Pewara Dinamika November 2010

Page 1

Volume 11 • nomor 35 november 2010

issn 1693-1467

P e w a r a

Dinamika universitas negeri yogyakarta

EDISI KHUSUS BENCANA MERAPI

DARI UNY unTuK IndOnESIA GOR UNY menjadi tempat pengungsian korban Merapi. Di GOR inilah aktivitas kemanusiaan dihelai. Dari UNY untuk Indonesia.


Saatnya Berpikir Ekosentrisme!

Sejak 1998 hingga pertengahan 2003, tercatat telah terjadi 647 kejadian bencana di Indonesia. Sebanyak 85% merupakan bencana banjir dan longsor, diikuti gempa bumi, gunung berapi, dan angin topan. Tingkat kematian mencapai 2022 jiwa. Ternyata, bencana besar tersebut dapat diantisipasi kejadian dan risikonya. Banjir, tanah longsor, dan kebakaran hutan merupakan petaka yang terjadi bukan hanya karena faktor alam, apalagi kemarahan Sang Pencipta. Namun, lebih banyak karena faktor campur tangan manusia. Kita telah salah dalam mengelola lingkungan hidup. Kita telah menjadi manusia yang serakah! Dan, kita telah dihinggapi “penyakit” antroposentris—manusia adalah pusat segala-galanya, sedang alam dan isinya hanyalah objek inferior yang tak bernilai bahkan boleh “diperkosa” begitu saja. Alam pun murka. Bumi manusia diluluhlantahkan. Jiwa dan materi melayang seketika. Negeri ini hanya menangis dengan sujuta petakanya. Jamrud khatulistiwa yang pernah kita banggakan pun sirna bersama angin. Untuk itu, sikap mencintai alam dan berpikir ekosentrisme—manusia dan alam serta isinya adalah satu sistem kehidupan yang saling terkait, tidak dapat dipisahkan begitu saja—merupakan senjata pemungkasnya. Iklan layanan ini dipersembahkan oleh Pewara Dinamika • teks: Sismono la ode • foto: 4.bp.blogspot.com


pena redaksi

P e wa r a

Dinamika universitas negeri yogyakarta

PENERBIT HUMAS Universitas Negeri Yogyakarta IJIN TERBIT SK Rektor No. 321 Tahun 1999 ISSN 1693-1467 PENANGGUNG JAWAB Prof. Dr. H. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A. (Rektor UNY) PENGARAH Prof. Dr. Hj. Nurfina Aznam, SU., Apt. (Pembantu Rektor I) H. Sutrisna Wibawa, M.Pd. (Pembantu Rektor II) Prof. Dr. H. Herminarto Sofyan (Pembantu Rektor III) PENASEHAT Hj. Sujariyah, M.Pd. (Kepala Biro AUK) Dra. Hj. Budi Hestri Hutami (Kepala Biro AAKPSI) PEMIMPIN UMUM Prawoto, S.E. PEMIMPIN PERUSAHAAN Drs. Wedho Chrisnarto PEMIMPIN REDAKSI Sumaryadi, M.Pd. SEKRETARIS REDAKSI Tusti Handayani, A.Md. REDAKTUR PELAKSANA Sismono La Ode, S.S. REDAKTUR Lina Nur Hidayati, M.M. Witono Nugroho, S.I.P. Dhian Hapsari.SS. Ariska Prasetyanawati Eka Wahyu Pramita. S. Pd. Mindiptono Akbar. SS. Desain dan Tata Letak Kalam Jauhari FOTOGRAFI Heri Purwanto, SIP. REPORTER Ratna Ekawati, S.I.P. (FIK) Nur Lailly Tri W., A.Md. (FISE) Dedy Herdito, M.M. (FMIPA) Tien Kartika Komara Dewi, A.Md. (FBS) Noor Fitrihana, M.Eng. (FT) Didik Kurniawan, S.Pd. (FIP) Prayoga, S.I.P. (LPM/Lemlit) Sugeng Sutarto, S.Pd. (Sistem Informasi) SIRKULASI Drs. H. Trisilia Suwanto Sarjana Sudarman Sri Widodo Maryono ALAMAT REDAKSI Jl. Colombo No. 1 Kampus Karangmalang Universitas Negeri Yogyakarta 55281 Telp/Fax 0274 542185 E-mail: pewaradinamika@uny.ac.id Online: www.uny.ac.id

istimewa

Akhir Oktober sampai akhir November menjadi hari-hari yang penuh ujian bagi masyarakat Yogyakarta. Masih lekat dalam ingatan kita bagaimana gempa­ bumi terjadi disusul dengan meletusnya­ Gunung Merapi pada pertengahan 2006. Kini, di penghujung 2010, Gunung Merapi kembali mengejawantahkan kuasa­ nya hingga menelan lebih dari seratus kor­ban jiwa termasuk sang Juru Kunci Mbah Marijan. Eksodus besar-besaran juga terjadi. Ratusan ribu orang harus mengungsi demi menghindari kejaran wedus gembel yang meluluhlantakkan rumah dan merenggut nyawa kerabat mereka. Musibah selalu memberikan dampak yang tak sedikit. Mereka kehilangan rumah, harta benda, sanak saudara, aktivitas sehari-hari, serta yang paling utama adalah kehilangan senyum ceria me­­reka. Dampak psikologis memang dampak yang paling berat. Namun sela­ l­u ada hikmah dibalik setiap kejadian. Musibah kembali mengukur sejauh mana rasa kemanusiaan kita, kepedulian kita. Merekatkan yang jauh, mempererat yang sedang renggang. Redaksi pewara sendiri turut terli­bat pada mediacenter UNY di Posko Merapi GOR UNY. Mediacenter menjadi sumber informasi kondisi dan kebutuhan peng­

ungsi, serta input-output bantua­n yang disalurkan pihak luar melalui Posko Merapi GOR UNY. Meski begitu, di tengah kesibukan tersebut, selalu terta­ nam kuat dalam sanubari kami untuk te­tap bersemangat menerbitkan maja­ lah tercinta ini. Dengan kualitas yang lebih baik tentu. November bulan pahlawan. Mari simak cerita perjuangan para pahlawan bagi pengungsi pada Pewara edisi kali ini. Mereka adalah relawan Posko Mera­ pi GOR UNY yang terdiri dari mahasis­wa dan segenap civitas akademik UNY. Bermodalkan cinta dan rasa kemanusiaan, mereka berjuang membantu pengungsi yang sedang kena musibah. Lewat ulur­an kasih itu, tertanam kuat harapan untuk mengukir kembali senyum dan keceriaan pada wajah para korban. Semoga sumbangsih para pahlawan pengungsi itu diterima Yang Mah­a kuasa sebagai bekal di akhirat kelak. Amin. Tak lupa, kepada para pembaca, te­ taplah mengirimkan tulisan berupa re­ sen­si, opini, cerpen, puisi, bina rohani,­ maupun surat pembaca. Karena yang tu­lis akan mengabadi, sedang yang ter­ u­cap akan berlalu bersama angin. Dan sejarah telah banyak membuk­tikan perubahan-perubahan besa­r yang bermula dari pena. Selamat membaca! 

Redaksi menerima tulisan untuk rubrik Bina Rohani (panjang tulisan 500 kata), Cerpen (1000 kata), Opini (900 ka­ta), Puisi/Geguritan/Tembang (minimal dua judul), dan Resensi Buku (500 kata). Tulisan harus dilengkapi de­ngan iden­ti­tas yang jelas, nomor yang bisa dihubungi, pasfoto (khusus Opini), serta keterangan dan sampul bu­ku (khu­sus Re­sen­si Bu­ku). Kirimkan tulisan An­da me­la­lui pewaradinamika@uny.ac.id atau langsung ke kan­tor Humas UNY. Bagi yang dimuat, ho­nor dapat diambil di kantor Humas UNY.

P e wa ra Din a m i ka N o ve m b e r 2010

1


daftar isi Volume 11 • Nomor 35 november 2010

l a po ra n U ta m a

Dari UNY untuk Indonesia

TIM MEDIA CENTER

GOR UNY menjadi tempat pengungsian korban Merapi. Di GOR inilah aktivitas kemanusiaan dihelai. Dari UNY untuk Indonesia. halaman 6

26

berita

Aditya Herpavi: Alam Harus Dijaga! EDISI KHUSUS BENCANA MERAPI

tidak tahu bagaimana kondisi rumah karena belum diijinkan untuk menginjak zona bahaya Merapi? Pertanya­ an inilah yang menggugah Aditya Herpavi...

TIM MEDIA CENTER

Tahu rasanya jauh dari rumah? Apa­ lagi tidak ada kepastian kapan bisa kembali ke rumah? Ditambah lagi,

Berita Lainnya • Membangkitkan Semangat Anakanak • Mulai dari Capek hingga Bertemu Artis • Senam Bersama Pengungsi • Septi Benar-Benar Berpulang…

4 1 3 42 42 5

dari pembaca dari redaksi Jendela pojok gelitik puisi•geguritan•tembang resensi media perancang sampul: kalam jauhari

2

P ewa r a Di n a mik a n o v e m b e r 2 0 1 0


jendela

Merapiku...Oh...Merapiku... Bermula dari kehidupan tenang, aman, tenteram, dan damai. Seperti biasanya, segenap warga Yogyakarta khususnya, dan sekitarnya pada umumnya dianugerahi oleh Allah swt dengan peri kehidupan yang tata titi tentrem, adhem ayem, gemah ripah loh jinawi, semua melakuka­n pakaryan sehari-hari sebagaimana biasanya. Semuanya samya saiyeg saeka kapti bahu-membahu, saling menjual-saling membeli, salin­g mem­­butuhkan-saling dibutuhkan, saling mem­ be­r­i-saling menerima. Tiba-tiba, gunung kebanggaan warga Yogya­ karta – Gunung Merapi – yang selama ini dinilai an­teng merbawani, anggun berwibawa, mulai bikin ulah gara-gara terserang penyakit batukbatuk. Berawal dari batuk-batuk kecil, semakin kencang, semakin kuat, semakin dahsyat, dan berhamburanlah dari mulutnya yang menga­ nga lebar: asap tebal, awan panas ‘wedhus gembel’, hujan abu, hujan pasir, lahar panas, dan banjir lahar dingin. Semua binatang penghuni lereng Merapi yang memang punya naluri dan instink jauh lebih tajam ketimbang manusia sudah jauh-jauh hari meninggalkan ‘pemukiman’ mereka untuk pergi jauh ke tempat yang lebih aman. Manusi­a yang dalam hal ini kalah peka dibanding para hewan itu pun baru berhamburan tungganglanggang begitu ancaman besar sudah di depa­n mata. Mereka berlari pontang-panting kadya gabah den interi. Ada yang berlari tanpa tahu ha­ rus ke mana. Ada yang berlari untuk berlindun­g di tempat sanak saudara dan kenalan­nya. Ada yang menuju posko-posko pengungsian yang alhamdulillah segera disiagakan dengan sigap oleh pemerintah (daerah) maupun berbagai pi­ hak yang punya kepedulian terhadap para korban bencana Merapi ini. Intinya, Gunung Merapi njeblug, meletus he­ bat, yang mengakibatkan berbagai kawasan­ luluh-lantak, berbagai bangunan rata dengan tanah, hewan-hewan piaraan, persawahan, ladang, tegalan, kebon, pekarangan hangus terbakar atau tertimbun abu dan pasir. Sekian banyak jiwa manusia bertumbangan tidak sempat menyelamatkan diri. Seorang Mbah Maridjan, pengasuh dan juru kunci Gunung Merapi yang selama ini dimitoskan ‘tidak mungkin terjadi

apa-apa atas dirinya terkait dengan ulah Gunung Merapi’ pun harus rela menjadi ‘tumbal’ keganasan si wedhus gembel. Kita mencatat bahwa ia rela mati demi prinsip ‘suthik tinggal glanggang colong playu’. Layaklah kiranya Mbah Maridjan dipikirkan untuk digelari ‘Pahlawan Kearifan Lokal’ atau ‘Pahlawan Kebudayaan’ atau ‘Pahlawan Merapi’. Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), sebua­h universitas besar di Yogyakarta, adalah univer­ sitas milik rakyat, maka UNY selalu merasa me­ miliki rakyat. UNY kontan berpikir, bersikap, dan bertindak cepat dan responsif demi ikut menyelamatkan dan membantu para korban erupsi Gunung Merapi. Jadilah, Gedung Olah Raga (GOR) UNY dan sekitarnya – yang beberapa tahun lalu juga dijadikan posko penampungan korban gempa bumi Bantul dan sekitarnya – disulap menjadi posko penyelamatan korban bencana Merapi. UNY merasa terpanggil dan berupaya meme­ nuhi panggilan itu. Para korban tidak boleh di­ kor­bankan dan semakin menderita. Para korban tidak boleh dibiarkan semakin terpuruk. Mereka harus tetap punya nyali untuk bangkit kembali. Para korban harus segera mampu berdiri – tegak – dan berlari. Oleh karena itu, di sam­ping mereka dihibur, dicukupi berbagai keperluannya, mereka juga dibekali dengan berbagai kemampuan dan keterampilan sesuai minat dan pilihan masing-masing, yang itu diharapkan akan teramat bermanfaat setelah mereka boleh kembali ke asalnya masing-masing. Bencana erupsi Gunung Merapi ini adalah musibah murni, bukan hasil rekayasa ‘tangan jahil’ manusia. Sebuah musibah alam yang memang tidak mungkin dihindari. Maka, yang bisa kita lakukan, di samping berupaya semaksimal kemampuan mencegah datangnya bencana serupa, adalah berdoa memohon kepada Tuhan agar bencana Merapi ini segera berakhir, sehingga kehidupan bisa berjalan normal kembali seperti sedia kala, dan tidak lagi terjadi bencana­ -bencana lain yang serupa. Amin.

Drs. Sumaryadi, M.Pd. Pemimpin Redaksi

P e wa ra Din a m i ka n o ve m b e r 2010

3


dari pembaca Kirimkan kritik/komentar/tanggapan Anda mengenai Pewara Dinamika maupun persoalan di seputar kampus Universitas Negeri Yogyakarta. Kritik/komentar/tanggapan harap dilengkapi identitas yang jelas dan dapat dikirim melalui pewaradinamika@uny.ac.id atau langsung ke kantor Humas UNY.

Ada Kambing di Trotoar Pengembangan kampus UNY dari sektor fi­­sik, dari hari ke hari semakin lengkap saja. Se­la­in gedung-gedung megah, kampus UNY juga kini dilengkapi dengan trotoar yang memanjang sepanjang sisi kampus. Pem­ ba­ngunan trotoar ini tak hanya mempercantik kampus, tapi juga memberikan safety kepada civitas akademik yang berjalan kaki. Dari tahun ke tahun, jumlah pengguna kendaraan bermotor se­ma­ kin memadati jalan-jalan kampus. Dengan adanya trotoar, civitas akademik yang berjalan kaki merasa terlindungi dari kemungkinan kecelakaan, sementara pengguna kendaraan tak perlu lagi merasa was-was. Namun menjelang idul adha kema­ rin, trotoar di sebelah utara KOPMA atau sebelah barat FBS timur dipenuhi oleh kambing-kambing kurban milik ma­sya­ ra­kat Karang Malang. Kambing ter­se­but tak hanya ada di pinggir troto­ar, tapi juga di dalam trotoar dan terika­t di pagar trotoar. Hal ini tentu menimbul­kan keti-

daknyamanan mengingat jalan jadi terhalang. Kotoran kambing juga banya­k berserakan yang mengakibatkan troto­ ar jadi kotor dan bau. Secara geografis, UNY memang diapit perkampungan. Namun untuk mengantisipasi permasalahan semacam adany­a kambing di trotoar ini, ada baiknya ko­

mu­ni­kasi antara kampus dengan ma­ sya­rakat dimassifkan. Hal ini demi keamanan dan kenyamanan kampus, serta kelancaran kegiatan akademik. Semoga saran ini bisa menjadikan UNY lebih ba­ ik. Terima kasih. Maryati Pembaca setia

Banjir Lagi, Banjir Lagi Dari tahun ke tahun, kampus UNY semakin megah dan indah. Pembangunan gedung-gedung baru dengan desain artistik dan elegan menunjukkan bahwa UNY semakin berani bersaing dengan kampus lain. Bahkan berada di UNY kin­i serasa berada di kampus-kampus di luar negeri. Namun tidak begitu jika musim 4

P ewa r a Di n a mik a n o v e m b e r 2 0 1 0

hujan datang. Kampus UNY tiba-tiba berubah menjadi (agak) becek, akibat air­ yang deras. Saya menduga ini aki­ bat sistem sa­ni­­ta­si yang bermasalah, bila hujan de­­ras, got-got UNY menjadi mampet se­­hing­­ga jalanan kampus dibanjiri air. Beberapa kali saya lihat siste­m sani­ tasi diperbaiki. Namun tetap saja, jika

hujan datang kampus kebanjiran. UNY kini sedang go internasional. Alang­kah baiknya sistem sanitasinya juga turut go internasional. Dalam arti perlu tim ahli yang lebih mumpuni. Semoga bisa menjadi masukkan, demi kemajuan UNY ke depan. Matur Nuwun. Lusiana Nainggolan Mahasiswa FIP UNY


resensi media Pencarian Makna Kehidupan Wanita Penulis O l e h L ina Nur H idayati Film yang diangkat dari judul nove­l yang sama ini sempat menghebohka­n Indonesia beberapa bulan lalu karen­a salah satu tempat pengambilan gambarnya dilakukan di Ubud Bali­. Juli­a Roberts yang didaulat berlakon sebaga­i Elizabeth Gilberth memainkan peranny­a sangat apik, sehingga film yang bergenre drama ini layak untuk ditonton. Di samping itu, sang produser, Brad Pitt, juga melibatkan artis Indonesia yang berperan sebagai Nyoman (Christine Ha­­kim), seorang dukun pengobatan tra­ di­sional Bali, serta Ketut Liyer, seorang peramal sekaligus pelukis. Cerita ini bermula ketika memasuki usia 30-an Elizabeth Gilberth, seorang penulis yang notabene terlihat bahagia dalam kehidupannya, memiliki segala kemapanan, baik rumah, keluarga (suami), serta karir yang cemerlang, tiba-tiba merasakan dirinya diliputi rasa pa­ nik, sedih, dan bimbang menghadapi kehidupan. Elizabeth merasa bahwa dirinya tidak mendapatkan kebahagiaan dengan hidup bersama suaminya yang sekarang. Kemudian, tanpa alasan yang jelas, dia memutuskan untuk bercerai. Perceraian itu menyebabkan Elizabeth merasa tertekan, depresi, dan kehilang­ an pegangan dalam hidupnya. Setelah bercerai dari suaminya, Elizabeth sempat menjalin hubungan dengan David, seorang pria muda yang dikenalnya lewat sebuah pertunjukan teater dan gemar melakukan meditasi/yoga. Dari David pula Elizabeth mengerti bahwa meditasi (doa) dapat membantu seseo­ rang merasakan sebuah ketenangan. Namun, hubungan dengan pria muda itu pun tidak berjalan lancar dan justru menambah persoalan bagi Elizabeth. Akhirnya, untuk memulihkan kondisi psi­kologisnya, Elizabeth mengambil lang­kah yang cukup berani, meninggal­ kan pekerjaan dan orang-orang yang dikasihinya dan melakukan petualangan­ seorang diri berkeliling dunia serta me­

‘EAT, PRAY, LOVE’ Pemain: Julia Roberts • Produser: Brad Pitt • Dream Works, 2010 • 120 menit

milih tiga negara yang dirasa tepat untuk mengembalikan kondisinya. Negara itu adalah Italia, India, dan Indonesia. Tujuan pertama Elizabeth adalah Ita­ lia. Negara yang terkenal denga­n piz­ za itu dipilihnya untuk belajar baha­sa­,­ mempelajari kebudayaan, dan me­nya­ lur­­kan hobinya makan makanan lezat. Sampai-sampai beberapa bula­n tinggal di Italia bobot tubuhnya naik 30 pounds. Di sana pula ia belajar bahwa keluarga dan kebahagiaan merupakan segala-galanya dalam hidup. Negara kedua yang dikunjunginya adalah India. Di India Elizabeth mengunjungi Ashram untuk belajar sen­i ber­de­vosi, melakukan meditasi dan doa dengan cara yang lazim dilakuka­n oleh orang Hindu. Dengan bantuan gu­ ru setempat dan beberapa sahabat yang dikenalnya di tempat itu, ia memu­ lai empat bulan penuh disiplin untuk

mengeksplorasi sisi spiritualnya. Negara terakhir yang dikunjungi­nya adalah Indonesia. Di sini ia akhirny­a menemukan keseimbangan hidup, yai­ tu bagaimana membangun hidup yang seimbang antara kebahagiaan duniawi dan kebahagiaan surgawi. Untuk mencari jawaban atas pertanyaan tersebut, ia menjadi murid Ketut Liyer, seorang dukun tua dari Bali. Lewat Ketut jualah, Elizabeth lebih memahami hidup dan cinta. Dan yang lebih penting lagi, di sana pulalah Elizabeth menemukan cinta sejati­nya dengan Felipe, seorang pria asal Brazil. Tidak ada konflik yang berarti yang dikisahkan dalam film ini. Ceritanya cu­kup sederhana, tentang pencarian mak­na dari sebuah perjalanan hidup. Satu hal yang menarik dalam cerita ini adalah ketika Elizabeth berhasil me­ma­ afkan dirinya sendiri, atas beberap­a kegagalan yg dihadapi sebelumnya, termasuk kegagalan dalam pernikahannya. Bahkan, dengan membantu orang lain yang membutuh­kan, Elizabeth dapat merasakan arti kebahagiaan memiliki sahabat dan keluar­ga. Di luar segala romantisme dan hedonisme yang tersaji di film ini, terselip pesan, bahwa hidup akan selalu hadir dengan segala persoalan dan dinamika­ nya. Kita tidak mungkin berharap bah­ wa kebahagiaan akan terus bersama ki­ta, tapi juga perlu diyakini bahwa kesedihan pun tak selamanya mengham­ piri kita. Senantiasa melibatkan Tuhan dalam setiap mengambil keputusan, tak henti berdoa dan tak lupa untuk bersyu­ kur untuk setiap apa pun yang diberikankan Tuhan dalam hidup kita, akan membantu kita dalam proses menghar­ gai hidup dan mendapatkan kebahagian.

Lina Nur Hidayati KHPP UNY

P e wa ra Din a m i ka n o ve m b e r 2010

5


DARI UNY unTuK IndOnESIA GOR UNY menjadi tempat pengungsian korban Merapi. Di GOR inilah aktivitas kemanusiaan dihelai. Dari UNY untuk Indonesia. O l e h sismono la ode

J

umat, (5/11) dini hari. Hujan deb­u menghujam Jogja dan sebagia­n Jawa Tengah. Sirine ambulance sahut me­ nyahut tak henti. Orang-orang pa­ nik. “Benarkah Merapi meletus?” Rasa was-was semakin menghantui masyara­ kat, tak terkecuali saya. Kuambil remote yang tergeletak di atas meja. Ternyata, hampir sebagian besar media elekronik menyiarkan Breaking News: Merapi Meletus! Tiba-tiba telepon berdering. “Gimana kabar? Kamu nggak apa-apa?” tanya kawanku dari luar Jogja. “Alhamdulillah tidak apa-apa! Hanya saya dan keluarga turut was-was,” jawabku. Kala itu Jogja benar-benar kelabu. Kutatap keadaan di luar rumah melalui jendela. Para tetanggga hanya memberi aba-aba kalau Merapi sedang muntah. Kuberanikan diri untuk keluar rumah. Hujan debu masih terus berlangsung. Jarak pandang pun semakin terbatas. “Ya sekitar 7 meter.” Tak terasa azan shubuh mulai berkumandang. Gemercik debu merapi masih terdengar di atap rumah. Stasiun televi­ si pun masih menyiarkan breaking news. Dari layar kaca itu, tampak warga pa­nik,­ terutama mereka yang tinggal di zo­na dekat merapi. Mereka berlarian men­cari zona aman. Para relawan PMI dan lainnya terlihat sibuk membantu evakuasi warga. Berita duka akibat wedhu­s gem-

bel turut diwartakan. Kita hanya bisa berkata,” Innalillahi wainnai­llahi raji­ un. Ya’Allah cobaan apa yang Engkau berikan?” Pukul 07.15, ketika saya telah berap­a di kampus. Debu-debu hampir menutu­ pi sebagian kampus. Gedung-gedung, taman bunga, jalan-jalan, dan pepohon­ an tidak lagi berwarna asli. Penuh de­ ngan debu. Ini untuk kedua kalinya­. Ha­ nya saja, nestapa kali ini lebih dahsya­t dibanding peristiwa pertama Merapi, 30 Oktober 2010. Obrolon Merapi pun men­jadi topik hangat sivitas akademika UNY. Mereka laksana pewarta handal. Dari barat rektorat berita pengungsi­ an di GOR mulai terdengar. Segera kam­i ke sana. Saya, Tono, dan Rodhi langsun­g menuju GOR. Di hall rektorat kami me­ nemui beberapa mahasiswa yang tela­h memakai masker. Kebetulan merek­a ada­ lah, aktivitas Ekspresi UNY, organisa­si pers mahasiswa yang pernah membesarkan kami. Kami pun mengajak mereka ke sana. Sembari ingi­n mewartakan duka di GOR. Kesibukkan mulai terasa. Dekan FIK, Sumaryanto, M.Kes., yang didaulat menjadi Ketua Harian Posko pengungsian GOR UNY tampak sibuk. Dia berlari-lari kecil mengkoordinasikan dengan tim yang diketuai Prof. Dr. Herminarto Sofyan, Pembantu Rektor III UNY. Baik Pak

Hermin maupun Pak Sumaryanto, demikian mereka disapa terus memberikan arahan kepada panitia lainnya.Semua pun sibuk, tak terkecuali kami yang awalnya datang hanya karena pingin tahu dan empati. Menjelang pukul 10.00 debu merap­i masih saja menutupi sebagian aktivita­s relawan UNY. Sumaryanto masih tampak sibuk. “Sekarang, apa yang sedang ditunggu Pak,” tanyaku. “Kami sedang me­nunggu evakuasi warga dari UII. Ka­ mi menyiapkan 3 mobil UNY untuk di­ ba­wa ke sini,” jawabnya. Kesempatan itu, tidak saya sia-siakan. Saya pun te­ rus bertanya, bagaimana UNY ber­inisia­ tif mendirikan Posko Relawan Merapi­. Sembari menunggu datangny­a bus, Su­ mar­yanto berkisah. Saya tahu dia ti­dak fokus akan tanyaku, matanya ke sanakemari melihat situasi. “Tad­i malam, sa­at Merapi meletus, kami langsung kon­tak-kontak dengan Rektor dan pa­ ra Pembantu Rektor. Di tengah situas­i yang menakutkan itu, kami pun memu­ tuskan untuk menjadikan GOR UNY kem­bali menjadi Posko Korban Merapi­, setelah pada 27 Mei 2006 lalu menjadi Posko Gemba Jogja. Di saat itu pula, kami memutuskan Pak Hermin, PR III, menjadi Koordinator Posko Pengungsian GOR UNY. Malam itu juga saya menelpon pengurus GOR untuk menyiapkan


segala macam perlengkapan dan kebutuhan tempat pengungsian. Ya, jadinya seperti ini.Apa adanya,” lanjutnya. Mahasiswa dan dosen yang menjadi relawan masih saja sibuk. Mereka lalu lalang. Ada yang rapat mendadak untu­k menyiapkan kedatangan pengungsi sebanyak 300-an orang. Kabarnya, peng­ ungsi tersebut adalah para pengungsi dari UII (warga Pakem) yang dievakuasi karena UII telah dinyatakan zona tidak aman. Rapat yang dipimpin seorang aktivis KSR PMI UNY berjalan lancar. Tida­k banyak pertanyaan saat rapat. Yang ada hanya masukkan dan bagaimana membuat sistem koordinasi yang efektif dan efisien. Menjelang pukul 11.00 wib suara di masjid Mujahiddin mulai terdengar­. Situasi masih saja tegang. Tiba-tiba Su­ maryanto mengangkat HP. “Pengung­si udah nyampe di Gejayan,” katanya. Kita harus siap-siap. Tanpa aba-aba, dia langsung melapor ke Pak Hermin. Se­ per­­tinya keputusan udah ada. Merek­a se­mua bergegas. Sibuk mempersiapka­n kedatangan pengungsi. Sebanyak 3 bus UNY memasuki gerbang GOR. Orangorang pun berlarian mengikuti arah mo­­­bil yang berhenti di pintu Barat GOR. Mereka tak peduli debu yang ama­t ber­ baha­ya terus menyelimut­i GOR. “Cepatcepat..... Pengungsi tela­h da­tang.” Se-

mua harus siap, segera siapka­n Tim. Satu persatu pengungsi turun. Para relawan telah siap melayani apapun yang terjadi. Rasa takut tampak pada wajah pengungsi. Mereka berlari kecilke­cil menuju ke dalam GOR. Beberap­a anak kecil dan orang Jompo digendong­. Mereka sudah tidak bisa jalan. Pasrah! Seorang nenek renta dengan badan mem­bungkuk berjalan tergopoh-gopoh. Empat kali lebih lambat dibanding jalan anak-anak kecil. Tapi dia terus berusaha­. Tatapannya mengarah ke depan. Anakanak kecil yang didampingi orang tua dan relawan tampak menangis. Tak kuasa menahan sedih. Di pelataran GOR, seorang anak kecil pingsan. Ibunya berusaha mengipas­ngipas tubuhnya yang mulai terlentan­g di atas lantai. “Nak, bangun...bangun,” katanya. Mata ibu itu mulai memerah­. Tak terasa air mata pun menetes di pi­ pi­nya. Wajahnya mulai ketakutan. Dia terus berusaha menyadarkan buah hati­ nya­. Diambilnya minyak angin pemberi­ an seorang relawan, lantas dioles­kan di perut dan punggung anaknya. Para relawan pun tak tinggal diam. Merek­a membantu ibu itu menyadarkan anak­ nya. Di sekeliling ibu itu, ratusan orang sibuk merapikan tempat yang telah disiapkan. Ada yang membetulkan letak tas, ada yang menidurkan anaknya, ada

yang tidur-tiduran, ada yang makan, dan ada juga yang berkisah. Begitu riuh dan genting suasana hari itu. Tanpa terasa azan jumat telah me­ mang­gil, hanya beberapa warga dan re­ la­­wan yang menunaikan shala­t Jumat­. Mereka masih sibuk denga­n aktivi­tas kemanusiaan. Kabarnya merek­a akan sha­lat zhuhur saja. Saya bersama Pak Su­­geng Sutarto langsung bergegas me­ nu­ju Masjid Mujahiddin UNY. Kebetulan lantai 1 sudah penuh. Saya langsung menuju lantai II. Lantai itu belum terlalu bersih. Debu vulkanik masih saja menempel di keramik masjid­. Khotib hari itu meyakinkan jamaah, bahwa yang terjadi hari ini adalah bagian skena­rio Tuhan. Manusia hanya bisa sabar atas ujian Allah Swt. Jamaah pun diminta mengambil hikmah atas semua musibah yang melanda bangsa ini. Berita pengungsian di GOR UNY mulai tersebar luas. Bantuan makanan, minuman, dan bahan logistik lainnya terus mengalir. Panitia makin sibuk. Prof. Hermin hampir tiap saat di GOR. Memantau aktivitas relawan dan pengungsi. Sesekali mereka menerima tamu yang hendak menyerahkan bantuan. Rabu malam (7/10) pukul 20.00 wib, Menteri Pendidikan Nasional, Muhamma­d Nuh, Rektor UNY, Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A. bersama pimpinan UNY la­


in­nya membesu­k pengungsi. Rasa pri­ ha­tin yang menda­lam tidak bisa di­ sem­­bunyikan sang Menteri maupun rom­­bongan lainnya. Untuk menghibu­r su­asana, ­­ Sang Menteri meng­ajak be­be­ rap­a pengungsi ngobrol. Menanyakan keadaan mereka. Bahkan sebagian dari mereka memanfaatkan waktu tersebut untuk meminta langsung peralatan sekolah. Hari terus berlalu. Sebagian dari peng­­­ ungsi tampak mulai bosan. Untung­la­h para relawan berinisiatif. Mereka me­la­ kukan pelbagai macam kegiatan. Sebut saja, senam massal, lomba berlari, trauma healing, dangdut­an, lomba mewarnai, hiburan para artis, melomba menulis puisi, mengikuti super deal 2 milyar, pijat, mengikuti Indonesi­a Berzi­kir, salon kecantikan, dan masih banya­k lagi. Kegiatan-kegiatan inilah yang menghidupkan suasana yang traumatik­. Wajah-wajah para pengungs­i mulai bahagia. Guratan wajah sedih seperti kali pertama tiba sudah tidak terlihat. Ha­ nya sebagian saja. Canda dan tawa pun

menghiasi GOR UNY. Relawan sema­kin gesit. Stakeholder UNY pun merasa bahagia. *** GOR UNY bagai magnet tersendiri. Saban hari donatur datang menyambangi pengungsi dan relawan. Mereka tidak hanya dari pulau Jawa, tetapi dari luar pulau Jawa. Wakil Gubernur Kepulauan Bangka Belititung, H. Syamsudin, S.Sos., M.Si., misalnya. Selain memberi bantuan, dia juga terkesan akan koordinasi relawan di GOR UNY. Bahkan, dia meminta para stafnya untuk sege­ ra mencatat dan mempelajari bagaimana manajemen penanggulangan peng­ ungsi di GOR UNY. “Bantuan kami adalah sebagai tanda cinta kami kepada Yogyakarta dan kami berdoa semoga bencana ini segera berakhir. Semoga dengan kebersamaan kita termasuk UNY diberi barokah. Saya me­ rasa salut karena UNY walaupun mahasiswanya banyak masih menyempatkan untuk membantu para pengungsi, dan ini bukanlah pekerjaan yang mudah.

Saya telah meminta stafku untuk mencatat dan mempelajari manajemen penanggulangan pengungsi di GOR. Saya akan menjadikannya sebagai contoh,” kesan Syamsudin. Menteri Pemuda dan Olahraga, And­i Mallarangeng pun tidak ketinggala­n me­nyam­bangi pengungsi. Kedatangan Men­teri yang identik dengan kumis­ nya ini membuat para pengungsi riuh. Dia sempat dielu-elukan. Kesan yang dialami sang Menteri maupun Wa­gu­b serupa. Mereka puas dan bangg­a de­ngan keterlibatan dan penanggulanga­n bencana ala UNY. Atas kesan-kesan para donatur maupun pejabat pemerintahan membuat Rektor UNY beserta sivitas akademika UNY lain bahagia. Melalui Koordinasi Pembantu Rektor III, UNY semakin me­ ningkatkan pelayanannya. Para relawan benar-benar dimobilisir untuk seikhlasikhlasnya membantu para pengungsi. Bahkan tidak hanya pengungsi di UNY, tetapi juga pengungsi di beberapa titik, misalnya Maguwohardjo, Klaten, Boyo­


foto-foto:TIM MEDIA CENTER

lali, Sawangan, Magelang. Semakin membaiknya pelayanan UNY membuat berita pengungsian GOR tayang be­be­ra­pa kali. Sta­si­u­n Anteve, TV One, Metro TV, Trans TV, misalnya tidak tanggung-tanggung membuat berita live. Menurut Koordinator Media Center Posko Pengungsi GOR UNY, Lena Satlita, usaha mendatang­kan wartawan di GOR bukanlah hal mudah. Sebelumnya, kami harus menyiapkan segala macam informasi mengenai pe­nanggulangan pengungsian GOR. Dari data-data tersebut diolah kemudian kami ‘naikkan’ di media web.Selain itu, lanjut Kepala Kantor Humas, Promosi, dan Protokol UNY ini, jaringan dengan wartawan membuat kami tidak terlalu kesulitan. Tidak mengherankan, beberapa sobat karibku, mewartakan lewat sms mau­pun telepon, kalau UNY sedang dili­ put di televisi. Kabar ini sedikit mem­bu­ at­ku gembira. Bagaimana tidak­, universitas tempat saya sekolah dan bekerja semakin terkenal. Terkenal bukan karena kampus ini melakukan demo anarkis,

tetapi terwartakan karena sedang melalukan tugas berat kemanusiaan yang se­dang menyedot perhatian Indonesi­a bahkan dunia internasional. Keberhasilan UNY mengkoordinir barak pengungsian, membuat pihak manajemen TV One memberikan penghargaan sebagai salah satu tempat pengungsian Mereapi yang dikelola dengan baik dan teratur, serta layak menjadi tempat percontohan barak pengungsian lainnya. Atas pengakuan institusi lain inila­h membuat para relawan semakin giat me­la­yani korban merapi. Mereka ber­ usaha memberikan yang terbaik buat para pengungsi. Alhasil, mereka dan peng­ungsi sudah seperti keluarga sen­ diri­. Jika ada yang sakit, maka dengan gesit relawan berusaha mengobatiny­a dan jika ada yang sedih, para relawan berusaha mengusir kesedihan pengung­ si. Tidak mengherankan, setelah merepi mulai mereda, kabar bahwa pengungsi akan dipulangkan di rumahnya masingmasing dan sebagian akan dievakuasi ke stadion Maguwohardjo membuat

mereka bahagia bercampur sedih. Di tengah kebahagiannya untuk kembali menengok rumah yang sudah hampir sebulan ditinggalkan, mereka juga harus berpisah dengan para relawan yang tulus membantu mereka. Seorang Ibu bahkan menangis, tak tahan menahan haru dan sedih. Kisah tangis Ibu ini juga yang lainnya direkam benar oleh para relawan. Tapi itulah yang harus terjadi. Para pengungsi harus kembali di kampung halamannya, sedang para relawan harus kembali kuliah. Yang jelas, alkisah pengungsian di GOR UNY telah terekam diingata­n mereka­. Di jejaring sosial, sepert­i facebook­, juga telah merekam baik soal sisi kemanusiaan tersebut. Bag­i para pengungsi dan relawan kisah ini menjad­i bagian dalam perjalanan hidupnya. Pun halnya, bagi para pewart­a berit­a dan stakeholder UNY. Suka dan duka telah dilalui. Sukar untuk dilupakan­. Semangat Dari UNY untu­k Indonesia tetap ada di hati mereka. “Saya berharap ini tetap menjadi Spirit­,” kata Sumaryanto­. Tabik! ­­­


laporan utama Partisipasi UNY di Tengah Bencana Merapi GOR UNY kembali menjadi ruang pelindung masyarakat Yogyakarta dari bencana. Terhitung selama 2 minggu, GOR UNY diubah fungsinya menjadi posko Merapi. Para pengungsi merasa lebih tenang tinggal sementara di sini. Apalagi dengan berbagai fasilitas yang lengkap tersedia, ditambah dengan para relawan yang selalu tanggap melayani. Oleh Ariska P rasetyanawati

S

Mahasiswa UNY, yang kebetulan menjadi relawan sedang melakukan evakuasi warga.

ejak siang 4 November 2010, suara gemuruh Merapi sudah terdengar sampai ke Kota Yogyagarta. Semakin malam, gemuruhnya semakin keras, bahkan ter­ dengar sampai ke Gunung Kidul. Status-statu­s di jejaring sosial pun serentak membaha­s su­ ara gemuruh ini. Semua mengajak untuk saling waspada dan saling mendoakan penduduk-penduduk yang berada di zona aman dari puncak Merapi supaya diberi keselamatan. Puncaknya, dini hari yang sudah memasuki tanggal 5 November. Merapi mengeluarkan suara berdentum yang menyebabkan tanah bergetar, anjing-anjing melolong riuh, masjid-masjid mengumumkan peringatan waspada, dan suara tiang lis-

trik yang dipukul mewarnai suasana mencekam lewat tengah malam itu. Hujan kerikil, hujan pasir, dan hujan abu bergiliran menyirami ta­ nah Yogyakarta. Kembali jejaring sosial ramai mengabarkan situasi. Kepanikan pun muncul di kalangan kawan-kawan mahasiswa yang mengkhawatirkan keselamatan para pengungsi Merapi. Dan rasa penasaran pun terjawab saat matahari tela­h terbit. Siapa sangka malam itu gelomban­g peng­ungsian semakin besar ke arah selatan. Pos­ko-posko pengungsian di radius aman 10 Km dari puncak seketika dinyatakan harus diting­ gal­kan. Radius bahaya pun diperluas menjadi 20 Km dari puncak Merapi. Stadion Maguwo-

foto-foto:TIM MEDIA CENTER

10

P ewa r a Di n a mik a n o v e m b e r 2 0 1 0


laporan utama

harjo menjadi rujukan ribuan pengungsi. UNY yang menjunjung tinggi nilai tridharm­a perguruan tinggi tidak tinggal diam. Situasi yang sama kembali terulang, mengingat pada Mei 2006 saat gempa bumi meluluhlantakkan Bantul, GOR UNY menjadi penampungan para korban gempa. Pagi itu, GOR UNY yang menjad­i kebanggaan UNY, segera disulap menjad­i posko Merapi. Koordinator Pengungsi GOR, Prof. Dr. Her­minarto Sofyan tampak sibuk. Begitu pul­a De­kan FIK, Sumaryanto, M.Kes dan sivitas aka­ de­mika UNY lainnya. Mahasiswa-mahasiswa UNY yang menaruh simpat­i pada kondisi peng­­ungsi Merapi yang berjejalan di Stadion Magu­­wo­­harjo bergegas mendatangi GOR untu­k mengabdikan diri sebagai relawan. Bus-bus UNY dikerahkan untuk menjemput warga dari Keca­matan Pakem, Kecamatan Turi, dan sebagian Kecamatan Cangkringan yang mengung­si di Stadion Maguwoharjo sejak semalam. Rela­ wan mahasiswa mengerahkan tenaga untuk me­ngoordinir data pengungsi dengan teliti supaya tidak ada keluarga yang terpisah. Sejak hari itu, tertanggal 5 November-23 November, GOR UNY dijadikan posko Merapi.

relawan. Kerja-kerja relawan bersifat sukarela. Tida­k ada bayaran khusus yang diterimanya seba­ gai imbalan, namun menjadi seorang relawan adalah kebanggan tersendiri. Begitulah yang dinyatakan Ela. “Kalau pahlawan kemerdekaan kan berjuang demi kemerdekaan kita, kalau re­ lawan berjuang membantu sesama seperti ini. Saya bersyukur dengan apa yang sudah saya lakukan.” Motivasi-motivasi itu yang dapat menjadi kayu bakar pengobar semangat para relawan dalam melaksanakan tugasnya. Seirin­g dengan rasa kemanusiaan yang membuncah, relawan juga tidak diperkenankan mengeluh dengan kerja-kerja yang sudah menjadi tanggung jawabnya. “Meskipun lelah berhari-hari di sini, kadang malam saya tidak tidur juga, tapi saya merasa senang. Setidaknya, saya sudah berperan serta membantu masyarakat dan melaksanakan himbauan bapak Rektor untuk mahasiswa UNY,” kata Giri mengakhiri wawancara. Seperti sudah terlatih, kerja-kerja relawan dinilai rapi oleh berbagai pihak. Pengungsi benar-benar dilayani dengan sangat baik. Media massa menyorot kondisi ini, sehingga menim­ bul­kan persepsi di masyarakat luas bahwa pos­ ko Merapi di GOR UNY adalah posko terti­b dan terbaik karena pengelolaannya ditangan­i langsung oleh dosen dan mahasiswa UNY. Lepa­s dari penilaian masyarakat tersebut, yang terpenting adalah warga UNY sudah mewujudkan rasa empatinya kepada pengungsi Merapi. Pengungsi Merasa Betah Nilai tertib dan terbaik tentu saja tidak mun­

Rektor UNY, Prof. Rochmat Wahab didampingi PR I, PR II, PD I FIK, PD III FBS, sedang melakukan foto bersama dengan Group Musik The Titans, setelah group musik ini menghibur pengungsi GOR UNY.

Relawan Mahasiswa UNY menghimbau mahasiswanya untuk turun ke lapangan membantu kebutuhan-kebutuhan para pengungsi. Kampus pun diliburkan dari aktivitas belajar mengajar selama seminggu. Kesempatan inipun disambut baik mahasiswa. Secara sukarela mereka membantu para pengungsi dengan pembagian tugas-tugas harian. Relawan dikoordinir oleh organisasi mahasiswa dan Unit Kegiatan Mahasiwa (UKM) tertentu. Selain itu, mahasiswa atau masyarakat umum yang ingin menjadi relawan juga dapat mendaftarkan diri melalui Subag Data dan Informasi LPM ataupun langsung datang ke GOR UNY untuk mengisi data diri di pos penerimaan

P e wa ra Din a m i ka n o ve m b e r 2010

11


laporan utama

Anak-anak pengungsian GOR UNY sedang mengikuti proses belajar di salah satu sekolah yang direkomendasikan UNY

12

cul semata-mata. Ada faktor yang mendorong munculnya penilaian tersebut. Lihat saja di GOR UNY. Kesedihan pengungsi seolah sirna dengan fasilitas-fasilitas yang ada. Makan, minum, tikar, selimut, peralatan mandi, peralatan sholat, dan obat-obatan. Selain makan berat, para pengungsi juga disuguhi dengan snack (makanan ringan) dan sesekali buah-buahan, bantuan dari donatur. Fasilitas makan dan minum yang cukup ter­tib dibagikan 3 kali dalam sehari membuat Notowi­ yono (60 tahun) merasa lebih betah menem­pati GOR UNY sebagai tempat pengungsian­nya. “Pas datang ke sini, saya agak masuk angin karen­a kena angin malam. Tapi sekarang Alhamdulillah sudah sembuh karena ngungsi di sini cukup makan, minum, selimut, dan obat,” tutur warg­a asal Turi ini. Hal senada juga disampaikan Mardiah (52 tahun), warga Randu, Pakem. Menurutnya, kebutuhan para pengungsi sudah terpenuhi dengan baik. “Saya betah Mbak ngungsi di sini. Nggak umpel-umpelan, kamar mandi­ nya banyak, airnya juga cukup, makannya terjamin. Ruangannya juga tertutup jadi keluarga saya nggak kedinginan,” aku Mardiah kepada Pewara.

P ewa r a Di n a mik a n o v e m b e r 2 0 1 0

Ada juga fasilitas di luar dugaan yang turut memanjakan pengungsi. Fasilitas di luar dugaan selalu terpenuhi dengan baik. Fasilitas di luar dugaan yang dimaksud adalah potong rambut gratis dan kursus kecantikan oleh mahasiswa Tata Rias FT UNY serta fasilitas pijat gratis setiap tiga hari sekali oleh mahasiswa FIK UNY. Secara bergiliran para pengungsi dipi­ jat dan direnggangkan urat-urat lehernya, sehingga tubuh terasa segar dan kepala terasa ringan. Dengan antusias tinggi, pengungsi terlibat di dalamnya. Sebut saja Indah Wahyuni (16 tahun), warga Ngemplak. Rambut panjangnya bercabang dan rontok. Ia hanya ingin rambutnya dipotong sebahu supaya cabang-cabangnya hilang. “Saya nggak minta model yang ma­cammacam kok. Cuma minta supaya rambut saya yang bercabang bisa dipotong sedikit ujungujung­nya. Sekarang rasanya kepala jadi enteng,” ujar Indah sambil menyisir rambutny­a de­­ngan jari-jari tangan. “Semuanya terjamin, mulai dari makannya sampai MCK. Tidak kekurangan air. Katanya di tempat pengungsian lain sering kehabisan air dan MCK-nya banyak yang tidak bisa dipakai,”


laporan utama

kata Sumiati, pengungsi dari Cangkringan. Kebutuhan lain seperti kasur, tikar, dan kebutuh­ an mandi juga mencukupi. “Bantuan terus saja dikirim ke sini dan mbak-mbak, mas-mas relawan ini tidak pelit. Mereka baik-baik semua.” Senda dengan Sumiati, Sardiman juga menya­ takan hal serupa. Ia yang berasal dari Desa Du­wet Sari, Pakem, Sleman, mengaku apapun yang ia perlukan sehari-hari sudah tercukupi. “Namanya juga pengungsi, ya begini. kami kan tidak bisa menyediakan semuanya sendi­ri karena jauh dari rumah. semua kebutuhan seharihari sudah ada yang mengurusi dan Alhamdulillah mencukupi.” Perhatian Khusus untuk Anak-anak Ratusan anak-anak yang ikut mengungsi­di GOR UNY terlihat murung dan bingung walaupun tempat pengungsiannya dirasa lebih­aman dan nyaman. Beberapa anak tidak mau lepas dari gandengan dan gendongan orang tuanya­. Mereka takut terpisah dari orang tuanya. Selain itu, pola tidur pun terganggu. Banyak anak yang tidak bisa tidur nyenyak, padahal tidur men­jadi kebutuhan penting untuk perkembangannya. Yang paling mengkhawatirkan adalah anak-anak mengeluh sakit perut, sakit kepala, dan demam. Para relawan UNY tidak mau keadaan ini te­ rus menerus menghantui para pengungsi anak. Program trauma healing atau penyembuhan dari rasa traumatik segera dibuat. Anak-anak pengungsi di GOR UNY harus diberi aktivitas supaya mereka dapat belajar dan menyingkirkan pikiran-pikiran buruk tentang lingkungan dan situasi yang berbeda, yang tidak memberi kenyamanan bagi mereka untuk tumbuh dan berkembang. Program trauma healing diharap­ kan dapat menghilangkan trauma anak-anak dan mengembalikan semangat mereka. Selama 2 minggu, pengungsi anak di GOR

UNY menjalani aktivitas yang padat tetapi me­ nyenangkan. Ada belajar bersama, permaina­n edukatif, keterampilan tangan dan kesenian, kerohanian, dongeng, berenang, dan latihan me­nari. Anak-anak juga tetap disekolahkan, ten­tunya di tempat yang berbeda. Setiap pagi­ hari, lantai 2 GOR UNY menjadi ruang PAUD (Pen­didikan Anak Usia Dini) untul anak berusi­a 2-5 tahun. Anak-anak yang bersekolah formal juga difasilitasi UNY. Sebanyak 14 orang anak TK sekolah di TK Pedagogik Fakultas Ilmu Pendidikan UNY. Kemudian, bagi anak SD yang jumlahnya palin­g banyak, sementara waktu disekolahkan ke 3 se­ko­lah dasar yang ada di sekitar UNY, yaitu SD Samirono sejumlah 20 anak, SD Deresan 30 anak, dan SD Demangan sebanyak 31 anak. Sedangkan anak-anak usia SMP dan SMA diikutkan bimbingan belajar dengan pendampinya mahasiswa UNY. Terkadang, mereka juga dibawa ke Laboratorium FMIPA (Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam) UNY. Prof. Dr. Herminarto Sofyan, Pembantu Rektor III UNY, yang juga selaku Ketua Tim Rela­wan Penanggulangan Bencana Merapi UNY me­nga­ takan bahwa pendidikan tidak terbatas ruang dan waktu. Pendidikan tidak hanya di dalam kelas, tetapi juga bisa di luar kelas, teru­tama untuk pendidikan moral, pendidikan karakter, dan pendidikan untuk mengasah otak kanan. “Anakanak kami tumbuhkan kepekaan menghadapi situasi seperti ini karena mungkin waktu di rumah jarang berkumpul dengan orang banyak, dan bagaimana bersikap. Hal itu merupakan pendidikan sosial dan kecerdasan emosional,” ujarnya. 

Anak-anak pengungsian GOR UNY menaiki bus UNY untuk menuju ke sekolah sementara yang direkomendasikan UNY.

P e wa ra Din a m i ka n o ve m b e r 2010

13


laporan utama Rumah Kedua, Bukan Rumah Selamanya Gelombang pengungsi bertambah besar. Wedhus gembel mengusir mereka dari rumah. Beberapa gedung dan universitas menyediakan tempat pengungsian sementara, termasuk GOR UNY. Oleh D hian H apsari

Situasi siang hari di pengungsian GOR UNY, dimana relawan dan pengungsi menyatu.

S

iang itu barak pengungsian di GOR UNY terasa panas. Beberapa orang memilih duduk di sepanjang emper, sedangkan lainnya tidur-tiduran di dalam. Tampak wajah yang lesu dan letih. Entah apa saja yang mereka pikirkan. Saya berjalan mendekati seo­­ rang ibu yang sedang menunggui seorang bayi yang dimandikan oleh empat orang relawan mahasiswa UNY di emperan gedung. Setelah terlibat pembicaraan kecil, ternyata adik bayi yang umurnya belum genap dua tahun itu bukanlah anaknya, “Ini cucu saya,” katanya sambil tertawa ringan. Suwarsih, begitulah nama­ nya, tinggal di Sukoharjo yang letaknya sekitar 10 Km dari Merapi. Ia mengaku mengungsi di GOR UNY karena menyelamatkan diri dan me­ ngikuti anjuran tim SAR Evakuasi. Suwarsih tidaklah sendiri, ia bersama semu­a anggota keluarganya dan tetangga rumahnya­. “Alhamdulillah tidak ada keluarga saya yang menjadi korban. Rumah juga tidak apa-apa,” ung­kapnya. Namun ia khawatir debu yang ma­ sih cukup tebal dan kabar-kabar tentang awan panas dapat menggoncang psikis keluarganya. Terlebih lagi, ada bayi yang rentan terkena pe­

nyakit sehingga ia memutuskan untuk meninggalkan rumah menuju zona aman yang ditentukan. Saya tinggalkan Suwarsih dengan cucunya yang masih basah, kemudian saya masuk ke dalam GOR. Terlihat di sana beberapa pengungsi sedang tidur, mengobrol dengan sesamanya, dan ada pula yang berjalan ke sana ke mari. Mahasiswa relawan juga sedang mengisi waktu dengan bercengkrama dengan kawannya ataupun sibuk di depan laptop. Kebetulan UNY meli­ burkan mahasiswa selama seminggu, sehingga beberapa mahasiswa memilih mengisi waktu sebagai relawan ataupun menemani kawannya yang bertugas menjadi relawan di GOR. Saya berjalan berkeliling di seputar dalam gedung GOR, tampak oleh mata saya hasil gambar anak-anak yang ditempel di kertas ukuran besar. “Gambar itu salah satu bentuk kegiata­n anak-anak untuk mengisi waktu. Mereka jug­a perlu menyalurkan apa yang ada di dalam pikir­ annya dalam bentuk gambar,” papar Nurlaelah, Koordinator kavling GOR UNY.

foto-foto:La ode/Pewara Dinamikai

14

P ewa r a Di n a mik a n o v e m b e r 2 0 1 0

Semuanya Terjamin “Semuanya terjamin, mulai dari makannya sampai MCK. Tidak kekurangan air. Katanya di tempat pengungsian lain sering kehabisan air dan MCK-nya banyak yang tidak bisa dipaka­i,” kata Sumiati, pengungsi dari Cangkringan. Kebutuhan lain seperti kasur, tikar, dan kebutuhan mandi juga mencukupi. “Bantuan terus saja dikirim ke sini dan mbak-mbak, masmas relawan ini tidak pelit. Mereka baik-baik semua.” Senada dengan Sumiati, Sardiman juga me­ nyatakan hal serupa. Ia yang berasal dari Desa Duwet Sari, Pakem, Sleman, mengaku apapun yang ia perlukan sehari-hari sudah tercukupi. “Namanya juga pengungsi, ya begini. kami kan tidak bisa menyediakan semuanya sendiri karena jauh dari rumah. semua kebutuhan sehari-


laporan utama di sini?’ saya jawab kerasan, tapi kan tida­k bisa selamanya di sini,” sergaf Sardiman. Meskipun rumahnya ‘gubuk reyot’, tetap lebi­h tentram di rumah. “Bagaimana pun rumah sendiri lebih menyenangkan. Kalau di sini yang lahir­nya memang bahagia, menyenangkan, tapi batinnya tetap tidak bisa. Kalau boleh ya saya ingi­n secepatnya pulang,” tambahnya.

hari sudah ada yang mengurusi dan Alhamdulillah mencukupi.” Pernyataan Sumiati dan Sardiman itu menjadi salah satu bukti lancarnya koordinasi penanganan bencana yang dilakukan kerjasama relawan dan pihak kampus UNY. Tidak salah bila pengungsian GOR UNY ini dikatakan sebagai pengungsian dengan koordinasi dan pelayanan terbaik oleh beberapa stasiun TV. “Kalau tidak salah dari TV One atau MetroTV ya? Ini karen­a kerjasama dengan semua pihak, baik dari uni­ veritas maupun warga setempat,” jelas Ela sambil sesekali mengecek pesawat komunikasi HT di tangannya. Bagaimanapun baiknya dan berlimpahnya fasilitas serta kemudahan lain yang diberikan universitas, relawan, maupun dermawan lainnya, pengungsian tetaplah bukan tempat yang nyaman. “Ada juga yang tanya, ‘Pak, kerasan tidak

Pengosongan GOR Tampak beberapa orang mengemasi barangnya. Ada yang menggulung kasur, memasukkan dan baju-baju ke dalam karung. Tidak lupa me­ re­ka menggulung tikar yang sudah beberap­a hari menjadi ‘rumah sementara’ untuknya dan keluarga. “Tikar yang ini sumbangan untuk kami, tapi yang ini punyanya UNY,” Sumiati me­ nunjuk tikar panjang milik UNY. Sesekali truk besar mengangkut sampahsampah dari belakang GOR. Entah ke mana truk itu pergi. Saat saya bertemu dengan pengungsi dari Kringbecici, Desa Wonokerto, Kecamatan Turi, Amarudin di dekat gerbang masuk GOR, mobil bak terbuka hitam juga terlihat sedang keluar mengantar pengungsi. “Itu pengungsi yang akan pulang ke rumahnya. Ada beberap­a desa yang katanya sudah aman dan mereka memilih pulang ke rumah daripada dipindah ke Maguwo (Stadion Maguwoharjo),” kata Ama­ rudin sambil melihat mobil itu meninggalkan GOR melaju ke timur.

Anak-anak dan sebagian pengungsi dan relawan sedang menikmati hiburan tarian dari salah satu UKM di UNY.

P e wa ra Din a m i ka n o ve m b e r 2010

15


laporan utama

Mahasiswi Tata Rias dan Kecantikan FT UNY melakukan kegiatan sosial pemotongan rambut buat pengungsi GOR UNY.

Memang sesuai pengumuman, Selasa (23/11) GOR UNY harus dikosongkan. “Katanya besok pagi mau ada acara di sini,” katanya lagi. Peng­ ungsi GOR UNY akan dilepas oleh pihak UNY sekitar jam 14.00. Mereka akan diantarkan de­ ngan bis UNY dan truk ke pengungsian lain se­ per­­ti Maguwoharjo ataupun tempat peng­ung­ sian yang belum terlalu padat. “Saya nanti manut saja mau dibawa ke mana, tapi kalau bisa yang agak dekat rumah. Biar kalau pulang lebih dekat,” Mbah Redjo, perempuan tua yang berasal dari Cangkringan mengungkapkan harapannya. Ia bersama cucu dan anaknya mengaku dalam waktu-waktu tertentu diperbolehkan meninggalkan pengungsian untuk menengok rumah, meskipun sebentar. Tidak hanya pengungsi yang sibuk mengemasi barang, para relawan pun sudah bersiap­siap. Barang-barang yang biasa menemani me­ re­ka di arena pengungsian seperti kursi, meja, satu set komputer, dan buku-buku catata­n la­ in­nya dipak sedemikian rupa agar mudah diba­

wa kembali ke tempatnya semula. Hanya saja, masih ada posko relawan yang tampak sibuk antara lain posko perlengkapan, posko humas­, posko pendataan, pos pencucian baju, dan da­ pur umum. Bantuan-bantuan yang mengalir ke pengung­ sian GOR UNY ini masih bertumpuk di posko tertentu. Baju layak pakai, misalnya. Baju-baju yang sudah dimasukkan dalam karung itu menggunung di luar ruangan. Begitu pula kardus-kardus bantuan seperti bantuan melalui stasiun TV maupun dermawan lainnya. “Nantinya bantuan yang masih banyak itu akan dikirim ke Stadion Maguwo semuanya karena peng­ungsi yang di sini sebagian juga akan dialokasikan ke sana,” Sari, salah seorang relawan menjelaskan. Kendati semua barang sudah dikemasi, masih ada juga barang berharga yang belum tahu bagaimana nasibnya. Barang-barang itu antara lain folding bike dan tiga motor. Pada salah satu motor digantung sebuah kardus bertuliskan harga: 10,5 juta. “Itu motor hadiah acara Super Deal kemarin. Katanya mau dijual nanti hasil penjualannya dibagi rata ke tetangga-tetangga desa,” kata Sari yang poskonya kebetulan berada di depan jajaran motor dan sepeda itu. Harapan Pasca Bencana Setelah meninggalkan pengungsian para pengungsi memang dapat langsung menempat­i rumahnya dan memperbaiki kerusakan-kerusakan yang dialami, namun apakah yang dapat ia lakukan untuk menghidupi diri sendiri dan keluarganya? “Saya ini hidup dari beternak. Kalau sekarang karena hujan abu dan wedhus gembel itu ya ternak saya sudah mati. Ada juga kolam ikan di rumah, tapi juga gagal panen,” Sardiman menceritakan kondisinya. Sardiman tidak sendiri, masih banyak pengungsi lain yang mengalami nasib serupa. “Saya juga sempat ngobrol dengan salah seorang peng­ ungsi. Ya, dia juga mengkhawatirkan keluar­ ganya karena sudah tidak punya pekerjaan. Dia berharap, nanti di pengungsian Maguwo ada yang memberi kesempatan mendapat pekerja­ an yang menghasilkan uang. Itu saja yang paling dibutuhkan. Kalau rumah, mungkin bisa diperbaiki sendiri, tapi pekerjaan untuk penghidupan kayaknya masih perlu bantuan,” papar Sari menceritakan pengalamannya bersentuhan dengan pengungsi. 

16

P ewa r a Di n a mik a n o v e m b e r 2 0 1 0


laporan utama

Beragam Fasilitas untuk Pengungsi Siapa bilang hidup di pengungsian itu tidak nyaman? Pengungsi di GOR UNY merasa betah karena banyak fasilitas yang bisa mereka dapatkan. Setidaknya, UNY telah membantu meringankan beban berat para pengungsi. Oleh Ariska P rasetyanawati

S

ejak dibuka sebagai posko pengungsian pada 5 November 2010, berbagai kebutuhan pangan dan sandang mulai dikumpulkan oleh para relawan. Hal ini dila­kukan demi memenuhi kebutuhan para pengungsi yang sebagian besar sudah kelelaha­n fisik dan mental karena harus beberapa kali pindah lokasi pengungsian. Kedatangan mereka disambut dengan sapa dan senyum dari para relawan. Makan, minum, tikar, dan peralatan mandi, seperti sabun, shampo, pasta gigi, dan sikat gigi segera dibagikan. Dalam waktu sekejap, sudah banyak kaplingan-kaplingan tiap keluarga yang ditandai dengan gelaran tikar-tikar. Mereka meletakkan barang secara bertumpuk dan berkumpul sekeluarga menikmati makan siang. Antrian-antrian sudah tampak di kamar mandi yang didominasi anak-anak karena seda­ ri pagi belum sempat mandi. Hari pertama posko pengungsian GOR UNY memang belum memiliki dapur umum. Makanan dan minuman dibeli dari warungwa­rung makan sekitar kampus. Sebagian nas­i bungkus juga dikirimkan para donatur. Jumla­h pengungsi pun masih di kisaran sekitar 500 orang, padahal daya tampung GOR UNY bis­a le­ bih dari seribu orang. Para relawan segera me­ nyebar pengumuman melalui media elektro­ nik bahwa posko pengungsi GOR UNY masih mampu menerima banyak pengungsi. Ada jug­a relawan yang menjemput pengungsi di GOR Maguwoharjo, khususnya pengungsi yang berasal dari Hargobinangun. Selain itu, keperlu­ an-keperluan yang masih kurang juga disebarkan pengumumannya dengan harapan para do­­natur bisa segera menyalurkan bantuanny­a ke GOR UNY. Makin hari, jumlah pengungsi yang datang ke GOR semakin meningkat. Bantuan-bantua­n juga setiap hari tiba di pengungsian. Dari bahan

makan dan minuman, selimut, pakaian laya­k pakai, obat-obatan, program-program pendi­ dik­an dan trauma healing untuk meringan­kan beban mental para pengungsi, dan beragam bantuan lainnya. Pengungsi di GOR UNY tidak mengalami kekurangan kebutuhan hidup. Se-

P e wa ra Din a m i ka n o ve m b e r 2010

17


laporan utama mua kebutuhan yang mereka utarakan ke rela­ wan akan segera ditanggapi. Bantuan berupa san­dal, selimut, bantal untuk lansia dan balita­, pakaian, deterjen, obat-obatan, susu, alat mandi, sarung dan mukena akhirnya sampai ke ta­ ngan para pengungsi di GOR UNY.

Para relawan dari Posko Kesehatan sedang aktif memberikan pelayanan kepada pengungsi GOR UN.

Kebutuhan Pangan yang Utama Terhitung tanggal 11 November 2010, jumlah pengungsi di GOR UNY pun mencapai puncaknya, yaitu sebanyak 1061 jiwa dengan rincian Kecamatan Pakem sebanyak 299 orang, Kecamatan Ngaglik sejumlah 96 orang, Kecamatan Ngemplak 187 orang, Kecamatan Turi 357 orang, Kecamatan Cangkringan 115 orang, Kecamatan Tempel 5 orang, dan 2 orang yang berasal dari Kecamatan Maguwo. Banyaknya jumlah pengungsi tentus saja memengaruhi jumlah nasi bungkus setiap harinya. Dapur umum pun telah didirikan para rela­­ wan dengan mengambil tempat di sayap timur parkiran GOR UNY dekat mushola. Tiga ka­ l­i dalam sehari, relawan dapur umum haru­s me­nyi­apkan ribuan lebih nasi bungkus untuk kebutuhan pangan pengungsi dan relawan. Dengan jumlah 30 orang relawan yang berasal dari kalangan mahasiswa serta bantuan tenaga ibu-ibu dari Notoprajan, dilakukan 3 kali shift memasak, yaitu shift malam yang menyediakan sarapan pagi, shift pagi untuk makan siang,

dan shift sore untuk makan malam. Selain makan berat, para pengungsi juga di­ su­guhi dengan snack (makanan ringan) dan se­ sekali buah-buahan, bantuan dari donatur. Fasilitas makan dan minum yang cukup tertib dibagikan 3 kali dalam sehari membuat Notowiyono (60 tahun) merasa lebih betah menempati GOR UNY sebagai tempat pengungsiannya. “Pas datang ke sini, saya agak masuk angin karena kena angin malam. Tapi sekarang Alhamdulillah sudah sembuh karena ngungsi di sini cukup makan, minum, selimut, dan obat,” tutur warga asal Turi ini. Hal senada juga disam­paikan Mardiah (52 tahun), warga Randu, Pakem. Menurutnya, kebutuhan para pengungs­i sudah terpenuhi dengan baik. “Saya betah Mbak ngungsi di sini. Nggak umpel-umpelan, kamar mandi­ nya banyak, airnya juga cukup, makannya terjamin. Ruangannya juga tertutup jadi keluarga saya nggak kedinginan,” aku Mardiah kepada Pewara. Layanan Kecantikan dan Kesehatan Pengungsi di GOR UNY benar-benar dimanja­ kan dengan berbagai fasilitas. Tidak saja fasilitas-fasilitas yang telah dituliskan di atas, UNY juga mengirimkan para mahasiswanya untuk melayani para pengungsi. Sebut saja yang dilakukan mahasiswa D3 Tata Rias Fakultas Teknik. Para mahasiswa Tata Rias ini mengadakan

LA ode/PEwara Dinamika

18

P ewa r a Di n a mik a n o v e m b e r 2 0 1 0


laporan utama

potong rambut gratis untuk para pengungsi. Kegiatan inipun disambut antusias tinggi terutama dari remaja putri dan ibu-ibu muda. Mereka dengan leluasa bisa menentukan mo­de­l rambut apa saja karena mahasiswa Tata Rias siap melayani keinginan pengungsi. Salah satu pengungsi yang merasa senang dengan adanya kegiatan ini adalah Indah Wahyuni (16 tahun), warga Ngemplak. Rambut panjangnya berca­ bang dan rontok. Ia hanya ingin rambutny­a dipotong sebahu supaya cabang-cabangnya hilang. “Saya nggak minta model yang macamma­cam kok. Cuma minta supaya rambut saya yang bercabang bisa dipotong sedikit ujungujung­nya. Sekarang rasanya kepala jadi enteng,” ujar Indah sambil menyisir rambutnya de­ngan jari-jari tangan. Setali tiga uang dengan mahasiswa Tata Rias, 40 orang mahasiswa turut andil melayan­i para

pengungsi. Tiga hari sekali, mereka datang ke GOR UNY untuk memijat gratis para pengungsi. Keahlian mahasiswa-mahasiswa ini disambut senyum senang dari para pengungsi. Berada di pengungsian tanpa banyak melakukan aktivitas ditambah memikirkan kondisi harta benda di desanya membuat leher pengungsi menjadi tegang dan akhirnya kepala pun berat. Selain itu, banyak duduk dan tidur beralas tikar membuat badan menjadi lelah. Keempat puluh mahasiswa FIK ini telah membawa solusi. Secara bergiliran para pengungsi dipijat dan direnggangkan urat-urat lehernya, sehingga tubuh terasa segar dan kepala terasa ringan. Masih banyak lagi fasilitas yang disediaka­n untuk pengungsi di GOR UNY. Para senima­n Yogyakarta datang memberi hiburan dan lawak­ an, band-band ibu kota yang mengadakan mini konser, ada juga gurah mata bagi pengungsi dewasa dan lansia yang diadakan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan (LPMP) Pati, Jawa Tengah, ada tivi layar datar yang bisa digunakan untuk berkaraoke, serta ada ba­ nyak permainan catur, ular tangga, dan bukubuku sumbangan dari Menpora dan Mendiknas yang bisa menjadi hiburan bagi pengungsi anak-anak. Semua fasilitas ini diberikan bukan sekedar untuk bertahan hidup para pengungsi, melainkan mengajak mereka untuk kembali menumbuhkan semangat setelah menghadapi bencana Letusan Merapi. 

Group Musik The Titans sedang menghibur pengungsi GOR UNY.

P e wa ra Din a m i ka n o ve m b e r 2010

19


laporan utama Trauma Healing: Mengembalikan Semangat Pengungsi Anak Meletusnya Merapi telah menimbulkan ketakutan di kalangan anak-anak. Anak-anak pun kehilangan semangat belajar dan bermain, sehingga mengganggu pola tumbuh dan kembang anak. Oleh Ariska P rasetyanawati

K

Para relawan sedang menghibur anak-anak di barak pengungsian GOR UNY lantai II. Tampak anal-anak menikmati permainan balon dan boneka.

etakutan tampaknya bukan saja menjadi milik orang dewasa yang menjadi korban bencana Merapi. Anak-anak pun mengalami ketakutan dengan per­ubahan pola keseharian merek­a akiba­t ben­ ca­na ini. Mereka tinggal di pengungsian tidak dengan kondisi mental yang baik. Hal ini dikarenakan anak-anak melihat, medengar, dan mera­ sakan perubahan drastis lingkungan mereka yang semula nyaman tiba-tiba mencekam, se­ perti kepanikan warga saat mengungsi, suarasuara gemuruh Merapi maupun teriakan ketakutan warga, kondisi rumah dan harta benda yang rusak dan tertutup abu vulkanik, tidak bisa bersekolah seperti biasa, bahkan banyak juga anak-anak yang kehilangan anggota keluarganya. Hal-hal ini telah mengancam tumbuh kembang anak. Kondisi ini terlihat di posko pengungsian UNY. Ratusan anak-anak yang ikut mengungs­i di GOR UNY terlihat murung dan bingung wa­ lau­pun tempat pengungsiannya dirasa lebih aman dan nyaman. Beberapa anak tidak mau

lepas dari gandengan dan gendongan orang tuanya. Mereka takut terpisah dari orang tua­nya. Selain itu, pola tidur pun terganggu. Banya­k anak yang tidak bisa tidur nyenyak, padahal tidur menjadi kebutuhan penting untuk perkembangannya. Yang paling mengkhawatirkan adalah anak-anak mengeluh sakit perut, sakit kepala, dan demam. Para relawan UNY tidak mau keadaan ini terus menerus menghantui para pengungsi anak. Program trauma healing atau penyembuhan dari rasa traumatik segera dibuat. Anak-anak pengungsi di GOR UNY harus diberi aktivitas supaya mereka dapat belajar dan menyingkirkan pikiran-pikiran buruk tentang lingkungan dan situasi yang berbeda, yang tidak memberi kenyamanan bagi mereka untuk tumbuh dan berkembang. Program trauma healing diharap­ kan dapat menghilangkan trauma anak-anak dan mengembalikan semangat mereka.

foto-foto:la ode P/Pewara dinamika

20

P ewa r a Di n a mik a n o v e m b e r 2 0 1 0

Aktivitas yang Menyenangkan Selama 2 minggu, pengungsi anak di GOR UNY menjalani aktivitas yang padat tetapi menyenangkan. Ada belajar bersama, permaina­n edu­katif, keterampilan tangan dan kesenian, ke­ro­hanian, dan dongeng. Seperti yang dijalani puluhan anak siang itu. Selepas makan siang pada Selasa, 16 Maret 2010, 40 orang anak digi­ ring menuju Pendopo Tedjokusumo dan stage tari FBS UNY untuk mengikuti pelatihan tari. Dengan wajah ceria, mereka bersemangat belajar menggerakkan tubuhnya menarikan tarian “Sunthi”. Ada yang bergerak luwes, namun ada juga yang bergerak kaku karena kesulitan mengikuti irama. Pelatihan tari ini diharapkan dapat melatih kepercayaan diri, kekompakan, dan kreativitas anak. Akhir pekan mereka pun tak kalah menarik­


laporan utama

nya. Hari Minggu pukul 09.00-11.00 kolam renang UNY dibuka khusus untuk anak-anak pe­ ngungsian GOR UNY. Selama 2 jam mereka be­bas berenang dan bermain air, tentunya di ba­wah pengawasan relawan dan para orang tua. Kegiatan berenang ini bisa menghibur dan menyehatkan. Supatmi (32 tahun) pengungsi dari Lodadi, Ngemplak, turut bahagia melihat anaknya Amri Arsadi (11 tahun) berenang hilir­ mudik bersama kawan-kawannya. “Anakku belum pernah ngerasain berenang di kolam renang. Kalau banyak gerak, dia bisa tidur pules dan badannya jadi sehat. Aku melu seneng,” ujar Supatmi seraya matanya mengawasi Amri. Ternyata bukan pihak UNY yang memfasilitasi kebutuhan belajar dan bermain anak-anak, pihak luar UNY pun cukup tanggap membaca situasi ini. Dengan sukarela mereka mendatangi GOR UNY dan mengajak anak-anak terlibat dengan program trauma healing yang merek­a bawa. Pihak luar itu antara lain: E-Lomaja (Environment and Creativity), organisasi yang bergerak dalam bidang pelestarian lingkungan dan pengembangan kreativitas anak ini hadir ke GOR UNY untuk mengenalkan dan mengajar­i anak-anak membatik; Tim Polda DIY yang meng­ a­dakan permainan dan hiburan edukatif, se­ perti belajar menulis, membaca, menggambar­, menyanyi, dan olah tubuh dengan kuda lum­ ping yang diringi alunan gamelan jatilan, serta membagikan minuman kacang hijau dan peralatan tulis; dan Kids Funs yang mengundang anak-anak pengungsian GOR UNY untuk berekreasi bersama keluarganya.

siswa UNY, para balita tersebut sangat antusias bermain dengan media-media yang berwarnawarni. Mereka bisa belajar berhitung dengan menggunakan media bola, mewarnai kertas bergambar, memasang puzzle, belajar melipat kertas atau origami, tidak lupa menyanyi dan menari dengan penuh sukacita. Anak-anak yang bersekolah formal juga difasilitasi UNY agar mereka tidak tertinggal pelajaran terlalu jauh. 14 orang anak yang duduk di bangku TK pun tampak bersemangat mena­ iki bus UNY. Mereka akan diantar ke TK Pedagogik Fakultas Ilmu Pendidikan UNY di Jalan Bantul No. 5. Di TK ini mereka bisa ikut belaja­r dan bermain dengan para guru dan kawan-kawan baru. Kemudian, bagi anak SD yang jumlahnya pa­ ling banyak, sementara waktu disekolahkan ke 3 sekolah dasar yang ada di sekitar UNY, yaitu SD Samirono sejumlah 20 anak, SD Deresan 30 anak, dan SD Demangan sebanyak 31 anak. Sedangkan anak-anak usia SMP dan SMA diikutkan bimbingan belajar dengan pendampinya mahasiswa UNY. Terkadang, mereka juga dibawa ke Laboratorium FMIPA (Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam) UNY. Berbagai aktivitas ini telah mengembalikan keceriaan dan semangat belajar para pengungsi anak-anak. Yang terpenting adalah anak mampu menyingkirkan pikiran-pikiran buruk akibat bencana Merapi yang memorakporandakan desa dan kehidupan mereka. Risa Ayu Rusiana (9 tahun) merasa gembira karena bisa bersekolah lagi. Apalagi peralatan tulisnya baru, hasil sumbangan para donatur. “Aku seneng sekolah di sini. Temannya banyak dan Bu Gurunya juga baik,” aku Risa sambil tersipu malu. 

Anak-anak pengungsian GOR UNY sedang menikmati kids fun dari para relawan.

Semangat Bersekolah Setiap pagi hari, lantai 2 GOR UNY menjadi ruang PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini). Anakanak berusia 2-5 tahun diajak belajar dan bermain dengan media permainan edukatif, seperti puzzle, bola-bola plastik, kertas bergambar, dan masih banyak lagi. Didampingi relawan maha-

P e wa ra Din a m i ka n o ve m b e r 2010

21


laporan utama Media Center: Mulai dari Memberi Informasi sampai Gotong Barang Media center pun memiliki perannya dalam tanggap bencana dan penyaluran informasi untuk media massa nasional maupun lokal. Oleh D hian H apsari

S

etiap hari ruangan berisi entah satu ataupun dua orang yang digilir piket untuk meng-up load berita dan hunting berita. Salah satu petugas piket yang sibuk itu adalah Tusti Handayani, staf humas rektorat. “Tim utama memang mau tidak mau stand by di Media Center. Kadang sehari penuh tidak sesuai jadwal shif yang ditentukan.” Media center ini mulai bekerja sejak hari pertama (5/11) GOR digunakan sebagai tempat pengungsian, namun belum bersekretariat di GOR. “Setelah bersekretariat di GOR pada hari Sabtu itu, kami langsung sibuk melayani kebutuhan informasi wartawan yang tergabung dalam media forum dan wartawan lainnya,” papar Tusti kemudian. Ruang Media Center sedang dijadikan persinggahan para tamu. Tampak Nini Thowok dan rombongan sedang menyiapkan perlengkapan panggung.

Pentingnya Media Center Peran Media Center memang penting, baik untuk UNY sendiri dan media massa. “Media Center ini selain memberikan informasi tentang perkembangan yang terjadi setiap detiknya di GOR juga mengarahkan wartawan yang ingin interview relawan ataupun pengungsi. Bagaimanapun kita sebagai tuan rumah harus

foto-foto:TIM MEDIA CENTER

22

P ewa r a Di n a mik a n o v e m b e r 2 0 1 0

melayani sebaik-baiknya pada wartawan maupun lembaga yang ingin menyalurkan bantuannya. Melalui media center ini kami merekomendasikan narasumber yang tepat bagi wartawan dan memberikan informasi yang transparan untuk pemberi bantuan.” Masih menurut Tusti, peran Media Center tidak akan berhasil tanpa kerja sama dengan berbagai pihak. “Kalau sudah begini, mau tidak mau semua harus kerjasama. Humas di fakultas pun dapat tugas piket seperti Virga yang biasanya bertugas menerjermahkan di bagian humas dan tim website FBS juga ikut mendapat jatah piket.” Selain Tusti, Witono pun turut berperan aktif membantu Media Center, meskipun tetap khawatir mengingat keluarganya yang bertempat tinggal di daerah rawan. “Hari-hari pertama ya masih kepikiran. Yang paling penting saya ungsikan dulu keluarga saya, kemudian saya ke Media Center agar kerja lebih tenang,” ung­ kap Witono, staf Humas Pusat, yang bertempat tinggal di dekat pasar Gentan. Hampir senada dengan Tusti, Witono meng­ aku peran Media Center ini diperlukan tidak hanya untuk wartawan, tapi juga bagi UNY, “Media Center berperan untuk memperlancar publikasi kegiatan UNY ke pihak luar yang ditangani oleh humas, mendokumentasikan kegiatan yang dilakukan relawan untuk peng­


laporan utama ungsi, dan kegiatan apa saja yang dijalani peng­ ungsi selama di GOR. Semua itu dipublikasikan melalui media umum, website, dan jaringan sosial seperti Facebooks.” Informasi yang diberikan oleh Media Center ini dihimpun dari berbagai sumber. “Kami selalu koordinasi dengan relawan di posko-pos­ ko sepu­tar GOR, posko logistik, posko dapur umum, dll. Selain itu juga posko relawan dan humas relawan. Semua tim bekerja sama de­ ngan baik. Kalau tidak kerjasama ya bisa ruwet. Biasanya wartawan yang sudah sering datang ke humas pusat langsung mencari orang humas yang biasa ditemui dan dipercaya, makanya saya tidak tega meninggalkan GOR. Bisa dikom­ plain kawan-kawan wartawan,” ujarny­a sambil tertawa kecil. Menghadapi Kesulitan di Lapangan Kurang lebih tiga minggu Media Center melayani informasi untuk media massa lokal maupun nasional. Tentu selama di lapangan menghadapi hambatan-habatan. Menurut Len­a Satlita, M.Si., Ketua Tim Media Center, menyata­ kan kalau kesulitan yang berhubungan dengan pengerjaan dapat dikatakan tidak ada. “Kesulitan pengerjaan sesuai tugas, saya kira tida­k ada. Kami bertugas memberikan infor­masi mengenai program yang dilaksanakan di GOR dan data-data stastistik untuk media massa yang memerlukan.” Setelah mendapat data dari berbagai sumbe­r termasuk tim relawan mahasiswa, beberapa wartawan dari Media Center kemudian melakukan peliputan untuk diup-loadkan ke website pedulimerapi.uny.ac.id. Setiap harinya selalu ada kegiatan yang diadakan di GOR, dengan demikian berita yang ditulispun begitu banyak­, meskipun tidak semua kegiatan dapat di-upload di website. Hambatan mulai muncul di bagian ini. “Tim kami terbatas, sedangkan ada tugas-tugas ter­ tentu yang tidak memungkinkan ditangan­i sem­ barang orang seperti kegiatan peliputan ataupun up load berita,” ungkap Lena. Mengatas­i semua ini, ia hanya membagi dua shif tugas saja yaitu shif pagi dan siang, sedangkan tim utama yang berjumlah enam orang piket tanp­a jam khusus. Kerja keras dan koordinasi yang apik menjadikan tim sukses menangani tugas-tugas kehumasan ataupun pelayanan informasi. Tim Media Center berbagai tugas dengan tim humas

dan seksi data untuk memberikan informasi. Media Center menerima informasi dari humas relawan dan seksi data, sedangkan yang berhubungan langsung dengan media massa khusus tim Media Center. “Kerjasama antara Media center dan tim relawan termasuk humas relawan termasuk berhasil, buktinya berita pedul­i Merapi banyak tersebar di media massa,” tegasnya. Keberhasilan itu tidak hanya didukung dari tim Media Center, tapi juga tidak lepas dari program-program yang menarik yang diadakan oleh relawan. “Program yang bagus ditambah dengan publikasi yang bagus membuat posko kita didatangi media massa dari manapun, termasuk media massa besar,” tambah Lena yang juga menjabat sebagai Kepala Kantor Humas, Promosi, dan Protokol UNY. 

Artis Darius didampingi tim media center mengunjungi kantor media center sebelum menghibur para pengungsi GOR UNY.

P e wa ra Din a m i ka n o ve m b e r 2010

23


laporan utama

Ketika Rasa Kemanusiaan Mahasiswa Tersentuh Selama satu minggu kegiatan belajar mengajar di UNY diliburkan sebagai bukti kepedulian UNY terhadap korban bencana dan memberi kesempatan mahasiswa berperan sebagai relawan. Oleh D hian H apsari

S

elain memberi empati berupa pengguna­ an tempat pengungsian, UNY juga mem­ berikan berbagai bantuan berupa fasilitas kebutuhan sehari-hari. Lebi­h da­ri itu, UNY meliburkan kegiatan belajar me­ngajar selama satu minggu untuk memberi kesempatan pada mahasiswa yang bertempa­t tinggal di zona bahaya mengamankan diri dan keluarganya, sedangkan mahasiswa lain diharap­kan dapat berpartisipasi menjadi relawan­. Mahasiswa yang memilih menjadi relawan dikoordinir oleh organisasi mahasiswa dan Unit Kegiatan Mahasiwa (UKM) tertentu. Selain itu, mahasiswa atau masyarakat umum yang ingin menjadi relawan juga dapat mendaftarkan diri melalui Subag Data dan Informasi LPM ataupun langsung datang ke GOR UNY untuk mengisi data diri di pos penerimaan relawan. Relawan yang berada di GOR UNY tida­k hany­a berasal dari mahasiswa UNY. Merek­a datang dari berbagai universitas seperti UMY, UGM, UII, UIN, UAD, dan universitas lainnya. Ada pula yang berasal dari luar kota. “Belu­m lam­a ini ada dari SMA dari Cilacap yang mengajuka­n diri menjadi relawan, tapi mereka memilih mena­ngani di bagian parkir,” ungka­p Nurlaelah, Koordinator Kavling, yang membawahi tujuh orang relawan lainnya. Relawan tersebar di beberapa titik sesua­i tugasnya. Hingga (13/11) jumlah relawa­n masih kurang mencukupi. Seharusnya tiap kavling terdapat 2 pendamping, namu­n jumlah relawan tak mencukupi. “Idealny­a ya sekitar 148 relawan pendamping kavling karena di GOR ini terdapat 74 kavling, tapi ya riilnya saat ini hanya ada 75 orang,” kata Nurlalelah. Mengatas­i kekurangan itu, ia dan timnya berbagi tugas dengan cara setiap orang dapat melakukan pekerjaan yang seharusnya dikerjakan dua atau 24

P ewa r a Di n a mik a n o v e m b e r 2 0 1 0

tiga orang. “Beberapa relawan doble tugas untuk mengatasi kekurangan ini.” Berbagai Posko Tampak di beberapa titik sekitar GOR UNY terdapat posko-posko yang dibentuk organisasi mahasiswa. Namun ada jug­a kegiatan yang dikoordinir jurusan tertentu­. Posko Layanan Konseling, misalnya. Posko yang terletak di pintu masuk sebelah barat ini memberi­kan layanan konsultasi maupun mendamping­i pengungsi agar tidak berlarut-larut dalam kesedihan. Menurut Agus Girianto, Mahasiswa Pendidik­ an Bimbingan Konseling, posko ini sifatnya berbeda dengan posko lainnya yang melayani saat diminta saja. “Kami sifatnya jemput bola. Siapa yang kelihatan memerlukan bantuan akan kami dekati. Sekadar diajak ngobrol agar tidak berlarut dalam kesedihan ataupun mendampi­ ngi dengan konsultasi psikologi.” Pendampingan secara psikologi atau yang dikenal sebagai terapi trauma healing ini sangat dibutuhkan pengungsi yang tertekan karen­a kehilangan sanak saudara yang menjadi korban maupun kehilangan harta bendanya. “Mereka kadang tidak tahu kalau dirinya memerlukan bantuan secara psikologi, jadi kami yang berkeliling memperhatikan pengungsi yang dirasa perlu bantuan.” Pengungsi yang memerlukan bantuan psikologi, kata laki-laki yang juga aktif dalam kegiatan Mapala ini, dapat dilihat dari pandangannya yang kosong, suka menyen­ diri, dan berbicara sendiri. Setidaknya, sudah sekitar lima orang pengungsi penderita stres yang ia tangani selama aktif menjadi relawan layanan konseling. Posko PMI juga berperan serta membantu memberikan pelayanan untuk pengungsi. Obatobatan ringan dan berbagai macam alat untuk


laporan utama foto-foto:TIM MEDIA CENTER

pertolongan pertama pun telah siap. Selain itu, terdapat pula posko pelayanan cuci baju, pakai­ an layak pakai, posko yang melayani kebutuh­an mandi, posko yang melayani permintaan kasur­, posko informasi, dll. Pelayanan barang kebutuhan dan logistik dikoordinir pendamping kavling. Pengungsi tidak diperbolehkan mengambil sendiri barang keperluannya, kecuali barang keperluan mandi. “Makanan biasanya diambilkan pendampin­g kavling untuk dibagikan ke pengungsi di kavling yang menjadi tanggung jawabnya, sedangkan untuk meminta peralatan mandi pengungsi dibagikan semacam kupon. Biarpun begitu ada saja yang mengambil doble. Kami tetap melayani dan memaklumi,” papar Nurlaelah. Kegiatan Pengusir Bosan dan Sedih Rasa bosan kerap menghinggapi pengungsi­. Biasanya mereka sibuk bekerja sebagai pedagang, peternak, petani, buruh, pekerja kantor­ an, atau mengasuh anak di rumah. Sekarang mereka harus menghadapi kondisi yang sangat memprihatinkan karena bencana meletuskan Gunung Merapi. Beberapa diantara mereka kehilangan mata pencaharian, menderita kerugian karena gagal panen, dan masih banyak lagi masalah yang harus mereka hadapi. Kondisi seperti ini dapat menyebabkan peng­ ungsi mengalami kebosanan, stres, dan depresi­. Berbagai upaya dilakukan untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tak diinginkan. Mulai demo masak dan keterampilan rumah tangga, cukur dan cuci rambut gratis, senam, TPA untuk anakanak, berbagai lomba, hingga pijat gratis. Prasetyawan, Mahasiswa Fakultas Ilmu Keo­ lah­­ra­gaan (FIK) yang menjadi relawan mengatakan ia dan 40 rekannya memberika­n layan­a­n pijak berinisiatif pada pengungsi di GOR UNY. “Pelayanan pijat gratis tersebu­t untu­k mengu­ rangi rasa lelah pengungsi, kebanyakan dari me­reka kekurangan istirahat, ada juga yang terpaksa harus berpindah-pindah tempat meng­

ungsi hingga tiga kali, tentunya mereka sangat lelah,” katanya. Tidak hanya pengungsi yang mendapatkan pelayanan pijat gratis, relawan­ pun mendapat gilirannya. “Waktunya selangse­ling dengan pengungsi, kemarin suda­h rela­ wan, hari ini giliran pengungsi.” Motivasi Relawan Kerja-kerja relawan bersifat sukarela. Tida­k ada bayaran khusus sebagai imbalan, namun menjadi seorang relawan ada­lah kebanggan tersendiri. Begitulah yang dinya­takan Ela. “Kalau pahlawan kemerdekaan kan berjuang demi kemerdekaan kita, kalau relawan berjuang membantu sesama seperti ini. Sa­ya bersyukur dengan apa yang sudah saya lakukan.” Senada dengan Giri, selain membantu sesa­ ma yang memerlukan bantuan ia juga merasa dapat belajar dari masalah yang dialami para pengungsi. “Saya dapat belajar bagaimana prak­­tik konseling sebelum nantinya terju­n di la­pang­­an kerja.” Laporan hasil konseling yang ia dan kawan-kawannya lakukan diserahkan pada dosen bersangkutan. “Beberapa dosen jug­a memberikan konsultasi psikologi di GOR ini untuk membantu.” Motivasi-motivasi itu yang dapat menjad­i kayu bakar pengobar semangat para relawan dalam melaksanakan tugasnya. Seiring denga­n rasa kemanusiaan yang membuncah, relawan juga tidak diperkenankan mengeluh denga­n kerja-kerja yang sudah menjadi tanggung jawab­nya. “Meskipun lelah berhari-hari di sini, kadang malam saya tidak tidur juga, tapi saya merasa senang. Setidaknya, saya sudah berperan serta membantu masyarakat dan melaksanakan himbauan Rektor untuk mahasiswa UNY,” kata Giri mengakhiri wawancara. Diolah dari berbagai sumber 

Para relawan sedang mengangkut pelbagai kebutuhan logistik bantuan para donatur.

P e wa ra Din a m i ka n o ve m b e r 2010

25


berita KUNJUNGAN MC SUPER DEAL 2 MILYAR

Aditya Herpavi: Alam Harus Dijaga!

foto-foto:TIM MEDIA CENTER

Tahu rasanya jauh dari rumah? Apalagi­ tidak ada kepastian kapan bisa kemba­li ke rumah? Ditambah lagi, tidak tahu­ba­­ gai­mana kondisi rumah karena belum­ diijinkan untuk menginjak zona­baha­ ya Merapi? Pertanyaan inilah­yang me­ nggugah Aditya Herpavi, host Super­De­ al 2 Milyar yang tayang di Antv, untuk­ mengunjungi para pengungsi. Namun, kesibukan syuting di Jakarta­ membuat Adit harus mengurungkan niatnya tersebut. Tak disangka, kru Super­ Deal mengajaknya syuting di lokasi pengungsian selama 8 hari. ”Alhamdu­lillah keinginan saya terwujud. Saya senang se­kali bisa membantu dan menghibur para pengungsi dan relawan,” ujar­nya. Posko pengungsian GOR UNY pun men­jadi pilihan lokasi untuk syuting­ aca­­ra ini. Sebelum syuting sabtu malam (20/11), Adit bersama istri menyempat­ kan­ mampir ke ruang media­ centre.­ Meng­­gu­nakan kaos putih lengan pan­ jang­ ditambah rompi hitam, Adit ber­ kesempatan berbincang dan foto­bersa26

P ewa r a Di n a mik a n o v e m b e r 2 0 1 0

ma tim media centre dan relawan.­ Dalam perbincangan ini, Adit meng­ utarakan keprihatinannya terhadap ben­cana Merapi. ”Sebagai warga negara­ Indonesia, saya prihatin sekali karena saat ini Indonesia banyak dilanda bencana. Dari banjir, gempa, tsunami, sampai gunung meletus. Tampaknya bumi sedang memberi tanda peringatan supaya manusia lebih pandai menjaga alam,” ujarnya. Menurutnya, sekarang ini manusi­a­­ sudah tidak peduli dengan ke­se­im­bang­ an­alam. Dengan alasan meningkat­kan kesejahteraan, manusia­ menciptakan

teknologi-teknologi untuk­ menguras­ sum­­­ber daya alam seperti­ minyak bu­ mi.­ Manusia seolah lupa memikirkan­ dampak­nya. Mungkin saat inilah alam sedang bergejolak karena­kulit dan perut­ nya dikuras habis-habisan. ”Bumi­ ini berputar,­sehingga­manusia­mendapat­ kan sesuatu­dan juga­kehilangan­sesu­ atu. Inilah bentuk kehilangannya.­Ada hukum sebab akibat di dalamnya. Saya berharap para generasi­bangsa peka terhadap alam. Boleh saja mengolah alam, asal tahu bagaimana merawatnya. Timbulkan juga kesadaran diri. Supaya ke depan sampah dan rokok yang turut mengotori­alam bukan lagi sekedar­larangan, melainkan kesadaran kita untuk menguranginya.­ Yang sudah terjadi, terjadilah karena ini sudah takdir Tuhan.­ Sekarang kita hanya bisa pasrah dengan kehendak-Nya dan harus bisa mengambil hikmah yang sudah diberikan­Sang Pencipta lewat musibah­ ini,” ujarnya lagi. Ariska


berita KUNJUNGAN DONATUR

Tim Satu untuk Negeri TV One Sambangi GOR UNY Tim Satu untuk Negeri TV One menyambangi GOR UNY Minggu malam, (21/11) untuk menyalurkan sum­bangan pemirsa TV One. Bantuan berupa paket sembako­ sebanyak 400 kardus. Masing­-masing kar­dus berisi mie instan, makanan ka­ leng,­dan 5 liter beras dengan harga Rp 300.000,- per kardus. Denny Amarwanto, Koordinator Tim Satu untuk Negeri

wilayah DIY-Jateng, mengatakan, bantuan ini merupakan amanah pemirsa TV One yang memperca­ya­kan sumbangannya melalui program Peduli TV One, Satu untuk Negeri. ”Bantuan ini adalah amanah dari pemir­sa TV One dan sekarang sudah kami sampaikan ke GOR UNY untuk diberikan ke pengungsi yang di sini. Semoga­

bermanfaat bagi para pengungsi,­” ujar Denny setelah serah terima bantuan dengan Prof. Dr, Herminarto Sofyan, M.Pd., Pembantu Rektor III UNY, yang juga menjadi Ketua Pelaksana Pengungsian GOR UNY. Sebanyak 400 kardus paket sembako yang diangkut satu buah truk ini segera­ disambut para relawan GOR UNY. Secara berantai, paket-paket sembako tersebut diturunkan dari bak truk dan dikumpulkan di ruang logistik untuk selanjut­nya diteruskan ke tangan pengungsi. Se­be­ lumnya, TV One sudah menyerahkan­ ban­tuan berupa uang dengan nominal Rp 398.000.000,-. Dana tersebut juga berasal dari pemirsa Satu untuk Nege­ ri guna membantu pengungsi Merapi di GOR UNY. Ariska

TIM MEDIA CENTER

Kunjungan

Kesan Pembuka Tirai Bersua Para Pengungsi Hujan deras mengguyur Yogyakarta­ sejak­siang hingga sore, Minggu (21/11). Tak pelak acara Super Deal 2 Milyar yang mengambil lokasi shooting di parkiran barat GOR UNY pun dipindahkan ke dalam GOR UNY. Waktu sho­oting tertunda beberapa jam. Kesempatan ini digunakan tiga perempuan pembuka tirai Super Deal 2 Milyar untuk beristirahat di ruang media centre sembari menunggu dimulainya shooting. Ketiganya adalah Astrid Nidia, Ribka Angeline, dan Fita Pamela.

Dengan menggunakan dresscode hitam dan bersepatu boat, ketiga­nya tampak asyik mengutak-atik handpone BB. Astrid Nidia mewakili kedua kawannya menyatakan keprihatinannya. “Saya tahu beritanya dari televisi.­Kaget sekali karena Merapi meletus ti­dak seperti biasanya. Saya senang bisa­ketemu langsung para pengungsi wa­lau­pun keluarga mengkhawatirkan ke­selamatan saya. Tapi, ini semua demi si­­si kemanusiaan. Rasanya puas bisa me­li­hat pengungsipengungsi bersorak­ke­se­nangan. Apal-

foto-foto:TIM MEDIA CENTER

agi ketika rekannya mem­peroleh hadiah,” tutur Astrid. Rasa haru pun dirasakan Ribca Ange­ line. Kebetulan di sebuah episode, tirai yang dijaga Ribca dipilih oleh seorang­ peserta. Dengan semangat Ribca membuka tirai tersebut, sehingga­ tampak sebuah motor. Artinya, peserta tersebut berhak membawa pulang sebuah motor. Ribca meng­aku terenyuh melihat ulah peserta itu yang segera sujud syukur begitu mengetahui hadiahnya. ”Dalam hati saya bilang dapat motor saja syukurnya sampai seperti itu. Saya terharu apalagi tirai saya yang dipilihnya,” ujar Ribca. Fita pun tak mau ketinggalan untuk­ berkomentar. Ia menyampaikan harap­ an­nya supaya para pengungsi bisa­se­ gera kembali ke rumah masing-masing. Pemerintah pun bisa semakin tanggap menangani pascabencana. Ariska

P e wa ra Din a m i ka n o ve m b e r 2010

27


berita Kemeriahan anak-anak

POLISI SAHABAT ANAK Jumat siang, (12/11) di Posko pengungsian merapi GOR UNY terdengar kemeriahan suara gamelan Kuda lumping yang dimainkan anak-anak laki-laki dan perempuan pengungsi di GOR UNY. Dengan­ diiringi suara gamelan, anak-anak tersebut terlihat lincah walaupun agak kaku gerakannya. Tapi hal itulah yang membuat para orangtua, relawan, maupun anak-anak lainnya merasa terhibur den-

gan tarian tersebut. Ternyata adegan tadi adalah salah satu program hiburan dan pendidikan anak dari kepolisian Polda DIY untuk menghibur anak-anak yang termasuk pro­gram Polisi Sahabat Anak. Selain mem­berikan hiburan kuda lumping, badut, dan menyanyi bersama, tim Pol­ da DIY juga mengajak anak-anak pe­ ng­ungsi untuk menggambar bersama.­

Anak-anak tampak antusias dalam meng­i­kuti acara tersebut. Dian, salah satu orang tua yang me­ nyaksikan anaknya ikut menggambar tampak senang. Dia berharap merapi tidak meletus lagi sehingga anak saya bisa sekolah lagi, walaupun di UNY sudah ada program edukatif bagi anakanak pengungsi. Witono

foto-foto:TIM MEDIA CENTER

Bermain bersama anak-anak

POLDA DIY HIBUR ANAK-ANAK POSKO GOR UNY “Ayo adik- adik yang di sini siapa yang ta­kut dengan polisi angkat tangan?” ta­nya seorang Polisi Wanita (Polwan) yang dijawab riuh rendah anak–anak di Posko Pengungsian GOR UNY. Tiba-tiba ada anak yang menceletuk “Saya bu…saya takut dengan polisi. Ta­ kut kalau di tangkap,” jawabnya. Dan bocah di sampingnya menyahut, “ sing di­tangkap polisi kuwi ki maling ya bu pol­wan ya?” disambut dengan anggukan dari Polwan. Memang ada yang berbeda dengan suasana GOR pada siang hari itu, Jumat

28

P ewa r a Di n a mik a n o v e m b e r 2 0 1 0

(11/11). Mobil patroli polisi dari Kepolisian Daerah (POLDA) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memenuhi sebagian pelataran parkir GOR UNY. Dan tampak anak- anak berkumpul, duduk bersama dan tertawa riang. Siang itu Tim POLDA DIY mengadakan acara permainan dan hiburan edukatif khusus untuk anakanak di Posko Pengungsian GOR UNY. Seperti yang dituturkan Bu Laksmi, Tim POLDA DIY, bahwa Tim POLDA DIY dengan Polisi Sahabat Anaknya ingin benar-benar menjadi sahabat dan bagian dari anak-anak bukan menja-

di hal yang menakutkan, seperti yang dipersepsikan selama ini. Kami ingin­ memberikan sesuatu yang ber­manfaat untuk anak- anak dengan ca­ra­yang me­ nyenangkan dan menghi­bur.­ ”Seperti be­lajar menulis, memba­ca, meng­gam­ bar,­ menyanyi serta juga olah tubuh de­ngan kuda lumping yang diringi alunan gamelan jathilan tambahnya”. Pada akhir acara Tim POLDA DIY mem­bagikan minuman kacang hijau dan peralatan tulis kepada anak-anak yang disambut antusias. tustee


berita Sumbangan donatur

MC DONALD HIBUR PENGUNGSI MERAPI DI UNY Sebagai bentuk kepedulian terhadap se­sama, Mc Donald bekerjasama dengan Sosro Grup hadir untuk menghi­ bur anak-anak pengungsi di Posko GOR UNY, Jumat, (12/11). Anak-anak dihibur dengan berbagai permainan dan belajar berhitung.

Retno, salah satu tim dari Mc Donald­ mengatakan, kalau di Mc Donald punya­ perkumpulan Mc Kid yang anggotanya­ terdiri atas anak-anak. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memberikan pembelajaran langsung kepada anak-anak tentang kehidupan ini. Bagaimana kita

foto-foto:TIM MEDIA CENTER

harus saling menolong, menghormati, serta memupuk rasa persaudaraan di an­tara sesama. “Selain di GOR UNY, kami juga mengunjungi berbagai tempat pengungsi­ an di Sleman dan Klaten. Selain menghibur kita juga menyelipkan unsur pen­­didikan dalam membantu anakanak untuk mengurangi rasa jenuh,” je­­las Retno. Pada kesempatan tersebut Mc Donald­ juga membagikan nasi paket Mc Donald kepada anak-anak pengungsi. Witono

Kunjungan

WAGUB BANGKA BELITUNG KUNJUNGI GOR UNY Wakil Gubernur Kepulauan Bangka Beli­tung H. Syamsudin, S.Sos., M.Si., be­ ser­­ta jajarannya antara lain tim dari Ba­ dan Penanggulangan Bencana Dae­rah­ Ke­­pu­lau­an Bangka Belitung dan Dinas­ Ke­sejahteraan Sosial mengunjungi­ dan memberikan bantuan logistik ke Pos­ko­ Merapi GOR UNY, Sabtu (13/11). Di GOR, Wagub juga melihat aktivitas di da­pur umum, menengok pengungsi sa­kit yang sedang ditangani tim dokter,­ massage dan potong rambut bagi pengungsi,­ serta fasilitas MCK. Di sela-sela kunjungannya, Syamsudin mengatakan sangat terkesan de­ ngan penanganan pengungsi di GOR UNY dan meminta stafnya untuk mempelajari dan mencatatnya. Lanjutnya, anak-anak kami banyak yang kuliah di

Jawa termasuk di Yogyakarta, sehingga kami merasa dekat dengan Yogyakarta. Letusan gunung merapi di Yogyakarta membuat hati kami tersentak dan merasa prihatin dengan adanya bencana ini. “Bantuan kami adalah sebagai tanda cinta kami kepada Yogyakarta dan kami berdoa semoga bencana ini segera berakhir. Semoga dengan kebersamaan kita termasuk UNY semoga didiberi barokah. Saya merasa salut karena UNY walaupun mahasiswanya banyak masih menyempatkan untuk membantu para pengungsi, dan ini bukanlah pekerjaan yang mudah,” kesan Syamsudin. Sementara itu, Rektor UNY, Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., MA, menga­ takan, kita ada dua orientasi, yang per-

tama kita menampung bantuan dari siapapun yang menitipkan kepada kami untuk didistribusikan kepada peng­ ungsi di UNY. Tapi bukan berarti diha­ biskan untuk pengungsi di UNY, tapi juga didistribusikan ke posko lain yang juga membutuhkan, seperti Muntilan, Magelang, Boyolali, Klaten, dll. UNY punya komitmen tri dharma perguruan tinggi yang salah satunya­ pe­ngabdian kepada masyarakat, yang sa­lah satu penerapannya adalah de­ ngan­membantu para pengungsi­mera­ pi.­Dengan kebersamaan kami dengan pihak-pihak terkait, kami berusaha mem­bantu masyarakat yang sedang terkena bencana, lanjut Rochmat Wahab. Witono

P e wa ra Din a m i ka n o ve m b e r 2010

29


berita Suka-Duka di Sekretariat Posko

Mulai dari Capek hingga Bertemu Artis

foto-foto:TIM MEDIA CENTER

Jumat (19/11) siang tampak 4 relawan dengan senyum ramah sedang sibuk me­layani tamu yang sedang membutuhkan suatu informasi di Posko Peng­ ungsian GOR UNY. Relawan yang terdiri atas Wardasih Nugraheni, Basnendar Akbar Gautama, Mumuk Mulyasih, dan Seto Suryo Atmojo di posko pengungsian tersebut menjadi relawan bidang sekretariat. Disela-sela kesibukan tersebut, War­ da­sih selaku koordinator mengata­kan, tugas seksi sekretariat di posko ini an­ tara lain meng-apdate data pengung­si, menempelkan informasi seperti da­ta pengungsi, data kekurangan dan ke­ le­bih­an logistik, data kesehatan, data ke­u­ang­an, data relawan yang masuk. Kami juga bertugas membuat papan na-

ma/petunjuk. Selain itu, kita juga membuat laporan harian mulai awal bertugas hingga sekarang. “Kesulitan yang dialami bidang sekretariat yaitu untuk mengumpulkan da­ta ter- apdate, terutama untuk penda­taan pengungsi. Hal tersebut kare­na keluar masuknya data pengungsi­ cukup banyak. Pendataan pengungsi kami lakukan setiap 12 jam per harinya dimulai­ jam 00.00 wib, 12.00 wib, dan 18.00 wib,” lanjutnya. Dikatakan, menjadi relawan adalah pengalaman pertama bagi saya, dan ini merupakan kebanggaan bisa membantu saudara kita yang sedang dilanda bencana. Selain itu bisa lebih menumbuhkan rasa persaudaraan yang lebih di hati saya.

Sementara itu, Mumuk Mulyasih, ang­gota tim kebersihan yang mahasis­ wa FIP UNY, mengatakan selama menjadi relawan di pengungsian, antara suka dan duka, lebih banyak sukanya.­ Kita mendapatkan banyak teman, dan seper­ti keluarga baru. Selain itu untuk kese­jahteraan seperti makanan kita tidak­ kekurangan. Lumayan, bisa berhemat­untuk mahasiswa, terutama saat tanggal tua. ”Apalagi di sini kita bisa bertemu ba­nyak artis yang datang seperti The Titans Band, The Potter Band, Darius Si­na­thrya, dll. Selain itu juga bertemu Menpora, dan tamu-tamu lainnya sehingga pengalaman yang didapatkan sangat banyak,” tambah Mumuk. Witono

kursus

Pelatihan Memasak Kudapan di PTBB UNY Para remaja putri dan ibu-ibu posko peng­ungsian GOR UNY mendapatkan pelatihan memasak kudapan dan aneka­ makanan ringan lainnya pada Kamis (11/11) di Laboratorium Boga FT-UNY. Pe­la­tih­an yang diselenggarakan Jurus­ an Pendidikan Teknik Tata Boga (PTBB) diikuti 80 peserta dan terbagi dalam 4 kelas.

30

P ewa r a Di n a mik a n o v e m b e r 2 0 1 0

Menurut Ketua Jurusan PTBB, Dr. Sri wening bahwa bekal ketrampilan­ ini nantinya akan dapat dimanfaatkan oleh ibu ibu pengungsi untuk mengembang­ kan usaha rumah tangga dan membe­ rikan harapan usaha alternatif guna pe­ningkatan ekonomi paska pengungsi­ an. ”Para ibu-ibu akan mendapatkan

pe­latihan untuk membuat kudapan berba­sis pangan lokal seperti cake pisang ku­kus, kacang disko, onde-onde pecah. Dan juga membuat kudapan berbasis te­pung terigu seperti aneka olahan Bolu­Ku­kus, Zebra Kukus, Lapis Trio Kukus dan juga Putu Ayu,” tambahnya. tustee


berita BANTUAN DARI DONATUR

UNIVERSITAS NEGERI MALANG BERI BANTUAN Selasa Malam (16/11) perwakilan Universitas Negeri Malang (UM) berkunjung ke Posko Merapi GOR UNY diterima oleh Pembantu Rektor III, Dekan FIK, Dekan FISE, Assisten Direktur PPs UNY, Korlap Posko GOR UNY. Kepala Humas

UM, Dr. Zulkarnain Nasution pada kesempatan itu menyampaikan bantuan UM berupa uang 50 juta yang telah ditansfer ke rekening UNY dan bantuan logistik antara lain beras 25 kg, gula pasir 50 kg, minyak goreng curah 15 lit-

foto-foto:TIM MEDIA CENTER

er, telur ayam 10 kg, nestle bubur 120 kg, kain sarung 100 buah dan bihun. Zulkarnain menjelaskan bantuan ini wujud kepedulian dari seluruh civitas akademika UM yang dikumpulkan selama dua minggu. Bersama Dr Zulkarnain juga ikut serta 2 tim Humas dan 6 mahasiswa yang akan menjadi relawan selama tiga hari di Posko Merapi GOR UNY. Kepada perwakilan UM, PRIII me­ nyampaikan ucapan terima kasih atas kepedulian UM. Herminarto juga menje­ laskan tentang jumlah pengungsi, fasilitas yang diberikan dan program/ke­ giatan-kegiatan yang dilakukan untuk pengungsi. Dari musibah Merapi ini ki­ ta bisa melihat bahwa ternyata gerak­an sosial bangsa Indonesia masih sangat­ besar, ujarnya. Karena bantuan datang dari berbagai pihak, alhamdulilah posko GOR UNY juga bisa mensuply posko lain yang kekurangan. Witono

KREATIVITAS DI PENGUNGSIAN

PENGEMBANGAN WIRAUSAHA DARI SEKSI KEBERSIHAN Mulai beberapa hari yang lalu kam­i mu­lai mengembangkan pemikiran untuk kebersihan wirausaha. Barang-ba­ rang bekas seperti botol minuman, kar­­dus, dan koran kita sisihkan untuk­ se­­lan­jut­nya kita jual dan hasilnya seke­ dar untuk membeli makanan ringan atau cemilan untuk teman-teman dari seksi kebersihan. Demikian dikatakan Gama Rika, mahasiswa Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (PJKR) FIK UNY, Koordinator Seksi Kebersihan Posko Pengungsian Merapi Gedung Olah Raga (GOR) UNY, Kamis, (18/11) di GOR UNY. Lanjut Gama, saat ini anggota tim ke­ bersihan ada sekitar 15 orang relawan.­ Sejak jadwal kuliah mulai kembali normal, tiap harinya hanya ada 10 relawan

kebersihan. Itupun mereka datang di sela-sela kuliah. Area yang dibersihkan meliputi luar­ GOR, dalam GOR, dan kamar mandi.­Tim kami, tambah Gama, juga ada di laundry­ yang membantu para pengungsi­ dan relawan yang ingin mencuci pakaiannya. Untuk kamar mandi kalau personil tim kebersihan yang datang banyak kita biasa membersihkan kamar mandi setiap satu jam sekali. Sedangkan jika yang bisa datang sedikit, maka kamar mandi kita bersihkan 3 atau 4 kali sehari. Teman-teman sekarang sudah tahu pekerjaannya, sehingga tanpa menung­ zgu perintah mereka sudah tahu apa yang harus dikerjakannya. Untuk penggunaan kamar mandi, sebenarnya sudah kami buatkan jadwal

pemakaiannya. Tapi hal tersebut tampaknya tidak semua pengungsi mematuhi penggunaan kamar mandi. Sebenarnya penjadwalan tersebut untuk mencegah kekurangan air bersih. Tapi karena sekarang sudah ada penampungannya sebanyak­ 4 buah, sehingga untuk mencuci bagi para pengungsi dan relawan sudah men­cukupi. ”Sebelum ada penampungan air, kita pernah dikomplain sama pengungsi karena air sudah habis digunakan untuk mencuci pagi hari, sehingga bagi yang menggunakan setelahnya tidak kebagian air. Tapi setelah ada penampungan air, beberapa hari setelah dibukanya Posko GOR UNY, semuanya teratasi,” tutup Gama. Witono

P e wa ra Din a m i ka n o ve m b e r 2010

31


berita INDONESIA BERZIKIR

MEMBANTU KORBAN BENCANA JANGAN AWALNYA SAJA

foto-foto:TIM MEDIA CENTER

Sinar matahari pagi itu, Minggu (21/11) tidak mampu menghalangi dan menyu­ rutkan semangat para pengungsi di GOR UNY untuk mengikuti acara Indo­ ne­sia Berzikir yang diselenggarakan oleh salah satu stasiun TV swasta Indo­ ne­sia. Acara Indonesia Berzikir yang dilaksanakan di lapangan sebelah GOR UNY ini dihadiri juga Rektor UNY, Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., MA. Acara disemarakkan oleh grup Band Vagetoz dan Justise Boys serta dipandu oleh presenter Ali Zaenal. Setelah acara usai, Ali Zaenal, menga­ takan, ini adalah momen yang sangat luar biasa. Dengan adanya bencana ini, yang berat adalah recovery (penyembuhan). Di saat bencana datang, banyak­ sa­u­dara kita yang membantu. Tapi mo­ men yang benar-benar krusial dan yang paling mereka butuhkan adalah recove­ ry. “Mudah-mudahan Merapi tidak erupsi lagi. Dan kita lihat masyarakat Jogja sekarang sudah tidak memakai masker, dan mungkin sudah mulai nyaman. Dan saat inilah waktunya kita membantu lagi. Jadi membantu jangan pada awalnya saja. Di saat penyembuhan ini, kita harus kembali menyentuh mereka. Dan tu-

juan kita disini adalah untuk memberi semangat kepada mereka,” lanjutnya. Mantan Cover Boy Aneka Yess ini menambahkan, mungkin kami ini hanya bi­sa ngomong saja. Allah pernah berpesan dalam firman-Nya, kalau kita bisa bantu lewat nasehat, kita bantulah lewat nasehat. Mungkin saat ini kita tidak­ bisa merasakan apa yang dirasakan­saudara-saudara kita. Ini ujian yang luar bia­sa bagi saudara-saudara kita. Ini ada­ lah ujian untuk naik level dimata Allah Swt. Semoga semua diangkat derajatnya di dunia dan akhirat.

Sementara itu, vokalis Grup Band Va­ge­toz, Teguh Permana, mengatakan, perasaan kami senang banget dan luar­ biasa bisa berbagi kebahagiaan. Semo­ ga ini menjadi motivasi bagi yang terke­ na bencana untuk lebih semangat lagi. Para pengungsi tidak berlama-lama dalam kesedihan. Teguh berpesan, para pengungsi jangan terus-terusan bersedih hati. Terus bersemangat. Dengan kejadian ini pasti banyak hikmahnya dan bisa mempertebal keimanan kita semua. Witono

Kunjungan donatur

UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA BERI BANTUAN

32

P ewa r a Di n a mik a n o v e m b e r 2 0 1 0

yang diberikan berupa uang 10 juta­rupiah, susu dan makanan bayi, mi­nyak gosok, crayon, pakaian pantas­ pakai, snack dan 120 kg makanan siap saji

foto-foto:TIM MEDIA CENTER

Rombongan Universitas PGRI Adi Buana Surabaya memberi bantuan untuk para pengungsi di Posko Merapi GOR UNY Kamis (18/11). Ketua rombongan Ahmad Fanani, dosen Prodi PGSD Universitas PGRI Adi Buana Surabaya bersama rombongan berjumlah 30 orang yang terdiri dari 3 Dosen pendam­ping,­ 23 Mahasiswa, 2 Guru SMU dan Ke­tua Osis SMU Adi Buana Surabaya. Rom­ bong­­an diterima Koordinator Logistik­ Posko Merapi GOR UNY, Moch Slamet, M.S. Ahmad mengatakan bahwa bantu­an

berupa rendang sapi. Bantuan ini dihimpun oleh mahasiswa Universitas PGRI Adi Buana dan siswa SMU Adi Buana beberapa hari yang lalu. Kemudian bantuan yang terkumpul kita salurkan ke sejumlah Posko Merapi di DIY-Jateng. Sehingga bantuan yang diberikan ke UNY tidak banyak karena kita bagi-bagi. Setelah memberikan bantuan, rombongan juga sempat mengunjungi para pengungsi yang ada di dalam GOR UNY untuk melihat kondisi pengungsi seca­ ra langsung. Isti


berita KEBUGARAN

SENAM BERSAMA PENGUNGSI Hari kedelapan pengungsi Posko Pengungsian GOR UNY mengikuti senam pagi bersama pa­ra relawan serta pegawai FIK UNY yang berada dalam satu halaman dengan GOR UNY tam-

pak Mbah Mimbar Islam bersemangat mengikuti senam meskipun menggunakan kain. “Kulo remen wonten mriki. Sanes-sa­ nesipun nggih pun cekap. (Saya senang

foto-foto:TIM MEDIA CENTER

berada di sini. Kebutuhan saya lain-lain sudah dicukupi),” demikian jelas Mbah Mimbar usai senam bersama. Usai senam, dosen FIK sekaligus bertindak sebagai juri membagikan kartu sebagai tanda mereka yang mempero­ leh kartu adalah memperoleh kejuaraan dalam senam erobik. Selain senam putri enam erobik, diadakan pula berbagai jenis perlombaan, diantaranya tenis meja (putra dan putri), bola voli (putra dan putri), badminton (ganda putra dewasa, ganda putri dewasa), atletik khusus untuk anak SD (60 meter putra usia 6-12 tahun; 60 meter putri usia 6-12 tahun; 80 meter putra usia 13-15 tahun; 80 meter putri usia 13-15 tahun). Ratnae

HIBURAN

Musik Bambu “Thillung” Menghibur Pengungsi Selasa (16/11), Pengungsi GOR UNY dihibur Musik Bambu “Thillung” Bale Ta­ri Wasana Nugraha Pimpinan Drs. Supriyadi, M.Sn., dosen ISI Yogyakarta yang berasal dari Desa Dagaran Bangun­har­ jo Sewon Bantul Yogyakarta.­ Bejo­ HR Pim­pinan Rombongan mengatakan rom­­bongan yang menghibur di GOR UNY sekitar 20 orang. Kedatangan kita­ atas inisiatif sendiri untuk menghibur pa­ra pengungsi dengan harapan bisa­ melupakan kepedihan yang dialaminya.­ Selain itu kita juga ikut prihatin dan merasakan bagaimana hidup di peng­

ungsian karena kita juga pernah meng­ alaminya saat Gempa Bumi 27 Mei 2006 silam. Musik Bambu ”Thillung” ini me­ ru­pakan berkah dari bencana tersebut yang mana pada saat Gempa Bumi banyak bambu yang dibiarkan begitu saja lalu kita dibantu rekan-rekan dari Purbalingga untuk menciptakan alat musik dari Bambu sampai terbentuklah Group Musik Bambu “Thillung” yang sampai saat ini sudah beranggotakan sekitar 60 orang, ucap Bejo. Ribeth Nur Vijayanto salah satu pelatih Musik Bambu Thillung menga-

foto-foto:TIM MEDIA CENTER

takan bahwa kita hadir menghibur para pengungsi hanya berlatih semalam jadi wajar kalau kurang persiapan. Sampai-sampai request dari Pengungsi untuk lagu “Pacobaning Urip” belum bisa terpenuhi. Musik Bambu Thillung pernah meraih Juara I Pembukaan FKY di Benteng Vredeburg Yogyakarta (2009), Juara I Lomba Karnaval 100 tahun Affandi (2007) dan Juara I Lomba Pembukaan Porseni TK/SD Kab. Bantul (2007). Saat musik dimainkan, antusias dari para pengungsi sangat semangat dan bergembira. Dari Balita sampai yang tua pun ikut berjoged dan berdendang.­ “Mas kulo ajeng nyumbang lagu angsal­ mboten?” ucap salah satu pengungsi dan akhirnya pengungsi tersebut ber­ den­­dang dan berjoged ditemani­Mbah Mimbar Islam salah satu Pengungsi di GOR UNY yang selalu aktif mengikuti semua kegiatan yang diselenggarakan. Isti

P e wa ra Din a m i ka n o ve m b e r 2010

33


berita RELAWAN DAPUR UMUM

KAMI TIDAK MENGENAL KATA LELAH

foto-foto:TIM MEDIA CENTER

Terletak di sayap timur parkiran GOR UNY, tepatnya di belakang musholla,­tim dapur umum selalu sigap dalam me­­me­ nuhi kebutuhan makan para peng­ungsi dan relawan. Tim yang dikoor­dinasi oleh Mas Simon Subarkah, alumnus FIK UNY, dibentuk secara insidental pada Jumat (3/11) bertepatan setelah adanya erupsi besar dan datangnya pengungsi dari berbagai wilayah di Sleman ke GOR UNY. Saat awal dibentuk, anggota tim da­ pur umum berjumlah 15 orang yang ber­asal dari mahasiswa UNY berbagai ju­rus­an. Relawan dapur umum ini ber­ jum­lah sekitar 30 orang termasuk Ibuibu kampung Notoprajan. Mereka be­ ker­­ja secara sukarela dengan tetap me­me­gang prinsip professionalisme.­ Tim ini dibagi dalam 3 shift yaitu ma­ lam­(untuk sarapan), pagi (untuk makan siang) dan sore (untuk makan malam). Adapun peralatan dapur umum ada yang dipinjam dan ada pula yang harus­ membeli, seperti kompor besar, wajan besar dan panci. Tim ini benar-benar bekerja keras sam­pai waktu istirahat pun hampir tak ada bagi mereka. Ketika ditanya tentang cara menjaga stamina para anggota,

Mas Simon yang selalu berdandan santai ini menjawab, “Yang penting kerja itu dibuat nyaman mas, kalo udah nyaman, badan ga terasa capek dan selalu fit, karena kalau pikiran sudah nyaman, otomatis badan juga terasa sehat.” Sahutnya sambil tertawa lepas.

Intinya, lanjutnya, kalau memang ada anggota tim yang memang butuh isti­rahat, ya harus istirahat, jangan dipaksakan. Untuk tim dapur umum, juga diberikan sokongan vitamin khusus untuk menjaga kesehatan. Anton

Sumbangan donatur

Pembagian Kaos dari Distro “Black Jack” Cimahi

34

P ewa r a Di n a mik a n o v e m b e r 2 0 1 0

martani mengatakan, ”Wah baru pertama ini kita dapat kaos sekaligus jaket jumpper dari Distro. Model dan kuali-

tasnya bagus. Kami amat senang mendapatkan kaos dan jaket baru. Isti

foto-foto:TIM MEDIA CENTER

Pengungsi yang berusia 10-23 tahun di GOR UNY pada Senin Sore (15/11) men­ da­patkan pembagian Kaos dan Jaket­ Jum­pper dari Distro “Black Jack” Cimahi Bandung. Adapun jumlah kaos dan jaket jumppernya sekitar 400 buah. Setiap 1 orang pengungsi rata-rata mendapatkan 1 Jaket Jumpper dan 2 Kaos. Distribusi ini dibagi adil dan merata untuk semua pengungsi remaja,” ungkap Faturrahman, Relawan Logistik Posko GOR UNY. Saat menerima bantuan tersebut, Vita (20), pengungsi asal Lodadi Umbul-


berita LOMBA MEWARNAI GAMBAR WAYANG

MENGENALAKAN TOKOH WAYANG SEJAK DINI Hari kesebelas, lokasi pengungsian Pos­ko GOR UNY tampak berbeda, anakanak asyik mengikuti lomba mewarnai gambar wayang. Acara yang diselengga­ rakan Fakultas Bahasa dan Seni UNY ini bertujuan untuk mengenalkan anakanak pengungsi tentang tokoh dalam

wa­yang. “Selama ini perhatian terhadap wayang masih kurang, sehingga perlu sejak dini kita kenalkan wayang pada mereka. Kami harapkan mereka bisa melestarikan seni budaya wayang kulit ,“ jelas Wien Puji, Penanggung jawab kegiatan.

foto-foto:la ode P/Pewara dinamika

Yulius (11) pengungsi dari Desa Hargobinangun yang sebelumnya berseko­ lah di SD Pandanpura menuturkan perasaan senangnya mengikuti lomba me­­war­­nai. ”Teman-teman tahu loh kalau yang diwarnai ini wayang Bagong, pada seneng, dan aku jadi ingin jadi juara,” urainya lugu. Lomba ajang kreativitas ini diikuti 74 peserta mulai dari kelas 1 sd. Kelas 6 SD dan terbagi menjadi dua kelompok. Kelompok A: kelas 1, 2, 3, sedangkan ke­lom­pok B: kelas 4, 5, 6. Lomba berlangsung selama satu jam, direncanakan para juara lomba mewarnai (juara 1-3) akan mendapatkan tropi dari UNY yang akan diserahlan pada 18 November 2010. isti

kursus

PENGUNGSI GOR UNY IKUTI PELATIHAN KREASI JILBAB Untuk mengisi waktu pengungsi Posko GOR UNY , khususnya Ibu-Ibu dan rema­ ja putri, dengan kegiatan yang berman­ faat, mahasiswa D3 Tata Rias dan Kecantikan FT UNY melatih para pengungsi di GOR UNY membuat berbagai kreasi jilbab. Hal ini dikemukakan­Nida­Ma­ha­

siswa semester V saat melatih meng­kre­ asikan jilbab dengan model bunga mawar pada Kamis (11/11) di GOR UNY. Wakiyem (35) warga Plosokerep Umbulharjo Cangkringan salah satu peserta pelatihan mengungkapkan, ternyata setelah mencoba untuk berlatih mem-

foto-foto:TIM MEDIA CENTER

buat kreasi jilbab modern tidak terlalu sulit asalkan kita telaten dan berusaha untuk bisa. “Wah berarti besuk kalo mau jagong kita bisa berdandan sendiri tidak perlu ke salon”, ucapnya. Sedang­ kan Nur (27) warga Hargobinangun­ yang sangat terkesan mengatakan pe­la­ tih­an ini sangat bermanfaat bagi peng­ ungsi karena selain dapat teknik-teknik membuat kreasi jilbab juga mengurangi kebosanan, kejenuhan di area peng­ ungsian. Sementara Kaprodi Tata Rias dan Kecantikan FT UNY, Yuswati, M.Pd., menje­ laskan salon potong rambut masih akan dibuka untuk melayani para pengungsi yang hari ini belum sempat dipotong rambutnya karena banyak yang berminat. Semoga dengan diadakannya berbagai kegiatan mahasiswa ini mampu memberikan yang terbaik untuk para pengungsi dan bisa menambah penga­ laman mahasiswa, harapnya. Isti

P e wa ra Din a m i ka n o ve m b e r 2010

35


berita MEmicu Kreativitas

ANAK TK DAN SD IKUTI CREATIVITY GAMES Creativity games demikian judul trauma healing yang diselenggarakan oleh Pasca sarjana UNY yang bekerja sama de­ngan Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) dan Wahana Studi Pengembangan­ Kre­ a­­tifitas (WSPK) UNY. Acara yang mengangkat tema “Cinta Lingkungan” tersebut diadakan pada hari Selasa (10/11) di lantai 2 Gedung Olahraga (GOR) UNY. Acara tersebut dimulai pukul 13.30 WIB

dan diikuti oleh anak TK dan SD yang mengungsi di GOR UNY. Dalam acara tersebut anak-anak diajarkan untuk memanfaatkan barangbarang yang sudah tidak terpakai. De­ngan barang tersebut anak-anak di­ bim­bing oleh para relawan untuk­men­­ ciptakan sebuah kreatifitas. ”Tu­ju­an­ aca­ra ini adalah untuk meningkat­kan­ kre­ati­ ­­ fi­tas anak, menumbuhkan cinta­

foto-foto:TIM MEDIA CENTER

ling­kungan, dan melatih kerjasa­ma anak,” tegas Siti Irine selaku koor­di­na­ tor­acara. Disamping acara untuk anak TK dan SD, pasca sarjana juga akan mengada­ kan acara yang ditujukan untuk siswa SMP dan SMA. Acara tersebut akan dise­ lenggaran pada Kamis (11/10) pukul 09.00 di Hall Rektorat UNY dengan tema “Sungai Kehidupan”. Siti menambahkan bahwa dalam aca­ra tesebut mereka akan diminta untuk menceritakan kehidupan mereka dari lahir sampai saat ini dengan me­ nuangkannya dalam sebuah gambar.­ Di­ha­rapkan dengan acara tersebut me­ re­ka bisa lebih percaya diri dan terlepas dari rasa stres. Eko

LEBARAN DI PENGUNGSIAN

Idul Adha di Pengungsian GOR UNY Untuk kali pertamanya para pengung­ si tidak melaksanakan shalat Ied di tempat biasanya. Kali ini shalat Ied (16/11) di­laksanakan di Masjid Mujahiddin UNY. Sekitar pukul 06.00 sebagian besar­ dari pengungsi sudah menuju ke masjid membaur bersama masyarakat umum lainnya. Tepat pukul 07.00 wib, 600-an jamaah ini menunaikan shalat Ied, se-

lanjutnya mereka mendengar hikmat ceramah yang dibawakan Drs. Supriyat­ na, M.Si., dosen UIN Sunan Kalijaga Yog­ yakarta. Setelah sholat Ied berakhir, penyembelihan hewan Qurban di Halaman Wis­ ma FIK UNY dimulai. Saat itu, total­He­ wan Qurban berjumlah 25 ekor kambing dan 2 ekor sapi. Penyembelihan Hewan

foto-foto:TIM MEDIA CENTER

36

P ewa r a Di n a mik a n o v e m b e r 2 0 1 0

Qurban akan dilakukan selama 3 hari berturut-turut (16/11 – 18/11). Pada hari Selasa (16/11), terhitung 7 kambing­ dan 1 sapi yang telah disembelih untu­k disa­lurkan ke para pengungsi, dan apabila ada daging berlebih, maka akan disalurkan pada masyarakat umum. “Hewan Qurban ini merupakan do­ na­si dari dosen UNY dan masyarakat antara lain berasal dari Jakarta, Ja­ya­ pura, Bontang. dan besuk rencana­ada dari Cimahi sebanyak 3 ekor Kambing,” demikian ungkap Eko Humas Posko GOR UNY. Tampak beberapa anak dari peng­ ungsi antusias dalam menyaksikan pe­ nyembelihan hewan qurban. Ibu-ibu pengungsi pun tak mau kalah dalam membantu untuk mengolah daging. Da­ging-daging ini yang kemudian akan dimasak di dapur umum untuk makan siang prasmanan untuk para pengungsi di GOR UNY. Anton


berita PERTANDINGAN

Kompetisi Bulu tangkis dan Tenis Meja di Posko Para pengungsi GOR UNY mengikuti kompetisi bulu tangkis dan Tenis Meja pada Jumat (12/11). Kompetisi bulu Tangkis ini diadakan di lapangan bulu tangkis FIK UNY, sedangkan kompetisi tenis meja diadakan di GOR UNY sebelah utara. Kompetesi yang dimulai pukul 09.00 sampai dengan 11.00 WIB tersebut bertujuan untuk memberikan

hiburan kepada para pengungsi sehingga mereka tidak merasa bosan dan de­ ngan diadakannya kegiatan ini diharap­ kan kebugaran tubuh para pengungsi tetap terjaga demikian pernyataan Suis­ dareni dan Ria disela-sela penyelenggaraan kegiatan ini selaku penanggung jawab. Kompetisi bulu tangkis tersebut dii­

foto-foto:TIM MEDIA CENTER

kuti 13 peserta dan tenis meja 16 peserta yang dibagi menjadi kelas anak-anak dan dewasa dengan menggunakan sistem gugur. Adapun pemenang kompetisi bulu tangkis adalah sebagai berikut, untuk kelas remaja, Juara 1 Wisnu Nugroho dari Randu Hargobinangun, Juara 2 Muharis Nur Fiki dari Randu, Juara 3 bersama Dwi Cahyo dari Kencuran dan Fauzi Oktaf dari Randu sedangka­n untuk kelas remaja, juara 1 adalah Pat­ mo­ko dari Gondang Legi, Juara 2 Suani Junawan dari Randu, Juara 3 bersama Andrianto dari Cangkringan dan Supri­ anto dari Gondang Legi. Pemenang dari kompetisi ini akan mendapatkan piala dari Mendiknas, Rektor UNY, dan Dinas social DIY. Haryo/Eko

TRAUMA HEALING

Membangkitkan Semangat Anak-anak Untuk membangkitkan kembali sema­ ngat anak-anak korban Merapi, Lembaga Kursus Real English menyelenggarakan kegiatan sosial pada Sabtu (13/11), dengan menerjunkan 10 relawan.­Kegiatan ke­manusian ini diselenggarakan di lantai 2 sayap selatan GOR UNY dan diiku­ti sekitar 50 anak dari berbagai usia (4-11

thn). Tampak keceriaan dari raut muka anak-anak mengikuti kegiatan games edu­katif bernuansa bahasa Inggris. “Se­ neng banget mas iso dolanan mbek sinau. Soal e kancane okeh mas” kata­Putri, salah satu anak ikut kegiatan ini. Gembong Prapanca Nugraha, Opera­

foto-foto:TIM MEDIA CENTER

tional dan Marketing Manager mengatakan Real English sebagai bagian dari masyarakat, berkewajiban untuk mengadakan kegiatan sosial seperti ini, terutama pada fase trauma healing pada anak-anak. Diharapkan dari adanya ke­gi­at­an ini, anak-anak tersebut dapat me­lu­pa­kan ketakutan mereka sejak letusan merapi beberapa waktu lalu. Gembong juga menjelaskan Tim Real English mengalokasikan waktu seti­ ap hari Sabtu untuk melakukan kegiat­ an sosial. “Kami berpindah2 dari satu pos­ko ke posko lain. Minggu lalu kami ke JEC, minggu ini jatahnya masuk­ UNY. Dana dari kegiatan ini berasal dari penyisihan uang pendaftaran dari setiap siswa yang masuk Real English. Da­ na tersebut sebesar 25 ribu dikhusus­ kan untuk kegiatan sosial. Apabila ada kekurangan, tim akan secara sukarela menambahkan kekurangannya”, ujarnya. Anton

P e wa ra Din a m i ka n o ve m b e r 2010

37


berita MENGHIBUR

DIDIK NINI THOWOK DAN DALIJO HIBUR PENGUNGSI

foto-foto:TIM MEDIA CENTER

Rabu, (27/11), seniman Yogyakarta, Di­ dik Nini Thowok, Dalijo, dkk datang ke Posko Pengungsian GOR UNY. Kedatang­ an para seniman ini untuk menghibur korban merapi dengan menyajikan pertujukan badut, tarian, yel-yel, dan pembagian hadiah. Mereka datang sekitar pukul 18.30 wib dan disambut Dekan FIK, Dekan FBS, Dekan FISE dan bebera­ pa pejabat lainnya. Dalam ramah-tamahnya dengan De­ kan FIK, Sumaryanto, M.Kes., di ruang Media Center, Mas Di­dik, begitu biasa disapa, mengeluhkan pemberitaan tentang musibah Merap­i ini yang terlalu berlebihan sehingga membuat takut para wisatawan baik lokal maupun asing untuk datang ke Yogyakarta. Padahal kondisi sekarang di Jogja amanaman saja. Dan yang positif seperti ini malah tidak diberitakan. Di GOR UNY, Dalijo dkk yang menga­ jak anak-anak pengungsi untuk me­ne­­ ri­akkan yel-yel seperti “Merapi saha­ bat­ku,” “Semangat Yes,” dan lain-lain. Se­men­tara Dalijo dkk menyemarakkan acara, Didik Nini Thowok berkeliling GOR UNY untuk menyalami para peng­ ungsi dan memberi mereka semangat dalam menghadapi ujian ini. Banyak

di­antara pengungsi yang mengambil gambar dan meminta berfoto bersama­. Dengan sabar Mas Didik memenuhi permintaan mereka. Selanjutnya, giliran Kelompok Sanggar Tari Natya Lakshita, yang dipimpin Didik Nini Thowok menghibur para pengungsi. Ada 5 penari yang terliba­t dalam hiburan itu, termasuk Didik Ni­ ni Thowok sendiri. Dia mengenakan topeng berwajah ’lucu’ yang menjadi ciri khasnya. Di sela acara hiburan, dilaksanaka­n penyerahan hadiah Lomba Cipta Puisi­/

Geguritan dan Lomba Mewarnai Wa­ yang kepada para pemenangnya. Sela­ in­ itu, ada pula acara penyerahan se­ ca­­ra simbolis perlengkapan sekolah yang mencakup tas, seragam, sepatu, dan alat-alat tulis, bantuan dari Rektor­ UNY kepada beberapa anak siswa SD, SMP, dan SMA yang mengungsi di GOR UNY. Dengan bantuan perlengkapan sekolah ini diharapkan para siswa tersebut tidak kehilangan semangat dan te­tap berkeinginan besar untuk berse­ kolah. Riandi

Makan Siang Pengungsi GOR UNY

MAKAN MODEL PRASMANAN

38

P ewa r a Di n a mik a n o v e m b e r 2 0 1 0

suka makan daging. “Karena yang dimasak menunya ba­nyak, kita persilahkan bagi ibu-ibu peng­ungsi untuk membantu para rela­ wan­memasak. Tapi jumlahnya kita­ba-

tas supaya tidak terlalu banyak. Kalau­ biasanya yang masak sekitar 25 orang, kali ini yang ikut masak sekitar 40 orang,” jelas simon. Haryo

foto-foto:TIM MEDIA CENTER

Ada sesuatu yang lain ketika jam makan siang di Posko, Selasa, (16/11). Kalau biasanya mereka makan nasi dibungkus, siang itu para pengungsi makan model prasmanan. Menunya pun spesial yaitu berbahan daging kambing dan daging sapi. Daging tersebut dari penyembelihan hewan qurban di Posko UNY. Dikatakan Simon, Koordinator Da­ pur­ Umum, bahwa daging kambing dan sapi dibuat menu gulai, tongseng, dan rendang. Selain daging, kami juga sedi­a­­kan masakan sayuran lainnya bagi­ peng­­ungsi yang tidak mau atau tidak­


berita MENGHIBUR

MUSIK CAMPURSARI MENGHIBUR PENGUNGSI GOR UNY Jumat malam (12/11), para pengungs­i dihibur Musik Campursari yang diba­ wakan sekumpulan seniman Musik Cam­ pursari di Yogyakarta. Kedatanga­n pa­ ra seniman musik campursari disambu­t hangat oleh para pengungsi yang ada di GOR UNY. Berapa orang asyik mende­ ngarkan dan berjoged bersama saat la­ gu-lagu didendangkan dan beberapa

orang lainnya mengambil gambar dari pertunjukan tersebut. Penggagas utama acara hiburan ini adalah Eka Sulistya Putra, seorang pegawai Subbag Umper di Fakultas Tek­ nik yang juga menggawangi kelompok Musik Campursari Kadisobo TriMulyo. Mas Eka, demikian dia biasa disebut, meng­ungkapkan bahwa dia beserta ka­

foto-foto:TIM MEDIA CENTER

wa­n-kawan dari komunitas seniman Mu­sik Campursari bersama-sama ingin turut andil dalam meringankan beban­ yang diderita oleh para pengungsi­letus­ a­n merapi dengan cara bernyanyi dan meng­hibur dengan nyanyian lagu-lagu cam­pur­sari. “Kami hanya bisa nyanyi ya nyanyi untuk menghibur mereka,” ujar­nya. Acara yang dimulai pada 8.30 ter­ sebut dimeriahkan para penyanyi dari kelompok kesenian campursari Kadisobo Trimulyo yang dipimpin oleh Mas Eka, Kelompok Campursari Phar­net dan Dokter Elekton dan salah sa­tu penyanyi yang mengisi acara ter­se­but adalah mahasiswi FISE UNY prodi Akuntansi yang bernama Septi Dwi Utami. riyandi

Pengenalan Batik

NAMA MEREKA ADA DI HATI KAMI Sabtu pagi (13/11), para pengungsi Gunung Merapi mengikuti kegiatan Penge­nalan Kegiatan Menulis Batik yang dipandu yang dipandu oleh Ibu Dr.Siti Irene dan beberapa instruktur dari E-Lo­maja. Kegiatan ini ditujukan utama­nya sebagai media refreshing bagi anak-anak pengungsi yang berada di

GOR UNY. Selain itu, menuru­t Bu Irene, kete­rampilan membatik dapat melatih kesabaran. Dalam acara ini, E-Lomaja (Environment and Creativity), organisasi yang bergerak dalam bidang pelestarian lingkungan dan pengembangan kreativitas anak ini menyediakan empat set kom-

foto-foto:la ode P/Pewara dinamika

por dan wajan, dan masing-masing set dilengkapi dengan 3 hingga 4 canting. Jumlah peserta dalam kegiatan ini tidak dibatasi, bahkan orang dewasa boleh ikut mencoba berlatih menulis batik. Kebanyakan dari peserta adalah anak-anak dan rata-rata mereka melu­ kiskan keindangan pemandangan gunung. Salah satu diantara pesertany­a adalah Billa, Murid SD kelas 1 dari Randuharjo. Billa menggambarkan pemandangan Gunung Merapi. “Ini gambar Merapi sebelum meletus,” katanya. Adapula hal yang menarik dalam ke­ giata­n ini. Beberapa ibu yang meng­ikuti kegiatan ini menuliskan nama anaknya pada kain batik mereka. Saat ditanya Ibu Irene ala­san mereka menuliskan na­ma anak-anak mereka, beberapa ibu yang mendampingi anakanaknya mengatakan bahwa hanya nama anak-anak mereka yang ada di hati mereka sekarang ini. riyandi

P e wa ra Din a m i ka n o ve m b e r 2010

39


berita relawan

MEMBANTU TANPA PERLU ADA ALASAN Meski sudah lebih dari satu minggu, hing­ga berita ini ditulis (12/11), tim trans­portasi yang yang dikoordinatori Rio Handziko tetap semangat dalam be­ ker­ja. Alumnus alumnus FMIPA UNY ini ditemani 6 anggota yang mempunya­i peran masing-masing. Mereka Sukranoviar (FMIPA), Ahmad Dhani Setiawan (FI­ SE), Dimas P. (FT), Hamdu (FKH UGM), Sof­yan Adhi NSS dan Budi Marwanto (alumni FMIPA). Rio bersama timnya bertugas meng­ atur keluar masuknya kendaraan. Bagi mereka, melakukan semua ini bukan karena keterpaksaan. Hal ini dia sadari penuh bersama timnya, bahwa mereka melakukan semua ini karena meman­g mereka ingin membantu. “Kita kurang sreg kalo dibilang kita melakukan ini rela dan ikhlas. Ah biasa-biasa wae tho.. Aku ki bantu, yo bantu wae ora sah disebut ikhlas gak usah disebut rela, gitu aja.” Itu­lah yang dikatakan Rio, saat reporte­r media centre posko GOR UNY mengatakan bahwa mereka bekerja dengan ikh­las dan rela. Kami sebagai relawan me­lakukan semua dengan rasa senang dan didorong keinginan untuk membantu sesama. Saat ditanya tentang suka duk­a yang mereka alami selama menjadi relawan­, dia langsung menanyakan kepada anggota timnya, Sukra yang saat itu standb­y di pos mereka. “perna­h bersedih?” tany­a Rio. Dengan mantap dan lantang Sukro menjawab “Tidak, malah selalu bahagia e.” jawabnya dengan logat yang kental. Rio pun menguatkan dengan mengata­kan bahwa di

foto-foto:TIM MEDIA CENTER

sini lebih banyak senangnya dari pada dukanya. Walaupun baru kenal sejak para pengungsi mulai ada di GOR, Jumat (5/11) namun sistem yang ada, membuat mereka yang awalnya tidak saling kenal, langsung menjadi akrab dan solid. Itu menjadikan lebih banyak sisi positif yang bisa diambil dari pada dukanya. Rio mengatakan, meski di hari perta­ ma dan kedua, sistem belum berjalan dengan baik namun hingga hari ini Alhamdulillah semua berjalan dengan ba­ ik dan lancar. “Banyak pengungsi yang mau datang, minta dijemput, lalu kita kerahkan armada sampai di sana ter­ nyata pengungsinya belum siap jemput­. Bahkan ada pengungsi yang tidak mau

direlokasi. Yang kita harapkan adalah adanya kejelasan berapa jiwa yang akan direlokasi? Kalo sudah siap, lokasi penjemputannya di mana, kami kirimkan armada, kami angkut, kami bawa ke sini, sudah beres.” Itulah sistem ope­ rasi kami jika ada yang membutuhkan armada langsung ke transportasi, jika ada armada kami siapkan, mengisi pendataan dari awal hingga pulang. Informasi harus jelas baik kepentingan maupun tujuan lokasinya. Sukra mengakui bahwa menjadi relawan saat sedang menyelesaikan skripsi bukanlah hal mudah. Namun dia sepenuhnya sadar bahwa itu adalah resiko yang harus diambilnya. Hal yang sama juga dikatakan Rio bahwa mereka tentu mempunyai kepentingan pribadi yang saat ini mereka kesampingkan, demi membantu para pengungsi di GOR UNY. Untuk itu mereka berdoa semoga semua ini segera berakhir dan semua pihak bisa kembali ke kehidupan norma­l seperti sebelumnya.. “Itulah yang menjadi ha­ rapan kita semua. Semoga segera terwujud. Amien,” lanjutnya. sari

40

P ewa r a Di n a mik a n o v e m b e r 2 0 1 0


berita Mahasiswa UNY Korban Merepi

SEPTI BENAR-BENAR BERPULANG… ‘Septi Segera Pulang…’, itulah id face­ book yang digunakan oleh Septiani Nur Rahma Putri, mahasiswi Pendidikan Sosiologi 2008 FISE UNY. Bersama kedua orang tua dan adik bungsunya Sept­i men­­jadi korban keganasan awan pa­nas (wedhus gembel) Merapi, Jumat­, (5/11)­. Saat itu waktu menunjukkan pukul 05.00 sore, Septi yang sedang mengung­ si bersama keluarganya di tempat ‘pak­ de’nya di Krikilan, Tegaltirto Berba­h Sleman, mengajak kedua orang tuany­a untuk kembali ke rumahnya di dusu­n Grong­gang, Argomulyo, Cangkringa­n Sleman untuk meng’unduh’ hajata­n pe­ nga­jian yasinan yang menjadi agend­a rutin setiap malam Jumat di dusunnya. “Ayo tho Bu, Pak.. bali saiki wae.. Wong awake dewe sing kanggonan kok,” kata itulah yang dilontarkannya. Hampir seluruh keluarga Septi menjad­i korban. Keluarganya yang selamat ha­ ny­a Ratna sang kakak yang bekerja di Jamb­i dan adiknya Yaya yang saat itu tetap tinggal di rumah Pak de-nya. Meski sudah dilarang oleh sanak kelu­ arganya, Septi yang akrab disap­a Oma

TIM MEDIA CENTER

ini, tetap ngotot ingin segera kembali ke rumah “Kados mboten Oma biasa­n­i pun,” ungkap Banjir, Pakd­e Oma. Ban­ji­r pun menceritakan, Septi ingi­n pulang ke rumah selain karen­a alas­an pe­ngajian juga karena ingin me­ngam­­bi­­l baj­u untuk kuliah esok hari. Sang adik Yaya pun sebenarnya ingin ikut pulang­, tetapi tidak diperbolehka­n Septi­. Septi­berpe-

san kepada Yaya supay­a ti­dak­­usa­h ikut dan baju Yaya nanti akan dibawakan oleh­­nya. Tak disang­k­­a ternyata­itu ada­ lah pesan terakhir­dari Septi untuk Ya­ ya dan baju itupun tidak berhasi­l dia bawakan untuk sang adik. Dihubungi saat menunggu proses pemakaman di desa Beran, margodadi Seyegan minggu lalu, Ratna kakak Sept­i menyampaikan kepada rombonga­n tak­ ziah UNY yang diwakili Dekan FISE, De­ kan FIK, Kabag TU FISE dan staff huma­s FISE UNY, mungkin ini adalah jalan terbaik bagi keluarganya untu­k menghadap Sang Khalik. Dengan tabah dan ikhlas Ratna menyampaikan, “Insya­Al­ lah ini adalah yang terbaik untu­k me­re­ ka­, apalagi mereka baru saja menggela­r pengajian yasinan,” ujar Ratna. Hal ini di­iyakan oleh Dekan FISE, Sardiman, AM. M.Pd “Ya, semoga arwah Septi beserta keluarganya bisa diterima di sis­i Allah Swt., dan mereka Insya Alla­h Khus­nul Khotimah,” ujar Sardiman, yang diamini perwakilan keluarga besar UNY dan keluarga Septi. Sari

LOMBA MENULIS PUISI

Memberi Ruang Kreativitas bagi Pengungsi Endang Komala Sari, pengungsi merapi di GOR UNY yang sekolah di SMA Isla­m 3 Sleman berhasil memenang­i lomba cipta puisi/geguritan tingkat SMA. De­ ngan puisi berjudul Merapik­u Flu Endang berhasil menyisihkan beberap­a pe­serta lainnya. Sedangkan, Angga Sut­a Pratama dengan puisi berjudul Merapiku memenangi untuk tingkat SMP. Dikatakan pelaksan­a Lomba Cipta Puisi/Geguritan, yang jug­a dosen FBS UNY, Wien Puji Priyanto­, tujuan lomba untuk mem­berikan ruang berkreasi membuat pu­is­ i dan mengeks­pre­si­kan isi hati, suka-duka sebagai pe­ng­ungsi yang terkena bencana merapi­.

TIM MEDIA CENTER

“Agak disayangkan, peserta membu­ at puisi ini tak banyak. Mungkin mereka masih banyak yang malu, kurang pe­de, kurang berani mencoba walau sebenarnya mampu, atau mungkin juga pengaruh teman,” lanjut Wien.

Dikatakan, tim penilai lomba ini ada­ lah alumni Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS UNY, sedangkan untuk para juara 1-3 untuk baik kategori SMP dan SMA masing-masing akan mendapat tropy dan hadiah hiburan. Untuk tingkat SMP/MTs, juara I diraih Angga Suta Pratama, Juara II diraih Ita Ariyani, (SMPN 1 Pakem), dan juara III diraih Suhartono (MTs Yapi Pakem). Untuk tingkat SMA/SMK/MAN, juara I diraih Endang K. Sari (SMA Isla­m 3 Sleman), Juara II diraih Arlinda Puspi­tasari (SMAN Cangkringan), sedangkan Juara III diraih Tri Handayani (MAN Pakem). Virga

P e wa ra Din a m i ka n o ve m b e r 2010

41


berita NONTON BARENG

Belajar dari Laskar Pelangi

foto-foto:TIM MEDIA CENTER

Para pengungsi merapi di Posko UNY non­ton bareng film Laskar Pelangi. Aca­ ra yang dilaksanakan pada Sabtu malam, (13/11) di GOR UNY ini difasilitas­i para re­la­wan.Semua pengungsi baik tua ma­ u­pun anak-anak tampak antusias meng­ ikuti film tersebut. Menurut Koordinator Pendampingan dan Kegiatan, Tri Yogi Fitri Rahman­tyo, tujuan acara nonton bareng ini untuk menghilangkan arasa bosan para pengungsi, dan menghibur anak-anak. Setelah nonton, adik-adik SD kit­a kumpulkan untuk diberikan motivasi dan tra­u­ma healing dengan bahan materi dan ajaran dari film tersebut. Harapan­ ny­a adik-adik juga bisa meneladani to­ ko­h-tokoh yang ada di film tersebut. ”Kami memilih film Laskar Pelangi­ karena film tersebut boleh dilihat oleh 42

P ewa r a Di n a mik a n o v e m b e r 2 0 1 0

se­mua usia. Selain itu juga bersifat re­ kreatif dan edukatif. Sisi rekreatifnya kita tujuan kepada semua pengungsi, se­dang sisi edukatifnya kita tujukan ke­pa­da adik-adik usia sekolah,” lanjut Yogi. Dikatakan, hari ini (Minggu) kami

berkumpul dengan adik-adik SD, mereka kita ajak berkumpul dan berdiskusi tentang film Laskar Pelangi dan hikmah apa yang ada di film tersebut, dan apa yang dapat kita contoh. Demikian juga terhadap adik-adik SMP dan SMA.


berita K i las

Setelah nonton bareng, acara dilan­ jut­kan dengan pembagian piala bagi pemenang pada Festival Olahraga Peduli Merapi yang diselenggarakan pada Jumat pagi. Festival olahraga yang diikuti oleh pengungsi dan relawan ini memperebutkan piala tetap dari Mendiknas, Dirjen Dikti, Dirjen Mandikdasmen, Dirjen PMPTK, Rektor UNY, Pembantu Rektor, Dekan, Ketua LPM. Piala diserahkan oleh Rektor, Pembantu Rektor (PR I) I, PR III, dan Dekan FISE UNY kepada pemenang lomba. Selain piala pemenang juga mendapatkan bingkisan dari Posko UNY. Berikut pemenang pada Festival Olahraga Peduli Merapi. Cabang Sena­m pengungsi putri juara I Siti Maryam, II Sumiasih, III mbah Mimbar Islam. Cabang Senam pengungsi putra juara I AgusTriyano, II Parmin, III Yanuri Saputro. Untuk Senam relawan putri juara I Dyahnita A, II Diana Anisa, III Korina W. Senam relawan putra juara I Ali Wafa, juara II Jef Agung, III Mamang. Untuk cabang Bulutangkis remaja putra pemenangnya juara I Wisnu Nugroho, II Muharis Nur Fiki, III Dwi Cahyo N dan Fauzi Oktaf K. Bulutangkis dewasa putra juara I Patmoko, II Suam Junawan, III Andriyanto Budi dan Supriyanto. Cabang Tenis Meja ganda putra juara I Eko/Sarimbi, II Yanuari/Agus, III Agus/ Sugeng dan Ana S/Sarjono. Cabang Atletik 60 m putra juara I Kiki, II Viki, III Wisnu. Sedangkan untu­k putri juara I Tri Miluyani, II Yulistya, III Siti Nur Azizah. Cabang Bola Voli putra juara I Rifai dkk, II Suwandi dll, III tim Gopal. Dan untuk Bola Voli Putri juara I Farisa dkk, II Parni dkk, III Martini dkk dan Menik dkk. Tim media center

dokumen humas fbs

Pengungsi menerima hadiah dari Super Deal 2 Milyar ANTV Senin (22/11) para pengungsi yang meng­ ikuti shooting kuis Super Deal 2 Milyar me­ nerima hadiah yang mereka menangkan pada shooting session 1, Jumat, (19/11). Ha­diah yang dibagikan pada tahap pertam­a yaitu hadiah uang tunai. ”Pembagian uang tunai diberikan terlebih dahulu karena proses­ nya tidak serumit pembagian hadiah seperti TV, motor, dsb,” ujar Suwismono, Wakil Koordinator Lapangan tim relawan GOR UNY. Pembagian dilangsungkan mulai pukul 14.00, dipandu kru Super Deal 2 Milyar dan dibantu relawan mahasiswa. Para pemenang bisa mengambil hadiah uang tunai dengan menukarkan selembar kupon berwarna biru yang mereka terima sesaat setelah mengikuti shooting. Penukaran kupon dilaksanakan di lapangan parkir sisi barat GOR UNY. Salah satu pemenang yang pertama kali menerima hadi­ah uang tunai yaitu Yuli F. Nugroho (28). Pemuda asal Desa Ludadi, Kec. Umbulmartani ini mendapatkan hadiah uang tunai sebesa­r Rp. 7.000.000,-. Ketika ditanya mau diapakan uang tersebut, dengan malu-ma­lu pria ini menjawab mau dibagikan untuk pengungsi lain yang satu grup dengan­nya. Lebih lanjut, Yuli menunjukkan wajah sumringah dan berujar “senang bisa dapat hadiah uang.” Diharapkan hadiah yang diberikan oleh Super Deal 2 Milyar mampu menjadi salah satu penggembira untuk sejenak melupakan trauma mereka akibat dahsyatnya Erupsi Merapi, yang memaksa mereka meninggalkan rumah yang mereka cintai. Setidaknya, mereka bisa membawa oleh-oleh dari pengungsian untuk dimanfaatkan dalam membangun hidup mereka lagi. Evy

Meski Mengungsi, Kami Masih Semangat Sekolah “Dadaaaa….” Dengan senyum merekah terpasang di wajah-wajah penuh semangat untuk berangkat ke sekolah induk. Ya, itu adalah wajah anak-anak pengungsi di posko pengungsian GOR UNY. Mereka melambaikan tangan kepada Rektor dan Pembantu Rektor I UNY serta orang tua mereka pada Kamis (18/11) di Halaman GOR UNY. Mereka disediakan sekolah gratis untuk melanjutkan sekolah. Banyak anak-anak yang tidak bisa melanjutkan sekolah mereka dikarenakan berada di pengungsian menjadi korban erupsi merapi sejak 3 minggu yang lalu. Menjadi kebijakan pimpinan UNY sejak Senin (15/11) anak-anak yang masih menjadi pelajar untuk tetap melanjutkan sekolah dengan mencarikan sekolah induk bagi mereka. Anak Sekolah Dasar terbagi menjadi 2 kelompok, yang diantarkan ke SD Deresan 25 anak, SD Demangan 24 anak. Kelompok anak peng­ ungsi usia TK dibawa ke TK Pedagogik Fakultas Ilmu Pendidikan UNY yang terletak di Jalan Bantul nomor 5, sedangkan anak-anak usia SMP dibawa ke SMP di sekitar posko GOR UNY dan siswa SMA dibawa ke SMA GAMA, namun dari pengungsi usia SMA tidak ada yang mengikuti program itu. Anak-anak TK dan SD dibawa ke sekolah menggunakan bis UNY, berangkat jam 07.20 WIB sedangkan siswa SMP menggunakan angkutan yang disediakan UNY, berangkat pukul 07.30 WIB dari GOR UNY. Meski masih ada beberapa siswa belum mendapatkan seragam bantuan, namun hal tersebut tidak mengurangi semangat mereka untuk kembali menuntut ilmu. Sari

P e wa ra Din a m i ka n o ve m b e r 2010

43


puisi•geguritan•tembang Sajak E.T. Muji Rahayu SENJA HARI DI KAKI GUNUNG cerah mentari di ufuk barat indah mempesona di relung hati angin sepoi di sudut kota indah berkabar membawa suka angin berhembus membawa duka tebarkan duri duri membawa luka bunga bunga cinta gugur layu tembang tembang cinta hilang musnah terbawa angin senja di kaki gunung itu terpaku membisu tiada kata terucap senyum hambar tatapan tak ramah seolah berkata diriku segera berlalu

kalam/pewara

angin senja membawa duka dan luka hati terkoyak dalam pahitnya bunga cinta di sudut kota senja kian kelabu

E.T. Muji Rahayu alumnus UNY; pegiat sastra yang berdomisili di Bandung

pojok ge l it ik

Wisata

a

l

ka

44

r wa

pe

/ am

P ewa r a Di n a mik a n o v e m b e r 2 0 1 0

Umarmoyo: Kita harus menggalakkan program wisata, Di. Umarmadi: Ya dong! Pokoknya wisata apa saja! Umarmoyo: Wisata alam ... Umarmadi: Berwisata untuk menikmati keindahan alam ciptaan Tuhan. Umarmoyo: Wisata budaya ... Umarmadi: Berwisata untuk menikmati hasil-hasil budaya atau aktivitasaktivitas budaya di masyarakat. Umarmoyo: Wisata spiritual ... Umarmadi: Berwisata ke tempattempat yang banyak digunakan untuk laku spiritual.

Umarmoyo: Wisata kuliner ... Umarmadi: Berwisata untuk menikmati aneka masakan dan makanan. Umarmoyo: Apalagi ya? Umarmadi: Kalau orang berduyunduyun datang untuk menyaksikan tempattempat yang hancurlebur luluh-lantak akibat tsunami, gunung meletus, wedhus gembel, dan seterusnya. apa namanya hayo? Umarmoyo: Apa ya? Umarmadi: Namanya ... wisata bencana atau wisata penderitaan! Umarmoyo: ...........................................? ema r '10


n le

sa

SALUT UNTUK RELAWAN Bencana Merapi Jogja dan sebagian Jawa Tengah juga menyisahkan cerita bagi relawan. Para relawan ini tak seolah-olah memedulikan dirinya. Mereka fokus untuk menolong warga yang amat membutuhkan. Tugas kemanusiaan ini diemban dengan ikhlas dan penuh tanggung jawab. Mereka hanya berharap para pengungsi bisa melupakan duka dan menatap masa depan yang lebih baik. teks : Sismono La Ode • Fotografer: TIM MEDIA CENTER POSKO PENGUNGSIAN GOR UNY


Pewara Dinamika mengucapkan: Turut berduka cita kepada korban bencana Merapi 2010

universitas negeri Yogyakarta Jl. Colombo No. 1 Yogyakarta 55281 Telp. 0274-586168 www.uny.ac.id


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.