1
연
게 해준다. 시후 자신에게 특별하고 유일한 존재로.
Aku tidak minum kopi.
gtÇzÉ 기 때문에. 오랜만에 찾아온 유쾌함이 나를 빛나게 한다.
그와 나는 아직 친구나 연인 같은 의미가 부여된 사이는 아니
다. 아무려면 어떨까. 무엇이 되든 상관없다. 그와 있으면 즐겁
내게 베푸는 친절과 상관없이 이미 나는 그에게 호감을 갖고 있
그는 완벽하다. 어쩌면 지하철에서 처음 만났을 때부터, 그가
그는 외모도 뛰어나고, 큰 키에 다부진 어깨를 가지고 있다.
내가 좋아하는 것을 그도 좋아하고, 혹은 좋아하려고 노력한다.
와 잘 맞는다. 지치는 대화나 불필요한 싸움도 없다.
주고 있다. 그의 생각도 나와 같다면 말이다. 지금까지 그는 나
그는 나를 들뜨게 한다. 그와 공유하는 시간 속에서 나는 꿈
을 꾸는 사람이 된다. 적어도 우리는 서로에게 발전적인 영향을
람’ 으로 인정하게 만들지만 시후는 나를 특별한 사람으로 느끼
와 희대의 다른 점이 또 있다면, 희대는 나와 자신을‘보통 사
희대의 차이점이다. 그와 함께 있는 공간 또한 안락하다. 시후
Tidak, aku tidak tahu caranya. Itu adalah hal
yang tidak perlu kuketahui. Kopi yang kuseduh sama sekali tidak enak. Oleh karena itu, aku semakin tidak memahami kopi.
었는지 모른다.
그는 항상 활기찬 얼굴을 하고 있다. 그리고 희대처럼 나를
편안하게 해준다. 그가 게이란 이야기는 아니다. 이것이 시후와
엉뚱한 농담으로 나를 즐겁게 해준다.
Suatu Hari di Bulan Juli
DIC
름은 강종운. Namun, aku tidak peduli. Apalagi, rasa kopi sangat
pahit,나의 seperti obat saja. Aku sama 교제를 해온 연인이자 친구이자 가족sekali 같은 tidak 존 ingin memahaminya, maupun mencoba terbiasa dengan
홉 살의 신체 건강한 청년이다. 그는 오늘도 내 집에
kopi. Lagi pula, aku sama sekali tidak berniat untuk
내 공간에서 자신의 존재를 확인하려는 듯 내 물건 menikmati kopi.
지며 움직인다. Kenapa aku? Kenapa aku?
장고 앞을 두세 걸음씩 빠르게 지나치던 종운이“스
Hari ini, aku bertanya seperti itu lagi kepada diriku
외친다. 혼자서 추듯kali. 허공을 저으며 빙글빙글 도 sendiri춤을 berulang
습은 마치 관심을 받고 싶어 쉴 새 없이 제자리를 뜀
어린아이 같다. 계속 돌고 도는 그에게 결국 내가 먼 2
Kesendirian dan kesepian. Air mata dan kesedihan. Kenapa aku harus hanya mengetahui perasaan-perasaan yang membawa penderitaan pahit seperti itu? Ada hal-hal yang membuat sesuatu yang terasa pedih seperti sebuah operasi atau upacara pemakaman, menjadi tidak asing bagiku, tidak, bagi kita. Namun, hal-hal itu tidak mengajarkan tentang esensi dari sebuah penderitaan kepada kita. Penderitaan itu telah menjadi bagian dari diriku dengan sangat sempurna. Rasa pahit kopi. Orang yang membuat kopi tidak akan tahu itu. Hanya orang yang minum kopi yang tahu rasa pahit itu. Orang yang memiliki cangkang tidak akan tahu. Tidak akan tahu tentang batu penderitaan yang keras. Penderitaan itu meresap ke dalam diriku secara perlahan. Lalu, aku harus menahan hal itu. Orang-orang mengatakan kalau itulah yang dinamakan dengan kenyataan. Aku tidak bisa menerima kenyataan yang seperti itu. Kenapa aku? Kenapa aku? Hari ini, aku bertanya lagi kepada diriku sendiri. 3
Kenapa aku harus terbiasa dengan rasa kopi yang pahit. Kenapa aku harus terbiasa dengan kenyataan yang pahit? Sampai rasa pahit yang lama-lama terasa tidak asing ini berubah menjadi manis.
4
Haruskah aku terus-menerus ditimpa oleh penderitaan seperti itu? Aku tidak dapat menerimanya. Aku tidak dapat menerima kenyataan ini. Aku tidak minum kopi. Aku juga tidak tahu cara membuat kopi dan kenapa orang-orang meminumnya. Aku tidak tahu. Tidak akan tahu.
*
5
연
gtÇzÉ 기 때문에. 오랜만에 찾아온 유쾌함이 나를 빛나게 한다.
그와 나는 아직 친구나 연인 같은 의미가 부여된 사이는 아니
다. 아무려면 어떨까. 무엇이 되든 상관없다. 그와 있으면 즐겁
내게 베푸는 친절과 상관없이 이미 나는 그에게 호감을 갖고 있
그는 완벽하다. 어쩌면 지하철에서 처음 만났을 때부터, 그가
그는 외모도 뛰어나고, 큰 키에 다부진 어깨를 가지고 있다.
내가 좋아하는 것을 그도 좋아하고, 혹은 좋아하려고 노력한다.
와 잘 맞는다. 지치는 대화나 불필요한 싸움도 없다.
주고 있다. 그의 생각도 나와 같다면 말이다. 지금까지 그는 나
그는 나를 들뜨게 한다. 그와 공유하는 시간 속에서 나는 꿈
을 꾸는 사람이 된다. 적어도 우리는 서로에게 발전적인 영향을
게 해준다. 시후 자신에게 특별하고 유일한 존재로.
람’ 으로 인정하게 만들지만 시후는 나를 특별한 사람으로 느끼
와 희대의 다른 점이 또 있다면, 희대는 나와 자신을‘보통 사
희대의 차이점이다. 그와 함께 있는 공간 또한 안락하다. 시후
Nama lelaki itu adalah Kang Jong Woon. Selama dua tahun ini, artinya bagiku adalah
pacar, teman, dan keluarga. Dia adalah lelaki bugar yang berusia dua puluh delapan tahun. Hari ini, dia 었는지 모른다.
그는 항상 활기찬 얼굴을 하고 있다. 그리고 희대처럼 나를
편안하게 해준다. 그가 게이란 이야기는 아니다. 이것이 시후와
엉뚱한 농담으로 나를 즐겁게 해준다.
Yun
singgah di rumahku lagi. Dia terus memegang-megang DIC
름은 강종운. barang-barang di tempatku, seakan sedang memastikan
keberadaannya. 교제를 해온 나의 연인이자 친구이자 가족 같은 존 Jong Woon maju dua atau tiga langkah melewati
홉 살의 신체 건강한 청년이다. 그는 오늘도 내 집에
depan kulkas yang berwarna putih sambil berteriak,
내 공간에서 자신의 존재를 확인하려는 듯 내 물건 “Step!” Dia terus berjalan berputar-putar tanpa henti
seperti sedang menari, tingkahnya itu seakan mengisyarat지며 움직인다. kan bahwa dirinya sedang meminta diperhatikan. Lalu,
장고 앞을 두세 걸음씩 빠르게 지나치던 종운이“스
dia melompat ke tempatnya semula seperti seorang anak
외친다. 혼자서 춤을 추듯 허공을 저으며kepadanya 빙글빙글 도 kecil. Akhirnya, aku bertanya lebih dulu
dia받고 terus싶어 berputar. 습은 마치karena 관심을 쉴 새 없이 제자리를 뜀 “Sedang apa?”
어린아이 같다. 계속 돌고 도는 그에게 결국 내가 먼 6
“Aku sedang menarikan tarian yang sangat sensual dan romantis,” jawab Jong Woon. “Tarian sensual dan romantis? Apa itu?” “Tango,” jawabnya dengan pendek. “Aslinya bukan tarian yang dilakukan sendiri, lho,” tambahnya sebelum rasa bingungku setelah mendengar kata “tango” hilang. Entah kenapa aku merasa tertekan saat mendengar perkataan Jong Woon. “Masa itu tango? Aku memang tidak tahu, sih.” “Ini karena aku menari sendiri, jadi tentu saja kau tidak tahu aku sedang apa.” Jong Woon yang napasnya sudah mulai terengahengah menyandarkan tubuhnya ke mesin cuci. “Jika aku menarikannya denganmu, pasti semua orang langsung tahu kalau ini tango. Iya, kan?” tambahnya, seakan sedang mendesakku untuk segera menjawab pertanyaannya. Tapi, aku tidak dapat menjawab pertanyaan itu. Itu adalah cara Jong Woon untuk mengungkapkan kekesalannya padaku. Akhir-akhir ini, dia selalu bersikap seperti itu. Ini adalah sebuah protes terhadap diriku yang fokus pada hal lain, bukan pada dirinya, padahal kami sedang berada di ruangan yang sama. Jong Woon tidak tahu cara untuk mengatakannya langsung kepadaku. 7
Sampai saat ini, dia tidak pernah mengatakan secara langsung kepadaku sekalipun. Sepertinya, dia tidak tahu kalau caranya marah kepadaku membebaniku dan membuatku tertekan. Aku yang sedang mengerjakan dokumen, menghentikan pekerjaanku dan berjalan mendekati Jong Woon di meja makan. Aku mengambil sebuah bangku dan duduk di bangku itu. Lalu, aku menegakkan badanku. Saat Jong Woon melihat wajahku yang lelah, dia langsung 8
menyembunyikan kekesalannya. Dia bersabar. Jika dia memang seorang manusia, tentu saja Jong Woon takkan bisa marah padaku saat melihat aku yang sangat kelelahan, walaupun tentu saja aku tidak pernah berniat menggunakan ini sebagai cara untuk menghindar. Jong Woon melihatku dengan tatapan kasihan dan berdiri sambil mengatakan kalau dia akan membuatkan secangkir kopi untukku. Maksud dari perkataannya adalah dia akan membuatkan secangkir espresso pahit dengan cara terbaik yang dia ketahui, seperti yang Jong Woon lakukan setiap hari untukku. Tentu saja aku selalu memintanya untuk memasukkan banyak madu atau gula ke dalam espresso buatannya, membuatnya mengatakan bahwa apa yang kuminta adalah hal yang sangat kampungan. Tapi, hari ini aku tetap mengambil gula kubus berwarna kecokelatan yang ada di atas meja makan. “Espresso? Itu gila,” kataku. “Rokok juga,” tambahku. “Itu juga gila?” Jong Woon menanyakan padaku apakah aku berpendapat seperti itu karena hal-hal tersebut membahayakan kesehatan. Tapi, aku menjawab walaupun hal-hal tersebut membahayakan kesehatan, bukan itu yang membuatku berpendapat seperti ini. Joong Woon mengambil sebuah sendok yang diletakkan dengan cantik di atas meja makan 9
untuk mengaduk kopi buatannya. Dia menyodorkan kopi yang sudah diaduk dengan rata kepadaku. Aku bergegas memasukkan gula kubus ke dalam espresso berwarna hitam kemerahan itu. Jong Woon tidak mengatakan apa pun, sepertinya dia sudah menyerah sekarang. Dia menarik kembali tangannya yang memegang cangkir kopi. Lalu, dia terus mengaduk kopi sambil memandangi kopi tersebut dengan mata yang berharap agar gula-gula yang kumasukkan ke dalam kopi tersebut cepat meleleh. Untuk beberapa saat, udara yang mendingin di antara aku dan Jong Woon terasa. Jong Woon menyodorkan kopi yang telah teraduk rata kepadaku tanpa mengatakan apa-apa. Dia pasti akan segera melontarkan sebuah cerita tentang kenyataan yang sangat aku benci selama ini. Jong Woon memegang tanganku. Lalu, dia meletakkan cangkir kopi itu di tanganku. Jong Woon meletakkan secangkir kopi yang tidak ingin kunikmati secara paksa di tanganku. Kenapa dia ingin mengajarkan hal seperti ini kepadaku? “Jong Woon, aku tidak cocok. Aku tidak cocok dengan kopi yang ingin kau ajarkan padaku.� “Kopi adalah kenyataan,� kata Jong Woon sambil memandangi espresso bergula dengan serius. 10
Ekspresinya yang memandangi espresso tidak terlihat senang. Dia tidak suka dengan kebiasaan memasukkan gula ke dalam espresso yang kuminum. “Kopi dan rokok adalah kenyataan. Yun, kau pikir aku minum espresso karena menyukainya? Ini adalah sebuah kebiasaan. Ini tidak ada bedanya dengan kau yang makan nasi, minum teh, dan ke toilet.” “Apanya yang tidak ada bedanya? Menurutku, itu sangat jauh berbeda, lho.” “Jika ada perbedaannya, itu hanya sekadar karena kau memerlukan hal-hal yang sudah menjadi kebiasaan dalam keseharianmu, sementara untukku, minum kopi dan merokok merupakan hal yang tidak berguna namun sudah membuatku kecanduan. Kopi dan rokok untukku sama artinya dengan hal-hal mendasar seperti nasi dan toilet untukmu.” “Hal-hal mendasar?” Aku tidak memahami hal-hal mendasar yang dikatakan oleh Jong Woon. Namun, sepertinya aku tahu apa yang dia maksud dengan kecanduan. Benar, tepat sekali. Kecanduan. Jong Woon mengatakan kalau hal-hal itu adalah candu. Sebuah candu yang tidak jauh berbeda dengan kesepian dan kesendirian. Hal-hal itu akan
11
menghampiriku suatu saat. Mulai dapat mengontrol kepahitan itu juga sama saja dengan kecanduan. Tentu saja hari ini aku juga tidak mendengarkan Jong Woon. Besok juga aku tidak akan mendengarkannya. Itu bukanlah hal yang kuinginkan, jadi aku tambah tidak mendengarkannya. Aku tidak pernah hidup seperti itu. Aku tidak dapat menerimanya. Aku tidak akan menolehkan kepalaku kepada kenyataan itu dan akan membuatnya pergi. Aku bisa. Aku tumbuh tanpa kekurangan apa pun dan selalu dilimpahi oleh cinta. Orangtuaku akan melakukan apa pun yang kuinginkan. Saat aku mulai mengejar kebebasan setelah menjadi orang dewasa, cinta orangtua yang selama ini membuatku merasa aman, membuatku lelah dan terasa seperti telah mengganggu ruang pribadiku. Aku bertekad untuk hidup sendiri. Keegoisanku membuatku mengemasi barang-barangku dan keluar dari rumah. Kebebasan yang aku pilih. Berkat itu, aku bisa menghindari kelelahan yang muncul akibat kebahagiaan yang membuatku merasa aman. Sampai saat ini, aku belum pernah mengalami kesulitan apa pun. Aku sedang mencari kehidupan sempurna tanpa kesalahan setitik pun. Hasilnya, saat ini yang ada hanya kenyataan yang membahagiakan bagiku. Bagiku, penderitaan adalah 12
sesuatu yang tidak pernah eksis. Lalu, aku akan terus berusaha demi kebahagiaanku. “Kau tidak boleh menyangkal kenyataan itu hanya karena kau tidak pernah ditimpa atau mengalami hal seperti itu. Suatu saat, hal itu akan terjadi padamu.� Jong Woon terus menceritakan tentang kenyataan kepadaku, membuatku mengatakan kalau hal seperti itu tidak akan terjadi dengan nada yang kaku. Lalu, Jong Woon meletakkan cangkir kopi yang tadi dia paksakan ke tanganku ke atas meja makan. Aroma kopi yang pekat berkumpul di ujung hidungku sampai akhirnya menghilang lagi. Aroma kopi yang aneh membuatku merasakan sesuatu yang dewasa, walaupun itu adalah kedewasaan yang menyedihkan. Kadang, aroma kopi membuatku menjadi perempuan yang penuh dengan kesendirian atau perempuan yang menunggu turunnya hujan. Hal itu membuatku tidak nyaman, aku tidak menyukainya. Oleh karena itu, sepertinya aku juga tidak suka dengan aroma kopi. Aku mengambil cangkir kopi itu dan meneguknya sekali. Aku mengernyitkan dahi. Setelah espresso itu melewati bibirku, rasa kopi yang manis terasa di mulutku sedikit demi sedikit. Walaupun begitu, rasa pahit juga tetap terasa. Jong Woon hanya tersenyum saat melihatku. 13
Dia mengatakan kalau sekarang aku telah menyukai rasa pahit itu dan sudah kecanduan kopi. “Memasukkan gula ke dalam kopi bukan sebuah kenyataan, melainkan fantasi.” “Tidak menarik.” Jong Woon memasang ekspresi yang seakan sebentar lagi bisa marah besar saat mendengar jawabanku. Aku tidak bisa terus menyangkal setelah melihat ekspresinya yang seperti itu. Dia sedang benar-benar mengkhawatirkanku. Sekarang aku harus melontarkan jawaban yang dia tunggu-tunggu, jawaban yang akan membuatnya puas, jika aku ingin menjaga kebahagiaanku dengannya. “Aku ingin menjadi bahagia,” kataku. Jong Woon langsung menganggukkan kepalanya dengan wajah sangat puas. Sepertinya dia sangat suka dengan jawabanku. “Suatu hari, keputusasaan akan menghampiriku, tapi aku tidak ingin hidup sambil menunggu saat itu, menunggu penderitaan yang akan datang saat itu.” “Yun, semua orang juga menginginkan kebahagiaan. Namun, kau sama sekali tidak mengakui kalau kesedihan yang tidak terduga sebenarnya ada dalam sebuah kebahagiaan. Kenyataan menghampiri seluruh orang yang
14
hidup saat ini, bukan hanya kepadamu seorang. Kau harus mengakui itu.” “Memang apa hubungannya hal itu dengan aku yang tidak minum kopi?” Jong Woon tidak menjawab pertanyaanku. Dia hanya meminum espresso yang rasa manisnya terasa sangat pekat. Lalu, akhirnya dia berbicara lagi setelah memandang kosong ke suatu tempat selama beberapa saat. “Aku juga suka cokelat yang manis dan biskuit yang tawar. Rasa manis dan tawar sangat dekat dengan sebuah kesempurnaan, jadi hal itu bisa membuat perasaan menjadi senang.” “Benar. Aku ingin menjadi orang yang menyukai dan mengejar hal-hal menyenangkan seperti itu. Kau tidak bisa menerimaku yang seperti ini?” Benar. Aku baru bisa merasa puas jika semuanya berjalan sesuai keinginanku, jika semuanya mengakui bahwa pilihanku adalah jawaban yang tepat. Bagiku, kesuksesan adalah hal yang harus ada dalam apa pun yang kulakukan, maupun dalam kehidupanku. Aku sangat kuat. Lalu, semangat dan keyakinanku akan dunia juga sangat kuat. Aku sangat menyukai dan tidak pernah merasa cukup akan hal itu. Hubungan 15
percintaanku harus terasa manis, keluargaku harus abadi untuk selamanya, hidupku harus cemerlang. Tidak ada kegagalan. Sampai saat ini, kegagalan tidak pernah ada. Aku tidak percaya dengan takdir. Tidak perlu membeda-bedakan laki-laki, perempuan, Kim, Lee, maupun Park. Namaku Yun. Nama yang dibuat hanya untukku, bukan untukmu. Yun untukku. Temanku yang bernama Hee Dae kadang mengatakan kalau aku bukanlah perempuan yang realistis, melainkan perempuan modern. Aku tidak tahu apa maksudnya. Sampai saat ini, aku masih belum tahu apa maksudnya.
*
16