![](https://assets.isu.pub/document-structure/210412054756-56f7f959edcce67de5252bed55819c88/v1/35aa8bbeef9bb3462e2c98568afc7e08.jpg?width=720&quality=85%2C50)
13 minute read
Gerakan Bangkit Nurani
Opini
Gerakan Bangkit Nurani
Advertisement
oleh Budi H. Hutami
Pendahuluan Allah swt menclptakan makhluk yang bernama manusia dengan maksud untuk dijadikan sebagal pengelola bumi atau khalifah di bum! (QS. Al Baqarah 30), sehingga Allah swt perlu melengkapi manusia tidak hanya dengan bentuk fisik yang paling sempurna (QS. At Tiin), akal, dan pikiran, tetapi juga dengan hati nurani. Semua kelengkapan ini hanya diberikan kepada manusia, tidak kepada makhluk yang lain.
Sebagai Alat Kontrol Hati nurani yang hanya ada pada manusia ini merupakan kelengkapan yang berfungsi sebagai alat kontrol dari semua
aktivitas manusia. Nurani tersebut selalu berpihak pada kebenaran dan berlaku secara universal. Dengan keberadaan nurani pada setiap manusia ini, tepatlah jika Allah swt menjadikan dan menugasi manusia sebagai khalifah yang mengelola bumi ini, tentunya agar kehidupan di bumi ini selalu harmonis. Jika kita mendapati seseorang melakukan perbuatan atau tindakan tanpa didasari oleh pikiran dan pertimbanganpertimbangan nurani teriebih dahulu, dapat dipastikan bahwa tindakan atau pikiran tersebut didasari oleh hawa nafsu. Bila sesuatu hanya
berdasarkan nafsu belaka, tindakan manusia tersebut tidak ubahnya seperti perbuatan makhluk lain yang tidak memiliki pikiran dan
nurani.
Dengan arahan hati nurani akan tampil perbuatan perbuatan/tindakan yang baik, pemikiran yang baik, dan nafsu yang terarah. Sebaliknya, sebuah keputusan akan selalu mempunyal cacatjika keputusan tersebut dibuat tanpa didasari pertimbangan nurani. Bahkan, bisa jadi seseorang yang telah melakukan tawarmenawar dengan hati nuraninya, tetapi oleh desakan hawa nafsu, orang tersebut melakukan
kekeliruan dan kesalahan karena mereka lebih cenderung melawan nurani dan membela nafsu. Marilah kita ingat, hati nurani seseorang akan selalu bersinar manakala sering digunakan dan dimenangkan. Sebaliknya, sinar nurani akan semakin redup dan padam manakala nurani tidak pernah digunakan untuk mengiringi dan membimbing pikiran. Kejadian-kejadian di muka bumi yang akhir-akhir ini banyak kita jumpai merupakan bentuk terjadinya pergeseran nurani kepada nafsu. Misalnya, terjadinya standar ganda yang diterapkan oleh Amerika Serikat terhadap dunia ketiga, maraknya korupsi di berbagai lini, bahkan munculnya perubahan orientasi - dari orientasi sosial ke bisnis - di dunia pendidikan yang telah dirasakan oleh sebagian masyarakat.
Pengaruh LIngkungan Salah satu visi UNY, yakni membangun insan yang bernurani sangat sesuai dengan keadaan itu. Mulai menipisnya nurani dari peradaban manusia membuat kita harus menghidup-hidupkan nurani. Semua iitu harus dimulai dari dalam lingkungan UNY sendiri dengan gerakan bangkit nurani. Jika gerakan ini tidak segera kita mulai. visi membangun insan bernurani ini tinggallah visi yang tanpa arti dan tanpa tujuan yangjelas. Keberhasilan gerakan hati nurani sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Upaya membangkitkan dan menghidupkan nurani akan terasa berat tanpa dukungan lingkungan yang konduslf. kesadaran dan kebersamaan dari setiap
orang yang ada di dalamnya harus dibangun sebagai upaya mewujudkan lingkungan yang kondusif. Budaya saling mengingatkan harus dibangun. Begitu juga halnya dengan kemauan untuk diingatkan. Jika hal itu bisa terwujud, sungguh amat indahnya kehidupan dl dunia Ini dan sungguh senangnya bekerja di UNY ini, yang bebas dari pengaruh nafsu dan ambisi-ambisi yang tidak sehat. Berbagai prasangka kotor tidak akan menghinggapi hati. Kenyamanan bekerja yang dapat meningkatkan produktivitas pun dapat
dirasakan semua orang.
Penutup Dengan mulai membangkitkan dan menghidupkan nurani kita masing-masing, hal-hal yang tidak kita inginkan seperti korupsi, koiusi, nepotisme, tipu daya, kepentingan pribadi dan kelompok, dan isme-isme negatiflainnya tidak akan muncul di UNY. Jika semua pimpinan, staf, dan dosen bekerja dengan bimbingan dan arahan hati nurati, serta selalu menyertakan nurani dalam mempertimbangkan sesuatu, apa yang kita putuskan dan kita lakukan akan didukung oleh semua pihak. Para mahasiswa dan sarjana lulusan UNY akan selalu mengenang dan meneladani, jadilah mereka manusia-manusia yang sarjana dan
bernurani. Semoga Allah swt meringankan langkah kita dalam membangun dan menegakkan nurani, sehingga tidak sia-sialah kita diangkat sebagai
khalifatullah di bumi.
Dra. Hj. Budi Hestri Hutami, Kepala Biro
Resensi Buku
mm
Oieh Sudaryanto
Judul Buku : Sastra Anak, Pengantar Pemahaman DuniaAnak Penulis , - • . : Burtian Nurgiyantdro Penerbit : Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
Cetakan : Pertama,.September2005 Tebal ; xv+.456 him (termasukindeks)
Apa yang teriihat nyata dari wajah anak-anak? Ada banyak jawabannya: keceriaan, kegembiraan, kesenar>gan, dan sebagalnya. Kesemuanya dimiliki oleh sosok' yang bernama anak-anak. Mungkin juga kita boleh menambahkannya: mungi!. lucu, menggemaskah, selalu ingtn tahu hal baru, polos jika bertanya. dan sebagainya. Pendek kata, jika kita menyelami dunia anak-anak, seolah kita tak pernah bosan dan maiah ingin terus menikmatinya. Perasaan demikian barangkali yang dimiliki penulis buku ini, Burhan Nurgiyantoro. Baginya, dunia anak-anak iaiah dunia yang penub keceriaan. Buktinya, ia menulis sebiji puisi: "Ibu / dunia bocah adalah dunia impian / tempat semua yang indah bersemayam / tempat semua yang sedih tak dapat tempat / tempat semua sanjung-canda bermuara / tempat semua pengalaman tak terlupakan, dan / tempat harapan tertanam-daiam." (him. xv) Memang, dunia anak-anak seJaiu identik dengan dunia keceriaan. Sifat tersebut muncul manakala imajinasi mereka berhasil tercipta. Hanya saja, keterciptaan imajinasi anak-anak tidaklah muncul dengan sendirinya. Artinya, itu perlu sarana atau alat guna memunculkan keceriaan di wajah anakanak. Salah satunya iaIah bacaan fiksi dan nonfiksi, entah cerita pendek, puisi. naskah drama, maupun serial tokoh pahlawan/penemu dl dunia. Muncul pertanyaan, bacaan yarig bagaimana yang bisa memunculkan imajinasi dan keceriaan di wajah anak-anak. Menurut Nina Arrhando, seorang pengelola taman bacaan yang juga dosen Jurusan Komunikasi Ul, imajinasi anak dapat terbangun melalui naskah dan itustrasi. Nah, inilah dua hal yang bisa dijadlkan sebagai kekuatan {power) bagi sebuah bacaan anakanak. Jika keduanya diracik secara betui,
![](https://assets.isu.pub/document-structure/210412054756-56f7f959edcce67de5252bed55819c88/v1/b6d23d625eaf2d76dd06f0b3e1f0fc56.jpg?width=720&quality=85%2C50)
h 1;u \ \ 11 JY.Vv roRo
SASTRA
PengciKi+Qj" PemaKoman T><Ar\\a.
Selain naskah dan llustrasi, tak katf penting iaiah proses penceritaan bacaan terhadap anak-anak (baca: mendongeng). Proses itu biasanya dilakukan oleh ibu-ibu^. terutama saat anak-anaknya menjelang tidur. Anak akan terus mendengarkan cerita dari ibunya dan begitu selesai ia akan menunjukkan ekspresi kepuasaan dan kemudian tertidur. Atau. bahkan, kadangkala ia meminta ibunya untuk mendongengkan cerita yang lain. Sebagian orang tud menganggap bahwa aktivltas mendongeng itu berat dilakukan. Alasannya, mereka sudah capai lantaran sibuk bekega di luar rumah. Setibanya di rumah mereka langsung tidur. Namun, sebagian ofang tua "lainnya justru menganggap bahwa aktivitas mendongeng sangat ringan dan malah dijadlkan
Resensi Buku
pelipur lara. Anak-anak pun memperoleh banyak pelajaran dari cerita-cerita yang dibacakan oleh orang tuanya maslng-masing. Kondisi yang demikian kian menggirlng pihak penerbit buku, khususnya yang bergerak di segmen anak-anak, untuk menyediakan bahan bacaan yang bermutu, menarik, dan utamanya membangkitkan imajinasi anak-anak. Di sisi lain, kita sebagai orang tua atau guru/pendidik dituntut untuk menyajikan bahan bacaan yang berkriteria demikian. Harapannya,
kelak anak-anak atau siswa kita suka membaca dan (syukur) juga suka menulis. Sebagai pengetahuan awal tentang sastra anak, buku ini cukup menyediakan ruang untuk mengarah ke sana. Pasalnya. secara sadar penulis mengatakan buku ini terkesan elementer karena dibaca oleh pembaca yang belum banyak memahami "apa dan bagaimana" sastra anak (him. viii). Dengan begitu, penyajiannya pun cukup simpel, yaitu menguraikan teori dengan disertai contohcontoh yang mendukungnya. Penulis membagi buku ini menjadi delapan bab. Bab 1 dan 2 lebih mengangkat pengetahuan umum tentang sastra anak. Di Sana tertuang hakikat, genre, kontrlbusi, dan masalah pemilihan buku bacaan sastra anak. Di sana pula akan teruraikan bahwa sastra anak memiliki kontribusi yang melingkupi dua nilai. yakni nilai personal dan nilai pendidikan, di antaranya, nilai emosional, intelektual, imajinasi, rasa sosial, serta rasa etis dan religius (him. 41). Sedangkan nilai lainnya, seperti eksplorasi dan penemuan, perkembangan bahasa, pengembangan nilai keindahan, penanaman wawasan multikulturai, serta yang utama penanaman kebiasaan membaca. Sehngkali diungkapkan bahwa bacaan anak-anak yang sifatnya ringan seperti komik bisa dijadikan batu pijakan agar mereka suka membaca. Setelah membaca jadi kebiasaan mereka, kelak mereka pun tidak alergi dengan bacaan yang serius dan berbobot. Bab 3 mengupas sastra anak di usia
![](https://assets.isu.pub/document-structure/210412054756-56f7f959edcce67de5252bed55819c88/v1/6280c64968effd79e6d430ef5131079f.jpg?width=720&quality=85%2C50)
awal, sastra dan literasi, dan buku-buku terkait seperti buku alfabet. buku hitung, buku konsep, buku bergambar, dan Iain-Iain. Seperti diungkapkan sebelumnya, bacaan anak bisa memunculkan imajinasi jika ada keselarasan antara naskah (teks) dan gambar (ilustrasi). Naskah yang baik semestinya didukung oleh gambar-gambar yang baik. Jika tidak. kelak
bacaan tersebut tidak akan disukai oleh anakanak. Untuk itu, faktor ilustrasi sangatlah penting, terutama bagi bacaan anak-anak usia TK-SD. Jika ada ungkapan editor harus lebih plntar daripada penulis, harus juga saya ungkapkan: ilustrator harus lebih peka daripada penulis. Kenapa demikian? Sebab, tugas ilustrator tidaklah semata-mata membuat gambar (teknis), namun la juga dituntut untuk menyajikan suatu gambar dengan baik dan mendukung cerita (teknis-plus-seni). Dalam bacaan anak-anak ilustrasi dianggap sebagai nilai tambah bagi
bacaan tersebut. Selanjutnya, bab 4 hingga 8 lebih membicarakan berbagai genre sastra anak yang dimulai dari sastra tradisional, fiksi, puisi, buku informasi, dan komik, mutai dari hakikat sampai dengan macamnya. Betul, bahwa genre sastra anak sangatlah luas, mulai dari fiksi prosa (cerpen, novel), puisi, hingga nonfiksi (seperti buku-buku serial kepahlawanan atau tokoh penemu di dunia). Kesemuanya dtsajikan secara lugas, padat, serta cukup bisa memancing ide-ide
baru.
Inilah yang bisa dijadikan pendorong bagi para pemerhati sastra anak atau akademisi agar lebih "gencar" menguias perkembangan sastra anak baru-baru ini. Padahal, wacana tentang sastra anak kian menarik perhatian orang dan telah masuk dalam kurikulum di pelbagai PT, serta menjadi salah satu Prodi pada Program Pascasarjana S-2 (Prodi Pendidikan Sastra Anak UNY, misalnya). Yang pasti, buku Ini sangat bermanfaat dan memiliki kontribusi yang berarti bagi perkembangan sastra Indonesia modern. Kita harapkan agar kelak buku ini juga dibaca oleh para orang tua agar mengetahui apa dan bagaimana sastra anak, serta di mana letak kebermanfaatan bacaan bagi anak-anak. Buku ini ditulis dengan bahasa yang ringan, mengalir, dan patut dibaca oleh orang tua yang ingin putraputrinya terbiasa membaca. Selamat membaca!
Sudaryanto, S.Pd., alumnus S-1 PBS! FBS Universitas Negeri Yogyakarta, aktif di Pusat Studi Penalaran dan Kepenufisan (PUSPEK) Yogyakarta.
Bunga Rampai
Kapan Guru Sejahtera? (Dialog Qua HatI; Masyarakat dan Pemimpin Bangsa)
oleh Hendra Sugiantoro
Bapak Presiden dan Wakil Presiden, BapakIbu Menteri beserta jajarannya, Bapak-lbu wakil rakyat yang bertengger di Senayan. Izinkaniah kami menyuarakan isi hati kami. Perkenankanlah kami mengutarakan uneg-uneg kami, menyampaikan gundah-gulana sekaligus harapan kami. Kami adalah warga negara di Republlk inl, warga negara yang tetap bangga memlliki Indonesia. Di negeri inilah kami dilahirkan dan tumbuh berkembang. Di negeri iniiah kami mengais penghidupan. Negeri ini selalu elok rupawan meskipun aneka bencana melanda. Kami tetap Indonesia! Tidak akan marah dengan badai krisis yang belum juga mereda. Meskipun kepapaan menabur derita, kami tetap merajut asa. Kami selalu berjuang sebagaimana pahlawan-pahlawan tempo dulu merebut kemerdekaan. Berjuang hingga titik darah penghabisan. Kami akan selalu berjuang menghiasi alam kemerdekaan dengan bunga-bunga kehidupan. Tidaklah mengapa jika kami tak menikmati hasil perjuangan. Kami tidak kecewa seiagi anak-anak kami mampu lebih baik. Ketika keringat bercucuran mengayuh becak, itu hanya demi anak-anak kami. Anak-anak kami harus lebih gemiiang meskipun tulang pegal tak kepalang. Ketika panas menyengat di hamparan sawah, kami tetap yakin pad! yang ditanam
![](https://assets.isu.pub/document-structure/210412054756-56f7f959edcce67de5252bed55819c88/v1/b922c22a70133b5a6753d3ed1c51bca0.jpg?width=720&quality=85%2C50)
mampu membuat anak-anak kami tumbuh berkembang. Anak-anak kami harus lebih cermelang meskipun hanya dari rongsokan barang kami beroleh
uang.
Bapak Presiden dan Wakil Presiden, Bapaklbu Menteri beserta jajarannya, Bapak-lbu wakil rakyat yang bertengger di Senayan. LIhatlah kami yang selalu bangga dengan Indonesia. Sungguh mengharu-biru perasaan kami ketika anak-anak kami begitu ceria mengenakan seragam merah putih. Anak-anak kami telah beranjak besar dan kini belajar di Sekolah Dasar. Dengan bawahan merah dan atasan putih Itulah kami teringat bendera negeri ini: Merah Putih. Apalagi, ketika anak-anak kami mengumandangkan lagu Indonesia Raya, bertambahlah semangat jiwa-jiwa kami. Jiwa kami yang selalu berkobar untuk berjuang tak kenal pudar. Berjuang demi meraih hidup bahagia sejahtera. Jika pun tak kami peroleh, kami berharap anak-anak kami yang akan mendapatkannya. Bapak Presiden dan Wakil Presiden, Bapaklbu Menteri beserta jajarannya, Bapak-lbu wakil rakyat yang bertengger di Senayan. Kami masih percaya jika pendidikan mampu mengentaskan kami dari kenestapaan. Melalui pendidikanlah anak-anak kami akan lebih mapan dan hidup layak. Pendidikan akan dapat membebaskan kami dari keterhimpitan. Kolot memang cita-cita kami, tetapi itulah kenyataan mumi
dari lubukhati kami.
Justru dari kekolotan itu kami malah menganggap negara ini membingungkan. Benar-benar membingungkan, seolah-oiah kami dianggap bodoh dan tak mengerti apa-apa. Coba lihat gaji dan tunjangan para wakil rakyat atau pun para pejabat negara. Sungguh kami akan menggeleng-gelengkan kepala dan merasa trenyuh jika banyak pejabat legislatif dan eksekutif ribut soal lembaran rupiah. Malang nian nasib . guru anak-anak kami. Malahan gaji dan tunjangan guru anak-anak kami amat minim ketimbang gaji dan tunjangan para wakil rakyat yang berkali-kali lipat di
atasnya.
Bukanlah iri kami melihat anggota dewan memperoleh 15 juta rupiah setiap kali sidang. Sungguh kami tidak ngiler meskipun harus membanting tulang sekuat tenaga untuk sekedar menghitung-hitung 300 ribu rupiah setiap bulan. Namun, betapa iba hati ini menyaksikan guru anak-anak kami. Guru anak-anak kami bergaji kecit, padahal merekalah aktor penting yang mendidik anak-anak kami. Lewat sentuhan merekalah anak-anak kami bisa menjadi pandai, cerdas, mandiri, dan juga bernurani. Bapak Presiden dan Wakil Presiden, Bapaklbu Menteri beserta jajarannya, Bapak-lbu wakil rakyat yang bertengger di Senayan. Masih ingatkah kisah malapetaka yang pemah menimpa Jepang? Pada Agustus 1945 bom atom Amerika Serikat menghancurleburkan Hiroshima dan Nagasaki. Jepang sekarat. Sekitar 150.000 orang tewas akibat ledakan
dan efek radioaktif dari bom atom tersebut. Kaisar Jepang saat itu, Hirohito, langsung menaruh peduii terhadap nasib guru. Bukan menanyakan nasib tentaranya, tetapi justru melontarkan pertanyaan, "Berapa jumlah guru yang masih hidup?"
Bunga Rampai
Bapak Presiden dan Wakit Presiden, BapakIbu Menteri beserta jajarannya, Bapak-tbu wakii rakyat yang bertengger di Senayan. Ternyata ada pelajaran yang luar biasa, Jepang telah mengajarkan kepada kita betapa pentingnya sosok guai. Guru tak bisa dipungkiri merupakan aktor bagi kemajuan sebuah bangsa. Guru adalah ujung tombak pendidikan untuk mencerdaskan dan menjadikan sebuah bangsa percaya diri bersanding dengan negara-negara lain di dunia. Gurulah yang diprioritaskan Kaisar HIrohito untuk membangkitkan kembaii Jepang dari keterpurukan. Pertanyaan reflektif pantas dikemukakan. Apakah kita mempedulikan nasib dan kepentingan guru saat negeri ini terpuruk akibat krisis multidimensional delapan tahun silam? Bagaimana pun, kami tetap menaruh apresiasi dengan dirumuskannya UU No. 14/2005 tentang Guru dan
Dosen. Lewat keberadaan UU tersebut kualitas dan
0
kompetensi guru tidak lagi diabaikan. Ditinjau secara statistik ternyata masih banyak guru yang belum berkualifikasi sarjana. Guru SMA di Indonesia yang berkualifikasi sarjana baru berkisar 72,75% dari keseluruhan jumlah guru yang ada, guru SMK sebanyak 64,16%, guru SMP sekitar 42.03%, guru SD sebanyak 8,30%, dan guru TK sebanyak 3,88% (Balitbang Depdiknas, 2004). Peningkatan kualitas dan kompetensi guru akhimya menjadi sesuatu yang penting karena sedikit banyak akan ikut menentukan mutu pembetajaran di sekolah. Ujian sertifikasi guru pun diberlakukan. Ya, guru anakanak kamI memang harus ditingkatkan kualitas dan kompetensinya agar mampu mengajar dan mendidik anak-anak kami lebih baik lagi. Bapak Presiden dan Wakil Presiden, BapakIbu Menteri beserta jajarannya, Bapak-lbu wakil rakyat yang bertengger di Senayan. Kami juga mendengar bahwa guru yang lulus program sertifikasi akan mendapatkan tunjangan profesi sekaligus tunjangan fungsional. Namun demiklan, soal anggaran kesejahteraan guru ada yang perlu dikoreksi. Sejak dahulu sampai kini guru tertihat masih ditempatkan sebagai warga kelas dua di bawah para politisi. Gaji dan tunjangan para politisi di gedung parlemen berkalikali lipat di atas gaji dan tunjangan guru. Padahal, jika ditinjau lebih jauh, tugas dan kewajiban guru lebih berat. Guru dituntut sejarah untuk mendidik generasi, sebuah pekerjaan yang tidak ringan. Mendidik generasi merupakan pekerjaan mulia yang menuntut dedikasi dan pengorbanan. Sekali lagi kami mengatakan, malang nian nasib guru anak-anak kami. Masih banyak guru anakanak kami yang ngonthel dari rumah ke sekolah, bahkan ada yang berjalan kaki. Sementara itu, banyak anggota parlemen dan juga pejabat negara mengoleksi kendaraan-kendaraan pribadi. Anggota Dewan seringkali berkelana ke negeri manca, tetapi masih terdapat guru yang dipusingkan pemenuhan kebutuhan pangan keluarganya. Bapak Presiden dan Wakit Presiden, Bapaklbu Menteri beserta jajarannya, Bapak-lbu wakil rakyat yang bertengger di Senayan. Memang guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa, tetapi bukankah pahlawan juga butuh makan. Kasihan guru anak-anak kami yang kerapkali dijadikan kambing hitam soal kemerosotan dunia pendidikan. Tetapi, apakah layak hanya menuntut dedikasi guru dan metalalkan kesejahteran? Jika guru anak-anak kami beroleh gaji memadai untuk kebutuhan keluarganya, kami yakin guru anak-anak kami bisa mengoleksi buku-buku bermutu. Guru anak-anak kami
![](https://assets.isu.pub/document-structure/210412054756-56f7f959edcce67de5252bed55819c88/v1/299ef7763de41cf59e32d78853a6ef30.jpg?width=720&quality=85%2C50)
akan semakin cerdas mendidik anak-anak kami. Kami tidak akan marah meskipun kami seolaholah dianggap bodoh dan tak mengerti apa-apa. Kami tidak menuntut penghargaan, tetapi pengertian. Bukankah harapan kita bersama apabila anak-anak Indonesia unggul dan berkualitas. Harus kami katakan bahwa kami masih sanggup membelikan anak-anak kami buku-buku baru. Kami masih sanggup karena kami memiliki cita-cita besar akan masa depan anakanak kami. Kami juga tak memandang masalah setiap tarikan-tarikan dana dari sekolah yang kadangkala tak jelas juntrungan-nya. Tak ada guna kami meratap selama masa depan adalah milik anak-anak kami. Bapak Presiden dan Wakil Presiden, Bapaklbu Menteri beserta jajarannya, Bapak-lbu wakil rakyat yang bertengger di Senayan. Penghormatan terhadap guru lewat pemberian predikat "Pahlawan Tanpa Tanda Jasa" tampaknya harus terus ditindaklanjuti dengan peningkatan kesejahteraan. Guru adalah pahlawan yang membangun manusia untuk beberapa tahun mendatang. Adanya politisi baik pun tidak terlepas dari pekerjaan guru yang mendidik manusia. Bapak Presiden dan Wakil Presiden, Bapaklbu Menteri beserta jajarannya, Bapak-lbu wakil rakyat yang bertengger di Senayan. Atas perhatian yang
diberikan, kami haturkan beribu-ribu terimakasih.
Hendra Sugiantoro, penyambung lidah masyarakat yang selalu bangga kuliah di Universitas Negeri Yogyakarta.