2 minute read
BINA ROHANI
Muhammad, Tokoh Inspiratif Sepanjang Zaman
Oleh IKA FENI SETIYANINGRUM
Advertisement
RASULULLAH Muhammad saw memang mahaguru yang begitu dahsyat . Ia adalah cerminan pribadi yang sempurna. Itulah mengapa ia menjadi manusia teladan di akhir zaman. Ia dilahirkan memang dalam kerangka untuk menjadi sosok manusia besar. Sedari kecil, kehadirannya telah menjadi kekagum an orang-orang di sekitarnya. Betapa tidak? Ketabahannya, kesabarannya, kejujurannya, dan ia begitu dipercaya.
Sejak kecil, bahkan sebelum kehadirannya di muka bumi, ia harus kehilangan sosok ayah. Sang ayah, Abdullah, telah meninggalkan Muhammad yang waktu itu masih dalam kandungan. Pun, ketika usia ia menginjak sekitar enam tahun, ia harus kehilangan sang ibunda tercinta, Aminah. Kemudian Muhammad kecil diasuh oleh sang kakek, Abdul Muththalib. Setekah kakeknya meninggal, Nabi diasuh sang paman, Abu Thalib. Di pangkuannya, Muhammad tumbuh menjadi remaja tangguh, hebat! Ia turut berdagang. Kejujurannya tetap luar biasa. Ia tak pernah berbohong, berkata apa adanya. Al-Amin, itulah gelar yang kemudian melekat pada dirinya.
Pada masa usia 40 tahun, Muhammad memperoleh amanah untuk menyampaikan risalah dari Allah Swt. Risalah itu menuntun manusia untuk hanya menyembah Allah Swt., bukanlah berhala di mana pada masa itu menjadi sesembahan masyarakat Arab. Ini tugas yang amat berat. Tapi sang nabi tetap kuat dan tangguh, bahkan siap berkorban jiwa raga.
“Bacalah!” Demikian yang difirmankan Allah Swt. kepadanya melalui malaikat Jibril. “Aku tak bisa membaca,” jawab ia. Perintah “Bacalah” yang kedua pun ia jawab, “Aku tak bisa membaca”. Hingga akhirnya yang ketiga kali, Jibril memegangi dan merangkul Muhammad hingga ia merasa sesak, kemudian melepaskan ia sambil berkata, “Bacalah! Dengan menyebut nama
USAMATEHA78.DEVIANTART.COM
Rabb-mu Yang Maha Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Rabb-mulah Yang Maha Pemurah, Yang Mengajar manusia dengan perantaraan al-qalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”(QS. Al-‘Alaq: 1-5).
Kemudian Muhammad mengulang bacaan tersebut dengan hati yang bergetar. Ya Rabb, inilah awal kali ayat-Mu turun kepada Nabi Muhammad SAW.
Setelah itu, Muhammad yang singgah di Gua Hira’ pulang ke rumah. “Selimuti aku, selimuti aku.” Demikian yang ia sampaikan pada istrinya tercinta, Khadijah. Maka, ia pun diselimuti oleh Khadijah hingga badannya tak lagi menggigil.
Namun kemudian, Allah Swt. berfirman, “Hai orang yang berkemul, bangunlah, lalu beri peringatan! Dan Tuhanmu agungkanlah, dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa tinggalkanlah, dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah.”(QS. Al-Muddatsir: 1-7).
Pada akhirnya, sang Nabi terbangun dan tersadar untuk menyampaikan risalah. Inilah awal perjuangan! Perjuangan yang membawa pengorbanan harta dan jiwa. Ia pernah dilempari batu, dilempari kotoran, diludahi, dihina, difitnah.
Betapa dahsyat sang Nabi berjuang keras untuk menyampaikan risalah. Ia perkuat dirinya dengan bangun berdiri di sepertiga akhir malam, berdoa dengan segenap hati. Ia hidupkan hariharinya untuk senantiasa mendekat pada-Nya. Meskipun kakinya bengkak, ia tak hiraukan rasakan sakitnya.
Meskipun perjuangan untuk sampaikan risalah ini begitu berat, Muhammad tak menyerah begitu saja. Bahkan, ketika tawaran yang menggiurkan dari golongan kafir Quraisy untuk menghentikan dakwah yang dilakukannya dan ia akan mendapat balasan dunia yang begitu luar biasa—jabatan, wanita, kekuasaan, harta—ia tak gubris semua itu. Muhammad menjawab, “Sungguh demi Allah, apabila matahari ada di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku agar aku meninggalkan agama ini, maka aku tak akan meninggalkannya sampai Allah memenangkannya atau aku ikut binasa karenanya.”
Dirinya tak tergiur dengan kenikmatan dunia. Bahkan, ia hidup dengan sederhana. Apabila rezeki melimpah, ia tak mengambil sebagian dan sisanya untuk yang lain. Betapa sederhana sosoknya. Bahkan di akhir wafatnya, baju besi yang ia miliki pun sudah tergadaikan. Ini hanya secuil kesederhanaan yang dimiliki Rasul. Sosok yang menginspirasi sepanjang zaman.
IKA FENI SETIYANINGRUM Mahasiswi FMIPA UNY