Pewara Dinamika Agustus 2018

Page 1

KAMILIA LITUHAYU MAHASISWI FIK JUARA II FISU WORLD WUSHU CHAMPIONSHIP 2018


Dirgahayu Republik Indonesia IKLAN LAYANAN INI DIPERSEMBAHKAN OLEH PEWARA DINAMIKA ∫ FOTO: HENDRA NURDIYANSYAH / ANTARA


PEWA R A D I N A M I K A / AG U ST U S 2 0 1 8

T R A N S F O R M AT I F D A N PA R T I S I PAT I F

Pena Redaksi BARANGKALI pada tahun 1921 ketika Soekarno muda mulai mempelajari arsitektur di universitas, nyaris tidak ada yang menyadari bahwa dari mulutnyalah proklamasi kemerdekaan Indonesia akan dikumandangkan.

AGUSTUS 2017

Pewara Dinamika edisi bulan Agustus tahun lalu menyajikan liputan tentang mahasiswa baru. Pelbagai perspektif informasi yang kami sampaikan. Prinsipnya mahasiswa baru bisa langsung memahami bagaimana menjadi mahasiswa UNY.

perubahan, sekaligus pembawa tongkat estafet perubahan, dan dari mereka pula perubahan diharapkan datang. Kelindan ini menegaskan betapa pendidikan, institusinya serta para pemuda punya peranan penting yang ditunggu-tunggu. Entah itu hal berupa kebangkitan moral, awareness terhadap isu sosial, trofi prestasi, atau ragam kemerdekaan modern lainnya. Karenanya, berondongan mahasiswa baru tiap tahunnya membawa angin pengharapan yang harumnya selalu segar.

Di tahun yang sama, Moham­ mad Hatta, seorang anak kam­ pung dari Bukittingi yang sempat dilarang ibunya untuk menuntut ilmu di Batavia, karena jarak yang terlalu jauh dan usia yang terlalu muda, akhirnya berangkat juga ke Rotterdam untuk belajar. Ham­ pir tak ada yang menduga, barang­­kali, bahwasanya Hatta bakal jadi kawan Bung Karno dalam memperjuangkan kemer­ dekaan Republik Indonesia.

rangkum dalam edisi Agustus. Selain sebagai pengingat untuk selalu tetap menjaga kualitas prestasi, juga sebagai bahan lecut dan motivasi bagi mahasiswa yang baru menapaki jenjang universitas. Universitas bukan hanya ladang mengeruk ilmu, tetapi juga pengalaman, serta segudang kegiatan lain yang nantinya bisa menjadi pondasi bagi masa depan yang lebih baik. Tak lupa kami juga turut menyajikan rubrik-rubrik lain untuk menemani para pembaca yang budiman. Harapannya, kehadiran rubrik-rubrik ini tak hanya sebagai hiburan semata, tetapi juga tetap mampu menggelitik kehausan akan ilmu pembaca sekalian.

Universitas Negeri Yogyakarta sebagai salah satu institusi pendidikan milik negara menaruh perhatian khusus dalam menggembleng para anak muda bertalenta. Bukan cuma talenta dalam hal akademik, tapi juga dalam soft skill lain yang turut mampu mengembangkan potensi diri mahasiswa. Kepada merekalah panji lembaga UNY diserahkan, dan oleh tangan mereka pula nama UNY dikibarkan.

Menilik dari sejarahnya, Indonesia punya keterikatan erat dengan para pemuda. Bibitbibit perubahan digodok lewat tangan-tangan anak muda, lalu tumbuh subur dan berbuah semangat kemerdekaan yang mengentaskan riwayat lama kependudukan di negara ini. Pemuda adalah rahim

Akhir kata, selamat membaca, selamat berpetualang dalam wahana intelektual bersama olahan dapur redaktur Pewara Dinamika. Semoga sajian kami senantiasa menghidupkan napas kemerdekaan dan keinginan untuk terus melaju dalam bingkai prestasi mahasiswa UNY. Tabik. 

Prestasi para mahasiswa inilah yang kami tangkap dan

SUSUNAN REDAKSI PENERBIT Universitas Negeri Yogyakarta IJIN TERBIT SK Rektor No. 321 Tahun 1999 ISSN 1693-1467 PENASEHAT Sutrisna Wibawa (Rektor UNY) PENGARAH Margana (Wakil Rektor I)

Edi Purwanta (Wakil Rektor II) Sumaryanto (Wakil Rektor III) Senam (Wakil Rektor IV) Setyo Budi Takarina (Kepala Biro UPK) Sukirdjo (Kepala Biro AKI)

PEMIMPIN REDAKSI Sismono La Ode

PIMPINAN UMUM Anwar Efendi

REDAKTUR PELAKSANA Budi Mulyono

PEMIMPIN PERUSAHAAN Riska

REDAKTUR ARTISTIK Kalam Jauhari

unyofficial

REDAKTUR SENIOR Basikin, Else Liliani, Lina Nur Hidayati, Sigit Sanyata SEKRETARIS REDAKSI Nunggal Seralati

@pewara_uny l @unyofficial

3

Satya Perdana (FIK) Haryo Aji Pambudi (FT) Pramushinta Putri D (PPS) Muhammad Fadli (FE) Dwi Budiyanto (FBS) Binar Winantaka (LPPMP) Agus Irfanto (LPPM) Tusti Handayani (Kampus Wates)

REDAKTUR Rony K. Pratama Ilham Dary Athallah Ratna Ekawati Dedi Herdito Khairani Faizah Febi Puspitasari FOTOGRAFI M Arif Budiman, Prasetyo Maulana, Heri Purwanto REPORTER Anton Suyadi (FIP) Witono Nugroho (FMIPA) Nur Laily Tri Wulansari (FIS) @unyofficial

ALAMAT REDAKSI Jl. Colombo No. 1 Kampus Karangmalang Universitas Negeri Yogyakarta 55281 Telp/Fax 0274 542185 E-mail: pewaradinamika@uny.ac.id Laman: www.uny.ac.id.

unyofficial


Daftarisi

WAWANCARA KHUSUS

Kiat-kiat dan strategi untuk menggapai prestasi sesuai kapasitas dan kapabilitas yang tersedia. » 28-29

DOK. KAMILIA

Civitas akademika mempunyai peran sentral dan kewajiban, untuk berkontribusi menggapai asa UNY menuju prestasi dunia.

SECARA TIDAK LANGSUNG, ketika seorang mahasiswa baru telah setuju untuk menuntut ilmu di Universitas Negeri Yogyakarta, seyogyanya ia telah meneken suatu perjanjian tak tertulis untuk siap turun tangan mengeruk prestasi demi almamater. Secara tidak langsung pula, para dosen yang bernaung di bawah atap kampus Karangmalang punya kewajiban serupa. Tidak ada yang lantas punya urgensi timpang lantaran titel yang diemban berbeda. Sebab mengangkat marwah lembaga merupakan

kerja bersama. Prestasi diraih dengan gotong royong antara dosen dan mahasiswa. Proses ini berjalan beriringan, sebab dosen dan mahasiswa merupakan delegasi pertama yang menjadi cerminan UNY bagi masyarakat luas. Kebutuhan lembaga pendidikan akan raihan prestasi merupakan kehausan organik. Universitas memfasilitasi. Ketercapaian akademik dan nonakademik menjadi garis finish. Ujung tombaknya tetap para civitas yang bermukim di dalamnya demi meraih asa bersama.

4 P E WA R A D I N A M I K A AG U S T U S 2 0 1 8

3

PENA REDAKSI

5

REKTOR MENYAPA Nasionalisme

6

SURAT PEMBACA

39-45

BERITA UNY Meraih Silver Medal IRIISE 2018 ∫ SPMI Menjadi Perhatian dan Penekanan di UNY ∫ UNY Jajaki Kerjasama Dengan Djarum Foundation ∫ Hadapi Era Disrupsi Mindset Mahasiswa Harus Diubah

8-28

LAPORAN UTAMA Gelar Seminar, Helat Prestasi ∫ Tulisan Terbit di Jurnal? Belum Tentu Terindeks Scopus

46-49

SOSOK Afif Ghurub Bestari Gembira dalam Karnaval

54

RESENSI Hiburan Anak Zaman Now yang Menampar

55 BINA ROHANI Makna Peringatan Kemerdekaan Bagi Umat Islam

56-57 CERPEN Hikayat Perahu

50-53

Opini Mahasiswa Baru dan Budaya Belajar Baru

58

PUISI ∫ POJOK GELITIK


Rektor Menyapa Prof. Dr. SUTRISNA WIBAWA, M.Pd. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta ¬ Guru Besar Bidang Pendidikan Bahasa Jawa dan Filsafat Jawa Fakultas Bahasa dan Seni UNY

Nasionalisme

S

aat Perayaan HUT ke-73 Kemer­ dekaan RI, bangsa ini dihadap­ kan pada tiga momen spesial. Pertama, kemenangan gemilang Tim U-16 melawan Thailand, kedua, pesta demokrasi proses pemilih­ an Presiden-Wakil Presiden, dan ketiga, Asian Games XVIII Jakarta-Palembang. Ketiga momen ini tidak hanya menyedot perhatian publik, namun jauh lebih pen­ ting adalah ketiganya mampu membang­ kitkan nilai-nilai nasionalisme dan hero­ isme anak bangsa. Pertama, kemenangan gemilang Tim Nasional U-16 atas Thailand. Bagi Indo­ nesia, meraih Juara Piala AFF U-16 adalah prestasi terbaik sepanjang sejarah, terlebih mengalahkan Thailand yang telah tiga ka­ li meraih juara Piala AFF U-16. Menarikn­ ya, kemenangan adu pinalti ini seketika membangkitkan nasionalisme anak bang­ sa. Seisi Stadion Gelora Delta Sidoarjo seke­ tika menjadi lautan merah putih. Kedua, Pesta Demokrasi proses pemili­ han Presiden-Wakil Presiden. Proses pen­ gumuman Calon Presiden-Wakil Presiden mampu menyedot jutaan mata dan telinga anak bangsa. Selain menghadirkan calon wakil presiden yang tak terduga, proses ini mampu menampik isu disintegrasi. Semua calon bersepakat untuk sama-sama meray­ akan Pilpres dengan riang gembira, men­ junjung tinggi nilai-nilai kebangsaan, dan menjauhkan dari sifat permusuhan dan isu-isu SARA. Ketiga, Asian Games XVIII Jakar­ ta-Palembang. Pesta olahraga terbesar Asia ini akan dimulai sehari setelah bangsa In­ donesia merayakan HUT Kemerdekaann­ ya. Sebagai tuan rumah tentu kita tak han­ ya sekadar menjadi pelayan terbaik dalam menyambut tamu-tamu agung, namun im­ pian untuk menjadi juara adalah hal yang wajar. Setidaknya Presiden RI, Joko Wido­ do, menargetkan Indonesia bisa masuk 10 besar. Dari sisi penyambutan, tuan rumah

rasanya sudah cukup siap. Segenap pik­ iran dan tenaga sudah banyak dicurah­ kan. Bahkan, Jakarta dan juga Palembang telah merias wajah kotanya, sehingga ber­ beda dengan bulan-bulan sebelumnya. Dari sisi promosi, menjelang perayaan Asian Games instansi pemerintah, BUMN teru­ tama di Jakarta dan Palembang memasang logo Asian Games di baliho besar ataupun media-media iklan lainnya. Demikian haln­ ya instansi swasta tidak ketinggalan mem­ promosikan Asian Games XVIII. Tentu kita bersyukur atas tiga rentetan peristiwa di atas. Betapa tidak, pasca Pil­ pres 2014 dan Pilkada DKI Jakarta nilainilai keindonesiaan makin menipis. Se­ bagian anak bangsa saling menyerang di dunia maya hanya karena perbedaan poli­ tik dan dukungan. Namun, seiring perjala­ nan waktu hingga pemilihan calon presid­ en dan calon wakil presiden 2019-2024, kita bersyukur rasa permusuhan dan caci maki lambat laun mulai menipis. Isu-isu SARA di media sosial telah berkurang, berganti den­ gan isu-isu seputar latar belakang ataupun program dan gagasan masing-masing calon Presiden dan calon Wakil Presiden RI. Saya berharap semoga narasi ini terus dihidup­ kan untuk menghasilkan demokrasi yang berkualitas dan membangkitkan nilai-nilai nasionalisme Indonesia. Di tengah kegembiraan akan bangkitn­ ya nasionalisme Indonesia, kita juga meras­ akan duka mendalam pada saudara-sau­ dara sebangsa setanah air di Lombok dan Bali. Pasca gempa bumi berkekuatan 7 SR, hingga 14 agustus 2018, menurut Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Infor­ masi dan Humas BNPB, telah mengakibat­ kan 553 sekolah rusak dan sekitar 436 jiwa yang meninggal dunia. Angka ini diyakini akan terus bertambah. Di tengah kesedihan mendalam terse­ but, kita bersyukur seluruh anak bang­ sa dari Sabang sampai Merauke terketuk untuk bergerak bersama membantu sau­

dara-saudara di Lombok dan juga Bali. Ban­ tuan mengalir dalam bentuk pakaian, sem­ bako, uang, pemulihan psikologis, medis, tenda-tenda sekolah, dan berbagai bantu­ an lainnya. Tak kalah heroiknya, instan­ si pemerintah maupun swasta, termasuk UNY, mengirim relawan gempa untuk ber­ sama-sama memulihkan tanah Lombok dan juga Bali. Di sana tanpa identitas agama, suku, latar belakang, mereka saling menyatu, bahu membahu meringankan beban sau­ dara-saudara sebangsa dan setanah air. Suasana kegalauan dan kesedihan bisa menjadi keriangan bersama dalam wajah merah putih. Itulah kekuatan bangsa In­ donesia. Dalam lintasan sejarah bencana alam, sikap tolong-menolong sesungguh­ nya bukanlah hal baru. Kasus Lombok dan Bali yang momentumnya di bulan Agustus dan bertepatan dengan pendaftaran Ca­ pres-Wapres membuat ikatan-ikatan kein­ donesiaan sungguh sangat berarti. Sebelum upacara Asian Games XVI­ II belum dihelat, pada Minggu (12/8) Ba­ bak Penyisihan Group A Sepakbola sudah dimulai. Hebatnya, tim nasional Indonesia mampu menggilas China Taipeh 4 gol tan­ pa balas. Momentum ini memberi api se­ mangat baru bagi Indonesia untuk terus berjuang dan berkorban, serta menyadari bahwa sesungguhnya kerja keras dan pen­ gorbanan mampu membalikkan keadaan. Sebelumnya, Juli 2018 api semangat juga telah dinyalakan pula oleh salah satu atlet kebanggaan Indonesia, Muhammad Zohri. Betapa tidak, atlet yang tidak diperhitung­ kan ini mampu menjadi juara dunia atletik U-20 di Finlandia. Kini Zohri bersiap kem­ bali berjuang di lintasan lari momen Asian Games XVIII. Akhirnya, saya mengucapkan selamat HUT ke-73 Republik Indonesia. Marilah hia­si­momen ini dengan ketulusan dan k­er­ j­a keras. Karena, Kerja Kita Prestasi Bang­ sa.  P E WA R A D I N A M I K A AG U S T U S 2 0 1 8 5


 S U R AT P E M B A C A

DOK. UPT LBK UNY

Kejahatan bisa terjadi di mana saja dan kapan saja. Entah itu di tempat yang sepi maupun di tengah keramaian di saat kita lengah. Para pelaku tindak kejahatan bisa dengan cermat memanfaatkan kesempatan sesempit apapun untuk meloloskan niat mereka. Oleh karena itu, kewaspadaan perlu selalu kita tingkatkan. Di era teknologi seperti sekarang, banyak sekali peralatan praktikal yang bisa mendukung kita untuk menjaga keamanan lingkungan. Salah satunya adalah dengan memasang CCTV (Close Circuit Television) di lingkungan sekitar kita.

Oleh ARNETA Mahasiswi UNY

DENGAN ADANYA CCTV, maka kita bisa mengamati apa saja yang terjadi di sekitar lingkungan kita yang terpantau kamera CCTV meskipun dari jarak jauh. Kita hanya perlu memantau dari monitor, atau memutar ulang rekaman video yang tertangkap kamera. Universitas Negeri Yogyakarta telah berusaha semaksimal mungkin dalam menjaga keamanan di pelbagai fasilitas-

fasilitas pendidikannya. Hal yang paling mencolok, misalnya, adanya penjaga di setiap area parkir serta tanda peringatan di musala supaya meletakkan tas pada tempat yang terlihat. Namun, ada kalanya human error serta kesempatan yang luput dari perhatian menjadi celah sempit yang dimanfaatkan para pelaku kejahatan. Tindak kejahatan yang kadang terjadi di lingkungan kampus beragam. Sebut saja pencurian helm, pencurian tas di lingkungan

6 P E WA R A D I N A M I K A AG U S T U S 2 0 1 8

masjid atau musala, atau bahkan pencurian motor. Hal ini tentu saja mengusik rasa aman sekaligus kenyamanan dalam belajar di kampus Karangmalang. Oleh karena itu, saya rasa pemasangan CCTV di titik-

titik tertentu pada tiap fakultas maupun gedung-gedung UNY lainnya perlu diperbanyak. Tujuannya selain meningkatkan rasa aman, juga supaya pihak keamanan bisa memantau lebih jelas dari berbagai sudut tanpa harus berada di tempat tersebut. Selain memantau keamanan di area seputar kampus, pengadaan CCTV juga bisa dimanfaatkan secara maksimal untuk membantu penertiban kendaraan. CCTV dapat memantau kendaraan yang diparkir sembarangan tanpa diketahui pemiliknya agar UNY tampak lebih rapi dan tertib. Diharapkan dengan adanya CCTV di berbagai wilayah kampus, pihak keamanan dan pihak terkait di kampus dapat memantau secara cermat setiap lingkungan yang rawan terjadi kejahatan. Kampus akan lebih aman dan nyaman, terutama pada waktu-waktu yang rawan terjadinya kejahatan.

Redaksi menerima tulisan untuk rubrik Bina Rohani (panjang tulisan 500 kata), Cerpen (1000 kata), Opini (900 ka­ta), Puisi/Geguritan/Tembang (minimal dua judul), dan Resensi Media (500 kata). Tulisan harus dilengkapi de­ngan iden­ti­tas yang jelas, nomor yang bisa dihubungi, pasfoto (khusus Opini), serta keterangan dan sampul media (khu­sus Re­sen­si Media). Tulisan dikirim me­la­lui pewaradinamika@uny.ac.id atau langsung ke kan­tor Humas UNY. Bagi yang dimuat, ho­nor dapat diambil di kantor Humas Universitas Negeri Yogyakarta.


T I P S -T I P S

GARDENCOCKTAILS.CO

Oleh DEDI H. Pegiat Agrikultur

R

ambutan adalah jenis buah tropis yang banyak disukai. Pohonnya tinggi dengan daun yang lebat. Rambutan juga mudah ditanam dengan menggunakan biji buahnya. Jika anda ingin membeli buah rambutan, pilihlah yang masih segar dengan warna kulit yang masih terlihat cerah, serta rambut-rambut yang menyelimuti kulitnya juga tidak terlihat kering kecoklatan. Jangan pernah memilih rambutan yang terlihat memar , alasannya yaitu mampu jadi itu yaitu tanda kalau buah telah rusak atau terlalu masak. Buah yang masih segar dapat disimpan dalam suhu ruangan selama beberapa hari. Sedangkan bila ingin memperpanjang masa penyimpanan , anda dapat menyimpannya di kulkas dengan menggunakan kantong kertas atau kantong plastik yang berlubang. Ada banyak cara untuk makan buah yang mempunyai kandungan nutrisi yang cukup istimewa ini. Berikut beberapa

Tips dan Manfaat Buah Rambutan cara mengkonsumsi buah rambutan yang paling umum: (1) Buah rambutan dapat dikonsumsi pribadi sebagai camilan. (2) Dapat dijadikan sebagai campuran dalam salad buah. (3) Juga enak bila dicampur dengan selai dan jelly. (4) Buah rambutan juga merupakan pilihan yang baik sebagai pencuci lisan dan dapat digunakan sebagai campuran dalam smoothies dan koktail. Kandungan Buah Rambutan: (1) Buah rambutan memiliki kandungan karbohidrat sehingga dapat menjadi buah pemberi sumber energi. (2) Buah rambutan memiliki kandungan protein sehingga dapat mengganti kerusakan sel yang rusak dan sel mati menjadi sel-sel yang baru. (3) Buah rambutan memiliki kan­ dungan serat pangan sehingga dapat melancarkan sistem

pencernaan saat hendak buang air besar. (4) Kandungan vitamin A sebagai vitamin larut air ada dalam buah rambutan sehingga dapat menyehatkan mata. (5) Kandungan vitamin C sebagai vitamin larut air yang akan memberikan antioksidan bagi tubuh. (6) Kekayaan sumber mi­ ne­ral buah rambutan terdi­ri dari kalsium, zat besi, fosfor, niacin, potassium, zinc, magnesium. Selain buahnya, anda juga dapat menggunakan daun, daging buah, dan biji rambutan sebagai perawatan kulit, rambut, dan untuk mengobati beberapa penyakit.

1

Untuk Perawatan Kulit. Biji rambutan dapat dimakan mentah ataupun dihaluskan dan dioleskan ke seluruh kulit. Fungsinya yaitu untuk membantu meratakan warna kulit , melembutkan , dan menyehatkan.

2

Untuk Perawatan Rambut. Ambil daun rambutan secukupnya , campurkan

dengan air , lalu remas-remas untuk mengeluarkan sarinya. Saring dengan kain bersih untuk diambil sarinya saja. Oleskan sari dari daun rambutan ini di kulit kepala yang lembap dikala anda mandi , biarkan beberapa dikala , lalu bilas dengan air hingga bersih. Fungsinya yaitu untuk membuat akar rambut menjadi lebih berpengaruh dan memacu pertumbuhan rambut.

3

Untuk Mengobati Diabetes. Ambil biji rambutan 5 buah , bakar diatas api , lalu giling hingga halus. Campurkan debu biji rambutan dengan segelas air dan pribadi diminum. Lakukan ini setiap hari untuk mengontrol kadar gula darah.

4

Untuk Mengobati Demam. Ambil daun rambutan yang telah dikeringkan kira-kira 15 gr. Rebus daun kering tersebut dengan 3 gelas air , biarkan hingga mendidih lalu angkat. Setelah air rebusan hambar , saring dan minum air rebusan tersebut. Lakukan 3 kali sehari untuk mengobati demam. P E WA R A D I N A M I K A AG U S T U S 2 0 1 8 7


Laporan Utama

8 P E WA R A D I N A M I K A AG U S T U S 2 0 1 8


Laporan Utama

KIBAR PRESTASI MAHASISWA

S

GOR UNY selalu rutin menampung gegap gempita penyambutan mahasiswa baru. Tiap tahunnya penyelenggaraan akbar tersebut dihelat, tempat itu didandani sedemikian rupa demi menampung lebih dari seribu anak muda dari seluruh negeri yang hendak menimba ilmu di Kota Pelajar. PKKMB (Pengenalan Kehidupan Kampus Bagi Mahasiswa Baru) merupakan starting point tempat anak muda menanggalkan seragam untuk secara resmi melangkah menuju jenjang pendidikan selanjutnya. Namun, PKKMB bukan hanya sekadar selebrasi. Ia juga merupakan inisiasi. Para mahasiswa baru itu dibaiat sebagai civitas akademika UNY untuk mampu memberikan sumbangsihnya sekecil apapun kepada lembaga. Prestasi menjadi salah satunya. Dinobatkan sebagai LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) nomor 1 pada tahun 2018 oleh Kemristekdikti menggarisbawahi bahwa UNY tak cuma lempar nama dan visi misi, tapi juga bukti nyata berupa prestasi. Hal ini diapresiasi dalam tiap kesempatan kontestasi yang diikuti oleh civitas akademika di belantara dunia, bukan cuma di dalam negeri. Paduan Suara Swara Wardhana, tim gitar klasik Nocturnal Guitar Quartet dari FBS, Orkestra Musik Angklung Melulu, tim formula Garuda UNY Racing Team, tim Karnaval FT UNY, Kamilia Lituhayu, serta 17 mahasiswa FIK UNY dengan kiprahnya di Asian Games punya cerita masing-masing dalam menggaet buntalan gemuk prestasi. Keberhasilan mereka tak hanya mengobarkan semangat juang tinggi tapi juga sebagai cerminan betapa berbakatnya insan muda yang dimiliki UNY. Kerjasama seluruh elemen civitas akademika menjadi faktor. Segala pelatihan serta seminar terus digeber demi meningkatkan ketercapaian akademik dan nonakademik. Gemilang prestasi ini diharapkan mampu mengantarkan UNY menjadi World Class University yang paripurna. NUNGGAL SERA P E WA R A D I N A M I K A AG U S T U S 2 0 1 8 9


Laporan Utama

Gelar Seminar, Helat Prestasi

28 Seminar yang dihelat UNY tahun ini bukannya tanpa maksud. Pengembangan prestasi sekaligus terus mendorong peningkatan artikel civitas yang terindeks Scopus, menjadi asa di baliknya.

Oleh ILHAM DARY ATHALLAH Editor BUDI MULYONO

A

palah arti sebuah nama? Tanya Shakespeare, sembari meyakini bahwa bunga mawar tetaplah berbau wangi walaupun tak dinamai demikian. Layaknya dikisahkan Basikin yang juga Dosen di Pendidikan Bahasa Inggris dan Sekretaris Eksekutif UNY, jika Shakespeare masih hidup hari ini, kata-kata bijak miliknya tersebut bisa dijadikan pertanyaan yang menggelitik para civitas: Apa yang dicari-cari UNY dalam target jurnal terindeks Scopus? Toh sebuah ungkapan atas pemikiran, ide, dan gagasan, jika merunut pada logika demikian, juga tetaplah suatu hal yang mulia. Apapun mediumnya, walau tak dimuat dalam jurnal yang terindeks Scopus. Basikin kemudian menekankan bahwa alasan UNY menggiatkan Scopus adalah tentang kebermanfaatan dan kemaslahatan bagi sesama. Sebuah pemikiran yang dituliskan dalam jurnal internasional menurutnya, terlebih lagi yang terindeks Scopus, akan membuat pemikiran tersebut menjadi diskursus serta diskusi kelompok epistemik yang ekspertis di bidangnya. Sejalan dengan pandangan tersebut, Prof Margana selaku Wakil Rektor I UNY kemudian menekankan bahwa ilmu pengetahuan akan terus berkembang dari impact factor yang ditimbulkan oleh artikel-artikel ilmiah tersebut. Dari bagaimana sebuah ide dijawab, disokong, bahkan dikritisi, dengan ide dari pemikir lain yang kemudian saling memperbaiki dan melengkapi. “Sehingga dari situlah, apalagi Dikti 10 P E WA R A D I N A M I K A AG U S T U S 2 0 1 8

ARIF / HUMAS

juga mengejar Scopus, kita sebagai kelompok akademik tidak boleh alpa untuk ikut serta dalam proses pengembangan keilmuan ini. Kalau nggak ya, ketinggalan tho kita,” ungkap Prof. Burhan Nurgiyantoro, Kepala Pusat Berkala Ilmiah UNY, mengamini pendapat kedua sosok diatas.

REKTOR UNY DALAM PEMBUKAAN KONFERENSI INTERNASIONAL

Seraya menegaskan bahwa soraksorai untuk mengejar Scopus yang ada saat ini di UNY bukanlah sekadar euforia, tapi berlandaskan perjuangan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan berbasis kecendekiaan yang telah lama dirintis UNY. Menghelat 28 Seminar Internasional, kemudian menjadi salah satu wahananya.

Sorak-sorai untuk mengejar Scopus bukanlah sekadar euforia, tapi berlandaskan perjuangan untuk mengembangkan ilmu.

Memudahkan Dosen Mengikuti Seminar Salah satu langkah menjadikan seminar internasional sebagai wahana menabur ilmu pengetahuan, terletak pada kemampuannya mendorong penerbitan prosiding terindeks Scopus. Prosiding adalah artikel-artikel yang dipaparkan dalam seminar internasional, dan kemudian dibukukan serta termuat dalam Scopus. Untuk menambah prosiding terindeks ini, UNY juga menggelar beragam seminar internasional on the spot di kampus. Sehingga para akademisi UNY dapat memaparkan tulisannya di hadapan publik, dan bersaing dengan akademisi dari penjuru dunia yang juga hadir dalam seminar tersebut. “Jadi seminar sebagai momentum. Mahasiswa kita, dosen kita, langsung memaparkan idenya di UNY on the spot,” ungkap Margana. Dalam Seminar 4th International Conference on Research, Implementation and Education of Mathematics and Science (ICRIEMS), misalnya. Seminar yang digelar FMIPA UNY selama dua hari tersebut, diungkapkan oleh Margana, menghasilkan 17 artikel prosiding dari civitas UNY yang terindeks Scopus. Selama tahun 2017 dan 2018, UNY juga menjadi tuan rumah konferensi internasional The Association of Teachers of English as Foreign Language (TEFL) dan Teachers of English as Foreign Language in Indonesia (TEFLIN), yang sedang dalam proses untuk mempublikasikan seratus arikel prosiding terindeks Scopus. Walaupun belum diketahui berapa jumlah artikel yang akan berasal dari karya civitas UNY.


Laporan Utama

ARIF / HUMAS

“Bulan-bulan selanjutnya juga masih ada seminar internasionalnya Pascasarjana (ISSE dan ICTVT), FIP (InCoTEPD), FBS (ICollate), FIS (ICSSED). Dari INCoTEPD saja, kita mentarget civitas kita untuk 65 artikel prosiding terindeks scopus. Kita fasilitasi biaya pembayaran, pendaftaran, dan insentif. Walau tetap kita kompetitif, tidak mentangmentang seminar yang gelar UNY, artikel jurnalnya dari UNY semua. Kalau jelek ya tidak lolos,” tegas Margana. Di samping itu, UNY juga mengakomodasi para civitasnya yang hendak menjadi pemakalah dalam seminar internasional yang digelar di luar negeri. Seluruh biaya mulai dari pendaftaran, tiket pesawat, dan uang saku, akan diberikan UNY dalam bentuk perjalanan dinas “Tapi harus jadi pemakalah, bukan cuma mendengarkan saja," kata Prof. Edi Purwanto, Wakil Rektor II UNY. Lebih Murah dari Mengirim Delegasi Ke Luar Negeri Akan tetapi, untuk biaya pengiriman delegasi yang diungkapkan Edi tersebut, biaya yang harus

KONFERENSI INTERNASIONAL MERUPAKAN SALAH SATU CARA UNY DALAM MENGASAH SOFT SKILL DAN MELANGGENGKAN SILATURAHMI ANTAR PENGGIAT PENDIDIKAN

dikeluarkan UNY ternyata relatif tinggi dibanding menggelar seminar sendiri. Kembali ke tujuan untuk mendorong dosen UNY menulis, kalau mengirim keluar, Edi mengungkapkan bahwa universitas tidak memiliki fleksibiltas dari biaya dan waktu. Katakanlah misal, kita punya target mencetak 100 artikel jurnal terindeks Scopus. Maka kita harus mengirimkan 100 dosen itu ke luar negeri, lengkap dengan mengurus segala perizinan, tiket pesawat, akomodasi, biaya seminar, dan lain-lain. Basikin yang juga berperan sebagai anggota Tim Asistensi Jurnal Ilmiah dan Tim Asistensi Konferensi

Tidak mentang-mentang seminar yang gelar UNY, artikel jurnalnya dari UNY semua. Kalau jelek ya tidak lolos."

Internasional Terindeks Scopus, memang mengaku belum mengetahui secara spesifik angkanya. Akan tetapi, ia mengamini pendapat tersebut dan memandang bahwa secara kasar biaya pengiriman delegasi akan memiliki nominal yang relatif besar. Terlebih jadwal dan deadline-nya tidak fleksibel. Jika kita menggelar seminar sendiri, kita bisa siasati waktu-waktu dimana dosen memiliki waktu senggang. Seminar ICERI dan beberapa seminar lain misalnya, digelar SeptemberOktober. Itu karena dosen sudah menggunakan waktu liburan kuliah, untuk menulis. Sehingga di awal tahun ajaran bisa langsung menseminarkan artikelnya. “Sehingga kalau kita seminar di luar negeri, mau tidak mau kita ikut jadwal mereka terus. Disamping faktor tadi, bahwa kita harus membayar fee yang tidak sedikit. Menggelar seminar sendiri, di UNY, dan di Yogyakarta, ini relatif efisien dan menunjukkan bahwa kita juga memiliki repurtasi dan kemampuan akademik yang baik,” pungkas Basikin. P E WA R A D I N A M I K A AG U S T U S 2 0 1 8 11


Laporan Utama

Terus Jaga Kualitas Seminar Seminar biasa digelar paling lama seminggu. Namun persiapan dibaliknya, bisa berbulan-bulan. Proses pencarian pembicara, publisher, hingga merencanakan dan menyelenggarakan seminar internasional, diperhatikan betul demi menjadikannya Center of Excellence. Oleh ILHAM DARY ATHALLAH Editor BUDI MULYONO

D

i sela-sela gelaran Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) yang dihelat akhir Agustus, Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek Dikti, Prof. dr Ali Ghufron Mukti, banyak berkisah. Salah satunya, mendalami bagaimana inovasi dan universitas yang ideal di masa mendatang. Menurut Ghufron, universitas yang baik ialah universitas yang memahami bahwa dirinya bukanlah sebagai tempat mencetak agen perubahan, melainkan tempat membentuk agen yang mampu mengubah budaya dan karakter bangsa. Karakter yang baik sangat dibutuhkan oleh setiap perguruan tinggi di Indonesia sebagai bekal menghadapi zaman yang terus bergerak maju. Selama ini bentuk menghadapi perubahan ialah dengan melaksanakan pembangunan dan membenahi infrastruktur yang ada. Namun, langkah tersebut masih dikatakan belum ideal. Prof. Ghufron menyampaikan pesan kepada seluruh civitas akademika Indonesia, bahwa memikirkan cara untuk membangun kualitas pembelajaran adalah penting hakikatnya. Agar suatu nanti, mahasiswa yang berhasil dicetak Untirta merupakan mahasiswa berintegritas, moral, dan berkarakter unggul yang mampu berdaya saing, baik di tingkat nasional maupun internasional. Tidak hanya berpesan tentang pembangunan, Prof. Ghufron juga menyinggung bagaimana sebaiknya dosen senantiasa bekerja dengan pendekatan kultur disiplin dan kerja keras. Sebagai seorang pendidik, tugas seorang dosen dapat dikatakan 12 P E WA R A D I N A M I K A AG U S T U S 2 0 1 8

ganda. Selain mendidik, dosen juga dituntut mengabdi. Hal ini akan dengan mudah dilakukan apabila seorang dosen mampu bekerja secara cerdas, tuntas, dan ikhlas, tanpa mengabaikan kultur disiplin. Ketiga hal tersebut sangat dibutuhkan oleh seorang dosen agar bisa mencetak mahasiswa unggul dan mampu mengubah iklim akademik di kampusnya menjadi lebih berdaya saing. Inilah yang disebut Ali, sebagai perwujudan kampus sebagai center of excellence. “Setiap kampus memiliki kesempatan untuk bisa bersaing di tingkat internasional, asal segenap civitas akademika di kampus itu serius mengejar hal tersebut. Termasuk dan tak terkecuali, mengejar publikasi dan kontribusi bagi keilmuan,� tuturnya. Kontribusi bagi keilmuan melalui nilai-nilai center of excellence, diyakini Basikin selaku Sekretaris Eksekutif UNY, sudah selayaknya berlaku dalam segala aspek. Termasuk, menjamin gelaran seminar yang dihelat universitas ini berlangsung dengan baik. Ditengah gelaran 28 seminar internasional pada tahun ini, setiap diantaranya harus terus didorong untuk terjamin kualitasnya. Dengan cara menjamin proses pencarian pembicara,

UNY berupaya memfasilitasi publikasi ilmiah melalui berbagai program, di antaranya bantuan untuk mengikuti seminar di dalam dan luar negeri.

publisher, hingga perencanakan dan penyelenggaraan yang sesuai dengan nilai-nilai kualitas tersebut. “Sesuatu yang dihasilkan dengan baik dan maksimal, nantinya akan menghasilkan keluaran yang maksimal pula. Semua Demi dihasilkannya kebermanfaatan dan sumbangan pemikiran yang lebih luas bagi bangsa,� tukas Basikin. Proses Perencanaan Seminar Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) berupaya untuk mencapai visinya sebagai Universitas Kependidikan Kelas Dunia (UKKD) pada tahun 2025. Untuk mencapai visi ini, UNY telah menyusun rencana pengembangan yang digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan kegiatan di UNY. Perencanaan seminar sebagai kegiatan yang terkait dengan penelitian dan publikasi ilmiah, baik yang dilakukan oleh dosen maupun mahasiswa, menjadi salah satunya. Diungkapkan oleh Basikin, penelitian yang dilakukan oleh dosen UNY selama ini tidak hanya mendapat dukungan dana dari Kemenristekdikti tetapi juga dari UNY. Kedua sumber dana ini terdistribusi melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) secara terpusat, maupun perluasan di Fakultas dan Program Pascasarjana (PPs). Namun hingga saat ini publikasi ilmiah dosen UNY dalam jurnal internasional atau proceeding internasional terindeks berjumlah relatif masih rendah. Sehingga sebagai upaya untuk mewadahi publikasi dosen dan mahasiswa, UNY berupaya memfasilitasi publikasi melalui berbagai program, di antaranya bantuan untuk mengikuti seminar di dalam negeri, bantuan untuk mengikuti seminar di luar


Laporan Utama

ARIF / HUMAS

negeri, insentif artikel jurnal, serta insentif artikel proceeding yang terindeks oleh lembaga pengindeks internasional (Scopus, ThomsonReuters, dll). Tahun 2018 UNY berupaya untuk memberi penguatan kepada Jurusan agar mampu menyelenggarakan seminar internasional yang terindeks oleh lembaga pengindeks artikel internasional terutama Scopus. Untuk mendukung upaya itu, UNY mengalokasikan anggaran yang ditujukan kepada jurusan (secara kompetitif ) untuk menyelenggarakan seminar internasional. Perencanaan yang matang dan disiapkan secara komprehensif, akan memastikan seminar tergelar dengan baik. Sekaligus, memenuhi tujuan yang dikehendaki UNY. Yaitu meningkatkan jumlah publikasi

SEMINAR INTERNASIONAL SEBAGAI UPAYA MERUNCINGKAN KEILMUAN CIVITAS AKADEMIKA UNY

ilmiah terindeks Scopus yang ditulis oleh dosen dan mahasiswa UNY, serta meningkatkan kemampuan jurusan dalam mengelola seminar internasional dengan mengundang narasumber berkualitas dari seluruh dunia. “Itulah mengapa salah satu pertimbangan kita, seminar internasional juga harus bisa digelar oleh UNY. Kembali ke tujuan untuk

Kembali ke tujuan untuk mendorong dosen kita menulis, sekaligus meningkatkan kualitas sekaligus reputasi sebagai lembaga akademik."

mendorong dosen kita menulis, sekaligus meningkatkan kualitas sekaligus reputasi sebagai lembaga akademik,� ungkap Basikin. Guna mengatur proses perencanaan seminar, UNY telah memiliki panduan bantuan penyelenggaraan seminar internasional terindeks Scopus bagi jurusan di UNY untuk tahun anggaran 2018. Dari hasil prosesnya, UNY mengalokasikan anggaran program bantuan penyelenggaraan seminar internasional ini sebanyak Rp.1.500.000.000 untuk diakses oleh 15 (lima belas) jurusan, dengan besaran bantuan setiap seminar internasional sebanyak Rp.100.000.000 (seratus juta rupiah). Yang harus dilakukan dalam proses perencanaan seminar di UNY, yang pertama adalah penyerahan proposal ke bidang IV. Diungkapkan P E WA R A D I N A M I K A AG U S T U S 2 0 1 8 13


Laporan Utama

oleh Senam selaku Wakil Rektor IV, penulisan proposal bantuan seminar internasional harus menggambarkan secara utuh gelaran seminar. Diantaranya: 1) pendahuluan berisi rasionalitas, tema, tujuan, dan manfaat kegiatan, 2) mekanisme pelaksanaan seminar internasional mencakup waktu, tempat, narasumber,topik, serta target peserta, 3) Penerimaan dan penyeleksi artikel termasuk daftar reviewer, 4) jadwal kegiatan lengkap dengan rencana anggaran biaya dan susunan kepanitiaan, dan 5) rencana keberlanjutan kegiatan Kemampuan panitia untuk menyelenggarakan seminar internasional yang kredibel yang ditunjukkan dengan memberi gambaran pelaksanaan kegiatan yang meliputi: 1) Gambaran bahwa academic reviewer berasal dari beberapa negara; 2) Gambaran bahwa seminar akan diikuti oleh peserta dari berbagai negara; 3) Gambaran bahwa panitia seminar akan mengundang minimal 3 pembicara kunci (keynote speakers) dari 3 negara yang berbeda yang salah satunya dari UNY; 4) Bahasa 14 P E WA R A D I N A M I K A AG U S T U S 2 0 1 8

pengantar dan artikel yang diterima menggunakan bahasa resmi PBB (Inggris, Perancis, China, Arab, atau Rusia); juga menjadi penting untuk memastikan kualitas dari seminar yang ada digelar.

REKTOR UNY BERSAMA DENGAN PEMBICARA KONFERENSI INTERNASIONAL INDOPED

Pemberian bantuan penyelenggaraan seminar internasional terindeks tersebut kemudian, akan dinilai dari prospek yang dapat terbaca dari proposal. Basisnya adalah kompetitif, sehingga yang terbaiklah yang akan diberikan bantuan penyelenggaraan. Dan pada umumnya, seminarseminar yang akhirnya tergelar adalah mereka yang memperoleh bantuan.

Pemberian bantuan penyelenggaraan seminar internasional terindeks tersebut kemudian, akan dinilai dari prospek yang dapat terbaca dari proposal.

“Kalau tidak ada bantuan, sulit juga memang menggelar seminar. Oleh karenanya, yang kami tekankan adalah rencana keberlanjutan kegiatan. Ini juga terkait kepada penerimaan artikel dalam pengindeks Scopus. Kalau kegiatan tidak berlanjut, proses pengindeksan jadi makin sulit,� ungkap Senam. Proses Mengundang Pembicara dan Reviewer Dalam perencanaan proposal, nama pembicara pada umumnya telah dicantumkan. Oleh karenanya, layaknya diungkapkan Basikin, proses mengundang pembicara sudah dimulai sebelum proposal bahkan disetujui. Alasannya, guna memastikan bahwa jika kelak seminar benar-benar terselenggara, pembicara sudah siap dan tersedia pada tanggal seminar yang ditetapkan. Termasuk, mereka yang akan menjadi reviewer. Pada umumnya, pembicara panel juga akan bertindak sebagai reviewer. “Kan tidak mungkin kita mengubha tanggal seminar hanya karena pembicara berhalangan hadir. Oleh


Laporan Utama

ARIF / HUMAS

karenanya, koordinasi bahkan sebelum proposal konferensi itu dibuat sangat penting. Setidaknya mereka sudah dihubungi, sehingga dalam proposal atau pamflet ditulis “on confirmation” (pembicara menunggu konfirmasi,” tutur Basikin. Basikin mengungkapkan bahwa strategi mengundang pembicara, pada umumnya dilakukan setelah rapat-rapat persiapan. Utamanya setelah tema ditentukan, maka pembicara kunci (keynote speaker) maupun pembicara panel (plenary speaker) dapat segera dihubungi. Sebagai siasat dan strategi mengundang pembicara yang efektif, mereka yang kita hubungi untuk pertama kali bisa saja dari sosok yang telah dikenal penyelenggara seminar. Atau, sosok yang pernah hadir sebagai pembicara atau peserta di konferensi yang UNY gelar, ataupun dari kampus-kampus luar negeri yang telah menjalin kerjasama dengan UNY. Koneksi dan persahabatan yang sudah cukup intens diantara UNY sebagai penyelenggara dengan calon

pembicara, akan memudahkan persetujuan dari mereka. Selain itu, pembicara yang akan diundang bisa juga dicari dari pembicara kredibel yang sudah pernah mengisi seminar di Indonesia utamanya di Yogyakarta. Terlepas dari walaupun seminar tersebut terafiliasi dengan UNY. Strategi ini juga cukup ampuh karena walaupun kita belum mengenal mereka, tapi sudah ada kedekatan hati dengan Indonesia. Sedangkan langkah terakhir yang dapat ditempuh, adalah mengundang speaker dan scholar yang memiliki

Pembicara yang akan diundang bisa juga dicari dari pembicara kredibel yang pernah mengisi seminar di Indonesia, utamanya di Yogyakarta. Terlepas dari walaupun seminar tersebut terafiliasi dengan UNY.

repurtasi internasional dengan cara menilik kontribusi keilmuan mereka secara pemeringkatan. Bisa melalui pemeringkatan QS atau Google Scholar layaknya yang sedang diupayakan UNY, untuk menilik pembicara mana yang artikelnya substantif dan paling banyak disitasi, ataupun pemikiran pembaharu mereka yang mungkin memiliki kontribusi menarik untuk kita dalami lebih lanjut dalam seminar. Pemikiran-pemikiran itu, tentunya bisa kita baca dalam artikel yang telah mereka publikasikan dalam artikel jurnal terindeks internasional. “Walaupun, cara ini lebih sulit. Belum tentu mereka mau ke Indonesia. Apalagi mereka yang berepurtasi tinggi, kalau kita menggelarnya seminar dipublikasikan sekedar di kuartil 3 atau kuartil 4, itu dianggap tidak level. Bahkan bisa membunuh karir mereka,” tutur Basikin. Setelah pembicara ditemukan, barulah asistensi untuk hubungan lebih lanjut dengan mereka dapat dilakukan oleh para panitia bersama dengan tim Asistensi Jurnal Ilmiah P E WA R A D I N A M I K A AG U S T U S 2 0 1 8 15


Laporan Utama

ARIF / HUMAS

dan Tim Asistensi Konferensi Internasional Internasional Terindeks Scopus. Termasuk, merumuskan kontrak dan akomodasi sang pembicara seperti tiket pulang pergi penerbangan dan hotel tempat mereka akan menginap. Nantinya jika kedua belah pihak telah mencapai kata setuju, pembicara sebagai narasumber maupun reviewer akan menandatangani surat kesediaan hadir dan terlibat dalam seminar yang diselenggarakan. Surat ini nantinya akan dilampirkan dalam proposal pengusulan dana “Bila belum ada, (surat) dapat diganti surat pernyataan kesanggupan dari Ketua jurusan untuk mengadakan leaflet kegiatan dan surat kesediaan. Intinya surat tersebut sebagai finalisasi bahwa pembicara sudah siap,” pungkas Basikin. Prosedur Memilih dan Bekerjasama dengan Publisher Proses konferensi dalam mempublikasikan artikel jurnal, pada umumnya melalui kontrak penerbit. Basikin mengisahkan pada seminar-seminar yang digelar di UNY, nominal yang muncul akan bervariasi. Biaya tersebut nantinya 16 P E WA R A D I N A M I K A AG U S T U S 2 0 1 8

diinfomrasikan kepada peserta dalam komponen biaya yang pada umumnya terpisah, sehingga mereka yang berminat mempublikasikan karyanya akan mengetahui berapa angka yang harus dibayarkan. “Angka di beritahukan kepada peserta. Pada umumnya tidak begitu sulit karena animo masyarakat umum maupun civitas UNY untuk mengikutsertakan karyanya dalam jurnal terindeks cukup tinggi,” tutur Basikin.

DIRJEN BELMAWA PADA OPENING KONFERENSI INTRENASIONAL INDOPED

Kontrak penerbit, untuk di Indonesia yang cukup favorit dan UNY juga sering melakukan kerjasama, adalah CRC Press Balkema untuk Ilmu Sosial dan IOPscience untuk Ilmu Eksakta

Jika sebuah artikel memiliki angka Acceptance Rate sekitar 70%, maka artikel tersebut dianggap layak terbit oleh lembaga pengindeks Scopus sehingga akhirnya terindeks di sana.

dan Terapan Sains. Selain repurtasi, bahan pertimbangan pemilihan penerbit adalah acceptance rate. Yaitu, berapa angka artikel yang terbit dalam jurnal milik para penerbit tersebut akhirnya mampu masuk dalam pengindeksan Scopus. “Pada umumnya, penerbit-penerbit itu punya angka 70% Acceptance Rate. Artinya, artikel yang mereka terbitkan, sekitar 70% nya dianggap layak oleh lembaga pengindeks Scopus sehingga akhirnya tercantum pada pengindeksan itu. Semakin tinggi acceptance rate, maka semakin tinggi jaminan bahwa artikel akan terbit dan jurnal itu memang berkualitas,” ungkap Basikin. Kontrak yang UNY lakukan adalah per proceeding, atau diungkapkan Basikin sebagai per terbitan volume jurnal yang dikeluarkan penerbit tersebut. Semisal, UNY membayar 6500 Euro untuk penerbitan satu volume jurnal berisi 500 halaman. Angka tersebut adalah nominal ratarata yang selama ini dianggarkan UNY sebagai biaya jasa kepada para penerbit jurnal. Nantinya, UNY akan minta peserta konferensi untuk membuat tulisan


Laporan Utama

BAG. INFORMASI UNY

ARIF / HUMAS

sekitar 4-6 halaman, supaya bisa 100 paper termuat. Basikin menganggap bahwa jumlah halaman tersebut kecil secara kuantitas, karena proceeding sendiri pada dasarnya hanya rangkuman poin pemikiran saja, bukan keseluruhan. Selain itu, yang juga diperhatikan oleh UNY adalah penempatan jurnal dalam kuartil Scopus. Scopus sebagai sebuah indeks dibagi atas empat kuartil yang didasari atas kualitas dan impact factor (kebermanfaatan, banyaknya sitasi, repurtasi) dari tulisan yang ada di dalam tiap-tiap jurnal.

Kuartil satu, berisi 25% jurnal terbaik indeks tersebut. Dan kuartil 4, berisi 25% jurnal terbawah dalam indeks tersebut. Setiap publisher pada umumnya memiliki banyak

Pemilihan UNY atas jurnal mana yang akan menerbitkan prosiding hasil seminar, kemudian menyesuaikan dengan kebutuhan.

jurnal yang ada dalam masingmasing kuartil. Pemilihan UNY atas jurnal mana yang akan menerbitkan prosiding hasil seminar, kemudian menyesuaikan dengan kebutuhan. “Bisa Q1 (Kuartil 1), Q2, Q3, dan Q4. Menyesuaikan saja. Misal ingin yang penting artikel tersebut terbit, maka pilih jurnal yang ada di Q4. Namun kalau untuk persyaratan guru besar (profesor), minimal menerbitkan di jurnal Q2 dan statusnya sebagai penulis pertama. UNY menyasar semuanya, sesuai dengan kebutuhan masing-masing peserta seminar,â€? pungkas Basikin. P E WA R A D I N A M I K A AG U S T U S 2 0 1 8 17


Laporan Utama

WAWANCARA KHUSUS BASIKIN, Ph.D.

28 Seminar untuk Kontribusi Keilmuan UNY Konferensi dan seminar internasional telah datang silih berganti di UNY. Hingga akhir tahun nanti, total 28 seminar dihelat UNY dalam setahun. Pada ruang seminar, civitas UNY akan mendiskusikan hasil pemikiran dalam paper-papernya. Mencetak prestasi lewat kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

KEPADA Redaktur Pewara Dinamika, Ilham Dary Athallah, Basikin kemudian berki­sah bagaimana alasan dibalik digelarnya 28 seminar yang dihelat UNY tahun ini. Serta bagaimana potensi dan tantangan dalam he­ latan konferensi internasional di UNY mau­ pun yang diikuti dosen-dosen UNY di pen­ juru belahan dunia, dalam kacamatanya sebagai Anggota Tim Asistensi Jurnal Ilmiah dan Tim Asistensi Konferensi Internasion­ al Internasional Terindeks Scopus, dapat di­ mitigasi sebaik-baiknya untuk menghasil­ kan prestasi bagi almamater ini. Termasuk terus mendorong, agar UNY bisa merangsek dalam pemeringkatan QS. Apa yang mendasari digelarnya 28 seminar tersebut? Sebelumnya memang pembentukan sem­ inar ini terkait erat dengan capaian yang hendak dicapai UNY. Misi kita jelas, akhir tahun (2017) atau awal tahun depan (2018), kita pu­nya 400 artikel jurnal Scopus agar bi­ sa masuk dalam pemeringkatan QS. 2025, tar­ get kita peringkat 500 QS. Sejauh ini, kita ada dalam track tersebut. Target tercapai, walaupun saya tidak hapal betul data detilnya. Memastikan pemikiran civitas UNY bisa berkontribusi lebih luas dalam bentuk tulisan, sekaligus mendong­ krak pemeringkatan UNY. Sejauh ini, UNY akan menggelar total 28 seminar untuk ta­ hun 2018. 15 seminar diselenggarakan oleh Rektorat dimana UNY menjadi tim penye­ lenggara, melalui pemberian stimulan dan hibah kompetitif. Sedangkan 14 seminar lain­ nya, dilakukan secara Sehingga salah satu tujuan utama dari penye­ lenggaraan seminar internasional, adalah untuk meningkatkan jumlah artikel yang ditulis oleh dosen UNY. Demi dihasilkannya kebermanfaatan dan sumbangan pemikiran yang lebih luas bagi bangsa. Lalu kaitannya dengan pemeringkatan QS? Gelaran seminar dan mendorong dosen un­ 18 P E WA R A D I N A M I K A AG U S T U S 2 0 1 8

ARIF / HUMAS

tuk aktif menulis, juga memang tak bisa dile­ paskan dari aspek penilaian QS Rank. Salah satu indikatornya adalah citation per fa­ culty. Artinya, jumlah jurnal artikel/pro­ siding yang berepurtasi internasional dan terindeks Scopus, akan menjadi tumpuan­ nya dalam menilai. Termasuk kemudian, jumlah citation atau kutipan dari artikel-ar­ tikel yang dihasilkan oleh dosen-dosen UNY. Perlu digarisbawahi, QS sebenarnya ha­ nya salah satu lembaga pemeringkatan. QS meng­hitung hasil indeksScopus. Ada banyak lembaga indeks lainnya, dengan pemering­ katan universitas berbasis pada citation per fa­culty yang beragam pula. Seiring dengan artikel dan sitasi yang didaftarkan di lemba­

ga pengindeksan tersebut. Jadi pada dasar­ nya, ada banyak jalan menuju Roma untuk menyebarkan keilmuan kita. Akan tetapi, pemeringkatan secara umum di Indonesia dan dunia riset global pada umum­ nya, cenderung pada QS. Dan peringkat QS, menghitung hasil pengindeksan Scopus. Se­ hingga disitulah saat ini fokus kita. Menye­ barkan keilmuan dan mengejar impact fac­ tor yang besar, agar tentu manfaatnya lebih besar pula. Bagaimana kemudian proses gelaran konferensi? Satu tahun sebelumnya, kita harus sudah identifikasi seminar-seminar internasio­


Laporan Utama nal apa yang akan diselenggarakan di tahun berikutnya. Sejak 2017 misal, kita sudah peta­ kan untuk tahun 2018. Setelah itu kita ra­patrapat persiapan. Mulai dari penentuan tema, cari keynote dan plenary speaker.

selingkung dan syaratnya masing-masing. Misal, ada yang mewajibkan judul maksi­ mal 15 kata. Tidak lucu kan kalau kita men­ girim artikel yang judulnya 25 kata, lalu di quick refusal (penolakan langsung).

Pembicara yang diundang bisa saja dari so­ sok yang telah kita kenal, sosok yang pernah hadir sebagai pembicara atau peserta di kon­ ferensi yang UNY gelar, ataupun dari kam­ pus-kampus luar negeri yang telah menjalin kerjasama dengan UNY. Ataupun, kita bisa cari dari pemeringkatan internasional yang tersedia secara online. Speaker dan scholar yang punya repurtasi internasional, mere­ ka yang artikelnya substantif dan banyak disitasi, atau aktif dan banyak berperan di bidang keilmuan, pasti namanya mun­ cul di peringkat atas. Kita kemudian akan asistensi untuk hubungan dengan para pembicara dan perumusan kontrak dan akomodasinya.

Selain itu, syarat panjang tulisan 4-6 halam­ an itu juga harus dipatuhi. Panjang tulisan itukan sekedar cara penyampaian kita saja. Substansi yang sangat padat pada dasarnya bisa disampaikan sesingkat dan sekompre­ hensif mungkin. Dan kepatuhan kita juga penting untuk membantu para reviewer ar­ tikel jurnal internasional, yang kebanyakan cukup terpandang secara akademis dan sa­

Lalu, bagaimana proses konferensi mempublikasikan artikel jurnal? Kita kontrak penerbit. Biayanya berva­ riasi, dan itu nanti kita beritahukan ke­ pada peserta. Pada umumnya tidak begi­ tu sulit karena animo masyarakat umum maupun civitas UNY untuk mengikutser­ takan karyanya dalam jurnal terindeks cukup tinggi. Kontrak penerbit, kalau di Indonesia yang cukup favorit dan kita sering ker­ jasama, adalah CRC Press Balkema. Kon­ trak yang kita lakukan adalah per pro­ ceeding, per terbitan volume. Semisal kita membayar 600 USD untuk pener­ bitan satu volume jurnal berisi 500 hala­ man. Nanti kita akan minta peserta kon­ ferensi untuk membuat tulisan sekitar 4-6 halaman, supaya bisa 100 paper ter­ muat. Memang kecil secara kuantitas, ka­ rena proceeding sendiri pada dasarnya hanya rangkuman poin pemikiran saja, bukan keseluruhan. Dan dalam menu­ lis itu kita tak sekedar beri arahan ha­ rus sekian halaman atau memberikan juknis semata. Tapi juga kita beri arah­ an dalam pembuatan dengan mekanisme Coaching Clinic. Apa itu Coaching Clinic? Sederhananya ya, pelatihan menulis artikel jurnal. Sifatnya tidak wajib dan bukan se­ bagai komponen penilaian. Tapi kalau bisa, utamanya civitas UNY yang mengikuti kon­ ferensi tersebut, diusahakan ikutlah. Karena dalam pelatihan tentu ada ilmu yang dibagi­ kan, dan sangat bermanfaat untuk memasti­ kan artikel yang kita usulkan tidak sampai ditolak penerbit atau reviewer. Dalam tataran teknis, Coaching Clinic ber­ peran untuk menyelaraskan tulisan yang se­ dang dibuat para peserta konferensi dengan format dan template yang dimiliki para pu­ blisher dan diakui secara internasional. Ma­ sing-masing publisher biasanya punya gaya

kita menulis. Kalau mengirim keluar, kita tidak punya flesibiltas dari biaya dan waktu. Katakanlah misal, kita punya target mence­ tak 100 artikel jurnal terindeks Scopus. Ma­ ka kita harus mengirimkan 100 dosen itu ke luar negeri, lengkap dengan mengurus sega­ la perizinan, tiket pesawat, akomodasi, biaya seminar, dan lain-lain. Kita memang belum tahu secara spesifik ang­ kanya. Akan tetapi, secara kasar biaya pen­ giriman itu angka yang relatif besar. Terlebih jadwal dan deadline nya tidak fleksibel. Jika kita menggelar seminar sendiri, kita bisa siasati waktu-waktu dimana dosen memili­ ki waktu senggang. Seminar ICERI dan beberapa seminar lain misalnya, digelar September-Oktober. Itu karena dosen su­ dah menggunakan waktu liburan kuliah, untuk menulis. Sehingga di awal tahun ajaran bisa langsung menseminarkan ar­ tikelnya. Kalau kita seminar di luar negeri, mau tidak mau kita ikut jadwal mereka te­ rus. Disamping faktor tadi, bahwa kita harus membayar fee yang tidak sedikit. Disamping, seminar internasional juga harus bisa digelar oleh UNY. Ini mening­ katkan kualitas sekaligus repurtasi se­ bagai lembaga akademik. Yang terakhir, bagaimana harapan bapak untuk penyelenggaran konferensi internasional selanjutnya yang digelar UNY? Civitas UNY harus lebih intens terlibat, itu poin pertama dan yang utama. Da­ lam setiap konferensi yang kita gelar, ada proporsi ar- tikel yang kita alokasi­ kan seoptimal mung- kin untuk civitas UNY. Misal Asia TEFL yang kemarin di­ gelar di UNY, dari 100-200 artikel yang akan kita scopuskan, 80-nya diusahakan­ lah dari UNY.

KALAM / PEWARA

ngat sibuk. Kalau banyak kesalahan, selain kita juga malu, revisian juga susah kan? Itulah mengapa sebelum kita kirim ke pe­ nerbit, ada internal review. Para guru be­ sar maupun doktor-doktor UNY mengorek­ si artikel yang masuk. Lalu, external review. Rekan sejawat keilmuan dari kampus lain, mengoreksi kembali artikel yang masuk. Baru setelah itu reviewer yang sebenarnya. Supaya mereka yang orang-orang besar itu fokus critical review argumen saja. Jangan review salah format penulisan. Lalu, apa keunggulan UNY menggelar seminar sendiri? Kenapa tidak mengirimkan para civitas ikut seminar di luar negeri? Kembali ke tujuan untuk mendorong dosen

Harapan kami tentu agar bapak ibu do­ sen mempunyai publikasi yang ber­ kualitas dan terindeks oleh lembaga peng­indeks internasional. Dengan itu UNY bisa meningkatkan im­ pact factor, tidak hanya berkontribusi lokal tapi internasional. Imbasnya kita berharap reputasi UNY akan naik dan rangking lebih bagus. Tapi ranking bukan semata tujuan ki­ ta. Peringkat naik, jika kualitas kita naik. Per­ ingkat adalah representasi dari kualitas yang hendak senantiasa dikembangkan kampus ini, untuk menjadi World Class University Jadi, rajinlah menulis dan membaca bahan. Dan selalu hati-hati atas plagiasi. Terkadang kita tidak sadar melakukan auto-plagiasi, menuliskan kembali ide kita yang sebenar­ nya sudah pernah terselip atau tertulis se­ bagian di artikel lain. Jadi kreatifitas dan keta­jam­an pemikiran ki­ ta benar-benar diuji dalam hal itu.  P E WA R A D I N A M I K A AG U S T U S 2 0 1 8 19


Laporan Utama

Tulisan Terbit di Jurnal? Belum Tentu Terindeks Scopus

Prestasi mempublikasikan artikel ilmiah terus dikejar oleh civitas dan kampus. Namun, publikasi bukan akhir dari perjalanan. Tak semua artikel jurnal yang sudah dipublikasikan, akan terindeks Scopus. Kualitas karya dan penyelenggaraan seminar, jadi kunci kesuksesan. Oleh ILHAM DARY ATHALLAH Editor BUDI MULYONO

D

iatas langit, masih ada langit. Inilah filosofi lazim dalam kehidupan. Dan tak terkecuali, dalam penerbitan artikel jurnal. Publikasi, terlebih lagi dalam jurnal yang berepurtasi internasional, adalah wahana untuk menyebarkan ilmu pengetahuan. Ada proses penyuntingan dan review yang begitu panjang, sebelum akhirnya artikel tersebut berhasil diterbitkan dalam jurnal. Hasil pemikiran-pemikiran yang terpublikasi itu, layaknya diungkapkan Mohamad Nasir selaku Menristekdikti usai pada acara Sinta Award di Gedung Kemenristekdikti, Jakarta, Rabu (4/7), memegang peranan sangat penting sebagai bukti pertanggung jawaban ilmiah hasil penelitian sehingga dapat dikenal luas secara global. Menurut dia, peningkatan jumlah jurnal itu adalah dampak dari kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan sebelumnya untuk mendukung peningkatan publikasi dan jurnal. Namun, untuk sampai kepada proses keterlibatannya di tengahtengah masyarakat dunia, artikel terpublikasi itu perlu terindeks. Masalahnya adalah, tak semua buah pemikiran yang diterbitkan di jurnal akan dipastikan masuk dalam pengindeksan. Beberapa yang paling populer, adalah Google Scholar dan Scopus. Alasannya, proses pengindeksan dan penerbitan jurnal adalah dua hal yang berbeda. Masing-masing punya penilaiannya sendiri. Dan 20 P E WA R A D I N A M I K A AG U S T U S 2 0 1 8

lembaga pengindeksan, belum tentu memandang sebuah artikel berkualitas baik sama seperti persepsi lembaga penerbit jurnal. "Proses penerbitan jurnal dan pengindeksan adalah dua hal yang berbeda. Artikel yang terbit, belum tentu terindeks. Scopus melakukan penilaiannya sendiri berbasis pada dua variabel: kualitas karya dan penyelenggaraan seminar. Oleh karenanya, kualitas perlu dan akan kami tingkatkan. Agar kuantitas artikel jurnal Indonesia meningkat," tutur Nasir. Acceptance Rate dalam Pengindeksan Khusus untuk Scopus, indeksnya kelak akan digunakan sebagai basis perhitungan dalam kalkulasi pemeringkatan QS. Menilai kampus seluruh dunia, berdasarkan pencapaiannya di dalam bidang diseminasi pengetahuan. Sehingga jika tidak terindeks Scopus, maka sama saja artikel itu tidak terkalkulasi dalam pemeringkatan QS. Termasuk, tak mampu diakses masyarakat secara luas lewat kemudahan mencari melalui fitur online pengindeksan. Basikin selaku Sekretaris Eksekutif UNY dan Tim Asistensi Konferensi

Sehingga jika tidak terindeks Scopus, maka sama saja artikel itu tidak terkalkulasi dalam pemeringkatan QS. Termasuk, tak mampu diakses masyarakat secara luas.

Internasional Internasional Terindeks Scopus mengungapkan, bahwa fenomena tersebut terjadi karena proses penerbitan jurnal dan pengindeksan memang benar adanya sebagai dua proses terpisah. Pengalaman UNY dalam menggelar seminar internasional dan melakukan kontrak kerjasama dengan publisher sudah membuktikan itu. Bahkan, publisher juga mengingatkan agar logo Scopus tak dicantumkan dalam gelaran seminar internasional. Hal ini terkait dengan walaupun publisher tersebut mengupayakan tulisan yang dikeluarkannya kelak terindeks Scopus, namun hal tersebut sifatnya belum pasti. Selain itu, lembaga penerbit adalah entitas yang terpisah dengan pengindeks. Tidak memiliki afiliasi apapun. "Karena kita kan hanya bisa bekerjasama dengan penerbit, tidak dengan pengindeks. Sebesar apapun penerbit, termasuk yang biasa kita gunakan yaitu CRC Balkema da IOPscience, mereka juga lembaga komersil dan independen yang terpisah dari Scopus," ungkap Basikin. Namun, bukan berarti penyelenggara seminar senantiasa berada dalam ketidakpastian dalam menerbitkan publikasi. Masing-masing publisher, memiliki apa yang diungkapkan Basikin sebagai Acceptance Rate. Yaitu persentase rata-rata atas artikel jurnal yang diterbitkan oleh penerbit tersebut, hingga akhirnya berhasil terindeks Scopus. Pada penerbit berepurtasi besar layaknya CRC Balkema dan IOP


Laporan Utama

ARIF / HUMAS

Science, angka acceptance rate berada di kisaran 70%. Angka inilah yang biasa juga menjadi acuan oleh UNY. Karena dari 28 seminar internasional yang tahun ini dihelat UNY, sebelas diantaranya bekerjasama untuk penerbitan dengan IOP. Dengan acceptance rate tersebut, artinya adalah hanya tujuh dari sepuluh artikel yang akan terindeks oleh Scopus. Padahal, semua diantaranya telah diseminarkan oleh UNY dan diterbitkan dalam jurnal berepurtasi internasional. "Jadi sejak awal harus ditekankan, bahwa tidak semua artikel yang sudah diseminarkan dan dipublikasikan akan terindeks Scopus. Scopus sebagai agen pengindeks, punya kriterianya tersendiri. Dan untuk tiap jurnal, memiliki acceptance rate yang sudah diberitahukan kepada penyelenggara seminar sejak awal," tukas Basikin. Strategi Penyelenggaraan Seminar Untuk memastikan bahwa artikelartikel civitas UNY bisa masuk dalam pengindeksan Scopus, maka kualitas harus selalu dipastikan dalam kon­ disi yang baik. Sesuai dengan standar penulisan, memiliki unsur kebaruan sesuai dengan lingkup dan bidang

WORKSHOP PENERBITAN JURNAL DI FIS UNY

studinya, serta diproyeksikan memi­ liki impact factor yang cukup baik.

bisa terindeks hanya dengan waktu enam bulan," tutur Basikin.

Akan tetapi, kualitas personal saja tidak cukup. Basikin mengungkapkan bahwa Scopus sebagai pengindeks juga memandang kualitas penyelenggara. Seminar yang digelar secara baik, mengundang pembicara internasional yang kompeten di bidangnya, serta diselenggarakan secara rutin, akan memiliki peluang terindeks yang lebih besar. Sekaligus, dengan proses penerbitan yang lebih cepat.

Selain tentang kualitas seminar, keberlanjutan dari gelaran tersebut juga kerap disoroti oleh Scopus. Dalam proses pengindeksan, artikel jurnal dalam beberapa kesempatan baru dimasukkan ketika sudah ada rencana bahwa seminar seri selanjutnya digelar. Misalnya, seminar yang baru pertama kali digelar oleh UNY, akan terindeks artikel-artikelnya ketika seminar yang kedua akan dihelat kembali beberapa tahun kemudian.

"Jika biasanya artikel jurnal baru terindeks satu bahkan dua tahun setelah diterbitkan, seminar yang digelar secara rutin dan kualitas serta repurtasinya telah terjamin,

Beberapa seminar memang telah digelar UNY secara rutin. Dalam tahun anggaran 2018 yang menekankan digelarnya 28 seminar sebagai contoh, 13 diantaranya telah diselenggarakan secara teratur oleh UNY. Misalnya International Conference on Educational Research and Innovation (2018), yang dihadiri Menristekdikti Prof. Mohammad Nasir sekaligus Menteri Pemberdayaan Perempuan Yohana Yembise sebagai pembicaranya.

Seminar yang digelar secara rutin dan kualitas serta repurtasinya telah terjamin, bisa terindeks hanya dengan waktu enam bulan.

"Seminar-seminar rutin, repurtasinya terjamin, dan keynote speakernya pada umumnya unggulan. Mereka sudah punya nama, dan lembaga pengindeks tidak P E WA R A D I N A M I K A AG U S T U S 2 0 1 8 21


Laporan Utama

ARIF / HUMAS

akan ragu. Namun, tidak semua seminar kan tidak seperti itu," ungkap Basikin merujuk kepada 15 seminar lainnya di UNY, yang baru pertama kali digelar di UNY atau sumber pendanaannya berasal dari bantuan dana yang sifatnya tahunan. Untuk menyiasati keberlanjutan seminar, UNY memiliki beragam cara. Yang pertama, adalah dalam pemberian hibah seminar, universitas meminta surat pernyataan bahwa fakultas atau lembaga penelitian yang menerima dana tersebut akan menyelenggarakan seminar untuk kali selanjutnya dalam jangka waktu tertentu. Pada umumnya, setahun atau dua tahun kemudian. "Dengan demikian, surat pernyataan itu juga dilampirkan dan penerbit dan pengindeks. Seminar ini terjamin reputasi dan keberlanjutannya," tutur Basikin. Selain itu, UNY juga kerap bekerjasama dengan asosiasi profesi atau studi sebagai langkah yang kedua. Mereka pada umumnya sudah, atau memiliki rencana, untuk menyelenggarakan seminar selanjutnya untuk pengembangan anggota profesi atau studi tersebut. 22 P E WA R A D I N A M I K A AG U S T U S 2 0 1 8

Contohnya, penyelenggaraan International Conference on Local Wisdom (INCOLWIS) 2018 yang bekerjasama dengan Ikatan Dosen Budaya Indonesia (IKATBUDI). Seminar tersebut pada awalnya dicetuskan oleh Prodi Pendidikan Bahasa Jawa, FBS UNY. Akan tetapi kedepannya, IKATBUDI berkomitmen untuk melanjutkan gelaran tersebut dengan nama seminar yang serupa. Baik itu diadakan di UNY kembali, ataupun di universitas lain.

SALAH SATU RANGKAIAN ACARA SEMINAR INTERNASIONAL INDOPED

Basikin memandang bahwa hal tersebut adalah langkah cerdas karena keberadaan pembuatan komitmen, bahwa INCOLWIS berlanjut. Namun tak harus

Apapun jalannya, seminar internasional juga harus bisa digelar oleh UNY. Ini meningkatkan kualitas sekaligus reputasi sebagai lembaga akademik.

Pendidikan Bahasa Jawa lagi yang menggelar. Karena memang, seminar itu didanai oleh grant (bantuan) dana dari rektorat. "Belum tentu misalnya dalam tahun-tahun kedepan, anggaran akan turun serupa. Bukan karena komitmen UNY akan berubah, namun penyusunan daftar isian perencanaan anggaran dilakukan setiap tahun dengan prioritas dan arahan dari Kementerian serta banyak pihak. Sehingga tidak bisa nyagerke," tukas Basikin. Cara terakhir yaitu bekerjasama dengan universitas lain yang telah memiliki seminar. UNY berperan sebagai pendukung atau penyelenggara bersama (joint commitee). UNY sebagai institusi maupun civitas yang ada di dalamnya, dapat berperan seoptimal mungkin untuk pengembangan diri dan mengabdikan ilmunya. "Apapun jalannya, seminar internasional juga harus bisa digelar oleh UNY. Ini meningkatkan kualitas sekaligus reputasi sebagai lembaga akademik. Termasuk mendorong civitas untuk publikasi, sehingga meningkatkan kualitas sekaligus peringkat kita," pungkas Basikin. 


Laporan Utama

Menang Wushu di Negeri Tirai Bambu “Kamilia mewakili Indonesia ke Tiongkok. Tampil perdana di luar negeri langsung menyabet peringkat kedua. Prestasi gemilang tingkat internasional kategori bela diri kungfu” Oleh RONY K. PRATAMA Editor BUDI MULYONO

utama menjadi jawara tak terlepas dari kegigihan yang total dan militan.

erempuan berpakaian olahraga dengan corak warna merah-putih itu menenteng bunga di tangan kirinya. Sedangkan tangan kanannya membawa medali seraya diangkat sedada. Medali itu mengalung di leher tanda meraih juara. Perempuan berkucir itu berna­ ma Kamilia Lituhayu, mahasiswi Ilmu Keolahragaan, FIK, UNY.

Nama Indonesia tentu ikut melejit di gelanggang internasional. Menurut Kamilia, menjadi kebanggaan tersendiri dapat mengharumkan asma Indonesia di negeri tirai bambu. “Saya semakin bangga terhadap tanah air,” ujar perempuan manis yang tempo hari ikut membawa obor abadi Asian Games dari Yogyakarta itu.

P

Rekam jejak Kamilia udah dimulai sejak 2016. Pada tahun itu ia merebut medali emas untuk kategori duilian pada kompetisi PON XVIII di Jawa Barat. Tahun berikutnya mendapat peringkat kedua untuk kategori taijijian saat Kejurnas Wushu Senior di Jakarta.

Kamilia baru saja diberi predikat juara kedua dalam kompetisi FISU World Wushu Championship 2018 di Macau, Tiongkok. Setelah bersaing dari pelbagai negara pada 2-5 Agustus 2018, ia mendapat medali perak untuk kategori Women’s Tajiquan. Mengungguli Ang Guat Lian, Brunei Darussalam, Kamilia menyabet poin 9,23. Sementara Ang meraih 9,00 poin. Tapi ia kalah tipis dengan Mok Uen Ying Juanita, Hongkong, juara pertama, dengan perolehan 9,30. FISU merupakan akronim dari Fédération Internationale du Sport Universitaire. Jamak orang juga dikenal sebagai International University Sports Federation. Pertandingan ini sangat prestisius karena bukan sekadar mencari menang-kalah, melainkan ajang diseminasi nilai sportivitas melalui spirit universitas. Kompetisi bergengsi di kancah internasional itu menjadi negara pertama tempat Kamilia bertanding di luar negeri. Ia merasa bangga atas perolehan itu. Indonesia baru pertama kali bertanding di forum dunia. Kamilia adalah perwakilan perdana yang langsung mendapat predikat tiga besar. “Mendapat juara kedua sangat membanggakan bagi saya. Ini pertama kalinya saya mewakili Indonesia pada kejuaraan internasional,” ucapnya.

Wajar kalau bejibun prestasi Kamilia raih. Ia mulai serius mencintai seni bela diri asal Tiongkok itu sejak masih mengenakan seragam merah putih. Ketika berusia enam tahun, berada di kelas satu SD, Kamilia telah diajarkan wushu oleh orang tuanya. “Sampai saat ini berarti sudah hampir 13 tahun,” ujarnya. DOK. KAMILIA

Usaha Kamilia untuk mencapai titik final pertandingan tak berjalan mulus. Ia sangat rajin berlatih sebelum bertanding. Hampir tiap hari Kamilia mengasah kemampuan kinestetiknya. Itu kenapa kunci

Kamilia adalah perwakilan perdana yang langsung mendapat predikat tiga besar.

Sejak kecil Kamilia terkenal aktif. Kecenderungan inilah yang membuatnya,”Nggak bisa diam. Jadi, kalau ada pertandingan wushu, saya pasti lihat.” Baginya, wushu bukan perkara gerakan unik di panggung, melainkan juga memiliki makna khusus. “Wushu itu tidak melulu soal fisik. Tapi pakai hati,” katanya. Wushu secara etimologis terdiri atas dua kata, yakni wu (ilmu perang ) dan shu (seni). Istilah bahasa Inggrisnya martial art (seni bela diri). Seperti kata Kamilia, wushu tak hanya seni gerak badan, tetapi juga berpaut erat dengan seni mengatur strategi, manajemen logistik, dan menggerakan pasukan. Istilah wushu lebih populer ketimbang kungfu. Ke­ duanya memiliki arti yang persis.  P E WA R A D I N A M I K A AG U S T U S 2 0 1 8 23


Laporan Utama

Angklung Melulu, Selalu Angklung

Angklung sebagai kearifan lokal tak hanya unik. Bagi Susilo Pradoko dan rekan sejawatnya di FBS, nada instrumen itu mengikat telinga. Oleh karenanya, riset tentangnya ditekuni. Agar angklung, melulu berdenting dan lestari.

Oleh ILHAM DARY ATHALLAH Editor BUDI MULYONO

8

September 2018 nanti, tim angklung besutan Dr. Susilo Pradoko selaku dosen Pendidikan Seni Musik FBS, akan kembali berdenting. Mengeluarkan nada yang menari-nari di telinga, dalam acara Orkestra Musik Angklung Melulu. Alkisah semua bermula dari keinginan tim Angklung Melulu untuk melakukan pementasan. Pihaknya kemudian berkoordinasi dengan RRI Yogyakarta untuk pinjam ruangan. Tapi ternyata, bukanlah ruangan yang sekedar didapatnya untuk disewa. Tapi juga kesempatan emas. Ruangan tersebut justru dipersilahkan untuk digunakan secara cuma-cuma. Akan tetapi, Susilo dan UNY mendapat syarat. Orkestranya diajak untuk menjadi pentas seni penggalangan dana. Tampil di panggung amal, sekaligus dibantu publikasinya oleh RRI untuk menggalang dana lebih luas. Semua dana terkumpul akan didedikasikan guna membantu korban bencana Lombok. “Dan kami tidak sampai berpikir dua kali saat itu. Sudah tidak membayar sewa, diberi kehormatan lagi untuk menjadi pentas amal. Sebuah kehormatan bagi Orkestra Musik Angklung Melulu,” kenang Susilo yang dalam penelitian dan perintisan tim, dilakukan bersama Dr. Ayu Niza Machfauzia, Yunike Juniarti Fitria, dan Francisca Xaveria Diah Akhirnya, nota kesepahaman dihelat sebagai awal. Ditandatangani pada tanggal 8 September 2018 di Gedung Auditorium Radio Republik Indonesia (RRI) Yogyakarta oleh Rektor UNY, Prof. Dr. Sutrisna 24 P E WA R A D I N A M I K A AG U S T U S 2 0 1 8

Wibawa, M.Pd, dan Kepala RRI Yogyakarta, Drs. Salman. Dan dalam prosesnya, tim angklung berhasil mengumpulkan dana sepuluh juta rupiah. Dana yang sepenuhnya akan disampaikan kepada masyarakat Lombok, melalui Dompet Dhuafa. “Inilah yang terus dilakukan UNY melalui kerja sama yang dilaksanakan dengan berbagai pihak, salah satunya RRI, selalu berkomitmen untuk membangun Indonesia melalui tugas pokok perguruan tinggi yaitu Pendidikan, Penelitian, serta Pengabdian kepada Masyarakat,” tukas Sutrisna dalam apresiasinya terhadap orkestra msuik angklung melulu. Sekaligus berharap bahwa sesuai namanya, angklung melulu dapat memastikan kelestarian instrumen lokal tersebut melulu terjaga dan makin termasyhur. Berawal dari Hibah Riset Orkestra Musik Angklung Melulu bukanlah kegiatan penampilan angklung pertama yang berhasil dibesut tim Susilo cs. Awalnya pada tahun 2017, Angklung Melulu dirintis sebagai sebuah program riset. Tepatnya, menjadi penelitian kelompok seni Sub Skim Seni Musik, yang menjadi bagian dari SKIM Penelitian, Penciptaan, dan Penyajian Seni oleh Ristekdikti. Pada tahun pertama, Susilo dan tim berfokus dalam bagaimana teknik permainan angklung tuts

Hasil brainstorming diantara para tim, tercetuslah ide untuk membuat angklung dengan sistem orkestra simfoni.

piano dengan sistem penggerak baling-baling motor elektric dapat dilakukan. Praktisnya, menjadikan angklung tanpa digoyangkan dengan tangan secara manual. Namun, tinggal menyentuh layaknya tuts piano. Angklung akan digoyang dengan penggerak baling-baling motor dinamo elektrik. Susilo mengibaratkan, pemain angklung tinggal pencet tuts saja kala memainkan piano. Lalu angklung akan berdenting dengan sendirinya. “Jadi tahun itu kita lakukan penelitian elektrik. Lalu riset pada tahun 2017, juga meneliti model elekton. Dalam artian, satu orang itu bisa memainkan melodi, bass, dan hermoni secara langsung,” kenang Susilo. Barulah pada tahun 2018, riset kembali dilanjutkan dalam upaya keberlanjutan penelitian dengan jangka waktu tiga tahun. Sistem ide yang menjadi ideal timnya, tetap serupa. Bahwa angklung sudah menjadi benda intangible dunia. Warisan tak benda dunia. Dan begitu dihargai oleh komunitas internasional. Oleh karenanya, gaya angklung bisa dikembangkan lagi. Dengan sedikit modifikasi dan inovasi, untuk memenuhi perkembangan selera musik. Hasil brainstorming diantara para tim, tercetuslah ide untuk membuat angklung dengan sistem orkestra simfoni. Ide yang bermula dari rutinitas tim Pendidikan Seni Musik, dalam mengisi banyak gelaran orkestra simfoni. “Kita berpikir karena sering ngisi orkestra simfoni, kenapa angklung tidak bisa dimanfaatkan juga,” tutur Susilo. Konsekuensi dari pemilihan sistem


Laporan Utama

DOK. BIRO HUMAS DIY

orkestra simfoni, maka pemilihan nada di angklung akan menjadi berbeda. Jika biasanya angklung hanya berisi not dan berbeda satu nada, misal do re mi fa so la si do, maka angklung orkestra akan berinterval setengah nada. Menjadi kromatik. “Sehingga ibaratkan biasanya angklung ada tujuh, sekarang jadi dua kali lipatnya,� ungkap Susilo. Selain berbeda dari jumlah nada yang berakibat pada keragaman angklung, cara bermain orkestra angklung melulu juga berbeda. Pada umumnya, satu orang memegang satu angklung. Namun orkestra sebagai standar pembuatan instrumen dan organisasi musikal antar nada, mendorong

ANGKLUNG MELULU SAAT TAMPIL DI CANDI KALASAN

setiap pemainnya untuk mampu berkontribusi lebih besar. Sehingga pemain orkestra, memegang masing-masing satu set angklung yang berisi seluruh tangga nada tersedia. Digabung dengan nada tinggi, total ada 18-20 angklung dalam satu rakitan yang

Selain berbeda dari jumlah nada yang berakibat pada keragaman angklung, cara bermain orkestra angklung melulu juga berbeda.

dihadapi setiap pemain orkestra. Setiap perubahan nada, maka sang pemain orkestra harus langsung memindahkan tangannya pada angklung yang tepat. “Inilah uniknya angklung melulu. Satu anak otomatis secara tidak langsung akan pegang 20 angklung dalam satu set,� ungkap Susilo. Merekrut Mahasiswa Musik Riset demi riset atas angklung tersebut, kemudian hendak diujicobakan Susilo bersama tim. Oleh karenanya, mahasiswa musik diajak untuk terlibat sebagai para pemain orkestra. Tak sulit baginya untuk mengajak mahasiswa potensial yang berminat untuk turut serta. Pada saat mengurus KRS atau bertemu di ujung-ujung kampus P E WA R A D I N A M I K A AG U S T U S 2 0 1 8 25


Laporan Utama misalnya, Susilo langsung mengajak para mahasiswa guna bergabung. “Saya langsung saja, semua yang saya temui dan potensial, termasuk bahkan mahasiswa S2 jurusan tari, saya ajak latihan dan perform angklung. Alhamdulillah banyak yang excited,” kenang Susilo. Mahasiswa dan tim yang terdiri atas pemain orkestra, dan koreografer tari, secara penuh terbentuk sekitar bulan Juli dan Agustus. Oleh karenanya pada 25 Agustus, angklung melulu untuk pertama kali dipentaskan di Desa Budaya Glondong. Lokasinya tak jauh dari Candi Kalasan. Pentas itu berlangsung sekitar satu jam. Melantunkan 10 lagu, dibawah bayang-bayang dan latar belakang Candi kalasan. Lengkap dengan disaksikan masyarakat, Koramil, Lurah, serta rembulan yang kala itu menyinari Yogyakarta saat pentas digelar. “Apresiasinya sangat luar biasa. Nah ketika kita lapor Pak Rektor, beliau menyampaikan bahwa kita didorong untuk tampil dalam penutupan PIMNAS. Itulah kita jadikan ajang unjuk tampil yang kedua kalinya,” tutur Susilo. Untuk penampilan yang kedua, pentas tak bisa berlangsung selama itu. Karya-karya klasik yang selama ini dimainkan orkestra angklung melulu, dimodifikasi hanya menjadi lima lagu. Memotong kurang lebih separuh dari durasi pementasan menjadi tinggal setengah jam. Pemilihan lima lagu dalam pementasan di PIMNAS juga mengalami sedikit penyesuaian. Mengadaptasi keberagaman dan kebhinekaan yang senantiasa dijunjung PIMNAS lewat kehadiran perwakilan delegasi dari Aceh hingga Papua, angklung melulu menampilkan Medley Nusantara. Melodi asli tanah air yang dimainkan dengan gaya orkestra, berbahan dasar bambu. Bekal penampilan yang memukau para delegasi PIMNAS tersebutlah, yang menjadi persiapan matang para anggota tim melulu dalam melakukan pementasan di Radio Republik Indonesia (RRI) Yogyakarta. “Dengan senang hati kita main disitu (RRI) 10 lagu. Dan dihadiri berbagai tamu undangan lengkap dengan apresiasinya yang luar 26 P E WA R A D I N A M I K A AG U S T U S 2 0 1 8

THE JAKARTA POST

biasa. Termasuk dari kehadiran dan apresiasi Bapak Rektor,” kenang Susilo. Pementasan di RRI tersebut diharapkan Susilo takkan menjadi akhir dari kontribusi Pendidikan Seni Musik dalam bidang riset dan pelestarian instrumen tradisional. Ia justru harus menjadi awal, untuk memperkuat musik dan budaya nusantara.

Indonesia dengan angklung maupun potensi Nusantara yang beragam ini soft power. Bagaimana kekuatan budaya menjadi komunikasi internasional.

Setelah penelitian dan pengembangan, Susilo juga berharap bahwa modifikasi ini bisa mendorong pemerintah bergerak untuk membagikan angklung kepada masyarakat internasional. Jika angklung terkenal, maka ia bisa menjadi kekuatan budaya tersendiri dan menjadi medium komunikasi internasional. Menjadi soft power yang membuat bangsa Indonesia kian disegani. “Maksud saya, ini soft power. Bagaimana kekuatan budaya menjadi komunikasi internasional. Lihat Korea, punya K-Pop, lalu begitu disegani. Indonesia dengan angklung maupun potensi Nusantara yang beragam, harus bisa menjadi soft power,” pungkas Susilo menegaskan pentingnya Indonesia memperkuat diri dalam hubungan internasional melalui pemanfaatan kekayaan nusantara. 


Laporan Utama

Ke Filipina Unjuk Estetika Sabet Lebih Selusin Emas Tim Karnaval UNY memberi kado istimewa. 13 emas, 3 perak, dan 2 perunggu digondol. Mereka menekuk lawan dengan menunjukkan karya artistik fesyen. Oleh RONY K. PRATAMA Editor BUDI MULYONO

T

DOK. FT

otalitas menyajikan atribut estetika pada gelaran karnaval dunia berujung hoki di negeri tetangga. Mereka, 13 cendekiawan muda, FT, UNY, itu tampil memukau di hadapan delegasi dunia. Tergabung di dalam Tim Karnaval dengan menunjukkan fesyen aneka rupa para juri akhirnya kepincut. Predikat juara umum World Art Camp Olympiade mereka sabet. 13 emas, 3 medali perak, dan 2 medali perunggu mereka bawa pulang sebagai hadiah mewah di penghujung Juli. Modal kreatif tim karnaval memang tak tanggung-tanggung. Totalitas mereka tunjukkan sebulan sebelum kompetisi digelar. Tepatnya pada 18-26 Juli 2018. Usaha keras tak mengkhianati hasil. Dapitan City yang masih masuk Provinsi Zamboanga del Norte itu menjadi tempat di mana tim karnaval berlaga, menyisihkan kompetitor dari belahan negara lain. Afif Ghurub Bestari, pembimbing sekaligus dosen Prodi Pendidikan Teknik Busana, berada di balik kesuksesan itu. Ia juga ditemani Kusminarko Warno, dosen FT, untuk turut mengantarkan tim karnaval berkontestasi di negara yang dekat dengan Sulawesi itu. Afif mengatakan perolehan medali terdiri atas sebelas kategori. Antara lain (a) The Best Design Costume Sketching, (b) The Best Booth Installation, (c) The Best Costume Photoghraph, (d) The Best Design for Bodyform Architecture, (e) The Best Costume Bodyform Architecture, (f ) The Best Cooperation Team, (g) The Best Fashion Costume Photograph, (h) The Best Modeling Costume Performance, (i) The Best Technology Costume

Terdapat sepuluh negara yang ikut serta di dalam kompetisi bergengsi itu. Selain Indonesia, negara-negara seperti Turki, Myanmar, Thailand, Brazil, Mesir, Jepang, Amerika Serikat, Filipina, dan Belgia juga tak melewatkan kesempatan lomba unjuk esksistensi fesyen kulturalkontemporer. Menurut Afif, olimpiade ini diselenggarakan tiap empat tahun sekali. Tahun ini adalah kali pertamanya digelar. Filipina ditunjuk menjadi tuan rumah perdana. “Tahun 2022 direncanakan akan di Thailand,” ungkapnya.

Production, (j) The Best Innovative Costume Design, (k) dan The Best Costume Illustration. “Kalau medali perak yang diraih untuk bidang Displaying Photograph, Figure Sketching Carcoal, Acrylic Figure Painting, serta Design Costume Sketching dan Booth Photograph,” kata Afif. Jumlah perolehan itu ditambah dengan penghargaan khusus dari penyelenggara dengan predikat The Best Overall Multitalented Artist. Pemberian tersebut begitu prestisus bagi tim karnaval. Jarang negaranegara lain memperoleh serupa.

Predikat juara umum World Art Camp Olympiade mereka sabet. 13 emas, 3 medali perak, dan 2 medali perunggu mereka bawa pulang sebagai hadiah mewah di penghujung Juli.

Afif menegaskan kunci utama yang perlu dipersiapkan tim karnaval agar total bersaing. Pasalnya, selama lomba, tim harus menunjukkan kreativitas tanpa batas dan kerja sama yang militan. Sinergi menjadi ruh terbesar di sana. Seperti manakala Bodyform Architecture. Tim harus membuat kostum di tempat selama dua hari tanpa jeda. Selama delapan jam perhari mereka harus konsentrasi penuh supaya karya yang ditampilkan maksimal. “Sedangkan bahan yang digunakan adalah lukisan mural terbesar di Gloria Fantasyland. Bahan pelengkap lainnya yang disediakan panitia dan baru diberitahukan hanya lima menit sebelum lomba dimulai,” tutur Afif. Waktu yang singkat tapi tim harus bersiap. Afif mengenang saat mendampingi tim karnaval. Kala itu tim diharuskan membuat figure sketching. Modelnya diwartakan panitia. Hanya disediakan waktu setengah jam, menggunakan pensil serta alat lukis akrilik, tim harus mengerahkan segenap tenaga dan konsentrasi. Di situ tim betul-betul memaknai esensi dikejar tenggat pada suatu kompetisi internasional.  P E WA R A D I N A M I K A AG U S T U S 2 0 1 8 27


Laporan Utama

WAWANCARA KHUSUS Prof. Dr. SUMARYANTO, M. Kes.

Menuju Prestasi Dunia

Dies Natalis UNY ke-54 meneguhkan kehendak teguh kampus ini untuk menuju prestasi dunia. Mahasiswa mempunyai peran sentral dan kewajiban, untuk berkontribusi menggapai asa tersebut.

KEPADA Redaktur Pewara Dinamika, Ilham Dary Athallah, Prof. Sumaryanto selaku Wakil Rektor III UNY memebe­ berkan bagaimana idealisme tersebut se­ layaknya ditanamkan kepada setiap di­ ri mahasiswa. Termasuk, kiat-kiat dan strategi untuk menggapai prestasi sesuai kapasitas dan kapabilitas yang tersedia.

DOK. UNY

Mengapa UNY memiliki target untuk menggelar kegiatan internasional sendiri? Kita berkaca dari gelaran seminar inter­ nasional. Mengacu pada komitmen pen­ capaian UNY ke depan, kerja keras dan kualitas akan terus ditingkatkan terkait kualitas layanan Tri Dharma Perguruan Tinggi dan layanan kepada masyarakat. Termasuk dalam menggelar seminar in­ ternasional. Oleh karenanya, 23 kegiatan dan 28 seminar internasional pada saat dies natalis.

Bagaimana asa "Menuju Prestasi Dunia" dalam Dies Natalis selayaknya dimaknai oleh mahasiswa? Kita harus menilik dan berkilas balik, bahwa kehendak untuk menjadi pergu­ ruan tinggi bertaraf internasional sudah lama menjadi target UNY. Visi misi kita telah mencantumkan target tersebut se­ jak lama. Bahkan dengan linimasa yang jelas. Tahun ini menjadi PTNBH (Pergu­ ruan Tinggi Negara Badan Hukum), lalu tahun 2025 menjadi peringkat 500 dunia. Itulah idealisme dan keinginan UNY, se­ jak lama dan dengan konsisten. Sehing­ ga juga harus menjadi idealisme setiap civitas, tak terkecuali mahasiswa. Aktivi­ tas dan kegiatan kemahasiswaan UNY, juga sudah selayaknya berorientasi pada target UNY. Latihan-latihan tekun, lalu bertarung dan merangkak pelan-pelan dari tingkat re­ gional sampai nasional dan internasional. Pertandingan tingkat nasional, juga selayak­ nya menjadi prioritas. Kita bisa tilik dari daftar mahasiswa berprestasi kita, baik fa­ kul­tas ataupun universitas dan mereka yang mewakili kampus ini ke tingkat dunia. Ba­ nyak-banyak, prestasinya sudah mencapai regional dan internasional. Itulah mengapa mereka menjadi bukti, bahwa UNY sudah la­ ma memiliki asa menuju prestasi dunia. Dies natalis hendak menegaskan kembali target tersebut. 28 P E WA R A D I N A M I K A AG U S T U S 2 0 1 8

ternasional. Termasuk, jika menggelar kegiatan juga bertaraf internasional.

Apakah ada strategi khusus bagi Kema­ hasiswaan untuk mencapai prestasi Internasional? Salah satu yang telah dilakukan kemaha­ siswaan, adalah prioritas penggunaan dana untuk mereka yang hendak mengikuti ke­ juaraan regional/internasional. Dananya jelas kami berikan lebih banyak, dibanding mereka yang sekedar ikut tingkat nasional. Apalagi jika menurut data dan pengamatan kami, sosok tersebut potensial untuk mem­ peroleh juara. Intinya, kita sama-sama memilih dan menga­ rahkan kepada mahasiswa. Jika anda memi­ liki bekal kemampuan dan kemauan yang cukup, ikutilah kejuaraan regional dan in­

28 seminar internasional itu akan ber­ langsung sepanjang tahun. Isi dan tu­ juannya untuk memfasilitasi inovasi bagi dosen, dengan mengindekskannya kepada Scopus sebanyak mungkin. Ini se­ jalan dengan apa yang digelorakan Bapak Rektor, tahun 2018 ini harus ada inovasi tepat guna, di antaranya menampilkan pagelaran wayang kulit dan tari-tarian seperti ketoprak, pentas seni kolaborasi Ra­ mayana. Segenap civitas akademika UNY menyadari dengan inovasi bisa menakluk­ kan di era disrupsi, Itulah mengapa, gelaran kemahasiswaan ju­ ga harus tingkat internasional. Misalnya ke­ tika anak-anak FIK menginisiasi lomba pa­ nahan, kita apresiasi betul dan mengarahkan adanya perwakilan dari dunia. Ini tantangan sekaligus hajat besar. Karena kita bukan ha­ nya hendak menyelenggarakan kegiatan yang baik untuk diikuti setiap peserta, tapi akan menampilkan wajah UNY pada dunia. Walaupun, dunia jangan tidak bisa dipan­ dang secara tekstural saja. Misal atlitnya


Laporan Utama mesti berorientasi seko afrika, australia, amerika. Pemain bulutangkais yang bagus, itu justru asia. Nanti daripada diartikan ha­ rus dari afrika, bukan. Yang penting diikuti level dunia. Tidak harus ada yang dari Afri­ ka dan Australia.

Apa saja manfaat yang bisa dipetik UNY dari gelaran kemahasiswaan tingkat internasional? Selama ini, di Jogja dan di Bali sudah digelar (kejuaraan dunia) berulang-ulang. Kejuara­ annya pun macam-macam. Mulai dari lari

Pendidikan: S1 Perbandingan Agama IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 1988 • S2 Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 1995 • S3 Pascasarja UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2009 • Karir: Dosen Prodi Sejarah FIS UNY, 1990-sekarang • Dosen Pascasarjana UNY, 2009-sekarang • Guru Besar Pendidikan Agama Islam UNY, 2011-sekarang • Dekan FIS UNY, 2015-sekarang

negara lain. Termasuk, menunjukkan kepa­ da dunia atas kemampuan negeri ini menjadi tuan rumah yang baik. Seperti yang kita se­ dang saksikan bersama-sama dalam gelaran Asian Games. Ada 17 atlit UNY disana. Universitas Negeri Yogyakarta telah lama hendak menginisiasi strategi repurtasi. Sa­ lah satu yang menjadi saran Mandy Mok, pimpinan pemeringkatan QS Asia, adalah upaya membentuk merk dan pemasaran. Bahwa UNY punya nilai tersendiri dari na­ manya. UNY harus berupaya secara maksimal da­ lam membentuk merk dagang yang berafili­ asi dengan pendidikan. Beliau juga mem­ berikan contoh yang sudah mapan, seperti universitas-universitas di Malaysia yang mulai melalukan ekspansi pemasaran di me­ dia-media internasional dan juga maskapai penerbangan. Diharapkan setelah adanya so­ sialisasi ini seluruh sivitas akademika da­pat turut andil dalam mewujudkan visi UNY un­ tuk menjadi universitas kependidikan kelas dunia. Itulah mengapa, tak boleh ada kata menyerah untuk memperkenalkan UNY kepada dunia. Cara yang bisa ditempuh, adalah merengkuh prestasi di tingkatan yang sama. Itulah yang kita sebut sebagai menuju prestasi dunia. Lalu, apa pesan-pesan dari Bapak agar mahasiswa berprestasi? Terus berjuang. Terlebih ditengah momen­ tum kemerdekaan ini (Bulan Agustus), ki­ ta harus bersyukur bahwa negeri ini sudah merdeka. Sehingga ada saat dan momentum bagi kita, untuk mengisi waktu bukan de­ ngan mengobarkan fisik. Namun mengobar­ kan karya. Itulah mengapa kita tidak selayaknya han­ ya bersyukur untuk menghargai para pah­ lawan. Tapi juga harus mewujudkan citacita­ nya, dalam posisi apapun. Menjadi ma­ha­siswa yang berprestasi dan baik, de­ ngan berorientasi kepada sifat unggul krea­ tif inovatif de­ngan berlandaskan karakter takwa mandiri dan cendekia. Intinya cepat lulus, IPK tinggi, bekerja dan studi lanjut ses­ uai kompetensinya secara linear, dan masa tunggunya rendah, itu salah satu wujud ki­ ta berprestasi.

maraton, sepeda, hingga lomba kesenian yang jelas Jogja ini sebagai gudangnya budaya.

Tentu seperti jalan menuju Roma, ada ba­ nyak jalan lain untuk menjadi berpresta­ si. Tak hanya dengan cara-cara itu saja. Ba­ gi wisudawan, jalinlah hubungan yang baik dengan almamater dan Ikatan Alumni. Yang berlebih, membantu yang kurang. Yang kurang, meneladani yang berhasil. Senantia­ sa bersyukur, bertawakal, dan mengupaya­ kan yang terbaik demi kemajuan bangsa.

Inilah, yang bisa jadikan modal untuk me­ mandang diri sendiri dengan bangga. Ki­ ta Indonesia juga mampu bersaing. Jangan pernah mau kalah dan diremehkan dengan

Itu menurut saya, mahasiswa dapat ber­ prestasi dan manfaat. Tidak hanya ketika ia berstatus sebagai mahasiswa, tapi juga se­ panjang hayat. 

ARIF / HUMAS

Sekarang Asia dengan Eropa, itu sudah salah satu unggulan dan kerap memboyong presta­ si-prestasi. Sangat kompetitif. Juara olimpi­ ade, bahkan juara umumnya, tiap tahun ya dari kontinental ini. Amerika Serikat sudah jarang. Termasuk atlit-atlit peringkat dunia itu banyak dari asia.

P E WA R A D I N A M I K A AG U S T U S 2 0 1 8 29


Laporan Utama

Suara Merdu Torehkan Gelar Jawara Dunia

Melawan 140 choir dari 16 negara, UNY keluar sebagai jawara Paduan Suara Mahasiswa tingkat dunia. Pulau magis seribu dunia menjadi saksi suara magis para punggawa Swara Wardhana Oleh ILHAM DARY ATHALLAH Editor BUDI MULYONO

B

ersenandung untuk kibar­ kan nama UNY dan Indo­ nesia di kancah dunia, su­ dah tak jarang dilakukan Tim Paduan Suara Ma­ hasiswa ‘Swara Wadhana’ Universi­ tas Negeri Yogyakarta (UNY). Mere­ ka akhirnya kembali menorehkan prestasi tingkat Internasional de­ ngan berhasil meraih dua medali emas dari sebuah kompetisi Interna­ sional BICF di Bali. BICF7 ini diikuti lebih dari 140 choir dari 16 negara. Diungkapkan oleh Wakil Rektor III Prof. Sumaryanto pada Minggu (5/8/2018), paduan suara “Swara Wadhana” UNY yang dilatih oleh Lukas Gunawan Arga Rakasiwi berhasil meraih satu medali emas pada kategori Mixed Choir, dan satu medali emas pada kategori Folkore atau lagu rakyat pada kompetisi 7th Bali International Choir Festival (BICF). Kedua kategori tersebut berada pada babak Championship. Sang wakil rektor III, Sumaryanto, serta staf ahli bidang seni, Cipto Budy Handoyo, beserta jajarannya juga turut hadir menyaksikan kompetisi BICF7 di Bali. Di mana tim PSM “Swara Wadhana” UNY ini terdiri dari tiga puluh tiga penyanyi, satu conductor, enam crew, dan satu pembina. “Kami tak pernah berhenti berbangga pada para mahasiswa kami. Suara merdunya (PSM Swarawardhana) berhasil torehkan gelar jawara dunia,” pungkasnya. Dipetik karena Kegigihan Prestasi itu dipetik bukannya dengan 30 P E WA R A D I N A M I K A AG U S T U S 2 0 1 8

mudah. Mereka membawakan lagulagu dengan variasi nada rendah dan tinggi, yang tentunya memerlukan usaha tak kalah tinggi pula. Untuk meraih atensi para juri, termasuk setiap hadirin. Lagu-lagu yang dibawakan oleh tim PSM “Swara Wadhana” UNY dalam kategori Mixed Choir yaitu Canticum Novum aransemen Ivo Antogini, Izar Ederrak aransemen Josu Elberdin, dan Hentakan Jiwa aransemen Ken Steven. Sedangkan untuk kategori folklore, PSM UNY membawakan tiga lagu yaitu, Paris Barantai aransemen Ken Steven, Jaranan aransemen Arga Rakasiwi, dan Ma Rencong Rencong aransemen Budi Susanto Yohanes. Diungkapkan oleh Dr Widiastuti Purbani, Dekan Fakultas Bahasa dan Seni (2015-2018), lagu-lagu ini membuat kilas balik atas tepuk tangan yang menggema seantero Chamber Musik di salah satu sudut kota di Negeri Pizza, ketika enam mahasiswa UNY yang menjadi wakil Indonesia berhasil melantunkan musik klasik dengan indahnya pada Agustus 2017 lalu. Menyabet pula gelar internasional ke pangkuan UNY.

Paduan Suara Mahasiswa 'Swara Wadhana' berhasil meraih dua medali emas dari sebuah kompetisi Internasional BICF di Bali.

Namun perjuangan bukan hanya berlangsung di pulau seberang saja. Di Yogyakarta, mereka secara rutin berlatih bahkan sejak pertama kali bergabung dengan unit kegiatan mahasiswa tersebut. Semua perjuangan tersebut berlangsung hingga Minggu (22/7), PSM Swara Wadhana UNY bertolak menuju Pulau Dewata untuk megikuti perlombaan paduan suara tingkat internasional. Keberangkatan PSM “SW”UNY ini dilepas oleh Rektor UNY Prof. Dr. Sutrisna Wibawa, M.Pd dan WR III Prof. Dr. Sumaryanto, M. Kes. Pada kesempatan kali ini, PSM “Swara Wadhana” Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) sebagai salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang bergerak di bidang seni suara merasa sangat bersyukur, untuk kali ketiga mendapat kesempatan mengikuti salah satu perlombaan paduan suara bergengsi di tingkat Internasional,yakni Bali International Choir Festival (BICF). Bali International Choir Festival (BICF) merupakan salah satu kompetisi paduan suara internasional yang rutin dilaksanakan setiap tahunnya di Bali. Pada tahun ini BICF diadakan untuk ketujuh kalinya, dengan bertajuk 7th Bali International Choir Festival. Kompetisi ini menjadi salah satu ajang bergengsi bagi banyak paduan suara untuk meningkatkan skill, prestasi, dan eksistensinya. Demikian pula dengan PSM “Swara Wadhana”, sebagai sebuah kelompok paduan suara, tentunya memiliki keinginan untuk meningkatkan kemampuan, prestasi, dan eksistensi di dunia paduan suara. Ajang ini


Laporan Utama menjadi tolok ukur kemampuan PSM “Swara Wadhana” untuk melihat sampai di mana kemampuan yang dimilliki. Dengan demikian, PSM “Swara Wadhana” dapat lebih berkembang dan meningkat kemampuannya. Pada perlombaan kali ini, PSM “Swara Wadhana” mengirimkan satu kontingen yang nantinya akan mengikuti dua kategori perlombaan yakni Mixed Choir dan Folkore dalam 7th Bali International Choir Festival. Satu kontingen yang akan berangkat terdiri dari 33 orang penyanyi, 6 official, 2 dosen pendamping, dan 1 pelatih sekaligus conductor sehingga total seluruhnya berjumlah 42 orang. 7th Bali International Choir Festival akan diselenggarakan di Prime Plaza Hotel and Suites Sanur Bali pada 2428 Juli 2018. Perlu Apresiasi Prestasi Serupa Tepuk tangan memang boleh jadi menggema dalam prestasi-prestasi itu. Tapi kerap, masih ada yang meremehkan. Prestasi bahasa dan seni, diungkapkan oleh Widiastuti, masih dipandang sebelah mata dan kalah pamor dibanding prestasi di bidang sains dan ilmu pasti. Ditengah seni dan bahasa yang dianggap kurang penting karena pujian selalu mengalir pada kemampuan intelektualitas, ia mengibaratkan hal tersebut layaknya lomba robot maupun mobil listrik yang diikuti UNY. Mereka semua juara dan berprestasi di bidangnya masingmasing, layaknya apa yang dilakukan mereka yang memilih mengabdikan diri di bidang bahasa dan seni. Namun, tanggapan media dan masyarakat berbeda. Lomba robot dan mobil listrik bisa begitu saja menuai sorotan dan apresiasi. Sedangkan seni dan bahasa, kerap dibiarkan mengabdi dalam diam. “Bukannya kita haus apresiasi, tapi ini penting untuk catatan kita. Kita itu kerap dianggap tidak keren dan diacuhkan oleh masyarakat. Misalnya, ada anak FBS yang mengkaji etnografi nilai filosofis cerita rakyat di Bejiharjo Gunungkidul dan juara di Pimnas. Tapi tetep dianggap kalah pamor dibanding lomba robot kan?,” ungkap Widiastuti. Minimnya apresiasi atas prestasi di bidang seni dan bahasa tersebut, menimbulkan konsekuensi logis yang apabila dibiarkan dapat menghambat civitas untuk berprestasi. Widiastuti memandang

ARIF / HUMAS

TIM PSM SWARA WADHANA KETIKA AKAN BERANGKAT KE BALI

bahwa di satu sisi, mahasiswa akhirnya menganggap bahwa prestasi bukan menjadi prioritas utama. Mereka lebih menganggap fokus akademik dan menjadi mahasiswa kupu-kupu (kuliah pulang) seakan sudah cukup. “Toh dosen juga masih ada sebagian yang tidak aktif mendorong, sehingga klop dengan masyarakat yang masih kurang mengapresiasi pencapaian seni dan sastra. Yang ditekankan biasanya sekedar lulus cepat dan syukur-syukur cumlaude,” ungkap Widiastuti. Selain itu, minimnya semangat dan apresiasi membuat FBS sebagai institusi harus bekerja lebih ekstra untuk mendorong terciptanya budaya prestasi. Masih jarang menurut Widiastuti, civitas FBS yang secara sukarela dan inisiatif sendiri mengikuti kegiatan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Nasihat beberapa dosen yang mendukung kegiatan prestatif, bahkan dianggap sekedar angin lalu saja karena dipandang sebagai upaya pencitraan semata.

Lomba robot dan mobil listrik bisa begitu saja menuai sorotan dan apresiasi. Sedangkan seni dan bahasa, kerap dibiarkan mengabdi dalam diam.

“Kalau dosen seperti kita yang ngomong, yang punya kepentingan dan punya institusi, dianggap itu ya sekedar untuk kepentingan kita. Nasihat dan dorongan kita untuk budaya prestatif belum dipandang anak-anak sebagai dorongan yang tulus demi kebaikan sendiri,” ungkap Widiastuti. Untuk menyikapi hal tersebut, FBS senantiasa menekankan pembinaan yang berjenjang pada prestasi mahasiswa agar prestasi berlangsung secara kontinu. Merujuk pada kelompok musik UNY yang sudah empat tahun berturut menjuarai Concorso Musicale Europeo yang dihelat di Italia misal, senior-senior yang telah meraih prestasi menginspirasi dan memacu adik tingkatnya untuk meneruskan prestasinya. Selain itu, mereka juga menjalin hubungan berbasis peerlearning sehingga ilmu yang dimiliki para senior biasanya ditularkan pada mereka yang lebih muda. Mengundang tokoh-tokoh inspiratif maupun yang kompeten dibidangnya, juga senantiasa dilakukan UNY guna mendorong prestasi. Di bidang PKM misal, FBS UNY beberapa kali mendatangkan juri nasional untuk memberikan insight serta penekanan atas pentingnya budaya prestasi. “Dengan demikian, mereka tahu bahwa prestasi seni dan bahasa juga ditunggu-tunggu dan yang menasihati lagi-lagi bukan kita saja. Tapi juga orang-orang yang sebenarnya walau terkesan dalam diam, tetap menunggu karya nyata kita,” pungkas Widiastuti. P E WA R A D I N A M I K A AG U S T U S 2 0 1 8 31


Laporan Utama

Di Jepang, Garuda UNY Melaju Pesat

Prestasi kembali dipetik para penunggang garuda asal Karangmalang. Di Jepang, mereka memetik Penghargaan JAMA Award. Juga meneguhkan status sebagai mobil tercepat, diantara universitas-universitas se Indonesia. Oleh ILHAM DARY ATHALLAH Editor BUDI MULYONO

Baik tim urban layaknya yang diikuti Fauzi kala bertandang ke London, maupun tim formula yang dilombakan kala mengikuti pertandingan di Jepang.

P

ada siang terik di Ecopa Stadium Shizuka Jepang, Selasa (11/09/2018), mentari sudah bertengger tepat di atas ubun-ubun. Namun, tetap ada yang sedang melaju pesat dari ufuk timur, seakan hendak terbit dan bersinar. Pada guratan yang tampak terlesat ke-21 kali, ternyata yang muncul adalah sang garuda. Ditunggangi putra-putri kebanggan Karangmalang, tim formula bertajuk Garuda UNY Racing Team (GURT) itu berhasil menjadi yang terdepan diantara kampus-kampus seIndonesia. Menaklukkan UGM (26), ITS (60), UNS (69), UI (79), dan UII (89). Naiknya peringkat UNY ke 21, dari semula 43, tentu saja menjadi capaian yang membanggakan. “Total menempati urutan 21 yang merupakan urutan teratas dari 6 tim yang dikirimkan Indonesia dalam kompetisi tersebut,” terang Zaenal Arifin dosen sekaligus pembimbing Tim Garuda UNY. Zaenal juga mengungapkan bahwa tim yang dibimbingnya juga memperoleh penghargaan JAMA Award, sebagai tim dengan Technical Inspection dan dokumen tanpa penalti dan delay, serta lolos endurance Dipersiapkan Matang Sejak Lama Selepas tim Garuda UNY pulang dari London pada Juli lalu, persiapan telah dilehat dengan begitu matang. Mobil berderu tanda dipanaskan dan diasah, dengan lintasan Stadion Maguwo menjadi medan percobaannya. Menurut Fauzi Achmad Prapsita, salah 32 P E WA R A D I N A M I K A AG U S T U S 2 0 1 8

DOK. TIM GARUDA

satu penunggang garuda UNY, kemenangan pada bulan Maret (Shell Championship tingkat Asia di Singapura), hingga ajang di Jepang lalu, menurut Fauzi bukan akhir dari perjalanan.

PERSIAPAN TIM GARUDA SEBELUM BERLAGA

Agenda rutin latihan yang dilakoninya bersama kawan-kawan sejak persiapan lomba menuju ke SIngapura, justru berlangsung lebih intens. Mobil baru tiba di Indonesia selepas perjalanan kargo sekitar awal Mei. Menginjak awal puasa, Fauzi dan kawan-kawan tak terhalang untuk latihan kembali.

Total menempati urutan 21 yang merupakan urutan teratas dari 6 tim yang dikirimkan Indonesia dalam kompetisi tersebut," terang Zaenal Arifin.

“Jadi puasa kami tetap berlatih. Walaupun jika dihitung-hitung, hanya 10 hari latihan. Karena setelah itu, mobil dikirim kembali ke London. Harus dikirim agak lama, karena kargo,” kenang Fauzi. Saat lebaran, Fauzi mengungapkan bahwa ia sebagai driver hanya ditugaskan menjaga kebugaran tubuh. Hal tersebut tetap dilakoninya di selasela libur lebaran, kala berkunjung ke rumah keluarga dan saudara di Gunungkidul dan Klaten. Stadion Maguwoharjo dan Stadion Sultan Agung, kala berlatih menjadi pilihan tim GURT untuk menjajal mobil urban tersebut. Kemampuan manuver kala berbelok hingga menjaga stabil kecepatan kendaraan, terus dipupuk dalam diri Fauzi. Sama sekali tak ada rasa debar dalam dada, kala pertandingan maupun berlatih. Tak terkecuali di Singapura, dan juga di London pada akhirnya. Menunjukkan keberanian, hingga jam terbang yang tinggi. “Awalnya tentu, tetap pernah grogi. Terlebih waktu pertandingan pertama kali di Kenjeran Surabaya (KMWE 2017), dimana saya didapuk sebagai driver. Tapi saya sudah lama ikut GURT, dan waktu SMK juga ambil Teknik Otomotif. Hobi masa kecil juga memodifikasi sepeda. Sehingga saya telah lama akrab dengan sepeda,” kenang Fauzi yand diterima sebagai mahasiswa Pendidikan Teknik Otomotif UNY lewat jalur SNMPTN. Semua hasil latihan tersebut,


Laporan Utama

ARIF / HUMAS

REKTORAT UNY TAMPAK LENGANG

DOK. TIM GARUDA

kemudian dilengkapi dengan pesan dan dukungan langsung dari lapangan yang diberikan Rektor UNY, Prof Sutrisna Wibawa, kepada Fauzi dan seluruh delegasi, untuk menjaga kesehatan selama berkompetisi. Wakil Rektor I UNY, Prof. Dr. Margana, M.A. juga berpesan kepada tim untuk menjaga semangat dan sportivitas selama bertanding. “Hasil akhir telah ditentukan oleh Yang Maha Kuasa. Kita sebagai umat hanya dapat melakukan yang terbaik,” pesan beliau. Tak hanya itu, pesan dan nasihat turut disampaikan oleh Wakil Rektor II UNY, Prof. Dr. Edi Purwanta, M.Pd. “Kepercayaan diri dan doa adalah kunci utama, harus dijaga betul. Allah akan membimbing. Target utama kita adalah juara di samping dikenal dunia. Adik-adik bisa dikenal dunia sehingga nama universitas makin naik. Menjadi mahasiswa UNY tidak perlu minder. Adik-adik sedang mewujudkan hal itu,” ujarnya saat acara pelepasan delegasi pada hari Minggu (26/08)

Rombongan pada perlombaan di Jepang kali ini, berangkat pada 1 September 2018. Semua anggota tim yang tidak berangkat pun tetap menjaga kekompakan dan mendukung anggota tim yang berangkat agar dapat melaksanakan kompetisi dengan lancar. Sore tadi, pukul 15.00 WIB tim berangkat menuju bandara dan besok sampai di Jepang pukul 11.00 waktu setempat. Dosen pembimbing sekaligus Ketua Jurusan Pendidikan Teknik Otomotif Fakultas Teknik UNY, Dr Ir Zainal Arifin MT mengatakan, mobil FG-

pembuatan badan kendaraan dan manufaktur komponen dibuat sendiri oleh mahasiswa, dengan memanfaatkan fasilitas kampus.

18 memiliki spesifikasi berbeda dari generasi sebelumnya.”Bobot mobil ini semakin ringan yakni 209 kilogram, dengan dimensi lebih ramping,” kata Zainal, Minggu (26/08). Menurut Zainal, untuk pembuatan badan kendaraan dan manufaktur komponen dibuat sendiri oleh mahasiswa, dengan memanfaatkan fasilitas di kampus. Langkah itu dilakukan sebagai bentuk pembelajaran dan pengalaman untuk mahasiswa dalam pengembangan teknologi. “Hal ini penting, karena sebagai bentuk pengembangan jaringan dengan dunia internasional sebagai bahan perbandingan dan pembelajaran untuk mereka ke depan,” jelasnya. Di SFJ 2018 merupakan kali keempat bagi tim Garuda UNY. Pada even kali ini mobil FG-18 dilengkapi speedsensor dan traction control. Sedangkan kekuatannya menggunakan mesin single cylinder 600cc. Kecuali itu, desain badan, P E WA R A D I N A M I K A AG U S T U S 2 0 1 8 33


Laporan Utama menghentikan aktivitas lomba. Oleh karenanya pertandingan dilanjutkan pada Rabu ini. Tim Garuda UNY sendiri akan melakukan techincal inspection guna persiapan Static Event. “Mudah-mudahan hari ini sudah normal dan kita bisa melanjutkan tugas,” kata Zainal. Even SFJ 2018 yang digelar tanggal 4-8 September 2018 di Sirkuit Shizuoka ini terpaksa dihentikan pada Selasa (04/09), karena cuaca tidak memungkinkan akibat Badai Taifun. Di beberapa wilayah di Jepang, badai tersebut mengakibatkan kerusakan bangunan dan menenggelamkan Bandara Kansai di Osaka.

DOK. TIM GARUDA

kerangka, serta bagian kendaraan lainnya menggunakan komponen baru. Pada SFJ 2018, terdapat 7 kategori perlombaan dari Static Event dan Dynamic Event. Pada Static Event, kategori lomba yakni Business Logic Plan, Design Report, dan Cost Report. Semua hal tersebut akan masuk dalam rincian penilaian, yang juga meliputi penilaian dynamic event layaknya cceleration, efficiency, sampai endurance. “Alhamdulillah, UNY bisa menempati peringkat 21 dari 109 tim yang berasal dari 8 negara. Dari urutan itu, UNY menjadi yang teratas dari peserta lain dari Indonesia, seperti UGM yang berada di urutan 26, ITS urutan 60, UNS urutan 69, UI urutan 79, dan UII urutan 89,” kenang Zainal Sempat Dihadang Badai Walaupun sudah mempersiapkan segalanya, namun Zainal tetap menekankan bahwa takdir dan pencapaian adalah hak dan keputus­ an semata. Di Student Formula Jepang (SFJ) 2018, mobil Formula Garuda-18 (FG-18) milik tim Garuda Universitas Negeri Yogyakarta (GUT) sempat batal berlaga. 34 P E WA R A D I N A M I K A AG U S T U S 2 0 1 8

Sebab, Typhoon (Badai Taifun) yang menerjang beberapa wilayah di Jepang cukup mengganggu pelaksanaan lomba. Diungkapkan advisor sekaligus dosen pembimbing tim Garuda UNY, Dr Ir Zainal Arifin MT, semua peserta tidak bisa melanjutkan perlombaan karena kondisi yang tak memungkinkan.

TIM GARUDA DI STADIUM SHIZUKA

“Semua tim hanya baru menyelesaikan registrasi dan kemarin semua kegiatan teknis postponed (ditunda),” ungkapnya kepada KRjogja.com lewat sambungan WhatsApp, Rabu (05/09). Tidak hanya tim Garuda UNY saja, semua peserta SFJ 2018 harus

Alhamdulillah, UNY bisa menempati peringkat 21 dari 109 tim yang berasal dari 8 negara. Dari urutan itu, UNY menjadi yang teratas dari peserta lain dari Indonesia.

Namun, mobil andalan tim yang diberi nama FG-18 tersebut telah siap dalam gudang di Hamana, Jepang, dan juga merumput di stadion. Mobil tersebut merupakan hasil dari keringat mahasiswa Fakultas Teknik UNY. Pembuatan mobil sendiri dimulai sejak awal tahun 2018 ini. Seiring dengan pengoptimalan yang terus dilakukan Garuda UNY Racing Team juga terus berlatih untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Beruntungnya, hanya penundaan yang dihadapi kompetisi tersebut. Pada Rabu (05/09), situasi telah kondusif. Perlombaan dilanjutkan. Hasilnya, meluncurlah mobil tersebut hingga ke peringkat ke21. Seakan-akan terbit dari timur, menuju garis finish yang ada di sebelah barat. Dalam Bussiness Logic Plan, UNY menempati urutan 13. Sedangkan dari design report presentation UNY menempati urutan 43 Atas pencapaian tersebut, Rektor UNY Sutrisna Wibawa mengatakan bahwa keberhasilan ini merupakan hasil kerja keras tim dengan dukungan dosen pembimbing dan pimpinan. Sejumlah proses telah dilalui untuk bisa berlaga di race, karena selain pemeriksaan teknis, para mahasiswa yang berlomba juga harus mempresentasikan pertanggungjawaban akademik karya yang mungkin lebih dari ujian skripsi. “Diharapkan karya ini dapat dinilai setara skripsi dengan proses penulisan laporan secara individu karena skripsi merupakan tugas individu,” kata Sutrisna Wibawa selaku Rektor UNY. 


Laporan Utama

Juara-Juara Asia dari FIK UNY Demam olahraga, tak hanya hadir di Jakarta dan Palembang. Di Karangmalang, warga berkerumun tiap sorenya untuk menyaksikan latihan Timnas U-19 di Lapangan UNY. Sembari mendoakan 17 atlit FIK mampu mengharumkan bangsa. Oleh ILHAM DARY ATHALLAH Editor BUDI MULYONO

RUGBY_UNY

K

etekunan mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahra­ gaan UNY dalam mene­ kuni aktivitas fisik, tak hanya tertuang melalui pengetahuan di bangku-bangku kelas. Mewakili Indonesia, Gilang Rama­dhan berhasil menyabet medali Perunggu dalam cabang olahraga Voli Pantai.

Dari 17 atlet tersebut, Rugby menjadi dominasi cabang olahraga yang diperkuat atlit UNY. Total, ada tujuh atlit. Dengan masing-masing empat anak untuk Rugby Putra, serta tiga lainnya untuk cabang olahraga Rugby Putri. Mereka yang memperkuat Timnas Rugby Putra adalah Handika H. W., Yusuf Satri Nugroho, Dionysius Oktavian dan M. Danial Al Fikri, sedangkan tiga atlit FIK UNY lainnya, Tri Sukma Nugraeni, Dian Wahyu Saputri, dan Fevi Susanti, menjadi punggawa Timnas Rugby Putri.

Medali Perunggu tersebut diperolehnya pada Selasa (28/08/2018) sore. Bersama dengan pasangannya Danangsyah, ia berhasil menaklukkan China dalam tiga set. “Alhamdulillah berhasil mengalahkan China 2-1. Walaupun kami sempat grogi tampil di Asian Games, karena Gilang dan Danang baru pertama kali tampil bersama, Alhamdulillah tetap menghaturkan yang terbaik,” ungkap Gilang didampingi Danang. Selain Gilang, tercatat total 17 mahasiswa akan turut bertanding dalam Asian Games ke 18. Bidangnya pun beragam, mulai dari Atletik, Balap Sepeda, Panahan, Kurash, Rugby, hingga Sepakbola. Selaina tlit yang berlaga di Asian Games, Kamilia Lituhayu sebagai jawara Wushu dalam FISU World Wushu Championship 2018 juga berkesempatan untuk memboyong obor Asian Games. Doa serta pembinaan yang terbaik, layaknya diungkapkan Wakil Rektor 3 dan juga Dosen FIK UNY Prof. Sumaryanto, senantiasa dihaturkan kampus ini kepada para atlit. Termasuk pesan bahwa mereka harus berjuang sekeras mungkin demi bangsa. “Seperti apa yang kita ajarkan di UNY, harus maksimal dalam melakukan segala hal. Apa lagi untuk

pantai, panahan, rugby, kurash, dan sepakbola.

TIM RUGBY UNY ASIAN GAMES.

Merah Putih, jiwa raga ini harus maksimal secara lahir dan batin demi bela bangsa. Disamping harus selalu memohon ridho kepada Allah SWT, karena hasil kita serahkan hanya kepadaNya,” pungkas Sumaryanto. 17 Atlit Kebanggaan Bangsa Berdasarkan data yang berhasil dihimpun Humas Fakultas Ilmu Keolahragaan, Sebanyak 17 mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) berlaga di Asian Games 2018 Jakarta-Palembang yang diselenggarakan pada 18 Agustus – 2 September 2018. Mereka mewakili berbagai cabang olahraga (cabor) yang meliputi atletik, bola voli

Sebanyak 17 mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) berlaga di Asian Games 2018 Jakarta-Palembang pada 18 Agustus – 2 September 2018.

Sedangkan beberapa atlit FIK UNY yang memperkuat Timnas Indonesia pada cabang-cabang olahraga lain, diantaranya adalah Bayu Prasetyo (atletik), Aprilianda Adi Timur (kurash), Liontin Evangelina (balap sepeda),Vera Lestari (sepakbola putri),), Gilang Ramadhan dan Yokabed Purarie Eka (bola voli pantai), Prima Wisnu Wardhana dan Okka Bagus Subekti (panahan), serta Septian David Maulana dan Putu Gede Juni A. (sepakbola putra). Khusus dua nama terakhir yang bergabung dalam tim sepakbola putra, latihan digelar di Stadion I Wayan Dipta Bali. Namun, latihan untuk persiapan berlaga di Piala AFC U-19 pada Oktober 2018 mendatang, sudah dimulai sejak lama. Termasuk ditengah-tengah gelaran Asian Games. Itulah mengapa, Lapangan Atletik dan Sepakbola Universitas Negeri Yogyakarta menjadi ramai. Diungkapkan Indra Sjafri sebagai Pelatih Timnas Sepakbola U-19, demam Asian Games di Indonesia menimbulkan semangat dan ketertarikan atas olahraga yang begitu luar biasa. Termasuk, mendukung timnas yang kini sedang dibesutnya. P E WA R A D I N A M I K A AG U S T U S 2 0 1 8 35


Laporan Utama Medali Perunggu Voli Pantai Dari 17 atlet UNY yang berlaga di kompetisi tingkat Asia tersebut, Gilang Ra­madhan dalam cabang olahra­ga voli pantai menjadi atlet yang berhasil merengkuh gelar juara Asia. Medali perunggu disabetnya selepas berhasil menaklukkan duet China Yang Li/Peng Gao di JSC Beach Volley Palembang, Selasa (28/08/2018). Galang yang berduet dengan Danangsyah, bertarung selama tiga set. Memenangi dua set diantaranya. Ini menjadi medali perunggu kedua dari voli pantai usai sebelumnya pasangan Dhita Juliana/Putu Dini Jasita Utama meraihnya usai mengalahkan pasangan Kazakhstan, Senin (27/8). Total, bola voli pantai putra Indonesia, mengemas satu keping medali perak dan satu medali perunggu pada Asian Games 2018.

POCARISWEAT

“Semua dari kitapun demikian, ikut semangat. Kebut persiapan, termasuk sebagian pemain kita baru akan bergabung pasca mengikuti gelaran Asian Games 2018,” ungkap Indra. Dari pantauan Selasa (14/8) pagi, atau pada hari ketiga pemusatan latihan skuad timnas U-19, terdapat sejumlah pemain yang dipanggil dan sudah merumput. Namun, belum semua ikut serta berlatih di UNY. Mereka yakni kiper Barito Putera, M Riyandi, Rahmat Irianto (Persebaya), David Rumakiek dan Todd Rivaldo (Persipura), Asnawi Mangkualam (PSM), M Raffi Syarahil (Barito Putera) Saddil Ramdani (Persela), serta pemain asal klub Lechia Gdanks, Polandia, Egy Maulana Vikri. Saddil saat ini tengah bersama Timnas U-23 di ajang Asian Games 2018. Satu nama lain yang masuk dalam skuad Garuda Muda namun belum bergabung yakni, pemain asal klub Lechia Gdanks, Polandia, Egy Maulana Vikri. Saat ini, Egy dikabarkan masih membela klubnya. 36 P E WA R A D I N A M I K A AG U S T U S 2 0 1 8

Jika semuanya sudah berkumpul, sebayak 33 pemain dijadwalkan akan menjalani training camp (TC) yang digelar di Jogjakarta hingga akhir Agustus. Indra Sjafri menjelaskan, untuk pemain yang tengah bermain di Liga Indonesia, kemungkinan besar sudah bisa bergabung dalam waktu dekat. Sedangkan untuk pemain tampil dalam Asian Games, dipasatikan akan merapat sesuai gelaran kejuaran tingkat Asia itu usai.

LIONTIN EVANGELINA, BERTANDING DALAM BALAP SEPEDA TREK.

”Kami memang masih seleksi. Untuk pemain yang belum bisa bergabung karena alasan tertetu terus kami pantau,” jelas Indra Sjafri.

Gilang Ramadhan dan Danangsyah menyabet medali perunggu selepas berhasil menaklukkan duet China Yang Li/Peng Gao di JSC Beach Volley Palembang.

“Kalau soal medali, hari ini saya cukup puas karena dapat dua medali. Untuk target pribadi, terus terang ada hal yang harus saya koreksi untuk Asian Games selanjutnya,” kata pelatih voli pantai putra Indonesia, Koko Prasetyo Darkuncoro dalam konferensi pers yang dihadiri BolaSport.com. “Untuk pasangan Danang/Gilang saya lihat cukup berani mengambil risiko untuk mencari medali perunggu karena itu strategi yang kami siapkan,” ujar Koko. Menurut Koko, untuk memenangi satu pertandingan, tim harus berani ambil risiko. “Gilang/Danang bisa mengambil risiko itu dan Alhamdulillah bisa memenangkan pertandingan,” ucap Koko. Selain Gilang, ada juga atlit-atlit lain dari FIK yang telah mencatatkan perjuangan kerasnya tersendiri. Tim rugby misalnya, Dari cabor rugby putra, Yusuf Satri Nugroho Bagong Putro, Handika H.W, M Danial Al Fikri memperkuat tim Indonesia. Tim Rugby ini menduduki peringkat 4 klasmen, kalah 2 kali melawan Jepang dan Taipei. Sementara itu, Dian Wahyu Saputri, Fevi Susanti, dan Tri Sukma Nugraeni sebagai bagian dari tim rugby putri Indonesia di Asian Games 2018, menempati posisi 4, klasmen grup B. Posisi tersebut dipetik sebagai hasil atas kalah 2 kali melawan Jepang dan Thailand.


Laporan Utama Dari cabor sepakbola putri, Vera Lestari yang memperkuat timnas Indonesia gagal lolos penyisihan grup A. Timnas sepakbola putri ini menempati peringkat 3, menang 1 kali melawan Maladewa dan kalah 2 kali melawan Korea Selatan dan Taipei. Sedangkan Septian David Maulana yang memperkuat cabor sepakbola putra pun harus terhenti di babak 16 besar. Tim sepakbola putra Indonesia kalah adu penalti dari Uni Emirat Arab. Di cabor bela diri asal Turki, kurash, Aprilianda Adi Timur terhenti di babak 32 besar. Mahasiswa FIK tersebut dikalahkan oleh atlet Uzbekistan, Maruf Gaybulloev dengan skor 0-10. Dari cabor panahan, Okka Bagus Subekti menduduki peringkat 11 dengan total skor 625. Sedangkan Prima Wisnu Wardhana menduduki peringkat 22 dengan total skor 688. Sedangkan Kamilia Lituhayu, walaupun tak mengikuti gelaran Asian Games, namun turut didapuk sebagai empat pemuda berprestasi yang telah membawa nama harum bangsa di tingkat dunia untuk turut membawa obor Asian Games. Pada Kamis (19/7), dari Pagelaran Keraton Yogyakarta menuju Tugu Pal Putih. Dari Tugu Pal Putih, api Asian Games kemudian dibawa ke Solo. Meski begitu, empat anak muda Indonesia yang berprestasi di tingkat internasional ini sepakat bahwa membawa obor Asian Games adalah momen bersejarah dalam hidup mereka dan bahkan mungkin tidak akan terulang kembali. Mereka berharap, kebanggaan yang dirasakan bisa menular ke banyak anak-anak Indonesia lainnya kedepan. ‘’Kami berada di sini karena hal yang kami buat di hidup kami. Semoga bisa membawa energi positif bagi semua anak di Yogyakarta dan Indonesia untuk berkarya di bidang yang disukai dan terus bersemangat menjalani prosesnya,’’ katanya. Perjalanan obor Asian Games 2018 di Yogyakarta, berakhir di Tugu Pal Putih dengan menempuh jarak 11,5 kilometer dari Pagelaran Keraton Yogyakarta. Api Asian Games 2018 merupakan gabungan api abadi Mrapen dan New Delhi India itu mengakhiri perjalanan di Tugu Pal Putih yang kemudian di bawa ke Solo. Tidak kurang 10 mantan atlet nasional yang mengharumkan nama

BAYU PRASETYO

BAYU PRASETYO ATLETIK ASIAN GAMES JALAN CEPAT.

Indonesia didaulat lari membawa obor tersebut di jalanan Yogyakarta. Secara estafet mereka membawa obor bersejarah bagi Indonesia hingga selesai di Tugu Pal Putih. Para atlet yang turut mengantar api Asian Games 2018, di antaranya Finarsih (badminton), Asep Santoso (taekwondo), Kamilia Lituhayu (wushu), dan beberapa atlit lainnya. Di Tugu Pal Putih, Obor dibawa oleh Sekjen INASGOC Eris Herryanto diserahkan kepada Wali Kota Yogyakarta, Haryadi Suyuti sebagai simbol pemberhentian terakhir di Yogyakarta. Setelah resmi diakhiri

Perjalanan obor Asian Games 2018 di Yogyakarta, berakhir di Tugu Pal Putih dengan menempuh jarak 11,5 kilometer dari Pagelaran Keraton Yogyakarta.

perjalanannya, obor dipindahkan kembali ke tinder box (lentera) kemudian dibawa ke Solo Jawa Tengah sebagai pemberhentian berikutnya. Haryadi sempat mengungkap rasa bangga mewakili masyarakat Yogyakarta, karena menjadi kota pertama yang dilewati obor Asian Games. Masyarakat Yogyakarta merasa bangga lantaran nantinya obor event terakbar olahraga se-Asia ini bakal melintasi 53 kota lainnya di 18 provinsi Indonesia. Prof. Sutrisna Wibawa selaku Rektor UNY mengungkapkan apresiasinya kepada para mahasiswa. Sutrisna juga mengucapkan selamat atas kepercayaan yang diletakkan pada pundak mereka untuk mewakili Indonesia, dan mewakili civitas akademika UNY mengucapkan selamat bertanding kepada setiap diantara mereka. “UNY mendukung Asian Games, dan mendukung para atlit kita. Selamat bertanding mahasiswa UNY mewakili Indonesia dalam 18th Asian Games 2018 di Jakarta dan Palembang.  P E WA R A D I N A M I K A AG U S T U S 2 0 1 8 37


Laporan Utama

Tim Gitar Klasik Kampus Ungu Berlaga di Negeri Sakura Menggondol predikat Harumi Award di Jepang menunjukkan eksistensi Tim Nocturnal Guitar Quartet UNY diperhitungkan di kancah internasional. Prestasi membanggakan di kompetisi prestisius ini mengharumkan asma Indonesia

Oleh RONY K. PRATAMA Editor BUDI MULYONO

DOK. UNY

P

ertengahan Juni, Tokyo, Jepang, masuk musim panas. Walau panasnya relatif menyengat, suhunya mencapai tak lebih dari 25 derajat. Kondisi itu acap dinantikan penduduk karena bisa leluasa bermain di luar ruangan. Kegiatan yang semula banyak diselenggarakan di dalam gedung, pada medio Juni sontak dialihkan ke halaman. Tempat luas ditengarai orang Jepang sebagai lokasi strategis untuk memanjakan tubuh dan pikiran. Bangunan itu tampak megah. Arsitekturnya khas kontemporer. Tapi orang Jepang cerdas untuk tak melupakan corak tradisional. Gedung National Graduate Institute for Policy Studies (GRIPS) yang terletak di Minato, Tokyo, mewakili gaya modern dan tradisional. Halaman luas dengan dominasi rumput hijau yang terletak persis di gedung utama menambah pesona arsitektur kekinian negeri sakura itu. Tim Nocturnal Guitar Quartet, Gita Puspita A., Robi Handoyo, Vaisal Andrians, dan Adi Suparyogi— semuanya mahasiswa Jurusan Pendidikan Seni Musik, FBS, UNY— senyum sumringah manakala masuk GRIPS yang terletak di jantung Kota Tokyo. Mereka baru saja berhasil menyabet peringkat ketiga pada ajang Japan International Ensemble Guitar Festival (JIEGF) 30th 2018. Tahun ini merupakan pertama kalinya perwakilan dari Indonesia lolos. JIEGF menjadi ajang tahunan yang diselenggarakan di bawah komando Japan Guitar Ensemble Association. Jamak ranah acara dibesut, antara lain, festival, lokakarya, dan kompetisi. Karena level dunia, grup 38 P E WA R A D I N A M I K A AG U S T U S 2 0 1 8

gitar klasik dari pelbagai negara diundang. Mereka menunjukkan kebolehan memainkan gitar secara komunal di depan khalayak. Bagi negara-negara di kawasan Asia, perlombaan itu begitu prestisius. JIEGF dianggap menjadi barometer musik klasik yang bergengsi. Atas prestasi fantastis tingkat dunia itu mereka mendapat Harumi Award sebagai Excellent Performance of a Modern Guitar Piece. Rektor UNY, Sutrisna Wibawa, bangga dengan para mahasiswa kampus ungu itu. “Sangat luar biasa. Capaian tingkat internasional yang sangat membanggakan. Secara pribadi dan pimpinan, saya mengucapkan apresiasi serta selamat kepada tim, pembimbing, maupun panitia yang ikut serta menyukseskan kompetisi,” jelasnya. Selain tim UNY, empat rombongan gitar klasik dari kota gudeg juga ikut berkontestasi. Di samping Nocturnal Guitar Quartet, terdapat pula Duo Anantara, Duo Rocky, dan Duo Nabita. Yoshua J. D. Cahyo dan T. A. Ajie Batara, Duo Rocky, meraih juara pertama. Tabita Trisanta dan Nabila R. Alfiani, Nabita Guitar Duo, merebut kategori Best Student Award. Prestasi gemilang ini turut melambungkan nama Yogyakarta di level internasional.

TIM GITAR KLASIK UNY BERLAGA D IJEPANG

Tatkala tim duduk di GRIPS pada 27 Juni lalu, mereka seakan-akan belum percaya. Harapan yang mereka dambakan itu akhirnya terwujud. Tentu, perjuangan sampai ke tahap final di sana bukan semudah membalikkan telapak tangan. Meraih titik juara harus mereka lewati dengan keuletan beberapa bulan sebelum bertanding. Pagi sampai malam mereka berlatih secara intens. Robi Handoyo, salah seorang tim, mengekspresikan kebungahannya setelah sukses berlaga di Jepang. “Mewakili teman-teman, saya berterima kasih kepada doa dan dukungannya. Pihak kampus memberi kesempatan dan dorongan terbaik bagi kami,” ucapnya. Menurut Robi, tahun ini ia juga mendapat hoki. Ia diundang ke Italia. Sebuah negeri yang sangat maju di bidang seni musik klasik sejak masa Romawi. Usai perlombaan, di GRIPS, mereka juga menyaksikan gelaran akbar dalam rangka peringatan 60 tahun relasi bilateral Indonesia-Jepang. Peringatan itu diselebrasikan secara estetis dengan menampilkan pusparagam penampilan budaya kedua negara. Konser serupa juga digelorakan di Yogyakarta pada 18 Juli. TIm gitar klasik ini sudah terbentuk empat tahun silam pada 17 Feburari. Tahun lalu tim tersebut juga menekuk lutut lawan dengan menggondol rangking pertama di acara Tarrega Malaysia Guitar Festival. Acara yang diadakan di Kuala Lumpur itu menglorifikasikan kedudukan tim UNY di kancah dunia. Pada tahun yang sama, kelompok gitar klasik, juga menyabet juara kedua pa­ da Valerio International Guitar Festival. Herwin Yogo Wicaksono, Dosen Pen­ didikan Seni Musik, menjadi pamong di belakang keberhasilan mereka.. 


B E R I TA S i v i ta s a k a d e m i k a

DOK. HUMAS UNY

TIM UNY MERAIH SILVER MEDAL IRIISE 2018 Tim UNY yang di ketuai oleh Hanafiah Ali (Ilmu Komunikasi/FIS) dan beranggotakan Ghani Arrasid, Fajar Meirani, Mutiara Annisa Widodo dan Assaiq Yudhy Avanda (Pendidikan Matematika/ FMIPA) berhasil meraih Silver Medal dalam ajang International Research Innovation, Invention & Solution Exposition (IRIISE 2018) yang diselenggarakan di University of Malaya pada tanggal 14-16/8/18. IRIISE 2018 merupakan kompetisi

penelitian tingkat internasional yang diselenggarakan oleh University of Malaya. Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan lahirnya inovasi inovasi baru yang dapat bermanfaat bagi kehidupan manusia di masa yang akan datang. Hanafiah Ali menjelaskan, IRIISE 2018 ini merupakan tempat yang tepat untuk menunjukan inovasi inovasi hasil karya mahasiswa karena dalam ajang ini mahasiswa bersaing dengan

Berita-berita lain dapat diakses pada laman www.uny.ac.id

mahasiswa lainnya yang berasal dari berbagai negara dan dari perguruan tinggi ternama. IRIISE 2018 terbagi menjadi 5 kategori yaitu Arts & Humanities, Engineering & Technology, Life Sciences & Medicine, Natural Sciences, dan Social Sciences & Management. Ghani Arrasid menerangkan, tim dari UNY mengikutsertakan pro­ duk inovasi kategori Life Sciences & Medicine. “Kami meng­u­sung project pemanfaatan Daun Ban­­

do­t­an (Ageratum Conyzo­i­des) sebagai anti septik untuk mengo­ bati luka dan gigitan serangga. Ide ini diperoleh setelah melihat banyaknya daun bandotan yang banyak tumbuh di kebun kebun atau halaman rumah dan seringkali dibuang begitu saja karena dianggap sebagai gulma. Setelah dilakukan penelitian, didalam daun bandotan terdapat senyawa flavonoid yang ampuh digunakan sebagai antispetik.” WITONO P E WA R A D I N A M I K A AG U S T U S 2 0 1 8 39


Berita

SPMI MENJADI PERHATIAN DAN PENEKANAN DI UNY

HUMAS UNY

SEMUA INFO PIMNAS 31 DALAM SATU APLIKASI

ARIF / HUMAS

Program Studi S1 Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Yogyakarta berke­ sempatan mendapat visitasi dari Tim Asesor dari tanggal 16-17 Agustus 2018, mereka yang akan melakukan Field Assesment adalah Prof. Dr. Taslim Ersam, MS (ITB) dan Prof. Dr. Jasril, MS (UNRI). Dalam Pengantarnya, Taslim Ersam mengatakan SPMI (Sistim Penjaminan Mutu Internal) yang tentunya menjadi perhatian dan penekanan bagi para pimpinan UNY dalam Field Assesment atau Akreditasi, karena harapan masyarakat terhadap program studi terkait begitu sangat besar. “Kita sekarang disibukkan bukan hanya menyusun standar, kebijakan, format dan lainnya, ini semua jalan baik tapi yang terpenting adalah bagaimana merealisasika, dan kadang kita terlalu tinggi merencanakan tetapi begitu merealisasikan seminimal mungkin dan mudah-mudahan di UNY tidak begitu”, tegas Taslim Ersam. Wakil Rektor I, Prof. Dr. Margana,M.Hum, M.A, didampingi Dekan FMIPA serta jajarannya turut serta menerima kedatangan Tim Asesor dari BAN PT, Kamis (16/8) di Ruang Rapat Pimpinan UNY, Gedung Rektorat Universitas Negeri Yogyakarta. “Perlunya kolaborasi mulai dari pusat/rektorat, fakultas maupun pasca sarjana, dan juga jurusan serta program studi untuk mencapai tujuan dalam program prioritas UNY, dalam hal ini mengawal reakreditasi institusi maupun prodi, sehingga dapat menggeser dari 60% menjadi 70% terwujud”, Jelas Margana.

Berkumpulnya 440 tim dari 136 Perguruan Tinggi se Indonesia dalam gelaran Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) 31 di UNY, membutuhkan tenaga ekstra untuk mengkoordinir dan mengedarkan informasi. Dalam gelaran nasional, Muhammad Izzudin Mahali sebagai Koordinator Bidang Teknologi Informasi PIMNAS mengungkapkan bahwa panita kerap harus berkeliling bahkan berteriak. Guna memastikan bahwa informasi mampu tersebar kepada seluruh pesertanya.

Tulisan berupa kisah kegiatan hingga karya-karya unik para peneliti yang tergabung dalam kompetisi PIMNAS, dapat dibaca dalam kolom yang kontennya diproyeksikan akan terus dikembangkan.

Untuk itulah, Izzudin bersama tim akhirnya merintis aplikasi PIMNAS 31. Dirintis sejak Juli 2018, aplikasi yang bisa diunduh melalui Google Playstore tersebut guna memudahkan penyediaan beragam informasi seputar kegiatan PIMNAS.

Disamping itu, fitur PKM Classes juga akan menyediakan live update yang memberi informasi atas kelompok atau kontingen mana yang belum, sudah, ataupun sedang melakukan presentasi saat itu juga. Semua data tersebut dilengkapidengan lokasi di ruang mana mereka melakukan presentasi.

Terkait animo jurusan non kependidikan di UNY juga meningkat, karena mereka yangbuakn dari prodi kependidikan juga bisa menjadi guru, sehingga membuat akselarasi lulusan program studi kimia bisa mengikuti program Pendidikan Profesi Guru (PPG) dan menjadi guru atau pendidik”, imbuh Margana.

"Dengan demikian, tujuannya adalah memudahkan peserta dalam Pimnas sekaligus akses bagi masyarakat umum atas kompetisi ini," ungkap Izzudin yang merintis aplikasi tersebut dengan tim yang ia juluki sebagai INFINITE UNY.

Hadir dalam kesempatan penerimaan Tim Asesor BAN PT, Wakil Rektor IV, Dr. Rer. Nant Senam; Dekan Fakultas MIPA, Dr. Hartono, M.Si.; Wakil Dekan I FMIPA, Dr. Slamet Suyanto, M.Ed; Ketua Jurusan Pendidikan Kimia, Jaslin Ikhsan, Ph.D; dan Staf Ahli Wakil Rektor I, Dr. Siswanto, M.Pd. @RBIMA

Fitur-fitur yang tersedia dalam aplikasi ini, diantaranya adalah kolom berita yang mengisahkan seputar PIMNAS.

40 P E WA R A D I N A M I K A AG U S T U S 2 0 1 8

Selain itu, tersedia pula fitur PKM Classes. Dalam fitur ini, ter­sedia daftar kelas tempat peserta PKM berkompetisi, pe­tunjuk ruangan, hingga base­camp dan hotel yang ditem­­pati masing-masing kon­­­­tingen dari perguruan ting­ gi peserta kelas. Fitur ter­se­but juga akan dilengkapi de­ngan peta dan petunjuk arahnya.

"Sehingga ketika masyarakat atau para peminat PIMNAS ingin menyaksikan kreasi para peserta, bisa langsung datang ke ruangan sesuai dengan jadwal presentasi yang bersangkutan," tutur Izzudin. Aplikasi ini juga menghadirkan feature pengumuman dengan kemampuan Push. ILHAM


Berita

PENDIDIKAN BERMAKNA SEBAGAI SEKOCI MENUJU MASYARAKAT INDUSTRI Sudah sejak lama orang meyakini bahwa kunci utama bagi kemajuan sebuah bangsa adalah pendidikan, seperti keyakinan bangsa Eropa sejak era pencerahan, Jepang menjelang restorasi Meiji, dan menyusul kemudian Tiongkok pasca revolusi kebudayaan. Dunia kemudian menyaksikan, bahwa ketiga bangsa itu tampil sebagai pionir peradaban manusia dan menjadi subyek aktif yang menentukan arah perkembangan dunia. Melalui penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang diperoleh melalui proses pendidikan, bangsa Eropa sejak abad 15 kemudian tampil menguasai dunia, menyebar ke berbagai wilayah sebagai konsekuensi logis atas perubahan masyarakatnya yang industrial. Secara kronologis bangsa Eropa meraih peran sejarahnya itu diawali oleh lahirnya era pencerahan, penguasaan ilmu pengetahuan alam, penguasaan teknologi, paham kapitalisme liberal, revolusi industri, dan kemudian tampil sebagai bangsa ekspansif, buka Dr. Sugeng Bayu Wahyono, M.Si. Sosiolog UNY sekaligus pembicara Orasi Ilmiah Dies Natalis ke-68 Fakultas Ilmu Pendidikan UNY. Bagaimana dengan bangsa Indonesia? Sejak merdeka kita bangsa Indonesia terus berusaha bertekad menjadi bangsa yang maju dan diperhitungkan oleh bangsa-bangsa lain. Berbagai konsep pembangunan telah diterapkan agar mampu menjadi bangsa maju dan tampil sebagai salah satu kekuatan ekonomi,

DOK. HUMAS UNY

politik, dan kebudayaan yang diperhitungkan dunia. Baik era pemerintahan Soekarno, pemerintahan Soeharto, dan kemudian pasca Orde Baru, bangsa ini terus berusaha berubah ke arah masyarakat industri. Untuk menuju ke arah itu, Soekarno menerapkan sistem demokrasi terpimpin, Soeharto menggunakan otoritarianisme dan pembangunanisme, dan kemudian pasca Orde Baru menggunakan sosialisme demokrasi. Akan tetapi sebegitu jauh, bangsa ini dapat dikatakan gagal menjadi masyarakat industri yang bertumpu pada kekuatan sendiri. Salah satu indikator makro yang nyata adalah, bahwa sebagai bangsa berkultur agraris, tetapi beras, kedelai, jagung, dan bawang masih impor. Bahkan, sebagai negara kepulauan yang memiliki pantai terpanjang di dunia, tetapi garam saja impor. Keyakinan pun juga impor dari India dan Timur Tengah. Berkaca pada sejarah perkembangan bangsa Eropa, kemudian menengok sejarah pendidikan kita sepertinya memang jauh berbeda, dan

bahkan berlangsung sebaliknya. Sejak era kolonial, jelas sistem pendidikan dirancang untuk elite kolonial, sementara kita sebagai bangsa terjajah hanya dijadikan sebagai obyek. Sistem pendidikan diperuntukan hanya untuk elite, dan dirancang untuk memapankan struktur sosial yang tidak adil, dengan bangsa Indonesia tetap sebagai obyek pasif, dan bahkan harus ditindas baik secara fisik maupun struktur kognisinya. Di dalam situasi ketertundukan total itu, maka pada era kolonial itu bangsa Nusantara benar-benar tidak punya sejarah, dalam arti sebagai subyek aktif dalam dinamika perkembangan peradaban manusia, tambah Sugeng Bayu. Salah satu implikasi paling berat praktik pendidikan era kolonial itu adalah terbentuk dan terpatrinya mentalitas sebagai bangsa terjajah yang terus tesedimentasi dalam struktur kognisinya. Memang dalam beberapa kasus melahirkan generasi kritis, yang kemudian melahirkan para pendiri bangsa yang menjadi agen utama menuju Indonesia merdeka. Akan tetapi secara keseluruhan, bangsa ini tetap belum bisa ke luar dari mentalitas sebagai bangsa terjajah, tutup Sugeng lagi.

Dalam laporannya, Dekan FIP UNY, Dr. Haryanto, M.Pd. menyatakan bahwa tema “Pendidikan Bermakna untuk semua� Tema ini sengaja diusung atas keprihatinan kita terhadap praksis pendidikan yang selama ini sepertinya tidak berdampak pada kemandirian dan kedaulatan bangsa sebagai akibat dari penerapan sistem pendidikan yang kurang bermakna. Pendidikan kita tidak membekali siswa bagaimana menghadapi kehidupan nyata di masyarakat, sehingga menyebabkan mereka tidak tahu apa yang harus dikerjakan, kecuali belajar dari buku, bersenang-senang ala kehidupan anak kota dan setelah lulus ingin meneruskan sekolah atau mencari pekerjaan dengan bekal selembar ijazah. Kurikulum yang dirancang hanya mengedepankan tranformasi pengetahuan, dan tidak seimbang dalam meningkatkan harkat manusia. Jika kurikulum semacam itu diterapkan maka percuma dan tak bermakna. Kecakapan hidup adalah solusi dasar, karena pendidikan selalu berujung pada nilai-nilai hakiki kemanusiaan. Untuk mewujudkannya diperlukan adanya paedagogik transformatif, yaitu paedagogik dengan akar paedagogik kritis dalam wujud ramuan kebudayaan. Paedagogi ini, dengan sendirinya, bergerak pada tataran praksis. ANT P E WA R A D I N A M I K A AG U S T U S 2 0 1 8 41


Berita

UNY JAJAKI KERJASAMA DENGAN DJARUM FOUNDATION Universitas Negeri Yogyakarta akan melakukan kerjasama dengan Djarum Foundation. Rektor UNY bersama jajaran pimpinan UNY dalam rangka penjajakan kerjasama melakukan kunjungan ke SMK di bawah binaan Djarum Foundation, Senin (6/8) di Kudus, Jawa Tengah. Direktur Program Bakti

dengan hangat oleh Direktur Program Bakti pada Negeri, Djarum Foundation. Sutrisna Wibawa menjelaskan bahwa Universitas Negeri Yogyakarta mempunya 3 (tiga) jenis pendidikan, yaitu Pendidikan Akademik (S1, S2 dan S3), Pendidikan Profesi (PPG, Profesi Keinsinyuran

dengan pengetahuan dan kemampuannya untuk mengembangkan keilmuannya ke lembaga pendidikan lain, atau bisa juga berwirausaha di era sekarang industri 4.0. “Berkaitan dengan rencana kerjasama kami menawarkan alumni SMK yang terbaik dan akan diarahkan menjadi guru SMK di Kudus, kami juga bisa menampung dalam program kerjasama ‘talent scouting’, tentunya akan dilihat dari prestasinya, harapannya dengan program tersebut lulusan SMK bisa menyebar bukan hanya di Kudus tetapi juga di seluruh Indonesia dan peran Djarum Foundation bisa lebih besar”,

dan misi untuk menjawab tantangan zaman di masa yang akan datang, dan juga sekolah tersebut mempunyai kompetensi yang bisa dikembangkan. “Dari awal kami kami selaraskan kurikulumnya dengan kebutuhan industri, karena klo kita berbicara SMK ujung-ujungnya kita berpkir agar lulusannya bisa terserap di dunia industri, kemudian kita latih guru-gurunya sehingga kita pastikan bisa mendidik dengan kurikulum dan kompetensinya, selanjutnya baru kita bantu infrastruktur jadi kalau gurugurunya belum terlatih kita belum bisa bantu infrastruktur”, tutur Primadi. “UNY merupakan salah satu PTN pencetak guru yang bagus,

DOK. HUMAS UNY

Pendidikan, Djarum Foundation, Primadi H. Serad, serta Tim Bakti Pada Negeri turut menyambut kedatangan dari Rektor dan jajaran pimpinan UNY. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, Prof. Dr. Sutrisna Wibawa,M.Pd, dalam audiensinya mengatakan melihat salah satu yang menjadi perhatian Bapak Presiden Joko Widodo dalam pengembangan dan revitaslisasi di bidang SMK dan Vokasi, maka UNY juga tertarik untuk melakukan kunjungan ke SMK dibawah binaan Djarum Foundation, dan kami sangat berterima kasih dapat diterima 42 P E WA R A D I N A M I K A AG U S T U S 2 0 1 8

dan Profesi Akuntan), dan pendidikan Vokasi (Diploma III), di mana nantinya akan juga akan dikembangkan dalam satu tempat sekolah vokasi di daerah Kulonprogo, kemudian juga akan dikembangkan pendidikan terapan jenjang Diploma IV, S2 dan S3. Sutrsina Wibawa menambahkan siswa dari SMK binaan Djarum Foundation diharapakan nanti juga akan bisa melanjutkan studi lanjut baik jenjang Diploma III maupun S1, sehingga kemampuan mereka bisa meningkatkan jenjang penghasilan.juga

tambah Sutrisna Wibawa. Direktur Program Bakti Pendidikan, Djarum Foundation, Primadi H. Serad di selasela kunjungan ke sekolah menuturkan bahwa,pemilihan sekolah-sekolah yang mendapat binaan Djarum Foundation dilihat salah satunya dari jiwa leadership kepala sekolahnya, kemudian mempunyai visi

semoga dengan penjajakan kerjasama ini kami bisa dibantu mendapatkan guru yang bagus, tidak hanya guru SMK tetapi juga guru-guru feeder-nya SMK baik di PAUD, SD maupun SMP, kami mempunyai banyak guru yang sudah mendekati masa purna, sehingga kedepan kami sangat membutuhkan guru yang bagus dan handal”, tegas Primadi. @RBIMA


Berita

MONITORING KKN UNY DI TEMANGGUNG dalam bidang pendidikan maupun pemerintahan. Rektor UNY Sutrisna Wibawa mengemukakan hal ini dalam monitoring KKN UNY semester khusus di Balai Desa Tegowanuh Kaloran Temanggung belum lama ini. Rektor bersyukur KKN di Tegowanuh berjalan dengan lancar. “Semua berkat bimbingan Bupati, Bappeda Temanggung, aparat dan masyarakat desa Tegowanuh” kata Sutrisna Wibawa. Kedepan diharapkan kerjasama UNY dengan Pemkab Temanggung dapat mengembangkan Tegowanuh sebagai wilayah wisata alam, seni budaya dan sentra kuliner. Salah satu perangkat desa Tegowanuh, Hidayat berterimakasih pada KKN UNY dan masyarakat Tegowanu karena semua kegiatan telah berjalan dengan lancar. Kegiatan ini juga sekaligus memperingati HUT RI ke-73. Mahasiswa UNY di Tegowanuh berjumlah 40 orang dengan program utama merintis desa wisata. Para mahasiswa tinggal di Tegowanuh selama 45 hari untuk menempuh KKN sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar sarjana. Salah satu peserta KKN, Nuning mengatakan para mahasiswa juga merancang tarian untuk dipentaskan dalam acara ini yaitu tarian ‘Lele Truno’ yang berdasarkan kearifan lokal setempat. EKW/CS

ARIF / HUMAS

KKN adalah tugas sebelum lulus studi yang bersifat wajib dan saat ini sudah waktunya ditarik dari lokasi. UNY dengan Pemkab Temanggung sudah menandatangani nota kesepahaman dengan menitikberatkan pada aturan kabupaten tentang pendidikan. UNY membuka diri untuk menindaklanjuti kerjasama tersebut baik

PELATIHAN E-GOVERNMENT UNTUK APARAT DESA Tim UNY berhasil sukses meraih “Juara 1” Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional (LKTIN) Amikom Scientific Competition 2018 proses seleksi hingga final digelar sejak Awal Mei hingga dan pengumuman Finalis pada tanggal 23 Juli 2018. Presentasi Finalis pada Senin- Selasa (30-31/07) di Gedung Utama Ruang Citra 2 Universitas Amikom Yogykarata. Tim UNY terdiri dari Imam Fauzi (Pendidikan IPS’14) dalam Amikom Scientific Competition. Tim terdiri dari : Imam Fauzi (Pendidikan IPS’14), Rizal Justian Setiawan (Pendidikan Tenik Mesin’17), Mahda Enja Al Hudha (Pendidikan Teknik Mesin’17). Mereka mengangkat fokus penelitian tentang inovasi teknologi khususnya tentang perikanan. Banyak dijumpai ikan tangkapan nelayan yang mudah membusuk dan tidak dapat bertahan lama. Secara ekonomi hal ini merugikan para nelayan dan menurunkan nilai pendapatan

mereka. Dampak berikutnya yang dapat terjadi yakni pencemaran udara karna bau ikan yang tidak sedap, serta dapat memicu banyak bakteri

yang hidup bila ikan tidak segera diolah atau diawetkan. Berdasarkan permasalahan tersebut tim UNY berupaya mengkaji kembali solusi akan permasalahan tersebut sehingga diciptakanlah alat pengasap ikan yang dapat membantu mengawetkan ikan hasil

tangkapan nelayan. Hasil penelitian ini telah diuji dan dilakukan analisis mengenai dampak AMDAL (Analisis Dampak Lingkungan). Biaya ekonominya juga sudah dipertimbangkan dengan

BEP (Break even point), BCR (Benefit Cost Ratio) yang nantinya akan diperoleh oleh nelayan. Pada kesempatan lomba ini tim juga menambahkan inovasi untuk mengatasi pencemaran udara yang terjadi dengan mengolah limbah cangkang udang yang

selama ini dibuang tidak terpakai oleh nelayan menjadi sebuah pereduksi polutan. Dalam kegiatan tersebut, Universitas yang berhasil meraih prestasi adalah Juara 1 diraih oleh UNY, Juara 2 diraih oleh UNDIP dan Juara 3 diraih oleh UGM. Dalam kesempatan tersebut, Fauzi mengungkapkan kebahagiaannya bisa meraih prestasi di ajang tersebut. “Senang bisa ikut berkontribusi memberikan ide dan inovasi untuk memajukan Indonesia,” ungkap Fauzi. Fauzi juga menjelaskan bahwa Amikom Scientific Competition merupakan lomba karya tulis ilmiah yang dilaksanakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas AMIKOM Yogyakar­ta dengan tujuan mening­kat­kan kreativitas mahasiswa dalam dalam bidang pene­litian dan sebagai wadah bagi mahasiswa yang memiliki minat dan bakat dalam bidang penulisan ilmiah. SARI P E WA R A D I N A M I K A AG U S T U S 2 0 1 8 43


Berita

DOK. HUMAS FMIPA

DESSY, ENTREPRENEUR LULUSAN FMIPA UNY Dessy Prantisani Hunawa, lulusan prodi Matematika FMIPA merupakan salah satu yang berhasil di bidang entrepreneurship. Sejak tahun 2015, gadis kelahiran Fak-fak, Papua ini sudah memulai bisnis pakaian dan makanan secara online. Selain itu juga sebagai model untuk produk seperti jilbab dan busana yang sampai sekarang masih dijalaninya. “Selain bisnis, saya juga menjadi brand ambassador salah satu operator terkenal sejak tahun 2015 sampai akhir 2017. Saya sengaja istirahat dulu karena 44 P E WA R A D I N A M I K A AG U S T U S 2 0 1 8

ingin fokus mengerjakan skripsi”, terangnya. Hal tersebut diungkapkan Dessy setelah acara Yudisium S1 FMIPA UNY periode Juli 2018 yang digelar pada Kamis, 2 Agustus 2018 di ruang sidang fakultas. Kegiatan entrepreneur, lanjut Dessy, memang cukup menyita waktunya. Sangat susah membagi waktu antara kuliah dan kegiatan yang dilakoni. Tak jarang acara seperti pemotretan berbarengan dengan jadwal kuliah. Dan setelah pemotretan tentunya badan terasa lelah.

Sehingga memang ada nilai saya yang jelek. Kegiatan organisasi yang pernah diikuti oleh Dessy adalah sebagai seksi humas di Himpunan Mahasiswa Matematika (Himatika) FMIPA UNY. Sedangkan untuk organisasi luar dia Ikatan Himpunan Mahasiswa Statistik Indonesia (IHMSI) sebagai Kabid Pendidikan. “Banyak manfaat yang saya peroleh dari organisasi itu diantaranya relasi bertambah relasinya dan pengalaman. Dikehidupan nyata nanti pengalaman mempengaruhi dalam kehidupan sosial. Jadi pengalaman punya nilai lebih dari IPK bagus”, jelasnya. Dessy menerangkan, seetelah lulus akan mengikuti kursus desainer dan menjahit supaya bisa mengembangkan bisnisnya.

Selain itu juga ingin mempunyai rumah makan sendiri. Untuk kuliah Dessy ingin masuk di Mana­­jemen Bisnis atau Psikologi. “Un­tuk peluang kerja di Papua, pe­luang kerjanya banyak di bi­ dang Matematika” imbuh putri da­ri Ninik Suryono yang berpro­ fe­si sebagai pegawai Bank Papua. Peserta yudisium lainnya yaitu Fajar Faozathul Khikmah dari prodi Pendidikan Biologi. Fajar berhasil lulus dengan IPK tertinggi yaitu 3,91. Fajar pernah mengikuti program sit in ke Yala Rajabhat University Thailand pada Desember 2017. Fajar menceritakan bahwa pendidikan di Thailand lebih menekankan pada produk. Jadi pada mata kuliahnya menghasilkan produk. Misalnya pada mata kuliah tertentu dengan media gelas menghasilkan hiasan. WITONO


Berita

HADAPI ERA DISRUPSI MINDSET MAHASISWA HARUS DIUBAH

DOK. HUMAS UNY

Era disrupsi sudah melanda dunia pendidikan. Online education sudah mulai dilakukan beberapa perguruan tinggi di Indonesia. Dunia telah berubah, TVRI yang dulunya nomor satu terpuruk ke nomor 14 karena terdisrupsi. Orang terkaya di dunia bukan pebisnis minyak atau otomotif melainkan bergeser pada teknologi informasi. Demikian dikatakan Direktur LPP TVRI Helmy Yahya dalam acara Pengenalan Kehidupan Kampus Bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) di GOR UNY, Selasa (14/8). Lebih lanjut diungkapkan pada era sekarang adalah era sharing ekonomi yang memaksimalkan media online. “Mindset mahasiswa harus diubah karena kedepan berbisnis adalah serba digitalisasi melalui internet” kata Helmy Yahya. Lulusan University of Miami tersebut mengungkapkan banyak perusahaan gulung tikar karena banyak yang beralih via online termasuk cara bepergian dengan ojek. Yang bisa bertahan bukanlah yang terkuat atau paling pintar melainkan yang tercepat dalam melakukan perubahan. Era disrupsi merupakan penjabaran dari inovasi, mengubah value dengan kecepatan, lebih murah dan lebih bervariasi, mengubah perilaku model bisnis serta menyingkirkan pemain lama. Pembukaan Ospek UNY ditandai dengan pemakaian jas almamater oleh Rektor pada 4 orang wakil mahasiswa yaitu Rahmawati Dewi dari prodi D3 Akuntansi Fakultas Ekonomi, Ikhsan Marvel Khairullah dari prodi S1 Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan, Sri Astika Ishak dari prodi S2 Pendidikan Teknologi Kejuruan serta Hendra Baharudin dari prodi S3 Penelitian & Evaluasi Pendidikan diikuti seluruh mahasiswa baru yang hadir. Menurut Wakil Rektor I UNY Margana, PKKMB kali ini diikuti oleh total 6.904 mahasiswa yang terdiri dari 596 mahasiswa D3, 5.082 mahasiswa S1, 985 mahasiswa S2, 109 orang mahasiswa S3 dan 132 orang mahasiswa PPG. “Kuota mahasiswa bidikmisi tahun 2018 berjumlah 780 orang dan sedang kami usahakan kuota tambahan sebanyak 473 orang” kata Margana. Mahasiswa baru dengan usia termuda adalah Vidi Mila Sukmawati prodi Pendidikan Sosiologi yang diterima sebagai mahasiswa baru S1 pada usia 16 tahun 2 bulan 14 hari. CREW

KERAJINAN TAS HAK SEPATU WAYANG Tas adalah salah satu kebutuhan masyarakat untuk membawa barang dengan lebih aman. Banyak produsen tas yang membuat tas dengan bentuk dan kegunaan yang berbedabeda seperti tas multifungsi yang dapat membawa lebih banyak barang namun dengan dimensi yang tidak terlalu besar sehingga dapat dibawa kemana-mana.dari sekian banyak bentuk tas yang dibuat, yang paling laku penjualannya adalah tas jinjing. Akan tetapi tas jinjing yang beredar di pasaran saat ini masih memiliki banyak kekurangan, seperti bentuk yang kurang menarik, motif dan bentuknya monoton. Oleh karena itu, diperlukan inovasi dan kreasi baru tas yang lebik baik, yaitu membuat tas menjadi menarik dengan

HUMAS FIS

menambahkan motif budaya lokal dengan bentuk yang inovatif. Hal ini diapresiasi mahasiswa UNY yang meng­ kre­asikan tas dengan hak sepatu. Ide kreatif ini digagas Isma­yan Dwi Prayoga dan Roby Mustofa prodi Pendi­ dikan Kriya, Lusiana Indriani prodi Sastra Indonesia, Dewi

Puspitasari prodi PBSI FBS dan Ni’ma Fitrotillah prodi Akuntansi FE. Menurut Ismayan Dwi Prayo­ ga, mereka membuat tas jinjing dikombinasikan dengan hak sepatu dan diberi motif warisan budaya indonesia yaitu wayang dengan akronim Kerja Tak Sayang (kreasi kerajinan tas hak sepatu wayang). “Wayang adalah warisan budaya Indonesia yang harus kita jaga dan kita lestarikan” katanya. Harapannya dengan adanya tas Kerja Tak Sayang mereka berupaya melestarikan budaya Indonesia yaitu wayang dari menurunnya peminat wayang yang ada di Indonesia. Lusiana Indriani menambahkan, bahan yang digunakan dalam pem­ buatan tas ini adalah kulit sapi dengan sol sepatu karena bahan ini sangat cocok dan tahan lama untuk dijadikan sebuah tas dan terlihat lebih elegan. Jenis tas yang akan diproduksi adalah tas dengan model jinjing. Roby Mustofa menjelaskan, bahan yang digunakan adalah kulit sapi, sol sepatu, benang nilon, cat warna kulit, tinta perak, kain beludru, ritsleting, spons ati, lem dan karton. Proses pembuatan produksi tas, langkah awal siapkan alat dan bahan, kemudian mendesain tas yang akan di produksi sekaligus membuat polanya. Bahan tas dipotong lalu dijahit sesuai pola. Ga­ bung­kan dengan sol sepatu yang telah disiapkan, finishing dan pengepakan produk. “Pena­tahan kulit dengan pola wayang dilakukan sebelum bahan dipotong” kata Roby. Pemasaran Kerja Tak sayang dilakukan melalui penjualan online dan sosial media. Kar­ ya ini berhasil meraih dana Dikti dala Program Krea­tivitas Mahasiswa bidang kewira­ usahaan tahun 2018. DEDY P E WA R A D I N A M I K A AG U S T U S 2 0 1 8 45


Afif Ghurub Bestari GEMBIRA DALAM KARNAVAL 46 P E WA R A D I N A M I K A AG U S T U S 2 0 1 8

DOK. PRIBADI AFIF


SOSOK DESAINER

DOK. PRIBADI AFIF

Bagi Afif, kegembiraan karnaval tak hanya hadir dari meriahnya acara dan senda gurau yang mengelilingi gelaran. Karnaval juga bisa mempersatukan bangsa, sekaligus ladangnya bersama tim untuk menghaturkan prestasi bagi almamater. Oleh ILHAM DARY ATHALLAH

K

urang lebih 40 tahun yang lalu, Afif Ghurub Bestari masih duduk dan mengenyam asam garam pendidikan di taman kanak-kanak. Sejak saat itupula, Afif sudah menjadi anak karnaval. Menggunakan baju buatan ibu serta aksesoris yang ia buat seorang diri, termasuk ukiran logam, Afif melenggok indah sembari menyapa warga Ngawi. Pada saat itu, jalan raya seakan karpet merah baginya dan temanteman karnaval. Sedangkan alonalon tempat finish dan penyerahan penghargaan, adalah panggung terbesar yang pernah ia miliki. Bukan hanya besar secara ukuran. Tapi besar karena kenangan, serta kesempatan yang diberikannya. Kesempatan untuk keberanian Afif kecil, yang hingga 40 tahun kemudian masih menekuni bidang yang ditekuninya tersebut. Dengan penuh semangat, dan kegembiraan yang hadir dari setiap sudut-sudut kemeriahan karnaval. 18 medali yang disabet Tim Karnaval Fakultas Teknik (FT) UNY binaan Afif di Filipina pada Agustus lalu, 13 diantaranya emas, menunjukkan asa tersebut masih ada. Satu penghargaan, The Best

Overall Multitalented Artist, juga disabetnya sebagai penghargaan pribadi yang menasbihkan dirinya sebagai seniman terbaik dalam gelaran World Art Camp Olympiade.

AFIF GHURUB BESTARI BERPOSE BERSAMA TIM KARNAVAL DI FILIPINA

Bagi Afif, hari itu ia bergembira. Layaknya hari-hari lain karnaval yang senantiasa meriah, dan menghadirkan kegembiraan bagi setiap insan yang menyaksikannya. Tapi yang berbeda pada hari itu dibandingkan dengan 40 tahun lalu, adalah dengan siapa dan untuk apa ia bergembira. Dahulu, Afif bergembira bersama warga Ngawi. Namun kali ini, dan dalam setiap pertunjukan bersama Tim Karnaval FT UNY, ia bergembira bersama segenap almamaternya. Demi membanggakan bangsa, dalam tiap pertunjukan dan pencapaian tingkat dunia yang dilakoninya.

18 medali disabet Tim Karnaval Fakultas Teknik (FT) UNY binaan Afif di Filipina pada Agustus lalu, 13 diantaranya emas.

Anak Bandel yang Berjiwa Seni Samar-samar, Afif masih ingat bahwa dirinya relatif bandel. Afif di bangku taman kanakkanak adalah siswa yang gemar bolos. Hanya ada dua hal, yang bisa menarik Afif menampakkan batang hidungnya di sekolah: lomba menggambar, dan karnaval. Dalam melakoni dan mempersiapkan keduanya, Afif bahkan rela berpanas-panasan. Semua karena kegemarannya untuk melakukan jiwa seni, terlepas dari sifatnya yang relatif bandel dibanding teman-teman sekelasnya. "Memang hitungannya saya bandel, tapi kalau karnaval dan lomba gambar, termasuk latihan, saya pasti masuk. Panas-panasan di lapangan untuk latihan karnaval, wah saya seneng banget," kenang Afif kala ditemui tim Pewara Dinamika di Fakultas Teknik. Jiwa seni yang seakan mengalir dalam darah Afif, tak bisa dipungkiri berangkat dari lingkungan keluarganya yang menggandrungi hal serupa. Kakek Afif, adalah seorang penjahit yang mahir menggambar polapola pakaian. Mulai dari pakaian sederhana layaknya seragam sekolah hingga pakaian dengan P E WA R A D I N A M I K A AG U S T U S 2 0 1 8 47


tingkat kerumitan kompleks layaknya kebaya ataupun jas, dapat dituntaskannya dengan cantik.

SOSOK DESAINER

Ibu Afif, kemudian mewarisi bakat dan minat sebagai penjahit. Takdir mengantarkannya berjodoh dengan seorang sastrawan, yang kemudian mengarungi hidup bersama hingga melahirkan Afif di Ngawi pada 23 Mei 1970. Sedangkan Nenek Afif, juga memiliki darah seni yang begitu kental. Ia seorang pembatik. Mulai dari batik tulis hingga batik cap, bisa dibuatnya dengan lihai. Batik lukisan sang nenek, dengan rajutan penuh cinta dari sang ibu, kemudian kerap dipakainya kala mengikuti karnaval. Itupun dilengkapi dengan logam yang telah diukirnya seorang diri menjadi aksesoris elok layaknya kancing baju ataupun pernak pernik lain. Termasuk, dilengkapi dengan hiasan tas dengan logam maupun kain perca yang juga hadir dari tangan dinginnya. Jiwa seni tersebut sungguh disyukuri Afif, sebagai warisan tiga generasi yang tak ternilai harganya. "Itu bertahap, saya kelas 3 SD kirakira pukul logam jadi aksesoris gitu. Kalau menghias tas, kelas 2 SD. Sedangkan ikut karnaval dan buat aksesoris kecil, itu sejak TK. Berkeliling jalan hingga ke alonalon. Saya sangat bersyukur," kenang Afif. Sebagai siswa SMPN 1 Ngawi, bakatnya semakin diasah tajam. Ia mendapatkan pelajaran tentang busana, dan mulai menggambar ilustrasi-ilustrasi busana. Awalnya menjiplak gambar sang ibu yang kerap ia lihat. Namun lama kelamaan, berkreasi sendiri dengan goresan pensilnya diatas kertas pola. Walaupun demikian, proses menggambar busana tidaklah berjalan mulus dan tibatiba berhasil. Afif sempat cekcok dengan sang Ibu yang membantunya menjahit baju. Alasannya, baju yang dijahit sang ibu berbeda dengan bayangan Afif. "Jadi kita sempat eyel-eyelan lucu begitu. Saya anggap Ibu tidak paham pola yang saya buat. Tapi ibu nganggepnya gambar saya memang begitu, sesuai dengan hasil baju yang ia jahit," kenang Afif sembari terkekeh. Akhrinya, sang ibu menantang Afif untuk ikut lembaga kursus 48 P E WA R A D I N A M I K A AG U S T U S 2 0 1 8

RANI / HUMAS

AFIF SAAT DIWAWANCARAI PEWARA DINAMIKA

jahit. Padahal saat itu, ia baru menginjak kelas 1 SMP. Berbeda dengan para temannya belajar, yang kebanyakan sudah di usia kerja. Tapi toh dalam prosesnya, Afif senang. Menganggap hal tersebut sebagai tantangan yang mengasyikkan. Seiring berjalannya waktu, Afif juga turut membantu ibu dan kakeknya menjahit. Pada beberapa kesempatan, pelanggan ibunya bahkan kerap membanding-bandingkan pola yang dibuat Afif ketimbang milik ibunya. "Itu kita bercanda-bercanda saja. Kadang dilulu, wah gambar Afif bagus ya. Lebih bagus dari milik ibu," kenang Afif sembari terkekeh lagi. Menekuni Pendidikan Busana Bakat Afif terus diasah seiring berjalannya waktu. Hingga suatu saat selepas Afif menuntakan studinya di SMAN 3 Ngawi, ia ingin melanjutkan kuliah di jurusan Seni Rupa UNY. Walaupun seisi keluarganya memiliki

Bakat Afif terus diasah. Hingga ia ingin melanjutkan kuliah di jurusan Seni Rupa UNY.

darah dan kemahiran seni, tapi toh nyatanya keputusan tersebut mendapatkan pertentangan dari keluarganya. Ayah Afif menganggap seniman akan relatif sulit untuk mendapatkan hidup layak dan berkecukupan nantinya. Kendati demikian, Afif justru menganggap bahwa hal tersebut adalah tantangan. Sekali lagi, ia ingin mengalirkan darah seninya untuk membuktikan bahwa seniman juga mampu hidup berkecukupan. Akhirnya, diterimalah ia pada Prodi Pendidikan Seni Rupa IKIP Yogyakarta pada tahun 1989. Serta tak lama kemudian, menempuh studinya hingga akhirnya tuntas di tahun 1996. Disinilah Afif menempa diri sekaligus menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi. Dalam penulisan tugas akhir tersebut, sebuah tantangan lagi-lagi dicobanya untuk membuktikan sekaligus mengembangkan diri. Saat itu, ia memilih tema gambar busana untuk skripsinya. Sebuah pilihan yang dianggap tidak wajar, karena pada umumnya tugas akhir milik sang kawan hanya berisi aplikasi pembelajaran di suatu sekolah. Ataupun paling banter, berkaitan dengan seni rupa murni. "Jadi, belum banyak yang ambil seni rupa terapan. Padahal dunia pendidikan, ini keyakinan saya, harus dekat dengan masyarakat.


Afif sejak lama. Akhirnya, tim karnaval UNY melakukan debut internasionalnya di Viva Vigan Binatbatan Festival of Arts 2013, serta Boklan and Glass Mosaic Competiton 2013 di Filipina. Target awalnya sekedar menjadi finalis ataupun juara salah satu bidang lomba. Tapi hasilnya, ia memperoleh gelar Grand Champion. Juara umum yang mengejutkan dunia, sekaligus mengharumkan nama bangsa.

SOSOK DESAINER

"Bakat, keahlian, dan skill luar biasa diantara tim kita. Dorongan dari Pak Bruri senantiasa kita syukuri," kenang Afif. Karnaval demi karnaval tingkat dunia kemudian kerap dilakoni oleh Tim Karnaval. Bagi Afif, semuanya sangat berkesan dan menjadi perjalanan hidup yang tak ternilai harganya. Di Filipina pada tahun-tahun berikutnya, Afif juga didapuk sebagai juri pada World Costume Festival. Pada tahun 2016, masih di Filipina, Tim Karnaval kembali menyabet juara umum dengan status sebagai undangan dari Wali Kota Vigan. Undangan yang hadir karena pada 2013 lalu, berhasil menjadi juara umum pada gelaran serupa. DOK. PRIBADI AFIF

Cara mendekatkannya, ya salah satunya dengan terapan," ungkap Afif. Guna menuntaskan tantangan tersebut, ia harus bolak-balik Yogyakarta-Jakarta untuk kursus desain busana di lembaga milik Harry Darsono. Hingga akhirnya berhasil membuat pameran ilustrasi desain busana. Namun alih-alih sekadar menggelar pameran, banyak orang justru memesan kepadanya untuk membuat baju dari desain tersebut. Sejak itulah, ia makin dekat dengan dunia busana. Nasibnya berujung pada pendaftaran diri sebagai dosen di UNY sekitar 2005. Dari proses pendaftaran itu, ia diberi dua pilihan. Menjadi dosen seni rupa FBS, linier dengan latar belakang pendidikan yang dimilikinya, atau menjadi dosen Pendidikan Teknik Busana dan Teknik Busana di FT yang sejalan dengan ekspertis dan kiprahnya dalam berkarir. "Karena saya dekat dengan dunia busana, saya akhirnya pilih teknik busana," kenang Afif.

Mendidik "Anak Karnaval" Dalam perjalanannya, Afif tak hanya didapuk sebagai pengajar dalam studi busana. Ia diminta menjadi pembimbing untuk praktik pertunjukan busana, dalam salah satu kegemaran masa kecilnya: karnaval.

POLESAN MAKE UP PESERTA DISESUAIKAN DENGAN WARNA DESAIN PAKAIAN

Semua itu bermula pada 2 Juni 2008, di saat UNY diminta oleh Dinas Pariwisata DIY untuk mengikuti Jogja Fashion Week. Siapa sangka, baru saja pertama kali mengikuti karnaval, UNY langsung menyabet gelar juara satu. Lima tahun kemudian, dan lima kali mengikuti gelaran tersebut, UNY terus menjadi Juara 1 Jogja Fashion Week. Lima kali berturut-turut. Itulah mengapa Dr. Mochamad Bruri Triyono selaku Dekan Fakultas Teknik mendorong tim karnaval menjadi UKM Fakultas pada November 2015. Beliau juga terus menantang tim karnaval, agar berkompetisi keluar negeri. Suatu hal yang memang sudah diimpikan

Dua tahun kemudian, World Art Camp Olympiade di Filipina, UNY kembali ditasbihkan sebagai juara umum. Secara kumulatif meraih 13 medali emas, tiga medali perak dan dua medali perunggu. UNY meraih Best design costume sketching, best booth installation, best costume photoghraph, dan best design for bodyform architecture. Ada pula best costume bodyform architecture, best cooperation team, best fashion costume photograph, best modeling costume performance, best technology costume production, best innovative costume design dan best costume illustration. Selain medali, Afif secara individu mendapat penghargaan khusus best overall multitalented artist. Menjadikannya seniman terbaik, dalam olimpiade yang diikuti 10 negara mulai Thailand, Brazil, Mesir, Turki, Myanmar, USA, Jepang, Belgia, Filipina dan Indonesia.

KALAM / PEWARA

Kedepan, Afif bersama tim karnaval tengah mengambil ancang-ancang untuk kompetisi lokal sekaligus olimpiade serupa yang akan digelar di Thailand pada tahun 2022. P E WA R A D I N A M I K A AG U S T U S 2 0 1 8 49


» Opini

Mahasiswa Baru dan Budaya Belajar Baru Oleh Prof. SUYANTO, Ph.D Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta

S

elamat Datang Mahasiswa Baru di kampus unggul, kreatif dan inova­ tif, Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Tulisan ini saya buat senga­ ja untuk menyambut kedatangan kalian se­ mua, ana-anak cerdas terpilih dari seluruh wilayah Indonesia. Bahkan ada juga di an­ tara kalian merupakan mahasiswa yang be­ rasal dari manca negara. Kalian semua, harus bersyukur bisa masuk UNY sebagai mahasis­ wa baru. Mengapa begiitu? Faktanya, kurang lebih 50.000 calon mahasiswa yang melamar masuk UNY gagal, tidak memenuhi syarat ka­ rena tidak lolos tes masuk UNY. Mensyukuri kesempatan dapat belajar di UNY tidak cukup dengan berucap syukur se­ cara verbalistik. Sebalikna rasa sykur kalian harus berujud perilaku akademik yang nya­ ta, terukur dan bermanfaat baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Untuk bisa de­

mikian para mahasiswa baru UNY perlu dan bahkan harus bisa meninggalkan budaya la­ ma yang telah dimiliki ketika masih menem­ puh pendidikan di jenjang Pendidikan Me­ nengah. Kalian saat ini sudah memasuki pendidikan tinggi. Tentu saja budaya bela­ jar di pendidikan tinggi sangat berbeda de­ ngan ketika kalian belajar di jenjang pen­ didikan menengah. Sebelum berbicara lebih lanjut, mungkin para mahasiswa baru ber­ tanya apa gerangan budaya itu? Secara sing­ kat dapat dikatakan budaya merupaka nilainilai (values) yang dipraktekkan ke dalam kehidupan pribadi maupun kelompok. Dari pengertian yang singkat ini kamudian kita bisa merujuk terhadap budaya dalam sebuah kehidupan, seperti: budaya belajar, budaya malu, budaya disiplin, budaya menolong dan sebagainya. Jadi setiap nilai nilai kehidupan, terutama yang universal, dipraktekkan atau

dijadikan dasar untuk bertindak dan berper­ ilaku, maka orang yang bersangkutan telah mimiliki suatu budaya hidup di dalam ke­ hidupannya. Nilai-nilai universal yang bisa kalian adopsi untuk dibiasakan (habituasi) dalam kehidupan sebagai mahasiswa di UNY banyak sekali seperti: jujur, disiplin, religius, mandiri, integritas, empati, simpati, respek, suka menolong dan sebagainya, pasti akan sangat membantu kalian dalam menyelesai­ kan studi di UNY dengan baik, prestasi ting­ gi, dan dengan tepat waktu. Mengapa kalian harus mengubah budaya hidup ketika harus belajar di UNY? Jawab­nya ya karena belajar di UNY beda dengan belajar ketika kalian masih di SMA/SMK/MA atau yang sederajat. Keika di SMA kalian belum di­ tuntut memiliki budaya belajar yang mandiri. Segalanya hampir selalu dilakukan atas dasar perintah guru dan atau orangtua. Bisakah bu­ daya belajar seperti itu terus dilestarikan ke­ tika kalian belajar di UNY? Maaf, jawabanya sangat tidak bisa. Di perguruan tinggi kalian harus percaya diri dan mandiri dalam bela­ jar. Belajar tidak harus mnunggu perintah dosen. Sebaliknya belajar harus menjadi ke­ butuhan pribadi dan kelompok yang dilaku­ kan tanpa diminta oleh dosen atau orangtua. Jadi belajar harus menjadi seperti kebutu­ han makan, minum, mandi, rekreasi, bersol­ ek diri. Apalagi pada era disrupsi dan revolu­ si industri 4.0 ini, belajar sepanjang hayat harus menjadi keharusan. Di era disrupsi teknologi, segala sistem kehidupan cepat se­ kali usang, cepat berganti dan orang dipak­ sa untuk hidup dngan cara yang baru dengan meninggalkan cara hidup yang lama. Begitu juga, dalam era re­vo­lusi Industri 4.0 seper­ ti saat ini, konektivitas unsur-unsur orang, mesin, sistem, data dan informasi, menjadi ciri kehidupan yang amat penting bagi siapa saja termasuk kalian sebagai calon-calon in­ telektual muda. Oleh karena itu kalian, para mahasiswa harus bisa membangun jejaring untuk kepentingan belajar secara daring. Di UNY ada Digital Library modern yang mena­ warkan bahan belajar dan infra struktur digital untuk melakukan konektivitas bagi kepentingan pembelajaran secara memadai dalam modalitas daring. Semua mahasiswa harus memanfaatkan fasilitas ini dalam rang­ ka membangun budaya belajar baru. Dalam budaya baru itu kalian harus me­ ru­ muskan paling tidak tujuan yang jelas

Budaya belajar di pendidikan tinggi sangat berbeda de­ngan ketika kalian belajar di jenjang pendidikan menengah. Nilai-nilai universal yang bisa diadopsi untuk dibiasakan dalam kehidupan sebagai mahasiswa seperti: jujur, disiplin, religius, mandiri, integritas, empati, simpati, respek, suka menolong akan sangat membantu dalam menyelesaikan studi dengan baik, prestasi tinggi, dan tepat waktu. 50 P E WA R A D I N A M I K A AG U S T U S 2 0 1 8


FREEPIK.COM

me­ngapa masuk UNY. Kalian perlu mene­ tapkan titik keberangkatan dan titik keda­ tangan dalam sebuah proses pembelajaran dilihat dari dimensi kompetensi yang harus dikuasai maupun dimensi waktu penyelesa­ ian studi. Tujuan ini penting untuk ditetap­

kan agar kalian memiliki alat evaluasi apa­ kah kegiatan, arah, intensitas belajar kalian sudah berada di jalur yang benar dalam men­ capai tujuan belajar di UNY. Dalam mencapai tujuan belajar itu mahasiswa baru juga ha­ rus memiliki hasil belajar yang mencermin­

Dalam mencapai tujuan belajar itu mahasiswa baru juga ha­rus memiliki hasil belajar yang mencerminkan keterampilan abad 21, yaitu: kreativitas, berpikir kritis, komunikasi, dan kolaborasi. Oleh karena itu di samping belajar secara terstruktur mengikuti kurikulum formal, melibatkan diri secara aktif juga diperlukan.

kan keterampilan abad 21, yaitu: kreativitas, berpikir kritis, komunikasi, dan kolaborasi. Oleh karena itu di samping belajar se­ cara terstruktur mengikuti kurikulum for­ mal di program studi masing-masing kalian juga perlu melibatkan diri secara aktif dalam berbagai kegiatan kemahasiswaan yang ban­ yak ditawarkan di Universitas ini. Dengan terlibat dalam kegiatan ek­ stra kurikuler di berbagai program kema­ hasiswan itu, kalian akan memiliki kesem­ patan untuk mengembangkan keterampilan abad 21 dan juga sekaligus bisa meningkat­ kan soft skill yang sudah kalian dapatkan se­ lama pelatihan di UNY bulan lalu. Kemamp­ uan ini amat penting pada zaman serba cepat. Inilah pesan saya untuk kalian, para ma­ hasiswa baru, dengan penuh harapan agar kalian bisa menyandang gelar Sarjana Stra­ ta Satu paling lama empat tahun yang akan datang. Selamat memulai belajar untuk ke­ hidupan yang lebih baik dan berkemajuan. P E WA R A D I N A M I K A AG U S T U S 2 0 1 8 51


» Opini

Substansiasi Ritus Agustusan Oleh Dr. SUHARNO, M.Si. Ketua Program Sutdi S2 PPKn FIS UNY; Dosen PKnH FIS UNY

Negara Republik Indonesia ini bukan milik sesuatu golongan, bukan milik sesuatu agama, bukan milik sesuatu suku, bukan milik sesuatu golongan adat istiadat, tetapi milik kita semua dari Sabang sampai ke Merauke! Perjuangan untuk merebut kemerdekaan ini dijalankan oleh semua bangsa Indonesia. - Soekarno, Surabaya 24 September 1955

K

emerdekaan Indonesia adalah ha­ sil dari kombinasi berbagai ma­ cam unsur, yang terjalin menjadi satu rangkaian, hingga tercipta buah manis berwujud kemerdekaan itu. Ji­ ka satu unsur saja terlambat terjadi, prema­ tur, atau bahkan tidak mewujud sama sekali, maka mungkin sejarah berbeda jalan cerita. Peristiwa Rengasdengklok, misalnya. Bi­ la Sukarni, dengan “kesembronoannya” ti­ dak melarikan Bung Karno dan Bung Hatta; andai kata tidak muncul desas-desus bah­ wa Jakarta akan dibumihanguskan, bisa jadi kedua proklamator lebih memilih pergi ke To­ kyo untuk memastikan kebenaran informasi tentang kekalahan Jepang di palagan Pasifik. Alhasil, 17 Agustus 1945, berpeluang menja­ di tanggal yang tidak akan dikenang sebagai momentum sakral di lintasan sejarah bangsa. Faktor-faktor kejutan semacam itu, da­ pat pula kita jumpai dalam nuansa spiritual yang kental. Sekadar contoh, yakni ketika Wolter Monginsidi hendak dieksekusi oleh serdadu Belanda. Sebelum ia tewas di ta­ngan regu tembak, Wolter memaafkan mereka. Ya, tidak salah lagi. Wolter Monginsidi memberi maaf kepada penjajah tepat sebelum mon­ cong-moncong senjata diarahkan kepada­­nya, dan tepat sebelum ia mangkat di usia dua pu­ lu­h empat.

52 P E WA R A D I N A M I K A AG U S T U S 2 0 1 8

Wajah Indonesia Dewasa ini, unsur-unsur kejutan yang membentuk wajah Indonesia masa kini, su­ lit untuk luput dari radar masyarakat yang meliputi segenap kehidupan bangsa yang be­ gitu kompleks. Di suatu masa, penulis pernah menjumpai seorang tua meninggal, yang se­ cara kasat mata, tampak memilukan. Ia men­ inggal dunia dalam keadaan sakit menahun dan melarat. Tetapi, sesungguhnya bukan itu yang menjadikannya tampil muram, melain­ kan apatisme sekeliling yang tidak terucap­ kan. Pada lingkup yang lebih luas, tahun 2014 rupanya menjadi tonggak bagi polarisasi masyarakat Indonesia. Pemilihan presiden kala itu mampu membelah populasi masyar­ akat kita menjadi dua. Malangnya, pembe­

lahan ini masih bisa dijumpai hingga saat ini, dan bahkan tampak akan terus berlan­ jut hingga beberapa waktu di masa datang. Dua kutub yang tercipta, membuat tiap-tiap ekspresi jiwa manusia Indonesia, tidak ja­ rang dibeli dengan harga murah belaka se­ batas cap-cap sarat prasangka dan sinisme: cebong-kampret. Tentu ini bukan sebuah gambar utuh atas keterbelahan itu. Duel se­ ngit ini banyak dijumpai dalam realitas-reali­ tas semu, yang dilakukan oleh entitas-entitas, yang tidak sedikit, anonim. Sebaliknya, per­ cakapan-percakapan dan ekspresi-ekspre­ si manusiawi jelas masih dapat dengan mu­ dah untuk didapati di kehidupan sehari-hari. Kondisi ini tidak jauh beda dengan gam­ baran pujangga Irlandia, Yeats, dalam dua bait tenarnya, “The best lack all conviction,

Pemilihan presiden kala itu mampu membelah populasi masyarakat kita menjadi dua. Malangnya, pembelahan ini masih bisa dijumpai hingga saat ini, dan bahkan tampak akan terus berlanjut hingga beberapa waktu di masa datang. Dua kutub yang tercipta, membuat tiap-tiap ekspresi jiwa manusia Indonesia, tidak jarang dibeli dengan harga murah.


MAHDAEN.TV

while the worst/ Are full of passionate intensity”. Ragu-ragu, tidak pasti, menangguh­kan potensi. Taruhlah peristiwa Rengasdengklok dan epos Wolter Monginsidi sungguh epik, masa­ lahnya, apakah nuansa tidak produktif, apa­ tisme dan pesimisme karena pertikaian, akan tetap menjadi dapur pacu bagi bangsa ini un­ tuk bergerak? Sama sekali tidak, bukan? Bulan Agustus tahun ini, Republik Indo­ nesia tidak kurang telah berumur 73. Ikhwal ulang tahun, biasanya melibatkan emosi yang tidak sama dengan hari-hari lain. Tidak pedu­ li seperti apa bentuknya. Pada kesempatan Agustusan, begitu sebagian orang menyebut perayaan kemerdekaan, banyak suka cita ter­ manifestasi ke dalam beragam wujud di sean­ tero negeri. Bendera warna-warni sepanjang jalan, lomba panjat pinang, karnaval-karna­ val, upacara-upacara khidmat, hingga ucap syukur yang emosional. Semangat Agustusan Manakala Agustusan, tidak sampai me­ nyebut sebagai titik tolak, dijadikan kesem­ patan untuk menjadikan emosi yang mem­ buncah setiap tanggal 17 bertahan lebih lama, atau bahkan terus menerus tanpa henti, ma­ ka bahan bakar bangsa untuk bergerak sa­ ngat berpeluang untuk berganti. Tekad tak kenal putus bagi Soekarno-Hatta, kebera­ nian dan kemanusiaan Wolter Monginsidi, ketidak acuhan, dan optimisme, adalah nasi­ hat-nasihat klasik yang terus menerus di­ ucapkan. Tetapi ia mesti terus didengung­ kan, mesti diceritakan berulang-ulang

kepada generasi yang senantiasa bergulir, le­bih-lebih di hari ulang tahun kemerdeka­ an. Memang, ini adalah cara untuk menun­ dukkan polarisasi sosial akibat pilpres, yang meremehkan kemanusiaan masyarakat. Cara merebut kembali keberanian untuk melen­ yapkan ketakutan-ketakutan dalam segala rupa. Cara mengembalikan podium bagi ke­ manusiaan masyarakat Indonesia, yang telah direbut oleh narasi-narasi tidak manusiawi: kekerasan, citra panggung politik yang banal, agama sebagai komoditas, ketidakadilan, dan seterusnya. Tidak menjadi soal jika ikhtiar ini men­ ja­ di klise. Tidak terlampau penting. Pa­ ling tidak inilah semangat yang sulit untuk terkikis meski zaman terus berganti. Ia ti­dak terikat oleh semangat zaman. Sema­ngat ber­ juang niscaya selalu ada di setiap masa. Perayaan kemerdekaan Republik Indo­ nesia yang ke-73 memang harus meriah. Wa­ laupun kata orang meriah dan hura-hura be­ da-beda tipis. Kemeriahan ini mesti disertai spirit mengatasi perayaan kemerdekaan se­ kadar seremoni belaka. Ia harus mampu me­ lampauinya. Agustusan kali ini akan sama seperti Agustusan yang telah lewat. Dia akan men­ jadi pengingat. Tetapi apakah alarm ini han­ ya akan berfungsi setiap tanggal 17 Agustus dan akan lewat begitu saja, vakum, hingga 17 Agustus tahun berikutnya? Melampaui Perayaan Mari kita melampaui perayaan kemerde­ kaan yang semata berhenti pada aras wu­

jud ekstrinsik. Prolog tulisan ini, yakni uca­ pan Bung Karno, mudah-mudahan mampu menyentuh bilik memori serta kedalaman jiwa, untuk memicu kita, bersama-sama me­ langkah untuk membangun bangsa yang kaya spiritualitas. Hal ini bisa kita mulai dengan memban­ gun sistem pendidikan yang betul-betul beru­ saha menyemaikan nilai-nilai kebajikan ke dalam diri setiap siswa. Sistem ini ditopang oleh sumber daya yang terukur kualitasnya, mulai dari pemerintah sebagai pembuat ke­ bijakan, Lembaga Pendidikan Tenaga Kepen­ didikan (LPTK) sebagai penghasil para guru, hingga guru itu sendiri yang bersentuhan langsung dengan siswa yang sekaligus men­ jadi pemeran utama yang disaksikan siswa di panggung-panggung kelas setiap hari. Pendidikan ialah instrumen penting ba­ gi perkembangan mental manusia. Terlepas dari bentuknya, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun bukan. Akan teta­ pi pemerintah jelas memiliki tanggung jawab untuk menyelenggarakannya dengan sung­ guh-sungguh. Perkembangan mental sis­ wa yang terbangun lewat pendidikan yang me­nanamkan nilai-nilai kemanusiaan tidak boleh tidak akan memantik siswa untuk tum­ buh menjadi manusia yang memiliki empati. Ia akan mampu mengidentifikasikan dirinya dalam keadaan yang sama, perasaan dan pi­ kir­an, dengan pihak lain. Dengan begitu, em­ pati akan menjadi benteng kokoh bagi apa­ tisme dan perpecahan. Demikianlah. Semoga Agustusan kali ini menjadi lebih bermakna. P E WA R A D I N A M I K A AG U S T U S 2 0 1 8 53


Resensi

HIBURAN ANAK ZAMAN NOW YANG MENAMPAR

P

ara orang tua bisa bernafas lega. Tak perlu la­ kan sebagai anak periang nan aktif yang mencin­ gi bingung memasok hiburan anak dari stu­ tai alam, bisa surfing, sanggup river paddling, pun­ KULARI KE PANTAI Sutradara: Riri Riza ∫ Aktor: dio film luar negeri, kini film anak kembali ya rambut kemerahan masai dan kulit kecokelatan Marsha Timothy, Maisha Kanna, tumbuh di jagad perfilman Indonesia. Peng­ akibat matahari. Lil'li Latisha ∫ Produksi: Miles gagasnya tak lain dan tak bukan duo maut Riri mengemas Kulari ke Pantai dengan cerdas Films ∫ Durasi: 112 Menit Mira Lesmana dan Riri Riza. Lewat tangan dan tak bertele-tele dalam menuturkan kisah para dingin dua sineas ini, pernah lahir film anak karakternya. Di adegan awal, misalnya, penonton legendaris yang bahkan gaung kiprahnya masih terde­ngar akan dibuat langsung mengerti seperti apa personaliti tokoh Sam hingga sekarang. Sebut saja Petualangan Sherina (2000), dan Happy lewat tarik ulur dialog mereka. Konflik yang dihadir­ yang sampai sekarang masih dianggap film anak terbaik kan pun sederhana, relevan dengan kehidupan sehari-hari anakIndonesia, serta Laskar Pelangi (2008), yang berhasil memper­ anak yang kerap memiliki perbedaan pendapat. Alur cerita yang tahankan rekor penonton terbanyak selama sewindu. Kini, Mira padat serta pemandangan alam berbagai daerah Indonesia yang dan Riri kembali dengan Kulari ke Pantai yang menceritakan ki­ muncul tak cuma sebagai pemanis tanpa isi menjadi alasan men­ sah dua orang sepupu. gapa film ini layak ditunggu. Berangkat dari cekcok khas anak-anak pada ulang tahun sang Pesan dalam film ini juga cukup jelas. Salah satu yang paling nenek, Sam (Maisha Kanna) harus menerima kalau perjalanan ber­ menonjol adalah soal pola asuh anak zaman now yang dalam kese­ dua dengan ibunya (Marsha Timothy), yang telah lama ia rencana­ hariannya sudah kepalang lengket dengan gawai. Satir soal peng­ kan demi bertemu peselancar air idola, harus membawa satu orang gunaan bahasa Inggris yang kini lebih sering dipilih oleh masyara­ peserta lagi, yaitu Happy (Lil’li Latisha). Happy merupakan sum­ kat Indonesia, khususnya kota besar, daripada bahasa Indonesia, ber kehebohan dengan mengatai Sam anak kampung hanya karena adalah salah satu yang ingin dikritik melalui film ini. Hal ini diso­ ia berasal dari Rote, NTT; tidak melulu memaku mata pada gawai dorkan lewat karakter Happy dan Dani, seorang bule tapi fasih serta telepon pintar; dan lebih memilih kata ganti sa saat merujuk berbahasa Indonesia dengan logat Papua yang kental. Happy, yang dirinya sendiri. orang Indonesia asli, mengha­ Konflik awal ini lantas biskan hampir separuh dia­ membawa kita ke sebuah per­ lognya dalam film dengan ba­ jalanan menyusuri lekuk pu­ hasa Inggris, sementara Dani, lau Jawa kira-kira sepanjang yang kaukasia, justru dengan seribu kilometer, dari Jakarta riang bercakap lewat bahasa sampai Banyuwangi, de­ngan ibu Happy. Tabiat keminggris G-Land atau Pantai Pleng­ ini beberapa kali disentil oleh kung sebagai garis finish, karakter lain soal betapa bela­ tem­ pat yang direncanakan jar bahasa asing itu perlu, teta­ Sam untuk bertemu dengan pi alangkah apiknya kalau kita sang idola, Kailani Johnson. tidak lupa akan bahasa sendi­ Kulari ke Pantai merupa­ ri apalagi meninggalkan peng­ kan film road movie yang pu­ gunaannya. nya dinamika dengan Sam Barangkali, ini pula yang dan Happy sebagai bahan jadi titik berat mengapa Ku­ bakar. Sebagaimana film de­ lari ke Pantai bukan cuma se­ ngan ele­men road movie lain­ kadar hiburan kala musim li­ nya, penonton akan diajak bur sekolah saja. Jamaknya mengikuti perubahan sikap anak-anak yang kian lancar dari karakter dalam film berbahasa asing tidak menut­ yang me­la­kukan perjalanan. up kemungkinan kalau pilih­ Dalam hal ini karakter, dua an penggunaan bahasa ibu orang sepupu tersebut sa­ merupakan pilihan yang lebih ling bertolak belakang. Hap­ kampungan dan tidak mencer­ py, yang anak Jakarta tulen, minkan keglobalan. Namun, merupakan potret generasi bukankah akan menjadi iro­ Z akhir dan generasi Alfa aw­ ni bilamana kita jadi sangat al—akrab dengan gawai serta global tetapi melupakan asal? segala fitur modernnya, rajin Ibarat kacang yang lupa kulit­ foto-foto cantik lantas men­ nya, tentu kita enggan mem­ gunggahnya di media sosial, bayangkan apa jadinya kalau tidak bisa lepas dari ponsel jumlah penutur bahasa Indo­ pintar, serta keminggris. Di nesia jadi menipis justru dari sisi lain, Sam merupakan tempat muasalnya sendiri. kebalikannya. Ia digambar­ WISNU ADHITAMA 54 P E WA R A D I N A M I K A AG U S T U S 2018


Bina Rohani

Makna Peringatan Kemerdekaan bagi Umat Islam

S

etiap tahun bangsa Indonesia mem­ peringati proklamasi kemerdekaan Indonesia yang jatuh pada tanggal 17 Agustus. Pada tahun 2018 ini bangsa Indonesia memperingati proklamasi kemerdekaan yang ke73. Bagi bangsa Indonesia yang may­ oritas muslim, kemerdekaan meru­ pakan berkah terbesar yang harus disyukuri dengan benar. Secara formal bangsa Indonesia mengakui bah­ wa kemerdekaan ini tidak mungkin ter­ wujud tanpa ijin Allah Swt. Hal ini secara tegas dinyatakan dalam Pembukaan UUD NRI 1945, “Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur supaya berkehidupan ke­ bangsaan yang bebas, maka rakyat Indone­ sia menyatakan dengan ini kemerdekaan­ nya.” Peringatan proklamasi ke­ merdekaan Indonesia tahun ini berbarengan dengan berbagai kejadian penting di berbagai wilayah nusantara yang harus dicermati. Di antaranya yaitu ra­ mainya “pesta demokrasi” terkait dengan pemilihan presiden dan wakil presiden serta pemilihan anggota legislatif mulai dari DPR dan DPD hingga DPRD tingkat I dan II, yang cukup menguras en­ ergi para elite bangsa ini, bahkan juga menguras biaya yang tidak sedikit. Peristiwa lain yang tidak kalah penting untuk dicermati yaitu ter­ jadinya gempa bumi yang sangat dahsyat di Kabupaten Lombok Utara dan sekitarnya di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat, dan Penyelenggaraan Asian Games 2018 yang melibatkan 45 negara di kawasan Asia yang berpusat di Jakarta dan Palembang. Ke­dua peristiwa ini juga menyedot keuan­ gan negara yang cukup besar, padahal di sisi lain negara masih dililit hutang yang ti­dak sedikit yang belum jelas kapan bisa melunasinya. Kemerdekaan merupakan hak bagi setiap manusia. Allah Swt. menganuger­ ahi hak kemerdekaan kepada manusia se­ jak lahir. Manusia sejak lahir diberikan kebebasan untuk hidup, beragama, ber­ pendapat, memilih, dan lain sebagainya. Setiap orang tua harus menjaga dan me­ numbuhkan semua itu agar benar-be­ nar dapat dimiliki oleh setiap anak yang dilahirkan. Allah memberikan semua ke­ merdekaan atau kebebasan itu dengan pe­

Oleh MARZUKI Dosen PKn dan Hukum Fakultas Ilmu Sosial UNY

nuh tanggung jawab untuk menjaga dan menggunakannya dengan sebaik-baikn­ ya. Jaminan kebebasan ini banyak dinya­ takan dalam ayat-ayat Alquran dan dan hadis-hadis Nabi Muhammad saw. Allah Swt berfirman, “Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baikbaik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanya­ kan makhluk yang telah Kami ciptakan.” (Q.S. al-Isra’/17: 70). Ayat ini mengisyarat­ kan bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia di antara semua makhluk Al­

TANGSELPOS.COM

lah di muka bumi ini. Agar manusia mam­ pu mempertahankan kemuliaannya, Al­ lah memberikan modal-modal dasar yang sangat berharga yang tidak mesti diberi­ kan kepada makhluk lainnya. Setiap manusia oleh Allah dibekali den­ gan fisik yang kuat dan sempurna untuk melindungi nyawanya. Modal-modal lain yang membuat manusia menjadi mulia yai­ tu akal, hati nurani, dan agama, yang juga dilengkapi dengan nafsu dan indera. Den­ gan semua modal itulah manusia kemudi­ an diberikan berbagai hak dan kewajiban dalam meniti kehidupannya sehingga pada akhirnya manusia harus mempertanggu­ ngjawabkannya di dunia hingga di akhirat kelak. Dalam pemenuhan hak dan kewajib­ an tersebut, manusia diberikan kemerde­ kaan untuk meraih prestasi tertinggi hing­ ga menjadi yang paling bertakwa (Q.S. al-Tin/95: 4; Q.S. al-Hujurat/49: 13) atau malah sebaliknya menjadi yang paling hina dan tercela (Q.S. al-Tin/95: 5; Q.S. al-A’raf/7: P E WA R A D I N A M I K A AG U S T U S 2018 5 5

179). Allah Swt. benar-benar memberikan kemerdekaan kepada manusia mulai dari masalah-masalah yang mendasar seperti makan, minum, tidur, dan memilih peker­ jaan, hingga masalah yang sangat penting seperti beragama. Terkait dengan kebe­ basan beragama Allah Swt. menegaskan dalam Alquran, “Dan katakanlah: "Kebe­ naran itu datangnya dari Tuhanmu. Maka barang siapa yang ingin (beriman) hendak­ lah ia beriman, dan barang siapa yang ingin (kafir) hendaklah ia kafir. Sesungguhnya Kami telah menyediakan bagi orang-orang zalim itu neraka, yang gejolaknya menge­ pung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi mi­ num dengan air seperti besi yang mendi­ dih yang menghanguskan muka mereka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek” (Q.S. al-Kahfi/18: 29). Jika dalam hal beragama saja Al­ lah Swt. memberikan kebebasan ke­ pada manusia untuk memilih, maka apalagi dalam masalah-masalah yang lain. Al-Syathibi, seorang ahli ushul fikih, mengemukakan bahwa set­ iap muslim memiliki lima hak dasar yang harus dijaga dan tidak boleh di­ ganggu oleh muslim lainnya, yaitu ag­ ama (kemerdekaan beragama), nyawa (kemerdekaan untuk hidup), akal (ke­ merdekaan untuk belajar), keturun­ an (kemerdekaan untuk memilih pasangan), dan harta (kemerdekaan untuk bekerja). Terhadap lima hal ini se­ tiap muslim diberikan hak penuh untuk meraihnya tanpa gangguan dari muslim lainnya. Namun, yang juga penting dipahami bahwa setiap kebebasan yang diberikan kepada manusia selalu diikuti pertanggu­ ngjawaban yang jelas. Semua pilihan ma­ nusia tidak lepas dari risiko yang akan di­ tanggungnya. Bagi setiap muslim sudah patutnya mensyukuri nikmat kemerdeka­ an ini dengan selalu meningkatkan kuali­ tas pengabdiannya kepada Allah Swt. dan diikuti pengabdian bagi negara dan bang­ sanya. Perbedaan kelompok, organisasi, politik, dan kepentingan jangan dijadikan alasan untuk tidak bersatu. Mari kita jaga kemerdekaan ini den­ gan memupuk semangat umat Islam untuk terus berusaha memperbaiki dan mening­ katkan kualitas diri agar ke depan negara besar Indonesia Raya ini terus terjaga ke­ merdekaanya. Amin. 


Cerpen

K Oleh DEN HARDI Sastrawan, Tinggal di Bojongsoang, Bandung

KUPIKIR setiap senyuman itu laiknya perahu. Tubuhnya tegar berlayar di lautan biru dengan buih ketidakpastian. Penuhi siasat jeratan ombak dan ikan. Tubuh yang kukenang sesaat sebelum ia terbenam di ufuk terjauh.

Aku tak mendapatkan cerita utuh bagaimana ia terbenam. Yang kuingat Ayah adalah seorang pelaut hebat. Ia sering memperbincangkan laut dengan segala petualangannya. Terbit dan tenggelamnya matahari adalah penanda awal dimana kamu berdiri, dalam gulita, Polaris dan rasi cemerlang akan menuntunmu bersama angin yang embusannya mampu menggerakkan layar, katanya. Sejak akhir musim kemarau, Ayah—sang penunggang angin itu, tak pernah kembali ke rumah. Sia-sia Ibu melarung bala. Air matanya sesekali tumpah tiap kali melihat orang-orang pesisir berkumpul di bibir pantai menyambut badan perahu. Mengangkut hasil laut. Memeluk anggota keluarganya yang sempat terpisahkan. Tetapi di tengah tuntutan hidup yang semakin tidak ramah, Ibu berjuang sekeras-kerasnya agar kami tetap bertahan. “Engkau anak seorang nelayan

Hikayat Perahu yang tangguh. Dayung perahumu di muka aral yang jadi penghalang. Sekeras apapun hidup jangan pernah takut kegagalan. Ayahmu selalu tersenyum sewaktu pergi melaut. Mungkin di kedalaman samudra, ia pun tersenyum menjemput takdinya. Berikan senyum pada setiap kehidupan, Mantis. Senyum membuat hati melega. Kelapangan.” Senyuman itu acap kukuh berlayar kala mendapati periuk makan hanya berisi nasi garam. Kala peluh menggoda langkah berkilo-kilo jarak yang harus ditempuh menuju pagar sekolah. Kala Madun sahabatku, membicarakan Bapaknya, atau Sanif yang baru saja dibelikan sepatu baru. Kala semua teman-teman merancang masa depannya, sedangkan Ibu masih sibuk mengusahakan cara mengebulkan dapur dan membayar SPP bulanan. Tiap kali ombak kesedihan mengancam, perahuku akan berlayar menahan laju gelombang yang datang berulang-ulang. Seperti sore itu, beberapa orang dengan helm proyek mendatangi lapangan merah tempat kami biasa bermain bola. Desas-desus mengatakan di tanah ini nantinya akan dibangun sebuah pabrik pengolahan. Gerutu anak-anak lainnya terdengar menggema, bunyikan amarah di dada. Inilah hiburan kecilku selain menangkap umang-umang dan

56 P E WA R A D I N A M I K A AG U S T U S 2 0 1 8

mengumpulkan kulit kerang. “Lihatlah nanti akan kubuat sebuah lapangan bola yang besar untuk anak-anak pesisir!” Orang-orang berhelm proyek dan buldoser. Mereka adalah monster gurita. Akan kutaklukkan kalian jika saatnya tiba. Seorang pelaut handal harus mampu menunggangi ombak sepayah apapun ia. Karena tanpa tantangan ombak, kita tak akan bersiap menghadapi badai yang lebih besar. Muson gila yang mengombang-ambing harapan. Badai yang berubahubah sesuai musim. Memaksa kita bersabar hadapi nasib yang bergeming. Dengan segala kesulitan dan susah payah akhirnya kuterima juga ijazah sekolah di tangan. Ibu terharu. Di depanku sudah terpampang dua pilihan: mencari peruntungan nasib ke kota besar atau tetap di dusun ini bersama Ibu, memandangi lautan yang tak bertepi. Sebuah pilihan yang teramat sulit. Tetapi masa depan harus direngkuh. Ibu merelakan aku pergi mengadu nasib dengan gerimis yang membasahi perahu. Meninggalkan segala kenangan di Pantai Kesedihan. *** RAUTNYA memang telah berubah. Upaya apapun untuk mengulur kebosanan di waktu yang terus melaju

tanpa aktivitas akan melonggarkan kulitmu secara niscaya. Wajahnya terlihat kusam. Tetapi perutnya yang membuncit sedikit meringankan hati. Saya sering membayangkan kematiannya di tempat ini. Bukan sejenis kematian yang sering diperbincangkan orang, tetapi hak kemerdekaan yang tercerabut dari badan, pikiran yang terisolasi dan mengendap di sudut-sudut kepala. Di usia produktifnya Ayah jarang meluangkan waktu rihat. Ia selalu sibuk dengan apa saja. Bisnis, kegiatan sosial, undangan ceramah, simposium, pertemuan organisasi, olah raga, sesekali mengajar, atau sekadar ngopi-ngopi dengan rekanan yang sering ia utarakan saat pulang agak larut kepada Ibu. “Ayahmu sedang menebus masa lalunya,” tutur Ibu coba menjelaskan. Saya hafal kisah itu. Ibu sering menceritakannya sebagai pelecut semangat. “Apa yang kita terima hari ini adalah buah kekerasan niat dan usaha, Nak. Usaha dan keberanian Ayahmu meninggalkan Pantai Kesedihan, kampung halamannya untuk membalik arah nasib. Anggaplah dirimu seorang nelayan tangguh seperti kakek. Dayung perahumu di muka aral yang jadi penghalang cita-cita. Kakekmu selalu


tersenyum sewaktu melaut seberapapun besar ombak menghadang, seberapa gelap awan mengepung. Lengkung senyuman itu seperti perahu yang abadi. Perahu yang diwariskan pada Ayahmu.” Saya mengingat petuah Ibu selekat bayangan silam di masa yang pernah kami lalui dulu. Sejauh kenangan itu mundur memutar fragmen demi fragmen tentang sosok Ayah, orang yang mengenalnya pun akan mengingat jejak perahu itu di mata mereka. Perahu yang berlayar bersama perahu-perahu rias lainnya dengan serempak bagai sebuah perayaan karnaval laut. Ayah tak merasa harus merias perahunya agar terlihat cantik seperti perahu mereka. Dengan percaya diri ia katakan: perahu yang hebat adalah perahu yang telah terbukti mampu bertahan dari sekian amukan cuaca dengan kelihaian navigasi sang nahkoda.

pelan. Matanya menangkap kekecewaan. Ia tampak diam membatu. Mungkin merasa kalah. Atau sedang mengingat sesuatu, entahlah. Di lain kesempatan berkunjung ia lebih banyak mendengarkan daripada berbicara. Ia sudah terlalu sering bicara. Mata bulatnya kian menumpul. Perahu itu kini benar-benar karam tak berbentuk. *** SUARA gasal itu berasal dari sosok pria di sampingku. Mengenyah lamunan lampau sesaat. Mengayun dedaunan kiara yang terjatuh di taman ini.

inisiatif. Seorang jurnalis harus lihai menggali informasi. Selalu ingin tahu kehidupan orang lain,” ujarnya menggoda. “Apa kamu menemukan segala kepastian di dunia ini dalam ilmu pasti seperti yang kamu pelajari di kelasmu?” “Maksudmu?” “Kamu terlalu melihat segalanya secara linier, Ariel. Manusia itu beradaptasi.” Ariel menatapku dengan perasaan yang sudah aku ketahui.

“Nasib bagai belati bermata dua. Seperti waktu. Ketika hidup berjalan seolah baik-baik saja, di situlah jebakannya,” ujarnya

Ia adalah pria asing pertama di sekolah yang aku kenal. Anak pindahan dari sekolah lain sewaktu teman-teman seangkatanku baru saja menyelesaikan masa ospek. Dia beruntung. Tak menjadi objek bulan-bulanan tradisi feodal para senior yang haus eksistensi. Aku tahu ini usia tanggung yang bergejolak. Masa dimana kita mulai meraba dunia luar selain rumah. Usia ranum yang lumrah mencoba banyak hal. Termasuk cinta. Bukan cinta sesungguhnya, melainkan getar-getar aneh yang tak kau kenal sebelumnya. Tapi euforia ini tak membuatku tertarik. Aku hanya pengamat. Menyaksikan riuh rendah bising di sekeliling. Saat teman sebaya asyik dengan obrolan calon pacarnya, ekstrakurikuler, atau sekadar berkumpul di sekitar kantin dan lapangan bola, aku luruh menikmati kekosongan waktu pulang sekolah, tanpa bunyi repetisi bel atau derap langkah kaki menunggu jemputan sampai kemudian Ariel FREEPIK.COM menyapa dengan senyuman khasnya. Si anak baru yang sulit ditebak dan sedikit impulsif.

Tapi ayah belum bertemu ujian sesungguhnya, saat ia sadari kemudian bahwa perahu-perahu lainnya sedang berlomba saling hantam, berpencar sendiri-sendiri mencari keselamatan. Bahkan ia terlambat mengetahui jika perahu-perahu rias itu adalah perahu hantu. Menghilang begitu saja saat ia tiba-tiba terancam puting beliung di tengah samudera. Saya masih mengingat wajahwajah manis rekan Ayah sebelumnya saat kanakkanak. Perahu-perahu rias itu mulanya adalah penyelamat. Ya, menyelamatkan Ayah muda dari kegelapan masa depan, kemiskinan. Perahu berbendera aneka warna. Orang-orang itu mengajarkannya cara berdagang dan berorganisasi. Lama-lama jaringannya meluas sampai ke arena politik. Tak ada keramahan yang gratis. Ia mulai terbiasa mengail ikan tanpa kesulitan. Tanpa petualangan yang dicari pelaut-pelaut sejati. Setelah memakai rompi oranye, perahu Ayah akhirnya karam.

ini tanpa banyak kata. Laiknya perkenalan pertama, kala orang yang asing dan tak mengenal satu sama lain duduk bersebe­ lahan di sebuah halte menunggu bus yang sama. Menikmati waktu lesat menuju ufuk.

WALLPAPERSCRAFT.COM

“Giliran apa?” “Kamu kemana aja sih, tentang masa depan. Setelah ini mau meneruskan ke mana?” “Entahlah, jurnalistik mungkin?”

“Seringkali cinta hanya tameng untuk berbuat kekhilafan. Itu­ lah sebabnya aku berhati-hati pada semua orang. Padamu. Ma­ af kalau sikapku terlalu dingin.”

“Universitas mana, luar?” “Aku tak bisa jauh-jauh dari Ibu” Ucapku pelan.

“Aku mengerti. Itu juga alasan­ ku merasa nyaman kenal kamu. Aku punya banyak rahasia. Aku tak butuh teman yang comel.” Sekali lagi bibirnya mengembang.

“Sepertinya kamu tak cocok jadi seorang jurnalis. Kamu kurang

Sepertinya kami akan menghabiskan senja di taman

Suatu hari dia mengajakku pu­ lang bareng tanpa rencana. Mele­wati setapak taman tanpa luap percakapan di bawah rin­ dang kiara sebelum menuju hal­ te dan berpisah satu sama lain. Dia mulai mengisi masa-masa membosankanku di sekolah. Sebelum memunggungi dan menghilang di kerumunan, secara mengejutkan Ariel— dia menyebut dirinya sendiri si anak perahu, menyatakan sebuah pengakuan: ayahnya adalah seorang narapidana yang telah divonis tujuh tahun penja­ ra pada sebuah kasus korupsi. Ia menyebut nama ayahnya. Nama yang aku benci karena turut pula menjerumuskan ayahku jadi pesakitan. (Bojongsoang, Mei 2018) P E WA R A D I N A M I K A AG U S T U S 2 0 1 8 57


PUISI TEMBANG G E G U R I TA N

Mahasiswa Kemerdekaan apa sesungguhnya makna kemerdekaan bagi kita di tapal batas negara selain menikmati slogan-slogan pembangunan dan sisa-sisa bagi hasil dari mengeruk kekayaan alam kita masih jauh dari jakarta, apalagi eropa dan amerika sedangkan rasarasa kita justeru lebih karib ke tetangga beras kita bawang kita gula kita bahkan cawet dan bra, kita peroleh berkah belas kasihan jiran hingga kita tak berani lawan meski hanya meronta 2018

telah lama kita tak mendengar kabar mahasiswa kita bersuara buku-buku kuliah tumpuk di gudang lapuk tanpa dijamah anak muda agen perubahan pada dahulu kala sebenarnya apa yang membuat mereka begitu rupa. hanya lalai lena ataukah bungkam oleh jajan dan jamuan makan kita sungguh rindu dengan mahasiswa berseru sejarah pasti berubah lalu kaki mereka melangkah tangan menyentuh jiwa rakyat dengan senyum merekah begitulah seharusnya mahasiswa kita tak peduli siapa kuasa kakak kelas ataukah tetangga handai tolan ataukah musuh bebuyutan tiran tetaplah tiran 2018 * MUHAMMAD THOBRONI Dosen Universitas Borneo Tarakan

POJOK GELITIK

Skopas-Skopus Umarmoyo: Fren, tak perhatikan di kantormu banyak kumpulkumpul tapi yang diomongkan kok cuma ... skopasskopus... melulu. Makanan macam apa ta itu? Umarmadi: He ... itu bukan makanan atawa minuman. Sebutannya ...skopus! Umarmoyo: Emang si skopus itu apa? Umarmadi: Itu jurnal di sono,

internasional, muaranya orang menulis artikel. Sebagai persyaratan tertentu. Umarmoyo: Ya sudah ... nulis saja. Kenapa harus repot-repot? Umarmadi: Tidak semudah itu, Bro! Umarmoyo: Lalu? Umarmadi: Pertama, jurnal itu jumlahnya tidak banyak, tapi diperebutkan orang buanyak

58 P E WA R A D I N A M I K A AG U S T U S 2 0 1 8

sekali. Pun, dari mana-mana. Kedua, artikel harus bagus, supaya lolos sensor. Umarmoyo: Itu berat ya? Umarmadi: Banget! Tapi, bagi yang merasa berat lho. Tapi, bagi yang merasa ringan, ka­ le ringan juga itu. Umarmoyo: Begitu ya? Umarmadi: Iya! Umarmoyo: Bergengsi ya? Umarmadi: Iya! Umarmoyo: Nah...kenapa artikel temantemanmu tidak dikirim ke jurnaljurnal terindeks skopus di

kantormu sendiri? Bergengsi lho! Umarmadi: Kayaknya belum punya tu? Umarmoyo: Lho ... ya kantormu buat saja jurnaljurnal yang terindeks skopus seperti di sono itu. Di samping kantormu bergengsi, kantormu punya koleksi data-data, temuan-temuan dari mana-mana yang teramat berharga! Dan, uang banyak mengalir masuk. Umarmadi: Iya ya. Eh ... tapi ... Umarmoyo: ............??? EMA R '18


#MahasiswaBaru #PMBUNY #2018 FOTO-FOTO: M ARIF BUDIMAN


Sedang dikerjakan

#kamibagian #UNY #Smart&Smile HERGITA SYI VADILLA (kiri) Mahasiswa Psikologi UNY (angkatan 2015) Diajeng Kota Jogja 2017

Selamat atas keberhasilan tim garuda di london

ROMANDHA EDWIN (kanan) Mahasiswa Akuntansi UNY (angkatan 2015) Dimas Kota Jogja 2017 FOTO: KALAM JAUHARI

W W W . U N Y . A C . I D


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.