UKPM KRONIKA

Page 1

ii Volume 01, Januari-Juni 2014


JURNAL KRONIKA Jurnal Pemikiran Mahasiswa Volume 1, No. 1 Januari-Juni 2014 JURNAL KRONIKA adalah jurnal ilmiah yang ditulis oleh anggota UKM Kronika dan mahasiswa STAIN Jurai Siwo Metro yang dikelola oleh Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Kronika, salah satu unit kegiatan mahasiswa yang terdapat di STAIN Jurai Siwo Metro.

iii Volume 01, Januari-Juni 2014


SUSUNAN REDAKSI Penanggung Jawab: Hemlan Elhany, M.Ag Redaktur: Saiful Ansori Penyunting: Imam Mustofa, M.Si Didik Kusno Aji N, M.Si Suhairi, S.Ag, MH Wahyu Setiawan M.Ag Editor: Ahmad Surya Atmaja Sekertariat: Muhammad Ridho Kahfi Anwari Nita Karlina Tata Letak dan Desain Cover: Bambang Wahyudi Tata Usaha: Imam Solihin Alamat Redaksi: Gedung UKM Lantai 2 Kampus STAIN Jurai Siwo Metro, Jl. Ki Hajar Dewantara 15 A Iringmulyo Metro Timur 34111 Email: kronikanews@ymail.com, web: kronikastain.com Telp: 0877-9889-5842

iv Volume 01, Januari-Juni 2014


DAFTAR ISI Susunan Redaksi Daftar Isi Pengantar Redaksi Saiful Ansori: 1 ETIKA KOMUNIKASI MENURUT AL-QUR’AN PERSPEKTIF PEMIKIRAN QURAISH SYIHAB (Kajian Analisis Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Hujurat ayat 13 dalam kitab Tafsir Al-Misbah) Anisa Dita Larasati: 42 FENOMENA PLAGIASI DI KALANGAN MAHASISWA Aprina Chintya: 65 PENGARUH PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN TERHADAP MINAT BERWIRAUSAHA MAHASISWA STAIN JURAI SIWO METRO RICKA WIDYARISSANTI: 82 AKTIVITAS CUSTOMER SERVICE DALAM MENINGKATKAN MUTU PELAYANAN NASABAH PADA PT. BPRS METRO MADANI Elly Agustina: 103 PENDIDIKAN KARAKTER DAN BUDAYA AKADEMIK DI KOTA METRO v Volume 01, Januari-Juni 2014


PENGANTAR REDAKSI Jurnal ilmiah mahasiswa KRONIKA merupakan jurnal yang menjadi wadah kreasi ilmiah bagi mahasiswa STAIN Jurai Siwo Metro. Jurnal Volume 1, No. 1 Januari-Juni 2014 ini terdapat 5 tulisan dari mahasiswa berbagai prodi. Lahir dari gagasan pengurus UKM Kronika yang ingin memiliki produk penerbitan ilmiah yang selama ini di STAIN belum ada jurnal ilmiah khusus mahasiswa. Pada Tahun 2014 ini terdapat 2 Volume yaitu No. 1 Januari-Juni dan No. 2 Juli-Desember 2014. Pedoman penulisan dalam jurnal ini redaksi menggunakan format penulisan jurnal yang ditetapkan oleh tim jurnal Akademika yang dikelola oleh P3M STAIN Jurai Siwo Metro. Sehingga mudah dibaca dan dimengerti karena bahasa yang lugas dan padat serta ilmiah. Proses pengumpulan naskah dilakukan oleh tim dengan mengajak dan mengadakan kompetisi menulis jurnal kepada mahasiswa STAIN dan terseleksi 5 tulisan yang menurut tim penilai layak untuk diterbitkan. Kelima naskah tersebut membahas dengan tema yang berbeda-beda dari berbagai keahlian dan studi penulis. Naskah yang pertama tentang etika komunikasi menurut Al-Qur’an perspektif pemikiran Quraish Syihab (kajian analisis tafsir AlQur’an surat Al-Hujurat ayat 13 dalam kitab tafsir al-misbah) ditulis oleh Saiful Ansori. Kemudian naskah kedua ditulis oleh Anisa Dita Larasati tentang mahasiswa dan fenomena plagiasi. Pada tulisan selanjutnya tentang pengaruh pendidikan kewirausahaan terhadap minat berwirausaha mahasiswa STAIN Jurai Siwo Metro yang ditulis oleh Aprina Chintya. Naskah yang keempat oleh Ricka Widyarissanti tentang aktivitas customer service dalam meningkatkan mutu pelayanan nasabah pada PT. BPRS Metro Madani. Naskah yang terakhir oleh Elly Agustina tentang pendidikan karakter dan budaya akademik di kota Metro. vi Volume 01, Januari-Juni 2014


Para penyunting dalam jurnal ini terdiri dari pembina dan staf ahli UKM KRONIKA yaitu Imam Mustofa, M.Si, Didik Kusno Aji N, M.Si, Suhairi, S.Ag, MH, Wahyu Setiawan M.Ag . Kami selaku tim penyusun sangat berterimakasih atas kerjasama dan dukungan dari pembina, penanggungjawab dan para penyunting, karena berkat kerjasama tersebut jurnal ini dapat diterbitkan dengan baik. Semoga uraian dari berbagai hasil penelitian ini dapat menjadi pemecahan masalah yang muncul dalam kehidupan masyarakat masa kini, khususnya yang terkait dalam tulisan ini. Amin.

Metro, Mei 2014

Redaksi

vii Volume 01, Januari-Juni 2014


ETIKA KOMUNIKASI MENURUT AL-QUR’AN PERSPEKTIF PEMIKIRAN QURAISH SYIHAB (Kajian Analisis Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Hujurat ayat 13 dalam kitab Tafsir Al-Misbah) Oleh: Saiful Ansori ABSTRAK Manusia merupakan makhluk beragama dan juga makhluk sosial, yaitu makhluk yang selalu hidup bermasyarakat dan selalu membutuhkan peran serta pihak lain. Artinya, hidup bermasyarakat merupakan sesuatu yang tumbuh sesuai dengan fitrah dan kebutuhan kemanusiaan. Dalam al-qur’an arahan atau nilai-nilai positif yang harus dikembangkan, juga nilai-nilai negatif yang semestinya untuk dihindarkan. Karena dalam al-qur’an menunjukan bahwa saling mengenal yang dimaksudkan itu tidak membedakan suku, ras, bahasa, kebudayaan, bahkan ideologi. Namum pada kenyataanya manusia sebagai pembuat penilai etika (homo ethicus) sering terdapat perbedaan budaya dan etika yang dianutnya masing-masing. Sehingga dalam hal ini perlu adanya etika dalam proses komunikasi agar bertujuan komunikasi yang akan terjalin menjadi baik (komunikatif), dengan demikian hubungan akan terjalin secara harmonis apabila antara komunikator dan komunikan saling menumbuhkan rasa senang. Rasa senang akan muncul apabila keduanya saling menghargai,dan penghargaan sesama akan lahir apabila keduanya saling memahami tentang karakteristik seseorang dan etika yang diyakini masing-masing. Untuk memperoleh data yang representatif dalam pembahasan jurnal ini, digunakan metode penelitian kepustakaan (library reseach) dengan cara mencari, mengumpulkan, membaca, dan menganalisa buku-buku, yang ada relevansinya dengan masalah penelitian. Kemudian diolah sesuai dengan kemampuan penulis. Kata Kunci: Komunikasi, Al-Qur’an, Etika dan Manusia. 1 Volume 01, Januari-Juni 2014


A. PENDAHULUAN Al-Qur’an merupakan salah satu keistimewaan dan mukjizat Nabi Muhammad SAW yang paling utama. Rasulullah SAW mengatakan, sebagaimana diriwayatkan Abu Hurairah: ''Setiap Rasul selalu dikarunai kemukjizatan, sehingga karenanya umatnya akan mempercayainya. Tetapi mukjizat yang diturunkan Allah padaku adalah wahyu ilahi yang akan menjadikan jumlah di hari kiamat''. Bahasa merupakan alat komunikasi manusia sejak awal penciptaannya sebagaimana diisyaratkan oleh Al-Qur’an surat arRahman ayat 4, allamahu al bayan, artinya: “Allah mengajarkan (manusia) pandai berbicara” (ar- Rahman/55 :4 ).1 Kata “al bayan dan al qaul” menurut Jalaludin Rahmat merupakan dua kata kunci yang dipergunakan Al-Quran dalam berkomunikasi.2 Umat Islam meyakini Al-Qur’an itu wahyu dari Allah dan bukan rekayasa Nabi serta para juru tulisnya, karena Nabi Muhammad SAW sendiri tidak bisa membaca dan menulis. AlQur’an itu benar-benar wahyu (Allah) yang diturunkan dari Tuhan semesta alam. ''Seandainya dia (Muhammad) mengadaadakan perkataan atas nama Kami, Kami pasti akan menindaknya dengan kekerasan, sebagaimana dijelaskan dalam surah Al-Haqqah: 38-42.                                Artinya: “Maka Aku bersumpah dengan apa yang kamu lihat. Dan dengan apa yang tidak kamu lihat. Sesungguhnya Al-Quran itu adalah benar-benar wahyu (Allah yang diturunkan Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung, Syamil Qur’an, 2014), h. 532 2 Jalaludin Rahmat, Prinsip-Prinsip Komunikasi Menurut AlQuran: Jurnal Komunikasi. I (1), h. 35-56. 1

2

Volume 01, Januari-Juni 2014


kepada) Rasul yang mulia, Dan Al Quran itu bukanlah perkataan seorang penyair. sedikit sekali kamu beriman kepadanya. Dan bukan pula perkataan tukang tenung. sedikit sekali kamu mengambil pelajaran daripadanya.3 Diturunkannya Al-Quran sebagai kitab suci yang menyempurnakan kitab-kitab terdahulu, adalah bukti keagungan dari Al-Quran Firman Allah SWT dalam Al-Quran dalam surat An Nissa/4:136:                               Artinya: “Hai orang-orang yang beriman tetaplah beriman kepada Allah, rasul rasul Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barang siapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat Nya, kitab kitab Nya, rasul rasul Nya dan hari akhir maka sesungguhnya orang tersebut telah sesaat sejauh-jauhnya”.4 Dalam Al-Quran memuat begitu banyak aspek kehidupan. Tak ada rujukan yang lebih tinggi derajatnya dibandingkan dengan Al-Quran yang hikmahnya meliputi seluruh alam dan isinya baik yang tersurat maupun yang tersirat tak akan pernah habis untuk digali dan dipelajari. Ayat-ayat Allah yang turun kepada nabi Muhammad tersebut dapat diklasifikasikan kedalam tiga kelompok besar. Pertama adalah kelompok ayat Muhkamat. Ayat-ayat muhkamat adalah ayat-ayat yang sudah jelas secara makna dan tegas 3 4

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya., h. 453 Ibid., h. 79

3

Volume 01, Januari-Juni 2014


maksudnya. Kedua, adalah kelompok ayat mutasyabihat, yaitu ayat yang masih butuh penjabaran dan pendalaman lebih lanjut. Sedangkan . Ketiga adalah kelompok ayat yang bersifat ghoib, yaitu ayat-ayat yang menjelaskan tentang surga, neraka, qiyamat, dan ketentuan-ketentuan yang lain. Namun dalam penelitian ini ditekankan hanya akan membahas tentang pola komunikasi yang akan dikaji pada surat Al-Hujurat/49: 13 dan tidak akan membahas tentang pengertian ayat Muhkamat ataupun Mutasyabihat. Karena dalam penelitian ini penulis lebih cenderung tertarik terhadap makna lafazh yang terkandung dalam surat al hujurat/49: 13, dimana dari ayat tersebut kita akan menemukan ungkapan “supaya kamu saling mengenal�. Dengan demikian kita sebagai manusia dianjurkan atau mungkin diharuskan untuk senantiasa menjalin komunikasi agar saling mengenal dan berinteraksi dengan manusia lainnya. Maka dengan demikian semoga penelitian ini dapat menguraikan bagaimana pola komunikasi yang berlangsung di dalam ayat-ayat Al-Quran tersebut. Dan inilah yang menjadi dasar pemikiran bagi penulis, untuk dijadikan latar belakang masalah dalam penulisan skripsi berjudul Etika Pola Komunikasi Dalam Al-Quran B. KAJIAN TEORI 1. Pengertian Etika Secara etimologi “etika� berasal dari bahasa Yunani yaitu Ethos yang berarti akhlak, perasaan, cara berpikir. Dalam istilah filsafat etika berarti ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan.5 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, etika adalah ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak. Etika dibedakakn dalam tiga pengertian pokok, yaitu ilmu ilmu tentang apa yang baik dan Muhammad Mufid, Etika dan Filsafat Komunikasi, Cetakan Ke-2, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), h. 173 5

4

Volume 01, Januari-Juni 2014


kewajiban moral, kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak, dan nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Sifat dasar etika adalah sifat kritis, karenanya etika bertugas sebagai: 1. Untuk mempersoalkan norma yang dianggap berlaku. 2. Etika mengajukan pertanyaan tentang legitimasinya. 3. Etika mempersoalkan pula hak setiap lembaga seperti orang tua, sekolah, negara dan agam auntuk memberikan perintah atau larangan yang harus ditaati. 4. Etika memberikan bekal kepada manusia untuk mengambil sikap yang rasioanal terhadap semua norma. 5. Etiak menjadi alat pemikiran yang rasional dan bertanggung jawab bagai seorang ahli dan bagia siapa saja yang tidak mau diombang-ambingkan oleh norma-norma yang ada.6 Pengertian etika dalam buku Robert C. Solomon yang telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, etika adalah bagian filsafat yang meliputi hidup baik, menjadi orang yang baik, berbuat baik, dan menginginkan hal-hal yang baik dalam hidupnya. Kata etika menunjuk dua hal: Pertama disiplin ilmu yang mempelajari nilai-nilai pembenarannya. Kedua, pokok permasalahan disiplin ilmu itu sendiri yaitu nilai-nilai hidup dan hukum-hukum tingkah laku manusia.7 Etika bukanlah sekedar kumpulan kata “harus� atau “jangan� tetapi satu sistem nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang

Ibid, h. 173-174 Robert C. Solomon diteremahkan oleh R. Andre Karo-Karo, Etika: Suatu Pengantar, (Jakarta: Erlangga, 2001) h. 2 6 7

5

Volume 01, Januari-Juni 2014


terpadu secara teratur dan logis untuk mencapai masyarakat yang berbudaya dan hidup bahagia. 2. Pengertian Komunikasi Komunikasi yang dalam bahasa Inggris disebut comunication berasal dari bahasa latin communicatus yang berarti berbagi atau menjadikan milik bersama.8 Dengan demikian komunikasi merupakan upaya yang bertujuan untuk mencapai kebersamaan dengan pertukaran informasi antara individu melalui sistem lambang-lambang, tanda-tanda atau tingkah laku. Dengan demikian komunikasi adalah proses penyampaian informasi pendapat, gagasan, skill, emosi dan lain-lain menggunakan simbol-simbol, kata-kata, gambar, angka-angka dan lain-lain. Upaya komunikasi tersebut kini banyak diwakili dengan berbicara sebagai sarana paling efektif untuk membangun hubungan bersosial. Dengan komunikasi yang baik, manusia dapat menumbuhkan rasa saling pengertian, persahabatan, berbagi pengetahuan dan lainya. Disisi yang lain dengan komunikasi yang tidak baik manusia dapat menimbulkan permusuhan, melahirkan perpecahan, menanamkan kebencian, menghalangi kemajuan dan menghambat pemikiran.9 Melihat ungkapan pernyataan diatas diketahui bahwa komunikasi yang baik akan melahirkan kemaslahatan bagi kehidupan bersosial, sedangkan komunikasi yang kurang baik dampaknya pun bisa tidak baik. Dengan demikian manusia sebagai mahluk sosial dituntut untuk mempu berkomunikasi dengan baik sehingga mampu melahirkan kemaslahatan umum.

Uchana Effendy, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, Cetakan Ke-23 (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), h.9 9 Jalaluddin Rahmat, Psikologi Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996, h.1 8Onong

6 Volume 01, Januari-Juni 2014


Kemampuan berkomunikasi baik atau buruk ditunjang oleh pengetahuan yang dipengaruhi oleh pendidikan. Sebagaimana diungkapkan dalam pepatah Arab yang menyebutkan “ucapan atau perkataan menggambarkan sipembicara�. Dengan demikian komunikasi tidaklah mudah, karena tidka sebatas menyampaikan sebatas informasi saja. Jalaluddin Rahmat dalam bukunya Psikologi Komunikasi mengutip pendapat para pakar komunikasi bahwa setiap komunikasi mengandung dua aspek, yaitu aspek isi dan aspek kandungan, dimana yang kedua mengklasifikasikan yang pertama dan karena itu merupakan diluar komunikasi. Karena memang komunikasi memang bukan hanya menyampaikan informasi tetapi yang terpenting adalah mengatur hubungan sosial di antara komunikan. Dengan demikian, untuk membangun terciptanya suasana harmonis dalam kehidupan bermasyarakat, maka harus dikembangkan bentuk-bentuk komunikasi yang beradab. Yaitu berusaha memahami realitas yang ada dimasyarakat dan membangun kesefahaman sehingga masyarakat memahami mereka. Tidak menipu, namun memahami masyarakat secara luas.10 Sedangkan dalam Al-Qur’an tidak dijelaskan secara rinci tentang komunikasi, karena asal kata komunikasi adalah bahasa latin Communication, berasal dari kata communis yang berarti sama. Komunikatif jika antara masing-masing pihak mengerti bahasa yang digunakan, faham terhadap apa yang dibicarakan, karena dalam proses komunikasi, setidaknya terdapat tiga unsur, yaitu komunikator, media dan komunikan.11 Namun meskipun Al-Qur’an tidak menggambarkan secara spesifik, namun gambaran-gambaran tentang cara berkomunikasi dapat ditemukan di dialamnya. Sebagaimana menurut para Jalaluddin Rahmat, Islam Aktual, (Bandung: Mizan, 1992), cet. Ke-4, h. 63 11 Onong Uchana Effendy., h. 9 10

7

Volume 01, Januari-Juni 2014


mufassir di dalam Al-Qur’an dapat ditemukan Qaulan balighan, qaulan maisuran, qaulan kariman, qaulan ma’rufan, qaulan layyinan, dan qaulan sadidan. Yang menggambarkan tentang pola komunikasi. Sedangkan Wilbur Schramm menguraikan menyatakan bahwa:Komunikasi berasal dari kata-kata (bahasa) latin communis yang berarti umum (common) atau bersama. Apabila kita berkomunikasi, sebenarnya kita sedang berusaha menumbuhkan suatu kebersamaan (commonnes) dengan seseorang. Yaitu kita berusaha berbagi informasi, ide atau sikap. Seperti dalam uraian ini, misalnya saya sedang berusaha berkomunikasi dengan para pembaca untuk menyampaikan ide bahwa hakikat sebuah komunikasi sebenarnya adalah usaha membuat penerima atau pemberi komunikasi memiliki pengertian (pemahaman) yang sama terhadap pesan tertentu.12 Dalam pernyataan tersebut, schramm lebih cenderung pada efektifitas antarpelaku komunikasi. Schramm melihat komunikasi efektif adalah komunikasi yang berhasil melahirkan kebersamaan (commonnes), kesefahaman antara sumber dan penerimanya.

3. Etika Komunikasi Dalam berbagai kesempatan, komunikasi diperlihatkan sebebagai ilmu yang berhubungandengan bermacam ilmu yang berhubungan dengan berbagai macam ilmu pengetahuan yang lain. Ini menandakan bahwa komunikasi menyentuh berbagai macam bidang kehidupan manusia. Etika komunikasi mencoba mengelaborasi standar etis yang digunakan olelh komunikator dan komunikan. Ada tujuh perspektif etika komunikasi yang bisa dilihat dalam perspektif yang bersangkutan:

Tomy Suprapto, Pengantar Teori Komunikasi, (Yogyakarta: tp, 2006), h.2-3 12

8

Volume 01, Januari-Juni 2014


1. Perspektif politik. Dalam perspektif ini etika untuk mengembangkan kebiasaan ilmiah dalam praktek berkomunikasi, menumbuhkan bersikap adil dengan memilih atas dasar kebebasan, pengutamaan motivasi dan menanamkan penghargaan atas perbedaan. 2. Perspektif sifat manusia. Sifat manusia yang paling mendasar adalah kemampuan berfikir dan kemampuan menggunakan simbol ini berarti bahwa tindakan manusia yang benar-benar manusiawi adalah berasal dari rasionalitas yang sadar atas apa yang dilakukan dan dengan sadar atas apa yang dilakukan dan dengan bebas untuk memilih melakukannya. 3. Perspektif dialogis. Komunikasi adalah proses transaksi dialog dua arah. Sikap dialogal adalah sikap setiap partisipan komunikasi yang ditandai oleh kualitas keutamaan, seperti keterbukaan, kejujuran, kerukunan, intensitas. 4. Perspektif situasional. Faktor situasional adalah relevansi bagi setiap penilaian moral. Ini berarti bahwa etika memerhatikan peran dan fungsi komunikator, standar khalayak, derajat kesadaran, tingkat urgensi, tujuan dan standar khalayak untuk komunikasi etis. 5. Perspektif religius. Kitab suci dapat dipakai sebagai standar mengevaluasi etika komunikasi. 6. Perspektif utiliatarian. Standar utilitarian untuk mengevaluasi cara dan tujuan komunikasi dapat dilihat dari adanya kegunaan, kesenangan dan kegembiraan. 7. Perspektif legal. Prilaku komunikasi yang legal, sangat disesuaikan dengan peraturan yang berlaku dan dianggap sebagai prilaku etis.13

13

Muhammad Mufid., hh.185-186

9

Volume 01, Januari-Juni 2014


Etika Komunikasi dan Multikulturalisme. Multikulturalisme tidak mendorong menerima keberagamann, sikap toleran, tidak deskriminatif dan menghormati yang lain. Multikulturalisme mengandaikan adanya perjumpaan budaya dan identitas yang berbeda. Implikasinya multikulturalisme menjadi jembatan, tempat negoisasi, peleburan cakrawala pemikiran dan dialog. Dengan multikulturalisme juga secara praktek diharapkan dapat menciptakan prilaku fair dan adil melawan semua bentuk rasisme dan diskriminasi.14 4. Tujuan dan Fungsi Komunikasi 1. Tujuan Komunikasi Setiap komunikasi yang dilakukan mempunyai tujuan. Tujuan komunikasi menurut Onong Uchjana Effendy15, adalah: a. Perubahan sikap (attitude change) b. Perubahan pendapat (opinion change) c. Perubahan perilaku (behavior change) d. Perubahan sosial (social change ). Selanjutnya untuk mencapai tujuan tersebut itu, maka sebelumnya harus diteliti, apa yang menjadi tujuan dilakukannya komunikasi itu. Tujuan komunikasi menurut A.W. Widjaja16, adalah : a. Apakah kita ingin menjelaskan sesuatu pada orang lain. Ini dimaksudkan apakah kita menginginkan orang lain mengerti dan memahami apa yang kita maksud. b. Apakah kita ingin agar orang lain menerima dan mendukung gagasan kita. Dalam hal ini tentunya cara

14 Harytmoko, Etika Komunikasi, Cetakan Ke 5 (Yogyakarta: Kanisus (Anggota IKAPI), 2011), h. 114 15 Onong Uchana Effendy, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek.,h.13 16 www.library.upnvj.ac.id/pdf/s1fisip08/.../.pdf diakses 05 November 2014

10 Volume 01, Januari-Juni 2014


penyampaian akan berbeda dengan cara yang dilakukan untuk menyampaikan informasi atau pengetahuan saja c. Apakah kita ingin agar orang lain mengerjakan sesuatu atau agar mereka mau bertindak. 2. Fungsi-Fungsi Komunikasi Berbicara mengenai fungsi komunikasi, Onong Uchjana Effendy, mengemukakan bahwa fungsi komunikasi adalah:17 a. Menginformasikan (to inform) Adalah memberikan informasi kepada masyarakat, memberitahukan kepada masyarakat mengenai peristiwa yang terjadi, ide atau pikiran dan tingkah laku orang lain, serta segala sesuatu yang disampaikan orang lain. b. Mendidik (to educated) Adalah komunikasi merupakan sarana pendidikan. Dengan komunikasi, manusia dapat menyampaikan ide dan pikiranya kepada orang lain, sehingga orang lain mendapatkan informasi dan ilmu pengetahuan. c. Menghibur (to entertain) Adalah komunikasi selain berguna untuk menyampaikan komunikasi, pendidikan dan mempengaruhi juga berfungsi untuk menyampaikan hiburan atau menghibur orang lain. d. Mempengaruhi (to influence) Adalah fungsi mempengaruhi setiap individu yang berkomunikasi, tentunya berusaha saling mempengaruhi jalan pikiran komunikan dan lebih jauh lagi berusaha merubah sikap dan tingkah laku komunikan sesuai dengan yang di harapkan.

17

Onong Uchana Effendy, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek.,h.15

11 Volume 01, Januari-Juni 2014


Dilihat dari fungsi dan keberadaanya di masyarakat, komunikasi tidak bisa lepas dari kehidupan, karena komunikasi akan selalu berada dalam kehidupan manusia sehari-hari. C. HASIL PENELITIAN 1. BIOGRAFI QURAISH SHIHAB DAN KITAB TAFSIR ALMISBAH a. Biografi Quraish Shihab 1) Latar Belakang Pendidikan Nama lengkapnya adalah Muhammad Quraish Shihab. Ia lahir di Rappang, Sulawesi Selatan, pada 16 Februari 1944. Ayahnya adalah Prof. KH. Abdurrahman Shihab keluarga keturunan Arab yang terpelajar. Abdurrahman Shihab adalah seorang ulama dan guru besar dalam bidang tafsir dan dipandang sebagai salah seorang tokoh pendidik yang memiliki reputasi baik di kalangan masyarakat Sulawesi Selatan.18 Pendidikan formalnya dimulai dari sekolah dasar di Ujungpandang. Kemudian ia melanjutkan pendidikan menengahnya di Malang, sambil "nyantri" di Pondok Pesantren Dar al-Hadits al-Faqihiyyah. Pada 1958 setelah selesai menempuh pendidikan menengah, dia berangkat ke Kairo, Mesir dan diterima di kelas II Tsanawiyyah al-Azhar. Pada 1967, meraih gelar Lc (S-1) pada Fakultas Ushuluddin Jurusan Tafsir dan Hadis Universitas al-Azhar. Selanjutnya dia meneruskan studinya di fakultas yang sama, dan pada 1969 meraih gelar MA untuk spesialisasi bidang Tafsir al-Quran dengan tesis berjudul al-I'jaz al-Tashri'iy li alQuran al-Karim (kemukjizatan al-Quran al-Karim dari Segi Hukum).19 Sekembalinya ke Ujung Pandang, Quraish Shihab dipercaya untuk menjabat Wakil Rektor bidang Akademis dan Kemahasiswaan pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN) 18

1998), h.6 19

M. Quraish Shihab, Membumikan al-Quran (Bandung: Mizan, Ibid

Volume 01, Januari-Juni 2014

12


Alauddin, Ujung Pandang. Selain itu, dia juga diserahi jabatanjabatan lain, baik di dalam kampus seperti Koordinator Perguruan Tinggi Swasta (Wilayah VII Indonesia Bagian Timur), maupun diluar kampus seperti Pembantu Pimpinan Kepolisian Indonesia Timur dalam bidang pembinaan mental. Selama di Ujung Pandang ini, dia juga sempat melakukan berbagai penelitian; antara lain, penelitian dengan tema "Penerapan Kerukunan Hidup Beragama di Indonesia Timur" (1975) dan "Masalah Wakaf Sulawesi Selatan" (1978).20 Demi cita-citanya, pada tahun 1980 M. Quraish Shihab menuntut ilmukembali ke almamaternya dulu, al-Azhar, dengan spesialisasi studi tafsir al-Quran. Untuk meraih gelar doktor dalam bidang ini, hanya ditempuh dalam waktu dua tahun yang berarti selesai pada tahun 1982. Disertasinya yang berjudul “Nazm al-Durar li al-Biqa’i Tahqiq wa Dirasah (Suatu Kajian terhadap Kitab Nazm al-Durar karya al-Biqa’i)” berhasil dipertahankannya dengan predikat summa cum laude dengan penghargaan Mumtaz Ma’a Martabah al-Saraf al-Ula (sarjana teladan dengan prestasi istimewa).21 Pendidikan Tingginya yang kebanyakan ditempuh di Timur Tengah, al-Azhar, Kairo sampai mendapatkan gelar M.A dan Ph.D-nya. Atas prestasinya,ia tercatat sebagai orang yang pertama dari Asia Tenggara yang meraih gelar tersebut. 2) Aktifitas dan Jabatan Dalam perjalanan karir dan aktifitasnya, Quraish Shihab memiliki jasa yang cukup besar di berbagai hal. Sekembalinya dari Mesir, sejak tahun 1984, ia pindah tugas dari IAIN Ujung Pandang ke Fakultas Ushuluddin di IAIN Jakarta. Di sini ia aktif mengajar bidang Tafsir dan Ulum al-Quran di Program S1, S2 dan S3 sampai tahun 1998. selain itu, ia juga menduduki berbagai jabatan, anatara

20 21

Ensiklopedi Islam Indonesia (Jakarta: Jembatan Merah, 1988), 111. Ibid.

13

Volume 01, Januari-Juni 2014


lain: Ketua Majlis Ulama Indonesia Pusat (MUI) sejak 1984, Anggota Lajnah Pentashih al-Quran Departeman Agama sejak 1989, Anggota Badan Pertimbangan Pendidikan Nasional sejak 1989, dan Ketua Lembaga Pengembangan. Ia juga berkecimpung di beberapa organisasi profesional, antara lain: Pengurus perhimpunan Ilmu-ilmu Syariah, Pengurus Konsorsium ilmu-ilmu Agama Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, dan Asisiten Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI). Rektor IAIN Jakarta selama dua periode (1992-1996 dan 19971998). Setelah itu ia dipercaya menduduki jabatan sebagai Menteri Agama selama kurang lebih dua bulan di awal tahun 1998, hingga kemudian dia diangkat sebagai Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia untuk negara Republik Arab Mesir merangkap negara Republik Djibauti berkedudukan di Kairo.22 Kehadiran Quraish Shihab di Ibukota Jakarta telah memberikan suasana baru dan disambut hangat oleh masyarakat. Hal ini terbukti dengan adanya berbagai aktifitas yang dijalankannya di tengah-tengah masyarakat. Disamping mengajar, ia juga dipercaya untuk menduduki sejumlah jabatan. Diantaranya adalah sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat (sejak 1984), anggota Lajnah Pentashhih al-Qur'an Departemen Agama sejak 1989. Dia juga terlibat dalam beberapa organisasi profesional, antara lain Asisten Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim seIndonesia (ICMI), Aktivitas lainnya yang ia lakukan adalah sebagai Dewan Redaksi Studia Islamika: Indonesian journal for Islamic Studies, Ulumul Qur 'an, Mimbar Ulama, dan Refleksi jurnal Kajian Agama dan Filsafat. Semua penerbitan ini berada di Jakarta.23

22 23

M. Quraish Shihab, Membumikan al-Quran.,h.6 Ibid.

14

Volume 01, Januari-Juni 2014


Quraish Shihab juga aktif dalam kegiatan tulis-menulis seperti menulis untuk surat kabar Pelita dalam rubrik "Pelita Hati." Kemudian rubrik "Tafsir al-Amanah" dalam majalah Amanah di Jakarta yang terbit dua minggu sekali. Ia juga tercatat sebagai anggota Dewan Redaksi majalah Ulumul Qur'an dan Mimbar Ulama, keduanya terbit di Jakarta, menulis berbagai buku suntingan dan jurnal-jurnal ilmiah, diantaranya Tafsir al-Manar, Keistimewaan dan Kelemahannya (Ujung Pandang: IAIN Alauddin, 1984); Filsafat Hukum Islam (Jakarta: Departemen Agama, 1987); dan Mahhota Tuntunan Ilahi (Tafsir Surat AlFatihah) (Jakarta: Untagma, 1988).24 Di samping kegiatan tersebut di atas, H.M.Quraish Shihab juga dikenal penceramah yang handal. Kegiatan ceramah ini ia lakukan di sejumlah masjid bergengsi di Jakarta, seperti Masjid alTin dan Fathullah, di lingkungan pejabat pemerintah seperti pengajian Istiqlal serta di sejumlah stasiun televisi atau media elektronik, khususnya di.bulan Ramadhan. Beberapa stasiun televisi, seperti RCTI dan Metro TV. 3) Karya-karyanya. Diantara karya-karya Quraish Shihab adalah sebagai berikut:25 1) Tafsir al-Manar, Keistimewaan dan Kelemahannya (Ujung Pandang, IAIN Alauddin, 1984); 2) Menyingkap Tabir Ilahi; Asma al-Husna dalam Perspektif al-Qur'an (Jakarta: Lentera Hati, 1998); 3) Untaian Permata Buat Anakku (Bandung: Mizan 1998); 4) Pengantin al-Qur'an (Jakarta: Lentera Hati, 1999); Ensiklopedi Islam., 111-112. Anisa Khabibatus Sholihah, “Nilai-nilai Pendidikan Karakter pada Q.S. Al-an’ām (Telaah Tafsir al-Misbah Karya Quraish Shihab)”, Skirpsi dalam memperoleh gelar S1 di UIN Sunan Kalijaga Jogyakarta, Tahun 2013, hh. 24-25 dalam www.digilib.uinsby.ac.id, diakses pada 1 November 2014. 24 25

15

Volume 01, Januari-Juni 2014


5) Haji Bersama Quraish Shihab (Bandung: Mizan, 1999); 6) Sahur Bersama Quraish Shihab (Bandung: Mizan 1999); 7) Panduan Puasa bersama Quraish Shihab (Jakarta: Penerbit Republika, Nopember 2000); 8) Panduan Shalat bersama Quraish Shihab (Jakarta: Penerbit Republika, September 2003); 9) Anda Bertanya,Quraish Shihab Menjawab Berbagai Masalah Keislaman (Mizan Pustaka) 10) Fatwa-Fatwa M. Quraish Shihab Seputar Ibadah Mahdah (Bandung: Mizan, 1999); 11) Fatwa-Fatwa M. Quraish Shihab Seputar Al Qur'an dan Hadits (Bandung: Mizan, 1999); 12) Fatwa-Fatwa M. Quraish Shihab Seputar Ibadah dan Muamalah (Bandung: Mizan, 1999); 13) Fatwa-Fatwa M. Quraish Shihab Seputar Wawasan Agama (Bandung: Mizan, 1999); 14) Fatwa-Fatwa M. Quraish Shihab Seputar Tafsir Al Quran (Bandung: Mizan, 1999); 15) Satu Islam, Sebuah Dilema (Bandung: Mizan, 1987); 16) Filsafat Hukum Islam (Jakarta: Departemen Agama, 1987); 17) Pandangan Islam Tentang Perkawinan Usia Muda (MUI & Unesco, 1990); 18) Kedudukan Wanita Dalam Islam (Departemen Agama); 19) Membumikan al-Qur'an; Fungsi dan Kedudukan Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat (Bandung: Mizan, 1994); 20) Lentera Hati; Kisah dan Hikmah Kehidupan (Bandung: Mizan, 1994); 21) Studi Kritis Tafsir al-Manar (Bandung: Pustaka Hidayah, 1996); 22) Wawasan al-Qur'an; Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat (Bandung: Mizan, 1996); 16 Volume 01, Januari-Juni 2014


23) Tafsir al-Qur'an (Bandung: Pustaka Hidayah, 1997); 24) Secercah Cahaya Ilahi; Hidup Bersama Al-Qur'an (Bandung; Mizan, 1999) 25) Hidangan Ilahi, Tafsir Ayat-ayat Tahlili (Jakarta: Lentara Hati, 1999); 26) Jalan Menuju Keabadian (Jakarta: Lentera Hati, 2000); 27) Menjemput Maut; Bekal Perjalanan Menuju Allah SWT. (Jakarta: Lentera Hati, 2003; 28) Jilbab Pakaian Wanita Muslimah; dalam Pandangan Ulama dan Cendekiawan Kontemporer (Jakarta: Lentera Hati, 2004); 29) Dia di Mana-mana; Tangan Tuhan di balik Setiap Fenomena (Jakarta: Lentera Hati, 2004); 30) Perempuan (Jakarta: Lentera Hati, 2005); 31) Logika Agama; Kedudukan Wahyu & Batas-Batas Akal Dalam Islam (Jakarta: Lentera Hati, 2005); 32) Rasionalitas al-Qur'an; Studi Kritis atas Tafsir al-Manar (Jakarta: Lentera Hati, 2006); 33) Menabur Pesan Ilahi; al-Qur'an dan Dinamika Kehidupan Masyarakat (Jakarta: Lentera Hati, 2006); 34) Wawasan al-Qur'an Tentang Dzikir dan Doa (Jakarta: Lentera Hati, 2006); 35) Asma' al-Husna; Dalam Perspektif al-Qur'an (4 buku dalam 1 boks) (Jakarta: Lentera Hati); 36) Sunnah-Syiah Bergandengan Tangan! Mungkinkah?; Kajian atas Konsep Ajaran dan Pemikiran (Jakarta: Lentera Hati, Maret 2007); 37) Al-Lub창b; Makna, Tujuan dan Pelajaran dari al-F창tihah dan Juz 'Amma (Jakarta: Lentera Hati, Agustus 2008); 38) 40 Hadits Qudsi Pilihan (Jakarta: Lentera Hati); 39) Berbisnis dengan Allah; Tips Jitu Jadi Pebisnis Sukses Dunia Akhirat (Jakarta: Lentera Hati); 40) M. Quraish Shihab Menjawab; 1001 Soal Keislaman yang Patut Anda Ketahui (Jakarta: Lentera Hati, 2008); 17 Volume 01, Januari-Juni 2014


41) Doa Harian bersama M. Quraish Shihab (Jakarta: Lentera Hati, Agustus 2009); 42) Seri yang Halus dan Tak Terlihat; Jin dalam al-Qur'an (Jakarta: Lentera Hati); 43) Seri yang Halus dan Tak Terlihat; Malaikat dalam alQur'an (Jakarta: Lentera Hati); 44) Seri yang Halus dan Tak Terlihat; Setan dalam alQur'an (Jakarta: Lentera Hati); 45) M. Quraish Shihab Menjawab; 101 Soal Perempuan yang Patut Anda Ketahui (Jakarta: Lentera Hati, Maret 2010); 46) Al-Qur'창n dan Maknanya; Terjemahan Makna disusun oleh M. Quraish Shihab (Jakarta: Lentera Hati, Agustus 2010); 47) Membumikan al-Qur'창n Jilid 2; Memfungsikan Wahyu dalam Kehidupan (Jakarta: Lentera Hati, Februari 2011). b. Kitab Tafsir al-Misbah 1. Tafsir al-Misbah Tafsir al-Misbah karya Quraish Shihab ditulis dalam bahasa Indonesia yang berisi 30 juz ayat-ayat alQuran yang terbagi menjadi 15 jilid berukuran besar. Pada setiap jilidnya berisi satu, dua atau tiga juz. Kitab ini dicetak pertama kali pada tahun 2001 untuk jilid satu sampai tiga belas. Sedangkan jilid empat belas sampai lima belas dicetak pada tahun 2003. 2. Metode Penafsiran Dalam menulis tafsir, metode tulisan Quraish Shihab lebih bernuansa kepada tafsir tahlili. Ia menjelaskan ayat-ayat al-Quran dari segi ketelitian redaksi kemudian menyusun kandungannya dengan redaksi indah yang lebih menonjolkan petunjuk al-Quran bagi kehidupan 18 Volume 01, Januari-Juni 2014


a.

b.

c.

d.

manusia serta menhubungkan pengertian ayat-ayat alQuran dengan hukum-hukum alam yang terjadi dalam masyarakat. Uraian yang ia paparkan sangat memperhatikan kosa kata atau ungkapan al-Quran dengan menyajikan pandangan-pandangan para pakar bahasa, kemudian memperhatikan bagaimana ungkapan tersebut digunakan al- Quran, lalu memahami ayat dan dasar penggunaan kata tersebut oleh al- Quran.26 Penulisan kitab Tafsir al-Misbah adalah sebagai berikut: Menjelaskan Nama Surat. Sebelum memulai pembahasan yang lebih mendalam, Quraish mengawali penulisannya dengan menjelaskan nama surat dan menggolongkan ayat-ayat pada Makkiyah dan Madaniyah. Menjelaskan Isi Kandungan Ayat. Setelah menjelaskan nama surat, kemudian ia mengulas secara global isi kandungan surat diiringi dengan riwayatriwayat dan pendapat-pendapat para mufassir terkait ayat tersebut. Mengemukakan Ayat-Ayat di Awal Pembahasan. Setiap memulai pembahasan, Quraish Shihab mengemukakan satu, dua atau lebih ayat-ayat al-Quran yang mengacu pada satu tujuan yang menyatu. Menjelaskan Pengertian Ayat secara Global. Kemudian ia meneybutkan ayat-ayat secara global, sehingga sebelum memasuki penafsiran yang menjadi topik utama, pembaca terlebih dahulu mengetahui makna ayat-ayat secara umum.

Depag, Tafsir al-Quran al-Karim (Bandung: Pustaka Hidayah, 1999), h. vi. 26

19 Volume 01, Januari-Juni 2014


e. Menjelaskan Kosa Kata. Selanjutnya, Quraish Shihab menjelaskan pengertian katakata secara bahasa pada kata-kata yang sulit dipahami oeh pembaca. f. Menjelaskan Sebab-sebab Turunnya Ayat. Terhadap ayat yang mempunyai asbab al-nuzul dari riwayat sahih yang menjadi pegangan para ahli tafsir, maka Quraish Shihab Menjelaskan lebih dahulu. g. Memandang Satu Surat Sebagai Satu Kesatuan Ayat-ayat yang Serasi. Al-Quran merupakan kumpulan ayat-ayat yang pada hakikatnya adalah simbol atau tanda yang tampak. Tapi simbol tersebut tidak dapat dipisahkan dari sesuatu yang lain yang tidak tersurat, tapi tersirat. Hubungan keduanya terjalin begitu rupa, sehingga bila tanda dan simbol itu dipahami oleh pikiran maka makna tersirat akan dapat dipahami pula oleh seseorang. Dalam penanfsirannya, ia sedikit banyak terpengaruh terhadap pola penafsiran Ibrahim al Biqa’i, yaitu seorang ahli tafsir, pengarang buku Nazm al-Durar fi Tanasub al-Ayat wa al-suwar yang berisi tentang keserasian susunan ayat-ayat al-Quran. h. Gaya Bahasa. Quraish Shihab menyadari bahwa penulisan tafsir alQuran selalu dipengaruhi oleh tempat dan waktu dimana para mufassir berada. Perkembangan masa penafsiran selalu diwarnai dengan ciri khusus, baik sikap maupun kerangka berfikir. Oleh karena itu, ia merasa berkewajiban untuk memikirkan muncul sebuah karya tafsir yang sesuai dengan alam pikiran saat ini. Keahlian dalam bidang bahasa dapat dilihat melalui penafsiran seseorang. Seperti penafsiran yang dilakukan oleh Tim Departeman Agama dalam QS. Al Hijr ayat 22. �Dan kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan) dan kami turunkan hujan dari langit�. Menurutnya, terjemahan ini 20 Volume 01, Januari-Juni 2014


disamping mengabaikan arti huruf fa, juga menambahkan kata ”tumbuh-tumbuhan” sebagai penjelasan sehingga terjemahan tersebut menginformasikan bahwa angin berfungsi mengawinkan tumbuh-tumbuhan. Quraish Shihab berpendapat, bahwa terjemahan dan pandangan tersebut tidak didukung oleh faanzalna min al-sama’an yang seharusnya di terjemahkan dengan ”maka” menunjukkkan adanya kaitan sebab dan akibat antara fungsi angin dan turunnya hujan atau urutan logis antara keduanya. Sehingga tidak tepat huruf tersebut diterjemahkan dengan ”dan” sebagaimana tidak tepat penyisipan kata tumbuh-tumbuhan dalam terjemahan tersebut.27 3. Corak penafsiran. Dalam penafsiran al-Quran, disamping ada bentuk, dan metode penafsiran, terdapat pula corak penafsiran. Diantara corak penafsiran adalah al-Adabi al-Ijtima’i. Corak ini menampilkan pola penafsiran berdasarkan rasio kultural masyarakat. Diantara kitab tafsir yang bercorak demikian adalah al-Misbah. Dari beberapa kitab tafsir yang menggunakan corak ini, seperti Tafsir al-Maraghi, al-Manar, al-Wadlih pada umumnya berusaha untuk membuktikan bahwa al-Quran adalah sebagai Kitab Allah yang mampu mengikuti perkembangan manusia beserta perubahan zamannya. Quraish Shihab lebih banyak menekankan sangat perlunya memahami wahyu Allah secara kontekstual dan tidk semata-mata terpaku dengan makna secara teks saja. Ini penting karena dengan memahami al-Quran secara kontekstual, maka pesan-pesan yang terkandung di dalamnya akan dapat difungsikan dengan baik kedalam dunia nyata. 27

Anisa Khabibatus Sholihah., hh. 23-25

21

Volume 01, Januari-Juni 2014


4. Contoh Penafsiran Al-Qur’an Quraish Syihab dalam Tafsir Al-Mishbah28 a. Surat Al-Haqqah Ayat 38-43                                     Artinya: “Maka Aku tidak bersumpah dengan apa yang kamu lihat dan dengan apa yang tidak kamu lihat. Sesungguhnya ia benar-benar penyampaian Rasul yang mulia dan bukanlah ia perkataan seorang penyair; sedikit sekali kamu beriman dan bukan pula ia perkataan tukang tenung; sedikit sekali kamu mengambil pengajaran. (Ia ada wahyu) yang diturunkan dari Tuhan semesta alam.” (QS : Al-Haqqah, 38-43)29 Apa yang diuraikan pada ayat-ayat yang lalu berkaitan dengan banyak dengan banyak hal yang belum Nampak di alam nyata. Di sisi lain, uraian tersebut tercantum berkali-kali dalam al-Qur’an. Karena itu ayat di atas menerangkan tentang kebenaran al-Qur’an dengan bersumpah dengan wujud yang terlihat dan terjangkau oleh manusia amaupunyang tidak oleh mereka. Ayat di atas bagaikan menyatakan bahwa : Kaum musrikin menolak keniscayaan Kiamat dan kebenaran al-Qur’an, “maka Aku tidak bersumpah dengan apa yang kamu lihat dan dengan apa yang tidak kamu lihat” dari ciptaan-ciptaan-Ku. Jhonisamual, analisis-terhadap-tafsir-al-mishbah, dalam: http://jhonisamual.blogspot.com/2013/06/analisis-terhadap-tafsir-almishbah.html, diakses pada 22 September 2014) 29 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya., h. 568 28

22

Volume 01, Januari-Juni 2014


Sesungguhnya ia yakni al-Qur’an itu benar-benar adalah penyampaian wahyu Allah oleh Rasul Nabi Muhammad saw. atau malaikat Jibril as. yang sifatnya mulia yakni yakni sempurna kepribadiannya dalam segala aspek dan bukanlah ia yakni al-Qur’an yang disampaikan itu perkataan seorang penyair yang menimbang katakatauntuk memperindah tanpa banyak menghiraukan kandungannya-benar atau salah. Sedikit sekali kamu beriman yakni percaya kepadanya dengan kepercayaan yang sedikit kadar kadar atau waktunya. Dan bukan pula ia yakni al-Qur’an itu perkataan yakni mantera tukang tenung yang sering kali mengelabui masyarakat dan berucap kalimatkalimat yang tidak jelas. Sedikit sekali kamu merenung untuk memahami perbedaan di antara keduanya dan mengambil pelajaran darinya. Ia adalah wahyu yang diturunkan dari Tuhan pemelihara semesta alam. Allah menurunkannya dalam rangka pemeliharaan-Nya terhadap alam raya. Kata laa pada firman-Nya: falaa uqsimu ada yang memahaminya sebagai bermakna tidak yakni Allah tidak bersumpah dengan semua wujud, karena hal yang akan disampaikan terlalu jelas tidak perlu menegaskannya dengan bersumpah. Ada juga yang memahami kata laa itu berfungsi sebagai sisipan untuk menguatkan sumpah. Jadi seakan-akan ayat tersebut di atas menyatakan sungguh saya bersumpah. Firman-Nya: bimaa tubshirun wa maa laa tubshirun / dengan apa yang kamu lihat dan dengan apa yang tidak kamu lihat, merupakan salah satu ayat yang berbicara tentang adanya wujud yang tidak tampak atau terjangkau oleh manusia. Karena itu pula objek pengetahuan dalam pandangan al-Qur’an mencakup alam materi dan non materi. Sementara ilmuwan muslim, khususnya memiliki kecendrungan tasawuf, memperkenalkan apa yang mereka 23 Volume 01, Januari-Juni 2014


namai al-Hadharat al-Ilahiyyah yakni lima kehadiran Ilahi guna menggambarkan hirarki wujud. Kelima hal itu adalah 1) Alam Nasut (alam materi), 2) Alam Malakut (alam malaikat), 3) Alam Jabarut (alam ruh), 4) Alam Lahut (sifat-sifat Ilahiyah) dan 5) Alam Hahut (wujud zat Ilahi). Yang Memhami kata rasul dalam arti malaikat Jibril berpegang pada firman Allah dalam QS. At-Takwir [81]: 19-20. Pendapat ini tidak didukung oleh lanjutan ayat yang mengesankan ancaman kepada Nabi Muhammad seandainya tuduhan kaum musyrikin bahwa beliau mengada-ada atas nama Tuhan benar adanya. Malaikat Jibril as. Tidak dituduh oleh siapa pun bahwa ia mengadaada. Kata qaul yang dikaitkan dengan rasul tidak dapat dipahami dalam arti bahwa al-Qur’an adalah ucapan Nabi Muhammad saw. Ini bukan saja karena adanya ancaman pada ayat berikut seandainya beliau mengada-ada, tetapi juga adanya sekian ayat lain yang menegaskan ketidakmampuan Nabi mengganti ayat-ayat itu dengan yang lain sebagaimana diusulkan kaum musrikin. ( baca QS. Yunus [10]: 150. Di sisi lain kata qaul/perkataan digunakan juga oleh bahasa dalam arti penyampaian. Jika si A berkata kepada si B “Saya tid datang esok” lalu si menyampaikan ucapannya itu kepada si C, dan setelah si C menyampaikannya kepada si D, maka jika Anda bertanya kepada si D “siapa yang mengatakan bahwa saya tidak akan datang besok” maka tidaklah keliru bila D menjawab, itu adalah ucapan C ataupun D, karena ia menyampaikan wahyu Allah kepada Nabi Muhammad saw, dan Nabi Muhammad saw. Menyampaikannya kepada umat manusia. Kata karim yang penulis terjemahkan mulia digunakan untuk menggambarkan segala yang terpuji buat 24 Volume 01, Januari-Juni 2014


objek yang disifatinya. Manusia yang karim adalah yang menyandang sifat-sifat terpuji bagi manusia. Ayat di atas hanya menafikan dua tuduhan terhadap Nabi Muhammad saw. dan al-Qur’an yakni syair dan ucapan tukang tenung, karena keduanya dinilai oleh kaum musyrikin sebagai profesi/sifat yang baik. Ayat di atas tidak menafikan tuduhan gila atau mengada-ada karena keduanya secara tidak langsung telah dinafikan oleh kata karim. Manusia yang karim pastilah tidak gila dan tidak berbohong-apalagi terhadap Allah. 2. PEMIKIRAN QURAISH SYIHAB TENTANG ETIKA KOMUNIKASI DALAM QS AL-HUJARAT AYAT 13 a. Etika Komunikasi Menurut Al-Qur’an Al-Qur’an merupakan contoh real komunikasi antara Tuhan dengan hambanya melalui wahyu. Sebagai penunjang pemahaman terhadap Al-Qur’an, Rasulullah SAW melakukan komunikasi dengan keluarga, sahabat dan pengikutnya. Komunikasi Muhammad ini terkumpul dalam ratusan ribu hadits yang menjadi penguat sekaligus penjelas Al-Qur’an sebagai petunjuk dan pedoman hidup bagi manusia. Dengan Al-Qur’an sebagai wahyu Tuhan, yang berfungsi sebagai pintu komunikasi antara Tuhan dengan hambanya, maka didalam al-Qur’an diatur etika berkomunikasi yang menarik sebagai perwujudan transformasi sosial. Berikut ini adalah beberapa model etika komunikasi yang terdapat di dalam alQur’an. a. Qaulan Ma’rufan Qaulan ma’rufan dapat diterjemahkan dengan ungkapan yang pantas. Secara etimologis ma’rufan adalah khoir atau al ihsan yang berarti yang baik-baik. Jadi qaulan ma’rufan mengandung pengertian perkataan atau ungkapan yang baik dan pantas. Dalam Al-Quran 25 Volume 01, Januari-Juni 2014


uangkapan qaulan ma’rufan terdapat di empat tempat, yaitu al-Baqarah: 235, an-Nisa: 5 dan 8, al-Ahzab: 32. Semua ayat-ayat ini turun diperiode madinah. Seperti diketahui komunitas di Madinah lebih majemuk ketimbang Mekkah.30

1) Surat al-Baqarah: 235                                                     Artinya: “Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanitawanita itu[ dengan sindiran atau kamu Menyembunyikan (keinginan mengawini mereka) dalam hatimu. Allah mengetahui bahwa kamu akan menyebut-nyebut mereka, dalam pada itu janganlah kamu Mengadakan janji kawin dengan mereka secara rahasia, kecuali sekedar mengucapkan (kepada mereka) Perkataan yang ma'ruf. dan janganlah kamu ber'azam (bertetap hati) untuk beraqad nikah, sebelum habis 'iddahnya. dan ketahuilah bahwasanya Allah mengetahui apa yang ada dalam hatimu; Maka takutlah kepada-Nya, dan ketahuilah

Mafri Amir, Etika Komunikasi Massa dalam Pandangan Islam, Cetakan Ke-2 (Jakarta: Logos, 1999) h. 86 30

26

Volume 01, Januari-Juni 2014


bahwa Allah Maha Pengampun Penyantun.(QS. al-Baqarah: 235).31

lagi

Maha

2) Surat an-Nisa: 5                  Artinya: “Dan janganlah kamu serahkan kepada orangorang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik.”(QS. An-Nisa: 5)32 3) Surat al-Ahzab: 32                      Artinya: “Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah Perkataan yang baik,” (QS. al-Ahzab: 32).33 b. Qaulan Kariman Model komunikasi ini sebagaimana dijelaskan oleh Allah dalam firmannya surat Al-Isra ayat 23 berikut:

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya., h. 38 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya., h. 77 33 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya., h.284 31

32

27

Volume 01, Januari-Juni 2014


                            Artinya: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaikbaiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah"34 dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia.” (QS. Al-Isra: 23) 35 Tuntutan komunikasi dalam Islam pada manusia yang posisinya lebih rendah kepada orang lain yang posisinya lebih tinggi, apalagi orang tua sendiri yang sangat besar jasanya dalam mendidikan dan membersarkan anaknya. Qulan kariman menyiratkan satu prinsip utama dalam etika komunikasi Islam karena komunikasi dalam Islam harus memperlakukan orang lain dengan penuh rasa hormat.36 Ibnu Katsir dalam menyampaikan qaulan kariman menjelaskan bahwa pada hakikatnya adalah perkataan yang menjadikan pihak lain tetap dalam kemuliaan, atau

Mengucapkan kata Ah kepada orang tua tidak dlbolehkan oleh agama apalagi mengucapkan kata-kata atau memperlakukan mereka dengan lebih kasar daripada itu. 35 Kementerian Agama RI, Al-Qur’an Transliterasi., h.334 36 Mafri Amir, Etika Komunikasi Massa dalam Pandangan Islam., h. 88 34

28

Volume 01, Januari-Juni 2014


perkataan yang menjadikan pihak lain tanpa maksud merendahkan.37 c. Qaulan Maysuran Komunikasi dianjurkan menggunakan bahasa yang mudah dicerna. Bahasa yang ringkas, mudah dan tepat. Dalam model ini Allah berfirman dalam surat AlIsra ayat 28 yaitu:              Artinya: dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu yang kamu harapkan, Maka Katakanlah kepada mereka Ucapan yang pantas.(QS. Al-Isra: 28)38 Menurut bahasa, qaulan maysuran memiliki arti perkataan yang mudah. Sedangkan dalam tafsiran Departemen Agama RI disebutkan bahwa qaulan maysuran bermakna jika kamu belum bisa memberikan hak orang lain, maka katakanlah kepada mereka perkataan yang baik agar mereka tidak kecewa. Model qaulan maysuran menggambarkan model komunikasi yang dibangun adalah komunikasi untuk memberikan harapan terhadap lawan komunikasi dan tidak membuatnya kecewa dengan tutur kata yang santun. Qaulan maysuran menurut Jalaludin Rahmat sebenarnya lebih tepat diartikan “ucapan yang Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, (Riyadh: Maktabah Ma’arif Jilid. 3, 1410 H), h. 45-46 38 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya., h. 334 37

29

Volume 01, Januari-Juni 2014


menyenangkan” lawannya adalah menyulitkan. Para ahli komunikasi menyebutkan dua dimensi komunikasi ketika berkomunikasi, bukan hanya menyampaikan isi tetapi juga harus mendifinisikan hubungan sosial diantara manusia yang berkomunikasi. Salah satu prinsip etika komunikasi dalam Islam ialah untuk mendekatkan manusia dengan Tuhannya dan hamba Nya yang lain.39 d. Qaulan Balighan Dalam etika ini Allah ta’ala berfirman dalam surat An-Nisa ayat 62-63 yaitu:                                   Artinya: Maka Bagaimanakah halnya apabila mereka (orang-orang munafik) ditimpa sesuatu musibah disebabkan perbuatan tangan mereka sendiri, kemudian mereka datang kepadamu sambil bersumpah: "Demi Allah, Kami sekali-kali tidak menghendaki selain penyelesaian yang baik dan perdamaian yang sempurna". Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka. karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan Katakanlah kepada mereka Perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. (QS An-Nisa: 62-63).40 39 40

Jalaluddin Rahmat, Psikologi Komunikasi., h. 3 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya., h. 88

30

Volume 01, Januari-Juni 2014


Maksud ayat di atas adalah prilaku orang munafik. Ketika diajak untuk mematuhi hukum Allah, mereka menghalangi orang lain untuk patuh (ayat 61). Qaulan balighan dapat diterjemahkan ke daslam komunikasi yang efektif. Asla balighan adalah balagha yang artinya sampai atau fasih. Jadi untuk orang munafik tersebut diperlukan komunikasi efektif yang bisa menggugah jiwanya. Bahasa yang akan dipakai adalah bahasa yang akan mengesankan atau membekas pada hatinya.41 e. Qaulan Layyinan Pandangan Al-Qur’an dalam soal komunikasi juga ada istilah qaulan layyinan. Secara harfiyah berarti komuniksi yang lemah lembut. Dalam Surat Tahaa ayat 44:          Artinya: Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, Mudah-mudahan ia ingat atau takut". (QS. Surat Tahaa: 44).42 Secara bahasa qaulan layyina berarti lemah lembut. Dalam kontek model ini al-maraghi menyampaikan konteks ayat ini adalah pembicaraan nabi musa menghadapi firaun. Allah mengajarkan kepada nabi Musa untuk berkata lemah lembut agar

41

Mafri Amir, Etika Komunikasi Massa dalam Pandangan Islam., h.

42

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya., h. 314

92

31

Volume 01, Januari-Juni 2014


firaun tertarik dan tersentuh hatinya sehingga dapat menerima dakwahnya dengan baik.43 Berkata lemah lembut tersebut adalah perintah Allah kepada Nabi Musa dan Harun agar pergi menemui Fir’aun untuk menyampaikan ayat-ayat Allah, karena ia telah menjalani kekuasaan melampaui batas. Allah sebenarnya bisa memerintahkan rasulrasulnya untuk berkata kepada raja yang dzalim itu dengan instruktif atau keras. Tetapi itu bukan cara terbaik dalam mencapai hasil komunikasi terhadap seseorang, apalagi bagi orang yang merasa berkuasa. Allah hanya memerintahkan agar Musa dan Harun berdialog dengan Fir’aun secara lemah lembut. Inilah kiat berkomunikasi efektif yang diajarkan Islam. Berkomunikasi harus dilakukan secara lembut, tanpa emosi, apalagi mencaci-maki orang yang ingin dibawa kejalan yang benar. Karena dengan cara ini bisa lebih cepat dipahami dan diyakini oleh lawan bicara.44 Kepada penguasa saja disuruh melakukan komunikasi lembut, apalagi terhadap orang lain yang mungkin lebih lemah. Namun tidak selamanya kita bicara lunak, ada waktunya boleh berbicara dengan keras dan terus terang, misalkan dalam persidangan atau kepada aparat dengan tujuan untuk menyelesaikan persamalahan.

Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, (Beirut: Dar El-Fikr, Jilid 16, 1943 h. 114 44 Mafri Amir, Etika Komunikasi Massa dalam Pandangan Islam., h.94 43

32

Volume 01, Januari-Juni 2014


b. Pendapat Quraish Syihab Tentang Etika Komunikasi yang Terkandung dalam Al-Qur’an Surat Al-Hujurat ayat 13                        Artinya: “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. AlHujarat: 13).45 Setelah memberi petunjuk tentang tata krama pergaulan dengan sesama muslim, ayat di atas beralih kepada uraian tentang prinsip dasar hubungan antar manusia. Karena itu ayat di atas tidak lagi menggunakan panggilan yang ditujukan kepada orangorang yang beriman tetapi kepada jenis manusia. Penggilan pertama ayat di atas sesungguhnya Kami mencipatakan kamu dari seorang laki-laki dan seoranag perempuan adalah pengantar untuk menegaskan bahwa semua manusia derajat kemanusiaannya sama di sisi Allah, tidak ada perbedaan antar satu suku dengan yang lain. Tidak ada juga perbedaaan pada nilai kemanusiaan antara laki-laki dan perempuan karena semua diciptakan dari seorang laki-laki dan seorang perempuan. Pengantar tersebut mengantarkan pada kesimpulan yang disebut oleh penggalan terakhir ayat ini yakni ”sesungguhnya yang paling mulia di antar kamu di sisi Allah adalah yang paling bertakwa.” Karena itu berusahalah untuk meningkatkan ketakwaan agar menjadi yang termulia di sisi Allah.

45

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya.,h. 517

33

Volume 01, Januari-Juni 2014


Diriwayatkan oleh Abu Daud bahwa ayat ini turun berkenaan dengan Abu Hind yang pekerjaan sehari-harinya adalah pembekam. Nabi meminta kepada Bani Bayadhah agar menikahkan salah seorang putri mereka dengan Abu Hind, tetapi mereka enggan dengan alasan tidak sewajarnya mereka menikahkan putri mereka dengannya yang merupakan salah seorang bekas budak mereka. Sikap keliru ini dikecam oleh alQur’ana dengan menegaskan bahwa kemuliaan di sisi Allah bukan karena keturunan atau garis kebangsawanan tetapi karena ketakwaannya. Ada juga riwayat yang menyatakan bahwa Usaid Ibn Abi al-Ish berkomentar mendengar Bilal mengumandangkan adzan di Ka’bah: “Alhamdulillah ayahku wafat sebelum melihat kejadian ini”. Ada lagi yang berkomentar: “Apakah Muhammad tidak menemukan selain burung gagak ini untuk beradzan?”. Adapun sabab nuzulnya, yang jelas ayat di atas menegaskan kesatuan asal usul manusia dengan menunjukan kesamaan derajat kemanusiaan manusia. Tidak wajar seseorang berbangga dan merasa dirinya lebih tinggi dari yang lain, bukan saja antar satu bangsa, suku atau warna kulit dengan selainnya, tetapi antar jenis kelamin mereka. Karena kalaulah seandainya rusuk Adam, sedang Adam adalah laki-laki dan sumber sesuatu lebih tinggi maka itu hanya khusus terhadap Adam dan Hawwa, tidak terhadap semua manusia karena manusia selain mereka berdua lahir akibat percampuran laki-laki dan perempuan kecuali Isa as. Dalam konteks ini, sewaktu haji wada’ (perpisahan) Nabi saw berpesan antara lain: “Wahai seluruh manusia, sesungguhnya Tuhan kamu Esa, ayah kamu satu, tiada kelebihan orang Arab atas non Arab, tidak juga non Arab atas orang Arab, atau orang berkulit hitam atas yang berkulit merah (kulit putih) tidka juga sebaliknya kecuali dengan takwa, sesungguhnya semulia-mulia kamu di sisi Allah adalah yang paling bertakwa”. (HR. Al-Baihaqi melalui Jabir Ibn Adillah). Kata syu’ub adalah bentuk jamak dari kata sya’b. Kata ini digunakan untuk menunjukan kumpulan dari sekian qabilah yang biasa diterjemahkan suku yang merujuk kepada satu kakek. 34 Volume 01, Januari-Juni 2014


Qabilah/suku pun terdiri dari sekian banyak kelompok keluarga yang dinamai imarah, dan yang ini terdiri lagi dari sekian banyak kelompok yang dinamai bathn. Di bawah batn ada sekian fakhdz hingga akhirnya sampai pada himpunan keluarga yang terkecil. Terlihat dari penggunaan kata sya’b bahwa ia bukan menunjuk kepada pengertian bangsa sebagaimana dipahami dewasa ini. Kata ta’arafu terambil dari kata arafa yang berarti mengenal. Kata yang digunakan dalam ayat ini mengandung makna timbal balik, dengan demikian ia berarti saling mengenal. Semakin kuat pengenalan suatu pihak kepada selainnya, semakin terbuka peluang untuk saling memberi manfaat. Karena itu ayat di atas menekankan perlunya saling mengenal. Perkenalan itu dibutuhkan untuk saling menarik pelajaran dan pengalaman pihak lain. Guna meningkatkan ketakwaan terhadap Allah SWT. Yang dampaknya tercermin pada kedamaian dan kesejahteraan dan kebagiaan ukhorowi. Anda tidak dapat menarik pelajaran, tidak dapat saling melengkapi dan menarik manfaat dan bekerjasama tanpa saling mengenal. Demikian juga halnya dengan pengenalan terhadap alam raya. Semakin banyak pengenalan terhadap alam raya. Semakin banyak pengenalan terhadapnya, semakin banyak pula rahasiarahasianya yang terungkap, dan ini pada gilirannya melahirkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta menciptakan kesejahteraan lahir dan batin, dunia dan akhirat. Dari sini pula alQuran menggaris bawahi bahwa: “Sungguh manusia berlaku sewenang-wenang bila ia merasa tidak butuh: (QS. Al-‘Alaq: 6-7). Salah satu dampak ketidakbutuhan itu adalah keengganan menjalin hubungan, keengganan saling mengenal dan ini pada gilirannya melahirkan bencana dan perusahaan di dunia. Kata akramakum terambil dari kata karuma yang pada dasarnya berarti yang baik dan istimewa sesuai objeknya. Manusia yang baik dan istimewa adalah yang memiliki akhlak yang baik terhadap Allah, dan terhadap sesama makhluk. 35 Volume 01, Januari-Juni 2014


Manusia memiliki kecenderungan untuk mencari bahkan bersaing dan berlomba menjadi yang terbaik. Banyak sekali manusia yang menduga bahwa kepemilikan materi, kecantikan serta kedudukan sosial karena kekuasaan atau garis keturunan, merupakan kemuliaan yang harus dimiliki dan karena itu banyak yang berusaha memilikinya. Tetapi bila diamati apa yang dianggap keistimewaan dan sumber kemuliaan itu, sifatnya sangat sementara bahkan tidak jarang mengantar pemiliknya kepada kebinasaan. Kemuliaan adalah sesuatu yang langgeng sekaligus membahagiakan secara terus-menerus. Kemuliaan abadi dan langgeng itu ada di sisi Allah swt dan untuk mencapainya adalah dengan mendekatkan diri kepada-Nya, menjauhi laranganNya, melaksanakan perintah-Nya serta meneladani sifat-sifatnya sesuai kemampuan manusia. Itulah takwa, dan dengan demikian yang paling mulia di sisi Allah adlah yang paling bertakwa. Untuk meraih hal tersebut, manusia tidak perlu merasa khawatir kekurangan, karena ia melimpah, melebihi kebutuhan bahkan keinginan manusia sehingga tidak pernah habis. Allah berfirman:                   Artinya: “Apa yang di sisi kamu (wahai makhluk) akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah kekal (tidak habis-habisnya)” (QS an-Nahl: 96).46 Sifat ‘Alim dan Khabir keduanya mengandung makna kemahatahuan Allah swt. Sementara ulama membedakn keduanya dengan menyatakan bahwa ‘Alim menggambarkan mengetahuan-Nya menyangkut segala sesuatu. Penekanannya adlah pada dzat Allah yang bersifat Maha Mengetahui. Sedang 46

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya.,h. 278

36

Volume 01, Januari-Juni 2014


Khabir menggambarkan pengetahuan-Nya yang menjangkau sesuatu. Disini, sisi penekanannya bukan pada dzat-Nya Yang Maha Mengetahui tetapi pada sesuatu yang diketahui itu. Penutup ayat di atas “Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal yakni penggabungan dua sifat Allah yang bermakna mirip itu, hanya ditemukan tiga kali dalam al-Qur’an. Konteks ketiganya adalah pada hal-hal yang mustahil atau amat sulit diketahui manusia. Pertama, tempat kematian seseorang yakni firman-Nya dalam Qs Luqman: 34 yang berbunyi:                                Artinya: Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari Kiamat; dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana Dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. (Qs Luqman: 34)47 Kedua, adalah rahasia yang sangat dipendam. Dalam hal ini kasus pembicaraan rahasia antara istri-istri Nabi saw. Ketiga, adalah kualitas ketakwaan dan kemuliaan seseorang di sisi Allah. Yaitu ayat-ayat yang ditafsirkan di atas. Ini berarti bahwa adalah sesuatu yang sangat sulit bahkan mustahil, sesorang manusia dapat menilai kadar dan kualitas keimanan serta ketakwaan seseorang. Yang mengetahuinya hanya Allah swt. Di sisi lain, penutup ayat ini mengisyaratkan bahwa apa yang ditetapkakn Allah menyangkut esensi kemuliaan adalah yang paling tepat, 47

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya.,h. 414

37

Volume 01, Januari-Juni 2014


bukan apa yang diperebutkan oleh banyak manusia, kaerna Allah Maha Mengetahui dan Maha Mengenal. Dengan demikian manusia hendaknya memperhatikan apa yang dipesankan oleh sang Pencipta manusia Yang Maha Mengetahui dan mengenal mereka juga kemaslahatan mereka.48

D. KESIMPULAN

Al-Qur’an telah memberikan contoh bagi seluruh manusia yang berfikir dalam menjalani kehidupan di dunia ini agar tidak tersesat. Begitu pula tentang komunikasi yang baik, Al-Qur’an telah memaparkan tentang bagaiamana cara komunikasi dengan sesama manusia baik muslim ataupun non muslim. Ada beberapa ayat dalam Al-Qur’an yang maknanya belum dapat dipahami secara langsung, maka para ulama berusaha menafsirkan ayat-ayat mutasyabihat tersebut. Demikian juga dengan M. Quraish Shihab yang menafsirkan QS Al-Hujarat ayat 13 tentang komunikasi. 1. Etika Komunikasi menurut Al-Qur’an yang dijelaskan dalam penelitian ini ialah, Qaulan Ma’rufan, Qulan Kariman, Qaulan Maysuran, Qaulan Balighan dan Qaulan Layyinan. Masingmasing dari istilah tersebut digunakan pada lawan bicara dan waktu yang berbeda. Qaulan Ma’rufan diartikan sebagai ucapan

yang baik dan pantas di dalam masyarakat. Qulan

Kariman berarti memuliakan lawan bicara, dalam hal ini digunakan untuk berkomunikasi dengan orang yang lebih tua 48

M. Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, Volume 13 (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hh. 258-264

38 Volume 01, Januari-Juni 2014


atau lebih mulia. Qaulan Maysuran yaitu bahasa yang ringkas, mudah dan tepat lebih kepada ucapan yang memberikan harapan kepada orang lain dan tidak membuatnya kecewa. Qaulan Balighan bahasa komunikasi yang efektif dan digunakan untuk membuat lawan bicara menjadi tergugah jiwanya dan kata-kata yang diucapkan dapat membekas dijiwanya. Etika komunikasi menurut Al-Quran yang terakhir yaitu Qaulan Layyinan perkataan yang lemah lembut dan membuat lawan bicaranya tertarik dan menyentuh hati. 2. Etika komunikasi yang terkandung dalam QS Al Hujarat ayat 13 menurut Tafsir Al-Misbah yang ditulis oleh Quraish Shihab ialah saling mengenal antara manusia dimuka bumi ini tanpa memandang perbedaan ras, suku, warna kulit maupun kebangsaan. Dalam ayat ini perintah untuk saling mengenal tidak hanya ditujukan untuk orang-orang beriman atau muslim saja

tetapi

untuk

semua

manusia

dimuka

bumi

ini.

Berkomunikasi yang beretika ialah saling berinteraksi tanpa memandang perbedaan yang ada pada diri komunikan maupun komunikator, karena dengan saling berkomunikasi akan saling mengenal dan pada akhirnya akan membuka luas jaringan baik dari segi ekonomi, budaya dan sosialnya. Orang yang menjaga diri untuk tidak saling mengenal dengan orang lain akan membuat kemunduran bagi kehidupannya sendiri. Jadi, Quraish Shihab menafsirkan komunikasi yang beretika ialah dengan saling mengenal satu sama lain. Tentunya dalam proses komunikasi untuk saling mengenal itu terdapat bahasa-bahasa 39 Volume 01, Januari-Juni 2014


komunikasi yang telah dicontohkan dalam Al-Qur’an sehingga para

pelaku

komunikasi

bisa

merasa

nyaman

dalam

berkomunikasi dan pada akhirnya dapat menambah ataupun menimbulkan ketakwaan kepada Allah SWT.

E. REFERENSI Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, (Beirut: Dar El-Fikr, Jilid 16, 1943) Dadang Kahmad, Metode Penelitian Agama, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2000) Depag, Tafsir al-Quran al-Karim (Bandung: Pustaka Hidayah, 1999) Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung, Syamil Qur’an, 2014) Ensiklopedi Islam Indonesia (Jakarta: Jembatan Merah, 1988) Harytmoko, Etika Komunikasi, Cetakan Ke 5 (Yogyakarta: Kanisus (Anggota IKAPI), 2011) Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, (Riyadh: Maktabah Ma’arif Jilid. 3, 1410 H) Jalaluddin Rahmat, Islam Aktual, (Bandung: Mizan, 1992), cet. Ke-4 Jalaluddin Rahmat, Psikologi Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996 Jalaludin Rahmat, Prinsip-Prinsip Komunikasi Menurut Al-Quran: Jurnal Komunikasi. I Jhonisamual, analisis-terhadap-tafsir-al-mishbah, dalam: http://jhonisamual.blogspot.com/2013/06/analisisterhadap-tafsir-al-mishbah.html, diakses pada 22 September 2014) M. Quraish Shihab, Membumikan al-Quran (Bandung: Mizan, 1998) ------------------------, Wawasan al-Quran; Tafsir Maudu'i Atas Berbagai Persoalan Umat (Bandung: MIzan, 2000) ------------------------, Tafsir Al Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian AlQur’an, Volume 13 (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hh. 258-264 Muhammad Mufid, Etika dan Filsafat Komunikasi, Cetakan Ke-2, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010) 40 Volume 01, Januari-Juni 2014


Onong Uchana Effendy, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, Cetakan Ke-23 (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011) Robert C. Solomon diteremahkan oleh R. Andre Karo-Karo, Etika: Suatu Pengantar, (Jakarta: Erlangga, 2001) Tomy Suprapto, Pengantar Teori Komunikasi, (Yogyakarta: tp, 2006) Anisa Khabibatus Sholihah, “Nilai-nilai Pendidikan Karakter pada Q.S. Al-an’ām (Telaah Tafsir al-Misbah Karya Quraish Shihab)”, Skirpsi dalam memperoleh gelar S1 di UIN Sunan Kalijaga Jogyakarta, Tahun 2013, hh. 24-25 dalam www.digilib.uinsby.ac.id, diakses pada 1 November 2014. http://andreyuris.wordpress.com/2009/09/02/analisis-isicontent-analysis/ diunduh pada tanggal 17 September 2014 www.library.upnvj.ac.id/pdf/s1fisip08/.../.pdf diakses 05 November 2014

41 Volume 01, Januari-Juni 2014


FENOMENA PLAGIASI DI KALANGAN MAHASISWA Oleh: Anisa Dita Larasati ABSTRAK Kasus plagiasi dalam penulisan karya ilmiah sudah sering ditemui di lingkungan akademisi, khusunya pada mahasiswa. Keinginan dengan hasil yang instan dan tak mau susah akhirnya para mahasiswa melakukan tindakan yang mencoreng kepribadiannya sebagai ilmuan. Secara hukum, plagiasi jelas melanggar baik hukum agama ataupun hukum negara Indonesia. Ada beberapa faktor yang menyebabkan mereka melakukan plagiasi, dan akan dijelaskan dalam jurnal ilmiah ini. Penelitian ini bersifat studi pustaka yang mencari dari sumber-sumber yang relevan untuk memaparkan dan mengupas tentang plagiasi. Bertujuan agar para pembaca dapat memahami arti penting dari karya ilmiah dan memahami bahanya melakukan plagiasi. Dalam jurnal ini dijelaskan tentang pengertian plagiasi, hukum plagiasi, bentuk-bentuk plagiasi, faktor-faktor yang menyebabkan, langkahlangkah pencegahannya dan penanggulangan bagi para plagiator. Kata kunci: Plagiasi, mahasiswa dan budaya akademik A. PENDAHULUAN Mahasiswa merupakan individu yang belajar dan menuntut ilmu di perguruan tinggi. Sebagai akademisi, mahasiswa ditutut untuk baik dalam segala keadaan, baik dalam proses belajar mengajar maupun mengerjakan tugas. Selain itu, tanggung jawab atas tugas yang mahasiswa kerjakanpun menjadi suatu keharusan. Penulisan karya ilmiah merupakan satu dari sekian banyak kegiatan pokok di perguruan tinggi. Dalam tulisan ilmiah biasanya berlaku suatu etika, bahwa setiap kutipan, baik langsung maupun tidak langsung, pengambilan gagasan, konsep, atau teori perlu menyebutkan sumbernya dengan jelas, termasuk penulis, judul tulisan, penerbit, tempat penerbit, tahun terbitan dan halaman. Hal ini, bukan berdasarkan pertimbangan hukum 42 Volume 01, Januari-Juni 2014


semata-mata, tetapi juga kewajiban moral seorang penulis untuk menghormati karya penulis lainnya. Penelusuran untuk riset kepustakaan dan penyebarannya pun dipermudah.49 Praktik plagiasi dilingkungan akademik terutama di kalangan mahasiswa yang hampir seluruh kegiatannya disibukkan dengan pembuatan paper, makalah ataupun skripsi, terkadang dianggap suatu beban. Tugas pembuatan makalah ataupun skripsi sebenarnya bertujuan baik, yaitu untuk mengembangkan kebiasaan intelektual mahasiswa agar terbiasa dengan budaya baca dan tulis, namun jika maksud baik tersebut disalah artikan oleh mahasiswa dan mahasiswa menganggap tugas hanya sebagai beban yang harus segera diselesaikan maka yang terjadi adalah penyimpangan, sehingga mahasiswa mencari jalan pintas guna meringankan beban tersebut.50 B. KAJIAN TEORI 1. PENGERTIAN PLAGIASI Plagiasi merupkan tindak kecurangan yang berupa pengambilan tulisan atau pemikiran orang lain yang diakui sebagai hasil tulisan atau hasil pemikirannya sendiri. Dalam menulis karya ilmiah, penulis harus menghindarkan diri dari tindakan kecurangan tersebut. Oleh karenanya, sebagai contoh penulis skripsi dan tesis wajib membuat dan mencantumkan pernyataan dalam skripsi, tesis atau disertasinya bahwa karyanya itu bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pemikiran orang lain.51

Komarrudin dan Yooke Tjuparmah, Kamus Istilah Karya Tulis Ilmiah, (Jakarta : Bumi Aksara, 2000 ), h. 194. 50 Menjamurnya Mahasiswa Plagiasior: http://makalahnyafikri.files.wordpress.com/2012/07/menjamurnyapraktik-plagiasi-mahasiswa12.pdfDi akses pada 26 september 2014. 51 H. Bahdin dan H. Ardial, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Proposal, Skripsi, Dan Tesis) Dan Mempersiapkan Diri Menjadi Penulis Artikel Ilmiah, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 7. 49

43

Volume 01, Januari-Juni 2014


Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan kata plagiasi ialah pengambilan karangan (pendapat dsb) orang lain dan menjadikannya seolah-olah karangan (pendapat dsb) sendiri.52 Sementara itu, Sandra Rhoten mengartikan kata plagiasi adalah perbuatan merusak nilai-nilai yang secara fundamental dihargai bersama oleh komunitas akademik, dan plagiasi bisa dikategorikan sebagai “pencurian akademik.”53 Plagiasirisme/plagiasi berasal dari bahasa Latin, plagio, mencuri; plagiarius, plagiasior, penculik, pencuri budak-belian; pedagang manusia; penjiplak. Dalam bahasa Inggris disebut plagiarism, dalam bahasa Belanda plagiasiisme. Suatu tindakan untuk mencuri atau menukar atau mempergunakan karya tulisan pihak lain menjadi karya tulisannya sendiri. Karya tulis asli seseorang merupakan hak milik orang tersebut, dilarang diletak ulang tanpa izin penulis atau penerbitnya.54 Menurut Heffernan dan Lincoln “Plagiasi adalah perbuatan tidak jujur, yaitu menyajikan kata-kata atau gagasangagasan milik orang lain seolah-olah milik sendiri”. “Seseorang dianggap telah melakukan plagiasi, apabila ia menggunakan suatu sumber dengan cara apapun tanpa indikasi bahwa ia telah menggunakan sumber itu.”55 Pengertian plagiasi dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 Pasal 1 ayat 1 Tentang Pencegahan Dan Penanggulangan Plagiasi Di Perguruan Tinggi adalah perbuatan secara sengaja atau tidak sengaja dalam 52 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007),h. 881. 53 Sandra Rhoten , Student Guide To Avoiding Plagiarism: How To Write An Effective Research Paper, California State University, Fullerton, 1997. Dikutip dari Dede Rosayada Direktorat Pendidikan Tinggi Islam, Mencegah Dan Menangulangi Plagiat Di PTAI KEMENAG 54 Komarrudin dan Yooke Tjuparmah, Kamus Istilah Karya Tulis Ilmiah., h. 194. 55 Tadjuddin, Batas Bahasaku Batas Dunisku, (Bandung: Alumni, 2004), h. 173.

44

Volume 01, Januari-Juni 2014


memperoleh atau mencoba memperoleh kredit atau nilai untuk suatu karya ilmiah, dengan mengutip sebagian atau seluruh karya dan/atau karya ilmiah pihak lain yang diakui sebagai karya ilmiahnya, tanpa menyatakan sumber secara tepat dan memadai.56 2. HUKUM PLAGIASI Dasar hukum larangan plagiasi terdapat pada UndangUndang No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 “Lulusan perguruan tinggi yang karya ilmiahnya digunakan untuk memperoleh gelar akademik, profesi, atau vokasi terbukti merupakan jiplakan dicabut gelarnya”.57 PERMENDIKBUD No 17 Tahun 2010 “Larangan Bagi Mahasiswa untuk melakukan plagiasi dalam penulisan karya ilmiah mereka, dengan sanksi, teguran, pemberhenian dari status kemahasiswaan, dan paling berat pencabutan gelar akademik”.58 Sampai saat ini di dalam Kitab Undang – Undang Hukum Pidana (KUHP) tidak di kenal dengan istilah plagiat, sebagai upaya menekan kejahatan plagiat tersebut yang telah menjadi budaya masyarakat Pemerintah kemudian mengatur dalam bentuk Undang Undang yaitu UU Hak Cipta, UU Intelektual dan kemudian Peraturan Menteri (Permen). UU Hak Cipta di atur mengenai sanksi Pidana bagi pelaku Plagiat sebagaimana dalam Pasal 72 ayat (1); “Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Tentang Pencegahan Dan Penanggulangan Plagiasi Di Perguruan Tinggi. 57 Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. 58 Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Tentang Pencegahan Dan Penanggulangan Plagiat Di Perguruan Tinggi. 56

45

Volume 01, Januari-Juni 2014


pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah)”.59 Adapun dalil-dalil syar’i yang dapat dijadikan dasar hukum pelanggaran terkait hak cipta, plagiasi dan perbuatan serupa antara lain sebagai berikut.60 1)

Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 188:     

“Janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain dengan jalan yang batil.” 2)

Al-Qur’an surat An-Nisa’ ayat 29:                           “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu sesungguhnya Allah adalah maha penyayang kepadamu”.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta. 60 Masyfuk Zuhdi, Masa’il Fiqhiyah, (Jakarta: CV Haji Masagung, 1992), hlm.206-207. Di kutip dari Ahmad Multazam, Masalah Penggunaan Hak Cipta (Dengan Fotocopy, Membajak Dan Plagiat) dalam laman http://emultazam-einstein.blogspot.com/ di unduh pada 26 September 2014. 59

46

Volume 01, Januari-Juni 2014


3)

Al-Qur’an surat As-Syu’ara’ ayat 183:          

“Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hakhaknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan” 4) Hadits Nabi: ‫ﺻﻠﱠﻰ ﷲُ َﻋﻠَ ْﯿ ِﮫ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻓَﻘَﺎ َل أ َ​َﻻ َو َﻻ ﯾَ ِﺤﻞﱡ ِﻻ ْﻣ ِﺮ ٍء ﻣِﻦْ ﻣَﺎ ِل أَ ِﺧ ْﯿ ِﮫ‬ َ ِ‫َﺧﻄَﺒَﻨَﺎ َرﺳُﻮْ ُل ﷲ‬ (‫ﺲ ِﻣ ْﻨﮫُ )رواه أﺣﻤﺪ ﻓﻲ ﻣﺴﻨﺪه‬ ِ ‫ﺐ ﻧَ ْﻔ‬ ِ ‫ﺷَﻲْ َء إ ﱠِﻻ ﺑِ ِﻄ ْﯿ‬ “Rasulullah SAW menyampaikan khotbah kepada kami; sabdanya; “ketahuilah, tidak halal bagi seseorang sedikitpun dari harta saudaranya kecuali dengan kerelaan hatinya” (HR.Ahmad).61 5) Ijtihad: ‫ا ْﻟ ُﺠ ْﻤﮭُﻮْ ُر ﻣِﻦَ ا ْﻟﻤَﺎﻟِ ِﻜﯿَﺔ َو اﻟﺸﱠﺎﻓِ ِﻌﯿﱠﺔ و اﻟ َﺤﻨَﺎﺑِﻠَﺔ َﻋﻠَﻲ أَﻧﱠﮭَﺎ اﻻ ْﻧﺘَﺎ ُج ا ْﻟﻔِ ْﻜﺮٍي ا ْﻟ ُﻤ ْﺒﺘَﻜِﺮْ َو‬ ‫ أَ ْﻣﻮَا ٌل َو ﺗَ ْﻘ ِﻮ َﻣﺔٌ ﻓِﻲ ذَاﺗِﮭَﺎ‬,‫ع ا ْﻟ َﻤﻨَﺎﻓِﻊ‬ ِ ‫ﻛ َْﺎﻷَ ْﻋﯿَﺎنُ َﺳﻮَا ٌء ﺑِﺴُﻮْ ِء إِذَا ﻛَﺎنَ ُﻣﺒَﺎ ٌح ْاﻻﻧْﺘِﻔَﺎ‬ .‫ﺷَﺮْ ﻋًﺎ‬ “Mayoritas Ulama’ dari kalangan madzhab Maliki, Syafi’I, dan Hanbali berpendapat bahwa hak cipta atas ciptaan yang orisiniil dan manfaat tergolong harta berharga sebagaimana jika boleh dimanfaatkan secara syara’ (hukum islam).62 Ayat dan hadits nabi tersebut diatas mengingatkan umat islam agar tidak memakai atau menggunakan hak orang lain, dan tidak pula memakan harta orang lain, kecuali dengan persetujuanya. Dan pelanggaran terhadap hak orang lain termasuk hak cipta bias termasuk kedalam kategori muflis, yaitu orang yang bangkrut amalnya nanti di akhirat.63 Fathi Al Duraini, Haqq al Ibtikar fi al Fiqh al Islami al Muqaran, (Bairut: Mu’assasah al-risalah, 1984), hlm.429. Di kutip dari Ahmad Multazam, Masalah Penggunaan Hak Cipta (Dengan Fotocopy, Membajak Dan Plagiat) dalam laman http://emultazameinstein.blogspot.com/ di unduh pada 26 September 2014. 62 Fathi Al Duraini, Haqq al Ibtikar fi al Fiqh.,hlm.20. 63 Masyfuk zuhdi, Masa’il fiqhiyah.,hlm. 208. 61

47

Volume 01, Januari-Juni 2014


Syaikh Al-Albani rahimahullah berkata: “Para ulama mengatakan, “Di antara keberkahan ilmu ialah menisbatkan setiap perkataan kepada orang yang mengatakannya,” karena yang demikian itu lebih selemat dari pemalsuan sebagaimana yang diisyaratkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam di dalam sabdanya:

‫ﺲ ﯾُ ْﻌﻂَ ﻟَ ْﻢ ﺑِﻤَﺎ ا ْﻟ ُﻤﺘَ َﺸﺒﱢ ُﻊ‬ ِ ِ‫و ٍر ُز ﺛَﻮْ ﺑَﻰْ َﻛﻼَﺑ‬ “Orang yang (berpura-pura) berpenampilan dengan sesuatu yang tidak diberikan kepadanya bagaikan orang yang memakai dua pakaian palsu (kedustaan).”. (HR. Bukhari V/2001 no.4921, dan Muslim III/1681 No.2129, 2130, dari Asma radhiyallahuanha). Dan syaikh Al-Albani telah memberikan peringatan keras dari perbuatan menukil (atau menyadur) perkataan para ulama dengan tanpa menisbatkannya kepada mereka, seraya mengatakan, “Memang benar, perbuatan tersebut termasuk sariqoh (pencurian ilmu, pent), dan hukumnya tidak boleh menurut syariat, karena ia telah berpura-pura menampakkan sesuatu yang tidak ia punyai. Demikian juga, karena di dalamnya terkandung penipuan dan pembentukan kesan (opini di tengah masyarakat) bahwa perkataan atau tahqiq (penelitian) tersebut dari jerih payah dan ilmunya.64 3. BENTUK - BENTUK PLAGIASI Kode etik adalah seperangkat norma yang perlu diperhatikan dalam penulisan karya ilmiah. Norma ini berkaitan dengan pengutipan dan perujukan, perizinan terhadap bahan yang digunakan, dan penyebutan sumber data atau informan. Dalam penulisan karya ilmiah, penulis harus secara jujur menyebutkan rujukan terhadap bahan atau pikiran yang diambil Muhammad Wasitho Abu Fawaz, Hukum Plagiat Dan Bahayanya Dalam Pandangan Islam, dalam laman http://abufawaz.wordpress.com/2012/09/22/hukum-plagiat-danbahayanya-dalam-pandangan-islam/ pada tanggal 26 september 2014 64

48

Volume 01, Januari-Juni 2014


dari sumber lain. Pemakaian bahan atau pikiran dari suatu sumber atau orang lain yang tidak disertai dengan rujukan dapat diidentifikkan dengan pencurian.65 Tindakan plagiasi sangatlah nista, dan bila ketahuan, akan menimbulkan aib bagi pelakunya. Andai ada delik aduan, bisabisa si pelaku dikerangkeng dengan dakwaan melanggar UU Hak Cipta. Oleh karena itu, terutama dalam menulis karangan ilmiah, seorang penulis hendaknya “tidak lalai� mencantumkan sumber suatu kutipan. Semua ini mesti dilakukan demi menjaga reputasi si penulis itu sendiri.66 Ada empat belas poin kode etik bagi penulis, salah satunya poin ke-9 yakni, penulis senantiasa bertekad tidak akan melakukan plagiasi , baik plagiasi atas tulisannya sendiri maupun plagiasi berdasarkan tulisan orang lain, sehubungan dengan adanya hak cipta kepengarangan dan hak kepemilikan intelektual.67 Akan tetapi, dalam hal ini kadang-kadang ditemukan “peneliti� yang kadar etika keilmuannya tidak cukup tinggi atau bahkan rendah dan cenderung etika itu samasekali tidak dimilikinya.68 Menurut Fanany, plagiasi dilihat dari bentuk dibagi menjadi tiga jenis berikut. a. Menjiplak Kata Demi Kata Plagiasi jenis ini adalah plagiasi yang paling kasar, yaitu penjiplakan mutlak kata demi kata. Dalam hal ini perlu dicatat bahwa penjiplakan jenis ini tidak harus samasekali sama kata-kata atau kalimat-kalimatnya. Ke dalam plagiasi jenis ini termasuk juga plagiasi yang dilakukan 65 H. Bahdin & H. Ardial, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Proposal, Skripsi, Dan Tesis) Dan Mempersiapkan Diri Menjadi Penulis Artikel Ilmiah., h. 7. 66 Wahyu Wibowo, Otonomi Bahasa, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001).h.177-178. 67 Ibid.,h.118-119 68 Tadjuddin, Batas Bahasaku Batas Dunisku, (Bandung: Alumni, 2004), h.171.

49

Volume 01, Januari-Juni 2014


dengan penghilangan, penggantian, atau penambahan kata-kata tertentu. b. Menjiplak Jalan Pikiran Orang Lain dalam Menerangkan sebuah Pokok Pembicaraaan Menurut Fanany, plagiasi jenis ini terjadi apabila dalam menjabarkan gagasan utama, seseorang menggunakan gagasan yang persis sama dengan gagasan yang terdapat pada sumber. c. Menggunakan Kata-Kata atau Frasa Kunci Pelaku plagiasi dalam hal ini mengungkapkan gagasangagasan dengan kata-kata dan kalimat-kalimat sendiri sedemikian rupa sehingga tampak seolah-olah secara keseluruhan memang hasil buah pikirannya sendiri, tetapi didalamnya tampak adanya kata-kata atau frasa kunci yang diambilnya dari orang lain.69 d. Plagiasi Kepenulisan Yaitu mengumpulkan replika atau tiruan karya orang lain atau mengumpulkan artikel yang diperolah dari internet atau dari teman. e. Autoplagiasi atau Self-Plagiarism Yaitu menggunakan tugas yang sama untuk dua mata kuliah yang berbeda atau mengembil pikiran sendiri yang telah dikemukakan dalam naskah yang telah diterbitkan tanpa menyebutkan sumbernya.70 Adapun menurut tipenya, terdapat dua tipe plagiasi, yaitu Plagiasi Sengaja (Intentional Plagiarism) dan Plagiasi Tidak Sengaja (Unintentional Plagiarism). Disebut Plagiasi Sengaja (Intentional Plagiarism) apabila: a. menyalin karya tulis atau artikel dari internet, sumber on-line atau database elektronik tanpa menyebutkan sumbernya secara utuh; Ibid., h.174-176. Tim penyusun, Pedoman Pencegahan dan Penanganan Plagiasi, (Malang: Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, 2014). h.13-14. 69 70

50

Volume 01, Januari-Juni 2014


b. memotong dan menempelkan lebih dari satu sumber untuk menghasilkan karya tulis tanpa menyebutkan sumbernya; c. meminjam kata-kata atau ide dari sumber lain tanpa memberikan apresiasi secara memadai Sedangkan yang termasuk dalam Plagiasi Tidak Sengaja (Unintentional Plagiarism), apabila: a. menuliskan kembali dengan serampangan (paraphrasing poorly), yaitu: hanya mengganti beberapa kata-kata tanpa mengubah struktur kalimat asli atau hanya merubah struktur kalimat tetapi tidak merubah kata-katanya. b. memberi tanda kutip secara serampangan (quoting poorly), yaitu: meletakkan tanda kutip hanya pada sebagian sitasi, atau memberi tanda kutip disekitar kalimat yang sebagian telah diubah struktur kalimatnya serta hanya sebagian dikutip. b. menyitasi secara serampangan (citing poorly), yaitu: membuang sitasi atau menyitasi secara salah.71 4. FAKTOR – FAKTOR Kejujuran bertalian dengan tanggung jawab etis seeorang. Bertanggung jawab berarti dapat menjawab bila ditanya tentang perbuatan-perbuatan yang dilakukan. Tanggung jawab berarti bahwa orang tidak boleh mengelak jika diminta penjelasan tentang perbuatannya. Dengan demikian, seorang penulis artikel ilmiah dapat dikatakan jujur apabila ia bertanggung jawab terhadap pendapat yang dikemukakannya, misalnya apakah pendapatnya merupakan hasil kutipan dari pendapat orang lain

71

Ibid.,h.15-16.

Volume 01, Januari-Juni 2014

51


ataukah memang pendapat pribadi yang dibangun melalui falsifikasi atas pendapat orang lain.72 Banyak sekali praktik plagiasi di kalangan mahasiswa yang tanpa terasa, kebiasaan ini sudah sangat menjamur dan mengakar kuat ke dalam sikap mental mahasiswa. Plagiasi adalah cerminan dari budaya malas yang dapat menumpulkan kreatifitas seseorang, jika hal ini terjadi dalam lingkungan akademik, maka akan menimbulkan pembodohan yang akut dan membudaya. Di samping karena lunturnya semangat kerja keras, praktik plagiasi juga bisa terjadi karena kurang fahamnya pengertian kepemilikan individu dan juga hak cipta (copyright). Selain itu kurangnya pengawasan dari dosen, karena sudah sangat seringnya mahasiswa melakukan kegiatan plagiasi tersebut atau bahkan sang dosen menganggap hal itu adalah hal yang sangat wajar untuk dilakukan, karena mungkin sang dosen juga pernah melakukan hal yang sama, sikap semacam ini yang semakin memperparah dan memperburuk citra pendidikan di Indonesia. Sebenarnya jika pendidikan mengenai plagiarisme telah ditekankan sejak dini terhadap mahasiswa, tidak hanya dari dosen saja, namun mahasiswa juga ikut berpartisipasi dalam mengatasi masalah plagiasi tersebut, maka kegiatan plagiasi tidak akan sedahsyat ini perkembangannya. Ibarat batu yang diberi tetesan air, sekeras apapun batu tersebut, apabila terus menerus mendapat tekanan maka akhirnya akan berlubang. Begitu pula dalam mengubah kebiasaan, sesulit apapun seseorang mengubah kebiasaannya namun apabila mendapatkan pengertian dan usaha terus menerus maka kebiasaan tersebut akan hilang dengan sendirinya. Praktik plagiasi hakikatnya lebih cenderung kepada masalah mental, orang yang ingin mendapat hasil besar dengan usaha yang kecil, sehingga suka mencari jalan pintas, terlepas Wahyu Wibowo, Piawai Menembus Jurnal Terakreditasi Paradigma Baru Kiat Menulis Artikel Ilmiah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008).h. 132-133. 72

52

Volume 01, Januari-Juni 2014


apakah cara itu benar ataupun salah, mental semacam ini sering dijadikan peluang pasar oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab dan juga bermental duit, dan yang terjadi adalah munculnya pelayanan jasa plagiarisme semakin tumbuh subur di tanah air. Sehingga perlu adanya pendidikan mengenai mental juga diterapkan dalam mengatasi masalah plagiarisme.73 Beberapa alasan mengapa seorang mahasiswa melakukan plagiasi adalah: 1) Tidak mengetahui apa yang dimaksud dengan kutipan dan parafrase dan bagaimana mengutip secara benar, 2) Menunda tugas hingga detik-detik terakhir, 3) Percaya bahwa melakukan plagiasi merupakan cara tercepat untuk menyelesaikan tugas-tugasnya, dan 4) Merasa yakin bahwa dosen tak akan mendeteksi apa yang dilakukan mahasiswa. 5) Tidak punya cukup waktu untuk mengerjakan tugas karena lemahnya pengelolaan waktu, suka menundanunda pekerjaan, ingin sempurna (perfectionist) dan karena kondisi di luar kontrol. 6) Plagiasi juga dapat terjadi karena mahasiswa merasa tertekan untuk mendapatkan hasil yang baik dalam sebuah tugas. Tekanan itu dapat muncul karena begitu pentingnya tugas yang diberikan, tuntutan keluarga, keinginan untuk memperoleh yang terbaik atau persaingan masuk universitas atau mendapatkan beasiswa yang ketat. 7) Plagiasi dapat pula terjadi bila tidak memiliki keterampilan yang memadai untuk mengerjakan tugas yang diberikan, terutama dalam mencari artikel yang relevan, mengevalausi sumber-sumber Internet, Menjamurnya Mahasiswa Plagiasior http://makalahnyafikri.files.wordpress.com/2012/07/menjamurnyapraktik-plagiasi-mahasiswa12.pdf diakses pada 26 september 2014. 73

53

Volume 01, Januari-Juni 2014


memahami istilah-istilah teknis, mengetahui dan menggunakan format dan model pengutipan tertentu, melakukan pencatatan secara baik, atau tugas yang diberikan dosen kurang jelas. 8) Terjadinya plagiasi juga disebabkan karena mahasiswa tidak menguasai teknik pengutipan secara benar, perbedaan utama antara pengetahuan umum, ranah publik dan hak akan kekayaan intelektual, atau tidak mengetahui bahwa sumbersumber yang dapat diakses secara online bukan merupakan ranah publik atau pengetahuan umum.74 Plagiat atau Plagiarisme internet adalah penciplakan atau penggunaan semula karya yang didapati melalui laman internet, menjadikan idea orang lain sebagai hak sendiri tanpa sebarang kredit diberikan kepada penulis asal dan karya asal. Dengan kecanggihan dunia Internet, segala informasi kini berada pada hujung jari anda sahaja! Internet menjadi sebuah perpustakaan yang lengkap, terdapat banyak bahan ilmiah yang boleh digunakan sebagai sumber rujukan oleh segenap lapisan masyarakat. Atas ciri-ciri ini, tanpa disedari telah wujud satu budaya baru dalam masyarakat kita. Kecenderungan untuk melakukan plagiat melalui dunia internet kini telah berleluasa dan menular. Plagiat di Internet. Terlalu banyak aktiviti plagiat yang boleh dilakukan menerusi Internet. Antara aktiviti plagiat ini kebiasaanya melibatkan teks, perisian komputer, animasi dalam bentuk video, audio, grafik dan sebagainya. Terdapat juga aktivitas plagiat di mana teks daripada artikel, buku, blog, wikipedia dan jurnal ditiru. Beribu-ribu hasil carian seperti artikel, data dan gambar boleh didapati dengan hanya menaip kata kunci dan melakukan satu carian yang mudah. Hasil carian diperoleh Tim Penyusun, Panduan Pencegahan Plagiasi, Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia. 74

54

Volume 01, Januari-Juni 2014


dalam masa beberapa saat sahaja. Hasil carian kemudiannya boleh di salin tampal (copy-paste), di muat turun ke dalam komputer sendiri malahan ada yang sanggup bertindak lebih jauh lagi – dengan membayar bagi mendapatkan salinan karya tersebut.75 5. PENCEGAHAN Pencegahan plagiat adalah tindakan preventif yang dilakukan oleh pimpinan perguruan tinggi yang bertujuan agar tidak terjadi plagiat di lingkungan perguruan tingginya.76 Dalam pencegahan plagiat motivasi positif untuk tidak melakukan plagiat pada setiap insan sivitas akademika Unud perlu dipupuk agar mahasiswa mempunyai kesadaran sendiri untuk tidak melakukan tindakah plagiat. Perlu dipupuk kebanggaan atas hasil karya/pemikiran sendiri sebagai sesuau yang orisinil (novel) yang memberikan rasa kepuasan akan penghargaan (nilai, kredit) yang diperoleh. Tingkatan pencapaian dan keberhasilan akademik merupakan ekspresi dari hasil belajar dan apabila ini dilanggar maka seorang mahasiswa tidak belajar dalam arti yang sebenarnya atau proses pembelajaran yang semestinya sehingga hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan kemampaun individu yang sangat berpengaruh pada pengembangan karirnya dimasa yang aka datang. Adanya budaya akademik dan etika ilmiah mahasiswa dan dosen yang mengakar kuat dalam setiap insane (mahasiswa/dosen/peneliti) merupakan salah satu modal kuat yang dapat mendrong upaya-upaya untuk tidak melakukan

Menjamurnya Mahasiswa Plagiasior http://makalahnyafikri.files.wordpress.com/2012/07/menjamurnyapraktik-plagiasi-mahasiswa12.pdf diakses pada 26 september 2014. 76 Kementerian Pendidikan Nasional Biro Kepegawaian Tahun 2011 Tentang Pencegahan Dan Penanggulangan Plagiat Di Perguruan Tinggi 75

55

Volume 01, Januari-Juni 2014


plagiat yang berasal dari dorongan indidividu (internally driven).77 Tahun 2010 Menteri Pendidikan Nasional menerbitkan Peraturan Menteri No. 17 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Plagiat di Perguruan Tinggi. Tujuan diterbitkannya Peraturan Menteri No. 17 Tahun 2010 tersebut adalah untuk menumbuhkembangkan kreativitas akademik di kalangan dosen dan mahasiswa dengan menjunjung tinggi nilainilai kejujuran dan etika akademik, terutama menghindarkan diri dari tindakan plagiat. Sebagai upaya mencegah terjadinya praktek plagiarisme di perguruan tinggi, pemerintah melalui Pasal 7 Ayat (1) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 17 Tahun 2010 telah menetapkan bahwa setiap karya ilmiah yang dihasilkan di lingkungan perguruan tinggi harus dilengkapi dengan pernyataan (dan ditandatangani) yang menyatakan bahwa karya ilmiah tersebut bebas plagiat, dan apabila di kemudian hari terbukti adanya unsur plagiasi dalam karya tersebut maka penyusunnya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan yang berlaku. Di samping itu, sebagaimana dinyatakan pada Ayat (2) pasal yang sama, pimpinan perguruan tinggi berkewajiban mengunggah semua karya ilmiah yang dihasilkan di lingkungan perguruan tingginya ke titik akses elektronik karya ilmiah dosen dan mahasiswa, seperti portal Garuda (Garba Rujukan Digital) atau portal lain yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Selain kepatuhan pada koridor hukum yang disebutkan di atas, upaya lain yang dapat dilakukan untuk menghindari plagiarisme, khususnya plagiarisme secara tidak disengaja, adalah:

Tim Penyusun, Standar Operasional Prosedur Pencegahan Dan Penanggulangan Plagiarisme, (Bukit Jimbaran: Universitas Udayana, 2010), h. 10. 77

56

Volume 01, Januari-Juni 2014


a. senantiasa taat asas pada gaya selingkung, b. melakukan pengutipan (menyitir) secara langsung, c. melakukan parafrasa terhadap kutipan yang dirujuk. Setiap institusi akademik dan lembaga penerbitan berkala ilmiah yang terakreditasi dan bereputasi internasional pasti memiliki gaya selingkung penulisan artikel. Secara ringkas biasanya gaya selingkung tersebut dicantumkan pada setiap akhir nomor suatu penerbitan, berupa Petunjuk Bagi Penulis atau Instruction for Authors. Menyitir Langsung adalah menyalin seluruh isi paragraf, seluruh kalimat atau satu (atau beberapa) frase secara langsung dan menuliskannya kembali (copy and paste) di antara dua tanda petik. Dan Parafrasa adalah suatu upaya mengungkapkan kembali suatu pernyataan, baik berupa dari satu paragraf maupun satu kalimat, menjadi bentuk paragraf atau kalimat lain tanpa merubah makna (ide/gagasan) yang terkandung di dalamnya. Prafrasa dapat dilakukan dalam satu bahasa atau dari bahasa satu ke bahasa lain (diterjemahkan dan langsung diparafrasakan).78 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 Pasa6 Tentang Pencegahan Dan Penanggulangan Plagiasi Di Perguruan Tinggi. Ialah : a. Pimpinan Perguruan Tinggi mengawasi pelaksanaan kode etik mahasiswa/dosen/ peneliti/tenaga kependidikan yang ditetapkan oleh senat perguruan tinggi/organ lain yang sejenis, yang antara lain berisi kaidah pencegahan dan penanggulangan plagiat. b. Pimpinan Perguruan Tinggi menetapkan dan mengawasi pelaksanaan gaya selingkung untuk setiap bidang ilmu, teknologi, dan seni yang dikembangkan oleh perguruan tinggi.

Zulkarnain, menghindari perangkap plagiarisme dalam menghasilkan karya tulis ilmiah, (jambi: Lembaga Penelitian Universitas Jambi, 2012).h. 9-10. 78

57

Volume 01, Januari-Juni 2014


c.

Pimpinan Perguruan Tinggi secara berkala mendiseminasikan kode etik mahasiswa/ dosen/peneliti/tenaga kependidikan dan gaya selingkung yang sesuai agar tercipta budaya antiplagiat.79

Dalam hal plagiasi dilakukan oleh mahasiswa baik program sarjana, magister dan doktor, maka mekanisme deteksi plagiasi akan dijabarkan sebagai berikut: a. Mahasiswa Dalam hal diduga telah terjadi plagiat oleh mahasiswa, Ketua jurusan/departemen/bagian membuat persandingan antara karya ilmiah mahasiswa dengan karya dan/atau karya ilmiah yang diduga merupakan sumber yang tidak dinyatakan oleh mahasiswa. b. Ketua jurusan/departemen/bagian meminta seorang dosen sejawat sebidang untuk memberikan kesaksian secara tertulis tentang kebenaran plagiat yang diduga dilakukan oleh mahasiswa. c. Mahasiswa yang diduga melakukan plagiat diberi kesempatan melakukan pembelaan di hadapan ketua jurusan/departemen/bagian. d. Apabila berdasarkan persandingan dan kesaksian telah terbukti terjadi plagiat, maka ketua jurusan/departemen/bagian menjatuhkan sanksi kepada mahasiswa sebagai plagiator. e. Apabila salah satu dari persandingan atau kesaksian, ternyata tidak dapat membuktikan terjadinya plagiat, maka sanksi tidak dapat dijatuhkan kepada mahasiswa yang diduga melakukan plagiat80 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Tentang Pencegahan Dan Penanggulangan Plagiasi Di Perguruan Tinggi. 80 Kementerian Pendidikan Nasional Biro Kepegawaian Tahun 2011 Tentang Pencegahan Dan Penanggulangan Plagiat Di Perguruan Tinggi 79

58

Volume 01, Januari-Juni 2014


6. PENANGGULANGAN Penanggulangan plagiat adalah tindakan represif yang dilakukan oleh pimpinan perguruan tinggi dengan menjatuhkan sanksi kepada plagiator di lingkungan perguruan tingginya yang bertujuan mengembalikan kredibilitas akademik perguruan tinggi yang bersangkutan.81 Di Eropa, untuk mengatasi tindakan plagiarisme dengan cara mahasiswa yang mau mengumpulkan tugas, harus menyerahkan materi tugas dalam bentuk soft-copy. Cara ini tidak bertujuan untuk menghemat kertas, tetapi untuk di upload ke dalam setiap account mahasiswa yang bersangkutan pada portal pembelajaran yang telah disediakan. Setelah proses penguploadan selesai, lalu di scan di sebuah system pendeteksian plagiarisme yang bernama turnitin. Pada sisi mahasiswa, tidak akan tau kalau ada bagian yang dianggap sebagai tindakan plagiasi. Namun disisi dosen, mereka akan mengetahui setiap kalimat yang diindikasikan sebagai plagiarisme. Sehingga secara tidak langsung membuat mahasiswa lebih berhati-hati dalam membuat tugas. Di Indonesia, nampaknya masih sedikit yang menggunakan teknologi semacam itu, selain harganya yang mahal juga ada keharusan untuk berlangganan, namun ada cara yang lebih efisien yang dapat digunakan, yaitu memanfaatkan search engine (SE) seperti Google. Cukup dengan memasukkan sebuah kata atau kalimat, kita dapat mengetahui dengan mudah apakah tulisan tersebut sudah ada sebelumnya di internet.82 Undang-undang no. 20 tahun 2003 mengatur sanksi bagi orang yang melakukan plagiat, khususnya yang terjadi dilingkungan akademik. Sanksi tersebut adalah sebagai berikut (Pasal 70): “Lulusan yang karya ilmiah yang digunakannya untuk mendapatkan gelar akademik, profesi, atau vokasi sebagaimana

81 82

Ibid. www.turnitin.com di unduh pada 26 September 2014

59

Volume 01, Januari-Juni 2014


dimaksud dalam Pasal 25 ayat (2) terbukti merupakan jiplakan dipidana dengan pidana penjara paling lama dua tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).� Sanksi bagi mahasiswa yang terbukti melakukan plagiat sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 10 ayat (4), secara berurutan dari yang paling ringan sampai dengan yang paling berat, terdiri atas: a. Teguran; b. Peringatan tertulis; c. Penundaan pemberian sebagian hak mahasiswa; d. Pembatalan nilai satu atau beberapa mata kuliah yang diperoleh mahasiswa; e. Pemberhentian dengan hormat dari status sebagai mahasiswa; f. Pemberhentian tidak dengan hormat dari status sebagai mahasiswa; atau g. Pembatalan ijazah apabila mahasiswa telah lulus dari suatu program.83 Sanksi bagi mahasiswa yang terbukti melakukan plagiat huruf a, huruf b, dan huruf c dijatuhkan sesuai dengan proporsi plagiat hasil telaah dan apabila dilakukan secara sengaja dan/atau berulang. Sanksi bagi mahasiswa yang terbukti melakukan plagiat huruf d, huruf e, huruf f, dan huruf g, dijatuhkan sesuai dengan proporsi plagiat hasil telaah dan apabila dilakukan secara sengaja dan/atau berulang. Penjatuhan sanksi bagi mahasiswa yang terbukti melakukan plagiat tidak menghapuskan sanksi lain sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.84

Tim penyusun, Pedoman Pencegahan dan Penanganan Plagiasi, (Malang: Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, 2014). h. 28-29. 84 Tim Penyusun, Standar Operasional Prosedur Pencegahan Dan Penanggulangan Plagiarisme, (Bukit Jimbaran: Universitas Udayana, 2010), h. 15. 83

60

Volume 01, Januari-Juni 2014


C. SIMPULAN Plagiasi merupakan tindakan buruk yang dapat mencoreng nama baik bagi dunia akademisi, dengan melakukan pengambilan karya tulis orang lain dan diakui sebagai karya sendiri. Dewasa ini banyak sekali praktik plagiasi di kalangan mahasiswa yang tanpa terasa, kebiasaan ini sudah sangat menjamur dan mengakar kuat ke dalam sikap mental mahasiswa. Plagiasi adalah cerminan dari budaya malas yang dapat menumpulkan kreatifitas seseorang, jika hal ini terjadi dalam lingkungan akademik, maka akan menimbulkan pembodohan yang berkelanjutan.

Bentuk plagiasi bermacam-macam sehingga para akademisi harus memahami bentu-bentuk plagiasi yang telah dijabarkan pada bagian kajian teori di atas supaya terhindar dari tindakan plagiasi. Karena jika tidak memahami akan membenarkan dirinya sendiri, padahal secara tidak sengaja telah melakukan plagiasi. Plagiasi bisa terjadi karena faktor hilangnya rasa semangat kerja keras dari para penulis, kurang memahami bentuk dan arti dari plagiasi itu sendiri dan kurangnya pengawasan dari dosen atau pembimbing. Plagiarisme dapat dicegah dengan cara pihak perguruan tinggi harus senantiasa memberi pamahaman kepada mahasiswa akan tercelanya tindakan plagiasi ini dan harus memahamkan kepada mereka untuk merasa bangga atas karyanya sendiri.

61 Volume 01, Januari-Juni 2014


D. REFERENSI Fathi Al Duraini, Haqq al Ibtikar fi al Fiqh al Islami al Muqaran, (Bairut: Mu’assasah al-risalah, 1984), hlm.429. Di kutip dari Ahmad Multazam, Masalah Penggunaan Hak Cipta (Dengan Fotocopy, Membajak Dan Plagiat) dalam laman http://emultazameinstein.blogspot.com/ di unduh pada 26 September 2014. H. Bahdin dan H. Ardial, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Proposal, Skripsi, Dan Tesis) Dan Mempersiapkan Diri Menjadi Penulis Artikel Ilmiah, (Jakarta: Kencana, 2010) Kementerian Pendidikan Nasional Biro Kepegawaian Tahun 2011 Tentang Pencegahan Dan Penanggulangan Plagiat Di Perguruan Tinggi Tim Penyusun, Standar Operasional Prosedur Pencegahan Dan Penanggulangan Plagiarisme, (Bukit Jimbaran: Universitas Udayana, 2010) Komarrudin dan Yooke Tjuparmah, Kamus Istilah Karya Tulis Ilmiah, (Jakarta : Bumi Aksara, 2000 ) Masyfuk Zuhdi, Masa’il Fiqhiyah, (Jakarta: CV Haji Masagung, 1992). Di kutip dari Ahmad Multazam, Masalah Penggunaan Hak Cipta (Dengan Fotocopy, Membajak Dan Plagiat) dalam laman http://emultazam-einstein.blogspot.com/ di unduh pada 26 September 2014. Menjamurnya Mahasiswa Plagiasior: http://makalahnyafikri.files.wordpress.com/2012/07/menj amurnya-praktik-plagiasi-mahasiswa12.pdf Di akses pada 26 september 2014. Muhammad Wasitho Abu Fawaz, Hukum Plagiat Dan Bahayanya Dalam Pandangan Islam, dalam laman http://abufawaz.wordpress.com/2012/09/22/huku m-plagiat-dan-bahayanya-dalam-pandangan-islam/ pada tanggal 26 september 2014 62 Volume 01, Januari-Juni 2014


Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Tentang Pencegahan Dan Penanggulangan Plagiat Di Perguruan Tinggi.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Tentang Pencegahan Dan Penanggulangan Plagiasi Di Perguruan Tinggi.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka, 2007) Sandra Rhoten , Student Guide To Avoiding Plagiarism: How To Write An Effective Research Paper, California State University, Fullerton, 1997. Dikutip dari Dede Rosayada Direktorat Pendidikan Tinggi Islam, Mencegah Dan Menangulangi Plagiat Di PTAI KEMENAG Tadjuddin, Batas Bahasaku Batas Dunisku, (Bandung: Alumni, 2004) Tim Penyusun, Panduan Pencegahan Plagiasi, Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia. Tim penyusun, Pedoman Pencegahan dan Penanganan Plagiasi, (Malang: Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, 2014). h.13-14. Tim Penyusun, Standar Operasional Prosedur Pencegahan Dan Penanggulangan Plagiarisme, (Bukit Jimbaran: Universitas Udayana, 2010) Undang – Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta. Wahyu Wibowo, Otonomi Bahasa, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001 Wahyu Wibowo, Piawai Menembus Jurnal Terakreditasi Paradigma Baru Kiat Menulis Artikel Ilmiah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008) www.turnitin.com di unduh pada 26 September 2014

63 Volume 01, Januari-Juni 2014


Zulkarnain, menghindari perangkap plagiarisme dalam menghasilkan karya tulis ilmiah, (jambi: Lembaga Penelitian Universitas Jambi, 2012)

64 Volume 01, Januari-Juni 2014


PENGARUH PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN TERHADAP MINAT BERWIRAUSAHA MAHASISWA STAIN JURAI SIWO METRO Oleh: Aprina Chintya ABSTRAK This study aims to determine the effect of entrepreneurship education on entrepreneurial intention. Data collection techniques use a questionnaire given to 47 students. The research population comprised 466 students of the admission year 2010 and 2011 of the STAIN JURAI SIWO METRO collage who have took entrepreneurship education. The sample, consisting of 47 students, was selected using the proportional random sampling technique. This was a quantitative study employing the ex post facto design. The data were collected by means of a questionnaire, interview and documentation. They were analyzed using the correlation product moment based on raw score method. The results of the study at a significance level of 5% and 1 % are as follows: there is a positive and significant effect of their perceptions of entrepreneurship on their entrepreneurial interests. Keywords: entrepreneurship, entrepreneurship education, entreprenuerial interest. A. PENDAHULUAN Kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang kita rasakan saat ini disamping memberi berbagai kemudahan dalam hidup juga menyebabkan tingkat persaingan mendapatkan kehidupan yanglebih baik antar individu dan antar negara makin ketat. Ruang dan waktu kini tidak lagi menjadi persoalan utama dalam hubungan antarmanusia, karena tersedianya fasilitas tekhnologi informasi dan komunikasi yang canggih. Dalam hubungan antar negara, hambatan makin berkurang sehingga arus barang dan jasa antarnegara yang satu dengan yang lainnya semakin cepat. Arus informasi yag kian deras juga mengakibatkan kejadian suatu wilayah diketahui an bahkan 65 Volume 01, Januari-Juni 2014


dalam waktu yang singkat mempengaruhi persepsi dan pandangan orang ditempat lain yang ribuan kilometer jauhnya. Adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi seperti ini tentu telah menghadirkan tantangan dan peluang. Sebagai tantangan karena dunia saat ini menghadapi berbagai persoalan seperti pengangguran dan penyediaan lapangan kerja, kerusakan lingkungan, persaingan memperoleh sumber daya alam serta benturan kebudayaan.85 Semenjak krisis moneter yang melanda akhir tahun 1997 silam, Indonesia sudah dihadapkan pada ancaman ledakan pengangguran yang berpindidikan tingggi. Terlebih lagi, bila dihadapkan dengan krisis global. Pengangguran berpendidikan rendah cenderung rentan terhadap ancaman serius ini. Dengan pertumbuhan lapangan kerja yang lambat dan arus modal yang rendah, banyak sekolah dan perguruan tinggi yang membekali lulusannya dengan ilmu kewirausahaan. Dengan ilmu kewirausahaan ini tercipta mindset didalam diri para lulusan untuk tidak hanya berorientasi pada mencari kerja saja, melainkan ada pilihan menarik lainnya selain mencari kerja, yaitu menciptakan lapangan kerja. Tantangan yang dihadapi perguruan tinggi diberbagai belahan bumi termasuk di Indonesia diantaranya adalah menghasilkan lulusan berkualitas yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan serta sikap profesional, kemampuan sosial yang baik, dan penguasaan emosi yang stabil. Salah satu upaya ke arah penciptaan lulusan yang siap kerja, siap latih, dan siap menciptakan lapangan kerja adalah dengan memasukan kewirausahaan sebagai mata kuliah. Dengan mata kuliah ini, lulusan yang dihasilkan diharapkan tidak hanya mampu bekerja pada orang lain baik pada instansi pemeirntah maupun swasta,

85

Didi Sukyadi, Dkk., Kewirausahaan (Untuk Pemelajar Bahasa Dan Seni), (Bandung: Basen Press, 2007), h. 1

66 Volume 01, Januari-Juni 2014


tetapi juga diharapkan dapat bekerja untuk dirinya secara mandiri dan jugamampu memberikan pekerjaan kepada orang lain.86 Dalam kurun waktu yang sama, pilihan menciptakan lapangan kerja terbukti menghasilkan pendapatan yang lebih besar daripada berkarir, mencari kerja, atau menjadi karyawan. Hal ini bisa tercapai apabila lulusan dibekali dengan pengetahuan, wawasan, ketrampila, pola pikir, strategi, dan taktik yang mumpuni, yaitu kewirausahaan yang cerdas (smart entrepreneurship), bukan hanya kerja keras semata. Meskipun lembaga pendidikan di Indonesia telah banyak yang membekali lulusannya dengan ilmu kewirausahaan, pada kenyataannya banyak lulusan yang masih tidak mengembangkan ilmu yang dimilikinya tersebut. Adakalanya hal ini diarenakan keterbatasan dan kurangnya kemampuan lulusan dalam mengembangkan usaha, atau bisa juga karena model pendidikan kewirausahaan yang diterapkan tidak efektif. Atas dasar inilah sebagai penulis saya ingin memaparkan bagaimana model pendidikan yang sesuai untuk membangun entrepreneur muda. Kewirausahaan (entrepreneurship) merupakan sebuah ilmu, seni, dan keterampilan untuk mengelola semua keterbatasan sumber daya, informasi dan dana yang ada guna untuk mempertahankan hidup, mencari nafkah atau meraih posisi puncak dalam karir.87 Perkembangan presentase jumlah wirausahawan di Indonesia tidak begitu pesat. Padahal jumlah wirausahawan yang mandiri dan sukses akan menjadi lokomotif ekonomi Indonesia yang mampu mengatasi tingkat pengangguran pasif maupun aktif dan pada akhirnya mampu mengatasi tingkat kemiskinan yang absolut atau permanen.

86 87

Ibid, h. 2 Hendro, Dasar-Dasar Kewirausahaan, (Jakarta : Erlangga, 2011), h. 5

67 Volume 01, Januari-Juni 2014


Sementara itu, Hendro sebagaimana dalam salah satu bukunya Dasar-Dasar Kewirausahaan menguraikan bahwa : “Bila satu orang lulusan perguruan tinggi menjadi wirausahawan, maka kemungkinan akan mencari temannya sebagai partner dan salah satu temannya bisa diajak untuk menjadi karyawan (bekerja kepadanya). Jika jumlah lulusan yang menjadi wirausahawan adalah 10%, maka yang akan bergabung dengannya menjadi 20% (satu partner dan satu karyawan). Dengan demikian, jumlah pencari kerja angkatan tahun tersebut otomatis berkurang 30%. Jika sebagian kecil saja lulusannya berfikiran sama, wirausaha bisa menjadi alternatif untuk mengurangi tingkat pengangguran yang sekarang ini cukup tinggi.�88 Berwirausaha merupakan suatu upaya untuk mengatasi masalah pengangguran dan kemiskinan sekarang ini dan beberapa tahun ke depan. Tingkat pengangguran naik dari 6,08% (2000) menjadi 9,86% (2004), dan terus naik menjadi 10,4% (2006). Baru mulai terjadi penurunan pada tahun 2007. Jumlah pengangguran turun dari 9,7% (2007) menjadi 8,5% (2008) dan menjadi 8,1% (2009). Demikianlah persentase penduduk miskin sedikit menurun.89 Untuk dapat mengatasi masalah pengangguran adanya program yang dilakukan oleh lembaga-lembaga di Indonesia untuk memajukan kewirausahaan di negeri ini, baik dari lembaga pemerintah maupun swasta terlihat berlomba dalam mencanangkan program kewirausahaan, Meskipun jumlahnya masih sangat kecil. Adapun program pemerintah dalam bidang pendidikan, yaitu kewirausahaan diajarkan sebagai mata kuliah wajib di berbagai universitas atau perguruan tinggi baik negeri maupun swasta yang harus ditempuh mahasiswanya yang dimulai tahun 88

Ibid., h. 6 Yuyus Suryana dan Kartib Bayu, Kewirausahaan: Pendekatan Karakteristik Wirausahawan Sukses, (Jakarta: Prenada Media Group), h. 11 89

68 Volume 01, Januari-Juni 2014


1997.90 Untuk itulah, penerapan kurikulum berbasis kewirausahaan (enterpreneurship) begitu penting dan harus segera dilaksanakan. Mahasiswa diharapkan memahami konsep tentang kewirausahaan, serta menyadari akan pentinganya kegiatan wirausaha.91 Dengan adanya sebuah pedoman lengkap berwirausaha yang dapat diaplikasikan, mampu memotivasi, bisa mengubah sikap dan perilaku yang akhirnya dapat mencetak lulusanya menjadi calon enterpreneur yang cerdas.92 Penelitian ini bertujuan untuk melihat sejauh mana pengaruh pendidikan kewirausahaan di perguruan tinggi terhadap minat berwirausaha pada mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIN) Jurai Siwo Metro tahun ajaran 2013/2014. Penelitian ini dilakukan di STAIN Jurai Siwo Metro. Populasi penelitiannya adalah seluruh mahasiswa yang mengambil mata kuliah kewirausahaan pada semester ganjil dan genap tahun ajaran 2013/2014, yaitu sejumlah 466 mahasiswa. Sampel dari penelitian ini adalah 10% dari jumlah populasi, yaitu 47 mahasiswa yang dipilih berdasarkan proporsional random sampling. Penelitian ini menggunakan metode ex-post fact. Metode ini ditujuan untuk melihat dan mengkaji hubungan antara dua variabel yang dikaji telah terjadi sebelumnya melalui perlakuan orang lain. Peneliti tidak memanipulasi keadaan karena faktanya telah terjadi. Data dikumpulkan setelah semua kejadian yang dipersoalkan sudah terjadi untuk menjelaskan akibat pada saat ini.93 Pengumpulan data dilakukan dengan membagikan angket guna mengetahui sejauh mana pengaruh pendidikan 90

Mudjiarto Alarias Wahid, Membangun Karakter dan Kepribadian Kewirausahaan, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006), h.9 91 Ibid., h.1 92 Hendro, Op.Cit, h. xvi 93 Nana Sudjana, Tuntunan Penyususnan Karya Ilmiah, Makalah, Skripsi, Tesis, Disertasi, cet. Ke-6, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2001), h. 52-55

69 Volume 01, Januari-Juni 2014


kewirausahaan terhadap minat berwirausaha mahasiswa. Selain menggunakan angket, digunakan juga wawancara dan dokumentasi. Wawancara yang digunakan adalah wawancara mendalam.94 Wawancara yang dilakukan kepada Sekjur Syari’ah dan Ekonomi Islam dan dosen kewirausahaan STAIN Metro. Dokumentasi diperlukan untuk memperoleh sumber tertulis mengenai kewirausahaan. Dokumentasi dilakukan dengan menggali informasi yang dilakukan baik melalui buku, jurnal, majalah, koran, dan sumber-sumber lain yang diperlukan. B. KAJIAN TEORI 1. Pendidikan Kewirausahaan Entrepreneurship merupakan hasil interaksi, integrasi dan refleksi ide, ekspektasi, dan aktivitas satu orang dengan lainnya. Aspek-aspek tersebut merupakan dimensi inti dari entrepreneurial competence. Pembelajaran dengan tujuan untuk meningkatkan interaksi, integrasi dan refleksi dapat meningkatan pertumbuhan individu. Jika pendidikan dan latihan kewirausahaan didasarkan pada aspek tujuan pembelajaran pertumbuhan individu, kita sedang melakukan pengembangan entrepreneurship pedagogy dan dapat mendukung entrepreneurial activities. Pendidikan kewirausahaan perlu diarahkan pada pengembangan kompetensi yang dapat digunakan dalam bekerja dan hidup. Oleh karena itu pengembangan kurikulum pendidikan kewirausahaan jangan hanya terbatas pada studi bisnis saja, namun harus menyediakan juga kesempatan mengembangkan berbagai proyek dan kegiatan, kondisi persaingan dan makro ekonomi yang mempengaruhi

94

Wawancara mendalam adalah wawancara yang dilakukan dengan cara bertatap muka langsung dengan subyek. Melalui wawancara mendalam ini, peneliti akan mendapatkan gambaran lengkap ekspresi, emosi, perasaan, pengalaman dan lain-lain mengenai masalah yang sedang diteliti.

70 Volume 01, Januari-Juni 2014


berbagai hal. Interaksi sosial dan budaya perlu juga dimasukkan dalam kurikulum, mulai dari SD sampai PT. Pengembangan pendidikan kewirausahaan merupakan persoalan yang kompleks. Oleh karena itu model triple helix harus digunakan untuk mengatasi kompleksitas pendidikan kewirausahaan. Ketiga pihak seperti perguruan tinggi, pengusaha dan pemerintah bisa bekerjasama untuk menghasilkan sistem pendidikan kewirausahaan yang handal. Ada empat tujuan dalam pendidikan kewirausahaan yaitu pendidikan motivasional, pendidikan pengetahuan, pendidikan keahlian (skill) dan pengembangan kemampuan (ability). Oleh karena itu sistem pendidikan, kurikulum dan metode harus diarahkan untuk mencapai 4 tujuan tersebut. Prinsip dasar dalam pendidikan kewirausahaan adalah mereka harus dibuat tertarik dan termotivasi, kedua mereka harus bisa dibuat melihat adanya kesempatan untuk bisnis yang menguntungkan (opportunity factors), ketiga, mereka harus memiliki beberapa keahlian seperti social skill, indutrial skill, organizasional skill dan strategic skill.95 2. Konsep Kewirausahaan Secara etimologi wirausaha merupakan suatu istilah yang berasal dari kata-kata “wira” dan “usaha”. Wira berarti berani, gagah, pejuang dan perkasa, sedangkan usaha berarti bekerja, menjalankan, melakukan, berusaha dan memulai sesuatu. 96 Dengan demikian pengertian dari wirausaha ditinjau dari segi etimologi adalah orang tangguh yang melakukan sesuatu, yaitu suatu kegiatan kerja seseorang

95

Sony Heru Priyanto, “Mengembangkan Pendidikan Kewirausahaan di Masyarakat” dalam ANDRAGOGIA, (Salatiga: PNFI),Volume 1/No 1 Nopember 2009, h. 78 96 Benedicta Prihatin Dwi Riyanti, Kewirausahaan, (Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2003), h. 21

71 Volume 01, Januari-Juni 2014


untuk menghasilkan kreativitas baru atau sebuah karya sendiri tanpa ikut sertaan orang lain (mandiri).97 Sedangkan secara terminologi ada banyak ahli yang mempunyai pendapat berbeda mengenai definisi kewirausahaan. Tetapi penelitian ini mengambil beberapa definisi sesuai dengan pendapat para ahli sebagai berikut: Menurut Mas’ud Chasan kewirausahaan adalah memindahkan sumber daya dari daerah yang produktivitas dan hasilnya rendah, ke daerah yang produktivitas dan hasilnya lebih tinggi.98 Tentu saja terdapat risiko kemungkinan tidak berhasil. Namun andai kata cukup berhasil, maka hasil yang diperoleh haruslah lebih dari cukup sebagai imbalan risiko yang terjadi. Sementara itu, Joseph Schumpeter sebagaimana dikutip oleh Buchari Alma menyatakan: “Wirausaha (enterpreneur) adalah orang yang mendobrak sistem ekonomi yang ada dengan memperkenalkan barang dan jasa yang baru, dengan menciptakan bentuk organisi baru atau mengolah bahan baku baru. Orang tersebut melakukan kegiatannya melalui organisasi bisnis yang baru atau bisa pula dilakukan dalam organisasi bisnis yang sudah ada.”99 Menurut Skinner, sebagaimana dikutip oleh Pandji Anoraga, “Wirausaha (enterpreneur) merupakan seseorang yang mengambil risiko yang diperlukan untuk mengorganisasikan dan mengelola suatu bisnis dan menerima imbalan/balas jasa berupa profit finansial dan maupun non finansial.”100 Seorang wirausahawan harus mampu 97

Wasty Soemanto, Pendidikan Kewiraswastaan, (Jakarta :PT Bumi Aksara, 2002), h. 42 98 Mas’ud Chasan, Sukses Bisnis Modal Dengkul, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2007), h. 56 99 Buchari Alma, Kewirausahaan, (Bandung: Alfabetha, 2008), h. 24 100 Pandji Anoraga, Manajemen Bisnis, (Jakarta : Rineka Cipta, 2009), h.40

72 Volume 01, Januari-Juni 2014


menghadapi risiko-risiko yang dihadapinya sehingga wirausaha akan berlangsung dan berhasil. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan adalah suatu sikap, jiwa dan kemampuan untuk mengambil risiko dalam menjalankan usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan serta menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan mengkonversikan sumber-sumber daya ekonomi dari tingkat produktivitas rendah ke tingkat produktivitas yang lebih tinggi untuk mendapatkan keuntungan. 3. Pendidikan Kewirausahaan di STAIN Jurai Siwo Metro a. Mata kuliah Program mata kuliah kewirausahaan sudah diterapkan di kampus STAIN Jurai Siwo Metro. Menurut Siti Zulaikha dosen STAIN Jurai Siwo Metro dan juga menjabatan sebagai sekretaris jurusan, mata kuliah kewirausahaan telah diterapkan sejak berlakunya kurikulum 2008. Di Jurusan syari’ah ada pada semua prodi, yaitu prodi Ekonomi Syariah (ESy), Ahwalus Syaksiyah (AHS), Perbankan Syariah (PBS) dan Hukum Ekonomi Syari’ah (HESy). Sedangkan untuk tarbiyah hanya ada pada prodi Pendidikan Agama Islam (PAI).101 Meskipun Mata Kuliah Kewirausahaan hanyalah Mata Kuliah Pilihan, dibeberapa prodi, namun kenyataannya banyak mahasiswa yang memilih mata kuliah ini. Program mata kuliah kewirausahaan akan mengembangkan jiwa mahasiswa untuk semangat bekerja, semangat menuntut ilmu pengetahuan dan meningkatkan keterampilan dapat membangun kehidupan yang lebih baik di masa depan. Seseorang tidak akan mampu meningkatkan taraf hidupnya, tanpa semangat kerja, tanpa ilmu pengetahuan, 101

Siti Zulaikha, Dosen STAIN Jurai Siwo Metro : Sekretaris Jurusan, Wawancara, Metro 31 Agustus 2014

73 Volume 01, Januari-Juni 2014


tanpa keterampilan yang memadai tentang suatu bidang pekerjaan. Dengan demikian suatu pekerjaan tidak akan berlangsung dan berhasil dengan baik bila para pekerjanya tidak memiliki etos kerja dan keterampilan yang baik.102 Mahasiswa STAIN Jurai Siwo Metro yang dilatar belakangi dengan ajaran Islam harus memiliki jiwa sebagai wirausahawan muslim yang ingin bekerja dengan niat ibadah dan untuk mendapatkan rezeki Allah melalui berwirausaha di luar atau di dalam kampus STAIN Jurai Siwo Metro. Dengan modal pengetahuan, keterampilan dan kemampuan untuk bekerja mahasiswa mampu untuk melakukan kegiatan berwirausaha. Dengan adanya program mata kuliah kewirausahaan di STAIN Jurai Siwo Metro seharusnya banyak mahasiswa yang melakukan kegiatan berwirausaha. Mengingat mata kuliah ini telah banyak memberikan motivasi dan bimbingan kepada mahasiswa dalam memulai suatu usaha. b. Pengajar Para dosen pengajar mata kuliah kewirausahaan, adalah para praktisi dan dosen-dosen yang aplikatif. Para pengajar dituntut untuk bisa mengajarkan mahasiswanya agar mahasiswa bisa memiliki wawasan yang luas dalam dunia usaha serta menumbuhkembangkan minat dan bakat mahasiswa dalam berwirausaha. Menurut Nurhidayati, dosen mata kuliah kewirausahaan di STAIN Jurai Siwo Metro, mata kuliah kewirausahaan adalah mata kuliah pilihan yang mayoritas dipilih oleh oleh mahasiswa. Ini membuktikan bahwa mahasiswa memiliki minat yang cukup besar dalam berwirausaha. Oleh karena itu, dosen pengajar mata kuliah

102

Sudradjat Rasyid, et al., Kewirausahaan Santri : Bimbingan Santri Mandiri, (Jakarta : Citrayudha Alamanda Perdana, 2005), h. 33

74 Volume 01, Januari-Juni 2014


kewirausahaan hendaknya mengajak dan mengajarkan mahasiswa berwirausaha agar mahasiswa bisa mandiri.103 c. Materi Materi yang disampaikan kepada mahasiswa, menggunakan silabus sebagai acuan. Namun, baik dosen maupun mahasiswa diperbolehkan untuk mengelaborasikan materi yang ada asalkan tidak terlepas dari silabus. Pengelaborasian ini juga dilakukan agar materi yang disampaikan oleh dosen tidak kaku. Materi yang disampaikan dalam mata kuliah ini tidak hanya mengenai konsep dasar kewirausahaan, melainkan juga mengenai urgensi kewirausahaan, bagaimana memulai suatu usaha yang baik, pendirian tempat usaha, hingga tata cara pengelolaan laporan keuangan yang digunakan sebagai tolak ukur pendapatan dan pengeluaran dalam kurun waktu tertentu. Dalam menyampaikan materi ini, pengajar tidak hanya berupaya untuk mengajarkan teori yang ada di silabus saja, melainkan juga berupaya agar mahasiswa benar-benar praktek dan terjun memulai suatu bisnis usaha.

103

Nurhidayati, MH., Dosen STAIN Jurai Siwo Metro, Wawancara, Metro 5 September 2014

75 Volume 01, Januari-Juni 2014


C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Karakteristik Responden Tabel Distribusi Kecenderungan Karakteristik Jumlah No. Keterangan Mahasiswa 1

2

3

Persentase (%)

Berdasarkan Gender Laki-Laki

13

27,66

Perempuan

34

72,34

Jumlah

47

100 %

Ekonomi Syari’ah (Esy)

14

29,78

D3 Perbankan Syari’ah (PBS)

25

53,20

Akhwalus Syakhsiyah (AHS)

2

04,25

Hukum Ekonomi Syari’ah (HESy)

1

02,13

Pendidikan Agama Islam (PAI)

5

10,64

Jumlah

47

100 %

VII

30

63,83

IX

16

34,04

Berdasarkan Prodi

Berdasarkan Semester

76 Volume 01, Januari-Juni 2014


≼ XI

1

02,13

Jumlah

47

100 %

Tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah responden perempuan lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki. Selain itu, berdasarkan program studi yang ditempuh responden, program studi D3 Perbankan Syari’ah mendominasi jumlah responden yang ada. Dan berdasarkan semester yang ditempuh saat ini, kebanyakan adalah semester akhir. Hal ini dikarenakan mata kuliah kewirausahaan adalah mata kuliah yang terdapat disemester lima dan enam, sehingga peneliti harus mencari responden yang berada disemester enam atau tujuh keatas. 2. Uji Validitas dan Reabilitas Uji validitas untuk melakukan analisis validitas dapat digunakan metode pearson product moment karena sampel yang diambil bersifat normal (> 30). Menurut Sugiyono bahwa valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Valid menunjukan derajat ketepatan antara data yang sesungguhnya terjadi pada objek dengan data yang dapat dikumpulkan oleh peneliti.104 Uji validitas dalam penelitian ini digunakan analisis item yaitu mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah dari tiap skor butir. Jika ada item yang tidak memenuhi syarat, maka item tersebut tidak akan diteliti lebih lanjut. Syarat tersebut menurut Sugiyono yang harus dipenuhi yaitu harus memiliki kriteria sebagai berikut : a. Jika r ≼ 0,30, maka item-item pertanyaan dari kuesioner adalah valid

104

Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2009), cet. Ke-14, h. 172

77 Volume 01, Januari-Juni 2014


b. Jika r ≤ 0,30, maka item-item pertanyaan dari kuesioner adalah tidak valid.105 Dengan menggunakan df = n-45 dan α106 = 0,01 maka diperoleh r tabel sebesar 0,372. Sedangkan jika menggunakan α = 0,01 maka diperoleh r tabel sebesar 0,288. Hasil pengujian validitas instrumen didapatkan bahwa semua item pertanyaan adalah valid. Penggunaan pengujian reliabilitas oleh peneliti adalah untuk menilai konsistensi pada objek dan data, apakah instrument yang digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Alat ukur dikatakan memiliki reliabilitas apabila instrumen yang digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama, yang berarti bahwa reliabilitas berhubungan dengan konsistensi dan akurasi atau ketepatan. Uji reliabilitas instrumen penelitian ini akan menggunakan reliability analysis dengan teknik Alpha Cronbach. Suatu instrumen alat ukur dikatakan reliabel dan bisa diproses pada tahap selanjutnya jika nilai Cronbach Alpha > 0,7. Jika instrumen alat ukur memiliki nilai Cronbach Alpha < 0,7 maka alat ukur tersebut tidak reliabel. Berdasarkan perhitungan, nilai Cronbach’s Alpha adalah 0,76 yang termasuk tinggi, sehingga dapat disimpulkan bahwa semua item pertanyaan kuesioner adalah reliabel. 3. Pengujian Hipotesis dan Analisa Data Dalam penelitian, yang menjadi variabel bebas atau independen variabel adalah Pendidikan Kewirausahaan di Perguruan Tinggi (variabel X). Sedangkan yang menjadi dependen variabel adalah Minat Berwirausaha (variabel Y). Dengan memperhatikan karakteristik variabel yang akan diuji, maka uji statistik yang digunakan adalah melalui perhitungan analisis

105 106

Ibid, h. 179 α adalah taraf kesalahan atau taraf signifikasi.

78 Volume 01, Januari-Juni 2014


korelasi product moment berdasarkan raw score method (skor mentah) untuk seluruh variabel tersebut. Hipotesis nihil (Ho) penelitian ini adalah tidak ada hubungan antara pendidikan kewirausahaan di Perguruan Tinggi dengan minat berwirausaha mahasiswa STAIN Jurai Siwo Metro. Sedangkan hipotesis alternatif (Ha) adalah ada hubungan antara pendidikan kewirausahaan di Perguruan Tinggi dengan minat berwirausaha mahasiswa STAIN Jurai Siwo Metro. Untuk mengetahui kekuatan hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat, maka digunakan indeks korelasi yang diberi notasi r (relation). Indeks korelasi ini dihitung menggunakan rumus r product moment yang hasilnya diinterpretasikan dengan r tabel pada jumlah sampel dan taraf signifikasi. Bila r hitung lebih besar dari r tabel, maka dapat disimpulkan bahwa antara variabel bebas dan variabel terikat memiliki hubungan yang signifikan. Sebaliknya bila r hitung lebih rendah dari r tabel, maka dapat disimpulkan bahwa antara variabel bebas dan variabel terikat memiliki hubungan yang tidak signifikan dan terjadi secara kebetulan.107 Setelah dihitung koefisien korelasi sebesar 0,434. Untuk menguji hipotesis kemudian dilakukan interpretasi dengan membandingkan harga r hitung dengan r tabel. Untuk mengetahui r tabel maka perlu mencari df atau db dengan rumus: df= n-2 atau derajat kebebasan 45. Dengan df sebesar 45, dan taraf signifikasi sebesar 1% dan 5%. Pada taraf signifikasi 1% = 0,372 dan 5% = 0,288. Karena r hitung lebih besar dari r tabel maka hipotesis nihil (Ho) ditolak sedangkan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Ini berarti bahwa untuk taraf signifikasi 5% terdapat pengaruh signifikan

107

Purwanto, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), Cet. Ke-IV, h. 292-293

79 Volume 01, Januari-Juni 2014


pendidikan kewirausahaan di Perguruan Tinggi terhadap minat berwirausaha mahasiswa STAIN Jurai Siwo Metro. Selanjutnya pada taraf signifikasi 1% r hitung lebih besar dari r tabel maka hipotesis nihil (Ho) ditolak sedangkan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Ini berarti bahwa untuk taraf signifikasi 5% terdapat pengaruh signifikan pendidikan kewirausahaan di Perguruan Tinggi terhadap minat berwirausaha mahasiswa STAIN Jurai Siwo Metro. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa dalam taraf signifikasi 5% maupun 1% r hitung lebih besar dari r tabel sehingga dikatakan bahwa hipotesis nihil (Ho) ditolak sedangkan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Ini membuktikan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan antara pendidikan kewirausahaan di perguruan tinggi terhadap minat berwirausaha mahasiswa STAIN Jurai Siwo Metro. Adapun faktor-faktor yang mendorong mahasiswa STAIN Jurai Siwo Metro dalam berwirausaha diantaranya yaitu entrepreneurial idea setelah mengikuti mata kuliah kewirausahaan yang berasal dari motivasi dosen (65%), memaca buku-buku mengenai pengusaha sukses (17%), ingin memperoleh keuntungan (10%), glass ceiling108 (5%), dan faktor-faktor lain (3%). Besarnya pengaruh motivasi dosen selama mengajar mata kuliah kewirausahaan ini membuktikan bahwa pendidikan kewirausahaan di Perguruan Tinggi memberikan dampak yang sangat besar terhadap minat mahasiswa untuk berwirausaha. D. SIMPULAN Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pendidikan kewirausahaan di Perguruan Tinggi berpengaruh secara signifikan terhadap minat berwirausaha mahasiswa STAIN Jurai Siwo Metro 108

Glass Ceiling adalah suatu hambatan yang tidak terlihat bagi seseorang atau kelompok minoritas untuk mencapai posisi atau jabatan lebih tinggi dalam sebuah organisasi. Dalam hal ini, hambatan ini justru memacu seseorang untuk menjadi lebih baik, entah itu dari sisi finansial maupun sisi-sisi yang lain.

80 Volume 01, Januari-Juni 2014


yang bisa dilihat dari nilai r hitung lebih besar dari r tabel dan taraf signifikasi sebesar 1% dan 5%. Pada taraf signifikasi 1% = 0,372 dan 5% = 0,288. Sementara itu, r hitung sebesar 0,434. Karena r hitung lebih besar dari r tabel maka hipotesis nihil (Ho) ditolak sedangkan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Ini berarti bahwa untuk taraf signifikasi 1% dan 5% terdapat pengaruh signifikan pendidikan kewirausahaan di Perguruan Tinggi terhadap minat berwirausaha mahasiswa STAIN Jurai Siwo Metro. Selain itu, besarnya pengaruh pendidikan kewirausahaan di Perguruan Tinggi terhadap minat berwirausaha mahasiswa STAIN Jurai Siwo Metro juga bisa dilihat melalui jawaban responden yang menyatakan bahwa mereka semakin tertarik untuk berwirausaha setelah mereka mengikuti mata kuliah kewirausahaan.

E. REFERENSI Benedicta Prihatin Dwi Riyanti, Kewirausahaan, Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2003 Buchari Alma, Kewirausahaan, Bandung: Alfabetha, 2008 Didi Sukyadi, Dkk., Kewirausahaan (Untuk Pemelajar Bahasa Dan Seni), Bandung: Basen Press, 2007 Hendro, Dasar-Dasar Kewirausahaan, Jakarta : Erlangga, 2011 Mas’ud Chasan, Sukses Bisnis Modal Dengkul, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2007 Mudjiarto Alarias Wahid, Membangun Karakter dan Kepribadian Kewirausahaan, Yogyakarta : Graha Ilmu, 2006 Nana Sudjana, Tuntunan Penyususnan Karya Ilmiah, Makalah, Skripsi, Tesis, Disertasi, cet. Ke-6, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2001 Pandji Anoraga, Manajemen Bisnis, Jakarta : Rineka Cipta, 2009 Purwanto, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012 81 Volume 01, Januari-Juni 2014


Sony Heru Priyanto, “Mengembangkan Pendidikan Kewirausahaan di Masyarakat� dalam ANDRAGOGIA, (Salatiga: PNFI),Volume 1 / No 1 - Nopember 2009 Sudradjat Rasyid, et al., Kewirausahaan Santri : Bimbingan Santri Mandiri, Jakarta : Citrayudha Alamanda Perdana, 2005 Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2009 Wasty Soemanto, Pendidikan Kewiraswastaan, Jakarta :PT Bumi Aksara, 2002 Yuyus Suryana dan Kartib Bayu, Kewirausahaan : Pendekatan Karakteristik Wirausahawan Sukses, Jakarta : Prenada Media Group

82 Volume 01, Januari-Juni 2014


AKTIVITAS CUSTOMER SERVICE DALAM MENINGKATKAN MUTU PELAYANAN NASABAH PADA PT. BPRS METRO MADANI Oleh: RICKA WIDYARISSANTI ABSTRAK Customer Service merupakan suatu bagian dari unit organisasi yang berada di front office yang berfungsi sebagai sumber informasi dan perantara bagi bank dan nasabah yang ingin mendapatkan jasa-jasa pelayanan maupun produk-produk bank. Banyak bank ingin selalu dianggap baik oleh nasabah akan menjadi pelanggan setia terhadap produk atau jasa yang ditawarkan. Customer service dituntut untuk selalu berhubungan dengan nasabah dan menjaga hubungan itu tetap baik. Hal ini tentu saja harus dilakukan karena menjaga hubungan yang baik dengan nasabah juga berarti menjaga image bank agar citra bank dapat terus meningkat dimata nasabah. Penelitian ini bertujuan agar dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang kegiatan customer service dalam meningkatkan mutu pelayanan nasabah. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan. Penelitian lapangan adalah penelitian yangbertujuan mempelajari secara intensif latar belakang dan keadaan sekarang dan interaksi lingkungan yang terjadi pada suatu satuan social seperti individu, kelompok, lembaga atau komunitas. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada PT. BPRS Metro Madani untuk meningkatkan mutu pelayanan nasabah yaitu dengan memberikan pelayanan yangterbaik. Customer Service memegang peranan sangat penting. Di samping memberikan pelayanan juga sebagai pembina hubungan dengan masyarakat. Customer Service akan menjelaskan ataupun mengerjakan kebutuhan nasabah tersebut dengan menghubunginpihaknyang terkait. Hal ini akan meningkatkan kepuasan nasabah karena merasa akan kepentingan dilaksanakan dengan rasa penuh tanggung jawab dan tidak perlu berhubungan dengan banyak orang untuk memenuhi kebutuhannya.

83 Volume 01, Januari-Juni 2014


A. PENDAHULUAN Perkembangan dan peningkatan jasa pelayanan lembaga keuangan baik itu lembaga keuangan bank maupun non bank dari tahun ke tahun semakin menjadi perhatian masyarakat. Dapat dilihat dari ketatnya persaingan kualitas pelayanan, produk dan promosi. Kepuasan nasabah dapat ditentukan oleh kualitas pelayanan yang ditawarkan Bank Syari’ah kepada nasabah, sehingga jaminan kualitas pelayanan menjadi prioritas utama bagi setiap lembaga keuangan dan dapat menguasai pangsa pasar. Bank ingin selalu dianggap baik oleh nasabah akan menjadi pelanggan setia terhadap produk dan jasa yang ditawarkan. Bank juga berharap dari pelayanan baik yang diberikan, nasabah dapat ikut mempromosikan bank kepada nasabah lain. Hal ini merupakan keuntungan tersendiri bagi bank. Memberikan pelayanan yang baik, bank telah menetapkan standar yang didukung dengan sarana dan prasarana yang ada sehingga kepuasan nasabah dapat terpenuhi. Pelayanan yang baik didorong oleh beberapa faktor pendukung yang berpengaruh terhadap mutu pelayanan yang diberikan. Pertama adalah faktor manusia yang memberikan pelayanan. Manusia (Customer Service) yang melayani nasabah harus memiliki kemempuan melayani pelanggan secara tepat dan cepat. Selain itu, Customer Service harus memiliki kemampuan dalam berkomunukasi, sopan santun, ramah dan bertanggung jawab penuh terhadap nasabah. Kedua adalah faktor tersedianya sarana dan prasarana yang mendukung kecepatan, ketepatan, dan keakuratan pekerjaan. Sarana dan prasarana ini dioperasikan oleh manusia yang berkualitas. Sehingga kedua faktor pendukung di atas, saling menunjang satu sama lainnya. 84 Volume 01, Januari-Juni 2014


Bank sebagai lembaga keuangan yang tugasnya menerikan jasa keuangan melalui penitipan uang (simpanan), peminjaman uang (kredit) serta jasa-jasa keuangan lainnya. Bank harus dapat menjaga keercayaan yang diberikan oleh nasabahnya. Kepercayaan cangat penting dan tinggi nilainya, karena tanpa kepercayaan mustahil bank dapt hidup dan berkembang. Bank dalam menjaga dan meningkatkan kepercayaan nasabah, perlu menjaga citra positif di mata masyarakat. Citra ini dapat dibangun melalui kualitas produk, kualitas pelayanan, dan kualitas keamanan. Tanpa citra yang positif, maka kepercayaan yang sedang dan akan dibangun tidak akan efektif. B. KAJIAN TEORI 1. Pengertian Customer Service Pengertian Customer Service secara umum adalah setiap kegiatan yang diperuntukkan atau ditunjukan untuk memberikan kepuasan kepada nasabah, melalui pelayanan yang dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan nasabah.109 Seorang Customer Service memegang peranan sangat penting di samping memberikan pelayanan juga sebagai pembina hubungan dengan masyarakat. Customer Service bank dalam melayani para nasabah harus selalu berusaha menarik dengan cara merayu para calon nasabah agar menjadi nasabah bank yang bersangkutan dengan berbagai cara. Customer Service juga harus menjaga nasabah lama agar tetap menjadi nasabah bank.

Kasmir, Manajemen Perbankan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), h.225 109

85 Volume 01, Januari-Juni 2014


2. Pengertian Kebutuhan Manusia (nasabah) Kebutuhan manusia (nasabah) adalah suatu keadaan di mana dirasakan tidak ada dalam diri seseorang, seperti kebutuhan akan rasa aman. Kebutuhan nasabah bank adalah sebagai berikut: 1) Kebutuhan akan produk bank. 2) Kebutuhan rasa aman berhubungan dengan bank. 3) Kebutuhan kenyaman berhubungan dengan bank. 4) Kebutuhan untuk dihormati dan dihargai. 5) Kebutuhan untuk persahabatan. 6) Kebutuhan untuk diberi perhatian. 7) Kebutuhan status/prestise 8) Kebutuhan aktualisasi diri.110 Pengertian keinginan manusia (nasabah) adalah merupakan kebutuhan yang dibentuk oleh kultur dab kepribadian individu. Contoh keinginan nasabah bank adalah sebagai berikut: 1) Ingin memperoleh pelayanan yang cepat. 2) Ingin agar bank dapat menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. 3) Ingin memperoleh komitmen bank. 4) Ingin memperoleh pelayanan yang bermutu (cepat dan memuaskan). 5) Ingin memperoleh kepuasan. 6) Ingin dihargai an dihormati. 7) Ingin memperoleh perhatian. 8) Ingin memperoleh status/prestise. 9) Ingin memperoleh keuntungan (bunga). 10) Ingin memperoleh keamanan dari setiap transaksi yang berhubungan dengan bank.111

110 111

Ibid, h. 176 Kasmir, Op, Cit, h. 176

Volume 01, Januari-Juni 2014

86


Seorang Customer Service dalam melaksanakan tugas haruslah terlebih dahulu memahami pekerjaan yang diembannya terutama yang berkenaan dengan pelayanan nasabah. 1. Dasar-dasar Pelayanan Nasabah Dasar-dasar pelayanan perlu dikuasai oleh seorang Customer Service sebelum melakukan tugasnya, mengingat karakter masing-masing nasabah sangat beragam. Berikut dasar-dasar pelayanan yang harus dipahami sebagai berikut: a. Berpakaian dan berpenampilan rapi dan bersih. b. Percaya diri, bersikap akrab, dan penuh dengan senyum. c. Menyapa dengan lembut dan berusaha menyebutkan nama jika kenal. d. Tenang, sopan, hormat, serta tekun mendengarkan setiap pembicaraan. e. Berbicara dengan bahasa yang baik danbenar. f. Bergairah dalam melayani nasabah dan tunjukan kemampuannya. g. Jangan menyela atau memotong pembicaraan. h. Mampu menyakini nasabah serta memberikan kepuasan. i. Jika tidak sanggup melayani permasalahan yang ada, minta bantuan. j. Bila belum dapat melayani, beritahukan kapan akan dilayani.112 2. Sifat-sifat Nasabah Pelayanan yang diberikan benar-benar prima sehingga nasabah merasa terpenuhi segala keinginan dan keutuhannya, maka seorang nasabah harus mengenal betul 112

Ibid, h. 228

Volume 01, Januari-Juni 2014

87


perilaku nasabah secara umum. Selain itu Customer Service harus memperlakukan nasabah secara benar. Berikut adalah sifat-sifat nasabah: a. Nasabah adalah raja Petugas Customer Service harus menganggap nasabah adalah raja, artinya seorang raja harus dipenuhi semua keinginan dan kebutuhannya. Pelayanan yang diberikan haruslah seperti melayani seorang raja dalam arti masih dalam batas-batas etika dan moral dengan tidak merendahkan derajat bank atau derajat Customer Service itu sendiri. b. Mau dipenuhi keinginan dan kebutuhannya. Kedatangan nasabah ke bank adalah ingin memenuhi hasrat atau keinginannya agar terpenuhi, baik berupa informasi, pengisian aplikasi atau keluhan-keluhan. Jadi tugas petugas Customer Service adalah berusaha memenuhi keinginan dan kebutuhan nasabah. c. Tidak mau didebat atau disinggung. Sudah merupakan hukum alam bahwa nasabah paling tidak suka dibantahatau didebat. Usahakan setiap pelayanan dilakukan melalui diskusi yang santai dan rileks. Pandai-pandailah mengemukakan pendapat sehingga nasabah tidak mudah tersinggung. d. Nasabah mau diperhatikan. Nasabah yang datang ke bank pada hakikatnya ingin memperoleh perhatian. Jangan sekali-sekali menyepelekan atau membiarkan nasabah, berikan perhatian secara penuh sehingga nasabah benar-benar merasa diperhatikan. e. Nasabah merupakan sumber pendapatan bank. Pendapatan utama bank adalah dari transaksi yang dilakukan oleh nasabahnya. Oleh karena itu, jika membiarkan nasabah berarti menghilangkan 88 Volume 01, Januari-Juni 2014


pendapatan. Nasabah merupakan sumber pendapatan yang harus dijaga.113 3. Ciri-ciri Pelayanan yang Baik Melayani nasabah hal-hal yang perlu diperhatikan adalah kepuasan nasabah terhadap pelayanan yang diberikan. Puas artinya nasabah akan merasa semua keinginan dan kebutuhannya dapat dilakukan secara tepat waktu. Berikut ciri-ciri pelayanan yang baik adalah sebagai berikut: a. Tersedia sarana dan prasarana yang baik. b. Tersedia personil yang baik. c. Bertanggung jawab kepada setiap nasabah sejak awal hingga selesai. d. Mampu melayani secara cepat dan tepat. e. Mampu berkomunikasi. f. Memberikan jaminan kerahasiaan setiap transaksi. g. Memiliki pengetahuan dan kemampuan yang baik. h. Berusaha memahami kebutuhan nasabah. i. Mampu memberikan kepercayaan kepada nasabah.114 3. Fungsi dan Tugas Customer Service Seorang Customer Service tentu telah ditetapkan tugas dan fungsi yang harus diembannya. Fungsi dan tugas ini harus dilaksanakan dengan sebaik mungkin. Artinya, dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan bertanggung jawab dari awal sampai selesainya suatu pelayanan nasabah. 1. Resepsionis, berfungsi sebagai penerima tamu. Artinya, Customer Service melayani setiap nasabah yang datang ke

113 114

Ibid, h. 230 Ibid, h. 232-234

Volume 01, Januari-Juni 2014

89


bank dengan ramah tamah, sopan, tenang, simpatik, menarik, dan menyenangkan. 2. Deskman, berfungsi sebagai orang yang melayani berbagai macam aplikasi. Artinya, memjelaskan manfaat dan ciriciri produk bank, menjawab pertanyaan nasabah mengenai produk bank serta membantu mengisi formulir aplikasi. 3. Salesmen, berfungsi sebagai orang yang menjual produk perbankan. Artinya, Customer Service menjual produkproduk kepada nasabah BPRS Metro Madani. Berusaha membujuk nasabah baru serta berusaha mempertahankan nasabah yang lama. 4. Komunikator,berfungsi sebagai orang yang menghubungi nasabah dan memberikan informasi tentang segala sesuatu yang ada hubungannya antara bank dengan nasabah. Artinya, apabila ada nasabah yang ingin melakukan pembiayaan, maka ada sesuatu yang kurang customer service harus siap untuk menghubungi nasabah untuk menjelaskan. 4. Pengertian Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Syari’ah Bank Perkreditan Rakyat Syari’ah adalah BPR biasa yang sistem operasionalnya mengikuti prinsip-prinsip muamalah.115 Sedangkan usaha bank perkreditan rakyat (termasuk BPR Syari’ah) meliputi penyediaan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil keuntungan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan pemerintah. 1. Kegiatan Usaha Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Syari’ah Sebagai lembaga keuangan syari’ah pada dasarnya Bank Perkreditan Rakyat Syari’ah (BPRS) dapat memberikan jasa-jasa keuangan yang berupa dengan bankbank umum syari’ah. Namun demikian, sesuai UU Suhrawardi K. Lubis, Hukum Ekonomi Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2004), h. 64 115

90

Volume 01, Januari-Juni 2014


Perbankan No. 10 tahun 1998, BPR Syari’ah hanya dapat melaksanakan usaha-usaha sebagai berikut: a) Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka dan tabungan. b) Memberikan kredit. c) Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan prinsip syari’ah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. d) Menempatkan dananya dalam bentuk sertifikat Bank Indonesia, deposito berjangka, sertifikat deposito, dan tabungan pada bank lain.116 2. Kendala Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Syari’ah Prakteknya Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Syari’ah mengalami berbagai kendala, kendala tersebut di antaranya adalah: a. Kiprah Bank Perkreditan Rakyat Syari’ah kurang dikenal masyarakat sebagai Bank Perkreditan Rakyat yang berprinsipkan syari’ah, bahkan beberapa pihak menganggap Bank Perkreditan Rakyat Syari’ah sama dengan Bank Perkreditan Rakyat konvensional. Oleh, karena itu, Bank Perkreditan Rakyat Syari’ah perlu menegaskan dan meneguhkan identitasnya sebagai Bank Perkreditan Rakyat yang menggunakan prinsipprinsip syari’ah. b. Upaya untuk meningkatkan profesionalitas kadang terhalang rendahnya sumber daya yang dimiliki oleh Bank Perkreditan Rakyat Syari’ah sehingga proses Bank Perkreditan Rakyat Syari’ah dalam melakukan aktivitasnya cenderung lambat dan respon terhadap permasalahan ekonomi rendah. Maka upaya untuk http://acankende.wordpress.com/2010/11/28/bankperkreditan-rakyat-bpr-syari’ah/ 116

91

Volume 01, Januari-Juni 2014


meningkatkan SDM perlu diarahkan di semua posisi, baik di posisi pemegang kebijakan ataupun berposisi di lapangan. c. Kurang adanya koordinasi di antara Bank Perkreditan Rakyat Syari’ah, demikian juga dengan Bank Syari’ah dan BMT, sebagai lembaga keuangan yang mempunyai tujuan syiar Islam tentunya langkah koordinasi dalam rangka mendapatkan strategi yang terpadu dapat dilakukan guna mengangkat ekonomi masyarakat. d. Sebagai lembaga keuangan yang memiliki konsep Islam tentunya juga bertanggung jawab terhadap nilai-nilai keislaman masyarakat yang ada disekitar BPR Syari’ah tersebut.117 3. Strategi Pengembangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Syari’ah Adapun strategi pengembangan Bank Perkreditan Rakyat Syari’ah yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut: a. Langkah-langkah untuk mensosialisasikan keberadaan Bank Perkreditan Rakyat Syari’ah, bukan saja produknya tetapi sistem yang digunakan perlu diperhatikan. Upaya ini dapat dilakukan melalui Bank Perkreditan Rakyat Syari’ah sendiri dengan menggunakan strategi pemasaran yang halal, seperti; melalui informasi mengenai Bank Perkreditan Rakyat Syari’ah di media-media masa. Hal lain yang ditempuh adalah perlunya kerjasama Bank Perkreditan Rakyat Syari’ah dengan lembaga pendidikan atau non pendidikan yang mempunyai relevansi dengan visi dan misi Bank Perkreditan Rakyat Syari’ah untuk

Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi, (Yogyakarta: Ekonosia, 2008), h.99-100 117

92

Volume 01, Januari-Juni 2014


mensosialisasikan keberadaan Bank Perkreditan Rakyat Syari’ah. b. Usaha-usaha untuk meningkatkan kualitas SDM dapat dilakukan melalui pelatihan-pelatihan mengenai lembaga keuangan syari’ah serta lingkungan yang mempengaruhinya. c. Melalui pemetaan potensi dan optimasi ekonomi daerah akan diketahui berapa besar kemampuan Bank Perkreditan Rakyat Syari’ah dan lembaga keuangan syari’ah yang lain dalam mengelola sumber-sumber ekonomi yang ada. d. Bank Perkreditan Rakyat Syari’ah bertanggung jawab terhadap masalah keislaman masyarakat dimana Bank Perkredutan Rakyat Syari’ah tersebut berada. Maka perlu dilakukan kegiatan rutin keagamaan dengan tujuan meningkatkan kesadaran akan peran Islam dalam bidang ekonomi.118 Bank memiliki beberapa sasaran yang hendak dicapai. Artinya, nilai penting pemasaran bank terletak dari tujuan yang ingin dicapai seperti dalam hal meningkatkan mutu pelayanan dan menyediakan ragam produk yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan nasabah. Untuk mencapai sasaran tersebut, maka bank perlu: 1. Menciptakan produk yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan nasabah. 2. Memberikan nilai lebih terhadap produk yang ditwarkan dibandingkan dengan produk pesaing. 3. Menciptakan produk yang memberikan keuntungan dan keamanan terhadap produknya. 4. Memberikan informasi yang benar-benar dibutuhkan nasabah dalam hal keuangannya pada saat dibutuhkan.

118

Ibid, h. 100-101

Volume 01, Januari-Juni 2014

93


5. Memberikan pelayanan yang maksimal mulai dari calon nasabah menjadi nasabah bank yang bersangkutan. 6. Berusaha menarik minat konsumen untuk menjadi nasabah bank. 7. Berusaha untuk mempertahankan nasabah yang lama dan berusaha mencari nasabah baru baik dari segi jumlah maupun kualitas nasabah.119 C. HASIL PENELITIAN 1. Sejarah PT. BPRS Metro Madani PT. Bank Pembiyaan Rakyat Syari’ah Metro Madani atau disingkat Bank Syari’ah Metro Madani (BPRS Metro Madani) adalah salah satu lembaga keuangan yang menggunakan prinsip syari’ah dalam kegiatan operasionalnya, antara lain dalam kegiatan penghimpunan dana dalam bentuk tabungan dan deposito maupun dalam kegiatan penyaluran pembiayaan baik dalam bentuk jual beli, bagi hasil, ijaroh dan rahn. Lembaga perbankan yang menjalankan prinsip syariah terus berupaya memberikan kontribusi terhadap perkembangan ekonomi syari’ah baik di sektor riil maupun di sektor keuangan yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat menengah kecil. Bank Pembiayaan Rakyat Syari’ah Metro Madani (BPRS Metro Madani) salah satu lembaga keuangan yang menggunakan prinsip syari’ah Islam dalam kegiatan operasionalnya. Dasar hukum UU nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana diubah dengan UU nomor 10 tahun 1998 dan terakhir UU nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syari’ah. PT. BPRS Metro Madani mulai beroperasional tanggal 20 September 2005, didirikan berdasarkan akta anggaran dasar 119

Ibid, h.171-172

Volume 01, Januari-Juni 2014

94


notaris Hermazulia di Bandar Lampung No. 1 tanggal 03 Maret 2005 yang di syahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Azazi Manusia (HAM) tanggal 17 Juni 2005. PT. BPRS Metro Madani pada awal operasional berkantor pusat di Jl. AH. Nasution No. 123A Kelurahan Yosorejo Kecamatan Metro Timur Kota Metro. Sejak tanggal 28 September 2009, setelah mendapat izin persetujuan dari Bank Indonesia tanggal 04 September 2009, kantor pusat PRS Metro Madani mulai beroperasiol di Jl. Diponegoro No. 5 Metro Pusat. Diresmikan oleh Wali Kota Metro Bapak Lukman Hakim. Berdirinya PT. BPRS Metro Madani tidak terlepas dari memenuhi kebutuhan umat Islam akan keberadaan lembaga keuangan sebagai dampak meningkatkan kesadaran ummat untuk bermuamalah sesuai dengan prinsip syari’ah dalam kegiatan perekonomian. PT. BPRS Metro Madani mulai beroperasi dengan tersalurnya dana awal sebesar Rp 750.000.000,- untuk memenuhi kebutuhan pengusaha kecil dan mikro dalam mengembangkan usaha dan investasinya (pembangunan perumahan) di Kota Metro dan sekitarnya. PT. BPRS Metro Madani memiliki 3 (tiga) kantor cabang yaitu pertama di Jalan Lintas Timur Unit II Desa Agung Kecamatan Jati Agung Kabupaten Tulang Bawang Provinsi Lampung sejak 14 Januari 2008, kedua di Jalan Jendral Sudirman Pasar Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah Provinsi Lampung sejak 01 November 2010, dan ketiga di Kelurahan Daya Asri Kecamatan Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat.120

Dokumen PT. BPRS Metro Madani Kota Metro, profil BPRS Metro Madani, dikutip pada tanggal 20 September 2012. 120

95

Volume 01, Januari-Juni 2014


2. Visi dan Misi PT. BPRS Metro Madani PT. BPRS Metro Madani mempunyai Visi dan Misi yang akan dicapai sesuai dengan prinsip syari’ah. Visi dan Misi tersebut antara lain: 1) Visi Terwujudnya Bank Pembiyaan Rakyat Syari’ah Metro Madani yang Berkemajuan, Bermatabat dan Membawa Kemaslahatan ummat. 2) Misi a) Menjalankan usaha perbankan sesuai syari’ah Islam yang sehat dan terpecaya. b) Memberikan pelayanan terbaik dan profesional kepada nasabah, share holder dan karyawan.121 3. Struktur Kepengurusan Kepengurusan PT. BPRS Metro Madani sesuai Undangundang Perseroan Terbatas dan ketentuan Bank Indonesia tentang Bank Pembiayaan Rakyat Syari’ah terdiri dari: 1. Dewan Komisaris a) Komisaris Utama : Prof. Dr. H. Marzuki Noor, MS b) Komisaris : Indah Purnomowati, SIP. M.Esy 2. Dewan Pengawas Syari’ah a) Ketua DPS : Drs. Hadi Rahmat, Mag b) Anggota DPS : Ustd. Ahmad Sujino, S.Pd.i 3. Dewan Direksi a) Direktur Utama : Ratna Kartika Sari, SE b) Direktur : H. Suhartono Niti Prawiro, SE 4. Struktur Organisasi Setiap bentuk badan usaha merupakan satu organisasi yang menyelenggarakan kegiatan-kegiatan organisasi untuk

121

Ibid

Volume 01, Januari-Juni 2014

96


mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Adapun di dalam organisasi tersebut dibutuhkan orang-orang yang mampu melaksanakan tugas dan wewenang badan usaha tersebut. Sedangkan untuk menentukan pembagian tugas dan wewenang para personil yang duduk dalam organisasi tersebut agar jelas, maka dibutuhkan struktur organisasi. Adanya struktur organisasi diharapkan dapat membantu pemimpin dalam mengadakan pengawasan terhadap bawahannya, sehingga tujuan perusahaan akan tercapai. Struktur organisasi dapat diartikan sebagai kerangka kerja bagi organisasi dan dibuat sedemikian rupa. Atas dasar fungsi-fungsi yang ada dalam perusahaan, sehingga kerangka kerja maupun orang-orang yang diletakkan dalam kedudukannya mempunyai garis-garis wewenang dan tanggung jawab masing-masing. Struktur bagan organisasi terlampir: 5. Produk-produk PT. BPRS Metro Madani BPRS Metro Madani sebagai lembaga yang berfungsi menjadi intermediasi antara masyarakat yang memiliki kelebihan dana (shahibul maal) dengan masyarakat yang membutuhkan dana (mudharib) dalam menjalankan operasionalnya perbankan syari’ah, produk-produk BPRS Metro Madani adalah sebagai berikut: a. Pendanaan Produk yang dipakai dalam penghimpunan dana di BPRS Metro Madani Kota Metro adalah sebagai berikut: a) Tabungan dengan prinsip Wadiah (titipan): Tabungan Syari’ah Metro Madani (TSMM). Tabungan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat, kapan saja nasabah membutuhkannya. b) Tabungan dengan prinsip Mudharabah: 1) Tabungan Haji iB 2) Tabungan Qurban iB 97 Volume 01, Januari-Juni 2014


3) Tabungan Pendidikan iB 4) Tabungan Walimah iB c) Deposito Investasi dengan prinsip Mudharabah Simpanan yang ditujukan untuk berinvestasi dalam jangka waktu tertentu dan berbagi hasil sesuai dengan nisbah yang telah disepakati. Jangka waktu mulai dari 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan dan 12 bulan. b. Pembiayaan Produk-produk pembiyaan BPRS Metro Madani atas dasar akad syari’ah antara lain: a) Jual beli: Murabahah, Salam, Istishna b) Syirkah dengan bagi hasil: Mudharabah, Musyarakah c) Sewa menyewa: Ijarah, Ijarah muntahiyah bittamlik d) Pinjam meminjam: Qordh/Qordhul hasan e) Jasa pelayanan: Ijarah multijasa, kerjasama talangan haji/umroh f) Gadai Emas Syari’ah: Rahn c. Pelayanan Payment Point BPRS juga melayani pembiayaan tagihan jasa telekomunikasi, rekening listrik dan transfer antar bank online. Selain itu juga, adanya berbagai kebijakan pengembangan yang diambil oleh bank Indonesia terutama program edukasi kepada masyarakat dan dukungan terhadap perluasan jaringan pelayanan perbankan syari’ah, sehingga sampai dengan kurun waktu akhir tahun 2011 dan 2012, kinerja perbankan syari’ah menunjukan peningkatan yang akurat. 6. Kemitraan PT. BPRS Metro Madani PT. BPRS Metro Madani telah menjalin kerjasama strategis dan linkage program dengan berbagai pihak untuk memberikan layanan terbaik, antara lain kerjasama dengan lembaga keuangan syari’ah dan koperasi: Bank Muamalat 98 Volume 01, Januari-Juni 2014


Indonesia, Bank Syari’ah Mandiri, Bank Niaga Syari’ah, BNI Syari’ah, Bahana Artha Ventura, Permodalan Nasional Madani, BMT (Baitul maal wat tamwil), kopontren, BPR dan BPRS, Asuransi Syari’ah Takaful dan Bumi Putera Syari’ah. Sedangkan dengan lembaga non keuangan seperti Lembaga Pendidikan dari Taman Kanak-kanak sampai Perguruan Tinggi, Kementrian Negara Perumahan Rakyat RI, Bapertarum PNS dan Yayasan Dana Sejahtera Mandiri (Damandiri) Jakarta.122 7. Kegiatan Customer Service dalam meningkatkan mutu pelayanan nasabah Pelayanan nasabah atau yang sering kita dengar sebagai Customer Service berasal dari dua kata yaitu Customer yang berarti pelanggan dan Service yang berarti pelayanan. Pelayanan menurut Kasmir diartikan sebagai tindakan atau perbuatan seseorang atau organisasi untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan atau nasabah.123 Customer Service dituntut untuk selalu berhubungan dengan nasabah dan menjaga hubungan itu tetap baik. Hal itu tentu saja harus dilakukan karena menjaga hubungan yang baik dengan nasabah, juga berarti menjaga image bank agar citra bank dapat terus meningkat dimata nasabah. Seorang Customer Service memegang peranan yang sangat penting di samping memberikan pelayanan juga sebagai pembina hubungan dengan masyarakat. Customer Service bank adalah melayani para nasabah harus selalu berusaha menarik dengan cara melayu para calon nasabah agar menjadi nasabah bank yang bersangkutan dengan berbagai cara.

Ibid Kasmir, Manajemen Perbankan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008) 122 123

99

Volume 01, Januari-Juni 2014


Customer Service juga harus menjaga nasabah lama agar tetap menjadi nasabah bank. Adapun cara yang dilakukan Customer Service antara lain adalah: 1. Memberikan kesempatan kepada nasabah untuk bertanya. 2. Mendengarkan dengan baik dan menyimak keinginan nasabah. 3. Tidak menyela pembicaraan nasabah sebelum selesai. 4. Memberikan jawaban yang mudah dimengerti nasabah. 5. Tidak marah dan mudah tersinggung. 6. Bersikap sopan, ramah dan tenang. 7. Tunjukan sikap perhatian dan ingin membantu.124 Customer Service harus memiliki kemempuan melayani nasabah secara tepat dan cepat serta memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik. Customer Service yang baik harus diikuti dengan tersedianya sarana dan prasarana yang mendukung kecepatan, ketepatan, dan keakuratan pekerjaannya Customer Service dituntut untuk memberikan pelayanan yang prima kepada nasabahnya, agar pelayanan yang diberikan dapat memuaskan nasabah. Pelayanan Prima adalah pelayanan terhadap produk yang dijual harus dilakukan secara baik, shingga nasabah cepat mengerti dan memahami produk tersebut dibandingkan dengan produk lainnya.125 Manfaat pelayanan prima antara lain: 1. Meningkatkan rasa loyalitas nasabah. 2. Meningkatkan pangsa pasar. 3. Meningkatkan reputasi perusahaan/organisasi. 4. Meningkatkan jumlah nasabah utama dan nasabah baru.126

Ibid Ibid, h. 197 126 http: //cahturqlho.wordpress.com/2010/09/01/tentangcustomer-service/ 124 125

100

Volume 01, Januari-Juni 2014


Customer Service harus memiliki dasar-dasar pelayanan yang kokoh seperti etika pelayanan, pengenalan produk, dan dasar-dasar lainya. Pelayanan yang diberikan akan berkualitas jika setiap petugas Customer Service dibekali pengetahuan tentang dasar-dasar pelayanan yang sesuai dengan bidang pekerjaan yang dihadapinya, termasuk kemampuan menguasai pengetahuan tentang bank dan produk yang ditawarkan. Fungsi dan tugas Customer Service antara lain: 1. Resepsionis, berfungsi sebagai penerima tamu. Artinya, Customer Service melayani setiap nasabah yang datang berkunjung ke bank dengan ramah tamah, sopan, tenang, simpatik, menarik, dan menyenangkan. 2. Deskman,berfungsi sebagai orang yang melayani berbagai macam aplikasi. Artinya, memberikan informasi mengenai produk-produk bank, menjelaskan manfaat dan ciri-ciri produk bank, menjawab pertanyaan nasabah mengenai produk bank serta membantu mengisi formulir aplikasi. 3. Salesmen, berfungsi sebagai orang yang menjual produk perbankan. Artinya, dengan cara menjual produk-produk yang ada pada BPRS Metro Madani. Berusaha membujuk nasabah yang baru serta berusaha mempertahankan nasabah yang lama. 4. Komunikator, berfungsi sebagai orang yang menghubungi nasabah dan memberikan informasi tentang segala sesuatu yang ada hubungannya antara bank dengan nasabah. Artinya, memberikan segala informasi dan kemudahankemudahan kepada nasabah, menampung keluhan, keberatan, atau konsultasi.127

127

Kasmir, Loc. Cit, h. 226

101 Volume 01, Januari-Juni 2014


Fungsi dan tugas tersebut saling berkaitan sehingga perlu adanya kerjasama dari semu pihak yang ada pada BPRS Metro Madani untuk dapat meningkatkan mutu pelayanan nasabah ssehingga dapat terus berkembanh dan lebih maju. D. KESIMPULAN Customer Service memegang peranan sangat penting disamping memberikan pelayanan juga sebagai pembina hubungan dengan masyarakat. Customer Servicemenjelaskan ataupun mengerjakan kebutuhan nasabah tersebut dengan menghubungi pihak yang terkait. Hal ini akan meningkatkan kepuasan nassabah karena merasa akan kepentingan dilaksanakan dengan rasa penuh tanggung jawab dan tidak perlu berhubungan dengan banyak orang untuk memenuhi kebutuhannya. E. REFERENSI Edi Kusnadi, Metode Penelitian, Jakarta Timur: Ramayana Press dan STAIN Metro, 2008 Husen Umar, Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah Deskripsi dan Ilustrasi, Yogyakarta: Ekonisia, 2008 Http://cahturqlho.wordpress.com/2010/09/01/tentangcustomer-service/ Http://acankende.wordpress.com/2010/11/28/bankperkreditan-rakyat-bpr-syariah/ Http://ainyishere.blogspot.com/2012/04/customer-service.html Kasmir, Manajemen Perbankan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Ekonomi Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009

102 Volume 01, Januari-Juni 2014


Malayu SP. Hasibuan, Dasar-dasar Perbankan, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2004 Muhammad, Metode Penelitian Ekonomi Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2004 Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Edisi Revisi, STAIN Jurai Siwo Metro 2011 Winarno Surakmad, Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar Metode Teknik, Bandung: Tarsito, 1990

103 Volume 01, Januari-Juni 2014


PENDIDIKAN KARAKTER DAN BUDAYA AKADEMIK DI KOTA METRO Oleh: Elly Agustina

ABSTRAK The character education aims at creating the students whose knowledge equals to their attitude and behavior. The character cannot be created instantly. It should be c onducted continuously and involve all of the related communities considering that the factors influencing the pupils’ personality are getting more complex today. Especially Metro Lampung as the icon education in Lampung Like the icon education, Metro must be applied the character education in the daily live, therefore it can be the culture education in there. Key words: Character education, Metro, Culture education

104 Volume 01, Januari-Juni 2014


A. PENDAHULUAN Dalam tujuan umum pendidikan di Indonesia, menyebutkan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah , "Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang." 128 Sedangkan dalam Pasal 31, ayat 5 menyebutkan, "Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menunjang tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia."129 Penjabaran UUD 1945 selanjutnya tentang pendidikan diterangkan dalam UU No. 20, Tahun 2003 Pasal 3 berbunyi "Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab." 130 Dalam konsep di atas kertas, tujuan pendidikan nasional sangat sesuai dengan substansi Pancasila, yaitu menjadikan manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa. Namun, tujuan pendidikan ini belum dijabarkan secara konsisten dan menjadi kultur pendidikan itu sendiri. Padahal, tujuan pendidikan bangsa ini harusnya dapat menghasilkan produk pribadi-pribadi yang paripurna.

128

3

Undang-Undang Dasar 1945 (versi Amendemen), Pasal 31, ayat

Undang-Undang Dasar Pasal 31, ayat 5 Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama RI , 2006, Undang-Undang dan Peraturan RI Tentang Pendidikan No. 20, Tahun 2003. Pasal 3 129 130

105

Volume 01, Januari-Juni 2014


Dalam penerapannya, orientasi pendidikan lebih diarahkan pada aspek kognitif. Nilai angka lebih dipandang penting daripada nilai sikap dan kreatifitas. Sehingga untuk menentukan standarisasi kelulusan, kenaikan kelas, prestasi, dan sebagainya, yang diperhatikan hanya nilai angka dalam lembaran evaluasi peserta didik. Tanpa memperhatikan bagaimana sikap dan keseharian akhlak mereka. Fenemona tersebut mengilustrasikan bahwa tingkat keberhasilan tujuan pendidikan secara umum masih jauh api dari panggan. Maka budaya pendidikan yang demikianlah yang harus diperbaharui. B. KAJIAN TEORI 1. Metro Sebagai Kota Pendidikan Jika ditarik lebih khusus, miniatur kultur pendidikan di Indonesia dapat terwakili oleh Yogjakarta. Kota Yogyakarta dikenal sebagai kota pendidikan, selain sebagai kota wisata, Kota Gudeg, dan sebutan lain yang mewakili ke-khas-an nya. Hal dikarenakan kota ini paling diminati oleh calon mahasiswa dari luar Jogja, bahkan luar Jawa, sebagai tujuan utama dalam melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, selain itu banyak cendikiawan, birokrat, aktivis, sampai dengan musisi kelas atas yang di lahirkan oleh kota ini. Sedangkan di Lampung, Metro merupakan Kotamadya yang mencanangkan visi Kota Pendidikan sejak tahun 2005. Dalam upaya mewujudkan salah satu visi Kota Metro sebagai Kota Pendidikan, maka Pemerintah Daerah berupaya untuk meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan demi terciptanya peningkatan kualitas pendidikan masyarakat. Bahkan pada Desember 2012, Kota Metro ditunjuk untuk menjadi tempat pencanangan pendidikan inklusif, berkaitan dengan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus, seperti mereka yang menyandang tuna grahita ataupun cacat lainnya sementara pada dasarnya mereka sebenarnya memiliki kemampuan berfikir yang 106 Volume 01, Januari-Juni 2014


tidak jauh berbeda dengan anak normal. Hal inilah yang diperjuangkan melalui pendidikan inklusif, sehingga diharapkan anak-anak berkebutuhan khusus tersebut nantinya mendapat kesempatan untuk dapat diterima di sekolah-sekolah formal layaknya anak normal lainnya.131 Banyak aspek yang mendasari visi Metro sebagai kota Pendidikan. Diantaranya, Sumber Daya Manusia, infrastruktur, lokasi strategis, dan biaya hidup yang relatif murah. Disamping itu, keberadaan sarana-sarana pendidikan baik formal maupun non formal yang tersebar di Kota Metro menjadikan suatu kemudahan dalam memilih jenis sarana pendidikan yang diinginkan. Oleh karenanya hampir 3000 pelajar dan mahasiswa berasal dari luar kota Metro, hal ini menjadi catatan tersendiri bahwa Metro cukup diminati menjadi kota tujuan untuk melanjutkan jenjang pendidikan. Menurut Undang-Undang No.20 tahun 2003, tentang sistem pendidikan nasional pasal 13 ayat 1 menyebutkan bahwa jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya.132 Berdasarkan data pokok Pendidikan tahun 2010 jumlah sekolah dan lembaga pendidikan, kelompok belajar dan perguruan tinggi di Metro adalah sebagai berikut. 1. Pendidikan Formal (Negeri & Swasta) adalah sebagai berikut : TK 53 buah, RA/BA 2 Buah, PLB 2 buah, SD 55 buah, MI 9 Buah, SMP 23 buah, SMP terbuka 2 buah, MTS 7 buah , SMA 17 buah, MA 6 Buah, SMK 16 buah. 2. Pendidikan non formal sebagai berikut : Program PAUD meliputi kelompok bermain 49 buah, Tempat penitipan anak 4 buah, PosPAUD 1 buah, Satuan Paud sejenis lainnya 12 buah. Keaksararaan Fungsional tingkat mandiri 10 buah, Kesetaraan Paket B setara SMP 12 buah , Paket C http://Metrokota.go.id Utomo, Tatang, TA. Mencegah dan Mengatasi Krisis Anak, (Jakarta:Grasindo, 2005), hal 4. 131 132

107

Volume 01, Januari-Juni 2014


setara SMA 18 buah. Kursus 45 buah Pusat kegiatan belajar masyarakat 17 buah dan Taman bacaan masyarakat 38 buah. Sampai saat ini di Kota Metro telah terdapat 13 buah Perguruan Tinggi . Terdiri dari 2 Perguruan Tinggi Negeri dan 11 Swasta, yaitu: 1. STAIN Metro 2. PGSD Unila 3. Institut Agama Islam Ma’arif 4. Universitas Muhamadiyah Metro (UMM) 5. STO Dharma Wacana Metro 6. STIMIK Dharma Wacana Metro 7. STIPER Dharma Wacana Metro 8. AKPER Dharma Wacana Metro 9. STISIPOL Dharma Wacana Metro 10. Akademi Kebidanan Wira Buana Metro 11. STIT Agus Salim Metro 12. Politeknik Gajah Sakti 133 Jogjakarta dapat terkenal dengan icon pendidikannya karena di dukung oleh budaya akademik (academic culture) yang menjadi akar kekuatan dan simbol pendidikan kota Yogyakarta. Hal ini juga didukung dengan peran perguruan tinggi sebagai poros berkembangnya budaya akademik (culture academic). Menurut Mochtar Buchori, dalam perguruan tinggi kita sekarang ini terdapat empat jenis budaya, yaitu; budaya birokrasi (bureaucratic culuture), budaya bisnis (business culture), budaya militer (military culture) dan budaya akademik (academic culture). Dari empat jenis budaya diatas menurut Buchori seharusnya budaya akademiklah (academic culture) yang menduduki posisi dominan, yang mampu mengatur dan menjiwai budaya-budaya lainnya. Tetapi selama ini menurutnya di 133

http://kotametro-id.blogspot.com

108

Volume 01, Januari-Juni 2014


beberapa perguruan tinggi kita sekarang ini justru sebaliknya, budaya bisnislah yang paling dominan. kita bersyukur UndangUndang badan pendidikan yang menjadi pro-kontra di masyarakat berhasil dibatalkan, karena dampaknya akan menjadikan perguruan tinggi menjadi ladang bisnis kapitalis lokal dan global. Menurut Buchori, maju tidaknya suatu perguruan tinggi di tentukan oleh kuat lemahnya budaya akademik.134 Sayangnya kultur akademik di kota pendidikan (Metro) ini belum terasa. Rasa keterbutuhan masyarakat pada pendidikan yang membuatnya menjadi kultur dan mendarah daging, relatif rendah. Jika di Jogjakarta kita bisa jumpai tukang becak bisa dalam berbahasa Inggris, banyak lembaga-lembaga kursus tersebar di hampir semua wilayah, serta tingkat membaca dan diskusi yang tinggi, namun beda halnya di Kota Metro. Ketika budaya membentuk watak manusia yang justru mengarahkannya pada kontradiksi kebudayaan, maka pendidikan harus menempatkan dirinya sebagai kekuatan counter-hegemony terhadap dominasi. Layaknya kota pendidikan, Metro harusnya memiliki cita rasa yang berbeda dengan kota lain. Iklim pendidikan di kota ini harus lebih kental. Budaya membaca, menulis, berwacana, dan diskusi menjadi sebuah kebutuhan semua orang, bukan hanya para pelajar dan mahasiswa. Di sudutsudut kota kita temukan kelompok-kelompok belajar, kelompokkelompok diskusi, atau para relawan buta aksara yang intens membekali warga yang buta aksara. 2. Pendidikan Karakter Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilainilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan YME, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga Eduardo.Lemahnya Budaya Akademik dalam Opini Kompasiana. 24 Juni 2011 134

109

Volume 01, Januari-Juni 2014


menjadi manusia insan kamil. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen harus dilibatkan, termasuk komponenkomponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembalajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana dan prasarana, pembiyayaan, dan ethos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah.135 Dalam pendidikan karakter, hal utama yang harus diperhatikan adalah aspek attitude. Inilah aspek yang merupakan tujuan utama namun sampai dewasa ini dikesampingkan. Sikap adalah hasil dari proses perjalanan pendidikan itu sendiri. Maka sangat layak apabila sikap digunakan sebagai indikator keberhasilan dalam proses pendidikan. Anak yang mengalami keutuhan proses yang baik, maka ia akan menjadi produk pendidikan yang paripurna. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Pendidikan informal sesungguhnya memiliki peran dan kontribusi yang sangat besar. Peserta didik mengikuti pendidikan di sekolah hanya sekitar tujuh sampai sepuluh jam per hari, atau sekitar 30%. Sedangkan selebihnya, peserta didik berada dalam keluarga dan lingkungan sekitarnya. Sebagai kota yang berlabel Kota Pendidikan, penanaman karakter ini belum terpenuhi. Hal tersebut dapat dilihat dari kualitas moral peserta didik, institusi pendidikan, tenaga pendidik, dan lingkungan sekitar. Penanaman pendidikan karakter yang baik, akan menciptakan komponen pendidikan yang paripurna pula. Dalam pendidikan karakter terdapat struktur antropologis yang ada dalam diri manusia yang terdiri atas jasad, ruh, dan akal. Hal ini selaras dengan pendapat Lickona yang menekankan tiga Muslich, Masnur, Pendidikan Karakter,( Jakarta: Bumi Aksara), 2011, hal.67 135

110

Volume 01, Januari-Juni 2014


komponen karakter yang baik, yakni moral knowing (pengetahuan tentang moral), moral feeling (perasaan tentang moral), dan moral action (pembuatan moral) yang diperlukan agar anak mampu memahami, merasakan, dan mengerjakan nilai-nilai kebajikan.136 Maka implementasi ketiga aspek di atas sangat menentukan. Setelah sesorang mengetahui dan memahami, maka ia harus menanamkan nilai tersebut dalam dirinya, kemudian ia mengaktualisasikannya dalam kehidupan. Dengan demikian dampak value itu baru akan terasa. 3. Budaya Akademik Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Sebagaimana bahasa, budaya juga merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari. Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.137 Menurut Tylor, sebagai mana dikutip oleh Brown (1871), budaya adalah �the complex whole which includes knowledge, belief, art, morals, law, custom, and any other capabilities and habits acquired by man as a member of society� yakni Ibid Mulyana, Deddy dan Rakhmat, Jalaluddin. Komunikasi Antarbudaya:Panduan Berkomunikasi dengan Orang-Orang Berbeda Budaya, (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2006) 136 137

111

Volume 01, Januari-Juni 2014


sekumpulan pengetahuan, keyakinan, seni, moral, hukum, adat, kapabilitas, dan kebiasaan yang diperoleh seseorang sebagai anggota sebuah perkumpulan atau komunitas tertentu. Dengan demikian budaya akademik berarti apa yang dipelajari oleh seseorang selama periode waktu tertentu. Pengembangan budaya akademik ini didasarkan atas dua tantangan yang selalu dihadapi oleh pendidikan tinggi dalam penyelenggaraan pendidikannya yaitu tantangan yang bersifat internal dan eksternal. Tantangan faktor internal menunjuk pada adanya perubahan sumberdaya manusia hasil didikan Perguruan Tinggi yang semata-mata tidak hanya berdasarkan pada persyaratan penguasaan ilmu dan ketrampilan, tetapi juga pada persyaratan sikap dan semangat belajar, pengenalan bidang lapangan pekerjaan dan kepercayaan masyarakat terhadap pendidikannya serta adanya semangat otonomi sesuai dengan UU No.32 tahun 2004. Sedangkan tantangan yang bersifat eksternal menunjuk pada adanya persaingan tenaga kerja yang menglobal, tuntutan pendidikan tinggi yang humanis, internasionalisasi pendidikan yang bersifat lintas negara yang dalam era globalisasi disebut dengan istilah etnoscapes. Sedangkan Kata akademik berasal dari bahasa Yunani yakni academos yang berarti sebuah taman umum (plasa) di sebelah barat laut kota Athena. Nama Academos adalah nama seorang pahlawan yang terbunuh pada saat perang legendaris Troya. Pada plasa inilah filosof Socrates berpidato dan membuka arena perdebatan tentang berbagai hal. Tempat ini juga menjadi tempat Plato melakukan dialog dan mengajarkan pikiran-pikiran filosofisnya kepada orang-orang yang datang. Sesudah itu, kata acadomos berubah menjadi akademik, yaitu semacam tempat perguruan. Para pengikut perguruan tersebut disebut academist, sedangkan perguruan semacam itu disebut academia.Berdasarkan hal ini, inti dari pengertian akademik adalah keadaan orang-orang bisa menyampaikan dan menerima gagasan, pemikiran, ilmu 112 Volume 01, Januari-Juni 2014


pengetahuan, dan sekaligus dapat mengujinya secara jujur, terbuka, dan leluasa. Berdasarkan hasil survey Budaya Akademik adalah budaya atau sikap hidup yang selalu mencari kebenaran ilmiah melalui kegiatan akademik dalam masyarakat akademik, yang mengembangkan kebebasan berpikir, keterbukaan, pikiran kritisanalitis; rasional dan obyektif oleh warga masyarakat akademik. Konsep dan pengertian tentang Budaya Akademik tersebut didukung perumusan karakteristik perkembangannya yang disebut ciri-ciri perkembangan budaya akademik yang meliputi berkembangnya: (1) penghargaan terhadap pendapat orang lain secara obyektif; (2) pemikiran rasional dan kritis-analitis dengan tanggungjawab moral; (3) kebiasaan membaca; (4) penambahan ilmu dan wawasan; (5) kebiasaan meneliti dan mengabdi kepada masyarakat; (6) penulisan artikel, makalah, buku; (7) diskusi ilmiah; (8) proses belajar-mengajar, dan (9) manajemen yang baik Rumusan tentang Budaya Akademik dapat dikatakan sebagai landasan dasar bagi totalitas dari kehidupan dan kegiatan akademik yang dihayati, dimaknai dan diamalkan oleh warga masyarakat akademik, sedangkan ciri-ciri perkembangannya merupakan sikap, tingkahlaku dan kegiatan-kegiatan konkrit praktis yang merupakan isi material dari ideal budaya akademik yang hendak diwujudkan. Oleh sebab itu, tanpa sikap menghargai pendapat orang lain secara obyektif, tanpa pemikiran rasional dan kritis-analitis yang disertai tanggungjawab moral, dapat dikatakan bahwa Budaya Akademik sebagai totalitas nilai yang tinggi dalam

113 Volume 01, Januari-Juni 2014


kehidupan dan kegiatan akademik, mengalami kegagalan atau bahkan kehancuran.138 Sejak tahun 1997 yang lalu, masalah budaya akademik yang cenderung sulit berkembang telah menjadi topik perbincangan. Beberapa pakar pendidikan meyakini bahwa kemunduran kultur akademik bukan hanya karena pengaruh birokrasi pendidikan tetapi juga akibat keadaan internal. Budaya akademik sebagai suatu subsistem perguruan tinggi memegang peranan penting dalam upaya membangun dan mengembangkan kebudayaan dan peradaban masyarakat (civilized society) dan bangsa secara keseluruhan. Indikator pada milenium ketiga ini akan ditentukan oleh kualitas akademik dan pengembangannya dalam membangun budaya akademik. C. SIMPULAN Budaya akademik sebenarnya adalah budaya universal. Artinya, dimiliki oleh setiap orang yang melibatkan dirinya dalam aktivitas akademik. Membangun budaya akademik merupakan pekerjaan yang tidak mudah. Diperlukan upaya sosialisasi terhadap kegiatan akademik, sehingga terjadi kebiasaan di kalangan akademisi untuk melakukan norma-norma kegiatan akademik tersebut. Salah satu hal yang mendukung berkembangnya budaya akademik adalah tertanamnya karakter yang apik dan kesadaran akan pentingnya pendidikan. Terkhusus bagi daerah yang mencanangkan visi dan program pendidikan. Maka nilai-nilai pendidikan harus menjadi akar tunjang yang akan sangat berpengaruh bagi perkembangan kota tersebut. Namun, hal yang harus disadari bahwa sebutan sebagai kota pendidikan tidak serta-merta didapatkan dengan membalikkan telapak tangan atau cara yang instan, butuh proses Kistanto, Kehidupan dan Kegiatan Akademik di Indonesia , dalam http://duniaartikelartikel.blogspot.com, diunduh pada 14 Januari 2010 138

114 Volume 01, Januari-Juni 2014


yang panjang, keringat yang tak pernah berhenti mengalir, otak yang tak pernah berhenti berfikir, serta mata yang tak pernah tertutup dari para pendidik untuk menjadikan kota ini seperti yang kita lihat dan rasakan sekarang ini.

115 Volume 01, Januari-Juni 2014


D. REFERENSI Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama RI , 2006, Undang-Undang dan Peraturan RI Tentang Pendidikan No. 20, Tahun 2003. Pasal 3 Eduardo.Lemahnya Budaya Akademik dalam Opini Kompasiana. 24 Juni 2011 Kistanto, Kehidupan dan Kegiatan Akademik di Indonesia , dalam http://duniaartikelartikel.blogspot.com, diunduh pada 14 Januari 2010 Mulyana, Deddy dan Rakhmat, Jalaluddin. Komunikasi Antarbudaya:Panduan Berkomunikasi dengan Orang-Orang Berbeda Budaya, (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2006) Muslich, Masnur, Pendidikan Karakter,( Jakarta: Bumi Aksara), 2011, hal.67, Undang-Undang Dasar 1945 (versi Amendemen), Pasal 31, ayat 3 Undang-Undang Dasar Pasal 31, ayat 5 Utomo,Tatang, TA. Mencegah dan Mengatasi Krisis Anak, (Jakarta:Grasindo, 2005), hal 4. http://kotametro-id.blogspot.com http://Metrokota.go.id

116 Volume 01, Januari-Juni 2014


117 Volume 01, Januari-Juni 2014


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.