bergabung dalam jajaran Executive Group Management Board milik Swatch Group, sementara Matthias yang merupakan anggota Extended Group Management Board kini diberi mandat untuk menambah portofolionya dengan menjadi CEO dari Longines. Brand lain yang melakukan perekrutan CEO secara internal adalah Tissot yang kini dikepalai oleh Sylvian Dolla — sebelumnya adalah CEO Hamilton. Posisi Sylvian di Hamilton akan diisi oleh Vivian Stauffer yang dipromosikan dari jabatan sebelumnya sebagai Head of Sales bagi brand tersebut. Kabar lain yang menarik atensi adalah pensiunnya Walter von Känel, mantan CEO Longines dan salah satu sosok tersohor dalam industri ini yang telah bekerja selama 51 tahun di Swatch Group. Alihalih melakukan pesta perpisahan, Walter justru melanjutkan pengabdiannya kini sebagai Honorary Chairman untuk Longines dan Chairman untuk Longines Foundation.
Klik di sini Walter von Känel
13
VISION / IN THE LOUPE
Klik di sini
Klik di sini
14
GLASHÜTTE ORIGINAL
RELIEF ENGRAVING
M
eskipun sulit untuk dipercaya, perlu Anda ketahui bahwa pusaran memesona yang mengitari ruang kosong pada dial Glashütte Original PanoLunar Tourbillon bukanlah sebuah mahakarya seni yang terkalkulasi dengan cermat. Bermodalkan pengalaman puluhan tahun dan burin — alat bermaterialkan baja untuk mengukir di atas tembaga maupun kayu — terpercaya mereka, para pengukir di pabrik Pforzhiem milik Glashütte Original perlahan-lahan menggores pola bunga fantastis ini di atas blangko emas padat. Tidak ada yang disusun sebelumnya atau direncanakan. Tidak ada pola yang harus diikuti dan tidak ada gerakan yang dianggap remeh, sebagaimana para perajin ini dengan hati-hati mendekorasi dial dengan kepiawaian jemari mereka yang begitu terlatih. Ada banyak keindahan mekanis yang bisa dinikmati di PanoLunar Tourbillon, namun tak ada yang lebih menyenangkan daripada menikmatinya bersanding dengan ornamen mengagumkan yang mengelevasi nilai artistik jam tangan ini.
15
VISION / MY VAULT
A STRONG BOND Nilai sentimental di balik koleksi jam tangan Ananda Omesh Erika Tania
M
ultipel adalah kata yang cocok untuk mendeskripsikan Ananda Omesh. Tak hanya multitalenta dalam hal karier — kini tengah disibukkan oleh rutinitas sebagai pembawa acara, penyiar, aktor, dan pebisnis, Omesh juga merupakan seorang multikolektor dengan ragam koleksi yang memenuhi walkin-closet dan garasi di rumahnya. “Saya masih ingat salah satu percakapan dengan almarhum ayah saya. Beliau bilang ‘pria itu mainnya bukan wanita, melainkan dompet, sepatu dan jam tangan’. Prinsip beliau tersebut sangat melekat di benak saya. Untuk motor, saya memang sudah suka sejak SMP,” kisahnya.
Klik di sini
16
Selain menjadi kesenangan bagi dirinya sendiri, Omesh mengaku bahwa berbagai koleksinya tersebut menyingkap kemampuan pemasaran yang kemudian mengantarkannya pada pendirian beberapa bisnis. “Koleksi-koleksi saya bisa dijadikan bahan obrolan, bahkan memperpanjang tali silaturahmi. Saya memang kalau sudah suka dengan sesuatu akan sangat saya dalami, sehingga banyak teman yang sering bertanya kepada saya, bahkan terpengaruh untuk membeli yang sama. Oleh karena itu saya jadi terinspirasi untuk mulai berbisnis,” cerita Omesh yang merupakan pemilik Tigrehood (butik peralatan dan pakaian berkendara) dan Tigre Watch Trading Company (jasa jual-beli jam tangan pre-owned) di antara sejumlah bisnis lainnya.
Photographer: Rizhki Rezahdy
Menurut Omesh, cara terbaik merawat berbagai koleksinya adalah dengan sering memakainya. “Saya punya lebih dari 20 dompet dan bisa gonta-ganti setiap dua hari sekali. Kalau sepatu dan jam tangan setiap hari saya mengenakan yang berbeda karena saya memang suka padu padan penampilan. Saya punya sekitar 60-an jam tangan, mulai dari Swatch, G-Shock, sampai Rolex semuanya tersimpan dengan rapi. Sebelum pandemi, setidaknya satu atau dua bulan sekali pasti saya touring dengan motormotor saya untuk melepas penat,” ungkap pria kelahiran 21 Agustus 1986 ini.
Raymond Weil Parsifal “Ketika Ayah saya wafat, kami anak-anaknya sepakat untuk merawat koleksi jam tangan beliau. Saya memilih jam ini karena beliau paling sering menggunakannya saat bekerja sebagai PNS. Jam ini sudah beberapa kali rusak, namun saya reparasi lagi dan lagi. Saya selalu mengenakan jam tangan ini di momen-momen spesial. Seperti pada saat pernikahan kakak perempuan saya, saya mengenakan kemeja batik dan jam tangan milik beliau untuk merasakan kehadiran almarhum. Ini adalah jam tangan paling ‘mahal’ dalam koleksi saya.”
Rolex Oyster Perpetual Datejust “Menurut saya jam ini adalah kemewahan dalam kesederhanaan. Bukan warna yang mencolok tapi tetap mencuri pandang karena ini Rolex. Saya sering menggunakan jam ini untuk acara-acara off air karena terlihat sangat elegan. Saking sukanya dengan desain semacam ini, saya memodifikasi motor Harley Davidson saya dengan konsep yang sama di mana seluruh bagiannya berwarna perak dengan sentuhan abu-abu dan hitam.”
Panerai Luminor Marina Automatic PAM00104 “Jam tangan ini adalah hadiah dari istri, sehingga harus masuk dalam daftar jam tangan favorit (tertawa). Ceritanya dulu saya dan istri berlibur ke Swiss. Di sana saya berniat mau beli Panerai, namun ternyata harganya lebih mahal. Ketika saya pulang ke Indonesia dan mengunjungi butik, sayangnya stok sedang tidak ada. Saya dan istri memang sering bertukar hadiah di luar hari-hari spesial. Beberapa tahun kemudian, tiba-tiba istri saya memberikan ini kepada saya. Saya senang sekali.”
TAG Heuer Monaco Singapore Grand Prix Limited Edition “Di saat saya sedang mengincar TAG Heuer Monaco ‘Steve McQueen’, seorang teman menawarkan jam tangan preowned ini. Setelah melihat fotonya, saya sontak kaget karena warna jarumnya hijau. Berbeda dengan seri Monaco lainnya yang kebanyakan berwarna biru, merah, atau oranye. Ternyata jam ini juga merupakan edisi terbatas, tepatnya nomor 70 dari 100. Tanpa ragu lagi langsung saya beli jam ini.”
17
VISION / SELF-PORTRAIT
QUENTIN HEBERT Head of Watch Martketing Piaget mengenai identitas, lingkungan kerja, dan strategi digital Piaget merupakan brand (beridentitas) ganda. Kami adalah seorang watchmaker dengan segmen perhiasan, di sisi lain kami juga merupakan brand yang sangat feminin dengan penawaran maskulin yang tak main-main. Menjaga keseimbangan di antara keduanya adalah hal yang sangat penting.
Klik di sini
Kami semua bangga dapat bekerja di Piaget. Ketika memasuki workshop, Yves Piaget berkata “salut les artistes!” yang menunjukkan pentingnya hubungan manusia dan penghormatan terhadap pekerja, desainer, dan kreator. Mereka berada di pusat perhatian karena merekalah sumber kreativitas. Artisan-artisan ini adalah seniman yang tak hanya berperan penting dalam proses kreasi, mereka juga merupakan faktor ‘gila’ yang mendorong Piaget untuk berani dalam menciptakan karyakarya luar biasa, baik dalam hal movement, kerajinan emas, kemahiran seputar permata, maupun gem setting. Bagi saya (transformasi) digital adalah fenomena perubahan kebiasaan pelanggan, cara mereka hidup, cara mereka berbelanja, dan lainnya. Ini merupakan kesempatan yang bagus bagi kami untuk membangun hubungan dengan klien kami sekaligus menjangkau klien baru. Piaget sangat eksis di platform-platform e-commerce (Piaget.com, Piaget TMall di Tiongkok, NetA-Porter dan Mr Porter). Kami terus mengeksplorasi cara-cara inovatif untuk mengikutsertakan klien kami menggunakan kombinasi unik dari platform digital dan aktivitas interaktif, contohnya: siaran langsung di media sosial dan chat bot interaktif. Selain itu, (Piaget) Singapura mempresentasikan sebuah butik virtual yang merupakan kali pertama bagi Piaget di mana para pengunjung dapat menikmati pengalaman seputar brand melalui ujung jari mereka! Di tahun 2019, Piaget menghadirkan Ultimate Concept Watch ke Jakarta untuk mempresentasikan kepada klien dan teman-teman kami mengenai konsep Ultrathin dan moto Piaget yang berbunyi “selalu lakukan lebih baik daripada yang diperlukan”. Acara tersebut sukses besar. Tahun-tahun mendatang akan lebih mengasyikkan sebagaimana Piaget senantiasa memaksimalkan cara-cara untuk menjadi yang terdepan sembari mengikutsertakan, mengedukasi, dan menghibur para pelanggan dengan pengalaman yang menakjubkan.
Saya memiiliki dua model favorit tahun ini. Piaget Limelight Gala dengan bracelet emas yang terinspirasi oleh spirit extravagant dari tahun 1960-an. Dengan lekukannya yang sensual, case melengkung, dan lugs asimetris, jam ini tak hanya nyaman di pergelangan tangan, tetapi juga tampak seperti gerakan merangkul yang menyatukan segala faset luar biasa dari wanita. Altiplano Ultimate Concept, jam tangan mekanis tertipis di dunia dengan ketebalan hanya 2 mm yang mengekspresikan seni movement. Dipresentasikan sebagai concept watch pada tahun 2018, jam ini mempertunjukkan kemahiran Piaget dalam hal ultrathin. Kini Altiplano Ultimate Concept merupakan jam tangan yang dapat Anda beli dan personalisasi dengan lebih dari 10.000 kombinasi yang tersedia.
18
Klik di sini
Saya mengagumi fakta bahwa jam tangan mekanis tetap dapat berfungsi tanpa sumber energi tambahan, seperti baterai. Sebuah jam tangan self-winding, contohnya, mengubah gerakan pergelangan tangan sang pengguna menjadi tenaga untuk mainspring melalui rotor berbentuk bulan sabit. Jika Anda mengenakannya setiap hari, jam tangan ini akan terus berdetak selamanya, sesuatu yang sangat impresif dibandingkan gadget yang selalu memerlukan pengisian daya. Saya sangat beruntung karena bergabung ke dalam IWC pada saat yang menyenangkan. Pada tahuntahun pertama sebagai seorang watchmaker, saya ditugaskan berbagai proyek mengasyikkan, seperti pengembangan mekanisme split minute atau in-house chronograph pertama kami. Saya juga menyaksikan pertumbuhan sukses brand kami dan bisa berkontribusi dalam membentuk organisasi kami. Saya mendirikan departemen saya dari nol. Spirit unik yang tim kami miliki adalah sumber gairah saya dalam bekerja. Kami menikmati kesuksesan global dalam beberapa dekade terakhir dan hal tersebut megizinkan kami untuk membangun organisasi yang kuat dan suportif. Teknologi telah berkembang secara dramatis dan begitu juga cara kami dalam mengkreasikan produk, serta level kualitas yang ingin kami capai. Kami mengekspansi keahlian secara signifikan dalam ranah in-house movement dan menjadi semakin independen. Meski begitu, kami tetap mempertahankan spirit teknik IWC nan legendaris dan kami bekerja dalam lingkungan yang sangat familiar. IWC merupakan sebuah chronograph brand. Keunggulan paling karismatik dari kreasi chronograph IWC terletak pada Portugieser Chronograph. Berkat tata letak dial yang ikonis dengan dua totalizer pada posisi jam 6 dan 12, koleksi ini dapat dengan mudah dikenali.
STEFAN IHNEN Associate Director Technics dari departemen R&D IWC Schaffhausen berbagi momen paling berkesan selama 18 tahun kariernya 19
Di tahun 2020 ini kami merilis Portugieser Yacht Club Moon & Tide, jam tangan IWC pertama dengan indikasi pasang surut laut yang baru kami kembangkan. Pada sebuah subdial di posisi jam 6, Anda dapat melihat perkiraan waktu untuk air tinggi dan rendah yang akan datang. Hal ini dapat tercapai berkat reduksi wheel train yang menerjemahkan ritme jam reguler menjadi urutan waktu yang terus bergantian sebagai penanda air pasang maupun surut. Tampilan fase bulan ganda pada posisi jam 12 kini menunjukkan pasang laut purnama dan kekuatan dari pasang surut terkini.
IDENTITY Adalah hal yang tidak diketahui oleh orang lain mengenai Anda yang membuat Anda mengetahui diri Anda DON DELILLO
IDENTITY / COVER STORY
steel
Klik di sini Pasha de Cartier dalam steel case berdiameter 41 mm dengan sketeon dial rilisan tahun 2020
RAVISHING REVIVAL Pasha de Cartier terlahir kembali dengan desain yang menggugah memori dan fitur sarat teknologi Erika Tania
S
dunia horologi hampir lima tahun belakangan ini, Anda tidak perlu heran. Salah satu koleksi ikonis dalam arsip Cartier ini memang terakhir kali muncul di pasaran pada tahun 2014 silam. Tahun ini, Cartier membuka lembaran baru bagi Pasha de Cartier dengan serangkaian model anyar untuk pria dan wanita.
ekilas berbagai macam karya besutan Cartier terlihat sederhana dengan desainnya yang elegan dan cenderung minimalis. Namun bila diamati dengan saksama, Anda akan menemukan kombinasi kontras antara rupa dan gagasan layaknya pertemuan yang tak terduga. Preferensi dan perspektif unik Cartier dalam berkreasi tersebut menjadikan setiap koleksinya begitu distingtif dan mudah dikenali.
REGAL HERITAGE Terdapat rumor yang beredar mengenai asal muasal Pasha de Cartier. Desain serupa disebut-sebut telah dikreasikan oleh Cartier puluhan tahun sebelum perilisan resminya untuk memenuhi permintaan pelanggan setianya, Thami El Glaoui atau akrab dengan julukan Pasha of Marrakesh, atas jam tangan tahan air nan mewah. Meski tak sedikit yang meragukan fakta ini, sesungguhnya pesanan eksklusif dari individu-individu tersohor adalah sesuatu yang sangat familiar bagi Cartier. Selain Pasha de Cartier, koleksi SantosDumont juga merupakan contoh dari ekspansi pesanan eksklusif sang pilot perintis yang kemudian menginspirasi perilisan sebuah koleksi permanen.
Untuk tahun 2020, Cartier merangkul personalitasnya dengan mengusung ‘pertemuan tak terduga’ sebagai tema besar bagi rilisan anyarnya. Mulai dari jam tangan perhiasan dengan konstruksi multisudut memesona bernama Maillon de Cartier, jam tangan asimetris yang membangkitkan nostalgia bertajuk Cartier PrivĂŠ Tank AsymĂŠtrique, jam tangan Santos-Dumont yang kini hadir dengan lima model baru, hingga sorotan tahun ini: Pasha de Cartier. Bila Anda merasa asing dengan nama Pasha de Cartier padahal telah mendalami
23
IDENTITY / COVER STORY
Pasha de Cartier pertama yang dirilis pada tahun 1985
Ketika penutup crown Pasha de Cartier rilisan 2020 dibuka, terdapat pelat yang berperan sebagai kanvas untuk ukiran pilihan Anda
Pasha de Cartier dalam case emas merah muda 18 karat berdiameter 35 mm rilisan tahun 2020
Pasha de Cartier dalam case emas putih 18 karat berdiameter 35 mm dengan taburan berlian senilai 13,47 karat rilisan tahun 2020
24
memudahkan pengguna untuk membaca jam dengan kehadiran segi empat warna biru di posisi setiap jam yang tidak diwakili oleh numeral Arab berukuran besar di sekeliling dial. Jarum jam dan menit tampil lebih modern dalam warna biru dan konstruksi lebih ramping. Pembaruan lain pada dial dapat Anda lihat melalui penambahkan dekorasi guillochĂŠ scallop nan dinamis tanpa melunturkan elegansi desain dial khas Pasha de Cartier yang minimalis.
Pasha de Cartier diluncurkan secara resmi kepada publik di tahun 1985 sebagai tanggapan terhadap tren jam tangan olahraga mewah yang tampak gagah sekaligus sebagai penghormatan kepada sosok Pasha of Marrakesh. Disuguhkan dalam diameter 38 mm yang terhitung besar pada masanya, Pasha de Cartier memiliki kemampuan tahan air hingga kedalaman 100 meter berkat bagian crown yang terkunci dengan penutup berantai dan bagian caseback yang tertutup rapat. Elemen ikonis lainnya adalah konsep kotak di dalam lingkaran yang ditunjukkan melalui case bulat dan dial dengan jalur menit berbentuk kotak.
Elemen ikonis lain dari Pasha de Cartier adalah crown dengan penutup berantai yang mendukung desain koneksi sekrup agar jam tangan ini tahan terhadap air hingga kedalaman 100 meter dengan case yang cukup ramping. Dalam versi terbaru ini, bagian crown tampil mewah dengan hiasan permata safir biru, spinel sintetis warna biru, atau berlian tergantung pada model-model yang tersedia. Saat penutup berantai pada crown dibuka, kini terdapat pelat yang menjadi kanvas bagi ukiran pilihan Anda.
Karakter desain yang unik sontak menjadikan Pasha de Cartier sangat populer di antara penawaran jam tangan olahraga lainnya yang hampir tampak serupa. Kesuksesannya pun mengantarkan Pasha de Cartier ke berbagai iterasi dan interpretasi di tahun-tahun selanjutnya. Mulai dari mengeksplorasi ragam komplikasi, seperti chronograph, GMT, perpetual calendar, dan moon phase untuk Pasha de Cartier, hingga menginspirasi variasi Cartier lainnya, seperti Pasha C bermaterialkan steel yang dirilis tahun 1995, Pasha 32 nan feminin pada tahun 1998, Pasha 42 yang hadir dalam dimensi lebih besar di tahun 2005, serta Miss Pasha nan vibran yang diluncurkan pada tahun 2009. Iterasi terakhir dari Pasha de Cartier melibatkan skeleton dial dengan motif naga yang diluncurkan di Watches & Wonders Hong Kong pada 2014 sebelum penawaran iterasi baru mengalami hiatus.
Personalisasi juga dapat Anda peroleh dengan mudah pada bagian temali Pasha de Cartier baru. Sebagaimana teknologi mutakhir yang dikembangkan secara eksklusif oleh Cartier, sistem QuickSwitch, melengkapi semua versi temali yang tersedia. Hanya dengan satu tekan saja pada tombol yang berada di bawah case, Anda dapat mengganti temali jam baik itu yang bermaterialkan steel, emas, maupun kulit dalam berbagai warna. Khusus untuk metal bracelet (steel maupun emas) dilengkapi juga oleh sistem SmartLink yang menjadikan proses penyesuaian panjang lebih efisien di mana masingmasing kepingan memiliki tombol yang cukup ditekan dengan jari (tanpa alat) untuk dilepas-pasang.
A CLASSIC REBORN Enam tahun kemudian, Pasha de Cartier terlahir kembali dengan segelintir pembaruan yang memaksimalkan estetika dan performanya, sembari mempertahankan elemen-elemen ikonis yang membuat para pendahulunya begitu dipuja. Tidak kurang dari 13 model tergabung dalam koleksi Pasha de Cartier terbaru. Dengan dua pilihan diameter (41 mm dan 35 mm), empat material case (steel, emas putih 18 karat, emas kuning 18 karat, dan emas merah muda 18 karat), serta pilihan dial dan/atau bezel bertaburkan berlian maupun skeleton dial dengan/ tanpa flying tourbillon yang begitu mengagumkan.
Tak hanya rupawan dari bagian depan, Pasha de Cartier menyingkap keindahan movement yang menenagainya melalui caseback bermaterialkan kristal safir. Sembilan dari 13 model yang terdapat dalam koleksi Pasha de Cartier baru didukung oleh performa presisi dari calibre otomatis 1847 MC dengan power reserve 40 jam. In-house movement ini menggunakan komponen fosfor nikel nonmagnetik pada mekanisme escape dan campuran logam paramagnetik sebagai perisai yang terintegrasi dengan case, sehingga membuatnya memiliki ketahanan yang sangat baik terhadap medan magnet dari berbagai alat elektronik di sekitar kita dalam keseharian.
Kombinasi kontras nan ikonis dari case bulat dengan jalur menit berbentuk kotak pada bagian dial tetap dipertahankan. Namun Master kini jalur menitberdiameter tersebut juga Collection 40 mm dengan grey sunray dial dan alligator leather strap
25
PASHA DE CARTIER MENDOBRAK KONSEP DESAIN TRADISIONAL DENGAN BERBAGAI ELEMEN UNIK TANPA MENGKOMPROMIKAN PERFORMA TERBAIK Empat model lainnya juga ditenagai oleh in-house movement yang dikreasikan Cartier. Calibre otomatis 530 MC menenagai model 35 mm bermaterialkan emas putih 18 karat yang seluruh bagiannya berhiaskan berlian senilai 13,47 karat. Sedangkan calibre otomatis 9624 MC dengan power reserve 48 jam dan frekuensi 28.800 getaran per jam mendukung akurasi bagi Pasha de Cartier dengan skeleton dial. Untuk dua model skeleton dengan tourbillon, calibre manual 9466 MC menyuguhkan power reserve hingga 50 jam dan frekuensi 21.600 getaran per jam.
GENERATION PASHA Dalam perayaan reinkarnasi Pasha de Cartier di tahun 2020 ini, Cartier menggaet lima selebriti inspiratif untuk bergabung ke dalam Pasha Community. Dengan berbagai latar belakang berbeda, kelima selebriti ini dinilai memiliki pikiran terbuka dan ambisi kuat layaknya jam tangan Pasha de Cartier yang mendobrak konsep desain tradisional dengan berbagai elemen unik tanpa mengkompromikan performa terbaik. Pasha Community terdiri dari Rami Malek — aktor peraih penghargaan Oscars untuk perannya di film Bohemian Rhapsody (2018), Troye Sivan — penyanyi dan penulis lagu asal Australia dengan album perdana yang merajai tangga album iTunes di 66 negara, Willow Smith — penyanyi multitalenta yang juga menjadi kiblat fashion, Maisie Williams — aktris yang mendulang popularitas berkat perannya sebagai Arya Stark di serial televisi Game of Thrones (2011 – 2019), dan Jackson Wang — penyanyi, rapper, penari, serta mantan atlet anggar asal Tiongkok. “Sejak dikreasikan pada tahun 1980-an, jam Pasha merangkul sebuah gagasan sukses yang berkorelasi langsung dengan desain ekstrover, kekuatan, dan grafis nonkonformis. Jam ini tetap tampil edgy seperti pendahulunya dan selaras dengan kreator generasi baru hari ini. Ambassador baru untuk Pasha ini mencapai kesuksesan berkat keunikan, kreativitas, koneksi, talenta multidisiplin, dan kemurahan hati mereka,” jelas Arnaud Carrez selaku International Marketing and Communications Director, Cartier International.
26
Klik di sini Pasha Community beranggotakan Rami Malek, Willow Smith, Troye Sivan, Maisie Williams, dan Jackson Wang
27
IDENTITY
Klik di sini Oyster Perpetual Submariner bermaterialkan Oystersteel
28
KING OF THE SEA Kian tangguh dan andal, Rolex memperkenalkan generasi baru dari Oyster Perpetual Submariner dan Oyster Perpetual Submariner Date Erika Tania
T
entu kebanyakan dari Anda setuju dengan pepatah klasik yang berbunyi ‘mempertahankan lebih sulit daripada meraih’. Dalam dunia horologi, berbagai pencapaian dalam hal akurasi, fungsi komplikasi, dan keunikan desain telah diraih oleh banyak manufaktur sedari pendiriannya puluhan hingga ratusan tahun lalu di mana eksplorasi dunia oleh manusia tengah gencar dilakukan. Hari ini, terbukti bahwa upaya ‘mempertahankan’ begitu dinamis dan penuh tantangan, sebagaimana hanya segelintir manufaktur saja yang berhasil mempertahankan status terbaiknya. Inilah alasan mengapa Rolex begitu dipuja dan dielukan oleh mayoritas populasi dunia horologi. Sejarah sarat invensi Rolex terekam dengan baik pada produk-produknya hari ini yang senantiasa diperbarui dan ditingkatkan performanya secara konsisten dan signifikan. Kepiawaian Rolex dalam menyeimbangkan warisan dan inovasi memperkuat pertahanannya agar selalu relevan dari masa ke masa. Spirit ini pun tercermin pada Oyster Perpetual Submariner dan Oyster Submariner Date generasi terbaru.
PIONEERING SPIRIT Kreasi Oyster Perpetual Submariner paling wahid diperkenalkan pertama kali
pada tahun 1953. Namun determinasi Hans Wilsdorf, founder Rolex, untuk mengkreasikan jam tangan kedap air telah dimulai sejak tahun 1914, sebagaimana terdokumentasi dalam sebuah surat yang ia tulis kepada Aegler, sebuah firma di Bienne yang kemudian menjadi Manufacture des Montres Rolex S.A., berisikan: “Kita harus menemukan cara untuk mengkreasikan sebuah jam tangan kedap air.” Realisasi pertama diperkenalkan pada tahun 1922 dengan nama Submarine, sebuah jam tangan dengan case ganda. Empat tahun kemudian, Rolex mematenkan case Oyster dengan bezel, caseback, dan winding crown yang dikencangkan menggunakan sekrup terhadap bagian tengah case agar tertutup rapat dan melindungi bagian dalam jam tangan layaknya tiram yang menginspirasi namanya. Terobosan di dunia watchmaking tersebut menjadi jejak mantap bagi Rolex untuk meneruskan langkahnya dalam mengeksplorasi penyelaman ke kedalaman laut. Di era ’50-an, Rolex terlibat dalam berbagai eksperimen sukses dengan para pionir selam. Pengalaman berharga tersebut berbuah perilisan Submariner di tahun 1953, jam tangan selam pertama
29
IDENTITY
yang kedap air hingga kedalaman 100 meter. Setahun kemudian, Rolex melansir model Submariner baru dengan kemampuan kedap air lebih baik, yaitu mencapai 200 meter di bawah permukaan laut, serta dilengkapi oleh jarum jam dan menit dalam bentuk dan ukuran berbeda yang dilapisi oleh material bercahaya untuk keterbacaan dalam kondisi gelap di bawah air, dan pelindung crown.
Dial generasi baru Oyster Perpetual Submariner dan Oyster Perpetual Submariner Date dilengkapi oleh jarum jam dan menit, serta penunjuk jam dalam rupa geometris yang berbedabeda untuk mengoptimalkan keterbacaan di bawah laut
Pada tahun 1969, Rolex menghadirkan jendela tanggal yang memberikan nama belakang pada koleksi ini, yaitu Submariner Date dengan kemampuan kedap air hingga 200 meter yang selanjutnya diperbarui dengan winding crown Triplock pada tahun 1977, kristal safir dan kemampuan kedap air hingga 300 meter pada 1979, dial yang dilengkapi penunjuk jam applique pada 1984, serta sisipan bezel Cerachrom bermaterialkan keramik. Lantas, apa yang baru dari versi 2020?
REMARKABLE RETURN Pada tanggal 1 September lalu, Rolex memperkenalkan satu model Oyster Perpetual Submariner dan tiga model Oyster Perpetual Submariner Date baru melalui situs resminya. Sembari menghargai warisan para pendahulunya dengan kode-kode desain yang masih selaras, keempat model ini telah disempurnakan dengan elemen-elemen mutakhir yang dikembangkan secara independen dan eksklusif oleh Rolex. Mari kita mulai dari bagian dial yang secara konsisten mengusung desain minimalis untuk memaksimalkan keterbacaan. Hal tersebut juga didukung oleh bentuk jarum jam dan menit, serta penunjuk jam dalam rupa geometris yang berbeda-beda — segitiga untuk pukul 12, kotak untuk pukul 3, 6, dan 9, serta bulat untuk bilangan lainnya — yang menghindari kebingungan sang pengguna saat membaca waktu di bawah permukaan laut. Jarum dan penunjuk jam tersebut dilengkapi oleh Chromalight, material berpendar yang menyuguhkan cahaya biru dalam keadaan gelap. Bergeser sedikit ke bagian bezel, Anda akan terpesona dengan intensitas warna yang dipancarkan oleh sisipan Cerachrom. Komponen keramik ini anti gores dan tahan terhadap efek lingkungan sekitar yang biasanya dapat memengaruhi warna menjadi memudar. Pada versi 2020, bezel bergraduasi 60
Generasi baru Oyster Perpetual Submariner dan Oyster Perpetual Submariner Date kini hadir dalam sebuah case yang didesain ulang dengan ukuran sedikit lebih besar, yaitu 41 mm
30
Oyster Perpetual Submariner Date bermaterialkan Rolesor kuning
Oyster Perpetual Submariner Date bermaterialkan Oystersteel
Oyster Perpetual Submariner Date bermaterialkan emas putih 18 karat
ini adalah mesin dengan power reserve hingga 70 jam yang menenagainya. In-house movement otomatis calibre 3230 yang juga baru dirilis tahun ini mendukung performa Submariner, sedangkan calibre 3235 untuk pertama kalinya menenagai Submariner Date. Kedua movement kaya paten besutan Rolex ini dilengkapi oleh escapement Chronergy bermaterialkan nickel-phosphorus yang menjadikannya sangat efisien energi sekaligus tidak sensitif terhadap medan magnet, hairspring Parachrom biru yang 10 kali lebih presisi daripada hairspring tradisional saat terjadi guncangan, serta oscillator dengan penyerap guncangan berperforma tinggi bernama Paraflex.
menit yang dapat diputar ke satu arah tersebut hadir dalam pilihan warna hitam untuk Submariner, serta hijau atau biru untuk Submariner Date. Sedangkan, graduasi dan angka pada bezel dilapisi dengan platinum atau emas kuning melalui proses PVD (Physical Vapor Deposition). Generasi terbaru ini memiliki kemampuan kedap air hingga 300 meter berkat case Oyster berdiameter 41 mm nan tangguh. Dengan material Oystersteel — logam dengan pertahanan sangat kuat terhadap korosi — atau emas kuning 18 karat untuk bagian tengah case, winding crown Triplock yang terdiri dari sistem kedap air tiga kali lipat, pelindung crown, serta kristal safir anti gores, case Oyster menyediakan proteksi optimal bagi movement. Bernama sama, bracelet Oyster menyempurnakan iterasi Submariner dan Submariner Date terbaru dengan folding safety clasp Oysterlock dan sistem ekstensi Rolex Glidelock yang memungkinkan pengguna untuk menyesuaikan panjang bracelet hingga 20 mm.
Layaknya angin sejuk yang berhembus saat musim panas, perilisan generasi baru dari koleksi Oyster Perpetual Submariner dan Oyster Perpetual Submariner Date menghadirkan sukacita mendalam bagi para penggemar horologi di tengah kegundahan menghadapi pandemi. Kapabilitas Rolex dalam menghadirkan iterasi yang lebih baik kembali terbukti dan hal ini tentunya tidaklah sederhana. Karena mempertahankan lebih sulit daripada meraih, bukan?
Pembaruan utama yang patut menjadi sorotan dari Submariner dan Submariner Date versi 2020
31
IDENTITY
Klik di sini
Elinor Smith
Paul-Émile Victor
Amelia Earheart
32
Howard Hughes
A TRIBUTE TO THE PIONEERS Longines memberikan penghormatan kepada para pionir penjelajahan dunia melalui koleksi Spirit yang mempersatukan histori dan inovasi Anung Kamaswara
S
ejarah adalah studi tentang masa lampau yang ditulis menjadi kenangan, preseden dan motivasi untuk memacu generasi selanjutnya. Pada dokumentasi dan arsip-arsip historis di industri horologi, para pionir penjelajahan dunia memainkan peranan penting dalam pengembangan berbagai kreasi ikonis yang masih eksis hingga saat ini. Melalui berbagai eksplorasi untuk menjangkau bagian bumi yang belum terjamah atau pun mendobrak batasan-batasan manusia, kualitas dari kreasi para manufaktur teruji dan terbukti. Telah berdiri sejak tahun 1832, Longines berpartisipasi dalam sejumlah pemecahan rekor dunia dan momen bersejarah. Untuk rilisannya di tahun 2020, Longines bernostalgia tentang determinasi kuat dan semangat juang para pionir dalam menyelesaikan misimisi tersebut yang kemudian diterjemahkan menjadi sebuah koleksi penghormatan bernama Spirit.
33
IDENTITY
PUSHING BOUNDRIES mempersatukan histori dan inovasi yang tercermin pada kehadiran fitur-fitur khas jam tangan pilot tradisional dan suntikkan elemen kontemporer pada koleksi Spirit.
Keterlibatan Longines dalam dunia penerbangan dan eksplorasi merupakan bagian penting dalam catatan sejarah brand berlogo jam pasir bersayap ini. Dalam perjalanan karier figur-figur legendaris, seperti Amelia Earhart, Paul-Émile Victor, Howard Hughes dan Elinor Smith, Longines sudah menemani mereka dengan akurasi waktu dan daya tahannya. Dengan instrumen penunjuk dan/atau pengukur waktu yang disiapkan oleh Longines — ingat, mereka tidak hidup pada era digital di mana penunjuk waktu mekanik dan komunikasi radio adalah perangkat yang sangat mempengaruhi hidup mereka saat berada di atas udara atau dalam kondisi ekstrim — semangat mereka untuk mengarungi alam dan memecahkan rekor dapat terealisasikan.
Crown berukuran besar, kehadiran flange, jenis huruf yang digunakan pada dial, indeks berbentuk berlian, serta jarum baton besar dan berpendar yang biasanya ditemui pada jam tangan pilot masa-masa penjelajahan akan memanjakan para penggemar jam tangan vintage. Selain sentuhan akhir berupa brushed, matt, dan polished yang menyajikan suasana kontemporer, koleksi Spirit juga didukung oleh teknologi terkini dalam hal movement yang menenagainya. Movement otomatis L888.4 dan L688.4 memiliki power reserve masing-masing 64 dan 60 jam, serta hairspring bermaterialkan silikon menjamin akurasi terbaik dan umur yang panjang. Keduanya menyandang sertifikasi chronometer dari lembaga independen COSC yang telah memvalidasi performanya. Koleksi anyar ini juga disempurnakan oleh kristal kubah dengan anti-reflective coating berlapis-lapis untuk memudahkan keterbacaan di bawah terik matahari atau cahaya lampu, serta numeral Arab dan jarum berlapiskan Super-LumiNova® yang berpendar dalam situasi minim cahaya.
Pada tahun 1931, Elinor menyelesaikan misi pemecahan rekor penerbangan tertinggi, yaitu 32.576 kaki, dengan dukungan jam tangan Longines kepercayaannya. Amelia meraih status sebagai perempuan pertama yang berhasil terbang melewati samudera Atlantik nonstop selama 14 jam dan 56 menit menggunakan chonograph buatan Longines pada tahun 1932. Paul-Émile menghabiskan waktu 7 minggu untuk mengarungi Greenland yang tertutup salju pada tahun 1936. Dalam cuaca sangat ekstrim, chronometer Longines miliknya tetap bekerja dengan akurat dan membantunya untuk mengukur garis bujur. Pada tahun 1938, Howard membuat rekor terbang keliling dunia selama 3 hari, 19 jam, dan 14 menit dengan instrumen waktu buatan Longines.
Koleksi Spirit terdiri dari empat varian yang distingtif. Tiga varian (hadir dalam stainless steel case 40 dan 42 mm) tampil minimalis dengan tiga jarum dan jendela tanggal, sedangkan varian ke-4 (hadir dalam stainless steel case 42 mm) mengusung komplikasi chronograph. Bila varian chronograph tampil memikat dengan sunray dial dan temali kulit warna biru, tiga varian lainnya ditawarkan dalam empat pilihan: matt dial hitam dengan temali kulit cokelat tua, grained dial perak dengan temali cokelat muda, grained dial perak dengan bracelet, serta edisi ‘Prestige’ dengan tiga temali sekaligus — bracelet, temali kulit, dan temali NATO bermaterialkan kulit cokelat.
Keberanian keempat pionir tersebut dalam mendobrak batas eksistensi manusia berbuah nyata pada pencapaian luar biasa dan membuka jalan bagi modernisasi lanjutan dan pengembangan berbagai ilmu. Di sisi lain, pencapaian mereka sekaligus menjadi testimoni dan validasi atas kualitas karya Longines yang tak hanya dapat diandalkan dalam hal akurasi, tetapi juga ketahanannya dalam berbagai situasi dan cuaca ekstrim sekali pun.
Layaknya lima bintang — dalam tradisi Longines menandakan bahwa jam tangan ini mengusung movement berkualitas dan reliabel — yang terdapat pada bagian dial seluruh varian yang ada, koleksi Spirit hadir sebagai apresiasi terhadap warisan legendaris para pionir dan histori watchmaking nan ikonis.
SUSTAINABLE SPIRIT Terinspirasi oleh prestasi legendaris para pionir, Longines mengabadikan semangat mereka yang berkelanjutan hingga zaman kini melalui perilisan koleksi Spirit di tahun 2020. Longines
34
Longines Spirit yang dilengkapi oleh komplikasi chronograph hadir dalam tona biru nan gagah
Longines Spirit dengan grained dial perak dan bracelet
Dalam tradisi Longines, lima bintang pada dial menandakan kualitas movement terbaik
Longines Spirit dengan matt dial hitam dan temali cokelat tua
35
IDENTITY
36
LOCAL PRIDE Kenali lebih dekat dua brand jam tangan lokal berkualitas yang berpartisipasi dalam perayaan #2TahunCrownID melalui kampanye #WaktuSetempat Erika Tania
43
IDENTITY
Lima Zenga Maple Gold Brown dengan case bermaterialkan kombinasi kayu dan stainless steel
Klik di sini Lima Astronomer hasil kolaborasi dengan Thinking Room
Lima Meca dengan movement mekanis yang akan dirilis dalam waktu dekat
Koleksi debut Lima Watch bernama Lima Pa:gi
38
LIMA WATCH Minat mendalam Herman Tantriady terhadap jam tangan dan kayu menjadi motivasi awal dari pendirian Lima Watch. Memiliki latar belakang sebagai Art Director dan pernah bekerja lama di agensi branding, Herman membangun Lima Watch sebagai sebuah brand yang berfokus pada desain. Orisinalitas pun menjadi poin penting yang selalu dipegang teguh oleh Herman dalam mengkreasikan setiap koleksi jam tangan Lima Watch. “Yang membedakan Lima Watch dengan brand jam tangan lokal lainnya adalah desain kami yang orisinal. Kami tidak mengacu pada desain jam tangan yang sudah ada, sehingga setiap karya Lima Watch merupakan jam tangan yang ikonik,” jelas Herman selaku founder sekaligus desainer bagi Lima Watch. Prinsip tersebut pun tercermin dalam koleksi-koleksi yang telah diluncurkan oleh brand basis Jakarta ini. Pada tahun 2014, Lima Watch memulai debutnya dengan koleksi Lima Pa:gi (bediameter 30 mm) dan Lima So:re (berdiameter 40 mm) yang mengusung case bermaterialkan kayu dalam pilihan maple, eboni, atau jati. Bagian dial jam ini dibiarkan minimalis hanya dengan jarum jam dan menit, serta angka lima — branding yang cerdik tanpa kompromi desain. Untuk melindungi dial adalah kristal mineral yang dikenal memiliki ketahanan lebih baik terhadap goresan daripada plastik. Tak main-main, koleksi debut ini ditenagai oleh quartz movement buatan Ronda — manufaktur movement basis Swiss. Estetika yang rapi dan minimalis dari koleksi Lima Pa:gi dan Lima So:re menjadikannya kanvas yang apik untuk proyek kolaborasi. Bila Lima Pa:gi tampil menggemaskan dengan karakter Mickey Mouse atau Donald Duck hasil kolaborasi Disney Indonesia, jam tangan Lima So:re terlihat feminin dan sarat seni dengan ilustrasi karya Ayang Cempaka. Pada kesempatan lain, koleksi perdana dari Lima tersebut juga hadir dalam case bermaterialkan beton sebagai hasil kolaborasi dengan Conture Concrete Lab, maupun (khusus Lima So:re) dilengkapi oleh gelang kulit senada dalam kerja samanya dengan Nerdmob. Kesuksesan berbagai proyek kolaborasinya mengantarkan Lima Watch pada proses kreasi
39
yang serupa untuk koleksi pilar selanjutnya. Kali ini Lima Watch menggaet studio desain ternama di Indonesia, Thinking Room, dan kemudian merilis koleksi Lima Astronomer pada tahun 2017. Terinspirasi oleh tata surya, Lima Astronomer menawarkan desain dial dan jarum yang menyerupai gugus bintang. Koleksi ini hadir dalam stainless steel case berdiameter 42 mm yang telah melalui proses PVD (Physical Vapour Deposition) untuk ketahanan yang lebih baik terhadap goresan dan korosi. Tersedia dalam dua model, case warna hitam dan abu-abu, Lima Astronomer ditenagai oleh quartz movement Seiko VH31. Dalam giveaway #WaktuSetempat, jam tangan Lima Astronomer dimenangkan oleh akun Instagram @boyvalentino. Di tahun 2019, simplisitas dari taman bebatuan khas Jepang menjadi sumber inspirasi bagi Lima Watch. Estetika tersebut kemudian diterjemahkan menjadi dial dengan pola multilingkaran layaknya pasir atau bebatuan yang biasanya diposisikan demikian pada taman tersebut. Untuk memaksimalkan nuansa sarat ketentraman, Lima Watch memilih quartz movement Seiko VH31 Swipe Second yang menyuguhkan gerakan jarum detik yang begitu mulus untuk koleksi bernama Lima Zenga ini. Di sisi lain, koleksi ini seolah merepresentasikan perkawinan antara Lima Pa:gi/ So:re dengan Lima Astronomer, sebagaimana case jam ini terbuat dari kombinasi material kayu dan stainless steel. Dalam giveaway #WaktuSetempat, jam tangan Lima Zenga Maple Gold Brown dimenangkan oleh akun Instagram @marcela.giovany. Semua jam tangan Lima dilengkapi oleh temali kulit lembut yang juga dijual terpisah bagi Anda yang tertarik untuk melakukan personalisasi — silakan pilih di antara ragam pilihan tona bumi, hingga hitam dan abu-abu yang versatile. Lima Watch menjamin kualitas movement yang menenagai setiap jamnya dengan garansi selama 12 bulan, bahkan menyediakan penggantian baterai gratis seumur hidup di pusat servis resminya di kawasan Jakarta Barat. Menariknya, Lima Watch memberikan kami informasi eksklusif mengenai koleksi barunya yang belum dirilis. Nantikan kehadiran Lima Meca, jam tangan mekanis pertama dari Lima Watch, yang terinspirasi oleh mainan kaleng dalam waktu dekat.
IDENTITY
NAM WATCHES Rupanya terdapat filosofi sarat makna di balik nama NAM Watches. Akbari J. Faisal selaku Managing Director menuturkan, “NAM berasal dari kata ‘ENAM’ yang kami persingkat. Pukul enam adalah titik di mana kehidupan bertransformasi. Pada pukul 6 pagi kita mengawali aktivitas, sedangkan pada pukul 6 sore kita mengakhiri kegiatan.” Kecendrungan memilih nama yang puitis juga terlihat dalam setiap koleksi jam tangan NAM Watches. Berdiri sejak tahun 2015, brand jam tangan basis Jakarta ini telah merilis tujuh koleksi yang masing-masing terinspirasi oleh kearifan lokal yang berbeda. “Setiap produk kami memiliki cerita dan filosofi yang berbeda satu sama lain. Kami selalu berusaha menawarkan produk dengan nilai melebihi harga yang dibayarkan oleh konsumen, seperti penambahan detail dan spesifikasi produk terbaik di kelasnya. Kualitas yang baik merupakan sebuah keharusan yang tidak bisa ditawar,” jelas Akbari yang memverifikasi bahwa setiap koleksi jam tangan NAM Watches didukung oleh garansi mesin selama satu tahun dan baterai selama lima tahun. NAM Watches mengawali jejaknya di industri horologi lokal dengan koleksi Toba. Sebagai penghormatan bagi danau bernama sama yang berlokasi di Sumatera Utara tersebut, bagian caseback jam tangan ini menampilkan motif tradisional ulos dan gorga. Desain dial pada koleksi ini pun memiliki konstruksi ceruk serupa concave bezel yang seolah merepresentasikan imaji danau. Koleksi yang ditenagai oleh quartz movement Swiss Ronda 762 ini terdiri dari dua pilihan diameter (38 mm atau 44 mm), dua warna dial (hitam atau putih), tiga tipe temali (kulit, mesh bracelet, atau NATO), dan empat warna stainless steel case (perak, emas kuning, emas merah muda, atau hitam). Untuk koleksi kedua, Krakatoa (terinspirasi dari gunung Krakatau), NAM Watches mengaplikasikan pendekatan yang sama dengan koleksi perdananya. Di mana caseback pada setiap jam tangan dalam koleksi ini dihiasi oleh motif batik parang dan desain minimalis yang berkiblat pada estetika Skandinavia masih menjadi acuan. Koleksi ini dirilis ulang pada akhir tahun lalu dengan dial yang lebih dinamis berkat kehadiran indeks jam bentuk baton dan jendela tanggal yang performanya didukung oleh quartz movement Miyota 2115.
NAM Watches mengambil langkah berani untuk koleksi ketiganya dengan menawarkan mekanisme otomatis. Sesuai dengan teknologi yang diembannya, koleksi ini dinamai Mahameru — modifikasi dari Semeru yang merupakan salah satu gunung tertinggi di Indonesia. Kali ini NAM Watches menilik dress watch klasik dari era 1950-an yang kemudian diinterpretasikan menjadi jam tangan dengan stainless steel case berdiameter 39 mm, sunburst subdial berhiaskan dekorasi guilloché di atas sunray dial yang dilengkapi oleh kombinasi indeks angka dagger, kristal safir yang melindungi dial dan juga caseback yang menyingkap keindahan kinerja movement otomatis Miyota 8245 pada Mahameru Automatic. Koleksi ini juga hadir sebagai jam tangan quartz dalam ukuran 39 mm maupun 42 mm. Dalam giveaway #WaktuSetempat, jam tangan Mahameru Automatic dimenangkan oleh akun Instagram @megarinanti. Ada pula koleksi Losari yang namanya diambil dari sebuah pantai populer di Sulawesi Selatan. Selain caseback berhiaskan motif tradisional, daya tarik koleksi ini juga datang dari pola menyerupai ombak pada dial dan konstruksi case yang ramping. Kemudian untuk pertama kalinya, NAM Watches merilis kreasi kolaborasi dengan melibatkan kreator konten sekaligus pecinta otomotif, Den Dimas atau yang dikenal luas sebagai Bubur Ayam Racer. Jam tangan NAM x Buryamcer ini mengusung komplikasi chronograph dalam kemasan bernuansa vintage khas jam tangan racing tahun 1980-an. Koleksi terbaru rilisan NAM Watches adalah Mandala yang mengacu pada jam tangan pilot klasik dari awal abad ke-19. Hadir dalam stainless steel case berdiameter 42 mm, koleksi ini tersedia dengan pilihan dial warna putih atau hitam dan temali kulit atau bracelet. Nuansa pilot semakin kental lewat kehadiran motif batik megamendung yang menyerupai kumpulan awan pada bagian caseback. Dalam giveaway #WaktuSetempat, jam tangan Mandala Pilot dimenangkan oleh akun Instagram @adelinegreselda_. Kepada CROWN Indonesia, NAM Watches mengaku tengah mengembangkan koleksi jam tangan selam yang akan diberi nama Phinisi. Mari kita tunggu tanggal mainnya.
40
Klik di sini Koleksi Mahameru Automatic terinspirasi oleh dress watch klasik dari era 1950-an
Koleksi Mandala yang mengacu pada desain jam tangan pilot pada awal abad ke-19
Kinerja movement otomatis Miyota 8245 pada koleksi Mahameru Automatic terlihat dari caseback bermaterialkan kristal safir
Koleksi Krakatoa dirilis ulang pada akhir tahun lalu dengan desain baru yang lebih dinamis
41
IDENTITY
EVERYONE’S BETTER THAN MINE Ketika mengoleksi jam tangan layaknya olahraga ekstrem Ricky Teo
42
S
perjalanan kehidupan. Pada akhirnya, kecintaan mendalam akan jam tangan dalam diri seseorang harus bertumbuh seiring pertemuannya dengan sejumlah karakter berwujud teman, orang asing, pahlawan, hingga baj*ngan.
ebagaimana hobi yang digeluti dengan penuh gairah dan cukup berbeda dari pengalaman mencetang daftar belanjaan di pasar swalayan, mengoleksi jam tangan bukanlah sekadar terapi ritel. Bukan Tuan, bukan Nyonya. Mengoleksi jam tangan adalah sebuah petualangan hidup yang bonafide.
Jam tangan merupakan benda kasat mata. Wujudnya akan sangat terlihat saat dipakai guna menghiasi pergelangan pada sebuah pertemuan pecinta jam tangan. Sayangnya, tindakan sederhana ini menjadi dasar pertimbangan orang lain dalam menilai sesosok pribadi, sama halnya dengan melihat jumlah deret bintang yang tersemat sebagai tanda pangkat pada seragam seorang prajurit.
Membaca tentang awal mula jam diciptakan; menyingkap histori-histori dari model jam tertentu; memperdebatkan manfaat tren dan perkembangan dengan teman-teman baru; memburu berbagai jam tangan legendaris atau yang biasa disebut holy grail sembari menyaksikan koleksi pribadi bertumbuh dalam cara yang begitu memuaskan batin — bahkan tak setara dengan bertumbuhnya portofolio saham. Kebahagiaan mengoleksi jam tangan tak serta-merta melibatkan pujian berlebihan. Yang terkadang dilupakan adalah berbagai perangkap dan keterpurukan dalam petualangan ini, serta tantangan dan pengkhianatan yang menodai momen-momen keemasan dan pertemanan yang sudah terjalin.
Fakta lain yang meresahkan adalah: secara alami, orang-orang akan berkumpul di sekitar mereka yang memiliki koleksi jam tangan bernilai paling tinggi. Pada forum tersebut, mereka akan berceloteh — dan didengarkan dengan saksama — tentang jam tangan mana yang keren dan layak dipuja, seolah opini mereka adalah sebuah ketetapan hukum yang baku. Secara psikologi, kita memang tidak pernah beranjak dari sekolah dasar, di mana anak-anak dengan mainan terhebat memiliki teman paling banyak dan mereka yang punya ayah dengan pekerjaan spektakuler dapat berbicara paling lantang.
Mengoleksi jam tangan merupakan sebuah danau sangat dalam berisikan berbagai pengalaman. Sebagai hobi, mengoleksi jam tangan bukan sekadar sebuah pelarian dari stres dan ketidaknyamanan dalam kehidupan sehari-hari, melainkan sebuah mikrokosmos tersendiri.
Pada kasus ini, apa yang harus dilakukan seorang kolektor kelas menengah? Bagaimana cara untuk menikmati hobi dan memetakan sebuah jalan sendiri ketika di saat yang sama, perasaan terkucilkan datang akibat daya tarik dan pendapat dari para kolektor sekelas dewa Yunani?
PEOPLE ARE PEOPLE Ini semua dimulai dengan cukup lugu: sebuah pencarian solo dan personal untuk menikmati dan membeli jam tangan. Namun, ada tahap di mana seseorang memutuskan untuk masuk ke dalam dimensi baru. Layaknya mengonsumsi steroid saat berolahraga untuk sensasi pengalaman yang lebih dahsyat, sang pemerhati jam tangan bergabung dengan komunitas atau forum yang memiliki kesukaan yang sama. Dari sana petualangan baru pun dimulai dan nantinya akan ditemui berbagai momen sarat penghargaan, kecemasan, dan kekejian seperti yang kerap ditemui dalam
Berkaca pada kehidupan, begitu pula dalam kegiatan koleksi jam tangan, haruskah kita menaikkan derajat diri? Misalnya, dengan cara membeli arloji-arloji baru — yang lebih baik, tentu saja — seperti yang diutarakan oleh kolektor berpengaruh nan suci hingga kita menjadi terlihat? Atau menelaah lebih dalam tentang sejumlah label jam tangan kultus lengkap
JAM TANGAN MERUPAKAN BENDA KASAT MATA DAN APA YANG DIMILIKI OLEH SESEORANG MENJADI DASAR BAGI IMPRESI PERTAMANYA 43
IDENTITY
44
dengan generasi, seri, bahkan sejarah layaknya ujian masuk perkumpulan elit ahli horologi? Namun perlu dicatat bahwa memperdebatkan suatu subjek dengan melemahkan otoritas tertentu, tidak akan menghasilkan sebuah diskusi yang bersifat saling memperkaya. Hal itu justru akan mengancam eksistensi otoritas yang sudah dibangun dengan susah payah. Terlebih lagi, perdebatan semacam itu kerap berisi data berlebihan dan hinaan pasif-agresif yang disampaikan dalam nada bicara yang tidak menyenangkan. Di dalam dan luar komunitas, kita kerap bertemu dengan individu seperti itu: mereka sangat dogmatis dan defensif bahkan dalam ranah opini; mereka lantang, tidak memiliki toleransi, dan tidak akan berhenti mengutarakan pendapat mereka tentang jam tangan, hingga menganggap dirinya sendiri sebagai polymath yang maha mengetahui. Jadi, layakkah membuat sebuah perang dengan bekal sebuah perspektif tentang jam tangan? Bukankah menang dari sebuah debat kusir merupakan sesuatu yang sia-sia? Bagaimanapun, sebenarnya sah-sah saja kalau Anda menikmati kegiatan seperti ini. Nyatanya, memang ada beberapa orang yang sangat senang dengan kontes debat berdarah semacam ini.Â
THE MIDDLE WAY Lalu, adakah sebuah jalan tengah sehingga tidak ada yang harus menjadi seorang pecundang sia-sia atau pemenang jumawa? Tentu saja ada. Namun sayangnya, banyak orang yang tidak mengerti atau tidak ingin mengapilkasikan konsep mengalah dalam hidupnya. Di titik ini, tidak ada yang bisa kita perbuat selain menebalkan kulit demi menjaga kebahagiaan dan kesehatan mental. Mari kita perhatikan dinamika yang diceritakan dalam tulisan ini: tidak percaya diri yang berlanjut pada kebanggaan dan kesombongan, kemudian berakhir pada kesia-siaan. Watak demi watak tersebut diderita oleh umat manusia secara turun-temurun dan pembicaraan tentang jam tangan tidak akan dapat menyembuhkannya. Lagipula, apa serunya sebuah perbincangan tentang jam tangan — dan apapun, secara general — tanpa adanya perbedaan dan kontra? Intinya, jadikan mereka sebagai pembelajaran, namun tetap ketahui apa yang Anda suka dan nikmatilah. Para pembual akan selalu ada, dan kita bisa mendapat beberapa hal baru dari mereka, lalu pindah ke meja lain setelah Anda puas. Satu yang terpenting: saat tidak lagi menemukan kesenangan di dalamnya, berhentilah.
45
IDENTITY
ANY WHICH WAY YOU CAN Mulai dari ekspresi multiwarna, hingga openworked dial untuk wanita, berikut adalah tren horologi yang akan mendominasi pergelangan tangan kita di tahun 2020 Alvin Wong & Melissa Kong
K
ami akui bahwa dunia horologi sangat berbeda dengan bisnis fashion yang didefinisikan oleh musim dan siklus tren dalam susunan dan kemasan yang cermat untuk konsumsi massa. Penggemar jam tangan jauh lebih teliti dan individualis, di sisi lain brand jam tangan tentunya tidak akan menyetujui kecerobohan tren musiman karena integritas kreasi mereka yang sarat ketelatenan harus dijaga. Bagaimanapun juga, proses pembuatan jam tangan memerlukan sumber daya lebih banyak — dan mahal — daripada pakaian, serta baik kreator dan pelanggan jam tangan sama-sama mendambakan masa umur simpan yang lebih lama. Namun penjabaran di atas tak bermaksud menyatakan bahwa tidak ada sama sekali tren di dunia horologi. Kami telah melihat eksplosi case berukuran besar di akhir dekade ’90-an, hingga kembalinya diameter kecil baru-baru ini, atau meningkatnya ragam multikomplikasi di awal 2000-an, hingga kebangkitan jam tangan olahraga mewah khas 1980-an saat ini. Tren (atau gaya estetika dan pengembangan mekanis yang tengah populer) memiliki eksistensi di dunia horologi. Namun, pergerakannya melibatkan waktu yang lebih lama, dan sebaiknya menikmati umur yang panjang. Meski kita semua tentunya setuju bahwa tahun 2020 tidak semeriah tahun-tahun sebelumnya karena beberapa brand lebih memilih untuk menunda perilisan produk baru mereka hingga iklim retail yang lebih bersahabat, terdapat sejumlah kreasi dominan yang mencuri perhatian selagi kita menunggu. Berikut adalah lima tren yang kami prediksi akan hadir lebih banyak lagi di beberapa tahun mendatang.
46
Breitling Superocean Heritage ‘57 Limited Edition
Hublot Spirit Of Big Bang Rainbow
RAINBOW DECORATIONS Siapa sangka bahwa jam tangan multiwarna yang menyilaukan mata — dan dulunya merupakan penawaran langka yang dikira hanya akan menarik minat kolektorkolektor paling flamboyan saja — ternyata kini mendulang popularitas mainstream? Seharusnya kita sudah dapat menduga ini akan terjadi setelah Rolex merilis Daytona bernuansa pelangi pada tahun 2018. Tahun ini, kreasi dengan kombinasi kaya warna hadir semakin berani, mulai dari jam tangan olahraga kasual, hingga jam tangan sarat permata berharga.
Harry Winston Premier Kaleidoscope Automatic 36mm
47
IDENTITY
Breguet Tradition Dame Ref. 7038
Chanel J12 X-Ray
Zenith Defy 21 Pink
OPENWORKED FEMININE DIALS Meski permintaan terhadap jam tangan wanita dengan kualitas mekanis yang lebih baik tidak meningkat secara signifikan, terdapat fakta bahwa penawaran jam tangan feminin selama ini cenderung kaya akan ornamen. Baik itu dekorasi permata, maupun ekspresi metier d’arts, fokus utama terhadap artisanship dan estetika telah mendominasi narasi horologi untuk jam tangan wanita. Bila sebelumnya pelanggan sering dihadapkan untuk memilih antara keindahan dan mekanisme, kini garis pemisah di antara keduanya semakin buram. Perkembangan terbaru yang menyenangkan adalah jam tangan wanita dengan skeletonised atau open-worked dial.
48
Breitling Chronomat
REVIVED CLASSICS Tak pernah benar-benar menghilang dan tentunya tidak dilupakan — beberapa model jam tangan yang begitu dicintai dan sempat hilang dari radar kembali menjadi sorotan di tahun ini. Tak hanya menghadirkan nostalgia, kreasi sarat warisan ini telah disempurnakan dengan fiturfitur baru yang meningkatkan performanya. Jam tangan berikut ini mungkin menilik masa lalu untuk memperoleh inspirasi, namun tak diragukan bahwa mereka dikreasikan untuk masa depan.
Jaeger-LeCoultre Master Control
49
Omega DeVille Tourbillon
IDENTITY
Jaquet Droz ‘Fleur de Vie’ Petite Heure Minute Paillonnée
Blancpain Villeret Quantieme Complet
BLUE DIALS Seperti setelan berwarna biru laut yang mudah ditemukan di mana-mana, jam tangan dengan dial warna biru juga telah menjadi penawaran ‘wajib’ bagi banyak brand. Di tahun 2020, rona yang menurut penelitian selalu menyabet peringkat teratas di dunia sebagai warna paling favorit ini muncul secara dominan. Berbagai brand menyuguhkan warna ini pada dial mereka dalam ragam cara, mulai dari yang sangat dekoratif, hingga sederhana namun evokatif.
Bell & Ross BR05 Skeleton Blue
50
NEW BRACELETS Apakah semua desainer jam tangan dari berbagai brand berbeda melakukan pertemuan rahasia yang kita tidak ketahui? Karena tiba-tiba profilerasi terhadap bracelet pada jam tangan baru nampak terlalu nyata untuk disebut sebagai kebetulan. Meski temali jam tangan baru ini memperoleh reaksi yang beragam dari para penggemar horologi, kehadiran bracelet tetap patut diapresiasi atas eksistensinya yang mengoptimalkan estetika jam tangan olahraga nan luks melalui setiap kepingannya.
Blancpain Fifty Fathoms Automatique
A. Lange & Sรถhne Odysseus
Breguet Marine
51
IDENTITY
Klik di sini
NAVY CREW Tudor Black Bay Fifty-Eight nan populer kini hadir dalam varian warna baru Melissa Kong
52
C
oba tanyakan kepada seorang kolektor jam tangan mengenai cerita di balik koleksinya dan dipastikan Anda akan disuguhi kisah romantis akan asal muasal dan ‘perburuannya’ dalam mendapatkan jam tangan tersebut, atau pendapatnya mengenai jam tangan yang sarat nilai personal dan layak dikoleksi. Cerita memang menjadi aspek yang paling diperhatikan oleh seorang kolektor dan itulah yang menjadikan Tudor menjadi salah satu favorit di ranah ini. Berdiri pada tahun 1926, Tudor memiliki ikatan sejarah dengan Rolex di mana memiliki pendiri yang sama, yakni Hans Wildorf. Selanjutnya, perlahan tapi pasti Tudor pun mulai berkembang dan memiliki identitas sendiri. Diperuntukkan sebagai jam tangan yang memiliki ketahanan, andal, dan kualitas mumpuni namun dengan harga yang lebih terjangkau dibanding kompatriotnya, Tudor berhasil membangun reputasinya sekaligus rekognisi dari berbagai kalangan penggemar jam tangan.
MILITARY POWER Salah satu penggemar terbesar Tudor adalah Angkatan Laut. Tentu Anda bertanya, tentara Angkatan Laut dari negara mana kah? Semuanya. Baiklah, hal tersebut memang terdengar sangat berlebihan namun manufaktur ini memasok produknya ke Angkatan Laut negara Prancis, Amerika Serikat, Kanada, Argentina, dan Afrika Selatan. Jika Anda jeli, Anda akan mendapati bahwa negara-negara tersebut berada di benua yang berbeda. Telah mendapat pengakuan dari Angkatan Laut berbagai negara, kredibilitas Tudor di dunia maritim sesungguhnya dimulai saat peluncuran jam tangan selam pertamanya pada tahun 1954 melalui seri Ref. 7922 atau yang lebih dikenal dengan nama Tudor Oyster Prince Submariner. Sebuah jam tangan self-winding nan unik dengan crown dan caseback yang tertutup rapat (alias screw-down) dengan bezel yang dapat diputar ke dua arah, serta ukuran jarum dan indeks jam yang besar nan bercahaya guna meningkatkan keterbacaan. Jam tangan ini juga memiliki ketahanan terhadap air hingga kedalaman 100 meter. Beberapa dekade kemudian tepatnya pada tahun 2012, koleksi Black Bay resmi diluncurkan dengan estetika dan fitur yang terinspirasi oleh kreasi jam tangan selam ikonis Tudor seperti Ref. 7922 dan Ref.7924, hal tersebut terlihat pada crown berukuran besar di koleksi ini. Kini sejumlah lini yang menjadi perpanjangan dari koleksi tersebut juga turut mendapat sambutan hangat. Sebagai contoh adalah Black Bay Fifty-Eight yang hadir dalam ukuran 39 mm — lebih kecil dibandingkan Black Bay reguler — untuk merepresentasikan dimensi jam tangan dari era 1950-an.
53
IDENTITY
Tudor Oyster Prince Submariner dari tahun 1969
ESTETIKA ‘TUDOR BLUE’ TELAH HADIR SEJAK TAHUN 1969
54
BLUE TICK
Kabar gembira datang bagi penggemar Black Bay Fifty-Eight di mana sistem movement masih menggunakan mesin yang sama, yakni MT5402 dengan silicon hairspring dan power reserve selama 70 jam. Selain itu, desain jarum menyerupai kepingan salju atau akrab disebut snowflake hands yang ikonis pun turut dipertahankan. Lalu apakah masih ada poin plus tambahannya dari jam tangan ini? Ya tentu saja, sebagaimana mana jam anyar ini dilengkapi oleh garansi lima tahun yang dapat dialihkan tanpa memerlukan registrasi atau pemeriksaan pemeliharaan secara berkala, dan menurut kami hal tersebut cukup mengagumkan.
Tahun ini, Black Bay Fifty-Eight memperoleh pembaruan yang menyegarkan lewat opsi warna navy blue atau biru laut. Warna biru sendiri memiliki ikatan historis dengan Tudor lewat koleksi jam tangan selam lansirannya pada tahun 1969 dengan dial dan bezel berhiaskan sapuan warna tersebut. Tak lama setelah itu, model jam tangan olahraga lainnya dari brand ini pun menerapkan ide serupa hingga kemudian populer dan mendapat julukan ‘Tudor Blue’. Namun untuk Black Bay Fifty-Eight ‘Navy Blue’ ini, Tudor menggunakan varian warna biru yang baru di mana lebih gelap dan terlihat elegan. Iterasi anyar ini hadir dengan pilihan steel bracelet dan soft touch strap bermaterial sintetis yang digunakan pertama kalinya oleh Tudor untuk menyuguhkan sensasi super lembut dan nyaman di kulit penggunanya. Turut terdapat pilihan lain untuk temali jam ini, yakni fabric strap berwarna senada yang menandai 10 tahun kehadiran fabric strap di dalam penawaran Tudor. Lahir dari kolaborasi bersama Julien Faure, sebuah atelier milik keluarga yang sudah malang-melintang selama 150 tahun, jacquard fabric strap Tudor telah menjadi bagian dari identitas koleksi Black Bay.
Ada yang berpendapat bahwa pembaruan warna bukanlah sesuatu yang perlu digembargemborkan. Namun kreasi terbaru Tudor warna biru laut ini bukan sekadar opsi dalam hal warna. Akan tetapi juga sebuah penghormatan bagi koleksi jam tangan selam pertama brand ini dalam warna biru dari era 1960-an yang kemudian diperbarui secara modern untuk para pencintanya sekarang ini. Ketika Anda berhasil memadukan nilai historis dan visi modern dalam sebuah koleksi ikonis, bukankah hal tersebut juga sebuah pencapaian?
55
IDENTITY
Klik di sini
24
BRONZE AGE Jam tangan bergaya lawas kreasi Rado yang kian apik seiring berjalannya waktu
P
ertama kali diperkenalkan pada tahun 1960-an guna menandingi kepopuleran jam tangan selam, seperti Blancpain Fifty Fathoms dan Rolex Submariner, versi asli dari Rado Captain Cook merupakan jam tangan otomatis sederhana dengan stainless steel case berukuran 37 mm dan kemampuan tahan air hingga kedalaman 220 meter. Dua dekade selanjutnya, tepatnya pada era 1980-an, Rado mendulang atensi berkat karyanya dalam kategori jam tangan keramik berteknologi tinggi yang seolah menyimpan rapat seri Captain Cook ke dalam arsip mereka. Namun pada kenyataannya, jam tangan selam bukanlah keunggulan Rado, sebagaimana brand ini lebih berfokus mengembangkan varian jam tangan formal anti gores dan memiliki alkimia keramik terbaik.
Tingginya minat akan koleksi jam tangan retro beberapa tahun belakangan ini turut membuat Rado tergoda untuk mencoba peruntungan dengan meluncurkan kembali Captain Cook. Pada tahun 2017, brand ini pun resmi melansir kembali seri jam tangan selam miliknya yang telah lama terlupakan guna memenuhi hasrat para pecinta jam tangan bergaya vintage. Rado mempertahankan sejumlah fitur ikonis dari pendahulunya, seperti concave bezel (kini hadir dalam material keramik), penutup dial berkonstruksi kubah, serta desain jarum dan indeks yang lebar. Pesona nostalgia yang disuguhkan pun turut diimbangi sejumlah pembaruan seperti kehadiran movement C07.611 otomatis dengan power reserve sebesar 80 jam dan escapement yang dibuat dari ‘ARCAP’ — sebuah logam campuran dengan kemampuan anti magnet yang sangat baik.
57
IDENTITY
Sambutan hangat terhadap versi baru Captain Cook ini pun mendorong Rado untuk menawarkan ragam varian ukuran case, warna dial dan bezel. Tahun ini Rado meluncurkan tiga model terbaru dalam material perunggu yang kian menujukkan sisi dinamis dan nilai emosional dari seri ini. Besarnya permintaan akan jam tangan dengan case perunggu menginspirasi Rado untuk memadukannya bersama bezel bermaterialkan keramik. Kilau emas redup khas perunggu tampak begitu apik dengan bezel dan dial yang hadir dalam pilihan warna hijau, biru dan cokelat. Tak hanya memanjakan mata, kehadiran warnawarna nan kontras tersebut juga berperan dalam meningkatkan keterbacaan dial bagi sang pengguna. Sebagai sentuhan akhir, terdapat logo jangkar di bawah posisi jam 12 dan setiap indeks jam dibingkai oleh warna serupa perunggu. Untuk menyuguhkan ‘nilai emosional’, perunggu adalah material yang tepat. Seiring berjalannya waktu, material perunggu akan memunculkan patina unik berkat paparan elemen-elemen di sekitarnya. Tergantung kebiasaan dan lingkungan masing-masing pengguna, efek patina pada jam tangan perunggu menyajikan pengalaman dan tampilan yang sangat personal. Berbeda dengan jam tangan perunggu kebanyakan yang pada akhirnya menjadi ternoda karena bercak hijau dan membuatnya kurang sedap dipandang, Rado menggunakan logam perunggu bernama CuAl, perpaduan antara tembaga dan alumunium, yang membuat Captain Cook Bronze memunculkan efek patina yang merata. Logam ini juga dinyatakan tahan akan korosi yang memungkinkan proses oksidasi lebih terkontrol. Meski memiliki kemampuan tahan air hingga kedalaman 100 meter saja, iterasi terbaru dari Captain Cook ini menyajikan estetika khas jam tangan selam dengan konstruksi dan elemenelemen yang gagah seperti pendahulunya. Injeksi kontemporer yang hadir melalui pulasan warna vibran pun menjadikan Captain Cook Bronze sebagai pendamping yang ideal untuk melengkapi liburan musim panas maupun pool party.
58
59
CRAFT Tanpa craftsmanship, inspirasi menjadi sekadar alang-alang yang terhembus angin JOHANNES BRAHMS
CRAFT
Klik di sini
62
AVENUE OF STARS Koleksi ikonis Avenue kreasi Harry Winston yang sarat akan kecemerlangan Melissa Kong
A
dalah Frank Sinatra yang melantunkan pujaan terhadap kota New York hingga terbenam dalam benak kita melalui lagu ‘New York, New York’ yang ia populerkan empat dekade lalu. Berasal dari film yang disutradarai oleh Martin Scorsese dengan judul yang sama, lagu itu dinyanyikan oleh Francine, karakter yang diperankan oleh Liza Minelli, dengan penuh determinasi atas harapan dan mimpinya untuk sukses di kota berjulukan Big Apple tersebut. Bagi banyak orang, kota New York adalah simbol kesuksesan — layaknya Mekkah bagi aktor dan musisi. Namun kota tersebut juga latar di mana gemerlap dan kemewahan terjadi dengan berbagai pesta glamor, seperti acara tahunan Met Gala yang mengumpulkan individu-individu paling cemerlang dan terdepan. Dunia TAG semacam inilah yang Heuer Carrera “Tête de Vipère” Tourbillon Chronometer menjadi rumah Chronograph bagi Harry Winston.
63
CRAFT
Avenue C Mini bermaterialkan emas putih yang bertaburkan berlian
64
HARRY WINSTON MERUPAKAN PIONIR TEKNIK CLUSTER YANG MEMERCAYAI BAHWA BUKAN RANGKA, MELAINKAN PERMATALAH YANG MENENTUKAN DESAIN AKHIR
KING OF DIAMONDS Terinspirasi oleh koleksi perhiasannya yang bernama Lily Cluster rilisan tahun 2010, model Avenue C Mini Lily Cluster memancarakan pesona elegan nan vintage. Berukuran lebar 15,6 mm dan tinggi 32,3 mm, jam tangan bertenaga quartz ini mengusung material emas putih atau merah muda 18 karat dengan mother-of-pearl dial yang menambah gemilang pada sinaran berlian cluster.
Dengan reputasinya sebagai ‘ jauhari bagi para bintang’, Harry Winston tidak asing dengan karpet merah. Ketika Gwyneth Paltrow memenangkan penghargaan Oscars sebagai Aktris Terbaik untuk film Shakespeare In Love (1998), ayahnya — mendiang sutradara Bruce Paltrow — diketahui membelikan Gwyneth kalung Harry Winston seharga $160.000 yang kemudian ia kenakan saat menghadiri acara. Sebagai sebuah hadiah, sang jauhari juga menambahkan sepasang anting berlian cluster yang merupakan ciri khas Harry Winston.
A CUT ABOVE Tak kalah penting dari warna biru yang begitu intrinsik bagi Harry Winston adalah potongan zamrud. Disebut-sebut sebagai potongan favorit Harry untuk permata berharga, potongan zamrud selalu hadir dalam koleksi Avenue dalam berbagai model. Baik itu sebagai chapter ring yang berada di bagian tengah dial dalam bentuk diagonal, maupun berlian potongan zamrud pada posisi pukul 12 yang menandakan bahwa jam tersebut ditenagai oleh movement otomatis, ciri khas desain ini tak pernah jauhjauh dari koleksi Avenue.
Harry Winston merupakan pionir teknik cluster yang memercayai bahwa bukan rangka, melainkan permatalah yang menentukan desain akhir dengan mempertunjukkan sang permata secara puitis. Cluster adalah teknik di mana berlian-berlian berukuran kecil diposisikan berdampingan, sehingga nampak seperti berlian berukuran besar. Teknik ini menghasilkan pantulan cahaya yang lebih cemerlang dan memukau. Teknik yang sama juga ditemukan pada jam tangan Harry Winston yang berhiaskan berlian, seperti koleksi Avenue.
65
CRAFT
POTONGAN ZAMRUD FAVORIT HARRY WINSTON SELALU HADIR DALAM KOLEKSI AVENUE
Berlian berpotongan zamrud di posisi pukul 12 tampak begitu memesona pada jam tangan Avenue Classic Moon Phase di mana sekumpulan berlian meradiasikan sinar indah hingga ke seluruh bagian dial. Hal ini juga kian didukung oleh latar mother-of-pearl yang memantulkan cahaya dari berlian berpotongan zamrud. Menawarkan elegansi yang seimbang, bagian bawah dial jam tangan ini dilengkapi oleh tampilan moonphase dengan setengah lingkaran yang dipenuhi berlian berpotongan brilliant. Tahun lalu, koleksi Avenue menandai hari jadinya yang ke20 tahun dengan memperkenalkan model paling dramatis. Mother-of-pearl dial yang dilukis dengan tangan tampil kian memesona dengan transisi warna biru dari bagian bawah yang membaur secara subtil ke warna ungu pada bagian atas. Transisi tersebut menghadirkan impresi menakjubkan layaknya menyaksikan kehadiran fajar. Fitur moonphase di bagian bawah dial menunjukkan keindahan langit malam yang diwakilkan oleh imaji bulan dan bintang-bintang dalam kerangka sarat berlian. Seperti gaya khas Avenue biasanya, case jam tangan ini memberi penghormatan kepada bangunan melengkung nan populer yang mendominasi bagian depan butik pertama Harry Winston di kota New York. Berhiaskan berlian, case jam tangan ini tampil semakin breathtaking.
Avenue Classic 20th Anniversary Moon Phase
Berkat reputasi baiknya sebagai jauhari dengan keahlian spesial dalam berkreasi dengan permata berharga, karya jam tangan Harry Winston juga memiliki keindahan yang serupa perhiasan. Pada akhirnya, ketika haute horlogerie dan haute joaillerie bersatu, hasilnya — bila Anda adalah Harry Winston — tak akan kurang dari spektakuler.
66
Avenue C Mini Moon Phase 20th Anniversary bermaterialkan emas putih dengan taburan berlian dan safir berwarna.
67
CRAFT
Klik di sini Navitimer Automatic 35 bermaterialkan steel dan emas merah 18 karat
68
FRIEND IN HIGH PLACES Breitling Navitimer 35 baru menyoroti warisan pendahulunya sembari mendemonstrasikan pesona feminin Melissa Kong
S
ejak introduksinya di tahun 1952, Breitling Navitimer telah menjadi ikon sang brand layaknya kreasi tas Birkin bagi Hermès. Tak hanya memiliki penampilan yang rupawan, Navitimer digagas sebagai tool watch esensial untuk para pilot pada masa itu yang memanfaatkannya untuk berbagai macam kalkulasi terkait navigasi udara, termasuk kecepatan, jarak, konsumsi bahan bakar, tingkat pendakian dan penurunan, serta konversi jarak metrik berkat kehadiran mistar hitung di sekeliling dial jam ini. Faktanya, Navitimer — singkatan dari ‘navigation’ dan ‘timer’ — terpilih sebagai jam tangan resmi bagi AOPA (Aircraft Owners and Pilots Association) di Amerika Serikat pada tahun 1954. Navitimer, sejak pertama kali diperkenalkan dan kemudian diikuti oleh berbagai evolusinya, merupakan jam tangan yang diperuntukkan bagi pria. Estetika yang dominan di pergelangan tangan dengan dimensi lebar untuk mengakomodasi fungsi chronograph dan mistar hitung andalannya, secara natural memancarkan nuansa maskulin yang menjadikan Navitimer salah satu kandidat paling tidak mungkin untuk diadaptasi menjadi jam tangan wanita.
69
CRAFT
DARI ATAS: Jajaran lengkap dari penawaran Navitimer Automatic 35 yang dirilis tahun ini, Navitimer Automatic 35 bermaterialkan steel dengan copper dial, Navitimer Automatic 35 bermaterialkan steel dengan mother-of-pearl dial berhiaskan berlian
“KAMI MENJAGA IDENTITAS NAVITIMER, SEMBARI MENYEDERHANAKANNYA�
Sebagai jantung dari jam ini ialah Calibre 17 berbasis ETA milik Breitling, sebuah movement yang juga dapat ditemukan dalam koleksi lainnya, seperti Superocean. Memiliki power reserve sekitar 38 jam, Calibre 17, seperti movement Breitling lainnya, menyandang sertifikasi dari COSC.
Pada tahun 2018, Breitling memperkenalkan Navitimer 38, versi tiga jarum dari sang jam tangan pilot legendaris dalam case berdiameter 38 mm. Meski dipasarkan sebagai Navitimer untuk wanita, Breitling kemudian mengubah pesannya dan mempresentasikan Navitimer 38 sebagai koleksi uniseks. Benih koleksi Navitimer khusus wanita yang ditanam pada saat itu akhirnya dapat kita tuai tahun ini melalui Navitimer Automatic 35 baru yang tampil sangat feminin.
Navitimer Automatic 35 tersedia dalam empat opsi. Pertama adalah sebuah kombinasi case bermaterialkan stainless steel dan temali aligator dalam pilihan dial warna biru dengan temali senada, copper dial dan temali cokelat, atau dial perak dan temali burgundi. Opsi kedua hadir dalam steel case dengan mother-of-pearl dial dan indeks berlian. Versi ini tersedia dengan temali aligator burgundi atau stainless steel bracelet Navitimer.
Seperti pendahulunya, Navitimer 38, koleksi Navitimer Automatic 35 juga menghadirkan berbagai fitur paling distingtif dari ikon Breitling untuk mengundang para wanita ke dalam lingkaran yang selama ini didominasi secara eksklusif oleh para pria.
DAINTY AND DISTINGUISHED
Opsi ketiga adalah mode dwiwarna dengan steel case dan bezel yang dapat diputar ke dua arah bermaterialkan emas merah 18 karat dan indeks berlian. Opsi ini dilengkapi dengan temali aligator warna cokelat atau bracelet Navitimer dwiwarna bermaterialkan steel dan emas merah 18 karat. Versi terakhir adalah yang paling mewah dengan case bermaterialkan emas merah 18 karat dan bracelet Navitimer, mother-of-pearl dial, dan indeks jam berlian. Bila kombinasi tersebut terlalu extravagant bagi Anda, silakan ganti bracelet dengan temali aligator warna cokelat yang merupakan komplementer khusus untuk versi ini.
Tentu saja, pada intinya Navitimer adalah sebuah tool watch. Merepresentasikannya sebagai sesuatu yang lain akan melunturkan DNA leluhurnya. Versi terbaru ini ditawarkan dengan diameter lebih kecil untuk mengakomodasi pergelangan tangan yang ramping dan 35 mm adalah ukuran yang sangat pas. CEO Breitling, Geroges Kern, memiliki visi bahwa Navitimer Automatic 35 akan menjadi simbol bagi elegansi nan feminin dari sang brand dan meyakini bahwa versi terbaru ini lebih dari sekadar membuat Navitimer berukuran lebih kecil untuk wanita. “Kami menjaga identitas Navitimer sembari menyederhanakannya,� ungkapnya.
Navitimer Automatic 35 merupakan langkah cerdas dari Breitling dalam menanggapi pasar jam tangan wanita yang kian berkembang. Dipresentasikan secara online melalui Breitling Summit pada bulan April lalu, Georges memberikan petunjuk bahwa akan ada lini wanita lainnya yang akan Breitling rilis pada akhir tahun ini.
Dengan demikian, kode-kode desain Navitimer yang populer hadir dengan lantang, seperti beaded bezel dari Ref. 806 dan dial berjarum tiga dari Ref. 66. Mistar hitung sirkular tetap mempertahankan posisinya, sedangkan jarum detik kini dilengkapi oleh pucuk berwarna merah untuk mengoptimalkan keterbacaan.
71
SOUL Dari tiga prasyarat seorang jenius; pertama adalah jiwa; kedua adalah jiwa; dan ketiga adalah jiwa EDWIN P. WHIPPLE
SOUL / HOW TO BUY
FERDINAND BERTHOUD Dibuat oleh kaum konservatif untuk kaum konservatif
I
ngin tahu definisi dari passion? Kami memiliki tiga kata untuk Anda: Chronométrie Ferdinand Berthoud. Sebagai salah satu proyek passion paling memukau dalam beberapa tahun terakhir, Chronométrie Ferdinand Berthoud adalah gagasan dari Co-President Chopard, Karl Friedrich Scheufele, yang begitu terpesona dengan jam maritim Berthoud dalam koleksi Museum Chopard hingga terlibat langsung untuk menghidupkan kembali warisan Ferdinand Berthoud — salah satu pionir termahsyur dalam ranah watchmaking yang presisi. Meski namanya cukup asing di luar lingkaran kolektor berselera spesifik, Berthoud merupakan seorang genius dalam mengkonstruksikan penunjuk waktu nan akurat untuk pelayaran yang dikenal sebagai chronometer maritim. Pada abad ke-18, di mana bangsa Eropa tengah menaklukkan berbagai daratan dan lautan yang mereka temukan, sebuah chronometer maritim andal yang dapat membantu untuk memastikan koordinat di lautan merupakan alat yang sangat vital bagi sebuah armada kapal untuk dapat bertahan hidup dan sukses. Dengan berbagai tantangan yang dihadapi penggunanya, konstruksi chronometer maritim harus super stabil dan tangguh, sekaligus sangat presisi dan tahan terhadap berbagai elemen. Untuk mewujudkan konstruksi semacam itu, diperlukan insinyur dan ahli horologi terbaik yang tak lain adalah Berthoud. Pada tahun 1770, setelah menyingkap dua chronometer maritim terbaiknya, Marine Clocks No.6 dan No.8, Berthoud diberikan gelar ‘Pembuat jam dan Mekanik dengan penunjukkan oleh Raja Prancis dan Angkatan Laut’ di bawah kepemimpinan Louis XV. Sang raja juga memesan 20 chronometer maritim lainnya kepada Berthoud yang kemudian digunakan dalam berbagai ekspedisi kartografi dan hidrografi pada akhir abad ke-18.
Chronomètre FB 1.1 Chronomètre FB 1.1 mendulang perhatian pada tahun 2015 sebagai proyek watchmaking bonafide oleh Ferdinand Berthoud. Case oktagonal modular nan rumit dengan lubang intip di sisi samping untuk melihat kinerja movement pada jam ini merupakan estetika khas yang tak lekang oleh waktu. Pada bagian dial terdapat ‘ jendela’ untuk melihat bagian dari hand-wound movement yang dilengkapi oleh tourbillon satu menit dengan mekanisme fusée-danrantai, serta arsitektur tradisional di mana pelat bagian atas dan bawah movement disokong oleh pilar-pilar. Chronomètre FB 1.1 meraih penghargaan Aiguille d’Or ‘Golden Hand’ di Grand Prix d’Horlogerie de Geneve pada tahun 2016.
Terkesima dengan karya Berthoud, Scheufele meluncurkan Chronométrie Ferdinand Berthoud sebagai penghormatan bagi sang ikon di tahun 2015. Meski beroperasi di bawah naungan grup Chopard, Ferdinand Berthoud beroperasi sebagai butik yang berdiri sendiri. Brand Berthoud milik perusahaan berfokus pada mengkreasikan jam tangan dengan kompleksitas tinggi dalam jumlah sangat sedikit setiap tahunnya dengan filosofi mekanis yang berupaya merangkum semangat dan kecerdikan legendaris dari sang ikon. 74
Chronomètre FB 1L.4 Apabila fitur-fitur teknis ‘standar’, seperti konstruksi pilar-danpelat, mekanisme constant-force dari fusée-dan-rantai, dan tourbillon pada Chronomètre FB 1.1 kurang kompleks bagi Anda, sang brand menambahkan komplikasi astronomi ‘kecil’ pada Chronomètre FB 1L.4. Dipadukan bersama fitur-fitur yang disebutkan tadi, jam tangan ini menampilkan umur bulan dan fase terkininya. Sebuah jarum mengindikasi fase bulan melalui counter 14-hari dan terdapat juga sebuah jendela terpisah yang menunjukkan bila bulan tengah membesar atau memudar.
Chronomètre FB 2RE Untuk merayakan anniversary ke-250 tahun sejak penunjukkan royal kepada Berthoud, Chronomètre FB 2RE merupakan jam tangan pertama yang dirilis sang brand dengan case berbentuk bulat. Kreasi simpel yang penuh kejutan ini terinspirasi oleh Marine Clock No.6 buatan Berthoud dan menampilkan grand feu enamel dial dengan lapisan ganda. Pada bagian dalam Chronomètre FB 2RE, Anda akan menemukan sebuah hand-wound movement baru bernama Calibre FB-RE.FC dengan mekanisme fuséedan-rantai, serta remontoir d’égalité — sistem dispensasi energi yang mengantarkan energi cadangan kecil dan terkontrol setiap detiknya kepada sistem regulasi untuk memastikan tingkat keteraturan yang optimal.
Chronomètre FB 1R.6-1 Meski desain Chronomètre FB 1 kurang-lebih didikte oleh lini chronometer maritim dan dilengkapi oleh properti mekanis yang unik, tim di balik Ferdinand Berthoud tidak menolak kehadiran siluet case baru ini dan menyambut hangat perubahan estetika ini. Chronomètre FB 1R-6-1 terlihat memesona dengan penampilan minimalis. Daya tarik lainnya dari jam ini adalah case bermaterialkan hardened steel yang dikonstruksikan dari sebuah proses bernama carburising di mana gas karbon ditambahkan pada temperatur tinggi untuk mencapai sebuah permukaan yang setangguh 1.2000 Vickers.
75
SOUL / CLASS IN SESSION
ULTRA-THIN MOVEMENTS Kerumitan di balik konstruksi movement super tipis Piaget Altiplano Concept setipis 2 mm
Rencana teknik untuk Piaget Altiplano 900P yang sangat tipis
M
erupakan andalan bagi para eksekutif berkerah di antara dekade 1960-an hingga akhir 1990-an, jam tangan dengan profil ramping telah menjadi favorit untuk penampilan formal dan kantoran. Jauh sebelum perpaduan antara Royal Oak Offshore yang chunky atau Luminor nan gagah dengan setelan dapat diterima oleh kalangan luas, standar sopan santun berpakaian melibatkan jam tangan elegan yang cukup ramping agar bisa mengintip dari bawah pergelangan tangan kemeja.
Banyak perusahaan jam tangan tradisional, khususnya yang menilai teknik watchmaking mereka berada di level superior, menawarkan jam tangan ultra-thin dalam semesta produknya. Perlu diketahui bahwa ultra-thin termasuk kategori spesial yang memerlukan micro-engineering dan kepiawaian horologi tingkat tinggi dalam produksinya. Oleh karena itu, tipe dress watch yang memperoleh banyak perhatian dari para penggemar ini melibatkan fitur-fitur paling kompleks dan ditenagai oleh ultrathin movement yang sangat mutakhir.
THIN TANK
Meski ketertarikan pada jam tangan ramping sedikit memudar pada awal tahun 2000-an dengan dominasi jam tangan beukuran besar, keseimbangan telah kembali tercapai di beberapa tahun terakhir. Apresiasi patut diberikan kepada jajaran brand tradisional, seperti Jaeger-LeCoultre, Blancpain, Vacheron Constantin, serta khususnya Piaget dan Bvlgari. Deretan brand tersebut tak hanya menyoroti tantangan-tantangan teknis dalam mengkreasikan jam tangan ramping nan rupawan, tetapi juga memunculkan kompetisi untuk saling mendahului satu dengan yang lainnya dalam kategori jam tangan ini.
76
Tantangan teknis dalam konstruksi jam tangan ultra-thin begitu berlipat ganda. Hal yang paling mendesak adalah menjaga ketangguhan dan performa baiknya meski berkonstruksi sangat tipis. Mengurangi ukuran setiap komponen agar muat pada movement sangat datar sudah pasti menantang, apalagi memastikan masingmasing komponen cukup solid agar tidak memengaruhi tenaga dan akurasi. Arsitektur dari ultra-thin movement juga telah berevolusi dengan signifikan. Para watchmaker telah menciptakan bermacam-macam fitur cerdik, mulai dari campuran logam yang lebih kuat, rotor mikro, hingga merekonstruksi caseback sebagai basis sang movement dalam pengembaraan mereka mengkreasikan movement sangat datar.
NEW GOLDE AGE Semakin banyaknya jam tangan ultra-thin yang ditawarkan oleh para brand terkemuka beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa kategori ini memasuki era keemasan barunya. Di masa yang akan datang, para sejarawan akan memilih awal dekade 2010an sebagai waktu di mana jam tangan ultrathin mulai berkembang kian pesat.
Jam tangan Bvlgari yang memecahkan enam rekor dunia dalam ranah jam tangan ultra-thin dengan Octo Finissimo Tourbillon Chronograph Skeleton terbaru.
Di antara para brand yang dengan gigih mengkreasikan dan menawarkan jam tangan ultra-thin modern, terdapat Piaget. Ketika merayakan anniversary yang ke-140 tahun pada tahun 2014, Piaget merilis Altiplano 900P setipis 3,95 mm yang memecahkan rekor dunia sebagai jam tangan hand-wound paling pada saat itu dan sekaligus menjadi awal dari ekspedisi pemecahan rekor oleh sang brand. Lawan tangguh lainnya adalah Bvlgari yang telah memecahkan rekor dunia untuk kategori ultra-thin sebanyak enam kali selama enam tahun berturutturut melalui lini Octo Finissimo.
COMPETITIVE SLIMMING Kita dimanjakan oleh berbagai pilihan jam tangan ultra-thin berkualitas istimewa yang dirilis pada tahun 2020 ini — Overseas Perpetual Calendar Ultra-Thin dari Vacheron Constantin, Slim de Hermès GMT dari Hermès, dan Villeret Ultraplate dari Blancpain adalah beberapa contohnya. Untuk memperoleh hak membual sepenuhnya, tengok Altiplano Concept dari Piaget dan Octo Finissimo Tourbillon Chronograph Skeleton dari Bvlgari. Piaget memulai jam tersebut sebagai eksperimen di tahun 2018 dan akhirnya tahun ini dapat diproduksi dalam skala besar. Untuk karya ini, Piaget masih mengemban gelar sebagai jam tangan hand-wound tertipis di dunia dengan ketipisan hanya 2 mm saja. Sedangkan, Bvlgari memamerkan komplikasi gandanya dengan movement setipis 3,5 mm di dalam case setebal 7,4 mm dan merupakan komplikasi tertipis di dunia dalam kategorinya.
77
STOCKIST
Temukan jam tangan yang Anda baca di CROWN
A. Lange & Söhne Tersedia di butik The Time Place
Hublot Tersedia di butik The Time Place
Piaget Tersedia di butik The Time Place
Bell & Ross Pacific Place Tel: 021 5140 2711
Rado ∙ Senayan City Tel: 021 7278 1559 ∙ Tunjungan Plaza 3 Surabaya Tel: 031 9924 6973
Breitling Plaza Senayan Tel: 021 2967 8512
INTime ∙ Grand Indonesia Tel: 021 2358 1208 ∙ Mal Kelapa Gading 3 Tel: 021 4584 8977 ∙ Paris Van Java Bandung Tel: 022 820 64135 ∙ Pondok Indah Mall 2 Tel: 021 7592 0797 ∙ Senayan City Tel: 021 7278 2181 ∙ Sun Plaza Medan Tel: 061 8051 2538
Breguet Tersedia di butik The Time Place
IWC Tersedia di butik The Time Place
Bvlgari ∙ Plaza Indonesia Tel: 021 3192 6661 ∙ Plaza Senayan Tel: 021 5790 0140 ∙ Pacific Place Tel: 021 5797 3850
Jaeger-LeCoultre Tersedia di butik The Time Place
TAG Heuer ∙ Central Park Tel: 021 2920 0422 ∙ Grand Indonesia Tel: 021 2358 0685 ∙ Pacific Place Tel: 021 5797 3726 ∙ Plaza Indonesia Tel: 021 2992 3990 ∙ Senayan City Tel: 021 7278 1601
Cartier ∙ Plaza Indonesia Tel: 021 314 1916 ∙ Plaza Senayan Tel: 021 572 5238
Lima Watch id.limawatch.com
Chanel ∙ Plaza Indonesia Tel: 021 2992 4023 ∙ Ferdinand Berthoud Sincere Haute Horlogerie Singapura Tel: +65 6733 0618
NAM Watches namwatches.co
Blancpain Tersedia di butik The Time Place Breguet Tersedia di butik The Time Place
Ferdinand Berthoud Sincere Haute Horlogerie Singapura Tel: +65 6733 0618 Glashütte Original The Shoppes Marina Bay Sands Singapura Tel: +65 6688 7201 Hamilton Tersedia di butik INTime Harry Winston Ion Orchard Singapura Tel: +65 6883 9509
Jaquet Droz The Shoppes Marina Bay Sands Singapura Tel: +65 6688 7290
Longines Tersedia di butik INTime
Omega ∙ Mal Kelapa Gading 3 Tel: 021 4586 4985 ∙ Plaza Indonesia Tel: 021 2992 3723 ∙ Plaza Senayan Tel: 021 572 5663 ∙ Pondok Indah Mall 2 Tel: 021 7592 1031 ∙ Tunjungan Plaza 5 Surabaya Tel: 031 9924 3026 Panerai Tersedia di butik The Time Place Patek Philippe Plaza Indonesia Tel: 021 3192 6632
78
Raymond Weil Tunjungan Plaza IV Surabaya Tel: 031 531 7850 Rolex Plaza Indonesia Tel: 021 2992 3982
The Time Place ∙ Pacific Place Tel: 021 5140 2796 ∙ Plaza Indonesia Tel: 021 310 7715 ∙ Plaza Senayan Tel: 021 572 5759 ∙ Tunjungan Plaza 4 Surabaya Tel: 031 532 7991 Tissot ∙ Plaza Indonesia Tel: 021 3199 0215 ∙ Grand Indonesia Tel: 021 2358 0449 ∙ Mal Kelapa Gading 3 Tel: 021 4585 3775 Tudor Tersedia di butik INTime Vacheron Constantin Tersedia di butik The Time Place Zenith Tersedia di butik The Time Place
BERLANGGANAN SEKARANG!
CARA BERLANGGANAN
Kunjungi www.crownwatchblog.id/berlangganan atau pindai QR Code di halaman ini untuk mengisi formulir berlangganan
BIAYA BERLANGGANAN MAJALAH Berlangganan per tahun (4 edisi) Rp 280.000
Untuk info lebih lanjut, hubungi kami di email: subscribe-magazine@crownwatchblog.id
CASEBACK
Klik di sini
VACHERON CONSTANTIN CALIBRE 1120 QPSQ/1 Kehadiran sebuah skeleton movement memiliki sejumlah kegunaan yang luar biasa. Selain mengombinasikan citra kokoh dan elegan, movement ini juga memastikan kinerja penunjuk waktu yang optimal dan presisi. Hanya beberapa brand terbaik yang mampu membuatnya dengan daya pikat layaknya karya seni, sebagaimana ditunjukkan oleh Vacheron Constantin melalui Calibre 1120 QPSQ /1, sebuah mesin indah yang menjadi sumber tenaga bagi Overseas Perpetual Calendar Ultra-Thin Skeleton. Hanya setinggi 4,05 mm, movement otomatis ini adalah sebuah komputer mekanis yang menunjukkan hari, tanggal, bulan, tahun kabisat, dan fase bulan yang tidak memerlukan pengaturan hingga tahun 2100. Keindahannya datang dari perpaduan menakjubkan berbagai sentuhan akhir karya tangan para artisan andal di berbagai permukaan komponen movement dan bridge yang terukir dengan rupawan. Pesona kecantikan semacam ini tentunya tak akan lekang oleh waktu.
80
WWW.CROWNWATCHBLOG.ID Your Go-To Resource for Everything Timepiece
Nikmati informasi menarik terkini seputar dunia jam tangan di mana saja dan kapan saja dari perangkat favorit Anda.
@crownwatchblog.id
facebook.com/crownwatchblogid
A PROUD MEMBER OF TIME INTERNATIONAL GROUP