#1
COLLECTIVE ZINE
Editorial Design & Concept ENIGMALABYRINTH Cover FAUZY LUKMAN, JEFFRIANSYAH Kontributor ADI RIYAN PUTRA, ADI RENALDI, ADRIAN BIMA, ADITYA SALAM, ANDHIKA MINDA, ANONYMOUS, BIMA SURYANDRI, CHARLIE CHRIS EVAN, EDO RADITYA, JATI HASTAMAN, HERZVEN, NIKE SHABRINA, OTEN ZELENE, PRIMA AGUSTIAWAN, RICO PAKUN, RIZA PRAWIRO, SEPTIAN FAJRIANTO Words BEATDBANDIT Photos PENA HITAM CHAPTER JAKARTA KONTAK WA: +62 857 2116 6564 | +62 822 3383 1499 Instagram: @penahitam.jkt Email: underarted.zine@gmail.com ARTWORK Front Cover Fauzy Lukman No Choice “Tekanan itu pasti, masalah itu racun. Namun dalam keadaan apa pun, dalam tekanan apa pun, kita tidak boleh menyerah, tidak ada orang yang benar-benar sendirian, selagi ada teman di samping kita, berjalanlah dengan tegak.” Back Cover Jeffriansyah Survive in the destruction “To use an object is to destroy it, and yet the object must survive this destruction. Afterward, the world will resurface anew and fertile, the surviving and returning people will meet.”
Redaksi mengucapkan banyak terima kasih kepada semua ilustrator serta penulis yang berkontribusi di edisi perdana ini, you rules! Karya yang dimuat sepenuhnya hak artis, layaknya hak cipta, kerja keras mereka untuk ikut berkontribusi sudah sepantasnya kita apresiasi dan angkat. Langsung hubungi artis yang bersangkutan jikaada karya mereka yang ingin diperbanyak. Redaksi terbuka atas kritik dan saran, termasuk kesempatan untuk ikut berkontribusi di edisi berikutnya dalam bentuk karya, artikel/opini, interview, foto atau bahkan bantu kami di bidang editing.
PRAKATA Halo gaes! Sempat tak menyangka kalau zine yang sedang kalian baca ini jadi juga. Kami dari redaksi Underarted Zine banyak sekali memiliki agenda, baik yang sudah terlaksana maupun yang belum kunjung selesai. Semuanya menyenangkan, karena semuanya proses pembelajaran bagi kami. Terbitnya zine yang pertama ini bisa dikatakan salah satu buah manis pembelajaran, baik dari segi pembagian tugas hingga semangat yang tertuang untuk menyelesaikannya. Di ranah ini kami membuka kesempatan selebar-lebarnya bagi para penulis atau pun ilustrator di luar sana untuk berpartisipasi sebagai kontributor, karena yang terpenting bagaimana kita berkarya, berteman, berbagi dan bersenang-senang. Zine ini bisa diibaratkan fondasi yang kami bangun di awal untuk memperkuat semua kegiatan di depan. Sengaja kami berikan di akhir tahun supaya menjadi pembuka bagi awal pergerakan di tahun yang baru. Ibarat trigger yang muncul dan bertujuan seragam, gairah ini perlahan ingin membuat suatu perbedaan atau hal yang tak biasa disekelilingnya. Tak jarang mereka hadir dalam bentuk komunitas atau teman belajar, namun kesemuanya samasama penghuni sebuah struktur yang lebih besar. Adakalanya struktur tersebut berisi matra pengetahuan yang baru, pun tak jarang yang tidak menyisakan sama sekali ruang untuk penghuninya berkembang. Kisah-kisah kecil tentang proses kehidupan ini sebenarnya tidaklah kecil. Ada banyak strategi yang orang mati-matian lakukan untuk terus eksis di kotanya, untuk terus ‘menggali’ kemampuan dirinya. Ada banyak prinsip, filosofi, yang membuat seseorang berimajinasi, bertindak, berkarya sesuai apa yang mereka inginkan. Gambaran itulah yang ingin dicari, ditangkap maknanya dalam zine ini melalui karya-karya maupun kegiatan para kontributornya. Tidak ada proses kehidupan yang statis, only dead fish go with the flow...Jangan bayangkan segala tentang pertahanan skala berat, gosip pertelevisian dan hal yang sifatnya politis. Dari keseharian kita saja sudah banyak hal yang menarik dan menggambarkan bagaimana kita sebagai individu selalu tumbuh dan berproses. Seperti yang diutarakan Marco Kusumawijaya, diantara ruang-ruang publik ada lebih banyak ruang pribadi & komunal yang justru merupakan ruang tempat pergaulan sosial & ekspresi serta pengolahan budaya efektif. Akhir kata, kami harap zine ini dapat sedikit menyumbang greget di Ibukota yang sibuk. Selamat membaca! Jangan lupa sebarkan zine ini ke kerabat dan orang terkasih Anda! Oktober, 2015
Beatdbandit
Killer Instinct
Membunuh atau Terbunuh Itulah satu kalimat yang menjadi dasar pembuatan karya ini. Persepsi miring, paradigma, dan stereotip negatif Menemani kebanyakan pekerja lepas, Entah sedari dulu, atau hanya dewasa ini. Seorang kawan pernah berkata, “Bungkam dengan karya.” Terbungkamkah, anda?
Septian Fajrianto
Illustranesia, adalah nickname yang menjadi pilihan saya Saat suatu waktu terlibat perbincangan ringan dengan salah satu klien dari US. He said “You are a talented, world must know who you are, Indonesia should be proud to you. Ya, sebuah nick name singkat yang (saya pikir) mewakili diri dan profesi saya. Kelahiran September 1991, aktif (kembali) berkarya sejak 2008. Spesialisasi di artwork dengan tone dark/metal.
Kolase Anomali Sisi gelap kehidupan. Didukung ambivalensi, ambisi, dan kesedihan yang melebur. Proses negatif yang ditempuh untuk mencapai suatu “kesempurnaan�. Tersiksa, tertusuk, tertipu, tersesat dalam gelap, dan terikat tak bisa berkoar adalah bagian yang harus dijalani dalam kehidupan fana ini. Kita semua tersiksa oleh kehidupan yang penuh anomali, tetapi kita tetap hidup untuk terus mengejar “kesempurnaan� itu.
Edo Raditya ig: @enigmalabyrinth Lahir di Kota pahlawan, Mei 1991. Seorang Pemuda Melankolis yang terkadang kritis dan romantis di saat bersamaan. Melanglang buana ke Ibukota untuk menempuh mimpi sebagai seorang ilustrator dan pengarah seni, yang sekarang bekerja di Sebuah Advertising Agency di jakarta. Memiliki ketertarikan terhadap Occultism, Film Horror, Thriller, Drama dan Dokumenter yang selalu menjadi inspirasinya dalam membuat karya dengan teknik Stippling. Pemuda beretnis Jawa ini mulai aktif berkarya di dunia ilustrasi sejak tahun 2009 dan pernah beberapa kali mengerjakan artwok untuk beberapa brand dan band metal. Selain itu, karyanya juga beberapa kali berkontribusi dalam dunia Advertising.
Mengapa Secret Gig
penting?
Teks: Adi Renaldi Ilustrasi: Aditya Salam
K
onser atau gig musik tentu adalah sebuah hal yang penting bagi mereka yang aktif dalam scene atau mereka yang hanya menggemari band tertentu. Sebuah konser adalah ajang interaksi antar dua entitas disamping juga mungkin sebuah ajang promosi sebuah karya. Saya sendiri bukanlah orang yang tergolong aktif mendatangi konser. Disamping karena pekerjaan, orang seusia saya mungkin akan berpikir 100x sebelum mendatangi gigs dengan berbagai macam pertimbangan dan alasannya. Terus terang pula, saya tidak tertarik dengan festival atau konser besar band luar negeri sekalipun (mungkin ini dikarenakan band favorit saya tak kunjung datang kemari). Sebelum lanjut izinkan saya mengajak anda mundur 15 tahun tepatnya pada 2000. Ketika menginjak bangku SMA, saya bisa mendatangi konser seminggu sekali, selain karena scene sedang aktif-aktifnya, gairah remaja memang haus akan petualangan dan keinginan memperluas pertemanan. Saya sendiri sempat beberapa kali mengorganisir konser di kota kelahiran. Setelah beberapa tahun, ada suatu perasaan yang padam dan kejenuhan yang melanda disamping karena semacam transisi budaya di dalam scene yang saya geluti dulu (saya akan membahas ini lain kali). Saya mulai menarik diri dan fokus menyelesaikan kuliah hingga menapaki karir. Meskipun ada beberapa festival dan konser dengan panggung besar yang pernah saya datangi, jujur saja semuanya hampir tak berkesan. Bukan karena bandband yang bermain jelek, namun kesan “fans� dan “rockstar� yang begitu kental terasa. Mungkin ini hanya masalah selera saja dan terdengar klise, tapi saya lebih menyukai datang ke sebuah gigs kecil yang intim dan tidak ada batas antara penonton dan pemain. Sedikit pengakuan: Saya bahkan melewatkan gig Metallica pada menit-menit terakhir karena dihinggapi rasa malas dan pertanyaan: Saya nonton Metallica karena keinginan atau ikut-ikutan?. Tiket yang sudah saya beli jauh-jauh hari kemudian saya jual di Kaskus. Entah berapa banyak aksi band-band luar yang saya lewatkan karena perasaan dan pertanyaan itu. Di usia yang menginjak kepala tiga, terkadang saya ingin menarik diri dari kerumunan dan gebyar-gebyar sebuah konser. Dalam setahun mungkin konser yang saya datangi bisa dihitung dengan jari di dua tangan. Bukan seorang scenester yang baik memang. Secret Gig: sebuah Alternatif Keintiman Meski tak bisa dikatakan aktif di scene Jakarta, saya mencoba untuk membangun jaringan pertemanan lewat label rekaman yang pernah saya jalankan. Hingga beberapa waktu lalu saya berkesempatan berpartisipasi dalam sebuah tur milik band dari Padang, Sumatera Barat. Band hardcore tersebut ingin menggelar tur Jawa di beberapa kota seperti Jakarta, Depok, Bandung, Yogya, Kediri dan Solo.
Karena gemar dengan band itu dan faktor pertemanan dan keinginan untuk berkontribusi (aka bentuk penghargaan) terhadap scene, saya menawarkan untuk mengorganisir gig untuk kota Jakarta. Saya memilih sebuah studio musik di bilangan Tebet, Jakarta Selatan sebagai venue: alternatif favorit para organizer yang terdesak masalah biaya atau tetek bengek perizinan. Karena faktor tempat yang sempit dan ingin lepas dari keribetan, saya sengaja tidak mencantumkan nama venue di flyer. Sedikit snob dan elitis memang. Ada beberapa teman yang bertanya: Kenapa sih pake secret gig segala? Kok venue nya ga ada alamat nya? Itu venue nya dimana? Pertanyaan ini memang wajar tapi menjadi penting ditengah skena musik yang makin sublim. Pertama, secret gig memaksa orang bertanya, mencari informasi dan menggali lebih dalam jika mereka memang berniat untuk datang. Disitu minimal sudah terjalin interaksi antar orang perorang bahkan sebelum gig berlangsung. Kedua, secret gig menjadi wadah para apresiator yang memang mengerti apa yang mereka lakukan. Dan yang terakhir, sebuah show yang kecil dan intim akan lebih mudah diingat daripada pengalaman teralienasi di sebuah festival dengan line-up sangar. *** Sejarah secret gig bisa dirunut sejak zaman Renaissance atau awal abad 16 ketika orang menikmati konser di sebuah rumah atau biasa disebut chamber music. Barulah ketika Beethoven muncul, balairung atau aula menjadi tempat favorit untuk menikmati musik. Band-band punk sejak 1970an telah mengenal istilah squatting: menduduki gedung-gedung telantar untuk beragam aktivitas termasuk menggelar gigs kecil yang rata-rata didatangi lusinan orang. Di awal 1990an secret gig jadi naik daun. Flyer seadanya tanpa alamat venue atau bahkan tidak ada flyer sama sekali. Hanya bermodal getok tular atau sistem RSVP (reservasi). Band-band dengan pamor bersinar ramai-ramai menggelar secret gigs yang disebarkan khusus di forum fans club. Kadang juga berupa after party. Atau bahkan bersifat random sama sekali (mungkin hanya yang beruntung saja yang bisa turut serta). Secret gig memiliki peran penting ditengah industri musik yang memiliki attitude korporat. Band-band semakin angkuh dan terasa jauh tak tersentuh. Penampilan mereka bagai robot yang dibatasi barikade berduri. Kesimpulannya, secret gig memang terdengar atau terlihat snob dan elitis dari luar. Namun percayalah, pengalaman berbaur dengan complete strangers dan berbagi oksigen di sebuah ruangan sempit memiliki nilai tersendiri bagi kita yang telah jenuh dengan usaha para korporat yang terus merangsek ke segala lini budaya anak muda. Jakarta, 22 Agustus 2015
Berkarya, Berteman, Berbagi, Bersenangsenang idak lengkap rasanya jika di kota yang menjadi pusat pemerintahan ini tidak ada wadah-wadah pergerakan anak muda yang secara underground bergerak, mengeluarkan ide atau berkarya dengan caranya masing-masing. Jakarta, yang hingga kini masih dijadikan salah satu tujuan merantau favorit seakan tidak kehilangan daya tariknya. Banyak permasalahan sosial dan politik yang direspon warganya dengan cara yang berbeda, salah satunya dalam koridor seni. Diawali oleh gathering setelah acara Artphoria pada tahun 2013, Chapter Jakarta mengadakan pameran pertamanya dengan konsep mini gathering berisi pameran, bazaar dan workshop di Tokove Kemang (RIP) pada tanggal 29 Desember 2013. Setelah itu beberapa kali pertemuan rutin diadakan, namun dalam perjalanannya Chapter Jakarta juga menemui beberapa kendala, salah satunya minimnya komunikasi di grup waktu itu. Tetapi ibarat kata menggambar dengan drawing pen yang salah, Chapter Jakarta juga terus belajar, sambil berkarya, berteman, berbagi dan bersenang-senang, masing-masing diantara kami juga saling berusaha menjadikan wadah ini sebagai basis pengembangan diri dan kolektif secara mandiri. Kegiatan yang Dilakukan Di pertengahan 2015, Chapter Jakarta terus mengadakan gathering rutin per bulannya, yang seringkali disertai dengan kegiatan sharing skill maupun art trade. Kami di
Jakarta percaya, bahwa mengumpulkan teman untuk sekedar ngumpul dan ngobrol ngalur ngidul lebih susah daripada membuat karya, oleh karena itu gathering yang dilakukan biasanya bersifat lebih intim dan tidak terpaku pada kegiatan tertentu. Selain di Taman Langsat, Barito, seringkali kumpulkumpul diadakan di rumah salah satu teman, diskusi perihal agenda berikutnya maupun sekedar masak dan makan bersama. Dapat diibaratkan jika tahun 2015 ini menjadi tahun tersibuk bagi Chapter Jakarta. Kami memiliki project merilis Underarted Zine, sebuah bacaan berisi kumpulan karya, produk, interview dan artikel Collective Exhibition Bertempat di Sekolah Tinggi Manajemen Industri (STMI) Jakarta Pusat pada hari Sabtu, 10 Oktober 2015, Penahitam Chapter Jakarta ikut berpartisipasi dalam acara yang bertajuk, ”It’s Something.” Kegiatan diwarnai dengan sharing skill Charcoal oleh Kedai Tato Bahagia. Dalam kesempatan tersebut, Charlie Chris Evan mengajak para pengunjung yang mayoritas berasal dari STMI untuk menggambar bersamasama. Tak sedikit pertanyaan yang dilontarkan mengenai teknik charcoal. Kegiatan ini rupanya berhasil menarik antusiasme pengunjung, terutama karena banyak diantara peserta tidak mengerti sama sekali mengenai charcoal, dan hal ini yang berusaha diperkenalkan oleh Charlie, agar peserta sharing skill bisa mengenal dan menyenangi charcoal tersebut. Selain sharing skill, Chapter Jakarta juga membuka booth yang berisi pameran karya dan bazaar produk temanteman di Penahitam. Ada 21 karya yang ditampilkan dalam pameran yang terdiri dari berbagai macam media. Tidak cukup sampai disitu, teman-teman dari Chapter Jakarta juga mengadakan live drawing art collaboration. Untuk
gambaran lengkap acara bisa dilihat ringkasan videonya di HYPERLINK “https://youtu.be/B0T8XH8aTcs” https://youtu. be/B0T8XH8aTcs. Di bulan November 2015, tepatnya tanggal 25-27, Penahitam Chapter Jakarta diundang untuk berpartisipasi dalam acara Media Art Exhibition yang diselenggarakan oleh Politeknik Negeri Media Kreatif. Acara juga diisi dengan pameran, blackmarket (Bazaart), dan workshop cukil oleh Kuilcukil a.k.a Yoni Lingga. Tidak hanya itu, Chapter Jakarta juga berkesempatan ikut dalam pameran Intrapersonal dan artist talk yang diadakan. Tabung Art Trade Dari Yogyakarta ke Jakarta untuk kemudian diteruskan ke Jember. Seperti itulah rute tabung art trade yang Oktober lalu sampai di Jakarta. Nyatanya, minat teman-teman di Chapter Jakarta untuk terlibat dalam kegiatan ini sangatlah besar, tak kurang dari 30 karya berhasil dikumpulkan untuk di trade dengan teman-teman di Chapter Jember. Saat tabung art trade sampai, teman-teman di Jakarta juga sempat menyaksikan film dokumenter dan membaca “surat cinta” dari Chapter Yogyakarta. Senang mengetahui kabar dari teman-teman di Chapter lain dan apa yang menginspirasi karya-karya mereka. Salut! Sebar Serang Tour Jawa-Bali 2015 Belum cukup sampai di situ, tepat di penghujung tahun 2015, Penahitam mengadakan launching website dan Sebar Serang Tour Jawa-Bali 2015. Di tur ini, Chapter Karawang bekerjasama dengan Chapter Jakarta untuk mengorganisir suatu gig yang berisi pameran, lokakarya, musik, blackmarket (Bazaart), pemutaran film dokumenter PH dan sesi diskusi perihal visi & misi Penahitam dan bagaimana membangun basis perekonomian secara swadaya.
Hope And Dreams Sejatuh apa pun kita, sesulit apa pun keadaan kita mimpi dan harapan akan selalu ada selama kita masih mempunyai keyakinan, dan usaha untuk meraihnya.
Andhika Minda IG: @mindadhika Lahir di Jakarta, Oktober 1992. Tinggal, tumbuh dan bergaul di pinggiran kota Bekasi. Sekarang, pria penggemar film-‐film classic dan memiliki hobi menggambar ini tinggal di Riyadh, Saudi Arabia, ikut dengan orang tua dan melanjutkan pendidikan di Riyadh karena Bapak seorang Diplomat di Kedutaan Besar Republik Indonesia. Mulai berkarya tahun 2010 hanya dengan kolase digital imaging dan tahun 2013 beralih ke artwork digital painting. Spesialisasi di artwork album/t-‐shirt Death Metal.
Halo!!!
Artwork ini saya buat untuk cover album kaset Domestik Doktrin yang berjudul Re-‐Establishing Almost Dead Thrashdition (terlepas rilisan ini official atau tidak saya juga bingung… hahaha au ah gelap!). Bercerita tentang titik jenuh/rasa muak masyarakat kepada para politikus di negeri ini yang dari hari ke hari kinerjanya semakin semrawut dan hanya mementingkan golongannya saja. Dengan kondisi yang carut marut ini, mereka terpaksa melawan dengan cara mereka sendiri (dengan cara lama). Sekian dari saya selamat berkarya, HAIL PENA HITAM!! Email : bloodandink@rocketmail.com Facebook : Adrian Bima Instagram : adrianbima Perkenalkan saya Adrian Bima A, biasa dipanggil Bima tetapi di setiap karya selalu memakai nama Blood & Ink. Dalam berkarya banyak mendapat ide dari musik yang saya dengar, lirik lagu yang dibaca, video-‐video skateboards, kartun dan dari keanehan yang ada disekeliling. Awalnya saya ingin memunculkan sosok karakter yang keren dan gahar namun sepertinya gagal. Makanya lebih suka membuat karakter tengkorak/apapun yang sedikit konyol. Bagi saya, sangat menyenangkan saat gambarku bisa membuat diri sendiri tertawa. Karena agak susah membuat gambar dengan konsep yang terlalu serius, dan saya akan terus menggambar selagi itu bisa membuatku selooow. Uyeeeee...
CHARLIE CHRIS EVANS TEKS: BEATDBANDIT
S
Sedikit basa-basi di awal, saat saya sedang mencari narasumber untuk diwawancarai, entah kenapa terpikir daerah Blok M dan lapakan tattoo-nya (mungkin karena dari zaman belia tiap main ke Blok M banyak bertebaran tempat tattoo). Meskipun terlihat kecil, tapi mereka bisa terus make a difference di kota. Kalau dilihat dari tahun kelahiran, saya memang lahir dan tumbuh di saat tattoo artist itu masih sedikit, dan waktu itu masih bingung juga prospek kedepannya seperti apa, tapi kini semakin banyak tattoo artist yang lebih private, lebih higienis dan berkelas. Hai Charlie a.k.a pemilik akun IG kedaitatobahagia, kalau boleh tahu lo mulai menekuni profesi tattoo artist ini dari tahun berapa ya? Mulai start intens itu 2 tahun terakhir, sebelumnya gue dari 2004 itu ibarat kata masih putus-nyambung sama mesin... hahaha, tapi setelahnya udah mulai intens dan mulai gue prepare secara profesional, meskipun gue masih newbie, masih di bawah 5 tahun. Ada nggak sih bedanya tattoo artist zaman dahulu sama sekarang? Pasti ada, dari segi desain yang diaplikasikan ke kulit jelas ada perkembangan dan perbedaan, meskipun sampai saat
ini desain yang ‘oldschool’ masih sangat digemari. Kalau dari segi skiil otomatis ada perkembangan, karena skill tidak sekedar bagaimana cara kita menjalankan mesin, tapi juga bagaimana kita prepare sebelum mulai mentattoo, kebersihan peralatannya dan cara kita komunikasi dengan klien. Terutama soal kebersihan, tattoo itu layaknya operasi kecil karena berhubungan langsung sama darah jadi pengerjaannya tidak bisa sembarangan. Sehati-hatinya kita aja masih ada kemungkinan sekian persen untuk miss. Kenapa sih lo terpikir mau jadi tattoo artist? Pertama, jelas karena gue suka menggambar; kedua, suka mengeksplor media lain selain kertas. Walaupun di kertas juga ada level-levelnya, tapi gue mau coba sesuatu yang baru, dan di media kulit inilah gue menemukan keasikan tersendiri. Karena tiap individu memiliki kulit yang berbeda dan setiap bagian dari tubuhnya tersebut pun mempunyai kulit yang berbeda-beda. Ada motif atau warna khusus yang lo sukai di tattoo nggak? Untuk ke badan gue sendiri, gue suka warna grey and black dengan genre yang dark, horor atau yang lebih simpel. Sementara untuk klien, biasanya lebih banyak tattoo yang tradisional atau old school. Kenapa gue suka warna abuabu dan hitam itu lebih ke arah tantangan gradasi pada saat membuatnya. Contohnya gimana caranya kita buat gradasi halus dan rapi.
Menurut lo modal utama sebelum memutuskan menekuni bidang tattoo artist ini apa? Harus yakin dulu kalau lo mau membuat tattoo dan menjadikan tattoo sebagai profesi lo. Setelah itu baru mempersiapkan segala perlengkapan, investasi dan mesin-mesinnya. Kedua, etika sama attitude. Terkadang gue lihat di badan orang ada banyak tattoo dengan tingkat kerapihan berbeda, mulai dari biasa sampai bagus tetapi tattoo artistnya sama. Berarti sama seperti bidang lainnya dong, seorang tattoo artist akan terus belajar, selalu ada perkembangan... Iya itu bener banget, semua aspek akan bisa karena terbiasa, apalagi kalau lo melakukan itu dengan senang hati dan menimbulkan rasa bahagia di lo otomatis akan makin senang melakukannya dan dengan sendirinya kemampuan lo akan berkembang. Tattoo artist seprofesional apa pun, jam terbang setinggi apa pun, mereka masih tetap bisa dikatakan belajar, karena balik lagi ke yang gue bilang sebelumnya setiap orang memiliki kulit berbeda, setiap bagian tubuh orang juga mempunyai karakter dan tekstur kulit yang tak sama. Teknik-teknik apa saja yang masih ingin lo pelajarin dari tattoo? Gilaaa... banyak banget!! Dari mulai nge-mix warna, campur warna, bagaimana mengaplikasikan jarum secara tepat ke kulit yang teksturnya lebih sensitif seperti leher, ketiak, itu kan butuh penanganan khusus.
Nah, kalau buat lo sendiri, apa saja yang harus harus dipunya, emm... maksudnya anak muda perlu membekali dirinya dengan apa? Untuk konteks anak muda, paling nggak lo percaya saja sama kemampuan diri lo sendiri, apa yang harus lo lakukan dengan bakat lo. Nantinya lo akan mengeksplor karena kita nggak akan tahu kalau kita nggak mencoba memulai. Kita nggak akan tahu hasilnya kalau nggak melakukan apa-apa. Jadi lakukan saja dulu apa yang lo percaya benar selama itu nggak merugikan orang lain dan kita bisa memberikan yang terbaik. Lebih baik jadi pioneer atau pengikut? Kalau gue bilang bukan pioneer atau pengikut, tapi gimana lo mengamati si pioneer dan si pengikut ini sehingga lo bisa ada diantara atau bahkan di depan keduanya, Apa impian terbesar yang ingin lo capai dalam waktu 5 tahun? Gue mau pindah ke Paris, disana mungkin aja gue akan lanjutin jadi tattoo artist. Adakah pesan untuk teman-teman yang lain, yang mungkin ingin menggeluti hal yang sama dengan lo? Kalau gue sih pesannya mulai dulu
dari gambar di kertas, sampai tangan kita terbiasa terus tanya ke teman lain, ketemu sama orang yang emamg dia juga tatto artist, ngobrol dulu gimana caranya mempersiapkan mesin, mempersiapkan kebersihan studio, mempersiapkan diri untuk ketemu klien. Cari tahu pertimbangan apa saja yang perlu diketahui sebelum kita men-tattoo seseorang.
“Use what talents you possess; the woods would be very silent if no birds sang except those that sang best – Henry Van Dyke�
The Anatomy of Survival
Ya, dapat dikatakan bahwa survive tidak semudah membalikkan telapak tangan, terkesan sulit namun sebenarnya bisa kita lakukan. Tetapi, bagaimana pun caranya semua makhluk hidup pasti akan bertahan untuk hidup apabila masih memiliki pencapaian dalam kehidupan nyata, terkecuali jika dirinya desperate dan sudah tidak punya visi kehidupan. Better die than survive. Dalam kehidupan pasti ada kematian. Dia yang bertahan, yang tumbuh berkembang, yang berusaha semaksimal mungkin pasti akan tetap bertahan atau bahkan menemukan kehidupan yang baru. Sebaliknya, dia yang tidak kuat berdiri terus berhadapan dengan situasi stagnan, tanpa ada ambisi untuk memulai kehidupan baru. Perlahan, kematian itu semakin dekat hingga bunuh diri menjadi pilihan yang tak dapat terelakkan. Sama halnya pada gigi manusia, tumbuh menggantikan gigi – gigi susu yang sudah tidak bisa bisa bertahan lagi menjadi gigi yang lebih prima, dan mengulang kembali proses pertumbuhan dari awal. Dalam survive, kita belajar melewati proses dari kepedihan, kesedihan dan keterpurukan di balik kebahagiaan yang kita rasakan sehari-‐hari. Layaknya gigi yang menghantam berbagai macam rasa. Manis, asam, pahit, atau panas dan dingin yang dapat merusak gigi tersebut, pun begitu juga kehidupan. Bertahanlah menghadapi berbagai macam cobaan di dunia sejak dini. Bertahan sampai akhir dan tidak tergantikan oleh siapa pun yang bahkan mau menempuh perjuangan tersebut dari awal, layaknya gigi.
Riza Prawiro @takjemujemu
Pria kelahiran Jakarta, 8 Mei 1991 ini memiliki ketertarikan pada karya seni ilustrasi semenjak duduk di bangku SMP. Walau sempat pindah ke dalam scene graffiti hingga lambat laun kembali lagi ke dunia ilustrasi dan baru mulai benar – benar menggelutinya ketika memasuki dunia perkuliahan. Arahan juga referensi didapatkan dari beberapa kawan serta senior di kampus desain Universitas Trisakti atau yang lebih dikenal dengan Desa Rupa. Ia akhirnya menemukan style menggambar dengan menggunakan teknik cross-‐ hatching tanpa tema spesifik di tiap gambarnya. Draw what you love, love what you draw. Seiring berjalannya waktu, pria yang akrab dipanggil ‘Oyoy’ ini juga sempat beberapa kali membuatkan ilustrasi untuk cover album, band t-‐shirt, clothing line, dan art poster gig musik underground. Setelah lulus dari bangku perkuliahan, dirinya meneruskan jenjang karir di Lawless Jakarta sebagai Illustrator / Designer dengan terus melakoni berbagai macam project lain.
The ugly duckling Always felt the pain
They find themselves struggling against hardship in facing life around it But the duck was still dashing and amid all the problems facing Although sometimes the duck look desperate but the duck kept fighting because that's life There is always hope
Oten Zelene Lahir 07 Oktober 1990, tumbuh besar di kota Palembang (Sumatera Selatan). Setelah berganti-‐ganti nama akhirnya ‘mukarata’ lah yang sampai saat ini
menjadi julukan hha… sekarang telah hijrah ke ranah Ibukota Jakarta. Penyuka pointillism dan tidak suka alkohol
TEKS: ANONYMOUS ILUSTRASI: ADI RIYAN PUTRA
I
the Fourth Circle of Hell, Dante and Virgil see the souls of people who are punished for greed. They are divided into two groups, those who hoarded possessions and those who lavishly spent it – jousting. They use great weights as a weapon, pushing it with their chests which symbolizes their selfish drive for fortune during lifetime. I see the same thing in my country. n
Pagi itu berjalan seperti biasa, datang telat seperti biasa, menulis panjang seperti biasa, briefing panjang hingga lupa tujuan awal seperti biasa, menjadi perempuan karir yang
dipaksa bekerja di luar bidangnya seperti biasa. Bertubi-tubi berita saya dengar selama di ruangan sumpek penuh intrik si bos, mulai dari gimana cara meningkatkan penghasilan perta**** tujuh kali lipat dengan teknologi A, cara supaya bisa ikut konferensi di Paris, masukkan proposal dan paper ke orang dekat si A, si B, tapi inti semuanya mari kita lakukan dari belakang... and I’m laugh. Saat kembali ke meja dan menenggelamkan diri dengan sosial media, saya terperangah mendengar berita status kabut asap dan debu di berbagai daerah yang sudah menjadi bencana regional, internasional deh. Bukannya tidak mengikuti, sudah lewat sebulan dan belum bisa dipadamkan itu sedikit lucu, tapi dengan tidak mau menerima bantuan 5.000 liter air untuk memadamkan api dari negara lain itu lebih lucu, atau bahkan kemarin saya sempat dengar masih
ada beberapa daerah yang baru akan disidak, sangat lucu. Dari beberapa tahun lalu sudah ada moratorium untuk hutan yang ceritanya bakal habis akhir tahun ini, tapi kesekian kalinya kita dihadapkan dengan kebakaran hutan hebat. Seperti kemarin di Riau, kebakaran lahan gambut di Riau 38,02% nya ada di wilayah Peta Indikatif Penundaan Pemberian Izin Baru. Dalam kasus MIFEE (Merauke Integrated Food and Energy Estate) di Kabupaten Merauke, hutan alam, hutan rawa dan savana tempat hidup orang Marind dialihfungsikan untuk pembangunan industri pertanian dan perkebunan skala besar dengan luas mencapai 1.553.492 hektar atas nama ketahanan pangan dan energi. Balik ke tahun 2013, pemerintah daerah Papua Barat sempat mengusulkan revisi RTRWP untuk pelepasan kawasan hutan seluas 952.683 hektar dan perubahan fungsi seluas 874.914 hektar. Sama halnya di Kepulauan Aru, yang ditengarai akan ada pembebasan lahan untuk yang-mahadituankan perkebunan sawit ((ppft)) atau di Sulawesi Tengah yang menjadi provinsi percontohan UN-REDD, namun moratorium hutan justru tak berkutik di sana. Ini kalau moratorium habis, hutan-hutan di Kalimantan Tengah tinggal menunggu waktu eksekusi. Bayangkan saja, sejak ada moratorium izin pertambangan di kawasan hutan dari 279 pada 2011 dengan luas sekitar 900 ribu ha menjadi 443 dengan luas 1,3 juta ha di tahun 2014. Ironis karena mayoritas berada di daerah REDD+, lahan gambut atau bagian Taman Nasional. Tapi bukan Indonesia kalau tidak ironis, sudah bukan hal baru hak-hak masyarakat adat dan lokal kita menderita karena proyek perkebunan atau tambang skala besar. Segala tetek bengek moratorium dan wacana perbaharui Land Reform selalu tumpul di birokrasi dan pemain lama. Adanya pembekuan izin di satu tempat seakan tidak menghentikan munculnya titik api di berbagai tempat lainnya, dan itu yang mengerikan. Dari 15,3 juta hektar luas Kalteng, 12,7 juta hektar (78%) dikuasai investasi. Baik HPH, sawit maupun pertambangan. Tahun 2015, ada 17.676 titik api di Kalteng, mayoritas di konsesi. Namun yang ditetapkan jadi tersangka hanya perusahaan kecil. Dari luas 14.680.700 hektar, konsesi perkebunan sawit 5.387.610,41 hektar (550 perusahaan), pertambangan 6,4 juta hektar (817 IUP), dan HTI 2,4 juta hektar (52 perusahaan). Sebagian perusahaan besar yang kotor ini mengakumulasi mulai pemilik lahan, membeli CPO dari perusahaan menengah dan kecil, hingga mendapatkan keuntungan dari pembakaran hutan dan lahan. Lebih hebatnya, mereka tidak hanya bermodal modus land clearing penyiapan lahan tapi juga klaim asuransi. Di beberapa perusahaan, ada kesengajaan kebakaran lahan dengan kepentingan asuransi. Saat kebun dibuka dalam hitungan ekonomi tak produktif, perusahaan akan menghanguskan lahan untuk mendapatkan asuransi lalu uang tersebut digunakan untuk membuka kebun baru di wilayah lain. Aneh, terkadang kita lebih segan menerima bantuan dari negara lain tapi tidak malu menelanjangi sumber daya negara untuk korporat besar. Boleh-boleh saja sih mendayagunakan tenaga lokal terlebih dahulu, tapi bencana nasional ini telah merambah ke berbagai negara, dan saya sangsi sebagian pihak di kita benar-benar berniat untuk menekan deforestasi. Sempat ada cerita ketika satu HTI terbakar, masyarakatnya berduyun-duyun mengambil air dan memadamkan malah dihadang kepolisian dan diminta SIM serta STNK-nya. Padahal posisinya di tengah hutan dan masyarakat takut kebakaran tersebut merambat ke kebun mereka. Mungkin sebagian tuan di sana berpikir, tanah kita sangat subur sampai tak perlu ragu untuk menghabiskannya, atau semua kekayaan alam, di tanah siapa pun dapat menjadi kekayaan mereka atas nama pembangunan dan perdagangan bebas. Sementara kita yang tersia dianggap pasti bisa memiliki kesempatan hidup dan mencari nafkah di tempat/
dengan cara lain. Di Provinsi Jambi, sejak tahun 2011 hingga 2015 saja, sebaran titik api naik 40%, angka ini langsung membuat saya tertawa lagi. Baru kemarin saya membuat usulan revisi RAN GRK atas permintaan kantor, di sektor gambut dan kehutanan itu saya melihat ‘yang katanya’ capaian Pemerintah tahun 2004-2009 bahwa mereka berhasil menurunkan titik api dengan rasio keberhasilan lebih dari 60%. Tapi kenapa 2011 - sekarang naik terus? Tahun 2015, di satu Provinsi saja bisa ada 5.000-an titik api di konsesi, 80% lahan gambut. HTI maupun sawit. Lalu, bagaimana warga lokal di sana bertahan? Bukankah si pelaku asap juga menghirup asap yang serupa? Lalu kenapa ini semua bisa berbeda buat mereka? Saya pun teringat omongan pacar saya kalau dunia ini adil, karena semua orang mempertanyakan keadilan. Ya mungkin bagi pelaku ini semua demi urusan perut dan keluarga, bagi pihak lain ini tidak adil, ini menyesakkan nafas dan membuat aktivitas terganggu. Salah satu wujud ketidakadilan menurut hemat saya, karena adil itu di saat apa yang kita lakukan telah dipertimbangkan dampak panjangnya. Jadi ketika suatu tindakan tidak menyisakan sesuatu yang lebih untuk diperjuangkan di generasi mendatang, maka itu tidak adil. Kita hanya punya pilihan untuk bertahan dengan apa yang tersisa. Sama halnya seperti kasus kebakaran hutan dan lahan di Indonesia, di balik segala bahayanya bagi kesehatan, jauh sebelum itu kasus kebakaran tipe ini sudah merupakan bentuk kejahatan terorganisasi yang paling besar layaknya genosida. Dalam konteks ini, sedikit yang melihat bahwa kasus kebakaran sama dengan genosida terhadap primata. Akibat pembukaan hutan untuk kelapa sawit, hanya dalam 20 tahun terakhir 90% dari habitat orangutan telah hancur. Itu baru orangutan, dan baru yang terdata, belum mencakup nasib hewan yang lain. Tiap saya lihat foto hewanhewan yang mati atau luka parah akibat kebakaran hutan, bawaannya kayak mau nangis (dan entah kenapa selalu karena sawit di beritanya). Selain genosida primata, kelalaian penanggulangan bagi masyarakat di sana juga bak genosida, karena mereka jadi dibiarkan menghirup racun dalam waktu yang lama seakan kebakaran merupakan hal yang biasa. Dampak lainnya adalah genosida budaya terhadap kelompok etnis atau masyarakat adat yang dipaksa keluar dari tanah mereka karena lahannya diambil perkebunan. Saya saja tak bisa membayangkan, bagaimana semua tipikal pemusnahan itu berdampak ke fisik dan mental berat korban yang menerimanya. Belum habis satu topik pertama, kini banyak perusahaan (termasuk perusahaan tempat saya bekerja) mengusung berbagai program bertemakan ‘hijau’ supaya bisa mendapatkan dukungan Pemerintah. Saya merasa berdosa dan lucu di ranah tersebut, karena banyak paper yang saya buat justru dipakai oleh ‘orang-orang penting di atas’ sebagai acuan speech internasional mereka, seakan mereka kehabisan ide untuk ngomong. Sayangnya, Pemerintah Pusat acap kali menggampangkan penanganan kebakaran hutan dan lahan sampai media perlu menggembar-gemborkan dahulu beritanya baru mereka mau gerak. Andai mereka bisa berpikir panjang, apa jadinya jika pembiaran terhadap asap di berbagai Provinsi ‘mendorong tokoh masyarakat di berbagai tempat untuk memisahkan diri dari Indonesia, seperti yang pernah dideklarasikan oleh kelompok Tabrani Rab dengan Riau Merdeka ataupun Hasan Tiro di Aceh. Tak lama, sebuah panggilan menyadarkan saya dari lamunan. Saya pun balik ke kesibukan di tempat kerja, sedikit senang karena dapat menyempatkan sedikit waktu untuk pikiran, ide-ide di luar urusan kantor. Setidaknya tidak harus melulu seperti zombie yang tak berkembang, berangkat-pagipulang-malam tanpa sosialisasi atau diskusi nyata. Oktober, 2015
Renew, Release, Let Go
We need to be hurt in order to grow Lose in order to gain, because some lesson are learned best through pain Because when one door closes another door opens Release the fear, all the painful in the past will not color what you see and hear now Become the architect of your future Sometimes to stay alive you got to kill your minds
Bima Suryandri
Ig: bicokkk Kelahiran Juni, 1993 Tumbuh dan bekerja di kota penuh gedung-‐gedung tinggi dan minim jalanan untuk pedestrian Ya, pria yang akrab dipanggil ‘Bicok’ ini telah menjadikan sepeda bagian dari hidupnya Gemar mengendarai sepeda balapnya sendirian Hobi masak dan mencintai dunia kuliner Mulai aktif menggambar lagi sejak tahun 2013 setelah sempat beberapa tahun vakum Senang mengeksplorasi dan melakukan eksperimen gaya gambar, khususnya spray painting dengan pilox di atas kertas Terinspirasi oleh Priestofterror, Banksy, Shephard Farley, Paul Jackson, Illustranesia dan banyak lainnya
Supply and Demand Mothers with tears of pain and shame in their eyes, send their daughters into the streets to sell their bodies. But in the city there will always be women who needs sex and money without having to feel shame. They crave for it, and there are also plenty of men will give it. Supply and Demand.
Nike Shabrina ig: beatdbandit
Lahir di Kota yang wacananya akan dibangun Great Sea Wall Mei 1990. Pecinta kuliner, warna hitam, boneka dan penggemar berat One Piece. Di waktu kecil berkeinginan menjadi penulis, ternyata saat lulus berhasil menjajaki dunia Writer dan Editor. Kini bekerja sebagai Research Executive di sebuah perusahaan di Jakarta. Suka nonton film bergenre Horror, Documentary, baca buku terkait Occult, Crime dan Cult. Tidak ada teknik tertentu dalam membuat karya, tetapi selalu berusaha menghasilkan sesuatu yang mempunyai makna.
Amukbara
Mencipta api Menjaga panas Pertahankan bara dan siap membakar
Rachmat Jati Hastaman IG: @jatihastaman
Lahir di Depok, 15 Januari 1995
Tinggal, tumbuh dan bergaul di pusat kota Depok.
Pria berkaca mata yang sampai saat ini sedang memperjuangkan
kuliahnya agar cepat lulus, dan memiliki keinginan untuk mencoba bertahan hidup dengan
menggambar serta berjualan artwork.
6
Live Desecration Review:
Incessant Energy
September 2015: “Ini pertama kalinya gue nonton studio gig,” gumam saya dalam hati. Yap, setelah beberapa minggu menunggu akhirnya saya bisa menonton langsung band power violence asal Padang ini, HURT. Sebagai the new band in local scene yang sangat..sangat… hardcore dan baru tahun ini mengeluarkan EP yang dirilis Sonic Funeral Records, HURT telah menjajal skena pulau Jawa dalam tur pertama bertajuk Frustration Java Tour 2015 mulai dari Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Kediri, Blitar, Malang, Sidoarjo, sampai Depok! Sebelum datang saya sempat membayangkan studio gig itu tempatnya tidak terlalu besar dan remang-remang ((hahaha)), faktanya si penyelenggara Chapter Jakarta apik dalam memilih tempat. Awalnya juga saya sempat bingung karena di poster tidak ada keterangan tempat, hanya tulisan @The Paincave. Akhirnya setelah tanya-tanya barulah saya tahu gig ini berlangsung di BepBop Studio Tebet. Pe-er banget gak sih kenapa harus rahasia? Mungkin tidak sedikit orang yang bertanya seperti itu, tapi semuanya kejawab saat saya datang langsung kesana. Satu kata, intimate. Penonton yang datang bisa dikatakan cukup untuk sebuah gig kecil yang kental akan keakraban, tanpa eksposur yang besar, karena hampir semua yang datang saling kenal dan saling support, mereka datang karena memang ingin melihat penampilan keempat band. Setelah sempat molor dari waktu yang ditentukan, TARRKAM membuka gig malam itu dengan memainkan beberapa lagu dari album mereka yang berjudul Transcend Massive Culture. Band hardcore punk Jakarta ini memberikan suasana baru yang berbeda dari hardcore punk biasanya, ada nuansa funk, surf, dancepunk maupun soul dalam tiap lagu atau yang disebut di bandcamp mereka sebagai ‘kebinatangan core’. Band kedua adalah PARALERPE, a new 80’s hardcore punk dari Jakarta, sayang sekali tak berapa lama setelah saya masuk menonton mereka, lagu yang dimainkan selesai. Namun klimaks yang belum sempat terasa itu langsung tergantikan begitu saya melihat penampilan dari EERIE, band dark punk Yogyakarta. The great thing about these secret gig is that the crowds and support were amazing. I could only reflect these emotions as well, when EERIE took the stage, semua penonton semakin merapat di sekitar panggung, whirring guitars dan iringan dark post punknya exploded into a hypnotic wall
of noise, Rudy cs rupanya mampu memanaskan suasana studio yang dingin. Terakhir, sekaligus penanda dimulainya mini tour mereka, ialah HURT, yang langsung membuat saya terkaget-kaget karena tiap beberapa saat selalu terdengar bunyi duk..duk.. dukk.. lalu tampak noda merah darah di jidat vokalisnya, yeah pain is what makes us alive, and it’s HURT. Holy shit, with mic?! Their performances particularly passionate, too painfull, buzzsaw sound, very fast tempos, loud volume, heavy bass levels. Last but not least, their last song got big round of applause dan ditutup dengan moshing or stage diving di lini depan panggung, sebuah ritual yang paling saya senangi dari menonton gig musik underground. I have a higher tolerance to the intense, so the soaring dissonance created that was foregone and heavy seems really electrifying for me. Intinya sih gig yang benar-benar bagus secara kualitas. It is a great pleasure and honor for me could come to the gig and write reviews. Maaf kalau bahasanya campursari, mungkin saya terlalu bersemangat.
Sedikit tanya nih, apa sih yang membuat lo berdua tertarik menjajal media kayu, khususnya talenan untuk menggambar? R: Tantangannya yang buat jadi lebih menarik. Terutama dari bentuk talenan yang bervariasi, warna dan serat kayunya yang kalau digabungin sama gambar, justru bagian yang gak kita warnain serat kayunya akan mewarnai gambar kita secara alami. Jadi shadow dari kayunya seperti menyatu dengan gambar. P: Karena ternyata nyamannya beda menggambar di talenan sama kertas. Kalau di kertas tipis, kalau di talenan tintanya gak perlu kita tekan sudah meresap dan menyebar dengan kayunya. Apa saja hal yang perlu diperhatikan kalau kita mau belajar gambar di atas talenan? R: Seringkali saat kita beli talenan tekstur kayunya masih agak kasar berserat. Biasakan sebelum digambar, talenan diamplas supaya lebih rata dan bersih. Ketika menggambar pun, jika masih sketch dengan pensil bisa dihapus dengan penghapus, namun kalau sudah pakai pena hanya bisa dihapus dengan amplas. Caranya pun harus sedikit dilipat , jangan terlalu lebar agar tidak mengenai garis gambar lain. P: Ketika finishing lebih bagus diamplas lagi tapi jangan terkena bagian yang sudah digambar supaya terlihat lebih bersih. Lalu jangan lupa perawatannya, sering dibersihkan saja supaya gak buram, apalagi media kayu ini juga punya kekurangan. Selain gak bisa di scan, kayu jangan sampai basah karena air bakal berpengaruh ke warna. Kedepannya, tertarik mencoba media apa lagi? R: Gue sih pernah gambar di triplek, triplek dibakar, ada juga plat kayu gue bakar pakai rokok, terus rokok diganti jadi obat nyamuk. Pena dan brush juga udah, tapi kalau untuk berikutnya belum terpikir sampai kesitu, karena masih nyaman di media mati seperti kayu yang berserat ini. P: Kalau gue mau nyoba di batu coral.
TutorialMenggambar
Cutting
Wood Board Eksplorasi media telah akrab di telinga mereka, mulai dari kertas, triplek dan kayu pernah ditekuni oleh Rico Pakun a.k.a birahilusinasi dan Prima Agustiawan atau Boshit.
1
2
5
4
7
3
6
8
9
Tahap pembuatan karya: 1. Peralatan dan media (amplas kayu, pena yang dipakai, talenan kayu dan pensil). 2. Sebelum digunakan sebaiknya talenan di amplas terlebih dahulu untuk meratakan media agar lebih baik. 3. Proses gambar biasakan diawali dengan proses sketsa pensil terlebih dahulu. 4. Lalu garis menggunakan drawing pen. Jika terjadi kesalahan saat menggambar, gunakan amplas. 5. Amplas digunakan dengan sedikit dilipat agar gesekan amplas tidak menyebar ke garis lain. 6. Proses penghapusan line menggunakan amplas. 7. Usahakan memakai alas tangan saat menggambar karena talenan kayu rentan perubahan warna saat terkena air (keringat). 8. Work in progress. 9. Artwork done.
Rico Pakun IG: birahilusinasi FB: Rico pakun Email: birahi666@gmail.com ricopakun@gmail.com Prima Agustiawan IG: boshit_666_boe Email: prima.agust30@gmail.com
Judul Karya: Bertahan Yakin dengan diri sendiri. Kejar apa yang harus kamu kejar, genggam yang harus digenggam. Sekuat apa halangan menghadang, keyakinan kita bisa melewatinya. Dengan tekad yang kuat, akan ada putih di balik hitam, terang di balik kelam. Tetap semangat ya!!
sekarang bisa berteman sama mereka :D
An Impromptu Interview with
Herzven TEKS: BEATDBANDIT
ria yang akrab dipanggil Herz ini bukan nama baru di dunia street art. Dirinya mulai berkenalan dengan grafitti saat duduk di bangku SMA, bermain dengan pilox, tipografi, lettering, hingga sempat vakum dan aktif lagi sejak tahun 2011. Okayyy Herz, kalau boleh tahu apa sih yang menjadi trigger utama lo ngemural atau gabung di dunia street art ini? Atas kemauan gue sendiri bukan dari siapa-siapa, dan jawaban dari titik jenuh gue juga. Dari gue belum sekolah, gambar di atas kertas kan sering banget, kebetulan pada waktu gue SMA, daerah Jakarta Selatan sini pertumbuhan street art-nya pesat, dulu gue juga sering mantau website Tembokbomber karena antusias gue yang membara-bara sama hobi gue hahaha, nah dari situ gue mulai main street art, karena lebih tertarik ke media yang besar dan nggak disangka-sangka orang-orang yang dulu gue idolakan alhamdulillah
Nah, sepanjang perjalanan lo di dunia street art, apa kini lo sudah bisa dibilang telah menemukan gaya lo sendiri nggak? Sesuatu yang jadi identitas dari karya lo? Kalau berbicara gaya, secara pribadi gue lebih mencirikan gambar gue itu dari garis, karena banyak yang bilang karakter gue itu ada di garis. Terlebih, gue sering gambar yang bentuknya aneh-aneh, mungkin seperti hal yang nggaka kita temui sebelumnya, karena memang referensi gambar gue itu lebih ke persepsi gue tentang gambar anak kecil dan gambar fantasi. Lalu gue kembangkan, prinsipnya gue suka lihat gambar anak kecil yang mata dan tangannya entah di mana dan nggak terpaku pada pola gambar yang baku. Gue lebih suka bermain-main dengan hal itu untuk sekarang ini, sama halnya ketika gue mural gambar tengkorak itu gue lebih suka tengkorak dinosaurus, yang gue anggap sebagai makhluk aneh di sini. Hmmm... kenapa dinosaurus? Gue suka bentuknya, fantasi, seru, aneh, dari situ gue kembangin lagi bentuk-bentuknya, ya pokoknya gue suka bermain-main kayak anak kecil. Bisa nggak lo ceritain kenapa sih makin ke sini gaya gambar lo berubah dari hitam putih ke warna? Bicara gaya, gue sudah ganti gaya banyak banget, tapi di awal itu gue memang paling sering main di hitam putih, terus ke warna lagi, sampai pointilism di mural. Sekarang gue main di warna karena memang sudah jenuh, karena sudah terlalu sering dengan gaya sebelumnya dan gue melihat diri gue yang sekarang lebih berani untuk mencoba hal yang berbeda. Ada kemungkinan nggak di mural sendiri lo bakal merasa bosan? Bisa dibilang sekarang gue lebih ngembangin tekniknya, sebelumnya gue cat murni saja, sekarang main di cans/pilox warna dan nantinya nggak menutup kemungkinan juga bakal main marker. Oiya, gue juga sempat main di wheat paste sekitar 1-2 tahun lalu, sekarang sih jarang, lagi-lagi ketemu titik bosannya. Sekarang main mural tapi gue campur cans. Tapi lo nyaman di titik sekarang atau berniat pindah ke gaya lain? Gue nyaman dengan gaya gambar yang gue buat, tapi gue nggak mungkin stuck di satu sisi terus juga. Misalnya gue gambar pakai cans, suatu saat ada alat baru ya kenapa nggak dicoba, tetapi karakter gambar yang garis raw tadi tetap gue usahain ada. Cerita dong kira-kira rencana kedepannya di ranah seni selain mural? Kalau untuk media, sekarang ini lagi gambar media di papan skate sama toys. Tapi gue tetap betah di jalur mural.
Tantangannya jadi artist street art di kota? Lebih bicara ke konsep dan cara bertahan di jalan mungkin, seperti wheat paste. Gambar gue di block sering, tapi buat gue pribadi itu nggak masalah selama gue puya dokumentasinya. Tapi untuk saat ini gue jarang mural di jalan. Intinya, saling RESPECT saja, karena misalkan gambar gue ditiban, so far gue nggak masalah dan lebih menghargai mereka yang menimpa gambar gue dengan gambar juga dibanding yang cuma corat-coret. Pernah nggak dapat klien yang meminta lo membuat gambar yang mungkin kurang sesuai sama gaya lo? Gue pernah sih, tapi gue di situ berusaha bilang ke klien gue kalau eksekusi gambarnya tetap dengan style gue, selama ini gue tetap berusaha nego supaya ciri khas garis gue tetap ada. Menurut lo, mural ini termasuk hobi atau pekerjaan? Dan seberapa sering sih lo terlibat dalam suatu event, baik dalam/luar kota? Mural ini hobi, tetapi dari hobi lambat laun akan membuahkan penghasilan. Untuk terlibat di event lumayan sering, kita bakal nemuin banyak teman sekaligus jadi ajang silahturahmi dengan teman-teman di daerah sana. Seberapa penting sih konsep ketika memulai suatu gambar? Konsep dalam gambar itu penting. Karena saat ini kita berkarya harus mementingkan kualitas, publik yang akan menilai. Perkembangan gambar saat ini juga makin cepat, nggak menampik gue juga mempunyai referensi-referensi, ya nikmati prosesnya, sering latihan dan sering eksplor. Siapa sih seniman mural lain yang lo suka? Kalau mural artist yang gue suka banyak banget, kayak ROA, Osgemeos, Phlegm, Astronautboys, The Weird, dan kawan-kawan Acekingsquad :D Apakah lo sering diundang ke pameran? Berapa banyak? Adakah event yang lo harap bisa ikut berpartisipasi di dalamnya? Gue sering diundang ke pameran, bisa dikatakan lebih dari 10. Kalau event dari dulu mau banget ke Powwowworldwide. Tapi gue nggak cuma berharap, gue juga usaha. Alhamdulillah kemarin ada acara Secret Walls di JCC, itu menurut gue sih salah satu event keren karena kita battle gambar atau gambar bareng tanpa disediakan pensil, no brush, no sketch, hanya bermodal spidol dan cat. Itu keliling dunia dan gue jadi salah satu pesertanya. Ada nggak pesan yang ingin lo sampaikan buat teman-teman yang baru mau join di street art? Intinya kita gambar apa yang kita suka, tapi perlu diingat bahwa karya kita tersebut yang akan jadi identitas kita. Lo akan ngebangun karya lo dan orang lain bakal ngeliat karya lo, jadi jangan takut,
coba untuk terus berkembang dan fokus di sini. Karena banyak seniman mural di Indonesia yang berkualitas dan nggak kalah dari seniman luar. Kalau ada kesempatan, ada nggak mural artist luar yang ingin lo ajak kolaborasi? Banyak banget, kalau misalnya dibilang topnya ada Osgemeos, Phlegm, Aryz, ROA. Terakhir, apa harapan lo di masa mendatang? Kedepannya gue mau sukses dengan cara gue, memang persepsi orang mengenai diri kita juga banyak banget, nggak sedikit komentar yang negatif, tetapi intinya kita tetap fokus dan tunjukkan profesionalitas kita. Go Follow: IG: herzven Email: herzherlambang@yahoo.com
This Solitude of Happiness What man could want more than this calming tranquility? Of solitude when the time slowly drifts and the dream starts to fade Abandon the sinking vessel, carry nothing Floating away in the endless storm, skin sunburned I watched it as my fate sank, inch by inch, little by little Fall from your Grace; till destiny swallowed it away Descending into the dirt, deep-sixed, exhumed, repeat Spread my ashes from inside the golden urn The choking haze of desolation slowly filled your maternal lungs Caress me, consume me, feed me with the abrupt chaos In search of meaning on this cursed mortal soil What man could want more than to hold so dear this temporality? Until it slips away like amber in the smoking sun (Taken from THE MOURNING FLOWERS: Journal of Broken Madrigal. 2015. Monolith Penumbrae Private Press)
PUISI: ANONYMOUS ILUSTRASI: EDO RADITYA (ENIGMALABYRINTH)
ILLUSTRATION & DESIGN +6281272755852
enigmaticart @enigmalabyrinth @litongenigma
ENIGMA KEDAI TATO BAHAGIA “For tattoos and illustration works”
edodiasraditya@gmail.com
I L LU S T R A N E S I A Email: illustranesia@gmail.com iMessage: 08821-3025-045
Telp. Email Instagram Tumblr BeHance
: : : :
08567574939 bloodandink@rocketmail.com adrianbima www.bloodandinkdesign. tumblr.com : www.behance.net/adrian_bima
PRINT MAKING STUDIO & SKULL REPLICA +6285782007085
@accipiter.std accipiterstd@gmail.com
ARTDDICTED NETWORK TAKJEMUJEMU DESIGN & ILLUSTRATION
Clothing Line 089514195631
KONGKOW
+6281284151644
ALTAR MERCHANDISE
takjemujemu
+6281272755852
@takjemujemu
@altar_id
@takjemujemu
@altar_id
riza.prawiro@gmail.com
altar.apocalypse@gmail.com
GRAFIS CIKAL 13 WORKSHOP PERCETAKAN SABLON Terima pesan/cetak pembuatan jaket, sweater, kaos, tas untuk keperluan promo
Bex: 0857 1449 2148
Adalah aktivitas “belajarberbagi-berkreasi” untuk siapa pun yang ingin belajar Seni Grafis
CUKIL, SENI GRAFIS, CETAK TINGGI +6285920109606 (YONI LINGGA)