Pewara Dinamika Januari 2010

Page 1

Volume 11 • nomor 26 Januari 2010

issn 1693-1467

P e w a r a

Dinamika majalah universitas negeri yogyakarta

SAYA MENELITI, MAKA sAYA ADA Geliat penelitian di kampus UNY makin semarak. Tak tanggungtanggung, sebagian dari peneliti tersebut menyebet prestasi dunia.


Bertambah tahun bukan hanya bertambah meriah dan gemerlap seperti percikan kembang api. Tetapi, bertambah tahun berarti bertambah usia dan bertambah tantangan. Hanya orang-orang kuat, fleksibel, dan kreatif yang mampu betahan dan menaklukan zaman itu. Orang-orang bodoh (juga orang-orang pintar, tapi tidak kreatif dan fleksibel) akan guling oleh zaman ini. Dan 2010 adalah awal untuk kita lebih kreatif.

Iklan layanan ini dipersembahkan oleh Pewara Dinamika • teks: Sismono la ode ��������� • repro. gambar: �������������� kalam jauhari �������


pena redaksi

P ewa r a

Dinamika majalah universitas negeri yogyakarta

PENERBIT HUMAS Universitas Negeri Yogyakarta IJIN TERBIT SK Rektor No. 321 Tahun 1999 ISSN 1693-1467 PENANGGUNG JAWAB Dr. H. Rochmat Wahab, M.A. (Rektor UNY) PENGARAH Prof. Dr. Hj. Nurfina Aznam, SU., Apt. (Pembantu Rektor I) H. Sutrisna Wibawa, M.Pd. (Pembantu Rektor II) Prof. Dr. H. Herminarto Sofyan (Pembantu Rektor III) PENASEHAT Hj. Sudjariyah, M.Pd. (Kepala Biro AUK) Dra. Hj. Budi Hestri Hutami (Kepala Biro AAKPSI) PEMIMPIN UMUM Prawoto, S.E. PEMIMPIN PERUSAHAAN Drs. Wedho Chrisnarto PEMIMPIN REDAKSI Sumaryadi, M.Pd. SEKRETARIS REDAKSI Tusti Handayani, A.Md. REDAKTUR PELAKSANA Sismono La Ode, S.S. REDAKTUR Witono Nugroho, S.I.P. Dhian Hapsari.SS. Ariska Prasetyanawati Eka Wahyu Pramita. S. Pd. Mindiptono Akbar. SS. Desain dan Tata Letak Kalam Jauhari FOTOGRAFI Ahmad Natsir Eka Putra, S.H. REPORTER Ratna Ekawati, S.I.P. (FIK) Isti Kistianingsih, S.Pd. (FISE) Dedy Herdito, M.M. (FMIPA) Haryono (FBS) Badraningsih, M.Kes. (FT) Aryanto Sudarmono, S.Pd. (FIP) Prayoga, S.I.P. (LPM/Lemlit) Agus Purwatma W., S.Pd. (BAAKPSI/BAUK) Syamsu Rahmadi, S.E. (Kemahasiswaan) Yansri Widayati, S.Pd. (Kerjasama) SIRKULASI Drs. H. Trisilia Suwanto Sarjana Sudarman Fashilaturrochmah Widodo Sumedi ALAMAT REDAKSI Jl. Colombo No. 1 Kampus Karangmalang Universitas Negeri Yogyakarta 55281 Telp/Fax 0274 542185 E-mail: pewaradinamika@uny.ac.id Online: www.uny.ac.id

Januari 2010 telah tiba. Tantangan ba­ru menghampiri kami, tim redaksi ma­ja­lah Pewara Dinamika UNY. Dalam bayangan kami, tantangan tersebut, setidaknya mem­punyai kemiripan denga­n tantang­ an tahun-tahun sebelum­nya, tetapi kami juga yakin bahwa tantangan tahun ini akan lebih berat. Hal ini tidak hany­a karena tahun 2010 tahun yang kata ba­ nyak orang merupakan tahun yang ba­ nyak tantangannya, akan tetapi tahun ini merupakan tahun bagi kami untu­k mempertahankan bahkan meningkat­ kan prestasi yang telah kami raih. Sing­ katnya, jika tahun 2009, majalah Pewara Dinamika memperoleh predikat juara III tingkat nasional untuk majalah humas perguruan tinggi se-Indonesia, ma­­ka tahun 2010, majalah Pewara Dina­mika harus juara I dan Juara II serta juara III (bukan prioritas) untuk pengharga­a­n yang sama. Itulah tantangan terbe­rat kami. Dan cita-cita ini, hanya bisa diperoleh dengan kerja keras dan ten­tunya juga dukungan pembaca. Atas dasar itulah, maka tim redaks­i berusaha keras untuk mewujudkan ci­ ta-cita mulia tersebut, apalagi untuk hal ini, kami mendapat dukungan penuh dari pihak rektorat. Untuk itu, langkah pertama kami adalah berusaha lebih meyakinkan image majalah, terutam­a da­lam hal kualitas isi dan desain. Ada be­ berapa perbaikan dalam rubrikasi majalah tercinta ini. Untuk rubrik resensi, untuk tahun ini dan seterusnya, kami mempersilahkan pembaca untuk mengirim tulisan bukan hanya dalam hal me­resensi buku, tetapi bisa juga untuk tulisan yang meresensi buku di luar buku, seperti film, video klip, iklan, ma­ upun pertunjukkan. Untuk rubrik beri­ ta, kami juga menyiapkan ruang un­tuk

berita-berita dari luar kampus, te­tapi yang berhubungan dengan du­nia pendidikan/kependidikan, yang tentunya disesuaikan dengan visi dan misi UNY. Demikian halnya, untuk rubrik lapo­ ran utama, kami akan menyampaikan ulas­an-ulasan yang lebih menarik berda­

sarkan hasil wawancara lapangan maupun data-data pustaka lainnya. Kami berharap perubahan ini bisa lebih bermanfaat dan tentunya memberikan pe­ lu­ang baru bagi teman-teman yang se­ nang menulis (baca: mengamati) dunia media, selain buku. Semoga. Kami hanya berharap sekali dukung­ annya, dorongannya, dan kritikannya. Karena, dengan hal tersebut, kami lebi­h bisa memahami kekurangan kami, sekaligus hal tersebut menjadi campuk untuk terus berjuang menerbitkan maja­ lah ini dengan lebih elegan, cerdas, dan tepat waktu. Sekali lagi, kami memohon hal tersebut. Tabik. 

Redaksi menerima tulisan untuk rubrik Bina Rohani (panjang tulisan 500 kata), Cerpen (1000 kata), Opini (900 ka­ta), Puisi/Geguritan/Tembang (minimal dua judul), dan Resensi Buku (500 kata). Tulisan harus dilengkapi de­ngan iden­ti­tas yang jelas, nomor yang bisa dihubungi, pasfoto (khusus Opini), serta keterangan dan sampul bu­ku (khu­sus Re­sen­si Bu­ku). Kirimkan tulisan An­da me­la­lui pewaradinamika@uny.ac.id atau langsung ke kan­tor Humas UNY. Bagi yang dimuat, ho­nor dapat diambil di kantor Humas UNY.

P e wa r a Di n a m i k a j a nua ri 2010


daftar isi Volume 11 • Nomor 26 januari 2010

l a p o r a n U ta m a

Saya Meneliti, Maka Saya Ada Geliat penelitian di kampus UNY makin semarak. Tak tanggung-tanggung, sebagian dari peneliti tersebut menyebet prestasi dunia halaman 6 istimewa

28

46 opini

berita

Bupati Kebumen Menerima Mahasiswa KKN UNY ner­­­­jun­an mahasiswa KKN UNY me­nya­­­ takan, “Kegiatan Kuliah Kerja Nya­­­­ta (KKN) sesungguhnya adalah se­­bu­ah media pembelajaran... ............

dokumen lemlit

Bupati Kebumen, K.H. M. Nashiruddin Al Mansyur dalam sambutan ter­­­tu­lis­nya pada saat menerima pe­­

Berita Lainnya • ��������� Sebanyak 31 ��� CPNS ��������� UNY Lulus ������ Diklat • Dosen TARI UNY Membuat Media Pembelajaran Tari Melalui Internet • UNY Awali Tahun Dengan Refreshing

Menyoal Moralitas Pelajar Masa Kini Kualitas pendidikan di negeri tercinta ini dari tahun ke tahun diakui belum mengalami peningkatan secara signifikan... 45 5 46 4 1 3 3 48 48 44

bina rohani bunga rampai cerpen dari pembaca dari redaksi Jendela kabar dari luar pojok gelitik puisi•geguritan•tembang resensi media

perancang sampul: kalam jauhari • Sumber gambar sampul depan: upload.wikimedia.org • sampul belakang, repro: www.bentara-online.com.

Pewara Dinam i ka j a n ua r i 2 0 1 0


jendela KEMARIN = HARI INI = HARI ESOK Dengan arif pendahulu kita menyadarkan ‘bang­sa yang besar adalah bangsa yang mau dan mampu menghargai jasa pahlawannya’. Per­­nya­ta­an penyadaran itu mengisyaratkan bah­­wa kita mesti mau dan mampu melihat hari ke­ma­rin. Karena, hanya karena hari kemarin itu ada, maka hari ini ada. Karena hari ini ada, maka hari esok menjadi ada. Dengan pengertian, hari ini ada, adalah untuk mempersiapkan hari esok [yang diharapkan (jauh) lebih baik]. Hari kemarin (harus) kita lihat, tentu bukan dalam rangka untuk hanyut dan larut mena­ngisi dan meratapi kegagalan-kegagalan yang terjadi sampai kita lupa bahwa hari ini kita mest­i (sege­ ra) melakukan sesuatu, yang itu akan berakibat pada hari ini kita tidak melakukan sesuatu, sehingga kita hanya mampu menghasilkan ketidakberhasilan. Atau sebaliknya, kita hanyut dan larut dengan mengelu-elukan keberhasilan-kesuksesan hari kemarin, membangga-banggakan kebesaran-kejayaan hari kemarin, sampai-sampai kita lupa bahwa hari ini dan hari esok (yang lebih baik) harus ‘segera diadakan’. Akibat yang pasti, kita akan ‘jalan di tempat’, nothing to do, dan kita ketinggalan dari yang lain. Kemarin, 2009, kampus ini sudah melakuka­n sesuatu dengan serius yang menghasilkan ‘ha­si­l yang plus-minus’. Di satu sisi, kita musti mem­ berikan apresiasi kepada segenap sivitas aka­ demika yang sudah berjuang untuk itu. Di sisi lain, kita musti benahi hasil plus-minus itu de­ ngan karya nyata pada hari ini, untuk menja­bat tangan esok hari dengan tantangannya yang semakin berat. Pun, kita berterima kasih kepada berbagai komponen yang karena kesetiaannya telah memberikan kritik-saran-komentarmasukan kepada institusi tercinta ini. Salah satu komponen yang kemarin banyak memberikan itu adalah mahasiswa melalui berbagai media penyampaian yang (tentu) mereka pandang efektif. Salah satu media tersebut berwujud demo (-nstrasi). Kita sangat memberikan apresiasi terhadap ‘maksud-maksud baik’ itu, sepanjang dalam koridor kesantunan-edukatif, tahu persis substansi dari amanat yang diperjuangkan, dan konstruktif-sistemik. Sebut saja sebagai contoh kasus, ‘gerakan perjuangan’ adik-adik mahasis­wa yang ‘mempertanyakan’ seputar ‘kecuriga­an’ mereka terhadap gejala

komersialisasi (dan liberalisasi) pendidikan di kampus ini, yang beritanya dapat diikuti melalui berbagai medi­a massa kala itu. Meski setiap kebijakan dan kebijaksanaan yang diberlakukan di kampus ini sudah melalui pembahasan-pembahasan yang ketat, kritis, edukatif, realistik, prospektif, dan proporsional (baca: tidak gegabah!), sege­nap insan di kampus ini musti angkat topi kepada berbagai komponen kampus ini yang tela­h membuat kampus menjadi lebih hidup dan dina­mis, dengan berbagai wujud kepedulian dan ke­cin­taan mereka. Muara dari semua itu tent­u tidak lain dari optimalisasi kemaslahatan kampus ini. Yang pasti, kampus ini akan selalu ‘berjuang habis-habisan’ agar visi dan misi kita segera terwujud secara proporsional dan profesiona­l. Penciptaan iklim perkuliahan yang kondusif – dilihat dari perangkat keras sampai dengan perangkat lunaknya–dari waktu ke waktu semakin tampak nyata. Demikian pula, kepedulian dan perhatian kampus ini terhadap ‘kesejahtera­an­’ para mahasiswanya cukup ditunjukkan. Seba­ gai satu contoh kasus, bahwa pada 2009 lalu, sebanyak 2.923 mahasiswa UNY menerima beasiswa dari berbagai sumber, dengan total Rp 7.022.000.000,00. Ang­ka-angka yang membanggakan dan laya­k di­bang­gakan. Belum lagi berbagai prestasi lain dalam berbagai bidang kegiatan dan disiplin ke­il­muan yang sudah ditunjukkan mahasis­wa, dosen, maupun tenaga administratif, yang langsung maupun tidak langsung pasti mengharumkan nama UNY. Itulah sekilas wajah UNY hari ini (meski ha­ ny­a dari satu sisi). Pertanyaannya, seperti apa­ ka­h wajah UNY sepanjang tahun ini (dan eso­k hari)? Mampukah kampus ini menyejajarka­n di­ri dengan kampus-kampus lain yang sudah di­ang­gap ‘bermutu tinggi’? Mampukah kita mem­­buat kampus ini menjadi kampus yang ikut diperhitungkan oleh masyarakat (dalam ska­­la sempit maupun luas)? Jawabnya, ‘mari ki­ta bertanya pada rumput yang bergoyang,’ ka­ta Bung Ebiet G. Ade dalam salah satu kary­a musiknya.

Drs. Sumaryadi, M.Pd. Pemimpin Redaksi

P e wa r a Di n a m i k a j a nua ri 2010


dari pembaca Kirimkan kritik/komentar/tanggapan Anda mengenai Pewara Dinamika maupun persoalan di seputar kampus Universitas Negeri Yogyakarta. Kritik/komentar/tanggapan harap dilengkapi identitas yang jelas dan dapat dikirim melalui pewaradinamika@uny.ac.id atau langsung ke kantor Humas UNY.

Perlu Diintensifkan Diplomasi dengan Pedagang Kaki Lima Melihat posisi kampus yang letaknya di tengah-tengah kawasan kampung Karang­ ma­lang dan Mrican, maka pembangunan pa­­­­gar dan trotoar adalah hal yang wajar ka­ re­na kampus tampak lebih indah (tertata rapi) dan kea­manan kam­ pus (bisa lebih) terkendali. Sedangkan, efek dari pem­ba­ngunan tro­ toar tentu sangat pembantu kenyamanan pejalan kaki (terutama mahasiswa) dari semakin maraknya kendaraan ber­motor yang lalu lalang di tempat tersebut. Soal keamanan tadi, saya tidak sa­ma sekali menidentikkan bahwa “oknum-oknum kedua kam­ pun­g itu “yang bermasalah”, tetapi lebih pada posisi kampus yang terbuka, di mana memungkinkan pihak manapun untuk me­ la­kukan perbuatan “mencuri” aset-aset kampus, seperti yang per­ nah terjadi pada tahun-tahun sebelumnya. Walaupun pembangunan pagar (juga trotoar) tersebut berdampak positif­, saya juga tetap berharap pihak Universitas Negeri Yogyakarta untuk mempertimbangkan efek ekonomis dan kema­ nu­siaan para pedagang kaki lima yang sudah (lama) berjualan di kawasan ter­ se­but. Saya paham pihak rektorat sudah paham persoalan ini, tetapi sejauh ini, saya tetap berharap agar jalur diplo­ masi dengan para pedagang kaki lima terus diintensifkan. Secara hukum, ke­ mungkinan besar, posisi mereka salah, tetapi sebagai universitas yang menge­ de­pankan asas kemanusiaan, maka pe­ nyelesaian dengan cara-cara diplomasi tetap lebih utama dari pada mereka di

Pewara Dinam i ka j a n ua r i 2 0 1 0

paksa tidak berjualan di kawasan tersebut. Saya tidak bisa membayangkan ba­ gaimana jika para pedagang tersebut tiba-tiba tidak bisa berjualan di kawasan tersebut, setelah pembangunan pagar dan trotoar selesai. Pasti mereka kewalahan mencari “rezeki” di tengah himpitan ekonomi yang makin sulit dan tuntutan pembayar sana-sini dan hal ini bisa membuat mereka marah. Akan tetapi, jika mereka terus berjualan di atas trotoar, saya rasa kurang baik juga karena telah ”merampas” hak keaman­ an dan kenyamanan pejalan kakim ha­ nya karena alasan ekonomis dan kema­ nusiaan. Oleh karena itu, diplomasi

antara pihak rektorat, pedagang, dan masyarakat Karangmalang harus terus dilakukan. Karena, mereka adalah para stakeholder yang mempunyai kepenting­ an atas pembangunan ini. Dalam diplomasi tersebut, saya (pasti) berharap ada solusi bagi persoalan ini, yang intinya mereka boleh berjualan tetapi tidak harus ”merampas” hak pejalan kaki. Saya yakin setelah diplomasi terusme­ne­rus, mereka bisa mendapatkan so­­lu­ si terbaiknya. Entah bagaimana ben­­­tuk­­ nya, saya pasrah saja, tetapi ke­pu­­­tus­­­an tersebut membuat semua pi­ha­­k tidak merasa bersalah. Semoga. Amien. Kamil Mahasiswa FT UNY


bunga rampai SISTEM PENYELENGGARAAN SEKOLAH BERKUALITAS DENGAN STRATEGI MANAJEMEN ALTERNATIF

S

O l e h S umi na h

ekolah yang berkualitas adalah seko­lah yang dikembangka­n un­­ tuk menca­­pai hasil pendidikan yang bermutu­. Di­men­­si yang men­jadi ciri sekolah yang bermutu adalah: input (inteksita­s dan komplek­ si­tas), intelegensi dan kreativita­s mema­ dai, sehat jasmani-roha­ni­, saran­a-pra­ sa­rana pem­bel­ajaran me­ma­dai, Kepala Sekola­h (KS) dan guru me­­mi­­­lik­i intensi­ tas dan ekstensitas ting­­g­i, kurikulu­m yang diperkaya denga­n la­tar bela­kang kultur-budaya, accountable, ada pro­ gra­m peng­ayaan dan pelayan­an konse­ ling, pem­bi­na­a­n kreativitas dan disi­plin, dan dapat men­jadi agent of excellence ter­ ha­dap sekolah-sekolah lain.

Proses Pembelajaran Proses pembelajaran diupayakan untuk mewujudkan keselarasan dan keseimbangan kreativitas dan disiplin, per­saingan dan kerjasama, pola pikir ho­ listik dan atomistis, pola pikir indukti­f dan deduktif. Kreativitas dapat dilakukan dan di­ kem­bangkan melalui teknik-teknik latih­ an pengucapan, berbicara, bertanya­, ber­­­pendapat, mencari, menganalisis­, me­ne­mu­kan, dan menyimpulkan. Berpikir holistik artinya berpikir dengan melakukan pemecahan masalah, sedangkan berpikir secara atomistik artinya berpikir dengan mencermati (melihat dan memahami) dengan sungguh-sungguh, sehingga memperoleh jawaban yang tepat dan benar. Berpikir induktif artinya berpikir de­ ngan cara mempelajari suatu materi me­ lalui pengalaman langsung dari hal-hal yang khusus untuk menemukan kesimpulan secara umum. Berpikir deduktif artinya berpikir dengan cara mempelajari suatu materi melalui pengalaman langsung dari keadaan-keadaan yang umum untuk menemukan hal-hal yang

sumber belajar, olah raga dan kesenian, layanan masyarakat, pengembangan penelitian, buku-buku pelajaran, dan alat dan media pembelajaran.

Evaluasi Evaluasi adalah upa­ya untuk mencari informasi tentan­g kemajuan siswa di sekolah. Evaluas­i dilaksanakan dengan tujuan untuk me­ngetahui tingkat kemajuan belajar sis­wa dan keperluan peningkatan kegiatan pembelajaran pada siswa, serta untuk memperoleh umpan balik/masukan ba­gi perbaikan pelaksanaan pembelajar­an. Evaluasi harus memiliki tingkat intensitas, kompleksitas, daya dukung, objektivitas, komprehensif, dan validi­tas yang tinggi. kalam/pewara

lebih khusus.

Tenaga dan Fasilitas Kependidikan Tenaga kependidikan adalah sumber daya manusia yang dihasilkan dalam pendidikan tenaga kependidikan di SD. Tenaga kependidikan dalam hal ini men­ cakup KS dan guru. Guru adalah tenaga edukatif yang me­mi­liki kewajiban mengajar. Gur­u yang baik bukan diukur intelektualny­a saja, tetapi faktor moral, kedisiplinan, perca­ya diri, tanggung jawab, ketaqwaan, dan keluasan wawasan kependidikan. Untuk guru SD masih cocok dengan pen­­dekatan guru kelas karena pada jen­­jang SD masih dibutuhkan pembelajaran yang lebih cermat dengan cara pamomong (sistem pamong). Sedangkan untuk guru SMP, SMA/SMK lebih cocok melalui pendekatan sistem guru mata pelajaran. Salah satu faktor penting untuk men­ dukung kelangsungan penyelenggara­an sekolah berkualitas adalah ke­se­diaan fasilitas pendidikan yang me­­ma­dai. Fasilatas-fasilitas yang dimak­sud mencakup: laboratorium, perpustakaan, tempat

Pengelolaan Pengelolaan manajemen sekolah yang berkualitas terkait dengan strateg­i dan implementasi seluruh sumber da­ya yang ada harus luwes atau fleksibel, realistis, dan berorientasi pada tujuan sekolah jauh ke depan. Pelaksanaannya didasari oleh komitmen dan ketekunan terhadap tugas serta pemahaman secara sungguh-sungguh terhadap sekolah yang berkuali­tas. Kualitas hanya dapat ditentu­kan oleh potensi sumber daya yang ada dari semua yang terlibat dalam memainkan fungsinya di lingkungan kerja dengan sebaik-baiknya. Dari uraian di atas sistem penyeleng­ garaan sekolah yang berkualitas de­­nga­ ­n strategi manajemen alternatif da­pat ditarik kesimpulan bahwa secara rasio­ nal pembelajaran yang ditempuh secara random tidaklah optimal. Perl­u diterap­ kan pengelolaan manajemen yang mem­ perhatikan perlakuan siswa sesuai de­ ngan bakat, minat, dan kemam­puan. Suminah guru SD Negeri Bungkus

P e wa r a Di n a m i k a j a nua ri 2010


laporan utama

SAYA MENELITI, MAKA SAYA ADA Geliat penelitian di kampus UNY makin semarak. Tak tanggungtanggung, sebagian dari peneliti tersebut menyebet prestasi dunia. O l e h s i smono l a od e

A

pa yang membuat bangsa Jepang berbangga? apakah budayanya atau kemampuan teknologinya­? Sa­ya tidak akan menjawab ini se­ cara vulgar. Yang pasti, tahun ini (?) ma­sya­rakat negeri Sakura ini kembal­i men­dapat berita bahagia. Kabar gembi­ ra ini datang setelah Royal Swedis­h Aca­demy of Sciences mengumumka­n pe­neliti Jepang Koichi Tanaka sebaga­i pemenang penghargaan bergengs­i di dunia, nobel di bidang kimia ber­sa­­ma dengan John B. Fenn dari USA dan Kurt Wuthrich dari Swiss. -Koichi Tanaka yang bekerja di Shima­ z­u Corp, Kyoto, Jepang, merupakan orang jepang kedua dalam tahun ini yang menerima penghargaan bergengs­i dunia ini. Sehari sebelumnya Professor Emeretus Dr. Koshiba dari Universitas Tok­yo mendapatkan Penghargaan Nobel bidang Fisika. Tanaka yang berusi­a 43 tahun merupakan orang kedua belas dan juga merupakan orang termuda kedua dari Jepang yang berhasil me-

raih penghargaan ini. Sebelumnya Prof. Hideki Yukawa pemenang nobel fisika pertama jepang dapat meraih penghargaan ini dalam usia 42 tahun. Itulah Jepang. Negeri yang terkena­l dengan disiplin. Dan tak segan-se­gan mengeluarkan anggaran yang jumlah­ ny­a 45 kali lipat dari anggaran riset Indonesia yang tahun 2008 hanya mencapai 0,07 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) atau sedikitnya Rp60 triliun. Dalam dunia penelitian pun, mereka tak tanggung-tanggung mengeluarkan anggaran besar dan itu diselaraskan dengan cita-cita mereka. Apalagi jika tidak mendapatkan nobel. Indonesia, adalah negera besar yang sesungguhnya tak kalah dibandingkan dengan negara-negara seperti Jepang, China, Korea, dan India. Kita juga memiliki Habibie,mantan Presiden RI sekaligus yang di kenal “Mr. Crack” karena kemumpunian dia menghitung crack propagation on random sam­ pai ke atom-atom pesawat terbang;

Nel­son Tantu, Si Peracik Cahaya yang memperoleh tiga 3 hak paten dalam bidang optoelektronika; Warsito, pene­ mu teknologi tomografi; Yoshi Mardo­ ni Adisufana, pengumpul 300-an jenis Anggrek dari galur murni dan diperba­ nyak dengan teknologi kultur jaringan, dan seterusnya. Mereka adalah perisetperiset andal yang diakui di dunia. UNY pun pada edisi ini memiliki sederet nama yang ternyata “diam-diam” punya prestasi yang bisa diandalkan. Lantas, kenapa kita belum beranja­k untuk bangkit dalam dunia penelitian? Sukar untuk menjawabnya. Tapi yang pasti, Pewara Dinamika edisi ini kali, ber­selera untuk mengulas dunia penelitian dan orang-orang yang bergelut dalam dunia ini. Tujuannya, bukan untuk sekadar “melahirkan” sesuatu yang “kurang tampak”, tetapi lebih dari itu. Kami, i­ngin mereka (sebagian dari pe­ neliti UNY yang belum terkabarkan da­ lam majalah ini) menjadi inspirasi bagi kita semua. Bukan begitu? 



laporan utama

Mengintip Dunia Penelitian UNY Walaupun kampus UNY belum masuk dalam kategori kampus yang penelitiannya berkelas internasional, tetapi geliat dunia penelitian makin mendapat tempatnya. Kini, dosen dan mahasiswanya berlomba-lomba meneliti. Oleh D h i an H a ps a r i

P

enelitian bagi sebagian orang menjad­i kebutuhan, namun sebagian orang la­ inya bisa jadi meningkatkan prestisi­us­. Makna penelitian ini pun dapat ber­kem­ bang. Mulai dari kebutuhan profesionalitas se­ bagai pendidik hingga tambahan penghasil­an­. Penelitian, terlepas dari hasilnya, menjadi da­­ya tarik tersendiri dari kalangan akademisi. Mereka berlomba-lomba mendapatkan dana pe­ ne­litian terbesar ataupun memenangi dana pe­ ne­li­tian dari lembaga penyedia dana yang ter­ sohor. Sebut saja Research Andalan Perguruan Ting­ gi dan Industri (RAPID) dan Menristek, lemba­ga yang menyediakan dana khusus penelitian se­ tiap tahunnya dan cenderung sulit ditembus. Me­nurut Sukardi, pegawai subag Pusat Program Data, Lembaga Penelitian UNY, “RAPID yang bia­ sa­nya sulit ditembus. Di Indonesia saja hanya sekitar sepuluh proposal yang lolos diantara be­

foto-foto:dokumen lemlit uny

Pewara Dinam i ka j a n ua r i 2 0 1 0

ribu proposal masuk. Universitas kita sendiri pernah menembusnya beberapa kali.” Peneliti UNY yang kerap melakukan pene­li­ti­ an dan mendapatkan dana besar adalah Dr. Sri­ atun dari FMIPA. Penelitiannya yang ber­ju­dul “Pe­ngembangan Filofarmaka Ba­han Ak­tif Ek­ stra­k Kulit Batang Tumbuhan Ho­pea (Di­pte­ro­­car­­ pacea) Sebagai Obat Baru Antihepatoksik” men­ dapatkan dana penelitian sebesar 300 ju­ta. Selain Dr. Sriatun, peneliti lain yang menda­ patkan dana cukup besar Prof. Dr. Su. Apt. Nur­ fina Aznam, yang juga Pembantu Rektor I UNY. Penelitiannya berjudul “Uji Klinis Terbatas Sedi­ aan Jamu Temulawak dan Staminur Bentuk Kap­ sul dan Instan Sebagai Anti Hepatotoksik dan anti Haermorhoit di Puskesmas Jetis”. Pene­li­ tian yang diajukan tahun 2009 ini belum tunai hingga saat ini. Bukan hanya di kalangan dosen saja, maha­ sis­wa UNY pun memberikan ruang tersendiri untuk penelitian. Sebagian dari mereka bahkan memenangi ajang-ajang bergengsi tingkat nasio­ nal seperti Pimnas Penelitian Ilmiah Mahasiswa (LPIM) yang diselenggarakan Deputi Bidang Ke­ wi­rausahaan Pemuda dan Industri Olahraga Ke­ mentrian Negara Pemuda dan Olahraga, dll. (baca: Geliat Mahasiswa Meneliti). Salah satu penelitian yang cukup mengesan­ kan hasil karya sekelompok mahasiswa jurusa­n pendidikan biologi Fakultas MIPA Universi­tas Negeri Yogyakarta yang terdiri dari M. Noorcah­ ya Eka Sakti, Fatwa Eka Widarti dan M. Syaifudin. Mereka meneliti Ubi jalar merah yang kemudian dapat menghasilkan susu prebiotik sebagai al­ternatif minuman kesehatan dan sum­ ber vitamin A bagi anak yang dibuat denga­n ra­sa yang lezat dengan aroma dan kemasan yang menarik sehingga dapat disukai oleh


laporan utama anak. Penelitian ini berhasil memenangi ajang PKM Kewirausahaan.

Sumber Dana Penelitian Banyaknya prestasi yang diraih dosen dan mahasiswa ini sudah selayaknya menjadi motivasi tumbuh kembanya penelitian di UNY di samping keterbukaan kesempatan peneliti­an. Hanya saja, peraturan yang beredar tahun ini rupanya agak berbeda dibandingkan tahun lalu. “Dana Penelitian yang akan digulirkan tahu­n ini (2010, red.) akan dipotong, sehingga lebi­h sedikit dibandingkan tahun lalu,” ungkap Sukar­ di. Dana penelitian DP2M akan dipotong untu­k universitas negeri dan dialirkan ke universita­s swasta, sehingga proposal penelitian yang akan lolos kurang dari 50% dibandingkan propo­sal lolos tahun sebelumnya. “Selain bertu­juan memberi kesempatan dosen di universitas swasta, pemotongan itu bertujuan agar dosen muda da­pat bergabung dengan dosen senior dalam penelitian yang diajukan untuk dana hibah bersaing,” tambahnya. Pemotongan dana penelitian ini tentunya berpengaruh terhadap berkurangnya kuantita­s proposal masuk dan pendanaan proposal terkait. “Namun tentunya itu diimbangi dengan ke­naikan proposal masuk untuk dana hibah. Peneliti yang mengajukan dana hibah ini men­ dapatkan biaya penelitian minimal 40 juta.” Sumber dana penelitian yang paling populer, menurut Sukardi, antara lain LIPI, DP2M, Dikti, dan lembaga penyedia dana penelitian lainnya. Sumber yang ia sebutkan itu merupakan dana penelitian dari eksternal. Artinya berasal dari luar UNY. Dana yang disediakan UNY antara lain DIPA UNY dan dana dari tia-tiap fakultas. Dana ini disediakan untuk dosen, sebab sumber dana penelitian mahasiswa berada di luar pengetahuan Lembaga Penelitian UNY. “Sumber dana penelitian mahasiswa dikelola langsung oleh bagian kemahasiswaan,” katanya. Budi Sulistyo, Kabag Kemahasiswaan UNY menyatakan dana penelitian mahasiswa setiap tahunnya disediakan oleh UNY dan diumumkan di rektorat maupun fakultas-fakultas. Dana khusus penelitian dikelola oleh badan khusus yang dinamai Student Union Grand (SUG) yang setiap tahunnya menyediakan Rp 60 juta untuk 24 proposal yang masing-masing proposal mendapat 2,5 juta. Dana SUG ini diumumkan di tiap-tiap fakul­

tas dan mensyaratkan peneliti muda yang tidak lebih dari semester 5. “SUG ini memang ditujukan untuk peneliti pemula yang diharapkan dapat berkembang menjadi peneliti profesio­nal nantinya. Mahasiswa semester lima ke atas, kami anggap sudah bukan peneliti pemula di kalangan mahasiswa. Mereka kami arahkan untu­k mengikuti ajang kompetisi PKMT, PKMP, dan sejenisnya,” tambah Budi Sulistyo. Berkaitan dengan sumber dana penelitian do­sen dan mahasiswa, Sukardi mengungkapkan, masih banyak lembaga di luar UNY yang menyediakan dana penelitian. Hanya saja terka­ dang informasi tidak sampai tepat waktu di ta­ ngan para peneliti atau penggemar peneliti­an. Dengan demikian, perlu adanya lembaga khu­ sus yang dapat menjaring informasi berkaita­n dengan penelitian, papar Prof. Sukardi, Ketu­a Lembaga Penelitian (Lemlit) UNY. “Kami di Lemlit hanya memberikan informasi tawaran penelitian yang masuk, namun belum secara jauh mencari informasi sumber dana eksternal sela­ in yang sudah terjalin selama ini. Hanya saja ka­mi membuka peluang untuk siapapun yang men­cari sumber dana eksternal lain, artinya ti­dak terpaku pada informasi yang sudah ada saja.” Setelah mengalirkan informasi tawaran pene­ li­tian itu pada fakultas-fakultas, peran Lemlit selanjutnya antara lain membantu menyeleks­i proposal, mencairkan dana, seminar intrumen dan design sebelum ke lapangan, monitoring, seminar hasil dan desiminasi penelitian. “Se­ mua itu Lemlit ikut memback up dan mengontrol,” ujarnya.

P e wa r a Di n a m i k a j a nua ri 2010


laporan utama Hak Paten Berbicara mengenai penelitian ini memang dapat mencakup banyak hal. Mulai dari prose­s pengajuan proposal, hingga hak paten yang di­ pe­tik dari penelitian berharga apabila yang bersangkutan kemudian memutuskan untuk mematenkannya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh dosen UNY sudah sangat banyak, hanya saja masih sedikit dosen yang mematenkan produk penelitiannya. Tercatat hingga tahun 2009, sebanyak 11 penelitian dari Dr. Hari Sutrisno, Dr. Ariswan, Dra. Retno Arianingrum, M.Si., Mashoedah, MT.,Dr. Sriatun, dan Suyitno Hadi Putro, MT. IPP. Hak paten yang dikantongi tersebut berasa­l dari paten nasional dan paten internasional. Ha­nya Dr. Hari Sutrisno (menurut data Lemlit 2008) yang memiliki paten Internasional. Menurut Dr. Hari Sutrisno, peneliti di Indo­ne­ sia ini jarang yang memutuskan untuk mema­ tenkan produk penelitiannya berbeda dengan peneliti di Perancis. “Di luar negeri, khususny­a Perancis, negara memberi keleluasaan para pe­ ne­liti untuk melakukan penemuan dan mema­ tenkan produknya.” Mereka sadar betul apa art­i hak paten dan menghargai hasil karya untuk pengembangan umat manusia. Pemerintah Perancis atau universitas tempat peneliti bekerja dan melakukan penelitian memfasilitasi peneliti untuk berkembang. Mere­ ka menyediakan dana khusus, ruangan khusus,

10

Pewara Dinam i ka j a n ua r i 2 0 1 0

kemudahan lainnya, bahkan kebutuhan hidup peneliti tersebut ada juga yang ditanggung lembaga. Peneliti, tambahnya, setelah menghasilkan produk baru dan memiliki manfaat hajat hidup orang banyak tidak akan menguru­s sendiri hak patennya. Negara telah membentuk badan khusus yang menangani pematenan tersebut. “Kalau di Indonesia sebenarnya pematena­n juga tidak sulit. Kurang dari sepuluh juta­, peneli­ ti sudah dapat memiliki hak paten produknya,” katanya. Namun untuk peneliti tertentu, mere­ ka masih pikir-pikir apakah akan mematen­kan produknya atau sekadar berhenti di Jurnal saja.

Reward dan Pasca Penelitian Setelah melakukan penelitian dan mengha­ silkan temuan baru, tentu hasil ini sayang ditinggalkan begitu saja. Namun beberapa peneliti memang sekadar meninggalkannya untuk kemudian melakukan penelitian lainnya, tetapi ada juga yang “membingkainya” menjadi sesu­ atu yang berguna. Kendati sederhana bingkai khusus turut dibe­ ri­kan universitas sebagai reward terhadap mahasiswa dan dosen peneliti. ”Mahasiswa yang me­miliki prestasi kami berikan penghargaan. Mereka dihadirkan di upacara bendera setiap hari kemerdekaan dan mendapatkan dana untuk meningkatkan kualitas sebanyak 500 rib­u hingga satu juta,” kata Budi Sulistyo. Pengharga­ an di bidang akademik seperti memberi nilai khusus agar menambah IPK atau kemudahan untuk menjadi pegawai di UNY belum dapat diberikan oleh universitas. ”Itu berbeda denga­n akademik, sebab kegiatan ini kan di luar akade­ mik. Hanya kegiatan tambahan bukan di dalam kurikulum, sehingga tidak dapat menambah IPK.” Reward lain yang nyata diberikan adalah pu­ blikasi di media massa oleh harian lokal maupun nasional. Pemuatan berita tentang peneli­ tian ini dapat berguna untuk peneliti itu sendiri maupun universitas. Penelitian Ubi Jalar oleh Mohammad Noorcahya Eka Sakti, dkk. yang karena media massa kemudian mendapat perha­ tian Lembaga Pengembang Masyarakat Amungme Kamoro (LPMAK), Lembaga Swadaya Masyarakat bentukan Freeport, misalnya. Menurut Jati Prastyanto, tim dari LPMAK, mengetahui informasi penelitian ubi jalar yang dilakukan kelompok Cahyo, panggilan akrab


laporan utama

Dhian HApsari/pewara dinamika

Mohammad Noorcahya Eka Sakti, dari Harian Kompas dan website FMIPA. Tim tertarik untuk mengaplikasikan penelitian itu karena di Kabupaten Timika ubi jalar dapat tumbuh dengan baik dan kurang dimanfaatkan. ”Dengan ada­ nya peningkatan nilai lebih dari ubi jalar ini ka­mi dapat merancang ketahanan pangan di Ti­mi­ka, terutama untuk Amungme dan Kamo­ ro,” jelas Jati Prastyanto. Namun hingga saat ini aplikasi penelitian itu belum terlaksana. ”Kami memang berencana meng­adakan kerja sama lebih lanjut dengan pihak peneliti dan UNY, terutama fakultas MIPA, tetapi masih dalam tahap awal, beluma ada keputusan pasti. Kami masih akan diskusi de­ ngan tim berkaitan dengan anggaran baru.” Penelitian ubi jalar ini hanya sedikit dari pe­ ne­litian berharga di UNY. Masih banyak peneli­ ti­an berharga yang tidak terpublikasi ataupu­n hanya tertinggal sebagai laporan belaka tanp­a aplikasi selanjutnya. Sepengetahuan Fatwa Ika Widarti, mahasiswa Biologi 2006, yang jug­a kerap melakukan penelitian mengungkapka­n, ”Seringkali kawan-kawan yang melakukan pene­

litian hanya sebatas laporan. Kalau beruntung mereka dapat menang PIMNAS atau kompetisi lain, tetapi biasanya berhenti sampai di laporan saja.” Jarang ada penelitian yang dikembangkan lebih lanjut karena kendala lain seperti beban praktikum dan tugas kuliah. Senada dengan Fatwa Ika Widarti, Cahyo mengatakan, ”Kendala itu juga datang dari pengaplikasian produk yang memerlukan jaringan untuk pemasaran, tempat produksi, dan lainnya, makanya selesai penelitian ya hanya berhenti begitu saja.” Keterputusan ini juga disayangkan Budi Sulistyo yang kemudian mengharapkan hadirnya unit produksi khusus di UNY. ”Akan lebih baik­ nya kalau UNY memiliki unit produksi yang me­nampung produk penelitian baik dari mahasiswa maupun dosen. Produks ini dapat berguna untuk pengembangan universitas sebagai bagain dari pengabdian terhadpa masyarakat.” Lahirnya unit produksi itu bukan hanya dapat mengangkat nama UNY sebagai lembaga yang peka kebutuhan masyarakat, melainkan juga dapat memberi pemasukan bagi mahasiswa yang menghasilkan temuan baru.  P e wa r a Di n a m i k a ja n ua ri 2010

11


laporan utama

Antara Koin dan Poin Dalam penelitian, koin dan poin sama halnya dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Oleh Ar iska P ra s e tyan awati

S

Hal senada juga dituturkan Ari Kusmiatun, M.Hum kepada Pewara Dinamika. Sebagai pecin­ ta penelitian, dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ini lebih mempertimbangkan pada kajian ilmunya. “Jelas tidak menafikan bahwa koin itu diperlukan. Namun, bagi saya yang lebih menarik daripada koin adalah poin. Dalam penelitian, pengembangan keilmuannya jelas dan itu pasti dipakai,” tuturnya. Poin lain yang bisa didapat dari penelitian antara lain, keikutsertaan peneliti dalam ko­mu­ nitas-komunitas akademik penelitian. Komu­ nitas itu merupakan wadah untuk sharing antar­ peneliti, seperti seminar instrumen maupun se­mi­nar hasil. Di UNY, Lembaga Penelitian men­ jadi rujukan komunitas akademik penelitian bagi seluruh peneliti intens dari kumpulan fa­ kul­tas-fakultas. “Dengan komunitas, ilmu ki­ t­a akan terus berkembang. Jadi, tidak hanya sebatas belajar dan baca buku saja, tetapi kita bisa mengetahui perkembangan ilmu di luar,” tambah Sri Sumardiningsih. Selain komunitas, dari penelitian yang intens dilakukan, Ari Kusmiatun, mendapatkan reward berupa undangan deseminasi tingkat nasional karena penelitiannya terpilih menjadi yang terbaik. “Akhir Desember 2009, saya diundang deseminasi tingkat nasional di Surabaya. Dari situ saya jadi banyak tahu orang lintas propinsi meneliti daerahnya masing-masing. Asyik saja! Ternyata dunia nggak sekecil itu. Apa saja yang sepele nyatanya bisa diteliti. Open mind-lah!” ujarnya.

ebuah perguruan tinggi berdiri denga­n mengemban fungsi tri dharma perguruan tinggi. Universitas Negeri Yogyakarta menjunjung tinggi tri dharma pergu­ ruan tinggi, yaitu penelitian, pengabdian, dan pengajaran. Terkait dengan pengembang­an profesi, penelitian sebagai penunjang tri dharma perguruan tinggi, memiliki peran besar dalam ranah ini. Selain untuk keperluan kenaikan pang­­kat bagi dosen, ada banyak faktor lain yang bisa diperoleh dari penelitian. Penelitian ada­lah penunjang cum. Cum menjadi syarat mutlak kenaikan pangkat bagi seorang dosen. Itulah sebabnya setiap dosen dituntut untuk rutin melakukan penelitian karena menjadi ajang pengembangan profesinya. Dari sisi koin, nominal rupiah selalu tertera di sebuah penelitian. Hal ini untuk mendukung jalannya penelitian terkait dengan keperluan sarana dan prasarana. Nominal rupiah memang menjadi motivasi dan bentuk apresiasi bagi si peneliti. Hanya saja besar kecilnya nominal bukan menjadi kebutuhan utama. Inilah yang diungkapkan oleh Hj. Sri Sumardiningsih, M. Si. Sekretaris Lembaga Penelitian UNY ini menga­ takan, “Dalam penelitian, koin memang ada. Tapi itu jelas bukan menjadi prioritas utama bagi peneliti.”

1040formhelp.com

12

Pewara Dinam i ka j a n ua r i 2 0 1 0

Penelitian di Kalangan Mahasiswa Tanggal 25 Juli 2009 menjadi sejarah tersendi­ ri bagi UNY karena pada tanggal tersebut, Kampus Karangmalang ini dinobatkan sebagai peringkat 4 besar tingkat nasional dalam Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) di Universitas Brawijaya, Malang. Perolehan kedudukan ini karena dua kelompok Penelitian Karya Ilmia­h (PKM) memenangkan juara pertama setara de­


laporan utama

www.unmc.edu

ngan emas dari kategori yang berbeda. Dengan mengusung judul Pembuatan Powe­r Inventer sebagai Penyuplai Listrik dengan Meman­ faatkan Daur Ulang Sampah Elektronik yang Su­ dah tidak terpakai, Dwi Hermayatiningsih, Wah­ yu Arief Budiman, Brilian Prasetyo, dan Junet Kistanto berhasil mengungguli PKM bidang kewirausahaan dan berhak atas sertifikat penghargaan juara pertama setara dengan emas dari DIKTI. Kemudian PKM untuk bidang pendidik­ an, Latifah Septiyani, Dessy Wahyu, dan Dikha Lorentina memperoleh penghargaan yang sama dengan judul penelitiannya Pelatihan Baha­ sa Prancis Dasar kepada Pedagang Kaki Lima di Kawasan Malioboro Yogyakarta. Kemenangan itulah yang telah menghantarkan kampus eksIKIP ini sebagai peringkat 4 besar tingkat nasio­ nal. Selain sertifikat penghargaan dari Direkto­rat Pendidikan Tinggi (Dikti) dan sejumlah uang pembinaan, mahasiswa di atas juga mendapat apresiasi dari pihak UNY. Hal ini diakui Budi Sulistyo, Kabag Kemahasiswaan UNY, bahwa rektorat juga memberi sertifikat dan uang pembinaan sebagai wujud apresiasi dan bentuk peng­akuan kepada mahasiswa yang berhasil menorehkan prestasi di Pimnas. Brilian Prase­ tyo mengamini, “Uang pembinaan dan sertifikat penghargaan yang kami terima dari Dikt­i dan UNY adalah bentuk penghargaan atas je­ ri­h payah kami. Namun, yang paling penting adalah hasil akhir dari penelitian kami yang kini berguna bagi orang banyak.” Menjadi kebanggaan tersendiri ketika mengikuti Pimnas yang dianggap sebagai ajang pa­ ling bergengsi ini. Mewakili rasa kebanggaan kelompoknya, Latifa menuturkan bahwa di Pimnas itulah dia menyadari bahwa UNY memiliki nama besar di tingkat nasional. “Saat nama kami disebut sebagai pemenang dan nama UNY dinobatkan sebagai peringkat keempat tingkat nasional, nama UNY dielu-elukan para peserta Pimnas dari seluruh provinsi. Saya sampai merinding mendengarnya,” ungkap Latifa. *** Ada kenikmatan lain dari penelitian. Peserta Pimnas mengakui bahwa mereka cukup puas dengan dampak penelitian masing-masin­g karena selain ilmu yang semakin terasah, mere­ ka juga bisa jalan-jalan, baik saat melakukan penelitian maupun setelah selesai memberika­n laporan. “Di Malang kami jalan-jalan gratis. Senang sekali karena mencairkan keteganga­n

setelah presentasi. Kami juga dapat banyak teman baru dari berbagai provinsi,” ungkap Dessy. Ari Kusmiatun, pun menggemari penelitian karena bisa jalan ke mana-mana untuk meneliti. “Dengan meneliti, kita bisa ngela­yap, tetapi dapat banyak ilmu juga. Kita bisa kenal banyak orang dan kita jadi mau tahu banyak hal,” ujarnya. Menanggapi dampak lain dari penelitian ter­sebut, Sri Sumardiningsih, mengingatkan bahwa produktivitas peneliti pascalaporan itu yang perlu ditingkatkan supaya bermanfaa­t un­ tuk lembaga atau orang banyak. Misalnya, jika laporan sudah selesai dibuat, segera dilanjut­ kan pembuatan artikelnya untuk dijurnalkan, diskusikan ke forum-forum ilmiah, atau jika pe­ nelitiannya berupa produk, harus terus di­kem­ bangkan dan diuji lagi supaya bisa dimassalkan. Bagaimanapun, penelitian yang berhen­ti hanya sampai di laporan, belum bisa di­ka­ta­kan bermanfaat bagi khalayak. Ari Kusmiatun, juga memotivasi bahwa dunia ini sangat luas untuk diteliti. Apa saja yang kita sentuh, yang kita lihat, dan yang kita cermati adalah cikal bakal yang bisa diteliti. Tidak semua orang peka untuk menangkap situasi. Penelitian bisa mengasah kepekaan kita, sehingga cakrawala kita terbuka lebih luas. Orang yang enggan meneliti, cenderung memandang sesu­ atu hanya dari satu sudut pandang saja. Mereka terkungkung di satu arah sudut pandang saja. “Dalam penelitian, kita harus melepaskan kaca mata kuda. Kita harus jelalatan. Cobalah melihat dari sudut pandang yang berbeda! Dari situ, saya yakin akan muncul kreativitas. Orang kreatif harus memandang sesuatu dari banyak sisi supaya tidak stagnan. Menelitilah karena dengan meneliti kita bisa tahu dunia kita le­ bih luas dari yang kita sangka!” pesannya. 

P e wa r a Di n a m i k a ja n ua ri 2010

13


laporan utama

Geliat Mahasiswa Meneliti Peluang untuk meneliti telah terbuka, sudah saatnya mahasiswa tak hanya menjadi manusia berotak teori saja. Oleh Endang a rti at i suhe st i

T

ahun 2009, tepatnya 22–24 Juli lalu, Dwi Hermayantiningsih, Wahyu Arief Budiman, dan Brilian Prasetyo berhasi­l menyisihkan 112 PTN dan PTS se-Indonesia di ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) XXII. Dengan menciptakan “Bogi Po­wer”, yaitu alat penyuplai listrik dari barangba­rang bekas, ikut menghantarkan penobatan Universitas Negeri Yogyakarta menjadi juara keempat dalam PIMNAS XXII yang diselenggarakan di Malang. Mereka adalah sebagian kecil dari mahasis­ wa UNY yang tekun menggeluti dunia peneliti­ an, lebih peka dalam mencari masalah dan me­ nangkap peluang yang diberikan oleh kampus. Memang budaya penelitian di kalangan mahasiswa belum begitu terbentuk, ujar Supriyan­to. “Di UNY ketertarikan penelitian itu masih ren­ dah, yang jelas bagi mereka (mahasiswa.red) pe­nelitian itu masih dianggap sulit. Di kela­s sa­ ya saja, teman-teman mahasiswa yang dulu­nya antipati dengan penelitian, mereka sekarang ba­

nyak yang terperosok dengan gelar MPJ, yaitu Mahasiswa Pencari Judul. Mereka berpikirnya keliru, bukan mencari permasalahan terlebih dahulu, tetapi mencari malah justru mencar­i judul”, paparnya yang pernah menjadi ketua Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Penelitian periode 2009. Annida, ketua UKM Penelitian 2010 jug­a me­ lihat bahwa mahasiswa-mahasiswa yang aktif meneliti, cenderung tergantung fakultasnya. Di Fakultas MIPA, lanjutnya, mahasiswany­a ba­ nyak yang tertarik melakukan penelitian kare­ na memang dari bidang ilmunya membutuh­ka­n penelitian. Kalau bidang bidang ilmu se­­per­­ti humaniora, sosial, mereka lebih banya­k melakukan hal-hal yang praktisi karena bidang ilmunya tidak sekedar pembuktian ilmiah denga­n peneli­ tian. “Mereka sepertinya melakukan penelitian sekedar untuk prestasi saja dan tuntutan untuk

foto-foto:dokumen pribadi

14

Pewara Dinam i ka j a n ua r i 2 0 1 0


laporan utama

dokumen humas uny

benarnya mahasiswa sudah diharuskan membuat paper sebagai syarat untuk mencairkan dana. Saat itu, lanjut Budi Sulistya perlu dipikirkan sehingga paper yang menjadi syarat pecairan dana tidak muspro (sia-sia .red). Setelah ada koordinasi dengan jajaran Pembantu Dekan III di fakultas-fakultas, ada tindak lanjutnya, yaitu mengarahkan paper mereka untuk diikutkan ke PKM. “Potensi-potensi mahasiswa harus diga-

hmt2ntb.files.wordpress.com

membuat skripsi”, ungkapnya dengan ramah saat ditemui di sekretariat UKM Penelitian. Walaupun demikian, dari tahun ke tahun, mahasiswa yang melakukan penelitian semaki­n meningkat. Hal ini bisa dilihat dari proposal Pe­ ne­litian Kreativitas Mahasiswa (PKM) dan Stu­ dent Union Grand (SUG) yang masuk ke bagi­an kemahasiswaan UNY. “Tahun 2004, baru ada 13 judul PKM yang diusulkan ke Jakarta, tiap ta­hun meningkat meingkat sampai di tahun 2009 ini ada 891 judul yang diusulkan. Akhir­nya dari situ yang lolos untuk didanai sebanya­k 91 judul. Dari 891 judul, sebenarnya yang telah masuk mencapai 1000 lebih proposal sebelum diseleksi kembali. Ditambah lagi sejak tahun 2004 UNY telah menyediakan dana penelitian SUG bagi peneliti pemula. Tahun 2009 ini ada 24 judul SUG yang didanai oleh UNY, setelah awal-awa­l tahun 2004 hanya ada 10 sampai 12 proposal saja”, jelas Budi Sulistya, Kabag Kemaha­sis­ wa­an. Memang setiap pencairan dana beasiswa, se-

P e wa r a Di n a m i k a ja n ua ri 2010

15


laporan utama

“Memaksa “ untuk Mengkondisikan Dalam sebuah tulisan, Alfatri Adlin, editor Jalasutra menuliskan bahwa meneliti itu adalah bagian dari kehidupan manusia sebenarnya dan meneliti itu sebenarnya bukan kegiatan sulit. Meneliti itu sebenarnya cara manusia mencari jawaban atas sesuatu hal. Bisa fenomena, benda, manusia dan lain-lainnya. Ada beragam cara orang mencari kebenaran, misal; dengan penye­ lidikan ilmiah, berpikir kritis, melakukan percobaan ringan, melalui pengalaman dan lainlain. Oleh karena itu paradigma berpikir bahwa meneliti adalah hal yang sulit dan berat dikalangan mahasiswa harus dibongkar. Tak hanya dimulai dari pribadi masing-masing mahasiswa untuk meciptakan pengertian bahwa penelitian adalah kegiatan yang tidak berat. Supriyanto mengemukakan, bahwa hal ini juga harus didukung oleh dosen dan sistem

tentangsidianndra.files.wordpress.com

rap, pada awalnya memang terkesan memaksa, tetapi salah satu sisi dalam kebijakan perl­u adanya penekanan-penekanan”,ungkapnya kemudian.

itu sendiri. Sebagian dosen, ungkapnya masih mengajarkan metode penelitian dengan bahasa-bahasa asing tingkat tinggi dan masih ba­ nyak yang teoritis. Bagi mahasiswa yang masih awam, ini akan membuat mereka semakin merasa ngeri pada penelitian itu sendiri. “Ha­rus­ nya penelitian itu lebih aplikatif, mahasiswa disuruh buat proposal misalnya dan lebih tegas lagi kalau mahasiswa belum lulus mata kuliah penelitian dasar, sebelum out putnya bisa membuat proposal tidak boleh mengambil mata kuliah penelitian selanjutnya ”, tambahnya dengan tegas.

www.nystar.state.ny.us

16

Pewara Dinam i ka j a n ua r i 2 0 1 0


laporan utama tasi di depan dan dinilai. Nah mau tidak mau mereka harus melakukan. Untuk penanaman nilai, itu memang harus ada unsur pemaksa­ an, bukan pemaksaan tetapi tanggungjawab da­lam tugas. Mahasiswa diharapkan matang dalam proses, tidak hanya menulis, menghafal­ kan, tetapi ada dialog, ada penemuan”, papar dosen yang aktif di Lembaga Penelitian ini de­ ngan senyum ramah. Farida Hanum menjelaskan bahwa untuk proses pembudayaan dalam sosiologi ada 2 tahap yaitu proses sosialisasi dan internalisasi. Dengan mengenalkan bahwa penelitian tidak sulit dan mahasiswa mulai merasakan manfaatnya, maka mereka akan mengikuti terus-menerus dan akan menginternalisasi pada diri­nya sehingga pada akhirnya penelitian tidak la­gi menjadi beban, melainkan sesuatu yang meng­a­ syikkan untuk dilakukan. 

dhian/pewara

Lewat UKM Penelitian sendiripun tidak da­pat merangkul sebagian besar mahasiswa UNY un­ tuk gemar meneliti. “Jujur saja dana UKM Penelitian terbatas, kami hanya bisa mengoptimal­­ kan memberikan bekal kepada anggota UKM. Itupun yang saya alami sewaktu men­ja­di ke­ tu­a, lebh banyak menfokuskan pada penguatan teori medologi penelitian saja. Untuk aplikasi­ nya, kami sangat tergantung pada event-event luar, entah dari UNY, Depdiknas, Menegpora atau yang lainnya”, terang Supriyanto yang se­ring­kali diskusi sharing ide dengan temantemannya secara kekeluargaan Membuat mahasiswa tertarik pada peneliti­ an tergantung juga bagaimana dosen mengenal­ kannya kepada mahasiswa. “Gak mesti, kalau sudah habis teori, mahasiswa baru inget meneli­ ti. Padahal dari semester satu mereka bisa kita ajak untuk melakukan penelitian yang disesuaikan dengan kemampuan mereka”, tegas Farid­a Hanum, salah satu guru besar Fakultas Ilmu Pen­ didikan yang aktif meneliti. Menciptakan budaya penelitian dikalangan mahasiswa bisa dimulai dari langkah-langkah sederhana. Di semester satu, lajut Farida, mahasiswa diajak belajar bagaimana melihat masalah-masalah pendidikan, bagaimana melatih mereka untuk melakukan wawancara. Misalnya dalam mata kuliah Ilmu Pendidikan, mahasiswa dicobakan untuk wawancara dengan guru-guru tentang problem yang dihadapi guru, harapan guru. Bisa saja kalau mengajar tentang Sosiologi Pendidikan, mereka diajarkan untuk melihat permasalahan-permasalahan di sekolah-sekolah atau dibekas sekolah-sekolah mahasiswa. Jadi mahasiswa tidak hanya menerima teori saja. Terkadang, bukan karena mahasiswa tidak mau meneliti, tetap kadang-kadang mereka tidak tahu bagaimana caranya meneliti, apa manfaatnya penelitian. Itulah sebabnya, walaupun mata kuliahnya bukan penelitian, tetapi bisa diselipkan tentang penelitian. “Saya sudah biasa mengikutsertakan mahasiswa semester 3- 4 untuk ikut meneliti dalam penelitian yang sedang saya lakukan. Kita ajak mereka menjadi peneliti di lapangan, karena mereka di kelas sudah kita ajari bagaimana wawancara dengan orang. Kalau sudah semester 6 mahasiswa itu sudah bisa menjadi koordinator lapangan. Saya melihat dari SMP, SMA yang baik saja, mereka sudah melakukan penelitian kecil-kecilan . Lalu kenapa mahasiswa tidak bisa, apalagi kalau ditutut untuk presen-

P e wa r a Di n a m i k a ja n ua ri 2010

17


laporan utama Dr. Hari Sutrisno, M.Si.

Biarkan Dunia Bicara Tentang Penelitian Saya Sudah sekitar satu setengah tahun ia melakukan penelitian. Waktu sehari-harinya habis untuk berkutat dengan tabung reaksi dan alatalat laboratorium lainnya hingga begitu sangat lelah, namun belum juga ia menemukan apa yang diinginkan. Nihil. Oleh D h i an H a ps a r i

F

rustasi mulai melandanya. Kondisi fi­sik dan psikologisnya mulai menuru­n, sudah tak ingat lagi percobaan ke-bera­p­a yang ia lakukan. Yang ia ingat, ini to­ pik yang ke-lima, topik sebelumnya gagal total karena kalah cepat publikasi di jurnal internasional dengan peneliti-peneliti dari Jepang, sehingga sering kali setelah melakukan beberapa percobaan, ia malas membersihkan dan me­ ngem­balikan alat-alat yang kotor dengan bahan kimia itu ke tempatnya semula. Selesai percobaan, biasanya ia letakkan saja alat itu di pinggir jendela atau atas meja. Seperti juga siang itu

Gambar 1

foto-foto: dokumen pribadi

18

Pewara Dinam i ka j a n ua r i 2 0 1 0

saat ia memutuskan untuk mengambil waktu berlibur sejenak dan melepas bebannya. Musim panas memang sudah tiba. Waktu libur musim panas ini membuatnya merasa lebih lega karena dapat melupakan sebentar kepenatan di ruang laboratorium dan beratnya targettarget yang harus ia capai untuk meraih gelar doktoral dalam bidang Chimie Avance etat Solide (Solid State Chemistry) dari Ecole Doctorale STIM de l’Universite de Nantes, Perancis. Pulang dari libur musim panas, tentu ia ti­da­k dapat meninggalkan laboratoriumnya. Ia bu­ka kembali pintu laboratorium dan untu­k me­mu­lai percobaannya. Ketika ia akan mengam­bil ge­lasgelas percobaan yang di pinggir jendela­, betapa kagetnya ia menemukan dua gelasny­a yang berisi gel berwarna biru dan kristal transpa­ ran. Keheranan lantas membawanya bertemu de­ ngan Dr. Luc Brohan, Superviser-nya. Dua gelas itu dibawanya serta untuk didiskusikan lebih lanjut. Di sini ia mendapati surprise yang lain. Felicitation Hari ! Kata Dr Luc Brohan dengan mata berbinar dan senyum mengembang. “A la fin, ça arrive !,” tambah Dr. Luc Brohan padanya. Rupanya kristal dan gel berwarna biru itu tidak lain bahan kimia baru berbasis titanium oksida. Selama ini belum ada cairan titanium yang tidak reaktif terhadap udara, mudah larut di air, dan pelarut organik lainnya, padahal titanium biasanya akan mudah terkondensasi (mengen­dap/menguap) apabila bereak-


laporan utama si dengan udara. “Apa­bila titanium itu bereaksi dengan udara yang terjadi akan cepat habis, sehingga betap­a borosnya zat itu dan perlu perlakuan khusus hanya untuk titanium saja,” terangnya. Pene­muan itu sekaligus menemukan struktur bar­u bahan awal titanium yang juga bahan awal titanium oksida dalam bentuk padatan dan gel po­li­merik yang sifatnya berbeda jauh dengan cairan. Laki-laki bernama Dr. Hari Sutrisno itu meras­a sangat bahagia. Ia bersemangat melakukan pe­ ne­litiannya lagi. Kali ini ia lebih fokus mencari­ apa manfaat titanium oksida dan apa pula keku­ rangannya, bahkan memperdalam penelitiannya melalui Post-Doctorale ke Institut Jean Rouxel-Universite de Nantes pada tahun 2008 atas permintaan Superviser-nya. “Titanium oksida ini dapat menjadi foto katalis, sel surya generasi ketiga, dan pembersih permukaan kaca atau fotohidrofil,” ungkapnya. Lebih lanjut ia jelaskan, foto katalis hasi­l pe­ ne­litian itu dapat mengubah zat beracun menjadi tidak beracun baik di air maupun udara. Pemanfaatan foto katalis ini penting untuk meminimalisir zat beracun di alam. Sedangka­n

sel surya yang juga hasil lain titanium oksida berguna sebagai bahan alternatif Energi yang dapat diperbaharui. “Sebagaimana kita tahu apa­bila bahan bakar fosil adalah sumber daya energi yang tidak dapat diperbaharui, sedangka­n sel sur­ya generasi ketiga ini tentu saja tidak cepat habis selama matahari masih bersinar. Dengan adanya sel surya energi matahari dapat diubah menjadi listrik,” jelasnya. Pemanfaatan titanium oksida lainnya dapat digunakan sebagai anti embun untuk lapisan kaca. “Bila disebarkan di lapisan kaca, titanium oksida akan memecah air dengan sendirinya, sehingga tidak terjadi embun di permukaan kaca. Ini penting untuk lapisan kaca mobil, kamar mandi, atau lapisan kaca lainnya yang harus anti embun.”

Penelitian dan Hak Paten Internasional Sejak awal Dr. Hari Sutrisno memang telah tertarik dengan zat kimia yang memiliki rumus sederhana ini. Sebelum mengambil sekolah S3 di Perancis, ia telah membaca artikel di internet tentang titanium oksida sebagai bahan­ semi kon­duktor yang tahan terhadap kondisi kimia­

P e wa r a Di n a m i k a ja n ua ri 2010

19


laporan utama

Gambar 2

Gambar 1, 2, dan 3 merupakan rangkaian karya Hari Sutrisno yang mendapat hak paten

maupun fisika serta memiliki aplikasi yang sa­ ngat luas terhadap problem industri dan lingkungan. Pada tahun itu, sekitar pertengahan tahun 1998, saat internet baru saja dikenal luas di Indonesia, Hari Sutrisno tertarik untuk mencari materi penelitian lebih lanjut tentang titanium oksida sebagai bahan materi penelitian S3-nya. “Kebetulan di dunia science waktu itu juga sedang booming penelitian titanium, say­a jadi semakin tertarik,” akunya. Yang terjadi kemudian, ia bukan saja mendapatkan gelar S3 dengan penelitiannya yang mengesankan de­ ngan predikat “Tres Honorable” dan disertasi­ nya tergolong kedalam “Top Secret Disertation”

Gambar 3

20

Pewara Dinam i ka j a n ua r i 2 0 1 0

yaitu disertasi yang mendapat perlindungan khu­sus akan kerahasiaannya dan ditempatkan di Ruang Rektorat Universitas dengan prosedur keamanan yang tinggi, melainkan ia juga mendapatkan hak paten internasional terhadap penemuannya itu. “Hak paten itu yang mengurus bukan say­a, ada lembaga sendiri bentukan pemerintah Pe­ rancis yang serupa dengan LSM di Indonesia. Semua biaya yang diperlukan untuk pematenan secara otomatis berasal dari pemerintah Perancis karena LSM itu didanai pemerintah,” papar­ nya. Ia tentu saja tidak mengeluarkan uang sepeser pun untuk pematenan itu, hanya saja kemudian hasil penelitian itu menjadi hak milik pemerintah Perancis. Lantas bagaimana bila ada yang ingin mengunakan hasil temuannya? Ia dengan santai mengatakan, “Mereka tingga­l calling saya dan membicarakan penggunaan itu. Apabila deal saya akan mendapatkan 30% dari royalty harga pembelian hak paten.” Hari, panggilan akrabnya, memang tahu be­ tul bagaimana menghargai hasil keratifitas berharganya. Temuannya itu tidak saja dipatenka­n di Perancis, European Patent, United States Pa­ tent (USPTO), Japan Patent, dan WIPO Internatio­ nal yang terdiri dari negara-negara nggota PBB. Hingga saat ini ia telah mengantongi lima hak paten untuk Titanium oxide-based sol-gel poly­ mer dan lima hak paten hak paten untuk Tita­ nium aquo oxochloride and preparation method theoreof dari lima lembaga paten. Kendati ia me­mi­liki hak paten dari lima lembaga paten besar di dunia, ia tidak tertarik mendaftarkan kedua temuannya itu ke hak paten Indonesia. “Menurut pertimbangan saya belum ada industri kreatif yang akan menggunakannya di Indonesia seperti di luar negeri, jadi buat apa repotrepot dipatenkan disini,“ katanya ringan. Hak paten yang ia daftarkan ke lembaga paten Indonesia hanya temuannya tentang Metode Pre­ parasi Silikat dan Titanium Silikat Mesopori Ber­ basis Heksagonal dan Kubik yang masih dalam proses pemeriksaan substantif. Otomatis dengan adanya hak paten yang dipegang oleh Hari, ia telah mengangkat nama UNY di kancah dunia penelitian dunia, karena nama almamater tercintanya Yogyakarta State University, Yogyakarta, Indonesia selalu tertera, namun selama ini belum pernah ada yang memberinya award secara langsung. “Dulu pernah saya tanyakan juga kepada Rektor UNY yang terdahulu, tetapi rupanya UNY belum memiliki


laporan utama angaran untuk penghargaan paten, tetapi untuk sementara hanya untuk penghargaan jurnal nasional dan internasional. Setelah itu saya tidak pernah menanyakan lagi. Bukankah penelitian itu menyangkut profesionalisme seba­gai dosen. Secara profesional saya tidak minta di­ san­jung-sanjung dan tidak perlu minta-minta, karena hal itu bukan suatu hak yang harus diperjuangkan.” Memang kalau menerima penghargaan atas hak paten-nya belum pernah ia dapatkan dari UNY, tetapi penghargaan lain sempat ia terima seperti Dosen Berprestasi I Tingkat Universitas (2004), Penghargaan Satya Lencana dari Depdiknas (2003), dan beberapa penghargaan lain di tingkat nasional. Memilih Jalur Penelitian Penelitian menjadi kegemarannya seja­k meng­­injak bangku sekolah menengah atas (SMA). “Saya sering mendapatkan ide yang anehaneh dan selalu penasaran untuk mewujud­kan ide itu,” katanya. Konon, ia membuat kompor da­ri grenjeng yang dilekatkan di permukaan wajan bolik kemudian memanfaatkan energi surya untuk memasak makanan di atas wajan ter­sebut. “Itu saya lakukan kelas satu SMA.” Se­ jak saat itu ia semakin keranjingan mencipta­ kan hal-hal baru yang berhubungan dengan pro­ ses fisika dan kimia. Kegemarannya itu pula yang membawany­a memilih jurusan kimia untuk jenjang selanjutnya. “Sebenarnya saya ingin masuk ITS atau universitas lain yang memiliki jurusan kimia murni, tapi karena biaya yang tidak memungkinkan, lagipula saya mendapatkan kesempatan PMDK di IKIP Yogyakarta, saya ambil saja,” kenangnya. Anak pertama dari lima bersaudara ini lantas memilih Jogja sebagai tempatnya belajar. “Di Jogja saya memiliki banyak saudara, Bapak saya asalnya dari Sedayu-Bantul, Beliau merantau ke Banyuwangi karena diajak Pak De, sedangkan Pak De saya merupakan murid lang­ sung dari Ki Hajar Dewantoro yang diperintah­ kan untuk mendirikan SD sampai SMA Tamansiswo disana,” paparnya memberi alasan lain mengapa memilih Jogja. Selain tertarik menemukan hal-hal baru, tuntutan profesionalisme dan hoby, ia mengak­u bagian yang menarik dari penelitian tidak lain dari segi finansialnya. “Jujur saja, finansial itu cukup menjadi motivasi saya untuk terus mene­ liti dan timbulnya ide-ide orisinil,” kata­nya sambil tertawa. Di samping finansial, ia memiliki

alasan unik mengapa memfokuskan diri menjadi seorang peneliti. “Ini suatu filosofi yang bersifat pribadi, secara penampilan say­a ini tidak memiliki daya tarik, kewibawaan yang memungkinkan untuk mendapatkan jabatan atau penghargaan secara struktural. Saya pikir, kenapa saya tidak mengembangkan jalur profesional yang merupakan tugas utama sebagai seorang dosen (akademisi). Saya akan lebih leluasa menjadi pendidik dan pengajar, peneliti, dan mengabdi pada masyarakat, toh pilihan ini merupakan bentuk pengabdian yang tak kalah mulianya” aku laki-laki bertubuh tambun ini. Penelitian yang awalnya sebagai hobi kemudian beralih menjadi profesi ini tampak ia nikmati. Meski demikian, ia belum puas juga de­ ngan dunia penelitian yang telah memberinya hak paten internasional. “Ya, walaupun saya men­dapatkan hak paten itu kalau belum ada yang menggunakannya kan saya juga belum mendapatkan royalti.” Untuk itu, akhir-akhir ini ia mencoba dunia lain yang masih berhubung­ an dengan akademik: penulisan buku! Ada dua buku yang sedang dalam masa penggodokan berjudul Dasar-dasar Kristalografi dan Penentu­ an Struktur Kristal dengan Data Difraksi SinarX Serbuk. “Sebelum ini saya memiliki pengalaman menulis di berbagai jurnal nasional dan internasional, mengelola jurnal nasional, dan mengisi workshop serta seminar, lalu mengap­a saya tidak meneruskan dengan menulis buku lebih fokus lagi?” 

TTL: Banyuwangi, 07 April 1967 • Pendidikan: S1 Pendidikan Kimia IKIP Yogyakarta (1986–1991); S2 Kimia ITB (1994– 1996); S3 Solid State Chemistry Universite de Nantes, France (1998–2001); Post-S3 Chimie Avance etat Solide (2008–2009) • Pekerjaan: Dosen UNY dan Anggota Penjamin Mutu FMIPA UNY • Karier: Menulis artikel ilmiah untuk seminar sebanyak 24 judul; Telah menulis 13 judul Penelitian; Menulis 18 judul tulisan di Jurnal nasional dan internasional .

P e wa r a Di n a m i k a ja n ua ri 2010

21


laporan utama

Mereka yang Bergerak di Luar Lembaga Penelitian Universitas Ada banyak cara meluangkan kegemaran meneliti, sebagian dari mereka membuat komunitas penelitian di luar lembaga resmi. Oleh D h i an ha ps a r i

P

Komunitas Penelitian Fakultas Unit Kegiatan Mahasiswa Penelitian pun tidak dapat berbuat banyak untuk mengkayakan penelitian mahasiswa karena keterbatasan dana dan lain hal. Kerja sama dengan fakultas ataupun jurusan dapat diupayakan mengatasi permasalahan tersebut. Eko Yulianto, mantan Ketua Kelompok Studi Ilmiah MIST menyatakan, fakultas melalui lembaga tertentu membentuk juga badan penelitian untuk menggerakkan bu22

Pewara Dinam i ka j a n ua r i 2 0 1 0

daya meneliti mahasiswa. “Fakultas MIPA sendi­ ri membentuk UKMF penelitian sebagai wadah dan memfasilitasi mahasiswa fakultas yang tertarik penelitian. Selain itu juga mendampingi mahasiswa pemula yang akan melakukan penelitian sebagai mediasi ke birokrat tertentu.” Terkadang mahasiswa pemula masih beranggapan takut melakukan penelitian karena terhambat

fayyadi.files.wordpress.com.amsterdam library holland

enelitian kelihatan mentereng di luar­­­ nya, namun tahukah bagaimana ba­­ngun­ an dalamnya? Sebagian mahasis­wa bah­­kan mengganggapnya mengerikan­, mahasiswa lain menggalakkannya­. Me­re­ka meng­himpun diri, di luar UKM penelitia­n, untuk terus menyalakan apinya. Penelitian mahasiswa lebih tumbuh subur di Fakultas MIPA dibandingkan fakultas lainnya. Mereka mau tidak mau melakukan penelitian, sebab mata kuliah memang menekannya teru­s meneliti melalui jam praktikum. Mahasiswa di luar FMIPA cenderung meneliti untuk kebutuhan skripsi, sebab sedikit mata kuliah yang memaksanya melakukan penelitian. Namun bukan berarti tidak ada penelitan di kalangan mahasiswa sosial dan humaniora. Penelitian di bidang sosial dan humaniora tetap ada, kendati dalam jumlah yang relatif sedikit. Setidaknya demikian yang diungkapkan Annida Nurul Faiza Asni, ketua UKM Penelitian 2010 “Kalau bidang ilmu seperti humaniora, sosial, lebih banyak melakukan hal-hal yang praktisi karena bidang ilmunya tidak sekadar pembuktian ilmiah dengan penelitian. Kalaupun ada penelitian di luar yang diharuskan dalam kurikulum sekadar untuk prestasi dan tuntutan membuat skripsi.”

birokrasi dan ketakutan lain yang sebenarnya ti­dak harus terjadi. Wadah kreatifitas mahasiswa fakultas yang telah berdiri sejak 2002 itu, menurut Eko, telah membantu sekitar 200 karya penelitian mahasiswa. “Beberapa diantara mahasiswa yang me­ la­kukan penelitian awalnya dari ketertarika­n ter­hadap beasiswa, sehingga mau tidak mau me­re­ka membuat proposal penelitian dan jus­ tru termotivasi melakukan penelitian lebih­ lan­jut.” Kemudahan yang diberikan UKMF Pe­ ne­li­ti­an ini membuat KSIMIST menjadi icon pe­ ne­litian di FMIPA. Meskipun demikian ada saja kekurangannya. “Dari segi peralatan, kampus kita masih minim, sehingga kami harus ke SMTI


laporan utama atau kampus lain yang menyediakan alat penelitian tertentu.” Peran UKMF ini hampir sama dengan UKM Pe­­ne­litian Universitas, hanya saja lebih dekat de­ngan mahasiswa fakultas dan lebih memfo­ kuskan diri dengan penelitian sesuai bidang keilmuan di fakultas. Selain UKMF MIPA, fakultas lain juga membentuk kelompok studi penelitian seperti Reality di FIP, Matriks di FT, dan Screen di FISE. Fakultas Ilmu Keolahragaan dan Fakultas Bahasa dan Seni belum memiliki UKMF. “Mereka masih berstatus badan semi otonom di bawah BEM,” jelas Eko. Sempat juga lembaga-lembaga penelitian ini membuat forum untuk sharing penelitian dan penyelarasan Program Kerja. Mereka menyebutnya Forum Berlima singkatan dari Forum Lembaga Ilmiah. Tidak jauh berbeda dengan KSIMIST, Realit­y pun memiliki peran khusus di bidang peneli­ tian. Endah Sri Rahayu, mahasiswa Jurusan PLB 2007 yang bergiat di Reality, mengatakan “Reality dapat menjadi perpanjangan tanga­n dari universitas seperti menginformasikan pe­ ng­u­muman penelitian ke jurusan-jurusan, pen­ dampingan untuk peneliti pemula oleh mereka yang telah berpengalaman agar dapat meraih preatasi penelitian, dan memotivasi mahasiswa untuk melakukan penelitian.” Lembaga yang berdiri pada 2006 ini telah menampung puluh­ an karya penelitian dari anggotanya.

yang sudah memiliki basic penelitian di Sekolah Menengah Atas yang biasa disebut Karya Ilmiah Remaja (KIR) sama halnya dengan dirinya. Lakilaki yang memiliki banyak tulisan karya ilmiah ini menyatakan, “Kalau mereka mengenal lembaga penelitian bisa jadi akan lebih termotivasi untuk mengkayakan penelitian di UNY.” Lembaga penelitian lain yang aktif melakukan kegiatannya di UNY cukup banyak. Bebera­ pa UKM selain UKM Penelitian biasanya memi­li­ ki devisi Litbang yang memungkinkan memberi motivasi ke arah penelitian lebih lanjut. Sepenge­ tahuan Baihaqi, ada beberapa komunitas yang dapat memfasilitasi mahasiswa untuk bergiat di penelitian. Salah satunya Center of Excellent (CES) yang pada mulanya berada di bawah komunitas pergerakan yang lebih banyak bergi­ at di wacana politik. “Setelah beberapa lama ko­mu­nitas penelitian ini kemudian menjadi in­ dependen, baik statusnya maupun pendanaannya. Jadi, perkembangannya kemungkinan besar berbeda dengan lembaga di fakultas atau universitas. Pun, pengkaderannya berbeda tergantung bagaimana sepak terjang organisasi tersebut.” 

fisikarudy.files.wordpress.com

Banyak wadah Tidak semua mahasiswa yang gemar meneli­ ti menjadi anggota lembaga penelitian, baik di fakultas maupun universitas. Fatwa Ika Widarti mahasiswa Biologi 2006, misalnya. Ika, panggilan akrabnya, yang bersama M. Syaifudin dan M. Noorcahyo Eka Sakti memenangi PKM Kewirausahaan tahun 2009 lalu mengungkapkan, “Saya sendiri dan Cahyo tidak ikut lembaga penelitian manapun. Bukan apa-apa, kami ini hanya tidak punya cukup waktu untuk itu karena kesibukan praktikum dan kuliah.” Memang menjadi anggota penelitian cukup menye­ nangkan, namun lembaga penelitian sendiri belum secara maksimal mengkader mahasiswa di bawahnya, tambahnya. “Mereka yang aktif di penelitian atau kompetisi-kompetisi hanya ‘pe­main-pemain’ lama,” Cahyo ikut memberi alas­an. Mahasiswa yang aktif melakukan penelitian, menurut Muhammad Baihaqi, mahasiswa Pendidikan Matematika 2004, biasanya mereka

P e wa r a Di n a m i k a ja n ua ri 2010

23


kabar dari luar SMP AL Hikmah Karangmojo

Hari Gini Ada Sekolah Gratis? Program Sekolah Gratis yang belum lama ini didengungkan di era Menteri Pendidikan Nasional periode lalu, masih menyisakan banyak keluhan. Pasalnya yang terjadi di lapangan tidaklah semanis reklmae di baliho dan televisi. Apalagi bagi masyarakat yang masuk dalam kategori tertinggal, tentu akan semakin sulit mengakses sekolah gratis. Namun, harapan sebagian masyara­kat Gunungkidul dan sekitarnya men­dapat­ kan sekolah gratis nampaknya bu­kan lagi harapan semu. Di Pondok Pe­san­ tre­n Al-Hikmah yang terdiri dari jen­ jang seko­lah menengah pertama sam­ pai umum dan kejuruan ini, pendidik­an gratis sudah mulai digalakkan sejak ta­ hun 1998. Jauh sebelum pemerintah gen­­

car me­nyuarakan sekolah gratis­. Sa­yang, belum banyak masyarakat yang tahu. Kenyataan di atas terpikirkan oleh Pon­dok Pesantren Al-Hikmah, yang kali pertama berdiri sudah ‘nekat’ memberikan biaya pendidikan gratis bagi para masyarakat kurang mampu yang masih ingin belajar. Langkah berani ini pun me­ nuai banyak pertanyaan dan membu­at

pihak Departemen Pendidikan Nasional penasaran. Bagaimana bisa gratis?

Semuanya Serba Gratis Pondok Pesantren Al-Hikmah yang ber­lokasi di Sumberejo, Karangmojo, Gu­ nungkidul ini berdiri di bawah naung­ an Yayasan Al Hikmah. Dalam waktu yang masih dibilang muda, namun res­

foto-foto: dokumen al hikmah

24

Pewara Dinam i ka j a n ua r i 2 0 1 0


kabar dari luar pon masyarakat sangat bagus dengan adanya sekolah gratis. Hal itu trebukti dari data kuantitatif peminat sisiwa yang selalu meningkat setiap tahun. Da­ ri awal berdirinya hanya 27 murid, pa­ da tahun 2009 sudah ada 100 murid le­ bi­h terdiri dari 7 kelas. 2 kelas untuk ke­las IX , 3 kelas untuk kelasVIII dan 2 ke­las lagi untuk VII ada 2 kelas. “Kami memilih menggratiskan biaya sekolah pada seluruh siswa karena melihat keadaan sosial geografis dan ekonomi masyarakat sekitar. Memang, banya­k yang sering menanyakan dari mana da­ na penyelenggaraan pendidikan. Kami memeroleh dana dari yayasan, donatur dan pemerintah berupa Biaya Operasio­ nal Sekolah (BOS),” papar Kepala SMP AlHikmah Suarmi, S.Pd. Meski gratis, pihak sekolah pun mem­ ber­lakukan sistem jemput bola dalam pencarian siswa baru. “Selain informasi yang tersebar dari mulut ke mulut, kami juga menyebarkan leaflet dan perg­i mengunjungi desa-desa terpencil untu­k menawarkan mereka yang masih ingin bersekolah. Dan hasil dari usaha itu sa­ ngat memuaskan. Siswa di sini datang dari berbagai daerah di Indonesia, seper­ ti Sukabumi, Kuningan, Bandung, Ban­ ten, Ngawi, Malang, dan Magetan,” je­ las ibu berputra empat ini. Jika berharap pada program Sekolah Gratis, tentu saja yang gratis ialah bia­ ya operasional sekolahnya. Bagaiman­a dengan kebutuhan murid yang bisa di­ ka­takan tak sedikit. Sekolah Al Hikma­h tak tanggung-tanggung membebaskan semua biaya fasilitas yang diterima murid. Mulai biaya pendaftaran, gedung, dan Sumbangan Penyelenggaraan Pendidikan (SPP) bulanan. Operasional seko­ lah tidak lepas dari guru sebagai tenaga pendidik. Lalu bagaimana dengan para pendi­ dik atau pengajarnya, bukankah merek­a punya tanggungjawab pada keluarga ma­sing-masing? Meski gratis bukan ber­­ arti para guru di Al Hikmah tidak di­­ga­­ji. Pengurus juga memerhatikan ke­­se­­­jah­­­te­ raan para guru tidak tetap ini dengan memberikan gaji. “Alhamdulilla­h sela­ma saya menjalankan tugas di SMP sela­ma

4 tahun ini, kami bisa menggaj­i se­mua guru. Dalam tahap 3 tahun ini ka­­­mi sudah mematok gaji 10.000 per jam, tapi kami melihat sebesar itu be­lu­­m cukup untuk kebutuhan mereka te­ta­pi keadaan ini cukup tertolong de­nga­n adanya tunjangan dari pemerin­ta­h. Ha­l yang paling mendasar adalah pad­a keikhlas­ an yang mereka berikan pa­da sekolah ini,” tutur alumnus Institu­t Keguruan Ilmu Pendidikan (IKIP) se­ka­rang Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) ini.

Tidak hanya pada pendidikan forma­l saja yang gratis, tetapi sebagai seko­lah dengan asrama melalui pondok pesan­ tren, SMP Al Hikmah mewajibkan siswa­ nya tinggal di asrama pondok pesantren yang juga gratis tanpa ada biaya se­ru­piah pun. “Jadi semua gratis, dari pen­didikan formal sampai nonformal, fasilitas asrama dan bahkan makan pun gratis. Di sini pokoknya serba gratis,” ungkap Suarmi lagi. Eka W. Pramita

P e wa r a Di n a m i k a j a nua ri 2010

25


kabar dari luar Sekolah alam

Mari Mencoba Sekolah Alam Di Sanggar Anak Salam (SALAM) di Desa Nitiprayan, Kasihan, Bantul, anak-anak benar-benar belajar langsung dari Alam. Di tengah serbuan sekolah-sekolah yang menawarkan pelbagai kelebihan un­tuk merayu para orangtua seperti seko­lah berlabel internasional, Informas­i Tek­ nologi dan percontohan, ternyata tak mam­pu merayu Wahya–panggilan ak­ rab pemilik nama Sri Wahyaningsi­hmeng­ikuti jejak sekolah tersebut. Perempuan kelahiran Klaten ini memilih untuk mengembalikan pendidikan pada esensinya yakni memanusiakan ma­ nu­sia. “Saat ini banyak lho sarjana yang menganggur karena mereka tidak memi­ li­ki skill dan kreatif dalam menghadapi persoalan,” ucap Wahya. Seberapa besar, lanjut Wahya pengaruh pendidikan bagi kebutuhan si anak dalam memecahkan persoalan-persoalan kehidupan. Salam merupakan sekolah alternati­f yang terdiri dari Kelompok Bermain, Taman Anak dan Sekolah Dasar ini mula­ nya didirikan oleh Wahya di daerahnya­, Lawen, Banjarnegara pada tahun 1988 kemudian hijrah ke Bantul, DIY pada 20­03.

Belajar Langsung dari Alam Konsep SALAM begitu sederhana, yak­ ni dekat dengan alam dan memaknai pe­ristiwa keseharian lewat permainan. “Saya lebih suka menyebutnya dengan sekolah kehidupan,” ujarnya. Menurut Ibu berusia 48 tahun ini, jika anak ingin pintar kan tidak harus belajar menggu­ na­kan kurikulum yang sama, tetapi se­ su­ai dengan keunikan lokalitas masingmasing daerah. Wahya menerangkan bahwa jika se­ jak kecil anak-anak mulai dikenalkan dan dibiasakan mencintai keunikan di daerah masing-masing, maka denga­n sen­dirinya anak-anak tak mudah memiliki sikap konsumtif. “Misalnya dua hal 26

Pewara Dinam i ka j a n ua r i 2 0 1 0

foto-foto: dokumen salam

yang paling riil dan dekat pada anak ialah makanan dan lingkungan. Bagai­ mana anak belajar makan makanan tra­ disional dengan bahan baku dari alam dan mulai belajar ramah pada lingkung­ an,” ujarnya. Semua itu bersinergi de­ ngan kebiasaan anak pada saat merek­a berada di rum Keberadaan SALAM Berangkat dari kegelisahan banyaknya anak putus seko­ lah dan pernikahan dini di daerahny­a asalnya. “Saat itu yang ada dalam pikir­

an saya bagaimana agar anak-anak te­tap punya kesempatan belajar dan mem­­bebaskan mereka dari rasa takut,” ung­­kapnya Tak heran jika ia dan rekan-rekannya mendesain kurikulum sendiri tidak mengikuti pemerintah. Kurikulum berda­sarkan tema tema tertentu. “Misalnya pengenalan dasar benda-benda angkasa, anak diajak keluar untuk merasakan panas matahari berdasarkan cerita, gambar dan pengamatan. Melalui media buku cerita, gambar, alat peraga dan kardus susu. Kami juga memanfaatkan barang yang sudah ada agar tidak selalu membeli,” ujar fasilitator KB SALAM, Ani Kurnia.

Pendidikan yang Membebaskan ala SALAM Wahya juga tengah mengkritisi kuri­ kulum SD yang dinilai sangat membebani anak. “Misalnya otonomi daerah dan tugas-tugas Majelis Permusyawaratan


kabar dari luar

Rakyat (MPR) atau Dewan Perwakilan Rak­yat (DPR). Katakanlah itu penting tapi seberapa penting bagi kebutuha­n anak? Berbeda sekali efeknya kalau sejak kecil kita mengenalkan pada anak bagaimana mencintai dan melestarikan lingkungan. Anak sudah bisa menerapkan langsung seperti menghemat air, listrik, mengetahui kandungan-kandungan yang ada di bumi dan bagaimana memperbaharuinya,” tutur ibu berkaca-

mata minus ini. Wahya menegaskan, melalui model pendidikan berbasis ko­ mu­nitas pihaknya ingin menghilangkan konsep penyeragaman dalam duni­a pendidikan, termasuk seragam yang ti­ dak berlaku di SALAM. Ani mengatakan sistem dan metod­e klasik seperti pendidikan formal tidak berlaku di SALAM, seperti tidak ada model kelas. “Kami membebaskan anak tetapi tetap didampingi fasilitator. Anak

juga tidak diwajibkan untuk kumpul bersama,” jelasnya. Pendekatan ke anak pun berbeda-be­ da tergantung karakter anak, tidak ada hukuman apalagi kekerasan melainkan melalui kesepakatan atau identifikasi masalah. Pembelajaran juga melibatkan orangtua, bahkan orangtua kerap dida­ ulat untuk memeragakan kebolehan me­ reka. “Di sini kan ada putri Pelukis Tino Sidin, beliau kami minta untuk melukis di depan anak-anak,” ujar Ani. Uang SPP tergantung kesepakatan dan berlaku subsidi silang bagi orangtua yang kurang mampu, minimal Rp. 45.000,- per bulan. Sampai saat ini Pemda setempat ikut mendukung keberlang­ sungan SALAM, misalnya dengan memberi bantuan berupa media belajar. “Te­­tapi belum ada bantuan berupa da­ na,­” pungkas Ani. Eka W. Pramita

P e wa r a Di n a m i k a ja n ua ri 2010

27


kabar dari luar Sekolah Darurat Kartini

Keriangan Belajar di Pinggir Rel Pinggiran rel kawasan Lodan, Ancol, Jakarta Utara seolah jadi saksi keriangan belajar anak-anak, mereka tampak cuek bila sesekali kereta melintas tepat di bangunan tempat mereka belajar. Sepintas seperti barak pengungsian, te­ tapi siapa mengira jika bangunan tersebut merupakan sekolah bagi anak-anak tidak mampu yang didirikan oleh sepasang ibu guru kembar Sri Irianingsih dan Sri Roosyati. Kasih sayang ibu kembar, Sri Roosya­ ti dan Sri Irianingsih yang akrab disap­a Rossy dan Rian ini, tidak bisa membiarkan anak-anak terlantar di jalan tanpa pendidikan memadai Keprihatinan yang mendalam tentang nasib anak-anak miskin komunitas perkampunga­n kumuh di kota besar seperti Jakarta. Kon­ disi tersebut telah mengusik jiwa dan raga ibu kembar untuk berbuat se­suatu yang nyata dan tidak sekadar teo­ri. Maka jadilah, sejak 10 tahun silam­, perempuan kembar separuh baya de­ ngan ciri khas rambut panjang diikat ke­pang itu, mendirikan Sekolah Darurat Kartini. Seperti julukannya, sekolah ini pada awal dibangun pada tahun1990,

28

Pewara Dinam i ka j a n ua r i 2 0 1 0

foto-foto: dokumen Darurat Kartini

dibangun persis di bawah kolong jalan layang tol di bilangan Jakarta Utara. Te­ tapi perlu diketahui jika proses pembelajaran sebelumnya sudah dimulai pad­a tahun 1972. “Waktu itu suami kami bertugas di pedalaman sehingga otomatis kami memulai di pedalaman,” ujar Rian. Tidak tanggung-tanggung, perempu­ an kembar kelahiran Semarang, 4 Febru­ ari 1950 ini tak hanya menyelenggara­ kan layanan pendidikan gratis, tapi ju­ga

menyediakan perangkat sekolah dari mulai buku, makanan sampai pakai­an seragam. Semua biaya yang keluarkan dirogoh dari kocek sendiri. ”Kita memang sudah sediakan anggaran khusus termasuk dari para donatur untuk anakanak. Mereka dapat pendidikan yang setara dan tanpa dibebankan biaya se­ dikitpun,” Rian menuturkan. Rian ingin sekali membudayakan pembelajaran di Indonesia karena pendidikan belum sampai menyentuh ke dae­rah-daerah atau anak-anak di kota yang tidak sekolah. Ada idiom yang me­ nga­takan bangsa yang maju terlihat pada maju atau tidaknya pendidikan dan hingga kini belum ada pemerataan da­ lam hal pendidikan. “Awalnya kami ha­ nya menjadikan kegiatan pembelajaran beberapa jam saja untuk menyelingi aktivitas lain, tapi dengan bergulirnya waktu lama kelamaan seluruh tenaga, pikiran dan materi yang kami punya untuk mengabdi pada anak-anak yang kurang mampu. Sekarang kami sudah benar-benar merefleksikan dalam kehidupan sehari-hari,” ujar lulusan Universitas Airlangga ini berpacu dengan suara riuh khas anak-anak. Ketika disinggung mengenai materi pembelajaran, Rian menanggapi bahwa selama ini bahan pelajaran yang diguna­ kan sesuai dengan buku yang berasal dari pemerintah, pun dengan kurikulum­ nya, yang membedakan ialah suplemen skill yang diberikan. Selama ini diakui tidak ada bantua­n yang signifikan berupa materi dari pe­ me­rintah pusat, apalagi untuk donatur tetap, paling-paling kemari saat peres­ mian saja. “Susah rasanya berharap ba­ nyak pada bantuan pemerintah yang


kabar dari luar

selalu beralasan tidak ada Peraturan Pemerintah dan sebagainya,” keluh Ri­ an yang punya hobi berenang ini. Sekolah yang dibangun dengan petak tripleks itu didirikan dalam lingkunga­n komunitasnya, tidak terpisah dari per­ kampungan utama. Jumlah murid Sekolah Darurat Kartini kini mencapai ± 2000 murid, dari taman playgroup hingga SMU. Setiap angkatan biasanya terdiri dari 570 anak Bahkan mereka juga membuka kelas kursus keterampilan, ada kursus menjahit, merangkai kerajinan tangan serta memasak. Rencan­a ke depan juga akan dibangun polikli­ nik gratis untuk masyarakat. Awal ber­ diri di kolong jembatan muridnya ha­ nya 10 anak dengan waktu belajar dua jam saja, kemudian berkembang menja­ di setengah hari waktu belajar. Output yang sudah lulus tidak sedikit yang ber­ hasi meraih cita-citanya. Ada yang be­ kerja sebagai TNI, wartawan, bergerak di bidang jasa seperti salon kecantikan,

bahkan ada yang melanjutkan jenjang S2.

Ada Bagi Mereka yang Membutuhkan Siapa yang mengajar anak-anak di bawah jembatan itu. “Awalnya, tent­u saja kami berdua. Tapi lama-kelamaan­, banyak sukarelawan yang siap mendu­ kung kami,” lanjutnya. Tak kenal lelah, setiap harinya, kecuali Minggu dan hari libur, Rossy bersama saudara kembar­nya Rian, menghabiskan sebagian waktunya di sekolah itu dari pagi hingga si­ang

berangkat dari kediamannya di Ke­lapa Gading. Pengajarnya berasa­l da­ri alumni sekolah ini, mereka secar­a sukarelawan membantu ibu kembar me­ngajar. Setelah sekolah tersebut ber­status disamakan pada tahun 2000, Roosy dan Rian juga memberikan penghar­gaan berupa tunjangan pada para pengajar. Sekolah lbu kembar tidak pernah menamakannya sebagai yayasan ataupu­n sebagai lembaga swadaya masyarakat (LSM). Di Jakarta, “Kartini” sekarang sudah mempunyai lima “cabang”, yaitu di bawah kolong jembatan Rawa Bebek, bawah jembatan Ancol, bawah jembat­ an Pluit, bawah jembatan Tambora, dan di pinggir rel kereta api Kampung Ja­nis, Lodan. Kini setelah kurun waktu ge­nap 30 tahun, tekad mereka pun kia­n mantap untuk terus mengajar. “Kami berharap agar sekolah terus bertahan dan te­tap ada bagi mereka yang membutuh­ kan,” pungkas Rian mengakhiri cerita. Eka W. Pramita

P e wa r a Di n a m i k a ja n ua ri 2010

29


berita KKN Semester Genap 2009/2010

Bupati Kebumen Menerima Mahasiswa KKN UNY: KEHIDUPAN MASYARAKAT, UNIVERSITAS YANG SEBENARNYA

foto-foto: dokumen pribadi

foto-foto: dokumen lemlit

Bupati Kebumen, K.H. M. Nashi­ruddin Al Mansyur dalam sambut­an tertulisny­a pada saat menerima penerjunan mahasiswa KKN UNY menyatakan, “Kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) sesungguhnya adalah sebuah media pembelajaran untuk mengimplementasikan pengetahu­ an yang diperoleh di bangku kuliah ke dalam realiatas masyarakat. KKN meru­ pakan laboratorium hidup, di sana da30

Pewara Dinam i ka j a n ua r i 2 0 1 0

pat dilihat dan didengar berbagai peristiwa dan kompleksitas masalah yang ada di tengah masya­rakat. Inilah sebabnya, saya katakan bahwa kehidupan di masyarakat itu­lah universitas yang sebenarnya.” Sambutan tersebut dibacakan oleh Wakil Bupati, Rustriyanto, S.H. di Aula Ke­ camatan Adimulyo Kebumen, Sabtu 23 Januari 2010. Mahasiswa KKN UNY yang

diterjunkan di Kabupaten Kebume­n sebanyak 59 orang dan merupakan bagian dari 408 orang mahasiswa KKN Semester Genap 2009/2010 gelombang I yang diterjunkan di Jawa Tengah dan DIY. Mereka akan melaksanakan KKN se­ lama empat bulan, mulai dari 23 Janua­ ri s.d. 23 Mei 2010. Lebih lanjut dikatakan dalam sam­ but­an tersebut bahwa ada dua manfaat


berita yang didapat melalui kegiat­an KKN. Bag­i mahasiswa, KKN memberikan pengalaman dan nilai tambah berupa cara-cara mengaplika­sikan pengetahuan yang didapat di bangku kuliah. Ilmu yang dimiliki akan semakin bermakna jika dapa­t di­terapkan dalam kehidupan nya­ta. Sementara bagi masyarakat, KKN dapat me­nambah pengetahuan ma­syarakat dari sudut pandang berbe­da. Kehadiran mahasiswa KKN da­­pat memberi motivasi kepada ma­sya­­rakat untuk meningkatkan kese­jah­teraannya. Dengan demikian, KKN menjadi media transfer iptek dari mahasiswa kepada masyarakat dan juga sebaliknya. Agar kegiatan KKN dapat dilaksa­na­ kan dengan lancar dan sukses, Bu­pa­ti Kebumen memberikan pesan khusu­s ke­ pada mahasiswa yaitu agar para ma-

hasiswa dapat secepatnya menyatu de­ ngan masyarakat lo­kasi KKN. Hal itu da­pat dilakukan melalui media silahturahmi dan mem­bangun kebersamaan de­nga­n berbagai elemen masyaraka­t se­­ba­ga­i media sambung rasa. Mahasis­ w­a dalam menyusun dan melaksana­kan kegiatan KKN perlu melibatkan masya­ ra­kat dan lembaga peme­rin­tah yang ada sehingga mendapa­t dukukungan dan partisipasi masya­rakat. Pada tanggal 11 April 2010 Kabu­pa­ ten Kebumen melaksanakan Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati. Mahasiswa diminta untuk menjadi perekat persatua­n dan kesatua­n dalam masyarakat serta menjadi pelopor bagi terciptanya ikli­m sejuk dan kondusif di wilayah tempat KKN. Mahasiswa seharusnya dapa­t mem­­berikan contoh berdemokrasi se­

ca­­ra dewasa, santun, dan berbudaya. Per­be­daan pandangan dalam masyara­ kat adalah wajar. “Kita tidak bisa memaksakan logika berpikir kita sendiri, hargailah tradisi masyarakat dalam memecahkan persoalan sehingga tercapa­i konsensus bersama”, demikian isi sam­ butan Bupati Kebumen. Dalam kesempatan ini penyerah­a­­n mahasiswa KKN UNY dilaksanakan oleh Anwar Efendi, M.Si. selaku wakil dari LPM UNY. Hadir dalam kesempatan ini Camat Adimulyo, Camat Kutowinangun, Camat Ayah, dan pejabat Kabupaten Kebumen. Sebanyak 29 orang mahasiswa KKN akan menempati lokasi di wilayah kecamatan Adimulyo, 22 orang di Ke­ca­ matan Kutowinangun, dan 8 orang di Kecamatan Ayah. Prayoga

P e wa r a Di n a m i k a j a nua ri 2010

31


berita CPNS

SEBANYAK 31 CPNS UNY LULUS DIKLAT

foto-foto: heri/PEwara Dinamika

Sebanyak 31 CPNS UNY lulus dalam Dik­lat Pembinaan Dosen dan Karyawan CPNS 2009. Penyerahan sertifikat kelulusan oleh Rektor dilaksanakan Selasa, 19/1 di Ruang Sidang UNY. Sedangkan diklat dilaksanakan 21 Juli 2009 sampai 15 Januari 2010 (termasuk Pendidikan Prajabatan yang diselenggarakan Pemda Propinsi DIY pada tanggal 2-11 November 2009). Program Pembinaan CPNS diikuti oleh 29 dosen dari 6 fakultas dan 2 karyawan yang terdiri dari 6 dosen FBS, 7 dosen FIK, 3 dosen FIP, 7 dosen FISE, 4 dosen FMIPA, 2 dosen FT, 1 karyawan BAAKPSI, dan 1 karyawan Puskom. Sebanyak 16 dosen berkulaifikasi akademik S2 dan 13 dosen berkuali­ fikasi akademik S1. Menurut Dr. Sunaryo Sunarto, ketu­a pelaksana diklat, materi Pembinaan CP­ NS dosen terdiri dari: Wawasan Kepen­ di­dikan, Bahasa Inggris, Program Pe­­­­la­­­­tihan, Ketrampilan Dasar Teknik In­­ s­truk­sional (PEKERTI), Etika Dosen, Elear­ning, Pengabdian pada Masyara­kat, Metodologi Penelitian, Kemahasiswaan, 32

Pewara Dinam i ka j a n ua r i 2 0 1 0

Kepegawaian, dan Achievement Motiviti­ on Training. Sedang CPNS karyawan mengikuti materi pembinaan: Kepegawaian dan Bahasa lnggris. ”Capaian hasil Pembinaan CPNS untuk skor TOEFL, yang mencapai nilai di atas 600 ada 2 orang, 550-600 ada 2 orang (1 karyawan), 500-549 ada 6 orang (1 karyawan), dan 450-499 ada 10 orang. Sedangkan yang skornya di ba­wah 450 sebanyak 11 orang (35,4%). Jadi, 64,6% telah meme­nuhi target skor minimal 450,” ungka­p Sunaryo. Lebih lanjut dikatakan, semua CPNS do­sen telah menyelesaikan produk pe­ la­tihan, terdiri dari: lima perangkat perkuliahan (anailisis kompetensi, sila­

bi, RPP, kisi-kisi pengembangan UAS, dan contoh soal UAS), proposal peneli­ tian, proposal PPM, dan meng-upload materi e-learning. Kehadiran rata-rata CPNS 99,4% (kecuali yang melahirkan dan melaksanakan pernikahan, sedangkan yang hamil muda sebanyak 6 dosen bahkan 100% hadir). Sementara itu, Rektor UNY, Dr. Rochmat Wahab, M.A., dalam sambutannya menyatakan bahwa dosen harus menjadwalkan naik pangkat secara sistematis. Kenaikan pangkat dosen tidak otomatis, sehingga kalau tidak rajin akan terlindas oleh waktu. Dosen harus mandiri tanpa bergantung kepada orang lain. Dosen yunior belajar kepada yang senior dan bertanya tentang kunci kesuksesan yang harus dicapai. “Dalam waktu dekat UNY akan meng­ undang Sekjen Kementrian Pendidikan Nasional atau narasumber lain untuk memberi motivasi sebelum para dosen muda terkena kontaminasi berupa pe­ ngaruh yang tidak baik,” tambahnya. witono nugroho


berita estetika

DOSEN TARI UNY MEMBUAT MEDIA PEMBELAJARAN TARI

Dosen Jurusan Pendidikan Seni Tari, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta kembali menghasilkan karya inovatif. Drs. Kuswarsantyo­, M.Hum. berhasil membuat media pem­ belajaran tari untuk internet atas pra­ karsa Dinas Kebudayaan Propinsi DIY seksi Rekayasa Budaya, di bawah ko­ ordinasi Drs. G.B.P.H. H. Yudaningrat, M.M. Prospek pembuatan media pembela­ jaran tari klasik gaya Yogyakarta ini sangat positif seperti diakui oleh Yuda­ ningrat. Selanjutnya beliau menugaskan Drs Kuswarsantyo, M.Hum., bersama Dra. V. Retno Widyasuti, M.Sn. untuk me­wujudkan program tersebut. Alhasi­l pada Februari 2010 ini program tersebut akan segera dapat diakses melalui situs www.tasteofjogja.com. Kuswarsantyo menjelaskan bahwa tujuan pembuatan media ini tidak lain untuk mempermudah cara belajar tari bagi siapa pun dan di mana pun mereka berada. Pemanfaatan teknologi saat ini adalah sebuah keniscayaan, sehingga tidak ada alasan lain untuk belajar

foto-foto: dokumen pribadi

teknologi demi tujuan yang positif. Tari tradisi ternyata dapat pula diprogra­m untuk itu, sehingga orang luar Jawa hing­ga orang luar negeri pun dapat belajar tentang tari klasik gaya Yogyakata melalui dunia maya. Dalam produk media pembelajaran ini dilengkapi dengan perangkat VCD dan buku panduan belajar yang secara

rinci akan membantu orang yang ingin belajar tari gaya Yogyakarta seca­ra mandiri. Untuk tahap awal ini mate­ri yang disajikan adalah dasar gerak Ta­ri Putra Alus, Gagah, dan Putri gaya Yogyakarta. Untuk ke depannya akan di­ luncurkan program untuk paket Tari Kla­ sik Tunggal gaya Yogyakarta. kus

P e wa r a Di n a m i k a ja n ua ri 2010

33


berita pelantikan

UNY LANTIK PEJABAT BARU

foto-foto: witono nugroho/PEwara Dinamika

Pada awal tahun 2010, Rektor UNY, Dr. Rochmat Wahab, M.A., melantik 8 peja­ bat baru. Pelantikan dilaksanakan Selasa, 5 Januari, di Ruang Sidang Rektorat. Pejabat yang dilantik adalah Dra. Pa­ ngesti Wiedarti, M.Appl.Ling.,Ph.D. sebagai Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Tri Kusnawati, M.Hum. sebagai Sekretaris Jurusan Pendidikan Bahasa Perancis, Dra. Rr. Lis Permana Sari, M.Si. sebagai Ketua Program Studi Pendidikan Kimia, Dr. Bambang Subali, M.S. sebagai Kepala Kantor Penjaminan Mutu, Drs. Basrowi, M.Pd. sebagai Ketua Sekretaris Kantor Penjaminan Mutu, Dr. Suwarna sebagai Ketua Unit Program Pengalaman Lapangan, Drs. Ngatman, M.Pd. sebagai Sekretaris Unit Program Pengalaman Lapangan, dan Bambang Sumarmo H.M., M.Kom. sebagai Sekretaris Pusat Komputer. Dalam sambutannya Rektor berha­ ra­p agar para Ketua dan Sekretaris Jurusan/Prodi sebagai pejabat akademik 34

Pewara Dinam i ka j a n ua r i 2 0 1 0

mampu mengawal penyelenggaraan prodi/jurusan sehingga dapat memberi­ kan pelayanan akademik dan nonaka­ demik yang semakin memuaskan bag­i mahasiswa. Selain itu, mereka juga da­ pat mengorganisir dan mengendali­kan SDM, sarana dan prasarana pendidikan, serta mengimplementasi program pe­ ngem­bangan jurusan/prodi sehingga penyelenggaraan pendidikan pada level jurusan/prodi dapat menunjukkan akun­ tabilitas yang tinggi kepada publik. “Untuk akreditasi prodi dewasa ini semakin sulit, karena dari kualifikasi yang berisi 101 item telah bertambah menjadi 150 item. Kendatipun demikian, indikator utama tetap sebanyak tujuh item, yaitu visi dan misi prodi, kualifikasi, keahlian dan kinerja SDM, sarana dan prasarana yang memadai, mampu dalam pembiayaan, manajemen yang baik, dan menciptakan lingkungan akademik yang kondusif, khususnya terkait dengan penelitian, baik jumlah,

kualitas (paten), maupun pelibatan mahasiswa dalam penelitian. Kita masih memiliki tiga tahun (2005 s.d. 2012) untuk proses akreditasi semua prodi di Indonsesia yang hingga kini masih ada 7500 prodi,” tambah Rochmat. Selain itu, Rochmat juga mengingin­ kan agar Ketua dan Sekretaris Kantor Penjaminan Mutu (KPM) dapat mendu­ kung UNY dalam melakukan kendali mutu akademik, baik terkait dengan ke­giatan Tri Dharma Perguruan Tinggi (pembelajaran/pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat), kinerja pendidik dan tenaga kependidik­ an (pimpinan institusi, dosen, teknisi, laboran, maupun pustakawan), penga­ daan dan pemanfaatan sarana dan pra­sarana akademik, kegiatan kemahasiswaan, kerjasama, dan lain sebagai­ nya. Kehadiran KPM diharapkan sekali mampu memberikan kontribusi bagi penegakan standar pelayanan minimal dan standar internasional yang sudah


berita menjadi komitmen UNY. Ketua dan Sekretaris UPPL juga diharapkan dapat memantapkan eksis­ ten­si UPPL yang tidak hanya mengawa­l kegiatan praktek lapangan di bidang pen­didikan, melainkan juga bidang non­ kependidikan. Mengingat target praktek lapangan semakin banyak dan meluas, UPPL sangat diharapkan dapat memantapkan dan memperluas kerjasa­ ma dengan berbagai institusi terkait. Rochmat menambahkan, UNY terus berupaya menegakkan clean university

governance, karena itu perlu didu­kung dengan pengelolaan yang transparan dan akuntabel. UNY yang ber-Badan

Layanan Umum (BLU) terus berusah­a mem­perbaiki sistem pengelolaan keu­ angan sesuai dengan aturan yang ada. UNY tidak hanya menghadirkan sarjana akuntansi untuk membantu pembuatan pembukuan dan pelaporan keuangan di setiap unit dan mendirikan tim auditor internal, melainkan juga mendirikan badan pengawas dan membuat MoU de­ngan BPKP sehingga diharap ke depan UNY memperoleh status WTP (Wajar Tanpa Pengecualian). witono nugroho

refreshing

UNY AWALI TAHUN DENGAN REFRESHING Mutasi merupakan refresing, selain bekerja dengan orang baru yang lebih fresh, juga untuk menutupi atau meme­nuhi kepentingan lembaga. Tidak kala­h pentingnya adalah peningkatan kinerja bagi mereka yang kemarin sudah ber­hasil di tempat awal mungkin bis­a berkarya lebih baik di tempat yang baru. Bagi yang sudah berprestasi baik diharapan akan mengalami peningkat­an lagi minimal seperti yang kemarin. Sehingga apa pun yang akan dilakuka­n akan memberi manfaat bagi lembaga UNY dan siapa pun yang ada di depannya. Demikian disampaikan Rektor UNY, Dr. Rochmat Wahab, M.A., pada upaca­ ra Mutasi Pegawai UNY Tahun 2010 di Ruang Sidang UNY, Senin, 4/12 2009. Pe­ gawai administrasi yang dimutasi berjumlah 34 orang. Pada bagian lain, Rektor UNY menya­ takan bahwa promosi jabatan tida­k di­ ten­tukan oleh lamanya bekerja dan usia, tetapi lebih ditentukan oleh prestasi. Semua dilaksanakan secara transparan. Rangking ditentukan oleh portofolio, penilaian sejawat, penilaian atasan, kemampuan bahasa Inggris, dan lain sebagainya. Sementara itu, Pembantu Rektor II, Sutrisna Wibawa, M.Pd., mengatakan bahwa mutasi ini untuk refresing maupun mengisi tugas-tugas subbagian/

heri/PEwara Dinamika

unit kerja. Selain itu karena memang karyawan tersebut sudah 8 tahun bera­ da di unit tersebut. Tetapi walaupun belum 8 tahun namun sudah dibutuhkan oleh unit kerja lain maka pegawai tersebut dapat juga dimutasi. ”Mulai 2010, universitas menggulirkan program baru yaitu peningkatan kinerja. Program tersebut akan dipantau dan dievaluasi. Bila tidak berdam­ pak positif maka akan dicabut kembali. Anggaran untuk program tersebut berki­ sar antara 4,5 sampai 5 miliar rupiah. Untuk ke depannya presensi UNY akan menggunakan sistem computerrized

dengan scan wajah. Sambil menunggu sofware-nya siap, kita masih menggu­ nakan absen sidik jari (elektronik),” tambah Sutrisna. Sutrisna juga mengharapkan para Ka­bag dan Kasubag menerapkan ilmu Jawa yaitu bangun pagi sebelum ayam berkokok dan berangkat tidur setelah ayam tidak berkokok. Maksudnya adalah kita akan menguasai suatu unit kerja kalau kita bisa hadir lebih awal dan pulang setelah semuanya pulang. Dengan begitu apa yang terjadi kita dapat memantau semuanya. witono nugroho

P e wa r a Di n a m i k a ja n ua ri 2010

35


berita kerjasama

UNY jalin kerjasama dengan POLDA DIY

foto-foto: witono nugroho/PEwara Dinamika

universitas Negeri Yogyakarta menja­ lin kerjasama dengan Polda DI Yogya­ karta. Penandatanganan MoU dilaksana­ kan Selasa, 12/1, di Aula Polda DIY oleh Rektor UNY Dr. Rochmat Wahab, M.A. dan Kapolda DIY yang diwakili oleh Wakapolda DIY Kombes Pol. Drs. Badrun Arifin. Kerjasama mencakup bidang pendidikan, pelatihan, pengka­ jian, penelitian, dan pengembangan ke­ lembagaan. Kerjasama dalam bidang pendidikan meliputi dispensasi atau kemudahan pendidikan bagi anggota Polri yang kuliah di UNY untuk jenjang S1, S2, dan S3. Bidang pelatihan meliputi pelatihan dalam rangka peningkatan kemampuan bagi para Gadik/Instruktur di SPN Ba­ nyubiru serta pelatihan dalam rangka peningkatan kemampuan bagi Gadik No­ norganik di Polda DIY. Sedangkan untuk bidang pengkajian, penelitian, dan pengembangan kelembagaan seca­ra ber­sama meliputi penelitian tentang 36

Pewara Dinam i ka j a n ua r i 2 0 1 0

pe­lak­sanaan Pendidikan Pembentukan Bri­ga­dir Polri di SPN Banyubiru dan pe­ ne­litian tentang pelaksanaan pelatiha­n ba­gi personel Polri di Polda DIY dan ja­ jar­annya. Kerjasama dalam mendukung tugas pokok Polri dan proses belajar mengaja­r di UNY yaitu bagi mahasiswa yang ber­ asal dari luar negeri diberikan kesempatan untuk mengetahui dan mendapat kemudahan dalam layanan administrasi dan regulasi orang asing di Indonesia. Selain hal tersebut kerjasama dalam hal Pencegahan Penanggulangan Pem-

berantasan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) di lingkungan kampus UNY dan wilayah Propinsi DIY. Dalam sambutannya Rochmat me­ ngatakan bahwa kontribusi yang diberikan oleh Polda tidak sedikit terhadap UNY. Terlebih ketika kehadiran Preside­n Susilo Bambang Yudoyono pada awal tahun 2008 ketika meresmikan Gedung Olah Raga (GOR) UNY. Kerjasama rela­tif presentatif untuk kepentingan even nasional maupun internasional, bukan hanya untuk pendidikan tapi juga untuk kepentingan riset, rekreasi, dan sosial. “Kalau ada isu-isu pendidikan yang terus muncul itu memang seiring de­ ngan dinamika yang ada di Indonesia saat ini. Oleh karena itulah masyarakat tidak perlu khawatir akan persoalanpersoalan yang muncul terus menerus di sektor pendidikan karena itu memang sesuatu yang sudah fitrah. Namun yang perlu kita pahami adalah bahwa per-


berita soalan yang muncul itu jangan sampai menimbulkan kontra produktif sehingga punya dampak yang luas dan juga merugikan kita, terlebih bagi bangsa kita ke depan,“ lanjut Rochmat. Rektor UNY ini juga menambahkan bahwa tanpa pendidikan yang baik ti­ dak mungkin kita bisa menghadapi bang­sa yang lebih baik dan juga negara yang lebih maju. Oleh karena itulah pendidikan dengan segala persoalannya tetap harus menjadi perhatian kita. Karena pendidikan menciptakan orang yang berkualitas tidak hanya di bidang akademik tapi juga kualitas moralitasnya. Dikatakan Rochmat, kita melihat bahwa dengan adanya perhatian yang

lebih dalam pendidikan, UNY terma­suk salah satu instusi pendidikan yang di pe­ rebutkan calon mahasiswa. Akhir-akhir ini jumlah mahasiswa UNY mencapai sekitar 30-an ribu. Bisa dibayangkan Jalan Gejayan dan sekitarnya, juga Jalan Samirono, semakin hari semakin padat dan juga memiliki potensi pasar yang semakin besar. MoU itu memberikan kemudahan untuk sewaktu-waktu menerima keluar­ ga besar Kapolda untuk melanjutkan studi S1, S2, maupun S3. Demikian pula diklat-diklat yang dilaksanakan juga akan memberikan kontribusi tidak hanya terkait dengan urusan akademik kependidikan tetapi juga terkait dengan upaya pelatihan dalam bidang olah-

raga. Sementara itu Kapolda DIY dalam sambutannya mengatakan, penangan­ an kesepakatan bersama antara Polda DIY dan UNY merupakan momen stra­ tegis dan penting untuk membenah­i kekurang tepatan atau kesalahan dalam marencanakan dan melaksanakan stra­ tegi dan kebijakan, serta peningkatan sumber daya manusia yang diimplemen­ tasikan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia, fungsi operasional, maupun pembinaan. Pelatihan tersebut dilaksanakan guna membentuk sikap dan perilaku Polri sesuai yang diharapkan dalam meraih kepercayaan masyara­ kat kepada Polri. witono nugroho

absensi

Lebih Disiplin dengan Kamera Perkembangan teknologi di era Globa­ lisasi sangat cepat melejit. Banyak bermunculan teknologi-teknologi baru yang dihasilkan manusia untuk menemukan kemudahan-kemudahan dalam kehidupannya. Persainganpun dalam proses pengua­ saan teknologi kini semakin pesat, dan Fakultas Teknik UNY tentunya tidak ketinggalan menanggapi perkembang­an teknologi yang semakin berkembang. untuk meningkatkan disiplin para karyawan dan dosen Fakultas Teknik UNY kini mempergunakan alat tanda kehadirandengan menampakkan foto diri. Alat tersebut bentuknya sa­ngat sederhana, namun cukup canggih, dapat melihat dan merekam yang ada di­ha­dapannya. Para karyawan hanya dengan menuliskan NIP ( nomor Induk Pegawai) maka akan terekamlah saat itu juga foto dan waktu kehadirannya di Kantor. Sehingga dengan memperguna­ kan alat ini diharapkan para karyawan dapat lebih mendisiplinkan diri. Alat mungil dan canggih iniadalah webcam (web camera) yang kini tela­h

foto-foto : dokumen humas ft

terpasang dibeberapa titik ruangan, sehingga para karyawan dapat melakukannya saat datang dan pulang kantor tidak harus di satu ruang tertentu, melainkan dapat melakukan dimana yang mereka inginkan untuk memonitor tanda kehadiran atau kepulangan hari itu. rani

P e wa r a Di n a m i k a ja n ua ri 2010

37


berita sertifikasi

SEBANYAK 172 DOSEN UNY TERIMA SERTIFIKAT PENDIDIK Sebanyak 172 dosen UNY menerima ser­tifikat pendidik, Rabu, 13/1 di Audi­ torium UNY. Sertifikat diserahkan Rektor UNY Dr. Rochmat Wahab, M.A. de­ ngan didampingi oleh PR I, Prof. Dr. Nur­fina Aznam. Rincian penerima sertifikasi yaitu fakultas FIP 27 dosen, FBS 30 dosen, FMIPA 32 dosen, FISE 25 dosen, FT 39 dosen, dan FIK 19 dosen. Sedangkan perguruan tinggi penilai sertifikasi dosen dari 6 perguruan tinggi yaitu UNS 56 orang, UM 26 orang, UNJ 10 orang, UPI 39 orang, ITB 13 orang, dan UGM 29 orang. Setelah dua tahun hingga saat ini proses sertifikasi dosen, dosen UNY yang telah memperoleh sertifikat pendidik sebagai dosen profesional seba­ nyak 264 orang. Dalam sambutannya Rochmat mengatakan bahwa secara akademik, do­sen yang berhasil memperoleh sertifikat pen­didik sudah mampu menunjukkan kinerjanya. Mengingat persoalan sertifikat pendidik ini merupakan sesuatu yang baru, maka untuk menjaga dan me­melihara nilai dan misi sertifikat pen­ didik serta menghindari fitnah, kira­nya perlu ditetapkan suatu rambu-rambu yang dapat dipakai acuan untuk menja­ ga keprofesionalan dosen. Dilihat dari perspektif kompetensi, seorang dosen yang bersertifikat seharusnya terus menjaga dan meningkatkan kompeten­ si profesional, pedagogik, personal, dan sosial. “Seorang dosen (faculty member) ada­ lah seorang teaching staff yang seharus­ nya mampu berfungsi sebagai educato­r dan scholar, bukan hanya sebagai seorang educator saja yang tugasnya ha­ny­a mengajar, atau scholar saja yang tugasnya hanya meneliti, sehingga tuga­s dosen di samping mengajar dengan ba­ik, juga produktif dalam melakukan pe­nelitian, kajian, dan membuat publi­kasi sesuai dengan bidangnya,” tamba­h Rocmat.

38

Pewara Dinam i ka j a n ua r i 2 0 1 0

foto-foto: witono n/PEwara Dinamika

Seorang teaching staf pada hakekatnya memiliki academic freedom, baik itu dosen yang yunior maupun yang te­lah senior. Berdasarkan hal itu mak­a seorang faculty member seharusny­a me­ mikul tanggung jawab, sehingg­a mam­­ pu menunjukkan akuntabilitas ter­hadap publik. Dalam konteks ini, seo­rang dosen yang bersertifikat pendidik, untu­k menjaga eksistensinya sebagai seorang fac­ ulty member, seharus­nya terus mampu menunjukkan tanggung jawab baik kepada Tuhan, mahasiswa, kolega, profesi, institusi, maupun masyarakat. Rochmat mengharapkan bahwa ama­ nah dan prestasi yang diraih dapat dija­ dikan modal penting untuk memberika­n pengabdiannya yang tebih baik, sehing­ ga memudahkan untuk mencapai kemajuan karir di masa-masa depan. Dalam rangka meningkatkan pengabdiannya, pertu diingat bahwa kepuasan para konsumen UNY menjadi salah satu indikator penting. Semua dosen harus selalu meningkatkan produktivitas kerjanya dan memberikan pelayanan dengan pe­nuh keikhlasan. Pelayanan itu akan mem­berikan kepuasan bagi mahasiswa dan para stakeholders yang dilandasi de­ ngan nilai kekhalifahan. Terdapat dua unsur penting dalam

mengawal perjalanan UNY, yaitu dosen dan staf administratif. Kedua unsur inilah yang memainkan peran penting se­ suai dengan posisi masing-masing. Posisi di kampus adalah bersifat sementara sehingga semua pihak perlu menyikapi secara proporsional, karena pada saat­ nya akan terjadi pergantian dan pergeseran yang semuanya dimaksudkan untuk memudahkan kondinasi, sehingga terjadi sinergi yang lebih produktif. ”Atas dasar itu, maka semua dosen, terutama dosen yang telah bersertifikat pendidikan, perlu menyesuaikan diri de­ ngan kehidupan di kampus, sehingga di­siplin kerjanya dapat terus terjaga. Ingat bahwa secara berangsur-angsur di­si­plin kerja akan dikendalikan lebih cermat lagi seraya memanfaatkan jasa IT, sehingga diharapkan dapat mencata­t semua aktivitas dosen di kampus,” imbuh Rochmat. witono nugroho


berita birokrasi

TATA ULANG RUANG KERJA UNTUK SUASANA KERJA NYAMAN Penataan ruangan kerja yang mema­ dai akan membantu pegawai untuk mendapatkan suasana kerja yang fresh. Sub Bagian Keuangan dan Kepegawaian

Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) UNY, dipimpin oleh Kepala Bagian Tata Usaha, Priyapto, S.Pd., melaksanakan kerja bakti dan penataan kembali ruang kerja. Almari besar berisi simpanan arsip dipinggirkan dari lokasi semula di te­ngah ruangan. Meja kerja dan kompute­r ditata dalam formasi kotak sehingga antarsatu pegawai dengan lainnya saling berhadapan. Suasana dipermanis dengan vas bunga di sudut ruangan. Penatan ini sekaligus berkaitan dengan adanya penambahan tenaga kerja baru (rotasi

baru dari fakultas lain). Semoga dipercantiknya ruang kerja dapat semakin membuat nyaman para pegawai. ratnae

seminar

SEKOLAH BERBASIS OLAHRAGA Merealisasikan Sekolah Berbasis Olah­ raga (SBO) telah menjadi impian bebera­ pa pakar pendidikan, khususnya yang menaruh minat besar dalam bidang keolahragaan. Selama ini, beberapa seko­ lah telah melakukan kerjasama denga­n Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) UNY dalam penyaringan siswanya untuk ke­­ las khusus olahraga, di antaranya ada­ lah SMPN 13 Yogyakarta. Dari beberapa kelas yang ada di SMPN 13, satu kelas sengaja khusus di­ kon­sentrasikan bagi siswa-siswa yang berminat dalam bidang olahraga. Namun untuk merealisasikan sekolah berbasis olahraga di sekolah bukanlah hal mudah. Beberapa hal perlu disiapkan baik dari segi sarana maupun prarananya. Berangkat dari hal tersebut, maka Kepala Kantor Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bantul menghadirkan narasum­ ber dosen FIK UNY, Dr. Siswantoyo, guna menggelar workshop kelas khusus

untuk SMPN 13 Yogyakarta. “Bagaimana permasalahan olahraga dapat mengejar ketertinggalan di daerah Bantul, karena pendidikan jangan tertinggal jauh dari daerah lain, serta membuat nama harum daerah Bantul di kancah nasional maupun internasio­ nal,” Demikian Kepala Kantor DIKPOR­A Bantul, Nurcahyo, M.Pd. mengawal­i aca­ ra pada (25/1) yang bertempat di Kantor Dinas Pendidikan Menengah dan Formal, Bantul. “Sekolah idaman ini bukan hanya sekedar membuat tupoksi na­mun juga membuat terobosan-tero­ bosan lain yaitu bagaimana bekerja de­ ngan baik dan menjalin kerjasama de­ ngan instansi lain. Sementara itu, Dr. Siswantoyo didam­ pingi tim pengembang kelas khusus berkomitmen untuk dapat mengembangkan Sekolah Bakat Istimewa. “Berbagai perhelatan olahraga telah digelar, diantaranya: POPNAS yang dikuti atlit-

atlit berprestasi mulai dari usia SD (kelas 4,5,6) sampai dengan SMA. Selama kurun waktu tersebut pembinaan kepada mereka juga tidak terputus. Artinya, kelas khusus ini akan mewadai minat dan bakat mereka untuk kita giring menjadi atlit berprestasi. Untuk itu, akan ada kelas khusus yang memiliki pelatih profesional serta sarana dan prasarana yang mendukung,” ujarnya. “Selama ini kabupaten Bantul telah mempunyai Sekolah Berbasis Olahrag­a, di antaranya adalah SMAN I Sewon untuk cabang olahraga silat. Sekolaha­n di daerah Piyungan mewakili bola vo­l­ ly, dan sekolahan di daerah Imogiri me­­ wa­kili sepakbola. Nantinya ke depa­n, di masing-masing kecamatan jug­a me­ milki atlit yang handal yang siap tan­ ding mewakili Kabupaten Bantul di kan­ cah nasional maupun internasional,” jelas Nurcahyo. ratnae&natsir

P e wa r a Di n a m i k a ja n ua ri 2010

39


berita musyawarah bapomi

Herminarto Sofyan Kembali Memimpin Bapomi

Ahmad Natsir/PEwara Dinamika

Olahraga sebagai bagian dari kehi­ dupan berfungsi menciptaka­n manusia yang sehat jasmani dan roha­ni. Oleh karena itu olahraga perlu dilakukan dengan terarah, dan berkesi­nambungan guna mengembangkan ke­­tahanan jasmani yang bersifat menye­lu­ruh, pembentukan keterampilan, kedisiplinan, sportivitas, moral, dan pres­­tasi. Untuk mewadahi minat dan ke­ge­­maran berolahraga bagi mahasis­wa­, Badan Pembina Olahraga Mahasis­w­a Indonesia (BAPOMI) bekerjasama de­ngan pimpinan perguruan tinggi meng­­ko­or­dinir aktivitas mahasiswa da­lam berolahraga. Demikian sambutan ketua umum BA­ PO­MI periode 2006–2009, Prof. Dr. Herminarto Sofyan yang terpilih kembali sebagi Ketua Umum periode 2009–2012 mengawali sidang BAPOMI DIY yang bertujuan menyusun kepengurusan ba­ ru periode 2009 – 2012 serta menghasilkan program kerja (30/12) bertempat di gedung KPLT Fakultas Teknik UNY. “Pada saatnya pengurus baru dapat me­lanjutkan usaha yang telah dilakukan senior untuk berkontribusi secara lebih baik. Kami atas nama pelindung mengucapkan terima kasih kepada pen40

Pewara Dinam i ka j a n ua r i 2 0 1 0

gurus atas upaya, kerja keras pada POMNAS di Palembang kemarin yang telah menghantarkan DIY menduduki peringkat keempat.” Demikian rektor UNY, Dr. Rochmat Wahab, M.Pd, MA saat membu­ ka kegiatan yang dihadiri pengurus dan sebagian besar meruapakn dosen Fakultas Ilmu Pendidikan UNY. Seperti diketahui Pekan Olahraga Ma­ hasiswa (POMNAS) merupakan ajang ber­gengsi untuk mahasiswa dari Pergu­ ruan Tinggi seluruh Indonesia unjuk kebolehan dalam bidang olahraga setiap dua tahun sekali. Propinsi DIY pada POM­NAS beberapa waktu lalu di Palem­ bang berhasil meraih peringkat ke empat setelah sebelumnya menduduki pe­ ringkat kesebelas. Lebih lanjut Rochmat berharap agar mahasiswa dalam me­ nimba ilmu tak semata mengejar aspek akademik, karena akademis tiad­a

berarti kalo fisik tidak sehat. “Maka Per­guruan Tinggi yang ikut konsentrasi dalam BAPOMI agar meningkatkan perhatiannya kepada pembinaan olahraga untuk mahasiswa” tegasnya. Lebih lanjut Rektor UNY berharap, agar BAPOMI dan perguruan tinggi le­ bih memperhatikan para atlit mahasiw­a DIY, dan berharap ada perhatian lebih untuk mereka, semisal melalui beasiswa olahraga. Karena keunggulan merek­a ti­ dak hanya mengharumkan nama perguruan tinggi, namun juga propinsi, bahkan Indonesia apabila mereka berprestasi sampai tingkat internasional. “Mohon teman-teman yang melihat potensi mereka untuk terus mendorong, memotivasi semoga menjadi catatan pen­ting dan lebih baik. Sehinga kami mo­hon ke depan BAPOMI lebih baik. Sementara itu, Ketua KONI propinsi DIY, GBPH Prabukusumo berpesan kepada para pembina olahraga agar memiliki ikatan yang baik dengan para pembina olahraga, selain itu dalam pemilihan pengurus baru hendaknya memilih yang memiliki waktu, memiliki kesempatan, serta niat luhur. ratnae


berita praktikum

PRAKTIKUM IPS SMA 11 DI LAB IPS FISE UNY DI CANDI BOKO

Hingga saat ini, di Yogyakarta hanya ada satu sekolah yang memiliki labora­ torium IPS. Fenomena ini sangat berbe­ da bila dibandingkan dengan program IPA. Memang sampai sekarang masih terdapat dikotomi antara IPA dan IPS yang menyebabkan program IPS termarginalkan. Wakil Kepala Bidang Kurikulum SMA 11 Yogyakarta. Budi Basuki, mengakui terdapat banyak faktor yang mempengaruhinya. Kendala terbesar dalam memenuhi perlengkapan berupa laboratorium IPS adalah minimnya perhatian pemerintah. Hal itu disampaikan Budi pada kegiatan “Praktikum IPS di Can­di Ratu Boko” yang merupakan kerjasama antara SMA 11 Yogyakarta de­ ngan Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonom­i

Universitas Negeri Yogyakarta (FISE UNY), Minggu (24/1). Selanjutnya Budi menyatakan bahwa minimnya laboratorium di sekolah-sekolah di DIY sangat merugikan siswa. Pasalnya, apa yang dipelajari siswa ha­ nya sebatas teori. Dampaknya adalah apa yang diterima siswa selama ini pun menjadi ngambang. Siswa IPS pun akan semakin jauh dari sisi kepekaan dan kepedulian terhadap lingkungan. Sementara itu, Dekan FISE UNY, Sar­ di­man A.M., M.Pd. juga turut prihatin dengan kondisi program IPS yang sede­ mikian rupa. Menurutnya, harus ada upa­ya untuk membalik keadaan agar program IPS tak dipandang sebelah mata oleh siapa pun. Ini butuh langkah

yang nyata. Guru dan kampus yang men­cetak guru harus mengubah paradigma. ”Program IPS bukan sekadar teo­ ri-teori,” ujar Sardiman. Lebih lanjut Sardiman yang juga Sek­ jen Himpunan Sarjana Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Indonesia (HISPISI) mengatakan bahwa FISE melalui Kemitraan PTN (UNY, UNES, UNESA, UNM, UNS, dan UNDHIKSA) dan melalui orga­ nisasi profesi HISPISI terus berjuang untuk eksistensi program IPS. “Bahkan FISE UNY sudah selangkah lebih maj­u dengan berdirinya program studi S1 Pen­ didikan IPS,” tegasnya. Rombongan yang terdiri dari 65 sis­ wa dan 8 guru pendamping selama di Lab IPS Ratu Boko memulai kegiatannya dengan melakukan orientasi di Kraton Boko dan dilanjutkan penjelajahan, integrasi di Candi Barong, dan terakhir refleksi sekaligus penutupan di Kraton Boko. Rombongan dipandu oleh Tim Lab IPS FISE UNY yang terdiri dari Drs. Udia Haris Hadori, Supardi, M.Pd., dan didampingi oleh bapak Parman dan Rustamto dari Candi Boko. lena satlita

P e wa r a Di n a m i k a ja n ua ri 2010

41


berita PELATIHAN DAN OUTBOND

PELATIHAN DAN OUTBOND DOSEN FISE UNY: Kompak, Semangat, Komitmen

foto-foto: dokumen humas FISE

Customer please…, welcome...! Denga­n wajah tersenyum lebar para dosen meng­­ ayunkan tangan dan menundukka­n ba­ dannya untuk mempersilahkan custom­ er-nya. Semua peserta, baik pimpinan, dosen senior, maupun dosen junior tam­ pak bersemangat, riang, dan kompa­k memeragakan salam, sapa, dan senyu­m kepada para customer. Permainan ice bre­ a­king oleh Lena Satlita tersebut adalah untuk mengawali pelatihan. Tawa pe­ serta semakin membahana ketika jurusan atau salah satu dosennya dianggap yang terbaik dalam permainan tersebu­t. Sore yang mendung pun semakin ha­ ngat, wajah-wajah peserta terlihat antusias, tidak tampak lelah walau usai 42

Pewara Dinam i ka j a n ua r i 2 0 1 0

menempuh tiga jam perjalanan dari Yog­ yakarta menuju Tawangmangu. Demikian sekelumit gambaran pela­ tihan Peningkatan Layanan Kinerj­a Do­­­sen FISE UNY di Hotel Komajaya Ko­­mo­ratih, Tawangmangu, yang diselenggarakan selama dua hari (22-23 Ja­ nu­ari). Sesuai dengan tujuannya yaitu

un­tuk penyegaran, meningkatkan kebersamaan, kekompakan, dan komitme­n dalam pelayanan maka pelatihan yang diikuti oleh sekitar 80-an dosen seni­o­r dan junior ini dirancang serius tap­i santai. Hari pertama diisi pemberia­n materi yang diselingi hiburan dan hari ke­­­dua diisi dengan kegiatan outbond. Se­­­la­­in Pimpinan Fakultas, pengi­si acar­a adalah Direktu­r Bimer HRD Consultan, Retnowati Suryo, Psikolog MARS de­ngan materi “EQ Pelayanan Prima” dengan moderator Lena Satlita, M.Si. dan Lies Endarwati, M.Si. Sedangkan Ins­truktur outbond adalah Danardono, S.Pd. dan ti­m yang didatangkan dari FIK UNY. Dekan FISE UNY, Sardiman, A.M.,


berita M.Pd., pada kesempatan tersebut menguraikan status dan posisi sebagai dosen yang merupakan Pegawai Negeri Sipil (PNS) sekaligus pekerja profesional. Sardiman menjelaskan bahwa status ini perlu disyukuri, sebagai amanat dari Tuhan YME dan harus kita tetapkan sebagai sebuah pilihan. Sebagai bentuk syukur adalah dengan cara menjalankan tugas dan kewajiban sebaik-baiknya dan memberikan pelayanan prima kepada pemangku kepentingan. Menjadi dosen berkarakter harus bersikap santun, ramah, penyabar, dan bersemangat dalam memberikan pelayanan. Juga memupuk tali silaturahmi, sikap toleran, menghormati perbedaan, dan mengembangkan kebersamaan. Sementara itu, Retnowati menya­ takan bahwa kerja harus dilihat sebagai rahmat, amanah, ibadah, aktualisasi, ke­ hor­matan, seni, dan pelayanan. Untuk menghadapi berbagai permasalahan, perlu perubahan pola pikir. Perlu juga direnungkan siapa saya, mengapa saya di sini, dan apa tujuan hidup saya­. Ketika menghadapi perilaku mahasiswa diperlukan pemahaman terhadap kebu­ tuhan, kemampuan, dan gaya mereka se­hingga pelayanan yang diberikan sesuai harapan mahasiswa. Retnowati juga memotivasi peserta untuk terus mening­ katkan komitmen dengan tidak mudah menyerah, tekun, dan selalu berusaha

keras. Para peserta diminta membuat komitmen yang dituliskan pada daundaun untuk kemudian ditempelkan pada “Pohon Komitmen”. Outbond keesokan harinya benar-be­ nar menjadi ajang kebersamaan, kekompakan, teamwork sekaligus refreshing. Empat tim yaitu Smart Tim, nDawukan Tim, OKB Tim, dan Tim Semar berlomba memainkan dua permainan yaitu meng­ urai “tali kusut” dan memandu “orang buta” dalam perjalanan penuh rintang­ an. Setiap tim juga diminta membuat identitas dan yel-yel yang terus diteriakkan untuk menyemangati timnya.

Matahari sudah mulai terik ketika para peserta sudah bercucuran keringat dan kembali ke ruang pelatihan untu­k mengikuti acara penutupan. Derai tawa, wajah-wajah riang, dan senda gurau mewarnai interaksi antara dosen senior dan junior. Utama Agung, dosen muda dari Jurusan Manajemen, dan Zul­ karnaen, dosen muda Jurusan Sejarah, mengatakan sangat senang dengan ada­nya pelatihan semacam ini karena dapat saling mengenal, meningkatkan sema­ngat kerja, dan membangun team­ work. Customer please..., welcome...! lena satlita

workshop

DUA FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN DARI DUA NEGARA ADAKAN WORKSHOP Menindaklanjuti rintisan kerjasam­a Universitas Negeri Yogyakarta dan Uni­ ver­sity of Malaya, pada 11 Januari 2010 akan digelar workshop keolahraga­an bertempat di Ruang Sidang Utama Fa­ kultas Ilmu Keolahragaan (FIK) UNY. Work­shop yang berlangsung pukul 08.00-09.30 WIB tersebut akan mengha­ dirkan Dekan Fakultas Ilmu Keolahraga­ an University of Malaya, Dr. Abdul Halim Mokhtar (paparan ilmiah: Fisiologi Olah-

raga) dan dosen University of Malaya, Prof. Dr. Moh. Salleh Aman,Ph.D. (papar­ an ilmiah: Industri Olahraga). Direncanakan seratus peserta yang terdiri dari pimpinan, perwakilan do­ sen, perwakilan mahasiswa, dan seluruh panitia akan menyimak kegiatan tersebut. Setelah beramah-tamah deng­an pimpinan FIK kegiatan akan di­lan­jutkan bersama unsur pimpinan dari Universitas Negeri Yogyakarta un­

tu­k men­diskusikan pertukaran pelajar antar­dua universitas serta penandata­ nganan kerjasama lebih lanjut. ratnae

P e wa r a Di n a m i k a ja n ua ri 2010

43


berita PELATIHAN

WORKSHOP DI LABORATORIUM MICROTEACHING

foto-foto: dokumen humas fmipa

Sebagai sebuah lembaga pendidikan tenaga kependidikan maka Fakultas MIPA Universitas Negeri Yogyakarta membekali mahasiswa calon guru dengan kompetensi terbatas agar mereka siap melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL). PPL bertujuan membentuk dan mengembangkan kompetensi dasar mengajar sehingga menjadi beha­ vior sebagai bekal praktek mengajar (re­ al teaching) di sekolah. Oleh karena itu, sebelum PPL ke se­ ko­lah mahasiswa diberikan materi mi­ croteaching di kampus sebagai latihan keterampilan pembelajaran terpadu. La­ tihannya adalah sebagai berikut, salah seorang siswa sebagai guru model ha44

Pewara Dinam i ka j a n ua r i 2 0 1 0

rus menguasai kompetensi guru seper­ t­i pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional sedangkan teman sebay­a

seba­gai model siswa harus mampu me­ nunjukkan performance sebagai siswa sa­­­sa­ran praktek pembelajaran mikro. Demikian disampaikan oleh I Made Sukarna, M.Si., dosen jurusan Pendidik­ an Kimia FMIPA UNY dalam workshop di Laboratorium Microteaching jurusan Pendidikan Fisika FMIPA UNY pada Selasa, 1 Desember 2009. Workshop yang dibuka oleh Dekan FMIPA UNY, Dr. Ariswan, ini sekaligus menandai penggunaan laboratorium microteach­ ing jurusan Pendidikan Fisika yang baru. Ariswan mengungkapkan bahwa laboratorium pembelajaran ini merupakan sebuah cita-cita karena sebagai lembaga pendidikan tenaga kependidi-


berita kan seharusnyalah memiliki laboratorium untuk menunjang profesionalisme guru. Pada tahun 2010 diharapkan keempat jurusan di lingkup Fakultas MIPA telah memiliki laboratorium serupa. Workshop ini diikuti sejumlah dosen dan teknisi dari jurusan Pendidikan Matematika, Fisika, Kimia, Biologi, dan Pendidikan IPA serta berlangsung selama satu hari. Menurut ketua panitia sekaligus ketua jurusan Pendidikan Fisika FMIPA UNY, Yuli Astono, M.Si., pembuatan laboratorium pengajaran mikro yang menelan dana lebih dari 200 juta rupiah ini bertujuan untuk mempersiapkan sumber daya manusia yaitu dosen dan teknisi untuk mengelola laboratorium pembelajaran bertaraf internasional di mana ke depannya laboratorium ini juga bisa memproduksi model-model pembelajaran dari dosen dalam bentuk VCD/ DVD sehingga bisa dimanfaatkan oleh guru mulai SD hingga SMA sekaligus sebagai klinik pembelajaran. Laboratorium pengajaran mikro ter­­ sebut dibagi menjadi tiga ruangan yait­u

ruang pembelajaran, ruang editing dan ruang observasi. Ruang pembelajaran di­lengkapi dengan 4 kamera video, 2 kamera untuk mengamati aktivitas sis­wa, 1 kamera untuk mengamati aktivi­tas guru, dan 1 kamera untuk menga­mati meja demonstrasi. Ruangan ini ju­ga difasilitasi dengan OHP dan LCD proyek-

tor serta kaca satu arah sehingg­a ruang editing dapat mengamati kegiat­an dalam ruang pembelajaran namun tidak sebaliknya. Ruang observasi dilengkapi layar monitor 31 inci untuk melihat hasil rekaman sebagai bahan refleksi setelah mengajar. dedi herdito

kompetensi

UNY JUARA EMPAT KEJURNAS PENCAK SILAT Kejuaraan Nasional Pencak Silat pial­a Menteri Pemuda dan Olahraga ke-4 baru saja digelar di Universitas Pajajar­an Bandung. Kegiatan bergengsi ini dilaksanakan sejak 28 Desember 2009–2 Januari 2010. Ajang bergengsi dua tahun­ an ini diikuti oleh 88 Perguruan Tinggi Negeri dan swasta dari seluruh Indonesia yang terdiri dari 357 orang peserta putri dan 300 peserta putra.

Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) mengirimkan 15 atlit yang kesemuanya berasal dari Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY dan dua orang pelatih yaitu: Awan Hariyono, M.Or. dan Erwin Setyo, M.Kes. Acara dibuka oleh Ketua umum PB IPSI, Prabowo Subiyanto. Rata-rata setiap peser­ta harus melalui 5-6 kali per­tan­ ding­an sebelum sampai ke final. UNY pulang dengan mengantongi

juara IV setelah Kurnia dari kelas D putri berhasil meraih juara pertama. Andrianto dari kelas D putra memperkuat dengan medali emas, sedangkan Moch. Apriyanto harus puas pada posisi kedua. Juara umum I, II, dan III secara berurutan diperoleh Universitas Negeri Jakarta, Poltekpos Bandung, dan Universitas Negeri Sebelas Maret. ratnae

Karya Anda jangan hanya disimpan. Kirimkan segera ke alamat kami: pewaradinamika@uny.ac.id. P e wa r a Di n a m i k a ja n ua ri 2010

45


berita kemahasiswaan

WORKSHOP BIDANG KEMAHASISWAAN UNY

foto-foto: dokumen kemahasiswaan UNY

Bidang Kemahasiswaan UNY baru-baru ini menyelenggarakan workshop bidang kemahasiswaan yang diselengga­rakan di Kaliurang pada tanggal 8-9 Janua­ri 2010. Tujuan workshop ini adalah agar masing-masing bagian yang tercakup dalam bidang kemahasiswaan dapat me­ ngelola dan menyusun kegiatan yang terpadu sehingga seluruh kegiatan di ber­bagai bidang tidak saling bertumbukan.

46

Pewara Dinam i ka j a n ua r i 2 0 1 0

“Seluruh kegiatan diharapkan dapat didesain sedemikian rupa sehingga tidak saling bertumbukan dan menumpuk pada bulan-bulan tertentu saja, utamanya pada bulan-bulan di akhir tahun, tapi dapat tersebar dan terpadu antara satu kegiatan dengan kegiatan yang lain secara proporsional selama setahun ke depan” demkian disampaikan Pem­bantu Rektor (PR) III UNY, Prof. Dr. Hermi­ narto Sofyan, dalam sambutan pembukaan “Workshop Bidang Kemaha­siswaan” yang dihadiri oleh seluruh kepala unit, kabag, dan kasubag beserta staf di bagian kemahasiswaan. Selanjutnya Herminarto, yang juga bertindak selaku pem­­bi­ca­

ra utama, menyampaika­n bah­­­wa arah seluruh kegi­atan yang di­lak­­sanakan ha­rus berdasarkan arah pem­­bi­­na­­an ke­ ma­ha­siswaan, yaitu 1) pem­ben­tuk­a­n


berita

Syamsu Rahmadi

K ilas Lulusan FIP Perlu Mengingat Almamater

dokumen humas FIp

moral, sikap, dan jati diri mahasis­wa; 2) pengembanga­n ke­gi­at­an ke­ma­ha­sis­ waan menuju pe­ning­kat­an penalaran kreatifitas, day­a sa­­ing, en­tre­pre­neurship, kebugaran, dan kepedulian sosial; dan 3) pengembang­a­n organisasi mahasis­ wa yang demo­kra­tis dan efektif. Lebih lanjut PR III menyampaikan bah­wa cara-cara yang bisa ditempuh agar pembinaan kemahasiswaan dapat tercapai adalah dengan menggali dan mem­berdayakan potensi mahasiswa ser­ta meningkatkan peran dan fungs­i lem­baga kemahasiswaan dan unit-unit kegiatan, juga meningkatkan iklim aka­ demik. Workshop ditutup oleh Herminart­o dengan menghasilkan susunan kegiat­ an yang terpadu dan terencana, baik wak­tu, sumber daya manusia, dan dana kegiatan pada masing-masing unit. Berbagai kegiatan yang direncanakan untu­k dilaksanakan ataupun diikuti da­ lam satu tahun ke depan antara lain: training ESQ untuk mahasiswa baru, penyelenggaraan OSPEK bagi mahasiswa baru, Latihan Keterampilan Manajemen Mahasiswa (LKMM), Orientasi Pengembangan Pembimbing Kemahasiswaan (OPPEK), Lomba Inovasi Teknologi Maha­ siswa (LITM), Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM), Pekan Ilmiah Mahasis­ wa Tingkat Nasional (PIMNAS), Pekan Olahraga Mahasiswa Tingkat Nasional (POMNAS), Pekan Olahraga Mahasiswa ASEAN (POM ASEAN), UNIVERSIADE, Mu­sabaqoh Tilawatil Quran (MTQ), Pekan Seni Mahasiswa Tingkat Nasional (PEKSIMINAS), Pelayaran Kebangsaan, Pelatihan Kader Bangsa, debat bahasa Inggris, Kontes Robot Indonesia (KRI), Kontes Robot Cerdas Indonesia (KRCI), Kontes Robot Seni, Kontes Roket, Olimpiade Matematika-Fisika-Kimia, pemi­ lihan Mahasiswa Berprestasi (MAPRES), penganugerahan penghargaan Prestasi Mahasiswa (PRESMA), Kemah Remaja, Pengembangan Soft Skills, Program Kewirausahaan, Hibah Ikatan Organi­ sa­si Mahasiswa Sejenis (IOMS), Asosiasi Profesi Mahasiswa, dan lain sebagai­ nya.

Acara yudisium dan pelepasan alumni yang dilaksanakan pada tanggal 28 Januar­i 2010 dan dimulai pada pukul 12.15 -selesai tersebut diikuti oleh 68 orang peserta. Dalam kesempatan yudisi kali ini jumlah peserta yudisium dari program studi Mana­ jemen Pendidikan sebanyak 9 orang, program Bimbingan dan Konseling sebanyak 10 orang, program studi Pendidikan Luar Biasa sebanyak 32 orang, program Teknologi Pendidikan sebanyak 2 orang, program studi S1-PGSD Guru Kelas sebanyak 7 orang dan dari PPKM seba­nyak 1 orang. Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) dari keseluruhan peserta yudisium yaitu 2.78 - 3.71. Adapun jumlah peserta yudisium dengan predikat Cummlaude ada 2 orang peserta yaitu Adrianus Sugiarta dari program studi PGSD PKS (IPK : 3.71) dan Neni Rahmawati dari program studi Pendidikan Luar Sekolah (PLS) dengan IPK 3.66. Pada kesempatan kali ini, tiada henti-hentinya Prof. Dr. Achmad Dardiri, M.Hum (Dekan FIP) memberikan nasihat bagi para peserta yudisium untuk tetap ingat kepada fakultas kita yang tercinta ini (baca : FIP). Sehingga apabila pada suatu saat para peserta telah bekerja pada sebuah lembaga/instansi tertentu tali silaturahmi antara para Alumnus dan fakultas tidak terputus. Selain itu, Beliau juga menghimbau agar para peserta yudisium bisa “getok tular”, dalam hal ini para alumni diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang profil Fakultas dan out put yang dihasilkan. Sehingga dengan cara tersebut Fakultas Ilmu Pendidikan UNY akan dapat dikenali dengan baik oleh masyarakat luas. humas fip

Mahasiswa PJJ PGSD Diharapkan Lebih Giat Belajar Acara yang berlangsung pada tanggal 18 Januari 2010 pada pukul 13.00 WIB selesai ini diselenggarakan di Pendopo Kampus UPP 2 FIP UNY Jl. Bantul. Acara resedensial tersebut dibuka langsung oleh Dekan FIP UNY Prof. Dr. Achmad Dardiri, M.Hum. Dalam sambutan tersebut, beliau menyampaikan agar para mahasiswa PJJ PGSD angkatan 2007/2008 ini lebih giat dalam menempuh kuliah demi masa depan mereka sendiri. Selain itu mereka juga memikul tanggung jawab moral karena dalam menempuh kuliah tersebut dibiayai oleh pemerintah. Dalam acara tersebut juga dibuka sesi tanya-jawab mengenai pelaksanaan kuliah PJJ PGSD yang dilaksanakan semester sebelumnya. Pada akhir acara secara resmi Dekan FIP UNY membuka kuliah PJJ PGSD semester genap dan diikuti dengan riuh tepuk tangan dari seluruh peserta. DK

Kunjungan SMAN 3 Mojokerto di FIP Rabu, (27/1), sekitar 250 siswa SMAN 3 Mojokerto berduyun-duyun menuju FIP. Didampingi para guru, para peserta bertemu Dekan FIP UNY, Prof.Dr. Achmad Dardiri. Dengan ramah Dardiri menyambut kedatangan rombongan yang selanjutnya mengantarkan mereka mengelilingi fakultas. Tempat pertama yang dikunjungi adalah Laboratorium Komputer selanjutnya menuju ke Perpustakaan. Sebagai kenang-kenangan, secara simbolik, dalam acara ini, Dekan FIP menyerahkan plakat kepada Wakil Kepala Sekolah SMA N 3 Mojokerto. humas FIP P e wa r a Di n a m i k a ja n ua ri 2010

47


opini Menyoal Moralitas Pelajar Masa Kini O l e h U mu S ul a im ah , S .Pd. I .

K

ualitas pendidikan di negeri tercinta ini dari tahun ke tahun diakui belum mengalami peningkatan secara sig­ni­­ fikan. Hal itu disebabkan oleh bebera­ pa faktor, salah satu di antaranya adalah faktor kurikulum yang diterapkan di sekolah yang ma­ sih terbatas pada pemenuhan kualifikasi aspek kognisi, sehingga untuk beberapa aspek yang lain terjadi ketimpangan. Di tengah-tengah ke­ bang­gaan dengan kemampuan putra-putri In­do­ nesia yang berlaga di ajang olimpiade tingkat in­ter­nasional dan kenaikan tingkat kelulusan secara makro di seluruh jenjang pendidikan di Indonesia, kita juga disuguhi berita menye­dih­ kan tentang perilaku amoral yang pelakunya ada­lah para pelajar. Tindakan yang dilakukan tak sekedar dikategorikan sebagai kenakalan re­ ma­ja, tetapi sudah sampai pada tindakan des­­ truktif, bahkan bisa dikategorikan sebagai tin­ dakan kriminal. Menurut penulis, ada beberapa faktor yang memicu terjadinya perilaku dan tindakan seper­ ti itu. Pertama, pola asuh yang diterapkan di da­ lam keluarga belum tepat. Orang tua tak lag­i me­miliki wibawa dalam mengarahkan dan men­ didik putra-putrinya. Kehidupan keluarga yang tidak harmonis sering memicu kegagalan pol­a asuh anak di dalam rumahnya. Pada sebuah pe­ne­litian terhadap tipologi remaja dan pelajar disebutkan ada hubungan yang erat antar­a kenakalan remaja dan keberfungsian sosial kelu­ arga. Artinya, keharmonisan dan keutuhan kehidupan dalam rumah tangga akan mempe­ ngaruhi pola dan perilaku anak.

Tindakan yang dilakukan tak sekedar dikategorikan sebagai kenakalan remaja, tetapi sudah sampai pada tindakan destruktif, bahkan bisa dikategorikan sebagai tindakan kriminal. 48

Pewara Dinam i ka j a n ua r i 2 0 1 0

Kedua, sistem pendidikan yang dijalankan se­ la­ma ini gagal dalam menjalankan misi memba­ ngun karakter peserta didik. Pasalnya, sebagia­n besar kurikulum pendidikan masih banyak menekankan aspek kognitif. Kepada peserta didi­k hanya banyak diajarkan bagaimana cara menghafal daripada untuk lebih memahami, menga­ nalisis, lalu mengaplikasikan ilmu yang didapat­ kannya. Kurikulum tentang peningkatan akhlak dan penanaman budi pekerti belum mendapatkan tempat yang sebagaimana mestinya. Tidak terintegrasikannya semua mata pelajaran de­ ngan aspek penerapan budi pekerti luhur seba­ gai ciri khas negara Indonesia menjadi sebua­h pemandangan yang semakin memperkuat stigma bahwa sekolah gagal menerapkan dan menjalankan misi peradaban untuk membangun karakter peserta didik. Ketiga, globalisasi informasi sebagai sebuah kemajuan peradaban tidak diimbangi dengan kesiapan menerima kemudahan akses informasi tersebut. Padahal, ���������������������������������� sistem komunikasi global di samping memiliki dampak positif, juga dampak negatif. Kemudahan akses informasi memang menjamin siapa saja untuk memperoleh informasi tanpa batas. Masalahnya, informasi yang didapat melalui media cetak maupun elektronik itu tidak digunakan secara sebagaimana mestinya. Peredaran situs-situs porno, gambar seronok, video-video adegan syur dapat diakses dengan mudah, kapan pun dan di mana pun. Keadaan ini tentu tidak dapat selamanya dibi­ arkan. Diperlukan kemauan, keinginan, dan tekad yang kuat dari semua pihak agar kemudah­ an akses informasi tidak membawa kita kepada kemudharatan. Pada titik ini, ada beberapa hal yang perl­u di­ tin­jau ulang. Pertama, sekolah semestinya men­ jadi sentral kegiatan pelajar yang menyedia­kan alternatif ruang aktualisasi bagi pelajar. De­ngan demikian, pelajar mampu berkreasi dan mengaktualisasikan bakat dan kemampua­n dengan cara yang positif dan terarah melalui kegiatan ekstrakurikuler, misalnya. Sekolah semestinya mengemas kegiatan ekstrakurikuler dengan sea­­pik mungkin, sehingga kegiatan ekstrakuriku­ ler menjadi pilihan bagi para pelajar untuk meng­ekspresikan diri dan mengasah talenta.


opini

kalam/pewara

De­ngan itu pelajar terarah pada kegiatan yang lebih bermanfaat karena para pelajar sebagai remaja sebenarnya membutuhkan ruang untu­k melakukan aktualisasi diri. Kedua, revitalisasi fungsi bimbingan konseling (BK) di masing-masing sekolah. BK tidak hanya sekadar berfungsi sebagai pembimbin­g ba­gi pelajar yang bermasalah saja. BK dituntut lebih dekat kepada seluruh pelajar di sekolah dengan memberikan bimbingan karier, bimbingan sukses belajar, dan sesekali bersam­a se­­ko­­lah mengadakan pelatihan-pelatihan yang ber­tu­juan untuk menggugah minat, bakat, ser­ t­a membentuk karakter pelajar melalui pelatihan spiritual power, character building, dan sebagainya. Ketiga, menjalin hubungan yang sinergis dan harmonis antara pihak sekolah, orang tua, dan pelajar untuk membangun kesadaran bahwa keberhasilan proses pendidikan adalah tanggung jawab bersama. Apa yang menimpa pelajar masa kini, terlebih mereka yang terjebak pada pergaulan bebas, narkoba, dan tawuran, bisa

jadi merupakan akibat dari tidak terbangunnya hubungan yang harmonis antara pihak sekolah dan orang tua, sehingga kesadaran untuk bertanggung jawab tidak terbangun. Keempat, pengembangan kurikulum yang diterapkan di sekolah selayaknya diintegrasika­n dengan penanaman budi pekerti dan akhlak yang baik. Apapun mata pelajarannya, di dalam­ nya mesti terkandung penanaman nilai-nilai budi pekerti luhur, sehingga keberhasilan di bidang akademik diikuti pula dengan kebagusan budi pekerti dan akhlak peserta didik. Akhirnya, yang pasti, mengetahui cara untuk antisipatif dapat membantu menemukan solusi dari problematika pelajar, sehingga kita akan dapat melihat kualitas pelajar yang membanggakan di masa mendatang. Pelajar sebagai gene­ rasi harapan memiliki peran yang signifikan bagi kemajuan bangsa. Wallahu a’lam.

Umu Sulaimah, S.Pd.I. guru SDIT Ulul Albab Pekalongan

P e wa r a Di n a m i k a j a nua ri 2010

49


opini

Guru sebagai Pemutus Mental Pengemis O l e h Isd i yono

D

alam proses belajar, hasil akhir yang ingin dicapai adalah sebuah perubah­ an yang terjadi pada peserta didik menuju kedewasaan. Dalam hal ini, guru memiliki peran sentral dalam mengarah­ kan pola pikir anak. Anak memiliki karakter yang kuat atau lemah, salah satunya disebab­ kan oleh faktor guru sebagai fasilitator. Karak­ te­r yang kuat pada anak didapatkan jika gur­u dapat mengendalikan manajemen kelas dan me­ nguasai materi dengan sisipan nilai-nilai moral. Sekolah, sebagai tempat anak menghabiskan sebagian besar waktunya, telah memberikan efek yang beragam. Di sinilah anak bermain, belajar memahami, merasakan, dan mengembangkan pemikirannya. Dukungan sistem dan pengelolaan sekolah yang baik akan meningkat­ kan kualitas lulusan siswa. Namun, pada akhir-akhir ini dunia pendidik­ an sedang mengalami kritikan yang tajam. Mulai dari kebijaksanaan yang dinilai tidak bisa me­rata, isu komersialisasi pendidikan, hingga be­rita tentang kegagalan pendidikan. Yang per­ lu kita sadari dari semua alasan tersebut bah­ wa kejadian itu adalah nyata dan ada di sekita­r kita. Berbicara tentang kegagalan pendidikan, ada satu hal menarik yang harus kita cermati. Hal itu terkait dengan pendewasaan peserta didik, tentang mental miskin atau mental pengemis. Sedemikian hebatnya mental ini berkembang, sampai-sampai terus terjadi peningkatan

Kondisi ini sangat memprihatinkan, mengingat bahwa kewajiban mereka adalah menuntut ilmu dan belum waktunya mencari nafkah. 50

Pewara Dinam i ka j a n ua r i 2 0 1 0

jumlah orang yang memiliki mental pengemis. Hal itu terbukti dengan menjamurnya para pe­ ngemis baru yang mulai beroperasi dari perkotaan hingga pedesaan. Memang, kondisi ini tidak semata-mata dise­ babkan oleh keinginan mereka. Kadang-kadang mereka hanya terpaksa melakukannya. Tetapi, terkadang kita juga agak miris mengetahu­i bah­ wa tidak semua pengemis itu adalah orang yang memang serba kekurangan. Dan, kita sela­ lu merasa iba melihat kondisi mereka yang tidak dapat menikmati kehidupan yang cukup atau layak. Di antara para pengemis yang beraksi, terkadang terlihat sosok anak kecil yang melakukan aksinya sendirian dan atau dengan orang tua mereka. Kondisi ini sangat memprihatinkan, mengingat bahwa kewajiban mereka adalah menuntut ilmu dan belum waktunya mencari nafkah. Sekali lagi, kita merasa lemah karena tidak dapat berbuat apa pun agar dapat menya­ darkan mereka. Kesulitannya adalah pengaru­h lingkungan begitu kuat terhadap kehidupan mereka. Lingkungan yang keras dan serba kekurangan membuat mereka memilih mencari sepeser rupiah daripada duduk manis di dalam kelas. Bahkan, tidak jarang dari mereka terperosok dalam sindikat kejahatan yang tersembunyi. Terkait dengan mental miskin tentu saja memberi kita pekerjaan rumah sebelum orangorang yang memiliki mental pengemis semakin banyak dan bertebaran di mana-mana. Kit­a perlu berpikir keras dan melakukan tindakan agar pemikiran mereka tidak menjadi umum dan dianggap sebagai suatu hal yang biasa. Mung­kin, terlalu sulit untuk menghentikan para pengemis itu untuk mencari pekerjaan lain yang lebih terhormat. Terbukti, berdasarka­n peng­alaman sebelumnya, para gelandangan dan pengemis (gepeng) selalu kembali ke habi­ tat aslinya meski telah diberi pelatihan keteram­ pilan, misalnya. Dalam hal ini, Pemerintah sera­ sa kehabisan akal untuk menanganinya atau bah­kan kurang serius dalam mengelolanya. Pa-


opini

kalam/pewara

dahal, Pasal 34 UUD 1945 menyatakan bahwa fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara. Untuk memutus rantai mental kemiskinan tersebut dapat dimulai dari bangku sekolah. Pemutusan dari akar pembentukan pemikiran dasar ini akan sangat efektif karena dalam keadaan seperti ini anak dalam kondisi membangun pemikiran. Bukan dengan dogma, melainkan memberikan pilihan kepada anak tentang baik dan buruknya mengemis. Guru sebagai fasilitator memiliki peran vital dalam menyingkirkan pemikiran praktis tentang pengemis. Sebagai orang tua kedua bagi siswa di sekolah, di samping mengajarkan materi, guru (mestinya) juga mengajarkan nilai-nilai moral beserta contoh-contohnya dalam kehidupan sehari-hari. Sayang, seorang anak yang pernah mengenyam pendidikan, ketika dewasa menjadi pengemis. Meski tidak ada larangan bagi orang-orang yang memang sangat membutuhkan, namun kita mesti selalu berkata ‘tidak untuk mengemis’. Karena, di samping merendahkan harga diri, perilaku mengemis juga

menggambarkan sikap keputusasaan. Pendidikan ‘anti mengemis’ mungkin perlu diajarkan kepada anak dengan menyelipkanny­a pada materi pelajaran sehari-hari yang lain. Hal itu bisa dimulai dengan memberikan peribaha­sa ‘tangan di atas itu lebih baik daripada ta­ngan di bawah’. Dengan membiasakannya, harap­annya bahwa mental miskin yang sedang menjamur itu dapat ditumpas. Tentu saja, dengan tidak me­lupakan para pengemis tua. Mereka perlu men­dapatkan pendampingan dari pemerintah. Jadi, pemberantasan mental pengemis harus dilakukan dari dua arah. Dari pendidikan non-formal dengan tentor sebagai pengganti guru bagi yang sudah tidak dimungkinkan masuk kelas formal dan dari guru kepada murid-muridnya dari pendidikan dasar. Sehingga, kita tidak lagi melihat pengemis yang berjajar antri di pinggir-pinggir jalan, gang-gang, dan di man­a-mana. Wallahu a’lam.

Isdiyono mahasiswa FIP UNY

P e wa r a Di n a m i k a ja n ua ri 2010

51


resensi media

Pendidikan dalam Pemikiran Soekarno Oleh H end ra Sugi a ntor o Soekarno yang pernah menjadi presiden pertama Republik Indonesia diakui perjuangannya dalam memerdeka­kan negeri ini. Tokoh bangsa yang lahir di Bli­tar 6 Juni 1901 ini juga dikenal seba­ gai sosok cerdas dan memiliki beraga­m pemikiran. Pemikiran-pemikiran Soekar­ no tertuang dalam tulisan tangannya dan buku-buku yang ditulis orang la­in. Dari buku-buku yang mengupas pe­­mi­ kir­an Soe­karno ternyata amat ja­ran­g yang mengkaitkannya dengan aspe­k pen­­di­dikan. Sementara, buku yang di­ tu­lis Syamsul Kurniawan ini se­ti­dak­ny­a membuka cakrawala kita bah­wa Soe­kar­ no tidak meninggalkan as­pek pendi­dik­ an dalam butir-butir pemikiran­nya. Jika ditelaah, pemikiran pendidikan dari Soekarno seolah-olah memiliki re­ le­van­si dengan dunia pendidikan saat ini. Soekarno dalam pemikiran pendidik­ annya juga membahas pendidikan Islam yang dinilai statis. Menurut Soekarno, pemisahan ilmu agama dengan ilmu umum yang biasa diterapkan dalam lem­ ba­ga pendidikan Islam justru meng­a­ki­­ bat­kan umat Islam mengalam­i kemun­ dur­an. Dikotomi antara ilmu aga­­ma dan ilmu umum hendaknya ti­da­k terja­ di dalam pendidikan Islam. Pe­mi­­kir­an Soekarno terkait pendidikan juga menyinggung mengenai eksistensi perempuan. Bagi Soekarno, perempuan tidak selayaknya menjadi kaum yang terpinggirkan. Perempuan memiliki hak dan kewajiban dalam kehidupan yang tidak berbeda dengan laki-laki, tan­pa harus 52

Pewara Dinam i ka j a n ua r i 2 0 1 0

meninggalkan kodratnya seba­gai perem­ puan. Pemberdayaan perempu­a­n melalui pendidikan perlu dilakukan agar kaum perempuan dapat berpera­n aktif dan berkontribusi dalam kehi­dup­an. Sisi lain yang menjadi pemikiran Soe­­karno adalah proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, Soekarn­o memandang penting kenyaman­an pe­ ser­ta didik tanpa perasaan takut dan tertekan. Bagi guru, keteladanan meru­ pa­kan hal penting, sehingga dapat mem­ berikan contoh yang baik dalam sikap dan tindakan kepada peserta didik. Soe­ karno juga menolak pola pembelajaran indoktrinatif yang mengesampingkan nalar kritis peserta didik. Buku ini, pastinya, menarik dibaca dan dijadikan referensi bagi insan pendi­

Pendidikan di Mata Soekarno; Modernisme Pendidikan Islam dalam Pemikiran Soekarno Syamsul Kurniawan • ��������������� Ar-Ruzz Media • I, 2009 • ��������� 224 hlm

dikan dan masyarakat pada umumnya. Pemikiran pendidikan Soekarno dalam buku ini mungkin saja belum komprehensif dibedah oleh penulis buku. Maka, buku-buku lain layak dinantikan untuk memperlengkap kajian pemikiran pen­didikan Soekarno atau malah mela­ kukan pendekatan kritis terhadap pemi­ kiran pendidikan Soekarno.

Hendra Sugiantoro aktivis Transform Institute UNY


bina rohani

Pantaskah Kita Mengeluh? O l e h N i s a Y ust i s i a

istimewa

Terkadang kita menganggap bahwa rutinitas sehari-hari yang kita lakukan adalah sesuatu yang biasa. Bangun pagi, membuka mata, mandi, sarapan, berangkat untuk memulai aktivitas, dan seterusnya. Demikianlah, sampai kita meng­anggap bahwa memang sepert­i itulah seharusnya semua ini berjalan. Padahal, jika kita mau berhenti sejenak dan merenungi, sungguh semua itu ada­ lah sebuah anugerah yang tak ternilai harganya dari Sang Pencipta. Dapat berdiri tegak dengan bertump­u pada kedua kaki kita dan melangkahkannya ke berbagai tempat adalah sesuatu yang biasa? Lalu, bagaimana dengan me­reka yang tak dapat melakukannya seperti kita, yang harus bersusah-payah menggunakan tongkat atau kursi roda, sehingga mereka membutuhkan bantuan orang lain. Mereka tidak bisa berge­ rak bebas, bahkan untuk bepergian ke tempat-tempat yang bisa dikunjungi pun terbatas. Bagi mereka, dapat berdi­ ri tegak, berjalan, dan berlari ke berba­ gai tempat adalah hal yang luar biasa ka­ rena mereka merasa sangat sulit untuk melakukannya. Bahkan, ada yang sama sekali tidak bisa melakukannya. Bisa melihat berbagai macam benda dan dapat memanfaatkan penglihatan kita adalah sesuatu yang biasa? Meliha­t wajah orang-orang di sekitar kita, me­ ngenal berbagai warna, menikmati indahnya pemandangan, adakah itu hal

yang biasa-biasa saja? Coba kita tanya­ kan kepada saudara kita yang tak bis­a me­lihat. Mereka sejak kecil tak tahu apa itu warna merah, apa itu pantai, bah­kan bagaimana wajah orang-orang yang ada di sekitar mereka, orang yang mere­ka sayangi. Atau, kepada saudara kita yang awalnya bisa melihat, tetapi sekarang tidak bisa lagi. Sebelumny­a mereka bisa menikmati indahnya la­ngit­­ di sore hari, bisa berjalan ke man­a sa­ja tanpa takut tertabrak sesuatu, bis­a me­ nikmati lukisan-lukisan dengan perpa­ duan warna yang indah. Sekarang pandangan mereka hanyalah gelap, tak bisa melihat apa-apa. Coba tanyakan kepada mereka, apakah nikmat bisa melihat itu hal yang biasa-biasa saja? Jika kita melihat lebih luas lagi, ba­ nyak sekali nikmat Tuhan--yang kit­a ang­gap biasa-biasa saja--tidak dimili­k­i orang lain. Mereka yang setiap dua ming­ gu sekali harus transfusi darah, mereka sekarang terbaring di tempa­t tidur dan hanya bisa memandang orang lain me­la­kukan berbagai aktivitas­, mereka yang tak bisa tidur tenang karena bera­ da di daerah perang, harus menahan la­par dan dingin, bahkan mereka tak yakin besok mereka masih hidup. Mereka yang hanya seorang diri dalam menjalani hari-harinya, tak ada teman dan sanak saudara yang menemani. Mereka yang tak bisa berbicara, begitu ingin orang lain bisa mengerti apa yang

mereka maksudkan. Mereka yang ha­ nya untuk bernafas saja harus menggunakan berbagai peralatan medis dan harus mengeluarkan biaya tidak sedikit. Tidak semua orang mendapatkan nikmat itu. Bahkan, ada yang sama se­ ka­li tidak bisa mendapatkannya, dan menjadikan itu semua sebagai impian. Mereka memimpikan atas apa yang biasa kita lakukan, yang setiap saat bisa kita lakukan, bahkan kita sendiri tida­k menyadari bahwa itu adalah nikmat yang telah Tuhan berikan, tak jarang kita masih saja mengeluh. Mengeluh tentang tinggi badan yang tak sesuai impian, mengeluhkan wajah yang tak secantik atau tidak seganteng orang lain, mengeluh panasnya cuaca, mengeluh tentang keluarga yang belum bisa sepenuhnya mengerti kita. Bagaimana seandainya Tuhan mencabut nikmat itu semua? Apa yang akan kita lakukan jika itu benar-benar terjadi? Sudah seharusnya bahwa kata-kata syukurlah yang paling pantas keluar da­ ri bibir kita. Bersyukur atas anugerah yang tak ternilai harganya. Jika kita melihat mereka yang tak seberuntung kita sekarang, pantaskah kita untuk mengeluh? Sungguh, mengeluh adalah tindak­ an yang tak pantas kita lakukan.

Nisa Yustisia Mahasiswa PGSD UNY

P e wa r a Di n a m i k a j a nua ri 2010

53


cerpen

“Yogyakarta” Nuansa Rintik Hujan O l e h M ucha mm a d M ua di b Musisi jalanan mulai beraksi. Rintik-rintik hujan jatuh membasahi paving-paving jalanan di Malioboro. Langit menyisakan lubang awan, dari situ rembulan mengintip malu-malu ke arah aku. Paduan suasana menyatu dengan lagu yang dilantunkan para musisi jalanan. Kali ini langit berpihak pada para musisi. Ketika lantunan lagu kedua mulai dinyanyi­ kan, rintik itu berhenti. Udara menjadi dingin, menggantikan udara siang tadi yang panas menyengat. Aku kenal para musisi itu. Ketika aku datang, mereka sela­ lu menyanyikan lagu yang kusukai, Kla Project, “Yogyakarta”. Lagu itu sudah kudengar dari mereka sejak lima tahun lalu. Pertama kali aku mendengarnya ketika seorang wani­ta ada di sampingku karena hujan rintik membasahi pavingpaving Malioboro. ”Tatah,” sambil tangan kujulurkan. “Ani.” Tangannya menjabat tanganku, lembut, halus. Kulitnya menerbangkan angan ke langit dan menemui rembulan yang tertawa riang. Dia melihat aku yang terkesima dalam buai­a­n asmara. Tapi, sayang, begitu aku sampai di depan tawa rembulan itu aku jatuh. Si pemilik tangan menariknya. Mata­nya melihatku, begitu jernih, membuat setiap orang yang dilihatnya merasa merdeka. Hem… rambutnya yang mengalun tertiup angin dingin, berkibar seperti sampur penari yang dikibaskan. Tidak ada percakapan lanjut dari perkenalan tadi, cuma mulut yang diam dan dalam hati bergejolak ingin menyampaikan kekaguman. Ani juga diam melihat arah samping, di sana para musisi jalanan sedang memainkan lagu Kla Project “Yogyakarta”. Lagu itu begitu menyatu dengan nuansa Jogja dan seorang wanita yang menerbangkan angan-angan. *** Ini hari yang sama, waktu dan tempat yang sa­ma. Musisi jalanan juga melantunkan lagu yang sama, Kla Project “Yogyakarta”. Aku menanti-nanti Ani muncul dari pa­ra pedagang kakilima yang menjajakan pernak-pernik unik. Ternyata, Ani tidak kunjung menampakkan parasnya yang sejuk. Hari yang sama lagi dan pada saat yang sama pula, de­ngan musisi jalanan yang melantunkan lagu sama, Kla Project “Yogyakarta”. Aku menunggu Ani datang. Tapi, semua hanya ke54

Pewara Dinam i ka j a n ua r i 2 0 1 0

kosongan yang melekat, rintik-rintik tidak lagi memberikan nuansa yang syahdu seperti dulu. Lagu yang mereka nyanyi­ kan juga tidak lagi membahagiakan. Aku merasa seperti kertas yang terjepit tajamnya gunting­, terpotong-potong tidak beraturan. Aku tidak lagi mampu ber­ diri menunggu Ani muncul pada hari yang sama dan hari yang kesembilan. Aku duduk di bawah pohon, tepat di sam­ ping pemain gitar yang biasa melantunkan lagu Kla Project “Yogyakarta” bersama kelompoknya. Pemain gitar menghen­ tikan permainannya dan membiarkan teman-temannya me­ lan­jutkan lagu yang sedang dilantunkan. “Ada apa, Mas? Dua bulan lalu kamu ketemu seorang wani­ ta yang sampai sekarang selalu kamu tunggu kan?” “Iya, kenapa kamu bisa tahu?” “Jelas, aku tahu. Aku kan penulis kisahmu. Aku juga yang akan meyelesaikan kisahmu.” “Anda penulis kisahku? Benarkah?” “Ya, aku penulis kisahmu.” “Kalau begitu, pertemukan aku dengan Ani. Aku begitu mengharapkan Ani.” “Ha-ha-ha…tenang saja. Aku punya rencana untukmu. Jik­a kamu bertemu dengan Ani sekarang, kamu hanya akan menjadi patung. Baiklah aku harus melanjutkan pekerjaanku. Pulang dan tidurlah dengan nyenyak. Besok siang datanglah kemari dan duduklah di tempat kamu duduk sekarang. Kam­u akan mendapatkan keinginanmu.” *** Aku sudah di sini, aku juga duduk di tempat semalam aku bertemu dengan penulis kisahku. Berjam-jam aku duduk di bawah pohon yang merindangi para pemarkir kendaraan, yang menunggu motor mendarat di lahan parkirnya. Berbatang-batang rokok juga sudah kuhisap, tapi Ani belum juga muncul seperti yang dikatakan penulis kisahku. Matahari sudah mulai mencibirku dengan sinarnya yang menyilaukan mata. Pandanganku kabur dengan sinarnya yang tajam. Aku harus bertahan. Biarlah matahari itu mencibirku yang sedang dihadapkan pada anugerah terbesar sepanjang hidupku. Aku yakin jika yang di sana rembulan, dia pasti akan me­ nye­mangatiku dengan senyumnya yang ramah dan sinarnya yang menyejukkan. Heh…kenapa bulan yang suka ngintip


cerpen

istimewa

lama datang? Aku merindukannya sekarang. Kenapa lagu Kla Project juga tidak ada yang melantunkan? Kapan mereka datang dengan Ani yang menerbangkan aku pada rembulan. Angin begitu senyap. Keringatku mengucur dan mataku yang silau oleh sinar matahari semakin tidak mampu menahan. Kelopak mataku begitu berat sampai tanpa sadar mataku terpejam. Aku tidak lagi merasakan silau dan keringat yang mengucur. Sepertinya aku mengenal nuansa ini, rintik hujan yang membasahi paving-paving Malioboro. Lagu Kla Project “Yogyakarta” juga sayup terdengar di telingaku. Sepertinya rembulan juga sedang mengintip dari balik awan. Tiba-tiba punggungku ditepuk lembut, seraya memanggil namaku berkali-kali. “Tatah, Tah, Tatah, bangun!” Mataku terbuka, kupandangi

langit yang mendung menjatuhkan rintik-rintik hujan, rembulan mengintip dari balik awan. “Tatah, ayo pulang, kenapa kamu tidur di sini?” Ternyata istriku membangunkanku. Ani, istriku, istri yang selalu meberikan kasihnya seperti rintik-rintik hujan. Pengamen yang sering menemaniku menunggu istriku, kupamiti. Penjaga parkir yang selalu menggratiskan aku juga segera kupamiti. Kami pulang bersama motor tahun 91, motor yang selalu mengantarkan kami bekerja, lalu mengembalikan kami seusai bekerja.

Muchammad Muadib Pecinta Sastra

P e wa r a Di n a m i k a j a nua ri 2010

55


puisi•geguritan•tembang Sajak Artariska Wulandari Jeritan Sore jalan lurus dalam hidup diharap benar namun, kadang belok pun tak bisa ditawar bukannya belajar supaya ingkar tapi, justru ‘tuk menghindar sesuatu yang membuat pudar

Kal

ra wa

/pe

am

kepekaan di asah supaya mekar terus bertaqwa terus berihtiar kalbu kan berbinar-binar Sewon Asri, 21/01/2010

Ralat: Penulis pusi edisi Desember 2009, Elizabet Tuti, adalah guru SMP Aloysius,

Artariska Wulandari

Bandung. Pada edisi tersebut

mahasiswa ISI Yogyakarta

tertulis mahasiswa UNY.

poj o k gelitik

Boss Bangga!

Umarmoyo: Di, ada cerita lucu deh. Umarmadi: Apa? Umarmoyo: Temenku kan jadi Bos di sebuah kantor. Umarmadi: Terus? Umarmoyo: Dia bilang bangga dengan staf-stafnya yang makin tekun bekerja. Umarmadi: Ya iyalah. Bos musti bangga. Bahagia malah. Gimana ceritanya? Umarmoyo: Para staf di kantornya

war a

m/pe

Kala

mulai pagi sampai siang nampak tekuuuuun, jarang ada yang meninggalkan komputernya. Umarmadi: Wah bagus itu. Terus? Umarmoyo: Tapi, yang kemudian terjadi..... Umarmadi: Apa? Umarmoyo: Dia kecewa berat! Umarmadi: Kenapa? Umarmoyo: Ternyata ... sehariharinya, dari pagi sampai siang, semua staf di kantornya ..... asyik bermain fb. Umarmadi: .....................................??? ema r '10

56

Pewara Dinam i ka j a n ua r i 2 0 1 0


le

n sa

SENI MENYAMBUT TAMU Inilah kebiasaan kami, UNY. Menyambut tamu terasa “kosong”, jika tidak “menyertainya” dengan tarian yang menakjubkan. Tidak hanya untuk mempromosikan produk seni, karya sivitas akademika UNY, tetapi kami pun menganggap tamu adalah Raja. Dan, mereka layak untuk dijamu, sebagaimana (mungkin) mereka harapkan. teks: Sismono La Ode • Fotografer: Ahmad natsir ep


YUK..., MARI KITA BERsEKOLAH RIA !!!

universitas negeri Yogyakarta Jl. Colombo No. 1 Yogyakarta 55281 Telp. 0274-586168 www.uny.ac.id


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.