assasin creed secret crusade bab 1

Page 1

Assassin_Secret Crusade_ufuk.ind1 1

16/05/2012 15:34:11


ASSASSIN’S CREED THE SECRET CRUSADE Diterjemahkan dari Assassin’s Creed The Secret Crusade karya Oliver Bowden Copyright © 2011, Oliver Bowden Hak cipta dilindungi undang-undang All rights reserved Hak terjemahan ke dalam Bahasa Indonesia ada pada PT. Ufuk Publishing House Desain Sampul: Apung Donggala - Ufukreatif Design Pewajah Isi: Husni Kamal - Ufukreatif Design Penerjemah: Melody Violine Penyunting: Widyawati Oktavia Pemeriksa Aksara: Tendy Yulianes Susanto Cetakan 1: Juni 2012 ISBN: 978-602-9346-97-8

UFUK FICTION PT. Ufuk Publishing House Anggota IKAPI Jl.Kebagusan III, Komplek Nuansa Kebagusan 99, Kebagusan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12520, Indonesia Phone: 021-78847081, 021-78847012, 021-78847037 Homepage: www.ufukpress.com Blog: http://ufukfantasticfiction.blogspot.com Email: redaksi@ufukpress.com Facebook: ufuk fantastic fiction Twitter: @ufukita

Assassin_Secret Crusade_ufuk.ind2 2

16/05/2012 15:34:12


Novel Orisinal Berdasarkan Video Game Multiplatinum dari Ubisoft

Assassin_Secret Crusade_ufuk.ind3 3

16/05/2012 15:34:12


Assassin_Secret Crusade_ufuk.ind4 4

16/05/2012 15:34:12


Pembunuhan yang Sempurna AltaĂŻr tak menghiraukannya. Dalam satu gerakan luwes, dia mencengkeram bahu pastor itu dengan tangan kanan, sementara dengan tangan kiri, dia jejalkan ujung belati ke tengkuk sang Pastor, mengiris antara tengkorak dan buku pertama tulang belakang. Mematahkan tulang belakangnya. Pastor itu tidak sempat berteriak, kematian merenggutnya hampir dalam sekejap. Hampir. Tubuhnya tersentak dan menegang, tetapi AltaĂŻr memeganginya dengan erat, merasakan nyawa korbannya memudar ketika dia menekan pembuluh darah arteri di lehernya. Perlahan-lahan, tubuh pastor itu menjadi relaks dan AltaĂŻr membiarkannya merosot tanpa suara ke tanah, tempat dia dikelilingi oleh kolam darah. Pembunuhan ini cepat dan tanpa suara. Namun, ketika AltaĂŻr mengambil belatinya, dia melihat mata Malik menyalahkannya. AltaĂŻr berusaha keras menahan dorongan

Assassin_Secret Crusade_ufuk.ind5 5

16/05/2012 15:34:13


untuk mencemooh kelemahan Malik. Di sisi lain, adik Malik yang bernama Kadar bahkan sedang menatap jasad pastor di bawahnya itu dengan campuran heran dan takjub. “Pembunuhan yang sempurna,” kata Kadar dengan napas tertahan. “Keberuntungan memberkahi bilahmu.” “Bukan keberuntungan,” Altaïr menyombong, “keahlian. Amati sedikit lagi dan mungkin kau akan mempelajari sesuatu.”

* * *

Assassin_Secret Crusade_ufuk.ind6 6

16/05/2012 15:34:13


Prolog Kapal perkasa itu berderak dan mengerang. Layar-layarnya robek, menggembung ditiup angin. Sudah berhari-hari jauhnya perjalanan dari daratan, kapal itu membelah samudra ke arah kota besar di Barat, membawa muatan berharga. Seorang pria. Seorang pria yang hanya dikenal sebagai sang Master oleh para awak kapal. Dia berada bersama mereka sekarang, sendirian di geladak depan. Tudung jubahnya telah diturunkan ke bahu dan dia membiarkan dirinya dicambuk percikan air laut, mencicipinya dengan wajah yang diterpa angin. Dia melakukan ini sekali sehari. Dia keluar dari kabinnya untuk berjalan di geladak, memilih satu tempat untuk memandangi laut, lalu kembali ke bawah. Kadang-kadang, dia berdiri di geladak depan, kadang-kadang di geladak belakang. Dan, dia selalu memandangi laut yang berbuih putih.

Assassin_Secret Crusade_ufuk.ind7 7

16/05/2012 15:34:13


Setiap hari, para awak kapal memperhatikan dia. Mereka bekerja, saling memanggil di atas geladak dan tali kapal, sibuk dengan pekerjaan masing-masing, sambil mencuri pandang kepada sosok penyendiri dan perenung itu. Mereka pun penasaran. Siapakah dia? Pria macam apakah yang sedang berada di tengah-tengah mereka ini? Diam-diam, mereka mengamati sosok yang sedang menjauh dari pagar geladak dan kembali menudungi kepalanya. Dia berdiri di situ sejenak dengan kepala menunduk, lengannya terjuntai di kiri-kanan, sementara para awak kapal memperhatikannya. Mungkin, beberapa orang di antara mereka bahkan memucat ketika dia melewati mereka di geladak dan kembali ke kabinnya. Kemudian, ketika pintu kabin ditutup di belakangnya, setiap orang sadar bahwa ternyata sejak tadi mereka menahan napas. Di dalam, sang Assassin kembali ke mejanya dan duduk, menuang anggur lebih dulu sebelum menarik sebuah buku. Lalu, membuka buku itu. Mulai membaca.

* * *

Assassin_Secret Crusade_ufuk.ind8 8

16/05/2012 15:34:14


BAGIAN i

Assassin_Secret Crusade_ufuk.ind9 9

16/05/2012 15:34:14


10

Assassin_Secret Crusade_ufuk.ind10 10

16/05/2012 15:34:14


1 19 Juni 1957 Maffeo dan aku tetap di Masyaf dan akan tinggal di sini untuk sementara. Setidaknya, sampai satu atau dua—apa sebutan yang cocok?—setidaknya sampai ketidakpastian terpecahkan. Sementara itu, kami tetap di sini atas perintah sang Master, Altaïr Ibn-La’Ahad. Usianya yang sudah tua bertentangan dengan caranya mengayunkan pedang dan belati yang masih semahir dulu. Memang frustrasi rasanya jika kita menyerah dengan cara seperti ini, terutama menyerah kepada pemimpin Ordo itu. Namun, setidaknya, aku mendapatkan keuntungan dengan mengetahui kisah-kisahnya. Namun, Maffeo tidak mendapatkan keuntungan seperti itu dan menjadi gelisah. Bisa dimaklumi. Dia letih dengan Masyaf. Dia tidak suka melewati jalanan lereng curam di 11

Assassin_Secret Crusade_ufuk.ind11 11

16/05/2012 15:34:15


antara benteng pertahanan Assassin dan desa di bawahnya. Juga letih dengan dataran pegunungan yang hampir tidak menarik menarik baginya. Dia seorang keluarga Polo, katanya. Karena itu, setelah enam bulan di sini, keinginan untuk berkelana terasa bagaikan panggilan wanita menggairahkan, yang merayu, menggoda, dan tidak mau didiamkan. Dia rindu mengisi layar dengan angin dan berangkat ke daratandaratan baru, meninggalkan Masyaf. Aku lebih senang hidup tanpa ketidaksabaran Maffeo, sejujurnya. Altaïr hendak mengumumkan sesuatu, aku dapat merasakannya. Jadi, hari ini, aku yang membuat pernyataan, “Maffeo, aku akan menceritakan sesuatu kepadamu.” Kelakuan pria. Apakah kami sungguh bersaudara? Aku mulai meragukannya. Alih-alih menyambut kabar ini dengan semangat yang sangat dijanjikan, aku berani bersumpah mendengarnya mendesah (atau mungkin aku berprasangka baik saja; mungkin, dia cuma sedang sulit bernapas akibat matahari yang panas) sebelum bertanya kepadaku, “Sebelum kau bercerita, Niccolò, maukah kau memberitahuku, cerita tentang apa itu?” Dengan nada suara yang sedikit jengkel pula. Bukan main. “Pertanyaan yang bagus sekali, Saudaraku,” ujarku. Aku memikirkannya sejenak ketika kami menanjaki lereng mengerikan itu. Di atas kami, benteng membayang gelap di atas tanjung, seakan-akan bangunan itu dipahat dari batu gamping yang membentuk tanjung. Aku telah memutuskan bahwa aku menginginkan latar yang sempurna untuk 12

Assassin_Secret Crusade_ufuk.ind12 12

16/05/2012 15:34:15


menceritakan kisahku, dan tidak ada tempat yang lebih sempurna daripada benteng Masyaf: Kastel ini memukau dengan banyak menara kecil dan dikelilingi oleh sungaisungai yang berkilauan. Terletak di atas desa yang ramai, benteng ini merupakan tempat terbaik di Lembah Orontes. Oasis kedamaian. Surga. “Menurutku, ini tentang pengetahuan,” akhirnya aku menyimpulkan. “Assasseen, kau pasti tahu, sama dengan ‘penjaga’ dalam bahasa Arab—para Assassin adalah penjaga rahasia—rahasia yang mereka jaga adalah pengetahuan.” Pasti aku terdengar sangat bangga akan diri sendiri. “Jadi ya, ini tentang pengetahuan.” “Tapi, sayangnya aku punya janji.” “Oh?” “Sudah pasti aku tidak keberatan mendapatkan hiburan di sela pelajaranku, Niccolò. Tetapi, aku tidak berselera dengan hiburan yang dipanjang-panjangkan.” Aku menyeringai. “Pasti kau mau mendengar kisah-kisah yang aku ketahui dari sang Master?” “Semuanya tergantung. Nada suaramu membuat kisahkisah itu semakin terdengar kurang segar. Ingat, kau bilang, seleraku menjadi haus darah ketika mendengar ceritamu?” “Ya.” Maffeo tersenyum tipis. “Yah, kau benar, memang begitu.” “Berarti, kau akan merasa demikian juga. Lagi pula, ini kisah-kisah dari Altaïr Ibn-La’Ahad. Ini cerita hidupnya, Saudaraku. Percayalah, ceritanya penuh laga. Kau akan 13

Assassin_Secret Crusade_ufuk.ind13 13

16/05/2012 15:34:15


senang saat menemukan bahwa sebagian besarnya berisi pertumpahan darah.” Kini, kami telah mendaki kubu pertahanan luar dan sampai di bagian luar kastel benteng. Kami masuk lewat bawah gapura ke markas penjaga, mendaki lagi saat kami menuju kastel dalam. Di depan kami, ada menara tempat tinggal Altaïr. Sudah berminggu-minggu aku mengunjunginya, menghabiskan entah berapa jam di sana. Selama itu, Altaïr duduk dengan tangan terkatup di depannya dan kedua siku yang bersandar di kursi tinggi, menuturkan cerita-ceritanya. Mata tuanya hampir tak terlihat di bawah pinggiran tudungnya. Dan, aku semakin sadar bahwa dia menceritakannya kepadaku dengan niat tertentu. Bahwa untuk suatu alasan yang belum terbayangkan olehku, aku telah dipilih untuk mendengarkannya. Ketika tidak sedang bercerita, Altaïr duduk dan mendekam di antara buku dan kenangannya. Kadang-kadang, dia memandang keluar jendela menaranya selama berjam-jam. Dia pasti sedang di sana sekarang, pikirku. Lalu, aku menyelipkan ibu jari ke balik tali tudungku dan menggesernya ke belakang, menaungi mataku sebelum mendongak menatap menara itu—dan hanya melihat dinding batu yang putih terpapar terik matahari. “Kita punya janji temu dengannya?” Maffeo memotong lamunanku. “Tidak, hari ini tidak,” jawabku, alih-alih menunjuk sebuah menara di sisi kanan kami. “Kita akan ke sana....”

14

Assassin_Secret Crusade_ufuk.ind14 14

16/05/2012 15:34:15


Maffeo mengerutkan dahi. Menara pertahanan itu merupakan salah satu yang tertinggi di benteng. Untuk naik ke atasnya, kita perlu mendaki rangkaian tangga yang berputar-putar, kebanyakan di antaranya tampak perlu diperbaiki. Namun, aku bertekad bulat. Karena itu, kujejalkan tunikku ke dalam ikat pinggang, lalu mendahului Maffeo naik ke lantai satu, lalu ke lantai berikutnya, hingga akhirnya sampai di puncak. Dari sana, kami melihat ke pedesaan di seberang. Bermil-mil hamparan tebing batu yang berbatu. Sungai-sungai mengalir bagaikan pembuluh darah. Kelompok-kelompok permukiman. Kami memandangi Masyaf: lereng-lereng dari benteng ke bangunan dan pasar di desa yang menyebar di bawah, tembok kayu di tabir luar dan istal. “Berapa ketinggian kita?” tanya Maffeo. Wajahnya kelihatan sedikit pucat, pasti akibat berulang kali dihantam angin dan karena sadar bahwa sekarang tanah kelihatan sangat-sangat jauh di bawah. “Lebih dari tujuh puluh lima meter di atas permukaan laut.” Aku memberi tahunya. “Cukup tinggi agar para Assassin tidak terjangkau pemanah—tapi bisa menghujankan panah dan lain-lain kepada lawan. Ini....” Kutunjukkan kepadanya lubang-lubang yang mengelilingi kami di segala sisi. “Dari lubang menara ini, kita bisa melemparkan batu atau minyak kepada musuh, dengan ini....” Langkan-langkan kayu terjulur ke tempat kosong, lalu kami melangkah ke atasnya, berpegangan pada penopangpenopang tegak di kiri-kanan dan bersandar ke arah luar 15

Assassin_Secret Crusade_ufuk.ind15 15

16/05/2012 15:34:15


untuk melihat ke bawah. Tepat di bawah kami, menara ini menurun ke pinggir tebing. Di bawahnya, ada sungai yang berkilauan. Wajah Maffeo menjadi pucat pasi, dia mundur ke lantai menara yang aman. Aku tertawa, melakukan hal yang sama (dan diam-diam senang bisa melakukannya, sejujurnya aku sendiri sedikit pening dan mual). “Lantas, kenapa kau mengajakku ke atas sini?” tanya Maffeo. “Di sinilah ceritaku bermula,” kataku. “Bukan sekadar basa-basi awal cerita. Karena, dari sinilah pertama kalinya, penjaga melihat pasukan yang menyerang.” “Pasukan yang menyerang?” “Ya. Tentara Salah Al’din. Dia datang untuk mengepung Masyaf, untuk mengalahkan para Assassin. Delapan puluh tahun lalu, suatu hari yang cerah pada Agustus. Hari yang sangat mirip dengan hari ini....”

*

16

Assassin_Secret Crusade_ufuk.ind16 16

16/05/2012 15:34:15


2 Awalnya, penjaga melihat burung-burung. Tentara yang sedang bergerak selalu memancing binatang pemakan bangkai. Kebanyakan di antaranya adalah binatang bersayap yang menukik mengambil sisa daging yang tertinggal: makanan, sampah, bangkai kuda, atau manusia. Berikutnya, dia melihat debu. Kemudian, noda gelap luas yang tampak di cakrawala merayap maju, menelan apa pun yang kelihatan. Tentara selalu menghuni, mengganggu, dan menghancurkan bentangan alam; tentara adalah makhluk besar lapar yang melahap semua yang menghalangi jalannya. Dalam kebanyakan kasus—sebagaimana sangat disadari oleh Salah Al’din—sekadar melihatnya pun sudah cukup untuk mendorong musuh agar menyerah. Namun, kali ini tidak. Karena musuhnya adalah para Assassin. 17

Assassin_Secret Crusade_ufuk.ind17 17

16/05/2012 15:34:15


Untuk perang ini, pemimpin orang Muslim Saracen tersebut telah mengumpulkan pasukan berukuran sedang. Sepuluh ribu prajurit pejalan kaki, prajurit berkuda, dan pengikut. Bersama mereka, dia berencana melumat para Assassin yang sudah dua kali berusaha membunuhnya dan pasti tidak akan gagal untuk kali ketiga. Dengan niat bertempur di kandang mereka, dia telah membawa tentaranya ke dalam Pegunungan An-Nusayriyah dan ke sembilan benteng Assassin di tempat itu. Masyaf menerima berbagai pesan bahwa anak buah Salah Al’din telah menjarah pedesaan, tetapi tidak ada benteng yang jatuh ke tangannya. Salah Al’din sedang menuju Masyaf, berniat menguasainya dan memenggal kepala pemimpin Assassin, Al Mualim. Salah Al’din dikenal sebagai pemimpin berkepala dingin dan adil, tetapi dia naik pitam kepada para Assassin karena dia tidak takut kepada mereka. Berdasarkan laporan, pamannya yang bernama Shihab Al’din memberikan saran agar dia menawari perjanjian damai kepada para Assassin. Bersekutu dengan para Assassin, tidak bermusuhan, adalah jalan pikiran Shihab. Namun, sultan yang mendendam ini tidak mau dibujuk sehingga tentaranyalah yang merayap ke arah Masyaf suatu hari yang cerah di bulan Agustus 1176. Karena itulah, seorang penjaga di menara pertahanan benteng melihat kawanan burung dan awan debu besar itu, juga noda hitam di cakrawala. Penjaga itu mengangkat trompet tanduknya dan membunyikan tanda peringatan.

18

Assassin_Secret Crusade_ufuk.ind18 18

16/05/2012 15:34:15


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.